Kamis, 14 April 2016

10.00. Yunus 1-109


10. SURAT YUNUS
تَفْسِيرُ سُورَةِ يُونُسَ
Makkiyyah, 109 atau 110 ayat. Kecuali ayat 40, 94, 95, 96 Madaniyyah Turun sesudah Surat Al-Isra
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Yunus, ayat 1-2

{الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (1) أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ (2) }
Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah. Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata."
Mengenai huruf-huruf yang mengawali surat-surat Al-Qur'an, telah disebutkan keterangannya pada permulaan tafsir surat Al-Baqarah.
Abud Duha telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: Alif Lam Ra. (Yunus: l) Yakni Aku, Allah, melihat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya.
{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ}
Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. (Yunus: 1)
Artinya, inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hukum yang jelas.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Kitab yang mengandung hikmah. (Yunus: l) Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan 'Kitab' adalah kitab Taurat dan Zabur.
Qatadah mengatakan bahwa makna tilka ayatul kitab ialah 'inilah ayat-ayat kitab', yakni kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Qur'an. Pendapat ini menurut penulis (Ibnu Kasir) tidak dikenal jalurnya, demikian juga maknanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا}
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia. (Yunus: 2), hingga akhir ayat.
Allah Swt. mengingkari sikap orang-orang kafir yang merasa heran terhadap para rasul karena para rasul itu dari kalangan manusia, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah-Nya mengenai umat-umat terdahulu melalui firman-Nya:
{أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}
Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami? (At-Taghabun: 6)
Nabi Hud dan Nabi Saleh berkata kepada kaumnya masing-masing, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ}
Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian dengan perantaraan seorang laki-laki dari golongan kalian. (Al-A'raf: 63)
Allah Swt. pun berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka telah mengatakan:
{أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ}
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat meng­herankan. (Shad: 5)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. menjadi rasul, maka orang-orang Arab mengingkari hal tersebut, atau ada sebagian dari mereka yang mengingkarinya. Lalu mereka berkata, "Mahabesar Allah, bila Dia mengutus Rasul-Nya seorang manusia seperti Muhammad ini." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia. (Yunus: 2), hingga akhir ayat.
*******************
Mengenai firman Allah Swt.:
{أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2)
Para ulama berselisih pendapat tentang takwil ayat ini.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2) Bahwa dalam kitab terdahulu (Lauh Mahfuz) telah dituliskan bahwa mereka memperoleh kebahagiaan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2) Yakni pahala yang baik karena amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Makna ayat ini sama dengan firman-Nya:
لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا
untuk memberi peringatan akan siksaan yang sangat pedih. (Al-Kahfi: 2), hingga akhir ayat.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. Yunus: 2) Yakni amal-amal saleh, yaitu salat, puasa, sedekah, dan tasbih mereka.  Mujahid mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. memberikan syafaat kepada mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam dan Muqatil ibnu Hayyan. Qatadah mengatakan, makna ayat ialah kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna yang dimaksud ialah amal-amal saleh yang telah mereka kerjakan dan menjadi tabungan bagi mereka di sisi Tuhannya. Perihalnya sama dengan kalimat yang mengatakan, "Qadamun fil Islam, " yakni mempunyai jasa dalam Islam.
Hissan ibnu Sabit telah mengatakan:
لَنَا القَدَمُ  العُليا إِلَيْكَ وخَلْفُنا لأوَّلِنا فِي طاعَة اللهِ تَابعُ ...
Kami mempunyai jasa yang besar kepadamu dan kami berbeda dengan para pendahulu kami berkat ketaatan (kami) kepada Allah, sebagai jasa berikutnya.
Zur Rummah dalam salah satu bait syairnya mengatakan:
لكُم قَدَمٌ لَا يُنْكرُ الناسُ أَنَّهَا ... مَعَ الحسَبِ العَادِيّ طَمَّت عَلَى البَحْرِ
Kalian mempunyai jasa yang besar yang tidak dilupakan oleh semua orang, bahwa jasa itu sekalipun dari yang berkedudukan biasa, keharumannya dapat menutupi laut.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ}
Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2)
Dengan kata lain, sekalipun Kami telah mengutus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri —yakni dari kaum mereka sendiri— untuk menyampaikan berita gembira dan memberi peringatan kepada mereka: orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2) Mubin artinya jelas dan nyata, padahal mereka adalah orang-orang yang dusta dalam hal tersebut.

Yunus, ayat 3

{إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (3) }
Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kalian, maka sembahlah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran?
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam seluruhnya, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan ayyam dalam ayat ini sama dengan hari-hari kita sekarang. Sedangkan menurut pendapat lainnya, setiap hari sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kalian, seperti yang akan diterangkan kemudian.
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Yunus: 3)
'Arasy ialah makhluk yang paling besar dan merupakan atap dari semua Makhluk.
Ibnu Abi Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami. Hajjaj ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa’d At-Ta-i berkata, '"Arasy adalah yaqut berwarna merah." Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah menciptakan 'Arasy dari nur-Nya. tetapi pendapat ini garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يُدَبِّرُ الأمْرَ}
untuk mengatur segala urusan. (Yunus: 3)
Artinya, mengatur semua makhluk. Allah Swt. telah berfirman:
{لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Tidak ada tersembunyi dari-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi. (Saba: 3)
Dan tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya. Segala macam masalah tidak akan membuat-Nya keliru. Dia tidak pernah bosan dengan banyaknya orang yang meminta dengan mendesak, serta perhatian-Nya kepada yang besar tidak melupakan-Nya untuk memperhatikan yang kecil yang terdapat di gunung-gunung, lautan-lautan, dan kota-kota serta padang-padang sahara, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah­lah yang memberi rezekinya. (Hud: 6), hingga akhir ayat.
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)
Ad-Darawardi telah meriwayatkan dari Sa'd ibnu Ishaq ibnu Ka’b ibnu Ujrah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi. (Yunus: 3), hingga akhir ayat. Maka mereka bersua dengan iringan yang besar, yang mereka lihat tiada lain kecuali dari kalangan orang-orang Arab Badui. Lalu mereka berkata kepada iringan tersebut, "Siapakah kalian ini?" Iringan itu menjawab, "Kami dari bangsa jin, kami diusir dari Madinah oleh ayat ini." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ}
Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Yunus: 3)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}
Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah melainkan dengan seizin dari-Nya. (Al-Baqarah: 255)
{وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى}
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya). (An-Najm: 26)
{وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat. (Saba: 23)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
(Dzat) yang demikian itulah Allah. Tuhan kalian, maka sembahlah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? (Yunus: 3)
Maksudnya, esakanlah Dia dengan hanya menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? (Yunus: 3)
hai orang-orang musyrik, dalam urusan kalian; karena kalian telah menyembah tuhan yang lain beserta Allah, padahal kalian mengetahui bahwa Dialah Yang Maha Esa Yang menciptakan makhluk. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya melalui firman-Nya:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka.”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah." (Luqman: 25)
{قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ}
Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (Al-Mu’minun: 86-87)
Demikian pula ayat yang sebelum dan yang sesudahnya, semuanya bermakna senada.

Yunus, ayat 4

{إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (4) }
Hanya kepada-Nyalah kalian semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Allah Swt. menceritakan bahwa hanya kepada-Nyalah semua makhluk dikembalikan kelak di hari kiamat, tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal, lalu Dia menghidupkan mereka kembali seperti pada permulaannya ketika Dia menciptakan mereka. Kemudian Allah menyebutkan bahwa sebagaimana Dia memulai penciptaan makhluk, demikian pula mengulanginya (menghidupkannya) kembali, seperti yang disebutkan oleh ayat lainnya:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
*******************
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ}
agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. (Yunus: 4)
Yakni dengan pembalasan yang adil dan pahala yang sepenuhnya.
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Dan untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereda (Yunus: 4)
Hal itu disebabkan kekafiran mereka. Pada hari kiamat nanti mereka akan disiksa dengan berbagai macam azab, seperti angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih dalam naungan asap yang hitam, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu:
{هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Shad: 57-58)
{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}
Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 43-44)

Yunus, ayat 5-6

{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5) إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (6) }
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran­Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.
Allah Swt. menerangkan tentang apa yang telah diciptakan-Nya, hal itu merupakan tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran kemampuan-Nya. Dia telah menjadikan sinar yang timbul dari matahari sebagai penerangan dan menjadikan bulan bercahaya. Yang ini berbeda dengan yang itu, agar di antara keduanya tidak ada keserupaan. Dia menjadikan peran matahari di siang hari dan peran bulan di malam hari. Dia pun telah menetapkan manzilah-manzilah untuk bulan bagi peredarannya. Pada mulanya ia kelihatan kecil, lalu bertambah besar cahaya dan bentuknya hingga menjadi bulan penuh pada malam purnama. Setelah itu mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga kembali kepada keadaannya semula pada akhir bulan. Hal ini diungkapkan pula oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 39-40)
{وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An'am: 96), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt. dalam ayat ini yang mengatakan:
{وَقَدَّرَهُ}
dan Dia telah menetapkan baginya. (Yunus: 5)
Yakni bagi bulan.
{وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ}
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (Yunus: 5)
Dengan matahari dapat diketahui hari-hari, sedangkan dengan perjalanan bulan dapat diketahui bilangan bulan dan tahun.
{مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ}
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. (Yunus: 5)
Artinya, Allah tidak menciptakan hal itu dengan sia-sia melainkan Dia mempunyai kebijaksanaan yang besar dalam penciptaan-Nya itu, juga mengandung hujah yang jelas, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27)
{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}
Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116)
*******************
Firman Allah Swt.:
{نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya). (Yunus: 5)
Yakni Allah menjelaskan hujah-hujah dan dalil-dalil itu:
{لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus: 5)
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ}
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu. (Yunus: 6)
Yaitu pada silih bergantinya siang dan malam hari. Apabila yang satu datang, maka yang lainnya pergi; begitu pula sebaliknya, tanpa ada ketelatan darinya barang sedikit waktu pun. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan. (Yasin: 40), hingga akhir ayat.
{فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96), hingga akhir ayat.
*******************
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi. (Yunus: 6)
Yakni termasuk di antara tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran Allah. Ayat ini pengertiannya semisal dengan yang terdapat di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi. (Yusuf: 105), hingga akhir ayat.
{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Yunus : 101)
{أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? (Saba: 9)
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ}
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190)
Dan dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ}
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa. (Yunus: 6)
Yakni bagi orang-orang yang takut kepada siksaan Allah, murka, dan azab-Nya.

Yunus, ayat 7-8

{إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (8) }
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan dunia itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah di neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-crang yang celaka, yaitu mereka yang ingkar terhadap hari pertemuan dengan Allah kelak pada hari kiamat. Mereka sama sekali tidak percaya dengan hari pertemuan itu, merasa puas dengan kehidupan dunia ini. serta hati dan jiwa mereka merasa tenteram dengan kehidupan dunia.
Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, mereka sama sekali tidak menghiasi dunia dan tidak pula mengangkatnya, melainkan mereka hanya merasa puas dengan kehidupan dunia, sedangkan mereka melupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada semesta alam ini, karena mereka tidak mau memikirkannya. Mereka pun melalaikan hukum Al­lah yang ada pada syariat agama-Nya. Karena itulah maka tempat kembali mereka kelak di hari kiamat adalah neraka, sebagai pembalasan atas apa yang selama di dunia mereka lakukan, yaitu berupa dosa-dosa, kesalahan-kesalahan, dan kejahatan-kejahatan, di samping kekufuran mereka kepada Allah, Rasul-Nya, dan hari kemudian."

Yunus, ayat 9-10

{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10) }
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah 'Subhanakallahumma', dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'.
Hal ini merupakan kisah tentang keadaan orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul, serta mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka; karenanya mereka mengerjakan amal-amal saleh. Maka Allah memberi petunjuk kepada mereka berkat keimanannya.
Huruf ba yang terdapat pada lafaz bi imanihim adalah sababiyyah (kausalitas). Bentuk lengkapnya ialah 'disebabkan iman mereka di dunia, maka Allah memberi mereka petunjuk pada hari kiamat ke jalan yang lurus'. Allah membimbing mereka menempuhi siratal mustaqim sehingga mereka selamat dan masuk surga.
Tetapi dapat pula diinterpretasikan dengan makna isti'anah, seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. (Yunus: 9) Yakni mereka mempunyai nur (cahaya) yang menerangi jalan mereka (di hari kiamat nanti).
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa amalnya diserupakan dalam bentuk yang indah dan berbau wangi. Apabila orang yang bersangkutan bangkit dari kuburnya, maka amalnya datang menjemputnya dan menyampaikan berita gembira kebaikan kepadanya, sehingga orang yang bersangkutan bertanya, "Siapakah kamu?" Maka amalnya menjawab, "Aku adalah amalmu." Lalu diberikan kepadanya nur yang menyinari bagian depannya hingga memasukkannya ke dalam surga. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. (Yunus: 9) Sedangkan kalau orang kafir, amal perbuatannya diserupakan dalam bentuk yang sangat buruk dan berbau busuk, lalu ia menguntit pemiliknya dan menyesatkannya hingga menjerumuskannya ke dalam neraka.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Qatadah secara mursal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Doa mereka di dalamnya ialah 'Subhahakallahumma', dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'. (Yunus: 10)
Demikianlah keadaan ahli surga.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa ia pernah mendengar suatu riwayat yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Doa mereka di dalamnya ialah 'Subhanakallahumma'. (Yunus: 10) Bahwa apabila lewat di hadapan mereka burung yang mereka ingin memakannya, maka mereka berkata, "Mahasuci Engkau, ya Allah." Itulah doa mereka. Lalu malaikat datang kepada mereka dengan membawa apa yang mereka selerai itu. Malaikat itu mengucapkan salam penghormatan kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Yunus: 10) Dan apabila mereka telah memakannya, maka mereka mengucapkan pujian kepada Tuhannya. Yang demikian itulah makna firman-Nya berikut ini: Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil Alamin'. (Yunus: 10)
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa apabila ahli surga bermaksud meminta makan, maka seseorang dari mereka mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus: 10) Maka bangkitlah sepuluh ribu pelayan untuk melayani seseorang dari mereka, masing-masing membawa piring emas berisikan makanan yang berbeda dengan yang dibawa oleh pelayan lainnya. Lalu ahli surga yang ber­sangkutan memakan semua makanan yang disuguhkan kepadanya itu.
Sufyan As-Sauri mengatakan, bahwa apabila seseorang dari mereka meminta sesuatu, maka ia mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus: 10)
Ayat ini mirip dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا}
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah 'Salam'. (Al-Ahzab: 44), hingga akhir ayat.
{لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26)
{سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}
(Kepada mereka dikatakan) 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58)
{وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ}
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum.” (Ar-Ra'd: 23-24), hingga akhir ayat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'. (Yunus: 10)
Hal ini menunjukkan bahwa hanya Allah Swt. sematalah yang terpuji lagi yang disembah untuk selama-lamanya. Karena itulah maka Allah memuji diri-Nya sendiri di saat mulai menciptakan makhluk dan keberlangsungannya, juga menyebut pujian diri-Nya pada permulaan Kitab-Nya serta pada awal penurunannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ}
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 1)
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 1)
Masih banyak hal lainnya yang panjang keterangannya. Dan bahwa Allah­lah yang terpuji pada permulaan dan akhirnya, dalam kehidupan di dunia dan akhirat serta dalam semua keadaan. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa sesungguhnya ahli surga mendapat ilham untuk ber­tasbih dan bertahmid sebagaimana mereka mendapat ilham untuk ber­napas. Dikatakan demikian tiada lain karena nikmat-nikmat yang diberi­kan oleh Allah Swt. kepada mereka kian hari kian bertambah, sehingga ucapan itu terus berulang-ulang seiring dengan penambahan nikmat kepada mereka, maka tidak ada habis-habisnya dan tidak ada batasannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain-Nya.

Yunus, ayat 11

{وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (11) }
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.
Allah Swt. menyebutkan tentang sifat penyantun dan lemah lembut­Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Dia tidak memperkenankan bagi mereka jika mereka mendoakan kejahatan buat diri mereka sendiri atau harta benda dan anak-anak mereka, di saat mereka sedang marah dan emosi. Allah Swt. pun mengetahui bahwa mereka tidak sengaja melakukan hal itu, karena itulah maka Dia tidak mengabulkan doa mereka, sebagai kasih sayang dan rahmat buat mereka. Perihalnya berbeda jika mereka mendoakan kebaikan, keberkahan, dan kesuburan buat diri, harta benda, dan anak-anak mereka, maka Allah memperkenankannya bagi mereka. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ}
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan ragi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. (Yunus: 11), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, seandainya setiap mereka mendoakan kejahatan dalam hal tersebut diperkenankan oleh Allah, niscaya doanya itu akan membinasakan diri mereka.
Karena itulah tidak diperkenankan banyak melakukan doa seperti itu, seperti apa yang disebutkan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَر، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُجَاهِدٍ أَبُو حَزْرَة عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَدْعُوَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً فِيهَا إِجَابَةٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Mujahid Abu Jazarah, dari Ubadah ibnul Walid; Jabir telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Janganlah mendoakan untuk kebinasaan diri kalian, janganlah mendoakan kecelakaan bagi anak-anak kalian, dan janganlah mendoakan kehancuran bagi harta benda kalian, agar kalian tidak menepati suatu saat ijabah dari Allah, yang karenanya doa kalian diperkenankan.
Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Hatim ibnu Ismail dengan sanad yang sama. Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Ubadah ibnul Walid ibnu Ubadah ibnus Samit Al-Ansari, tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Hal ini semakna dengan firman Allah Swt.:
{وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا}
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. (Al-Isra: 11). hingga akhir ayat.
Mujahid di dalam tafsir ayat ini. yaitu firman-Nya: Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan. (Yunus: 11). hingga akhir ayat. mengatakan bahwa perumpamaannya ialah seperti perkataan seorang tua kepada anaknya atau harta bendanya jika ia marah terhadapnya, "Ya Allah, janganlah Engkau berkati dia, dan laknatilah dia." Seandainya permintaan mereka itu dikabulkan dengan segera sebagaimana dikabulkan bagi mereka dalam hal kebaikan, niscaya akan binasalah mereka.

Yunus, ayat 12

{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (12) }
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Allah Swt. menceritakan tentang manusia menyangkut kegundahan dan kekhawatirannya apabila ditimpa oleh bahaya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ}
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51)
Yaitu banyak melakukan doa. Lafaz 'arid semakna dengan lafaz kasir, yakni banyak. Disebutkan demikian oleh ayat ini karena manusia itu apabila tertimpa oleh malapetaka dan kesusahan, maka ia gelisah dan cemas serta banyak berdoa saat itu. Lalu dia berdoa kepada Allah agar musibah itu dilenyapkan dan dijauhkan darinya, baik dalam keadaan berbaring atau duduk atau berdiri, dan dalam semua keadaan ia selalu berdoa untuk itu. Tetapi apabila Allah melenyapkan musibah dan malapetaka yang menimpanya, maka dengan serta merta ia berpaling dan menjauh dari doanya serta meninggalkan apa yang pernah dilakukannya, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu pun sebelumnya.
{مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Kemudian Allah Swt. mencela orang yang bersifat demikian dan mempunyai watak seperti itu melalui firman-Nya:
{كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus: 12)
Adapun orang yang telah dianugerahi oleh Allah hidayah, taufik, bimbingan, dan penyuluhan, maka dia termasuk orang yang dikecualikan dari hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh (Hud: 11)
Juga seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya:
"عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ: إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ"، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ.
Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Al­lah menakdirkan sesuatu bagi dirinya melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kegembiraan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang mukmin.

Yunus, ayat 13-14

{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13) ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلائِفَ فِي الأرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (14) }
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kalian, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.
Allah Swt. menceritakan perihal apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu karena mereka mendustakan keterangan-keterangan dan hujah-hujah yang jelas yang disampaikan oleh rasul-rasul mereka. Kemudian Allah mengganti mereka dengan kaum lain sesudah mereka, mengutus seorang rasul kepada mereka untuk dilihat sampai di mana ketaatan mereka kepadanya, dan apakah mereka mau mengikuti Rasul-Nya.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Abu Nadrah. dari Abu Sa'id, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرة، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَنَاظِرٌ مَاذَا تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ"
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah akan mengganti kalian (dengan kaum yang lain), agar Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Maka hindarilah dunia dan hindarilah pula wanita, karena sesungguhnya fitnah yang mula-mula melanda kaum Bani Israil bersumber dari wanita.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Auf Abu Rabi'ah; dan telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila; Auf ibnu Malik berkata kepada Abu Bakar bahwa dalam mimpinya ia melihat seakan-akan ada tangga yang dijulurkan dari langit. Lalu Rasulullah Saw. menaikinya, kemudian tangga itu dijulurkan kembali dan naiklah Abu Bakar. Kemudian orang-orang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar, lalu mereka memberikan jarak tiga hasta kepada Umar. Maka Umar berkata, "Tinggalkanlah kami dari impianmu itu, kami tidak memerlukannya." Ketika Umar menjadi khalifah, ia berkata, "Hai Auf, ceritakanlah kembali mimpimu itu." Auf berkata, "Bukankah engkau tidak memerlukan mimpiku, dan bukankah engkau dahulu melarangku menceritakannya?" Umar menjawab, "Celakalah kamu, sesungguhnya aku tidak suka bila engkau mengucapkan belasungkawa kepada khalifah rasulullah”. Lalu Auf menceritakan kembali mimpinya itu. Ketika kisahnya sampai pada orang-orang yang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar selebar tiga hasta, maka Auf berkata.”Adapun salah satunya, maka dia adalah seorang khalifah, dan yang keduanya adalah orang yang tidak takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah, sedangkan yang ketiganya adalah orang yang mati syahid." Auf membacakan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat. (Yunus: 14) "Sekarang engkau telah menjadi khalifah, hai Umar, maka perhatikanlah apa yang akan kamu perbuat?"
Adapun mengenai ucapannya 'sesungguhnya aku tidak pernah takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah', maka hal itu hanya menyangkut apa yang telah dikehendaki oleh-Nya. Sedangkan mengenai ucapan dia yang mengatakan syahid, maka mana mungkin bagi Umar mati syahid, sedangkan kaum muslim meliputi dirinya?

Yunus, ayat 15-16

{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15) قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (16) }
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah dia.” Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).” Katakanlah, ' 'Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kahan dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepada kalian.” Sesungguh­nya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya?
Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrik Quraisy yang ingkar lagi berpaling dari-Nya. Mereka itu apabila dibacakan Kitabullah dan hujah-hujah yang jelas oleh Rasulullah Saw., maka mereka mengatakan:
{ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا}
Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini. (Yunus: 15)
Maksudnya, kembalikanlah yang ini dan datangkanlah kepada kami yang lainnya dari jenis yang berbeda, atau gantilah dengan yang isinya tidak seperti ini. Maka Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
{قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي}
Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihakku sendiri.” (Yunus: 15)
Yakni hal ini bukan dikembalikan kepadaku, karena sesungguhnya aku hanyalah semata-mata seorang hamba yang diperintah dan seorang rasul yang ditugaskan untuk menyampaikan ini dari Allah.
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (Kiamat) (Yunus : 15)
Kemudian Allah Swt. berfirman mengemukakan hujah yang menguatkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasul kepada mereka:
{قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ}
Katakanlah.”Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberi­tahukannya kepada kalian.” (Yunus: 16)
Dengan kata lain. sesungguhnya aku menyampaikan ini kepada kalian hanyalah atas dasar izin dari Allah yang diberikan-Nya kepadaku, dan atas kehendak dan kemauan-Nya. Sebagai bukti bahwa aku bukanlah yang membuat-buatnya (Al-Qur'an) dari diriku sendiri, bukan pula aku yang mengada-adakannya, ialah kalian tidak mampu menandinginya. Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui kejujuran dan kebenaranku sejak aku tumbuh besar di kalangan kalian sampai dengan Allah mengangkatku menjadi seorang rasul. Janganlah kalian menentangku dan menjelek-jelekkan diriku. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya? (Yunus: 16)
Maksudnya, bukankah kalian berakal yang dengannya kalian dapat mengenal antara yang hak dan yang batil? Karena itulah ketika Heraklius, Raja (Kaisar) Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya mengenai sifat dan ciri khas Nabi Saw., yaitu, "Apakah kalian menuduhnya pernah berkata dusta sebelum dia mengucapkan apa yang telah disampaikannya itu?" Abu Sufyan menjawab, "tidak." Padahal Abu Sufyan saat itu adalah pemimpin orang-orang kafir dan gembong kaum musyrik; sekalipun demikian, dia mengakui kebenaran.
Dan kesaksian yang diutarakan oleh bekas musuh itu mengandung nilai lebih yang tersendiri.
Maka Heraklius berkata kepada Abu Sufyan, "'Sesungguhnya aku pun mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang suka berdusta kepada orang lain, yang karenanya lalu ia akan berdusta kepada Allah."
Ja'far ibnu Abu Talib berkata kepada Raja "Negus, raja negeri Habsyah (Etiopia), "Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang kami kenal kebenarannya, nasabnya, dan kejujurannya. Masa tinggal beliau Saw. bersama kami sebelum diangkat menjadi seorang nabi adalah empat puluh tahun."
Menurut riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnul Musayyab disebutkan empat puluh tiga tahun. Pendapat yang terkenal adalah yang pertama, lagi pula pendapat ini merupakan pendapat yang sahih.

Yunus, ayat 17

{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ (17) }
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.
Allah Swt. berfirman bahwa tidak ada seorang pun yang lebih aniaya, tidak pula yang lebih angkara murka, dan tidak pula yang lebih jahat:
{مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. (Yunus: 17)
Yakni membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Dan tidak ada seorang pun yang dosanya lebih besar dan kejahatannya lebih parah daripada orang seperti itu. Orang seperti itu tidaklah samar perkaranya bagi orang bodoh sekalipun, karena mana mungkin orang seperti itu serupa dengan para Nabi. Seseorang yang mengucapkan kata-kata seperti itu, baik dia benar atau dusta, pasti Allah akan menegakkan hujah-hujah yang menunjukkan akan kebenaran atau kedustaannya dengan bukti-bukti yang lebih jelas daripada matahari.
Sesungguhnya perbedaan antara Nabi Muhammad Saw. dan Musailamah Al-Kazzab bagi orang yang menyaksikan keduanya akan lebih jelas baginya daripada membedakan antara waktu duha (siang hari) dengan pertengahan malam hari yang gelap gulita. Orang yang menyaksikan ciri-ciri khas keduanya melalui sepak terjang dan ucapan-ucapanma —bagi orang yang mempunyai pandangan hati— akan menyimpulkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. dan kedustaan Musailamah Al-Kazzab serta lain-lainnya yang semisal, seperti Sajjah dan Al-Aswad Al-Anasi.
Abdullah ibnu Salam mengatakan, "Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, orang-orang (Yahudi) merasa tidak senang dengan kehadirannya, dan aku termasuk salah seorang yang tidak senang. Ketika aku melihatnya langsung, aku menyimpulkan bahwa dia (Nabi Saw.) bukanlah orang yang berpenampilan seperti orang yang pendusta."
Abdullah ibnu Salam melanjutkan kisahnya, bahwa ucapan Nabi Saw. yang mula-mula didengarnya ialah sabdanya:
"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، [وَصِلُوا الْأَرْحَامَ] وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ".
Hai manusia, seharkanlah salam, berilah makan orang-orang yang miskin, hubungkanlah silaturahmi, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang lelap dalam tidurnya, niscaya kalian masuk surga dengan sejahtera.
Ketika delegasi yang dipimpin oleh Dammam ibnu Sa'labah sebagai utusan dari kaumnya (yaitu Bani Sa'd ibnu Bakar) datang kepada Rasulullah Saw., di antara pertanyaan yang diajukan oleh Dammam kepada Rasulullah Saw. ialah, "Siapakah yang meninggikan langit ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Siapakah yang menghamparkan bumi ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Demi Tuhan yang telah meninggikan langit ini, yang telah memancangkan gunung-gunung ini, dan yang telah menghamparkan bumi ini, apakah Allah yang telah mengutusmu kepada seluruh umat manusia?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, Allah, memang benar."
Kemudian Dammam bertanya kepada Nabi Saw. tentang salat, zakat, haji, dan puasa; pada setiap pertanyaan Dammam mengajukan sumpah tersebut, dan Rasulullah Saw. mengucapkan sumpah itu kepada Dammam. Maka Dammam berkata, "Engkau benar, demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, aku tidak akan menambahi dan mengurangi dari hal tersebut."
Ternyata Dammam percaya kepada Rasulullah Saw. hanya dengan cara itu, dan dia telah merasa yakin kepada Rasulullah Saw. melalui dalil-dalil yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri dari diri Rasulullah Saw.
Hissan ibnu Sabit mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
لَو لَمْ تَكُن فِيهِ آياتٌ مُبَيّنة كَانَتْ بَديهَتُه  تَأتيكَ بالخَبَرِ
Sekalipun dia (Nabi Saw.) tidak membawa ayat-ayat yang jelas, maka dari penampilannya saja sudah cukup membawa kebaikan bagimu.
Adapun Musailamah, apabila orang yang menyaksikannya itu mempunyai pandangan hati, pasti akan mengetahui keadaan yang sebenarnya, melalui ucapan-ucapannya yang rapuh lagi tidak fasih dan melalui perbuatan-perbuatannya yang tidak baik. bahkan jelek, serta ucapan-ucapan yang dibuat-buatnya yang menyebabkan dia kekal di dalam neraka kelak pada hari penyesalan dan permaluan.
Alangkah jauhnya perbedaan antara firman Allah Swt. yang mengatakan:
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ}
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk)-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al-Baqarah: 255). hingga akhir ayat.
dengan perkataan-perkataan Musailamah —semoga Allah memburukkan dan melaknatinya— berikut ini:
"يَا ضُفْدَعُ بِنْتَ  الضُّفْدَعَيْنِ، نَقِّي كَمَا تُنَقِّينَ لَا الْمَاءُ تُكَدِّرِينَ، وَلَا الشَّارِبُ تَمْنَعِينَ". وَقَوْلُهُ -قُبّح وَلُعِنَ -: "لَقَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى الْحُبْلَى، إِذْ أَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمة تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاق وحَشَى". وَقَوْلُهُ -خَدّره اللَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، وَقَدْ فَعَلَ -: "الْفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ؟ لَهُ زُلقُومٌ  طَوِيلٌ" وَقَوْلُهُ -أَبْعَدَهُ اللَّهُ مِنْ رَحْمَتِهِ: "وَالْعَاجِنَاتِ عَجْنًا، وَالْخَابِزَاتِ خَبْزًا، وَاللَّاقِمَاتِ لَقْمًا، إِهَالَةً وَسَمْنًا، إِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ"
Hai katak, anak sepasang katak, bersuaralah, berapa banyak kamu bersuara, tetapi kamu tidak dapat mengeruhkan air dan tidak pula dapat mencegah orang yang meminumnya.
Allah melimpahkan nikmat kepada wanita yang mengandung, bila Dia melahirkan darinya seorang manusia yang dapat berjalan, yaitu dari selangkangan dan perutnya.
Gajah, tahukah kamu apakah gajah itu, gajah mempunyai belalai yang panjang.
Bahan-bahan roti yang telah dijadikan adonan, dan roti-roti yang telah dipanggang, dan makanan-makanan yang telah disuap, lauk pauk dan saminnya, demi semuanya, sesungguhnya orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.
Dan perkataan Musailamah lainnya, yang tidak lain mengandung berbagai macam khayalan dan igauan serta khurafat sehingga anak-anak kecil pun tidak mau mengucapkannya melainkan dengan nada sinis dan mengejek. Karena itulah Allah menghinakannya dan membuatnya mati terhina dalam Perang Al-Hadiqah, sehingga tercabik-cabiklah kekuatannya. Ia bahkan dilaknat oleh teman-temannya dan keluarga­nya sendiri yang datang kepada Khalifah Abu Bakar dalam keadaan bertobat; mereka datang dengan penuh harapan untuk memeluk agama Islam.
Ketika Khalifah Abu Bakar r.a. meminta mereka untuk membacakan kepadanya sesuatu yang pernah dikatakan oleh Musailamah, mereka meminta Khalifah Abu Bakar agar tidak usah disebutkan karena memalukan. Akan tetapi, Khalifah Abu Bakar tetap bersikeras meminta agar mereka mengucapkannya, supaya didengar oleh orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Dengan demikian, mereka akan mengetahui keutamaan hidayah dan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an yang jauh lebih utama daripada apa yang dikatakannya. Lalu mereka membacakan apa yang telah kami sebutkan di atas dan hal-hal lainnya yang serupa.
Setelah mereka selesai membacakannya, maka Khalifah Abu Bakar berkata kepada mereka, "Celakalah kalian, kalian buang ke mana akal kalian? Demi Allah, kata-kata seperti itu hanya pantas keluar dari pantat."
Diceritakan bahwa Amr ibnul As menjadi delegasi untuk menghadap Musailamah yang telah menjadi temannya sejak zaman Jahiliah, saat itu Amr ibnul As belum masuk Islam. Lalu Musailamah berkata kepadanya, "Celakalah engkau, hai Amr, apakah yang telah diturunkan kepada teman kamu —maksudnya Nabi Saw.— dalam masa sekarang ini?" Maka Amr menjawab, "Sesungguhnya aku mendengar sahabat-sahabatnya membacakan surat yang besar tetapi pendek." Musailamah bertanya, "Bagaimanakah bunyinya?" Amr membacakan firman-Nya:
{وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-Asr: 1-2 , hingga akhir surat.
Kemudian Musailamah berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku pun baru menerima hal yang semisal yang telah diturunkan kepadaku." Amr bertanya, "Coba sebutkan."' Musailamah berkata:
"يَا وَبْرُ إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكَ حَقْرٌ نَقْر، كَيْفَ تَرَى يَا عَمْرُو؟ "
Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya engkau hanyalah sepasang telinga dan dada, sedangkan anggotamu yang lain kecil lagi pendek. Bagaimanakah menurutmu, hai 'Amr?
Amr menjawab kepada Musailamah, "Demi Allah, sesungguhnya engkau benar-benar mengetahui bahwa aku mengetahui bahwa engkau dusta." Apabila penilaian ini dari seorang musyrik di saat ia dalam kemusyrikan­nya, berarti tidaklah samar baginya keadaan Nabi Muhammad Saw. dan kebenarannya, serta keadaan Musailamah dan kedustaannya. Terlebih lagi menurut penilaian orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati yang tajam. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنزلُ مِثْلَ مَا أَنزلَ اللَّهُ}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, " padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Al-An'am: 93)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ}
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. (Yunus: 17)
Demikian pula halnya orang yang mendustakan kebenaran yang disampaikan oleh para rasul, padahal hujah-hujah (bukti-bukti)nya telah jelas baginya. Sebagai jawabannya dikatakan, "Tentu saja tiada yang lebih zalim dari orang seperti itu," seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis:
"أَعْتَى النَّاسِ عَلَى اللَّهِ رجلٌ قَتَلَ نَبِيًّا، أَوْ قَتَلَهُ نَبِيٌّ"
Orang yang paling dimurkai oleh Allah ialah seseorang yang membunuh nabi atau dibunuh oleh nabi.

Yunus, ayat 18-19

{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18) وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19) }
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Allah Swt. mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah nanti. Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:

{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di bumi?".
Kemudian Allah membersihkan diri-Nya Yang Mahamulia dari kemusyrikan mereka dan kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada; dan seluruh manusia itu pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya memeluk agama Islam.
Kemudian terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala, sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}
yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.
Yakni seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang me­nyatakan bahwa Dia tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah terhadap diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguh­kan makhluk-Nya sampai dengan masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada, niscaya Dia langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah orang-orang yang kafir.

Yunus, ayat 20

{وَيَقُولُونَ لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20) }
Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya katakanlah, "Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah. Sebab itu, tunggu (sajalah) oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.”
Orang-orang kafir pendusta dan pengingkar itu mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mereka bermaksud seperti apa yang telah diberikan kepada kaum Samud —yaitu unta Nabi Saleh— atau Muhammad dapat mengubah Bukit Safa menjadi emas. atau menggeserkan dari mereka bukit-bukit Mekah dan menggantikannya dengan taman-taman dan sungai-sungai, atau hal lainnya yang semacam, yang Allah mampu melakukannya.
Akan tetapi, Allah Mahabijaksana dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا}
Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan­Nya bagimu yang lebih baik daripada yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan­Nya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 10-11)
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-or­ang dahulu. (Al-Isra: 59). hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya sunnah-Ku (ketetapan-Ku) terhadap makhluk-Ku ialah apabila Aku berikan kepada mereka apa yang mereka minta itu, mendingan jika mereka beriman kepadanya, tetapi jika mereka tidak beriman kepadanya, niscaya Aku segerakan siksaan-Ku terhadap mereka."
Karena itulah ketika Rasulullah Saw. disuruh memilih antara memberikan kepada mereka apa yang mereka minta dengan syarat mereka harus beriman—jika tidak beriman, maka mereka akan diazab— dan antara menangguhkan mereka, maka Rasulullah Saw. memilih penangguhan bagi mereka. Itulah sikap Rasul Saw. kepada umatnya, beliau sangat penyantun terhadap mereka. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya dalam menjawab permintaan mereka melalui firman-Nya:
{فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah.” (Yunus: 20)
Dengan kata lain, semua perkara itu adalah kepunyaan Allah, Dia mengetahui akibat dari semua urusan.
{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}
sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus: 20)
Maksudnya, jika kalian tidak mau beriman sebelum kalian menyaksikan apa yang kalian minta, maka tunggulah keputusan Allah tentang aku dan kalian. Padahal mereka telah menyaksikan sebagian dari mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Saw. kepada mereka, bahkan hal itu jauh lebih besar daripada apa yang mereka minta. Yaitu ketika Nabi Saw. berada di hadapan mereka, lalu mengisyaratkan tangannya ke arah bulan di malam purnama, maka bulan itu terbelah menjadi dua; yang satu berada di belakang bukit, sedangkan yang lainnya berada di hadapan bukit. Hal ini lebih besar daripada semua mukjizat bumi yang pernah mereka minta dan yang tidak mereka minta. Seandainya Allah mengetahui bahwa mereka meminta hal tersebut dengan permintaan ingin mendapat hidayah dan bukti penguat, niscaya Dia mengabulkan permintaan mereka. Akan tetapi. Allah Swt. mengetahui bahwa mereka meminta hanya semata-mata terdorong oleh keingkaran mereka dan ingin menguji. Karena itulah Allah membiarkan mereka dalam keraguannya. Dan Allah mengetahui bahwa tidak ada seorang pun dari mereka yang mau beriman, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.
Juga karena di dalam diri mereka yang tidak mau beriman terdapat kesombongan yang tinggi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ}
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu (pintu-pintu) langit. (Al-Hijr: 14), hingga akhir ayat berikutnya.
{وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ}
Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur. (Ath-Thur: 44), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ نزلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (Al-An'am: 7)
Orang-orang seperti itu permintaan mereka tidak usah dijawab (diperkenankan) karena tidak ada gunanya. Permintaan mereka hanya berdasarkan pada keingkaran dan pembangkangannya, karena kedurhakaan dan kerusakan yang ada dalam diri mereka sudah terlalu parah. Sebab itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}
sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus: 20)

Yunus, ayat 21-23

{وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ (21) هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (23) }
Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah, ”Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu daya kalian. Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamat­kan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri; (hasil kezaliman kalian) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kalian kembali, lalu Kami kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila manusia beroleh rahmat sesudah bencana menimpa mereka, misalnya kemakmuran sesudah paceklik, kesuburan sesudah tandus, dan hujan sesudah kekeringan, serta lain sebagainya:
{إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا}
tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 21)
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan tipu daya di sini ialah mengejek dan mendustakan ayat-ayat Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. (Yunus: 12). hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. salat Subuh bersama mereka sesudah turun hujan pada malam harinya, kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kalian tadi malam?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:
"قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطرنا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ".
Allah berfirman: "Pagi hari ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, " maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang (yang menandai akan turunnya hujan). Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu, " maka dia adalah orang yang kafir terhadap­Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”
*******************
Firman Allah Swt.:
{قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا}
Katakanlah, "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” (Yunus: 21)
Yakni lebih licin dalam memberikan istidraj dan penangguhan-Nya, sehingga orang berdosa -yang bersangkutan- menduga bahwa dirinya tidak akan diazab, melainkan masih diberi masa tangguh, kemudian Allah mengazabnya di saat ia sedang lalai. Para malaikat pencatat amal perbuatan telah mencatat semua yang dikerjakannya secara rinci, lalu mereka menyerahkannya kepada Tuhan Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Maka Dia memberikan pembalasan-Nya kepada orang yang bersangkutan atas semua amal perbuatannya, baik yang besar maupun yang kecil tanpa ada yang kelewat.
Dalam firman selanjutnya Allah Swt. berkata:
{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)
Artinya. Dia menjaga dan memelihara kalian.
{حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا}
Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. (Yunus: 22)
Yakni bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba:
{جَاءَتْهَا} أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ {رِيحٌ عَاصِفٌ}
datanglah angin badai menerpanya. (Yunus: 22)
Bahtera itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:
{وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
dan gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus: 22)
Laut menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.
{وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ}
dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). (Yunus: 22)
Yakni mereka merasa dirinya pasti binasa.
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Yunus: 22)
Maksudnya, dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu sekutu pun, bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا}
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ} أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ {لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)
Yakni kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan Engkau dalam doa kami di sini.
*******************
Allah Swt. berfirman:
{فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ}
Maka setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus: 23)
Yaitu dari keadaan bahaya tersebut.
{إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ}
tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)
seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ}
Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)
Artinya, sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian sendiri, dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".
Tiada suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
(hasil kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)
Artinya, sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang rendah lagi hina itu.
{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ}
kemudian kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus: 23)
Yakni hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.
{فَنُنَبِّئُكُمْ}
lalu Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus: 23)
Yakni kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela kecuali hanya kepada dirinya sendiri.

Yunus, ayat 24-25

{إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (24) وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25) }
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasan­nya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanaman) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
Allah Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.
{حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا}
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)
Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.
{وَازَّيَّنَتْ}
dan memakai (pula) perhiasannya. (Yunus: 24)
Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.
{وَظَنَّ أَهْلُهَا} الَّذِينَ زَرَعُوهَا وَغَرَسُوهَا {أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا}
dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)
Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا}
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit. (Yunus: 24)
Yakni menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.
{كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ}
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus: 24)
Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu.
Menurut Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada.
Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"
(Kelak di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan? Dan apakah kamu pernah mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga) sekali masuk. Sesudah itu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?” Maka dia menjawab, "Tidak.”
Dan Allah Swt. telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa:
{فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Hud: 67-68)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami). (Yunus: 24)
Maksudnya, begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil:
{لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
kepada orang-orang yang berpikir. (Yunus: 24)
agar mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya, merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang menghindarinya.
Allah Swt. telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Swt. telah berfirman:
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Demikian pula yang terdapat di dalam surat Az-Zumar dan Al-Hadid, Allah membuat perumpamaan untuk kehidupan dunia dengan hal tersebut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Marwan ibnul Hakam membaca ayat berikut di atas mimbarnya, yaitu firman Allah Swt.: dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya; dan tidak sekali-kali Allah membinasakannya melainkan karena dosa para pemiliknya. Kemudian Marwan berkata, "Saya biasa membacanya seperti ini, tetapi ia (tambahannya) tidak terdapat di dalam mushaf." Maka Abbas ibnu Abdullah ibnu Abbas berkata, "Begitu pula yang biasa dibacakan oleh Ibnu Abbas." Lalu mereka mengirimkan utusan kepada Ibnu Abbas untuk menanyakannya, maka Ibnu Abbas menjawab, "Begitulah yang dibacakan kepadaku oleh Ubay ibnu Ka'b."
Ini adalah qiraat yang gharib, seakan-akan kalimat tersebut ditambahkan sebagai tafsirannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ}
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25)
Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)
Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:
"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."
Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:
"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”
Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".
Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”
Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Yunus, ayat 26

{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (26) }
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
Allah Swt. memberitahukan pahala bagi orang yang berbuat baik dalam amalnya selama di dunia ini, yaitu beriman dan beramal saleh, bahwa mereka mendapat balasan yang baik di negeri akhirat nanti. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَزِيَادَة}
dan tambahannya. (Yunus: 26)
Maksudnya, pahala amal yang baik itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat kebaikan sampai dengan tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dari itu. Balasan kebaikan itu mencakup semua kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada ahli surga di dalam surga, berupa gedung-gedung, bidadari-bidadari yang bermata jeli, rida Allah kepada mereka, dan apa yang disimpan oleh Allah buat mereka berupa hal-hal yang menyejukkan hati dan pandangan mata. Dan yang paling utama di antara semua nikmat surgawi itu ialah memandang kepada Zat Allah Swt. Yang Mahamulia. Sesungguhnya nikmat ini jauh lebih besar daripada semua yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka; mereka sebenarnya tidak berhak mendapatkannya karena amal perbuatan mereka, melainkan berkat kemurahan dan rahmat dari Allah semata.
Sehubungan dengan tafsir makna ayat ini yang diinterpretasikan dengan pengertian memandang Zat Allah Yang Mahamulia, telah diriwayatkan dari Abu Bakar As-Siddiq, Huzaifah ibnul Yaman, Abdullah ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Abdur Rahman ibnu Abu Laila, Abdur Rahman ibnu Basit, Mujahid, Ikrimah, Amir ibnu Sa'd, Ata, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf.
Sehubungan dengan hal ini, banyak hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang menerangkannya, antara lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، أَخْبَرَنَا حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ صُهَيْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} وَقَالَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، نَادَى مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجِزَكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُثقِّل مَوَازِينَنَا، وَيُبِيِّضْ وُجُوهَنَا، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَيُزَحْزِحْنَا مِنَ النَّارِ؟ ". قَالَ: "فَيَكْشِفُ لَهُمُ الْحِجَابَ، فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمُ اللَّهُ شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَلَا أَقَرَّ لِأَعْيُنِهِمْ"
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Suhaib r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Lalu beliau Saw. bersabda: Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka ada suara yang menyerukan, "Hai ahli surga, sesungguhnya Allah telah menjanjikan suatu janji kepada kalian, sekarang Dia hendak menunaikannya kepada kalian. Mereka berkata, "Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan amal kami, bukankah Allah telah membuat wajah kami menjadi putih dan memasukkan kami ke dalam surga serta menyelamatkan kami dari neraka?” Dilanjutkan bahwa lalu Allah membuka hijab-Nya bagi mereka, maka mereka dapat memandang kepada Allah. Demi Allah, Allah belum pernah memberikan suatu nikmat yang lebih mereka sukai daripada memandang Dzat-Nya, dan tidak (pula) lebih menyenangkan mata (hati) mereka (selain dari memandang kepada Dzat Allah).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sejumlah orang dari kalangan para imam melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: أَخْبَرَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنَا شَبِيبٌ، عَنْ أَبَانٍ عَنْ أَبِي تَمِيمَة الهُجَيْمي؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُنَادِيًا يُنَادِي: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ -بصَوْت يُسْمعُ أوَّلهم وَآخِرَهُمْ -: إِنَّ اللَّهَ وَعْدَكُمُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةً، الْحُسْنَى: الْجَنَّةُ. وَزِيَادَةٌ: النَّظَرُ إِلَى وَجْهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dan telah menceritakan kepadaku Syabib, dari Aban, dari Abu Tamimah Al-Hijaimi, bahwa ia pernah mendengar Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Sesungguhnya Allah pada hari kiamat nanti memerintahkan juru penyeru untuk menyerukan, "Hai penduduk surga —dengan suara yang dapat didengar oleh mereka semua dari awal hingga akhirnya—, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian pahala yang terbaik dan tambahannya. Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah memandang kepada Dzat Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Bakar Al-Huzali, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mukhtar, dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ka'b ibnu Ujrah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: (Tambahannya ialah) memandang kepada Zat Allah Swt.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Salamah, bahwa ia pernah mendengar Zahir mengatakan dari orang yang mendengarnya dari Abul Aliyah, telah menceritakan kepada kami Ubay ibnu Ka'b, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai firman Allah Swt. berikut: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah memandang kepada Zat Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ}
Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam. (Yunus: 26)
Yakni kegelapan dan kehitaman di Padang Mahsyar, seperti yang dialami oleh orang-orang kafir lagi pendurhaka, maka wajah mereka hitam lagi kotor oleh debu yang hitam.
{وَلا ذِلَّةٌ}
dan tidak (pula) kehinaan. (Yunus: 26)
Maksudnya, kehinaan dan diremehkan. Dengan kata lain, keadaan mereka —baik lahir maupun batinnya— tidak terkena kehinaan, bahkan keadaan mereka adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا}
Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Al-Insan: 11)
Yaitu kesegaran dalam wajah mereka dan kegembiraan dalam kalbu mereka. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka berkat kemurahan dan rahmat-Nya, amin.

Yunus, ayat 27

{وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (27) }
Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Setelah Allah menceritakan perihal orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang dilipatgandakan amal-amal baiknya dan diberi tambahan selain dari itu, maka Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang celaka.
Melalui ayat ini Allah menyebutkan perihal keadilan-Nya terhadap mereka, dan bahwa Dia memberikan balasan kejahatan mereka dengan pembalasan yang setimpal tanpa dilebihkan dan tanpa dilipatgandakan.
وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
dan mereka ditutupi oleh kehinaan. (Yunus: 27)
Yakni kehinaan menyelimuti diri mereka karena perbuatan maksiat mereka dan karena ketakutan mereka terhadap perbuatan maksiatnya sendiri, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ}
Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam ke­adaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45), hingga akhir ayat.
{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ * مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ * وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَاب}
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 42-43). hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ}
Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. (Yunus: 27)
Artinya, tiada pelindung dan tiada pembela yang menyelamatkan mereka dari azab Allah. Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
  {يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ * كَلا لَا وَزَرَ * إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}
Pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12)
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا}
Seakan-akan muka mereka ditutupi. (Yunus: 27), hingga akhir ayat.
Hal ini menceritakan tentang hitamnya wajah mereka kelak di hari kemudian, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ * وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, ada pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan ”Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.”Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 106-107)
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ}
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria; dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu ('Abasa: 38-40)

Yunus, ayat 28-30

{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ (28) فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ (29) هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (30) }
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan "Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu.” Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, "Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami. Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kalian (kepada kami).” Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu; dan mereka dikembalikan kepada Allah — Pelindung mereka yang sebenarnya— dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.
Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ}
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka. (Yunus: 28)
Yakni semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; sama halnya dengan yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا}
dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ}
kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutu­kan (Tuhan). (Yunus: 28), hingga akhir ayat.
"Tetaplah kalian bersama mereka di suatu tempat yang tertentu, dan memisahlah kalian dari orang-orang mukmin." Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat." (Yasin: 59)
{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}
Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14)
Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ}
Pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum: 43)
Yakni mereka menjadi terpisah-pisah. Hal ini terjadi bila Tuhan datang untuk memutuskan peradilan di antara mereka. Sebelum itu orang-orang mukmin meminta syafaat kepada Allah Swt. agar Dia datang untuk memutuskan perkara dan membebaskan mereka dari Padang Mahsyar yang menyengsarakan itu.
Di dalam suatu hadis disebutkan:
"نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ على كَوْم فوق الناس.
Kami pada hari kiamat berada di atas bukit di atas semua manusia.
Melalui ayat ini Allah menceritakan bahwa di hari kiamat kelak Dia berseru kepada orang-orang musyrik dan berhala-berhala mereka, yaitu:
{مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ}
Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu. Lalu Kami pisahkan mereka. Yunus: 28 , hingga akhir ayat.
Lalu sekutu-sekutu itu mengingkari penyembahan mereka dan berlepas diri dari penyembahan mereka, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{ [كَلا] سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا} الْآيَةَ.
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82). hingga akhir ayat.
{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا}
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya. (Al-Baqarah: 166)
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenan­kan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka. (Al-Ahqaf: 5-6), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt. dalam ayat surat ini menceritakan perkataan sekutu-sekutu itu dalam jawabannya terhadap pengakuan yang diutarakan oleh para pemujanya, yaitu:
{فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ}
Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian (Yunus: 29), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, kami tidak merasakan adanya penyembahan kalian kepada kami dan kami tidak mengetahuinya; karena sesungguhnya kalian menyembah kami hanyalah di saat kami tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka cukuplah Allah sebagai saksi antara kami dan kalian, bahwa kami sekali-kali tidak pernah menyeru kalian untuk menyembah kami, tidak pernah pula kami memerintahkan kepada kalian untuk itu, tidak pula kami rela bila kalian melakukannya terhadap kami.
Di dalam kandungan makna ayat ini terkandung pengertian kecaman yang keras terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang me­nyembah Allah dengan yang lain-Nya, padahal selain Allah itu tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membela dirinya dari mereka barang sedikit pun. Allah sama sekali tidak memerintahkan mereka untuk melakukan persekutuan itu, tidak meridainya, tidak pula menghendakinya. Bahkan sembahan-sembahan itu sendiri berlepas diri dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan pengakuannya.
Mereka meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha-hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, lagi Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahakuasa atas segala sesuatu, dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang isinya memerintahkan penyembahan kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu." Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. (An-Nahl: 36)
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku. maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25)
{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)
Orang-orang musyrik itu bermacam-macam golongannya, mereka terdiri atas berbagai golongan. Allah telah menyebutkan mereka di dalam Kitab­Nya, juga menjelaskan sepak terjang serta ucapan-ucapan mereka, dan Allah menjawab mereka dengan jawaban yang mematahkan semua alasan mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}
Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri merasakan pem­balasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Yakni di Padang Mahsyar tempat mereka berhenti menjalani hisab di hari kiamat, setiap diri diuji dan mengetahui semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya dahulu, amal baik dan amal buruknya. Ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)

{يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ}
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)
{وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا}
Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Isra: 13-14)
Sebagian ulama ada yang telah membacanya dengan bacaan berikut:
{هُنَالِكَ تَتْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}
Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri membaca dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Sebagian ulama menafsirkannya dengan pengertian membaca (yakni buku catatan amal perbuatannya). Sedangkan sebagian ulama lain menafsirkannya dengan pengertian 'mengikuti', yakni mengikuti amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya. Dan sebagian ulama lainnya lagi menafsirkannya dengan hadis yang mengatakan:
"تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تعبد، فيتبع من كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ الشَّمْسَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ"
Sungguh setiap umat akan mengikuti apa yang biasa disembahnya. Maka orang yang menyembah matahari akan menyikuti matahari, orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan, dan orang yang dulunya menyembah Tagut akan mengikuti Tagut, hingga akhir hadis.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
dan mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya. (Yunus: 30)
Artinya, semua urusan dikembalikan kepada Allah, Hakim Yang Mahaadil. Maka Dialah yang akan memutuskannya dan memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka.
{وَضَلَّ عَنْهُمْ}
dan lenyaplah dari mereka. (Yunus: 30)
Yakni lenyaplah dari orang-orang musyrik itu.
{مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
apa yang mereka ada-adakan. (Yunus: 30)
Maksudnya, segala sesuatu yang dahulu mereka sembah selain Allah sebagai kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap Allah.

Yunus, ayat 31-33

 {قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا (31) فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ (32) كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (33) }
Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, "Allah.” Maka katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?” Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Tuhan kalian yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan, maka bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)?” Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya mereka tidak beriman.
Allah Swt. mengemukakan hujah-Nya terhadap orang-orang musyrik, bahwa sebenarnya mereka mengakui akan keesaan Allah dan ketunggalan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi." (Yunus: 31)
Yakni siapakah yang menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tanam-tanaman dari bumi. Bumi itu terbelah dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, lalu keluarlah darinya biji-bijian, anggur, batang-batang pohon, zaitun, kurma, dan taman-taman yang subur serta buah-buahan dan rumput-rumputan; apakah ada Tuhan selain Allah? Mereka pasti menjawab bahwa yang melakukan semuanya itu adalah Allah. Sama halnya seperti yang dinyatakan dalam ayat lain:
{أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ}
Atau siapakah dia ini yang memberi kalian rezeki jika Allah menahan rezekiNya (Al Mulk- 21)
Adapun firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan. (Yunus: 31)
Maksudnya. Dialah Allah yang telah memberikan kepada kalian indera pendengaran dan penglihatan. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia melenyapkannya dan mencabutnya dari kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman Allah Swt.:
{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}
Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan.” (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian.” (Al-An'am: 46)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ}
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yunus: 31)
Yakni berkat kekuasaan-Nya Yang Mahabesar dan karunia-Nya yang menyeluruh. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai hal ini dan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semuanya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ}
dan siapakah yang mengatur segala urusan. (Yunus: 31)
Yakni siapakah yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu serta yang memilikinya; dan yang memberikan perlindungan, sedangkan Dia tidak memerlukan perlindungan. Siapakah pula yang mengatur dan yang memutuskan hukum tanpa ada akibat pertanyaan bagi keputusan hukum­Nya; serta tiada yang menanyakan tentang apa yang diperbuat-Nya, sedangkan mereka akan dimintai pertanggungjawabannya? Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu:
{يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ}
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminia kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29)
Seluruh alam semesta —baik yang di atas maupun yang di bawah— serta semua yang ada pada keduanya dari kalangan malaikat, manusia, dan jin berhajat kepada-Nya, sebagai hamba-hamba-Nya dan tunduk kepada-Nya.
{فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ}
Maka mereka pasti menjawab, "Allah." (Yunus: 31)
Yakni mereka mengetahui hal tersebut dan mengakuinya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ}
Maka apakah kalian tidak bertakwa (kepada-Nya). (Yunus: 31)
Yakni apakah kalian tidak takut kepada Allah bila kalian menyembah Dia dengan selain-Nya atas dasar pendapat kalian sendiri yang bodoh.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. (Yunus: 32). hingga akhir ayat.
Yaitu Tuhan yang kalian akui sebagai pelaku dari kesemuanya itu adalah Rabb dan Tuhan kalian yang sebenarnya. Dialah yang berhak diesakan dalam ibadah kalian.
{فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ}
maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. (Yunus: 32)
Artinya, semua sembahan yang selain-Nya adalah batil, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Esa lagi tidak ada sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}
bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32)
Maksudnya, mengapa kalian dipalingkan dari menyembah-Nya, lalu kalian menyembah selain-Nya, padahal kalian mengetahui bahwa Dialah Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dan yang mengatur segala sesuatu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik. (Yunus: 33), hingga akhir ayat.
Yakni seperti halnya telah kafir orang-orang musyrik dan berkelanjutan dalam kemusyrikannya serta penyembahannya kepada selain Allah, padahal mereka mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan, yang memberi rezeki lagi yang mengatur keadaan semesta alam ini. dan Dialah semata yang mengutus rasul-rasul-Nya dengan membawa ajaran tauhid. Karena itulah telah pasti atas mereka ketetapan dari Allah, bahwa mereka adalah orang-orang yang celaka dan termasuk penghuni neraka yang tetap. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ}
Mereka menjawab, "Benar (telah datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 71)

Yunus, ayat 34-36

{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ قُلِ اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (34) قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلا أَنْ يُهْدَى فَمَا لَكُمْ كَيْفَ (35) وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (36) }
Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (meng­hidupkannya) kembali?” Katakanlah, "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kalian dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kepada kebenaran?” Katakanlah, "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran." Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan? Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja. Sesungguhnya per­sangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Ayat ini merupakan bantahan yang membatalkan apa yang mereka akui dalam penyembahan mereka kepada selain Allah yang mereka persekutukan dengan-Nya, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan.
{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ}
Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” (Yunus: 34)
Yakni siapakah yang memulai penciptaan langit dan bumi ini, kemudian mengadakan semua makhluk yang terdapat di antara keduanya, lalu menebarkan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi. Dia pulalah yang menggantikan semua makhluk yang ada pada keduanya setelah semuanya binasa, kemudian Dia mengulangi kembali penciptaan-Nya, yakni ciptaan yang baru.
{قُلِ اللَّهُ}
Katakanlah, "Allah-lah.” (Yunus: 34)
Dialah yang berbuat semua itu, dan hanya Dia sendirilah yang melaku­kannya, tiada sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}
maka bagaimanakah kalian dipalingkan? (Yunus: 34)
Artinya, bagaimana kalian dapat dipalingkan dari jalan yang benar hingga menempuh jalan yang batil?
{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ}
Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kepada kebenaran?” Katakanlah, "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran.” (Yunus: 35)
Dengan kata lain, kalian telah mengetahui bahwa sekutu-sekutu kalian itu tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang sesat. Sesungguhnya yang dapat memberikan petunjuk kepada orang yang bimbang dan sesat dan yang dapat membolak-balikkan hati dari sesat hingga menjadi benar hanyalah Allah semata-mata, tidak ada Tuhan selain Dia.

{أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلا أَنْ يُهْدَى}
Maka apakah orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? (Yunus: 35)
Yaitu apakah lebih baik mengikuti hamba yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan membukakan penglihatan sesudah buta, ataukah mengikuti orang yang tidak dapat memberi petunjuk apa pun kecuali dia sendiri mendapat petunjuk dari kebutaan dan ketubannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan Nabi Ibrahim a.s., yaitu:
{يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا}
Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun. (Maryam: 42)
Dan perkataan Ibrahim lainnya yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُون}
Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu.' (Ash-Shaffat: 95-96)
Serta masih banyak ayat lainnya yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ}
Mengapa kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan? (Yunus: 35)
Yakni apakah yang kalian lakukan sehingga akal kalian dikesampingkan? Mengapa kalian menyamakan antara Allah dan makhluk-Nya, lalu kalian meninggalkan Allah dan menyembah selain-Nya? Waraskah kalian ini? Mengapa kalian tidak mengesakan Allah Yang Maha Memiliki, Maha Menguasai lagi Maha Memberi Petunjuk dari kesesatan, yaitu dengan menyembah-Nya semata? Mengapa pula kalian tidak mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya.
Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka —dalam mengikuti agama mereka itu— sama sekali tidak berdasarkan kepada dalil ataupun bukti, melainkan hanya berdasarkan dugaan dari diri mereka sendiri, yakni berdasarkan ilusi dan bayangan mereka sendiri. Hal seperti itu tidak dapat menolong mereka barang sedikit pun.
{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ}
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yunus: 36)
Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan yang keras untuk mereka, karena Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia kelak akan membalas perbuatan mereka itu dengan pembalasan yang sempurna.

Yunus, ayat 37-40

{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (40) }
Tidaklah mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah; akan tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
Ayat ini menjelaskan tentang mukjizat yang terkandung di dalam Al-Qur'an, bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mampu membuat hal yang semisal dengan Al Qur'an, tidak pula dengan sepuluh suratnya, serta tidak pula satu surat darinya. Karena dengan kefasihan bahasanya, paramasastranya, keringkasannya, keindahannya, dan kandungannya yang mencakup makna-makna yang jarang tetapi berlimpah dan bermanfaat di dunia dan akhirat, maka Al-Qur'an tiada lain kecuali datang dari sisi Allah, yang tiada sesuatu pun serupa dengan Dia dalam Zat, sifat, perbuatan, dan ucapan-Nya. Kalam atau firman Allah tidaklah seperti ucapan makhluk. Karena itu, di dalam firman-Nya disebutkan:
{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ}
Tidaklah mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah. (Yunus: 37)
Yakni hal yang semisal dengan Al-Qur'an ini tidaklah layak kecuali dari sisi Allah. Isi Al-Qur'an tidaklah sama dengan hasil kreasi manusia.
{وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ}
akan tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Yunus: 37)
Yaitu kitab-kitab sebelum Al-Qur'an dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu serta mengandung keterangan tentang apa yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya menyangkut perubahan, penggantian, dan penakwilan yang ada padanya.
Firman Allah Swt.:
{وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (Yunus: 37)
Yakni penjelasan mengenai hukum-hukum, halal dan haram dengan penjelasan yang memuaskan, cukup lagi benar, tiada keraguan padanya dari sisi Allah Tuhan semesta alam. Seperti yang telah disebutkan dalam hadis Al-Haris Al-A'war, dari Ali ibnu Abu Talib, bahwa di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian, berita apa yang akan terjadi sesudah kalian, dan keputusan hukum di antara sesama kalian. Dengan kata lain, Al-Qur'an mengandung berita tentang masa lalu dan masa mendatang, serta hukum bagi apa yang terjadi di kalangan manusia, yaitu berupa syariat yang telah disukai dan diridai oleh Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)
Artinya, jika kalian menuduh, mendustakan, dan meragukan bahwa Al-Qur'an itu dari sisi Allah; kalian pun mengatakannya dusta dan buat-buatan yang telah direkayasa oleh Muhammad dari dirinya sendiri. Muhammad itu adalah manusia, sama dengan kalian. Dan dia—menurut dakwaan kalian— telah mampu mendatangkan Al-Qur'an ini, maka buatlah oleh kalian satu surat saja yang semisal dengannya, yakni yang sejenis dengan Al-Qur'an; dan mintalah tolong untuk itu kepada semua orang yang kalian mampu memanggilnya dari kalangan manusia dan jin.
Hal ini merupakan tantangan pada tahap yang ketiga, karena sebelumnya Allah telah menantang mereka dan menyeru mereka jika mereka benar dalam tuduhannya yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu dibuat oleh Muhammad sendiri. Maka silakan mereka menentangnya dengan hal yang semisal secara utuh dengan apa yang didatangkan olehnya. Dan hendaklah mereka meminta bantuan kepada siapa pun yang mereka kehendaki untuk membuat yang semisal dengannya. Lalu Allah Swt menyebutkan bahwa mereka sama sekali tidak akan mampu melakukannya dan tiada jalan bagi mereka untuk itu.
Allah Swt. telah berfirman:
{قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا}
Katakanlah. Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra: 88)
Kemudian tantangan terhadap mereka diperkecil menjadi sepuluh surat dari Al-Qur'an, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam permulaan surat Hud, yaitu:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.” (Hud: 13)
Lalu tantangan diturunkan lagi menjadi satu surat yang semisal dengan surat Al-Qur'an. Maka dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)
Demikian pula yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah. yaitu surat Madaniyyah. Allah menantang mereka untuk mendatangkan suatu surat yang semisal, dan Allah menyebutkan bahwa mereka selamanya tidak akan mampu melakukan hal tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ}
Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya). (Al-Baqarah: 24), hingga akhir ayat.
Padahal kefasihan saat itu merupakan pembawaan mereka dan syair-syair mereka telah sampai pada puncak keemasannya, tetapi Nabi Muhammad Saw. menyampaikan kepada mereka sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun. Karena itulah sebagian dari mereka ada yang beriman karena mengakui ketinggian paramasastra dalam Al-Qur'an, keindahannya, kemudahannya, kandungan makna yang ada di dalamnya serta kecemerlangannya. Mereka adalah orang-orang yang paling menguasai dalam bab ini, paling mengerti, paling menggemarinya, dan paling memujanya. Perihalnya sama dengan pengakuan para ahli sihir Fir'aun yang mengetahui semua jenis ilmu sihir, bahwa apa yang dilakukan oleh Musa a.s. itu tidaklah keluar kecuali dari seseorang yang dikuatkan, dan dibimbing serta diutus dari sisi Allah. Dan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak akan mampu dilakukan oleh manusia kecuali dengan seizin Allah.
Demikian pula halnya Isa a.s. Allah mengutusnya di masa ketenaran ilmu tabib dan pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Isa dapat meyembuhkan orang yang buta, orang yang berpenyakit supak, bahkan dapat menghidupkan orang yang telah mati dengan seizin Allah. Hal seperti itu tidak ada kaitannya dengan pengobatan dan obat-obatan. Maka sebagian dari mereka ada yang mengakui dan beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah.
Di dalam sebuah hadis sahih, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا آمَنَ عَلَى مِثْلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا
Tidak ada seorang nabi di antara nabi-nabi kecuali telah dianugerahi mukjizat yang semisal dengan apa yang sedang tenar di kalangan umatnya. Dan sesungguhnya apa yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah nabi yang paling banyak pengikutnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}
Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus: 39)
Yakni sebenarnya mereka mendustakan Al-Qur'an, tidak memahaminya, serta tidak mau mengenalnya.
{وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}
padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus: 39)
Artinya, mereka masih belum memahami hidayah dan agama yang benar yang terkandung di dalamnya, tetapi mereka terlanjur mendustakannya karena kebodohan dan kepandiran mereka sendiri.
{كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}
Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan, (rasul). (Yunus: 39)
Yaitu umat-umat yang terdahulu mendustakan Rasul-Nya.
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ}
Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. (Yunus: 39)
Maksudnya, perhatikanlah bagaimana Kami binasakan mereka karena kedustaan mereka kepada rasul-rasul Kami secara aniaya, congkak, kafir, ingkar, dan bodoh. Maka hati-hatilah, hai orang-orang yang mendustakan rasul; kalian pasti akan tertimpa apa yang pernah menimpa mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an. (Yunus: 40)
Di antara mereka yang engkau diutus kepada mereka, hai Muhammad, ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an ini dan mengikutimu serta beroleh manfaat dari risalah yang disampaikan olehmu.
وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ
dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. (Yunus: 40)
Bahkan mereka mati dalam kekafirannya dan kelak akan dibangkitkan dalam keadaan kafir.
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 40)
Dia mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah, lalu diberi-Nya hidayah; dan Dia mengetahui siapa yang berhak sesat, lalu Dia menyesat­kannya. Dia Mahaadil dan tidak pernah zalim, bahkan Dia memberi kepada masing-masingnya sesuai dengan apa yang berhak ia terima. Mahasuci, Mahatinggi lagi Mahaagung Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.

Yunus, ayat 41-44

{وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41) وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ (42) وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ (43) إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (44) }
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah.”Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri dari apa yang aku kerjakan, dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.” Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar, walaupun mereka tidak mengerti. Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta. walaupun mereka tidak dapat memperhatikan. Sesungguhnya Allah tidak sedikit pun berbuat zalim kepada manusia, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa jika orang-orang musyrik itu mendustakan kamu, maka berlepas dirilah kamu dari mereka, juga dari amal perbuatan mereka.
{فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ}
maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian.” (Yunus: 41)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِين}
Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.” (Al-Kafirun: 1 -2), hingga akhir surat.
Dan Nabi Ibrahim Al-Khalil beserta para pengikutnya berkata kepada kaumnya yang musyrik, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}
Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ}
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. (Yunus: 42)
Yakni mendengarkan ucapanmu yang bagus dan mendengar Al-Qur'an, serta hadis-hadis sahih yang fasih lagi bermanfaat bagi hati, agama, dan diri pendengarnya. Sebenarnya usaha itu sudah cukup besar, tetapi hal tersebut bukan merupakan tanggung jawabmu, juga tidak dibebankan kepada mereka. Karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat memperdengarkan orang yang tuli. Kamu pun tidak akan dapat memberi petunjuk kepada mereka kecuali jika Allah menghendakinya,
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ}
Dan  di antara mereka ada orang-orang yang melihat kepadamu. (Yunus: 43)
Maksudnya, memandangmu dan memandang apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu berupa ketenangan, sifat yang baik, dan akhlak yang agung; serta dalil yang jelas yang membuktikan kenabianmu bagi orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati. Mereka memandang kepadamu sebagaimana orang lain memandangmu, tetapi selain mereka tidaklah memperoleh hidayah sedikit pun, berbeda keadaannya dengan apa yang mereka peroleh. Bahkan orang-orang mukmin memandangmu dengan pandangan yang mengandung pengagungan, sedangkan orang-orang kafir itu memandang kepada­mu dengan pandangan menghina, seperti yang disebutkan dalam ayat lain:
وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا
Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, niscaya mereka tidak lain hanyalah membuat kamu menjadi olok-olok (Al-Anbiya: 36), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidaklah menganiaya seorang pun, sekalipun dia telah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, membuat melihat orang yang tadinya buta, membuka mata yang tadinya terkatup, membuka telinga yang tadinya tuli, membuka hati yang tadinya tertutup rapat, dan membuat orang yang selain mereka sesat dari jalan keimanan. Karena Dia adalah Penguasa Yang Maha Mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan­Nya, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Dialah Tuhan yang tidak ada seorang pun meminta pertanggungjawaban-Nya dari apa yang telah dtperbuat-Nya, sedangkan mereka pasti dimintai pertanggung­jawabannya. Demikian itu berkat ilmu-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan keadilan-Nya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Yunus: 44)
Di dalam sebuah hadis dari Abu Zar, dari Nabi Saw., dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Nabi Saw. dari Tuhannya disebutkan:
"يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan aniaya atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram pula di antara kalian. Maka janganlah kalian saling berbuat aniaya.
Dan pada akhir hadis Qudsi ini disebutkan:
يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، ومن وجد غير ذلك فلا يَلُومَنَّ إلا نَفْسَهُ"
Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah hasil amal per­buatan kalian yang Aku catatkan untuk kalian, kemudian Aku membalaskannya kepada kalian secara penuh Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan (pada catatan amal perbuatannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai(nya) selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.
Hadis ini secara panjang lebar diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Yunus, ayat 45

{وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (45) }
dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk
Allah Swt. mengingatkan manusia akan terjadinya hari kiamat dan dibangkitkan mereka dari kuburannya masing-masing, lalu digiring menuju pelataran Mahsyar di hari kiamat.
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ
Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka. (Yunus: 45), hingga akhir ayat.
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ
Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35)
{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saj a) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)
{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا * يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا * نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا}
(Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram, mereka berbisik-bisik di antara mereka, "Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari).” Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka.”Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja. (Thaha: 102-104)
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja).” (Ar-Rum: 55), hingga akhir ayat-ayat berikuuwa.
Semua ayat tersebut menunjukkan betapa pendeknya hidup di dunia bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, seperti halnya yang disebut­kan oleh firman-Nya:
{قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ * قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.”(Al-Mu’minun: 112-114)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ}
Mereka saling mengenal (Yunus: 45)
Maksudnya, anak mengenal orang tuanya, dan kaum kerabat sebagian dari mereka mengenal sebagian yang lainnya, sebagaimana keadaan mereka ketika hidup di dunia; tetapi pada hari itu masing-masing orang sibuk dengan keadaannya sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ}
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka (Al-Mu’minun: 101), hingga akhir ayat.
وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya. (Al-Ma'arij: 10), hingga beberapa ayat berikutnya.
*******************
Mengenai firman Allah Swt.:
{قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ}
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (Yunus: 45)
Surat di atas sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}
Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 15)
Demikian itu karena diri mereka dan keluarga mereka mengalami kerugian di hari kiamat. Bukankah hal itu merupakan kerugian yang jelas? Tiada kerugian yang lebih parah daripada kerugian yang diderita oleh orang-orang yang dipisahkan dari keluarga dan kekasih-kekasihnya di hari penyesalan dan kekecewaan, yaitu hari kiamat.

Yunus, ayat 46-47

{وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ (46) وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (47) }
Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan. Tiap-tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya.
Allah Swt. ber-khitab kepada Rasul-Nya melalui firman-Nya:
{وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ}
Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka. (Yunus: 46)
Yakni Kami menimpakan pembalasan kepada mereka di masa kamu masih hidup, agar hatimu merasa puas terhadap mereka.
{أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ}
atau (Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali (Yunus :46)
Maksudnya, kepada Kamilah mereka akan dikembalikan dan dipulangkan. Allah Maha Menyaksikan atas semua perbuatan mereka sesudah kamu tiada.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مَكْرَمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الْجَارُودِ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عُرضت عَلَيَّ أُمَّتِي الْبَارِحَةَ لَدَى هَذِهِ الْحُجْرَةِ، أَوَّلُهَا وَآخِرُهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عُرِضَ عَلَيْكَ مَنْ خُلِق، فَكَيْفَ مَنْ لَمْ يُخْلَقْ؟ فَقَالَ: "صُوِّروا لِي فِي الطِّينِ، حَتَّى إِنِّي لأعْرَفُ بِالْإِنْسَانِ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِصَاحِبِهِ".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad. telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepaca kami Daud ibnul Jarud, dari Abu Tufail. dari Huzaifah ibnu Usaid. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Telah ditampakkan kepadaku perihal umatku tadi malam, dari yang pertama hingga yang terakhir, pada (dinding) kamar ini. Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, telah ditampakkan kepadamu manusia yang telah diciptakan. Maka bagaimanakah dengan manusia (dari kalangan umatmu) yang belum diciptakan?" Rasulullah Saw. menjawab: Gambar mereka ditampilkan kepadaku pada tembok tanah liat ini, sehingga aku lebih mengenal seorang demi seorang dari mereka daripada seseorang di antara kalian terhadap temannya.
Imam Tabrani meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, dari Uqbah ibnu Makram, dari Yunus ibnu Bukair, dari Ziyad ibnul Munzir, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ}
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka. (Yunus: 47)
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah hari kiamat.
{قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil. (Yunus: 47), hingga akhir ayat.
Sama halnya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا }
Dan terang-benderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya. (Az-Zumar: 69). hingga akhir ayat.
Setiap umat akan ditampilkan oleh Allah di hadapan rasulnya masing-masing, sedangkan kitab catatan amal perbuatan mereka —yang baik dan yang buruk— diberikan kepada mereka sebagai saksinya dan para malaikat pencatat amal perbuatan ikut menjadi saksi pula. Demikianlah diberlakukan terhadap semua umat, satu umat demi satu umat. Dan umat Nabi Muhammad yang mulia ini, sekalipun merupakan umat yang terakhir penciptaannya, tetapi mereka merupakan umat yang paling dulu tampil di hari kiamat nanti, lalu diselesaikanlah keputusan hukum di antara mereka; seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"نحن الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمَقْضِيُّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ"
Sesungguhnya kami adalah umat yang paling akhir, tetapi umat yang paling terdahulu kelak di hari kiamat yang beroleh keputusan hukum bagi mereka sebelum umat-umat lainnya.
Sesungguhnya umat Nabi Muhammad Saw. memperoleh kemuliaan ini hanyalah berkat kemuliaan Rasul-Nya, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya sampai hari kiamat nanti.

Yunus, ayat 48-52

{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (48) قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (49) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ (50) أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِهِ آلآنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ (51) ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (52) }
Mereka mengatakan, "Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kalian orang-orang yang benar?” Katakanlah, "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.” Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sedikit pun dan tidak (pula) mendahulukannya. Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga?” Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), lalu kalian baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kalian mempercayai), padahal sebelumnya kalian selalu meminta supaya disegerakan? Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu, "Rasakanlah, oleh kalian siksaan yang kekal, kalian tidak diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kalian kerjakan."
Allah Swt. menceritakan tentang kekufuran orang-orang musyrik itu dalam permintaan mereka yang memohon agar azab disegerakan kepada mereka, demikian pula permintaan mereka mengenai waktu datangnya siksaan itu sebelum ditentukan, yang hal tersebut tiada faedahnya sama sekali bagi mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ}
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18)
Yakni pasti akan terjadi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Rasul-Nya dalam menjawab ucapan orang-orang musyrik itu melalui firman-Nya:
{قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ}
Katakanlah, "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak(pula) kemanfaatan kepada diriku.” (Yunus: 49), hingga akhir ayat.
Maksudnya, aku tidak mengatakan kecuali apa yang telah diajarkan­Nya kepadaku, dan aku tidak mempunyai kemampuan terhadap sesuatu yang pengetahuannya hanya ada pada sisi Allah, kecuali bila Allah memperlihatkannya kepadaku. Aku adalah hamba dan utusan-Nya kepada kalian. Aku telah memberitakan kepada kalian akan kedatangan hari kiamat, bahwa hari kiamat itu pasti terjadi, dan Allah tidak memperlihatkan kepadaku mengenai waktunya, tetapi:
{لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ}
tiap-tiap umat mempunyai ajal. (Yunus: 49)
Setiap generasi mempunyai batas usia yang telah ditentukan bagi mereka, dan apabila batas usia itu telah habis masanya:
{فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ}
Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. (Yunus: 49)
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا}
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. (Al-Munafiqun: 11), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa azab Allah pasti akan datang menimpa mereka dengan sekonyong-konyong. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا}
Katakanlah.”Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari. (Yunus: 50)
Yang dimaksud dengan bayatan ialah di waktu malam hari.
{مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِه}
apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga? Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), lalu kalian baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kalian mempercayai), padahal sebelumnya kalian selalu meminta supaya disegerakan? (Yunus: 50-51)
Yakni manakala azab datang menimpa mereka, maka mereka mengatakan seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:
{رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami. mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan (nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ}
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu, "Rasakanlah oleh kalian siksaan yang kekal.” (Yunus: 52)
Pada hari kiamat dikatakan kata-kata tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan buat mereka. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا * هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ * أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ * اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kalian selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kalian tidak melihat? Masuklah kalian ke dalamnya (rasakanlah kepanasan apinya), maka baik kalian bersabar atau tidak, sama saja bagi kalian; kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Ath-Thur: 13-16)

Yunus, ayat 53-54

{وَيَسْتَنْبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ (53) وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي الأرْضِ لافْتَدَتْ بِهِ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (54) }
Dan mereka menanyakan kepadamu, "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?" Katakanlah, "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kalian sekali-kali tidak dapat luput (darinya).” Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dianiaya.
Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka akan bertanya kepadamu, Muhammad:
{أَحَقٌّ هُوَ}
Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? (Yunus: 53)
Yakni tentang benarkah kiamat dan hari berbangkit dari kubur itu, padahal tubuh-tubuh ini telah menjadi tanah?
{قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}
Katakanlah, "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah be­nar; dan kalian sekali-kali tidak dapat luput (darinya). (Yunus: 53)
Maksudnya, keadaan kalian yang telah menjadi tanah bukanlah merupakan halangan bagi Allah untuk mengembalikan kalian menjadi hidup kembali seperti halnya Dia menciptakan kalian dari ketiadaan. Allah telah berfirman dalam ayat lainnya, yaitu:
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu ha­nyalah berkata padanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 82)
Ayat ini tidak ada yang menyamainya dalam Al-Qur’an kecuali dua ayat lainnya, yaitu dalam surat Saba dalam kaitan Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bersumpah dengan menyebut nama-Nya terhadap orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit, yaitu melalui firman-Nya:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ}
Dan orang-orang yang kafir berkata, "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah, "Pasti datang, demi Tuhanku." (Saba: 3)
Dalam surat At-Taghabun juga disebutkan melalui firman-Nya:
{زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, ”Tidak demikian, demi Tuhanku, kalian benar-benar akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (At-Taghabun: 7)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, maka orang kafir sangat berkeinginan seandainya saja dia dapat menebus dirinya dari siksa Allah dengan emas sepenuh bumi sekalipun.
{وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ}
dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu, dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil. (Yunus: 54)
Yakni dengan hak.
{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
sedangkan mereka tidak dianiaya. (Yunus: 54)

Yunus, ayat 55-56

{أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَلا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (55) هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (56) }
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya). Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia adalah yang memiliki langit dan bumi; dan janji-Nya adalah benar pasti akan terjadi, tidak terelakkan lagi. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, kemudian hanya kepada-Nyalah mereka dikembalikan. Dia mampu berbuat demikian, lagi Maha Mengetahui semua tubuh yang telah hancur luluh lagi berserakan dan bertebaran di seluruh kawasan bumi, lautan, dan padang-padang sahara.

Yunus, ayat 57-58

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57) قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58) }
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ”Dengan karunia Allah dan rahmat­nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Allah Swt. berfirman menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya, yaitu Al-Qur'an yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya yang mulia:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian. (Yunus: 57)
Yakni peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji.
{وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ}
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada. (Yunus : 57)
Maksudnya adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu melenyapkan kotoran dan najis yang terdapat di dalam dada.
{وَهُدًى وَرَحْمَةً}
dan petunjuk serta rahmat. (Yunus: 57)
Yaitu yang dengan mengamalkannya akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah Swt. Dan sesungguhnya hal itu hanyalah diperoleh bagi or­ang-orang mukmin dan orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ}
Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman." (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا}
Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (Yunus: 58)
Artinya, dengan adanya hidayah dan agama yang hak ini yang datang kepada mereka, hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut untuk mereka gembirakan.
{هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Yunus: 58)
Yakni lebih baik daripada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan fana dan lenyap itu.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah asar berikut sanadnya dari Baqiyyah ibnul Walid, dari Safwan ibnu Amr; ia pernah mendengar Aifa' ibnu Abdul Kala'i mengatakan bahwa ketika datang harta Kharraj dari Irak kepada Khalifah Umar r.a., khalifah keluar bersama seorang maula (pelayan)nya. Kemudian Khalifah Umar menghitung-hitung ternak dari hasil Kharraj itu, dan ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada apa yang diperkirakannya. Maka Umar r.a. berkata, "Segala puji bagi Allah." Sedangkan maulanya mengatakan.”Ini. demi Allah, berkat karunia dan rahmat Allah.' Maka Khalifah Umar memotongnya, "Kamu dusta, ini bukanlah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya.' (Yunus: 58), hingga akhir ayat. Dan semua harta ini berasal dari apa yang mereka kumpulkan."
Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani telah menyebutkan sanadnya dengan lengkap. Maka ia meriwayatkannya dari Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, dari Haiwah ibnu Syuraih, dari Baqiyyah, kemudian ia menuturkan asar ini.

Yunus, 59-60

{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلالا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ (59) وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ (60) }
Katakanlah.”Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada kalian, lalu kalian jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.”Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin kepada kalian (tentang ini) atau kalian mengada-adakan saja terhadap Allah?” Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat? Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).
Ibnu Abbas. Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sebagai pengingkaran terhadap perbuatan orang-orang musyrik yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu dari diri mereka sendiri, seperti mengharamkan bahirah, saibah, dan wasilah. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأنْعَامِ نَصِيبًا}
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah. (Al-An'am: 136), hingga beberapa ayat berikutnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، سَمِعْتُ أَبَا الْأَحْوَصِ -وَهُوَ عَوْفُ بْنُ [مَالِكِ بْنِ] نَضْلَةَ -يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَشْف الْهَيْئَةِ، فَقَالَ: "هَلْ لَكَ مَالٌ؟ " قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: "مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟ " قَالَ: قُلْتُ: مِنْ كُلِّ الْمَالِ، مِنَ الْإِبِلِ وَالرَّقِيقِ وَالْخَيْلِ وَالْغَنَمِ. فَقَالَ إِذَا آتَاكَ مَالًا فَلْيُرَ عَلَيْكَ". وَقَالَ: "هَلْ تُنْتِجُ إِبِلُ قَوْمِكَ صِحَاحًا آذانُها، فتعمَد إِلَى مُوسَى فَتَقْطَعُ آذَانَهَا، فَتَقُولُ: هَذِهِ بَحْرٌ وَتَشُقُّهَا، أَوْ تَشُقُّ جلودها وَتَقُولُ: هَذِهِ صُرُم، وَتُحَرِّمُهَا عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنَّ مَا آتَاكَ اللَّهُ لَكَ حِلٌّ، وَسَاعِدُ اللَّهِ أَشُدُّ مِنْ سَاعِدِكَ، وَمُوسَى اللَّهِ أَحَدُّ مِنْ مُوسَاكَ" وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, bahwa ia pernah mendengar Abul Ahwas (yaitu Auf ibnu Malik ibnu Nadlah) menceritakan hadis berikut dari ayahnya. Disebutkan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dengan penampilan yang lusuh, maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah engkau punya harta?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bertanya, "Berupa apakah hartamu?" Ia menjawab, "Semua jenis harta seperti unta, budak, kuda, dan ternak kambing." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila Allah meng­anugerahkan kepadamu harta, maka perlihatkanlah bekasnya pada dirimu." Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah ternak untamu melahir­kan unta-unta yang telinganya utuh, lalu kamu sengaja mengambil pisau, kemudian kamu memotong telinganya dan kamu katakan. Ini Bahirah,' dan kamu beri tanda pada kulitnya dengan menyobek sebagiannya dan kamu katakan, 'Ini Sarimah,' yang semuanya itu kamu haramkan atas dirimu dan keluargamu?" Ia menjawab.”Ya." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadamu adalah halal, lengan Allah lebih kuat daripada lenganmu, dan pisau Allah lebih tajam daripada pisaumu.' hingga akhir hadis.
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Za'ra (yaitu Amr ibnu Amr). dari pamannya (yaitu Abul Ahwas). Juga dari Bahz ibnu Asad. dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abul Ahw as dengan sanad yang sama. Hadis ini ditinjau dari sanadnya berpredikat jayyid lagi kuat.
Allah Swt. mengingkari orang yang mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya atau menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. hanya berdasarkan kepada pendapat dan hawa nafsu sendiri, tanpa sandaran dan tanpa ada dalil yang menjadi pegangannya.
Kemudian Allah Swt. mengancam mereka atas perbuatannya itu kelak di hari kiamat. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَة}
Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat? (Yunus: 60)
Maksudnya, apakah yang mereka kira akan dilakukan terhadap mereka kelak di hari kiamat bila mereka dikembalikan kepada Kami?
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}
Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia. (Yunus: 60)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa karunia itu berupa penangguhan, yakni Allah membiarkan mereka hidup di dunia tanpa menyegerakan siksaan-Nya kepada mereka.
Menurut kami, dapat pula ditakwilkan bahwa Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, yaitu membolehkan bagi mereka semua hal yang bermanfaat di dunia ini; dan Dia tidak mengharamkan atas mereka sesuatu pun kecuali yang membahayakan diri dan agama mereka.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ}
tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (Yunus: 60)
Bahkan mereka mengharamkan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, dan mempersempit diri mereka sendiri dengan cara menghalal­kan sebagian dan mengharamkan sebagian yang lain. Dan memang itulah yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik dalam hukum-hukumnya yang mereka bebankan atas diri mereka sendiri, begitu pula kaum ahli kitab dalam buatan-buatan mereka terhadap agamanya.
Ibnu Abu Hatim dalam tafsir ayat ini mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Rabah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnus Sabah sehubungan dengan Firman Allah Swt. berikut ini: Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia. (Yunus: 60) Bahwa di hari kiamat kelak semua orang yang berhak mendapat rahmat Allah Swt. dihadapkan kepada-Nya. Lalu mereka semuanya berdiri di hadapan Allah Swt. dalam tiga golongan. Kemudian dihadapkanlah seorang lelaki dari golongan yang pertama, maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Maka si hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan surga berikut pepohonan­nya, buah-buahannya, sungai-sungainya, bidadari-bidadarinya, ke­nikmatan-kenikmatannya, dan semua pahala yang telah Engkau sediakan buat orang-orang yang taat kepada Engkau. Maka aku jalani malam hariku dalam keadaan terjaga (melakukan salat) dan aku jalani siang hariku dalam keadaan haus (puasa) karena merindukan surga." Maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu beramal hanyalah karena menginginkan surga. Inilah surga, maka masuklah kamu ke dalamnya; dan sebagai kemurahan-Ku kepadamu, sekarang Aku merdekakan kamu dari neraka; dan termasuk kemurahan-Ku kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam surga-Ku." Maka masuklah orang itu bersama teman-temannya.
Kemudian dihadapkan lagi lelaki lainnya dari golongan yang kedua, lalu Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Si hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan neraka berikut belenggu-belenggunya, api-apinya yang menyala-nyala, airnya yang panas mendidih, naungan asapnya yang hitam pekat, serta azab lainnya yang telah Engkau sediakan buat orang-orang yang durhaka kepada Engkau di dalam neraka. Maka aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga dan aku jalani siang hariku dengan haus karena takut kepada neraka." Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu beramal karena takut kepada neraka-Ku, maka sekarang Aku bebaskan kamu dari neraka; dan termasuk kemurahan-Ku kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam surga-Ku." Maka masuklah dia bersama teman-temannya ke dalam surga.
Kemudian dihadapkan lagi seorang lelaki dari golongan yang ketiga. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa kamu beramal?" Ia menjawab, "Ya Tuhanku, aku beramal karena cinta kepada Engkau dan rindu kepada Engkau. Demi keagungan-Mu, sesungguhnya aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga, dan aku jalani siang hariku dengan haus karena rindu dan cinta kepada Engkau." Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya engkau beramal karena cinta kepada-Ku dan rindu kepada-Ku." Maka Tuhan Yang Mahaagung menampakkan diri-Nya, lalu berfirman, "Inilah Aku, maka pandanglah Aku." Kemudian Allah Swt. berfirman lagi, "Termasuk kemurahan-Ku kepadamu. Aku bebaskan kamu dari neraka; dan Aku bolehkan surga-Ku untukmu. Aku perintahkan para malaikat-Ku untuk menziarahimu, serta Aku sendiri mengucapkan selamat kepadamu." Maka masuklah dia bersama teman-temannya ke dalam surga.

Yunus, ayat 61

{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَلا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْبَرَ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (61) }
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an, dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).
Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa Dia Maha Mengetahui semua keadaan dan sepak terjang umatnya serta semua makhluk pada tiap jam, menit, dan detiknya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar atom pun yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih kecil atau lebih besar daripada itu, kecuali semuanya tercatat di dalam kitab yang nyata. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib: tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengetahui gerakan pohon-pohon dan benda-benda lainnya, begitu pula semua hewan yang hidup bebas, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38), hingga akhir ayat.
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. (Hud: 6), hingga akhir ayat.
Apabila pengetahuan Allah mencakup gerakan semuanya itu, maka terlebih lagi pengetahuannya terhadap gerakan orang-orang mukallaf yang diperintahkan untuk beribadah, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud (Asy Suara:217-219)
Karena itulah dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an, dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus: 61)
Yakni ketika kalian melakukan sesuatu, Kami selalu menyaksikan kalian, dan Kami melihat dan mendengarnya. Karena itulah ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna ihsan, maka beliau Saw. menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat­Nya; dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha Melihat kepadamu.

Yunus, ayat 62-64

{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64) }
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
Allah Swt. memberitahukan bahwa kekasih-kekasih-Nya adalah mereka yang beriman dan bertakwa, seperti yang ditafsirkan oleh banyak ulama. Dengan demikian, setiap orang yang bertakwa adalah wali (kekasih) Allah. Maka:
{لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Yunus: 62)
dalam menghadapi masa mendatangnya, yaitu kengerian-kengerian dan hal-hal yang sangat menakutkan di hari akhirat nanti.
{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)
terhadap apa yang ada di belakang mereka di dunia. Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah mengatakan bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang apabila terbersit perasaan riya dalam hati mereka, maka mereka segera ingat kepada Allah.
Hal ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu', diriwayatkan oleh Imam Al-Bazzar. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَرْب الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سَابِقٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ -وَهُوَ الْقُمِّيُّ -عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ؟ قَالَ: "الَّذِينَ إِذَا رءُوا ذُكر اللَّهُ"
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari (yaitu Al-Oummi), dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Yaitu orang-orang yang apabila terbersit rasa riya dalam hatinya, maka segera ia ingat kepada Allah.
Kemudian Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini telah di­riwayatkan dari Sa’id secara mursal.
وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفاعي، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ البَجَلي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ عِبَادًا يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ". قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ. قَالَ: "هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا فِي اللَّهِ مِنْ غَيْرِ أَمْوَالٍ وَلَا أَنْسَابٍ، وُجُوهُهُمْ نُورٌ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ، وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ". ثُمَّ قَرَأَ: {أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Ar-Rifa'i, telah menceritakan kepada kami Abu Fudail, telah mencerita­kan kepada kami ayahku. dari Imarah ibnul Qa"qa', dari Abu Zur'ah, dari Amr ibnu Jarir Al-Bajali, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat banyak hamba yang para nabi dan para syuhada merasa iri melihat mereka. Ketika ditanyakan, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Mudah-mudahan kami dapat mencintai mereka." Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah suatu kaum yang saling mengasihi karena Allah tanpa ada harta benda dan tanpa nasab (keturunan di antara sesama mereka), wajah mereka bercahaya berada di atas mimbar-mimbar dari nur (cahaya). Mereka tidak merasa khawatir di saat manusia dicekam oleh kekhawatiran, mereka pun tidak bersedih hati di saat manusia bersedih hati. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)
Imam Abu Daud meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir. dari Imarah ibnul Qa'qa’ dari Abu Zur'ah. dari Amr ibnu Jarir. dari Umar ibnul Khattab r.a., dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Sanad hadis ini pun termasuk jayyid, hanya di dalam sanadnya terdapat inqita' (mata rantai urutan sanad yang terputus) antara Abu Zur'ah dan Umar ibnul Khattab r.a.
وَفِي حَدِيثِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ، عَنْ أَبِي النَّضِرِ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرَام، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَأْتِي مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ قَوْمٌ لَمْ تَتَّصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ، تَحَابُّوا فِي اللَّهِ، وَتَصَافَوْا فِي اللَّهِ، يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا، يَفْزَعُ النَّاسُ وَلَا يَفْزَعُونَ، وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ، الَّذِينَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ". وَالْحَدِيثُ مُتَطَوِّلٌ.
Di dalam hadis Imam Ahmad, dari Abun Nadhr, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab. dari Abdur Rahman ibnu Ghanam, dari Abu Malik Al-Asy'ari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kelak akan datang dari golongan-golongan manusia dan puak-puak kabilah suatu kaum yang di antara sesama mereka tidak ada hubungan rahim kekerabatan, tetapi mereka saling mengasihi karena Allah dan saling berikhlas diri karena Allah. Kelak di hari kiamat Allah meletakkan mimbar-mimbar dari nur buat mereka, lalu mendudukkan mereka di atasnya. Semua manusia merasa khawatir, tetapi mereka tidak khawatir. Mereka adalah wali-wali Allah yang tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ ذَكْوَان أَبِي صَالِحٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرى لَهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Zakwan ibnu Abu Saleh, dari seorang lelaki, dari Abu Darda r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Nabi Saw. bersabda menerangkan hal tersebut: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi yang baik yang diperlihatkan kepadanya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو السَّائِبِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ أَبَا الدَّرْدَاءِ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتُ عَنْ شَيْءٍ مَا سمعتُ [أَحَدًا] سَأَلَ عَنْهُ بَعْدَ رَجُلٍ سَأَلَ عَنْهُ رسولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "هِيَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرَى لَهُ، بُشْرَاهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا، وَبُشْرَاهُ فِي الْآخِرَةِ [الْجَنَّةُ]
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang lelaki dari kalangan penduduk Mesir, dari Abu Darda sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64); Bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, lalu Abu Darda menjawab, "Sesungguhnya engkau telah menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar ada seseorang menanyakannya selain seorang lelaki yang pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentangnya. Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Hal itu berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi baik yang diperlihatkan kepadanya, sebagai berita gembira buatnya dalam kehidupan di dunia, sedangkan berita gembira untuknya dalam kehidupan di akhirat adalah surga'.”
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Sufyan, dari Ibnul Munkadir, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang ulama dari kalangan penduduk Mesir, bahwa ia bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, kemudian disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Abu Saleh yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Darda ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira. (Yunus: 63-64) Lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبَانٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللَّهِ تَعَالَى: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} ؟ فَقَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي -أَوْ: أَحَدٌ قَبْلَكَ" قَالَ: "تِلْكَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الرَّجُلُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu Salamah, dari Ubadah ibnus Samit; ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kamu menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan dari kalangan umatku atau tiada seoran pun yang menanyakannya sebelum kamu; itu adalah mimpi yang baik­ yang dilihat seseorang atau diperlihatkan kepadanya.
Demikian pula Abu Daud Attayalisi meriwayatkannya dari Imran Alqattan, dari Yahya Ibnu Abu Kasir dengan sanad yang sama, juga Al-Auza'i meriwayatkannya dari Yahya Ibnu Abu Kasir, lalu menyebutkan hadis tersebut. Dan Ali ibnuI-Mubarak meriwayatkannya dari Yahya, dari Abu Salamah yang mengatakan; telah menceritakan kepada kami. dari Ubadah ibnu Samit; Ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai ayat ini, lalu Ubadah menyebutkan ayatnya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو حُمَيْدٍ الحِمْصيّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدٍ الأحْمُوسي، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيِّ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ فَقَالَ: آيَةٌ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَسْأَلُكَ عَنْهَا، قول الله تعالى: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} ؟ فَقَالَ عُبَادَةُ: مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، سَأَلْتُ عَنْهَا نَبِيَّ اللَّهِ فَقَالَ مِثْلَ ذَلِكَ: "مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فِي الْمَنَامِ أَوْ تُرَى لَهُ"
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abu Hamid Al-Himsi. telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Amr ibnu Abdul Akhmusyi, dari Hamid ibnu Abdullah Al-Muzni, ia mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Ubadah ibnus-Samit, lalu berkata, "Ada suatu ayat Al-Qur'an yang akan aku tanyakan kepadamu yaitu firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia. (Yunus: 64); Ubadah ibnus-Samit menjawab, "Tiada seorang pun yang menanyakan­nya sebelum kamu, aku pernah menanyakannya kepada Nabi dan beliau mengatakan hal yang sama. yaitu: Tiada seorang pun yang menanyakannya sebelum kamu, bahwa berita gembira itu adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba mukmin dalam tidurnya atau diperlihatkan kepadanya.
ثُمَّ رَوَاهُ مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ بْنِ صَفْوان، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} فَقَدْ عَرَفْنَا بُشْرَى الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ، فَمَا بُشْرَى الدُّنْيَا؟ قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ تُرَى لَهُ، وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا أَوْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ"
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari hadis Musa ibnu Ubadah, dari Ayyub ibnu Khalid ibnu Safwan, dari Ubadah ibnu Samit; ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw. mengenai firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Ia mengatakan, "Kami telah mengetahui bahwa berita gembira di akhirat adalah surga, maka apakah yang dimaksud dengan berita gembira di dunia?" Rasulullah Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau yang diperlihatkan kepadanya. Mimpi yang baik itu merupakan suatu bagian dari empat puluh empat atau tujuh puluh bagian dari kenabian.
قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ؛ أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرَّجُلُ يَعْمَلُ الْعَمَلَ فَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ، وَيُثْنُونَ عَلَيْهِ بِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ".
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu Imran, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan seorang lelaki yang melakukan amalnya, lalu mendapat pujian dari manusia dan sanjungan mereka kepadanya atas amalnya itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu adalah berita gembira yang disegerakan untuk orang mukmin.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حَسَنٌ -يَعْنِي الْأَشْيَبَ -حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَرَّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يُبَشَّرُهَا الْمُؤْمِنُ، هِيَ جُزْءٌ مِنْ تِسْعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، فَمَنْ رَأَى [ذَلِكَ] فَلْيُخْبِرْ بِهَا، وَمَنْ رَأَى سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ ليَحْزُنه، فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا، وَلِيُكَبِّرْ وَلَا يُخْبِرْ بِهَا أَحَدًا"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan (yakni Al-Asy-yab), telah menceritakan kepada kami Ibnu kahi'ah. telah menceritakan kepada kami Daraj dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang disampaikan kepada seorang mukmin sebagai berita gembira baginya adalah suatu bagian dari empat puluh sembilan bagian dari kenabian. Maka barang siapa yang melihat hal itu dalam mimpinya, hendaklah ia menceritakannya. Dan barang siapa yang melihat selain itu, maka sesungguhnya hal itu hanyalah dari setan dengan maksud untuk membuatnya bersedih hati. Untuk itu hendaklah ia meludah ke arah kirinya sebanyak tiga kali seraya bertakbir, dan janganlah ia menceritakan hal itu kepada seorang pun.
Para ahli hadis lainnya tidak mengetengahkannya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْب، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يبشَّرها الْمُؤْمِنُ، جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ".
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada­ku Amr ibnul Haris, bahwa Darij alias Abus Samah pernah menceritakan kepadanya hadis berikut dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64)’ Lalu beliau Saw. bersabda: Mimpi yang baik yang diperlihatkan kepada orang mukmin sebagai berita gembira untuknya adalah suatu bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian.
قَالَ أَيْضًا ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ المؤدَّب، حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قال: "هي فِي الدُّنْيَا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ تُرَى لَهُ، وَهِيَ فِي الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ".
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Hatim Al-Mu-addib. telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda: Di dunia berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau diperlihatkan kepadanya, sedangkan di akhirat berita gembira itu adalah surga.
Kemudian Imam Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Abu Husain, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa mimpi yang baik adalah berita gembira dari Allah, dan mimpi yang baik itu merupakan salah satu dari kabar gembira. Demikianlah riwayatnya dari jalur ini secara mauquf.
قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٍ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ هِيَ الْبُشْرَى، يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ"
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengata­kan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Mimpi yang baik adalah berita gembira yang dilihat oleh orang muslim atau diperlihatkan kepadanya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ حَمَّادٍ الدُّولابي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ سِبَاع بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أُمِّ كُرْز الْكَعْبِيَّةِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "ذَهَبَتِ النُّبُوَّةُ، وَبَقِيَتِ الْمُبَشِّرَاتُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Hammad Ad-Daulabi. telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah ibnu Abu Yazid, dari ayahnya, dari Siba' ibnu Sabit, dari Ummu Kuraiz Al-Ka’biyyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kenabian telah tiada, dan yang masih ada adalah berita-berita gembira (mimpi-mimpi yang baik).
Hal yang sama telah diriwayatkan bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, Yahya ibnu Abu Kasir. Ibrahim An-Nakha’i. Ata ibnu Abu Rabah. dan lain-lainnya, bahwa mereka menafsirkan hal tersebut dengan arti mimpi yang baik.
Menurut pendapat lain. hal itu merupakan berita gembira dari para malaikat buat orang mukmin di saat menjelang ajalnya, yaitu dengan menampakkan surga dan ampunan kepadanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Jangan­lah kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah Pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 30-32)
Di dalam hadis Al-Barra r.a. disebutkan:
"أَنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، جَاءَهُ مَلَائِكَةٌ بِيضُ الْوُجُوهِ، بِيضُ الثِّيَابِ، فَقَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ إِلَى رَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَتَخْرُجُ مِنْ فَمِهِ، كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فَمِ السِّقَاءِ".
bahwa seorang mukmin itu apabila ajalnya telah habis, maka para malaikat yang berwajah putih datang kepadanya dengan berpakaian serba putih, lalu mereka mengata­kan, "Keluarlah, hai roh yang baik, untuk menuju kepada ketenteraman dan rezeki serta Tuhan yang tidak murka!" Maka keluarlah rohnya dari mulutnya, sebagaimana tetesan air keluar mengalir dari mulut wadah minuman.
Adapun mengenai berita gembira bagi mereka di akhirat, maka hal ini adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya.
{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat. (Para malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian.” (Al-Anbiya: 103)
{يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan dan sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kalian kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Hadid: 12)
Adapun firman Allah Swt.
{لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}
Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Yunus: 64)
Maksudnya, janji ini tidak akan diubah, tidak akan diingkari, dan tidak akan diganti; bahkan ditetapkan, dikukuhkan, dan pasti akan terjadi.
{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus: 64)

Yunus, ayat 65-67

{وَلا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (65) أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ (66) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ (67) }
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga. Dialah yang menjadikan malam bagi kalian supaya kalian beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya kalian mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{وَلا يَحْزُنْكَ}
Janganlah kamu sedih. (Yunus: 65)
oleh perkataan orang-orang musyrik itu. tetapi mintalah pertolongan kepada Allah dalam menghadapi mereka, dan bertawakallah kepada-Nya. Karena sesungguhnya kemenangan itu hanyalah milik Allah semuanya, Rasul-Nya serta orang-orang mukmin.
{هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Yunus: 65)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua keadaan mereka. Kemudian Allah Swt. memberitahu­kan bahwa kepunyaan Dialah semua yang ada di langit dan bumi; dan bahwa orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala itu, sedangkan berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak pula manfaat, tiada dalil yang menjadi pegangan mereka dalam menyembah berhala-berhala itu. Bahkan sebenarnya mereka dalam penyembahannya itu hanyalah semata-mata mengikuti dugaan dan khayalan, kedustaan dan buat-buatan mereka sendiri.
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah yang telah menjadikan malam hari untuk hamba-hamba-Nya agar mereka beristirahat dari kelelahan dan kecapaian sehabis berusaha dan bekerja.
{وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا}
dan (menjadikan) siang hari terang-benderang. (Yunus: 67)
Maksudnya, terang-benderang untuk penghidupan mereka, usaha mereka, bepergian mereka, dan kepentingan-kepentingan mereka.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar. (Yunus: 67)
Yaitu yang mendengar hujah-hujah dan dalil-dalil ini, lalu mereka mengambil pelajaran darinya: dan mereka menyimpulkan darinya kebesaran dari Tuhan yang menciptakan, mengatur, dan memperjalankan semuanya itu.

Yunus, ayat 68-70

{قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ (4) عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (68) قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (69) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (70) }
Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, "Allah mem­punyai anak.” Mahasuci Allah, Dialah Yang Mahakaya, kepunyaan­Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kalian tidak mempunyai hujah tentang ini. Pantaskah kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung.” (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.
Allah Swt. berfirman mengingkari orang-orang yang beranggapan bahwa Dia mempunyai anak:
{سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ}
Mahasuci Allah: Dialah YangMahakaya. (Yunus: 68)
Yakni Mahasuci Allah dari apa yang mereka tuduhkan itu. Dia Mahakaya, tidak membutuhkan semuanya selain Dia sendiri, tetapi segala sesuatu berhajat kepada-Nya.
{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}
kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. (Yunus: 68)
Maka mana mungkin Dia mempunyai anak dari makhluk yang diciptakan-Nya, sedangkan segala sesuatu adalah milik-Nya dan merupakan hamba-Nya.
{إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا}
Kalian tidak mempunyai hujah tentang ini. (Yunus: 68)
Maksudnya, kalian tidak mempunyai dalil atau bukti atas apa yang telah kalian katakan. Perkataan kalian itu hanyalah dusta dan buat-buatan saja.
{أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}
Pantaskah kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? (Yunus: 68)
Ayat ini mengandung makna ingkar dan ancaman yang kuat serta peringatan yang keras, sama halnya dengan apa yang terkandung di dalam firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
Kemudian Allah mengancam orang-orang yang berdusta terhadap-Nya lagi berani membuat kebohongan terhadap-Nya dari kalangan orang-orang yang mendakwakan bahwa Allah mempunyai anak, bahwa mereka tidak beruntung di dunia dan di akhiratnya. Adapun di dunia, Allah memenuhi semua cita-cita mereka dan membuat mereka senang sebentar.
ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)
Dan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا}
(Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia. (Yunus: 70)
Maksudnya, dalam waktu yang pendek selama mereka hidup di dunia.
{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ}
kemudian kepada Kamilah mereka kembali. (Yunus: 70)
Yakni kelak di hari kiamat.
{ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ}
kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat. (Yunus: 70)
Yaitu siksa yang menyakitkan lagi sangat pedih.
{بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 70)
Yakni disebabkan kekufuran, kedustaan, dan buatan-buatan mereka terhadap Allah dalam dakwaan mereka yang bohong lagi keji itu.

Yunus, ayat 71-73

{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلا تُنْظِرُونِ (71) فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (72) فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَجَعَلْنَاهُمْ خَلائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ (73) }
Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, jika terasa berat bagi kalian tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepada kalian) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal. Karena itu, bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusan kalian itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Jika kalian berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).” Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ}
Dan bacakanlah kepada mereka. (Yunus: 71)
Maksudnya, ceritakanlah kepada mereka, yakni orang-orang kafir Mekah yang mendustakanmu dan menentangmu itu:
{نَبَأَ نُوحٍ}
berita penting tentang Nuh. (Yunus: 71)
Yakni berita tentang Nuh bersama kaumnya yang mendustakannya, bagaimana Allah membinasakan mereka dan menghancurkan mereka dengan menenggelamkan mereka semua tanpa ada yang tersisa. Dimaksudkan agar mereka bersikap hati-hati, jangan sampai tertimpa kehancuran dan kebinasaan yang pernah dialami oleh kaum Nabi Nuh.
{إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ}
Di waktu dia berkata kepada kaumnya.”Hai kaumku, jika terasa berat bagi kalian. (Yunus: 71)
Maksudnya, jika kalian merasa keberatan:
{مَقَامِي}
tinggal bersamaku. (Yunus: 71)
Yakni aku tinggal bersama kalian di tengah-tengah kalian:
{وَتَذْكِيرِي}
dan peringatanku (kepada kalian). (Yunus: 71)
{بِآيَاتِ اللَّهِ}
dengan ayat-ayat Allah. (Yunus: 71)
Yaitu hujah-hujah-Nya dan bukti-bukti-Nya.
{فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ}
Maka kepada Allah-lah aku bertawakal (Yunus : 71)
Artinya, sesungguhnya aku tidak mempedulikannya, tidak pula akan menghentikan seruanku kepada kalian, baik hal itu terasa berat ataupun tidak oleh kalian.
{فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ}
Karena itu. bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71)
Bersatulah kalian dan sekutu-sekutu kalian yang kalian seru selain Allah, yakni berhala-berhala dan sembahan-sembahan kalian itu.
{ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً}
Kemudian janganlah keputusan kalian itu dirahasiakan. (Yunus: 71)
Yakni janganlah kalian menjadikan urusan kalian ini menjadi membingungkan diri kalian sendiri, melainkan putuskanlah urusan kalian dan aku ini dengan tegas. Jika kalian menduga bahwa diri kalian benar, maka seranglah aku oleh kalian, dan habisilah aku ini.
وَلَا تَنْظُرُونَ
dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. (Yunus: 71)
Yakni janganlah kalian menangguhkan diriku barang sesaat pun. Jika kalian merasa mampu untuk itu, lakukanlah; karena sesungguhnya aku tidak akan mempedulikan kalian, dan aku sama sekali tidak takut kepada kalian, karena sesungguhnya kalian tidak mempunyai suatu kekuatan pun terhadapku. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Hud kepada kaumnya yang disitir oleh firman Allah Swt.:
{إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. (Hud: 54-56). hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ}
Jika kalian berpaling (dari peringatanku). (Yunus: 72)
Maksudnya, jika kalian mendustakanku dan berpaling dari ketaatan.
{فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ}
aku tidak menerima upah sedikit pun dari kalian. (Yunus: 72)
Yakni aku tidak meminta sesuatu pun dari kalian atas nasihatku ini.
{إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Yunus: 72)
Aku hanya mengerjakan apa yang diperintahkan kepadaku, yaitu berserah diri kepada Allah Swt. Islam adalah agama semua nabi, dari yang pertama hingga yang terakhir, sekalipun syariat mereka berbeda-beda dan sumbernya bermacam-macam, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا}
Untuk tiap-tiap umat di antara kalian. Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al-Maidah: 48)
Menurut Ibnu Abbas. makna yang dimaksud ialah jalan dan sunnah.
Dan Nabi Nuh a.s. dalam kesempatan ini mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya.
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Yunus: 72)
Dan Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Ibrahim a.s.. yaitu;
{إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya.”Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab, "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata), "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 131-I32)
Nabi Yusuf a.s. telah berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ}
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan), Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101)
Nabi Musa a.s. telah berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
"Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri.” (Yunus: 84)
Para ahli sihir Fir'aun berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ}
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). (Al-A'raf: 126)
Ratu Balqis berkata, sebagaimana yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 44)
Demikian pula firman Allah Swt. yang mengatakan:
{إِنَّا أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا}
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah. (Al-Maidah: 44)
{وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ}
Dan (ingatlah) ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia, "Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.” Mereka menjawab, "Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)." (Al-Maidah: 111)
Penutup para nabi dan rasul —yaitu penghulu umat manusia— telah berkata, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 162-163)
Yakni dari kalangan umat ini. Karena itulah di dalam sebuah hadis yang terbukti bersumber dari Nabi Saw. disebutkan:
"نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلات، دِينُنَا وَاحِدٌ"
Kami para nabi adalah saudara dari ibu yang berlainan, sedangkan agama kami adalah satu.
Yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. sekalipun syariat kita berbeda-beda. Itulah yang dimaksud makna dengan sabda: Auladun Illatun, yaitu saudara dari ibu yang berlainan, sedangkan ayah satu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ}
Lalu mereka mendustakan Nuh. maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya. (Yunus: 73)
Yakni orang-orang yang mengikuti agamanya.
{فِي الْفُلْكِ}
di dalam bahtera. (Yunus: 73)
Maksudnya, di dalam kapal.
{وَجَعَلْنَاهُمْ خَلائِفَ}
dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan. (Yunus: 73)
Yakni di muka bumi ini.
{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ}
dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. (Yunus: 73)
Artinya, hai Muhammad, perhatikanlah bagaimana Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan Kami binasakan orang-orang yang mendustakan

Yunus, ayat 75-78

{ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَى وَهَارُونَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ بِآيَاتِنَا فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ (75) فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا إِنَّ هَذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ (76) قَالَ مُوسَى أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ (77) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ (78) }
Kemudian sesudah rasul-rasul itu Kami utus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombong­kan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Tatkala datang kebenaran dari sisi Kami kepada mereka, mereka berkata, "Ini tiada lain kecuali sihir yang nyata.” Musa berkata, "Apakah kalian mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepada kalian, 'Sihirkah ini?', padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.” Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua."
Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ بَعَثْنَا}
Kemudian Kami utus. (Yunus: 75)
Maksudnya, sesudah rasul-rasul tersebut.
{مُوسَى وَهَارُونَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ}
Musa dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 75)
Lafaz al-mala' artinya kaum.
{بِآيَاتِنَا}
dengan membawa tanda-tanda. (Yunus: 75)
Yakni hujah-hujah dan bukti-bukti dari Kami.
{فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ}
maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (Yunus: 75)
Tetapi mereka angkuh, tidak mau mengikuti perkara yang hak dan tidak mau taat kepadanya. Maka mereka adalah kaum yang berdosa, seperti yang disebutkan oleh firman selanjutnya:
{فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا إِنَّ هَذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ}
Ketika datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, "Ini tiada lain kecuali sihir yang nyata.” (Yunus: 76)
Seakan-akan mereka bersumpah dalam melancarkan tuduhannya itu. semoga Allah melaknat mereka, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu dusta dan bohong, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. (An-Naml: 14). hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{قَاَلَ مُوسَى}
Musa berkata. (Yunus: 77)
Yaitu kepada mereka dengan nada mengingkari mereka.
{أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا}
Apakah kalian mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepada kalian, 'Sihirkah ini?', padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan. Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami. (Yunus: 77-78)
Yakni untuk membelokkan dan menyimpangkan kami.
{عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا}
dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya. (Yunus: 78)
Maksudnya adalah agama yang mereka peluk di masa lalu.
{وَتَكُونَ لَكُمَا}
dan supaya kamu berdua. (Yunus: 78)
Yakni bagi kamu dan Harun.
{الْكِبْرِيَاء}
kekuasaan. (Yunus: 78)
Artinya, kebesaran dan kepemimpinan.
{فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ}
Di muka bumi kami tidak akan mempercayai kamu berdua.” (Yunus: 78)
Allah Swt. sering kali menyebutkan kisah Musa a.s. bersama Fir'aun dalam Kitab-Nya yang mulia, karena sesungguhnya di dalamnya terkandung kisah yang paling menakjubkan. Sesungguhnya pada mulanya Fir'aun berlaku sangat hati-hati dan waspada terhadap kelahiran Musa. Lalu takdir Allah menundukkannya, sehingga Fir'aun sendiri —tanpa sepengetahuannya— justru yang memelihara orang yang diwaspadainya ini di dalam istananya, satu kamar dengannya, serta satu meja makan, karena menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Kemudian Musa tumbuh besar dan Allah membuatkan baginya suatu penyebab yang menjadi lantaran bagi pengusirannya dari istana Fir'aun dan para pemuka kaumnya. Lalu Allah memberinya kenabian dan kerasulan serta dapat berbicara langsung dengan-Nya.
Nabi Musa diutus oleh Allah kepada Fir'aun untuk menyerunya agar menyembah Allah dan kembali kepada-Nya. Saat itu Fir'aun berada dalam puncak kejayaannya dengan segala kebesaran dan pengaruh yang dimilikinya.
Nabi Musa a.s. datang kepadanya dengan membawa risalah dari Allah dan tiada yang  membantunya kecuali hanya saudara kandungnya, Yaitu Nabi Harun a.s. Tetapi Fir'aun membangkang, angkuh serta egois, emosi dan kecongkakannya makin menjadi-jadi. Bahkan dia mengaku-ngaku hal yang tidak pantas bagi dirinya, berani berbuat kurang ajar terhadap Allah, serta menghina dan menganiaya golongan orang-orang yang beriman dari kalangan kaum Bani Israil.
Akan tetapi. Allah memelihara Rasul-Nya (yaitu Nabi Musa) dan Nabi Harun serta meliputi keduanya dengan pertolongan-Nya dan menjaganya dengan mata kekuasaan-Nya yang tidak pernah tidur.
Hujah, perdebatan, dan mukjizat-mukjizat ditegakkan di tangan Nabi Musa. dan Allah menampakkannya melalui Nabi Musa secara berangsur-angsur dan berturut-turut, sehingga membuat akal kebingungan dan hati merasa kagum dengannya. Di hadapan mukjizat-mukjizat itu tiada suatu daya upaya pun yang dapat menghadapinya. Hal seperti itu tidak lain kecuali datang dari orang yang dikuatkan oleh Allah Swt. Setiap kali mukjizat muncul, disusul dengan mukjizat lainnya yang lebih me­ngagumkan.
وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا
Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar daripada mukjizat-mukjizat sebelumnya. (Az-Zukhruf: 48)
Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya —semoga Allah melaknat mereka— tetap bersikeras mendustakan semua mukjizat itu, meng­ingkarinya dan menyombongkan diri terhadapnya; sehingga pada akhirnya Allah menimpakan azabnya kepada mereka dengan azab yang tidak dapat dihindari, yaitu Allah menenggelamkan mereka semuanya dalam sekejap.
{فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai keakar-akamya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 45)

Yunus, ayat 83

{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ (83) }
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguh­nya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.
Allah Swt. menceritakan bahwa tidak ada yang beriman kepada Musa a.s. —sekalipun ia datang dengan membawa ayat-ayat yang jelas, hujah-hujah yang pasti, dan bukti-bukti yang jelas— melainkan hanya segolongan kecil dari kalangan kaum Fir'aun, yaitu terdiri atas para pemuda. Itu pun dengan dicekam oleh rasa takut dan khawatir terhadap pemuka-pemuka kaum Fir'aun, bila mereka mengembalikannya ke dalam kekufuran yang semula. Karena Fir'aun, la’natullah, adalah orang yang angkara murka, pengingkar kebenaran, dan melampaui batas dalam kecongkakan dan keingkarannya. Dia adalah orang yang sangat kejam sehingga rakyatnya sangat takut kepadanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. (Yunus: 83) Menurutnya, para pemuda yang beriman kepada Musa adalah dari kalangan selain Bani Israil, yaitu dari kalangan kaumnya Fir'aun; jumlah mereka sedikit. Antara lain ialah istri Fir'aun sendiri, orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun, dan bendahara Fir'aun beserta istrinya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Maka tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya (Fir'aun). (Yunus: 83) Yakni dari kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa makna zurriyyah ialah sejumlah kecil.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya. (Yunus: 83) Bahwa mereka adalah anak-anak dari orang-orang yang Musa diutus kepada mereka sejak semula, sedangkan bapak-bapak mereka telah meninggal dunia.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan pengertian zurriyyah ini, yaitu bahwa mereka adalah dari kalangan kaum Bani Israil. bukan dari kalangan kaum Fir'aun, mengingat kembalinya damir adalah kepada lafaz yang paling dekat dengannya.
Pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan istilah zurriyyah adalah para pemuda, dan bahwa mereka adalah dari kalangan Bani Israil; mengingat hal yang telah dimaklumi menyatakan bahwa kaum Bani Israil seluruhnya telah beriman kepada Musa a.s. dan mereka selalu menanti-nanti kedatangannya. Sebelum itu mereka telah mengenal ciri dan sifatnya serta berita gembira akan kedatangannya melalui kitab-kitab terdahulu. Dikatakan pula bahwa Allah kelak akan menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun, dan Allah akan memenangkan mereka atas Fir'aun. Karena itulah setelah berita itu sampai kepada Fir'aun, maka Fir'aun bersikap sangat waspada, tetapi ia tidak mempunyai jalan untuk menemukannya. Setelah Musa datang, barulah Fir'aun menindas kaum Bani Israil dengan penindasan yang keras. Disebutkan oleh firman Allah Swt:
{قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ}
Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kedatanganmu kepada kami dan sesudah kamu datang.” Musa menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan kalian khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatan kalian.” (Al-A'raf: 129)
Apabila telah terbukti hal ini, maka bagaimana mungkin bila makna yang dimaksud dari lafaz zuriyyah diartikan para pemuda dari kalangan kaum Musa, sedangkan mereka adalah kaum Bani Israil?
*******************
Firman Allah Swt.:
{عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ}
dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 83)
Maksudnya, orang-orang yang terkemuka dari kalangan kaum mereka akan menyiksa mereka, yakni pemuka-pemuka kaum Fir'aun. Di kalangan kaum Bani Israil sendiri tidak terdapat seorang pun yang dikhawatirkan akan terfitnah dari keimanannya selain Qarun. Sesungguhnya dia berasal dari kaum Musa, tetapi ia berbuat aniaya terhadap kaumnya, memihak kepada Fir'aun, dan bersahabat dengannya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa damir pada lafaz wamala-ihim kembali kepada Fir'aun dan para pembesar kerajaannya yang mengikutinya. Atau ada yang tidak disebutkan, yaitu lafaz aji; lalu kedudukannya diganti oleh mudaf ilaih. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, sekalipun Ibnu Jarir meriwayatkannya dari sebagian ahli Nahwu.
Dalil lainnya yang menunjukkan bahwa di kalangan Bani Israil tidak terdapat seorang pun kecuali beriman kepada Musa ialah firman Allah Swt. berikutnya.

Yunus, 84-86

{وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ (84) فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (85) وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (86) }
Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri.” Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”
Allah Swt. berfirman menceritakan tentang Musa, bahwa ia berkata kepada kaum Bani Israil:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah diri. (Yunus: 84)
Maka sesungguhnya Allah akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 36)

{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (At-Talaq: 3)
Allah Swt. sering kali menyebutkan ibadah dan bertawakal secara beriringan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123)
{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
Allah Swt. pun telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengucapkan ayat berikut ini secara berkali-kali dalam salat mereka:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Kaum Bani Israil telah melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan:
{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85)
Maksudnya, Janganlah Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami dan menjadikan mereka berkuasa atas kami sehingga mereka mengira bahwa semata-mata mereka berkuasa karena berada dipihak  yang benar sedangkan kita berada dipihak yang batil, ini menyebabkan mereka berada di atas angin.
Hal yang sama telah diriwayatkan yang bersumber dari Abu Mijlaz dan Abud-Duha. Sedangkan Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Mujahid, Janganlah Engkau mengazab kami melalui kekuatan Fir'aun dan pasukannya, dan jangan pula melalui tangan kekuasaan (malaikat) dari sisi Engkau yang pada akhirnya kaum Fir'aun akan mengatakan "Seandainya mereka berada di pihak yang benar, tentulah mereka tidak disiksa dan kita pun tidak dapat berkuasa atas mereka. Terlebih lagi menindas kita."
Abdur-Razzak telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyainah dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid mengenai firman-Nya: Ya Tahan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85) Maksudnya, janganlah Engkau membiarkan mereka dapat menguasai kami karena mereka pasti akan memfitnah kami.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ}
dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau. (Yunus: 86)
Yakni bebaskanlah kami berkat rahmat dan kebaikan dari-Mu.
{مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
dari (tipu daya) orang-orang yang kafir. (Yunus: 86)
Yaitu dari orang-orang yang kafir terhadap perkara yang hak dan yang berusaha membungkamnya. Kami telah beriman kepada Engkau dan bertawakal kepada Engkau.

Yunus, ayat 87

{وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87) }
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, "Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu, dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.”
Allah Swt. menyebutkan penyebab yang menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan kaumnya, serta bagaimana mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya Allah Swt. memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil rumah-rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً}
dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87)
Menurut As-Sauri dan lain-lainnya, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, firman Allah Swt.: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Maksudnya adalah, mereka diperintahkan untuk menjadikannya sebagai masjid-masjid untuk salat mereka.
As-Sauri telah meriwayatkan pula dari Ibnu Mansur, dari Ibrahim, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Bahwa mereka dicekam oleh rasa takut, lalu mereka diperintahkan untuk melakukan salat di rumah masing-masing. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan ayahnya (yaitu Zaid ibnu Aslam).
Seakan-akan hal tersebut, hanya Allah yang lebih mengetahui, di saat penindasan dari Fir'aun dan kaumnya terasa makin keras atas diri mereka yang mempersempit ruang gerak mereka; maka mereka diperintahkan untuk banyak melakukan salat. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ}
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 153)
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila meng­alami suatu musibah, maka beliau salat. Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ}
dan jadikanlah rumah-rumah itu oleh kalian tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87)
Yakni dengan pahala dan kemenangan yang dekat waktunya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Kami tidak mampu menampakkan salat kami kepada kaki tangan Fir'aun itu." Maka Allah mengizinkan mereka melakukan salat di rumah masing-masing. Dan Allah memerintahkan kepada mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka menghadap ke arah kiblat.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu sebagai tempat salat. (Yunus: 87) Ketika kaum Bani Israil merasa takut Fir'aun akan membunuh mereka di gereja-gereja tempat mereka berkumpul melakukan ibadahnya, maka mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai masjid-masjidnya dengan menghadap ke arah Ka'bah; mereka boleh melakukan sembahyangnya di dalam rumah masing-masing secara sembunyi-sembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah itu tempat ibadah. (Yunus: 87) Bahwa yang dimaksud dengan istilah qiblah ialah berhadapan, yakni sebagian darinya berhadapan dengan yang lainnya.

Yunus, ayat 90-92

{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92) }
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
Allah Swt. menceritakan tentang penenggelaman Fir'aun bersama bala tentaranya. Sesungguhnya orang-orang Bani Israil ketika pergi meninggalkan negeri Mesir mengiringi Nabi Musa a.s.. jumlah mereka —menurut suatu pendapat— ada enam ratus ribu orang selain keluarga mereka. Sebelum itu mereka pernah meminjam dari orang-orang Qibti (Egypt) banyak perhiasan emas yang belum sempat mereka kembalikan kepada para pemiliknya, akhirnya perhiasan itu dibawa oleh mereka.
Mendengar berita kepergian mereka, kemarahan Fir'aun semakin menjadi-jadi terhadap kaum Bani Israil. Maka ia mengirimkan banyak utusannya untuk mengumpulkan bala tentaranya dari berbagai kota besar yang berada di bawah kekuasaannya. Lalu ia menaiki kendaraannya dan pergi mengejar kaum Bani Israil, diikuti oleh pasukan yang sangat besar jumlahnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. terhadap mereka. Tidak ada seorang pun yang tertinggal dari Fir'aun, termasuk kalangan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan di berbagai wilayah kerajaannya.
Fir'aun bersama bala tentaranya akhirnya berhasil mengejar kaum Bani Israil di waktu matahari terbit. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syuara: 61)
Demikian itu terjadi setelah kaum Bani Israil sampai di tepi laut. sedangkan Fir'aun dan pasukannya berada di belakang mereka; dan tiada jalan lain bagi kedua belah pihak melainkan hanya berperang.
Pengikut-pengikut Nabi Musa a.s. mendesaknya untuk mencari jalan selamat dari kejaran mereka. Maka Nabi Musa a.s. menjawab bahwa ia diperintahkan oleh Allah untuk menempuh jalan itu.
{كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (Asy-Syu'ara: 62)
Bilamana dalam keadaan terjepit, maka jalan keluar menjadi luas. Allah memerintahkan kepada Nabi Musa untuk memukul laut yang ada di hadapannya dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, dan laut itu pun terbelah. Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, semuanya ada dua belas belahan, sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu jalan darinya. Dan Allah memerintahkan kepada angin untuk bertiup sehingga mengeringkan tanahnya.
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah takut akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Thaha: 77)
Sepanjang jalan air itu berlubang seperti jendela agar masing-masing kaum dapat melihat kaum lainnya dan agar mereka jangan menduga bahwa teman mereka binasa. Akhirnya kaum Bani Israil dapat melewati laut itu dengan selamat.
Setelah mereka sampai di tepi yang lainnya tanpa ada yang ketinggalan, maka Fir'aun dan bala tentaranya baru sampai ke tepi laut dari arah yang berlawanan. Saat itu Fir'aun bersama seratus ribu pasukan berkuda dan pasukan lainnya yang beraneka ragam.
Ketika melihat laut terbelah, ia merasa ngeri dan surut serta berniat akan kembali bersama pasukannya. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi, tiada jalan untuk menghindar dari takdir yang telah dipastikan. Doa Nabi Musa telah diperkenankan, akhirnya datanglah Malaikat Jibril a.s. seraya menunggang kudanya yang menarik, lalu kuda Malaikat Jibril lewat di dekat (di samping) kuda Fir'aun dan merayunya. Kemudian Malaikat Jibril langsung masuk ke jalan laut itu, maka semua kuda yang ada di belakangnya ikut memasuki laut itu menyusulnya.
Fir'aun tidak dapat berbuat apa-apa, maka ia memberikan semangat kepada pembesar-pembesar kaumnya, "Bani Israil bukanlah orang-orang yang lebih berhak untuk menempuh laut ini daripada kita." Maka semuanya masuk ke dalam laut, dan Malaikat Mikail berada di belakang mereka menggiring semuanya tanpa ada seorang pun yang dibiarkannya melainkan ikut menyusul teman-temannya.
Setelah semua pasukan berada di dalam laut tanpa ada yang ketinggalan, dan yang terdepan dari seluruh rombongan mereka hampir sampai di tepi laut yang lainnya, maka Allah Yang Mahakuasa memerin­tahkan kepada laut agar menutup dan menelan mereka. Maka laut menelan mereka semuanya tanpa ada seorang pun dari mereka yang selamat. Ombak laut mengombang-ambingkan mereka, mencampakkan dan membantingnya, menelan Fir'aun dan mengungkungnya sehingga Fir'aun menghadapi sakaratul maut. Maka pada saat itu juga Fir'aun berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90)
Fir'aun baru beriman di saat iman tiada manfaatnya lagi baginya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam menjawab Fir'aun yang telah mengatakan kata-kata tersebut, yaitu:
{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ}
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. (Yunus: 91)
Dengan kata lain. apakah baru sekarang kamu mengatakannya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka terhadap Allah sebelum ini.
{وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni di muka bumi karena telah menyesatkan manusia.
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41)
Kisah yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Fir'aun ini merupakan salah satu dari berita gaib yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَالَ فِرْعَوْنُ: {آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ} قَالَ: قَالَ لِي جِبْرِيلُ: [يَا مُحَمَّدُ] لَوْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ أَخَذْتُ [حَالًا] مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَدَسَسْتُهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أن تناله الرحمة"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah. dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran. dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Fir'aun berkata, "Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, " Jibril berkata kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika aku mengambil tanah liat dari laut, lalu aku jejalkan ke dalam mulut Fir’aun, karena khawatir bila ia akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan)."
Imam Turmuzi, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ وَعَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَأَدُسُّهُ فِي فَمِ فِرْعَوْنَ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ"
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Addi ibnu Sabit dan Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Jibril mengatakan kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika Fir’aun, karena takut akan mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan).”
Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya pula bersama Ibnu Jarir yang bukan hanya satu jalur, dari Syu'bah dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, garib, juga sahih, dan dalam riwayat yang lain disebutkan pada Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar. dari Syu'bah, dari Ata, dari Addi, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas; salah seorang di antara keduanya ada yang me-marfu'-kannya, seakan-akan salah seorang dari keduanya ada yang tidak me-marfu'-kannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Umar ibnu Abdullah ibnu Ya'la As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir'aun, Fir'aun mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seraya mengucapkan kalimat berikut dengan suara yang keras, yaitu kalimat yang disebutkan oleh firman-Nya: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Saat itu Malaikat Jibril merasa khawatir bila rahmat Allah mendahului murka-Nya. Maka Jibril mengambil tanah liat dengan kedua sayapnya, lalu tanah liat itu dipukulkan ke wajah Fir'aun dan menyumbat semua rongga kepalanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sufyan ibnu Waki', dari Abu Khalid dengan sanad yang sama secara mauauf.
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Abu Hurairah juga. Untuk itu, Ibnu Jarir mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَكَّام، عَنْ عَنْبَسة -هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ -عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَغُطُّهُ وَأَدُسُّ مِنَ الْحَالِ  فِي فِيهِ، مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ رَحْمَةُ اللَّهِ فَيَغْفِرَ لَهُ" يَعْنِي: فِرْعَوْنَ
telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah (yaitu Ibnu Abu Sa'id), dari Kasir ibnu Zazan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. an; men atakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril berkata kepadaku, "Hai Muhammad, sekiranya engkau melihatku di saat aku menyumbat dan menjejalkan mulutnya dengan tanah liat, karena takut bila dia mendapat rahmat dari Allah, lalu Allah mengampuninya (niscaya engkau akan melihat hal yang mengerikan)." Maksudnya adalah Fir'aun.
Menurut Ibnu Mu'in, Kasir ibnu Zazan ini orangnya tidak ia kenal. Abu Zar'ah dan Abu Hatim mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak dikenal. Tetapi perawi lainnya dalam sanad hadis ini semuanya berpredikat siqah. Hadis ini telah di-mursal-kan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Qatadah, Ibrahim At-Taimi, dan Maimun ibnu Mahran. Telah dinukil pula dari Ad-Dahhak ibnu Qais, bahwa ia menceritakan hadis ini dalam khotbahnya kepada orang banyak.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa sebagian kalangan Bani Israil merasa ragu dengan kematian Fir'aun. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mencampak­kan tubuh Fir'aun secara utuh tanpa roh dengan memakai baju besinya yang terkenal itu ke daratan yang tinggi agar mereka dapat mengecek kebenaran atas kematiannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Maka pada hari ini Kami selamatkan Kamu (Yunus : 92) Maksudnya, Kami angkat kamu ke suatu dataran yang tinggi. yakni tubuhmu. (Yunus: 92)
Menurut Mujahid, maknanya ialah jasadnya; sedangkan menurut Al-Hasan adalah jasad tanpa roh. Menurut Abdullah ibnu Syaddad yaitu keadaan tubuh yang utuh, yakni tidak ada yang sobek, agar mereka mengecek dan mengenalnya. Menurut Abu Sakhr berikut dengan baju besinya. Semua pendapat ini tidak ada pertentangan satu sama lainnya, melainkan saling melengkapi, seperti keterangan di atas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Yakni agar kamu dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa kamu telah mati dan binasa; dan bahwa Allah, Dialah Yang Mahakuasa yang semua jiwa makhluk hidup berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan di hadapan kemurkaan-­Nya.
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa firman-Nya: supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 92) Yaitu tidak mau mengambil pelajaran dan peringatan darinya.
Kebinasaan Fir'aun beserta kaumnya terjadi pada hari 'Asyura, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari dalam riwayat hadisnya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَر، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينَة، وَالْيَهُودُ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ، فَصُومُوهُ"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir'aun." Maka Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih berhak terhadap Musa daripada mereka, maka puasalah kalian pada hari ini.

Yunus, ayat 93

{وَلَقَدْ بَوَّأْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (93) }
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
Allah Swt. menceritakan perihal nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada kaum Bani Israil, yaitu nikmat agama dan duniawi. Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مُبَوَّأَ صِدْقٍ}
di tempat kediaman yang bagus (Yunus- : 93)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah kota-kota di negeri Mesir dan negeri Syam yang terletak di sekitar Baitul Maqdis dan kawasan sekelilingnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. setelah membinasakan Fir'aun dan bala tentaranya, maka kekuasaan negeri-negeri Mesir seluruhnya berada di tangan Nabi Musa, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137)
{فَأَخْرَجْنَاهُمْ مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Maka Kami keluarkan Fir’aun dan kaum-kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara: 57-59)
كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan. (Ad-Dukhan: 25), hingga beberapa ayat berikutnya
Akan tetapi, mereka bersama Musa a.s. terus berjalan mencari Baitul Muqaddas yang merupakan negeri Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. Mereka terus mengikuti Nabi Musa yang mencari Baitul Maqdis yang saat itu telah diduduki oleh suatu kaum dari bangsa 'Amaliqah.
Bani Israil surut mundur, tidak mau berperang melawan mereka. Maka Allah menyesatkan kaum Bani Israil di Padang Tih selama empat puluh tahun. Dalam masa itu Harun meninggal dunia, kemudian disusul oleh Nabi Musa a.s.
Setelah keduanya wafat, mereka berhasil keluar dari Padang Tih itu bersama Yusya' ibnu Nun. dan Allah membukakan bagi mereka Baitul Muqaddas. Sejak saat itu kekuasaan Baitul Muqaddas berada di tangan mereka sampai direbut oleh Bukhtansar selama beberapa masa, tetapi pada akhirnya dapat direbut kembali oleh Bani Israil.
Sesudah itu negeri Baitul Muqaddas direbut oleh raja-raja Yunani, dan mereka menguasainya dalam kurun waktu yang cukup lama. Di masa itulah Allah Swt. mengutus Nabi Isa ibnu Maryam a.s. Maka orang-orang Yahudi —semoga Allah melaknat mereka— meminta bantuan kepada raja-raja Yunani itu untuk memusuhi Isa a.s.; saat itu orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan mereka.
Orang-orang Yahudi melancarkan hasutannya terhadap Isa a.s. di hadapan raja-raja Yunani dan mengatakan kepada mereka bahwa Isa telah mengadakan pergerakan yang membuat rakyat kerajaan menjadi rusak. Maka raja-raja Yunani mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap Isa a.s.
Lalu Allah Swt. mengangkat Isa kepada-Nya dan menyerupakan salah seorang dari kaum Hawariyin dengannya di mata mereka atas kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Kemudian mereka menangkap orang yang serupa dengan Isa itu dan menyalibnya, mereka menduga bahwa dia adalah Isa.
{وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا}
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (An-Nisa:157-158)
Tiga ratus tahun kemudian sesudah Isa a.s. masuklah Konstantin, salah seorang raja Yunani, ke dalam agama Nasrani. Dia adalah seorang filosof sebelum itu. Menurut suatu pendapat, ia masuk ke dalam agama Nasrani karena taqiyyah (diplomasi): dan menurut pendapat yang lainnya lagi sebagai tipu muslihat untuk merusak agama dari dalam.
Maka para uskup dari kalangan mereka membuat undang-undang dan syariat-syariat dalam agama Nasrani untuknya yang mereka buat-buat dan ada-adakan sendiri. Dan Raja Konstantin membuatkan untuk mereka gereja-gereja, biara-biara yang besar dan yang kecil, serta patung-patung dan tempat-tempat peribadatan Nasrani. Di masa itu agama Nasrani mengalami kemajuan yang pesat; dan terkenal dengan adanya penggantian, perubahan, penyimpangan yang banyak, serta kedustaan sehingga bertentangan dengan agama Al-Masih yang asli.
Tiada seorang pun dari kalangan Bani Israil yang bertahan pada agama Al-Masih yang asli, kecuali sedikit orang dari kalangan para rahib yang memencilkan dirinya di padang sahara dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian dengan rumah-rumah peribadatan mereka.
Agama Nasrani menguasai negeri Syam, sebagian dari Jazirah Arab, dan negeri-negeri Romawi. Raja Konstantin membangun sebuah kota besar yang diberi nama Konstantinopel, lalu Qumamah, Bait Lahm, dan berbagai gereja di Baitul Maqdis dan kota-kota di Hauran. seperti kota Basra dan lain-lainnya; bangunan-bangunan yang didirikannya itu cukup megah dan kuat. Sejak saat itulah salib mulai disembah, dan mereka sembahyang dengan menghadap ke arah timur, lalu mereka menggambar semua gereja, menghalalkan daging babi, dan lain-lainnya yang mereka buat-buat dalam agama mereka, baik yang menyangkut masalah cabang maupun pokoknya. Mereka juga membuat amanat yang kecil untuk sang raja, lalu mereka menamakannya dengan amanat yang besar dan membuat untuknya banyak undang-undang; keterangan mengenai hal ini cukup panjang.
Kekuasaan mereka masih tetap bercokol di negeri-negeri tersebut hingga negeri-negeri itu berhasil direbut dari tangan mereka oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw. Dan kota Baitul Maqdis berhasil ditaklukkan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
Dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. (Yunus: 93)
Yakni rezeki yang halal lagi baik, bermanfaat serta dinilai baik untuk keperluan tubuh dan agama.
Firman Allah Swt.:
{فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ}
Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang Kepada mereka pengetahuan (yang tersebut di dalam Taurat). (Yunus: 93)
Maksudnya, tidaklah mereka berselisih dalam sesuatu masalah melainkan setelah mereka mendapat pengetahuan. Dengan kata lain. sebenarnya mereka tidak usah berselisih pendapat karena Allah telah menjelaskan kepada mereka dan menghapuskan dari mereka semua kekeliruan. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
أَنَّ الْيَهُودَ اخْتَلَفُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَأَنَّ النَّصَارَى اخْتَلَفُوا عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، مِنْهَا وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ. قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
Bahwa orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini kelak akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, salah satu golongan darinya masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka. Ditanyakan kepada Rasulullah, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Tuntunan yang dijalankan olehku dan sahabat-sahabatku.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkannya dengan lafaz yang sama, dan hadis ini terdapat pula di dalam kitab-kitab Sunnah dan kitab-kitab Musnad. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ}
Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka. (Yunus: 93)
Yakni akan memutuskan peradilan di antara mereka.
{يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (Yunus: 93)

Yunus, ayat 94-97

{فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنزلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (94) وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (95) إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ (97) }
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi. Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.
Qatadah ibnu Di'amah mengatakan bahwa telah sampai kepada kami suatu berita yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.telah bersabda:
"لَا أَشُكُّ وَلَا أَسْأَلُ"
Aku tidak pernah merasa ragu dan tidak pernah (pula) bertanya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan Al-Hasan Al-Basri.
Di dalam ayat ini terkandung makna penegasan kepada umat Nabi Saw. dan sekaligus sebagai pemberitahuan kepada mereka bahwa sifat Nabi mereka terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu yang ada di tangan ahli kitab, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ} الْآيَةَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul. Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.
Sekalipun dengan adanya pengetahuan yang telah mereka ketahui dari kitab-kitab mereka, sehingga mereka mengenal Nabi Saw. (ciri-cirinya) sebagaimana mereka mengenali anak-anaknya sendiri, tetapi mereka memalsukan hal itu dan mereka mengubah serta menggantinya. Dan mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw., sekalipun hujah telah jelas bagi mereka. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)
Artinya, tidak sekali-kali mereka beriman dengan keimanan yang bermanfaat bagi diri mereka, melainkan iman mereka baru muncul di saat tiada manfaatnya lagi iman bagi diri seseorang. Seperti yang pernah didoakan oleh Nabi Musa a.s. untuk kebinasaan Fir aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Ya Tuhan kami. binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Allah Swt. telah berfirman pula dalam ayat yang lain:
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-An'am: 111)

Yunus, ayat 98

{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (98) }
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus. Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.
Allah Swt. berfirman, "Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang seluruhnya beriman dari kalangan umat-umat terdahulu yang Kami kirimkan kepada mereka rasul-rasul Kami? Bahkan tidak sekali-kali Kami mengutus seorang rasul sebelum kamu, hai Muhammad, melainkan ia didustakan oleh kaumnya atau oleh kebanyakan dari mereka." Hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30)
{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ}
Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia itu adalah seorang tukang sihir atau orang gila." (Adz-Dzariyat: 52)
{وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"عُرِضَ عَلَيَّ الْأَنْبِيَاءُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الْفِئَامُ مِنَ النَّاسِ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ"
Ditampilkan kepadaku para nabi. Maka ada seorang nabi yang lewat dengan ditemani oleh beberapa golongan orang, dan ada seorang nabi yang lewat hanya bersama seorang saja, ada pula seorang nabi yang hanya ditemani oleh dua orang, serta ada seorang nabi (yang lewat) tanpa ditemani oleh seorang pun.
Kemudian Nabi Saw. menyebutkan pengikut Nabi Musa a.s. yang cukup banyak. Nabi Saw. menyebutkan pula jumlah umatnya yang jauh lebih banyak sehingga karena banyaknya itu maka cakrawala timur dan barat penuh dengan umatnya.
Makna yang dimaksud ialah 'tidak ada suatu penduduk kota pun yang seluruhnya beriman kepada nabi mereka dari kalangan umat terdahulu kecuali umat Nabi Yunus'. Mereka adalah penduduk negeri Nainawi, tiadalah iman mereka kecuali karena takut akan tertimpa azab yang telah diperingatkan kepada mereka oleh rasul mereka, sesudah mereka melihat adanya tanda-tanda kedatangan azab itu, sedangkan rasul mereka telah pergi meninggalkan mereka.
Pada mulanya mereka menentang Allah, lalu mereka sadar, maka mereka meminta pertolongan kepada Allah seraya merendahkan diri kepada-Nya. Mereka melakukannya dengan membawa semua anak kecil mereka, hewan-hewan kendaraan, serta ternak mereka. Lalu mereka meminta kepada Allah agar azab dilenyapkan dari mereka, yakni azab yang pernah diperingatkan oleh nabi mereka. Maka pada saat itu Allah mengasihani mereka, melenyapkan azab yang akan diturunkan-Nya kepada mereka, dan menangguhkan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
selain kaum Yunus, tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Ulama tafsir berbeda pendapat, apakah azab di akhirat dihilangkan pula dari mereka bersamaan dengan azab dunia, ataukah yang dihilangkan dari mereka hanyalah azab dunia saja? Ada dua pendapat mengenainya:
Pertama, sesungguhnya yang dilenyapkan dari mereka hanyalah azab dunia, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh ayat ini.
Kedua, yang dilenyapkan adalah azab di dunia dan di akhirat; karena berdasarkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 147-148)
Dalam ayat ini lafaz iman disebutkan secara mutlak tanpa ikatan, sedangkan iman itu dapat menyelamatkan seseorang dari azab ukhrawi; hal ini jelas.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Qatadah mengatakan bahwa tidak bermanfaat penduduk suatu kota yang tadiny'a kafir lalu beriman, jika azab telah datang, lalu mereka dibiarkan, kecuali kaum Yunus. Mereka kehilangan Nabinya, dan mereka menduga bahwa azab telah dekat akan menimpa mereka. Lalu Allah menanamkan ke dalam hati mereka iman yang mendorong mereka untuk bertobat. Maka mereka memakai pakaian lusuh, lalu memisahkan antara ternak mereka dengan anak-anaknya, kemudian menggiringnya (ke suatu tanah lapang) untuk bertobat kepada Allah selama empat puluh hari.
Ketika Allah melihat kesungguhan dan kebenaran tobat serta penyesalan dalam hati mereka atas semua dosa yang telah mereka lakukan di masa sebelumnya, maka Allah menghilangkan azab dari mereka, padahal azab telah dekat akan menimpa mereka.
Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu riwayat, kaum Nabi Yunus bertempat di kota Nainawi yang terletak di negeri Mausul. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Disebutkan pula bahwa Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Fahalla kanat qaryatun amanat (Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman?).
Abu Imran telah meriwayatkan dari Abul Jalad yang mengatakan bahwa ketika azab akan turun kepada mereka (kaum Nabi Yunus), azab itu berputar di atas kepala mereka seperti awan yang sangat gelap. Lalu mereka pergi menemui seorang ulama dari kalangan mereka, dan mereka berkata, "Ajarkanlah kepada kami suatu doa yang akan kami panjatkan. Mudah-mudahan Allah menghilangkan azab ini dari kita." Maka ulama itu menjawab:
يَا حَيُّ حِينَ لَا حَيَّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.
Ucapkanlah, "Hai Yang Mahahidup di saat tiada yang hidup, hai Yang Mahahidup Yang menghidupkan orang-orang yang mati, hai Yang Mahahidup, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Maka Allah menghilangkan azab itu dari mereka. Kisah ini selengkapnya akan disebutkan secara rinci di dalam tafsir surat Ash-Shaffat.

Yunus, ayat 99-100

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ (100) }
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ}
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki. (Yunus: 99)
hai Muhammad, niscaya Dia mengizinkan seluruh penduduk bumi untuk beriman kepada apa yang disampaikan olehmu kepada mereka, lalu me­reka beriman semuanya. Akan tetapi, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dalam semua apa yang dilakukan-Nya. Pengertiannya semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Hud: 118-119)
{أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا}
Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. (Ar-Ra'd: 31)
Karena itulah dalam ayat (surat) ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ}
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia. (Yunus: 99)
Yakni kamu paksa dan kamu tindas mereka.
{حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Yunus: 99)
Tidak ada hak bagimu melakukan hal itu, dan hal itu bukanlah diserahkan kepadamu melainkan hanya kepada Allah.
Sama halnya dengan firman-firman Allah Swt. berikut ini:
{يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}
Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fathir: 8)
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
{لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
Boleh jadi kamu (Muhammad) membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sukai. (Al-Qashash: 56)
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40)
{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصيْطِرٍ}
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Gasyiyah: 21-22)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha Memperbuat segala apa yang dikehendaki-Nya, Yang menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, disebabkan pengetahuan, hikmah, dan keadilan-Nya.
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ}
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan. (Yunus: 100)
Yang dimaksud dengan ar-raijs ialah kerusakan dan kesesatan.
{عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ}
kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus: 100)
Yakni tidak mempergunakan akalnya untuk memikirkan hujah-hujah dan dalil-dalil Allah. Allah Mahaadil dalam melakukan hal tersebut, yaitu dalam memberi petunjuk kepada orang yang ditunjuki-Nya dan menyesatkan orang yang disesatkan-Nya.

Yunus, ayat 101-103

{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (101) فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (102) ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ (103) }
Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. Katakanlah, "Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kalian.” Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.
Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk merenung­kan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan semua makhluk yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, yang semuanya itu mengandung tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan akan kekuasaan Allah Yang Mahabesar bagi orang-orang yang berakal.
Makhluk Allah yang ada di langit antara lain ialah bintang-bintang yang bersinar terang —ada yang tetap dan ada yang beredar—, juga matahari serta rembulan, adanya siang dan malam yang keduanya silih berganti. Salah satunya masuk kepada yang lain hingga menjadi panjang waktunya, sedangkan yang lainnya menjadi pendek waktunya; demikian pula sebaliknya.
Langit yang tinggi dan luas serta keindahannya dan semua hiasan yang ada padanya adalah makhluk Allah pula. Allah menurunkan hujan dari langit, dengan hujan itu Allah menghidupkan bumi sesudah matinya; dan dikeluarkan-Nya dari bumi berbagai macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan yang menghasilkan biji-bijian dan buah-buahan serta bunga-bunga yang beraneka ragam warnanya. Dan Allah menyebarkan di bumi berbagai macam hewan dan ternak yang beraneka ragam bentuk, warna dan kegunaannya. Di bumi terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi, dataran-dataran yang luas menghampar, padang-padang sahara, hutan belantara, dan daerah-daerah yang layak untuk dihuni.
Begitu pula di laut dengan ombaknya, di dalamnya terkandung banyak hal yang menakjubkan. Sekalipun demikian, laut ditundukkan oleh Allah dan dimudahkan sehingga dapat ditempuh oleh bahtera. Laut membawa kapal-kapal dan perahu-perahu berlayar dengan lembutnya berkat kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menundukkannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang mem­beri peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: l01)
Aninya, apakah lagi yang dapat memberikan manfaat kepada kaum yang tidak beriman sesudah adanya tanda-tanda kekuasaan Allah yang di langit dan di bumi, serta rasul-rasul yang datang membawa ayat-ayat-Nya. hujah-hujah-Nya, dan bukti-bukti dari-Nya yang menunjukkan kebenaran apa yang disampaikan oleh rasul-rasul itu? Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ}
Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. (Yunus: 102)
Yakni tidaklah mereka yang mendustakanmu, hai Muhammad, me­nunggu pembalasan dan azab, melainkan seperti apa yang telah diberlakukan Allah terhadap orang-orang yang sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya.
{قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا}
Katakanlah, "Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kalian." Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. (Yunus: 102-103)
Artinya, Kami binasakan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul itu.
{كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ}
demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (Yunus: 103)
Yaitu suatu keharusan yang ditetapkan oleh Allah atas diri-Nya sendiri Yang Mahamulia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي"
Sesungguhnya Allah telah menulis suatu kitab yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka­Ku.
Menurut salinan Makkiyyah disebutkan, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku."

Yunus, ayat 104-107

{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (104) وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (105) وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107) }
Katakanlah, "Hai manusia, jika kalian masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kalian sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kalian dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman, " dan (aku telah diperintah), "Hadap­kanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah meng­hendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw., "Katakanlah, 'Hai manusia, jika kalian masih meragukan tentang kebenaran apa yang aku sampaikan kepada kalian, yaitu agama yang lurus ini, yang diwahyukan Allah kepadaku, maka aku tidak akan menyembah yang kalian sembah selain Allah, tetapi aku hanya menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Yang mematikan dan yang menghidupkan kalian, kemudian kepada-Nya­lah kalian dikembalikan. Jika sembahan-sembahan yang kalian seru selain Allah itu adalah benar, maka serulah dia agar menimpakan mudarat (bahaya) kepadaku. Pastilah ia tidak dapat menimpakan mudarat, tidak pula manfaat. Karena sesungguhnya yang dapat menimpakan mudarat dan memberi manfaat adalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku diperintahkan agar termasuk orang-orang yang beriman'."
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا }
dan (aku telah diperintah), "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas.” (Yunus: 105)
Maksudnya, ikhlaslah dalam beribadah, ikhlaskanlah ibadahmu hanya kepada Allah semata dengan hati yang menyimpang dari kemusyrikan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. (Yunus: 105)
Ayat ini di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
dan aku diperintahkan supaya termasuk orang-orang yang beriman. (Yunus: 104)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ}
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan. (Yunus: 107), hingga akhir ayat.
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menjelaskan bahwa kebaikan dan keburukan serta manfaat dan mudarat itu hanyalah bersumber dari Allah Swt. semata, tiada seorang pun yang menyekutui-Nya dalam hal ini. Dialah yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya.
Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Dafwan ibnu Sulaim telah meriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnu Wahb bahwa:
أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عِيسَى بْنِ مُوسَى، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ: "اطْلُبُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ كُلَّهُ، وَتَعَرَّضُوا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحِمَتِهِ، يُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَاسْأَلُوهُ أَنْ يَسْتُرَ عَوْرَاتِكُمْ، وَيُؤَمِّنَ رَوْعَاتِكُمْ"
telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ayyub, dari Isa ibnu Musa, dari Safwan ibnu Sulaim, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Carilah kebaikan sepanjang masa kalian, dan carilah karunia-karunia Tuhan kalian, karena sesungguhnya Allah mempunyai karunia-karunia dari sebagian rahmat-Nya yang dapat diperoleh oleh siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. Dan mintalah kalian kepada-Nya, mudah-mudahan aurat kalian ditutupi dan diamankan dari rasa takut.
Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkannya lagi melalui jalur Al-Lais, dari Isa ibnu Musa, dari Safwan (seorang lelaki dari kalangan Asyja'), dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}
Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yunus: 107)
Yakni kepada orang yang bertobat kepada-Nya dari segala dosa, sekalipun dari dosa mempersekutukan Allah; jika ia bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.

Yunus, ayat 108-109

{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (108) وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (109) }
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhan kalian. Oleh sebab itu, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian.” Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mencerita­kan kepada manusia bahwa apa yang ia sampaikan kepada mereka dari sisi Allah adalah benar, tiada keraguan dan tiada kebimbangan di dalamnya. Maka barang siapa yang mendapat petunjuk dengannya dan mengikutinya, maka sesungguhnya manfaat dari perbuatannya itu akan dipetik oleh dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat darinya, maka sesungguhnya kemudaratan dan akibatnya hanyalah akan menimpa dirinya sendiri.
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ}
Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian. (Yunus: 108)
Artinya, aku bukanlah seorang yang ditugaskan untuk menjaga kalian agar kalian beriman. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan kepada kalian, sedangkan yang memberi hidayah (petunjuk) hanyalah Allah.
Firman Allah Swt.:
{وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ}
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah. (Yunus: 109)
Yakni berpeganglah kamu kepada apa yang diturunkan Allah kepadamu dan yang telah diwahyukan kepadamu, serta bersabarlah dalam menghadapi manusia yang menentangmu.
{حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ}
hingga Allah memberi keputusan. (Yunus: 109)
Maksudnya, semoga Allah memberikan jalan keluar antara kamu dan mereka.
{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}
dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Yunus: 109)

Yaitu sebaik-baik pemberi jalan keluar, berkat keadilan dan kebijaksanaan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar