10. SURAT YUNUS
تَفْسِيرُ سُورَةِ يُونُسَ
Makkiyyah, 109 atau 110 ayat. Kecuali ayat 40, 94, 95, 96
Madaniyyah Turun sesudah Surat Al-Isra
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Yunus, ayat 1-2
{الر تِلْكَ آيَاتُ
الْكِتَابِ الْحَكِيمِ (1) أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى
رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ
قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ
مُبِينٌ (2) }
Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang
laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan
gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi
di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir
yang nyata."
Mengenai
huruf-huruf yang mengawali surat-surat Al-Qur'an, telah disebutkan
keterangannya pada permulaan tafsir surat Al-Baqarah.
Abud
Duha telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: Alif
Lam Ra. (Yunus: l) Yakni Aku, Allah, melihat. Hal yang sama telah dikatakan
oleh Qatadah dan lain-lainnya.
{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ}
Inilah
ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. (Yunus:
1)
Artinya,
inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hukum yang jelas.
Mujahid
mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Kitab
yang mengandung hikmah. (Yunus: l) Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan
'Kitab' adalah kitab Taurat dan Zabur.
Qatadah
mengatakan bahwa makna tilka ayatul kitab ialah 'inilah ayat-ayat
kitab', yakni kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Qur'an. Pendapat ini menurut
penulis (Ibnu Kasir) tidak dikenal jalurnya, demikian juga maknanya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا}
Patutkah
menjadi keheranan bagi manusia. (Yunus:
2), hingga akhir ayat.
Allah
Swt. mengingkari sikap orang-orang kafir yang merasa heran terhadap para rasul
karena para rasul itu dari kalangan manusia, seperti yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam kisah-Nya mengenai umat-umat terdahulu melalui firman-Nya:
{أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}
Apakah
manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami? (At-Taghabun: 6)
Nabi
Hud dan Nabi Saleh berkata kepada kaumnya masing-masing, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ
رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ}
Dan
apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada
kalian peringatan dari Tuhan kalian dengan perantaraan seorang laki-laki dari
golongan kalian. (Al-A'raf: 63)
Allah
Swt. pun berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka
telah mengatakan:
{أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ
هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ}
Mengapa
ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu hal yang sangat mengherankan. (Shad:
5)
Ad-Dahhak
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Allah mengutus Nabi Muhammad
Saw. menjadi rasul, maka orang-orang Arab mengingkari hal tersebut, atau ada
sebagian dari mereka yang mengingkarinya. Lalu mereka berkata, "Mahabesar
Allah, bila Dia mengutus Rasul-Nya seorang manusia seperti Muhammad ini."
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Patutkah
menjadi keheranan bagi manusia. (Yunus: 2), hingga akhir ayat.
*******************
Mengenai
firman Allah Swt.:
{أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ
رَبِّهِمْ}
bahwa
mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2)
Para
ulama berselisih pendapat tentang takwil ayat ini.
Ali
ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang
tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2) Bahwa dalam kitab terdahulu (Lauh
Mahfuz) telah dituliskan bahwa mereka memperoleh kebahagiaan.
Al-Aufi
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: bahwa
mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. (Yunus: 2)
Yakni pahala yang baik karena amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Abdur Rahman
ibnu Zaid ibnu Aslam.
Makna
ayat ini sama dengan firman-Nya:
لِيُنْذِرَ
بَأْسًا شَدِيدًا
untuk
memberi peringatan akan siksaan yang sangat pedih. (Al-Kahfi: 2), hingga akhir ayat.
Mujahid
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bahwa mereka mempunyai
kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka. Yunus: 2) Yakni amal-amal
saleh, yaitu salat, puasa, sedekah, dan tasbih mereka. Mujahid mengatakan
bahwa Nabi Muhammad Saw. memberikan syafaat kepada mereka.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam dan Muqatil ibnu Hayyan. Qatadah
mengatakan, makna ayat ialah kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.
Ibnu
Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna yang dimaksud
ialah amal-amal saleh yang telah mereka kerjakan dan menjadi tabungan bagi
mereka di sisi Tuhannya. Perihalnya sama dengan kalimat yang mengatakan, "Qadamun
fil Islam, " yakni mempunyai jasa dalam Islam.
Hissan
ibnu Sabit telah mengatakan:
لَنَا القَدَمُ
العُليا إِلَيْكَ وخَلْفُنا لأوَّلِنا فِي طاعَة اللهِ تَابعُ ...
Kami mempunyai jasa yang besar kepadamu
dan kami berbeda dengan para pendahulu kami berkat ketaatan (kami) kepada
Allah, sebagai jasa berikutnya.
Zur
Rummah dalam salah satu bait syairnya mengatakan:
لكُم قَدَمٌ لَا يُنْكرُ
الناسُ أَنَّهَا ... مَعَ الحسَبِ العَادِيّ طَمَّت عَلَى البَحْرِ
Kalian mempunyai jasa yang besar yang
tidak dilupakan oleh semua orang, bahwa jasa itu sekalipun dari yang
berkedudukan biasa, keharumannya dapat menutupi laut.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ
مُبِينٌ}
Orang-orang
kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad)
benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2)
Dengan
kata lain, sekalipun Kami telah mengutus kepada mereka seorang rasul dari
kalangan mereka sendiri —yakni dari kaum mereka sendiri— untuk menyampaikan
berita gembira dan memberi peringatan kepada mereka: orang-orang kafir
berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah
tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2) Mubin artinya jelas dan nyata,
padahal mereka adalah orang-orang yang dusta dalam hal tersebut.
Yunus, ayat 3
{إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى
عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (3) }
Sesungguhnya Tuhan
kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun
yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kalian, maka
sembahlah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran?
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan
semesta alam seluruhnya, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan ayyam dalam ayat ini
sama dengan hari-hari kita sekarang. Sedangkan menurut pendapat lainnya, setiap
hari sama dengan seribu tahun menurut perhitungan kalian, seperti yang akan
diterangkan kemudian.
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Yunus:
3)
'Arasy ialah makhluk yang paling besar dan
merupakan atap dari semua Makhluk.
Ibnu Abi Hatim mengatakan telah menceritakan
kepada kami. Hajjaj ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Sa’d At-Ta-i berkata, '"Arasy adalah yaqut berwarna
merah." Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah menciptakan 'Arasy dari
nur-Nya. tetapi pendapat ini garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يُدَبِّرُ الأمْرَ}
untuk mengatur segala urusan. (Yunus: 3)
Artinya, mengatur semua makhluk. Allah Swt. telah
berfirman:
{لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي
السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Tidak ada tersembunyi dari-Nya seberat zarrah
pun yang ada di langit dan yang ada di bumi. (Saba: 3)
Dan tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya.
Segala macam masalah tidak akan membuat-Nya keliru. Dia tidak pernah bosan
dengan banyaknya orang yang meminta dengan mendesak, serta perhatian-Nya kepada
yang besar tidak melupakan-Nya untuk memperhatikan yang kecil yang terdapat di
gunung-gunung, lautan-lautan, dan kota-kota serta padang-padang sahara, seperti
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى
اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ
مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya. (Hud: 6), hingga akhir
ayat.
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ
وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا
يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)
Ad-Darawardi telah meriwayatkan dari Sa'd ibnu
Ishaq ibnu Ka’b ibnu Ujrah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan,
yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang
menciptakan langit dan bumi. (Yunus: 3), hingga akhir ayat. Maka mereka
bersua dengan iringan yang besar, yang mereka lihat tiada lain kecuali dari
kalangan orang-orang Arab Badui. Lalu mereka berkata kepada iringan tersebut,
"Siapakah kalian ini?" Iringan itu menjawab, "Kami dari bangsa
jin, kami diusir dari Madinah oleh ayat ini." Demikianlah menurut riwayat
Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ
إِذْنِهِ}
Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat
kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Yunus: 3)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا
بِإِذْنِهِ}
Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat
di sisi Allah melainkan dengan seizin dari-Nya. (Al-Baqarah: 255)
{وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي
السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى}
Dan berapa banyaknya malaikat di langit,
syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi
orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya). (An-Najm: 26)
{وَلا تَنْفَعُ
الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah
melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat. (Saba:
23)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ
أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
(Dzat) yang demikian itulah Allah. Tuhan
kalian, maka sembahlah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? (Yunus:
3)
Maksudnya, esakanlah Dia dengan hanya
menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? (Yunus:
3)
hai orang-orang musyrik, dalam urusan kalian;
karena kalian telah menyembah tuhan yang lain beserta Allah, padahal kalian
mengetahui bahwa Dialah Yang Maha Esa Yang menciptakan makhluk. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya melalui firman-Nya:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka.”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab,
"Allah." (Luqman: 25)
{قُلْ مَنْ رَبُّ
السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ
أَفَلا تَتَّقُونَ}
Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit
yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?” Mereka akan menjawab,
"Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak
bertakwa?" (Al-Mu’minun: 86-87)
Demikian pula ayat yang sebelum dan yang
sesudahnya, semuanya bermakna senada.
Yunus, ayat 4
{إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ
جَمِيعًا وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ
كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا
يَكْفُرُونَ (4) }
Hanya kepada-Nyalah kalian semuanya akan kembali; sebagai janji
yang benar dari Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada
permulaannya, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia
memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal
saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang
panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Allah
Swt. menceritakan bahwa hanya kepada-Nyalah semua makhluk dikembalikan kelak di
hari kiamat, tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal, lalu Dia
menghidupkan mereka kembali seperti pada permulaannya ketika Dia menciptakan
mereka. Kemudian Allah menyebutkan bahwa sebagaimana Dia memulai penciptaan
makhluk, demikian pula mengulanginya (menghidupkannya) kembali, seperti yang
disebutkan oleh ayat lainnya:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ
يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan
Dialah yang menciptakan (manusia) dari
permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan
menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
*******************
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ}
agar
Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan
amal saleh dengan adil. (Yunus: 4)
Yakni
dengan pembalasan yang adil dan pahala yang sepenuhnya.
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ
حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Dan
untuk orang-orang yang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang
pedih disebabkan kekafiran mereda
(Yunus: 4)
Hal
itu disebabkan kekafiran mereka. Pada hari kiamat nanti mereka akan disiksa
dengan berbagai macam azab, seperti angin yang amat panas dan air yang panas
yang mendidih dalam naungan asap yang hitam, sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat lain, yaitu:
{هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ
وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Inilah
(azab neraka), biarlah mereka
merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat
dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Shad: 57-58)
{هَذِهِ
جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ
حَمِيمٍ آنٍ}
Inilah
neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di
antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 43-44)
Yunus, ayat 5-6
{هُوَ الَّذِي جَعَلَ
الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ
الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5) إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
(6) }
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kalian
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada
pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di
bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang
yang bertakwa.
Allah
Swt. menerangkan tentang apa yang telah diciptakan-Nya, hal itu merupakan
tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran
kemampuan-Nya. Dia telah menjadikan sinar yang timbul dari matahari sebagai
penerangan dan menjadikan bulan bercahaya. Yang ini berbeda dengan yang itu,
agar di antara keduanya tidak ada keserupaan. Dia menjadikan peran matahari di
siang hari dan peran bulan di malam hari. Dia pun telah menetapkan
manzilah-manzilah untuk bulan bagi peredarannya. Pada mulanya ia kelihatan
kecil, lalu bertambah besar cahaya dan bentuknya hingga menjadi bulan penuh
pada malam purnama. Setelah itu mulai berkurang sedikit demi sedikit hingga
kembali kepada keadaannya semula pada akhir bulan. Hal ini diungkapkan pula
oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى
عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ
الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Dan
telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah
dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya. (Yasin: 39-40)
{وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
dan
(menjadikan) matahari dan bulan
untuk perhitungan. (Al-An'am: 96), hingga akhir ayat.
Adapun
firman Allah Swt. dalam ayat ini yang mengatakan:
{وَقَدَّرَهُ}
dan
Dia telah menetapkan baginya. (Yunus:
5)
Yakni
bagi bulan.
{وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ
السِّنِينَ وَالْحِسَابَ}
manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
(Yunus: 5)
Dengan
matahari dapat diketahui hari-hari, sedangkan dengan perjalanan bulan dapat
diketahui bilangan bulan dan tahun.
{مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ}
Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. (Yunus: 5)
Artinya,
Allah tidak menciptakan hal itu dengan sia-sia melainkan Dia mempunyai
kebijaksanaan yang besar dalam penciptaan-Nya itu, juga mengandung hujah yang
jelas, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu
firman-Nya:
{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا
بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}
Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah
orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27)
{أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى
اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}
Maka
apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara
main-main (saja), dan bahwa kalian tidak
akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya
tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun:
115-116)
*******************
Firman
Allah Swt.:
{نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya).
(Yunus: 5)
Yakni
Allah menjelaskan hujah-hujah dan dalil-dalil itu:
{لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
kepada
orang-orang yang mengetahui. (Yunus:
5)
Adapun
firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ}
Sesungguhnya
pada pertukaran malam dan siang itu. (Yunus:
6)
Yaitu
pada silih bergantinya siang dan malam hari. Apabila yang satu datang, maka
yang lainnya pergi; begitu pula sebaliknya, tanpa ada ketelatan darinya barang
sedikit waktu pun. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lainnya,
yaitu:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ
حَثِيثًا}
Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)
{لَا
الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ
النَّهَارِ}
Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan. (Yasin:
40), hingga akhir ayat.
{فَالِقُ
الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ
تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dia
menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96), hingga akhir ayat.
*******************
Mengenai
firman Allah Swt.:
{وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ}
dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi. (Yunus:
6)
Yakni
termasuk di antara tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran Allah. Ayat ini
pengertiannya semisal dengan yang terdapat di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu:
وَكَأَيِّنْ
مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di
langit dan di bumi. (Yusuf: 105), hingga akhir ayat.
{قُلِ
انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ
عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Katakanlah,
"Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman.” (Yunus : 101)
{أَفَلَمْ
يَرَوْا إِلَى مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ
وَالأرْضِ}
Maka
apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang
mereka? (Saba: 9)
{إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لأولِي الألْبَابِ}
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190)
Dan
dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ}
benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang
yang bertakwa. (Yunus: 6)
Yakni
bagi orang-orang yang takut kepada siksaan Allah, murka, dan azab-Nya.
Yunus, ayat 7-8
{إِنَّ الَّذِينَ لَا
يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا
وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (8) }
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami,
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan
dunia itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya
ialah di neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
Allah
Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-crang yang celaka, yaitu mereka yang
ingkar terhadap hari pertemuan dengan Allah kelak pada hari kiamat. Mereka sama
sekali tidak percaya dengan hari pertemuan itu, merasa puas dengan kehidupan
dunia ini. serta hati dan jiwa mereka merasa tenteram dengan kehidupan dunia.
Al-Hasan
mengatakan, "Demi Allah, mereka sama sekali tidak menghiasi dunia dan tidak
pula mengangkatnya, melainkan mereka hanya merasa puas dengan kehidupan dunia,
sedangkan mereka melupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada semesta
alam ini, karena mereka tidak mau memikirkannya. Mereka pun melalaikan hukum Allah
yang ada pada syariat agama-Nya. Karena itulah maka tempat kembali mereka kelak
di hari kiamat adalah neraka, sebagai pembalasan atas apa yang selama di dunia
mereka lakukan, yaitu berupa dosa-dosa, kesalahan-kesalahan, dan
kejahatan-kejahatan, di samping kekufuran mereka kepada Allah, Rasul-Nya, dan
hari kemudian."
Yunus, ayat 9-10
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ
الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10) }
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka
mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di
dalamnya ialah 'Subhanakallahumma', dan salam penghormatan mereka ialah
'Salam'. Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'.
Hal
ini merupakan kisah tentang keadaan orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka
yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul, serta mengerjakan apa
yang diperintahkan kepada mereka; karenanya mereka mengerjakan amal-amal saleh.
Maka Allah memberi petunjuk kepada mereka berkat keimanannya.
Huruf
ba yang terdapat pada lafaz bi imanihim adalah sababiyyah (kausalitas).
Bentuk lengkapnya ialah 'disebabkan iman mereka di dunia, maka Allah memberi
mereka petunjuk pada hari kiamat ke jalan yang lurus'. Allah membimbing mereka
menempuhi siratal mustaqim sehingga mereka selamat dan masuk
surga.
Tetapi
dapat pula diinterpretasikan dengan makna isti'anah, seperti yang
dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka diberi
petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. (Yunus: 9) Yakni mereka
mempunyai nur (cahaya) yang menerangi jalan mereka (di hari kiamat
nanti).
Ibnu
Juraij mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa amalnya diserupakan dalam
bentuk yang indah dan berbau wangi. Apabila orang yang bersangkutan bangkit
dari kuburnya, maka amalnya datang menjemputnya dan menyampaikan berita gembira
kebaikan kepadanya, sehingga orang yang bersangkutan bertanya, "Siapakah
kamu?" Maka amalnya menjawab, "Aku adalah amalmu." Lalu
diberikan kepadanya nur yang menyinari bagian depannya hingga
memasukkannya ke dalam surga. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh
firman-Nya: mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. (Yunus:
9) Sedangkan kalau orang kafir, amal perbuatannya diserupakan dalam bentuk yang
sangat buruk dan berbau busuk, lalu ia menguntit pemiliknya dan menyesatkannya
hingga menjerumuskannya ke dalam neraka.
Hal
yang semisal telah diriwayatkan oleh Qatadah secara mursal.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ}
Doa
mereka di dalamnya ialah 'Subhahakallahumma', dan salam penghormatan mereka
ialah 'Salam'. Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'. (Yunus: 10)
Demikianlah
keadaan ahli surga.
Ibnu
Juraij mengatakan bahwa ia pernah mendengar suatu riwayat yang mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Doa mereka di dalamnya ialah
'Subhanakallahumma'. (Yunus: 10) Bahwa apabila lewat di hadapan mereka
burung yang mereka ingin memakannya, maka mereka berkata, "Mahasuci
Engkau, ya Allah." Itulah doa mereka. Lalu malaikat datang kepada mereka
dengan membawa apa yang mereka selerai itu. Malaikat itu mengucapkan salam
penghormatan kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya. Yang demikian itu
disebutkan oleh firman-Nya: dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Yunus:
10) Dan apabila mereka telah memakannya, maka mereka mengucapkan pujian kepada
Tuhannya. Yang demikian itulah makna firman-Nya berikut ini: Dan penutup doa
mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil Alamin'. (Yunus: 10)
Muqatil
ibnu Hayyan mengatakan bahwa apabila ahli surga bermaksud meminta makan, maka
seseorang dari mereka mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus:
10) Maka bangkitlah sepuluh ribu pelayan untuk melayani seseorang dari mereka,
masing-masing membawa piring emas berisikan makanan yang berbeda dengan yang
dibawa oleh pelayan lainnya. Lalu ahli surga yang bersangkutan memakan semua
makanan yang disuguhkan kepadanya itu.
Sufyan
As-Sauri mengatakan, bahwa apabila seseorang dari mereka meminta sesuatu, maka
ia mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus: 10)
Ayat
ini mirip dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ
وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا}
Salam
penghormatan kepada mereka (orang-orang
mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah 'Salam'. (Al-Ahzab: 44),
hingga akhir ayat.
{لَا
يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}
Mereka
tidak mendengar di dalamnya perkataan sia-sia dan tidak pula perkataan yang
menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26)
{سَلامٌ
قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}
(Kepada
mereka dikatakan) 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha
Penyayang. (Yasin: 58)
{وَالْمَلائِكَةُ
يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ
فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ}
sedangkan
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum.” (Ar-Ra'd:
23-24), hingga akhir ayat.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil
'Alamin'. (Yunus: 10)
Hal
ini menunjukkan bahwa hanya Allah Swt. sematalah yang terpuji lagi yang
disembah untuk selama-lamanya. Karena itulah maka Allah memuji diri-Nya sendiri
di saat mulai menciptakan makhluk dan keberlangsungannya, juga menyebut pujian
diri-Nya pada permulaan Kitab-Nya serta pada awal penurunannya, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَابَ}
Segala
puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 1)
{الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
Segala
puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 1)
Masih
banyak hal lainnya yang panjang keterangannya. Dan bahwa Allahlah yang terpuji
pada permulaan dan akhirnya, dalam kehidupan di dunia dan akhirat serta dalam
semua keadaan. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa
sesungguhnya ahli surga mendapat ilham untuk bertasbih dan bertahmid
sebagaimana mereka mendapat ilham untuk bernapas. Dikatakan demikian tiada
lain karena nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada mereka kian
hari kian bertambah, sehingga ucapan itu terus berulang-ulang seiring dengan
penambahan nikmat kepada mereka, maka tidak ada habis-habisnya dan tidak ada
batasannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain-Nya.
Yunus, ayat 11
{وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ
لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (11)
}
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia
seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur
mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.
Allah
Swt. menyebutkan tentang sifat penyantun dan lemah lembutNya terhadap
hamba-hamba-Nya. Dia tidak memperkenankan bagi mereka jika mereka mendoakan
kejahatan buat diri mereka sendiri atau harta benda dan anak-anak mereka, di
saat mereka sedang marah dan emosi. Allah Swt. pun mengetahui bahwa mereka
tidak sengaja melakukan hal itu, karena itulah maka Dia tidak mengabulkan doa
mereka, sebagai kasih sayang dan rahmat buat mereka. Perihalnya berbeda jika
mereka mendoakan kebaikan, keberkahan, dan kesuburan buat diri, harta benda,
dan anak-anak mereka, maka Allah memperkenankannya bagi mereka. Untuk itulah
Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ
الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ}
Dan
kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan ragi manusia seperti permintaan
mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. (Yunus: 11), hingga akhir ayat.
Dengan
kata lain, seandainya setiap mereka mendoakan kejahatan dalam hal tersebut
diperkenankan oleh Allah, niscaya doanya itu akan membinasakan diri mereka.
Karena
itulah tidak diperkenankan banyak melakukan doa seperti itu, seperti apa yang
disebutkan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar
Al-Bazzar di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ مَعْمَر، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُجَاهِدٍ أَبُو حَزْرَة عَنْ عُبَادَةَ
بْنِ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَدْعُوَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى
أَوْلَادِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ
سَاعَةً فِيهَا إِجَابَةٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ".
telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami
Ya'qub ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Mujahid Abu Jazarah, dari Ubadah ibnul
Walid; Jabir telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Janganlah mendoakan untuk kebinasaan diri kalian, janganlah mendoakan
kecelakaan bagi anak-anak kalian, dan janganlah mendoakan kehancuran bagi harta
benda kalian, agar kalian tidak menepati suatu saat ijabah dari Allah, yang
karenanya doa kalian diperkenankan.
Imam
Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Hatim ibnu Ismail dengan sanad yang
sama. Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan secara munfarid
oleh Ubadah ibnul Walid ibnu Ubadah ibnus Samit Al-Ansari, tanpa ada
seorang pun yang menemaninya. Hal ini semakna dengan firman Allah Swt.:
{وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ
بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا}
Dan
manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. (Al-Isra: 11). hingga akhir ayat.
Mujahid
di dalam tafsir ayat ini. yaitu firman-Nya: Dan kalau sekiranya Allah
menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk
menyegerakan kebaikan. (Yunus: 11). hingga akhir ayat. mengatakan bahwa
perumpamaannya ialah seperti perkataan seorang tua kepada anaknya atau harta
bendanya jika ia marah terhadapnya, "Ya Allah, janganlah Engkau berkati
dia, dan laknatilah dia." Seandainya permintaan mereka itu dikabulkan
dengan segera sebagaimana dikabulkan bagi mereka dalam hal kebaikan, niscaya
akan binasalah mereka.
Yunus, ayat 12
{وَإِذَا
مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا
فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ
مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (12) }
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam
keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya
itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Allah
Swt. menceritakan tentang manusia menyangkut kegundahan dan kekhawatirannya
apabila ditimpa oleh bahaya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ
عَرِيضٍ}
tetapi
apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51)
Yaitu
banyak melakukan doa. Lafaz 'arid semakna dengan lafaz kasir, yakni
banyak. Disebutkan demikian oleh ayat ini karena manusia itu apabila tertimpa
oleh malapetaka dan kesusahan, maka ia gelisah dan cemas serta banyak berdoa
saat itu. Lalu dia berdoa kepada Allah agar musibah itu dilenyapkan dan
dijauhkan darinya, baik dalam keadaan berbaring atau duduk atau berdiri, dan
dalam semua keadaan ia selalu berdoa untuk itu. Tetapi apabila Allah
melenyapkan musibah dan malapetaka yang menimpanya, maka dengan serta merta ia
berpaling dan menjauh dari doanya serta meninggalkan apa yang pernah
dilakukannya, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu pun sebelumnya.
{مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ
مَسَّهُ}
dia
(kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Kemudian
Allah Swt. mencela orang yang bersifat demikian dan mempunyai watak seperti itu
melalui firman-Nya:
{كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka
kerjakan. (Yunus: 12)
Adapun
orang yang telah dianugerahi oleh Allah hidayah, taufik, bimbingan, dan
penyuluhan, maka dia termasuk orang yang dikecualikan dari hal tersebut.
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ}
kecuali
orang-orang yang sabar (terhadap
bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh (Hud: 11)
Juga
seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya:
"عَجَبًا لِأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ: إِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ"، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ.
Sungguh
menakjubkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah menakdirkan sesuatu
bagi dirinya melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia tertimpa
musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Dan jika ia mendapat
kegembiraan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya. Hal itu hanya
dapat dilakukan oleh orang mukmin.
Yunus, ayat 13-14
{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا
الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ
الْمُجْرِمِينَ (13) ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلائِفَ فِي الأرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ
لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (14) }
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum
kalian, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah
datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi
mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian Kami jadikan kalian
pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi
sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.
Allah
Swt. menceritakan perihal apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu karena
mereka mendustakan keterangan-keterangan dan hujah-hujah yang jelas yang
disampaikan oleh rasul-rasul mereka. Kemudian Allah mengganti mereka dengan
kaum lain sesudah mereka, mengutus seorang rasul kepada mereka untuk dilihat
sampai di mana ketaatan mereka kepadanya, dan apakah mereka mau mengikuti
Rasul-Nya.
Di
dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Abu Nadrah. dari Abu
Sa'id, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ الدُّنْيَا
حُلْوَةٌ خَضِرة، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَنَاظِرٌ مَاذَا
تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فَإِنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ"
Sesungguhnya
dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah akan mengganti kalian (dengan kaum yang lain), agar Dia melihat bagaimana
kalian berbuat. Maka hindarilah dunia dan hindarilah pula wanita, karena
sesungguhnya fitnah yang mula-mula melanda kaum Bani Israil bersumber dari
wanita.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan
kepada kami Zaid ibnu Auf Abu Rabi'ah; dan telah menceritakan kepada kami
Hammad, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila; Auf ibnu Malik
berkata kepada Abu Bakar bahwa dalam mimpinya ia melihat seakan-akan ada tangga
yang dijulurkan dari langit. Lalu Rasulullah Saw. menaikinya, kemudian tangga
itu dijulurkan kembali dan naiklah Abu Bakar. Kemudian orang-orang mengukur
dengan hasta di sekitar mimbar, lalu mereka memberikan jarak tiga hasta kepada
Umar. Maka Umar berkata, "Tinggalkanlah kami dari impianmu itu, kami tidak
memerlukannya." Ketika Umar menjadi khalifah, ia berkata, "Hai Auf,
ceritakanlah kembali mimpimu itu." Auf berkata, "Bukankah engkau
tidak memerlukan mimpiku, dan bukankah engkau dahulu melarangku
menceritakannya?" Umar menjawab, "Celakalah kamu, sesungguhnya aku
tidak suka bila engkau mengucapkan belasungkawa kepada khalifah rasulullah”.
Lalu Auf menceritakan kembali mimpinya itu. Ketika kisahnya sampai pada
orang-orang yang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar selebar tiga hasta,
maka Auf berkata.”Adapun salah satunya, maka dia adalah seorang khalifah, dan
yang keduanya adalah orang yang tidak takut kepada celaan orang yang mencela
karena Allah, sedangkan yang ketiganya adalah orang yang mati syahid." Auf
membacakan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka)
di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian
berbuat. (Yunus: 14) "Sekarang engkau telah menjadi khalifah, hai
Umar, maka perhatikanlah apa yang akan kamu perbuat?"
Adapun
mengenai ucapannya 'sesungguhnya aku tidak pernah takut kepada celaan orang
yang mencela karena Allah', maka hal itu hanya menyangkut apa yang telah dikehendaki
oleh-Nya. Sedangkan mengenai ucapan dia yang mengatakan syahid, maka mana
mungkin bagi Umar mati syahid, sedangkan kaum muslim meliputi dirinya?
Yunus, ayat 15-16
{وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ
بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ
مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ
إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15) قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا
تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا
مِنْ قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (16) }
Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan
pertemuan dengan Kami berkata, Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau
gantilah dia.” Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak
diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).” Katakanlah, ' 'Jikalau Allah menghendaki,
niscaya aku tidak membacakannya kepada kahan dan Allah tidak (pula)
memberitahukannya kepada kalian.” Sesungguhnya aku telah tinggal bersama
kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya?
Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan
orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrik Quraisy yang ingkar lagi berpaling
dari-Nya. Mereka itu apabila dibacakan Kitabullah dan hujah-hujah yang
jelas oleh Rasulullah Saw., maka mereka mengatakan:
{ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا}
Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini. (Yunus:
15)
Maksudnya, kembalikanlah yang ini dan
datangkanlah kepada kami yang lainnya dari jenis yang berbeda, atau gantilah
dengan yang isinya tidak seperti ini. Maka Allah Swt. berfirman kepada
Nabi-Nya:
{قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ
تِلْقَاءِ نَفْسِي}
Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku
menggantinya dari pihakku sendiri.” (Yunus: 15)
Yakni hal ini bukan dikembalikan kepadaku, karena
sesungguhnya aku hanyalah semata-mata seorang hamba yang diperintah dan seorang
rasul yang ditugaskan untuk menyampaikan ini dari Allah.
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada
siksa hari yang besar (Kiamat) (Yunus : 15)
Kemudian Allah Swt. berfirman mengemukakan hujah
yang menguatkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasul kepada mereka:
{قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ
عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ}
Katakanlah.”Jikalau Allah menghendaki, niscaya
aku tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberitahukannya
kepada kalian.” (Yunus: 16)
Dengan kata lain. sesungguhnya aku menyampaikan
ini kepada kalian hanyalah atas dasar izin dari Allah yang diberikan-Nya
kepadaku, dan atas kehendak dan kemauan-Nya. Sebagai bukti bahwa aku bukanlah
yang membuat-buatnya (Al-Qur'an) dari diriku sendiri, bukan pula aku yang
mengada-adakannya, ialah kalian tidak mampu menandinginya. Dan sesungguhnya
kalian telah mengetahui kejujuran dan kebenaranku sejak aku tumbuh besar di
kalangan kalian sampai dengan Allah mengangkatku menjadi seorang rasul.
Janganlah kalian menentangku dan menjelek-jelekkan diriku. Karena itulah dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ
قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian
beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya? (Yunus:
16)
Maksudnya, bukankah kalian berakal yang dengannya
kalian dapat mengenal antara yang hak dan yang batil? Karena itulah ketika Heraklius,
Raja (Kaisar) Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan dan orang-orang yang
bersamanya mengenai sifat dan ciri khas Nabi Saw., yaitu, "Apakah kalian
menuduhnya pernah berkata dusta sebelum dia mengucapkan apa yang telah
disampaikannya itu?" Abu Sufyan menjawab, "tidak." Padahal Abu
Sufyan saat itu adalah pemimpin orang-orang kafir dan gembong kaum musyrik;
sekalipun demikian, dia mengakui kebenaran.
Dan kesaksian yang diutarakan oleh bekas musuh
itu mengandung nilai lebih yang tersendiri.
Maka Heraklius berkata kepada Abu Sufyan,
"'Sesungguhnya aku pun mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang suka
berdusta kepada orang lain, yang karenanya lalu ia akan berdusta kepada
Allah."
Ja'far ibnu Abu Talib berkata kepada Raja
"Negus, raja negeri Habsyah (Etiopia), "Allah telah mengutus kepada
kami seorang rasul yang kami kenal kebenarannya, nasabnya, dan kejujurannya.
Masa tinggal beliau Saw. bersama kami sebelum diangkat menjadi seorang nabi
adalah empat puluh tahun."
Menurut riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnul
Musayyab disebutkan empat puluh tiga tahun. Pendapat yang terkenal adalah yang
pertama, lagi pula pendapat ini merupakan pendapat yang sahih.
Yunus, ayat 17
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ
الْمُجْرِمُونَ (17) }
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah
beruntung orang-orang yang berbuat dosa.
Allah
Swt. berfirman bahwa tidak ada seorang pun yang lebih aniaya, tidak pula yang
lebih angkara murka, dan tidak pula yang lebih jahat:
{مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
daripada
orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. (Yunus: 17)
Yakni
membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengaku bahwa Allah telah
mengutusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Dan tidak ada seorang pun
yang dosanya lebih besar dan kejahatannya lebih parah daripada orang seperti
itu. Orang seperti itu tidaklah samar perkaranya bagi orang bodoh sekalipun,
karena mana mungkin orang seperti itu serupa dengan para Nabi. Seseorang yang
mengucapkan kata-kata seperti itu, baik dia benar atau dusta, pasti Allah akan
menegakkan hujah-hujah yang menunjukkan akan kebenaran atau kedustaannya dengan
bukti-bukti yang lebih jelas daripada matahari.
Sesungguhnya
perbedaan antara Nabi Muhammad Saw. dan Musailamah Al-Kazzab bagi orang yang
menyaksikan keduanya akan lebih jelas baginya daripada membedakan antara waktu
duha (siang hari) dengan pertengahan malam hari yang gelap gulita. Orang yang
menyaksikan ciri-ciri khas keduanya melalui sepak terjang dan ucapan-ucapanma
—bagi orang yang mempunyai pandangan hati— akan menyimpulkan kebenaran Nabi
Muhammad Saw. dan kedustaan Musailamah Al-Kazzab serta lain-lainnya yang
semisal, seperti Sajjah dan Al-Aswad Al-Anasi.
Abdullah
ibnu Salam mengatakan, "Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah,
orang-orang (Yahudi) merasa tidak senang dengan kehadirannya, dan aku termasuk
salah seorang yang tidak senang. Ketika aku melihatnya langsung, aku
menyimpulkan bahwa dia (Nabi Saw.) bukanlah orang yang berpenampilan seperti
orang yang pendusta."
Abdullah
ibnu Salam melanjutkan kisahnya, bahwa ucapan Nabi Saw. yang mula-mula
didengarnya ialah sabdanya:
"يَا أَيُّهَا
النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، [وَصِلُوا الْأَرْحَامَ]
وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
بِسَلَامٍ".
Hai
manusia, seharkanlah salam, berilah makan orang-orang yang miskin, hubungkanlah
silaturahmi, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang lelap dalam
tidurnya, niscaya kalian masuk surga dengan sejahtera.
Ketika
delegasi yang dipimpin oleh Dammam ibnu Sa'labah sebagai utusan dari kaumnya
(yaitu Bani Sa'd ibnu Bakar) datang kepada Rasulullah Saw., di antara
pertanyaan yang diajukan oleh Dammam kepada Rasulullah Saw. ialah,
"Siapakah yang meninggikan langit ini?" Rasulullah Saw. menjawab,
"Allah." Dammam bertanya, "Siapakah yang memancangkan
gunung-gunung ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah."
Dammam bertanya, "Siapakah yang menghamparkan bumi ini?" Rasulullah
Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Demi Tuhan yang
telah meninggikan langit ini, yang telah memancangkan gunung-gunung ini, dan
yang telah menghamparkan bumi ini, apakah Allah yang telah mengutusmu kepada seluruh
umat manusia?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, Allah, memang benar."
Kemudian
Dammam bertanya kepada Nabi Saw. tentang salat, zakat, haji, dan puasa; pada
setiap pertanyaan Dammam mengajukan sumpah tersebut, dan Rasulullah Saw.
mengucapkan sumpah itu kepada Dammam. Maka Dammam berkata, "Engkau benar,
demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, aku tidak akan menambahi dan
mengurangi dari hal tersebut."
Ternyata
Dammam percaya kepada Rasulullah Saw. hanya dengan cara itu, dan dia telah
merasa yakin kepada Rasulullah Saw. melalui dalil-dalil yang ia saksikan dengan
mata kepalanya sendiri dari diri Rasulullah Saw.
Hissan
ibnu Sabit mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
لَو لَمْ تَكُن فِيهِ
آياتٌ مُبَيّنة كَانَتْ بَديهَتُه تَأتيكَ بالخَبَرِ
Sekalipun dia (Nabi Saw.) tidak
membawa ayat-ayat yang jelas, maka dari penampilannya saja sudah cukup membawa
kebaikan bagimu.
Adapun
Musailamah, apabila orang yang menyaksikannya itu mempunyai pandangan hati,
pasti akan mengetahui keadaan yang sebenarnya, melalui ucapan-ucapannya yang
rapuh lagi tidak fasih dan melalui perbuatan-perbuatannya yang tidak baik.
bahkan jelek, serta ucapan-ucapan yang dibuat-buatnya yang menyebabkan dia
kekal di dalam neraka kelak pada hari penyesalan dan permaluan.
Alangkah
jauhnya perbedaan antara firman Allah Swt. yang mengatakan:
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ
الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا
بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ
حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ}
Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk)-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al-Baqarah:
255). hingga akhir ayat.
dengan
perkataan-perkataan Musailamah —semoga Allah memburukkan dan melaknatinya—
berikut ini:
"يَا ضُفْدَعُ
بِنْتَ الضُّفْدَعَيْنِ، نَقِّي كَمَا تُنَقِّينَ لَا الْمَاءُ
تُكَدِّرِينَ، وَلَا الشَّارِبُ تَمْنَعِينَ". وَقَوْلُهُ -قُبّح وَلُعِنَ -:
"لَقَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى الْحُبْلَى، إِذْ أَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمة
تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاق وحَشَى". وَقَوْلُهُ -خَدّره اللَّهُ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ، وَقَدْ فَعَلَ -: "الْفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ؟ لَهُ
زُلقُومٌ طَوِيلٌ" وَقَوْلُهُ -أَبْعَدَهُ اللَّهُ مِنْ رَحْمَتِهِ:
"وَالْعَاجِنَاتِ عَجْنًا، وَالْخَابِزَاتِ خَبْزًا، وَاللَّاقِمَاتِ
لَقْمًا، إِهَالَةً وَسَمْنًا، إِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ"
Hai
katak, anak sepasang katak, bersuaralah, berapa banyak kamu bersuara, tetapi
kamu tidak dapat mengeruhkan air dan tidak pula dapat mencegah orang yang
meminumnya.
Allah
melimpahkan nikmat kepada wanita yang mengandung, bila Dia melahirkan darinya
seorang manusia yang dapat berjalan, yaitu dari selangkangan dan perutnya.
Gajah,
tahukah kamu apakah gajah itu, gajah mempunyai belalai yang panjang.
Bahan-bahan
roti yang telah dijadikan adonan, dan roti-roti yang telah dipanggang, dan
makanan-makanan yang telah disuap, lauk pauk dan saminnya, demi semuanya,
sesungguhnya orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.
Dan
perkataan Musailamah lainnya, yang tidak lain mengandung berbagai macam
khayalan dan igauan serta khurafat sehingga anak-anak kecil pun tidak
mau mengucapkannya melainkan dengan nada sinis dan mengejek. Karena itulah
Allah menghinakannya dan membuatnya mati terhina dalam Perang Al-Hadiqah,
sehingga tercabik-cabiklah kekuatannya. Ia bahkan dilaknat oleh teman-temannya
dan keluarganya sendiri yang datang kepada Khalifah Abu Bakar dalam keadaan
bertobat; mereka datang dengan penuh harapan untuk memeluk agama Islam.
Ketika
Khalifah Abu Bakar r.a. meminta mereka untuk membacakan kepadanya sesuatu yang
pernah dikatakan oleh Musailamah, mereka meminta Khalifah Abu Bakar agar tidak
usah disebutkan karena memalukan. Akan tetapi, Khalifah Abu Bakar tetap
bersikeras meminta agar mereka mengucapkannya, supaya didengar oleh orang-orang
yang belum pernah mendengarnya. Dengan demikian, mereka akan mengetahui keutamaan
hidayah dan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an yang jauh lebih utama
daripada apa yang dikatakannya. Lalu mereka membacakan apa yang telah kami
sebutkan di atas dan hal-hal lainnya yang serupa.
Setelah
mereka selesai membacakannya, maka Khalifah Abu Bakar berkata kepada mereka,
"Celakalah kalian, kalian buang ke mana akal kalian? Demi Allah, kata-kata
seperti itu hanya pantas keluar dari pantat."
Diceritakan
bahwa Amr ibnul As menjadi delegasi untuk menghadap Musailamah yang telah
menjadi temannya sejak zaman Jahiliah, saat itu Amr ibnul As belum masuk Islam.
Lalu Musailamah berkata kepadanya, "Celakalah engkau, hai Amr, apakah yang
telah diturunkan kepada teman kamu —maksudnya Nabi Saw.— dalam masa sekarang
ini?" Maka Amr menjawab, "Sesungguhnya aku mendengar
sahabat-sahabatnya membacakan surat yang besar tetapi pendek." Musailamah
bertanya, "Bagaimanakah bunyinya?" Amr membacakan firman-Nya:
{وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-Asr: 1-2 , hingga akhir surat.
Kemudian
Musailamah berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku pun baru menerima hal yang
semisal yang telah diturunkan kepadaku." Amr bertanya, "Coba
sebutkan."' Musailamah berkata:
"يَا وَبْرُ
إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكَ حَقْرٌ نَقْر، كَيْفَ تَرَى يَا
عَمْرُو؟ "
Hai
kelinci, hai kelinci, sesungguhnya engkau hanyalah sepasang telinga dan dada,
sedangkan anggotamu yang lain kecil lagi pendek. Bagaimanakah menurutmu, hai
'Amr?
Amr
menjawab kepada Musailamah, "Demi Allah, sesungguhnya engkau benar-benar
mengetahui bahwa aku mengetahui bahwa engkau dusta." Apabila penilaian ini
dari seorang musyrik di saat ia dalam kemusyrikannya, berarti tidaklah samar
baginya keadaan Nabi Muhammad Saw. dan kebenarannya, serta keadaan Musailamah
dan kedustaannya. Terlebih lagi menurut penilaian orang-orang yang mempunyai
akal dan pandangan hati yang tajam. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ
قَالَ سَأُنزلُ مِثْلَ مَا أَنزلَ اللَّهُ}
Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah
atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, " padahal tidak ada
diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Saya akan
menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Al-An'am: 93)
Sedangkan
dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ}
Maka
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap
Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung
orang-orang yang berbuat dosa. (Yunus:
17)
Demikian
pula halnya orang yang mendustakan kebenaran yang disampaikan oleh para rasul,
padahal hujah-hujah (bukti-bukti)nya telah jelas baginya. Sebagai jawabannya
dikatakan, "Tentu saja tiada yang lebih zalim dari orang seperti
itu," seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis:
"أَعْتَى النَّاسِ
عَلَى اللَّهِ رجلٌ قَتَلَ نَبِيًّا، أَوْ قَتَلَهُ نَبِيٌّ"
Orang
yang paling dimurkai oleh Allah ialah seseorang yang membunuh nabi atau dibunuh
oleh nabi.
Yunus, ayat 18-19
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ
شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي
السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18)
وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ
سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19) }
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata,
"Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah,
"Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik
di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari
apa yang mereka mempersekutukan (itu). Manusia dahulunya hanyalah satu
umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang
telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka
tentang apa yang mereka perselisihkan.
Allah
Swt. mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan
selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan
manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah nanti. Maka Allah Swt.
memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat,
tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka
dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا
يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Katakanlah,
"Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik
di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)
Ibnu
Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak
memberitahukan kepada Allah apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di
bumi?".
Kemudian
Allah membersihkan diri-Nya Yang Mahamulia dari kemusyrikan mereka dan
kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci
Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)
Kemudian
Allah Swt. memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di
kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada; dan seluruh manusia itu
pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.
Ibnu
Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh
generasi, semuanya memeluk agama Islam.
Kemudian
terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala,
sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus
rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta
bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ
وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}
yaitu
agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar
orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ
لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Kalau
tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.
Yakni
seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang menyatakan bahwa
Dia tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah terhadap
diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguhkan makhluk-Nya sampai dengan
masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada, niscaya Dia
langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka
perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah
orang-orang yang kafir.
Yunus, ayat 20
{وَيَقُولُونَ لَوْلا
أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ
فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20) }
Dan mereka berkata,
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya katakanlah, "Sesungguhnya yang
gaib itu kepunyaan Allah. Sebab itu, tunggu (sajalah)
oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang
menunggu.”
Orang-orang kafir pendusta dan pengingkar itu
mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu mukjizat dari
Tuhannya?" Mereka bermaksud seperti apa yang telah diberikan kepada kaum
Samud —yaitu unta Nabi Saleh— atau Muhammad dapat mengubah Bukit Safa menjadi
emas. atau menggeserkan dari mereka bukit-bukit Mekah dan menggantikannya
dengan taman-taman dan sungai-sungai, atau hal lainnya yang semacam, yang Allah
mampu melakukannya.
Akan tetapi, Allah Mahabijaksana dalam semua
perbuatan dan ucapan-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ
خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ
قُصُورًا}
Mahasuci (Allah) yang jika Dia
menghendaki, niscaya dijadikanNya bagimu yang lebih baik daripada yang
demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
dan dijadikanNya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka
mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi
siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 10-11)
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ
نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ
النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا
تَخْوِيفًا}
Dan sekali-kali tidak ada yang
menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan
Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang
dahulu. (Al-Isra: 59). hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Allah Swt. berfirman,
"Sesungguhnya sunnah-Ku (ketetapan-Ku) terhadap makhluk-Ku ialah apabila
Aku berikan kepada mereka apa yang mereka minta itu, mendingan jika mereka
beriman kepadanya, tetapi jika mereka tidak beriman kepadanya, niscaya Aku segerakan
siksaan-Ku terhadap mereka."
Karena itulah ketika Rasulullah Saw. disuruh
memilih antara memberikan kepada mereka apa yang mereka minta dengan syarat
mereka harus beriman—jika tidak beriman, maka mereka akan diazab— dan antara
menangguhkan mereka, maka Rasulullah Saw. memilih penangguhan bagi mereka.
Itulah sikap Rasul Saw. kepada umatnya, beliau sangat penyantun terhadap
mereka. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya dalam
menjawab permintaan mereka melalui firman-Nya:
{فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya yang gaib itu
kepunyaan Allah.” (Yunus: 20)
Dengan kata lain, semua perkara itu adalah
kepunyaan Allah, Dia mengetahui akibat dari semua urusan.
{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ
الْمُنْتَظِرِينَ}
sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian,
sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus:
20)
Maksudnya, jika kalian tidak mau beriman sebelum
kalian menyaksikan apa yang kalian minta, maka tunggulah keputusan Allah
tentang aku dan kalian. Padahal mereka telah menyaksikan sebagian dari
mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Saw. kepada mereka, bahkan hal
itu jauh lebih besar daripada apa yang mereka minta. Yaitu ketika Nabi Saw.
berada di hadapan mereka, lalu mengisyaratkan tangannya ke arah bulan di malam
purnama, maka bulan itu terbelah menjadi dua; yang satu berada di belakang
bukit, sedangkan yang lainnya berada di hadapan bukit. Hal ini lebih besar
daripada semua mukjizat bumi yang pernah mereka minta dan yang tidak mereka
minta. Seandainya Allah mengetahui bahwa mereka meminta hal tersebut dengan
permintaan ingin mendapat hidayah dan bukti penguat, niscaya Dia mengabulkan
permintaan mereka. Akan tetapi. Allah Swt. mengetahui bahwa mereka meminta
hanya semata-mata terdorong oleh keingkaran mereka dan ingin menguji. Karena
itulah Allah membiarkan mereka dalam keraguannya. Dan Allah mengetahui bahwa
tidak ada seorang pun dari mereka yang mau beriman, seperti yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا
الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti
terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada
mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا
إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ
شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada
mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami
kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga)
akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. (Al-An'am: 111), hingga
akhir ayat.
Juga karena di dalam diri mereka yang tidak mau
beriman terdapat kesombongan yang tinggi, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ
السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا
بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ}
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada
mereka salah satu (pintu-pintu) langit. (Al-Hijr: 14), hingga akhir
ayat berikutnya.
{وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا
مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ}
Jika mereka melihat sebagian dari langit
gugur. (Ath-Thur: 44), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ نزلْنَا عَلَيْكَ
كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di
atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri,
tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah
sihir yang nyata.” (Al-An'am: 7)
Orang-orang seperti itu permintaan mereka tidak
usah dijawab (diperkenankan) karena tidak ada gunanya. Permintaan mereka hanya
berdasarkan pada keingkaran dan pembangkangannya, karena kedurhakaan dan
kerusakan yang ada dalam diri mereka sudah terlalu parah. Sebab itulah dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}
sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian,
sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus:
20)
Yunus, ayat 21-23
{وَإِذَا أَذَقْنَا
النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي
آيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا
تَمْكُرُونَ (21) هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى
إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا
بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا
أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (23) }
Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba
mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami.
Katakanlah, ”Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” Sesungguhnya
malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu daya kalian. Dialah Tuhan yang
menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan.
Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang
dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya),
maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan
kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di
muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana)
kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri; (hasil kezaliman
kalian) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah
kalian kembali, lalu Kami kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian
kerjakan.
Allah
Swt. memberitahukan bahwa apabila manusia beroleh rahmat sesudah bencana
menimpa mereka, misalnya kemakmuran sesudah paceklik, kesuburan sesudah tandus,
dan hujan sesudah kekeringan, serta lain sebagainya:
{إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا}
tiba-tiba
mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang)
tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 21)
Mujahid
mengatakan, yang dimaksud dengan tipu daya di sini ialah mengejek dan mendustakan
ayat-ayat Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui
firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا
لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ
كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
Dan
apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring,
duduk, ataupun berdiri. (Yunus:
12). hingga akhir ayat.
Di
dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. salat Subuh bersama
mereka sesudah turun hujan pada malam harinya, kemudian beliau Saw. bersabda,
"Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kalian tadi malam?"
Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah
Saw. bersabda:
"قَالَ: أَصْبَحَ
مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطرنا بِفَضْلِ
اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا
مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ
بِالْكَوْكَبِ".
Allah
berfirman: "Pagi hari ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi
hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, " maka dia adalah orang yang
beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang (yang menandai akan turunnya hujan). Adapun orang yang
mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu, "
maka dia adalah orang yang kafir terhadapKu dan beriman kepada
bintang-bintang.”
*******************
Firman
Allah Swt.:
{قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا}
Katakanlah,
"Allah lebih cepat pembalasannya (atas
tipu daya itu).” (Yunus: 21)
Yakni
lebih licin dalam memberikan istidraj dan penangguhan-Nya, sehingga
orang berdosa -yang bersangkutan- menduga bahwa dirinya tidak akan diazab,
melainkan masih diberi masa tangguh, kemudian Allah mengazabnya di saat ia
sedang lalai. Para malaikat pencatat amal perbuatan telah mencatat semua yang
dikerjakannya secara rinci, lalu mereka menyerahkannya kepada Tuhan Yang
mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Maka Dia memberikan pembalasan-Nya
kepada orang yang bersangkutan atas semua amal perbuatannya, baik yang besar
maupun yang kecil tanpa ada yang kelewat.
Dalam
firman selanjutnya Allah Swt. berkata:
{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ}
Dialah
Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)
Artinya.
Dia menjaga dan memelihara kalian.
{حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ
وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا}
Sehingga
apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya. (Yunus:
22)
Yakni
bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan
demikian tiba-tiba:
{جَاءَتْهَا} أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ {رِيحٌ
عَاصِفٌ}
datanglah
angin badai menerpanya. (Yunus:
22)
Bahtera
itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:
{وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
dan
gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus:
22)
Laut
menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.
{وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ}
dan
mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya).
(Yunus: 22)
Yakni
mereka merasa dirinya pasti binasa.
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
maka
mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (Yunus: 22)
Maksudnya,
dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu
sekutu pun, bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka
hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ
ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ
أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا}
Dan
apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian
seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian
berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)
Dan
dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ} أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ {لَنَكُونَنَّ مِنَ
الشَّاكِرِينَ}
maka
mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya
jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk
orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)
Yakni
kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan
mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan
Engkau dalam doa kami di sini.
*******************
Allah
Swt. berfirman:
{فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ}
Maka
setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus:
23)
Yaitu
dari keadaan bahaya tersebut.
{إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ
الْحَقِّ}
tiba-tiba
mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan)
yang benar. (Yunus: 23)
seakan-akan
tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)
Kemudian
Allah Swt. berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ
عَلَى أَنْفُسِكُمْ}
Hai
manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman
kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)
Artinya,
sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian
sendiri, dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang
selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
"مَا مِنْ ذَنْبٍ
أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر
اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".
Tiada
suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap
pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya
kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
(hasil
kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)
Artinya,
sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang
rendah lagi hina itu.
{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ}
kemudian
kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus:
23)
Yakni
hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.
{فَنُنَبِّئُكُمْ}
lalu
Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus:
23)
Yakni
kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan
membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai
kebaikan dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa
yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela
kecuali hanya kepada dirinya sendiri.
Yunus, ayat 24-25
{إِنَّمَا مَثَلُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ
نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ
الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ
عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا
كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ (24) وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25) }
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu
tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada
yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan
pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah
kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanaman)
laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada
orang-orang yang berpikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga)
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
Allah
Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta
kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari
tanah melalui air hujan yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh
manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang,
dan lain sebagainya.
{حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا}
Hingga
apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)
Yakni
perhiasannya yang fana telah sempurna.
{وَازَّيَّنَتْ}
dan
memakai (pula) perhiasannya. (Yunus:
24)
Sehingga
semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka
ragam warna dan bentuknya.
{وَظَنَّ أَهْلُهَا} الَّذِينَ زَرَعُوهَا
وَغَرَسُوهَا {أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا}
dan
pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)
Maksudnya,
mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu,
tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang yang sangat dingin
sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا
فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا}
tiba-tiba
datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana
tanam-tanaman yang sudah disabit. (Yunus: 24)
Yakni
menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.
{كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ}
seakan-akan
belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus:
24)
Yaitu
seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu.
Menurut
Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan
semua urusan sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum
pernah ada.
Di
dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
يُؤْتَى بِأَنْعَمِ
أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ
رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا.
وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ
غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"
(Kelak
di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu
ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya,
"Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan? Dan apakah kamu pernah
mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan
seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam
kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga) sekali masuk. Sesudah itu
dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?”
Maka dia menjawab, "Tidak.”
Dan
Allah Swt. telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa:
{فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
lalu
mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah
berdiam di tempat itu. (Hud:
67-68)
Kemudian
Allah Swt. berfirman:
{كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Demikianlah
Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami).
(Yunus: 24)
Maksudnya,
begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil:
{لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
kepada
orang-orang yang berpikir. (Yunus:
24)
agar
mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya
dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya, merasa
yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya,
tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu
selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang yang
menghindarinya.
Allah
Swt. telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat
dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Swt. telah berfirman:
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ
فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
مُقْتَدِرًا}
Dan
berilah perumpamaan kepada mereka (manusia)
kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka
menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan
itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Demikian
pula yang terdapat di dalam surat Az-Zumar dan Al-Hadid, Allah membuat
perumpamaan untuk kehidupan dunia dengan hal tersebut.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan
kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr
ibnu Dinar, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu
Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Marwan ibnul Hakam membaca
ayat berikut di atas mimbarnya, yaitu firman Allah Swt.: dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasainya; dan tidak sekali-kali Allah membinasakannya melainkan karena dosa
para pemiliknya. Kemudian Marwan berkata, "Saya biasa membacanya
seperti ini, tetapi ia (tambahannya) tidak terdapat di dalam mushaf." Maka
Abbas ibnu Abdullah ibnu Abbas berkata, "Begitu pula yang biasa dibacakan
oleh Ibnu Abbas." Lalu mereka mengirimkan utusan kepada Ibnu Abbas untuk
menanyakannya, maka Ibnu Abbas menjawab, "Begitulah yang dibacakan
kepadaku oleh Ubay ibnu Ka'b."
Ini
adalah qiraat yang gharib, seakan-akan kalimat tersebut ditambahkan
sebagai tafsirannya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ}
Allah
menyeru (manusia) ke Darussalam (surga).
(Yunus: 25)
Setelah
menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan
tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya dengan sebutan Darussalam,
yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua
musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ
وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Allah
menyeru (manusia) ke Darussalam (surga),
dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
(Yunus: 25)
Ayyub
telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:
"قِيلَ لِي: لتنَمْ
عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ
قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ
مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ،
وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ
الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ
يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ،
وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.
Dikatakan
kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah
dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua
telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku, "Seperti seorang tuan
yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan
undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu
dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan
barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu
dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya Allah adalah si
tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga,
sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."
Hadis
ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui
hadis Al-Lais dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu
Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari
rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:
"إِنِّي رَأَيْتُ
فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي،
يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت
أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ
مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا
مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ
مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ،
وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ
الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ
دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"
Sesungguhnya
aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan
Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain,
'Buatlah suatu perumpamaan baginya.' Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah
dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya
perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati
sebuah istana, lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta
perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil
orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi
undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja
itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu
perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad— adalah perumpamaan utusan itu.
Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa
masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan
makanan yang ada di dalamnya'.”
Hadis
ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah
mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda
secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا
وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ
إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى
رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".
Tiada
suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya
terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya
dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin, yaitu:
"Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang
sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi
melalaikan (kalian kepada Allah).”
Sehubungan
dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu
Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia)
ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat.
Demikianlah
menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Yunus, ayat 26
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (26) }
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak
ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya.
Allah
Swt. memberitahukan pahala bagi orang yang berbuat baik dalam amalnya selama di
dunia ini, yaitu beriman dan beramal saleh, bahwa mereka mendapat balasan yang
baik di negeri akhirat nanti. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}
Tidak
ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
(Ar-Rahman: 60)
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَزِيَادَة}
dan
tambahannya. (Yunus: 26)
Maksudnya,
pahala amal yang baik itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat kebaikan
sampai dengan tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dari itu. Balasan kebaikan
itu mencakup semua kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada ahli surga di
dalam surga, berupa gedung-gedung, bidadari-bidadari yang bermata jeli, rida
Allah kepada mereka, dan apa yang disimpan oleh Allah buat mereka berupa
hal-hal yang menyejukkan hati dan pandangan mata. Dan yang paling utama di
antara semua nikmat surgawi itu ialah memandang kepada Zat Allah Swt. Yang
Mahamulia. Sesungguhnya nikmat ini jauh lebih besar daripada semua yang telah
diberikan oleh Allah kepada mereka; mereka sebenarnya tidak berhak mendapatkannya
karena amal perbuatan mereka, melainkan berkat kemurahan dan rahmat dari Allah
semata.
Sehubungan
dengan tafsir makna ayat ini yang diinterpretasikan dengan pengertian memandang
Zat Allah Yang Mahamulia, telah diriwayatkan dari Abu Bakar As-Siddiq, Huzaifah
ibnul Yaman, Abdullah ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Abdur Rahman ibnu Abu
Laila, Abdur Rahman ibnu Basit, Mujahid, Ikrimah, Amir ibnu Sa'd, Ata,
Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya
dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf.
Sehubungan
dengan hal ini, banyak hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang
menerangkannya, antara lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ،
أَخْبَرَنَا حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ صُهَيْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} وَقَالَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ
الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، نَادَى مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ،
إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجِزَكُمُوه.
فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُثقِّل مَوَازِينَنَا، وَيُبِيِّضْ وُجُوهَنَا،
وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَيُزَحْزِحْنَا مِنَ النَّارِ؟ ". قَالَ:
"فَيَكْشِفُ لَهُمُ الْحِجَابَ، فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَوَاللَّهِ مَا
أَعْطَاهُمُ اللَّهُ شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَلَا
أَقَرَّ لِأَعْيُنِهِمْ"
telah
menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu
Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Suhaib
r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. (Yunus: 26) Lalu beliau Saw. bersabda: Apabila ahli
surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka ada suara yang
menyerukan, "Hai ahli surga, sesungguhnya Allah telah menjanjikan suatu
janji kepada kalian, sekarang Dia hendak menunaikannya kepada kalian. Mereka
berkata, "Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan
amal kami, bukankah Allah telah membuat wajah kami menjadi putih dan memasukkan
kami ke dalam surga serta menyelamatkan kami dari neraka?” Dilanjutkan bahwa lalu
Allah membuka hijab-Nya bagi mereka, maka mereka dapat memandang kepada Allah.
Demi Allah, Allah belum pernah memberikan suatu nikmat yang lebih mereka sukai
daripada memandang Dzat-Nya, dan tidak (pula) lebih menyenangkan mata (hati)
mereka (selain dari memandang kepada Dzat Allah).
Hal
yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sejumlah orang dari kalangan
para imam melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
أَخْبَرَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنَا شَبِيبٌ، عَنْ
أَبَانٍ عَنْ أَبِي تَمِيمَة الهُجَيْمي؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا مُوسَى
الْأَشْعَرِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُنَادِيًا
يُنَادِي: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ -بصَوْت يُسْمعُ أوَّلهم وَآخِرَهُمْ -: إِنَّ
اللَّهَ وَعْدَكُمُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةً، الْحُسْنَى: الْجَنَّةُ. وَزِيَادَةٌ:
النَّظَرُ إِلَى وَجْهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ".
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, dan telah menceritakan kepadaku Syabib, dari Aban, dari Abu
Tamimah Al-Hijaimi, bahwa ia pernah mendengar Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan
hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Sesungguhnya Allah pada hari kiamat
nanti memerintahkan juru penyeru untuk menyerukan, "Hai penduduk surga
—dengan suara yang dapat didengar oleh mereka semua dari awal hingga akhirnya—,
sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian pahala yang terbaik dan
tambahannya. Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah
memandang kepada Dzat Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Ibnu
Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Bakar Al-Huzali, dari
Abu Tamimah Al-Hujaimi, dengan sanad yang sama.
Ibnu
Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mukhtar, dari Ibnu Juraij, dari Ata,
dari Ka'b ibnu Ujrah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: (Tambahannya ialah) memandang
kepada Zat Allah Swt.
Ibnu
Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdur Rahim,
telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Salamah, bahwa ia pernah mendengar
Zahir mengatakan dari orang yang mendengarnya dari Abul Aliyah, telah
menceritakan kepada kami Ubay ibnu Ka'b, bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw. mengenai firman Allah Swt. berikut: Bagi orang-orang yang
berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (Yunus:
26) Nabi Saw. bersabda: Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan
tambahannya ialah memandang kepada Zat Allah Swt.
Ibnu
Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ}
Dan
muka mereka tidak ditutupi debu
hitam. (Yunus: 26)
Yakni
kegelapan dan kehitaman di Padang Mahsyar, seperti yang dialami oleh
orang-orang kafir lagi pendurhaka, maka wajah mereka hitam lagi kotor oleh debu
yang hitam.
{وَلا ذِلَّةٌ}
dan
tidak (pula) kehinaan. (Yunus: 26)
Maksudnya,
kehinaan dan diremehkan. Dengan kata lain, keadaan mereka —baik lahir maupun
batinnya— tidak terkena kehinaan, bahkan keadaan mereka adalah seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ
وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا}
Maka
Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka
kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Al-Insan:
11)
Yaitu
kesegaran dalam wajah mereka dan kegembiraan dalam kalbu mereka. Semoga Allah
menjadikan kita termasuk golongan mereka berkat kemurahan dan rahmat-Nya, amin.
Yunus, ayat 27
{وَالَّذِينَ كَسَبُوا
السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَا لَهُمْ
مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ
مُظْلِمًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (27) }
Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka
ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab)
Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang
gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Setelah
Allah menceritakan perihal orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang
dilipatgandakan amal-amal baiknya dan diberi tambahan selain dari itu, maka
Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang celaka.
Melalui
ayat ini Allah menyebutkan perihal keadilan-Nya terhadap mereka, dan bahwa Dia
memberikan balasan kejahatan mereka dengan pembalasan yang setimpal tanpa
dilebihkan dan tanpa dilipatgandakan.
وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
dan
mereka ditutupi oleh kehinaan. (Yunus:
27)
Yakni
kehinaan menyelimuti diri mereka karena perbuatan maksiat mereka dan karena
ketakutan mereka terhadap perbuatan maksiatnya sendiri, seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا
خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ}
Dan
kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45), hingga akhir ayat.
{وَلا
تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا
يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ * مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي
رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ *
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَاب}
Dan
janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang
zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada
waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas
memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 42-43). hingga
akhir ayat.
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ}
Tidak
ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab)
Allah. (Yunus: 27)
Artinya,
tiada pelindung dan tiada pembela yang menyelamatkan mereka dari azab Allah.
Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ
الْمَفَرُّ * كَلا لَا وَزَرَ * إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}
Pada
hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak
ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat
kembali. (Al-Qiyamah: 10-12)
*******************
Firman
Allah Swt.:
{كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا
مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا}
Seakan-akan
muka mereka ditutupi. (Yunus:
27), hingga akhir ayat.
Hal
ini menceritakan tentang hitamnya wajah mereka kelak di hari kemudian, seperti
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:
{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ
إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ * وَأَمَّا
الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Pada
hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, ada pula muka yang
menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan ”Mengapa kalian kafir sesudah
kalian beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian
itu.”Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada
dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran:
106-107)
{وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا
غَبَرَةٌ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ}
Banyak
muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria; dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu ('Abasa:
38-40)
Yunus, ayat 28-30
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ
جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ
وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ
إِيَّانَا تَعْبُدُونَ (28) فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ (29) هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ
مَا أَسْلَفَتْ وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا
كَانُوا يَفْتَرُونَ (30) }
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan
mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan "Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu.”
Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, "Kalian
sekali-kali tidak pernah menyembah kami. Dan cukuplah Allah menjadi saksi
antara kami dengan kalian, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan
kalian (kepada kami).” Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap
diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu; dan mereka
dikembalikan kepada Allah — Pelindung mereka yang sebenarnya— dan lenyaplah
dari mereka apa yang mereka ada-adakan.
Firman
Allah Swt.:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ}
(Ingatlah)
suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka. (Yunus: 28)
Yakni
semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia, baik yang bertakwa maupun
yang durhaka; sama halnya dengan yang disebutkan oleh ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ
أَحَدًا}
dan
Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari
mereka. (Al-Kahfi: 47)
Firman
Allah Swt.:
{ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا
مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ}
kemudian
Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (Yunus: 28), hingga akhir ayat.
"Tetaplah
kalian bersama mereka di suatu tempat yang tertentu, dan memisahlah kalian dari
orang-orang mukmin." Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan
(dikatakan kepada orang-orang
kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari
ini, hai orang-orang yang berbuat jahat." (Yasin: 59)
{وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}
Dan
pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14)
Dan
dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ}
Pada
hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum:
43)
Yakni
mereka menjadi terpisah-pisah. Hal ini terjadi bila Tuhan datang untuk
memutuskan peradilan di antara mereka. Sebelum itu orang-orang mukmin meminta
syafaat kepada Allah Swt. agar Dia datang untuk memutuskan perkara dan
membebaskan mereka dari Padang Mahsyar yang menyengsarakan itu.
Di
dalam suatu hadis disebutkan:
"نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ على كَوْم
فوق الناس.
Kami
pada hari kiamat berada di atas bukit di atas semua manusia.
Melalui
ayat ini Allah menceritakan bahwa di hari kiamat kelak Dia berseru kepada
orang-orang musyrik dan berhala-berhala mereka, yaitu:
{مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ
فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا
تَعْبُدُونَ}
Tetaplah
kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu. Lalu Kami pisahkan
mereka. Yunus: 28 , hingga akhir ayat.
Lalu
sekutu-sekutu itu mengingkari penyembahan mereka dan berlepas diri dari
penyembahan mereka, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{ [كَلا] سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ
وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا} الْآيَةَ.
sekali-kali
tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan
mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam:
82). hingga akhir ayat.
{إِذْ
تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا}
(Yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya. (Al-Baqarah: 166)
{وَمَنْ
أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ
كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan
selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan
mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan
apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka. (Al-Ahqaf: 5-6), hingga akhir
ayat.
Firman
Allah Swt. dalam ayat surat ini menceritakan perkataan sekutu-sekutu itu dalam
jawabannya terhadap pengakuan yang diutarakan oleh para pemujanya, yaitu:
{فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ}
Maka
cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian (Yunus: 29), hingga akhir ayat.
Dengan
kata lain, kami tidak merasakan adanya penyembahan kalian kepada kami dan kami
tidak mengetahuinya; karena sesungguhnya kalian menyembah kami hanyalah di saat
kami tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka cukuplah Allah sebagai
saksi antara kami dan kalian, bahwa kami sekali-kali tidak pernah menyeru kalian
untuk menyembah kami, tidak pernah pula kami memerintahkan kepada kalian untuk
itu, tidak pula kami rela bila kalian melakukannya terhadap kami.
Di
dalam kandungan makna ayat ini terkandung pengertian kecaman yang keras
terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah Allah dengan yang
lain-Nya, padahal selain Allah itu tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat,
dan tidak dapat membela dirinya dari mereka barang sedikit pun. Allah sama
sekali tidak memerintahkan mereka untuk melakukan persekutuan itu, tidak
meridainya, tidak pula menghendakinya. Bahkan sembahan-sembahan itu sendiri
berlepas diri dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan
pengakuannya.
Mereka
meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha-hidup lagi terus-menerus mengurus
makhluk-Nya, lagi Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahakuasa atas segala sesuatu,
dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan
menurunkan kitab-kitab-Nya yang isinya memerintahkan penyembahan kepada-Nya
semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى
اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Tagut itu." Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. (An-Nahl: 36)
{وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya, "Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku. maka sembahlah oleh
kalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25)
{وَاسْأَلْ
مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ
الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}
Dan
tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu,
"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha
Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)
Orang-orang
musyrik itu bermacam-macam golongannya, mereka terdiri atas berbagai golongan.
Allah telah menyebutkan mereka di dalam KitabNya, juga menjelaskan sepak
terjang serta ucapan-ucapan mereka, dan Allah menjawab mereka dengan jawaban
yang mematahkan semua alasan mereka.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا
أَسْلَفَتْ}
Di
tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri
merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Yakni
di Padang Mahsyar tempat mereka berhenti menjalani hisab di hari kiamat, setiap
diri diuji dan mengetahui semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya dahulu,
amal baik dan amal buruknya. Ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada
hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq:
9)
{يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا
قَدَّمَ وَأَخَّرَ}
Pada
hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)
{وَنُخْرِجُ
لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى
بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا}
Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab
yang dijumpainya dengan terbuka, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri
pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Isra: 13-14)
Sebagian
ulama ada yang telah membacanya dengan bacaan berikut:
{هُنَالِكَ تَتْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا
أَسْلَفَتْ}
Di
tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri
membaca dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)
Sebagian
ulama menafsirkannya dengan pengertian membaca (yakni buku catatan amal
perbuatannya). Sedangkan sebagian ulama lain menafsirkannya dengan pengertian
'mengikuti', yakni mengikuti amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya.
Dan sebagian ulama lainnya lagi menafsirkannya dengan hadis yang mengatakan:
"تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تعبد، فيتبع من كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ
الشَّمْسَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ، وَيَتْبَعُ مَنْ
كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ"
Sungguh
setiap umat akan mengikuti apa yang biasa disembahnya. Maka orang yang
menyembah matahari akan menyikuti matahari, orang yang menyembah bulan akan
mengikuti bulan, dan orang yang dulunya menyembah Tagut akan mengikuti Tagut, hingga akhir hadis.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ
الْحَقِّ}
dan
mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya. (Yunus: 30)
Artinya,
semua urusan dikembalikan kepada Allah, Hakim Yang Mahaadil. Maka Dialah yang
akan memutuskannya dan memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke
dalam neraka.
{وَضَلَّ عَنْهُمْ}
dan
lenyaplah dari mereka. (Yunus:
30)
Yakni
lenyaplah dari orang-orang musyrik itu.
{مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
apa
yang mereka ada-adakan. (Yunus:
30)
Maksudnya,
segala sesuatu yang dahulu mereka sembah selain Allah sebagai kedustaan yang
mereka ada-adakan terhadap Allah.
Yunus, ayat 31-33
{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ
يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا (31) فَذَلِكُمُ اللَّهُ
رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
(32) كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا
يُؤْمِنُونَ (33) }
Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab,
"Allah.” Maka katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Tuhan kalian yang sebenarnya;
maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan, maka bagaimanakah
kalian dipalingkan (dari kebenaran)?” Demikianlah telah tetap hukuman
Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya mereka tidak
beriman.
Allah
Swt. mengemukakan hujah-Nya terhadap orang-orang musyrik, bahwa sebenarnya
mereka mengakui akan keesaan Allah dan ketunggalan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha
Esa. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ
وَالأرْضِ}
Katakanlah,
"Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi." (Yunus: 31)
Yakni
siapakah yang menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tanam-tanaman dari
bumi. Bumi itu terbelah dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, lalu keluarlah
darinya biji-bijian, anggur, batang-batang pohon, zaitun, kurma, dan
taman-taman yang subur serta buah-buahan dan rumput-rumputan; apakah ada Tuhan
selain Allah? Mereka pasti menjawab bahwa yang melakukan semuanya itu adalah
Allah. Sama halnya seperti yang dinyatakan dalam ayat lain:
{أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ
أَمْسَكَ رِزْقَهُ}
Atau
siapakah dia ini yang memberi kalian rezeki jika Allah menahan rezekiNya (Al Mulk- 21)
Adapun
firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}
atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan. (Yunus: 31)
Maksudnya.
Dialah Allah yang telah memberikan kepada kalian indera pendengaran dan
penglihatan. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia melenyapkannya dan mencabutnya
dari kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman Allah
Swt.:
{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}
Katakanlah,
"Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan
penglihatan.” (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
{قُلْ
أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى
قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}
Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan
kalian.” (Al-An'am: 46)
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ}
dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup. (Yunus: 31)
Yakni
berkat kekuasaan-Nya Yang Mahabesar dan karunia-Nya yang menyeluruh. Dalam
pembahasan terdahulu telah disebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai hal
ini dan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semuanya.
Firman
Allah Swt.:
{وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ}
dan
siapakah yang mengatur segala urusan. (Yunus:
31)
Yakni
siapakah yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu serta yang memilikinya;
dan yang memberikan perlindungan, sedangkan Dia tidak memerlukan perlindungan.
Siapakah pula yang mengatur dan yang memutuskan hukum tanpa ada akibat
pertanyaan bagi keputusan hukumNya; serta tiada yang menanyakan tentang apa
yang diperbuat-Nya, sedangkan mereka akan dimintai pertanggungjawabannya?
Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu:
{يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ}
Semua
yang ada di langit dan di bumi selalu meminia kepada-Nya. Setiap waktu Dia
dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29)
Seluruh
alam semesta —baik yang di atas maupun yang di bawah— serta semua yang ada pada
keduanya dari kalangan malaikat, manusia, dan jin berhajat kepada-Nya, sebagai
hamba-hamba-Nya dan tunduk kepada-Nya.
{فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ}
Maka
mereka pasti menjawab, "Allah." (Yunus:
31)
Yakni
mereka mengetahui hal tersebut dan mengakuinya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ}
Maka
apakah kalian tidak bertakwa (kepada-Nya).
(Yunus: 31)
Yakni
apakah kalian tidak takut kepada Allah bila kalian menyembah Dia dengan
selain-Nya atas dasar pendapat kalian sendiri yang bodoh.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}
Maka
(Dzat yang demikian) itulah
Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. (Yunus: 32). hingga akhir ayat.
Yaitu
Tuhan yang kalian akui sebagai pelaku dari kesemuanya itu adalah Rabb dan Tuhan
kalian yang sebenarnya. Dialah yang berhak diesakan dalam ibadah kalian.
{فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ}
maka
tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. (Yunus: 32)
Artinya,
semua sembahan yang selain-Nya adalah batil, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha
Esa lagi tidak ada sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}
bagaimanakah
kalian dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32)
Maksudnya,
mengapa kalian dipalingkan dari menyembah-Nya, lalu kalian menyembah
selain-Nya, padahal kalian mengetahui bahwa Dialah Tuhan yang menciptakan
segala sesuatu dan yang mengatur segala sesuatu.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى
الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Demikianlah
telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik. (Yunus: 33), hingga akhir ayat.
Yakni
seperti halnya telah kafir orang-orang musyrik dan berkelanjutan dalam
kemusyrikannya serta penyembahannya kepada selain Allah, padahal mereka mengakui
bahwa Allah-lah yang menciptakan, yang memberi rezeki lagi yang mengatur
keadaan semesta alam ini. dan Dialah semata yang mengutus rasul-rasul-Nya
dengan membawa ajaran tauhid. Karena itulah telah pasti atas mereka ketetapan
dari Allah, bahwa mereka adalah orang-orang yang celaka dan termasuk penghuni
neraka yang tetap. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ
الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ}
Mereka
menjawab, "Benar (telah
datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang
yang kafir. (Az-Zumar: 71)
Yunus, ayat 34-36
{قُلْ هَلْ مِنْ
شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ قُلِ اللَّهُ يَبْدَأُ
الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (34) قُلْ هَلْ مِنْ
شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ
أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي
إِلا أَنْ يُهْدَى فَمَا لَكُمْ كَيْفَ (35) وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلا
ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
بِمَا يَفْعَلُونَ (36) }
Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang
dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” Katakanlah,
"Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya)
kembali; maka bagaimanakah kalian dipalingkan (kepada menyembah yang
selain Allah)?” Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada
yang menunjukkan kepada kebenaran?” Katakanlah, "Allah-lah yang menunjuki
kepada kebenaran." Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran
itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali
(bila) diberi petunjuk? Mengapa kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah
kalian mengambil keputusan? Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali
prasangka saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk
mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.
Ayat
ini merupakan bantahan yang membatalkan apa yang mereka akui dalam penyembahan
mereka kepada selain Allah yang mereka persekutukan dengan-Nya, yaitu berupa
berhala-berhala dan tandingan-tandingan.
{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ
الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ}
Katakanlah,
"Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan
makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya)
kembali?” (Yunus: 34)
Yakni
siapakah yang memulai penciptaan langit dan bumi ini, kemudian mengadakan semua
makhluk yang terdapat di antara keduanya, lalu menebarkan semua makhluk yang
ada di langit dan di bumi. Dia pulalah yang menggantikan semua makhluk yang ada
pada keduanya setelah semuanya binasa, kemudian Dia mengulangi kembali
penciptaan-Nya, yakni ciptaan yang baru.
{قُلِ اللَّهُ}
Katakanlah,
"Allah-lah.” (Yunus: 34)
Dialah
yang berbuat semua itu, dan hanya Dia sendirilah yang melakukannya, tiada
sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}
maka
bagaimanakah kalian dipalingkan? (Yunus:
34)
Artinya,
bagaimana kalian dapat dipalingkan dari jalan yang benar hingga menempuh jalan
yang batil?
{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي
إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ}
Katakanlah,
"Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kepada
kebenaran?” Katakanlah, "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran.” (Yunus: 35)
Dengan
kata lain, kalian telah mengetahui bahwa sekutu-sekutu kalian itu tidak dapat
memberikan petunjuk kepada orang yang sesat. Sesungguhnya yang dapat memberikan
petunjuk kepada orang yang bimbang dan sesat dan yang dapat membolak-balikkan
hati dari sesat hingga menjadi benar hanyalah Allah semata-mata, tidak ada
Tuhan selain Dia.
{أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ
أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلا أَنْ يُهْدَى}
Maka
apakah orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah
orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? (Yunus: 35)
Yaitu
apakah lebih baik mengikuti hamba yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan
membukakan penglihatan sesudah buta, ataukah mengikuti orang yang tidak dapat
memberi petunjuk apa pun kecuali dia sendiri mendapat petunjuk dari kebutaan
dan ketubannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman
Allah Swt. yang menceritakan perkataan Nabi Ibrahim a.s., yaitu:
{يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ
وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا}
Wahai
bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat,
dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun. (Maryam:
42)
Dan
perkataan Ibrahim lainnya yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُون}
Apakah
kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang
menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu.' (Ash-Shaffat: 95-96)
Serta
masih banyak ayat lainnya yang semisal.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ}
Mengapa
kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah
kalian mengambil keputusan? (Yunus: 35)
Yakni
apakah yang kalian lakukan sehingga akal kalian dikesampingkan? Mengapa kalian
menyamakan antara Allah dan makhluk-Nya, lalu kalian meninggalkan Allah dan
menyembah selain-Nya? Waraskah kalian ini? Mengapa kalian tidak mengesakan
Allah Yang Maha Memiliki, Maha Menguasai lagi Maha Memberi Petunjuk dari
kesesatan, yaitu dengan menyembah-Nya semata? Mengapa pula kalian tidak
mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam berdoa dan memohon ampunan
kepada-Nya.
Kemudian
Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka —dalam mengikuti agama mereka itu— sama
sekali tidak berdasarkan kepada dalil ataupun bukti, melainkan hanya
berdasarkan dugaan dari diri mereka sendiri, yakni berdasarkan ilusi dan
bayangan mereka sendiri. Hal seperti itu tidak dapat menolong mereka barang
sedikit pun.
{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ}
Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yunus: 36)
Di
dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan yang keras untuk mereka,
karena Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia kelak akan membalas perbuatan mereka
itu dengan pembalasan yang sempurna.
Yunus, ayat 37-40
{وَمَا كَانَ هَذَا
الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ
يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37)
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38) بَلْ كَذَّبُوا
بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ
بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (40) }
Tidaklah mungkin Al-Qur’an ini dibuat-buat oleh selain Allah; akan
tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya,
tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya.”
Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah
datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian
panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang
benar.” Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya
dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang
yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. Di antara mereka ada orang-orang
yang beriman kepada Al-Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang
yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Ayat
ini menjelaskan tentang mukjizat yang terkandung di dalam Al-Qur'an, bahwa
tidak ada seorang manusia pun yang mampu membuat hal yang semisal dengan Al
Qur'an, tidak pula dengan sepuluh suratnya, serta tidak pula satu surat
darinya. Karena dengan kefasihan bahasanya, paramasastranya, keringkasannya,
keindahannya, dan kandungannya yang mencakup makna-makna yang jarang tetapi
berlimpah dan bermanfaat di dunia dan akhirat, maka Al-Qur'an tiada lain
kecuali datang dari sisi Allah, yang tiada sesuatu pun serupa dengan Dia dalam
Zat, sifat, perbuatan, dan ucapan-Nya. Kalam atau firman Allah tidaklah seperti
ucapan makhluk. Karena itu, di dalam firman-Nya disebutkan:
{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ
يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ}
Tidaklah
mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah. (Yunus: 37)
Yakni
hal yang semisal dengan Al-Qur'an ini tidaklah layak kecuali dari sisi Allah.
Isi Al-Qur'an tidaklah sama dengan hasil kreasi manusia.
{وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ
يَدَيْهِ}
akan
tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya. (Yunus: 37)
Yaitu
kitab-kitab sebelum Al-Qur'an dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu serta
mengandung keterangan tentang apa yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya
menyangkut perubahan, penggantian, dan penakwilan yang ada padanya.
Firman
Allah Swt.:
{وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ
مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di
dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam. (Yunus: 37)
Yakni
penjelasan mengenai hukum-hukum, halal dan haram dengan penjelasan yang
memuaskan, cukup lagi benar, tiada keraguan padanya dari sisi Allah Tuhan
semesta alam. Seperti yang telah disebutkan dalam hadis Al-Haris Al-A'war, dari
Ali ibnu Abu Talib, bahwa di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat
sebelum kalian, berita apa yang akan terjadi sesudah kalian, dan keputusan
hukum di antara sesama kalian. Dengan kata lain, Al-Qur'an mengandung berita
tentang masa lalu dan masa mendatang, serta hukum bagi apa yang terjadi di
kalangan manusia, yaitu berupa syariat yang telah disukai dan diridai oleh
Allah.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا
بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Atau
(patutkah) mereka mengatakan,
"Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian
katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah
siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah,
jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)
Artinya,
jika kalian menuduh, mendustakan, dan meragukan bahwa Al-Qur'an itu dari sisi
Allah; kalian pun mengatakannya dusta dan buat-buatan yang telah direkayasa
oleh Muhammad dari dirinya sendiri. Muhammad itu adalah manusia, sama dengan
kalian. Dan dia—menurut dakwaan kalian— telah mampu mendatangkan Al-Qur'an ini,
maka buatlah oleh kalian satu surat saja yang semisal dengannya, yakni yang
sejenis dengan Al-Qur'an; dan mintalah tolong untuk itu kepada semua orang yang
kalian mampu memanggilnya dari kalangan manusia dan jin.
Hal
ini merupakan tantangan pada tahap yang ketiga, karena sebelumnya Allah telah
menantang mereka dan menyeru mereka jika mereka benar dalam tuduhannya yang
mengatakan bahwa Al-Qur'an itu dibuat oleh Muhammad sendiri. Maka silakan
mereka menentangnya dengan hal yang semisal secara utuh dengan apa yang
didatangkan olehnya. Dan hendaklah mereka meminta bantuan kepada siapa pun yang
mereka kehendaki untuk membuat yang semisal dengannya. Lalu Allah Swt
menyebutkan bahwa mereka sama sekali tidak akan mampu melakukannya dan tiada
jalan bagi mereka untuk itu.
Allah
Swt. telah berfirman:
{قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ
عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ
كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا}
Katakanlah.
Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra: 88)
Kemudian
tantangan terhadap mereka diperkecil menjadi sepuluh surat dari Al-Qur'an,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam permulaan surat Hud, yaitu:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا
بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Bahkan
mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.”
Katakanlah, "(Kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah
orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian
memang orang-orang yang benar.” (Hud: 13)
Lalu
tantangan diturunkan lagi menjadi satu surat yang semisal dengan surat
Al-Qur'an. Maka dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا
بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Atau
(patutkah) mereka mengatakan,
"Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah, "(Kalau benar yang
kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan
panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain
Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)
Demikian
pula yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah. yaitu surat Madaniyyah. Allah
menantang mereka untuk mendatangkan suatu surat yang semisal, dan Allah
menyebutkan bahwa mereka selamanya tidak akan mampu melakukan hal tersebut,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا
فَاتَّقُوا النَّارَ}
Maka
jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat
membuat(nya). (Al-Baqarah: 24), hingga akhir ayat.
Padahal
kefasihan saat itu merupakan pembawaan mereka dan syair-syair mereka telah
sampai pada puncak keemasannya, tetapi Nabi Muhammad Saw. menyampaikan kepada
mereka sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun. Karena itulah
sebagian dari mereka ada yang beriman karena mengakui ketinggian paramasastra
dalam Al-Qur'an, keindahannya, kemudahannya, kandungan makna yang ada di
dalamnya serta kecemerlangannya. Mereka adalah orang-orang yang paling
menguasai dalam bab ini, paling mengerti, paling menggemarinya, dan paling
memujanya. Perihalnya sama dengan pengakuan para ahli sihir Fir'aun yang
mengetahui semua jenis ilmu sihir, bahwa apa yang dilakukan oleh Musa a.s. itu
tidaklah keluar kecuali dari seseorang yang dikuatkan, dan dibimbing serta
diutus dari sisi Allah. Dan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak akan mampu
dilakukan oleh manusia kecuali dengan seizin Allah.
Demikian
pula halnya Isa a.s. Allah mengutusnya di masa ketenaran ilmu tabib dan
pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Isa dapat meyembuhkan orang yang
buta, orang yang berpenyakit supak, bahkan dapat menghidupkan orang yang telah
mati dengan seizin Allah. Hal seperti itu tidak ada kaitannya dengan pengobatan
dan obat-obatan. Maka sebagian dari mereka ada yang mengakui dan beriman bahwa
Isa adalah hamba dan utusan Allah.
Di
dalam sebuah hadis sahih, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ
مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا آمَنَ عَلَى
مِثْلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ
اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا
Tidak
ada seorang nabi di antara nabi-nabi kecuali telah dianugerahi mukjizat yang
semisal dengan apa yang sedang tenar di kalangan umatnya. Dan sesungguhnya apa
yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah
kepadaku, maka aku berharap semoga akulah nabi yang paling banyak pengikutnya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا
بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}
Yang
sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan
sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus: 39)
Yakni
sebenarnya mereka mendustakan Al-Qur'an, tidak memahaminya, serta tidak mau
mengenalnya.
{وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}
padahal
belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus:
39)
Artinya,
mereka masih belum memahami hidayah dan agama yang benar yang terkandung di
dalamnya, tetapi mereka terlanjur mendustakannya karena kebodohan dan
kepandiran mereka sendiri.
{كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ}
Demikianlah
orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan, (rasul). (Yunus: 39)
Yaitu
umat-umat yang terdahulu mendustakan Rasul-Nya.
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الظَّالِمِينَ}
Maka
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. (Yunus: 39)
Maksudnya,
perhatikanlah bagaimana Kami binasakan mereka karena kedustaan mereka kepada
rasul-rasul Kami secara aniaya, congkak, kafir, ingkar, dan bodoh. Maka
hati-hatilah, hai orang-orang yang mendustakan rasul; kalian pasti akan
tertimpa apa yang pernah menimpa mereka.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}
Di
antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an. (Yunus: 40)
Di
antara mereka yang engkau diutus kepada mereka, hai Muhammad, ada orang-orang
yang beriman kepada Al-Qur'an ini dan mengikutimu serta beroleh manfaat dari
risalah yang disampaikan olehmu.
وَمِنْهُمْ
مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ
dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. (Yunus: 40)
Bahkan
mereka mati dalam kekafirannya dan kelak akan dibangkitkan dalam keadaan kafir.
وَرَبُّكَ
أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ
Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 40)
Dia
mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah, lalu diberi-Nya hidayah; dan Dia
mengetahui siapa yang berhak sesat, lalu Dia menyesatkannya. Dia Mahaadil dan
tidak pernah zalim, bahkan Dia memberi kepada masing-masingnya sesuai dengan
apa yang berhak ia terima. Mahasuci, Mahatinggi lagi Mahaagung Allah, tidak ada
Tuhan selain Dia.
Yunus, ayat 41-44
{وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ
لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا
بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41) وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ
أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ (42) وَمِنْهُمْ
مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا
يُبْصِرُونَ (43) إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (44) }
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah.”Bagiku pekerjaanku,
dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri dari apa yang aku
kerjakan, dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.” Dan di
antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan
orang-orang tuli itu mendengar, walaupun mereka tidak mengerti. Dan di antara
mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk
kepada orang-orang yang buta. walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.
Sesungguhnya Allah tidak sedikit pun berbuat zalim kepada manusia, tetapi
manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
Allah
Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa jika orang-orang musyrik itu mendustakan
kamu, maka berlepas dirilah kamu dari mereka, juga dari amal perbuatan mereka.
{فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ}
maka
katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian.” (Yunus: 41)
Ayat
ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلا أَنَا
عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِين}
Katakanlah,
"Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.” (Al-Kafirun: 1 -2), hingga akhir surat.
Dan
Nabi Ibrahim Al-Khalil beserta para pengikutnya berkata kepada kaumnya yang
musyrik, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}
Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ}
Dan
di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. (Yunus: 42)
Yakni
mendengarkan ucapanmu yang bagus dan mendengar Al-Qur'an, serta hadis-hadis
sahih yang fasih lagi bermanfaat bagi hati, agama, dan diri pendengarnya.
Sebenarnya usaha itu sudah cukup besar, tetapi hal tersebut bukan merupakan
tanggung jawabmu, juga tidak dibebankan kepada mereka. Karena sesungguhnya kamu
tidak akan dapat memperdengarkan orang yang tuli. Kamu pun tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada mereka kecuali jika Allah menghendakinya,
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ}
Dan di antara mereka ada orang-orang yang melihat
kepadamu. (Yunus: 43)
Maksudnya,
memandangmu dan memandang apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu
berupa ketenangan, sifat yang baik, dan akhlak yang agung; serta dalil yang
jelas yang membuktikan kenabianmu bagi orang-orang yang mempunyai akal dan
pandangan hati. Mereka memandang kepadamu sebagaimana orang lain memandangmu,
tetapi selain mereka tidaklah memperoleh hidayah sedikit pun, berbeda
keadaannya dengan apa yang mereka peroleh. Bahkan orang-orang mukmin
memandangmu dengan pandangan yang mengandung pengagungan, sedangkan orang-orang
kafir itu memandang kepadamu dengan pandangan menghina, seperti yang
disebutkan dalam ayat lain:
وَإِذَا
رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا
Dan
apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, niscaya mereka tidak lain hanyalah
membuat kamu menjadi olok-olok (Al-Anbiya:
36), hingga akhir ayat.
Kemudian
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidaklah menganiaya seorang pun, sekalipun dia
telah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, membuat melihat orang
yang tadinya buta, membuka mata yang tadinya terkatup, membuka telinga yang
tadinya tuli, membuka hati yang tadinya tertutup rapat, dan membuat orang yang
selain mereka sesat dari jalan keimanan. Karena Dia adalah Penguasa Yang Maha
Mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaanNya, sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya. Dialah Tuhan yang tidak ada seorang pun meminta
pertanggungjawaban-Nya dari apa yang telah dtperbuat-Nya, sedangkan mereka
pasti dimintai pertanggungjawabannya. Demikian itu berkat ilmu-Nya,
kebijaksanaan-Nya, dan keadilan-Nya. Karena itulah dalam firman berikutnya
disebutkan:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ
شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
Sesungguhnya
Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah
yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Yunus: 44)
Di
dalam sebuah hadis dari Abu Zar, dari Nabi Saw., dalam hadis qudsi yang
diriwayatkan oleh Nabi Saw. dari Tuhannya disebutkan:
"يَا عِبَادِي،
إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا
فَلَا تَظَالَمُوا
Hai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan aniaya atas diri-Ku,
dan Aku menjadikannya haram pula di antara kalian. Maka janganlah kalian saling
berbuat aniaya.
Dan
pada akhir hadis Qudsi ini disebutkan:
يَا عِبَادِي، إِنَّمَا
هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ
وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، ومن وجد غير ذلك فلا يَلُومَنَّ إلا
نَفْسَهُ"
Hai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah hasil amal perbuatan kalian yang Aku
catatkan untuk kalian, kemudian Aku membalaskannya kepada kalian secara penuh
Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan (pada
catatan amal perbuatannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang
siapa yang menjumpai(nya) selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali
dirinya sendiri.
Hadis
ini secara panjang lebar diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Yunus, ayat 45
{وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ
كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
(45) }
dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan.
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Allah
dan mereka tidak mendapat petunjuk
Allah
Swt. mengingatkan manusia akan terjadinya hari kiamat dan dibangkitkan mereka
dari kuburannya masing-masing, lalu digiring menuju pelataran Mahsyar di hari kiamat.
وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ
Dan
(ingatlah) akan hari (yang di
waktu itu) Allah mengumpulkan mereka. (Yunus: 45), hingga akhir ayat.
Ayat
ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
كَأَنَّهُمْ
يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ
Pada
hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan
sesaat pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35)
{كَأَنَّهُمْ
يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}
Pada
hari mereka melihat hari berbangkit itu, seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saj a) di waktu
sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)
{يَوْمَ
يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا * يَتَخَافَتُونَ
بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا * نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ
يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا}
(Yaitu)
di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan
mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru
muram, mereka berbisik-bisik di antara mereka, "Kalian tidak berdiam (di
dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari).” Kami lebih mengetahui apa
yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara
mereka.”Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja. (Thaha:
102-104)
وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ
Dan
pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa,
"Mereka tidak berdiam (dalam
kubur) melainkan sesaat (saja).” (Ar-Rum: 55), hingga akhir ayat-ayat
berikuuwa.
Semua
ayat tersebut menunjukkan betapa pendeknya hidup di dunia bila dibandingkan
dengan kehidupan di akhirat, seperti halnya yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ
سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ *
قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Allah
bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka
menjawab, "Kami tinggal (di
bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang
menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan
sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.”(Al-Mu’minun: 112-114)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ}
Mereka
saling mengenal (Yunus: 45)
Maksudnya,
anak mengenal orang tuanya, dan kaum kerabat sebagian dari mereka mengenal
sebagian yang lainnya, sebagaimana keadaan mereka ketika hidup di dunia; tetapi
pada hari itu masing-masing orang sibuk dengan keadaannya sendiri, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ
بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ}
Apabila
sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka (Al-Mu’minun: 101), hingga akhir ayat.
وَلا
يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا
Dan
tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya. (Al-Ma'arij: 10), hingga beberapa ayat berikutnya.
*******************
Mengenai
firman Allah Swt.:
{قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ
اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ}
Sesungguhnya
rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka
tidak mendapat petunjuk (Yunus:
45)
Surat
di atas sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}
Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 15)
Demikian
itu karena diri mereka dan keluarga mereka mengalami kerugian di hari kiamat.
Bukankah hal itu merupakan kerugian yang jelas? Tiada kerugian yang lebih parah
daripada kerugian yang diderita oleh orang-orang yang dipisahkan dari keluarga
dan kekasih-kekasihnya di hari penyesalan dan kekecewaan, yaitu hari kiamat.
Yunus, ayat 46-47
{وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ
بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ
اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ (46) وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا
جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (47) }
Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah
kamu akan melihatnya) atau (Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum
itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas
apa yang mereka kerjakan. Tiap-tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah
datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka
(sedikit pun) tidak dianiaya.
Allah
Swt. ber-khitab kepada Rasul-Nya melalui firman-Nya:
{وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي
نَعِدُهُمْ}
Dan
jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa)
yang Kami ancamkan kepada mereka. (Yunus: 46)
Yakni
Kami menimpakan pembalasan kepada mereka di masa kamu masih hidup, agar hatimu
merasa puas terhadap mereka.
{أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا
مَرْجِعُهُمْ}
atau
(Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum
itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali (Yunus :46)
Maksudnya,
kepada Kamilah mereka akan dikembalikan dan dipulangkan. Allah Maha Menyaksikan
atas semua perbuatan mereka sesudah kamu tiada.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مَكْرَمٍ،
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الْجَارُودِ، عَنْ
أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عُرضت عَلَيَّ أُمَّتِي الْبَارِحَةَ لَدَى
هَذِهِ الْحُجْرَةِ، أَوَّلُهَا وَآخِرُهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
عُرِضَ عَلَيْكَ مَنْ خُلِق، فَكَيْفَ مَنْ لَمْ يُخْلَقْ؟ فَقَالَ:
"صُوِّروا لِي فِي الطِّينِ، حَتَّى إِنِّي لأعْرَفُ بِالْإِنْسَانِ مِنْهُمْ
مِنْ أَحَدِكُمْ بِصَاحِبِهِ".
Imam
Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad. telah
menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepaca kami Daud ibnul Jarud, dari Abu
Tufail. dari Huzaifah ibnu Usaid. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Telah
ditampakkan kepadaku perihal umatku tadi malam, dari yang pertama hingga yang
terakhir, pada (dinding) kamar ini. Maka seorang lelaki bertanya,
"Wahai Rasulullah, telah ditampakkan kepadamu manusia yang telah
diciptakan. Maka bagaimanakah dengan manusia (dari kalangan umatmu) yang belum
diciptakan?" Rasulullah Saw. menjawab: Gambar mereka ditampilkan
kepadaku pada tembok tanah liat ini, sehingga aku lebih mengenal seorang demi
seorang dari mereka daripada seseorang di antara kalian terhadap temannya.
Imam
Tabrani meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, dari
Uqbah ibnu Makram, dari Yunus ibnu Bukair, dari Ziyad ibnul Munzir, dari Abut
Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ
رَسُولُهُمْ}
Tiap-tiap
umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka. (Yunus: 47)
Menurut
Mujahid, makna yang dimaksud ialah hari kiamat.
{قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
diberikanlah
keputusan antara mereka dengan adil. (Yunus:
47), hingga akhir ayat.
Sama
halnya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا }
Dan
terang-benderanglah bumi (Padang
Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya. (Az-Zumar: 69).
hingga akhir ayat.
Setiap
umat akan ditampilkan oleh Allah di hadapan rasulnya masing-masing, sedangkan
kitab catatan amal perbuatan mereka —yang baik dan yang buruk— diberikan kepada
mereka sebagai saksinya dan para malaikat pencatat amal perbuatan ikut menjadi
saksi pula. Demikianlah diberlakukan terhadap semua umat, satu umat demi satu
umat. Dan umat Nabi Muhammad yang mulia ini, sekalipun merupakan umat yang
terakhir penciptaannya, tetapi mereka merupakan umat yang paling dulu tampil di
hari kiamat nanti, lalu diselesaikanlah keputusan hukum di antara mereka;
seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
"نحن الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمَقْضِيُّ لَهُمْ
قَبْلَ الْخَلَائِقِ"
Sesungguhnya
kami adalah umat yang paling akhir, tetapi umat yang paling terdahulu kelak di
hari kiamat yang beroleh keputusan hukum bagi mereka sebelum umat-umat lainnya.
Sesungguhnya
umat Nabi Muhammad Saw. memperoleh kemuliaan ini hanyalah berkat kemuliaan
Rasul-Nya, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya sampai hari
kiamat nanti.
Yunus, ayat 48-52
{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا
الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (48) قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا
نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ
فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (49) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ
أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ
الْمُجْرِمُونَ (50) أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِهِ آلآنَ وَقَدْ
كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ (51) ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا
عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (52) }
Mereka mengatakan, "Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kalian orang-orang yang
benar?” Katakanlah, "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak
(pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah.”
Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sedikit pun dan tidak (pula) mendahulukannya.
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian
siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa
itu minta disegerakan juga?” Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu),
lalu kalian baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kalian
mempercayai), padahal sebelumnya kalian selalu meminta supaya disegerakan?
Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu,
"Rasakanlah, oleh kalian siksaan yang kekal, kalian tidak diberi balasan
melainkan dengan apa yang telah kalian kerjakan."
Allah
Swt. menceritakan tentang kekufuran orang-orang musyrik itu dalam permintaan
mereka yang memohon agar azab disegerakan kepada mereka, demikian pula
permintaan mereka mengenai waktu datangnya siksaan itu sebelum ditentukan, yang
hal tersebut tiada faedahnya sama sekali bagi mereka. Hal ini disebutkan oleh
Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا
يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ
أَنَّهَا الْحَقُّ}
Orang-orang
yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera
didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka
yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan
terjadi). (Asy-Syura: 18)
Yakni
pasti akan terjadi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, sekalipun mereka tidak
mengetahui waktunya secara tepat. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk
kepada Rasul-Nya dalam menjawab ucapan orang-orang musyrik itu melalui
firman-Nya:
{قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا
إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ}
Katakanlah,
"Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak(pula) kemanfaatan kepada diriku.” (Yunus: 49),
hingga akhir ayat.
Maksudnya,
aku tidak mengatakan kecuali apa yang telah diajarkanNya kepadaku, dan aku
tidak mempunyai kemampuan terhadap sesuatu yang pengetahuannya hanya ada pada
sisi Allah, kecuali bila Allah memperlihatkannya kepadaku. Aku adalah hamba dan
utusan-Nya kepada kalian. Aku telah memberitakan kepada kalian akan kedatangan
hari kiamat, bahwa hari kiamat itu pasti terjadi, dan Allah tidak
memperlihatkan kepadaku mengenai waktunya, tetapi:
{لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ}
tiap-tiap
umat mempunyai ajal. (Yunus: 49)
Setiap
generasi mempunyai batas usia yang telah ditentukan bagi mereka, dan apabila
batas usia itu telah habis masanya:
{فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا
يَسْتَقْدِمُونَ}
Maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. (Yunus: 49)
Perihalnya
sama dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا
جَاءَ أَجَلُهَا}
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. (Al-Munafiqun: 11), hingga
akhir ayat.
Kemudian
Allah Swt. memberitahukan bahwa azab Allah pasti akan datang menimpa mereka
dengan sekonyong-konyong. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ
بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا}
Katakanlah.”Terangkan
kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di
siang hari. (Yunus: 50)
Yang
dimaksud dengan bayatan ialah di waktu malam hari.
{مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ
أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِه}
apakah
orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga? Kemudian apakah setelah terjadinya
(azab itu), lalu kalian baru
mempercayainya? Apakah sekarang (baru kalian mempercayai), padahal
sebelumnya kalian selalu meminta supaya disegerakan? (Yunus: 50-51)
Yakni
manakala azab datang menimpa mereka, maka mereka mengatakan seperti yang disebutkan
dalam ayat lainnya:
{رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا
فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
Ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
{فَلَمَّا
رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا
بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ
الْكَافِرُونَ}
Maka
tatkala mereka melihat azab Kami. mereka berkata, "Kami beriman hanya
kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami
mempersekutukan (nya) dengan Allah.” Maka iman
mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami.
Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu
itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا
عَذَابَ الْخُلْدِ}
Kemudian
dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik)
itu, "Rasakanlah oleh kalian siksaan yang kekal.” (Yunus: 52)
Pada
hari kiamat dikatakan kata-kata tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan
cemoohan buat mereka. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman
lainnya, yaitu:
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ
دَعًّا * هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ * أَفَسِحْرٌ هَذَا
أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ * اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا
سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Pada
hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang
dahulu kalian selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kalian
tidak melihat? Masuklah kalian ke dalamnya (rasakanlah kepanasan apinya), maka
baik kalian bersabar atau tidak, sama saja bagi kalian; kalian diberi balasan
terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Ath-Thur: 13-16)
Yunus, ayat 53-54
{وَيَسْتَنْبِئُونَكَ
أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ
(53) وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي الأرْضِ لافْتَدَتْ بِهِ
وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (54) }
Dan mereka menanyakan kepadamu, "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?" Katakanlah,
"Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kalian
sekali-kali tidak dapat luput (darinya).” Dan kalau setiap diri yang
zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia
menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika
mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka
dengan adil, sedangkan mereka tidak dianiaya.
Allah
Swt. menyebutkan bahwa mereka akan bertanya kepadamu, Muhammad:
{أَحَقٌّ هُوَ}
Benarkah
(azab yang dijanjikan) itu? (Yunus:
53)
Yakni
tentang benarkah kiamat dan hari berbangkit dari kubur itu, padahal tubuh-tubuh
ini telah menjadi tanah?
{قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا
أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}
Katakanlah,
"Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar; dan kalian
sekali-kali tidak dapat luput (darinya).
(Yunus: 53)
Maksudnya,
keadaan kalian yang telah menjadi tanah bukanlah merupakan halangan bagi Allah
untuk mengembalikan kalian menjadi hidup kembali seperti halnya Dia menciptakan
kalian dari ketiadaan. Allah telah berfirman dalam ayat lainnya, yaitu:
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا
أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata padanya,
"Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin:
82)
Ayat
ini tidak ada yang menyamainya dalam Al-Qur’an kecuali dua ayat lainnya, yaitu
dalam surat Saba dalam kaitan Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk
bersumpah dengan menyebut nama-Nya terhadap orang-orang yang ingkar akan adanya
hari berbangkit, yaitu melalui firman-Nya:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا
السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ}
Dan
orang-orang yang kafir berkata, "Hari berbangkit itu tidak akan datang
kepada kami.” Katakanlah, "Pasti datang, demi Tuhanku." (Saba: 3)
Dalam
surat At-Taghabun juga disebutkan melalui firman-Nya:
{زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ
يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا
عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Orang-orang
kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah,
”Tidak demikian, demi Tuhanku, kalian benar-benar akan dibangkitkan, kemudian
akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” Yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah. (At-Taghabun:
7)
Kemudian
Allah Swt. menyebutkan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, maka orang
kafir sangat berkeinginan seandainya saja dia dapat menebus dirinya dari siksa
Allah dengan emas sepenuh bumi sekalipun.
{وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا
الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ}
dan
mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu,
dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil. (Yunus: 54)
Yakni
dengan hak.
{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
sedangkan
mereka tidak dianiaya. (Yunus:
54)
Yunus, ayat 55-56
{أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَلا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (55) هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
(56) }
Ingatlah,
sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah,
sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui(nya). Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan hanya
kepada-Nyalah kalian dikembalikan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia adalah yang
memiliki langit dan bumi; dan janji-Nya adalah benar pasti akan terjadi, tidak
terelakkan lagi. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, kemudian hanya
kepada-Nyalah mereka dikembalikan. Dia mampu berbuat demikian, lagi Maha
Mengetahui semua tubuh yang telah hancur luluh lagi berserakan dan bertebaran
di seluruh kawasan bumi, lautan, dan padang-padang sahara.
Yunus, ayat 57-58
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ
وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57) قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58) }
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari
Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ”Dengan karunia Allah dan
rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Allah
Swt. berfirman menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya,
yaitu Al-Qur'an yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya yang mulia:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ
مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian. (Yunus: 57)
Yakni
peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji.
{وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ}
dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada. (Yunus : 57)
Maksudnya
adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu melenyapkan kotoran dan najis yang
terdapat di dalam dada.
{وَهُدًى وَرَحْمَةً}
dan
petunjuk serta rahmat. (Yunus:
57)
Yaitu
yang dengan mengamalkannya akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah Swt.
Dan sesungguhnya hal itu hanyalah diperoleh bagi orang-orang mukmin dan
orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ
وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}
Dan
Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (Al-Isra: 82)
{قُلْ
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ}
Katakanlah,
"Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman." (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا}
Katakanlah,
"Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira.” (Yunus: 58)
Artinya,
dengan adanya hidayah dan agama yang hak ini yang datang kepada mereka,
hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut
untuk mereka gembirakan.
{هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}
Karunia
dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Yunus: 58)
Yakni
lebih baik daripada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan
fana dan lenyap itu.
Sehubungan
dengan tafsir ayat ini, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah asar berikut
sanadnya dari Baqiyyah ibnul Walid, dari Safwan ibnu Amr; ia pernah mendengar
Aifa' ibnu Abdul Kala'i mengatakan bahwa ketika datang harta Kharraj dari Irak
kepada Khalifah Umar r.a., khalifah keluar bersama seorang maula (pelayan)nya.
Kemudian Khalifah Umar menghitung-hitung ternak dari hasil Kharraj itu, dan
ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada apa yang diperkirakannya. Maka
Umar r.a. berkata, "Segala puji bagi Allah." Sedangkan maulanya
mengatakan.”Ini. demi Allah, berkat karunia dan rahmat Allah.' Maka Khalifah
Umar memotongnya, "Kamu dusta, ini bukanlah yang dimaksudkan oleh
firman-Nya: Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya.' (Yunus:
58), hingga akhir ayat. Dan semua harta ini berasal dari apa yang mereka
kumpulkan."
Al-Hafiz
Abu Qasim At-Tabrani telah menyebutkan sanadnya dengan lengkap. Maka ia
meriwayatkannya dari Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, dari Haiwah ibnu Syuraih, dari
Baqiyyah, kemudian ia menuturkan asar ini.
Yunus, 59-60
{قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا
أَنزلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلالا قُلْ
آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ (59) وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ لَذُو
فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ (60) }
Katakanlah.”Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan
Allah kepada kalian, lalu kalian jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.”Katakanlah, "Apakah
Allah telah memberikan izin kepada kalian (tentang ini) atau kalian
mengada-adakan saja terhadap Allah?” Apakah dugaan orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat? Sesungguhnya Allah
benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi
kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).
Ibnu
Abbas. Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan
lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sebagai pengingkaran terhadap
perbuatan orang-orang musyrik yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu dari
diri mereka sendiri, seperti mengharamkan bahirah, saibah, dan wasilah. Hal
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ
الْحَرْثِ وَالأنْعَامِ نَصِيبًا}
Dan
mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah
diciptakan Allah. (Al-An'am: 136), hingga beberapa
ayat berikutnya.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي
إِسْحَاقَ، سَمِعْتُ أَبَا الْأَحْوَصِ -وَهُوَ عَوْفُ بْنُ [مَالِكِ بْنِ]
نَضْلَةَ -يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَشْف الْهَيْئَةِ، فَقَالَ: "هَلْ لَكَ مَالٌ؟
" قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: "مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟ " قَالَ:
قُلْتُ: مِنْ كُلِّ الْمَالِ، مِنَ الْإِبِلِ وَالرَّقِيقِ وَالْخَيْلِ
وَالْغَنَمِ. فَقَالَ إِذَا آتَاكَ مَالًا فَلْيُرَ عَلَيْكَ". وَقَالَ:
"هَلْ تُنْتِجُ إِبِلُ قَوْمِكَ صِحَاحًا آذانُها، فتعمَد إِلَى مُوسَى فَتَقْطَعُ
آذَانَهَا، فَتَقُولُ: هَذِهِ بَحْرٌ وَتَشُقُّهَا، أَوْ تَشُقُّ جلودها وَتَقُولُ: هَذِهِ صُرُم،
وَتُحَرِّمُهَا عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ:
"فَإِنَّ مَا آتَاكَ اللَّهُ لَكَ حِلٌّ، وَسَاعِدُ اللَّهِ أَشُدُّ مِنْ
سَاعِدِكَ، وَمُوسَى اللَّهِ أَحَدُّ مِنْ مُوسَاكَ" وَذَكَرَ تَمَامَ
الْحَدِيثِ.
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, bahwa ia pernah mendengar
Abul Ahwas (yaitu Auf ibnu Malik ibnu Nadlah) menceritakan hadis berikut dari
ayahnya. Disebutkan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dengan penampilan
yang lusuh, maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah engkau punya harta?"
Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bertanya, "Berupa apakah
hartamu?" Ia menjawab, "Semua jenis harta seperti unta, budak,
kuda, dan ternak kambing." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila
Allah menganugerahkan kepadamu harta, maka perlihatkanlah bekasnya pada dirimu."
Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah ternak untamu melahirkan unta-unta
yang telinganya utuh, lalu kamu sengaja mengambil pisau, kemudian kamu memotong
telinganya dan kamu katakan. Ini Bahirah,' dan kamu beri tanda pada kulitnya
dengan menyobek sebagiannya dan kamu katakan, 'Ini Sarimah,' yang semuanya itu
kamu haramkan atas dirimu dan keluargamu?" Ia menjawab.”Ya."
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadamu
adalah halal, lengan Allah lebih kuat daripada lenganmu, dan pisau Allah lebih
tajam daripada pisaumu.' hingga akhir hadis.
Kemudian
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Za'ra (yaitu Amr
ibnu Amr). dari pamannya (yaitu Abul Ahwas). Juga dari Bahz ibnu Asad. dari
Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abul Ahw as dengan sanad
yang sama. Hadis ini ditinjau dari sanadnya berpredikat jayyid lagi
kuat.
Allah
Swt. mengingkari orang yang mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya atau
menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. hanya berdasarkan kepada pendapat dan
hawa nafsu sendiri, tanpa sandaran dan tanpa ada dalil yang menjadi
pegangannya.
Kemudian
Allah Swt. mengancam mereka atas perbuatannya itu kelak di hari kiamat. Untuk
itu, Allah Swt. berfirman:
{وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى
اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَة}
Apakah
dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari
kiamat? (Yunus: 60)
Maksudnya,
apakah yang mereka kira akan dilakukan terhadap mereka kelak di hari kiamat
bila mereka dikembalikan kepada Kami?
*******************
Firman
Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}
Sesungguhnya
Allah benar-benar mempunyai karunia (yang
dilimpahkan) atas manusia. (Yunus: 60)
Ibnu
Jarir mengatakan bahwa karunia itu berupa penangguhan, yakni Allah membiarkan
mereka hidup di dunia tanpa menyegerakan siksaan-Nya kepada mereka.
Menurut
kami, dapat pula ditakwilkan bahwa Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan
atas manusia, yaitu membolehkan bagi mereka semua hal yang bermanfaat di dunia
ini; dan Dia tidak mengharamkan atas mereka sesuatu pun kecuali yang
membahayakan diri dan agama mereka.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ}
tetapi
kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (Yunus:
60)
Bahkan
mereka mengharamkan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, dan mempersempit
diri mereka sendiri dengan cara menghalalkan sebagian dan mengharamkan
sebagian yang lain. Dan memang itulah yang telah dilakukan oleh orang-orang
musyrik dalam hukum-hukumnya yang mereka bebankan atas diri mereka sendiri,
begitu pula kaum ahli kitab dalam buatan-buatan mereka terhadap agamanya.
Ibnu
Abu Hatim dalam tafsir ayat ini mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah
menceritakan kepada kami Rabah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnus Sabah sehubungan dengan
Firman Allah Swt. berikut ini: Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai
karunia (yang dilimpahkan) atas manusia. (Yunus: 60) Bahwa di hari
kiamat kelak semua orang yang berhak mendapat rahmat Allah Swt. dihadapkan
kepada-Nya. Lalu mereka semuanya berdiri di hadapan Allah Swt. dalam tiga
golongan. Kemudian dihadapkanlah seorang lelaki dari golongan yang pertama,
maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Maka si
hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan surga berikut
pepohonannya, buah-buahannya, sungai-sungainya, bidadari-bidadarinya, kenikmatan-kenikmatannya,
dan semua pahala yang telah Engkau sediakan buat orang-orang yang taat kepada
Engkau. Maka aku jalani malam hariku dalam keadaan terjaga (melakukan salat)
dan aku jalani siang hariku dalam keadaan haus (puasa) karena merindukan
surga." Maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu
beramal hanyalah karena menginginkan surga. Inilah surga, maka masuklah kamu ke
dalamnya; dan sebagai kemurahan-Ku kepadamu, sekarang Aku merdekakan kamu dari
neraka; dan termasuk kemurahan-Ku kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam
surga-Ku." Maka masuklah orang itu bersama teman-temannya.
Kemudian
dihadapkan lagi lelaki lainnya dari golongan yang kedua, lalu Allah Swt.
berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Si hamba menjawab,
"Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan neraka berikut
belenggu-belenggunya, api-apinya yang menyala-nyala, airnya yang panas
mendidih, naungan asapnya yang hitam pekat, serta azab lainnya yang telah
Engkau sediakan buat orang-orang yang durhaka kepada Engkau di dalam neraka.
Maka aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga dan aku jalani siang hariku
dengan haus karena takut kepada neraka." Maka Allah Swt. berfirman,
"Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu beramal karena takut kepada neraka-Ku,
maka sekarang Aku bebaskan kamu dari neraka; dan termasuk kemurahan-Ku
kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam surga-Ku." Maka masuklah dia bersama
teman-temannya ke dalam surga.
Kemudian
dihadapkan lagi seorang lelaki dari golongan yang ketiga. Maka Allah Swt.
berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa kamu beramal?" Ia menjawab,
"Ya Tuhanku, aku beramal karena cinta kepada Engkau dan rindu kepada Engkau.
Demi keagungan-Mu, sesungguhnya aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga,
dan aku jalani siang hariku dengan haus karena rindu dan cinta kepada
Engkau." Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya
engkau beramal karena cinta kepada-Ku dan rindu kepada-Ku." Maka Tuhan
Yang Mahaagung menampakkan diri-Nya, lalu berfirman, "Inilah Aku, maka
pandanglah Aku." Kemudian Allah Swt. berfirman lagi, "Termasuk
kemurahan-Ku kepadamu. Aku bebaskan kamu dari neraka; dan Aku bolehkan surga-Ku
untukmu. Aku perintahkan para malaikat-Ku untuk menziarahimu, serta Aku sendiri
mengucapkan selamat kepadamu." Maka masuklah dia bersama teman-temannya ke
dalam surga.
Yunus, ayat 61
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ
وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا
عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ
مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَلا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ
وَلا أَكْبَرَ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (61) }
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat
dari Al-Qur’an, dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan
Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan
tidak (pula) yang lebih besar daripada itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).
Allah
Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa Dia Maha Mengetahui semua keadaan dan
sepak terjang umatnya serta semua makhluk pada tiap jam, menit, dan detiknya.
Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar atom
pun yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih kecil
atau lebih besar daripada itu, kecuali semuanya tercatat di dalam kitab yang
nyata. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا
يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ
مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ
وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan
pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib: tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)
Allah
Swt. menyebutkan bahwa Dia mengetahui gerakan pohon-pohon dan benda-benda
lainnya, begitu pula semua hewan yang hidup bebas, seperti yang disebutkan di
dalam firman-Nya:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا
طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}
Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38), hingga akhir ayat.
{وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}
Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya. (Hud: 6), hingga akhir ayat.
Apabila
pengetahuan Allah mencakup gerakan semuanya itu, maka terlebih lagi
pengetahuannya terhadap gerakan orang-orang mukallaf yang diperintahkan untuk
beribadah, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}
Dan
bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi
Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan
(melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud (Asy
Suara:217-219)
Karena
itulah dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو
مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ
شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}
Kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an,
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas
kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus:
61)
Yakni
ketika kalian melakukan sesuatu, Kami selalu menyaksikan kalian, dan Kami
melihat dan mendengarnya. Karena itulah ketika Jibril bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang makna ihsan, maka beliau Saw. menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Hendaklah
kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya; dan apabila kamu tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha Melihat kepadamu.
Yunus, ayat 62-64
{أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ
اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا
وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(64) }
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
Allah
Swt. memberitahukan bahwa kekasih-kekasih-Nya adalah mereka yang beriman dan
bertakwa, seperti yang ditafsirkan oleh banyak ulama. Dengan demikian, setiap
orang yang bertakwa adalah wali (kekasih) Allah. Maka:
{لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}
tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka. (Yunus:
62)
dalam
menghadapi masa mendatangnya, yaitu kengerian-kengerian dan hal-hal yang sangat
menakutkan di hari akhirat nanti.
{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus:
62)
terhadap
apa yang ada di belakang mereka di dunia. Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah
mengatakan bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang apabila terbersit
perasaan riya dalam hati mereka, maka mereka segera ingat kepada Allah.
Hal
ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu', diriwayatkan oleh
Imam Al-Bazzar. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ
حَرْب الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سَابِقٍ، حَدَّثَنَا
يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ -وَهُوَ الْقُمِّيُّ -عَنْ جَعْفَرِ
بْنِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ؟ قَالَ:
"الَّذِينَ إِذَا رءُوا ذُكر اللَّهُ"
telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Sa'id ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu
Abdullah Al-Asy'ari (yaitu Al-Oummi), dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki
bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu? Maka Rasulullah
Saw. menjawab: Yaitu orang-orang yang apabila terbersit rasa riya dalam
hatinya, maka segera ia ingat kepada Allah.
Kemudian
Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan dari Sa’id secara
mursal.
وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفاعي، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي،
عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ
البَجَلي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ
عِبَادًا يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ". قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ. قَالَ: "هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا
فِي اللَّهِ مِنْ غَيْرِ أَمْوَالٍ وَلَا أَنْسَابٍ، وُجُوهُهُمْ نُورٌ عَلَى
مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ، وَلَا يَحْزَنُونَ
إِذَا حَزِنَ النَّاسُ". ثُمَّ قَرَأَ: {أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Ar-Rifa'i, telah
menceritakan kepada kami Abu Fudail, telah menceritakan kepada kami ayahku.
dari Imarah ibnul Qa"qa', dari Abu Zur'ah, dari Amr ibnu Jarir Al-Bajali,
dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
di antara hamba-hamba Allah terdapat banyak hamba yang para nabi dan para
syuhada merasa iri melihat mereka. Ketika ditanyakan, "Siapakah mereka
itu, wahai Rasulullah? Mudah-mudahan kami dapat mencintai mereka."
Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah suatu kaum yang saling mengasihi
karena Allah tanpa ada harta benda dan tanpa nasab (keturunan di antara
sesama mereka), wajah mereka bercahaya berada di atas mimbar-mimbar dari nur
(cahaya). Mereka tidak merasa khawatir di saat manusia dicekam oleh
kekhawatiran, mereka pun tidak bersedih hati di saat manusia bersedih hati. Kemudian
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah
itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yunus: 62)
Imam
Abu Daud meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir. dari Imarah ibnul Qa'qa’
dari Abu Zur'ah. dari Amr ibnu Jarir. dari Umar ibnul Khattab r.a., dari Nabi
Saw. dengan lafaz yang semisal.
Sanad
hadis ini pun termasuk jayyid, hanya di dalam sanadnya terdapat inqita'
(mata rantai urutan sanad yang terputus) antara Abu Zur'ah dan Umar ibnul
Khattab r.a.
وَفِي حَدِيثِ الْإِمَامِ
أَحْمَدَ، عَنْ أَبِي النَّضِرِ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرَام، عَنْ
شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم، عَنْ أَبِي مَالِكٍ
الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"يَأْتِي مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ قَوْمٌ لَمْ
تَتَّصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ، تَحَابُّوا فِي اللَّهِ،
وَتَصَافَوْا فِي اللَّهِ، يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ
مِنْ نُورٍ، فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا، يَفْزَعُ النَّاسُ وَلَا يَفْزَعُونَ،
وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ، الَّذِينَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ". وَالْحَدِيثُ مُتَطَوِّلٌ.
Di
dalam hadis Imam Ahmad, dari Abun Nadhr, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari
Syahr ibnu Hausyab. dari Abdur Rahman ibnu Ghanam, dari Abu Malik Al-Asy'ari
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kelak akan datang dari
golongan-golongan manusia dan puak-puak kabilah suatu kaum yang di antara
sesama mereka tidak ada hubungan rahim kekerabatan, tetapi mereka saling
mengasihi karena Allah dan saling berikhlas diri karena Allah. Kelak di hari
kiamat Allah meletakkan mimbar-mimbar dari nur buat mereka, lalu mendudukkan
mereka di atasnya. Semua manusia merasa khawatir, tetapi mereka tidak khawatir.
Mereka adalah wali-wali Allah yang tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ
الْأَعْمَشِ، عَنْ ذَكْوَان أَبِي صَالِحٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ:
"الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرى لَهُ".
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Zakwan ibnu Abu Saleh,
dari seorang lelaki, dari Abu Darda r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan
makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan
(dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Nabi Saw. bersabda
menerangkan hal tersebut: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim
atau mimpi yang baik yang diperlihatkan kepadanya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنِي أَبُو السَّائِبِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ،
عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ،
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ أَبَا الدَّرْدَاءِ عَنْ هَذِهِ
الْآيَةِ، فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتُ عَنْ شَيْءٍ مَا سمعتُ [أَحَدًا] سَأَلَ
عَنْهُ بَعْدَ رَجُلٍ سَأَلَ عَنْهُ رسولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "هِيَ
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرَى لَهُ،
بُشْرَاهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا، وَبُشْرَاهُ فِي الْآخِرَةِ [الْجَنَّةُ]
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Ata ibnu Yasar,
dari seorang lelaki dari kalangan penduduk Mesir, dari Abu Darda sehubungan
dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di
dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64); Bahwa ada
seorang lelaki bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, lalu Abu
Darda menjawab, "Sesungguhnya engkau telah menanyakan sesuatu yang belum
pernah aku dengar ada seseorang menanyakannya selain seorang lelaki yang pernah
bertanya kepada Rasulullah Saw. tentangnya. Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Hal
itu berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi baik
yang diperlihatkan kepadanya, sebagai berita gembira buatnya dalam kehidupan di
dunia, sedangkan berita gembira untuknya dalam kehidupan di akhirat adalah
surga'.”
Kemudian
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Sufyan, dari Ibnul Munkadir, dari Ata ibnu
Yasar, dari seorang ulama dari kalangan penduduk Mesir, bahwa ia bertanya
kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, kemudian disebutkan hadis yang
semisal dengan hadis di atas.
Kemudian
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Zaid, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Abu Saleh yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Abu Darda ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu
firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka
berita gembira. (Yunus: 63-64) Lalu disebutkan hadis yang semisal dengan
hadis di atas.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبَانٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ
قَوْلَ اللَّهِ تَعَالَى: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ} ؟ فَقَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ
أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي -أَوْ: أَحَدٌ قَبْلَكَ" قَالَ: "تِلْكَ الرُّؤْيَا
الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الرَّجُلُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu Salamah, dari
Ubadah ibnus Samit; ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna
firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
kamu menanyakan sesuatu kepadaku yang belum pernah ditanyakan dari kalangan
umatku atau tiada seoran pun yang menanyakannya sebelum kamu; itu adalah
mimpi yang baik yang dilihat seseorang atau diperlihatkan kepadanya.
Demikian
pula Abu Daud Attayalisi meriwayatkannya dari Imran Alqattan, dari Yahya Ibnu
Abu Kasir dengan sanad yang sama, juga Al-Auza'i meriwayatkannya dari Yahya
Ibnu Abu Kasir, lalu menyebutkan hadis tersebut. Dan Ali ibnuI-Mubarak
meriwayatkannya dari Yahya, dari Abu Salamah yang mengatakan; telah
menceritakan kepada kami. dari Ubadah ibnu Samit; Ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw. mengenai ayat ini, lalu Ubadah menyebutkan ayatnya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنِي أَبُو حُمَيْدٍ الحِمْصيّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدٍ الأحْمُوسي، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيِّ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ
فَقَالَ: آيَةٌ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَسْأَلُكَ عَنْهَا، قول الله تعالى: {لَهُمُ
الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} ؟ فَقَالَ عُبَادَةُ: مَا سَأَلَنِي
عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، سَأَلْتُ عَنْهَا نَبِيَّ اللَّهِ فَقَالَ مِثْلَ
ذَلِكَ: "مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ،
يَرَاهَا الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فِي الْمَنَامِ أَوْ تُرَى لَهُ"
Ibnu
Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abu Hamid Al-Himsi. telah
menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Amr ibnu Abdul Akhmusyi, dari Hamid ibnu Abdullah Al-Muzni, ia mengatakan
bahwa seorang laki-laki datang kepada Ubadah ibnus-Samit, lalu berkata,
"Ada suatu ayat Al-Qur'an yang akan aku tanyakan kepadamu yaitu
firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia. (Yunus:
64); Ubadah ibnus-Samit menjawab, "Tiada seorang pun yang menanyakannya
sebelum kamu, aku pernah menanyakannya kepada Nabi dan beliau mengatakan hal yang
sama. yaitu: Tiada seorang pun yang menanyakannya sebelum kamu, bahwa berita
gembira itu adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba mukmin dalam
tidurnya atau diperlihatkan kepadanya.
ثُمَّ رَوَاهُ مِنْ
حَدِيثِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ بْنِ صَفْوان، عَنْ
عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ} فَقَدْ عَرَفْنَا بُشْرَى الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ، فَمَا بُشْرَى
الدُّنْيَا؟ قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ تُرَى
لَهُ، وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا أَوْ سَبْعِينَ
جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ"
Kemudian
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari hadis Musa ibnu Ubadah, dari Ayyub ibnu Khalid
ibnu Safwan, dari Ubadah ibnu Samit; ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw.
mengenai firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di
dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Ia mengatakan,
"Kami telah mengetahui bahwa berita gembira di akhirat adalah surga, maka
apakah yang dimaksud dengan berita gembira di dunia?" Rasulullah Saw.
bersabda: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau yang
diperlihatkan kepadanya. Mimpi yang baik itu merupakan suatu bagian dari empat
puluh empat atau tujuh puluh bagian dari kenabian.
قَالَ [الْإِمَامُ]
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا أَبُو
عِمْرَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ؛ أَنَّهُ
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرَّجُلُ يَعْمَلُ الْعَمَلَ فَيَحْمَدُهُ النَّاسُ
عَلَيْهِ، وَيُثْنُونَ عَلَيْهِ بِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ".
Imam
Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan
kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu Imran, dari Abdullah
ibnus Samit, dari Abu Zar, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan seorang lelaki yang melakukan
amalnya, lalu mendapat pujian dari manusia dan sanjungan mereka kepadanya atas
amalnya itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu adalah berita
gembira yang disegerakan untuk orang mukmin.
Hadis
ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا:
حَدَّثَنَا حَسَنٌ -يَعْنِي الْأَشْيَبَ -حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا
دَرَّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
{لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ:
"الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يُبَشَّرُهَا الْمُؤْمِنُ، هِيَ جُزْءٌ مِنْ
تِسْعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، فَمَنْ رَأَى [ذَلِكَ]
فَلْيُخْبِرْ بِهَا، وَمَنْ رَأَى سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ
ليَحْزُنه، فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا، وَلِيُكَبِّرْ وَلَا يُخْبِرْ
بِهَا أَحَدًا"
Imam
Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan (yakni Al-Asy-yab),
telah menceritakan kepada kami Ibnu kahi'ah. telah menceritakan kepada kami
Daraj dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah
Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka
berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64) Lalu beliau Saw.
bersabda: Mimpi yang baik yang disampaikan kepada seorang mukmin sebagai
berita gembira baginya adalah suatu bagian dari empat puluh sembilan bagian
dari kenabian. Maka barang siapa yang melihat hal itu dalam mimpinya, hendaklah
ia menceritakannya. Dan barang siapa yang melihat selain itu, maka sesungguhnya
hal itu hanyalah dari setan dengan maksud untuk membuatnya bersedih hati. Untuk
itu hendaklah ia meludah ke arah kirinya sebanyak tiga kali seraya bertakbir,
dan janganlah ia menceritakan hal itu kepada seorang pun.
Para
ahli hadis lainnya tidak mengetengahkannya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْب، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ
الْحَارِثِ، أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا} الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يبشَّرها الْمُؤْمِنُ، جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ
وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ".
Ibnu
Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa
Darij alias Abus Samah pernah menceritakan kepadanya hadis berikut dari Abdur
Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di
dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64)’ Lalu beliau Saw. bersabda: Mimpi
yang baik yang diperlihatkan kepada orang mukmin sebagai berita gembira
untuknya adalah suatu bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian.
قَالَ أَيْضًا ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي
حَاتِمٍ المؤدَّب، حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ،
عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ} قال: "هي فِي الدُّنْيَا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ
تُرَى لَهُ، وَهِيَ فِي الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ".
Ibnu
Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Hatim
Al-Mu-addib. telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. dari
Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64)
Lalu beliau Saw. bersabda: Di dunia berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh
seorang hamba atau diperlihatkan kepadanya, sedangkan di akhirat berita gembira
itu adalah surga.
Kemudian
Imam Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu
Ayyasy, dari Abu Husain, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa mimpi yang baik adalah berita gembira dari Allah, dan mimpi yang baik itu
merupakan salah satu dari kabar gembira. Demikianlah riwayatnya dari jalur ini
secara mauquf.
قَالَ أَيْضًا:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٍ، عَنِ
ابْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ هِيَ الْبُشْرَى،
يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ"
Ibnu
Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari
Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda: Mimpi yang baik adalah berita gembira yang dilihat oleh orang
muslim atau diperlihatkan kepadanya.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ حَمَّادٍ الدُّولابي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ سِبَاع بْنِ ثَابِتٍ،
عَنْ أُمِّ كُرْز الْكَعْبِيَّةِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "ذَهَبَتِ النُّبُوَّةُ، وَبَقِيَتِ
الْمُبَشِّرَاتُ".
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Hammad Ad-Daulabi.
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah ibnu Abu Yazid, dari
ayahnya, dari Siba' ibnu Sabit, dari Ummu Kuraiz Al-Ka’biyyah, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kenabian telah tiada, dan yang masih ada
adalah berita-berita gembira (mimpi-mimpi yang baik).
Hal
yang sama telah diriwayatkan bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah, Ibnu
Abbas, Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, Yahya ibnu Abu Kasir. Ibrahim An-Nakha’i.
Ata ibnu Abu Rabah. dan lain-lainnya, bahwa mereka menafsirkan hal tersebut
dengan arti mimpi yang baik.
Menurut
pendapat lain. hal itu merupakan berita gembira dari para malaikat buat orang
mukmin di saat menjelang ajalnya, yaitu dengan menampakkan surga dan ampunan
kepadanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ
رَحِيمٍ}
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kalian merasa takut
dan janganlah kalian merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh)
surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah Pelindung kalian
dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kalian memperoleh apa yang
kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.
Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Fushshilat: 30-32)
Di
dalam hadis Al-Barra r.a. disebutkan:
"أَنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، جَاءَهُ
مَلَائِكَةٌ بِيضُ الْوُجُوهِ، بِيضُ الثِّيَابِ، فَقَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا
الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ إِلَى رَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ.
فَتَخْرُجُ مِنْ فَمِهِ، كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فَمِ السِّقَاءِ".
bahwa
seorang mukmin itu apabila ajalnya telah habis, maka para malaikat yang
berwajah putih datang kepadanya dengan berpakaian serba putih, lalu mereka
mengatakan, "Keluarlah, hai roh yang baik, untuk menuju kepada
ketenteraman dan rezeki serta Tuhan yang tidak murka!" Maka keluarlah
rohnya dari mulutnya, sebagaimana tetesan air keluar mengalir dari mulut wadah
minuman.
Adapun
mengenai berita gembira bagi mereka di akhirat, maka hal ini adalah seperti
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya.
{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ
وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Mereka
tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada
hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat. (Para malaikat
berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian.” (Al-Anbiya:
103)
{يَوْمَ
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
(yaitu)
pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan sedangkan
cahaya mereka bersinar di hadapan dan sebelah kanan mereka, (dikatakan
kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian, (yaitu)
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kalian kekal di
dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Hadid: 12)
Adapun
firman Allah Swt.
{لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}
Tidak
ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. (Yunus: 64)
Maksudnya,
janji ini tidak akan diubah, tidak akan diingkari, dan tidak akan diganti;
bahkan ditetapkan, dikukuhkan, dan pasti akan terjadi.
{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus:
64)
Yunus, ayat 65-67
{وَلا يَحْزُنْكَ
قَوْلُهُمْ إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (65)
أَلا إِنَّ لِلَّهِ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَمَا يَتَّبِعُ
الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا
الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ (66) هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ
لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَسْمَعُونَ (67) }
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan
itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan
semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain
Allah, tidaklah mengikuti (suatu
keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka
hanyalah menduga-duga. Dialah yang menjadikan malam bagi kalian supaya kalian
beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya
kalian mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.
Allah
Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{وَلا يَحْزُنْكَ}
Janganlah
kamu sedih. (Yunus: 65)
oleh
perkataan orang-orang musyrik itu. tetapi mintalah pertolongan kepada Allah
dalam menghadapi mereka, dan bertawakallah kepada-Nya. Karena sesungguhnya
kemenangan itu hanyalah milik Allah semuanya, Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin.
{هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Yunus:
65)
Yakni
Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua keadaan
mereka. Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa kepunyaan Dialah semua yang
ada di langit dan bumi; dan bahwa orang-orang musyrik yang menyembah
berhala-berhala itu, sedangkan berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan
mudarat, tidak pula manfaat, tiada dalil yang menjadi pegangan mereka dalam
menyembah berhala-berhala itu. Bahkan sebenarnya mereka dalam penyembahannya
itu hanyalah semata-mata mengikuti dugaan dan khayalan, kedustaan dan
buat-buatan mereka sendiri.
Kemudian
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah yang telah menjadikan malam hari untuk
hamba-hamba-Nya agar mereka beristirahat dari kelelahan dan kecapaian sehabis
berusaha dan bekerja.
{وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا}
dan
(menjadikan) siang hari
terang-benderang. (Yunus: 67)
Maksudnya,
terang-benderang untuk penghidupan mereka, usaha mereka, bepergian mereka, dan
kepentingan-kepentingan mereka.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَسْمَعُونَ}
Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang mendengar. (Yunus: 67)
Yaitu
yang mendengar hujah-hujah dan dalil-dalil ini, lalu mereka mengambil pelajaran
darinya: dan mereka menyimpulkan darinya kebesaran dari Tuhan yang menciptakan,
mengatur, dan memperjalankan semuanya itu.
Yunus, ayat 68-70
{قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ
وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الأرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ (4) عَلَى اللَّهِ
مَا لَا تَعْلَمُونَ (68) قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (69) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا
مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
(70) }
Mereka (orang-orang Yahudi dan
Nasrani) berkata, "Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah, Dialah Yang
Mahakaya, kepunyaanNya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kalian
tidak mempunyai hujah tentang ini. Pantaskah kalian mengatakan terhadap Allah
apa yang tidak kalian ketahui? Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung.” (Bagi mereka) kesenangan
(sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian
Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka.
Allah
Swt. berfirman mengingkari orang-orang yang beranggapan bahwa Dia mempunyai
anak:
{سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ}
Mahasuci
Allah: Dialah YangMahakaya. (Yunus:
68)
Yakni
Mahasuci Allah dari apa yang mereka tuduhkan itu. Dia Mahakaya, tidak
membutuhkan semuanya selain Dia sendiri, tetapi segala sesuatu berhajat kepada-Nya.
{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الأرْضِ}
kepunyaan-Nya
apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. (Yunus:
68)
Maka
mana mungkin Dia mempunyai anak dari makhluk yang diciptakan-Nya, sedangkan
segala sesuatu adalah milik-Nya dan merupakan hamba-Nya.
{إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا}
Kalian
tidak mempunyai hujah tentang ini. (Yunus:
68)
Maksudnya,
kalian tidak mempunyai dalil atau bukti atas apa yang telah kalian katakan.
Perkataan kalian itu hanyalah dusta dan buat-buatan saja.
{أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا
تَعْلَمُونَ}
Pantaskah
kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui? (Yunus: 68)
Ayat
ini mengandung makna ingkar dan ancaman yang kuat serta peringatan yang keras,
sama halnya dengan apa yang terkandung di dalam firman-Nya dalam ayat yang
lain, yaitu:
{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا
لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ
وَلَدًا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا إِنْ كُلُّ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ
وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}
Dan
mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang
Maha Pemurah mempunyai anak Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi,
kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari
kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
Kemudian
Allah mengancam orang-orang yang berdusta terhadap-Nya lagi berani membuat
kebohongan terhadap-Nya dari kalangan orang-orang yang mendakwakan bahwa Allah
mempunyai anak, bahwa mereka tidak beruntung di dunia dan di akhiratnya. Adapun
di dunia, Allah memenuhi semua cita-cita mereka dan membuat mereka senang
sebentar.
ثُمَّ
نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
kemudian
Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang
keras. (Luqman: 24)
Dan
dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا}
(Bagi
mereka) kesenangan (sementara) di dunia. (Yunus: 70)
Maksudnya,
dalam waktu yang pendek selama mereka hidup di dunia.
{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ}
kemudian
kepada Kamilah mereka kembali. (Yunus:
70)
Yakni
kelak di hari kiamat.
{ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ}
kemudian
Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat. (Yunus:
70)
Yaitu
siksa yang menyakitkan lagi sangat pedih.
{بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
disebabkan
kekafiran mereka. (Yunus: 70)
Yakni
disebabkan kekufuran, kedustaan, dan buatan-buatan mereka terhadap Allah dalam
dakwaan mereka yang bohong lagi keji itu.
Yunus, ayat 71-73
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ
مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا
أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ
اقْضُوا إِلَيَّ وَلا تُنْظِرُونِ (71) فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ
مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ (72) فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ
وَجَعَلْنَاهُمْ خَلائِفَ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ (73) }
Dan bacakanlah kepada
mereka berita tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, "Hai
kaumku, jika terasa berat bagi kalian tinggal (bersamaku) dan peringatanku
(kepada kalian) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku
bertawakal. Karena itu, bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu
kalian (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusan kalian itu
dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kalian memberi
tangguh kepadaku. Jika kalian berpaling (dari peringatanku), aku tidak
meminta upah sedikit pun dari kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah
belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah
diri (kepada-Nya).” Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan
dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka
itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi
peringatan itu.
Allah
Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ}
Dan
bacakanlah kepada mereka. (Yunus:
71)
Maksudnya,
ceritakanlah kepada mereka, yakni orang-orang kafir Mekah yang mendustakanmu
dan menentangmu itu:
{نَبَأَ نُوحٍ}
berita
penting tentang Nuh. (Yunus: 71)
Yakni
berita tentang Nuh bersama kaumnya yang mendustakannya, bagaimana Allah
membinasakan mereka dan menghancurkan mereka dengan menenggelamkan mereka semua
tanpa ada yang tersisa. Dimaksudkan agar mereka bersikap hati-hati, jangan
sampai tertimpa kehancuran dan kebinasaan yang pernah dialami oleh kaum Nabi
Nuh.
{إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنْ
كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ}
Di waktu dia berkata kepada kaumnya.”Hai kaumku, jika
terasa berat bagi kalian. (Yunus: 71)
Maksudnya,
jika kalian merasa keberatan:
{مَقَامِي}
tinggal
bersamaku. (Yunus: 71)
Yakni
aku tinggal bersama kalian di tengah-tengah kalian:
{وَتَذْكِيرِي}
dan
peringatanku (kepada kalian). (Yunus: 71)
{بِآيَاتِ
اللَّهِ}
dengan
ayat-ayat Allah. (Yunus: 71)
Yaitu
hujah-hujah-Nya dan bukti-bukti-Nya.
{فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ}
Maka
kepada Allah-lah aku bertawakal
(Yunus : 71)
Artinya,
sesungguhnya aku tidak mempedulikannya, tidak pula akan menghentikan seruanku
kepada kalian, baik hal itu terasa berat ataupun tidak oleh kalian.
{فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ}
Karena
itu. bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah)
sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71)
Bersatulah
kalian dan sekutu-sekutu kalian yang kalian seru selain Allah, yakni
berhala-berhala dan sembahan-sembahan kalian itu.
{ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ
غُمَّةً}
Kemudian
janganlah keputusan kalian itu dirahasiakan. (Yunus:
71)
Yakni
janganlah kalian menjadikan urusan kalian ini menjadi membingungkan diri kalian
sendiri, melainkan putuskanlah urusan kalian dan aku ini dengan tegas. Jika
kalian menduga bahwa diri kalian benar, maka seranglah aku oleh kalian, dan
habisilah aku ini.
وَلَا
تَنْظُرُونَ
dan
janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. (Yunus:
71)
Yakni
janganlah kalian menangguhkan diriku barang sesaat pun. Jika kalian merasa
mampu untuk itu, lakukanlah; karena sesungguhnya aku tidak akan mempedulikan
kalian, dan aku sama sekali tidak takut kepada kalian, karena sesungguhnya
kalian tidak mempunyai suatu kekuatan pun terhadapku. Hal ini sama dengan apa
yang dikatakan oleh Nabi Hud kepada kaumnya yang disitir oleh firman Allah
Swt.:
{إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي
بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا
تُنْظِرُونِ إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ
دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Sesungguhnya
aku bersaksi kepada Allah, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari
selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya semuanya terhadapku dan janganlah
kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah,
Tuhanku dan Tuhan kalian. (Hud:
54-56). hingga akhir ayat.
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ}
Jika
kalian berpaling (dari peringatanku). (Yunus: 72)
Maksudnya,
jika kalian mendustakanku dan berpaling dari ketaatan.
{فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ}
aku
tidak menerima upah sedikit pun dari kalian. (Yunus:
72)
Yakni
aku tidak meminta sesuatu pun dari kalian atas nasihatku ini.
{إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ
وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Upahku
tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk
golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya).
(Yunus: 72)
Aku
hanya mengerjakan apa yang diperintahkan kepadaku, yaitu berserah diri kepada
Allah Swt. Islam adalah agama semua nabi, dari yang pertama hingga yang
terakhir, sekalipun syariat mereka berbeda-beda dan sumbernya bermacam-macam,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَمِنْهَاجًا}
Untuk
tiap-tiap umat di antara kalian. Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al-Maidah: 48)
Menurut
Ibnu Abbas. makna yang dimaksud ialah jalan dan sunnah.
Dan
Nabi Nuh a.s. dalam kesempatan ini mengatakan seperti yang disitir oleh
firman-Nya.
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ}
dan
aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Yunus: 72)
Dan
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Ibrahim a.s.. yaitu;
{إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ
أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ
وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ
إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya.”Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab,
"Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” Dan Ibrahim telah
mewasiatkan kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata), "Hai anak-anakku! Sesungguhnya
Allah telah memilih agama ini bagi kalian, maka janganlah kalian mati kecuali
dalam memeluk agama Islam.” (Al-Baqarah: 131-I32)
Nabi
Yusuf a.s. telah berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ
وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الأحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي
بِالصَّالِحِينَ}
Ya
Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan), Pencipta langit dan bumi. Engkaulah
pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101)
Nabi
Musa a.s. telah berkata, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ
بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
"Hai
kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja,
jika kalian benar-benar orang yang berserah diri.” (Yunus: 84)
Para
ahli sihir Fir'aun berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ}
Ya
Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam
keadaan berserah diri (kepada-Mu).
(Al-A'raf: 126)
Ratu
Balqis berkata, sebagaimana yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ
مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan aku
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 44)
Demikian
pula firman Allah Swt. yang mengatakan:
{إِنَّا أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى
وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا}
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang
dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
berserah diri kepada Allah. (Al-Maidah: 44)
{وَإِذْ
أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا
وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ}
Dan
(ingatlah) ketika Aku ilhamkan
kepada pengikut Isa yang setia, "Berimanlah kalian kepada-Ku dan kepada
Rasul-Ku.” Mereka menjawab, "Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai
Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu)." (Al-Maidah: 111)
Penutup
para nabi dan rasul —yaitu penghulu umat manusia— telah berkata, seperti yang
dinyatakan oleh firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ
وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}
"Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 162-163)
Yakni
dari kalangan umat ini. Karena itulah di dalam sebuah hadis yang terbukti
bersumber dari Nabi Saw. disebutkan:
"نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ
أَوْلَادُ عَلات، دِينُنَا وَاحِدٌ"
Kami
para nabi adalah saudara dari ibu yang berlainan, sedangkan agama kami adalah
satu.
Yaitu
menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. sekalipun syariat kita
berbeda-beda. Itulah yang dimaksud makna dengan sabda: Auladun Illatun, yaitu
saudara dari ibu yang berlainan, sedangkan ayah satu.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ}
Lalu
mereka mendustakan Nuh. maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya. (Yunus: 73)
Yakni
orang-orang yang mengikuti agamanya.
{فِي الْفُلْكِ}
di
dalam bahtera. (Yunus: 73)
Maksudnya,
di dalam kapal.
{وَجَعَلْنَاهُمْ خَلائِفَ}
dan
Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan. (Yunus:
73)
Yakni
di muka bumi ini.
{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ}
dan
Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu. (Yunus: 73)
Artinya,
hai Muhammad, perhatikanlah bagaimana Kami selamatkan orang-orang yang beriman
dan Kami binasakan orang-orang yang mendustakan
Yunus, ayat 75-78
{ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ
بَعْدِهِمْ مُوسَى وَهَارُونَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ بِآيَاتِنَا
فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ (75) فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ
مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا إِنَّ هَذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ (76) قَالَ مُوسَى
أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ
(77) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا
وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ
(78) }
Kemudian sesudah rasul-rasul itu Kami utus Musa dan Harun kepada
Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka
mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Tatkala
datang kebenaran dari sisi Kami kepada mereka, mereka berkata, "Ini tiada
lain kecuali sihir yang nyata.” Musa berkata, "Apakah kalian mengatakan
terhadap kebenaran waktu ia datang kepada kalian, 'Sihirkah ini?', padahal
ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.” Mereka berkata, "Apakah
kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek
moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka
bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua."
Allah
Swt. berfirman:
{ثُمَّ بَعَثْنَا}
Kemudian
Kami utus. (Yunus: 75)
Maksudnya,
sesudah rasul-rasul tersebut.
{مُوسَى وَهَارُونَ إِلَى فِرْعَوْنَ
وَمَلَئِهِ}
Musa
dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 75)
Lafaz
al-mala' artinya kaum.
{بِآيَاتِنَا}
dengan
membawa tanda-tanda. (Yunus: 75)
Yakni
hujah-hujah dan bukti-bukti dari Kami.
{فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا
مُجْرِمِينَ}
maka
mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. (Yunus: 75)
Tetapi
mereka angkuh, tidak mau mengikuti perkara yang hak dan tidak mau taat
kepadanya. Maka mereka adalah kaum yang berdosa, seperti yang disebutkan oleh
firman selanjutnya:
{فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا
قَالُوا إِنَّ هَذَا لَسِحْرٌ مُبِينٌ}
Ketika
datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, "Ini tiada
lain kecuali sihir yang nyata.” (Yunus:
76)
Seakan-akan
mereka bersumpah dalam melancarkan tuduhannya itu. semoga Allah melaknat
mereka, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu dusta dan
bohong, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا
أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.
(An-Naml: 14). hingga akhir ayat.
Adapun
firman Allah Swt.:
{قَاَلَ مُوسَى}
Musa
berkata. (Yunus: 77)
Yaitu
kepada mereka dengan nada mengingkari mereka.
{أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ
أَسِحْرٌ هَذَا وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا}
Apakah
kalian mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepada kalian, 'Sihirkah
ini?', padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan. Mereka
berkata, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami. (Yunus: 77-78)
Yakni
untuk membelokkan dan menyimpangkan kami.
{عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا}
dari
apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya. (Yunus: 78)
Maksudnya
adalah agama yang mereka peluk di masa lalu.
{وَتَكُونَ لَكُمَا}
dan
supaya kamu berdua. (Yunus: 78)
Yakni
bagi kamu dan Harun.
{الْكِبْرِيَاء}
kekuasaan.
(Yunus: 78)
Artinya,
kebesaran dan kepemimpinan.
{فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا
بِمُؤْمِنِينَ}
Di
muka bumi kami tidak akan mempercayai kamu berdua.” (Yunus: 78)
Allah
Swt. sering kali menyebutkan kisah Musa a.s. bersama Fir'aun dalam Kitab-Nya
yang mulia, karena sesungguhnya di dalamnya terkandung kisah yang paling
menakjubkan. Sesungguhnya pada mulanya Fir'aun berlaku sangat hati-hati dan
waspada terhadap kelahiran Musa. Lalu takdir Allah menundukkannya, sehingga
Fir'aun sendiri —tanpa sepengetahuannya— justru yang memelihara orang yang
diwaspadainya ini di dalam istananya, satu kamar dengannya, serta satu meja
makan, karena menganggapnya sebagai anaknya sendiri.
Kemudian
Musa tumbuh besar dan Allah membuatkan baginya suatu penyebab yang menjadi
lantaran bagi pengusirannya dari istana Fir'aun dan para pemuka kaumnya. Lalu
Allah memberinya kenabian dan kerasulan serta dapat berbicara langsung
dengan-Nya.
Nabi
Musa diutus oleh Allah kepada Fir'aun untuk menyerunya agar menyembah Allah dan
kembali kepada-Nya. Saat itu Fir'aun berada dalam puncak kejayaannya dengan
segala kebesaran dan pengaruh yang dimilikinya.
Nabi
Musa a.s. datang kepadanya dengan membawa risalah dari Allah dan tiada
yang membantunya kecuali hanya saudara kandungnya, Yaitu Nabi Harun a.s.
Tetapi Fir'aun membangkang, angkuh serta egois, emosi dan kecongkakannya makin
menjadi-jadi. Bahkan dia mengaku-ngaku hal yang tidak pantas bagi dirinya,
berani berbuat kurang ajar terhadap Allah, serta menghina dan menganiaya
golongan orang-orang yang beriman dari kalangan kaum Bani Israil.
Akan
tetapi. Allah memelihara Rasul-Nya (yaitu Nabi Musa) dan Nabi Harun serta
meliputi keduanya dengan pertolongan-Nya dan menjaganya dengan mata
kekuasaan-Nya yang tidak pernah tidur.
Hujah,
perdebatan, dan mukjizat-mukjizat ditegakkan di tangan Nabi Musa. dan Allah
menampakkannya melalui Nabi Musa secara berangsur-angsur dan berturut-turut,
sehingga membuat akal kebingungan dan hati merasa kagum dengannya. Di hadapan
mukjizat-mukjizat itu tiada suatu daya upaya pun yang dapat menghadapinya. Hal
seperti itu tidak lain kecuali datang dari orang yang dikuatkan oleh Allah Swt.
Setiap kali mukjizat muncul, disusul dengan mukjizat lainnya yang lebih mengagumkan.
وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ
أُخْتِهَا
Dan
tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka suatu mukjizat kecuali mukjizat itu
lebih besar daripada mukjizat-mukjizat sebelumnya. (Az-Zukhruf: 48)
Fir'aun
dan pemuka-pemuka kaumnya —semoga Allah melaknat mereka— tetap bersikeras
mendustakan semua mukjizat itu, mengingkarinya dan menyombongkan diri
terhadapnya; sehingga pada akhirnya Allah menimpakan azabnya kepada mereka
dengan azab yang tidak dapat dihindari, yaitu Allah menenggelamkan mereka
semuanya dalam sekejap.
{فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ
ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka
orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai keakar-akamya. Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am:
45)
Yunus, ayat 83
{فَمَا آمَنَ لِمُوسَى
إِلا ذُرِّيَّةٌ مِنْ قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَنْ
يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ
(83) }
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda
dari kaumnya (Fir'aun) dalam
keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.
Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.
Allah
Swt. menceritakan bahwa tidak ada yang beriman kepada Musa a.s. —sekalipun ia
datang dengan membawa ayat-ayat yang jelas, hujah-hujah yang pasti, dan
bukti-bukti yang jelas— melainkan hanya segolongan kecil dari kalangan kaum
Fir'aun, yaitu terdiri atas para pemuda. Itu pun dengan dicekam oleh rasa takut
dan khawatir terhadap pemuka-pemuka kaum Fir'aun, bila mereka mengembalikannya
ke dalam kekufuran yang semula. Karena Fir'aun, la’natullah, adalah
orang yang angkara murka, pengingkar kebenaran, dan melampaui batas dalam
kecongkakan dan keingkarannya. Dia adalah orang yang sangat kejam sehingga
rakyatnya sangat takut kepadanya.
Al-Aufi
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka
tidak ada yang beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Fir'aun)
dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa
mereka. (Yunus: 83) Menurutnya, para pemuda yang beriman kepada Musa adalah
dari kalangan selain Bani Israil, yaitu dari kalangan kaumnya Fir'aun; jumlah
mereka sedikit. Antara lain ialah istri Fir'aun sendiri, orang-orang yang
beriman dari kalangan keluarga Fir'aun, dan bendahara Fir'aun beserta istrinya.
Ali
ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Maka tidak ada yang
beriman kepada Musa melainkan pemuda-pemuda dari kalangan kaumnya (Fir'aun).
(Yunus: 83) Yakni dari kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa makna zurriyyah ialah
sejumlah kecil.
Mujahid
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali pemuda-pemuda
dari kalangan kaumnya. (Yunus: 83) Bahwa mereka adalah anak-anak dari
orang-orang yang Musa diutus kepada mereka sejak semula, sedangkan bapak-bapak
mereka telah meninggal dunia.
Ibnu
Jarir memilih pendapat yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan pengertian
zurriyyah ini, yaitu bahwa mereka adalah dari kalangan kaum Bani Israil.
bukan dari kalangan kaum Fir'aun, mengingat kembalinya damir adalah
kepada lafaz yang paling dekat dengannya.
Pendapat
ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan
istilah zurriyyah adalah para pemuda, dan bahwa mereka adalah dari
kalangan Bani Israil; mengingat hal yang telah dimaklumi menyatakan bahwa kaum
Bani Israil seluruhnya telah beriman kepada Musa a.s. dan mereka selalu
menanti-nanti kedatangannya. Sebelum itu mereka telah mengenal ciri dan
sifatnya serta berita gembira akan kedatangannya melalui kitab-kitab terdahulu.
Dikatakan pula bahwa Allah kelak akan menyelamatkan mereka dari penindasan
Fir'aun, dan Allah akan memenangkan mereka atas Fir'aun. Karena itulah setelah
berita itu sampai kepada Fir'aun, maka Fir'aun bersikap sangat waspada, tetapi
ia tidak mempunyai jalan untuk menemukannya. Setelah Musa datang, barulah
Fir'aun menindas kaum Bani Israil dengan penindasan yang keras. Disebutkan oleh
firman Allah Swt:
{قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ
تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ
عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ}
Kaum
Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh
Fir'aun) sebelum kedatanganmu kepada kami dan sesudah kamu datang.” Musa
menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian dan menjadikan
kalian khalifah di bumi-(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatan
kalian.” (Al-A'raf: 129)
Apabila
telah terbukti hal ini, maka bagaimana mungkin bila makna yang dimaksud dari
lafaz zuriyyah diartikan para pemuda dari kalangan kaum Musa, sedangkan
mereka adalah kaum Bani Israil?
*******************
Firman
Allah Swt.:
{عَلَى خَوْفٍ مِنْ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ}
dalam
keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. (Yunus: 83)
Maksudnya,
orang-orang yang terkemuka dari kalangan kaum mereka akan menyiksa mereka,
yakni pemuka-pemuka kaum Fir'aun. Di kalangan kaum Bani Israil sendiri tidak
terdapat seorang pun yang dikhawatirkan akan terfitnah dari keimanannya selain
Qarun. Sesungguhnya dia berasal dari kaum Musa, tetapi ia berbuat aniaya
terhadap kaumnya, memihak kepada Fir'aun, dan bersahabat dengannya.
Di
antara ulama ada yang mengatakan bahwa damir pada lafaz wamala-ihim kembali
kepada Fir'aun dan para pembesar kerajaannya yang mengikutinya. Atau ada yang
tidak disebutkan, yaitu lafaz aji; lalu kedudukannya diganti oleh mudaf
ilaih. Tetapi pendapat ini jauh dari kebenaran, sekalipun Ibnu Jarir
meriwayatkannya dari sebagian ahli Nahwu.
Dalil
lainnya yang menunjukkan bahwa di kalangan Bani Israil tidak terdapat seorang
pun kecuali beriman kepada Musa ialah firman Allah Swt. berikutnya.
Yunus, 84-86
{وَقَالَ مُوسَى يَا
قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُسْلِمِينَ (84) فَقَالُوا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا
فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (85) وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ (86) }
Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah,
maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang yang berserah
diri.” Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan
selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.”
Allah
Swt. berfirman menceritakan tentang Musa, bahwa ia berkata kepada kaum Bani
Israil:
{يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ
بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ}
Hai
kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja,
jika kalian benar-benar orang yang berserah diri. (Yunus: 84)
Maka
sesungguhnya Allah akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, seperti
yang dinyatakan oleh firman-Nya:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}
Bukankah
Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 36)
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ}
Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (At-Talaq: 3)
Allah
Swt. sering kali menyebutkan ibadah dan bertawakal secara beriringan,
sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka
sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud:
123)
{قُلْ
هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah,
"Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan
kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk:
29)
{رَبُّ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
(Dialah)
Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia
sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
Allah
Swt. pun telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengucapkan ayat berikut
ini secara berkali-kali dalam salat mereka:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Kaum
Bani Israil telah melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan:
{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا
تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Kepada
Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran
fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus:
85)
Maksudnya,
Janganlah Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami dan menjadikan
mereka berkuasa atas kami sehingga mereka mengira bahwa semata-mata mereka
berkuasa karena berada dipihak yang benar sedangkan kita berada dipihak
yang batil, ini menyebabkan mereka berada di atas angin.
Hal
yang sama telah diriwayatkan yang bersumber dari Abu Mijlaz dan Abud-Duha.
Sedangkan Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Mujahid, Janganlah
Engkau mengazab kami melalui kekuatan Fir'aun dan pasukannya, dan jangan pula
melalui tangan kekuasaan (malaikat) dari sisi Engkau yang pada akhirnya kaum
Fir'aun akan mengatakan "Seandainya mereka berada di pihak yang benar,
tentulah mereka tidak disiksa dan kita pun tidak dapat berkuasa atas mereka.
Terlebih lagi menindas kita."
Abdur-Razzak
telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyainah dari Ibnu Abu
Nujaih, dari Mujahid mengenai firman-Nya: Ya Tahan kami, janganlah Engkau
jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim. (Yunus: 85) Maksudnya,
janganlah Engkau membiarkan mereka dapat menguasai kami karena mereka pasti
akan memfitnah kami.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ}
dan
selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau. (Yunus:
86)
Yakni
bebaskanlah kami berkat rahmat dan kebaikan dari-Mu.
{مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ}
dari
(tipu daya) orang-orang yang
kafir. (Yunus: 86)
Yaitu
dari orang-orang yang kafir terhadap perkara yang hak dan yang berusaha
membungkamnya. Kami telah beriman kepada Engkau dan bertawakal kepada Engkau.
Yunus, ayat 87
{وَأَوْحَيْنَا إِلَى
مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا
بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (87) }
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, "Ambillah olehmu
berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu, dan
jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat, dan dirikanlah oleh
kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.”
Allah
Swt. menyebutkan penyebab yang menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan
kaumnya, serta bagaimana mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya
Allah Swt. memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil
rumah-rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Ulama
tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً}
dan
jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87)
Menurut
As-Sauri dan lain-lainnya, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, firman
Allah Swt.: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus:
87) Maksudnya adalah, mereka diperintahkan untuk menjadikannya sebagai
masjid-masjid untuk salat mereka.
As-Sauri
telah meriwayatkan pula dari Ibnu Mansur, dari Ibrahim, sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus:
87) Bahwa mereka dicekam oleh rasa takut, lalu mereka diperintahkan untuk
melakukan salat di rumah masing-masing. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid,
Abu Malik, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam,
dan ayahnya (yaitu Zaid ibnu Aslam).
Seakan-akan
hal tersebut, hanya Allah yang lebih mengetahui, di saat penindasan dari
Fir'aun dan kaumnya terasa makin keras atas diri mereka yang mempersempit ruang
gerak mereka; maka mereka diperintahkan untuk banyak melakukan salat.
Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ}
Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian. (Al-Baqarah: 153)
Di
dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila mengalami suatu
musibah, maka beliau salat. Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud.
Karena
itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ}
dan
jadikanlah rumah-rumah itu oleh kalian tempat salat, dan dirikanlah oleh kalian
sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87)
Yakni
dengan pahala dan kemenangan yang dekat waktunya.
Al-Aufi
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa
orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Kami tidak mampu
menampakkan salat kami kepada kaki tangan Fir'aun itu." Maka Allah
mengizinkan mereka melakukan salat di rumah masing-masing. Dan Allah
memerintahkan kepada mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka menghadap ke
arah kiblat.
Mujahid
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh
kalian rumah-rumah kalian itu sebagai tempat salat. (Yunus: 87) Ketika kaum
Bani Israil merasa takut Fir'aun akan membunuh mereka di gereja-gereja tempat
mereka berkumpul melakukan ibadahnya, maka mereka diperintahkan menjadikan
rumah-rumah mereka sebagai masjid-masjidnya dengan menghadap ke arah Ka'bah;
mereka boleh melakukan sembahyangnya di dalam rumah masing-masing secara
sembunyi-sembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Sa'id
ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jadikanlah
oleh kalian rumah-rumah itu tempat ibadah. (Yunus: 87) Bahwa yang dimaksud
dengan istilah qiblah ialah berhadapan, yakni sebagian darinya
berhadapan dengan yang lainnya.
Yunus, ayat 90-92
{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا
حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي
آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلآنَ وَقَدْ
عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ
بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ
آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92) }
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka
diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas
(mereka); hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya
termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru
kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan
kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.
Allah
Swt. menceritakan tentang penenggelaman Fir'aun bersama bala tentaranya.
Sesungguhnya orang-orang Bani Israil ketika pergi meninggalkan negeri Mesir
mengiringi Nabi Musa a.s.. jumlah mereka —menurut suatu pendapat— ada enam
ratus ribu orang selain keluarga mereka. Sebelum itu mereka pernah meminjam
dari orang-orang Qibti (Egypt) banyak perhiasan emas yang belum sempat mereka
kembalikan kepada para pemiliknya, akhirnya perhiasan itu dibawa oleh mereka.
Mendengar
berita kepergian mereka, kemarahan Fir'aun semakin menjadi-jadi terhadap kaum Bani
Israil. Maka ia mengirimkan banyak utusannya untuk mengumpulkan bala tentaranya
dari berbagai kota besar yang berada di bawah kekuasaannya. Lalu ia menaiki
kendaraannya dan pergi mengejar kaum Bani Israil, diikuti oleh pasukan yang
sangat besar jumlahnya, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.
terhadap mereka. Tidak ada seorang pun yang tertinggal dari Fir'aun, termasuk
kalangan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan di berbagai wilayah
kerajaannya.
Fir'aun
bersama bala tentaranya akhirnya berhasil mengejar kaum Bani Israil di waktu
matahari terbit. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ
أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}
Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa,
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syuara: 61)
Demikian
itu terjadi setelah kaum Bani Israil sampai di tepi laut. sedangkan Fir'aun dan
pasukannya berada di belakang mereka; dan tiada jalan lain bagi kedua belah
pihak melainkan hanya berperang.
Pengikut-pengikut
Nabi Musa a.s. mendesaknya untuk mencari jalan selamat dari kejaran mereka.
Maka Nabi Musa a.s. menjawab bahwa ia diperintahkan oleh Allah untuk menempuh
jalan itu.
{كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
Sekali-kali
tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku. (Asy-Syu'ara: 62)
Bilamana
dalam keadaan terjepit, maka jalan keluar menjadi luas. Allah memerintahkan
kepada Nabi Musa untuk memukul laut yang ada di hadapannya dengan tongkatnya.
Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya, dan laut itu pun terbelah.
Tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar, semuanya ada dua belas
belahan, sehingga tiap-tiap sibt (kabilah) Bani Israil menempuh satu
jalan darinya. Dan Allah memerintahkan kepada angin untuk bertiup sehingga
mengeringkan tanahnya.
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ
يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka
buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah takut akan
tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam). (Thaha: 77)
Sepanjang
jalan air itu berlubang seperti jendela agar masing-masing kaum dapat melihat
kaum lainnya dan agar mereka jangan menduga bahwa teman mereka binasa. Akhirnya
kaum Bani Israil dapat melewati laut itu dengan selamat.
Setelah
mereka sampai di tepi yang lainnya tanpa ada yang ketinggalan, maka Fir'aun dan
bala tentaranya baru sampai ke tepi laut dari arah yang berlawanan. Saat itu
Fir'aun bersama seratus ribu pasukan berkuda dan pasukan lainnya yang beraneka
ragam.
Ketika
melihat laut terbelah, ia merasa ngeri dan surut serta berniat akan kembali
bersama pasukannya. Akan tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi, tiada jalan
untuk menghindar dari takdir yang telah dipastikan. Doa Nabi Musa telah
diperkenankan, akhirnya datanglah Malaikat Jibril a.s. seraya menunggang
kudanya yang menarik, lalu kuda Malaikat Jibril lewat di dekat (di samping)
kuda Fir'aun dan merayunya. Kemudian Malaikat Jibril langsung masuk ke jalan
laut itu, maka semua kuda yang ada di belakangnya ikut memasuki laut itu
menyusulnya.
Fir'aun
tidak dapat berbuat apa-apa, maka ia memberikan semangat kepada
pembesar-pembesar kaumnya, "Bani Israil bukanlah orang-orang yang lebih
berhak untuk menempuh laut ini daripada kita." Maka semuanya masuk ke
dalam laut, dan Malaikat Mikail berada di belakang mereka menggiring semuanya
tanpa ada seorang pun yang dibiarkannya melainkan ikut menyusul teman-temannya.
Setelah
semua pasukan berada di dalam laut tanpa ada yang ketinggalan, dan yang
terdepan dari seluruh rombongan mereka hampir sampai di tepi laut yang lainnya,
maka Allah Yang Mahakuasa memerintahkan kepada laut agar menutup dan menelan
mereka. Maka laut menelan mereka semuanya tanpa ada seorang pun dari mereka
yang selamat. Ombak laut mengombang-ambingkan mereka, mencampakkan dan
membantingnya, menelan Fir'aun dan mengungkungnya sehingga Fir'aun menghadapi sakaratul
maut. Maka pada saat itu juga Fir'aun berkata, sebagaimana yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي
آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Saya
percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil,
dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90)
Fir'aun
baru beriman di saat iman tiada manfaatnya lagi baginya, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ
يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ
خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Maka
tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya
kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami
mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka
tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku
terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85)
Karena
itulah Allah Swt. berfirman dalam menjawab Fir'aun yang telah mengatakan
kata-kata tersebut, yaitu:
{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ}
Apakah
sekarang (baru kamu percaya), padahal
sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu. (Yunus: 91)
Dengan
kata lain. apakah baru sekarang kamu mengatakannya, padahal sesungguhnya kamu
telah durhaka terhadap Allah sebelum ini.
{وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
dan
kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni
di muka bumi karena telah menyesatkan manusia.
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى
النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}
Dan
Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak
akan ditolong. (Al-Qashash: 41)
Kisah
yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Fir'aun ini merupakan salah satu dari
berita gaib yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ
يُوسُفَ بْنِ مهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَالَ فِرْعَوْنُ: {آمَنْتُ أَنَّهُ لَا
إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ} قَالَ: قَالَ لِي
جِبْرِيلُ: [يَا مُحَمَّدُ] لَوْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ أَخَذْتُ [حَالًا] مِنْ حَالِ
الْبَحْرِ، فَدَسَسْتُهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أن تناله الرحمة"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah. dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf
ibnu Mahran. dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ketika Fir'aun berkata, "Aku beriman, bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, " Jibril berkata kepadaku,
"Sekiranya engkau melihatku ketika aku mengambil tanah liat dari laut,
lalu aku jejalkan ke dalam mulut Fir’aun, karena khawatir bila ia akan mendapat
rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan)."
Imam
Turmuzi, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya di dalam
kitab tafsirnya masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad
yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ
الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ وَعَطَاءِ بْنِ
السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ لِي جِبْرِيلُ:
لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ، فَأَدُسُّهُ فِي فَمِ
فِرْعَوْنَ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ"
Abu
Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Addi
ibnu Sabit dan Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Jibril mengatakan
kepadaku, "Sekiranya engkau melihatku ketika Fir’aun, karena takut akan
mendapat rahmat (niscaya engkau akan melihat pemandangan yang mengerikan).”
Abu
Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya pula bersama Ibnu Jarir yang bukan hanya
satu jalur, dari Syu'bah dengan sanad yang sama, lalu disebutkan hadis yang
semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan,
garib, juga sahih, dan dalam riwayat yang lain disebutkan pada Ibnu
Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar. dari Syu'bah, dari Ata, dari
Addi, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas; salah seorang di antara keduanya ada yang me-marfu'-kannya,
seakan-akan salah seorang dari keduanya ada yang tidak me-marfu'-kannya.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Umar ibnu Abdullah
ibnu Ya'la As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa ketika Allah menenggelamkan Fir'aun, Fir'aun mengisyaratkan dengan jari
telunjuknya seraya mengucapkan kalimat berikut dengan suara yang keras, yaitu
kalimat yang disebutkan oleh firman-Nya: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil. (Yunus: 90) Ibnu Abbas
melanjutkan kisahnya, "Saat itu Malaikat Jibril merasa khawatir bila rahmat
Allah mendahului murka-Nya. Maka Jibril mengambil tanah liat dengan kedua
sayapnya, lalu tanah liat itu dipukulkan ke wajah Fir'aun dan menyumbat semua
rongga kepalanya."
Hal
yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sufyan ibnu Waki', dari Abu
Khalid dengan sanad yang sama secara mauauf.
Telah
diriwayatkan pula melalui hadis Abu Hurairah juga. Untuk itu, Ibnu Jarir
mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا ابْنُ
حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا حَكَّام، عَنْ عَنْبَسة -هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ -عَنْ كَثِيرِ
بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"قَالَ لِي جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، لَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا أَغُطُّهُ
وَأَدُسُّ مِنَ الْحَالِ فِي فِيهِ، مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ رَحْمَةُ
اللَّهِ فَيَغْفِرَ لَهُ" يَعْنِي: فِرْعَوْنَ
telah
menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam,
dari Anbasah (yaitu Ibnu Abu Sa'id), dari Kasir ibnu Zazan, dari Abu Hazim,
dari Abu Hurairah r.a. an; men atakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril
berkata kepadaku, "Hai Muhammad, sekiranya engkau melihatku di saat aku
menyumbat dan menjejalkan mulutnya dengan tanah liat, karena takut bila dia
mendapat rahmat dari Allah, lalu Allah mengampuninya (niscaya engkau akan
melihat hal yang mengerikan)." Maksudnya adalah Fir'aun.
Menurut
Ibnu Mu'in, Kasir ibnu Zazan ini orangnya tidak ia kenal. Abu Zar'ah dan Abu
Hatim mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak dikenal. Tetapi perawi
lainnya dalam sanad hadis ini semuanya berpredikat siqah. Hadis ini
telah di-mursal-kan oleh sejumlah ulama Salaf, seperti Qatadah, Ibrahim
At-Taimi, dan Maimun ibnu Mahran. Telah dinukil pula dari Ad-Dahhak ibnu Qais,
bahwa ia menceritakan hadis ini dalam khotbahnya kepada orang banyak.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ
لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus:
92)
Ibnu
Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa sebagian
kalangan Bani Israil merasa ragu dengan kematian Fir'aun. Maka Allah Swt.
memerintahkan kepada laut agar mencampakkan tubuh Fir'aun secara utuh tanpa
roh dengan memakai baju besinya yang terkenal itu ke daratan yang tinggi agar
mereka dapat mengecek kebenaran atas kematiannya. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya: Maka pada hari ini Kami selamatkan Kamu (Yunus : 92)
Maksudnya, Kami angkat kamu ke suatu dataran yang tinggi. yakni tubuhmu. (Yunus:
92)
Menurut
Mujahid, maknanya ialah jasadnya; sedangkan menurut Al-Hasan adalah jasad tanpa
roh. Menurut Abdullah ibnu Syaddad yaitu keadaan tubuh yang utuh, yakni tidak
ada yang sobek, agar mereka mengecek dan mengenalnya. Menurut Abu Sakhr berikut
dengan baju besinya. Semua pendapat ini tidak ada pertentangan satu sama
lainnya, melainkan saling melengkapi, seperti keterangan di atas.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً}
supaya
kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu. (Yunus: 92)
Yakni
agar kamu dapat menjadi bukti bagi kaum Bani Israil bahwa kamu telah mati dan
binasa; dan bahwa Allah, Dialah Yang Mahakuasa yang semua jiwa makhluk hidup
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat
bertahan di hadapan kemurkaan-Nya.
Sebagian
ulama tafsir mengatakan bahwa firman-Nya: supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 92) Yaitu
tidak mau mengambil pelajaran dan peringatan darinya.
Kebinasaan
Fir'aun beserta kaumnya terjadi pada hari 'Asyura, seperti apa yang dikatakan
oleh Imam Bukhari dalam riwayat hadisnya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَر، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينَة، وَالْيَهُودُ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ
فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "أَنْتُمْ أَحَقُّ
بِمُوسَى مِنْهُمْ، فَصُومُوهُ"
telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami
Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah,
orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari 'Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya,
"Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?"
Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa atas Fir'aun."
Maka Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Kalian lebih berhak terhadap
Musa daripada mereka, maka puasalah kalian pada hari ini.
Yunus, ayat 93
{وَلَقَدْ بَوَّأْنَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ مُبَوَّأَ صِدْقٍ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ فَمَا
اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ الْعِلْمُ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (93) }
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat
kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik Maka mereka
tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya
Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka
perselisihkan itu.
Allah
Swt. menceritakan perihal nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada kaum Bani
Israil, yaitu nikmat agama dan duniawi. Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مُبَوَّأَ صِدْقٍ}
di
tempat kediaman yang bagus (Yunus- :
93)
Menurut
suatu pendapat, yang dimaksud ialah kota-kota di negeri Mesir dan negeri Syam
yang terletak di sekitar Baitul Maqdis dan kawasan sekelilingnya. Karena
sesungguhnya Allah Swt. setelah membinasakan Fir'aun dan bala tentaranya, maka
kekuasaan negeri-negeri Mesir seluruhnya berada di tangan Nabi Musa, seperti
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا
يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا
وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu
negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah
padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk
Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah
dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf:
137)
{فَأَخْرَجْنَاهُمْ
مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Maka
Kami keluarkan Fir’aun dan kaum-kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia,
demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani
Israil. (Asy-Syu'ara: 57-59)
كَمْ
تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
Alangkah
banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan. (Ad-Dukhan: 25), hingga beberapa ayat berikutnya
Akan
tetapi, mereka bersama Musa a.s. terus berjalan mencari Baitul Muqaddas yang
merupakan negeri Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. Mereka terus mengikuti Nabi Musa
yang mencari Baitul Maqdis yang saat itu telah diduduki oleh suatu kaum dari
bangsa 'Amaliqah.
Bani
Israil surut mundur, tidak mau berperang melawan mereka. Maka Allah menyesatkan
kaum Bani Israil di Padang Tih selama empat puluh tahun. Dalam masa itu Harun
meninggal dunia, kemudian disusul oleh Nabi Musa a.s.
Setelah
keduanya wafat, mereka berhasil keluar dari Padang Tih itu bersama Yusya' ibnu
Nun. dan Allah membukakan bagi mereka Baitul Muqaddas. Sejak saat itu kekuasaan
Baitul Muqaddas berada di tangan mereka sampai direbut oleh Bukhtansar selama
beberapa masa, tetapi pada akhirnya dapat direbut kembali oleh Bani Israil.
Sesudah
itu negeri Baitul Muqaddas direbut oleh raja-raja Yunani, dan mereka
menguasainya dalam kurun waktu yang cukup lama. Di masa itulah Allah Swt.
mengutus Nabi Isa ibnu Maryam a.s. Maka orang-orang Yahudi —semoga Allah
melaknat mereka— meminta bantuan kepada raja-raja Yunani itu untuk memusuhi Isa
a.s.; saat itu orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan mereka.
Orang-orang
Yahudi melancarkan hasutannya terhadap Isa a.s. di hadapan raja-raja Yunani dan
mengatakan kepada mereka bahwa Isa telah mengadakan pergerakan yang membuat
rakyat kerajaan menjadi rusak. Maka raja-raja Yunani mengirimkan orang-orangnya
untuk menangkap Isa a.s.
Lalu
Allah Swt. mengangkat Isa kepada-Nya dan menyerupakan salah seorang dari kaum
Hawariyin dengannya di mata mereka atas kehendak dan kekuasaan Allah Swt.
Kemudian mereka menangkap orang yang serupa dengan Isa itu dan menyalibnya,
mereka menduga bahwa dia adalah Isa.
{وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا بَلْ رَفَعَهُ
اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا}
mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka
bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat
Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (An-Nisa:157-158)
Tiga
ratus tahun kemudian sesudah Isa a.s. masuklah Konstantin, salah seorang raja
Yunani, ke dalam agama Nasrani. Dia adalah seorang filosof sebelum itu. Menurut
suatu pendapat, ia masuk ke dalam agama Nasrani karena taqiyyah (diplomasi):
dan menurut pendapat yang lainnya lagi sebagai tipu muslihat untuk merusak
agama dari dalam.
Maka
para uskup dari kalangan mereka membuat undang-undang dan syariat-syariat dalam
agama Nasrani untuknya yang mereka buat-buat dan ada-adakan sendiri. Dan Raja
Konstantin membuatkan untuk mereka gereja-gereja, biara-biara yang besar dan
yang kecil, serta patung-patung dan tempat-tempat peribadatan Nasrani. Di masa
itu agama Nasrani mengalami kemajuan yang pesat; dan terkenal dengan adanya penggantian,
perubahan, penyimpangan yang banyak, serta kedustaan sehingga bertentangan
dengan agama Al-Masih yang asli.
Tiada
seorang pun dari kalangan Bani Israil yang bertahan pada agama Al-Masih yang
asli, kecuali sedikit orang dari kalangan para rahib yang memencilkan dirinya
di padang sahara dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian dengan rumah-rumah
peribadatan mereka.
Agama
Nasrani menguasai negeri Syam, sebagian dari Jazirah Arab, dan negeri-negeri
Romawi. Raja Konstantin membangun sebuah kota besar yang diberi nama
Konstantinopel, lalu Qumamah, Bait Lahm, dan berbagai gereja di Baitul Maqdis
dan kota-kota di Hauran. seperti kota Basra dan lain-lainnya; bangunan-bangunan
yang didirikannya itu cukup megah dan kuat. Sejak saat itulah salib mulai disembah,
dan mereka sembahyang dengan menghadap ke arah timur, lalu mereka menggambar
semua gereja, menghalalkan daging babi, dan lain-lainnya yang mereka buat-buat
dalam agama mereka, baik yang menyangkut masalah cabang maupun pokoknya. Mereka
juga membuat amanat yang kecil untuk sang raja, lalu mereka menamakannya dengan
amanat yang besar dan membuat untuknya banyak undang-undang; keterangan
mengenai hal ini cukup panjang.
Kekuasaan
mereka masih tetap bercokol di negeri-negeri tersebut hingga negeri-negeri itu
berhasil direbut dari tangan mereka oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw. Dan
kota Baitul Maqdis berhasil ditaklukkan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab
r.a.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
Dan
kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik. (Yunus: 93)
Yakni
rezeki yang halal lagi baik, bermanfaat serta dinilai baik untuk keperluan
tubuh dan agama.
Firman
Allah Swt.:
{فَمَا اخْتَلَفُوا حَتَّى جَاءَهُمُ
الْعِلْمُ}
Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang Kepada
mereka pengetahuan (yang tersebut di dalam Taurat). (Yunus: 93)
Maksudnya,
tidaklah mereka berselisih dalam sesuatu masalah melainkan setelah mereka
mendapat pengetahuan. Dengan kata lain. sebenarnya mereka tidak usah berselisih
pendapat karena Allah telah menjelaskan kepada mereka dan menghapuskan dari
mereka semua kekeliruan. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
أَنَّ الْيَهُودَ
اخْتَلَفُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَأَنَّ النَّصَارَى اخْتَلَفُوا
عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى
ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، مِنْهَا وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَثِنْتَانِ
وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ. قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
Bahwa
orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan
orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat
ini kelak akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, salah satu
golongan darinya masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk ke
dalam neraka. Ditanyakan kepada Rasulullah,
siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Tuntunan yang
dijalankan olehku dan sahabat-sahabatku.
Imam
Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkannya dengan lafaz yang
sama, dan hadis ini terdapat pula di dalam kitab-kitab Sunnah dan
kitab-kitab Musnad. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ}
Sesungguhnya
Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka. (Yunus:
93)
Yakni
akan memutuskan peradilan di antara mereka.
{يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ
يَخْتَلِفُونَ}
di
hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (Yunus: 93)
Yunus, ayat 94-97
{فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ
مِمَّا أَنزلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ
الْمُمْتَرِينَ (94) وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ
فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (95) إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ
رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا
الْعَذَابَ الألِيمَ (97) }
Maka jika kamu (Muhammad)
berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya
telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah sekali-kali
kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Dan sekali-kali janganlah kamu
termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang rugi. Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti
terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada
mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.
Qatadah
ibnu Di'amah mengatakan bahwa telah sampai kepada kami suatu berita yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw.telah bersabda:
"لَا أَشُكُّ وَلَا
أَسْأَلُ"
Aku
tidak pernah merasa ragu dan tidak pernah (pula)
bertanya.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan Al-Hasan
Al-Basri.
Di
dalam ayat ini terkandung makna penegasan kepada umat Nabi Saw. dan sekaligus
sebagai pemberitahuan kepada mereka bahwa sifat Nabi mereka terdapat di dalam
kitab-kitab terdahulu yang ada di tangan ahli kitab, seperti yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ
النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالإنْجِيلِ} الْآيَةَ
(Yaitu)
orang-orang yang mengikuti Rasul. Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka. (Al-A'raf:
157), hingga akhir ayat.
Sekalipun
dengan adanya pengetahuan yang telah mereka ketahui dari kitab-kitab mereka,
sehingga mereka mengenal Nabi Saw. (ciri-cirinya) sebagaimana mereka mengenali
anak-anaknya sendiri, tetapi mereka memalsukan hal itu dan mereka mengubah
serta menggantinya. Dan mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad Saw., sekalipun
hujah telah jelas bagi mereka. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا
الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya
orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan
beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka
menyaksikan azab yang pedih. (Yunus:
96-97)
Artinya,
tidak sekali-kali mereka beriman dengan keimanan yang bermanfaat bagi diri
mereka, melainkan iman mereka baru muncul di saat tiada manfaatnya lagi iman
bagi diri seseorang. Seperti yang pernah didoakan oleh Nabi Musa a.s. untuk
kebinasaan Fir aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Hal ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ
وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Ya
Tuhan kami. binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Allah
Swt. telah berfirman pula dalam ayat yang lain:
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ
قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati
berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula)
segala sesuatu kehadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan
beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. (Al-An'am: 111)
Yunus, ayat 98
{فَلَوْلا كَانَتْ
قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا
عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى
حِينٍ (98) }
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus. Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami
beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.
Allah
Swt. berfirman, "Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang seluruhnya
beriman dari kalangan umat-umat terdahulu yang Kami kirimkan kepada mereka
rasul-rasul Kami? Bahkan tidak sekali-kali Kami mengutus seorang rasul sebelum
kamu, hai Muhammad, melainkan ia didustakan oleh kaumnya atau oleh kebanyakan
dari mereka." Hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya
dalam ayat lain, yaitu:
{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا
يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun
kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30)
{كَذَلِكَ
مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ
مَجْنُونٌ}
Demikianlah
tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
melainkan mereka mengatakan, "Ia itu adalah seorang tukang sihir atau
orang gila." (Adz-Dzariyat: 52)
{وَكَذَلِكَ
مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}
Dan
demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun
dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu
agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23)
Di
dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"عُرِضَ عَلَيَّ
الْأَنْبِيَاءُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الْفِئَامُ مِنَ النَّاسِ،
وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيُّ
لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ"
Ditampilkan
kepadaku para nabi. Maka ada seorang nabi yang lewat dengan ditemani oleh
beberapa golongan orang, dan ada seorang nabi yang lewat hanya bersama seorang
saja, ada pula seorang nabi yang hanya ditemani oleh dua orang, serta ada
seorang nabi (yang lewat) tanpa ditemani oleh
seorang pun.
Kemudian
Nabi Saw. menyebutkan pengikut Nabi Musa a.s. yang cukup banyak. Nabi Saw.
menyebutkan pula jumlah umatnya yang jauh lebih banyak sehingga karena
banyaknya itu maka cakrawala timur dan barat penuh dengan umatnya.
Makna
yang dimaksud ialah 'tidak ada suatu penduduk kota pun yang seluruhnya beriman
kepada nabi mereka dari kalangan umat terdahulu kecuali umat Nabi Yunus'.
Mereka adalah penduduk negeri Nainawi, tiadalah iman mereka kecuali karena
takut akan tertimpa azab yang telah diperingatkan kepada mereka oleh rasul
mereka, sesudah mereka melihat adanya tanda-tanda kedatangan azab itu,
sedangkan rasul mereka telah pergi meninggalkan mereka.
Pada
mulanya mereka menentang Allah, lalu mereka sadar, maka mereka meminta
pertolongan kepada Allah seraya merendahkan diri kepada-Nya. Mereka
melakukannya dengan membawa semua anak kecil mereka, hewan-hewan kendaraan,
serta ternak mereka. Lalu mereka meminta kepada Allah agar azab dilenyapkan
dari mereka, yakni azab yang pernah diperingatkan oleh nabi mereka. Maka pada
saat itu Allah mengasihani mereka, melenyapkan azab yang akan diturunkan-Nya
kepada mereka, dan menangguhkan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا
كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ
إِلَى حِينٍ}
selain
kaum Yunus, tatkala mereka (kaum
Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu
yang tertentu. (Yunus: 98)
Ulama
tafsir berbeda pendapat, apakah azab di akhirat dihilangkan pula dari mereka
bersamaan dengan azab dunia, ataukah yang dihilangkan dari mereka hanyalah azab
dunia saja? Ada dua pendapat mengenainya:
Pertama,
sesungguhnya yang dilenyapkan dari
mereka hanyalah azab dunia, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh ayat ini.
Kedua,
yang dilenyapkan adalah azab di
dunia dan di akhirat; karena berdasarkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ
يَزِيدُونَ فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Dan
Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena
itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.
(Ash-Shaffat: 147-148)
Dalam
ayat ini lafaz iman disebutkan secara mutlak tanpa ikatan, sedangkan
iman itu dapat menyelamatkan seseorang dari azab ukhrawi; hal ini jelas.
Sehubungan
dengan tafsir ayat ini Qatadah mengatakan bahwa tidak bermanfaat penduduk suatu
kota yang tadiny'a kafir lalu beriman, jika azab telah datang, lalu mereka
dibiarkan, kecuali kaum Yunus. Mereka kehilangan Nabinya, dan mereka menduga
bahwa azab telah dekat akan menimpa mereka. Lalu Allah menanamkan ke dalam hati
mereka iman yang mendorong mereka untuk bertobat. Maka mereka memakai pakaian
lusuh, lalu memisahkan antara ternak mereka dengan anak-anaknya, kemudian
menggiringnya (ke suatu tanah lapang) untuk bertobat kepada Allah selama empat
puluh hari.
Ketika
Allah melihat kesungguhan dan kebenaran tobat serta penyesalan dalam hati
mereka atas semua dosa yang telah mereka lakukan di masa sebelumnya, maka Allah
menghilangkan azab dari mereka, padahal azab telah dekat akan menimpa mereka.
Qatadah
mengatakan bahwa menurut suatu riwayat, kaum Nabi Yunus bertempat di kota
Nainawi yang terletak di negeri Mausul. Hal yang sama telah diriwayatkan dari
Ibnu Mas'ud, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya dari kalangan ulama
Salaf yang bukan hanya seorang.
Disebutkan
pula bahwa Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Fahalla kanat
qaryatun amanat (Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman?).
Abu
Imran telah meriwayatkan dari Abul Jalad yang mengatakan bahwa ketika azab akan
turun kepada mereka (kaum Nabi Yunus), azab itu berputar di atas kepala mereka
seperti awan yang sangat gelap. Lalu mereka pergi menemui seorang ulama dari
kalangan mereka, dan mereka berkata, "Ajarkanlah kepada kami suatu doa
yang akan kami panjatkan. Mudah-mudahan Allah menghilangkan azab ini dari kita."
Maka ulama itu menjawab:
يَا حَيُّ حِينَ لَا
حَيَّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.
Ucapkanlah,
"Hai Yang Mahahidup di saat tiada yang hidup, hai Yang Mahahidup Yang
menghidupkan orang-orang yang mati, hai Yang Mahahidup, tidak ada Tuhan selain
Engkau.
Maka
Allah menghilangkan azab itu dari mereka. Kisah ini selengkapnya akan
disebutkan secara rinci di dalam tafsir surat Ash-Shaffat.
Yunus, ayat 99-100
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى
يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ (100) }
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin
Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.
Firman
Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ}
Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki. (Yunus:
99)
hai
Muhammad, niscaya Dia mengizinkan seluruh penduduk bumi untuk beriman kepada
apa yang disampaikan olehmu kepada mereka, lalu mereka beriman semuanya. Akan
tetapi, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dalam semua apa yang
dilakukan-Nya. Pengertiannya semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui
firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ
وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ
الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan
memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Hud:
118-119)
{أَفَلَمْ
يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا}
Maka
tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah
menghendaki (semua manusia beriman), tentu
Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. (Ar-Ra'd: 31)
Karena
itulah dalam ayat (surat) ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ}
Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia. (Yunus:
99)
Yakni
kamu paksa dan kamu tindas mereka.
{حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Yunus: 99)
Tidak
ada hak bagimu melakukan hal itu, dan hal itu bukanlah diserahkan kepadamu
melainkan hanya kepada Allah.
Sama
halnya dengan firman-firman Allah Swt. berikut ini:
{يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}
Dia
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.
(Fathir: 8)
{لَيْسَ
عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk tetapi Allah-lah yang memberi
petunjuk (memberi taufik) siapa yang
dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
{لَعَلَّكَ
بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
Boleh
jadi kamu (Muhammad) membinasakan dirimu,
karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)
{إِنَّكَ
لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}
Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sukai. (Al-Qashash: 56)
{فَإِنَّمَا
عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab
amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40)
{فَذَكِّرْ
إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصيْطِرٍ}
Maka
berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan, kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Gasyiyah: 21-22)
Dan
masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha
Memperbuat segala apa yang dikehendaki-Nya, Yang menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya, Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, disebabkan
pengetahuan, hikmah, dan keadilan-Nya.
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا
بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ}
Dan
tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan. (Yunus:
100)
Yang
dimaksud dengan ar-raijs ialah kerusakan dan kesesatan.
{عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ}
kepada
orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus: 100)
Yakni
tidak mempergunakan akalnya untuk memikirkan hujah-hujah dan dalil-dalil Allah.
Allah Mahaadil dalam melakukan hal tersebut, yaitu dalam memberi petunjuk
kepada orang yang ditunjuki-Nya dan menyesatkan orang yang disesatkan-Nya.
Yunus, ayat 101-103
{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا
يُؤْمِنُونَ (101) فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا
مِنْ قَبْلِهِمْ قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (102)
ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ
الْمُؤْمِنِينَ (103) }
Katakanlah, "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”Mereka tidak menunggu-nunggu
kecuali (kejadian-kejadian) yang
sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah
terdahulu sebelum mereka. Katakanlah, "Maka tunggulah, sesungguhnya aku
pun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kalian.” Kemudian Kami
selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi
kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.
Allah
memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya untuk merenungkan tanda-tanda
kekuasaan-Nya dan semua makhluk yang diciptakan Allah di langit dan di bumi,
yang semuanya itu mengandung tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan akan
kekuasaan Allah Yang Mahabesar bagi orang-orang yang berakal.
Makhluk
Allah yang ada di langit antara lain ialah bintang-bintang yang bersinar terang
—ada yang tetap dan ada yang beredar—, juga matahari serta rembulan, adanya
siang dan malam yang keduanya silih berganti. Salah satunya masuk kepada yang
lain hingga menjadi panjang waktunya, sedangkan yang lainnya menjadi pendek
waktunya; demikian pula sebaliknya.
Langit
yang tinggi dan luas serta keindahannya dan semua hiasan yang ada padanya
adalah makhluk Allah pula. Allah menurunkan hujan dari langit, dengan hujan itu
Allah menghidupkan bumi sesudah matinya; dan dikeluarkan-Nya dari bumi berbagai
macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan yang menghasilkan biji-bijian dan
buah-buahan serta bunga-bunga yang beraneka ragam warnanya. Dan Allah
menyebarkan di bumi berbagai macam hewan dan ternak yang beraneka ragam bentuk,
warna dan kegunaannya. Di bumi terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi,
dataran-dataran yang luas menghampar, padang-padang sahara, hutan belantara,
dan daerah-daerah yang layak untuk dihuni.
Begitu
pula di laut dengan ombaknya, di dalamnya terkandung banyak hal yang
menakjubkan. Sekalipun demikian, laut ditundukkan oleh Allah dan dimudahkan
sehingga dapat ditempuh oleh bahtera. Laut membawa kapal-kapal dan
perahu-perahu berlayar dengan lembutnya berkat kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa
yang telah menundukkannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb
selain Dia.
Firman
Allah Swt.:
{وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ
قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman. (Yunus:
l01)
Aninya,
apakah lagi yang dapat memberikan manfaat kepada kaum yang tidak beriman
sesudah adanya tanda-tanda kekuasaan Allah yang di langit dan di bumi, serta
rasul-rasul yang datang membawa ayat-ayat-Nya. hujah-hujah-Nya, dan bukti-bukti
dari-Nya yang menunjukkan kebenaran apa yang disampaikan oleh rasul-rasul itu?
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya
orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan
beriman. (Yunus: 96)
Adapun
firman Allah Swt.:
{فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلا مِثْلَ أَيَّامِ
الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ}
Mereka
tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian)
yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang
telah terdahulu sebelum mereka. (Yunus: 102)
Yakni
tidaklah mereka yang mendustakanmu, hai Muhammad, menunggu pembalasan dan
azab, melainkan seperti apa yang telah diberlakukan Allah terhadap orang-orang
yang sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya.
{قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ
الْمُنْتَظِرِينَ ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا}
Katakanlah,
"Maka tunggulah, sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang menunggu
bersama kalian." Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman. (Yunus: 102-103)
Artinya,
Kami binasakan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul itu.
{كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ
الْمُؤْمِنِينَ}
demikianlah
menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (Yunus: 103)
Yaitu
suatu keharusan yang ditetapkan oleh Allah atas diri-Nya sendiri Yang
Mahamulia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى
نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Tuhan
kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)
Di
dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw.
pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ
كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ
غَضَبِي"
Sesungguhnya
Allah telah menulis suatu kitab yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa
sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murkaKu.
Menurut
salinan Makkiyyah disebutkan, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan
murka-Ku."
Yunus, ayat 104-107
{قُلْ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ
وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (104) وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفًا وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (105) وَلا تَدْعُ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا
مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ
إِلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107) }
Katakanlah, "Hai manusia, jika kalian masih dalam
keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kalian sembah selain
Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kalian dan aku telah
diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman, " dan (aku telah
diperintah), "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi
mudarat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu,
maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” Jika
Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah
Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw., "Katakanlah, 'Hai
manusia, jika kalian masih meragukan tentang kebenaran apa yang aku sampaikan
kepada kalian, yaitu agama yang lurus ini, yang diwahyukan Allah kepadaku, maka
aku tidak akan menyembah yang kalian sembah selain Allah, tetapi aku hanya
menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah Yang mematikan dan yang
menghidupkan kalian, kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan. Jika
sembahan-sembahan yang kalian seru selain Allah itu adalah benar, maka serulah
dia agar menimpakan mudarat (bahaya) kepadaku. Pastilah ia tidak dapat
menimpakan mudarat, tidak pula manfaat. Karena sesungguhnya yang dapat
menimpakan mudarat dan memberi manfaat adalah Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Dan aku diperintahkan agar termasuk orang-orang yang beriman'."
Firman
Allah Swt.:
{وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا
}
dan
(aku telah diperintah), "Hadapkanlah
mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas.” (Yunus: 105)
Maksudnya,
ikhlaslah dalam beribadah, ikhlaskanlah ibadahmu hanya kepada Allah semata
dengan hati yang menyimpang dari kemusyrikan. Karena itulah dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. (Yunus: 105)
Ayat
ini di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ}
dan
aku diperintahkan supaya termasuk orang-orang yang beriman. (Yunus: 104)
Mengenai
firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ}
Jika
Allah menimpakan sesuatu kemudaratan. (Yunus:
107), hingga akhir ayat.
Di
dalam ayat ini terkandung makna yang menjelaskan bahwa kebaikan dan keburukan
serta manfaat dan mudarat itu hanyalah bersumber dari Allah Swt. semata, tiada
seorang pun yang menyekutui-Nya dalam hal ini. Dialah yang berhak disembah,
tiada sekutu bagi-Nya.
Al-Hafiz
ibnu Asakir di dalam biografi Dafwan ibnu Sulaim telah meriwayatkan melalui
jalur Abdullah ibnu Wahb bahwa:
أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ
أَيُّوبَ عَنْ عِيسَى بْنِ مُوسَى، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ:
"اطْلُبُوا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ كُلَّهُ، وَتَعَرَّضُوا لِنَفَحَاتِ
رَحْمَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحِمَتِهِ، يُصِيبُ بِهَا مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَاسْأَلُوهُ أَنْ يَسْتُرَ عَوْرَاتِكُمْ، وَيُؤَمِّنَ
رَوْعَاتِكُمْ"
telah
menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ayyub, dari Isa ibnu Musa, dari Safwan ibnu
Sulaim, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Carilah
kebaikan sepanjang masa kalian, dan carilah karunia-karunia Tuhan kalian,
karena sesungguhnya Allah mempunyai karunia-karunia dari sebagian rahmat-Nya
yang dapat diperoleh oleh siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan
hamba-hamba-Nya. Dan mintalah kalian kepada-Nya, mudah-mudahan aurat kalian
ditutupi dan diamankan dari rasa takut.
Kemudian
Ibnu Asakir meriwayatkannya lagi melalui jalur Al-Lais, dari Isa ibnu Musa,
dari Safwan (seorang lelaki dari kalangan Asyja'), dari Abu Hurairah secara marfu'
dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}
Dan
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yunus: 107)
Yakni
kepada orang yang bertobat kepada-Nya dari segala dosa, sekalipun dari dosa
mempersekutukan Allah; jika ia bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima
tobatnya.
Yunus, ayat 108-109
{قُلْ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا
يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا
عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (108) وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى
يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (109) }
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada
kalian kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhan
kalian. Oleh sebab itu, barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya (petunjuk
itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka
sesungguhnya kesesatannya itu untuk kecelakaan dirinya sendiri. Dan aku
bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian.” Dan ikutilah apa yang
diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia
adalah Hakim yang sebaik-baiknya.
Allah
Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menceritakan kepada
manusia bahwa apa yang ia sampaikan kepada mereka dari sisi Allah adalah benar,
tiada keraguan dan tiada kebimbangan di dalamnya. Maka barang siapa yang
mendapat petunjuk dengannya dan mengikutinya, maka sesungguhnya manfaat dari
perbuatannya itu akan dipetik oleh dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat
darinya, maka sesungguhnya kemudaratan dan akibatnya hanyalah akan menimpa
dirinya sendiri.
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ}
Dan
aku bukanlah seorang penjaga terhadap diri kalian. (Yunus: 108)
Artinya,
aku bukanlah seorang yang ditugaskan untuk menjaga kalian agar kalian beriman.
Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan kepada kalian, sedangkan
yang memberi hidayah (petunjuk) hanyalah Allah.
Firman
Allah Swt.:
{وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ}
Dan
ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah. (Yunus: 109)
Yakni
berpeganglah kamu kepada apa yang diturunkan Allah kepadamu dan yang telah
diwahyukan kepadamu, serta bersabarlah dalam menghadapi manusia yang
menentangmu.
{حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ}
hingga
Allah memberi keputusan. (Yunus: 109)
Maksudnya,
semoga Allah memberikan jalan keluar antara kamu dan mereka.
{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}
dan
Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Yunus:
109)
Yaitu
sebaik-baik pemberi jalan keluar, berkat keadilan dan kebijaksanaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar