Ali Imran, ayat 113-117
لَيْسُوا
سَواءً مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ أُمَّةٌ قائِمَةٌ يَتْلُونَ آياتِ اللَّهِ آناءَ
اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ (113) يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسارِعُونَ فِي
الْخَيْراتِ وَأُولئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ (114) وَما يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ
فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (115) إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئاً وَأُولئِكَ أَصْحابُ النَّارِ هُمْ فِيها خالِدُونَ (116) مَثَلُ مَا
يُنْفِقُونَ فِي هذِهِ الْحَياةِ الدُّنْيا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيها صِرٌّ أَصابَتْ
حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَما ظَلَمَهُمُ اللَّهُ
وَلكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (117)
Mereka itu tidak
sama; di antara Ahli Kitab itu ada segolongan yang berlaku lurus, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedangkan mereka
juga bersujud (salat). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera
kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang
saleh. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka
tidak dihalangi (menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta mereka maupun
anak-anak mereka sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit
pun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan
harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini adalah seperti
perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman
kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak
menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan bahwa Al-Hasan ibnu
Abu Yazid Al-Ajali meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Mereka
itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus.
(Ali Imran: 113) Menurut dugaannya, Ahli Kitab tidak sama dengan umat Muhammad
Saw.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh As-Saddi.
Pendapat ini diperkuat dengan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan
bahwa:
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْر وَحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا
شَيْبان، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ زِرٍّ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: أَخَّرَ رسولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِشَاءِ، ثُمَّ خَرَجَ
إِلَى الْمَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ يَنْتَظِرُونَ الصَّلَاةَ: فَقَالَ:
"أَمَا إِنَّه لَيْسَ مِنْ أَهْلِ هَذِهِ الأدْيَانِ أَحَدٌ يَذْكُرُ اللهَ
هَذِهِ السَّاعَةَ غَيْرَكُمْ". قَالَ: وأُنزلَت هَذِهِ الْآيَاتُ: {لَيْسُوا
سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ [أُمَّةٌ قَائِمَةٌ] } إِلَى قَوْلِهِ {وَاللَّهُ
عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ}
telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan
Hasan ibnu Musa; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syaiban,
dari Asim, dari Zur, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulul-lah Saw.
mengakhirkan salat Isya, kemudian beliau keluar menuju masjid, tiba-tiba beliau
melihat orang-orang sedang menunggu salat (berjamaah), lalu beliau bersabda: Ingatlah,
sesungguhnya tidak ada seorang pun dari pemeluk agama ini yang masih berzikir
kepada Allah saat ini selain kalian. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa lalu
turunlah ayat-ayat berikut, yaitu mulai dari firman-Nya: Mereka itu tidak
sama; di antara Ahli Kitab. (Ali Imran: 113) Sampai dengan firman-Nya: Dan
Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 115)
Tetapi pendapat yang terkenal di kalangan
kebanyakan ulama tafsir —menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq
dan lain-lainnya yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas— ayat ini
diturunkan berkenaan dengan para rahib yang beriman dari kalangan Ahli Kitab,
seperti Abdullah ibnu Salam, Asad ibnu Ubaid, dan Sa'labah ibnu Syu'bah serta
lain-lainnya.
Dengan kata lain, tidaklah sama orang-orang yang
disebutkan di atas dari kalangan Ahli Kitab yang dicela dengan mereka dari
kalangan Ahli Kitab yang masuk Islam. Karena itulah maka dalam ayat ini
disebutkan:
{لَيْسُوا سَوَاءً}
Mereka tidak sama. (Ali Imran: 113)
Artinya, semua Ahli Kitab itu tidaklah sama,
bahkan sebagian dari mereka ada yang mukmin (masuk Islam) dan ada pula yang
jahat. Untuk itu disebut dalam firman berikutnya:
{مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِأُمَّةٌ قَائِمَةٌ}
Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus. (Ali Imran: 113)
Yakni menegakkan perintah Allah, taat kepada
syariat-Nya, dan mengikuti Nabi-Nya. Maka mereka adalah orang-orang yang
berlaku lurus.
{يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ
وَهُمْ يَسْجُدُونَ}
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa
waktu di malam hari, sedangkan mereka juga bersujud (salat). (Ali Imran:
113)
Yaitu melakukan ibadah di malam hari, banyak
bertahajud dan membaca Al-Qur'an dalam salat mereka
*******************
{يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ}.
Mereka beriman kepada Allah dan hari
penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar,
dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk
orang-orang yang saleh. (Ali Imran: 114)
Mereka adalah orang-orang yang disebutkan di
dalam akhir surat Ali Imran ini melalui firman-Nya:
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ
الْكِتابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَما أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَما أُنْزِلَ
إِلَيْهِمْ خاشِعِينَ لِلَّهِ
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada
orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan
yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah.(Ali
Imran: 199), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ
يُكْفَرُوهُ}
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan,
maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya. (Ali Imran:
115)
Artinya, pahala kebajikan yang mereka lakukan
tidak akan hilang di sisi Allah, bahkan Allah akan memberikannya kepada mereka
dengan balasan pahala yang sangat berlimpah.
{وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ}
dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
bertakwa. (Ali Imran: 115)
Yakni tiada suatu amal pun yang samar (tidak
kelihatan) bagi-Nya, dan tidak akan ada yang tersia-sia di sisi-Nya pahala
orang yang berbuat baik dalam amalnya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. menceritakan perihal
orang-orang yang ingkar dari kalangan kaum musyrik melalui firman-Nya:
{لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا
أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}
Harta mereka maupun anak-anak mereka sekali-kali
tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit pun. (Ali Imran: 116)
Yakni semuanya itu tidak dapat menolak pembalasan
Allah maupun azab-Nya dari diri mereka, jika Allah menghendaki hal tersebut
terhadap mereka.
{وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ}
Dan mereka adalah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya. (Ali Imran: 116)
Selanjutnya Allah Swt. membuat suatu perumpamaan
tentang apa yang dinafkahkan oleh orang-orang kafir dalam kehidupan di dunia
ini. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, dan
As-Saddi.
*******************
Allah Swt. berfirman:
مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ فِي
هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ
Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di
dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa
yang sangat dingin. (Ali Imran: 117)
Yang dimaksud dengan sirrun ialah dingin
yang sangat. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu
Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan lain-lainnya.
Sedang-kan menurut Ata, sirrun ialah dingin yang disertai dengan es (salju).
Disebut pula dari Ibnu Abbas dan Mujahid
sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mengandung panas yang sangat.
(Ali Imran: 117) Yakni api.
Makna ini merujuk kepada makna yang pertama,
karena sesungguhnya cuaca yang sangat dingin —terlebih lagi dibarengi dengan
salju— dapat mematikan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sama halnya dengan api
membakar sesuatu.
{أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ}
yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri
sendiri, lalu angin itu merusaknya. (Ali Imran: 117)
Yaitu membakarnya. Dengan kata lain, apabila hama
menimpa kebun atau sawah yang telah tiba masa petik dan panen, lalu hama
tersebut merusak dan menghancurkan semua buah-buahan atau tanaman yang ada
padanya, sehingga hasilnya tidak ada, padahal pemiliknya sangat memerlukannya.
Demikian pula halnya nasib orang-orang kafir; Allah menghapus pahala semua amal
kebaikan mereka ketika di dunia hingga mereka tidak dapat memetik buahnya.
Perihalnya sama dengan lenyapnya buah-buahan dari lahan atau kebun tersebut
karena dosa-dosa yang dilakukan oleh pemiliknya. Demikianlah nasib yang akan
mereka alami, karena mereka membangun amal perbuatannya tanpa fondasi dan tiang
penyangga.
{وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
Allah tidak menganiaya mereka, tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Ali Imran: 117)
Ali Imran, ayat 118-120
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطانَةً مِنْ
دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضاءُ مِنْ أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا
لَكُمُ الْآياتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) هَا أَنْتُمْ أُولاءِ
تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتابِ كُلِّهِ وَإِذا
لَقُوكُمْ قالُوا آمَنَّا وَإِذا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنامِلَ مِنَ
الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ
(119) إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ
يَفْرَحُوا بِها وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً
إِنَّ اللَّهَ بِما يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (120)
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaan kalian
orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan
oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada
kalian ayat-ayat (Kami), jika kalian memahaminya. Beginilah kalian. Kalian
menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kalian, dan kalian beriman
kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kalian, mereka berkata,
"Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari lantaran marah bercampur benci terhadap kalian. Katakanlah (kepada
mereka), "Matilah kalian karena kemarahan kalian itu." Sesungguhnya
Allah mengetahui segala isi hati. Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati; tetapi jika kalian mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit
pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian. Sesungguhnya Allah mengetahui
segala apa yang mereka kerjakan.
Allah Swt. berfirman seraya melarang
hamba-hamba-Nya yang mukmin mengambil orang-orang munafik sebagai teman
kepercayaan dengan menceritakan kepada mereka semua rahasia kaum mukmin dan
semua rencana yang dipersiapkan kaum mukmin terhadap musuh-musuhnya.
Orang-orang munafik akan berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan mereka
tanpa henti-hentinya untuk menimbulkan mudarat terhadap kaum mukmin. Dengan
kata lain, mereka (orang-orang munafik) itu terus berupaya menentang kaum
mukmin dan menimpakan mudarat terhadap mereka dengan segala cara yang mereka
dapat dan dengan memakai tipu daya serta kepalsuan yang mampu mereka kerjakan.
Mereka suka dengan semua hal yang mencelakakan kaum mukmin, gemar pula melukai
kaum mukmin serta menyukai hal-hal yang memberatkan kaum mukmin.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ}
Janganlah kalian ambil menjadi teman
kepercayaan kalian orang-orang yang di luar kalangan kalian. (Ali Imran:
118)
Yakni selain dari kalangan kalian yang tidak
seagama. Bitanah artinya teman dekat yang mengetahui semua rahasia
pribadi.
Imam Bukhari dan Imam Nasai serta selain keduanya
meriwayatkan melalui hadis sejumlah perawi, antara lain ialah Yunus ibnu Yahya
ibnu Sa'id, Miisa ibnu Uqbah, dan Ibnu Abu Atiq, dari Az-Zuhri, dari Abu
Salamah, dari Abu Sa'id (Al-Khudri), bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِي وَلا اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَة
إِلَّا كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ: بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْخيرِ وتَحُضُّهُ
عَلَيْهِ، وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالسُّوءِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ،
وَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَم اللهُ "
Tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi
dan tidak pula mengangkat seorang khalifah, melainkan didampingi oleh dua teman
terdekatnya. Seorang teman menganjurkannya untuk be-buat kebaikan dan
memberinya semangat untuk melakukan kebaikan itu. Dan teman lainnya selalu
memerintahkan kejahatan kepadanya dan menganjurkan kepadanya untuk melakukan
kejahatan, sedangkan orang yang terpelihara ialah orang yang dipelihara oleh
Allah.
Al-Auza'i dan Mu'awiyah ibnu Salam
meriwayatkannya melalui Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah secara
marfu' dengan lafaz yang semisal. Dengan demikian, barangkali hadis yang ada
pada Az-Zuhri berasal dari Abu Salamah, dari keduanya (Abu Sa'id dan Abu
Hurairah).
Imam Nasai mengetengahkannya pula dari Az-Zuhri.
Imam Bukhari men-ta'liq-nya (mengomentarinya) di dalam kitab sahihnya. Untuk
itu ia mengatakan bahwa Ubaidillah ibnu Ja'far meriwayatkan dari Safwan ibnu
Salim, dari Abu Salamah, dari Abu Ayyub Al-Ansari secara marfu', lalu ia
menyebutkan hadis ini. Dengan demikian, berarti barangkali hadis yang ada pada
Abu Salamah bersumber dari tiga orang sahabat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Ayyub (yaitu Muhammad
ibnul Wazin), telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Abu Hibban
At-Taimi, dari Abuz Zamba", dari Ibnu Abud Dihqanah yang menceritakan
bahwa pernah dilaporkan kepada Khalifah Umar ibnul Khattab r.a.,
"Sesungguhnya di sini terdapat seorang pelayan dari kalangan penduduk Al-Hairah
yang ahli dalam masalah pembukuan dan surat-menyurat, bagaimanakah jika engkau
mengambilnya sebagai juru tulismu?" Maka Khalifah Umar menjawab: Kalau
demikian, berarti aku mengambil teman kepercayaan selain dari kalangan
orang-orang mukmin.
Di dalam asar serta ayat ini terkandung dalil
yang menunjukkan bahwa ahluz zimmah (kafir zimmi) tidak boleh dipekerjakan
untuk mengurus masalah kesekretarisan yang di dalamnya terkandung rahasia kaum
muslim dan semua urusan penting mereka. Karena dikhawatirkan dia akan
menyampaikannya kepada musuh kaum muslim dari kalangan kafir harbi. Karena itu,
Allah Swt. berfirman:
{لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا
عَنِتُّمْ}
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. (Ali
Imran: 118)
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
إِسْرَائِيلَ، حَدَّثَنَا هُشَيم، حَدَّثَنَا العَوَّام، عَنِ الْأَزْهَرِ بْنِ
رَاشِدٍ قَالَ: كَانُوا يَأْتُونَ أنَسًا، فَإِذَا حَدَّثهم بِحَدِيثٍ لَا
يَدْرُونَ مَا هُوَ، أتَوا الْحَسَنَ -يَعْنِي الْبَصْرِيَّ-فَيُفَسِّرُهُ لَهُمْ.
قَالَ: فحدَّث ذَاتَ يَوْمٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قال: "لا تَسْتَضِيؤوا بِنَارِ الْمُشْرِكِينَ، وَلَا تَنْقُشُوا فِي
خَوَاتِيمِكُمْ عَرَبيا فَلَمْ يَدْرُوا مَا هُوَ، فَأَتَوُا الْحَسَنَ فَقَالُوا
لَهُ: إِنَّ أَنَسًا حَدّثنا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال:
"لا تَسْتَضِيؤوا بِنَارِ الشِّركِ وَلَا تَنْقُشُوا فِي خَوَاتِيمِكُمْ
عَرَبيا فَقَالَ الْحَسَنُ: أَمَّا قَوْلُهُ: "وَلَا تَنْقُشُوا فِي خَوَاتِيمِكُمْ
عَرَبيا: مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وأما قوله: "لا
تَسْتَضِيؤوا بِنَارِ الشِّركِ" يَقُولُ: لَا تَسْتَشِيرُوا الْمُشْرِكِينَ
فِي أُمُورِكُمْ. ثُمَّ قَالَ الْحَسَنُ: تَصْدِيقُ ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ}
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ishaq ibnu Israil, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Al-Awwam, dari Al-Azhar ibnu Rasyid yang menceritakan
bahwa mereka datang kepada Anas, ternyata Anas menceritakan sebuah hadis yang
maknanya tidak dimengerti oleh mereka. Lalu mereka datang kepada Al-Hasan
(Al-Basri). Maka Al-Hasan menafsirkan makna hadis ini kepada mereka, yang
kisahnya seperti berikut. Pada suatu hari Anas menceritakan sebuah hadis dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: Janganlah kalian meminta penerangan dari api
kaum musyrik dan janganlah kalian mengukir lafaz Arab dalam khatimah (cap)
kalian. Mereka tidak mengerti apa yang dimaksud oleh hadis tersebut. Lalu
mereka datang kepada Al-Hasan dan bertanya kepadanya bahwa Anas pernah
menceritakan sebuah hadis kepada mereka, yaitu sabda Rasulullah Saw.: Janganlah
kalian mengambil penerangan dari api kaum musyrik dan jangan pula kalian
mengukir pada cap kalian lafaz Arab. Maka Al-Hasan mengatakan, yang
dimaksud dengan sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Janganlah kalian
mengukir lafaz Arab pada cap kalian," ialah lafaz Muhammad Saw. Dan yang
dimaksud dengan sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Janganlah kalian mengambil
penerangan dari api orang-orang musyrik," ialah janganlah kalian meminta
saran dari orang-orang musyrik dalam urusan-urusan kalian. Kemudian Al-Hasan
mengatakan bahwa hal yang membenarkan pengertian ini berada di dalam
Kitabullah, yaitu melalui firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kalian ambil menjadi teman kepercayaan kalian orang-orang yang di
luar kalangan kalian. (Ali Imran: 118)
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Al-Hafiz Abu Ya'la rahimahullah. Hal ini telah diriwayatkan pula oleh Imam
Nasai, dari Mujahid ibnu Musa, dari Hasyim. Imam Ahmad meriwayatkannya dari
Hasyim dengan sanad yang semisal, tetapi tanpa disebutkan tafsir Al-Hasan
Al-Basri. Tafsir Al-Hasan Al-Basri ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat
makna hadis sudah jelas: Janganlah kalian mengukir lafaz Arab pada cap
kalian.
Dengan kata lain, janganlah kalian mengukir
tulisan Arab pada cap kalian, agar tidak serupa dengan ukiran yang ada pada cap
milik Nabi Saw., karena sesungguhnya pada cap Nabi Saw. diukirkan kalimat
"Muhammadur Rasulullah".
Untuk itu disebutkan di dalam sebuah hadis sahih
bahwa Nabi Saw. melarang seseorang membuat ukiran seperti ukiran milik beliau
Saw.
Makna mengambil penerangan dari api kaum musyrik
ialah 'janganlah kalian (kaum muslim) bertempat tinggal dekat dengan mereka,
yang membuat kalian berada bersama di negeri mereka; melainkan menjauhlah
kalian dan berhijrahlah dari negeri mereka'. Karena itu, Imam Abu Daud pernah
meriwayatkan sebuah hadis yang mengatakan, "Janganlah api keduanya
saling kelihatan." Di dalam hadis yang lain disebutkan:
«مَنْ
جَامَعَ الْمُشْرِكَ أَوْ سَكَنَ مَعَهُ فَهُوَ مِثْلُهُ»
Barang siapa yang bergabung dengan orang
musyrik atau bertempat tinggal bersamanya, maka dia semisal dengannya.
Dengan demikian, berarti menginterprestasikan
makna hadis seperti apa yang dikatakan oleh Al-Hasan rahimahullah serta
mengambil dalil ayat ini untuk memperkuatnya masih perlu dipertimbangkan
kebenarannya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قَدْ بَدَتِ الْبَغْضاءُ
مِنْ أَفْواهِهِمْ وَما تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan
apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (Ali
Imran: 118)
Yakni sesungguhnya terbaca pada roman wajah dan
lisan mereka ungkapan permusuhan mereka terhadap kaum mukmin, selain dari apa
yang tersimpan di dalam hati mereka, yaitu kebencian yang sangat kepada agama
Islam dan para pemeluknya. Hal itu mudah dibaca oleh orang yang jeli lagi
cerdik. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ}
Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian
ayat-ayat (Kami) jika kalian memahaminya. (Ali Imran: 118)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
هَا أَنْتُمْ أُولاءِ
تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ
Begitulah kalian, kalian menyukai mereka,
padahal mereka tidak menyukai kalian. (Ali Imran: 119)
Yakni kalian, hai orang-orang mukmin, menyukai
orang-orang munafik karena apa yang mereka lahirkan kepada kalian berupa iman.
Oleh sebab itu, kalian menyukai mereka, padahal baik batin maupun lahirnya
mereka sama sekali tidak menyukai kalian.
وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتابِ
كُلِّهِ
dan kalian beriman kepada kitab-kitab semuanya.
(Ali Imran: 119)
Maksudnya, pada kalian tiada rasa bimbang dan
ragu terhadap suatu kitab pun; sedangkan diri mereka (orang-orang munafik)
diliputi oleh keraguan, kebimbangan, dan kebingungan terhadapnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Said ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan kalian beriman
kepada kitab-kitab semuanya. (Ali Imran: 119) Yakni iman kepada kitab
kalian dan kitab-kitab mereka, serta kitab-kitab lainnya sebelum mereka,
sedangkan mereka kafir kepada kitab kalian. Karena itu, sebenarnya kalian lebih
berhak membenci mereka daripada mereka membenci kalian. Demikianlah menurut
riwayat Ibnu Jarir.
*******************
وَإِذا لَقُوكُمْ قالُوا
آمَنَّا وَإِذا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنامِلَ مِنَ الْغَيْظِ
Apabila mereka menjumpai kalian, mereka
berkata, "Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kalian. (Ali
Imran: 119)
Al-anamil adalah ujung-ujung jari.
Demikianlah menurut Qatadah.
Seorang penyair mengatakan:
أوَدُّ كَمَا مَا
بَلّ حَلْقِيَ ريقَتى ... وَمَا حَمَلَتْ كَفَّايَ أنْمُلي العَشْرا
dan
apa yang dikandung oleh kedua telapak tanganku, yaitu ujung-ujung jariku yang
sepuluh buah.
Ibnu Mas'ud, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas
mengatakan bahwa al-anamil artinya jari-jari tangan.
Demikianlah sikap orang-orang munafik. Mereka
menampakkan kepada orang-orang mukmin iman dan kesukaan mereka kepada
orang-orang mukmin, padahal di dalam batin mereka memendam perasaan yang
bertentangan dengan semuanya itu dari segala seginya. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya:
{وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ
الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ}
dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit
ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kalian. (Ali Imran: 119)
Sikap demikian menunjukkan kebencian dan
kemarahan mereka yang sangat, sehingga di dalam firman berikutnya disebutkan:
{قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Katakanlah (kepada mereka), "Matilah
kalian karena kemarahan kalian itu." Sesungguhnya Allah mengetahui segala
isi hati. (Ali Imran: 119)
Yakni betapapun kalian dengki terhadap kaum
mukmin karena iman kaum mukmin yang hal tersebut membuat kalian memendam rasa
amarah terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Allah pasti menyempurnakan nikmat-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, dan Dia pasti menyempumakan agama-Nya,
meninggikan kalimah-Nya, dan memenangkan agama-Nya. Maka matilah kalian dengan amarah
kalian itu.
{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.
(Ali Imran: 119)
Artinya, Dia Maha Mengetahui semua yang tersimpan
dan disembunyikan di dalam hati kalian berupa kemarahan, kedengkian, dan rasa
jengkel terhadap kaum mukmin. Dia pasti akan membalas kalian di dunia ini,
yaitu dengan memperlihatkan kepada kalian apa yang bertentangan dengan hal-hal
yang kalian harapkan. Sedangkan di akhirat nanti Allah akan membalas kalian
dengan azab yang keras di dalam neraka yang menjadi tempat tinggal abadi
kalian; kalian tidak dapat keluar darinya, dan tidak dapat pula menyelamatkan
diri darinya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ
وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا}
Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya
mereka bersedih hati; tetapi jika kalian mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. (Ali Imran: 120)
Keadaan ini menunjukkan kerasnya permusuhan
mereka terhadap kaum mukmin. Yaitu apabila kaum mukmin mendapat kemakmuran,
kemenangan, dukungan, dan bertambah banyak bilangannya serta para penolongnya
berjaya, maka hal tersebut membuat susah hati orang-orang munafik. Tetapi jika
kaum muslim tertimpa paceklik atau dikalahkan oleh musuh-musuhnya, hal ini
merupakan hikmah dari Allah. Seperti yang terjadi dalam Perang Uhud,
orang-orang munafik merasa gembira akan hal tersebut.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman, ditujukan
kepada orang-orang mukmin:
{وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ
كَيْدُهُمْ شَيْئًا }
Jika kalian bersabar dan bertakwa, niscaya
tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepada kalian.
(Ali Imran: 120), hingga akhir ayat.
Allah Swt. memberikan petunjuk kepada kaum mukmin
jalan keselamatan dari kejahatan orang-orang yang jahat dan tipu muslihat
orang-orang yang zalim, yaitu dengan cara bersabar dan bertakwa serta
bertawakal kepada Allah Yang Maha Meliputi musuh-musuh mereka. Maka tidak ada
daya dan tidak ada upaya bagi kaum mukmin kecuali dengan pertolongan Allah.
Karena Allah-Iah semua apa yang dikehendaki-Nya terjadi, sedangkan semua yang
tidak dikehendaki-Nya niscaya tidak akan terjadi. Tiada sesuatu pun yang lahir
dalam alam wujud ini kecuali berdasarkan takdir dan kehendak Allah Swt. Barang
siapa bertawakal kepada-Nya, niscaya Dia memberinya kecukupan.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan kisah Perang Uhud
dan segala sesuatu yang terjadi di dalamnya sebagai ujian buat hamba-hamba-Nya
yang mukmin, sekaligus untuk membedakan antara orang-orang yang mukmin dengan
orang-orang munafik, dan keterangan mengenai kepahitan yang dialami oleh
orang-orang yang bersabar.
Ali Imran, ayat 121-123
وَإِذْ
غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقاعِدَ لِلْقِتالِ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ (121) إِذْ هَمَّتْ طائِفَتانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا وَاللَّهُ
وَلِيُّهُما وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (122) وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (123)
Dan (ingatlah)
ketika kamu berangkat pada pagi hari dan (rumah) keluargamu akan menempatkan
para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengelahui, ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut,
padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu, hendaklah
kepada Allah saja orang-orang mukmin berlawakal. Sungguh Allah telah menolong
kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian (saat itu) adalah orang-orang
yang lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri.
Peperangan yang disebutkan di dalam ayat ini
menurut pendapat jumhur ulama adalah Perang Uhud. Demikianlah menurut Ibnu
Abbas, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa
peperangan yang disebut dalam ayat ini adalah Perang Ahzab. Demikianlah menurut
riwayat Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini garib dan tidak dapat dijadikan sebagai
rujukan.
Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu, bulan
Syawwal, tahun ketiga Hijriah. Menurut Qatadah, terjadi pada tanggal sebelas
bulan Syawwal. Sedangkan menurut Ikrirnah, Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu
pertengahan bulan Syawwal.
Penyebab utama meletusnya Perang Uhud ialah
setelah banyaknya orang-orang terhormat kaum musyrik yang terbunuh dalam Perang
Badar, sedangkan kafilah perniagaan mereka yang dipimpin oleh Abu Sufyan
selamat dengan membawa keuntungan yang banyak. Maka anak-anak orang-orang yang
gugur dalam Perang Badar dan pemimpin-pemimpin lainnya yang masih hidup berkata
kepada Abu Sufyan, "Aku menunggu-nunggu hasil perniagaan ini untuk
memerangi Muhammad, maka belanjakanlah oleh kalian untuk tujuan tersebut!"
Kemudian mereka menghimpun semua golongan dan
orang-orang Habsyah, lalu mereka berangkat dengan pasukan yang terdiri atas
tiga ribu personel, hingga mereka turun istirahat di suatu tempat dekat Bukit
Uhud yang menghadap ke arah kota Madinah.
Rasulullah Saw. salat pada hari Jumat. Setelah
selesai dari salat Jumatnya, maka beliau menyalati seorang lelaki dari kalangan
Bani Najjar yang dikenal dengan nama Malik ibnu Amr (yakni menyalati
jenazahnya). Lalu Rasulullah Saw. melakukan musyawarah dengan orang-orang untuk
mengambil keputusan, apakah beliau berangkat menghadapi mereka ataukah tetap
tinggal di Madinah menunggu penyerangan mereka.
Lalu Abdullah ibnu Ubay mengemukakan pendapatnya,
bahwa sebaiknya tetap tinggal di Madinah. Jika mereka (pasukan kaum musyrik)
menunggu kedatangan pasukan kaum muslim, berarti mereka menunggu yang tak
kunjung tiba. Jika mereka memasuki Madinah, mereka akan dihadapi oleh kaum
laki-lakinya dan akan dilempari oleh kaum wanita dan anak-anak dengan
batu-batuan dari atas mereka. Jika mereka kembali, niscaya mereka kembali dalam
keadaan kecewa.
Orang-orang lain dari kalangan sahabat yang tidak
ikut dalam Perang Badar mengisyaratkan untuk berangkat menghadapi mereka.
Lalu Rasulullah Saw. masuk dan memakai baju
besinya, kemudian keluar menemui mereka; sedangkan sebagian dari kalangan
mereka merasa menyesal, dan mengatakan, "Barangkali kami memaksa
Rasulullah Saw." Lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, jika engkau
suka untuk tetap tinggal, kami setuju." Maka Rasulullah Saw. menjawab:
«مَا
يَنْبَغِي لِنَبِيٍّ إِذَا لَبِسَ لَأْمَتَهُ أَنْ يَرْجِعَ حَتَّى يَحْكُمَ الله
له»
Tidak layak bagi seorang nabi, bila telah memakai
baju besinya mundur kembali, sebelum Allah memberikan keputusan baginya.
Lalu Rasulullah Saw. berangkat bersama seribu
orang sahabatnya. Ketika mereka berada di Asy-Syaut, maka kembalilah Abdullah
ibnu Ubay dengan sepertiga pasukan dalam keadaan marah karena pendapatnya tidak
dipakai. Lalu dia dan teman-temannya berkata, "Sekiranya kami mengetahui
pada hari ini akan terjadi peperangan, pastilah kami akan mengikuti kalian.
Tetapi kami tidak menduga bahwa kalian akan berperang (sehingga kami tidak
membuat persiapan)."
Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanannya hingga
turun istirahat di lereng Bukit Uhud, yaitu pada lembahnya. Dan beliau
menjadikan posisi punggungnya —juga pasukannya— membelakangi Bukit Uhud. Lalu
beliau bersabda:
«لَا
يُقَاتِلَنَّ أَحَدٌ حَتَّى نَأْمُرَهُ بِالْقِتَالِ»
Jangan sekali-kali seseorang memulai berperang
sebelum kami memerintahkannya untuk perang.
Rasulullah Saw. mengatur barisannya untuk
menghadapi peperangan, jumlah pasukan beliau terdiri atas tujuh ratus orang
sahabatnya. Beliau Saw. mengangkat Abdullah ibnu Jubair (saudara lelaki Bani
Amr ibnu Auf) untuk memimpin pasukan pemanah. Saat itu pasukan pemanah terdiri
atas lima puluh personel, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
«انْضَحُوا
الْخَيْلَ عَنَّا وَلَا نُؤْتَيَنَّ مِنْ قِبَلِكُمْ وَالْزَمُوا مَكَانَكُمْ إِنْ
كَانَتِ النَّوْبَةُ لَنَا أَوْ عَلَيْنَا، وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخَطَّفُنَا
الطَّيْرُ فَلَا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ»
Bendunglah pasukan berkuda (musuh) dari kami
(dengan anak panah kalian), dan jangan sekali-kali kalian biarkan kami diserang
dari belakang. Dan tetaplah kalian pada posisi kalian, baik kami mengalami
kemenangan alau kami terpukul mundur; dan sekalipun kalian melihat kami
disambar oleh burung-burung, maka janganlah kalian meninggalkan posisi kalian.
Rasulullah Saw. muncul dengan memakai dua lapis
baju besi, dan memberikan panji kepada Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani
Abdud Dar). Pada hari itu Rasulullah Saw. memperbolehkan ikut berperang
sebagian anak remaja dan menangguhkan sebagian yang lainnya, hingga beliau
memperbolehkan mereka ikut semua dalam Perang Khandaq sesudah kejadian
tersebut, yakni kurang lebih dua tahun kemudian.
Pasukan Quraisy yang terdiri atas tiga ribu
personel yang antara lain terdiri atas seratus orang pasukan berkuda yang posisinya
agak dijauhkan dari medan perang. Mereka menjadikan pasukan sayap kanan berkuda
di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid, sedangkan pada sayap kirinya di bawah
pimpinan Ikrimah ibnu Abu Jahal, lalu mereka menyerahkan panjinya kepada Bani
Abdud Dar.
Kemudian mengenai hal yang terjadi di antara
kedua belah pihak, Insya Allah akan diterangkan pada tempatnya.
*******************
Allah Swt. berfirman:
{وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ
الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ}
Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi
hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat
untuk berperang. (Ali Imran: 121)
Yakni kamu atur mereka pada posisinya
masing-masing, ada yang di sayap kanan dan ada pula yang di sayap kiri, serta
posisi yang lainnya menurut perintahmu.
{وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ}
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Ali Imran: 121)
Yaitu Maha mendengar semua apa yang kalian
katakan, dan Maha Mengetahui semua isi hati kalian.
Ibnu Jarir sehubungan dengan pembahasan ini
mengajukan sebuah pertanyaan yang kesimpulannya mengatakan: Mengapa kamu
mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Saw. berangkat ke medan Perang Uhud pada
hari Jumat, yaitu sesudah menunaikan salat Jumat. Padahal Allah Swt. telah
berfirman: Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah)
keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang.
(Ali Imran: 121), hingga akhir ayat. Kemudian jawaban yang dikemukakan darinya
menyatakan bahwa keberangkatan Nabi Saw. pada pagi harinya untuk menempatkan
mereka pada posisinya masing-masing, tiada lain hal tersebul terjadi pada hari
Sabtu pada permulaan siang hari.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِذْ هَمَّتْ طائِفَتانِ
مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلا
ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur)
karena takut. (Ali Imran: 122)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan yang
mengatakan, Umar pernah bercerita bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah
mengatakan sehubungan firman-Nya: ketika dua golongan dari kalian ingin
(mundur) karena takut. (Ali Imran: 122), hingga akhir ayat. Bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan kami. Jabir ibnu Abdullah mengatakan, "Kamilah
yang dimaksud dengan dua golongan tersebut, yaitu Bani Harisah dan Bani
Salamah. Kami sama sekali tidak senang —terkadang Sufyan mengatakan— dan kami
sama sekali tidak gembira bila ayat ini tidak diturunkan, karena pada firman
selanjutnya disebutkan: 'padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan
itu (Ali Imran: 122)."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim
melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama. Demikian pula apa
yang dikatakan oleh yang lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa mereka yang
dua golongan itu adalah Bani Harisah dan Bani Samalah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ بِبَدْرٍ
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam
peperangan Badar. (Ali Imran: 123)
Perang Badar terjadi pada hari Jumat, tanggal
tujuh belas, bulan Ramadan, tahun kedua Hijriah. Hari itu merupakan hari
pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Pada hari itulah Allah memenangkan
Islam dan para pemeluknya, membungkam kemusyrikan dan menghancurkan semua
sarana dan golongannya. Padahal saat itu bilangan pasukan kaum muslim sedikit,
mereka hanya terdiri atas tiga ratus tiga belas personel; dua orang di antara
mereka berkuda dan tujuh puluh orang berunta, sedangkan yang lainnya adalah
pasukan jalan kaki. Mereka tidak memiliki semua senjata dan perlengkapan yang
diperlukan.
Pasukan musuh pada hari itu terdiri atas kurang
lebih antara sembilan ratus sampai seribu personel. Semuanya memakai baju besi,
bertopi baja disertai dengan senjata lengkap dan kuda-kuda yang terlatih dengan
semua perhiasan yang berlebih-lebihan.
Kemudian Allah memenangkan Rasul-Nya dan
menampakkan wahyu serta bala tentara yang diturunkan-Nya, dan membuat wajah
Nabi serta bala tentaranya putih berseri. Allah membuat setan serta bala
tentaranya terhina. Karena itulah Allah Swt. berfirman seraya menyebutkan anugerah-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin dan bala tentara-Nya yang bertakwa:
{وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ
وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ}
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam
peperangan Badar, padahal kalian adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
(Ali Imran: 123)
Yang dimaksud dengan adzillah ialah jumlah
pasukan kaum muslim sedikit. Allah sengaja berbuat demikian kepada kalian agar
kalian mengetahui bahwa kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, bukan karena
banyaknya pasukan dan persenjataan. Karena itu, dalam ayat yang lain disebut
melalui firman-Nya:
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ
أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئاً- إلى- غَفُورٌ
رَحِيمٌ
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di
waktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun. (At-Taubah: 25)
sampai dengan firman-Nya: Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(At-Taubah: 27)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Iyad Al-Asy'ari menceritakan asar
berikut: Bahwa ia ikut dalam Perang Yarmuk yang saat itu kami dipimpin oleh
lima orang panglima, yaitu Abu Ubaidah, Yazid ibnu Abu Sufyan, Ibnu Hasanah,
dan Khalid ibnul Walid serta Iyad. Iyad yang menjadi panglima ini bukan Iyad
yang menceritakan asar dari Sammak. Umar r.a. berpesan, "Apabila perang
terjadi, kalian harus mengangkat Abu Ubaidah menjadi panglima (kalian)."
Maka kami menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan bahwa maut
sedang menggerogoti kami, dan kami minta bantuan kepadanya. Lalu Abu Ubaidah
menulis surat kepada kami yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya surat
kalian telah kuterima yang isinya meminta bantuan kepadaku, dan sesungguhnya
sekarang aku tunjukkan kalian kepada yang lebih kuat bantuan dan
pertolongannya. Dia adalah Allah Swt., maka minta tolonglah kalian kepada-Nya.
Karena sesungguhnya Muhammad Saw. pernah ditolong-Nya dalam Perang Badar,
padahal bilangan pasukan beliau lebih sedikit daripada jumlah kalian sekarang.
Karena itu, apabila suratku ini datang kepada kalian, maka perangilah mereka
dan janganlah kalian meminta pendapat dariku lagi." Akhirnya kami
berperang menghadapi orang-orang kafir, dan kami dapat memukul mereka mundur
sejauh empat farsakh. Dalam perang tersebut kami memperoleh banyak harta
ganimah. Kami bermusyawarah untuk pembagiannya, maka Iyad mengisyaratkan kepada
kami agar kami memberi sebanyak sepuluh kepada tiap yang berkepala. Abu Ubaidah
berkata, "Siapakah yang mau bertaruh denganku (dalam balapan kuda)?"
Ada seorang pemuda berkata, "Aku, jika engkau tidak marah." Ternyata
pemuda itu dapat menyusulnya. Aku melihat kedua kepangan rambut Abu Ubaidah
awut-awutan, sedangkan Abu Ubaidah berada di belakang pemuda itu dengan
mengendarai kuda Arab.
Sanad asar ini sahih. Ibnu Hibban
mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Bandar, dari Gundar
dengan lafaz yang semisal. Asar ini dipilih oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di
dalam kitabnya.
Badar adalah nama sebuah tempat yang terletak di
antara Mekah dan Madinah, terkenal dengan sumurnya. Nama tempat (kampung) ini
dikaitkan dengan nama seorang lelaki yang mula-mula menggali sumur tersebut,
nama lelaki yang dimaksud adalah Badar ibnun Narain.
Asy-Sya'bi mengatakan bahwa Badar adalah nama
sebuah sumur milik seorang lelaki yang dikenal dengan sebutan 'Badar'
*******************
Firman Allah Swt.:
فَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Karena itu, bertakwalah
kepada Allah, supaya kalian men-syukuri-Nya. (Ali Imran: 123)
Yakni agar kalian dapat mengerjakan ketaatan
kepada-Nya.
Ali Imran, ayat 124-129
إِذْ تَقُولُ
لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ
مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124) بَلى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ
مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125) وَما جَعَلَهُ اللَّهُ إِلاَّ بُشْرى
لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفاً مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خائِبِينَ (127) لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ
شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظالِمُونَ (128) وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ
يَشاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129)
(Ingatlah) ketika
kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian
Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari
langit)?" Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang
menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan
lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian
bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan
agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenangan kalian itu hanyalah dari
Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha-bijaksana. (Allah menolong kalian dalam Perang
Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang
yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tidak
memperoleh apa-apa. Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu
atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya
mereka itu orang-orang yang zalim. Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang
ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa
siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ulama tafsir berselisih pendapat sehubungan
dengan janji ini, apakah hal tersebut terjadi dalam Perang Badar atau dalam
Perang Uhud? Ada dua pendapat mengenainya.
Pertama mengatakan bahwa firman-Nya: ketika
kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin. (Ali Imran: 124) berkaitan
dengan firman-Nya: Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan
Badar. (Ali Imran: 123)
Pendapat ini bersumber dari Al-Hasan Al-Basri,
Amir Asy-Sya'bi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta selain mereka. Pendapat ini
dipilih oleh Ibnu Jarir.
Abbad ibnu Mansur
meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri
sehubungan dengan firman-Nya: (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada
orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian
dengan tiga ribu malaikat?" (Ali Imran: 124) Yang disebut dalam ayat
ini terjadi dalam Perang Badar.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Selanjutnya Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu
Ismail, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami
Daud, dari Amir (yakni Asy-Sya'bi), bahwa kaum muslim mendengar berita
menjelang Perang Badar, bahwa Kurz ibnu Jarir memberikan bantuan kepada pasukan
kaum musyrik. Hal tersebut membuat pasukan kaum muslim merasa berat. Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu
kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? (Ali Imran:
124) sampai dengan firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125)
Asy-Sya'bi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu sampailah kepada Kurz kekalahan
yang diderita pasukan kaum musyrik. Maka Kurz tidak jadi membantu pasukan kaum
musyrik, dan Allah tidak lagi membantu pasukan kaum muslim dengan lima ribu
malaikat.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah
membantu pasukan kaum muslim dengan seribu malaikat, kemudian bantuan menjadi
tiga ribu malaikat, lalu ditambah lagi menjadi lima ribu malaikat.
Apabila dikatakan, bagaimanakah menggabungkan
pengertian antara makna ayat ini dengan pendapat tersebut, juga dengan firman
Allah Swt. dalam kisah Perang Badar, yaitu:
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ
رَبَّكُمْ فَاسْتَجابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ
مُرْدِفِينَ- إلى قوله- إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
(Ingatlah) ketika kalian memohon pertolongan
kepada Tuhan kalian, lalu diperkenankan-Nya bagi kalian, "Sesungguhnya Aku
akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang
berturut-turut." (Al-Anfal: 9) sampai dengan firman-Nya: Sesungguhnya
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Anfal:
10)
Maka sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa
penyebutan seribu malaikat dalam ayat ini tidak bertentangan dengan jumlah tiga
ribu dan yang lebih banyak lagi, karena berdasarkan nas firman-Nya yang
mengatakan:
{مُردِفِينَ}
berturut-turut. (Al-Anfal: 9)
Yakni kedatangan mereka diiringi dengan yang
lainnya, dan ribuan malaikat lainnya menyusul mereka yang seribu itu secara
berturut-turut. Ungkapan ini mirip dengan ungkapan yang ada di dalam ayat surat
Ali Imran.
Yang jelas hal tersebut terjadi dalam Perang
Badar, seperti yang dikenal bahwa para malaikat ikut perang hanya dalam peperangan
Badar.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan bahwa pasukan
kaum muslim mendapat bala bantuan lima ribu malaikat dalam Perang Badar.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa sesungguhnya
janji ini berkaitan dengan firman-Nya:
وَإِذْ غَدَوْتَ مِنْ
أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقاعِدَ لِلْقِتالِ
Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi
hari dari (rumah) keluargamu akan menempaikan para mukmin pada beberapa tempat
untuk berperang. (Ali Imran: 121)
Hal tersebut terjadi dalam Perang Uhud.
Demikianlah pendapat Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak,
Az-Zuhri, dan Musa ibnu Uqbah serta lain-lainnya.
Tetapi mereka mengatakan bahwa bala bantuan lima
ribu malaikat belum terlaksana karena pasukan kaum muslim keburu lari pada hari
itu (yakni mundur).
Ikrimah menambahkan, dan tidak pula dengan tiga
ribu malaikat, karena berdasarkan kepada firman-Nya:
{بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا}
Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa.
(Ali Imran: 125)
Tetapi ternyata mereka tidak bersabar, bahkan
lari dari medan perang. Karena itu, mereka tidak diberi pertolongan dengan
seorang malaikat pun.
*******************
Firman Allah Swt.:
بَلى إِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا
Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa.
(Ali Imran: 125)
Maksudnya, jika kalian bersabar dalam menghadapi
musuh kalian dan kalian bertakwa kepada-Ku serta taat kepada perintah-Ku.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيَأْتُوكُمْ مِنْ
فَوْرِهِمْ هَذَا
dan mereka datang menyerang kalian dengan
seketika itu juga. (Ali Imran: 125)
Menurut Qatadah, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas
serta As-Saddi disebutkan bahwa arti min faurihim ialah dari arah mereka
yang ini.
Menurut Mujahid, Ikrimah,dan Abu Saleh ialah
dengan kemarahan mereka.
Menurut Ad-Dahhak, artinya dengan kemarahan
mereka dan datang menyerang dari arah mereka.
Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, disebutkan dari
perjalanan mereka. Menurut pendapat yang lain, karena terdorong oleh kemarahan
mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ
بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu
malaikat yang memakai tanda. (Ali Imran: 125)
Yaitu memakai tanda khusus.
Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari Harisah
ibnu Mudarrib, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah mengatakan bahwa tanda
malaikat dalam Perang Badar ialah memakai kain bulu berwarna putih, dan tanda
yang lainnya terdapat pada ubun-ubun kuda mereka. Demikian menurut riwayat Ibnu
Abu Hatim.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Hudbah ibnu
Khalid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu
Amr ibnu Alqamah, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan
ayat ini, yaitu firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Bahwa
mereka memakai tanda bulu berwarna merah.
Menurut Mujahid, makna firman-Nya: yang
memakai tanda. (Ali Imran: 125), Yakni rambut kuda mereka dibuang, dan
diberi tanda pada ekornya dengan kain bulu, juga pada ubun-ubun kuda mereka.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa para malaikat datang membantu Nabi Muhammad Saw. dengan
memakai tanda kain bulu. Maka Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya mengenakan
tanda pula pada diri mereka dan kuda-kuda mereka seperti tanda yang dipakai
oleh para malaikat.
Qatadah dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: yang memakai tanda. (Ali Imran: 125), Yaitu tanda
peperangan. Makhul mengatakan, "Dengan memakai tanda sorban."
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Abdul
Quddus ibnu Habib, dari Ata ibnu Abu Rabbah, dari ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda sehubungan dengan firman-Nya: Yang
memakai tanda. (Ali Imran: 125). Yang dimaksud dengan musawwamln
ialah memakai tanda, dan tersebutlah bahwa tanda yang dipakai oleh para
malaikat dalam Perang Badar ialah memakai sorban hitam, sedangkan dalam Perang
Hunain memakai sorban merah.
Diriwayatkan melalui hadis Husain ibnu Mukhariq,
dari Sa'id, dari Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
malaikat tidak ikut berperang kecuali hanya dalam peperangan Badar.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan
kepadaku orang yang tidak aku curigai, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa tanda pengenal malaikat pada Perang Badar ialah memakai sorban
putih yang ujungnya mereka juraikan ke belakang punggung mereka. Sedangkan
dalam Perang Hunain mereka memakai tanda kain sorban merah. Para malaikat belum
pernah berperang dalam suatu hari pun kecuali dalam Perang Badar; mereka
biasanya hanya membentuk pasukan dan bantuan, tetapi tidak ikut memukul dalam
perang.
Kemudian Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Al-Hasan
ibnu Imarah, dari Al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas, lalu ia menyebutkan
hadis yang semisal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan
kepada kami Hisyam ibnu Urwah, dari Yahya ibnu Abbad, bahwa Az-Zubair r.a. di
saat Perang Badar memakai kain sorban berwarna kuning seraya melipatkannya.
Maka para malaikat turun membantu pasukan kaum muslim dengan memakai kain
sorban kuning.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur
Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Abdullah ibnuz Zubair, lalu ia
mengetengahkan hadis ini.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما جَعَلَهُ اللَّهُ
إِلَّا بُشْرى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala
bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar
tenteram hati kalian karenanya. (Ali Imran: 126)
Yakni tiadalah Allah menurunkan para malaikat dan
memberitahukan kepada kalian akan turunnya mereka kecuali sebagai berita
gembira buat kalian, untuk menyenangkan serta menenangkan hati kalian. Jika
bukan karena itu, sesungguhnya kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah; yang
seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia dapat menang atas musuh-musuh-Nya,
sekalipun tanpa kalian, dan tanpa memerlukan kalian untuk memerangi mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. sesudah memerintahkan kaum mukmin
untuk berperang, melalui firman-Nya:
ذلِكَ وَلَوْ يَشاءُ
اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلكِنْ لِيَبْلُوَا بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ
وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمالَهُمْ
سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بالَهُمْ وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَها لَهُمْ
Demikianlah, apabila Allah menghendaki,
niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian
kalian dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah,
Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada
mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga
yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka. (Muhammad: 4-6)
Karena itu, dalam surat Ali Imran ayat 126 ini
Allah Swt. berfirman:
{وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى لَكُمْ
وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ}
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala
bantuan itu melainkan sebagai berita gembira bagi (kemenangan) kalian, agar
tenteram hati kalian karenanya. Kemenangan kalian itu hanyalah dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 126)
Yakni Allah Yang mempunyai keperkasaan yang tak
terperikan, dan mempunyai hikmah (kebijaksanaan) dalam takdir dan
hukum-hukum-Nya.
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لِيَقْطَعَ طَرَفاً مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا
untuk membinasakan segolongan orang-orang yang
kafir. (Ali Imran: 127)
Artinya, Allah telah memerintahkan kalian untuk
berjihad dan berjuang karena di dalamnya mengandung hikmah dari berbagai
seginya menurut Allah.
Karena itu, maka disebutkan semua bagian yang
akan dialami oleh orang-orang kafir yang berperang melawan kaum muslim, melalui
firman-Nya:
{لِيَقْطَعَ طَرَفًا}
untuk membinasakan segolongan. (Ali Imran:
127)
Yaitu untuk membinasakan suatu umat.
{مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ
أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ}
Dan orang-orang yang kafir, atau menjadikan
mereka hina. lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa. (Ali
Imran: 127)
Maksudnya, mereka kembali ke tempatnya tanpa
menghasilkan apa yang mereka harap-harapkan.
Kemudian Allah Swt. mengalihkan khitab-Nya yang
isinya menunjukkan bahwa kekuasaan di dunia dan akhirat hanya milik Dia semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ
شَيْءٌ
Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka. (Ali Imran: 128)
Yakni bahkan semua urusan itu hanyalah kembali
kepada-Ku. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
فَإِنَّما عَلَيْكَ الْبَلاغُ
وَعَلَيْنَا الْحِسابُ
karena sesungguhnya
tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan
Kamilah yang menghisab mereka. (Ar-Ra'd: 40)
لَيْسَ عَلَيْكَ هُداهُمْ
وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik)
siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
Serta firman-Nya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ
أَحْبَبْتَ وَلكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash: 56)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka.
(Ali Imran: 128) Yakni tidak ada sedikit pun keputusanmu tentang hamba-hamba-Ku
kecuali apa yang Aku perintahkan kepadamu terhadap mereka. Kemudian Allah Swt.
menyebutkan bagian yang lainnya.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
atau Allah menerima tobat mereka. (Ali
Imran: 128)
Yakni mengampuni kekufuran mereka dengan cara
memberi mereka petunjuk sesudah mereka sesat.
أَوْ يُعَذِّبَهُمْ
atau mengazab mereka. (Ali Imran: 128)
Yakni di dunia dan akhirat karena kekufuran dan
dosa-dosa mereka. Karena itulah dalam penutup ayat disebutkan oleh firman-Nya:
فَإِنَّهُمْ ظالِمُونَ
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang zalim. (Ali Imran: 128)
Yakni mereka berhak untuk mendapatkannya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا حِبّان بْنُ مُوسى، أَخْبَرَنَا
عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي سَالِمٌ،
عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ، إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ
مِنَ الفجر اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلانًا وفُلانًا" بَعْدَ مَا يَقُولُ:
"سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ" فَأَنْزَلَ
اللَّهُ تَعَالَى {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ} .
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Hibban ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku
Salim, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan doa
berikut ketika beliau mengangkat kepalanya dari rukuk pada rakaat yang kedua
dari salat Subuh: Ya Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan. Nabi Saw.
mengucapkan doa tersebut sesudah membaca: Semoga Allah mendengar
(memperkenankan) bagi orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mulah segala
puji. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur
tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai
melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq, keduanya menerima hadis
ini dari Ma'mar dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْر، حَدَّثَنَا
أَبُو عَقِيلٍ -قَالَ أَحْمَدُ: وَهُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَقِيلٍ، صَالِحُ
الْحَدِيثِ ثِقَةٌ-قَالَ: حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَمْزَةَ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "اللَّهُمَّ الْعَنْ فَلَانَا، اللَّهُمَّ الْعَنِ الْحَارِثَ بْنَ
هِشامِ، اللَّهُمَّ الْعَنْ سُهَيلَ بنَ عَمْرو، اللَّهُمَّ الْعَنْ صَفْوانَ بْنَ
أُمَيَّةَ". فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ
أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ} فَتِيبَ
عَلَيْهِمْ كُلِّهِمْ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abu Aqil (Abdullah ibnu Aqil
yang hadisnya baik lagi siqah), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hamzah,
dari Salim, dari ayahnya, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ya
Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan. Ya Allah, laknatilah Al-Haris ibnu
Hisyam. Ya Allah, laknatilah Suhail ibnu Amr. Ya Allah, laknatilah Safwan ibnu
Umayyah. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Tak ada sedikit pun
campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau
mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
(Ali Imran: 128) Pada akhimya Allah menerima tobat mereka semua.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah Al-Ala-i, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnul
Haris, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ajlan, dari Nafi', dari Abdullah,
bahwa Rasulullah Saw. sering mengucapkan doa untuk kebinasaan empat orang. Maka
setelah itu Allah menurunkan firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu
dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat. Dan pada
akhimya Allah memberi mereka petunjuk kepada agama Islam, maka masuk Islamlah
mereka.
Imam Bukhari
mengatakan bahwa Muhammad ibnu
Ajlan meriwayatkan dari Nafi', dari ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. melaknat (mendoakan untuk kebinasaan) beberapa orang dari kaum
musyrik yang beliau sebut nama-nama mereka satu per satu, hingga Allah Swt.
menurunkan ayat berikut ini: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu. (Ali Imran: 128)
قَالَ الْبُخَارِيُّ أَيْضًا: حَدّثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ،
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْد، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
المسيَّب، وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعو عَلَى أَحَدٍ -أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ-قَنَتَ
بَعْدَ الرُّكُوعِ، وَرُبَّمَا قَالَ -إِذَا قَالَ: "سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ-: "اللَّهُمَّ انْجِ الْوَلِيد بْنَ
الوليدِ، وسَلَمَة بْنَ هشَامٍ، وعَيَّاشَ بْنَ أبِي رَبِيعَةَ،
وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى
مُضَر، وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِينَ كَسَنِيِّ يُوسُفَ". يَجْهَرُ
بِذَلِكَ، وَكَانَ يَقُولُ -فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ-:
"اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا" لِأَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ، حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ} الْآيَةَ
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd,
dari Ibnu Syihab, dari Sa'id ibnul Musayyah dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman,
dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bila hendak
mendoakan untuk kebinasaan seseorang atau mendoakan untuk kebaikan seseorang,
beliau melakukan qunut sesudah rukuk. Adakalanya Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa apabila beliau Saw. usai mengucapkan doa berikut: Semoga Allah
memperkenankan bagi orang yang memuji kepada-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya
bagi-Mulah segala puji. Maka beliau mengiringinya dengan bacaan berikut: Ya
Allah, selamatkanlah Al-Walid ibnul Walid, Salamah ibnu Hisyam, dan Iyasy ibnu
Abu Rabi 'ah serta orang-orang yang lemah dari kaum mukmin. Ya Allah,
keraskanlah tekanan-Mu rerhadap Mudar; dan jadikanlah tekanan-Mu terhadap
mereka berupa paceklik seperti pacekliknya Nabi Yusuf. Rasulullah Saw.
membaca doa tersebut dengan mengeraskan bacaannya. Tersebutlah bahwa Rasulullah
Saw. dalam sebagian salat Subuh sering mengucapkan doa berikut, yaitu: "Ya
Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan," ditujukan kepada beberapa
kabilah dari kalangan orang-orang Arab, hingga Allah menurunkan firman-Nya: Tidak
ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Tmran: 128),
hingga akhir ayat.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: قَالَ حُمَيْد وَثَابِتٌ، عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ: شُجّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أحُد،
فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قُوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ؟ ". فَنَزَلَتْ:
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}
Imam Bukhari mengatakan bahwa Humaid ibnu Sabit
meriwayatkan dari Anas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. terluka pada wajahnya dalam
Perang Uhud, lalu beliau bersabda: Bagaimana memperoleh keberuntungan suatu
kaum yang berani melukai wajah nabi mereka? Maka turunlah ayat berikut,
yaitu firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka
itu. (Ali Imran: 128)
Hadis ini sanadnya mu’alaq dalam shahih Al
Bukhari.
Al Bukhari mengatakan dalam Bab "Perang
Uhud":
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
عَبْد اللَّهِ السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ -أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، حَدّثَني سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ -إِذَا رَفَعَ
رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، فِي الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ مِنَ الْفَجْرِ-:
"اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلانًا" بَعْدَ مَا
يَقُولُ: "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ".
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ} [إِلَى قَوْلِهِ: {فَإِنَّهُمْ
ظَالِمُونَ} ].
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Abdullah As-Sulami, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Salim ibnu
Abdullah, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. mengucapkan
doa berikut sesudah mengangkat kepalanya dari rukuk pada rakaat terakhir dari
salat Subuhnya, yaitu: Ya Allah, laknatilah si Fulan dan si Fulan
serta si Fulan. Hal ini diucapkannya sesudah mengucapkan: Semoga Allah
memperkenankan bagi orang yang memuji kepada-Nya, wahai Tuhan kami, dan hanya
bagi-Mulah segala puji. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128),
hingga akhir ayat.
وَعَنْ حَنْظَلَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ: سَمِعْتُ سَالِمَ
بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَدْعُو عَلَى صفوانَ بْنِ أمَيّة، وسُهَيل بْنِ عَمْرٍو، وَالْحَارِثِ
بْنِ هِشَامٍ، فَنَزَلَتْ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ [أَوْ يَتُوبَ
عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ] فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}
Diriwayatkan dari Hanzalah ibnu Abu Sufyan yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Salim ibnu Abdullah mengatakan,
"Rasulullah Saw. pernah mendoakan kebinasaan yang ditujukan kepada Safwan
ibnu Umayyah, Suhail ibnu Amr, dan Al-Haris ibnu Hisyam. Maka turunlah ayat
berikut, yaitu firman-Nya: 'Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan
mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka, karena
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim (Ali Imran: 128)."
Demikianlah tambahan yang disebut oleh Imam
Bukhari secara mu'allaqah dan mursalah. Hadis ini disebut secara musannadah
lagi muttasilah dalam Musnad Imam Ahmad tadi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيم، حَدَّثَنَا حُمَيد،
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُسرَتْ رَبَاعيتُهُ يومَ أُحدُ، وشُجَّ فِي جَبْهَتِهِ حَتَّى سَالَ
الدَّمُ عَلَى وَجْهِهِ، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ فَعَلُوا هَذَا
بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ، عَزَّ وَجَلَّ".
فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ
عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas r.a., bahwa gigi
seri Nabi Saw. pernah rontok dalam Perang Uhud dan wajahnya terluka, hingga
darah membasahi wajah beliau. Maka beliau bersabda: Bagaimana mendapai
keberuntungan suatu kaum yang berani melakukan perbuatan ini kepada nabi
mereka, padahal nabi mereka menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka. Maka
Allah menurunkan firman-Nya: Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka,
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 128)
Riwayat ini hanya diketengahkan oleh Imam Muslim
sendiri. Dia meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dari Hammad ibnu Salamah, dari
Sabit, dari Anas, lalu ia menuturkan hadis ini.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ، عَنْ مَطَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ
قَالَ: أُصِيبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ
وكُسرت رَبَاعيته، وَفُرِقَ حَاجِبُهُ، فَوَقَعَ وَعَلَيْهِ دِرْعَانِ وَالدَّمُ
يَسِيلُ، فَمَرَّ بِهِ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، فَأَجْلَسَهُ وَمَسَحَ
عَنْ وَجْهِهِ، فَأَفَاقَ وَهُوَ يَقُولُ: "كَيْفَ بِقَوْمٍ فَعَلُوا هَذَا
بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللهِ؟ " فَأَنْزَلَ اللَّهُ:
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah
menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Waqid, dari Matar, dari Qatadah yang
mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah mengalami luka dalam Perang Uhud hingga gigi
serinya rontok dan alisnya terluka, lalu beliau terjatuh yang saat itu beliau
memakai baju besi dua lapis, sedangkan darah mengalir dari lukanya. Maka Salim
maula Abu Huzaifah menghampirinya dan mendudukkannya serta mengusap wajahnya.
Lalu Nabi Saw. sadar dan bangkit seraya mengucapkan: Bagaimana akan
memperoleh keberuntungan suaiu kaum yang berani melakukan ini terhadap nabi
mereka? Nabi Saw. mengucapkan demikian seraya mendoakan untuk kebinasaan
mereka kepada Allah Swt. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128),
hingga akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdur Razzaq,
dari Ma'mar, dari Qatadah dengan lafaz yang semisal. Akan tetapi, di dalam riwayatnya
tidak disebutkan fa'afaqa (lalu beliau sadar).
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي
السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ
Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan
yang ada di bumi. (Ali Imran: 129), hingga akhir ayat.
Yakni semuanya adalah milik Allah, dan para
penghuni keduanya merupakan hamba-hamba-Nya.
يَغْفِرُ لِمَنْ يَشاءُ
وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشاءُ
Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia
kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki. (Ali Imran: 129)
Artinya, Dialah yang mengatur dan tidak ada
akibat bagi keputusan-Nya. Dia tidak dimintai pertanggungjawaban terhadap apa
yang Dia kerjakan, tetapi mereka dimintai pertanggungjawaban.
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Ali Imran: 129)
Ali Imran, ayat 130-136
يا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَوا أَضْعافاً مُضاعَفَةً وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130) وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ
لِلْكافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
(132) وَسارِعُوا إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّماواتُ
وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135)
أُولئِكَ جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها وَنِعْمَ أَجْرُ الْعامِلِينَ (136)
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat keberuntungan. Dan
peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang
kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat. Dan
bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengumpuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan
dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan
mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal.
Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya
yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti
yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka
jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga
ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat
membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan
masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang
sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya.
Allah Swt. juga memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk bertakwa, supaya mereka menjadi orang-orang yang
beruntung dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti. Selanjutnya Allah
memperingatkan mereka agar mereka waspada terhadap siksa neraka. Untuk itu
Allah Swt. berfirman:
{وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ
لِلْكَافِرِينَ. وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
Dan peliharalah diri kalian dari api neraka,
yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul,
supaya kalian diberi rahmat. (ali Imran: 131-132)
Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan mereka agar
bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat taqarrub.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari
Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 133)
Seperti halnya neraka, disediakan untuk
orang-orang yang kafir.
Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya "Yang
luasnya seluas langit dan bumi" untuk mengingatkan luas panjangnya
seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan
surga (permadaninya), yaitu melalui firman-Nya:
بَطائِنُها مِنْ
إِسْتَبْرَقٍ
di atas permadani yang bagian dalamnya dari
sutra. (Ar-Rahman: 54)
Dengan kata lain, dapat Anda bayangkan bagaimana
keindahan bagian luarnya?
Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama
dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah
Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang
dan lebarnya sama. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadis sahih yang
mengatakan:
«إِذَا
سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَعْلَى
الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
وَسَقْفُهَا عَرْشُ الرَّحْمَنِ»
Apabila kalian memohon kepada Allah, maka
mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian
yang paling tinggi dari surga dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir
sungai-sungai surga, dan atap surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.
Makna yang dikandung ayat ini sama dengan ayat
lain yang ada di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya:
سابِقُوا إِلى مَغْفِرَةٍ
مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُها كَعَرْضِ السَّماءِ وَالْأَرْضِ
Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan)
ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
(Al-Hadid: 21), hingga akhir ayat.
Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab
Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi Saw. yang
isinya menyatakan, "Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh
surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana
neraka?" Maka Nabi Saw. menjawab dengan balik bertanya:
«سُبْحَانَ
اللَّهِ فَأَيْنَ اللَّيْلُ إِذَا جَاءَ النَّهَارُ؟»
Subhanallah (Mahasuci Allah), di manakah malam
bila siang hari tiba?
Ibnu Jarir meriwayatkannya. Untuk itu ia
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah,
dari Sa'id ibnu Abu Rasyid, dari Ya'la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia
pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada
Rasulullah Saw. di Himsa; dia telah berusia lanjut dan lemah sekali. Ia berkata
bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dengan membawa surat
Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri
beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata, "Siapakah teman
kalian yang akan membaca surat ini?" Mereka (para sahabat) menjawab,
"Mu'awiyah." Ternyata isi surat Heraklius mengatakan,
"Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau
menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau
begitu, di manakah nerakanya?" At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa
Rasulullah Saw. menjawab dengan balik bertanya: Mahasuci Allah, di manakah
malam hari bila siang hari datang?
Al-A'masy, Sufyan As-Sauri, dan Syu'bah
meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan
bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul
Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah
neraka? Maka Umar menjawab mereka, "Bagaimanakah pendapat kalian bila
siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di
manakah siang hari?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah
memetik hal yang semisal dari kitab Taurat." Asar ini diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir melalui tiga jalur.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu
Na'im, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Barqan, telah menceritakan
kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab
mengatakan, "Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan
bumi, maka di manakah neraka?" Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, "Di
manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari
tiba?"
Hal ini diriwayatkan pula secara marfu’. Untuk
itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar,
telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah
ibnul Asam, dari pamannya (yaitu Yazid ibnul Asam), dari Abu Hurairah yang
menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu
mengatakan, "Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya: 'dan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi’ (Ali imran: 133).
Maka di manakah neraka?" Nabi Saw. menjawab:
«أَرَأَيْتَ
اللَّيْلَ إِذَا جَاءَ لَبِسَ كُلَّ شَيْءٍ، فَأَيْنَ النَّهَارُ؟» قَالَ: حَيْثُ
شَاءَ اللَّهُ، قَالَ «وَكَذِلَكَ النَّارُ تَكُونُ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ»
"Bagaimanakah menurutmu apabila malam
tiba menyelimuti segala sesuatu, di manakah siang harinya?" Lelaki itu
menjawab, "Di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah." Maka Nabi
Saw. bersabda, "Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang
dikehendaki oleh Allah Swt."
Hadis ini mempunyai dua makna, yaitu:
Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan
kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak
ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka,
ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pengertian ini lebih
jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh
Al-Bazzar tadi.
Kedua, mengartikah bahwa siang hari apabila
menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya.
Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit
di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam
firman-Nya:
{كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)
Sedangkan neraka berada di tempat yang paling
bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya
surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka.
*******************
Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat ahli surga
melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ}
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit. (Ali Imran: 134)
Yakni dalam keadaan susah dan dalam keadaan
makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga
dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, mereka rajin berinfak dalam semua
keadaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
أَمْوالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam
dan di siang hari secara sembunyi dan terang-terangan. (Al-Baqarah: 274)
Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka tidak
kendur dan lupa oleh suatu urusan pun dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
Swt. Mereka membelanjakan harta untuk keridaan-Nya serta berbuat baik kepada
sesamanya dari kalangan kaum kerabatnya dan orang-orang lain dengan berbagai
macam kebajikan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعافِينَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 134)
Dengan kata lain, apabila mereka mengalami emosi,
maka mereka menahannya (yakni memendamnya dan
tidak mengeluarkannya); selain itu mereka memaafkan orang-orang yang
berbuat jahat kepada mereka.
Disebutkan dalam sebagian asar yang mengatakan:
«يَقُولُ
اللَّهُ تعالى: يا ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ، أَذْكُرُكَ إِذَا
غَضِبْتُ فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ»
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam,
ingatlah kepada-Ku jika kamu marah, niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang
murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak akan membinasakanmu bersama orang-orang
yang Aku binasakan.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
قَالَ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى
الزَّمِنُ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ شُعَيب الضَّرِير أَبُو الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا
الرَّبِيعُ بْنُ سليمان الجيزي عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللهُ عَنْهُ عَذَابَهُ، وَمَنْ خزَنَ لِسَانَهُ
سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنِ اعْتَذَرَ إلَى اللهِ قَبِلَ عُذْرَهُ"
Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab musnadnya,
telah menceritakan kepada kami Abu Musa Az-Zamin, telah menceritakan kepada
kami Isa ibnu Syu'aib Ad-Darir (yaitu Abul Fadl), telah menceritakan kepadaku
Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, An-Numairi, dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari
ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa
yang mengekang amarahnya, maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang
siapa yang mengekang lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa
yang meminta maaf kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya.
Hadis ini garib, dan di dalam sanadnya terdapat
hal yang masih perlu dipertimbangkan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المسيَّب، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال:
"لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ
نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Malik,
dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat,
tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.
Syaikhain meriwayatkan hadis ini melalui hadis
Malik.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ،
حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْميّ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ
سُوَيد، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أيُّكُمْ
مَالُ وَارِثِهِ أحَبُّ إلَيْه مِنْ مَالِهِ؟ " قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ.
قَالَ: "اعْلَمُوا أَنَّهُ لَيْسَ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا مَالُ وَارِثِهِ
أحَبُّ إلَيْه مِنْ مَالهِ مَالَكَ مِنْ مَالَكَ إِلَّا مَا قَدَّمَتْ، ومَالُ
وَارِثَكَ مَا أخَّرْتَ". قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الصُّرعَة؟ " قُلْنَا:
الَّذِي لَا تَصْرَعه الرِّجَالُ، قَالَ: قَالَ "لَا وَلَكِنِ الَّذِي
يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ". قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الرَّقُوبَ؟ "
قَالَ: قُلْنَا: الَّذِي لَا وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّ الرَّقُوبَ
الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ ولَدِهِ شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Ibrahim At-Taimi, dari Al-Haris ibnu Suwaid, dari Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud
r.a.) yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Siapakah
di antara kalian yang harta warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya
sendiri?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun
di antara kami melainkan hartanya sendiri lebih disukainya daripada harta
warisnya." Rasulullah Saw. bersabda, "Ketahuilah oleh kalian,
bahwa tiada seorang pun di antara kalian melainkan harta warisnya lebih disukai
olehnya daripada hartanya sendiri. Tiada bagianmu dari hartamu kecuali apa yang
kamu infakkan, dan tiada bagi warismu kecuali apa yang kamu tangguhkan." Rasulullah
Saw. pernah pula bersabda: "Bagaimanakah menurut penilaian kalian orang
yang kuat di antara kalian?" Kami menjawab, "Orang yang tidak
terkalahkan oleh banyak lelaki." Nabi Saw. bersabda, "Bukan,
tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala
sedang marah." "Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan
ar-raqub?" Kami menjawab, "Orang yang tidak mempunyai anak."
Nabi Saw. bersabda, "Bukan, tetapi ar-raqub ialah orang yang tidak
menyuguhkan sesuatupun dari anaknya."
Imam Bukhari mengetengahkan hadis tersebut pada
bagian pertamanya, sedangkan Imam Muslim mengetengahkannya berasal dari hadis
ini melalui riwayat Al-A'masy.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبة، سَمِعْتُ
عُرْوة بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الجَعْفِيّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي حَصْبَةَ، أَوِ ابْنِ
حَصْبَةَ، عَنْ رَجُلٍ شَهِدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْطُبُ فَقَالَ: "تَدْرُونَ مَا الرَّقُوبُ؟ " قَالُوا الَّذِي لَا
وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "الرَّقُوبُ كُلُّ الرَّقُوبِ الَّذِي لَهُ وَلَدٌ
فَمَاتَ، وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُمْ شَيْئًا". قَالَ: "تَدْرُونَ مَا
الصُّعْلُوكُ؟ " قَالُوا: الَّذِي لَيْسَ لَهُ مَالٌ. قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الصُّعْلُوكُ كُلُّ الصُّعْلُوكِ
الَّذِي لَهُ مَالٌ، فَمَاتَ وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُ شَيْئًا". قَالَ: ثُمَّ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا الصُّرَعَةُ؟
" قَالُوا: الصَّرِيعُ. قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الصُّرَعَةُ كُلُّ الصُّرَعَةِ الَّذِي يَغْضَبُ فَيَشْتَدُّ غَضَبُهُ،
وَيَحْمَرُّ وَجْهُهُ، وَيَقْشَعِرُّ شَعْرُهُ، فَيَصْرَعُ غَضَبَهُ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, aku mendengar
Urwah ibnu Abdullah Al-Ju'fi menceritakan dari Abu Hasbah atau ibnu Abu Husain,
dari seorang laki-laki yang menyaksikan Nabi Saw. berkhotbah. Maka beliau
bersabda: "Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan ar-raqub?"
Kami menjawab, "Orang yang tidak mempunyai anak." Nabi Saw. bersabda,
"Ar-raqub yang sesungguhnya ialah orang yang mempunyai anak, lalu ia mati,
sedangkan dia belum menyuguhkan sesuatu pun dari anaknya." "Tahukah
kalian, siapakah sa'luk itu?" Mereka menjawab, "Orang yang tidak
berharta." Nabi Saw. bersabda, "Sa'luk yang sesungguhnya ialah
orang yang berharta, lalu ia mati, sedangkan dia belum menyuguhkan barang
sepeser pun dari hartanya itu." Kemudian dalam kesempatan lain Nabi
Saw. bersabda: "Apakah arti jagoan itu?" Mereka menjawab,
"Seseorang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Orang yang benar-benar jagoan ialah orang yang marah, lalu
marahnya itu memuncak hingga wajahnya memerah dan semua rambutnya berdiri, lalu
ia dapat mengalahkan kemarahannya."
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا
هِشَامٌ -هُوَ ابْنُ عُرْوَةَ-عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ
عَمٍّ لَهُ يُقَالُ لَهُ: جَارية بْنُ قُدامة السَّعْدِيُّ؛ أَنَّهُ سَأَلَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
قُلْ لِي قَوْلًا يَنْفَعُنِي وأقْلِل عَلَيَّ، لَعَلِّي أَعِيهِ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَغْضَبْ". فَأَعَادَ
عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ عَلَيْهِ مِرَارًا، كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ: "لَا
تَغْضَبْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Hisyam (yaitu Ibnu Urwah), dari
ayahnya, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, dari salah seorang pamannya yang dikenal
dengan nama Harisah ibnu Qudamah As-Sa'di yang menceritakan hadis berikut:
Bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan,
"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu nasihat yang bermanfaat bagi
diriku, tetapi jangan banyak-banyak agar aku selalu mengingatnya." Maka
Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu jangan marah." Ia mengulangi
pertanyaannya kepada Nabi Saw. berkali-kali, tetapi semuanya itu dijawab oleh
Nabi Saw. dengan kalimat, "Kamu jangan marah."
Hal yang sama diriwayatkan dari Abu Mu'awiyah,
dari Hisyam dengan lafaz yang sama. Ia meriwayatkan pula dari Yahya ibnu Sa'id
Al-Qattan, dari Hisyam dengan lafaz yang sama yang isinya adalah seperti
berikut: Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, berilah aku
suatu nasihat, tetapi jangan terlalu banyak, barangkali saja aku selalu
mengingatnya." Nabi Saw. bersabda, "Kamu jangan marah."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
*******************
Hadis lain
diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيد بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَوْصِنِي. قَالَ: "لَا تَغْضَبْ". قَالَ الرَّجُلُ: فَفَكَّرْتُ
حِينَ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ، فَإِذَا الْغَضَبُ
يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid
ibnu Abdur Rahman, dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang
menceritakan: Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah,
berwasiatlah untukku." Nabi Saw. menjawab, "Kamu jangan marah."
Lelaki itu melanjutkan kisahnya, "Maka setelah kurenungkan apa yang telah
disabdakan oleh Nabi Saw. tadi, aku berkesimpulan bahwa marah itu menghimpun
semua perbuatan jahat."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا داود بن أبي هِنْد عن بن
أَبِي حَرْب بْنِ أَبِي الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي ذَرّ
قَالَ: كَانَ يَسْقِي عَلَى حَوْضٍ لَهُ، فَجَاءَ قَوْمٌ قَالُوا أَيُّكُمْ
يُورِدُ عَلَى أَبِي ذَرٍّ وَيَحْتَسِبُ شَعَرَاتٍ مِنْ رَأْسِهِ فَقَالَ رَجُلٌ:
أَنَا. فَجَاءَ الرَّجُلُ فَأَوْرَدَ عَلَيْهِ الْحَوْضَ فَدَقَّهُ، وَكَانَ أَبُو
ذَرٍّ قَائِمًا فَجَلَسَ، ثُمَّ اضْطَجَعَ، فَقِيلَ لَهُ: يَا أَبَا ذَرٍّ، لِمَ
جَلَسْتَ ثُمَّ اضْطَجَعْتَ؟ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم قال لَنَا: "إذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ
فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلا فَلْيَضْطَجِعْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu
Harb ibnu Abul Aswad, dari Abul Aswad, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan
bahwa ketika ia hendak mengambil air dari sumurnya, tiba-tiba datanglah suatu
kaum, lalu mereka berkata, "Siapakah di antara kalian yang mau
mengambilkan air buat (minum ternak) Abu Zar dan menghitung beberapa helai
rambut dari kepalanya?" Kemudian ada seorang lelaki berkata,
"Saya," lalu lelaki itu menggiring ternak kambing milik Abu Zar ke
sumur tersebut (untuk diberi minum). Pada mulanya Abu Zar berdiri, lalu
duduk, kemudian berbaring. Ketika ditanyakan kepadanya, "Wahai Abu Zar,
mengapa engkau duduk, lalu berbaring?" Maka Abu Zar menjawab,
"Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami (para sahabat): 'Apabila
seseorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah
ia duduk hingga marahnya hilang. Apabila marahnya masih belum hilang, hendaklah
ia berbaring."
Imam Abu Dawud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu
Hambal berikut sanadnya. Hanya di dalam riwayatnya disebutkan dari Abu Harb,
dari Abu Zar, padahal yang benar ialah Ibnu Abu Harb, dari ayahnya, dari Abu
Zar, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Ahmad dari ayahnya.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ خَالِدٍ:
حَدَّثَنَا أَبُو وَائِلٍ الصَّنْعَاني قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عرْوة بْنِ
مُحَمَّدٍ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ، فَكَلَّمَهُ بِكَلَامٍ أَغْضَبَهُ،
فَلَمَّا أَنْ غَضِبَ قَامَ، ثُمَّ عَادَ إِلَيْنَا وَقَدْ تَوَضَّأَ فَقَالَ:
حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي عَطِيَّةَ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ السَّعْدِيُّ، وَقَدْ
كَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وسلم: "إنَّ الْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ
النَّارِ وإنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالماءِ، فَإذَا أُغْضِبَ أحَدُكُمْ
فَلْيَتَوضَّأْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ibrahim ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Wa-il As-San'ani yang
mengatakan, "Ketika kami sedang berada di dalam majelis Urwah ibnu
Muhammad, tiba-tiba masuk menemuinya seorang lelaki dan lelaki itu berbicara
kepadanya tentang suatu pembicaraan yang membuat Urwah marah. Ketika Urwah
marah, maka ia pergi, lalu kembali lagi menemui kami dalam keadaan telah
berwudu. Kemudian ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku di
hadapan kakekku (yaitu Atiyyah ibnu Sa'd As-Sa'di) yang berpredikat sebagai
sahabat, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 'Sesungguhnya marah itu
perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari api, dan sesungguhnya api itu
hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu, apabila seseorang di antara
kalian marah, hendaklah ia berwudu'."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud
melalui hadis Ibrahim ibnu Khalid As-San'ani, dari Abu Wa-il Al-Oas Al-Muradi
As-San'ani. Imam Abu Daud mengatakan bahwa Abu Wa-il ini adalah Abdullah ibnu
Buhair.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ،
حَدَّثَنَا نُوحُ بْنُ جَعْوَنة السُّلَمي، عَنْ مُقَاتِلِ بْنِ حَيَّان، عَنْ
عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ وَقَاهُ اللهُ
مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، أَلَا إنَّ عَمَلَ الْجَنَّةِ حَزْنٌ بِرَبْوُةٍ
-ثَلَاثًا-أَلَا إنَّ عَمَلَ النَّار سَهْلٌ بسَهْوة. والسَّعِيدُ مَنْ وقيَ
الفِتَنَ، ومَا مِنْ جَرْعَةٍ أحَبُّ إلَى اللهِ [عَزَّ وَجَلَّ] مِنْ جَرْعَةِ
غَيْظٍ يَكْظِمُهَا عَبْدٌ، مَا كَظَمَهَا عَبْدٌ للهِ إِلَّا مَلأ جَوْفُه
إيمَانًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Mu'awiyah
As-Sulami, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang
memberikan masa tangguh kepada orang yang sedang kesulitan atau memaafkan
(utang)nya, niscaya Allah memelihara dirinya dari panasnya neraka Jahannam.
Ingatlah, sesungguhnya amal surga itu bagaikan tanah licin yang ada di bukit
—sebanyak tiga kali—. Ingatlah, sesungguhnya amal neraka itu bagaikan tanah
yang mudah dilalui yang berada di tanah datar. Orang yang berbahagia ialah
orang yang dipelihara dari segala fitnah. Dan tiada suatu regukan pun yang
lebih disukai oleh Allah selain dari regukan amarah yang ditelan oleh seseorang
hamba; tidak sekali-kali seorang hamba Allah mereguk amarahnya karena Allah,
melainkan Allah memenuhi rongganya dengan iman.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri, sanadnya hasan; tiada seorang perawi pun yang mempunyai kelemahan di
dalamnya, dan matannya hasan pula.
Hadis lain yang
semakna dengannya.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكرَم، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ -يَعْنِي ابْنَ مَهْدي-عَنْ بِشْرٍ -يَعْنِي ابْنَ
مَنْصُورٍ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلان، عَنْ سُوَيد بْنِ وَهْب، عَنْ رَجُلٍ مِنْ
أَبْنَاءِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ أَبِيهِ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "مَنْ كَظَمَ
غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أنْ يُنْفِذَه مَلأهُ اللهُ أَمْنًا وَإيمانًا،
وَمَنْ تَرَكَ لُبْسَ ثَوْبِ جَمَال وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْه -قَالَ بِشر:
أَحْسَبُهُ قَالَ: "تَوَاضُعًا"-كَسَاهُ اللهُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ،
وَمَنْ زَوَّجَ للهِ كَسَاهُ اللهُ تَاجَ الْمُلْكِ"
Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman
(yakni Ibnu Mahdi), dari Bisyr (yakni Ibnu Mansur), dari Muhammad ibnu Ajlan,
dari Suwaid ibnu Wahb, dari seorang lelaki anak seorang sahabat Rasulullah
Saw., dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang menahan amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah
memenuhi rongganya dengan keamanan dan iman. Dan barang siapa yang meninggalkan
pakaian keindahan, sedangkan dia mampu mengadakannya —Bisyr menduga bahwa
Muhammad ibnu Ajlan mengatakan karena tawadu (rendah diri)—, maka Allah
memakaikan kepadanya pakaian kehormatan. Dan barang siapa memakai mahkota
karena Allah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya mahkota seorang raja.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزيد، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، حَدَّثَنِي
أَبُو مَرْحُوم، عَنْ سَهْل بْنِ مُعَاذ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا
وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَه، دَعَاهُ اللهُ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلائِقِ،
حَتَّى يُخيرَهُ مِنْ أيِّ الْحُورِ شَاءَ".
Imam Ahma'd mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah
menceritakan kepadaku Abu Marhum, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa menahan amarah,
sedangkan dia mampu untuk melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya
di mata semua makhluk, hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang
disukainya.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah
meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Ayyub dengan lafaz yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Hadis lain,
diriwayatkan oleh Abdur Razzaq.
أَخْبَرَنَا دَاوُدُ بن قَيْس، عن زيد بن أسلم، عن رَجُلٍ مِنْ
أَهْلِ الشَّامِ -يُقَالُ لَهُ: عَبْدُ الْجَلِيلِ-عَنْ عَمٍّ لَهُ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ} أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ
يَقْدِرُ عَلَى إِنْفَاذِهِ مِلْأَهُ اللَّهُ أَمْنًا وَإِيمَانًا".
telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Qais,
dari Yazid ibnu Aslam, dari seorang lelaki dari kalangan ulama Syam yang
dikenal dengan nama Abdul Jalil, dari seorang pamannya, dari Abu Hurairah r.a.
sehubungan dengan firman-Nya: dan orang-orang yang menahan amarahnya.
(Ali Imran: 134) Bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Barang siapa menahan
amarahnya, sedangkan dia mampu melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi
rongganya dengan keamanan dan keimanan.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ مَرْدُويَه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
زِيَادٍ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ
عَاصِمٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا
تَجَرَّعَ عَبْدٌ مِنْ جُرْعَةٍ أَفْضَلَ أَجْرًا مِنْ جُرْعَةِ غَيْظٍ كَظَمَهَا
ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
bahwa Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Asim, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan,
dari Ibnu Umar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada
suatu regukan pun yang ditelan oleh seorang hamba dengan pahala yang lebih
utama selain dari regukan amarah yang ditelan olehnya karena mengharapkan rida
Allah.
Hadis diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari
Bisyr ibnu Umar, dari Hammad ibnu Salamah, dari Yunus ibnu Ubaid dengan lafaz
yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya.
(Ali Imran: 134)
Yakni mereka tidak melampiaskan kemarahannya
kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain,
dan ia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah Swt.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَالْعافِينَ عَنِ النَّاسِ
dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali
Imran: 134)
Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan
kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap
dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap
seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam
akhir ayat ini disebutkan:
{وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (Ali Imran: 134)
Hal yang disebut di atas merupakan salah satu
dari kebajikan. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
«ثَلَاثٌ
أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ: مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ
عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ اللَّهُ»
Ada tiga perkara yang aku berani bersumpah
untuknya; tiada harta yang berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali
Allah menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf melainkan hanya keagungan;
serta barang siapa yang merendahkan dirinya karena Allah, niscaya Allah
mengangkat (kedudukan)nya.
وَرَوَى الْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ
عُقبة، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ القُرشي، عَنْ عُبَادة بْنِ
الصَّامِتِ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَف لَهُ الْبُنْيَانُ،
وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ، وَيُعْطِ مَنْ
حَرَمَهُ، ويَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ".
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya.
meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu Uqbah, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Abu
Talhah Al-Qurasyi, dari Ubadah ibnus Samit, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menginginkan bangunan
untuknya (di surga; dimuliakan, dan derajat (pahala)nya ditinggikan, hendaklah
ia memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya, memberi kepada orang yang
kikir terhadap dirinya, dan bersilaturahmi kepada orang yang memutuskannya.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini
sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis ali,
Ka'b ibnu Ujrah, dan Abu Hurairah serta Ummu Salamah hadis yang semakna.
Telah diriwayatkan melalui Ad-Dahhak, dari Ibnu
Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إذا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ يَقُولُ: أَيْنَ
الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ وَخُذُوا أُجُورَكُمْ،
وَحُقَّ عَلَى كُلِّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ»
Apabila hari kiamat terjadi, maka ada seruan
yang memanggil, "Di manakah orang-orang yang suka memaafkan orang lain?
Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian dan ambillah pahala kalian!" Dan
sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk surga bila ia suka memaafkan
(orang lain).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ
إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. (Ali Imran: 135)
Yakni apabila mereka melakukan suatu dosa, maka
mereka mengiringinya dengan tobat dan istigfar (memohon ampun kepada Allah).
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمّام بْنُ يَحْيَى، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
عَمْرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "إِنَّ رَجُلًا أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَقَالَ: رَبِّ إِنِّي أَذْنَبْتُ
ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ. فَقَالَ اللَّهُ [عَزَّ وَجَلَّ] عَبْدِي عَمِلَ ذَنْبًا،
فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرْتُ
لِعَبْدِي، ثُمَّ عَمِلَ ذنبا آخر فقال: رب، إني عملت ذنبا فَاغْفِرْهُ. فَقَالَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتْ لِعَبْدِي. ثُمَّ عَمِلَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ:
رَبِّ، إنِّي عَمِلْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي. فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَلِمَ
عَبْدَي أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتُ
لِعَبْدِي ثُمَّ عَمِلَ ذَنَبًا آخَرَ فَقَالَ: رَبِّ، إنِّي عَمِلَتُ ذَنَبًا
فَاغْفِرْهُ فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَبْدِي عَلِمَ أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، أُشْهِدُكُمْ أنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي،
فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam ibnu Yahya, dari Ishaq ibnu
Abdullah ibnu Abu Talhah, dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah
r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ada seorang lelaki melakukan
suatu dosa, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan
suatu dosa, maka berikanlah ampunan bagiku atas dosa itu." Maka Allah Swt.
berfirman, "Hamba-Ku telah melakukan suatu dosa, lalu ia mengetahui bahwa
dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku
memberikan ampunan kepada hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa yang
lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa
lain, maka ampunilah dosa(ku) itu." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku
mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang
menghukumnya. Sekarang Aku mengampuni hamba-Ku." Kemudian si hamba
melakukan dosa lagi dan berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
melakukan suatu dosa, maka ampunilah dosaku." Allah Swt. berfirman,
"Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan
yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku."
Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosa(ku) itu."
Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan
yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Persaksikanlah oleh kalian (para
malaikat) bahwa Aku telah mengampuni hamba-Ku, maka ia boleh berbuat semua apa
yang dikehendakinya."
Di dalam kitab Sahihain hadis ini diketengahkan
melalui jalur Ishaq ibnu Abu Talhah dengan lafaz yang semisal.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا أَبُو
النَّضْرِ وَأَبُو عَامِرٍ قَالَا حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سَعْدٌ
الطَّائِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُدِلَّة -مَوْلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ-سَمِعَ
أَبَا هُرَيْرَةَ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِذَا رَأَيْنَاكَ رقَّت
قلوبُنا، وَكُنَّا مِنْ أَهْلِ الْآخِرَةِ، وَإِذَا فَارَقْنَاكَ أَعْجَبَتْنَا
الدُّنْيَا وشَمِمْنا النِّسَاءَ وَالْأَوْلَادَ، فَقَالَ لَوْ أَنَّكُمْ
تَكُونُونَ عَلَى كُلِّ حَالٍ، عَلَى الْحَالِ الَّتِي أَنْتُمْ عَلَيْهَا
عِنْدِي، لَصَافَحَتْكُمْ الْمَلائِكَةُ بِأَكُفِّهِمْ، وَلَزَارَتْكُمْ فِي
بُيُوتِكُمْ، وَلَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ كَيْ
يُغْفَرَ لَهُمْ". قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنَا عَنْ الْجَنَّةِ
مَا بِنَاؤُهَا؟ قَالَ:"لَبِنَةُ ذَهَبٍ، وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ، وَمِلاطُهَا
الْمِسْكُ الأذْفَرُ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا
الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلُهَا يَنْعَمُ وَلا يَبْأَسُ، وَيَخْلُدُ وَلا
يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلا يَفْنَى شَبَابُهُ، ثَلاثَةٌ لَا تُرَدُّ
دَعْوَتُهُمْ: الإمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ وَتُفْتَح لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ
الرَّبُّ: وَعِزَّتِي لأنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abun Nadr dan Abu Amir; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Zuhair, telah men¬ceritakan kepada kami Sa'd At-Ta-i, telah menceritakan kepada
kami Abul Mudallah maula Ummul Mukminin yang menceritakan bahwa ia pernah
mendengar Abu Hurairah menceritakan hadis berikut, bahwa kami (para sahabat)
pernah berkata, "Wahai Rasulullah, apabila kami melihatmu, maka hati kami
terasa sejuk dan kami menjadi orang-orang yang ahli akhirat. Tetapi apabila
kami berpisah dengan engkau, maka kami mengagumi duniawi dan mencium
istri-istri dan anak-anak kami." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Seandainya
kalian dalam semua keadaan seperti keadaan kalian bila berada di hadapanku,
niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian dengan telapak tangan mereka
dan niscaya mereka mengunjungi kalian di rumah-rumah kalian. Dan seandainya
kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
berdosa agar Dia mengampuni mereka." Kami berkata lagi, "Wahai
Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, terbuat dari apakah
bangunannya?" Nabi Saw. menjawab: Bata emas dan bata perak, sedangkan
plesterannya dari minyak kesturi azfar, batu kerikilnya dari mutiara dan yaqut,
dan pasir-nya adalah minyak za'faran. Barang siapa yang memasukinya selalu
dalam kenikmatan dan tidak akan susah; dan kekal, tidak akan mati. Pakaiannya tidak
akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga orang yang doanya tidak
ditolak, yaitu imam yang adil, orang yang puasa hingga berbuka, dan doa orang
yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya semua pintu
langit, lalu Tuhan berftrman kepadanya, "Demi Keagungan-Ku, Aku
benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudah beberapa waktu."
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya
melalui jalur lain dari hadis Sa'd dengan lafaz yang sama.
Ditekankan berwudu dan salat dua rakaat di kala
hendak bertobat karena berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad
ibnu Hambal.
حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا مِسْعَر، وَسُفْيَانُ -هُوَ
الثَّوْرِيُّ-عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ الثَّقَفِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ
رَبِيعَةَ، عَنْ أَسْمَاءَ بْنِ الْحَكَمِ الْفَزَارِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي
طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عنه، قال: كنت إذا
سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدِيثًا نَفَعَنِي اللَّهُ بِمَا شَاءَ مِنْهُ، وَإِذَا حَدَّثَنِي عَنْهُ
[غَيْرِي استَحْلفْتُه، فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدقته، وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ حَدثني] وصدَق أَبُو بَكْرٍ -أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا
فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ -الوُضُوءَ -قَالَ مِسْعر: فَيُصَلّي. وَقَالَ
سُفْيَانُ: ثُمَّ يُصلِّي رَكْعَتَيْنِ -فَيَسْتَغْفِرُ اللهَ عَزَّ وجَلَّ إِلَّا
غَفَرَ لَهُ".
Yaitu telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Mis'ar dan Sufyan As-Sauri, dari Usman ibnul Mugirah
As-Saqafi, dari Ali ibnu Rabi'ah, dari Asma ibnul Hakam Al-Fazzari, dari Ali
r.a. yang telah mengatakan bahwa apabila ia mendengar sebuah hadis dari
Rasulullah Saw., maka Allah memberikan manfaat kepadanya melalui hadis ini
menurut apa yang dikehendaki oleh Allah. Apabila ada orang lain yang
menceritakan sebuah hadis kepadanya, maka terlebih dahulu ia menyumpah orang
itu atas kebenaran hadisnya. Apabila orang yang bersangkutan mau bersumpah
kepadanya, barulah ia percaya. Sesungguhnya sahabat Abu Bakar r.a. pernah
menceritakan hadis kepadanya, tetapi Abu Bakar adalah orang yang siddiq (yakni
tidak perlu disumpah lagi). Ia menceritakan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Tidak sekali-kali seorang lelaki berbuat suatu
dosa, lalu ia berwudu dan melakukan wudunya dengan baik—menurut Mis'ar
disebutkan, lalu ia salat. Menurut Sufyan disebutkan bahwa kemudian
ia salat sebanyak dua rakaat— dan memima ampun kepada Allah Swt.,
melainkan Allah pasti memberikan ampun baginya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini,
Al-Humaidi, Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, ahlus sunan dan ibnu Hibban di dalam
kitab sahihnya, Al-Bazzar dan Ad-Daruqutni melalui berbagai jalur dari Usman
ibnul Mugirah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan.
Kami menyebutkan jalur-jalurnya dan keterangan
mengenainya secara rinci di dalam Musnad Abu Bakar As-Siddiq r.a. Secara garis
besarnya hadis ini berpredikat hasan. Hadis ini merupakan salah satu di antara
hadis riwayat Amirul Mukminin Ali ibnu Abu Talib, dari Khalifah Abu Bakar r.a.
Termasuk di antara bukti yang membenarkan hadis
ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab
sahihnya melalui Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab r.a dari Nabi Saw. yang
telah bersabda:
«مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغَ- أَوْ
فَيُسْبِغَ- الْوُضُوءَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ
أَيِّهَا شَاءَ»
Tidak sekali-kali seseorang di antara kalian
melakukan wudu, lalu ia membaguskan atau meratakan wudunya dengan baik,
kemudian mengucapkan, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, melainkan dibukakan untuknya semua pimu surga yang delapan buah, ia
boleh memasukinya dari pintu mana pun yang dikehendakinya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Amirul
Mukminin Usman ibnu Affan r.a., bahwa ia melakukan wudu untuk mereka seperti
yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw. Kemudian ia mengatakan bahwa dirinya
pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا
يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barang siapa melakukan wudu seperli wuduku
ini. lalu salat dua rakaat, yang di dalam keduanya ia tidak berbicara kepada
dirinya sendiri, niscaya Allah memberikan ampunan baginya atas semua dosanya
yang terdahulu.
Hadis ini terbukti melalui riwayat empat orang
Imam dan Khulafaur Rasyidin, dari Rasulullah Saw., seperti apa yang telah
ditunjukkan oleh Al-Qur'an yang mengatakan bahwa memohon ampun kepada Allah
dari perbuatan dosa bermanfaat bagi orang-orang yang durhaka.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang
menceritakan, telah sampai kepadanya bahwa iblis menangis ketika ayat berikut
diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan (Juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. (ali Imran: 135),
hingga akhir ayat.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحْرِز بْنُ عَون، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرَ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْغَفُورِ، عَنْ أَبِي نُضَيْرة عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، عَنْ
أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "عَلَيْكُمْ بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ والاسْتِغْفَار،
فأكْثرُوا مِنْهُمَا، فإنَّ إبْليسَ قَالَ: أهْلَكْتُ النَّاسَ بالذُّنُوبِ،
وأهْلَكُونِي بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ والاسْتِغْفَار، فَلَمَّا رَأيْتُ ذَلِكَ
أهْلَكْتُهُمْ بِالأهْوَاءِ، فَهُمْ يَحْسَبُونَ أنَّهُم مُهْتَدُونَ".
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muharriz ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Matar,
telah menceritakan kepada kami Abdul Gafur, dari Abu Nadrah, dari Abu Raja,
dari Abu Bakar r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Berpeganglah kalian
kepada kalimah La Ilaha Illallah dan istigfar, perbanyaklah oleh kalian dalam
membaca keduanya. Karena sesungguhnya iblis mengatakan, "Aku binasakan
manusia dengan dosa-dosa, dan mereka membinasakan diriku dengan La Ilaha
Illallah dan istigfar. Setelah aku melihat hal tersebut, maka aku binasakan
mereka dengan hawa nafsu, sedangkan mereka menduga bahwa diri mereka diberi
petunjuk."
Usman ibnu Matar dan gurunya, kedua-duanya daif.
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab musnadnya
melalui jalur Amr ibnu Abu Amr dan Abul Haisam Al-Atwari, dari Abu Sa'id, dari
Nabi Saw. yang telah bersabda:
«قَالَ إِبْلِيسُ: يَا رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا أَزَالُ أُغْوِي
عِبَادَكَ مَا دَامَتْ أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ، فَقَالَ اللَّهُ تعالى:
وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي»
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, demi
keagungan-Mu, aku akan terus-menerus menyesatkan anak Adam selagi roh berada di
dalam tubuh mereka." Maka Allah Swt. ber-firman, "Demi Keagungan dan
Kebesaran-Ku, Aku terus-menerus memberikan ampunan bagi mereka selagi mereka
memohon ampun kepada-Ku."
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُمر بْنُ أَبِي خَلِيفَةَ، سَمِعْتُ أَبَا بَدْر
يُحَدِّثُ عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَذْنَبْتُ ذَنْبًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إذَا أَذْنَبْتَ فَاسْتَغْفِرْ رَبَّكَ". [قَالَ: فَإِنِّي
أَسْتَغْفِرُ، ثُمَّ أَعُودُ فأُذْنِب. قَالَ فَإذا أَذْنَبْتَ فَعُدْ فَاسْتَغْفِرْ
رَبَّكَ] " فَقَالَهَا فِي الرَّابِعَةِ فَقَالَ: "اسْتَغْفِرْ رَبَّكَ
حَتَّى يَكُونَ الشَّيْطَانُ هُوَ المحسُورُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami
Umar ibnu Khalifah; ia pernah mendengar Abu Badar menceritakan hadis berikut
dari Sabit, dari Anas, bahwa ada seorang lelaki datang, lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: "Apabila kamu berbuat dosa, maka memohon
ampunlah kepada Tuhanmu." Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya aku
telah memohon ampun, kemudian sesudah itu aku kembali melakukan dosa."
Nabi Saw. bersabda, "Apabila kamu berbuat dosa lagi, maka ulangilah
istigfarmu kepada Tuhanmu." Lelaki itu mengulangi lagi pertanyaannya
untuk keempat kalinya, dan Nabi Saw. bersabda, "Minta ampunlah kepada
Tuhanmu, hingga setanlah yang kecewa."
Hadis ini bila ditinjau dari jalur ini
berpredikat garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari Allah? (Ali Imran: 135)
Artinya, tiada seorang pun yang dapat memberikan
ampun atas perbuatan dosa selain Allah Swt.
Seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab, telah menceritakan kepada kami
Salam ibnu Miskin dan Al-Mubarak, dari Al-Aswad ibnu Sari':
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِأَسِيرٍ، فَقَالَ: اللَّهْمُ إِنِّي أَتُوبُ
إِلَيْكَ وَلَا أَتُوبُ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «عَرَفَ الْحَقَّ لِأَهْلِهِ» .
Bahwa pernah dihadapkan kepada Nabi Saw. seorang
tawanan, lalu tawanan itu berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku bertobat
kepada-Mu dan tidak akan bertobat kepada Muhammad." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Berikanlah hak itu kepada pemiliknya (yakni Allah)."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedangkan mereka mengetahui. (Ali Imran: 135)
Yakni mereka bertobat kepada Allah dari perbuatan
dosa mereka dalam waktu yang dekat, dan tidak melanjutkan perbuatan maksiat,
tidak menetapinya, tidak pula menjadikannya sebagai langganan. Seandainya
mereka mengulangi perbuatan dosanya, maka dengan segera mereka bertobat dari
perbuatannya itu kepada Allah.
Seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu
Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya. ia menyebutkan:
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
أَبِي إِسْرَائِيلَ وَغَيْرُهُ قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى عَبْدُ
الْحَمِيدِ الحِمَّانيّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ أَبِي نُصَيْرَةَ، عَنْ
مَوْلًى لِأَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا أصَرَّ مَنِ
اسْتَغْفَرَ وَإنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِينَ مَرَّةً".
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Israil
dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Yahya
Abdul Hamid Al-Hamani, dari Usman ibnu Waqid, dari Abu Nadrah, dari maula Abu
Bakar, dari Abu Bakar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Bukan dinamakan orang yang menetapi dosa seseorang yang memohon
ampun (kepada Allah), sekalipun ia mengulangi dosanya dalam sehari sebanyak
tujuh puluh kali.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Al-Bazzar di
dalam kitab musnadnya telah meriwayatkannya melalui hadis Usman ibnu Waqid
—Usman ibnu Waqid dinilai siqah oleh Yahya ibnu Mu'in— dengan lafaz yang sama.
Guru Usman ibnu Waqid ialah Abu Nasr Al-Muqasiti yang nama aslinya adalah Salim
ibnu Ubaid, ia dinilai siqah oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban.
Ali ibnul Madini dan Imam Turmuzi berpendapat
bahwa predikat sanad hadis ini tidaklah seperti apa yang dikatakan mereka.
Pendapat ini pada lahiriahnya karena tidak dikenalnya maula Abu Bakar. Tetapi
ketidakjelasan orang seperti dia tidak menjadikan mudarat atau hambatan,
mengingat dia adalah seorang tabi'in yang besar. Sudah dinilai cukup
hanya dengan menisbatkan (mengaitkan)nya kepada Abu Bakar. Dengan demikian,
berarti hadis ini adalah hasan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
sedangkan mereka mengetahui. (Ali lmran:
135)
Mujahid dan Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan mereka mengetahui.
(Ali lmran: 135)
Yakni barang siapa yang bertobat, maka Allah
menerima tobatnya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
أَلَمْ
يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبادِهِ
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah
menerima tobat dari hamba-hamba-Nya? (At-Taubah: 104)
وَكَقَوْلِهِ وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُوراً رَحِيماً
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya
ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak
jumlahnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ،
حَدَّثَنَا حِبَّانُ -هُوَ ابْنُ زَيْدٍ الشَّرْعَبيّ-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ-وَهُوَ
عَلَى الْمِنْبَرِ-: "ارْحَمُوا تُرْحَمُوا، واغْفِرُوا يُغْفَرْ لَكُمْ،
وَيْلٌ لأقْمَاعِ الْقَوْلِ، وَيْلٌ للْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصرونَ عَلَى مَا
فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada
kami Hibban (yaitu Ibnu Zaid Asy-Syar'i), dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi
Saw. yang pernah bersabda ketika berada di atas mimbarnya: Belas kasihanlah
kalian, niscaya kalian dibelaskasihani; dan jadilah kalian orang-orang yang
pemaaf, niscaya kalian dimaafkan. Kecelakaanlah bagi orang-orang yang suka
berkata kasar; dan kecelakaanlah bagi orang-orang yang menetapi perbuatan dosa
mereka, sedangkan mereka mengetahui.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman sesudah
menggambarkan perihal mereka yang telah disebutkan sifat-sifatnya, yaitu:
أُولئِكَ
جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan
mereka. (Ali Imran: 136)
Yaitu balasan mereka karena menyandang
sifat-sifat tersebut ialah ampunan dari Tuhan mereka.
وَجَنَّاتٌ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai. (Ali Imran: 136)
Yakni berbagai macam minuman.
خالِدِينَ
فِيها
sedangkan mereka kekal di dalamnya. (Ali
Imran: 136)
Maksudnya, menetap di dalam surga untuk
selama-lamanya.
وَنِعْمَ
أَجْرُ الْعامِلِينَ
dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yana
beramal (Ali Imran: 136)
Allah Swt memuji keindahan surga dan
semua kenikmatan yang ada di dalamnya.
Ali imran, ayat 137-143
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُروا كَيْفَ كانَ عاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137) هَذَا بَيانٌ لِلنَّاسِ
وَهُدىً وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138) وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ
قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُداوِلُها
بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ
شُهَداءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكافِرِينَ (141)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ
اللَّهُ الَّذِينَ جاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ (142) وَلَقَدْ
كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ
وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (143)
Sesungguhnya
telah berlalu sebelum kalian
sunnah-sunnah Allah Karena itu. berjalanlah kalian di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kalian bersikap lemah, dan
jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman. Jika kalian (pada
Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang
Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya
sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Apakah kalian
mengira bahwa kalian akan masuk surga, pada¬hal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang
sabar. Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid) sebelum kalian
menghadapinya; (sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan kalian
menyaksikannya.
Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada
hamba-hamba-Nya yang mukmin ketika mereka mengalami musibah dalam Perang Uhud
hingga tujuh puluh orang di antara mereka gugur.
{قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ}
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian
sunnah-sunnah Allah. (Ali Imran: 137)
Yakni telah berlalu hal yang seperti ini di
kalangan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka yang mengikuti nabi-nabi.
Tetapi pada akhirnya akibat yang terpuji adalah bagi mereka, sedangkan
kekalah-an dialami oleh orang-orang kafir. Karena itulah maka dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ
كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}
Karena itu, berjalanlah kalian di muka bumi
dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(Ali Imran: 137)
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ}
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia. (Ali Imran: 138)
Yaitu di dalam Al-Qur'an ini terkandung
penjelasan semua perkara secara gamblang perihal apa yang dialami oleh
umat-umat terdahulu bersama musuh-musuh mereka.
{وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ}
dan petunjuk serta pelajaran. (Ali Imran:
138)
Artinya, di dalam Al-Qur'an terkandung berita
umat-umat sebelum kalian, petunjuk bagi hati kalian, serta peringatan bagi
kalian agar kalian menghindari hal-hal yang diharamkan dan semua perbuatan
dosa.
Kemudian Allah Swt. Berfirman menghibur hati kaum
mukmin:
{وَلا تَهِنُوا}
Janganlah kalian bersikap lemah. (Ali
Imran: 139)
Yakni janganlah kalian menjadi lemah dan patah
semangat karena apa yang baru kalian alami.
{وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ}
dan jangan (pula) kalian bersedih hati,
padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian
orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 139)
Maksudnya, akibat yang terpuji dan kemenangan
pada akhirnya akan kalian peroleh, wahai orang-orang mukmin.
*******************
{إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ
الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ}
Jika kalian mendapat luka, maka sesungguhnya
kaum itu pun mendapat luka yang serupa. (Ali Imran: 140)
Yakni apabila kalian mengalami luka dan sejumlah
orang dari kalian ada yang gugur, maka sesungguhnya musuh-musuh kalian pun
pernah mengalami nasib yang serupa, yaitu ada yang terbunuh dan ada yang
terluka dalam perang sebelumnya.
{وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ
النَّاسِ}
Dan masa-masa itu, Kami pergilirkan di antara
manusia. (Ali Imran: 140)
Yaitu Kami pergilirkan kemenangan itu bagi musuh
kalian atas diri kalian dalam sesekali waktu, sekalipun pada akhirnya akibat
yang terpuji kalian peroleh, juga kemenangan. Kami lakukan demikian itu karena
kebijaksanaan Kami yang mengandung hikmah (buat kalian). Karena itu, dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا}
dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman. (Ali Imran: 140)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa dalam kondisi seperti
itu kita dapat melihat siapa yang bersabar dan teguh dalam menghadapi
musuh-musuh.
{وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ}
dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya
sebagai syuhada. (Ali Imran: 140)
Yakni agar sebagian dari kalian gugur di
jalan-Nya dan mengorbankan jiwanya untuk memperoleh keridaan-Nya.
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ
الظَّالِمِينَ. وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا}
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman. (Ali Imran:
140-141)
Yaitu menghapuskan dosa-dosa mereka jika mereka
mempunyai dosa. Jika mereka tidak mempunyai dosa, maka derajat mereka ditinggikan
sesuai dengan musibah yang telah menimpanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ}
dan membinasakan orang-orang yang kafir.
(Ali Imran: 141)
Karena sesungguhnya apabila mereka memperoleh
kemenangan, niscaya mereka akan bertindak sewenang-wenang dan congkak. Hal
tersebut menjadi penyebab bagi kehancuran dan kebinasaan mereka, hingga
lenyaplah mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ
الصَّابِرِينَ}
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk
surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara
kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)
Yakni apakah kalian mengira bahwa kalian masuk
surga, sedangkan kalian belum mendapat ujian melalui peperangan dan
keadaan-keadaan yang susah. Seperti halnya yang disebutkan di dalam surat
Al-Baqarah, melalui firman-Nya:
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ
خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْساءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk
surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).
(Al-Baqarah: 214), hingga akhir ayat.
Juga seperti makna yang terkandung di dalam
firman-Nya:
الم أَحَسِبَ
النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan
mereka tidak diuji lagi? (Al-'Ankabut: 1-2)
Karena itu, maka dalam surat Ali Imran ini
disebutkan melalui firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ
الصَّابِرِينَ}
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk
surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara
kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)
Yakni kalian tidak dapat masuk surga sebelum
diuji dan Allah melihat di antara kalian ada orang-orang yang berjihad di
jalan-Nya, dan bersabar dalam melawan musuh-musuh Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ
مِنْ قَبْلِ أَنْ تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ}
Sesungguhnya kalian mengharapkan mati (syahid)
sebelum kalian menghadapinya; (sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan
kalian menyaksikannya. (Ali Imran: 143)
Yaitu sesungguhnya dahulu kalian, hai orang-orang
mukmin, sebelum perang ini selalu mengharapkan agar bersua dengan musuh-musuh;
dan kalian bersemangat menyala-nyala untuk menghadapinya, serta kalian bertekad
bulat untuk melangsungkan peperangan dan bersabar dalam menghadapi mereka.
Sekarang telah terjadi apa yang selama ini kalian dambakan dan harapkan. Karena
itu, berperanglah kalian dan bersabarlah.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَا تَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ، وَسَلُوا اللَّهَ
الْعَافِيَةَ، فَإذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا، وَاعْلَمُوا أنَّ الْجَنَّةَ
تَحْتَ ظِلالِ السُّيُوفِ"
Janganlah kalian mengharapkan bersua dengan
musuh, tetapi mintalah keselamatan kepada Allah; dan apabila kalian bersua
dengan mereka, maka bersabarlah (teguhkanlah hati kalian). Dan ketahuilah bahwa
surga itu berada di bawah naungan pedang.
Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:
{فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ}
Sungguh kalian telah melihatnya.. (Ali
Imran:143)
yakni kalian telah menyaksikan maut merenggut
nyawa di saat tombak-tombak yang tajam beradu dan pedang berkilatan serta
barisan pasukan terlibat dalam pertempuran sengit. Hal tersebut keadaannya
tidaklah seperti yang digambarkan oleh orang-orang yang ahli bicara karena
mereka menggambarkan hal ini hanya berdasarkan imajinasi belaka, bukan
berdasarkan kesaksian mata. Gambaran mereka diserupakan dengan kejadian yang
dapat disaksikan dengan mata kepala. perihalnya sama dengan imajinasi watak
kambing yang pengertianya menunjukkan sikap berteman. sedaangkan kalau gambaran
serigala menggambarkan tentang permusuhan.
Ali Imran, ayat 144-148
وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ
أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى
عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
(144) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا
مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ
ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (145) وَكَأَيِّنْ
مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا
أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ
يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147) فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ
الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148)
Muhammad itu tidak
lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barang siapa yang berbalik ke belakang. maka ia tidak dapat mendatangkan
mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur. Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan
dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang
siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia
itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula)
menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa
mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".Karena itu
Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat.
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Setelah kaum muslim mengalami kekalahan dan
terpukul mundur dalam perang uhud serta banyak yang gugur diantara mereka, maka
setan berseru, "Ingatlah, sesungguhnya Muhammad telah terbunuh!"
Ibnu Qumaiah kembali kepada pasukan kaum musyrik,
lalu berkata kepada mereka, "Aku telah membunuh Muhammad." Padahal
sesungguhnya dia hanya memukul Rasulullah saw dan melukai kepala beliau. Tetapi
seruan tersebut memang mempengaruhi sebagian besar pasukan kaum muslim sehingga
mereka menyangka bahwa Rasulullah Saw. benar-benar telah terbunuh (gugur), dan
mereka berkeyakinan bahwa terbunuh adalah suatu hal yang mungkin terjadi pada
diri Rasulullah Saw. Seperti yang dikisahkan oleh Allah Swt. perihal nasib yang
dialami oleh banyak nabi terdahulu. Maka mereka menjadi kendur semangatnya dan
lemah serta mundur dari medan perang; sehubungan dengan peristiwa inilah
diturunkan firman-Nya:
{وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ
مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ}
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. (Ali Imran:
144), hingga akhir ayat.
Yakni dia mempunyai teladan pada mereka dalam hal
kerasulan, juga dalam hal dapat terbunuh (sebagaimana banyak dari kalangan
mereka yang dibunuh oleh kaumnya).
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari ayahnya, bahwa
seorang lelaki dari kalangan Muhajirin bersua dengan seorang lelaki dari
kalangan Ansar (dalam medan perang), sedangkan orang Ansar itu tubuhnya
dipenuhi oleh darah (dari lukanya). Lalu lelaki Muhajirin berkata kepadanya,
"Hai Fulan, tahukah kamu bahwa Muhammad Saw. telah terbunuh?" Maka
lelaki Ansar itu menjawab, "Jika Muhammad telah terbunuh, berarti beliau
telah menyampaikan risalahnya. Karena itu, berperanglah kalian untuk membela
agama kalian." Lalu turunlah firman-Nya: Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
(Ali Imran: 144)
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi meriwayatkannya di dalam
kitab Dalailun Nubuwwah; kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini
berpredikat munkar mengingat ada di antara perawinya yang daif.
*******************
{أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ
عَلَى أَعْقَابِكُمْ}
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian
berbalik ke belakang? (Ali Imran: 144)
Yakni kalian mundur ke belakang.
{وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ
يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ}
Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran: 144)
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang bersyukur'
ialah mereka yang menjalankan ketaatan kepada-Nya, berperang membela agama-Nya,
dan mengikuti Rasul-Nya, baik sewaktu beliau masih hidup ataupun sudah wafat.
Demikian pula telah ditetapkan di dalam
kitab-kitab sahih serta kitab-kitab musnad, juga kitab-kitab sunnah serta
kitab-kitab Islam lainnya sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur
yang memberikan pengertian adanya suatu kepastian. Kami mengetengahkan hal
tersebut di dalam kedua kitab Musnad Syaikhain, yaitu Abu Bakar dan Umar
radiyallahu anhuma. Disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. wafat, Abu Bakar
As-Siddiq r.a. membacakan ayat ini.
قَالَ الْبُخَارِيُّ:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَير، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقيل عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمة؛ أَنَّ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،
أَخْبَرَتْهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَقْبَلُ عَلَى فَرَس
مِنْ مَسْكنه بالسَّنْح حَتَّى نَزَلَ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَلَمْ يُكلم
النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ فتيمَّم رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم وَهُوَ مُغَشى بِثَوْبٍ حِبَرَةٍ، فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِهِ [صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] ثُمَّ أَكُبَّ عَلَيْهِ وقَبَّله وَبَكَى، ثُمَّ
قَالَ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي. وَاللَّهِ لَا يَجْمَعُ اللَّهُ عَلَيْكَ
موْتَتَين؛ أَمَّا الْمَوْتَةُ الَّتِي كُتبت عَلَيْكَ فَقَدْ مُتَّها.
وَقَالَ الزُّهْرِيُّ:
وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلمة عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَرَجَ
وَعُمَرُ يُحَدِّث النَّاسَ فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ فَأَبَى عمرُ أَنْ
يَجْلِسَ، فَأَقْبَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ وَتَرَكُوا عُمَرَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ:
أَمَّا بَعْدُ، مَنْ كانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ
كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيّ لَا يَمُوتُ، قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى: {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ}
إِلَى قَوْلِهِ: {وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ} قَالَ: فَوَاللَّهِ لكَأنّ
النَّاسَ لَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ حَتَّى تَلَاهَا
أَبُو بَكْرٍ، فَتَلَقَّاهَا النَّاسُ مِنْهُ كُلُّهُمْ، فَمَا سَمِعَهَا بَشَرٌ
مِنَ النَّاسِ إِلَّا تَلَاهَا.
وَأَخْبَرَنِي سَعِيدُ
بْنُ المُسَيَّب أَنَّ عُمر قَالَ: وَاللَّهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ سَمِعْتُ أَبَا
بَكْرٍ تَلَاهَا فَعقرتُ حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلَايَ وَحَتَّى هَوَيتُ إِلَى
الْأَرْضِ.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari
Aqil, dari Ibnu Syihab, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, bahwa Siti
Aisyah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar r.a. (di hari wafatnya Rasulullah
Saw.) tiba memakai kendaraan kuda dari tempat tinggalnya yang terletak di
As-Sanah, lalu ia turun dan masuk ke dalam Masjid (Nabawi). Orang-orang tidak
ada yang berbicara, hingga Abu Bakar masuk menemui Siti Aisyah. Lalu menuju ke
arah jenazah Rasulullah Saw. yang saat itu telah diselimuti dengan kain hibarah
(kain yang bersalur). Kemudian ia Membuka penutup wajah Rasulullah Saw., lalu menangkupinya
dan menciuminya seraya menangis. Setelah itu Abu Bakar berkata: Demi
Ayah dan Ibuku menjadi tebusanmu. Demi Allah, Allah tidak akan menghimpun dua
kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan atas dirimu
sekarang telah engkau laksanakan,
Az-Zuhri mengatakan telah menceritakan kepadaku
Abu Salamah, dari Ibnu Abbas bahwa ketika Umar sedang berbicara dengan
orang-orang, Abu Bakar keluar, lalu berkata, "Duduklah kamu, hai
Umar." Lalu Abu Bakar berkata: Amma ba'du Barang siapa yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat Dan barang siapa yang
menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup kekal dan tidak akan mati.
Kemudian Ia membacakan firman-Nya: Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul Sampai dengan firman-Nya: dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran: 144) Selanjutnya
Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak
menyadari bahwa Allah Swt. telah menurunkan ayat ini sebelum Abu Bakar
membacakannya kepada mereka. Maka semua orang ikut membacakannya bersama bacaan
Abu Bakar dan tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan ia ikut
membacanya."
Telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnul Musayab
bahwa sahabat Umar r.a. pernah mengatakan, "Demi Allah aku masih dalam
keadaan belum sadar kecuali setelah aku mendengar Abu Bakar rnembacakannya,
maka tubuhku penuh dengan keringat hingga kedua kakiku tidak dapat menopang
diriku lagi karena lemas, hingga aku terjatuh ke tanah."
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami
Amr ibnu Hammad ibnu Talhah Al-Qainad. telah menceritakan kepada kami Asbat
ibnu Nasr dari samak ibnu Harb. dari ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat
ali —-semasa Rasulullah Saw. masih hidup— pernah membacakan firman-Nya: Apakah
jika dia wafat atau terbunuh kalian berbalik ke belakang? (Ali lmran:
144), hingga akhir ayat. Lalu ia berkata: "Demi Allah. kami tidak akan berbalik
mundur ke belakang setelah Allah memberi kami petunjuk. Demi Allah, sekiranya
beliau wafat atau terbunuh, sungguh aku akan tetap bertempur meneruskan
perjuangannya hingga tetes darah penghabisan. Demi Allah, sesungguhnya aku
adalah saudaranya, walinya anak paman-nya, dan ahli warisnya. siapakah orangnya
yang lebih berhak terhadap beliau selain daripada diriku sendiri."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما كانَ لِنَفْسٍ أَنْ
تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتاباً مُؤَجَّلًا
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
(Ali Imran: 145)
Artinya, tidak ada seorang pun yang mati
melainkan berdasarkan takdir Allah dan setelah ia memenuhi waktu yang telah
ditetapkan oleh Allah untuknya. Karena itulah dalam ayat ini diungkapkan:
{كِتَابًا مُؤَجَّلا}
sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. (Ali Imran: 145)
Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu
firman-Nya:
وَما يُعَمَّرُ مِنْ
مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتابٍ
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur
seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah
ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). (Fathir: 11)
Seperti firman-Nya yang lain, yaitu:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ
Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah,
sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematian kalian) dan ada lagi suatu ajal yang
ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya). (Al-An'am: 2)
Ayat ini mengandung makna yang memberikan
semangat kepada orang-orang yang pengecut dan membangkitkan keberanian mereka
untuk berperang. Sesungguhnya maju dan menggeluti peperangan tidak dapat
mengurangi atau menambah umur.
Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim,
telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Yazid Al-Abdi, bahwa ia pernah
mendengar Abu Mu'awiyah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Habib ibnu Zabyan
yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan pasukan kaum muslim yang
dikenal dengan nama Hijr ibnu Addi berkata, "Apakah gerangan yang
menghambat kalian untuk menyeberangi Sungai Tigris ini untuk menghadapi musuh
kita, padahal seseorang tidak akan mati kecuali dengan seizin Allah menurut
ketetapan waktu yang telah ditentukan-Nya." Selanjutnya lelaki itu maju,
menyeberangi Sungai Tigris dengan kudanya. Ketika ia maju, maka semua pasukan
kaum muslim mengikuti jejaknya. Ketika musuh melihat mereka berani menyeberangi
sungai itu, maka musuh mereka menjadi kecut dan takut, lalu mereka lari.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ
مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا}
Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan kepadanya pahala dunia itu; dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. (Ali Imran: 145)
Yakni barang siapa yang amalnya hanya untuk dunia
saja, niscaya dia akan mendapatkannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah untuknya, sedangkan di akhirat nanti ia tidak mendapat bagian apa
pun. Barang siapa yang berniat dengan amalnya untuk pahala akhirat, niscaya
Allah akan memberinya, juga diberikan apa yang telah dibagikan oleh Allah
untuknya dalam kehidupan dunia ini. Seperti yang dijelaskan oleh ayat lain,
yaitu firman-Nya:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ
لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا
لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ}
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di
akhirat. akan Kami tambah keutungan itu baginya; dan barang siapa yang
menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan Kepadanya sebagian dari keumungan
di dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat. (Asy-Syura: 20)
مَنْ كانَ يُرِيدُ
الْعاجِلَةَ عَجَّلْنا لَهُ فِيها مَا نَشاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنا لَهُ
جَهَنَّمَ يَصْلاها مَذْمُوماً مَدْحُوراً وَمَنْ أَرادَ الْآخِرَةَ وَسَعى لَها
سَعْيَها وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولئِكَ كانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُوراً
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki dan
kami tentukan baginya neraka jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan
tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia mukmin maka mereka
itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan kebaikan. (Al-Isra
18-19)
Karena itulah maka dalam ayat berikut ini
disebutkan melalui firman-Nya:
{وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ}
Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur. (Al- Imran: 145)
Yakni Kami akan memberikan kepada mereka sebapan
anugerah dan ranmat Kami di dunia dan akhirat sebanding dengan rasa syukur dan
amal mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. menghibur kaum mukmin dari
musibah yang telah menimpa mereka dalam Perang Uhud, yang sebelum itu
mempengaruhi jiwa mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ
رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ}
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang
bersama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. (Ali Imran:
146)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah
berapa banyak nabi yang terbunuh dan terbunuh pula bersamanya sejumlah besar
pengikutnya yang bertakwa. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, karena
sesungguhnya dia mengatakan, "Adapun orang-orang yang membaca qutila
ma'ahu ribbiyyuna kasir, sesungguhnya mereka mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan orang yang terbunuh ialah nabi dan sebagian dari para ulama yang
mengikutinya, bukan seluruhnya. Kemudian dinafikan (ditiadakan) rasa lesu dan
lemah dari orang-orang yang tersisa yang tidak terbunuh."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang yang membaca qatala
mengemukakan alasan yang menjadi pilihannya itu, bahwa seandainya mereka
terbunuh, maka firman Allah Swt. yang mengatakan: Mereka tidak menjadi lemah.
(Ali Imran: 146) tidak mempunyai kaitan yang dapat dimengerti, mengingat
mustahil bila mereka digambarkan sebagai orang-orang yang tidak lemah dan tidak
lesu setelah mereka terbunuh.
Kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat ulama yang
membaca qutila ma'ahu ribbiyyuna kasir (yang terbunuh bersamanya
sejumlah besar dari para pengikutnya). Alasannya ialah karena Allah Swt.
melalui ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menegur orang-orang yang lari karena
kalah dalam Perang Uhud dan meninggalkan medan perang ketika mereka mendengar
seruan yang mengatakan bahwa Muhammad telah terbunuh. Maka Allah mencela dan
menegur mereka karena mereka melarikan diri dan meninggalkan medan perang.
Allah berfirman kepada mereka: Apakah jika dia wafat atau dibunuh,
lalu kalian berbalik ke belakang? (Ali Imran: 144) Yaitu kalian murtad dari
agama kalian, hai orang-orang mukmin? Menurut pendapat yang lain, makna yang
dimaksud ialah berapa banyaknya nabi yang terbunuh di hadapannya sejumlah besar
dari para pengikutnya yang setia.
Pendapat Ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah
menunjukkan pengertian yang lain, karena sesungguhnya dia mengatakan bahwa
berapa banyaknya nabi yang terbunuh, padahal dia ditemani oleh sejumlah orang
yang banyak, tetapi ternyata para pengikutnya tidak lesu dan tidak lemah dalam
meneruskan perjuangan nabi mereka sesudah nabi mereka tiada. Mereka tidak takut
menghadapi musuh mereka dan tidak menyerah kepada musuh karena kekalahan yang
mereka derita dalam jihad demi membela Allah dan agama mereka. Sikap seperti
inilah yang dinamakan sifat sabar. Allah menyukai orang-orang yang sabar.
(Ali Imran: 146) Dengan demikian, berarti ia menjadikan firman-Nya: sedangkan
ia ditemani oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. (Ali Imran: 146)
sebagai jumlah hal (kata keterangan keadaan).
Pendapat ini ternyata mendapat dukungan dari
As-Suhaili, dan ia membela pendapat ini dengan pembelaan yang berlebihan.
Tetapi dia memang beralasan karena berdasarkan firman-Nya: Mereka tidak
menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka. (Ali Imran: 146), hingga
akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Umawi di dalam
kitab Al-Magazi, yang ia nukil dari kitab Muhammad ibnu Ibrahim; tiada orang
lain yang meriwayatkan pendapat ini selain dia.
Sebagian dari mereka ada yang membaca firman-Nya:
yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut(nya). (Ali Imran: 146) Yang
dimaksud dengan ribbiyyuna ialah ribuan.
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah,
Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Ar-Rabi', dan Ata Al-Khurrasani semuanya
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ribbiyyuna ialah jamaah-jamaah
yang banyak jumlahnya.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari ibnul
Hasan, sehubungan dengan firman-Nya: sejumlah besar dari pengikut(nya) yang
bertakwa. (Ali Imran: 146) Yang dimaksud dengan ribbiyyuna kasir
ialah ulama yang banyak jumlahnya. Diriwayatkan pula dari Ma'mar, dari ibnul
Hasan, bahwa mereka adalah para ulama yang sabar, yakni yang berbakti dan
bertakwa.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari salah seorang ahli
nahwu Basrah, bahwa ribbiyyun adalah orang-orang yang menyembah Rabb
(Tuhan) Yang Mahaagung lagi Mahatinggi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat
ini disanggah oleh sebagian dari kalangan mereka. Disebutkan bahwa seandainya
makna yang dimaksud adalah seperti itu, niscaya huruf ra-nya di-fathah-kan
hingga menjadi rabbiyyun.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ribbiyyuna
adalah para pengikut dan rakyat, sedangkan rabbabiyyun artinya para
penguasa.
*******************
{فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا}
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). (Ali Imran: 146)
Menurut Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas,
makna firman-Nya: dan mereka (sama sekali) tidak lesu. (Ali Imran: 146)
Yakni mereka tidak lemah semangat karena terbunuhnya nabi mereka. dan tidak
(pula) mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Yaitu mereka sama sekali tidak
pernah mundur dari kewajiban membantu nabi-nabi mereka dan agama mereka, yakni
dengan berperang meneruskan perjuangan nabi Allah hingga bersua dengan Allah,
sampai titik darah penghabisan.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan tidak pula mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Maksudnya,
tunduk dan menyerah kepada musuh. Menurut Ibnu Zaid, artinya mereka tidak
pernah menyerah kepada musuh mereka.
Menurut Muhammad ibnu Ishaq, As-Saddi, dan
Qatadah, semangat juang mereka sama sekali tidak pernah kendur karena bencana
yang menimpa mereka, yaitu ketika nabi mereka terbunuh.
*******************
{وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ. وَمَا
كَانَ قَوْلَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ}
Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak
ada doa mereka selain ucapan, "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Ali
Imran: 146 — 147)
Yakni mereka tidak mengucapkan kecuali hanya doa
tersebut.
{فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا}
Karena itu, Allah memberikan kepada mereka
pahala di dunia. (Ali Imran: 148)
Yaitu berupa pertolongan, kemenangan, dan akibat
yang terpuji.
{وَحُسْنَ ثَوَابِ الآخِرَةِ}
dan pahala yang baik di akhirat. (Ali
Imran: 148)
Artinya, dihimpunkan bagi mereka pahala di dunia
dan pahala akhirat.
{وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Ali Imran: 148)
Ali Imran, ayat 149-153
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى
أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (149) بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ
خَيْرُ النَّاصِرِينَ (150) سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ
بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ
النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ (151) وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ
وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ
فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ
مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ (152) إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ
يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلَا تَحْزَنُوا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
(153)
Hai orang-orang
yang beriman, jika kalian menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kalian
orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung kalian, dan
Dia-lah sebaik-baik Penolong. Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang
kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka
ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian
membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kalian lemah dan berselisih
dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada
kalian apa yang kalian sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia
dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah
memalingkan kalian dari mereka untuk menguji kalian; dan sesungguhnya Allah
telah memaafkan kalian. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas
orang-orang yang beriman. (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh
kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian
yang lain memanggil kalian. Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan
atas kesedihan, supaya kalian jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari
kalian dan terhadap apa yang menimpa kalian. Allah Maha Mengetahui apa yang
kalian kerjakan.
Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang
beriman terhadap sikap menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik,
karena sesungguhnya taat kepada mereka dapat mengakibatkan kehancuran dan
kehinaan di dunia dan akhirat. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا
يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ}
jika kalian menaati orang-orang yang kafir
itu, niscaya mereka mengembalikan kalian ke belakang (kepada kekafiran), lalu
jadilah kalian orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 149)
Selanjutnya Allah memerintahkan mereka agar taat
kepada-Nya, berpihak kepada-Nya, membantu menegakkan agama-Nya, dan bertawakal
kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ
النَّاصِرِينَ}
Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindung
kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong. (Ali Imran: 150)
*******************
Kemudian Allah Swt. menyampaikan berita gembira
kepada mereka bahwa Dia akan menimpakan ke dalam hati musuh-musuh mereka rasa
takut dan hina terhadap mereka, disebabkan kekufuran dan kemusyrikan
musuh-musuh mereka. Selain itu Allah telah menyiapkan buat musuh-musuh mereka
itu azab dan pembalasan di kampung akhirat nanti. Hal ini diungkapkan oleh
Allah Swt. melalui firman-Nya:
{سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا
الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ سُلْطَانًا
وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}
Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang
kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka
ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.
(Ali Imran: 151)
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain sebuah
hadis dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«أُعْطِيتُ
خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ
بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا،
وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ
يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»
Aku telah diberi lima perkara yang belum
pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku, yaitu: Aku diberi
pertolongan melalui rasa takut (yang ditimpakan ke dalam hati musuh) sejauh
perjalanan satu bulan, dijadikan untukku tanah ini sebagai masjid (tempat
salat) dan suci (lagi menyucikan), dihalalkan bagiku ganimah-ganimah (rampasan
perang), aku diberi izin untuk meruberikan syafaat, dan dahulu seorang nabi
diutus hanya khusus untuk kaumnya sendiri, sedangkan aku diutus untuk seluruh
umat manusia.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيّ
عَنْ سُلَيْمَانَ -يَعْنِي التَّيْمِيَّ-عَنْ سَيّار، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "فَضَّلَني [رَبِّي] عَلَى
الأنْبِيَاء -أَوْ قَالَ: عَلَى الأمَمِ-بأَرْبَعٍ" قَالَ "أُرْسِلْتُ
إلَى النَّاسِ كَافَّةً وَجُعِلَتْ لِيَ الأرْضُ كُلُّهَا وَلأمَّتِي مَسْجِدًا
وَطَهُورًا فَأيْنَمَا أدْرَكَتْ رَجُلا مِنْ أُمَّتِي الصَّلاةُ فَعِنْدَهُ
مَسْجِدُهُ و طَهُوُرهُ، ونُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَة شَهْرٍ يَقْذِفُهُ فِي
قُلُوبِ أَعْدَائِي وأحَل لِيَ الغنائِم".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Sayyar, dari Abu
Umamah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah menjadikan aku lebih
utama di atas para nabi —atau atas seluruh umat (manusia)— dengan empat
perkara. Aku diutus untuk seluruh umat manusia; bumi seluruhnya dijadikan
untukku dan umatku sebagai masjid dan suci (lagi menyucikan), maka di mana pun
seseorang dari umatku menjumpai waktu salat, di tempat itulah masjid dan sarana
bersucinya; aku diberi pertolongan melalui rasa takut yang mencekam hati
musuh-musuhku dalam jarak perjalanan satu bulan; dan ganimah (rampasan perang)
dihalalkan bagiku.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis
Sulaiman At-Taimi, dari Yasar Al-Qurasyi Al-Umawi —maula mereka adalah
Ad-Dimasyqi, penduduk kota Basrah—, dari Abu Umamah (yaitu Sada ibnu Ajlan
r.a.) dengan lafaz yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
sahih.
قَالَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي
عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ: "نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ
عَلَى الْعَدُوِّ".
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Abu
Yunus telah menceritakan kepadanya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diberi pertolongan dengan melalui
rasa takut yang mencekam musuh.
Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Ibnu Wahb.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي بُرْدَة، عَنْ
أَبِيهِ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ خَمْسًا: بُعِثْتُ إلَى الأحْمَرِ وَالأسْوَدِ،
وَجعلَتْ لِيَ الأرْض طَهُورًا ومَسْجِدًا، وأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِم وَلَمْ
تَحِل لِمَنْ كَانَ قَبْلِي، ونُصِرْتُ بِالرُّعْبِ شَهْرًا، وأُعْطِيتُ
الشَّفَاعَةَ، وَلَيْسَ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ سَأَل شَفَاعَتَهُ، وإنِّي
اخْتَبَأتُ شَفَاعَتِي، ثُمَّ جَعَلْتُهَا لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ
شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu
Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Aku dianugerahi lima perkara, yaitu aku diutus kepada orang
yang berkulit merah dan hitam (seluruh umat manusia); tanah dijadikan untukku
suci (lagi menyucikan) dan sebagai masjid; ganimah dihalalkan bagiku, sedangkan
sebelumku ganimah tidak pernah dihalalkan buat seorang pun; aku diberi
pertolongan dengan rasa takut (yang mencekam hati musuh) dalam jarak perjalanan
satu bulan; aku diberi izin memberikan syafaat, tiada seorang nabi pun
melainkan pernah meminta syafaat, dan sesungguhnya aku simpan syafaatku buat
orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan
sesuatu pun.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir
rasa takut. (Ali Imran: 151). Allah menimpakan rasa takut ke dalam hati Abu
Sufyan (dalam Perang Ahzab, pent.), maka ia kembali ke Mekah (bersama pasukan
bersekutunya). Lalu Nabi Saw. bersabda:
«إِنَّ
أَبَا سُفْيَانَ قَدْ أَصَابَ مِنْكُمْ طَرَفًا، وَقَدْ رَجَعَ وَقَذَفَ اللَّهُ
فِي قَلْبِهِ الرُّعْبَ»
Sesungguhnya Abu Sufyan telah tertimpa suatu
tekanan dari kalian; kini ia kembali, sedangkan Allah telah memasukkan rasa
takut ke dalam hatinya.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ
اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi
janji-Nya kepada kalian, ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya.
(Ali Imran: 152)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah telah
menjanjikan kepada kaum mukmin akan beroleh kemenangan. Menurut salah satu di
antara dua pendapat yang disebut di muka, firman Allah Swt. yang mengatakan:
إِذْ تَقُولُ
لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ
مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ بَلى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ
مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ
الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada
orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian
dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika
kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika
itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai
tanda. (Ali Imran: 124-125)
menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam
Perang Uhud. Karena jumlah pasukan musuh mereka terdiri atas tiga ribu
personel. Ketika pasukan kaum muslim menghadapi mereka, maka kemenangan dan
keberuntungan berada di pihak pasukan Islam pada permulaan siang harinya.
Tetapi setelah terjadi pelanggaran perintah yang dilakukan oleh pasukan pemanah
kaum muslim dan sebagian pasukan kaum muslim merasa frustasi, maka janji ini
ditangguhkan, karena syarat dari janji ini ialah hendaknya mereka sabar dalam
menghadapi musuh dan taat kepada pimpinan (Nabi Saw.). Karena itu, dalam ayat
ini disebutkan:
{وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ}
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi
janji-Nya kepada kalian. (Ali Imran: 152),
Yakni pada permulaan siang hari.
{إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ}
Ketika kalian membunuh mereka dengan izin-Nya.
(Ali Imran: 152),
Yaitu kalian dapat membunuh mereka dengan
kekuasaan Allah yang diberikan kepada kalian terhadap mereka.
{حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ}
sampai pada saat kalian lemah. (Ali Imran:
152)
Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas,
yang dimaksud dengan al-fasyl ialah frustasi atau menjadi pengecut.
{وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ}
dan kalian berselisih dalam urusan itu dan
kalian mendurhakai perintah (Rasul). (Ali Imran: 152), Seperti yang terjadi
pada pasukan pemanah kaum muslim.
{مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ
مَا تُحِبُّونَ}
sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa
yang kalian sukai. (Ali Imran: 152)
Yakni kemenangan yang kalian raih atas mereka.
{مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا}
Di antara kalian ada orang yang menghendaki
dunia. (Ali Imran: 152)
Mereka adalah orang-orang yang menginginkan dapat
ganimah setelah melihat pasukan musuh terpukul mundur.
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ
صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ}
dan di antara kalian ada orang yang
menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk
menguji kalian. (Ali Imran: 152)
Kemudian Allah memberikan kesempatan menang
kepada mereka atas kalian untuk menguji dan mencoba kalian.
{وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ}
dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian.
(Ali Imran: 152)
Yakni mengampuni kalian atas perbuatan kalian
yang demikian itu, karena —hanya Allah Yang lebih mengetahui— jumlah personel
pasukan musuh dan peralatan mereka lebih banyak, sedangkan pasukan kaum muslim
dan peralatannya sedikit.
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian. (Ali Imran:
152) Yaitu dengan tidak memusnahkan kalian. Hal yang sama dikatakan pula oleh
Muhammad ibnu Ishaq; kedua riwayat ini diceritakan oleh Ibnu Jarir.
{وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ}
Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan)
atas orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 152)
*******************
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أخبرنا عبد الرحمن ابن أَبِي
الزِّنَادِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُبَيد اللَّهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ
قَالَ: مَا نَصَرَ اللَّهُ فِي مَوْطِن كَمَا نَصَرَهُ يَوْمَ أُحُدٍ. قَالَ:
فَأَنْكَرْنَا ذَلِكَ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: بَيْنِي وَبَيْنَ مَنْ أَنْكَرَ
ذَلِكَ كتابُ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي يَوْمِ أُحُدٍ: {وَلَقَدْ
صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ} يَقُولُ ابْنُ
عَبَّاسٍ: والحَسُّ: الْقَتْلُ {حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي
الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ
يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ} الْآيَةَ وَإِنَّمَا عَنَى
بِهَذَا الرُّمَاةَ، وَذَلِكَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَقَامَهُمْ فِي مَوْضِعٍ، ثُمَّ قَالَ: "احْمُوا ظُهُورَنَا، فَإنْ
رَأيْتُمُونَا نُقْتَلُ فَلا تَنْصُرُونَا وَإنْ رَأَيْتُمُونَا قَدْ غَنِمْنَا
فَلا تُشْرِكُونَا. فَلَمَّا غَنِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وأباحُوا عَسْكَرَ الْمُشْرِكِينَ أَكَبَّتِ الرُّماة جَمِيعًا [وَدَخَلُوا] فِي
الْعَسْكَرِ يَنْهَبُونَ، وَلَقَدِ الْتَقَتْ صُفُوفُ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَهُم هَكَذَا -وَشَبَّكَ بَيْنَ
يَدَيْهِ-وَانْتَشَبُوا، فَلَمَّا أَخَلَّ الرُّمَاةُ تِلْكَ الْخَلَّةِ الَّتِي
كَانُوا فِيهَا، دَخَلَتِ الْخَيْلُ مِنْ ذَلِكَ الْمَوْضِعِ عَلَى أَصْحَابِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضَرَبَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
وَالْتَبُسُوا، وقُتل من المسلمين ناس
كَثِيرٌ، وَقَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَصْحَابِهِ أَوَّلَ النَّهَارِ، حَتَّى قُتِل مِنْ أَصْحَابِ لِوَاءِ
الْمُشْرِكِينَ سَبْعَةٌ أَوْ تسعةٌ، وَجَالَ الْمُسْلِمُونَ جَوْلَةً نَحْوَ
الْجَبَلِ وَلَمْ يَبْلُغُوا -حَيْثُ يَقُولُ النَّاسُ-الْغَارَ، إِنَّمَا كَانَ
تَحْتَ المِهْراس، وَصَاحَ الشَّيْطَانُ: قُتل مُحَمَّدٌ، فَلَمْ يُشَك فِيهِ
أَنَّهُ حَقٌّ، فَمَا زِلْنَا كَذَلِكَ مَا نَشُك أَنَّهُ حَقٌّ، حَتَّى طَلَعَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ السَّعْدَيْنِ،
نَعْرِفُهُ بِتَلَفُّتِهِ إِذَا مَشَى -قَالَ: فَفَرِحْنَا حَتَّى كَأَنَّهُ لَمْ
يُصِبْنَا مَا أَصَابَنَا-قَالَ: فَرَقِيَ نَحْوَنَا وَهُوَ يَقُولُ:
"اشْتَدَّ غَضَبَ اللهِ عَلَى قَوْمٍ دَمَّوْا وَجْهَ رَسُولِ اللهِ".
وَيَقُولُ مَرَّةً أُخْرَى: "اللَّهم إِنَّهُ لَيْسَ لَهم أنْ يَعْلُونَا".
حَتَّى انْتَهَى إِلَيْنَا، فَمَكَثَ سَاعَةً، فَإِذَا أَبُو سُفْيَانَ يَصِيحُ
فِي أَسْفَلِ الْجَبَلِ: اعْلُ هُبَلُ، مَرَّتَيْنِ -يَعْنِي آلِهَتَهُ-أَيْنَ
ابْنُ أَبِي كَبْشة؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قحَافة؟ أَيْنَ ابْنُ الْخَطَّابِ؟
فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا أُجِيبَهُ؟ قَالَ: "بَلَى"
قَالَ: فَلَمَّا قَالَ: اعْلُ هُبَلُ. قَالَ عُمَرُ: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ.
فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: قَدْ أَنْعَمَتْ عَيْنُهَا فعَادِ عَنْهَا أَوْ:
فَعَالِ! فَقَالَ: أَيْنَ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ؟ أَيْنَ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟
أَيْنَ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: هَذَا رَسُولُ اللَّهِ، وَهَذَا أَبُو
بَكْرٍ، وَهَا أَنَا ذَا عُمَرُ. قَالَ: فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ
بَدْرٍ، الْأَيَّامُ دُوَل، وَإِنَّ الْحَرْبَ سِجَال. قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: لَا
سَوَاءً، قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ وَقَتْلَاكُمْ فِي النَّارِ. قَالَ إِنَّكُمْ
تَزْعُمُونَ ذَلِكَ، لَقَدْ خِبْنا إِذًا وخَسِرْنا ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ:
إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي قَتْلَاكُمْ مُثْلَةً وَلَمْ يَكُنْ ذَلِكَ عَلَى
رَأْيِ سُرَاتِنَا. قَالَ: ثُمَّ أدركَتْه حَمِيَّة الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ:
أَمَا إِنَّهُ إِنْ كَانَ ذَلِكَ لَمْ نَكْرهْه.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz
Zanad, dari ayahnya, dari Ubaidillah, dari Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa
Allah belum pernah menolong Nabi Saw. seperti pertolongan-Nya dalam Perang
Uhud. Ketika kami mengingkari hal tersebut, maka Ibnu Abbas berkata bahwa ia
berani bersumpah atas nama Kitabullah antara dirinya dan orang yang mengingkari
hal tersebut. Karena sesungguhnya dalam Perang Uhud Allah Swt. telah berfirman:
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kalian, ketika kalian
membunuh mereka dengan izin-Nya. (Ali Imran: 152); Ibnu Abbas dan Al-Hasan
mengatakan sehubungan dengan makna al-fasyl yang ada dalam firman-Nya: sampai
pada saat kalian lemah dan berselisih pendapat dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian
sukai. Di antara kalian ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kalian
ada orang yang menghendaki akhirat. (Ali Imran: 152), hingga akhir ayat.
Yang dimaksud dengan 'kalian' dalam ayat ini adalah pasukan pemanah, karena
Nabi Saw. menempatkan mereka dalam suatu posisi yang sangat strategis, lalu
beliau bersabda: Lindungilah punggung kami; jika kalian melihat kami
terpukul, janganlah kalian membantu kami; dan jika kalian melihat kami menjarah
ganimah, janganlah kalian ikut-ikutan dengan kami (yakni tetaplah kalian pada
posisi kalian dalam keadaan apa pun). Tetapi ketika Nabi Saw. dan
pasukannya berhasil menjarah ganimah dan menyingkirkan pasukan kaum musyrik,
maka semua pasukan pemanah turun ke medan pertempuran, ikut menjarah ganimah.
Ketika pasukan kaum musyrik melihat posisi pasukan pemanah telah dikosongkan,
maka pasukan berkuda kaum musyrik masuk dari celah tersebut dan menyerang
sahabat-sahabat Rasulullah Saw. sehingga terjadilah perang sengit; sebagian
mereka memukul sebagian yang lain karena dalam keadaan kalut, sehingga banyak
dari kalangan pasukan kaum muslim yang terbunuh. Padahal pada awal pertempuran,
kemenangan berada di pihak pasukan Rasulullah Saw. sehingga mampu membunuh
sekitar tujuh atau sembilan orang pasukan kaum musyrik yang memegang panji.
Kemudian pasukan kaum musyrik beroleh kemenangan dan maju ke arah bukit, tetapi
mereka tidak mampu sampai ke bukit karena orang-orang mengatakan bahwa pasukan
kaum muslim berada di dalam posisi kuat. Lalu setan berseru bahwa Muhammad
telah terbunuh, dan mereka tidak meragukan kebenaran seruan tersebut. Kami
(pasukan kaum muslim) masih tetap dalam keadaan tidak meragukan bahwa berita
itu benar sebelum Rasulullah Saw. muncul dengan diapit oleh dua Sa'd; beliau
kami kenal melalui kedua pundaknya apabila berjalan. Maka kami gembira sehingga
kami merasakan bahwa seakan-akan kami tidak tertimpa bencana yang sekarang
menimpa diri kami. Lalu Rasulullah Saw. naik ke arah kami seraya bersabda: Murka
Allah sangat keras terhadap kaum yang berani melukai wajah Rasulullah. Terkadang
beliau bersabda: Mereka tidak akan dapat mengalahkan kita. Ketika beliau
Saw. sampai pada kami, maka beliau tinggal sesaat. Tiba-tiba Abu Sufyan berseru
dari arah bawah bukit, "Tinggilah Hubal," sebanyak dua kali menyebut
nama berhala sesembahannya, "Di manakah Ibnu Abu Kabsyah (maksudnya Nabi
Saw.), di manakah Ibnu Abu Quhafah, di manakah Ibnul Khattab?" Maka Umar
r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku menjawabnya?" Nabi Saw.
bersabda, "Ya." Ketika Abu Sufyan menyerukan kalimat, "Tinggilah
Hubal," maka Umar r.a. menjawab, "Allah Mahatinggi lagi
Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kamu telah enak sekarang?" Umar
menjawab, "Karena meninggalkannya (Hubal)." Abu Sufyan kembali
berkata, "Di manakah Ibnu Abu Kabsyah, di manakah Ibnu Abu Quhafah, di
manakah Ibnul Khattab?" Umar berkata, "Inilah Rasulullah, ini Abu
Bakar, dan inilah aku, Umar." Abu Sufyan berkata, "Kemenangan hari
ini adalah pembalasan kekalahan dalam Perang Badar, hari-hari itu bergilir dan
sesungguhnya perang itu silih berganti." Umar menjawab, "Tidak sama.
Orang-orang kami yang gugur berada di dalam surga, sedangkan orang-orang kalian
yang gugur berada di dalam neraka." Abu Sufyan berkata, "Itu hanyalah
menurut dugaan kalian. Kalau demikian, berarti kami kecewa dan merugi."
Lalu Abu Sufyan berkata lagi, "Sesungguhnya kalian nanti akan menemukan di
antara orang-orang kalian yang gugur ada yang dicincang, tetapi hal tersebut
bukan keluar dari pendapat pemimpin-pemimpin kami." Kemudian hati Abu
Sufyan terbakar oleh fanatisme Jahiliah, lalu ia berkata lagi, "Ingatlah,
jika hal tersebut terjadi, kami tidak membencinya (yakni menyetujuinya)."
Hadis ini garib, dan konteksnya mengherankan, ia
termasuk salah satu di antara hadis mursal ibnu Abbas, karena sesungguhnya dia
tidak ikut dalam Perang Uhud, baik dia sendiri ataupun ayahnya.
Imam Hakim mengetengahkannya di dalam kitab
Mustadrak, dari Abun Nadr Al-Faqih, dari Usman ibnu Sa'id, dari Sulaiman ibnu
Daud ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas dengan lafaz yang sama.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim
dan Imam Baihaqi dalam kitab Dalailun Nubuwwah melalui hadis Sulaiman ibnu Daud
Al-Hasyimi dengan lafaz yang sama. Sebagian dari hadis ini ada saksi penguatnya
di dalam kitab-kitab sahih dan kitab lainnya.
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ
السَّائِبِ عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: إِنَّ النِّسَاءَ
كُنَّ يَوْمَ أُحُدٍ، خلْف الْمُسْلِمِينَ، يُجْهزْن عَلَى جَرْحى الْمُشْرِكِينَ،
فَلَوْ حَلَفت يَوْمَئِذٍ رَجَوْتُ أَنْ أبَر: أَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنَّا
يُرِيدُ الدُّنْيَا، حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مِنْكُمْ مَنْ
يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ
لِيَبْتَلِيَكُمْ} فَلَمَّا خَالَفَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وعَصَوا مَا أُمِرُوا بِهِ، أُفْرِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي تِسْعَةٍ: سَبْعَةٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، وَرَجُلَيْنِ مِنْ
قُرَيْشٍ، وَهُوَ عَاشِرُهُمْ، فَلَمَّا رهقُوه [قَالَ: "رَحِمَ اللهُ
رَجُلًا رَدَّهُمْ عَنَّا". قَالَ: فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ
فَقَاتَلَ سَاعَةً حَتَّى قُتِلَ، فَلَمَّا رَهقُوه] أَيْضًا قَالَ: "رَحِمَ
اللهُ رَجُلا رَدَّهُمْ عَنَّا". فَلَمْ يَزَلْ يَقُولُ ذَا حَتَّى قُتِل
السَّبْعَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِصَاحِبِهِ: "مَا أَنْصَفْنَا أَصْحَابَنَا".
فَجَاءَ أَبُو سُفْيَانَ فَقَالَ: اعْلُ هُبَلُ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قُولُوا: اللهُ أعْلَى
وأجَلُّ". فَقَالُوا: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ. فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ:
لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُولُوا: "اللهُ مَوْلانَا، وَالْكَافِرُونَ لَا مَوْلَى
لَهُم". ثُمَّ قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: يومٌ بيوْم بَدْر، يومٌ عَلَيْنَا
وَيَوْمٌ لَنَا وَيَوْمٌ نُسَاءُ وَيَوْمٌ نُسَر. حَنْظَلَةَ بِحَنْظَلَةَ،
وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، وَفُلَانٌ بِفُلَانٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا سَوَاء. أمَّا قَتْلانَا فَأْحَيْاءٌ
يُرْزَقُونَ، وَقْتَلاكُمْ فِي النَّارِ يُعَذَّبُونَ". قَالَ أَبُو
سُفْيَانَ: قَدْ كَانَ فِي الْقَوْمِ مَثُلَةٌ، وإنْ كانَتْ لَعَنْ غَيْرِ مَلأ
منَّا، مَا أمرتُ وَلَا نَهَيْتُ، وَلَا أحْبَبْتُ وَلَا كَرِهتُ، وَلَا سَاءَنِي
وَلَا سرَّني. قَالَ: فَنَظَرُوا فَإِذَا حمزةُ قَدْ بُقِرَ بَطْنُه، وأخذتْ هنْد
كَبده فلاكَتْها فَلَمْ تَسْتَطِعْ أَنْ تَأْكُلَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أكَلَتْ شَيْئًا؟ " قَالُوا: لَا.
قَالَ: "مَا كَانَ اللهُ ليُدْخِلَ شَيْئًا مِنْ حَمْزَةَ فِي
النَّارِ". قَالَ: فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَمْزَةَ فَصَلَّى عَلَيْهِ، وَجِيء بِرَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ فَوُضِع إِلَى
جَنْبِهِ فصلَّى عَلَيْهِ، فَرُفِعَ الْأَنْصَارِيُّ وتُرِكَ حَمْزَةُ، ثُمَّ
جِيءَ بِآخَرٍ فوضعَه إِلَى جَنْبِ حَمْزَةَ فَصَلَّى [عَلَيْهِ] ثُمَّ رُفِعَ
وتُرِكَ حَمْزَةُ، حَتَّى صلَّى عَلَيْهِ يَوْمَئِذٍ سَبْعِينَ صَلَاةً.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ata ibnus Saib, dari
Asy-Sya'bi, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa kaum wanita dalam Perang
Uhud berada di belakang pasukan kaum muslim, tugas mereka mengobati orang-orang
yang terluka dari pasukan kaum musyrik. Seandainya aku bersumpah pada hari itu
aku berharap dapat menunaikannya, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami
yang menghendaki duniawi hingga Allah menurunkan firman-Nya: Di antara
kalian ada yang menghendaki dunia dan di antara kalian ada orang yang
menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka untuk
menguji kalian. (Ali Imran: 152) Ketika sahabat-sahabat Rasulullah Saw.
melanggar apa yang diperintahkan kepada mereka oleh Rasulullah Saw., maka
beliau Saw. menyendiri bersama sembilan orang; tujuh orang dari kalangan Ansar
dan yang dua orang lain dari kalangan Quraisy, sedangkan Nabi Saw. adalah orang
yang kesepuluhnya. Ketika Nabi Saw. melihat bahwa mereka mengejar beliau, maka
beliau bersabda: Semoga Allah merahmati seseorang yang dapat mengusir mereka
(pasukan musuh) dari kami. Maka salah seorang Ansar maju bertempur selama
sesaat hingga ia gugur. Ketika mereka masih mengejar beliau, maka beliau
bersabda pula: Semoga Allah merahmati orang yang dapat mengusir mereka dari
kami. Nabi Saw. terus-menerus mengucapkan demikian hingga tujuh orang yang
melindungi dirinya gugur, lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada kedua temannya
yang masih ada, "Kita tidak berbuat adil terhadap teman-teman kita."
Lalu Abu Sufyan tampil dan berkata, "Tinggilah Hubal!" Rasulullah
Saw. bersabda, "Katakanlah bahwa Allah Mahatinggi dan Mahaagung."
Maka mereka mengatakan, "Allah Mahatinggi dan Mahaagung." Abu Sufyan
berkata, "Kami mempunyai Uzza (yang artinya identik dengan pengertian
kejayaan), sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza (berhala sesembahan
mereka)." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Jawablah oleh kalian,
Penolong kami adalah Allah, dan orang-orang kafir tidak mempunyai
penolong." Abu Sufyan berkata, "Perang ini pembalasan Perang
Badar, sehari kekalahan kami dan hari yang lain kemenangan kami, hari Nasa dan
hari Nasar, Hanzalah dibalas dengan Hanzalah (kepahitan dibalas dengan
kepahitan), dan si Fulan dibalas dengan si Fulan." Maka Rasulullah Saw.
menjawab: Tidak sama. Adapun orang-orang kami yang gugur, mereka hidup
dengan diberi rezeki, sedangkan orang-orang yang gugur dari kalian berada di
dalam neraka dan diazab. Maka Abu Sufyan berkata.”Sesungguhnya di antara
kaum yang gugur terdapat pencincangan. Dan jika hal itu memang ada, maka kami
bersikap acuh terhadapnya. Aku tidak memerintahkan dan tidak pula melarang, aku
tidak suka dan tidak pula benci, serta tidak membuatku sedih dan tidak
membuatku senang." Maka kaum muslim melihat-lihat, dan ternyata menjumpai Hamzah
dalam keadaan perutnya telah dirobek. Hindun mengambil hatinya, lalu berupaya
menelannya, tetapi ia tidak mampu memakannya. Ketika Rasulullah Saw. bertanya,
"Apakah dia telah memakan sesuatu?" Mereka menjawab,
"Tidak." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Allah tidak akan
memasukkan sesuatu dari (tubuh) Hamzah ke dalam neraka. Lalu Rasulullah
Saw. meletakkan jenazah Hamzah dan menyalatkannya. Lalu didatangkan jenazah
seorang lelaki dari Ansar yang langsung diletakkan di sebelah jenazah Hamzah,
kemudian beliau menyalatkannya. Jenazah orang Ansar itu diangkat, tetapi
jenazah Hamzah tidak; hingga didatangkan lagi jenazah lainnya, lalu diletakkan
di sebelah jenazah Hamzah, dan Rasulullah Saw. menyalatkannya. Setelah selesai,
jenazah lain diangkat, tetapi jenazah Hamzah tidak, hingga dalam hari itu
Rasulullah Saw. menyalatkan tujuh puluh jenazah.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
seorang.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ
إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ: عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: لَقِينَا
الْمُشْرِكِينَ يَوْمَئِذٍ، وأجْلَس النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
جَيْشا مِنَ الرُّماة، وأمَّر عَلَيْهِمْ عَبْدَ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ
جُبَيْر-وَقَالَ: "لَا تَبْرَحُوا إنْ رأيْتُمُونَا ظَهَرْنَا عَلَيْهِمْ
فَلا تَبْرَحُوا، وإنْ رَأَيْتُمُوهُمْ ظَهَرُوا عَلَيْنَا فَلا
تُعِينُونَا". فَلَمَّا لَقِينَاهُمْ هربُوا، حَتَّى رَأَيْنَا النِّسَاءَ
يَشْتَددْنَ فِي الْجَبَلِ، رَفَعْنَ عَنْ سُوقهن، وَقَدْ بَدَتْ خَلاخلهن،
فَأَخَذُوا يَقُولُونَ: الغنيمةَ الغَنيمة. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: عَهدَ إِلَيَّ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَّا تَبْرَحُوا. فأبَوْا،
فَلَمَّا أبَوْا صَرَفَ وُجُوهَهُمْ، فأُصِيب سَبْعُونَ قَتِيلًا فَأَشْرَفَ أَبُو
سُفْيَانَ فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ فَقَالَ: "لَا
تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟ فَقَالَ:
"لَا تُجِيبُوهُ". فَقَالَ: أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟
فَقَالَ: إِنْ هَؤُلَاءِ قَدْ قُتِلوا، فَلَوْ كَانُوا أَحْيَاءً لَأَجَابُوا.
فَلَمْ يَمْلِكْ عُمَرُ نَفْسَهُ فَقَالَ: كَذَبْتَ يَا عَدَوَّ اللهِ، قَدْ أَبْقَى
اللَّهُ لَكَ مَا يُحزِنكَ فَقَالَ أَبُو سُفْيَانَ: اعْل هُبَل. فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا:
مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ أعْلَى وأجَلُّ". فَقَالَ أَبُو
سُفْيَانَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِيبُوهُ". قَالُوا: مَا نَقُولُ؟ قَالَ:
"قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا، وَلا مَوْلَى لَكُمْ". قَالَ أَبُو
سُفْيَانَ: يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ سِجَال، وَتَجِدُونَ مَثُلَةً
لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra
yang menceritakan bahwa pada hari itu kami bersua dengan pasukan kaum musyrik,
lalu Nabi Saw. menempatkan sepasukan pemanah (pada posisi yang strategis), dan
mengangkat Abdullah ibnu Jubair sebagai pemimpin (komandan) mereka, lalu beliau
Saw. bersabda: Janganlah kalian tinggalkan posisi ini; jika kalian melihat
kami memperoleh kemenangan atas mereka (musuh), kalian telap jangan
meninggalkan ternpat ini. Dan juga jika kalian melihat mereka beroleh
kemenangan atas kami, janganlah kalian membantu kami. Ketika kami bertempur
dengan mereka dan mereka lari hingga aku melihat kaum wanita (musyrik) menaiki
bukit seraya mengangkat kain mereka hingga gelang kaki mereka kelihatan. Maka
pasukan kaum muslim berseru, "Ganimah, ganimah!" Abdullah ibnu Jubair
berkata, "Ingatlah kalian kepada pesan Nabi Saw., jangan sekali-kali
kalian meninggalkan posisi ini!" Tetapi mereka menolak (dan tetap turun
merebut ganimah). Setelah mereka membangkang, perhatian mereka berpaling (ke
arah ganimah), akibatnya tujuh puluh orang dari pasukan kaum muslim gugur di
medan perang. Lalu muncullah Abu Sufyan dan berkata, "Apakah di antara
kaum ada Muhammad?" Nabi Saw. bersabda, "Jangan kalian jawab
dia." Abu Sufyan berkata lagi, "Apakah di antara kaum ada Abu
Quhafah?" Nabi Saw. bersabda, "Jangan kalian jawab dia."
Abu Sufyan berseru lagi, "Apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?"
Karena tidak ada yang menjawab, akhirnya Abu Sufyan mengatakan,
"Sesungguhnya mereka telah terbunuh. Seandainya mereka masih hidup,
niscaya mereka akan menjawab seruanku ini." Tetapi Umar tidak dapat
menahan dirinya, maka ia berkata kepada Abu Sufyan, "Engkau dusta, hai
musuh Allah! Semoga Allah mengekalkan apa yang menyusahkanmu." Abu Sufyan
berkata, "Tinggilah Hubal." Nabi Saw. bersabda, "Jawablah dia."
Mereka (para sahabat) bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Nabi
Saw. bersabda, "Katakanlah oleh kalian bahwa Allah Mahatinggi lagi
Mahaagung." Abu Sufyan berkata, "Kami mempunyai Uzza (kejayaan),
sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza" Nabi Saw. bersabda, "Jawablah
dia." Mereka bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Nabi Saw.
bersabda: Katakanlah oleh kalian bahwa Allah adalah Penolong kami, sedangkan
kalian tidak mempunyai penolong. Abu Sufyan berkata, "Perang hari ini
pembalasan Perang Badar. peperangan itu silih berganti, dan kalian akan
menjumpai orang yang tercincang, tetapi aku tidak memerintahkannya dan tidak
pula membuatku sedih (susah)."
Dari segi ini hadis hanya diriwayatkan oleh Imam
Bukhari sendiri. Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Amr ibnu Khalid,
dari Zuhair ibnu Mu'awiyah ibnu Abu Ishaq, dari Al-Barra dengan lafaz yang
semisal. Nanti akan disebutkan hal yang lebih panjang lebar dari pembahasan
ini.
Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah,
dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan
bahwa dalam peperangan Uhud ketika pasukan kaum musyrik terpukul mundur, iblis
berseru, "Hai hamba-hamba Allah, mundurlah kalian ke belakang!" Maka
pasukan yang terdepan mundur ke belakang hingga bertubrukan dengan pasukan yang
berada di belakang (terlibat dalam pertempuran di antara sesama kawan). Dalam
pertempuran itu tiba-tiba Huzaifah melihat ayahnya, yaitu Al-Yaman. Maka ia
berseru, "Hai hamba-hamba Allah, dia adalah ayahku, dia adalah
ayahku!" Akan tetapi, demi Allah, mereka tidak mempedulikannya hingga
membunuhnya. Maka Huzaifah berkata, "Semoga Allah mengampuni kalian."
Urwah mengatakan, "Demi Allah, di dalam diri Huzaifah masih ada lebihan
kebaikan hingga ia bersua dengan Allah Swt."
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari
kakeknya, bahwa Az-Zubair ibnul Awwam pernah menceritakan kisah berikut.”Demi
Allah, aku melihat pelayan-pelayan Hindun dan semua teman wanitanya lari
terbirit-birit seraya menyingsingkan kain mereka dengan meninggalkan semua
barang bawaan mereka, baik yang banyak maupun yang sedikit. Kemudian pasukan
pemanah menyerbu ke arah medan perang di saat kami mencegah mereka supaya
jangan meninggalkan tempat mereka. Tetapi mereka tidak mengindahkan cegahanku
demi merebut ganimah. dan mereka membiarkan kami pasukan kaum muslim tidak
terlindungi dari arah belakang dari pasukan berkuda kaum musyrik. Kami diserang
oleh pasukan berkuda dari arah belakang, ada seseorang yang menyerukan bahwa
Muhammad telah terbunuh. Kami mundur, dan semua kaum pun (pasukan kaum muslim)
mundur, padahal sebelumnya kami banyak membunuh para pemegang panji pasukan
kaum musyrik, hingga tidak ada seorang pun dari mereka yang berani mendekat
kepadanya." Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa pemegang panji
pasukan kaum musyrik satu demi satu mati terbunuh hingga panji mereka dipegang
oleh Amrah binti Alqamah Al-Harisiyyah, lalu ia menyerahkan panji itu kepada
kabilah Quraisy, dan mereka langsung melipatnya.
As-Saddi meriwayatkan dari Abdu Khair, dari Ali ibnu
Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia sama sekali belum pernah
berpendapat bahwa ada seseorang di antara sahabat Rasulullah Saw. yang
menghendaki duniawi sebelum diturunkan kepada kami apa yang diturunkan oleh
Allah dalam Perang Uhud, yaitu firman-Nya: Di antara kalian ada orang yang
menghendaki dunia. dan di antara kalian ada orang yang menghendaki akhirat.
(Ali Imran: 152)
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur
dari Ibnu Mas'ud. Hal yang sama diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf dan Abu
Talhah. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ
لِيَبْتَلِيَكُمْ
Kemudian Allah memalingkan kalian dari mereka
untuk menguji kalian. (Ali Imran: 152)
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Rafi' —salah seorang dari Bani Addi
ibnun Najjar— yang menceritakan hadis berikut, bahwa Anas ibnu Nadr (paman Anas
ibnu Malik) sampai kepada Umar ibnul Khattab dan Talhah ibnu Ubaidillah yang
berada di tengah-tengah kaum Muhajirin dan Ansar, mereka menjatuhkan semua
senjata yang ada di tangan mereka. Anas ibnun Nadr bertanya, "Apakah yang
menyebabkan kalian melepas senjata kalian?" Mereka menjawab,
"Rasulullah Saw. telah gugur." Anas Ibnun Nadr berkata, "Lalu
apakah yang akan kalian lakukan dalam kehidupan sesudah peristiwa ini? Ayo
bangkitlah, dan majulah sampai titik darah penghabisan untuk membela apa yang
telah dibela beliau." Kemudian Anas ibnun Nadr menghadapi pasukan musuh dan
bertempur sendirian dengan gigihnya hingga gugur. Semoga Allah melimpahkan
keridaan-Nya kepadanya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Talhah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas ibnu Malik, bahwa
pamannya (yaitu Anas ibnun Nadr) tidak ikut dalam Perang Badar, lalu ia
mengatakan, "Aku tidak ikut dalam permulaan peperangan yang dilakukan oleh
Nabi Saw. (yakni Perang Badar). Sekiranya Allah memperkenankan aku ikut perang bersama
Rasulullah-Saw. di masa datang, sungguh Allah akan menyaksikan apa yang akan
aku lakukan." Lalu ia ikut dalam Perang Uhud. Ketika orang-orang (pasukan
kaum muslim) terpukul mundur, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku
meminta maaf kepada-Mu atas apa yang telah dilakukan mereka (pasukan kaum
muslim yang mundur), dan aku nyatakan kepada-Mu berlepas diri dari apa yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik." Kemudian ia maju dengan senjata
pedangnya. Ketika bersua dengan Sa'd ibnu Mu'az, ia bertanya, "Hendak ke
manakah engkau, hai Sa'd? Sesungguhnya aku menjumpai bau surga dari arah Uhud
ini." Lalu ia maju dan berperang dengan sengitnya hingga gugur. Tiada yang
mengenalnya, hanya saudara perempuannya sendiri yang mengenalnya melalui tahi
lalatnya atau jari jemarinya; sedangkan pada tubuhnya terdapat delapan puluh
luka lebih akibat sabetan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah.
Demikianlah menurut lafaz hadis yang
diketengahkan oleh Imam Bukhari.
Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sabit
ibnu Anas dengan lafaz yang semisal.
قَالَ الْبُخَارِيُّ [أَيْضًا] حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا
أَبُو حَمْزَةَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَب قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ حَجَّ الْبَيْتَ،
فَرَأَى قَوْمًا جُلُوسًا، فَقَالَ: مَنْ هَؤُلَاءِ القُعُودُ؟ قَالُوا: هَؤُلَاءِ
قُرَيْشٌ. قَالَ: مَنِ الشَّيْخُ؟ قَالُوا: ابْنُ عُمَر. فَأَتَاهُ فَقَالَ:
إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ شَيْءٍ فَحَدِّثْنِي. قَالَ: أنْشُدُك بِحُرْمَةِ هَذَا
الْبَيْتِ أَتَعْلَمُ أنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ فَرَّ يَوْمَ أُحُدٍ؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ: فَتَعْلَمُه تَغَيَّب عَنْ بَدْرٍ فَلَمْ يَشْهَدْهَا؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ: فتعْلم أَنَّهُ تَخَلَّفَ عَنْ بَيْعَةِ الرّضْوان فَلَمْ
يشهَدْها؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَكَبَّرَ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: تَعَالَ
لأخبرَك ولأبيَّن لَكَ عَمَّا سَأَلْتَنِي عَنْهُ. أَمَّا فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ
فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَفَا عَنْهُ، وَأَمَّا تَغَيُّبه عَنْ بَدْرٍ فَإِنَّهُ
كَانَ تحتَه بنتُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ
مَرِيضَةً، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إنَّ لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا وَسَهْمَه". وَأَمَّا
تَغَيُّبُهُ عَنْ بَيْعَةِ الرِّضْوَانِ فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ
مَكَّةَ مِنْ عُثْمَانَ لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ، فَبَعَثَ عثمانَ، فَكَانَتْ
بَيْعَةُ الرِّضْوَانِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ إِلَى مَكَّةَ. فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى: "هِذِهِ
يَدُ عُثْمَان". فَضَرَبَ بِهَا عَلَى يَدِهِ، فَقَالَ: "هِذِهِ يَدُ
عُثْمَان اذْهَبْ بِهَا الآنَ مَعَكَ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdan, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah. dari Usman ibnu
Mauhib yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang melakukan ibadah haji, lalu
ia melihat suatu kaum yang sedang duduk, maka ia bertanya, "Siapakah
mereka yang sedang duduk itu?" Orang-orang menjawab, "Mereka adalah
orang-orang Quraisy." Lelaki itu bertanya, "Siapakah guru mengaji
mereka?" Orang-orang menjawab, "Sahabat Ibnu Umar." Lalu ia
mendatanginya dan bertanya, "Sesungguhnya aku mau bertanya kepadamu
tentang sesuatu, maka aku memohon sudilah engkau menjawabnya." Ibnu Umar
berkata, "Bertanyalah." Ia berkata.”Aku bertanya kepadamu demi
kesucian Baitullah ini, tahukah engkau bahwa Usman ibnu Affan lari dalam Perang
Uhud?" Ibnu Umar menjawab, "Ya." Ia bertanya lagi, "Kalau
demikian, berarti engkau mengetahui pula bahwa dia absen dalam Perang Badar dan
tidak (mengikuti)nya?" Ibnu Umar menjawab, "Ya." Ia berkata
lagi, "Dan engkau pun pasti tahu pula bahwa dia absen pula dalam Bai'atur
Ridwan dan tidak menyaksikan (mengikuti)nya." Ibnu Umar menjawab,
"Ya." Lalu ia bertakbir. Maka Ibnu Umar berkata: Kemarilah, aku akan
menceritakan kepadamu dan menjelaskan kepadamu hal-hal yang engkau tanyakan
kepadaku tadi. Adapun mengenai dia (Usman) lari dalam Perang Uhud, maka aku
bersaksi bahwa Allah telah memaafkannya. Adapun mengenai ketidakhadirannya
dalam Perang Badar, karena sesungguhnya dia sedang merawat putri Nabi Saw. yang
menjadi istrinya yang saat itu sedang sakit. Maka Rasulullah Saw. bersabda
kepadanya, "Sesungguhnya engkau beroleh pahala seorang lelaki yang ikut
dalam Perang Badar dan juga bagian (ganimah)nya." Adapun mengenai
ketidakhadirannya dalam Bai'at Ridwan, kisahnya adalah seperti berikut.
Seandainya ada seseorang yang lebih dihormati di lembah Mekah daripada Usman,
niscaya Nabi Saw. akan mengutusnya sebagai delegasi menjadi ganti Usman. Maka
Nabi Saw. mengutus Usman, lalu terjadilah Bai'at Ridwan sesudah keberangkatan
Usman ke Mekah. Maka Nabi Saw. bersabda seraya mengisyaratkan dengan tangan
kanannya, "Inilah tangan Usman," lalu beliau menepukkan tangan
kanannya itu ke tangan kirinya seraya bersabda, "Ini adalah tangan
Usman, sekarang pergilah engkau bersamanya!"
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui
jalur lain dari Abu Uwwanah, dari Usman ibnu Abdullah ibnu Mauhib.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا
تَلْوُونَ عَلى أَحَدٍ
(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak
menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153)
Yakni kalian berpaling dari mereka (musuh kalian)
ketika kalian terpaksa naik ke atas bukit, lari dari musuh kalian.
Al-Hasan dan Qatadah membacanya tas'aduna,
yakni ketika kalian naik ke bukit.
{وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ}
dan tidak menoleh kepada seseorang pun.
(Ali Imran: 153),
Yaitu sedangkan kalian tidak menoleh kepada
seorang pun karena dalam keadaan kalut, takut, dan ngeri.
{وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ}
sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian
memanggil kalian. (Ali Imran: 153)
Artinya, kalian telah meninggalkan beliau di
belakang kalian, sedangkan beliau berseru memanggil kalian agar jangan lari
dari musuh, dan memerintahkan kalian agar kembali dan berperang menghadapi
musuh.
قَالَ السُّدِّي: لَمَّا شَدّ الْمُشْرِكُونَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ
بِأُحُدٍ فَهَزَمُوهُمْ، دَخَلَ بَعْضُهُمُ الْمَدِينَةَ، وَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ
فَوْقَ الْجَبَلِ إِلَى الصَّخْرَةِ فَقَامُوا عَلَيْهَا، وَجَعَلَ الرَّسُولُ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو النَّاسَ: "إليَّ عِبَادَ اللهِ،
إليَّ عِبَادَ اللَّهِ". فَذَكَرَ اللَّهُ صُعُودَهُمْ عَلَى الْجَبَلِ،
ثُمَّ ذَكَرَ دُعَاء النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاهُمْ
فَقَالَ: {إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ
فِي أُخْرَاكُمْ}
As-Saddi mengatakan, ketika tekanan pasukan kaum
musyrik bertambah berat atas pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud dan pasukan
kaum musyrik dapat memukul mundur pasukan kaum muslim, maka sebagian di antara
pasukan kaum muslim ada yang lari masuk ke Madinah, sedangkan sebagian yang
lain ada yang lari naik ke bukit dan berdiri di atas batu besar. Sedangkan
Rasulullah Saw. menyeru mereka melalui sabdanya, "Kemarilah kepadaku,
hai hamba-hamba Allah. Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah!" Allah
Swt. menceritakan perihal naiknya mereka ke atas bukit, lalu menceritakan pula
perihal seruan Nabi Saw. yang ditujukan kepada mereka melalui firman-Nya: (Ingatlah)
ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang
berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)
Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas,
Qatadah, Ar-Rab'i, dan Ibnu Zaid.
Abdullah ibnuz Zaba'ri menceritakan perihal
kekalahan pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud melalui qasidahnya, saat itu ia
masih musyrik dan belum masuk Islam. Dalam permulaan qasidahnya itu ia
mengatakan:
يَا
غُرَابَ الْبَيْنِ أَسْمَعْتَ فَقُلْ ... إِنَّمَا
تَنْطِقُ شَيْئًا قَدْ فُعِلْ
إِنَّ
لِلْخَيْرِ وَلِلشَّرِّ مَدًى ... وَكِلَا ذَلِكَ
وَجْهٌ وَقَبَلْ
Wahai
burung gagak pertanda perpisahan, apakah engkau mendengar? Katakanlah,
sesungguhnya engkau hanya mengatakan sesuatu yang telah terjadi. Sesungguhnya
bagi kebaikan dan keburukan itu ada masanya, masing-masing dari keduanya
mempunyai bagian muka dan bagian belakang{nya).
Sampai ia mengatakan dalam qasidahnya:
لَيْتَ
أَشْيَاخِي بِبَدْرٍ شَهِدُوا ... جَزَعَ
الْخَزْرَجِ مِنْ وَقْعِ الْأَسَلْ
حِينَ حَكَّتْ
بِقُبَاءٍ بَرْكَهَا ... وَاسْتَحَرَّ الْقَتْلُ
فِي عَبْدِ الْأَشَلْ
ثُمَّ خَفُّوا
عِنْدَ ذَاكُمْ رُقَّصَا ... رَقَصَ الْحَفَّانِ
يَعْلُو فِي الْجَبَلْ
فَقَتَلْنَا
الضِّعْفَ مِنْ أَشْرَافِهِمْ ... وَعَدَلْنَا
مَيْلَ بَدْرٍ فَاعْتَدَلْ
Aduhai,
sekiranya pemimpin-pemimpinku (yang mati) di Badar menyaksikan rintihan
orang-orang Khazraj karena tusukan tombak. Yaitu ketika mereka mengistirahatkan
unta kendaraannya di Quba, dan pembunuhan banyak yang terjadi di kalangan Bani
Abdul Asyal. Kemudian saat itulah mereka lari terbirit-birit bagaikan larinya
anak burung unta menaiki bukit. Kami dapat membunuh banyak orang dari kalangan
pemimpin mereka, maka tertebuslah kekalahan kami dalam Perang Badar, hingga keadaan
menjadi seimbang.
Al-hifan artinya anak burung unta. Saat
itu Nabi Saw. terkucil bersama dua belas orang dari kalangan
sahabat-sahabatnya.
Seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ia
mengatakan:
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا زُهَير، حَدَّثَنَا أَبُو
إِسْحَاقَ أَنَّ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ قَالَ: جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الرُّمَاةِ يَوْمَ أُحُدٍ -وَكَانُوا خَمْسِينَ
رَجُلًا-عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جُبير قَالَ: وَوَضَعَهُمْ مَوْضِعًا وَقَالَ: "إنْ
رَأَيْتُمُونَا تَخَطَّفَنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إلَيْكُمْ
وَإنْ رَأيْتُمُونَا ظَهَرنَا عَلَى الْعَدُوّ وأوَطأناهُمْ فَلا تَبْرَحُوا
حَتَّى أُرسِلَ إلَيْكُمْ قَالَ: فَهَزَمُوهُمْ. قَالَ: فَأَنَا وَاللَّهِ
رَأَيْتُ النِّسَاءَ يَشْتددن عَلَى الْجَبَلِ، وَقَدْ بَدَتْ أسْؤُقُهنّ
وخَلاخلُهُن رَافِعَاتٌ ثيابهُن، فَقَالَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ: الغَنِيمة،
أَيْ قَوْمُ الْغَنِيمَةَ، ظَهَرَ أَصْحَابُكُمْ فَمَا تَنْتَظِرُونَ ؟ قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جُبَيْرٍ: أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ لَكُمْ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: إنا والله لَنَأتيَن الناس
فَلنُصِبيَنَّ مِنَ الْغَنِيمَةِ. فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ
فَأَقْبَلُوا مُنْهَزِمِينَ، فَذَلِكَ الَّذِي يَدْعُوهُمُ الرَّسُولُ فِي
أُخْرَاهُمْ، فَلَمْ يَبْقَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ غَيْرُ اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا فَأَصَابُوا مِنَّا سَبْعِينَ، وَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأصحابُه أَصَابُوا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ بَدْر أَرْبَعِينَ وَمِائَةً: سَبْعِينَ أَسِيرًا
وَسَبْعِينَ قَتِيلًا. قَالَ أَبُو سُفْيَانَ: أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي
الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ أَفِي الْقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ -ثَلَاثًا -قَالَ: فَنَهَاهُمْ
رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجِيبُوهُ، ثُمَّ قَالَ:
أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافة؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ أَبِي قُحَافَةَ؟
أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ أَفِي الْقَوْمِ ابْنُ الْخَطَّابِ؟ ثُمَّ
أَقْبَلَ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: أَمَّا هَؤُلَاءِ فَقَدْ قُتِلُوا، قَدْ
كُفيتُمُوه. فَمَا مَلَكَ عُمَر نفسَه أَنْ قَالَ: كذبتَ وَاللَّهِ يَا عَدُوَّ
اللَّهِ، إِنَّ الَّذِينَ عَدَدْتَ لِأَحْيَاءٌ كُلُّهُمْ، وقد بَقى لك ما يسوؤك.
فَقَالَ يَوْمٌ بِيَوْمِ بَدْرٍ، وَالْحَرْبُ سِجَال، إِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ فِي
الْقَوْمِ مَثُلَةً لَمْ آمُرْ بِهَا وَلَمْ تَسُؤْنِي ثُمَّ أَخَذَ يَرْتَجِزُ،
يَقُولُ: اعلُ هُبَلْ. اعْلُ هُبَلْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوه ؟ " قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، مَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ".
قَالَ: لَنَا العُزَّى وَلَا عزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا تُجِيبُوهُ؟ ". قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: اللهُ مَوْلانَا وَلا
مَوْلَى لَكُمْ"
telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa,
telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu
Ishaq, dari Al-Barra ibnu Azib r.a. yang menceritakan bahwa dalam Perang Uhud
Rasulullah Saw. mengangkat Abdullah ibnu Jubair sebagai komandan pasukan
pemanah yang jumlahnya lima puluh orang. Nabi Saw. menempatkan mereka pada
suatu posisi yang strategis dan berpesan kepada mereka melalui sabdanya: Jika
kalian melihat kami disambar oleh burung-burung, janganlah kalian tinggalkan
tempat kalian sebelum aku mengirimkan utusan kepada kalian. Kaum muslim
dapat memukul mundur pasukan kaum musyrik. Al-Barra ibnu Azib r.a. mengatakan,
"Demi Allah, aku melihat kaum wanita berlari-lari dengan kencangnya menuju
ke arah bukit, sedangkan betis-betis mereka dan gelang-gelang kaki mereka
kelihatan karena mereka mengangkat kain mereka." Lalu teman-teman Abdullah
ibnu Jubair mengatakan, "Ganimah, hai kaum. ganimah! Teman-teman kalian
beroleh kemenangan, bagaimanakah menurut pandangan kalian?" Abdullah ibnu
Jubair berkata, "Apakah kalian lupa apa yang telah dipesankan oleh Rasulullah
Saw. kepada kalian?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami, demi Allah,
tetap akan datang kepada mereka dan kita pasti akan memperoleh bagian dari
ganimah." Ketika pasukan pemanah mendatangi teman-temannya yang beroleh
kemenangan, maka perhatian mereka berpaling, lalu pasukan kaum musyrik datang
menyerang mereka. Akhirnya keadaan menjadi terbalik, merekalah kini yang
terpukul mundur. Dalam peristiwa itulah Rasulullah Saw. memanggil mereka dari
arah belakang mereka. Rasulullah Saw. saat itu hanya ditemani oleh dua belas
orang lelaki, tujuh di antaranya gugur dalam membela Rasulullah Saw. Rasulullah
Saw. dan sahabatnya berhasil menangkap seratus empat puluh orang pasukan kaum
musyrik dalam Perang Badar; tujuh puluh orang di antaranya ditawan dalam keadaan
hidup, sedangkan yang tujuh puluh lagi telah gugur di medan perang. Abu Sufyan
berseru, "Apakah di antara kaum ada Muhammad, apakah di antara kaum
(pasukan kaum muslim) terdapat Muhammad?" Hal ini diucapkannya sebanyak
tiga kali. Tetapi Rasulullah Saw. melarang mereka menjawab seruan Abu Sufyan
itu. Kemudian Abu Sufyan berseru pula, "Apakah di antara kaum terdapat Abu
Quhafah, apakah di antara kaum ada Abu Quhafah? Apakah di antara kaum ada Ibnul
Khattab, apakah di antara kaum ada Ibnul Khattab?" Setelah itu ia kembali
bergabung dengan pasukan kaum musyrik dan berkata kepada mereka, "Mereka
telah terbunuh, dan sekarang kalian telah membungkam mereka." Maka Umar
tidak dapat menahan dirinya lagi, lalu ia berkata, "Engkau dusta. Demi
Allah, hai musuh Allah, sesungguhnya orang-orang yang kamu sebutkan tadi
semuanya masih hidup, Allah tetap membiarkan bagimu apa yang
menyusahkanmu." Abu Sufyan berkata, "Hari ini adalah pembalasan dari
Perang Badar; peperangan itu silih berganti. Sesungguhnya kalian akan menemukan
di antara kaum yang gugur ada orang yang dicincang yang tidak aku perintahkan,
maka janganlah kalian menyalahkan diriku." Kemudian Abu Sufyan berdendang,
mengalunkan syair yang bunyinya mengatakan, "Tinggilah Hubal, tinggilah
Hubal." Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa tidak kalian jawab
dia?" Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
yang harus kami katakan?" Rasulullah Saw. bersabda, "Katakanlah
bahwa Allah Mahatinggi lagi Mahaagung." Abu Sufyan berseru lagi,
"Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian tidak mempunyai Uzza."
Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa kalian tidak menjawabnya?"
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami katakan?"
Rasulullah Saw. bersabda memberikan petunjuknya: Katakanlah,
"Allah Penolong kami, sedangkan kalian tidak
mempunyai seorang penolong pun."
Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Zuhair
ibnu Mu'awiyah secara ringkas. Dia meriwayatkannya melalui hadis Israil, dari
Abu Ishaq dengan konteks yang lebih panjang dari hadis ini, seperti yang disebutkan
sebelumnya.
وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ فِي دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ مِنْ حَدِيثِ
عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّة، عَنْ أَبِي الزُّبَير، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: انْهَزَمَ
النَّاسُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ
وَبَقِيَ مَعَهُ أَحَدَ عَشَرَ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ، وَطَلْحَةُ بْنُ
عُبَيْدِ اللَّهِ وَهُوَ يَصْعَدُ الْجَبَلَ، فَلَقِيَهُمُ الْمُشْرِكُونَ،
فَقَالَ: "أَلَا أحَدٌ لِهَؤُلاءِ؟ " فَقَالَ طَلْحَةُ: أَنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "كمَا أنْتَ يَا طَلْحَةُ". فَقَالَ رَجُلٌ
مِنَ الْأَنْصَارِ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَاتَلَ عَنْهُ، وَصَعِدَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ بَقِيَ مَعَهُ، ثُمَّ
قُتل الْأَنْصَارِيُّ فَلَحِقُوهُ فَقَالَ: "أَلَا رجُلٌ لِهؤُلاءِ؟ "
فَقَالَ طَلْحَةُ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ قَوْلِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: فَأَنَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَاتَلَ عَنْهُ وَأَصْحَابُهُ يَصْعَدْنَ، ثُمَّ قُتِلَ
فَلَحِقُوهُ، فَلَمْ يَزَلْ يَقُولُ مِثْلَ قَوْلِهِ الْأَوَّلِ فَيَقُولُ
طَلْحَةُ: فَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَيَحْبِسُهُ، فَيَسْتَأْذِنُهُ رَجُلٌ
مِنَ الْأَنْصَارِ لِلْقِتَالِ فيأذَنُ لَهُ، فَيُقَاتِلُ مِثْلَ مَنْ كَانَ
قَبْلَهُ، حَتَّى لَمْ يَبْقَ مَعَهُ إِلَّا طَلْحَةُ فَغشَوْهما، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ لِهَؤلاءِ؟ " فَقَالَ
طَلْحَةُ: أَنَا. فَقَاتَلَ مثْل قِتَالِ جَمِيعِ مَنْ كَانَ قَبْلَهُ وَأُصِيبَتْ
أَنَامِلُهُ، فَقَالَ: حَسِّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "لوْ قُلْتَ: بِاسْمِ
اللهِ، وذَكرت اسْمَ اللَّهِ، لَرَفَعَتْكَ الملائِكَة والنَّاسُ يَنْظُرونَ
إلَيْكَ، حَتَّى تلجَ بِكَ فِي جَوِّ السَّمَاءِ"، ثُمَّ صَعِدَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَصْحَابِهِ وَهُمْ
مُجْتَمِعُونَ
Imam Baihaqi meriwayatkan di dalam kitab Dalailun
Nubuwwah melalui hadis Imarah ibnu Gazyah, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang
menceritakan bahwa ketika pasukan kaum muslim terpukul mundur dan meninggalkan
Rasulullah Saw. dalam Perang Uhud bersama sebelas orang lelaki dari kalangan
Ansar dan Talhah ibnu Ubaidillah, ketika itu Rasulullah Saw. sedang naik ke
bukit (mencari posisi yang kuat agar tidak dapat diserang oleh musuh). Maka
pasukan kaum musyrik mengejarnya. Lalu Nabi Saw. bersabda, "Tidakkah
ada seseorang yang menahan mereka?" Talhah berkata, "Akulah yang
akan menahan mereka, wahai Rasulullah." Tetapi Rasulullah Saw. bersabda,
"Engkau tetap bersamaku, hai Talhah." Maka seorang lelaki dari
kalangan Ansar berkata, "Akulah yang menahan mereka, wahai
Rasulullah." Lalu lelaki itu berperang, melindungi Nabi Saw.,sedangkan
Nabi Saw. terus naik ke bukit bersama orang-orang yang tersisa. Lelaki Ansar
itu gugur dan mereka melanjutkan pengejarannya, maka Nabi Saw. bersabda, "Adakah
seseorang yang mau menahan mereka?" Maka Talhah mengucapkan
kata-katanya seperti yang pertama tadi, dan Rasulullah Saw. mengucapkan pula
sabdanya seperti yang pertama (yakni mencegahnya). Kemudian seorang lelaki
Ansar berkata, "Wahai Rasulullah, akulah yang akan menahan mereka."
Lalu ia berperang, melindungi Nabi Saw.; sedangkan semua temannya naik ke
bukit. Tetapi akhirnya lelaki itu gugur, dan kaum musyrik terus mengejar Nabi
Saw. Nabi Saw. kembali mengatakan perkataannya yang pertama tadi, dan Talhah
selalu menjawabnya, "Wahai Rasulullah, akulah yang menahan mereka,"
tetapi Rasulullah Saw. selalu menahannya. Lalu seorang lelaki dari Ansar
meminta izin kepada Nabi Saw. untuk berperang, dan Nabi Saw. mengizinkannya,
lalu ia berperang seperti teman-teman yang mendahuluinya, hingga tiada yang
tersisa bersama Nabi Saw. selain dari Talhah sendiri. Maka kaum musyrik
mengepung keduanya, lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Siapakah yang mau
menahan mereka?" Talhah menjawab.”Akulah yang akan menahan
mereka." Kemudian Talhah berperang seperti yang dilakukan oleh semua orang
yang mendahuluinya, dan dalam perang itu jari tangannya terpotong, lalu ia
mengucapkan, "Aduh!" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya
engkau mengucapkan Bismillah dan menyebut asrna Allah (ketika terkena luka
itu), niscaya para malaikat mengangkatmu, sedangkan semua orang melihatmu
hingga para malaikat membawamu masuk ke langit. Kemudian Rasulullah Saw.
naik ke bukit, menyusul sahabat-sahabatnya yang saat itu berkumpul di atas
bukit.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar ibnu Abu
Syaibah, dari Waki', dari Ismail, dari Qais ibnu Abu Hazim yang mengatakan: Aku
melihat tangan Talhah yang pernah dipakai untuk melindungi Nabi Saw. (yakni
dalam Perang Uhud) dalam keadaan lumpuh.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis
Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Abu Usman An-Nahdi yang menceritakan
bahwa tiada seorang pun yang pernah berperang bersama-sama Rasulullah Saw.
dalam peperangan yang dilakukannya masih hidup selain dari Talhah ibnu
Ubaidillah dan Sa'd, yakni melalui hadis keduanya.
قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا ابْنُ مَرْوَانَ بْنِ
مُعَاوِيَةَ، عَنْ هَاشِمِ بْنِ هَاشِمٍ الزُّهْرِيِّ، قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ
بْنَ المسيَّب يَقُولُ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَاصٍّ [رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ] يقول: نَثُل لي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِنَانَتَهُ
يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ: "ارْمِ فِدَاكَ أبِي وأُمِّي".
Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Hisyam ibnu Hisyam
Az-Zuhri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab
bercerita; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas menceritakan hadis berikut,
bahwa Rasulullah Saw. dalam Perang Uhud mempersenjatai dirinya dengan panah
seraya bersabda: "Bidikkanlah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu."
Hadis tersebut diketengahkan oleh Imam Bukhari,
dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Marwan ibnu Mu'awiyyah.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Saleh ibnu Kaisan, dari salah seorang keluarga Sa'd, dari
Sa'd ibnu Abu Waqqas, bahwa dia dalam Perang Uhud membidik musuh untuk
melindungi Rasulullah Saw. Sa'd mengatakan, "Sesungguhnya aku melihat
Rasulullah Saw. memberikan anak panah kepadaku seraya bersabda: 'Bidikkanlah,
ayah dan ibuku menjadi tebusanmu!' hingga beliau memberiku anak panah yang
tidak ada ujung besinya. Maka aku pakai juga untuk membidik musuh."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis
Ibrahim ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas dari ayahnya yang menceritakan: Aku melihat
dalam Perang Uhud di sebelah kanan Nabi Saw. dan di sebelah kirinya terdapat
dua orang lelaki yang memakai pakaian putih, keduanya berperang melindungi
Rasulullah Saw. dengan gigih. Aku belum pernah melihat keduanya, baik sebelum
itu ataupun sesudahnya. Yang dimaksud oleh sahabat Sa’d dengan "keduanya'
adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail a.s.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu
Zaid dan Sabit, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. dalam Perang Uhud
terkucilkan bersama tujuh orang dari kalangan Ansar dan dua orang dari kalangan
Quraisy. Ketika pasukan kaum musyrik mengejar beliau, beliau bersabda, "Siapakah
yang mau mengusir mereka dari kita, dan baginya surga," atau "Dia
akan menjadi temanku di surga." Maka majulah seorang lelaki dari
kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Kemudian pasukan kaum
musyrik mengejar beliau, maka beliau bersabda, "Siapakah yang mau
mengusir mereka dari kita, dan baginya surga." Maka majulah seorang
lelaki dari kalangan Ansar yang langsung bertempur hingga gugur. Demikianlah
seterusnya hingga gugur tujuh orang. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada kedua
temannya, "Kita tidak berlaku adil kepada teman-teman kita."
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Hudbah ibnu
Khalid, dari Hammad ibnu Salamah dengan lafaz yang semakna.
قَالَ أَبُو الْأَسْوَدِ،
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ أبَيُّ بْنُ خَلَف، أَخُو بَنِي
جُمَح، قَدْ حَلَفَ وَهُوَ بِمَكَّةَ لَيَقْتُلَن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا بلغتْ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَلْفَتُه قَالَ: "بَلْ أنَا أقْتُلُهُ، إنْ شَاءَ اللَّهُ".
فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ أَقْبَلَ أبَي فِي الْحَدِيدِ مُقَنَّعا، وَهُوَ
يَقُولُ: لَا نَجَوْتُ إِنْ نَجَا مُحَمَّدٌ. فَحَمَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدُ قتْله، فَاسْتَقْبَلَهُ مُصْعَب بْنُ
عُمَير، أَخُو بَنِي عَبْدِ الدَّارِ، يَقِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَفْسِهِ، فَقُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ، وَأَبْصَرَ
رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرْقُوَة أُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
مِنْ فَرْجةَ بَيْنَ سَابِغَةِ الدِّرْعِ وَالْبَيْضَةِ، وَطَعَنَهُ فِيهَا
بِحَرْبَتِهِ، فَوَقَعَ إِلَى الْأَرْضِ عَنْ فَرَسِهِ، لَمْ يَخْرُجْ مِنْ
طَعْنَتِهِ دَمٌ، فَأَتَاهُ أَصْحَابُهُ فَاحْتَمَلُوهُ وَهُوَ يَخُورُ خُوار
الثَّوْرِ، فَقَالُوا لَهُ: مَا أَجْزَعَكَ إِنَّمَا هُوَ خَدْشٌ؟ فَذَكَرَ لَهُمْ
قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أقْتُلُ
أُبيا". ثُمَّ قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ هَذَا الَّذِي
بِي بِأَهْلِ ذِي المَجَاز لَمَاتُوا أَجْمَعُونَ. فَمَاتَ إِلَى النَّارِ،
فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ.
Abul Aswad meriwayatkan dari Urwah ibnuz Zubair yang
menceritakan bahwa dahulu Ubay ibnu Khalaf —saudara lelaki Bani Jumah— telah
bersumpah ketika di Mekah, bahwa dirinya benar-benar akan membunuh Rasulullah
Saw. Tatkala sumpahnya itu sampai terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau
Saw. bersabda: Tidak, bahkan akulah yang akan membunuhnya, jika Allah
mengizinkan. Ketika Perang Uhud berkobar, Ubay maju ke medan perang dengan
memakai topi besi yang menutupi seluruh kepalanya seraya berkata, "Aku
tidak akan selamat jika Muhammad selamat." Lalu ia langsung maju menyerang
ke arah Rasulullah Saw. dengan maksud untuk membunuhnya, tetapi ia dihadang
oleh Mus'ab ibnu Umair (saudara lelaki Bani Abdud Dar) untuk melindungi
Rasulullah Saw. dengan dirinya, hingga Mus'ab ibnu Umair gugur sebagai tameng
Rasulullah Saw. Saat itu juga Rasulullah Saw. melihat tenggorokan Ubay ibnu
Khalaf yang tampak di antara celah topi besi dan baju besinya, lalu beliau
menusuk celah tersebut dengan tombak pendeknya, hingga Ubay ibnu Khalaf
terjatuh dari kudanya ke tanah, tetapi dari tusukan itu tidak ada darah yang
mengalir. Teman-teman Ubay ibnu Khalaf datang membopongnya, sedangkan Ubay ibnu
Khalaf menjerit-jerit seperti suara sapi jantan (karena kesakitan). Lalu mereka
berkata kepadanya, "Apakah yang membuatmu merintih, sesungguhnya luka ini
hanyalah goresan saja." Kemudian disampaikan kepada mereka sabda
Rasulullah Saw. yang mengatakan, "Tidak, bahkan akulah yang akan membunuh
Ubay." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya apa yang telah menimpaku ini
ditimpakan kepada penduduk Zul Majaz, niscaya mereka mati semuanya." Akhirnya
Ubay ibnu Khalaf mati dan dimasukkan ke dalam neraka. Maka kebinasaanlah
bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11)
Musa ibnu Uqbah di dalam kitab Magazi-nya telah
meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dengan lafaz
yang semisal.
Muhammad ibnu Ishaq menceritakan, ketika
Rasulullah Saw. dalam keadaan terjepit di lereng bukit, Ubay ibnu Khalaf
mengejarnya seraya berkata, "Aku tidak akan selamat jika engkau
selamat." Maka pasukan kaum muslim berkata, "Wahai Rasulullah, ada
seorang lelaki yang menghadangnya dari kalangan kita." Rasulullah Saw.
bersabda, "Biarkanlah dia!' Ketika Ubay mendekat kepada Rasulullah
Saw., maka Rasulullah Saw. mengambil sebilah tombak dari Al-Haris ibnus Summah.
Menurut yang diceritakan kepadaku dari salah seorang kaum yang hadir,
disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw. mengambil tombak itu dari Al-Haris
ibnus Summah, maka Rasulullah Saw. terlebih dahulu menggerak-gerakkan tombak
itu sekali gerak hingga kami semua menjauh, bagaikan bulu unta yang
berterbangan bila seekor unta menggerak-gerakkan tubuhnya. Kemudian Ubay
dihadapi oleh Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. langsung dapat menusuknya
pada lehernya dengan sekali tusuk, hingga Ubay ibnu Khalaf terjatuh
berkali-kali dari atas kudanya karena tusukan tersebut.
Al-Waqidi meriwayatkan dari Yunus ibnu Bukair,
dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Abdullah ibnu
Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya hal yang semisal.
Al-Waqidi mengatakan, Ibnu Umar pernah mengatakan
bahwa Ubay ibnu Khalaf mati di Lembah Rabig. Sesungguhnya aku melewati Lembah
Rabig sesudah malam hari tiba, ternyata aku melihat api yang menyala-nyala di
hadapanku hingga aku takut. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki keluar dari
api itu dalam keadaan dibelenggu dengan rantai; ia diseret dan dalam keadaan
terbakar oleh kehausan. Tiba-tiba aku melihat ada seorang lelaki lain berkata,
"Jangan beri dia minum, karena sesungguhnya orang ini adalah orang yang
terbunuh oleh Rasulullah Saw. Inilah Ubay ibnu Khalaf."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui
riwayat Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«اشْتَدَّ
غَضَبُ اللَّهِ على قوم فعلوا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ- وَهُوَ حينئذ يشير إلى رباعيته- واشتد غَضَبُ اللَّهِ عَلَى رَجُلٍ
يَقْتُلُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ»
Murka Allah sangat keras terhadap suatu kaum
yang berani melakukan hal ini —seraya mengisyaratkan kepada gigi serinya—
kepada diri Rasulullah Saw. Dan murka Allah sangat keras terhadap lelaki yang
dibunuh oleh Rasulullah Saw. dalam perang sabilillah.
Imam Bukhari mengetengahkannya melalui hadis Ibnu
Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa murka Allah amat keras terhadap orang yang telah dibunuh oleh Rasulullah
Saw. dengan tangannya dalam perang sabilillah. Murka Allah amat keras terhadap
suatu kaum yang berani melukai wajah Rasulullah Saw.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa gigi seri Rasulullah
Saw. dirontokkan dan pelipisnya dilukai, juga bibirnya. Orang yang berani
melakukan demikian terhadap diri beliau adalah Atabah ibnu Abu Waqqas.
فَحَدَّثَنِي صَالِحُ بْنُ
كَيْسان، عَمَّنْ حَدَّثَهُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ قَالَ: مَا
حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ أَحَدٍ قَط مَا حَرَصْتُ عَلَى قَتْلِ عُتْبة بْنِ أَبِي
وَقَّاصٍّ وَإِنْ كَانَ مَا عَلِمْتُهُ لَسَيِّئَ الخلُق، مُبْغَضًا فِي قَوْمِهِ،
وَلَقَدْ كَفَانِي فِيهِ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى مَنْ دَمَّى وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ".
Saleh ibnu Kaisan meriwayatkan dari orang yang
menceritakan hadis ini dari Sa'd ibnu Abu Waqqas. Disebutkan bahwa Sa'd ibnu
Abu Waqqas pernah berkata, "Aku belum pernah ingin membunuh seseorang
seperti keinginanku untuk membunuh Atabah ibnu Abu Waqqas. Menurut
sepengetahuanku, dia adalah orang yang jahat perangainya lagi dibenci di
kalangan kaumnya. Sesungguhnya telah cukup bagiku mengenai dirinya, yaitu sabda
Rasulullah Saw. yang mengatakan: 'Murka Allah amat keras terhadap orang yang
berani melukai wajah Rasulullah Saw.'."
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا معْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
عن عُثْمَانَ الجزَري، عَنْ مقْسَم؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا عَلَى عُتْبةَ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍّ يَوْمَ أحُد حِينَ
كَسر رَبَاعيتَه ودَمى وَجْهَهُ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تَحُلْ عَلَيْهِ
الْحَوْل حَتَّى يموتَ كَافِرًا". فَمَا حَالَ عَلَيْهِ الحولُ حَتَّى مَاتَ
كَافِرًا إِلَى النَّارِ
Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Usman Al-Hariri, dari Miqsam, bahwa
Rasulullah Saw. telah mendoakan kebinasaan atas Atabah ibnu Abu Waqqas dalam
Perang Uhud, yaitu ketika Atabah berani merontokkan gigi serinya dan melukai
wajahnya. Beliau Saw. berdoa: Ya Allah, janganlah engkau lewatkan atas
dirinya masa satu tahun sebelum dia mati dalam keadaan kafir. Ternyata
belum lagi lewat masa satu tahun, dia telah mati dalam keadaan kafir dan masuk
neraka.
Al-Waqidi meriwayatkan dari Ibnu Abu Sabrah, dari
Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Farwah, dari Abul Huwairis, dari Nafi' ibnu Jubair
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar seorang Muhajirin menceritakan
kisah berikut, bahwa ia ikut dalam Perang Uhud, dan menyaksikan anak-anak panah
bertaburan dari berbagai arah mengarah ke suatu tempat, sedangkan Rasulullah
Saw. berada di tengah-tengah tempat itu, tetapi semua anak panah meleset
darinya. Sesungguhnya ia melihat Abdullah ibnu Syihab Az-Zuhri pada hari itu
(Perang Uhud) mengatakan, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad, aku tidak
akan selamat jika dia selamat," padahal saat itu Rasulullah Saw. berada di
sebelahnya tanpa ditemani oleh seorang pun, kemudian Abdullah ibnu Syihab
Az-Zuhri melewatinya. Maka Safwan mencelanya karena peristiwa tersebut. Tetapi
Ibnu Syihab menjawabnya, "Demi Allah, aku tidak melihatnya, aku bersumpah
dengan nama Allah bahwa dia terlindungi dari kita. Kami berangkat bersama empat
orang, dan kami berjanji untuk membunuhnya, tetapi kami tidak dapat melakukan
hal tersebut." Al-Waqidi mengatakan, menurut apa yang telah terbuktikan
pada kami, orang yang melukai kedua pelipis Rasulullah Saw. adalah Ibnu
Qumaiah, sedangkan yang melukai bibirnya dan merontokkan gigi serinya adalah
Atabah ibnu Abu Waqqas.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ
الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ يَحْيَى
بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ الله، أَخْبَرَنِي عِيسَى بْنُ طَلْحَةَ، عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ
عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، إِذَا ذَكَرَ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ كُله لِطَلْحَةَ، ثُمَّ
أَنْشَأَ يُحَدِّثُ قَالَ: كُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَاء يَوْمَ أُحُدٍ، فَرَأَيْتُ
رَجُلًا يُقَاتِلُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
دُونَهُ -وَأُرَاهُ قَالَ: حَميَّة فَقَالَ فَقُلْتُ: كُنْ طَلْحَةَ، حَيْثُ
فَاتَنِي مَا فَاتَنِي، فَقُلْتُ: يَكُونُ رَجُلًا مِنْ قَوْمِي أَحَبُّ إِلَيَّ،
وَبَيْنِي وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ رَجُلٌ لَا أَعْرِفُهُ، وَأَنَا أَقْرَبُ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ، وَهُوَ يَخْطِفُ
الْمَشْيَ خَطْفًا لَا أَحْفَظُهُ فَإِذَا هُوَ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ
الْجَرَّاحِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: وَقَدْ كُسِرَتْ رَبَاعِيتُه وشُجّ فِي وَجْهِهِ، وَقَدْ دَخَلَ فِي
وَجْنَته حَلْقَتَانِ مِنْ حِلَق المِغْفَر، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَليكُما صَاحِبَكُما". يُرِيدُ طَلْحَةَ، وَقَدْ
نَزَفَ، فَلَمْ نَلْتَفِتْ إِلَى قَوْلِهِ، قَالَ: وَذَهَبْتُ لِأَنْ
أَنْزِعَ ذَلِكَ مِنْ وَجْهِهِ، فَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ: أَقْسَمْتُ
عَلَيْكَ بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي. فَتَرَكْتُهُ، فَكَرِهَ أَنْ يَتَنَاوَلَهَا
بِيَدِهِ فَيُؤْذِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأزَمَّ
عَلَيْهَا بِفِيهِ فَاسْتَخْرَجَ إِحْدَى الْحَلْقَتَيْنِ، وَوَقَعَتْ ثَنيَّته
مَعَ الْحَلْقَةِ، ذَهَبْتُ لِأَصْنَعَ مَا صَنَعَ، فَقَالَ: أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ
بِحَقِّي لَمَا تَرَكْتَنِي، قَالَ: فَفَعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الْمَرَّةِ
الْأُولَى، فَوَقَعَتْ ثَنِيَّتُهُ الْأُخْرَى مَعَ الْحَلْقَةِ، فَكَانَ أَبُو
عُبَيْدَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَحْسَنَ النَّاسِ هَتْما، فَأَصْلَحْنَا مِنْ
شَأْنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ أَتَيْنَا
طَلْحَةَ فِي بَعْضِ تِلْكَ الْجِفَارِ، فَإِذَا بِهِ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ
أَقَلُّ أَوْ أَكْثَرُ مِنْ طَعْنَةٍ ورَمْيَة وَضَرْبَةٍ، وَإِذَا قَدْ قُطعَتْ
إِصْبَعُهُ، فَأَصْلَحْنَا مِنْ شَأْنِهِ.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Talhah ibnu
Ubaidillah, telah menceritakan kepadaku Isa ibnu Talhah, dari Ummul Mukminin
r.a. yang menceritakan bahwa sahabat Abu Bakar apabila teringat akan Perang
Uhud, ia selalu mengatakan, "Hari itu keseluruhannya merupakan hari bagi
Talhah." Selanjutnya Abu Bakar menceritakan peristiwa tersebut, bahwa dia
adalah orang yang mula-mula kembali ke medan perang dalam Perang Uhud. Lalu ia
melihat seorang lelaki yang sedang bertempur dengan gigihnya bersama Rasulullah
Saw. untuk melindunginya. Lalu aku (Abu Bakar) berkata, "Mudah-mudahan
engkau adalah Talhah, mengingat aku sendiri tidak dapat melakukannya karena ada
halangan yang menghambatku. Kalau memang demikian, berarti dia (Talhah) adalah
seorang lelaki dari kaumku yang paling aku cintai." Saat itu antara aku
(Abu Bakar) dan pasukan kaum musyrik terdapat seorang lelaki yang tidak aku
kenal, sedangkan posisiku lebih dekat kepada Rasulullah Saw. ketimbang dia. Dia
berjalan dengan langkah-langkah yang tidak kukenal sebelumnya, tetapi cukup
cepat. Setelah dekat, temyata dia adalah Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Ketika aku
sampai kepada Rasulullah Saw., kujumpai gigi serinya rontok dan wajahnya
terluka, dua mata rantai dari kerudung besinya melukai pipi beliau. Maka
Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu berdua harus menolong teman kamu,"
yang beliau maksud adalah Talhah. Saat itu darah mengucur dari luka beliau,
maka kami tidak mempedulikan ucapan beliau. Aku segera bersiap-siap mencabut
kedua mata rantai itu dari wajahnya, tetapi Abu Ubaidah berkata, "Aku
mohon kepadamu, biarkanlah aku yang menangani ini." Maka aku biarkan dia
melakukannya. Abu Ubaidah tidak suka mencabut dengan tangannya karena khawatir
akan membuat Rasulullah Saw. kesakitan, maka ia menggigit dengan mulutnya. Ia
dapat mencabut salah satu dari kedua mata rantai, tetapi bersamaan dengan itu
satu gigi serinya rontok. Maka aku (Abu Bakar) bermaksud untuk melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan Abu Ubaidah, tetapi Abu Ubaidah berkata,
"Aku mohon kepadamu, biarkanlah aku yang melakukan ini." Maka ia
lakukan seperti yang ia lakukan pada pertama kalinya tadi, dan gigi serinya
rontok pula bersama tercabutnya mata rantai terakhir. Sejak itu Abu Ubaidah
adalah orang ompong yang paling baik. Setelah kami merawat dan mengobati Rasulullah
Saw., kemudian kami menemui Talhah yang ada di salah satu galian, ternyata kami
jumpai pada tubuhnya kurang lebih tujuh puluh luka akibat tusukan tombak,
pukulan pedang, dan lemparan panah. Kami jumpai pula jari telunjuknya
terpotong, maka kami urus jenazahnya.
Al-Haisam ibnu Kulaib dan Imam Tabrani
meriwayatkannya melalui hadis Ishaq ibnu Yahya dengan lafaz yang sama.
Tetapi di dalam riwayat Al-Haisam disebutkan
bahwa Abu Ubaidah mengatakan, "Aku mohon kepadamu, hai Abu Bakar,
biarkanlah aku yang melakukan ini." Lalu Abu Ubaidah mencabut panah itu
dengan mulutnya secara pelan-pelan karena takut membuat Rasulullah Saw.
kesakitan. Akhimya anak panah itu berhasil ia cabut, tetapi bersamaan dengan
itu gigi serinya rontok. Lalu Al-Haisam melanjutkan kisahnya. Hadis ini dipilih
oleh Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi di dalam kitabnya.
Ali ibnul Madini menilai daif hadis ini ditinjau
dari jalur Ishaq ibnu Yahya. Karena sesungguhnya Ishaq ibnu Yahya dibicarakan
mempunyai kelemahan oleh Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, Imam Ahmad, Yahya ibnu
Mu'in, Imam Bukhari, Abu Zar'ah, Abu Hatim, Muhammad ibnu Sa'd, Imam Nasai
serta lain-lainnya.
قَالَ ابْنُ وَهْب: أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ عُمَر
بْنَ السَّائِبِ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ بَلَّغَهُ أَنَّ مَالِكًا أَبَا [أَبِي] سَعِيدٍ
الخُدْري لمَّا جُرِحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ
أُحُدٍ مَصّ الْجُرْحَ حَتَّى أَنْقَاهُ وَلَاحَ أَبْيَضَ، فَقِيلَ لَهُ: مُجَّه.
فَقَالَ: لَا وَاللَّهِ لَا أَمُجُّهُ أَبَدًا. ثُمَّ أَدْبَرَ يُقَاتِلُ، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ
إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فلينظُرْ إِلَى هَذَا " فَاسْتُشْهِدَ
Ibnu Wahb meriwayatkan, telah menceritakan
kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Umar ibnus Saib pernah menceritakan kepadanya
bahwa Malik (yaitu ayah sahabat Abu Sa'id Al-Khudri) ketika Rasulullah Saw.
terluka dalam Perang Uhud, maka ia menyedot luka itu dengan mulutnya hingga
bersih dan tampak putih. Lalu dikatakan kepadanya, "Ludahkanlah!"
Malik menjawab, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengeluarkannya untuk
selama-lamanya." Kemudian Malik berbalik dan maju bertempur, maka Nabi
Saw. bersabda: Barang siapa yang ingin melihat seorang lelaki dari penduduk
surga, hendaklah ia memandang orang ini. Akhirnya Malik gugur sebagai
syuhada.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui
jalur Abdul Aziz ibnu Abu Hazm, dari ayahnya, dari Sahl ibnu Sa'd, bahwa ia
pernah ditanya mengenai luka yang dialami oleh Rasulullah Saw. Maka ia
menjawab: Wajah Rasulullah Saw. terluka dan gigi serinya rontok serta topi besi
yang ada di kepalanya pecah. Maka Siti Fatimah mencuci darahnya, dan sahabat
Ali mengucurkan air dengan tameng. Ketika Fatimah melihat bahwa air tidak dapat
menghentikan darah, bahkan justru bertambah banyak; maka ia mengambil sepotong tikar,
lalu ia bakar hingga menjadi abu, kemudian abunya ia tempelkan ke anggota yang
luka, maka barulah darah berhenti.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَأَثابَكُمْ غَمًّا
بِغَمٍّ
Karena itu, Allah menimpakan atas kalian
kesedihan atas kesedihan. (ali Imran: 153)
Yakni Allah membalas kalian dengan kesusahan di
atas kesusahan yang lain. Perihalnya sama dengan perkataan orang-orang Arab,
"Engkau tinggal di Bani Fulan, juga tinggal di Bani Anu." Menurut
Ibnu Jarir, demikian pula makna firman-Nya:
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي
جُذُوعِ النَّخْلِ
dan sesungguhnya aku
akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. (Taha:
71)
'Ala juzu'in nakhli, artinya pada
pangkal pohon kurma.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa kesusahan pertama
disebabkan kekalahan dan ketika diserukan bahwa Muhammad Saw. telah terbunuh.
Sedangkan kesusahan yang kedua ialah ketika pasukan kaum musyrik menduduki
posisi yang lebih tinggi daripada mereka di atas bukit, dan Nabi Saw. bersabda:
«اللَّهُمَّ
لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَعْلُونَا»
Ya Allah, mereka tidak boleh lebih tinggi
daripada kita.
Dan diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Auf,
bahwa kesusahan yang pertama disebabkan kekalahan, sedangkan kesusahan yang
kedua terjadi ketika diserukan bahwa Nabi Muhammad Saw. telah terbunuh. Berita yang
kedua ini mereka rasakan lebih berat ketimbang kekalahan yang mereka derita.
Kedua asar tersebut diriwayatkan oleh Ibnu
Murdawaih. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Umar ibnul Khattab.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah.
As-Saddi mengatakan bahwa kesusahan pertama
disebabkan telah luput dari mereka ganimah dan kemenangan. Kesusahan yang kedua
karena musuh beroleh kemenangan atas mereka.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas
kesedihan. (Ali Imran: 153) Yaitu kesusahan di atas kesusahan, dengan
terbunuhnya sebagian di antara saudara-saudara kalian, musuh kalian menang atas
kalian, dan kesedihan yang mencekam hati kalian ketika mendengar bahwa Nabi
kalian telah dibunuh. Hal tersebut terjadi menimpa kalian secara
berturut-turut, hingga menjadi kesedihan di atas kesedihan.
Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa kesusahan
pertama karena mereka mendengar bahwa Nabi Muhammad dibunuh, kesusahan yang kedua
ialah pembunuhan dan pelukaan yang diderita mereka dalam perang itu. Telah
diriwayatkan dari Qatadah serta Ar-Rabi' ibnu Anas hal yang sebaliknya.
Diriwayatkan dari As-Saddi bahwa kesedihan yang
pertama karena kemenangan dan ganimah terlepas dari tangan mereka. Kesedihan
kedua karena musuh dapat mengalahkan mereka dan berada di atas mereka. Pendapat
ini telah disebut keterangannya dari As-Saddi.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar
di antara semuanya ialah pendapat orang yang mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Karena itu, Allah menimpakan atas kalian kesedihan atas
kesedihan. (Ali Imran: 153) karena itu, Allah menggantikan nikmat kalian
—hai orang-orang mukmin— dengan terhalangnya kalian mendapat ganimah dari kaum
musyrik dan kemenangan atas mereka serta mendapat bantuan untuk menghadapi
mereka, sehingga kalian banyak yang gugur dan mengalami luka-luka pada hari
itu. Padahal pada mulanya Allah telah memperlihatkan kepada kalian dalam
kesemuanya itu hal-hal yang kalian sukai. Hal ini terjadi karena kalian durhaka
terhadap Tuhan kalian dan kalian berani melanggar perintah nabi kalian. Kini
kalian menjadi sedih setelah kalian menduga bahwa nabi kalian telah dibunuh,
musuh berhasil memukul mundur kalian, dan keadaannya menjadi terbalik.
*******************
Firman Allah Swt:
{لِكَيْلا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ}
supaya kalian jangan bersedih hati terhadap
apa yang luput dari kalian. (Ali Imran: 153)
Yakni ganimah dan kemenangan atas musuh kalian
yang luput dari tangan kalian.
{وَلا مَا أَصَابَكُمْ}
dan terhadap apa yang menimpa kalian. (Ali
Imran: 153)
Yaitu berupa luka-luka yang banyak dialami oleh
kalian, juga yang terbunuh. Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas, Abdur
Rahman ibnu Auf, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.
{وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ}
Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.
(Ali Imran: 153)
Mahasuci Allah dengan segala puji-Nya, tidak ada
Tuhan selain Allah Yang Mahaagung lagi Mahatinggi.
Ali Imran, ayat 154-155
ثُمَّ
أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعاساً يَغْشى طائِفَةً
مِنْكُمْ وَطائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ
الْحَقِّ ظَنَّ الْجاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ
قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا
يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كانَ لَنا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنا
هاهُنا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ
الْقَتْلُ إِلى مَضاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ
وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ (154)
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعانِ إِنَّمَا
اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ
عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (155)
Kemudian setelah
kalian berduka cita, Allah menurunkan kepada kalian keamanan (berupa) kantuk
yang meliputi segolongan dari kalian, sedangkan segolongan lagi telah
dicemaskan oleh dirinya sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap
Allah seperti sangkaan Jahiliah. Mereka berkata, "Apakah ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah,
"Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka
menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;
mereka berkata, "Sekiranya ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini."
Katakanlah, "Sekiranya kalian berada di rumah kalian, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam
dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha
Mengetahui isi hati. Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kalian
pada hari bertemu dua pasukan itu, tiada lain mereka digelincirkan oleh setan,
disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan
sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.
Allah Swt. berfirman menyebutkan apa yang pernah
Dia turunkan kepada hamba-hamba-Nya berupa ketenangan dan rasa aman, yaitu
kantuk yang meliputi mereka, sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan
menyandang senjatanya. Hal tersebut terjadi di saat mereka dalam keadaan sedih
dan susah.
Rasa kantuk dalam keadaan seperti itu menunjukkan
situasi telah aman, seperti halnya disebutkan di dalam surat Al-Anfal dalam
kisah Perang Badar melalui firman-Nya:
إِذْ يُغَشِّيكُمُ
النُّعاسَ أَمَنَةً مِنْهُ
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kalian
mengantuk sebagai suatu penenteraman dari-Nya. (Al-Anfal: 11), hingga akhir
ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im dan
Waki', dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Razin, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
mengatakan bahwa rasa kantuk dalam peperangan dari Allah, sedangkan rasa kantuk
dalam salat dari setan.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Khalifah pernah
menceritakan kepadanya, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zura'i, telah
menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah yang
mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang diliputi rasa kantuk dalam Perang
Uhud, hingga pedangku terjatuh dari tanganku berkali-kali; ia terjatuh, lalu
aku ambil dan jatuh lagi, kemudian aku ambil lagi.
Hal yang sama diriwayatkan pula di dalam kitab
Al-Magazi secara ta'liq.
Imam Bukhari meriwayatkannya di dalam kitab
tafsir secara musnad dari Syaiban, dari Qatadah, dari Anas, dari Abu Talhah
yang menceritakan: Kantuk menimpa kami dalam Perang Uhud, padahal kami berada
dalam barisan kami. Abu Talhah melanjutkan kisahnya, "Maka pedangku
terlepas dari tanganku, lalu aku mengambilnya, tetapi terlepas lagi, dan
kuambil lagi."
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Hakim
meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, dari
Abu Talhah yang menceritakan: Aku mengangkat kepalaku dalam Perang Uhud, lalu
aku melihat-lihat, ternyata tidak ada seorang pun dari kalangan mereka (pasukan
kaum muslim) pada hari itu. melainkan ia menyandarkan tubuhnya pada tamengnya
(perisainya) karena kantuk.
Lafaz hadis ini berdasarkan riwayat Imam Turmuzi,
dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan sahih.
Imam Nasai meriwayatkannya pula dari Muhammad
ibnul Musanna, dari Khalid ibnul Haris, dari Abu Qutaibah, dari Ibnu Abu Addi;
keduanya dari Humaid, dari Anas yang menceritakan bahwa Abu Talhah pernah
mengatakan: Aku termasuk orang-orang yang terkena rasa kantuk. hingga akhir
hadis. Hal yang sama diriwayatkan dari Az-Zubair dan Abdur Rahman ibnu Auf.
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepadaku Abul Husain
Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Saqafi,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnul Mubarak
Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Syaiban, dari Qatadah, telah menceritakan kepada kami
Anas ibnu Malik, bahwa Abu Talhah pernah menceritakan, "Kami tertimpa rasa
kantuk dalam Perang Uhud, sedangkan kami berada dalam barisan kami. Maka
pedangku terlepas dari tanganku, lalu aku memungutnya; dan terjatuh lagi, lalu
aku pungut kembali." Abu Talhah melanjutkan kisahnya, bahwa ada segolongan
lain, yaitu orang-orang munafik; mereka tidak mementingkan kecuali hanya diri
mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang yang sangat pengecut, penakut, dan
paling melecehkan perkara hak. mereka menyangka yang tidak benar terhadap
Allah seperti sangkaan Jahiliah. (Ali Imran: 154) Yakni sesungguhnya mereka
tiada lain adalah orang-orang yang bimbang dan ragu terhadap Allah Swt.
Demikianlah dengan tambahan ini, dia
meriwayatkannya, seakan-akan kalimat ini adalah perkataan Qatadah.
Memang apa yang dikatakannya itu benar, karena
Allah Swt. berfirman;
{ثُمَّ أَنزلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ
الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَى طَائِفَةً مِنْكُمْ}
Kemudian setelah kalian berduka cita, Allah
menurunkan kepada kalian keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari
kalian. (Ali Imran: 154)
Artinya, mereka yang mengalami kantuk ini adalah
ahli iman, percaya dan teguh dalam pertempuran, bertawakal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya. Mereka adalah orang-orang yang merasa pasti bahwa Allah Swt.
pasti akan membantu dan menolong Rasul-Nya dan melaksanakan baginya apa yang
dicita-citakannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ
أَنْفُسُهُمْ}
sedangkan segolongan lagi dicemaskan oleh diri
mereka sendiri. (Ali Imran: 154)
Yakni mereka tidak terkena kantuk karena hati
mereka diliputi oleh rasa khawatir, gusar, dan takut.
{يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ
الْجَاهِلِيَّةِ}
mereka menyangka yang tidak benar terhadap
Allah seperti sangkaan Jahiliah. (Ali Imran: 154)
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam
ayat lain, yaitu:
بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ
يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلى أَهْلِيهِمْ أَبَداً
Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan
orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka
selama-lamanya. (Al-Fath: 12), hingga akhir ayat.
Demikian pula halnya mereka (orang-orang
munafik), mereka berkeyakinan ketika kaum musyrik beroleh kemenangan saat itu,
bahwa saat itu merupakan saat penentuan, dan bahwa Islam beserta para
pemeluknya telah lenyap. Demikian perihal orang-orang yang ragu; jika terjadi
suatu peristiwa yang buruk, timbul dugaan yang jelek seperti itu.
*******************
Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal mereka
yang munafik itu melalui firman-Nya:
{يَقُولُونَ}
Mereka berkata. (Ali Imran: 154)
Yakni dalam keadaan seperti itu.
{هَلْ لَنَا مِنَ الأمْرِ مِنْ شَيْءٍ}
"Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini?" (Ali Imran: 154)
Maka dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ الأمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya urusan itu
seluruhnya di tangan (kekuasaan) Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati
mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. (Ali Imran: 154)
Kemudian apa yang mereka sembunyikan dalam hati
mereka itu dibeberkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأمْرِ
شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا}
Mereka berkata, "Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan
dibunuh (dikalahkan) di sini." (Ali Imran: 154)
Maksudnya, mereka menyembunyikan ucapan ini dari
pengetahuan Rasulullah Saw.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Yahya Ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari
Abdullah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa Az-Zubair pernah menceritakan
hadis berikut: Ketika aku sedang bersama Rasulullah Saw., yaitu di saat rasa
takut sangat mencekam kami, maka Allah mengirimkan kantuk yang meliputi diri
kami. Maka tidak ada seorang lelaki pun dari kami melainkan dagunya menempel
pada dadanya (karena tertidur). Az-Zubair melanjutkan kisahnya, "Demi
Allah, aku benar-benar mendengar suara Mu'tib ibnu Qusyair yang suaranya
kudengar seperti hanya dalam mimpi. ia mengatakan: 'Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan
dibunuh (dikalahkan) di sini." Kata-kata itu selalu kuingat."
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Mereka
berkata, '"Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini."
(Ali Imran: 154) karena perkataan Mu'tib itu. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي
بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلى مَضاجِعِهِمْ
Katakanlah, "Sekiranya kalian berada di
rumah kalian, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu
keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." (Ali Imran: 154)
Yakni hal ini merupakan takdir yang ditentukan
oleh Allah Swt. Dan merupakan keputusan-Nya yang tidak dapat dielakkan lagi
darinya dan tidak ada jalan selamat baginya.
Firman Allah Swt.:
وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا
فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa
yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati
kalian. (Ali Imran: 154)
Yaitu menguji kalian melalui apa yang terjadi
pada diri kalian agar dapat dibedakan antara yang buruk dan yang baik, dan akan
tampak nyata perbedaan antara orang mukmin dan orang munafik di mata
orang-orang, baik dalam ucapan maupun perbuatannya.
{وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Allah mengetahui isi hati. (Ali Imran:
154)
Yakni mengetahui semua yang tersimpan di dalam
hati berupa rahasia dan hal-hal yang terpendam padanya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ
الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا
كَسَبُوا}
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di
antara kalian pada hari bertemu dua pasukan itu, tiada lain mereka
digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka
perbuat. (Ali Imran: 155)
Yaitu karena sebagian dosa-dosa yang mereka
perbuat di masa silam. Perihalnya sama seperti apa yang dikatakan oleh seorang
ulama Salaf, bahwa sesungguhnya termasuk pahala kebaikan ialah kebaikan
sesudahnya, dan sesungguhnya termasuk balasan keburukan ialah keburukan
sesudahnya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ}
dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf
kepada mereka. (Ali Imran: 155)
Maksudnya, memaafkan perbuatan yang pernah mereka
lakukan, yaitu lari dari medan perang.
{إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ}
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun. (Ali Imran: 155)
Yakni Yang mengampuni dosa, Yang sabar terhadap
makhluk-Nya, dan Yang memaafkan kesalahan mereka.
Dalam hadis sahabat Ibnu Umar disebutkan perihal
sahabat Usman, yakni tentang perbuatan melarikan diri dari medan Uhud, bahwa
Allah telah memaafkannya bersama orang-orang yang diberi maaf oleh-Nya.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: dan sesungguhnya Allah
telah memaafkan kalian. (Ali Imran: 152)
Dalam pembahasan ini sangat sesuai bila
disebutkan apa yang telah dikatakan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، عَنْ
عَاصِمٍ، عَنْ شَقِيقٍ، قَالَ: لَقِيَ عبدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ الْوَلِيدَ
بْنَ عُقْبَةَ فَقَالَ لَهُ الْوَلِيدُ: مَا لِي أَرَاكَ جفوتَ أَمِيرَ
الْمُؤْمِنِينَ عثمانَ؟ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ: أَبْلِغْهُ أَنِّي لَمْ
أَفِرَّ يَوْمَ عَيْنَيْن -قَالَ عَاصِمٌ: يَقُولُ يَوْمَ أُحُدٍ-وَلَمْ
أَتَخَلَّفْ عَنْ بَدْرٍ، وَلَمْ أَتْرُكْ سُنة عُمَرَ. قَالَ: فَانْطَلَقَ فَخَبر
ذَلِكَ عُثْمَانَ، قَالَ: فَقَالَ: أَمَّا قَوْلُهُ: إِنِّي لَمْ أَفِرَّ يَوْمَ
عَيْنَيْن َكَيْفَ يعَيرني بذَنْب قَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ: {إِنَّ
الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا
اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ
عَنْهُمْ} وَأَمَّا قولُهُ: إِنِّي تَخَلَّفْتُ يَوْمَ بَدْرٍ فَإِنِّي كُنْتُ
أُمَرِّضُ رقَيَّة بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَتَّى مَاتَتْ، وَقَدْ ضَرَبَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِسَهْمٍ، وَمَنْ ضَرَبَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِسَهْمٍ فَقَدْ شهِد. وَأَمَّا قَوْلُهُ: "إِنِّي لَمْ أَتْرُكْ
سنَّة عُمَرَ" فَإِنِّي لَا أُطِيقُهَا وَلَا هُوَ، فَأْتِهِ فَحَدِّثْهُ
بذلك
telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu
Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, dari Asim, dari Syaqiq yang
mengatakan bahwa sahabat Abdur Rahman ibnu Auf bersua dengan Al-Walid ibnu
Uqbah. Maka Al-Walid bertanya kepadanya, "Mengapa aku melihatmu selalu
menjauh dari Amirul Mukminin Usman?" Abdur Rahman menjawabnya,
"Sampaikanlah kepadanya bahwa aku tidak lari dalam Perang Hunain —Asim
mengatakan, yang dimaksud oleh Abdur Rahman ialah Perang Uhud—Aku tidak absen
dalam Perang Badar, aku tidak meninggalkan sunnah Umar." Lalu Al-Walid
berangkat dan menyampaikan hal tersebut kepada Usman. Maka Usman menjawab,
"Mengenai ucapannya yang mengatakan bahwa ia tidak lari dalam Perang
Hunain, mengapa dia begitu tega mencela diriku dengan kata-kata tersebut,
padahal Allah telah memaafkan kejadikan itu melalui firman-Nya: 'Sesungguhnya
orang-orang yang berpaling di antara kalian pada hari bertemu dua pasukan itu,
tiada lain mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang
telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf
kepada mereka' (Ali Imran: 155). Ucapannya yang mengatakan bahwa aku tidak
ikut dalam Perang Badar, sesungguhnya aku saat itu sedang merawat Ruqayyah
binti Rasulullah Saw. hingga wafat, dan Rasulullah Saw. telah memberikan suatu
bagian untukku; dan barang siapa yang telah dibuatkan untuknya satu bagian oleh
Rasulullah Saw., berarti dia dianggap ikut dalam perang tersebut. Ucapannya
yang mengatakan bahwa aku meninggalkan sunnah Umar, sesungguhnya aku tidak
mampu mengerjakannya, begitu pula dirinya. Kembalilah kamu kepadanya dan
ceritakanlah hal ini kepadanya!"
Ali Imran, ayat 156-158
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقالُوا لِإِخْوانِهِمْ
إِذا ضَرَبُوا فِي الْأَرْضِ أَوْ كانُوا غُزًّى لَوْ كانُوا عِنْدَنا مَا ماتُوا
وَما قُتِلُوا لِيَجْعَلَ اللَّهُ ذلِكَ حَسْرَةً فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ
يُحْيِي وَيُمِيتُ وَاللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (156) وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ
مِمَّا يَجْمَعُونَ (157) وَلَئِنْ مُتُّمْ أَوْ قُتِلْتُمْ لَإِلَى اللَّهِ
تُحْشَرُونَ (158)
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik)
itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan
perjalanan di muka bumi atau mereka berperang, "Kalau mereka tetap
bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat
(dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu Allah menimbulkan rasa
penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan.
Dan Allah melihat apa yang kalian kerjakan. Dan sungguh kalau kalian gugur di
jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagi
kalian) daripada harta rampasan yang mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kalian
meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kalian dikumpulkan.
Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin
meniru orang-orang kafir dalam akidah mereka yang rusak. Hal tersebut diketahui
melalui ucapan mereka terhadap saudara-saudara mereka yang mati dalam
perjalanan dan yang mati dalam peperangan. Seandainya mereka yang mati itu
tidak melakukan hal tersebut, niscaya mereka tidak akan tertimpa apa yang
menimpa mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ كَفَرُوا وَقَالُوا لإخْوَانِهِمْ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
seperti orang-orang kafir itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka.
(Ali Imran: 156)
Yakni perihal saudara-saudara mereka.
{إِذَا ضَرَبُوا فِي الأرْضِ}
apabila mereka mengadakan perjalanan di muka
bumi. (ali Imran: 156)
Maksudnya, mereka melakukan perjalanan untuk
niaga atau tujuan lainnya.
{أَوْ كَانُوا غُزًّى}
atau mereka berperang. (Ali Imran: 156)
Yaitu mereka berada dalam peperangan.
{لَوْ كَانُوا عِنْدَنَا}
Kalau mereka tetap bersama-sama kita. (Ali
Imran: 156)
Yakni tetap tinggal di dalam kota.
{مَا مَاتُوا وَمَا قُتِلُوا}
tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.
(Ali Imran: 156)
Yakni mereka tidak mati dalam perjalanan dan
tidak terbunuh dalam peperangan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِيَجْعَلَ اللَّهُ ذَلِكَ حَسْرَةً فِي
قُلُوبِهِمْ}
Sebagai akibat dari hal itu Allah menimbulkan
rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. (Ali Imran: 156)
Artinya, Allah menimbulkan keyakinan ini dalam
hati mereka agar penyesalan mereka makin bertambah terhadap orang-orang mereka
yang mati dan terbunuh.
Kemudian Allah menjawab mereka melalui
firman-Nya:
{وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Allah menghidupkan dan mematikan. (Ali
Imran: 156)
Yakni semua makhluk berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, dan hanya kepada Allah-lah urusan itu dikembalikan. Tidak ada
seorang pun yang hidup dan tidak ada seorang pun yang mati kecuali berdasarkan
kehendak dan takdir-Nya. Tidak ditambahkan pada umur seseorang, tidak pula
dikurangi sesuatu dari usianya kecuali dengan keputusan dan takdir Allah.
{وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan Allah melihat apa yang kalian kerjakan.
(Ali Imran: 156)
Yaitu pengetahuan dan penglihatan Allah menembus
semua makhluk-Nya, tidak ada sesuatu pun yang samar dari perkara mereka bagi
Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ
Dan sungguh kalau kalian gugur di jalan Allah
alau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagi kalian)
daripada harta rampasan yang mereka kumpulkan. (Ali Imran; 157)
Ayat ini mengandung makna yang menunjukkan bahwa
mati terbunuh di jalan Allah merupakan sarana untuk memperoleh rahmat Allah,
ampunan, dan rida-Nya. Hal ini jelas lebih baik daripada tetap hidup di dunia
dan mengumpulkan semua perbendaharaannya yang fana itu.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa semua
orang yang mati atau terbunuh, tempat kembali dan kepulangannya hanyalah kepada
Allah Swt. Lalu Allah akan memberikan balasan kepadanya sesuai dengan amal
perbuatannya. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik pula; dan jika
amal perbuatannya buruk, maka balasannya buruk pula. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{وَلَئِنْ مُتُّمْ أَوْ قُتِلْتُمْ لإلَى
اللَّهِ تُحْشَرُونَ}
Dan sungguh jika kalian meninggal atau gugur,
tentulah kepada Allah saja kalian dikumpulkan. (Ali Imran: 158)
Ali Imran, ayat 159-164
فَبِما
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ
فِي الْأَمْرِ فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ (159) إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلا غالِبَ لَكُمْ وَإِنْ
يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (160) وَما كانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ
يَغْلُلْ يَأْتِ بِما غَلَّ يَوْمَ الْقِيامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا
كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (161) أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوانَ اللَّهِ كَمَنْ
باءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْواهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (162) هُمْ
دَرَجاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِما يَعْمَلُونَ (163) لَقَدْ مَنَّ
اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ
يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتابَ
وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (164)
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Jika Allah menolong kalian, maka tak
adalah orang yang dapat mengalahkan kalian; jika Allah membiarkan kalian (tidak
memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kalian
(selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal. Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam
urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan
rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak dianiaya.
Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali
membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat
di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Sungguh Allah
telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di
antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Allah Swt berfirman kepada rasul-Nya seraya
menyebutkan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya kepada dia, juga kepada
orang-orang mukmin; yaitu Allah telah membuat hatinya lemah lembut kepada
umatnya yang akibatnya mereka menaati perintahnya dan menjauhi larangannya,
Allah juga membuat tutur katanya terasa menyejukkan hati mereka.
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ
لَهُمْ}
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. (Ali Imran: 159)
Yakni sikapmu yang lemah lembut terhadap mereka,
tiada lain hal itu dijadikan oleh Allah buatmu sebagai rahmat buat dirimu dan
juga buat mereka.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. (Ali Imran: 159) Yaitu berkat rahmat Allah-lah kamu dapat
bersikap lemah lembut terhadap mereka.
Huruf ma merupakan silah; orang-orang Arab
biasa menghubungkannya dengan isim makrifat, seperti yang terdapat di dalam
firman-Nya:
فَبِما نَقْضِهِمْ
مِيثاقَهُمْ
Maka disebabkan mereka melanggar perjanjian
itu. (An-Nisa: 155)
Dapat pula dihubungkan dengan isim nakirah,
seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
عَمَّا قَلِيلٍ
Dalam sedikit waktu. (Al-Mu’minun: 40)
Demikian pula dalam ayat ini disebutkan melalui
firman-Nya:
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ
لَهُمْ}
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. (Ali Imran: 159) Yakni karena rahmat
dari Allah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa begitulah
akhlak Nabi Muhammad Saw. yang diutus oleh Allah, dengan menyandang akhlak ini.
Makna ayat ini mirip dengan makna ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kalian
seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan
kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَيْوة، حَدَّثَنَا بَقِيَّة،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ، حَدَّثَنِي أَبُو رَاشِدٍ الحُبْراني قَالَ:
أَخَدَ بِيَدِي أَبُو أمَامة الْبَاهِلِيُّ وَقَالَ: أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: "يَا أبَا أُمامَةَ، إنَّ مِنَ
الْمُؤْمِنينَ مَنْ يَلِينُ لِي قَلْبُه".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Ziyad, telah menceritakan kepadaku Abu Rasyid Al-Harrani
yang mengatakan bahwa Abu Umamah Al-Bahili pernah memegang tangannya, lalu
bercerita bahwa Rasulullah Saw. pernah memegang tangannya, kemudian bersabda: Hai
Abu Umamah, sesungguhnya termasuk orang-orang mukmin ialah orang yang dapat
melunakkan hatinya.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Ali Imran: 159)
Al-fazzu artinya keras, tetapi makna yang
dimaksud ialah keras dan kasar dalam berbicara, karena dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{غَلِيظَ الْقَلْبِ}
lagi berhati kasar. (Ali Imran: 159)
Dengan kata lain, sekiranya kamu kasar dalam
berbicara dan berkeras hati dalam menghadapi mereka, niscaya mereka bubar
darimu dan meninggalkan kamu. Akan tetapi, Allah menghimpun mereka di
sekelilingmu dan membuat hatimu lemah lembut terhadap mereka sehingga mereka
menyukaimu, seperti apa yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Amr: Sesungguhnya
aku telah melihat di dalam kitab-kitab terdahulu mengenai sifat Rasulullah
Saw., bahwa beliau tidak keras, tidak kasar, dan tidak bersuara gaduh di
pasar-pasar, serta tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan lagi,
melainkan memaafkan dan merelakan.
وَرَوَى أَبُو إِسْمَاعِيلَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ
التِّرْمِذِيُّ، أَنْبَأَنَا بشْر بْنُ عُبَيد الدَّارِمِيُّ، حَدَّثَنَا عَمّار
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ الْمَسْعُودِيِّ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَة، عَنْ
عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إنَّ اللَّهَ أمَرَنِي بِمُدَارَاةِ النَّاس كَمَا أمَرني بِإقَامَة
الْفَرَائِضِ"
Abu Ismail Muhammad ibnu Ismail At-Turmuzi
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Ubaid, telah menceritakan
ke-pada kami Ammar ibnu Abdur Rahman, dari Al-Mas'udi, dari Abu Mulaikah, dari
Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepadaku agar bersikap lemah lembut terhadap manusia
sebagaimana Dia memerintahkan kepadaku untuk mengerjakan hal-hal yang fardu.
Hadis ini berpredikat garib.
*******************
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
(Ali Imran: 159)
Karena itulah Rasulullah Saw. selalu
bermusyawarah dengan mereka apabila menghadapi suatu masalah untuk mengenakkan
hati mereka, agar menjadi pendorong bagi mereka untuk melaksanakannya. Seperti
musyawarah yang beliau lakukan dengan mereka mengenai Perang Badar, sehubungan
dengan hal mencegat iring-iringan kafilah kaum musyrik. Maka mereka mengatakan:
Wahai Rasulullah, seandainya engkau membawa kami ke lautan, niscaya kami
tempuh laut itu bersamamu; dan seandainya engkau membawa kami berjalan ke
Barkil Gimad (ujung dunia), niscaya kami mau berjalan bersamamu. Dan kami tidak
akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh kaum Musa kepada Musa,
"Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya tetap duduk di sini," melainkan kami katakan,
"Pergilah dan kami selalu bersamamu, di hadapanmu, di sebelah kananmu, dan
di sebelah kirimu dalam keadaan siap bertempur."
Nabi Saw. mengajak mereka bermusyawarah ketika
hendak menentukan posisi beliau saat itu, pada akhirnya Al-Munzir ibnu Amr
mengisyaratkan (mengusulkan) agar Nabi Saw. berada di hadapan kaum (pasukan
kaum muslim). Nabi Saw. mengajak mereka bermusyawarah sebelum Perang Uhud,
apakah beliau tetap berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh.
Maka sebagian besar dari mereka mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi
mereka. Lalu Nabi Saw. berangkat bersama pasukannya menuju ke arah
musuh-musuhnya berada.
Nabi Saw. mengajak mereka bermusyawarah dalam
Perang Khandaq, apakah berdamai dengan golongan yang bersekutu dengan
memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu. Usul itu
ditolak oleh dua orang Sa'd, yaitu Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah.
Akhirnya Nabi Saw. menuruti pendapat mereka.
Nabi Saw. mengajak mereka bermusyawarah pula
dalam Perjanjian Hudaibiyah, apakah sebaiknya beliau bersama kaum muslim
menyerang orang-orang musyrik. Maka Abu Bakar As-Siddiq berkata,
"Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita datang
untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi Saw. memperkenankan pendapat
Abu Bakar itu.
Dalam peristiwa hadisul ifki (berita
bohong), Nabi Saw. bersabda:
«أَشِيرُوا
عَلَيَّ مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ فِي قَوْمٍ أَبَنُوا أَهْلِي
وَرَمَوْهُمْ، وَايْمُ اللَّهِ مَا عَلِمْتُ عَلَى أَهْلِي مِنْ سُوءٍ
وَأَبَنُوهُمْ بِمَنْ؟ وَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهِ إِلَّا خَيْرًا»
Hai kaum muslim, kemukakanlah pendapat kalian
kepadaku tentang suatu kaum yang telah mencemarkan keluargaku dan menuduh
mereka berbuat tidak senonoh. Demi Allah, aku belum pernah melihat suatu
keburukan pun pada diri keluargaku, lalu dengan siapakah mereka berbuat tidak
senonoh. Demi Allah, tiada yang aku ketahui kecuali hanya kebaikan belaka.
Lalu beliau meminta pendapat kepada sahabat Ali
dan sahabat Usamah tentang menceraikan Siti Aisyah r.a.
Nabi Saw. bermusyawarah pula dengan mereka dalam
semua peperangannya, juga dalam masalah-masalah lainnya.
Para ahli fiqih berbeda pendapat mengenai
masalah, apakah musyawarah bagi Nabi Saw. merupakan hal yang wajib ataukah
hanya dianjurkan (disunatkan) saja untuk mengenakkan hati mereka (para
sahabatnya)? Sebagai jawabannya ada dua pendapat.
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab
Mustadrak-nya, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnu Muhammad
Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub Al-Allaf di Mesir,
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada
kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam urusan itu.
(Ali Imran: 159) Yang dimaksud dengan mereka ialah sahabat Abu Bakar dan
sahabat Umar r.a kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan
syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Kalbi, dari
Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Abu Bakar dan Umar. Keduanya adalah penolong Rasulullah Saw. dan sebagai
wazir (patih)nya serta sekaligus sebagai kedua orang tua kaum muslim.
قَدْ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْحَمِيدِ، عَنْ شَهْرَ بْنِ حَوْشَب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
غَنْم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَبِي
بَكْرٍ وَعُمْرَ: "لوِ اجْتَمَعْنا فِي مَشُورَةٍ مَا خَالَفْتُكُمَا"
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan
kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda
kepada Abu Bakar dan Umar: Seandainya kamu berdua berkumpul dalam suatu
musyawarah, aku tidak akan berbeda denganmu.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui sahabat Ali
ibnu Abu Talib yang pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya
mengenai azam (tekad bulat). Maka beliau bersabda:
«مُشَاوَرَةُ
أَهْلِ الرَّأْيِ ثُمَّ اتِّبَاعُهُمْ»
Meminta pendapat dari ahlur rayi, kemudian
mengikuti pendapat mereka.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ عَنْ شَيْبَانَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ
بْنِ عُمير، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"المُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ".
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Bukair, dari Sufyan, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abu Salamah, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Penasihat adalah orang yang
dipercaya.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkannya
pula melalui hadis Abdul Malik dengan konteks yang lebih panjang daripada hadis
di atas, dan dinilai hasan oleh Imam Nasai.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ،
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، عَنْ شَرِيكٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي
عَمْرو الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "المُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ".
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu
Amir, dari Syarik, dari Al-A'masy, dari Abu Amr Asy-Syaibani, dari ibnu Mas'ud
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Penasihat adalah
orang yang dipercaya.
Imam Ibnu Majah menyendiri dalam periwayatan
hadis ini dengan sanad tersebut.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ
أَبِي زَائِدَةَ وَعَلِيُّ بْنُ هَاشِمٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ أَبِي
الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ "إذَا اسْتَشَارَ أحَدُكُمْ أخَاهُ فَليشِر عليْهِ.
ia mengatakan pula, telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu
Zaidah dan Ali ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Laila, dari Abuz Zubair, dari Jabir
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila seseorang di
antara kalian meminta nasihat kepada saudaranya, maka hendaklah saudaranya itu
memberikan nasihat (saran) kepadanya.
Hadis ini pun hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah
sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah. (Ali Imran: 159)
Yakni apabila engkau bermusyawarah dengan mereka
dalam urusan itu, dan kamu telah membulatkan tekadmu, hendaklah kamu bertawakal
kepada Allah dalam urusan itu.
{إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ}
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. (Ali Imran: 159)
*******************
Firman Allah Swt:
{إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلا غَالِبَ
لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ}
Jika Allah menolong kalian, maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kalian; jika Allah membiarkan kalian (tidak
memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kalian
(selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal. (Ali Imran: 160)
Ayat ini —seperti yang telah disebutkan di atas—
sama maknanya dengan firman-Nya:
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 126)
Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada mereka
untuk bertawakal kepada-Nya melalui firman-Nya:
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ}
Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal. (Ali Imran: 160)
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما كانَ لِنَبِيٍّ أَنْ
يَغُلَّ
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam
urusan harta rampasan perang. (Ali Imran: 161)
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa tidak layak bagi seorang nabi
berbuat khianat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih,
telah menceritakan kepada kami Abi Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan ibnu Khasif,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa mereka kehilangan sebuah
qatifah (permadani) dalam Perang Badar, lalu mereka berkata, "Barangkali
Rasulullah Saw. telah mengambilnya." Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang. (Ali Imran: 161) Yang dimaksud dengan al-gulul
ialah khianat atau korupsi.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib, telah menceritakan kepada
kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Khasif, telah
menceritakan kepada kami Miqsam, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas, bahwa firman-Nya
berikut ini: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang. (Ali Imran: 161) diturunkan berkenaan dengan qatifah
merah yang hilang dalam Perang Badar. Maka sebagian orang mengatakan bahwa
barangkali Rasulullah Saw. mengambilnya, hingga ramailah orang-orang
membicarakan hal tersebut. Karena itu, Allah menurunkan firman-Nya: Tidak
mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang
siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat
ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. (Ali Imran: 161)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan
Imam Turmuzi secara bersamaan dari Qutaibah, dari Abdul Wahid ibnu Ziyad dengan
lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Sebagian
di antara mereka ada yang meriwayatkannya dari Khasif, dari Miqsam, yakni
secara mursal.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur Abu
Amr ibnul Ala, dari Mujahid dan Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang
munafik menuduh Rasulullah Saw. mengambil sesuatu yang hilang. Maka Allah
menurunkan firman-Nya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. (Ali Imran: 161)
Telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur
—hal yang sama dengan hadis di atas— dari Ibnu Abbas.
Ayat ini membersihkan diri Nabi Saw. dari semua
segi perbuatan khianat dalam menunaikan amanat dan pembagian ganimah serta
urusan-urusan lainnya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang. (Ali Imran: 161) Misalnya beliau memberikan bagian kepada
sebagian pasukan, sedangkan sebagian yang lainnya tidak diberi bagian. Hal yang
sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang. (Ali Imran: 161) Yang dimaksud dengan khianat di sini
menurutnya misalnya ialah beliau meninggalkan sebagian dari wahyu yang
diturunkan kepadanya dan tidak menyampaikannya kepada umat.
Al-Hasan Al-Basri, Tawus, Mujahid, dan Ad-Dahhak
membacanya dengan memakai huruf ya yang di-dammah-kan, sehingga
artinya menjadi seperti berikut: Tidak mungkin seorang nabi dikhianati.
Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa
ayat ini diturunkan dalam Perang Badar, yang saat itu sebagian dari sahabat ada
yang berbuat korupsi dalam pembagian ganimah. Ibnu Jarir meriwayatkan dari
keduanya (Qatadah dan Ar-Rabi’ ibnu Anas). Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan
dari seorang di antara mereka, bahwa ia menafsirkan qiraat (bacaan) ini dengan
pengertian dituduh berbuat khianat.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
Barang siapa yang berkhianat dalam urusan
rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak dianiaya.
(Ali Imran: 161)
Ungkapan ini mengandung ancaman keras dan
peringatan yang kuat; dan sunnah pun menyebutkan larangan melakukan hal
tersebut dalam beraneka ragam hadis.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ -يَعْنِي ابْنَ
مُحَمَّدٍ-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عقيل، عَنْ عَطَاءِ بْنِ
يَسَارٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أعْظَمُ الْغُلُولِ عِنْدَ اللهِ
ذِراعٌ مِنَ الأرْضِ: تَجِدُونَ الرَّجُلَيْن جَارَيْن فِي الأرْضِ -أو فِي
الدَّار-فَيَقْطَعُ أحَدُهُمَا مِنْ حَظِ صِاحِبِه ذِراعًا، فَإذَا اقْتَطَعَهُ طُوِّقَهُ مِنْ
سَبعِ أرضِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Zubair (yakni Ibnu Muhammad),
dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Malik
Al-Asyja'i, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Khianat yang paling besar di
sisi Allah ialah sehasta tanah; kalian menjumpai dua orang lelaki bertetangga
tanah miliknya atau rumah miliknya, lalu salah-seorang dari keduanya mengambil
sehasta dari milik temannya. Apabila ia mengambilnya, niscaya hal itu akan
dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi di hari kiamat nanti.
Hadis yang
lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ،
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنِ ابْنِ هُبَيْرة وَالْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ. قَالَ: سَمِعْتُ المُسْتَوْرد بْنَ شَدَّادٍ
يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "مَنْ
وَلِيَ لَنَا عَمَلا وَلَيْسَ لَهُ مَنزلٌ فَلْيَتَّخِذْ مَنزلا أَوْ لَيْسَتْ
لَهُ زَوْجَةٌ فَلْيَتَزَوَّجْ، أَوْ لَيْسَ لَهُ خَادِمٌ فَلْيَتَّخِذْ خَادِمًا،
أَوْ لَيْسَت لَهُ دَابَّةٌ فَلْيَتَّخِذْ دَابَّةً، وَمَنْ أَصَابَ شَيْئًا سِوَى
ذَلِكَ فَهُوَ غَالٌّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Musa ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Ibnu Hubairah dan Al-Haris ibnu
Yazid, dari Abdur Rahman ibnu Jubair yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Al-Mustaurid mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang
siapa memegang kekuasaan bagi kami untuk suatu pekerjaan, sedangkan dia belum
mempunyai tempat tinggal, maka hendaklah ia mengambil tempat tinggal; atau
belum mempunyai istri maka hendaklah ia segera kawin; atau belum mempunyai
pelayan, maka hendaklah ia mengambil pelayan; atau belum mempunyai kendaraan,
maka hendaklah ia mengambil kendaraan. Dan barang siapa memperoleh sesuatu
selain dari hal tersebut, berarti dia adalah orang yang khianat (korupsi).
Demikian menurut lafaz yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad.
Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui jalur lain
dan dengan konteks yang lain pula. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ الرَّقِّي، حَدَّثَنَا
الْمُعَافَى، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ
جُبَيْرِ بْنِ نُفَير، عَنِ الْمُسْتَوْرِدِ بْنِ شَدَّادٍ. قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ كَانَ
لَنَا عَامِلا فَلْيَكْتَسِبْ زَوْجَةً، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ خَادِمٌ
فَلْيَكْتَسِبْ خَادِمًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَسْكَنٌ فَلْيَكْتَسِبْ
مَسْكَنًا". قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: أُخْبِرْتُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ اتَّخَذَ غَيْرَ ذَلِكَ فَهُوَ
غَالٌّ، أَوْ سَارِقٌ"
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan
Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'afa, telah menceritakan kepada
kami Al-Auza'i, dari Al-Haris ibnu Yazid, dari Jubair ibnu Nafir, dari
Al-Mustaurid ibnu Syaddad yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa bekerja bagi (kepentingan) kita,
hendaklah ia mencari istri; dan jika ia belum mempunyai pelayan, hendaklah ia
mencari seorang pelayan; dan jika masih belum punya rumah, hendaklah ia mencari
rumah. Al-Mustaurid ibnu Syaddad mengatakan pula, sahabat Abu Bakar pernah
mengatakan bahwa ia pernah mendapat berita bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Barang siapa yang mengambil selain dari itu, berarti dia adalah orang yang
korupsi atau pencuri.
Guru kami (Al-Hafiz Al-Mazzi) mengatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Ja'far ibnu Muhammad Al-Faryabi dari Musa
ibnu Marwan; hanya ia menyebutkan dari Abdur Rahman ibnu Nafir, bukan ibnu
Jubair; hal ini lebih mendekati kebenaran.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيب، حَدَّثَنَا حَفْص
بْنُ بشْر، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ القُمّي حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رسول الله صلى لله عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ "لَا أعْرِفَنَّ أحَدَكُمْ يَأْتي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْملُ
شَاةً لَهَا ثُغَاءٌ، فَيُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ، فَأقُولُ: لَا
أمْلِكُ [لَكَ] مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُكَ. وَلَا أعْرِفَنَّ أحَدَكُمْ
[يأْتِي] يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ جَمَلا لَهُ رُغَاءٌ، فَيَقُولُ: يَا
مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أمْلِكُ لَكَ مِن اللهِ شَيْئًا، قَدْ
بَلَّغْتُكَ. وَلَا أعْرِفَنَّ أَحَدكمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ
فَرَسًا لَهُ حَمْحَمَةٌ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا
أمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ
بَلَّغْتُكَ. وَلا أعْرِفَنَّ أحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَحْمِلُ [قَشْعًا] مِنْ أدْمٍ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فأقُولُ:
لَا أمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُكَ".
ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Kuraib, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Bisyr, telah menceritakan
kepada kami Ya'qub Al-Qummi, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Humaid,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Aku benar-benar mengetahui seseorang di antara kalian datang di
hari kiamat seraya memikul seekor kambing yang mengembik, ia berseru, "Hai
Muhammad, hai Muhammad (tolonglah daku)." Maka aku katakan, "Aku
tidak memiliki suatu wewenang pun dari Allah untuk menolong dirimu, aku telah
menyampaikan (risalahku) kepadamu." Dan sungguh aku benar-benar mengetahui
seseorang di antara kalian datang pada hari kiamat seraya memikul seekor unta
yang bersuara; ia berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad." Maka aku
jawab, "Aku tidak memiliki suatu wewenang pun dari Allah untuk menolong
dirimu, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu." Dan sesungguhnya
aku benar-benar mengetahui seseorang di antara kalian datang di hari kiamat
seraya memikul seekor kuda yang meringkik; ia berkata, "Hai Muhammad, hai
Muhammad!" Maka kujawab, "Aku tidak memiliki suatu wewenang pun dari
Allah untuk menolong dirimu, sesungguhnya aku telah menyampaikan
kepadamu." Dan sesungguhnya aku benar-benar mengetahui seseorang di antara
kalian datang pada hari kiamat seraya memikul suatu bagian berupa kulit, lalu
ia berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad." Maka kujawab, "Aku
tidak memiliki suatu wewenang pun dari Allah untuk menolong dirimu,
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu."
Hadis ini tidak diriwayatkan oleh seorang pun
dari para pemilik kitab-kitab sunnah.
Hadis yang
lain, diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ:
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، سَمِعَ عُرْوَة يَقُولُ: أَخْبَرَنَا
أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ قَالَ: اسْتَعْمَلَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلا مِنَ الأزْد يُقَالُ لَهُ: ابْنُ اللُّتْبِيَّة عَلَى
الصَّدَقَةِ، فَجَاءَ فَقَالَ: هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي. فَقَامَ رسولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ: "مَا
بَالُ الْعَامِلِ نَبْعَثُهُ فَيَجِيءُ فَيَقُولُ: هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ
لِي. أَفَلا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَنْظُرَ أَيُهْدَى إِلَيْهِ
أَمْ لَا؟ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَأْتِي أَحَدٌ مِنْكُمْ
مِنْهَا بِشَيْءٍ إِلا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ إِنْ
كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ، أَوْ شَاةً
تَيْعَرُ" ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبْطَيْهِ ثُمَّ
قَالَ: "اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ" ثَلاثًا.
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari
Az-Zuhri yang pernah mendengar Urwah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada
kami Abu Humaid As-Sa'idi yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
mengangkat seorang lelaki dari kalangan Bani Azd —yang dikenal dengan nama
Ibnul Lutbiyyah— sebagai amil (pemungut zakat). Lalu ia datang dan mengatakan,
"Ini buat kalian, dan ini yang dihadiahkan kepadaku." Maka Rasulullah
Saw. berdiri di atas mimbarnya, lalu bersabda: Apakah gerangan yang
dilakukan oleh seorang amil yang telah kita kirimkan untuk menunaikan suatu
tugas, lalu ia mengatakan, "Ini buat kalian, dan yang ini yang dihadiahkan
kepadaku"? Mengapa ia tidak duduk saja di rumah ayah dan ibunya, lalu
menunggu apakah ia diberi hadiah ataukah tidak? Demi Tuhan yang jiwa Muhammad
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali seseorang di antara
kalian mengambil sesuatu darinya melainkan ia datang di hari kiamat seraya
memikulnya di atas pundak. Jika yang diambil itu berupa unta, maka unta itu
mengeluarkan suaranya-, atau berupa sapi, maka melenguh; atau berupa kambing,
maka mengembik. Kemudian Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya
tinggi-ting-gi hingga kami melihat kulit ketiaknya, lalu bersabda: Ya Allah,
bukankah aku telah menyampaikan. sebanyak tiga kali.
Hisyam ibnu Urwah menambahkan dalam riwayatnya
bahwa Abu Humaid mengatakan, "Saat itu aku melihat beliau dengan kedua mataku
sendiri dan mendengar sabdanya dengan kedua telingaku. Tanyakanlah oleh kalian
kepada Zaid ibnu Sabit."
Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim melalui Sufyan ibnu Uyaynah. Pada lafaz yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari disebutkan, "Dan tanyakanlah oleh kalian kepada Zaid ibnu
Sabit." Diriwayatkan pula melalui berbagai jalur oleh Az-Zuhri, dan
melalui banyak jalur dari Hisyam ibnu Urwah, keduanya meriwayatkan hadis ini
dari Urwah dengan lafaz yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَيَّاش، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِي
حُمَيد أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"هَدَايا الْعُمَّالِ غُلُولٌ".
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Yahya ibnu Sa'id, dari
Urwah ibnuz Zubair, dari Abu Humaid, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hadiah-hadiah
yang diterima oleh para amil (petugas) adalah gulul (penggelapan).
Hadis ini termasuk hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad sendiri, predikat sanadnya daif, seakan-akan hadis ini
merupakan ringkasan dari sebelumnya.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Abu Isa At-Turmuzi di dalam Kitabul Ahkam.
حَدّثنا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ دَاوُدَ
بْنِ يَزِيدَ الأوْدَي، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شِبْل، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي
حَازِمٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَل قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم إلى الْيَمَنِ، فَلَمَّا سِرْتُ أَرْسَلَ فِي أثَري
فَرُددتُ، فَقَالَ: "أَتَدْرِي لِمَ بَعَثْتُ إلَيْكَ؟ لَا تُصِيبَنَّ
شَيْئًا بِغَيْرِ إذْنِي فَإنَّهُ غُلُولٌ، {وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ} لِهَذَا دَعَوْتُكَ، فَامْضِ لِعَمَلِكَ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Daud ibnu Yazid
Al-Audi, dari Al-Mugirah ibnu Syibl, dari Qais ibnu Abu Hazim, dari Mu'az ibnu
Jabal yang menceritakan: Rasulullah Saw. mengutusku ke negeri Yaman (untuk
memungut zakat). Ketika aku telah berangkat, beliau Saw. mengirimkan utusannya
di belakangku. Maka aku kembali, dan beliau bersabda, "Tahukah kamu,
mengapa aku memanggilmu kembali? Jangan sekali-kali kamu mengambil sesuatu
tanpa seizinku, karena sesungguhnya hal itu adalah gulul. Barang siapa yang
berkhianat (gulul) dalam urusan ini, maka pada hari kiamat ia akan datang
membawa apa yang dikhianatkannya itu. Karena hal inilah aku memanggilmu.
Sekarang berangkatlah menuju tempat tugasmu."
Hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya
melainkan hanya dari jalur ini. Dalam bab yang sama diriwayatkan pula dari Addi
ibnu Umairah, Buraidah, Al-Mustaurid ibnu Syaddad, Abu Humaid, dan Ibnu Umar.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بن عُلَيَّة، حَدَّثَنَا أَبُو حَيَّانَ
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ التّيْميّ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عُمَر بْنِ جَرِيرٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا، فَذَكَرَ الغُلُول فعَظَّمه وعَظَّم أَمْرَهُ، ثُمَّ
قَالَ: "لا أُلْفِيَنَّ أَحَدُكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
رَقَبَتِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَغِثْنِي.
فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ أَبْلَغْتُكَ. لا
أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ
حَمْحَمَةٌ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَغِثْنِي. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ
لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ أَبْلَغْتُكَ. لا أُلْفِيَنَّ أَحَدُكُمْ يَجِيءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ تَخْفِقُ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَغِثْنِي، فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ
أَبْلَغْتُكَ، لا أُلْفِيَنَّ أَحَدُكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
رَقَبَتِهِ صَامِتٌ فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ
لَكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُكَ".
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ismail ibnu Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Abu Hayyan Yahya ibnu Sa'id
At-Taimi, dari Abu Zar'ah, dari Ibnu Umar. Sedangkan apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir dari Abu Hurairah, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. berdiri di
hadapan kami, lalu menyebutkan perihal gulul yang dipandang oleh beliau sebagai
suatu kesalahan besar dan merupakan perkara yang berat. Kemudian beliau
bersabda: Aku benar-benar akan menjumpai seseorang di antara kalian yang
datang di hari kiamat, sedangkan di atas pundaknya terpikulkan unta yang
mengeluarkan suaranya. Lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, tolonglah
aku." Maka aku jawab, "Aku tidak mempunyai suatu wewenang pun dari
Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu." Aku
benar-benar akan menjumpai seseorang di antara kalian yang datang pada hari
kiamat, sedangkan di atas pundaknya terpikulkan seekor kuda yang meringkik.
Lalu ia berkata, "Ya Rasulullah, tolonglah aku." Maka aku katakan,
"Aku tidak memiliki suatu wewenang pun dari Allah untuk menolongmu,
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu." Aku benar-benar akan
menjumpai seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat, sedangkan pada
pundaknya terpikulkan sejumlah harta benda, lalu ia berkata, "Wahai
Rasulullah, tolonglah aku." Maka aku jawab, "Aku tidak memiliki
sesuatu wewenang pun dari Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu."
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis
ini melalui Abu Hayyan dengan lafaz yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي
خَالِدٍ، حَدَّثَنِي قَيْسٌ، عَنْ عدِيّ بْنِ عُميرَة الْكِنْدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يَأَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَمِلَ
لَنَا [مِنْكُمْ] عَمَلًا فكَتَمَنَا مِنْهُ مِخْيَطا فَمَا فَوْقَهُ فَهُوَ غُلُّ
يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ" قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأنصار أسود
-قال مُجَالد: هو سعيد بْنُ عُبَادَةَ -كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ. قَالَ: "وَمَا ذَاك؟ "
قَالَ: سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: "وَأَنا أقُولُ ذَاكَ
الْآنَ: مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَلْيَجِئ بِقَليلِهِ وَكَثِيرِه،
فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أَخَذَهُ. وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Sa'id, dari Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepadaku
Qais, dari Addi ibnu Umairah Al-Kindi yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Hai manusia, barang siapa di antara kalian yang menangani
suatu pekerjaan untuk kami, lalu ia menyembunyikan dari kami sebatang jarum dan
selebihnya dari pekerjaan itu, maka hal itu merupakan gulul (penggelapan) yang
kelak di hari kiamat dia akan datang membawanya. Maka berdirilah seorang
lelaki yang hitam dari kalangan Ansar yang menurut Mujahid dia adalah Sa'd ibnu
Ubadah, seakan-akan dia (perawi) melihatnya. Lalu lelaki itu berkata,
"Wahai Rasulullah, terimalah dariku tugasmu." Rasulullah Saw.
bertanya, "Apakah itu?" Si lelaki itu menjawab, "Aku
pernah mendengarmu bersabda anu dan anu, dan sekarang aku akan mengatakannya,
'Barang siapa yang kami angkat menjadi amil untuk menangani suatu pekerjaan,
hendaklah menyerahkan seluruh hasilnya, baik banyak maupun sedikit. Maka apa
yang diberikan kepadanya dari hasil itu, ia boleh menerimanya; dan apa yang
tidak diberikan kepadanya dari hasil itu, hendaklah ia menahan dirinya'."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim dan
Imam Abu Daud melalui berbagai jalur dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan lafaz
yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ
الفَزَاري، عَنِ ابْنِ جُرَيج، حَدَّثَنِي مَنْبُوذٌ، رَجُلٌ مِنْ آلِ أَبِي رَافِعٍ،
عَنِ الْفَضْلِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ
قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى
الْعَصْرَ رُبَّما ذَهَبَ إِلَى بَنِي عَبْدِ الْأَشْهَلِ فَيَتَحَدَّثُ مَعَهُمْ
حَتَّى يَنْحَدِرَ الْمَغْرِبُ قَالَ أَبُو رَافِعٍ: فَبَيْنَا رسولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْرِعًا إِلَى الْمَغْرِبِ إِذْ مَرَّ
بِالْبَقِيعِ فَقَالَ: "أُفٍّ لَكَ.. أُفٍّ لَكَ" مَرَّتَيْنِ،
فَكَبُرَ فِي [ذَرْعِي] وَتَأَخَّرْتُ وَظَنَنْتُ أَنَّهُ يُرِيدُنِي،
فَقَالَ: "مَا لَكَ؟ امْشِ" قَالَ: قلتُ: أَحْدَثْتَ حَدَثًا يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَمَا ذَاكَ؟ " قُلْتُ: أفَّفْتَ بِي قَالَ:
"لَا وَلَكِنْ هَذَا قَبْرُ فُلانٍ، بَعَثْتُهُ سَاعِيًا عَلَى آلِ فُلانٍ،
فَغَلَّ نَمِرَة فَدُرِعَ الآنَ مِثْلَهُ مِنْ نَارٍ"
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah, dari Abu Ishaq Al-Fazzari, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan
kepadaku Manbuz —seorang lelaki dari keluarga Abu Rafi'—, dari Al-Fadl ibnu
Abdullah ibnu Abu Rafi", dari Abu Rafi' yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. sehabis salat Asar adakalanya pergi menuju tempat Bani Abdul Asyhal, lalu
beliau berbincang-bincang dengan mereka hingga waktu magrib tiba. Abu Rafi'
mengatakan, ketika Rasulullah Saw. sedang berjalan dengan langkah yang cepat
untuk melakukan salat Magrib, beliau me-makai jalan yang dilewati Baqi', lalu
beliau bersabda, "Celakalah kamu, celakalah kamu," lalu beliau
menempel pada bajuku hingga aku mundur, dan aku menduga yang beliau maksud
diriku. Tetapi beliau bersabda, "Mengapa kamu?" Aku menjawab,
"Apakah telah terjadi sesuatu pada dirimu, wahai Rasulullah?" Beliau
bertanya, "Mengapa demikian?" Abu Rafi' berkata, "Sesungguhnya
tadi engkau berkata kepadaku." Nabi Saw. menjawab: Tidak, tetapi ini
adalah kuburan si Fulan. ia pernah kutugaskan untuk memungut zakat di kalangan
Bani Fulan, dan ternyata ia menggelapkan sebuah baju namirah; kini dirinya
memakai baju yang semisal dari api neraka.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ سَالِمٍ الْكُوفِيُّ الْمَفْلُوجُ -وَكَانَ بِمَكَّةَ- حَدَّثَنَا
عُبَيْدة بْنُ الْأَسْوَدِ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ الْوَلِيدِ، عَنْ أَبِي صَادِقٍ،
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ نَاجِدٍ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْخُذُ الْوَبَرَةَ مِنْ جَنْبِ
الْبَعِيرِ مِنَ الْمَغْنَمِ، ثُمَّ يَقُولُ: "مَا لِيَ فِيهِ إِلَّا مِثْلَ
مَا لأحَدِكُمْ، إيَّاكُمْ والْغُلُولَ، فَإنَّ الْغُلُولَ خزْي عَلَى صَاحِبِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، أدُّوا الخَيْطَ والمِخْيَطَ وَمَا فَوْقَ ذَلِكَ،
وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْقَرِيب والْبَعِيدَ، فِي الْحَضَرِ
والسَّفَرِ، فإنَّ الجِهَادَ بَابٌ مِنْ أبْوَابِ الْجَنَّةِ، إنَّهُ لَيُنْجِي
اللهُ بِهِ مِنَ الْهَمِّ والْغَمِّ؛ وأقِيمُوا حُدُودَ اللهِ فِي الْقَرِيبِ
والْبَعِيدِ، وَلا تَأْخُذُكُمْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لائمٍ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Salim Al-Kufi Al-Mafluj —orang yang siqah—, telah menceritakan
kepada kami Ubaid ibnul Aswad, dari Al-Qasim ibnul Walid, dari Abu Sadiq, dari
Rabi'ah ibnu Najiyah, dari Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. mencabut sehelai bulu dari punggung unta hasil ganimah,
kemudian bersabda: Tiada hak bagiku dalam harta ini kecuali seperti hak yang
diperoleh seseorang di antara kalian. Waspadalah kalian terhadap gulul
(pengkhianatan dalam harta rampasan), karena sesungguhnya gulul itu merupakan
kehinaan bagi pelakunya kelak di hari kiamat. Tunaikanlah benang dan jarummu
serta barang yang lebih besar dari itu, dan berjihadlah kalian di jalan Allah,
baik terhadap kaum kerabat atau orang lain, baik sedang berada di tempat maupun
berada dalam perjalanan. Karena sesungguhnya jihad itu merupakan salah satu di
antara pintu-pintu surga. Sesungguhnya jihad itu, dengan melaluinya Allah
benar-benar menyelamatkan (pelakunya) dari kesedihan dan kesusahan. Dan
tegakkanlah hukuman-hukuman had Allah, baik terhadap kaum kerabat ataupun orang
lain, dan jangan kalian mundur dalam berjuang membela agama Allah hanya karena
celaan orang yang mencela.
Sebagian dari hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah, dari Al-Mafluj dengan lafaz yang sama.
Hadis lain diriwayatkan dari Amr ibnu Syu'aib,
dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
«رُدُّوا
الْخِيَاطَ وَالْمِخْيَطَ، فَإِنَّ الْغُلُولَ عَارٌ وَنَارٌ وَشَنَارٌ عَلَى
أَهْلِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Kembalikanlah benang dan jarum, karena
sesungguhnya gulul itu merupakan keaiban, neraka, dan kemaluan bagi pelakunya
kelak di hari kiamat.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ
مُطَرِّف، عَنْ أَبِي الجَهْم، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ:
بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاعِيًا ثُمَّ
قَالَ: "انْطَلِقْ -أَبَا مَسْعُودٍ-لَا أُلْفِيَنَّكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
تَجِيءُ عَلَى ظَهْرِكَ بَعِيرٌ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ لَهُ رُغَاءٌ قَدْ
غَلَلْتَهُ". قَالَ: إِذًا لَا أَنْطَلِقُ. قَالَ: إِذًا لَا
أُكْرِهُكَ".
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mutarrif,
dari Abul Jahm, dari Abu Mas'ud Al-Ansari yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah mengutusnya sebagai amil zakat, kemudian beliau berpesan melalui
sabdanya: Berangkatlah engkau, hai Abu Mas'ud. Semoga aku tidak menjumpai
engkau di hari kiamat nanti datang, sedangkan di atas punggungmu terdapat
seekor unta dari ternak unta zakat yang mengeluarkan suaranya hasil dari
penggelapanmu. Ibnu Mas'ud berkata, "Kalau demikian, aku tidak akan
berangkat." Nabi Saw. bersabda, "Kalau demikian, maumu aku tidak
memaksamu."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih.
أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَنْبَأَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ
بْنُ صَالِحٍ أَنْبَأَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبَانَ، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَد،
عَنِ ابْنِ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: إنَّ الْحَجَرَ لَيُرْمَى بِهِ [فِي] جَهَنَّمَ فَيَهْوِي سَبْعِينَ
خَرَيِفًا مَا يَبْلُغُ قَعْرَهَا، وَيُؤْتَى بِالْغُلُولِ فَيُقْذَفُ
مَعَهُ"، ثُمَّ يُقَالُ لَمَنْ غَلَّ ائْتِ بِهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَمَنْ
يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Saleh,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Aban, dari Alqamah ibnu Marsad, dari
Abu Buraidah, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
sebuah batu dilemparkan ke dalam neraka Jahannam, maka batu itu meluncur ke
bawah selama tujuh puluh musim gugur (yakni tujuh puluh tahun), tetapi masih
belum sampai ke dasarnya. Dan didatangkan harta yang digelapkan, lalu
dilemparkan (ke neraka Jahannam) bersama batu itu. Kemudian dikatakan kepada
yang menggelapkannya, "Ambillah harta itu." Yang demikian itulah
yang dimaksud di dalam firman-Nya: Barang siapa yang berkhianat dalam urusan
rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. (Ali Imran: 161)
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ
الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا عِكْرِمة بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنِي سِمَاكٌ الحَنفي أَبُو
زُميل، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ، حَدَّثَنِي عُمَر بْنُ
الْخَطَّابِ قَالَ: لَمَّا كَانَ يومُ خَيْبَر أَقْبَلَ نَفَر مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: فُلَانٌ شَهِيدٌ،
وَفُلَانٌ شَهِيدٌ. حَتَّى أَتوْا عَلَى رَجُلٍ فَقَالُوا: فُلَانٌ شَهِيدٌ؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَلا إنِّي
رَأَيْتُهُ فِي النَّارِ فِي بُرْدَةٍ غَلَّهَا -أَوْ عَبَاءَةٍ". ثُمَّ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا ابْنَ الْخَطَّابِ
اذْهَبْ فَنَادِ فِي النَّاسِ: إنَّه لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا
الْمُؤْمِنُونَ". قَالَ: فَخَرَجْتُ فَنَادَيْتُ: أَلَا إِنَّهُ لَا يدخل
الجنة إلا المؤمنون.
Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Ikrimah ibnu Ammar, telah
menceritakan kepadaku Sammak Al-Hanafi Abu Zamil, telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Abbas, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Khattab bahwa
setelah Perang Khaibar berhenti, ada segolongan sahabat yang datang menghadap
Rasulullah Saw. Lalu mereka berkata, "Si Fulan mati syahid dan si Anu mati
syahid," hingga sebutan mereka sampai kepada seorang lelaki yang dikatakan
oleh mereka bahwa si Fulan mati syahid. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Tidak
demikian, sesungguhnya aku melihatnya berada di dalam neraka karena baju burdah
atau baju aba'ah yang digelapkannya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda
pula: Pergilah kamu dan serukanlah kepada orang-orang bahwa sesungguhnya
tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin! Umar ibnul Khattab r.a.
melanjutkan kisahnya, "Maka aku pergi dan kuserukan (kepada mereka) bahwa
sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim
dan Imam Turmuzi melalui hadis Ikrimah ibnu Ammar dengan lafaz yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
sahih.
Hadis lain
diriwayatkan dari Umar r.a.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ
الْحَارِثِ: أَنَّ مُوسَى بْنَ جُبَير حَدَّثَهُ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحُبَابِ الْأَنْصَارِيَّ حَدَّثَهُ: أَنَّ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ أُنَيْسٍ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ تَذَاكَرَ هُوَ وَعُمَرُ بْنُ
الْخَطَّابِ يَوْمًا الصَّدَقَةَ فَقَالَ: أَلَمْ تَسْمَعْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ ذَكَرَ غُلُولَ الصَّدَقَةِ: "مَنْ غَلَّ
مِنْهَا بَعِيرًا أوْ شَاةً، فإنَّهُ يَحْمِلُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"؟ قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ: بَلَى.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, bahwa Musa
ibnu Jubair pernah men¬ceritakan kepadanya bahwa Abdullah ibnu Abdur Rahman
ibnul Habbab Al-Ansari pernah menceritakan kepadanya bahwa Abdullah ibnu Unais
pernah menceritakan kepadanya, bahwa pada suatu hari Abdullah Ibnu Unais dan
Umar Ibnul Khattab mengenang kembali saat permulaan diwajibkan zakat. Lalu Umar
berkata, "Tidakkah kamu pernah mendengar sabda Rasulullah Saw. ketika
menuturkan masalah gulul (pengkhianatan atau penggelapan) harta zakat, yaitu: 'Barang
siapa yang menggelapkan seekor unta atau seekor kambing dari harta zakat, maka
sesungguhnya kelak di hari kiamat ia bakal menggendongnya''?" Maka
Abdullah ibnu Unais menjawab, "Memang aku pernah mendengarnya."
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Amr
ibnu Siwar, dari Abdullah ibnu Wahb dengan lafaz yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى الْأُمَوِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم بَعَثَ سَعْدَ بْنَ عُبَادة مُصَدقًا، فقالَ:
"إيَّاكَ يَا سَعْدُ أنْ تَجِيء يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِبَعِيرٍ تَحْمِلُهُ لَهُ
رُغَاءٌ" قَالَ: لَا آخُذُهُ وَلَا أَجِيءُ بِهِ. فَأَعْفَاهُ.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Sa'id Al-Umawi, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang telah
menceritakan: Bahwa Rasulullah Saw. mengutus sahabat Sa'd ibnu Ubadah untuk
memungut zakat. Untuk itu beliau Saw. bersabda, "Hai Sa'd, hati-hatilah
kamu, jangan sampai kamu datang pada hari kiamat nanti dengan membawa seekor
unta yang bersuara." Sa'd menjawab, "Aku tidak akan mengambilnya
dan tidak akan mendatangkannya." Maka Nabi Saw. tidak jadi mengutusnya.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui
jalur Ubaidillah, dari Nafi' dengan lafaz yang semisal.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَائِدَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّهُ كَانَ مَعَ مَسْلَمة بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ فِي أَرْضِ
الرُّومِ، فوُجِد فِي مَتَاعِ رَجُلٍ غُلُول. قَالَ: فَسَأَلَ سالمَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِ فَقَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي عبدُ اللَّهِ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ:
"مَنْ وَجَدْتُمْ فِي مَتَاعِهِ غُلُولا فأحْرِقُوهُ": قَالَ: وَأَحْسَبُهُ
قَالَ: وَاضْرِبُوهُ قَالَ: فَأَخْرَجَ متاعَه في السوق، فَوَجَد فيه مصحفا، فسأل
سالم: بعهُ وَتَصَدَّقْ بِثَمَنِهِ.
telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada
kami Saleh ibnu Muhammad ibnu Zaidah, dari Salim ibnu Abdullah, bahwa ia berada
di negeri Romawi bersama Maslamah ibnu Abdul Malik. Ketika Maslamah membuka
barang-barang miliknya, maka ia menjumpai pada barangnya terdapat hasil gulul.
Lalu Maslamah bertanya kepada Salim ibnu Abdullah mengenai hal tersebut.
Kemudian Salim ibnu Abdullah mengatakan bahua ayahnya telah menceritakan sebuah
hadis kepadanya. dari Umar ibnul Khattab r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Barang siapa yang kalian jumpai pada barangnya hasil gulul, maka
bakarlah barang itu —perawi menduga bahwa Umar ibnul Khattab mengatakan— dan
pukullah dia oleh kalian. Salim ibnu Abdullah melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu Maslamah mengeluarkan barang-barangnya di pasar, dan ia menemukan sebuah
mushaf di dalamnya. Ketika ia menanyakan hal tersebut kepada Salim, maka Salim
berkata, "Juallah mushaf itu dan sedekahkanlah hasilnya."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini,
Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi melalui hadis Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi.
Imam Abu Daud menambahkan Abu Ishaq Al-Fazzari yang keduanya meriwayatkan hadis
ini dari Abu Waqid Al-Laisi As-Sagir (yaitu Saleh ibnu Muhammad ibnu Zaidah)
dengan lafaz yang sama.
Menurut penilaian Ali ibnul Madini dan Imam
Bukhari serta lain-lainnya, hadis ini munkar, yakni yang melalui riwayat Abi
Waqid.
Imam Daruqutni mengatakan bahwa hal ini memang
sahih (benar) bila dikatakan sebagai fatwa Salim semata.
Tetapi ada orang yang berpegang sesuai dengan
pengertian hadis ini, seperti yang dilakukan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal dan
teman-temannya yang mengikuti jejaknya.
Al-Umawi meriwayatkannya dari Mu'awiyah, dari Abu
Ishaq, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa hukuman orang
yang berbuat gulul, semua barang bawaannya dikeluarkan, kemudian dibakar
berikut hasil gulul-nya.
Kemudian ia meriwayatkannya pula dari Mu'awiyah,
dari Abu Ishaq, dari Usman ibnu Ata, dari ayahnya, dari Ali yang mengatakan
bahwa orang yang berbuat gulul semua barang bawaannya dikumpulkan, kemudian
dibakar dan dihukum dera di bawah hukuman had budak, serta tidak boleh mendapat
bagian (ganimah)nya.
Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafii, dan jumhur ulama; mereka mengatakan bahwa barang bawaan si pelaku gulul
tidak dibakar, melainkan ia dikenai hukuman ta'zir yang sesuai.
Imam Bukhari mengatakan bahwa adakalanya
Rasulullah Saw. melarang menyalatkan jenazah orang yang berbuat gulul, tetapi
harta benda miliknya tidak dibakar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq,
dari Jubair ibnu Malik yang menceritakan bahwa pernah diperintahkan agar semua
mushaf dikumpulkan untuk diadakan perbaikan, lalu ibnu Mas'ud mengatakan:
Barang siapa di antara kalian yang mampu menggelapkan sebuah mushaf, hendaklah
ia menggelapkannya. Karena sesungguhnya barang siapa yang menggelapkan sesuatu,
maka kelak di hari kiamat dia akan datang dengan membawanya. Kemudian Ibnu
Mas'ud mengatakan, "Aku telah membaca dari lisan Rasulullah Saw. sebanyak
tujuh puluh kali, maka apakah aku tega meninggalkan apa yang telah kuambil dari
lisan Rasulullah Saw.?"
Waki' meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya, dari
Syarik, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Ibrahim, ketika diperintahkan agar
semua mushaf dibakar, maka sahabat ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Hai manusia,
gelapkanlah mushaf. Karena sesungguhnya barang siapa yang berbuat gulul, maka
kelak di hari kiamat ia akan datang dengan membawa barang yang digelapkannya.
Sebaik-baik barang yang digelapkan ialah mushaf, kelak seseorang di antara
kalian akan datang dengan membawanya di hari kiamat."
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Samurah ibnu
Jundub yang menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
غَنِمَ غَنِيمَةً أَمَرَ بِلَالًا فَيُنَادِي فِي النَّاسِ، فَيَجيئُون
بِغَنَائِمِهِمْ يُخَمِّسُهُ ويُقسمه، فَجَاءَ رَجُلٌ يَوْمًا بَعْدَ النِّدَاءِ
بِزِمَامٍ مِنْ شَعْرٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا كَانَ مِمَّا
أَصَبْنَا مِنَ الْغَنِيمَةِ. فَقَالَ: "أسَمِعْتَ بِلالا يُنَادِي ثَلَاثًا؟
"، قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَمَا مَنَعَكَ أنْ تَجِيء بِه؟ "
فَاعْتَذَرَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: "كَلا أَنْتَ تَجِيءُ بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، فَلَنْ أقْبَلَهُ مِنْكَ"
bahwa Rasulullah Saw. apabila memperoleh ganimah,
beliau memerintahkan kepada Bilal untuk menyerukan kepada orang-orang agar
mengumpulkan semua ganimahnya, lalu beliau membagi lima harta rampasan
tersebut, sesudah itu baru beliau membagi-bagikannya. Kemudian pada suatu hari
datanglah seorang lelaki sesudah Bilal berseru (atas perintah Nabi Saw.) seraya
membawa seikat kain bulu, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, inilah yang
kami peroleh dari ganimah." Nabi Saw. bersabda, "Apakah engkau
mendengar seruan Bilal?" Hal ini beliau katakan sebanyak tiga kali.
Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi Saw. bertanya, "Apa yang
menghambatmu untuk datang?" Lalu lelaki itu meminta maaf kepada Nabi
Saw. Tetapi Nabi Saw. bersabda: Tidak, engkau akan datang di hari kiamat
dengan membawanya. Maka aku tidak akan menerimanya darimu.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوانَ
اللَّهِ كَمَنْ باءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْواهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ
Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah
sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan
tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Ali
Imran: 162)
Maksudnya, tidak sama antara orang yang mengikuti
keridaan Allah dengan mengerjakan syariat yang diperintahkan-Nya —karena itu,
ia berhak mendapat rida Allah dan pahala-Nya yang berlimpah, dan dilindungi
dari siksaan-Nya— dengan orang yang berhak mendapat murka Allah,dan murka Allah
selalu menyertainya hingga ia tidak dapat menghindar lagi dari murka-Nya,
tempat baginya kelak di hari kiamat adalah neraka Jahannam, sedangkan neraka
Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
Ayat ini mempunyai
persamaan yang banyak di dalam Al-Qur'anul Karim,
antara lain ialah firman-Nya:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّما
أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمى
Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta.
(Ar-Ra'd: 19)
أَفَمَنْ وَعَدْناهُ
وَعْداً حَسَناً فَهُوَ لاقِيهِ كَمَنْ مَتَّعْناهُ مَتاعَ الْحَياةِ الدُّنْيا
Maka apakah orang yang kami janjikan kepadanya
suatu janji yang baik (surga), lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang
Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi. (Al-Qashash: 61), hingga
akhir ayat.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ}
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di
sisi Allah. (Ali Imran: 163)
Al-Hasan Al-Basri dan Muhammad ibnu Ishaq
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ahli kebaikan dan ahli keburukan
mempunyai kedudukan yang bertingkat-tingkat.
Menurut Abu Ubaidah dan Al-Kisai, makna darajat
ialah tempat-tempat tinggal, yakni tempat tinggal mereka berbeda-beda; begitu
pula kedudukan mereka di dalam surga dan yang berada di dalam neraka. Seperti
pengertian yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلِكُلٍّ دَرَجاتٌ مِمَّا
عَمِلُوا
Dan masing-masing orang memperoleh derajat
(seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. (Al-An'am: 132)
Karena itulah maka dalam ayat selanjutnya
disebutkan:
{وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ}
dan Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan. (Ali Imran: 163)
Dengan kata lain, Allah pasti akan memenuhi
balasannya, Dia tidak akan berbuat aniaya terhadap mereka barang suatu kebaikan
pun, dan Dia tidak akan menambahkan kepada mereka suatu keburukan pun,
melainkan Dia membalas masing-masing diri sesuai dengan amal per-buatan yang
telah dikerjakannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang
rasul dari golongan mereka sendiri. (Ali Imran: 164)
Yakni dari bangsa mereka sendiri agar mereka
dapat berkomunikasi dengannya, bertanya kepadanya, duduk semajelis dengannya,
dan menimba ilmu darinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَمِنْ آياتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْواجاً لِتَسْكُنُوا إِلَيْها
Dan di amara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri supaya
kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (Ar-Rum: 21), hingga akhir
ayat.
قُلْ إِنَّما أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحى إِلَيَّ أَنَّما إِلهُكُمْ إِلهٌ واحِدٌ
Katakanlah, "Bahwa aku hanyalah seorang
manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian adalah
Tuhan Yang Maha Esa.” (Fussilat: 6), hingga akhir ayat.
وَما أَرْسَلْنا قَبْلَكَ
مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعامَ وَيَمْشُونَ فِي
الْأَسْواقِ
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum
kalian, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.
(Al-Furqan: 20)
وَما أَرْسَلْنا مِنْ
قَبْلِكَ إِلَّا رِجالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرى
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan
orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.
(Yusuf: 109)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
مَعْشَرَ الْجِنِّ
وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum
datang kepada kalian rasul-rasul dari golongan kalian sendiri. (Al-An'am:
130)
Hal ini jelas lebih sangat diharapkan bila
seorang rasul yang diutus kepada mereka berasal dari kalangan mereka sendiri,
sehingga mereka dapat berkomunikasi dengannya dan merujuk kepadanya dalam
memahami kalam Ilahi yang melewatinya. Karena itulah maka dalam firman
berikutnya disebutkan:
{يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ}
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah.
(Ali Imran: 164)
Yang dimaksud ialah Al-Qur'an.
{وَيُزَكِّيهِمْ}
dan membersihkan (jiwa) mereka. (Ali
Imran: 164)
Yakni yang memerintahkan mereka kepada kebajikan
dan melarang mereka berbuat kemungkaran, agar jiwa mereka menjadi bersih dan
suci dari kotoran dan najis yang dahulu di masa mereka musyrik dan Jahiliah
selalu mereka lakukan.
{وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ}
dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan
Al-Hikmah. (Ali Imran: 164)
Yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.
{وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ}
Dan sesungguhnya sebelum itu. (Ali Imran:
164)
Maksudnya, sebelum kedatangan Rasul Saw.
{لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata. (Ali Imran: 164)
Yakni benar-benar dalam kesesatan dan kebodohan
yang nyata. Hal ini tampak jelas bagi setiap orang.
Ali Imran, ayat 165-168
أَوَلَمَّا
أَصابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْها قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ
هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (165)
وَما أَصابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ
الْمُؤْمِنِينَ (166) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعالَوْا
قاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتالاً
لاتَّبَعْناكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمانِ
يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما
يَكْتُمُونَ (167) الَّذِينَ قالُوا لِإِخْوانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطاعُونا مَا
قُتِلُوا قُلْ فَادْرَؤُا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ
(168)
Dan mengapa ketika
kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan Badar)
kalian berkata, "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu
dari (kesalahan) diri kalian sendiri." Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu. Dan apa yang menimpa kalian pada hari bertemunya dua pasukan,
maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah; dan agar Allah
mengetahui siapa orang-orang yang beriman, dan supaya Allah mengetahui siapa
orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang
dijalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian)." Mereka berkata,
"Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti
kalian." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam
hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Orang-orang
yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi
berperang, "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak
terbunuh." Katakanlah, "Tolaklah kematian itu dari diri kalian, jika
kalian orang-orang yang benar."
Firman Allah Swt.:
{أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ}
Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah.
(Ali Imran: 165)
Yakni apa yang menimpa sebagian dari kalangan
mereka dalam peperangan Uhud, yakni tujuh puluh orang dari kalangan mereka
gugur.
{قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا}
padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua
kali lipat kepada musuh-musuh kalian. (Ali Imran: 165)
Yaitu dalam Perang Badar, karena sesungguhnya
pasukan kaum muslim sempat membunuh tujuh puluh orang dari kalangan musuh-musuh
mereka dan menawan tujuh puluh orang dari kalangan musuh-musuh mereka.
{قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا}
kalian berkata, "Dari mana datangnya
(kekalahan) ini?" (Ali Imran: 165)
Yakni mengapa hal ini dapat terjadi pada diri
kami.
{قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ}
Katakanlah, "Itu dari (kesalahan) kalian
sendiri." (Ali Imran: 165)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Qurad ibnu Nuh, telah menceritakan kepada kami
Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sammak Al-Hanafi Abu Zamil,
telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul
Khattab yang menceritakan bahwa ketika peperangan Uhud terjadi, yaitu setahun
setelah Perang Badar, maka kaum muslim memperoleh hukuman disebabkan kesalahan
mereka berani menerima tebusan dari tawanan Perang Badar kaum musyrik. Akhirnya
dalam Perang Uhud, tujuh puluh orang dari pasukan kaum muslim gugur, dan
sahabat-sahabat Rasulullah Saw. lari meninggalkan beliau hingga gigi seri
beliau rontok dan topi besi pelindung kepalanya pecah serta darah mengalir pada
wajahnya karena terluka. Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mengapa
ketika kalian ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada peperangan
Badar) kalian berkata, "Dari manakah datangnya (kekalahan) ini?"
Katakanlah, "Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri." (Ali
Imran :165) Yakni karena kalian lebih suka menerima tebusan dari tawanan Perang
Badar.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari
ibnu Abdur Rahman ibnu Gazwan (yaitu Qurad ibnu Nuh) berikut sanadnya, tetapi
lebih panjang daripada hadis di atas. Hal yang sama dikatakan pula oleh
Al-Hasan Al-Basri.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada
kami Ismail ibnu Ulayyah, dari Ibnu Aun. Sunaid (yakni Husain) mengatakan, dan
telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Juraij, dari Muhammad, dari Ubaidah,
dari Ali r.a. yang menceritakan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw.,
lalu berkata: Hai Muhammad, sesungguhnya Allah benar-benar tidak menyukai
apa yang dilakukan oleh kaummu dalam mengambil (tebusan) tawanan-tawanan Perang
(Badar), padahal Allah telah memerintahkan kepadamu agar memberitahukan kepada
mereka untuk memilih salah satu di antara dua perkara. Yaitu adakalanya para
tawanan itu dihukum mati dengan dipenggal lehernya. Dan pilihan lainnya ialah
mereka (kaum muslim) boleh mengambil tebusan, tetapi kelak akan terbunuh dari
kalangan mereka sejumlah orang-orang musyrik (yang terbunuh dalam Perang
Badar). Sahabat Ali r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah
Saw. memanggil orang-orang dan diceritakan kepada mereka hal tersebut. Mereka
berkata, "Wahai Rasulullah, mereka adalah keluarga dan teman-teman kita.
Mengapa kita tidak ambil saja tebusan mereka, yang hasilnya nanti dijadikan
sebagai biaya untuk memerangi musuh-musuh kita. Biarpun ada yang gugur dari
kalangan kita sejumlah mereka, kami tidak akan menolak pilihan ini."
Sahabat Ali melanjutkan kisahnya, bahwa pada peperangan Uhud akhirnya terbunuh
dari pasukan kaum muslim yang bilangannya sama saja dengan mereka (pihak musuh)
yang tertawan di dalam peperangan Badar.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai dan
Imam Turmuzi melalui hadis Abu Daud Al-Hafri, dari Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu
Zaidah, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu
Sirin dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat
hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya kecuali melalui hadis ibnu Abu
Zaidah.
Abu Usamah meriwayatkan hal yang semisal dari
Hisyam. Telah diriwayatkan dari Ibnu Sirin, dari Ubaidah, dari Nabi Saw. hadis
ini secara mursal.
Muhammad ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ar-Rabi' ibnu
Anas, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah,
"Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri." (Ali Imran: 165)
Yakni disebabkan durhaka kalian kepada Rasulullah Saw. ketika beliau
memerintahkan kepada kalian agar jangan meninggalkan posisi kalian itu, tetapi
kalian mendurhakainya. Yang dimaksud ialah pasukan pemanah. Sesungguhnya
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 165) Artinya, Dia berbuat
apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan menurut apa yang disukai-Nya, tiada
seorang pun yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى
الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ}
Dan apa yang menimpa kalian pada hari
bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah.
(Ali Imran: 166)
Yaitu kalian lari meninggalkan musuh kalian,
hingga mereka dapat membunuh sejumlah orang dari pasukan kalian dan sebagian
yang lain dari kalian sempat mereka lukai. Hal tersebut terjadi atas dasar
ketetapan dan takdir Allah Swt. yang di dalamnya terkandung hikmah.
{وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ}
dan agar Allah menyatakan siapa orang-orang
yang beriman. (Ali Imran: 166)
Yakni siapa orang-orang yang sabar dan teguh
serta tidak terguncangkan.
{وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ
لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ
نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ}
dan agar Dia menyatakan siapa orang-orang yang
munafik. Kepada mereka dikatakan, "Marilah berperang di jalan Allah atau
pertahankanlah (diri kalian)." Mereka berkata, "Sekiranya kami
mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian."
(Ali Imran: 167)
Mereka yang mengatakan demikian adalah
teman-teman Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, yaitu mereka yang kembali ke Madinah
bersamanya sesudah menempuh setengah perjalanan. Kemudian mereka dikejar oleh
banyak lelaki dari kalangan kaum mukmin dengan maksud menyuruh mereka agar
kembali bergabung bersama pasukan yang akan bertempur dan maju ke medan peperangan
serta saling membantu. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوِ ادْفَعُوا}
atau pertahankanlah diri kalian. (Ali
Imran: 167)
Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair,
Ad-Dahhak, Abu Saleh, Al-Hasan, dan As-Saddi mengatakan bahwa dengan keikutsertaan
mereka, maka pasukan kaum muslim menjadi bertambah banyak.
Al-Hasan ibnu Saleh mengatakan, makna yang
dimaksud ialah pertahankanlah diri kalian dengan berdoa. Sedangkan selain
mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bersiap siagalah kalian.
Tetapi mereka mengemukakan alasannya seraya berkata, yang perkataan mereka
disitir oleh firman-Nya: Seandainya kami mengetahui akan terjadi peperangan,
tentulah kami mengikuti kalian. (Ali Imran: 167)
Menurut Mujahid, mereka bermaksud 'sekiranya kami
mengetahui bahwa kalian akan menghadapi peperangan, niscaya kami datang kepada
kalian untuk membantu, tetapi ternyata kalian tidak menghadapi suatu peperangan
pun'.
Muhammad ibnu
Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim ibnu Syihab
Az-Zuhri dan Muhammad ibnu Yahya ibnu Hayyan, Asim ibnu Umar ibnu Qatadah,
Al-Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Amr ibnu Sa'd ibnu Mu'az serta lain-lain-nya
dari kalangan ulama kami; semuanya menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membawa
kami turut serta berangkat, yakni ketika beliau berangkat menuju medan Uhud
bersama seribu orang sahabatnya. Ketika beliau sampai di Asy-Syaut yang
terletak di antara Uhud dan Madinah, maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul
memisahkan diri dari Nabi Saw. bersama sepertiga pasukan (kembali ke Madinah).
Ia berkata, "Dia (yakni Nabi Saw.) menuruti pendapat mereka (kaum muslim)
dan menentang pendapatku.”Demi Allah, kita tidak mengetahui untuk apakah kita
membunuh diri kita sendiri di sini, hai orang-orang." Lalu ia kembali ke
Madinah bersama sejumlah orang dari kaumnya, yaitu ahli nifaq dan yang berada
dalam keraguan. Kemudian mereka dikejar oleh Abdullah ibnu Amr ibnu Haram
(saudara lelaki Bani Salamah), lalu ia mengatakan (kepada mereka yang kembali
itu), "Hai kaum, aku perintahkan kalian akan Allah Swt., janganlah kalian
merendahkan Nabi dan kaum kalian manakala beliau tiba dari musuh kalian
nanti!" Mereka menjawab, "Sekiranya kami mengetahui akan terjadinya
peperangan, niscaya kami tidak akan membiarkan kalian. Tetapi kami berpendapat
bahwa tidak akan terjadi peperangan." Ketika mereka membangkang, tidak mau
menuruti kata-katanya, dan mereka bertekad bulat untuk kembali ke Madinah, maka
Abdullah ibnu Amr ibnu Haram mengatakan kepada mereka, "Semoga Allah
menjauhkan kalian (dari rahmat-Nya), hai musuh-musuh Allah. Allah Mahakaya dari
kalian." Lalu Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ
مِنْهُمْ لِلإيمَانِ}
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada
kekafiran daripada keimanan. (Ali Imran: 167)
Mereka mengambil dalil dari ayat ini, bahwa
keadaan iman seseorang itu naik turun grafiknya; dalam suatu keadaan adakalanya
ia lebih dekat kepada kekufuran, dan dalam keadaan yang lain lebih dekat kepada
keimanan, karena berdasarkan firman Allah Swt. berikut ini: Mereka pada hari
itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. (Ali Imran: 167)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي
قُلُوبِهِمْ}
Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang
tidak ada terkandung dalam hatinya. (Ali Imran: 167) Yakni mereka
mengatakan hal-hal yang tidak mereka yakini kebenar-annya. Sama maknanya dengan
firman sebelumnya, yaitu: Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan,
tentulah kami mengikuti kalian. (Ali Imran: 167)
Karena
sesungguhnya mereka merasa pasti bahwa pasukan kaum musyrik sedang bergerak.
Mereka datang dari kota yang jauh dengan dendam yang membakar hati mereka
terhadap kaum muslim karena musibah yang menimpa orang-orang terhormat mereka
dalam Perang Badar. Jumlah mereka beberapa kali lipat jumlah pasukan kaum
muslim, dan pasti akan terjadi peperangan di antara kedua belah pihak. Karena
itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ}
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka
sembunyikan. (Ali Imran: 167)
*******************
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{الَّذِينَ قَالُوا لإخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا
لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا}
Orang-orang yang mengatakan kepada
saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, "Sekiranya
mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." (Ali Imran:
168)
Yaitu seandainya mereka mendengar saran kita
kepada mereka yang menganjurkan agar tetap tinggal di Madinah dan tidak
berangkat ke medan Uhud, niscaya mereka tidak akan terbunuh bersama-sama mereka
yang terbunuh.
Allah menyangkal pendapat mereka melalui firman
selanjutnya, yaitu:
{قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ
الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Katakanlah, "Tolaklah kematian itu dari
diri kalian, jika kalian orang-orang yang benar." (Ali Imran: 168)
Yakni jika memang tetap tinggal di Madinah dapat
menjamin seseorang selamat dari terbunuh dan maut, maka sudah selayaknya bila
kalian tidak mati. Tetapi maut pasti datang kepada kalian, sekalipun kalian
berada di dalam benteng yang kuat. Karena itu, tolaklah kematian dari diri
kalian jika kalian memang orang-orang yang benar dalam pengakuan kalian itu.
Mujahid
meriwayatkan dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan sikap Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul dan kawan-kawannya (dari kalangan
orang-orang munafik).
Ali Imran, ayat 169-175
وَلَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ
عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ
فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ
أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ
بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ
الْمُؤْمِنِينَ (171) الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ
مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ
عَظِيمٌ (172) الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا
لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ
يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
(174) إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ
وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (175)
Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka
dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan
nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah
Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi
orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala
yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada
mereka ada orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah kepada mereka,"
maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Maka
mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak
mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kalian) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy).
Karena itu, janganlah kalian takut kepada mereka; tetapi takutlah kepada-Ku,
jika kalian benar-benar orang yang beriman.
Allah
menceritakan perihal para syuhada, bahwa sekalipun mereka gugur terbunuh dalam
kehidupan dunia ini, sesungguhnya arwah mereka tetap hidup diberi rezeki di
alam yang kekal.
Muhammad ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Marzuq, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Yunus, dari Ikrimah, telah menceritakan
kepada kami Ishaq ibnu Abu Talhah, telah menceritakan kepadaku Anas ibnu Malik
perihal sahabat-sahabat Rasulullah Saw. yang dikirim beliau Saw. kepada
penduduk Bir Ma'unah. Sahabat Anas ibnu Malik mengatakan bahwa ia tidak
mengetahui apakah jumlah mereka empat puluh atau tujuh puluh orang, sedangkan
yang menjadi pemimpin dari penduduk tempat air itu adalah Amir ibnu Tufail
Al-Ja’fari. Maka berangkatlah sejumlah sahabat Rasul itu hingga mereka sampai
di sebuah gua yang berada di atas tempat air tersebut, lalu mereka duduk
istirahat di dalam gua itu. Kemudian sebagian dari mereka berkata kepada
sebagian yang lain, "Siapakah di antara kalian yang mau menyampaikan
risalah Rasulullah Saw. kepada penduduk tempat air ini?" Maka seseorang
—yang menurut dugaan perawi dia adalah Abu Mulhan Al-Ansari— berkata,
"Akulah yang akan menyampaikan risalah Rasulullah Saw." Lalu ia
berangkat hingga sampai di sekitar rumah-rumah mereka, kemudian ia duduk
bersideku di hadapan pintu ramah-rumah itu, dan berseru, "Hai penduduk
Bi-r Ma'unah, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian.
Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba serta utusan-Nya. Karena itu, berimanlah kalian kepada Allah dan
Rasul-Nya!" Maka keluarlah dari salah satu rumah itu seorang lelaki seraya
membawa sebuah tombak menuju kepadanya, lalu lelaki itu langsung menghunjamkan
tombaknya ke lambung Abu Mulhan hingga tembus ke sisi yang lain. Maka Abu
Mulhan berseru (sebelum meregang nyawanya): Allahu Akbar (Allah Mahabesar), aku
beruntung (mendapat mati syahid) demi Tuhan Ka'bah! Kemudian seluruh penduduk Bi’r
Ma'unah mengikuti jejak Abu Mulhan hingga mereka sampai kepada teman-teman Abu
Mulhan yang berada di dalam gua tersebut. Maka Amir ibnu Tufail (bersama
kaumnya) membunuh mereka semuanya.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Anas ibnu Malik, bahwa Allah telah menurunkan ayat Al-Qur'an berkenaan
dengan nasib mereka itu, yang isinya mengatakan:
بَلِّغُوا عَنَّا قَوْمَنا أنَّا قَدْ لَقِينَا رَبَّنا فَرَضي
عَنَّا ورَضينا عَنْه ثُمَّ نُسِخَتْ فَرُفِعَتْ بَعْدَ مَا قَرَأْنَاهُ زَمَنًا
Sampaikanlah dari kami kepada kaum kami,
bahwasanya kami telah menjumpai Tuhan kami, dan Dia rida dengan kami serta kami
pun rida (puas) dengan (pahala)-Nya.
Kemudian ayat tersebut dimansukh dan diangkat
kembali sesudah kami membacanya selama beberapa waktu, dan sebagai gantinya
Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ}
Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya
dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169)
قَالَ الْإِمَامُ أَبُو الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ
الْقُشَيْرِيُّ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَير، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الأعمَشُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: سَأَلْنَا عَبْدَ اللَّهِ عَنْ هَذِهِ
الْآيَةِ: {وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا
بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} فَقَالَ: أَمَا إنَّا قَدْ سَأَلْنَا
عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ: "أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا
قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ، تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ
شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ، فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ
رَبُّهُمْ اطِّلاعَةً فَقَالَ: هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا؟ فَقَالُوا: أَيَّ شَيْءٍ
نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا؟ فَفَعَلَ ذَلِكَ
بِهِمْ ثَلاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ
يُسْأَلُوا قَالُوا: يَا رَبِّ، نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا
حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى، فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ
لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا"
Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab sahihnya,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abdullah ibnu Murrah, dari Masruq yang menceritakan bahwa
sesungguhnya kami pernah menanyakan kepada Abdullah tentang ayat ini, yaitu
firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan
Allah itu mad, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya de-ngan mendapat rezeki.(Ali
Imran: 169) Maka Abdullah menjawab, bahwa sesungguhnya kami pernah menanyakan
hal yang sama kepada Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda: Arwah mereka (para
syuhada) berada di dalam perm burung hijau, baginya terdapat pelita-pelita yang
bergantungan di bawah Arasy. ia terbang di bagian surga dengan bebas menurut
kehendaknya, kemudian hinggap pada pelita-pelita tersebut. Maka Tuhan mereka
menjenguk keadaan mereka sekali kunjungan, lalu berfirman, "Apakah kalian
menginginkan sesuatu?" Mereka menjawab, "Apakah yang kami inginkan
lagi, bukankah kami terbang dengan bebas di dalam surga ini menurut kehendak
kami?" Allah melakukan hal tersebut kepada mereka sebanyak tiga kali.
Setelah mereka merasakan bahwa diri mereka tidak dibiarkan oleh Allah melainkan
harus meminta, maka berkatalah mereka, "Wahai Tuhan kami, kami
menginginkan agar Engkau mengembalikan arwah kami ke jasad kami, hingga kami
dapat terbunuh lagi demi membela jalan-Mu sekali lagi." Setelah Allah
melihat bahwa mereka tidak mempunyai keperluan lagi, maka barulah mereka
ditinggalkan.
Hadis yang semisal diriwayatkan pula melalui
hadis Anas dan Abu Sa'id.
Hadis yang lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَمَّاد، حَدَّثَنَا
ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوتُ، لَهَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ، يَسُرُّهَا
أَنْ تَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا إِلا الشَّهِيدُ فَإِنَّهُ يَسُرُّهُ أَنْ
يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً أُخْرَى لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ
الشَّهَادَةِ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdus Samad. telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada
kami Sabit, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang
pun yang meninggal dunia, sedangkan di sisi Allah dia memperoleh kebaikan yang
menggembirakannya, lalu ia menginginkan dikembalikan ke dunia, kecuali hanya
orang yang mati syahid. Karena sesungguhnya dia sangat gembira bila
dikembalikan ke dunia, lalu gugur sekali lagi (di jalan Allah) karena apa yang
dirasakannya dari keutamaan mati syahid.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam
Muslim melalui jalur Hammad.
Hadis yang lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، عَن مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ رَبيعة السُّلَمِيِّ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ لِي رسولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اللَّهَ
أَحْيَا أَبَاكَ فَقَالَ لَهُ: تَمَنَّ عَلَيَّ، فَقَالَ لَهُ: أُرَدُّ إِلَى الدُّنْيَا،
فَأُقْتَلُ مَرَّةً أُخْرَى، فَقَالَ: إِنِّي قَضَيْتُ الْحُكْمَ أَنَّهُمْ
إِلَيْهَا لَا يُرْجَعُونَ".
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Abdullah Al-Madini, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu
Muhammad ibnu Ali ibnu Rabi'ah As-Sulami, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu
Aqil, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda
kepadanya: Aku telah diberi tahu bahwa Allah menghidupkan kembali ayahmu,
lalu berfirman kepadanya.”Mintalah kamu!" Ayahmu berkata kepada-Nya,
"Aku ingin dikembalikan ke dunia dan gugur lagi di jalan-Mu sekali
lagi." Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa
mereka tidak akan dikembalikan lagi ke dunia."
Ditinjau dari segi ini, hanya Imam Ahmad
sendirilah yang meriwayatkannya.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain dan
lain-lainnya bahwa ayah Jabir (yaitu Abdullah ibnu Amr ibnu Haram Al-Ansari
r.a.) gugur dalam Perang Uhud sebagai syuhada.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَقَالَ أَبُو الْوَلِيدِ، عَنْ شُعْبَةَ عَنِ
ابْنِ المُنْكَدِر قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرًا قَالَ: لَمَّا قُتِل أَبِي جعلتُ
أَبْكِي وأكشفُ الثَّوْبَ عَنْ وَجْهِهِ، فَجَعَلَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم ينْهَوني وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمْ يَنْه، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَا تَبْكِهِ -أَوْ: مَا تَبْكِيهِ -مَا زَالَتِ الْملائِكَةُ
تُظِلُّهُ بِأجْنِحَتِها حَتَّى رُفِعَ".
Imam Bukhari mengatakan bahwa Abul Walid
meriwayatkan dari Syu'bah, dari Ibnul Munkadir, bahwa ia pernah mendengar Jabir
menceritakan hadis berikut: Ketika ayahku gugur (dalam Perang Uhud), aku
menangis dan membuka kain penutup wajahnya. Maka sahabat-sahabat Rasulullah
Saw. melarangku berbuat demikian. Tetapi Rasulullah sendiri tidak melarang,
melainkan beliau bersabda: Jangan engkau tangisi dia —atau mengapa engkau
tangisi dia— para malaikat masih terus menaunginya dengan sayap-sayap mereka
hingga ia diangkat (ke langit).
Hadis ini di-musnad-kan (disandarkan) langsung
kepada Jabir oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui berbagai
jalur, dari Syu'bah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang
menceritakan, "Ketika ayahku gugur dalam peperangan Uhud, aku membuka kain
wajahnya, lalu aku menangisinya," hingga akhir hadis dengan lafaz yang
semisal.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ،
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ بْنِ عَمْرو بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي
الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا أُصِيبَ
إخْوَانُكُمْ بِأُحُدٍ جَعَلَ اللهُ أَرْوَاحَهُمْ فِي أَجْوَافِ طَيْرٍ خُضْرٍ،
تَرِدُ أَنْهَارَ الْجَنَّةِ، وتَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا وَتَأْوِي إِلَى
قَنَادِيلَ مِنْ ذَهَبٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ، فَلَمَّا وَجَدُوا طِيبَ
مَشْرَبِهِمْ، وَمَأْكَلِهِمْ، وَحُسْنَ مُنْقَلَبِهِم قَالُوا: يَا لَيْتَ
إِخْوَانَنَا يَعْلَمُونَ مَا صَنَعَ اللَّهُ لَنَا، لِئَلا يَزْهَدُوا فِي
الْجِهَادِ، وَلا يَنْكُلُوا عَنْ الْحَرْبِ" فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
أَنَا أُبَلِّغُهُمْ عَنْكُمْ. فَأَنزلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَؤُلاءِ الآيَاتِ:
{وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ
أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} وَمَا بَعْدَهَا".
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abu Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umayyah ibnu Amr ibnu sa'id ibnu Abuz
Zubair Al-Makki, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ketika saudara-saudara kalian gugur dalam peperangan Uhud, maka
Allah menjadikan arwah mereka di dalam perut burung hijau yang selalu
mendatangi sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya, hingga pada
lampu-lampu emas yang ada di bawah naungan Arasy. Ketika mereka merasakan
makanan dan minuman mereka yang sangat enak dan tempat mereka yang sa-ngat baik
itu, maka mereka mengatakan, "Aduhai, sekiranya teman-teman kita
mengetahui apa yang dilakukan oleh Allah terhadap kita, agar mereka tidak
enggan dalam berjihad dan tidak malas dalam melakukan peperangan." Maka
Allah ber-firman, "Akulah Yang akan menyampaikan berita kalian kepada
mereka." Maka Allah menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya:
Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali
Imran: 169) dan ayat sesudahnya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu
Wahb, dari Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama.
Imam Abu Daud dan Imam Hakim di dalam kitab
Mustadrak-nya meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Idris, dari Muhammad
ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama.
Imam Abu Daud dan Imam Hakim meriwayatkannya dari
Ismail ibnu Umayyah, dari Abuz Zubair, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
r.a lalu disebutkan hadis yang sama, sanad ini lebih kuat. Hal yang sama
diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri. dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya
meriwayatkan dari hadis Abu Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan, dari Ismail ibnu Abu
Khalid, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan sahabat Hamzah r.a. dan teman-temannya (yang gugur
dalam Perang Uhud), yaitu firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169)
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini
sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah,
Ar-Rabi", dan Ad-Dahhak, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
orang-orang yang gugur dalam Perang Uhud.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ
سُلَيْمَانَ أَنْبَأَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيُّ، أَنْبَأَنَا
مُوسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ كَثِيرِ بْنِ بَشِيرِ بْنِ الْفَاكِهِ
الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ طَلْحَةَ بْنَ خِرَاش بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
خِرَاشِ بْنِ الصِّمَّةِ الْأَنْصَارِيَّ، قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ: نَظَرَ إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ:
"يَا جَابِرُ، مَا لِي أَرَاكَ مُهْتَما؟ " قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، اسْتُشْهِدَ أَبِي وَتَرَكَ دَينا وَعِيَالًا. قَالَ: فَقَالَ:
"أَلَا أُخْبِرُكَ؟ مَا كَلَّمَ اللهُ أَحَدًا قَطُّ إِلَّا مِنْ وَرَاءِ
حِجَابٍ، وَإنَّهُ كَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا -قَالَ عَلِيٌّ: الكفَاح:
الْمُوَاجَهَةُ -فَقَالَ: سَلْني أعْطكَ. قَالَ: أَسْأَلُكَ أنْ أُرَدَّ إلَى
الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِيْكَ ثَانِيَةً فَقَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: إنَّهُ
سَبَقَ مِنِّي الْقَوْلُ أنَّهُمْ إلَيْهَا لَا يُرْجَعُونَ. قَالَ: أيْ رَبِّ:
فَأَبْلِغْ مَنْ وَرَائِي. فَأَنزلَ اللهُ [عَزَّ وجَلَّ] {وَلا تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا} الْآيَةَ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Sulaiman, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah Al-Madini, telah menceritakan kepada
kami Musa ibnu Ibrahim ibnu Kasir ibnu Basyir ibnul Fakih Al-Ansari yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Talhah ibnu Khirasy ibnu Abdur Rahman ibnu
Khirasy ibnus Sumt Al-Ansari mengatakan bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu
Abdullah menceritakan hadis berikut, yaitu: Pada suatu hari Rasulullah Saw.
memandang diriku, lalu bertanya, "Mengapa kulihat kamu sedih, hai Jabir?"
Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, ayahku telah gugur dan meninggalkan utang
serta anak-anak yang banyak." Rasulullah Saw. bersabda, "Ingatlah,
aku akan menceritakan kepadamu bahwa tiada seorang pun yang berbicara dengan
Allah, melainkan di balik hijab (penghalang), dan sesungguhnya ayahmu berbicara
secara berhadapan (dengan-Nya)." - Menurut Ali ibnu Abdullah
Al-Madini, arti kifahan ialah berhadap-hadapan secara langsung tanpa
hijab -. Allah berfirman, "Mintalah kepada-Ku, niscaya Aku beri."
ia menjawab, "Aku meminta kepada-Mu agar mengembalikan diri-ku ke dunia,
lalu aku gugur lagi di jalan-Mu untuk kedua kali-nya." Maka Allah Swt.
berfirman, "Sesungguhnya telah ditetapkan oleh-Ku suatu keputusan, bahwa
mereka tidak akan dikembalikan lagi kepadanya (ke dunia)." Ia berkata,
"Wahai Tuhan-ku, kalau demikian sampaikanlah kepada orang-orang yang ada
di belakangku." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Janganlah kalian
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169)
Kemudian Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya
melalui jalur lain dari Muhammad ibnu Sulaiman ibnu Salit Al-Ansari, dari
ayahnya, dari Jabir hal yang semisal.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di
dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya melalui jalur Ali ibnul Madini dengan lafaz
yang sama.
وَقَدْ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ أَبِي عُبَادَةَ
الْأَنْصَارِيِّ، وَهُوَ عِيسَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ،
عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا]
قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَابِرٍ:
"يَا جَابِرُ، أَلَّا أُبَشِّرُكَ؟ قَالَ: بَلَى. بَشَّرَكَ اللَّهُ
بِالْخَيْرِ. قَالَ شَعَرْتُ أنَّ اللهَ أحْيَا أَبَاكَ فَقَالَ: تَمَنَّ عَلَيَّ
عَبْدِي مَا شِئْتَ أُعْطِكَه. قَالَ: يَا رَبِّ، مَا عَبَدْتُكَ حَقَّ
عِبَادَتِكَ. أتَمَنَّى عَلَيْكَ أنْ تَرُدَّنِي إلَى الدُّنْيَا فَأُقَاتِلَ مَعَ
نَبِيَّكَ، وأُقْتَلَ فِيْكَ مَرَّةً أُخْرَى. قَالَ: إنَّهُ سَلَفَ مِنِّي أنَّهُ
إلَيْهَا [لَا] يَرْجعُ"
Imam Baihaqi meriwayatkan melalui hadis Abu
Ubadah Al-Ansari, yaitu Isa ibnu Abdullah, insya Allah, dari Az-Zuhri, dari
Urwah, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda
kepada Jabir: "Hai Jabir, maukah engkau aku kabarkan berita gembira? Jabir
menjawab, "Tentu saja mau, semoga Allah mengabarkan kebaikan
kepadamu." Nabi Saw. bersabda, "Aku merasakan bahwa Allah
menghidupkan ayahmu, lalu berfirman, 'Mintalah kepada-Ku apa yang kamu
inginkan, hai hamba-Ku, niscaya Aku memberikannya kepadamu.' Ayahmu menjawab,
"Wahai Tuhanku, aku belum pernah beribadah kepada-Mu dengan ibadah yang
sesungguhnya, aku memohon kepada-Mu sudilah kiranya Engkau mengembalikan diriku
ke dunia, maka aku akan berperang bersama Nabi-Mu dan gugur dalam membela
agama-Mu sekali lagi.' Allah Swt. berfirman, 'Sesungguhnya telah ditetapkan
oleh-Ku bahwa tiada seorang pun (yang telah mati) dikembalikan lagi ke
dunia'."
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ،
حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ فُضَيْل الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ
لَبِيدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهَرٍ
بِبَابِ الْجَنَّةِ، فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ، يَخْرُجُ عَلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنْ
الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَعَشِيًّا".
Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ibnu Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Fudail Al-Ansari, dari Mahmud ibnu
Labid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Orang-orang yang mati syahid berada di tepi sungai yang ada di pintu surga,
padanya terdapat kubah hijau, rezeki mereka dikeluarkan dari dalam surga setiap
pagi dan petang.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri. Tetapi telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Juraij, dari Abu Kuraib yang
mengatakan bahwa telah menceritakan
kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaiman dan Ubaidah,
dari Muhammad ibnu Ishaq dengan lafaz yang sama. Sanadnya dinilai jayyid.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa seakan-akan para syuhada itu terdiri atas berbagai macam. Di antara
mereka ada yang arwahnya terbang dengan bebas di seantero surga, ada pula yang
tinggal di tepi sungai yang ada di pintu surga.
Akan tetapi, dapat diinterpretasikan bahwa
perjalanan mereka berakhir di sungai ini, lalu mereka berkumpul di tempat
tersebut dan menyantap rezeki mereka di tempat itu, setelah itu mereka
berangkat lagi.
Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab
Musnad Imam Ahmad sebuah hadis yang isinya mengatakan berita gembira bagi
setiap mukmin, bahwa rohnya berada di dalam surga dan terbang dengan bebas di
dalam surga, memakan buah-buahan, dan melihat-lihat keindahan yang ada di
dalamnya yang hijau segar. juga kegembiraan yang meliputi suasananya, serta
menyaksikan kemuliaan yang telah disediakan oleh Allah Swt. buat dirinya. Sanad
hadis ini sahih, jarang ada, lagi mengandung hal yang besar. Di dalam sanadnya
terdapat tiga orang Imam dari empat orang Imam yang menjadi panutan. Karena
sesungguhnya Imam Ahmad meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii
rahimahullah, dari Malik ibnu Anas Al-Asbahi rahimahullah, dari Az-Zuhri Abdur Rahman
ibnu Ka’b ibnu Malik, dari ayahnya r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
«نَسَمَةُ
الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجِرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ
إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ»
Jiwa orang mukmin merupakan burung yang
bergantungan di pepohonan surga sebelum Allah mengembalikannya ke jasadnya pada
hari Allah membangkitkannya.
Sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Yu'alliqu,"
artinya bergantungan. Makna yang dimaksud ialah memakan buah-buahan surga. Dari
hadis ini disimpulkan bahwa roh orang mukmin itu dalam bentuk burung di dalam
surga.
Adapun mengenai arwah para syuhada, seperti yang
disebut di atas, berada di dalam perut burung hijau. Perihalnya sama dengan
bintang-bintang bila dibandingkan dengan arwah orang mukmin secara umum, karena
sesungguhnya arwah orang mukmin terbang dengan sendirinya. Kami memohon kepada
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi anugerah, semoga Dia mematikan kami
dalam keadaan beriman.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَرِحِينَ بِما آتاهُمُ
اللَّهُ
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka. (Ali Imran: 170), hingga
akhir ayat.
Dengan kata lain, orang-orang yang mati syahid di
jalan Allah itu hidup di sisi Tuhan mereka, sedangkan mereka dalam keadaan
gembira karena kenikmatan dan kebahagiaan yang mereka peroleh. Mereka merasa
gembira dan amat bangga kepada saudara-saudara mereka yang masih tetap
berperang di jalan Allah sesudah mereka; mereka telah mendahuluinya, dan bahwa
mereka yang belum sampai tidak usah takut dalam menghadapi apa yang ada di
depan mereka dan tidak usah bersedih hati atas apa yang mereka tinggalkan di
belakang mereka nanti. Kami memohon surga kepada Allah.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: dan mereka bergirang hati. (Ali Imran: 170) Artinya, mereka
merasa bahagia bila ada di antara saudara-saudara —mereka yang berjihad
menyusul mereka, agar ia ikut merasakan pahala yang dianugerahkan oleh Allah
Swt. kepada mereka.
As-Saddi mengatakan bahwa disampaikan kepada
orang yang telah mati syahid sebuah kitab yang di dalamnya bertuliskan 'akan
datang kepadamu si Fulan pada hari anu dan hari anu, dan akan datang kepadamu
(menyusulmu) si Fulan pada hari anu dan hari anu'. Maka ia merasa gembira
dengan berita tersebut sebagaimana penduduk dunia yang gembira bila bersua
dengan orang yang telah lama berpisah darinya.
Sa'id ibnu Jubair berkata bahwa ketika para
syuhada masuk ke dalam surga dan melihat semua yang ada di dalamnya berupa
penghormatan yang diperoleh para syuhada, mereka berkata, "Aduhai,
seandainya saudara-saudara kita yang berada di dunia mengetahui apa yang kita
ketahui sekarang berupa penghormatan yang kita peroleh, niscaya apabila mereka
menghadapi peperangan di jalan Allah, mereka langsung menghadapinya dengan
mengorbankan diri mereka hingga mati syahid, lalu mereka segera memperoleh
kebaikan seperti yang kita peroleh sekarang."
Kemudian Rasulullah Saw. diberi tahu perihal
mereka dan kehormatan yang mereka peroleh di sisi Tuhannya. Allah memberitahukan
kepada para syuhada, "Aku telah menyampaikan kepada Nabi kalian dan telah
Kuberitakan kepadanya keadaan kalian dan apa yang sedang kalian lakukan
sekarang. Karena itu, mereka merasa gembira dengan berita tersebut." Yang
demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ
يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ}
Dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang
yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka. (Ali Imran:
170), hingga akhir ay at.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain dari
sahabat Anas sehubungan dengan kisah yang dialami oleh tujuh puluh orang
sahabat yang dikirim ke Bi-r Ma'unah, mereka semua dari kalangan Ansar dan
semua terbunuh dalam satu hari. Lalu Rasulullah Saw. melakukan doa qunut untuk
kebinasaan orang-orang yang telah membunuh mereka, dan beliau melaknat mereka.
Sahabat Anas mengatakan bahwa sehubungan dengan mereka telah diturunkan ayat
Al-Qur'an yang selama beberapa waktu kami baca sebelum dimansukh. Ayat tersebut
berbunyi:
"أنْ بَلغُوا عَنّا قَوْمَنا أَنَّا لَقِينَا رَبَّنَا
فَرَضِيَ عَنّا وأرْضَانا"
Sampaikanlah kepada kaum kami dari kami, bahwa
sesungguh-nya kami telah menjumpai Tuhan kami, maka Dia rida kepada kami dan
kami pun merasa puas dengan pahala-Nya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ}
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan
karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 171)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka
merasa gembira ketika menyaksikan dan merasakan janji yang telah ditunaikan dan
pahala yang berlimpah dari Allah Swt. kepada mereka.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan
bahwa makna ayat ini mencakup semua orang mukmin, baik yang mati syahid
atau-pun yang tidak mati syahid. Jarang sekali Allah menyebutkan suatu
keutamaan (pahala) yang Dia berikan kepada para nabi, melainkan Allah
menyebutkan pula pahala yang akan diberikan kepada ovang-orang mukmin sesudah
mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
الَّذِينَ اسْتَجابُوا
لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصابَهُمُ الْقَرْحُ
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah
Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud).
(Ali Imran: 172)
Hal ini terjadi dalam Perang Hamra-ul Asad. Pada
mulanya setelah kaum musyrik beroleh kemenangan atas kaum muslim (dalam Perang
Uhud) dan mereka kembali ke negeri tempat tinggal mereka, maka ketika mereka
sampai di pertengahan jalan, mereka merasa menyesal, mengapa mereka tidak
meneruskan pengejaran sampai ke Madinah, kemudian segala sesuatunya
diselesaikan sehingga tidak ada masalah lagi bagi mereka? Ketika Rasulullah
Saw. mendengar berita tersebut, beliau menyerukan kepada semua kaum muslim
untuk berangkat mengejar mereka (kaum musyrik) guna menakut-nakuti mereka dan
sekaligus memperlihatkan kepada mereka bahwa kaum muslim masih memiliki
kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi mereka. Kali ini Rasulullah Saw. tidak
memberi izin untuk tidak berangkat kepada seseorang pun di antara mereka yang
mengikuti Perang Uhud selain Jabir ibnu Abdullah r.a. karena alasan yang akan
kami terangkan kemudian. Maka kaum muslim pun bersiap-siap. Sekalipun di antara
mereka ada yang luka dan keberatan, tetapi demi taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, mereka berangkat pula.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa ketika kaum
musyrik kembali dari Perang Uhud, mereka mengatakan, "Muhammad tidak
sempat kalian bunuh, dan kaki tangannya tidak kalian tawan. Alangkah buruknya
apa yang telah kalian lakukan itu, sekarang kembalilah kalian." Ketika
Rasulullah Saw. mendengar berita tersebut, maka beliau menyerukan kepada kaum
muslim untuk siap berperang lagi, lalu mereka bersiap-siap dan berangkat.
Ketika sampai di Hamra-ul Asad atau di Bi-r Abu Uyaynah (ragu dari pihak
Sufyan), maka kaum musyrik berkata (kepada sesama mereka), "Kita kembali
lagi tahun depan saja." Maka Rasulullah Saw. kembali pula ke Madinah.
Peristiwa ini dianggap sebagai suatu peperangan (perang urat syaraf, pent.).
Sehubungan dengan peristiwa ini Allah menurunkan firman-Nya:
{الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ
وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ}
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah
Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi
orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala
yang besar. (Ali Imran: 172)
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis
Muhammad ibnu Mansur, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, lalu ibnu Murdawaih menuturkan hadis ini.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Perang Uhud
terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal. Pada keesokan harinya —yaitu
pada hari Ahad, tanggal enam belas bulan Syawwal— Rasulullah Saw. menyerukan
melalui juru serunya kepada kaum muslim agar bersiap-siap mengejar musuh. Juru
seru Rasulullah Saw. mengumumkan, "Tidak boleh ada yang berangkat bersama
kami seseorang pun kecuali orang-orang yang ikut bersama kami kemarin (dalam
Perang Uhud). Lalu Jabir ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Haram meminta izin kepada
Rasulullah Saw. untuk tidak ikut. Untuk itu ia berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ayahku telah meninggalkan di belakangku tujuh orang saudara
perempuanku." Rasulullah Saw. bersabda, 'Wahai anakku, tidak layak
bagiku dan bagimu juga bila meninggalkan wanita-wanita tersebut tanpa laki-laki
di antara mereka yang menjaganya. Aku bukanlah orang yang lebih mementingkan
kamu untuk berjihad bersama Rasulullah Saw. ketimbang diriku sendiri. Sekarang
engkau boleh tetap tinggal menjaga saudara-saudara perempuanmu." Maka
ia tetap tinggal di Madinah menjaga saudara-saudara perempuannya. Nabi Saw.
memberikan izin kepada Jabir untuk tidak ikut, sedangkan beliau Saw. berangkat
bersama mereka. Sesungguhnya Rasulullah Saw. kali ini berangkat hanya
semata-mata untuk menakut-nakuti musuh, agar sampai kepada mereka bahwa beliau
Saw. berangkat untuk mengejar mereka, hingga mereka mengira bahwa Nabi Saw.
masih memiliki kekuatan, bahwa apa yang dialami oleh kaum muslim dalam Perang
Uhud tidak membuat mereka lemah dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Abus
Saib maula Aisyah binti Usman, bahwa seorang lelaki dari kalangan sahabat
Rasulullah Saw. dari kalangan Bani Abdul Asyhal pernah mengikuti Perang Uhud,
ia menceritakan bahwa kami ikut dalam Perang Uhud bersama Rasulullah Saw.”Dalam
peperangan Uhud, aku dan saudara laki-lakiku mengalami luka-luka. Ketika juru
seru Rasulullah Saw. mengumumkan berangkat lagi mengejar musuh, aku berkata
kepada saudaraku, atau saudaraku berkata kepadaku, 'Apakah peperangan bersama
Rasulullah Saw. kali ini akan terlewatkan oleh kami?' Demi Allah, kala itu kami
tidak mempunyai seekor unta kendaraan pun, sedangkan kami dalam keadaan luka berat.
Tetapi pada akhirnya kami tetap bertekad berangkat bersama Rasulullah Saw.
Keadaanku saat itu lebih ringan lukanya ketimbang saudaraku. Di tengah jalan
saudaraku jatuh pingsan atau lemas digendong oleh Uqbah, hingga kami pun sampai
di tempat pasukan kaum muslim sampai (yaitu Hamra-ul Asad)."
Imam Bukhari mengatakan: telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Salam. telah menceritakan kepada kami Ahu Mu'awiyah,
dari Hisyam, dari ayahnya. dari Siti Aisyah sehubungan dengan firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. (Ali
Imran: 172), hingga akhir ayat. Aku (Siti Aisyah) berkata kepada Urwah.”Hai
anak lelaki saudara perempuanku, ayahmu termasuk salah seorang di antara
mereka, yaitu Az-Zubair, juga Abu Bakar r.a. Ketika Nabi Saw. mengalami musibah
dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik pulang meninggalkan beliau Saw.,
maka beliau Saw. merasa khawatir bila mereka kembali lagi menyerang. Lalu
beliau Saw. bersabda, "Siapakah yang mau mengejar mereka? "
Maka beliau memilih tujuh puluh orang lelaki, di antara mereka terdapat Abu
Bakar dan Az-Zubair.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari
secara menyendiri dengan konteks yang sama.
Imam Hakim meriwayatkannya di dalam kitab
mustadrak-nya melalui Al-Asam, dari Abul Abbas Ad-Dauri. dari Abun Nadi
dari Abu Said Al-Muaddib, dari Hisyam ibnu Urwah dengan lafaz yang sama.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya
(Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu Ammar
dan Hudbah ibnu Abdul Wahhab, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Hisyam ibnu Urwah
dengan lafaz yang sama.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Sa'id ibnu Mansur
dan Abu Bakar Al-Humaidi di dalam kitab musnadnya, dari Sufyan.
Imam Hakim meriwayatkannya pula melalui hadis
Ismail ibnu Abu Khalid, dari At-Taimi, dari Urwah yang menceritakan bahwa Siti
Aisyah r.a. pernah berkata kepadanya: Sesungguhnya ayahmu termasuk di antara
orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat
luka (dalam peperangan Uhud).
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini
sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
جَعْفَرٍ مِنْ أَصْلِ كِتَابِهِ، أَنْبَأَنَا سَمويه، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، أَنْبَأَنَا هِشَامٌ، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إنْ كَانَ أبَواك لَمن الَّذِينَ اسْتَجَابُوا للهِ والرَّسُولِ
مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ القَرْحُ: أَبُو بَكْرٍ وَالزُّبَيْرُ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا"
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far dari pokok kitabnya, telah
menceritakan kepada kami Samuwaih, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Zubair, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami
Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda kepadanya: Sesungguhnya kedua orang tuamu benar-benar
termasuk orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka
mendapat luka, yaitu Abu Bakar dan Az-Zubair.
Predikat marfu' hadis ini merupakan suatu
kekeliruan yang besar bila ditinjau dari segi sanadnya, karena sanadnya
bertentangan dengan riwayat orang-orang yang siqah yang menyatakan bahwa hadis
ini mauquf hanya sampai kepada Siti Aisyah r.a. (dan tidak sampai kepada Nabi
Saw.), seperti yang disebutkan di atas. Bila ditinjau dari segi' maknanya,
sesungguhnya Az-Zubair bukan merupakan orang tua Siti Aisyah. Sesungguhnya yang
mengatakan demikian tiada lain adalah Aisyah, kepada Urwah ibnuz Zubair yang
merupakan anak lelaki saudara perempuannya, Asma binti Abu Bakar r.a.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، [حَدَّثَنِي] عَمي،
حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَذَفَ
فِي قَلْب أَبِي سُفْيَانَ الرُّعْب يَوْمَ أُحُدٍ بَعْدَ مَا كَانَ مِنْهُ
مَا كَانَ، فَرَجَعَ إِلَى مَكَّةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إنَّ أبَا سُفْيَانَ قَدْ أَصَابَ مِنْكُمْ طَرَفًا، وَقَدْ
رَجَعَ، وَقَذَفَ اللهُ فِي قَلْبِهِ الرُّعْبَ". وَكَانَتْ وقعةُ أُحُدٍ فِي
شَوَّالٍ، وَكَانَ التُّجَّارُ يَقْدَمون الْمَدِينَةَ فِي ذِي الْقَعْدَةِ،
فَيَنْزِلُونَ بِبَدْرٍ الصُّغْرَى فِي كُلِّ سَنَةٍ مَرة، وَإِنَّهُمْ قَدِمُوا
بَعْدَ وَقْعَةِ أُحُدٍ وَكَانَ أَصَابَ الْمُؤْمِنِينَ الْقَرْحُ، وَاشْتَكَوْا
ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاشْتَدَّ
عَلَيْهِمُ الَّذِي أَصَابَهُمْ. وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَدَب النَّاسَ لِيَنْطَلِقُوا مَعَهُ، وَيَتَّبِعُوا مَا كَانُوا
مُتَّبعين، وَقَالَ: "إنَّمَا يَرْتَحِلُونَ الآنَ فَيَأْتُونَ الْحَجَّ
وَلَا يَقْدرُونَ عَلَى مِثْلِهَا حَتَّى عَامٍ مُقْبِلٍ". فَجَاءَ الشَّيْطَانُ
فَخَوَّفَ أَوْلِيَاءَهُ فَقَالَ: إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَأَبَى
عَلَيْهِ النَّاسُ أَنْ يَتْبَعُوهُ، فَقَالَ: "إنَّي ذَاهِبٌ وإنْ لمْ
يَتْبَعْنِي أحَدٌ". لِأَحْضُضَ النَّاسَ، فَانْتَدَبَ مَعَهُ أَبُو بَكْرٍ
الصِّدِّيقُ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، وَعَلِيٌّ، وَالزُّبَيْرُ، وَسَعْدٌ، وَطَلْحَةُ،
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ، وَحُذَيْفَةُ
بْنُ الْيَمَانِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَّرَّاحِ فِي سَبْعِينَ رَجُلًا
فَسَارُوا فِي طَلَبِ أَبِي سُفْيَانَ، فَطَلَبُوا حَتَّى بَلَغُوا الصَّفْرَاءَ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ [عَزَّ وَجَلَّ] {الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ
مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ [الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ
وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ] }
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah
menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa sesungguhnya Allah telah menanamkan ke dalam hati Abu Sufyan rasa takut
dalam Perang Uhud sesudah ia berhasil meraih kemenangan yang diperolehnya.
Karena itu, ia kembali ke Mekah. Dan Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Abu
Sufyan telah memperoleh suatu kemenangan dari kalian, dan sekarang ia pulang
karena Allah menanamkan rasa takut dalam hatinya. Perang Uhud terjadi dalam
bulan Syawwal, sedangkan pada waktu itu merupakan kebiasaan setahun sekali para
pedagang datang ke Madinah pada bulan Zul Qa'dah, lalu mereka menggelarkan
dagangannya di Badar Sugra. Mereka tiba (di Madinah) sesudah peperangan Uhud.
Saat itu kaum muslim mendapat luka dari Perang Uhud, lalu mereka mengadu kepada
Nabi Saw. dan mereka merasa berat dengan luka yang baru mereka alami itu.
Sesungguhnya Rasulullah Saw. menyerukan kepada orang-orang agar berangkat
bersamanya, sekalipun keadaan mereka tidak mendorong mereka untuk mengikutinya.
Lalu Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya mereka sekarang berangkat
(pulang ke Mekah) untuk menunaikan hajinya. dan mereka tidak akan mampu
melakukan semisal dengan apa yang mereka lakukan dalam peperangan Uhud kecuali
tahun depan nanti." Akan tetapi, setan menakut-nakuti kekasih-kekasih
Allah. ia mengatakan, "Sesungguhnya manusia (kaum musyrik) telah
menghimpun kekuatannya untuk menyerang kalian." Maka orang-orang tidak
mau mengikuti Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku
tetap akan berangkat, sekalipun tidak ada seorang pun yang mengikutiku untuk
menggerakkan orang-orang yang mau ikut." Maka ikutlah bersamanya Abu
Bakar, Umar, Usman, Ali, Az-Zubair, Sa'd, Talhah, Abdur Rahman ibnu Auf,
Abdullah ibnu Mas'ud, Huzaifah ibnul Yaman. dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah
bersama tujuh puluh orang, lalu mereka berangkat hingga sampai di As-Safra, dan
Allah menurunkan firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah
dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka. (Ali Imran: 172), hingga akhir
ayat.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
akhirnya berangkat hingga sampai di Hamra-ul Asad yang jauhnya kurang lebih
delapan mil dari Madinah.
Ibnu Hisyam menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
mengangkat Ibnu Ummi Maktum menjadi amir di Madinah (selama kepergian
Rasulullah Saw.). Nabi Saw. tinggal selama tiga hari di Hamra-ul Asad, yaitu
pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, setelah itu kembali ke Madinah - Menurut apa
yang diceritakan kepadaku oleh Abdullah ibnu Abu Bakar - Nabi Saw. bersua
dengan Ma'bad ibnu Abu Ma'bad Al-Khuza'i. Kabilah Khuza'ah, baik yang muslim
maupun yang masih musyrik, bersikap netral. Mereka mempunyai hubungan erat
dengan Rasulullah Saw. sejak mereka melakukan transaksi perdagangan dengan
beliau di Tihamah, dan mereka tidak pernah menyembunyikan sesuatu pun darinya.
Ma'bad saat itu masih musyrik: ketika bersua dengan Nabi Saw., ia mengatakan,
"Hai Muhammad, demi Allah, kami berbelasungkawa atas musibah yang menimpa
dirimu sehubungan dengan luka yang dialami oleh sahabat-sahabatmu, dan kami
berharap mudah-mudahan Allah menyelamatkan engkau bersama mereka."
Kemudian Ma'bad melanjutkan perjalanannya, sedangkan Rasulullah Saw. tetap
berada di Hamra-ul Asad, hingga Ma'bad bersua dengan Abu Sufyan ibnu Harb bersama
pasukannya di Rauha. Saat itu mereka sepakat kembali memerangi Rasulullah Saw.
dan sahabat-sahabatnya. Mereka mengatakan, "Kita telah mengalami
kemenangan atas Muhammad dan sahabat-sahabatnya, juga para pemimpin dan
orang-orang terhormat kaum muslim, apakah kita kembali sebelum memberantas
mereka? Kita benar-benar harus kembali untuk mengikis habis sisa-sisa kekuatan
mereka hingga kita benar-benar aman dari mereka." Ketika Abu Sufyan
melihat Ma'bad, ia bertanya.”Hai Ma'bad. apakah yang ada di belakangmu?" Ma'bad
menjawab.”Muhammad dan sahabat-sahabatnya sedang memburu kalian bersama
sejumlah pasukan yang belum pernah kulihat sebanyak itu. Mereka benar-benar
merasa dendam terhadap kalian. Telah bergabung bersamanya orang-orang yang
tadinya tidak ikut berperang, dan mereka menyesal atas ketidakberangkatan
mereka. Mereka benar-benar merasa dendam terhadap kalian sehingga membawa
pasukan yang kekuatannya tidak pernah aku lihat sebelumnya." Abu Sufyan
berkata, "Celakalah kamu ini, apa maksudmu dengan kata-katamu itu?"
Ma'bad berkata, "Demi Allah, menurutku engkau masih belum pulang sebelum
engkau melihat pasukan berkuda mereka." Abu Sufyan berkata, "Demi
Allah, sesungguhnya kami sepakat kembali menyerang mereka guna mengikis habis
sisa-sisa kekuatan mereka." Ma'bad menjawab, "Sesungguhnya aku
melarangmu melakukan hal tersebut. Demi Allah, sesungguhnya telah mendorongku
untuk mengatakan beberapa bait syair yang menggambarkan kekuatan mereka (kaum
muslim) sesudah aku melihatnya." Abu Sufyan bertanya, "Apakah yang
engkau katakan itu?" Ma'bad menjawab, "Rahilah (pelana) untaku
hampir jatuh karena getaran ketika kuda-kuda Ababil mengalir bergerak di bumi
membawa para pendekar yang gagah berani lagi pantang mundur dalam peperangan
dan tidak pernah mundur barang setapak pun. Maka aku memacu kendaraanku karena
aku mengira bahwa bumi ini seakan-akan berguncang, mereka berada di bawah
pimpinan seorang pemimpin yang tidak pernah terhina. Maka aku katakan,
'Celakalah, hai Ibnu Harb, bila bersua dengan kalian,' mengingat Lembah Batha
bergetar karena pasukan berkuda. Sesungguhnya aku memberikan peringatan kepada
penduduk lembah, janganlah mereka mengorbankan nyawanya, yaitu kepada setiap
orang yang ragu dan memakai akal pikirannya di antara mereka. Hati-hatilah
kalian terhadap pasukan Ahmad yang tidak terkalahkan itu. Apa yang aku
peringatkan ini bukan berdasarkan berita (melainkan aku saksikan dengan mata
kepalaku sendiri)." Maka Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya merasa
berterima kasih kepada Ma'bad atas berita itu. Lalu Abu Sufyan berpapasan
dengan kafilah dari Abdul Qais. Abu Sufyan bertanya, "Hendak ke manakah
kalian?" Mereka menjawab, "Kami hendak ke Madinah." Abu Sufyan
bertanya, "Untuk apa?" Mereka menjawab, "Kami hendak mencari makanan."
Abu Sufyan berkata, "Maukah kalian menyampaikan pesanku kepada Muhammad
melalui surat yang akan kukirimkan melalui kalian? Sebagai imbalannya aku akan
membawakan barang ini buat kalian (yakni zabib) di Ukaz bila kalian bersua
dengan kami nanti." Mereka menjawab, "Ya." Abu Sufyan berkata,
"Apabila kalian bertemu dengan Muhammad, 'sampaikanlah kepadanya bahwa
kami telah bersiap-siap untuk menyerang dia dan sahabat-sahabatnya dan mengikis
habis sisa-sisa kekuatan mereka." Lalu rombongan kafilah Abdul Qais itu
bersua dengan Rasulullah Saw. di Hamra-ul Asad, kemudian mereka menceritakan
kepadanya apa yang dikatakan oleh Abu Sufyan dan teman-temannya. Maka Nabi dan
para sahabatnya berkata, "Cukuplah Allah sebagai Penolong kami, Dia
sebaik-baik Pelindung."
Ibnu Hisyam meriwayatkan melalui Abu Ubaidah yang
pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda ketika disampaikan kepadanya
berita yang mengatakan bahwa pasukan kaum musyrik kembali datang menyerang:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ سُوِّمَتْ لَهُمْ
حِجَارَةٌ لَوْ صُبِّحُوا بَها لَكَانُوا كَأَمْسِ الذَّاهِبِ"
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku telah memberi tanda buat mereka pada
sebuah batu. Seandainya mereka pada pagi harinya berada di situ, niscaya
keadaan mereka seperti kemarin yang telah lalu.
قَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ [فِي قَوْلِهِ] {الَّذِينَ
اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ} إِنَّ
أَبَا سفيِان وَأَصْحَابَهُ أَصَابُوا مِنَ الْمُسْلِمِينَ مَا أَصَابُوا
وَرَجَعُوا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إنَّ أبَا سُفْيَانَ قَدْ رَجَعَ وَقَدْ قَذَفَ اللهُ فِي قَلْبِهِ
[الرُّعْبَ] فَمَنْ يَنْتَدبُ فِي طَلَبِهِ؟ " فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبُو بَكْرٍ وعُمَر، وَعُثْمَانُ، وَعَلِيٌّ،
وَنَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَاتَّبَعُوهُمْ، فَبَلَغَ أَبَا سُفْيَانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَطْلُبُهُ فَلَقِيَ عِيرًا مِنَ التُّجَّارِ فَقَالَ: ردُّوا
مُحَمَّدًا وَلَكَمْ مِنَ الجُعْل كَذَا وَكَذَا، وأخْبروهم أَنِّي قَدْ جَمَعْتُ
لَهُمْ جُمُوعًا، وَأَنَّنِي رَاجِعٌ إِلَيْهِمْ. فَجَاءَ التُّجَّارُ
فَأَخْبَرُوا بِذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ} فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya
sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). (Ali Imran: 172)
Bahwa Abu Sufyan dan teman-temannya berhasil memperoleh kemenangan atas pasukan
kaum muslim, lalu mereka kembali. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
Abu Sufyan kembali (ke Mekah), sedangkan Allah telah menanamkan rasa takut di
dalam hatinya. Maka siapakah yang mau ikut mengejarnya? Ternyata yang mau
melakukannya adalah Nabi Saw. sendiri, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, dan
sejumlah sahabat Rasulullah Saw.; lalu mereka berangkat mengejar Abu Sufyan dan
pasukannya. Ketika sampai berita kepada Abu Sufyan bahwa Nabi Saw. sedang
mengejarnya dan ia bersua dengan suatu iringan kafilah pedagang, maka ia
berkata (kepada mereka), "Kembalikanlah Muhammad, nanti kalian akan kuberi
persen sekian, dan sampaikanlah kepadanya bahwa aku telah menghimpun sejumlah
besar pasukan, dan aku akan kembali memerangi mereka." Ketika rombongan
pedagang itu datang dan menyampaikan berita tersebut kepada Rasulullah Saw.,
maka Rasulullah Saw. bersabda: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan
Allah sebaik-baik Pelindung. Lalu Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Qatadah
serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, semuanya mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hamra-ul Asad.
Menurut pendapat lain, ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Perang Badar yang dijanjikan, tetapi pendapat yang benar
adalah pendapat pertama.
*******************
Firman Allah Swt.:
الَّذِينَ قالَ لَهُمُ
النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزادَهُمْ إِيماناً
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah
kalian kepada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka.
(Ali Imran: 173), hingga akhir ayat.
Yakni mereka yang diperingatkan oleh orang-orang
bahwa ada pasukan besar yang akan menyerang mereka, dan ditakut-takuti akan
kedatangan musuh yang banyak jumlah pasukannya. Akan tetapi, mereka tidak
menghiraukan berita tersebut, bahkan mereka bertawakal kepada Allah serta
meminta pertolongan kepada-Nya.
{وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ}
dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Ali
Imran: 173)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Yunus; yang menurut Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Abu Husain, dari Abud Duha, dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami,
dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. (Ali Imran: 173) Doa inilah yang
dibaca oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika dilemparkan ke dalam api. Nabi Muhammad
Saw. mengucapkannya pula ketika orang-orang berkata kepadanya, "Kaum
musyrik telah menghimpun pasukannya untuk menyerang kalian. Karena itu,
takutlah kalian kepada mereka." Tetapi keimanan Nabi Saw. dan para
sahabatnya bertambah kuat dan mengatakan: Cukuplah Allah menjadi Penolong
kami, dan Allah sebaik-baik Pelindung.
Imam Nasai meriwayatkannya dari Muhammad ibnu
Ismail ibnu Ibrahim dan Harun ibnu Abdul'ah yang keduanya menerima hadis ini
dari Yahya ibnu Abu Bakar, dari Abu Bakar (yakni Ibnu Iyasy) dengan lafaz yang
sama.
Tetapi hal yang mengherankan ialah Imam Hakim Abu
Abdullah telah meriwayatkannya melalui hadis Ahmad ibnu Yunus dengan lafaz yang
sama. Kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini sahih sanadnya dengan syarat
Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Abu
Gassan Malik ibnu Ismail, dari Israil, dari Abu Husain, dari Abud Duha, dari
Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ucapan terakhir Nabi Ibrahim a.s. ketika
dilemparkan ke dalam api ialah: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan
Allah sebaik-baik Pelindung.
Abdur Razzaq mengatakan bahwa Ibnu Uyaynah
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zakaria, dari Asy-Sya'bi, dari Abdullah
ibnu Amr yang mengatakan bahwa ayat ini merupakan doa yang diucapkan oleh Nabi
Ibrahim a.s. ketika dilemparkan ke dalam api. Hal ini diriwayatkan pula oleh
Ibnu Jarir.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Musa As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahim ibnu
Muhammad ibnu Ziyad As-Sukari, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy,
dari Humaid At-Tawil, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. Pernah dikatakan
kepadanya seusai Perang Uhud, "Pasukan kaum musyrik telah menghimpun
kekuatannya untuk menyerang kalian lagi, maka takutlah kalian kepada
mereka." Lalu Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula berikut sanadnya
melalui Muhammad ibnu Abdullah Ar-Rafi'i, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu
Abu Rafi'), bahwa Nabi Saw. mengirimkan sahabat Ali bersama sejumlah pasukan
untuk mengejar Abu Sufyan. Lalu di tengah jalan mereka bersua dengan seorang
Badui dari Khuza'ah, dan lelaki Badui itu berkata, "Sesungguhnya kaum
musyrik telah menghimpun kekuatannya untuk menyerang kalian." Maka sahabat
Ali dan teman-temannya mengatakan: Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan
Allah adalah se-baik-baik Pelindung. lalu turunlah ayat ini, sehubungan
dengan mereka.
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا دَعْلَجَ بْنُ أَحْمَدَ،
أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، أَنْبَأَنَا أَبُو خَيْثَمَة مُصْعَب بْنُ
سَعِيدٍ، أَنْبَأَنَا مُوسَى بْنُ أَعْيَنَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي
صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إذَا وَقَعْتُمْ فِي الأمْرِ
العظيمِ فَقُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Da'laj ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah ibnu Mus'ab ibnu Sa'd,
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu A'yan, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila
kalian mengalami suatu urusan yang besar, maka ucapkanlah,"Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik- Pelindung."
Hadis ini dinilai garib bila ditinjau dari segi
ini.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَيْوَة بْنُ شُرَيح وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي الْعَبَّاسِ
قَالَا حَدَّثَنَا بَقِيَّة، حَدَّثَنَا بَحِير بْنُ سَعْد، عَنْ خَالِدِ بْنِ
مَعْدان، عَنْ سَيْفٍ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ: أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ فَقَالَ
الْمَقْضِيُّ عَلَيْهِ لَمَا أَدْبَرَ: حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رُدُّوا
عَلَيَّ الرَّجُلَ". فَقَالَ: "مَا قلتَ؟ ". قَالَ: قلتُ: حسبي
الله ونعم الوكيل. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّ اللَّهَ يَلُومُ عَلَى الْعَجْزِ، وَلَكِنْ عَلَيْكَ بِالْكَيْسِ،
فَإِذَا غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ: حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Haiwah ibnu Syuraih dan Ibrahim ibnu Abul Abbas. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Baqiyyah. telah menceritakan kepada kami Yahya
ibnu Sa'id, dari Khalid ibnu Ma’dan. dari Saif, dari Auf ibnu Malik yang
menceritakan kepada mereka bahwa Nabi Saw. pernah memutuskan peradilan di
antara dua orang lelaki. Lalu lelaki yang kalah urusannya ketika pergi
mengucapkan, "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah
sebaik-baik Penolong." Maka Nabi Saw. bersabda, "Panggillah
kembali lelaki itu untuk menghadap kepadaku." Lalu beliau bersabda, "Apa
tadi yang baru kamu katakan?" Lelaki itu menjawab, "Cukuplah
Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Penolong." Maka
Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mencela (tidak menyukai) sikap lemah,
tetapi kamu harus bersikap cerdik. Untuk itu apabila terkalahkan oleh suatu
urusan, maka ucapkanlah, "Cukuplah Allah menjadi Penolongku, dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan
Imam Nasai melalui hadis Baqiyyah, dari Yahya ibnu Khalid, dari Saif (yakni
Asy-Syami), tetapi tidak disebutkan dari Auf ibnu Malik, dari Nabi Saw. dengan
lafaz yang semisal.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، حَدَّثَنَا مُطَرِّف، عَنْ عَطية، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ [فِي قَوْلِهِ: {فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ} [الْمُدَّثِّرِ: 8]
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَيْفَ
أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدْ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ،
يَسْمَعُ مَتَى يُؤْمَرُ فَيَنْفُخُ". فَقَالَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَا نَقُولُ ؟ قَالَ: "قُولُوا: حَسْبُنَا
اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Asbat, telah menceritakan kepada kami Mutarrif, dari Atiyyah, dari ibnu
Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Mana
mungkin aku merasa enak, sedangkan malaikat pemegang sangkakala telah
bersiap-siap meniup sangkakalanya dan mengerutkan dahinya menunggu perintah
(dari Allah), lalu ia akan meniup(nya)." Maka sahabat-sahabat
Rasulullah Saw. bertanya, "Lalu apakah yang harus kami ucapkan?" Nabi
Saw. bersabda.” Ucapkanlah oleh kalian, 'Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, hanya kepada Allah-lah
kami bertawakal'."
Hadis ini diriwayatkan pula melalui berbagai
jalur. Hadis ini berpredikat jayyid.
Telah diriwayatkan kepada kami melalui Ummul
Mukminin Zainab dan Siti Aisyah r.a., bahwa keduanya saling membanggakan
dirinya. Siti Zainab berkata, "Allah telah menikahkan diriku, sedangkan
kalian dinikahkan oleh orang-orang tua kalian." Siti Aisyah berkata,
"Pembebasanku diturunkan dari langit di dalam Al-Qur'an." Pada
akhirnya Siti Zainab menyerah kepada Siti Aisyah, kemudian ia bertanya,
"Apakah yang engkau ucapkan ketika engkau mengendarai unta Safwan ibnul
Mu'attal?" Siti Aisyah menjawab, "Aku mengucapkan, 'Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung'." Siti
Zainab berkata, "Engkau telah mengucapkan kalimah yang biasa diucapkan
oleh orang-orang mukmin."
*******************
Karena itulah maka dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ}
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa. (Ali Imran:
174)
Yakni ketika mereka bertawakal kepada Allah, maka
Allah memberikan kecukupan kepada mereka dari semua masalah yang menyusahkan mereka
dan menolak dari mereka rencana orang-orang yang hendak berbuat makar terhadap
mereka. Akhirnya mereka kembali ke tempat tinggalnya: dengan nikmat dan
karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa.
(Ali Imran: 174)
Yaitu bencana yang telah direncanakan oleh
musuh-musuh mereka terhadap diri mereka.
{وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ
ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ}
mereka
mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali Imran: 174)
Imam Baihaqi
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Daud Az-Zahid, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Na'im, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul
Hakam, telah menceritakan kepada kami Mubasysyir ibnu Abdullah ibnu Razin,
telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Husain, dari Ya'la ibnu Muslim, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: Maka mereka
kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah. (Ali Imran: 174)
Yang dimaksud dengan nikmat ialah mereka kembali dengan selamat. Yang dimaksud
dengan karunia ialah ada serombongan kafilah yang lewat pada hari-hari musim,
maka Rasulullah Saw. membelinya (dan menjualnya kembali di Madinah) hingga
mendapat keuntungan yang cukup banyak, lalu beliau membagi-bagikannya di antara
sahabat-sahabatnya.
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan firman-Nya: (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah
kepada mereka." (Ali Imran: 173) Yang dimaksud adalah Abu Sufyan. ia
mengatakan kepada Nabi Muhammad Saw., "Kalian kami tunggu di Badar tempat
kalian telah membunuh teman-teman kami." Nabi Saw. berkata, "Baiklah."
Maka berangkatlah Rasulullah Saw. memenuhi janji Abu Sufyan, hingga turun
istirahat di Badar dan secara kebetulan beliau menjumpai pasar yang sedang
menggelarkan barang dagangannya, maka beliau berbelanja di pasar tersebut. Yang
demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Maka mereka kembali dengan
nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana
apa-apa. (Ali Imran; 174)
Menurutnya
peristiwa ini terjadi dalam Perang Badar kecil (yakni sebelum Perang Badar
Kubra).
Ibnu Jarir meriwayatkannya, dan dia
meriwayatkannya pula dari Al-Qasim, dari Al-Husain, dari Hajjaj, dari Abu
Juraij yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw. menuju tempat yang telah
dijanjikan oleh Abu Sufyan, maka beliau dan para sahabatnya setiap bersua
dengan orang-orang musyrik selalu menanyakan kepada mereka apa yang dilakukan
oleh orang-orang Quraisy. Maka mereka yang ditanya menjawab, ”Orang-orang Quraisy
telah menghimpun pasukan untuk menghadapi kalian." Mereka menjawab
demikian dengan maksud untuk menakut-nakuti Nabi Saw. dan pasukan kaum muslim.
Akan tetapi, orang-orang mukmin menjawabnya dengan ucapan, "Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Hingga
mereka tiba di Badar dan ternyata mereka menjumpai pasar-pasarnya dalam keadaan
aman, tidak seorang pun yang menyaingi mereka.
Lalu datanglah seorang lelaki dari kalangan kaum
musyrik ke Mekah dan memberitahukan kepada penduduk Mekah tentang pasukan
berkuda Nabi Muhammad Saw. ia mengatakan hal tersebut kepada mereka melalui
bait-bait syairnya seperti berikut:
نَفَرَتْ
قَلُوصِي مِنْ خُيول مُحَمَّدٍ ... وَعَجْوَةٍ منْثُورةٍ كالعُنْجُدِ ...
واتَّخَذَتْ
مَاءَ قُدَيْدٍ مَوْعدي
"Unta kendaraanku menjadi lari ketakutan karena pasukan
berkuda Muhammad. Dan pasukan untanya yang sangat banyak, maka aku mengambil
Qadid sebagai tempat tujuanku."'
Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikianlah apa yang
dikatakan oleh Al-Qasim. Sebenarnya hal ini keliru, Sesungguhnya yang benar
adalah seperti berikut:
قَد
نَفَرَتْ مِنْ رفْقَتي مُحَمَّدٍ ... وَعَجْوَة مِنْ يَثْربٍ كَالعُنْجُد ...
تَهْوى
عَلَى دِينِ أبِيها الأتْلَد ... قَدْ جَعَلَتْ مَاءَ قُدَيْدٍ مَوْعدي ...
"Aku terpisah dari teman-temanku karena Muhammad, dan
pasukan untanya yang dari Yasrib begitu banyak jumlahnya. Mereka membela agama
ayahnya yang dahulu (Nabi Ibrahim a.s.), maka aku menjadikan Qadid sebagai
tujuanku."
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّما ذلِكُمُ
الشَّيْطانُ يُخَوِّفُ أَوْلِياءَهُ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah
setan yang menakut-nakuti (kalian) dengan kawan-kawannya. (Ali Imran: 175)
Yakni meneror kalian dengan kawan-kawannya dan
memberikan kesan kepada kalian bahwa mereka adalah pasukan yang mempunyai
kekuatan dan keperkasaan.
Allah Swt. berfirman:
فَلا تَخافُوهُمْ وَخافُونِ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Karena itu janganlah kalian takut kepada
mereka; tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-benar orang yang beriman.
(Ali Imran: 175)
Jika setan menggoda kalian dan menakut-nakuti
kalian dengan ilusi-nya, maka bertawakallah kalian kepada-Ku dan mohonlah
perlindungan kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku pasti mencukupi kalian dan
menolong kalian dari mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكافٍ
عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ [الزمر: 36] إِلَى قَوْلِهِ
قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ [الزُّمَرِ: 38]
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.
Dan mereka menakuti kalian dengan (sesembahan-sesembahan) selain Allah?
(Az-Zumar: 36) sampai dengan firman-Nya: Katakanlah, "Cukuplah Allah
bagiku." Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri.
(Az-Zumar: 38)
Demikian pula firman Allah Swt.:
فَقاتِلُوا أَوْلِياءَ
الشَّيْطانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطانِ
كانَ ضَعِيفاً
Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu,
karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.(An-Nisa: 76)
أُولئِكَ حِزْبُ
الشَّيْطانِ أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطانِ هُمُ الْخاسِرُونَ
Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19)
كَتَبَ اللَّهُ
لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku
pasti menang." Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.
(Al-Mujadilah: 21)
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ
مَنْ يَنْصُرُهُ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. (Al-Hajj: 40)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian. (Muhammad: 7),
hingga akhir ayat.
نَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنا
وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهادُ.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ
سُوءُ الدَّارِ
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami
dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang
zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat
tinggal yang buruk. (Al-Mu’min: 51-52)
Ali Imran, ayat 176-180
وَلا
يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ
شَيْئاً يُرِيدُ اللَّهُ أَلاَّ يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ وَلَهُمْ
عَذابٌ عَظِيمٌ (176) إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْإِيْمانِ لَنْ
يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئاً وَلَهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ (177) وَلا يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّما نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّما نُمْلِي
لَهُمْ لِيَزْدادُوا إِثْماً وَلَهُمْ عَذابٌ مُهِينٌ (178) مَا كانَ اللَّهُ
لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ
مِنَ الطَّيِّبِ وَما كانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلكِنَّ
اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ (179) وَلا يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِما آتاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَهُمْ
بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ
وَلِلَّهِ مِيراثُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
(180)
Janganlah kamu
disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir, sesungguhnya mereka tidak
sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah berkehendak
tidak akan memberi sesuatu bagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat,
dan bagi mereka azab yang pedih. Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman
dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah
sedikit pun; dan bagi mereka azab yang pedih. Dan janganlah sekali-kali
orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah
lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka
hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang
menghinakan. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk
(munafik) dengan yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib. tetapi Allah memilih siapa yang
dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya; dan jika kalian beriman dan bertakwa, maka bagi kalian
pahala yang besar. Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta
yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta
yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan
Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:
{وَلا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي
الْكُفْرِ}
Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang
yang segera menjadi kafir. (Ali Imran: 176)
Demikian itu karena perhatian beliau yang sangat
kepada orang-orang, sehingga beliau merasa bersedih melihat orang-orang kafir
bersegera menentang, mengingkari, dan bermusuhan dengannya. Maka Allah Swt.
berfirman, "Janganlah kamu bersedih hati karena hal tersebut."
{إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا
يُرِيدُ اللَّهُ أَلا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الآخِرَةِ}
sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat
memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah berkehendak tidak akan memberi
sesuatu bagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat. (Ali Imran:
176)
Yakni di balik itu terkandung hikmah Allah
terhadap diri mereka, yaitu melalui kehendak dan kekuasaan-Nya Dia bermaksud
untuk menjadikan mereka (orang-orang kafir) tidak memperoleh bagian pahala
barang sedikit pun di akhirat kelak.
{وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}
dan bagi mereka azab yang pedih. (Ali
Imran: 176)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman menceritakan hal
tersebut dengan ungkapan yang pasti, yaitu:
{إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ
بِالإيمَانِ}
Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman
dengan kekafiran. (Ali Imran: 177)
Maksudnya, mengganti keimanan dengan kekafiran.
{لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا}
sekali-kali mereka tidak dapat menimpakan
mudarat kepada Allah sedikit pun. (Ali Imran: 177) Dengan kata lain, bahkan
sebaliknya merekalah yang menimpakan mudarat terhadap diri mereka sendiri melalui
perbuatan mereka sendiri.
{وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan bagi mereka azab yang pedih. (Ali
Imran: 177)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ
لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir
menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi
mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah
dosa mereka dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali Imran: 178)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu
firman-Nya:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّما
نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَبَنِينَ نُسارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْراتِ بَلْ لَا
يَشْعُرُونَ
Apakah mereka mengira bahwa harta dan
anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak
sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ
بِهذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku
(urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kami
akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui. (Al-Qalam: 44)
Juga seperti firman-Nya:
وَلا تُعْجِبْكَ
أَمْوالُهُمْ وَأَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِها فِي
الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كافِرُونَ
Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka
menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia
dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan
kafir. (At-Taubah: 85)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ
عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ}
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan
orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia
menyisihkan yang buruk (munafik) dan yang baik (mukmin). (Ali Imran: 179)
Yakni merupakan suatu keharusan adanya ujian guna
menampakkan siapa yang menjadi penolong (agama) Allah dan siapa yang menjadi
musuh Allah, dengan ujian tampak berbeda dan mudah dikenal antara orang mukmin
yang sabar dan orang munafik yang durhaka. Dengan kata lain, ujian tersebut
terjadi dalam peperangan Uhud, yang dalam perang itu Allah menguji ketabahan
orang-orang mukmin. Maka dengan adanya ujian tersebut tampaklah keimanan,
kesabaran, keteguhan. ketabahan,dan ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sekaligus dengan demikian terbukalah kedok yang selama itu menutupi diri
orang-orang munafik, dan menjadi nyatalah pelanggaran dan pembangkangan mereka
untuk melakukan jihad serta pengkhianatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Karena itulah maka Allah Swt. berfirman: Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga
Dia menyisihkan yang buruk dengan yang baik. (Ali Imran: 179)
Menurut Mujahid, Allah membedakan antara
orang-orang mukmin dan orang-orang munafik dalam Perang Uhud. Sedangkan menurut
Qatadah, Allah membedakan di antara mereka dengan kewajiban berjihad dan
berhijrah.
Menurut As-Saddi, mereka mengatakan, "Jika
Muhammad memang benar (sebagai seorang rasul), maka dia harus menceritakan
kepada kita siapa orang yang beriman kepadanya di antara kita dan siapa orang
yang ingkar kepadanya di antara kita." Kemudian Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kalian sekarang ini. sehingga Dia menyisihkan yang buruk dengan
yang baik. Yakni sebelum memisahkan antara orang mukmin dengan orang Kafir.
Semua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى
الْغَيْبِ}
Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kalian hal-hal yang gaib. (Ali lmran: 179)
Yaitu kalian tidak akan mengetahui kegaiban
urusan Allah terhadap makhluk-Nya sehingga Dia membedakan bagi kalian antara
orang mukmin dengan orang munafik, sekiranya tidak ada tanda-tanda yang
menyingkap hal itu.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ
مَنْ يَشَاءُ}
tetapi Allah memilih siapa yang
dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. (Ali lmran: 179)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang
mengatakan:
عالِمُ الْغَيْبِ فَلا
يُظْهِرُ عَلى غَيْبِهِ أَحَداً إِلَّا مَنِ ارْتَضى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ
يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib,
maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu, kecuali
kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin: 26-27)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ}
Karena itu, berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya. (Ali Imran: 179)
Artinya, taatilah oleh kalian Allah dan
Rasul-Nya, dan ikutilah dia dalam menjalankan syariat yang ditetapkan buat
kalian.
{وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ
أَجْرٌ عَظِيمٌ}
dan jika kalian beriman dan bertakwa, maka
bagi kalian pahala yang besar. (Ali Imran: 179)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ
بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ
لَهُمْ}
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. (Ali Imran: 180)
Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang kikir
mengira bahwa harta yang dikumpulkannya itu bermanfaat bagi dirinya, bahkan
harta itu merupakan mudarat bagi agamanya, dan adakalanya mudarat pula bagi
kehidupan dunianya.
Kemudian Allah Swt. memberitahukan kepada kita
apa yang akan terjadi dengan harta benda orang yang kikir kelak di hari kiamat.
Untuk itu Allah Swt. Berfirman:
سَيُطَوَّقُونَ مَا
بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (Ali Imran: 180)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ أَبَا النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ -هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُريرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ
شُجَاعًا أقرعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ، يُطَوّقُه يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَأْخُذُ
بلِهْزِمَتَيْه -يَعْنِي بشدقَيْه-يَقُولُ: أَنَا مَالُكَ، أَنَا كَنزكَ"
ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا
آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ}
إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Munir yang telah mendengar dari Abun Nadr. telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yaitu ibnu Abdullah ibnu Dinar), dari
ayahnya, dari Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Barang siapa dianugerahi oleh Allah sejumlah harta, lalu ia
tidak menunaikan zakat hartanya, kelak hartanya itu akan berubah ujud menjadi
ular yang botak yang memiliki dua buah taring membelitnya kelak di hari kiamat.
Ular itu menelannya dengan kedua rahangnya seraya mengatakan, "Akulah hartamu,
akulah harta timbunanmu." Kemudian Rasulullah Saw. membacakan ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. (Ali Imran: 180), hingga akhir ayat.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
tanpa Imam Muslim bila ditinjau dari segi ini.
Ibnu Hibban meriwayatkannya di dalam kitab sahih
melalui jalur Al-Lais ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa' ibnu
Hakim, dari Abu Saleh dengan lafaz yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا حُجَين بْنُ
الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عمَر، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إِنَّ الَّذِي لَا يُؤَدِّي زَكَاةَ
مَالِهِ يُمَثِّلُ اللهُ لَهُ مَالَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ
زَبِيبتَان، ثُمَّ يُلْزِمهُ يطَوّقه، يَقُول: أنَا كَنزكَ، أنَا كَنزكَ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Hujain ibnul Musanna, telah mence-ritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah
ibnu Abu Salamah, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Sesungguhnya orang yang tidak menunaikan zakai hartanya,
kelak di hari kiamat hartanya itu diubah ujudnya menjadi ular yang botak dengan
memiliki dua buah taring, kemudian ular itu menggigitinya dan membelitnya
seraya mengatakan, "Akulah hartamu, akulah timbunanmu."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari
Al-Fadl ibnu Sahl, dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Abdul Aziz ibnu
Abdullah ibnu Abu Salamah dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Nasai
mengatakan bahwa riwayat Abdul Aziz, dari Abdullah ibnu Dinar, dari
Ibnu Umar lebih kuat daripada riwayat Abdur Rahman, dari ayahnya
Abdullah ibnu Dinar, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah.
Menurut kami, tidak ada pertentangan di antara
kedua riwayat tersebut, karena barangkali riwayat yang ada pada Abdullah ibnu
Dinar bersumber dari dua jalur. Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih
mengetengahkannya melalui berbagai jalur dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah;
juga dari hadis Muhammad ibnu Humaid. dari Ziyad Al-Khatmi, dari Abu Hurairah.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ جَامِعٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ قَالَ:
" مَا مِنْ عَبْدٍ لَا يُؤَدِّي زَكَاةَ مَالِهِ إِلَّا جُعِلَ لَهُ شُجَاعٌ
أقْرَعُ يَتْبَعُهُ، يَفِرّ مِنْهُ وَهُوَ يَتْبَعُه فَيقُولُ: أنَا كَنْ ".
ثُمَّ قَرَأَ عَبْدُ اللَّهِ مِصْدَاقَهُ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ: {سَيُطَوَّقُونَ
مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Jami', dari Abu Wa-il, dari Abdullah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Tidak sekali-kali seorang hamba tidak menunaikan zakat hartanya,
melainkan dijadikan baginya ular botak yang selalu mengejarnya. Bila ia lari,
maka ular bolak itu mengejarnya dan mengatakan, "Akulah timbunanmu
(simpananmu)." Kemudian Abdullah ibnu Dinar membacakan ayat Kitabullah
yang semakna dengannya, yaitu: Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (ali Imran: 180)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi,
Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Jami'
ibnu Abu Rasyid, Imam Turmuzi, dan Abdul Malik ibnu A'yun menambahkan bahwa
keduanya dari Abu Wa-il Syaqiq ibnu Salamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud dengan
lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis adalah hasan
sahih.
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak
melalui hadis Abu Bakar ibnu Iyasy dan Sufyan As-Sauri, keduanya dari Abu Ishaq
As-Subai'i, dari Abu Wa-il, dari Ibnu Mas'ud dengan lafaz yang sama.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui berbagai jalur
dari Ibnu Mas'ud secara mauquf.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la,
حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطام، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
زُرَيْع، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ،
عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ ثَوْبَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ قَالَ: " مَنْ تَرَكَ بَعْدَهُ كَنزا مُثِّلَ
لَهُ شُجُاعًا أَقْرَعَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ زَبِيبَتَان، يَتْبَعُه
ويَقُولُ: مَنْ أَنْتَ؟ وَيْلَكَ. فيقُولُ: أنَا كَنزكَ الَّذِي خَلَّفتَ بَعْدَكَ
فَلا يَزَالُ يَتْبَعُه حَتَّى يُلْقِمَه يَدَه فَيقْضِمَها، ثُمَّ يَتْبَعه
سَائِر جَسَ".
telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu
Bustam, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Qatadah, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari Ma'dan ibnu Abu
Talhah, dari Sauban, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Barang siapa
sesudah matinya meninggalkan harta simpanan, maka diserupakan baginya ular yang
botak memiliki dua buah taring, ular botak itu terus mengejarnya. Maka dia
bertanya, "Celakalah, siapakah kamu?" Ular botak itu menjawab,
"Aku-lah harta simpanan yang kamu tinggalkan sesudah kamu mati." Ular
botak itu terus mengejarnya hingga dapat menangkap tangannya, lalu dikunyahnya,
kemudian menyusul seluruh tubuhnya.
Sanad hadis dinilai jayyid lagi kuat, tetapi
mereka tidak mengetengahkannya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Tabrani
dari Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali.
Ibnu Jarir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari
hadis Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda:
"لَا يَأْتِي الرَّجُلُ مَولاهُ فيَسْأله مِنْ فَضْلِ مَالِهِ
عِنْدَهُ، فَيَمْنَعهُ إيَّاهُ، إِلَّا دُعِي لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجاعٌ
يَتَلَمَّظُ فَضْلَهُ الَّذِي مَنَعَ"
Tidak sekali-kali seorang lelaki datang kepada
tuan (majikan)nya, lalu ia meminta sebagian dari lebihan harta yang ada
padanya, tetapi si majikan menolaknya, melainkan dipanggilkan baginya kelak di
hari kiamat seekor ular yang (diperintahkan) menelan lebihan harta yang tidak
ia berikan itu.
Demikianlah menurut lafaz Ibnu Jarir.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا دَاوُدُ، عَنْ أَبِي قَزَعة، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ ذِي رَحِمٍ
يَأْتِي ذَا رَحِمه، فيَسْأله مِنْ فَضْلٍ جَعَلَهُ اللهُ عِنْدَهُ، فَيَبْخَلُ
بِهِ عَلَيْه، إِلَّا أخُرِج لَهُ مِنْ جَهَنَّم شُجَاعٌ يَتَلَمَّظ، حَتَّى
يُطوّقه".
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan pula, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul
A’la, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Abu Quza’ah, dari seorang
lelaki (sahabat), dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidak sekali-kali
seseorang datang kepada familinya. kemudian meminta kepadanya sebagian dari
lebihan harta yang diberikan oleh Allah kepadanya, lalu ia kikir tidak
memberikannya. melainkan dikeluarkan untuknya dari neraka Jahannam seekor ular
yang menelan dan membelitnya.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur
lain dari Abu Quza'ah yang nama aslinya adalah Hajar ibnu Bayan, dari Abu Malik
Al-Abdi secara mauquf. Tetapi ia meriwayatkannya pula melalui jalur lainnya
lagi dari Abu Qaza'ah secara mursal.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan Ahli Kitab yang kikir dengan kitab-kitab yang
ada di tangan mereka, dalam arti kata mereka tidak mau menerangkannya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir. Tetapi pendapat pertamalah yang benar, sekalipun pendapat terakhir
termasuk ke dalam pengertiannya. Adakalanya dikatakan bahwa justru pendapat
yang terakhir inilah yang lebih diprioritaskan. Hanya Allah Yang Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ}
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang
ada) di langit dan di bumi. (Ali Imran: 180)
Dengan kata lain, semakna dengan firman lainnya
yang mengatakan:
أَنْفِقُوا مِمَّا
جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
Maka nafkahkanlah sebagian dari harta kalian
yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya. (Al-Hadid: 7)
Karena sesungguhnya semua urusan itu kembalinya
kepada Allah Swt., maka dahulukanlah hal-hal yang bermanfaat bagi kalian dari
harta kalian buat bekal di hari kemudian.
{وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.
(Ali Imran: 180)
Yakni berikut niat dan apa yang tersimpan di
dalani hati kalian.
Ali Imran, ayat 181-184
لَقَدْ
سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ
أَغْنِياءُ سَنَكْتُبُ مَا قالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِياءَ بِغَيْرِ حَقٍّ
وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذابَ الْحَرِيقِ (181) ذلِكَ بِما قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيدِ (182) الَّذِينَ قالُوا إِنَّ
اللَّهَ عَهِدَ إِلَيْنا أَلاَّ نُؤْمِنَ لِرَسُولٍ حَتَّى يَأْتِيَنا بِقُرْبانٍ
تَأْكُلُهُ النَّارُ قُلْ قَدْ جاءَكُمْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِي بِالْبَيِّناتِ
وَبِالَّذِي قُلْتُمْ فَلِمَ قَتَلْتُمُوهُمْ إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ (183)
فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ جاؤُ بِالْبَيِّناتِ
وَالزُّبُرِ وَالْكِتابِ الْمُنِيرِ (184)
Sesungguhnya Allah
telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah
miskin dan kami kaya." Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan
mengatakan (kepada mereka).”Rasakanlah oleh kalian azab yang membakar."
(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tangan kalian sendiri, dan
bahwa Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang
(Yahudi) yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada
kami, supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia
mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api." Katakanlah,
"Sesungguhnya telah datang kepada kalian beberapa orang rasul sebelumku.
membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kalian sebutkan,
maka mengapa kalian membunuh mereka jika kalian adalah orang-orang yang
benar." Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul
sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang
nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
Sa'id ibnu Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa ketika Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ
اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضاعِفَهُ لَهُ أَضْعافاً كَثِيرَةً
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (Al-Baqarah:. 245)
Orang-orang Yahudi mengatakan, "Hai
Muhammad. apakali Tuhan-mu miskin hingga meminta pinjaman kepada
hamba-hambanya?" Maka Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Allah
telah mendengar perkutaan orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah
miskin dan kami kaya." (Ali Imran: 181), hingga akhir ayat.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih dan
Ibnu Abu Hatim.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah yang
menceritakan kepadanya, dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat Abu Bakar As-Siddiq
memasuki Baitul Madaris (tempat orang-orang Yahudi membaca kitabnya), dan ia
menjumpai banyak orang Yahudi di dalamnya telah berkumpul mendengarkan
seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama Fanhas. Fanhas adalah salah
seorang ulama dan rahib mereka; ia ditemani oleh seorang rahib yang dikenal
dengan nama Asy-ya'. Abu Bakar r.a. berkata kepada Fanhas, ''Celakalah kamu,
hai Fanhas, takutlah kamu kepada Allah dan masuk Islamlah. Demi Allah,
sesungguhnya kamu benar-benar mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan dari sisi
Allah, ia telah datang kepada kalian dengan membawa perkara yang hak dari
sisi-Nya. Kalian menemukan hal itu termaktub di dalam kitab Taurat dan Injil
yang ada pada kalian." Fanhas menjawab, "Demi Allah, hai Abu Bakar,
kami tidak mempunyai suatu keperluan pun kepada Allah karena Dia miskin, dan
sesungguhnya Dia benar-benar berhajat kepada kami. Kami tidak meminta-minta
kepada-Nya sebagaimana Dia meminta-minta kepada kami, dan sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang kaya, tidak memerlukan Dia. Seandainya Dia tidak
memerlukan kami, niscaya Dia tidak akan meminta utang kepada kami seperti yang
dikatakan oleh teman kamu (maksudnya Nabi Saw.). Dia melarang kalian melakukan
riba, tetapi Dia membolehkan kami. Seandainya Dia kaya, niscaya Dia tidak
memberi kami riba." Mendengar kata-kata tersebut amarah Abu Bakar
memuncak, lalu ia memukul wajah Fanhas dengan pukulan yang keras (hingga
membekas), dan berkata, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, sekiranya tidak ada perjanjian perdamaian antara kami dan kamu,
aku benar-benar akan menebas batang lehermu, hai musuh Allah. Dustakanlah kami
semampu kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar." Fanhas
berangkat menemui Rasulullah Saw., lalu mengadu, ""Hai Muhammad, lihatlah
apa yang telah dilakukan oleh temanmu kepada diriku." Rasulullah Saw.
bertanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian terhadapnya, hai
Abu Bakar'?" Abu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
musuh Allah ini telah mengucapkan kata-kata yang sangat kurang ajar. Dia
mengira bahwa Allah miskin dan bahwa mereka tidak memerlukan Dia karena kaya.
Setelah dia mengatakan demikian, aku marah demi membela Allah yang penyebabnya
tiada lain adalah kata-katanya itu. maka kupukul wajahnya." Fanhas
berkilah dan mengingkari hal tersebut seraya berkata.”Aku tidak mengatakan
demikian." Maka sehubungan dengan perkataan Fanhas ini Allah Swt.
Menurunkan Firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya."
(Ali Imran: 181), hingga akhir ayat.
Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
*******************
Firman Allah Swt.:
{سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا}
Kami akan mencatat perkataan mereka itu.
(Ali Imran: 181)
Makna ayat ini mengandung ancaman dan peringatan.
Karena itu maka pada firman selanjutnya disebutkan:
{وَقَتْلَهُمُ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ}
dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa
alasan yang benar. (Ali Imran: 181)
Dengan kata lain, begitulah perkataan mereka
terhadap Allah dan demikianlah perbuatan mereka terhadap utusan-utusan Allah.
Kelak Allah akan membalas perbuatan mereka itu dengan pembalasan yang paling
buruk. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ.
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ}
Kami akan mengatakan (kepada mereka), "Rasakanlah
oleh kalian azab yang membakar." (Azab) yang demikian itu adalah
disebabkan perbuatan tangan kalian sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hamba-hamha-Nya. (Ali Imran: 181-182)
Yakni dikatakan hal tersebut kepada mereka
sebagai teguran, celaan, penghinaan, dan ejekan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ عَهِدَ
إِلَيْنَا أَلا نُؤْمِنَ لِرَسُولٍ حَتَّى يَأْتِيَنَا بِقُرْبَانٍ تَأْكُلُهُ
النَّارُ}
(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan,
"Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan
beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami korban
yang dimakan api." (Ali Imran: 183)
Allah Swt. menyebutkan demikian sebagai
pendustaan terhadap mereka yang menduga bahwa Allah telah memerintahkan kepada
mereka melalui kitab-kitab mereka, bahwa janganlah mereka beriman kepada
seorang rasul pun sebelum membuktikan salah satu mukjizatnya yang nyata bahwa
barang siapa mengeluarkan suatu sedekah dari kalangan umatnya, lalu sedekahnya
itu diterima darinya, maka akan ada api yang turun dari langit melahap
sedekahnya itu,
Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas dan
Al-Hasan serta selain keduanya.
*******************
Allah Swt. berfirman:
{قُلْ قَدْ جَاءَكُمْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِي
بِالْبَيِّنَاتِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya telah datang
kepada kalian beberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan
yang nyata."(Ali Imran: 183)
Yaitu hujah-hujah dan bukti-bukti.
{وَبِالَّذِي قُلْتُمْ}
dan membawa apa yang kalian sebutkan. (ali
Imran: 183)
Yakni adanya api yang melahap korban-korban yang
diterima.
{فَلِمَ قَتَلْتُمُوهُمْ}
maka mengapa kalian membunuh mereka. (Ali
Imran: 183)
Dengan kata lain, mengapa kalian membalas mereka
dengan mendustakan mereka, menentang mereka, dan mengingkari mereka, bahkan
kalian berani membunuh mereka.
{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
jika kalian adalah orang-orang yang
benar. (Ali Imran: 183)
Bahwa kalian mengikuti perkara yang hak dan taat
kepada rasulullah.
*******************
Selanjutnya Allah berfirman menghibur Nabi
Muhammad melalui ayat berikut:
{فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ
قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ}
Jika mereka mendustakan kamu, maka
sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka
membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan
yang sempurna. (Ali Imran: 184)
Dengan kata lain, janganlah kamu menjadi lemah
karena mereka mendustakan kamu. Engkau mempunyai teladan dan contoh dari
rasul-rasul sebelum kamu yang didustakan mereka, padahal para rasul itu datang
dengan membawa keterangan-keterangan, yakni hujah-hujah dan bukti-bukti yang
nyata.
Az-Zabur, makna yang dimaksud ialah kitab-kitab
yang berupa lembaran-lembaran yang diturunkan kepada rasul-rasul.
Al-Kitabul Munir artinya Al-Kitab yang
jelas dan gamblang.
Ali Imran, ayat 185-186
كُلُّ نَفْسٍ
ذائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّما تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَمَنْ
زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فازَ وَمَا الْحَياةُ
الدُّنْيا إِلاَّ مَتاعُ الْغُرُورِ (185) لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوالِكُمْ
وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ مِنْ قَبْلِكُمْ
وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذىً كَثِيراً وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا
فَإِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (186)
Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahala kalian. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Kalian sungguh-sungguh akan diuji
terhadap harta kalian dan diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan.
Allah Swt. memberitahukan kepada semua makhluknya
secara umum. bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Perihalnya
Sama dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
كُلُّ مَنْ عَلَيْها فانٍ
وَيَبْقى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالْإِكْرامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tetap
kekal Zat Tuhan-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman:
26-27)
Hanya Dia sendirilah yang Hidup Kekal dan tidak
mati, sedangkan jin dan manusia semuanya mati, begitu pula para malaikat
umumnya dan para malaikat pemangku Arasy. Hanya Allah sematalah Yang Maha Esa
lagi Mahaperkasa Yang Kekal Abadi. Dengan demikian, berarti Allah Yang
Mahaakhir, sebagaimana Dia Maha Pertama (Akhirnya Allah tidak ada kesudahannya
dan Permulaan Allah tidak ada awal-nya, pent.).
Ayat ini merupakan belasungkawa kepada semua
manusia, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun di muka bumi ini melainkan
pasti mati. Apabila masa telah habis dan nutfah yang telah ditakdirkan oleh
Allah keberadaannya dari sulbi Adam telah habis. serta semua makhluk habis,
maka Allah melakukan hari kiamat dan membalas semua makhluk sesuai dengan amal
perbuatannya masing-masing, yang besar, yang kecil, yang banyak, yang sedikit.serta
yang tua dan yang muda, semuanya mendapat balasannya. Tiada seorang pun yang
jianiaya barang sedikit pun dalam penerimaan pembalasannya. Karena itulah maka
Allah Swt. berfirman:
{وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ}
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahala kalian. (Ali Imran: 185)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdul Aziz Al-Uwaisi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu
Ali Al-Hasyimi, dari Ja'far ibnu Muhammad Ali ibnul Husain, dari ayah-nya,
dari.Ali ibnu Abu Thalib r.a. yang menceritakan bahwa ketika Nabi Saw. wafat,
dan belasungkawa berdatangan, maka datanglah kepada mereka seseorang yang
mereka rasakan keberadaannya, tetapi mereka tidak dapat melihat ujudnya. Orang
tersebut mengatakan: Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian, hai Ahlul
Bait. Begitu pula rahmat Allah dan berkahnya, tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala
kalian. Sesungguhnya belasungkawa dari setiap musibah itu hanyalah kepada
Allah, dan hanya kepada-Nya memohon ganti dari setiap yang telah binasa, dan
hanya kepada-Nya meminta disusulkan dari setiap yang terlewatkan. Karena itu,
hanya kepada Allah-lah kalian percaya, dan hanya kepada-Nyalah kalian berharap,
karena sesungguhnya orang yang tertimpa musibah itu ialah orang yang terhalang
tidak mendapat pahala. Dan semoga keselamatan terlimpah kepada kalian. begitu
pula rahmat Allah dan berkah-Nya. Ja'far ibnu Muhammad mengatakan, telah
menceritakan kepadaku ayahku, bahwa Ali Abu Talib berkata.”Tahukah kalian,
siapakah orang ini?" Ali mengatakan pula, "Dia adalah Al-Khidir
a.s."
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ}
Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. (Ali Imran)
Artinya, barang siapa yang dijauhkan dari neraka
dan selamat darinya serta dimasukkan ke dalam surga, berarti ia sang at
beruntung.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرو بْنِ
عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ]
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَوْضع
سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خيرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فيها، اقرؤوا إن شئم: {فَمَنْ
زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah, dari
Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Tempat sebuah cemeti di dalam surga lebih baik daripada dunia dan
apa yang ada di dalamnya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka, yaitu
firman-Nya, "Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguhlah ia telah beruntung" (Ali Imran: 186).
Hadis ini ditetapkan di dalam kitab Sahihain
melalui jalur lain tanpa memakai tambahan ayat.
Telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim serta
Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya dan Imam Hakim di dalam kitab
Mustadrak-nya tanpa memakai tambahan ini melalui hadis Muhammad ibnu Amr.
Telah diriwayatkan pula dengan memakai tambahan
ini oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur yang lain. Untuk itu Ibnu Murdawaih
mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَنَا حُمَيْد بْنُ مَسْعَدَةَ، أَنْبَأَنَا
عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَوْضِعُ سَوط أحَدكم
فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا". قَالَ: ثُمَّ تَلَا هَذِهِ
الْآيَةَ: {فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ}
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya. telah
menceritakan kepada kami Humaid ibnu Mas'adah, telah menceritakan kepada kami
Amr ibnu Ali, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa’d yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: sesungguhnya tempat sebuah cemeti seseorang
di antara kalian di dalam surga lebih baik daripada dunia ini dan semua yang
ada di dalamnya. Sahl ibnu Sa'd melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu
beliau Saw. membacakan firman-Nya: Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga,maka sungguh ia telah beruntung. (Ali Imran: 185)
Dalam pembahasan yang lalu sehubungan dengan firman-Nya:
{وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ}
dan janganlah sekali-kali kalian mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Waki' ibnul
Jarrah di dalam kitab tafsimya, dari Al-A'masy ibnu Zaid ibnu Wahb, dari Abdur
Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَأَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتُدْرِكْهُ
مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى
النَّاسِ مَا يُحِبُّ أن يؤتى إليه»
Barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ia mati sedang ia dalam keadaan
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dan hendaklah ia memberikan kepada
orang-orang apa yang ia suka bila diberikan kepada dirinya sendiri.
Imam Ahmad meriwayatkannya di
dalam kitab musnadnya dari Waki' dengan lafaz yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ
الْغُرُورِ}
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. (Ali Imran: 185)
Makna ayat ini mengecilkan perkara duniawi dan
meremehkan urusannya. Bahwa masalah duniawi itu adalah masalah yang rendah,
pasti lenyap, sedikit, dan pasti rusak. Seperti yang diungkapkan oleh Allah
Swt. dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَياةَ
الدُّنْيا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقى
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih
kekal. (Al-A'la: 16-17)
وَما أُوتِيتُمْ مِنْ
شَيْءٍ فَمَتاعُ الْحَياةِ الدُّنْيا وَزِينَتُها وَما عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ
وَأَبْقى
Dan apa saja yang diberikan kepada kalian,
maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya, sedangkan apa yang
di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-Qashash: 60)
Dan dalam sebuah hadis disebutkan:
«وَاللَّهِ
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَمَا يَغْمِسُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي
الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ إِلَيْهِ»
Demi Allah, tiadalah dunia ini dalam kehidupan
di akhirat, melainkan sebagaimana seseorang di antara kalian mencelupkan jari
telunjuknya ke dalam laut, maka hendaklah ia melihat apa yang didapat olehnya
dari laut itu.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. (Ali Imran: 185) Bahwa kehidupan duniawi itu merupakan
kesenangan yang akan ditinggalkan; tidak lama kemudian, demi Allah yang tidak
ada Tuhan selain Dia, pasti menyurut dan hilang dari pemiliknya. Karena itu,
ambillah dari kehidupan ini sebagai sarana untuk taat kepada Allah, jika kalian
mampu dan tidak ada kekuatan (untuk melakukan ketaatan) kecuali berkat
pertolongan Allah Swt.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ
وَأَنْفُسِكُمْ}
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap
harta kalian dan diri kalian. (Ali Imran: 186)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat yang lain,
yaitu firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَراتِ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada
kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. (Al-Baqarah: 155), hingga akhir ayat berikutnya.
Dengan kata lain, seorang mukmin itu harus diuji
terhadap sesuatu dari hartanya atau dirinya atau anaknya atau istrinya. Seorang
mukmin mendapat ujian (dari Allah) sesuai dengan tingkatan kadar agamanya;
apabila agamanya kuat, maka ujiannya lebih dari yang lain.
{وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا}
Dan (Juga) kalian sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. (Ali Imran: 186)
Allah Swt. berfirman kepada orang-orang mukmin
ketika mereka tiba di Madinah sebelum Perang Badar untuk meringankan beban
mereka dari tekanan gangguan yang menyakitkan hati yang dilakukan oleh kaum
Ahli Kitab dan kaum musyrik. Sekaligus memerintahkan mereka agar bersikap
pemaaf dan bersabar serta memberikan ampunan hingga Allah memberikan jalan
keluar dari hal tersebut. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ
ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ}
Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Ali
Imran: 186)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah
menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Abu Hamzah, dari Az-Zuhri; Urwah ibnuz
Zubair menceritakan kepadanya, Usamah ibnu Zaid pernah bercerita kepadanya
bahwa Nabi dan para sahabatnya di masa lalu selalu bersikap pemaaf terhadap
orang-orang musyrik dan Ahli Kitab, sesuai dengan perintah Allah kepada mereka,
dan mereka bersabar dalam menghadapi gangguan yang menyakitkan. Perintah Allah
Swt. tersebut adalah melalui firman-Nya: Dan (juga) kalian sungguh-sungguh
akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. (Ali Imran: 186) Tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. bersikap pemaaf
sesuai dengan pengertiannya dari apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya,
sehingga Allah mengizinkan kepada beliau terhadap mereka (yakni bertindak
terhadap mereka). Demikianlah menurut apa yang diketengahkannya secara ringkas.
Imam Bukhari mengetengahkannya dalam bentuk yang
panjang lebar di saat ia menafsirkan ayat ini. Dia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَنْبَأَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ
الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ؛ أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ
أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكِبَ عَلَى
حمَار، عَلَيْهِ قَطِيفَةٌ فَدكيَّة وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ وَرَاءَهُ،
يَعُودُ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ فِي بَنِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ، قَبْل
وَقْعَةِ بَدْر، قَالَ: حَتَّى مَرَّ بِمَجْلِسٍ فِيهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
أُبَيٍّ بن سَلُول، وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يُسْلِمَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ،
فَإِذَا فِي الْمَجْلِسِ أَخْلَاطٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُشْرِكِينَ، عَبَدَة
الْأَوْثَانِ وَالْيَهُودِ وَالْمُسْلِمِينَ، وَفِي الْمَجْلِسِ عبدُ اللَّهِ بْنُ
رَوَاحة، فَلَمَّا غَشَيت المجلسَ عَجَاجةُ الدَّابَّةِ خَمَّر عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ أُبَيٍّ أَنْفَهُ بِرِدَائِهِ وَقَالَ: "لَا تُغَبروا عَلَيْنَا.
فَسَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ وَقَفَ،
فَنَزَلَ فَدَعَاهُمْ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وجل،
وَقَرَأَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أبَي:
أَيُّهَا المَرْء، إِنَّهُ لَا أحْسَنَ مِمَّا تَقُولُ، إِنْ كَانَ حَقًّا فَلَا
تؤْذنا بِهِ فِي مَجَالِسِنَا، ارْجِعْ إِلَى رَحْلِكَ، فَمَنْ جَاءَكَ فَاقْصُصْ
عَلَيْهِ. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ،
فَاغْشنَا بِهِ فِي مَجَالِسِنَا فَإِنَّا نُحب ذَلِكَ. فاستَب الْمُسْلِمُونَ
وَالْمُشْرِكُونَ وَالْيَهُودُ حَتَّى كَادُوا يَتَثَاورون فَلَمْ يَزَلِ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخفضهم حَتَّى سَكَتُوا، ثُمَّ
رَكِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَابته، فَسَارَ حَتَّى
دَخَلَ عَلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادة، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا سَعْدُ، أَلَمْ تَسْمَع إِلَى مَا قَالَ أَبُو
حُبَاب -يُرِيدُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَيٍّ-قَالَ كَذَا وَكَذَا". فَقَالَ
سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اعْفُ عَنْهُ وَاصْفَحْ فوَالله الَّذِي أَنْزَلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ لَقَدْ جَاءَ اللَّهُ بِالْحَقِّ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ،
وَلَقَدِ اصْطَلَحَ أَهْلُ هَذِهِ البُحَيْرَة عَلَى أَنْ يُتَوِّجوه
وَيُعَصِّبُوه بِالْعِصَابَةِ، فَلَمَّا أَبَى اللَّهُ ذَلِكَ بِالْحَقِّ الَّذِي
أَعْطَاكَ اللَّهُ شَرِقَ بِذَلِكَ، فَذَلِكَ الَّذِي فَعَل بِهِ مَا رأيتَ،
فَعَفَا عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ يَعْفُونَ عَنِ
الْمُشْرِكِينَ وَأَهْلِ الْكِتَابِ، كَمَا أَمَرَهُمُ اللَّهُ، وَيَصْبِرُونَ
عَلَى الْأَذَى، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا [وَإِنْ
تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ] } وَقَالَ تَعَالَى:
{وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ
إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ
بِأَمْرِهِ} الْآيَةَ [الْبَقَرَةِ:109] ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَأوّل فِي الْعَفْوِ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ بِهِ، حَتَّى
أذنَ اللَّهُ فِيهِمْ، فَلَمَّا غَزَا رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَدْرًا، فَقَتَلَ اللَّهُ بِهِ صَنَادِيدَ كُفَّارِ قُرَيْشٍ، قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ أبَيّ ابْنُ سَلُول وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَعَبَدَةِ
الْأَوْثَانِ: هَذَا أَمْرٌ قَدْ تَوَجّه، فبايعُوا الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْإِسْلَامِ وَأَسْلَمُوا
telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah
menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku
Urwah ibnuz Zubair; Usamah ibnu Zaid telah menceritakan kepadanya bahwa
Rasulullah Saw. mengendarai himar (keledai) dengan memakai kain qatifah
fadakiyah, seraya membonceng Usamah ibnu Zaid di belakangnya, dalam rangka
hendak menjenguk Sa'd ibnu Ubadah yang ada di Banil Haris ibnul Khazraj. Hal
ini terjadi sebelum Perang Badar. Ketika beliau melewati suatu majelis yang di
dalamnya terdapat Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul sebelum dia Islam
(lahiriahnya), ternyata di dalam majelis terdapat campuran orang-orang yang
terdiri atas kaum muslim, kaum musyrik penyembah berhala, dan Ahli Kitab
Yahudi. Di dalam majelis itu terdapat pula Abdullah ibnu Rawwahah. Di saat
majelis tersebut tertutup oleh debu kendaraan Nabi Saw., maka Abdullah ibnu
Ubay menutupi hidungnya dengan kain selendangnya, lalu berkata, "Janganlah
engkau membuat kami berdebu." Rasulullah Saw. mengucapkan salam kepada
mereka, lalu berhenti dan turun dari kendaraannya, kemudian menyeru mereka
untuk menyembah Allah Swt. dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka. Maka
Abdullah ibnu Ubay berkata, "Hai manusia, sesungguhnya aku tidak pandai
mengucapkan apa yang kamu katakan itu, jika hal itu benar. Maka janganlah kamu
ganggu kami dengannya dalam majelis kami ini. Kembalilah ke kendaraanmu, dan
barang siapa yang datang kepadamu, ceritakanlah (hal itu) kepadanya!' Abdullah
ibnu Rawwahah berkata, "Tidak, wahai Rasulullah, liputilah kami dengan
debumu di majelis kami ini, karena sesungguhnya kami menyukai apa yang engkau
sampaikan itu!" Akhirnya kaum muslim saling mencaci dengan kaum musyrik
dan orang-orang Yahudi, hingga hampir saja mereka saling baku hantam, tetapi Rasulullah
Saw. terus-menerus melerai mereka hingga mereka tenang kembali. Sesudah itu
Rasulullah Saw. mengendarai kembali keledainya, lalu meneruskan perjalanannya
hingga sampai di rumah Sa'd ibnu Ubadah. Beliau masuk ke dalam rumahnya, lalu
bersabda kepadanya, "Hai Sa'd, tidakkah engkau mendengar apa yang telah
dikatakan oleh Abu Hubab —yang beliau maksud adalah Abdullah ibnu Ubay—? Dia
telah mengatakan anu dan anu." Sa'd ibnu Ubadah menjawab, "Wahai
Rasulullah, maafkanlah dia dan ampunilah dia. Demi Tuhan yang telah menurunkan
Al-Qur'an kepadamu, sesungguhnya Allah telah menurunkan perkara yang hak
kepadamu, dan sesungguhnya semua penduduk kota ini telah berdamai (setuju)
untuk mengangkat dia (Ibnu Ubay) menjadi pemimpin mereka dan membelanya dengan
penuh kefanatikan. Akan tetapi, setelah Allah menolak hal tersebut dengan
perkara hak yang telah Dia turunkan kepadamu, maka dia merasa tersisihkan, maka
apa yang telah engkau lihat itu merupakan ungkapan rasa tidak puasnya."
Maka Rasulullah Saw. memaafkan tindakan Ibnu Ubay itu. Rasulullah Saw. dan para
sahabatnya bersikap pemaaf terhadap gangguan kaum musyrik dan kaum Ahli Kitab
seperti apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka, dan tetap bersabar
serta menahan diri. Allah Swt. telah berfirman: Dan (juga) kalian
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum
kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati. (Ali Imran: 186), hingga akhir ayat. Dalam ayat yang
lainnya Allah Swt. telah berfirman: Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan
agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran setelah kalian beriman
karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya. (Al-Baqarah: 109), hingga akhir ayat. Nabi Saw. bersikap
pemaaf menurut pengertian yang beliau pahami dari perintah Allah Swt. sehingga
Allah memberikan izin kepada beliau untuk bertindak terhadap mereka. Ketika
Rasulullah Saw. melakukan Perang Badar, yang di dalam perang itu Allah
mematikan banyak para pemimpin orang-orang kafir Quraisy, maka Abdullah ibnu
Ubay ibnu Salul dan orang-orang musyrik penyembah berhala yang mengikutinya
mengatakan, "Ini merupakan suatu perkara yang sudah kuat, maka berbaiatlah
kalian kepada Rasulullah Saw. untuk Islam." Akhirnya mereka berbaiat dan
masuk Islam.
Setiap orang yang menegakkan kebenaran atau
memerintahkan kepada kebajikan atau melarang terhadap perbuatan mungkar pasti
mendapat ganguan dan rintangan, dan tiada jalan baginya kecuali ber-sabar demi
membela agama Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya serta mengembalikan
segala sesuatunya kepada Dia.
Ali Imran, ayat 187-189
وَإِذْ
أَخَذَ اللَّهُ مِيثاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ
وَلا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَراءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَناً
قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ (187) لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ
بِما أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِما لَمْ يَفْعَلُوا فَلا
تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفازَةٍ مِنَ الْعَذابِ وَلَهُمْ عَذابٌ أَلِيمٌ (188)
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(189)
Dan (ingatlah)
ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu),
"Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah
kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang
punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harta yang sedikit. Amatlah
buruknya tukaran yang mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa
orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka
supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu
menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.
Makna ayat ini mengandung celaan dan ancaman
Allah terhadap kaum Ahli Kitab, yaitu mereka yang Allah telah mengambil janji
dari mereka melalui lisan nabi-nabi-Nya, bahwa mereka bersedia beriman kepada
Nabi Muhammad Saw. dan mau mempopulerkannya di kalangan manusia, sehingga
mereka dalam keadaan siap dalam menyambut perkaranya. Apabila tiba saatnya
Allah mengutus dia, maka mereka tinggal mengikutinya. Akan tetapi, mereka
menyembunyikan hal tersebut dan menukar kebaikan di dunia dan akhirat yang
telah dijanjikan kepada mereka dengan harga yang sedikit dan keberuntungan
duniawi yang rendah. Maka seburuk-buruk transaksi adalah transaksi yang mereka
lakukan, dan seburuk-buruk penukaran adalah jual beli yang mereka lakukan.
Di dalam ungkapan ini terkandung peringatan bagi
para ulama agar mereka jangan menempuh jalan orang-orang yang bersifat
"demikian, karena akibatnya mereka akan tertimpa bencana yang sama dan membuat
mereka termasuk ke dalam golongannya.
Karena itu, sudah seharusnya bagi ulama
menyiarkan ilmu yang bermanfaat yang ada di tangan mereka, yaitu ilmu yang
menunjukkan kepada amal yang saleh, dan janganlah mereka menyembunyikan sesuatu
pun darinya.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui
berbagai jalur dari Nabi Saw. disebutkan bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ
نَارٍ»
Barang siapa yang ditanya mengenai suatu ilmu,
lalu ia menyembunyikannya, kelak ia akan disumbat pada hari kiamat dengan
penyumbat dari api neraka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ
بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا }
Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa
orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka
supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran:
188), hingga akhir ayat.
Yang dimaksud oleh ayat ini ialah orang-orang
yang suka pamer yang ingin dipuji dengan apa yang tidak pernah mereka berikan
(lakukan). Seperti pengertian yang ada di dalam kitab Sahihain, dari Nabi Saw.,
yaitu:
"مَنِ ادَّعَى دَعْوى كَاذِبَةً لِيتَكَثَّر بِهَا لَمْ
يَزِدْه اللَّهُ إِلَّا قِلَّة"
Barang siapa yang mengucapkan suatu pengakuan
secara dusta dengan tujuan ingin dipuji karenanya, maka Allah tidak menambahkan
kepadanya melainkan kekurangan.
Di dalam hadis Sahihain disebutkan pula dengan
keterangan yang lebih jelas, yaitu:
"الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلَابِسِ ثَوْبَي
زُور"
Orang yang ingin terpuji dengan apa yang tidak
pernah ia berikan sama saja dengan orang yang memakai pakaian dusta dua lapis.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hajah, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah;
Humaid ibnu Abdur Rahman ibnu Auf pernah menceritakan kepadanya bahwa Marwan
pernah berkata kepada Rafi' (yaitu pengawal pribadinya), "Berangkatlah
kamu kepada Ibnu Abbas dan katakanlah, 'Jika setiap orang dari kita disiksa
karena merasa gembira dengan apa yang telah ia kerjakan dan suka supaya dipuji
terhadap perbuatan yang belum ia kerjakan, niscaya kita semua akan
disiksa'." Maka Ibnu Abbas menjawab, "Mengapa kamu berpemahaman
demikian terhadap ayat ini? Sesungguhnya ayat ini diturunkan hanya berkenaan
dengan orang-orang Ahli Kitab." Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah
diberi kitab (yaitu), "Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada
manusia, dan janganlah kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan
janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang
sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima. Janganlah sekali-kali
kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka
kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka
kerjakan. (Ali Imran: 187-188), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan
bahwa Nabi Saw. pernah menanyakan sesuatu kepada mereka (Ahli Kitab) dan mereka
menyembunyikannya serta memberitahukan hal yang lain kepadanya. Setelah itu
mereka keluar dengan perasaan bahwa mereka telah memperlihatkan kepada beliau
bahwa mereka telah menceritakan kepada beliau apa yang beliau tanyakan kepada
mereka. Mereka ingin dipuji dengan perbuatan tersebut serta merasa gembira
karena perbuatan mereka menurut mereka berhasil mengelabuinya dengan memberikan
jawaban lain dan menyembunyikan jawaban yang sebenarnya dari Nabi Saw.
Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam
kitab tafsirnya, Imam Muslim dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai di dalam kitab
tafsirnya masing-masing; juga Ibnu Abu Hatim, Ibnu Khuzaimah, Imam Hakim di
dalam kitab Mustadrak-nya, dan Ibnu Murdawaih. Semua meriwayatkannya melalui
hadis Abdul Malik ibnu Juraij dengan lafaz yang semisal.
Imam Bukhari meriwayatkannya pula melalui hadis
Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Alqamah ibnu Waqqas, bahwa Marwan
pernah berkata kepada pengawal pribadinya, "Hai Rafi', berangkatlah kamu
kepada Ibnu Abbas," lalu Imam Bukhari menuturkannya hingga akhir hadis.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari
Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa sejum-lah kaum lelaki dari kalangan orang-orang
munafik di masa Rasulullah Saw. apabila Rasulullah Saw. berangkat ke suatu
medan perang, maka mereka tidak mau ikut dan tetap tinggal di Madinah; mereka
merasa gembira dengan ketidakikutsertaan mereka yang bertentangan dengan
prinsip Rasulullah Saw. Tetapi apabila Rasulullah Saw. tiba dari medan perang,
mereka meminta maaf kepadanya dan bersumpah untuk memperkuat alasan mereka.
Mereka merasa gembira dengan apa yang tidak pernah mereka kerjakan. Lalu
turunlah firman Allah Swt.: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa
orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka
supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran:
188), hingga akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim
melalui hadis Ibnu Abu Maryam dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya di dalam kitab
tafsirnya melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd, dari Hisyam ibnu Sa"d, dari
Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa Abu Sa'id, Rafi' ibnu Khadij, dan Zaid
ibnu Sabit semuanya pernah menceritakan, "Ketika kami berada di majelis
Marwan, lalu Marwan berkata, 'Hai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu dengan
firman-Nya: Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji
terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan. (Ali Imran: 188), sedangkan
kami gembira dengan apa yang telah kami kerjakan dan suka bila dipuji terhadap
perbuatan yang belum kami kerjakan?'." Abu Sa'id menjawab, "Makna
ayat ini tidaklah seperti itu. Sesungguhnya hal tersebut ditujukan kepada
sejumlah orang dari kalangan kaum munafik. Mereka tidak ikut apabila Rasulullah
Saw. mengirimkan pasukannya. Jika pasukan Rasulullah Saw. mendapat musibah,
mereka merasa gembira karena ketidakikutsertaan mereka. Tetapi jika pasukan
kaum muslim beroleh pertolongan dari Allah dan kemenangan, maka mereka
mengadakan perjanjian pakta pertahanan bersama kaum muslim, dengan maksud mengambil
hati kaum muslim agar kaum muslim memuji mereka karena simpati mereka kepada
kemenangan yang dicapai oleh kaum muslim." Marwan berkata, "Mengapa
pengertiannya demikian?" Abu Sa'id berkata, "Orang ini mengetahui hal
tersebut." Marwan berkata, "Apakah memang demikian, hai Zaid?"
Zaid menjawab, "Ya, benarlah apa yang dikatakan oleh Abu Sa'id."
Kemudian Abu Sa'id berkata, "Orang ini pun mengetahui hal tersebut, (yang
dimaksud ialah Rafi' ibnu Khadij), tetapi ia khawatir jika menceritakannya
kepadamu maka kamu nanti akan mencabut bagian sedekah untanya." Ketika
mereka telah keluar dari tempat Marwan, maka Zaid berkata kepada Abu Sa'id
Al-Khudri, "Mengapa engkau tidak memuji diriku yang telah mempersaksikan
untukmu?" Abu Sa'id berkata kepadanya, "Engkau telah mempersaksikan
perkara yang hak." Zaid ibnu Sabit berkata, "Mengapa engkau tidak
memujiku yang telah melakukan kesaksian perkara hak bagimu?"
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula melalui
hadis Malik, dari Zaid ibnu Aslam, dari Rafi' ibnu Khadij, bahwa ia dan Zaid
ibnu Sabit pernah berada di tempat Marwan ibnul Hakam yang menjabat sebagai
amir kota Madinah. Marwan berkata, "Hai Rafi', sehubungan dengan peristiwa
apakah ayat ini diturunkan?" Lalu Ibnu Murdawaih mengetengahkan hadis yang
sama seperti apa yang diriwayatkannya dari Abu Sa'id r.a. Sesudah peristiwa itu
Marwan ibnul Hakam mengutus seseorang kepada sahabat Ibnu Abbas untuk
menanyakan hal tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas. Lalu Ibnu Abbas
menjawab seperti apa yang telah kami terangkan di atas.
Tidak ada perbedaan antara apa yang dikatakan
oleh Ibnu Abbas dengan apa yang dikatakan oleh mereka, mengingat ayat bermakna
umum mencakup semua apa yang telah disebutkan.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula melalui hadis
Muhammad ibnu Atiq dan Musa ibnu Uqbah, dari Az-Zuhri, dari Muhammad ibnu Sabit
Al-Ansari atau Sabit ibnu Qais Al-Ansari yang telah berkata, "Wahai
Rasulullah, demi Allah aku merasa khawatir bila menjadi orang yang
binasa." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa?" ia mengatakan,
"Allah telah melarang seseorang suka bila dipuji terhadap apa yang tidak
dikerjakannya, sedangkan diriku ini suka dengan pujian. Allah telah melarang
berbuat sombong sedangkan diriku ini suka keindahan (menghias diri). Allah
melarang kami mengangkat suara lebih dari suaramu, sedangkan aku ini adalah
orang yang keras suaranya." Maka Rasulullah Saw. bersabda:
"Tidakkah engkau suka bila kamu hidup terpuji, gugur dalam keadaan syahid,
dan masuk surga?" ia menjawab, "Tentu saja mau, wahai
Rasulullah." Maka ia hidup terpuji dan gugur sebagai syahid dalam perang
melawan Musailamah Al-Kazzab.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَلا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ
الْعَذَابِ}
janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas
dari siksa. (Ali Imran: 188)
Lafaz tahsabannahum dibaca dengan memakai
huruf ta menunjukkan makna lawan bicara hanya satu orang, dapat pula
dibaca dengan memakai huruf ya dengan makna menceritakan keadaan mereka.
Dengan kata lain, janganlah kamu mengira bahwa
mereka selamat dari siksa Kami, bahkan mereka pasti terkena siksa Kami. Karena
itulah Allah Swt. berfirman dalam firman berikutnya:
{وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan bagi mereka siksa yang pedih. (Ali
Imran: 188)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi;
dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 189)
Yakni Dia adalah Pemilik segala sesuatu,
Mahakuasa atas segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya. Karena
itu. takutlah kalian kepada-Nya dan jangan sekali-kali kalian melanggar-Nya.
Hati-hatilah kalian kepada murka dan pembalasan-Nya, karena sesungguhnya Dia
Mahaagung yang tiada sesuatu pun yang lebih agung daripada-Nya; lagi Mahakuasa
yang tiada seorang pun lebih berkuasa daripada Dia.
Ali Imran, ayat 190-194
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ
لِأُولِي الْأَلْبابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً
وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا
مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (191) رَبَّنا
إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَما لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصارٍ (192) رَبَّنا إِنَّنا سَمِعْنا مُنادِياً يُنادِي لِلْإِيمانِ أَنْ آمِنُوا
بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنا فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّئاتِنا وَتَوَفَّنا مَعَ الْأَبْرارِ (193) رَبَّنا وَآتِنا مَا وَعَدْتَنا
عَلى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنا يَوْمَ الْقِيامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعادَ
(194)
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa
yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):
'Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian,' maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbuat bakti. Ya. Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan
kepada kami dengan perantara-an rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Yahya
Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qumi dari Ja'far ibnu Abul
Mugirah, dari Said ibnu Jubair dari Ibnu Abbas' yang menceritakan bahwa
orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi, lalu berkata,
"Mukjizat apakah yang dibawa oleh Nabi Musa kepada kalian?" Orang-orang
Yahudi menjawab, "Tongkat dan tangannya yang tampak putih bagi orang-orang
yang memandang." Mereka datang kepada orang-orang Nasrani, lalu bertanya,
"Apakah yang dilakukan oleh Nabi Isa?" Orang-orang Nasrani menjawab,
"Dia dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, orang yang
berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang-orang yang mati." Mereka
datang kepada Nabi Saw. dan berkata, "Berdoalah kepada Allah, semoga Dia
menjadikan bagi kami Bukit Safa ini menjadi emas." Maka turunlah ayat ini,
yaitu firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(Ali Imran: 190) Karena itu, renungkanlah oleh kalian hal tersebut.
Riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat ini
adalah ayat Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar Bukit
Safa menjadi emas adalah di Mekah.
Makna ayat ialah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.
(Ali Imran: 190)
Yakni yang ini dalam ketinggiannya dan
keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya,
dan semua yang ada pada keduanya benipa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi
amat besar, seperti bintang-bintang yang beredar dan yang tetap, lautan,
gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tum-buhan, tanam-tanaman dan
buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam
manfaat yang berancka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.
{وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ}
dan silih bergantinya malam dan siang. (Ali
Imran: 190)
Maksudnya, saling bergiliran dan saling
mengurangi panjang dan pendeknya; adakalanya yang ini panjang, sedangkan yang
lainnya pendek, kemudian keduanya menjadi sama. Setelah itu yang ini mengambil
sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum
itu pendek, dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan
berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Karena
itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (Ali Imran: 190)
Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki
kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu
dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya dengan
orang yang tuli dan bisu serta orang-orang yang tak berakal. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْها وَهُمْ عَنْها مُعْرِضُونَ وَما
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling
darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).
(Yusuf: 105-106)
*******************
Selanjutnya Allah menjelaskan ciri khas
orang-orang yang berakal, melalui firman berikutnya. Mereka adalah:
{الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ}
Orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. (Ali Imran: 191)
Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain
dengan melalui Imran ibnu Husain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبِكَ»
Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu
berdiri, maka salatlah sambil duduk; dan jika kamu tidak mampu sambil duduk,
maka salatlah dengan berbaring pada lambungmu.
Mereka tidak pernah terputus dari berzikir
mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka. Lisan, hati, dan jiwa mereka semuanya
selalu mengingat Allah Swt.
{وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ}
dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. (Ali Imran: 191)
Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di
dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya,
hikmah-Nya, pilihan-Nya, dan rahmat-Nya.
Syekh Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan,
"Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada sesuatu pun yang
terlihat oleh mataku melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu
nikmat kepadaku padanya, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran."
Demikianlah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam Kitabut
Tawakkul wal I'tibar.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa ia
pernah mengatakan, "Berpikir selama sesaat lebih baik daripada berdiri
salat semalam."
Al-Fudail mengatakan bahwa Al-Hasan pernah
berkata, "Pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan kepadamu
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu."
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa pikiran
merupakan cahaya yang memasuki hatimu. Adakalanya ia mengucapkan tamsil untuk
pengertian tersebut melalui bait syair ini:
إِذَا الْمَرْءُ كَانَتْ لَهُ
فِكْرَةٌ ... فِفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ عِبْرَةٌ
Apabila
seseorang menggunakan akal pikirannya, maka pada segala sesuatu terdapat
pelajaran baginya.
Disebutkan dari Isa a.s. bahwa ia pernah
mengatakan.”Beruntunglah bagi orang yang ucapannya adalah zikir, diamnya
berpikir. dan pandangannya sebagai pelajaran."
Luqmanul Hakim mengatakan, "Sesungguhnya
lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan lama berpikir merupakan jalan yang
menunjukkan ke pintu surga."
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa tidak
sekali-kali seseorang lama menggunakan pemikirannya melainkan ia akan mengerti,
dan tidak sekali-kali seseorang mengerti melainkan mengetahui, dan tidak sekali-kali
pula seseorang mengetahui melainkan beramal.
Umar ibnu Abdul Aziz mengatakan, "Berbicara
untuk berzikir kepada Allah Swt. adalah baik, dan berpikir tentang
nikmat-nikmat Allah lebih utama daripada ibadah."
Mugis Al-Aswad mengatakan, "Ziarahilah kubur
setiap hari, niscaya menggugah pikiran kalian. Saksikanlah adegan hari kiamat
dengan hati kalian, dan renungkanlah kedua golongan yang pergi ke dalam surga
dan yang masuk ke dalam neraka. Gugahlah hati kalian dan tubuh kalian agar
mengingat neraka dan beraneka ragam siksaan yang ada di dalamnya." Bila
perkataannya sampai di situ, maka ia menangis, hingga tubuhnya diangkat oleh
murid-muridnya karena pingsan.
Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa seorang
lelaki bersua dengan seorang rahib di dekat sebuah kuburan dan tempat
pembuangan sampah. Lalu ia memanggil rahib itu dan mengatakan kepadanya,
"Hai rahib, sesungguhnya padamu terdapat dua perbendaharaan di antara
perbendaharaan-perbendaharaan dunia. Keduanya mengandung pelajaran bagimu,
yaitu perbendaharaan kaum lelaki dan perbendaharaan harta benda."
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bila ia ingin
menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah ditinggalkan oleh
penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di depan pintunya, lalu
berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan, "Ke manakah
penghunimu?" Kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan
firman-Nya:
{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ}
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat
Allah. (Al-Qashash: 88)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah
mengatakan, "Dua rakaat yang lamanya pertengahan dengan bertafakkur adalah
lebih baik daripada berdiri salat sepanjang malam, sedangkan hatinya
lupa."
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Hai anak
Adam, makanlah (isilah) sepertiga perutmu dengan makanan, dan sepertiga lagi
dengan minuman, dan kosongkanlah sepertiga lainnya untuk memberikan udara segar
dalam bertafakkur."
Salah seorang yang bijak mengatakan, "Barang
siapa memandang dunia tanpa dibarengi dengan pandangan mengambil pelajaran,
maka akan padamlah sebagian dari pandangan mata hatinya sesuai dengan
kelalaiannya."
Bisyr ibnul Haris Al-Hafi mengatakan,
"Seandainya manusia bertafakkur merenungkan keagungan Allah Swt., niscaya
mereka tidak berani berbuat durhaka kepada-Nya."
Al-Hasan meriwayatkan dari Amir ibnu Abdu Qais
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar bukan hanya dari seorang, dua
orang, atau tiga orang dari kalangan sahabat Nabi Saw. Semuanya mengatakan,
"Sesungguhnya sinar keimanan atau cahaya keimanan itu adalah tafakkur."
Diriwayatkan dari Isa a.s., bahwa ia pernah
mengatakan, "Hai anak Adam yang lemah, bertakwalah kamu kepada Allah di
mana pun kamu berada. Jadilah kamu di dunia ini orang yang lemah, jadikanlah
masjid-masjid sebagai tempat tinggal, ajarkanlah kepada kedua matamu menangis,
juga kepada badanmu untuk bersabar, dan kepada hatimu untuk bertafakkur.
Janganlah engkau pedulikan tentang rezeki keesokan hari."
Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnu
Abdul Aziz r.a., bahwa ia pernah menangis di suatu hari di antara
teman-temannya. Ketika ditanyakan kepadanya mengapa dia menangis, ia menjawab,
"Aku sedang memikirkan perihal dunia dan kesenangan serta nafsu
syahwatnya, maka aku dapat mengambil pelajaran dari-nya. Yaitu setiap kali
nafsu syahwat belum terlampiaskan, maka terlebih dahulu dikeruhkan oleh
kepahitannya. Sekiranya di dalam dunia tidak terdapat pelajaran bagi orang yang
memikirkannya, sesungguhnya di dalam dunia terdapat peringatan bagi orang yang
mengingat."
Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa Al-Husain ibnu
Abdur Rahman pernah mengucapkan syair-syair berikut kepadanya, yaitu:
Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur,
kesenangan orang mukmin adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah
semata, kami semua berada dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir)
umurnya telah habis, sedangkan dia tidak menyadarinya. Banyak kehidupan
terpenuhi semua yang dicita-citakannya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik
air dari mata air, naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar, dan
buah-buahan yang masak, semuanya itu menjadi berubah oleh lewatnya masa yang
begitu cepat; demikian pula pemilik-nya. Kami memuji kepada Allah semata,
sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika ia
menggunakan akal pikirannya.
Allah Swt. mencela orang yang tidak mau mengambil
pelajaran dari makhluk-Nya yang menunjukkan kepada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya,
syariat-Nya, takdir-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْها وَهُمْ عَنْها مُعْرِضُونَ وَما
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedangkan mereka berpaling
darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).
(Yusuf: 105-106)
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang mukmin melalui
ayat berikut ini:
{الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هَذَا بَاطِلا}
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia." (Ali Imran: 191)
Tidak sekali-kali Engkau ciptakan semuanya
sia-sia melainkan dengan sebenarnya, agar orang-orang yang berbuat buruk dalam
per-buatannya Engkau berikan balasan yang setimpal kepada mereka, dan Engkau
berikan pahala yang baik kepada orang-orang yang berbuat baik.
Kemudian orang-orang mukmin menyucikan Allah dari
perbuatan sia-sia dan penciptaan yang batil. Untuk itu mereka mengatakan. yang
disitir oleh firman-Nya:
{سُبْحَانَكَ}
Mahasuci Engkau. (Ali Imran: 191)
Yaitu Mahasuci Engkau dari perbuatan menciptakan
sesuatu dengan sia-sia.
{فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali Imran: 191)
Peliharalah kami, wahai Tuhan yang menciptakan
semua makhluk dengan sebenarnya dan adil. Wahai Tuhan Yang Mahasuci dari segala
kekurangan, cela dan perbuatan sia-sia, peliharalah kami dari azab neraka
dengan upaya dan kekuatan-Mu. Berilah kami taufik (bimbingan) untuk mengerjakan
amal-amal yang menyebabkan Engkau rida kepada kami. Berilah kami taufik kepada
amal saleh yang dapat menuntun kami ke dalam surga yang penuh dengan
kenikmatan. Lindungilah kami dari azab-Mu yang amat pedih. Kemudian mereka
mengatakan:
{رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ
فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang
Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia. (Ali
Imran: 192)
Telah Engkau hinakan dan Engkau tampakkan
kehinaannya di mata semua makhluk yang hadir di hari perhimpunan (hari kiamat).
{وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ}
dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolong pun. (Ali Imran: 192)
Kelak di hari kiamat, tiada seorang pun yang
dapat melindungi mereka dari azab-Mu dan mereka tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari apa yang Engkau kehendaki terhadap mereka.
*******************
{رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلإيمَانِ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman. (Ali Imran: 193)
Yaitu seorang penyeru yang menyeru kepada iman.
Dia adalah Rasulullah Saw.
{أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا}
(yaitu), "Berimanlah kalian kepada Tuhan
kalian ", maka kami pun beriman. (Ali Imran: 193)
Dia mengatakan, "Berimanlah kalian kepada
Tuhan kalian!" Maka kami beriman. Dengan kata lain, kami memenuhi
seruannya dan mengikutinya, yakni dengan iman kami dan kami mengikuti Nabi-Mu.
{رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا}
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa
kami. (Ali Imran: 193)
Maksudnya, tutupilah dosa-dosa kami (maafkanlah
dosa-dosa kami).
{وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا}
dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami. (Ali Imran: 193)
Yakni kesalahan-kesalahan yang kami lakukan
terhadap Engkau.
{وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ}
dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
banyak berbuat bakti. (Ali Imran: 193)
Artinya, masukkanlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang saleh.
{رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى
رُسُلِكَ}
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah
Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. (Ali
Imran: 194)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami. sebagai
balasan atas iman kepada rasul-rasul-Mu". Menurut pendapat yang lainnya
lagi, maksudnya adalah "apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui
lisan rasul-rasul-Mu'. Makna yang kedua ini lebih kuat dan lebih jelas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي عِقَال،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَسْقَلان أَحَدُ الْعَرُوسَيْنِ، يَبْعَثُ
اللَّهُ مِنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعِينَ أَلْفًا لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ،
وَيَبْعَثُ مِنْهَا خَمْسِينَ أَلْفًا شُهَدَاءَ وُفُودًا إِلَى اللَّهِ، وَبِهَا
صُفُوف الشهداء، رؤوسهم مُقَّطعة فِي أَيْدِيهِمْ، تَثِجّ أَوْدَاجُهُمْ دَمًا،
يَقُولُونَ: {رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ} فَيَقُولُ: صَدَق عَبْدِي،
اغْسِلُوهُمْ بِنَهْرِ الْبَيْضَةِ. فَيَخْرُجُونَ مِنْهُ نَقَاءً بِيضًا،
فَيَسْرَحُونَ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شاؤوا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Anir
ibnu Muhammad, dari Abu Iqal, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Ada dua golongan manusia yang menjadi
pusat perhatian manusia, Allah membangkitkan salah satunya kelak di hari kiamat
sebanyak tujuh puluh ribu orang yang tidak ada hisab atas diri mereka. Darinya
Allah membangkitkan sebanyak lima puluh ribu orang syuhada, mereka adalah
delegasi-delegasi yang menghadap kepada Allah. Di antara mereka yang lima puluh
ribu orang itu terdapat barisan para syuhada yang kepala mereka dalam keadaan
terpotong dan berada di tangannya masing-masing, sedangkan wajah mereka
berlumuran dengan darah seraya mengucapkan: 'Ya Tuhan kami, berilah kami
apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul
Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau
tidak menyalahi janji.' (Ali Imran: 194) Maka berfirmanlah Allah Swt, 'Benarlah
hamba-hamba-Ku, mandikanlah mereka di dalam sungai putih.' Akhirnya mereka
keluar dari sungai itu dalam keadaan bersih lagi putih, lalu mereka
berjalan-jalan di dalam surga menurut apa yang disukainya."
Hadis ini termasuk hadis garib yang ada di dalam
kitab musnad. Di antara mereka ada yang menilainya sebagai hadis maudu'.
*******************
{وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. (Ali Imran: 194)
Yakni di hadapan mata semua makhluk.
{إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ}
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
(Ali Imran: 194)
Sudah merupakan kepastian adanya hari yang
dijanjikan yang Engkau beritakan melalui rasul-rasul-Mu, yaitu hari kiamat.
hari di mana semua makhluk berdiri di hadapan-Mu.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ سُرَيْج
حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ؛ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَهُ:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَارُ
وَالتَّخْزِيَةُ تَبْلُغُ مِنَ ابْنِ آدَمَ فِي الْقِيَامَةِ فِي الْمَقَامِ
بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، مَا يَتَمَنَّى الْعَبْدُ أَنْ يُؤْمَرَ
بِهِ إِلَى النَّارِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hafiz Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Al-Mutabar,
telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Munkadir, bahwa Jabir ibnu Abdullah pernah menceritakan
kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Keaiban dan kehinaan yang
dialami oleh anak Adam (yang berdosa) kelak di hari kiamat di hadapan Allah
Swt. mencapai tingkatan yang membuat diri si orang yang bersangkutan berharap
agar dirinya segera dimasukkan ke dalam neraka (karena malu yang sangat).
Hadis berpredikat garib.
Telah disebutkan di dalam sebuah hadis bahwa
Rasulullah Saw. acapkali membaca sepuluh ayat dari akhir surat Ali Imran ini
apabila bangkit di sebagian malam hari untuk tahajudnya. Untuk itu Imam Bukhari
mengatakan:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي شَرِيكُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنُ أَبِي نَمْر، عَنْ كُرَيب عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ
عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ، فَلَمَّا كَانَ ثُلث اللَّيْلِ
الْآخِرِ قَعد فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: {إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي
الألْبَابِ} ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَنَّ. فَصَلَّى إِحْدَى عَشْرَة
رَكْعَةً. ثُمَّ أَذَّنَ بلالٌ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى
بِالنَّاسِ الصُّبْحَ.
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu
Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepadaku Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Kuraib, dari Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan bahwa ia tidur di rumah bibinya (yaitu Siti Maimunah). Lalu
Rasulullah Saw. bercakap-cakap dengan istrinya selama sesaat. kemudian beliau
tidur. Ketika malam hari tinggal sepertiganya lagi, beliau bangun dan duduk,
lalu memandang ke arah langit seraya mengucapkan: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190), hingga
beberapa ayat selanjutnya. Setelah itu beliau bangkit dan melakukan wudu.
Setelah bersiwak, beliau melakukan salat sebanyak sebelas rakaat. Kemudian
Bilal menyerukan azannya, maka beliau Saw. salat dua rakaat, lalu keluar dan
salat Subuh menjadi imam orang-orang.
Demikian pula Imam Muslim meriwayatkannya dari
Abu Bakar ibnu Ishaq As-San'ani, dari Ibnu Abu Maryam dengan lafaz yang sama.
ثُمَّ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ مِنْ طُرقٍ عَنْ مَالِكٍ، عَنْ
مَخْرَمَة بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ بَاتَ
عِنْدَ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهِيَ
خَالَتُهُ، قَالَ: فَاضْطَجَعْتُ فِي عَرْض الْوِسَادَةِ، وَاضْطَجَعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُهُ فِي طُولها، فَنَامَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ
اللَّيْلُ -أَوْ قَبْلَهُ بِقَلِيلٍ، أَوْ بَعْدَهُ بِقَلِيلٍ -استيقظَ رسولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَنَامِهِ، فَجَعَلَ يمسحُ النومَ
عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ الْآيَاتِ الخواتيمَ مِنْ سُورة
آلِ عِمْرَانَ، ثُم قَامَ إِلَى شَنّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ مِنْهَا فَأَحْسَنَ
وُضُوءه ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي -قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَقُمْتُ فَصَنَعْتُ مِثْلَ
مَا صَنَعَ، ثُمَّ ذَهَبتُ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبه -فَوَضَعَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَه الْيُمْنَى عَلَى رَأْسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي
الْيُمْنَى يَفْتلُها فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ
رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ
أَوْتَرَ، ثُمَّ اضْطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبْحَ.
Imam Bukhari meriwayatkannya pula melalui
berbagai jalur dari Malik, dari Makhramah ibnu Sulaiman, dari Kuraib, bahwa Ibnu
Abbas pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah menginap di rumah Siti
Maimunah, istri Nabi Saw. yang juga bibinya. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya,
bahwa ia tidur pada bagian dari bantal yang melebar, sedangkan Rasulullah Saw.
bersama istrinya (Siti Maimunah) tidur pada bagian yang memanjang dari bantal
itu. Rasulullah Saw. tidur hingga tengah malam, atau sedikit sebelumnya atau
sedikit sesudahnya. Rasulullah Saw. bangun dari tidurnya, lalu mengusap wajah
dengan tangannya untuk mengusir rasa kantuk. Setelah itu beliau membaca sepuluh
ayat yang mengakhiri surat Ali Imran. Lalu bangkit menuju arah tempat air yang
digantungkan, mengambil air wudu darinya, dan melakukan wudu dengan baik.
Sesudah itu beliau berdiri mengerjakan salat. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya,
"Maka aku berdiri dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.
Setelah itu aku menuju kepadanya dan berdiri di sebelahnya. Maka Rasulullah
Saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan memegang telinga kananku,
lalu menjewernya (yakni memindahkan Ibnu Abbas dari sebelah kiri ke sebelah
kanannya). Beliau melakukan salat dua rakaat, lalu dua rakaat lagi, lalu dua
rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi,
kemudian witir. Sesudah itu beliau berbaring hingga juru azan datang kepadanya.
Kemudian beliau bangkit dan melakukan salat dua rakaat secara ringan, lalu
keluar (menuju masjid) dan salat Subuh (sebagai imam semua orang)."
Demikianlah hal yang diketengahkan oleh Jamaah
lainnya melalui berbagai jalur dari Malik dengan lafaz yang sama.
Imam Muslim meriwayatkannya pula —juga Imam Abu
Daud— melalui berbagai jalur dari Makhramah ibnu Sulaiman dengan lafaz yang
sama.
Jalur lain diriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan hadis ini oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih.
حدثنا محمد بن أحمد بن محمد بْنِ عَلِيٍّ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَحْيَى
بْنُ أَبِي مسرَّة أَنْبَأَنَا خَلاد بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَنَا يُونُسُ بْنُ
أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرو، عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَمَرَنِي
الْعَبَّاسُ أَنْ أَبِيتَ بِآلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَحْفَظُ صَلَاتَهُ. قَالَ: فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ صَلَاةَ الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ، حَتَّى إِذَا لَمْ
يَبْقَ فِي الْمَسْجِدِ أَحَدٌ غَيْرُهُ قَامَ فَمَرَّ بِي، فَقَالَ: "مَنْ
هَذَا؟ عَبْدُ اللَّهِ؟ " فَقُلْتُ نَعَمْ. قَالَ: "فَمَه؟ "
قُلْتُ: أَمَرَنِي العباسُ أَنْ أَبِيتَ بِكُمُ اللَّيْلَةَ. قَالَ:
"فَالْحَقِ الْحَقْ" فَلَمَّا أَنْ دَخَلَ قَالَ: "افرشَنْ عَبْدَ
اللَّهِ؟ " فَأَتَى بِوِسَادَةٍ مِنْ مُسُوحٍ، قَالَ فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا حَتَّى سَمعتُ غَطِيطه، ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى فِرَاشِهِ قَاعِدًا، قَالَ: فَرَفَع رأسَه إِلَى السَّمَاءِ
فَقَالَ: "سُبحان الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ" ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ تَلَا
هَذِهِ الْآيَاتِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ حَتَّى خَتَمَهَا.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu
Yahya. dari Abu Mai-sarah, telah menceritakan kepada kami Khallad ibnu Yahya,
telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Abi Ishaq, dari Al-Minhal ibnu Amr,
dari Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa Al-Abbas memerintahkan kepadaku untuk menginap di rumah keluarga
Rasulullah Saw. untuk menghafalkan cara salat (malam hari)nya. Ibnu Abbas
melanjutkan kisahnya,- bahwa Rasulullah Saw. melakukan salat Isya bersama orang
banyak. Setelah di dalam masjid tidak terdapat seorang pun selain diriku, maka
beliau berdiri dan lewat di hadapanku. Beliau bertanya, "Siapakah ini?
Abdullah bukan?" Aku menjawab, "Ya." Rasulullah Saw.
bertanya, "Mengapa masih di sini?" Aku menjawab,
"Al-Abbas (ayahku) telah memerintahkan aku untuk menginap di rumahmu malam
ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Mari masuk, mari masuk."
Setelah masuk ke dalam rumah, beliau Saw. bersabda, "Mau memakai kasur,
Abdullah?" Beliau Saw. mengambil sebuah bantal yang berlapiskan kain
bulu. Rasulullah Saw. tidur memakai bantal itu hingga aku mendengar
dengkurannya. setelah itu beliau duduk tegak di atas kasurnya dan mengarahkan
pandangannya ke langit, lalu mengucapkan: Subhanal Malikil Quddus
(Mahasuci Raja Yang Mahasuci). sebanyak tiga kali, lalu membacakan ayat-ayat
yang berada di akhir surat Ali Imran hingga akhir surat Ali Imran.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai
meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya sebuah
hadis mengenai hal yang sama.
Jalur lain diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih
melalui hadis Asim ibnu Bahdalah, dari salah seorang muridnya, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa di suatu malam Rasulullah Saw. keluar sesudah
sebagian malam hari telah berlalu. Lalu beliau memandang ke arah langit dan
membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190), hingga akhir surat.
Sesudah itu beliau Saw. berdoa:
«اللَّهُمَّ
اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَعَنْ
يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا، وَمِنْ بَيْنِ يَدَيَّ نُورًا، وَمِنْ
خَلْفِي نُورًا، وَمِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا وَأَعْظِمْ لِي
نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Ya Allah, jadikanlah di dalam kalbuku nur
(cahaya), di dalam pendengaranku nur, di dalam pandanganku nur, di sebelah
kananku nur, di sebelah kiriku nur, di hadapanku nur, di belakangku nur, di
atasku nur, di bawahku nur, dan besarkanlah nur bagiku kelak di hari kiamat.
Doa ini ditetapkan pada sebagian jalur-jalur yang
sahih melalui riwayat Kuraib, dari Ibnu Abbas r.a.
Kemudian ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim
meriwayatkan melalui hadis Ja'far ibnu Abul Mugirah. dari Sa’id ibnu Jubair.
dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang Quraisy datang kepada
orang-orang Yahudi, Lalu mereka bertanya, "Mukjizat-mukjizat apakah yang
dibawa oleh Musa kepada kalian?" Orang-orang Yahudi menjawab,
"Tongkatnya dan tangannya yang kelihatan putih bagi orang-orang yang
memandangnya." Orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Nasrani. Lalu
mereka bertanya, "Bagaimanakah yang dilakukan oleh Isa di antara
kalian?" Orang-orang Nasrani menjawab.”Dia dapat menyembuhkan orang buta,
orang berpenyakit supak. dan dapat menghidupkan orang-orang mati." Mereka
datang kepada Nabi Saw., Lalu berkata, "Mintakanlah buat kami kepada
Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa ini emas." Maka Nabi Saw. berdoa
kepada Tuhannya, Lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190) Dengan kata lain, hendaklah
mereka merenungkan semuanya itu.
Lafaz hadis ini berdasarkan riwayat Ibnu
Murdawaih. Hadis ini disebutkan dalam permulaan pembahasan ayat melalui riwayat
Imam Tabrani. Berdasarkan keterangan ini dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat ini
adalah Makkiyyah.
Tetapi menurut pendapat yang masyhur, ayat-ayat
ini adalah Madaniyah, sebagai dalilnya ialah hadis lain yang diriwayatkan oleh
Ibnu Murdawaih, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Harrani, telah menceritakan kepada
kami Syuja' ibnu Asyras, telah menceritakan kepada kami Hasyraj ibnu Nabatah
Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Makram, dari Al-Kalbi (yaitu Ibnu
Junab), dari Ata yang menceritakan, "Aku dan Ibnu Umar serta Ubaid ibnu
Umair berangkat menuju rumah Siti Aisyah r.a. Lalu kami masuk ke dalam rumahnya
dan menjumpainya, sedangkan antara kami dengan dia terdapat hijab." Siti
Aisyah bertanya, "Hai Ubaid, apakah yang menghalang-halangi dirimu untuk
berkunjung kepadaku?" Ubaid menjawab, "Perkataan seorang penyair yang
mengatakan, 'Jarang-jaranglah berkunjung, niscaya menambah rasa kangen'." Ibnu
Umar memotong pembicaraan, "Biarkanlah kami, ceritakanlah kepada kami hal
yang paling mengagumkan yang pernah engkau lihat dari Rasulullah Saw."
Siti Aisyah menangis dan mengatakan bahwa semua perkara Nabi Saw. adalah
mengagumkan, "Beliau mendatangiku di malam giliranku hingga kulit beliau
bersentuhan dengan kulitku. Setelah itu beliau bersabda, 'Biarkanlah aku
menyembah Tuhanku.' Maka aku berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya aku suka
berada di dekatmu, dan sesungguhnya aku suka menyembah Tuhanmu'." Nabi
Saw. bangkit menuju qirbah (tempat air dari kulit), lalu berwudu tanpa banyak
mengucurkan air. Setelah itu beliau berdiri mengerjakan salat, dan beliau
menangis sehingga jenggotnya basah oleh air mata. Lalu sujud dan menangis pula
hingga air matanya membasahi tanah. Kemudian berbaring pada lambungnya dan
menangis lagi. Ketika Bilal datang memberitahukan kepadanya waktu salat Subuh,
seraya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau
menangis, padahal Allah telah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosa-dosamu
yang telah lalu dan yang akan datang?" Nabi Saw. menjawab, "Celakalah
kamu, hai Bilal, apakah yang menghalang-halangiku menangis, sedangkan Allah
telah menurunkan kepadaku malam ini ayat berikut: 'Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang hari terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ali Imran: 190)." Kemudian
Nabi Saw. bersabda pula, 'Celakalah bagi orang yang membacanya, lalu ia
tidak merenungkan semuanya itu."
Abdu ibnu Humaid meriwayatkannya di dalam kitab
tafsir, dari Ja'far ibnu Auf Al-Kalbi, dari Abu Hubab (yaitu Ata) yang
menceritakan bahwa ia dan Abdullah ibnu Umar serta Ubaid ibnu Umair masuk ke
dalam rumah Siti Aisyah Ummul Mukminin r.a. yang saat itu berada di dalam rumah
(kemah)nya. Maka kami mengucapkan salam penghormatan kepadanya, dan ia
bertanya, "Siapakah mereka?" Kami menjawab, "Abdullah ibnu Umar
dan Ubaid ibnu Umair."' Siti Aisyah berkata, "Hai Ubaid ibnu Umair,
apakah yang menghalang-halangi dirimu untuk berkunjung kepadaku?" Ubaid
ibnu Umair mengucapkan kata-kata tadi yang telah disebutkan di atas, yaitu:
Jarang-jaranglah berkunjung, niscaya akan bertambah kangen. Siti Aisyah
berkata, "Sesungguhnya aku senang bila dikunjungi olehmu dan
berbincang-bincang denganmu." Abdullah ibnu Umar berkata,
"Bebaskanlah kami dari obrolan kamu berdua yang ini. Sekarang ceritakanlah
kepada kami hal yang paling menakjubkan yang pernah engkau lihat dari
Rasulullah Saw." Siti Aisyah menangis, kemudian berkata, "Semua
perkara Nabi Saw. adalah menakjubkan belaka. Beliau datang kepadaku di malam
giliranku hingga masuk bersama dan merebahkan diri di atas tempat tidurku
hingga kulit beliau bersentuhan dengan kulitku. Kemudian beliau bersabda, 'Hai
Aisyah, izinkanlah aku, sekarang aku akan menyembah Tuhanku'." Siti
Aisyah berkata, "Sesungguhnya aku suka berada di dekatmu dan aku suka apa
yang engkau suka." Rasulullah Saw. bangkit menuju qirbah (wadah air) yang
ada di dalam rumah. dan dalam wudunya itu beliau menghemat air. Lalu berdiri
dan membaca Al-Qur'an seraya menangis sehingga aku melihat air matanya sampai
mengenai kedua sisi pinggangnya. Setelah itu beliau Saw. duduk, lalu membaca
hamdalah dan memuji Allah Swt., kemudian menangis lagi sehingga aku melihat air
matanya sampai membasahi pangkuannya. Kemudian beliau merebahkan diri pada
lambung sebelah kanannya dan meletakkan lengan kanannya pada pipinya, lalu
beliau menangis lagi sehingga aku melihat air matanya sampai membasahi tanah.
Lalu masuklah Bilal memberitahukan kepadanya bahwa waktu salat Subuh telah
masuk. Untuk itu Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, sekarang waktu
salat." Tetapi ketika Bilal melihat Rasulullah Saw. menangis, maka ia
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau menangis, padahal Allah telah
memberikan ampunan-Nya bagimu atas semua dosamu yang telah lalu dan yang
kemudian?" Rasulullah Saw. menjawab, "Hai Bilal, bukankah aku
ingin menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur? Mengapa aku tidak menangis,
sedangkan malam ini telah diturunkan kepadaku firman-Nya: 'Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal' (Ali Imran: 190).
sampai dengan firman-Nya: 'Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka' (Ali Imran: 191)." Kemudian beliau Saw. bersabda: Celakalah
bagi orang yang membaca ayat-ayat ini, lalu ia tidak merenungkannya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim
dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya, dari Imran ibnu Musa, dari Usman ibnu
Abu Syaibah, dari Yahya ibnu Zakaria, dari Ibrahim ibnu Suwaid An-Nakha'i, dari
Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman, dari Ata yang menceritakan bahwa dia dan Ubaid ibnu
Umair masuk ke dalam rumah Siti Aisyah, dan seterusnya hingga akhir hadis.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdullah ibnu
Muhammad ibnu Abud Dunia di dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, dari
Syuja" ibnu Asyras. Selanjutnya disebutkan bahwa telah menceritakan
kepadaku Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, ia pernah mendengar Sunaid menceritakan dari
Sufyan As-Sauri yang me-rafa'-kannya. bahwa barang siapa yang membaca akhir
surat Ali Imran, lalu ia tidak memikirkan maknanya, celakalah dia. Ia
mengatakan demikian seraya menghitung dengan jari-jarinya sebanyak sepuluh buah
(yakni sepuhih ayat terakhir dari surat Ali Imran).
Al-Hasan ibnu Abdul Aziz mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ubaid ibnus Saib yang menceritakan bahwa pernah dikatakan
kepada Al-Auza'i, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian memikirkan
ayat-ayat tersebut?" Al-Auza'i menjawab, "Membacanya seraya
merenungkan maknanya."
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Qasim ibnu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Iyasy,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaiman yang menceritakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Auza'i tentang batas minimal dari pengertian
memikirkan ayat-ayat tersebut dan jalan menyelamatkan diri dari kecelakaan
tersebut." Maka Al-Auza'i menundukkan kepalanya sejenak, lalu berkata,
"Hendaklah seseorang membaca ayat-ayat tersebut seraya memikirkan
maknanya."
Hadis lain mengandung garabah (keanehan). Abu
Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman
ibnu Basyir ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim
Al-Busti. Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Hisyam
ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ammar, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Mu-zahir ibnu
Aslam Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id
Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan: Setiap malam Rasulullah Saw.
selalu membaca sepuluh ayat dari akhir surat Ali Imran.
Muzahir ibnu Aslam orangnya daif.
Ali Imran, ayat 195
فَاسْتَجابَ
لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ
وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ
سَيِّئاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
ثَواباً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوابِ
Maka Tuhan mereka
memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara
kalian, balk laki-laki ataupun perempuan, (karena) sebagian kalian adalah
turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir
dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh. pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. sebagai
tanda pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Firman Allah Swt.:
{فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ}
Maka Tuhan memperkenankan permohonannya.
(Ali Imran: 195)
Dengan kata lain, Allah mengabulkan doa mereka.
Lafaz istajaba ini pengertiannya sama dengan yang terdapat di dalam
perkataan seorang penyair, yaitu:
وَدَاعٍ دَعَا: يَا مَنْ
يُجِيبُ إِلَى النِّدَى ... فَلَمْ يَسْتَجِبْهُ
عِنْدَ ذَاكَ مُجِيبُ
Dan
seorang penyeru berseru, "Hai orang yang mendengar seruan ini."
Tetapi
tiada seorang pun yang memperkenankan seruannya saat itu.
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Salamah (seorang lelaki dari
kalangan keluarga Ummu Salamah) yang menceritakan bahwa Ummu Salamah pernah berkata,
"Wahai Rasulullah, kami belum pernah mendengar Allah menyebutkan kaum
wanita dalam masalah hijrah." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kalian, baik laki-laki ataupun perempuan." (Ali Imran: 195),
hingga akhir ayat.
Orang-orang Ansar mengatakan, "Ummu Salamah
adalah wanita pertama yang datang berhijrah kepada kami."
Imam Hakim meriwayatkannya di dalam kitab
Mustadrak melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah. Kemudian Imam Hakim mengatakan
bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam Bukhari, tetapi keduanya (Imam Bukhari
dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, dari
Ummu Salamah yang mengatakan bahwa ayat yang paling akhir diturunkan adalah
firman-Nya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kalian, baik laki-laki ataupun perempuan, (karena) sehagian
kalian adalah keturunan dari sebagian yang lain." (Ali Imran: 195),
hingga akhir ayat.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.
Makna ayat, bahwa orang-orang mukmin adalah
orang-orang yang berakal; setelah mereka memohon hal-hal yang telah
disebutkan-di atas, maka Allah memperkenankan permintaan mereka. Hal ini
diungkapkan oleh firman-Nya dengan memakai huruf fa yang menunjukkan
makna ta'qib, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain,
yaitu firman-Nya:
وَإِذا سَأَلَكَ عِبادِي
عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذا دَعانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا
لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku; maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah: 186)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ
مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى}
Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kalian, baik laki-laki ataupun perempuan.
(Ali Imran: 195)
Firman ini merupakan penafsiran bagi jawaban.
Dengan kata lain. Allah Swt. berfirman kepada mereka seraya memberitahukan
bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara
kalian kelak di hadapan-Nya, melainkan Dia dia akan memenuhi pahala amal setiap
orang yang beramal dari kalian. tanpa memandang apakah dia laki-laki atau
perempuan.
Firman Allah Swt.:
{بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ}
(karena) sebagian kalian adalah turunan dari
sebagian yang lain. (Ali Imran: 195)
Yakni kalian semua dalam menerima pahala-Ku sama
saja.
{فَالَّذِينَ هَاجَرُوا}
Maka orang-orang yang berhijrah. (Ali
Imran: 195)
Orang-orang yang meninggalkan negeri kemusyrikan.
lalu datang ke negeri keimanan hingga berpisah dengan kekasih-kekasih nya,
teman-temannya, sahabat-sahabat karibnya. dan para tetangganya.
{وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ}
yang diusir dari kampung halamannya. (Ali
Imran: 195)
Mereka dipersempit oleh kaum musyrik dengan
berbagai macam gangguan yang menyakitkan hati sehingga terpaksa mereka harus
keluar dari tengah-tengah mereka. Karena itulah maka dalam firman berikutnya
disebutkan:
{وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي}
yang disakiti pada jalan-Ku. (Ali Imran:
195)
Sesungguhnya kesalahan mereka pada orang-orang
hanyalah karena mereka beriman kepada Allah semata. Seperti yang disebutkan oleh
Allah dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ
وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kalian
karena kalian beriman kepada Allah, Tuhan kalian. (Al-Mumtahanah: 1)
وَما نَقَمُوا مِنْهُمْ
إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin
itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang
Ma-haperkasa lagi Maha Terpuji. (Al-Buruj: 8)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا}
yang berperang dan yang dibunuh. (Ali
Imran: 195)
Hal ini merupakan tingkatan yang paling tinggi
dan kedudukan yang paling terhormat, yaitu bila seseorang gugur di jalan Allah,
kudanya disembelih, dan wajahnya dibasahi dengan darah dan debu.
Di dalam hadis sahihain ditetapkan bahwa ada
seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika
aku terbunuh di jalan Allah dalam keadaan sabar (bertahan) dan mengharapkan
pahala dari Allah, lagi dalam keadaan maju dan tidak lari? Apakah Allah akan
menghapus semua kesalahanku?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya."
Kemudian beliau Saw. bertanya.”'Apa yang tadi engkau katakan?" Lalu lelaki
itu mengulangi perkataannya kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. menjawab, "Ya,
kecuali apa yang tadi dikatakan oleh Jibril kepadaku."
*******************
Karena itulah maka Allah Swt. berfirman:
{لأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ
وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka
dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya. (Ali Imran: 195)
Dari celah-celahnya mengalir sungai-sungai yang
beraneka ragam rasanya, ada yang berasa susu, madu, khamr serta air yang tawar,
dan masih banyak lagi kenikmatan lainnya yang tidak pernah dilihat oleh mata,
belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di dalam hati
seorang manusia pun.
Firman Allah Swt.:
{ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}
sebagai pahala di sisi Allah. (Ali Imran:
195)
Pahala tersebut dikaitkan dengan Allah dan
dinisbatkan kepada-Nya untuk menunjukkan bahwa Dia Mahabesar. Karena Yang
Mahabesar lagi Mahamulia tidak akan memberi kecuali pemberian yang berlimpah
lagi sangat banyak. Seperti pengertian yang dikatakan oleh seorang penyair:
إِنْ يُعَذب يَكُن
غَرامًا وَإِنْ يُعْ ... طِ جَزيلا فإنَّه لَا يُبَالي ...
Jika
dia menyiksa, hal itu merupakan pembalasannya; dan jika dia memberi pemberian
yang berlimpah, maka sesungguhnya ia tidak peduli dengan pemberiannya itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ}
Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.
(Ali Imran: 195)
Yakni pada sisi-Nya terdapat pahala yang baik
bagi orang yang mengerjakan amal yang baik.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari
Duhaim ibnu Ibrahim yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid
ibnu Muslim, telah menceritakan kepadaku Jarir ibnu Usman, bahwa Syaddad ibnu
Aus pernah mengatakan, "Hai manusia, janganlah kalian berburuk sangka
terhadap Allah dalam keputusan-Nya. karena sesungguhnya Dia tidak pernah
berbuat aniaya terhadap orang mukmin. Karena itu, apabila seseorang di antara
kalian mendapat sesuatu yang disukainya, hendaklah ia memuji kepada Allah.
Apabila ia tertimpa sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia bersabar dan
mengharapkan pahala dari Allah. Karena sesungguhnya hanya di sisi Allah-lah
terdapat pahala yang baik.
Ali Imran, ayat 196-198
لَا
يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ (196) مَتاعٌ قَلِيلٌ
ثُمَّ مَأْواهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهادُ (197) لكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا
رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدِينَ فِيها
نُزُلاً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَما عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرارِ (198)
Janganlah
sekali-kali kamu tepedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam
negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah
Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi,
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya sebagai tempat
tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih
baik bagi orang-orang yang berbakti.
Allah Swt. berfirman bahwa janganlah kamu
memandang kepada keadaan orang-orang kafir yang serba mewah, bergelimangan di
dalam kenikmatan dan kekayaan serta kegembiraan. Karena tidak lama kemudian hal
itu pasti lenyap semuanya dari mereka, kemudian mereka disandera oleh amal
perbuatan mereka yang buruk. Sesungguhnya Kami sengaja melakukan hal tersebut
kepada mereka untuk memperdayakan mereka. Dan semua yang ada pada mereka:
{مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ
جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ}
Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian
tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya. (Ali Imran: 197)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat yang lain,
yaitu firman-Nya.
مَا يُجادِلُ فِي آياتِ
اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلادِ
Tidak ada yang memperdebatkan tentang
ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah pulang
balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu.
(Al-Mu’min: 4)
إِنَّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتاعٌ فِي الدُّنْيا ثُمَّ
إِلَيْنا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذابَ الشَّدِيدَ بِما كانُوا
يَكْفُرُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tidak beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara)
di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada
mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 69-70)
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا
ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلى عَذابٍ غَلِيظٍ
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar,
kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)
فَمَهِّلِ الْكافِرِينَ
أَمْهِلْهُمْ رُوَيْداً
Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir
itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (At-Tariq: 17)
Yakni dalam waktu yang sebentar.
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
أَفَمَنْ وَعَدْناهُ
وَعْداً حَسَناً فَهُوَ لاقِيهِ كَمَنْ مَتَّعْناهُ مَتاعَ الْحَياةِ الدُّنْيا
ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya
suatu janji yang baik (surga), lalu ia memperolehnya sama dengan orang yang
Kami berikan kepadanya kenikmawn hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat
termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka). (Al-Qashash: 61)
*******************
Demikianlah, setelah Allah menuturkan keadaan
orang-orang kafir dalam kehidupan dunia ini, Dia menuturkan bahwa tempat
kembali mereka adalah neraka. Maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ
لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا وَمَا
عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلأبْرَارِ}
Akan tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada
Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan
mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan
apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.
(Ali Imran: 198)
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا
أَبُو طَاهِرٍ سَهْلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنْبَأَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّار،
أَنْبَأَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَنَا عُبَيد الله بن الوليد الوصافي
عَنْ مُحَارب بْنِ دِثَار، عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّمَا سُمّوا
الْأَبْرَارَ لِأَنَّهُمْ بَرّوا الْآبَاءَ وَالْأَبْنَاءَ، كَمَا أَنَّ
لِوَالِدَيْكَ عَلَيْكَ حَقًّا، كَذَلِكَ لِوَلَدِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abu Tahir Sahl ibnu
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan
kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan
kepada kami Ubaidillah ibnul Walid Ar-Rassafi, dari Muharib ibnu Disar, dari
Abdullah ibnu Amr ibnul As, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
mereka dinamakan orang-orang yang berbakti, karena mereka berbakti kepada
orang-orang tua dan anak-anaknya. Sebagaimana kedua orang tuamu
mempunyai hak atas dirimu; maka demikian pula bagi anakmu, ada hak atas dirimu.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih,
dari Abdullah ibnu Amr ibnul As secara marfu'.
Ibnu Abu Halim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Janab, telah
menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Abdullah ibnul Walid Ar-Rassafi,
dari Muharib ibnu Disar, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Allah menamakan mereka orang-orang yang berbakti, karena mereka
berbakti kepada ayah-ayah mereka, juga berbuat baik kepada anak-anak mereka.
Sebagaimana kedua orang tuamu mempunyai hak atas dirimu, begitu pula anakmu
mempunyai hak atas dirimu. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran.
Selanjutnya Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad-Dustuwa-i, dari seorang
lelaki, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa orang-orang yang berbakti itu ialah
mereka yang tidak pernah menyakiti keturunannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah. dan Al-A'masy, dari Khaisamah, dari Al-Aswad yang menceritakan bahwa
Abdullah ibnu Mas'ud pernah berkata, "Tidak sekali-kali diri orang yang
berbakti dan tidak pula diri orang yang durhaka melainkan maut lebih baik
baginya. Jika dia benar-benar orang yang berbakti, maka sesungguhnya Allah Swt.
telah berfirman: "Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang berbakti' (Ali Imran: 198)."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdur Razzaq,
dari As-Sauri, dari Al-A’masy dengan lafaz yang sama, lalu ia membacakan
firman-Nya:
{وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ
لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir
menyangka bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka adalah lebih baik bagi
mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya
bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali
Imran: 178)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Al-Musanna. telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Ja'far, dari Nuh ibnu Fudalah. dari Luqman dari Abu Darda,
bahwa ia pernah mengatakan.”Tiada seorang mukmin pun melainkan mati lebih baik
baginya. dan tiada seorang kafir pun melainkan mati lebih baik baginya. Barang
siapa yang tidak percaya kepadaku, maka sesungguhnya Allah Swt. telah
berfirman: "Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang berbakti (Ali Imran: 198). 'Dan janganlah sekali-kali
orang-orang yang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka
adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka
hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka dan bagi mereka azab yang
menghinakan' (Ali Imran: 178)."
Ali Imran, ayat 199-200
وَإِنَّ مِنْ
أَهْلِ الْكِتابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَما أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَما
أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآياتِ اللَّهِ ثَمَناً
قَلِيلاً أُولئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ
الْحِسابِ (199) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصابِرُوا وَرابِطُوا
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (200)
Dan sesungguhnya
di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka
berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan
harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah
amat cepat perhitungan-Nya. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian
dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung.
Allah Swt. memberitakan perihal segolongan Ahli
Kitab, bahwa mereka beriman kepada Allah dengan iman yang sebenarnya, beriman
pula kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. serta
kitab-kitab terdahulu yang ada di tangan mereka. Bahwa mereka selalu taat
kepada Allah, tunduk patuh di hadapan-Nya, dan tidak pernah menukar ayat-ayat
Allah dengan harga yang sedikit. Yakni mereka tidak menyembunyikan berita
gembira tentang Nabi Muhammad Saw. yang ada di dalam kitab-kitab mereka. Mereka
menyebutkan sifat dan ciri khasnya, serta tempat beliau diutus dan sifat
umatnya.
Mereka adalah orang-orang yang terpilih dari
kalangan Ahli Kitab dan merupakan orang-orang paling baik di antara mereka,
baik dari kalangan orang-orang Yahudi ataupun orang-orang Nasrani.
Allah Swt. telah berfirman di dalam surat
Al-Qashash:
الَّذِينَ آتَيْناهُمُ
الْكِتابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ وَإِذا يُتْلى عَلَيْهِمْ قالُوا
آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ
مُسْلِمِينَ أُولئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِما صَبَرُوا
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada
mereka Al-Kitab sebelumnya Al-Qur'an mereka beriman pula dengan Al-Qur'an itu.
Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an) itu pada mereka, mereka berkata, "Kami
beriman kepadanya: sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan
kami. sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang
membenarkannya." Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran
mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa
yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (Al-Qashash:
52-54)
Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain,
yaitu:
الَّذِينَ آتَيْناهُمُ
الْكِتابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab
kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya. (Al-Baqarah: 121)
وَمِنْ قَوْمِ مُوسى
أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ
Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu
umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan hak itulah
mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 159)
{لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ
وَهُمْ يَسْجُدُونَ}
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab
itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada
beberapa waktu di malam hari, sedangkan mereka juga bersujud (salat). (Ali
imran: 113)
{قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ
لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى
عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا
إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا. وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ
وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا}
Katakanlah, "Berimanlah kalian kepadanya
atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang
diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil sujud, dan mereka berkata, "Mahasuci
Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka
menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.
(Al-Isra: 107-109)
Sifat-sifat tersebut memang dijumpai di kalangan
orang-orang Yahudi, tetapi sedikit. Seperti yang ada pada diri Abdullah ibnu
Salam dan orang-orang Yahudi yang semisal dengannya dari kalangan rahib-rahib
Yahudi yang beriman, tetapi jumlah mereka tidak sampai sepuluh orang.
Adapun di kalangan orang-orang Nasrani,
sifat-sifat tersebut banyak dijumpai; di kalangan mereka banyak orang yang
mendapat petunjuk dan mengikuti kebenaran. Sebagaimana yang disebutkan oleh
firman-Nya:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ
النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا
إِنَّا نَصَارَى
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatan dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata.”Sesungguhnya
kami ini orang Nasrani." (Al-Maidah: 82)
sampai dengan firman-Nya:
فَأَثَابَهُمُ اللَّهُ
بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
Maka Allah memberi mereka pahala terhadap
perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya. (Al-Maidah: 85)
Demikian pula yang dikatakan oleh Allah Swt.
dalam surat ini melalui firman-Nya:
أُولَئِكَ لَهُمْ
أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya.
(Ali lmran: 199), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis telah disebutkan bahwa
ketika Ja'far ibnu Abu Talib r.a. membacakan surat kaf ha ya 'ain sad di
hadapan Raja Najasyi, Raja negeri Habsyah yang saat itu di hadapannya banyak terdapat
para patrik dan pendeta, maka Raja Najasyi menangis, dan mereka ikut menangis
pula bersamanya hingga air mata membasahi jenggot mereka.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan, ketika Raja
Najasyi meninggal dunia, maka Nabi Saw. mengucapkan belasungkawa kepada para
sahabatnya, lalu beliau Saw. bersabda:
"إِنَّ أَخًا لَكُمْ بِالْحَبَشَةِ قَدْ مَاتَ فصَلُّوا
عَلَيْهِ"
Sesungguhnya seorang saudara kalian di Habsyah
telah meninggal dunia, maka salatkanlah ia oleh kalian.
Kemudian Nabi Saw. keluar menuju tanah lapang,
lalu mengatur saf mereka (sahabat-sahabatnya) dan menyalatkan (jenazah)nya
(secara gaib).
وَرَوَى ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ وَالْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ
سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا تُوُفي
النَّجَاشِيُّ قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ. فَقَالَ بَعْضُ النَّاسِ: يَأْمُرُنَا أَنْ
نَسْتَغْفِرَ لِعِلْج مَاتَ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ. فَنَزَلَتْ: {وَإِنَّ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا
أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ} الْآيَةَ.
Ibnu Abu Hatim dan Al-Hafiz Abu Bakar ibnu
Murdawaih meriwayatkan dari hadis Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas
ibnu Malik yang menceritakan bahwa ketika Raja Najasyi meninggal dunia,
Rasulullah Saw. bersabda: Mohonkanlah ampun buat saudara kalian! Maka
sebagian orang ada yang mengatakan, "Apakah beliau memerintahkan kita agar
memintakan ampun buat orang kafir yang mati di negeri Habsyah ini?" Maka
turunlah firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang
beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian dan yang
diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Ali
Imran: 199), hingga akhir ayat.
Abdu ibnu Humaid dan Ibnu Abu Hatim
meriwayatkannya melalui jalur lain dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari
Al-Hasan, dari Nabi Saw. Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui
berbagai jalur dari Humaid, dari Anas ibnu Malik semisal dengan hadis di atas.
Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui hadis Abu
Bakar Al-Huzali, dari Qatadah, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Jabir yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkata kepada kami ketika Raja
Najasyi meninggal dunia: Sesungguhnya Ashamah Raja Najasyi saudara kalian
telah meninggal dunia. Lalu Rasulullah Saw. keluar dan melakukan salat
sebagaimana menyalatkan jenazah, yaitu dengan empat kali takbir. Orang-orang
munafik berkata, "Apakah dia menyalatkan seorang kafir yang mati di negeri
Habsyah?" Maka Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli
Kitab ada orang yang beriman kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir
ayat.
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Amr Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnul
Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Rauman,
dari Urwah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan, "Ketika Raja Najasyi
meninggal dunia, kami memperbincangkan bahwa di atas kubur Raja Najasyi
terus-menerus masih kelihatan ada nurnya.
Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Hakim meriwayatkan di
dalam kitab Mustadrak-nya, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas As-Sayyari
di Marwin. teluh menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ali Al-Gazal, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada
kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Sabit, dari Amir
ibnu Abdullah ibnuz Zubair. dari ayahnya yang menceritakan bahwa Raja Najasyi
mendapat ancaman dari musuh dalam negerinya. Maka kaum Muhajirin datang
menghadapnya dan berkata, "Sesungguhnya kami suka bila engkau keluar memerangi
mereka hingga kami dapat berperang bersamamu untuk membantumu, dan kamu dapat
melihat keberanian kami serta membalas budimu yang telah kamu berikan kepada
kami." Maka Raja Najasyi menjawab.”Sesungguhnya penyakit yang diakibatkan
karena penolongan Allah Swt. adalah lebih baik daripada obat karena pertolongan
manusia." Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa sehubungan dengan dialah
ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada
orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada
Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.
Selanjutnya Imam Hakim mengatakan bahwa sanad
hadis ini sahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak
mengetengahkannya.
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab.
(Ali Imran: 199) Yakni orang-orang muslim dari kalangan Ahli Kitab.
Abbad ibnu Mansur mengatakan bahwa ia pernah
bertanya kepada Al-Hasan Al-Basri mengenai makna firman-Nya: Dan
sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah. (Ali
Imran: 199). hingga akhir ayat. Maka Al-Hasan Al-Basri menjawab bahwa mereka
adalah Ahli Kitab yang telah ada sebelum Nabi Muhammad Saw. Lalu mereka
mengikuti Nabi Muhammad dan masuk Islam. Allah memberi mereka pahala dua kali
lipat, yaitu pahala untuk iman mereka sebelum Nabi Muhammad Saw. dan pahala
mereka mengikuti Nabi Muhammad Saw. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis
melalui Abu Musa yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"ثَلَاثَةٌ يُؤتَوْنَ أجرَهم مَرَّتَيْنِ" فَذَكَرَ
مِنْهُمْ: "وَرَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ
بِي"
Ada tiga macam orang yang pahala mereka diberi
dua kali. Kemudian Nabi Saw. menyebutkan salah satu di antara mereka, yaitu
seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, lalu ia
beriman kepadaku.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا
قَلِيلا}
mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan
harga yang sedikit. (Ali Imran: 199)
Mereka tidak menyembunyikan pengetahuan yang ada
pada mereka. tidak seperti apa yang dilakukan oleh segolongan orang yang hina
dari kalangan mereka, melainkan mereka memberikan ilmu itu dengan cuma-cuma,
yakni secara suka rela. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan mereka di dalam
firman berikutnya:
{أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran: 199)
Mujahid mengatakan bahwa makna sari'ul hisab
ialah amat cepat perhitungan-Nya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim dan lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا}
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negeri kalian). (Ali Imran: 200)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka
diperintahkan untuk bersabar dalam menjalankan agama mereka yang diridai oleh
Allah, yaitu agama Islam. Janganlah mereka meninggalkannya,baik dalam keadaan
suka maupun duka dan dalam keadaan miskin maupun kaya, hingga mereka mati dalam
keadaan memeluk agama Islam. Hendaklah mereka bersabar serta teguh dalam
menghadapi musuh-musuh yang menyembunyikan agama mereka.
Hal yang sama dikatakan pula bukan oleh hanya
seorang dari kalangan ulama Salaf.
Al-murabatah artinya menetapi suatu tempat
ibadah dan tidak bergeming darinya. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan
murabatah ialah menunggu waktu salat lain sesudah mengerjakan salat.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Sahl ibnu Hanif dan Muhammad ibnu Ka'b
Al-Qurazi, dan lain-lainnya.
Dalam bab ini Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah
hadis yang diketengahkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai melalui hadis Malik
ibnu Anas, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari Ya'qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«أَلَا
أُخْبِرُكُمْ بِمَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ به الدرجات؟ إِسْبَاغُ
الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ،
وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ
الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»
Maukah aku beri tahukan kepada kalian tentang
suatu hal yang membuat Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan karenanya dan
meninggikan derajat disebabkannya? Yaitu menyempurnakan wudu di waktu-waktu
yang tidak disukai, banyak melangkah menuju ke masjid-masjid, dan menunggu
waktu salat sesudah menunaikan salat. Maka yang demikian itulah yang dinamakan
ribat, maka yang demikian itulah yang dinamakan ribat. maka yang demikian
itulah yang dinamakan ribat.
Ibnu Murdawaih mengatakan. telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu
Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Juliaifah ali ibnu Yazid Al-Kufi,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Karimah. dari Muhammad ibnu Yazid. dari
Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang menceritakan bahwa sahabat Abu Hurairah r.a.
datang kepada kami di suatu hari, lalu ia berkata, "Tahukah engkau, wahai
anak saudaraku. berkenaan dengan apakah ayat ini diturunkan?" yaitu:
"Ingatlah, sesungguhnya di masa Nabi Saw. tidak ada peperangan yang
memerlukan mereka untuk bersiap siaga di perbatasan negerinya. Akan tetapi.
ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu kaum yang meramaikan masjid-masjid,
menunaikan salat di waktunya masing-masing. dan mereka melakukan zikir kepada
Allah di dalamnya." Berkenaan dengan merekalah ayat ini diturunkan, yaitu
firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah
kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian).
(ali Imran: 200) bersabarlah kalian. (Ali Imran: 200) dalam menunaikan
salat lima waktu. dan kuatkanlah kesabaran kalian. (Ali Imran: 200)
dalam menahan keinginan dan hawa nafsu kalian. dan tetaplah kalian. (Ali
Imran: 200) di masjid-masjid kalian. dan bertakwalah kepada Allah. (Ali
Imran: 200) terhadap semua hal yang membahayakan diri kalian. supaya kalian
beruntung. (Ali Imran: 200)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di
dalam kitab Mustadrak-nya melalui jalur Sa'id ibnu Mansur, dari Mus'ab ibnu
Sabit, dari Daud ibnu Saleh, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz
yang semisal.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو السَّائِبِ، حَدَّثَنِي ابْنُ
فُضَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ
شُرَحْبِيلَ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يُكَفِّر
الذُّنُوبَ وَالْخَطَايَا؟ إسْباغُ الوُضُوء عَلَى الْمَكَارِهِ، وَانْتِظَارُ
الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّباط"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Abus Saib, telah menceritakan kepadaku Ibnu Fudail, dari Abdullah ibnu
Sa'id Al-Maqbari, dari kakeknya, dari Syurahbil, dari Ali r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Maukah aku tunjukkan
kalian kepada hal-hal yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan
kesalahan-kesalahan? Yaitu menyempurnakan wudu di waktu-waktu yang tidak
disukai dan menunggu salat lain sesudah menunaikan salat. Maka yang demikian
itulah yang dinamakan ribat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ سَهْل
الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
مُهاجر، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يَزِيدَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَة، عَنْ
شُرَحْبيل، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أدُلُّكم عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ
الْخَطَايَا ويُكفّر بِهِ الذُّنُوبَ؟ " قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ.
قَالَ: "إِسْبَاغُ الوُضوء فِي أَمَاكِنِهَا، وَكَثْرَةُ الخُطا إِلَى
الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ
الرِّباط"
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan
kepadaku Musa ibnu Sahl Ar-Ramli, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Wadih,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muhajir, telah menceritakan
kepadaku Yahya ibnu Yazid ibnu Abu Anisah. dari Syurah-bil, dari Jabir ibnu
Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Maukah aku
tunjukkan kalian kepada hal-hal yang membuat Allah memaafkan
kesalahan-kesalahan karenanya dan menghapuskan dosa-dosa karenanya? Kami
berkata: ”Tentu saja mau wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda,
"Menyempurnakan wudu di tempatnya masing-masing, banyak melangkah menuju
ke masjid-masjid, dan menunggu salat lain sesudah menunaikan salat. Maka yang
demikian itulah yang dinamakan ribat'.'
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ، أَنْبَأَنَا محمد بن عبد الله بن السَّلَامِ
الْبَيْرُوتِيُّ، أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ الْأَنْطَاكِيُّ، أَنْبَأَنَا
عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنْبَأَنَا الْوَازِعُ بن نافع، عن أبي سلمة بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: وَقَفَ عَلَيْنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "هَلْ لَكُمْ إِلَى مَا
يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الذُّنُوبَ وَيُعْظِمُ بِهِ الْأَجْرَ؟ " قُلْنَا:
نَعَمْ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُوَ؟ قَالَ: "إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ
عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ
الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ".
قَالَ: "وَهُوَ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} فَذَلِكَ هُوَ الرِّبَاطُ فِي الْمَسَاجِدِ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Salam Al-Barmusi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Galib Al-Intaki, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Al-Wa-zi' ibnu Naff, dari Abu Salamah ibnu Abdur
Rahman, dari Abu Ayyub yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bertamu kepada
kami, lalu beliau bersabda: "Maukah aku tunjukkan kalian kepada hal-hal
yang membuat Allah menghapuskan dosa-dosa karenanya dan membesarkan pahala
karenanya?" Kami menjawab, "Ya, wahai Rasulullah. Apakah
itu?" Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudu di saat-saat yang
tidak disukai, banyak melangkah menuju ke masjid-masjid, dan menunggu salat
lain sesudah mengerjakan salat."
Abu Ayyub mengatakan bahwa yang demikian itulah
yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah kalian (di
tempat ibadah kalian), dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung.
(Ali Imran: 200) Maka yang demikian itu adalah ribat di masjid-masjid.
Bila ditinjau dari segi ini, maka hadis ini
berpredikat garib sekali.
Abdullah ibnul Mubarak meriwayatkan dari Mus'ab
ibnu Sabit ibnu Abdullah ibnuz Zubair, telah menceritakan kepadaku Daud ibnu
Saleh yang mengatakan bahwa Abu Salamah ibnu Abdur Rahman pernah berkata
kepadaku, "Hai anak saudaraku, tahukah kamu berkenaan dengan apakah ayat
ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Bersabarlah kalian dan kuatkanlah
kesabaran kalian dan berribat-lah kalian' (Ali Imran: 200)' Aku menjawab,
"Tidak tahu." ia berkata.”Hai anak saudaraku sesungguhnya di zaman
Rasulullah Saw. belum pernah ada peperangan yang memerlukan kesiagaan di
perbatasan, tetapi yang dimaksud ialah menunggu salat lain sesudah mengerjakan
salat." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Dalam pembahasan di atas —sehubungan dengan
riwayat Ibnu Murdawaih terhadap hadis ini— disebutkan bahwa hal tersebut adalah
perkataan Abu Hurairah r.a.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud
dengan murabatah dalam ayat ini ialah bersiap siaga di perbatasan negeri
terhadap ancaman musuh, menjaga tapal batas negeri Islam, dan melindunginya
dari serangan musuh yang hendak menjarah negeri-negeri Islam.
Banyak hadis yang menganjurkan hal ini, dan
disebutkan bahwa tugas ini pahalanya besar sekali.
Imam Bukhari meriwayatkan di dalam kitab sahihnya
melalui Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رباطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا
وَمَا عَلَيْهَا"
Bersiap siaga di perbatasan selama sehari
dalam jihad di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan semua yang ada di
dalamnya.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui
Salman Al-Farisi, dari Rasulullah Saw. Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رباطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ
وَقِيَامِهِ، وَإنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ،
وأجْرِيَ عَلَيْهِ رزْقُه، وأمِنَ الفَتَّان "
Bersiaga di perbatasan negeri selama sehari
semalam lebih baik daripada puasa sebulan berikut qiyamnya. Dan jika ia gugur,
maka dialirkan kepadanya semua amal perbuatan yang biasa diamalkannya, dan
dialirkan kepadanya rezekinya serta selamatlah ia dari fitnah (siksa kubur).
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ،
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ حَيْوة بْنِ شُرَيح، أَخْبَرَنِي أَبُو
هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ، أَنَّ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ الجَنْبي أَخْبَرَهُ:
أَنَّهُ سَمِعَ فُضالة بْنَ عُبيد يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى
عَمَلِهِ، إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَإِنَّهُ يَنْمى
لَهُ عملُه إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَيَأْمَنُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kanii Al-Mubarak, dari
Haiwah ibnu Syuraih. telah menceritakan kepadaku Abu Hani Al-Khaulani, bahwa
Amr ibnu Malik Al-Haini pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar
Fudalah ibnu Ubaid mengatakan pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap
mayat amal perbuatannya ditutup, kecuali orang yang mati dalam keadaan bersiap
siaga di jalan Allah, maka sesungguhnya amal perbuatannya terus dikembangkan
hingga hari kiamat, dan ia selamat dari siksa kubur.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan
Imam Turmuzi melalui hadis Abu Hani" Al-Khaulani. Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Hibban mengetengahkannya pula-di dalam kitab
sahihnya.
Hadis lain.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَحْيَى بْنِ إِسْحَاقَ
وَحَسَنِ بْنِ مُوسَى وَأَبِي سعيد
[وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ] قَالُوا:
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة حَدَّثَنَا مَشْرَح بْنُ هَاعَانَ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ
بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَم لَهُ عَلَى عَمَلِهِ، إِلَّا الْمُرَابِطَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَإِنَّهُ يَجْرِي عَلَيْهِ عَمَلُهُ حَتَّى يُبْعَثَ
وَيَأْمَنَ مِنَ الفَتَّان"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa dan Abu
Sa'id serta Abdullah ibnu Yazid, semuanya dari Abdullah ibnu Luhai'ah, telah
menceritakan kepada kami Masyrah ibnu Ahan, bahwa ia pernah mendengar Uqbah
ibnu Amir mengatakan pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap mayat
amal perbuatannya ditutup. kecuali orang yang bersiap siaga dijalan Allah,
dialirkan kepadanya amal perbuatannya hingga ia dibangkitkan. den ia selamat
dari siksa kubur.
Al-Haris ibnu Muhammad ibnu Abul Hammah
meriwayatkannya di dalam kitab musnad, dari Al-Maqbari (yaitu Abdullah ibnu
Yazid) sampai dengan kalimat "hingga ia dibangkitkan, tetapi tanpa memakai
kalimat "ia selamat dari siksa kubur". Ibnu Luhai'ah apabila
dijelaskan namanya dalam periwayatan hadis, maka predikatnya adalah hasan,
terlebih lagi dengan adanya syawahid (bukti-bukti) yang disebut di atas.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunnah-nya.
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي اللَّيْث، عَنْ زُهرة بْنِ مَعْبَد عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم قال: "من
مَاتَ مُرَابطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أُجْرِيَ عَلَيْهِ عَمَلُهُ الصَّالِحُ
الَّذِي كَانَ يَعْمَلُ وأجْري عَلَيْهِ رِزْقُهُ، وَأَمِنَ مِنَ الْفَتَّانِ، وَبَعَثَهُ
اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ آمِنًا مِنَ الفَزَع"
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A'la. telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb. telah menceritakan
kepadaku Al-Lais. dari Zuhrah ibnu Ma'bad. Dari ayahnya. dari Abu Hurairah,
dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang mati dalam
keadaan bersiap siaga di jalan Allah, maka dialirkan kepadanya amal salehnya
yang biasa ia amalkan dan dialirkan kepadanya rezekinya, dan amanlah ia dari
siksa kubur serta Allah Swt. membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan
selamat dari huru-hara yang terbesar.
Jalur lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا مُوسَى، أَنْبَأَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ مُوسَى بْنِ
وَرْدان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ مَاتَ مُرَابطا وُقِيَ فِتنة
الْقَبْرِ، وَأَمِنَ مِنَ الفَزَع الْأَكْبَرِ، وغَدَا عَلَيْهِ وَرِيحَ
بِرِزْقِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، وَكُتِبَ لَهُ أَجْرُ الْمُرَابِطِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari
Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang
mati dalam keadaan bersiap siaga (di jalan Allah),maka ia dipelihara dari siksa
kubur, dan aman dari huru-hara yang terbesar serta bertiuplah angin membawa
rezekinya dari surga, dan dicatatkan baginya pahala orang yang bersiap siaga
(di jalan Allah) sampai hari kiamat.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عيَّاش، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَة الدُّؤَلِيِّ، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أُمِّ الدَّرْداء تَرْفَعُ الْحَدِيثَ قَالَتْ مَنْ
رَابَطَ فِي شَيْءٍ مِنْ سَوَاحِلِ الْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَجْزَأَتْ
عَنْهُ رِبَاطَ سَنَةٍ"
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Amr ibnu
Halhalah Ad-Daili, dari Ishaq ibnu Abdullah, dari Ummu Darda yang me-rafa'-kan
hadis berikut. Ia mengatakan: Barang siapa yang bersiap siaga di suatu pos
perbatasan negeri kaum muslim selama tiga hari, maka hal itu dapat mencukupi
bersiap siaga selama satu tahun baginya.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا كَهْمَس، حَدَّثَنَا
مُصْعب بْنُ ثابت بن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: قَالَ عُثْمَانُ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -وَهُوَ يَخْطُبُ عَلَى مِنْبَرِهِ-: إِنِّي مُحدِّثكم
حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ
يَكُنْ يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ بِهِ إِلَّا الضِّنُّ بِكُمْ، سَمِعْتُ
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "حَرْسُ لَيْلَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ لَيْلَةٍ يُقَامُ لَيْلُهَا ويُصَام نَهَارُهَا"
Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Kahmas, telah menceritakan
kepada kami Mus'ab ibnu Sabit ibnu Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa
Khalifah Usman ketika berada di atas mimbarnya mengatakan, "Sesungguhnya
aku akan menceritakan sebuah hadis yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw.
Tiada sesuatu pun yang menghalang-halangi aku untuk menceritakannya kepada
kalian selain berprasangka buruk terhadap kalian. Aku pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: 'Berjaga semalam di jalan Allah lebih utama daripada seribu
malam dengan melakukan salat (sunat) pada malam harinya dan berpuasa pada siang
harinya."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari
Rauh. dari Kahmas, dari Mus'ab ibnu Sabit dari Usman.
وَقَدْ رَوَاهُ ابْنُ
مَاجَهْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عمَّار، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ
أَسْلَمَ، عن أبيه، عن مُصْعب بن ثابت،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: خَطَبَ عُثْمَانُ بْنُ
عَفَّانَ النَّاسَ فقال: يأيها النَّاسُ، إِنِّي سَمِعْتُ حَدِيثًا مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ
بِهِ إِلَّا الضِّنُّ بِكُمْ وَبِصَحَابَتِكُمْ، فَليخْتَرْ مُخْتَار لِنَفْسِهِ
أَوْ ليَدَعْ. سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "مَنْ رَابطَ لَيْلة فِي سَبِيل اللَّهِ كَانَتْ كألْفِ لَيْلَةٍ
صِيامها وقِيامها"
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu
Ammar, dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Mus'ab ibnu
Sabit, dari Abdullah ibnuz Zubair yang menceritakan bahwa Khalifah Usman
berkhotbah kepada orang-orang banyak. Isinya mengatakan, "Hai manusia,
sesungguhnya aku pernah mendengar dari Rasulullah Saw. suatu hadis yang tiada
sesuatu pun menghalang-halangi diriku untuk menceritakannya kepada kalian
selain prasangka yang bukan-bukan terhadap kalian dan terhadap predikat sahabat
kalian. Maka hendaklah seseorang memilihnya buat dirinya sendiri atau
meninggalkannya. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Barang
siapa yang bersiap siaga selama satu malam di jalan Allah, maka hal itu sama
(pahalanya) dengan seribu malam melakukan salat sunat dan puasa (di siang
harinya)'."
Jalur lain
diriwayatkan dari Usman r.a.
قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ
الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ
بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيل زهْرَة بْنُ مَعْبد، عَنْ أَبِي صَالِحٍ
مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: سَمِعْتُ عُثْمَانَ -وَهُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ-يَقُولُ: إِنِّي كَتَمْتُكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَرَاهية تَفَرُّقِكُمْ عَنِّي، ثُمَّ
بَدَا لِي أَنْ أحدثكُمُوه، لِيَخْتَارَ امْرُؤٌ لِنَفْسِهِ مَا بَدَا لَهُ، سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: "رباطُ يَوْمٍ فِي سَبِيل اللَّهِ
خَير مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ فِيمَا سِوَاه مِنَ الْمَنَازِلِ".
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan ibnu Ali Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Hisyam
ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepada kami Abu Uqail (yaitu Zahrah ibnu Ma'bad), dari Abu Saleh
maula Usman ibnu Affan, bahwa ia pernah mendengar Usman mengatakan di atas
mimbarnya, "Sesungguhnya aku menyembunyikan dari kalian sebuah hadis yang
pernah kudengar dari Rasulullah Saw. Karena aku khawatir kalian akan berpisah
denganku. Kemudian aku sadar bahwa aku harus menceritakannya kepada kalian,
agar setiap orang dapat memilih untuk dirinya sendiri apa yang sesuai. Aku
pemah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Bersiap siaga di jalan Allah
selama sehari lebih baik daripada seribu hari yang dilewatkan di tempat-tempat
yang lain'."
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan garib bila ditinjau dari segi ini.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa menurut Muhammad
(Imam Bukhari), Abu Saleh (maula Usman) nama aslinya adalah Burkan. Menurut
selain Imam Turmuzi, nama aslinya adalah Al-Haris.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad
melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd dan Abdullah ibnu Luhai'ah, tetapi di dalam
riwayatnya terdapat tambahan di akhirnya. Yaitu Usman mengatakan, "Maka
hendaklah seseorang bersiap siaga di jalan Allah, selama yang dikehendakinya.
Bukankah aku telah menyampaikan?" Mereka menjawab, "Ya." Usman
berkata, "Ya Allah, persaksikanlah."
Hadis lain
diriwayatkan oleh Abu Isa At-Turmuzi,
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ المُنْكَدر قَالَ: مَرَّ سَلْمان الْفَارِسِيُّ بشُرَحْبِيل بْنِ
السِّمْط، وَهُوَ فِي مُرَابَط لَهُ، وَقَدْ شَق عَلَيْهِ وَعَلَى أَصْحَابِهِ
فَقَالَ: أَفَلَا أُحَدِّثُكَ -يَا ابْنَ السِّمْطِ-بِحَدِيثٍ سمعتُه مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: سمعتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "رِبَاط يَوْمٍ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ -أَوْ قَالَ: خَيْرٌ-مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ،
وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقي فِتْنَة الْقَبْرِ، ونَمَا لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ".
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa Salman Al-Farisi bersua dengan Syurahbil
ibnus Simt yang sedang berjaga di tempat tugasnya, saat itu ia dan
kawan-kawannya dalam keadaan berat. Maka Salman r.a. berkata, "Hai Ibnus
Simt, maukah kamu jika aku ceritakan kepadamu sebuah hadis yang pernah kudengar
dari Rasulullah Saw.?" Ibnus Simt menjawab, "Tentu saja mau."
Salman Al-Farisi mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Bersiap siaga selama satu hari di jalan Allah lebih utama atau lebih baik
daripada puasa satu bulan berikut qiyam (salat sunat)nya. Dan barang siapa yang
mati di dalamnya, niscaya akan dipelihara dari siksa kubur dan dikembangkan
baginya amalnya itu sampai hari kiamat.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Turmuzi
bila ditinjau dari segi ini. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Menurut salah satu salinan terdapat tambahan. tetapi sanadnya tidak muttasil
mengingat Ibnul Munkadir tidak pemah bersua dengan Salman.
Menurut hemat kami. pada lahiriahnya Muhammad
Ibnu Munkadir ini mendengarnya dari Syurahbil ibnus Simt. Karena Imam Muslim
dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mak-hul dan Abu Ubaidah ibnu
Uqbah, keduanya menerima hadis ini dari Syurahbil ibnus Simt. Syurahbil ibnus
Simt mempunyai predikat sahabat. ia meriwayatkannya dari Salman Al-Farisi. dari
Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رِباطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ
وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ،
وأجرِي عَلَيْهِ رزقُه، وَأَمِنَ الفَتَّان"
Melakukan ribat (bersiap siaga di jalan Allah)
selama sehari semalam lebih baik daripada puasa satu bulan berikut qiyamnya.
Dan jika seseorang mati (dalam keadaan berribat), maka dialirkan kepadanya amal
perbuatan yang sedang diamalkannya, dan dialirkan pula kepadanya rezekinya,
serta amanlah ia dari siksa kubur.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis
mufrad Imam Muslim mengenai masalah ini.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ سَمُرة، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَعْلى السُّلَمي، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ صُبَيْح، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَمْرو، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لربَاط يَوْمٍ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، مِنْ وَرَاءِ عَوْرَة الْمُسْلِمِينَ مُحْتَسبًا، مِنْ غَيْرِ شَهْرِ
رَمَضَانَ، أعظمُ أَجْرًا مِنْ عِبَادَةِ مِائَةِ سَنَةٍ، صِيَامِهَا
وَقِيَامِهَا. ورباطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مِنْ وَرَاءِ عَوْرَةِ
الْمُسْلِمِينَ مُحْتَسِبًا، مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، أَفْضَلُ عِنْدَ اللَّهِ
وَأَعْظَمُ أَجْرًا -أَرَاهُ قَالَ-: مِنْ عِبَادَةِ أَلْفِ سَنَةٍ صِيَامِهَا،
وَقِيَامِهَا فَإِنْ رَدَّهُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى أَهْلِهِ سَالِمًا، لَمْ
تُكْتَبْ عَلَيْهِ سَيِّئَةُ أَلْفِ سَنَةٍ، وَتُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَاتُ،
ويُجْرَى لَهُ أَجْرُ الرِّبَاطِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail ibnu Samurah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ya'la As-Sulami, telah menceritakan kepada kami Amr ibnus Sabih, dari Abdur Rahman
ibnu Amr, dari Makhul, dari Ubay ibnu Ka'b yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Berjaga selama semalam untuk melindungi kelemahan kaum
muslim karena mengharapkan rida Allah lebih besar pahalanya daripada ibadah
seratus tahun, selain bulan Ramadan, termasuk puasa dan qiyamnya. Dan melakukan
ribat selama sehari di jalan Allah untuk melindungi aurat kaum muslim, karena
mengharapkan pahala Allah, lebih utama dan lebih baik pahalanya di sisi Allah;
menurul perawi, beliau mengatakan daripada ibadah seribu tahun puasa berikut
qiyamnya. Dan jika Allah mengembalikan dia kepada keluarganya dalam keadaan
selamat, maka tidak dicatatkan atas dirinya suatu keburukan pun selama seribu
tahun, dan dicatatkan baginya kebaikan-kebaikan, serta dialirkan kepadanya
pahala ribat sampai hari kiamat.
Hadis ini garib bila ditinjau dari segi ini,
bahkan munkar, karena Umar ibnu Sabih orangnya dicurigai dalam periwayatan
hadisnya.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدثنا عِيسَى بْنُ يُونُسَ الرمْلي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
شُعيب بْنِ شَابُورَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ خَالِدِ بْنِ أَبِي طَوِيلٍ، سمعتُ أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "حَرْسُ لَيْلَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ مِنْ
صِيَامِ رَجُل وَقِيَامِهِ فِي أَهْلِهِ أَلْفَ سَنَةٍ: السَّنَةُ ثَلَاثُمِائَةٍ
وَسِتُّونَ يَوْمًا، وَالْيَوْمُ كَأَلْفِ سَنَةٍ".
Dikatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib
ibnu Syabur, dari Sa'id ibnu Khalid ibnu Abu Tawil; ia pernah mendengar Anas
ibnu Malik mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Berjaga selama
semalam di jalan Allah lebih baik daripada puasa seorang lelaki dan qiyamnya di
rumah keluarganya selama seribu tahun; yang satu tahunnya adalah tiga ratus
hari, satu hari sama dengan seribu tahun.
Hadis ini garib pula. Sa'id ibnu Khalid yang
disebutkan di atas orangnya dinilai daif oleh Abu Zar'ah dan lain-lainnya dari
kalangan para Imam yang bukan hanya seorang. Al-Uqaili mengatakan bahwa Sa'id
ibnu Khalid hadisnya tidak dapat dipakai. Ibnu Hibban mengatakan bahwa hadisnya
tidak dapat dipakai sebagai hujah.
Imam Hakim mengatakan bahwa Sa'id ibnu Khalid
banyak meriwayatkan hadis maudu' yang ia nisbatkan kepada sahabat Anas bin
Malik.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاح، أَنْبَأَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ مُحَمَّد بْنِ زائدَةَ، عَنْ عُمَرَ
بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "رَحِمَ اللَّهُ حَارِسَ
الْحَرَسِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Sabbbah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad
dari Muhammad ibnu Zaidah. dari Umar ibnu abdul Aziz dari Uqbah Ibnu Amir
Al-Juhani yang menceritakan bahwa Rasululah saw bersabda: Semoga Allah
merahmati orang yang bersiap siaga (di jalan Allah).
Akan tetapi, di dalam sanadnya terdapat inqita'
(mata rantai yang terputus) antara Urnar ibnu Abdul Aziz dengan Uqbah ibnu
Amir, karena sesungguhnya Umar ibnu Abdul Aziz tidak menjumpai masa sahabat
Uqbah ibnu Amir.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ -يَعْنِي ابْنَ
سَلَّامٍ عَنْ زَيْدٍ-يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ-أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ
قَالَ: حَدَّثَنِي السَّلُولِيُّ: أَنَّهُ حَدَّثَهُ سَهْلُ ابْنُ
الْحَنْظَلِيَّةِ أَنَّهُمْ سَارُوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمَ حُنين، فَأَطْنَبُوا السَّيْرَ حَتَّى كَانَتْ عَشِيّة،
فَحَضَرْتُ الصَّلَاةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَجَاءَ رَجُلٌ فَارِسٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي انْطَلَقْتُ بَيْنَ
أَيْدِيكُمْ حَتَّى طَلَعْتُ جَبَلَ كَذَا وَكَذَا، فَإِذَا أَنَا بهُوازن عَلَى
بَكْرَة أَبِيهِمْ بظُعنهم ونَعَمِهم وشَائِهم اجْتَمَعُوا إِلَى حُنَيْنٍ،
فَتَبَسَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: "تِلْكَ
غَنِيمَة الْمُسْلِمِينَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللَّهُ [تَعَالَى ] ". ثُمَّ
قَالَ: "مَنْ يَحْرُسُنَا اللَّيْلَةَ؟ " قَالَ أَنَسُ بْنُ أَبِي
مَرْثَدٍ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ
فَارْكَبْ" فَرَكِبَ فَرَسًا لَهُ، فَجَاءَ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم، فقال له
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"اسْتَقْبِل هَذَا الشِّعْب حَتَّى تَكُونَ فِي أَعْلَاهُ وَلَا يَغَرَّن
مِنْ قِبَلِك اللَّيْلَةَ" فَلَمَّا أَصْبَحْنَا خرَج رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى مُصَلاه فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ:
"هَلْ أَحْسَسْتُمْ فَارِسَكُمْ؟ " قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
مَا أَحْسَسْنَاهُ، فثُوِّب بِالصَّلَاةِ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ يُصَلِّي يَلْتَفِتُ إِلَى الشِّعْبِ، حَتَّى إِذَا
قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ: "أبْشِرُوا فَقَدْ جَاءَكُمْ فَارِسُكُمْ"
فَجَعَلْنَا نَنْظُرُ إِلَى خِلال الشَّجَرِ فِي الشِّعْبِ، فَإِذَا هُوَ قَدْ
جَاءَ، حَتَّى وَقَفَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: إِنِّي انْطَلَقْتُ حَتَّى كُنْتُ فِي أَعْلَى هَذَا الشِّعْبِ حَيْثُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ طَلَعْتُ
الشِّعْبَيْنِ كِلَيْهِمَا، فَنَظَرْتُ فَلَمْ أَرَ أَحَدًا، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "هل نَزَلْتَ اللَّيْلَةَ؟ "
قَالَ: لَا إِلَّا مُصَلِّيًا أَوْ قَاضِيًا حَاجَةً، فَقَالَ لَهُ:
"أوْجَبْتَ، فَلَا عَلَيْكَ أَلَّا تَعْمَلَ بَعْدَهَا".
Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Taubah, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah (yakni Ibnu Salam), telah
menceritakan kepadaku As-Saluli, bahwa Sahl ibnu Hanzalah pernah menceritakan
kepadanya bahwa mereka (para sahabat) berjalan bersama Rasulullah Saw. dalam
Perang Hunain hingga waktu Isya. Lalu aku ikut salat bermakmum kepada
Rasulullah Saw. Kemudian datanglah seorang penunggang kuda, lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berangkat dari hadapan kamu hingga naik
ke bukit anu dan anu. Tiba-tiba aku melihat kabilah Hawazin semuanya tanpa ada
yang ketinggalan sedang berkemah bersama kendaraan mereka, ternak, dan
kambing-kambing mereka." Maka Nabi Saw. tersenyum dan bersabda: Semuanya
itu akan menjadi ganimah kaum muslim besok, insya Allah. Selanjutnya beliau
Saw. bersabda, "Siapakah yang akan bertugas piket untuk menjaga kita
semua?" Anas ibnu Abu Marsad menjawab, "Aku, wahai
Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda, "Pakailah kudamu." Lalu
Anas ibnu Marsad menaiki kudanya dan datang menghadap Rasulullah Saw. Maka
Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Kamu harus mendaki lereng ini
hingga berada di puncaknya, dan kami tidak akan berperang malam ini sebelum ada
isyarat darimu." Pada pagi harinya Rasulullah Saw. keluar menuju
tempat salat, lalu melakukan salat (sunat subuh) dua rakaat, sesudah itu beliau
bertanya, "Apakah kalian telah melihat penjaga kalian yang berkuda?"
Seseorang menjawab, "Kami belum melihat kedatangannya, wahai
Rasulullah." Maka salat diiqamahkan (didirikan), dan Nabi Saw. salat
seraya memandang ke arah lereng tersebut, hingga selesai dari salatnya. Setelah
itu beliau bersabda, "Bergembiralah kalian, kini penjaga berkuda kalian
telah datang." Kami semua memandang ke arah lereng itu. Tiba-tiba si
penjaga muncul di antara pohon-pohonan, hingga ia menghadap kepada Nabi Saw.,
lalu melapor, "Sesungguhnya aku berangkat menuju ke sasaran yang
diperintahkan oleh engkau, yaitu di puncak lereng bukit itu. Pada pagi harinya
aku menaiki kedua lereng tersebut, lalu aku melayangkan pandanganku ke segala
penjuru, ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun." Rasulullah
Saw. bertanya kepadanya, "Apakah engkau turun istirahat tadi malam?"
ia menjawab, "Tidak, kecuali hanya menunaikan salat dan membuang
hajat." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sudah pasti (kamu mendapat
pahalanya) maka sesudah itu tidak akan membahayakanmu bila kamu tidak beramal
lagi.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui
Muhammad ibnu Yahya ibnu Muhammad ibnu Kasir Al-Harrani, dari Abu Taubah (yaitu
Ar-Rabi' ibnu Nafi') dengan lafaz yang sama.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَاب: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ شُرَيح، سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ شُمَير الرُّعَيْني يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا
عَامِرٍ التَّجِيبي. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: وَقَالَ غَيْرُ زَيْدٍ: أَبَا
عَلِيٍّ الجَنْبِي يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا رَيْحَانَةَ يَقُولُ: كُنَّا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةٍ، فَأَتَيْنَا
ذَاتَ لَيْلَةٍ إِلَى شَرَف فَبتْنَا عَلَيْهِ، فَأَصَابَنَا بَرْدٌ شَدِيدٌ،
حَتَّى رأيتُ مَنْ يَحْفِرُ فِي الْأَرْضِ حُفْرَةً، يَدْخُلُ فِيهَا وَيُلْقِي
عَلَيْهِ الجَحْفَة -يَعني التِّرس-فَلِمَا رَأَى ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِن النَّاسِ نَادَى: "مَنْ يَحْرُسُنا فِي هَذِهِ
اللَّيْلَةِ فَأَدْعُوَ لَهُ بِدُعَاءٍ يَكُونُ لَهُ فِيهِ فَضْلٌ؟ " فَقَالَ
رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "ادْنُ"
فَدَنَا، فَقَالَ: "مَنْ أَنْتَ؟ " فَتَسَمَّى لَهُ الْأَنْصَارِيُّ،
فَفَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالدُّعَاءِ،
فَأَكْثَرَ مِنْهُ. فَقَالَ أَبُو رَيْحَانَةَ: فَلَمَّا سَمِعْتُ مَا دَعَا بِهِ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ أَنَا رَجُلٌ آخَرُ.
فَقَالَ: "ادْنُ". فَدَنَوْتُ. فَقَالَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: فَقُلْتُ:
أَنَا أَبُو رَيْحَانَةَ. فَدَعَا بِدُعَاءٍ هُوَ دُونَ مَا دَعَا
لِلْأَنْصَارِيِّ، ثُمَّ قَالَ: "حُرِّمَت النَّارُ عَلَى عَيْنٍ دَمِعَت
-أَوْ بَكَتْ-مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَحُرِّمَتِ النَّارُ عَلَى عَيْنٍ سَهِرَتْ
فِي سَبِيل اللَّهِ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Zaid ibnul Habbab. telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Syuraih ia
pernah mendengar Muhammad ibnu Syamir Ar-Ru'aihi mengatakan bahwa ia mendengar
Abu Amir Al-Bujairi. Imam ahmad mengatakan selain dirinya menambahkan Abu Ali
al-Hanafi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Raihanah mengatakan
kami (sahabat) pernah bersama Nabi Saw. dalam suatu peperangan, di suatu malam
kami mendaki tempat yang tinggi, lalu kami menginap padanya, dan kami merasa
sangat dingin. Hingga aku melihat ada seseorang yang menggali tanah, lalu ia
masuk ke dalamnya dan menutup bagian atas galian dengan tamengnya. Ketika
Rasulullah Saw. melihat sebagian orang ada yang berbuat demikian, maka beliau
berseru: 'Siapakah yang mau menjaga kita malam ini, maka aku akan berdoa
untuknya dengan doa yang membuamya mendapat keutamaan.' Maka ada seorang
lelaki dari kalangan Ansar berkata, "Akulah. wahai Rasulullah.' Rasulullah
Saw. bersabda, 'Kemarilah.' Lelaki itu mendekat kepada Rasulullah Saw.,
lalu Rasulullah Saw. bertanya, "Siapakah kamu? Lelaki itu
menyebutkan namanya, bahwa dia dari kalangan Ansar. Lalu Rasulullah Saw.
memulai doanya dan banyak berdoa untuknya." Abu Raihanah melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah ia mendengar apa yang didoakan oleh Nabi Saw., maka ia
berkata, "Akulah orang berikutnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda,
"Kemarilah kamu." Aku mendekat kepadanya dan beliau bertanya, "Siapakah
kamu?" Aku menjawab, "Abu Raihanah." Rasulullah Saw.
membacakan doa lain yang berbeda dengan doa yang telah beliau ucapkan buat
orang Ansar tadi. Sesudah itu beliau Saw. bersabda: Neraka diharamkan atas
mata yang mengeluarkan air mata atau menangis karena takut kepada Allah. Neraka
diharamkan atas mata yang begadang karena bersiaga di jalan Allah.
Imam Nasai meriwayatkan sebagian darinya, yaitu:
"Diharamkan neraka," hingga akhir hadis, melalui Ismah ibnul Fadl,
dari Zaid ibnul Hubab dengan lafaz yang sama. Juga dari Al-Haris ibnu Miskin,
dari Ibnu Wahb, dari Abdur Rahman ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama dan lebih
lengkap. Imam Nasai dalam kedua riwayat tersebut mengatakan dari Abu Ali
Al-Bujaini.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Turmuzi.
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيّ، حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ
عُمَر، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ رزَيق أَبُو شَيْبة، حَدَّثَنَا عطَاء
الْخُرَاسَانِيُّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاح، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"عَيْنان لَا تَمَسُّهما النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ،
وَعَيْنٌ باتت تَحْرُسُ في سبيل الله".
Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, telah mencerkakan kepada kami Bisyr ibnu Ammar dan
telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Zuraiq atau Syaibah, dari Ata
Al-Khurrasani, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ada dua macam mata yang tidak
akan disentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada
Allah, dan mata yang begadang semalaman karena berjaga di jalan Allah.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Syu'aib ibnu
Zuraiq.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa dalam bab ini
terdapat sebuah hadis melalui Usman dan Abu Raihanah.
Menurut kami, kedua hadis tersebut telah kami
sebutkan di atas.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا رِشْدين، عن زَبّان عن
سهل بن معاذ عَنْ أَبِيهِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ حَرَس مِنْ وَرَاءِ
الْمُسْلِمِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مُتَطَوِّعًا لَا بِأُجْرَةِ سُلْطَانٍ، لَمْ
يَرَ النَّارَ بِعَيْنَيْهِ إِلَّا تَحِلَّة القَسَم، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ:
{وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا}
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Ziyad, dari
Sahl ibnu Mu'az. dari ayahnya (yaitu Mu'az ibnu Anas), dari Rasulullah Saw.
yang telah bersabda: Barang siapa yang berjaga di barisan belakang kaum
muslim dengan suka rela, bukan dengan gaji dari sultan, niscaya ia tidak akan
melihat neraka dengan kedua matanya kecuali hanya untuk membebaskan diri dari
sumpah, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Dan tidak
ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka itu" (Maryam:
71).
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sendiri.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Bukhari di
dalam kitab sahih-nya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَم وَعَبْدُ الخَميصة،
إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِط، تَعس وانتكَسَ، وَإِذَا شِيكَ
فَلَا انْتَقَش طُوبَى لعَبدٍ آخذٍ بِعِنَانِ فَرَسه فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أشعثَ
رأسُهُ، مُغَبَّرةٍ قَدَمَاهُ، إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ فِي
الْحِرَاسَةِ، وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقة كَانَ فِي السَّاقَةِ، إِنِ اسْتَأْذَنَ
لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ، وَإِنْ شَفَع لَمْ يُشفَّعْ"
Celakalah pengabdi dinar, pengabdi dirham, dan
pengabdi perut; jika diberi, suka; jika tidak, marah; celaka dan hinalah dia;
dan apabila terkena duri, semoga saja durinya tidak dapat dicabut. Beruntunglah
seorang hamba yang memegang kendali kudanya di jalan Allah dalam keadaan rambut
yang awut-awutan dan kedua kakinya berdebu. Jika ia berada di dalam pos
penjagaan, maka ia berada di pos penjagaan; dan jika ia bertugas di belakang
pasukan, maka ia berada di belakang pasukan. Jika meminta izin, ia tidak diberi
izin; dan jika meminta pertolongan, maka ia tidak diberi pertolongan.
Demikianlah akhir hadis-hadis yang berkaitan
dengan masalah ini yang sudah kami ketengahkan, hanya bagi Allah-lah segala
puji atas nikmat-nikmat-Nya yang berlimpah dan berlalunya tahun dan hari-hari.
*******************
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku
Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Mutarrif ibnu Abdullah Al-Madini,
telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Zaid ibnu Aslam yang menceritakan
bahwa Abu Ubaidah pernah mengirim surat kepada Umar ibnul Khattab untuk
memperingatkan adanya sejumlah besar pasukan Romawi dan hal-hal yang perlu
dikhawatirkan berupa ancaman dari mereka. Maka Khalifah Umar ibnul Khattab r.a.
membalas suratnya yang isinya mengatakan, "Amma Ba'du, sesungguhnya
betapapun seorang hamba yang mukmin menempati suatu tempat yang kritis, niscaya
Allah akan menjadikan jalan keluar baginya sesudah itu. Karena sesungguhnya
sekali kesulitan itu tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan. Sesungguhnya
Allah Swt. telah berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian
beruntung' (Ali lmran: 200).'
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Hafiz Ibnu
Asakir di dalam autobiografi Abdullah ibnul Mubarak melalui jalur Muhammad ibnu
Ibrahim ibnu Abu Sakinah yang menceritakan, telah mengimlakan kepadaku Abdullah
ibnul Mubarak bait-bait syair berikut di Tarsus, lalu aku berpamitan kepadanya
unruk berangkat. ia mengirimkannya kepada Al-Fudail ibnu Iyad melaluiku. hal
ini terjadi pada tahun 170 Hijriah. Menurut riwayat yang lain terjadi pada
tahun 177 Hijriah. Bait-bait syair tersebut ialah:
يَا
عابدَ الْحَرَمَيْنِ لَوْ أبْصَرْتَنا ... لَعَلمْتَ أنكَ فِي العبادِة تلعبُ ...
مَنْ
كَانَ يَخْضِبُ خدَّه بدموعِه ... فَنُحورنا بِدِمَائِنَا تَتَخضَّب ...
أَوْ
كَانَ يُتْعِبُ خَيْلَه فِي باطلٍ ... فخُيولنا يومَ الصبِيحة تَتْعبُ ...
ريحُ
العبيرِ لَكُمْ ونحنُ عبيرُنا ... وَهجُ السنابِك والغبارُ الأطيبُ ...
ولَقَد
أَتَانَا مِنْ مَقَالِ نَبِيِّنَا ... قَوْلٌ صَحيح صَادِقٌ لَا يَكْذبُ ...
لَا
يَسْتَوِي وَغُبَارَ خَيْلِ اللَّهِ فِي ... أَنْفِ امْرِئٍ ودخانَ نَارٍ تَلْهَبُ ...
هَذَا
كِتَابُ اللَّهِ يَنْطق بَيْنَنَا ... لَيْسَ الشهيدُ بمَيِّت لَا يَكْذبُ ...
Hai
ahli ibadah di tanah haramain (dua kota suci), sekiranya engkau melihat kami,
niscaya engkau mengetahui bahwa engkau dalam ibadahmu bermain-main. Wahai orang
yang membasahi pipinya dengan air matanya, maka leher kami berlumuran dengan
darah kami. Apakah dia melelahkan kudanya dalam kebatilan, tetapi kuda-kuda
kami pada hari peperangan kelelahan. Bau wewangian adalah bagi kalian,
sedangkan bau kami ialah debu-debu teracak kuda, dan debu memang lebih wangi.
Dan sesungguhnya telah datang kepada kami sebagian dari sabda Nabi kami, yaitu
sabda yang benar, sahih, dan tidak dusta. (Bahwa) tidak sama menurut penciuman
seseorang antara debu kuda (di jalan) Allah dengan asap neraka yang
menyala-nyala. Ini adalah Kitabullah yang berbicara di antara kita tanpa dusta,
bahwa orang yang mati syahid itu tidak mati.
Muhammad ibnu Ibrahim melanjutkan kisahnya, bahwa
lalu ia menjumpai Al-Fudail ibnu Iyad di Masjidil Haram dengan membawa surat
dari Abdullah ibnul Mubarak. Setelah ia membaca surat tersebut, kedua matanya
mengalirkan air mata, lalu berkata, "Memang benar apa yang dikatakan oleh
Abu Abdur Rahman (nama julukan Abdullah ibnul Mubarak). Ia telah menasihati
diriku." Kemudian ia bertanya, "Apakah kamu termasuk orang yang biasa
menulis hadis?" Aku menjawab, "Ya." Ia berkata, "Tulislah
hadis berikut sebagai imbalan dari apa yang engkau bawakan kepadaku dari Abu
Abdur Rahman." Al-Fudail ibnu Iyad mengimlakan kepadaku hadis berikut,
bahwa telah menceritakan kepada kami Mansur ibnul Mu'tamir, dari Abu Saleh,
dari Abu Hurairah r.a.:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلمني عَمَلًا أَنَالُ
بِهِ ثَوَابَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ: " هَلْ
تَسْتَطِيعُ أَنْ تُصَلِّي فَلَا تَفْتُر وتصومَ فَلَا تُفْطِر؟ " فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا أضْعَفُ مِنْ أَنْ أَسْتَطِيعَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فَوالَّذي نَفْسِي بِيَدِه لَوْ
طُوقْتَ ذَلِكَ مَا بلغتَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوَمَا عَلمتَ
أَنَّ الْفَرَسَ الْمُجَاهِدَ ليَسْتَنُّ فِي طِوَله فَيُكْتَبُ لَهُ بِذَلِكَ
الْحَسَنَاتُ"
Bahwa ada seorang lelaki bertanya.
"Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu amal yang dengan melaluinya
aku dapat memperoleh pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah."
Maka Rasulullah Saw bersabda, “Apakah engkau mampu melakukan
salat tanpa henti-hentinya dan puasa tanpa berbuka.' Lelaki itu
menjawab, "Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang sangat lemah untuk
mampu melakukan hal tersebut." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Demi
Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya engkau
mampu secara paksa melakukan hal tersebut. engkau masih belum mencapai
tingkatan orang-orang yang berjihad di jalan Allah, Apabila kamu tidak tahu
bahwa sesusungguhnya kuda yang dipakai itu bener-benar dipergunakan di jalan
Allah, maka dicatatkan bagi pemiliknya pahala kebaikan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاتَّقُوا اللَّهَ}
dan bertakwalah kepada Allah. (Ali Imran:
200)
Yakni dalam semua urusan dan dalam semua keadaan
kalian. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw. kepada sahabat Mu'az ketika
beliau mengurusnya ke negeri Yaman, yaitu:
" اتَّق اللَّهَ
حَيْثُما كُنْتَ وأتْبع السيئَة الْحَسَنَةَ تَمْحُها وَخَالِقِ النَّاسَ بخُلق
حَسَنٍ ".
Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu
berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik dan
berakhlaklah terhadap orang lain dengan akhlak yang baik.
*******************
{لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}
supaya kalian beruntung. (Ali Imran: 200)
Yaitu di dunia dan akhirat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepada kami Abu Sakhr, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, bahwa ia pernah
mengatakan sehubungan dengan firman Allah Swt.: dan bertakwalah kepada Allah
supaya kalian beruntung. (Ali Imran: 200) Takutlah kalian kepada-Ku dalam
hal-hal yang ada antara Aku dengan kalian, supaya kalian beruntung besok bila
kalian bersua dengan-Ku.
Telah selesai tafsir surat Ali Imran, dan hanya
milik Allah-lah segala puji dan anugerah. Kami memohon kepada Allah, semoga Dia
mematikan kita dalam keadaan berpegang kepada Al-Qur'an dan sunnah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar