Rabu, 13 April 2016

6.01. Al-An'am 1-39



6. SURAT AL-AN'AM

تَفْسِيرُ سُورَةِ الْأَنْعَامِ
(Binatang Ternak)
Makkiyah, 165 ayat kecuali ayat: 20, 23, 91, 93, 114, 141, 151, 152, 153 Madaniyyah
Turun sesudah surat Al-Hijr
Al-Aufi, Ikrimah, dan Ata telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa surat Al-An'am diturunkan di Mekah.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa surat Al-An'am diturunkan di Mekah di malam hari sekaligus, di sekeli­lingnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat, semuanya mengumandangkan tasbih di sekitarnya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr Ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang mengatakan, "Surat Al-An'am diturunkan kepada Nabi Saw. sekaligus, sedangkan saat itu aku memegang tali kendali untanya. Sesungguhnya hampir saja surat ini mematahkan tulang-tulang unta yang dinaikinya karena beratnya surat Al-An'am yang sedang diturunkan."
Syarik telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr, dari Asma yang mengatakan bahwa surat Al-An'am diturunkan kepada Rasulullah Saw. ketika beliau sedang dalam perjalanannya dengan diiringi oleh sejumlah besar malaikat; jumlah mereka menutupi semua yang ada di antara langit dan bumi.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Murrah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa surat Al-An'am diturunkan dengan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat. Hal yang semisal telah diriwayat­kan pula melalui jalur lain, bersumber dari Ibnu Mas'ud.
قَالَ الْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْحَافِظُ، وَأَبُو الْفَضْلِ الْحَسَنِ بْنُ يَعْقُوبَ الْعَدْلُ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْعَبْدِيُّ، أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْن، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّدِّي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ سَبّح رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: " لَقَدْ شَيَّعَ هَذِهِ السُّورَةَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مَا سَدَّ الْأُفُقَ "
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Ya'qub Al-Hafiz dan Abul Fadl, yaitu Al-Hasan ibnu Ya'qub Al-Adi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdur Rahman As-Saddi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika surat Al-An'am diturunkan, Rasulullah Saw. membaca tasbih, kemudian bersabda: Sesungguhnya surat ini diiringi oleh para malaikat (yang jumlahnya) menutupi cakrawala langit.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim.
وَقَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ دُرُسْتُويه الْفَارِسِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ، حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ طَلْحَةَ الرَّقَاشِيُّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ مَالِكٍ أَبِي سُهَيْلٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ مَعَهَا مَوْكِبٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، سَد مَا بَيْنَ الخَافِقَين لَهُمْ زَجَل بِالتَّسْبِيحِ وَالْأَرْضُ بِهِمْ تَرْتَجّ "، وَرَسُولُ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] يَقُولُ: " سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ "
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Durustuwaih Al-Farisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Talhah Ar-Raqqasyi, dari Nafi’ ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:  Surat Al-Anam diturunkan dengan diiringi oleh sejumlah malaikat yang banyaknya menutupi semua yang ada di cakrawala timur dan barat. Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi bergetar karenanya. Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci Allah Yang Mahaagung, Mahasuci Allah Yang Maha-agung.
ثُمَّ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه عَنِ الطَّبَرَانِيِّ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَائِلَةَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ يُوسُفَ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنِ ابْنِ عَوْن، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " نَزَلَتْ عَلَيّ سُورَةُ الْأَنْعَامِ جُمْلَةً وَاحِدَةً، وشَيَّعَها سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ، لَهُمْ زَجَلٌ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّحْمِيدِ "
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim Ibnu Nailah, dari Ismail ibnu Umar, dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat Al-An’am diturunkan kepadaku sekaligus, dan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar suara gemuruh karena bacaan tasbih dan tahmid.

Al-An'am, ayat 1-3

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (1) هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ (2) وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ (3)
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah, sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematian kalian), dan ada lagi satu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah menge­tahuinya), kemudian kalian masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan.
Allah Swt. berfirman memuji diri-Nya sendiri Yang Mahamulia, karena Dia telah menciptakan langit dan bumi sebagai suatu pernyataan yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya, juga karena Dia telah menjadikan gelap dan terang untuk kemanfaatan hamba-hamba-Nya, yaitu di malam hari dan di siang hari mereka.
Lafaz zulumat diungkapkan dalam bentuk jamak, sedangkan lafaz nur diungkapkan dalam bentuk tunggal, karena cahaya lebih mulia daripada gelap. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
{عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ}
Ke kanan dan ke kiri. (An-Nahl: 48)
Sama seperti yang disebutkan di akhir surat ini melalui firman-Nya:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus. - maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya (Al-An'am: 153)
*****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ}
namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (Al-An'am: 1)
Yakni sekalipun demikian ada juga sebagian dari hamba-hamba-Nya yang kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu bagi-Nya, serta menjadikan baginya istri dan anak. Mahatinggi Allah dari semuanya itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah Swt.:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ}
Dialah yang menciptakan kalian dari tanah (Al-An'am: 2)
Yakni bapak mereka semua, yaitu Nabi Adam; dialah asal mereka, dan darinya mereka keluar, lalu menyebar ke timur dan barat.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قَضَى أَجَلا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ}
Sesudah itu ditentukan-Nya ajal, dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ajal pertama adalah mati, sedangkan yang kedua dimaksudkan ialah ketentuan untuk berbangkit di akhirat.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Atiyyah, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan serta lain-lainnya.
Menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri dalam suatu riwayat yang bersumber darinya sehu­bungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal (Al-An'am: 2) Bahwa yang dimaksud ialah 'masa antara sejak ia diciptakan sampai meninggal dunia'. Sedangkan firman-Nya: dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An'am: 2) Yakni antara dia meninggal dunia sampai ia dibangkitkan.
Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya. Penentuan ajal yang pertama bersifat khusus, yakni menyangkut usia setiap manusia; sedangkan penentuan ajal kedua bersifat umum, yakni menyangkut usia dunia seluruhnya; kemudian habislah usia dunia, lalu lenyap dan kembali ke alam akhirat.
Dari Ibnu Abbas dan Mujahid disebutkan sehubungan dengan firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An’am: 2) Yakni usia dunia. dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2) Yakni usia seseorang sampai saat kematiannya.
Seakan-akan takwil ini berpangkal kepada pengertian yang terkandung pada ayat berikutnya yang menyebutkan:
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. Dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am: 60), hingga akhir ayat.
Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An'am: 2) Yakni tidur. Di dalam tidur roh seseorang dimatikan, kemudian kembali lagi kepadanya saat ia terbangun dari tidurnya. dan ada lagi suatu ajal yang ketentuannya ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2) Yakni batas usia seorang manusia.
Tetapi pendapat ini berpredikat garib.
****
Makna firman-Nya:
{عِنْدَهُ}
ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah. Perihalnya sama dengan makna dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}
Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187)
Sama pula dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}
Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 42­44)
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ}
Kemudian kalian masih ragu-ragu. (Al-An'am: 2)
Menurut As-Saddi dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah 'kemudian kalian meragukan tentang hari kiamat'.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan. (Al-An'am: 3)
Para ulama tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini menjadi berbagai pendapat sesudah mereka sepakat mengingkari pendapat golongan Jahmiyah pertama, yaitu yang mengatakan hal-hal yang Allah Swt. Mahatinggi dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Mereka menginterpretasikan ayat ini dengan pengertian bahwa Allah berada di semua tempat.
Pendapat yang paling sahih mengatakan bahwa Dialah yang diseru di langit dan di bumi, yakni Tuhan yang disembah dan ditauhidkan. Semua makhluk yang di langit dan di bumi mengakui-Nya sebagai Tuhan, mereka semuanya menyembah kepada-Nya dengan rasa harap dan takut, kecuali orang yang kafir dari kalangan jin dan manusia. Takwil seperti ini semisal dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ}
Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi (Az-Zukhruf: 84)
Yakni Dialah Tuhan semua makhluk yang di langit dan Tuhan semua makhluk yang di bumi.
Dengan demikian, berarti firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ}
Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan. (Al-An'am: 3)
berkedudukan sebagai kalimat berita atau keterangan keadaan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'Dia adalah Allah Yang mengetahui semua yang di langit dan semua yang di bumi, yakni semua yang tersembunyi dan semua yang kelihatan'. Berdasarkan takwil ini, berarti lafaz ya'lamu (mengetahui) berkaitan dengan firman-Nya:
{فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ}
di langit dan di bumi (Al-An'am: 3)
Penjabarannya ialah bahwa Dialah Allah Yang mengetahui rahasia kalian dan lahiriah kalian, baik yang di langit maupun yang di bumi, dan Dia mengetahui semua apa yang kalian usahakan.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa firman Allah Swt.:
{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ}
Dan Dialah Allah (yang disembah) di langit. (Al-An'am: 3)
diwaqafkan (dihentikan bacaannya) secara sempurna. Kemudian dimulai dengan berita baru, yaitu firman-Nya:
{وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
Dan Dia di bumi mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan. (Al-An'am: 3)
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Dan firman-Nya:
{وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan. (Al-An'am: 3)
Yakni mengetahui semua amal perbuatan kalian, yang baik dan yang buruknya.

Al-An'am, ayat 7-11

وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7) وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الْأَمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ (8) وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ (9) وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (10) قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11)
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu seorang malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki) ten­tulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum musyrik dan keingkaran serta kesombongan mereka terhadap perkara yang hak, dan sikap menantang mereka terhadap perkara yang hak.
{وَلَوْ نزلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ}
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri. (Al-An'am: 7)
Yakni mereka melihat turunnya kitab itu dengan mata kepala mereka sendiri, lalu mereka memegangnya.
{لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}
tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (Al-An'am: 7)
Hal ini semakna dengan apa yang diberitakan oleh Allah Swt. tentang kesombongan mereka terhadap hal-hal yang kongkret, yaitu melalui firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ * لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ}
Danjika seandainya Kami membutuhkan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir.” (Al-Hijr: 14-15)
Dan sama dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ}
Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan, "Itu adalah awan yang bertindih-tindih.” (At-Tur: 44)
****
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ}
Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” (Al-An'am: 8)
Yakni sebagai juru pemberi peringatan bersamanya. Maka Allah men­jawab melalui firman-Nya:
{وَلَوْ أَنزلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ}
Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). (Al-An'am: 8)
Yakni seandainya diturunkan malaikat kepadanya untuk mereka, niscaya akan datang kepada mereka azab dari Allah, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya yang lain:
{مَا نُنزلُ الْمَلائِكَةَ إِلا بِالْحَقِّ وَمَا كَانُوا إِذًا مُنْظَرِينَ}
Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al-Hijr: 8)
Juga seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 22), hingga akhir ayat.
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ}
Dan kalau Kami jadikan rasul itu seorang malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki; dan (kalau Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri (Al-An'im: 9)
Yakni seandainya Kami turunkan bersama dengan rasul manusia seorang rasul malaikat. Dengan kata lain, seandainya Kami kirimkan kepada manusia seorang rasul dari malaikat, niscaya dia berupa seorang laki-laki agar mereka dapat berkomunikasi dengannya dan mengambil manfaat darinya. Dan seandainya memang demikian, niscaya perkaranya akan meragukan mereka, sebagaimana mereka pun ragu terhadap diri mereka sendiri dalam menerima rasul manusia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولا}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul " (Al-Isra: 95)
Maka merupakan rahmat Allah Swt. kepada makhluk-Nya. Dia mengutus kepada setiap jenis makhluk, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, agar dia dapat menyeru mereka dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya dalam berkomunikasi dan bertanya jawab. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ}
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah dan membersihkan (jiwa) mereka. (Ali Imran: 164), hingga akhir ayat.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa seandainya datang kepada mereka seorang malaikat, maka tidaklah dia mendatangi mereka melainkan dalam bentuk (rupa) seorang laki-laki. Karena sesungguhnya mereka tidak akan dapat melihat malaikat dalam bentuk aslinya, mengingat malaikat diciptakan dari nur (cahaya).
{وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ}
Apa yang mereka ragukan atas diri mereka sendiri. (Al-An'am: 9)
Yakni niscaya Kami membingung-bingungkan atas mereka apa yang mereka bingung-bingungkan atas diri mereka sendiri. Menurut Al-Walibi, makna ayat ialah dan tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (Al-An'am: 10)
Makna ayat ini mengandung hiburan yang ditujukan kepada Nabi Saw. dalam menghadapi reaksi kaumnya yang mendustakannya. Juga mengandung janji baginya dan bagi orang-orang yang beriman kepadanya, bahwa akan diperoleh kemenangan akibat yang baik di dunia dan akhirat.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}
Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu!" (Al-An'am: 11)
Yakni pikirkanlah oleh kalian sendiri dan lihatlah apa yang telah ditimpakan oleh Allah terhadap generasi-generasi terdahulu, yaitu mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya dan mengingkarinya. Mereka ditimpa oleh azab, pembalasan, dan siksaan di dunia, di samping azab pedih yang telah menunggu mereka di hari kemudian. Dan bagaimanakah kami selamatkan rasul-rasul Kami beserta hamba-hamba Kami yang mukmin.

Al-An'am, ayat 12-16

قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (12) وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (13) قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (14) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15) مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (16)
Katakanlah "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah "Kepunyaan Allah" Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Katakanlah "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.” Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat) Jika aku mendurhakai Tuhanku.” Barang siapa yang dijauhkan azab darinya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.
Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nyalah yang memiliki langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya, dan bahwa Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya Yang Mahasuci. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ لَمَّا خَلَقَ الخَلْق كَتَبَ كِتَابًا عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي"
Sesimgguhnya Allah, setelah selesai menciptakan makhluk, maka Dia menulis di dalam kitab yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”
****
Firman Allah Swt:
{لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. (Al-An'am: 12)
Huruf lam yang terdapat pada lafaz layajma'annakum merupakan pendahuluan dari qasam (sumpah). Allah bersumpah dengan menyebut nama diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menghimpun semua hamba-Nya di waktu tertentu pada hari yang dikenal. Yaitu hari kiamat yang tiada keraguan padanya, yakni yang keberadaannya tidak diragukan lagi di kalangan hamba-hamba-Nya yang mukmin. Adapun hamba-hamba Allah yang ingkar dan mendustakannya, mereka tenggelam ke dalam keraguannya tentang kejadian hari tersebut.
قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عُقْبَة، حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مِحْصَن بْنُ عقْبَة الْيَمَانِيُّ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ شَبِيب، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَاضِرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْوُقُوفِ بَيْنَ يَدَيْ رَبِّ الْعَالَمِينَ، هَلْ فِيهِ مَاءٌ؟ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِه، إِنَّ فِيهِ لَمَاءً، إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَيَرِدُونِ حِياضَ الْأَنْبِيَاءِ، ويَبْعَثُ اللَّهُ تَعَالَى سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ فِي أَيْدِيهِمْ عِصِيّ مِنْ نَارٍ، يَذُودون الْكُفَّارَ عَنْ حِيَاضِ الْأَنْبِيَاءِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ahmad ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Muhsan ibnu Atabah Al-Yamani, dari Az-Zubair ibnu Syabib, dari Usman ibnu Hadir, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai wuquf di hadapan Tuhan semesta alam, "Apakah di tempat itu terdapat air?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan kekuasaan-Nya, sesungguhnya di tempat itu benar-benar ada air. Dan sesungguhnya kekasih-kekasih Allah benar-benar mendatangi telaga-telaga para nabi. Dan Allah memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat yang di tangan mereka tergenggam tongkat-tongkat dari api untuk mengusir orang-orang kafir dari telaga-telaga para nabi itu.
Hadis ini berpredikat garib.
Menurut yang ada pada Imam Turmuzi disebutkan seperti berikut:
"إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا، وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً
Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai telaga, dan aku berharap telaga milikku adalah yang paling banyak didatangi mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ}
Orang-orang yang merugikan dirinya. (Al-An'am: 12)
Yakni kelak di hari kiamat.
{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Mereka itu tidak beriman. (Al-An'am: 12)
Yakni mereka tidak percaya dengan adanya hari kembali dan mereka tidak takut akan adanya pembalasan yang keras di hari itu.
****
Kemudian berfirman:
{وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ}
Dan kepunyaan-Nyalah segala yang ada pada malam dan siang hari. (Al-An'am: 13)
Dengan kata lain, semua makhluk hidup yang ada di langit dan di bumi adalah hamba-hamba Allah dan makhluk-Nya; semuanya berada di bawah kekuasaan, pengaturan, dan pengendalian-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia.
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 13)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan, semua yang terpendam di dalam kalbu mereka, dan semua yang mereka rahasiakan.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.—yang diutusnya dengan membawa ajaran tauhid yang agung dan syariat yang lurus. Allah memerintahkannya untuk menyeru manusia ke jalan Allah yang lurus.
Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi?” (Al-An'am: 14)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ}
Katakanlah, "Maka apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (Az-Zumar: 64)
Makna yang dimaksudi ialah 'aku tidak akan menjadikan pelindung selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, karena sesungguhnya Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan keduanya tanpa contoh lebih dahulu'.
{وَهُوَ يُطْعِمُ وَلا يُطْعَمُ}
Padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan. (Al-An'am: 14)
Yakni Dialah Yang memberi rezeki kepada makhluk-Nya, padahal Dia tidak memerlukan mereka, karena Allah Swt. telah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56)
Sebagian ulama ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut, yaitu:
{وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يَطْعَمُ}
Padahal Dia memberi makan dan tidak pernah makan.
Yakni Dia tidak pernah makan.
وَفِي حَدِيثِ سُهَيْل بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: دَعَا رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ مِنْ أَهْلِ قُبَاءٍ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَانْطَلَقْنَا مَعَهُ، فَلَمَّا طَعِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَسَلَ يديه قال:  الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي يُطعِم وَلَا يَطْعَم، ومَنَّ عَلَيْنَا فَهَدَانَا، وَأَطْعَمَنَا وسَقانا وَكُلَّ بَلاء حَسَن أَبَلَانَا، الْحَمْدُ لِلَّهِ غَيْرِ مُودّع وَلَا مكافَأ وَلَا مَكْفُورٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا مِنَ الطَّعَامِ، وَسَقَانَا مِنَ الشَّرَابِ، وَكَسَانَا مِنَ الْعُرْيِ، وَهَدَانَا مِنَ الضَّلَالِ، وبَصَّرنا مِنَ العَمَى، وفَضَّلنا عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"
Di dalam hadis Suhail ibnu Abu Saleh dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa pernah seorang Ansar dari kalangan penduduk Quba mengundang Nabi Saw. ke suatu jamuan makan yang dibuatnya, maka kami berangkat bersama Nabi Saw. untuk memenuhi undangannya. Setelah Nabi Saw. selesai makan dan mencuci kedua tangannya, maka Nabi Saw. membaca doa berikut: Segala puji bagi Allah Yang telah memberi makan dan tidak pernah makan, telah memberikan anugerah kepada kami hingga kami mendapat petunjuk, telah memberi kami makan dan minum, dan telah memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, dan semua ujian baik yang Dia timpakan kepada kami. Segala puji bagi Allah dengan tidak meninggalkan Tuhanku, tidak merasa cukup, tidak ingkar, dan tidak dapat lepas dari-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum, memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, memberi kami petunjuk dari kesesatan, memberi kami penglihatan dari kebutaan, dan mengutamakan kami di atas kebanyakan makhluk yang telah diciptakan-Nya dengan keutamaan yang sesungguhnya; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah)." (Al-An'am: 14)
Yakni dari kalangan umat ini.
{قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
dan jangan sekali-kali kalian termasuk golongan orang-orang musyrik. Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku.” (Al-An'am: 14-15)
Yakni kelak di hari kiamat.
{مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ}
Barang siapa dijauhkan azab darinya. (Al-An'am: 16)
Yakni azab dipalingkan atau dijauhkan darinya.
{يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ}
pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. (Al-An'am: 16)
Yakni berkat rahmat Allah kepadanya.
{وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ}
Dan itulah keberuntungan yang nyata. (Al-An'am: 16)
Ayat ini semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ}
Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. (Ali Imran: 185)
Yang dimaksud dengan istilah al-fauz ialah memperoleh keuntungan dan tidak rugi.

Al-An'am, ayat 17-21

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17) وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (18) قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (19) الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (20) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (21)
Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengeta­hui. Katakanlah, "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, "Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kalian. Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kalian mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?” Katakanlah, "Aku tidak mengakui.”Katakanlah " Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan (dengan Allah)." Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nya adalah Yang memiliki kemudaratan dan kemanfaatan. Dan bahwa Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang Dia kehendaki, tiada yang menanyakan tentang keputusan-Nya, dan tiada yang dapat menolak ketetapan-Nya.
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am: 17)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang lain:
{مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ}
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. (Fatir: 2), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. sering berdoa dengan menyebutkan kalimat berikut:
"اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِما أَعْطَيْت، وَلَا معطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدّ مِنْكَ الجَدّ"
Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan apa yang engkau cegah, dan tiadalah memberikan manfaat terhadap Engkau kedudukan orang yang mempunyai kedudukan.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}
Dan Dialah Yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. (Al-An'am: 18)
Yakni Dialah Tuhan yang menyerah kepada-Nya semua diri, tunduk kepada-Nya semua orang yang perkasa, tunduk kepadanya semua wajah, segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, tunduk kepada-Nya semua makhluk, dan tunduk patuhlah segala sesuatu kepada keagungan, kebesaran, ketinggian, dan kekuasaan-Nya; serta kecillah segala sesuatu di hadapan-Nya, semuanya berada di bawah kekuasaan dan hukum-Nya.
{وَهُوَ الْحَكِيمُ}
Dan Dialah Yang Mahabijaksana. (Al-An'am: 18)
Yakni dalam semua perbuatan-Nya.
{الْخَبِيرُ}
lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 18)
Segala sesuatu yang pada tempat dan kedudukannya masing-masing. Karena itu, Dia tidak memberi kecuali kepada orang yang berhak; dan tidak mencegah kecuali terhadap orang yang berhak untuk dicegah.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً}
Katakanlah, "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” (Al-An'am: 19)
Yakni siapakah di antara semuanya yang paling kuat persaksiannya?
{قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}
Katakanlah, "Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kalian. (Al-An'am: 19)
Yakni Dialah Yang mengetahui apa yang aku sampaikan kepada kalian dan apa yang kalian katakan kepadaku.
{وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
Yakni Al-Qur'an merupakan peringatan bagi orang yang Al-Qur'an sampai kepadanya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', Abu Usamah, dan Abu Khalid, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka'b sehubungan dengan firman-Nya: dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Bahwa barang siapa yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka seakan-akan dia melihat Nabi Saw. Menurut Abu Khalid ditambahkan "dan berbicara dengan Nabi Saw.".
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui jalur Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa barang siapa yang  sampai kepadanya Al-Qur'an, maka sungguh Nabi Muhammad Saw. telah menyampaikannya kepada dia.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ فِي قَوْلِهِ: {لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ} إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "بَلِّغُوا عَنِ اللَّهِ، فَمَنْ بَلَغَتْهُ آيَةٌ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَقَدْ بَلَغه أَمْرُ اللَّهِ".
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman Allah Swt.: Supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah bersabda: Sampaikanlah (Al-Qur'an) dari Allah. Maka barang siapa yang telah sampai kepadanya suatu ayat dari Kitabullah (Al-Qur'an), berarti telah sampai kepadanya perintah Allah.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, suatu keharusan bagi orang yang mengikuti Rasulullah Saw. melakukan dakwah seperti dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., dan memberi peringatan dengan peringatan yang telah disampaikannya.
****
Firman Allah Swt.:
{أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ}
Apakah sesungguhnya kalian mengakui. (Al-An'am: 19)
Hai orang-orang musyrik.
{أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ}
bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah? Katakanlah, "Aku tidak mengakui.” (Al-An'am: 19)
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
{فَإِنْ شَهِدُوا فَلا تَشْهَدْ مَعَهُمْ}
Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka. (Al-An'am: 150)
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ}
Katakanlah "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan (dengan Allah)." (Al-An'am: 19)
Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal Ahli Kitab, "Mereka mengenal nabi yang Aku datangkan kepada mereka ini, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri melalui kabar dan berita yang ada pada mereka dari para rasul dan para nabi yang terdahulu. Karena sesungguhnya semua rasul telah menyampaikan berita gembira akan kedatangan Nabi Muhammad Saw. ysng disertai dengan penyebutan sifat-sifatnya, ciri-ciri khasnya, negeri tempat tinggalnya, tempat hijrahnya, dan sifat-sifat umatnya."
Karena itu, pada ayat berikutnya disebutkan:
{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ}
Orang-orang yang merugikan dirinya. (Al-An'am: 20)
Yakni mengalami kerugian yang sangat fatal.
{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Mereka itu tidak beriman. (Al-An'am: 20)
kepada perkara yang jelas dan gamblang ini, yaitu berita gembira yang telah disampaikan oleh para nabi dan yang telah diisyaratkan sejak zaman dahulu hingga saat pemunculannya.
Kemudian dalam firman selanjutnya:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ}
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat­-Nya? (Al-An'am: 21)
Yakni tidak ada yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengakui bahwa dirinya diutus oleh Allah, padahal Allah tidak mengutusnya. Kemudian tidak ada orang yang lebih aniaya daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, hujah-hujah-Nya, bukti-bukti-Nya, dan dalil-dalil-Nya.
{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al-An'am: 21)
Yakni orang ini, orang itu, orang yang membuat-buat kedustaan, dan orang yang berdusta, semuanya tidak beruntung.

Al-An'am, ayat 22-26

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (22) ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ (23) انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24) وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (25) وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (26)
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik, "Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)?" Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. Lihatlah, bagaimana mereka telah ber­dusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. Dan di an­tara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan) sumbatan telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, "Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an, dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya; dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tetap tidak menyadari.
Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-orang musyrik:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا}
Dan (ingatlah), di hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya. (Al-An'am: 22)
Yakni pada hari kiamat nanti, lalu Allah menanyai mereka tentang berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka sembah-sembah itu selain Allah, seraya berfirman:
{أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)? (Al-An'am: 22)
Ayat ini sama dengan ayat lain yang terdapat  dalam surat Al Qasas:
{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan?” (Al-Qashash: 62)
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ}
Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23)
Yakni alasan mereka.
{إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ}
Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23) Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan jawaban mereka.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak.
Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa tiadalah jawaban mereka ketika Kami menguji mereka, yakni alasan yang mereka kemukakan tentang kemusyrikan yang pernah mereka lakukan itu. Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23)  Yakni cobaan mereka ketika mereka diuji. Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Ar-Razi’ dari Amr ibnu Abu Qais, dari Mutarrif, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki yang langsung bertanya kepadanya mengenai makna firman-Nya: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23)
Ibnu Abbas menjawab, adapun mengenai firman-Nya: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Maka sesungguhnya mereka ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang salat, maka mereka mengatakan, Marilah kita ingkari." Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara, dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi; mereka tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam kalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari Al-Qur'an melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian tidak mengerti takwilnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan orang-orang munafik baru ada dalam periode Madaniyyah, dan ayat yang diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik adalah dalam surat Al-Mujadilah, yaitu firman-Nya:
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ
(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik). (Al-Mujadilah: 18), hingga akhir ayat.
Di dalam surat ini disebutkan pula hal yang berkenaan dengan mereka melalui firman-Nya:
{انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 24)
Ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا
Kemudian dikatakan kepada mereka, "Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan, (yang kalian sembah) selain Allah?" Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap dari kami.” (Al-Mu’min: 73-74), hingga akhir ayat.
****
Firman Allah Swt.:

{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا}
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)
Yakni mereka berdatangan untuk mendengarkan bacaanmu, tetapi hal itu tidak ada manfaatnya barang sedikit pun bagi mereka, karena Allah Swt. telah meletakkan tutupan di atas hati mereka hingga mereka tidak dapat memahami Al-Qur'an. Dan Allah meletakkan sumbatan pada telinga mereka sehingga mereka tidak dapat mendengarkan hal yang bermanfaat bagi diri mereka, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya:
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak men­dengar selain panggilan dan seruan. (Al-Baqarah: 171), hingga akhir ayat.
***
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا}
Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)
Yakni walaupun mereka telah melihat ayat-ayat, dalil-dalil, hujjah-hujjah yang jelas, dan bukti-bukti yang nyata, mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Mereka sama sekali tidak mempunyai pemahaman dan tidak mempunyai kesadaran. Perihalnya sama seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ
Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. (Al-Anfal: 23)
****
Firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ}
Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu. (Al-An'am: 25)
Yakni menentangmu dan membantah kebenaranmu dengan kebatilan.
{يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
Orang-orang kafir itu berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” (Al-An'am: 25)
Yakni tiada lain yang kamu bawa ini hanyalah diambil dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu dan dinukil dari mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}
mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am: 26)
Sehubungan dengan makna lafaz yanhauna 'anhu, ada dua pendapat: Pendapat pertama mengatakan, makna yang dimaksud ialah mereka melarang orang lain mengikuti kebenaran, membenarkan Rasul, dan taat kepada Al-Qur'an. Dan makna yan auna anhu yakni menjauhkan mereka dari Al-Qur'an. Dengan demikian, berarti mereka menggabung­kan dua perbuatan yang kedua-duanya buruk, yakni mereka tidak mau mengambil manfaat dan tidak menyeru seorang pun untuk mengambil manfaat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubung­an dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur'an. (Al-An'am: 26) Yakni mereka menjauhkan manusia dari Nabi Muhammad Saw. agar mereka tidak beriman kepadanya.
Muhammad ibnul Hanafiyyah mengatakan, dahulu orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mendatangi Nabi Saw. dan melarang orang lain untuk mendatanginya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat inilah yang lebih jelas (lebih kuat) dan yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Pendapat kedua diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Habib Ibnu Abu Sabit, dari orang yang pernah mendengarnya dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubunean dengan firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur'an. (Al-An'am: 26) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, ia melarang orang-orang mengganggu Nabi Saw. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, Habib ibnu Abu Sabit, Ata ibnu Dinar, dan lain-lainnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib.
Sa'id ibnu Abu Hilal mengatakan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua paman Nabi Saw. yang berjumlah sepuluh orang. Mereka adalah orang-orang yang paling keras dalam membela Nabi Saw. secara terang-terangan, juga orang-orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi Saw. secara diam-diam. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) darinya. (Al-An'am: 26) Yaitu mereka melarang orang-orang membunuhnya (Nabi Muhammad Saw.).
{وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}
dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am: 26)
Yakni menjauhkan diri darinya.
{وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ}
dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-An'am: 26)
Artinya, tiadalah yang mereka binasakan dengan perbuatan itu melainkan diri mereka sendiri; dan tiadalah akibatnya kecuali menimpa mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.

Al-An'am, ayat 27-30

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (27) بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (28) وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (29) وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى رَبِّهِمْ قَالَ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (30)
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, " (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya. Allah, Berfirman "Bukankah (kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Allah Ber­firman, "Karena itu, rasakanlah azab ini disebabkan kalian mengingkarinya)."
Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang kafir apabila mereka dihadapkan di neraka pada hari kiamat nanti. Mereka menyaksikan semua belenggu dan rantai yang ada di dalamnya serta melihat semua hal yang mengerikan dan menakutkan itu dengan mata kepala mereka sendiri. Maka pada saat itulah mereka berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 27)
Mereka berharap untuk dikembalikan lagi ke alam dunia, agar dapat mengerjakan amal saleh dan tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan mereka lagi, serta akan menjadi orang-orang yang beriman.
Allah Swt. berfirman:
{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ}
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am: 28)
Sebenarnya saat itu baru tampak jelas bagi mereka semua yang dahulu mereka sembunyikan di dalam diri mereka, yaitu berupa kekufuran, pendustaan, dan pengingkaran terhadap perkara yang hak, sekalipun ketika di dunia atau di akhirat mereka mengingkarinya; seperti yang baru disebutkan oleh firman-Nya sebelum ini, yaitu:
{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ}
Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri. (Al-An'am: 23-24)
Dapat pula diinterpretasikan bahwa saat itu baru tampak jelas semua yang dahulu mereka ketahui dalam hati mereka sendiri, yaitu kebenaran dari apa yang disampaikan kepada mereka oleh para rasul di dunia, sekalipun dahulu mereka menampakkan kepada para pengikutnya menentang hal itu. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. ketika menceritakan perihal Nabi Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun:
{لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ}
Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102), hingga akhir ayat.
Semakna pula dengan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal Fir'aun dan kaumnya:
{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)wya. (An-Naml: 14)
Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud dengan 'mereka' ialah orang-orang munafik, yaitu mereka yang menampakkan iman tetapi menyembunyikan kekufuran. Dengan demikian, berarti makna ayat ini merupakan pemberitaan tentang apa yang bakal terjadi di hari kiamat menyangkut perkataan orang-orang kafir. Pengertian ini sama sekali tidak bertentangan dengan keadaan surat ini sebagai surat Makkiyyah, sekalipun dikatakan bahwa sesungguhnya munafik itu hanya baru muncul dalam periode Madaniyyah yang dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang ada di sekitarnya. Tetapi Allah telah menyebutkan pula terjadinya nifaq (munafik) dalam surat Makkiyyah, yaitu surat Al-' Ankabut. Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11)
Dengan demikian, berarti makna ayat ini (Al-An'am: 27) merupakan berita tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang munafik di akhirat nanti, yaitu di saat mereka menyaksikan azab. Maka saat itu tampak jelas rahasia yang dahulu mereka sembunyikan di dalam hati mereka, yaitu berupa kekufuran, kemunafikan, dan pertentangan.
Adapun mengenai makna idrab (tetapi) yang ada dalam firman-Nya:
{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ}
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am: 28)
Sesungguhnya mereka tidak sekali-kali meminta untuk dikembalikan ke dunia karena ingin dan suka kepada iman, melainkan semata-mata karena takut kepada azab yang mereka saksikan yang merupakan pem­balasan dari apa yang dahulu mereka perbuat, yaitu kekafiran mereka. Untuk itulah mereka minta kembali ke dunia agar bebas dari kengerian pemandangan neraka yang mereka saksikan itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Yakni dalam permintaan mereka yang menginginkan agar dikembalikan ke dunia supaya mereka dapat beriman. Permintaan itu bukan didasari karena suka dan cinta kepada keimanan.
Kemudian Allah berfirman menceritakan perihal mereka, bahwa sekiranya mereka dikembalikan ke dalam kehidupan di dunia, niscaya mereka akan kembali mengulangi perbuatan yang mereka dilarang melakukannya, yaitu kekufuran dan menentang perkara yang hak.
{وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Yaitu dalam penyesalan mereka yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 27)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 29)
Dengan kata lain, niscaya mereka akan kembali melakukan hal-hal yang mereka dilarang mengerjakannya; dan niscaya mereka akan mengatakan:
{إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا}
Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja. (Al-An'am: 29)
Artinya, kehidupan itu hanyalah di dunia saja, kemudian tidak ada hari berbangkit sesudahnya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan. (Al-An'am: 29)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى رَبِّهِمْ}
Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 30)
Maksudnya dihentikan di hadapan Tuhannya.
{أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ}
Berfirman Allah, "Bukankah (kebangkitan) ini benar?” (Al-An'am: 30)
Yakni bukankah hari berbangkit ini benar, bukan dusta seperti apa yang kalian duga sebelumnya?
{قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ}
Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Allah Ber­firman, "Karena itu, rasakanlah azab ini disebabkan kalian mengingkari (nya)." (Al-An'am: 30)
Karena dulu kalian tidak mempercayainya, maka pada hari ini rasakanlah azab itu. Lalu dikatakan kepada mereka:
{أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ}
Maka apakah sihir itu? Ataukah kalian tidak melihat? (At-Tur: 15)

Al-An'am, ayat 31-32

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (31) وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (32)
Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu! sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?
Allah Swt. berfirman, menceritakan kerugian yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan adanya hari bersua dengan-Nya, kekecewaan mereka apabila datang kepada mereka hari kiamat secara tiba-tiba, dan penyesalan mereka atas kelalaian mereka terhadap amal saien serta perbuatan-perbuatan jahat yang pernah mereka lakukan. Hal ini digambarkan oleh firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا}
sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!" (Al-An'am: 31)
Damir yang terdapat pada lafaz fiha dapat dirujukkan kepada kehidupan dunia, dapat dirujukkan kepada amal-amal saleh, dapat pula dirujukkan kepada hari akhirat, yakni perkara yang menyangkut hari akhirat (termasuk hari kiamat).
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}
sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An'am: 31)
Yaziruna artinya apa yang mereka pikul. Menurut Qatadah adalah 'apa yang mereka kerjakan'.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Amr ibnu Qais, dari Abu Marzuq yang mengatakan bahwa orang kafir atau orang durhaka ketika keluar dari kuburnya disambut oleh seseorang yang rupanya sangat buruk dan baunya sangat busuk. Lalu ditanya, ''Siapakah kamu?" Ia menjawab, * Apakah kamu tidak mengenalku?" Si kafir menjawab, "Tidak, demi Allah, hanya Allah telah memburukkan mukamu dan membusukkan baumu." Lalu yang ditanya menjawab, "Aku adalah amal perbuatanmu, seperti inilah keadaanmu sewaktu di dunia, yaitu buruk dan busuk. Sekarang kemarilah kamu, aku akan menaikimu sebagai pembalasan selama engkau menaikiku sewaktu di dunia." Yang demikian itu disebutkan dalam firman Allah Swt.: sambil mereka memikul dosa-dosa itu di atas punggungnya. (Al-An'am: 31), hingga akhir ayat.
Asbat telah meriwayatkan dari As-Saddi yang mengatakan bahwa tiada seorang zalim pun yang dimasukkan ke dalam kuburnya melainkan didatangi oleh seorang lelaki yang buruk wajahnya, hitam lagi busuk baunya dan memakai pakaian yang sangat kotor; lelaki itu masuk ke dalam kubur bersamanya. Apabila si zalim itu melihatnya, ia bertanya, "Mengapa wajahmu sangat buruk?" Dijawab, ''Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, buruk seperti aku." Ia bertanya, "Mengapa baumu sangat busuk?" Dijawab, "Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, busuk seperti aku." Ia bertanya, "Mengapa pakaianmu kotor?" Dijawab, "Sesungguhnya amal perbuatanmu dahulu kotor." Ia bertanya, "Siapakah kamu sebenarnya?" Dijawab, "Amal perbuatanmu." Lalu ia bersamanya di dalam kuburnya. Apabila ia dibangkitkan pada hari kiamat, maka amalnya itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya dahulu ketika di dunia akulah yang menggendongmu dengan semua kelezatan dan nafsu syahwat, sekarang gantian engkaulah yang menggendongku." Maka amalnya itu menaiki punggungnya, lalu orang tersebut digiring oleh amalnya hingga masuk ke dalam neraka. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: sambil mereka memikul dosa-aosa di atas punggungnya. Ingatlah amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An' am: 31)
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ}
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau. (Al-An'am: 32)
Artinya, sesungguhnya kehidupan dunia memang kebanyakannya demikian.
{وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kalian memahaminya? (Al-An'am: 32)

Al-An'am, ayat 33-36

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang memenuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.
Allah Swt. berfirman menghibur nabi-Nya dalam menghadapi pendusta­an kaumnya terhadap dirinya dan pertentangan mereka terhadapnya:
{قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ}
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu. (Al-An'am: 33)
Maksudnya,pengetahuan Kami benar-benar telah meliputi pendustaan mereka terhadapmu dan kesedihan serta kekecewaanmu terhadap sikap mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
{فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}
maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fathir: 8)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:
{لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)
Sama pula dengan firman-Nya:
{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا}
Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 6)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Artinya mereka sama sekali tidak menuduhmu sebagai seorang pendusta dalam hal tersebut, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-An'am: 33) Yakni 'tetapi mereka mengingkari perkara yang hak dan menolaknya dengan dada mereka', seperti yang diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Najiyah ibnu Ka'b, dari Ali yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pendusta, tetapi kamu hanya mendustakan apa yang kamu sampaikan itu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq; kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain (Imam Bukhari dan Imam Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti di Mekah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mubasysyir Al-Wasiti, dari Salam ibnu Miskin, dari Abu Yazid Al-Madani, bahwa Nabi Saw. bersua dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan dengannya. Kemudian ada seorang lelaki berkata kepada Abu Jahal, "Kalau tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan orang yang sabi ini (maksudnya Nabi Muhammad Saw.)." Abu Jahal menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi bilakah bagi kami kalangan Bani' Abdu Manaf mau mengikutinya?" Lalu Abu Yazid membacakan firman-Nya: karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Menurut takwil Abu Saleh dan Qatadah disebutkan, "Mereka mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah, tetapi mereka mengingkari(nya)."
Muhammad ibnu Ishaq menuturkan dari Az-Zuhri kisah Abu Jahal ketika datang mendengar bacaan Al-Qur'an Nabi Saw. di malam hari, dan datang pula mendengarkannya Abu Sufyan ibnu Harb dan Al-Akhnas ibnu Syuraiq, tetapi ketiga orang tersebut masing-masing tidak mengetahui keberadaan yang lainnya. Lalu mereka mendengarkannya sampai subuh. Dan ketika hari telah subuh, mereka bubar, lalu dalam perjalanan pulangnya mereka bersua di tengah jalan. Maka masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya, "Apakah yang kamu dapatkan?" Lalu masing-masing orang mengemukakan apa yang telah didapat (dipahami)nya.
Kemudian mereka saling berjanji bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi, karena khawatir perbuatan mereka diketahui oleh para pemuda Quraisy, yang dampaknya nanti para pemuda Quraisy menjadi tertarik kepada Nabi Saw. dengan kedatangan mereka.
Pada malam keduanya masing-masing dari mereka datang lagi dengan dugaan bahwa kedua temannya pasti tidak akan datang mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi pada pagi harinya mereka bersua di tengah jalan dalam perjalanan pulangnya, maka mereka saling mencela. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian lagi bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi.
Pada malam ketiganya ternyata mereka datang lagi dan pagi harinya mereka bersua kembali, lalu berjanji tidak akan melakukan hal yang serupa, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Pada pagi hari­nya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu pergi ke rumah Abu Sufyan. Setelah sampai di rumah Abu Sufyan, ia bertanya, "Hai Abu Hanzalah, ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan Muhammad itu." Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu Sa'labah, demi Allah, sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang tidak kumengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya." Al-Akhnas berkata mengiakan, "Aku pun berani sumpah seperti kamu, bahwa aku mempunyai pemahaman yang sama denganmu."
Lalu Al-Akhnas keluar dari rumah Abu Sufyan dan langsung menuju ke rumah Abu Jahal. Ia langsung masuk ke dalam rumah Abu Jahal dan berkata, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah kamu dengar dari (bacaan) Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Sama seperti yang kamu dengar." Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat; mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan; mereka membantu mengadakan angkutan, maka kami pun berbuat hal yang sama: dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula, hingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami ada seorang nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak akan percaya kepadanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkannya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Asbat, dari As-saddi sehu­bungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Ketika Perang Badar, Al-Akhnas ibnu Syuraiq berkata kepada Bani Zahrah, "Hai Bani Zahrah, sesungguhnya Muhammad adalah anak lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah orang yang lebih berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian. Karena sesungguhnya jika dia memang seorang nabi, janganlah kalian memeranginya hari ini; dan jika dia dusta, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak saudara perempuan kalian. Berhentilah kalian, sebelum aku bersua lebih dahulu dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali dengan selamat; dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian."
Sejak saat itu ia diberi nama Al-Akhnas, sebelum itu namanya adalah Ubay. Lalu Al-Akhnas menjumpai Abu Jahal, kemudian mem­bawanya menyendiri hanya berduaan dengannya. Al-Akhnas bertanya, "Hai Abul Hakam, ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar ataukah dusta? Karena sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku dan kamu yang dapat men­dengar pembicaraan kita."
Abu Jahal menjawab, "Celakalah kamu, demi Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang yang benar, Muhammad sama sekali tidak pernah dusta. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan, yaitu liwa, siqayah, hijabah, dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum Quraisy lainnya?"
Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya:
{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am:33)
Ayat-ayat Allah adalah Nabi Muhammad Saw.
*****
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. (Al-An'am: 34)
Hal ini merupakan hiburan bagi hati Nabi Muhammad Saw., sekaligus sebagai ungkapan dukungan terhadapnya dalam menghadapi orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, juga merupakan perintah kepadanya agar bersikap sabar sebagaimana sikap sabar orang-orang yang berhati teguh dari kalangan para rasul terdahulu. Dalam ayat ini pun terkandung janji Allah kepada nabi-Nya, bahwa Dia akan menolongnya sebagaimana Dia telah menolong para rasul terdahulu, kemudian beroleh kemenangan. Pada akhirnya akibat yang terpuji diperoleh para rasul sesudah mengalami pendustaan dan gangguan dari kaumnya masing-masing. Setelah itu datanglah kepada mereka pertolongan-dan kemenangan di dunia dan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh firman selanjutnya:
{وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}
Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Al-An'am: 34)
Yakni janji-janji kemenangan yang telah ditetapkan-Nya di dunia dan akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Perihalnya sama dengan firman-Nya yang lain:
{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ}
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatpetolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (Ash-Shaffat: 171-173)
{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21)
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ}
sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. (Al-An'am: 34)
Artinya berita tentang mereka, bagaimana mereka mendapat pertolongan dan dukungan dalam menghadapi orang-orang yang mendustakan mereka dari kalangan kaumnya. Maka demikian pula halnya dengan kamu (Muhammad) akan mengalami hal yang sama dengan para rasul yang mendahuluimu.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ}
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu. (Al-An'am: 35)
Yaitu apabila terasa berat olehmu sikap berpaling mereka darimu.
{فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الأرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ}
maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit. (Al-An'am: 35)
Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa nafaq artinya terowongan. Yakni kamu (Muhammad) masuk ke dalam terowongan itu, lalu datang membawa ayat kepada mereka; atau kamu buat tangga sampai ke langit, lalu kamu naik ke langit dan mendatangkan kepada mereka suatu ayat (bukti) yang lebih baik daripada yang engkau sampaikan kepada mereka sekarang, maka lakukanlah. Hal yang semisal dikatakan pula oleh Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya.
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ}
Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kalian sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. (Al-An'am: 35)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99), hingga akhir ayat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk (Al-An'am: 35) Sesungguhnya Rasulullah Saw. sangat menginginkan semua orang ber­iman dan mengikuti jalan petunjuknya. Maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang beriman kecuali orang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapat kebahagiaan sejak zaman azalinya.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ}
Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah). (Al-An'am 36)
Yakni sesungguhnya orang yang menyambut seruanmu, hai Muhammad, hanyalah orang yang mau mendengar, mencerna, dan memahaminya. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain:
{لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ}
supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir. (Yasin: 70)
Firman Allah Swt.:
{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ}
dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah, (Al-An'am: 36)
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mati' ialah orang-orang kafir. Dikatakan demikian karena hati mereka mati, maka Allah menyerupakan mereka dengan orang-orang yang mati sungguhan (yakni bangkai).
Karena itulah disebutkan:
{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ}
dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan. (Al-An'am: 36)
Di dalam ungkapan ini terkandung makna cemoohan dan penghinaan terhadap mereka.

Al-An'am, ayat 37-39

وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَزِّلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (37) وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ (38) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (39)
Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik, bahwa mereka pernah bertanya, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mukjizat ini diungkapkan dengan istilah ayat yang artinya peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang biasa mereka dapati, termasuk di antaranya ialah seperti apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:
{لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}
Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu meman­carkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90), hingga bebe­rapa ayat berikutnya.
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنزلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(Al-An'am:37)
Yakni Allah Swt. mampu untuk melakukan hal itu. Tetapi karena suatu hikmah (kebijaksanaan) dari-Nya, maka sengaja Dia menangguhkan hal itu. Karena sesungguhnya jikalau Allah menurunkan mukjizat seperti yang mereka minta, kemudian ternyata mereka tidak beriman, niscaya Allah akan menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka, seperti yang telah Allah lakukan terhadap umat-umat terdahulu. Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al-Isra: 59)
{إِنْ نَشَأْ نُنزلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ}
Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. (Asy-Syu'ara: 4)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38)
Menurut Mujahid, makna umamun ialah berbagai macam jenis yang nama-namanya telah dikenal. Menurut Qatadah, burung-burung adalah umat, manusia adalah umat, begitu pula jin.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38) Yakni makhluk juga, sama seperti kalian.
****
Firman Allah Swt.:
{مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ}
Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab. (Al-An'am: 38)
Maksudnya, semuanya ada berdasarkan pengetahuan dari Allah, tiada sesuatu pun dari semuanya yang dilupakan oleh Allah rezeki dan pengaturannya, baik ia sebagai hewan darat ataupun hewan laut.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6)
Yakni tertulis nama-namanya, bilangannya, serta tempat-tempatnya, dan semua gerakan serta diamnya terliputi semuanya dalam tulisan itu. Allah Swt. telah berfirman pula:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian, dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Ankabut: 60)
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ أَبُو عَبَّادٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَلّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِني عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، الَّتِي وَلِيَ فِيهَا، فَسَأَلَ عَنْهُ فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ. فَأَرْسَلَ رَاكِبًا إِلَى كَذَا، وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ، وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ يَسْأَلُ: هَلْ رُؤِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ أَمْ لَا؟ فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ جَرَادٍ فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "خَلَق اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْفَ أُمَّة، مِنْهَا سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ، وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي البرِّ. وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ، فَإِذَا هَلَكَتْ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ
Al-Hafizh Abu Ya'la mengatakan,- telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Waqid Al-Qaisi Abu Abbad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang men­ceritakan bahwa belalang jarang didapat dalam masa satu tahun dari tahun-tahun masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. Kemudian Umar bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi sia-sia, tidak mendapat suatu berita pun. Dia sedih karena hal tersebut, lalu ia mengirimkan seorang penunggang kuda (penyelidik) dengan tujuan tempat anu, seorang lagi ke negeri Syam, dan seorang lagi menuju negeri Irak. Masing-masing ditugaskan untuk memeriksa keberadaan belalang di tempat-tempat tersebut. Kemudian datang kepadanya penunggang kuda dari negeri Yaman dengan membawa segenggam belalang, lalu semuanya ditaruh di hadapannya. Ketika ia (Umar) melihatnya, maka ia mengucapkan takbir tiga kali, kemudian berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:  Allah Swt. telah menciptakan seribu umat (jenis makhluk), enam ratus umat di antaranya berada di laut dan yang empat ratusnya berada di daratan. Mula-mula umat yang binasa dari seluruhnya ialah belalang. Apabila belalang telah musnah, maka merembet ke yang lainnya seperti halnya untaian kalung apabila talinya terputus.
****
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ}
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38) Bahwa penghimpunannya ialah bila telah mati.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil, dari Sa'id, dari Masruq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; disebutkan bahwa matinya hewan-hewan merupakan saat penghimpunannya. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Mujahid dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pendapat yang kedua mengatakan, penghimpunannya ialah saat hari berbangkit, yaitu di hari kiamat nanti, berdasarkan firman Allah Swt.:
{وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ}
Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حدثنا شعبة، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُنْذِر الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَشْيَاخٍ لَهُمْ، عَنْ أَبِي ذرٍّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى شَاتَيْنِ تَنْتَطِحَانِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَدْرِ فِيمَ تَنْتَطِحَانِ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sulaiman, dari Munzir As-Sauri, dari guru-guru mereka, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. melihat dua ekor domba yang sedang adu tanduk (bertarung), lalu Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling menanduk?” Abu Zar menjawab, "Tidak " Nabi Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui, dan Dia kelak akan melakukan peradilan di antara keduanya."
وَرَوَاهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَمَّنْ ذَكَرَهُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: بَيْنَا أَنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذِ انْتَطَحَتْ عَنزان، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَتُدْرُونَ فِيمَ انْتَطَحَتَا؟ " قَالُوا: لَا نَدْرِي. قَالَ: "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا".
Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma'mar, dari Al-A'masy, dari orang yang disebutkannya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ketika para sahabat sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba ada dua kambing jantan saling menanduk (berlaga). Maka Rasulullah Saw. bersabda: ‘Tahukah kalian mengapa keduanya tanduk-menanduk?” Mereka (para sahabat) menjawab, "Kami tidak tahu.” Rasulullah Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui, dan kelak Dia akan mengada­kan peradilan di antara keduanya.”
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Munzir As-Sauri, dari Abu Zar, lalu ia menyebutkannya, tetapi ditambahkan bahwa Abu Zar berkata, "Dan sesungguhnya Rasulullah Saw. meninggalkan kami, sedangkan tidak sekali-kali ada seekor burung mengepakkan sayapnya di langit melainkan beliau Saw. menceritakan kepada kami pengetahuan mengenainya."
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي مُسْنَدِ أَبِيهِ: حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَأَبُو يَحْيَى الْبَزَّارُ قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ نُصير، حَدَّثَنَا شُعْبَة، عَنِ العَوَّام بْنِ مَراجم -مِنْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ -عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدي، عَنْ عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الجَمَّاء لَتَقْتَصُّ مِنَ الْقُرَنَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Abdullah ibnu Imam Ahmad telah mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu Muhammad dan Abu Yahya Al-Bazzar; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Nasir, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Awwam ibnu Muzahim, dari Bani Qais ibnu Sa'labah, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Usman r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Sesungguhnya hewan yang tidak bertanduk benar-benar akan menuntut hukum qisas terhadap hewan yang bertanduk (yang telah menanduknya) kelak di hari kiamat.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38) Bahwa semua makhluk kelak di hari kiamat dihimpunkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya, burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Allah pada hari itu menaungi semuanya sehingga hewan yang tidak bertanduk mengqisas hewan bertanduk yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, "Jadilah kamu sekalian tanah." Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba: 40)
Hal ini telah diriwayatkan secara marfu’ di dalam hadis yang menceritakan sur (sangkakala).
****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ}
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu, dan berada dalam gelap gulita. (Al-An'am: 39)
Yakni perumpamaan mereka dalam kejahilannya dan keminiman ilmu­nya serta ketiadaan pengertiannya sama dengan orang yang tuli tidak dapat mendengar, bisu tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar dari apa yang mengungkungnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menggambarkan keadaan mereka, yaitu:
{مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ * صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (Al-Baqarah: 17-18)
Sama pula dengan apa yang digambarkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya:
{أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ}
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40)
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. (Al-An'am: 39)
Yakni Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang dikehendakinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar