6. SURAT AL-AN'AM
تَفْسِيرُ
سُورَةِ الْأَنْعَامِ
(Binatang Ternak)
Makkiyah, 165 ayat kecuali ayat:
20, 23, 91, 93, 114, 141, 151, 152, 153 Madaniyyah
Turun sesudah surat Al-Hijr
Al-Aufi, Ikrimah, dan Ata telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, bahwa surat Al-An'am diturunkan di Mekah.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu
Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid,
dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa surat Al-An'am
diturunkan di Mekah di malam hari sekaligus, di sekelilingnya terdapat tujuh
puluh ribu malaikat, semuanya mengumandangkan tasbih di sekitarnya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Lais,
dari Syahr Ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang mengatakan, "Surat
Al-An'am diturunkan kepada Nabi Saw. sekaligus, sedangkan saat itu aku memegang
tali kendali untanya. Sesungguhnya hampir saja surat ini mematahkan
tulang-tulang unta yang dinaikinya karena beratnya surat Al-An'am yang sedang
diturunkan."
Syarik telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr,
dari Asma yang mengatakan bahwa surat Al-An'am diturunkan kepada Rasulullah
Saw. ketika beliau sedang dalam perjalanannya dengan diiringi oleh sejumlah
besar malaikat; jumlah mereka menutupi semua yang ada di antara langit dan
bumi.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Murrah, dari
Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa surat Al-An'am diturunkan dengan
diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat. Hal yang semisal telah diriwayatkan
pula melalui jalur lain, bersumber dari Ibnu Mas'ud.
قَالَ الْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ
اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْحَافِظُ، وَأَبُو الْفَضْلِ الْحَسَنِ بْنُ
يَعْقُوبَ الْعَدْلُ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ
الْعَبْدِيُّ، أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْن، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّدِّي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ
جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ سَبّح رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: " لَقَدْ شَيَّعَ هَذِهِ
السُّورَةَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مَا سَدَّ الْأُفُقَ "
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. mengatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Ya'qub Al-Hafiz
dan Abul Fadl, yaitu Al-Hasan ibnu Ya'qub Al-Adi; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab Al-Abdi, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdur
Rahman As-Saddi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari
Jabir yang mengatakan bahwa ketika surat Al-An'am diturunkan, Rasulullah Saw.
membaca tasbih, kemudian bersabda: Sesungguhnya surat ini diiringi oleh para
malaikat (yang jumlahnya) menutupi cakrawala langit.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih
dengan syarat Imam Muslim.
وَقَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
مَعْمَرٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ دُرُسْتُويه الْفَارِسِيُّ، حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي
فُدَيْكٍ، حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ طَلْحَةَ الرَّقَاشِيُّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ
مَالِكٍ أَبِي سُهَيْلٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " نَزَلَتْ سُورَةُ الْأَنْعَامِ مَعَهَا
مَوْكِبٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، سَد مَا بَيْنَ الخَافِقَين لَهُمْ زَجَل
بِالتَّسْبِيحِ وَالْأَرْضُ بِهِمْ تَرْتَجّ "، وَرَسُولُ اللَّهِ [صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] يَقُولُ: " سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ،
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ "
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Durustuwaih Al-Farisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Fudaik, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Talhah Ar-Raqqasyi, dari Nafi’
ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat Al-Anam diturunkan dengan
diiringi oleh sejumlah malaikat yang banyaknya menutupi semua yang ada di
cakrawala timur dan barat. Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi
bergetar karenanya. Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci
Allah Yang Mahaagung, Mahasuci Allah Yang Maha-agung.
ثُمَّ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه عَنِ الطَّبَرَانِيِّ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَائِلَةَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ يُوسُفَ بْنِ
عَطِيَّةَ، عَنِ ابْنِ عَوْن، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ: " نَزَلَتْ عَلَيّ سُورَةُ الْأَنْعَامِ جُمْلَةً وَاحِدَةً،
وشَيَّعَها سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ، لَهُمْ زَجَلٌ بِالتَّسْبِيحِ
وَالتَّحْمِيدِ "
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam
Tabrani, dari Ibrahim Ibnu Nailah, dari Ismail ibnu Umar, dari Yusuf ibnu
Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat Al-An’am diturunkan kepadaku
sekaligus, dan diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar
suara gemuruh karena bacaan tasbih dan tahmid.
Al-An'am, ayat 1-3
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ
وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (1) هُوَ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ
أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ (2) وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ
يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ (3)
Segala puji bagi
Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang,
namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah Yang menciptakan kalian dari
tanah, sesudah itu ditentukan-Nya ajal (kematian kalian), dan ada lagi
satu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang
Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kalian masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu). Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit
maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian
lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan.
Allah Swt. berfirman memuji diri-Nya sendiri Yang
Mahamulia, karena Dia telah menciptakan langit dan bumi sebagai suatu
pernyataan yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya, juga karena Dia telah
menjadikan gelap dan terang untuk kemanfaatan hamba-hamba-Nya, yaitu di malam
hari dan di siang hari mereka.
Lafaz zulumat diungkapkan dalam bentuk
jamak, sedangkan lafaz nur diungkapkan dalam bentuk tunggal, karena
cahaya lebih mulia daripada gelap. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di
dalam firman Allah Swt.:
{عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ}
Ke kanan dan ke kiri. (An-Nahl: 48)
Sama seperti yang disebutkan di akhir surat ini
melalui firman-Nya:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini
adalah jalan-Ku yang lurus. - maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian
dari jalan-Nya (Al-An'am: 153)
*****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُونَ}
namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu)
dengan Tuhan mereka. (Al-An'am: 1)
Yakni sekalipun demikian ada juga sebagian dari
hamba-hamba-Nya yang kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu bagi-Nya, serta
menjadikan baginya istri dan anak. Mahatinggi Allah dari semuanya itu dengan
ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah Swt.:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ}
Dialah yang menciptakan kalian dari tanah (Al-An'am:
2)
Yakni bapak mereka semua, yaitu Nabi Adam; dialah
asal mereka, dan darinya mereka keluar, lalu menyebar ke timur dan barat.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قَضَى أَجَلا وَأَجَلٌ مُسَمًّى
عِنْدَهُ}
Sesudah itu ditentukan-Nya ajal, dan ada lagi
suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu
Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ajal pertama adalah mati, sedangkan yang
kedua dimaksudkan ialah ketentuan untuk berbangkit di akhirat.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid,
Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam,
Atiyyah, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan serta lain-lainnya.
Menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri dalam suatu
riwayat yang bersumber darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: sesudah
itu ditentukan-Nya ajal (Al-An'am: 2) Bahwa yang dimaksud ialah 'masa
antara sejak ia diciptakan sampai meninggal dunia'. Sedangkan firman-Nya: dan
ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Yakni antara dia meninggal dunia sampai ia dibangkitkan.
Pendapat ini sama dengan pendapat sebelumnya.
Penentuan ajal yang pertama bersifat khusus, yakni menyangkut usia setiap
manusia; sedangkan penentuan ajal kedua bersifat umum, yakni menyangkut usia
dunia seluruhnya; kemudian habislah usia dunia, lalu lenyap dan kembali ke alam
akhirat.
Dari Ibnu Abbas dan Mujahid disebutkan sehubungan
dengan firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An’am: 2) Yakni
usia dunia. dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan yang ada di sisi-Nya. (Al-An'am:
2) Yakni usia seseorang sampai saat kematiannya.
Seakan-akan takwil ini berpangkal kepada
pengertian yang terkandung pada ayat berikutnya yang menyebutkan:
وَهُوَ الَّذِي
يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam
hari. Dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am:
60), hingga akhir ayat.
Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: sesudah itu ditentukan-Nya ajal. (Al-An'am:
2) Yakni tidur. Di dalam tidur roh seseorang dimatikan, kemudian kembali lagi
kepadanya saat ia terbangun dari tidurnya. dan ada lagi suatu ajal yang
ketentuannya ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2) Yakni batas usia seorang
manusia.
Tetapi pendapat ini berpredikat garib.
****
Makna firman-Nya:
{عِنْدَهُ}
ada di sisi-Nya. (Al-An'am: 2)
Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya kecuali Allah. Perihalnya sama dengan makna dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا
يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}
Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu
adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187)
Sama pula dengan pengertian yang terdapat di
dalam ayat lainnya:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ
مُرْسَاهَا فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}
Mereka (orang-orang kafir) bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?
Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada
Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (An-Nazi'at: 4244)
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ}
Kemudian kalian masih ragu-ragu. (Al-An'am:
2)
Menurut As-Saddi dan lain-lainnya, makna yang
dimaksud ialah 'kemudian kalian meragukan tentang hari kiamat'.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي
الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
Dan Dialah Allah (yang disembah), baik
di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa
yang kalian lahirkan, dan mengetahui (pula) apa yang kalian usahakan. (Al-An'am:
3)
Para ulama tafsir berbeda pendapat dalam
menafsirkan ayat ini menjadi berbagai pendapat sesudah mereka sepakat mengingkari
pendapat golongan Jahmiyah pertama, yaitu yang mengatakan hal-hal yang Allah
Swt. Mahatinggi dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Mereka menginterpretasikan ayat ini dengan pengertian bahwa Allah berada di
semua tempat.
Pendapat yang paling sahih mengatakan bahwa
Dialah yang diseru di langit dan di bumi, yakni Tuhan yang disembah dan
ditauhidkan. Semua makhluk yang di langit dan di bumi mengakui-Nya sebagai
Tuhan, mereka semuanya menyembah kepada-Nya dengan rasa harap dan takut,
kecuali orang yang kafir dari kalangan jin dan manusia. Takwil seperti ini
semisal dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي
الأرْضِ إِلَهٌ}
Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit
dan Tuhan (Yang disembah) di bumi (Az-Zukhruf: 84)
Yakni Dialah Tuhan semua makhluk yang di langit
dan Tuhan semua makhluk yang di bumi.
Dengan demikian, berarti firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ}
Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan
apa yang kalian lahirkan. (Al-An'am: 3)
berkedudukan sebagai kalimat berita atau
keterangan keadaan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah 'Dia adalah Allah Yang mengetahui semua yang di langit dan semua
yang di bumi, yakni semua yang tersembunyi dan semua yang kelihatan'.
Berdasarkan takwil ini, berarti lafaz ya'lamu (mengetahui) berkaitan
dengan firman-Nya:
{فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأرْضِ}
di langit dan di bumi (Al-An'am: 3)
Penjabarannya ialah bahwa Dialah Allah Yang mengetahui
rahasia kalian dan lahiriah kalian, baik yang di langit maupun yang di bumi,
dan Dia mengetahui semua apa yang kalian usahakan.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa firman Allah
Swt.:
{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ}
Dan Dialah Allah (yang disembah) di
langit. (Al-An'am: 3)
diwaqafkan (dihentikan bacaannya) secara
sempurna. Kemudian dimulai dengan berita baru, yaitu firman-Nya:
{وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ
وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
Dan Dia di bumi mengetahui apa yang
kalian rahasiakan dan apa yang kalian lahirkan. (Al-An'am: 3)
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Dan firman-Nya:
{وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}
dan mengetahui (pula) apa yang kalian
usahakan. (Al-An'am: 3)
Yakni mengetahui semua amal perbuatan kalian,
yang baik dan yang buruknya.
Al-An'am, ayat 7-11
وَلَوْ
نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7) وَقَالُوا لَوْلَا
أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الْأَمْرُ ثُمَّ
لَا يُنْظَرُونَ (8)
وَلَوْ
جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا
يَلْبِسُونَ (9) وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ
سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (10) قُلْ سِيرُوا فِي
الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11)
Dan kalau Kami
turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan
tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini
tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Dan mereka berkata, "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?”
Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentu selesailah urusan
itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kami
jadikan rasul itu seorang malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang
laki-laki dan (kalau Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki) tentulah
Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka
sendiri. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka
turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab)
olok-olokan mereka. Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi, kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum
musyrik dan keingkaran serta kesombongan mereka terhadap perkara yang hak, dan
sikap menantang mereka terhadap perkara yang hak.
{وَلَوْ نزلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي
قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ}
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di
atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri. (Al-An'am:
7)
Yakni mereka melihat turunnya kitab itu dengan
mata kepala mereka sendiri, lalu mereka memegangnya.
{لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا
سِحْرٌ مُبِينٌ}
tentulah orang-orang yang kafir itu berkata,
"Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (Al-An'am: 7)
Hal ini semakna dengan apa yang diberitakan oleh
Allah Swt. tentang kesombongan mereka terhadap hal-hal yang kongkret, yaitu
melalui firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ
السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ * لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ
أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ}
Danjika seandainya Kami membutuhkan kepada
mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus
naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah
yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir.” (Al-Hijr:
14-15)
Dan sama dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ
سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ}
Jika mereka melihat sebagian dari langit
gugur, mereka akan mengatakan, "Itu adalah awan yang bertindih-tindih.” (At-Tur:
44)
****
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ}
Dan mereka berkata, "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” (Al-An'am: 8)
Yakni sebagai juru pemberi peringatan bersamanya.
Maka Allah menjawab melalui firman-Nya:
{وَلَوْ أَنزلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ
ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ}
Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat,
tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit
pun). (Al-An'am: 8)
Yakni seandainya diturunkan malaikat kepadanya
untuk mereka, niscaya akan datang kepada mereka azab dari Allah, seperti yang
dijelaskan dalam firman-Nya yang lain:
{مَا نُنزلُ الْمَلائِكَةَ إِلا بِالْحَقِّ
وَمَا كَانُوا إِذًا مُنْظَرِينَ}
Kami tidak menurunkan malaikat melainkan
dengan benar (untuk membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi
tangguh. (Al-Hijr: 8)
Juga seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
يَوْمَ يَرَوْنَ
الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu
tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 22),
hingga akhir ayat.
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ
رَجُلا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ}
Dan kalau Kami jadikan rasul itu seorang
malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki; dan (kalau
Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan
atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri (Al-An'im:
9)
Yakni seandainya Kami turunkan bersama dengan
rasul manusia seorang rasul malaikat. Dengan kata lain, seandainya Kami
kirimkan kepada manusia seorang rasul dari malaikat, niscaya dia berupa seorang
laki-laki agar mereka dapat berkomunikasi dengannya dan mengambil manfaat
darinya. Dan seandainya memang demikian, niscaya perkaranya akan meragukan
mereka, sebagaimana mereka pun ragu terhadap diri mereka sendiri dalam menerima
rasul manusia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ
يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولا}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada
malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami
turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul " (Al-Isra:
95)
Maka merupakan rahmat Allah Swt. kepada
makhluk-Nya. Dia mengutus kepada setiap jenis makhluk, seorang rasul dari
kalangan mereka sendiri, agar dia dapat menyeru mereka dan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya dalam berkomunikasi
dan bertanya jawab. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang
lain:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ
وَيُزَكِّيهِمْ}
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang
rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat
Allah dan membersihkan (jiwa) mereka. (Ali Imran: 164), hingga akhir
ayat.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa seandainya datang kepada mereka seorang
malaikat, maka tidaklah dia mendatangi mereka melainkan dalam bentuk (rupa)
seorang laki-laki. Karena sesungguhnya mereka tidak akan dapat melihat malaikat
dalam bentuk aslinya, mengingat malaikat diciptakan dari nur (cahaya).
{وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ}
Apa yang mereka ragukan atas
diri mereka sendiri. (Al-An'am: 9)
Yakni niscaya Kami membingung-bingungkan atas
mereka apa yang mereka bingung-bingungkan atas diri mereka sendiri. Menurut
Al-Walibi, makna ayat ialah dan tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ
قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ}
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa
rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di
antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (Al-An'am: 10)
Makna ayat ini mengandung hiburan yang ditujukan
kepada Nabi Saw. dalam menghadapi reaksi kaumnya yang mendustakannya. Juga mengandung
janji baginya dan bagi orang-orang yang beriman kepadanya, bahwa akan diperoleh
kemenangan akibat yang baik di dunia dan akhirat.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}
Katakanlah, "Berjalanlah di muka bumi,
kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
itu!" (Al-An'am: 11)
Yakni pikirkanlah oleh kalian sendiri dan
lihatlah apa yang telah ditimpakan oleh Allah terhadap generasi-generasi
terdahulu, yaitu mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya dan mengingkarinya.
Mereka ditimpa oleh azab, pembalasan, dan siksaan di dunia, di samping azab
pedih yang telah menunggu mereka di hari kemudian. Dan bagaimanakah kami
selamatkan rasul-rasul Kami beserta hamba-hamba Kami yang mukmin.
Al-An'am, ayat 12-16
قُلْ لِمَنْ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا
أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (12) وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (13) قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ
وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ
إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ (14) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيمٍ (15) مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ
الْمُبِينُ (16)
Katakanlah
"Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah
"Kepunyaan Allah" Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.
Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada
keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak
beriman. Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Katakanlah "Apakah akan
aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi,
padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?” Katakanlah,
"Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali
berserah diri (kepada Allah), dan jangan
sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.” Katakanlah,
"Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat) Jika
aku mendurhakai Tuhanku.” Barang siapa yang dijauhkan azab darinya pada hari
itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah
keberuntungan yang nyata.
Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nyalah yang
memiliki langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya, dan bahwa
Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya Yang Mahasuci. Seperti yang
telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Al-A'masy, dari
Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ لَمَّا خَلَقَ الخَلْق كَتَبَ كِتَابًا
عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي"
Sesimgguhnya Allah, setelah selesai
menciptakan makhluk, maka Dia menulis di dalam kitab yang ada di sisi-Nya di
atas 'Arasy, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”
****
Firman Allah Swt:
{لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian
pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. (Al-An'am: 12)
Huruf lam yang terdapat pada lafaz layajma'annakum
merupakan pendahuluan dari qasam (sumpah). Allah bersumpah dengan
menyebut nama diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menghimpun semua hamba-Nya di waktu tertentu pada hari yang dikenal. Yaitu
hari kiamat yang tiada keraguan padanya, yakni yang keberadaannya tidak
diragukan lagi di kalangan hamba-hamba-Nya yang mukmin. Adapun hamba-hamba
Allah yang ingkar dan mendustakannya, mereka tenggelam ke dalam keraguannya
tentang kejadian hari tersebut.
قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عُقْبَة، حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مِحْصَن بْنُ عقْبَة
الْيَمَانِيُّ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ شَبِيب، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَاضِرٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنِ الْوُقُوفِ بَيْنَ يَدَيْ رَبِّ الْعَالَمِينَ، هَلْ فِيهِ مَاءٌ؟ قَالَ:
"وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِه، إِنَّ فِيهِ لَمَاءً، إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ
لَيَرِدُونِ حِياضَ الْأَنْبِيَاءِ، ويَبْعَثُ اللَّهُ تَعَالَى سَبْعِينَ أَلْفَ
مَلَكٍ فِي أَيْدِيهِمْ عِصِيّ مِنْ نَارٍ، يَذُودون الْكُفَّارَ عَنْ حِيَاضِ
الْأَنْبِيَاءِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan sehubungan dengan
tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ahmad ibnu Uqbah, telah
menceritakan kepada kami Abbas ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Husain
ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Muhsan ibnu Atabah Al-Yamani,
dari Az-Zubair ibnu Syabib, dari Usman ibnu Hadir, dari Ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai wuquf di hadapan
Tuhan semesta alam, "Apakah di tempat itu terdapat air?" Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan
kekuasaan-Nya, sesungguhnya di tempat itu benar-benar ada air. Dan sesungguhnya
kekasih-kekasih Allah benar-benar mendatangi telaga-telaga para nabi. Dan Allah
memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat yang di tangan mereka tergenggam
tongkat-tongkat dari api untuk mengusir orang-orang kafir dari telaga-telaga
para nabi itu.
Hadis ini berpredikat garib.
Menurut yang ada pada Imam Turmuzi disebutkan seperti
berikut:
"إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا، وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ
أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً
Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai telaga,
dan aku berharap telaga milikku adalah yang paling banyak didatangi mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ}
Orang-orang yang merugikan dirinya. (Al-An'am:
12)
Yakni kelak di hari kiamat.
{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Mereka itu tidak beriman. (Al-An'am: 12)
Yakni mereka tidak percaya dengan adanya hari
kembali dan mereka tidak takut akan adanya pembalasan yang keras di hari itu.
****
Kemudian berfirman:
{وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ}
Dan kepunyaan-Nyalah segala yang ada pada
malam dan siang hari. (Al-An'am: 13)
Dengan kata lain, semua makhluk hidup yang ada di
langit dan di bumi adalah hamba-hamba Allah dan makhluk-Nya; semuanya berada di
bawah kekuasaan, pengaturan, dan pengendalian-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia.
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al-An'am: 13)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan
hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan, semua yang terpendam di
dalam kalbu mereka, dan semua yang mereka rahasiakan.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada hamba dan
Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.—yang diutusnya dengan membawa ajaran tauhid
yang agung dan syariat yang lurus. Allah memerintahkannya untuk menyeru manusia
ke jalan Allah yang lurus.
Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا
فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah "Apakah akan aku jadikan
pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi?” (Al-An'am:
14)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ
أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ}
Katakanlah, "Maka apakah kalian menyuruh
aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (Az-Zumar:
64)
Makna yang dimaksudi ialah 'aku tidak akan
menjadikan pelindung selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, karena
sesungguhnya Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan
keduanya tanpa contoh lebih dahulu'.
{وَهُوَ يُطْعِمُ وَلا يُطْعَمُ}
Padahal Dia memberi makan dan tidak diberi
makan. (Al-An'am: 14)
Yakni Dialah Yang memberi rezeki kepada
makhluk-Nya, padahal Dia tidak memerlukan mereka, karena Allah Swt. telah
berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56)
Sebagian ulama ada yang membaca ayat ini dengan
bacaan berikut, yaitu:
{وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يَطْعَمُ}
Padahal Dia memberi makan dan tidak pernah
makan.
Yakni Dia tidak pernah makan.
وَفِي حَدِيثِ سُهَيْل بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: دَعَا رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ مِنْ
أَهْلِ قُبَاءٍ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:
فَانْطَلَقْنَا مَعَهُ، فَلَمَّا طَعِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَغَسَلَ يديه قال: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي يُطعِم وَلَا يَطْعَم، ومَنَّ عَلَيْنَا
فَهَدَانَا، وَأَطْعَمَنَا وسَقانا وَكُلَّ بَلاء حَسَن أَبَلَانَا، الْحَمْدُ
لِلَّهِ غَيْرِ مُودّع وَلَا مكافَأ وَلَا مَكْفُورٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ،
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا مِنَ الطَّعَامِ، وَسَقَانَا مِنَ
الشَّرَابِ، وَكَسَانَا مِنَ الْعُرْيِ، وَهَدَانَا مِنَ الضَّلَالِ، وبَصَّرنا
مِنَ العَمَى، وفَضَّلنا عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ"
Di dalam hadis Suhail ibnu Abu Saleh dari
ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa pernah seorang Ansar dari
kalangan penduduk Quba mengundang Nabi Saw. ke suatu jamuan makan yang
dibuatnya, maka kami berangkat bersama Nabi Saw. untuk memenuhi undangannya.
Setelah Nabi Saw. selesai makan dan mencuci kedua tangannya, maka Nabi Saw.
membaca doa berikut: Segala puji bagi Allah Yang telah memberi makan dan
tidak pernah makan, telah memberikan anugerah kepada kami hingga kami mendapat
petunjuk, telah memberi kami makan dan minum, dan telah memberi kami pakaian
hingga tidak telanjang, dan semua ujian baik yang Dia timpakan kepada kami.
Segala puji bagi Allah dengan tidak meninggalkan Tuhanku, tidak merasa cukup,
tidak ingkar, dan tidak dapat lepas dari-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah
memberi kami makan dan memberi kami minum, memberi kami pakaian hingga tidak
telanjang, memberi kami petunjuk dari kesesatan, memberi kami penglihatan dari
kebutaan, dan mengutamakan kami di atas kebanyakan makhluk yang telah
diciptakan-Nya dengan keutamaan yang sesungguhnya; segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ
مَنْ أَسْلَمَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku
diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada
Allah)." (Al-An'am: 14)
Yakni dari kalangan umat ini.
{قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي
عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
dan jangan sekali-kali kalian termasuk
golongan orang-orang musyrik. Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut akan
azab hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku.” (Al-An'am: 14-15)
Yakni kelak di hari kiamat.
{مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ}
Barang siapa dijauhkan azab darinya. (Al-An'am:
16)
Yakni azab dipalingkan atau dijauhkan darinya.
{يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ}
pada hari itu, maka sungguh Allah telah
memberikan rahmat kepadanya. (Al-An'am: 16)
Yakni berkat rahmat Allah kepadanya.
{وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ}
Dan itulah keberuntungan yang nyata. (Al-An'am:
16)
Ayat ini semakna dengan makna yang terkandung di
dalam firman-Nya:
{فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ}
Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. (Ali Imran:
185)
Yang dimaksud dengan istilah al-fauz ialah
memperoleh keuntungan dan tidak rugi.
Al-An'am, ayat 17-21
وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ
بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17) وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ
عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (18) قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي
وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ
بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا
أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا
تُشْرِكُونَ (19) الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا
يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا
يُؤْمِنُونَ (20) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ
كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (21)
Jika Allah menimpakan
suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas
tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan
Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Katakanlah, "Siapakah
yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, "Allah.” Dia menjadi saksi
antara aku dan kalian. Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia
aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai
Al-Qur’an (kepadanya). Apakah
sesungguhnya kalian mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?”
Katakanlah, "Aku tidak mengakui.”Katakanlah " Sesungguhnya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian
persekutukan (dengan Allah)." Orang-orang yang telah Kami berikan
kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak
beriman (kepada Allah). Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang
yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan
ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat
keberuntungan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nya adalah
Yang memiliki kemudaratan dan kemanfaatan. Dan bahwa Dialah yang mengatur
makhluk-Nya menurut apa yang Dia kehendaki, tiada yang menanyakan tentang
keputusan-Nya, dan tiada yang dapat menolak ketetapan-Nya.
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا
كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ}
Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am:
17)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang lain:
{مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ
رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ}
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia
berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja
yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk
melepaskannya sesudah itu. (Fatir: 2), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. sering berdoa dengan menyebutkan kalimat berikut:
"اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِما أَعْطَيْت، وَلَا معطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدّ مِنْكَ الجَدّ"
Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa
yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan apa yang engkau cegah,
dan tiadalah memberikan manfaat terhadap Engkau kedudukan orang yang mempunyai
kedudukan.
Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}
Dan Dialah Yang berkuasa atas sekalian
hamba-hamba-Nya. (Al-An'am: 18)
Yakni Dialah Tuhan yang menyerah kepada-Nya semua
diri, tunduk kepada-Nya semua orang yang perkasa, tunduk kepadanya semua wajah,
segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, tunduk kepada-Nya semua makhluk,
dan tunduk patuhlah segala sesuatu kepada keagungan, kebesaran, ketinggian, dan
kekuasaan-Nya; serta kecillah segala sesuatu di hadapan-Nya, semuanya berada di
bawah kekuasaan dan hukum-Nya.
{وَهُوَ الْحَكِيمُ}
Dan Dialah Yang Mahabijaksana. (Al-An'am:
18)
Yakni dalam semua perbuatan-Nya.
{الْخَبِيرُ}
lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 18)
Segala sesuatu yang pada tempat dan kedudukannya
masing-masing. Karena itu, Dia tidak memberi kecuali kepada orang yang berhak;
dan tidak mencegah kecuali terhadap orang yang berhak untuk dicegah.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً}
Katakanlah, "Siapakah yang lebih kuat
persaksiannya?” (Al-An'am: 19)
Yakni siapakah di antara semuanya yang paling
kuat persaksiannya?
{قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}
Katakanlah, "Allah.” Dia menjadi saksi
antara aku dan kalian. (Al-An'am: 19)
Yakni Dialah Yang mengetahui apa yang aku
sampaikan kepada kalian dan apa yang kalian katakan kepadaku.
{وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ
لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya
dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang
sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
Yakni Al-Qur'an merupakan peringatan bagi orang
yang Al-Qur'an sampai kepadanya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam
ayat lain:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ
فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang
Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah
tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', Abu
Usamah, dan Abu Khalid, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka'b
sehubungan dengan firman-Nya: dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya).
(Al-An'am: 19) Bahwa barang siapa yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka
seakan-akan dia melihat Nabi Saw. Menurut Abu Khalid ditambahkan "dan
berbicara dengan Nabi Saw.".
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui jalur
Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa barang siapa
yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka sungguh Nabi Muhammad Saw. telah
menyampaikannya kepada dia.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ فِي
قَوْلِهِ: {لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ} إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "بَلِّغُوا عَنِ اللَّهِ، فَمَنْ
بَلَغَتْهُ آيَةٌ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَقَدْ بَلَغه أَمْرُ اللَّهِ".
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari
Qatadah sehubungan dengan firman Allah Swt.: Supaya dengan dia aku memberi
peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya).
(Al-An'am: 19) Bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah bersabda: Sampaikanlah
(Al-Qur'an) dari Allah. Maka barang siapa yang telah sampai kepadanya
suatu ayat dari Kitabullah (Al-Qur'an), berarti telah sampai kepadanya
perintah Allah.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, suatu keharusan
bagi orang yang mengikuti Rasulullah Saw. melakukan dakwah seperti dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw., dan memberi peringatan dengan peringatan yang
telah disampaikannya.
****
Firman Allah Swt.:
{أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ}
Apakah sesungguhnya kalian mengakui. (Al-An'am:
19)
Hai orang-orang musyrik.
{أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ
لَا أَشْهَدُ}
bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping
Allah? Katakanlah, "Aku tidak mengakui.” (Al-An'am: 19)
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu
firman-Nya:
{فَإِنْ شَهِدُوا فَلا تَشْهَدْ مَعَهُمْ}
Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah
kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka. (Al-An'am: 150)
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ
وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ}
Katakanlah "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian
persekutukan (dengan Allah)." (Al-An'am: 19)
Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan
perihal Ahli Kitab, "Mereka mengenal nabi yang Aku datangkan kepada mereka
ini, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri melalui kabar dan
berita yang ada pada mereka dari para rasul dan para nabi yang terdahulu.
Karena sesungguhnya semua rasul telah menyampaikan berita gembira akan
kedatangan Nabi Muhammad Saw. ysng disertai dengan penyebutan sifat-sifatnya,
ciri-ciri khasnya, negeri tempat tinggalnya, tempat hijrahnya, dan sifat-sifat
umatnya."
Karena itu, pada ayat berikutnya disebutkan:
{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ}
Orang-orang yang merugikan dirinya. (Al-An'am:
20)
Yakni mengalami kerugian yang sangat fatal.
{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Mereka itu tidak beriman. (Al-An'am: 20)
kepada perkara yang jelas dan gamblang ini, yaitu
berita gembira yang telah disampaikan oleh para nabi dan yang telah
diisyaratkan sejak zaman dahulu hingga saat pemunculannya.
Kemudian dalam firman selanjutnya:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى
اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ}
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang
yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya?
(Al-An'am: 21)
Yakni tidak ada yang lebih aniaya daripada orang
yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengakui bahwa dirinya
diutus oleh Allah, padahal Allah tidak mengutusnya. Kemudian tidak ada orang
yang lebih aniaya daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah,
hujah-hujah-Nya, bukti-bukti-Nya, dan dalil-dalil-Nya.
{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak
mendapat keberuntungan. (Al-An'am: 21)
Yakni orang ini, orang itu, orang yang
membuat-buat kedustaan, dan orang yang berdusta, semuanya tidak beruntung.
Al-An'am, ayat 22-26
وَيَوْمَ
نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ
الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (22) ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ
قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ (23) انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا
عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24) وَمِنْهُمْ
مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ
يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا
بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ
هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (25) وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ
وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
(26)
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka
semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik, "Di manakah
sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu
Kami)?" Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan, "Demi
Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. Lihatlah, bagaimana
mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka
sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. Dan di antara mereka ada
orang yang mendengarkan (bacaan) mu, padahal Kami telah meletakkan
tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami
letakkan) sumbatan telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran),
mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang
kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, "Al-Qur'an ini
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” Mereka melarang (orang
lain) mendengarkan Al-Qur’an, dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya;
dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tetap
tidak menyadari.
Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan
orang-orang musyrik:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا}
Dan (ingatlah), di hari yang di waktu
itu Kami menghimpun mereka semuanya. (Al-An'am: 22)
Yakni pada hari kiamat nanti, lalu Allah menanyai
mereka tentang berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka
sembah-sembah itu selain Allah, seraya berfirman:
{أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ
تَزْعُمُونَ}
Di manakah sembahan-sembahan kalian yang
dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)? (Al-An'am: 22)
Ayat ini sama dengan ayat lain yang
terdapat dalam surat Al Qasas:
{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ
شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah
menyeru mereka, seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu
kalian katakan?” (Al-Qashash: 62)
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ}
Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am:
23)
Yakni alasan mereka.
{إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا
كُنَّا مُشْرِكِينَ}
Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan
kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am:
23) Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas
disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Menurut Ibnu
Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan jawaban mereka.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh
Ad-Dahhak.
Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan
firman-Nya: Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami
mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar ialah
yang mengatakan bahwa tiadalah jawaban mereka ketika Kami menguji mereka, yakni
alasan yang mereka kemukakan tentang kemusyrikan yang pernah mereka lakukan
itu. Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23) Yakni cobaan
mereka ketika mereka diuji. Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan
kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya
Ar-Razi’ dari Amr ibnu Abu Qais, dari Mutarrif, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ia pernah kedatangan seorang
lelaki yang langsung bertanya kepadanya mengenai makna firman-Nya: Demi Allah,
Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23)
Ibnu Abbas menjawab, adapun mengenai firman-Nya: Demi
Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Maka
sesungguhnya mereka ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang yang salat, maka mereka mengatakan, Marilah kita ingkari."
Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga
tidak dapat berbicara, dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi; mereka
tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam
kalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari
Al-Qur'an melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian
tidak mengerti takwilnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik. Tetapi pendapat ini masih
perlu dipertimbangkan, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan
orang-orang munafik baru ada dalam periode Madaniyyah, dan ayat yang
diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik adalah dalam surat
Al-Mujadilah, yaitu firman-Nya:
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ
اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ
(Ingatlah) hari (ketika) mereka
dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka
bukan orang musyrik). (Al-Mujadilah: 18), hingga akhir ayat.
Di dalam surat ini disebutkan pula hal yang
berkenaan dengan mereka melalui firman-Nya:
{انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ
وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta
terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang
dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 24)
Ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di
dalam firman-Nya:
ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ
مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا
Kemudian dikatakan kepada mereka,
"Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan, (yang kalian
sembah) selain Allah?" Mereka menjawab, "Mereka telah hilang
lenyap dari kami.” (Al-Mu’min: 73-74), hingga akhir ayat.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ
وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا
وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا}
Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami
letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran),
mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)
Yakni mereka berdatangan untuk mendengarkan
bacaanmu, tetapi hal itu tidak ada manfaatnya barang sedikit pun bagi mereka,
karena Allah Swt. telah meletakkan tutupan di atas hati mereka hingga mereka
tidak dapat memahami Al-Qur'an. Dan Allah meletakkan sumbatan pada telinga
mereka sehingga mereka tidak dapat mendengarkan hal yang bermanfaat bagi diri
mereka, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya:
وَمَثَلُ الَّذِينَ
كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang
kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar
selain panggilan dan seruan. (Al-Baqarah: 171), hingga akhir ayat.
***
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا
بِهَا}
Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran),
mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)
Yakni walaupun mereka telah melihat ayat-ayat,
dalil-dalil, hujjah-hujjah yang jelas, dan bukti-bukti yang nyata, mereka tetap
tidak mau beriman kepadanya. Mereka sama sekali tidak mempunyai pemahaman dan
tidak mempunyai kesadaran. Perihalnya sama seperti yang diungkapkan oleh
firman-Nya:
وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ
فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ
Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada
pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. (Al-Anfal:
23)
****
Firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ}
Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu. (Al-An'am: 25)
Yakni menentangmu dan membantah kebenaranmu
dengan kebatilan.
{يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا
أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
Orang-orang kafir itu berkata, "Al-Qur’an
ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” (Al-An'am: 25)
Yakni tiada lain yang kamu bawa ini hanyalah
diambil dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu dan dinukil dari mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ
عَنْهُ}
mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am:
26)
Sehubungan dengan makna lafaz yanhauna 'anhu, ada
dua pendapat: Pendapat pertama mengatakan, makna yang dimaksud ialah mereka
melarang orang lain mengikuti kebenaran, membenarkan Rasul, dan taat kepada
Al-Qur'an. Dan makna yan auna anhu yakni menjauhkan mereka dari
Al-Qur'an. Dengan demikian, berarti mereka menggabungkan dua perbuatan yang
kedua-duanya buruk, yakni mereka tidak mau mengambil manfaat dan tidak menyeru
seorang pun untuk mengambil manfaat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) mendengarkan
Al-Qur'an. (Al-An'am: 26) Yakni mereka menjauhkan manusia dari Nabi
Muhammad Saw. agar mereka tidak beriman kepadanya.
Muhammad ibnul Hanafiyyah mengatakan, dahulu
orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mendatangi Nabi Saw. dan melarang orang
lain untuk mendatanginya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Mujahid,
Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat inilah yang
lebih jelas (lebih kuat) dan yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Pendapat kedua diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri,
dari Habib Ibnu Abu Sabit, dari orang yang pernah mendengarnya dari Ibnu Abbas
yang mengatakan sehubunean dengan firman-Nya: Mereka melarang (orang
lain) mendengarkan Al-Qur'an. (Al-An'am: 26) Bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Abu Talib, ia melarang orang-orang mengganggu Nabi Saw. Hal
yang sama telah dikatakan oleh Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, Habib ibnu Abu Sabit,
Ata ibnu Dinar, dan lain-lainnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Abu Talib.
Sa'id ibnu Abu Hilal mengatakan, ayat ini
diturunkan berkenaan dengan semua paman Nabi Saw. yang berjumlah sepuluh orang.
Mereka adalah orang-orang yang paling keras dalam membela Nabi Saw. secara
terang-terangan, juga orang-orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi Saw.
secara diam-diam. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) darinya.
(Al-An'am: 26) Yaitu mereka melarang orang-orang membunuhnya (Nabi Muhammad
Saw.).
{وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}
dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am:
26)
Yakni menjauhkan diri darinya.
{وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا
يَشْعُرُونَ}
dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka
sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-An'am: 26)
Artinya, tiadalah yang mereka binasakan dengan
perbuatan itu melainkan diri mereka sendiri; dan tiadalah akibatnya kecuali
menimpa mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.
Al-An'am, ayat 27-30
وَلَوْ تَرَى
إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ
بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (27) بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا
لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (28) وَقَالُوا إِنْ هِيَ
إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (29) وَلَوْ تَرَى إِذْ
وُقِفُوا عَلَى رَبِّهِمْ قَالَ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى
وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (30)
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka,
lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman,
" (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya)
telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu
menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka
kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya
mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula),
"Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali
tidak akan dibangkitkan.” Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan
kepada Tuhannya. Allah, Berfirman "Bukankah (kebangkitan) ini
benar?” Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Allah Berfirman,
"Karena itu, rasakanlah azab ini disebabkan kalian mengingkarinya)."
Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang kafir
apabila mereka dihadapkan di neraka pada hari kiamat nanti. Mereka menyaksikan
semua belenggu dan rantai yang ada di dalamnya serta melihat semua hal yang mengerikan
dan menakutkan itu dengan mata kepala mereka sendiri. Maka pada saat itulah
mereka berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ
بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.
(Al-An'am: 27)
Mereka berharap untuk dikembalikan lagi ke alam
dunia, agar dapat mengerjakan amal saleh dan tidak akan mendustakan ayat-ayat
Tuhan mereka lagi, serta akan menjadi orang-orang yang beriman.
Allah Swt. berfirman:
{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ
مِنْ قَبْلُ}
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi
mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am:
28)
Sebenarnya saat itu baru tampak jelas bagi mereka
semua yang dahulu mereka sembunyikan di dalam diri mereka, yaitu berupa
kekufuran, pendustaan, dan pengingkaran terhadap perkara yang hak, sekalipun
ketika di dunia atau di akhirat mereka mengingkarinya; seperti yang baru disebutkan
oleh firman-Nya sebelum ini, yaitu:
{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ
قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ}
Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali
mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”
Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri. (Al-An'am:
23-24)
Dapat pula diinterpretasikan bahwa saat itu baru
tampak jelas semua yang dahulu mereka ketahui dalam hati mereka sendiri, yaitu
kebenaran dari apa yang disampaikan kepada mereka oleh para rasul di dunia,
sekalipun dahulu mereka menampakkan kepada para pengikutnya menentang hal itu.
Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. ketika menceritakan perihal Nabi Musa
a.s. yang berkata kepada Fir'aun:
{لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ}
Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada
yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan
bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102), hingga akhir ayat.
Semakna pula dengan firman Allah Swt. yang
menceritakan perihal Fir'aun dan kaumnya:
{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا
أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan
kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)wya.
(An-Naml: 14)
Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud
dengan 'mereka' ialah orang-orang munafik, yaitu mereka yang menampakkan iman
tetapi menyembunyikan kekufuran. Dengan demikian, berarti makna ayat ini
merupakan pemberitaan tentang apa yang bakal terjadi di hari kiamat menyangkut
perkataan orang-orang kafir. Pengertian ini sama sekali tidak bertentangan
dengan keadaan surat ini sebagai surat Makkiyyah, sekalipun dikatakan bahwa
sesungguhnya munafik itu hanya baru muncul dalam periode Madaniyyah yang
dilakukan oleh sebagian penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang ada di
sekitarnya. Tetapi Allah telah menyebutkan pula terjadinya nifaq (munafik)
dalam surat Makkiyyah, yaitu surat Al-' Ankabut. Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui
orang-orang yang beriman dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
munafik. (Al-'Ankabut: 11)
Dengan demikian, berarti makna ayat ini
(Al-An'am: 27) merupakan berita tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang
munafik di akhirat nanti, yaitu di saat mereka menyaksikan azab. Maka saat itu
tampak jelas rahasia yang dahulu mereka sembunyikan di dalam hati mereka, yaitu
berupa kekufuran, kemunafikan, dan pertentangan.
Adapun mengenai makna idrab (tetapi) yang
ada dalam firman-Nya:
{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ
مِنْ قَبْلُ}
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi
mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am:
28)
Sesungguhnya mereka tidak sekali-kali meminta
untuk dikembalikan ke dunia karena ingin dan suka kepada iman, melainkan
semata-mata karena takut kepada azab yang mereka saksikan yang merupakan pembalasan
dari apa yang dahulu mereka perbuat, yaitu kekafiran mereka. Untuk itulah
mereka minta kembali ke dunia agar bebas dari kengerian pemandangan neraka yang
mereka saksikan itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia,
tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya.
Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Yakni dalam permintaan mereka yang menginginkan
agar dikembalikan ke dunia supaya mereka dapat beriman. Permintaan itu bukan
didasari karena suka dan cinta kepada keimanan.
Kemudian Allah berfirman menceritakan perihal
mereka, bahwa sekiranya mereka dikembalikan ke dalam kehidupan di dunia,
niscaya mereka akan kembali mengulangi perbuatan yang mereka dilarang
melakukannya, yaitu kekufuran dan menentang perkara yang hak.
{وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Dan sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Yaitu dalam penyesalan mereka yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ
بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.
(Al-An'am: 27)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا
الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup
hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan
dibangkitkan.” (Al-An'am: 29)
Dengan kata lain, niscaya mereka akan kembali
melakukan hal-hal yang mereka dilarang mengerjakannya; dan niscaya mereka akan
mengatakan:
{إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا}
Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja. (Al-An'am:
29)
Artinya, kehidupan itu hanyalah di dunia saja,
kemudian tidak ada hari berbangkit sesudahnya. Karena itulah disebutkan dalam
firman berikutnya:
{وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan. (Al-An'am:
29)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى
رَبِّهِمْ}
Dan seandainya kamu melihat ketika mereka
dihadapkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 30)
Maksudnya dihentikan di hadapan Tuhannya.
{أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ}
Berfirman Allah, "Bukankah (kebangkitan)
ini benar?” (Al-An'am: 30)
Yakni bukankah hari berbangkit ini benar, bukan
dusta seperti apa yang kalian duga sebelumnya?
{قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا
الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ}
Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi
Tuhan kami.” Allah Berfirman, "Karena itu, rasakanlah azab ini disebabkan
kalian mengingkari (nya)." (Al-An'am: 30)
Karena dulu kalian tidak mempercayainya, maka
pada hari ini rasakanlah azab itu. Lalu dikatakan kepada mereka:
{أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا
تُبْصِرُونَ}
Maka apakah sihir itu? Ataukah kalian tidak
melihat? (At-Tur: 15)
Al-An'am, ayat 31-32
قَدْ خَسِرَ
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ
بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ
أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (31) وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ
يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (32)
Sungguh telah rugilah
orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila
kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah
besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu! sambil
mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang
mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan
senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?
Allah Swt. berfirman, menceritakan kerugian yang
dialami oleh orang-orang yang mendustakan adanya hari bersua dengan-Nya,
kekecewaan mereka apabila datang kepada mereka hari kiamat secara tiba-tiba,
dan penyesalan mereka atas kelalaian mereka terhadap amal saien serta
perbuatan-perbuatan jahat yang pernah mereka lakukan. Hal ini digambarkan oleh
firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ
بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا}
sehingga apabila kiamat datang kepada mereka
dengan tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap
kelalaian kami tentang kiamat itu!" (Al-An'am: 31)
Damir yang terdapat pada lafaz fiha dapat
dirujukkan kepada kehidupan dunia, dapat dirujukkan kepada amal-amal saleh,
dapat pula dirujukkan kepada hari akhirat, yakni perkara yang menyangkut hari
akhirat (termasuk hari kiamat).
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى
ظُهُورِهِمْ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}
sambil mereka memikul dosa-dosa di atas
punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An'am:
31)
Yaziruna artinya apa yang mereka pikul.
Menurut Qatadah adalah 'apa yang mereka kerjakan'.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid
Al-Ahmar, dari Amr ibnu Qais, dari Abu Marzuq yang mengatakan bahwa orang kafir
atau orang durhaka ketika keluar dari kuburnya disambut oleh seseorang yang
rupanya sangat buruk dan baunya sangat busuk. Lalu ditanya, ''Siapakah
kamu?" Ia menjawab, * Apakah kamu tidak mengenalku?" Si kafir
menjawab, "Tidak, demi Allah, hanya Allah telah memburukkan mukamu dan
membusukkan baumu." Lalu yang ditanya menjawab, "Aku adalah amal
perbuatanmu, seperti inilah keadaanmu sewaktu di dunia, yaitu buruk dan busuk.
Sekarang kemarilah kamu, aku akan menaikimu sebagai pembalasan selama engkau
menaikiku sewaktu di dunia." Yang demikian itu disebutkan dalam firman
Allah Swt.: sambil mereka memikul dosa-dosa itu di atas punggungnya. (Al-An'am:
31), hingga akhir ayat.
Asbat telah meriwayatkan dari As-Saddi yang
mengatakan bahwa tiada seorang zalim pun yang dimasukkan ke dalam kuburnya
melainkan didatangi oleh seorang lelaki yang buruk wajahnya, hitam lagi busuk
baunya dan memakai pakaian yang sangat kotor; lelaki itu masuk ke dalam kubur
bersamanya. Apabila si zalim itu melihatnya, ia bertanya, "Mengapa wajahmu
sangat buruk?" Dijawab, ''Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, buruk
seperti aku." Ia bertanya, "Mengapa baumu sangat busuk?"
Dijawab, "Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, busuk seperti aku."
Ia bertanya, "Mengapa pakaianmu kotor?" Dijawab, "Sesungguhnya
amal perbuatanmu dahulu kotor." Ia bertanya, "Siapakah kamu
sebenarnya?" Dijawab, "Amal perbuatanmu." Lalu ia bersamanya di
dalam kuburnya. Apabila ia dibangkitkan pada hari kiamat, maka amalnya itu
berkata kepadanya, "Sesungguhnya dahulu ketika di dunia akulah yang
menggendongmu dengan semua kelezatan dan nafsu syahwat, sekarang gantian
engkaulah yang menggendongku." Maka amalnya itu menaiki punggungnya, lalu
orang tersebut digiring oleh amalnya hingga masuk ke dalam neraka. Yang
demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: sambil mereka memikul dosa-aosa di
atas punggungnya. Ingatlah amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An'
am: 31)
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ}
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari
main-main dan senda gurau. (Al-An'am: 32)
Artinya, sesungguhnya kehidupan dunia memang
kebanyakannya demikian.
{وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ
يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kalian memahaminya? (Al-An'am: 32)
Al-An'am, ayat 33-36
قَدْ نَعْلَمُ
إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ
وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ
رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ
نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ
الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ
اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ
فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا
تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى
يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
Sesungguhnya Kami
mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka
sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu
mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul
sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka.
Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.
Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika
kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat
mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah
menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab
itu, janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. Hanya
orang-orang yang mendengar sajalah yang memenuhi (seruan Allah), dan
orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian
kepada-Nyalah mereka dikembalikan.
Allah Swt. berfirman menghibur nabi-Nya dalam
menghadapi pendustaan kaumnya terhadap dirinya dan pertentangan mereka
terhadapnya:
{قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي
يَقُولُونَ}
Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang
mereka katakan itu menyedihkan hatimu. (Al-An'am: 33)
Maksudnya,pengetahuan Kami benar-benar telah
meliputi pendustaan mereka terhadapmu dan kesedihan serta kekecewaanmu terhadap
sikap mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:
{فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ
حَسَرَاتٍ}
maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan
terhadap mereka. (Fathir: 8)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam firman-Nya yang lain:
{لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا
مُؤْمِنِينَ}
Boleh jadi kamu (Muhammad) akan
membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)
Sama pula dengan firman-Nya:
{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى
آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا}
Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu
karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman
kepada keterangan ini (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 6)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ
الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am:
33)
Artinya mereka sama sekali tidak menuduhmu
sebagai seorang pendusta dalam hal tersebut, tetapi orang-orang yang zalim
itu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-An'am: 33) Yakni 'tetapi mereka
mengingkari perkara yang hak dan menolaknya dengan dada mereka', seperti yang
diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Najiyah ibnu Ka'b, dari
Ali yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi Saw.,
"Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pendusta, tetapi kamu hanya
mendustakan apa yang kamu sampaikan itu." Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Israil,
dari Abu Ishaq; kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan
syarat Syaikhain (Imam Bukhari dan Imam Muslim), tetapi keduanya tidak
mengetengahkannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti di Mekah, telah menceritakan kepada kami
Bisyr ibnul Mubasysyir Al-Wasiti, dari Salam ibnu Miskin, dari Abu Yazid
Al-Madani, bahwa Nabi Saw. bersua dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan
dengannya. Kemudian ada seorang lelaki berkata kepada Abu Jahal, "Kalau
tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan orang yang sabi ini
(maksudnya Nabi Muhammad Saw.)." Abu Jahal menjawab, "Demi Allah,
sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi
bilakah bagi kami kalangan Bani' Abdu Manaf mau mengikutinya?" Lalu Abu
Yazid membacakan firman-Nya: karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am:
33)
Menurut takwil Abu Saleh dan Qatadah disebutkan,
"Mereka mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah, tetapi mereka
mengingkari(nya)."
Muhammad ibnu Ishaq menuturkan dari Az-Zuhri
kisah Abu Jahal ketika datang mendengar bacaan Al-Qur'an Nabi Saw. di malam
hari, dan datang pula mendengarkannya Abu Sufyan ibnu Harb dan Al-Akhnas ibnu
Syuraiq, tetapi ketiga orang tersebut masing-masing tidak mengetahui keberadaan
yang lainnya. Lalu mereka mendengarkannya sampai subuh. Dan ketika hari telah
subuh, mereka bubar, lalu dalam perjalanan pulangnya mereka bersua di tengah
jalan. Maka masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya, "Apakah
yang kamu dapatkan?" Lalu masing-masing orang mengemukakan apa yang telah
didapat (dipahami)nya.
Kemudian mereka saling berjanji bahwa mereka tidak
akan mendengarkannya lagi, karena khawatir perbuatan mereka diketahui oleh para
pemuda Quraisy, yang dampaknya nanti para pemuda Quraisy menjadi tertarik
kepada Nabi Saw. dengan kedatangan mereka.
Pada malam keduanya masing-masing dari mereka
datang lagi dengan dugaan bahwa kedua temannya pasti tidak akan datang
mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi pada pagi
harinya mereka bersua di tengah jalan dalam perjalanan pulangnya, maka mereka
saling mencela. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian lagi bahwa mereka tidak
akan mendengarkannya lagi.
Pada malam ketiganya ternyata mereka datang lagi
dan pagi harinya mereka bersua kembali, lalu berjanji tidak akan melakukan hal
yang serupa, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Pada pagi harinya
Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu pergi ke rumah Abu Sufyan.
Setelah sampai di rumah Abu Sufyan, ia bertanya, "Hai Abu Hanzalah,
ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan
Muhammad itu." Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu Sa'labah, demi Allah,
sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula
makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang
tidak kumengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya." Al-Akhnas
berkata mengiakan, "Aku pun berani sumpah seperti kamu, bahwa aku
mempunyai pemahaman yang sama denganmu."
Lalu Al-Akhnas keluar dari rumah Abu Sufyan dan
langsung menuju ke rumah Abu Jahal. Ia langsung masuk ke dalam rumah Abu Jahal
dan berkata, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang
telah kamu dengar dari (bacaan) Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Sama
seperti yang kamu dengar." Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami
bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat; mereka
memberi makan, maka kami pun memberi makan; mereka membantu mengadakan
angkutan, maka kami pun berbuat hal yang sama: dan mereka memberi, maka kami
pun memberi pula, hingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan
lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami ada seorang
nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai
ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak
akan percaya kepadanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkannya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Asbat, dari
As-saddi sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami mengetahui
bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu
bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)
Ketika Perang Badar, Al-Akhnas ibnu Syuraiq
berkata kepada Bani Zahrah, "Hai Bani Zahrah, sesungguhnya Muhammad adalah
anak lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah orang yang lebih
berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian. Karena sesungguhnya jika
dia memang seorang nabi, janganlah kalian memeranginya hari ini; dan jika dia
dusta, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak
saudara perempuan kalian. Berhentilah kalian, sebelum aku bersua lebih dahulu
dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali
dengan selamat; dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian
belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian."
Sejak saat itu ia diberi nama Al-Akhnas, sebelum
itu namanya adalah Ubay. Lalu Al-Akhnas menjumpai Abu Jahal, kemudian membawanya
menyendiri hanya berduaan dengannya. Al-Akhnas bertanya, "Hai Abul Hakam,
ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar ataukah dusta? Karena
sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku
dan kamu yang dapat mendengar pembicaraan kita."
Abu Jahal menjawab, "Celakalah kamu, demi
Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang yang benar, Muhammad sama sekali
tidak pernah dusta. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan, yaitu
liwa, siqayah, hijabah, dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum
Quraisy lainnya?"
Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya:
{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ
الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am:33)
Ayat-ayat Allah adalah Nabi Muhammad Saw.
*****
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ
مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ
نَصْرُنَا
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul
sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. (Al-An'am:
34)
Hal ini merupakan hiburan bagi hati Nabi Muhammad
Saw., sekaligus sebagai ungkapan dukungan terhadapnya dalam menghadapi orang-orang
yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, juga merupakan perintah kepadanya
agar bersikap sabar sebagaimana sikap sabar orang-orang yang berhati teguh dari
kalangan para rasul terdahulu. Dalam ayat ini pun terkandung janji Allah kepada
nabi-Nya, bahwa Dia akan menolongnya sebagaimana Dia telah menolong para rasul
terdahulu, kemudian beroleh kemenangan. Pada akhirnya akibat yang terpuji
diperoleh para rasul sesudah mengalami pendustaan dan gangguan dari kaumnya
masing-masing. Setelah itu datanglah kepada mereka pertolongan-dan kemenangan
di dunia dan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh firman selanjutnya:
{وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}
Tak ada seorang pun yang dapat mengubah
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Al-An'am: 34)
Yakni janji-janji kemenangan yang telah
ditetapkan-Nya di dunia dan akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Perihalnya sama dengan firman-Nya yang lain:
{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا
الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ
الْغَالِبُونَ}
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada
hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah
yang pasti mendapatpetolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti
menang. (Ash-Shaffat: 171-173)
{كَتَبَ اللَّهُ
لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Allah telah menetapkan, "Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah:
21)
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ
الْمُرْسَلِينَ}
sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian
dari berita rasul-rasul itu. (Al-An'am: 34)
Artinya berita tentang mereka, bagaimana mereka
mendapat pertolongan dan dukungan dalam menghadapi orang-orang yang mendustakan
mereka dari kalangan kaumnya. Maka demikian pula halnya dengan kamu (Muhammad)
akan mengalami hal yang sama dengan para rasul yang mendahuluimu.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ
إِعْرَاضُهُمْ}
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa
amat berat bagimu. (Al-An'am: 35)
Yaitu apabila terasa berat olehmu sikap berpaling
mereka darimu.
{فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا
فِي الأرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ}
maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi
atau tangga ke langit. (Al-An'am: 35)
Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas,
bahwa nafaq artinya terowongan. Yakni kamu (Muhammad) masuk ke dalam
terowongan itu, lalu datang membawa ayat kepada mereka; atau kamu buat tangga
sampai ke langit, lalu kamu naik ke langit dan mendatangkan kepada mereka suatu
ayat (bukti) yang lebih baik daripada yang engkau sampaikan kepada mereka
sekarang, maka lakukanlah. Hal yang semisal dikatakan pula oleh Qatadah,
As-Saddi, dan lain-lainnya.
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى
الْهُدَى فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ}
Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah
menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kalian sekali-kali
termasuk orang-orang yang jahil. (Al-An'am: 35)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu
firman-Nya:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99), hingga akhir
ayat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kalau Allah menghendaki, tentu saja
Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk (Al-An'am: 35) Sesungguhnya
Rasulullah Saw. sangat menginginkan semua orang beriman dan mengikuti jalan
petunjuknya. Maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun
yang beriman kecuali orang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapat
kebahagiaan sejak zaman azalinya.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ
يَسْمَعُونَ}
Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang
mematuhi (seruan Allah). (Al-An'am 36)
Yakni sesungguhnya orang yang menyambut seruanmu,
hai Muhammad, hanyalah orang yang mau mendengar, mencerna, dan memahaminya.
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain:
{لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ
الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ}
supaya dia (Muhammad) memberi
peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah
ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir. (Yasin: 70)
Firman Allah Swt.:
{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ}
dan orang-orang yang mati (hatinya) akan
dibangkitkan oleh Allah, (Al-An'am: 36)
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mati'
ialah orang-orang kafir. Dikatakan demikian karena hati mereka mati, maka Allah
menyerupakan mereka dengan orang-orang yang mati sungguhan (yakni bangkai).
Karena itulah disebutkan:
{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ
إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ}
dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan
oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan. (Al-An'am: 36)
Di dalam ungkapan ini terkandung makna cemoohan
dan penghinaan terhadap mereka.
Al-An'am, ayat 37-39
وَقَالُوا
لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ عَلَى
أَنْ يُنَزِّلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (37) وَمَا مِنْ
دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ
أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ
يُحْشَرُونَ (38) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي
الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (39)
Dan mereka berkata,
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad)
suatu mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, "Sesungguhnya Allah kuasa
menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami
lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpunkan. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak,
bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya),
niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk
diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang
lurus.
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal
orang-orang musyrik, bahwa mereka pernah bertanya, "Mengapa tidak
diturunkan kepadanya suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mukjizat ini
diungkapkan dengan istilah ayat yang artinya peristiwa yang bertentangan dengan
hukum alam yang biasa mereka dapati, termasuk di antaranya ialah seperti apa
yang mereka katakan dalam firman-Nya:
{لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ
حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}
Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga
kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90), hingga beberapa
ayat berikutnya.
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنَّ اللَّهَ
قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنزلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah kuasa
menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(Al-An'am:37)
Yakni Allah Swt. mampu untuk melakukan hal itu.
Tetapi karena suatu hikmah (kebijaksanaan) dari-Nya, maka sengaja Dia
menangguhkan hal itu. Karena sesungguhnya jikalau Allah menurunkan mukjizat
seperti yang mereka minta, kemudian ternyata mereka tidak beriman, niscaya
Allah akan menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka, seperti yang telah Allah
lakukan terhadap umat-umat terdahulu. Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ
نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ
النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا
تَخْوِيفًا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi
Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan
karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami
berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat
dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi
tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al-Isra: 59)
{إِنْ نَشَأْ
نُنزلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا
خَاضِعِينَ}
Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan
kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk
kepadanya. (Asy-Syu'ara: 4)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di
bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat
(juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38)
Menurut Mujahid, makna umamun ialah
berbagai macam jenis yang nama-namanya telah dikenal. Menurut Qatadah,
burung-burung adalah umat, manusia adalah umat, begitu pula jin.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am:
38) Yakni makhluk juga, sama seperti kalian.
****
Firman Allah Swt.:
{مَا فَرَّطْنَا فِي
الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ}
Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam
Al-Kitab. (Al-An'am: 38)
Maksudnya, semuanya ada berdasarkan pengetahuan
dari Allah, tiada sesuatu pun dari semuanya yang dilupakan oleh Allah rezeki
dan pengaturannya, baik ia sebagai hewan darat ataupun hewan laut.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh
Allah dalam ayat lain:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا
كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6)
Yakni tertulis nama-namanya, bilangannya, serta
tempat-tempatnya, dan semua gerakan serta diamnya terliputi semuanya dalam
tulisan itu. Allah Swt. telah berfirman pula:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ
دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat)
membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki
kepadanya dan kepada kalian, dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Ankabut:
60)
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ أَبُو عَبَّادٍ،
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَلّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ
مِنْ سِني عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، الَّتِي وَلِيَ فِيهَا، فَسَأَلَ عَنْهُ
فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ. فَأَرْسَلَ رَاكِبًا إِلَى كَذَا،
وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ، وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ يَسْأَلُ: هَلْ رُؤِيَ مِنَ الْجَرَادِ
شَيْءٌ أَمْ لَا؟ فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ
جَرَادٍ فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "خَلَق
اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْفَ أُمَّة، مِنْهَا سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ،
وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي البرِّ. وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ
الْجَرَادُ، فَإِذَا هَلَكَتْ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ
سِلْكُهُ
Al-Hafizh Abu Ya'la mengatakan,- telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu
Waqid Al-Qaisi Abu Abbad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu
Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu
Abdullah yang menceritakan bahwa belalang jarang didapat dalam masa satu tahun
dari tahun-tahun masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. Kemudian Umar
bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi sia-sia, tidak mendapat suatu berita
pun. Dia sedih karena hal tersebut, lalu ia mengirimkan seorang penunggang kuda
(penyelidik) dengan tujuan tempat anu, seorang lagi ke negeri Syam, dan seorang
lagi menuju negeri Irak. Masing-masing ditugaskan untuk memeriksa keberadaan
belalang di tempat-tempat tersebut. Kemudian datang kepadanya penunggang kuda
dari negeri Yaman dengan membawa segenggam belalang, lalu semuanya ditaruh di
hadapannya. Ketika ia (Umar) melihatnya, maka ia mengucapkan takbir tiga kali,
kemudian berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah
Swt. telah menciptakan seribu umat (jenis makhluk), enam ratus umat di
antaranya berada di laut dan yang empat ratusnya berada di daratan. Mula-mula
umat yang binasa dari seluruhnya ialah belalang. Apabila belalang telah musnah,
maka merembet ke yang lainnya seperti halnya untaian kalung apabila talinya
terputus.
****
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ
يُحْشَرُونَ}
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am:
38)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am:
38) Bahwa penghimpunannya ialah bila telah mati.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
melalui jalur Israil, dari Sa'id, dari Masruq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas;
disebutkan bahwa matinya hewan-hewan merupakan saat penghimpunannya. Hal yang
sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah
diriwayatkan dari Mujahid dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pendapat yang kedua mengatakan, penghimpunannya
ialah saat hari berbangkit, yaitu di hari kiamat nanti, berdasarkan firman
Allah Swt.:
{وَإِذَا الْوُحُوشُ
حُشِرَتْ}
Dan apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan. (At-Takwir: 5)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حدثنا شعبة، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُنْذِر الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَشْيَاخٍ لَهُمْ،
عَنْ أَبِي ذرٍّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى
شَاتَيْنِ تَنْتَطِحَانِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَدْرِ فِيمَ
تَنْتَطِحَانِ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي،
وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari
Sulaiman, dari Munzir As-Sauri, dari guru-guru mereka, dari Abu Zar, bahwa
Rasulullah Saw. melihat dua ekor domba yang sedang adu tanduk (bertarung), lalu
Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling
menanduk?” Abu Zar menjawab, "Tidak " Nabi Saw. bersabda,
"Tetapi Allah mengetahui, dan Dia kelak akan melakukan peradilan di antara
keduanya."
وَرَوَاهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَمَّنْ
ذَكَرَهُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: بَيْنَا أَنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذِ انْتَطَحَتْ عَنزان، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَتُدْرُونَ فِيمَ انْتَطَحَتَا؟ "
قَالُوا: لَا نَدْرِي. قَالَ: "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي
بَيْنَهُمَا".
Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma'mar, dari
Al-A'masy, dari orang yang disebutkannya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa
ketika para sahabat sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba ada dua
kambing jantan saling menanduk (berlaga). Maka Rasulullah Saw. bersabda: ‘Tahukah
kalian mengapa keduanya tanduk-menanduk?” Mereka (para sahabat) menjawab,
"Kami tidak tahu.” Rasulullah Saw. bersabda, "Tetapi Allah
mengetahui, dan kelak Dia akan mengadakan peradilan di antara keduanya.”
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Kemudian
Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Munzir As-Sauri, dari Abu Zar,
lalu ia menyebutkannya, tetapi ditambahkan bahwa Abu Zar berkata, "Dan
sesungguhnya Rasulullah Saw. meninggalkan kami, sedangkan tidak sekali-kali ada
seekor burung mengepakkan sayapnya di langit melainkan beliau Saw. menceritakan
kepada kami pengetahuan mengenainya."
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي مُسْنَدِ
أَبِيهِ: حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَأَبُو يَحْيَى الْبَزَّارُ قَالَا
حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ نُصير، حَدَّثَنَا شُعْبَة، عَنِ العَوَّام بْنِ مَراجم
-مِنْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ -عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدي، عَنْ
عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الجَمَّاء لَتَقْتَصُّ مِنَ الْقُرَنَاءِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Abdullah ibnu Imam Ahmad telah mengatakan di
dalam kitab musnad ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu
Muhammad dan Abu Yahya Al-Bazzar; keduanya mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Hajjaj ibnu Nasir, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari
Al-Awwam ibnu Muzahim, dari Bani Qais ibnu Sa'labah, dari Abu Usman An-Nahdi,
dari Usman r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya hewan
yang tidak bertanduk benar-benar akan menuntut hukum qisas terhadap hewan yang
bertanduk (yang telah menanduknya) kelak di hari kiamat.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu
Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: melainkan umat-umat (juga) seperti
kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38) Bahwa semua makhluk kelak di hari
kiamat dihimpunkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya,
burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Allah pada hari itu
menaungi semuanya sehingga hewan yang tidak bertanduk mengqisas hewan bertanduk
yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, "Jadilah kamu
sekalian tanah." Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan,
seperti yang disitir oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu
adalah tanah. (An-Naba: 40)
Hal ini telah diriwayatkan secara marfu’ di
dalam hadis yang menceritakan sur (sangkakala).
****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ}
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami adalah pekak, bisu, dan berada dalam gelap gulita. (Al-An'am: 39)
Yakni perumpamaan mereka dalam kejahilannya dan
keminiman ilmunya serta ketiadaan pengertiannya sama dengan orang yang tuli
tidak dapat mendengar, bisu tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam
kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat
petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar dari apa yang mengungkungnya.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menggambarkan
keadaan mereka, yaitu:
{مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ
الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ
بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ * صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ
فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan
kembali (ke jalan yang benar). (Al-Baqarah: 17-18)
Sama pula dengan apa yang digambarkan oleh Allah
Swt. dalam firman lainnya:
{أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي
بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ
ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا
وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ}
Atau seperti gelap gulita di lautan yang
dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa
yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai
cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40)
Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{مَنْ يَشَأِ اللَّهُ
يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya),
niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya
petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. (Al-An'am:
39)
Yakni Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut
apa yang dikehendakinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar