تَفْسِيرُ سُورَةِ الرَّعْدِ
Makkiyyah,
43 ayat kecuali ayat 31 dan 43, Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ar-Ra'd, ayat 1
{المر تِلْكَ آيَاتُ
الْكِتَابِ وَالَّذِي أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ (1) }
Alif Lam Mim Ra. Ini
adalah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur'an). Dan
Kitab yang,diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah benar, tetapi kebanyakan
manusia tidak beriman (kepadanya).
Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang
terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah dikemukakan pada tafsir permulaan
surat Al-Baqarah.
Telah disebutkan pula bahwa setiap surat yang
dimulai dengan huruf-huruf ini mengandung pengertian kemenangan bagi Al-Qur'an
dan penjelasan yang mengisyaratkan bahwa penurunan Al-Qur'an dari sisi Allah
adalah benar, tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya. Karena itulah
disebutkan:
{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ}
Ini adalah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur'an).
(Ar-Ra'd: l)
Artinya, ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut
pendapat lain adalah Taurat dan Injil, menurut Mujahid dan Qatadah. Tetapi
pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, bahkan pengertian itu
jauh dari kebenaran. Kemudian pada firman selanjutnya disebutkan sifat
Al-Qur'an lainnya, yaitu:
{وَالَّذِي أُنزلَ إِلَيْكَ}
Dan Kitab yang diturunkan kepadamu. (Ar-Ra'd:
1)
hai Muhammad,
{مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ}
dari Tuhanmu itu adalah benar. (Ar-Ra'd:
1)
Ayat ini merupakan khabar dari Mubtada yang
ada sebelumnya, yaitu firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ}
Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(Ar-Ra'd: 1)
Inilah tafsir yang benar yang bertentangan dengan
tafsir yang dikemukakan oleh Qatadah dan Mujahid.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa
huruf wawu yang ada dalam ayat ini adalah zaidah (tambahan) atau ataf
sifat kepada sifat, seperti yang telah kami sebutkan di atas. Ibnu
Jarir memperkuat pendapatnya dengan dalil ucapan seorang penyair yang
mengatakan:
إِلَى المَلك القَرْمِ وَابْنِ الهُمَام ... وَلَيث الْكَتِيبَةِ فِي
المُزْدَحَمْ
Kepada
Raja Al-Qarm, putera Al-Hammam, si singa dalam medan pertempuran.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يُؤْمِنُونَ}
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).
(Ar-Ra'd: 1)
Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di
dalam firman-Nya dalam ayat berikut:
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ
بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman,
walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)
Dengan kata lain, sekalipun duduk perkara agama
ini telah jelas dan gamblang, tetapi kebanyakan dari mereka tidaklah beriman
karena perpecahan, keingkaran, dan kemunafikan yang ada di antara mereka.
Ar-Ra'd, ayat 2
{اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ
السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الأمْرَ
يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ (2) }
Allah-lah yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana)
yang kalian lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan
matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kalian meyakini pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian.
Allah Swt. menceritakan tentang kesempurnaan
kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, bahwa dengan seizin dan perintah-Nya
langit ditinggikan tanpa pilar penyangga. Bahkan dengan seizin dan perintah-Nya
serta penundukan dari-Nya, langit ditinggikan dari bumi dalam jarak yang
tingginya tak terperikan dan tak terjangkau oleh ukuran. Langit pertama
mengelilingi bumi dan sekitarnya —termasuk air dan udara— dari semua arah dan
kawasannya serta berada jauh tinggi dari semuanya dengan ketinggian yang merata
dari semua sisinya. Jarak antara langit pertama dan bumi dari setiap arah
adalah perjalanan lima ratus tahun, sedangkan ketebalan langit pertama juga
sejauh perjalanan lima ratus tahun. Kemudian langit kedua mengelilingi langit
pertama beserta semua isinya, dan jarak antara langit pertama ke langit kedua
adalah lima ratus tahun perjalanan, sedangkan ketebalan langit kedua adalah
perjalanan lima ratus tahun. Demikian pula seterusnya pada langit yang ketiga,
langit keempat, langit kelima, langit keenam, dan langit ketujuh. Allah Swt.
telah berfirman:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ}
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan
seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"مَا السماواتُ السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ
فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلاة، وَالْكُرْسِيِّ فِي
الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي تِلْكَ الْفَلَاةِ
Tiadalah ketujuh langit beserta apa yang ada
di dalamnya dan semua yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan Al-Kursi
kecuali seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir. Dan (tiadalah)
Al-Kursi bila dibandingkan dengan 'Arasy yang agung, melainkan seperti
gelang itu yang berada di padang pasir.
Di dalam riwayat yang lain disebutkan:
"وَالْعَرْشُ لَا يُقَدِّرُ قَدْرَهُ إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ
وَجَلَّ
'Arasy tidak dapat diperkirakan luasnya
kecuali hanya oleh Allah Swt.
Disebutkan dari sebagian ulama Salaf bahwa jarak
antara 'Arasy sampai ke bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun, dan jarak di
antara kedua sisinya adalah perjalanan lima puluh ribu tahun. 'Arasy berupa
yaqut merah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا}
tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian
lihat. (Ar-Ra'd: 2)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan,
Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa langit itu mempunyai
pilar penyangga, tetapi kalian tidak dapat melihatnya.
Lain pula halnya dengan Iyas ibnu Mu'awiyah, ia
mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah, yakni tanpa tiang
penyangga.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah
melalui riwayat yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih sesuai
dengan konteks ayat dan makna lahiriah dari firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى
الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ}
Dan Dia menahan (benda-benda) langit
jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya (Al-Hajj: 65)
Dengan demikian, berarti firman Allah Swt. yang
menyebutkan: (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd: 2) mengukuhkan
ketiadaan hal tersebut, yakni langit ditinggikan tanpa memakai tiang penyangga
seperti yang kalian lihat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Yang
Mahasempurna.
Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt yang
syairnya beriman tetapi kalbunya kafir, seperti yang disebutkan di dalam hadis,
lalu diriwayatkan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail r.a., yaitu:
وأنتَ
الَّذِي مِنْ فَضْل مَنٍّ وَرَحْمَة ... بَعَثتَ إلى مُوسَى رَسُولا مُنَاديا ...
فقلت
له: فاذهَبْ وهارونَ فادعُوَا ... إِلَى اللَّهِ فرْعَونَ الَّذِي كانَ طَاغيا ...
وَقُولا
لَهُ: هَلْ أنتَ سَوّيت هَذه ... بِلَا [وتَد حَتَّى اطْمَأَنَّتْ كَمَا هِيَا
وقُولا
له: أأنتَ رَفَّعتَ هَذه ... بلا] عَمَد أرْفِقْ إذَا بَِك بانيَا؟ ...
وَقُولا
لَه: هَل أنتَ سَوَّيت وَسْطَهَا ... مُنيرًا إِذَا مَا جَنَّك الليَّل هاديا
وقُولا
لَهُ: مَنْ يُرْسِلُ الشَّمس غُدوةً ... فيُصبحَ مَا مَسَّتْ مِنَ الأرضِ ضَاحيا? ...
وَقُولا
لَهُ: مَن يُنْبِت الحَبَّ فِي الثَّرَى ... فيُصبحَ مِنْه العُشب يَهَْتُّز رَابيا? ...
وَيُخِرجُ منْه حَبَّه فِي رُءُوسِهِ ... فَفِي ذَاكَ آياتٌ لِمنْ
كَانَ وَاعيَا
Engkaulah
Yang telah melimpahkan anugerah dan rahmat kepada Musa, Engkau utus dia sebagai
rasul menyeru (manusia
menyembah-Mu).
Engkau
katakan kepadanya, "Pergilah kamu bersama Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah,
dia adalah orang yang melampaui batas.
Katakanlah
olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang telah menghamparkan bumi ini tanpa
pasak sehingga ia dapat terhamparkan seperti sekarang?'
Dan
katakan olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu yang telah meninggikan langit ini
tanpa tiang, atau apakah kamu yang membangun di atasnya?'
Dan
katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menyempurnakan
penciptaan tengah-tengah langit yang dapat memberikan petunjuk kepadamu dengan
sinar bintang-bintangnya di saat malam hari menyelimutimu?'
Katakanlah
olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang mengirimkan matahari di siang hari,
lalu permukaan bumi yang terkena sinarnya menjadi jelas kelihatan?'
Dan
katakan olehmu berdua, 'Siapakah yang menumbuhkan biji-bijian di bumi, lalu
tumbuhlah darinya tumbuh-tumbuhan yang subur dan semarak, dan pada ujung
tumbuh-tumbuhan itu keluar biji-bijian?'
Maka
pada kesemuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang
berpikir.”
*******************
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ}
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Ar-Ra'd:
2)
Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir
surat Al-A'raf, bahwa penyebutan sifat ini bagi Allah disertai dengan
pengertian tanpa menggambarkan dan tanpa menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun,
Mahasuci Allah dari segala misal dan perumpamaan, lagi Mahatinggi dengan
ketinggian yang setinggi-tingginya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ
يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى}
dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. (Ar-Ra'd: 2)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah
matahari dan bulan terus beredar sampai batas waktu penghentiannya, yaitu
dengan terjadinya hari kiamat. Perihalnya sama dengan pengertian yang
terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا}
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. (Yasin:
38)
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah
matahari dan bulan berjalan sampai ke tempat menetapnya, yaitu di bawah 'Arasy
yang bersebelahan dengan perut bumi dari sisi lainnya. Matahari dan semua
bintang-bintang langit apabila telah sampai di tempat itu, maka letaknya sangat
berjauhan dengan 'Arasy. Karena sesungguhnya menurut pendapat yang benar
berdasarkan dalil-dalil yang ada, bentuk 'Arasy seperti kubah yang menutupi
semesta alam, bukan mengelilinginya seperti semua bintang, mengingat 'Arasy
mempunyai kaki-kaki dan ada para malaikat penyangga 'Arasy yang menyangganya.
Dan hal seperti ini tidak tergambarkan pada suatu bentuk yang bundar. Hal ini
jelas bagi orang yang memikirkan ayat-ayat dan hadis-hadis sahih yang
menerangkan tentangnya.
Penyebutan matahari dan bulan dikarenakan
keduanya adalah dua bintang yang paling menonjol di antara tujuh bintang yang
beredar lainnya, sedangkan bintang-bintang yang beredar lebih utama daripada
bintang yang tetap (tidak beredar). Apabila Allah telah menundukkan keduanya,
maka terlebih lagi semua bintang lainnya, lebih utama, seperti yang
diisyaratkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ
وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ}
Janganlah bersujud kepada matahari dan
janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang
menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fushshilat:
37)
Hal ini telah dijelaskan pula dalam ayat lainnya,
yaitu:
{وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ}
dan (diciptakan-Nya pula) matahari,
bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan
semesta alam. (Al-A'raf: 54)
Mengenai firman Allah Swt.:
{يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ
رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ}
Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya
kalian meyakini pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian. (Ar-Ra'd: 2)
Artinya, menjelaskan tanda-tanda dan dalil-dalil
yang menunjukkan bahwa Dialah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, dan bahwa
Dia dapat menghidupkan kembali makhluk, bila Dia menghendakinya, seperti Dia
memulai penciptaannya.
Ar-Ra'd, ayat 3-4
{وَهُوَ الَّذِي مَدَّ
الأرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ
فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (3) وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ
وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ
يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (4) }
Dan Dialah Tuhan yang
membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan
menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam
kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi
ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas
sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Setelah menyebutkan tentang alam langit, maka
Allah menyebutkan kekuasaan, kebijaksanaan, dan hukum-hukumnya di alam bagian
bawah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ}
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi. (Ar-Ra'd:
3)
Yaitu menjadikannya luas membentang secara
memanjang dan melebar, lalu Allah memancangkan gunung-gunung yang kokoh dan
tinggi-tinggi untuk memantapkannya, serta mengalirkan padanya sungai-sungai,
mata air-mata air, dan sungai-sungai kecil untuk mengairi segala sesuatu yang
Dia ciptakan padanya, yaitu buah-buahan yang beraneka ragam warna, bentuk,
rasa, dan baunya. berpasang-pasangan. (Ar-Ra'd: 3) Artinya, dari
tiap jenis ada dua macam yang berpasangan.
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ}
Allah menutupkan malam kepada siang. (Ar-Ra'd:
3)
Dia menjadikan masing-masing dari keduanya
menyusul yang lainnya dengan cepat. Dengan kata lain, apabila yang satunya
pergi, maka yang lainnya datang; dan apabila yang lainnya pergi, maka yang
satunya datang. Allah pulalah yang mengatur waktu, sebagaimana Dia mengatur
tempat dan penduduknya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Ar-Ra'd:
3)
Yakni memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah,
kebijaksanaan, dan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ}
Dan di bumi itu terdapat bagian-bagian yang
berdampingan. (Ar-Ra'd: 4)
Yaitu kawasan-kawasan yang satu sama lainnya
berdampingan, tetapi yang satunya berpembawaan subur, dapat menumbuhkan segala
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia; sedangkan yang lainnya tandus, tidak
dapat menumbuhkan sesuatu pun.
Demikianlah menurut riwayat dari Ibnu Abbas,
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang.
Dan termasuk ke dalam pengertian ayat ini
perbedaan warna tanah masing-masing kawasan, ada yang berwarna merah, ada yang
putih, ada yang kuning, ada yang hitam, ada yang berbatu, ada yang mudah
ditanami, ada yang berpasir, ada yang keras, dan ada yang gembur; masing-masing
berdampingan dengan yang lainnya, tetapi masing-masing memiliki sifat dan
spesifikasi yang berbeda-beda. Semuanya itu menunjukkan keberadaan Tuhan yang
menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya.-Tidak ada Tuhan selain Dia,
dan tidak ada Rabb selain Dia.
Firman Allah Swt.:
{وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ
وَنَخِيلٌ}
dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman, dan
pohon kurma. (Ar-Ra'd: 4)
Lafaz zar'un dan nakhilun dapat
dibaca rafa' dengan ketentuan bahwa keduanya di-'ataf-kan kepada lafaz fannatun.
dan bila dibaca zar'in dan nakhilin, berarti di-'ataf-kan
kepada lafaz a'nabin. Karena itulah ada dua golongan para imam yang masing-masing
membacanya dengan bacaan tersebut.
Firman Allah Swt.:
{صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ}
yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Ar-Ra'd:
4)
As-sinwan artinya pohon yang bercabang,
seperti delima, pohon tin, dan sebagian pohon kurma serta lain-lainnya.
Sedangkan gairu sinwan artinya yang tidak bercabang, melainkan hanya
satu pokok saja. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan bahwa paman
seseorang sama kedudukannya dengan ayahnya; seperti yang disebutkan di dalam
hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Umar:
"أَمَّا شَعَرْتَ أَنَّ عَمَّ الرَّجُلِ صِنْوُ أَبِيهِ؟
"
Tidakkah engkau ketahui bahwa paman seseorang
itu setara dengan ayahnya.
Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan
dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang mengatakan bahwa As-sinwan artinya
beberapa pohon kurma yang tumbuh dari satu batang pohon. Dan gairu sinwan artinya
yang terpisah-pisah (yakni berbeda batangnya). Itulah yang dikatakan oleh Ibnu
Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta
lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ
بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ}
disirami dengan air yang sama, Kami melebihkan
sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd:
4)
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami
melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd:
4) Lalu Nabi Saw. bersabda bahwa ada yang pahit, ada yang hambar, ada yang
manis, dan ada yang asam.
Hadis riwayat Imam Turmuzi, dan ia mengatakan
bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Dengan kata lain, perbedaan pada buah-buahan dan
tanam-tanaman ini adalah dalam hal bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, dan
bunga-bunganya. Sebagian di antaranya ada yang berasa manis sekali, yang
lainnya ada yang sangat kecut, ada yang sangat pahit, ada yang berasa hambar,
dan yang lainnya lagi ada yang berasa segar. Ada pula yang pada mulanya berasa kecut,
kemudian berubah berasa lain (manis) dengan seizin Allah. Warna masing-masing
ada yang kuning, ada yang merah, ada yang putih, ada yang hitam dan ada yang
biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya, padahal semuanya menyandarkan
kehidupannya dari satu sumber, yaitu air; tetapi kejadiannya berbeda-beda
dengan perbedaan yang cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuanya itu
terkandung tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikirannya.
Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan akan Penciptanya,
yang dengan kekuasaan-Nya dijadikan berbeda segala sesuatunya, Dia
menciptakannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Ar-Ra'd: 4)
Ar-Ra'd, ayat 5
{وَإِنْ تَعْجَبْ فَعَجَبٌ
قَوْلُهُمْ أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ أُولَئِكَ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ
وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (5) }
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut
mengherankan adalah ucapan mereka, "Apabila kami telah menjadi tanah,
apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?”
Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya, dan orang-orang itulah (yang
dilekatkan) belenggu di lehernya, mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi
Muhammad Saw.:
{وَإِنْ تَعْجَبْ}
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu
herankan. (Ar-Ra'd: 5)
Artinya, heran melihat kedustaan orang-orang
musyrik terhadap hari berbangkit, padahal mereka menyaksikan tanda-tanda
(kekuasaan) Allah dan bukti-bukti (kebesaran-Nya) pada makhluk-Nya, yang
menunjukkan bahwa Dia Mahakuasa atas semua apa yang dikehendaki-Nya. Mereka
juga telah mengakui bahwa Allah-lah yang memulai penciptaan segala sesuatu;
Dialah yang mengadakannya, padahal sebelum itu tidak ada. Sesudah itu mereka
berbalik mendustakan berita dari Allah yang menyatakan bahwa Dia kelak akan
menghidupkan kembali semua umat dalam penciptaan yang baru, padahal mereka
telah mengakui dan menyaksikan hal-hal yang lebih menakjubkan daripada apa yang
mereka dustakan terhadap Allah itu. Maka hal yang lebih mengherankan adalah
ucapan mereka yang mengatakan:
{أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا أَئِنَّا لَفِي
خَلْقٍ جَدِيدٍ}
Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami
sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru? (Ar-Ra'd:
5)
Setiap orang yang berilmu dan berakal telah
mengetahui bahwa penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan
manusia, dan bahwa Tuhan yang telah memulai penciptaan makhluk-Nya, lebih mudah
bagiNya untuk menghidupkannya kembali setelah semuanya mati, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lainnya melalui firman Allah Swt.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ
يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah
karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Al-Ahqaf: 33)
Selanjutnya Allah menyebutkan nasib orang-orang
yang mendustakan hal ini melalui firman-Nya:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ
وَأُولَئِكَ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ}
Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya;
dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu dilehernya. (Ar-Ra'd:
5)
Yakni dengan belenggu-belenggu itu mereka diseret
ke dalam neraka,
{وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ}
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. (Ar-Ra'd:
Maksudnya, mereka tinggal di dalam neraka untuk
selama-lamanya, tidak akan dipindahkan darinya, tidak pula dilenyapkan.
Ar-Ra'd, ayat 6
{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ وَقَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلاتُ
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ
لَشَدِيدُ الْعِقَابِ (6) }
Mereka meminta
kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa,
sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam
contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan
(yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya.
Firman Allah Swt.:
{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ}
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya).
(Ar-Ra'd: 6)
Yakni mereka yang mendustakanmu.
{بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ}
siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan.
(Ar-Ra'd: 6)
yang dimaksud dengan sayyi-ah dalam ayat
ini ialah siksaan, seperti yang diberitakan oleh Allah Swt. tentang mereka
melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نزلَ
عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ * لَوْ مَا تَأْتِينَا بِالْمَلائِكَةِ
إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ * مَا نُنزلُ الْمَلائِكَةَ إِلا بِالْحَقِّ وَمَا
كَانُوا إِذًا مُنْظَرِينَ}
Mereka berkata, "Hai orang yang
diturunkan Al-Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.
Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk
orang-orang yang benar?” Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk
membawa azab) dan tiadalah mereka ketika itu diberi tangguh. (Al-Hijr:
6-8)
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالْعَذَابِ
Dan mereka meminta kepadamu supaya segera
diturunkan azab. (Al-Ankabut: 53), hingga akhir ayat berikutnya.
{سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ
وَاقِعٍ}
Seorang peminta telah meminta kedatangan azab
yang bakal terjadi. (Al-Ma'arij: 1)
{يَسْتَعْجِلُ بِهَا
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا
وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ}
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari
kiamat meminta supaya hari (kiamat) itu disegerakan datangnya dan
orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan merasa yakin bahwa kiamat
itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّلْ لَنَا قِطَّنَا
قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ}
Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami,
cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan pada kami.” (Shad: 16),
hingga akhir ayat.
Maksudnya, segerakanlah siksaan dan hisab kami.
Perihal mereka sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya menyitir perkataan
mereka:
{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا
هُوَ الْحَقَّ }
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang
musyrik) berkata, "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah
yang benar dari sisi Engkau." (Al-Anfal: 32)
Tersebutlah bahwa karena kekerasan mereka dalam
mendustakan, mengingkari, dan mengafiri Rasul Saw., mereka meminta kepada Rasul
Saw. supaya azab Allah disegerakan datangnya kepada mereka. Maka dalam ayat
berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلاتُ}
padahal telah terjadi bermacam-macam contoh
siksa sebelum mereka. (Ar-Ra'd: 6)
Yakni padahal sesungguhnya Kami telah menimpakan
azab kami kepada umat-umat terdahulu, dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran
bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran atas apa yang telah menimpa
mereka.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa seandainya
tiada kesabaran dan pemaafan dari Allah, niscaya Allah akan menyegerakan
azab-Nya atas mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lainnya:
{وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا
كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ}
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia
disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi
makhluk yang melata pun. (Fathir: 45)
Dalam ayat berikut ini pun Allah Swt. berfirman:
{وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ
عَلَى ظُلْمِهِمْ}
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai
ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim. (Ar-Ra'd:
6)
Dengan kata lain, sesungguhnya Allah mempunyai
ampunan dan pemaafan serta menutupi kesalahan manusia, sekalipun mereka berbuat
zalim dan berbuat kesalahan di siang dan malam harinya. Kemudian ketetapan ini
disertai dengan ketetapan lainnya yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah
sangat keras siksaan-Nya; dimaksudkan agar adanya keseimbangan antara harapan
dan rasa takut. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو
رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ}
Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah,
"Tuhan kalian mempunyai rahmat yang luas; dan siksanya tidak dapat ditolak
dari kaum yang berdosa.”(Al-An'am: 147)
{إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ
الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-A'raf: 167)
{نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي
أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ}
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa
sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa
sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50)
Masih banyak ayat lainnya yang semakna, yaitu
yang di dalamnya terkandung makna gabungan antara harapan dan rasa takut.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ
بْنِ المسَيَّب قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو
مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ الْعِقَابِ}
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْلَا عفوُ
اللَّهِ وتجاوُزه، مَا هَنَّأَ أَحَدًا الْعَيْشَ وَلَوْلَا وَعِيدُهُ
وَعِقَابُهُ، لَاتَّكَلَ كُلُّ أَحَدٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab
yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan: Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka
zalim. (Ar-Ra'd: 6), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya
tidak ada pemaafan dan ampunan Allah, tentulah tiada seorang manusia pun yang
hidup tenang; dan seandainya tidak ada ancaman dan siksa-Nya, niscaya semua
orang akan bertawakal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir dalam biografi Al-Hasan Ibnu
Usman Abu Hissan Ar-Ramadi (Az-Ziyadi) meriwayatkan bahwa Al-Hasan bermimpi
melihat Allah Swt. di dalam tidurnya, sedangkan saat itu Rasulullah Saw. Sedan mpunan
(yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim. (Ar-Ra'd: 6)
Setelah itu Al-Hasan terbangun dari tidurnya.
Ar-Ra'd, ayat 7
{وَيَقُولُ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ
وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ (7) }
Orang-orang yang
kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?”
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum
ada orang yang memberi petunjuk (kepadanya).
Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang
musyrik. Mereka mengatakan dengan nada kafir dan ingkar, bahwa mengapa tidak
diturunkan kepadanya suatu tanda (Mukj izat) dari Tuhannya, sebagaimana yang
pernah didatangkan oleh rasul-rasul terdahulu? Mereka pernah pula mengatakan
dengan nada ingkar yang isinya meminta agar Nabi Saw. mengubah Bukit Safa
menjadi emas buat mereka, dan semua bukit di Mekah dilenyapkan, lalu digantikan
dengan ladang-ladang dan sungai-sungai. Allah berfirman menjawab mereka dalam
ayat lainnya:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ
إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi
Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan
karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra:
59), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ}
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi per
ingatan (Ar-Ra'd:7)
Yakni sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan
risalah Allah yang diperintahkan kepadamu untuk menyampaikannya, dan:
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ
اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa
yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
Firman Allah Swt.:
{وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ}
tiap-tiap kaum ada orang yang memberi
petunjuk. (Ar-Ra'd: 7) '
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa bagi masing-masing kaum ada penyerunya (yang menyerukan untuk
menyembah Allah). Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna ayat, bahwa Allah berfirman, "Hai Muhammad, engkau adalah pemberi
peringatan, sedangkan Akulah yang memberi petunjuk (taufik) kepada setiap
kaum." Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad, Sa'id ibnu Jubair,
Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Dari Mujahid, disebutkan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (Ar-Ra'd:
7) Artinya, seorang nabi. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا
نَذِيرٌ}
Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah
ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir: 24)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan
Abdur Rahman ibnu Zaid.
Abu Saleh dan Yahya ibnu Rafi' mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi
petunjuk. (Ar-Ra'd: 7) Yakni ada pemimpinnya.
Abul Aliyah mengatakan bahwa al-hadi artinya
pemimpin; pemimpin itu adalah imam, dan imam artinya beramal.
Dari Ikrimah dan Abud Duha, disebutkan sehubungan
dengan makna firman Allah Swt.: dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi
petunjuk. (Ar-Ra'd: 7) Keduanya mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Nabi
Muhammad Saw.
Malik mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan
bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi petunjuk. (Ar-Ra'd: 7) yang menyeru
mereka untuk (menyembah) Allah Swt.
قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ
يَحْيَى الصُّوفِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحُسَيْنِ الْأَنْصَارِيُّ،
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُسْلِمٍ بَيَّاعٌ الْهَرَوِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ
السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ
هَادٍ} قَالَ: وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ
عَلَى صَدْرِهِ، وَقَالَ: "أَنَا الْمُنْذِرُ، وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ".
وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى مَنْكِبِ عَلَيٍّ، فَقَالَ: "أَنْتَ الْهَادِي يَا
عَلِيُّ، بِكَ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ مِنْ بَعْدِي".
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Yahya As-Sufi, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnul Husain Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu
Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Harawi, dari Ata ibnus Saib, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika
diturunkannya firman Allah Swt.: Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi
peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (Ar-Ra'd:
7) Rasulullah Saw. meletakkan tangan di dadanya, lalu bersabda, "Akulah
pemberi peringatan, dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk."
Kemudian Rasul Saw. mengisyaratkan tangannya tertuju ke pundak sahabat Ali,
lalu bersabda, "Engkaulah orang yang memberi petunjuk, hai Ali; melalui
engkau orang-orang yang mencari petunjuk mendapat petunjuk sesudahku."
Di dalam hadis ini terdapat kemungkaran yang sangat parah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu
Syaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Muttalib ibnu Ziyad, dari As-Saddi,
dari Abdu Khair, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bagi
tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (Ar- Ra'd: 7) Ali
mengatakan bahwa pemberi petunjuk ini adalah seorang lelaki dari kalangan Bani
Hasyim. Al-Junaid mengatakan bahwa dia adalah Ali ibnu Abu Talib r.a.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa hal yang sama
telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam suatu riwayat dari Abu Ja'far Muhammad
ibnu Ali.
Ar-Ra’d, Ayat 8-9
{اللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ
عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ (8) عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ
الْمُتَعَالِ (9) }
Allah mengetahui
apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak; Yang Mahabesar lagi
Mahatinggi.
Allah Swt. menyebutkan tentang ilmu-Nya Yang
Mahasempurna, bahwa tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, dan pengetahuan-Nya
meliputi apa yang berada di dalam kandungan semua wanita. Perihalnya sama
dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ}
dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman:
34)
Yakni apa yang dikandung di dalam rahim, jenis
laki-laki atau perempuan, rupawan atau jelek, celaka atau bahagia, berumur
panjang atau pendek, semuanya diketahui oleh-Nya. Perihalnya sama dengan yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ
مِنَ الأرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا
تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى}
Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)
kalian ketika Dia menjadikan kalian dari tanah dan ketika kalian masih
janin. (An-Najm: 32), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ}
Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (Az-Zumar: 6)
Artinya, Dia menciptakan kalian tahap demi tahap,
seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang lalu tulang belulang, itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (Al-Mu’minun: 12-14)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah
hadis melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"إِنَّ خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مضغة
مثل ذلك، ثم يبعث إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: يَكْتب
رِزْقَهُ، وَعُمُرَهُ، وَعَمَلَهُ، وَشِقِّيٌ أَوْ سَعِيدٌ"
Sesungguhnya kejadian seseorang di antara
kalian dihimpunkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk
nutfah. Kemudian menjadi 'alaqah (segumpal darah) dalam jarak waktu yang
sama, lalu menjadi segumpal daging dalam jarak waktu yang sama. Kemudian Allah
mengirimkan malaikat kepadanya yang diperintahkan untuk mencatat empat
ketentuan, yaitu rezekinya, usianya, amal perbuatannya, dan nasibnya, apakah
celaka atau bahagia.
Di dalam hadis lainnya disebutkan:
"فَيَقُولُ الْمَلَكُ: أيْ رَبِّ، أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟
أَيْ رَبِّ، أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ فَمَا الرِّزْقُ؟ فَمَا الْأَجَلُ؟ فَيَقُولُ
اللَّهُ، وَيَكْتُبُ الْمَلَكُ"
Maka malaikat itu bertanya, " Wahai
Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan. Wahai Tuhanku, apakah dia
bernasib celaka atau bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Berapa lamakah usianya?”
Maka Allah menjawabnya dan malaikat itu mencatatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ}
dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan
yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ،
حَدَّثَنَا مَعْن، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ
ابْنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: لَا يَعْلَمُ
مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ إِلَّا
اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا
تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تقوم الساعة إلا
الله"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Ma'an, telah
menceritakan kepada kami Malik, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci kegaiban ada lima, tiada yang
mengetahuinya selain Allah, yaitu: Tiada yang mengetahui apa yang akan terjadi
besok kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui apa yang terkandung di dalam
rahim kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui bila hujan turun kecuali hanya
Allah, seseorang tidak akan mengetahui di negeri mana ia akan mati, dan tiada
yang mengetahui bila kiamat terjadi kecuali hanya Allah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang
sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Yaitu janin yang gugur. dan kandungan yang
bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Rahim yang sempurna terus bertambah masa
kandungannya hingga melahirkannya dengan sempurna; berbeda dengan rahim yang
kurang sempurna, kelahirannya prematur. Demikian itu karena di antara kaum
wanita ada yang masa kandungannya mencapai sepuluh bulan, ada pula yang masa
kandungannya sembilan bulan. Di antara kaum wanita ada yang masa kandungannya
lebih lama daripada biasanya, ada pula yang kurang dari biasanya. Hal itulah
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat ini, semuanya itu terjadi
berdasarkan pengetahuan dari Allah Swt.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang
bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Yang dimaksud dengan rahim yang kurang sempurna
ialah yang kelahirannya kurang dari sembilan bulan, sedangkan yang bertambah
ialah yang masa kelahirannya lebih dari itu. Ad-Dhahhak mengatakan bahwa ibunya
melahirkannya setelah mengandung selama dua tahun; ketika ia dilahirkan, kedua
gigi serinya telah tumbuh.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Jamilah binti
Sa'd, dari Siti Aisyah yang mengatakan bahwa tiada kandungan yang lamanya lebih
dari dua tahun (kecuali) sekadar bergeraknya bayangan alat tenun.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd:
8) Yakni wanita yang melihat darah keluar dari rahimnya, dan masa kelahiran
yang lebih dari sembilan bulan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Atiyyah
Al-Aufi. Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, dan Ad-Dahhak. Mujahid mengatakan pula
bahwa maksudnya yaitu apabila wanita melihat darah sebelum masa sembilan bulan
kandungan. Mujahid menambahkan atas sembilan bulan hari-hari seperti hari-hari
haid.
Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ibnu Zaid, serta
Mujahid mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan
rahim yang kurang sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Bahwa makna yang dimaksud ialah
bila si wanita yang bersangkutan mengeluarkan darah hingga bayinya lahir secara
prematur. dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Jika wanita yang bersangkutan
tidak mengeluarkan darah, berarti bayi yang dilahirkannya sempurna dan sehat.
Mak-hul mengatakan bahwa janin dalam perut ibunya
tidak meminta, tidak bersedih, dan tidak merengek, melainkan rezekinya datang
sendiri kepadanya dalam perut ibunya dari darah haidnya. Karena itulah wanita
yang hamil tidak haid. Apabila bayi telah lahir, maka ia menangis, dan
tangisannya itu merupakan reaksi terhadap dunianya yang baru. Apabila tali
pusarnya telah dipotong, maka Allah memindahkan rezekinya kepada kedua susu
ibunya agar ia tidak bersedih, tidak meminta, dan tidak merengek. Kemudian
jadilah ia seorang anak balita yang dapat mengambil sesuatu dengan telapak
tangannya, lalu memakannya. Tetapi apabila ia telah berusia balig dan
mengatakan, "Matilah atau terbunuhlah (aku), dari manakah aku mendapat
rezeki?" Maka Mak-hul menjawab, "Celakalah engkau, memang selagi kamu
masih dalam kandungan ibumu Allah memberimu rezeki melalui ibumu. Tetapi bila
kamu telah besar dan berakal, kamu katakan, 'Matilah atau terbunuhlah (aku),
dari mana rezekiku?'." Kemudian Mak-hul membacakan firman-Nya: Allah
mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan. (Ar-Ra'd: 8), hingga
akhir ayat
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar-Ra'd: 8)
Yakni ada batas ajalnya.
Allah mencatat rezeki makhluk-Nya dan ajal
mereka, dan Dia menjadikan hal tersebut ada batasannya yang telah ditentukan.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa salah seorang putri Nabi Saw.
mengirimkan seorang pesuruh kepadanya untuk memberitahukan bahwa anak lelakinya
sedang menjelang ajalnya, dan ia menginginkan Nabi Saw. datang menghadirinya.
Maka Nabi Saw. mengirimkan pesuruh kepada putrinya itu untuk menyampaikan
sabdanya yang mengatakan:
"إِنَّ لِلَّهِ مَا
أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى،
فَمُرُوهَا فَلْتَصْبِرْ وَلِتَحْتَسِبْ"
Sesungguhnya Allah berhak mengambil, dan
Dialah Yang memberi, dan segala sesuatu di sisi-Nya ada balasan yang telah
ditentukannya). Maka perintahkanlah kepadanya agar bersabar dan menghadapinya
dengan harapan akan memperoleh pahala Allah.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ}
Yang mengetahui semua yang gaib dan yang
tampak. (Ar-Ra'd: 9)
Maksudnya, Allah mengetahui segala sesuatu yang
tampak oleh hamba-hamba-Nya dan yang tidak tampak oleh mereka, tiada sesuatu
pun yang tersembunyi bagi-Nya:
{الْكَبِيرُ}
Yang Mahabesar. (Ar-Ra'd: 9)
Yakni Dia Mahabesar atas segala sesuatu.
{الْمُتَعَالِ}
lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9)
Yaitu Mahatinggi atas segala sesuatu. Dalam ayat
lain disebutkan: ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaq:
12) Dia berkuasa atas segala sesuatu. Maka tunduklah semua diri kepadaNya, dan
takluklah semua hamba kepada-Nya, baik dengan senang hati ataupun terpaksa.
Ar-Ra'd, ayat 10-11
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ
أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ
وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ (10) لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ
خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ
سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (11) }
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan
ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang
bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang
hari. Bagi manusia ada malaikal-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali lak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.
Allah Swt. menceritakan perihal ilmu-Nya yang
meliputi segala sesuatu dan semua- makhluk-Nya. Sama saja bagi Allah apakah
sebagian dari mereka merahasiakan ucapannya atau berterus terang, sesungguhnya
Allah mendengar semuanya, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Sama
halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ
يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka
sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7)
{وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ
وَمَا تُعْلِنُونَ}
dan Yang mengetahui apa yang kalian
sembunyikan dan apa yang kalian nyalakan. (An-Naml: 25)
Siti Aisyah r.a. telah mengatakan, "Mahasuci
Tuhan yang pendengaranNya meliputi semua suara. Demi Allah, sesungguhnya
wanita yang menggugat datang kepada Rasulullah Saw. mengadukan perihal
suaminya, sedangkan saat itu aku sedang berada di sebelah rumah; dan
sesungguhnya Rasulullah Saw. menyembunyikan sebagian dari ucapannya dariku,
lalu turunlah firman Allah Swt. yang mengatakan:
{قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي
تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ
تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ}
'Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya)
kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. '(Al-Mujadilah: 1)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ}
dan siapa yang bersembunyi di malam hari. (Ar-Ra'd:
10)
Maksudnya, bersembunyi di dalam rumahnya di
kegelapan malam hari.
{وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
dan yang berjalan (menampakkan diri) di
siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
Yaitu menampakkan dirinya berjalan di siang hari.
Kedua keadaan tersebut sama saja bagi ilmu Allah, yakni Dia mengetahui semuanya
dengan sama. Hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ
يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ}
Ingatlah di waktu mereka menyelimuti dirinya
dengan kain. (Hud: 5), hingga akhir ayat.
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ
وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا
عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ
مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَلا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ
وَلا أَكْبَرَ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Kalian tidak berada dalam suatu keadaan dan
tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kalian tidak mengerjakan suatu
pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian
melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom)
di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang
lebih besar daripada itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz). (Yunus: 61)
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ
وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)
Artinya, ada malaikat-malaikat yang selalu
menjaga hamba Allah secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di
siang hari untuk menjaganya dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan.
Sebagaimana bergiliran pula kepadanya malaikat-malaikat lainnya yang bertugas
mencatat semua amal baik dan amal buruknya; mereka menjaganya secara
bergiliran, ada yang di malam hari, ada yang di siang hari —yaitu di sebelah
kanan dan sebelah kirinya— bertugas mencatat semua amal perbuatan hamba yang
bersangkutan. Malaikat yang ada di sebelah kanannya mencatat amal-amal baiknya,
sedangkan yang ada di sebelah kirinya mencatat amal-amal buruknya.
Selain dari itu ada dua malaikat lain lagi yang
bertugas menjaga dan memeliharanya; yang satu ada di belakangnya, yang lain ada
di depan. Dengan demikian, seorang hamba dijaga oleh empat malaikat di siang
harinya, dan empat malaikat lagi di malam harinya secara bergantian, yaitu
malaikat yang menjaga dan yang mencatat, seperti yang disebutkan di dalam hadis
sahih:
"يَتَعَاقَبُونَ
فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي
صَلَاةِ الصُّبْحِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ، فَيَصْعَدُ إِلَيْهِ الَّذِينَ بَاتُوا
فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بكم:
كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ
يُصَلُّونَ، وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ"
Malaikat-malaikat di malam hari dan
malaikat-malaikat di siang hari silih berganti menjaga kalian, dan mereka
berkumpul di waktu salat Subuh dan salat Asar. Maka naiklah para malaikat yang
menjaga kalian di malam hari, lalu Tuhan Yang Maha Mengetahui keadaan kalian
menanyai mereka, "Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?”
Mereka (para malaikat malam hari) menjawab, "Kami datangi mereka
sedang mereka dalam keadaan salat dan kami tinggalkan mereka sedang mereka
dalam keadaan salat."
Di dalam hadis lain disebutkan:
"إِنَّ مَعَكُمْ مَنْ لَا يُفَارِقَكُمْ إِلَّا عِنْدَ
الْخَلَاءِ وَعِنْدَ الْجِمَاعِ، فَاسْتَحْيُوهُمْ وَأَكْرِمُوهُمْ"
Sesungguhnya bersama kalian selalu ada
malaikat-malaikat yang tidak pernah berpisah dengan kalian, terkecuali di saat
kalian sedang berada di kakus dan ketika kalian sedang bersetubuh, maka malulah
kalian kepada mereka dan hormatilah mereka.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah (Ar-Ra'd: 11) Yang bergiliran dari Allah
adalah para malaikat-Nya.
Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: mereka menjaganya atas perintah
Allah. (Ar-Ra'd: 11) Para malaikat itu ditugaskan untuk menjaganya di depan
dan di belakangnya. Apabila takdir Allah telah memutuskan sesuatu terhadap
hamba yang bersangkutan, maka para malaikat itu menjauh darinya.
Mujahid mengatakan bahwa tiada seorang hamba pun
melainkan ada malaikat yang ditugaskan untuk menjaganya di saat ia tidur dan di
saat ia terbangun, yakni menjaganya dari kejahatan jin, manusia, dan hewan
buas. Tiada sesuatu pun dari makhluk itu yang datang kepada hamba yang
bersangkutan dengan tujuan untuk memudaratkannya, melainkan malaikat penjaga
itu berkata kepadanya, "Pergilah ke belakangmu!" Kecuali apabila ada
sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah, maka barulah dapat mengenainya.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Habib ibnu Abu
Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya. (Ar-Ra'd: 11) Bahwa yang dimaksud
adalah seorang raja dari kalangan para raja di dunia ini, ia mempunyai
penjagaan yang berlapis-lapis di sekelilingnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya. (Ar-Ra'd: 11) Yakni pejabat yang diangkat oleh sultan selalu
dikawal oleh penjaga.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ikrimah
mengatakan bahwa mereka adalah para amir yang dikawal oleh para penjaga di
depan dan di belakangnya. Ad-Dahhak mengatakan, yang dimaksud adalah sultan
(penguasa) yang dijaga atas perintah Allah, padahal penguasa-penguasa itu
adalah orang-orang musyrik.
Makna lahiriah ayat ini —hanya Allah yang lebih
mengetahui— bahwa yang dimaksud oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Ad-Dahhak dalam
ungkapannya masing-masing menunjukkan bahwa penjagaan para malaikat kepada
setiap hamba Allah menyerupai penjagaan para pengawal kepada raja dan amir
mereka.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir sehubungan dengan hal
ini telah meriwayatkan sebuah hadis garib. Ia mengatakan:
حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ
السَّلَامِ بْنِ صَالِحٍ الْقُشَيْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ جَرِيرٍ، عَنْ
حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ كِنَانَةَ
الْعَدَوِيِّ قَالَ: دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنِ
الْعَبْدِ، كَمْ مَعَهُ مَنْ مَلَكٍ ؟ فَقَالَ: "مَلَكٌ عَلَى يَمِينِكَ
عَلَى حَسَنَاتِكَ، وَهُوَ آمِرٌ عَلَى الَّذِي عَلَى الشِّمَالِ، إِذَا عَمِلْتَ
حَسَنَةً كُتِبَتْ عَشْرًا، فَإِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً قَالَ الَّذِي عَلَى
الشِّمَالِ لِلَّذِي عَلَى الْيَمِينِ: أَكْتُبُ؟ قَالَ: لَا لَعَلَّهُ
يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَيَتُوبُ. فَإِذَا قَالَ ثلاثا قال: نَعَمْ،
اكْتُبْ أَرَاحَنَا اللَّهُ مِنْهُ، فَبِئْسَ الْقَرِينُ. مَا أَقَلَّ
مُرَاقَبَتَهُ لِلَّهِ وَأَقَلَّ اسْتِحْيَاءَهُ مِنَّا". يَقُولُ اللَّهُ:
{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18] وَمَلَكَانِ
مِنْ بَيْنِ يَدَيْكَ وَمَنْ خَلْفِكَ، يَقُولُ اللَّهُ: {لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ} وَمَلَكٌ
قَابِضٌ عَلَى نَاصِيَتِكَ، فَإِذَا تَوَاضَعْتَ لِلَّهِ رَفَعَكَ، وَإِذَا
تَجَبَّرْتَ عَلَى اللَّهِ قَصَمَكَ، وَمَلَكَانِ عَلَى شَفَتَيْكَ، لَيْسَ
يَحْفَظَانِ عَلَيْكَ إِلَّا الصَّلَاةَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَمَلَكٌ قَائِمٌ عَلَى فِيكَ لَا يَدَع الْحَيَّةَ أَنَّ تَدَخُلَ فِي
فِيكَ، وَمَلَكَانِ عَلَى عَيْنَيْكَ فَهَؤُلَاءِ عَشْرَةُ أَمْلَاكٍ عَلَى كُلِّ
آدَمِيٍّ يَنْزِلُونَ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ عَلَى مَلَائِكَةِ النَّهَارِ؛
لِأَنَّ مَلَائِكَةَ اللَّيْلِ سِوَى مَلَائِكَةِ النَّهَارِ، فَهَؤُلَاءِ
عِشْرُونَ مَلَكًا عَلَى كُلِّ آدَمِيٍّ وَإِبْلِيسُ بِالنَّهَارِ وَوَلَدُهُ
بِاللَّيْلِ"
telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdus Salam ibnu Saleh Al-Qusyairi, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Jarir. dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul
Humaid ibnu Ja'far, dari Kinanah Al-Adawi yang mengatakan bahwa Usman ibnu
Affan masuk ke dalam rumah Rasulullah Saw., lalu ia bertanya, "Wahai
Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang seorang hamba, ada berapa malaikatkah
yang selalu menyertainya?" Rasulullah Saw. bersabda, "Seorang
malaikat berada di sebelah kananmu yang mencatat amal baikmu, ia adalah kepala
(pemimpin) dari malaikat yang ada di sebelah kirimu. Apabila kamu melakukan
suatu kebaikan, maka dicatatkan sepuluh kebaikan; dan apabila kamu mengerjakan
suatu keburukan (dosa), maka malaikat yang ada di sebelah kirimu berkata kepada
malaikat yang ada di sebelah kananmu, ' Bolehkah aku mencatatnya?' Malaikat
yang di sebelah kanan menjawab, 'Jangan, barangkali dia memohon ampun kepada
Allah dan bertobat kepada-Nya.' Malaikat yang ada di sebelah kiri meminta izin
kepada yang ada di sebelah kanan sebanyak tiga kali. Dan apabila dia telah
meminta izin sebanyak tiga kali, maka barulah malaikat yang di sebelah kanan
berkata, 'Catatlah, semoga Allah membebaskan kita darinya. Seburuk-buruk orang
yang kita temani adalah orang yang sedikit perasaan muraqabah-nya (diawasi oleh
Allah) dan sedikit malunya terhadap kita.' Allah Swt. berfirman: 'Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir. '(Qaf: 18) Ada dua malaikat lagi, yang seorang berada
di hadapanmu, dan yang seorang lagi berada di belakangmu. Allah Swt. berfirman:
'Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya.' (Ar-Ra'd: 11), hingga akhir ayat. Ada malaikat
yang memegang ubun-ubunmu. Apabila kamu merendahkan diri karena Allah, maka
malaikat itu mengangkatmu; dan apabila kamu berlaku congkak, maka malaikat itu
membenamkanmu. Ada dua malaikat yang berada di kedua bibirmu, keduanya tidak
menjagamu selain bila kamu membaca salawat untuk Nabi Muhammad Saw. Dan seorang
malaikat yang menjaga mulutmu, dia tidak akan membiarkan mulutmu dimasuki oleh
ular. Dan dua malaikat lagi yang ada di kedua matamu, seluruhnya ada sepuluh
malaikat untuk tiap-tiap manusia. Malaikat-malaikat yang bertugas di malam hari
turun untuk menggantikan malaikat-malaikat yang bertugas di siang hari, karena
malaikat malam hari lain dengan malaikat siang hari, mereka berjumlah dua puluh
malaikat untuk setiap manusia. Sedangkan iblis bekerja di siang hari dan
anaknya bekerja di malam hari."
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan:
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ
عَامِرٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي مَنْصُورٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي
الْجَعْدِ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ
وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ وَقَرِينُهُ مِنَ الْمَلَائِكَةِ".
قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "وَإِيَّايَ، وَلَكِنْ
أَعَانَنِي اللَّهُ عَلَيْهِ (4) فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ".
telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Mansur, dari
Salim ibnu Abul Ja'd, dari ayahnya, dari Abdullah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Tiada seorang pun di antara kalian
melainkan telah ditugaskan untuk menemaninya teman dari jin dan teman dari
malaikat.” Mereka bertanya, "Juga engkau, wahai Rasulullah?”
Rasulullah Saw. menjawab, "Juga diriku ini, tetapi Allah menolongku
terhadap gangguannya. Karena itu, tiadalah menganjurkan kepadaku kecuali hanya
kebaikan belaka.”
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid
(menyendiri).
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd:
11)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah
mereka menjaganya atas perintah dari Allah Swt. Demikianlah menurut riwayat Ali
ibnu Abu Talhah dan lain-lainnya, dari Ibnu Abbas. Pendapat ini dipegang oleh
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ibrahim An-Nakha'i, dan lain-lainnya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11) Menurut
sebagian qiraat, ada yang membacanya dengan bacaan berikut: Yahfazunahu
biamrillah, yakni mereka menjaganya dengan perintah Allah.'
Ka'bul Ahbar mengatakan, "Seandainya tampak
bagi anak Adam semua kemudahan dan semua kesulitan, tentulah ia akan melihat
segala sesuatu dari hal tersebut sebagai sesuatu yang meyakinkannya. Sekiranya
Allah tidak menugaskan malaikat-malaikat untuk menjaga kalian dalam makanan,
minuman, serta aurat kalian, niscaya kalian akan binasa."
Abu Umamah mengatakan bahwa tiada seorang anak
Adam pun melainkan ditemani oleh malaikat yang menjaganya hingga ia
menyerahkannya kepada apa yang telah ditakdirkan bagi anak Adam yang
bersangkutan.
Abu Mijlaz mengatakan bahwa seorang lelaki dari
Bani Murad datang kepada Ali r.a. yang sedang salat, lalu lelaki itu berkata,
"Hati-hatilah engkau, karena sesungguhnya ada sejumlah orang dari Bani
Murad yang ingin membunuhmu." Maka Ali r.a. menjawab, "Sesungguhnya
setiap orang lelaki selalu ditemani oleh dua malaikat yang menjaganya dari
hal-hal yang tidak ditakdirkan untuknya. Apabila takdir telah datang untuknya,
maka kedua malaikat itu menjauh darinya. Sesungguhnya ajal itu adalah benteng
yang sangat kuat."
Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd:
11) Yakni berdasarkan perintah dari Allah Swt. Seperti yang disebutkan di dalam
hadis, bahwa mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah pendapatmu tentang ruqyah (pengobatan memakai jampi) yang
biasa kita gunakan? Apakah ia dapat menolak sesuatu dari takdir Allah?"
Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
"هِيَ مَنْ قَدَر الله"
Ruayah itu sendiri termasuk bagian dari takdir
Allah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu
Gayyas, dari Asy'as, dari Jahm, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah pernah
memerintahkan kepada salah seorang nabi dari kalangan kaum Bani Israil,
"Hendaklah kamu katakan kepada kaummu bahwa tidak ada suatu penduduk kota
pun —dan tidak ada penghuni suatu ahli bait pun— yang tadinya berada dalam
ketaatan kepada Allah, lalu mereka berpaling dari ketaatan dan mengerjakan
maksiat kepada Allah, melainkan Allah memalingkan dari mereka hal-hal yang
mereka sukai, kemudian menggantikannya dengan hal-hal yang tidak mereka
sukai." Selanjutnya Jahm ibnu Ibrahim mengatakan bahwa bukti kebenaran ini
dalam Kitabullah (Al-Qur'an) ialah firman Allah Swt. yang mengatakan: Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra'd: 11)
Hal ini disebutkan dalam suatu hadis yang
berpredikat marfu.
Abul-Hafiz Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah
mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Sifatul 'Arsy:
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ
الْأَشْعَثِ السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو حَنِيفَةَ الْيَمَامِيُّ
الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: خَطَبَنَا عَلِيُّ
بْنُ أَبِي طَالِبٍ عَلَى مِنْبَرِ الْكُوفَةِ، قَالَ: كُنْتُ إِذَا سكتُّ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْتَدَأَنِي، وَإِذَا
سَأَلْتُهُ عَنِ الْخَبَرِ أَنْبَأَنِي، وَإِنَّهُ حَدَّثَنِي عَنْ رَبِّهِ، عَزَّ
وَجَلَّ، قَالَ: "قَالَ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي، وَارْتِفَاعِي
فَوْقَ عَرْشِي، مَا مِنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ وَلَا أَهْلِ بَيْتٍ كَانُوا عَلَى مَا
كرهتُ مِنْ مَعْصِيَتِي، ثُمَّ تَحَوَّلُوا عَنْهَا إِلَى مَا أَحْبَبْتُ مِنْ
طَاعَتِي، إِلَّا تَحَوَّلْتُ لَهُمْ عَمَّا يَكْرَهُونَ مِنْ عَذَابِي إِلَى مَا
يُحِبُّونَ مِنْ رَحْمَتِي"
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali,
telah menceritakan kepada kami Al-Haisam ibnul Asy'as As-Sulami, telah
menceritakan kepada kami Abu Hanifah Al-Yamani Al-Ansari, dari Umair ibnu Abdul
Malik yang menceritakan bahwa Khalifah Ali ibnu Abu Talib berkhotbah kepada
kami di atas mimbar Kufah. Antara lain ia mengatakan, "Apabila aku berdiam
diri tidak berbicara kepada Rasulullah Saw., maka beliaulah yang memulainya
kepadaku; dan apabila aku menanyakan suatu berita kepadanya, dia
menceritakannya kepadaku. Dan dia menceritakan kepadaku suatu hadis dari Allah
Swt. yang menyebutkan: Tuhan berfirman, 'Demi Kemuliaan, Keagungan, dan
Ketinggian-Ku di atas 'Arasy; tiada suatu (penduduk) kota pun, dan tiada
pula suatu ahli bait pun yang tadinya mengerjakan hal yang Aku benci yaitu
berbuat durhaka terhadap-Ku, kemudian mereka berpaling dari perbuatan durhaka
itu menuju kepada perbuatan yang Aku sukai, yaitu taat kepada-Ku, melainkan Aku
palingkan dari mereka hal yang tidak mereka sukai, yaitu azab-Ku; dan Aku
berikan kepada mereka hal yang mereka sukai, yaitu rahmat-Ku'.”
Hadis berpredikat garib, di dalam sanadnya
terdapat nama orang yang tidak kukenal.
Ar-Ra'd, ayat 12-13
{هُوَ الَّذِي
يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (12)
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ
الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ
وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ (13) }
Dialah Tuhan yang
memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan
Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya,
dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang
Mahakeras siksa-Nya.
Allah Swt. menceritakan Dialah yang menundukkan
kilat, yaitu cahaya kemilau yang menyilaukan dari sela-sela awan.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas pernah
berkirim surat kepada Abul Jalad, bertanya kepadanya tentang kilat. Maka Abul
Jalad menjawab bahwa kilat adalah air (hujan).
Firman Allah Swt.:
{خَوْفًا وَطَمَعًا}
ketakutan dan harapan. (Ar-Ra'd: 12)
Qatadah mengatakan bahwa ketakutan bagi orang
yang sedang dalam perjalanan yakni takut terhadap bahayanya. Dan harapan bagi
orang yang bermukim (ada di tempat tinggalnya) adalah berharap berkah dan
manfaat dari kilat, serta mengharapkan rezeki Allah (yaitu hujan).
{وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ}
dan Dia mengadakan awan mendung. (Ar-Ra'd:
12)
Yakni Allah menciptakannya dalam bentuk yang baru.
Awan mendung ini —karena banyaknya air yang dikandungnya— maka berada dekat
dengan permukaan bumi. Mujahid mengatakan bahwa as-sahabussiqal artinya
awan yang mengandung air.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ}
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. (Ar-Ra'd:
13)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ
بِحَمْدِهِ}
Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya. (Al-Isra: 44)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، أَخْبَرَنِي أَبِي قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا إِلَى جَنْبِ
حُمَيْد بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي الْمَسْجِدِ، فَمَرَّ شَيْخٌ مِنْ بَنِي
غِفَارٍ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ حُمَيْدٌ، فَلَمَّا أَقْبَلَ قَالَ: يَا ابْنَ
أَخِي، وَسِّعْ لَهُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ، فَإِنَّهُ قَدْ صَحِبَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَجَاءَ حَتَّى جَلَسَ فِيمَا بَيْنِي
وَبَيْنَهُ، فَقَالَ لَهُ حُمَيْدٌ: مَا الْحَدِيثُ الَّذِي حَدَّثْتَنِي عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فقال الشَّيْخُ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ
يُنْشِئُ السَّحَابَ، فَيَنْطِقُ أَحْسَنَ النُّطْقِ، وَيَضْحَكُ أَحْسَنَ
الضَّحِكِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepadaku ayahku yang mengatakan bahwa ia duduk di sebelah Humaid
ibnu Abdur Rahman di masjid, lalu lewatlah seorang syekh dari kalangan Bani
Giffar, kemudian Humaid menyuruh seseorang untuk memanggilnya. Setelah syekh
itu tiba, ia mengatakan, "Hai anak saudaraku, luaskanlah tempat duduk
antara aku dan engkau." Syekh itu pernah menemani Rasulullah Saw. (yakni
berpredikat seorang sahabat). Syekh itu datang, lalu duduk di antara aku dan
Humaid. Humaid bertanya kepadanya, "Hadis apakah yang akan engkau
ceritakan kepadaku dari Rasulullah Saw.?" Syekh menjawab bahwa ia pernah
mendengar dari seorang syekh dari kalangan Bani Giffar bercerita bahwa syekh
yang kedua ini pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah
mengadakan awan, maka awan itu dapat berbicara dengan suara yang paling baik
dan dapat tertawa dengan tawa yang paling baik.
Makna yang dimaksud —hanya Allah yang lebih
mengetahui— bahwa ucapan awan adalah petirnya, dan tertawanya ialah kilatnya.
Musa ibnu Ubaidah telah meriwayatkan dari Sa'd
ibnu Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah mengirimkan hujan, maka tiada tawa
yang lebih baik daripada tawanya, dan tiada bicara yang lebih indah daripada
bicaranya. Tertawanya adalah kilat, dan bicaranya adalah petir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah
Ar-Razi, dari Muhammad ibnu Muslim yang mengatakan, "Telah sampai kepada
kami, suatu berita bahwa kilat adalah seorang malaikat yang memiliki empat
muka, yaitu muka manusia, muka banteng, muka elang, dan muka singa; apabila
mengibaskan ekornya, maka itulah kilatnya."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ، حَدَّثَنِي أَبُو مَطَرٍ، عَنْ
سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا سَمع الرعْد وَالصَّوَاعِقَ قَالَ: "اللَّهُمَّ، لَا
تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ
ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah
menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Abu Matar,
dari Salim, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila
mendengar suara guruh dan petir, beliau mengucapkan doa berikut: Ya Allah,
janganlah Engkau bunuh kami dengan murka-Mu, dan janganlah Engkau binasakan
kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah kami sebelum itu.
Hadis ini merupakan riwayat Imam Turmuzi dan Imam
Bukhari di dalam Kitabul Adab, serta Imam Nasai di dalam Bab "Zikir
Malam dan Siang Hari". Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-Hya meriwayatkannya
melalui hadis Al-Hajjaj ibnu Artah, dari Abu Mathar, tetapi ia tidak
menyebutkan namanya.
قَالَ [الْإِمَامُ] أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ،
عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَفَعَ الْحَدِيثَ قَالَ:
إِنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ قَالَ: "سُبْحَانَ مَنْ يُسبّح الرعْد
بِحَمْدِهِ".
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu
Ahmad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari ayahnya, dari seorang
lelaki, dari Abu Hurairah yang me-rafa'-kannya (sampai kepada Nabi Saw.).
Disebutkan bahwa Nabi Saw. membaca doa berikut apabila mendengar suara guruh: Mahasuci
Tuhan yang guruh bertasbih dengan memuji-Nya.
Diriwayatkan dari Ali r.a. bahwa apabila ia
mendengar suara guruh mengucapkan doa berikut: "Mahasuci Tuhan yang engkau
bertasbih kepada-Nya."
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
Tawus, dan Al-Aswad ibnu Yazid, bahwa mereka mengucapkan doa tersebut.
Al-Auza'i mengatakan, "Ibnu Zakaria pernah
berkata bahwa barang siapa yang mendengar suara guruh, lalu membaca doa ini,
'Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya,' niscaya dia tidak akan disambar
petir."
Dari Abdullah ibnuz Zubair, disebutkan bahwa
apabila ia mendengar suara guruh, sedangkan ia dalam keadaan berbicara, maka ia
menghentikan pembicaraannya dan mengucapkan doa, "Mahasuci Tuhan yang
guruh dan para malaikat bertasbih kepada-Nya dengan memuji-Nya karena takut
kepada-Nya." Lalu ia berkata, "Sesungguhnya suara ini benar-benar
merupakan peringatan yang keras bagi penduduk bumi." Demikianlah menurut
riwayat Imam Malik di dalam kitab Muwata-nya dan Imam Bukhari di dalam Kitabul
Adab.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا صَدَقة بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
وَاسِعٍ، عَنْ شتيز بْنِ نَهَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ رَبُّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ:
لَوْ أَنَّ عَبِيدِي أَطَاعُونِي لَأَسْقَيْتُهُمُ الْمَطَرَ بِاللَّيْلِ،
وَأَطْلَعْتُ عَلَيْهِمُ الشَّمْسَ بِالنَّهَارِ، وَلَمَا أَسْمَعْتُهُمْ صَوْتَ
الرَّعْدِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman ibnu Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Sadaqah
ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Wasi', dari Ma'mar ibnu
Nahar, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tuhan
kalian telah berfirman, "Sekiranya hamba-hamba-Ku taat kepada-Ku, tentulah
Aku sirami mereka dengan air hujan di malam hari, dan Aku terbitkan kepada
mereka matahari di siang harinya, dan tentulah Aku tidak akan memperdengarkan
suara guruh kepada mereka.”
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى
السَّاجِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الجَحْدري، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
كَثِيرٍ أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْكَرِيمِ، حَدَّثَنَا عَطَاءٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِذَا سَمِعْتُمُ الرَّعْدَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ؛ فَإِنَّهُ لَا يُصِيبُ
ذَاكِرًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Zakaria ibnu Yahya As-Saji, telah menceritakan kepada kami Abu
Kamil Al-Juhdari, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir Abun Nadr,
telah menceritakan kepada kami Abdul Karim, telah menceritakan kepada kami Ata,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila
kalian mendengar suara guruh, maka berzikirlah kepada Allah, karena
sesungguhnya guruh tidak akan mengenai orang yang berzikir.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا
مَنْ يَشَاءُ}
dan Allah melepaskan halilintar, lalu
menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. (Ar-Ra'd: 13)
Artinya, Allah melepaskan petir sebagai azab-Nya
yang Dia timpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah halilintar
banyak terjadi di akhir zaman, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad. Ia
mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ عَنْ
أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَكْثُرُ الصَّوَاعِقُ
عِنْدَ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ، حَتَّى يَأْتِيَ الرَّجُلُ الْقَوْمَ فَيَقُولُ:
مَنْ صُعِقَ تِلْكُمُ الْغَدَاةَ؟ فَيَقُولُونَ صعِق فُلَانٌ وَفُلَانٌ
وَفُلَانٌ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Mus'ab telah menceritakan kepada kami Imarah, dari AbuNadrah, dari Abu Sa'id
Al-Khudri r.a., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Halilintar akan banyak bila
hari kiamat telah dekat, sehingga seorang lelaki datang kepada suatu kaum, lalu
ia mengatakan, "Siapakah yang telah disambar petir di antara kalian
kemarin?” Maka mereka menjawab, "Si Fulan, si Fulan, dan si Fulan.”
Telah diriwayatkan sebuah hadis berkenaan dengan asbabun
nuzul ayat ini oleh Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli; telah menceritakan
kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Sarah
Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas, bahwa Rasulullah
Saw. mengirimkan seorang lelaki kepada seseorang dari kalangan orang-orang
Badui yang kafir. Beliau Saw. memerintahkan kepada pesuruhnya itu, "Pergilah
dan serulah dia untuk memeluk (agama)ku!" Pesuruh berangkat menuju tempat
lelaki Badui itu. Setelah datang, ia berkata kepadanya, "Rasulullah Saw.
menyerumu!" Lelaki Badui itu bertanya, "Siapakah Rasulullah, dan
apakah Allah itu, apakah dari emas ataukah dari perak atau dari tembaga?"
Pesuruh Rasulullah Saw. kembali menghadap kepada Rasulullah Saw. dan
menceritakan apa yang dialaminya, Ia berkata kepada Nabi Saw., "Telah aku
ceritakan kepadamu bahwa orang itu jauh lebih ingkar daripada apa yang diperkirakan.
Dia mengatakan anu dan anu kepadaku (menunjukkan keingkarannya)."
Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, "Pergilah lagi kamu kepadanya!"
Pesuruh Rasulullah Saw. berangkat lagi kepadanya untuk kedua kalinya, dan
lelaki Badui yang diserunya mengatakan hal yang sama dengan sebelumnya. Maka
pesuruh Rasulullah Saw. kembali dan berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai
Rasulullah, telah aku ceritakan kepadamu bahwa dia lebih ingkar daripada
itu." Rasulullah Saw. bersabda kepadanya.”Kembalilah kamu dan serulah
dia!" Pesuruh Rasulullah Saw. kembali kepada lelaki Badui itu untuk
yang ketiga kalinya, tetapi lelaki Badui itu mengeluarkan jawaban yang sama
kepada utusan Rasulullah. Ketika sedang berbicara dengan utusan Rasulullah,
tiba-tiba Allah mengirimkan awan di atas kepala lelaki Badui itu, lalu awan
tersebut mengeluarkan guruhnya, dan petir menyambar lelaki Badui itu mengenai
kepalanya sehingga kepalanya hilang. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: dan
Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Ali ibnu
Abu Sarah dengan sanad yang sama.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya dari
Abdah ibnu Abdullah, dari Yazid ibnu Harun, dari Dulaim ibnu Gazwan, dari
Sabit, dari Anas, lalu disebutkan hal yang semisal.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Aban ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu
Imran Al-Juni, dari Abdur Rahman ibnu Sahhar Al-Abdi. Disebutkan bahwa Nabi
Saw. pernah mengutusnya kepada seseorang yang berlaku sewenang-wenang untuk
menyerunya agar memeluk Islam. Tetapi lelaki yang diserunya bertanya,
"Bagaimanakah menurut kalian tentang Tuhan kalian, apakah dari emas, atau
dari perak atau dari permata?" Ketika lelaki yang diseru itu membantah
mereka yang menyerunya, tiba-tiba Allah mengirimkan segumpal awan, lalu awan
itu mengeluarkan suara guruhnya, kemudian Allah melepaskan halilintar mengenai
lelaki yang diseru itu sehingga kepalanya hilang. Dan turunlah ayat ini.
Abu Bakar ibnu Ayyasy telah menceritakan dari
Lais ibnu Sulaim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa seorang Yahudi datang
kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku
tentang Tuhanmu, terbuat dari apa, apakah dari tembaga atau dari mutiara atau
dari batu yaqut?" Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu datanglah
halilintar menyambar lelaki itu hingga binasa, kemudian Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir
ayat.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami
bahwa pernah ada seorang lelaki yang ingkar kepada Al-Qur'an dan mendustakan
Nabi Saw. Lalu Allah mengirimkan halilintar untuk menyambarnya hingga binasa,
kemudian Allah Swt. menurunkan Firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd:
13), hingga akhir ayat.
Sehubungan dengan asbabun nuzul ayat ini
ulama tafsir menceritakan kisah Amir ibnut Tufail dan Arbad ibnu Rabi'ah ketika
keduanya tiba di Madinah dan menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu keduanya
meminta separo dari urusan itu buat mereka berdua kepada Rasulullah Saw. Tetapi
Rasulullah Saw. menolak permintaan mereka berdua. Maka Amir ibnut Tufail
berkata kepada Rasulullah Saw., "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku
benar-benar akan memenuhi kota Madinah untuk memerangimu dengan pasukan berkuda
dan pasukan jalan kaki." Maka Rasulullah Saw. menjawabnya, "Allah
pasti menolakmu melakukan hal tersebut, demikian pula orang-orang Ansar."
Kemudian keduanya berniat akan membunuh Rasulullah Saw. Untuk itu, salah
seorang dari keduanya mengajak Rasulullah Saw. berbicara, sedangkan yang
lainnya menghunus pedang untuk membunuh Rasulullah Saw. dari arah belakang.
Akan tetapi, Allah Swt. melindungi diri Rasulullah Saw. dari perbuatan keduanya
dan menjaganya. Akhirnya keduanya pergi meninggalkan kota Madinah, lalu
berkeliling menemui kabilah-kabilah Arab Badui, mengumpulkan orang-orangnya
buat memerangi Rasulullah Saw. Maka Allah mengirimkan awan yang mengandung
halilintar kepada Arbad, kemudian Arbad mati terbakar disambar halilintar.
Adapun Amir ibnut Tufail, Allah mengirimkan penyakit ta'un kepadanya; akhirnya
tubuh Amir terkena penyakit bisul yang besar, sehingga Amir merintih-rintih
kesakitan dan berkata, "Hai keluarga Amir, aku terserang bisul seperti
bisul punuk unta, dan kematianku sudah dekat, yaitu di rumah keluarga
Saluliyah." Akhirnya matilah keduanya. Semoga mereka berdua dilaknat oleh
Allah. Sehubungan dengan peristiwa seperti itu Allah menurunkan
firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah. (Ar-Ra'd:
13)
Sehubungan dengan peristiwa itu Lubaid ibnu
Rabi'ah (saudara lelaki Arbad) mengatakan dalam bait syairnya yang
mengungkapkan rasa belasungkawanya, "Aku merasa khawatir maut akan
merenggut Arbad, tetapi aku tidak merasa takut akan keselamatannya terhadap
hujan-Mu dan singa. Tetapi sangat mengejutkan aku halilintar dan guruh yang
menggelegar menyambar seorang pendekar di hari yang sangat kubenci di
Najd."
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Mas'adah ibnu Sa'id Al-Attar, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepadaku Abdul
Aziz ibnu Imran, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman dan Abdullah
(keduanya anak Zaid ibnu Aslam), dari ayahnya, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu
Abbas, bahwa Arbad ibnu Qais ibnu Hazz ibnu Jalid ibnu Ja'far ibnu Kilab dan
'Amir ibnut Tufail ibnu Malik tiba di Madinah untuk menjumpai Rasulullah Saw.
Lalu keduanya menjumpainya, saat itu Rasulullah Saw. sedang duduk; maka
keduanya duduk di hadapan Rasulullah Saw. Amir ibnut Tufail berkata, "Hai
Muhammad, apakah yang akan engkau berikan kepadaku jika aku masuk Islam?"
Rasulullah Saw. bersabda, "Engkau akan memperoleh hak seperti kaum
muslim lainnya dan mempunyai kewajiban yang sama dengan mereka." Amir
ibnut Tufail berkata lagi "Apabila aku masuk Islam, maukah engkau jika aku
memegang tampuk pemerintahan sesudahmu?" Rasulullah Saw. bersabda, "Hal
itu bukanlah untukmu, bukan pula untuk kaummu, tetapi engkau boleh memegang
tali kendali kuda (memimpin pasukan berkuda)." Amir menjawab,
"Sekarang saya adalah pemimpin pasukan berkuda Najd. Berikanlah kepadaku
kekuasaan atas daerah-daerah pedalaman, dan engkau mempunyai kekuasaan di
daerah-daerah perkotaan." Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak."
Ketika keduanya telah pergi dari hadapan Rasulullah Saw., berkatalah Amir,
"Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku akan memenuhi kota Madinah dengan
pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki untuk memerangimu." Rasulullah Saw.
menjawabnya, "Allah pasti mencegahmu." Setelah Arbad dan Amir
keluar dari sisi Rasulullah Saw., Amir berkata, "Hai Arbad, aku akan
menyibukkan Muhammad darimu dengan pembicaraan, lalu pukullah dia olehmu dengan
pedang. Karena sesungguhnya orang-orang Madinah itu —bila kamu membunuh
Muhammad— paling tidak tuntutan mereka adalah diat. Mereka pasti tidak
mau berperang, maka kita beri mereka diat-nya." Arbad berkata,
"Akan saya lakukan." Keduanya kembali lagi menemui Rasulullah Saw.
Amir berkata, "Hai Muhammad, kemarilah bersamaku, aku akan berbicara
denganmu." Rasulullah Saw. bangkit dan pergi bersama Amir, lalu keduanya
duduk di dekat pagar kebun kurma. Amir berbincang-bincang dengan Rasulullah
Saw., sedangkan Arbad menghunus pedangnya. Tetapi ketika Arbad meletakkan
tangannya pada gagang pedang, tiba-tiba tangannya kaku dan menempel pada gagang
pedangnya sehingga ia tidak dapat mencabut pedang. Ketika Arbad dalam keadaan
demikian, dalam waktu yang cukup lama dirasakan oleh Amir, tiba-tiba Rasulullah
Saw. berpaling ke belakang dan melihat Arbad dalam posisinya yang demikian,
maka beliau pergi meninggalkan keduanya. Akhirnya Amir dan Arbad pergi dari
hadapan Rasulullah Saw., dan ketika keduanya telah sampai di Al-Harrah —yaitu
Harrah Raqim— keduanya turun beristirahat. Sa'd ibnu Mu'az dan Usaid ibnu
Hudair keluar (dari Madinah) mengejar keduanya. Sa'd dan Usaid berkata,
"Tampakkanlah dirimu, hai dua orang lelaki musuh Allah; semoga Allah
melaknatmu berdua!" Amir bertanya, "Siapakah temanmu itu, hai
Sa'd?" Sa'd menjawab, "Ini adalah Usaid ibnu Hudair, panglima
pasukan." Keduanya pergi dari Madinah. Ketika sampai di Ar-Raqm, Allah
mengirimkan halilintar bagi Arbad, lalu halilintar menyambarnya hingga mati.
Sedangkan Amir ketika ia sampai di Al-Kharim, Allah menimpakan penyakit bisul
yang membinasakannya. Pada malam harinya ia sampai di rumah seorang wanita dari
kalangan Bani Salul, lalu ia mengusap bisul di tenggorokannya seraya berkata,
"Bisul seperti punuk unta di rumah seorang wanita Bani Salul," dengan
harapan dia ingin mati di rumah wanita itu. Pada keesokan harinya
ia mengendarai kudanya pulang ke negerinya, tetapi di tengah jalan ia sekarat
dan mati. Sehubungan dengan peristiwa kedua orang itu Allah menurunkan
firman-Nya: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan. (Ar-Ra'd:
8) sampai dengan firman-Nya: dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia. (Ar-Ra'd: 11)
Perawi mengatakan bahwa malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran menjaga Nabi Muhammad Saw. atas perintah Allah.
Kemudian perawi menyebutkan kisah Arbad dan kematiannya, lalu membacakan firman
Allah Swt.: dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir
ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ}
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah. (Ar-Ra'd:
13)
Maksudnya, mereka meragukan kebesaran Allah yang
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia.
{وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ}
dan Dialah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya. (Ar-Ra'd:
13)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa siksaan Allah yang
amat keras hanya ditujukan kepada orang yang kelewat batas terhadap-Nya serta
berkepanjangan dalam kekufurannya. Ayat ini maknanya serupa dengan firman Allah
Swt.:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا
وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا
دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ}
Dan mereka pun merencanakan makar dengan
sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka
tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka
itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. (An-Naml:
50-51)
Dari Ali r.a., disebutkan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan Dialah Tuhan YangMahakeras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 13)
Yakni sangat keras pembalasan-Nya.
Mujahid mengatakan bahwa Allah sangat kuat
(Mahakuat).
Ar-Ra'd, ayat 14
{لَهُ دَعْوَةُ
الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ
إِلا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ
وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ (14) }
Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang
mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka,
melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air
supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya.
Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.
Ali
ibnu Abu Talib r.a. mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Hanya
bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. (Ar-Ra'd: 14) Bahwa
yang dimaksud dengan da'watul haq ialah seruan yang benar yang mengajak
kepada ajaran tauhid. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu
Abbas, Qatadah, dan Malik telah mengatakan dari Muhammad ibnul Munkadir
sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Hanya bagi Allah-lah seruan yang
benar. (Ar-Ra'd: 14) Yakni tidak ada Tuhan selain Allah.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ}
dan
berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. (Ar-Ra'd: 14), hingga akhir ayat.
Artinya,
perumpamaan orang-orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah adalah:
{كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ
لِيَبْلُغَ فَاهُ}
seperti
orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke
mulutnya. (Ar-Ra'd: 14)
Ali
ibnu Abu Talib mengatakan bahwa perumpamaannya sama dengan seseorang yang
mengambil air dari mulut sumur dengan tangannya, sedangkan ia tidak dapat
meraih air itu dengan tangannya untuk selama-lamanya, terlebih lagi untuk
sampai ke mulutnya.
Mujahid
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seperti orang yang membukakan
kedua telapak tangannya. (Ar-Ra'd: 14) Maksudnya, menggapai air dengan
lisannya dan menjulurkan lidahnya ke arah air, sedangkan air itu tidak dapat
dijangkau olehnya untuk selama-lamanya.
Menurut
pendapat lain, makna yang dimaksud ialah seperti orang yang menggenggamkan
tangannya di air; sesungguhnya dia tidak dapat menggenggam sesuatu pun dari air
itu, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:
فَإنّي وَإيَّاكُمْ
وَشَوْقًا إليكمُ ... كَقَابض مَاء لَم تَسْقه أناملُه ...
Sesungguhnya aku dan kamu serta
kerinduanku kepada kamu adalah seperti seseorang yang menggenggamkan (tangannya) di
air, jari-jemarinya tidak dapat memberinya minum.
Penyair
lainnya mengatakan:
فأصْبَحتُ ممَّا كانَ
بَيْنِي وَبَيْنَها ... مِن الوُدّ مِثْلَ القابضِ المَاءَ بِاليَد ...
Kini keadaanku yang selalu dicekam oleh
rasa rindu kepadanya (kekasih)
sama halnya dengan orang yang menggenggamkan tangannya di dalam air.
Makna
yang dimaksud ialah, adakalanya seseorang yang menjulurkan tangannya ke air
menggenggamkan telapak tangannya, adakalanya menggapainya dari arah jauh.
Sebagaimana tidak dapat beroleh manfaat dari air yang tidak sampai ke mulutnya
yang merupakan anggota tubuh untuk meminum air, begitu pula keadaan orang-orang
musyrik yang menyembah selain Allah sembahan-sembahan lain-Nya; mereka tidak
beroleh manfaat dari sembahan-sembahan mereka di dunia ini selama-lamanya,
tidak pula di akhirat. Karena itulah di akhir ayat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي
ضَلالٍ}
Dan
doa (ibadah) orang-orang kafir itu
hanyalah sia-sia belaka. (Ar-Ra'd: 14)
Ar-Ra'd, ayat 15
{وَلِلَّهِ يَسْجُدُ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ
وَالآصَالِ (15) }
Hanya kepada
Allah-lah sujud (patuh) segala apa
yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa, (dan
sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.
Allah Swt. menyebutkan tentang Kebesaran dan
Kekuasaan-Nya yang mengalahkan segala sesuatu, dan tunduk patuhlah kepada-Nya
segala sesuatu. Maka bersujudlah kepada-Nya dengan suka hati orang-orang yang
beriman, dan dengan terpaksa orang-orang kafir.
{وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ}
dan (sujud pula) bayang-bayangnya di
waktu pagi. (Ar-Ra'd: 15)
Yakni di pagi hari.
وَالآصَالِ
dan petang hari. (Ar-Ra'd: 15)
Lafaz al-asal adalah bentuk jamak dari
lafaz ashil, artinya sore hari. Makna ayat ini sama dengan yang
disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا خَلَقَ اللَّهُ
مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّأُ ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمَائِلِ سُجَّدًا
لِلَّهِ وَهُمْ دَاخِرُونَ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala
sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik. (An-Nahl:
48), hingga akhir ayat.
Ar-Ra'd, ayat 16
{قُلْ مَنْ رَبُّ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لأنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلا ضَرًّا قُلْ هَلْ
يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ
أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ
قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (16) }
Katakanlah,
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?”Jawabnya, "Allah." Katakanlah,
"Makapatutkah kalian mengambil pelindung-pelindung kalian dari selain
Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri?”
Katakanlah, "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah
gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu
bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan
itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, "Allah adalah Pencipta
segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”
Allah Swt. menyatakan bahwa tidak ada Tuhan
selain Dia sendiri, karena sesungguhnya mereka mengakui bahwa Allah-lah yang
menciptakan langit dan bumi. Dia adalah Tuhannya dan yang mengaturnya. Tetapi
sekalipun demikian, mereka telah mengambil dari selain-Nya penolong-penolong
yang mereka sembah-sembah, padahal sembahan-sembahan mereka itu sama sekali
tidak memiliki sedikit manfaat pun —tidak pula sedikit mudarat pun— bagi diri
mereka, juga bagi diri para penyembahnya. Dengan kata lain, sembahan-sembahan
itu tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepada para penyembahnya, tidak dapat
pula menolak suatu mudarat pun dari mereka. Maka apakah sama orang yang
menyembah tuhan-tuhan ini selain Allah dengan orang yang menyembah Allah semata
tiada sekutu bagi-Nya, sedangkan dia berada pada jalan petunjuk dari Tuhannya?
(Jawabannya tentu saja tidak sama). Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ
أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ
خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ}
Katakanlah, "Adakah sama orang buta dan
yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” (Ar-Ra'd:
16)
Artinya, apakah orang-orang musyrik itu
menjadikan sembahan-sembahan bagi mereka selain Allah yang mereka samakan dan
sejajarkan dengan kekuasaan-Nya dalam menciptakan segala sesuatu, lalu
sembahan-sembahan itu menciptakan hal-hal yang sama dengan ciptaan-Nya,
sehingga kedua ciptaan itu sama menurut pandangan mereka, dan mereka tidak
dapat membedakannya lagi bahwa padahal makhluk-makhluk itu diciptakan oleh
selain-Nya? Jawabannya, tentu saja tidak; yakni tidaklah kenyataannya seperti
itu. Karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang menyerupai dan sama dengan Dia,
tiada tandingan bagi-Nya, tiada lawan bagi-Nya, tiada pembantu bagi-Nya, tidak
beranak, dan tidak beristri. —Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan
ketinggian yang sebesar-besarnya—. Sekalipun mereka yang musyrik itu
menyembah sembahan-sembahan selain Allah, tetapi dalam hati mereka mengakui
bahwa sembahan-sembahan itu adalah makhluk dan hamba Allah. Hal ini terbukti
melalui talbiyah mereka yang mengatakan, "Labbaika, tiada
sekutu bagiMu, kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu. Engkau menguasainya,
sedangkan dia tidak berkuasa," juga seperti yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam firman-Nya menceritakan perihal mereka:
{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}
Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar:
3)
Maka Allah membantah dugaan mereka itu, dan Allah
menyatakan bahwa tiada seorang pun yang dapat memberikan syafaat di sisi-Nya kecuali
dengan seizin-Nya, yaitu melalui firman-Nya dalam ayat lain:
{وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا
لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah
melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba':
23)
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي
السَّمَاوَاتِ
Dan berapa banyaknya malaikat di langit. (An-Najm:
26), hingga akhir ayat.
{إِنْ كُلُّ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ
وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi,
kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari
kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 93-95)
Apabila semuanya adalah hamba-hamba Allah, maka
sebagian dari mereka tidak boleh menyembah sebagian yang lain tanpa dalil dan
tanpa bukti. Apa yang mereka lakukan itu tiada lain hanyalah berdasarkan
pendapat, buat-buatan, dan ciptaan mereka sendiri. Kemudian Allah telah
mengutus rasul-rasul-Nya dari awal sampai yang terakhir untuk melarang mereka
melakukan penyembahan kepada selain Allah. Akan tetapi, mereka didustakan dan ditentang.
Maka mereka yang menentang para rasul itu benar-benar berhak mendapat azab
Allah.
{وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}
Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi:
49)
Ar-Ra'd, ayat 17
{أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا
وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ
زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا
الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي
الأرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ (17) }
Allah telah
menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk
membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus
itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan.
Ayat yang mulia ini mengandung dua perumpamaan
yang menggambarkan tentang keteguhan dan kelestarian perkara hak dan kepudaran
serta kefanaan perkara batil. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
{أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ
أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا}
Allah telah menurunkan air (hujan) dari
langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya. (Ar-Ra'd:
17)
Artinya, masing-masing lembah dipenuhi oleh air
hujan itu sesuai dengan ukuran luasnya; ada yang luas, maka memuat banyak air;
dan ada yang kecil, maka air yang dimuatnya sesuai dengan ukuran luas lahannya.
Hal ini mengisyaratkan dan menggambarkan tentang hati manusia dan
perbedaan-perbedaannya. Di antaranya ada yang dapat memuat ilmu yang banyak, di
antaranya ada pula yang tidak dapat memuat ilmu yang banyak, melainkan sedikit,
karena hatinya sempit.
{فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا}
maka arus itu membawa buih yang mengembang. (Ar-Ra'd:
17)
Yakni dari permukaan air yang mengalir di
lembah-lembah itu muncullah buih; hal ini merupakan suatu perumpamaan.
Dan firman Allah Swt.:
{وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ}
Dan dari apa (logam) yang mereka lebur
dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat. (Ar-Ra'd: 17), hingga
akhir ayat.
mengandung perumpamaan lainnya, yakni barang
logam seperti emas atau perak yang dilebur di dalam api untuk membuat
perhiasan, atau logam yang dilebur berupa tembaga atau besi untuk membuat
peralatan. Maka sesungguhnya dari leburan logam itu keluar pula buih seperti
yang ada pada arus air di lembah.
{كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ}
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang batil. (Ar-Ra'd: 17)
Yakni apabila perkara yang hak dan perkara yang
batil bertemu, maka perkara yang batil tidak akan kuat dan pasti lenyap.
Perihalnya sama dengan buih, tidak akan bertahan lama dengan air, tidak pula
dengan emas, perak, dan logam lainnya yang dilebur dengan api, melainkan pasti
akan menyurut dan lenyap. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً}
Adapun buih itu, akan hilang sebagai yang tak
ada harganya. (Ar-Ra'd: 17)
Yaitu sama sekali tidak berguna, melainkan buih
itu akan bercerai berai dan lenyap di kedua tepi lembah; atau bergantung pada
pepohonan, lalu kering diterpa angin. Begitu pula halnya kotoran emas, perak,
besi, dan tembaga, tiada yang tersisa darinya melainkan hanya airnya saja; dan
emas serta lain-lainnya itulah yang bermanfaat. Itulah yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ
فِي الأرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ}
adapun yang memberi manfaat kepada manusia,
maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (Ar-Ra'd:
17)
Sama halnya dengan yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat yang lain:
{وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ
وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ}
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabut:
43)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Apabila
aku membaca suatu masal (perumpamaan) dari Al-Qur'an, lalu aku tidak
memahaminya, maka aku menangisi diriku sendiri, karena Allah Swt. telah
berfirman: 'dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.' (Al-Ankabut:
43)."
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah telah menurunkan air (hujan)
dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya. (Ar-Ra'd:
17), hingga akhir ayat. Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah,
menggambarkan kandungan hati manusia menurut kadar keyakinan dan keraguannya.
Hati yang dipenuhi oleh keraguan (kepada Allah) tiada bermanfaat amal
perbuatannya. Sedangkan hati yang dipenuhi dengan keyakinan, maka Allah
memberikan manfaat kepada pemiliknya berkat keyakinannya itu. Inilah yang
dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Adapun buih itu. (Ar-Ra'd: 17)
Maksudnya, keraguan itu. akan hilang sebagai yang tak ada harganya, adapun
yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. (Ar-Ra'd: 17)
Yaitu keyakinan. Sebagaimana perhiasan dilebur di dalam api untuk diambil
kemurniannya dan dibuang kekotorannya di dalam api yang meleburnya, maka
demikianlah Allah menerima hati yang yakin dan meninggalkan hati yang ragu.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah telah menurunkan air (hujan) dari
langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengembang. (Ar-Ra'd: 17) Arus air itu membawa
kayu-kayuan dan lumpur yang ada di lembah. Dan dari apa (logam) yang
mereka lebur dalam api. (Ar-Ra'd: 17) Yakni emas, perak untuk
perhiasan dan perabotan, serta tembaga dan besi. Tembaga dan besi bila dilebur
ada kotorannya, Allah menjadikan perumpamaan bagi kotoran itu dengan buih air.
Adapun barang yang bermanfaat bagi manusia, ia adalah emas dan perak; dan yang
bermanfaat bagi bumi ialah air yang diserap oleh bumi sehingga menjadi subur
karenanya. Hal ini dijadikan perumpamaan bagi amal saleh yang melestarikan
pelakunya, sedangkan amal buruk akan menyurutkan pelakunya, sebagaimana
surutnya buih itu. Demikian pula halnya petunjuk dan perkara yang hak, keduanya
datang dari sisi Allah. Barang siapa yang mengerjakan perkara yang hak, maka ia
akan memperoleh pahalanya, dan amalnya itu akan lestari sebagaimana lestarinya
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia di bumi. Besi tidak dapat dijadikan pisau,
tidak pula pedang sebelum dimasukkan ke dalam api, lalu api membakar kotorannya
dan mengeluarkan intinya yang dapat dimanfaatkan. Kotoran besi itu diumpamakan
sebagai perkara batil, ia akan surut dan lenyap.
Apabila hari kiamat tiba, manusia dibangkitkan,
dan semua amal perbuatan mereka dihisab, maka perkara yang batil pasti lenyap
dan binasa, sedangkah orang-orang yang mengerjakan perkara hak beroleh pahala dari
perkara hak yang dikerjakannya.
Hal yang sama diriwayatkan pula dalam tafsir ayat
ini dari Mujahid, Al-Hasan Al-Basri, Ata, Qatadah, dan bukan hanya satu
dari ulama salaf dan khalaf. Allah Swt. telah membuat dua perumpamaan bagi
orang-orang munafik dalam permulaan surat Al-Baqarah, yaitu dengan api dan air.
Pertama adalah firman Allah Swt.:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ
الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ}
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. (Al-Baqarah:
17), hingga akhir ayat.
Dan firman-Nya:
{أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ
ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ}
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh, dankilat. (Al-Baqarah:
19),hingga akhir ayat.
Hal yang sama dimisalkan pula bagi orang-orang
kafir di dalam surat An-Nur, yaitu dengan dua misal (perumpamaan). Pertama, oleh
firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ
كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً}
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka
adalah laksana fatamorgana. (An-Nur: 39), hingga akhir ayat.
Fatamorgana hanya terjadi di saat panas sangat
terik. Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti
dikatakan kepada orang-orang Yahudi, "Apakah yang kalian inginkan?"
Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, kami sangat haus, berilah kami
minum." Dikatakan, "Mengapa kalian tidak datang sendiri ke tempat
air?" Maka mereka datang ke neraka, tiba-tiba neraka kelihatan seperti
fatamorgana yang sebagian darinya memukul sebagian lainnya.
Kedua, dalam ayat yang lain Allah Swt.
berfirman:
{أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ
يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ}
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam.
(An-Nur: 40), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari
Abu Musa Al-Asy'ari r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ مَثَلُ مَا
بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ
أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ
وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبَ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ،
فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَرَعَوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا،
وَأَصَابَتْ طَائِفَةً مِنْهَا [أُخْرَى] إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ
مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كلأ فذلك مثل من
فَقه فِي دِينِ اللَّهِ ونَفَعه اللَّهُ بِمَا بَعَثَنِي وَنَفَعَ
بِهِ، فَعَلِم وَعَلَّم، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ
يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ".
Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu
yang diutuskan oleh Allah kepadaku (untuk menyampaikannya) sama dengan
hujan yang menyirami bumi. Sebagian di antaranya adalah lahan yang dapat
menerima air, lalu ia dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak
Dan sebagian di antaranya adalah lahan yang tandus dapat menampung air,
sehingga melaluinya Allah memberikan manfaat kepada manusia; mereka dapat minum
airnya, menggembalakan ternaknya, memberi minum ternaknya, dan bercocok tanam.
Dan hujan itu menyirami pula sebagian tanah yang tiada lain hanyalah berupa
rawa, tidak dapat menerima air, dan tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan. Hal
tersebut merupakan perumpamaan orang yang mengerti agama Allah dan mendapatkan
manfaat dari Allah melalui apa yang diutuskan kepadaku serta memberikan manfaat
itu (kepada orang lain), dialah orang yang mengetahui (agama Allah) dan
mengajarkannya (kepada orang lain). Dan perumpamaan tentang orang yang
tidak mau mengangkat kepalanya (tidak mau) menerima hal tersebut, dan menolak
hidayah Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya.
Ini adalah perumpamaan air. Di dalam hadis lain
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ هَمَّامِ
بْنِ مُنَبِّه قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ،
كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ
الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي يَقَعْنَ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا،
وَجَعَلَ يحجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا". قَالَ:
"فَذَلِكُمْ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ، أَنَا آخِذُ بحُجزكم عَنِ النَّارِ،
هَلُمّ عَنِ النَّارِ [هَلُمّ عَنِ النَّارِ، هَلُمّ] فَتَغْلِبُونِي
فَتَقْتَحِمُونَ فِيهَا".
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang
mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diceritakan oleh Abu Hurairah
r.a. kepada kami, dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaanku
dan kalian sama dengan seorang lelaki yang menyalakan api; setelah api
menyinari sekelilingnya, maka laron dan binatang serangga lainnya berhamburan
jatuh ke dalam api itu. Sedangkan lelaki itu menghalang-halanginya agar jangan
jatuh ke dalam api, tetapi mereka mengalahkannya dan menjatuhkan dirinya ke
dalam api —Nabi Saw. melanjutkan sabdanya—. Itulah perumpamaan aku dan
kalian, aku berupaya menghalang-halangi kalian dari neraka, "Menjauhlah
dari neraka!" Tetapi kalian mengalahkanku dan kalian masuk ke dalam
neraka.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan
pula hadis ini. Dan ini merupakan perumpamaan api.
Ar-Ra'd, ayat 18
{لِلَّذِينَ اسْتَجَابُوا
لِرَبِّهِمُ الْحُسْنَى وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ لَوْ أَنَّ لَهُمْ
مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لافْتَدَوْا بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ
سُوءُ الْحِسَابِ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (18) }
Bagi orang-orang yang
memenuhi seruan Tuhannya (disediakan) pembalasan
yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhannya, sekiranya
mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak
isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan
kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat
kediaman mereka ialah Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
Allah Swt. menceritakan tentang tempat kembali
orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{لِلَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمُ}
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan
Tuhannya. (Ar-Ra'd: 18)
Maksudnya, taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta
tunduk kepada perintah-perintah-Nya dan membenarkan berita-berita-Nya tentang
masa lalu dan masa yang akan datang. Maka bagi mereka:
{الْحُسْنَى}
(disediakan) pembalasan yang baik. (Ar-Ra'd:
18)
Yakni pahala yang baik. Makna ayat ini sama
dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah Zul Qarnain. Disebutkan bahwa
Zul Qarnain berkata:
{قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ
نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا وَأَمَّا
مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ
أَمْرِنَا يُسْرًا}
"Adapun orang yang aniaya, maka kami
kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan
mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Dan adapun orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan,
dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari
perintah-perintah kami.”(Al-Kahfi: 87-88)
Sama pula dengan makna firman Allah Swt.:
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى
وَزِيَادَةٌ}
Bagi orang yang berbuat baik, ada pahala yang
terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ}
Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan
Tuhan. (Ar-Ra'd: 18)
Maksudnya, tidak taat kepada Allah Swt.
{لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا}
sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan)
yang ada di bumi. (Ar-Ra'd: 18)
Yakni kelak di hari kemudian. Seandainya
memungkinkan bagi mereka menebus diri mereka dari azab Allah dengan emas
sepenuh bumi dan tambahannya yang banyaknya sama, niscaya mereka mau menebus
diri mereka dengan semua yang mereka miliki itu. Akan tetapi, hal itu pasti
tidak akan diterima, karena sesungguhnya Allah Swt. kelak di hari kiamat tidak
mau menerima tebusan dan amal apa pun dari mereka.
{أُولَئِكَ لَهُمْ سُوءُ الْحِسَابِ}
Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang
buruk. (Ar-Ra'd: 18)
Yaitu kelak di hari akhirat. Dengan kata lain,
mereka dimintai pertanggung jawabannya terhadap semua perkara yang kecil dan
perkara yang besar yang telah mereka lakukan. Dan barang siapa yang dimintai
pertanggung jawabannya dalam hisab, berarti pasti diazab. Karena itulah
disebutkan oleh firman selanjutnya:
{وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمِهَادُ}
dan tempat kediaman mereka ialah Jahannam, dan
itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (Ar-Ra'd: 18)
Ar-Ra'd, ayat 19
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ
أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (19) }
Apakah orang yang
mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama
dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran.
Allah Swt. menyebutkan bahwa tidaklah sama orang
yang meyakini bahwa apa:
{أُنزلَ إِلَيْكَ}
yang diturunkan kepadamu. (Ar-Ra'd: 19)
hai Muhammad.
{مِنْ رَبِّكَ}
dari Tuhanmu. (Ar-Ra'd: 19)
Adalah perkara yang hak yang tiada keraguan di
dalamnya, tiada kebimbangan, tiada kebingungan, dan tiada pertentangan di
dalamnya. Bahkan semuanya adalah benar, sebagian darinya membenarkan sebagian
yang lain, tiada sesuatu pun darinya yang bertentangan dengan lainnya. Semua
berita yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah benar, dan semua perintah
serta larangannya adalah adil, seperti yang disebutkan dalam firman Allah dalam
ayat lain:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا
وَعَدْلا}
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an),
sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)
Artinya, benar dalam berita-beritanya dan adil
dalam perintahnya. Maka tidaklah sama orang yang mengecap kebenaran dari apa
yang disampaikan. olehmu, hai Muhammad, dengan orang yang buta tiada petunjuk
baginya ke jalan kebaikan dan tiada pula ia memahaminya; dan seandainya dia
memahaminya, ia tetap tidak akan tunduk, tidak akan membenarkannya, tidak pula
akan mengikutinya. Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Swt. dalam ayat
yang lain, yaitu:
{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ
وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan
penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang
beruntung. (Al-Hasyr: 20)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ
مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى}
Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? (Ar-Ra'd:
19)
Dengan kata lain, apakah orang yang berciri khas
demikian sama dengan orang itu? Jawabnya, tentu saja tidak sama.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang
dapat mengambil pelajaran. (Ar-Ra'd: 19)
Yakni sesungguhnya orang yang mengambil pelajaran
dan menjadikannya sebagai nasihat serta memahaminya hanyalah orang-orang yang
berakal sehat dan berpikiran lurus; semoga Allah menjadikan kita di antara
golongan mereka.
Ar-Ra'd, ayat 20-24
{الَّذِينَ يُوفُونَ
بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا
أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ
الْحِسَابِ (21) وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا
الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ
بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ (22) جَنَّاتُ
عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ
وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23) سَلامٌ
عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ (24) }
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak
perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkannya, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab
yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya,
mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan
kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya,
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil
mengucapkan), "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran
kalian." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Allah
Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang
terpuji ini; bahwa mereka akan memperoleh kesudahan yang baik, yaitu akibat
yang terpuji dan kemenangan di dunia dan akhirat:
{الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا
يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ}
(yaitu)
orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. (Ar-Ra'd:
20)
Mereka
tidak sama dengan orang-orang munafik yang apabila seseorang dari mereka
mengadakan perjanjian, maka dilanggarnya; apabila bersengketa, curang; apabila
berbicara, dusta; dan apabila dipercaya, khianat.
{وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ
بِهِ أَنْ يُوصَلَ}
dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkannya. (Ar-Ra'd: 21)
seperti
silaturahmi, berbuat baik kepada kaum kerabat dan sanak famili, juga kepada
kaum fakir miskin, orang-orang yang memerlukan bantuan, dan mendermakan
kebajikan.
{وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ}
dan
mereka takut kepada Tuhannya. (Ar-Ra'd:
21)
Yakni
dalam mengerjakan amal-amal yang harus mereka lakukan dan dalam menghindari
perbuatan-perbuatan yang harus mereka tinggalkan. Dalam hal tersebut mereka
merasa di bawah pengawasan Allah dan mereka merasa takut akan hisab yang buruk
di hari akhirat. Karena itulah maka Allah memerintahkan mereka untuk tetap
berada dalam jalan yang lurus dan istiqamah dalam semua aktivitas dan semua
keadaan yang mereka alami.
{وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ
رَبِّهِمْ}
Dan
orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya. (Ar-Ra'd: 22)
Yaitu
sabar terhadap hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa. Mereka memutuskan diri
dari perbuatan-perbuatan tersebut karena mengharapkan rida Allah dan pahala-Nya
yang berlimpah.
{وَأَقَامُوا الصَّلاةَ}
mendirikan
salat. (Ar-Ra'd: 22)
dengan
memelihara batasan-batasannya, waktu-waktunya, rukuk, sujud, dan khusyuknya
sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh syariat.
{وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ}
dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Ar-Ra'd: 22)
Artinya,
mereka memberikan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka
kepada orang-orang yang wajib mereka biayai, yaitu anak, istri, dan kaum
kerabat; mereka juga memberi orang lain dari kalangan kaum fakir miskin dan
orang-orang yang memerlukan bantuannya.
{سِرًّا وَعَلانِيَةً}
secara
sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. (Ar-Ra'd:
22)
Yakni
baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan; tiada suatu keadaan pun
yang menghambat mereka untuk menginfakkannya, baik di malam ataupun siang
harinya.
{وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ}
serta
menolak kejahatan dengan kebaikan. (Ar-Ra'd:
22)
Maksudnya,
mereka membalas perbuatan jahat dengan perbuatan yang baik. Untuk itu, apabila
seseorang menyakiti mereka, maka mereka membalasnya dengan kebaikan sebagai
pengejawantahan dari sikap sabar dan memaafinya. Makna ayat ini sama dengan apa
yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}
Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah olah teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat:
34-35)
Karena
itulah maka Allah Swt. memberitahukan tentang mereka yang berbahagia yang
menyandang sifat-sifat yang baik itu, bahwasanya mereka akan memperoleh tempat
kesudahan yang baik. Dalam ayat selanjutnya hal itu dijelaskan oleh firman-Nya:
{جَنَّاتِ عَدْنٍ}
(yaitu)
surga 'Adn. (Ar-Ra'd: 23)
Al-
'Adn artinya tempat bermukim, yakni
surga-surga tempat tinggal; mereka kekal di dalamnya.
Dari
Abdullah ibnu Amr, disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Sesungguhnya di
dalam surga terdapat sebuah gedung yang disebut 'Adn, di sekelilingnya terdapat
banyak menara dan taman. Di dalam gedung 'Adn terdapat lima ribu pintu, dan
pada tiap-tiap pintunya terdapat lima ribu buah tirai hibarah. Tiada yang
memasukinya kecuali hanya nabi atau siddiq atau orang yang mati
syahid."
Ad-Dahhak
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (yaitu) surga 'Adn. (Ar-Ra'd:
23) Yakni sebuah kota surga, di dalamnya terdapat para rasul, para nabi, para
syuhada, dan para imam pemberi petunjuk; sedangkan orang-orang lain berada di
sekitar mereka sesudahnya, dan surga-surga lainnya berada di sekitarnya. Kedua
riwayat di atas dikemukakan oleh Ibnu Jarir.
Firman
Allah Swt.:
{وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ
وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ}
bersama-sama
dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak
cucunya. (Ar-Ra'd: 23)
Artinya,
Allah menghimpunkan mereka bersama kekasih-kekasih mereka di dalam surga, yaitu
bapak-bapak mereka, keluarga mereka, dan anak-anak mereka yang layak untuk
masuk surga dari kalangan kaum mukmin, agar hati mereka senang. Sehingga dalam
hal ini Allah mengangkat derajat orang yang berkedudukan rendah ke tingkat
kedudukan yang tinggi sebagai anugerah dari-Nya dan kebajikan-Nya, tanpa
mengurangi derajat ketinggian seseorang dari kedudukannya. Hal ini sama dengan
yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شِيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ}
Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. (Ath-Thur: 21), hingga akhir ayat.
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ
مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ}
sedangkan
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum Bima
Sabartum.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar-Ra'd: 23-24)
Yakni
para malaikat masuk ke tempat mereka dari setiap pintu untuk mengucapkan,
"Selamat masuk surga," kepada mereka. Dengan kata lain, apabila
mereka masuk ke dalam surga, maka para malaikat datang berduyun-duyun
mengucapkan selamat atas apa yang telah mereka peroleh dari Allah, yaitu
kedudukan yang dekat dengan-Nya, limpahan nikmat dari-Nya, dan masuk ke dalam
Darussalam di dekat para siddiqin, para nabi, dan para rasul yang mulia.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي
سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا َعْرُوفُ بْنُ سُوَيْد الْجُذَامِيُّ
عَنْ أَبِي عُشَّانَةَ الْمَعَافِرِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ
الْعَاصِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
مِنْ خَلْقِ اللَّهِ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:
"أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ الْفُقَرَاءُ المهاجرون
الذين تُسدُّ بهم الثغور، وتُتَّقَى بِهِمُ الْمَكَارِهُ، وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ
فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً، فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى لِمَنْ
يَشَاءُ مِنْ مَلَائِكَتِهِ: ائْتُوهُمْ فَحَيُّوهُمْ. فَتَقُولُ الْمَلَائِكَةُ:
نَحْنُ سُكَّانُ سَمَائِكَ، وَخِيرَتُكَ مَنْ خَلْقِكَ، أَفَتَأْمُرُنَا أَنْ
نَأْتِيَ هَؤُلَاءِ فَنُسَلِّمَ عَلَيْهِمْ؟ قَالَ: إِنَّهُمْ كَانُوا عِبَادًا
يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا، وتُسَد بِهِمُ الثُّغُورُ،
وَتُتَّقَى بِهِمُ الْمَكَارِهُ، وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ
فَلَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً". قَالَ: "فَتَأْتِيهِمُ
الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ ذَلِكَ، فَيَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ،
{سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ}
Imam
Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur
Rahman, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan
kepada kami Ma'ruf ibnu Suwaid Al-Harrani, dari Abu Usyanah Al-Mu'afiri, dari
Abdullah ibnu Amr ibnul As-r.a., dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tahukah kalian, siapakah orang-orang yang
mula-mula masuk surga dari kalangan makhluk Allah? Mereka (para sahabat)
menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Orang yang mula-mula masuk surga dari kalangan makhluk Allah
ialah kaum fakir miskin Muhajirin; mereka adalah orang-orang yang bertugas
membentengi daerah-daerah perbatasan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan. Seseorang dari mereka mati, sedangkan keperluannya masih tersimpan
di dalam dadanya tanpa mempunyai kemampuan untuk melunasinya. Maka Allah
berfirman kepada para malaikat yang dikehendaki-Nya, "Datangilah mereka
oleh kalian dan ucapkanlah selamat kepada mereka!" Maka para malaikat
bertanya, "Kami adalah penduduk langit-Mu dan makhluk-Mu yang terpilih,
apakah Engkau perintahkan kami untuk datang kepada mereka untuk mengucapkan
selamat kepada mereka?”Allah berfirman, "Sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-(Ku) yang menyembah-Ku tanpa mempersekutukan diri-Ku dengan sesuatu
pun. Merekalah yang membentengi daerah-daerah perbatasan untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seseorang dari mereka mati, sedangkan
keperluan (kebutuhan)nya masih tersimpan di dalam dadanya tanpa
dapat melunasinya (menunaikannya)." Rasulullah Saw. melanjutkan
sabdanya, bahwa saat itu juga para malaikat mendatangi mereka dan masuk ke
tempat mereka dari semua pintunya seraya mengucapkan: Keselamatan
terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu. (Ar-Ra'd: 24)
وَرَوَاهُ أَبُو
الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ رِشْدِينَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ
صَالِحٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرو بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ
أَبِي عُشَّانة سَمِعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله
عليه وسلم قال: "أَوَّلُ ثُلَّةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فُقَرَاءُ
الْمُهَاجِرِينَ، الَّذِينَ تُتَّقَى بِهِمُ الْمَكَارِهُ، وَإِذَا أُمِرُوا
سَمِعُوا وَأَطَاعُوا، وَإِنْ كَانَتْ لِرَجُلٍ مِنْهُمْ حَاجَةٌ إِلَى سُلْطَانٍ
لَمْ تُقْضَ حَتَّى يَمُوتَ وَهِيَ فِي صَدْرِهِ، وَإِنَّ اللَّهَ يَدْعُو يَوْمَ
الْقِيَامَةِ الْجَنَّةَ فَتَأْتِي بِزُخْرُفِهَا وَزِينَتِهَا، فَيَقُولُ: أَيْنَ
عِبَادِي الَّذِينَ قَاتَلُوا فِي سَبِيلِي، وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي، وَجَاهَدُوا
فِي سَبِيلِي؟ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَذَابٍ وَلَا حِسَابٍ، وَتَأْتِي
الْمَلَائِكَةُ فَيَسْجُدُونَ وَيَقُولُونَ: رَبَّنَا نَحْنُ نُسَبِّحُكَ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، ونُقدس لَكَ، مِنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ آثَرْتَهُمْ
عَلَيْنَا؟ فَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: هَؤُلَاءِ عِبَادِي الَّذِينَ
جَاهَدُوا فِي سَبِيلِي، وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي فَتَدْخُلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ كُلِّ بَابٍ: {سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ
عُقْبَى الدَّارِ}
Abul
Qasim At-Tabrani meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Rasyidin, dari Ahmad ibnu
Saleh, dari Abdullah ibnu Wahb, dari Umar ibnul Haris, dari Abu Usyanah yang
telah mendengar dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Golongan
yang mula-mula masuk surga adalah kaum fakir miskin Muhajirin yang dengan
keberadaan mereka semua hal yang tidak diinginkan terhindarkan; dan apabila
mereka diperintahkan, maka mereka tunduk patuh mengerjakannya. Dan sesungguhnya
seseorang dari mereka benar-benar mempunyai keperluan kepada sultan yang belum
terpenuhi hingga ia mati, sedangkan keperluannya itu masih tersimpan di dalam
dadanya. Dan sesungguhnya Allah menyeru surga pada hari kiamat, maka surga
datang dengan segala keindahan dan perhiasannya. Lalu Allah berfirman, "Di
manakah hamba-hamba-Ku yang telah berperang di jalan Allah, disakiti dalam
membela jalan-Ku, dan berjihad di jalan-Ku? Masuklah kalian ke dalam surga
tanpa azab dan tanpa hisab.” Maka berdatanganlah para malaikat yang langsung
bersujud (kepada-Nya) dan berkata, "Wahai Tuhan kami, kami selalu
bertasbih dengan memuji-Mu sepanjang malam dan siang hari, dan kami selalu
menyucikan Engkau, siapakah mereka yang lebih Engkau prioritaskan di atas
kami?” Allah Swt. berfirman, "Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang berjihad
di jalan-Ku dan disakiti karena membelajalan-Ku.” Maka para malaikat masuk ke
tempat mereka dari semua pintu seraya mengucapkan, "Keselamatan
terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian.” Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu.
Abdullah
ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan
kepada kami Artah ibnul Munzir, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki dari
kalangan sesepuh yang ada dalam pasukan (kaum muslim) yang dikenal dengan nama
Abul Hajjaj. Dia mengatakan bahwa ia duduk di majelis Abu Umamah, dan Abu
Umamah mengatakan, "Sesungguhnya orang mukmin itu apabila masuk surga,
duduk menyandar di atas dipan-dipannya, sedangkan di hadapannya terdapat dua
jajar barisan para pelayan, dan di ujung barisan pelayan terdapat pintu yang
dijaga. Kemudian malaikat datang dan meminta izin untuk masuk, maka penjaga
pintu berkata kepada pelayan yang ada di dekatnya, 'Ada malaikat datang meminta
masuk.' Pelayan itu lalu memberitahukan kepada pelayan lain yang ada di
sisinya, bahwa ada malaikat meminta izin untuk masuk, hingga sampailah kepada
orang mukmin itu. Maka si orang mukmin berkata, 'Izinkanlah dia masuk.' Lalu
pelayan yang ada di dekat orang mukmin itu menyampaikan pesan itu kepada
pelayan lain yang ada di dekatnya, hingga sampailah kepada pelayan yang berada
di pintu masuk. Maka pelayan yang menjaga pintu membukakan pintunya untuk
malaikat itu. Malaikat itu masuk dan mengucapkan selamat, lalu pergi."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu
Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Ayyasy, dari Artah ibnul
Munzir, dari Abul Hajjaj Yusuf Al-Ilhani yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Abu Umamah menceritakan hadis ini. Lalu disebutkan hingga akhir
hadis.
Dalam
sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menziarahi kuburan para syuhada
setiap awal tahunnya dan mengucapkan ayat berikut kepada mereka: Keselamatan
terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya
kesudahan itu. (Ar-Ra'd: 24)
Hal
yang sama dilakukan pula oleh Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Ar-Ra'd, ayat 25
{وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ
عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ
أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ
سُوءُ الدَّارِ (25) }
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan
teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan
bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).
Demikianlah
keadaan orang-orang yang celaka dan sifat-sifat mereka. Disebutkan pula apa
yang mereka peroleh di hari akhirat dan tempat kembali mereka yang membeda
dengan apa yang dialami oleh orang-orang mukmin. Sebagaimana mereka pun
memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan orang-orang mukmin ketika di dunianya.
Orang-orang mukmin mempunyai ciri khas selalu menunaikanjanji Allah dan
menghubungkan apa yang diperintahkan oleh Allah agar "mereka menghubungkannya,
sedangkan orang-orang celaka adalah:
{يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ
مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي
الأرْضِ}
Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi. (Ar-Ra'd: 25)
Di
dalam sebuah hadis disebutkan:
"آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ
خَانَ"
Pertanda
orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila bicara, berdusta; apabila berjanji,
ingkar: dan apabila dipercaya, khianat.
Menurut
riwayat lainnya:
"وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجر".
Dan
apabila berjanji, melanggarnya; dan apabila bersengketa, curang.
Karena
itulah dalam ayat ini disebutkan:
{أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ}
orang-orang
itulah yang memperoleh kutukan. (Ar-Ra'd:
25)
Yang
dimaksud dengan kutukan atau laknat ialah dijauhkan dari rahmat Allah. .
{وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ}
dan
bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).
(Ar-Ra'd: 25)
Yakni
akibat dan tempat kembali yang sangat buruk, seperti yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya: dan tempat kediaman mereka ialah Jahannam, dan
itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (Ar-Ra'd: 18)
Abul
Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Orang-orangyang
merusak janji Allah. (Ar-Ra'd: 25), hingga akhir ayat. Bahwa ada enam macam
pertanda yang ada dalam diri orang-orang munafik. Apabila mereka mendapat angin
di kalangan masyarakat, maka mereka menampakkan ciri-ciri khas ini, yaitu:
Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; apabila dipercaya, khianat;
mereka merusak janji Allah sesudah diikrarkan dengan teguh, memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan gemar menimbulkan kerusakan di
bumi. Apabila mereka dikalahkan, maka yang tampak dari mereka adalah tiga ciri
khas, yaitu: Apabila berkata, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila
dipercaya, khianat.
Ar-Ra'd, ayat 26
{اللَّهُ يَبْسُطُ
الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ (26) }
Allah meluaskan rezeki dan
menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan
kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia ini (dibandingkan dengan) kehidupan
di akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).
Allah
Swt. menyebutkan bahwa Dialah yang meluaskan rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Dia pulalah yang menyempitkannya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, karena hal itu mengandung hikmah dan keadilan yang hanya
diketahui oleh-Nya. Tetapi orang-orang kafir itu merasa gembira dengan kehidupan
duniawi yang diberikan kepada mereka, padahal pemberian itu adalah istidraj dan
penangguhan azab bagi mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ
مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ}
Apakah
mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan kepada
mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)
Kemudian
Allah menghinakan kehidupan dunia bila dibandingkan dengan pahala yang disimpan
oleh Allah Swt. buat hamba-hamba-Nya yang mukmin kelak di hari akhirat. Untuk
itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ
إِلا مَتَاعٌ}
padahal
kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan
akhirat hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Ar-Ra'd: 26)
Sama
halnya dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ
وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلا}
Katakanlah,
"Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa, dan kalian tidak akan dianiaya sedikit pun. (An-Nisa: 77)
{بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Tetapi
kalian (orang-orang kafir) memilih
kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih
kekal. (Al-A'la: 16-17)
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسٍ، عَنِ الْمُسْتَوْرِدِ أَخِي بَني
فِهْرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَمَثَلِ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ
إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ" وَأَشَارَ
بِالسَّبَّابَةِ.
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Yahya ibnu Sa'id;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid,
dari Qais, dari Al-Mustawrid (saudara lelaki Bani Fihr) yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah kehidupan dunia bila dibanding
dengan kehidupan di akhirat melainkan seperti seseorang di antara kalian yang
mencelupkan jari telunjuknya ke laut ini, maka perhatikanlah apakah yang
dihasilkannya. Rasulullah Saw. bersabda demikian seraya berisyarat dengan
jari telunjuknya.
Hadis
ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.
Di
dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. melewati bangkai seekor
kambing yang kedua telinganya kecil (kurus), lalu beliau Saw. bersabda:
"وَاللَّهِ
لِلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَى أَهْلِهِ حِينَ
أَلْقَوْهُ"
Demi
Allah, sesungguhnya dunia ini lebih diremehkan oleh Allah daripada kambing ini
menurut pandangan pemiliknya ketika ia mencampakkan (bangkai)nya
Ar-Ra'd, ayat 27-29
{وَيَقُولُ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ
مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ (27) الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ (28) الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ
وَحُسْنُ مَآبٍ (29) }
Orang-orang kafir
berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (Mukjizat) dari Tuhannya?"
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya, " (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang
baik.
Allah Swt. menceritakan perkataan orang-orang
musyrik melalui firman-Nya:
{لَوْلا} أَيْ: هَلَّا {أُنزلَ عَلَيْهِ
آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ}
Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad)
tanda (mukjizat) dari Tuhannya? (Ar-Ra'd: 27)
Ayat tersebut semakna dengan yang disebutkan oleh
Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ
الأوَّلُونَ}
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita
suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya:
5)
Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan
bukan hanya sekali saja pada kesempatan yang lalu, bahwa Allah mampu
memperkenankan apa yang mereka minta itu.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah
menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya ketika kaumnya meminta beliau mengubah Bukit
Safa menjadi emas buat mereka, dan mengalirkan buat mereka mata air yang
berlimpah sumber airnya, serta menggeserkan bukit-bukit yang ada di sekitar
Mekah, lalu menggantikan kedudukannya menjadi kebun-kebun dan lapangan-lapangan
rumput yang hijau, "Jika kamu suka, hai Muhammad, Aku akan memberi mereka
apa yang mereka minta itu. Tetapi jika mereka tetap kafir (sesudahnya), Aku
akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang
pun dari penduduk dunia ini. Dan jika kamu suka, Aku bukakan atas mereka pintu
tobat dan rahmat." Maka Rasulullah Saw. berkata:
"بَلْ تَفْتَحُ لَهُمْ بَابَ التَّوْبَةِ وَالرَّحْمَةِ"
Tidak, bukakanlah oleh-Mu pintu tobat dan
rahmat buat mereka.
Karena itulah dalam ayat ini Allah Swt. berfirman
kepada Rasul-Nya:
قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ
مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat
kepada-Nya.” (Ar-Ra'd: 27)
Artinya, Dialah yang menyesatkan dan yang memberi
petunjuk, baik Dia memberikan mukjizat kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang
mereka minta ataupun tidak memperkenankan permintaan mereka; karena
sesungguhnya hidayah dan penyesatan tiada kaitannya dengan keberadaan dan
ketiadaan hal tersebut. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ
قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus:
101)
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ
عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ
حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti
terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada
mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus:
96-97)
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا
إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ
شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada
mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami
kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga)
akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki; tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. (Al-An'am: 111)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya Allah
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat
kepada-Nya.” (Ar-Ra'd: 27)
Yakni Allah memberikan petunjuk kepada orang yang
bertobat dan kembali kepada-Nya serta memohon pertolongan kepada-Nya dengan
berendah diri kepada-Nya.
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ}
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. (Ar-Ra'd: 28)
Maksudnya, hati mereka senang dan tenang berada
di sisi Allah, merasa tenteram dengan mengingat-Nya, dan rela kepada-Nya
sebagai Pelindung dan Penolong(nya). Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ}
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (Ar-Ra'd: 28)
Ayat di atas bermakna bahwa Allah berhak untuk
diingati.
*******************
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ}
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. (Ar-Ra'd: 29)
Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa makna tuba ialah 'gembira dan sejuk hati'. Menurut Ikrimah,
artinya 'alangkah nikmatnya apa yang mereka peroleh'. Menurut Ad-Dahhak,
artinya 'ungkapan rasa keinginan beroleh kenikmatan seperti mereka'. Menurut
Ibrahim An-Nakha'i, artinya 'kebaikanlah bagi mereka'.
Qatadah mengatakan bahwa kata ini merupakan kata
dari bahasa Arab. Bila seseorang mengatakan kepada temannya, "Tuba
Laka" artinya 'engkau telah beroleh kebaikan'. Menurut riwayat lain,
ia mengatakan bahwa tuba lahum artinya kebaikanlah bagi mereka.
{وَحُسْنُ مَآبٍ}
tempat kembali yang baik. (Ar-Ra'd: 29)
Yakni tempat kembali. Semua pendapat yang telah
disebutkan di atas pada prinsipnya sama, tiada pertentangan di antaranya.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna tuba lahum, bahwa tuba adalah nama
sebuah taman yang ada di negeri Habsyah. Sa'id ibnu Masju' mengatakan bahwa tuba
adalah nama sebuah taman yang terletak di India. Hal yang sama telah
diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Ikrimah, bahwa tuba lahum artinya surga
(taman). Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
setelah Allah menciptakan surga dan telah merampungkannya, berfirmanlah Dia: Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang
baik (Ar-Ra'd: 29) Demikian itu sebagai ungkapan rasa takjub akan
keindahannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ja'far, dari Syahr ibnu
Hausyab yang mengatakan bahwa tuba adalah nama sebuah pohon di dalam
surga; semua pepohonan surga berasal darinya, ranting-rantingnya berasal dari
balik tembok surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu
Hurairah, Ibnu Abbas, Mugis ibnu Summi, Abi Ishaq As-Subai'i, dan lain-lainnya
dari kalangan ulama Salaf yang bukan hanya seorang. Mereka mengatakan bahwa tuba
adalah sebuah pohon di dalam surga, pada tiap-tiap rumah (gedung) surga
terdapat ranting yang berasal darinya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha
Pemurah, Mahasuci lagi Mahatinggi telah menanamnya sendiri dengan tangan
kekuasaan-Nya dari butir mutiara, lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk
menjalar; maka pohon itu menjalar menurut yang dikehendaki oleh Allah Swt. Dari
bawah akarnya memancar sumber air sungai-sungai surga yang berasa madu, khamr,
dan air susu.
Abdullah ibnu Wahb telah mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Diraj (yakni Abus Samah) pernah
menceritakan kalimat berikut kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id
Al-Khudri secara marfu':
"طُوبَى: شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ مِائَةِ سَنَةٍ،
ثياب أهل الجنة تخرج من أكمامها"
Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga,
besarnya santa dengan jarak perjalanan seratus tahun, pakaian-pakaian ahli
surga keluar dari kuntum-kuntumnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، سَمِعْتُ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَرَّاج أَبُو السَّمْحِ، أَنَّ أَبَا
الْهَيْثَمِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ] عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
طُوبَى لِمَنْ رَآكَ وَآمَنَ بِكَ. قَالَ: "طُوبَى لِمَنْ رَآنِي وَآمَنَ
بِي، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى، ثُمَّ طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِي وَلَمْ
يَرَنِي". قَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَمَا طُوبَى؟ قَالَ: "شَجَرَةٌ فِي
الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ مِائَةِ عَامٍ، ثِيَابُ أَهْلِ الْجَنَّةِ تَخْرُجُ مِنْ
أَكْمَامِهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hasan ibnu Musa, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Lahi'ah
mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Diraj (yakni Abus Samah), bahwa Abul
Haisam pernah menceritakan kepadanya, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah
Saw., bahwa ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, tuba (berbahagialah)
bagi orang yang melihatmu dan beriman kepadamu." Rasulullah Saw. bersabda:
Berbahagialah bagi orang yang melihatku dan beriman kepadaku. Berbahagialah,
berbahagialah, dan berbahagialah bagi orang yang beriman kepadaku dan tidak
melihatku. Lelaki lainnya bertanya kepada Rasulullah Saw., "Apakah
yang dimaksud dengan tuba (berbahagialah) itu?" Rasulullah Saw.
menjawab: Sebuah pohon di dalam surga yang besarnya adalah perjalanan
seratus tahun, pakaian ahli surga keluar dari kuntum (bunga)nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan:
عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْهِ، عَنْ مُغِيرَةَ الْمَخْزُومِيِّ،
عَنْ وَهيب، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً
يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا"
dari Ishaq Ibnu Rahawaih, dari Mugirah
Al-Makhzumi, dari Wuhaib, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd r.a., bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat
sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus
tahun masih belum melampauinya.
Abu Hazim mengatakan bahwa lalu ia mengetengahkan
hadis ini kepada An-Nu'man ibnu Ayyasy Az-Zurqi. Maka ia berkata bahwa telah
menceritakan kepadanya Abu Sa’id Al-Khudri, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ الجَوَاد
المضمَّرَ السَّرِيعَ مِائَةَ عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا".
Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah
pohon, seorang pengendara kuda pacuan yang kencang larinya memacu kudanya
selama seratus tahun, ia masih belum dapat melampauinya.
Di dalam kitab Sahih Bukhari:
مِنْ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ زُرَيع، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ،
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم فِي قَوْلِ اللَّهِ: {وَظِلٍّ مَمْدُودٍ} [الْوَاقِعَةِ: 30] قَالَ:
"فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا
يَقْطَعُهَا".
melalui hadis Yazid ibnu Zurai', dari Sa'id, dari
Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah:
30) yaitu: Di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan
di bawah naungannya selama seratus tahun tanpa bisa melampauinya.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيْج، حَدَّثَنَا
فُلَيْح، عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
عَمْرَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي
ظِلِّهَا مِائَةَ سَنَةٍ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَظِلٍّ مَمْدُودٍ}
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan
kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali,
dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Di dalam surga terdapat sebuah pohon,
seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih
belum melampauinya. Bacalah oleh kalian bila kalian suka akan firman-Nya,
"Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah: 30)
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di
dalam kitab Shahihain.
Menurut lafaz lain —bagi Imam Ahmad— disebutkan
pula bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَحَجَّاجٌ قَالَا حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، سَمِعْتُ أَبَا الضَّحَّاكِ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ فِي
الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا سَبْعِينَ -أَوْ: مِائَةَ
-سَنَةٍ هِيَ شَجَرَةُ الْخُلْدِ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far dan Hajjaj; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah,
bahwa ia pernah mendengar Abu Dalihak menceritakan hadis berikut dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga
terdapat sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama
tujuh puluh — atau seratus tahun—. ia adalah pohon Khuldi.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي
بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَذَكَرَ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى، قَالَ:
"يَسِيرُ فِي ظِلِّ الْفَنَنِ مِنْهَا الرَّاكِبُ مِائَةَ سَنَةٍ -أَوْ:
قَالَ-: يَسْتَظِلُّ فِي الْفَنَنِ مِنْهَا مِائَةُ رَاكِبٍ، فِيهَا فِرَاشُ
الذَّهَبِ، كَأَنَّ ثَمَرَهَا القلال".
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yahya ibnu
Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Asma binti Abu Bakar r.a.
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang Sidratul
Muntaha, lalu Rasulullah Saw. bersabda: Seorang pengendara berjalan di
bawah naungan salah satu tangkainya selama seratus tahun —atau bernaung di
bawah sebuah rantingnya seratus orang pengendara—, padanya terdapat kupu-kupu
emas, buahnya seakan-akan sebesar gentong.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Turmuzi.
وَقَالَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يُوسُفَ،
عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ قَالَ:
سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
إِلَّا انْطُلِقَ بِهِ إِلَى طُوبَى، فَتُفْتَحُ لَهُ أَكْمَامُهَا، فَيَأْخُذُ
مِنْ أَيِّ ذَلِكَ شَاءَ، إِنْ شَاءَ أَبْيَضَ، وَإِنْ شَاءَ أَحْمَرَ، وَإِنْ
شَاءَ أَصْفَرَ، وَإِنْ شَاءَ أَسْوَدَ، مِثْلُ شَقَائِقِ النُّعْمَانِ وَأَرَقُّ
وَأَحْسَنُ".
Ismail ibnu Ayyasy meriwayatkan dari Sa’id ibnu
Yusuf, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: tiada seorang pun di antara kalian masuk surga
melainkan pergi ke pohon Tuba. Maka dibukakan baginya kuntum-kuntumnya, dan ia
mengambil darinya pakaian yang disukainya. Jika ia suka warna putih, mengambil
warna putih; jika ia suka warna merah, mengambil warna merah; jika ia suka
warna kuning, mengambil warna kuning; dan jika suka warna hitam, mengambil
warna hitam; warna-warninya seperti bunga syaqaiqun nu'man dan lebih lembut
lagi lebih indah.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnuSaur, dari Ma'mar, dari Asy'as ibnu Abdullah, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa tuba adalah sebuah
pohon di dalam surga. Allah berfirman kepadanya, "Mekarkanlah
kuntum-kuntummu buat hamba-Ku untuk memenuhi apa yang dikehendakinya!"
Maka (bunga) pohon itu mekar untuk hamba yang dimaksud dengan mengeluarkan kuda
lengkap dengan pelana dan kendalinya, unta berikut semua perlengkapannya, dan
segala rupa pakaian yang disukainya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Wahb ibnu
Munabbih dalam bab ini sebuah asar yang garib lagi aneh. Wahb rahimahullah
mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang
disebut tuba, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama
seratus tahun tanpa bisa melewatinya. Bunga-bunganya adalah pakaian,
dedaunannya adalah selimut, ranting-rantingnya adalah 'anbar, lembah
tempatnya adalah yaqut, tanahnya adalah kafur, dan lumpurnya
adalah misik (minyak kesturi). Dari akarnya keluar sungai khamr, sungai
susu, dan sungai madu. Pohon ini merupakan majelis ahli surga. Ketika mereka
sedang berada di majelisnya, tiba-tiba malaikat suruhan Tuhan mereka datang
kepada mereka seraya menuntun unta-unta yang diberi kendali rantai emas.
Keindahan kepala unta-unta itu bagaikan pelita, bulunya sangat lembut seperti
sutera Mar'uzi. Di atas punggung unta-unta itu terdapat haudaj yang
papannya terbuat dari batu yaqut, sandarannya terbuat dari emas, sedangkan kain
penutupnya terbuat dari kain sutera tebal dan tipis. Lalu para malaikat itu
membuka haudaj (tandu) yang ada di atas punggung unta-unta itu, lalu
berkata, "Sesungguhnya Tuhan kalian telah mengutus kami kepada kalian
untuk membawa kalian mengunjungi-Nya dan mengucapkan salam penghormatan
kepada-Nya." Maka semua ahli surga menaikinya, jalannya lebih cepat
daripada burung terbang dan lebih pelan daripada kupu-kupu; unta itu tidak
sulit dikendarai. Seseorang berjalan berdampingan dengan saudaranya seraya
berbincang-bincang dengannya, sedangkan pinggir haudaj masing-masing
tidak mengenai yang lainnya; dan tiada suatu unta pun yang duduk berlutut di
tempat unta lainnya, sehingga pepohonan menjauh dari jalan yang dilalui oleh
mereka agar tidak memisahkan antara seseorang dengan saudaranya. Lalu mereka
datang menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan Allah
membukakan hijab diri-Nya kepada mereka sehingga mereka dapat melihat Zat Allah
Yang Mahamulia. Apabila mereka telah melihat-Nya, maka berkatalah mereka,
"Ya Allah, Engkau Mahasejahtera, dari Engkaulah bersumbernya
kesejahteraan, dan sifat keagungan dan kemuliaan hanyalah layak bagi-Mu."
Maka pada saat itu juga Allah berfirman, "Akulah Yang Mahasejahtera, dari
Aku-lah kesejahteraan, dan kalian berhak mendapat rahmat dan kasih-Ku. Selamat
datang kepada hamba-hamba-Ku yang takut kepada-Ku tanpa melihat-Ku dan taat
kepada perintah-Ku." Mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, kami masih
belum menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenarnya, dan kami masih belum
menghargai Engkau dengan penghargaan yang sebenarnya. Maka izinkanlah kami untuk
bersujud di bawah telapak kaki kekuasaan-Mu." Allah berfirman,
"Sesungguhnya sekarang ini bukanlah tempat kelelahan, bukan pula tempat
untuk ibadah, tetapi sekarang adalah tempat kesenangan dan kenikmatan.
Sesungguhnya Aku telah melenyapkan dari kalian kepayahan beribadah, maka
mintalah kepada-Ku semua yang kalian kehendaki, karena sesungguhnya
masing-masing orang dari kalian mempunyai keinginannya sendiri." Lalu
mereka meminta kepada Allah Swt. sehingga orang yang paling pendek keinginannya
mengatakan, "Wahai Tuhanku, ahli dunia telah bersaing dalam dunia mereka
sehingga mereka saling berebutan untuk mendapatkannya. Wahai Tuhanku, maka
berikanlah kepadaku semisal segala sesuatu yang mereka miliki sejak Engkau
menciptakan dunia hingga dunia berakhir." Allah Swt. berfirman,
"Sesungguhnya keinginanmu amatlah pendek, dan sesungguhnya engkau telah
meminta sesuatu yang berada di bawah kedudukanmu. Sekarang inilah dari-Ku
untukmu, karena sesungguhnya tiada kepayahan dalam pemberian-Ku, tiada pula
yang terlarang." Kemudian Allah Swt. berfirman, "Tawarkanlah kepada
hamba-hamba-Ku segala sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh angan-angan mereka
dan tidak pula terdetik dalam kalbu mereka." Maka ditampakkanlah hal itu
kepada mereka sehingga angan-angan mereka tidak dapat menjangkaunya. Di antara
yang ditawarkan kepada mereka ialah kuda-kuda yang bertanduk, di atas empat
ekor darinya terdapat dipan dari yaqut, dan pada tiap dipan terdapat kubah emas
yang terbuka. Pada tiap-tiap kubah terdapat kupu-kupu emas yang beterbangan. Di
dalam tiap kubah itu juga terdapat dua pelayan bidadari yang bermata jelita.
Masing-masing bidadari memakai pakaian dua lapis, yaitu pakaian surga; tiada
suatu warna pun yang ada di dalam surga melainkan ada pada warna pakaian itu,
dan tiada suatu wewangian pun melainkan tercium dari kedua pakaian itu. Cahaya
wajah kedua bidadari itu dapat menembus ketebalan kubah sehingga orang yang
melihatnya menduga bahwa keduanya berada di bagian luar kubah. Tulang sumsumnya
dapat terlihat dari bagian luar betisnya, seperti kabel putih yang ada di dalam
batu yaqut merah. Kedua bidadari memandang keutamaan yang dimiliki oleh
majikannya sama dengan keutamaan matahari atas batu, atau bahkan lebih utama
lagi. Majikan pun memandang hal yang sama kepada keutamaan yang dimiliki oleh
kedua bidadari tersebut. Kemudian ia masuk menemui keduanya. Maka keduanya memberikan
penghormatan kepadanya, lalu merangkulnya serta menempel kepadanya seraya
berkata, "Demi Allah, kami tidak menduga bahwa Allah menciptakan makhluk
seperti engkau." Kemudian Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa
mereka. Maka para malaikat berjalan bersama mereka membentuk saf ke dalam
surga, sehingga masing-masing orang dari ahli surga sampai ke tempat tinggal
yang telah disediakan untuknya.
Asar ini telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim
berikut sanadnya, dari Wahb ibnu Munabbih.
Di dalam riwayatnya ditambahkan, "Lihatlah
karunia Tuhan kalian yang diberikan kepada kalian!" Tiba-tiba terlihatlah
kubah-kubah di Rafiqul A’la dan gedung-gedung yang dibangun dari permata dan
marjan, pintu-pintunya dari emas, dipan-dipannya dari yaqut,
hamparan-hamparannya dari kain sutera tebal dan tipis, mimbar-mimbarnya dari nur
yang cahayanya memancar dari pintu-pintunya, dan halamannya dari nur seperti
cahaya matahari, sedangkan mimbar yang ada padanya seperti bintang gemerlapan
yang ada di siang hari. Tiba-tiba tampaklah gedung yang tinggi-tinggi berada di
surga yang tertinggi terbuat dari yaqut yang cahayanya sangat cemerlang.
Seandainya tidak ditundukkan (untuk dapat dilihat), niscaya pandangan mata
tidak akan dapat melihatnya (karena silaunya). Bagian gedung-gedung itu yang
terbuat dari yaqut putih dihampari dengan sutera putih, bagian yang terbuat
dari yaqut merah dihampari dengan kain sutera merah, bagian yang terbuat dari
yaqut hijau dihampari dengan kain sutera hijau, dan bagian yang terbuat dari
yaqut kuning dihampari dengan kain sutera kuning. Gedung-gedung itu semua
pintunya terbuat dari zamrud hijau, emas merah, dan perak putih. Tiang-tiang
dan sudut-sudutnya dari permata, jendela-jendelanya berbentuk kubah yang
terbuat dari mutiara, dan menara-menaranya bertingkat-tingkat terbuat dari
marjan. Setelah mereka berangkat menuju tempat yang diberikan oleh Tuhan
mereka, maka disodorkan kepada mereka kuda-kuda yang tubuhnya dari yaqut putih
—tetapi ditiupkan roh ke dalam tubuhnya (sehingga hidup)— didampingi oleh
pelayan yang terdiri atas anak-anak muda yang tetap muda. Tangan masing-masing
anak memegang pemacu kuda-kuda itu, tali kendali serta cocok hidungnya terbuat
dari perak putih yang dihiasi dengan mutiara dan yaqut, sedangkan pelananya
bagaikan dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata serta dilapisi dengan
kain sutera yang tebal dan yang tipis. Kemudian kuda-kuda itu berangkat membawa
mereka berpesiar di tengah-tengah taman surga. Setelah mereka sampai di
tempatnya masing-masing, mereka menjumpai para malaikat sedang duduk di atas
mimbar-mimbar nur menunggu mereka dengan maksud mengunjungi mereka,
menyalami mereka, dan mengucapkan selamat kepada mereka sebagai penghormatan
buat mereka dari Tuhan mereka. Setelah mereka memasuki gedung-gedung mereka, di
dalamnya mereka menjumpai semua yang mereka inginkan, semua yang mereka minta,
dan semua yang mereka angan-angankan. Tiba-tiba pada pintu tiap gedung tersebut
terdapat empat taman, dua di antaranya mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan,
sedangkan dua lainnya kelihatan berwarna hijau tua; di dalam kedua taman itu
terdapat dua buah mata air yang mengalir, segala macam buah-buahan yang
berpasangan, serta bidadari-bidadari yang dipingit di dalam kemahnya
masing-masing. Setelah mereka menempati tempatnya masing-masing, maka Allah
Swt. berfirman kepada mereka, "Apakah kalian telah menjumpai apa yang
telah dijanjikan oleh Tuhan kalian dengan sebenarnya?" Mereka menjawab,
"Ya, wahai Tuhan kami." Allah berfirman, "Apakah kalian puas
dengan pahala Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, kami
telah puas, maka ridailah kami." Allah Swt. berfirman, "Berkat
rida-Ku kepada kalian, Aku tempatkan kalian di rumah-Ku dan kalian dapat
melihat Zat-Ku, serta para malaikat-Ku menyalami kalian. Maka selamat,
selamatlah bagi kalian." sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud:
108) Yakni tiada terhenti dan tiada yang terlarang. Maka pada saat itu juga
mereka mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka
cita dari kami dan memasukkan kami ke tempat tinggal yang kekal berkat
karunia-Nya. Di dalamnya kami tidak lagi mengalami kepayahan, tidak pula
mengalami lesu. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri."
Konteks asar ini garib lagi ajaib, tetapi
sebagian darinya mempunyai syahid (bukti) yang menguatkannya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa
Allah Swt. berfirman kepada lelaki yang paling akhir masuk surga,
"Mintailah!" Lalu lelaki itu meminta; dan setelah permintaannya
habis, Allah Swt. berfirman, "Mintalah anu dan mintalah anu," sambil
mengingatkannya. Kemudian Allah berfirman, "Hal seperti itu dan sepuluh
kali lipatnya adalah untukmu."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan
sebuah hadis melalui Abu Zar, dari Rasulullah Saw., dari Allah Swt.:
يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ، قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ
إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ من ملكي شيئا، إلا كما ينقص
المخيط إِذَا أُدْخِلَ فِي الْبَحْرِ"، الْحَدِيثَ بِطُولِهِ.
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang
pertama dari kalian dan orang yang terakhir dari kalian —dari kalangan manusia
dan jin— berdiri di suatu tanah lapang, lalu mereka meminta kepadaKu dan Aku
berikan kepada setiap orang apa yang dimintanya, hal tersebut tiada mengurangi
milik-Ku barang sedikit pun, melainkan sebagaimana berkurangnya lautan apabila
dimasukkan sebuah jarum ke dalamnya. hingga akhir hadis.
Khalid ibnu Ma'dan mengatakan, "Sesungguhnya
di dalam surga terdapat sebuah pohon yang dikenal dengan nama Tuba. Pohon
itu mempunyai susu, semua anak-anak ahli surga menyusu darinya. Dan
sesungguhnya kandungan yang gugur dari seorang wanita kelak berada di salah
satu dari sungai surga, ia hidup di dalamnya hingga hari kiamat nanti; maka ia
dibangkitkan dalam rupa seorang anak yang berumur empat puluh tahun."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ar-Ra'd, ayat 30
{كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ
فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهَا أُمَمٌ لِتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ قُلْ هُوَ رَبِّي لَا
إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ (30) }
Demikianlah, Kami
telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka
kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah, "Dialah Tuhanku tidak
ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan hanya kepada-Nya aku
bertobat.”
Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami utus
kamu, hai Muhammad, kepada umat ini,"
{لِتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ}
supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an)
yang Kami wahyukan kepadamu. (Ar-Ra'd: 30)
Yakni agar kamu menyampaikan kepada mereka
risalah dari Allah buat mereka, begitu pula Kami telah mengutus (utusan-utusan
Kami) kepada umat-umat terdahulu yang kafir kepada Allah. Para utusan sebelum
kamu telah didustakan oleh umatnya masing-masing, maka engkau mempunyai suri
teladan dari para rasul pendahulumu. Dan sebagaimana Kami telah menimpakan azab
dan pembalasan kami kepada mereka yang kafir di masa lalu, maka hendaklah
umatmu pun berhati-hati, jangan sampai tertimpa azab dan pembalasan-Ku yang
pernah menimpa para pendahulu mereka. Karena sesungguhnya pendustaan umatmu
terhadap kamu jauh lebih parah daripada pendustaan yang dialami oleh para rasul
terdahulu dari umatnya.
Allah Swt. telah berfirman:
{تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ
مِنْ قَبْلِكَ}
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu. (An-Nahl: 63)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ
فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا
مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ}
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul
sebelum kamu. tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka.
Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.
Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. (Al-An'am:
34)
Menerangkan tentang bagaimana Kami tolong mereka
dan Kami jadikan bagi mereka akibat yang baik —begitu pula bagi para pengikut
mereka— di dunia dan akhirat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ}
padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah. (Ar-Ra'd: 30)
Yakni umat yang Kami utus kamu kepada mereka
kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Mereka tidak mengakui-Nya, karena mereka
menolak penyebutan Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Dalam perjanjian
Hudaibiyah mereka menolak menulis kalimat Bismillahir Rahmanir Rahim, dan
mereka mengatakan, "Kami tidak mengenal Rahman dan Rahim" Demikianlah
yang dikatakan oleh Qatadah, sedangkan hadis mengenainya berada di dalam kitab Sahih
Bukhari. Padahal Allah Swt. telah berfirman di dalam Kitab-Nya:
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا
الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}
Katakanlah, "Serulah Allah, atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai al-asmd-ul
husna (nama-nama yang terbaik). (Al-Isra: 110)
Di dalam kitabSahih Muslim, dari Abdullah
ibnu Umar, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ أَحَبَّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Sesungguhnya nama yang paling disukai oleh
Allah ialah Abdullah dan Abdur Rahman.
*******************
{قُلْ هُوَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Katakanlah, "Dialah Tuhanku tidak ada
Tuhan selain Dia.” (Ar-Ra'd: 30)
Yakni Tuhan yang kalian ingkari itu aku beriman
kepada-Nya dan mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Rabb kami. Dia adalah Tuhanku,
tiada Tuhan selain Dia.
{عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ}
hanya kepada-Nya aku bertawakal. (Ar-Ra'd:
30)
dalam semua urusanku.
{وَإِلَيْهِ مَتَابِ}
dan hanya kepada-Nya aku bertobat. (Ar-Ra'd:
30)
Artinya, hanya kepada-Nya aku kembali dan
bertobat, karena sesungguhnya tiada yang patut mendapat kedudukan tersebut
selain Dia.
Ar-Ra'd, ayat 31
{وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا
سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى
بَلْ لِلَّهِ الأمْرُ جَمِيعًا أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ
يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا
تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ
حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (31) }
Dan sekiranya ada
suatu bacaan (kitab suci) yang dengan
bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh
karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al-Qur'an
itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka
tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah
menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada
manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana
disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat
kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji.
Allah Swt. berfirman memuji Al-Qur'an yang
diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. dengan menyebutkan keutamaannya di
atas semua kitab lain yang telah diturunkan-Nya sebelum itu. Maka
disebutkanlah:
{وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ
الْجِبَالُ}
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab
suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan. (Ar-Ra'd:
31)
Yakni seandainya di dalam kitab-kitab suci
terdahulu terdapat suatu kitab yang dengannya gunung-gunung dapat dipindahkan
dari tempatnya, atau bumi dapat terbelah dan terpisah karenanya, atau orang-orang
yang telah mati dapat berbicara di dalam kuburnya, niscaya hanya Al-Qur'an
sajalah yang pantas menyandang sifat tersebut, bukan kitab lainnya. Atau dengan
cara yang lebih utama dapat dikatakan bahwa memang Al-Qur'an demikian
keadaannya karena unsur i'jaz yang terkandung di dalamnya, sehingga
seluruh manusia dan jin apabila bersatu untuk membuat satu surat yang semisal
dengan surat Al-Qur'an, niscaya mereka tidak mampu membuatnya. Tetapi sekalipun
demikian, orang-orang musyrik itu kafir dan ingkar kepada Al-Qur'an.
{بَلْ لِلَّهِ الأمْرُ جَمِيعًا}
Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan
Allah. (Ar-Ra'd: 31)
Maksudnya, tempat kembali semua urusan itu
hanyalah kepada Allah Swt. semata, apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan
apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Dan barang siapa yang
disesatkan oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya; barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun
yang dapat menyesatkannya.
Terkadang kata Al-Qur'an ditujukan kepada
setiap kitab suci terdahulu, karena ia berakar dari kata al-jam'u (himpunan).
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ هَمَّامِ
بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُفِّفَت عَلَى دَاوُدَ
الْقِرَاءَةُ، فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَابَّتِهِ أَنْ تُسْرَجَ، فَكَانَ يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُسرج دَابَّتُهُ، وَكَانَ لَا يَأْكُلُ إِلَّا مَنْ عَمَلِ
يَدَيْهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu
Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang pernah diceritakan
oleh Abu Hurairah kepada kami. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Diringankan atas Nabi Daud bacaan kitabnya. Dan dia memerintahkan
agar kendaraannya dipelanai, dan dia usai dari bacaan Al-Qur’annya sebelum
pelana kendaraannya rampung. Dan dia tidak pernah makan kecuali dari hasil tangannya
(sendiri).
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid.
Yang dimaksud dengan Al-Qur'an dalam hadis ini
ialah kitab sucinya, yakni kitab Zabur.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا}
Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu
mengetahui. (Ar-Ra'd: 31)
Yakni menyangkut keimanan semua makhluk. Dengan
kata lain, tidakkah mereka mengetahui dan mengerti:
{أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ
جَمِيعًا}
bahwa seandainya Allah menghendaki (semua
manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. (Ar-Ra'd:
31)
Karena sesungguhnya tiada suatu hujah pun, tiada
pula suatu mukjizat pun yang lebih utama dan lebih fasih serta lebih besar
pengaruhnya terhadap jiwa selain dari Al-Qur'an. Seandainya Allah menurunkannya
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan takut kepada Allah. Di dalam sebuah hadis sahih di sebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مَا آمَنَ عَلَى
مِثْلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ
اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Tiada seorang nabi pun melainkan telah diberi (mukjizat)
dari jenis yang dianut oleh manusia di masanya. Dan sesungguhnya apa yang
diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku. Maka aku
berharap semoga aku adalah salah seorang di antara mereka (para nabi) yang
paling banyak pengikutnya.
Dengan kata lain, mukjizat semua nabi hilang
dengan meninggalnya nabi yang bersangkutan; sedangkan Al-Qur'an ini adalah
hujah yang tetap lestari selamanya. Keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis,
tidak membosankan, sekalipun banyak diulang; dan para ulama tidak pernah merasa
kenyang dari (menggali makna-makna)nya. Al-Qur'an adalah keputusan yang tegas
dan bukan hal yang lemah; barang siapa di antara orang yang angkara murka
meninggalkannya, pasti Allah akan membinasakannya; dan barang siapa yang
mencari petunjuk kepada selain Al-Qur'an, Allah pasti menyesatkannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris,
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah, telah menceritakan kepada
kami Umar ibnu Hissan, dari Atiyyah Al-Aufi. Umar ibnu Hissan mengatakan bahwa
ia menanyakan kepada Atiyyah tentang makna ayat berikut: Dan sekiranya ada
suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat
diguncangkan. (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir ayat. Atiyyah menjawab bahwa
mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata kepada Nabi Muhammad, "Mengapa
engkau tidak menyingkirkan gunung-gunung Mekah ini dari kami sehingga tanahnya
menjadi luas, maka kami akan bercocok tanam padanya; atau engkau belahkan bumi
bagi kami, sebagaimana Sulaiman membelah angin buat kaumnya; atau engkau
hidupkan bagi kami orang-orang yang telah mati, sebagaimana Isa menghidupkan
orang-orang mati bagi kaumnya?" Maka Allah menurunkan ayat ini. Umar ibnu
Hissan bertanya, "Apakah engkau pernah melihat hadis ini dari salah
seorang sahabat Nabi Saw.?" Atiyyah menjawab, "Ya, dari Abu Sa'id,
dari Nabi Saw."
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
Asy-Sya'bi, Qatadah, As-Sauri, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang
sehubungan dengan latar belakang penurunan ayat ini. Qatadah mengatakan,
"Seandainya hal tersebut dapat dilakukan dengan kitab suci selain kitab
suci kalian, niscaya hal tersebut dapat dilakukan pula dengan Al-Qur'an
kalian."
*******************
Firman Allah Swt.:
{بَلْ لِلَّهِ الأمْرُ جَمِيعًا}
Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan
Allah. (Ar-Ra'd: 31)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada sesuatu pun
dari urusan-urusan itu yang terjadi melainkan berdasarkan apa yang dikehendaki
oleh Allah yang pada awalnya tidak akan dilakukan. Demikianlah menurut riwayat
Ibnu Ishaq berikut sanadnya, dari Ibnu Abbas, dan Ibnu Jarir telah
meriwayatkannya pula.
Sejumlah ulama Salaf mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui. (Ar-Ra'd:
31) Yakni tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui. Ulama lainnya
mengartikan 'tidakkah orang-orang yang beriman itu memahami dengan jelas'. bahwa
seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah
memberi petunjuk kepada manusia semuanya. (Ar-Ra'd: 31)
Lain pula dengan Abul Aliyah. Dia mengartikan
bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman telah berputus asa untuk dapat
memberi petunjuk; dan sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman),
tentu Allah memberi petunjuk kepada semua manusia.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا
تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ}
Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa
bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat
tempat kediaman mereka. (Ar-Ra'd: 31)
Yaitu disebabkan pendustaan mereka, malapetaka,
dan musibah terus menerus menimpa mereka di dunia ini atau menimpa
daerah-daerah yang ada di dekat mereka, agar mereka mengambil pelajaran (Jarinya.
Makna ayat ini sama dengan ayat lainnya, yaitu:
{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ
الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan
negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami telah datangkan tanda-tanda kebesaran
Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al-Ahqaf: 27)
{أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا
نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ}
Maka apakah mereka tidak melihat bahwa Kami
mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala
penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? (Al-Anbiya: 44)
Qatadah telah meriwayatkan dari Al-Hasan
sehubungan dengan makna firman-Nya: atau bencana itu terjadi dekat tempat
kediaman mereka. (Ar-Ra'd: 31) Maksudnya, malapetaka atau bencana.
Pengertian inilah yang tersiratkan dari makna lahiriah konteks ayat.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, dari Qatadah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang kafir
senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri. (Ar-Ra'd:
31) Yang dimaksud dengan Qari'ah ialah sariyyah (pasukan dari musuh). atau
bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka. (Ar-Ra'd: 31) sehingga
datanglah janji Allah. (Ar-Ra'd: 31) Yang dimaksud dengan janji Allah ialah
penaklukan kota Mekah.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id
ibnu Jubair, dan Mujahid dalam suatu riwayatnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka ditimpa oleh bencana disebabkan
perbuatan mereka sendiri. (Ar-Ra'd: 31) Yaitu azab dari langit yang
diturunkan kepada mereka. atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman
mereka. (Ar-Ra'd: 31) Yakni dengan turunnya Rasulullah Saw. di dekat mereka
dan mereka diperangi oleh Rasulullah Saw.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan
Qatadah.
Ikrimah telah mengatakan dalam suatu riwayat dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna Qari'ah, bahwa yang dimaksud ialah bencana,
mereka (ulama tafsir) semuanya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga
datanglah janji Allah. (Ar-Ra'd: 31) Yakni penaklukan kota Mekah. Menurut
Al-Hasan Al-Basri, makna yang dimaksud adalah hari kiamat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ}
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Ar-Ra'd:
31)
Artinya, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya
kepada rasul-rasul-Nya, bahwa Dia akan menolong mereka dan pengikut-pengikut
mereka di dunia dan akhirat nanti.
{فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ
رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ}
Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira
Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan siksa. (Ibrahim: 47)
Ar-Ra'd, ayat 32
{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ
بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَمْلَيْتُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ
فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ (32) }
Dan sesungguhnya
telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh
kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya
siksaan-Ku itu.
Allah Swt. berfirman menghibur Rasul-Nya dalam
menghadapi pendustaan yang dilakukan oleh sebagian kaumnya yang
mendustakannya:
{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ
قَبْلِكَ}
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan
beberapa rasul sebelum kamu. (Ar-Ra'd: 32)
Dengan kata lain, engkau mempunyai contoh dari
kalangan mereka.
{فَأَمْلَيْتُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا}
maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir
itu. (Ar-Ra'd: 32)
Yakni Aku tangguhkan siksaan terhadap mereka.
{ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ}
kemudian Aku binasakan mereka. (Ar-Ra'd:
32)
dengan siksaan yang keras, seperti yang telah Aku
sampaikan kepadamu perihal apa yang telah Aku lakukan terhadap mereka dan
akibat yang mereka terima dari perbuatannya, tetapi sengaja Aku beri mereka
masa tangguh. Makna ayat ini sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا
وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ}
Dan berapa banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku)
kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan
hanya kepada-Ku-lah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj:48)
Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah
hadis yang mengatakan:
"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ
لَمْ يُفْلِتْهُ"، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ
إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}
Sesungguhnya Allah benar-benar memberi tangguh
kepada orang yang zalim, sehingga apabila Dia mengazabnya, niscaya Dia tidak
membiarkannya lolos. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan
begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang
berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud:
102)
Ar-Ra'd, ayat 33
{أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ
عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ قُلْ سَمُّوهُمْ
أَمْ تُنَبِّئُونَهُ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي الأرْضِ أَمْ بِظَاهِرٍ مِنَ
الْقَوْلِ بَلْ زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مَكْرُهُمْ وَصُدُّوا عَنِ السَّبِيلِ
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (33) }
Maka apakah Tuhan
yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah, "Sebutkanlah
sifat-sifat mereka itu.” Atau apakah kalian hendak memberitakan kepada Allah
apa yang tidak diketahui-Nya di bumi. atau kalian mengatakan (tentang hal
itu) sekadar perkataan di lahir saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu
dijadikan (oleh setan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya
dari jalan (yang benar). Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka
baginya tak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk.
Firman Allah Swt.:
{أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ
بِمَا كَسَبَتْ}
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri
terhadap apa yang diperbuatnya. (Ar-Ra'd: 33)
Allah Maha Memelihara, Maha Mengetahui lagi Maha
Mengawasi setiap diri yang bernyawa. Dia mengetahui semua yang dilakukan oleh
orang-orang yang beramal baik dan buruk, tiada sesuatu pun yang tersembunyi
bagi-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya:
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو
مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ
شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan
tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu
pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. (Yunus:
61)
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ
وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula). (Al-An'am: 59)
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Aliahlah yang memberi rezeki-nya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6)
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ
أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ
وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Allah), siapa di antara
kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan
ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan
diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
{يَعْلَمُ السِّرَّ
وَأَخْفَى}
Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi. (Thaha: 7)
{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ
مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan Dia bersama kalian di mana saja
kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (Al-Hadid:
4)
Maka apakah Tuhan yang memiliki sifat tersebut
sama dengan berhala-berhala yang mereka sembah, padahal berhala-berhala itu
tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, tidak berakal, dan tidak memiliki
manfaat buat dirinya sendiri, tidak pula buat para penyembahnya; dan tidak
dapat melenyapkan mudarat dari dirinya, tidak pula dari diri para pengabdinya?
Jawabannya tidak disebutkan karena sudah cukup dimengerti dari konteksnya,.yang
diisyaratkan oleh firman Allah Swt.:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ}
Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. (Ar-Ra'd:
33)
Yakni mereka menyembah sekutu-sekutu itu bersama
Allah, yang mereka persekutukan bersama Allah itu berupa berhala-berhala,
tandingan-tandingan, dan patung-patung.
{قُلْ سَمُّوهُمْ}
Katakanlah, "Sebutkanlah sifat-sifat
mereka.” (Ar-Ra'd: 33)
Dengan kata lain, beri tahukanlah kepada kami
tentang mereka dan jelaskanlah kepada kami tentang mereka agar mereka dapat
dikenal, karena sesungguhnya mereka tidak ada hakikatnya. Sebab itulah dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{أَمْ تُنَبِّئُونَهُ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي
الأرْضِ}
Atau apakah kalian hendak memberitakan kepada
Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi. (Ar-Ra'd: 33)
Sebagai jawabannya, tidak ada wujudnya; karena
sesungguhnya jika sesuatu itu ada wujudnya di bumi, tentulah Allah
mengetahuinya, sebab tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
{أَمْ بِظَاهِرٍ مِنَ الْقَوْلِ}
atau kalian mengatakan (tentang hal itu) sekadar
perkataan di lahir saja. (Ar-Ra'd: 33)
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah
pendapat yang berdasarkan pada dugaan.
Menurut Ad-Dahhak dan Qatadah, maksudnya
perkataan yang batil (pendapat yang batil).
Dengan kata lain, sesungguhnya kalian menyembah
berhala-berhala itu hanyalah berdasarkan dugaan dari kalian saja bahwa
berhala-berhala itu dapat memberikan manfaat dan mudarat, lalu kalian
menamakannya sebagai tuhan-tuhan.
{إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا
أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ
إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ
الْهُدَى}
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian
dan bapak-bapak kalian mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu
keterangan pun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan
sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (An-Najm:
23)
{بَلْ زُيِّنَ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا مَكْرُهُمْ}
Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh
setan) memandang baik tipu daya mereka. (Ar-Ra'd: 33)
Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan tipu daya
ialah pendapat mereka, yakni kesesatan yang mereka jalani dan seruan mereka
kepada kesesatan di malam dan siang hari. Makna ayat ini sama dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا
لَهُمْ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي
أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا
خَاسِرِينَ}
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang
menjadikan mereka memandang bagus. (Fushshilat: 25), hingga akhir ayat.
وصَدُّوا عَنِ السَّبِيل
dan dihalanginya dari jalan (yang benar).
(Ar-Ra'd: 33)
Bagi orang yang membacanya saddu, artinya
'bahwa setelah setan menghiasi kebatilan kepada mereka sehingga mereka
memandangnya sebagai perkara yang hak, maka mereka menyeru kepadanya dan
menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalan para rasul'. Dan bagi yang
membacanya suddu, artinya 'mereka dihalangi dari jalan yang benar
setelah setan menghiasi kebatilan mereka sehingga mereka memandangnya benar,
karena itulah mereka tidak mau mengikuti jalan yang benar'. Dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ
هَادٍ}
Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka
baginya tak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Ar-Ra'd: 33)
Ayat tersebut sama dengan apa yang disebutkan di
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ
تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}
Barang siapa yang Allah menghendaki
kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang
datang) dari Allah. (Al-Maidah: 41)
{إِنْ تَحْرِصْ عَلَى
هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ}
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka
dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang
yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong pun. (An-Nahl:
37)
Ar-Ra'd, ayat 34-35
{لَهُمْ عَذَابٌ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَقُّ وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ
مِنْ وَاقٍ (34) مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الأنْهَارُ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ (35) }
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab
akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. Perumpamaan surga yang
dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir
sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedangkan naungannya (demikian
pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.
Allah
Swt. menyebutkan siksa yang diterima orang-orang kafir dan pahala yang diterima
oleh orang-orang yang bertakwa. Untuk itu, sesudah menceritakan keadaan
orang-orang musyrik dan kekufuran serta kemusyrikan mereka, Allah Swt. pun
berfirman:
{لَهُمْ عَذَابٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Bagi
mereka azab dalam kehidupan dunia. (Ar-Ra'd:
34)
Yakni
melalui tangan orang-orang mukmin, ada yang dibunuh, ada pula yang ditawan.
{وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ}
dan
sesungguhnya azab akhirat. (Ar-Ra'd:
34)
yang
disimpan buat mereka selain dari kehinaan dalam kehidupan di dunia.
أَشَقُّ
adalah
lebih keras. (Ar-Ra'd: 34)
Yaitu
jauh lebih keras daripada apa yang mereka alami di dunia. Sehubungan dengan ini
Rasulullah Saw. bersabda kepada dua orang yang terlibat dalam kasus li'an:
"إِنَّ عَذَابَ
الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ الْآخِرَةِ"
Sesungguhnya
azab dunia lebih ringan ketimbang azab akhirat.
Dan
memang kenyataannya adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. itu,
karena sesungguhnya azab di dunia itu ada akhirnya, sedangkan azab di akhirat
bersifat kekal di dalam neraka. Kerasnya azab neraka bila dibandingkan dengan
azab dunia tak terperikan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat
yang lain melalui firman-Nya:
{فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ
أَحَدٌ وَلا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ}
Maka
pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksaNya, dan tiada
seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr: 25-26)
{بَلْ
كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ وَأَعْتَدْنَا لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ سَعِيرًا إِذَا
رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا وَإِذَا
أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا لا
تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا قُلْ أَذَلِكَ
خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كَانَتْ لَهُمْ
جَزَاءً وَمَصِيرًا}
Dan
Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari
kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka
mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke
tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan
kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Jangan
kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan
yang banyak.” Katakanlah, "Apa (azab) yang demikian itukah yang
baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa?” Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka. (Al-Furqan:
11-15)
Karena
itulah dalam ayat ini disebutkan pada firman selanjutnya:
{مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ
الْمُتَّقُونَ}
Perumpamaan
surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa. (Ar-Ra'd: 35)
Yakni
gambaran dan ciri khasnya.
{تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
ialah
(seperti taman); yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya,. (Ar-Ra'd: 35)
Yaitu
sungai-sungai yang mengalir di sekitar daerah dan sisi-sisinya, menuruti apa
yang dikehendaki oleh penduduknya. Sungai-sungai itu mengalirkan air surgawi
yang berlimpah, dan penduduk surga dapat mengalirkannya ke arah mana yang
mereka kehendaki. Makna ayat ini semisal dengan yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:'
{مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ
الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ
لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ
وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً
حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ}
(Apakah)
perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa
dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya,
sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka. (Muhammad: 15), hingga
akhir ayat.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا}
buahnya
tak henti-henti sedang naungannya (demikian
pula). (Ar-Ra'd: 35)
Maksudnya,
di dalamnya terdapat buah-buahan, makanan-makanan, dan minuman-minuman yang
tiada henti-hentinya dan tidak pernah habis.
Di
dalam kitab Sahihain disebutkan hadis Ibnu Abbas tentang masalah salat
gerhana matahari, yang di dalamnya antara lain disebutkan bahwa:
قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، رَأَيْنَاكَ تَنَاوَلْتَ شَيْئًا فِي مَقَامِكَ هَذَا، ثُمَّ رَأَيْنَاكَ
تَكعْكعت فَقَالَ: "إِنِّي رَأَيْتُ الْجَنَّةَ -أَوْ: أُرِيتُ الْجَنَّةَ
-فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا، وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا
بَقِيَتِ الدُّنْيَا".
mereka
(para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, kami melihat engkau meraih
sesuatu dari tempatmu itu, kemudian kami lihat engkau mundur." Maka
Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya aku melihat surga —atau aku melihat
surga— lalu aku berniat memetik setangkai anggur darinya. Seandainya aku
benar-benar memetiknya, niscaya kalian akan makan sebagian darinya selama dunia
ini masih ada.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَقيل، عَنْ جَابِرٍ قَالَ:
بَيْنَمَا نَحْنُ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ، إِذْ تَقَدَّمُ رسولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقَدَّمْنَا، ثُمَّ تَنَاوَلَ شَيْئًا لِيَأْخُذَهُ
ثُمَّ تَأَخَّرَ. فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ لَهُ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، صَنَعْتَ الْيَوْمَ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا مَا رَأَيْنَاكَ
كُنْتَ تَصْنَعُهُ. فَقَالَ: "إِنِّي عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَمَا فِيهَا
مِنَ الزَّهْرَةِ وَالنَّضْرَةِ، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا مِنْ عِنَبٍ
لِآتِيَكُمْ بِهِ، فَحِيلَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ، وَلَوْ أَتَيْتُكُمْ بِهِ لَأَكَلَ
مِنْهُ مِنْ بَيْنِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَنْقُصونَه".
Al-Hafiz
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Jabir yang
mengatakan, "Ketika kami dalam salat Lohor, tiba-tiba Rasulullah Saw. maju
ke depan, kemudian Rasulullah Saw. meraih sesuatu seakan-akan hendak
mengambilnya, tetapi setelah itu beliau mundur kembali. Setelah salat selesai,
Ubay ibnu Ka'b bertanya kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, pada hari ini engkau
telah melakukan sesuatu dalam salat yang belum pernah kami lihat engkau
melakukannya sebelum itu.' Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Sesungguhnya
surga ditampilkan kepadaku dan semua bunga serta pohonnya yang hijau, maka aku
bermaksud hendak memetik setangkai buah anggur darinya untuk diberikan kepada
kalian, tetapi antara aku dan buah anggur ada penghalang. Seandainya aku dapat
mendatangkannya buat kalian, tentulah semua makhluk yang ada di antara langit
dan bumi dapat memakannya tanpa menguranginya'.”
Imam
Muslim meriwayatkan melalui hadis Abuz Zubair, dari Jabir yang berkedudukan
sebagai syahid (bukti) bagi sebagiannya.
عَنْ عُتْبَةَ بْنِ
عَبْدٍ السُّلَمِيِّ: أَنَّ أَعْرَابِيًّا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْجَنَّةِ، فَقَالَ: فِيهَا عِنَبٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ".
قَالَ: فَمَا عِظَم الْعُنْقُودِ؟ قَالَ: "مَسِيرَةُ شَهْرٍ لِلْغُرَابِ
الْأَبْقَعِ وَلَا يَفْتُرُ"
Dari
Atabah ibnu Abdus Salma, disebutkan bahwa ada seorang Badui bertanya kepada
Nabi Saw. tentang surga. Ia bertanya, "Apakah di dalam surga ada buah
anggur?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki Badui bertanya,
"Sebesar apakah tangkai buah anggurnya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Besarnya
sama dengan perjalanan satu bulan bagi burung gagak yang hitam legam (bila
terbang) tanpa berhenti."
Hadis
ini merupakan riwayat Imam Ahmad.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ:
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ،
حَدَّثَنَا رَيْحَانُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ مَنْصُورٍ، عَنْ
أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبان قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا
نَزَعَ ثَمَرَةً مِنَ الْجَنَّةِ عَادَتْ مَكَانَهَا أُخْرَى".
Imam
Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnul Musanna, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini, telah menceritakan kepada kami
Raihan ibnu Sa'id, dari Abbad ibnu Mansur, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari
Abu Asma, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
seseorang apabila memetik sebiji buah dari surga, maka tumbuh lagi buah lain
yang menggantikan kedudukannya.
Dari
Jabir ibnu Abdullah, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يَأْكُلُ أَهْلُ
الْجَنَّةِ وَيَشْرَبُونَ، وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا
يَبُولُونَ، طَعَامُهُمْ جُشَاء كَرِيحِ الْمِسْكِ، وَيُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ
وَالتَّقْدِيسَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ".
Penduduk
surga makan dan minum tanpa mengeluarkan ingus, tanpa buang air besar dan tanpa
buang air kecil, makanan mereka (dikeluarkan
melalui) bersendawa yang baunya wangi seperti minyak kesturi, dan mereka
diilhami untuk bertasbih dan bertaqdis (menyucikan Allah) sebagaimana
mereka diilhami untuk bernapas.
Hadis
ini adalah riwayat Imam Muslim.
Imam
Ahmad dan Imam Nasai meriwayatkan:
مِنْ حَدِيثِ الْأَعْمَشِ،
عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عُقْبَةَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ قَالَ: جَاءَ
رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَقَالَ: يَا أَبَا الْقَاسِمِ، تَزْعُمُ أَنَّ
أَهْلَ الْجَنَّةِ يَأْكُلُونَ وَيَشْرَبُونَ؟ قال: نَعَمْ، وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، [إِنَّ الرَّجُلَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ] لَيُعْطَى قُوَّةَ
مِائَةِ رَجُلٍ فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجِمَاعِ وَالشَّهْوَةِ".
قَالَ: فَإِنَّ الَّذِي يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ تَكُونُ لَهُ الْحَاجَةُ، وَلَيْسَ
فِي الْجَنَّةِ أَذًى؟ قَالَ: "حَاجَةُ أَحَدِهِمْ رَشْحٌ يَفِيضُ مِنْ
جُلُودِهِمْ، كَرِيحِ الْمِسْكِ، فَيَضْمُرُ بَطْنُهُ".
melalui
hadis Al-A'masy, dari Tamam ibnu Uqbah; ia pernah mendengar Zaid ibnu Arqam
mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan ahli kitab pernah datang, lalu
bertanya, "Wahai Abul Qasim, engkau menduga bahwa penduduk surga makan dan
minum?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwa Muhammad
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seseorang dari penduduk
surga benar-benar diberi kekuatan seratus orang lelaki dalam hal makan, minum,
bersetubuh, dan syahwat (berahi). Lelaki ahli kitab bertanya,
"Sesungguhnya orang yang makan dan minum itu tentunya akan membuang hajat,
sedangkan di dalam surga tidak terdapat kotoran." Rasulullah Saw.
menjawab: Hajat seseorang dari mereka berupa keringat yang keluar dari kulit
mereka, baunya wangi seperti minyak kesturi, lalu perut mereka mengempes (mengecil).
(Riwayat Ahmad dan Nasai)
قَالَ الْحَسَنُ بْنُ
عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّكَ لَتَنْظُرُ إِلَى الطَّيْرِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَخِرُّ بَيْنَ
يَدَيْكَ مَشْوِيًّا
Al-Hasan
ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Khalifah,
dari Humaid ibnul A'raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Mas'ud
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Sesungguhnya
kamu benar-benar memandang seekor burung di surga, maka burung itu jatuh
terjungkal di hadapanmu dalam keadaan telah terpanggang (siap untuk
dimakan).
Di
dalam sebagian hadis disebutkan bahwa apabila seseorang telah memakannya, maka
burung panggang itu kembali berujud burung dan terbang seperti sediakala dengan
seizin Allah Swt.
{وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ لَا مَقْطُوعَةٍ وَلا
مَمْنُوعَةٍ}
dan
buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya)
dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi'ah: 32-33)
Dan
firman Allah Swt.:
{وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا
وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا}
Dan
naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di
atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan:
14)
Demikian
pula naungannya, tidak pernah hilang dan tidak pernah surut, seperti yang
disebutkan dalam firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَنُدْخِلُهُمْ
ظِلا ظَلِيلا}
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan
yang saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya
mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai
istri-istri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi
nyaman. (An-Nisa: 57)
Di
dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis melalui berbagai
jalur, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ فِي
الْجَنَّةِ شَجَرَةً، يَسِيرُ الرَّاكِبُ الْمُجِدُّ الْجَوَادَ الْمُضَمَّرَ
السَّرِيعَ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا"، ثُمَّ قَرَأَ:
{وَظِلٍّ مَمْدُودٍ}
Sesungguhnya
di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara yang tangguh memacu
kuda balapnya dengan cepat di bawah naungannya selama seratus tahun (tanpa berhenti) masih belum melampauinya. Kemudian
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah:
30)
Allah
Swt. sering kali menyebutkan gambaran surga dan neraka secara beriringan, agar
surga diingini dan neraka dihindari. Karena itulah setelah Allah menyebut
gambaran tentang surga dalam ayat ini, maka Dia mengiringinya dengan
firman-Nya:
{تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا
وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ}
Itulah
tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan tempat kesudahan
bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Ar-Ra'd:
35)
Sama
halnya dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ
وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}
Tiada
sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni-penghuni
surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr:
20)
Bilal
ibnu Sa'd—khatib kota Dimasyq—mengatakan dalam salah satu khotbahnya: Hai hamba-hamba
Allah, bukankah telah datang kepada kalian juru pewarta yang mewartakan kepada
kalian bahwa sesuatu dari ibadah kalian diterima dari kalian atau sesuatu dari
kesalahan kalian diampuni bagi kalian? Maka apakah kalian mengira bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa
kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Mu’minun: 115) Demi Allah,
seandainya disegerakan bagi kalian pahala di dunia, niscaya kalian semua akan
malas mengerjakan hal-hal yang difardukan kepada kalian, atau kalian menjadi
orang yang cinta taat kepada Allah demi pahala duniawi kalian dan kalian tidak
akan bersaing (berlomba) dalam meraih surga. buahnya tak henti-henti. (Ar-Ra'd:
35)
Demikianlah
menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ar-Ra'd, ayat 36-37
{وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ
الْكِتَابَ يَفْرَحُونَ بِمَا أُنزلَ إِلَيْكَ وَمِنَ الأحْزَابِ مَنْ يُنْكِرُ
بَعْضَهُ قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلا أُشْرِكَ بِهِ
إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ (36) وَكَذَلِكَ أَنزلْنَاهُ حُكْمًا
عَرَبِيًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَمَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ
مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا وَاقٍ (37) }
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira
dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang
mengingkari sebagiannya. Katakanlah, "Sesungguhnya aku hanya diperintah
untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya
kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” Dan
demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka
setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.
Firman
Allah Swt:
{وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ}
Orang-orang
yang telah Kami berikan kitab kepada mereka. (Ar-Ra'd:
36)
Mereka
adalah orang-orang yang menghidupkan ajaran-ajarannya sesuai dengan apa yang
dikandungnya.
{يَفْرَحُونَ بِمَا أُنزلَ إِلَيْكَ}
bergembira
dengan kitab yang diturunkan kepadamu. (Ar-Ra'd:
36)
Yakni
kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, mengingat di dalam kitab-kitab mereka
terdapat bukti-bukti yang membenarkannya dan berita gembira tentang
kedatangannya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain,
yaitu:
{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ
يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Orang-orang
yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya (Al-Baqarah: 121), hingga akhir
ayat.
Demikian
pula dalam ayat berikut ini:
{قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا
إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ
يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ
وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا}
Katakanlah,
"Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). (Al-Isra: 107) sampai dengan
firman-Nya: sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” (Al-Isra:
108)
Yakni
sesungguhnya apa yang dijanjikan oleh Allah di dalam kitab-kitab kami
—menyangkut pengutusan Muhammad Saw.— adalah benar dan pasti terjadi. Mahasuci
Allah, alangkah benarnya janji-Nya, bagi-Nya semata segala puji.
{وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ
وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا}
Dan
mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah
khusyuk. (Al-Isra: 109)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَمِنَ الأحْزَابِ مَنْ يُنْكِرُ بَعْضَهُ}
dan
di antara golongan-golongan (Yahudi
dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebagiannya. (Ar-Ra'd:
36)
Artinya,
di antara golongan ahli kitab ada sebagian orang yang mengingkari apa yang
diturunkan kepadamu.
Mujahid
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan di antara
golongan-golongan yang bersekutu. (Ar-Ra'd: 36) Yakni orang-orang Yahudi
dan orang-orang Nasrani. ada yang mengingkari sebagiannya. (Ar-Ra'd: 36)
Maksudnya, mengingkari sebagian perkara hak yang diturunkan kepadamu.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Hal
ini sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ
لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ
أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Dan
sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.
Allah
Swt. berfirman:
{قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ
اللَّهَ وَلا أُشْرِكَ بِهِ}
Katakanlah,
"Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak
mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia.” (Ar-Ra'd:
36) .
Yakni
sesungguhnya aku diutus untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya,
sebagaimana para rasul sebelumku diutus membawa ajaran yang sama.
{إِلَيْهِ أَدْعُو}
"Hanya
kepada-Nya aku seru (manusia)." (Ar-Ra'd: 36)
Artinya,
hanya ke jalan-Nya aku menyeru umat manusia.
{وَإِلَيْهِ مَآبِ}
"dan
hanya kepada-Nya aku kembali.” (Ar-Ra'd: 36)
Yaitu
kembali dan berpulangku.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ أَنزلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا}
Dan
demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. (Ar-Ra'd: 37)
Yakni
sebagaimana Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum kamu dan menurunkan kepada
mereka kitab-kitab dari langit, begitu pula Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an
sebagai peraturan dengan berbahasa Arab; yang dengannya Kami muliakan engkau
dan Kami lebihkan engkau di atas selainmu, berkat kitab Al-Qur'an yang jelas
lagi terang ini.
{لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ}
Yang
tidak datang kepadanya (Al-Qur'an)
kebatilan, baikdari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari
Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Firman
Allah Swt.:
{وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ}
Dan
seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (Ar-Ra'd:
37)
Yakni
jika kamu mengikuti pendapat-pendapat mereka.
{بَعْد مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ}
setelah
datang pengetahuan kepadamu. (Ar-Ra'd:
37)
Yaitu
pengetahuan dari Allah Swt.
{مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا
وَاقٍ}
maka
sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (Ar-Ra'd: 37)
Hal
ini mengandung ancaman yang ditujukan kepada orang-orang yang berpengetahuan,
agar jangan mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang sesat, sesudah
mereka berjalan di atas jalan yang benar, yaitu sunnah nabawi dan hujah yang
jelas yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
Ar-Ra'd, ayat 38-39
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا
رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً وَمَا كَانَ
لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ
(38) يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ (39) }
Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka
istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan
izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz).
Allah Swt. menyebutkan bahwa sebagaimana Kami
telah mengutusmu, hai Muhammad, sebagai seorang rasul dan kamu seorang manusia,
begitu pula Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum kamu dari kalangan manusia;
mereka makan makanan, berjalan di pasar-pasar, dan beristri serta mempunyai
anak. dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. (Ar-Ra'd:
38)
Allah Swt. telah berfirman kepada rasul-Nya yang
paling utama dan yang menjadi penutup para rasul:
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
يُوحَى إِلَيَّ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku.” (Al-Kahfi: 110)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَمَّا أَنَا فَأَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأَقُومُ وَأَنَامُ،
وَآكُلُ الدَّسَمَ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي"
Adapun aku berpuasa dan berbuka, berdiri (salat)
dan tidur, makan daging dan mengawini wanita. Maka barang siapa yang tidak
suka dengan sunnah (tuntunanku), dia bukan termasuk golonganku.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَنْبَأَنَا
الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ
الْمُرْسَلِينَ: التَّعَطُّرُ، وَالنِّكَاحُ، وَالسِّوَاكُ، وَالْحِنَّاءُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Artah, dari Mak-hul
yang mengatakan bahwa Abu Ayyub pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ada empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu memakai
wewangian, nikah, bersiwak, dan memakai pacar.
Abu Isa At-Turmuzi telah meriwayatkannya melalui
Sufyan ibnu Waki', dari Hafis ibnu Gailan, dari Al-Hajjaj, dari Mak-hul, dari
Abusy Syimal, dari Abu Ayyub, kemudian ia menyebutkan hadis ini. Dan ia
(Turmuzi) mengatakan bahwa hadis ini lebih sahih daripada hadis yang di
dalam sanadnya tidak disebut Abusy Syimal.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ
بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ}
Dan tidak ada hak bagi seorang rasul
mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. (Ar-Ra'd:
38)
Artinya, tidaklah seorang rasul mendatangkan
kepada kaumnya sesuatu hal yang bertentangan dengan hukum alam (mukjizat)
melainkan dengan seizin Allah, bukan atas kehendaknya sendiri. Segalanya
diserahkan kepada Allah. Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan
apa yang disukai-Nya.
{لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ}
Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang
tertentu). (Ar-Ra'd: 38)
Yakni bagi tiap masa tertentu ada kitab yang
mencatat batas akhirnya. Segala sesuatu ada batasannya yang ditentukan di
sisi-Nya.
{أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا
فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرٌ}
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi;
bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz)? Sesungguhnya
yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al-Hajj: 70)
Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).
(Ar-Ra'd: 38) Yakni bagi tiap kitab ada batas masanya. Dengan kata lain,
tiap kitab yang diturunkan dari langit ada batasan masa yang telah ditentukan
di sisi Allah dan ada batas masa berlakunya. Karena itu, dalam firman
selanjutnya disebutkan: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki. (Ar-Ra'd:
39) darinya (kitab-kitab itu). dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) sehingga semuanya di-mansukh oleh Al-Qur'an
yang Dia turunkan kepada Rasulullah Saw.
Mengenai makna firman Allah Swt. yang mengatakan:
{يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ}
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39)
Ulama tafsir berselisih pendapat mengenai
penafsirannya.
As-Sauri, Waki', dan Hasyim telah meriwayatkan
dari Ibnu Abu Laila, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu
Abbas, bahwa Allah-lah yang mengatur urusan sunnah (hukum). Maka Dia
menghapuskan apa yang dikehendaki-Nya, terkecuali nasib celaka, nasib bahagia,
hidup, dan mati.
Di dalam riwayat lain sehubungan dengan makna
firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa
yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Disebutkan bahwa segala sesuatu yang Dia
kehendaki untuk dihapus, Dia menghapusnya, kecuali mati, hidup, celaka, dan
bahagia; karena sesungguhnya urusan tersebut telah diselesaikan oleh-Nya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa
yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Kecuali hidup, mati, celaka, dan bahagia;
hal tersebut tidak berubah.
Mansur mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada
Mujahid tentang doa seseorang seperti berikut: "Ya Allah, jika namaku
berada dalam golongan orang-orang yang berbahagia, maka tetapkanlah namaku itu
di antara mereka. Dan jika namaku berada dalam golongan orang-orang yang
celaka, maka hapuskanlah namaku dari golongan mereka, dan jadikanlah namaku termasuk
ke dalam golongan orang-orang yang berbahagia." Maka Mujahid menjawab,
"Baik." Kemudian Mansur menjumpainya lagi setahun kemudian atau
lebih, dan ia menanyakan pertanyaan yang sama kepada Mujahid. Maka Mujahid
membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkati. (Ad-Dukhan: 3), hingga akhir dua ayat berikutnya. Kemudian
Mujahid berkata bahwa Allah memberikan ketetapan dalam malam yang diberkati
segala sesuatu yang akan terjadi dalam masa satu tahun menyangkut masalah
rezeki atau musibah. Kemudian Dia mendahulukan apa yang Dia kehendaki dan
menangguhkan apa yang Dia kehendaki. Adapun mengenai ketetapan-Nya tentang
kebahagiaan dan kecelakaan, maka hal ini telah ditetapkan-Nya dan tidak akan
diubah lagi.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Wa'il
(yaitu Syaqiq ibnu Salamah) bahwa dia sering sekali mengucapkan doa berikut:
"Ya Allah, jikalau Engkau telah mencatat kami termasuk orang-orang yang
celaka, maka sudilah kiranya Engkau menghapusnya, dan catatlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang bahagia. Dan jika Engkau telah mencatat kami ke dalam golongan
orang-orang yang berbahagia, maka tetapkanlah keputusan itu. Karena
sesungguhnya Engkau menghapuskan apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan apa
yang engkau kehendaki, di sisiMu terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz)."
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Mu'az
ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abu Hakimah Ismah,
dari Abu Usman An-Nahdi, bahwa Umar ibnul Khattab r.a. mengucapkan doa berikut
dalam tawafnya di Baitullah seraya menangis: Ya Allah, jika Engkau telah
mencatat nasibku celaka atau berdosa, maka hapuskanlah, karena sesungguhnya Engkau
menghapuskan apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan apa yang Engkau
kehendaki; dan di sisi-Mu terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz), maka jadikanlah
(catatan nasibku) bahagia dan mendapat ampunan.
Hammad telah meriwayatkan dari Khalid Al-Hazza,
dari Abu Qilabah, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa dia pun membaca doa tersebut.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syarik, dari Hilal ibnu Humaid, dari
Abdullah ibnu Alim, dari Ibnu Mas'ud.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan
kepada kami Khassaf, dari Abu Hamzah, dari Ibrahim, bahwa Ka'b berkata kepada
Umar ibnul Khattab, "Wahai Amirul Mukminin, seandainya tidak ada
suatu ayat dalam Kitabullah (Al-Qur'an), tentulah aku akan menceritakan
kepadamu apa yang akan terjadi sampai hari kiamat." Umar ibnul Khattab
bertanya, "Ayat apakah itu?" Ka'b menjawab bahwa ayat tersebut adalah
firman Allah Swt. yang mengatakan: Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki. (Ar-Ra'd: 39), hingga akhir ayat.
Pengertian semua pendapat di atas menyimpulkan
bahwa takdir itu dapat dihapus oleh Allah menurut apa yang Dia kehendaki
darinya, dan Dia menetapkan apa yang Dia kehendaki darinya.
Pendapat ini barangkali berpegang kepada hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، وَهُوَ الثَّوْرِيُّ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الجَعْد، عَنْ
ثَوْبَان قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إن الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبه، وَلَا يَرُدُّ
القَدَر إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ".
telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Sufyan (yaitu As-Sauri), dari Abdullah ibnu Isa, dari
Abdullah ibnu Abul Ja'd, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar terhalang dari
rezekinya disebabkan dosa yang dikerjakannya, dan tiada yang dapat menolak
takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah usia kecuali perbuatan baik.
Imam Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkannya melalui
hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Di dalam hadis sahih telah
disebutkan bahwa silaturahmi menambah usia. Di dalam hadis lainnya disebutkan:
"إِنَّ الدُّعَاءَ وَالْقَضَاءَ لَيَعْتَلِجَانِ بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ"
Sesungguhnya doa dan qada (takdir), kedua-duanya
benar-benar saling tolak menolak di antara langit dan bumi.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Sahl ibnu Askar, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jarir, dari Ata, dari Ibnu Abbas
yang mengatakan bahwa Allah mempunyai Lauh Mahfuz yang besarnya sejauh
perjalanan lima ratus tahun, terbuat dari batu permata (intan) putih yang
mempunyai dua penyanggah terbuat dari yaqut. Setiap hari Allah memeriksanya
sebanyak tiga ratus enam puluh kali periksaan. Dia menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, di sisi-Nya terdapat Ummul
Kitab. '
Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ziyad
ibnu Muhammad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Fudalah ibnu Ubaid, dari
Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
" [إن الله] يَفْتَحُ الذِّكْرَ فِي ثَلَاثِ سَاعَاتٍ
يَبْقَيْنَ مِنَ اللَّيْلِ، فِي السَّاعَةِ الْأُولَى مِنْهَا يَنْظُرُ فِي
الذِّكْرِ الَّذِي لَا يَنْظُرُ فِيهِ أَحَدٌ غَيْرُهُ، فَيَمْحُو مَا يَشَاءُ
وَيُثْبِتُ"
Az-Zikr (Lauh Mahfuz) dibuka pada saat
malam hari tinggal tiga jam lagi. Pada jam yang pertama dilakukan pemeriksaan
oleh Allah padanya yang tiada seorang pun melihat pemeriksaan itu selain Dia,
maka Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia
kehendaki. hingga akhir hadis, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Al-Kalbi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Bahwa Allah menghapuskan sebagian dari rezeki dan
menambahkannya, dan Dia menghapuskan sebagian dari ajal (usia) dan
menambahkannya. Ketika ditanyakan kepadanya, "Siapakah yang menceritakan
hal itu kepadamu?" Al-Kalbi menjawab bahwa yang menceritakannya adalah Abu
Saleh, dari Jabir ibnu Abdullah ibnu Rabbab, dari Nabi Saw. Sesudah itu ia
ditanya mengenai makna ayat ini, maka ia menjawab, "Allah mencatat semua
keputusan. Apabila hari Kamis, maka dibiarkanlah sebagian darinya segala
sesuatu yang tidak mengandung pahala, tidak pula siksaan. Seperti ucapanmu,
'Saya makan, saya minum, saya masuk, saya keluar, dan lain sebagainya,' yang
menyangkut pembicaraan, sedangkan pembicaraan itu benar. Dan Dia menetapkan apa
yang ada pahalanya serta apa yang ada sanksi siksaannya."
Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
Kitab itu ada dua, yaitu Kitab (catatan) yang Allah menghapuskan sebagian
darinya menurut apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki
darinya, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nyalah
terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz). (Ar-Ra'd: 39) Hal ini menyangkut
perihal seseorang yang melakukan amal ketaatan selama suatu masa, kemudian ia
kembali mengerjakan perbuatan maksiat kepada Allah, lalu ia mati dalam keadaan
sesat, maka hal inilah yang dihapuskan. Dan yang ditetapkan ialah perihal
seseorang yang mengerjakan kemaksiatan kepada Allah, tetapi telah ditetapkan
baginya kebaikan hingga ia mati, sedangkan dia dalam keadaan taat kepada Allah.
Maka dialah yang ditetapkan oleh Allah.
Tetapi telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair,
bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ
يَشَاءُ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu. (Al-Baqarah: 284)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Allah
mengganti apa yang Dia kehendaki, maka Dia menghapuskannya; dan menetapkan apa
yang Dia kehendaki, maka Dia tidak menggantinya. dan di sisi-Nyalah terdapat
Ummul Kitab (Lauh Mahfuz). (Ar-Ra'd: 39) Kesimpulan maknanya ialah 'di
sisi-Nya terdapat Ummul Kitab yang di dalamnya terkandung hal yang dihapuskan,
hal yang diganti, dan hal yang ditetapkan'.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa
yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam
ayat yang lain:
{مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا
نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا}
Ayat apa saja yang Kami nasakhkan, atau Kami
jadikan (manusia) lupa kepadanya. (Al-Baqarah: 106), hingga akhir
ayat.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Bahwa
orang-orang kafir Quraisy, ketika ayat berikut ini diturunkan: Dan tidak ada
hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan
dengan izin Allah. (Ar-Ra'd: 38) Mereka berkata, "Sekarang kita tidak
melihat Muhammad memiliki suatu kemampuan pun. Sesungguhnya dia tidak
berdaya." Maka turunlah ayat ini sebagai ancaman dan peringatan terhadap
mereka. Dengan kata lain, disebutkan bahwa sesungguhnya bila Kami menghendaki,
tentulah Kami mengadakan baginya sebagian dari urusan Kami menurut apa yang
Kami kehendaki. Dan Allah menetapkan pada bulan Ramadan (ketetapan-Nya), maka
Dia menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan rezeki-rezeki manusia
serta musibah-musibah mereka, dan semua yang Dia berikan dan yang Dia bagikan
buat mereka.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan. (apa
yang Dia kehendaki). (Ar-Ra'd: 39) Bahwa barang siapa yang ajalnya telah
datang, maka ia dimatikan, dan Allah menetapkan kehidupan bagi orang yang
ditetapkan-Nya masih hidup hingga sampai pada ajalnya. Pendapat ini dipilih
oleh Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ}
dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh
Mahfuz). (Ar-Ra'd: 39)
Maksudnya, perkara halal dan perkara haram.
Sedangkan menurut Qatadah, makna yang dimaksud
ialah keseluruhan Kitab dan pokoknya.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab. (Ar-Ra'd: 39) bahwa
yang dimaksud ialah Kitab yang ada di sisi Tuhan semesta alam.
Sunaid ibnu Daud mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Mu'tamir, dari ayahnya, dari Yasar, dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah
bertanya kepada Ka'b tentang makna Ummul Kitab. Maka Ka'b menjawab, "Ummul
Kitab ialah ilmu Allah tentang apa yang Dia ciptakan dan apa yang diperbuat
oleh ciptaan-Nya. Kemudian Allah berfirman kepada ilmu-Nya, 'Jadilah engkau
sebuah Kitab.' Maka jadilah ia sebuah Kitab.
Ibnu Juraij mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab. (Ar-Ra'd:
39) Bahwa yang dimaksud ialah Az-Zikr (Al-Qur'an).
Ar-Ra'd, ayat 40-41
{وَإِنْ مَا نُرِيَنَّكَ
بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ
وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ (40) أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا
مِنْ أَطْرَافِهَا وَاللَّهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ وَهُوَ سَرِيعُ
الْحِسَابِ (41) }
Dan jika Kami
perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang
Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting
bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan
Kamilah yang menghisab amalan mereka. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa
sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu
Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?
Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat
menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Mahacepat hisab-Nya.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{وَإِنْ مَا نُرِيَنَّكَ}
Dan jika Kami perlihatkan kepadamu. (Ar-Ra'd:
40)
hai Muhammad, sebagian dari kehinaan dan
pembalasan yang telah Kami siapkan buat musuh-musuhmu di dunia.
{أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ}
atau Kami wafatkan kamu. (Ar-Ra'd: 40)
sebelum itu.
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan
saja. (Ar-Ra'd: 40)
Yakni sesungguhnya Kami mengutusmu hanyalah untuk
menyampaikan kepada mereka risalah Allah, dan engkau telah melakukan apa yang
diperintahkan kepadamu.
{وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
sedangkan Kamilah yang menghisab. (Ar-Ra'd:
40)
Yaitu menghisab amalan mereka dan membalasnya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ
عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ إِلا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ
الْعَذَابَ الأكْبَرَ إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا
حِسَابَهُمْ}
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa
atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya
dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian
sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Gasyiyah: 21-26)
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ
نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا}
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa
sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu
Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?
(Ar-Ra'd: 41)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksudnya adalah
'tidakkah mereka (orang-orang kafir itu) melihat bahwa Kami memberikan
kemenangan kepada Muhammad Saw. melalui penaklukan yang dilakukannya daerah
demi daerah?'. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa maksudnya 'apakah mereka
tidak melihat kepada negeri itu yang dibinasakan, sedangkan di daerah yang
lainnya terjadi keramaian?'.
Mujahid dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi
sedikit), dari tepi-tepinya? (Ar-Ra'd: 41) Yakni kerusakannya.
Menurut Al-Hasan dan Ad-Dahhak, makna yang
dimaksud ialah kemenangan kaum muslim atas orang-orang musyrik.
Ibnu Abbas —menurut riwayat Al-Aufi— menyebutkan
bahwa makna yang dimaksud ialah berkurangnya penduduk daerah itu dan
berkurangnya keberkatan daerah tersebut.
Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah
berkurangnya jiwa, hasil buah-buahan, dan rusaknya daerah itu.
Asy-Sya'bi mengatakan, "Jika yang berkurang
itu adalah daerahnya, tentulah kamu akan merasakan bahwa bumi semakin sempit
bagimu. Tetapi yang berkurang ialah jiwa penduduknya dan hasil
buah-buahannya."
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah. Ikrimah
mengatakan, "Seandainya yang dikurangi itu adalah buminya, tentulah kamu
tidak dapat menemukan suatu tempat pun buat kamu duduk (tinggal)," tetapi
makna yang dimaksud ialah kematian.
Menurut suatu riwayat, Ibnu Abbas mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah rusaknya daerah-daerah itu dengan kematian
ulama, ahli fiqih, dan ahli kebaikannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa
makna yang dimaksud ialah meninggalnya ulamanya.
Sehubungan dengan pengertian ini Al-Hafiz Ibnu
Asakir telah mengatakan dalam biografi Ahmad ibnu Abdul Aziz Abul Qasim
Al-Masri (seorang pemberi wejangan penduduk Asbahan) bahwa telah menceritakan
kepada kami Abu Muhammad Talhah ibnu Asad Al-Murri di Dimasyq, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Ajari di Mekah, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Namzal syair berikut yang ia tujukan bagi dirinya sendiri: Bumi
menjadi hidup selagi orang alimnya hidup. Bilamana ada seorang alim darinya
yang mati, maka matilah sebagian dari daerahnya. Perihalnya sama dengan bumi
yang tetap hidup selagi hujan masih menyiraminya; dan jika hujan tidak
menyiraminya, maka akan terjadi kerusakan pada daerah-daerahnya (yang
tidak tersirami hujan).
Pendapat pertamalah yang paling utama, yaitu
pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kemenangan agama Islam
atas kemusyrikan daerah demi daerah. Makna ayat ini semisal dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ
الْقُرَى}
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan
negeri-negeri di sekitarmu. (Al-Ahqaf: 27), hingga akhir ayat.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ar-Ra'd, ayat 42
{وَقَدْ مَكَرَ الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ فَلِلَّهِ الْمَكْرُ جَمِيعًا يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ
وَسَيَعْلَمُ الْكُفَّارُ لِمَنْ عُقْبَى الدَّارِ (42) }
Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir
Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam
kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan
orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.
Firman Allah Swt.:
{وَقَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}
Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum
mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya. (Ar-Ra'd: 42)
Yaitu terhadap rasul-rasul mereka, dan mereka
menginginkan agar rasul-rasul itu disingkirkan dari negeri mereka. Maka Allah
membalas tipu daya mereka itu dan menjadikan akibat yang terpuji (baik) bagi
orang-orang yang bertakwa. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan
melalui firman-Nya:
{وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ
اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
Dan (ingatlah), ketika orang-orang
kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
(Al-Anfal: 30)
{وَمَكَرُوا مَكْرًا
وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ
خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا} الْآيَةَ
Dan mereka pun merencanakan makar dengan
sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka
tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka
itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah
rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka.(An-Naml:
50-52)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ مَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ}
Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap
diri. (Ar-Ra'd: 42)
Artinya, Allah Swt. mengetahui semua rahasia dan
apa yang tersimpan di dalam hati, dan kelak Dia akan membalas setiap orang
sesuai dengan amal perbuatannya.
{وَسَيَعْلَمُ الْكَافِرُ}
dan orang-orang kafir akan mengetahui. (Ar-Ra'd:
42)
Menurut qiraat lain disebutkan al-kuffar dalam
bentuk jamak, bukan al-kafir.
{لِمَنْ عُقْبَى الدَّارِ}
untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.
(Ar-Ra'd: 42)
Yakni bagi siapa kemenangan itu, apakah bagi
mereka atau bagi pengikut para rasul. Tidak, bahkan kemenangan dan akibat yang
terpuji di dunia dan akhirat hanyalah bagi pengikut para rasul. Hanya bagi
Allah-lah segala puji.
Ar-Ra'd, ayat 43
{وَيَقُولُ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلا قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ
وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ (43) }
Berkatalah
orang-orang kafir, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul.” Katakanlah,
"Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kalian dan antara orang yang
mempunyai ilmu Al-Kitab."
Allah berfirman, bahwa orang-orang kafir itu
mendustakanmu (Muhammad) dan mereka mengatakan:
{لَسْتَ مُرْسَلا}
Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul. (Ar-Ra'd:
43)
Artinya, Allah tidaklah menjadikanmu sebagai
seorang rasul.
{قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي
وَبَيْنَكُمْ}
Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi
antaraku dan kalian. (Ar-Ra'd: 43)
Yakni cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dan
kalian yang menyaksikan atas diriku terhadap apa yang aku sampaikan dari
risalahNya; dan menjadi saksi atas kalian, hai orang-orang yang berdusta dalam
ucapannya, apa yang kalian buat-buat itu adalah kedustaan belaka.
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ}
dan antara orang yang mempunyai ilmu
Al-Kitab.” (Ar-Ra'd: 43)
Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Abdullah ibnu Salam, menurut Mujahid. Tetapi pendapat ini
dinilai garib, mengingat ayat ini adalah ayat Makkiyyah, sedangkan
Abdullah ibnu Salam hanya baru masuk Islam setelah Nabi Saw. tiba di Madinah.
Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah yang
dikemukakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah sebagian dari
kalangan pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Qatadah menegaskan bahwa di antara
mereka adalah Ibnu Salam, Salman, dan Tamim Ad-Dari.
Dalam suatu riwayat yang bersumberkan darinya
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Allah Swt. Disebutkan bahwa Sa'id
ibnu Jubair mengingkari bila makna yang dimaksud oleh ayat ini adalah Abdullah
ibnu Salam, dengan alasan bahwa ayat ini Makkiyyah. Dan ia membaca ayat ini: dan
antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab. (Ar-Ra'd: 43) Lalu ia mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah ilmu dari sisi Allah. Bacaan yang sama
dikemukakan oleh Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Harun
Al-A'war, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw.
membaca ayat ini dengan bacaan: dan antara orang yang mempunyai ilmu
Al-Kitab. (Ar-Ra'd: 43)
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa hadis ini
tidak ada pokoknya melalui riwayat Az-Zuhri di kalangan para perawi yang siqah.
Menurut kami, hadis ini telah diriwayatkan oleh
Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya melalui jalur Harun ibnu Musa
melalui Sulaiman ibnu Arqam — sedangkan dia berpredikat daif—, dari
Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya secara marfu' pula, tetapi masih
belum kuat.
Pendapat yang benar sehubungan dengan masalah ini
ialah yang mengatakan bahwa firman-Nya: dan antara orang yang mempunyai. (Ar-Ra'd:
43)
Lafaz min adalah isim jinis yang
pengertiannya mencakup ulama ahli kitab yang menjumpai sifat Nabi Muhammad dan
ciri khasnya dalam kitab-kitab mereka yang terdahulu melalui berita-berita
gembira yang diwartakan oleh para nabi. Perihalnya sama dengan pengertian yang
terkandung di dalam firman-Nya:
{وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ
بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ
الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ}
الْآيَةَ
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka
akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (Yaitu), orang-orang
yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil. (Al-A'raf: 156-157)
{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ
آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi
mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197),
hingga akhir ayat.
Demikian pula dalam ayat-ayat lainnya yang
semisal yang di dalamnya disebutkan berita tentang ulama Bani Israil, bahwa
mereka mengetahui hal tersebut melalui kitab-kitab suci mereka. Telah
disebutkan pula di dalam hadis mengenai para rahib yang diriwayatkan melalui
Abdullah ibnu Salam, bahwa ia telah masuk Islam di Mekah sebelum hijrah.
Al-Hafiz Abu Na'im Al-Asbahani di dalam kitab Dalailun
Nubuwwah (yaitu sebuah kitab yang besar) menyebutkan bahwa telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad At-Tabrani, telah menceritakan
kepada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Musaffa, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Muhammad
ibnu Hamzah ibnu Yusuf ibnu Abdullah ibnu Salam, dari ayahnya, dari kakeknya
(yaitu Abdullah ibnu Salam), bahwa ia pernah berkata kepada para rahib Yahudi,
"Sesungguhnya aku bermaksud memperbaharui perjanjian di masjid bapak kami,
Ibrahim dan Ismail." Maka berangkatlah Ibnu Salam menuju tempat Rasulullah
Saw. yang saat itu masih berada di Mekah. Ibnu Salam menjumpai orang-orang baru
pulang dari menunaikan ibadah haji, dan ia menjumpai Rasulullah Saw. di Mina.
Saat itu beliau sedang dikelilingi oleh banyak orang. Maka ia ikut bergabung
bersama orang-orang itu.
Ketika Rasulullah Saw. melihatnya, beliau
bertanya, "Apakah kamu yang bernama Abdullah ibnu Salam?" Ia
menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda, "Mendekatlah kamu."
Ibnu Salam mendekat kepada Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Saya
mau bertanya kepadamu dengan nama Allah, hai Abdullah ibnu Salam. Bukankah
kamu menjumpai di dalam kitab Taurat nama Rasulullah?" Ibnu Salam
balik bertanya, "Ceritakanlah tentang Tuhan kita!" Rasulullah Saw.
pada saat itu juga kedatangan Malaikat Jibril yang langsung berdiri di
hadapannya. Lalu Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah Swt.: Katakanlah,
"Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu.” (Al-Ikhlas: 1-2), hingga akhir surat.
Kemudian Rasulullah Saw. membacakan surat
Al-Ikhlas itu kepada Abdullah ibnu Salam Setelah itu Ibnu Salam berkata,
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan
Allah." Setelah peristiwa itu Abdullah ibnu Salam kembali ke Madinah dan
menyembunyikan keislamannya.
Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah,
Abdullah ibnu Salam sedang berada di atas pohon kurma, memetik buahnya. Maka setelah
mendengar berita itu ia menjatuhkan dirinya dari atas pohon kurma.
Ibunya berkata, "Ya Allah, apa yang engkau
lakukan ini? Seandainya yang datang itu adalah Musa ibnu Imran, tidaklah layak
bagimu menjatuhkan dirimu dari puncak pohon kurma itu." Abdullah ibnu
Salam menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku lebih gembira dengan
kedatangan Rasulullah Saw. ketimbang Musa ibnu Imran saat dia diutus."
Hadis ini berpredikat garib sekali.
Demikianlah akhir dari tafsir surat Ar-Ra'd,
segala puji bagi Allah Swt.
SUKRON ATAS INFONYA,IJIN UTK COPPAS
BalasHapus