تَفْسِيرُ سُورَةِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
Makkiyyah,
52 atau 54 atau 55 ayat kecuali ayat 28 dan 29, Madaniyyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ibrahim, ayat 1-3
{الر كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ
إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1) اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
(2) الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ بَعِيدٍ (3) }
Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa
lagi Maha Terpuji. Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi.
Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu)
orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat,
dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar
jalan Allah itu bengkok Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan
tafsir mengenai huruf-huruf terpisah yang terdapat dalam permulaan banyak
surat.
{كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ}
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan
kepadamu. (Ibrahim: 1)
Maksudnya, ini adalah Kitab yang Kami turunkan
kepadamu, Muhammad. Yang dimaksud ialah Al-Qur'an yang merupakan Kitab yang paling
mulia, yang diturunkan Allah Swt. dari langit kepada rasul yang paling mulia.
Allah telah mengutusnya di bumi ini kepada semua penduduknya, baik yang
berbangsa Arab maupun 'Ajam (non-Arab).
{لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ}
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: l)
Dengan kata lain, sesungguhnya Kami mengutusmu
—hai Muhammad— dengan membawa Kitab (Al-Qur'an) ini tiada lain untuk
mengeluarkan manusia dari kesesatan menuju jalan petunjuk dan kebenaran,
seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا
يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ}
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). (Al-Baqarah:
257), hingga akhir ayat.
{هُوَ الَّذِي يُنزلُ عَلَى
عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya
ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kalian dari
kegelapan kepada cahaya. (Al-Hadid: 9)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{بِإِذْنِ رَبِّهِمْ}
dengan izin Tuhan mereka. (Ibrahim: 1)
Artinya, Dialah yang memberi petunjuk kepada
orang yang telah ditakdirkan-Nya mendapat petunjuk melalui Rasul-Nya yang
diutus untuk membawa perintah-Nya. Rasul memberi mereka petunjuk:
{إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ}
menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa. (Ibrahim:
1)
Yakni Yang Mahaperkasa, tiada yang dapat
menandingi dan tiada yang dapat mengalahkan-Nya, bahkan Dia Maha Mengalahkan
semuanya.
"الْحَمِيدُ"
lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 1)
Allah Maha Terpuji dalam semua perbuatan,
perkataan, syariat, perintah, dan larangan-Nya; lagi Mahabenar dalam
berita-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأرْضِ}
Allah Yang memiliki segala apa yang di langit
dan di bumi. (Ibrahim: 2)
Sebagian ulama tafsir membacanya dengan bacaan rafa'
dianggap sebagai kalimat baru, sedangkan ulama lainnya membacanya dengan
bacaan jar karena mengikuti sifat Allah, yaitu lafaz Al-Hamid. Perihalnya
sama dengan firman Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi.” (Al-A'raf: 158), hingga akhir ayat.
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ
شَدِيدٍ}
Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena
siksaan yang sangat pedih. (Ibrahim: 2)
Maksudnya, kecelakaanlah bagi mereka pada hari
kiamat nanti sebab mereka menentangmu dan mendustakanmu, hai Muhammad.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa mereka lebih
menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, yakni mereka mendahulukan
kepentingan dunia dan menjadikannya di atas segalanya. Mereka bekerja untuk
kehidupan duniawinya dan melupakan akhirat mereka, dan mereka meninggalkan
urusan akhiratnya di belakang mereka.
{وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}
dan menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. (Ibrahim: 3).
Yang dimaksud dengan jalan Allah ialah mengikuti
rasul-rasul.
{وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا}
dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok.
(Ibrahim: 3)
Yakni mereka menghendaki agar jalan Allah
bengkok, tidak lurus, dan terhambat; padahal jalan Allah itu lurus, tiada
membahayakannya sikap orang-orang yang menentangnya, tidak pula orang-orang
yang menghinanya. Mereka yang menginginkan demikian berada dalam kebodohan dan
kesesatan yang jauh dari kebenaran. Tiada kebaikan yang diharapkan bagi mereka
selama mereka bersikap demikian.
Ibrahim, ayat 4
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ
إِلا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ
وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (4) }
Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana.
Hal ini merupakan salah satu dari kelembutan
Allah kepada makhluk-Nya, yaitu Dia mengutus kepada mereka rasul-rasul dari
kalangan mereka sendiri yang berbahasa sama dengan mereka, agar mereka dapat
memahami para rasul dan memahami risalah yang dibawa oleh para rasul itu.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عُمَرَ بْنِ ذَرٍ قَالَ: قَالَ مُجَاهِدٌ:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "لَمْ يَبْعَثِ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، نَبِيًّا إِلَّا بِلُغَةِ
قَوْمِهِ"
telah menceritakan kepada kami Waki', dari Umar
ibnu Zar yang mengatakan bahwa Mujahid pernah meriwayatkan dari Abu Zar bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah Allah Swt. mengutus seorang nabi
melainkan dengan bahasa kaumnya.
Firman Allah Swt.:
{فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي
مَنْ يَشَاءُ}
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (Ibrahim:
4)
Yakni sesudah adanya penjelasan dan tegaknya
hujah (bukti) terhadap mereka. Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya
dari jalan petunjuk, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke
jalan yang benar.
{وَهُوَ الْعَزِيزُ}
Dan Dialah Tuhan Yang Mahaperkasa. (Ibrahim:
4)
Segala sesuatu yang Dia kehendaki pasti terjadi,
dan segala sesuatu yang tidak Dia kehendaki pasti tidak terjadi.
{الْحَكِيمُ}
lagi Mahabijaksana. (Ibrahim: 4)
Allah Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya.
Maka Dia menyesatkan orang yang berhak disesatkan, dan memberi petunjuk kepada
orang yang pantas mendapat petunjuk.
Demikianlah Sunnatullah pada makhluk-Nya,
yakni tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi buat suatu umat melainkan
nabi itu berbicara dengan bahasa mereka. Maka setiap nabi khusus menyampaikan
risalahnya hanya kepada umatnya saja, bukan umat yang lainnya. Tetapi Nabi
Muhammad ibnu Abdullah mempunyai keistimewaan dengan keumuman risalahnya yang
mencakup semua manusia. Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis
melalui Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعطَهُن أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ
قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ
مَسْجِدًا وطَهُورًا، وأحلَّت لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تُحَلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي،
وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ،
وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah
diberikan kepada seorang pun dari kalangan para nabi sebelumku, yaitu aku
diberi pertolongan melalui rasa gentar yang mencekam (musuh) sejauh
perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi menyucikan;
ganimah (rampasan perang) dihalalkan bagiku, padahal ganimah belum
pernah dihalalkan bagi seorang pun sebelumku; aku dianugerahi syafaat; dan
dahulu nabi diutus hanya khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk
seluruh umat manusia
Hadis ini mempunyai banyak syawahid yang
menguatkannya. Allah Swt. telah berfirman:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ
اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah.”Hai manusia, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158)
Ibrahim, ayat 5
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا
مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ
بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (5) }
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
Kami (dan Kami perintahkan
kepadanya), "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang, dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap
orang penyabar dan banyak bersyukur.
Allah
menyebutkan dalam firman-Nya, "Sebagaimana Kami mengutusmu, hai Muhammad,
dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu mengeluarkan semua manusia dari
gelap gulita menuju terang benderang melalui semanmu kepada mereka. Begitu pula
Kami telah mengutus Musa kepada Bani Israil dengan membawa ayat-ayat
Kami."
Mujahid
mengatakan bahwa semua ayat itu berjumlah sembilan buah.
{أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ }
Keluarkanlah
kaummu. (Ibrahim: 5)
Artinya,
Kami perintahkan kepada Musa melalui firman Kami kepadanya:
{أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ}
Keluarkanlah
kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: 5)
Yakni
serulah mereka kepada kebaikan agar mereka dapat keluar dari kebodohan dan
kesesatan yang selama itu mengungkung mereka dalam kegelapannya, menuju kepada
cahaya petunjuk dan keimanan.
{وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ}
dan
ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. (Ibrahim:
5)
Maksudnya,
ingatkanlah mereka kepada pertolongan-pertolongan Allah dan nikmat-nikmat-Nya
yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu Allah telah membebaskan mereka dari
cengkeraman Fir'aun, perbudakan, kezaliman, dan angkara murkanya; dan Allah
telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka, telah membelah laut buat mereka,
memberikan naungan awan kepada mereka, menurunkan Manna dan Salwa kepada
mereka, serta nikmat-nikmat lainnya.
Demikianlah
menurut cerita Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Hal
yang sama telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu' yang
diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad
ayahnya. Di dalam kitab Musnad itu disebutkan bahwa:
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبَانٍ
الْجُعْفِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ [عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: {وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ}
قَالَ: "بِنِعَمِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى] "
telah
menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah maula Bani Hasyim, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Aban Al-Ju'fi, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi Saw. sehubungan dengan
makna firman Allah Swt.: dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. (Ibrahim:
5) Bahwa yang dimaksud dengan hari-hari Allah ialah nikmat-nikmat Allah.
Ibnu
Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Aban
dengan sanad yang sama. Hadis ini diriwayatkan pula oleh anaknya (yaitu
Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka'b) secara mauquf, dan riwayat inilah yang
lebih mendekati kepada kebenaran.
Firman
Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ}
Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (Ibrahim: 5)
Yakni
sesungguhnya dalam apa yang telah Kami perbuat kepada kekasih-kekasih Kami
—kaum Bani Israil— ketika Kami selamatkan mereka dari cengkeraman Fir'aun dan
dari siksaan yang menghinakan yang menindas mereka benar-benar terdapat
pelajaran bagi setiap orang yang penyabar dalam menghadapi kesengsaraan, lagi
bersyukur dalam keadaan-keadaan makmur.
Qatadah
mengatakan, "Sebaik-baik hamba ialah orang yang apabila mendapat cobaan,
bersabar; dan apabila diberi nikmat, bersyukur."
Di
dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ أَمْرَ
الْمُؤْمِنِ كُلَّه عَجَب، لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا
لَهُ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ
سَرَّاءُ شَكر فَكَانَ خيرا له"
Sesungguhnya
perkara orang mukmin mengagumkan seluruhnya, tidak sekali-kali Allah memutuskan
ketetapan baginya, melainkan hal itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia
bersabar; dan sabar itu adalah baik baginya. Apabila mendapat kegembiraan, ia
bersyukur; dan bersyukur itu adalah baik baginya.
Ibrahim, ayat 6-8
{وَإِذْ قَالَ مُوسَى
لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنْجَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ
نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (6) وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي
لَشَدِيدٌ (7) وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ
جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ (8) }
Dan (ingatlah) ketika
Musa berkata kepada kaumnya, "Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia
menyelamatkan kalian dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka
menyiksa kalian dengan siksa yang pedih. Mereka menyembelih anak-anak laki-laki
kalian, membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian; dan pada yang demikian itu
ada cobaan yang besar dari Tuhan kalian.” Dan (ingatlah juga) tatkala
Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dan Musa berkata, "Jika kalian
dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.
Allah
menceritakan tentang Musa ketika ia mengingatkan kaumnya kepada hari-hari Allah
yang mereka alami dan nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada mereka. Yaitu
ketika Allah menyelamatkan mereka dari cengkeraman Fir'aun dan para
pengikutnya, serta dari siksaan dan penghinaan yang mereka alami. Fir'aun menyembelih
anak laki-laki mereka yang dijumpainya, dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari semuanya itu. Hal
tersebut merupakan nikmat yang paling besar.
Disebutkan
oleh firman-Nya:
{وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ
عَظِيمٌ}
dan
pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu. (Ibrahim: 6)
Yakni
nikmat yang besar dari-Nya kepada kalian dalam hal itu, kalian tidak mampu
mensyukurinya. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud dari isim isyarah di
sini ditujukan kepada apa yang dilakukan oleh kaum Fir'aun kepada mereka (Bani
Israil) berupa berbagai macam siksaan dan penindasan, bahwa hal tersebut
merupakan cobaan yang besar bagi mereka.
Dapat
pula ditakwilkan bahwa ayat ini semakna dengan pengertian yang terdapat di
dalam firman Allah Swt.:
{وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang
baik-baik itu dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran). (Al-A'raf: 168)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ}
Dan
(ingatlah juga) tatkala Tuhanmu
memaklumkan. (Ibrahim: 7)
Yakni
mempermaklumatkan dan memberitahukan kepada kalian akan janji-Nya kepada
kalian. Dapat pula diartikan bahwa dan tatkala Tuhan kalian bersumpah dengan
menyebut keagungan, kebesaran, dan kemuliaan nama-Nya'. Ayat tersebut sama
maknanya dengan firman-Nya:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ
عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ [مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ] }
Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu
memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang
Yahudi) sampai hari kiamat. (Al-A'raf: 167)
Firman
Allah Swt.:
{لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ}
Sesungguhnya
jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian. (Ibrahim: 7)
Sesungguhnya
jika kalian mensyukuri nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian, pasti Aku
akan menambahkannya bagi kalian.
{وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ}
dan
jika kalian mengingkari (nikmat-Ku).
(Ibrahim: 7)
Maksudnya,
jika kalian mengingkari nikmat-nikmat itu dan kalian menyembunyikannya serta
tidak mensyukurinya.
{إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ}
maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Ibrahim:
7)
Yaitu
dengan mencabut nikmat-nikmat itu dari mereka, dan Allah menyiksa mereka karena
mengingkarinya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّ الْعَبْدَ
لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ"
Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar terhalang dari rezeki(nya) disebabkan dosa yang
dikerjakannya.
Di
dalam kitab Musnad disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengan
seorang peminta-minta. Maka beliau memberinya sebiji buah kurma, tetapi si
peminta-minta itu tidak mau menerimanya. Kemudian beliau bersua dengan pengemis
lainnya, maka beliau memberikan sebiji kurma itu kepadanya, dan si pengemis itu
mau menerimanya seraya berkata, "(Betapa berharganya) sebiji buah kurma
dari Rasulullah Saw." Maka Rasulullah Saw. memerintahkan agar si pengemis
itu diberi uang sebanyak empat puluh dirham.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْودُ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ الصَّيدلاني، عَنْ ثَابِتٍ،
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَائِلٌ
فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ فَلَمْ يَأْخُذْهَا -أَوْ: وَحِشَّ بِهَا -قَالَ:
وَأَتَاهُ آخَرُ فَأَمَرَ لَهُ بِتَمْرَةٍ، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ! تَمْرَةٌ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ لِلْجَارِيَةِ:
"اذْهَبِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ، فأعطيه الأربعين درهما التي عِنْدَهَا".
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan
kepada kami Imarah As-Shaidalani, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa
seorang pengemis datang meminta-minta kepada Nabi Saw. Maka beliau memberinya
sebiji buah kurma, tetapi si pengemis itu tidak mau menerimanya. Kemudian
datanglah seorang pengemis lainnya, dan Nabi Saw. memerintahkan agar pengemis
itu diberi sebiji buah kurma pula. Maka pengemis itu berkata, "Mahasuci
Allah, sebiji buah kurma dari Rasulullah." Maka Nabi Saw. bersabda kepada
pelayan perempuannya, "Pergilah kamu ke rumah Ummu Salamah dan berikanlah
kepada pengemis ini empat puluh dirham yang ada padanya."
Hadis
ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Imarah ibnu Zadan
(salah seorang perawinya) dinilai siqah oleh Ibnu Hibban, Ahmad, dan
Ya'qub ibnu Sufyan. Ibnu Mu'in mengatakan bahwa dia adalah seorang saleh.
Menurut Abu Zar'ah, dia terpakai hadisnya. Abu Hatim mengatakan bahwa hadisnya
dapat ditulis, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai pegangan karena predikatnya
kurang kuat. Imam Bukhari mengatakan, barangkali Imarah ibnu Zadan ini orangnya
mudtarib dalam hadisnya. Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa Imarah
meriwayatkan banyak hadis yang berpredikat munkar. Abu Daud mengatakan
bahwa dia tidak separah itu. Ia dinilai daif oleh Imam Daruqutni. Ibnu
Addi mengatakan bahwa dia tidak mengapa dan termasuk orang (perawi) yang dapat
ditulis hadisnya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ
وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Dan
Musa berkata, "Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya
Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Ibrahim: 8)
Allah
Mahakaya (tidak memerlukan) ungkapan syukur hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha
Terpuji, sekalipun Dia diingkari oleh orang-orang yang mengingkari-Nya. Makna
ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ
عَنْكُمْ وَلا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ}
Jika
kalian kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) kalian. (Az-Zumar: 7), hingga akhir ayat.
{فَكَفَرُوا
وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ}
lalu
mereka ingkar dan berpaling, dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (At-Taghabun:
6)
Di
dalam kitab Sahih Muslim disebutkan hadis melalui Abu Zar, dari
Rasulullah Saw. dalam salah satu hadis qudsinya, bahwa Allah Swt. telah
berfirman:
"يَا عِبَادِي، لَوْ
أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَتْقَى
قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي،
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى
أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا
عِبَادِي، لَوْ أن أولكم وآخركم، وإنسكم وجنكم، قاموا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ،
فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ
مُلْكِي شَيْئًا، إلا كما ينقُص المخْيَط إذا أدخل في الْبَحْرِ".
Hai
hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang
terakhir dari kalangan umat manusia dan jin semuanya memiliki kalbu seperti
kalbu seseorang di antara kalian yang paling bertakwa, tiadalah hal tersebut
menambahkan sesuatu dalam kerajaan-Ku barang sedikit pun. Hai hamba-hamba-Ku,
seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terakhir dari kalangan
umat manusia dan jin semuanya memiliki kalbu seperti kalbu seseorang di antara
kalian yang paling durhaka, hal tersebut tidaklah mengurangi sesuatu pun dalam
kerajaan-Ku barang sedikit pun. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang
pertama dari kalian dan yang terakhir dari kalangan umat manusia dan jin
semuanya berdiri di suatu lapangan, kemudian mereka meminta kepada-Ku, lalu Aku
memberi kepada setiap orang apa yang dimintanya, tiadalah hal itu mengurangi
kerajaan-Ku barang sedikit pun, melainkan sebagaimana berkurangnya laut bila
dimasukkan sebuah jarum ke dalamnya.
Mahasuci
Allah dan Mahatinggi Tuhan Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.
Ibrahim, ayat 9
{أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ
بَعْدِهِمْ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلا اللَّهُ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ
فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا
أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ (9)
}
Belumkah sampai
kepada kalian berita orang-orang sebelum kalian (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Samud, dan orang-orang sesudah
mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul
kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata, lalu mereka menutupkan
tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata,
"Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada
kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang
menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya.”
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal ini merupakan
kelanjutan dari perkataan Musa a.s. kepada kaumnya. Dengan kata lain, Musa a.s.
menggugah kaumnya agar ingat akan hari-hari Allah, yaitu pembalasan-Nya
terhadap umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah. Akan tetapi, pendapat
Ibnu Jarir ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa hal ini
merupakan kalimat permulaan yang mengandung berita dari Allah, ditujukan kepada
umat ini. Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya kisah mengenai kaum 'Ad dan
kaum Samud tidak terdapat di dalam kitab Taurat. Seandainya apa yang disebutkan
dalam ayat ini merupakan bagian dari perkataan Musa a.s. kepada kaumnya yang
berupa kisah-kisah tentang umat terdahulu, maka sudah barang tentu kisah
tentang kedua umat tersebut disebutkan di dalam kitab Taurat.
Kesimpulannya: Allah Swt. telah
menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nuh, kaum 'Ad, kaum Samud, dan
umat-umat lainnya di masa silam yang mendustakan para rasul. Jumlah mereka
tidak terhitung, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya.
Telah datang kepada mereka rasul-rasul (dengan
membawa) bukti-bukti. (Ibrahim: 9) Yakni hujah-hujah dan bukti-bukti
yang jelas dan terang lagi mematahkan hujah lawan.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu
Maimun, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidak ada yang mengetahui
mereka selain Allah. (Ibrahim: 9) Abdullah Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa
berdustalah orang-orang ahli nasab. Urwah ibnuz Zubair mengatakan, "Kami
tidak menemukan seorang (ahli nasab) pun yang mengetahui terusan nasab sesudah
Ma'd Ibnu Adnan:
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ}
lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya. (Ibrahim:
9)
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan
makna ayat ini. Menurut suatu pendapat, mereka mengisyaratkan ke arah mulut
para rasul dengan maksud menyuruh para rasul diam saat para rasul menyeru
mereka untuk menyembah Allah Swt. Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud
ialah mereka menutupkan tangannya ke mulutnya karena mendustakan dan benci
terhadap seruan para rasul.
Menurut pendapat lainnya lagi, ungkapan ini
merupakan reaksi dari mereka yang tidak mau memenuhi seruan para rasul.
Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, dan Qatadah
mengatakan bahwa mereka mendustakan para rasul dan menjawab seruan para rasul
itu dengan mulut mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, pengarahan untuk memahami
ungkapan ini perlu dijelaskan; bahwa huruf fi dalam ayat ini bermakna ba,
karena pernah didengar dari orang Arab ada yang mengatakan Adkhalakallahu
Bil Jannah. Mereka bermaksud bahwa 'semoga Allah memasukkanmu ke dalam
surga'.
Salah seorang penyair mengatakan:
وَأَرْغَبُ فِيهَا عَن لَقيطٍ ورهْطه ... عَن سِنْبس لَسْتُ أرْغَب
...
Saya
menyukainya sebagai ganti dari Laqit dan kabilahnya, tetapi saya tidak suka
terhadap Sanbas.
Menurut kami, dapat dikatakan bahwa pendapat yang
dikemukakan oleh Mujahid diperbuat dengan adanya tafsir hal tersebut melalui
ayat selanjutnya, yaitu firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا
أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ}
dan mereka berkata.”Sesungguhnya kami
mengingkari apa yang kalian disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan
sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap
apa yang kalian ajak kami kepadanya.” (Ibrahim: 9)
Seakan-akan ayat ini —hanya Allah yang lebih
mengetahui— merupakan tafsir yang menjelaskan makna yang dimaksud dalam firman
sebelumnya, yaitu:
{فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ}
lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena
kebencian). (Ibrahim: 9)
Sufyan As-Sauri dan Israil telah meriwayatkan
dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah, sehubungan dengan makna
firman-Nya: Lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena
kebencian) (Ibrahim: 9) Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka menutupkan
tangannya ke mulutnya karena benci.
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari
Abu Hurairah ibnu Maryam, dari Abdullah, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud telah
mengatakan hal yang serupa.
Pendapat ini dipilih oleh Abdur Rahman ibnu Zaid
ibnu Aslam. Ibnu Jarir menguatkan pendapat yang dipilihnya ini dengan
mengemukakan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal orang-orang munafik:
{وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ
الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ}
dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. (Ali-Imran:
119)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
ketika mereka mendengar Kalamullah, mereka merasa heran, lalu menutupkan
tangan mereka ke mulutnya seraya berkata: dan mereka mengatakan,
"Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kalian disuruh menyampaikannya (kepada
kami)." (Ibrahim: 9), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kami
tidak percaya kepada apa yang kamu sampaikan itu, dan sesungguhnya kami
meragukannya dengan keraguan yang kuat."
Ibrahim, ayat 10-12
{قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي
اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ
مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ
إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ
آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (10) قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ
نَحْنُ إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (11) وَمَا لَنَا أَلا
نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا
آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ (12) }
Rasul-rasul mereka
berkata, "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan
bumi? Dia menyeru kalian untuk memberi ampunan kepada kalian dari dosa-dosa
kalian dan menangguhkan (siksaan) kalian
sampai masa yang ditentukan?” Mereka berkata, "Kalian tidak lain hanyalah
manusia seperti kami juga. Kalian menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan)
kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami. Karena itu,
datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.” Rasul-rasul mereka berkata kepada
mereka, "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, akan tetapi
Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kalian
melainkan dengan seizin Allah. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
beriman bertawakal. Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia
telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. Dan hanya kepada
Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri."
Allah Swt. menceritakan perdebatan yang
berlangsung antara orang-orang kafir dan rasul-rasul-Nya. Demikian itu karena
ketika para rasul mendapat jawaban keraguan dari pihak umatnya masing-masing
terhadap apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka, yang intinya
menyeru agar mereka menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka
berkatalah para rasul:
{أَفِي اللَّهِ شَكٌّ}
Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah. (Ibrahim:
10)
Kalimat ini mengandung dua interpretasi, yaitu:
Pertama, apakah ada keragu-raguan terhadap
keberadaan-Nya. Karena sesungguhnya fitrah manusia mempersaksikan
keberadaan-Nya, dan fitrah manusia telah diciptakan dalam keadaan mengakui
keberadaan Allah sebagai Tuhannya. Orang yang memiliki fitrah yang sehat pasti
mengakui Allah, tetapi adakalanya fitrah manusia dijangkiti oleh penyakit
keragu-raguan dan kelabilan. Maka untuk menyembuhkannya diperlukan sarana bukti
(dalil) yang menunjukkan keberadaan-Nya guna melenyapkan keragu-raguan itu.
Untuk itulah maka para rasul memberikan bimbingan dan petunjuk kepada mereka ke
arah jalan yang menghantarkan mereka untuk dapat mengenal-Nya. Maka
disebutkanlah:
{فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Pencipta langit dan bumi? (Ibrahim: 10)
yang Dia ciptakan dan Dia adakan tanpa contoh
yang mendahuluinya. Karena sesungguhnya bukti-bukti kejadian, penciptaan, dan
pengaturan yang ada pada keduanya menunjukkan bahwa pasti ada yang membuatnya.
Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, Dialah
Tuhan dan pemiliknya.
Kedua, sejumlah ulama mengartikan
firman-Nya: Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah. (Ibrahim: 10)
Yakni sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang harus disembah, padahal Dialah
yang menciptakan semua yang ada; tiada yang berhak disembah selain Dia semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya sebagian besar umat manusia mengakui Tuhan
Yang Maha Pencipta, tetapi mereka menyembah selain-Nyayang dipersekutukan dengan-Nya,
yaitu perantara-perantara yang mereka duga dapat memberikan manfaat kepada
mereka atau dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Para rasul mereka berkata kepada mereka:
يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ
ذُنُوبِكُمْ
Dia menyeru kalian untuk memberi ampunan
kepada kalian dari dosa-dosa kalian. (Ibrahim: 10)
Yakni di hari akhirat kelak.
{وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
dan menangguhkan (siksaan) kalian
sampai masa yang ditentukan. (Ibrahim: 10)
Yaitu di dunia ini.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ
كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ} الْآيَةَ
dan hendaklah kalian meminta ampun kepada
Tuhan kalian dan bertobat kepada-Nya. (Jika kalian mengerjakan yang
demikian itu), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus)
kepada kalian sampai waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada
tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (Hud:
3), hingga akhir ayat.
Kemudian setelah umat-umatnya kalah berdebat
dengan para rasul mereka, maka mereka beralih alasan untuk menolak dengan cara
mendebat kedudukan rasul yang disandangnya. Kesimpulan jawaban mereka
disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}
Kalian tidak lain hanyalah manusia biasa
seperti kami juga, (Ibrahim: 10)
Yakni mana mungkin bagi kami mengikuti kalian
hanya dengan perkataan kalian, sedangkan kami belum melihat adanya suatu
mukjizat dari kalian, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya menyitir
kata-kata mereka dalam firman selanjutnya:
{فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti
yang nyata. (Ibrahim: 10)
Yaitu suatu mukjizat yang kami minta dari kalian
mengemukakannya. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka:
{إِنْ نَحْنُ إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}
"Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kalian.” (Ibrahim: 11)
Artinya, memang benar kami adalah manusia biasa
seperti kalian.
{وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. (Ibrahim: 11)
Yakni kerasulan dan kenabian.
{وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ
بِسُلْطَانٍ}
Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu
bukti kepada kalian. (Ibrahim: 11)
sesuai dengan apa yang kalian minta,
{إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ}
melainkan dengan izin Allah. (Ibrahim: 11)
Yakni sesudah kami minta kepada-Nya dan Dia
mengizinkan kepada kami untuk mengeluarkannya.
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ}
Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya
orang-orang mukmin bertawakal. (Ibrahim: 11)
Yaitu dalam semua urusan mereka. Kemudian para
rasul berkata:
{وَمَا لَنَا أَلا نَتَوَكَّلَ عَلَى
اللَّهِ}
Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada
Allah. (Ibrahim: 12)
Maksudnya, apakah yang mencegah kami untuk
bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjuki kami jalan yang paling
lurus, paling jelas, dan paling gamblang.
{وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا}
dan kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kalian lakukan kepada kami. (Ibrahim: 12)
seperti perkataan yang buruk dan
perbuatan-perbuatan yang rendah.
{وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُتَوَكِّلُونَ}
Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakal itu berserah diri. (Ibrahim: 12)
Ibrahim, ayat 13-17
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي
مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13)
وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي
وَخَافَ وَعِيدِ (14) وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ (15) مِنْ
وَرَائِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ (16) يَتَجَرَّعُهُ وَلا
يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ
وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ (17) }
Orang-orang kafir
berkata kepada rasul-rasul mereka, "Kami sungguh-sungguh akan mengusir
kalian dari negeri kami atau kalian kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan
mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang
zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah
mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada
ancaman-Ku.” Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan
binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di
hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,
diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak dapat menelannya dan datanglah (bahaya)
maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di
hadapannya masih ada azab yang berat.
Allah Swt. menceritakan tentang ancaman yang
dikatakan oleh umat-umat yang kafir terhadap rasul-rasul mereka, yaitu bahwa
mereka akan mengusir para rasul dari negeri mereka agar para rasul jauh
terbuang dari pandangan mereka. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh kaum
Syu'aib terhadapnya dan orang-orang yang beriman kepadanya, yaitu:
{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا}
Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu
'aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami. (Al-A'raf:
88), hingga akhir ayat.
Juga seperti yang dikatakan oleh kaum Lut, yaitu:
{أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ
إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri
kalian. (An-Naml: 56), hingga akhir ayat.
Allah Swt. pun berfirman menceritakan perihal
orang-orang musyrik Quraisy:
{وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ
الأرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلافَكَ إِلا قَلِيلا}
Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir
membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu darinya; dan kalau
terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan
sebentar saja. (Al-Isra: 76)
{وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
(Al-Anfal: 30)
Maka di antara pembalasan Allah terhadap mereka
yang kafir ialah Allah memenangkan Rasul-Nya, dan menolongnya, serta menjadikan
kaum Anshar, dan pasukan kaum muslim yang berjuang di jalan Allah Swt. sebagai
pembelanya, setelah ia diusir dari Mekah. Allah Swt. terus-menerus meninggikan
namanya tahap demi tahap, hingga memberikan kepadanya kemenangan atas kota
Mekah yang penduduknya pernah mengusirnya. Dan Allah menguasakan kota Mekah
kepada Nabi Saw. serta menghinakan musuh-musuh kaum muslim dari kalangan
penduduk Mekah dan semua penduduk bumi. Pada akhirnya manusia masuk ke dalam
agama Allah secara berbondong-bondong, dan kalimah Allah serta agama-Nya menang
atas agama lainnya yang ada di kawasan timur dan barat dalam masa yang cukup
singkat. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ
لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ}
Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka,
"Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti
akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah mereka.” (Ibrahim:
13-14)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا
الْمُرْسَلِينَ إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ
الْغَالِبُونَ}
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada
hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah
yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang
pasti menang. (Ash-Shaffat: 171-173)
{كَتَبَ اللَّهُ
لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Allah telah menetapkan, "Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah:
21)
{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي
الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ
الصَّالِحُونَ}
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur
sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz. (Al-Anbiya: 105), hingga
akhir ayat.
{قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
Musa berkata kepada kaumnya.”Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan
Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-A'raf:
128)
Dan firman Allah Swt.:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا
يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا
وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا
يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang ditindas
itu, negeri-negeri bagian timur dan bagian barat yang telah Kami beri berkah
kepadanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai
janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa
yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf:
137)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ
وَعِيدِ}
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang
yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada
ancaman-Ku. (Ibrahim: 14)
Artinya, yang demikian itu adalah untuk orang
yang takut kepada kedudukan-Ku di hari kiamat dan takut akan ancaman-Ku, yaitu
azab dan siksaan-Ku. Ayat tersebut semakna dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى}
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih
mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at:
37-39)
{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ جَنَّتَانِ}
Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاسْتَفْتَحُوا}
Dan mereka memohon kemenangan (atas
musuh-musuh mereka). (Ibrahim: 15)
Maksudnya, para rasul itu meminta pertolongan
kepada Tuhannya dalam menghadapi kaumnya masing-masing. Demikianlah menurut
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah.
Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam,
umat-umat itu meminta keputusan untuk diri mereka sendiri, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka:
{اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ
مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini,
dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari
langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)
Akan tetapi, dapat pula dikatakan bahwa pendapat
yang pertama merupakan makna yang dimaksud, bagitu pula pendapat yang kedua.
Sebagaimana mereka pernah meminta keputusan untuk diri mereka dalam Perang
Badar; Rasul Saw. meminta keputusan pula untuk menang, dan ternyata beliaulah
yang menang. Allah Swt. telah berfirman kepada orang-orang musyrik:
{إِنْ تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَاءَكُمُ
الْفَتْحُ وَإِنْ تَنْتَهُوا فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ} الْآيَةَ
Jika kamu (orang-orang musyrik) mencari
keputusan, maka telah datang keputusan kepada kalian; dan jika kalian berhenti,
maka itulah yang lebih baik bagi kalian. (Al-Anfal: 19), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ}
dan binasalah semua orang yang berlaku
sewenang-wenang lagi keras kepala. (Ibrahim: 15)
Yakni berlaku melewati batas lagi menentang
kebenaran, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ
عَنِيدٍ مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ
إِلَهًا آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ}
Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka
semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan
kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain
beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat. (Qaf:
24-26)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّهُ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
فَتُنَادِي الْخَلَائِقَ فَتَقُولُ: إِنِّي وُكلت بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ"
Bahwa sesungguhnya kelak di hari kiamat neraka
Jahannam akan didatangkan, lalu neraka Jahannam berseru kepada semua makhluk
seraya berkata, "Sesungguhnya aku diberi kuasa untuk menyiksa setiap orang
yang sewenang-wenang lagi keras kepala.”
Kecewa dan merugilah dia, yaitu di saat para nabi
berupaya keras dalam ibtihal-nya kepada Tuhannya Yang Mahaperkasa lagi
Mahakuasa (untuk meminta pertolongan kepada-Nya).
*******************
Firman Allah Swt.:
{مِنْ وَرَائِهِ جَهَنَّمُ}
di hadapannya ada Jahannam. (Ibrahim: 16)
Maka wara' dalam ayat ini berarti di
hadapan (bukan di belakang), perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ
سَفِينَةٍ غَصْبًا}
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera. (Al-Kahfi: 79)
Dan tersebutlah bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini
dengan bacaan berikut: Wakana Amamahum Malikun.
Makna ayat: Di hadapan orang-orang yang
sewenang-wenang lagi keras kepala ada neraka Jahannam yang menunggu-nunggunya
untuk ia tempati sebagai tempat yang tetap buatnya untuk selama-lamanya di hari
kiamat kelak. Neraka Jahannam selalu ditampilkan kepadanya setiap pagi dan
petang (di alam kubur) hingga hari kiamat.
{وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ}
dan dia akan diberi minuman dengan air nanah. (Ibrahim:
16)
Yakni di dalam neraka tiada minuman baginya
kecuali minuman air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Minuman yang
pertama sangat panas, sedangkan minuman yang kedua sangat dingin lagi sangat
busuk, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ
وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Inilah (azab neraka), biarlah mereka
merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat
dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Shad: 57-58)
Mujahid dan Ikrimah mengatakan, makna yang
dimaksud ialah nanah yang bercampur dengan darah.
Menurut Qatadah yaitu cairan yang keluar dari
daging dan kulitnya (keringat ahli neraka).
Menurut riwayat lain yang bersumberkan dari
Qatadah, yang dimaksud dengan istilah sadid ialah sesuatu yang keluar
dari perut orang kafir yang berupa nanah bercampur dengan darah.
Di dalam hadis Syahr ibnu Hausyab, dari Asma
binti Yazid ibnus Sakan, disebutkan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Tinatul Khaball" Maka
Rasulullah Saw. menjawab:
"صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ" وَفِي رِوَايَةٍ:
"عُصَارة أَهْلِ النَّارِ"
Nanah ahli neraka. Menurut riwayat lain
adalah: Perasan keringat ahli neraka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ،
أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ
بْنِ بُرْ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {وَيُسْقَى مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ
يَتَجَرَّعُهُ} قَالَ: "يُقَرَّبُ إِلَيْهِ فَيَتَكَرَّهُهُ، فَإِذَا
أُدْنِيَ مِنْهُ شَوى وَجْهَهُ، وَوَقَعَتْ فَرْوَةُ رَأْسِهِ، فَإِذَا شَرِبَهُ
قَطَّعَ أَمْعَاءَهُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ دُبُرِهِ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى
{وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ} [مُحَمَّدٍ: 15] ، وَيَقُولُ:
{وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ
الشَّرَابُ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah
menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Ubaidillah ibnu Bisyr, dari Abu
Umamah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman Allah Swt.: dan dia
akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu. (Ibrahim:
16-17) Nabi Saw. bersabda: Disuguhkan kepadanya minuman itu, dan dipaksakan
kepadanya Apabila didekatkan kepadanya, maka hanguslah mukanya dan
berguguranlah rambut kepalanya. Apabila ia meminumnya, maka hancurlah isi
perutnya sehingga isi perutnya keluar dari duburnya. Allah Swt. berfirman: dan
mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong
ususnya. (Muhammad: 15) Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidihyang menghanguskan muka.
(Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama.
Dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis
Baqiyyah ibnul Walid, dariShafwan ibnu Amr dengan sanad yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{يَتَجَرَّعُهُ}
diminumnya air nanah itu. (Ibrahim: 17)
Yakni diminumkan kepadanya dengan paksa. Bila ia
tidak mau mereguknya, maka malaikat memukulnya dengan gada besi, seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ}
Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. (Al-Hajj:
21)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا يَكَادُ يُسِيغُهُ}
dan hampir dia tidak bisa menelannya. (Ibrahim:
17)
Artinya, dia menolaknya karena rasa, bau, dan
warnanya yang sangat buruk; serta panas atau dinginnya yang tak tertahankan.
{وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
dan datanglah (bahaya) kematian
kepadanya dari segenap penjuru. (Ibrahim: 17)
Yaitu terasa sangat sakit semua tubuh dan anggota
badannya karena siksaan itu.
Menurut Amr ibnu Maimun ibnu Mahran, makna yang
dimaksud ialah bahaya maut terasakan oleh semua tulang, urat, dan syarafnya
(karena sangat kerasnya siksaan).
Ikrimah mengatakan bahwa kepedihan siksaan terasa
sampai ke ujung-ujung rambutnya.
Ibrahim At-Taimi mengatakan, rasa sakit siksaan
terasa oleh seluruh tubuh hingga ujung-ujung rambut yang tumbuh di seluruh
tubuhnya.
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap
penjuru. (Ibrahim: 17) Yakni dari arah depan dan belakangnya. Menurut
riwayat lain, dari arah kanan dan kirinya, dari bagian atas dan bawahnya serta
seluruh tubuhnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan datanglah (bahaya) kematian
kepadanya dari segenap penjuru. (Ibrahim: 17) Maksudnya, berbagai macam
siksaan yang ditimpakan oleh Allah kepada ahli neraka di hari kiamat kelak di
dalam neraka Jahannam. Tiada suatu macam siksaan pun melainkan mendatangkan
maut, seandainya ada maut saat itu; tetapi ia tidak dapat mati, karena Allah
Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
{لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا
يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا}
Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati
dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36)
Pengertian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ialah
bahwa tiada suatu macam siksaan pun dari berbagai macam siksaan itu melainkan
bila ditimpakan kepada seorang ahli neraka pastilah ia binasa, seandainya dia
dapat binasa (mati). Akan tetapi, ia tidak dapat mati agar ia tetap kekal dalam
keabadian azab dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam ayat berikut ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ}
dan datanglah (bahaya) maut kepadanya
dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati. (Ibrahim: 17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ}
dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim:
17)
Maksudnya, sesudah itu dia masih harus mengalami
azab lain yang sangat keras, yakni siksaan yang sangat menyakitkan, sangat
sulit, dan sangat keras lebih daripada siksaan yang sebelumnya; lebih
mengerikan dan lebih pahit. Di antaranya ialah seperti yang disebutkan oleh
Allah Swt. tentang pohon zaqqum yang ada di neraka, yaitu:
{إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ
الْجَحِيمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ
مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا
مِنْ حَمِيمٍ ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ}
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang
keluar dari dasar neraka Jahim, mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka
sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka
mereka memenuhi perutnya dengan buahzaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah
pohon itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat
panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.
(Ash-Shaffat: 64-68)
Allah Swt. menceritakan bahwa penghuni neraka
adakalanya disiksa dengan disuruh memakan buah zaqqum, adakalanya disuruh
meminum minuman yang panas, adakalanya pula dimasukkan ke dalam neraka Jahim.
Semoga Allah melindungi kita dari siksaan-siksaan tersebut. Itulah siksa neraka
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا
الْمُجْرِمُونَ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}
Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh
orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air
yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 43-44)
{إِنَّ شَجَرَةَ
الزَّقُّومِ طَعَامُ الأثِيمِ كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ كَغَلْيِ
الْحَمِيمِ خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ
رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ
إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ}
Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang
yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam
perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia, kemudian
seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya
siksaan (dari) air yang sangat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu
orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu
kalian meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 43-50)
{وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ
مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ لَا
بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ}
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas mendidih, dan
dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (Al-Waqi'ah:
41-44)
{هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ
لَشَرَّ مَآبٍ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ
حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ وَآخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ}
Beginilah (keadaan mereka). Dan
sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat
kembali yang buruk, (yaitu) neraka Jahannam, yang mereka masuk ke
dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat tinggal. Inilah (azab
neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang
sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu
berbagai macam. (Shad: 55-58)
Masih banyak lagi ayat lainnya yang menunjukkan
keanekaragaman azab yang ditimpakan kepada ahli neraka yang tiada mengetahui
jenis, macam, dan bentuknya melainkan hanya Allah Swt. sebagai pembalasan yang
setimpal dengan amal perbuatan masing-masing.
{وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ}
dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya
hamba-hamba-(Nya). (Fushshilat: 46)
Ibrahim, ayat 18
{مَثَلُ الَّذِينَ
كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي
يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ
الضَّلالُ الْبَعِيدُ (18) }
Orang-orang yang
kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup
angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Ayat ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh
Allah untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang
menyembah selain Allah beserta-Nya dan mendustakan rasul-rasul-Nya. Mereka
adalah orang-orang yang membina amal perbuatannya bukan pada landasan yang benar,
sehingga runtuh dan lenyaplah bangunannya, padahal ia sangat memerlukannya.
Allah Swt. berfirman:
{مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ
أَعْمَالُهُمْ}
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya,
amalan-amalan mereka. (Ibrahim: 18)
Yakni perumpamaan amal perbuatan mereka kelak di
hari kiamat apabila mereka meminta pahalanya dari Allah Swt. Demikian itu
karena mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam kebenaran, tetapi ternyata
tiada satu pahala pun yang mereka dapatkan. Tiada hasil bagi amalan-amalan mereka
kecuali sebagaimana debu yang lenyap diterbangkan oleh angin badai yang amat
besar, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ}
pada suatu hari yang berangin kencang. (Ibrahim:
18)
Yaitu hari yang berangin sangat kencang lagi
kuat. Maka mereka tidak mendapatkan sesuatu pun dari amal-amal perbuatan yang
mereka upayakan ketika di dunia. Keadaannya tiada lain seperti seseorang yang
mengumpulkan debu di hari yang berangin sangat kuat. Makna ayat ini sama dengan
apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka
kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan:
23)
{مَثَلُ مَا يُنْفِقُونَ
فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ
قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ}
Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di
dalam kehidupan dunia ini adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa
yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri,
lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. (Ali Imran: 117)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ
مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan;
dan Allah tidak memberi petunjukkepada orang-orang yangkafir. (Al-Baqarah:
264)
Sedangkan firman Allah Swt. dalam ayat berikut
ini:
{ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ}
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim:
18)
Artinya, usaha dan amal mereka tidak mempunyai
landasan, tidak pula lurus, sehingga mereka kehilangan pahalanya di saat mereka
sangat memerlukannya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Ibrahim:
18)
Ibrahim, ayat 19-20
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ
اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ
وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (19) وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ (20) }
Tidakkah kamu
perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan
hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu
sekali-kali tidak sukar bagi Allah.
Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya
dalam menghidupkan kembali tubuh manusia kelak di hari kiamat, bahwasanya
Dialah yang menciptakan langit dan bumi, menciptakan keduanya jauh lebih berat
ketimbang menciptakan manusia. Maka bukankah Tuhan yang mampu menciptakan
langit —yang tinggi, luas, lagi besar— beserta segala sesuatu yang ada padanya,
seperti bintang-bintang yang tetap pada tempatnya dan yang beredar pada garis
edarnya serta tanda-tanda (kekuasaan-Nya) yang ada padanya; dan bumi ini
beserta segala sesuatu yang ada padanya, yaitu dataran-dataran rendahnya,
gunung-gunungnya, hutan rimbanya, padang saharanya, laut-lautnya,
pohon-pohonnya, tumbuh-tumbuhannya; dan segala macam hewan yang beraneka ragam
jenis, manfaat, bentuk dan warnanya; mampu pula untuk menghidupkan manusia?
Jawabannya, tentu saja mampu.
Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ
يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah
karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya, (bahkan) sesungguhnya
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33)
{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا
هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي
الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ
وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ
نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ
الْخَلاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ}
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa
Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penentang yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa
kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang
belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh
Tuhan yang menciptakan-nyayang pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang
segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian api dari kayu yang
hijau, maka tiba-tiba kalian nyalakan (api) dari kayu itu.” Dan tidakkah
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali
jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah
ia. Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala
sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (Yasin: 77-83)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ
جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ}
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan
kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang
demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. (Ibrahim: 19-20)
Maksudnya, tidak sulit bagi-Nya, tidak pula
sukar; bahkan hal itu amat mudah bagi-Nya. Apabila kalian menentang
perintah-Nya, bisa saja Dia melenyapkan kalian dan mendatangkan makhluk lain
yang bersifat tidak sama dengan kalian, seperti yang diungkapkan oleh Allah
Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ
الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ إِنْ يَشَأْ
يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ}
Hai manusia, kalianlah yang berkehendak kepada
Allah; dan Allah, Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi
Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian dan
mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kalian). Dan yang
demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Fathir: 15-17)
{وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ
قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ}
Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan
mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti
kalian. (Muhammad: 38)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ}
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di
antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al-Maidah:
54)
{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ
أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا}
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan
kalian, wahai manusia; dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai pengganti
kalian). Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian. (An-Nisa: 133)
Ibrahim, ayat 21
{وَبَرَزُوا لِلَّهِ
جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ
تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ
قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا
أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21) }
Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat
Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong,
"Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut kalian, maka dapatkah
kalian menghindarkan dari kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?”
Mereka menjawab, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya
kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. Sama saja bagi kita, apakah kita
mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk
melarikan diri.”
Firman Allah Swt.:
{وَبَرَزُوا [لِلَّهِ]}
Dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) akan
berkumpul. (Ibrahim: 21)
Yakni semua makhluk —baik yang taat maupun yang
durhaka— berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha-menang.
Dengan kata lain, mereka berkumpul di suatu lapangan (Padang Mahsyar). Di
tempat itu tiada sesuatu pun yang menutupi seorang pun.
{فَقَالَ الضُّعَفَاءُ}
Maka berkatalah orang-orang yang lemah. (Ibrahim:
21)
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti
pemimpin, panglima, dan pembesar mereka. kepada orang-orang yang sombong. (Ibrahim:
21) yang tidak mau menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan tidak mau
taat kepada para rasul. Orang-orang yang lemah itu berkata kepada mereka:
{إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا}
Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikut kalian. (Ibrahim: 21)
Maksudnya, dahulu manakala kalian memerintahkan
sesuatu kepada kami, kami selalu taat dan mengerjakannya.
{فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ
عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ}
maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami
azab Allah (walaupun) sedikit saja? (Ibrahim: 21)
Yakni dapatkah kalian menghindarkan, kami dari
azab Allah seperti yang pernah kalian janjikan kepada kami di masa lalu? Maka
para pemimpin mereka berkata kepada mereka:
{لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ}
Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami,
niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian. (Ibrahim: 21)
Tetapi telah pasti atas diri kami azab Tuhan
kami, serta takdir Allah telah menentukan kami dan kalian untuk menerimanya.
Dan kepastian siksaan Allah telah ditetapkan atas orang-orang kafir.
{سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ
صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ}
Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh
ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.
(Ibrahim: 21)
Artinya, tiada keselamatan bagi kita dari apa
yang sedang kita alami sekarang, baik kita bersabar ataupun mengeluh
terhadapnya.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan
bahwa sesungguhnya sebagian dari ahli neraka berkata kepada sebagian yang lain,
"Marilah kalian semua, sesungguhnya ahli surga memperoleh surga tiada lain
berkat tangisan dan permohonan mereka dengan rendah diri kepada Allah Swt.
Sekarang marilah kita menangis dan memohon dengan rendah diri kepada Allah."
Lalu menangislah mereka seraya memohon kepada Allah dengan berendah diri.
Setelah mereka merasakan bahwa hal itu tidak bermanfaat, berkatalah mereka,
"Sesungguhnya ahli surga memperoleh surga tiada lain berkat kesabaran
mereka, maka marilah kita bersabar." Kemudian bersabarlah mereka dengan
kesabaran yang belum pernah terlihat mereka melakukannya. Akan tetapi,
ternyata kesabaran mereka tidak bermanfaat pula. Maka saat itu juga mereka
berkata: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. (Ibrahim:
21), hingga akhir ayat.
Menurut kami, makna lahiriah dari perdebatan yang
terjadi di dalam neraka sesudah mereka berada di dalamnya sama saja
pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ
فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا
فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ قَالَ الَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ}
Dan (ingatlah) ketika mereka
berbantah-bantahan dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada
orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah
pengikut-pengikut kalian, maka dapatkah kalian menghindarkan dari kami sebagian
azab api neraka?" Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab,
"Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allah
telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya).'' (Al-Mu’min: 47-48)
{قَالَ ادْخُلُوا فِي
أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ فِي النَّارِ
كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا
جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأولاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ
عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ وَقَالَتْ
أُولاهُمْ لأخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا
الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ}
Allah berfirman, "Masuklah kamu sekalian
ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum
kalian. Setiap sesuatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk
kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya,
berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang
yang masuk terdahulu, "Ya Tuhan kami. mereka telah menyesatkan kami, sebab
itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah
berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda,
tetapi kalian tidak mengetahui.” Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu
di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian, "Kalian tidak
mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena
perbuatan yang telah kalian lakukan." (Al-A'raf: 38-39)
{يَوْمَ تُقَلَّبُ
وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا
الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا
فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ
وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari
jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua
kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar. (Al-Ahzab: 67-68)
Adapun mengenai perdebatan mereka (ahli neraka)
di Padang Mahsyar, hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ
مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ
يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ
لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا
أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ
مُجْرِمِينَ وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ
مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ
وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ
وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan (alangkah) hebatnya kalau kamu
lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian
dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang
dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau
tidaklah karena kalian, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.”
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap
lemah, "Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah
petunjuk itu datang kepada kalian? (Tidak), sebenarnya kalian sendirilah
orang-orang yang berdosa." Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata
kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya
tipu daya (kalian) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami),
ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan
sekutu-sekutu bagi-Nya.” Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka
melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka
tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba':
31-33)
Ibrahim, ayat 22-23
{وَقَالَ الشَّيْطَانُ
لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ
فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ
دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا
أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا
أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22)
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا
سَلامٌ (23) }
Dan berkatalah setan
tatkala perkara (hisab) telah
diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji
yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku
menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan
(sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab
itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku
sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan
aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu mendapat siksaan yang pedih. Dan dimasukkanlah orang-orang yang
beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan
penghormatan mereka dalam surga itu ialah 'salam'.
Allah Swt. menceritakan pembicaraan iblis
terhadap para pengikutnya setelah Allah menetapkan keputusan di antara
hamba-hamba-Nya, dan Allah memasukkan orang-orang mukmin ke dalam surga serta
menempatkan orang-orang kafir di dalam lapisan bawah neraka. Maka pada hari itu
berdirilah iblis di kalangan ahli neraka seraya berkhotbah kepada mereka untuk
menambah kesedihan di atas kesedihan yang sedang mereka alami, menambahkan
kerugian di atas kerugian, dan kekecewaan di atas kekecewaan. Iblis berkata
kepada penduduk neraka:
{إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ}
Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada
kalian janji yang benar. (Ibrahim: 22)
Yaitu melalui lisan rasul-rasul-Nya, dan Dia
menjanjikan kepada kalian bila kalian mengikuti para rasul, Dia akari
menyelamatkan dan menyejahterakan kalian; dan janji Allah itu dipenuhi-Nya,
karena janji-Nya adalah benar dan beritanya benar pula. Adapun aku, maka aku
pernah berjanji kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Makna ayat ini sama
dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui
firman-Nya:
{يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ
الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا}
Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka
dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak
menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 120)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ}
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku
terhadap kalian. (Ibrahim: 22)
Maksudnya 'dalam apa yang aku serukan untuk
kalian kepadanya tiadalah suatu dalil pun, tiada pula suatu bukti pun; begitu
pula dalam apa yang telah aku janjikan kepada kalian'.
{إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ
لِي}
melainkan (sekadar) menyeru kalian,
lalu kalian mematuhi seruanku. (Ibrahim: 22)
tanpa berpikir panjang lagi, padahal telah
ditegakkan atas kalian hujah-hujah dan bukti-bukti serta dalil-dalil yang benar
yang disampaikan oleh para rasul sebagai bukti akan kebenaran dari apa yang
mereka sampaikan kepada kalian. Tetapi ternyata kalian menentang mereka,
sehingga jadilah kalian seperti dalam keadaan sekarang ini.
{فَلا تَلُومُونِي}
Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku (Ibrahim:
22)
pada hari ini.
{وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ}
tetapi cercalah diri kalian sendiri. (Ibrahim:
22)
karena sesungguhnya kesalahan itu adalah
kesalahan kalian sendiri, sebab kalian menentang bukti-bukti yang jelas, lalu
kalian mengikutiku hanya karena aku menyeru kalian kepada kebatilan.
{مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ}
Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian. (Ibrahim:
22)
Yakni aku tidak dapat memberikan manfaat kepada
kalian, tidak pula dapat menyelamatkan dan membebaskan kalian dari keadaan yang
kalian alami sekarang.
{وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ}
dan kalian pun sekali-kali tidak dapat
menolongku. (Ibrahim: 22)
Maksudnya, tidak dapat memberikan manfaat
kepadaku dengan menyelamatkan diriku dari azab dan pembalasan-Nyayang sedang
kualami.
{إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ
قَبْلُ}
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan
kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. (Ibrahim:
22)
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah
disebabkan kalian mempersekutukan aku dengan Allah sejak dahulu.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa setan berkata,
"Sesungguhnya aku tidak membenarkan bila diriku dianggap sebagai sekutu
Allah Swt."
Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini
merupakan pendapat yang rajih (kuat), semakna dengan apa yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ
دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً
وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya
sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan
mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)
{كَلا سَيَكْفُرُونَ
بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}
sekali-kali tidak. Kelak (sembahan-sembahan)
itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya,
dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam:
82)
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الظَّالِمِينَ}
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu. (Ibrahim:
22)
karena berpaling dari perkara yang hak dan
mengikuti perkara yang batil.
{لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim: 22)
Makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa
pembicaraan ini dilakukan oleh iblis sesudah mereka memasuki neraka, seperti
yang telah kami jelaskan sebelumnya.
Tetapi disebutkan di dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim yang lafaznya seperti berikut, juga oleh Ibnu
Jarir melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Ziyad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنِي دُخَيْنٌ الحَجْري، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِذَا
جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ، فَقَضَى بَيْنَهُمْ، فَفَرَغَ مِنَ
الْقَضَاءِ، قَالَ الْمُؤْمِنُونَ: قَدْ قَضَى بَيْنَنَا رَبُّنَا، فَمَنْ يَشْفَعُ
لَنَا؟ فَيَقُولُونَ: انْطَلِقُوا بِنَا إِلَى آدَمَ -وَذَكَرَ نُوحًا،
وَإِبْرَاهِيمَ، وَمُوسَى، وَعِيسَى -فَيَقُولُ عِيسَى: أَدُلُّكُمْ عَلَى
النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ. فَيَأْتُونِي، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي أَنْ أَقُومَ
إِلَيْهِ فَيَثُورُ [مِنْ] مَجْلِسِي مِنْ أَطْيَبِ رِيحٍ شَمَّهَا أَحَدٌ قَطُّ،
حَتَّى آتِيَ رَبِّي فَيُشَفِّعَنِي، وَيَجْعَلَ لِي نُورًا مِنْ شَعَرِ رَأْسِي
إِلَى ظُفْرِ قَدَمِي، ثُمَّ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا: قَدْ وَجَدَ
الْمُؤْمِنُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَهُمْ، فَمَنْ يَشْفَعُ لَنَا؟ مَا هُوَ إِلَّا
إِبْلِيسُ هُوَ الَّذِي أَضَلَّنَا، فَيَأْتُونَ إِبْلِيسَ فَيَقُولُونَ: قَدْ
وَجَدَ الْمُؤْمِنُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَهُمْ، فَقُمْ أَنْتَ فَاشْفَعْ لَنَا،
فَإِنَّكَ أَنْتَ أَضْلَلْتَنَا. فَيَقُومُ فَيَثُورُ مِنْ مَجْلِسِهِ مِنْ
أَنْتَنِ رِيحٍ شَمَّهَا أَحَدٌ قَطُّ، ثُمَّ يَعْظُمُ نَحِيبُهُمْ {وَقَالَ
الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ
وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا
أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ}
telah menceritakan kepadaku Dakhin Al-Hijri, dari
Uqbah ibnu Amir, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda, "Apabila
Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,
maka Allah memutuskan peradilan di antara mereka. Dan setelah selesai dari
peradilan, orang-orang mukmin berkata, 'Telah diputuskan oleh Tuhan kita di
antara sesama kita, maka siapakah yang dapat memberikan syafaat kepada kita?'
Mereka berkata, 'Marilah kita berangkat menghadap Adam,' lalu disebutkan
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi Isa berkata, 'Maukah kalian aku tunjukkan
kepada Nabi yang ummi’ Maka mereka datang kepadaku, dan Allah memberikan izin
kepadaku untuk menghadap kepada-Nya. Maka dari majelisku tersebarlah bau wewangian
yang paling wangi yang belum pernah tercium oleh seorang pun. Akhirnya
sampailah aku ke hadapan Tuhanku, maka Dia memberiku izin untuk memberi
syafaat, dan Dia menjadikan bagiku nur (cahaya) mulai dari rambut kepalaku
hingga kuku jari telapak kakiku. Kemudian orang-orang kafir berkata,
'Sesungguhnya orang-orang mukmin telah menjumpai orang yang memberi syafaat
buat mereka. Maka siapakah yang akan memberi syafaat buat kita? Dia tiada lain
kecuali iblis yang telah menyesatkan kita.' Maka mereka mendatangi iblis dan
mengatakan kepadanya, ' Sesungguhnya orang-orang mukmin telah menjumpai orang
yang memberi syafaat buat mereka. Maka bangkitlah kamu dan mintakanlah syafaat
buat kami, karena sesungguhnya kamu adalah yang menyesatkan kami.' Iblis
bangkit, dan dari majelisnya tersebarlah bau busuk yang amat busuk yang belum
pernah tercium oleh seorang pun, kemudian siksaan mereka bertambah besar."
Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan,
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan
aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali
tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku
menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian
mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri.” (Ibrahim: 22)
Demikianlah bunyi hadis menurut teks yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Al-Mubarak meriwayatkannya dari Rasyidin ibnu
Sa'd, dari Abdur Rahman ibnu Ziyad ibnu An'am, dari Dakhin, dari Uqbah dengan
lafaz yang sama secara marfu'.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa
ketika ahli neraka berkata: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau
bersabar. Sekali-kali tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri. (Ibrahim:
21) Maka iblis berkata kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepada kalian janji yang benar. (Ibrahim: 22), hingga akhir ayat. Setelah
mereka mendengar ucapan iblis, maka mereka membenci diri mereka sendiri, lalu
mereka diseru: Sesungguhnya kebencian Allah (kepada kalian) lebih
besar daripada kebencian kalian kepada diri kalian sendiri karena kalian
diseru untuk beriman, lalu kalian kafir. (Al-Mu’min: 10)
Amir Asy-Sya'bi mengatakan bahwa di hari kiamat
kelak akan ada dua pembicaraan yang berbicara di hadapan semua orang. Allah
Swt. berfirman kepada Isa, putra Maryam: Apakah kamu mengatakan kepada
manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' (Al-Maidah:
116) sampai dengan firman-Nya: Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. (Al-Maidah: 119) Perawi
melanjutkan kisahnya, bahwa iblis laknatulldh berdiri, lalu berkata: Sekali-kali
tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekadar) aku
menyeru kalian, lalu kalian mematuhi semanku. (Ibrahim: 22), hingga akhir
ayat.
*******************
Setelah Allah Swt. menyebutkan tempat kembali
orang-orang yang celaka dan kehinaan serta pembalasan Allah yang mereka terima
—dan setelah disebutkan bahwa teman bicara mereka adalah iblis— maka Allah
mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang berbahagia. Untuk itu Allah
Swt. berfirman: Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Ibrahim: 23)
Sungai-sungai itu mengalir menurut apa yang dikehendaki oleh penghuni surga. Ke
mana pun mereka menghendaki, maka sungai-sungai itu menuruti mereka dalam
alirannya.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Ibrahim: 23)
Yakni tinggal untuk selama-lamanya, tidak
dipindahkan dan tidak dilenyapkan darinya.
{بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا
سَلامٌ}
dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan
penghormatan mereka dalam surga itu ialah 'salam'. (Ibrahim: 23)
Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ
أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu,
sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atas'kalian.” (Az-Zumar:
73)
{وَالْمَلائِكَةُ
يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun
'Alaikum." (Ar-Ra'd: 23-24)
{وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا
تَحِيَّةً وَسَلامًا}
dan mereka disambut dengan penghormatan dan
ucapan selamat di dalamnya. (Al-Furqan: 75)
Dan firman Allah Swt.:
{دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Doa mereka di dalamnya ialah,
"Subhanakallahumma" dan salam penghormatan mereka ialah,
"Salam.” Dan penutup doa mereka ialah, "Alhamdulillahi Rabbil
'Alamin." (Yunus: 10) .
Ibrahim, ayat 24-26
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ
وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا
وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ
مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) }
Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: perumpamaan kalimat yang baik. (Ibrahim:
24) Yakni syahadat atau persaksian yang bunyinya 'tidak ada Tuhan selain
Allah'. seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) Yang dimaksud ialah orang
mukmin. akarnya teguh. (Ibrahim: 24) Yaitu kalimat, 'Tidak ada Tuhan
selain Allah' tertanam dalam di hati orang mukmin. dan cabangnya (menjulang)
ke langit. (Ibrahim: 24) Maksudnya, berkat kalimat tersebut amal orang
mukmin dinaikkan ke langit.
Demikianlah menurut Ad-Dahhak, Sa'id ibnu Jubair,
Ikrimah, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya
hal ini merupakan perumpamaan tentang amal perbuatan orang mukmin, ucapannya
yang baik, dan amalnya yang saleh. Dan sesungguhnya orang mukmin itu seperti
pohon kurma, amal salehnya terus-menerus dinaikkan (ke langit) baginya di
setiap waktu, pagi dan petang.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Saddi,
dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah
pohon kurma. Juga menurut riwayat Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari
Anas, bahwa pohon itu adalah pohon kurma.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari
Syu'aib ibnul Habhab, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mendapat kiriman
sekantong buah kurma. Maka beliau Saw. membaca firman-Nya: perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) Yakni pohon kurma.
Tetapi telah diriwayatkan melalui jalur ini dari
lainnya (Syu'aib ibnul Habhab), dari Anas secara mauquf. Hal yang sama
telah di-Mas-kan oleh Masruq, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak
Qatadah, dan lain-lainnya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ
أَبِي أُسَامَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:
"أَخْبِرُونِي عَنْ شَجَرَةٍ تُشْبِهُ -أَوْ: كَالرَّجُلِ -اَلْمُسْلِمِ، لَا
يَتَحَاتُّ وَرَقُهَا [وَلَا وَلَا وَلَا] تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ".
قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، وَرَأَيْتُ أَبَا
بَكْرٍ وَعُمَرَ لَا يَتَكَلَّمَانِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أَتَكَلَّمَ، فَلَمَّا لَمْ
يَقُولُوا شَيْئًا، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"هِيَ النَّخْلَةُ". فَلَمَّا قُمْنَا قُلْتُ لِعُمَرَ: يَا أَبَتَا،
وَاللَّهِ لَقَدْ كَانَ وَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ. قَالَ: مَا
مَنَعَكَ أَنْ تَكَلَّمَ؟ قَالَ: لَمْ أَرَكُمْ تَتَكَلَّمُونَ، فَكَرِهْتُ أَنْ
أَتَكَلَّمَ أَوْ أَقُولَ شَيْئًا. قَالَ عُمَرُ: لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَهَا
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ubaid ibnu Ismail, dari Abu Usamah, dari Ubaidillah, dari Nafi',
dari Ibnu Umar yang mengatakan, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah
Saw., beliau bersabda, 'Ceritakanlah kepadaku tentang pohon yang menyerupai
seorang muslim, ia tidak pernah rontok daunnya, baik di musim panas maupun di
musim dingin, dan ia mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya'."
Ibnu Umar mengatakan, "Lalu terdetik di dalam hatiku jawaban yang
mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku melihat Abu Bakar dan
Umar tidak bicara, maka aku merasa segan untuk mengemukakannya. Setelah mereka
tidak menjawab sepatah kata pun, bersabdalah Rasulullah Saw. bahwa pohon
tersebut adalah pohon kurma. Ketika kami bangkit (untuk pergi), aku berkata
kepada Umar, 'Wahai ayahku, demi Allah, sesungguhnya telah terdetik di dalam
hatiku jawabannya, bahwa pohon itu adalah pohon kurma.' Umar berkata, 'Apakah
yang mencegahmu untuk tidak mengatakannya?'Aku menjawab, 'Aku tidak melihat
kalian menjawab, maka aku segan untuk mengatakannya atau aku segan mengatakan
sesuatu.' Umar berkata, 'Sesungguhnya bila kamu katakan jawaban itu lebih aku
sukai daripada anu dan anu'."
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ،
عَنْ مُجَاهِدٍ: صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ، فَلَمْ أَسْمَعْهُ
يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا
حَدِيثًا وَاحِدًا -قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَتَى بِجِمَارٍ. فَقَالَ: "مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةٌ مَثَلُهَا
مَثَلُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ". فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ،
فَنَظَرَتْ فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ، [فَسَكَتُّ] فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هِيَ النَّخْلَةُ"
Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, bahwa ia pernah menemani Ibnu
Umar ke Madinah, dan ia tidak mendengar dari Ibnu Umar suatu hadis dari
Rasulullah Saw. kecuali sebuah hadis. Ia mengatakan, "Ketika kami (para
sahabat) sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba disuguhkan kepada
beliau Saw. setandan buah kurma. Maka beliau Saw. bersabda: 'Di antara pohon
itu ada sebuah pohon yang perumpamaannya sama dengan seorang lelaki muslim.' Aku
bermaksud mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku memandang
ke sekeliling, ternyata aku adalah orang yang paling muda di antara kaum yang
ada (maka aku diam tidak menjawab), dan Rasulullah Saw. bersabda, 'Pohon itu
adalah pohon kurma'."
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim.
قَالَ مَالِكٌ وَعَبْدُ الْعَزِيزِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا لِأَصْحَابِهِ: "إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً
لَا يَطْرَحُ وَرَقُهَا، مِثْلُ الْمُؤْمِنِ". قَالَ: فَوَقَعَ النَّاسُ فِي
شَجَرِ الْبَوَادِي، وَوَقَعَ فِي قَلْبِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ [فَاسْتَحْيَيْتُ،
حَتَّى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هِيَ
النَّخْلَةُ] "
Malik dan Abdul Aziz telah meriwayatkan dari
Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa pada suatu hari
Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Sesungguhnya di antara
pepohonan itu terdapat sebuah pohon yang tidak pernah gugur dedaunannya menjadi
perumpamaan orang mukmin. Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Orang-orang
(yang hadir) menduganya pohon yang ada di daerah pedalaman, sedangkan di dalam
hatiku terdetik bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku malu
mengutarakannya; hingga Rasulullah Saw. bersabda bahwa pohon itu adalah
pohon kurma."
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari, juga
oleh Imam Muslim.
قَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا
أَبَانُ -يَعْنِي ابْنَ زَيْدٍ الْعَطَّارَ -حَدَّثَنَا قَتَادَةُ: أَنَّ رَجُلًا
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ! فَقَالَ:
"أَرَأَيْتَ لو عمد إلى متاع الدُّنْيَا، فَرَكَّبَ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ أَكَانَ يَبْلُغُ
السَّمَاءَ؟ أَفَلَا أُخْبِرَكَ بِعَمَلٍ أَصْلُهُ فِي الْأَرْضِ وَفَرْعُهُ فِي
السَّمَاءِ؟ ". قَالَ: مَا هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "تَقُولُ:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ"، عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ، فَذَاكَ أَصْلُهُ فِي
الْأَرْضِ وَفَرْعُهُ فِي السَّمَاءِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibny Ismail, telah
menceritakan kepada kami Aban (yakni Ibnu Zaid Al-Attar), telah menceritakan
kepada kami Qatadah, bahwa seorang lelaki pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, orang-orang yang berharta telah pergi dengan memborong banyak
pahala." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Bagaimanakah pendapatmu,
seandainya dia dengan sengaja menghimpun harta kesenangan duniawi, lalu ia
menumpukkan sebagian darinya di atas sebagian yang lain, apakah (tingginya)
dapat mencapai langit? Maukah kamu bila kuberitahukan kepadamu suatu amal
yang akarnya tertanam di dalam bumi, sedangkan cabangnya menjulang ke langit?” Lelaki
itu bertanya, "Wahai Rasulullah, amal apakah itu?” Rasulullah Saw.
menjawab, "Kamu ucapkan kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah
Mahabesar. Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah' sebanyak sepuluh kali
seusai mengerjakan tiap-tiap salat. Maka itulah yang akarnya tertanam di bumi,
sedangkan cabangnya menjulang ke langit.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: seperti pohon yang baik. (Ibrahim: 24) bahwa pohon
tersebut adalah sebuah pohon yang ada di dalam surga.
*******************
Firman Allah Swt.:
{تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ}
pohon itu memberikan buahnya pada setiap
musim. (Ibrahim: 25)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan kulla
hinin ialah setiap pagi dan petang. Menurut pendapat lain yaitu setiap
bulan, sedangkan pendapat lainnya mengatakan setiap dua bulan. Pendapat lain
menyebutkan setiap enam bulan, ada yang mengatakan setiap tujuh bulan, ada pula
yang mengatakan setiap tahun.
Makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa
perumpamaan orang mukmin sama dengan pohon yang selalu mengeluarkan buahnya
setiap waktu, baik di musim panas maupun di musim dingin, siang dan malam hari.
Begitu pula keadaan seorang mukmin, amal salehnya terus-menerus diangkat (ke
langit) baginya, baik di tengah malam maupun di siang hari, setiap waktu.
{بِإِذْنِ رَبِّهَا}
dengan seizin Tuhannya. (Ibrahim: 25)
Yakni mengeluarkan buahnya yang sempurna, baik,
banyak, bermanfaat, lagi diberkati.
{وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Ibrahim: 25)
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ
خَبِيثَةٍ}
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti
pohon yang buruk. (Ibrahim: 26)
Inilah perumpamaan kekufuran orang yang kafir,
tiada landasan baginya dan tiada keteguhan baginya; perihalnya sama dengan
pohon hanzal atau pohon bertawali. Syu'bah telah meriwayatkannya dari
Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas ibnu Malik, bahwa pohon tersebut adalah pohon hanzal
(bertawali).
Abu Bakar Al-Bazzar Al-Hafiz mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Muhammad As-Sakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Zaid Sa'id ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Syu'bah,
dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari Anas, menurut dugaanku (perawi) ia membacakan
firman-Nya: perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik.
(Ibrahim: 24) Anas mengatakan bahwa pohon yang dimaksud ialah pohon kurma. Lalu
ia membacakan firman-Nya: Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk. (Ibrahim: 26) Dan ia mengatakan bahwa pohon yang dimaksud ialah
pohon syiryan (bertawali). Kemudian ia (Abu Bakar Al-Bazzar)
meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar, dari Syu'bah, dari
Mu'awiyah, dari Anas secara mauquf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu
Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Syu'aib ibnul
Habhab, dari Anas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk (Ibrahim: 26) Lalu
beliau bersabda bahwa pohon itu adalah pohon hamalah (bertawali).
Kemudian aku (perawi) menceritakan hal tersebut kepada Abul Aliyah. Ia
menjawab, "Hal yang sama pernah kami dengar." Ibnu Jarir meriwayatkannya
melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya telah
meriwayatkan hadis ini dalam bentuk yang lebih lengkap daripada riwayat di
atas. Untuk itu dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Gassan,
dari Hammad, dari Syu'aib, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mendapat kiriman
sekarung buah kurma, lalu beliau Saw. membacakan firman-Nya: Perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. (Ibrahim: 24-25) Maka beliau bersabda bahwa pohon itu adalah
pohon kurma. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,
yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap
(tegak) sedikit pun. (Ibrahim: 26) Beliau Saw. bersabda, "Pohon
yang dimaksud adalah pohon hanzal." Syu'aib mengatakan, ia
menceritakan hadis ini kepada Abul Aliyah, maka Abul Aliyah menjawab bahwa hal
yang sama pernah ia (dan rekan-rekannya) dengar.
*******************
{اجْتُثَّتْ}
yang telah dicabut. (Ibrahim: 26)
Maksudnya, telah dijebol dan dicabut dengan
akar-akarnya.
Firman Allah Swt.:
{مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ
قَرَارٍ}
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap(tegak)
sedikit pun. (Ibrahim: 26)
Yakni tidak ada landasan dan tidak ada keteguhan
baginya. Demikian pula halnya orang kafir, ia tidak mempunyai pokok, tidak pula
cabang, tiada suatu amal pun darinya yang dinaikkan (diterima), dan tiada
sesuatu pun yang diterima darinya.
Ibrahim, ayat 27
{يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27) }
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang
yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَد قَالَ: سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ
عُبَيْدَةَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اَلْمُسْلِمُ إِذَا
سُئِلَ فِي الْقَبْرِ، شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah
menceritakan kepadaku Alqamah ibnu Marsad; ia pernah mendengar Sa'd ibnu
Ubaidah menceritakan hadis dari Al-Barra ibnu Azib r.a., bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Orang muslim apabila ditanya di dalam kuburnya, ia
mengemukakan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah. Yang demikian itu adalah firman-Nya, "Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat" (Ibrahim: 27).
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, demikian
juga jamaah lainnya yang semuanya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنِ المِنْهَال
بْنِ عَمْرٍو، عَنْ زَاذَانَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ
الْأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلَحَّدْ، فَجَلَسَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، كَأَنَّ
عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكت بِهِ فِي الْأَرْضِ،
فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: "اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ"، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ الْعَبْدَ
الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ
الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ، بِيضُ الْوُجُوهِ
كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ
وحَنُوط مِنْ حَنُوط الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ. ثُمَّ
يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانٍ". قَالَ: "فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ
مِنْ فِي السِّقَاء فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ
طَرْفَةَ عَيْنٍ، حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي
ذَلِكَ الحنُوط، وَيَخْرُجَ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى
وَجْهِ الْأَرْضِ. فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا يَمُرُّونَ -يَعْنِي بِهَا -على ملأ
من الملائكة إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ [الطَّيِّبُ] ؟ فَيَقُولُونَ:
فَلَانٌ ابْنُ فُلَانٍ، بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي [كَانُوا] يُسَمُّونَهُ
بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يَنْتَهُوا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا،
فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ، فَيُفْتَحُ لَهُ، فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ
مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا، حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى
السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ: اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي
عِليين، وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ، فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا
أُعِيدُهُمْ، وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى". قَالَ:
"فتُعَاد رُوحُهُ [فِي جَسَدِهِ] فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ
فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ. فَيَقُولَانِ لَهُ:
مَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: دِينِي الْإِسْلَامُ. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا
الرَّجُلُ الَّذِي بُعث فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هُوَ رَسُولُ اللَّهِ. فَيَقُولَانِ
لَهُ: وَمَا عِلْمُكَ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ، فَآمَنْتُ بِهِ
وَصَدَّقْتُ. فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ صَدَقَ عَبْدِي،
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ
بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ -قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِها وَطِيبِهَا،
وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ. وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ
الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيحِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي
يَسُرُّكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟
فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ.
فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ. رَبِّ، أَقِمِ السَّاعَةَ، حَتَّى أَرْجِعَ
إِلَى أَهْلِي وَمَالِي". قَالَ: "وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ
مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ، نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ
مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ، مَعَهُمُ المُسُوح، فَجَلَسُوا مِنْهُ مَدَّ
الْبَصَرِ. ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ،
فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، اخْرُجِي إِلَى سَخَط مِنَ اللَّهِ
وغَضَب". قَالَ: "فتَفرق فِي جَسَدِهِ، فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا
يُنْتَزَعُ السَّفُّود مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ، فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا
أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ، حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي
تِلْكَ الْمُسُوحِ. وَيَخْرُجَ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى
وَجْهِ الْأَرْضِ، فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ؟ فَيَقُولُونَ:
فَلَانٌ ابْنُ فُلَانٍ، بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُسَمُّونَهُ بِهَا
فِي الدُّنْيَا [حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا]
فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلَا يُفْتَحُ لَهُ". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ}
[الْأَعْرَافِ: 40] ، فَيَقُولُ اللَّهُ: "اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ،
فِي الْأَرْضِ السُّفْلَى، فَتُطْرَحَ رُوحُهُ طَرْحًا". ثُمَّ قَرَأَ:
{وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ
الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ} [الْحَجِّ: 31] . "فَتُعَادُ رُوحُهُ
فِي جَسَدِهِ، وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ وَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ
رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ؟
فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ
الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ، لَا أَدْرِي. فَيُنَادِي مُنَادٍ
مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ، وَافْتَحُوا لَهُ
بَابًا إِلَى النَّارِ. فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا، وَيُضَيَّقُ
عَلَيْهِ قَبْرُهُ، حَتَّى تختلف فيه أضلاعه، ويأتيه رجل
قَبِيحُ الْوَجْهِ، قَبِيحُ الثِّيَابِ، مُنْتِنُ الرِّيحِ
فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ.
فَيَقُولُ: وَمَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ [الْوَجْهُ] يَجِيئُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ:
أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ، فَيَقُولُ: رَبِّ، لَا تُقِمِ السَّاعَةَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Minhal
ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan, "Kami
berangkat bersama Rasulullah Saw. untuk melayat jenazah seorang Ansar. Setelah
kami sampai di kuburnya, si jenazah masih belum dimasukkan ke liang lahadnya.
Maka Rasulullah Saw. duduk, dan kami duduk di sekitarnya, saat itu di atas
kepala kami seakan-akan ada burung. Pada waktu itu tangan Rasulullah Saw.
memegang setangkai kayu yang beliau ketuk-ketukkan ke tanah, lalu beliau mengangkat
kepala dan bersabda, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur,'
sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya
seorang hamba yang beriman apabila habis masa hidupnya di dunia ini dan akan
berpulang ke alam akhirat, turunlah kepadanya malaikat dari langit yang
berwajah putih, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa kain
kafan dari kafan surga dan wewangian dari wewangian surga, lalu mereka duduk di
dekatnya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung
duduk di dekat kepalanya, lalu ia berkata, 'Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu
menuju kepada ampunan dan rida dari Allah.' Maka keluarlah rohnya dengan mudah
seperti setetes air yang keluar dari mulut wadah minuman, lalu malaikat maut
mengambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka dia tidak
membiarkannya berada di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat
itu mengambilnya dengan segera, lalu mereka masukkan ke dalam kain kafan dan
wewangian yang mereka bawa itu. Maka keluarlah darinya bau minyak kesturi yang
paling harum di muka bumi ini. Mereka membawanya naik (ke langit). Maka tidak
sekali-kali mereka melewati sejumlah malaikat, melainkan malaikat-malaikat itu
bertanya, 'Siapakah pemilik roh yang wangi ini?' Para malaikat yang membawanya
menjawab, 'Fulan bin Fulan,' dengan menyebutkan nama terbaiknya yang menjadi
sebutan namanya ketika di dunia. Hingga sampailah mereka ke langit pertama,
lalu mereka mengetuk pintunya dan dibukakanlah pintu langit untuknya. Maka ikut
mengiringinya semua malaikat yang menghuni langit pertama itu sampai ke langit
berikutnya, hingga sampailah ia ke langit yang ketujuh. Maka Allah berfirman,
'Catatlah bagi hamba-Ku ini catatan orang-orang yang masuk surga Illiyyin, dan
kembalikanlah jasadnya ke bumi, karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari
tanah, maka Aku kembalikan mereka ke tanah, dan Aku akan hidupkan mereka dari
tanah kali yang lain.' Maka rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan datanglah dua
malaikat kepadanya, lalu kedua malaikat itu mendudukkannya dan bertanya
kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Tuhanku Allah.' Keduanya bertanya,
'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Agamaku Islam.' Keduanya bertanya, 'Siapakah
lelaki ini yang diutus kepada kalian?' Ia menjawab, 'Dia adalah utusan Allah.'
Keduanya bertanya, 'Apakah ilmumu?' Ia menjawab, 'Saya telah membaca
Kitabullah, maka saya beriman kepadanya dan membenarkannya.' Maka berserulah
suara dari langit yang mengatakan, 'Benarlah apa yang dikatakan hamba-Ku. Maka
hamparkanlah untuknya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan
bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju surga.' Maka kenikmatan dan
wewangian surgawi datang kepadanya, dan diluaskanlah kuburnya sejauh mata
memandang baginya. Lalu datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah
tampan, berpakaian indah, dan baunya sangat wangi. Lelaki itu berkata,
'Bergembiralah kamu dengan keadaan yang menggembirakanmu ini. Hari ini adalah
hari kamu yang pernah dijanjikan kepadamu.' Maka ia bertanya kepada lelaki itu,
'Siapakah kamu ini, melihat rupamu kamu adalah orang yang datang dengan membawa
kebaikan.' Maka lelaki itu menjawab, 'Aku adalah amalmu yang saleh.' Maka ia
berkata, 'Wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, wahai Tuhanku, jadikanlah hari
kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta bendaku.' Dan
sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila telah terputus dari dunianya dan
akan menghadap ke alam akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat dari
langit yang semuanya berwajah hitam dengan karung yang kasar. Lalu para
malaikat itu duduk di dekatnya sejauh mata memandang: Kemudian datanglah
malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya. Maka malaikat maut
berkata, 'Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kepada murka dan benci
Allah!' Maka rohnya berpencar ke seluruh tubuhnya (yakni menolak), hingga
malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut tusuk sate dari kain
bulu yang basah; malaikat maut mencabutnya dengan paksa. Apabila ia telah
mencabutnya, ia tidak membiarkannya di tangannya barang sekejap pun melainkan
para malaikat memasukkannya ke dalam karung itu. Dan keluarlah darinya bau
bangkai yang terbusuk yang ada di muka bumi. Para malaikat membawanya
naik, dan tidak sekali-kali mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan
bertanya, 'Siapakah yang memiliki ruh yang buruk ini?' Para malaikat yang
membawanya berkata bahwa dia adalah si Anu bin Anu, dengan menyebut nama
terburuknya yang biasa disebutkan untuknya di dunia. Hingga sampailah mereka di
langit pertama, lalu pintunya diketuk, tetapi tidak dibukakan untuknya. Lalu
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: 'Sekali-kali tidak akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke lubang jarum' (Al-A'raf: 40). Kemudian Allah
berfirman, 'Catatkanlah ketetapannya di dalam Sijjin di lapisan bumi yang
terbawah,' lalu rohnya dicampakkan dengan kasar. Barang siapa mempersekutukan
sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seakan-akan jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan angin di tempat yang jauh. (Al-Hajj:
31) Kemudian rohnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu ia didatangi oleh dua
malaikat, dan kedua malaikat itu mendudukkannya serta bertanya kepadanya,
'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Keduanya
bertanya lagi, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.'
Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?' Ia
menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Lalu terdengarlah suara dari langit yang
mengatakan, 'Hamba-Ku berdusta, maka gelarkanlah untuknya hamparan dari neraka
dan bukakanlah baginya suatu pintu dari neraka!' Maka panasnya neraka dan
asapnya sampai kepadanya, lalu kuburannya menggencetnya sehingga tulang-tulang
iganya berantakan. Kemudian datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk
wajahnya dan pakaiannya serta busuk baunya, lalu lelaki itu berkata,
'Bersenang-senanglah kamu dengan hal yang menyiksamu, inilah harimu yang telah
dijanjikan kepadamu.' Ia bertanya, 'Siapakah kamu, wajahmu menandakan wajah
orang yang datang membawa keburukan?' Maka lelaki itu menjawab, 'Akulah amal
perbuatanmu yang buruk.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, janganlah Engkau
jadikan hari kiamat'."
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui
hadis Al-A'masy, sedangkan Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya
melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yunus ibnu
Habib, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib r.a. yang
mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. melayat jenazah,"
kemudian disebutkan hadis yang semisal. Di dalam riwayat ini disebutkan bahwa:
"حَتَّى إِذَا خَرَجَ رُوحُهُ صَلَّى عَلَيْهِ كُلُّ مَلَكٍ بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، [وَكُلُّ مَلَكٍ فِي السَّمَاءِ] وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ، لَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَابٍ إِلَّا وَهُمْ يَدْعُونَ اللَّهَ، عَزَّ
وَجَلَّ، أَنْ يَعْرُجَ بِرُوحِهِ مَنْ قِبَلِهِمْ".
apabila rohnya telah keluar (dari jasad orang
mukmin), maka memohonkan ampunan dan rahmat buatnya semua malaikat yang ada di
antara langit dan bumi, demikian pula semua malaikat yang ada di langit. Dan
semua pintu langit dibuka, tiada ahli suatu pintu langit pun melainkan mereka
berdoa kepada Allah Swt. agar rohnya dinaikkan oleh mereka.
Di akhir hadis ini disebutkan,
"ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَصَمُّ أَبْكَمُ، وَفِي
يَدِهِ مرزبَّة لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَكَانَ تُرَابًا، فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً
فَيَصِيرُ تُرَابًا. ثُمَّ يُعِيدُهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، كَمَا كَانَ،
فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً أُخْرَى فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْءٍ
إِلَّا الثَّقَلَيْنِ". قَالَ الْبَرَاءُ: ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى
النَّارِ، وَيُمَهَّدُ مِنْ فُرُشِ النَّارِ
"Lalu ia diserahkan kepada malaikat yang
bengis, kejam, dan dingin serta tidak bicara; tangannya memegang gada,
seandainya gada itu dipukulkan ke sebuah gunung, tentulah gunung itu hancur
menjadi debu dengan sekali pukul. Lalu malaikat itu memukulnya sekali pukul,
maka ia jadi debu, kemudian Allah mengembalikannya seperti semula; dan
malaikat itu kembali memukulnya dengan pukulan yang lain, maka menjeritlah ia
dengan jeritan yang sangat keras, suara jeritannya terdengar oleh segala
sesuatu kecuali manusia dan jin." Al-Barra mengatakan, "Lalu
dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju neraka dan dihamparkan baginya
hamparan dari neraka."
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya,
dari Khaisamah, dari Al-Barra sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Bahwa makna yang
dimaksud ialah azab kubur.
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu
Mukhariq, dari ayahnya, dari Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang
mukmin itu apabila mati, ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanyai,
"Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabimu?" Maka Allah
meneguhkannya, dan ia menjawab, "Tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku
Muhammad Saw." Lalu Abdullah membacakan firman-Nya: Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)
Imam Abdu ibnu Humaid telah meriwayatkan di dalam
kitab Musnad-nya:
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ
مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ قَتَادَةَ،
حَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، وَتَوَلَّى
عَنْهُ أَصْحَابُهُ، إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ". قَالَ:
"فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ
تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ " قَالَ: "فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ
فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ". قَالَ:
"فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ، قَدْ أَبْدَلَكَ
اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ". قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَيَرَاهُمَا جميعا". قال قَتَادَةُ:
وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا،
وَيُمْلَأُ عَلَيْهِ خَضِرًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari
Qatadah; telah menceritakan kepada kami Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya seorang hamba itu apabila diletakkan di dalam
kuburnya, dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, sesungguhnya dia
benar-benar mendengar suara terompah mereka, lalu ia didatangi oleh dua
malaikat. Kedua malaikat itu mendudukkannya dan menanyainya, "Bagaimanakah
menurutmu tentang lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.)?" Adapun orang
mukmin, ia akan menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba dan utusan
Allah." Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat dudukmu di neraka
itu, kini Allah telah menggantinya untukmu dengan tempat duduk di surga."
Nabi Saw. bersabda, "Maka dia melihat keduanya itu." Qatadah
mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa sesungguhnya diluaskan baginya
tempat kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan
yang hijau segar sampai hari kiamat.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Abd ibnu
Humaid. Imam Nasai mengetengahkannya melalui hadis Yunus ibnu Muhammad
Al-Mu-addib dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْج، أَخْبَرَنِي
أَبُو الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَأَلَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ فَتَّاني
الْقَبْرِ فَقَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُورِهَا، فَإِذَا أُدْخِلَ
الْمُؤْمِنُ قَبَرَهُ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، جَاءَ مَلَكٌ شَدِيدُ
الِانْتِهَارِ، فَيَقُولُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟
فَيَقُولُ الْمُؤْمِنُ: أَقُولُ: إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ وَعَبْدُهُ. فَيَقُولُ
لَهُ الْمَلَكُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ الَّذِي كَانَ لَكَ فِي النَّارِ، قَدْ
أَنْجَاكَ اللَّهُ مِنْهُ، وَأَبْدَلَكَ بِمَقْعَدِكَ الَّذِي تَرَى مِنَ النَّارِ
مَقْعَدَكَ الَّذِي تَرَى مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا كِلَيْهِمَا. فَيَقُولُ
الْمُؤْمِنُ: دَعُونِي أُبَشِّرُ أَهْلِي. فَيُقَالُ لَهُ: اسْكُنْ. وَأَمَّا
الْمُنَافِقُ فَيُقْعَدُ إِذَا تَوَلَّى عَنْهُ أَهْلُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: مَا
كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، أَقُولُ كَمَا
يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ لَهُ: لَا دَرَيْتَ، هَذَا مَقْعَدُكَ الَّذِي كَانَ
لَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَدْ أُبْدِلْتَ مَكَانَهُ مَقْعَدَكَ مِنَ النَّارِ". قَالَ
جَابِرٌ: فَسَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ فِي الْقَبْرِ عَلَى مَا مَاتَ، الْمُؤْمِنُ عَلَى
إِيمَانِهِ، وَالْمُنَافِقُ عَلَى نِفَاقِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ibnu Juraij; telah menceritakan kepadaku
AbuzZubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah tentang fitnah
kubur. Maka Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila seorang mukmin dimasukkan ke
dalam kuburnya dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, datanglah
kepadanya malaikat yang sangat bengis. Lalu malaikat bertanya kepadanya,
"Apakah yang kamu katakan sehubungan dengan lelaki ini (maksudnya Nabi
Saw.)?" Seorang mukmin akan menjawab bahwa sesungguhnya dia adalah
utusan dan hamba Allah. Maka malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah tempat
tinggalmu yang telah disediakan untukmu di dalam neraka, kini Allah telah menyelamatkan
kamu darinya dan menggantikannya dengan tempat tinggal di surga seperti yang
kamu lihat sekarang.” Dia melihat kedua-duanya. Maka orang mukmin akan berkata,
"Biarkanlah aku menyampaikan berita gembira ini kepada keluargaku.” Maka
dikatakan kepadanya, "Tinggallah kamu di sini!" Adapun orang munafik,
maka ia didudukkan; dan apabila semua keluarganya telah pergi meninggalkannya,
dikatakan kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?” Ia
menjawab, "Tidak tahu, saya hanya mengatakan seperti apayang dikatakan
oleh orang lain.” Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu, sekarang inilah
tempat tinggalmu yang telah disediakan di surga untukmu, kini telah diganti
dengan tempat tinggal di dalam neraka buatmu.” Jabir mengatakan bahwa ia
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap hamba di dalam kuburnya
dibangkitkan sesuai dengan iman yang dibawanya mati. Orang mukmin berada dalam
keimanannya, dan orang munafik berada dalam kemunafikannya.
Sanad hadis ini sahih dengan syarat Imam
Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ
دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
قَالَ: شَهِدنا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
جِنَازَةً، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ تُبتَلى فِي قُبُورِهَا، فَإِذَا
الْإِنْسَانُ دُفِنَ وَتَفَرَّقَ عَنْهُ أَصْحَابُهُ، جَاءَهُ مَلِكٌ فِي يَدِهِ
مِطْرَاقٌ فَأَقْعَدَهُ، قَالَ: مَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَإِنْ كَانَ
مُؤْمِنًا قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ لَهُ: صَدَقْتَ. ثُمَّ يَفْتَحُ
لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ، فَيَقُولُ: هَذَا كَانَ مَنْزِلُكَ لَوْ كَفَرْتَ
بِرَبِّكَ، فَأَمَّا إِذْ آمَنْتَ فَهَذَا مَنْزِلُكَ. فَيَفْتَحُ لَهُ بَابًا
إِلَى الْجَنَّةِ، فَيُرِيدُ أَنْ يَنْهَضَ إِلَيْهِ، فَيَقُولُ لَهُ: اسْكُنْ. وَيُفْسَحُ
لَهُ فِي قَبْرِهِ". "وَإِنْ كَانَ كَافِرًا أَوْ مُنَافِقًا يَقُولُ
لَهُ: مَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، سَمِعْتُ
النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَيَقُولُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ وَلَا
اهْتَدَيْتَ. ثُمَّ يَفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، فيقول له: هذا مَنْزِلُكَ
لَوْ آمَنْتَ بِرَبِّكَ، فَأَمَّا إِذْ كَفَرْتَ بِهِ فَإِنَّ اللَّهَ، عَزَّ
وَجَلَّ، أَبْدَلَكَ بِهِ هَذَا. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ، ثُمَّ
يقمَعه قَمْعَةً بِالْمِطْرَاقِ يَسْمَعُهَا خَلْقُ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ،
كُلُّهُمْ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ". فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، مَا أَحَدٌ يَقُومُ عَلَيْهِ مَلَكٌ فِي يَدِهِ مِطْرَاقٌ (2) إِلَّا
هِيلَ عِنْدَ ذَلِكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, dari Daud ibnu
Abu Hindun, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan, kami melayat
jenazah seseorang bersama Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bersabda: Hai
manusia, sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila
seseorang telah dikuburkan dan teman-temannya bubar meninggalkannya, datanglah
kepadanya seorang malaikat yang ditangannya memegang sebuah palu besi, lalu
malaikat itu mendudukkannya, dan berkata kepadanya, "Bagaimanakah
menurutmu tentang lelaki ini?” Jika dia seorang mukmin, maka ia menjawab,
"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka malaikat berkata kepadanya,
"Kamu benar.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu menuju neraka, dan
malaikat itu berkata, "Inilah tempatmu jika kamu kafir kepada Tuhanmu.
Tetapi sekarang karena kamu beriman, maka inilah tempatmu, "Lalu dibukakan
untuknya sebuah pintu yang menuju surga, ketika ia hendak bangkit menuju
kepadanya, dikatakan kepadanya, "Diamlah kamu di sini!" Dan diluaskan
baginya tempat tinggal dalam kuburnya. Jika dia seorang kafir atau seorang
munafik, ketika ditanyakan kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu tentang
lelaki ini (Nabi Saw)?” Maka ia menjawab, "Saya tidak tahu, saya
hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya.” Maka berkatalah
malaikat itu, "Kamu tidak tahu, tidak pernah membaca, tidakpernah pula
mencari petunjuk.” Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga, dan
malaikat itu berkata kepadanya, "Inilah tempatmu jika kamu beriman. Tetapi
karena sekarang ternyata kamu kafir, maka sesungguhnya Allah Swt. telah
menggantikannya untukmu dengan ini.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu
menuju neraka, kemudian malaikat itu memukulnya dengan palu sekali pukul, maka
ia menjerit dengan jeritan yang keras, suara jeritannya terdengar oleh semua
makhluk Allah Swt. kecuali jin dan manusia. Salah seorang di antara mereka
(para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun yang berdiri
di hadapannya seorang malaikat dengan membawa palu melainkan dia pasti
ketakutan saat itu?" Rasulullah Saw. membacakan firmanya-Nya: Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu.
(Ibrahim: 27)
Sanad hadis ini tidak ada masalah, karena
sesungguhnya Abbad ibnu Rasyid At-Tamimi adalah seorang yang pernah
diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara maqrun (bersamaan), tetapi
sebagian ulama menilainya daif.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ
تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ قَالُوا: اخْرُجِي
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ،
اخْرُجِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ
غَضْبَانَ". قَالَ: "فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى
تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَج بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ:
مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ. فَيَقُولُونَ: مَرْحَبًا بِالرُّوحِ الطَّيِّبَةِ
كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، ادْخُلِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ
وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ" قَالَ: فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا
ذَلِكَ، حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ. وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، اخْرُجِي ذَمِيمَةً،
وَأَبْشِرِي بِحَمِيمٍ وغَسَّاق، وَآخَرَ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٍ. فَلَا يَزَالُ
يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ،
فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: لَا
مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الْخَبِيثَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، ارْجِعِي
ذَمِيمَةً، فَإِنَّهُ لَا تُفْتَحُ لَكِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ. فَيُرْسَلُ مِنَ
السَّمَاءِ، ثُمَّ يَصِيرُ إِلَى الْقَبْرِ"، فَيَجْلِسُ الرَّجُلُ
الصَّالِحُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ،
وَيَجْلِسُ الرَّجُلُ السُّوءُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ
الْأَوَّلِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Husain ibnu Muhammad, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata,
dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: bahwa
sesungguhnya mayat (orang yang sedang menjelang ajalnya) dihadiri oleh para
malaikat. Apabila dia adalah seorang yang saleh, maka malaikat-malaikat itu
berkata, "Hai jiwa yang baik yang berada di dalam jasad yang baik,
keluarlah. Keluarlah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah kamu dengan
ketenteraman, nikmat, dan Tuhan yang tidak murka." Kalimat itu terus-menerus
diucapkan sehingga rohnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit dan dimintakan
izin baginya untuk naik. Maka ditanyakan, "Siapakah yang mau masuk
ini?" Maka dijawab, "Orang ini adalah si Fulan." Para penjaga
pintu langit berkata, "Selamat datang kepada roh yang baik yang berada di
dalam jasad yang baik, masuklah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah
dengan ketenteraman dan nikmat, serta Tuhan yang tidak murka." Kalimat ini
terus-menerus diucapkan kepadanya hingga sampailah ia ke langit yang tertinggi
untuk dihadapkan kepada Allah Swt. Apabila dia adalah seorang yang buruk, maka
malaikat-malaikat itu berkata, "Hai jiwa yang buruk yang berada di dalam
tubuh yang buruk keluarlah kamu dalam keadaan tercela dan bergembiralah kamu
dengan air yang sangat panas dan air yang sangat dingin serta berbagai azab
lain yang serupa itu." Kalimat ini terus-menerus dikatakan kepadanya
hingga ia keluar dari jasadnya. Kemudian rohnya dibawa naik ke langit. Lalu
pintu langit diketuk untuknya, maka dijawab dengan pertanyaan, "Siapakah
orang ini?" Dijawab bahwa dia adalah si Fulan, dan dikatakan kepadanya,
"Tiada selamat datang bagi jiwa yang buruk yang tadinya berada di dalam
jasad yang buruk. Kembalilah kamu dalam keadaan tercela, karena t sesungguhnya
pintu-pintu langit tidak akan dibuka untukmu!" Maka rohnya dilemparkan
dari langit, dan akhirnya kembali ke kuburnya. Orang yang saleh didudukkan,
dan ditanyakan kepadanya pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama.
Sedangkan orang yang buruk (jahat) didudukkan pula, lalu ditanyakan kepadanya
pertanyaan-pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui jalur
Ibnu Abu Zi-b dengan lafaz yang semisal, begitu pula Imam Ibnu Majah.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan
sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, "Apabila roh
seorang hamba mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia disambut oleh dua malaikat
yang langsung membawanya naik (ke langit)." Hammad mengatakan bahwa di
dalam riwayat ini disebutkan perihal baunya yang sangat harum, disebutkan pula
perihal minyak kesturi. Dilanjutkan bahwa para malaikat penghuni langit
berkata, "Ini adalah roh yang baik yang datang dari bumi, semoga Allah
merahmatimu, juga merahmati jasadmu yang dahulu kamu pakai." Maka dibawalah
ia menghadap kepada Allah swt. Allah Swt. berfirman, "Bawalah ia pergi
sampai akhir masa (kebangkitannya)!" Sesungguhnya orang yang kafir itu
apabila rohnya keluar, Hammad menyebutkan perihal baunya yang sangat
busuk, disebutkan pula dosanya. Maka penduduk langit berkata, "Ini adalah
roh yang buruk yang datang dari bumi." Maka dikatakan, "Bawalah dia
pergi sampai akhir masanya." Abu Hurairah mengatakan seraya memperagakan
bahwa lalu Rasulullah Saw. menutupkan kembali kain kafan yang tadinya menutupi
hidung (si jenazah).
Ibnu Hibban mengatakan di dalam kitab Sahih-nya
bahwa:
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا
زَيْدُ بْنُ أَخْزَمَ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ
قَتَادَةَ، عَنْ قَسَامَةَ بْنِ زُهَيْرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "إن الْمُؤْمِنَ إِذَا قُبض، أَتَتْهُ
مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ بِحَرِيرَةٍ بَيْضَاءَ، فَيَقُولُونَ: اخْرُجِي إِلَى
رَوْحِ اللَّهِ. فَتَخْرُجُ كَأَطْيَبِ رِيحِ مِسْكٍ، حَتَّى إِنَّهُ لَيُنَاوِلُهُ
بَعْضُهُمْ بَعْضًا يَشُمُّونَهُ حَتَّى يَأْتُوا بِهِ بَابَ السَّمَاءِ،
فَيَقُولُونَ مَا هَذَا الرِّيحُ الطَّيِّبَةُ الَّتِي جَاءَتْ مِنْ قِبل
الْأَرْضِ؟ وَلَا يَأْتُونَ سَمَاءً إِلَّا قَالُوا مِثْلَ ذَلِكَ، حَتَّى
يَأْتُوا بِهِ أَرْوَاحَ الْمُؤْمِنِينَ، فَلهُم أَشُدُّ فَرَحًا بِهِ مِنْ أَهْلِ
الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ، فَيَقُولُونَ: مَا فَعَلَ فُلَانٌ؟ فَيَقُولُونَ:
دَعُوهُ حَتَّى يَسْتَرِيحَ، فَإِنَّهُ كَانَ فِي غَمٍّ! فَيَقُولُ: قَدْ مَاتَ،
أَمَا أَتَاكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: ذُهب بِهِ إِلَى أُمِّهِ الْهَاوِيَةِ. وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيَأْتِيهِ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ بمسْح فَيَقُولُونَ: اخْرُجِي
إِلَى غَضَبِ اللَّهِ، فَتَخْرُجُ كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ، فَيُذْهَب بِهِ إِلَى
بَابِ الْأَرْضِ"
telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Muhammad
Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan
kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari
Qatadah, dari Qisam ibnu Zuhair, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., bahwa
sesungguhnya seorang mukmin itu apabila akan dicabut nyawanya, maka didatangi
oleh malaikat rahmat dengan membawa kain sutra putih. Kemudian malaikat berkata
kepadanya, "Keluarlah engkau menuju kepada nikmat Allah!" Maka
keluarlah rohnya dengan menyebarkan bau yang paling harum dari minyak misk
(kesturi), sehingga sebagian dari malaikat dengan sebagian yang lainnya saling
menerimanya seraya menciuminya. Mereka membawanya sampai di pintu langit, lalu
mereka (para malaikat) yang ada di langit itu berkata, "Bau harum apakah
yang datang dari arah bumi ini?" Tidak sekali-kali mereka mendatangi suatu
langit, melainkan para malaikat yang menghuninya mengatakan hal yang sama.
Kemudian mereka membawanya kepada roh-roh kaum mukmin, dan mereka (arwah kaum
mukmin) benar-benar sangat gembira menyambut kedatangannya, lebih gembira dari
sambutan mereka kepada salah seorang dari mereka yang pergi, lalu berkumpul
dengan mereka kembali. Arwah orang-orang mukmin itu bertanya kepadanya,
"Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan?" Sebagian dari mereka
berkata, "Biarkanlah dia beristirahat, sesungguhnya dia dahulu dalam
keadaan susah." Maka dikatakan, "Dia telah mati, bukankah dia telah
datang kepada kalian?" Sebagian lagi berkata, "Kesusahannya telah
dibuang jauh di dasar bumi." Adapun kalau orang kafir mati, maka ia
didatangi oleh malaikat-malaikat azab dengan membawa karung, lalu mereka
berkata, "Keluarlah kamu menuju kepada murka Allah!" Maka keluarlah
rohnya dengan menyebarkan bau bangkai yang sangat busuk, kemudian ia dibawa ke
pintu bumi (dasar bumi).
Ibnu Hibban telah meriwayatkan pula melalui jalur
Hammam ibnu Yahya, dari Abul Jauza, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. hadis
yang semisal; di dalamnya disebutkan bahwa:
قَالَ: "فَيُسأل: مَا فَعَلَ فُلَانٌ، مَا فَعَلَ فَلَانٌ؟ مَا
فَعَلَتْ فُلَانَةُ؟ " قَالَ: "وَأَمَّا الْكَافِرُ فَإِذَا قُبضت
نَفْسُهُ، وذُهب بِهَا إِلَى بَابِ الْأَرْضِ تَقُولُ خَزَنَةُ الْأَرْضِ: مَا
وَجَدْنَا رِيحًا أَنْتَنَ مِنْ هَذِهِ. فَيُبْلَغُ بِهَا الْأَرْضُ
السُّفْلَى"
lalu ia ditanya, "Apakah yang telah
dilakukan oleh si Fulan, si Anu, dan si Fulanah?" Adapun orang kafir,
apabila nyawanya telah dicabut, maka rohnya dibawa ke dasar bumi. Dan para
malaikat penjaga bumi berkata, "Kami belum pernah mencium bau yang lebih
busuk daripada ini," hingga sampailah rohnya ke dasar bumi yang paling bawah.
Qatadah mengatakan, telah menceritakan kepadaku
seorang lelaki, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa arwah orang-orang mukmin dikumpulkan di Al-Jabiyin, sedangkan
arwah orang-orang kafir dikumpulkan di Barhut, yaitu suatu rawa yang ada di
Hadramaut, kemudian kuburannya dipersempit (yakni menjepitnya).
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
عِيسَى التِّرْمِذِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ،
حَدَّثَنَا بِشْرِ بْنِ الْمُفَضَّلِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ،
عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ المقْبرُي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا قُبِرَ
الْمَيِّتُ -أَوْ قَالَ: أَحَدُكُمْ -أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ
يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا: الْمُنْكَرُ، وَالْآخِرُ: النَّكِيرُ، فَيَقُولَانِ: مَا
كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ: هُوَ عَبْدُ
اللَّهِ وَرَسُولُهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ
تَقُولُ هَذَا. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي
سَبْعِينَ. ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ. فَيَقُولُ:
أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ، فَيَقُولَانِ: نَمْ نومةَ الْعَرُوسِ
الَّذِي لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أحَبَّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ، حَتَّى يَبْعَثَهُ
اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ. وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ: سَمِعْتُ
النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مَثَلَهُمْ، لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا
نَعْلَمُ أنك تَقُولُ ذَلِكَ، فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ: الْتَئِمِي عَلَيْهِ.
فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ، فَتَخْتَلِفُ أَضْلَاعُهُ، فَلَا يَزَالُ فِيهَا
مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ"
Al-Hafiz Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Khalaf, telah menceritakan kepada kami
Bisyr ibnul Mufaddal, dari Abdur Rahman, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari,
dari Abu Hurairah yang mengatakan, "Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa: apabila
mayat telah dikuburkan, atau seseorang di antara kalian dikuburkan, maka
didatangi oleh dua malaikat yang hitam lagi biru; salah satunya disebut Munkar,
dan yang lainnya Nakir. Keduanya berkata, 'Bagaimanakah pendapatmu tentang
lelaki ini?' Maka ia menjawab, 'Dia adalah hamba dan utusan Allah. Saya
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya.' Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui
bahwa kamu pasti akan mengatakan itu.' Kemudian diluaskan baginya kuburan
tempat tinggalnya seluas tujuh puluh hasta, dan diberi cahaya di dalamnya, lalu
dikatakan kepadanya, 'Tidurlah kamu.' Tetapi ia menjawab, 'Saya mau kembali
kepada keluarga saya untuk memberitahukan kepada mereka.' Keduanya berkata,
'Tidurlah kamu seperti tidurnya pengantin, yang tiada orang yang membangunkannya
melainkan hanya istri yang dicintainya,' hingga Allah membangunkannya hidup
kembali dari tempat tidurnya itu. Jika dia adalah orang munafik, maka jawaban
yang dikatakannya adalah, 'Saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, maka
saya mengatakan seperti apa yang dikatakan mereka, tetapi saya tidak tahu.'
Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kamu pasti akan
mengatakan demikian.' Maka dikatakan kepada bumi, 'Jepitlah dia!' Lalu bumi
menjepitnya sehingga tulang-tulang iganya berantakan. Dia terus-menerus dalam
keadaan tersiksa di dalam kuburnya hingga Allah membangkitkannya dari tempat
tidurnya itu."
Sesudah mengetengahkan hadis ini Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.
قَالَ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ
الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "ذَاكَ إِذَا
قِيلَ لَهُ فِي الْقَبْرِ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ
اللَّهُ، وَدِينِيَ الْإِسْلَامُ، وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ، فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ. فَيُقَالُ لَهُ: صَدَقْتَ،
عَلَى هَذَا عِشْتَ، وَعَلَيْهِ مِتَّ، وَعَلَيْهِ تُبْعَثُ"
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari
Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. (Ibrahim: 27) Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Demikian itu
apabila ditanyakan kepadanya di dalam kuburnya, "Siapakah Tuhanmu, apa
agamamu, dan siapakah Nabi (panutanmu)?" Maka ia (orang mukmin)
akan menjawab, "Allah adalah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi (panutanku)
adalah Muhammad; dia telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti
dari sisi Allah, lalu saya beriman kepadanya dan membenarkannya.” Maka
dikatakan kepadanya, "Kamu benar. Memang kamu hidup, mati, dan
dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada hal tersebut.”
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى وَالْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا
يَزِيدُ، أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أبي هريرة
إِنَّ الْمَيِّتَ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ حِينَ يُوَلُّونَ عَنْهُ
مُدْبِرِينَ، فَإِذَا كَانَ مُؤْمِنًا كَانَتِ الصَّلَاةُ عِنْدَ رَأْسِهِ،
وَالزَّكَاةُ عَنْ يَمِينِهِ، وَالصِّيَامُ عَنْ يَسَارِهِ، وَكَانَ فِعْلُ
الْخَيْرَاتِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالصِّلَةِ وَالْمَعْرُوفِ وَالْإِحْسَانِ إِلَى
النَّاسِ عِنْدَ رِجْلَيْهِ، فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رَأْسِهِ فَتَقُولُ
الصَّلَاةُ: مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ، فَيُؤْتَى مِنْ عَنْ يَمِينِهِ فَتَقُولُ
الزَّكَاةُ: مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ. فَيُؤْتَى عَنْ يَسَارِهِ فَيَقُولُ الصِّيَامُ:
مَا قِبَلي مَدخَلٌ. فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ فَيَقُولُ فِعْلُ
الْخَيِّرَاتِ: مَا قِبَلي مَدْخَلٌ. فَيُقَالُ لَهُ اجْلِسْ. فَيَجْلِسُ،
قَدْ تَمثّلت لَهُ الشَّمْسُ، قَدْ دَنَتْ لِلْغُرُوبِ، فَيُقَالُ لَهُ
أَخْبِرْنَا عَمَّا نَسْأَلُكَ. فَيَقُولُ: دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ. فَيُقَالُ:
إِنَّكَ سَتَفْعَلُ، فَأَخْبِرْنَا عَمَّا نَسْأَلُكَ. فَيَقُولُ: وعَمَّ
تَسْأَلُونِي؟ فَيُقَالُ: أَرَأَيْتَ هَذَا الرَّجُلَ الَّذِي كَانَ فِيكُمْ،
مَاذَا تَقُولُ فِيهِ، وَمَاذَا تَشْهَدُ بِهِ عَلَيْهِ؟ فَيَقُولُ: أَمُحَمَّدٌ؟
فَيُقَالُ لَهُ: نَعَمْ. فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنَّهُ
جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ، فَصَدَّقْنَاهُ. فَيُقَالُ لَهُ:
عَلَى ذَلِكَ حَييتَ، وَعَلَى ذَلِكَ مِتَّ، وَعَلَى ذَلِكَ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ
اللَّهُ. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا ويُنَوَّر لَهُ
فِيهِ، وَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ إِلَى الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى
مَا أَعَدَّ اللَّهُ لَكَ فِيهَا. فَيَزْدَادُ غِبْطَةً [وَسُرُورًا] ثُمَّ
يُجْعَلُ نَسَمُهُ فِي النَّسَمِ الطَّيِّبِ، وَهِيَ طَيْرٌ خُضْرٌ تُعَلَّقُ
بِشَجَرِ الْجَنَّةِ، وَيُعَادُ الْجَسَدُ إِلَى مَا بُدِئَ مِنْهُ مِنَ
التُّرَابِ"، وَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ: {يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Mujahid ibnu Musa dan Al-Hasan ibnu Muhammad, keduanya mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya,
sesungguhnya mayat benar-benar mendengar suara terompah kalian saat kalian
pulang meninggalkannya. Jika dia seorang mukmin, maka salat berada di
kepalanya, zakat di sebelah kanannya, puasa di sebelah kirinya, dan amal
kebajikan seperti sedekah, silaturahmi, amal makruf dan berbuat kebajikan
kepada orang lain berada di kakinya. Maka ia didatangi (disiksa) dari
arah kepalanya, tetapi salat berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.”
Ia didatangi dari arah kanannya, maka zakat berkata, "Dari arahku tidak
ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kirinya, maka puasa berkata,
"Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kedua kakinya,
maka amal-amal kebaikannya mengatakan, "Dari arahku tidak ada jalan
masuk.” Maka dikatakan kepadanya, "Duduklah!" Maka duduklah ia,
sedangkan matahari ditampakkan kepadanya dalam keadaan mendekati terbenam.
Kemudian dikatakan kepadanya, "Jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami
tanyakan kepadamu!" Maka ia menjawab, "Biarkanlah aku salat dahulu.”
Dan dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya kamu pasti akan melakukannya,
tetapi jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami tanyakan kepadamu.” Ia balik
bertanya, "Apakah yang akan kalian tanyakan kepadaku?” Dikatakan
kepadanya, "Kamu tentu mengenal lelaki yang ada di antara kalian ini (yakni
Nabi Saw.). Bagaimanakah pendapatmu tentang dia dan apakah yang kamu
persaksikan terhadapnya?" Maka ia berkata, "Apakah Muhammad?”
Dikatakan kepadanya, "Benar.” Maka ia berkata, "Saya bersaksi bahwa
dia adalah utusan Allah, dan sesungguhnya dia telah datang kepada kami dengan
membawa bukti-bukti dari sisi Allah, maka kami membenarkannya.” Dan dikatakan
kepadanya, "Itulah peganganmu selama hidupmu, dan itulah yang kamu pegang
saat kamu mati, dan dengan itu pula kamu akan dibangkitkan, insya Allah.”
Kemudian diluaskan baginya tempat di kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan
diberikan cahaya buatnya di dalam kuburnya, serta dibukakan baginya sebuah
pintu yang menuju ke surga. Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah apa yang
telah disediakan oleh Allah buatmu di dalam surga itu.” Maka makin bertambahlah
kebahagiaan dan kegembiraannya, kemudian rohnya diletakkan di dalam perut
burung surga yang bergantung di pepohonan surga, sedangkan jasadnya
dikembalikan ke dalam bentuk semula, yaitu tanah. Yang demikian itulah yang
disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. (Ibrahim: 27)
Ibnu Hibban meriwayatkan hadis ini melalui jalur
Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Umar; dan di dalam riwayatnya
disebutkan jawaban orang kafir dan azab yang diterimanya.
قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ بَحْرٍ
الْقَرَاطِيسِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ
بْنُ كَيْسان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -أحسَبه رَفَعَهُ-قَالَ:
"إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَنْزِلُ بِهِ الْمَوْتُ، وَيُعَايِنُ مَا يُعَايِنُ،
فَيَوَدُّ لَوْ خَرَجَتْ -يَعْنِي نفسُه -وَاللَّهُ يُحِبُّ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ
الْمُؤْمِنَ يُصْعَدُ بِرُوحِهِ إِلَى السَّمَاءِ، فَتَأْتِيهِ أَرْوَاحُ
الْمُؤْمِنِينَ، فَتَسْتَخْبِرُهُ عَنْ مَعَارِفِهِمْ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ،
فَإِذَا قَالَ: تَرَكْتُ فُلَانًا فِي الْأَرْضِ أَعْجَبَهُمْ ذَلِكَ. وَإِذَا
قَالَ: إِنَّ فُلَانًا قَدْ مَاتَ، قَالُوا: مَا جِيءَ بِهِ إِلَيْنَا. وَإِنَّ
الْمُؤْمِنَ يَجْلِسُ فِي قَبْرِهِ، فَيُسْأَلُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ
اللَّهُ وَيُسْأَلُ: مَنْ نَبِيُّكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ نَبِيِّي فَيُقَالُ:
مَاذَا دِينُكَ؟ قَالَ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ فِي
قَبْرِهِ، فَيَقُولُ -أَوْ: يُقَالُ -انْظُرْ إِلَى مَجْلِسِكَ. ثُمَّ يَرَى
الْقَبْرَ فَكَأَنَّمَا كَانَتْ رَقْدَة. وَإِذَا كَانَ عَدُو اللَّهِ نَزلَ بِهِ
الْمَوْتُ وَعَايَنَ مَا عَايَنَ، فَإِنَّهُ لَا يُحِبُّ أَنْ تَخْرُجَ رُوحُهُ
أَبَدًا، وَاللَّهُ يَبْغَضُ لِقَاءَهُ، فَإِذَا جَلَسَ فِي قَبْرِهِ -أَوْ:
أُجْلِسَ -يُقَالُ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي. فَيُقَالُ: لَا
دَرَيْتَ. فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنْ جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُضْرَبُ ضَرْبَةً
يَسْمَعُهَا كُلُّ دَابَّةٍ إِلَّا الثِّقَلَيْنِ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ كَمَا
يَنَامُ الْمَنْهُوشُ". قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: مَا الْمَنْهُوشُ؟ قَالَ:
الَّذِي تَنْهَشُهُ الدَّوَابُّ وَالْحَيَّاتُ، ثُمَّ يُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Sa'id ibnu Bahr Al-Qaratisi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnul
Qasim, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari
Abu Hurairah. Al-Bazzar menduga bahwa Abu Hurairah me-rafa'-kan hadis
ini. Disebutkan bahwa: sesungguhnya orang mukmin itu akan ditimpa kematian
dan akan menyaksikan apa yang akan disaksikannya, maka ia menginginkan
seandainya rohnya keluar (dengan segera) dan Allah suka bersua dengannya.
Sesungguhnya orang mukmin itu dinaikkan rohnya ke langit, lalu ia didatangi
oleh arwah orang-orang mukmin (lainnya), dan mereka menanyainya tentang
kenalan-kenalan mereka dari kalangan penduduk bumi. Apabila ia menjawab bahwa
ia meninggalkan si Fulan di bumi, maka berita itu membuat mereka kagum. Tetapi
apabila ia menjawab bahwa si Fulan telah mati, maka mereka bertanya,
"Mengapa dia tidak didatangkan kepada kita?" Dan sesungguhnya orang
mukmin itu didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanya, "Siapakah Tuhanmu?"
Maka ia menjawab, "Allah adalah Tuhanku." Ditanyakan pula
"Siapakah Nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad adalah Nabi
(panutan)ku." Lalu ditanyakan, "Apakah agamamu?" Ia menjawab,
"Islam adalah agamaku." Maka dibukakan baginya sebuah pintu di dalam
kuburnya —atau dikatakan— lihatlah tempat dudukmu. Kemudian dia melihat
kuburnya seakan-akan merupakan tempat tidur. Apabila dia adalah musuh Allah dan
kematian menimpanya, lalu ia menyaksikan apa yang disaksikannya, maka
sesungguhnya dia membenci rohnya sendiri dan Allah tidak suka bersua dengannya.
Apabila ia duduk atau didudukkan di dalam kuburnya, ia ditanya, "Siapakah
Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tidak tahu." Dikatakan, "Kamu
tidak tahu." Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu yang menuju neraka
Jahannam, kemudian ia dipukul dengan pukulan yang keras yang suara (jeritan)nya
terdengar oleh semua makhluk hidup kecuali manusia dan jin. Kemudian dikatakan
kepadanya, "Tidurlah kamu sebagaimana tidurnya orang yang digigiti."
Saya bertanya kepada Abu Hurairah, "Apakah yang dimaksud dengan orang yang
digigiti?" Abu Hurairah menjawab, "Orang yang digigiti oleh hewan
buas dan ular." Lalu ia dijepit oleh kuburannya.
Kemudian perawi mengatakan, "Kami tidak
mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan hadis ini kecuali Al-Walid ibnu Muslim."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا حُجَين
بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ
الْمَاجِشُونُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنكَدِر قَالَ: كَانَتْ أَسْمَاءُ -يَعْنِي
بِنْتَ الصِّدِّيقِ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تُحَدِّثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: قَالَ: "إِذَا دَخَلَ الْإِنْسَانُ
قَبْرَهُ، فَإِنْ كَانَ مُؤْمِنًا أحَفّ بِهِ عملُه: الصلاةُ وَالصِّيَامُ"،
قَالَ: "فَيَأْتِيهِ الْمَلَكُ مِنْ نَحْوِ الصَّلَاةِ فَتَرُدُّهُ، وَمِنْ
نَحْوِ الصِّيَامِ فَيَرُدُّهُ"، قَالَ: "فَيُنَادِيهِ: اجْلِسْ.
فَيَجْلِسُ. فَيَقُولُ لَهُ: مَاذَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ يَعْنِي
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ.
قَالَ أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، قَالَ: يَقُولُ: وَمَا يُدْرِيكَ؟
أَدْرَكْتَهُ؟ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ: يَقُولُ: عَلَى
ذَلِكَ عشتَ، وَعَلَيْهِ مُتَّ، وَعَلَيْهِ تبعثُ. وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا أَوْ
كَافِرًا، جَاءَهُ الْمَلَكُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ شَيْءٌ يَرُدّه، فَأَجْلَسَهُ
يَقُولُ: اجْلِسْ، مَاذَا تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ قَالَ: أَيُّ رَجُلٍ؟
قَالَ: مُحَمَّدٌ؟ قَالَ: يَقُولُ: وَاللَّهِ مَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ
يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ. قَالَ لَهُ الْمَلَكُ: عَلَى ذَلِكَ عشتَ،
وَعَلَيْهِ متَ، وعليه تبعثُ. قَالَ: وتسلَّط عَلَيْهِ دَابَّةٌ فِي قَبْرِهِ، مَعَهَا
سَوْطٌ تَمْرَته جَمرةٌ مِثْلُ غَرْب الْبَعِيرِ، تَضْرِبُهُ مَا شَاءَ اللَّهُ،
صَمَّاءُ لَا تَسْمَعُ صوتَه فترحَمه"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hujain ibnul Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abu
Salamah Al-Majisyun, dari Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa Asma
binti Abu Bakar As-Siddiq r.a. pernah menceritakan hadis dari Nabi Saw. Nabi
Saw. pernah bersabda bahwa: apabila seorang manusia dimasukkan ke dalam
kuburnya, dan jika dia adalah seorang mukmin, maka ia dikelilingi oleh amalnya,
yaitu salat dan puasanya. Maka datanglah malaikat kepadanya dari arah amal
salatnya, tetapi amal salat mengusirnya, dan malaikat datang dari arah amal
puasanya, tetapi amal puasa mengusirnya. Lalu malaikat menyerunya,
"Duduklah!" Maka duduklah ia. Malaikat berkata kepadanya,
"Apakah pendapatmu tentang lelaki ini, maksudnya Nabi Saw.?" Ia balik
bertanya, "Siapa?" Malaikat menjawab, "Muhammad." ia
berkata, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah." Malaikat
bertanya, "Apakah yang membuatmu tahu, apakah kamu pernah
menjumpainya?" Ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan
Allah." Malaikat berkata, "Engkau memang menjadikannya sebagai
pegangan hidupmu, dan kamu mati dalam keadaan memegang prinsip ini, serta kelak
engkau akan dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada keyakinan ini."
Jika yang bersangkutan adalah seorang pendurhaka atau orang kafir, maka
datanglah kepadanya malaikat tanpa ada sesuatu pun antara dia dan orang itu
yang dapat mengusirnya. Lalu malaikat itu menyuruhnya duduk dan bertanya
kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?" Ia balik
bertanya, "Lelaki yang mana?" Malaikat menjawab,
"Muhammad." Ia berkata, "Demi Allah, saya tidak mengetahui, saya
hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu (tentang dia), maka saya ikut
mengatakannya." Malaikat berkata, "Itulah pegangan hidupmu, dan
itulah yang kamu bawa mati, serta kelak engkau akan dibangkitkan dalam keadaan
berpegang kepada hal itu." Kemudian di dalam kuburnya ia diserahkan kepada
seekor monster yang membawa sebuah cambuk yang ujungnya adalah bara api,
sedangkan besarnya sama dengan punuk unta. Monster itu memukulnya menurut apa
yang dikehendaki oleh Allah, monster itu tidak dapat mendengar suara jeritannya
agar dia jangan belas kasihan terhadapnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila
menjelang ajalnya dihadiri oleh para malaikat, lalu mereka mengucapkan salam
penghormatan kepadanya dan menyampaikan berita gembira surga kepadanya. Apabila
dia telah mati, para malaikat itu turut mengiringi jenazahnya dan ikut
menyalatkannya bersama orang-orang yang hadir. Apabila telah dikubur, maka ia
didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah
Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah." Dikatakan
kepadanya, "Siapakah rasul (panutan)mu?" Ia menjawab,
"Muhammad." Dikatakan kepadanya, "Apakah syahadatmu?" Maka
ia menjawab, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."Maka tempat kuburnya
diluaskan buatnya sejauh mata memandang. Adapun jika orang kafir mati, maka
para malaikat turun kepadanya, lalu mereka memukulinya, seperti yang disebutkan
dalam firman-Nya: seraya memukul muka mereka dan punggung mereka. (Muhammad:
27) Yakni di saat ia mati. Apabila ia telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka
ia didudukkan dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanku?" Ia tidak
dapat menjawab sepatah kata pun kepada malaikat-malaikat itu, dan Allah
membuatnya lupa akan apa yang harus dikatakannya. Apabila dikatakan kepadanya,
"Siapakah rasul yang diutus kepadamu?" Maka ia tidak mengetahuinya
dan tidak dapat menjawab mereka barang sepatah kata pun. Demikianlah Allah
menyesatkan orang-orang yang aniaya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Usman, dari Hakim Al-Audi., telah menceritakan kepada
kami Syuraih Ibnu Muslimah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yusuf,
dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'd Al-Bajali, dari Abu Qatadah
Al-Ansari sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat. (Ibrahim: 27) hingga akhir ayat. Bahwa sesungguhnya orang mukmin
itu apabila telah mati (dan telah dimakamkan), maka ia didudukkan di dalam
kuburnya dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?" Ia menjawab,
"Allah." Dikatakan lagi kepadanya, "Siapakah nabi (panutan)mu?"
Ia menjawab, "Muhammad ibnu Abdullah." Pertanyaan tersebut diajukan
kepadanya berkali-kali, kemudian dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju ke
neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka itu
seandainya kamu salah dalam jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah
pintu menuju surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat tinggalmu
di surga, karena kamu benar dalam jawabanmu." Apabila orang kafir mati,
maka ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah
Tuhanmu? Siapakah nabimu?" Ia menjawab, "Saya tidak tahu, hanya saya
mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya." Dikatakan kepadanya,
"Kamu tidak tahu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu menuju
surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu jika kamu benar dalam
jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu ke neraka, dan
dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu sekarang, karena kamu salah dalam
jawabanmu." Yang demikian itu adalah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim:
27) hingga akhir ayat.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari
Ibnu Tawus, dari ayahnya sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia. (Ibrahim: 27) Yakni kalimah "Tiada Tuhan
selain Allah". dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Yaitu pertanyaan dalam
kubur.
Qatadah mengatakan, "Adapun dalam kehidupan
di dunia, maka Allah meneguhkan mereka dengan kebaikan dan amal saleh,
sedangkan dalam kehidupan di akhirat maksudnya diteguhkan dalam kuburnya."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh kalangan ulama salaf.
Abu Abdullah Al-Hakim At-Turmuzi di dalam
kitabnya yang berjudul Nawadirul Usul mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا أَبِي، حدثنا
عبد الله بن نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي فُدَيْك، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
سَمُرَةَ قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، وَنَحْنُ فِي مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ، فَقَالَ:
"إِنِّي رَأَيْتُ الْبَارِحَةَ عَجَبًا، رَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي
[جَاءَهُ مَلَكُ الْمَوْتِ لِيَقْبِضَ رُوحَهُ، فَجَاءَهُ برُّه بِوَالِدَيْهِ
فَرَدَّ عَنْهُ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي] قَدْ بُسِطَ عَلَيْهِ عَذَابُ
الْقَبْرِ، فَجَاءَهُ وُضوءه فَاسْتَنْقَذَهُ مِنْ ذَلِكَ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا
مِنْ أُمَّتِي [قَدِ] احْتَوَشَتْهُ الشَّيَاطِينُ، فَجَاءَهُ ذِكْرُ اللَّهِ
فَخَلَّصَهُ مِنْ بَيْنِهِمْ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدِ
احْتَوَشَتْهُ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَجَاءَتْهُ صَلَاتُهُ فَاسْتَنْقَذَتْهُ
مِنْ أَيْدِيهِمْ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي يَلْهَثُ عَطَشًا، كُلَّمَا
وَرَدَ حَوْضًا مُنع مِنْهُ، فَجَاءَهُ صِيَامُهُ فَسَقَاهُ وَأَرْوَاهُ.
وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي وَالنَّبِيُّونَ قُعُودٌ حلَقا حَلَقًا،
وَكُلَّمَا دَنَا لِحُقَّةٍ طَرَدُوهُ، فَجَاءَهُ اغْتِسَالُهُ مِنَ الْجَنَابَةِ،
فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَقْعَدَهُ إِلَى جَنْبِي. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي
[مِنْ] بَيْنِ يَدَيْهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ خَلْفِهِ ظُلْمَةٌ، وَعَنْ يَمِينِهِ
ظُلْمَةٌ، وَعَنْ شِمَالِهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ فَوْقِهِ ظُلْمَةٌ، وَمِنْ تَحْتِهِ
ظُلْمَةٌ، وَهُوَ مُتَحَيِّرٌ فِيهَا، فَجَاءَتْهُ حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ،
فَاسْتَخْرَجَاهُ مِنَ الظُّلْمَةِ وَأَدْخَلَاهُ النُّورَ، وَرَأَيْتُ رَجُلًا
مِنْ أُمَّتِي يُكَلِّمُ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا يُكَلِّمُونَهُ، فَجَاءَتْهُ صلَة
الرَّحِمِ، فَقَالَتْ: يَا مَعْشَرَ الْمُؤْمِنِينَ، كَلِّمُوهُ، فَكَلَّمُوهُ.
وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي يَتَّقِي وَهَج النَّار أَوْ شَررهَا بِيَدِهِ
عَنْ وَجْهِهِ، فَجَاءَتْهُ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا عَلَى وَجْهِهِ وَظِلًّا
عَلَى رَأْسِهِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَدْ أَخَذَتْهُ الزَّبَانِيَةُ
مِنْ كُلِّ مَكَانٍ، فَجَاءَهُ أَمْرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُهُ عَنِ
الْمُنْكَرِ، فَاسْتَنْقَذَاهُ مِنْ أَيْدِيهِمْ، وَأَدْخَلَاهُ مَعَ مَلَائِكَةِ
الرَّحْمَةِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي جَاثِيًا عَلَى رُكْبَتَيْهِ،
بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ، فَجَاءَهُ حُسْنُ خُلُقه، فَأَخَذَ بِيَدِهِ
فَأَدْخَلَهُ عَلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي
قَدْ هَوت صَحِيفَتُهُ مِنْ قِبَلِ شِمَالِهِ، فَجَاءَهُ خَوْفُهُ مِنَ اللَّهِ
فَأَخَذَ صَحِيفَتَهُ، فَجَعَلَهَا فِي يَمِينِهِ. [وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ
أُمَّتِي قَدْ خَفَّ مِيزَانُهُ، فَجَاءَتْهُ أَفْرَاطُهُ فَثَقَّلُوا مِيزَانَهُ]
وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَائِمًا عَلَى شَفِيرِ جَهَنَّمَ، فَجَاءَهُ
وجَله مِنَ اللَّهِ، فَاسْتَنْقَذَهُ مِنْ ذَلِكَ وَمَضَى. وَرَأَيْتُ رَجُلًا
مِنْ أُمَّتِي هَوَى فِي النَّارِ، فَجَاءَتْهُ دُمُوعُهُ الَّتِي بَكَى مِنْ
خَشْيَةِ اللَّهِ فِي الدُّنْيَا فَاسْتَخْرَجَتْهُ مِنَ النَّارِ، [وَرَأَيْتُ
رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي قَائِمًا عَلَى الصِّرَاطِ يُرعَد كَمَا تُرْعَدُ
السَّعَفة، فَجَاءَ حُسْنُ ظَنِّهِ بِاللَّهِ، فسكَّن رِعْدَته، وَمَضَى]
وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى الصِّرَاطِ يَزْحَفُ أَحْيَانًا وَيَحْبُو
أَحْيَانًا، فَجَاءَتْهُ صَلَاتُهُ عليَّ، فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَأَقَامَتْهُ
وَمَضَى عَلَى الصِّرَاطِ. وَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي انْتَهَى إِلَى
أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَغُلِّقَتِ الْأَبْوَابُ دُونَهُ، فَجَاءَتْهُ شَهَادَةُ:
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَفَتَحَتْ لَهُ الْأَبْوَابَ وَأَدْخَلَتْهُ
الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Nafi' dari Ibnu Abu Fudaik, dari Abdur
Rahman Ibnu Abdullah, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdur Rahman Ibnu Samurah
yang mengatakan bahwa pada suatu hari ketika kami berada di dalam masjid
Madinah,Rasulullah saw, keluar menemui kami, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya
tadi malam aku melihat dalam mimpiku suatu peristiwa yang menakjubkan. Aku
melihat seorang lelaki dari kalangan umatku didatangi oleh malaikat maut untuk
mencabut nyawanya, maka datanglah kepada lelaki itu amal Birrul Walidain (berbakti
kepada kedua orang tua)nya, dan mengusir malaikat maut darinya. Dan aku
melihat lelaki lain dari kalangan umatku, sedangkan azab kubur telah digelarkan
untuknya, tetapi datanglah kepadanya amal wudunya dan menyelamatkan lelaki itu
dari siksaan tersebut. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku
dalam keadaan dikerumuni oleh setan-setan, tetapi datanglah kepadanya amal
zikrullah-nya,maka amalnya itu menyelamatkannya dari setan-setan tersebut. Aku
melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku yang telah dikerumuni oleh
malaikat-malaikat juru siksa, tetapi datanglah kepadanya amal salatnya, lalu
amal salatnya itu menyelamatkan dia dari tangan meraka. Aku melihat seorang
lelaki lain dari kalangan umatku, yang menjulur-julurkan lidahnya karena
kehausan, setiap kali ia mendatangi suatu telaga, dilarang; kemudian datanglah
kepadanya amal puasanya, maka amal puasa itu memberinya minum hingga ia segar.
Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku, saat itu para nabi sedang
duduk-duduk membentuk lingkaran-lingkaran, setiap kali ia mendekati salah satu
dari lingkaran (halqah) meraka, maka mereka mengusirnya. Kemudian
datanglah kepadanya amal mandi jinabahnya, lalu amalnya itu membawanya duduk di
sebelahku. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang di depannya
terdapat kegelapan, di belakangnya terdapat kegelapan, di sebelah kanannya
terdapat kegelapan, di sebelah kirinya terdapat kegelapan, di atasnya terdapat
kegelapan, dan di bawahnya terdapat kegelapan, sedangkan dia dalam keadaan
bingung di dalam kegelapannya itu. Kemudian datanglah kepadanya amal haji dan
umrahnyajalu keduanya menyelamatkan dia dari kegelapan itu dan memasukkannya ke
dalam cahaya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang mengajak
bicara dengan orang-orang mukmin, tetapi mereka tidak mau berbicara dengannya.
Maka datanglah kepadanya amal silaturahminya, lalu amalnya berkata, "Hai
golongan orang-orang mukmin, berbicaralah kalian kepadanya!" Maka mereka
mau berbicara dengannya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang
melindungi mukanya dari tamparan panas neraka dan percikan apinya dengan
tangannya, kemudian datanglah kepadanya amal sedekahnya, maka amal sedekahnya
itu menjadi pelindung dirinya dan menjadi naungan di atas kepalanya. Aku
melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah dikepung oleh
malaikat-malaikat Zabaniyah (juru siksa), Kemudian datanglah kepadanya
amal amar makruf nahi munkar-nya, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari
tangan mereka dan memasukkannya ke dalam lindungan malaikat-malaikat rahmat.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku dalam keadaan bersideku di atas
kedua lututnya, antara dia dan Allah terdapat hijab penghalang. Maka datanglah
kepadanya kebaikan akhlaknya, lalu amal kebaikan akhlaknya itu membimbingnya
dan memasukkannya ke dalam haribaan Allah Swt. Aku melihat seorang lelaki dari
kalangan umatkuyang buku catatan amalnya diberikan dari sebelah kirinya,
kemudian datanglah kepadanya amal takutnya kepada Allah, lalu amalnya itu
mengambil buku catatan amalnya dan menjadikannya berada di sebelah kanannya.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang neraca amalnya
diringankan, kemudian datanglah anak-anaknya, yang mati sebelum balig maka
menjadi beratlah timbangan amalnya berkat mereka.Aku melihat seorang lelaki
dari kalangan umatkuyang sedang berdiri di tepi neraka Jahannam, kemudian
datanglah kepadanya amal malunya kepada Allah, lalu amalnya itu menyelamatkan
dia dari tempat itu dan membawanya pergi jauh darinya. Aku melihat seorang
lelaki dari kalangan umatku dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian datanglah
kepadanya amal tangisannya karena takut kepada Allah di dunia, lalu amalnya itu
menyelamatkan dia dari neraka. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku
sedang berdiri di atas sirat dalam keadaan menggigil (ketakutan) seperti
anak domba, maka datanglah kepadanya amal baik prasangka kepada Allah, lalu
menenangkan ketakutannya dan membawanya berlalu. Aku melihat seorang lelaki
dari kalangan umatku berada di atas sirat, terkadang merangkak dan terkadang
mengesot, kemudian datanglah kepadanya amal membaca salawat buatku, lalu
amalnya membimbingnya dan menegakkannya, lalu membawanya berlalu di atas sirat.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah sampai di pintu
surga, tetapi pintu surga semuanya ditutup untuknya, kemudian datanglah
kepadanya bacaan syahadatnya yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah. Maka dibukalah untuknya semua pintu surga, lalu amalnya memasukkannya ke
dalam surga.
Setelah mengetengahkan hadis ini dari jalur yang
telah disebutkan di atas, Al-Qurtubi mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis
yang agung, di dalamnya disebutkan amalan-amalan khusus yang dapat
menyelamatkan pelakunya dari siksa-siksa tertentu. Demikianlah pula bunyi lafaz
hadis yang diketengahkan oleh Al-Qurtubi di dalam kitab Tazkirah-nya.
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafiz Abu Ya'la
Al-Mausuli telah meriwayatkan sebuah hadis garib yang cukup panjang. Dia
mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ
اللَّهِ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ النُّكْرِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ
الْبُرْسَانِيُّ أَبُو عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الْحَبَطِيُّ -وَكَانَ
مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْبَصْرَةِ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ حَزْمٍ، وَسَلَّامِ بْنِ
أَبِي مُطِيعٍ -حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خُنَيْسٍ، عَنْ ضِرَارِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ
يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَقُولُ اللَّهُ،
عَزَّ وَجَلَّ، لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ إِلَى وَلِيِّي فَأْتِنِي بِهِ،
فَإِنِّي قَدْ ضَربته بِالسَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ، فَوَجَدْتُهُ حَيْثُ أُحِبُّ.
ائْتِنِي بِهِ فَلأريحنَّه. فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ أَكْفَانٌ وحَنُوط مِنَ الْجَنَّةِ، وَمَعَهُمْ
ضَبَائِرُ الرَّيْحَانِ، أَصِلُ الرَّيْحَانَةِ وَاحِدٌ وَفِي رَأْسِهَا عِشْرُونَ
لَوْنًا، لِكُلِّ لَوْنٍ مِنْهَا رِيحٌ سِوَى رِيحِ صَاحِبِهِ، وَمَعَهُمُ
الْحَرِيرُ الْأَبْيَضُ فِيهِ الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ. فَيَجْلِسُ مَلَكُ الْمَوْتِ
عِنْدَ رَأْسِهِ، وَتَحِفُّ بِهِ الْمَلَائِكَةُ. وَيَضَعُ كُلُّ مَلَكٍ مِنْهُمْ
يَدَهُ عَلَى عُضْوٍ مِنْ أَعْضَائِهِ ويَبْسط ذَلِكَ الْحَرِيرَ الْأَبْيَضَ
وَالْمِسْكَ الأذفَر تَحْتَ ذَقْنِهِ، ويفتَح لَهُ بابٌ إِلَى الْجَنَّةِ، فَإِنَّ
نَفْسَهُ لَتَعلَّلُ عِنْدَ ذَلِكَ بِطَرَفِ الْجَنَّةِ تَارَةً، وَبِأَزْوَاجِهَا
[مَرَّةً] ومرَّةً بِكِسْوَاتِهَا وَمَرَّةً بِثِمَارِهَا، كَمَا يُعَلّل
الصَّبِيُّ أَهْلَهُ إِذَا بَكَى". قَالَ: "وَإِنَّ أَزْوَاجَهُ
لَيَبْتَهِشْنَ عِنْدَ ذَلِكَ ابْتِهَاشًا".
قَالَ: "وَتَنْزُو الرُّوحُ". قَالَ البُرْسَاني: يُرِيدُ
أَنْ تَخْرُجَ مِنَ العَجَل إِلَى مَا تُحِبُّ. قَالَ: "وَيَقُولُ مَلَك
الْمَوْتِ: اخْرُجِي يَا أَيَّتُهَا الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ، إِلَى سِدْرٍ
مَخْضُودٍ، وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ، وَظِلٍّ مَمْدُودٍ، وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ".
قَالَ: "ولَمَلَك الْمَوْتِ أَشَدُّ بِهِ لُطْفًا مِنَ الْوَالِدَةِ
بِوَلَدِهَا، يَعْرِفُ أَنَّ ذَلِكَ الرُّوحَ حَبِيبٌ لِرَبِّهِ، فَهُوَ
يَلْتَمِسُ بِلُطْفِهِ تَحَبُّبًا لَدَيْهِ رِضَاءً لِلرَّبِّ عَنْهُ، فتُسَلُّ
رُوحُهُ كَمَا تُسَلُّ الشَّعْرَةُ مِنَ الْعَجِينِ". قَالَ: "وَقَالَ
اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ}
[النَّحْلِ: 32] ، وَقَالَ {فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ فَرَوْحٌ
وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ} [الْوَاقِعَةِ: 88، 89] ، قَالَ: "رَوْحٌ
مِنْ جِهَةِ الْمَوْتِ، وَرَيْحَانٌ يُتَلَقَّى بِهِ، وَجَنَّةُ نَعِيمٍ
تُقَابِلُهُ". قَالَ: "فَإِذَا قَبض مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ، قَالَتِ
الرُّوحُ لِلْجَسَدِ: جَزَاكَ اللَّهُ عَنِّي خَيْرًا، فَقَدْ كُنْتَ سَرِيعًا بِي
إِلَى طَاعَةِ اللَّهِ، بَطِيئًا بِي عَنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ، فَقَدْ نَجَيْتَ
وَأَنْجَيْتَ". قَالَ: "وَيَقُولُ الْجَسَدُ لِلرُّوحِ مِثْلَ
ذَلِكَ". قَالَ: "وَتَبْكِي عَلَيْهِ بِقَاعُ الْأَرْضِ الَّتِي كَانَ
يُطِيعُ اللَّهَ فِيهَا، وَكُلُّ بَابٍ مِنَ السَّمَاءِ يَصْعَدُ مِنْهُ عَمَلُهُ.
وَيَنْزِلُ مِنْهُ رِزْقُهُ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً".
قَالَ: "فَإِذَا قَبَض مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ، أَقَامَتِ
الْخَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ عِنْدَ جَسَدِهِ، فَلَا يَقْلُبُهُ بَنُو
آدَمَ لِشِقٍّ إِلَّا قَلَبَتْهُ الْمَلَائِكَةُ قَبْلَهُمْ، وَغَسَّلَتْهُ
وَكَفَّنَتْهُ بِأَكْفَانٍ قَبْلَ أكفان بني آدم، وحنوط قبل حنوط بَنِي
آدَمَ، وَيَقُومُ مِنْ بَيْنِ بَابِ بَيْتِهِ إِلَى بَابِ قَبْرِهِ صَفَّانِ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ، يَسْتَقْبِلُونَهُ بِالِاسْتِغْفَارِ، فَيَصِيحُ عِنْدَ ذَلِكَ
إِبْلِيسُ صَيْحَةً تَتَصَدَّعُ مِنْهَا عِظَامُ جَسَدِهِ". قَالَ:
"وَيَقُولُ لِجُنُودِهِ: الْوَيْلُ لَكُمْ. كَيْفَ خَلَص هَذَا الْعَبْدُ
مِنْكُمْ، فَيَقُولُونَ إِنَّ هَذَا كَانَ عَبْدًا مَعْصُومًا". قَالَ:
"فَإِذَا صَعِدَ مَلَكُ الْمَوْتِ بِرُوحِهِ، يَسْتَقْبِلُهُ جِبْرِيلُ فِي
سَبْعِينَ أَلْفًا مِنَ الْمَلَائِكَةِ، كُلٌّ يَأْتِيهِ بِبِشَارَةٍ مِنْ رَبِّهِ
سِوَى بِشَارَةِ صَاحِبِهِ". قَالَ: "فَإِذَا انْتَهَى مَلَكُ الْمَوْتِ
بِرُوحِهِ إِلَى الْعَرْشِ، خَرّ الرُّوحُ سَاجِدًا". قَالَ: "يَقُولُ
اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ بِرُوحِ عَبْدِي فَضَعْهُ
فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ، وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ، وَظِلٍّ مَمْدُودٍ، وَمَاءٍ
مَسْكُوبٍ". قَالَ: "فَإِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، جَاءَتْهُ الصَّلَاةُ
فَكَانَتْ عَنْ يَمِينِهِ، وَجَاءَهُ الصِّيَامُ فَكَانَ عَنْ يَسَارِهِ،
وَجَاءَهُ الْقُرْآنُ فَكَانَ عِنْدَ رَأْسِهِ، وَجَاءَهُ مَشْيُهُ إِلَى
الصَّلَاةِ فَكَانَ عِنْدَ رِجْلَيْهِ، وَجَاءَهُ الصَّبْرُ فَكَانَ نَاحِيَةَ
الْقَبْرِ". قَالَ: "فَيَبْعَثُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، عُنُقًا مِنَ
الْعَذَابِ". قَالَ: "فَيَأْتِيهِ عَنْ يَمِينِهِ" قَالَ:
"فَتَقُولُ الصَّلَاةُ: وَرَاءَكَ وَاللَّهِ مَا زَالَ دَائِبًا عُمْرَهُ
كُلَّهُ وَإِنَّمَا اسْتَرَاحَ الْآنَ حِينَ وُضِعَ فِي قَبْرِهِ". قَالَ: "فَيَأْتِيهِ
عَنْ يَسَارِهِ، فَيَقُولُ الصِّيَامُ مِثْلَ ذَلِكَ". قَالَ: "ثُمَّ
يَأْتِيهِ مِنْ عِنْدِ رَأْسِهِ، فَيَقُولُ الْقُرْآنُ وَالذِّكْرُ مِثْلَ
ذَلِكَ". قَالَ: "ثُمَّ يَأْتِيهِ مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ، فَيَقُولُ
مَشْيُهُ إِلَى الصَّلَاةِ مِثْلَ ذَلِكَ. فَلَا يَأْتِيهِ الْعَذَابُ مِنْ
نَاحِيَةٍ يَلْتَمِسُ هَلْ يَجِدُ مُسَاغًا إِلَّا وجَد وَلِيَّ اللَّهِ قَدْ
أَخَذَ جُنَّتَهُ". قَالَ: "فَيَنْقَمِعُ الْعَذَابُ عِنْدَ ذَلِكَ
فَيَخْرُجُ". قَالَ: "وَيَقُولُ الصَّبْرُ لِسَائِرِ الْأَعْمَالِ:
أَمَا إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُبَاشِرَ أَنَا بِنَفْسِي إِلَّا أَنِّي
نَظَرْتُ مَا عِنْدَكُمْ، فَإِنْ عَجَزْتُمْ كُنْتُ أَنَا صَاحِبَهُ، فَأَمَّا
إِذْ أَجَزَأْتُمْ عَنْهُ فَأَنَا لَهُ ذُخْرٌ عِنْدَ الصِّرَاطِ
وَالْمِيزَانِ". قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكَيْنِ أَبْصَارُهُمَا
كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ، وَأَصْوَاتُهُمَا كَالرَّعْدِ الْقَاصِفِ،
وَأَنْيَابُهُمَا كَالصَّيَاصِي، وَأَنْفَاسُهُمَا كَاللَّهَبِ، يَطَآنِ فِي
أَشْعَارِهِمَا، بَيْنَ مَنْكِب كُلِّ وَاحِدٍ مَسِيرَةُ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ
نُزِعَتْ مِنْهُمَا الرَّأْفَةُ وَالرَّحْمَةُ، يُقَالُ لَهُمَا: مُنْكَرٌ
وَنَكِيرٌ، فِي يد كل واحد منهما مطرقة، لو اجتمع عَلَيْهَا رَبِيعَةُ وَمُضَرُ
لَمْ يُقلّوها". قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: اجْلِسْ". قَالَ:
"فَيَجْلِسُ فَيَسْتَوِي جَالِسًا". قَالَ: "وتقع أكفانه في
حقويه". قال: "فيقولان له: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ وَمَنْ
نَبِيُّكَ؟ ". قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يُطِيقُ الْكَلَامَ
عِنْدَ ذَلِكَ، وَأَنْتَ تَصِفُ مِنَ المَلَكَين مَا تَصِفُ؟ قَالَ: فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ} قَالَ:
"فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَدِينِيَ
الْإِسْلَامُ الَّذِي دَانَتْ بِهِ الْمَلَائِكَةُ، وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ خَاتَمُ
النَّبِيِّينَ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ: صَدَقْتَ". قَالَ:
فَيَدْفَعَانِ الْقَبْرَ، فَيُوَسِّعَانِ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ أَرْبَعِينَ
ذِرَاعًا، وَعَنْ يَمِينِهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَعَنْ شِمَالِهِ أَرْبَعِينَ
ذِرَاعًا، وَمِنْ خَلْفِهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا، وَمِنْ عند رأسه أَرْبَعِينَ
ذِرَاعًا، وَمِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ أَرْبَعِينَ ذِرَاعًا". قَالَ:
"فَيُوَسِّعَانِ لَهُ مِائَتَيْ ذِرَاعٍ".
قَالَ الْبُرْسَانِيُّ: فَأَحْسَبُهُ: وَأَرْبَعِينَ ذِرَاعًا
تُحَاطُ بِهِ. قَالَ: "ثُمَّ يَقُولَانِ لَهُ: انْظُرْ فَوْقَكَ، فَإِذَا
بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى الْجَنَّةِ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: وليَّ
اللَّهِ، هَذَا مَنْزِلُكَ إِذْ أَطَعْتَ اللَّهِ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
إِنَّهُ يَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ فَرْحَةٌ، وَلَا تَرْتَدُّ أَبَدًا،
ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: انْظُرْ تَحْتَكَ". قَالَ: "فَيَنْظُرُ تَحْتَهُ
فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى النَّارِ قَالَ: "فَيَقُولَانِ: وَلِيَّ اللَّهِ
نَجَوْتَ آخِرَ مَا عَلَيْكَ". قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أنه لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ فَرْحَةٌ
لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا". قَالَ: فَقَالَتْ عَائِشَةُ: يُفْتَحُ لَهُ سَبْعَةٌ
وَسَبْعُونَ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ، يَأْتِيهِ رِيحُهَا وَبَرْدُهَا، حَتَّى
يَبْعَثَهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ.
وَبِالْإِسْنَادِ الْمُتَقَدِّمِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى لِمَلَكِ الْمَوْتِ:
انْطَلِقْ إِلَى عَدُوِّي فَأْتِنِي بِهِ، فَإِنِّي قَدْ بَسَطْتُ لَهُ رِزْقِي،
ويَسّرت لَهُ نِعْمَتِي، فَأَبَى إِلَّا مَعْصِيَتِي، فَأْتِنِي بِهِ لِأَنْتَقِمَ
مِنْهُ". قَالَ: "فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ فِي أَكْرَهِ
صُورَةٍ مَا رَآهَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ قَطّ، لَهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا،
وَمَعَهُ سَفُود مِنَ النَّارِ كَثِيرُ الشَّوْكِ، وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ نُحَاسٌ وَجَمْرٌ مِنْ جَمْرِ جَهَنَّمَ، وَمَعَهُمْ
سِيَاطٌ مِنْ نَارٍ، لِينُهَا لِينُ السِّيَاطِ وَهِيَ نَارٌ تَأَجُّجُ".
قَالَ: "فَيَضْرِبُهُ مَلَكُ الْمَوْتِ بِذَلِكَ السَّفُّودِ ضَرْبَةً يغيبُ
كُلُّ أَصْلِ شَوْكَةٍ مِنْ ذَلِكَ السَّفُّودِ فِي أَصْلِ كُلِّ شَعْرَةٍ
وَعِرْقٍ وَظُفْرٍ". قَالَ: "ثُمَّ يَلْوِيهِ لَيًّا شَدِيدًا".
قَالَ: "فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ أَظْفَارِ قَدَمَيْهِ". قَالَ:
"فَيُلْقِيهَا" فِي عَقِبَيْهِ ثُمَّ يَسْكَرُ عِنْدَ ذَلِكَ عَدُوُّ
اللَّهِ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ". قَالَ:
"وَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ ودُبُره بِتِلْكَ السِّيَاطِ".
[قَالَ: "فَيَشُدُّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ شَدَّةً، فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ
عَقِبَيْهِ، فَيُلْقِيهَا فِي رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ يَسْكَرُ عَدُوُّ اللَّهِ
عِنْدَ ذَلِكَ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ". قَالَ:
"فَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ وَدُبُرَهُ بِتِلْكَ السِّيَاطِ"]
قَالَ: "ثُمَّ يَنْتُرُهُ مَلَكُ الْمَوْتِ نَتَرة، فَيَنْزِعُ رُوحَهُ مِنْ
رُكْبَتَيْهِ فَيُلْقِيهَا فِي حَقُوَيْهِ". قَالَ: "فَيَسْكَرُ عَدُوُّ
اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ سَكْرَةً، فَيُرَفِّهُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَنْهُ".
قَالَ: "وَتَضْرِبُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ ودُبُره بِتِلْكَ
السِّيَاطِ". قَالَ: "كَذَلِكَ إِلَى صَدْرِهِ، ثُمَّ كَذَلِكَ إِلَى
حَلْقِهِ". قَالَ: ثُمَّ تَبْسُطُ الْمَلَائِكَةُ ذَلِكَ النُّحَاسَ وَجَمْرَ
جَهَنَّمَ تَحْتَ ذَقَنِهِ". قَالَ: "وَيَقُولُ مَلَكُ الْمَوْتِ:
اخْرُجِي أَيَّتُهَا الرُّوحُ اللَّعِينَةُ الْمَلْعُونَةُ إِلَى سَمُوم وَحَمِيمٍ،
وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ، لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ". قَالَ:
"فَإِذَا قَبَضَ مَلَكُ الْمَوْتِ رُوحَهُ قَالَ الرُّوحُ لِلْجَسَدِ:
جَزَاكَ اللَّهُ عَنِّي شَرًّا، فَقَدْ كُنْتَ سَرِيعًا بِي إِلَى
مَعْصِيَةِ اللَّهِ، بَطِيئًا بِي عَنْ طَاعَةِ اللَّهِ، فَقَدْ هَلَكْتَ وَأَهْلَكْتَ"
قَالَ: "وَيَقُولُ الْجَسَدُ لِلرُّوحِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَتَلْعَنُهُ بِقَاعُ
الْأَرْضِ الَّتِي كَانَ يَعْصِي اللَّهَ عَلَيْهَا، وَتَنْطَلِقُ جُنُودُ
إِبْلِيسَ إِلَيْهِ فَيُبَشِّرُونَهُ بِأَنَّهُمْ قَدْ أَوْرَدُوا عَبْدًا مِنْ
وَلَدِ آدَمَ النَّارَ". قَالَ: فَإِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ ضُيق عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى
تَخْتَلِفَ أَضْلَاعُهُ، حَتَّى تَدْخُلَ الْيُمْنَى فِي الْيُسْرَى، وَالْيُسْرَى
فِي الْيُمْنَى" قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ أَفَاعِيَ دُهمًا
كَأَعْنَاقِ الْإِبِلِ يَأْخُذْنَ بِأَرْنَبَتِهِ وَإِبْهَامَيْ قَدَمَيْهِ
فَيَقْرِضْنَهُ حَتَّى يَلْتَقِينَ فِي وَسَطِهِ".
قَالَ: "وَيَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكَيْنِ أَبْصَارُهُمَا
كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ، وَأَصْوَاتُهُمَا كَالرَّعْدِ الْقَاصِفِ،
وَأَنْيَابُهُمَا كَالصَّيَاصِي، وَأَنْفَاسُهُمَا كَاللَّهَبِ يَطَآنِ فِي
أَشْعَارِهِمَا، بَيْنَ مَنْكِبَيْ كُلِّ وَاحِدِ مِنْهُمَا مَسِيرَةُ كَذَا
وَكَذَا، قَدْ نُزِعَتْ مِنْهُمَا الرَّأْفَةُ وَالرَّحْمَةُ يُقَالُ لهما: منكر
ونكير، في يد كل واحد مِنْهُمَا مِطْرَقَةٌ، لَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهَا رَبِيعَةُ
وَمُضَرُ لَمْ يُقِلُّوهَا" قَالَ: "فَيَقُولَانِ لَهُ: اجْلِسْ".
قَالَ: "فيستوي جالسا" قال: "وتقع أكفانه في حقويه" قَالَ:
"فَيَقُولَانِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِينُكَ؟ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟
فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَليّت". [قَالَ]
فَيَضْرِبَانِهِ ضَرْبَةً يَتَطَايَرُ شَرَرُهَا فِي قَبْرِهِ، ثُمَّ
يَعُودَانِ". قَالَ: "فَيَقُولَانِ: انْظُرْ فَوْقَكَ. فَيَنْظُرُ،
فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولَانِ: هَذَا -عَدُوَّ اللَّهِ
-مَنْزِلُكَ لَوْ أَطَعْتَ اللَّهِ".
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ
حَسْرَةٌ لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا".
قَالَ: "وَيَقُولَانِ لَهُ: انْظُرْ تَحْتَكَ فَيَنْظُرُ
تَحْتَهُ، فَإِذَا بَابٌ مَفْتُوحٌ إِلَى النَّارِ، فَيَقُولَانِ: عَدُوَّ
اللَّهِ، هَذَا مَنْزِلُكَ إِذْ عَصَيْتَ اللَّهِ".
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَى قَلْبِهِ عِنْدَ ذَلِكَ
حَسْرَةٌ لَا تَرْتَدُّ أَبَدًا".
قَالَ: وَقَالَتْ عَائِشَةُ: وَيُفْتَحُ لَهُ سَبْعَةٌ وَسَبْعُونَ
بَابًا إِلَى النَّارِ، يَأْتِيهِ [مِنْ] حَرِّهَا وَسَمُومِهَا حَتَّى يَبْعَثَهُ
اللَّهُ إِلَيْهَا
telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman
Ahmad ibnu Ibrahim An-Nakri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakr
Al-Barsani Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Al-Habti (seorang
ulama Basrah yang terpandang, murid Hazm) dan Salam ibnu Abu Muti', telah
menceritakan kepada kami Bakr ibnu Hubaisy, dari Darrar ibnu Amr, dari Yazid
Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik, dari Tamim Ad-Dari, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda bahwa: Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut,
"Pergilah kamu menemui kekasih-Ku, lalu bawalah dia kepada-Ku, karena
sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan kesukaan dan kedukaan, dan Aku
menjumpainya bersikap seperti apa yang Aku sukai. Bawalah dia kepada-Ku,
sesungguhnya Aku akan membuatnya senang." Maka berangkatlah
malaikat maut bersama lima ratus malaikat yang membawa kain kafan dan wewangian
dari surga kepada orang yang dimaksud. Mereka juga membawa beberapa ikat kayu
cendana yang batangannya sama, tetapi setiap ikatan terdiri atas dua puluh
batang yang pada ujungnya memepunyai warna yang berbeda-beda; setiap warna
mempunyai bau harum yang berbeda dengan yang lainnya, mereka membawa pula kain
sutra putih yang diberi wewangian minyak misk aifar (minyak kesturi yang paling
harum). Kemudian malaikat maut duduk di dekat kepalanya, sedangkan
malaikat-malaikat lainnya mengelilinginya, setiap malaikat memegangkan
tangannya ke bagian tubuhnya. Lalu sutra putih dan minyak kesturi azfar itu
diletakkan di bawah dagunya, dan dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga.
Sesungguhnya pada saat itu rohnya benar-benar merindukan surga yang dilihatnya,
adakalanya kepada bidadari-bidadari calon istrinya, adakalanya kepada
pakaiannya yang gemerlapan, dan adakalanya merindukan buah-buahannya,
sebagaimana seorang anak kecil merengek-rengek kepada orang tuanya bila
menangis (meminta sesuatu). Dan sesungguhnya para bidadari calon istrinya saat itu
benar-benar sangat gembira; Perawi mengatakan bahwa roh orang tersebut
meloncat, yakni ingin segera keluar dari tubuhnya menuju kepada apa yang
didambakannya. Kemudian malaikat maut berkata, "Hai jiwa yang baik,
keluarlah kamu menuju pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang
bersusun- susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, serta air yang
tercurah". Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya malaikat
maut bersikap jauh lebih lemah lembut terhadapnya daripada lemah lembutnya seorang
ibu kepada anaknya. Malaikat mengetahui bahwa roh itu adalah kekasih Tuhannya,
maka dia bersikap lemah lembut untuk memuaskannya karena Tuhan telah rida
kepadanya. Maka malaikat maut mencabut nyawanya sebagaimana seutas rambut
dicabut dari adonan roti (yakni dengan lemah lembut). Perawi mengatakan
bahwa Allah Swt. telah berfirman: orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan
baik oleh para malaikat. (An-Nahl: 32) Dan firman Allah Swt.: Adapun
jika dia (orang-orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah:
88- 89) Yang dimaksud dengan rauhun adalah ketenteraman dalam menghadapi
kematiannya, sedangkan raihan maksudnya rezeki yang menyambutnya, dan
surga kenikmatan yang ada dihadapannya. Apabila malaikat maut telah mencabut
nyawanya, maka rohnya berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah memberikan
balasan yang baik kepadamu atas jasamu kepadaku. Sesungguhnya kamu dahulu
sangat cepat membawaku kepada ketaatan kepada Allah, lamban membawaku kepada
perbuatan maksiat. Sekarang aku selamat, begitu pula kamu". Perawi
melanjutkan kisahnya, bahwa jasad pun berkata demikian kepada rohnya. Maka
semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat ketaatan kepada Allah ditempat itu
menangisi kematiannya, demikian pula semua malaikat yang menjaga pintu setiap
langit yang menjadi jalan naik amalnya serta tempat turun rezekinya selama
empat puluh hari. Setelah malaikat maut mencabut nyawanya, maka lima ratus
malaikat berdiri mengurus jenazahnya, sehingga tidak sekali-kali anak Adam
membolak-balikkannya. Melainkan para malaikat telah melakukan hal yang sama
sebelumnya. Para malaikat itu memandikan dan mengafaninya sebelum manusia
melakukannya serta memberinya kapur barus dan wewangian sebelum manusia
melakukannya. Dari pintu rumahnya hingga sampai ke kuburnya berdiri dua saf
malaikat yang mengiringinya seraya membaca istigfar (memohon ampun kepada Allah
buat si mayat yang mukmin). Maka pada saat itu juga iblis menjerit dengan
jeritan yang meretakkan tulang-tulang jasadnya, lalu iblis berkata kepada bala
tentaranya, "Celakalah kalian, mengapa hamba ini lolos dari kalian",
Bala tentara iblis menjawab, "Sesungguhnya hamba ini adalah seorang hamba
yang di ma'sum (dipelihara Allah dari dosa-dosa)". Bilamana
malaikat maut naik membawa rohnya, ia disambut oleh Malaikat Jibril bersama
tujuh puluh ribu malaikat. Tiap-tiap malaikat menyampaikan berita gembira
kepada roh itu dengan berita gembira yang berbeda dengan apa yang disampaikan
oleh teman-temannya. Apabila malaikat maut telah sampai di 'Arasy membawanya,
maka roh itu terjungkal bersujud (kepada Allah). Dan Allah berfirman kepada
malaikat maut, "Bawalah roh hambaku ini dan letakkanlah ia di dekat pohon
bidara yang tak berduri, pdhon pisang yang bersusun-susun (buahnya), naungan
yang terbentang luas, dan air yang tercurah". Setelah jasadnya dimasukkan
ke dalam kuburnya, maka ia kedatangan amal salatnya, Jalu mengambil tempat di
sebelah kanannya, dan datang pula amal puasanya,lalu mengambil tempat di
sebelah kirinya. Amalan membaca Al-Qur'an datang kepadanya dan mengambil tempat
di dekat kepalanya. Amal berjalan menuju ke tempat salat datang kepadanya dan
mengambil tempat di dekat kedua kakinya. Dan amal sabar datang kepadanya dan
mengambil tempat di dalam kuburnya. Kemudian Allah mengirimkan sebagian dari
azab-Nya. Lalu azab itu datang dari arah kanannya, maka salat berkata
kepadanya, "Pergilah ke arah belakangmu (yakni menyingkirlah kamu)! Demi
Allah, dia masih terus-menerus menunaikan amalnya sepanjang usianya, dan
sesungguhnya sekarang dia sedang istirahat setelah diletakkan di dalam
kuburnya." Azab datang kepadanya dari sebelah kirinya, maka amal
puasanya mengatakan hal yang sama kepada malaikat azab itu. Kemudian azab
datang dari arah kepalanya, maka Al-Quran dan zikir mengatakan hal yang sama.
Lalu azab datang dari arah kedua kakinya, maka amal berjalannya menuju ke salat
mengatakan hal yang sama. Tidak sekali-kali azab datang dari suatu arah dengan
maksud untuk mencari jalan masuk kepada si mayat melainkan ia menemukan kekasih
Allah itu telah dijaga ketat oleh benteng amalnya. Maka azab pun tidak berdaya
terhadapnya, lalu ia keluar meninggalkannya. Setelah itu amal sabarnya berkata
kepada amal lainnya, "Ingatlah, sesungguhnya saya tidak turun tangan tiada
lain karena saya hendak melihat terlebih dahulu apa yang akan dilakukan oleh
kalian. Jika kalian tidak mampu mencegahnya, maka akulah yang akan mencegahnya.
Tetapi sekarang kalian ternyata sudah cukup untuk mencegahnya, dan sekarang aku
akan menjadi tabungan baginya kelak di sirat dan mizan (neraca amal). Kemudian
Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya bagaikan kilat yang
menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, gigi taringnya bagaikan
benteng, dan napasnya bagaikan semburan api. Rambut keduanya panjang sampai ke
bahu masing-masing yang lebarnya sama dengan perjalanan sejauh anu, sedangkan
rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari kedua malaikat tersebut. Kedua
malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir, di
tangan masing-masing tergenggam sebuah palu (gada); seandainya kabilah Rabi'ah
dan Mudar bergabung menjadi satu untuk mengangkatnya, tentulah mereka masih
belum dapat mengangkatnya. Kedua malaikat itu berkata kepadanya,
"Duduklah!" Maka bangkitlah orang mukmin itu, lalu duduk dengan
tegak, dan kain kafannya jatuh sampai pinggangnya. Keduanya bertanya kepadanya,
"Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Para
sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang akan mampu berbicara
dalam keadaan seperti itu, sedangkan engkau telah menggambarkan kedua malaikat
tersebut dengan rupa yang amat mengerikan?" Rasulullah Saw. menjawab
dengan membaca firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki. (Ibrahim: 27) Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia
menjawab, "Tuhanku adalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan
agamaku adalah Islam yang dianut juga oleh para malaikat; serta nabi
(panutan)ku adalah Muhammad, penutup para nabi." Kedua malaikat itu
berkata, "Kamu benar." Lalu dikembalikanlah ia ke dalam kuburnya dan
di luaskan kuburnya sejauh empat puluh hasta ke sebelah depannya, ke sebelah
kanan dan kirinya diluaskan pula masing-masing empat puluh hasta, dari arah
belakangnya diluaskan empat puluh hasta, dari arah kepalanya empat puluh hasta,
dan dari arah kedua kakinya empat puluh hasta. Maka diluaskan baginya sebanyak
dua ratus hasta. Al-Bursani mengatakan bahwa ia menduga si perawi bermaksud
empat puluh hasta sekelilingnya. Kemudian kedua malaikat itu berkata
kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!" Tiba-tiba ia melihat sebuah pintu
yang menuju surga dibuka. Lalu keduanya berkata pula, "Hai kekasih Allah,
inilah tempat tinggalmu karena kamu telah taat kepada Allah." Rasulullah
Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, sesungguhnya pada saat itu juga hatinya kemasukan rasa gembira
yang tidak pernah lenyap selama-lamanya." Kemudian dikatakan
kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu." Maka ia melihat ke arah bawahnya,
tiba-tiba terlihat sebuah pintu yang menuju neraka dibuka. Kedua malaikat itu
berkata, "Hai kekasih Allah, engkau telah selamat pada akhirnya." Perawi
melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya
pada saat itu hatinya kemasukan rasa gembira yang tidak pernah pudar
selama-lamanya." Perawi mengatakan bahwa Siti Aisyah berkata,
"Dibukakan baginya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju surga, sehingga
sampai kepadanya angin surga yang menyejukkan, hingga Allah membangkitkannya
kelak (di hari kiamat)." Dengan sanad yang sama sampai kepada Nabi Saw.
disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut, "Pergilah
kamu kepada musuhKu, dan datangkanlah ia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku
telah meluaskan rezekinya dan memudahkan nikmat-Ku baginya, tetapi ia
membangkang, tidak mau taat kepada-Ku, melainkan hanya mau durhaka kepada-Ku.
Datangkanlah dia kepada-Ku, Aku akan membalasnya." Malaikat maut
berangkat untuk menjemput orang yang dimaksud dalam rupa yang paling mengerikan
yang belum pernah dilihat oleh seorang manusia pun. Dia mempunyai dua belas
mata, dan membawa tusukan dari api yang banyak durinya. Dia datang bersama lima
ratus malaikat yang membawa tembaga dan bara dari api neraka jahannam, dan
mereka membawa cemeti dari api yang lenturannya sama dengan cemeti, tetapi
berupa api yang menyala-nyala. Malaikat maut memukulnya dengan tusuk besi itu
dengan tusukan yang keras sehingga semua duri yang ada padanya masuk ke dalam
akar tiap rambut yang ada pada tubuhnya, pori-pori keringatnya, dan
kuku-kukunya. Kemudian malaikat maut memutar-mutarkannya dengan putaran yang
keras. Malaikat maut mencabut rohnya dari bawah kuku jari-jari kedua telapak
kakinya, lalu menghentikannya sampai ke mata kakinya. Disebutkan bahwa orang
yang menjadi musuh Allah itu tidak sadarkan diri karena sakit yang tak
terperikan, maka malaikat maut memelankan cabutannya. Sedangkan malaikat-malaikat
lainnya memukuli bagian muka dan bagian belakang tubuh orang itu dengan
cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menariknya kembali dengan kuat dan
mencabut rohnya dari kedua mata kakinya sampai kepada kedua lututnya, lalu
musuh Allah itu tidak sadarkan diri, dan malaikat maut memelankan cabutannya.
Para malaikat lainnya terus memukuli bagian depan dan belakang tubuhnya dengan
cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menarik rohnya dengan tarikan yang
kuat dari kedua lututnya sampai kepada pinggangnya, dan musuh Allah itu
merasakan sakit yang tak terperikan; lalu malaikat maut memelankan cabutannya,
sedangkan malaikat-malaikat lainnya memukulinya, dengan cemeti-cemetinya pada
bagian depan dan belakang tubuhnya. Demikianlah seterusnya dilakukan hal yang
sama sampai ke dadanya, lalu ke tenggorokannya, Kemudian para malaikat
menggelarkan tembaga dan bara api neraka Jahannam itu di bawah dagunya. Lalu
malaikat maut berkata, "Keluarlah, hai roh yang terkutuk, menuju kepada
siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih, dalam naungan asap
hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan." Apabila malaikat maut telah
mencabut rohnya, maka roh berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah
membalasmu dengan balasan yang buruk karena perbuatanmu kepadaku. Sesungguhnya
dahulu kamu membawaku dengan cepat kepada kemaksiatan terhadap Allah. Lamban
dalam membawaku kepada ketaatan terhadap Allah. Sesungguhnya aku sekarang telah
binasa, dan kamu pun binasa pula." Jasad pun mengatakan hal yang sama
kepada rohnya. Dan semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat durhaka padanya
melaknatinya. Lalu bala tentara iblis berangkat menghadap kepada iblis
menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa mereka telah berhasil memasukkan
seorang hamba dari Bani Adam ke dalam neraka. Apabila ia telah
diletakkan di dalam kuburnya. Maka kuburannya menjepitnya hingga tulang-tulang
iganya berantakkan; yang sebelah kanan masuk ke sebelah kiri, sedangkan yang
sebelah kiri masuk ke sebelah kanan. Kemudian Allah mengirimkan kepadanya
ular-ular hitam —yang besarnya seperti leher unta—yang menggerogotinya dari
kedua telinganya dan dari jari jempol kedua telapak kakinya hingga bertemu di
bagian tengah tubuhnya. Lalu Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya
seperti kilat menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, dan gigi
taringnya seperti benteng, nafasnya seperti semburan api, rambutnya panjang
sampai ke pundaknya yang lebar salah satu sisinya sama dengan jarak perjalanan
seanu, rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari hati keduanya. Kedua
malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir. Pada
tangan masing-masing terdapat sebuah gada, seandainya kabilah Rabi'ah dan Mudar
bersatu untuk mengangkatnya, mereka tidak dapat mengangkatnya. Kedua
malaikat berkata kepadanya, "Duduklah!" Maka ia duduk tegak dan kain
kafannya jatuh sampai batas pinggangnya. Kedua malaikat berkata kepadanya,
"Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Ia
menjawab, "Tidak tahu." keduanya berkata, "Kamu tidak tahu dan
tidak pula perna membaca (mengenainya)." Maka keduanya memukulnya dengan
pukulan yang percikannya berhamburan menerangi kuburnya, kemudian kembali
memukulinya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!"
Tiba-tiba sebuah pintu dari surga dibuka, lalu keduanya berkata, "Hai
musuh Allah, inilah tempatmu seandainya kamu taat kepada Allah."
Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia dalam hatinya kemasukan rasa menyesal
yang tidak pernah kunjung pudar selama-lamanya." Dan keduanya
berkata kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu!" Maka ia melihat ke arah
bawahnya, Tiba-tiba sebilah pintu menuju neraka dibuka, lalu keduanya berkata,
"Hai musuh Allah, inilah tempat tinggalmu, karena kamu durhaka kepada
Allah." Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya hatinya kemasukan rasa
menyesal yang tidak pudar selama-lamanya." Perawi melanjutkan
kisahnya, bahwa Siti Aisyah r.a. telah mengatakan, "Lalu dibukakan
untuknya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju neraka, sehingga panasnya neraka
dan asapnya sampai kepadanya, hingga Allah membangkitkannya dari
kuburnya."
Hadis ini sangat garib dan teksnya
mengandung keanehan. Ar-Raqqasy (salah seorang perawinya) menambahkan riwayat
lain dari Anas, isinya banyak mengandung hal yang garib dan munkar, sedangkan
dia sendiri orangnya daif dalam periwayatan hadis, menurut pendapat para
imam ahli hadis.
Karena itulah Abu Daud mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا
هِشَامُ -هُوَ ابْنُ يُوسُفَ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَحير، عَنْ هَانِئٍ
مَوْلَى عُثْمَانَ، عَنْ عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الرَّجُلِ
وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ: "اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ، وَاسْأَلُوا لَهُ
بِالتَّثْبِيتِ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسأَلُ"
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa
Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, dari Abdullah ibnu
Bujair, dari Hani' maula Usman, dari Usman r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw.
apabila ia telah selesai dari mengebumikan jenazah seseorang, beliau berdiri di
dekat kuburnya, lalu bersabda: Mohonlah ampunan buat saudara kalian dan
mintakanlah keteguhan buatnya (kepada Allah), karena sesungguhnya dia
sekarang sedang ditanyai.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara munfarid.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih telah
mengetengahkan sebuah hadis sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي
غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakratulmaut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am:
93), hingga akhir ayat.
Hadisnya sangat panjang, diriwayatkan melalui
jalur-jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu’,
di dalamnya terdapat banyak hal yang garib pula.
Ibrahim, ayat 28-30
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ
الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29) وَجَعَلُوا لِلَّهِ
أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ
إِلَى النَّارِ (30) }
Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam, mereka masuk
ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Orang-orang kafir itu
telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah,
"Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian
ialah neraka."
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat
Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28). Yang dimaksud dengan kalimat
'Tidakkah kamu perhatikan' ialah tidakkah kamu ketahui.
Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di
dalam ayat lain:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ}
Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana. (Al-Fajr:
6)
dan firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا}
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang
yang keluar. (Al-Baqarah: 243)
Al-Bawar, artinya kebinasaan, berasal dari
kata bara, yaburu, bauran, bawaran, seperti pengertian yang terdapat di
dalam firman-Nya pada ayat lain, yaitu:
{قَوْمًا بُورًا}
Kaum yang binasa. (Al-Furqan: 18)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr,
dari Ata yang telah mendengar Ibnu Abbas berkata sehubungan dengan makna firman
Allah Swt.: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat
Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28). Bahwa mereka adalah orang-orang
kafir penduduk kota Mekah.
Menurut riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas,
sehubungan dengan makna ayat ini, mereka adalah Jabalah ibnul Aiham dan para
pengikutnya dari kalangan orang-orang Arab Badui, kemudian mereka menggabungkan
diri bersama kerajaan Romawi.
Tetapi pendapat yang terkenal dan benar dari Ibnu
Abbas adalah yang pertama tadi, sekalipun maknanya menyeluruh mencakup semua
orang kafir. Karena sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. untuk
segenap umat manusia dan sebagai nikmat buat mereka. Barang siapa yang
menerimanya dan mengamalkannya sebagai rasa syukurnya, niscaya masuk surga. Dan
barang siapa yang menolaknya serta mengingkarinya, tentulah ia masuk neraka.
Telah diriwayatkan pula dari Ali hal yang semisal
dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dalam riwayat pertamanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Qasim ibnu Abu Buzzah, dari
Abut-Tufail, bahwa Ibnul Kawa pernah bertanya kepada sahabat Ali tentang makna
firman-Nya: orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. (Ibrahim: 28). Ali mengatakan
bahwa mereka adalah orang-orang kafir Quraisy pada peristiwa Perang Badar.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa telah
menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami
Ya'la ibnu Ubaid, telah rnenceritakan kepada kami Bassam (yakni As-Sairafi),
dari Abut-Tufail yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada
Khalifah Ali, lalu bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, siapakah orang-orang
yang mengganti nikmat Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke
lembah kehinaan?" Khalifah Ali menjawab, "Mereka adalah orang-orang
munafik dari kalangan kabilah Quraisy."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Nufail yang mengatakan
bahwa ia pernah belajar kepada Ma'qal yang menceritakan hal berikut dari Ibnu
Abu Husain, bahwa Khalifah Ali ibnu Abu Talib berdiri, lalu bertanya,
"Tidakah seseorang yang menanyakan kepadaku tentang makna Al-Qur'an. Demi
Allah, seandainya saya hari ini mengetahui ada seseorang yang lebih alim
daripada aku, niscaya aku akan datang kepadanya (untuk belajar), sekalipun dia
berada di belakang lautan." Maka berdirilah Abdullah ibnul Kawa, lalu
bertanya, "Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang mengganti nikmat
Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah
kebinasaan?" Maka Khalifah Ali menjawab, "Mereka adalah orang-orang
musyrik Quraisy, Allah telah memberikan nikmat iman kepada mereka, tetapi
mereka menukar nikmat Allah itu dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke
dalam lembah kebinasaan."
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar
nikmat Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28), hingga akhir ayat. Bahwa Muslim
Al-Mustaufa telah menceritakan dari Ali yang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan 'mereka' itu adalah dua golongan orang-orang yang sangat durhaka dari
kalangan kabilah Quraisy, yaitu Bani Umayyah dan Bani Mugirah. Adapun Bani
Mugirah, karena mereka menjerumuskan kaumnya ke lembah kebinasaan dalam Perang
Badar; sedangkan Bani Umayyah, karena mereka menjerumuskan kaumnya ke lembah
kebinasaan dalam Perang Uhud. Dalam Perang Badar yang memimpin adalah Abu
Jahal, sedangkan dalam Perang Uhud adalah Abu Sufyan. Adapun yang dimaksud
dengan lembah kebinasaan ialah neraka Jahannam.
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada
kami Al-Haris Abu Mansur, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Murrah
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Khalifah Ali membaca ayat berikut,
yaitu firman Allah Swt.: dan menjerumuskan kaumnya ke dalam lembah
kebinasaan. (Ibrahim: 28) Bahwa mereka adalah dua kelompok manusia yang
durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, yaitu Bani Umayyah dan Banil Mugirah.
Orang-orang Banil Mugirah binasa dalam Perang Badar, sedangkan Bani Umayyah
diberi kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Abu Ishaq telah meriwayatkannya dari Amr ibnu
Murrah, dari Ali dengan lafaz yang semisal. Hal ini telah diriwayatkan pula
melalui berbagai jalur bersumberkan darinya (Ali).
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ali ibnu
Zaid, dari Yusuf ibnu Sa'd, dari Umar ibnul Khattab sehubungan dengan makna
firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat
Allah dengan kekafiran. (Ibrahim: 28) Bahwa mereka adalah dua kelompok
orang-orang durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, yaitu Banil Mugirah dan Bani
Umayyah. Banil Mugirah telah kalian tumpas dalam Perang Badar, sedangkan Bani
Umayah mendapat kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Hamzah
Az-Zayyat, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah
bertanya kepada Umar ibnul Khattab tentang makna ayat berikut, yaitu firman
Allah Swt.: Tidakkahkamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat
Allah dengan kekafiran menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim:
28). Umar ibnul Khattab menjawab, "Mereka adalah dua kelompok orang-orang
durhaka dari kalangan kabilah Quraisy, paman-pamanku, juga paman-pamanmu.
Paman-pamanku telah dibinasakan oleh Allah dalam Perang Badar; sedangkan
paman-pamanmu, maka Allah menangguhkan mereka sampai waktu tertentu."
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Qatadah,
dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir Quraisy yang
terbunuh dalam Perang Badar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Malik di
dalam kitab tafsirnya, dari nafi', dari Ibnu Umar.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا
عَنْ سَبِيلِهِ}
Orang-orang kafir itu telah menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari
jalan-Nya. (Ibrahim:30)
Maksudnya, mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi
Allah yang mereka sembah di samping menyembah Allah, dan mereka mengajak
manusia kepada hal tersebut.
Kemudian Allah Swt. mengancam mereka dengan
ancaman yang keras melalui lisan Nabi-Nya:
{قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى
النَّارِ}
Katakanlah, "Bersenang-senanglah kalian,
karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka." (Ibrahim: 30)
Yakni selagi kalian mampu melakukannya di dunia,
lakukanlah. Tetapi apa pun yang akan terjadi:
{فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ}
maka sesungguhnya tempat kembali kalian ialah
neraka." (Ibrahim: 30)
Tempat kembali dan tempat menetap kalian ialah
neraka. Makna ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
ayat yang lain melalui firman-Nya:
{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ
إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar,
kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Lukman:
24)
{مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا
ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا
كَانُوا يَكْفُرُونَ}
(Bagi mereka) kesenangan (sementara) di
dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada
mereka siksayang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 70)
Ibrahim, ayat 31
{قُلْ لِعِبَادِيَ
الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا
وَعَلانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ (31)
}
Katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku yang telah beriman, "Hendaklah mereka mendirikan salat,
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi
ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.”
Allah Swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk taat
kepada-Nya dan menunaikan kewajiban mereka kepada Allah serta berbuat baik
kepada makhluk-Nya, yaitu hendaknya mereka mendirikan salat yang merupakan
pengejawantahan penyembahan diri kepada Allah Swt. semata, tiada sekutu
bagi-Nya; dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang diberikan kepada mereka,
yaitu dengan menunaikan zakat, memberi nafkah kepada kaum kerabat serta berbuat
kebaikan kepada orang lain yang bukan kerabat. Yang dimaksud dengan mendirikan
salat ialah menunaikannya pada waktunya masing-masing, memelihara
batasan-batasannya, rukuk, khusuk, dan sujudnya.
Allah Swt. memerintahkan pula untuk memberikan
nafkah dari apa yang direzekikan kepada mereka, baik secara sembunyi maupun
terang-terangan; dan hendaklah mereka mengerjakan hal tersebut dengan segera
demi untuk keselamatan diri mereka.
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ}
sebelum datang hari. (Ibrahim: 31)
Yakni hari kiamat.
{لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ}
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan. (Ibrahim: 31)
Artinya tidak akan diterima dari seorang pun
tebusan yang diajukannya untuk menyelamatkan dirinya, sekalipun dengan menjual
dirinya. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya:
{فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ
وَلا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا}
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan
kalian dan tidak pula dari orang-orang kafir. (Al-Hadid: 15)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَلا خِلالٌ}
dan tidak pula persahabatan. (Ibrahim: 31)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pada hari itu tidak
ada teloransi persahabatan terhadap orang yang wajib terkena hukuman. Yang ada
pada hari itu hanyalah keadialan semata-mata. Lafaz khilal berasal dari
kalimat khalaltu fulanan (aku menjadikan si Fulan teman dekatku), bentuk
masdar-nya ialah khilal, seperti pengertian yang terdapat di
dalam perkataan Imru'ul Qais:
صَرَفتُ الهَوَى عَنْهُنَّ مِنْ خَشْيَة الرَّدَى ... وَلَسْتُ بمقْلى
الْخِلَالِ وَلَا قَال
Aku
palingkan cintaku dari mereka (wanita-wanita
itu) karena khawatir akan kebinasaan,
tetapi
aku tidak akan memutuskan hubungan persahabatan yang telah aku bina.
Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya Allah
telah mengetahui bahwa di dunia ini telah membudaya jual beli dan persahabatan
yang mereka bina di dunia. Oleh karena itu, hendaklah seseorang memilih sahabat
bergaulnya dan karena apakah ia bersahabat. Jika persahabatan itu karena
Allah, hendaklah dijaga kelestariannya; dan jika bukan karena Allah, hendaklah
ia memutuskannya."
Menurut kami, makna yang dimaksud ialah Allah
memberitahukan bahwa tiada suatu jual beli dan tiada pula tebusan yang
bermanfaat bagi seseorang, sekalipun seseorang menebus dirinya dengan emas
sepenuh bumi, jika memang emas ada pada hari itu. Dan tiada manfaat
persahabatan seseorang, serta tiada manfaat pula syafaat seseorang jika orang
yang bersangkutan menghadap kepada Allah dalam keadaan kafir.
Allah Swt. telah berfirman:
{وَاتَّقُوا يَوْماً لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ
نَفْسٍ شَيْئاً وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلا
هُمْ يُنْصَرُونَ}
Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu
seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan
diterima suatu tebusan darinya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat
kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. (Al-Baqarah: 123)
Dan firman AllahSwt.:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا
خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di
jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada
lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir
itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)
Ibrahim, ayat 32-34
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ
بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأنْهَارَ (32) وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33) وَآتَاكُمْ
مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (34) }
Allah-lah yang
menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untuk
kalian; dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian sungai-sungai. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagi kalian malam dan
siang. Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari
segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya. Dan jika kalian menghitung-hitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang
telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, bahwa Dia telah menciptakan bagi mereka
langit yang berlapis-lapis sebagai atap yang dipelihara-Nya, dan bumi yang menjadi
hamparannya.
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى
dan menurunkan dari langit air hujan. Maka
Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam. (Thaha: 53)
Yakni buah-buahan yang bermacam-macam dan hasil
tanaman yang beraneka ragam warna, bentuk, rasa, bau, dan manfaatnya. Allah
menundukkan bahtera sehingga bahtera dapat mengapung di atas air laut dan
berlayar menempuhnya dengan seizin Allah. Allah menundukkan laut untuk membawa
bahtera agar orangrorang yang musafir menempuh jalan laut dapat bepergian dari
suatu daerah ke daerah yang lain guna mengangkut kebutuhan mereka dari suatu
daerah ke daerah yang lain (impor dan ekspor). Allah juga menundukkan
sungai-sungai yang membelah bumi, lalu mengalir dari suatu daerah ke daerah
yang lain, sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya berupa air minum, pengairan, dan
kegunaan-kegunaan lainnya yang bermanfaat bagi mereka.
{وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
دَائِبَيْنِ}
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi
kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya).
(Ibrahim: 33)
Artinya, keduanya terus-menerus beredar pada
garis edarnya malam dan dan siang hari tanpa henti-hentinya.
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ
الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya. (Yasin: 40)
Allah Swt. telah berfirman:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ
حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ
الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan,
dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Mahasuci Allah, Tuhan
semesta alam. (Al-A'raf: 54)
Matahari dan bulan silih berganti, malam dan
siang hari saling berebutan; adakalanya siang hari mengambil sebagian waktu
malam hari hingga menjadi bertambah panjang. Begitu pula malam hari, adakalanya
ia mengambil sebagian waktu dari siang hari sehingga siang hari pendek waktunya
dan malam hari panjang.
{يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ
وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ
يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى}
Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan
siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan; masing-masing berjalan
menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Pengampun. (Az-Zumar: 5)
*******************
Firman Allah Swt:
{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ}
Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan
kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya.(lbrahim: 34)
Dengan kata lain, Allah menyediakan bagi kalian
segala sesuatu yang kalian perlukan dalam semua keadaan sesuai dengan apa yang
kalian mohonkan kepada-Nya.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah dari semua yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian
mohonkan kepada-Nya. Sebagian ulama membacanya dengan bacaan yang artinya
"Dan Dia telah memberikan kepada kalian keperluan kalian dari segala apa
yang kalian mohonkan kepada-Nya dan yang tidak kalian mohonkan
kepada-Nya".
Firman Allah Swt.:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا}
Dan jika kalian menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kalian menghinggakannya. (Ibrahim: 34)
Allah Swt. menceritakan sisi ketidakmampuan
hamba-hamba-Nya untuk menghitung nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada mereka, terlebih lagi untuk menunaikan syukurnya. Talq ibnu Habib telah
mengatakan bahwa sesungguhnya hak Allah itu jauh lebih berat daripada apa yang
dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya sebagai rasa syukurnya. Dan sesungguhnya
nikmat-nikmat Allah itu jauh lebih banyak daripada apa yang dihitung-hitung
oleh hamba-hamba-Nya, tetapi mereka melakukan tobatnya di pagi hari, dan di
sore hari mereka bertobat pula.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah mengucapkan doa berikut:
"اللَّهُمَّ، لَكَ الْحَمْدُ غَيْرَ مَكْفِيّ وَلَا مودَع،
وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ ربَّنا"
Ya Allah, bagi Engkaulah segala puji yang
tidak pernah tercukupkan, tidak pernah terpisahkan, dan tidak pernah
tertinggalkan, wahai Tuhan kami.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam
kitab Musnad-nya bahwa:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حدثنا داود بن
المُحبّر، حدثنا صَالِحٍ المرْيّ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ العَبْدِي، عَنْ
أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
"يَخْرُجُ لِابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَةُ دَوَاوِينَ،
دِيوَانٌ، فِيهِ الْعَمَلُ الصَّالِحُ، وَدِيوَانٌ فِيهِ ذُنُوبُهُ، وَدِيوَانٌ
فِيهِ النِّعَمُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ، فَيَقُولُ اللَّهُ لِأَصْغَرِ
نِعَمِهِ -أحسبَه. قَالَ: فِي دِيوَانِ النِّعَمِ: خُذِي ثَمَنَكِ مِنْ عَمَلِهِ
الصَّالِحِ، فَتَسْتَوْعِبُ عَمَلَهُ الصَّالِحَ كُلَّهُ، ثُمَّ تَنَحّى
وَتَقُولُ: وَعِزَّتِكَ مَا اسْتَوْفَيْتُ. وَتَبْقَى الذُّنُوبُ وَالنِّعَمُ
فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَرْحَمَ قَالَ: يَا عَبْدِي، قَدْ ضاعفتُ لَكَ
حَسَنَاتَكَ وَتَجَاوَزْتُ عَنْ سَيِّئَاتِكَ -أَحْسَبُهُ قَالَ: وَوَهَبْتُ لَكَ
نِعَمِي"
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu
Haris, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan
kepada kami Saleh Al-Murri, dari Ja'far ibnu Zaid Al-Abdi, dari Anas, dari Nabi
Saw. yang telah bersabda "Kelak dikeluarkan tiga diwan (catatan) bagi
anak Adam pada hari kiamat, yaitu diwan yang di dalamnya tercatatkan amal
salehnya, diwan yang didalamnya tercatatkan dosa-dosanya, dan diwan yang di
dalamnya tercatatkan nikmat-nikmat Allah Swt. yang telah diberikan kepadanya.
Lalu Allah berfirman kepada nikmat-Nya yang paling kecil, - yang menurut
Al-Bazzar Ismail Ibnu Haris adalah diwan yang di dalamnya tercatatkan
nikmat-nikmat-Nya,- 'Ambillah upahmu dari amal salehnya." Maka ia
mengambil semua amal salehnya, lalu menjauh dan berkata, 'Demi Keagungan-Mu,
aku masih belum cukup, tetapi yang tertinggal hanyalah dosa-dosanya dan catatan
nikmat-nikmat-Mu.' Apabila Allah menghendaki merahmatinya, maka Dia
berfirman, 'Hai hamba-Ku, sekarang Aku lipat gandakan kebaikan-kebaikanmu dan
Aku maafkan keburukan-keburukanmu.'
Menurut Al-Bazzar Ismail ibnul Haris, Allah
mengatakan, 'Aku anugerahkan nikmat-nikmat-Ku kepadamu (tanpa balasan)'."
Predikat hadis ini garib, dan sanadnya daif.
Di dalam kitab asar disebutkan bahwa Daud a.s.
pernah berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bersyukur kepada
Engkau, sedangkan syukurku kepada-Mu termasuk nikmat dari-Mu pula yang Engkau
berikan kepadaku?" Maka Allah menjawab melalui firman-Nya, "Sekarang
engkau, hai Daud, telah bersyukur kepada-Ku; karena kamu telah mengakui akan
kelalaianmu dalam menunaikan rasa syukurmu kepada-Ku atas nikmat-nikmat-Ku yang
Kuberikan kepadamu."
Imam Syafii rahimahullah mengatakan,
"Segalapuji bagi Allah, yang salah satu dari nikmat-Nya tidak dapat
disyukuri kecuali berkat adanya nikmat baru yang mendorong seseorang untuk
bersyukur kepada-Nya."
Salah seorang penyair mengatakan:
لَوْ كُلُّ جَارِحَة
مِنِّي لهَا لُغَةٌ ... تُثْنيِ عَلَيكَ بِمَا أولَيتَ مِنْ حَسنِ ...
لَكَانَ مَا زَادَ شُكري إِذْ شَكَرت بِهِ ... إليكَ أبلغَ فِي الإحسَان
والمننِ ...
Seandainya
setiap anggota tubuhku dapat berbicara memuji-Mu sebab kebaikan yang telah Engkau
berikan kepadaku, niscaya lebihan rasa syukurku kepada-Mu merupakan nikmat yang
paling besar yang dianugerahkan oleh-Mu kepadaku.
Ibrahim, ayat 35-36
{وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ
نَعْبُدَ الأصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ
فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(36) }
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya
berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barang
siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan
barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Allah Swt. —dalam bantahan-Nya terhadap
orang-orang musyrik Arab— menyebutkan bahwa negeri Mekah ini sejak semula
dibangun hanyalah sebagai tempat untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya. Dan Ibrahim yang meramaikannya karena pembangunan yang dilakukannya
berlepas diri dari orang-orang yang menyembah selain Allah. Dia (Ibrahim)
mendoakan buat kota Mekah agar menjadi kota yang aman. Dalam doanya yang
disitir oleh firman-Nya dia mengatakan:
{رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا}
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri
yang aman (Ibrahim: 35)
Dan Allah mengabulkan permintaannya, seperti yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا
آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman.
(Al-Ankabut: 67), hingga akhir surat.
{إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ
وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ فِيهِ
آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا}
Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun
untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa
memasukinya (Baitullah itu), menjadi amanlah dia. (Ali Imran: 96-97)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا}
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri
yang aman. (Ibrahim: 35)
Dalam ayat ini lafaz balad disebutkan
dengan memakai at-ta'rif, yakni al-balad, karena Nabi Ibrahim
mendoakannya sesudah membangunnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى
الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ}
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan
kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. (Ibrahim: 39)
Telah diketahui bahwa Ismail tiga belas tahun
lebih tua daripada Ishaq. Ketika Ismail dibawa oleh Nabi Ibrahim bersama ibunya
ke Mekah, ia masih menyusu; dan sesungguhnya Nabi Ibrahim pada saat itu berdoa
pula yang bunyinya seperti berikut: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah)
negeri yang aman. (Ibrahim: 35) Seperti yang telah kami sebutkan dalam
tafsir surat Al-Baqarah secara panjang lebar.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ
الأصْنَامَ}
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari
menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
Setiap orang yang berdoa dianjurkan agar
mendoakan dirinya sendiri, lalu buat kedua orang tuanya dan anak cucunya.
Kemudian Nabi Ibrahim menyebutkan bahwa banyak kalangan manusia yang terfitnah
oleh penyembahan kepada berhala-berhala, dan bahwa dia berlepas diri dari
orang-orang yang menyembahnya, lalu ia mengembalikan urusan mereka kepada Allah
Swt. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, tentulah Dia mengazab
mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada mereka, tentulah Dia
mengampuni mereka. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Isa
a.s.:
{إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah:
118)
Dalam kandungan ayat ini dijelaskan bahwa tiada
lain segala sesuatunya dikembalikan kepada kehendak Allah, bukan merupakan
pembolehan akan terjadinya hal tersebut.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
الْحَارِثِ، أَنَّ بَكْرَ بْنَ سَوَادة حَدَّثَهُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
جُبَير عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ: {رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ
كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي
فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} وَقَوْلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: {إِنْ
تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} وَرَفْعَ يَدَيْهِ، [ثُمَّ] قَالَ: "اللَّهُمَّ
أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي، اللَّهُمَّ أُمَّتِي"، وَبَكَى فَقَالَ
اللَّهُ: [يَا جِبْرِيلُ] اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ -وَرَبُّكَ أَعْلَمُ وَسَلْهُ
مَا يُبْكِيكَ؟ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَسَأَلَهُ،
فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ، [قَالَ]
فَقَالَ اللَّهُ: اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ، فَقُلْ لَهُ: إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي
أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوءُكَ
Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Bakr ibnu Sawwadah pernah menceritakan
kepadanya, dari Abdur Rahman ibnu Jarir, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa
Rasulullah Saw. membaca firman Allah Swt. yang menceritakan doa Nabi Ibrahim,
yaitu: Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 36), hingga akhir ayat. Dan doa Nabi Isa
a.s. yang disebutkan oleh firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Al-Maidah: 118), hingga
akhir ayat. Setelah itu Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya (berdoa) dan
mengatakan dalam doanya: Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah)
umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku. Lalu beliau Saw.
menangis, dan Allah berfirman, "Hai Jibril, berangkatlah, temui Muhammad,
dan tanyakanlah kepadanya apakah yang membuatnya menangis —padahal Allah lebih
mengetahui—?" Malaikat Jibril a.s. datang dan menanyainya, lalu Rasulullah
Saw. menjawabnya, (Malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah), maka Allah
Swt. berfirman, "Pergilah kepada Muhammad, dan katakanlah kepadanya bahwa
Kami akan membuatnya puas terhadap umatnya dan Kami tidak akan
mengecewakannya."
Ibrahim, ayat 37
{رَبَّنَا إِنِّي
أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)
}
Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.
Hal ini menunjukkan bahwa doa ini adalah doa yang
berikutnya sesudah doa yang pertama yang dipanjatkannya ketika ia pergi
meninggalkan Hajar dan putranya (Nabi Ismail), hal ini terjadi sebelum Baitullah
dibangun. Sedangkan doa yang kedua ini dipanjatkannya sesudah ia membangun Baitullah
sebagai pengukuhannya dan ungkapan keinginannya yang sangat akan rida Allah
Swt. Untuk itulah di dalam doanya disebutkan:
{عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ}
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. (Ibrahim: 37)
Adapun firman Allah Swt.:
{رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ}
Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan salat. (Ibrahim: 37)
Menurut Ibnu Jarir, ayat ini berkaitan dengan
firman-Nya, "al-muharram." Dengan kata lain, sesungguhnya saya
menjadikannya sebagai tanah yang haram (suci) agar penduduknya dapat mendirikan
salat di dekatnya.
{فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي
إِلَيْهِمْ}
maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan
lain-lainnya mengatakan bahwa seandainya Nabi Ibrahim dalam doanya mengatakan, "Af-idatan
nasi," (yakni tanpa min) yang artinya 'hati seluruh umat manusia',
maka tentulah orang-orang Romawi, Persia, Yahudi, dan Nasrani serta manusia
lainnya akan berdesak-desakan memenuhinya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim
mengatakan, "Minan nas," yakni sebagian manusia. Dengan
demikian, maka hal ini khusus bagi kaum muslim saja.
Firman Allah Swt.:
{وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ}
dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. (Ibrahim:
37)
Agar hal itu dapat dijadikan sebagai pembantu bagi
mereka untuk mengerjakan ketaatan kepada-Mu; dan mengingat Mekah adalah sebuah
lembah yang tidak memiliki tumbuh-tumbuhan, maka dimohonkan agar mereka beroleh
buah-buahan untuk makan mereka. Allah Swt. mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim
ini, seperti yang dinyatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا
يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا}
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan
mereka dalam daerah haram yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan
dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi
kalian), dari sisi Kami? (Al-Qashash: 57)
Ini merupakan sebagian dari kebaikan Allah,
kemuliaan, rahmat, dan berkah-Nya, Mengingat di Tanah Suci Mekah tidak terdapat
pepohonan yang berbuah, untuk itulah maka didatangkan kepadanya segala macam
buah-buahan dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya sebagai perkenan dari
Allah atas doa Nabi Ibrahim a.s.
Ibrahim, ayat 38-41
{رَبَّنَا إِنَّكَ
تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي
الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (38) الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى
الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39) رَبِّ
اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
(40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ
الْحِسَابُ (41) }
Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami
lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada
di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah, yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail
dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan)
doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri
ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari
terjadinya hisab (hari kiamat)."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt.
menceritakan perihal kekasihNya, yaitu Nabi Ibrahim, bahwa ia pernah berkata
dalam doanya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي
وَمَا نُعْلِنُ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui
apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. (Ibrahim: 38)
Artinya Engkau mengetahui maksudku dalam doaku
dan apa yang aku kehendaki dalam doaku untuk penduduk kota suci ini.
Sesungguhnya hal itu tiada lain menuju kepada rida-Mu dan mengikhlaskan diri
kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau mengetahui segala sesuatu yang lahir dan yang
batin (tidak tampak), tiada sesuatu pun di bumi ini —tiada pula di langit—yang
tersembunyi dari pengetahuan-Mu.
Kemudian Nabi Ibrahim dalam doanya mengucapkan
pujian kepada Tuhannya atas anak yang dianugerahkan kepadanya di saat ia telah
berusia lanjut, seperti yang disitir oleh firman berikut:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى
الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ}
Segala puji bagi Allah, yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku
benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. (Ibrahim: 39)
Yakni Dia memperkenankan (mengabulkan) doa orang
yang memohon kepada-Nya;.dan sesunggguhnya Dia telah mengabulkan permintaanku,
yaitu mempunyai anak.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. mengatakan dalam
doanya:
{رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ}
Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang tetap
mendirikan salat (Ibrahim: 40)
Yaitu memeliharanya dan mendirikan
batasan-batasannya.
{وَمِنْ ذُرِّيَّتِي}
dan begitu pula anak cucuku. (Ibrahim :
40)
Maksudnya, jadikanlah pula anak cucuku sebagai
orang-orang yang mendirikan salat.
رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ
دُعَاءِ}
Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim:
40)
Yakni kabulkanlah semua apa yang aku mohonkan
kepada-Mu.
{رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ}
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan ibu
bapakku. (Ibrahim: 41)
Sebagian ulama tafsir membacanya waliwalidi dalam
bentuk tunggal, yakni bukan waliwalidayya. Hal ini dilakukan oleh Nabi
Ibrahim sebelum ia berlepas diri dari ayahnya, setelah ia mengetahui dengan
jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah Swt.
{وَلِلْمُؤْمِنِينَ
يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ}
dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab. (Ibrahim: 41)
Maksudnya, ampunilah pula semua orang mukmin pada
hari Engkau menghisab hamba-hamba-Mu, lalu Engkau balas mereka sesuai dengan
amal perbuatannya masing-masing; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan
jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Ibrahim, ayat 42-43
{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ
غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ
فِيهِ الأبْصَارُ (42) مُهْطِعِينَ
مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ
هَوَاءٌ (43)}
Dan janganlah
sekali-kali kamu (Muhammad) mengira
bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada hari itu
mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi
panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak
berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
Firman Allah Swt.
{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ}
Dan janganlah sekali-kali kamu menduga. (Ibrahim:
42)
Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan
kepada Nabi Muhammad Saw.
{غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ}
bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh
orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42)
Artinya, janganlah kamu mempunyai dugaan bahwa
Allah melupakan orang-orang yang zalim dan membiarkan mereka tanpa menghukum
mereka karena perbuatannya, hanya karena Allah menangguhkan ajal kebinasaan
mereka. Bahkan Allah menghitung-hitung semua perbuatan zalim yang mereka
lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci.
{إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ
فِيهِ الأبْصَارُ}
Sesungguhnya Allah memberi tangguh mereka
sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim:
42)
Yaitu karena kedahsyatan dan kengerian serta
huru-hara yang terjadi di hari kiamat.
Kemudian Allah menceritakan perihal kebangkitan
mereka dari kuburnya masing-masing serta ketergesa-gesaan mereka dalam menuju
Padang Mahsyar. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{مُهْطِعِينَ}
mereka datang bergegas-gegas. (Ibrahim:
43)
Yakni dengan terburu-buru, sama dengan pengertian
yang terdapat dalam ayat lainnya, yaitu:
مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu.
(Al-Qamar: 8)
{يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ
الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ
إِلا هَمْسًا}
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju
kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. (Thaha: 108)
sampai dengan firman-Nya:
{وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ
وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا}
Dan tunduklah semua muka (dengan berendah
diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya).
(Thaha: 111)
Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ
سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}
(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur
dengan cepat. (Al-Ma'arij: 43), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ}
dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 43)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan
hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mereka mengangkat
kepalanya.
{لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ}
sedangkan mata mereka tidak berkedip-kedip. (Ibrahim:
43)
Artinya, pandangan mata mereka terbeliak tanpa
berkedip barang sesaat pun karena banyak huru-hara, kengerian, dan hal-hal yang
sangat menakutkan yang menimpa diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari
kengerian pada hari kiamat.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ}
dan hati mereka kosong. (Ibrahim: 43)
Yakni hati mereka kosong —tidak ada apa-apanya—
karena rasa takut yang sangat hebat. Qatadah dan sejumlah ulama mengatakan
bahwa rongga hati mereka kosong; karena hati itu bila telah menyesak sampai ke
tenggorokan. maka ia keluar dari tempatnya disebabkan rasa takut yang amat
hebat. Sebagian ulama mengatakan bahwa hatinya telah rusak, tidak sadar akan
sesuatu pun karena kedahsyatan peristiwa yang diberikan oleh Allah Swt.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
Ibrahim, ayat 44-46
{وَأَنْذِرِ النَّاسَ
يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ
فَيَقُولُ
الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ
وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ
مِنْ زَوَالٍ (44) وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ (45)
وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ
لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ (46) }
Dan berikanlah
peringatan kepada manusia terhadap hari (yang
pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang
zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke
dunia) walaupun dalam waktu yang seti kii. niscaya kami akan mematuhi seruan
Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan).”Bukankah
kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak
akan binasa? Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang
yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami
telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa
perumpamaan.” Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar, padahal
di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar
mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya
Allah Swt. berfirman menceritakan perkataan
orang-orang yang zalim terhadap diri mereka sendiri di kala mereka menyaksikan
azab:
{رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ
نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ}
Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah
kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi
seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Ibrahim: 44)
Ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ}
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya
Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)." (Al-Mu’minun: 99)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.
(Al-Munafiqun: 9), hingga akhir ayat berikutnya.
Dan firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan
mereka di Padang Mahsyar:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو
رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya
kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di
hadapan Tuhannya. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
Begitu pula dalam firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ
فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika
mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami
dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am:
27), hingga akhir ayat.
{وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ
فِيهَا}
Dan mereka berteriak di dalam neraka. (Fathir:
37), hingga akhir ayat.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt.
menjawab ucapan mereka melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ
قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ}
Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di
dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44)
Maksudnya, bukankah kalian pernah bersumpah
sebelum kalian berada di sini bahwa kalian tidak akan binasa dari keadaan
kalian saat itu, dan bahwa tidak ada hari kembali serta tidak ada pula hari
pembalasan; maka rasakanlah akibat perbuatan kalian ini.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim:
44) Yakni tiadalah kalian akan berpindah dari dunia ke akhirat. Sama pula
maknanya dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ
أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ}
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan
sumpahnya yang sungguh-sungguh, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati. (An-Nahl: 38), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ
ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا
لَكُمُ الأمْثَالَ}
Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi
kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan
kepada kalian beberapa perumpamaan. (Ibrahim: 45)
Yakni kalian telah mengetahui melalui berita yang
sampai kepada kalian tentang azab yang telah Kami timpakan kepada umat-umat
terdahulu yang mendustakan Kami. Tetapi sekalipun demikian, ternyata kalian
tidak mengambil pelajaran dari mereka, tidak pula kalian menjadikan apa yang
telah Kami timpakan kepada mereka sebagai peringatan.
{حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ}
itulah hikmah yang sempurna, maka
peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5)
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari
Abdur Rahman ibnu Rabbab, bahwa sahabat Ali r.a. pernah mengatakan sehubungan
dengan makna ayat berikut: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat
besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Bahwa orang yang mendebat Nabi Ibrahim sehubungan dengan Tuhannya mengambil dua
ekor burung elang yang masih kecil, lalu ia memeliharanya hingga besar dan
kuat. Kemudian kaki masing-masing burung itu diikatkan kepada pasak yang
dihubungkan dengan sebuah peti. Sebelum itu kedua burung elang tidak diberi
makan hingga keduanya lapar, lalu dia dan seorang lelaki lain duduk di dalam
peti itu, sedangkan dia mengangkat sebuah tongkat dari dalam peti itu yang
ujungnya diberi daging segar. Kemudian ia berkata kepada temannya,
"Lihatlah apa yang kamu saksikan!" Maka temannya menjawab, saya
melihat anu dan anu (dari angkasa)," sehingga temannya itu mengatakan,
"Saya melihat dunia ini semuanya seakan-akan seperti lalat
(kecilnya)." Setelah itu ia menurunkan tongkatnya, maka keduanya turun.
Sahabat Ali mengatakan bahwa hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan
sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat
lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Bacaan sahabat Ali," Wain kada," yang
artinya "Dan sesungguhnya makar mereka hampir dapat melenyapkan
gunung-gunung".
Abu Ishaq mengatakan bahwa hal yang sama
dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud dalam qiraahnya sehubungan dengan ayat ini
—yaitu "wain kada" dan hal yang sama telah diriwayatkan dari
Ubay ibnu Ka'b dan Umar ibnul Khattab r.a., bahwa mereka membacanya dengan bacaan
wain kada'''— sama dengan qiraah sahabat Ali r.a.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sufyan
As-Sauri dan Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, dari Ali,
lalu disebutkan kisah yang semisal. Juga telah diriwayatkan dari Ikrimah, bahwa
kisah ini menyangkut Raja Namruz —Raja Negeri Kan'an— dalam upayanya untuk
menaiki langit dengan tipu muslihat tersebut. Hal yang serupa telah dilakukan
pula oleh Raja Fir'aun, hanya dengan cara membangun menara yang tinggi, tetapi
pada akhirnya keduanya tidak mampu dan lemah. Ternyata upaya keduanya kecil,
tiada artinya, dan membuatnya terhina.
Mujahid menuturkan kisah ini yang bersumberkan
dari Bukhtanasar, bahwa ketika pandangan matanya sudah tidak lagi melihat bumi
dan penduduknya, ada suara yang berseru, "Hai orang yang kelewat batas,
hendak ke manakah kamu pergi?" Maka ia meresa takut, kemudian ia mendengar
suara di atasnya, lalu ia melepaskan tombaknya, dan tombaknya itu mengenai
burung garuda, sehingga gunung-gunung bergetar karena kejatuhan reruntuhannya,
seakan-akan hampir lenyap karenanya. Yang demikian itu adalah apa yang di
sebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar)
sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Ibnu Juraij telah menukil dari Mujahid, bahwa ia
membacanya dengan bacaan berikut: Latazulu minhul jibal, yakni
benar-benar dapat melenyapkan gunung-gunung. Huruf lam yang pertama
dibaca fat-hah, dan yang kedua dibaca dammah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat
besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Bahwa tiadalah makar mereka itu dapat melenyapkan gunung-gunung.
Makna yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan
Al-Basri, lalu dijelaskan oleh Ibnu Jarir, bahwa apa yang mereka perbuat —yakni
kemusyrikan mereka kepada Allah dan kekufuran mereka kepada-Nya— sama sekali
tidak membahayakan gunung-gunung itu barang sedikit pun, tidak pula yang
lainnya. Melainkan kemudaratan dari perbuatan mereka itu justru akan menimpa
diri mereka sendiri.
Menurut kami, berdasarkan makna yang terakhir ini
berarti ayat ini sama maknanya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ
لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا}
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi
dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra: 37)
Pendapat yang kedua sehubungan dengan tafsir ayat
ini ialah apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu AbuTalhah, dari Ibnu Abbas, bahwa
firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga
gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Yang dimaksud dengan
makar ialah kemusyrikan mereka, seperti pengertian yang terkandung di dalam
firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ
يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam:
90), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak
dan Qatadah.
Ibrahim, ayat 47-48
{فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ
مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (47) يَوْمَ تُبَدَّلُ
الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ
الْقَهَّارِ (48) }
Karena itu, janganlah
sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya;
sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan
bumi yang lain dan (demikian pula) -" langit, dan mereka semuanya (di
Padang Mahsyar) berkumpul menghadap kehadirat Allah Yang Maha Esa lagi
Mahaperkasa.
Allah Swt. mengikrarkan janji-Nya dengan ungkapan
yang kukuh melalui firman-Nya:
{فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ
رُسُلَهُ}
Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira
Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. (Ibrahim: 47)
Maksudnya, Allah akan menolong mereka dalam
kehidupan di dunia dan pada hari semua saksi di tegakkan. Kemudian Allah Swt.
menyebutkan bahwa Dia Mahaperkasa, tiada sesuatu pun yang dapat
menghalang-halangi kehendak-Nya; dan Dia tidak terkalahkan, serta mempunyai
pembalasan terhadap orang-orang yang kafir dan ingkar kepada-Nya.
{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}
Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan. (Ath-Thur: 11)
Karena itulah dalam firman selanjutnya di
sebutkan:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ
وَالسَّمَاوَاتُ}
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)
Yakni janji Allah ini akan dilaksanakan pada hari
bumi diganti dengan bumi yang lain, yang bentuknya tidaklah seperti sekarang
yang kita kenal, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui
hadis Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ
بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ، كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ، لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ
لِأَحَدٍ"
Kelak manusia di hari kiamat akan dihimpunkan
di bumi yang putih lagi tandus seperti perak yang putih bersih, tiada suatu
tanda pun bagi seseorang padanya.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ دَاوُدَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ،
عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ سَأَلَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {يَوْمَ
تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ
الْقَهَّارِ} قَالَتْ: قُلْتُ: أَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abu Addi. dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari
Aisyah yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang mula-mula bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya berikut ini: (Yaitu) pada hari (ketika)
bumi diganti dengan bumi yang lain dan (begitu pula) langit. (Ibrahim:-48)
Ia bertanya kepada Rasulullah Saw., "Di manakah manusia pada saat itu,
wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Di atas sirat."
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid
tanpa Imam Bukhari, begitu pula Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah melalui
hadis Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Affan.
dari Wuhaib, dari Daud dan Asy-Sya'bi, dari Siti Aisyah tanpa menyebutkan
Masruq (dalam sanadnya).
قَالَ قَتَادَةُ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ بِلَالٍ الْمُزَنِيِّ، عَنْ عَائِشَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهُ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ
الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} قَالَ: قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَيْنَ
النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتِنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي
عَنْهُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي، ذَاكَ أَنَّ النَّاسَ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ
Qatadah telah meriwayatkan dari Hissan ibnu Bilal
Al-Muzani, dari Siti Aisyah r.a., bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah
Saw. tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim:
48) Bunyi pertanyaannya ialah, "Wahai Rasulullah, di manakah manusia pada
saat itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya kamu menanyakan
sesuatu kepadaku suatu pertanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun
dari kalangan umatku. Pada saat itu manusia berada di atas jembatan neraka.
وَرَوَى الْإِمَامُ
أَحْمَدُ، مِنْ حَدِيثِ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ، حَدَّثَتْنِي عَائِشَةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عن قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَالأرْضُ جَمِيعًا
قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ} [الزمر:
67] ، فَأَيْنَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"هُمْ عَلَى مَتْنِ جَهَنَّمَ"
Imam Ahmad meriwayatkan melalui hadis Habib ibnu
Abu Umrah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Siti Aisyah
telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.
tentang makna firman-Nya: Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nyapada
hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (Az-Zumar:
67) Siti Aisyah mengatakan, "Di manakah manusia pada hari itu, wahai
Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Mereka berada di pinggir
neraka Jahannam."
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ
الْجَعْدِ، أَخْبَرَنِي الْقَاسِمُ، سَمِعْتُ الْحَسَنَ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ} فَأَيْنَ
النَّاسُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: "إِنَّ هَذَا شَيْءٌ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ
أَحَدٌ"، قَالَ: "عَلَى الصِّرَاطِ يَا عَائِشَةُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan
kepada kami Al-Qasim; ia mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa Siti Aisyah r.a.
pernah bertanya tentang makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) "Dimanakah manusia pada
hari itu, wahai Rasulullah? Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya ini
adalah suatu pertanyaan yang belum pernah diajukan oleh seorang pun. Hai
Aisyah, mereka pada hari itu berada di atas sirat.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Affan, dari
Al-Qasim ibnul Fadl, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama.
Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam
kitab Sahih-nya bahwa:
حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا
أَبُو تَوْبة الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ،
عَنْ زَيْدٍ -يَعْنِي: أَخَاهُ -أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ، حَدَّثَنِي أَبُو
أَسْمَاءَ الرَّحَبِي؛ أَنَّ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ قَالَ: كُنْتُ قَائِمًا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ حَبر مِنْ أَحْبَارِ الْيَهُودِ،
فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ. فَدَفَعْتُهُ دَفْعَةً كَادَ يُصرَع
مِنْهَا، فَقَالَ: لِمَ تَدْفَعُنِي؟ فَقُلْتُ: أَلَا تَقُولُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟! فَقَالَ الْيَهُودِيُّ: إِنَّمَا نَدْعُوهُ بِاسْمِهِ الَّذِي سَمّاه
بِهِ أَهْلُهُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّ اسْمِي مُحَمَّدٌ الَّذِي سَمَّانِي بِهِ أَهْلِي". فَقَالَ
الْيَهُودِيُّ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيَنْفَعُكَ شَيْءٌ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ " فَقَالَ:
أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. فَنَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِعُودٍ مَعَهُ، فَقَالَ: "سَلْ". فَقَالَ الْيَهُودِيُّ:
أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ
وَالسَّمَوَاتُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ" قَالَ: فَمَنْ أَوَّلُ النَّاسِ
إِجَازَةً؟ قَالَ: فَقَالَ: " [فُقَرَاءُ] الْمُهَاجِرِينَ". قَالَ
الْيَهُودِيُّ: فَمَا تُحْفَتهُم حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ؟ قَالَ:
"زِيَادَةُ كَبِدِ النُّونِ" قَالَ: فَمَا غِذَاؤُهُمْ فِي أَثَرِهَا؟
قَالَ: "يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ
أَطْرَافِهَا". قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "مِنْ عَيْنٍ
فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا". قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: وَجِئْتُ أَسْأَلُكَ
عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ
رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ؟ قَالَ: "أَيَنْفَعُكَ إِنْ حَدَّثْتُكَ؟ "
قَالَ: أَسْمَعُ بِأُذُنَيَّ. قَالَ: جِئْتُ أَسْأَلُكَ عَنِ الْوَلَدِ. قَالَ:
"مَاءُ الرَّجُلِ أَبْيَضُ وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ، فَإِذَا اجْتَمَعَا
فَعَلا منيُّ الرَّجُلِ منيَّ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَا بِإِذْنِ اللَّهِ -تعالى
-وَإِذَا عَلَا مَنِيُّ الْمَرْأَةِ مَنِيَّ الرَّجُلِ أنَّثا بِإِذْنِ
اللَّهِ" قَالَ الْيَهُودِيُّ: لَقَدْ صَدَقْتَ، وَإِنَّكَ لَنَبِيٌّ. ثُمَّ
انْصَرَفَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ
سَأَلَنِي هَذَا عَنِ الَّذِي سَأَلَنِي عَنْهُ، وَمَا لِي عِلْمٌ بِشَيْءٍ
مِنْهُ، حَتَّى أَتَانِيَ اللَّهُ بِهِ"
telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali
Al-Hilwani, telah menceritakan kepadaku Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi', telah
menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Zaid (saudaranya). Ia
pernah mendengar Abu Salam mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Asma
Ar-Rahbi; Sauban maula Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadanya bahwa
ketika ia sedang berdiri dihadapan Rasulullah Saw., datanglah seorang ulama
Yahudi kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Semoga kesejahteraan atas
dirimu, hai Muhammad." Maka aku (Sauban) mendorongnya dengan dorongan yang
cukup kuat sehingga hampir saja ia terjatuh karena doronganku. Lalu ia berkata
kepadaku, "Mengapa kamu mendorongku?" Aku menjawab, "Mengapa
tidak-kamu katakan, Wahai Rasulullah?" Orang Yahudi itu berkata,
"Sesungguhnya aku memanggilnya dengan nama yang diberikan oleh orang
tuanya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya namaku
Muhammad, itulah nama yang diberikan kepadaku oleh orang tuaku." Orang
Yahudi itu berkata, "Saya datang kepadamu untuk bertanya." Rasulullah
Saw. bersabda, "Apakah ada manfaatnya bila saya katakan sesuatu
kepadamu?" Orang Yahudi itu menjawab, "Saya akan mendengarnya
dengan baik." Maka Rasulullah Saw. mengetuk-ngetukan tongkat kayu yang ada
di tangannya dan bersabda, "Bertanyalah." Orang Yahudi
mengatakan, "Di manakah manusia berada pada hari bumi diganti dengan bumi
yang lain dan begitu pula langit?" Rasulullah Saw. bersabda: Mereka
berada di dalam kegelapan sebelum jembatan (sirat). Orang Yahudi itu
bertanya.”Siapakah manusia yang mula-mula melewatinya?" Rasulullah Saw.
menjawab: Orang-orang yang fakir dari kalangan Muhajirin. Orang Yahudi
itu berkata, "Apakah hadiah makanan mereka di saat mereka memasuki
surga?" Rasulullah Saw. menjawab: Lebihan hati ikan Nun. Orang
Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah makanan mereka sesudahnya?"
Rasulullah Saw. menjawab: Disembelihkan buat mereka sapi jantan surga yang
makanannya mengambil dari pinggiran-pinggiran surga (yakni digembalakan di
pinggiran surga). Orang Yahudi itu bertanya lagi, "Lalu apakah minuman
mereka setelah makan makanan tersebut?" Rasulullah Saw. bersabda: Dari
mata air yang ada di dalam surga yang disebut Salsabila. Orang Yahudi itu
berkata, "Engkau benar." Lalu ia berkata lagi, "Saya datang
kepadamu untuk menanyakan sesuatu yang tiada seorang penduduk bumi pun
mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi atau seseorang atau dua orang."
Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah ada manfaatnya bila aku katakan
kepadamu?" Orang Yahudi itu berkata, "Saya akan mendengarnya
dengan baik." Orang Yahudi itu mengajukan pertanyaannya, "Saya
datang kepadamu untuk menanyakan tentang anak." Rasulullah Saw. bersabda: Mani
laki-laki putih dan mani perempuan kuning, apabila ke duanya berkumpul, lalu
mani lelaki mengalahkan air mani perempuan, maka dengan seizin Allah anaknya
menjadi lelaki. Dan apabila air mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki,
maka dengan seizin Allah anaknya menjadi perempuan. Maka orang Yahudi itu
berkata.”Engkau benar, dan sesungguhnya engkau adalah seorang nabi." Lalu
lelaki Yahudi itu pergi. Dan Rasulullah Saw. bersabda.” Sesungguhnya orang
ini telah menanyakan kepadaku pertanyaan yang tiada pengetahuan bagiku
tentangnya barang sedikit pun, seandainya tidak ada utusan dari Allah yang
memberitahukannya kepadaku (tentang jawabannya)."
قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ بْنُ
جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: حَدَّثَنِي ابْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ،
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ ثَوْبَانَ الكَلاعي، عَنْ أَبِي
أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: أَتَى النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَبْر مِنَ الْيَهُودِ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذْ يَقُولُ اللَّهُ فِي
كِتَابِهِ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} فَأَيْنَ
الخَلْق عِنْدَ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: "أَضْيَافُ اللَّهِ، فَلَنْ يُعْجِزَهُمْ
مَا لَدَيْهِ"
Abu Ja'far ibnu Jarir At-Tabari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami
Sa'id ibnu Sauban Al-Kala'i, dari Abu Ayyub Al-Ansari, bahwa seorang pendeta
Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang makna firman Allah Swt.: (Yaitu) pada
hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit. (Ibrahim: 48) Ia berkata, "Di manakah manusia pada saat
itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "(Mereka) adalah tamu-tamu
Allah, maka hal itu amatlah mudah bagi Allah dengan kekuasaan yang ada di
sisi-Nya.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abu
Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama.
Syu'bah mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Ishaq bahwa ia telah mendengar dari Amr ibnu Maimun. Barangkali dia
mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) berkata, dan barangkali dia tidak
menyebutnya. Lalu saya bertanya kepadanya, "Apakah dia menerimanya dari
Abdullah?" Ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amr ibnu Maimun
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika)
bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi yang lain
itu warnanya putih seperti perak lagi bersih, tidak pernah dialirkan darah
padanya dan tidak pernah dilakukan suatu dosapun padanya. Pandangan mereka
menembus jauh dan suara juru penyeru kedengaran oleh mereka, mereka dalam
keadaan tidak beralas kaki dan telanjang, seperti keadaan mereka ketika
diciptakan (dilahirkan). Perawi mengatakan, ia menduganya mengatakan bahwa
mereka dalam keadaan berdiri, hingga keringat mereka sampai pada mulut mereka.
Telah diriwayatkan pula dari jalur yang lain dari
Syu'bah, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari ibnu Mas'ud
hal yang semisal. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Asim, dari Zur, dari
Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu
Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Abdullah ibnu Mas'ud tidak menceritakan hal
ini. Demikianlah menurut keterangan yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيد بْنِ عَقِيل، حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ
أَبُو عَتَّابٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ
عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ
الأرْضِ} قَالَ: "أَرْضٌ بَيْضَاءُ لَمْ يَسْقُطْ عَلَيْهَا دَمٌ وَلَمْ
يُعْمَلْ عَلَيْهَا خَطِيئَةٌ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telab
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Uqail, telah
menceritakan kepada kami Sahl ibnu Hammad Abu Gayyas, telah menceritakan kepada
kami Jarir ibnu Ayyub, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah,
dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah swt.: (Yaitu) pada hari (ketika)
bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Nabi Saw. bersabda, "Bumi
yang putih, tidak pernah dialirkan darah padanya, tidak pernah pula dilakukan
suatu dosa pun padanya."
Kemudian Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan,
"Kami tidak mengetahui ada orang yang me-rafa'-kannya selain Jarir ibnu
Ayyub, sedangkan dia orangnya tidak kuat."
ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حدثا
مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ سِنَانٍ (7) عَنْ جَابِرٍ الجُعْفي، عَنْ أَبِي
جُبَيرة عَنْ زَيْدٍ قَالَ: أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَى الْيَهُودِ فَقَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ لِمَ أَرْسَلْتُ
إِلَيْهِمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:
"أَرْسَلْتُ إِلَيْهِمْ أَسْأَلُهُمْ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {يَوْمَ تُبَدَّلُ
الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ} إِنَّهَا تَكُونُ يَوْمَئِذٍ بَيْضَاءَ مِثْلَ
الْفِضَّةِ". فَلَمَّا جَاءُوا سَأَلَهُمْ فَقَالُوا: تَكُونُ بَيْضَاءَ
مِثْلَ النَّقِي
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah
ibnu Hisyam, dari Sinan, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Abu Jabirah, dari Zaid yang
telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan utusan kepada orang-orang
Yahudi, lalu beliau bertanya (kepada para sahabatnya), "Tahukah kalian
mengapa saya mengirimkan utusan kepada mereka?" Para sahabat menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda
bahwa beliau mengirimkan utusannya kepada mereka untuk menanyakan tentang
firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang
lain. (Ibrahim: 48) Sesungguhnya pada waktu itu bumi berwarna putih
seperti perak. Setelah utusan Nabi Saw. datang kepada orang-orang Yahudi,
lalu para utusan itu menanyakan hal tersebut. Mereka (orang-orangYahudi)
menjawab bahwa saat itu bumi berwarna putih seperti perak.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali, Ibnu
Abbas, Anas Ibnu Malik, dan Mujahid ibnu Jubair, bahwa kelak di hari kiamat
bumi akan diganti dengan bumi dari perak.
Dari sahabat Ali r.a., ia mengatakan bahwa bumi
akan menjadi perak dan langit menjadi emas.
Ar-Rabi' telah meriwayatkan dari Abul Aliyah,
dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa langit akan menjadi gelap gulita. Abu
Ma'syar telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Muhammad
ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika)
bumi diganti dengan bumi yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi menjadi
roti, orang-orang mukmin dapat makan dari bawah kaki mereka.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Waki', dari
Umar ibnu Bisyr Al-Hamdani, dari Sa'id ibnu Jubair, yakni sehubungan dengan
makna firman-Nya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi
yang lain. (Ibrahim: 48) Bahwa bumi diganti dengan roti yang putih, orang
mukmin dapat makan dari bawah telapak kakinya.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Khaisam yang
mengatakan, "Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa bumi pada hari
kiamat semuanya berupa api, dan surga ada di belakangnya, kelihatan isi dan
perhiasannya, sedangkan manusia ditenggelamkan oleh keringatnya. Keringat
mereka telah menenggelamkan mereka, sedangkan mereka masih belum menjalani
hisab.
Al-A'masy telah meriwayatkan pula dari Al-Minhal
ibnu Amr, dari Qais ibnus Sakan yang mengatakan bahwa Abdullah Ibnu Mas'ud
pernah berkata, "Di hari kiamat kelak seluruh bumi menjadi api, di
belakangnya terdapat surga, isi dan perhiasannya kelihatan. Demi Tuhan yang
jiwa Abdullah berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang
lelaki benar-benar mengucurkan keringatnya, sehingga menenggelamkan telapak
kakinya, lalu keringatnya naik sampai ke hidungnya, padahal hisab masih belum
dijalaninya." Mereka bertanya, "Mengapa demikian, wahai Abu Abdur
Rahman (nama panggilan Ibnu Mas'ud)?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Hal itu
terjadi karena pemandangan dan peristiwa yang mereka alami."
Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari
Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Ka'b, sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) pada
hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (begitu pula) langit.
(Ibrahim: 48) Langit menjadi gelap gulita, laut berubah menjadi api, dan
bumi diganti dengan bumi yang lain.
Di dalam hadis yang diriwayatkan, oleh Imam Abu
Daud disebutkan bahwa:
لَا يَرْكَبُ الْبَحْرَ إِلَّا غَازٍ أَوْ حَاجٌّ أَوْ مُعْتَمِرٌ،
فَإِنَّ تَحْتَ الْبَحْرِ نَارًا -أَوْ: تَحْتَ النَّارِ بَحْرًا"
tiada yang menempuh jalan laut kecuali orang
yang berperang, atau pergi haji, atau pergi umrah, karena sesungguhnya di bawah
laut itu neraka; atau di bawah neraka itu laut.
Di dalam hadis masyhur tentang suwar
(sangkakala) dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda:
"تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ،
فَيَبْسُطُهَا وَيَمُدُّهَا مَدَّ الْأَدِيمِ الْعُكَاظِيِّ، لَا تَرَى فِيهَا
عِوَجًا وَلَا أَمْتًا، ثُمَّ يَزْجُرُ اللَّهُ الْخَلْقَ زَجْرَةً، فَإِذَا هُمْ
فِي هَذِهِ الْمُبْدَلَةِ"
Allah mengganti bumi dengan bumi yang lain,
begitu pula langit, lalu Dia menggelarkannya dan menghamparkannya sebagaimana
seseorang menghamparkan kulit (dari pasar) 'Ukaz, tiada yang rendah,
tiada pula yang tinggi. Kemudian Allah menggiring makhluk dengan sekali giring,
tiba-tiba mereka telah berada di bumi yang telah diganti itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَبَرَزُوا لِلَّهِ}
dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul
menghadap ke hadirat Allah. (Ibrahim: 48)
Yakni semua makhluk keluar dari kuburannya
masing-masing menghadap kepada Allah.
{الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim:
48)
Allah yang mengalahkan segala sesuatu dan
menundukkannya, serta tunduklah kepada-Nya semua kepala dan tunduk takutlah
kepada-Nya semua akal.
Ibrahim, ayat 49-51
{وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ
يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ
وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50) لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا
كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (51) }
Dan kamu akan melihat
orang-orang yang berdosa pada hari itu di ikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian
mereka adalah dari pelangkin (ter) dan
muka mereka ditutup oleh api neraka, agar Allah memberi pembalasan kepada
tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat
hisab-Nya.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ
وَالسَّمَاوَاتُ}
pada hari (ketika) bumi diganti dengan
bumi yang lain, dan (begitu pula) langit. (Ibrahim: 48)
dan semua makhluk menghadap kepada Tuhan yang,
akan memberi pembalasan. Engkau Muhammad, akan melihat pada hari itu keadaan
orang-orang yang berdosa, disebabkan oleh kekafiran dan kerusakan mereka.
{مُقَرَّنِينَ}
diikat bersama-sama. (Ibrahim: 49)
Yakni sebagian dari mereka diikat bersama-sama
dengan sebagian yang lain menjadi satu, masing-masing dari mereka adakalanya
digabungkan dengan orang-orang yang setara dengan keadaan mereka, atau
adakalanya masing-masing dari mereka disatukan dengan orang yang sejenis dengan
keadaan dirinya; jelasnya masing-masing golongan diikat bersama-sama dengan
golongannya.
Dalam ayat yang lain disebutkan melalui
firman-Nya:
{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا
وَأَزْوَاجَهُمْ}
(kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah
orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka." (Ash-Shaffat:
22)
{وَإِذَا النُّفُوسُ
زُوِّجَتْ}
dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan
tubuh). (At-Takwir: 7)
{وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا
مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا}
Dan apabila mereka dilemparkan ke
tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan
kebinasaan. (Al-Furqan; 13)
{وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ
بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ}
Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) setan-setan
semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam
belenggu. (Shad: 37-38)
Al-asfad artinya belenggu-belenggu,
menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Al-A'masy, dan Abdur Rahman ibnu Zaid,
dan inilah menurut dialek yang terkenal. Seorang penyair bernama Amr ibnu
Kalsum dalam bait syairnya mengatakan,
فَآبُوا بِالثِّيَابِ وَبِالسَّبَايَا وأُبْنَا بالمُلُوك مُصَفّدينا
"Mereka
menolak pakaian-pakaian dan para tawanan, dan hanya memilih raja-raja dalam
keadaan terbelenggu."
*******************
Firman Allah Swt.:
{سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ}
Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim:
50)
Maksudnya pakaian yang dikenakan oleh ahli neraka
terbuat dari ter (aspal) yang biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kulit
unta.
Qatadah mengatakan bahwa ter merupakan suatu
bahan yang mudah terbakar.
Lafaz qatiran dikatakan pula qatran, seperti
yang dikatakan oleh seorang penyair bernama Abun Najm dalam salah satu bait
syairnya,
كَأَنَّ قِطْرانًا إذَا تَلاهَا ... تَرْمي بِهِ الرِّيحُ إِلَى مَجْراها
"Apabila
unta itu dipoles dengan ter, ia seakan-akan bagaikan angin yang bertiup ke arah
yang ditujunya (karena kepanasan)."
Ibnu Abbas mengatakan bahwa qatiran adalah
tembaga yang dilebur, dan adakalanya dia membaca ayat ini dengan bacaan
berikut:
"سَرَابيلهم مِنْ قَطِران"
Pakaian mereka adalah dari ter. (Ibrahim:
50)
Makna yang dimaksud ialah tembaga yang dilebur,
kemudian panasnya telah mereda. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid,
Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Qatadah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ}
dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Ibrahim:
50)
Ayat ini maknanya sama dengan apa yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ
فِيهَا كَالِحُونَ}
Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di
dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 104)
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا
أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ، عن يحيى بن أبي
كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ
الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أَرْبَعٌ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يُتْرَكن الْفَخْرُ
بِالْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالِاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ،
وَالنِّيَاحَةُ، وَالنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، ودرْع مِنْ
جَرَب".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Yazid, dari
Yahya ibnu Abu kasir, dari Zaid, dari Abu Salam, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada empat perkara di dalam
umatku termasuk perkara Jahiliah yang masih belum mereka tinggalkan, yaitu
membangga-banggakan diri dengan kedudukan, mendiskreditkan nasab (keturunan),
meminta hujan melalui bintang-bintang, dan niyahah (menangis ala
Jahiliah) karena ditinggal mati. Wanita yang ber-niyahah bila masih belum
tobat sebelum matinya, kelak di hari kiamat dibangkitkan dengan memakai pakaian
dari ter dan baju kurung dari penyakit kurap.
Hadis diketengahkan oleh Imam Muslim secara munfarid.
Di dalam hadis Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a.,
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ، تُوقَفُ فِي طَرِيقٍ بَيْنَ
الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَسَرَابِيلُهَا مِنْ قَطِرَانٍ، وَتَغْشَى وَجْهَهَا
النَّارُ"
Wanita yang ber-niyahah jika (mati dalam
keadaan) belum bertobat, akan diberdirikan di tengah jalan antara surga dan
neraka, pakaiannya adalah dari ter, sedangkan mukanya ditutupi oleh api
neraka.
*******************
Firman Allah Swt.:
لِيَجْزِيَ
اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap
orang terhadap apa yang ia usahakan. (Ibrahim: 51)
Yaitu kelak di hari kiamat, seperti halnya yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا
عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Najm: 31), hingga
akhir ayat.
Mengenai firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Sesungguhnya Allah Mahacepat hisab (perhitungan)-Nya.
(Ibrahim: 51)
Makna ayat ini dapat ditafsirkan seperti
pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي
غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab
segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya).
(Al-Anbiya: 1)
Dapat pula ditafsirkan dengan pengertian 'dalam
menghisab amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Allah sangat cepat perhitungan-Nya,
karena Dia mengetahui segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari
pengetahuan-Nya, dan sesungguhnya semua makhluk menurut kekuasaan Allah sama
halnya dengan seseorang dari mereka', seperti pengertian yang terdapat di dalam
firman-Nya:
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا
كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan
kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan
membangkitkan) satu jiwa. (Luqman: 28)
Hal ini sama dengan inti sari dari pendapat
Mujahid, bahwa makna firman-Nya:
{سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Mahacepat hisab-Nya. (Ibrahim: 51)
Yakni perhitungan-Nya. Tetapi dapat pula
dikatakan bahwa masing-masing dari kedua pendapat dapat dijadikan sebagai
tafsirnya.
Ibrahim, ayat 52
{هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ
وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ
أُولُو الألْبَابِ (52) }
(Al-Qur'an ini) adalah
penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa
dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
Allah Swt. menyebutkan bahwa Al-Qur'an ini adalah
penjelasan bagi umat manusia, semakna dengan ayat lainnya:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengannya Aku memberi peringatan kepada
kalian dan kepada orang yang sampai kepadanya Al-Qur’an. (Al-An'am: 19)
Artinya, Al-Qur'an ini adalah penjelasan yang
disampaikan kepada semua makhluk manusia dan jin, seperti yang disebutkan dalam
permulaan surat ini melalui firman-Nya:
{الر كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ
لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ}
Alif, Dam Ra. (Ini adalah) Kitab yang
Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang. (Ibrahim: 1), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلِيُنْذَرُوا بِهِ}
dan supaya mereka diberi peringatan dengan
dia. (Ibrahim: 52)
Maksudnya, agar mereka mengambil pelajaran dari
Al-Qur'an.
{وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ
وَاحِدٌ}
dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Ibrahim: 52)
Yakni agar mereka dapat menyimpulkan melalui
bukti-bukti dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya, bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.
{وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ}
dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran. (Ibrahim: 52)
Ulul Albab artinya orang-orang yang
berakal.
Sampai di sini tafsir surat Ibrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar