Rabu, 13 April 2016

6.02. Al An'am 40-73



Al-An'am, ayat 40-45

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (40) بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ (41) وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ (42) فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (43) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44) فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (45)
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepada kalian, atau datang kepada kalian hari kiamat, apakah kalian menyeru (tuhan) selain Allah jika kalian orang-orang yang benar.” (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kalian seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan Allah). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki terhadap makhluk-Nya menurut apa yang Dia sukai. Tiada akibat bagi hukum-Nya, dan tidak ada seorang pun yang mampu memalingkan hukum-Nya terhadap makhluk-Nya, bahkan Dialah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Apabila diminta, maka Dia memper­kenankan terhadap orang yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebut­kan oleh firman-Nya:
{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ}
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika datang sfcaan Allah kepada kalian, atau datang kepada kalian hari kiamat.” (Al-An'am: 40)
Yakni datang kepada kalian ini atau yang itu.
{أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
apakah kalian menyeru (tuhan) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am: 40)
Artinya janganlah kalian menyeru kepada, selain Allah, karena kalian mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menghilangkan hal itu selain Dia sendiri. Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan:
{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am: 40)
Yaitu dalam pengambilan kalian selain Allah sebagai tuhan-tuhan kalian.
****
{بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ}
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kalian seru, maka Dia meng­hilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan Allah). (Al-An'am: 41)
Maksudnya, dalam keadaan darurat kalian tidak menyeru siapa pun selain Allah, dan lenyaplah dari pikiran kalian berhala-berhala dan sembahan-sembahan kalian. Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt.:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan. (Al-An'am: 42)
Yakni kemiskinan dan kesempitan dalam hidup.
{وَالضَّرَّاءِ}
dan kemelaratan. (Al-An'am: 42)
Yaitu penyakit dan hal-hal yang menyakitkan.
{لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ}
supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk me­rendahkan diri. (Al-An'am: 42)
Maknanya adalah meminta kepada Allah, merendahkan diri kepada- Nya dengan penuh rasa khusyuk. 
****
Allah Swt. berfirman:
{فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا}
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka. (Al-An'am: 43)
Artinya, mengapa manakala Kami uji mereka dengan hal tersebut, mereka tidak memohon kepada Kami dengan tunduk merendahkan diri dan mendekatkan diri kepada Kami?
{وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ}
bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43)
Yakni hatinya keras membangkang dan tidak dapat khusyuk.
{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-An'am: 43)
Yaitu kemusyrikan, keingkaran, dan perbuatan-perbuatan maksiat.
*****
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)
Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu dan melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.
{فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ}
Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. (Al-An'am: 44)
Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat mereka dan sebagai pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا}
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)
Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak yang banyak, dan rezeki melimpah ruah.
{أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً}
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. (Al-An'am: 44)
Yaitu di saat mereka sedang lalai.
{فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
maka ketika itu mereka terdiam putus asa. (Al-An'am: 44)
Artinya putus harapan dari semua kebaikan. Al-Walibi telah meriwayat­kan dari Ibnu Abbas, bahwa al-mublis artinya orang yang putus asa. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Barang siapa yang diberi keluasan oleh Allah. lalu ia tidak memandang bahwa hal itu merupakan ujian baginya, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan. Dan barang siapa yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak memandang bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Kaum itu telah teperdaya. Demi Tuhan Ka'bah, mereka diberi, kemudian disiksa.' Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Qatadah mengatakan bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba merupakan urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta sedang tenggelam di dalam kesenangan­nya. Karena itu, janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya tidaklah teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka). Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. (Al-An'am: 44) Bahwa makna yang dimaksud ialah kemakmuran dan kesenangan duniawi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا رِشْدِين -يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ أَبَا الْحَجَّاجِ الْمَهْرِيَّ -عَنْ حَرْمَلَة بْنِ عِمْرَانَ التُّجِيبي، عَنْ عُقْبة بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي العبدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعاصيه مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاج". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin (yakni Ibnu Sa'd alias Abul Hajjaj Al-Muhri), dari Harmalah ibnu Imran At-Tajibi, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila kamu lihat Allah memberikan kesenangan duniawi kepa­da seorang hamba yang gemar berbuat maksiat terhadap-Nya sesuka hatinya, maka sesungguhnya hal itu adalah istidraj (membinasakannya secara perlahan-lahan). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.(Al-An'am: 44)
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Harmalah dan Ibnu Luhai'ah, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir dengan lafaz yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا عِرَاك بْنُ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلة، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ [تَبَارَكَ وَتَعَالَى] إذا أراد الله بِقَوْمٍ بَقَاءً -أَوْ: نَمَاءً -رَزَقَهُمُ الْقَصْدَ وَالْعَفَافَ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ اقْتِطَاعًا فَتَحَ لَهُمْ -أَوْ فَتْحَ عَلَيْهِمْ -بَابَ خِيَانَةٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Irak ibnu Khalid ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghendaki kelestarian atau kemakmuran suatu kaum, maka Dia memberi mereka rezeki berupa sifat ekonomis dan memelihara kehormatan. Dan apabila Dia menghendaki perpecahan suatu kaum, maka Dia membukakan bagi mereka atau dibukakan untuk mereka pintu khianat.
****
{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An'am: 44)
Seperti apa yang disebutkan oleh firman selanjutnya:
{فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 45)
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan lain-lainnya.

Al-An'am, ayat 46-49

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ (46) قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ (47) وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (48) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (49)
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hati kalian, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian?” Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereku tetap berpaling (juga). Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang-orang yang zalim?”Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa katakanlah kepada mereka yang mendustakan dan ingkar kepada kekuasaan Allah Swt.:
{أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ}
Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian. (Al-An'am: 46)
Yakni Dia mencabutnya dari kalian sebagaimana Dia telah mem­berikannya kepada kalian, seperti yang disebutkan dalam firman lain:
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ
Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan. (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
Dapat diinterpretasikan pula bahwa ungkapan ini mengandung makna larangan menggunakan pendengaran dan penglihatan menurut apa yang diperintahkan oleh syariat, karena pada firman selanjutnya disebutkan:
{وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ}
serta menutup hati kalian. (Al-An'am: 46)
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan? (Yunus: 31)
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ}
dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghalang-halangi antara manusia dan hatinya. (Al-Anfal: 24)
***
Mengenai firman Allah Swt.:
{مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}
siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian? (Al-An'am: 46)
Artinya, apakah ada seseorang selain Allah yang dapat mengembalikan hal itu kepada kalian, jika Allah mencabutnya dari kalian? Jelas tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya selain Allah Swt. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:
{انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 46)
Yakni Kami terangkan, Kami jelaskan, dan Kami tafsirkan tanda-tanda tersebut yang semuanya menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan semua yang mereka sembah selain Allah adalah batil dan sesat.
{ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ}
kemudian mereka tetap berpaling (juga). (Al-An'am: 46)
Yaitu sekalipun dengan adanya keterangan yang jelas itu, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan menghalang-halangi manusia untuk mengikutinya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yasdifiina ialah menyimpang. Menurut Mujahid dan Qatadah adalah berpaling, sedangkan menurut As-Saddi menghambat (menghalang-halangi).
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً}
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong.” (Al-An'am: 47)
Yakni kalian tidak merasakannya sehingga kedatangannya mengejutkan kalian.
{أَوْ جَهْرَةً}
atau terang-terangan. (Al-An'am: 47)
Maksudnya, dengan jelas dan kelihatan.
{هَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ}
maka adakah yang dibinasakan (Allah), selain dari orang-orang yang zalim? (Al-An'am: 47)
Yakni sesungguhnya pembinasaan itu hanyalah meliputi orang-orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena kemusyrikan mereka. Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang selalu menyembah-Nya semata serta tidak mempersekutukan-Nya. Maka tiada ketakutan yang mencekam mereka, tidak pula mereka bersedih hati; perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-An'am: 82), hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ}
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. (Al-An'am: 48)
Artinya, menyampaikan berita gembira kebaikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan memberi peringatan kepada orang-orang yang kafir kepada Allah dengan pembalasan Allah dan siksaan-siksaan-Nya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ}
Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan. (Al-An'am: 48)
Yakni barang siapa yang hatinya beriman kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dan memperbaiki amal perbuatannya dengan mengikuti petunjuk mereka.
{فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}
maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-An'am: 48)
Yaitu bila dikaitkan dengan masa depan mereka.
{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-An'am: 48)
Yakni bila dikaitkan dengan masa lalu mereka dan apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka menyangkut perkara duniawi dan aneka ragamnya. Allah-lah yang menjadi pelindung mereka dari apa yang telah mereka tinggalkan dan Allah-lah yang memelihara mereka dari masa lalunya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ}
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-An'am: 49)
Maksudnya, mereka akan mendapat azab karena kekafiran mereka terhadap apa yang telah disampaikan oleh para rasul, dan karena mereka menyimpang jauh dari perintah-perintah Allah, tidak mau taat kepada-Nya, selalu mengerjakan hal-hal yang dilarang dan yang diharamkan-Nya serta selalu melanggar batasan-batasan yang diharamkan-Nya.

Al-An'am, ayat 50-54

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ (50) وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (51) وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ (52) وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ (53) وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (54)
Katakanlah, "Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang di­wahyukan kepadaku.”Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kalian tidak memikirkan(nya)? Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun selain dari Allah, agar mereka bertakwa. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya, Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim. Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang kaya itu) berkata, "Orang-orang yang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, "Salamun 'alaikum, " Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ}
Katakanlah, "Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku." (Al-An'am: 50)
Dengan kata lain, aku tidak memilikinya dan tidak pula mengaturnya.
{وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ}
dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib. (Al-An'am: 50)
Yakni aku pun tidak mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya aku mengetahui perkara yang gaib, karena sesungguhnya hal yang gaib itu hanya diketahui oleh Allah Swt. saja; dan aku tidak dapat mengetahuinya kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadaku.
{وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ}
dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. (Al-An'am: 50)
Artinya, aku tidak mendakwakan diri bahwa diriku adalah malaikat, melainkan hanyalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Allah Swt. telah memuliakan diriku dengan wahyu itu dan mengaruniaiku dengannya sebagai nikmat dari-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ}
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. (Al-An'am: 50)
Yakni aku tidak pernah menyimpang darinya barang sejengkal pun, tidak pula kurang dari itu.
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ}
Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta dan orang yang melihat?” (Al-An'am: 50)
Maksudnya, apakah orang yang mengikuti kebenaran dan mendapat petunjuk kepada perkara yang benar sama dengan orang yang sesat darinya dan tidak mau mengikutinya?
{أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak memikirkannya)*? (Al-An'am: 50)
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang menyebutkan melalui firman-Nya:
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}
Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Ra'd: 19)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun. (Al-An'am: 51)
Artinya, berilah peringatan dengan Al-Qur'an ini, hai Muhammad!
{الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ}
orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. (Al-Mu’minun: 57)
Yaitu orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.
****
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51)
Yakni pada hari kiamat nanti.
{لَيْسَ لَهُمْ}
sedangkan bagi mereka tidak ada. (Al-An'am: 51)
Maksudnya, pada hari itu (hari kiamat).
{مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
seorang pelindung dan pemberi syafaat pun. (Al-An'am: 51)
Yakni tidak ada kaum kerabat bagi mereka dan tidak ada orang yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka dari azab Allah, bilamana Allah berkehendak menimpakannya kepada mereka.
{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)
Artinya, peringatkanlah akan kejadian hari kiamat ini, karena tidak ada hakim pada hari tersebut kecuali hanya Allah Swt. semata.
{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)
Karena itu, lalu mereka mau mengerjakan amal perbuatan di dunia ini, yang menyebabkan Allah menyelamatkan mereka pada hari kiamat nanti dari azab-Nya, dan Allah melipatgandakan pahala-Nya kepada mereka dengan lipat ganda yang banyak.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)
Dengan kata lain, janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyandang predikat tersebut dari sisimu, melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain:
{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا}
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi: 28)
Adapun firman Allah Swt.:
{يَدْعُونَ رَبَّهُمْ}
orang-orang yang menyeru Tuhannya. (Al-An'am: 52)
Yakni menyembah-Nya dan memohon kepada-Nya.
{بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ}
di pagi hari dan petang hari. (Al-An'am: 52)
Menurut Sa'id ibnul Musayyab, Mujahid, dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah salat fardu. Makna doa dalam ayat ini adalah seperti yang dianjurkan oleh firman-Nya:
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku (serulah Aku), niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian.” (Al-Mu’min: 60)
Maksudnya, Aku menerima doa kalian.
Firman Allah Swt.:
{يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}
sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)
Yakni dengan amalnya itu mereka menghendaki rida Allah, mereka kerjakan semua ibadah dan amal ketaatan dengan hati yang ikhlas karena Allah.
****
Firman Allah Swt.:
{مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu. (Al-An'am: 52)
Seperti yang dikatakan oleh Nabi Nuh a.s. dalam menjawab ucapan orang-orang yang mengatakan, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"
{وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ}
Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kalian menyadari. (Asy-Syu'ara: 112-113)
Dengan kata lain, sesungguhnya perhitungan amal perbuatan mereka hanyalah kepada Allah Swt., dan aku tidak memikul tanggung jawab hisab mereka barang sedikit pun, sebagaimana mereka pun tidak bertanggung jawab sedikit pun terhadap perhitungan amal perbuatanku.
***
Firman Allah Swt.:
{فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ}
Yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Al-An'am: 52)
Yakni jika kamu melakukan hal tersebut, akibatnya adalah seperti itu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asbat (yaitu Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepadaku Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Rasulullah Saw. Pada saat itu di sisi beliau terdapat Khabbab, Suhaib, Bilal, dan Ammar. Lalu mereka (para pemuka Quraisy) berkata, "Hai Muhammad, apakah kamu rela menjadi teman orang-orang itu (yakni yang ada di sisi Nabi Saw.)?" Maka turunlah ayat ini: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)? (Al-An'am: 53)
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Nabi Saw. yang ketika itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, Khabbab, dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang muslim yang daif. Lalu para pemuka Quraisy itu berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau rela orang-orang itu sebagai kaummu? Apakah mereka adalah orang-orang yang dianugerahi oleh Allah di antara kami? Apakah pantas kami akan mengikuti jejak orang-orang itu? Usirlah mereka! Barangkali jika engkau mengusir mereka, kami akan mengikutimu." Maka turunlah firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52) Sampai dengan firman-Nya: Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang-orang miskin). (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr, dari As-Saddi, dari Abu Sa'id Al-Azdi —qari' Al-Azdi—, dari Abul Kunud, dari Khabbab sehubungan dengan firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari. (Al-An'am: 52) Bahwa Al-Aqra' ibnu Habis At-Tamimi dan Uyaynah ibnu Hasan Al-Fazzari datang, lalu mereka menjumpai Rasulullah Saw. yang pada saat itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, dan Khabbab. Ketika itu Rasulullah Saw. sedang duduk di antara segolongan kaum mukmin yang duafa. Ketika mereka melihat orang-orang itu berada di sekitar Nabi Saw., mereka menghina orang-orang duafa itu di hadapan teman-teman mereka. Lalu mereka datang kepada Nabi Saw., dan kaum duafa membiarkan Nabi Saw. menemui mereka. Lalu mereka berkata, "Sesungguhnya kami menginginkan agar engkau membuat suatu majelis khusus buat kami, mengingat semua orang Arab telah mengenal keutamaan kami. Karena delegasi-delegasi dari banyak kalangan orang-orang Arab sering datang kepadamu, maka kami akan merasa malu bila mereka melihat kami ada bersama para budak ini. Untuk itu apabila kami datang kepadamu, tolong usirlah mereka dari kami; dan jika kami telah selesai dengan urusan kami, silakan engkau duduk kembali bersama mereka jika engkau suka." Nabi Saw. menjawab, "Baiklah." Mereka berkata, "Kalau demikian, tentukanlah olehmu hari-harinya buat kami secara tertulis." MakaNabi Saw. memanggil sahabat Ali dan meminta sebuah lembaran, kemudian beliau Saw. memerintah­kan Ali untuk mencatat hal tersebut, sedangkan ketika itu kaum duafa berada di suatu sudut yang agak jauh dari mereka. Dan pada saat itu juga turunlah Malaikat Jibril seraya membawa firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. melemparkan lembaran itu dari tangannya, kemudian beliau memanggil kami, maka kami pun datang kepadanya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Asbat dengan lafaz yang sama. Tetapi hadis ini garib, karena sesungguhnya ayat ini Makkiyyah, sedangkan Al-Aqra' ibnu Habis dan Uyaynah baru masuk Islam hanya setelah hijrah selang beberapa tahun kemudian.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Sa'd pernah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang sahabat Nabi Saw., antara lain Ibnu Mas'ud.
Sa'd melanjutkan kisahnya, "Kami selalu menemani Rasulullah Saw. dan dekat dengannya untuk mendengar sabda-sabda beliau Saw. Maka orang-orang Quraisy berkata, 'Engkau selalu mendekati mereka dan menjauh dari kami'." Maka turunlah ayat ini: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari. (Al-An'am: 52)
Imam Hakim meriwayatkannya dalam  kitab Mustadrak melalui jalur Sufyan. Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sesuai dengan syarat Syaikhain. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Miqdam ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama.
****
Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ}
Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al-An'am: 53)
Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain.
{لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}
supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Al-An'am: 53)
Demikian itu terjadi karena Rasulullah Saw. pada masa permulaan risalahnya banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-lakinya, kaum wanitanya, budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan; tidak ada yang mengikuti beliau Saw. dari kalangan orang-orang yang terpandang kecuali hanya sedikit. Perihal Rasulullah Saw. saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh kepada nabinya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}
Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27), hingga akhir ayat.
Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh Heraklius —Raja Romawi—kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, "Apakah orang-orang yang mengikutinya (Nabi Saw.) adalah dari kalangan orang-orang yang terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Heraklius berkata, "Mereka adalah pengikut para rasul".
Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi Saw. Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya.
Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, "Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" Dengan kata lain, "Tidaklah layak bagi Allah memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan." Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:
{لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ}
Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al-Ahqaf: 11)
Sama pula dengan firman-Nya:
{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا}
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya)?" (Maryam: 73)
Allah Swt. menjawab perkataan tersebut dalam firman selanjutnya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا}
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (Maryam: 74)
Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. menjawab mereka ketika mereka mengatakan:
{أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}
Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? (Allah berfirman menjawab mereka), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?v (Al-An'am: 53)
Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (Al-'Ankabut: 69)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى أَلْوَانِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Mut'im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari kalangan orang-orang kafir mereka; semuanya datang kepada Abu Talib, lalu mereka berkata, "Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad— tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita, karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami hormati dia di kalangan kami; lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami akan percaya kepadanya karena itu." Maka Abu Talib datang kepada Nabi Saw. dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata memberikan sarannya, "Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan mereka itu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). (Al-An'am: 53)
Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka Bani Abdu Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula Usaid; dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas'ud, Al-Miqdad ibnu Amr, Mas'ud, Ibnul Qari, Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya.
Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para hulafa (teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin); supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.
Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan datang kepada Nabi Saw., lalu ia meminta maaf kepada Nabi Saw. atas ucapan yang telah dikeluarkannya. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا }
Apabila datang orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-An'am: 54), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, "SaTamun 'alaikum.” (Al-An'am: 54)
Artinya, hormatilah mereka dengan menjawab salam mereka, dan sampaikan berita gembira kepada mereka bahwa rahmat Allah yang luas mencakup mereka semua. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ}
Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)
Yakni Dia telah mewajibkan rahmat atas diri-Nya Yang Mahamulia sebagai karunia dari-Nya, kebaikan, dan anugerah-Nya buat mereka.
{مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ}
Yaitu bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, semua orang yang durhaka kepada Allah adalah orang yang jahil.
Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari Al-Hakam ibnu Aban ibnu Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54) Bahwa dunia seluruhnya merupakan kejahilan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
{ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ}
kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan. (Al-An'am: 54)
Yakni kembali kepada jalan yang benar dari kebiasaan maksiatnya dan kapok serta bertekad tidak akan mengulanginya lagi, serta memperbaiki amal perbuatannya di masa mendatang.
{فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An'am: 54)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ همَّام بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَضَى اللَّهُ الخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang telah diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami, yaitu bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Allah melakukan peradilan terhadap makhluk-(Nya), maka Dia menetapkan pada kitab-Nya yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab Sahihain. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. Musa ibnu Uqbah meriwayatkannya dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Lais dan lain-lainnya, dari Muhammad ibnu Ajian, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang sama.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه، مِنْ طَرِيقِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانٍ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْخَلْقِ، أَخْرَجَ كِتَابًا مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي، وَأَنَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً أَوْ قَبْضَتَيْنِ فَيُخْرِجُ مِنَ النار خلقًا لم يعملوا خيرًا، مَكْتُوبٌ بَيْنَ أَعْيُنِهِمْ. عُتَقَاء اللَّهِ".
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui jalur Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila Allah telah menyelesaikan peradilan-Nya di antara makhluk semuanya, maka Dia mengeluarkan suatu kitab dari bawah 'Arasy (yang tercantum padanya), "Sesungguhnya rahmat­Ku mendahului murka-Ku, dan Aku adalah Yang Maha Pelimpah Rahmat.” Lalu Allah menggenggam sekali atau dua kali genggaman dan mengeluarkan dari neraka sejumlah banyak makhluk yang tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, di antara kedua mata mereka (yakni pada kening mereka) tertuliskan, "Orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah (dari neraka)."
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Asim ibnu Sulaiman, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman sehubungan dengan firman-Nya: Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54) Bahwa sesungguhnya di dalam kitab Taurat Kami menjumpai dua jenis kasih sayang, yaitu: Allah Swt. menciptakan langit dan bumi, menciptakan seratus rahmat, atau Dia menjadikan seratus rahmat sebelum menciptakan makhluk. Kemudian Dia menciptakan makhluk dan meletakkan sebuah rahmat di antara mereka, sedangkan yang sembilan puluh sembilan rahmat Dia pegang di sisi-Nya. Salman melanjutkan kisahnya, "Dengan satu rahmat itulah para makhluk berkasih sayang, saling mengasihi, saling memberi, dan saling menolong. Dengan satu rahmat itulah unta betina mengasihi anaknya, sapi betina mengasihi anaknya, kambing betina mengasihi anaknya, dan ikan-ikan di laut saling beriringan. Maka apabila datang hari kiamat, Allah mengumpulkan rahmat itu dengan rahmat yang ada di sisi-Nya, dan rahmat-Nya jauh lebih utama dan lebih luas.
Hal ini telah diriwayatkan pula secara marfu melalui jalur lain. Dalam pembahasan berikutnya akan disebutkan hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu pada tafsir firman-Nya:
{وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ}
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A'raf: 156)
Di antara hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat ini ialah sabda Nabi Saw. kepada sahabat Mu'az ibnu Jabal:
"أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ أَنْ يَعْبُدُوهُ لَايُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا"، ثُمَّ قَالَ: "أَتَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا هُمْ فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ"
"Tahukah kamu, apakah hak Allah yang dibebankan atas hamba-hamba-Nya? Yaitu hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula: Tahukah kamu, apakah hak hamba-hamba Allah atas Allah apabila mereka melakukan hal tersebut? Yaitu hendaknya Dia tidak mengazab mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui jalur Kumail ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah r.a.

Al-An'am, ayat 55-59

وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ (55) قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قُلْ لَا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (56) قُلْ إِنِّي عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ (57) قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الْأَمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ (58) وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (59)
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah." Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." Katakanlah, "Sesungguhnya aku (berada) di atas hujah yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku, sedangkan kalian mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.” Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kalian. Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz).
Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami telah jelaskan hal-hal yang telah lalu keterangannya, yaitu hujah-hujah dan daliJ-dalil sebagai jalan petunjuk dan bimbingan, dan telah dicela sikap membantah dan ingkar."
{وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}
Demikian pula Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an. (Al-An'am: 55)
Yakni ayat-ayat diperlukan oleh orang-orang yang diajak bicara keterangannya secara jelas.
{وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ}
dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (Al-An'am: 55)
Yaitu supaya jelas jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa yang menentang para rasul.
Menurut qiraah yang lain, ayat ini dibaca sabila, sehingga artinya menjadi demikian:
dan supaya kamu jelas terhadap jalan orang-orang yang berdosa.
Artinya, agar kamu jelas, hai Muhammad; atau hai orang yang diajak bicara terhadap jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنِّي عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di atas hujah yang nyata dari Tuhanku.” (Al-An'am: 57)
Maksudnya, aku berada di atas pengetahuan dari syariat Allah yang telah diwahyukan oleh-Nya kepadaku.
{وَكَذَّبْتُمْ بِهِ}
sedangkan kalian mendustakannya. (Al-An'am: 57)
Yakni kalian mendustakan perkara hak yang disampaikan kepadaku dari Allah.
{مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ}
Tidak ada padaku apa yang kalian minta supaya disegerakan. (Al-An'am: 57)
Yaitu siksaan atau azab.
{إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ}
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (Al-An'am: 57)
Artinya, sesungguhnya rujukan mengenai hal tersebut hanyalah kepada Allah. Dengan kata lain, jika dia menghendaki untuk menyegerakannya kepada kalian, niscaya Dia akan menyegerakan azab yang kalian minta itu. Dan jika Dia menghendaki penangguhannya terhadap kalian, niscaya Dia menangguhkannya karena dalam penangguhan itu terkandung hikmah yang besar yang hanya Dia saja yang mengetahuinya. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:
{إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ}
Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik (Al-An'am: 57)
Yakni Dia adalah sebaik-baik Pemberi keputusan peradilan dan sebaik-baik Pemberi penyelesaian dalam memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang Kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada di antara aku dan kalian. (Al-An'am: 58)
Yaitu seandainya keputusan mengenai azab itu berada di tanganku, niscaya aku benar-benar akan menimpakannya kepada kalian sesuai dengan kadar yang berhak kalian terima darinya.
{وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ}
Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.” (Al-An'am: 58)
Bila ditanyakan, bagaimanakah menggabungkan pengertian antara ayat ini dengan sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Ibnu Wahb, dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Aisyah, bahwa Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang terasa lebih keras olehmu daripada Perang Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab:
"لَقَدْ لقيتُ مِنْ قَوْمِكِ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُ يَوْمَ الْعَقَبَةِ؛ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي على ابن عبد يا ليل ابْنِ عَبْدِ كُلال، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أردتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أظَلَّتْني، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَنَادَانِي، فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَك الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ". قَالَ: "فَنَادَانِي مَلَك الْجِبَالِ وَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَقَدْ بَعَثَنِي رَبُّكَ إِلَيْكَ، لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِكَ، فَمَا شِئْتَ؟ إِنْ شِئْتَ أَطْبَقْتُ عَلَيْهِمُ الْأَخْشَبَيْنِ"، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ، لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا"،
Sesungguhnya aku pernah mengalaminya dari kaummu, dan hari yang paling keras yang pernah kualami adalah hari Aqabah. Yaitu ketika aku menampilkan diriku menyeru Ibnu Abdu Yalil ibnu Abdu Kalal untuk masuk Islam, tetapi dia tidak mau menerima apa yang kutawarkan kepadanya. Maka aku pergi dengan hati yang penuh kesusahan dan kedukaan, aku tidak sadar dari kesusahanku kecuali setelah tiba di Qarnus Sa'alib. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat segumpal awan yang menaungiku. Ketika kuperhatikan, ternyata di dalamnya terdapat Malaikat Jibril as. Jibril menyeruku dan berkata, "Sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu kepadamu, mereka tidak mau memenuhi seruanmu, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu malaikat penjaga gunung-gunung untuk engkau perintahkan sesukamu terhadap mereka.” Malaikat penjaga gunung menyeruku dan memberi salam kepadaku, kemudian berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu kepadamu, dan sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadaku menemuimu untuk engkau perintah menurut apa yang engkau kehendaki. Jika engkau suka, maka aku timpakan kepada mereka kedua Bukit Akhsyab ini.” Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak, tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Demikianlah menurut lafaz Imam Muslim, Nabi Saw. ditawari agar mereka diazab dan dibinasakan sampai ke akar-akarnya, tetapi Nabi Saw. bersikap lunak kepada mereka dan memohon agar mereka ditangguhkan, dengan harapan semoga saja Allah mengeluarkan dari mereka keturunan yang mau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Pertanyaan yang dimaksud ialah bagaimanakah menggabungkan pengertian hadis ini dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam ayat ini:
{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kalian. Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim." (Al-An'am: 58)
Sebagai jawabannya —hanya Allah yang lebih mengetahui— dapat dikatakan bahwa ayat ini menunjukkan pengertian 'seandainya persoalan azab yang mereka minta itu berada di tangan Nabi Saw., niscaya Nabi Saw. akan menimpakannya kepada mereka pada saat mereka memintanya'. Adapun mengenai hadis ini, maka di dalamnya tidak mengandung makna bahwa mereka meminta agar dijatuhkan azab atas diri mereka. Tetapi yang menawarkannya datang dari pihak malaikat penjaga gunung-gunung, yaitu 'apabila Nabi Saw. menginginkan agar kedua Bukit Akhsyab ditimpakan kepada mereka, niscaya akan dilakukan oleh malaikat penjaga gunung'. Gunung Akhsyab ialah dua buah bukit yang meliputi kota Mekah dari arah selatan dan utaranya. Karena itulah Nabi Saw. memohon agar hal itu ditangguhkan dan memohon agar mereka dibelaskasihani.
***
Firman Allah Swt.:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ}
dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, dari Ibnu Syihab, dari Salim ibnu Abdullah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci perkara yang gaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)
Di dalam hadis Umar disebutkan bahwa ketika Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi Saw. dalam rupa seorang lelaki Badui, lalu bertanya kepada Nabi Saw. mengenai iman dan Islam serta ihsan, maka Nabi Saw. menjawabnya. Di antara jawaban Nabi Saw. kepadanya ialah:
"خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ "، ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ}
Ada lima perkara tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat.
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. (Al-An'am: 59)
Artinya, pengetahuan Allah Yang Mahamulia meliputi semua alam wujud ini, baik yang ada di daratan maupun yang ada di lautan, tidak ada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah, dan tidak ada yang samar bagi Allah sebesar zarrah pun di bumi ini, tidak pula yang ada di langit. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh As-Sarsari dalam bait syairnya yang menyebutkan:
فَلا يَخْفَى عَلَيْهِ الذَّر إمَّا ... تَرَاءىَ لِلنَّوَاظِرِ أَوْ تَوَارى ...
Tidak ada yang samar bagi Allah sebesar zarrah pun, baik yang kelihatan oleh mata ataupun yang tidak kelihatan.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia menge­tahuinya (pula). (Al-An'am: 59)
Yakni Dia mengetahui semua gerak kehidupan seluruh benda, terlebih lagi hewan yang hidup, dan lebih lagi makhluk yang terkena taklif, baik dari kalangan jenis jin maupun manusia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ}
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sa'id ibnu Masruq, telah menceritakan kepada kami Hassan An-Namiri, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia menge­tahuinya (pula). (Al-An'am: 59) Bahwa tidak ada sebuah  pohon pun —baik di daratan maupun di lautan— melainkan ada malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz). (Al-An'am: 59)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Miswar Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Sa'ir, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Abdullah ibnul Haris yang mengatakan bahwa tidak ada suatu pohon pun di bumi, tidak pula sebuah biji pun yang ditanam melainkan padanya terdapat malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk melaporkan kepada-Nya apa yang terjadi pada pohon itu, yaitu mengenai masa lembabnya apabila mengalami kelembaban dan masa keringnya apabila mengalami kekeringan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abul Katthab Ziyad ibnu Abdullah Al-Hassani, dari Malik ibnu Sa'ir dengan lafaz yang sama.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Abu Huzaifah bahwa Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari Amrah ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan Nun —yaitu tinta— dan lembaran-lembaran, lalu dicatatkan padanya perkara dunia hingga habis, yaitu mengenai penciptaan makhluk atau rezeki halal atau rezeki haram, atau amal baik atau amal buruk. Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya;  dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yahya ibnun Nadr, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa sesungguhnya di bawah bumi lapis ketiga dan di atas lapis keempat terdapat makhluk jin. Sekiranya makhluk jin itu menampakkan dirinya pada kalian, niscaya kalian tidak akan mendapat secercah cahaya pun karena terhalang oleh mereka. Pada tiap-tiap sudut (sisi) bumi terdapat sebuah lak Allah Swt., dan pada setiap lak terdapat malaikat. Setiap hari Allah Swt. mengutus seorang malaikat dari sisi-Nya kepada malaikat penjaga lak itu untuk menyampaikan perintah-Nya, bahwa peliharalah apa yang ada padamu.

Al-An'am, ayat 60-62

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (60) وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (61) ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ (62)
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kalian kembali, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang dahulu kalian kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.
Allah Swt. berfirman, bahwa Dia mewafatkan hamba-hamba-Nya dalam tidur mereka di malam hari. Pengertian wafat ini merupakan wafat kecil (tidur), seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (Ali Imran: 55)
{اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. (Az-Zumar: 42)
Allah menyebutkan dalam ayat ini dua jenis kewafatan, yaitu wafat besar dan wafat kecil. Hal yang sama disebutkan pula oleh Allah dalam ayat ini (Al-An'am: 60) yaitu wafat kecil dan wafat besar melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am:60)
Yakni Allah mengetahui mata pencaharian yang kalian kerjakan di siang hari. Kalimat ini merupakan jumlah mu'taridah (kalimat sisipan) yang menunjukkan pengertian bahwa pengetahuan Allah meliputi semua makhluk-Nya pada malam hari dan siang hari mereka, yakni di waktu mereka diam dan di waktu mereka bergerak, semuanya terliputi oleh pengetahuan Allah. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
Sama pula dengan makna yang terkandung di dalam firman lainnya:
{وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ}
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu. (Al-Qashash: 73)
Yakni melakukan istirahat di malam hari.
{وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}
dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. (Al-Qashash: 73)
Yaitu pada siang harinya, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:
{وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا * وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا}
Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (An-Naba: 10-11)
Dalam surat ini pun Allah Swt. menyebutkan melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari, dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am: 60)
Maksudnya, semua pekerjaan yang kalian lakukan di siang hari.
{ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ}
kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari. (Al-An'am: 60)
Damir yang ada pada lafaz fihi kembali kepada siang hari, menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi. Sedangkan menurut Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Kasir, damir kembali kepada tidur, yakni dalam tidurnya. Tetapi makna yang pertama lebih kuat.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه بِسَنَدِهِ عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ مَلَكٌ إِذَا نَامَ أَخَذَ نَفْسَهُ، ويُرَد إِلَيْهِ. فَإِنْ أَذِنَ اللَّهُ فِي قَبْضِ رُوحِهِ قَبَضَهُ، وَإِلَّا رُدَّ إِلَيْهِ"، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ}
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut sanadnya dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Pada tiap orang terdapat seorang malaikat, apabila orang itu tidur, maka malaikatnya mengambil rohnya dan mengembalikannya lagi kepadanya. Dan jika Allah memerintahkan agar nyawanya dicabut, maka malaikat itu mencabut nyawanya; dan jika tidak ada perintah, maka malaikat itu mengembalikannya kepada orang itu. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. (Al-An'am: 60)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى}
Untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah ditentukan. (Al-An'am: 60)
Artinya, sampai kepada ajal atau batas umur yang telah ditetapkan untuk masing-masing orang.
{ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ}
kemudian kepada Allah-lah kalian kembali. (Al-An'am: 60)
Yakni kelak di hari kiamat.
{ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ}
lalu Dia memberitahukan kepada kalian. (Al-An'am: 60)
Maksudnya, menceritakan dan membeberkan kepada kalian.
{بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
apa yang dahulu kalian kerjakan. (Al-An'am: 60)
Yakni Dia akan mengadakan pembalasan kepada kalian atas hal tersebut. Dengan kata lain, apabila amal perbuatan kalian baik, maka balasannya baik; dan apabila amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk pula.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya. (Al-An'am: 61)
Artinya, Dialah yang menguasai segala sesuatu; dan segala sesuatu tunduk kepada keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya.
{وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً}
dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga. (Al-An'am: 61)
Yaitu di antara para malaikat ada yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaga tubuh manusia, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:
{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)
Maksudnya, malaikat penjaga yang mencatat semua amal perbuatannya; sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ *
Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian). (Al-Infitar: 10)
{عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ}
yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 17-18)
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ
(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya. (Qaf: 17)
****
Mengenai firman Allah Swt:
{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ}
sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kalian. (Al-An'am: 61)
Artinya, telah tiba masa ajalnya, dan maut sudah di ambang pintu.
{تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا}
ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. (Al-An'am: 61)
Yakni oleh malaikat yang ditugaskan untuk melakukan hal tersebut (pencabutan nyawa). Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa malaikat maut ('Izrail) mempunyai pembantu-pembantu yang terdiri atas para malaikat lainnya; mereka mencabut roh dari jasad, lalu roh dicabut oleh malaikat maut apabila telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan. Hal ini akan dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh. (Ibrahim: 27)
Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini membuktikan kesahihan dari asar yang bersumberkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya ini.
****
Firman Allah SWT:
{وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ}
dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (Al-An'am: 61)
Yakni dalam menjaga roh orang yang diwafatkan, bahkan mereka memeliharanya dan menempatkannya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang bertakwa, maka mereka ditempatkan di tempat yang tinggi; jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang durhaka, maka ditempatkan di sijjin. Kami berlindung kepada Allah dari hal tersebut.
****
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62)
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am: 62) Yang dimaksud dengan mereka di sini menurutnya adalah para malaikat.
{إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62)
Sehubungan dengan hal ini kami ketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَيِّتَ تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، اخْرُجِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ، فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَج بِهَا إِلَى السَّماء فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الطَّيِّبَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، ادْخُلِي حَمِيدَةً وأبْشري بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ، قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، اخْرُجِي ذَمِيمَةً وَأَبْشِرِي بِحَمِيمٍ وَغَسَّاقٍ، وَآخَرَ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٍ، فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: لَا مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الْخَبِيثَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، ارْجِعِي ذَمِيمَةً، فَإِنَّهُ لَا يُفْتَحُ لَكِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ. فَتُرْسَلُ مِنَ السَّمَاءِ ثُمَّ تَصِيرُ إِلَى الْقَبْرِ، فَيَجْلِسُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ، وَيَجْلِسُ الرَّجُلُ السُّوءُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zib, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya mayat itu dihadiri oleh para malaikat; apabila mayat itu adalah seorang lelaki saleh, maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, wahai jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik, keluarlah engkau dengan terpuji, dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Maka terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga keluar (dari tubuhnya). Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimohonkan supaya dibuka untuknya. Maka ditanyakan, "Siapakah ini?" Lalu dijawab, "Si Fulan (yang baik)." Maka dikatakan, "Selamat datang dengan jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik, masuklah kamu dengan terpuji dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Maka terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga ia sampai ke langit yang padanya ada Allah Swt. Dan apabila lelaki yang bersangkutan adalah orang yang buruk (jahat), maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, hai jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor, keluarlah engkau dengan tercela, dan bergembiralah dengan air yang mendidih dan nanah serta aneka ragam lainnya yang serupa.” Maka hal tersebut terus-menerus dikatakan kepadanya hingga ia keluar. Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimintakan agar dibuka untuknya, maka dikatakan, "Siapakah orang ini?” Dijawab, "Si Fulan (yang jahat)." Maka dikatakan, "Tiada selamat datang bagi jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor. Kembalilah kamu dengan tercela, karena sesungguhnya semua pintu langit tidak akan dibuka untukmu.” Lalu ia diturunkan dari langit hingga sampai di kuburan. Sedangkan lelaki yang saleh tadi duduk, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan apa yang disebutkan pada pembicaraan pertama. Dan orang yang jahat duduk pula, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan pembicaraan yang kedua tadi.
Hadis ini berpredikat garib.
****
Makna firman-Nya:
{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ}
Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am: 62)
Dapat diinterpretasikan dengan pengertian bahwa kelak semua makhluk dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat, lalu Allah memutuskan perkara mereka dengan keputusan yang adil dari-Nya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ الأوَّلِينَ وَالآخِرِينَ * لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}
Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (Al-Waqi'ah: 49-50)
{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا} إِلَى قَوْلِهِ: {وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}
dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Sampai dengan firman-Nya: Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}
Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat per­hitungan yang paling cepat. (Al-An'am: 62)

Al-An'am, ayat 63-65

قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (63) قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ (64) قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ (65)
Katakanlah, "Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lemah lembut (dengan mengatakan), 'Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur" Katakanlah, "Allah menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya.” Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).
Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada sebagian dari mereka yang dalam keadaan kritis dari bencana di daratan dan di lautan, yakni mereka yang dalam keadaan bingung karena tertimpa bencana kesusahan di darat dan di laut yang mengamuk ombaknya karena ditiup badai. Dalam keadaan seperti itu mereka mengesakan Allah dalam doanya —bukan kepada yang lain-Nya— serta tidak mempersekutukan-Nya. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah dalam ayat-ayat yang lain:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.
{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menye­lamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)
{أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Atau siapakah yang memimpin kalian dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). (An-Naml: 63)
Dan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً}
katakanlah, "Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut.”(Al-An'am: 63)
Yang dimaksud dengan tadarru dalam ayat ini ialah dengan suara keras, sedangkan khufyah artinya dengan suara perlahan, yakni kalian berdoa kepada-Nya dengan suara keras dan suara perlahan.
{لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ}
(dengan mengatakan), "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari ini, (Al-An'am: 63)
dari kesempitan atau bencana ini.
{لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (Al-An'am: 63)
Yakni sesudah selamat darinya.
****
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ}
Katakanlah "Allah menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian. (Al-An'am: 64)
Maksudnya sesudah itu, yakni sesudah diselamatkan.
{تُشْرِكُونَ}
kembali mempersekutukan-Nya.” (Al-An'am: 64)
Yakni kalian menyeru-Nya bersama tuhan-tuhan lain pada saat kalian dalam keadaan makmur.
***
Firman Allah Swt.:
{قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ}
Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, (Al-An'am: 65)
Ketika Allah Swt. berfirman: kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 64) Maka Allah Swt. mengiringinya dengan firman selanjutnya yang mengatakan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni sesudah Dia menyelamatkan kalian.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Isra, yaitu;
{رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا * أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا * أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا}
Tuhan kalian adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia; maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima kasih. Maka apakah kalian merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian. Atau apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan (badai) dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (Al-Isra: 66-69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, di dalam suatu riwayat dari Muslim ibnu Ibrahim telah disebutkan bahwa Harun Al-A'war telah menceritakan kepada kami, dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal ini ditujukan kepada orang-orang musyrik.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Ayat ini ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw., tetapi Allah memaafkan mereka.
Dalam pembahasan berikut kami ketengahkan beberapa hadis dan asar yang menerangkan masalah ini, hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan, hanya kepada Dialah kami bertawakal, dan hanya kepada Dialah kami berpegang teguh.
Imam Bukhari rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian dan dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya). (Al-An'am: 65) Yalbisakum, mencampurkan kalian; berasal dari kata iltibas yang artinya campur aduk. Lafaz yalbasu artinya mereka bercampur. Syiya’an, golongan-golongan.
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ: "أَعُوُذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذِهِ أَهْوَنُ -أَوْ قَالَ: هَذَا أَيْسَرُ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. berkata, "Ini adalah yang paling ringan —atau— paling mudah."
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari di dalam kitab Tauhid, dari Qutaibah, dari Hammad dengan lafaz yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula di dalam kitab Tafsir melalui Qutaibah dan Muhammad ibnun Nadr ibnu Musawir serta Yahya ibnu Habib ibnu Addi, keempat-empatnya dari Hammad ibnu Zaid dengan lafaz yang sama.
Al-Humaidi di dalam kitab Musnad-nya telah meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, bahwa ia pernah mendengar Jabir menceritakan hadis ini dari Nabi Saw. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah meriwayatkannya dari Abu Ya'la Al-Mausuli, dari Abu Khaisamah, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.
Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Adam ibnu Abu Iyas dan Yahya ibnu Abdul Hamid serta Asim ibnu Ali, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.  Said Ibnu Manshur meriwayatkannya dari Hammad ibnu Zaid dan Sufyan ibnu Uyaynah, keduanya dari Amr ibnu Dinar dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مقدام ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا بن لَهِيعَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا} قَالَ: "هَذَا أَيْسَرُ"، وَلَوِ اسْتَعَاذَهُ لَأَعَاذَهُ
Jalur lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Yazid, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, uDialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut." atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. berkata pula, "Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut." atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang bertentangan). (Al-An'am: 65) Maka Nabi Saw. bersabda, "Ini lebih mudah."
Dengan kata lain, seandainya seseorang meminta perlindungan kepada Allah dari hal ini, niscaya Dia akan melindunginya.
Banyak hadis yang berkaitan dengan ayat ini, salah satunya ialah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya;
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ -عَنْ رَاشِدٍ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ الْمُقْرَئِيُّ -عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} فَقَالَ: "أَمَا إِنَّهَا كَائِنَةٌ، وَلَمْ يَأْتِ تَأْوِيلُهَا بَعْدُ".
disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar (yakni Ibnu Abu Maryam), dari Rasyid (yaitu Ibnu Sa'd Al-Miqra’i), dari Sa'd ibnu Abu Waqqas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya hal tersebut pasti terjadi, tetapi masih belum tiba saat takwilnya (kejadiannya).
Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Al-Hasan ibnu Arfah, dari Isma'il ibnu Ayyasy, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْلَى -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ عَامِرِ ابن سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، فَدَخَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَصَلَّيْنَا مَعَهُ، فَنَاجَى رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، طَوِيلًا قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا "سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ، فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la (yaitu Ibnu Ubaid), telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hakim, dari Amir ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang menceritakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. hingga sampailah kami di masjid Bani Mu'awiyah. Lalu Nabi Saw. masuk dan salat dua rakaat, kami pun ikut salat bersamanya. Nabi Saw. bermunajat kepada Tuhannya cukup lama, kemudian beliau bersabda: 'Aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, yaitu aku memohon agar umatku tidak dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar umatku tidak dibinasakan oleh paceklik, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar Dia tidak menjadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak mengabulkan permintaanku'.”
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim sendiri. Imam Mus­lim meriwayatkannya di dalam Kitabul Fitan, dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, keduanya dari Abdullah ibnu Numair; dan dari Muhammad ibnu Yahya ibnu Amr, dari Marwan ibnu Mu'awiyah, keduanya dari Usman ibnu Hakim dengan sanad yang sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.  Disebutkan bahwa Imam Ahmad telah mengatakan bahwa ia telah membaca dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Malik, dari Abdullah ibnu Abdullah ibnu Jabir ibnu Atik, dari Jabir ibnu Atik yang mengatakan, "Pernah datang kepada kami Abdullah ibnu Umar di kampung Bani Mu'awiyah, yaitu suatu kampung di antara kampung-kampung orang-orang Ansar; lalu Ibnu Umar berkata, Tahukah kamu, di manakah Rasulullah Saw. pernah salat di masjid kalian ini?' Jabir ibnu Atik menjawab, 'Ya,' seraya mengisyaratkan ke arah suatu bagian dari masjid itu. Ibnu Umar bertanya lagi, 'Tahukah kalian, tiga perkara apakah yang didoakan oleh Nabi Saw. di tempat itu?' Aku (Jabir) menjawab, 'Ya.' Ibnu Umar berkata, 'Kalau demikian, ceritakanlah ketiga hal itu kepadaku.' Aku menjawab, 'Rasulullah Saw. berdoa agar mereka tidak dapat dikalahkan oleh musuh dari selain mereka sendiri, dan agar mereka jangan dibinasakan oleh paceklik, maka Allah memberikan keduanya itu kepada Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. berdoa semoga jangan dijadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Allah tidak memperkenankannya.' Ibnu Umar menjawab, 'Kamu benar, dan masih terus-menerus akan terjadi fitnah sampai hari kiamat'."
Tetapi hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab hadis pun dari kitab Sittah, hanya sanadnya jayyid dan kuat.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حَكِيمٍ بْنِ عَبَّادٍ عَنْ حُنَيف عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَخْبَرَنِي حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حَرَّةِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، قَالَ: فَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، فَأَطَالَ فِيهِنَّ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ فَقَالَ: حَبَسْتُكَ؟ قَلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنِّي سَأَلْتُ اللَّهَ ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِغَرَقٍ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِي".
Hadis yang lain, Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hakim ibnu Hakim ibnu Abbad, dari Khasif, dari Ubadah ibnu Hanif, dari Ali ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Huzaifah ibnul Yaman, bahwa ia berangkat bersama dengan Rasulullah Saw. menuju perkampungan Bani Mu'awiyah. Lalu beliau Saw. Melakukan salat sebanyak delapan rakaat yang dilakukannya dalam waktu yang cukup lama. Setelah itu beliau berpaling ke arahku, lalu bersabda, "Aku telah menahanmu, hai Huzaifah." Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui (mengapa kami tertahan)." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah memohon tiga perkara kepada Allah maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku meminta kepada-Nya agar janganlah mereka dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak permintaanku ini.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ، عَنْ رَجَاءٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَطْلُبُهُ فَقِيلَ لِي: خَرَجَ قَبْلُ. قَالَ: فَجَعَلْتُ لَا أَمُرُّ بِأَحَدٍ إِلَّا قَالَ: مَرَّ قَبْلُ. حَتَّى مَرَرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَائِمًا يُصَلِّي. قَالَ: فَجِئْتُ حَتَّى قُمْتُ خَلْفَهُ، قَالَ: فَأَطَالَ الصَّلَاةَ، فَلَمَّا قَضَى صلاته قلت: يا رسول الله، لقد صليت صَلَاةً طَوِيلَةً؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي غَرَقًا، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِر عَلَيْهِمْ عَدُوًّا لَيْسَ مِنْهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَرَدَّهَا عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnul A'masy, dari Raja Al-Ansari, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang menceritakan, "Aku datang untuk menemui Rasulullah Saw. Maka dikatakan kepadaku bahwa beliau baru saja keluar. Tidak sekali-kali aku bersua dengan seseorang (dalam rangka menyusul beliau), melainkan dikatakan kepadaku bahwa beliau Saw. baru lewat. Hingga aku bersua dengannya dan kujumpai beliau sedang berdiri dalam salatnya. Maka aku datang dan berdiri di belakangnya (bermakmum), dan ternyata Nabi Saw. lama dalam melakukan salatnya. Setelah Nabi Saw. menyelesaikan salatnya, aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, engkau telah mengerjakan salat yang cukup lama.' Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat dengan penuh rasa harap dan takut (kepada-Nya). Sesungguhnya aku meminta kepada Allah Swt. tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dibinasakan oleh banjir, dan Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka tidak dikuasai oleh musuh selain dari kalangan mereka, maka Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak permintaanku yang ini'.”
Ibnu Majah meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan", dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair dan Ali ibnu Muhammad, keduanya dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Abu Uwwanah, dari Abdullah ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az ibnu Jabal, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal atau mendekatinya.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ بُكَيْر بْنِ الْأَشَجِّ، أَنَّ الضَّحَّاكَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْقُرَشِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَة الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُهُ أَلَّا يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُم شِيَعًا، فَأَبَى عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Bukair ibnul Asyaj, bahwa Ad-Dahhak ibnu Abdullah Al-Qurasyi pernah menceritakan kepadanya dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan melakukan salat duha sebanyak delapan rakaat. Setelah selesai dari salatnya Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat ragbah dan rahbab (dengan penuh rasa harap dan takut kepada-Nya), dan aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan diuji dengan paceklik, maka Dia memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan dikuasai oleh musuh mereka, maka Dia memperkenan­kannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bersengketa, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam Bab "Salat", dari Muhammad ibnu Salamah, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، قَالَ: قَالَ الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِيهِ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ -مَوْلَى بَنِي زُهْرَةَ، وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَنَّهُ قَالَ: رَاقَبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ صَلَّاهَا كُلَّهَا، حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ فَسَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ صِلَاتِهِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ صَلَّيْتَ اللَّيْلَةَ صَلَاةً مَا رَأَيْتُكَ صَلَّيْتَ مِثْلَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَجَلْ، إِنَّهَا صَلَاةُ رَغَب ورَهَب. سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَنَا بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْنَا عَدُوًّا مِنْ غَيْرِنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يَلْبِسَنَا شِيَعًا، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Abu Hamzah yang mengatakan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari Abdullah ibnu Khabbab, dari ayahnya — yaitu Khabbab ibnul Art maula Bani Zuhrah— yang pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw. Khabbab ibnul Art mengatakan bahwa dia menjumpai Rasulullah Saw. di suatu malam, pada malam itu Rasulullah Saw. menghabiskan waktunya dengan salat hingga dekat waktu subuh. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari salatnya, maka ia menemuinya dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengerjakan suatu salat pada malam ini yang belum pernah aku melihatmu melakukan hal yang semisal sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Memang benar, sesungguhnya salat yang baru kulakukan itu adalah salat yang penuh dengan harap dan rasa takut kepada Allah. Aku telah memohon tiga perkara kepada Tuhanku dalam salat tersebut. Maka Dia hanya memberiku dua perkara, sedangkan yang satunya lagi tidak diberikan kepadaku. Aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia membinasakan kita dengan azab yang pernah ditimpakan kepada umat-umat sebelum kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah kita dikalahkan oleh musuh dari luar golongan kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia mencampurkan kami dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Syu'aib ibnu Abu Hamzah dengan lafaz yang sama, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui jalur yang lainnya lagi, demikian pula Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih­nya berikut kedua sanadnya dari Saleh ibnu Kaisan. Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan" melalui hadis An-Nu'man ibnu Rasyid, keduanya dari Az-Zuhri dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنِي زِيَادُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيُّ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، حَدَّثَنِي نَافِعُ بْنُ خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، فَقَالَ: "قَدْ كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبَة ورَهْبَة، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثًا، أَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُصِيبَكُمْ بِعَذَابٍ أَصَابَ بِهِ مَنْ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْكُمْ عَدُوًّا يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain. Abu Ja'far ibnu Jarir di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ziyad ibnu Abdullah Al-Muzanni, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Abu Malik, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah melakukan suatu salat yang ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya salat tadi adalah salat yang penuh dengan rasa harap dan takut kepada-Nya. Aku memohon tiga perkara kepada Allah Swt. dalam salat itu. Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara. Aku memohon kepada Allah agar kalian jangan ditimpa oleh azab seperti azab yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dikuasai oleh musuh yang menghalalkan kehormatan kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dijadikan berbagai golongan yang saling bertentangan, sebagian dari kalian merasakan keganasan sebagian yang lain, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Abu Malik mengatakan bahwa lalu ia bertanya kepada Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, "Apakah ayahmu benar-benar mendengarnya langsung dari mulut (lisan) Rasulullah Saw.?" Ia menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku menceritakan hadis ini, bahwa dia mendengarnya langsung dari lisan Rasulullah Saw."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: قَالَ مَعْمَر، أَخْبَرَنِي أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحْبي، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أوْس؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْك أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوي لِي مِنْهَا، وَإِنِّي أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بسنَة بِعَامَّةٍ وَأَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بعض. فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ. وَإِنِّي قَدْ أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ ألا أهلكتهم بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِمَّنْ سِوَاهُمْ فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَقْتُلُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "وَإِنِّي لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي إِلَّا الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، فَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي، لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Hadis yang lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, bahwa Ma'mar mengatakan, "Telah menceritakan kepadaku Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Al-Asy'as As-San'ani, dari Abu Asma Ar-Rahbi, dari Syaddad ibnu Aus, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku sehingga aku dapat melihat belahan timur dan belahan baratnya, dan sesungguhnya kerajaan umatku kelak akan mencapai sejauh apa yang dilipatkan darinya untukku. Dan sesungguhnya aku dianugerahi dua buah perbendaharaan, yaitu yang putih dan yang merah. Dan sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku agar janganlah umatku dibinasakan oleh paceklik yang umum, janganlah mereka dikuasai oleh musuh sehingga mereka semua dibinasakan secara menyeluruh, janganlah mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bertentangan, dan jangan (pula) sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, sesungguhnya Aku apabila telah memutuskan suatu keputusan, maka keputusan-Ku itu tidak dapat dicabut lagi. Dan sesungguhnya Aku memberimu untuk umatmu bahwa sama sekali Aku tidak akan membinasakan mereka dengan paceklik yang menyeluruh, dan Aku tidak akan membiarkan mereka dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri yang akibatnya mereka akan dibinasakan oleh musuhnya secara menyeluruh, sehingga sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka menahan sebagian yang lain.” Syaddad ibnu Aus melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku tidak merasa khawatir terhadap umatku kecuali adanya imam-imam yang menyesatkan, karena apabila pedang (jihad) telah ditetapkan di antara umatku, maka ia tidak akan dihapuskan dari mereka sampai hari kiamat.
Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab Sittah pun, tetapi sanadnya jayyid dan kuat.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Zaid, Abbad ibnu Mansur, dan Qatadah; ketiga-tiganya dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْهَاشِمِيُّ وَمَيْمُونُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الْحَسَنِ الْحَنَفِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ -وَكَانَ أَبُوهُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ -: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى وَالنَّاسُ حَوْلَهُ، صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ. قَالَ: فَجَلَسَ يَوْمًا فَأَطَالَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: أَنِ اسْكُتُوا، إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَهُ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ أَطَلْتَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْكَ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّهَا كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبة وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ فِيهَا ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُعَذِّبَكُمْ بِعَذَابٍ عَذَّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا يَسْتَبِيحُهَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبسَكم شِيعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Ibnu Murdawaih, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isma'il ibnu Ibrahim Al-Hasyimi dan Maimun ibnu Ishaq ibnul Hasan Al-Hanafi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, dari ayahnya yang berpredikat sebagai salah seorang sahabat Rasulullah Saw. dan termasuk salah seorang sahabat yang ikut dalam baiat di bawah pohon. Ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila melakukan salat, sedangkan orang-orang berada di sekitarnya, maka beliau lakukan salatnya secara ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Maka pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk (dalam salatnya) dalam waktu yang cukup lama sehingga sebagian dari para sahabat berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sebaiknya kita diam, karena sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepada Nabi Saw. Setelah Nabi Saw. menyelesaikannya, maka seseorang dari kaum yang hadir berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lama sekali dalam dudukmu, sehingga sebagian dari kami berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepadamu." Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tetapi salat yang baru kulakukan itu adalah salat ragbah dan rahbah, aku telah memohon kepada Allah dalam salatku itu tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan tidak memberiku yang satunya lagi. Aku telah meminta kepada Allah agar Dia jangan mengazab kalian dengan suatu azab yang pernah Dia timpakan kepada orang-orang sebelum kalian, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan umatku kepada musuh yang berbuat seenak hatinya kepada mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya janganlah Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
Perawi (Abu Malik Al-Asyja'i) berkata kepada Nafi' ibnu Khalid, "Apakah ayahmu memang mendengarnya dari Rasulullah Saw.?" Nafi' menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku mengatakan bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw. sebanyak bilangan jari-jemariku yang sepuluh ini."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الْمُؤَدِّبُ -حَدَّثَنَا لَيْثٌ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي وَهْبٍ الْخَوْلَانِيِّ، عَنْ رَجُلٍ قَدْ سَمَّاهُ، عَنْ أَبِي بَصْرَة الْغِفَارِيِّ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَرْبَعًا فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يَجْمَعَ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالَةٍ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ كَمَا أَهْلَكَ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يلبسهم شيعا وألا يذيق بعضهم بأس بعض، فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah mencerita­kan kepada kami Yunus (yaitu Ibnu Muhammad Al-Muaddib), telah menceritakan kepada kami Lais (yaitu Ibnu Sa'd), dari Abu Wahb Al-Khaulani, dari seorang lelaki yang ia sebutkan namanya, dari Abu Basrah Al-Gifari, seorang sahabat Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan menghimpunkan umatku dalam suatu kesesatan, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan mereka kepada musuh selain dari kalangan mereka sendiri, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan membinasakan mereka dengan paceklik sebagaimana Dia telah membinasakan umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah Swt. hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
Hadis ini tidak diketengahkan oleh seorang pun dari kalangan pemilik kitab sunnah yang enam.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا أَبُو حُذَيْفَةَ الثَّعْلَبِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقة، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَة السَّوَائي، عَنْ عَلِيٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثَ خِصَالٍ فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُهْلِكْ أُمَّتِي جُوعًا فَقَالَ: هَذِهِ لَكَ. قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ -يَعْنِي أَهْلَ الشِّرْكِ -فَيَجْتَاحَهُمْ. قَالَ ذَلِكَ لَكَ قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تَجْعَلْ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ". قَالَ: "فَمَنَعَنِي هَذِهِ"
Hadis yang lain, Imam Tabrani mengatakan bahwa telah mencerita­kan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah As-Sa'labi, dari Ziyad ibnu Ilaqah, dari Jabir ibnu Samurah As-Sawaf, dari Ali, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua di antaranya dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau binasakan umatku dengan kelaparan.” Maka Dia menjawab, "Ini Kuberikan kepadamu.” Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau kuasakan mereka kepada musuh selain dari mereka sendiri —yakni orang-orang musyrik—yang akibatnya mereka akan dibinasakan sampai ke akar-akarnya.”Dia menjawab, "Kuberikan hal itu kepadamu " Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka.” Tetapi Dia tidak memberikan yang ini kepadaku.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "دَعَوْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يَرْفَعَ عَنْ أُمَّتِي أَرْبَعًا، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ، وَأَبَى عَلَيَّ أَنْ يَرْفَعَ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ. دَعَوْتُ رَبِّي أَنْ يَرْفَعَ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وألا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بَعْضٍ، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وَأَبَى اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَ اثْنَتَيْنِ: الْقَتْلَ، والهَرج".
Hadis yang lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim,dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abud Darda Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu Kaisan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah berdoa memohon kepada Tuhanku agar Dia menghapuskan dari umatku empat perkara, maka Allah menghapuskan dari mereka dua perkara dan menolak permintaanku yang duanya lagi, Dia tidak mau menghapuskan dari mereka kedua hal itu. Aku berdoa kepada Tuhanku, semoga Dia menghapuskan azab hujan batu dari langit, kebanjiran dari bumi, janganlah Dia menjadikan mereka (umatku) berpecah-belah menjadi banyak golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Maka Allah menghapuskan dari mereka azab hujan batu dari langit dan kebanjiran dari bumi. Tetapi menolak tidak mau menghapuskan dua perkara lainnya, yaitu pembunuhan dan fitnah
طَرِيقٌ أُخْرَى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ أَبَانٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُنِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَدْرٍ شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ: فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى أُمَّتِي عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ، وَلَا مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ، وَلَا تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا، وَلَا تُذِقْ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ" قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ الله قد أجار أمتك أن يرسل عَلَيْهِمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
Jalur yang lain dari Ibnu Abbas pula. Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Munir, telah menceritakan kepada kami Abu Badar (yaitu Syuja' ibnul Walid), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ketika firman-Nya ini diturunkan: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu Nabi Saw. bangkit dan berwudu, kemudian berdoa: Ya Allah, janganlah Engkau timpakan kepada umatku suatu azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka, janganlah Engkau mencampurkan mereka dalam golongan-golongan (yang bertentangan), dan janganlah Engkau merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi Saw., lalu berkata, 'Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melindungi umatmu, Dia tidak akan mengirimkan kepada mereka azab dari atas mereka atau dari bawah kaki mereka.’
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ العَنْقَزِي، حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، عَنِ السُّدِّي، عَنْ أَبِي المِنْهَال، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَرْبَعَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا تَكْفُرَ أُمَّتِي وَاحِدَةً، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ بِمَا عَذَّبَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abdullah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As-Saddi, dari Abul Minhal, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Aku pernah meminta kepada Tuhanku untuk umatku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara darinya dan mencegahku dari yang satunya. Aku memohon kepada-Nya, semoga umatku tidak dilenyapkan oleh sekali azab, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya semoga Dia tidak mengazab mereka dengan azab yang pernah Dia timpakan kepada umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menguasakan mereka kepada musuh yang selain dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menjadikan keganasan mereka berada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Abu Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
طَرِيقٌ أُخْرَى: وَقَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيب، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُباب، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ اللَّيْثِيُّ الْمَدَنِيُّ، حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ مَوْلَى آلِ أَبِي ذُبَاب، سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِي".
Jalur yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah men­ceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid Al-Laisi Al-Madani, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Rabah maula keluarga Abu Ziab yang telah mendengar dari Abu Hurairah yang pernah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menguasakan musuh atas umatku yang bukan dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia tidak membinasakan umatku dengan paceklik, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak mem­berikannya kepadaku.
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya berikut sanadnya dari Sa'd ibnu Sa'id, dari Abul Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Amr ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Asar yang lain, Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa pada umat ini telah terjadi empat perkara; dua telah terjadi dan masih ada dua perkara lagi yang belum terjadi, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam atau hujan batu (dari langit). atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maksudnya, ditelan oleh bumi. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Menurut Sufyan As-Sauri, makna yang dimaksud ialah hujan batu dan ditelan oleh bumi.
Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal tersebut adalah empat perkara, dua di antaranya terjadi setelah selang dua puluh lima tahun sesudah Rasulullah Saw. wafat. Mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Sedangkan yang dua perkara lagi pasti akan terjadi, yaitu hujan batu dan ditelan oleh bumi.
Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Abu Ja'far; dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan.(Al-An'am: 65), hingga akhir ayat. Siksaan atau azab itu telah diperhitungkan sesuai dengan dosa yang dilakukan. Apabila dosanya telah dilakukan, barulah dikirimkan siksaan yang setimpal dengannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. azab dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam atau hujan batu. atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am; 65) Artinya, ditelan oleh bumi.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Ibnu Jarir. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65)
Bahwa dahulu Abdullah ibnu Mas'ud (ketika membaca ayat ini) menjerit, sedangkan ia berada di dalam masjid atau di atas mimbar, lalu ia berkata, "Ingatlah, hai manusia, sesungguhnya azab itu telah diturunkan atas kalian," karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Seandainya diturunkan azab dari langit kepada kalian, niscaya tidak akan tersisa seorang manusia pun dari kalian. atau dari bawah kaki kalian. (Al-An'am: 65) Seandainya bumi menelan kalian, niscaya binasalah kalian, dan tidak ada seorang pun dari kalian yang tersisa. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65)  Ingatlah, sesungguhnya telah diturunkan kepada kalian azab yang pa­ling buruk di antara ketiganya.
Pendapat yang kedua. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; ia telah mendengar Khallad ibnu Sulaiman mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amir ibnu Abdur Rahman mengatakan, sesungguhnya Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan kepada kalian azab dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni pemimpin-pemimpin yang jahat. atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni pembantu-pembantu yang jahat.
Ali ibnu Abu Talhah mencerita­kan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: azab dari atas kalian.( Al-An'am: 65) Yakni para amir (penguasa kalian). atau dari bawah kaki kalian. (Al-An'am: 65) Yaitu datang dari budak-budak dan bawahan-bawahan kalian.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Abu Sinan dan Amr ibnu Hani' hal yang semisal. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini, sekalipun mempunyai segi yang sahih, tetapi pendapat yang pertama jauh lebih unggul dan lebih kuat; dan memang kenyataannya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir. Kebenaran pendapatnya itu dibuktikan oleh firman Allah Swt.:
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ * أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ *
Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit, bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit, bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. (Al-Mulk: 16-17)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"لِيَكُونَنَّ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَذْفٌ وخَسْفٌ ومَسْخٌ"
Sesungguhnya benar-benar akan ada pada umat ini (azab berupa) hujan batu, gempa bumi, dan kutukan.
Hadis ini disebutkan di antara hal-hal yang semisal mengenai pertanda dekatnya hari kiamat, persyaratannya, dan munculnya tanda-tanda yang mengawali hari kiamat; semuanya akan diterangkan pada bagian tersendiri, Insya Allah.
*****
Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا}
atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan yang bertentangan. (Al-An'am: 65)
Maksudnya, Dia akan menjadikan kalian berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang saling bertentangan.
Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah mempunyai berbagai macam kecenderungan yang berbeda-beda. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Nabi Saw. disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً".
Kelak umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.
****
Firman Allah Swt.:
{وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ}
dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah merasakan kepada sebagian kalian siksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh sebagian yang lain dari kalian.
Firman Allah Swt.:
{انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti. (Al-An'am: 65)
Yakni Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda itu sekali, dan pada lain waktu Kami tafsirkan.
{لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ}
agar mereka memahaminya. (Al-An'am: 65)
Maksudnya memahami dan mau menggunakan akal pikirannya untuk menganalisis ayat-ayat Allah, hujah-hujah-Nya, dan bukti-bukti kekuasaan-Nya.
قَالَ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ: لَمَّا نَزَلَتْ {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ [أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ] } الْآيَةَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقاب بَعْضٍ بِالسُّيُوفِ. قَالُوا: وَنَحْنُ نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَ: " نَعَمْ". فَقَالَ بَعْضُ النَّاسِ: لَا يَكُونُ هَذَا أَبَدًا، أَنْ يَقْتُلَ بَعْضُنَا بَعْضًا وَنَحْنُ مُسْلِمُونَ، فَنَزَلَتْ: {انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian.” (Al- An' am: 65), hingga akhir ayat. Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Janganlah kalian berbalik menjadi kufur sesudahku, sebagian dari kalian memukul leher sebagian yang lain dengan pedang(nya). Mereka (para sahabat) bertanya, "Padahal kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan engkau adalah utusan Allah." Nabi Saw. menjawab, "Ya, benar." Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakan "Hal ini tidak akan terjadi selama-lamanya, yaitu sebagian dari kami membunuh sebagian yang lain, padahal kami adalah orang-orang muslim." Maka turunlah firman-Nya: Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya). Dan kaummu mendustakannya (azab), padahal azab itu benar adanya. Katakanlah, "Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan kalian.” Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kalian akan mengetahui. (Al-An'am: 65-67)
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Al-An'am, ayat 66-69

وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (66) لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (67) وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (68) وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (69)
Dan kaummu mendustakannya (Al Qur'an), padahal Al-Qur’an itu benar adanya. Katakanlah, "Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan kalian.” Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan menge­tahui. Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka, tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَكَذَّبَ بِهِ}
Dan kaummu mendustakannya. (Al-An'am: 66)
Artinya mendustakan Al-Qur'an yang engkau sampaikan kepada mereka, mereka pun mendustakan hidayah dan penjelasan. Yang dimaksud dengan kaum adalah orang-orang Quraisy.
{وَهُوَ الْحَقُّ}
Padahal Al-Qur'an itu benar adanya. (Al-An'am: 66)
Yakni tiada yang lebih benar daripada Al-Qur'an.

{قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ}
Katakanlah,  Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus kalian." (Al-An'am: 66)
Maksudnya, aku ini bukanlah orang yang diharuskan memelihara kalian, bukan pula orang yang ditugasi menolong kalian. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ}
Dan katakanlah "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman; dan barang siapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.” (Al-Kahfi: 29)
Dengan kata lain, sesungguhnya tugasku hanyalah menyampaikan, dan tugas kalian hanyalah mendengarkan dan patuh (taat). Maka barang siapa yang mengikuti aku, niscaya ia berbahagia di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menentang aku, maka sesungguhnya dia celaka di dunia dan akhiratnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ}
Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya. (Al-An'am: 67)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, makna yang dimaksud ialah untuk tiap-tiap berita ada kenyataannya, atau untuk tiap-tiap berita ada waktu kejadiannya, sekalipun selang beberapa lama kemudian, seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain:
{وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ}
Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. (Sad: 88)
{لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ}
Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu). (Ar-Ra'd: 38)
Hal ini mengandung ancaman dan peringatan yang pasti. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
dan kelak kalian akan mengetahui. (Al-An'am: 67)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا}
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami. (Al-An'am: 68)
Yakni mendustakan dan memperolok-olokkannya.
{فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ}
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. (Al-An'am: 68)
Yakni sehingga pembicaraan mereka beralih kepada hal yang lain yang bukan kedustaan mereka.
{وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ}
Dan jika setan menjadikan kamu lupa. (Al-An'am: 68)
Makna yang dimaksud ialah tiap-tiap orang dari kalangan umat ini dilarang duduk dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, yaitu mereka yang mengubah ayat-ayat Allah dan menakwiIkannya bukan dengan takwil yang semestinya. Jika seseorang duduk bersama mereka karena lupa:
{فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى}
maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat. (Al-An'am: 68)
Maksudnya, sesudah kamu ingat akan larangan ini. Karena itu, di dalam sebuah hadis disebutkan:
"رُفِعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ"
Dimaafkan dari umatku (perbuatan) keliru, lupa, dan hal yang dipaksakan kepada mereka.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik dan Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika setan menjadikan kamu lupa. (Al-An'am: 68) Artinya, apabila kamu lupa, lalu kamu ingat. maka janganlah kamu duduk (Al-An'am: 68) Yakni bersama mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil ibnu Hayyan.
Ayat inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَقَدْ نزلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ}
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, jika kalian tetap duduk bersama mereka dan kalian setuju akan pembicaraan tersebut, berarti kalian sama dengan mereka dalam perbuatannya.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69)
Yakni apabila kalian menjauhi mereka dan tidak duduk dengan mereka dalam hal tersebut, berarti kalian terlepas dari golongan mereka dan bebas dari dosa mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa, dari Israil, dari As-Saddi, dari Abu Malik, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69) Yakni tidak ada dosa perbuatan memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang dilakukan mereka, apabila kamu meninggalkan mereka dan berpaling dari mereka.
Tetapi menurut ulama yang lain, makna ayat ialah sekalipun orang-orang yang bertakwa duduk bersama mereka yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah, maka orang-orang yang bertakwa itu tetap tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun terhadap dosa mereka.
Ulama yang berpendapat demikian menduga bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayat surat An-Nisa yang Madaniyyah, yaitu:
{إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ}
Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)
Demikianlah menurut Mujahid, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.
Berdasarkan takwil mereka yang demikian, maka makna firman-Nya:
{وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
Akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 69)
Artinya adalah, tetapi Kami perintahkan kepada kalian agar berpaling dari mereka saat itu, sebagai peringatan buat mereka yang melakukan hal tersebut, agar mereka menjaga dirinya dari hal tersebut dan tidak berani mengulanginya lagi.

Al-An'am, ayat 70

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (70)
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain dari Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan, niscaya tidak akan diterima darinya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Firman Allah Swt.:
{وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا}
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tinggalkanlah mereka, berpalinglah dari mereka, dan tangguhkanlah mereka sebentar, karena sesungguhnya mereka akan dikembalikan ke azab yang besar karena perbuatannya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَذَكِّرْ بِهِ}
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an itu. (Al-An'am: 70)
Yakni berilah peringatan kepada manusia dengan Al-Qur'an ini, dan pertakutilah mereka agar mereka ingat akan pembalasan Allah dan azab­Nya yang pedih kelak di hari kiamat.
Firman Allah Swt:
{أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ}
agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. (Al-An'am: 70)
Artinya, agar tidak dijerumuskan.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, dan As-Saddi, bahwa makna tubsala ialah diserahkan.
Menurut Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah dipermalukan. Menurut Qatadah ialah ditahan, menurut Murrah dan Ibnu Zaid dihukum (disiksa), dan menurut Al-Kalbi dibalas.
Semua pendapat di atas mempunyai makna yang berdekatan, yang pada kesimpulannya ialah orang yang bersangkutan akan diserahkan kepada kebinasaan, ditahan dari kebaikan, dan disandera, tidak dapat meraih apa yang didambakannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ * إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Al-Muddassir: 38-39)
Adapun firman Allah Swt.:
{لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
Tidak akan ada baginya pelindung, tidak (pula) pemberi syafaat. (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tidak ada kaum kerabat dan tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada hari pembalasan itu. Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang lain, yaitu:
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)
Maksud firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا}
Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan tidak akan diterima darinya. (Al-An'am: 70)
Yakni sekalipun dia menyerahkan semua tebusan, niscaya tidak akan diterima darinya. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi. (Ali Imran: 91), hingga akhir ayat.
Demikian pula dalam surat ini:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka sendiri. (Al-An'am: 70)

Al-An'am, ayat 71-73

قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (71) وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (72) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (73)
Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Marilah ikuti kami!" Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, dan agar mendirikan salat serta bertakwa kepada-Nya.” Dan Dialah Tuhan Yang kepada-Nyalah kalian akan dihimpunkan. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, "Jadilah, " lalu terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
As-Saddi mengatakan bahwa orang-orang musyrik berkata kepada orang-orang muslim, "Ikutilah kami, dan tinggalkanlah agama Muhammad itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang. (Al-An'am: 71) Yakni kembali kepada kekafiran. sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita. (Al-An'am: 71) Yang akibatnya perumpamaan kita sama dengan orang yang disesatkan oleh setan di tanah yang mengerikan. Dikatakan bahwa perumpamaan kalian —jika kalian kembali kepada kekafiran sesudah kalian beriman— sama halnya dengan seorang lelaki yang berangkat bersama suatu kaum dalam suatu perjalanan, dan ternyata ia tersesat, lalu setan datang menyesatkannya di tempat ia tersesat sehingga ia kebingungan, padahal teman-temannya berada di jalan yang sebenarnya. Lalu teman-temannya menyerunya agar ia bergabung dengan mereka seraya berkata, "Kemarilah, ikutilah kami!" Tetapi ia tidak mau bergabung dengan mereka. Demikianlah perumpamaan orang yang mengikuti orang-orang kafir sesudah ia mengetahui keadaan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan dalam perumpamaan ini orang yang memanggilnya ke jalan yang benar adalah Nabi Muhammad Saw., dan Islam diserupakan sebagai jalannya.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71) Artinya, disesatkan oleh setan dari jalan yang ditempuhnya, yakni setan membujuknya dari jalan yang ditempuhnya. Pengertian istahwa ini sama dengan lafaz tahwi yang terdapat di dalam firman-Nya: cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita. (Al-An'am: 71), hingga akhir ayat. Ungkapan ini merupakan tamsil yang dibuat oleh Allah, ditujukan kepada tuhan-tuhan (sesembahan-sesembahan) dan orang-orang yang menyeru kepadanya, serta orang-orang yang menyeru kepada petunjuk Allah Swt. Disamakan dengan seorang lelaki yang sesat jalan dalam keadaan kebingungan, tiba-tiba ia mendengar suara yang berseru, "Hai Fulan ibnu Anu, kemarilah, ikutilah jalan ini!" Sedangkan dia mempunyai teman-teman yang juga menyerunya dengan panggilan, "Hai Fulan ibnu Anu, ikutilah jalan kami ini!" Jika dia mengikuti penyeru pertama, maka penyeru pertama itu akan membawanya kepada kebinasaan; dan jika ia mengikuti penyeru yang mengajaknya ke jalan petunjuk, niscaya dia akan memperoleh petunjuk. Seruan seperti ini —yang sering terdengar di padang pasir— disebut gailan (hantu). Hal ini diungkapkan sebagai perumpamaan orang yang menyembah tuhan-tuhan tersebut selain Allah. Karena sesungguhnya dia menduga bahwa dirinya berada dalam suatu pegangan hingga masa kematiannya, maka saat itulah ia akan menghadapi penyesalan dan kebinasaannya. Firman Allah Swt.: seperti orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71) Setan-setan tersebut adalah gailan (hantu-hantu) yang memanggil-manggil namanya lengkap dengan nama ayah dan kakeknya, sehingga ia mengikuti suara itu. Karena itu, ia merasa bahwa dirinya mempunyai pegangan. Tetapi pada pagi harinya ternyata dia dilemparkan ke dalam kebinasaan, dan barangkali hantu-hantu itu memakannya atau melemparnya di tanah yang jauh, di mana dia akan binasa karena kehausan. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah Swt.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan, dalam keadaan bingung. (Al-An'am: 71) Makna yang dimaksud ialah seorang lelaki dalam keadaan bingung, lalu dipanggil-panggil oleh teman-temannya untuk mengikuti jalan mereka. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang sesat sesudah mendapat petunjuk.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan. (Al-An'am: 71) Bahwa dia adalah orang yang tidak mau memenuhi seruan yang mengajak kepada hidayah Allah, dia orang yang menaati setan dan gemar melakukan maksiat di muka bumi dan menyimpang dari perkara yang hak serta tersesat jauh darinya. Dia mempunyai kawan-kawan yang menyerunya ke jalan hidayah, mereka menduga bahwa apa yang mereka perintahkan kepadanya merupakan petunjuk yang telah dikatakan oleh Allah Swt. kepada kekasih-kekasih-Nya dari kalangan manusia. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). (Al-An'am: 71) Sedangkan kesesatan itu adalah yang diserukan jin (setan) kepadanya.
Demikianlah riwayat Ibnu Jarir.
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini menunjukkan bahwa teman-temannya menyerukan kepada kesesatan, dan mereka menduga bahwa apa yang mereka serukan itu adalah jalan petunjuk.
Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini bertentangan dengan makna lahiriah ayat, karena sesungguhnya Allah Swt. menceritakan bahwa teman-temannya mengajaknya ke jalan petunjuk, maka mustahil bila hal ini dikatakan sebagai jalan kesesatan. Allah Swt. dengan tegas menceritakan bahwa hal itu adalah jalan petunjuk.
Pendapat Ibnu Jarir benar, mengingat konteks pembicaraan menunjukkan bahwa orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan ini berada dalam kebingungan. Lafaz hairana yang ada dalam ayat dinasabkan karena menjadi hal atau kata keterangan keadaan. Dengan kata lain, dalam keadaan kebingungan, kesesatan, dan ketidaktahuannya akan jalan yang harus ditempuhnya, dia mempunyai teman-teman yang berada di jalan yang sedang mereka tempuh. Lalu mereka menyerunya untuk bergabung dengan mereka dan berangkat bersama-sama mereka meniti jalan yang benar. Akan tetapi, dia menolak ajakan mereka dan tidak mau menoleh kepada mereka. Seandainya Allah menghendakinya mendapat petunjuk, niscaya Allah memberinya petunjuk dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى}
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk. (Al-An'am: 71)
Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ}
Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. (Az-Zumar: 37)
{إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl: 37)
Arti firman Allah Swt.:
{وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 71)
ialah ikhlaslah dalam beribadah kepada-Nya, hanya untuk Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.
*****
{وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلاةَ وَاتَّقُوهُ}
dan agar mendirikan salat serta bertakwa kepada-Nya. (Al-An'am: 72)
Yakni dan kami diperintahkan untuk mendirikan salat serta bertakwa kepada Allah dalam semua keadaan.
{وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}
Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya lah kalian akan dihimpunkan. (Al-An'am: 72)
Maksudnya, pada hari kiamat nanti.
****
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. (Al-An'am: 73)
Yakni dengan adil. Dialah yang menciptakan keduanya, yang memiliki keduanya, dan yang mengatur keduanya serta semua makhluk yang ada pada keduanya.
Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ}
di waktu Dia mengatakan.”Jadilah" lalu terjadilah (Al-An'am: 73)
Yaitu hari kiamat yang dikatakan oleh Allah, "Jadilah kamu." Maka jadilah hari kiamat atas perintah-Nya dalam sekejap mata atau lebih cepat daripada itu. Lafaz yauma dinasabkan karena di'atafkan kepada lafaz wattaquhu yang arti lengkapnya ialah takutlah kalian akan hari di mana Allah berfirman, "Jadilah kamu hari kiamat," maka jadilah hari kiamat. Atau dapat pula dikatakan bahwa ia di'atafkan kepada firman-Nya:
{خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 73)
Artinya, dan Dialah yang menciptakan hari di mana Dia berfirman, "Jadilah kamu," maka jadilah ia.
Pada permulaan ayat disebutkan permulaan penciptaan dan pengembaliannya, hal ini sesuai. Atau dapat pula dikatakan ada fi'il (kata kerja) yang tidak disebutkan; bentuk lengkapnya, "Ingatlah, di hari Dia mengatakan, Jadilah,' lalu terjadilah."
Firman Allah Swt.:
{قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ}
Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan. (Al-An'am: 73)
Kedudukan I’rab mahalli dari kedua kalimat ini adalah jar karena keduanya berkedudukan sebagai sifat dari Tuhan semesta alam.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Dapat ditakwilkan sebagai badai dari lafaz wayauma yaqulu kun fayakun. Dapat pula diinterpretasikan sebagai zaraf dan firman-Nya:
{وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
dan di tangan-Nyalah kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
sama halnya dengan makna firman-Nya:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
{الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)
Banyak pula ayat lainnya yang bermakna serupa.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan sur dalam ayat ini ialah bentuk jamak dari surah (bentuk), yakni pada hari ditiupkan roh padanya, lalu ia menjadi hidup. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini berpandangan menyamakannya dengan contoh lain, yaitu sur yang artinya tembok-tembok yang mengelilingi sebuah kota; ia merupakan bentuk jamak dari lafaz surah.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa makna sur dalam ayat ini ialah sangkakala yang ditiup oleh Malaikat Israfil a.s.
Selanjutnya Ibnu Jarir menegaskan, "Pendapat yang benar menurut kami ialah yang berlandaskan kepada sebuah hadis yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah Saw." Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ إِسْرَافِيلَ قَدِ الْتَقَمَ الصُّورَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤمَر فَيَنْفُخُ".
Sesungguhnya Malaikat Israfil telah mengulum sangkakala dan mengernyitkan dahinya siap menunggu perintah untuk meniupnya.
Hadis riwayat Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَسْلَمَ العِجْلي، عَنْ بِشْر بْنِ شَغَاف، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الصُّورُ؟ قَالَ: "قَرْنٌ ينفخ فِيهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi, dari Aslam Al-Ajali, dari Bisyr ibnu Syagaf, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ada seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sangkakala yang siap untuk ditiup.
Kami telah meriwayatkan hadis mengenai sur ini dengan panjang lebar melalui jalur Al-Hafiz Abul Qasim At Tabrani di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mutawwalat.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِصْرِيُّ الأيْلي، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ النَّبِيلُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ رَافِعٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، خَلَقَ الصُّورَ فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ، فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيهِ، شَاخِصًا بصرَه إِلَى الْعَرْشِ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الصُّورُ؟ قَالَ "القَرْن". قُلْتُ: كَيْفَ هُوَ؟ قَالَ: "عَظِيمٌ، وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، إِنَّ عَظْمَ دَارَةَ فِيهِ كَعَرْضِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ. يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ نَفَخَاتٍ: النَّفْخَةُ الْأُولَى نَفْخَةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْقِ، وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ.
Imam Tabrani mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami Ahmad ibnul Hasan Al-Muqri Al-Abli, telah menceritakan kepada kami Abu Asim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Rafi', dari Muhammad ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bercerita kepada kami ketika beliau berada di tengah-tengah sejumlah sahabatnya. Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah itu setelah selesai dari menciptakan langit dan bumi, maka Dia menciptakan sur, lalu diberikan-Nya kepada Malaikat Israfil. Maka Malaikat Israfil meletakkan sur itu di mulutnya, sedangkan matanya ia tujukan ke arah 'Arasy menunggu perintah (peniupannya). Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sangkakala." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Nabi Saw. bersabda bahwa sangkakala itu besar sekali bentuknya. Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, sesungguhnya besar lingkaran moncong sangkakala itu sama besarnya dengan luas langit dan bumi. Malaikat Israfil akan meniup sebanyak tiga kali. Tiupan pertama mengakibatkan huru-hara yang dahsyat, tiupan kedua menyebabkan semua makhluk binasa, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan dihidupkan-Nya kembali makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam."
Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan pertama. Untuk itu Allah berfirman, "Tiuplah!" Maka ditiuplah tiupan yang menimbulkan huru-hara yang dahsyat, semua penduduk langit dan bumi mengalami huru-hara yang dahsyat, kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh kehendak Allah. Allah Swt. memerintahkan untuk meniup sangkakala, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang panjang, lama, dan tidak pernah berhenti. Hal inilah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلاءِ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ}
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Sad: 15)
Maka pada hari itu semua gunung yang ada di muka bumi hancur lebur bagaikan debu yang beterbangan, lalu menjadi seperti fatamorgana; bumi pun bergempa dengan sangat hebatnya, mengguncangkan seluruh penghuninya dengan guncangan yang hebat. Nasib mereka seperti perahu yang diombang-ambingkan oleh ombak besar, atau seperti lampu gantung yang ditiup oleh angin besar sehingga bergoyang ke sana kemari.
{يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ}
Pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua, hati manusia pada waktu itu sangat takut. (An-Nazi'at: 6-8)
Maka semua manusia bergelimpangan di muka bumi, semua wanita yang mengandung melahirkan anak-anaknya, semua anak menjadi beruban (karena susahnya hari itu), dan semua setan lari menghindari huru-hara yang dahsyat itu ke tempat-tempat yang sangat jauh, tetapi para malaikat mengejarnya dan memukul wajahnya sehingga kembali ke tempat asal. Semua manusia hiruk-pikuk melarikan diri, tetapi tiada yang dapat melindungi mereka dari azab Allah pada hari itu; sebagian dari mereka memanggil-manggil (meminta tolong) sebagian yang lain, hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{يَوْمَ التَّنَادِ}
siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32)
Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba bumi retak dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Maka mereka menyaksikan suatu peristiwa yang sangat besar lagi mengerikan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Karena hal itu, mereka tertimpa rasa takut yang sangat mengerikan, hanya Allah sajalah yang mengetahui ketakutan dan kengerian mereka.
Kemudian mereka memandang ke langit, tiba-tiba langit tampak seperti perak yang lebur mendidih, lalu terbelah dan semua bintangnya bertaburan (bertabrakan), dan matahari serta bulannya pudar.
Rasulullah Saw. bersabda:
"الْأَمْوَاتُ لَا يَعْلَمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ"
Orang-orang yang mati tidak mengetahui sesuatu pun dari peristiwa tersebut.
Abu Hurairah r.a, mengajukan pertanyaan, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}
Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah  (An-Naml: 87)
Nabi Saw. bersabda,
"أُولَئِكَ الشُّهَدَاءُ، وَإِنَّمَا يَصِلُ الْفَزَعُ إِلَى الْأَحْيَاءِ، وَهُمْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ اللَّهِ يُرْزَقُونَ، وَقَاهُمُ اللَّهُ فَزَعَ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَآمَنَهُمْ مِنْهُ، وَهُوَ عَذَابُ اللَّهِ يَبْعَثُهُ عَلَى شِرَارِ خَلْقِهِ"
"Mereka adalah para syuhada." Dan sesungguhnya keguncangan itu hanyalah dialami oleh orang-orang yang masih hidup di masa itu.Para syuhada adalah orang-orang yang tetap hidup di sisi Tuhan mereka seraya diberi rezeki, maka Allah memelihara mereka dari guncangan yang terjadi pada hari itu dan menyelamatkan mereka darinya. Karena sesungguhnya azab tersebut dikirimkan oleh Allah untuk makhluk-Nya yang jahat-jahat.
Hari itulah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ * يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya, dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (Al-Haj: 1-2)
Mereka mengalami azab itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah, hanya saja azab itu masanya cukup lama.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan yang membinasakan, lalu Israfil melakukan tiupan yang membinasakan, maka binasalah semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, lalu malaikat maut datang menghadap kepada Tuhan Yang Mahaperkasa, dan berkata, "Wahai Tuhanku, telah mati semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang Engkau kehendaki."
Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui siapa yang masih hidup— berfirman, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih hidup adalah Engkau Yang Mahakekal dan tidak akan mati, para malaikat penyangga ' Arasy, Jibril, Mikail, dan saya." Maka Allah berfirman, "Hendaklah Jibril dan Mikail mati." Lalu Allah menyuruh 'Arasy berbicara, maka 'Arasy bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah Jibril dan Mikail harus dimatikan?" Allah Swt. berfirman, "Diamlah kamu, karena sesunguhnya Aku telah menetapkan mati atas semua makhluk yang ada di bawah 'Arasy-Ku." Lalu Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail mati.
Kemudian malaikat maut datang menghadap Tuhan Yang Mahaperkasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, Jibril dan Mikail telah mati." Allah berfirman, Dia lebih mengetahui siapa yang masih hidup saat itu, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada ialah Engkau Yang Hidup Kekal yang tidak akan mati, malaikat-malaikat penyangga Arasy, dan saya sendiri." Allah berfirman, "Hendaklah semua malaikat penyangga 'Arasy mati." Maka semuanya mati. Lalu Allah memerintahkan 'Arasy untuk mengambil sangkakala dari Malaikat Israfil.
Malaikat maut datang menghadap, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, semua malaikat penyangga' Arasy-Mu telah mati." Allah Swt. berfirman, Dia Maha Mengetahui siapa yang masih hidup, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada adalah Engkau yang Hidup Kekal dan tidak akan mati, dan saya sendiri." Allah Swt. berfirman, "Engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku, Aku ciptakan kamu menurut apa yang Aku maui, maka matilah kamu." Lalu malaikat maut itu mati. Tiada yang kekal kecuali hanya Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, Dialah Allah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dia adalah Yang Mahaakhir sebagaimana Dia adalah Yang Mahaawal.
Allah menggulung langit dan bumi seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, lalu membulatkan keduanya seperti telur dan menelannya sebanyak tiga kali. Setelah itu Allah berfirman, "Akulah Yang Mahaperkasa, Akulah Yang Mahaperkasa," sebanyak tiga kali. Lalu Allah berseru dengan suara yang lantang:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)
Seruan itu diucapkan sebanyak tiga kali, tetapi tiada seorang pun yang menjawab. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada diri-Nya:
{لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Hanya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Allah Swt. berfirman pula:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)
Maka Allah menghamparkan keduanya dan menjadikannya rata, lalu digelarkan sebagaimana kulit di pasar 'Ukaz digelarkan.
{لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi. (Thaha: 107)
Kemudian Allah menghardik semua makhluk dengan sekali hardikan (teriakan). Maka dengan serta merta mereka berada di bumi yang telah diganti tersebut sebagaimana keadaan mereka semula pada bumi yang pertama. Orang yang berada di dalam perutnya tetap berada di dalam perutnya, dan orang yang berada di permukaannya tetap berada di permukaannya.
Selanjutnya Allah menurunkan kepada mereka air dari bawah ' Arasy, dan Allah memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan selama empat puluh hari. sehingga air mencapai ketinggian dua belas hasta di atas mereka. Kemudian Allah memerintah­kan semua jasad untuk tumbuh, maka tumbuhlah semua jasad bagaikan kecambah —atau seperti tumbuhnya sayur-mayur— hingga jasad mereka kembali seperti sediakala dalam keadaan sempurna.
Allah Swt. berfirman, "Hiduplah malaikat-malaikat penyangga 'Arasy!" Maka semua malaikat penyangga 'Arasy hidup kembali. Allah memerintahkan Malaikat Israfil, lalu Malaikat Israfil mengambil sangkakala dan meletakkannya di mulutnya.
Allah berfirman, "Hiduplah Jibril dan Mikail!" Maka keduanya hidup kembali. Kemudian Allah memanggil semua roh, maka semuanya dihadapkan kepada-Nya; roh-roh orang-orang muslim memancarkan cahaya yang berkilauan, sedangkan arwah orang-orang kafir gelap gulita. Lalu Allah menggenggam semua arwah dan memasukkannya ke dalam sangkakala.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan kebangkitan, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan untuk menghidupkan mereka kembali. Lalu keluarlah semua roh bagaikan lebah yang banyaknya memenuhi kawasan antara bumi dan langit. Allah Swt. berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, hendaknya setiap roh benar-benar kembali kepada jasadnya masing-masing." Maka semua roh masuk ke dalam bumi ke jasadnya masing-masing dan memasukinya melalui lubang hidungnya, lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti menjalarnya racun pada tubuh orang yang disengatnya. Kemudian bumi terbelah membuka, dan aku (Nabi Saw.) adalah orang yang mula-mula dibelahkan bumi. Kemudian kalian cepat-cepat keluar, bersegera menghadap Tuhan.
{مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8)
Pada saat itu kalian dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, dan tidak dikhitan. Lalu kalian semua berdiri di suatu tempat yang lamanya adalah tujuh puluh tahun perjalanan. Saat itu kalian tidak diperhatikan, dan tidak dilakukan peradilan di antara kalian (yakni kalian didiamkan oleh Allah Swt.). Maka kalian semua menangis hingga air mata kalian kering, yang keluar adalah darah kalian. Kalian berkeringat dengan derasnya hingga kalian tenggelam di dalam lautan keringat, atau ketinggian keringat mencapai batas janggut kalian.
Kalian mengatakan, "Siapakah yang memohonkan syafaat kepada Tuhan buat kami semua, hingga Dia mau memutuskan perkara di antara kami?"
Lalu kalian berkata, "Tiadalah orang yang berhak mengajukan hal tersebut selain dari bapak kalian semua, yaitu Adam. Allah menciptakan dia dengan tangan (kekuasaan)-Nya secara langsung, Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya ke dalam tubuhnya, dan Dia telah mengajaknya berbicara secara langsung."
Maka mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut (syafaat) kepadanya, tetapi Adam menolak dan mengatakan, "Aku bukanlah orang yang layak untuk mengajukan hal tersebut." Kemudian mereka mendatangi para nabi satu persatu, tetapi setiap mereka datangi seorang nabi, dia menolak permintaan mereka.
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, "Pada akhirnya mereka datang kepadaku, lalu aku berangkat menuju Al-Fahs, dan aku langsung menyungkur bersujud."
Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Al-Fahs?" Rasulullah Saw. bersabda, "Halaman depan 'Arasy. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadaku, dan malaikat itu memegang lenganku dan mengangkatku. Maka Allah berfirman kepadaku, 'Hai Muhammad!' Dan aku menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku.' Allah Swt. berfirman, 'Mengapa kamu ini?' Padahal Dia Maha Mengetahui. Aku berkata, 'Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan syafaat kepadaku, maka berilah aku izin untuk memberi syafaat kepada makhluk-Mu, putuskanlah peradilan di antara mereka.'
Allah Swt. berfirman, 'Aku terima syafaatmu, sekarang Aku datang kepada kalian untuk memutuskan peradilan di antara kalian'."
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu beliau kembali dan berdiri (bergabung) dengan manusia. Ketika kami sedang berdiri, tiba-tiba kami mendengar suara yang sangat keras dari langit yang membuat kami semua takut. Ternyata suara itu muncul dari malaikat penghuni langit pertama yang turun ke bumi dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah manusia dan jin yang ada di bumi.
Ketika mereka telah berada di dekat bumi, bumi menjadi terang benderang oleh cahaya mereka, lalu mereka mengambil saf (barisan)nya. Maka kami bertanya, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."
Kemudian turunlah penduduk langit yang kedua dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah rombongan malaikat yang pertama dan dua kali lipat dari jumlah makhluk manusia dan jin yang ada di bumi. Ketika mereka telah dekat dengan bumi, maka bumi menjadi terang benderang karena cahaya mereka, lalu mereka mengambil safnya. Kami bertanya kepada mereka, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."
Selanjutnya para malaikat penghuni langit berikutnya turun pula dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah yang telah ada, lalu turunlah Tuhan Yang Mahaperkasa dalam naungan awan dan malaikat. Saat itu yang memikul 'Arasy-Nya adalah delapan malaikat, sekarang empat malaikat, telapak kaki mereka berada di bagian bumi yang paling bawah.
Bumi dan langit hanya sampai sebatas pinggang mereka, sedangkan 'Arasy mereka pikul di atas pundak mereka; dari mereka keluar suara gemuruh karena bacaan tasbih mereka, yaitu:
سُبْحَانَ ذِي الْعَرْشِ وَالْجَبَرُوتِ، سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ، سُبْحَانَ الْحَيِّ الذِي لَا يَمُوتُ، سُبْحَانَ الذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ، سُبُّوح قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، الَّذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ
Mahasuci Tuhan yang memiliki Arasy dan keperkasaan. Mahasuci Tuhan yang mempunyai kerajaan dan alam malakut. Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal dan tidak akan mati. Mahasuci Tuhan Yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci dengan sesuci-sucinya, Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, Tuhan semua malaikat dan roh. Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.
Maka Allah meletakkan kursi-Nya di salah satu bagian dari bumi yang dikehendaki-Nya, lalu berseru dengan suara-Nya seraya berfirman, "Hai semua makhluk jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah mendengarkan kalian sejak Aku menciptakan kalian sampai hari ini. Aku mendengar semua ucapan kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Maka sekarang dengarkanlah Aku, sesungguhnya apa yang Aku utarakan hanyalah amal perbuatan kalian dan catatan-catatan amal perbuatan kalian sendiri yang akan dibacakan kepada kalian. Barang siapa yang menjumpai kebaikan padanya, hendaklah ia memuji kepada Allah. Dan barang siapa yang menjumpai selain itu, maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri."
Selanjutnya Allah memerintah kepada neraka Jahannam, maka keluarlah darinya sesuatu seperti leher yang kelihatan hitam legam (gelap) oleh semuanya. Kemudian Allah Swt. membacakan firman-Nya:
{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ * وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ * هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian. Maka apakah kalian tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu kalian diancam (dengannya). (Yasin: 60-63)
Atau dikatakan, "Yang dahulu kalian dustakan," ragu dari pihak Abu Asim.
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada mereka), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang jahat.” (Yasin: 59)
Maka Allah memisah-misahkan manusia (antara ahli surga dan ahli neraka), dan saat itu semua umat manusia berlutut. Allah Swt. berfirman:
{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)
Lalu Allah Swt. memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. kecuali jin dan manusia. Allah memutuskan peradilan di antara semua hewan liar dan binatang ternak, hingga Dia memutuskan untuk kemenangan hewan yang tidak bertanduk terhadap hewan bertanduk (yang dahulu pernah menanduknya). Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut dan tidak ada lagi utang bagi seekor hewan atas hewan lainnya, maka Allah berfirman kepada semua binatang, "Jadilah kalian tanah!" Maka pada saat itu orang kafir mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا}
Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba:40)
Kemudian barulah Allah memutuskan peradilan di antara semua hamba. Peradilan yang mula-mula dilakukan-Nya ialah masalah yang berkaitan dengan darah. Setiap orang yang terbunuh di jalan Allah datang, lalu Allah memerintahkan kepada setiap orang yang membunuh untuk membawa kepala orang yang dibunuhnya, sedangkan urat leher si terbunuh penuh berlumuran darah. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, karena apakah orang ini membunuhku?" Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui— bertanya, "Karena apakah kamu membunuh mereka?" Maka si pembunuh menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi-Mu (yakni membela agama Allah)." Allah Swt. berfirman, "Kamu benar." Maka Allah menjadikan wajahnya bercahaya seperti sinar matahari, selanjutnya para malaikat menuntunnya masuk ke dalam surga.
Setelah itu datanglah setiap orang yang membunuh bukan karena niat tersebut seraya membawa kepada orang yang dibunuhnya dalam keadaan berlumuran darah dari urat lehernya. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa orang ini membunuhku?" Allah Swt.,Yang Maha Mengetahui, bertanya, "Mengapa kamu membunuh mereka?" Ia menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi saya, wahai Tuhanku." Maka Allah berfirman, "Celakalah kamu!"
Kemudian tiada seorang pun yang pernah membunuh orang lain melainkan ia balas dibunuh karenanya, dan tidak ada suatu perbuatan zalim yang dilakukan seseorang melainkan ia mendapat hukumannya. Hal ini sepenuhnya berada di dalam kehendak Allah. Dengan kata lain, jika Dia hendak mengazabnya, niscaya Dia mengazabnya; dan jika Dia hendak merahmatinya, niscaya Dia merahmatinya.
Selanjutnya Allah Swt. memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya yang perkara mereka masih belum diputuskan, hingga tiada suatu perbuatan aniaya pun yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain melainkan Allah membalaskannya bagi si teraniaya terhadap si penganiaya. Pada saat itu seorang penjual susu yang mencampuri susunya dengan air (ketika di dunia) benar-benar disuruh memurnikan susunya dari air.
Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut, maka terdengarlah suara seruan yang terdengar oleh semua makhluk, "Ingatlah, hendaklah masing-masing kaum bergabung dengan tuhan-tuhan mereka dan segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah!" Saat itu tidak ada seorang pun yang menyembah selain Allah kecuali ditampakkan baginya tuhan yang disembahnya itu di hadapannya. Pada hari itu ada malaikat yang diserupakan bentuknya seperti Uzair, ada pula yang diserupakan dengan Isa putra Maryam. Maka orang-orang Yahudi mengikuti Uzair, dan orang-orang Nasrani mengikuti Isa. Kemudian tuhan-tuhan sesembahan mereka menggiring mereka ke dalam neraka, dan Allah Swt. berfirman:
{لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ}
Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99)
Apabila tidak ada yang tersisa kecuali hanya orang-orang mukmin yang di dalamnya terdapat orang-orang munafik, maka Allah mendatangi mereka dalam bentuk menurut apa yang dikehendaki-Nya, lalu Dia berfirman, "Hai manusia, semua orang telah pergi, maka sekarang bergabunglah dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah." Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah pergi meninggalkan mereka, dan Dialah yang mendatangi mereka. Kemudian Allah tinggal selama yang dikehendaki-Nya untuk tinggal, setelah itu Dia datang lagi kepada mereka dan berfirman, "Hai manusia, semua orang telah pergi, maka bergabunglah kalian dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah!" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah menampakkan sebagian dari betis-Nya dan sebagian dari kebesaran-Nya sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan mereka. Lalu mereka menyungkur di atas muka mereka seraya bersujud, sedangkan semua orang munafik menyungkur di atas tengkuknya (terbalik), dan Allah menjadikan tulang iga mereka mencuat seperti tanduk sapi (menjangan). Kemudian Allah mengizinkan mereka untuk mengangkat mukanya.
Allah memasang sirat di antara kedua tepi neraka Jahannam, tajamnya seperti pisau cukur atau pedang yang tajam. Sirat- (jembatan) itu mempunyai banyak pengait, belalai, dan duri-duri seperti duri pohon sa'dan, dan di bagian bawahnya terdapat jembatan yang licin sekali. Maka mereka melaluinya, ada yang cepat seperti kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang seperti cepatnya angin, seperti cepatnya kuda balap, seperti cepatnya unta yang baik, atau seperti orang yang berjalan cepat. Di antara mereka ada yang selamat sampai ke tepi yang lain, ada yang selamat tetapi dalam keadaan terluka, ada pula yang terperosok di bawah mukanya, masuk ke dalam neraka Jahannam,
Manakala ahli surga telah sampai di depan pintu surga, maka semua ahli surga berkata, "Siapakah orang yang mau memohon syafaat kepada Tuhan kita buat kita semua hingga kita dapat masuk surga?"
Mereka menjawab, "Siapa lagi yang lebih berhak untuk itu selain dari kakek moyang kalian sendiri, yaitu Adam a.s. Allah telah menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya serta berbicara dengannya secara berhadapan."
Kemudian mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut kepadanya, tetapi Adam ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak melakukan hal itu. Tetapi kalian harus meminta kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul Allah yang pertama."
Maka Nabi Nuh didatangi dan diminta agar melakukan hal tersebut, tetapi ia ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak untuk melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Ibrahim, karena sesungguhnya Allah telah menjadikannya sebagai seorang kekasih."
Maka Nabi Ibrahim didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu. Tetapi ia mengingat akan suatu dosa, maka berkatalah ia, "Aku bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Musa, karena sesungguhnya Allah telah mendekatkannya dalam munajatnya dan berbicara langsung kepadanya serta menurunkan kitab Taurat kepadanya."
Nabi Musa didatangi dan diminta untuk melakukan hal tersebut. Ia ingat akan suatu dosa, lalu berkata, "Saya bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada roh ciptaan Allah dan kalimah (perintah)-Nya, yaitu Isa putra Maryam." Maka Isa didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang kalian cari. Datanglah kalian kepada Muhammad."
Rasulullah Saw. bersabda:
"فَيَأْتُونِي -وَلِي عِنْدَ رَبِّي ثَلَاثُ شَفَاعَاتٍ [وَعَدَنِهِنَّ] -فَأَنْطَلِقُ فَآتِي الْجَنَّةَ، فَآخُذُ بحلَقَة الْبَابِ، فَأَسْتَفْتِحُ فَيُفْتَحُ لِي، فَأُحَيَّى وَيُرَحَّبُ بِي. فَإِذَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَنَظَرْتُ إِلَى رَبِّي خَرَرْتُ سَاجِدًا، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي مِنْ حَمْدِهِ وَتَمْجِيدِهِ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ بِهِ لِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ يَا مُحَمَّدُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعَ، وَسَلْ تُعْطَهْ. فَإِذَا رَفَعْتُ رَأْسِي يَقُولُ اللَّهُ -وَهُوَ أَعْلَمُ -: مَا شَأْنُكَ؟ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، وَعَدْتَنِي الشَّفَاعَةَ، فَشَفِّعْنِي فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: قَدْ شَفَّعْتُكَ وَقَدْ أذنت لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ".
Lalu mereka datang kepadaku, sedangkan aku mempunyai tiga kali syafaat di sisi Tuhanku yang telah Dia janjikan kepadaku. Aku berangkat dan mendatangi surga, lalu aku memegang pegangan pintunya dan meminta izin untuk dibuka. Maka pintu surga dibukakan untukku, dan aku disambut dengan penghormatan serta ucapan selamat datang. Setelah aku berada di dalam surga, aku melihat Tuhanku, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah mengizinkan kepadaku untuk mengucapkan sesuatu dari pujian dan pengagungan yang belum pernah Dia izinkan kepada seorang pun dari makhluk-Nya. Kemudian Allah berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah syafaat, niscaya engkau diberi izin untuk memberi syafaat; dan mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta.” Ketika aku mengangkat kepalaku, Allah Yang Maha Mengetahui bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Aku berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan kepadaku syafaat, maka berilah aku izin memberi syafaat kepada ahli surga agar mereka dapat masuk surga.” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberikan syafaat kepadamu, dan Aku telah mengizinkan bagi mereka untuk boleh masuk surga.”
Rasulullah Saw. acap kali bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِأَزْوَاجِهِمْ وَمَسَاكِنِهِمْ، فَيَدْخُلُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، وَثِنْتَيْنِ آدَمِيَّتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ، لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، لِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا. فَيَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلٍ بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهَا سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ، ثُمَّ إِنَّهُ يَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا، وَمِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ، وَكَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ. فَبَيْنَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، مَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْترُ ذَكَرَهُ، وَمَا تَشْتَكِي قُبُلَهَا. فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّهُ لَا مَني وَلَا مَنِية إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا. فَيَخْرُجُ فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا أَتَى وَاحِدَةً [لَهُ] قَالَتْ: لَهُ وَاللَّهِ مَا أَرَى فِي الْجَنَّةِ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْكَ، وَلَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian di dunia lebih mengenal istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada penduduk surga mengenal istri-istri mereka dan tempat-tempat tinggalnya. Setiap orang lelaki dari kalangan penduduk surga menggauli tujuh puluh dua orang istri; tujuh puluh orang istri dari kalangan bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. (buatnya), sedangkan yang dua orang istri dari kalangan Bani Adam yang jauh lebih utama daripada bidadari yang diciptakan oleh Allah berkat keutamaan ibadah mereka di dunia. Lalu ia menggauli salah seorang istrinya (yang dari kalangan Bani Adam) di dalam sebuah kamar yang terbuat dari batu yaqut di atas sebuah ranjang dari emas yang dihiasi dengan intan. Pada ranjang (pelaminan) itu terdapat tujuh puluh pasang kain sutera tipis dan sutera tebal. Kemudian si lelaki itu meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia dapat melihat tangannya dari bagian dada istrinya, yaitu dari balik pakaian, kulit, dan dagingnya. Dan sesungguhnya si lelaki itu benar-benar dapat melihat sumsum betisnya, sebagaimana seseorang di antara kalian melihat sebuah kabel yang ada di dalam lubang batu yaqut. Hati si istri merupakan cermin bagi suaminya, dan hati si suami merupakan cermin bagi istrinya. Ketika si lelaki sedang bersama istrinya itu, maka si lelaki tidak pernah merasa bosan terhadap istrinya, dan istrinya tidak pernah merasa bosan terhadap suaminya. Tidak sekali-kali si suami menggauli istrinya melainkan ia selalu menjumpainya dalam keadaan masih tetap perawan; zakarnya tidak pernah lemas, dan farji istrinya tidak pernah merasa sakit. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara yang menyerukan, "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau tidak pernah merasa bosan, dan dia tidak pernah merasa bosan pula, hanya saja tidak ada air mani, tidak ada pula air mani wanita. Perlu diketahui bahwa kamu mempunyai banyak istri selainnya.” Lalu si lelaki keluar dan mendatangi (menggauli) mereka seorang demi seorang. Setiap kali ia menggauli seorang bidadari, maka bidadari mengatakan kepadanya, "Demi Allah, saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih tampan daripada kamu, dan tidak ada seorang pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai daripada kamu.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka yang dimasukkan ke dalam neraka adalah sebagian dari makhluk Tuhanmu yang dibinasakan oleh amal perbuatan mereka sendiri. Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka sebatas kedua telapak kakinya, tidak lebih dari itu.
Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka hanya sampai batas kedua betisnya, ada yang dilahap api neraka sampai batas kedua lutut kakinya, ada yang dimakan oleh api neraka sampai batas pinggangnya, ada pula yang terbakar api neraka seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, karena Allah mengharamkan gambaran-Nya atas neraka.
Rasulullah Saw. bersabda:
فَأَقُولُ يَا رَبِّ، مَنْ وَقَعَ فِي النَّارِ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ،
Maka aku memohon, "Wahai Tuhanku, izinkanlah aku memberikan syafaat kepada orang yang telah masuk neraka dari kalangan umatku.” Allah berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) semua orang yang telah kamu kenal.”
Kemudian mereka dikeluarkan dari neraka, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.
Sesudah itu Allah memberikan izin dalam hal syafaat. Maka tiada seorang nabi, tiada pula seorang syuhada, melainkan memberi syafaat.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat mata uang dinar!" Maka mereka dikeluarkan dari neraka hingga tiada seorang pun yang tersisa dari kalangan mereka.
Allah memberikan syafaat-Nya lagi seraya berfirman, "Keluar­kanlah dari neraka orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat dua pertiga mata uang dinar!" Kemudian Allah memerintahkan yang sepertiga dinar, lalu yang seperempat dinar, lalu yang satu qirat, dan yang terakhir ialah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi.
Mereka semua dikeluarkan dari neraka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang tertinggal, tidak ada seorang pun yang pernah berbuat suatu kebaikan karena Allah yang masih tertinggal di dalam neraka, dan tidak ada seorang pun yang berhak memberikan syafaat kecuali memberikan syafaatnya, sehingga iblis pun memajukan dirinya melihat rahmat Allah yang sedang dibagi-bagikan, dengan harapan ingin mendapat syafaat.
Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Masih ada yang tersisa, sedang­kan Aku adalah Maha Pelimpah Rahmat." Lalu Allah memasukkan tangan (kekuasaan)-Nya ke dalam neraka Jahannam, dan mengeluarkan sejumlah orang yang tak terhitung jumlahnya, hanya Dia Yang Mengetahuinya. Keadaan mereka seakan-akan seperti arang yang hitam legam, lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayat (Sungai Kehidupan). Maka tumbuhlah mereka bagaikan biji-bijian yang tumbuh di bekas tanah yang terkena banjir; yang terkena sinar matahari menjadi hijau, sedangkan yang ternaungi menjadi kuning. Mereka tumbuh bagaikan kecambah, jumlah mereka sangat banyak sehingga seperti semut-semut kecil. Pada leher mereka tertulis jahannamiyyun (penghuni neraka Jahannam) yang dimerdekakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Semua penghuni surga mengetahui mereka melalui tulisan tersebut, mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak pernah berbuat suatu kebaikan pun karena Allah.
Mereka tinggal di dalam surga selama waktu yang dikehendaki Allah, sedangkan tulisan tersebut masih tetap tertera pada leher mereka. Kemudian mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, sudilah kiranya Engkau menghapuskan tulisan ini dari kami." Maka Allah Swt. menghapuskan tulisan itu dari mereka.
Imam Tabrani melanjutkan hadis ini hingga selesai, kemudian di penghujungnya ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat masyhur. Padahal hadis ini garib sekali, tetapi sebagian darinya mempunyai syawahid (bukti) yang menguatkannya terdapat pada hadis-hadis yang terpisah-pisah. Pada sebagian teks hadis ini terdapat hal-hal yang diingkari. Hadis diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Isma'il ibnu Rafi', kadi penduduk Madinah.
Sehubungan dengan predikat Isma'il ibnu Rafi' ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian menilainya siqah, sebagian lain menilai-nya daif. Predikat munkar hadis yang diriwayatkannya disebutkan secara nas (diputuskan) oleh bukan hanya seorang dari kalangan para imam, seperti Imam Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, dan Amr ibnu Ali Al-Fallas.
Di antara ulama ada yang menilainya matruk (tidak terpakai hadisnya). Ibnu Addi mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan melalui Isma'il ibnu Rafi' masih perlu dipertimbangkan, hanya saja hadis-hadisnya dikategorikan ke dalam hadis-hadis yang daif.
Menurut hemat kami sanad hadis ini masih diperselisihkan oleh banyak pendapat yang semuanya telah kami bahas secara terpisah di dalam sebuah kitab secara rinci. Adapun mengenai teksnya memang garib sekali, bahkan dikatakan bahwa dia menghimpunnya dari berbagai hadis yang cukup banyak, lalu ia rangkaikan dalam satu rangkuman. Karena itulah maka hadis ini dinilai munkar.
Kami pernah mendengar guru kami —yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi— mengatakan bahwa beliau pernah melihat karya tulis Al-Walid ibnu Muslim yang merangkum karya tulisnya itu seakan-akan seperti syawahid (bukti yang menguatkan) sebagian dari suku-suku hadis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar