Al-An'am, ayat 40-45
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ
السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (40) بَلْ
إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ
مَا تُشْرِكُونَ (41) وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ
فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ (42)
فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (43) فَلَمَّا نَسُوا مَا
ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا
فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44)
فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (45)
Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepada kalian, atau
datang kepada kalian hari kiamat, apakah kalian menyeru (tuhan) selain Allah jika kalian orang-orang yang benar.”
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kalian seru, maka Dia menghilangkan bahaya
yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kalian
tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan Allah). Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan
dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan
apa yang selalu mereka kerjakan. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai
ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang Maha
Melaksanakan apa yang Dia kehendaki terhadap makhluk-Nya menurut apa yang Dia
sukai. Tiada akibat bagi hukum-Nya, dan tidak ada seorang pun yang mampu
memalingkan hukum-Nya terhadap makhluk-Nya, bahkan Dialah semata yang tiada
sekutu bagi-Nya. Apabila diminta, maka Dia memperkenankan terhadap orang yang
dikehendaki-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ
إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ}
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika
datang sfcaan Allah kepada kalian, atau datang kepada kalian hari
kiamat.” (Al-An'am: 40)
Yakni datang kepada kalian ini atau yang itu.
{أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
apakah kalian menyeru (tuhan) selain
Allah, jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am: 40)
Artinya janganlah kalian menyeru kepada, selain
Allah, karena kalian mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menghilangkan
hal itu selain Dia sendiri. Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan:
{إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ}
jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am:
40)
Yaitu dalam pengambilan kalian selain Allah
sebagai tuhan-tuhan kalian.
****
{بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ
فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ}
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kalian seru,
maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika
Dia menghendaki, dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan
Allah). (Al-An'am: 41)
Maksudnya, dalam keadaan darurat kalian tidak
menyeru siapa pun selain Allah, dan lenyaplah dari pikiran kalian
berhala-berhala dan sembahan-sembahan kalian. Ayat ini semakna dengan firman
Allah Swt.:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ
الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan,
niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67),
hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا
إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul)
kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan. (Al-An'am: 42)
Yakni kemiskinan dan kesempitan dalam hidup.
{وَالضَّرَّاءِ}
dan kemelaratan. (Al-An'am: 42)
Yaitu penyakit dan hal-hal yang menyakitkan.
{لَعَلَّهُمْ
يَتَضَرَّعُونَ}
supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri. (Al-An'am: 42)
Maknanya adalah meminta kepada Allah, merendahkan
diri kepada- Nya dengan penuh rasa khusyuk.
****
Allah Swt. berfirman:
{فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ
بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا}
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada
Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada
mereka. (Al-An'am: 43)
Artinya, mengapa manakala Kami uji mereka dengan
hal tersebut, mereka tidak memohon kepada Kami dengan tunduk merendahkan diri
dan mendekatkan diri kepada Kami?
{وَلَكِنْ قَسَتْ
قُلُوبُهُمْ}
bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am:
43)
Yakni hatinya keras membangkang dan tidak dapat
khusyuk.
{وَزَيَّنَ لَهُمُ
الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
dan setan pun menampakkan kepada mereka
kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-An'am: 43)
Yaitu kemusyrikan, keingkaran, dan
perbuatan-perbuatan maksiat.
*****
{فَلَمَّا نَسُوا مَا
ذُكِّرُوا بِهِ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)
Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu
dan melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.
{فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ}
Kami pun membukakan semua pintu kesenangan
untuk mereka. (Al-An'am: 44)
Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki
dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat
mereka dan sebagai pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung
kepada Allah dari tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا
بِمَا أُوتُوا}
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)
Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak
yang banyak, dan rezeki melimpah ruah.
{أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً}
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. (Al-An'am:
44)
Yaitu di saat mereka sedang lalai.
{فَإِذَا هُمْ
مُبْلِسُونَ}
maka ketika itu mereka terdiam putus asa. (Al-An'am:
44)
Artinya putus harapan dari semua kebaikan.
Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa al-mublis artinya
orang yang putus asa. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Barang siapa yang
diberi keluasan oleh Allah. lalu ia tidak memandang bahwa hal itu merupakan
ujian baginya, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan. Dan barang
siapa yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak memandang bahwa dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai
pandangan." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am:
44)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Kaum itu
telah teperdaya. Demi Tuhan Ka'bah, mereka diberi, kemudian disiksa.'
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Qatadah mengatakan bahwa siksaan yang menimpa
suatu kaum secara tiba-tiba merupakan urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah
menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam
keadaan lalai serta sedang tenggelam di dalam kesenangannya. Karena itu,
janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya tidaklah
teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka). Demikianlah
menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri sehubungan
dengan makna firman-Nya: Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk
mereka. (Al-An'am: 44) Bahwa makna yang dimaksud ialah kemakmuran dan
kesenangan duniawi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان،
حَدَّثَنَا رِشْدِين -يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ أَبَا الْحَجَّاجِ الْمَهْرِيَّ -عَنْ
حَرْمَلَة بْنِ عِمْرَانَ التُّجِيبي، عَنْ عُقْبة بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ عُقْبَةَ
بْنِ عَامِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي العبدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعاصيه مَا
يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاج". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin (yakni Ibnu
Sa'd alias Abul Hajjaj Al-Muhri), dari Harmalah ibnu Imran At-Tajibi, dari
Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila
kamu lihat Allah memberikan kesenangan duniawi kepada seorang hamba yang gemar
berbuat maksiat terhadap-Nya sesuka hatinya, maka sesungguhnya hal itu adalah
istidraj (membinasakannya secara perlahan-lahan). Kemudian Rasulullah Saw.
membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa.(Al-An'am: 44)
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya
melalui hadis Harmalah dan Ibnu Luhai'ah, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah
ibnu Amir dengan lafaz yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ
بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا عِرَاك بْنُ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي أَبِي،
عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلة، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ [رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ [تَبَارَكَ وَتَعَالَى] إذا أراد الله بِقَوْمٍ
بَقَاءً -أَوْ: نَمَاءً -رَزَقَهُمُ الْقَصْدَ وَالْعَفَافَ، وَإِذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِقَوْمٍ اقْتِطَاعًا فَتَحَ لَهُمْ -أَوْ فَتْحَ عَلَيْهِمْ -بَابَ
خِيَانَةٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah
menceritakan kepada kami Irak ibnu Khalid ibnu Yazid, telah menceritakan
kepadaku ayahku, dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghendaki kelestarian atau
kemakmuran suatu kaum, maka Dia memberi mereka rezeki berupa sifat ekonomis dan
memelihara kehormatan. Dan apabila Dia menghendaki perpecahan suatu kaum, maka
Dia membukakan bagi mereka atau dibukakan untuk mereka pintu khianat.
****
{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا
بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An'am: 44)
Seperti apa yang disebutkan oleh firman
selanjutnya:
{فَقُطِعَ دَابِرُ
الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan
sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am:
45)
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan
lain-lainnya.
Al-An'am, ayat 46-49
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ
وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ انْظُرْ
كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ (46) قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ
أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ
الظَّالِمُونَ (47) وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ (48) وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا
كَانُوا يَفْسُقُونَ (49)
Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan
serta menutup hati kalian, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepada kalian?” Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami),
kemudian mereku tetap berpaling (juga). Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan
sekonyong-konyong atau terang-terangan maka adakah yang dibinasakan (Allah)
selain dari orang-orang yang zalim?”Dan tidaklah Kami mengutus para rasul
itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa
yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu
berbuat fasik
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa
katakanlah kepada mereka yang mendustakan dan ingkar kepada kekuasaan Allah
Swt.:
{أَرَأَيْتُمْ إِنْ
أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ}
Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut
pendengaran dan penglihatan kalian. (Al-An'am: 46)
Yakni Dia mencabutnya dari kalian sebagaimana Dia
telah memberikannya kepada kalian, seperti yang disebutkan dalam firman lain:
قُلْ هُوَ
الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ
Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan
bagi kalian pendengaran dan penglihatan. (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
Dapat diinterpretasikan pula bahwa ungkapan ini
mengandung makna larangan menggunakan pendengaran dan penglihatan menurut apa
yang diperintahkan oleh syariat, karena pada firman selanjutnya disebutkan:
{وَخَتَمَ عَلَى
قُلُوبِكُمْ}
serta menutup hati kalian. (Al-An'am: 46)
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{أَمَّنْ يَمْلِكُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran
dan penglihatan? (Yunus: 31)
وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ}
dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghalang-halangi antara manusia dan hatinya. (Al-Anfal: 24)
***
Mengenai firman Allah Swt.:
{مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ
اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}
siapakah tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepada kalian? (Al-An'am: 46)
Artinya, apakah ada seseorang selain Allah yang
dapat mengembalikan hal itu kepada kalian, jika Allah mencabutnya dari kalian?
Jelas tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya selain Allah Swt. Karena
itulah pada firman selanjutnya disebutkan:
{انْظُرْ كَيْفَ
نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 46)
Yakni Kami terangkan, Kami jelaskan, dan Kami
tafsirkan tanda-tanda tersebut yang semuanya menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan semua yang mereka sembah selain Allah adalah batil dan sesat.
{ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ}
kemudian mereka tetap berpaling (juga).
(Al-An'am: 46)
Yaitu sekalipun dengan adanya keterangan yang
jelas itu, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan menghalang-halangi manusia
untuk mengikutinya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
makna yasdifiina ialah menyimpang. Menurut Mujahid dan Qatadah adalah
berpaling, sedangkan menurut As-Saddi menghambat (menghalang-halangi).
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ
إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً}
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika
datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong.” (Al-An'am:
47)
Yakni kalian tidak merasakannya sehingga
kedatangannya mengejutkan kalian.
{أَوْ جَهْرَةً}
atau terang-terangan. (Al-An'am: 47)
Maksudnya, dengan jelas dan kelihatan.
{هَلْ يُهْلَكُ إِلا
الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ}
maka adakah yang dibinasakan (Allah), selain
dari orang-orang yang zalim? (Al-An'am: 47)
Yakni sesungguhnya pembinasaan itu hanyalah
meliputi orang-orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena
kemusyrikan mereka. Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang selalu
menyembah-Nya semata serta tidak mempersekutukan-Nya. Maka tiada ketakutan yang
mencekam mereka, tidak pula mereka bersedih hati; perihalnya sama dengan yang
disebutkan oleh firman-Nya:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-An'am: 82),
hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ
إِلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ}
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu
melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. (Al-An'am:
48)
Artinya, menyampaikan berita gembira kebaikan
kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan memberi peringatan kepada
orang-orang yang kafir kepada Allah dengan pembalasan Allah dan
siksaan-siksaan-Nya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{فَمَنْ آمَنَ
وَأَصْلَحَ}
Barang siapa yang beriman dan mengadakan
perbaikan. (Al-An'am: 48)
Yakni barang siapa yang hatinya beriman kepada
apa yang disampaikan oleh para rasul dan memperbaiki amal perbuatannya dengan
mengikuti petunjuk mereka.
{فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}
maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-An'am:
48)
Yaitu bila dikaitkan dengan masa depan mereka.
{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-An'am:
48)
Yakni bila dikaitkan dengan masa lalu mereka dan
apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka menyangkut perkara duniawi dan
aneka ragamnya. Allah-lah yang menjadi pelindung mereka dari apa yang telah
mereka tinggalkan dan Allah-lah yang memelihara mereka dari masa lalunya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ}
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-An'am:
49)
Maksudnya, mereka akan mendapat azab karena
kekafiran mereka terhadap apa yang telah disampaikan oleh para rasul, dan
karena mereka menyimpang jauh dari perintah-perintah Allah, tidak mau taat
kepada-Nya, selalu mengerjakan hal-hal yang dilarang dan yang diharamkan-Nya
serta selalu melanggar batasan-batasan yang diharamkan-Nya.
Al-An'am, ayat 50-54
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ
الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى
إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ (50)
وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ
لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (51) وَلَا
تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ
وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ
عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ (52)
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ (53)
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا
بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (54)
Katakanlah, "Aku
tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang gaib dan
tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. Aku
tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.”Katakanlah, "Apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kalian tidak
memikirkan(nya)? Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada
orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat),
sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun
selain dari Allah, agar mereka bertakwa. Dan janganlah kamu mengusir
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan
mereka menghendaki keridaan-Nya, Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun
terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit
pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir
mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim. Dan demikianlah telah
Kami uji sebagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang
miskin), supaya (orang-orang kaya itu) berkata, "Orang-orang
yang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada
mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui
tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" Apabila
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka
katakanlah, "Salamun 'alaikum, " Tuhan kalian telah menetapkan atas
diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan
di antara kalian lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ
عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ}
Katakanlah, "Aku tidak mengatakan kepada
kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku." (Al-An'am: 50)
Dengan kata lain, aku tidak memilikinya dan tidak
pula mengaturnya.
{وَلا أَعْلَمُ
الْغَيْبَ}
dan tidak (pula) aku mengetahui yang
gaib. (Al-An'am: 50)
Yakni aku pun tidak mengatakan kepada kalian
bahwa sesungguhnya aku mengetahui perkara yang gaib, karena sesungguhnya hal
yang gaib itu hanya diketahui oleh Allah Swt. saja; dan aku tidak dapat
mengetahuinya kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadaku.
{وَلا أَقُولُ لَكُمْ
إِنِّي مَلَكٌ}
dan tidak (pula) aku mengatakan kepada
kalian bahwa aku adalah malaikat. (Al-An'am: 50)
Artinya, aku tidak mendakwakan diri bahwa diriku
adalah malaikat, melainkan hanyalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh
Allah Swt. Allah Swt. telah memuliakan diriku dengan wahyu itu dan
mengaruniaiku dengannya sebagai nikmat dari-Nya. Karena itulah dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا
يُوحَى إِلَيَّ}
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. (Al-An'am: 50)
Yakni aku tidak pernah menyimpang darinya barang
sejengkal pun, tidak pula kurang dari itu.
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الأعْمَى وَالْبَصِيرُ}
Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta
dan orang yang melihat?” (Al-An'am: 50)
Maksudnya, apakah orang yang mengikuti kebenaran
dan mendapat petunjuk kepada perkara yang benar sama dengan orang yang sesat
darinya dan tidak mau mengikutinya?
{أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak memikirkannya)*? (Al-An'am:
50)
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang menyebutkan
melalui firman-Nya:
{أَفَمَنْ يَعْلَمُ
أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}
Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Ra'd:
19)
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَأَنْذِرْ بِهِ
الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ
وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
Dan berilah peringatan dengan apa yang
diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada
hari kiamat), sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi
syafaat pun. (Al-An'am: 51)
Artinya, berilah peringatan dengan Al-Qur'an ini,
hai Muhammad!
{الَّذِينَ هُمْ مِنْ
خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ}
orang-orang yang berhati-hati karena takut
akan (azab) Tuhan mereka. (Al-Mu’minun: 57)
Yaitu orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan
takut kepada hisab yang buruk.
****
Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ يَخَافُونَ
أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}
Dan berilah peringatan dengan apa yang
diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am:
51)
Yakni pada hari kiamat nanti.
{لَيْسَ لَهُمْ}
sedangkan bagi mereka tidak ada. (Al-An'am:
51)
Maksudnya, pada hari itu (hari kiamat).
{مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ
وَلا شَفِيعٌ}
seorang pelindung dan pemberi syafaat pun. (Al-An'am:
51)
Yakni tidak ada kaum kerabat bagi mereka dan
tidak ada orang yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka dari azab
Allah, bilamana Allah berkehendak menimpakannya kepada mereka.
{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)
Artinya, peringatkanlah akan kejadian hari kiamat
ini, karena tidak ada hakim pada hari tersebut kecuali hanya Allah Swt. semata.
{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)
Karena itu, lalu mereka mau mengerjakan amal
perbuatan di dunia ini, yang menyebabkan Allah menyelamatkan mereka pada hari
kiamat nanti dari azab-Nya, dan Allah melipatgandakan pahala-Nya kepada mereka
dengan lipat ganda yang banyak.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki
keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)
Dengan kata lain, janganlah kamu mengusir
orang-orang yang menyandang predikat tersebut dari sisimu, melainkan jadikanlah
mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain:
{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا
تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ
أَمْرُهُ فُرُطًا}
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi: 28)
Adapun firman Allah Swt.:
{يَدْعُونَ رَبَّهُمْ}
orang-orang yang menyeru Tuhannya. (Al-An'am:
52)
Yakni menyembah-Nya dan memohon kepada-Nya.
{بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ}
di pagi hari dan petang hari. (Al-An'am:
52)
Menurut Sa'id ibnul Musayyab, Mujahid, dan Qatadah,
makna yang dimaksud ialah salat fardu. Makna doa dalam ayat ini adalah seperti
yang dianjurkan oleh firman-Nya:
{وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah
kepada-Ku (serulah Aku), niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian.”
(Al-Mu’min: 60)
Maksudnya, Aku menerima doa kalian.
Firman Allah Swt.:
{يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}
sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am:
52)
Yakni dengan amalnya itu mereka menghendaki rida
Allah, mereka kerjakan semua ibadah dan amal ketaatan dengan hati yang ikhlas
karena Allah.
****
Firman Allah Swt.:
{مَا عَلَيْكَ مِنْ
حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun
terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit
pun terhadap perbuatanmu. (Al-An'am: 52)
Seperti yang dikatakan oleh Nabi Nuh a.s. dalam
menjawab ucapan orang-orang yang mengatakan, "Apakah kami akan beriman
kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"
{وَمَا عِلْمِي بِمَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ * إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ}
Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada
Tuhanku, kalau kalian menyadari. (Asy-Syu'ara: 112-113)
Dengan kata lain, sesungguhnya perhitungan amal
perbuatan mereka hanyalah kepada Allah Swt., dan aku tidak memikul tanggung
jawab hisab mereka barang sedikit pun, sebagaimana mereka pun tidak bertanggung
jawab sedikit pun terhadap perhitungan amal perbuatanku.
***
Firman Allah Swt.:
{فَتَطْرُدَهُمْ
فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ}
Yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir
mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Al-An'am: 52)
Yakni jika kamu melakukan hal tersebut, akibatnya
adalah seperti itu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Asbat (yaitu Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepadaku Asy'as, dari
Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada segolongan pemuka Quraisy
lewat di hadapan Rasulullah Saw. Pada saat itu di sisi beliau terdapat Khabbab,
Suhaib, Bilal, dan Ammar. Lalu mereka (para pemuka Quraisy) berkata, "Hai
Muhammad, apakah kamu rela menjadi teman orang-orang itu (yakni yang ada di
sisi Nabi Saw.)?" Maka turunlah ayat ini: Dan berilah peringatan dengan
apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada
Tuhannya. (Al-An'am: 51) sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih
mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)? (Al-An'am: 53)
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Asy'as,
dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa segolongan pemuka Quraisy
lewat di hadapan Nabi Saw. yang ketika itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal,
Ammar, Khabbab, dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang muslim yang daif.
Lalu para pemuka Quraisy itu berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau rela
orang-orang itu sebagai kaummu? Apakah mereka adalah orang-orang yang dianugerahi
oleh Allah di antara kami? Apakah pantas kami akan mengikuti jejak orang-orang
itu? Usirlah mereka! Barangkali jika engkau mengusir mereka, kami akan
mengikutimu." Maka turunlah firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan
mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52) Sampai dengan firman-Nya: Dan
demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan
sebagian yang lain (orang-orang miskin). (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id
Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah
menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr, dari As-Saddi, dari Abu Sa'id Al-Azdi
—qari' Al-Azdi—, dari Abul Kunud, dari Khabbab sehubungan dengan firman-Nya: Dan
janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di
petang hari. (Al-An'am: 52) Bahwa Al-Aqra' ibnu Habis At-Tamimi dan Uyaynah
ibnu Hasan Al-Fazzari datang, lalu mereka menjumpai Rasulullah Saw. yang pada
saat itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, dan Khabbab. Ketika itu
Rasulullah Saw. sedang duduk di antara segolongan kaum mukmin yang duafa.
Ketika mereka melihat orang-orang itu berada di sekitar Nabi Saw., mereka
menghina orang-orang duafa itu di hadapan teman-teman mereka. Lalu mereka
datang kepada Nabi Saw., dan kaum duafa membiarkan Nabi Saw. menemui mereka.
Lalu mereka berkata, "Sesungguhnya kami menginginkan agar engkau membuat
suatu majelis khusus buat kami, mengingat semua orang Arab telah mengenal
keutamaan kami. Karena delegasi-delegasi dari banyak kalangan orang-orang Arab
sering datang kepadamu, maka kami akan merasa malu bila mereka melihat kami ada
bersama para budak ini. Untuk itu apabila kami datang kepadamu, tolong usirlah
mereka dari kami; dan jika kami telah selesai dengan urusan kami, silakan
engkau duduk kembali bersama mereka jika engkau suka." Nabi Saw. menjawab,
"Baiklah." Mereka berkata, "Kalau demikian, tentukanlah
olehmu hari-harinya buat kami secara tertulis." MakaNabi Saw. memanggil
sahabat Ali dan meminta sebuah lembaran, kemudian beliau Saw. memerintahkan
Ali untuk mencatat hal tersebut, sedangkan ketika itu kaum duafa berada di suatu
sudut yang agak jauh dari mereka. Dan pada saat itu juga turunlah Malaikat
Jibril seraya membawa firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang
yang menyeru Tuhannya (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah
Saw. melemparkan lembaran itu dari tangannya, kemudian beliau memanggil kami,
maka kami pun datang kepadanya.
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis
Asbat dengan lafaz yang sama. Tetapi hadis ini garib, karena
sesungguhnya ayat ini Makkiyyah, sedangkan Al-Aqra' ibnu Habis dan Uyaynah baru
masuk Islam hanya setelah hijrah selang beberapa tahun kemudian.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Miqdam
ibnu Syuraih, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Sa'd pernah mengatakan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang sahabat Nabi Saw., antara lain
Ibnu Mas'ud.
Sa'd melanjutkan kisahnya, "Kami selalu
menemani Rasulullah Saw. dan dekat dengannya untuk mendengar sabda-sabda beliau
Saw. Maka orang-orang Quraisy berkata, 'Engkau selalu mendekati mereka dan
menjauh dari kami'." Maka turunlah ayat ini: Dan janganlah kamu
mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari. (Al-An'am:
52)
Imam Hakim meriwayatkannya dalam kitab Mustadrak
melalui jalur Sufyan. Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sesuai dengan
syarat Syaikhain. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah
mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Miqdam ibnu Syuraih dengan lafaz yang
sama.
****
Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ}
Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan
sebagian yang lain. (Al-An'am: 53)
Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka
dengan sebagian yang lain.
{لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ
مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}
supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata,
"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah
kepada mereka?” (Al-An'am: 53)
Demikian itu terjadi karena Rasulullah Saw. pada
masa permulaan risalahnya banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari
pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-lakinya, kaum wanitanya,
budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan; tidak ada yang mengikuti
beliau Saw. dari kalangan orang-orang yang terpandang kecuali hanya sedikit.
Perihal Rasulullah Saw. saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi
Nuh kepada nabinya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{وَمَا نَرَاكَ
اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}
Dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas
percaya saja. (Hud: 27), hingga akhir ayat.
Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh
Heraklius —Raja Romawi—kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, "Apakah
orang-orang yang mengikutinya (Nabi Saw.) adalah dari kalangan orang-orang yang
terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan
menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Heraklius
berkata, "Mereka adalah pengikut para rasul".
Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina
orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi Saw. Mereka tak
segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di
bawah wewenangnya.
Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering
mengatakan, "Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi
anugerah oleh Allah?" Dengan kata lain, "Tidaklah layak bagi Allah
memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang
mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan." Perihalnya semakna dengan apa
yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:
{لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا
سَبَقُونَا إِلَيْهِ}
Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah
suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya.
(Al-Ahqaf: 11)
Sama pula dengan firman-Nya:
{وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا
أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا}
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat
Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata
kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan (kafir
dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat
pertemuannya)?" (Maryam: 73)
Allah Swt. menjawab perkataan tersebut dalam
firman selanjutnya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا
قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا}
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan
lebih sedap dipandang mata. (Maryam: 74)
Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. menjawab
mereka ketika mereka mengatakan:
{أَهَؤُلاءِ مَنَّ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}
Orang-orang semacam inikah di antara kita yang
diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? (Allah berfirman menjawab
mereka), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya)?v (Al-An'am: 53)
Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui
tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan
segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke
jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya
dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang
lain, yaitu:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (Al-'Ankabut:
69)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى
أَلْوَانِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada
bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah
memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu
Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah peringatan
dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan
kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu
Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Mut'im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah
ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf, dari
kalangan orang-orang kafir mereka; semuanya datang kepada Abu Talib, lalu
mereka berkata, "Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad—
tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita, karena
sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita.
Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami
hormati dia di kalangan kami; lebih mendekati untuk diikuti oleh kami, dan kami
akan percaya kepadanya karena itu." Maka Abu Talib datang kepada Nabi Saw.
dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata
memberikan sarannya, "Jangan dahulu engkau melakukan hal itu sebelum
engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan
dari ucapan mereka itu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan
berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut
akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah
Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya).
(Al-An'am: 53)
Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka Bani Abdu
Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula
Usaid; dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas'ud,
Al-Miqdad ibnu Amr, Mas'ud, Ibnul Qari, Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr
ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi
teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya.
Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para
pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para hulafa
(teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ
بَيْنِنَا}
Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka
(orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin);
supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam
inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”
(Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.
Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan
datang kepada Nabi Saw., lalu ia meminta maaf kepada Nabi Saw. atas ucapan yang
telah dikeluarkannya. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{وَإِذَا جَاءَكَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا }
Apabila datang orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami (Al-An'am: 54), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِذَا جَاءَكَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ}
Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, "SaTamun 'alaikum.” (Al-An'am:
54)
Artinya, hormatilah mereka dengan menjawab salam
mereka, dan sampaikan berita gembira kepada mereka bahwa rahmat Allah yang luas
mencakup mereka semua. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى
نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ}
Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya
kasih sayang. (Al-An'am: 54)
Yakni Dia telah mewajibkan rahmat atas diri-Nya
Yang Mahamulia sebagai karunia dari-Nya, kebaikan, dan anugerah-Nya buat
mereka.
{مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ
سُوءًا بِجَهَالَةٍ}
Yaitu bahwa barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, semua orang yang
durhaka kepada Allah adalah orang yang jahil.
Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari
Al-Hakam ibnu Aban ibnu Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa
yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54)
Bahwa dunia seluruhnya merupakan kejahilan. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
{ثُمَّ تَابَ مِنْ
بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ}
kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya
dan mengadakan perbaikan. (Al-An'am: 54)
Yakni kembali kepada jalan yang benar dari
kebiasaan maksiatnya dan kapok serta bertekad tidak akan mengulanginya lagi,
serta memperbaiki amal perbuatannya di masa mendatang.
{فَأَنَّهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ}
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Al-An'am: 54)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ
حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ همَّام بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا
أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَضَى اللَّهُ الخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ
عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu
Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang telah diceritakan
oleh Abu Hurairah kepada kami, yaitu bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah
Allah melakukan peradilan terhadap makhluk-(Nya), maka Dia menetapkan pada
kitab-Nya yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy, bahwa sesungguhnya rahmat-Ku
mengalahkan murka-Ku.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim di dalam kitab Sahihain. Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah. Musa ibnu Uqbah
meriwayatkannya dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Lais dan
lain-lainnya, dari Muhammad ibnu Ajian, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari
Nabi Saw. dengan lafaz yang sama.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه، مِنْ طَرِيقِ الْحَكَمِ بْنِ
أَبَانٍ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ
الْخَلْقِ، أَخْرَجَ كِتَابًا مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ
غَضَبِي، وَأَنَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً أَوْ قَبْضَتَيْنِ
فَيُخْرِجُ مِنَ النار خلقًا لم يعملوا خيرًا،
مَكْتُوبٌ بَيْنَ أَعْيُنِهِمْ. عُتَقَاء اللَّهِ".
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui jalur
Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila Allah telah menyelesaikan
peradilan-Nya di antara makhluk semuanya, maka Dia mengeluarkan suatu kitab
dari bawah 'Arasy (yang tercantum padanya), "Sesungguhnya rahmatKu
mendahului murka-Ku, dan Aku adalah Yang Maha Pelimpah Rahmat.” Lalu Allah
menggenggam sekali atau dua kali genggaman dan mengeluarkan dari neraka
sejumlah banyak makhluk yang tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, di
antara kedua mata mereka (yakni pada kening mereka) tertuliskan,
"Orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah (dari neraka)."
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Asim ibnu Sulaiman, dari Abu Usman An-Nahdi, dari
Salman sehubungan dengan firman-Nya: Tuhan kalian telah menetapkan atas
diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54) Bahwa sesungguhnya di dalam kitab
Taurat Kami menjumpai dua jenis kasih sayang, yaitu: Allah Swt. menciptakan
langit dan bumi, menciptakan seratus rahmat, atau Dia menjadikan seratus rahmat
sebelum menciptakan makhluk. Kemudian Dia menciptakan makhluk dan meletakkan
sebuah rahmat di antara mereka, sedangkan yang sembilan puluh sembilan rahmat
Dia pegang di sisi-Nya. Salman melanjutkan kisahnya, "Dengan satu rahmat
itulah para makhluk berkasih sayang, saling mengasihi, saling memberi, dan
saling menolong. Dengan satu rahmat itulah unta betina mengasihi anaknya, sapi
betina mengasihi anaknya, kambing betina mengasihi anaknya, dan ikan-ikan di
laut saling beriringan. Maka apabila datang hari kiamat, Allah mengumpulkan
rahmat itu dengan rahmat yang ada di sisi-Nya, dan rahmat-Nya jauh lebih utama
dan lebih luas.
Hal ini telah diriwayatkan pula secara marfu melalui
jalur lain. Dalam pembahasan berikutnya akan disebutkan hadis-hadis yang
berkaitan dengan masalah ini, yaitu pada tafsir firman-Nya:
{وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ
كُلَّ شَيْءٍ}
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A'raf:
156)
Di antara hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat
ini ialah sabda Nabi Saw. kepada sahabat Mu'az ibnu Jabal:
"أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ أَنْ
يَعْبُدُوهُ لَايُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا"، ثُمَّ قَالَ: "أَتَدْرِي مَا
حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا هُمْ فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَلَّا
يُعَذِّبَهُمْ"
"Tahukah kamu, apakah hak Allah yang
dibebankan atas hamba-hamba-Nya? Yaitu hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda
pula: Tahukah kamu, apakah hak hamba-hamba Allah atas Allah apabila mereka
melakukan hal tersebut? Yaitu hendaknya Dia tidak mengazab mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui jalur
Kumail ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah r.a.
Al-An'am, ayat 55-59
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ
الْمُجْرِمِينَ (55) قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ قُلْ لَا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا
مِنَ الْمُهْتَدِينَ (56) قُلْ إِنِّي عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ
بِهِ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ يَقُصُّ
الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ (57) قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا
تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الْأَمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
بِالظَّالِمِينَ (58) وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ
إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (59)
Dan demikianlah Kami
terangkan ayat-ayat Al-Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan
supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. Katakanlah,
"Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kalian sembah selain
Allah." Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian,
sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku
termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." Katakanlah,
"Sesungguhnya aku (berada) di atas hujah yang nyata (Al-Qur'an)
dari Tuhanku, sedangkan kalian mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab)
yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu
hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan
yang paling baik.” Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang
kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah
urusan yang ada antara aku dan kalian. Dan Allah lebih mengetahui tentang
orang-orang yang zalim. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib;
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam
kitab yang nyata (lauh mahfuz).
Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami
telah jelaskan hal-hal yang telah lalu keterangannya, yaitu hujah-hujah dan
daliJ-dalil sebagai jalan petunjuk dan bimbingan, dan telah dicela sikap
membantah dan ingkar."
{وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ
الآيَاتِ}
Demikian pula Kami terangkan ayat-ayat
Al-Qur’an. (Al-An'am: 55)
Yakni ayat-ayat diperlukan oleh orang-orang yang
diajak bicara keterangannya secara jelas.
{وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ
الْمُجْرِمِينَ}
dan supaya jelas (pula) jalan
orang-orang yang berdosa. (Al-An'am: 55)
Yaitu supaya jelas jalan yang ditempuh oleh
orang-orang yang berdosa yang menentang para rasul.
Menurut qiraah yang lain, ayat ini dibaca sabila,
sehingga artinya menjadi demikian:
dan supaya kamu jelas terhadap jalan
orang-orang yang berdosa.
Artinya, agar kamu jelas, hai Muhammad; atau hai
orang yang diajak bicara terhadap jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang
berdosa.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ إِنِّي عَلَى
بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di
atas hujah yang nyata dari Tuhanku.” (Al-An'am: 57)
Maksudnya, aku berada di atas pengetahuan dari
syariat Allah yang telah diwahyukan oleh-Nya kepadaku.
{وَكَذَّبْتُمْ بِهِ}
sedangkan kalian mendustakannya. (Al-An'am:
57)
Yakni kalian mendustakan perkara hak yang
disampaikan kepadaku dari Allah.
{مَا عِنْدِي مَا
تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ}
Tidak ada padaku apa yang kalian minta supaya
disegerakan. (Al-An'am: 57)
Yaitu siksaan atau azab.
{إِنِ الْحُكْمُ إِلا
لِلَّهِ}
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (Al-An'am:
57)
Artinya, sesungguhnya rujukan mengenai hal
tersebut hanyalah kepada Allah. Dengan kata lain, jika dia menghendaki untuk
menyegerakannya kepada kalian, niscaya Dia akan menyegerakan azab yang kalian
minta itu. Dan jika Dia menghendaki penangguhannya terhadap kalian, niscaya Dia
menangguhkannya karena dalam penangguhan itu terkandung hikmah yang besar yang
hanya Dia saja yang mengetahuinya. Karena itulah pada firman selanjutnya
disebutkan:
{إِنِ الْحُكْمُ إِلا
لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ}
Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik (Al-An'am: 57)
Yakni Dia adalah sebaik-baik Pemberi keputusan
peradilan dan sebaik-baik Pemberi penyelesaian dalam memutuskan perkara di
antara hamba-hamba-Nya.
****
Firman Allah Swt.:
{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي
مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku
apa (azab) yang Kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu
telah diselesaikan Allah urusan yang ada di antara aku dan kalian. (Al-An'am:
58)
Yaitu seandainya keputusan mengenai azab itu
berada di tanganku, niscaya aku benar-benar akan menimpakannya kepada kalian
sesuai dengan kadar yang berhak kalian terima darinya.
{وَاللَّهُ أَعْلَمُ
بِالظَّالِمِينَ}
Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang
yang zalim.” (Al-An'am: 58)
Bila ditanyakan, bagaimanakah menggabungkan
pengertian antara ayat ini dengan sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain
melalui jalur Ibnu Wahb, dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti
Aisyah, bahwa Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai
Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang terasa lebih keras
olehmu daripada Perang Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab:
"لَقَدْ لقيتُ مِنْ قَوْمِكِ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ
مِنْهُ يَوْمَ الْعَقَبَةِ؛ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي على ابن عبد يا ليل ابْنِ
عَبْدِ كُلال، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أردتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ
عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفَعْتُ
رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أظَلَّتْني، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا
جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَنَادَانِي، فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ
قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَك
الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ". قَالَ: "فَنَادَانِي
مَلَك الْجِبَالِ وَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللَّهَ
قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَقَدْ بَعَثَنِي رَبُّكَ إِلَيْكَ، لِتَأْمُرَنِي
بِأَمْرِكَ، فَمَا شِئْتَ؟ إِنْ شِئْتَ أَطْبَقْتُ عَلَيْهِمُ
الْأَخْشَبَيْنِ"، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ
يَعْبُدُ اللَّهَ، لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا"،
Sesungguhnya aku pernah mengalaminya dari
kaummu, dan hari yang paling keras yang pernah kualami adalah hari Aqabah.
Yaitu ketika aku menampilkan diriku menyeru Ibnu Abdu Yalil ibnu Abdu Kalal
untuk masuk Islam, tetapi dia tidak mau menerima apa yang kutawarkan kepadanya.
Maka aku pergi dengan hati yang penuh kesusahan dan kedukaan, aku tidak sadar
dari kesusahanku kecuali setelah tiba di Qarnus Sa'alib. Lalu aku angkat
kepalaku, tiba-tiba aku melihat segumpal awan yang menaungiku. Ketika
kuperhatikan, ternyata di dalamnya terdapat Malaikat Jibril as. Jibril
menyeruku dan berkata, "Sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu
kepadamu, mereka tidak mau memenuhi seruanmu, dan sesungguhnya Allah telah
memerintahkan kepadamu malaikat penjaga gunung-gunung untuk engkau perintahkan
sesukamu terhadap mereka.” Malaikat penjaga gunung menyeruku dan memberi salam
kepadaku, kemudian berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah
mendengar jawaban kaummu kepadamu, dan sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan
kepadaku menemuimu untuk engkau perintah menurut apa yang engkau kehendaki.
Jika engkau suka, maka aku timpakan kepada mereka kedua Bukit Akhsyab ini.” Maka
Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak, tetapi aku berharap semoga Allah
mengeluarkan dari tulang sulbi mereka orang-orang yang menyembah Allah dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Demikianlah menurut lafaz Imam Muslim, Nabi Saw.
ditawari agar mereka diazab dan dibinasakan sampai ke akar-akarnya, tetapi Nabi
Saw. bersikap lunak kepada mereka dan memohon agar mereka ditangguhkan, dengan
harapan semoga saja Allah mengeluarkan dari mereka keturunan yang mau menyembah
Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Pertanyaan yang dimaksud ialah bagaimanakah
menggabungkan pengertian hadis ini dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt.
Dalam ayat ini:
{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي
مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللَّهُ
أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ}
Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku
apa (azab) yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu
telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kalian. Dan Allah lebih
mengetahui tentang orang-orang yang zalim." (Al-An'am: 58)
Sebagai jawabannya —hanya Allah yang lebih
mengetahui— dapat dikatakan bahwa ayat ini menunjukkan pengertian 'seandainya
persoalan azab yang mereka minta itu berada di tangan Nabi Saw., niscaya Nabi
Saw. akan menimpakannya kepada mereka pada saat mereka memintanya'. Adapun
mengenai hadis ini, maka di dalamnya tidak mengandung makna bahwa mereka
meminta agar dijatuhkan azab atas diri mereka. Tetapi yang menawarkannya datang
dari pihak malaikat penjaga gunung-gunung, yaitu 'apabila Nabi Saw.
menginginkan agar kedua Bukit Akhsyab ditimpakan kepada mereka, niscaya akan
dilakukan oleh malaikat penjaga gunung'. Gunung Akhsyab ialah dua buah bukit
yang meliputi kota Mekah dari arah selatan dan utaranya. Karena itulah Nabi
Saw. memohon agar hal itu ditangguhkan dan memohon agar mereka dibelaskasihani.
***
Firman Allah Swt.:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ
لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ}
dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا
إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ
مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
ibnu Sa'd, dari Ibnu Syihab, dari Salim ibnu Abdullah, dari ayahnya, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci perkara yang gaib itu ada lima,
tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu yang disebutkan
oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (Luqman: 34)
Di dalam hadis Umar disebutkan bahwa ketika
Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi Saw. dalam rupa seorang lelaki
Badui, lalu bertanya kepada Nabi Saw. mengenai iman dan Islam serta ihsan, maka
Nabi Saw. menjawabnya. Di antara jawaban Nabi Saw. kepadanya ialah:
"خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ "، ثُمَّ
قَرَأَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ}
Ada lima perkara tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya kecuali hanya Allah. Kemudian Nabi Saw. membacakan
firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat.
****
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَيَعْلَمُ مَا فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan. (Al-An'am: 59)
Artinya, pengetahuan Allah Yang Mahamulia
meliputi semua alam wujud ini, baik yang ada di daratan maupun yang ada di
lautan, tidak ada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah, dan tidak ada yang
samar bagi Allah sebesar zarrah pun di bumi ini, tidak pula yang ada di
langit. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh As-Sarsari dalam bait
syairnya yang menyebutkan:
فَلا يَخْفَى عَلَيْهِ الذَّر إمَّا ... تَرَاءىَ لِلنَّوَاظِرِ أَوْ تَوَارى ...
Tidak
ada yang samar bagi Allah sebesar zarrah pun, baik yang kelihatan oleh mata
ataupun yang tidak kelihatan.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ
وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula). (Al-An'am: 59)
Yakni Dia mengetahui semua gerak kehidupan
seluruh benda, terlebih lagi hewan yang hidup, dan lebih lagi makhluk yang
terkena taklif, baik dari kalangan jenis jin maupun manusia. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ
الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ}
Dia mengetahui (pandangan) mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah
menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sa'id ibnu Masruq, telah menceritakan
kepada kami Hassan An-Namiri, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula).
(Al-An'am: 59) Bahwa tidak ada sebuah pohon pun —baik di daratan maupun
di lautan— melainkan ada malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat
itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu.
****
Firman Allah Swt.:
{وَلا حَبَّةٍ فِي
ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz). (Al-An'am: 59)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Miswar Az-Zuhri,
telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Sa'ir, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Abdullah ibnul Haris yang mengatakan
bahwa tidak ada suatu pohon pun di bumi, tidak pula sebuah biji pun yang
ditanam melainkan padanya terdapat malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk melaporkan
kepada-Nya apa yang terjadi pada pohon itu, yaitu mengenai masa lembabnya
apabila mengalami kelembaban dan masa keringnya apabila mengalami kekeringan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir,
dari Abul Katthab Ziyad ibnu Abdullah Al-Hassani, dari Malik ibnu Sa'ir dengan
lafaz yang sama.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
diriwayatkan dari Abu Huzaifah bahwa Sufyan telah menceritakan kepada kami,
dari Amrah ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan Nun —yaitu tinta—
dan lembaran-lembaran, lalu dicatatkan padanya perkara dunia hingga habis,
yaitu mengenai penciptaan makhluk atau rezeki halal atau rezeki haram, atau
amal baik atau amal buruk. Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya; dan
tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula).
(Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yahya ibnun
Nadr, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As yang
mengatakan bahwa sesungguhnya di bawah bumi lapis ketiga dan di atas lapis
keempat terdapat makhluk jin. Sekiranya makhluk jin itu menampakkan dirinya
pada kalian, niscaya kalian tidak akan mendapat secercah cahaya pun karena
terhalang oleh mereka. Pada tiap-tiap sudut (sisi) bumi terdapat sebuah lak
Allah Swt., dan pada setiap lak terdapat malaikat. Setiap hari Allah Swt.
mengutus seorang malaikat dari sisi-Nya kepada malaikat penjaga lak itu untuk
menyampaikan perintah-Nya, bahwa peliharalah apa yang ada padamu.
Al-An'am, ayat 60-62
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ
بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ
مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (60) وَهُوَ الْقَاهِرُ
فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (61) ثُمَّ رُدُّوا
إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ
الْحَاسِبِينَ (62)
Dan Dialah yang
menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan
pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari untuk
disempurnakan umur (kalian) yang telah
ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kalian kembali, lalu Dia memberitahukan
kepada kalian apa yang dahulu kalian kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepada kalian
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kalian, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba-hamba
Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.
Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah
Pembuat perhitungan yang paling cepat.
Allah Swt. berfirman, bahwa Dia mewafatkan
hamba-hamba-Nya dalam tidur mereka di malam hari. Pengertian wafat ini
merupakan wafat kecil (tidur), seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam
ayat lain, yaitu:
إِذْ قَالَ
اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku.” (Ali Imran: 55)
{اللَّهُ يَتَوَفَّى
الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ
الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya;
maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan
Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. (Az-Zumar: 42)
Allah menyebutkan dalam ayat ini dua jenis
kewafatan, yaitu wafat besar dan wafat kecil. Hal yang sama disebutkan pula
oleh Allah dalam ayat ini (Al-An'am: 60) —yaitu
wafat kecil dan wafat besar—
melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي
يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam
hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am:60)
Yakni Allah mengetahui mata pencaharian yang
kalian kerjakan di siang hari. Kalimat ini merupakan jumlah mu'taridah (kalimat
sisipan) yang menunjukkan pengertian bahwa pengetahuan Allah meliputi semua
makhluk-Nya pada malam hari dan siang hari mereka, yakni di waktu mereka diam
dan di waktu mereka bergerak, semuanya terliputi oleh pengetahuan Allah.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ
أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ
وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara
kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan
ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan
diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
Sama pula dengan makna yang terkandung di dalam
firman lainnya:
{وَمِنْ رَحْمَتِهِ
جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ}
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk
kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu. (Al-Qashash:
73)
Yakni melakukan istirahat di malam hari.
{وَلِتَبْتَغُوا مِنْ
فَضْلِهِ}
dan supaya kalian mencari sebagian dari
karunia-Nya. (Al-Qashash: 73)
Yaitu pada siang harinya, seperti yang disebutkan
oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:
{وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ
لِبَاسًا * وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا}
Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan
Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (An-Naba: 10-11)
Dalam surat ini pun Allah Swt. menyebutkan
melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي
يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam
hari, dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am:
60)
Maksudnya, semua pekerjaan yang kalian lakukan di
siang hari.
{ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ
فِيهِ}
kemudian Dia membangunkan kalian pada siang
hari. (Al-An'am: 60)
Damir yang ada pada lafaz fihi kembali
kepada siang hari, menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan
As-Saddi. Sedangkan menurut Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Kasir, damir kembali
kepada tidur, yakni dalam tidurnya. Tetapi makna yang pertama lebih kuat.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه بِسَنَدِهِ عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ مَلَكٌ إِذَا نَامَ أَخَذَ نَفْسَهُ، ويُرَد إِلَيْهِ.
فَإِنْ أَذِنَ اللَّهُ فِي قَبْضِ رُوحِهِ قَبَضَهُ، وَإِلَّا رُدَّ
إِلَيْهِ"، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ}
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut
sanadnya dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Pada
tiap orang terdapat seorang malaikat, apabila orang itu tidur, maka malaikatnya
mengambil rohnya dan mengembalikannya lagi kepadanya. Dan jika Allah
memerintahkan agar nyawanya dicabut, maka malaikat itu mencabut nyawanya; dan
jika tidak ada perintah, maka malaikat itu mengembalikannya kepada orang itu. Yang
demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan Dialah yang menidurkan
kalian di malam hari. (Al-An'am: 60)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{لِيُقْضَى أَجَلٌ
مُسَمًّى}
Untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah
ditentukan. (Al-An'am: 60)
Artinya, sampai kepada ajal atau batas umur yang
telah ditetapkan untuk masing-masing orang.
{ثُمَّ إِلَيْهِ
مَرْجِعُكُمْ}
kemudian kepada Allah-lah kalian kembali. (Al-An'am:
60)
Yakni kelak di hari kiamat.
{ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ}
lalu Dia memberitahukan kepada kalian. (Al-An'am:
60)
Maksudnya, menceritakan dan membeberkan kepada
kalian.
{بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ}
apa yang dahulu kalian kerjakan. (Al-An'am:
60)
Yakni Dia akan mengadakan pembalasan kepada kalian
atas hal tersebut. Dengan kata lain, apabila amal perbuatan kalian baik, maka
balasannya baik; dan apabila amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk
pula.
****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْقَاهِرُ
فَوْقَ عِبَادِهِ}
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
di atas semua hamba-Nya. (Al-An'am: 61)
Artinya, Dialah yang menguasai segala sesuatu;
dan segala sesuatu tunduk kepada keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya.
{وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ
حَفَظَةً}
dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat
penjaga. (Al-An'am: 61)
Yaitu di antara para malaikat ada yang ditugaskan
oleh Allah untuk menjaga tubuh manusia, seperti halnya yang disebutkan oleh
Allah dalam ayat lain:
{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)
Maksudnya, malaikat penjaga yang mencatat semua
amal perbuatannya; sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِنَّ
عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ *
Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat)
yang mengawasi (pekerjaan kalian). (Al-Infitar: 10)
{عَنِ
الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ
عَتِيدٌ}
yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain
duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada
di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 17-18)
إِذْ
يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ
(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya. (Qaf: 17)
****
Mengenai firman Allah Swt:
{حَتَّى إِذَا جَاءَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ}
sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kalian. (Al-An'am: 61)
Artinya, telah tiba masa ajalnya, dan maut sudah
di ambang pintu.
{تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا}
ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. (Al-An'am:
61)
Yakni oleh malaikat yang ditugaskan untuk
melakukan hal tersebut (pencabutan nyawa). Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang
bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa malaikat maut ('Izrail) mempunyai
pembantu-pembantu yang terdiri atas para malaikat lainnya; mereka mencabut roh
dari jasad, lalu roh dicabut oleh malaikat maut apabila telah sampai di
tenggorokan orang yang bersangkutan. Hal ini akan dijelaskan dalam tafsir
firman-Nya:
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh. (Ibrahim: 27)
Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini
membuktikan kesahihan dari asar yang bersumberkan dari Ibnu Abbas dan
lain-lainnya ini.
****
Firman Allah SWT:
{وَهُمْ لَا
يُفَرِّطُونَ}
dan malaikat-malaikat Kami itu tidak
melalaikan kewajibannya. (Al-An'am: 61)
Yakni dalam menjaga roh orang yang diwafatkan,
bahkan mereka memeliharanya dan menempatkannya menurut apa yang dikehendaki
oleh Allah Swt. Jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang
bertakwa, maka mereka ditempatkan di tempat yang tinggi; jika orang yang
bersangkutan termasuk orang-orang yang durhaka, maka ditempatkan di sijjin. Kami
berlindung kepada Allah dari hal tersebut.
****
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى
اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan
kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62)
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am: 62) Yang dimaksud
dengan mereka di sini menurutnya adalah para malaikat.
{إِلَى اللَّهِ
مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}
kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya.
(Al-An'am: 62)
Sehubungan dengan hal ini kami ketengahkan sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ،
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَيِّتَ تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ،
فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الطَّيِّبَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، اخْرُجِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي
بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ، فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا
ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَج بِهَا إِلَى السَّماء فَيُسْتَفْتَحُ
لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ
الطَّيِّبَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، ادْخُلِي حَمِيدَةً وأبْشري
بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا
ذَلِكَ حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ. وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ، قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، اخْرُجِي ذَمِيمَةً
وَأَبْشِرِي بِحَمِيمٍ وَغَسَّاقٍ، وَآخَرَ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٍ، فَلَا
يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى
السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ،
فَيُقَالُ: لَا مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ
الْخَبِيثَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، ارْجِعِي ذَمِيمَةً،
فَإِنَّهُ لَا يُفْتَحُ لَكِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ. فَتُرْسَلُ مِنَ السَّمَاءِ
ثُمَّ تَصِيرُ إِلَى الْقَبْرِ، فَيَجْلِسُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَيُقَالُ لَهُ
مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ، وَيَجْلِسُ الرَّجُلُ السُّوءُ
فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zib, dari
Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya mayat itu dihadiri oleh para
malaikat; apabila mayat itu adalah seorang lelaki saleh, maka mereka
mengatakan, "Keluarlah engkau, wahai jiwa yang baik dan berasal dari tubuh
yang baik, keluarlah engkau dengan terpuji, dan bergembiralah dengan angin yang
sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Maka
terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga keluar (dari tubuhnya). Kemudian
ia dibawa naik ke langit, lalu dimohonkan supaya dibuka untuknya. Maka
ditanyakan, "Siapakah ini?" Lalu dijawab, "Si Fulan (yang
baik)." Maka dikatakan, "Selamat datang dengan jiwa yang baik dan
berasal dari tubuh yang baik, masuklah kamu dengan terpuji dan bergembiralah
dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak
murka.” Maka terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga ia sampai ke
langit yang padanya ada Allah Swt. Dan apabila lelaki yang bersangkutan adalah
orang yang buruk (jahat), maka mereka mengatakan, "Keluarlah
engkau, hai jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor, keluarlah engkau
dengan tercela, dan bergembiralah dengan air yang mendidih dan nanah serta
aneka ragam lainnya yang serupa.” Maka hal tersebut terus-menerus dikatakan
kepadanya hingga ia keluar. Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimintakan
agar dibuka untuknya, maka dikatakan, "Siapakah orang ini?” Dijawab,
"Si Fulan (yang jahat)." Maka dikatakan, "Tiada selamat
datang bagi jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor. Kembalilah kamu
dengan tercela, karena sesungguhnya semua pintu langit tidak akan dibuka
untukmu.” Lalu ia diturunkan dari langit hingga sampai di kuburan. Sedangkan
lelaki yang saleh tadi duduk, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan
apa yang disebutkan pada pembicaraan pertama. Dan orang yang jahat duduk pula,
lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan pembicaraan yang kedua tadi.
Hadis ini berpredikat garib.
****
Makna firman-Nya:
{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى
اللَّهِ}
Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am:
62)
Dapat diinterpretasikan dengan pengertian bahwa
kelak semua makhluk dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat, lalu Allah
memutuskan perkara mereka dengan keputusan yang adil dari-Nya. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ إِنَّ الأوَّلِينَ
وَالآخِرِينَ * لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}
Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang
yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di
waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (Al-Waqi'ah: 49-50)
{وَحَشَرْنَاهُمْ
فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا} إِلَى قَوْلِهِ: {وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ
أَحَدًا}
dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak
Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Sampai dengan
firman-Nya: Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{مَوْلاهُمُ الْحَقِّ
أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}
Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah,
bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan
yang paling cepat. (Al-An'am: 62)
Al-An'am, ayat 63-65
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ
مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ
أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (63) قُلِ اللَّهُ
يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ (64) قُلْ
هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ
مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ
بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ (65)
Katakanlah,
"Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di
laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang
lemah lembut (dengan mengatakan), 'Sesungguhnya
jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi
orang-orang yang bersyukur" Katakanlah, "Allah menyelamatkan kalian
dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian kembali
mempersekutukan-Nya.” Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan
azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia
mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahami(nya).
Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada
hamba-hamba-Nya akan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada sebagian dari
mereka yang dalam keadaan kritis dari bencana di daratan dan di lautan, yakni
mereka yang dalam keadaan bingung karena tertimpa bencana kesusahan di darat
dan di laut yang mengamuk ombaknya karena ditiup badai. Dalam keadaan seperti
itu mereka mengesakan Allah dalam doanya —bukan kepada yang lain-Nya— serta
tidak mempersekutukan-Nya. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan
oleh firman Allah dalam ayat-ayat yang lain:
وَإِذَا
مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan,
niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67),
hingga akhir ayat.
{هُوَ الَّذِي
يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ
وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ
وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ
لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat
berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian
berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang
ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya,
datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru
menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka
mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan
kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus:
22)
{أَمَّنْ
يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ
بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا
يُشْرِكُونَ}
Atau siapakah yang memimpin kalian dalam
kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin
sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping
Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka
persekutukan (dengan-Nya). (An-Naml: 63)
Dan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ
مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً}
katakanlah, "Siapakah yang dapat
menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa
kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut.”(Al-An'am: 63)
Yang dimaksud dengan tadarru dalam ayat
ini ialah dengan suara keras, sedangkan khufyah artinya dengan suara
perlahan, yakni kalian berdoa kepada-Nya dengan suara keras dan suara perlahan.
{لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ
هَذِهِ}
(dengan mengatakan), "Sesungguhnya jika
Dia menyelamatkan kami dari ini, (Al-An'am: 63)
dari kesempitan atau bencana ini.
{لَنَكُونَنَّ مِنَ
الشَّاكِرِينَ}
tentulah kami menjadi orang-orang yang
bersyukur.” (Al-An'am: 63)
Yakni sesudah selamat darinya.
****
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{قُلِ اللَّهُ
يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ}
Katakanlah "Allah menyelamatkan kalian
dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian. (Al-An'am:
64)
Maksudnya sesudah itu, yakni sesudah
diselamatkan.
{تُشْرِكُونَ}
kembali mempersekutukan-Nya.” (Al-An'am:
64)
Yakni kalian menyeru-Nya bersama tuhan-tuhan lain
pada saat kalian dalam keadaan makmur.
***
Firman Allah Swt.:
{قُلْ هُوَ الْقَادِرُ
عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ
أَرْجُلِكُمْ}
Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, (Al-An'am:
65)
Ketika Allah Swt. berfirman: kemudian kalian
kembali mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 64) Maka Allah Swt. mengiringinya
dengan firman selanjutnya yang mengatakan: Katakanlah, "Dialah yang
berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni sesudah
Dia menyelamatkan kalian.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di
dalam surat Al-Isra, yaitu;
{رَبُّكُمُ الَّذِي
يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ
بِكُمْ رَحِيمًا * وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ
إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ
الإنْسَانُ كَفُورًا * أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ
يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا * أَمْ أَمِنْتُمْ
أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ
الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا
بِهِ تَبِيعًا}
Tuhan kalian adalah yang melayarkan
kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian mencari sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. Dan
apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian
seru, kecuali Dia; maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian
berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima kasih. Maka apakah kalian
merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian
daratan bersama kalian atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu
kecil? Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian. Atau
apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi,
lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan (badai) dan
ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan
mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (Al-Isra:
66-69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, di dalam suatu riwayat
dari Muslim ibnu Ibrahim telah disebutkan bahwa Harun Al-A'war telah
menceritakan kepada kami, dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Al-Hasan sehubungan
dengan firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan
azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.”
(Al-An'am: 65) Bahwa hal ini ditujukan kepada orang-orang musyrik.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am:
65) Ayat ini ditujukan kepada umat Nabi Muhammad Saw., tetapi Allah memaafkan
mereka.
Dalam pembahasan berikut kami ketengahkan
beberapa hadis dan asar yang menerangkan masalah ini, hanya kepada Allah-lah
kami memohon pertolongan, hanya kepada Dialah kami bertawakal, dan hanya kepada
Dialah kami berpegang teguh.
Imam Bukhari rahimahullah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian dan dari bawah kaki
kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang
lain.” Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti agar mereka memahami (nya). (Al-An'am: 65) Yalbisakum, mencampurkan
kalian; berasal dari kata iltibas yang artinya campur aduk. Lafaz yalbasu
artinya mereka bercampur. Syiya’an, golongan-golongan.
حَدَّثَنَا
أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ
دِينَارٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ
فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أَعُوذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ:
"أَعُوُذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ
بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "هَذِهِ أَهْوَنُ -أَوْ قَالَ: هَذَا أَيْسَرُ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari
Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini
diturunkan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab
kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw.
mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau dari bawah kaki
kalian." (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku
berlindung kepada Zat-Mu. atau Dia mencampurkan kalian dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Rasulullah
Saw. berkata, "Ini adalah yang paling ringan —atau— paling mudah."
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam
Bukhari di dalam kitab Tauhid, dari Qutaibah, dari Hammad dengan lafaz
yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula di dalam kitab Tafsir melalui
Qutaibah dan Muhammad ibnun Nadr ibnu Musawir serta Yahya ibnu Habib ibnu Addi,
keempat-empatnya dari Hammad ibnu Zaid dengan lafaz yang sama.
Al-Humaidi di dalam kitab Musnad-nya telah
meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, bahwa ia pernah
mendengar Jabir menceritakan hadis ini dari Nabi Saw. Ibnu Hibban di dalam
kitab Sahih-nya telah meriwayatkannya dari Abu Ya'la Al-Mausuli, dari
Abu Khaisamah, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.
Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui
hadis Adam ibnu Abu Iyas dan Yahya ibnu Abdul Hamid serta Asim ibnu Ali, dari
Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama. Said Ibnu Manshur
meriwayatkannya dari Hammad ibnu Zaid dan Sufyan ibnu Uyaynah, keduanya dari
Amr ibnu Dinar dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه فِي تَفْسِيرِهِ:
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مقدام ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا بن لَهِيعَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ
يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {قُلْ هُوَ
الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ
ذَلِكَ" {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ
يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا} قَالَ: "هَذَا أَيْسَرُ"، وَلَوِ اسْتَعَاذَهُ
لَأَعَاذَهُ
Jalur lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di
dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Daud, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Yazid, dari Abuz Zubair, dari Jabir
yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, uDialah
yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am:
65) Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Aku berlindung kepada Allah dari
hal tersebut." atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maka
Rasulullah Saw. berkata pula, "Aku berlindung kepada Allah dari hal
tersebut." atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang
bertentangan). (Al-An'am: 65) Maka Nabi Saw. bersabda, "Ini lebih
mudah."
Dengan kata lain, seandainya seseorang meminta
perlindungan kepada Allah dari hal ini, niscaya Dia akan melindunginya.
Banyak hadis yang berkaitan dengan ayat ini,
salah satunya ialah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam
kitab Musnad-nya;
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي
مَرْيَمَ -عَنْ رَاشِدٍ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ الْمُقْرَئِيُّ -عَنْ سَعْدِ بْنِ
أَبِي وَقَّاصٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى
أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ
أَرْجُلِكُمْ} فَقَالَ: "أَمَا إِنَّهَا كَائِنَةٌ، وَلَمْ يَأْتِ
تَأْوِيلُهَا بَعْدُ".
disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar (yakni Ibnu Abu Maryam),
dari Rasyid (yaitu Ibnu Sa'd Al-Miqra’i), dari Sa'd ibnu Abu Waqqas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna ayat ini,
yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan
azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am:
65) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya hal tersebut pasti
terjadi, tetapi masih belum tiba saat takwilnya (kejadiannya).
Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Al-Hasan ibnu
Arfah, dari Isma'il ibnu Ayyasy, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam dengan sanad
yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْلَى -هُوَ
ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ عَامِرِ ابن سَعْدِ بْنِ
أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَةَ،
فَدَخَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَصَلَّيْنَا مَعَهُ، فَنَاجَى رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ،
طَوِيلًا قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا "سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ
أُمَّتِي بِالْغَرَقِ، فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي
بِالسَّنَةِ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ
بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ya'la (yaitu Ibnu Ubaid), telah menceritakan kepada
kami Usman ibnu Hakim, dari Amir ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang
menceritakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. hingga sampailah
kami di masjid Bani Mu'awiyah. Lalu Nabi Saw. masuk dan salat dua rakaat, kami
pun ikut salat bersamanya. Nabi Saw. bermunajat kepada Tuhannya cukup lama,
kemudian beliau bersabda: 'Aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, yaitu
aku memohon agar umatku tidak dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka
Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar umatku tidak
dibinasakan oleh paceklik, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon
kepada-Nya agar Dia tidak menjadikan keganasan mereka ada di antara sesama
mereka, tetapi Dia tidak mengabulkan permintaanku'.”
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim
sendiri. Imam Muslim meriwayatkannya di dalam Kitabul Fitan, dari Abu
Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, keduanya dari
Abdullah ibnu Numair; dan dari Muhammad ibnu Yahya ibnu Amr, dari Marwan ibnu
Mu'awiyah, keduanya dari Usman ibnu Hakim dengan sanad yang sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa Imam Ahmad telah mengatakan bahwa ia telah membaca dari
Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Malik, dari Abdullah ibnu Abdullah ibnu Jabir
ibnu Atik, dari Jabir ibnu Atik yang mengatakan, "Pernah datang kepada
kami Abdullah ibnu Umar di kampung Bani Mu'awiyah, yaitu suatu kampung di
antara kampung-kampung orang-orang Ansar; lalu Ibnu Umar berkata, Tahukah kamu,
di manakah Rasulullah Saw. pernah salat di masjid kalian ini?' Jabir ibnu Atik
menjawab, 'Ya,' seraya mengisyaratkan ke arah suatu bagian dari masjid itu.
Ibnu Umar bertanya lagi, 'Tahukah kalian, tiga perkara apakah yang
didoakan oleh Nabi Saw. di tempat itu?' Aku (Jabir) menjawab, 'Ya.' Ibnu Umar
berkata, 'Kalau demikian, ceritakanlah ketiga hal itu kepadaku.' Aku menjawab,
'Rasulullah Saw. berdoa agar mereka tidak dapat dikalahkan oleh musuh dari
selain mereka sendiri, dan agar mereka jangan dibinasakan oleh paceklik, maka
Allah memberikan keduanya itu kepada Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. berdoa semoga
jangan dijadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Allah
tidak memperkenankannya.' Ibnu Umar menjawab, 'Kamu benar, dan masih
terus-menerus akan terjadi fitnah sampai hari kiamat'."
Tetapi hadis ini tidak terdapat di dalam suatu
kitab hadis pun dari kitab Sittah, hanya sanadnya jayyid dan
kuat.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ
حَكِيمٍ بْنِ عَبَّادٍ عَنْ حُنَيف عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
أَخْبَرَنِي حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حَرَّةِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، قَالَ: فَصَلَّى
ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، فَأَطَالَ فِيهِنَّ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ فَقَالَ:
حَبَسْتُكَ؟ قَلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنِّي سَأَلْتُ اللَّهَ
ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا
يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ
أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِغَرَقٍ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِي".
Hadis yang lain, Muhammad ibnu Ishaq telah
meriwayatkan dari Hakim ibnu Hakim ibnu Abbad, dari Khasif, dari Ubadah ibnu
Hanif, dari Ali ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Huzaifah ibnul
Yaman, bahwa ia berangkat bersama dengan Rasulullah Saw. menuju perkampungan
Bani Mu'awiyah. Lalu beliau Saw. Melakukan salat sebanyak delapan rakaat yang
dilakukannya dalam waktu yang cukup lama. Setelah itu beliau berpaling ke
arahku, lalu bersabda, "Aku telah menahanmu, hai Huzaifah."
Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui (mengapa kami
tertahan)." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah memohon
tiga perkara kepada Allah maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku satu
perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dikuasai oleh musuh
dari selain kalangan mereka sendiri, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku
meminta kepada-Nya agar janganlah mereka dibinasakan oleh tenggelam (banjir),
maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah
keganasan mereka dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak
permintaanku ini.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis
Muhammad ibnu Ishaq.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ
بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ، عَنْ رَجَاءٍ
الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَطْلُبُهُ فَقِيلَ لِي: خَرَجَ قَبْلُ. قَالَ: فَجَعَلْتُ لَا أَمُرُّ
بِأَحَدٍ إِلَّا قَالَ: مَرَّ قَبْلُ. حَتَّى مَرَرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَائِمًا
يُصَلِّي. قَالَ: فَجِئْتُ حَتَّى قُمْتُ خَلْفَهُ، قَالَ: فَأَطَالَ الصَّلَاةَ،
فَلَمَّا قَضَى صلاته قلت: يا رسول الله، لقد صليت صَلَاةً طَوِيلَةً؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ
صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثَلَاثًا
فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ
أُمَّتِي غَرَقًا، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِر عَلَيْهِمْ عَدُوًّا
لَيْسَ مِنْهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ،
فَرَدَّهَا عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, telah menceritakan kepadaku
Sulaiman ibnul A'masy, dari Raja Al-Ansari, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari
Mu'az ibnu Jabal r.a. yang menceritakan, "Aku datang untuk menemui
Rasulullah Saw. Maka dikatakan kepadaku bahwa beliau baru saja keluar. Tidak
sekali-kali aku bersua dengan seseorang (dalam rangka menyusul beliau),
melainkan dikatakan kepadaku bahwa beliau Saw. baru lewat. Hingga aku bersua
dengannya dan kujumpai beliau sedang berdiri dalam salatnya. Maka aku datang
dan berdiri di belakangnya (bermakmum), dan ternyata Nabi Saw. lama dalam
melakukan salatnya. Setelah Nabi Saw. menyelesaikan salatnya, aku bertanya,
'Wahai Rasulullah, engkau telah mengerjakan salat yang cukup lama.' Maka
Rasulullah Saw. menjawab: 'Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat dengan
penuh rasa harap dan takut (kepada-Nya). Sesungguhnya aku meminta kepada
Allah Swt. tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari
yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dibinasakan oleh
banjir, dan Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka tidak
dikuasai oleh musuh selain dari kalangan mereka, maka Dia memberiku. Dan aku
memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka dijadikan di antara sesama
mereka, tetapi Dia menolak permintaanku yang ini'.”
Ibnu Majah meriwayatkannya di dalam Bab
"Fitan", dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair dan Ali ibnu
Muhammad, keduanya dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Abu
Uwwanah, dari Abdullah ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az
ibnu Jabal, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal atau mendekatinya.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ
مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ
الْحَارِثِ، عَنْ بُكَيْر بْنِ الْأَشَجِّ، أَنَّ الضَّحَّاكَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
الْقُرَشِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَة
الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ
صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ
وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُهُ أَلَّا يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ،
فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ، فَفَعَلَ.
وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُم شِيَعًا، فَأَبَى عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Bukair
ibnul Asyaj, bahwa Ad-Dahhak ibnu Abdullah Al-Qurasyi pernah menceritakan
kepadanya dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa ia pernah melihat
Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan melakukan salat duha sebanyak delapan
rakaat. Setelah selesai dari salatnya Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku
telah mengerjakan salat ragbah dan rahbab (dengan penuh rasa harap dan
takut kepada-Nya), dan aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia
memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon
kepada-Nya agar umatku jangan diuji dengan paceklik, maka Dia
memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan dikuasai oleh
musuh mereka, maka Dia memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar
mereka jangan berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bersengketa, maka
Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam Bab
"Salat", dari Muhammad ibnu Salamah, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang
semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو
الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، قَالَ: قَالَ
الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ
بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِيهِ خَبَّابِ بْنِ
الْأَرَتِّ -مَوْلَى بَنِي زُهْرَةَ، وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَنَّهُ قَالَ: رَاقَبْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ صَلَّاهَا كُلَّهَا،
حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ فَسَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ صِلَاتِهِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ صَلَّيْتَ اللَّيْلَةَ
صَلَاةً مَا رَأَيْتُكَ صَلَّيْتَ مِثْلَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَجَلْ، إِنَّهَا صَلَاةُ رَغَب ورَهَب.
سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي
اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا
يُهْلِكَنَا بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَنَا، فَأَعْطَانِيهَا.
وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْنَا عَدُوًّا مِنْ
غَيْرِنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يَلْبِسَنَا
شِيَعًا، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami
Syu'aib ibnu Abu Hamzah yang mengatakan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, telah
menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari
Abdullah ibnu Khabbab, dari ayahnya — yaitu Khabbab ibnul Art maula Bani
Zuhrah— yang pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw. Khabbab
ibnul Art mengatakan bahwa dia menjumpai Rasulullah Saw. di suatu malam, pada
malam itu Rasulullah Saw. menghabiskan waktunya dengan salat hingga dekat waktu
subuh. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari salatnya, maka ia menemuinya dan
bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengerjakan suatu
salat pada malam ini yang belum pernah aku melihatmu melakukan hal yang semisal
sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Memang
benar, sesungguhnya salat yang baru kulakukan itu adalah salat yang penuh
dengan harap dan rasa takut kepada Allah. Aku telah memohon tiga perkara kepada
Tuhanku dalam salat tersebut. Maka Dia hanya memberiku dua perkara, sedangkan
yang satunya lagi tidak diberikan kepadaku. Aku memohon kepada-Nya agar
janganlah Dia membinasakan kita dengan azab yang pernah ditimpakan kepada
umat-umat sebelum kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon
kepada-Nya agar janganlah kita dikalahkan oleh musuh dari luar golongan kita,
maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah
Dia mencampurkan kami dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, maka
Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Syu'aib
ibnu Abu Hamzah dengan lafaz yang sama, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya
melalui jalur yang lainnya lagi, demikian pula Ibnu Hibban di dalam kitab Sahihnya
berikut kedua sanadnya dari Saleh ibnu Kaisan. Imam Turmuzi meriwayatkannya
di dalam Bab "Fitan" melalui hadis An-Nu'man ibnu Rasyid, keduanya
dari Az-Zuhri dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
sahih.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ فِي تَفْسِيرِهِ:
حَدَّثَنِي زِيَادُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيُّ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ
بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، حَدَّثَنِي نَافِعُ
بْنُ خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ،
فَقَالَ: "قَدْ كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبَة ورَهْبَة، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ
وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثًا، أَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً.
سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُصِيبَكُمْ بِعَذَابٍ أَصَابَ بِهِ مَنْ قَبْلَكُمْ،
فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْكُمْ عَدُوًّا
يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا
وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain. Abu Ja'far ibnu Jarir di dalam
kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ziyad ibnu
Abdullah Al-Muzanni, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah
Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Abu Malik, telah menceritakan
kepadaku Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah
melakukan suatu salat yang ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna.
Kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya salat tadi adalah salat yang
penuh dengan rasa harap dan takut kepada-Nya. Aku memohon tiga perkara kepada
Allah Swt. dalam salat itu. Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu
perkara. Aku memohon kepada Allah agar kalian jangan ditimpa oleh azab seperti
azab yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, maka Dia memperkenankannya
bagiku Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dikuasai oleh musuh
yang menghalalkan kehormatan kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku
memohon kepada Allah agar janganlah kalian dijadikan berbagai golongan yang
saling bertentangan, sebagian dari kalian merasakan keganasan sebagian yang
lain, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Abu Malik mengatakan bahwa lalu ia bertanya
kepada Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, "Apakah ayahmu benar-benar
mendengarnya langsung dari mulut (lisan) Rasulullah Saw.?" Ia menjawab,
"Ya, aku mendengar ayahku menceritakan hadis ini, bahwa dia mendengarnya
langsung dari lisan Rasulullah Saw."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ قَالَ: قَالَ مَعْمَر، أَخْبَرَنِي أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ،
عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحْبي، عَنْ
شَدَّادِ بْنِ أوْس؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا
وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْك أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوي لِي مِنْهَا،
وَإِنِّي أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ
رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بسنَة بِعَامَّةٍ وَأَلَّا
يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا يلبسهم شيعا، وألا
يذيق بعضهم بأس بعض. فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً
فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ. وَإِنِّي قَدْ أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ ألا أهلكتهم
بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِمَّنْ سِوَاهُمْ
فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا،
وَبَعْضُهُمْ يَقْتُلُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا". قَالَ:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "وَإِنِّي لَا أَخَافُ
عَلَى أُمَّتِي إِلَّا الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، فَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي
أُمَّتِي، لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Hadis yang lain. Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, bahwa Ma'mar mengatakan, "Telah
menceritakan kepadaku Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Al-Asy'as As-San'ani, dari
Abu Asma Ar-Rahbi, dari Syaddad ibnu Aus, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku sehingga aku dapat
melihat belahan timur dan belahan baratnya, dan sesungguhnya kerajaan umatku
kelak akan mencapai sejauh apa yang dilipatkan darinya untukku. Dan
sesungguhnya aku dianugerahi dua buah perbendaharaan, yaitu yang putih dan yang
merah. Dan sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku agar janganlah umatku
dibinasakan oleh paceklik yang umum, janganlah mereka dikuasai oleh musuh
sehingga mereka semua dibinasakan secara menyeluruh, janganlah mereka
berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bertentangan, dan jangan (pula)
sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Maka Allah Swt.
berfirman, "Hai Muhammad, sesungguhnya Aku apabila telah memutuskan suatu
keputusan, maka keputusan-Ku itu tidak dapat dicabut lagi. Dan sesungguhnya Aku
memberimu untuk umatmu bahwa sama sekali Aku tidak akan membinasakan mereka
dengan paceklik yang menyeluruh, dan Aku tidak akan membiarkan mereka dikuasai
oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri yang akibatnya mereka akan
dibinasakan oleh musuhnya secara menyeluruh, sehingga sebagian dari mereka
membinasakan sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian
yang lain, dan sebagian dari mereka menahan sebagian yang lain.” Syaddad
ibnu Aus melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya
aku tidak merasa khawatir terhadap umatku kecuali adanya imam-imam yang
menyesatkan, karena apabila pedang (jihad) telah ditetapkan di antara
umatku, maka ia tidak akan dihapuskan dari mereka sampai hari kiamat.
Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab Sittah
pun, tetapi sanadnya jayyid dan kuat.
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya melalui
hadis Hammad ibnu Zaid, Abbad ibnu Mansur, dan Qatadah; ketiga-tiganya dari
Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban, dari Rasulullah Saw.
dengan lafaz yang semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْهَاشِمِيُّ
وَمَيْمُونُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الْحَسَنِ الْحَنَفِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ
أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ -وَكَانَ أَبُوهُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ -: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى وَالنَّاسُ حَوْلَهُ، صَلَّى
صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ. قَالَ: فَجَلَسَ يَوْمًا
فَأَطَالَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: أَنِ اسْكُتُوا،
إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَهُ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ أَطَلْتَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى
بَعْضٍ: إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْكَ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّهَا كَانَتْ
صَلَاةَ رَغْبة وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ فِيهَا ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي
اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُعَذِّبَكُمْ بِعَذَابٍ
عَذَّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى
أُمَّتِي عَدُوًّا يَسْتَبِيحُهَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا
يَلْبسَكم شِيعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ،
فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu
Bakar Ibnu Murdawaih, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibnu Isma'il ibnu Ibrahim Al-Hasyimi dan Maimun ibnu Ishaq ibnul Hasan
Al-Hanafi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul
Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abu Malik
Al-Asyja'i, dari Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, dari ayahnya yang berpredikat
sebagai salah seorang sahabat Rasulullah Saw. dan termasuk salah seorang
sahabat yang ikut dalam baiat di bawah pohon. Ia menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. apabila melakukan salat, sedangkan orang-orang berada di sekitarnya, maka
beliau lakukan salatnya secara ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna.
Maka pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk (dalam salatnya) dalam waktu yang
cukup lama sehingga sebagian dari para sahabat berisyarat kepada sebagian yang
lain bahwa sebaiknya kita diam, karena sesungguhnya sedang turun suatu wahyu
kepada Nabi Saw. Setelah Nabi Saw. menyelesaikannya, maka seseorang dari kaum yang
hadir berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lama sekali dalam dudukmu,
sehingga sebagian dari kami berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa
sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepadamu." Rasulullah Saw. menjawab:
Tidak, tetapi salat yang baru kulakukan itu adalah salat ragbah dan rahbah,
aku telah memohon kepada Allah dalam salatku itu tiga perkara, maka Dia
memberiku dua perkara dan tidak memberiku yang satunya lagi. Aku telah meminta
kepada Allah agar Dia jangan mengazab kalian dengan suatu azab yang pernah Dia
timpakan kepada orang-orang sebelum kalian, maka Dia memberikannya kepadaku.
Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan umatku kepada musuh
yang berbuat seenak hatinya kepada mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan
aku memohon kepada-Nya janganlah Dia mencampurkan kalian dalam
golongan-golongan yang saling bertentangan, dan janganlah Dia merasakan kepada
sebagian kalian keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya
kepadaku.
Perawi (Abu Malik Al-Asyja'i) berkata kepada
Nafi' ibnu Khalid, "Apakah ayahmu memang mendengarnya dari Rasulullah
Saw.?" Nafi' menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku mengatakan bahwa dia
mendengarnya dari Rasulullah Saw. sebanyak bilangan jari-jemariku yang sepuluh
ini."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ
ابْنُ مُحَمَّدٍ الْمُؤَدِّبُ -حَدَّثَنَا لَيْثٌ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي
وَهْبٍ الْخَوْلَانِيِّ، عَنْ رَجُلٍ قَدْ سَمَّاهُ، عَنْ أَبِي بَصْرَة
الْغِفَارِيِّ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إن
رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ،
أَرْبَعًا فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا
يَجْمَعَ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالَةٍ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا
يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ
اللَّهَ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ كَمَا أَهْلَكَ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ،
فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يلبسهم شيعا وألا
يذيق بعضهم بأس بعض، فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Yunus (yaitu Ibnu Muhammad Al-Muaddib), telah
menceritakan kepada kami Lais (yaitu Ibnu Sa'd), dari Abu Wahb Al-Khaulani,
dari seorang lelaki yang ia sebutkan namanya, dari Abu Basrah Al-Gifari,
seorang sahabat Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku empat perkara, maka Dia
memberiku tiga perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon
kepada Allah hendaknya Dia jangan menghimpunkan umatku dalam suatu kesesatan,
maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah
Dia menguasakan mereka kepada musuh selain dari kalangan mereka sendiri, maka
Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan
membinasakan mereka dengan paceklik sebagaimana Dia telah membinasakan
umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon
kepada Allah Swt. hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi
berbagai golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka
kepada sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
Hadis ini tidak diketengahkan oleh seorang pun
dari kalangan pemilik kitab sunnah yang enam.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا
أَبُو حُذَيْفَةَ الثَّعْلَبِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقة، عَنْ جَابِرِ بْنِ
سَمُرَة السَّوَائي، عَنْ عَلِيٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثَ
خِصَالٍ فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ،
لَا تُهْلِكْ أُمَّتِي جُوعًا فَقَالَ: هَذِهِ لَكَ. قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُسَلِّطْ
عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ -يَعْنِي أَهْلَ الشِّرْكِ -فَيَجْتَاحَهُمْ.
قَالَ ذَلِكَ لَكَ قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تَجْعَلْ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ".
قَالَ: "فَمَنَعَنِي هَذِهِ"
Hadis yang lain, Imam Tabrani mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abu
Huzaifah As-Sa'labi, dari Ziyad ibnu Ilaqah, dari Jabir ibnu Samurah As-Sawaf,
dari Ali, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada
Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua di antaranya dan mencegahku dari
yang satunya lagi. Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau binasakan
umatku dengan kelaparan.” Maka Dia menjawab, "Ini Kuberikan kepadamu.” Aku
berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau kuasakan mereka kepada musuh
selain dari mereka sendiri —yakni orang-orang musyrik—yang akibatnya mereka
akan dibinasakan sampai ke akar-akarnya.”Dia menjawab, "Kuberikan hal itu
kepadamu " Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan
keganasan mereka ada di antara sesama mereka.” Tetapi Dia tidak memberikan yang
ini kepadaku.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ
مُحَمَّدِ بْنِ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ الْمَرْوَزِيُّ،
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ
عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "دَعَوْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يَرْفَعَ عَنْ
أُمَّتِي أَرْبَعًا، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ، وَأَبَى عَلَيَّ أَنْ
يَرْفَعَ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ. دَعَوْتُ رَبِّي أَنْ يَرْفَعَ الرَّجْمَ مِنَ
السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وألا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس
بَعْضٍ، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ
الْأَرْضِ، وَأَبَى اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَ اثْنَتَيْنِ: الْقَتْلَ، والهَرج".
Hadis yang lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu
Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad
ibnu Ibrahim,dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami
Abud Darda Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu
Kaisan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah berdoa memohon kepada
Tuhanku agar Dia menghapuskan dari umatku empat perkara, maka Allah
menghapuskan dari mereka dua perkara dan menolak permintaanku yang duanya lagi,
Dia tidak mau menghapuskan dari mereka kedua hal itu. Aku berdoa kepada
Tuhanku, semoga Dia menghapuskan azab hujan batu dari langit, kebanjiran dari
bumi, janganlah Dia menjadikan mereka (umatku) berpecah-belah menjadi
banyak golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka
kepada sebagian yang lain. Maka Allah menghapuskan dari mereka azab hujan batu
dari langit dan kebanjiran dari bumi. Tetapi menolak tidak mau menghapuskan dua
perkara lainnya, yaitu pembunuhan dan fitnah
طَرِيقٌ أُخْرَى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا: قَالَ ابْنُ
مَرْدُوَيه: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ حَدَّثَنِي
الْوَلِيدُ بْنُ أَبَانٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُنِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو
بَدْرٍ شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنْ رَجُلٍ،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ
الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ
تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ
بَعْضٍ} قَالَ: فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى أُمَّتِي عَذَابًا
مِنْ فَوْقِهِمْ، وَلَا مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ، وَلَا تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا،
وَلَا تُذِقْ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ" قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ:
يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ الله قد أجار أمتك أن يرسل
عَلَيْهِمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
Jalur yang lain dari Ibnu Abbas pula. Ibnu
Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad
ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Aban, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Munir, telah menceritakan kepada kami Abu Badar (yaitu
Syuja' ibnul Walid), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari seorang
lelaki, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ketika firman-Nya ini
diturunkan: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab
kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia
mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am:
65) Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu Nabi Saw. bangkit dan berwudu, kemudian
berdoa: Ya Allah, janganlah Engkau timpakan kepada umatku suatu azab dari
atas mereka dan dari bawah kaki mereka, janganlah Engkau mencampurkan mereka
dalam golongan-golongan (yang bertentangan), dan janganlah Engkau
merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain." Ibnu
Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi
Saw., lalu berkata, 'Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melindungi umatmu,
Dia tidak akan mengirimkan kepada mereka azab dari atas mereka atau dari bawah
kaki mereka.’
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
أَحْمَدَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ
سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ العَنْقَزِي، حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ،
عَنِ السُّدِّي، عَنْ أَبِي المِنْهَال، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي
أَرْبَعَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ
أَلَّا تَكْفُرَ أُمَّتِي وَاحِدَةً، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا
يُعَذِّبَهُمْ بِمَا عَذَّبَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا.
وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ،
فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ،
فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abdullah Al-Bazzar,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada
kami Asbat, dari As-Saddi, dari Abul Minhal, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Aku pernah meminta kepada Tuhanku untuk umatku empat
perkara, maka Dia memberiku tiga perkara darinya dan mencegahku dari yang
satunya. Aku memohon kepada-Nya, semoga umatku tidak dilenyapkan oleh sekali
azab, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya semoga Dia
tidak mengazab mereka dengan azab yang pernah Dia timpakan kepada umat-umat
sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya
hendaknya Dia tidak menguasakan mereka kepada musuh yang selain dari kalangan
mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya
Dia tidak menjadikan keganasan mereka berada di antara sesama mereka, tetapi
Dia tidak memberikannya kepadaku.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Abu Sa'id
ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi dengan sanad
yang sama dan lafaz yang semisal.
طَرِيقٌ أُخْرَى: وَقَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا
أَبُو كُرَيب، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُباب، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ
اللَّيْثِيُّ الْمَدَنِيُّ، حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ مَوْلَى آلِ أَبِي
ذُبَاب، سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ
وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ
غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ،
فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا وَأَلَّا يُذِيقَ
بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِي".
Jalur yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami
Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah
menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid Al-Laisi Al-Madani, telah menceritakan
kepadaku Al-Walid ibnu Rabah maula keluarga Abu Ziab yang telah mendengar dari
Abu Hurairah yang pernah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Aku
pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan
mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan
menguasakan musuh atas umatku yang bukan dari kalangan mereka, maka Dia
memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia tidak membinasakan
umatku dengan paceklik, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon
kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi
berbagai golongan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian mereka keganasan
sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.
Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya berikut
sanadnya dari Sa'd ibnu Sa'id, dari Abul Maqbari, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Amr ibnu
Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang
semisal.
Asar yang lain, Sufyan As-Sauri telah
meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b
yang mengatakan bahwa pada umat ini telah terjadi empat perkara; dua telah
terjadi dan masih ada dua perkara lagi yang belum terjadi, yaitu yang
disebutkan di dalam firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni
berupa rajam atau hujan batu (dari langit). atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am:
65) Maksudnya, ditelan oleh bumi. atau Dia mencampurkan kalian dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Menurut Sufyan
As-Sauri, makna yang dimaksud ialah hujan batu dan ditelan oleh bumi.
Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari
Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan
makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan
azab kepada kalian dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia
mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am:
65) Bahwa hal tersebut adalah empat perkara, dua di antaranya terjadi setelah
selang dua puluh lima tahun sesudah Rasulullah Saw. wafat. Mereka
berpecah-belah menjadi berbagai golongan, sebagian dari mereka merasakan
keganasan sebagian yang lain. Sedangkan yang dua perkara lagi pasti akan
terjadi, yaitu hujan batu dan ditelan oleh bumi.
Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Abu
Ja'far; dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, dari Al-Hasan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan.(Al-An'am: 65), hingga akhir ayat. Siksaan atau azab itu
telah diperhitungkan sesuai dengan dosa yang dilakukan. Apabila dosanya telah
dilakukan, barulah dikirimkan siksaan yang setimpal dengannya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id
ibnu Jubair, Abu Malik, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan
hanya seorang. azab dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam
atau hujan batu. atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am; 65) Artinya,
ditelan oleh bumi.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Ibnu
Jarir. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Abdur
Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas
kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65)
Bahwa dahulu Abdullah ibnu Mas'ud (ketika membaca
ayat ini) menjerit, sedangkan ia berada di dalam masjid atau di atas mimbar,
lalu ia berkata, "Ingatlah, hai manusia, sesungguhnya azab itu telah
diturunkan atas kalian," karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas
kalian. (Al-An'am: 65) Seandainya diturunkan azab dari langit kepada
kalian, niscaya tidak akan tersisa seorang manusia pun dari kalian. atau
dari bawah kaki kalian. (Al-An'am: 65) Seandainya bumi menelan kalian,
niscaya binasalah kalian, dan tidak ada seorang pun dari kalian yang tersisa. atau
Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am:
65) Ingatlah, sesungguhnya telah diturunkan kepada kalian azab yang paling
buruk di antara ketiganya.
Pendapat yang kedua. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu
Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb; ia telah mendengar Khallad ibnu Sulaiman
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Amir ibnu Abdur Rahman mengatakan,
sesungguhnya Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah,
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan kepada kalian azab dari atas
kalian. (Al-An'am: 65) Yakni pemimpin-pemimpin yang jahat. atau dari
bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni pembantu-pembantu yang jahat.
Ali ibnu Abu Talhah menceritakan, dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: azab dari atas kalian.( Al-An'am:
65) Yakni para amir (penguasa kalian). atau dari bawah kaki kalian. (Al-An'am:
65) Yaitu datang dari budak-budak dan bawahan-bawahan kalian.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Abu Sinan
dan Amr ibnu Hani' hal yang semisal. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini,
sekalipun mempunyai segi yang sahih, tetapi pendapat yang pertama jauh lebih
unggul dan lebih kuat; dan memang kenyataannya adalah seperti apa yang
dikatakan oleh Ibnu Jarir. Kebenaran pendapatnya itu dibuktikan oleh firman
Allah Swt.:
أَأَمِنْتُمْ
مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ * أَمْ
أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا
فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ *
Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa)
di langit, bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga
dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap
Allah yang (berkuasa) di langit, bahwa Dia akan mengirimkan badai yang
berbatu? Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.
(Al-Mulk: 16-17)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"لِيَكُونَنَّ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَذْفٌ وخَسْفٌ
ومَسْخٌ"
Sesungguhnya benar-benar akan ada pada umat
ini (azab berupa) hujan batu, gempa bumi, dan kutukan.
Hadis ini disebutkan di antara hal-hal yang
semisal mengenai pertanda dekatnya hari kiamat, persyaratannya, dan munculnya
tanda-tanda yang mengawali hari kiamat; semuanya akan diterangkan pada bagian
tersendiri, Insya Allah.
*****
Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَلْبِسَكُمْ
شِيَعًا}
atau Dia mencampurkan kalian dalam
golongan-golongan yang bertentangan. (Al-An'am: 65)
Maksudnya, Dia akan menjadikan kalian
berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang saling bertentangan.
Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa makna yang dimaksud ialah mempunyai berbagai macam kecenderungan yang
berbeda-beda. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang
bukan hanya seorang.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui
berbagai jalur dari Nabi Saw. disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً".
Kelak umat ini akan berpecah belah menjadi
tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.
****
Firman Allah Swt.:
{وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ
بَأْسَ بَعْضٍ}
dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan
sebagian yang lain. (Al-An'am: 65)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah merasakan kepada sebagian
kalian siksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh sebagian yang lain dari
kalian.
Firman Allah Swt.:
{انْظُرْ كَيْفَ
نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan
tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti. (Al-An'am: 65)
Yakni Kami jelaskan dan Kami terangkan
tanda-tanda itu sekali, dan pada lain waktu Kami tafsirkan.
{لَعَلَّهُمْ
يَفْقَهُونَ}
agar mereka memahaminya. (Al-An'am: 65)
Maksudnya memahami dan mau menggunakan akal
pikirannya untuk menganalisis ayat-ayat Allah, hujah-hujah-Nya, dan bukti-bukti
kekuasaan-Nya.
قَالَ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ: لَمَّا نَزَلَتْ {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ
عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ [أَوْ مِنْ تَحْتِ
أَرْجُلِكُمْ] } الْآيَةَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقاب
بَعْضٍ بِالسُّيُوفِ. قَالُوا: وَنَحْنُ نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَ: " نَعَمْ". فَقَالَ بَعْضُ النَّاسِ:
لَا يَكُونُ هَذَا أَبَدًا، أَنْ يَقْتُلَ بَعْضُنَا بَعْضًا وَنَحْنُ
مُسْلِمُونَ، فَنَزَلَتْ: {انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ
بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya:Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian.” (Al- An' am: 65), hingga
akhir ayat. Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Janganlah kalian berbalik
menjadi kufur sesudahku, sebagian dari kalian memukul leher sebagian yang lain
dengan pedang(nya). Mereka (para sahabat) bertanya, "Padahal kami
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan engkau adalah utusan
Allah." Nabi Saw. menjawab, "Ya, benar." Maka sebagian
dari mereka ada yang mengatakan "Hal ini tidak akan terjadi
selama-lamanya, yaitu sebagian dari kami membunuh sebagian yang lain, padahal
kami adalah orang-orang muslim." Maka turunlah firman-Nya: Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahaminya). Dan kaummu mendustakannya (azab), padahal azab itu benar
adanya. Katakanlah, "Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan
kalian.” Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu)
terjadinya dan kelak kalian akan mengetahui. (Al-An'am: 65-67)
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.
Al-An'am, ayat 66-69
وَكَذَّبَ بِهِ
قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ (66) لِكُلِّ نَبَإٍ
مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (67) وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي
آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا
يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ (68) وَمَا عَلَى
الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ
يَتَّقُونَ (69)
Dan kaummu mendustakannya
(Al Qur'an), padahal Al-Qur’an itu benar adanya. Katakanlah, "Aku ini
bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan kalian.” Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya
dan kelak kamu akan mengetahui. Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu
sesudah teringat (akan larangan itu). Dan tidak ada pertanggungjawaban
sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka, tetapi (kewajiban
mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَكَذَّبَ بِهِ}
Dan kaummu mendustakannya. (Al-An'am: 66)
Artinya mendustakan Al-Qur'an yang engkau
sampaikan kepada mereka, mereka pun mendustakan hidayah dan penjelasan. Yang
dimaksud dengan kaum adalah orang-orang Quraisy.
{وَهُوَ الْحَقُّ}
Padahal Al-Qur'an itu benar adanya. (Al-An'am:
66)
Yakni tiada yang lebih benar daripada Al-Qur'an.
{قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ
بِوَكِيلٍ}
Katakanlah, Aku ini bukanlah orang yang
diserahi mengurus kalian." (Al-An'am: 66)
Maksudnya, aku ini bukanlah orang yang diharuskan
memelihara kalian, bukan pula orang yang ditugasi menolong kalian. Perihalnya
sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ}
Dan katakanlah "Kebenaran itu datang dari
Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman;
dan barang siapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.” (Al-Kahfi:
29)
Dengan kata lain, sesungguhnya tugasku hanyalah
menyampaikan, dan tugas kalian hanyalah mendengarkan dan patuh (taat). Maka
barang siapa yang mengikuti aku, niscaya ia berbahagia di dunia dan akhirat.
Dan barang siapa yang menentang aku, maka sesungguhnya dia celaka di dunia dan
akhiratnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لِكُلِّ نَبَإٍ
مُسْتَقَرٌّ}
Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh
rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya. (Al-An'am: 67)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang mengatakan, makna yang dimaksud ialah untuk tiap-tiap berita ada
kenyataannya, atau untuk tiap-tiap berita ada waktu kejadiannya, sekalipun
selang beberapa lama kemudian, seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain:
{وَلَتَعْلَمُنَّ
نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ}
Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui (kebenaran)
berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. (Sad: 88)
{لِكُلِّ
أَجَلٍ كِتَابٌ}
Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang
tertentu). (Ar-Ra'd: 38)
Hal ini mengandung ancaman dan peringatan yang
pasti. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
dan kelak kalian akan mengetahui. (Al-An'am:
67)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا رَأَيْتَ
الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا}
Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat Kami. (Al-An'am: 68)
Yakni mendustakan dan memperolok-olokkannya.
{فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ
حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ}
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
membicarakan pembicaraan yang lain. (Al-An'am: 68)
Yakni sehingga pembicaraan mereka beralih kepada
hal yang lain yang bukan kedustaan mereka.
{وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ
الشَّيْطَانُ}
Dan jika setan menjadikan kamu lupa. (Al-An'am:
68)
Makna yang dimaksud ialah tiap-tiap orang dari
kalangan umat ini dilarang duduk dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Allah, yaitu mereka yang mengubah ayat-ayat Allah dan menakwiIkannya bukan
dengan takwil yang semestinya. Jika seseorang duduk bersama mereka karena lupa:
{فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ
الذِّكْرَى}
maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang
yang zalim itu sesudah teringat. (Al-An'am: 68)
Maksudnya, sesudah kamu ingat akan larangan ini.
Karena itu, di dalam sebuah hadis disebutkan:
"رُفِعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا
اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ"
Dimaafkan dari umatku (perbuatan) keliru,
lupa, dan hal yang dipaksakan kepada mereka.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik dan
Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika setan menjadikan
kamu lupa. (Al-An'am: 68) Artinya, apabila kamu lupa, lalu kamu ingat. maka
janganlah kamu duduk (Al-An'am: 68) Yakni bersama mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil ibnu
Hayyan.
Ayat inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah
Swt. yang mengatakan:
{وَقَدْ نزلَ عَلَيْكُمْ
فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ}
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada
kalian di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah
kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.
Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian
serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, jika kalian tetap duduk bersama
mereka dan kalian setuju akan pembicaraan tersebut, berarti kalian sama dengan
mereka dalam perbuatannya.
****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا عَلَى الَّذِينَ
يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun
atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69)
Yakni apabila kalian menjauhi mereka dan tidak
duduk dengan mereka dalam hal tersebut, berarti kalian terlepas dari golongan
mereka dan bebas dari dosa mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Musa, dari Israil, dari As-Saddi, dari Abu Malik, dari Sa'id ibnu Jubair
sehubungan dengan firman-Nya: Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun
atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69) Yakni
tidak ada dosa perbuatan memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang dilakukan
mereka, apabila kamu meninggalkan mereka dan berpaling dari mereka.
Tetapi menurut ulama yang lain, makna ayat ialah
sekalipun orang-orang yang bertakwa duduk bersama mereka yang memperolok-olokkan
ayat-ayat Allah, maka orang-orang yang bertakwa itu tetap tidak ada
pertanggungjawaban sedikit pun terhadap dosa mereka.
Ulama yang berpendapat demikian menduga bahwa
ayat ini di-mansukh oleh ayat surat An-Nisa yang Madaniyyah, yaitu:
{إِنَّكُمْ إِذًا
مِثْلُهُمْ}
Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat
demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)
Demikianlah menurut Mujahid, As-Saddi, Ibnu
Juraij, dan lain-lainnya.
Berdasarkan takwil mereka yang demikian, maka
makna firman-Nya:
{وَلَكِنْ ذِكْرَى
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
Akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan
agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 69)
Artinya adalah, tetapi Kami perintahkan kepada
kalian agar berpaling dari mereka saat itu, sebagai peringatan buat mereka yang
melakukan hal tersebut, agar mereka menjaga dirinya dari hal tersebut dan tidak
berani mengulanginya lagi.
Al-An'am, ayat 70
وَذَرِ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ
دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ
مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ
حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (70)
Dan tinggalkanlah
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan
mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an itu agar masing-masing diri
tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada
baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain dari Allah.
Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan, niscaya tidak akan diterima
darinya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan
perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang
sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
Firman Allah Swt.:
{وَذَرِ الَّذِينَ
اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا}
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan
agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh
kehidupan dunia. (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tinggalkanlah mereka, berpalinglah
dari mereka, dan tangguhkanlah mereka sebentar, karena sesungguhnya mereka akan
dikembalikan ke azab yang besar karena perbuatannya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَذَكِّرْ بِهِ}
Peringatkanlah (mereka) dengan
Al-Qur’an itu. (Al-An'am: 70)
Yakni berilah peringatan kepada manusia dengan
Al-Qur'an ini, dan pertakutilah mereka agar mereka ingat akan pembalasan Allah
dan azabNya yang pedih kelak di hari kiamat.
Firman Allah Swt:
{أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ
بِمَا كَسَبَتْ}
agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke
dalam neraka karena perbuatannya sendiri. (Al-An'am: 70)
Artinya, agar tidak dijerumuskan.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, dan As-Saddi, bahwa makna tubsala ialah
diserahkan.
Menurut Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, makna yang
dimaksud ialah dipermalukan. Menurut Qatadah ialah ditahan, menurut Murrah dan
Ibnu Zaid dihukum (disiksa), dan menurut Al-Kalbi dibalas.
Semua pendapat di atas mempunyai makna yang
berdekatan, yang pada kesimpulannya ialah orang yang bersangkutan akan
diserahkan kepada kebinasaan, ditahan dari kebaikan, dan disandera, tidak dapat
meraih apa yang didambakannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam
ayat lain:
{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا
كَسَبَتْ رَهِينَةٌ * إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Al-Muddassir: 38-39)
Adapun firman Allah Swt.:
{لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
Tidak akan ada baginya pelindung, tidak (pula)
pemberi syafaat. (Al-An'am: 70)
Maksudnya, tidak ada kaum kerabat dan tidak ada
seorang pun yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada hari pembalasan
itu. Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang lain, yaitu:
{مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ
هُمُ الظَّالِمُونَ}
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak
ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi
syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah:
254)
Maksud firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ
عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا}
Dan jika ia menebus dengan segala macam
tebusan tidak akan diterima darinya. (Al-An'am: 70)
Yakni sekalipun dia menyerahkan semua tebusan, niscaya
tidak akan diterima darinya. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ
مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati
sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari
seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi. (Ali Imran: 91), hingga akhir
ayat.
Demikian pula dalam surat ini:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ
أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا
كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke
dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman
dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka
sendiri. (Al-An'am: 70)
Al-An'am, ayat 71-73
قُلْ أَنَدْعُو
مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى
أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ
فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ
إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
(71) وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ (72) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ
وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ
يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ
الْخَبِيرُ (73)
Katakanlah,
"Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula)
mendatangkan kemudaratan kepada kita, dan (apakah) kita akan
dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti
orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam
keadaan bingung dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang
lurus (dengan mengatakan), "Marilah ikuti kami!" Katakanlah,
"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan
kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, dan agar mendirikan
salat serta bertakwa kepada-Nya.” Dan Dialah Tuhan Yang kepada-Nyalah kalian
akan dihimpunkan. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan
benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, "Jadilah, " lalu
terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup.
Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi
Maha Mengetahui.
As-Saddi mengatakan bahwa orang-orang musyrik
berkata kepada orang-orang muslim, "Ikutilah kami, dan tinggalkanlah agama
Muhammad itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah,
"Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) mendatangkan
kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang.
(Al-An'am: 71) Yakni kembali kepada kekafiran. sesudah Allah memberi
petunjuk kepada kita. (Al-An'am: 71) Yang akibatnya perumpamaan kita sama
dengan orang yang disesatkan oleh setan di tanah yang mengerikan. Dikatakan
bahwa perumpamaan kalian —jika kalian kembali kepada kekafiran sesudah kalian
beriman— sama halnya dengan seorang lelaki yang berangkat bersama suatu kaum
dalam suatu perjalanan, dan ternyata ia tersesat, lalu setan datang
menyesatkannya di tempat ia tersesat sehingga ia kebingungan, padahal
teman-temannya berada di jalan yang sebenarnya. Lalu teman-temannya menyerunya
agar ia bergabung dengan mereka seraya berkata, "Kemarilah, ikutilah
kami!" Tetapi ia tidak mau bergabung dengan mereka. Demikianlah
perumpamaan orang yang mengikuti orang-orang kafir sesudah ia mengetahui
keadaan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan dalam perumpamaan ini orang yang
memanggilnya ke jalan yang benar adalah Nabi Muhammad Saw., dan Islam
diserupakan sebagai jalannya.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am:
71) Artinya, disesatkan oleh setan dari jalan yang ditempuhnya, yakni setan
membujuknya dari jalan yang ditempuhnya. Pengertian istahwa ini sama
dengan lafaz tahwi yang terdapat di dalam firman-Nya: cenderung
kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan
menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada
kita, tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita. (Al-An'am:
71), hingga akhir ayat. Ungkapan ini merupakan tamsil yang dibuat oleh Allah,
ditujukan kepada tuhan-tuhan (sesembahan-sesembahan) dan orang-orang yang
menyeru kepadanya, serta orang-orang yang menyeru kepada petunjuk Allah Swt.
Disamakan dengan seorang lelaki yang sesat jalan dalam keadaan kebingungan,
tiba-tiba ia mendengar suara yang berseru, "Hai Fulan ibnu Anu, kemarilah,
ikutilah jalan ini!" Sedangkan dia mempunyai teman-teman yang juga
menyerunya dengan panggilan, "Hai Fulan ibnu Anu, ikutilah jalan kami
ini!" Jika dia mengikuti penyeru pertama, maka penyeru pertama itu akan
membawanya kepada kebinasaan; dan jika ia mengikuti penyeru yang mengajaknya ke
jalan petunjuk, niscaya dia akan memperoleh petunjuk. Seruan seperti ini —yang
sering terdengar di padang pasir— disebut gailan (hantu). Hal ini
diungkapkan sebagai perumpamaan orang yang menyembah tuhan-tuhan tersebut
selain Allah. Karena sesungguhnya dia menduga bahwa dirinya berada dalam suatu
pegangan hingga masa kematiannya, maka saat itulah ia akan menghadapi
penyesalan dan kebinasaannya. Firman Allah Swt.: seperti orang yang
disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71)
Setan-setan tersebut adalah gailan (hantu-hantu) yang memanggil-manggil
namanya lengkap dengan nama ayah dan kakeknya, sehingga ia mengikuti suara itu.
Karena itu, ia merasa bahwa dirinya mempunyai pegangan. Tetapi pada pagi
harinya ternyata dia dilemparkan ke dalam kebinasaan, dan barangkali
hantu-hantu itu memakannya atau melemparnya di tanah yang jauh, di mana dia
akan binasa karena kehausan. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang
menyembah tuhan-tuhan selain Allah Swt.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan
di pesawangan yang menakutkan, dalam keadaan bingung. (Al-An'am: 71) Makna
yang dimaksud ialah seorang lelaki dalam keadaan bingung, lalu
dipanggil-panggil oleh teman-temannya untuk mengikuti jalan mereka. Hal ini
merupakan perumpamaan bagi orang yang sesat sesudah mendapat petunjuk.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan
di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai
kawan-kawan. (Al-An'am: 71) Bahwa dia adalah orang yang tidak mau memenuhi
seruan yang mengajak kepada hidayah Allah, dia orang yang menaati setan dan
gemar melakukan maksiat di muka bumi dan menyimpang dari perkara yang hak serta
tersesat jauh darinya. Dia mempunyai kawan-kawan yang menyerunya ke jalan
hidayah, mereka menduga bahwa apa yang mereka perintahkan kepadanya merupakan
petunjuk yang telah dikatakan oleh Allah Swt. kepada kekasih-kekasih-Nya dari
kalangan manusia. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang sebenarnya). (Al-An'am: 71) Sedangkan kesesatan itu adalah
yang diserukan jin (setan) kepadanya.
Demikianlah riwayat Ibnu Jarir.
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini
menunjukkan bahwa teman-temannya menyerukan kepada kesesatan, dan mereka
menduga bahwa apa yang mereka serukan itu adalah jalan petunjuk.
Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini bertentangan
dengan makna lahiriah ayat, karena sesungguhnya Allah Swt. menceritakan bahwa
teman-temannya mengajaknya ke jalan petunjuk, maka mustahil bila hal ini
dikatakan sebagai jalan kesesatan. Allah Swt. dengan tegas menceritakan bahwa
hal itu adalah jalan petunjuk.
Pendapat Ibnu Jarir benar, mengingat konteks
pembicaraan menunjukkan bahwa orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan
yang menakutkan ini berada dalam kebingungan. Lafaz hairana yang ada
dalam ayat dinasabkan karena menjadi hal atau kata keterangan keadaan. Dengan
kata lain, dalam keadaan kebingungan, kesesatan, dan ketidaktahuannya akan
jalan yang harus ditempuhnya, dia mempunyai teman-teman yang berada di jalan
yang sedang mereka tempuh. Lalu mereka menyerunya untuk bergabung dengan mereka
dan berangkat bersama-sama mereka meniti jalan yang benar. Akan tetapi, dia
menolak ajakan mereka dan tidak mau menoleh kepada mereka. Seandainya Allah
menghendakinya mendapat petunjuk, niscaya Allah memberinya petunjuk dan
mengembalikannya ke jalan yang benar. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{قُلْ إِنَّ هُدَى
اللَّهِ هُوَ الْهُدَى}
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang
sebenarnya) petunjuk. (Al-An'am: 71)
Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat
lain, yaitu:
{وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ
فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ}
Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. (Az-Zumar: 37)
{إِنْ تَحْرِصْ
عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ}
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka
dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang
yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl:
37)
Arti firman Allah Swt.:
{وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada
Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 71)
ialah ikhlaslah dalam beribadah kepada-Nya, hanya
untuk Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.
*****
{وَأَنْ أَقِيمُوا
الصَّلاةَ وَاتَّقُوهُ}
dan agar mendirikan salat serta bertakwa
kepada-Nya. (Al-An'am: 72)
Yakni dan kami diperintahkan untuk mendirikan
salat serta bertakwa kepada Allah dalam semua keadaan.
{وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ}
Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya lah kalian
akan dihimpunkan. (Al-An'am: 72)
Maksudnya, pada hari kiamat nanti.
****
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dengan benar. (Al-An'am: 73)
Yakni dengan adil. Dialah yang menciptakan
keduanya, yang memiliki keduanya, dan yang mengatur keduanya serta semua
makhluk yang ada pada keduanya.
Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ
فَيَكُونُ}
di waktu Dia mengatakan.”Jadilah" lalu
terjadilah (Al-An'am: 73)
Yaitu hari kiamat yang dikatakan oleh Allah,
"Jadilah kamu." Maka jadilah hari kiamat atas perintah-Nya dalam
sekejap mata atau lebih cepat daripada itu. Lafaz yauma dinasabkan
karena di'atafkan kepada lafaz wattaquhu yang arti lengkapnya ialah
takutlah kalian akan hari di mana Allah berfirman, "Jadilah kamu hari
kiamat," maka jadilah hari kiamat. Atau dapat pula dikatakan bahwa ia
di'atafkan kepada firman-Nya:
{خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ}
menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am:
73)
Artinya, dan Dialah yang menciptakan hari di mana
Dia berfirman, "Jadilah kamu," maka jadilah ia.
Pada permulaan ayat disebutkan permulaan
penciptaan dan pengembaliannya, hal ini sesuai. Atau dapat pula dikatakan ada
fi'il (kata kerja) yang tidak disebutkan; bentuk lengkapnya, "Ingatlah, di
hari Dia mengatakan, Jadilah,' lalu terjadilah."
Firman Allah Swt.:
{قَوْلُهُ الْحَقُّ
وَلَهُ الْمُلْكُ}
Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan-Nyalah
segala kekuasaan. (Al-An'am: 73)
Kedudukan I’rab mahalli dari kedua kalimat
ini adalah jar karena keduanya berkedudukan sebagai sifat dari Tuhan
semesta alam.
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي
الصُّورِ}
di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Dapat ditakwilkan sebagai badai dari lafaz
wayauma yaqulu kun fayakun. Dapat pula diinterpretasikan sebagai zaraf
dan firman-Nya:
{وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ
يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
dan di tangan-Nyalah kekuasaan di waktu
sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
sama halnya dengan makna firman-Nya:
{لِمَنِ الْمُلْكُ
الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?
Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
{الْمُلْكُ
يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah
kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang
penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)
Banyak pula ayat lainnya yang bermakna serupa.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan
makna firman-Nya: di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud
dengan sur dalam ayat ini ialah bentuk jamak dari surah (bentuk),
yakni pada hari ditiupkan roh padanya, lalu ia menjadi hidup. Ibnu Jarir
mengatakan bahwa pendapat ini berpandangan menyamakannya dengan contoh lain,
yaitu sur yang artinya tembok-tembok yang mengelilingi sebuah kota; ia
merupakan bentuk jamak dari lafaz surah.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan
bahwa makna sur dalam ayat ini ialah sangkakala yang ditiup oleh
Malaikat Israfil a.s.
Selanjutnya Ibnu Jarir menegaskan, "Pendapat
yang benar menurut kami ialah yang berlandaskan kepada sebuah hadis yang banyak
diriwayatkan dari Rasulullah Saw." Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ إِسْرَافِيلَ قَدِ الْتَقَمَ الصُّورَ وَحَنَى
جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤمَر فَيَنْفُخُ".
Sesungguhnya Malaikat Israfil telah mengulum
sangkakala dan mengernyitkan dahinya siap menunggu perintah untuk meniupnya.
Hadis riwayat Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَسْلَمَ العِجْلي، عَنْ بِشْر بْنِ شَغَاف، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
الصُّورُ؟ قَالَ: "قَرْنٌ ينفخ
فِيهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi, dari Aslam
Al-Ajali, dari Bisyr ibnu Syagaf, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa
ada seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah,
apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sangkakala yang siap
untuk ditiup.
Kami telah meriwayatkan hadis mengenai sur ini
dengan panjang lebar melalui jalur Al-Hafiz Abul Qasim At Tabrani di dalam
kitabnya yang berjudul Al-Mutawwalat.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِصْرِيُّ الأيْلي،
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ النَّبِيلُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ رَافِعٍ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظي، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ:
"إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، خَلَقَ
الصُّورَ فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ، فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيهِ، شَاخِصًا بصرَه
إِلَى الْعَرْشِ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
وَمَا الصُّورُ؟ قَالَ "القَرْن". قُلْتُ: كَيْفَ هُوَ؟ قَالَ:
"عَظِيمٌ، وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، إِنَّ عَظْمَ دَارَةَ فِيهِ
كَعَرْضِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ. يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ نَفَخَاتٍ:
النَّفْخَةُ الْأُولَى نَفْخَةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْقِ،
وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnul Hasan Al-Muqri Al-Abli, telah menceritakan kepada kami
Abu Asim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Rafi', dari
Muhammad ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bercerita kepada kami ketika
beliau berada di tengah-tengah sejumlah sahabatnya. Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya
Allah itu setelah selesai dari menciptakan langit dan bumi, maka Dia
menciptakan sur, lalu diberikan-Nya kepada Malaikat Israfil. Maka Malaikat
Israfil meletakkan sur itu di mulutnya, sedangkan matanya ia tujukan ke arah
'Arasy menunggu perintah (peniupannya). Abu Hurairah berkata, "Wahai
Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sangkakala."
Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Nabi Saw. bersabda bahwa
sangkakala itu besar sekali bentuknya. Rasulullah Saw. bersabda, "Demi
Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, sesungguhnya besar lingkaran moncong
sangkakala itu sama besarnya dengan luas langit dan bumi. Malaikat Israfil akan
meniup sebanyak tiga kali. Tiupan pertama mengakibatkan huru-hara yang dahsyat,
tiupan kedua menyebabkan semua makhluk binasa, dan tiupan yang ketiga adalah
tiupan dihidupkan-Nya kembali makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta
alam."
Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk
melakukan tiupan pertama. Untuk itu Allah berfirman, "Tiuplah!" Maka
ditiuplah tiupan yang menimbulkan huru-hara yang dahsyat, semua penduduk langit
dan bumi mengalami huru-hara yang dahsyat, kecuali orang-orang yang
diselamatkan oleh kehendak Allah. Allah Swt. memerintahkan untuk meniup
sangkakala, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang panjang, lama, dan
tidak pernah berhenti. Hal inilah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلاءِ
إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ}
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya
satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Sad: 15)
Maka pada hari itu semua gunung yang ada di muka
bumi hancur lebur bagaikan debu yang beterbangan, lalu menjadi seperti
fatamorgana; bumi pun bergempa dengan sangat hebatnya, mengguncangkan seluruh
penghuninya dengan guncangan yang hebat. Nasib mereka seperti perahu yang
diombang-ambingkan oleh ombak besar, atau seperti lampu gantung yang ditiup
oleh angin besar sehingga bergoyang ke sana kemari.
{يَوْمَ تَرْجُفُ
الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ}
Pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan
alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua, hati manusia pada waktu
itu sangat takut. (An-Nazi'at: 6-8)
Maka semua manusia bergelimpangan di muka bumi,
semua wanita yang mengandung melahirkan anak-anaknya, semua anak menjadi
beruban (karena susahnya hari itu), dan semua setan lari menghindari huru-hara
yang dahsyat itu ke tempat-tempat yang sangat jauh, tetapi para malaikat
mengejarnya dan memukul wajahnya sehingga kembali ke tempat asal. Semua manusia
hiruk-pikuk melarikan diri, tetapi tiada yang dapat melindungi mereka dari azab
Allah pada hari itu; sebagian dari mereka memanggil-manggil (meminta tolong)
sebagian yang lain, hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{يَوْمَ التَّنَادِ}
siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min:
32)
Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba
bumi retak dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Maka mereka menyaksikan
suatu peristiwa yang sangat besar lagi mengerikan yang tidak pernah mereka
lihat sebelumnya. Karena hal itu, mereka tertimpa rasa takut yang sangat
mengerikan, hanya Allah sajalah yang mengetahui ketakutan dan kengerian mereka.
Kemudian mereka memandang ke langit, tiba-tiba
langit tampak seperti perak yang lebur mendidih, lalu terbelah dan semua
bintangnya bertaburan (bertabrakan), dan matahari serta bulannya pudar.
Rasulullah Saw. bersabda:
"الْأَمْوَاتُ لَا يَعْلَمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ"
Orang-orang yang mati tidak mengetahui sesuatu
pun dari peristiwa tersebut.
Abu Hurairah r.a, mengajukan pertanyaan,
"Wahai Rasulullah, siapakah yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya:
{فَفَزِعَ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}
Maka terkejutlah segala yang di langit dan
segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah (An-Naml:
87)
Nabi Saw. bersabda,
"أُولَئِكَ الشُّهَدَاءُ، وَإِنَّمَا يَصِلُ الْفَزَعُ إِلَى
الْأَحْيَاءِ، وَهُمْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ اللَّهِ يُرْزَقُونَ، وَقَاهُمُ اللَّهُ
فَزَعَ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَآمَنَهُمْ مِنْهُ، وَهُوَ عَذَابُ اللَّهِ يَبْعَثُهُ
عَلَى شِرَارِ خَلْقِهِ"
"Mereka adalah para syuhada." Dan
sesungguhnya keguncangan itu hanyalah dialami oleh orang-orang yang masih hidup
di masa itu.Para syuhada adalah orang-orang yang tetap hidup di sisi Tuhan
mereka seraya diberi rezeki, maka Allah memelihara mereka dari guncangan yang
terjadi pada hari itu dan menyelamatkan mereka darinya. Karena sesungguhnya
azab tersebut dikirimkan oleh Allah untuk makhluk-Nya yang jahat-jahat.
Hari itulah yang diungkapkan oleh Allah Swt.
dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ * يَوْمَ
تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ
حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ
عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian,
sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat
besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat
keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang
disusukannya, dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil; dan kamu lihat
manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab
Allah itu sangat kerasnya. (Al-Haj: 1-2)
Mereka mengalami azab itu menurut apa yang
dikehendaki oleh Allah, hanya saja azab itu masanya cukup lama.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Israfil
untuk melakukan tiupan yang membinasakan, lalu Israfil melakukan tiupan yang
membinasakan, maka binasalah semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang
dikehendaki oleh Allah. Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, lalu
malaikat maut datang menghadap kepada Tuhan Yang Mahaperkasa, dan berkata,
"Wahai Tuhanku, telah mati semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa
yang Engkau kehendaki."
Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui siapa yang masih
hidup— berfirman, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut
menjawab, "Yang masih hidup adalah Engkau Yang Mahakekal dan tidak akan
mati, para malaikat penyangga ' Arasy, Jibril, Mikail, dan saya." Maka
Allah berfirman, "Hendaklah Jibril dan Mikail mati." Lalu Allah
menyuruh 'Arasy berbicara, maka 'Arasy bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah
Jibril dan Mikail harus dimatikan?" Allah Swt. berfirman, "Diamlah
kamu, karena sesunguhnya Aku telah menetapkan mati atas semua makhluk yang ada
di bawah 'Arasy-Ku." Lalu Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail mati.
Kemudian malaikat maut datang menghadap Tuhan
Yang Mahaperkasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, Jibril dan Mikail telah
mati." Allah berfirman, Dia lebih mengetahui siapa yang masih hidup saat
itu, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang
masih ada ialah Engkau Yang Hidup Kekal yang tidak akan mati, malaikat-malaikat
penyangga Arasy, dan saya sendiri." Allah berfirman, "Hendaklah semua
malaikat penyangga 'Arasy mati." Maka semuanya mati. Lalu Allah memerintahkan
'Arasy untuk mengambil sangkakala dari Malaikat Israfil.
Malaikat maut datang menghadap, lalu berkata,
"Wahai Tuhanku, semua malaikat penyangga' Arasy-Mu telah mati." Allah
Swt. berfirman, Dia Maha Mengetahui siapa yang masih hidup, "Siapakah yang
masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada adalah Engkau
yang Hidup Kekal dan tidak akan mati, dan saya sendiri." Allah Swt.
berfirman, "Engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku, Aku ciptakan kamu
menurut apa yang Aku maui, maka matilah kamu." Lalu malaikat maut itu
mati. Tiada yang kekal kecuali hanya Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa,
Dialah Allah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak
dan tidak diperanakkan, Dia adalah Yang Mahaakhir sebagaimana Dia adalah Yang
Mahaawal.
Allah menggulung langit dan bumi seperti
menggulung lembaran-lembaran kertas, lalu membulatkan keduanya seperti telur
dan menelannya sebanyak tiga kali. Setelah itu Allah berfirman, "Akulah
Yang Mahaperkasa, Akulah Yang Mahaperkasa," sebanyak tiga kali. Lalu Allah
berseru dengan suara yang lantang:
{لِمَنِ الْمُلْكُ
الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min:
16)
Seruan itu diucapkan sebanyak tiga kali, tetapi
tiada seorang pun yang menjawab. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada diri-Nya:
{لِلَّهِ الْوَاحِدِ
الْقَهَّارِ}
Hanya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
Allah Swt. berfirman pula:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ
الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
Pada hari (ketika) bumi diganti dengan
bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)
Maka Allah menghamparkan keduanya dan
menjadikannya rata, lalu digelarkan sebagaimana kulit di pasar 'Ukaz
digelarkan.
{لَا تَرَى فِيهَا
عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya
tempat yang rendah dan yang tinggi. (Thaha: 107)
Kemudian Allah menghardik semua makhluk dengan
sekali hardikan (teriakan). Maka dengan serta merta mereka berada di bumi yang
telah diganti tersebut sebagaimana keadaan mereka semula pada bumi yang
pertama. Orang yang berada di dalam perutnya tetap berada di dalam perutnya,
dan orang yang berada di permukaannya tetap berada di permukaannya.
Selanjutnya Allah menurunkan kepada mereka air
dari bawah ' Arasy, dan Allah memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka
turunlah hujan selama empat puluh hari. sehingga air mencapai ketinggian dua
belas hasta di atas mereka. Kemudian Allah memerintahkan semua jasad untuk
tumbuh, maka tumbuhlah semua jasad bagaikan kecambah —atau seperti tumbuhnya
sayur-mayur— hingga jasad mereka kembali seperti sediakala dalam keadaan
sempurna.
Allah Swt. berfirman, "Hiduplah
malaikat-malaikat penyangga 'Arasy!" Maka semua malaikat penyangga 'Arasy
hidup kembali. Allah memerintahkan Malaikat Israfil, lalu Malaikat Israfil
mengambil sangkakala dan meletakkannya di mulutnya.
Allah berfirman, "Hiduplah Jibril dan
Mikail!" Maka keduanya hidup kembali. Kemudian Allah memanggil semua roh,
maka semuanya dihadapkan kepada-Nya; roh-roh orang-orang muslim memancarkan
cahaya yang berkilauan, sedangkan arwah orang-orang kafir gelap gulita. Lalu
Allah menggenggam semua arwah dan memasukkannya ke dalam sangkakala.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat
Israfil untuk melakukan tiupan kebangkitan, maka Malaikat Israfil melakukan
tiupan untuk menghidupkan mereka kembali. Lalu keluarlah semua roh bagaikan
lebah yang banyaknya memenuhi kawasan antara bumi dan langit. Allah Swt.
berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, hendaknya setiap roh
benar-benar kembali kepada jasadnya masing-masing." Maka semua roh masuk
ke dalam bumi ke jasadnya masing-masing dan memasukinya melalui lubang
hidungnya, lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti menjalarnya racun pada tubuh
orang yang disengatnya. Kemudian bumi terbelah membuka, dan aku (Nabi Saw.)
adalah orang yang mula-mula dibelahkan bumi. Kemudian kalian cepat-cepat
keluar, bersegera menghadap Tuhan.
{مُهْطِعِينَ إِلَى
الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu.
Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8)
Pada saat itu kalian dalam keadaan tidak beralas
kaki, telanjang bulat, dan tidak dikhitan. Lalu kalian semua berdiri di suatu
tempat yang lamanya adalah tujuh puluh tahun perjalanan. Saat itu kalian tidak
diperhatikan, dan tidak dilakukan peradilan di antara kalian (yakni kalian
didiamkan oleh Allah Swt.). Maka kalian semua menangis hingga air mata kalian
kering, yang keluar adalah darah kalian. Kalian berkeringat dengan derasnya
hingga kalian tenggelam di dalam lautan keringat, atau ketinggian keringat mencapai
batas janggut kalian.
Kalian mengatakan, "Siapakah yang memohonkan
syafaat kepada Tuhan buat kami semua, hingga Dia mau memutuskan perkara di
antara kami?"
Lalu kalian berkata, "Tiadalah orang yang
berhak mengajukan hal tersebut selain dari bapak kalian semua, yaitu Adam.
Allah menciptakan dia dengan tangan (kekuasaan)-Nya secara langsung, Dia
meniupkan sebagian dari roh-Nya ke dalam tubuhnya, dan Dia telah mengajaknya
berbicara secara langsung."
Maka mereka mendatangi Adam dan meminta hal
tersebut (syafaat) kepadanya, tetapi Adam menolak dan mengatakan, "Aku
bukanlah orang yang layak untuk mengajukan hal tersebut." Kemudian mereka
mendatangi para nabi satu persatu, tetapi setiap mereka datangi seorang nabi,
dia menolak permintaan mereka.
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, "Pada
akhirnya mereka datang kepadaku, lalu aku berangkat menuju Al-Fahs, dan aku
langsung menyungkur bersujud."
Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah yang dimaksud dengan Al-Fahs?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Halaman depan 'Arasy. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadaku, dan
malaikat itu memegang lenganku dan mengangkatku. Maka Allah berfirman kepadaku,
'Hai Muhammad!' Dan aku menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku.' Allah Swt. berfirman,
'Mengapa kamu ini?' Padahal Dia Maha Mengetahui. Aku berkata, 'Wahai Tuhanku,
Engkau telah menjanjikan syafaat kepadaku, maka berilah aku izin untuk memberi
syafaat kepada makhluk-Mu, putuskanlah peradilan di antara mereka.'
Allah Swt. berfirman, 'Aku terima syafaatmu,
sekarang Aku datang kepada kalian untuk memutuskan peradilan di antara
kalian'."
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa
setelah itu beliau kembali dan berdiri (bergabung) dengan manusia. Ketika kami
sedang berdiri, tiba-tiba kami mendengar suara yang sangat keras dari langit
yang membuat kami semua takut. Ternyata suara itu muncul dari malaikat penghuni
langit pertama yang turun ke bumi dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah
manusia dan jin yang ada di bumi.
Ketika mereka telah berada di dekat bumi, bumi
menjadi terang benderang oleh cahaya mereka, lalu mereka mengambil saf
(barisan)nya. Maka kami bertanya, "Apakah Tuhan kita ada bersama
kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."
Kemudian turunlah penduduk langit yang kedua
dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah rombongan malaikat yang pertama dan dua
kali lipat dari jumlah makhluk manusia dan jin yang ada di bumi. Ketika mereka
telah dekat dengan bumi, maka bumi menjadi terang benderang karena cahaya
mereka, lalu mereka mengambil safnya. Kami bertanya kepada mereka, "Apakah
Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia
akan datang."
Selanjutnya para malaikat penghuni langit
berikutnya turun pula dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah yang telah ada,
lalu turunlah Tuhan Yang Mahaperkasa dalam naungan awan dan malaikat. Saat itu
yang memikul 'Arasy-Nya adalah delapan malaikat, sekarang empat malaikat,
telapak kaki mereka berada di bagian bumi yang paling bawah.
Bumi dan langit hanya sampai sebatas pinggang
mereka, sedangkan 'Arasy mereka pikul di atas pundak mereka; dari mereka keluar
suara gemuruh karena bacaan tasbih mereka, yaitu:
سُبْحَانَ ذِي الْعَرْشِ وَالْجَبَرُوتِ، سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ
وَالْمَلَكُوتِ، سُبْحَانَ الْحَيِّ الذِي لَا يَمُوتُ، سُبْحَانَ الذِي يُمِيتُ
الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ، سُبُّوح قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ، سُبْحَانَ
رَبِّنَا الْأَعْلَى، رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ، سُبْحَانَ رَبِّنَا
الْأَعْلَى، الَّذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ
Mahasuci Tuhan yang memiliki Arasy dan
keperkasaan. Mahasuci Tuhan yang mempunyai kerajaan dan alam malakut. Mahasuci
Tuhan Yang Hidup Kekal dan tidak akan mati. Mahasuci Tuhan Yang mematikan semua
makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci dengan sesuci-sucinya, Mahasuci
Tuhan kami Yang Mahatinggi, Tuhan semua malaikat dan roh. Mahasuci Tuhan kami
Yang Mahatinggi, yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.
Maka Allah meletakkan kursi-Nya di salah satu
bagian dari bumi yang dikehendaki-Nya, lalu berseru dengan suara-Nya seraya
berfirman, "Hai semua makhluk jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah
mendengarkan kalian sejak Aku menciptakan kalian sampai hari ini. Aku mendengar
semua ucapan kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Maka sekarang
dengarkanlah Aku, sesungguhnya apa yang Aku utarakan hanyalah amal perbuatan
kalian dan catatan-catatan amal perbuatan kalian sendiri yang akan dibacakan
kepada kalian. Barang siapa yang menjumpai kebaikan padanya, hendaklah ia
memuji kepada Allah. Dan barang siapa yang menjumpai selain itu, maka janganlah
ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri."
Selanjutnya Allah memerintah kepada neraka
Jahannam, maka keluarlah darinya sesuatu seperti leher yang kelihatan hitam
legam (gelap) oleh semuanya. Kemudian Allah Swt. membacakan firman-Nya:
{أَلَمْ أَعْهَدْ
إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ * وَلَقَدْ
أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ * هَذِهِ
جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada
kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan
itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku.
Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar
di antara kalian. Maka apakah kalian tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang
dahulu kalian diancam (dengannya). (Yasin: 60-63)
Atau dikatakan, "Yang dahulu kalian
dustakan," ragu dari pihak Abu Asim.
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ
أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada mereka), "Berpisahlah
kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang
jahat.” (Yasin: 59)
Maka Allah memisah-misahkan manusia (antara ahli
surga dan ahli neraka), dan saat itu semua umat manusia berlutut. Allah Swt.
berfirman:
{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ
جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan (pada hari itu) kamu lihat
tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku
catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan terhadap apa yang telah
kalian kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)
Lalu Allah Swt. memutuskan peradilan di antara
makhluk-Nya. kecuali jin dan manusia. Allah memutuskan peradilan di antara
semua hewan liar dan binatang ternak, hingga Dia memutuskan untuk kemenangan
hewan yang tidak bertanduk terhadap hewan bertanduk (yang dahulu pernah
menanduknya). Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut dan tidak ada
lagi utang bagi seekor hewan atas hewan lainnya, maka Allah berfirman kepada semua
binatang, "Jadilah kalian tanah!" Maka pada saat itu orang kafir
mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنِي كُنْتُ
تُرَابًا}
Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah
tanah. (An-Naba:40)
Kemudian barulah Allah memutuskan peradilan di
antara semua hamba. Peradilan yang mula-mula dilakukan-Nya ialah masalah yang
berkaitan dengan darah. Setiap orang yang terbunuh di jalan Allah datang, lalu
Allah memerintahkan kepada setiap orang yang membunuh untuk membawa kepala
orang yang dibunuhnya, sedangkan urat leher si terbunuh penuh berlumuran darah.
Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, karena apakah orang ini membunuhku?"
Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui— bertanya, "Karena apakah kamu membunuh
mereka?" Maka si pembunuh menjawab, "Saya membunuh mereka agar
keagungan hanyalah bagi-Mu (yakni membela agama Allah)." Allah Swt.
berfirman, "Kamu benar." Maka Allah menjadikan wajahnya bercahaya
seperti sinar matahari, selanjutnya para malaikat menuntunnya masuk ke dalam
surga.
Setelah itu datanglah setiap orang yang membunuh
bukan karena niat tersebut seraya membawa kepada orang yang dibunuhnya dalam
keadaan berlumuran darah dari urat lehernya. Lalu ia berkata, "Wahai
Tuhanku, mengapa orang ini membunuhku?" Allah Swt.,Yang Maha Mengetahui,
bertanya, "Mengapa kamu membunuh mereka?" Ia menjawab, "Saya
membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi saya, wahai Tuhanku." Maka
Allah berfirman, "Celakalah kamu!"
Kemudian tiada seorang pun yang pernah membunuh
orang lain melainkan ia balas dibunuh karenanya, dan tidak ada suatu perbuatan
zalim yang dilakukan seseorang melainkan ia mendapat hukumannya. Hal ini
sepenuhnya berada di dalam kehendak Allah. Dengan kata lain, jika Dia hendak
mengazabnya, niscaya Dia mengazabnya; dan jika Dia hendak merahmatinya, niscaya
Dia merahmatinya.
Selanjutnya Allah Swt. memutuskan peradilan di
antara makhluk-Nya yang perkara mereka masih belum diputuskan, hingga tiada
suatu perbuatan aniaya pun yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain
melainkan Allah membalaskannya bagi si teraniaya terhadap si penganiaya. Pada
saat itu seorang penjual susu yang mencampuri susunya dengan air (ketika di
dunia) benar-benar disuruh memurnikan susunya dari air.
Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal
tersebut, maka terdengarlah suara seruan yang terdengar oleh semua makhluk,
"Ingatlah, hendaklah masing-masing kaum bergabung dengan tuhan-tuhan
mereka dan segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah!" Saat itu tidak
ada seorang pun yang menyembah selain Allah kecuali ditampakkan baginya tuhan yang
disembahnya itu di hadapannya. Pada hari itu ada malaikat yang diserupakan
bentuknya seperti Uzair, ada pula yang diserupakan dengan Isa putra Maryam.
Maka orang-orang Yahudi mengikuti Uzair, dan orang-orang Nasrani mengikuti Isa.
Kemudian tuhan-tuhan sesembahan mereka menggiring mereka ke dalam neraka, dan
Allah Swt. berfirman:
{لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ
آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ}
Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah
mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya:
99)
Apabila tidak ada yang tersisa kecuali hanya
orang-orang mukmin yang di dalamnya terdapat orang-orang munafik, maka Allah
mendatangi mereka dalam bentuk menurut apa yang dikehendaki-Nya, lalu Dia
berfirman, "Hai manusia, semua orang telah pergi, maka sekarang
bergabunglah dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah." Mereka
berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami
sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah pergi meninggalkan mereka, dan Dialah
yang mendatangi mereka. Kemudian Allah tinggal selama yang dikehendaki-Nya
untuk tinggal, setelah itu Dia datang lagi kepada mereka dan berfirman,
"Hai manusia, semua orang telah pergi, maka bergabunglah kalian dengan
tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah!" Mereka menjawab,
"Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali
tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah menampakkan sebagian dari betis-Nya
dan sebagian dari kebesaran-Nya sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah
Tuhan mereka. Lalu mereka menyungkur di atas muka mereka seraya bersujud,
sedangkan semua orang munafik menyungkur di atas tengkuknya (terbalik), dan
Allah menjadikan tulang iga mereka mencuat seperti tanduk sapi (menjangan).
Kemudian Allah mengizinkan mereka untuk mengangkat mukanya.
Allah memasang sirat di antara kedua tepi
neraka Jahannam, tajamnya seperti pisau cukur atau pedang yang tajam. Sirat-
(jembatan) itu mempunyai banyak pengait, belalai, dan duri-duri seperti
duri pohon sa'dan, dan di bagian bawahnya terdapat jembatan yang licin sekali.
Maka mereka melaluinya, ada yang cepat seperti kedipan mata, ada yang secepat
kilat, ada yang seperti cepatnya angin, seperti cepatnya kuda balap, seperti
cepatnya unta yang baik, atau seperti orang yang berjalan cepat. Di antara
mereka ada yang selamat sampai ke tepi yang lain, ada yang selamat tetapi dalam
keadaan terluka, ada pula yang terperosok di bawah mukanya, masuk ke dalam
neraka Jahannam,
Manakala ahli surga telah sampai di depan pintu surga,
maka semua ahli surga berkata, "Siapakah orang yang mau memohon syafaat
kepada Tuhan kita buat kita semua hingga kita dapat masuk surga?"
Mereka menjawab, "Siapa lagi yang lebih
berhak untuk itu selain dari kakek moyang kalian sendiri, yaitu Adam a.s. Allah
telah menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan meniupkan
sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya serta berbicara dengannya
secara berhadapan."
Kemudian mereka mendatangi Adam dan meminta hal
tersebut kepadanya, tetapi Adam ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata,
"Saya bukanlah orang yang berhak melakukan hal itu. Tetapi kalian harus
meminta kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul Allah yang
pertama."
Maka Nabi Nuh didatangi dan diminta agar
melakukan hal tersebut, tetapi ia ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata,
"Saya bukanlah orang yang berhak untuk melakukan hal tersebut. Pergilah
kalian kepada Ibrahim, karena sesungguhnya Allah telah menjadikannya sebagai
seorang kekasih."
Maka Nabi Ibrahim didatangi dan diminta untuk
melakukan hal itu. Tetapi ia mengingat akan suatu dosa, maka berkatalah ia,
"Aku bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian
kepada Musa, karena sesungguhnya Allah telah mendekatkannya dalam munajatnya
dan berbicara langsung kepadanya serta menurunkan kitab Taurat kepadanya."
Nabi Musa didatangi dan diminta untuk melakukan
hal tersebut. Ia ingat akan suatu dosa, lalu berkata, "Saya bukanlah orang
yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada roh ciptaan Allah
dan kalimah (perintah)-Nya, yaitu Isa putra Maryam." Maka Isa didatangi
dan diminta untuk melakukan hal itu, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah
orang yang kalian cari. Datanglah kalian kepada Muhammad."
Rasulullah Saw. bersabda:
"فَيَأْتُونِي -وَلِي عِنْدَ رَبِّي ثَلَاثُ شَفَاعَاتٍ
[وَعَدَنِهِنَّ] -فَأَنْطَلِقُ فَآتِي الْجَنَّةَ، فَآخُذُ بحلَقَة الْبَابِ،
فَأَسْتَفْتِحُ فَيُفْتَحُ لِي، فَأُحَيَّى وَيُرَحَّبُ بِي. فَإِذَا دَخَلْتُ
الْجَنَّةَ فَنَظَرْتُ إِلَى رَبِّي خَرَرْتُ سَاجِدًا، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي
مِنْ حَمْدِهِ وَتَمْجِيدِهِ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ بِهِ لِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ،
ثُمَّ يَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ يَا مُحَمَّدُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعَ، وَسَلْ
تُعْطَهْ. فَإِذَا رَفَعْتُ رَأْسِي يَقُولُ اللَّهُ -وَهُوَ أَعْلَمُ -: مَا
شَأْنُكَ؟ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، وَعَدْتَنِي الشَّفَاعَةَ، فَشَفِّعْنِي فِي
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: قَدْ شَفَّعْتُكَ
وَقَدْ أذنت لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ".
Lalu mereka datang kepadaku, sedangkan aku
mempunyai tiga kali syafaat di sisi Tuhanku yang telah Dia janjikan kepadaku.
Aku berangkat dan mendatangi surga, lalu aku memegang pegangan pintunya dan
meminta izin untuk dibuka. Maka pintu surga dibukakan untukku, dan aku disambut
dengan penghormatan serta ucapan selamat datang. Setelah aku berada di dalam
surga, aku melihat Tuhanku, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah mengizinkan
kepadaku untuk mengucapkan sesuatu dari pujian dan pengagungan yang belum
pernah Dia izinkan kepada seorang pun dari makhluk-Nya. Kemudian Allah
berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah syafaat, niscaya
engkau diberi izin untuk memberi syafaat; dan mintalah, niscaya engkau diberi
apa yang engkau minta.” Ketika aku mengangkat kepalaku, Allah Yang Maha
Mengetahui bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Aku berkata,
"Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan kepadaku syafaat, maka berilah
aku izin memberi syafaat kepada ahli surga agar mereka dapat masuk surga.”
Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberikan syafaat kepadamu, dan
Aku telah mengizinkan bagi mereka untuk boleh masuk surga.”
Rasulullah Saw. acap kali bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا
بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
بِأَزْوَاجِهِمْ وَمَسَاكِنِهِمْ، فَيَدْخُلُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ عَلَى
اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، عَزَّ
وَجَلَّ، وَثِنْتَيْنِ آدَمِيَّتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ، لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى
مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، لِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا. فَيَدْخُلُ
عَلَى الْأُولَى فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ
مُكَلَّلٍ بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهَا سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُسٍ
وَإِسْتَبْرَقٍ، ثُمَّ إِنَّهُ يَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ
إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا، وَمِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا،
وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى
السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ، وَكَبِدُهُ لَهَا
مِرْآةٌ. فَبَيْنَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، مَا
يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْترُ ذَكَرَهُ، وَمَا
تَشْتَكِي قُبُلَهَا. فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ
عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّهُ لَا مَني وَلَا
مَنِية إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا. فَيَخْرُجُ فَيَأْتِيهِنَّ
وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا أَتَى وَاحِدَةً [لَهُ] قَالَتْ: لَهُ وَاللَّهِ
مَا أَرَى فِي الْجَنَّةِ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْكَ، وَلَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian di dunia lebih mengenal istri-istri
dan tempat-tempat tinggal kalian daripada penduduk surga mengenal istri-istri
mereka dan tempat-tempat tinggalnya. Setiap orang lelaki dari kalangan penduduk
surga menggauli tujuh puluh dua orang istri; tujuh puluh orang istri dari
kalangan bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. (buatnya), sedangkan
yang dua orang istri dari kalangan Bani Adam yang jauh lebih utama daripada
bidadari yang diciptakan oleh Allah berkat keutamaan ibadah mereka di dunia.
Lalu ia menggauli salah seorang istrinya (yang dari kalangan Bani Adam) di
dalam sebuah kamar yang terbuat dari batu yaqut di atas sebuah ranjang dari
emas yang dihiasi dengan intan. Pada ranjang (pelaminan) itu terdapat
tujuh puluh pasang kain sutera tipis dan sutera tebal. Kemudian si lelaki itu
meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia dapat
melihat tangannya dari bagian dada istrinya, yaitu dari balik pakaian, kulit,
dan dagingnya. Dan sesungguhnya si lelaki itu benar-benar dapat melihat sumsum
betisnya, sebagaimana seseorang di antara kalian melihat sebuah kabel yang ada
di dalam lubang batu yaqut. Hati si istri merupakan cermin bagi suaminya, dan
hati si suami merupakan cermin bagi istrinya. Ketika si lelaki sedang bersama
istrinya itu, maka si lelaki tidak pernah merasa bosan terhadap istrinya, dan
istrinya tidak pernah merasa bosan terhadap suaminya. Tidak sekali-kali si
suami menggauli istrinya melainkan ia selalu menjumpainya dalam keadaan masih
tetap perawan; zakarnya tidak pernah lemas, dan farji istrinya tidak pernah
merasa sakit. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara yang
menyerukan, "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau tidak pernah merasa
bosan, dan dia tidak pernah merasa bosan pula, hanya saja tidak ada air mani,
tidak ada pula air mani wanita. Perlu diketahui bahwa kamu mempunyai banyak
istri selainnya.” Lalu si lelaki keluar dan mendatangi (menggauli) mereka
seorang demi seorang. Setiap kali ia menggauli seorang bidadari, maka bidadari
mengatakan kepadanya, "Demi Allah, saya tidak pernah melihat sesuatu yang
lebih tampan daripada kamu, dan tidak ada seorang pun di dalam surga ini yang
lebih aku cintai daripada kamu.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka,
maka yang dimasukkan ke dalam neraka adalah sebagian dari makhluk Tuhanmu yang
dibinasakan oleh amal perbuatan mereka sendiri. Di antara mereka ada orang yang
dimakan oleh api neraka sebatas kedua telapak kakinya, tidak lebih dari itu.
Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api
neraka hanya sampai batas kedua betisnya, ada yang dilahap api neraka sampai
batas kedua lutut kakinya, ada yang dimakan oleh api neraka sampai batas
pinggangnya, ada pula yang terbakar api neraka seluruh tubuhnya kecuali
wajahnya, karena Allah mengharamkan gambaran-Nya atas neraka.
Rasulullah Saw. bersabda:
فَأَقُولُ يَا رَبِّ، مَنْ وَقَعَ فِي النَّارِ مِنْ أُمَّتِي.
فَيَقُولُ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ،
Maka aku memohon, "Wahai Tuhanku,
izinkanlah aku memberikan syafaat kepada orang yang telah masuk neraka dari
kalangan umatku.” Allah berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) semua
orang yang telah kamu kenal.”
Kemudian mereka dikeluarkan dari neraka, sehingga
tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.
Sesudah itu Allah memberikan izin dalam hal syafaat.
Maka tiada seorang nabi, tiada pula seorang syuhada, melainkan memberi syafaat.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah
(dari neraka) orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat mata
uang dinar!" Maka mereka dikeluarkan dari neraka hingga tiada seorang pun
yang tersisa dari kalangan mereka.
Allah memberikan syafaat-Nya lagi seraya
berfirman, "Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang kalian jumpai dalam
hatinya iman seberat dua pertiga mata uang dinar!" Kemudian Allah
memerintahkan yang sepertiga dinar, lalu yang seperempat dinar, lalu yang satu
qirat, dan yang terakhir ialah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat iman
seberat biji sawi.
Mereka semua dikeluarkan dari neraka, sehingga
tidak ada seorang pun dari mereka yang tertinggal, tidak ada seorang pun yang
pernah berbuat suatu kebaikan karena Allah yang masih tertinggal di dalam
neraka, dan tidak ada seorang pun yang berhak memberikan syafaat kecuali
memberikan syafaatnya, sehingga iblis pun memajukan dirinya melihat rahmat Allah
yang sedang dibagi-bagikan, dengan harapan ingin mendapat syafaat.
Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Masih ada
yang tersisa, sedangkan Aku adalah Maha Pelimpah Rahmat." Lalu Allah
memasukkan tangan (kekuasaan)-Nya ke dalam neraka Jahannam, dan mengeluarkan
sejumlah orang yang tak terhitung jumlahnya, hanya Dia Yang Mengetahuinya.
Keadaan mereka seakan-akan seperti arang yang hitam legam, lalu mereka
dilemparkan ke dalam sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayat (Sungai
Kehidupan). Maka tumbuhlah mereka bagaikan biji-bijian yang tumbuh di bekas
tanah yang terkena banjir; yang terkena sinar matahari menjadi hijau, sedangkan
yang ternaungi menjadi kuning. Mereka tumbuh bagaikan kecambah, jumlah mereka
sangat banyak sehingga seperti semut-semut kecil. Pada leher mereka tertulis jahannamiyyun
(penghuni neraka Jahannam) yang dimerdekakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah.
Semua penghuni surga mengetahui mereka melalui tulisan tersebut, mereka adalah
orang-orang yang sama sekali tidak pernah berbuat suatu kebaikan pun karena
Allah.
Mereka tinggal di dalam surga selama waktu yang
dikehendaki Allah, sedangkan tulisan tersebut masih tetap tertera pada leher
mereka. Kemudian mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, sudilah kiranya Engkau
menghapuskan tulisan ini dari kami." Maka Allah Swt. menghapuskan tulisan
itu dari mereka.
Imam Tabrani melanjutkan hadis ini hingga
selesai, kemudian di penghujungnya ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat masyhur.
Padahal hadis ini garib sekali, tetapi sebagian darinya mempunyai syawahid
(bukti) yang menguatkannya terdapat pada hadis-hadis yang terpisah-pisah.
Pada sebagian teks hadis ini terdapat hal-hal yang diingkari. Hadis
diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Isma'il ibnu Rafi', kadi
penduduk Madinah.
Sehubungan dengan predikat Isma'il ibnu Rafi' ini
para ulama berbeda pendapat. Sebagian menilainya siqah, sebagian lain
menilai-nya daif. Predikat munkar hadis yang diriwayatkannya
disebutkan secara nas (diputuskan) oleh bukan hanya seorang dari
kalangan para imam, seperti Imam Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, dan Amr ibnu Ali
Al-Fallas.
Di antara ulama ada yang menilainya matruk (tidak
terpakai hadisnya). Ibnu Addi mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan
melalui Isma'il ibnu Rafi' masih perlu dipertimbangkan, hanya saja
hadis-hadisnya dikategorikan ke dalam hadis-hadis yang daif.
Menurut hemat kami sanad hadis ini masih diperselisihkan
oleh banyak pendapat yang semuanya telah kami bahas secara terpisah di dalam
sebuah kitab secara rinci. Adapun mengenai teksnya memang garib sekali,
bahkan dikatakan bahwa dia menghimpunnya dari berbagai hadis yang cukup banyak,
lalu ia rangkaikan dalam satu rangkuman. Karena itulah maka hadis ini dinilai munkar.
Kami pernah mendengar guru kami —yaitu Al-Hafiz
Abul Hajjaj Al-Mazi— mengatakan bahwa beliau pernah melihat karya tulis
Al-Walid ibnu Muslim yang merangkum karya tulisnya itu seakan-akan seperti syawahid
(bukti yang menguatkan) sebagian dari suku-suku hadis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar