3. SURAH ALI IMRAN
تَفْسِيرُ
سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ
(Keluarga Imran)
Madaniyyah, 200 ayat, turun
sesudah surat Al-Anfal
Permulaan surat ini sampai dengan ayat yang
kedelapan puluh tiga diturunkan berkenaan dengan delegasi dari Najran,
kedatangan mereka pada tahun sembilan Hijriah; seperti yang akan diterangkan
nanti dalam tafsir ayat Mubahalah, merupakan bagian darinya. Kami
mengetengahkan semua hadis dan asar yang menyangkut keutamaan surat ini bersama
surat Al-Baqarah, yaitu dalam permulaan surat Al-Baqarah.
Ali Imran, ayat 1-4
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
{الم (1)
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ (2) نزلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزلَ التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ
(3) مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنزلَ الْفُرْقَانَ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (4) }
Alif Lam Mim.
Allah, tida kada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi senantiasa berdiri
sendiri. Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat serta
Injil sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan
Al-Furqan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Mahaperkasa lagi mempunyai balasan
(siksa).
Kami menyebutkan sebuah hadis yang menerangkan
bahwa asma Allah yang teragung ada di dalam kedua ayat berikut, yaitu
firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255), Dan firman-Nya: Alif
Lam Mim. Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi senantiasa
berdiri sendiri. (Ali Imran: 1-2) Yaitu dalam tafsir ayat Kursi.
Dalam pembahasan yang lalu —yaitu dalam permulaan
surat Al-Baqarah— telah disebutkan tafsir Alif Lam Mim. Jadi, hal ini tidak
perlu diulangi. Dalam tafsir ayat Kursi telah kami sebutkan pula pembahasan
mengenai firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتابَ
بِالْحَقِّ
Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu
dengan sebenarnya. (Ali Imran: 3)
Maksudnya, Dialah yang menurunkan Al-Qur'an
kepadamu, hai Muhammad, dengan sebenarnya. Yakni tidak ada kebimbangan dan
tidak ada keraguan padanya, melainkan ia benar-benar diturunkan dari sisi
Allah. Dia menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, sedangkan para malaikat
menyaksikannya; dan cukuplah Allah sebagai saksi.
*******************
Firman Allah Swt.:
مُصَدِّقاً لِما بَيْنَ
يَدَيْهِ
Membenarkan kitab yang telah diturunkan
sebelumnya. (Ali Imran: 3)
Yakni kitab-kitab sebelum Al-Qur'an yang
diturunkan dari langit buat hamba-hamba Allah dan para nabi. Kitab-kitab
tersebut membenarkan Al-Qur'an melalui apa yang diberitakannya dan apa yang disiarkan-nya
sejak zaman dahulu kala. Begitu pula sebaliknya, Al-Qur'an membenarkan
kitab-kitab tersebut, karena Al-Qur'an sesuai dengan apa yang diberitakan oleh
kitab-kitab tersebut yang isinya antara lain membawa berita gembira yang sangat
besar, yaitu janji Allah yang akan mengutus Nabi Muhammad Saw. dan menurunkan
Al-Qur'an yang agung kepadanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأَنْزَلَ التَّوْراةَ
dan menurunkan Taurat. (Ali Imran: 3)
Yakni kepada Musa ibnu Imran.
وَالْإِنْجِيلَ
dan kitab Injil. (Ali Imran: 3)
Yaitu kepada Isa ibnu Maryam a.s.
مِنْ قَبْلُ
sebelumnya. (Ali Imran: 4)
Yakni sebelum Al-Qur'an.
هُدىً لِلنَّاسِ
menjadi petunjuk bagi manusia. (Ali Imran:
4)
Maksudnya, sebagai petunjuk buat mereka di
zamannya masing-masing.
وَأَنْزَلَ الْفُرْقانَ
dan Dia menurunkan Al-Furqan. (Ali Imran:
4)
Yaitu yang membedakan antara hidayah dan
kesesatan, antara yang hak dengan yang batil, jalan yang menyimpang dan jalan
yang lurus, melalui apa yang disebutkan oleh Allah Swt. berupa hujah-hujah,
keterangan-keterangan, dan dalil-dalil yang jelas serta bukti-bukti yang
akurat. Allah Swt. menerangkannya, menjelaskannya, menafsirkannya,
menetapkannya, dan memberi petunjuk kepadanya serta mengingatkannya.
Qatadah dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, yang
dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini ialah Al-Qur'an. Ibnu Jarir memilih
pendapat yang mengatakan bahwa Al-Furqan dalam ayat ini adalah bentuk masdar
dari Al-Qur'an, mengingat sebelumnya disebutkan Al-Qur'an, yaitu di dalam
firman-Nya: Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya. (Ali
Imran: 3), Yang dimaksud dengan Al-Kitab adalah Al-Qur'an.
Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abu Hatim, dari Abu Saleh, bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini
ialah kitab Taurat merupakan pendapat yang lemah pula, mengingat sebelumnya
telah disebutkan Taurat.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِآياتِ اللَّهِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah. (Ali Imran: 4)
Yakni ingkar dan ragu terhadapnya serta
menentangnya dengan kebatilan.
لَهُمْ عَذابٌ شَدِيدٌ
Bagi mereka akan memperoleh siksa yang berat.
(Ali Imran: 4)
Yaitu kelak di hari kiamat.
وَاللَّهُ عَزِيزٌ
dan Allah Mahaperkasa. (Ali Imran: 4)
Yakni Zat Yang Mahaperkasa lagi Mahabesar
kekuasaan-Nya.
ذُو انْتِقامٍ
lagi mempunyai balasan. (Ali Imran: 4)
Yakni terhadap orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat-Nya, menentang rasul-rasul-Nya dan nabi-nabi-Nya.
Ali
Imran, ayat 5-6
{إِنَّ اللَّهَ لَا
يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ (5) هُوَ الَّذِي
يُصَوِّرُكُمْ فِي الأرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ (6) }
Sesungguhnya bagi
Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.
Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Allah Swt. memberitakan bahwa Dia mengetahui
semua yang gaib di langit dan di bumi, tiada sesuatu pun darinya yang
tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ
فِي الْأَرْحامِ كَيْفَ يَشاءُ
Dialah yang membentuk kalian dalam rahim
sebagaimana dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 6)
Yakni menciptakan kalian di dalam rahim menurut
yang dikehendaki-Nya, apakah laki-laki atau perempuan, apakah tampan atau buruk
rupanya, dan apakah celaka atau bahagia.
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran: 6)
Artinya, Dialah Yang Maha Pencipta, dan Dialah
semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan milik-Nya-lah semua
keagungan yang tak terbatas, hikmah, dan semua keputusan hukum.
Di dalam ayat ini terkandung sindiran —dan bahkan
cukup jelas— bahwa Isa ibnu Maryam adalah seorang hamba lagi makhluk, seperti
manusia lainnya yang diciptakan oleh Allah; karena Allah telah membentuknya di
dalam rahim dan menciptakannya sebagaimana dikehendaki-Nya, maka mana mungkin
ia dianggap sebagai tuhan seperti yang diduga oleh orang-orang Nasrani.
Sesungguhnya dia tumbuh di dalam rahim dan berubah-ubah dari satu keadaan
kepada keadaan yang lainnya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ
أُمَّهاتِكُمْ خَلْقاً مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُماتٍ ثَلاثٍ
Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian
kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (Az-Zumar: 6)
All Imran, ayat 7-9
{هُوَ الَّذِي أَنزلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ
مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا
تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ
تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ
كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (7) رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ
لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ (9) }
Dialah yang
menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat
yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an; dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata,
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Tuhan Kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan
orang-orang yang berakal. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi
petunjuk kepada kami, dan karuniakanian Kepaaa Kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). Ya Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari
yang tak ada keraguan padanya." Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Allah Swt. memberitakan bahwa di dalam Al-Qur'an
terdapat ayat-ayat muhkam, yang semuanya merupakan Ummul Kitab, yakni terang
dan jelas pengertiannya, tiada seorang pun yang mempunyai pemahaman yang keliru
tentangnya. Bagian yang lain dari kandungan Al-Qur'an adalah ayat-ayat
mutasyabih (yang samar) pengertiannya bagi kebanyakan orang atau sebagian dari
mereka. Barang siapa yang mengembalikan hal yang mutasyabih kepada dalil yang
jelas dari Al-Qur'an, serta memutuskan dengan ayat yang muhkam atas ayat yang
mutasyabih, maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk. Barang siapa yang
terbalik, yakni memutuskan yang mutasyabih atas yang muhkam, maka terbaliklah
dia. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
هُنَّ أُمُّ الْكِتابِ
itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an. (Ali
Imran: 7)
Yaitu pokok dari isi Al-Qur'an yang dijadikan
aijukan di saat menjumpai yang mutasyabih.
وَأُخَرُ مُتَشابِهاتٌ
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.
(Ali Imran: 7)
Yakni ayat-ayat yang pengertiannya terkadang
mirip dengan ayat-ayat yang muhkam dan terkadang mirip dengan pengertian
lainnya bila ditinjau dari segi lafaz dan susunannya, tetapi tidak dari segi
makna yang dimaksud. Mereka berselisih pendapat mengenai muhkam dan mutasyabih,
berbagai pendapat banyak diriwayatkan dari kalangan ulama Salaf. Untuk itu, Ali
ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat-ayat yang muhkam
adalah ayat-ayat yang me-nasakh (merevisi), ayat-ayat yang menerangkan tentang
halal dan haram, batasan-batasan dari Allah, serta semua hal yang berpengaruh
dan diamalkan.
Disebutkan pula dari Ibnu Abbas bahwa ayat-ayat
muhkam (antara lain) ialah firman Allah Swt.:
قُلْ تَعالَوْا أَتْلُ مَا
حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً
Katakanlah, "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kalian oleh Tuhan kalian, yaitu janganlah kalian mempersekutukan
sesuatu dengan Dia (Al-An'am: 151)
Dan ayat-ayat lain yang sesudahnya, juga firman
Allah Swt.:
وَقَضى رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kalian
jangan menyembah selain Dia. (Al-Isra: 23)
Serta ketiga ayat sesudahnya. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkannya pula; dia meriwayatkannya dari Said ibnu Jubair dengan lafaz
yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ishaq ibnu Suwaid, bahwa Yahya ibnu Ya'mur
dan Abu Fakhitah melakukan perdebatan sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu
firman-Nya: itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyabihat. (Ali Imran: 7). Maka Abu
Fakhitah berkata, "Yang dimaksud dengan ayat-ayat mutasyabihat ialah
pembukaan tiap-tiap surat (yang terdiri atas rangkaian huruf-huruf
hijaiyah)." Sedangkan menurut Yahya ibnu Ya'mur, makna yang dimaksud
dengan Ummul Kitab ialah yang menyangkut fardu-fardu, perintah, dan larangan,
serta halal dan haram.
Ibnu Luhai'ah meriwayatkan dari Ata ibnu Dinar,
dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: itulah pokok-pokok isi
Al-Qur'an. (Ali Imran: 7), Dinamakan Ummul Kitab karena ayat-ayat tersebut
tertulis di dalam semua kitab.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa dikatakan
demikian karena tiada seorang pemeluk agama pun melainkan ia rida dengannya.
Menurut pendapat yang lain sehubungan dengan ayat-ayat mutasyabihat, yang
dimaksud adalah ayat yang di-mansukh, hal yang didahulukan dan hal yang
diakhirkan, semua misal (perumpamaan) yang terdapat di dalam Al-Qur'an, semua
qasam (sumpah) dan hal-hal yang hanya diimani tetapi tidak diamalkan.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu
Abbas.
Menurut pendapat yang lain, ayat-ayat
mutasyabihat ialah huaif-huruf hijaiyah yang ada pada permulaan tiap-tiap
surat. Demikian menurut Muqatil ibnu Hayyan.
Telah diriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat-ayat
mutasyabihat sebagian darinya membenarkan sebagian yang lain. Hal ini hanyalah
menyangkut tafsir firman-Nya:
كِتاباً مُتَشابِهاً
مَثانِيَ
yaitu sebuah kitab (Al-Qur'an) yang serupa
lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23)
Dalam tafsir ayat ini mereka menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan mutasyabih ialah suatu kalam yang berada dalam konteks
yang sama; sedangkan yang dimaksud dengan masani ialah kalam yang
menggambarkan dua hal yang berlawanan, seperti gambaran surga dan gambaran
neraka, dan keadaan orang-orang yang bertakwa dengan keadaan orang-orang yang
durhaka, begitulah seterusnya.
Yang dimaksud dengan istilah mutasyabih
dalam ayat ini (Ali Imran: 7) ialah lawan kata dari muhkam. Pendapat yang
paling baik sehubungan dengan masalah ini ialah apa yang telah kami sebut di
atas, yaitu yang dinaskan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar ketika ia
mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Di antara (isi)nya ada
ayat-ayat muhkamat. (Ali Imran: 7)
Ayat-ayat yang muhkam merupakan hujah Tuhan, dan
pemeliharaan bagi hamba-hamba Allah, serta untuk mematahkan hujah lawan yang
batil. Ayat-ayat ini tidak dapat dibelokkan pengertiannya dan tidak dapat
ditakwilkan dengan pengertian yang menyimpang dari apa adanya.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa
mutasyabihat dalam hal kebenarannya tidak memerlukan adanya pengertian lain dan
takwil yang terkandung di balik makna lahiriahnya; Allah menguji
hamba-hamba-Nya dengan ayat-ayat mutasyabihat ini, sebagaimana Dia menguji
mereka dengan masalah halal dan haram. Pada garis besarnya ayat-ayat
mutasyabihat tidak boleh dibelokkan kepada pengertian yang batil dan tidak
boleh diselewengkan dari perkara yang hak.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan. (Ali Imran: 7)
Yakni kesesatan dan menyimpang dari perkara yang
hak, menyukai perkara yang batil.
فَيَتَّبِعُونَ مَا
تَشابَهَ مِنْهُ
Maka mereka mengikuti ayat yang mutasyabihat
darinya. (Ali Imran: 7)
Yaitu sesungguhnya mereka hanya mau mengambil
yang mutasyabihnya saja, karena dengan yang mutasyabih itu memungkinkan bagi
mereka untuk membelokkannya sesuai dengan tujuan-tujuan mereka yang rusak, lalu
mereka mengartikannya dengan pengertian tersebut, mengingat lafaznya mirip
dengan pengertian mereka yang menyimpang. Terhadap yang muhkam, maka tidak ada
jalan bagi mereka untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan padanya, karena
yang muhkam merupakan hujah yang mematahkan alasan mereka dan dapat membungkam
mereka.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
ابْتِغاءَ الْفِتْنَةِ
untuk menimbulkan fitnah. (Ali Imran: 7)
Yaitu untuk menyesatkan para pengikut mereka
dengan cara memakai Al-Qur'an sebagai hujah mereka untuk mengelabui para
pengikutnya terhadap bid'ah yang mereka lakukan. Padahal kenyataannya hal
tersebut merupakan hujah yang menghantam mereka dan sama sekali bukan hujah
yang mereka peralat. Perihalnya sama dengan masalah seandainya orang-orang
Nasrani mengemukakan hujahnya 'Al-Qur'an telah menyebutkan bahwa Isa adalah roh
(ciptaan) Allah dan kalimat (perintah)-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan
roh dari Allah', tetapi mereka mengesampingkan firman-Nya yang mengatakan:
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ
أَنْعَمْنا عَلَيْهِ
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang
Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian). (Az-Zukhruf: 59)
إِنَّ مَثَلَ عِيسى عِنْدَ
اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرابٍ ثُمَّ قالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) isa di sisi
Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah
dia. (Ali Imran: 59)
Dan ayat-ayat lainnya yang muhkam lagi jelas
menunjukkan bahwa Isa adalah salah seorang dari makhluk Allah, dan merupakan
seorang hamba serta seorang rasul di antara rasul-rasul Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَابْتِغاءَ تَأْوِيلِهِ
dan untuk mencari-cari takwilnya. (Ali
Imran: 7)
Yakni penyimpangannya menurut apa yang mereka
kehendaki. Muqatil ibnu Hayyan dan As-Saddi mengatakan bahwa mereka ingin
mencari tahu apa yang bakal terjadi dan bagaimana akibat dari ber-bagai hal
melalui Al-Qur'an.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا
أَيُّوبُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ:
قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {هُوَ الَّذِي أَنزلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ
مُتَشَابِهَاتٌ [فَأَمَّاالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ] } إِلَى قَوْلِهِ:
{أُولُو الألْبَابِ} فَقَالَ: "فَإِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يُجَادِلُون
فِيهِ فَهُمُ الَّذِينَ عَنَى اللهُ فَاحْذَرُوهُمْ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Abdullah ibnu Abu
Mulaikah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
membacakan firman-Nya: Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada
kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi
Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. (Ali Imran: 7) sampai
dengan firman-Nya: orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 7) Lalu beliau
Saw. bersabda: Apabila kalian melihat orang-orang yang berbantah-bantahan
mengenainya (mutasyabih), maka merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh
Allah. Karena itu, hati-hatilah kalian terhadap mereka.
Demikianlah bunyi hadis ini menurut apa yang
terdapat di dalam Musnad Imam Ahmad melalui riwayat Ibnu Abu Mulaikah, dari
Siti Aisyah r.a. tanpa ada seorang perawi pun di antara keduanya (antara Ibnu
Abu Mulaikah dengan Siti Aisyah).
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah
melalui jalur Ismail ibnu Ulayyah dan Abdul Wahhab As-Saqafi, keduanya dari
Ayyub dengan lafaz yang sama. Muhammad ibnu Yahya Al-Abdi meriwayatkan pula di
dalam kitab musnadnya melalui Abdul Wahhab As-Saqafi dengan lafaz yang sama. Hal
yang sama diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Ayyub. Hal
yang sama diriwayatkan pula oleh bukan hanya seorang, dari Ayyub. Ibnu Hibban
meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya melalui hadis Ayyub dengan lafaz yang
sama.
Abu Bakar ibnul Munzir meriwayatkannya di dalam
kitab tafsirnya melalui dua jalur, yaitu dari Abun Nu'man, Muhammad ibnul Fadl
As-Sudusi yang laqab-nya (julukannya) adalah Arim, telah menceritakan kepada
kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ibnu Abu
Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama. Ayyub (yaitu Abu Amir
Al-Kharraz) dan lain-lainnya mengikutinya, dari Ibnu Abu Mulaikah; lalu Imam
Turmuzi meriwayatkannya dari Bandar, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Abu Amir
Al-Kharraz, kemudian ia menuturkan hadis ini.
Sa'id ibnu Mansur meriwayatkannya pula di dalam
kitab sunnah-nya, dari Hammad ibnu Yahya, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari
Aisyah. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui hadis Rauh ibnul Qasim dan
Nafi' ibnu Umar Al-Jumahi; keduanya dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah.
Nafi' mengatakan dalam riwayatnya dari Ibnu Abu
Mulaikah, bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan kepadaku, lalu ia (Ibnu Abu
Mulaikah) menuturkan hadis ini.
Imam Bukhari meriwayatkan pula hadis ini dalam
tafsir ayat ini, sedangkan Imam Muslim meriwayatkannya di dalam Kitabul Qadar
dari kitab sahihnya, dan Abu Daud di dalam kitab sunnahnya; ketiganya
meriwayatkan hadis ini dari Al-Aqnabi, dari Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dari
Ibnu Abu Mulaikah dari Al-Qasim ibnu Muhammad dari Siti Aisyah r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dialah
yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada
ayat-ayat yang muhkamat. (Ali Imran: 7), sampai dengan firman-Nya: Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Ali Imran: 7)
Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa
setelah itu Rasulullah Saw. bersabda:
«فَإِذَا
رَأَيْتَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»
Apabila kalian melihat orang-orang yang
mengikuti hal-hal yang mutasyabih darinya, maka mereka itulah orang-orang yang
disebutkan oleh Allah; maka hati-hatilah kalian terhadap mereka.
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi
melalui Bandar, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Yazid ibnu Ibrahim dengan lafaz
yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi
menuturkan bahwa Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi sendirilah yang menyebut
Al-Qasim dalam sanad ini, sedangkan menurut yang lainnya yang bukan hanya
seorang meriwayatkannya dari Ibnu Abu Mulaikah langsung dari Siti Aisyah, tanpa
menyebut Al-Qasim. Demikian komentar Imam Turmuzi.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi,
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Ibrahim At-Tusturi dan Hammad ibnu
Abu Mulaikah, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: Adapun
orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya. (Ali Imran: 7)
Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya:
«إِذَا
رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ، فَأُولَئِكَ الَّذِينَ
سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ»
Apabila kalian melihat orang-orang yang
mengikuti hal-hal yang mutasyabih dari Al-Qur'an, maka mereka itulah
orang-orang yang disebutkan oleh Allah (dalam ayat ini); maka hati-hatilah
(waspadalah) kalian terhadap mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari
Hammad ibnu Salamah, dari Abdur Rahman ibnul Qasim, dari ayah-nya, dari Siti
Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai
ayat ini, yaitu firman-Nya: maka mereka mengikuti ayat-ayat yang
mutasyabihat darinya untuk menimbulkan fitnah. (Ali Imran: 7)
Kemudian beliau Saw. bersabda:
«قَدْ
حَذَّرَكُمُ اللَّهُ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَاعْرِفُوهُمْ»
Allah telah memperingatkan kalian. Maka
apabila kalian melihat mereka, waspadalah kalian terhadap mereka.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih
melalui jalur yang lain, dari Al-Qasim, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang
sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ، عَنْ أَبِي غَالِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ يُحَدِّثُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قوله: {فَأَمَّاالَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ} قَالَ: "هُمُ
الْخَوَارِجُ"، وَفِي قَوْلِهِ: {يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ} . [آلِ عِمْرَانَ: 106] قَالَ: "هُمُ الْخَوَارِجُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abu Galib yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut dari
Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang
mutasyabihat darinya. (Ali Imran: 7) bahwa mereka adalah golongan
Khawarij. Juga firman-Nya: Pada hari yang di waktu itu ada muka yang
menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram. (Ali Imran:
106). Mereka (yang mukanya menjadi hitam muram) adalah golongan Khawarij.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui jalur
yang lain, dari Abu Galib, dari Abu Umamah, lalu ia menuturkan hadis ini.
Minimal hadis ini berpredikat mauquf karena
dikategorikan sebagai perkataan seorang sahabat, tetapi makna yang dikandungnya
sahih (benar).
Karena sesungguhnya mula-mula bid'ah yang terjadi
dalam permulaan masa Islam ialah fitnah Khawarij. Pada mulanya mereka muncul
disebabkan masalah duniawi, yaitu ketika Nabi Saw. membagi-bagi hasil ganimah
Perang Hunain. Dalam akal mereka yang tidak sehat seakan-akan mereka melihat
bahwa Nabi Saw. tidak berlaku adil dalam pembagian ganimah. Lalu mereka
mengejutkan Nabi Saw. dengan suatu ucapan yang tidak pantas. Maka seseorang
dari mereka (Khawarij) yang dikenal dengan julukan "Zul Khuwaisirah"
(si pinggang kecil, semoga Allah merobek pinggangnya) berkata, "Berlaku
adillah engkau, karena sesungguhnya engkau tidak adil." Lalu Rasulullah
Saw. menjawab:
«لَقَدْ
خِبْتُ وَخَسِرْتُ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ، أَيَأْمَنُنِي عَلَى أَهْلِ
الْأَرْضِ وَلَا تَأْمَنُونِي»
Sesungguhnya kecewa dan merugilah aku jika aku
tidak adil. Allah mempercayakan aku untuk penduduk bumi, maka mengapa engkau
tidak percaya kepadaku?
Ketika lelaki itu pergi, Umar ibnul Khattab
—menurut riwayat yang lain Khalid ibnul Walid— meminta izin kepada Nabi Saw.
untuk membunuh lelaki yang mengatakan demikian itu. Tetapi Nabi Saw. bersabda:
"دَعْهُ فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِئ هَذَا-أَيْ: مِنْ
جِنْسِهِ -قَوْمٌ يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِمْ، وَصِيَامَهِ
مَعَ صِيَامِهِمْ، وَقِرَاءَتَهُ مَعَ قِرَاءَتِهِمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ
كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرّمِيَّة، فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ
فَاقْتُلُوهُمْ، فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ.
Biarkanlah dia, sesungguhnya kelak akan muncul
dari golongan lelaki ini suatu kaum yang seseorang di antara kalian memandang
kecil salatnya bila dibandingkan dengan salat mereka, dan bacaannya dengan
bacaan mereka. Mereka menembus agama sebagaimana anak panah menembus
sasarannya. Maka dimana pun kalian jumpai mereka, perangilah mereka, karena
sesungguhnya bagi orang yang membunuh mereka akan mendapat pahala.
Mereka baru muncul dalam masa Khalifah Ali ibnu
Abu Talib r.a.: dan ia memerangi mereka di Nahrawan. Kemudian bercabanglah dari
mereka berbagai kabilah dan puak serta berbagai aliran dan sekte yang cukup
banyak. Lalu muncullah aliran Qadariyah, Mu'tazilah, Jahmiyah, dan
aliran-aliran bid'ah lainnya yang jauh sebelum itu telah diberitakan oleh Nabi
Saw. dalam salah satu sabdanya:
"وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً" قَالُوا: [مَنْ] هُمْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " مَنْ كَانَ عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِي"
Umat ini kelak akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Mereka
(para sahabat) bertanya, "Siapakah mereka yang satu golongan itu, ya
Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Orang-orang yang berpegang
kepada tuntunanku dan tuntunan para sahabatku.”
Hadis diketengahkan oleh Imam Hakim di dalam
kitab Mustadrak-nya dengan tambahan ini.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى،
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ بَلَغَهُ،
عَنْ حُذَيْفَةَ -أَوْ سَمِعَهُ مِنْهُ-يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ: " إِنَّ فِي أُمَّتِي قَوْمًا
يقرؤون الْقُرْآنَ يَنْثُرُونَهُ نَثْر الدَّقَل، يَتَأوَّلُوْنَهُ عَلَى غَيْرِ
تَأْوِيلِهِ".
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Musa, telah menceritakan kepada kami Amr Ibnu Asim, telah
menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari ayahnya, dari Qatadah, dari Al-Hasan
ibnu Jundub ibnu Abdullah; telah disampaikan kepadanya sebuah hadis dari
Huzaifah atau dia mendengarnya langsung dari Huzaifah, dari Rasulullah Saw.
Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah menuturkan hal berikut: Sesungguhnya
di dalam umatku terdapat suatu kaum, mereka membaca Al-Qur'an dengan bacaan
yang sangat lancar seperti menebar anak panah, mereka menakwilkannya bukan
dengan takwil yang sebenarnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَما يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ
إِلَّا اللَّهُ
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
melainkan Allah. (Ali Imran: 7)
Para ahli qurra berselisih pendapat mengenai
bacaan waqaf dalam ayat ini. Menurut suatu pendapat, waqaf dilakukan pada lafzul
Jalalah, seperti apa yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia
pernah mengatakan, "Tafsir itu ada empat macam, yaitu tafsir yang tidak
sulit bagi seseorang untuk memahaminya, tafsir yang diketahui oleh orang-orang
Arab melalui bahasanya, tafsir yang hanya diketahui oleh orang-orang yang
berilmu mendalam, dan tafsir yang tiada yang mengetahuinya selain Allah."
Pendapat yang sama diriwayatkan pula dari Siti
Aisyah, Urwah, Abusy Sya'sa, Abu Nuhaik, dan Lain-lain.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ فِي الْمُعْجَمِ الْكَبِيرِ:
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مَرْثَدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَة، عَنْ شُرَيْح بْنِ
عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي
إِلَّا ثَلَاثَ خِلَالٍ: أَنْ يَكْثُرَ لهم المال فَيَتَحَاسَدُوا فَيَقْتَتِلُوا، وَأَنْ يُفْتَحَ لَهُمُ الْكِتَابُ
فَيَأْخُذَهُ الْمُؤْمِنُ يَبْتَغِي تَأْوِيلَهُ، {وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ
إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ [كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ] } الْآيَةَ، وَأَنْ
يَزْدَادَ عِلْمُهُمْ فَيُضَيِّعُوهُ وَلَا يُبَالُونَ عَلَيْهِ "
Al-Hafiz Abul Qasim di dalam kitab Mu'jamul
Kabir-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Marsad, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan
kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih
ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Aku tidak mengkhawatirkan umatku kecuali terhadap tiga
perkara, yaitu bila harta bertambah banyak bagi mereka, lalu mereka saling
mendengki, dan akhirnya mereka saling berperang; dan bila dibukakan bagi mereka
(pemahaman) Al-Qur'an, lalu orang mukmin mengambilnya dengan tujuan
mencari-cari takwilnya, "Padahal tidak ada yang mengetahui
takwil-nya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat' (Ali Imran: 7), hingga akhir
ayat.” Dan bilamana ilmu mereka makin bertambah, yang pada akhirnya mereka
menyia-nyiakannya dan mereka tidak menanyakannya.
Hadis ini garib sekali.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو،
أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ الْعَاصِ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْقُرْآنَ
لَمْ يَنْزِلْ لِيُكَذِّبَ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَمَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ فَاعْمَلُوا
بِهِ، وَمَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَآمِنُوا بِهِ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Amr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya,
dari Ibnul As, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
Al-Qur'an itu sebagian darinya tidaklah diturunkan untuk mendustakan sebagian
yang lainnya. Maka apa saja darinya yang kalian ketahui, amalkanlah; dan apa
saja darinya yang mutasyabih, maka berimanlah kalian kepadanya.
وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ
طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ: "وَمَا
يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ، وَيَقُولُ الرَّاسِخُونَ: آمَنَّا
بِهِ"
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Tawus, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas
membaca ayat ini dengan bacaan seperti berikut: Padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya, melainkan Allah. Sedangkan orang-orang yang mendalam
ilmunya (hanya) mengatakan, "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyabihat.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari
Umar ibnu Abdul Aziz dan Malik ibnu Anas, bahwa mereka (orang-orang yang
mendalam ilmunya) hanya beriman kepadanya, sedangkan mereka tidak mengetahui
takwilnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa di dalam qiraat
Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan takwil ayat-ayat mutasyabihat hanya ada pada
Allah, sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya hanya mengatakan, "Kami
beriman kepada apa yang disebutkan oleh ayat-ayat mutasyabihat."
Hal yang sama diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b,
dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Di antara mereka ada yang melakukan waqaf pada
firman-Nya:
{وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ}
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya.
(Ali Imran: 7)
Pendapat ini diikuti oleh banyak ahli tafsir dan
ahli Usul, dan mereka mengatakan bahwa khitab dengan memakai ungkapan yang
tidak dimengerti merupakan hal yang mustahil.
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, dari
Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, "Aku termasuk orang-orang yang
mendalam ilmunya, yaitu mereka yang mengetahui takwilnya."
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan pula dari Mujahid,
bahwa orang-orang yang mendalam ilmunya mengetahui takwilnya dan mereka
mengatakan, "Kami beriman kepadanya." Hal yang sama dikatakan oleh
Ar-Rabi' ibnu Anas.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad
ibnu Ja'far ibnuz Zubair, bahwa makna yang dimaksud ialah tidak ada seorang pun
yang mengetahui makna yang dimaksud kecuali hanya Allah. Orang-orang yang
mendalam ilmunya mengatakan, "Kami beriman kepada mutasyabih."
Kemudian mereka yang mendalam ilmunya dalam
menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat merujuk kepada apa yang telah mereka
ketahui dari takwil ayat-ayat muhkamat yang semua orang mempunyai takwil yang
sama mengenainya. Dengan demikian, maka semua isi Al-Qur'an serasi berkat
pendapat mereka, sebagian di antaranya membenarkan
sebagian yang lain; sehingga
hujah pun menembus sasarannya dan tiada suatu alasan pun untuk
mengelak darinya, serta semua kebatilan tersisihkan dan semua kekufuran
tertolak berkat Al-Qur'an. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah
Saw. pernah mendoakan sahabat Ibnu Abbas dengan doa berikut:
«اللَّهُمَّ
فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ»
Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam agama
dan ajarkanlah kepadanya takwil (Al-Qur'an).
Di antara ulama ada yang merincikan masalah ini,
dia mengatakan bahwa takwil Al-Qur'an dimaksudkan mempunyai dua pengertian.
Salah satunya ialah takwil dengan pengertian hakikat sesuatu dan merupakan
kesimpulan darinya. Termasuk ke dalam pengertian ini ialah firman-Nya:
وَقالَ يا أَبَتِ هذا
تَأْوِيلُ رُءْيايَ مِنْ قَبْلُ
Dan berkata Yusuf, "Wahai ayahku, inilah
tabir mimpiku yang dahulu itu." (Yusuf: 100)
Dan firman-Nya:
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا
تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali
(terlaksananya kebenaran) Al-Qur'an itu. Pada hari datangnya kebenaran
pemberitaan Al-Qur'an itu. (Al-A'raf: 53)
Yakni hakikat dari apa yang diberitakan kepada
mereka menyangkut perkara akhirat, apabila yang dimaksud dengan takwil seperti
di atas berarti waqaf-nya pada lafzul Jalalah. Karena hakikat dan
kenyataan segala sesuatu itu tidak ada seorang pun yang mengetahuinya dengan
jelas kecuali hanya Allah Swt. Dengan demikian, berarti firman-Nya: Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya. (Ali Imran: 7) berkedudukan sebagai mubtada.
Sedangkan firman-Nya: mengatakan, "Kami beriman kepadanya."
(Ali Imran: 7) berkedudukan sebagai khabar-nya.
Adapun jika yang dimaksud dengan takwil ialah
pengertian yang lain, yaitu seperti tafsir, penjelasan, dan keterangan mengenai
sesuatu, seperti makna yang terdapat di dalam firman-Nya:
نَبِّئْنا بِتَأْوِيلِهِ
Berikanlah kepada kami takwilnya. (Yusuf:
36)
Yakni tafsir dari mimpinya itu. Jika yang
dimaksud adalah seperti ini, berarti waqaf-nya pada firman-Nya: dan
orang-orang yang mendalam ilmunya. (Ali Imran: 7)
Karena mereka mengetahui dan memahami apa yang
di-khitab-kan oleh Al-Qur'an dengan ungkapannya itu, sekalipun
pengetahuan mereka tidak meliputi hakikat segala sesuatu seperti apa adanya.
Berdasarkan analisis ini, berarti firman-Nya: mengatakan, "Kami beriman
kepadanya." (Ali Imran: 7) berkedudukan sebagai hal yang menggambarkan
keadaan mereka. Hal ini memang diperbolehkan; dan ia merupakan bagian dari ma'tuf,
bukan ma'tuf 'alaih, seperti pengertian yang terkandung di dalam
firman-Nya:
لِلْفُقَراءِ
الْمُهاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوالِهِمْ
(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang
diusir dari kampung halaman dan harta benda mereka. (Al-Hasyr: 8)
sampai dengan firman-Nya:
يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنا وَلِإِخْوانِنَا
mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami." (Al-Hasyr: 10), hingga akhir
ayat.
Dan seperti firman Allah Swt.:
وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ
صَفًّا صَفًّا
Dan datanglah Tuhanmu, dan (datang pula) malaikat
dengan berbaris-baris. (Al-Fajr: 22)
Firman Allah Swt. yang memberitakan perihal
mereka yang mendalam ilmunya, bahwa mereka mengatakan, "Kami beriman
kepadanya," yakni kepada ayat-ayat mutasyabihat itu. Semuanya —yakni yang
muhkam dan yang mutasyabih— berasal dari sisi Tuhan kami dengan sebenarnya.
Masing-masing dari keduanya membenarkan yang lainnya dan mempersaksikannya,
karena semuanya berasal dari sisi Allah; Tiada sesuatu pun dari sisi Allah yang
berbeda dan tidak pula berlawanan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ
الْقُرْآنَ وَلَوْ كانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً
كَثِيراً
Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Qur'an? Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisa: 82)
*******************
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
وَما يَذَّكَّرُ إِلَّا
أُولُوا الْأَلْبابِ
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya)
melainkan orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 7)
Dengan kata lain, sesungguhnya orang yang
mengerti dan dapat memahaminya dengan pemahaman yang sebenarnya hanyalah
orang-orang yang berakal sehat dan berpemahaman yang lurus.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ
الحِمْصَيّ، حَدَّثَنَا نُعَيْم بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا فَيَّاضٌ الرَّقِّيّ،
حَدَّثْنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ -وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَ أَصْحَابَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَسًا، وَأَبَا أُمَامَةَ،
وَأَبَا الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو
الدَّرْدَاءِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ
عَنِ الرَّاسِخِينَ فِي الْعِلْمِ، فَقَالَ: "مَنْ بَرَّت يَمِينُهُ،
وَصَدَقَ لِسَانُهُ، وَاسْتَقَامَ قَلْبُهُ، وَمَنْ أَعَفَّ بَطْنَهُ وَفَرْجَهُ،
فَذَلِكَ مِنَ الرَّاسِخِينَ فِي الْعِلْمِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Auf Ahimsi, telah menceritakan kepada kami Nu'aim
ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Fayyad Ar-Riqqi, telah menceritakan
kepada kami Ubaidillah ibnu Yazid (seseorang yang pernah bersua dengan
sahabat-sahabat Nabi Saw., yaitu Anas, Abu Umamah, dan Abu Darda), bahwa
Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai pengertian orang-orang yang mendalam
ilmunya. Maka beliau Saw. bersabda: Orang yang menunaikan sumpahnya, jujur
lisannya dan hatinya lurus, serta orang yang memelihara kehormatan perut dan
farjinya. Maka yang bersifat demikian itu termasuk orang-orang yang mendalam
ilmunya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
حَدَّثَنَا مَعْمَر، عن الزهري، عن عمر بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ
قَالَ: سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا
يَتَدَارَءُونَ فَقَالَ: "إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِهَذَا،
ضَرَبُوا كِتَابَ اللَّهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، وَإِنَّمَا أُنْزِلَ كِتَابُ اللَّهِ
لِيُصَدِّقَ بَعْضُهُ بَعْضًا، فَلَا تُكَذِّبُوا بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَمَا
عَلِمْتُمْ مِنْهُ فقولوا، وما جهلتم فَكِلُوهُ إلى عَالِمِه"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Amr ibnu Syu'ab, dari ayahnya, dari kakeknya
yang pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mendengar suatu kaum yang sedang
berbantah-bantahan. Maka beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya telah binasa
orang-orang sebelum kalian karena hal ini; mereka mengadukan sebagian dari
Kitabullah dengan sebagian yang lain. Dan sesungguhnya Kitabullah itu
diturunkan hanyalah untuk membenarkan sebagian darinya dengan sebagian yang
lain. Karena itu, janganlah kalian mendustakan sebagian darinya dengan sebagian
yang lain. Hal-hal yang kalian ketahui darinya, maka katakanlah ia; dan hal-hal
yang kalian tidak mengetahuinya, maka serahkanlah hal itu kepada yang
mengetahuinya.
Dalam pembahasan terdahulu hadis ini telah
disebut oleh riwayat Ibnu Murdawaih melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Abu
Hazim, dari Amr ibnu Syu'aib dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ
الْمُثَنَّى الْمَوْصِلِيُّ فِي مُسْنَدِهِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ،
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ:
لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "نَزَلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ
أَحْرُفٍ، والمِرَاءُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ -ثَلَاثًا-مَا عَرَفْتُمْ مِنْهُ
فَاعْمَلُوا بِهِ، وَمَا جَهِلْتُمْ مِنْهُ فَرُدُّوهُ إِلَى عَالِمِهِ".
Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan di dalam kitab
musnadnya, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan
kepada kami Anas ibnu Iyad, dari Abu Hazim, dari Abu Salamah yang mengatakan
bahwa ia tidak mengetahui hadis ini melainkan dari Abu Hurairah yang isinya
menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Al-Qur'an diturunkan
dengan memakai tujuh dialek, berdebat dalam masalah Al-Qur'an merupakan
kekufuran —sebanyak tiga kali—. Apa saja yang kalian ketahui darinya, maka
amalkanlah hal itu; dan apa saja yang kalian tidak ketahui darinya, maka
kembalikanlah hal itu kepada Yang Maha Mengetahuinya.
Sanad hadis ini sahih, tetapi di dalamnya
terdapat illat (cela) disebabkan ucapan perawi yang mengatakan, "Aku tidak
mengetahuinya kecuali dari Abu Hurairah."
Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu
Yazid yang mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, orang-orang yang mendalam
ilmunya ialah orang-orang yang tawadu' kepada Allah, lagi rendah diri kepada
Allah demi memperoleh rida-Nya. Mereka tidak berbesar diri terhadap orang yang
berada di atas mereka, dan tidak menghina orang yang berada di bawah mereka.
*******************
Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal mereka,
bahwa mereka selalu berdoa kepada Tuhan mereka seraya mengucapkan:
رَبَّنا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami.
(Ali Imran: 8)
Yakni janganlah Engkau menjadikannya menyimpang
dari petunjuk sesudah Engkau meluruskannya pada jalan hidayah. Dan janganlah
Engkau jadikan kami seperti orang-orang yang di dalam hati mereka terdapat
kesesatan, yaitu mereka mengikuti ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasyabih, tetapi
tetapkanlah (teguhkanlah) kami pada jalan-Mu yang lurus dan agama-Mu yang
lurus.
وَهَبْ لَنا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau. (Ali Imran: 8)
Agar hati kami menjadi teguh, dan kesatuan kami
terhimpun, serta iman dan keyakinan kami bertambah karenanya.
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi
(karunia). (Ali Imran: 8)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
الأوْدِي -وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب -قَالَا جَمِيعًا:
حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرام، عَنْ شَهْرِ بْنِ
حَوْشَب، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ" ثُمَّ قَرَأَ: {رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnu Abdullah Al-Audi; dan Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib. Keduanya mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Waki', dari Abdul Hamid ibnu Bahrain, dari Syar ibnu
Hausyab, dari Ummu Salamah, bahwa Nabi Saw. mengucapkan doa berikut: Ya
Tuhan Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Kemudian
membaca ayat berikut: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran: 8)
رَوَاهُ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ بَكَّار،
عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرَامَ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ أُمِّ
سَلَمَةَ، وَهِيَ أَسْمَاءُ بِنْتُ يَزِيدَ بْنِ السَّكَنِ، سمعها تحد ث أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم كَانَ يُكْثِرُ فِي دُعَائِهِ: "اللَّهُمَّ
مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ" قَالَتْ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ الْقَلْبَ لَيَتَقَلَّبُ ؟ قَالَ: "نَعَمْ، مَا
خَلَقَ اللَّهُ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلَّا أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ
أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنْ شَاءَ أَقَامَهُ،
وَإِنْ شَاءَ أَزَاغَهُ"
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih
dari jalur Muhammad ibnu Bakkar, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Ummu Salamah, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan; aku pernah
mendengar Asma binti Yazid ibnus Sakan menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
acapkali mengucapkan doa berikut: Ya Tuhan Yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa
ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hati itu benar-benar
berbolak-balik?" Rasul Saw. menjawab: Ya, tidak sekali-kali Allah
menciptakan seorang manusia melainkan hati manusia itu berada di antara dua
jari (kekuasaan) Allah Swt. Jika Dia menghendaki untuk meluruskannya, maka Dia
menjadikannya lurus. Dan jika Dia menghendaki untuk menyesatkannya, maka Dia
menjadikannya sesat.
Kami memohon kepada Allah, Tuhan kami, semoga Dia
tidak menjadikan hati kami sesat sesudah Dia memberinya petunjuk. Dan kami
memohon kepada-Nya semoga Dia menganugerahkan kepada kami rahmat dari sisi-Nya,
karena sesungguhnya Dia Maha Pemberi karunia.
Begitu pula menurut apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir melalui hadis Asad ibnu Musa, dari Abdul Hamid ibnu Bahram,
disebutkan hal yang semisal. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Al-Musanna,
dari Al-Hajjaj ibnu Minhal, dari Abdul Hamid ibnu Bahram dengan lafaz yang
semisal. Tetapi di dalam riwayat ini ditambahkan seperti berikut:
«قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا تُعَلِّمُنِي دَعْوَةً أَدْعُو بِهَا لِنَفْسِي؟
قَالَ: «بَلَى، قُولِي اللَّهُمَّ رَبَّ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ، اغْفِرْ لِي
ذَنْبِي، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِي، وَأَجِرْنِي مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ»
Aku (Ummu Salamah) berkata, "Wahai
Rasulullah, maukah engkau mengajarkan kepadaku suatu doa yang aku panjatkan
buat diriku sendiri?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Baiklah. Ucapkanlah, 'Ya Allah, Tuhan Muhammad
yang menjadi nabi, berilah daku ampun atas dosa-dosaku, lenyapkanlah luapan
hatiku, dan lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan'."
قَالَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُونَ بْنِ بِكَارٍ الدِّمَشْقِيُّ، أَخْبَرَنَا
الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ الْخَلَّالُ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ
عُبَيْدِ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي
حَسَّانَ الْأَعْرَجِ عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَثِيرًا مَا يَدْعُو:
"يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ"، قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَكْثَرَ مَا تَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ. فَقَالَ:
"لَيْسَ مِنْ قَلْبٍ إِلَّا وَهُوَ بَيْنُ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ
الرَّحْمَنِ، إِذَا شَاءَ أَنْ يُقِيمَهُ أَقَامَهُ، وَإِذَا شَاءَ أَنْ يُزِيغَهُ
أَزَاغَهُ، أَمَا تَسْمَعِينَ قَوْلَهُ: {رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ} .
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Harun ibnu Bakkar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul
Walid Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Yahya ibnu
Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah,
dari Hassan Al-A'raj, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa doa yang sering
dibaca oleh Rasulullah Saw. adalah seperti berikut: Ya Tuhan Yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. Siti Aisyah
melanjutkan kisahnya, lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau sering
sekali membaca doa ini." Maka beliau Saw. menjawab: Tidak ada suatu
hati pun melainkan ia berada di antara kedua jari (kekuasaan) Tuhan Yang Maha
Pemurah. Jika Dia menghendaki meluruskannya, niscaya Dia membuatnya lurus; dan
jika Dia menghendaki menyesatkannya, niscaya Dia membuatnya sesat. Tidakkah
engkau pernah mendengar firman-Nya, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi
petunjuk kepada kami; dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau,
karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (rahmat)" (Ali Imran: 8).
Hadis ini garib bila ditinjau dari lafaz ini,
tetapi asalnya ada di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab hadis lainnya yang
diriwayatkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak tanpa tambahan ayat ini.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud, Nasai,
dan Ibnu Murdawaih melalui riwayat Abu Abdur Rahman Al-Maqbari. Imam Nasai,
Ibnu Hibban, dan Abdullah ibnu Wahb menambahkan bahwa keduanya meriwayatkan
hadis ini dari Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul
Walid At-Tajibi, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Siti Aisyah r.a., bahwa
Rasulullah Saw. apabila terbangun di malam hari mengucapkan doa berikut:
«لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، سُبْحَانَكَ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِي،
وَأَسْأَلُكُ رَحْمَةً، اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا وَلَا تُزِغْ قَلْبِي بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنِي، وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ»
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci
Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosaku, dan aku memohon rahmat
kepada-Mu. Ya Allah, tambahkanlah ilmu kepadaku dan janganlah Engkau sesatkan
hatiku sesudah Engkau memberinya petunjuk; dan karuniakanlah kepadaku rahmat
dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.
Lafaz hadis ini berdasarkan apa yang ada pada
Ibnu Murdawaih.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Malik, dari Abu
Ubaid maula Sulaiman ibnu Abdul Malik, dari Ubadah ibnu Nissi yang menceritakan
kepadanya bahwa ia pernah mendengar Qais ibnul Haris mengatakan bahwa Abu
Abdullah As-Sanabiji menceritakan kepadanya bahwa ia pernah salat bermakmum di
belakang sahabat Abu Bakar As-Siddiq r.a. dalam salat Magrib. Lalu sahabat Abu
Bakar dalam dua rakaat pertamanya membaca Ummul Qur'an dan dua surat mufassal
yang pendek. Dalam rakaat yang ketiganya ia membaca Al-Qur'an pula. Abu
Abdullah As-Sanabiji melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia mendekatkan dirinya
kepada Abu Bakar, sehingga bajunya hampir saja bersentuhan dengan baju Abu
Bakar. Maka ia mendengarnya membaca Ummul Qur'an (surat Al-Fatihah) dan ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. (Ali
Imran: 8), hingga akhir ayat.
Abu Ubaid mengatakan, telah menceritakan kepadaku
Ubadah ibnu Nissi, bahwa ia pernah berada di sisi Umar ibnu Abdul Aziz dalam
.masa kekhalifahannya. Lalu Umar berkata kepada Qais, "Apakah yang engkau
sampaikan kepadaku dari Abu Abdullah?" Umar berkata pula, "Sejak aku
mendengar ayat ini darinya, maka aku tidak pernah meninggalkannya, sekalipun
sebelum itu aku tidak membaca demikian." Kemudian ada seorang lelaki
bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah yang engkau baca sebelum itu
(sebelum mendengar asar tersebut)?" Umar ibnu Abdul Aziz menjawab bahwa ia
sebelumnya selalu membaca: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha
Esa." (Al-Ikhlas: 1), hingga akhir surat.
Asar ini diriwayatkan pula oleh Al-Walid ibnu
Muslim, dari Malik dan Al-Auza'i; keduanya dari Abu Ubaid dengan kisah yang
sama.
Asar ini diriwayatkan pula oleh Al-Walid, dari
Ibnu Jabir, dari Yahya ibnu Yahya Al-Gassani, dari Mahmud ibnu Labid, dari
As-Sanabiji, bahwa ia salat di belakang Abu Bakar dalam salat Magrib-nya. Maka
Abu Bakar membaca surat Al-Fatihah dan sebuah surat yang pendek dengan bacaan
yang keras dalam dua rakaat pertamanya. Ketika ia bangkit dalam rakaat yang
ketiganya dan memulai membaca Al-Qur'an, maka aku mendekat kepadanya hingga
bajuku benar-benar menyentuh bajunya, dan ternyata dia membaca ayat ini, yaitu
firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan. (Ali Imran: 8), hingga akhir ayat.
*******************
Firman Allah Swt.:
رَبَّنا إِنَّكَ جامِعُ
النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembatesan pada) hari yang tak ada
keraguan padanya. (Ali Imran: 9)
Mereka mengatakan pula dalam doanya, bahwa
sesungguhnya Engkau, ya Tuhan kami, akan menghimpun semua makhluk-Mu di hari
kiamat nanti; dan kelak Engkau akan memutuskan peradilan di antara mereka serta
memutuskan perihal yang mereka perselisihkan di antara mereka, lalu Engkau
membalas tiap-tiap orang sesuai dengai amal perbuatannya dan kebaikan serta
keburukan yang dikerjakannya selama di dunia.
Ali Imran, ayat 10-11
{إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا وَأُولَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ (10) كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ
بِذُنُوبِهِمْ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (11) }
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka sedikit pun tidak
dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api
neraka, (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang
yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa
mereka disebabkan dosa-dosanya. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
Allah Swt. memberitakan perihal orang-orang
kafir, bahwa kelak mereka akan menjadi bahan bakar api neraka. Hal ini
disebutkan melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
فَلا تُعْجِبْكَ
أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِها فِي
الْحَياةِ الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كافِرُونَ
(yaitu) hari yang tidak berguna bagi
orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi
merekalah tempat tinggal yang buruk. (Al-Mu’min: 52)
Semua yang diberikan kepada mereka ketika di
dunia —yaitu berupa harta benda dan anak-anak— tidak ada manfaatnya bagi mereka
di sisi Allah, juga tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah yang amat
pedih. Seperti yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
فَلا تُعْجِبْكَ
أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِها فِي
الْحَياةِ الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كافِرُونَ
Maka janganlah harta benda dan anak-anak
mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta
benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak
akan melayang nyawa mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir.
(At-Taubah: 55)
Firman Allah Swt. yang mengatakan;
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ
الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ، مَتاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْواهُمْ جَهَنَّمُ
وَبِئْسَ الْمِهادُ
Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh
kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan
sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu
adalah tempat yang seburuk-buruknya. (Ali Imran 196-197)
Sedangkan dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir. (Ali
Imran: 10)
Yakni orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat
Allah, mendustakan rasul-rasul-Nya, menentang Kitab-Nya, dan tidak mengambil
manfaat dari wahyu-Nya yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya.
لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ
أَمْوالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئاً وَأُولئِكَ هُمْ وَقُودُ
النَّارِ
harta benda dan anak-anak mereka sedikit pun
tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan
bakar api neraka. (Ali Imran: 10)
Yaitu kayu bakarnya yang digunakan untuk memperbesar
api nerak; Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat yang lain,
yaitu firman-Nya:
إِنَّكُمْ وَما تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah
selain Allah adalah kayu bakar Jahannam. (Al-Anbiya: 98), hingga akhir
ayat.
قَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ
لَهِيْعة، أَخْبَرَنِي ابْنُ الْهَادِ، عَنْ هِنْدَ بِنْتِ الْحَارِثِ، عَنْ أُمِّ
الْفَضْلِ أَمِّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَتْ: بَيْنَمَا نَحْنُ
بِمَكَّةَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من اللَّيْلِ،
فَقَالَ هَلْ بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ... " ثَلَاثًا، فَقَامَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ: نَعَمْ. ثُمَّ أَصْبَحَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَيَظْهَرَنَّ الْإِسْلَامُ حَتَّى يَرُدَّ
الْكُفْرَ إِلَى مَوَاطِنِهِ، وَلَتَخُوضُنَّ الْبِحَارَ بِالْإِسْلَامِ،
وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زمان يتعلمون القرآن ويقرؤونه، ثُمَّ يَقُولُونَ:
قَدْ قَرَأْنَا وَعَلِمْنَا، فَمَنْ هَذَا الَّذِي هُوَ خَيْرٌ مِنَّا، فَهَلْ فِي
أُولَئِكَ مِنْ خَيْرٍ؟ " قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ أولئك؟ قال:
"أولئك منكم وأولئك هم وَقُودُ النَّارِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah
menceritakan kepada kami ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepadaku Ibnul Had,
dari Hindun bintil Haris, dari Ummul Fadl (yaitu Ummu Abdullah ibnu Abbas) yang
menceritakan: Ketika kami berada di Mekah, maka di suatu malam Rasulullah Saw.
bangkit, lalu berseru, "Apakah aku telah menyampaikan, ya Allah, apakah
aku telah menyampaikan," sebanyak tiga kali. Maka Umar ibnul Khatlab
r.a. bangkit, lalu menjawab, "Ya." Kemudian pada pagi harinya
Rasulullah Saw. bersabda, "Islam benar-benar akan menang hingga
kekufuran dikembalikan ke tempat asalnya, dan sesungguhnya banyak lelaki yang
menempuh laut berkat Islam. Dan benar-benar akan datang suatu masa atas
manusia, mereka mempelajari Al-Qur'an dan
membacanya, kemudian mereka mengatakan, 'Kami telah membaca dan
mengetahui(nya). Maka siapakah orang-orang yang lebih baik daripada kami ini,
apakah di antara mereka terdapat kebaikan'?" Mereka bertanya,
"Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?" Rasulullah Saw.
menjawab," Mereka dari kalangan kalian, tetapi mereka adalah bahan
bakar neraka."
قَدْ رَوَاهُ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ حَدِيثِ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الْهَادِ، عَنْ هِنْدَ بِنْتِ الْحَارِثِ، امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ لَيْلَةً بِمَكَّةَ فَقَالَ: "هَلْ بَلَّغْتَ"
يَقُولُهَا ثَلَاثًا، فَقَامَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ -وَكَانَ أوَّاها-فَقَالَ:
اللَّهُمَّ نَعَمْ، وحرصتَ وجهدتَ ونصحتَ فَاصْبِرْ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَيَظْهَرَنَّ الْإِيمَانُ حَتَّى يَرُدَّ
الْكُفْرَ إِلَى مَوَاطِنِهِ، وَلِيَخُوضُنَّ رِجَالٌ الْبِحَارَ بِالْإِسْلَامِ
وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَى الناس زمان يقرؤون القرآن، فيقرؤونه وَيَعْلَمُونَهُ،
فَيَقُولُونَ: قَدْ قَرَأْنَا، وَقَدْ عَلِمْنَا، فَمَنْ هَذَا الَّذِي هُوَ
خَيْرٌ مِنَّا؟ فَمَا فِي أُولَئِكَ مِنْ خَيْرٍ" قَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، فَمَنْ أُولَئِكَ؟ قَالَ: "أُولَئِكَ مِنْكُمْ، وَأُولَئِكَ هُمْ
وَقُودُ النَّارِ"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan hadis ini melalui
Yazid ibnu Abdullah ibnul Had, dari Hindun bintil Haris (istri Abdullah ibnu
Syaddad), dari Ummul Fadl yang telah menceritakan: Bahwa Rasulullah Saw.
bangkit di suatu malam di Mekah, lalu bersabda, "Apakah aku telah
menyampaikan," beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Maka bangkitlah
Umar ibnul Khattab, dia orangnya sangat perasa, lalu ia menjawab, "Ya
Allah, benar, engkau telah berusaha dan telah berupaya dengan sekuat tenaga
serta telah memberi nasihat, maka bersabarlah." Maka Nabi Saw. bersabda, "Iman
benar-benar akan menang hingga kekufuran dikembalikan ke tempat asalnya, dan
banyak kaum lelaki yang menempuh laut berkat Islam. Dan sungguh akan datang
atas manusia suatu zaman, yang di zaman itu mereka mempelajari Al-Qur'an, maka
mereka membacanya dan mengajarkannya. Mereka mengatakan, 'Kami telah pandai
membaca Al-Qur'an dan kami telah berpengetahuan. Siapakah orang yang lebih baik
dari kita ini?' Tetapi di kalangan mereka tidak ada suatu kebaikan pun."
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?" Nabi Saw.
menjawab, "Mereka dari kalangan kalian, mereka adalah bahan bakar
neraka."
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya pula melalui jalur
Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Bintil Had, dari
Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib dengan lafaz yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ
sebagai keadaan kaum Fir'aun. (Ali Imran:
11)
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
makna yang dimaksud ialah seperti perbuatan kaum Fir'aun. Hal yang sama telah
diriwayatkan pula dari Ikrimah, Mujahid, Abu Malik, dan Ad-Dahhak serta
lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di antara mereka ada yang mengatakan
seperti sepak terjang kaum Fir'aun, seperti perbuatan kaum Fir'aun, serupa
dengan kaum Fir'aun, tetapi pada garis besarnya ungkapan mereka berdekatan.
Ad-da-bu atau ad-da-abu sama
wazan-nya dengan lafaz nahrun dan naharun, artinya perbuatan,
keadaan, perkara, dan kebiasaan. Seperti dikatakan dalam bahasa Arab: Hal ini
masih tetap menjadi kebiasaanku dan kebiasaanmu.
Umru-ul Qais, salah seorang penyair mereka,
mengatakan:
وُقُوفًا بِهَا صَحْبِي عَلَيَّ
مَطِيَّهُمْ ... يَقُولُونَ لَا تأسف أَسًى
وَتَجَمَّلِ
كَدَأْبِكَ مِنْ أُمِّ
الْحُوَيْرِثِ قَبْلَهَا ... وَجَارَتِهَا أَمِّ
الرَّبَابِ بِمَأْسَلِ
Yang
mengajak teman-temanku berhenti di atas kendaraan mereka masing-masing karena
dia. Mereka mengatakan, "Janganlah engkau merusak dirimu dengan rasa putus
asa, tetapi kuatkanlah hatimu. Seperti kebiasaanmu dengan Ummul Huwairis
sebelum dia dan tetangga wanitanya, yaitu Ummur Rabbab di Ma-sal.
Makna da-bika dalam syair di atas ialah
seperti kebiasaanmu dengan Ummul Huwairis, ketika engkau merusak dirimu sendiri
karena mencintainya, lalu kamu menangisi rumah dan bekas-bekas yang
ditinggalkannya.
Makna ayat, orang-orang kafir itu tidak
bermanfaat buat diri mereka harta benda dan anak-anak mereka, bahkan mereka
binasa dan disiksa seperti yang pernah terjadi pada kaum Fir'aun dan
orang-orang sebelumnya dari kalangan orang-orang yang mendustakan ayat: ayat
Allah dan hujah-hujah-Nya yang dibawa oleh para rasul.
*******************
وَاللَّهُ شَدِيدُ
الْعِقابِ
Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (Ali
Imran: 11)
Yakni pembalasan Allah sangat keras lagi
siksa-Nya sangat pedih, tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan tiada
sesuatu pun yang luput dari-Nya. Bahkan Dia Maha Melakukan apa yang Dia
kehendaki, Dia Mahamenang atas segala sesuatu. Tidak ada Tuhan yang wajib
disembah selain Dia, dan tidak ada Tuhan yang berkuasa selain Dia.
Ali Imran, ayat 12-13
{قُلْ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (12)
قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ
وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لأولِي
الأبْصَارِ (13) }
Katakanlah kepada
orang-orang yang kafir, "Kalian pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan
akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang
seburuk-buruknya." Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua
golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah
dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya
siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.
Allah berfirman:
قُلْ
Katakanlah. (Ali Imran: 12)
Yakni kepada orang-orang kafir itu, hai Muhammad.
سَتُغْلَبُونَ
kalian pasti akan dikalahkan. (Ali Imran:
12)
Yaitu di dunia ini.
وَتُحْشَرُونَ
dan akan digiring. (Ali Imran: 12)
Maksudnya, kalian kelak akan digiring pada hari
kiamat.
إِلى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ
الْمِهادُ
ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat
yang seburuk-buruknya. (Ali Imran: 12)
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar meriwayatkan dari
Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, bahwa Rasulullah Saw. setelah memperoleh kemenangan
dalam Perang Badar dengan kemenangan yang gemilang, lalu beliau kembali ke
Madinah. Maka orang-orang Yahudi melakukan perkumpulan di pasar Bani Qainuqa',
lalu Rasulullah Saw. bersabda:
" يَا مَعْشَرَ يَهُودَ، أَسْلِمُوا قَبْلَ أَنْ يُصِيبَكُمُ
اللَّهُ مَا أَصَابَ قُرَيْشًا"
Hai orang-orang Yahudi, masuk islamlah sebelum
Allah menimpakan atas kalian apa yang telah menimpa orang-orang Quraisy.
Mereka menjawab, "Hai Muhammad, janganlah
engkau berbangga diri karena engkau telah mengalahkan segolongan kaum Quraisy;
mereka adalah orang-orang yang tolol, tidak mengerti berperang. Sesungguhnya
kamu, demi Allah, sekiranya kamu memerangi kami, niscaya kamu akan mengetahui
bahwa kami adalah orang-orang yang ahli dalam berperang, dan kamu pasti belum
pernah menjumpai lawan seperti kami."
Maka sehubungan
dengan ucapan mereka itu
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah kepada orang-orang
kafir, "Kalian pasti akan dikalahkan dan akan digiring ke dalam neraka
Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.” (Ali Imran: 12) sampai
dengan firman-Nya: terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata
hati. (Ali Imran: 13)
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkannya pula melalui
Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan
lafaz yang semisal. Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya:
قَدْ كانَ لَكُمْ آيَةٌ
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian.
(Ali Imran: 13)
Yakni telah ada bagi kalian, hai orang-orang
Yahudi yang berkata demikian, suatu tanda yang menunjukkan bahwa Allah pasti
akan memenangkan agama-Nya, menolong Rasul-Nya, dan menonjolkan kalimat-Nya
serta meninggikan perintah-Nya.
فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتا فِئَةٌ
تُقاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرى كافِرَةٌ
pada dua golongan yang telah bertemu
(berperang). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain
kafir. (Ali Imran: 13)
Mereka adalah kaum musyrik Quraisy dalam Perang
Badar.
*******************
Firman Allah Swt.:
يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ
رَأْيَ الْعَيْنِ
dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslim dua kali jumlah mereka. (Ali Imran: 13)
Salah seorang ulama mengatakan berdasarkan kepada
apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, bahwa orang-orang musyrik dalam Perang
Badar melihat pasukan kaum muslim berjumlah dua kali lipat pasukan mereka
menurut pandangan mata mereka. Dengan kata lain, Allah-lah yang menjadikan
demikian, sehingga tampak di mata mereka jumlah pasukan kaum muslim dua kali
lipat jumlah pasukan kaum musyrik. Hal inilah yang menjadi penyebab bagi
kemenangan pasukan kaum muslim atas mereka.
Hal ini tidaklah aneh bila dipandang dari segi
kenyataan. Kaum musyrik sebelum terjadi perang mengirimkan Umar ibnu Sa'id
untuk memata-matai pasukan kaum muslim. Lalu Umar ibnu Sa'id kembali kepada
mereka membawa berita bahwa jumlah pasukan kaum muslim terdiri atas kurang
lebih tiga ratus orang; dan memang demikianlah kenyataannya, mereka berjumlah
tiga ratus lebih belasan orang. Kemudian ketika perang terjadi, Allah membantu
kaum muslim dengan seribu malaikat yang terdiri atas para penghulu dan pemimpin
malaikat.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa makna yang
terkandung di dalam firman-Nya: yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) pasukan kaum musyrik dua kali jumlah mereka. (Ali Imran: 13)
Yakni pasukan kaum muslim melihat jumlah pasukan kaum musyrik dua kali lipat
jumlah mereka. Tetapi sekalipun demikian, Allah memenangkan pasukan kaum muslim
atas pasukan kaum musyrik yang jumlahnya dua kali lipat itu.
Pengertian ini pun tidak aneh bila dipandang dari
apa yang telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa kaum mukmin
dalam Perang Badar berjumlah tiga ratus tiga belas orang, sedangkan pasukan
kaum musyrik terdiri atas enam ratus dua puluh enam orang. Seakan-akan pendapat
ini disimpulkan dari makna lahiriah ayat. Tetapi pendapat ini bertentangan
dengan pendapat yang terkenal di kalangan ahli tarikh dan ahli sejarah, serta
bertentangan dengan pendapat yang dikenal di kalangan jumhur ulama yang
mengatakan bahwa kaum musyrik terdiri atas antara sembilan ratus sampai seribu
orang, seperti yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dari Yazid ibnu
Rauman, dari Urwah ibnuz Zubair:
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم، لما سَأَلَ ذَلِكَ الْعَبْدَ
الْأَسْوَدَ لِبَنِي الْحَجَّاجِ عَنْ عدة قريش قال: كَثِيرٌ، قَالَ «كَمْ
يَنْحَرُونَ كُلَّ يَوْمٍ» ؟ قَالَ: يَوْمًا تِسْعًا وَيَوْمًا عَشْرًا، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «الْقَوْمُ مَا بَيْنَ
التِّسْعِمِائَةِ إِلَى الْأَلْفِ»
Bahwa Rasulullah Saw. ketika menanyakan kepada
seorang budak hitam milik Banil Hajaj tentang bilangan pasukan Quraisy, maka
budak itu menjawab bahwa jumlah mereka banyak. Nabi Saw. bertanya, "Berapa
ekor untakah yang mereka sembelih setiap harinya?" Budak itu menjawab,
"Terkadang sembilan dan terkadang sepuluh ekor tiap harinya." Nabi
Saw. bersabda, "(Kalau demikian jumlah) kaum antara sembilan ratus
sampai seribu orang personel."
Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari seorang
budak wanita, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa jumlah mereka seribu orang.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Mas'ud.
Menurut pendapat yang terkenal, jumlah pasukan
kaum Quraisy adalah antara sembilan ratus sampai seribu orang. Pada garis
besarnya jumlah pasukan kaum Quraisy tiga kali lipat jumlah pasukan kaum
muslim. Atas dasar ini, maka pendapat mengenai masalah ini cukup sulit untuk
dicerna. Akan tetapi, Ibnu Jarir menguatkan pendapat ini (yang mengatakan
seribu orang) dan menganggapnya sebagai pendapat yang sahih. Alasannya ialah
seperti dikatakan, "Aku mempunyai seribu dinar dan aku memerlukan dua kali
lipat." Dengan demikian, berarti ia memerlukan tiga ribu dinar.
Demikianlah menurut alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir; dan berdasarkan
pengertian ini, maka mengenai masalah ini tidak ada kesulitan lagi.
Akan tetapi, masih ada satu pertanyaan lagi yang
jawabannya ada dua pendapat. Yaitu bagaimanakah cara menggabungkan pengertian
yang terkandung di dalam ayat ini dengan firman Allah Swt. sehubungan dengan
Perang Badar, yaitu:
وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ
قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْراً كانَ
مَفْعُولًا
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada
kalian, ketika kalian berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan
mata kalian dan kalian ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata
mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan.
(Al-Anfal: 44), hingga akhir ayat.
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa hal yang
disebutkan dalam ayat ini mengisahkan suatu keadaan, sedangkan yang ada di
dalam ayat di atas menceritakan keadaan yang lain. Seperti apa yang dikatakan
oleh As-Saddi, dari At-Tayyib, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya
telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).
(Ali Imran: 13), hingga akhir ayat. Ini adalah dalam Perang Badar.
Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan, "Kami
pandang pasukan kaum musyrik dan ternyata kami lihat jumlah mereka berkali-kali
lipat jumlah pasukan kami. Kemudian dalam kesempatan yang lain kami pandang
mereka, maka ternyata kami melihat mereka tidak lebih banyak dari pasukan kami,
sekalipun hanya seorang." Yang demikian itulah yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
{وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ
فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ
أَمْرًا كَانَ مَفْعُولا}
Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada
kalian, ketika kalian berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada
penglihatan mata kalian dan kalian ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada
penglihatan mereka. (Al-Anfal: 44), hingga akhir ayat.
Abu Ishaq meriwayatkan dari Abu Abdah, dari
Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Sesungguhnya mereka ditampakkan di
mata kami berjumlah sedikit, sehingga aku berkata kepada seorang lelaki yang
ada di sebelahku, 'Kamu lihat jumlah mereka ada tujuh puluh orang bukan?' Ia
menjawab, 'Menurutku jumlah mereka ada seratus orang'."
Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia
menawan seseorang dari mereka, ketika ia menanyakan kepadanya, "Berapakah
jumlah kalian?" Orang yang ditawan itu menjawabnya, "Seribu
orang."
Ketika masing-masing pihak berhadap-hadapan, maka
pasukan kaum muslim melihat jumlah pasukan kaum musyrik dua kali lipat jumlah
mereka. Dijadikan demikian oleh Allah agar kaum muslim bertawakal, berserah
diri, dan meminta pertolongan kepada Tuhan-nya. Sedangkan pasukan kaum musyrik
melihat pasukan kaum muslim demikian pula, agar timbul rasa takut dan hati yang
kecut di kalangan mereka, dan mental mereka beserta semangat tempurnya jatuh.
Setelah kedua pasukan terlibat di dalam
pertempuran, maka Allah membuat pasukan kaum muslim memandang sedikit jumlah
pasukan kaum musyrik. Begitu pula sebaliknya, pasukan kaum musyrik memandang
sedikit jumlah pasukan kaum muslim, agar masing-masing pihak maju dengan penuh
semangat untuk menghancurkan pihak lainnya. Seperti yang disebutkan di dalam
firman-Nya: karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan.
(Al-Anfal: 44)
Yakni untuk membedakan antara yang hak dan yang
batil, lalu menanglah kalimat iman atas kalimat kekufuran dan kezaliman. Allah
memenangkan pasukan kaum muslim dan mengalahkan pasukan kaum kafir, seperti
yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ
اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ
Sungguh Allah telah menolong kalian dalam
peperangan Badar, padahal kalian adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.
(Ali Imran: 123)
Sedangkan dalam ayat ini Allah Swt. menyebutkan
melalui firman-Nya:
وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ
بِنَصْرِهِ مَنْ يَشاءُ إِنَّ فِي ذلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصارِ
Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai mata hati. (Ali Imran: 13)
Yakni sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terkandung pelajaran bagi orang yang mempunyai mata hati dan
pemahaman, lalu hal ini ia jadikan sebagai petunjuk yang memperlihatkan
kepadanya akan ketetapan Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya serta takdir-Nya
yang berlangsung ketika Dia menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dalam
kehidupan di dunia ini, juga pada hari di saat itu semua saksi bangkit
mempersaksikan.
Ali Imran, ayat 14-15
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ
حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ
مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ
ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14)
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(15) }
Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah,
"Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari yang
demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi
Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah. Dan
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Allah Swt. memberitakan tentang semua yang
dijadikan perhiasan bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini, berupa berbagai
kesenangan yang antara lain ialah wanita dan anak-anak. Dalam ayat ini dimulai
dengan sebutan wanita, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka sangat kuat.
Seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda:
«مَا
تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
Tiada suatu fitnah pun sesudahku yang lebih
berbahaya bagi kaum laki-laki selain dari wanita.
Lain halnya jika orang yang bersangkutan
bertujuan dengan wanita untuk memelihara kehormatannya dan memperbanyak
keturunan, maka hal ini merupakan suatu hal yang dianjurkan dan disunatkan,
seperti yang disebutkan oleh banyak hadis yang menganjurkan untuk nikah dan
memperbanyak nikah. Sebaik-baik orang dari kalangan umat ini ialah yang paling
banyak mempunyai istri (dalam batas yang diperbolehkan). Sabda Nabi Saw. yang
mengatakan:
«الدُّنْيَا
مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا
سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي
نَفْسِهَا وَمَالِهِ»
Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik
kesenangannya ialah istri yang saleh; jika suami memandangnya, maka ia membuat
gembira suaminya; jika suami menyuruhnya, maka ia menaati suaminya; dan jika
suami pergi, tidak ada di tempat, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan
harta benda suaminya.
Sabda Nabi Saw. dalam hadis yang lain, yaitu:
«حُبِّبَ
إِلَيَّ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Aku dibuat senang kepada wanita dan wewangian,
dan kesejukan hatiku dijadikan di dalam salatku.
Siti Aisyah menceritakan bahwa tiada sesuatu pun
yang lebih disukai oleh Rasulullah Saw. selain wanita kecuali kuda. Menurut
riwayat yang lain disebutkan 'selain kuda kecuali wanita'.
Senang kepada anak adakalanya karena dorongan
membanggakan diri dan sebagai perhiasan yang juga termasuk ke dalam pengertian
membanggakan diri. Adakalanya karena dorongan ingin memperbanyak keturunan dan
memperbanyak umat Muhammad Saw. yang menyembah hanya kepada Allah semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Maka hal ini baik lagi terpuji, seperti yang disebutkan di
dalam sebuah hadis, yaitu:
«تَزَوَّجُوا
الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang
keibuan lagi subur peranakannya, karena sesungguhnya aku memperbanyak umatku karena
kalian kelak di hari kiamat.
Cinta kepada harta adakalanya karena terdorong
oleh faktor menyombongkan diri dan berbangga-banggaan, takabur terhadap
orang-orang lemah, dan sombong terhadap orang-orang miskin. Hal ini sangat
dicela. Tetapi adakalanya karena terdorong oleh faktor membelanjakannya di
jalan-jalan yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan silaturahmi, serta
amal-amal kebajikan dan ketaatan, hal ini sangat terpuji menurut syariat.
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kadar qintar
yang disebut oleh ayat ini, yang kesimpulannya menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan qintar adalah harta yang banyak dan berlimpah, seperti yang
dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain sejumlah seribu dinar,
pendapat lainnya mengatakan seribu dua ratus dinar, pendapat yang lainnya
mengatakan sejumlah dua belas ribu dinar, pendapat lain mengatakan empat puluh
ribu dinar, pendapat yang lainnya lagi mengatakan enam puluh ribu dinar, dan
ada yang mengatakan tujuh puluh ribu dinar, ada pula yang mengatakan delapan
puluh ribu dinar, dan lain sebagainya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"القِنْطَارُ اثْنَا عَشَرَ ألْف أوقيَّةٍ، كُلُّ أوقِيَّةٍ خَيْر مِمَّا
بَيْنَ السَّمَاءِ والأرْضِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Asim, dari Abu
Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, tiap-tiap auqiyah lebih baik
daripada apa yang ada di antara langit dan bumi.
Ibnu Majah meriwayatkan pula hadis ini dari Abu
Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abdus Samad ibnu Abdul Waris, dari Hammad ibnu
Salamah dengan lafaz yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari
Ibnu Mahdi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu
Saleh, dari Abu Hurairah secara mauquf (hanya sampai pada Abu Hurairah).
Seperti yang terdapat pada riwayat Waki' di dalam
kitab tafsirnya, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu
Salamah, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Zakwan Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang
mengatakan: Satu qintar adalah dua belas ribu auqiyah, satu auqiyah lebih baik
daripada semua yang ada di antara langit dan bumi.
Sanad riwayat ini lebih sahih.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari
Mu'az ibnu Jabal dan Ibnu Umar. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abu
Hurairah dan Abu Darda, bahwa mereka (para sahabat) mengatakan, "Satu
qintar adalah seribu dua ratus auqiyah."
ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى
الضَّرِيرُ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، حَدَّثَنَا مَخْلَد بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ،
عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنْ زِرّ بْنِ
حُبَيْش عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "القِنْطَارُ ألْفُ أوقِيَّةٍ ومائَتَا أوقِيَّةٍ"
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya Ad-Darir (tuna netra), telah
menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Mukhallad
ibnu Abdul Wahid, dari Ali ibnu Zaid, dari Ata dari Ibnu Abu Maimunah, dari Zurr
ibnu Hubaisy, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Satu qintar adalah seribu dua ratus auqiyah.
Hadis ini berpredikat munkar, lebih dekat kepada
kebenaran ialah yang mengatakan bahwa hadis ini berpredikat mauquf hanya sampai
pada Ubay ibnu Ka'b (tidak sampai kepada Nabi Saw.), sama halnya dengan yang
lainnya dari kalangan sahabat.
وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُويَه، مِنْ طَرِيقِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدة
الرَبَذِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ يحنَّش أَبِي مُوسَى، عَنْ أُمِّ
الدَّرْدَاءِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَأ مِائَةَ آيةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ
الْغَافِلِينَ، ومَنْ قَرَأ مِائَةَ آيةٍ إِلَى ألْف أصْبَح لَهُ قِنْطار مِنْ
أجْرٍ عندَ اللَّهِ، القِنْطارُ مِنْهُ مِثلُ الجبَلِ العَظِيمِ".
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur Musa
ibnu Ubaidah Ar-Rabzi, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Musa, dari Ummu Darda,
dari Abu Darda yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang membaca seratus ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang
lalai; dan barang siapa yang membaca seratus ayat hingga seribu ayat, maka ia
akan memiliki satu qintar pahala di sisi Allah. Satu qintar pahala sama
banyaknya dengan sebuah bukit yang besar.
Waki' meriwayatkan hal yang semakna dari Musa
ibnu Ubaidah.
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa ibnu Zaid Al-Lakhami, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Abu Salamah, telah menceritakan
kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Humaid
At-Tawil dan seorang lelaki lainnya, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: harta yang
berlimpah. (Ali Imran: 14) Maka Nabi Saw. bersabda:
«الْقِنْطَارُ
أَلْفَا أُوقِيَّةٍ»
satu qintar adalah dua ribu auqiyah.
Hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi
keduanya tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut apa yang telah
diriwayatkan oleh Imam Hakim.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan lafaz yang
lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرَّقِّي، حدثنا عمرو
ابن أَبِي سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ -يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ-حَدَّثَنَا
حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ وَرَجُلٌ آخَرُ قَدْ سَمَّاهُ-يَعْنِي يَزِيدَ
الرَّقَاشي-عَنْ أَنَسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي قَوْلِهِ: قِنْطَارٌ، يَعْنِي: "أَلْفَ دِينَارٍ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur
Rahman Ar-Riqqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, telah
menceritakan kepada kami Zuhair (yakni Ibnu Muhammad), telah menceritakan
kepada kami Humaid At-Tawil dan seorang lelaki yang disebutnya bernama Yazid
Ar-Raqqasyi, dari Anas, dari Rasulullah Saw. dalam sabdanya yang mengatakan: bahwa
satu qintar adalah seribu dinar.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabrani,
dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abu Maryam, dari Amr ibnu Abu Salamah, lalu ia
menceritakan riwayat ini dengan sanad yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri,
dari Anas ibnu Malik secara mursal atau mauquf hanya sampai kepadanya yang
isinya menyatakan bahwa satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Hal ini
merupakan suatu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa sebagian orang Arab
ada yang mengatakan satu qintar adalah seribu dua ratus dinar. Ada pula yang
mengatakan dua belas ribu (dinar).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim, dari Hammad, dari Sa'id
Al-Harasi, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa satu
qintar adalah sepenuh kulit banteng berisikan emas.
Abu Muhammad mengatakan bahwa hal ini
diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Musa Al-Harasi, dari Hammad ibnu Zaid secara
marfu', tetapi yang mauquf lebih sahih.
Senang kuda ada tiga macam, adakalanya para
pemiliknya memeliharanya untuk persiapan berjihad di jalan Allah; di saat
mereka perlukan, maka mereka tinggal memakainya; mereka mendapat pahala dari
usahanya itu. Adakalanya orang yang bersangkutan memelihara kuda untuk
membanggakan diri dan melawan kaum muslim, maka pelakunya mendapat dosa dari
perbuatannya. Adakalanya pula kuda dipelihara untuk diternakkan tanpa melupakan
hak Allah yang ada padanya, maka bagi pemiliknya beroleh ampunan dari Allah
Swt. Seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا
اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِباطِ الْخَيْلِ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk
berperang. (Al-Anfal: 60), hingga akhir ayat.
Yang dimaksud dengan al-musawwamah
menurut Ibnu Abbas r.a. ialah kuda-kuda pilihan yang dipelihara dengan baik.
Hal yang sama dikatakan pula menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, Ikrimah,
Sa'id ibnu Jubair, Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Abza, As-Saddi, Ar-Rabi'
ibnu Anas, Abu Sinan, dan lain-lainnya.
Menurut Makhul, al-musawwamah ialah kuda
yang memiliki belang putih. Menurut pendapat yang lainnya lagi dikatakan selain
itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ
عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سُوَيْد
بْنِ قَيْسٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ حُدَيج، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"ليسَ مِنْ فَرَسٍ عَرَبِي إِلَّا يُؤذَنُ لَهُ مَعَ كُلِّ فَجْر يَدْعُو
بِدَعْوَتَيْنِ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إنَّكَ خَوَّلْتَنِي مِنْ خَوَّلْتَني من بَنِي
آدَم، فاجْعَلنِي مِنْ أحَبِّ مَالِهِ وأهْلِهِ إِلَيْهِ، أوْ أحَب أهْلِه ومالِهِ
إليهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Sa'id, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Yazid ibnu Abu Habib,
dari Suwaid ibnu Qais, dari Mu'awiyah ibnu Khadij, dari Abu Zar r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seekor kuda Arab
pun melainkan diperintahkan kepadanya melakukan dua buah doa pada tiap fajar,
yaitu: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menundukkan aku kepada
seseorang dari Bani Adam hingga aku tunduk kepadanya, maka jadikanlah aku termasuk
harta dan keluarga yang paling dicintainya, atau keluarga dan harta benda yang
paling dicintainya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْأَنْعامِ
dan binatang ternak. (Ali Imran: 14)
Yang dimaksud ialah unta, sapi, dan kambing.
وَالْحَرْثِ
dan sawah ladang. (Ali Imran: 14)
Yakni lahan yang dijadikan untuk ditanami
(seperti ladang, sawah, serta perkebunan).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ،
حَدَّثَنَا أَبُو نَعَامَةَ الْعَدَوِيُّ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ بُدَيل عَنْ إياسِ بْنِ
زُهَيْرٍ، عَنْ سُويد بْنِ هُبَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ مَالِ امْرِئٍ لَهُ مُهْرة مَأمُورة، أَوْ سِكَّة
مَأبُورة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Na'amah Al-Adawi,
dari Muslim ibnu Badil, dari Iyas ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairah, dari
Nabi Saw. yang bersabda: Sebaik-baik harta seseorang ialah ternak kuda yang
berkembang biak dengan pesat, atau kebun kurma yang subur.
Al-ma-burah, yang banyak keturunannya. As-sikkah,
pohon kurma yang berbaris (banyak). Ma-buran artinya yang dicangkok
(yakni subur).
*******************
Firman Allah Swt:
ذلِكَ مَتاعُ الْحَياةِ
الدُّنْيا
Itulah kesenangan hidup di dunia. (Ali
Imran: 14)
Artinya, itulah yang meramaikan kehidupan di
dunia dan sebagai perhiasannya yang kelak akan fana.
وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ
الْمَآبِ
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
(Ali Imran: 14)
Yakni tempat kembali yang baik dan berpahala,
yaitu surga.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari Abu
Bakar ibnu Hafs ibnu Umar ibnu Sa'd yang menceritakan bahwa ketika diturunkan
ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini. (Ali Imran: 14) Maka Umar ibnul
Khattab berkata, "Sekaranglah, ya Tuhanku, karena Engkau telah
menjadikannya sebagai perhiasan bagi kami." Maka turunlah firman-Nya: Katakanlah,
"Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang
demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 15),
hingga akhir ayat.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
قُلْ أَأُنَبِّئُكُمْ
بِخَيْرٍ مِنْ ذلِكُمْ
Katakanlah, "Inginkah aku kabarkan kepada
kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu?" (Ali Imran:
15)
Yakni katakanlah, hai Muhammad, kepada
orang-orang, "Aku akan memberitahukan kepada kalian hal yang lebih baik
daripada apa yang dihiaskan kepada manusia dalam kehidupan di dunia ini berupa
kesenangan dan kegemerlapannya yang semuanya itu pasti akan lenyap."
Sesudah itu Allah Swt. mengabarkan melalui firman-Nya:
لِلَّذِينَ اتَّقَوْا
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada
Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. (Ali Imran: 15)
Yaitu yang menembus di antara sisi-sisinya dan
bagian-bagiannya sungai-sungai dari berbagai macam rasa, ada sungai madu,
sungai khamr, sungai susu, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh
mata manusia, belum pernah didengar oleh telinganya, dan belum pernah terdetik
di dalam hatinya.
خالِدِينَ فِيها
mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 15)
Yakni tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya,
dan mereka tidak mau pindah darinya.
وَأَزْواجٌ مُطَهَّرَةٌ
dan istri-istri yang disucikan. (Ali
Imran: 15)
Maksudnya, disucikan dari kotoran, najis,
penyakit, haid, nifas, dan lain sebagainya yang biasa dialami oleh kaum wanita
di dunia.
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ
serta keridaan Allah. (Ali Imran: 15)
Yakni mereka dinaungi oleh rida Allah, maka Allah
tidak akan murka lagi terhadap mereka sesudahnya untuk selama-lamanya. Karena
itulah Allah Swt. berfirman di dalam surat At-Taubah:
وَرِضْوانٌ مِنَ اللَّهِ
أَكْبَرُ
Dan keridaan Allah adalah lebih besar.
(At-Taubah: 72)
Artinya, lebih besar daripada semua nikmat kekal
yang diberikan kepada mereka di dalam surga.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ
بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
(Ali Imran: 15)
Yakni Dia pasti memberikan anugerah sesuai dengan
apa yang berhak diterima oleh masing-masing hamba.
Ali Imran, ayat 16-17
{الَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأسْحَارِ (17) }
(Yaitu)
orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman,
maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
Allah Swt. menggambarkan sifat-sifat
hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu orang-orang yang telah dijanjikan beroleh
pahala yang berlimpah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
الَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنا إِنَّنا آمَنَّا
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman." (Ali Imran: 16)
Yakni beriman kepada-Mu dan kitab-kitab-Mu serta rasul-rasul-Mu.
فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا
maka ampunilah segala dosa kami. (Ali
Imran: 16)
Yaitu karena iman kami kepada Engkau, juga kepada
apa yang telah Engkau syariatkan buat kami, maka kami memohon semoga Engkau
mengampuni kami atas dosa-dosa dan kelalaian kami dalam urusan kami berkat
anugerah dan rahmat-Mu.
{وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
dan peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali Imran: 16)
*******************
Kemudian dalam ayat berikutnya Allah Swt.
berfirman:
الصَّابِرِينَ
(yaitu) orang-orang yang sabar. (Ali
Imran: 17)
Maksudnya, sabar dalam menjalankan ketaatan dan
meninggalkan semua hal yang diharamkan.
وَالصَّادِقِينَ
orang-orang yang benar. (Ali Imran: 17)
Yakni percaya kepada apa yang diberitakan kepada
mereka berkat iman mereka, yang hal ini direalisasikan oleh mereka dalam sikap
berteguh hati dalam mengerjakan amal-amal yang berat.
وَالْقانِتِينَ
Orang-orang yang tetap taat. (Ali Imran:
17)
Al-qunut artinya taat dan patuh, yakni
orang-orang yang tetap dalam ketaatannya.
وَالْمُنْفِقِينَ
orang-orang yang menafkahkan hartanya.
(Ali Imran: 17)
Yaitu menafkahkan sebagian dari harta mereka di
jalan-jalan ketaatan yang diperintahkan kepada mereka, silaturahmi, amal
taqarrub, memberikan santunan, dan menolong orang-orang yang membutuhkannya.
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ
بِالْأَسْحارِ
dan orang-orang yang memohon ampun di waktu
sahur. (Ali Imran: 17)
Ayat ini menunjukkan keutamaan beristigfar di
waktu sahur.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Nabi Ya'qub
a.s. ketika berkata kepada anak-anaknya, yang perkataannya disitir oleh
firman-Nya:
سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ
رَبِّي
Aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada
Tuhanku. (Yusuf: 98)
Maka Nabi Ya'qub menangguhkan doanya itu sampai
waktu sahur.
Telah disebutkan di dalam kitab Sahihain dan
kitab-kitab sunnah serta kitab-kitab musnad yang lain diriwayatkan melalui
berbagai jalur dari sejumlah sahabat Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
«يَنْزِلُ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ
يَبْقَى ثلث الليل الأخير، فَيَقُولُ: هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ؟ هَلْ مِنْ
دَاعٍ فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟
(Rahmat) Allah Swt. turun pada tiap malam ke
langit dunia, yaitu di saat malam hari tinggal sepertiganya lagi, lalu Dia
berfirman, "Apakah ada orang yang meminta, maka Aku akan memberinya?
Apakah ada orang yang berdoa, maka Aku memperkenankannya? Dan apakah ada orang
yang meminta ampun, maka Aku memberikan ampunan kepadanya," hingga
akhir hadis.
Al-Hafiz Abul Hasan Ad-Daruqutni mengkhususkan
bab ini dalam sebuah juz tersendiri. Ia meriwayatkan hadis ini melalui berbagai
jalur.
Di dalam kitab Sahihain dari Siti Aisyah r.a.
disebutkan bahwa setiap malam Rasulullah Saw. selalu melakukan salat witir,
mulai dari awal, pertengahan, dan akhir malam; dan akhir dari semua witir ialah
di waktu sahur.
Disebutkan bahwa sahabat Abdullah ibnu Umar
melakukan salat (sunat di malam hari), kemudian bertanya, "Hai Nafi’,
apakah waktu sahur telah masuk?" Apabila dijawab, "Ya," maka ia
mulai berdoa dan memohon ampun hingga waktu subuh. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Hurayyis ibnu Abu
Matar, dari Ibrahim ibnu Hatib, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah
mendengar seorang lelaki yang berada di salah satu bagian dalam masjid
mengucapkan doa berikut: Ya Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku,
maka aku taati perintah-Mu; dan inilah waktu sahur, maka berikanlah ampunan
bagiku. Ketika ia melihat lelaki itu, ternyata dia adalah sahabat Ibnu
Mas'ud r.a.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Anas ibnu Malik
yang mengatakan bahwa kami (para sahabat) bila melakukan salat (sunat) di malam
hari diperintahkan untuk melakukan istigfar di waktu sahur sebanyak tujuh puluh
kali.
Ali Imran, ayat 18-20
{شَهِدَ اللَّهُ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) إِنَّ الدِّينَ
عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (19) فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ
أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
(20) }
Allah menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama
(yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika
mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku." Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab
dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?"
Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk; dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah).
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah
sebagai saksi. Dia adalah saksi Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar
firman-Nya.
أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا
هُوَ
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia.
(Ali Imran: 18)
Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan
bahwa semua makhluk adalah hamba-hamba-Nya dan
merupakan ciptaan-Nya; semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia
Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang
diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:
لكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ
بِما أَنْزَلَ إِلَيْكَ
tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang
diturunkan-Nya kepadamu. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu
dengan kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang disertakan
dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para malaikat dan
orang-orang yang berilmu. (Ali Imran: 18)
Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar
bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.
قائِماً بِالْقِسْطِ
Yang menegakkan keadilan. (Ali Imran: 18)
Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai
hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan keadilan dalam semua
keadaan.
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Ali Imran:
18)
Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau
yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali
Imran: 18)
Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan
dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan,
perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا بَقِيَّة بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْرُ بْنُ عَمْرو
الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيد الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى
مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بعرفةَ
يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} "وأَنَا عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ يَا
رَبِّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul
Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari, dari Abu Yahya maula keluarga
Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran:
18); Sesudah itu beliau Saw. mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang
yang mempersaksikan hal tersebut, ya Tuhanku.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain.
Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُتَوَكِّلِ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ حَفْصِ بْنِ ثَابِتٍ
أَبُو سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ يَحْيَى بْنِ
عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ
الزُّبَيْرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حِينَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
وَالْمَلائِكَةُ} قال: "وأَنَا أشْهَدُ أيْ رَبِّ"
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah
menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Sabit Abu Sa'id Al-Ansari, telah
menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz
Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. ketika membacakan ayat ini: Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu pula para malaikat.
(Ali Imran: 18); Lalu beliau mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di
dalam kitab Mu'jamul Kabir:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ وَعَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ
الرَّازِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا عَمَّار بْنُ عُمَرَ بْنِ الْمُخْتَارِ، حَدَّثَنِي
أَبِي، حَدَّثَنِي غَالِبٌ الْقَطَّانُ قَالَ: أَتَيْتُ الْكُوفَةَ فِي تِجَارَةٍ،
فَنَزَلْتُ قَرِيبًا مِنَ الْأَعْمَشِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةٌ أردتُ أَنْ
أنْحَدِرَ قَامَ فَتَهَجَّدَ مِنَ اللَّيْلِ، فَمَرَّ بِهَذِهِ الآية: {شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ} ثُمَّ قَالَ الْأَعْمَشُ: وَأَنَا أَشْهَدُ بِمَا شَهِدَ
اللَّهُ بِهِ، وَأَسْتَوْدِعُ اللَّهَ هَذِهِ الشَّهَادَةَ، وَهِيَ لِي عِنْدَ
اللَّهِ وَدِيعَةٌ: {إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ} قَالَهَا مِرَارًا.
قُلْتُ: لَقَدْ سَمِعَ فِيهَا شَيْئًا، فَغَدَوْتُ إِلَيْهِ فَوَدَّعْتُهُ، ثُمَّ
قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، إِنِّي سمعتك تردد هذه الآية. قال: أو ما بَلَغَكَ
مَا فِيهَا؟ قُلْتُ: أَنَا عِنْدَكَ مُنْذُ شَهْرٍ لَمْ تُحَدِّثْنِي. قَالَ:
وَاللَّهِ لَا أُحَدِّثُكَ بِهَا إِلَى سَنَةٍ. فَأَقَمْتُ سَنَةً فَكُنْتُ عَلَى
بَابِهِ، فَلَمَّا مَضَتِ السَّنَةُ قُلْتُ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، قَدْ مَضَتِ
السَّنَةُ. قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِصَاحِبِهَا
يَوْمَ القِيامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: عَبْدِي عَهِدَ إلَيَّ،
وأنَا أحَقُّ مَن وَفَّى بالْعَهْدِ، أدْخِلُوا عَبْدِي الْجَنَّةَ"
telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad
dan Ali ibnu Sa'id; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar
ibnu Umar Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepadaku Galib Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam salah satu misi
dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika aku
hendak turun, Al-A'masy melakukan salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya
sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia,
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 18-19) Kemudian Al-A'masy mengatakan,
"Dan aku pun mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah, dan aku
titipkan kepada Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan
bagiku di sisi Allah." Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. (Ali Imran: 19) Kalimat dan ayat ini diucapkannya
berkali-kali oleh Al-A'masy. Galib Al-Qattan melanjutkan kisahnya, bahwa lalu
aku berkata kepada diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah
mendengar suatu hadis mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi harinya
menuju kepadanya untuk berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai Abu
Muhammad, sesungguhnya aku telah mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat
ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai kepadamu suatu hadis
mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu bulan,
tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan,
"Demi Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu
tahun." Maka aku tinggal selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya.
Setelah lewat masa satu tahun, aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sekarang
telah berlalu masa satu tahun." Al-A'masy menjawab bahwa telah
menceritakan kepadaku Abu Wail, dari Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya akan
didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku,
dan Aku adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian
(para malaikat) hamba-Ku ini ke dalam surga."
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلامُ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Sebagai berita dari Allah Swt. yang menyatakan
bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam,
yaitu mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah Swt. di setiap masa, hingga
diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama yang menutup semua jalan
lain kecuali hanya jalan yang telah ditem-puhnya. Karena itu, barang siapa yang
menghadap kepada Allah —sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus— dengan membawa agama
yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah. Seperti yang
disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran:
85), hingga akhir ayat.
Dalam ayat ini Allah memberitakan terbatasnya
agama yang diterima oleh Allah hanya pada agama Islam, yaitu: Sesungguhnya
agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran: 19)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas membaca
firman-Nya: Allah menyatakan sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana. Bahwasanya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. (Ali Imran: 18-19) Dengan innahu yang di-kasrah-kan dan anna
yang di-fathah-kan, artinya 'Allah telah menyatakan —begitu pula para malaikat
dan orang-orang yang berilmu— bahwa agama yang diridai di sisi Allah adalah
Islam'.
Sedangkan menurut jumhur ulama, mereka membacanya
kasrah' innad dina 'sebagai kalimat berita. Bacaan tersebut
kedua-duanya benar, tetapi menurut bacaan jumhur ulama lebih kuat.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa
orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu,
mereka berselisih pendapat hanya setelah hujah ditegakkan atas mereka, yakni
sesudah para rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat
mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi
Al-Kitab kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka. (Ali Imran: 19)
Yakni karena sebagian dari mereka merasa dengki
terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara
kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci, dan
saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian
yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun
benar.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ
يَكْفُرْ بِآياتِ اللَّهِ
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah. (Ali Imran: 19)
Yakni barang siapa yang ingkar kepada apa yang
diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ
الْحِسابِ
maka sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya. (Ali Imran: 19)
Artinya, sesungguhnya
Allah akan membalas perbuatannya dan
melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukurnnya
akibat ia menentang Kitab-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
فَإِنْ حَاجُّوكَ
Kemudian jika mereka mendebat kamu. (Ali
Imran: 20)
Yaitu mendebatmu tentang masalah tauhid.
فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ
لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ
maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku
kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." (Ali
Imran: 20)
Yakni katakanlah bahwa aku memurnikan ibadahku
hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tandingan
bagi-Nya, tidak beranak, dan tidak beristri.
Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang
mengikutiku' ialah orang-orang yang berada dalam agamaku akan mengatakan hal
yang sama dengan ucapanku ini. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya,
yaitu firman-Nya:
قُلْ هذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Katakanlah, "Inilah jalan (agama)ku, aku
dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujah
yang nyata." (Yusuf: 108), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada hamba
dan rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) untuk menyeru orang-orang Ahli Kitab
dari kalangan dua agama (Yahudi dan Nasrani) serta orang-orang ummi (buta
huruf) dari kalangan kaum musyrik, agar mereka mengikuti jalannya, memasuki
agamanya, serta mengamalkan syariatnya dan apa yang diturunkan oleh Allah
kepadanya.
*******************
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ
تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau)
masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah). (Ali Imran: 20)
Yakni Allah-lah yang menghisab mereka karena
hanya kepada-Nyalah mereka kembali. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya
milik-Nyalah hikmah yang tepat dan hujah yang benar. Karena itu, dalam akhir
ayat ini Allah Swt. berfirman:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ
بِالْعِبادِ
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
(Ali Imran: 20)
Yaitu Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak
mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dia berhak untuk
melakukan itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
لا يُسْئَلُ عَمَّا
يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
Dia tidak ditanya tentang apa yang
diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)
Hal tersebut tiada lain karena hikmah dan
rahmat-Nya. Ayat ini dan yang semisal dengannya merupakan dalil yang paling
jelas yang menunjukkan keumuman risalah Nabi Muhammad Saw. kepada semua
makhluk, seperti yang telah dimaklumi dari pokok-pokok agamanya, dan seperti
apa yang telah ditunjukkan oleh dalil Al-Qur'an dan sunnah dalam banyak ayat
dan hadis. Antara lain ialah firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepada kalian semua." (Al-A'raf: 158)
Firman Allah Swt.:
تَبارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقانَ
عَلى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعالَمِينَ نَذِيراً
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan
(Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
Di dalam hadis Sahihain dan lain-lainnya
disebutkan melalui hadis yang mutawatir dalam berbagai peristiwa, bahwa Nabi
Saw. mengirimkan surat-suratnya kepada semua raja dan pemimpin kabilah, baik
yang Arab maupun yang 'ajam, baik mereka yang mengerti baca dan tulis maupun
yang ummi, sebagai pengamalan dari perintah Allah Swt. Beliau Saw. dalam
surat-suratnya itu mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah Swt.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari
Hammam, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ: يَهُودِيٌّ
وَلَا نَصْرَانِيٌّ وَمَاتَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا
كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, tiada seorang pun yang telah mendengarku dari kalangan
umat ini, baik yang Yahudi ataupun yang Nasrani, lalu ia mati dalam keadaan
tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, melainkan ia termasuk ahli neraka.
(Riwayat Imam Muslim)
Nabi Saw. telah bersabda:
«بُعِثْتُ
إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ»
Aku diutus untuk kulit merah dan kulit hitam.
Dan Nabi Saw. telah bersabda pula:
«كَانَ
النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً»
Dahulu seorang nabi diutus khusus untuk
umatnya, sedangkan aku diutus untuk umat manusia seluruhnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُؤَمِّل، حَدَّثَنَا
حَمَّاد، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ غُلَامًا
يَهُودِيًّا كَانَ يَضع لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءه
وَيُنَاوِلُهُ نَعْلَيْهِ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ وَأَبُوهُ قَاعِدٌ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ
لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا فُلانُ، قُلْ: لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فَنَظَرَ إلَى أَبِيهِ، فَسَكَتَ أَبُوهُ، فأعَادَ
عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إلَى أَبيهِ،
فَقَالَ أبُوهُ: أطِعْ أَبَا الْقَاسِم، فَقَالَ الْغُلامُ:: أشْهَدُ أن لَا
إلَهَ إِلَّا اللَّهُ وأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَخَرَجَ النَّبَيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُولُ: "الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أخْرَجَهُ بِي
مِنِ النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada
kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa ada seorang anak Yahudi yang
biasa menyuguhkan air wudu buat Nabi Saw. dan mempersiapkan sepasang
terompahnya. Lalu anak itu sakit keras, dan Nabi Saw. datang kepadanya, lalu
masuk menemuinya, sedangkan kedua orang tua si anak berada di dekat kepalanya.
Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Hai Fulan, katakanlah, "Tidak ada Tuhan
selain Allah!" Lalu anak itu memandang kepada ayahnya, dan si ayah
diam. Lalu Nabi Saw. mengulangi perintahnya itu, dan si anak kembali memandang
kepada ayahnya. Akhirnya si ayah berkata, "Turutilah kemauan Abul
Qasim!" Maka si anak berkata: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan engkau adalah utusan Allah. Maka Nabi Saw. keluar seraya
bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka
melalui aku.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam
kitab sahihnya. Masih banyak ayat serta hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah
Saw. diutus untuk segenap umat manusia.
Ali Imran, ayat 21-22
{إِنَّ الَّذِينَ
يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ
وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (21) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (22) }
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan
yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka
gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu
adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan
mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.
Allah mencela kaum ahli kitab karena mereka telah
melakukan dosa-dosa dan hal-hal yang diharamkan disebabkan mereka mendustakan
ayat-ayat Allah di masa lampau dan juga di masa sekarang, yaitu ayat-ayat Allah
yang disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul-Nya. Mereka melakukan demikian
karena keangkuhan mereka terhadap para rasul, keingkaran mereka terhadap para
rasul, serta meremehkan perkara yang hak dan menolak untuk mengikuti para
rasul. Selain itu yang lebih parah lagi mereka berani membunuh sebagian dari
para nabi ketika menyampaikan syariat dari Allah buat mereka, tanpa sebab dan
kesalahan yang dibuat oleh para nabi terhadap mereka, hanya karena para nabi
itu menyeru mereka kepada perkara yang hak.
وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ
بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
dan mereka membunuh orang-orang yang menyuruh
manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21)
Perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang
sangat takabur (sombong). Seperti yang diungkapkan oleh Nabi Saw. dalam
sabdanya, yaitu:
«الْكِبْرُ
بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
Takabur (sombong) ialah menentang perkara hak
dan meremehkan orang lain.
قَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْر الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُسْلِمٍ
النَّيْسَابُورِيُّ، نَزِيلُ مَكَّةَ، حَدَّثَنِي أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ
-يَعْنِي ابْنَ ثَابِتِ بْنِ زُرَارَةَ الْأَنْصَارِيَّ-حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو الْحَسَنِ مَوْلًى لِبَنِي أَسَدٍ، عَنْ مَكْحُولٍ،
عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ
الْجَرَّاحِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ الله، أي النَّاسِ
أَشَدُّ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "رَجلٌ قَتَلَ نَبِيا أوْ مَنْ
أَمَرَ بِالمْعْرُوفِ ونَهَى عَنِ المُنْكَر". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ
اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ
يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ} [إِلَى
قَوْلِهِ: {وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ] } الْآيَةَ. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أبَا عُبَيَدَةَ، قَتَلَتْ
بَنُو إسْرَائِيلَ ثَلاثَةً وأَرْبَعين نَبيا، مِنْ أوَّلِ النّهَارِ فِي ساعةٍ
وَاحِدَةٍ، فَقَامَ مِائَة وسَبْعُونَ رَجُلا مِنْ بَني إسْرائيلَ، فأمَرُوا مَنْ
قَتَلَهُم بالْمَعْرُوفِ ونَهَوْهُمْ عَنِ المنكرِ، فَقُتِلُوا جَمِيعًا مِنْ
آخِرِ النَّهارِ مِنْ ذَلكَ اليَوْمِ، فَهُم الذِينَ ذَكَرَ اللهُ، عَزَّ
وَجَلَّ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abuz Zubair Al-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim An-Naisaburi yang tinggal
di Mekah, telah menceritakan kepadaku Abu Hafs Umar ibnu Hafs, yakni Ibnu Sabit
dan Zurarah Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah,
telah menceritakan kepada kami Abul Hasan maula Bani Asad, dari Makhul, dari Abu
Qubaisah ibnu Zi-b Al-Khuza'i, dari Abu Ubaidali ibnul Jarrah r.a. yang
menceritakan: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orangnya yang
paling keras mendapat azab di hari kiamat nanti?" Nabi Saw. menjawab,
"Seorang lelaki yang membunuh seorang nabi atau orang yang
memerintahkan kepada kebajikan dan melarang kemungkaran." Kemudian
Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar dan membunuh
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa
mereka akan menerima siksa yang pedih. (Ali Imran: 21); Setelah itu
Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu Ubaidah, orang-orang Bani Israil telah
membunuh empat puluh tiga orang nabi dalam satu saat dari permulaan siang hari,
maka bangkitlah seratus tujuh puluh orang lelaki dari kalangan Bani Israil,
lalu mereka melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar terhadap orang-orang yang
telah membunuh para nabi, maka kaum Bani Israil membunuh semua orang yang melakukan
amar ma'ruf dan nahi munkar itu di penghujung siang hari itu juga; mereka
adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. (dalam ayat ini).
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari
Abu Ubaid Al-Wassabi yaitu Muhammad ibnu Hafs, dari Ibnu Humair, dari Abul
Hasan maula Bani Asad, dari Makhul dengan lafaz yang sama.
Dari sahabat Ibnu Mas'ud, disebutkan bahwa
orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus orang nabi pada permulaan
siang hari, lalu mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka pada penghujung
siang harinya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Karena itulah ketika mereka (Bani Israil)
menentang perkara yang hak dan bersikap angkuh terhadap manusia, maka Allah
membalikkan mereka menjadi hina dan nista dalam kehidupan di dunia ini, dan
kelak mereka akan mendapat siksa yang menghinakan di hari akhirat. Maka Allah
Swt. berfirman:
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذابٍ
أَلِيمٍ
maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan
menerima siksa yang pedih. (Ali Imran: 21)
Yakni siksa yang pedih lagi menghinakan.
{أُولَئِكَ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap
(pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak
memperoleh penolong. (Ali Imran: 22)
Ali Imran, ayat 23-25
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ
لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ (23)
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ
وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (24) فَكَيْفَ إِذَا
جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (25) }
Tidakkah kamu memperhatikan
orang-orang yang telah diberi bagian, yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru
kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian
sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal
itu adalah karena mereka mengaku, "Kami tidak akan disentuh oleh api
neraka selain beberapa hari yang dapat dihitung." Mereka diperdayakan
dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. Bagaimanakah nanti
apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang
adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya,
sedangkan mereka tidak dianiaya.
Allah Swt. menyangkal sikap orang-orang Yahudi
dan Nasrani yang berpegang kepada apa yang mereka dugakan di dalam kedua kitab
mereka, yaitu Taurat dan Injil. Apabila mereka diseru untuk mengambil ketetapan
dari apa yang terkandung di dalam kedua kitab mereka, yaitu taat kepada Allah
dalam semua perintah-Nya yang ditujukan kepada mereka, yang intinya berisikan
agar mereka mengikuti Nabi Muhammad Saw., maka mereka berpaling seraya
membelakangi kebenaran yang terkandung
di dalam kedua kitabnya.
Hal ini merupakan celaan yang sangat pedas dan menjadikan mereka
sebagai figur dari orang-orang yang menentang dan sangat ingkar. Kemudian Allah
Swt. berfirman:
ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قالُوا
لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّاماً مَعْدُوداتٍ
Hal itu adalah karena mereka mengakui,
"Kami tidak akan disentuh oleh api neraka selain beberapa hari yang dapat
dihitung." (Ali Imran: 24)
Yakni sesungguhnya yang mendorong dan membuat
mereka berani menentang perkara yang hak (kebenaran) ialah karena ulah
buat-buatan mereka sendiri, yaitu kebohongan-kebohongan mereka terhadap Allah
yang mereka dakwakan untuk diri mereka sendiri, yaitu bahwa mereka hanya
disiksa di dalam neraka selama tujuh hari; setiap seribu tahun dunia hanya satu
hari. Tafsir hal ini dikemukakan di dalam surat Al-Baqarah.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ
مَا كانُوا يَفْتَرُونَ
Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh
apa yang selalu mereka ada-adakan. (Ali Imran: 24)
Yakni mengukuhkan mereka untuk berpegang kepada
agama mereka yang batil, hal-hal yang memperdayakan diri mereka sendiri, yaitu
dugaan mereka yang menyatakan bahwa api neraka tidak akan menyentuh mereka
karena dosa-dosa mereka kecuali hanya beberapa hari yang dapat dihitung.
Padahal mereka sendirilah yang membuat-buat kedustaan ini terhadap diri mereka,
sedangkan Allah tidak pernah menurunkan suatu bukti pun yang mengukuhkan dugaan
mereka itu.
Allah Swt. berfirman mengancam dan memperingatkan
mereka:
فَكَيْفَ إِذا جَمَعْناهُمْ
لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami
kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali
Imran: 25)
Yaitu bagaimanakah keadaan mereka nanti,
sedangkan mereka telah berbuat kedustaan terhadap Allah, mendustakan
rasul-rasul-Nya, dan membunuh nabi-nabi-Nya serta para ulama kaumnya yang
ber-amar ma'ruf dan nahi munkar. Allah Swt. akan meminta pertanggungjawaban
dari mereka atas semuanya itu, dan Dia pasti akan menghukum dan memberikan
balasannya kepada mereka.
Karena itulah Allah Swt. dalam ayat ini
berfirman:
{فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا
رَيْبَ فِيهِ}
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan
di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. (Ali Imran: 25)
Maksudnya, kejadian hari kiamat tidak diragukan
lagi dan pasti akan terjadi.
{وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri
balasan apa yang diusahakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya. (Ali
Imran: 25)
All Imran, ayat 26-27
{قُلِ اللَّهُمَّ
مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ
تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ
وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ
وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(27) }
Katakanlah,
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan
orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki
siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."
Allah Swt. berfirman:
قُلِ
Katakanlah! (Ali Imran: 26)
hai Muhammad dengan mengagungkan Tuhanmu,
bersyukur kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.
اللَّهُمَّ مالِكَ
الْمُلْكِ
Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan. (Ali
Imran: 26)
Yakni semua kerajaan adalah milik-Mu.
تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ
تَشاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشاءُ
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. (Ali Imran: 26)
Artinya, Engkaulah Yang memberi dan Engkaulah
Yang mencegah. Semua apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan semua yang
tidak Engkau kehendaki pasti tidak akan terjadi.
Di dalam ayat ini terkandung isyarat dan
bimbingan yang menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah Swt., ditujukan
kepada Rasul-Nya dan umatnya. Karena Allah Swt. mengalihkan kenabian dari kaum
Bani Israil kepada nabi dari kalangan bangsa Arab, yaitu dari keturunan kabilah
Quraisy yang ummi dari Mekah sebagai penutup semua nabi, serta sebagai utusan
Allah kepada segenap manusia dan jin. Allah Swt. telah menghimpun di dalam
dirinya semua kebaikan yang ada pada sebelumnya, dan menganugerahkan kepadanya
beberapa khususiyat yang belum pernah Allah berikan kepada seorang pun
dari kalangan para nabi dan para rasul sebelumnya. Yang dimaksud ialah dalam
hal pengetahuannya mengenai Allah dan syariat yang diturunkan kepadanya,
pengetahuannya tentang hal-hal yang gaib di masa lampau dan masa mendatang.
Allah telah memperlihatkan kepadanya banyak hakikat akhirat, umatnya menyebar
ke segenap pelosok dunia dari timur sampai ke barat, dan agama serta syariatnya
ditampakkan di atas semua agama dan syariat yang lain. Maka semoga Allah
melimpahkan salawat dan salam kepadanya untuk selama-lamanya sampai hari
pembalasan, selama malam dan siang hari masih silih berganti. Karena itulah
Allah Swt. mengatakan dalam firman-Nya: Katakanlah, "Wahai Tuhan
Yang mempunyai kerajaan." (Ali Imran: 26), hingga akhir ayat.
Yakni Engkaulah Yang mengatur makhluk-Mu, Yang
Maha Melakukan semua apa yang Engkau kehendaki. Sebagaimana Allah menyanggah
orang-orang yang mengakui dirinya dapat mengatur urusan Allah, seperti yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
وَقالُوا لَوْلا نُزِّلَ
هذَا الْقُرْآنُ عَلى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ
Dan mereka berkata, "Mengapa Al-Qur'an
ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan
Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31)
Allah berfirman, menyanggah
ucapan mereka itu, melalui ayat
berikut:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ
رَحْمَتَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi
rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, Kamilah yang ber-tasarruf
dalam semua ciptaan Kami menurut apa yang Kami kehendaki, tanpa ada seorang pun
yang mencegah atau menolak Kami, dan bagi Kamilah hikmah yang sempurna serta
hujah yang benar dalam hal tersebut. Demikianlah Allah menganugerahkan kenabian
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ
يَجْعَلُ رِسالَتَهُ
Allah lebih
mengetahui di mana Dia
menempatkan tugas kerasulan. (Al-An'am: 124)
Allah Swt. telah berfirman:
انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنا
بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian
dari mereka atas sebagian (yang lain). (Al-Isra: 21), hingga akhir ayat.
Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam
riwayat hidup Ishaq ibnu Ahmad bagian dari kitab tarikh tentang Khalifah
Al-Mamun, bahwa ia pernah melihat pada salah satu istana di negeri Rumawi suatu
tulisan memakai bahasa Himyariyah. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
ternyata artinya seperti berikut: "Dengan nama Allah, tidak sekali-kali
malam dan siang silih berganti, dan tidak pula bintang-bintang beredar pada
garis edarnya, melainkan karena berpindahnya nikmat (karunia) dari suatu
kerajaan yang telah sirna kekuasaannya ke kerajaan yang lain. Sedangkan
kerajaan Tuhan yang memiliki Arasy tetap abadi, tidak akan hilang dan tidak ada
yang menyekutuinya."
*******************
Firman Allah Swt.:
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي
النَّهارِ وَتُولِجُ النَّهارَ فِي اللَّيْلِ
Engkau
memasukkan malam ke dalam siang, dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam.
(Ali Imran: 27)
Yakni salah satunya mengambil kelebihan waktu
dari yang lainnya. Maka yang lainnya berkurang hingga keduanya sama panjangnya,
lalu yang lain mengambil dari kelebihan yang ini, hingga keduanya berbeda
panjang masanya, tetapi lama-kelamaan panjang masa keduanya menjadi sama
kembali. Demikianlah terjadi dalam musim-musim sepanjang tahunnya, yaitu musim
semi, musim panas, musim gugur,dan musim dingin.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ
الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. (Ali Imran: 27)
Maksudnya, Engkau mengeluarkan tumbuh-tumbuhan
dari bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tumbuh-tumbuhan; buah kurma dari
biji kurma, dan biji kurma dari buah kurma. Orang mukmin dari orang kafir, dan
orang kafir dari orang mukmin. Ayam dari telur, dan telur dari ayam; dan segala
sesuatu mengalami proses seperti ini.
وَتَرْزُقُ مَنْ تَشاءُ
بِغَيْرِ حِسابٍ
Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa perhitungan. (Ali Imran: 27)
Yakni Engkau memberi orang yang Engkau kehendaki
harta benda yang tidak terhitung banyaknya dan sulit untuk ditakar, sedangkan
kepada orang lainnya tidak Engkau berikan hal itu. Hal ini Engkau lakukan
berdasarkan kebijaksanaan, kehendak, dan kemauan-Mu semata.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زَكَرِيَّا
الْغَلَّابِيُّ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ جسْر بْنِ فَرْقَد، حَدَّثَنَا أَبِي،
عَنْ عَمْرو بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اسْم اللهِ الأعْظَمَ
الَّذي إذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، فِي هَذِهِ الآيةِ مِنْ آلِ عِمْرانَ: {قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ [تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ
مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ
الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ] }
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Zakaria Al-'Ala-i, telah menceritakan kepada kami
Ja'far ibnu Hasan ibnu Farqad, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Umar
ibnu Malik, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Asma Allah yang teragung (Ismul A'zam) bila diucapkan dalam doa,
niscaya diperkenankan, berada dalam ayat ini bagian dari surat Ali Imran, yaitu
firman-Nya: "Kalakanlah, 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki,
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya engkau Mahakuasa atas segala sesuatu' (Ali Imran:
26)."
Ali Imran, ayat 28
{لَا يَتَّخِذِ
الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ
تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (28) }
Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri
(siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (kalian).
Allah Swt. melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin
berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman yang setia dengan
menyampaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada
mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Kemudian Allah Swt. mengancam
perbuatan tersebut melalui firman-Nya:
{وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ
اللَّهِ فِي شَيْءٍ}
Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah. (Ali Imran: 28).
Dengan kata lain, barang siapa yang melakukan hal
tersebut yang dilarang oleh Allah, maka sesungguhnya ia telah melepaskan ikatan
dirinya dengan Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِياءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ
بِالْمَوَدَّةِ- إِلَى أَنْ قَالَ-: وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ
سَواءَ السَّبِيلِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil musuh-Ku dan musuh kalian menjadi teman-teman setia yang kalian
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad) karena rasa kasih sayang.
(Al-Mumtahanah: 1) sampai dengan firman-Nya: Dan barang siapa di antara
kalian yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang
lurus. (Al-Mumtahanah: 1)
Demikian pula dalam firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ
أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk
menyiksa kalian)? (An-Nisa: 144)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ [إِنَّ
اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ] }
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian), sebagian dari
mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian
mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. (Al-Maidah: 51), hingga akhir ayat.
Dan Allah Swt. berfirman sesudah menyebutkan
masalah kasih sayang dan hubungan yang intim di antara orang-orang mukmin dari
kalangan kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang Arab, yaitu:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا
بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ
وَفَسادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang kafir, sebagian dari mereka
menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kalian (hai kaum muslim) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi
kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Al-Anfal: 73)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا
مِنْهُمْ تُقاةً
kecuali karena (siasat) memelihara diri dari
sesuatu yang ditakuti dari mereka. (Ali Imran: 28)
Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin
penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa
khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya
bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan
batin dan niat. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu
Darda yang mengatakan:
"إنَّا لَنَكْشرُ فِي وُجُوهِ أقْوَامٍ وَقُلُوبُنَا
تَلْعَنُهُمْ".
Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di
hadapan banyak kaum (di masa lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat
mereka (orang-orang musyrik).
As-Sauri mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas
pernah mengatakan taqiyyah (sikap diplomasi) bukan dengan amal
perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah itu hanya
dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Abusy Sya'sa,
Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah
Swt. yang mengatakan:
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ
بَعْدِ إِيمانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمانِ
Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah
dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah); kecuali orang yang dipaksa kafir,
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). (An-Nahl:
106), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata
bahwa taqiyyah (terus berlangsung) sampai hari kiamat.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ
نَفْسَهُ
Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri
(siksa)-Nya. (Ali Imran: 28)
Yakni Allah memperingatkan kalian terhadap
pembalasan-Nya bila Dia ditentang dalam perintah-Nya, dan siksa serta azab
Allah akan menimpa orang yang memihak kepada musuh-Nya dan memusuhi
kekasih-kekasih-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Dan hanya kepada Allah kembali (kalian).
(Ali Imran: 28)
Maksudnya, hanya kepada-Nyalah kalian
dikembalikan, karena Dia akan membalas tiap-tiap diri sesuai dengan amal
perbuatan yang telah dilakukannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu
Khalid, dari Ibnu Abu Husain, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Maimun ibnu
Mihran yang menceritakan, "Sahabat Mu'az pernah berdiri di antara kami,
lalu ia mengatakan, 'Hai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah
kepada kalian. Kalian mengetahui bahwa tempat kembali hanyalah kepada Allah,
yaitu ke surga atau ke neraka'."
Ali Imran, ayat 29-30
{قُلْ إِنْ تُخْفُوا
مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (29)
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ
مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (30) }
Katakanlah,
"Jika kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati kalian atau kalian
melahirkannya, pasti Allah mengetahui." Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang dilakukan(nya)
dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya;
ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah
memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang
kepada hamba-hamba-Nya.
Allah Swt. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya
bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi dan semua yang tampak, dan bahwa
tiada yang samar bagi Allah suatu hal pun dari mereka, melainkan Dia
mengetahuinya dan meliputi mereka dalam semua keadaan, zaman, hari-hari, jam
dan detik-detik mereka, serta mengetahui semua yang ada di bumi dan di langit.
Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya walau seberat zarrah, dan
bahkan yang lebih kecil lagi dari itu di semua kawasan bumi, laut, dan
bukit-bukit.
وَاللَّهُ عَلى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
(Ali Imran: 29)
Yakni kekuasaan-Nya langsung dan benar-benar
nyata atas semuanya. Di balik kalimat ini terkandung makna yang memperingatkan
kepada hamba-hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan selalu khawatir akan
siksaan-Nya, supaya mereka tidak berani mengerjakan apa-apa yang dilarang dan
tidak disukai oleh-Nya. Karena sesungguhnya Allah mengetahui semua perkara
mereka, dan Dia Mahakuasa untuk menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka. Jika
Dia memberikan masa tangguh kepada seseorang di antara mereka, maka
sesungguhnya Dia sengaja menangguhkan siksaan-Nya, kemudian pada saatnya Dia
akan menimpakan siksaan kepadanya dengan siksaan dari Tuhan Yang Mahaperkasa
lagi Mahakuasa. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ
مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَراً
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati
segala kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan (ke hadapannya). (Ali
Imran: 30)
Yakni pada hari kiamat nanti dihadapkan kepada
setiap hamba semua amal perbuatannya, yang baik dan yang buruknya. Seperti yang
disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
يُنَبَّؤُا الْإِنْسانُ
يَوْمَئِذٍ بِما قَدَّمَ وَأَخَّرَ
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa
yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)
Maka apa yang ia lihat dari amal perbuatannya
yang baik, hal itu sangat menggembirakannya; dan apa yang ia lihat dari amal
perbuatannya yang buruk, hal itu membuatnya sedih dan kecewa; dan berharap
sekiranya dia dapat berlepas diri dari dosa-dosanya itu, sekiranya antara dia
dan dosa-dosanya itu jauh sekali jaraknya. Seperti yang ia katakan kepada setan
yang selalu menemaninya ketika di dunia, karena setanlah yang membuatnya berani
melakukan perbuatan yang berdosa:
يَا لَيْتَ بَيْنِي
وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ
Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu
seperti jarak antara timur dan barat. Maka setan itu adalah sejahat-jahat teman
(yang menyertai manusia). (Az-Zukhruf: 38)
Kemudian Allah Swt. mengukuhkan hal tersebut dengan
nada peringatan dan ancaman melalui firman selanjutnya, yaitu:
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ
نَفْسَهُ
dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri
(siksa)-Nya. (Ali Imran: 30)
Artinya, Allah memperingatkan kalian terhadap
siksa-Nya. Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk
tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya dan tidak berputus harapan dari belas
kasihan-Nya.
وَاللَّهُ رَؤُفٌ
بِالْعِبادِ
Dan Allah sangat Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 30)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, termasuk belas
kasihan Allah kepada hamba-hamba-Nya ialah Dia memperingatkan mereka terhadap
siksa-Nya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah Allah Maha
Penyayang kepada makhluk-Nya, dan menyukai mereka bila mereka beristiqamah pada
jalan-Nya yang lurus dan agama-Nya yang benar serta mengikuti Rasul-Nya yang
mulia.
Ali Imran, ayat 31-32
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32) }
Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa
kalian," Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah,
"Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kalian berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Ayat yang mulia ini menilai setiap orang yang
mengakui dirinya cinta kepada Allah, sedangkan sepak terjangnya bukan pada
jalan yang telah dirintis oleh Nabi Muhammad Saw.; bahwa sesungguhnya dia
adalah orang yang dusta dalam pengakuannya, sebelum ia mengikuti syariat Nabi
Saw. dan agama yang dibawanya dalam semua ucapan dan perbuatannya. Seperti yang
disebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
Barang siapa yang melakukan suatu amal
perbuatan yang bukan termasuk tuntunan kami, maka amalnya itu ditolak.
Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan
melalui firman-Nya:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kalian. (Ali Imran: 31)
Yakni kalian akan memperoleh balasan yang lebih daripada
apa yang dianjurkan kepada kalian agar kalian mencintai-Nya, yaitu Dia
mencintai kalian. Kecintaan Allah kepada kalian dinilai lebih besar daripada
yang pertama, yaitu kecintaan kalian kepada-Nya. Seperti yang dikatakan
oleh sebagian ulama yang bijak, bahwa duduk
perkaranya bukanlah bertujuan agar kamu mencintai, melainkan yang sebenarnya
ialah bagaimana supaya kamu dicintai.
Al-Hasan Al-Basri dan lain-Lainnya dari kalangan
ulama Salaf mengatakan bahwa ada segolongan kaum yang menduga bahwa dirinya
mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah,
"Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kalian." (Ali Imran: 31)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ
بْنُ مُحَمَّدٍ الطَّنافِسي، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ عَبْدِ
الْأَعْلَى بْنِ أَعْيَنَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ
عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَهَلِ الدِّينُ إِلَّا الْحُبُّ والْبُغْضُ؟
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad
At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa ibnu Abdul A'la
ibnu A'yun, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada lain (ajaran)
agama itu melainkan cinta karena Allah dan benci karena Allah. Allah Swt.
berfirman: Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku." (Ali Imran: 31)
Abu Zur'ah (yakni Abdul A'la) mengatakan bahwa
hadis ini munkar.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ}
dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)
Yakni karena kalian mengikuti Rasul Saw., maka
kalian memperoleh karunia itu berkat perantaraannya.
Kemudian Allah memerintahkan setiap orang, baik
dari kalangan khusus ataupun dari kalangan awam melalui firman-Nya:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا
Katakanlah, "Taatilah Allah dan
Rasul-Nya, jika kalian berpaling (Ali Imran: 32)
Yaitu menentang perintah-Nya.
فَإِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْكافِرِينَ
maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir? (Ali Imran: 32)
Ayat ini memberikan pengertian bahwa menyimpang
dari jalan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan perbuatan yang kufur;
dan Allah tidak menyukai orang yang mempunyai sifat demikian, sekalipun ia
mengakui bahwa dirinya cinta kepada Allah dan selalu mendekatkan diri
kepada-Nya, sebelum ia mengikuti Rasul yang ummi penutup para rasul yang diutus
untuk seluruh makhluk jin dan manusia. Karena seandainya para nabi —dan bahkan
para rasul atau mereka yang dari kalangan ulul azmi— berada di zaman Nabi
Muhammad Saw., maka tiada jalan Lain bagi mereka kecuali mengikuti Nabi
Muhammad Saw., taat kepadanya, serta mengikuti syariatnya. Seperti yang akan
diterangkan nanti dalam tafsir firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ
مِيثاقَ النَّبِيِّينَ
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil
perjanjian dari para nabi. (Ali Imran: 81), hingga akhir ayat.
Ali Imran, ayat 33-34
{إِنَّ اللَّهَ
اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
(33) ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (34) }
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh,
keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing), (yaitu) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang
lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah Swt. memberitakan bahwa Dia memilih
keluarga-keluarga tersebut atas semua penduduk bumi. Allah memilih Adam a.s.,
untuk itu Dia menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya, dan meniupkan ke
dalam tubuh Adam sebagian dari roh-Nya, memerintahkan para malaikat bersujud
kepadanya, mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu, dan menempatkannya di
dalam surga, kemudian menurunkannya dari surga karena hikmah yang hanya
diketahui oleh-Nya.
Allah Swt. memilih Nuh a.s. dan menjadikannya
sebagai rasul pertama untuk penduduk bumi, di saat manusia mulai menyembah
berhala dan mempersekutukan Allah dengan sesembahan-sesembahan yang Allah
sendiri tidak menurunkan hujah mengenainya. Kemudian Allah membela Nuh a.s.
setelah lama masa tinggalnya di kalangan kaumnya menyeru mereka untuk menyembah
Allah siang dan malam hari, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan
terang-terangan. Akan tetapi, ternyata usahanya itu tidak menambah dekat kepada
mereka, kecuali makin jauh. Maka Nuh a.s. berdoa untuk kebinasaan mereka, dan
akhirnya Allah Swt. menenggelamkan mereka semua hingga tidak ada seorang pun
yang selamat kecuali orang-orang yang mengikuti agama yang diutus oleh Allah
kepadanya.
Allah Swt. memilih keluarga Ibrahim yang dari
kalangan mereka lahir penghulu manusia, penutup semua nabi (yaitu Nabi Muhammad
Saw.). Allah Swt. memilih keluarga Imran; yang dimaksud dengan Imran dalam ayat
ini ialah orang tua Maryam, ibu Nabi Isa a.s.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa
dia adalah Imran ibnu Yasyim ibnu Misya ibnu Hizqiya ibnu Ibrahim Guraya ibnu
Nawisy ibnu Ajr ibnu Bahwa ibnu Nazim ibnu Muqasit ibnu Isya ibnu Iyaz ibnu
Rukhai'am ibnu Sulaiman ibnu Daud a.s. Isa termasuk salah seorang dari
keturunan Nabi Ibrahim a.s., seperti yang akan dijelaskan nanti dalam surat
Al-An'am.
Ali Imran, ayat 35-36
{إِذْ قَالَتِ
امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا
فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا
وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا
وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي
أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36) }
(Ingatlah) ketika
istri Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada
Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di
Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala istri
Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku melindungkannya serta
anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk."
Istri Imran adalah ibu Siti Maryam a.s., namanya
Hannah binti Faquz.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Hannah
adalah seorang wanita yang lama tidak pernah hamil, lalu pada suatu hari ia
melihat seekor burung sedang memberi makan anak-anaknya, akhirnya ia
menginginkan punya anak. Kemudian ia berdoa kepada Allah Swt., semoga Allah
menganugerahinya seorang putra, dan Allah memperkenankan doanya itu. Ketika
suaminya menggaulinya, maka hamillah ia. Setelah masa hamilnya telah tua, maka
ia bernazar bahwa anaknya kelak akan dipersembahkan untuk berkhidmat kepada
Baitul Maqdis. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan firman-Nya: Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah
(nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Ali Imran: 35)
Yakni Engkau Maha Mendengar akan doaku lagi Maha
Mengetahui niatku. Saat itu ia tidak mengetahui apakah anak yang dikandungnya
itu laki-laki atau perempuan.
فَلَمَّا وَضَعَتْها قالَتْ
رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُها أُنْثى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِما وَضَعَتْ
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya,
dia pun berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu."
(Ali Imran: 36)
Lafaz wada'at ada yang membacanya wada'tu
karena dianggap sebagai ta mutakallim (anak yang aku lahirkan), dan
menjadikannya sebagai kelanjutan dari perkataan (doa) istri Imran.
Ada pula yang membacanya wada'at dengan
huruf ta yang di-sukun-kan dan menjadikannya sebagai firman Allah Swt.
وَلَيْسَ الذَّكَرُ
كَالْأُنْثى
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak
perempuan. (Ali Imran: 36)
Yakni dalam hal kekuatan dan kesabaran dalam
beribadah dan berkhidmat mengurus Masjidil Aqsa.
وَإِنِّي سَمَّيْتُها
مَرْيَمَ
Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam.
(Ali Imran: 36)
Di dalam ayat ini terkandung makna boleh menamai
anak di hari kelahirannya secara langsung, seperti yang tersirat dari makna
lahiriah ayat. Mengingat hal ini merupakan syariat orang-orang sebelum kami,
lalu menurut suatu riwayat diakui oleh syariat kita. Hal yang sama disebut pula
di dalam sunnah Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
«وُلِدَ
لِيَ اللَّيْلَةَ وَلَدٌ سَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ»
Telah dilahirkan untukku malam ini seorang
anak laki-laki yang aku beri nama dengan nama Abi Ibrahim. (Hadis
diketengahkan oleh Bukhari Muslim)
Hal yang sama disebutkan pula di dalam kitab
Sahihain, bahwa sahabat Anas ibnu Malik berangkat membawa saudaranya yang baru
dilahirkan oleh ibunya kepada Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. men-tahnik-nya
dan memberinya nama Abdullah.
Di dalam hadis sahih Bukhari disebutkan:
أَنَّ
رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ولد لي الليلة وَلَدٌ فَمَا أُسَمِّيهِ؟ قَالَ
«اسْمُ وَلَدِكَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ»
Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai
Rasulullah, telah dilahirkan seorang anak laki-laki bagiku malam ini, maka nama
apakah yang harus kuberikan kepadanya?" Nabi Saw. menjawab, "Namailah
anak laki-lakimu itu Abdur Rahman."
Disebutkan pula di dalam hadis sahih bahwa ketika
datang Abu Usaid seraya membawa anaknya kepada Nabi Saw. untuk di-tahnik,
tetapi Nabi Saw. sedang sibuk, lalu Abu Usaid memerintahkan agar dikembalikan
ke rumahnya. Ketika Rasulullah Saw. tidak sibuk lagi dan ingat di majelis yang
sama, maka beliau Saw. menamainya Al-Munzir.
Adapun hadis yang diriwayatkan dari Qatadah, dari
Al-Hasan Al-Basri, dari Samurah ibnu Jundub yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda:
"كُلُّ غُلامٍ رَهِين بِعقِيقتِهِ، يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ
سَابِعِهِ، ويُسَمَّى وَيحْلَقُ رَأْسُهُ"
Setiap anak digadaikan oleh aqiqahnya yang
disembelih (untuk) menebusnya pada hari yang ketujuh (dari kelahirannya), lalu
diberi nama dan dicukur rambutnya.
Maka hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
ahlus sunan, lalu dinilai sahih oleh Imam Turmuzi. Menurut riwayat yang lain
disebutkan Yudma, hal ini lebih kuat dan lebih banyak dihafal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Az-Zubair
ibnu Bakkar di dalam Kitabun Nasab, yang bunyinya mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. melakukan aqiqah untuk anak lelakinya (yaitu Ibrahim), lalu beliau
menamainya Ibrahim (dalam hari aqiqah-nya).
Tetapi sanad hadis ini kurang kuat karena
bertentangan dengan apa yang terdapat di dalam hadis sahih. Sekiranya hadis ini
sahih, niscaya diartikan bahwa Nabi Saw. baru mengumumkan nama Ibrahim pada
hari aqiqah-nya itu (dan bukan pada pagi hari setelah malam hari kelahirannya).
*******************
Firman Allah Swt. menceritakan doa ibu Maryam,
yaitu:
وَإِنِّي أُعِيذُها بِكَ
وَذُرِّيَّتَها مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ
Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta
anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.
(Ali Imran: 36)
Yakni aku menyerahkannya kepada lindungan Allah
Swt. dari setan yang terkutuk, dan aku menyerahkan pula anaknya (yaitu Isa
a.s.) kepada lindungan-Nya. Maka Allah memperkenankan doanya itu, seperti yang
diriwayatkan oleh Abdur Razzaq:
أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ الزَّهْرِيِّ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "مَا مِن مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا مَسَّه
الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلّ صَارخًا مِنْ مَسِّهِ إيَّاهُ، إِلَّا
مَرْيَم َوابْنَهَا". ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَأُوا إِنْ
شِئْتُمْ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ}
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah yang bercerita bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang anak pun yang baru dilahirkan
melainkan setan menyentuhnya ketika dilahirkan, lalu ia menjerit menangis
karena setan telah menyentuhnya, kecuali Maryam dan anak laki-lakinya. Kemudian
Abu Hurairah r.a. mengatakan, "Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman
berikut," yaitu: Dan sesungguhnya aku melindungkannya serta anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. (Ali
Imran: 36)
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan pula
hadis ini melalui jalur Abdur Razzaq, juga Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnul Faraj,
dari Baqiyyah, dari Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Qais,
dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ مَوْلُود إِلَّا وَقَدْ عَصَرَهُ الشَّيطانُ
عَصْرَةً أَوْ عَصْرَتَيْن إِلَّا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ وَمَرْيمَ". ثُمَّ
قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا
بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ}
Tiada seorang bayi pun melainkan setan telah
mencubitnya sekali atau dua kali, kecuali Isa ibnu Maryam dan Maryam sendiri. Kemudian
Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya aku melindungkannya
serta anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk.
(Ali Imran: 36)
Juga dari hadis Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah.
Iman Muslim meriwayatkannya dari Abut Tahir, dari
Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Abu Yunus, dari Abu Hurairah. Ibnu Wahb
meriwayatkannya pula dari Ibnu Abu Zi-b, dari Ajlan maula Al-Musyma'il, dari
Abu Hurairah.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkannya dari Yazid
ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan pokok
hadisnya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Lais ibnu
Sa'd, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj yang
mengatakan, Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبِه حِينَ
تَلِدهُ أمُّهُ، إِلَّا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، ذَهَبَ يَطْعَنُ فَطَعَنَ فِي
الحِجَاب"
Semua anak Adam pernah ditusuk oleh setan pada
lambungnya ketika dilahirkan oleh ibunya, kecuali Isa ibnu Maryam; setan pergi
untuk menusuknya, tetapi yang ditusuknya hanyalah hijab (penghalang).
Ali Imran, ayat 37
{فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا
زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا
رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (37) }
Maka Tuhannya
menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan
pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap
Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakaria berkata, "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan)
ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah."
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab.
Allah Swt. memberitakan bahwa Dia menerima nazar
yang telah diucapkan oleh ibu Maryam, dan bahwa Dia menumbuhkannya dengan
pertumbuhan yang baik, yakni menjadikan rupanya cantik dengan penampilan yang
bercahaya serta memberinya rahasia untuk doa yang dikabulkan, dan menitipkannya
kepada orang-orang yang saleh dari hamba-hamba-Nya; dia belajar dari mereka
ilmu, kebaikan, dan agama. Disebutkan di dalam firman-Nya:
وَكَفَّلَها زَكَرِيَّا
Dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya.
(Ali Imran: 37)
Dengan huruf fa yang di-tasydid-kan dan
lafaz Zakaria di-nasab-kan karena menjadi maful, yakni Allah menjadikannya
sebagai pemelihara Maryam.
Ibnu Ishaq mengatakan, hal tersebut tidak
sekali-kali terjadi melainkan karena Maryam telah yatim. Sedangkan yang lainnya
mengatakan bahwa kaum Bani Israil di suatu waktu mengalami musim paceklik dan
kekeringan, maka Zakaria memelihara Maryam sebagai ayah angkatnya karena faktor
tersebut. Pada intinya kedua pendapat tersebut tidak bertentangan.
Sesungguhnya Allah telah menakdirkan Zakaria
sebagai pemeliharanya tiada lain hanyalah untuk kebahagiaan Maryam sendiri,
agar Maryam dapat menimba darinya ilmu pengetahuan yang banyak lagi bermanfaat
serta amal yang saleh. Juga karena Zakaria sendiri adalah suami bibinya,
menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir serta lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain, Zakaria adalah suami
saudara perempuan Maryam. Seperti yang disebut di dalam sebuah hadis sahih,
yaitu:
«فَإِذَا
بِيَحْيَى وَعِيسَى وَهُمَا ابْنَا الْخَالَةِ»
tiba-tiba Nabi Saw. bersua dengan Yahya dan
Isa, keduanya adalah anak laki-laki bibi (saudara sepupu).
Akan tetapi, adakalanya dapat diselaraskan dengan
pengertian apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Ishaq dalam pengertian yang lebih
luas. Atas dasar ini berarti Maryam berada di dalam asuhan dan pemeliharaan
bibinya.
Disebutkan di dalam sebuah hadis sahih bahwa
Rasulullah Saw. pernah memutuskan dalam kasus Imarah binti Hamzah bahwa Imarah
diserahkan ke dalam pemeliharaan bibinya yang menjadi istri Ja'far ibnu Abu
Talib, dan beliau bersabda:
«الْخَالَةُ
بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ»
Bibi sama kedudukannya dengan ibu.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal
kemuliaan dan keteguhan-nya dalam tempat ibadahnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كُلَّما دَخَلَ عَلَيْها
زَكَرِيَّا الْمِحْرابَ وَجَدَ عِنْدَها رِزْقاً
Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya (Maryam). (Ali Imran: 37)
Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy
Sya'sa, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Atiyyah
Al-'Aufi, dan As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah Zakaria menjumpai
di sisi Maryam buah-buahan musim panas di saat musim dingin, dan buah-buahan
musim dingin di saat musim panas.
Disebutkan dari Mujahid sehubungan dengan
firman-Nya: ia menjumpai makanan di sisinya. (Ali Imran: 37). Bahwa yang
dimaksud dengan rizqan bukan makanan, melainkan ilmu atau suhuf
(lembaran-lembaran) yang di dalamnya terkandung ilmu.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abu Hatim. Akan tetapi, pendapat pertama (yang mengatakan makanan atau
buah-buahan) adalah pendapat yang lebih sahih. Di dalamnya terkandung
pengertian yang menunjukkan adanya karamah para wali Allah, dan di dalam sunnah
terdapat banyak hal yang semisal.
Ketika Zakaria melihat makanan tersebut berada di
sisi Maryam, maka ia bertanya:
{قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا}
Zakaria berkata, "Hai Maryam, dari
manakah kamu memperoleh (makanan) ini?" (Ali Imran: 37)
Lalu dalam firman selanjutnya disebutkan:
قالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشاءُ بِغَيْرِ حِسابٍ.
Maryam menjawab, "Makanan ini dari sisi
Allah." Sesungguh-ya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab."(Ali Imran: 37)
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سَهْل بْنُ زنْجَلة،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عبد الله ابن لَهِيعَة، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عليه وسلم أَقَامَ أَيَّامًا لَمْ يَطْعَمْ طَعَامًا، حَتَّى شَقّ ذَلِكَ
عَلَيْهِ، فَطَافَ فِي مَنَازِلِ أَزْوَاجِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَ وَاحِدَةٍ
مِنْهُنَّ شَيْئًا، فَأَتَى فَاطِمَةَ فَقَالَ: "يَا بُنَيَّة، هَلْ عِنْدَكِ
شَيْء آكُلُهُ، فَإِنَّي جَائِع؟ " فَقَالَتْ: لَا وَاللَّهِ بِأَبِي أنتَ وَأُمِّي.
فَلَمَّا خَرَج مِنْ عِنْدِهَا بَعَثَتْ إِلَيْهَا جَارَةٌ لَهَا بِرَغِيفَيْنِ
وَقِطْعَةِ لَحْمٍ، فَأَخَذَتْهُ مِنْهَا فَوَضَعَتْهُ فِي جَفْنَةٍ لَهَا،
وَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَأُوثِرَنَّ بِهَذَا رَسُولَ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] عَلَى نَفْسِي وَمَنْ عِنْدِي. وَكَانُوا جَمِيعًا
مُحْتَاجِينَ إِلَى شِبْعَةِ طَعَامٍ، فَبَعَثَتْ حَسَنا أَوْ حُسَينا إلى رسول
الله [صلى الله عليه وسلم] فَرَجَعَ إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ: بِأَبِي وَأُمِّي
قَدْ أَتَى اللَّهُ بِشَيْءٍ فخَبَّأتُه لَكَ. قَالَ: "هَلُمِّي يَا
بُنيَّة" قَالَتْ: فَأَتَيْتُهُ بِالْجَفْنَةِ. فَكَشَفَتْ عَنِ الْجَفْنَةِ
فَإِذَا هِيَ مَمْلُوءَةٌ خُبْزًا وَلَحْمًا، فَلَمَّا نظرَتْ إِلَيْهَا بُهِتتْ
وعرفَتْ أَنَّهَا بَرَكَةٌ مِنَ اللَّهِ، فحمدَت اللَّهَ وصلَّت عَلَى نَبِيِّهِ،
وقدّمَتْه إلى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم. فَلَمَّا رَآهُ حَمِدَ اللَّهَ
وَقَالَ: "مِنْ أيْنَ لَكِ هَذَا يَا بُنَية؟ " فَقَالَتْ يَا أَبَتِ،
{هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
فَحَمِدَ اللَّهَ وَقَالَ: "الحَمْدُ للهِ الَّذي جَعَلَكِ -يَا
بُنَيّة-شَبيهَةِ بسيدةِ نِساء بَنيِ إسْرَائيلَ، فَإنَّها كَانَتْ إذَا رَزَقَهَا
اللهُ شَيْئًا فَسُئِلَتْ عَنْهُ قَالَتْ: {هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} فَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَلِي ثُمَّ أَكَلَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلَ عَلِيٌّ، وَفَاطِمَةُ، وَحَسَنٌ، وَحُسَيْنٌ،
وَجَمِيعُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُ
بَيْتِهِ جَمِيعًا حَتَّى شَبِعُوا. قَالَتْ: وَبَقِيَتِ الْجَفْنَةُ كَمَا هِيَ،
فَأَوْسَعَتْ بِبَقِيَّتِهَا عَلَى جَمِيعِ الْجِيرَانِ، وَجَعَلَ اللَّهُ فيها
بركة وخيرا كثيرا
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sahl ibnu Zanjilah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Saleh, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Muhammad
ibnul Munkadir, dari Jabir, bahwa Rasulullah Saw. pernah tinggal selama
beberapa hari tanpa makan sesuap makanan pun hingga kelihatan beliau sangat
berat. Lalu beliau berkeliling ke rumah istri-istrinya, tetapi tidak menemukan
sesuap makanan pun pada seseorang di antara mereka. Maka beliau Saw. datang ke
rumah Fatimah (putrinya), lalu bersabda, "Hai anakku, apakah engkau
mempunyai sesuatu makanan yang dapat kumakan? Karena sesungguhnya aku sedang
lapar." Fatimah menjawab, "Tidak, demi Allah." Ketika Nabi
Saw. pergi dari rumahnya, tiba-tiba Siti Fatimah mendapat kiriman dua buah roti
dan sepotong daging dari tetangga wanitanya, lalu Fatimah mengambil sebagian
darinya dan diletakkan di dalam sebuah panci miliknya, dan ia berkata kepada
dirinya sendiri, "Demi Allah, aku benar-benar akan mendahulukan Rasulullah
Saw. dengan makanan ini daripada diriku sendiri dan orang-orang yang ada di
dalam rumahku," padahal mereka semua memerlukan makanan yang cukup.
Kemudian Fatimah menyuruh Hasan atau Husain untuk mengundang Rasulullah Saw.
Ketika Rasulullah Saw. datang kepadanya, maka ia berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya Allah telah memberikan suatu makanan, lalu aku sembunyikan buatmu."
Nabi Saw. bersabda, "Cepat berikanlah kepadaku, hai anakku." Siti
Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menyuguhkan panci tersebut dan
membukanya. Tiba-tiba panci itu telah penuh berisikan roti dan daging. Ketika
Fatimah melihat ke arah panci itu, maka ia merasa kaget dan sadar bahwa hal itu
adalah berkah dari Allah Swt. Karena itu, ia memuji kepada Allah dan
mengucapkan salawat buat Nabi-Nya. Lalu Fatimah menyuguhkan makanan tersebut
kepada Rasulullah Saw. Ketika beliau Saw. melihatnya, maka beliau memuji kepada
Allah dan bertanya, "Dari manakah makanan ini, hai anakku?" Fatimah
menjawab bahwa makanan tersebut dari sisi Allah, seraya menyitir firman-Nya: Makanan
itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran: 37); Maka Nabi Saw. memuji kepada
Allah dan bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu, hai
anakku, mirip dengan penghulu kaum wanita Bani Israil; karena sesungguhnya dia
bila diberi rezeki sesuatu (makanan) oleh Allah, lalu ditanya mengenai asal
makanan itu, ia selalu menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab." Kemudian Rasulullah Saw. memanggil Ali, lalu makan bersama
Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain serta semua istri dan keluarga ahli bait-nya,
hingga semuanya merasa kenyang dari makanan itu. Siti Aisyah melanjutkan
kisahnya, bahwa makanan dalam panci itu masih utuh seperti sediakala, lalu
sisanya dapat dikirimkan kepada semua tetangganya. Allah telah menjadikan
keberkahan dan kcbaikan yang banyak dalam makanan itu.
Ali Imran, ayat 38-41
{هُنَالِكَ دَعَا
زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا
بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
(39) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ
وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ
رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ
إِلا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
(41) }
Di sanalah Zakaria
mendoa kepada Tuhannya seraya berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi
Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa."
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri salat
di mihrab (katanya), "Sesungguhnya Allah menggembirakan kalian dengan
kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi serta
keturunan orang-orang saleh. Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku
bisa mendapat anak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang
mandul?" Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya." Berkata Zakaria, "Berilah aku suatu tanda (bahwa
istriku telah mengandung)." Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan
isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di wakyu
petang dan pagi hari."
Ketika Zakaria melihat bahwa Allah Swt. telah
memberi Maryam rezeki berupa buah-buahan musim dingin pada musim panas dan
buah-buahan musim panas pada musim dingin, maka saat itulah ia menginginkan
punya seorang anak, sekalipun usianya telah lanjut dan tulang-tulang tubuhnya
telah rapuh, uban telah mewarnai semua rambut kepalanya, istrinya pun sudah
berusia lanjut lagi mandul.
Akan tetapi, sekalipun demikian ia tetap memohon
kepada Tuhannya dan bermunajat kepadanya dengan doa-doa yang dibacanya
pelan-pelan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ} أَيْ: مِنْ
عِنْدِكَ {ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً}
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau
seorang anak yang baik. (Ali Imran: 38)
Yakni dari sisi-Mu seorang anak yang saleh.
{إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ}
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.
(Ali Imran: 38)
*******************
Firman Allah Swt.:
فَنادَتْهُ الْمَلائِكَةُ
وَهُوَ قائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرابِ
Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria
yang tengah berdiri salat di mihrab. (Ali Imran: 39)
Yakni malaikat berbicara langsung kepadanya
dengan pembicaraan yang dapat didengar Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri
salat di mihrab tempat ibadahnya yang khusus buat dia sendiri di saat ia
bermunajat dan melakukan salat menyembah Tuhannya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal berita
gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Zakaria:
أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ
بِيَحْيى
Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang putramu) Yahya. (Ali Imran: 39)
Yaitu seorang anak laki-laki yang diciptakan
buatmu dari tulang sul-bimu, bernama Yahya.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa anak
tersebut dinamakan Yahya tiada lain karena Allah menghidupkannya melalui iman
(Zakaria).
*******************
Firman Allah Swt.:
مُصَدِّقاً بِكَلِمَةٍ مِنَ
اللَّهِ
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah.
(Ali Imran: 39)
Al-Aufi dan lain-lainnya meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ikrimah, Mujahid, Abusy Sya'sa, As-Saddi, Ar-Rabi'
ibnu Anas, Ad-Dahhak dan lain-lainnya (dari kalangan tabi'in) sehubungan dengan
ayat ini, yaitu firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah. (Ali Imran: 39). Bahwa yang dimaksud dengan kalimah Allah ialah Isa
ibnu Maryam.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Yahya adalah
orang yang mula-mula percaya kepada Isa ibnu Maryam. Qatadah mengatakan, yang
dimaksud ialah berada pada sunnah dan tuntunannya.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah
mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Yahya dan Isa adalah saudara sepupu.
Tersebutlah bahwa ibu Yahya pernah berkata kepada Maryam, "Sesungguhnya
aku merasakan anak yang ada di dalam perutku ini bersujud kepada anak yang
berada di dalam perutmu." Yang demikian itu merupakan pembenaran yang
dilakukan oleh Yahya kepada Isa selagi Isa masih berada di dalam perut ibunya.
Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa. Isa diciptakan melalui
kalimat (perintah) Allah. Yahya lebih tua daripada Isa a.s.
Hal yang sama dikatakan pula oleh As-Saddi.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَسَيِّداً
menjadi ikutan. (Ali Imran: 39)
Menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi'-ibnu Anas, Qatadah,
Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan sayyidan ialah halimah,
yakni orang yang penyantun.
Menurut Qatadah, dia adalah seorang yang
dijadikan ikutan dalam hal ilmu dan ibadah.
Ibnu Abbas, As-Sauri, dan Ad-Dahhak mengatakan
bahwa as-sayyid artinya orang yang penyantun lagi bertakwa.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan, yang dimaksud
dengan sayyid ialah orang yang mengerti fiqih lagi alim.
Menurut Atiyyahyas-sayyid artinya orang yang
dijadikan ikutan dalam akhlak dan agama.
Menurut Ikrimah, as-sayyid artinya orang yang
tidak terpengaruh oleh emosinya. Sedangkan menurut Ibnu Zaid, artinya orang
yang mulia. Dan menurut yang lainnya, artinya orang yang bersikap mulia kepada
Allah Swt.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَحَصُوراً
menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu).
(Ali Imran: 39)
Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas,
Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, dan Atiyyah Al-Aufi, bahwa
mereka mengatakan, "Yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang
tidak mau beristri."
Diriwayatkan dari Abul Aliyah dan Ar-Rabi' ibnu
Anas bahwa yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak beranak dan
tidak mempunyai air mani.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah
menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna al-hasur dalam ayat ini, bahwa makna yang dimaksud
ialah orang yang tidak pernah mengeluarkan air mani.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan masalah ini
meriwayatkan sebuah hadis yang garib (aneh) sekali. Dia mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnu Galib Al-Bagdadi, telah
menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad
(yakni Ibnul Awwam), dari Yahya ibnu Sa'id, dari Al-Musayyab, dari Ibnul As
—tetapi dia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah Abdullah ibnul As
ataukah Amr ibnul As—, dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: menjadi
ikutan dan menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Ibnul
As melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. mengambil sebuah benda dari tanah
dan bersabda,
«كَانَ
ذَكَرُهُ مِثْلَ هَذَا»
"Kemaluannya (Yahya) adalah semisal
dengan ini (yakni kecilnya)."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yahya
ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, bahwa ia pernah
mendengar Sa'id ibnul Musayyab sebuah asar dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang
mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang menghadap kepada
Allah tanpa membawa dosa kecuali Yahya ibnu Zakaria. Kemudian Sa'id membacakan
firman-Nya: dan seorang yang menjadi ikutan serta menahan diri (dari
pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Kemudian Sa'id mengambil sebuah benda
dari tanah, lalu berkata, "Al-hasur ialah orang laki-laki yang kemaluannya
seperti ini." Lalu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan mengisyaratkan dengan jari
telunjuknya.
Asar yang mauquf ini lebih sahih sanadnya
daripada yang marfu'.
Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya
meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud As-Samnani, telah
menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali
ibnu Mishar, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis
berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«ما
من عبد يلقى الله إِلَّا ذَا ذَنْبٍ إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، فإن الله
يقول وَسَيِّداً وَحَصُوراً
Tidak ada seorang hamba pun yang bersua dengan
Allah melainkan pasti membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena
sesungguhnya Allah telah berfirman, "Dan menjadi ikutan serta menahan diri
(dari pengaruh hawa nafsu)." (Ali Imran: 39)
Selanjutnya Nabi Saw. bersabda:
«وإنما
ذكره مثل هدبة الثوب»
Sesungguhnya kemaluan Yahya lemas seperti
ujung kain.
Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadis ini
seraya memperagakannya dengan ujung jarinya (yakni kemaluan Yahya kecil
sekali).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Hammad dan Muhammad
Ibnu Salimah Al-Muradi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Hajjaj ibnu Sulaiman Al-Muqri, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu
Ajlan, dari Al-Qa'qa', dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda:
«كُلُّ
ابْنِ آدَمَ يَلْقَى اللَّهَ بذنب يُعَذِّبُهُ عَلَيْهِ إِنْ شَاءَ أَوْ
يَرْحَمُهُ، إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا فَإِنَّهُ كَانَ سَيِّدًا وَحَصُورًا
وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ»
Semua anak Adam menghadap kepada Allah dengan
membawa dosa yang jika Allah menghendaki, Dia pasti mengazabnya karena dosanya
itu atau Allah membelaskasihaninya, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena
sesungguhnya dia adalah orang yang menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh
hawa nafsu), dan seorang nabi serta dari keturunan orang-orang yang saleh.
Kemudian Nabi Saw. membungkukkan tubuhnya ke arah
sebuah kerikil kecil di tanah, lalu mengambilnya, kemudian bersabda:
«وكان
ذكره مثل هذه القذاة»
Dan tersebutlah bahwa kemaluan dia (Yahya)
kecil sekali seperti batu kerikil kecil ini.
Al-Qadi Iyad di dalam kitab Asy-Syifa mengatakan,
"Perlu diketahui bahwa pujian Allah Swt. kepada Yahya —yang mengatakan
bahwa Yahya adalah seorang yang hasur— tidaklah seperti yang dikatakan oleh
sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Yahya adalah lelaki yang impoten
atau tidak mempunyai zakar, melainkan hal ini dibantah oleh ahli tafsir yang
jeli dan para ulama ahli kritik."
Mereka mengatakan bahwa penilaian seperti itu
kurang benar dan tercela, mengingat tidak pantas ditujukan kepada para nabi.
Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah bahwa Yahya terpelihara dari dosa-dosa.
Dengan kata lain, dia tidak melakukannya sama sekali sehingga diumpamakan seakan-akan
dia impoten.
Menurut pendapat yang lain, makna hasur
ialah menahan diri dari pengaruh hawa nafsu. Menurut pendapat yang lainnya lagi
Yahya tidak mempunyai selera terhadap wanita. Tetapi pendapat ini jelas bagi
Anda, bahwa tidak mampu kawin merupakan suatu kekurangan. Tetapi hal yang utama
ialah bila nafsu syahwat itu ada, lalu tidak dituruti adakalanya dengan menahan
diri, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa; atau dengan pemeliharaan dari Allah
Swt., seperti yang terjadi pada diri Nabi Yahya.
Selanjutnya masalah wanita ini bagi lelaki yang
mampu terhadapnya, lalu ia menunaikan semua kewajibannya tanpa melalaikan
kewajibannya terhadap Tuhannya, maka baginya derajat yang tinggi, yaitu seperti
derajat yang diperoleh oleh Nabi kita Nabi Muhammad Saw. Sekalipun istri beliau
banyak, tetapi hal tersebut tidak melalaikan dirinya dari menyembah Tuhannya,
bahkan menambah pahala ibadahnya, karena memelihara kehormatan mereka,
mengatur, dan menafkahi mereka serta memberi mereka petunjuk.
Bahkan beliau Saw. telah menjelaskan bahwa wanita
bukanlah merupakan bagian dunianya, sekalipun bagi selainnya wanita merupakan
bagian dari dunianya. Seperti yang dinyatakan di dalam salah satu sabdanya:
"حُبِّبَ إليَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ"
Diriku dijadikan menyukai sebagian dari urusan
dunia kalian.
Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Saw. memuji
Nabi Yahya sebagai orang yang hasur. Tetapi bukan berarti bahwa Nabi Yahya
adalah seorang lelaki yang tidak dapat mendatangi wanita (kawin), melainkan
makna yang dimaksud ialah sederhana saja, yaitu dia (Yahya a.s.) dipelihara
oleh Allah dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor. Akan tetapi, hal ini bukan
berarti bahwa dia tidak mampu kawin dengan wanita secara halal dan menggauli
mereka serta beranak dari mereka. Bahkan tersirat pula pengertian yang
menunjukkan bahwa Yahya mempunyai keturunan, seperti yang tersimpul dari doa
Zakaria ketika ia berdoa: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. (Ali Imran: 38)
Seakan-akan dia mengatakan seorang anak yang
mempunyai keturunan (karena dalam ayat diungkapkan dengan memakai lafaz zurriyyah
yang artinya keturunan).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَنَبِيًّا مِنَ
الصَّالِحِينَ
dan seorang nabi serta keturunan orang-orang
saleh. (Ali Imran: 39)
Hal ini merupakan berita gembira kedua, yaitu
kenabian Yahya sesudah berita gembira kelahirannya. Berita gembira yang kedua
ini lebih utama daripada yang pertama. Perihalnya sama dengan pengertian yang
ada dalam ayat lain, yaitu firman Allah Swt. kepada ibu Nabi Musa a.s.:
إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ
وَجاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (Al-Qashash:
7)
Setelah nyata bagi Zakaria a.s. berita gembira
tersebut, ia merasa heran akan mempunyai seorang anak, padahal usianya telah
lanjut.
{قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ
وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana
aku dapat beranak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang
mandul? (Ali Imran: 40),
Maka malaikat yang menyampaikan berita gembira
itu berkata:
{كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 40)
Yakni demikianlah urusan Allah itu sangat besar.
Tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, dan tiada suatu urusan pun
yang berat bagi-Nya; semuanya dapat dilakukan-Nya.
{قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً}
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku
suatu tanda."(Ali Imran: 41).
Maksudnya, suatu tanda yang menunjukkan bahwa
istriku telah mengandung dariku.
{قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ
ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا}
Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu
tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan
isyarat." (Ali Imran: 41).
Yang dimaksud dengan ramzan ialah isyarat,
yakni 'kamu tidak dapat berkata-kata, sekalipun kamu adalah orang yang sehat'.
Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
ثَلاثَ لَيالٍ سَوِيًّا
selama tiga malam, padahal kamu sehat.
(Maryam: 10)
Kemudian Allah memerintahkan kepada Zakaria agar
banyak berzikir, bertakbir, dan membaca tasbih selama masa tersebut. Untuk itu
Allah Swt. berfirman:
{وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ
بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ}
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya
serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. (Ali Imran: 41)
Dalam pembahasan yang lain akan diterangkan
kelanjutan dari kisah ini, yaitu dalam tafsir surat Maryam.
Ali Imran, ayat 42-44
{وَإِذْ قَالَتِ
الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ
عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي
وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ
إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ
مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44) }
Dan (ingatlah)
ketika Malaikat (Jibril) berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah
memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." Yang demikian itu adalah
sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad);
padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak
panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
Allah Swt. menceritakan khitab malaikat yang
ditujukan kepada Maryam a.s. atas perintah dari Allah Swt. yang isinya
menyatakan bahwa Allah Swt. telah memilihnya menjadi wanita yang terpilih,
karena ibadahnya yang banyak, zuhudnya, kemuliaannya, dan kesuciannya dari
semua kotoran dan godaan setan. Allah memilihnya kembali dari suatu waktu ke
waktu yang lain karena kemuliaan yang dimilikinya berada di atas semua wanita
di dunia (pada masanya).
قال عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ فِي قَوْلِهِ: {إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ
وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ} قَالَ: كَانَ أَبُو
هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"خَيْرُ نِسَاءٍ رَكبْن الإبلَ نِسَاءُ قُرَيْشٍ، أحْناهُ عَلَى وَلَدٍ فِي
صِغَرِهِ، وأرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ، ولمَ تَرْكَبْ مَرْيَمُ بنْتُ
عِمْرَانَ بَعِيرًا قَطُّ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan
firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (Ali
Imran: 42) Bahwa sahabat Abu Hurairah r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Sebaik-baik wanita yang naik unta ialah wanita Quraisy,
paling penyayang kepada anak semasa masih bayi, dan paling memelihara
kehormatan diri suami, sedangkan Maryam binti Imran belum pernah naik unta sama
sekali.
Tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini
selain Imam Muslim, karena sesungguhnya Imam Muslim telah meriwayatkannya dari
Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid; keduanya meriwayatkan hadis ini dari
Abdur Razzaq.
قَالَ هِشَامُ بْنُ عُرْوَة، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
جَعْفَرٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "خَيْرُ نِسَائِهَا
مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ بِنْتُ
خُوَيْلِدٍ".
Hisyam ibnu Urwah meriwayatkan dari ayahnya, dari
Abdullah ibnu Ja'far, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sebaik-baik wanitanya adalah
Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanitanya adalah Khadijah binti Khuwailid.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis
yang semisal melalui Hisyam dengan lafaz yang sama.
قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ زَنْجَوِيْه،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ
الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ
وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ."
Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Bakar ibnu Zanjawaih, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Cukuplah bagimu dari wanita di dunia ini
dengan Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad,
dan Asiah istri Fir'aun.
Hadis ini hanya diketengahkan oleh Imam Turmuzi
sendiri, dan ia menilainya sahih.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِيهِ
قَالَ: كَانَ ثَابِتٌ البُنَاني يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَيْرُ نِسَاءِ
الْعَالَمِينَ أرْبَع، مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وآسِيَةُ امْرَأةُ فِرْعَوْنَ،
وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بَنْتُ رَسُولِ اللهِ [صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ]
Abdullah ibnu Abu Ja'far Ar-Razi menceritakan
dari ayahnya bahwa Sabit Al-Bannani pernah menceritakan dari Anas ibnu Malik
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sebaik-baik wanita di dunia ada empat
orang, yaitu Maryam binti Imran, Asiah istri Fir'aun, Khadijah binti Khuwailid,
dan Fatimah binti Rasulullah.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Murdawaih.
وَرَوَى ابْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ طَرِيقِ شُعْبَةَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ
بْنِ قُرَّة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ
إِلا ثَلاث: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ،
وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ
الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ "
Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula dari jalur
Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang lelaki yang mencapai kesempurnaan
banyak jumlahnya, tetapi dari kalangan wanita hanya ada tiga orang, yaitu
Maryam binti Imran, Asiah istri Fir'aun, dan Khadijah binti Khuwailid.
Sedangkan keutamaan Aisyah atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid
atas makanan lainnya.
وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا آدَمُ
الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا شُعْبة، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّة، سَمِعْتُ
مُرَّة الهَمْداني بِحَدِيثٍ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ
كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ
وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Adam
Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnu Murrah; ia pernah mendengar Murrah Al-Hamdani menceritakan
hadis berikut dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Telah mencapai kesempurnaan orang-orang banyak dari
kalangan kaum lelaki, tetapi tidak ada yang mencapai kesempurnaan dari kalangan
kaum wanita selain Maryam binti Imran dan Asiah istri Fir'aun.
Jamaah menceritakan pula hadis ini selain Imam
Abu Daud melalui berbagai jalur dari Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Lafaz yang diketengahkan oleh Imam Bukhari adalah
seperti berikut:
"كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ
النِّسَاءِ إِلا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ،
وَإنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ
الطَّعَامِ ".
Banyak dari kaum lelaki yang mencapai tingkat
kesempurnaan, tetapi dari kalangan kaum wanita tidak ada yang mencapai tingkat
kesempurnaan kecuali Asiah istri Fir'aun dan Maryam binti Imran, dan
sesungguhnya keutamaan Aisyah dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya sama
dengan keutamaan makanan Sarid di atas semua jenis makanan.
Kami memerincikan hadis ini berikut semua
lafaznya dalam kisah Isa ibnu Maryam a.s. di dalam kitab kami yang berjudul
Al-Bidayah wan Nihayah.
*******************
Kemudian Allah Swt. kembali menceritakan khitab
para malaikat kepada Maryam, bahwa mereka memerintahkannya untuk banyak
melakukan ibadah, khusyuk, rukuk, dan sujud serta membiasakan diri beramal,
karena Allah Swt. hendak menganugerahkan kepadanya suatu perkara yang telah
ditakdirkan-Nya untuk dia. Anugerah tersebut merupakan batu ujian baginya dan
meninggikan derajatnya di dua negeri (dunia dan akhirat). Melalui dirinya Allah
akan menampilkan kekuasaan-Nya yang besar, yaitu Allah akan menciptakan darinya
seorang anak tanpa ayah.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي
وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ}
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (Ali Imran: 43)
Yang dimaksud dengan al-qunut ialah taat
dengan penuh kekhusyukan, seperti pengertian yang terkandung di dalam
firman-Nya:
بَلْ لَهُ مَا فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قانِتُونَ
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di
langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. (Ar-Rum: 26)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ
الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ الْحَارِثِ: أَنَّ
دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ،
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال: "كُلُّ حَرْفٍ فِي الْقُرآنِ
يُذْكَرُ فِيهِ القُنُوتُ فَهُوَ الطَّاعَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,
telah menceritakan kepadaku Amr dan Ibnul Haris, bahwa Darij yang dikenal
dengan sebutan Abus Samh pernah menceritakan hadis berikut kepadanya, dari Abul
Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap
kalimat yang ada di dalam Al-Qur'an disebut di dalamnya lafaz al-qunut, artinya
taat.
Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur
Ibnu Luhai'ah dari Darij dengan lafaz yang sama, tetapi di dalam hadis ini
terkandung nakarah (predikat mungkar).
Mujahid mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu
berdiri (melakukan ibadah) sehingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak.
Al-qunut artinya rukuk yang lama di dalam salat, yakni karena mengamalkan
perintah yang terkandung di dalam firman-Nya: Hai Maryam, berqunutlah kepada
Tuhanmu. (Ali Imran: 43)
Al-Hasan mengatakan bahwa makna uqnuti lirabbiki
ialah sembahlah Tuhanmu. sujudlah dan rukuklah bersama orang-orang yang
rukuk. (Ali Imran: 43) Yakni jadilah kamu salah seorang dari mereka yang
rukuk.
Al-Auza'i mengatakan bahwa Maryam tetap tinggal
di dalam mihrabnya seraya rukuk, sujud, dan berdiri, hingga air kuning keluar
dari telapak kakinya. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya dan
memberinya pahala yang memuaskan.
Al-Hafiz Ibnu Asakir menyebutkan di dalam kitab Turjumah
melalui jalur Muhammad ibnu Yunus Al-Kadimi (yang masih diragukan), telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr ibnu Barri, telah menceritakan kepada
kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir sehubungan
dengan firman-Nya: Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu dan sujudlah
(kepada-Nya). (Ali Imran: 43) bahwa Maryam terus-menerus melakukan sujud hingga
air kuning turun ke kedua matanya.
Ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Damrah,
dari Syauzab yang mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu mandi di setiap malamnya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya
Saw. sesudah memaparkan kepadanya dengan jelas semua kisah tersebut, yaitu:
ذلِكَ مِنْ أَنْباءِ
الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari
berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad). (Ali
Imran: 44)
Yang dimaksud dengan wahyu ialah kisah yang
diceritakan kepada Nabi Saw.
وَما كُنْتَ لَدَيْهِمْ
padahal kamu tidak hadir beserta mereka.
(Ali Imran: 44)
Yakni kamu, hai Muhammad, tidaklah bersama
mereka. Karena itu, lalu kamu dapat menceritakan kepada mereka kejadian yang
engkau saksikan. Melainkan Allah memperlihatkannya kepadamu hal tersebut,
seakan-akan kamu ikut hadir dan menyaksikan apa yang terjadi di antara mereka
ketika mereka melakukan undian perihal Maryam, yakni siapakah di antara mereka
yang akan memelihara Maryam. Demikian itu dilakukan karena keinginan mereka
untuk mendapat pahala Allah Swt.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan
kepadaku Hajaj, dari Ibnu Juraij, dari Al-Qasim ibnu Buzzah, bahwa ia telah
menceritakan kepadanya dari Ikrimah, juga dari Bakar, dari Ikrimah yang
menceritakan bahwa Maryam dikeluarkan dari kemahnya, lalu dibawa ke tempat
Banil Kahin, keturunan Harun, saudara Musa a.s. Ketika itu mereka sedang
mengecat bagian dari Baitul Maqdis yang letaknya lurus dengan Ka'bah. Lalu ibu
Maryam berkata kepada mereka, 'Terimalah oleh kalian bayi nazirah ini, karena
sesungguhnya aku telah menazarkannya untuk berkhidmat pada Baitul Maqdis.
Sedangkan dia adalah bayi perempuan, dan tidak boleh ada orang berhaid yang
masuk masjid, tetapi aku tidak akan membawanya kembali pulang ke rumahku."
Mereka menjawab, "Ini adalah anak perempuan imam kita —Imran adalah imam
salat mereka— dan pemimpin kurban kami," Maka Zakaria berkata,
"Serahkanlah dia kepadaku, karena sesungguhnya bibi bayi itu adalah
istriku." Mereka berkata, "Kami belum puas, mengingat dia adalah anak
perempuan imam kami." Yang demikian itu terjadi ketika mereka akan
melakukan undian dengan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menulis kitab
Taurat, dan ternyata undian yang keluar adalah pena milik Zakaria a.s. Akhirnya
ia memelihara Maryam.
Ikrimah menceritakan pula, begitu juga As-Saddi,
Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang,
kisah sebagian dari mereka dimasukkan ke dalam kisah sebagian yang lain, bahwa
mereka pergi ke Sungai Yordan, lalu melakukan undian di sungai tersebut, dengan
ketentuan bahwa mereka diharuskan melempar pena-pena mereka ke dalam sungai
itu. Barang siapa yang penanya tetap bertahan melawan arus air, maka dialah
yang bakal memelihara Maryam. Lalu mereka melemparkan penanya masing-masing,
tetapi semuanya hanyut dibawa oleh arus air sungai, kecuali pena milik Zakaria
yang tetap berada di tempatnya. Menurut suatu pendapat, pena Zakaria justru
bergerak melawan arus air. Selain itu Zakaria adalah pemimpin dan penghulu
mereka, juga orang yang paling alim di antara mereka, serta imam dan nabi
mereka.
Ali Imran, ayat 45-47
{إِذْ قَالَتِ
الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ
الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ
الْمُقَرَّبِينَ (45) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ
الصَّالِحِينَ (46) قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي
بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا
فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (47) }
(Ingatlah) ketika
malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia
adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata,
"Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-laki pun.'' Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya."
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya, "Jadilah," lalu jadilah dia.
Hal ini merupakan berita gembira yang disampaikan
oleh malaikat kepada Maryam, bahwa kelak dia akan mempunyai seorang anak yang
agung dan mempunyai peran yang besar. Allah Swt. berfirman:
{إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ
إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ}
(Ingatlah) ketika malaikat berkata, "Hai
Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra
yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya." (Ali Imran:
45)
Yakni seorang anak yang proses kejadiannya hanya
melalui kalimat (perintah) dari Allah Swt., yaitu dengan ucapan, "Kun
(jadilah)," maka jadilah dia. Hal inilah yang dimaksud dengan tafsir
firman-Nya:
{مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ}
yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah. (Ali Imran: 39)
menurut pendapat jumhur ulama, sebagaimana yang
telah disebutkan penjelasannya.
*******************
اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى
ابْنُ مَرْيَمَ
namanya Al-Masih Isa putra Maryam. (Ali
Imran: 45)
Yakni nama itulah yang terkenal baginya di dunia,
semua orang mukmin mengetahuinya.
Menurut sebagian ulama Salaf, ia dinamakan
Al-Masih karena banyak melakukan pengembaraan. Menurut pendapat yang lainnya,
ia dinamakan demikian karena kedua telapak kakinya rata, tidak ada lekukan dan
tonjolannya.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, ia dinamakan
Al-Masih karena apabila ia mengusap seseorang yang mempunyai penyakit, maka
dengan seizin Allah orang tersebut sembuh dari penyakitnya.
Firman Allah Swt:
{عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ}
Isa putra Maryam. (Ali Imran: 45),
menunjukkan pengertian bahwa namanya dinisbatkan
kepada ibunya, karena ia tidak berayah.
{وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ
الْمُقَرَّبِينَ}
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan
salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Ali
Imran: 45)
Artinya, dia adalah orang yang terkemuka dan
mempunyai kedudukan di sisi Allah ketika di dunia, karena wahyu diturunkan oleh
Allah kepadanya berupa syariat agama, dan Allah menurunkan Al-Kitab kepadanya serta
hal-hal lainnya yang dianugerahkan Allah kepadanya. Sedangkan di akhirat nanti
dia dapat memberi syafaat di sisi Allah terhadap orang-orang yang diizinkan-Nya
untuk diberi syafaat. Lalu Allah menerima syafaatnya karena mengikuti jejak
saudara-saudaranya dari kalangan ulul azmi. Semoga Allah melimpahkan salawat
dan salam-Nya kepada mereka semua.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي
الْمَهْدِ وَكَهْلًا
dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian
dan ketika sudah dewasa. (Ali Imran: 46)
yang isi pembicaraannya ialah menyeru manusia
untuk menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal itu
dilakukan selagi ia masih bayi, sebagai mukjizat dan tanda kekuasaan Allah Swt.
Juga ia berbicara setelah dewasa, yaitu ketika Allah telah menurunkan wahyu
kepadanya.
وَمِنَ الصَّالِحِينَ
dan dia adalah salah seorang di antara
orang-orang yang saleh. (Ali Imran: 46)
yaitu dalam semua ucapan dan amal perbuatannya
berdasarkan ilmu yang benar dan amal yang saleh.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ قُسَيط، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ شُرَحْبِيلَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَكَلَّمَ
مَوْلُود فِي صِغَرِهِ إِلَّا عِيسَى وصَاحِبَ جُرَيْج"
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid ibnu
Abdullah ibnu Qasit, dari Muhammad ibnu Syurahbil, dari Abu Hurairah yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak ada seorang pun
semasa bayinya dapat berbicara kecuali Isa dan teman Juraij.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو الصَّقْرِ يَحْيَى بْنُ
مُحَمَّدِ بْنِ قَزْعَة، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ -يَعْنِي
الْمَرْوَزِيَّ-حَدَّثَنَا جَرِيرٌ -يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ-عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"لم يَتَكَّلَمْ فِي المهدِ إِلَّا ثَلاثَة، عِيسى، وصَبِيٌّ كَانَ فِي
زَمَنِ جُرَيْج، وصبيٌّ آخَرُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abus Saqr Yahya ibnu Muhammad ibnu Quza'ah, telah menceritakan
kepada kami Al-Husain (yakni Al-Marwazi), telah menceritakan kepada kami Jarir
(yakni Ibnu Abu Hazim), dari Muhammad, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda: Tidak ada yang dapat berbicara di dalam buaian kecuali tiga
orang, yaitu Isa, bayi yang ada di masa Juraij, dan bayi lainnya (anak
Masyitah, pent.).
*******************
Setelah Maryam mendengar berita gembira yang
disampaikan oleh malaikat kepadanya dari Allah Swt., maka ia berkata dalam
munajatnya:
رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي
وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ
Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun? (Ali Imran:
47)
Maryam bertanya, "Bagaimana aku dapat
mempunyai anak, sedangkan aku tidak bersuami, dan tidak pula aku berniat untuk
bersuami, serta aku bukan wanita yang nakal?" Maka malaikat berkata
kepadanya, menjawab pertanyaan tersebut:
{كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ}
Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 47).
Yakni demikianlah urusan Allah itu Mahahebat, tiada
sesuatu pun yang melemahkan-Nya, dan hal ini dijelaskan melalui firman-Nya: menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 47) dan tidak disebutkan dengan
kalimat, "Demikianlah Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya,"
seperti yang terdapat di dalam kisah Zakaria. Melainkan disebutkan di sini
dengan jelas dan tegas bahwa Allah Swt. menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
tujuannya ialah agar tidak ada jalan bagi orang yang ingkar untuk meragukannya.
Lalu hal tersebut diperkuat lagi oleh firman selanjutnya, yaitu:
{إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ
لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu,
maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, "Jadilah," lalu jadilah
dia. (Ali Imran: 47)
Yakni sesuatu itu jadi setelah diperintahkan oleh
Allah, tanpa ada keterlambatan barang sedikit pun. Begitu Allah mengatakan,
"Kun" maka jadilah ia seketika itu juga. Perihalnya sama
dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَما أَمْرُنا إِلَّا
واحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan
seperti kejapan mata. (Al-Qamar. 50)
Yakni sesungguhnya Kami hanya mengatakan sekali
perintah tanpa mengulanginya lagi, maka terjadilah apa yang Kami kehendaki itu
dengan cepat seperti kejapan mata.
Ali Imran, ayat 48-51
{وَيُعَلِّمُهُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ (48) وَرَسُولا إِلَى بَنِي
إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ
لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَأُبْرِئُ الأكْمَهَ وَالأبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ
وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (49) وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (50) إِنَّ
اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (51) }
Dan Allah
mengajarkan kepadanya Al-Kitab, hikmah, Taurat, dan Injil. Dan (sebagai) rasul
kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka), "Sesungguhnya aku telah
datang kepada kalian dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian,
yaitu aku membuat untuk kalian dari tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit
sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepada
kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagi kalian, jika kalian sungguh-sungguh beriman.'" Dan (aku datang kepada
kalian) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagi
kalian sebagian yang telah diharamkan untuk kalian, dan aku datang kepada
kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian. Karena itu,
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesugguhnya Allah Tuhanku dan
Tuhan kalian. Karena itu, sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."
Allah Swt. berfirman menceritakan kesempurnaan
berita gembira yang disampaikan oleh para malaikat kepada Maryam mengenai
putranya, yaitu Isa a.s. Bahwa sesungguhnya Allah mengajarkan kepada Isa
Al-Kitab dan hikmah. Menurut makna lahiriah, yang dimaksud dengan Al-Kitab
ialah menulis dan mengenai hikmah. Tafsirnya telah disebutkan di dalam surat
Al-Baqarah.
وَالتَّوْراةَ
وَالْإِنْجِيلَ
dan Taurat serta Injil. (Ali Imran: 48)
Taurat ialah kitab yang
diturunkan kepada Musa ibnu Imran, sedangkan
kitab Injil ialah kitab yang diturunkan kepada Isa ibnu Maryam a.s. Disebutkan
bahwa Nabi Isa a.s. hafal kitab Taurat dan kitab Injil yang diturunkan
kepadanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَسُولا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan (sebagai) seorang rasul kepada Bani Israil.
(Ali Imran: 49)
yang berkata kepada mereka:
أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ
بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ
الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِ اللَّهِ
"Sesungguhnya aku telah datang kepada
kalian dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku
membuat untuk kalian dari tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya,
maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah." (Ali Imran: 49)
Memang demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Isa
a.s. Ia membuat sebuah patung berupa seekor burung, kemudian ia meniup patung
burung itu, maka dengan serta-merta patung itu menjadi burung sungguhan dan
dapat terbang dengan seizin Allah Swt. Hal ini dijadikan untuknya sebagai
mukjizat yang menunjukkan bahwa dia diutus oleh Allah Swt. kepada mereka.
وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ
dan aku menyembuhkan orang yang buta. (Ali
Imran: 49)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan al-akmah
ialah orang yang dapat melihat di siang hari, tetapi di malam hari ia tidak
dapat melihat. Menurut pendapat lain adalah sebaliknya. Menurut pendapat yang
lainnya, orang yang buta di kala malam hari. Sedangkan menurut pendapat yang
lainnya lagi yaitu orang yang rabun.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan al-akmah
ialah orang yang buta sejak lahirnya. Pendapat ini lebih dekat kepada
kebenaran, mengingat hal ini lebih jelas menunjukkan kemukjizatannya dan lebih
kuat dalam tantangannya.
Yang dimaksud dengan al-abras ialah
penyakit sopak.
وَأُحْيِ الْمَوْتى
بِإِذْنِ اللَّهِ
dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah. (Ali Imran: 49)
Mayoritas ulama mengatakan bahwa Allah mengutus
setiap nabi dengan membekalinya mukjizat yang sesuai dengan ahli zamannya. Di
zaman Nabi Musa a.s., hal yang paling terkenal di kalangan umatnya ialah
permainan sihir dan mengagungkan orang-orang yang pandai sihir. Maka Allah
mengutus Nabi Musa a.s. dengan membawa mukjizat yang menyilaukan mata dan
membingungkan para ahli sihir. Ketika para ahli sihir merasa yakin bahwa hal
yang dipamerkan oleh Musa a.s. adalah berasal dari sisi Tuhan Yang Mahabesar
lagi Mahaperkasa, maka barulah mereka taat memeluk agama Nabi Musa a.s. dan jadilah
mereka hamba-hamba Allah yang bertakwa.
Adapun Nabi Isa a.s., di masanya terkenal ilmu
ketabiban dan ilmu biologi. Maka Nabi Isa a.s. datang kepada mereka dengan
membawa mukjizat-mukjizat yang tidak ada jalan bagi seorang manusia pun untuk
dapat menirunya, kecuali jika diperkuat oleh Tuhan yang membuat syariat. Karena
bagaimana mungkin seorang tabib dapat mampu menghidupkan orang yang telah mati,
atau menyembuhkan orang yang buta dan yang berpenyakit sopak, serta
membangkitkan orang yang telah dikubur, yang seharusnya baru dapat bangkit dari
kuburnya di hari kiamat nanti, yaitu hari pembalasan.
Demikian pula Nabi Muhammad Saw. Beliau diutus di
zaman orang-orang yang ahli dalam hal kefasihan berbahasa, ahli dalam hal
berparamasastra, dan ahli dalam bersyair secara alami. Maka beliau Saw. datang
kepada mereka dengan membawa Al-Qur'an dari sisi Allah Swt.; yang seandainya
berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan hal yang semisal atau sepuluh
surat yang semisal atau sebuah surat yang semisal dengannya, niscaya mereka
tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya, sekalipun sebagian dari
mereka membantu sebagian yang lainnya. Hal tersebut tiada lain karena Kalam
Tuhan tidaklah sama dengan perkataan makhluk-Nya sama sekali.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَأُنَبِّئُكُمْ بِما
تَأْكُلُونَ وَما تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian
makan dan apa yang kalian simpan di dalam rumah kalian. (Ali Imran: 49)
Artinya, aku akan menceritakan kepada kalian
semua yang dimakan oleh seseorang di antara kalian sekarang dan apa yang
disimpan oleh-nya di dalam rumahnya untuk keesokan harinya.
إِنَّ فِي ذلِكَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Ali
Imran: 49)
Yakni dalam kesemuanya itu, dari awal sampai
akhir.
لَآيَةً لَكُمْ
adalah suatu tanda bagi kalian. (Ali
Imran: 49)
yang menunjukkan kebenaran dari apa yang aku
datangkan kepada kalian.
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.
وَمُصَدِّقاً لِما بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْراةِ
jika kalian sungguh-sungguh beriman, dan (aku
datang kepada kalian) membenarkan Taurat yang datang sebelumku. (Ali Imran:
49-50)
Yaitu mengakui dan mengukuhkannya.
وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ
الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian
yang telah diharamkan untuk kalian. (Ali Imran: 50)
Di dalam ayat ini terkandung pengertian yang
menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. me-nasakh (merevisi) sebagian dari syariat
Taurat. Hal ini merupakan pendapat yang sahih (benar) di antara kedua pendapat
mengenainya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa Nabi
Isa a.s. sama sekali tidak me-nasakh sesuatu hukum pun yang ada di dalam kitab
Taurat, melainkan hanya menghalalkan bagi mereka sebagian hal yang
diperselisihkan di antara mereka karena kesalahpahaman mereka, lalu Isa a.s.
datang menyingkapkan duduk masalah yang sebenarnya. Seperti yang disebutkan
dalam ayat lainnya, yaitu :
وَلِأُبَيِّنَ لَكُمْ
بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ
dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian
dari apa yang kalian berselisih tentangnya. (Az-Zukhruf: 63)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ
dan aku datang kepada kalian dengan membawa
suatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian. (Ali Imran: 50)
Yakni berupa hujah dan dalil yang membuktikan
kebenaran dari apa yang aku katakan kepada kalian.
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ. إِنَّ
اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ}
Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku, Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Karena itu,
sembahlah Dia. (Ali Imran: 50-51)
Maksudnya, aku dan kalian sama saja, diharuskan
menyembah Allah, tunduk dan patuh kepada-Nya.
{هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}
Inilah jalan yang lurus. (Ali Imran: 51)
Ali Imran, ayat 52-54
{فَلَمَّا أَحَسَّ
عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ
الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا
مُسْلِمُونَ (52) رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنزلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ (53) وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (54) }
Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil), berkatalah dia, "Siapakah
yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?"
Para hawariyyin menjawab, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa
yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul. Karena itu, masukkanlah
kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan
Allah)." Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu
daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Allah Swt. berfirman:
{فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى}
Maka tatkala Isa mengetahui. (Ali Imran:
52),
Yakni Isa a.s. merasakan kebulatan tekad mereka
dalam kekufurannya dan keberlangsungan mereka dalam kesesatan, maka ia berkata:
{مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ}
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku
untuk (menegakkan agama) Allah? (Ali Imran: 52)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud
ialah 'siapakah yang akan mengikutiku menegakkan agama Allah?'.
Sufyan As-Sauri dan lain-lainnya mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah 'siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku
bersama dengan Allah?'. Pendapat Mujahid lebih dekat kepada kebenaran.
Menurut makna lahiriahnya, Nabi Isa bermaksud
siapakah orang-orang yang mau menjadi penolong-penolongku untuk menyeru manusia
menyembah Allah. Perihalnya sama dengan apa yang pernah dikatakan oleh Nabi
Saw. dalam musim-musim haji sebelum hijrah, yaitu:
"مَنْ رَجُل يُؤْوِيني عَلى [أَنْ] أُبَلِّغَ كلامَ رَبِّي،
فإنَّ قُرَيْشًا قَدْ مَنَعُونِي أنْ أُبَلِّغَ كَلامَ
رَبِّي"
Siapakah orangnya yang mau membantuku hingga
aku dapat menyampaikan kalam Tuhanku, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy
telah melarangku untuk menyampaikan kalam Tuhanku!
Hingga beliau Saw. bersua dengan orang-orang
Ansar, lalu mereka memberinya perlindungan dan pertolongan. Kemudian Nabi Saw.
berhijrah kepada mereka, lalu mereka semuanya yang terdiri atas berbagai bangsa
—ada yang berkulit hitam dan ada yang berkulit merah— membantunya dan
melindunginya; semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepada mereka (orang-orang
Ansar) dan semoga Allah memberi pahala yang memuaskan mereka.
Demikian pula halnya Nabi Isa a.s. Ia dibantu
oleh segolongan orang-orang dari kalangan Bani Israil, lalu mereka beriman
kepadanya, membela dan menolongnya serta mengikuti cahaya yang diturunkan oleh
Allah kepadanya. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh Allah
Swt.:
{قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ
اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ. رَبَّنَا آمَنَّا
بِمَا أَنزلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}
Para hawariyyin menjawab, "Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan
kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami
ikuti rasul. Karena itu, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang
menjadi saksi (tentang keesaan Allah). (Ali Imran: 52-53)
Al-hawariyyun, menurut suatu pendapat
mereka adalah orang-orang yang bertubuh pendek. Menurut pendapat yang lainnya,
mereka dinamakan hawariyyin karena pakaian yang selalu mereka kenakan berwarna
putih. Menurut' pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah para pemburu.
Menurut pendapat yang sahih, arti hawari
ialah penolong. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa ketika
Rasulullah Saw. menganjurkan kaum muslim dalam Perang Ahzab untuk bersiap-siap
menghadapi peperangan, maka sahabat Az-Zubair membantu Nabi Saw. dan mengambil
alih tugas ini, lalu Az-Zubair menyerukan hal tersebut kepada mereka. Maka Nabi
Saw. bersabda:
"إنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَاريًا وَحَوَارِيي
الزُّبَيْرُ"
Setiap nabi mempunyai penolong, dan penolongku
adalah Az-Zubair.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami israil, dari Samak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a.
sehubungan dengan firman-Nya: Karena itu, masukkanlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang menjadi saksi. (Ali Imran: 53) Ibnu Abbas mengatakan bahwa
yang dimaksud ialah menjadi saksi bersama-sama umat Muhammad Saw.
Sanad asar ini jayyid.
Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal
segolongan orang-orang terkemuka Bani Israil dalam rencana mereka yang hendak
membinasakan Nabi Isa a.s. Mereka bertujuan ingin menimpakan kejahatan
terhadapnya dan menyalibnya. Mereka semuanya bergabung untuk menentangnya dan
menghasutnya ke hadapan raja di masa itu yang kafir. Mereka menyampaikan berita
hasutan kepada si raja bahwa di sana ada seorang lelaki yang menyesatkan
orang-orang banyak, menghalang-halangi mereka untuk taat kepada raja, merusak
rakyat serta memecah-belah antara seorang ayah dan anaknya; dan hasutan-hasutan
lainnya yang biasa mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelakunya. Mereka
melemparkan tuduhan terhadap Nabi Isa sebagai seorang pendusta, dan bahwa dia
adalah anak zina. Hal tersebut membangkitkan kemarahan si raja, lalu ia
mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap dan menyalibnya serta menyiksanya.
Ketika mereka mengepung rumah Nabi Isa dan mereka
menduga pasti dapat menangkapnya, maka Allah menyelamatkan Nabi Isa dari sergapan
mereka. Allah mengangkatnya dari atap rumah tersebut ke langit. Kemudian Allah
memiripkan rupa seorang lelaki yang ada di dalam rumah tersebut dengan Nabi Isa
a.s.
Ketika mereka masuk ke dalam rumah itu, mereka
menduga lelaki tersebut sebagai Nabi Isa dalam kegelapan malam, lalu mereka
menangkapnya dan menghinanya serta menyalibnya, lalu meletakkan duri di atas
kepalanya.
Hal tersebut merupakan tipu daya dari Allah
terhadap mereka, karena Dia akan menyelamatkan Nabi-Nya dan mengangkatnya dari
hadapan mereka ke langit, serta meninggalkan mereka bergelimangan di dalam
kesesatan. Mereka menduga bahwa mereka telah berhasil mencapai sasarannya. Dan
Allah menempatkan di dalam hati mereka kekerasan dan keingkaran terhadap
perkara yang hak. Hal ini melekat di hati mereka, dan Allah menimpakan kepada
mereka kehinaan yang tidak pernah lekang dari diri mereka sampai hari kiamat
nanti. Allah Swt. berfirman:
{وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ
خَيْرُ الْمَاكِرِينَ}
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan
Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Ali Imran: 54)
Ali Imran, ayat 55-58
{إِذْ قَالَ اللَّهُ
يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ
فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (55) فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا
شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (56) وَأَمَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (57) ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَليْكَ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ (58) }
(Ingatlah) ketika
Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembali
kalian, lalu Aku memutuskan di antara kalian tentang hal-hal yang selalu kalian
berselisih padanya." Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Kusiksa
mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak
memperoleh penolong. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan
yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala
amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Demikianlah
(kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti
(kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah.
Ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan
firman-Nya:
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ
وَرافِعُكَ إِلَيَّ
Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajal mu dan mengangkat kamu kepada-Ku. (Ali Imran: 55)
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa
ungkapan ini termasuk versi ungkapan muqaddam dan mu'akhkhar, yakni
mendahulukan yang akhir dan mengakhirkan yang dahulu. Bentuk lengkapnya ialah,
"Sesungguhnya Aku akan mengangkat kamu kepada-Ku dan menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu, sesudah diangkat."
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa yang dimaksud dengan mutawaffika ialah mematikan kamu.
Muhammad ibnu Ishak telah meriwayatkan dari orang
yang tidak dicurigai, dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa Allah
mematikannya selama tiga saat (jam) pada permulaan siang hari, yaitu ketika
Allah mengangkatnya kepada Dia.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Nasrani
menduga bahwa Allah mematikannya selama tujuh jam, kemudian menghidupkannya
kembali.
Ishaq ibnu Bisyr meriwayatkan dari Idris, dari
Wahb, bahwa Allah mematikannya selama tiga hari, kemudian menghidupkannya dan
mengangkatnya.
Matar Al-Waraq mengatakan, yang dimaksud ialah
sesungguhnya Aku akan mewafatkan kamu dari dunia, tetapi bukan wafat dalam arti
kata mati. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa yuwaffihi
artinya mengangkatnya.
Kebanyakan ulama mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan wafat dalam ayat ini ialah tidur, seperti pengertian yang terkandung di
dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي
يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ
Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam
hari. (Al-An'am: 60)
Juga dalam firman Allah Swt.:
اللَّهُ يَتَوَفَّى
الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِها وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنامِها
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. (Az-Zumar: 42)
Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila
terbangun dari tidurnya selalu membaca doa berikut, yaitu:
"الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَمَا أمَاتَنَا
وإلَيْهِ النُّشُورُ"
Segala puji bagi Allah yang telah membangunkan
kami sesudah menidurkannya.
Makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَبِكُفْرِهِمْ
وَقَوْلِهِمْ عَلى مَرْيَمَ بُهْتاناً عَظِيماً. وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَما قَتَلُوهُ وَما صَلَبُوهُ وَلكِنْ
شُبِّهَ لَهُمْ
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa),
dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena
ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah, " padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. (An-Nisa: 156-157)
sampai dengan firman-Nya:
وَما قَتَلُوهُ يَقِيناً
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً. وَإِنْ مِنْ
أَهْلِ الْكِتابِ إِلَّا
لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ
شَهِيداً
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka
bunuh itu adalah Isa, tetapi (sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Tidak ada seorang
pun dari ahli kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya.
Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.
(An-Nisa: 157-159)
Damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Qabla
mautihi," kembali (merujuk) kepada Isa a.s. Dengan kata lain, tidak
ada seorang pun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Isa. Hal ini
terjadi di saat Nabi Isa turun ke bumi sebelum hari kiamat, seperti yang akan
diterangkan kemudian. Maka saat itu semua ahli kitab pasti beriman kepadanya
karena menghapuskan jizyah dan tidak mau menerima kecuali agama Islam (yakni ia
memerangi ahli kitab yang tidak mau masuk Islam).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari ayahnya, telah
menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Al-Hasan, bahwa ia telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya Aku akan
mewafatkan kamu. (Ali Imran: 55), Yaitu wafat dengan pengertian tidur.
Maksudnya, Allah mengangkatnya dalam tidurnya. Al-Hasan mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah berkata kepada orang-orang Yahudi:
"إنَّ عِيسَى لم يَمُتْ، وَإنَّه رَاجِع إلَيْكُمْ قَبْلَ
يَوْمِ الْقَيامَةِ"
Sesungguhnya Isa itu belum mati, dan
sesungguhnya dia akan kembali kepada kalian sebelum hari kiamat.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمُطَهِّرُكَ مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا
serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir. (Ali Imran: 55)
Yakni dengan mengangkatmu ke langit oleh-Ku.
{وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ
الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ}
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu
di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. (Ali Imran: 55)
Dan memang demikianlah kejadiannya, karena
sesungguhnya ketika Al-Masih diangkat oleh Allah ke langit, semua sahabatnya
berpecah-belah menjadi berbagai macam golongan dan sekte sesudah ia tiada. Di
antara mereka ada yang tetap beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah
kepadanya, yaitu bahwa dia adalah hamba Allah, rasul-Nya, dan anak dari hamba
perempuan-Nya. Ada yang berlebih-lebihan dalam menganggapnya, lalu mereka
menjadikannya sebagai anak Allah. Golongan yang lainnya mengatakan bahwa dia
adalah Allah, dan golongan yang lainnya lagi mengatakan bahwa dia adalah salah
satu dari tuhan yang tiga.
Allah Swt. menceritakan pendapat mereka di dalam
Al-Qur'an dan sekaligus membantah tiap-tiap pendapat tersebut. Mereka
terus-menerus dalam keadaan demikian selama masa kurang lebih tiga ratus tahun.
Kemudian muncullah bagi mereka seorang raja
negeri Yunani yang dikenal dengan julukan Konstantin. Ia masuk ke dalam agama
Nasrani. Menurut suatu pendapat, dia masuk ke dalam agama Nasrani sebagai
siasat untuk merusaknya dari dalam, karena sesungguhnya dia adalah seorang ahli
filsafat. Menurut pendapat yang lainnya lagi, dia orang yang tidak mengerti
tentang agama Nasrani, tetapi dia mengubah agama Al-Masih buat mereka dan
menyelewengkannya; serta melakukan penambahan dan pengurangan pada agama
tersebut, lalu ia membuat kaidah-kaidah dan amanat yang besar, yang hal ini
adalah merupakan pengkhianatan yang rendah. Di masanya daging babi dihalalkan,
dan mereka salat menurutinya dengan menghadap ke arah timur, membuat
gambar-gambar dan patung-patung di gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah
mereka atas perintahnya. Dan. dia menambahkan ke dalam puasa mereka sepuluh
hari untuk menebus dosa yang telah dilakukannya, menurut dugaan mereka.
Sehingga agama Al-Masih bukan lagi agama yang asli, melainkan agama Konstantin,
hanya saja dia sempat membangun buat mereka banyak gereja dan tempat-tempat
kebaktian yang jumlahnya lebih dari dua belas ribu rumah ibadat. Lalu ia
membangun sebuah kota yang namanya diambil dari nama dirinya. Alirannya ini
diikuti oleh keluarga raja dari kalangan mereka. Keadaan mereka yang demikian
itu dapat mengalahkan orang-orang Yahudi. Semoga Allah membantu Yahudi dalam
melawan mereka, karena Yahudi lebih dekat kepada kebenaran ketimbang mereka,
sekalipun semuanya adalah orang-orang kafir. Semoga tetap atas mereka laknat
Allah.
Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., maka
orang-orang yang beriman kepadanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya dengan iman yang benar. Mereka adalah
pengikut semua nabi yang ada di bumi ini, mengingat mereka percaya kepada
Rasul, Nabi yang Ummi dari Arab, penutup para rasul dan penghulu Bani Adam
secara mutlak. Beliau Saw. menyeru mereka untuk percaya kepada semua perkara
yang hak. Oleh karena itu, mereka lebih berhak kepada setiap nabi daripada umat
nabi itu sendiri yang menduga bahwa mereka berada dalam agama dan tuntunannya,
padahal mereka telah mengubah dan menyelewengkannya. Kemudian seandainya tidak
ada perubahan dan tidak diselewengkan, sesungguhnya Allah telah me-nasakh
syariat semua rasul dengan diutus-Nya Nabi Muhammad Saw. yang membawa agama
yang hak yang tidak akan berubah dan tidak akan diganti lagi sampai hari kiamat
nanti. Agamanya tetap tegak, menang, dan unggul di atas agama lainnya. Karena
itulah maka Allah membukakan bagi sahabat-sahabatnya belahan timur dan barat
dari dunia ini. Mereka menjelajah semua kerajaan, dan semua negeri tunduk
kepada mereka. Kerajaan Kisra mereka patahkan, dan kerajaan kaisar mereka
hancurkan serta semua perbendaharaannya mereka jarah, lalu dibelanjakan untuk
kepentingan jalan Allah. Seperti yang diberitakan kepada mereka oleh Nabi
mereka dari Tuhannya, yaitu di dalam firman-Nya:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ
الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا}
الْآيَةَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. (An-Nur: 55), hingga akhir ayat.
Karena itulah, mengingat mereka adalah
orang-orang yang sungguh beriman kepada Al-Masih, maka mereka dapat merebut
negeri Syam dari tangan orang-orang Nasrani; dan mengusir mereka ke negeri
Romawi, lalu orang-orang Nasrani kembali ke kota mereka, yaitu Konstantinopel.
Islam dan para pemeluknya masih tetap berada di atas mereka sampai hari kiamat.
Nabi Saw. telah memberitakan kepada umatnya bahwa
akhirnya mereka kelak akan mengalahkan Konstantinopel dan memperoleh banyak
ganimah darinya serta banyak sekali pasukan Romawi yang terbunuh hingga
orang-orang belum pernah melihat korban perang yang banyak seperti itu, baik
sebelum ataupun sesudahnya. Kami telah menulis sehubungan dengan hal ini dalam
sebuah kitab yang tersendiri.
*******************
Allah Swt. telah berfirman:
وَجاعِلُ الَّذِينَ
اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيما كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ فَأَمَّا
الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذاباً شَدِيداً فِي الدُّنْيا وَالْآخِرَةِ
وَما لَهُمْ مِنْ ناصِرِينَ
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu
di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah
kembali kalian, lalu Aku memutuskan di antara kalian tentang hal-hal yang
selalu kalian berselisih padanya." Adapun orang-orang yang kafir, maka
akan Kusiksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan
mereka tidak memperoleh penolong. (Ali Imran: 55-56)
Demikian pula dilakukan terhadap orang-orang yang
kafir kepada Al-Masih dari kalangan orang-orang Yahudi atau berlebih-lebihan
menilainya atau menyanjung-nyanjungnya secara kelewat batas dari kalangan
pemeluk Nasrani. Allah pasti mengazab mereka di dunia dengan pembunuhan dan
ditawan serta harta benda mereka dirampas, dan kekuasaan mereka dicabut serta
di akhirat kelak azab yang diterima mereka lebih keras dan lebih berat.
وَما لَهُمْ مِنَ اللَّهِ
مِنْ واقٍ
dan tak ada bagi mereka seorang pelindung pun
dari (azab) Allah. (Ar-Ra'd: 34)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ
Adapun orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan
sempurna pahala mereka. (Ali Imran: 57)
Yakni di dunia dan di akhirat. Di dunia dengan
mendapat pertolongan dan kemenangan, sedangkan di akhirat dengan mendapat surga
yang tinggi.
{وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ}
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim. (Ali Imran: 57)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
ذلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ
مِنَ الْآياتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ
Demikian
(kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti
(kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah. (Ali
Imran: 58)
Apa yang telah Kami ceritakan kepadamu, hai
Muhammad, mengenai perkara Isa —permulaan kelahirannya dan urusan yang
dialaminya— merupakan sebagian dari apa yang difirmankan oleh Allah Swt. dan
diwahyukan-Nya kepadamu. Ia diturunkan kepadamu dari lauh mahfuz, maka tiada
kebimbangan dan tiada keraguan padanya. Perihalnya sama dengan makna firman-Nya
yang terdapat di dalam surat Maryam, yaitu:
ذلِكَ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ مَا كانَ لِلَّهِ أَنْ
يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحانَهُ إِذا قَضى أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ
Demikianlah kisah Isa putra Maryam, kisah yang
sesungguhnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak
bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu,
maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah." Maka jadilah ia.
(Maryam: 34-35)
Sedangkan di dalam surat ini disebutkan seperti
berikut:
Ali Imran, ayat 59-63
{إِنَّ مَثَلَ عِيسَى
عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ (59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْت َرِينَ (60)
فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا
نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ
(61) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ
وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (62) فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ (63) }
Sesungguhnya misal
(penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami
ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu. Karena itu,
janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu
tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah
(kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian,
istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian, kemudian
marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." Sesungguhnya ini adalah kisah
yang benar, dan tak ada Tuhan selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika mereka berpaling (dari menerima
kcbenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa-siapa orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ}
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi
Allah. (Ali Imran: 59)
dalam hal kekuasaan Allah, mengingat Allah
menciptakannya tanpa melalui seorang ayah.
{كَمَثَلِ آدَمَ}
adalah seperti (penciptaan) Adam. (Ali
Imran: 59)
mengingat Allah menciptakannya tanpa melalui
seorang ayah dan tanpa ibu, melainkan:
{خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ
كُنْ فَيَكُونُ}
Allah menciptakannya dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah dia.
(Ali Imran: 59)
Tuhan yang menciptakan Adam tanpa melalui ayah
dan ibu, jelas lebih mampu menciptakan Isa. Jika ada jalan untuk mendakwakan
Isa sebagai anak Tuhan, mengingat ia diciptakan tanpa melalui seorang ayah,
maka terlebih lagi terhadap Adam. Akan tetapi, telah dimaklumi secara sepakat
bahwa anggapan seperti itu batil; terlebih lagi jika ditujukan kepada Isa a.s.,
maka lebih batil dan lebih jelas rusaknya.
Allah Swt. sengaja melakukan demikian dengan
maksud untuk menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya dengan menciptakan
Adam tanpa kedua orang tua, dan menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita,
serta menciptakan Isa dari wanita tanpa laki-laki, sebagaimana dia menciptakan
makhluk lainnya dari jenis jantan dan jenis betina (melalui perkawinan
keduanya). Karena itulah dalam surat Maryam Allah Swt. berfirman:
وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً
لِلنَّاسِ
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia. (Maryam: 21)
Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ
الْمُمْتَرِينَ}
Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu.
Karena itu, janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran:
60)
Yakni inilah pendapat (kisah) yang benar mengenai
Isa yang tidak diragukan lagi, sedangkan yang lainnya tidak benar, dan tiada
sesudah perkara yang benar melainkan hanya kesesatan belaka.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman seraya
memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk melakukan mubahalah terhadap orang yang
ingkar kepada kebenaran tentang Isa sesudah adanya keterangan, yaitu:
{فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ
وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ}
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa
sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya),
"Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri
kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian. (Ali Imran: 61)
Maksudnya, kita hadirkan mereka semua untuk
mubahalah.
{ثُمَّ نَبْتَهِلْ}
kemudian marilah kita bermubahalah (Ali
Imran: 61)
Yakni berbalas laknat.
{فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى
الْكَاذِبِينَ}
supaya laknat Allah ditimpakan kepada
orang-orang yang dusta. (Ali Imran: 61)
Yaitu antara kami dan kalian, siapakah yang
berhak dilaknat.
Disebutkan bahwa asbabun nuzul (latar belakang
sejarah) turunnya ayat mubahalah ini dan ayat-ayat yang sebelumnya yang dimulai
dari permulaan surat Ali Imran hingga ayat ini berkenaan dengan delegasi dari
Najran. Bahwa orang-orang Nasrani itu ketika tiba, mereka mengemukakan hujahnya
tentang Isa, dan mereka menduga bahwa Isa adalah anak dan tuhan. Maka Allah
menurunkan awal dari surat Ali Imran ini untuk membantah mereka, seperti yang
disebut oleh Imam Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar dan lain-lainnya.
Ibnu Ishaq mengatakan di dalam kitab Sirah-nya
yang terkenal dan mengatakan pula yang lainnya bahwa delegasi orang-orang
Nasrani Najran datang kepada Rasulullah Saw. terdiri atas enam puluh orang,
mereka datang berkendaraan. Di antara mereka ada empat belas orang laki-laki
dari kalangan orang-orang yang terhormat di kalangan mereka yang merupakan
dewan penasihat mereka dalam segala urusan. Mereka adalah Al-Aqib yang nama
julukannya adalah Abdul Masih, As-Sayyid (yakni Al-Aiham), Abu Harisah ibnu
Alqamah (saudara Bakr ibnu Wail), Uwais ibnul Haris, Zaid, Qais, Yazid dan
kedua anaknya, Khuwalid, Amr, Khalid dan Abdullah, serta Muhsin. Dewan
tertinggi di antara mereka ada tiga orang, yaitu Al-Aqib yang menjabat sebagai
amir mereka dan pemutus perkara serta ahli musyawarah; tiada suatu pendapat pun
yang timbul melainkan dari dia. Orang yang kedua adalah Sayyid. Dia orang yang
paling alim di antara mereka, pemilik kendaraan mereka, dan yang mempersatukan
mereka. Sedangkan orang yang ketiga ialah Abu Harisah ibnu Alqamah; dia adalah
uskup mereka dan pemimpin yang mengajari mereka kitab Injil. Pada asalnya dia
adalah orang Arab, yaitu dari kalangan Bani Bakr ibnu Wail. Tetapi ia masuk
agama Nasrani, lalu orang-orang Romawi dan raja-rajanya menghormatinya serta
memuliakannya. Bahkan mereka membangun banyak gereja, lalu mengangkatnya
sebagai pengurus gereja tersebut karena mereka mengetahui keteguhan agamanya di
kalangan mereka. Padahal dia telah mengetahui perihal Rasulullah Saw. dan
sifat-sifatnya serta keadaannya melalui apa yang ia ketahui dari kitab-kitab
terdahulu. Akan tetapi, ia tetap berpegang kepada agama Nasrani karena sayang
kepada kedudukan dan penghormatan yang diperolehnya selama itu dari kalangan
pemeluk Nasrani.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Ja'far ibnuz Zubair, bahwa mereka tiba di Madinah untuk
bersua dengan Rasulullah Saw. Mereka masuk menemuinya di masjidnya ketika ia
sedang salat Asar. Mereka datang memakai pakaian ciri khas mereka sebagai
pemeluk Nasrani dengan penampilan paling baik dari kalangan kaum lelaki Banil
Haris ibnu Ka'b. Orang yang melihat mereka dari kalangan sahabat Nabi Saw.
pasti mengatakan, "Kami belum pernah melihat delegasi seperti mereka
sesudah mereka." Waktu salat mereka telah tiba, lalu mereka berdiri di
dalam masjid Rasulullah Saw. Tetapi Rasulullah Saw. bersabda, "Biarkanlah
mereka." Lalu mereka salat dengan menghadap ke arah timur.
Berbicaralah dengan Rasulullah Saw. wakil dari mereka yang terdiri atas Abu
Harisah ibnu Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As-Sayyid Al-Aiham. Mereka
bertiga pemeluk Nasrani yang sealiran dengan agama raja mereka. Orang-orang
Nasrani berselisih pendapat di antara sesama mereka. Sebagian mereka mengatakan
bahwa Isa adalah tuhan, sebagian yang lain mengatakan anak tuhan, dan sebagian
yang lainnya lagi mengatakan tuhan yang ketiga. Mahatinggi Allah dari ucapan
mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Begitu pula orang-orang
Nasrani. Mereka mengatakan bahwa dia adalah tuhan dengan alasan karena dia
dapat menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang yang buta, penyakit
belang dan berbagai penyakit lainnya, memberitakan masalah-masalah gaib,
membuat bentuk burung dari tanah liat, lalu ia meniupnya sehingga menjadi
burung sungguhan; padahal semuanya itu dengan seizin Allah, dan Allah
menjadikannya demikian sebagai bukti untuk manusia. Orang-orang Nasrani
berhujah sehubungan dengan ucapan mereka yang mengatakan bahwa Isa adalah putra
tuhan, mereka mengatakan bahwa dia tidak punya ayah yang diketahui dan dapat
berbicara dalam buaian dengan pembicaraan yang belum pernah dilakukan oleh
seorang manusia pun sebelumnya. Sedangkan mereka yang berhujah bahwa Isa adalah
tuhan yang ketiga mengatakan bahwa perkataan Isa sama dengan perkataan tuhan,
yaitu kami lakukan, kami perintahkan, kami ciptakan, dan kami putuskan. Mereka
berkata, "Seandainya dia hanya seorang, niscaya dia tidak mengatakan
kecuali aku lakukan, aku perintahkan, dan aku putuskan serta aku ciptakan. Maka
hal ini menunjukkan tuhan, Isa dan Maryam." Mahatinggi dan Mahasuci Allah
Swt. dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan orang-orang yang
ingkar itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Untuk menjawab masing-masing
pendapat tersebut, diturunkanlah Al-Qur'an. Ketika dua pendeta berbicara kepada
Rasulullah Saw., maka beliau bersabda kepada keduanya, "Masuk Islamlah
kamu." Keduanya menjawab, "Kami telah Islam." Nabi Saw.
bersabda, "Kamu belum masuk Islam, maka masuk Islamlah." Keduanya
menjawab, "Tidak, kami telah Islam." Nabi Saw. bersabda, "Kamu
berdua dusta, kamu bukan orang Islam karena pengakuanmu bahwa Allah beranak,
menyembah salib, dan makan daging babi." Keduanya bertanya, "Siapakah
bapaknya, hai Muhammad?" Rasulullah Saw. diam, tidak menjawab keduanya.
Maka Allah menurunkan sehubungan dengan peristiwa tersebut penjelasan mengenai
perkataan mereka dan perselisihan yang terjadi di antara mereka, yaitu pada
permulaan surat Ali Imran sampai dengan delapan puluh ayat lebih darinya.
Selanjutnya Ibnu Ishaq mengemukakan tafsir
ayat-ayat tersebut, lalu melanjutkan kisahnya, bahwa setelah diturunkan berita
dari Allah kepada Rasulullah Saw. dan cara untuk memutuskan perkara yang
terjadi antara dia dan mereka, yaitu Allah menganjurkan kepadanya untuk
menantang mereka bermubahalah jika mereka mengajukan pertanyaan seperti itu
kepadanya. Maka Nabi Saw. mengajak mereka ber-mubahalah. Akhirnya mereka takut
dan berkata, "Hai Abul Qasim (nama julukan Nabi Saw. di kalangan mereka), berilah
waktu bagi kami untuk mempertimbangkan perkara kami ini, setelah itu kami akan
datang kembali kepadamu memutuskan apa yang telah kami rembukkan bersama
orang-orang kami tentang ajakanmu itu." Mereka pergi meninggalkan Nabi
Saw., lalu berembuk dengan Al-Aqib yang merupakan orang paling berpengaruh di
antara mereka. Mereka berkata kepadanya, "Hai Abdul Masih, bagaimanakah
menurut pendapatmu?" Al-Aqib menjawab, "Demi Allah, hai orang-orang
Nasrani, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa Muhammad adalah seorang
nabi yang diutus. Sesungguhnya dia telah datang kepada kalian dengan membawa
berita perihal teman kalian (Isa) secara rinci dan benar. Sesungguhnya kalian
telah mengetahui bahwa tidak sekali-kali suatu kaum berani ber-mubahalah
(berbalas laknat) dengan seorang nabi, lalu orang-orang dewasa mereka masih
hidup dan anak-anak mereka masih ada. Sesungguhnya tawaran ini untuk
memberantas kalian, jika kalian mau melakukannya. Sesungguhnya jika kalian
masih ingin tetap berpegang kepada agama kalian dan pendapat kalian sehubungan
dengan teman kalian (Isa), maka pamitlah kepada lelaki ini (Nabi Saw.), lalu
kembalilah ke negeri kalian." Lalu mereka datang kepada Nabi Saw. dan
berkata, "Wahai Abul Qasim, kami telah sepakat untuk tidak bermubahalah
denganmu dan meninggalkan (membiarkan)mu tetap pada agamamu dan kami tetap pada
agama kami. Tetapi kirimkanlah bersama kami seorang lelaki dari kalangan
sahabatmu yang kamu sukai buat kami, kelak dia akan memutuskan banyak hal di
antara kami yang kami berselisih pendapat mengenainya dalam masalah harta
benda, karena sesungguhnya kalian di kalangan kami mendapat simpati."
Muhammad ibnu Ja'far mengatakan bahwa setelah itu
Rasulullah Saw. bersabda, "Datanglah kalian kepadaku sore hari, maka
aku akan mengirimkan bersama kalian seorang yang kuat lagi dipercaya."
Tersebutlah bahwa Umar ibnul Khattab r.a.
sehubungan dengan peristiwa tersebut mengatakan, "Aku belum pernah
menginginkan imarah (jabatan) sama sekali seperti pada hari itu. Pada hari itu
aku berharap semoga dirikulah yang terpilih untuk menjabatnya. Maka aku
berangkat untuk melakukan salat Lohor ketika waktu hajir (panas matahari mulai
terik). Setelah Rasulullah Saw. salat Lohor dan bersalam, lalu beliau melihat
ke arah kanan dan kirinya, sedangkan aku menonjolkan kepalaku dengan harapan
beliau melihatku. Akan tetapi, pandangan mata beliau masih terus mencari-cari,
dan akhirnya beliau melihat Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Maka beliau memanggilnya,
lalu bersabda, 'Berangkatlah bersama mereka dan jalankanlah peradilan di antara
mereka dengan benar dalam hal yang mereka perselisihkan'."
Umar melanjutkan kisahnya, bahwa pada akhirnya
Abu Ubaidah-lah yang terpilih untuk melakukan tugas itu.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui jalur
Muhammad ibnu Ishaq, dari Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid,
dari Rafi' ibnu Khadij yang menceritakan bahwa delegasi Najran datang menghadap
Rasulullah Saw. hingga akhir hadis yang isinya semisal dengan hadis di atas.
Hanya dalam riwayat ini disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda kepada orang-orang
yang terhormat (dari kalangan mereka) yang jumlahnya ada dua belas orang.
Sedangkan kisah hadis lainnya lebih panjang daripada hadis di atas dengan tambahan-tambahan
lainnya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ
صِلَة بْنِ زُفَر، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: جَاءَ العاقبُ والسيدُ صَاحِبًا
نَجْرَانَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرِيدَانِ أن يُلَاعِنَاهُ،
قَالَ: فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: لَا تَفْعَلْ، فَوَاللَّهِ إِنْ
كَانَ نَبِيًّا فَلَاعَنَّاهُ لَا نفلحُ نحنُ وَلَا عَقبنا مِنْ بَعْدِنَا. قَالَا
إِنَّا نُعْطِيكَ مَا سَأَلْتَنَا، وَابْعَثْ مَعَنَا رَجُلًا أَمِينًا، وَلَا
تَبْعَثْ مَعَنَا إِلَّا أَمِينًا. فَقَالَ: "لأبْعَثَنَّ مَعَكُمْ رَجُلا
أَمِينًا حَقَّ أمِينٍ"، فاستشرفَ لَهَا أصحابُ رسول الله صلى الله عليه
وسلم، فَقَالَ: "قُمْ يَا أبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ" فَلَمَّا
قَامَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذَا
أمِينُ هَذِهِ الأمَّةِ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abbas ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam,
dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah r.a. yang
menceritakan hadis berikut, bahwa Al-Aqib dan As-Sayyid —pemimpin orang-orang
Najran— datang menghadap Rasulullah Saw. dengan maksud untuk melakukan
mubahalah dengan Rasulullah Saw. Salah seorang berkata kepada temannya, "Jangan
kamu lakukan. Demi Allah, seandainya dia adalah seorang nabi, lalu kita
melakukan mula'anah (berbalas laknat) terhadapnya, niscaya kita ini
tidak akan beruntung, tidak pula bagi anak cucu kita sesudah kita."
Akhirnya keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami setuju memberimu apa yang
kamu minta dari kami (yakni jizyah). Tetapi kirimkanlah bersama kami seorang
lelaki yang amin (dapat dipercaya), dan janganlah engkau kirimkan bersama
dengan kami melainkan seorang yang dapat dipercaya." Maka Rasulullah Saw. menjawab:
Aku sungguh-sungguh akan mengirimkan bersama kalian seorang lelaki yang
benar-benar dapat dipercaya. Maka sahabat-sahabat Nabi Saw. mengharapkan
untuk diangkat menjadi orang yang mengemban tugas ini. Lalu Rasulullah Saw.
bersabda: "Berdirilah engkau, hai Abu Ubaidah ibnul Jarrah."
Ketika Abu Ubaidah berdiri, maka Rasulullah Saw. bersabda, "Inilah
orang yang dipercaya dari kalangan umat ini."
Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Imam
Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq, dari
Silah, dari Huzaifah dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad meriwayatkan pula, begitu pula Imam
Nasai dan Imam Ibnu Majah, melalui hadis Israil, dari Abu Ishaq, dari Silah,
dari Ibnu Mas'ud dengan lafaz yang semisal.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، عَنْ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِكُلِّ أُمَّةٍ أمينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ
الأمَّة أبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Khalid,
dari Abu Qilabah, dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Setiap
umat memiliki amin (orang yang dipercaya)nya sendiri, dan amin dari umat ini adalah
Abu Ubaidah ibnul Jarrah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ
الرَّقِّي أَبُو يَزِيدَ، حَدَّثَنَا فُرَات، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ ابن مَالِكٍ
الجزَري" عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ:
إِنْ رأيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عِنْدَ
الْكَعْبَةِ لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أطَأ عَلَى عُنُقِهِ. قَالَ: فَقَالَ: "لَوْ
فعلَ لأخَذته الملائكةُ عِيَانًا، وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تمنَّوا الْمَوْتَ
لَمَاتُوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ، وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ
يُبَاهِلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لرَجَعوا لَا
يَجِدُونَ مَالًا وَلَا أَهْلًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ismail ibnu Yazid Ar-Ruqqi Abu Yazid, telah menceritakan kepada kami
Qurrah, dari Abdul Karim ibnu Malik Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah mengatakan, "Seandainya aku
melihat Muhammad sedang salat di dekat Ka'bah, aku benar-benar akan
mendatanginya, lalu aku akan menginjak lehernya." Ibnu Abbas melanjutkan
kisahnya, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Seandainya dia (Abu Jahal)
melakukannya, niscaya malaikat akan membinasakannya secara terang-terangan, dan
seandainya orang-orang Yahudi itu mengharapkan kematian dirinya, niscaya mereka
benar-benar akan mati, dan niscaya mereka akan melihat tempat mereka di neraka.
Dan seandainya orang-orang yang berangkat untuk melakukan mubahalah terhadap
Rasulullah Saw. (secara sungguhan), niscaya sepulangnya mereka ke tempat
kediamannya benar-benar tidak menjumpai lagi harta dan keluarganya.
Imam Bukhari, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai
meriwayatkan hadis ini melalui Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abdul Karim
dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih.
Imam Baihaqi di dalam kitab Dalaitun Nubuwwah
meriwayatkan kisah delegasi Najran ini dengan kisah yang panjang sekali. Kami
akan mengetengahkannya, mengingat di dalamnya terkandung banyak faedah;
sekalipun di dalamnya terkandung hal yang aneh, tetapi ada kaitannya dengan
pembahasan kita sekarang ini.
قَالَ
الْبَيْهَقِيُّ:حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ وَأَبُو سَعِيدٍ
مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى بْنِ الْفَضْلِ، قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ
مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ،
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْر، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ عبدِ يَسُوع، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ جَدِّهِ قَالَ يُونُسُ -وَكَانَ نَصْرَانِيًّا فَأَسْلَمَ-: إِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى أَهْلِ نَجْرَانَ قَبْلَ
أَنْ يَنْزِلَ عَلَيْهِ طس سُلَيْمَانَ: "بِاسْم إلَهِ إِبْرَاهِيمَ
وإسْحَاقَ ويَعْقُوبَ، مِنْ مُحَمَّدٍ الَّنِبيِّ رَسُولِ اللهِ إلَى أسْقف نَجْرانَ
وأهْلِ نَجْرانَ سِلْم أَنْتُم، فإنِّي أحْمَدُ إلَيْكُمْ إلَهَ إبْرَاهِيمَ
وإِسْحَاقَ ويَعْقُوبَ. أَمَّا بَعْدُ، فإنِّي أَدْعُوكُم إلَى عِبَادَةِ اللهِ
مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ، وأدْعُوكُمْ إلَى وِلايَةِ اللهِ مِنْ وِلايَةِ
الْعِبَادِ، فَإِنْ أَبَيْتُمْ فَالْجِزْيَةُ، فَإِنْ أَبَيْتُمْ
آذَنْتُكُمْ بِحَرْبٍ والسَّلامُ".
فَلَمَّا أَتَى
الْأُسْقُفَ الْكِتَابُ فَقَرَأَهُ فَظعَ بِهِ، وذَعَره ذُعرًا شَدِيدًا، وَبَعَثَ
إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ يُقَالُ لَهُ: شُرَحْبيل بْنُ وَداعة -وَكَانَ
مِنْ هَمْدان وَلَمْ يَكُنْ أَحَدٌ يُدْعَى إِذَا نَزَلَتْ مُعْضلة قَبْلَه، لَا
الْأَيْهَمُ وَلَا السِّيد وَلَا الْعَاقِبُ-فَدَفَعَ الأسْقُفُ كتابَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى شُرَحْبيل، فَقَرَأَهُ، فَقَالَ
الْأَسْقُفُ: يَا أَبَا مريمَ، مَا رَأْيُكَ ؟ فَقَالَ شُرَحْبِيلُ: قَدْ عَلِمْتَ
مَا وَعَدَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ فِي ذُرِّيَّةِ إِسْمَاعِيلَ مِنَ النُّبُوَّةِ،
فَمَا يُؤْمنُ أَنْ يَكُونَ هَذَا هُوَ ذَاكَ الرَّجُلُ، لَيْسَ لِي فِي
النُّبُوَّةِ رَأْيٌ، وَلَوْ كَانَ أَمْرٌ مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا لَأَشَرْتُ
عَلَيْكَ فِيهِ بِرَأْيِي، وجَهِدتُ لَكَ، فَقَالَ لَهُ الْأَسْقُفُ: تَنَحَّ
فَاجْلِسْ. فَتَنَحَّى شُرَحْبِيلُ فَجَلَسَ نَاحِيَةً، فَبَعَثَ الْأَسْقُفُ
إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، يُقَالُ لَهُ: عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
شُرَحْبِيلَ، وَهُوَ مِنْ ذِي أَصْبَحَ مِنْ حمْير، فَأَقْرَأَهُ الْكِتَابَ،
وَسَأَلَهُ عَنِ الرَّأْيِ فِيهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ قَوْلِ شُرَحْبِيلَ،
فَقَالَ لَهُ الْأَسْقُفَ: فَاجْلِسْ، فتَنَحى فَجَلَسَ نَاحِيَةً. وَبَعَثَ
الْأَسْقُفُ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، يُقَالُ لَهُ: جَبَّارُ بْنُ
فَيْضٍ، مِنْ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ كَعْبٍ، أَحَدُ بَنِي الْحَمَاسِ،
فَأَقْرَأَهُ الْكِتَابَ، وَسَأَلَهُ عَنِ الرَّأْيِ فِيهِ؟ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ
قَوْلِ شُرَحبيل وَعَبْدِ اللَّهِ، فَأَمْرَهُ الْأَسْقُفَ فَتَنَحَّى فَجَلَسَ
نَاحِيَةً.
فَلَمَّا اجْتَمَعَ
الرَّأْيُ مِنْهُمْ عَلَى تِلْكَ الْمَقَالَةِ جَمِيعًا، أَمَرَ الْأَسْقُفُ
بِالنَّاقُوسِ فضُرب بِهِ، ورُفعت النِّيرَانُ وَالْمُسُوحُ فِي الصَّوَامِعِ،
وَكَذَلِكَ كَانُوا يَفْعَلُونَ إِذَا فَزعوا بِالنَّهَارِ، وَإِذَا كَانَ فزعُهم
لَيْلًا ضَرَبُوا بِالنَّاقُوسِ، وَرَفُعِتِ النِّيرَانُ فِي الصَّوَامِعِ،
فَاجْتَمَعُوا حِينَ ضُرِبَ بِالنَّاقُوسِ وَرُفِعَتِ الْمُسُوحُ أَهْلَ الْوَادِي
أَعْلَاهُ وَأَسْفَلَهُ -وطولُ الْوَادِي مَسِيرة يَوْمٍ لِلرَّاكِبِ السَّرِيعِ،
وَفِيهِ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ قَرْيَةً، وَعِشْرُونَ وَمِائَةُ أَلْفِ مُقَاتِلٍ.
فَقَرَأَ عَلَيْهِمْ كتابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَسَأَلَهُمْ عَنِ الرَّأْيِ فِيهِ، فَاجْتَمَعَ رأيُ أَهْلِ الرَّأْيِ مِنْهُمْ
عَلَى أَنْ يَبْعَثُوا شُرَحْبِيلَ بْنَ ودَاعة الْهَمْدَانِيَّ، وَعَبْدَ اللَّهِ
ابن شُرَحبيل الْأَصْبَحِيَّ، وَجَبَّارَ بْنَ فَيْضٍ الْحَارِثِيَّ،
فَيَأْتُونَهُمْ بِخَبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
فَانْطَلَقَ الْوَفْدُ حَتَّى إِذَا كَانُوا بِالْمَدِينَةِ وَضَعُوا ثِيَابَ
السَّفَرِ عَنْهُمْ، وَلَبِسُوا حُلَلا لَهُمْ يَجُرُّونَهَا مِنْ حِبَرَةٍ،
وَخَوَاتِيمَ الذَّهَبِ، ثُمَّ انْطَلَقُوا حَتَّى أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَلَّمُوا عَلَيْهِ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِمْ
وَتَصَدَّوْا لِكَلَامِهِ نَهَارًا طَوِيلًا فَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ وَعَلَيْهِمْ
تِلْكَ الْحُلَلُ وخواتيم الذهب. فانطلقوا يتبعون عثمان ابن عَفَّانَ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ
بْنَ عَوْفٍ، وَكَانَا مَعْرفة لَهُمْ، فَوَجَدُوهُمَا فِي نَاسٍ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي مَجْلِسٍ، فَقَالُوا: يَا عُثْمَانُ وَيَا
عَبْدَ الرَّحْمَنِ، إِنْ نَبِيَّكُمْ كَتَبَ إِلَيْنَا بِكِتَابٍ، فَأَقْبَلْنَا
مُجِيبِينَ لَهُ، فَأَتَيْنَاهُ فَسَلَّمْنَا عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ سَلَامَنَا،
وَتَصَدَّيْنَا لِكَلَامِهِ نَهَارًا طَوِيلًا فَأَعْيَانَا أَنْ يُكَلِّمَنَا،
فَمَا الرَّأْيُ مِنْكُمَا، أَتَرَوْنَ أَنْ نَرْجِعَ؟ فَقَالَا لِعَلِيِّ بْنِ
أَبِي طَالِبٍ -وَهُوَ فِي الْقَوْمِ-: مَا تَرَى يَا أَبَا الْحَسَنِ فِي هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ؟
فَقَالَ عَليّ لِعُثْمَانَ وَلِعَبْدِ الرَّحْمَنِ: أَرَى أَنْ يَضَعُوا حُللهم
هَذِهِ وَخَوَاتِيمَهُمْ، وَيَلْبَسُوا ثِيَابَ سَفَرِهِمْ ثُمَّ يَعُودَا
إِلَيْهِ. فَفَعَلُوا فَسَلَّمُوا، فَرَدَّ سَلَامَهُمْ، ثُمَّ قَالَ:
"والَّذِي بَعَثَنِي بِالحَقِّ لَقَدْ أَتَوْنِي الْمرَّةَ الأولَى، وإنَّ
إبْلِيسَ لَمَعَهُم" ثُمَّ سَاءَلَهُمْ وَسَاءَلُوهُ، فَلَمْ تَزَلْ بِهِ
وَبِهِمُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى قَالُوا: مَا تَقُولُ فِي عِيسَى، فَإِنَّا
نَرْجِعُ إِلَى قَوْمِنَا وَنَحْنُ نَصَارَى، يَسُرُّنَا إِنْ كُنْتَ نَبِيًّا
أَنْ نَسْمَعَ مَا تَقُولُ فِيهِ ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَا عِنْدِي فِيهِ شِيء يَوْمِي هَذَا، فَأَقِيمُوا حَتَّى
أُخْبِرَكُمْ بِمَا يَقُولُ لِي رَبِّي فِي عيسَى". فَأَصْبَحَ الْغَدُ
وَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ مَثَلَ عِيسَى
عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ [خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ. الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ. فَمَنْ
حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ
أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى]
الْكَاذِبِينَ} فَأَبَوْا أَنْ يُقِرُّوا بِذَلِكَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغَدَ بَعْدَ مَا أَخْبَرَهُمُ
الْخَبَرَ، أَقْبَلَ مُشْتَمِلًا عَلَى الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ فِي خَمِيل لَهُ
وَفَاطِمَةُ تَمْشِي عِنْدَ ظَهْرِهِ لِلْمُلَاعَنَةِ، وَلَهُ يَوْمَئِذٍ عِدَّةُ
نِسْوَةٍ، فَقَالَ شُرَحْبِيلُ لِصَاحِبَيْهِ: قَدْ عَلِمْتُمَا أَنَّ الْوَادِيَ
إِذَا اجْتَمَعَ أَعْلَاهُ وَأَسْفَلُهُ لَمْ يَرِدُوا وَلَمْ يَصْدُرُوا إِلَّا
عَنْ رَأْيِي وَإِنِّي وَاللَّهِ أَرَى أَمْرًا ثَقِيلًا وَاللَّهِ لَئِنْ كَانَ
هَذَا الرَّجُلُ مَلِكًا مَبْعُوثًا، فَكُنَّا أَوَّلَ الْعَرَبِ طَعَنَ فِي
عَيْنَيْهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، لَا يَذْهَبُ لَنَا مِنْ صَدْرِهِ وَلَا
مِنْ صُدُورِ أَصْحَابِهِ حَتَّى يُصِيبُونَا بِجَائِحَةٍ، وَإِنَّا لَأَدْنَى
الْعَرَبِ مِنْهُمْ جِوَارًا، وَلَئِنْ كَانَ هَذَا الرَّجُلُ نَبِيًّا مُرْسَلًا
فلاعَنَّاه لَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مِنَّا شَعْر وَلَا ظُفُر إِلَّا
هَلَكَ. فَقَالَ لَهُ صَاحِبَاهُ: يَا أَبَا مَرْيَمَ، فَمَا الرَّأْيُ؟ فَقَالَ:
أَرَى أَنْ أُحَكِّمَهُ، فَإِنِّي أَرَى رَجُلًا لَا يَحْكُمُ شَطَطًا أَبَدًا.
فَقَالَا لَهُ: أَنْتَ وَذَاكَ. قَالَ: فَلَقِيَ شرحبيلُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ: إِنِّي قَدْ رَأَيْتُ خَيْرًا مِنْ
مُلَاعَنَتِكَ. فَقَالَ: "وَمَا هُوَ؟ " فَقَالَ: حُكْمُكَ الْيَوْمَ
إِلَى اللَّيْلِ وَلَيْلَتُكَ إِلَى الصَّبَاحِ، فَمَهْمَا حَكَّمْتَ فِينَا
فَهُوَ جَائِزٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَعَلَّ وَرَاءكَ أحَدًا يَثْرِبُ عَلْيكَ؟ " فَقَالَ شُرَحْبِيلُ:
سَلْ صَاحِبَيَّ. فَسَأَلَهُمَا فَقَالَا مَا يَرِدُ الْوَادِي وَلَا يَصْدرُ
إِلَّا عَنْ رَأْيِ شُرَحْبِيلَ: فَرَجع رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمْ يُلَاعِنْهُمْ، حَتَّى إِذَا كَانَ الْغَدُ أَتَوْهُ فَكَتَبَ
لَهُمْ هَذَا الْكِتَابَ: "بِسْم اللَّهِ الرحمنِ الرَّحِيم، هَذَا مَا
كَتَبَ مُحَمَّدٌ النَّبِي رَسُولُ اللهِ لِنَجْرَانَ -إنْ كَانَ عَلَيْهِمْ
حُكْمَهُ-فِي كُلِّ ثَمَرَةٍ وَكُلِّ صَفْرَاءَ وَبَيْضَاءَ وَسَودَاءَ وَرَقِيقٍ
فَاضِلٍ عَلَيْهِمْ، وتَرْك ذَلِكَ كُلُّهُ لَهُمْ، عَلَى أَلْفَي حُلَّةٍ، فِي
كُلِّ رَجَبٍ أَلْفُ حُلَّةٍ، وفِي كُلِّ صَفَرٍ ألْفُ حُلَّةٍ" وَذَكَرَ
تَمَامَ الشُّرُوطِ وَبَقِيَّةَ السِّيَاقِ .
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz Abu Sa'id dan Muhammad ibnu Musa ibnul Fadl;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu
Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Bukair, dari Salamah ibnu Abdu Yusu', dari
ayahnya, dari kakeknya, bahwa Yunus —yang tadinya beragama Nasrani, kemudian
masuk Islam— menceritakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. mengirim surat
kepada penduduk Najran sebelum diturunkan kepada beliau surat Ta Sin
Sulaiman, yang bunyinya seperti berikut: Dengan menyebut nama Tuhan Nabi
Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya'qub, dari Muhammad, nabi utusan Allah, ditujukan
kepada Uskup Najran dan penduduk Najran. Masuk Islamlah. Sesungguhnya aku
menganjurkan kepada kalian untuk memuji Tuhan Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan
Nabi Ya'qub. Amma Ba'du: Sesungguhnya aku mengajak kalian untuk menyembah Allah
dan meninggalkan menyembah sesama makhluk; aku mengajak kalian untuk membantu
(agama) Allah dan tidak membantu (agama buatan) makhluk. Jika kalian menolak,
maka kalian harus membayar jizyah; dan jika kalian menolak (membayar jizyah),
maka aku mempermaklumatkan perang terhadap kalian. Wassalam. Ketika surat
itu sampai ke tangan uskup yang dimaksud, lalu ia membacanya, maka ia sangat
terkejut dan hatinya sangat takut. Lalu ia mengundang seorang lelaki dari
kalangan penduduk Najran yang dikenal dengan nama Syurahbil ibnu Wida'ah dari
Hamdan. Sebelum peristiwa ini tidak pernah ada seseorang dipanggil untuk
memecahkan perkara yang sulit, baik Aiham, Sayyid, ataupun Al-Aqib. Ketika
Syurahbil datang, uskup menyerahkan surat Rasulullah Saw. itu kepadanya. Ia
membacanya, dan uskup berkata, "Hai Abu Maryam (nama julukan Syurahbil),
bagaimanakah pendapatmu?" Syurahbil menjawab, "Sesungguhnya engkau
mengetahui apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Ibrahim, yaitu kenabian
yang akan dianugerahkan-Nya kepada keturunan Ismail. Maka sudah dapat
dipastikan bahwa anugerah itu diberikan kepada lelaki ini (Nabi Saw.),
sedangkan aku sehubungan dengan perkara kenabian itu tidak mempunyai pendapat
apa-apa. Tetapi seandainya perkara yang dimaksud menyangkut urusan duniawi,
niscaya aku benar-benar dapat mengemukakan pendapatku dan aku berupaya
semampuku untuk menyelesaikannya buatmu." Uskup berkata kepadanya,
"Minggirlah kamu dan duduklah," lalu Syurahbil duduk di salah satu
tempat. Kemudian uskup menyuruh seseorang untuk memanggil seorang lelaki penduduk
Najran yang dikenal dengan nama Abdullah ibnu Syurahbil, keturunan Zu Asbah,
dari Himyar. Lalu uskup membacakan surat itu kepadanya dan menanyakan kepadanya
bagaimana cara memutuskan permasalahan itu. Maka Abdullah menjawabnya dengan
jawaban yang sama dengan yang telah dikatakan oleh Syurahbil. Uskup berkata
kepadanya, "Minggirlah kamu dan duduklah," lalu Abdullah minggir dan
duduk di suatu tempat. Kemudian uskup mengirimkan seseorang untuk mengundang
seorang lelaki dari penduduk Najran yang dikenal dengan nama Jabbar ibnu Faid
dari kalangan Banil Haris ibnu Ka'b, salah seorang Banil Hammas. Lalu uskup
membacakan kepadanya surat itu. Setelah selesai dibaca, ia menanyakan
pendapatnya sehubungan dengan permasalahan itu. Tetapi ternyata lelaki ini pun
mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Syurahbil dan Abdullah.
Maka uskup memerintahkan kepadanya untuk minggir, lalu ia duduk di suatu
tempat. Setelah semua pendapat dari kalangan mereka sepakat menunjukkan
pendapat yang telah disebutkan di atas, maka uskup memerintahkan agar lonceng
dibunyikan, api dinyalakan, dan semua pelita di dalam gereja dinyalakan.
Demikianlah yang mereka lakukan di siang hari bilamana mereka tertimpa prahara.
Apabila prahara menimpa mereka di malam hari, maka semua lonceng gereja
dibunyikan dan api di dalam semua gereja dinyalakan. Ketika semua lonceng
dibunyikan dan semua pelita dinyalakan, maka berkumpullah semua penduduk lembah
bagian atas dan bagian bawahnya, sedangkan panjang lembah itu adalah perjalanan
satu hari ditempuh oleh orang yang berkendaraan cepat. Di dalamnya terdapat
tujuh puluh tiga kampung, dan semua pasukannya terdiri atas seratus dua puluh
ribu personel. Lalu uskup membacakan kepada mereka surat Rasulullah Saw. dan
menanyakan tentang pendapat mereka mengenainya. Para dewan penasihat dari
kalangan mereka akhirnya sepakat untuk mengirimkan Syurahbil ibnu Wida'ah
Al-Hamdani, Abdullah ibnu Syurahbil Al-Asbahi, dan Jabbar ibnu Faid Ai-Harisi
untuk menghadap Rasulullah Saw. dan mendatangkan kepada mereka berita yang
dihasilkan oleh misi mereka bertiga nanti. Maka delegasi itu berangkat. Ketika
sampai di Madinah, mereka meletakkan pakaian perjalanannya, lalu menggantinya
dengan pakaian yang panjang hingga menjurai ke tanah terbuat dari kain sutera
dan juga memakai cincin dari emas, kemudian berangkat menemui Rasulullah Saw.
Ketika sampai pada Rasulullah Saw., mereka mengacungkan salam penghormatan
kepadanya, tetapi beliau tidak menjawab salam mereka. Lalu mereka berupaya
untuk dapat berbicara dengannya sepanjang siang hari, tetapi beliau tidak mau
berbicara dengan mereka yang memakai pakaian sutera dan cincin emas itu.
Kemudian mereka pergi mencari Usman ibnu Affan dan Abdur Rahman ibnu Auf yang
telah mereka kenal sebelumnya, dan mereka menjumpai keduanya berada di antara
kaum Muhajirin dan kaum Ansar di suatu majelis. Mereka berkata, "Hai Usman
dan Abdur Rahman, sesungguhnya Nabi kalian telah menulis sepucuk surat kepada
kami, lalu kami datang memenuhinya. Tetapi ketika kami datang dan mengucapkan
salam penghormatan kepadanya, ia tidak menjawab salam kami; dan kami berupaya
untuk berbicara dengannya sepanjang siang hari hingga kami merasa letih,
ternyata beliau pun tidak mau berbicara dengan kami. Bagaimanakah pendapat
kalian berdua, apakah kami harus pulang kembali tanpa hasil?" Keduanya
berkata kepada Ali ibnu Abu Talib yang juga berada di antara kaum,
"Bagaimanakah menurut pendapatmu, wahai Abul Hasan, tentang mereka
ini?" Ali berkata kepada Usman dan Abdur Rahman, "Aku berpendapat,
hendaknya mereka terlebih dahulu melepaskan pakaian sutera dan cincin emasnya,
lalu mereka memakai pakaian perjalanannya, setelah itu mereka boleh kembali
menemui Nabi Saw." Mereka melakukan saran tersebut, lalu mereka
mengucapkan salam penghormatan kepada Nabi Saw. Maka kali ini Nabi Saw. baru
menjawab salam mereka. Setelah itu beliau Saw. bersabda: Demi Tuhan yang
telah mengutusku dengan benar, sesungguhnya mereka datang kepadaku pada
permulaannya, sedangkan iblis berada bersama mereka. Kemudian Nabi Saw.
menanyai mereka, dan mereka menanyai Nabi Saw. secara timbal balik, hingga
mereka bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang Isa? Agar bila
kami kembali kepada kaum kami yang Nasrani, kami gembira membawa berita dari
pendapatmu tentang dia, jika engkau memang seorang nabi." Nabi Saw.
bersabda: Hari ini aku tidak mempunyai pendapat apa pun tentang dia. Maka
tinggallah kalian, nanti aku akan ceritakan kepada kalian apa yang diberitakan
oleh Tuhanku tentang Isa. Maka pada keesokan harinya telah diturunkan
firman-Nya: Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti
(penciptaan) Adam. (Ali Imran: 59) sampai dengan firman-Nya: ditimpakan
kepada orang-orang yang dusta. (Ali Imran: 61); Tetapi mereka menolak
mengakui hal tersebut. Kemudian pada pagi harinya lagi setelah kemarinnya
Rasulullah Saw. menyampaikan berita tersebut, beliau datang seraya menggendong
Hasan dan Husain dengan kain selimutnya, sedangkan Fatimah berjalan di
belakangnya untuk melakukan mula'anah. Saat itu Nabi Saw. mempunyai
beberapa orang istri. Maka Syurahbil berkata kepada kedua temannya,
"Kalian telah mengetahui bahwa seluruh penduduk lembah kita bagian atas
dan bagian bawahnya tidak mau kembali dan tidak mau berangkat kecuali karena
pendapatku. Sesungguhnya sekarang aku benar-benar menghadapi suatu urusan yang
amat berat. Demi Allah, seandainya lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) benar-benar
seorang utusan, maka kita adalah orang Arab yang mula-mula berani menentangnya
di hadapannya dan menolak perintahnya. Maka tidak sekali-kali kita berangkat dari
hadapannya dan dari hadapan sahabat-sahabatnya, melainkan kita pasti akan
tertimpa malapetaka. Sesungguhnya kita adalah orang Arab dari kalangan pemeluk
Nasrani yang paling dekat bertetangga dengannya. Sesungguhnya jika lelaki ini
adalah seorang nabi yang dijadikan rasul, lalu kita ber-mula'anah dengannya,
niscaya tidak akan tertinggal sehelai rambut dan sepotong kuku pun dari kita
yang ada di muka bumi ini melainkan pasti binasa." Kedua teman Syurahbil
bertanya, "Lalu bagaimana selanjutnya menurut pendapatmu, hai Abu
Maryarn?" Syurahbil menjawab, "Aku berpendapat, sebaiknya dia aku
angkat sebagai hakim dalam masalah ini, karena sesungguhnya aku melihat lelaki
ini tidak akan berbuat zalim dalam keputusannya untuk selama-lamanya."
Keduanya berkata, "Terserah kepadamu." Syurahbil menghadap Rasulullah
Saw., lalu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku berpendapat bahwa ada hal
yang lebih baik daripada ber-mula'anah denganmu." Nabi Saw. bertanya,
"Apakah itu?" Syurahbil menjawab, "Kami serahkan
keputusannya kepadamu sebagai hakim sejak hari ini sampai malam nanti dan malam
harimu sampai keesokan paginya. Maka keputusan apa saja yang engkau tetapkan
kepada kami, hal itu akan kami terima." Rasulullah Saw. bertanya, "Barangkali
di belakangmu ada seseorang yang nanti akan mencelamu?"
Syurahbil berkata, "Tanyakanlah kepada kedua temanku ini." Lalu
keduanya menjawab, "Seluruh penduduk lembah kami tidak kembali dan tidak
berangkat, melainkan atas dasar pendapat Syurahbil." Maka Rasulullah Saw.
kembali tidak ber-mula'anah dengan mereka. Kemudian pada keesokan harinya
mereka datang kepadanya, lalu Nabi Saw. menulis sepucuk surat buat mereka yang
isinya sebagai berikut Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Ini adalah keputusan dari Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah
untuk penduduk Najran —jika mereka ingin berada di bawah kekuasaannya—pada
semua hasil buah-buahan, dan semua yang kuning, yang putih, yang hitam, dan
budak yang berlebihan di kalangan mereka. Semuanya adalah milik mereka, tetapi
diwajibkan bagi mereka membayar dua ribu setel pakaian (setiap tahunnya); pada
tiap bulan Rajab seribu setel pakaian, dan yang seribunya lagi dibayar pada
tiap bulan Safar. Dan persyaratan lainnya serta kelanjutannya.
Kedatangan delegasi mereka terjadi pada tahun sembilan
Hijriah, karena Az-Zuhri pernah mengatakan bahwa penduduk Najran adalah orang
yang mula-mula membayar jizyah kepada Rasulullah Saw. Sedangkan ayat mengenai
jizyah baru diturunkan hanya sesudah kemenangan atas Mekah, yaitu yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
قاتِلُوا الَّذِينَ لَا
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ
Perangilah orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian. (At-Taubah: 29), hingga
akhir ayat.
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ
مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
دَاوُدَ المكي، حدثنا بشر بن مِهْرَانَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ
أَبِي هِنْدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَاقِبُ وَالطَّيِّبُ، فَدَعَاهُمَا إِلَى
الْمُلَاعَنَةِ فَوَاعَدَاهُ عَلَى أَنْ يُلَاعِنَاهُ الْغَدَاةَ. قَالَ: فَغَدَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِيَدِ عَلِيٍّ
وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَيْهِمَا فَأَبَيَا
أَنْ يَجِيئَا وأقَرَّا بِالْخَرَاجِ، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "وَالَّذِي بَعَثَني بالْحَقِّ لَوْ قَالا لَا
لأمْطَرَ عَلَيْهِمُ الْوَادِي نَارًا" قَالَ جَابِرٌ: فِيهِمْ نَزَلَتْ
{نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ} قَالَ جَابِرٌ: {وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ} رسولُ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ {وَأَبْنَاءَنَا}
الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ {وَنِسَاءَنَا} فَاطِمَةَ.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Daud Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Mihran,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Dinar, dari Daud ibnu Abu Hindun,
dari Asy-Sya'bi, dari Jabir yang menceritakan bahwa telah datang kepada Nabi
Saw. Al-Aqib dan At-Tayyib. Maka Nabi Saw. mengundang keduanya untuk melakukan
mula'anah, lalu Nabi Saw. berjanji kepada keduanya untuk melakukannya pada
keesokan harinya. Jabir melanjutkan kisahnya, bahwa pada keesokan harinya Nabi
Saw. datang membawa Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain; lalu beliau
mengundang keduanya. Tetapi keduanya menolak dan tidak mau ber-mula'anah
dengannya, melainkan hanya bersedia membayar kharraj (jizyah). Jabir
melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Nabi Saw. bersabda: Demi Tuhan yang
mengutusku dengan benar, seandainya keduanya mengatakan, "Tidak"
(yakni tidak mau membayar jizyah), niscaya api akan menghujani lembah tempat tinggal
mereka. Jabir melanjutkan kisahnya, bahwa sehubungan dengan mereka
diturunkan firman-Nya: Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak
kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian.
(Ali Imran: 61); Menurut sahabat Jabir r.a., yang dimaksud dengan diri kami
ialah Rasulullah Saw. sendiri dan Ali ibnu Abu Talib. Yang dimaksud dengan
anak-anak kami ialah Al-Hasan dan Al-Husain. Yang dimaksud dengan wanita-wanita
kami ialah Siti Fatimah.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim dan di
dalam kitab Mustadrak-nya dari Ali ibnu Isa, dari Ahmad ibnu Muhammad
Al-Azhari, dari Ali ibnu Hujr, dari Ali ibnu Mishar, dari Daud ibnu Abu Hindun
dengan lafaz yang semakna. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih
dengan syarat Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak
mengetengahkannya seperti ini.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Daud
At-Tayalisi, dari Syu'bah, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi secara mursal,
sanad ini lebih sahih. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas serta Al-Barra hal yang
semisal.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّ هَذَا لَهُوَ
الْقَصَصُ الْحَقُّ
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar.
(Ali Imran: 62)
Yakni apa yang telah Kami kisahkan kepadamu,
Muhammad, tentang Isa adalah kisah yang benar, yang tidak diragukan lagi
kebenarannya dan sesuai dengan kejadiannya.
{وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّه وَإِنَّ
اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. فَإِنْ تَوَلَّوْا}
Dan tak ada Tuhan selain Allah; dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kemudian jika
mereka berpaling. (Ali Imran: 62-63)
Yaitu berpaling menerima kebenaran kisah ini dan
tetap berpegang kepada selainnya.
{فَإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ}
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Ali Imran: 63)
Maksudnya, barang siapa yang berpaling dari
kebenaran menuju kepada kebatilan, maka dialah orang yang merusak, dan Allah
Maha Mengetahui tentang dia; sesungguhnya kelak Allah akan membalas
perbuatannya itu dengan balasan yang seburuk-buruknya. Dia Mahakuasa, tiada
sesuatu pun yang luput dari-Nya, Mahasuci Allah dengan segala pujian-Nya dan
kami berlindung kepada-Nya dari kejatuhan murka dan pembalasan-Nya.
Ali Imran, ayat 64
{قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا
نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا
بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) }
Katakanlah,
"Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), 'Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)'."
Khitab (perintah) ini bersifat umum mencakup
semua Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang yang
sealiran dengan mereka.
{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا
إِلَى كَلِمَةٍ}
Katakanlah, "Hat Ahli Kitab, marilah
kepada suatu kalimat." (Ali Imran: 64)
Definisi kalimat ialah sebuah jumlah (kalimat)
yang memberikan suatu faedah (pengertian). Demikian pula yang dimaksud dengan
kalimat dalam ayat ini. Kemudian kalimat tersebut diperjelas pengertiannya oleh
firman selanjutnya, yaitu:
{سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ}
yang tidak ada perselisihan di antara kami dan
kalian. (Ali Imran: 64),
Yakni kalimat yang adil, pertengahan, dan tidak
ada perselisihan di antara kami dan kalian mengenainya. Kemudian diperjelas
lagi oleh firman selanjutnya:
{أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ
بِهِ شَيْئًا}
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun. (Ali Imran: 64).
Yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, tagut,
api atau sesuatu yang selain-Nya, melainkan kita Esakan Allah dengan
menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya. Hal ini merupakan seruan yang
dilakukan oleh semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَما أَرْسَلْنا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun
sebelum kamu, melainkan Kami mewahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku." (Al-Anbiya:
25)
وَلَقَدْ بَعَثْنا فِي
كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah tagut itu.” (An-Nahl: 36)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنا بَعْضاً
أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. (Ali Imran: 64)
Ibnu Juraij mengatakan, makna yang dimaksud ialah
sebagian kita menaati sebagian yang lain dalam bermaksiat kepada Allah Swt.
Sedangkan menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sebagian kita bersujud
kepada sebagian yang lain.
*******************
{فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada
mereka), "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan did
(kepada Allah)." (Ali Imran: 64)
Yakni jika mereka berpaling dari keadilan ini dan
seruan ini, hendaklah mereka mempersaksikan kalian bahwa kalian tetap berada
dalam agama Islam yang telah disyariatkan oleh Allah untuk kalian.
Kami menyebutkan di dalam syarah Bukhari pada
riwayatnya yang ia ketengahkan melalui jalur Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu
Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Abbas, dari Abu Sufyan tentang
kisahnya ketika masuk menemui kaisar, lalu kaisar menanyakan kepadanya tentang
nasab Rasulullah Saw., sifat-sifatnya, dan sepak terjangnya, serta apa yang
diserukan olehnya. Lalu Abu Sufyan menceritakan hal tersebut secara keseluruhan
dengan jelas dan apa adanya. Padahal ketika itu Abu Sufyan masih musyrik dan
belum masuk Islam, hal ini terjadi sesudah adanya Perjanjian Hudaibiyyah dan
sebelum penaklukan kota Mekah, seperti yang dijelaskan oleh hadis yang
dimaksud. Juga ketika ditanyakan kepadanya, apakah Nabi Saw. pernah berbuat
khianat? Maka Abu Sufyan menjawab, "Tidak. Dan kami berpisah dengannya
selama suatu masa, dalam masa itu kami tidak mengetahui apa yang
dilakukannya." Kemudian Abu Sufyan mengatakan, "Aku tidak dapat
menambahkan suatu berita pun selain dari itu."
Tujuan utama dari pengetengahan kisah ini ialah
bahwa surat Rasulullah Saw. disampaikan kepada kaisar yang isinya adalah
seperti berikut:
"بِسْمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيم، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ
اللهِ إلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ، سَلامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى.
أَمَّا بَعْدُ، فَأَسْلِمْ تَسْلَمْ، وَأَسْلِمْ يُؤْتِكَ اللهُ أَجْرَك
مَرَّتَيْنِ فَإِن تَوَلَّيْتَ فإنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأريسيِّين، وَ {يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا
نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا
بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, dari Muhammad Rasulullah, ditujukan kepada Heraklius, pembesar
kerajaan Romawi, semoga keselamatan terlimpah kepada orang yang mengikuti
petunjuk. Amma Ba'du: Maka masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat; dan
masuk Islamlah, niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali. Tetapi jika
engkau berpaling, maka sesungguhnya engkau menanggung dosa kaum arisin (para
petani). Dan di dalamnya disebutkan pula firman-Nya: Hai Ahli Kitab,
marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka
katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada Allah)." (Ali Imran: 64)
Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya yang bukan
hanya seorang saja telah menyebutkan bahwa permulaan surat Ali Imran sampai
dengan ayat delapan puluh lebih sedikit diturunkan berkenaan dengan delegasi
Najran.
Az-Zuhri mengatakan bahwa mereka adalah orang
yang mula-mula membayar jizyah.
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama
tentang ayat jizyah ini, bahwa ia diturunkan sesudah penaklukan kota Mekah.
Maka timbul pertanyaan, bagaimanakah dapat digabungkan antara peristiwa
penulisan ayat ini —yang terjadi sebelum peristiwa kemenangan atas kota Mekah
dalam surat yang ditujukan kepada Heraklius, sebagai bagian dari surat
tersebut— dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq dan
Az-Zuhri?
Sebagai jawabannya dapat dikemukakan
alasan-alasan berikut, yaitu:
· Pertama.
Dapat dihipotesiskan bahwa adakalanya ayat ini diturunkan dua kali; sekali
sebelum Perjanjian Hudaibiyyah, dan yang lainnya sesudah peristiwa kemenangan
atas kota Mekah.
· Kedua.
Adakalanya permulaan surat Ali Imran diturunkan berkenaan dengan delegasi
Najran sampai dengan ayat ini, yang berarti ayat ini diturunkan sebelum
peristiwa itu. Dengan demikian, berarti pendapat Ibnu Ishaq yang mengatakan
sampai ayat delapan puluh lebih beberapa ayat kurang dihafal, mengingat
pengertian yang ditunjukkan oleh hadis Abu Sufyan di atas tadi.
· Ketiga.
Adakalanya kedatangan delegasi Najran terjadi sebelum Perjanjian Hudaibiyyah,
dan orang-orang yang memberikan bayaran kepada Nabi Saw. sebagai ganti dari
mubahalah bukan dianggap sebagai jizyah, melainkan sebagari gencatan senjata
dan perdamaian. Sesudah itu turunlah ayat mengenai jizyah yang sesuai dengan
peristiwa tersebut. Perihalnya sama dengan peristiwa difardukannya seper-lima
dan empat perlima yang bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Abdullah ibnu
Jahsy terhadap sariyyah (pasukan) yang bersangkutan sebelum Perang Badar.
Kemudian diturunkanlah hukum fardu pembagian ganimah yang sesuai dengan
kebijakan tersebut.
· Keempat.
Adakalanya ketika Rasulullah Saw. Memerintahkan untuk menulis surat tersebut kepada
Herakklius, ayat Itu masih belum diturunkan. Sesudah itu baru Al-Qur'an
mengenai masalah ini diturunkan bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Nabi
Saw. Sebagaimana diturunkan ayat mengenai hijab dan tawanan perang yang isinya
bersesuaian dengan kebijakan yang diputuskan oleh Umar ibnul Khattab, begitu
pula ayat yang melarang menyalatkan jenazah orang-orang munafik. Juga dalam
firman-Nya:
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقامِ
إِبْراهِيمَ مُصَلًّى
Dan jadikanlah sebagian
maqam Ibrahim tempat salat. (Al-Baqarah: 125)
Peristiwa yang menyangkut
firman-Nya:
عَسى رَبُّهُ إِنْ
طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْواجاً خَيْراً مِنْكُنَ
Jika Nabi menceraikan
kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri
yang lebih baik daripada kalian. (At-Tahrim: 5), hingga akhir ayat.
Ali Imran, ayat 65-68
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنزلَتِ التَّوْرَاةُ وَالإنْجِيلُ إِلا
مِنْ بَعْدِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (65) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا
لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (66) مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ
يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ
اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ
الْمُؤْمِنِينَ (68) }
Hai Ahli Kitab,
mengapa kalian bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil
tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kalian tidak berpikir?
Beginilah kalian, kalian ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang
kalian ketahui, maka mengapa kalian bantah-membantah tentang hal yang tidak
kalian ketahui? Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali
bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik." Sesungguhnya orang yang
paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini
(Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah
Pelindung semua orang yang beriman.
Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani yang saling berbantah-bantahan tentang hal
Ibrahim, kekasih Allah Swt. Masing-masing pihak mengakui bahwa Ibrahim adalah
salah seorang dari mereka. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu
Ishaq ibnu Yasar; ia mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad maula Zaid ibnu Sabit, telah menceritakan
kepadaku Sa'id ibnu Jubair atau Berimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan
bahwa orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di hadapan
Rasulullah Saw., lalu mereka saling berbantahan di antara mereka di hadapan
Nabi Saw.
Para pendeta Yahudi berkata bahwa Ibrahim itu
tiada lain adalah seorang Yahudi. Sedangkan orang-orang Nasrani berkata bahwa
Ibrahim tiada lain adalah seorang Nasrani. Maka Allah menurunkan
firman-Nya:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ
تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian
berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim. (Ali Imran: 65), hingga akhir ayat.
Yakni mengapa kalian mengakui, hai orang-orang
Yahudi, bahwa dia (Nabi Ibrahim) adalah seorang Yahudi; padahal masa Nabi
Ibrahim jauh sebelum Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Bagaimana
pula kalian, hai orang-orang Nasrani, mengakui bahwa dia adalah seorang
Nasrani; padahal Nasrani baru ada jauh sesudah Nabi Ibrahim dalam jarak zaman
yang jauh sekali. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan:
{أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Apakah kalian tidak berpikir? (Ali Imran:
65)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ
حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ
بِهِ عِلْمٌ
Beginilah kalian, kalian ini (sewajarnya)
bantah-membantah tentang hal yang kalian ketahui, maka mengapa kalian
bantah-membantah tentang hal yang tidak kalian ketahui? (Ali Imran: 66),
hingga akhir ayat.
Hal ini merupakan sikap ingkar terhadap
orang-orang yang melakukan bantah-berbantah tentang hal-hal yang tidak mereka
ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani
berbantah-bantahan tentang hal Ibrahim tanpa ilmu. Seandainya mereka
berbantah-bantahan tentang kitab yang ada di tangan mereka yang sebagiannya
terdapat hal-hal yang berkaitan dengan agama mereka yang disyariatkan buat
mereka hingga masa Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi seorang utusan, maka hal
tersebut lebih utama bagi mereka. Sesungguhnya mereka hanyalah membicarakan
hal-hal yang tidak mereka ketahui. Maka Allah Swt. mengingkari perbuatan mereka
itu, dan memerintahkan kepada mereka agar mengembalikan hal-hal yang tidak
mereka ketahui kepada Tuhan Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata yang
mengetahui semua perkara sesuai dengan hakikat dan kejelasannya. Karena itulah
Allah Swt. berfirman dalam akhir ayat ini:
{وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ}
Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak
mengetahui. (Ali Imran: 66)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا
نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا}
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula
seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi muslim. (Ali Imran:
67)
Yakni menyimpang dari kemusyrikan dan cenderung
kepada iman.
{وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan
orang-orang musyrik. (Ali Imran: 67).
Makna ayat ini sama dengan ayat terdahulu di
dalam surat Al-Baqarah yang mengatakan:
وَقَالُوا كُونُوا هُودًا
أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا
Dan mereka berkata, "Hendaklah kalian
menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kalian mendapat petunjuk."
(Al-Baqarah: 135)
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ
لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ
الْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada
Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang
yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang
beriman. (Ali Imran: 68)
Allah Swt. berfirman bahwa orang yang paling
berhak mengakui Nabi Ibrahim ialah orang-orang yang mengikuti agamanya dan Nabi
ini —yakni Nabi Muhammad Saw.— serta orang-orang yang beriman dari kalangan
sahabat-sahabatnya, yaitu kaum Muhajirin dan kaum Ansar serta orang-orang yang
mengikuti mereka sesudah mereka tiada.
قَالَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم
قال: "إنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ وُلاةً مِنَ النَّبِيِّينَ، وإنَّ وَليِّي
مِنْهُمْ أَبِي وخَلِيلُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ". ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ
أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ [وَهَذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ]}
Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abul Ahwas, dari Sa'id ibnu Masruq.'dari Abud Duha, dari Masruq,
dari Ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiap-tiap
nabi mempunyai seorang pelindung dari kalangan para nabi sendiri, dan
sesungguhnya pelindungku dari kalangan mereka (para nabi) adalah ayahku, yaitu
kekasih Tuhanku (Nabi Ibrahim a.s.). Kemudian beliau Saw. membacakan
firman-Nya: Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah
orang-orang yang mengikutinya. (Ali Imran: 68), hingga akhir ayat.
Imam Turmuzi dan Imam Al-Bazzar meriwayatkan hal
yang sama melalui hadis Abu Ahmad Az-Zubairi, dari Sufyan As-Sauri, dari
ayahnya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini
diriwayatkan pula oleh selain Abu Ahmad, dari Sufyan, dari ayahnya, dari Abud
Duha, dari Abdullah, tanpa menyebut nama Masruq.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi
melalui jalur Waki', dari Sufyan; kemudian ia mengatakan bahwa sanad ini lebih
sahih.
Akan tetapi, hadis ini diriwayatkan oleh Waki' di
dalam kitab tafsirnya. Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: .. kemudian menyebutkan
hadits tersebut.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاللَّهُ وَلِيُّ
الْمُؤْمِنِينَ
dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang
yang beriman. (Ali Imran: 68)
Yakni Pelindung semua orang yang beriman kepada
rasul-rasul-Nya.
Ali Imran, ayat 69-74
{وَدَّتْ طَائِفَةٌ
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ
وَمَا يَشْعُرُونَ (69) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ (70)
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (71) وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنزلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ
النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (72) وَلا تُؤْمِنُوا
إِلا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ الْهُدَى هُدَى اللَّهِ أَنْ يُؤْتَى
أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ قُلْ إِنَّ
الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (73)
يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (74) }
Segolongan Ahli
Kitab ingin menyesatkan kalian, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan
melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. Hai Ahli Kitab,
mengapa kalian mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui
(kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mencampuradukkan yang hak dengan
yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kalian mengetahui? Segolongan
(lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya), "Perlihatkanlah
(seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang
beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada
akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran). Dan
janganlah kalian percaya, melainkan kepada orang yang mengikuti agama kalian'.'
—Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk
Allah"— dan (janganlah kalian percaya) bahwa akan diberikan kepada
seseorang seperti apa yang diberikan kepada kalian, dan (jangan pula kalian
percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujah kalian di sisi Tuhan kalian."
Katakanlah, "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan
karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." Allah menentukan rahmat-Nya
(kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang
besar.
Allah Swt. memberitakan perihal kedengkian
orang-orang Yahudi kepada kaum mukmin dan mereka selalu menginginkan agar kaum
mukmin menjadi sesat. Allah memberitakan pula bahwa perbuatan mereka itu justru
menjadi senjata makan tuan, sedangkan mereka tidak merasakan bahwa tipu daya
diri mereka justru akibat buruknya menimpa diri mereka sendiri.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ وَأَنْتُمْ تَشْهَدُونَ}
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mengingkari
ayat-ayat Allah, padahal kalian menyaksikan. (Ali Imran: 70).
Yakni kalian mengetahui kebenarannya dan
menyaksikan bahwa itu adalah perkara yang hak.
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ
الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Hai Ahli Kitab, mengapa kalian
mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran,
padahal kalian mengetahui? (Ali Imran: 71).
Yaitu kalian telah menyembunyikan sifat-sifat
Nabi Muhammad yang terdapat di dalam kitab-kitab kalian, padahal kalian
mengetahui dan menyaksikan kebenarannya.
{وَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي
أُنزلَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ }
Segolongan dari Ahli Kitab berkata, "Perlihatkanlah
(seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang
beriman pada permulaan siang hari dan ingkarilah ia pada akhirnya."
(Ali Imran: 72), hingga akhir ayat.
Hal ini merupakan tipu daya yang mereka lancarkan
untuk mengelabui kalangan du'afa (orang-orang yang lemah) dari kalangan kaum
muslim terhadap perkara agama mereka. Mereka melakukan musyawarah di antara
sesamanya dan memutuskan agar menyusup ke dalam tubuh kaum muslim dengan
menampakkan seakan-akan mereka beriman pada permulaan siang harinya dan salat Subuh
bersama-sama kaum muslim. Tetapi apabila hari telah petang, mereka harus
kembali kepada agama mereka sendiri. Tujuannya ialah agar orang-orang yang
lemah akalnya dari kalangan kaum muslim mengatakan bahwa sesungguhnya mereka
kembali lagi ke agamanya tiada lain karena mereka telah melihat adanya suatu
kekurangan atau suatu keaiban pada agama kaum muslim. Karena itu, disebutkan di
dalam akhir ayat ini:
{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ} .
supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali
(kepada kekafiran). (Ali Imran: 72)
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal orang-orang
Yahudi dalam ayat ini, bahwa orang-orang Yahudi ada yang ikut salat Subuh
bersama Nabi Saw., lalu mereka kembali kafir pada akhir siang harinya. Hal
tersebut sebagai pengelabuan agar orang-orang melihat telah tampak adanya
kesesatan bagi mereka dalam agama Nabi Saw. setelah mereka mengikutinya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
segolongan orang dari Ahli Kitab mengatakan, "Apabila kalian bersua dengan
sahabat-sahabat Muhammad pada permulaan siang hari, tampakkanlah diri kalian
seolah-olah kalian beriman. Apabila sore hari, lakukanlah kebaktian kalian
sebagaimana biasanya, supaya mereka mengatakan, 'Mereka itu Ahli Kitab, mereka lebih
alim daripada kita'." Hal yang sama diriwayatkan oleh Qatadah,
As-Saddi,Ar-Rabi', dan Abu Malik.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا تُؤْمِنُوا إِلَّا
لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ
Dan janganlah kalian percaya, melainkan kepada
orang yang mengikuti agama kalian. (Ali Imran: 73)
Artinya, janganlah kalian percaya atau
menampakkan rahasia kalian dan apa yang kalian simpan kecuali kepada orang yang
benar-benar mengikuti agama kalian. Janganlah kalian memperlihatkan keterangan
yang ada di dalam kitab kalian (mengenai Nabi Saw.) kepada kaum muslim yang
pada akhirnya mereka akan beriman kepadanya, lalu menjadikannya sebagai hujah
yang memakan kalian sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
قُلْ إِنَّ الْهُدى هُدَى
اللَّهِ
Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang
harus diikuti) adalah petunjuk Allah." (Ali Imran: 73)
Yakni hanya Allah-lah yang memberi petunjuk ke
dalam kalbu kaum mukmin kepada iman yang sempurna melalui apa yang diturunkan
kepada hamba dan Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.— berupa ayat-ayat yang
jelas dan dalil-dalil yang pasti serta hujah-hujah yang gamblang; sekalipun
kalian —hai orang-orang Yahudi— menyembunyikan apa yang ada di tangan kalian
tentang sifat Nabi Muhammad yang ummi di dalam kitab-kitab kalian yang telah
kalian nukil dari para nabi terdahulu.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَنْ يُؤْتى أَحَدٌ مِثْلَ
مَا أُوتِيتُمْ أَوْ يُحاجُّوكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ
dan (janganlah kalian percaya) bahwa akan
diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepada kalian, dan
(jangan pula kalian percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujah kalian di sisi
Tuhan kalian. (Ali Imran: 73)
Mereka (Ahli Kitab) mengatakan (kepada
sesamanya), "Janganlah kalian memperlihatkan ilmu (pengetahuan) yang ada
pada kalian kepada kaum muslim, yang akhirnya mereka akan mempelajarinya dari
kalian hingga mereka sejajar pengetahuannya dengan kalian, lalu mereka unggul
dengannya atas diri kalian, mengingat kekuatan iman mereka kepadanya. Atau akan
mengalahkan hujah kalian di sisi Tuhan kalian. Dengan kata lain, hal itu akan
mereka jadikan hujah terhadap diri kalian dengan memakai pengetahuan yang ada
di tangan kalian, hingga akhirnya menjadi senjata makan tuan; dan kalian kalah
dalam berhujah, baik di dunia maupun di akhirat."
*******************
Allah Swt. berfirman:
قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ
بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشاءُ
Katakanlah, "Sesungguhnya karunia itu di
tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya."
(Ali Imran: 73)
Yakni semua urusan berada di bawah kekuasaan
Allah dan pengaturan-Nya, Dialah yang memberi dan yang mencegah. Dia memberikan
anugerah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu berupa iman, ilmu, dan
kemampuan mengatur. Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya sehingga orang
yang bersangkutan menjadi buta pandangan dan penglihatan hatinya, dan Allah
mengunci mati kalbu dan pendengarannya serta menjadikan penghalang pada
penglihatannya. Dialah yang memiliki hujah yang sempurna dan hikmah yang sangat
bijaksana.
وَاللَّهُ واسِعٌ عَلِيمٌ
يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
"Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui." Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali Imran: 73-74)
Artinya, Allah mengkhususkan karunia-Nya kepada
kalian —hai orang-orang mukmin— dengan karunia yang tak terbatas dan tak
ter-perikan, yaitu dengan dimuliakan-Nya nabi kalian —Muhammad Saw.— di atas
semua para nabi, dan memberi petunjuk kalian dengan melaluinya kepada syariat
yang paling sempurna.
Ali Imran, ayat 75-76
{وَمِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ
إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ
قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الأمِّيِّينَ سَبِيلٌ
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75) بَلَى مَنْ أَوْفَى
بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ (76) }
Di antara Ahli
Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika
kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, "Tidak
ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi." Mereka berkata dusta
terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Bukan demikian), sebenarnya siapa
yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.
Allah Swt. memberitakan perihal orang-orang
Yahudi, bahwa di antara mereka ada orang-orang yang khianat; dan Allah Swt.
memperingatkan kaum mukmin agar bersikap waspada terhadap mereka, jangan sampai
mereka teperdaya, karena sesungguhnya di antara mereka terdapat orang-orang
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ}
ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya senilai satu qintar. (Ali Imran: 75)
Yakni sejumlah harta yang banyak.
{يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ}
dia mengembalikannya kepadamu. (Ali Imran:
75).
Yaitu barang yang nilainya kurang dari satu
qintar jelas lebih ditunaikannya kepadamu.
{وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ
لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا}
dan di antara mereka ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu kecuali
jika kamu selalu menagihnya, (Ali Imran: 75)
Maksudnya, terus-menerus menagih dan mendesaknya
agar melunasi hakmu. Apabila demikian sikapnya terhadap satu dinar, maka
terlebih lagi jika menyangkut yang lebih banyak, maka ia tidak akan
mengembalikannya kepadamu.
Dalam pembahasan yang lalu pada permulaan surat
ini telah diterangkan makna qintar. Adapun mengenai satu dinar, hal ini sudah
dimaklumi kadarnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnu Amr As-Sukuti, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah,
dari Ziad ibnul Haisam, telah menceritakan kepadaku Malik ibnu Dinar yang telah
mengatakan bahwa sesungguhnya dinar disebut demikian karena merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu din (agama) dan nar (yakni api).
Menurut pendapat yang lain, makna dinar ialah
'barang siapa yang mengambilnya dengan jalan yang benar, maka ia adalah
agamanya; dan barang siapa yang mengambilnya bukan dengan jalan yang dibenarkan
baginya, maka baginya neraka'.
Sehubungan dengan masalah ini selayaknya
disebutkan hadis-hadis yang di-ta'liq oleh Imam Bukhari dalam berbagai tempat
dari kitab sahihnya. Yang paling baik konteksnya ialah yang ada di dalam
Kitabul Kafalah.
Imam Bukhari mengatakan:
قَالَ اللَّيْثُ:
حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُز
الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهُ ذَكَرَ رَجُلا مِنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ سَأَلَ [بَعْضَ] بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يُسْلِفَهُ أَلْفَ
دِينَارٍ، فَقَالَ: ائْتِنِي بِالشُّهَدَاءِ أُشْهِدُهُمْ. فَقَالَ: كَفَى
بِاللَّهِ شَهِيدًا. قَالَ: ائْتِنِي بِالْكَفِيلِ. قَالَ: كَفَى بِاللَّهِ
كَفِيلا. قَال: صَدَقْتَ. فَدَفَعَهَا إِلَيْهِ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى، فَخَرَجَ
فِي الْبَحْرِ فَقَضَى حَاجَتَهُ، ثُمَّ الْتَمَسَ مَرْكَبًا يَرْكَبُهَا يَقْدَمُ
عَلَيْهِ لِلأجَلِ الَّذِي أَجَّلَهُ، فَلَمْ يَجِدْ مَرْكِبًا، فَأَخَذَ خَشَبَةً
فَنَقَرَهَا فَأَدْخَلَ فِيهَا أَلْفَ دِينَارٍ، وَصَحِيفَةً مِنْهُ إِلَى
صَاحِبِهِ، ثُمَّ زَجَّجَ مَوْضِعَهَا، ثُمَّ أَتَى بِهَا إِلَى الْبَحْرِ،
فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي استَسْلَفْت ُ فُلانًا أَلْفَ
دِينَارٍ فَسَأَلَنِي كَفِيلا فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ كَفِيلا فَرَضِيَ بِكَ .
وَسَأَلَنِي شَهِيدًا، فَقُلْتُ: كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا فَرَضِيَ بِكَ،
وَإِنِّي جَهَدْتُ أَنْ أَجِدَ مَرْكَبًا أَبْعَثُ إِلَيْهِ الَّذِي لَهُ فَلَمْ
أَقْدِرْ، وَإِنِّي اسْتَوْدَعْتُكَهَا. فَرَمَى بِهَا فِي الْبَحْرِ حَتَّى
وَلَجَتْ فِيهِ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَهُوَ فِي ذَلِكَ يَلْتَمِسُ مَرْكَبًا
يَخْرُجُ إِلَى بَلَدِهِ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ الَّذِي كَانَ أَسْلَفَهُ يَنْظُرُ
لَعَلَّ مَرْكَبًا يَجِيئُهَُ بِمَالِهِ، فَإِذَا بِالْخَشَبَةِ الَّتِي فِيهَا
الْمَالُ، فَأَخَذَهَا لأهْلِهِ حَطَبًا، فَلَمَّا كَسَرَهَا وَجَدَ الْمَالَ
وَالصَّحِيفَةَ، ثُمَّ قَدِمَ الَّذِي كَانَ تَسَلَّف مِنْهُ، فَأَتَاه بِأَلْفِ
دِينَارٍ، وَقَالَ: وَاللَّهِ مَا زِلْتُ جَاهِدًا فِي طَلَبِ مَرْكَبٍ لآتِيَكَ
بِمَالِكَ، فَمَا وَجَدْتُ مَرْكَبًا قَبْلَ الَّذِي أَتَيْتُ فِيهِ. قَالَ: هَلْ
كُنْتَ بَعَثْتَ إِلَيَّ بِشَيْءٍ؟ قَالَ: أَلَمْ أُخْبِرْكَ أَنِّي لَمْ أَجِدْ
مَرْكَبًا قَبْلَ هَذَا؟ قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَدَّى عَنْكَ الَّذِي
بَعَثْتَ فِي الْخَشَبَةِ، فَانْصَرِفْ بِأَلْفِ دِينَارٍ رَاشِدًا.
bahwa Al-Lais mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Hurmuz Al-A'raj, dari Abu
Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. yang pernah menceritakan: bahwa di zaman
dahulu ada seorang lelaki dari kalangan umat Bani Israil berutang sejumlah
seribu dinar kepada seorang lelaki lain yang juga dari Bani Israil. Lelaki yang
diminta berkata, "Datangkanlah orang-orang yang aku akan jadikan mereka
sebagai saksi." Lelaki yang mengajukan utang berkata, "Cukuplah Allah
sebagai saksinya." Lelaki yang diminta berkata, "Datangkanlah
kepadaku seorang penjamin." Lelaki yang meminta menjawab, "Cukuplah
Allah sebagai penjaminnya." Lelaki yang diminta berkata, "Engkau
benar," lalu ia memberikan utang itu kepadanya sampai waktu yang telah
ditentukan. Lelaki yang berutang itu berangkat melakukan suatu perjalanan
menempuh jalan laut. Setelah menyelesaikan urusan dan keperluannya, maka ia
mencari perahu yang akan ditumpanginya menuju tempat lelaki pemiutang karena
saat pembayarannya telah tiba, tetapi ia tidak menemukan sebuah perahu pun.
Lalu ia mengambil sebatang kayu dan kayu itu dilubanginya, kemudian memasukkan
ke dalamnya uang seribu dinar berikut sepucuk surat yang ditujukan kepada
pemiliknya, lalu lubang itu ia tutup kembali dengan rapat. Ia datang ke tepi
laut, lalu berkata, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku
telah berutang kepada si Fulan sebanyak seribu dinar. Lalu ia meminta saksi
kepadaku, maka kujawab bahwa cukuplah Allah sebagai saksinya. Ia meminta
kepadaku seorang penjamin, lalu kujawab bahwa cukuplah Allah sebagai penjaminnya.
Ternyata dia rida dengan-Mu. Sesungguhnya aku telah berupaya keras untuk
menemukan sebuah perahu untuk mengirimkan pembayaran ini kepadanya, tetapi aku
tidak mampu menemukannya. Sesungguhnya sekarang aku titipkan pembayaran ini
kepada-Mu." Kemudian ia melemparkan kayu itu ke laut hingga kayu itu
terapung-apung di atasnya. Setelah itu ia pergi seraya mencari perahu untuk
menuju tempat pemiutang. Lalu lelaki yang memiliki piutang itu keluar
melihat-lihat, barangkali ada perahu yang datang membawa hartanya. Ternyata ia
menemukan sebatang kayu, yaitu kayu tersebut yang di dalamnya terdapat
hartanya. Lalu ia mengambil kayu itu dengan maksud untuk dijadikan sebagai kayu
bakar bagi keluarganya. Tetapi ketika ia membelah kayu itu, tiba-tiba ia
menjumpai sejumlah uang dan sepucuk surat. Ketika lelaki yang berutang
kepadanya tiba seraya membawa seribu dinar lagi dan berkata, "Demi Allah,
aku terus berusaha keras mencari kendaraan yang dapat mengantarkan diriku
kepadamu guna membayar utangku kepadamu, ternyata aku tidak menemukannya
sebelum perahu yang membawaku sekarang ini." Lelaki yang memiliki piutang
bertanya, "Apakah engkau telah mengirimkan sesuatu kepadaku?" Ia
menjawab, "Bukankah aku telah ceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemui
suatu perahu pun sebelum perahu yang membawaku sekarang." Lelaki yang
memiliki piutang berkata, "Sesungguhnya Allah telah menunaikan
(melunaskan) utangmu melalui apa yang engkau kirimkan di dalam kayu itu."
Maka si lelaki yang berutang itu pergi membawa seribu dinarnya dengan hati
lega.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari di salah satu tempat dari kitabnya dengan sigat jazm, sedangkan di
lain tempat dari kitab sahihnya ia sandarkan hadis ini dari Abdullah ibnu
Saleh, juru tulis Al-Lais, dari Lais sendiri.
Imam Ahmad meriwayatkannya di dalam kitab
musnadnya seperti ini dengan kisah yang panjang lebar dari Yunus ibnu Muhammad
Al-Muaddib, dari Lais dengan lafaz yang sama.
Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab
musnadnya dari Al-Hasan ibnu Mudrik, dari Yahya ibnu Hammad, dari Abu Uwwanah,
dari Umar ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
dengan lafaz yang semisal. Kemudian ia mengatakan bahwa tidak diriwayatkan dari
Nabi Saw. kecuali dari segi dan sanad ini. Demikianlah menurutnya, tetapi ia
keliru, karena adanya keterangan di atas tadi.
*******************
Firman Allah Swt.:
ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قالُوا
لَيْسَ عَلَيْنا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ
Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan,
"Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi." (Ali Imran:
75)
Yakni sesungguhnya yang mendorong mereka
mengingkari perkara yang hak tiada lain karena mereka berkeyakinan bahwa tiada
dosa dalam agama kami memakan harta orang-orang ummi —yaitu orang-orang Arab—
karena sesungguhnya Allah telah menghalalkannya bagi kami.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui. (Ali Imran: 75)
Yaitu mereka telah membuat-buat perkataan ini dan
bersandar kepada kesesatan ini, karena sesungguhnya Allah telah mengharamkan
atas mereka memakan harta benda kecuali dengan cara yang dihalalkan.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang suka berbuat kedustaan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ma'mar, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Abu Sa'sa'ah ibnu Yazid, bahwa
seorang lelaki bertanya kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya kami dalam perang
memperoleh sejumlah barang milik ahli zimmah, yaitu berupa ayam dan
kambing." Ibnu Abbas balik bertanya, "Lalu apakah yang akan kamu
lakukan?" Ia menjawab, "Kami memandang tidak ada dosa bagi kami untuk
memilikinya." Ibnu Abbas berkata, "Ini sama dengan apa yang dikatakan
oleh Ahli Kitab, 'Bahwasanya tidak ada dosa bagi kami terhadap harta
orang-orang ummi.' Sesungguhnya mereka apabila telah membayar jizyah, maka
tidak dihalalkan bagi kalian harta benda mereka kecuali dengan suka rela
mereka'."
Hal yang sama diriwayatkan oleh As-Sauri, dari
Abu Ishaq.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى،
أَخْبَرَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا
جَعْفَرٌ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ: لَمَّا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ:
{لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الأمِّيِّينَ سَبِيلٌ} قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ [صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] كَذَبَ أَعْدَاءُ اللهِ، مَا مِنْ شِيٍء كَانَ فِي
الجَاهِلِيَّةِ إِلا وَهُوَ تَحْتَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ إِلا الأمَانَةَ،
فَإِنَّهَا مُؤَدَّاةٌ إِلَى الْبَرِّ وَالفَاجِرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi'
Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada
kami Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ketika Ahli Kitab
mengatakan, "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi" maka
Nabi Allah Saw. bersabda: Dustalah musuh-musuh Allah itu. Tiada sesuatu pun
yang terjadi di masa Jahiliah, melainkan ia berada di kedua telapak kakiku ini,
kecuali amanat. Maka sesungguhnya amanat harus disampaikan, baik kepada orang
yang bertakwa maupun kepada orang yang durhaka.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
بَلى مَنْ أَوْفى
بِعَهْدِهِ وَاتَّقى
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang
menepati janji (yang dibuat)nya, dan bertakwa. (Ali Imran: 76)
Yakni tetapi orang yang menunaikan janjinya dan
bertakwa dari kalangan kalian, hai Ahli Kitab, yaitu janji yang kalian ikrarkan
kepada Allah yang isinya menyatakan kalian akan beriman kepada Muhammad Saw.
apabila telah diutus. Sebagaimana janji dan ikrar telah diambil dari para nabi
dan umatnya masing-masing untuk mengikrarkan hal tersebut. Kemudian ia
menghindari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, lalu ia taat kepada-Nya dan
kepada syariat-Nya yang dibawa oleh penutup para rasul yang juga sebagai
penghulu mereka.
فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُتَّقِينَ
maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertakwa. (Ali Imran: 76)
Ali Imran, ayat 77
{إِنَّ الَّذِينَ
يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَا
خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (77) }
Sesungguhnya
orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang
sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak
akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari
kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
Allah Swt. berfirman bahwa sesungguhnya
orang-orang yang menukar apa yang telah mereka janjikan kepada Allah yaitu akan
mengikuti Nabi Muhammad Saw. dan menceritakan sifat-sifatnya kepada orang-orang
banyak serta menjelaskan perkaranya, dan menukar sumpah-sumpah mereka (yang
pada hakikatnya adalah sumpah dusta lagi berdosa) dengan harga yang sedikit tak
ada artinya. Yang dimaksud dengan harta yang sedikit ialah harta benda dalam
kehidupan dunia yang fana ini lagi pasti akan lenyap.
أُولَئِكَ لَا خَلاقَ
لَهُمْ فِي الآخِرَةِ
mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di
akhirat. (Ali Imran: 77).
Maksudnya, tiada suatu pahala pun yang mereka
peroleh kelak di akhirat; dan akhirat adalah bukan milik mereka, mereka tidak
mendapat bagian sama sekali.
وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ
وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
dan Allah tidak akan berkata dengan mereka dan
tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat. (Ali Imran: 77),
Yakni tidak mau melimpahkan rahmat-Nya kepada
mereka. Dengan kata lain, Allah tidak akan berbicara dengan mereka secara
lemah-lembut dan tidak akan memandang mereka dengan pandangan yang mengandung
rahmat.
وَلا يُزَكِّيهِمْ
dan tidak (pula) akan menyucikan mereka.
(Ali Imran: 77)
Yaitu dari dosa-dosa dan kotoran-kotoran mereka,
bahkan Allah memerintahkan agar mereka dicampakkan ke dalam neraka.
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Bagi mereka azab yang pedih. (Ali Imran:
77)
Sehubungan dengan hal ini, banyak hadis yang
berkaitan dengan ayat ini akan kami kemukakan sebagian darinya yang mudah
didapat.
Hadis pertama,
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: عَلِيُّ بْنُ
مُدْرِك أخْبرَني قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا زُرْعَة، عَنْ خَرَشة بْنِ الحُر،
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "ثَلاثَة لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ" قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ؟ خَابُوا وَخَسِرُوا. قَالَ: وَأَعَادَهُ رَسُولُ
اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَ:
"المُسْبِل، والمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ
الْكاذِبِ، والمنانُ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Affan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa Ali ibnu Mudrik pernah
menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar hadis berikut dari Abu Zur'ah,
dari Kharsyah ibnul Hur, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"Ada tiga macam orang yang Allah tidak akan berbicara dengan mereka,
tidak akan melihat kepada mereka, dan tidak pula akan menyucikan mereka, serta
bagi mereka azab yang pedih." Aku (Abu Zar) bertanya, "Siapakah
mereka itu, wahai Rasulullah? Alangkah kecewa dan meruginya mereka.” Rasulullah
Saw. mengulangi sabdanya itu sebanyak tiga kali, lalu bersabda, "Yaitu
orang yang memanjangkan kainnya (hingga ke tanah), orang yang melakukan
dagangannya dengan sumpah dusta, dan orang yang suka menyebut-nyebut
pemberiannya."
Imam Muslim dan ahlus sunan meriwayatkannya pula
melalui hadis Syu'bah dengan lafaz yang sama.
Jalur lain menurut
riwayat Imam Ahmad;
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنِ الحُرَيري، عَنْ أَبِي الْعَلَاءِ بْنِ
الشِّخِّير، عَنْ أَبِي الأحْمَس قَالَ: لقيتُ أَبَا ذَرٍّ، فقلتُ لَهُ: بَلَغَنِي
عَنْكَ أَنَّكَ تُحدِّث حَدِيثًا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ. فَقَالَ: أَمَا إِنَّهُ لَا تَخَالُني أكذبُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَا سَمِعْتُهُ مِنْهُ، فَمَا الَّذِي
بَلَغَكَ عَنِّي؟ قلتُ: بَلَغَنِي أَنَّكَ تَقُولُ: ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ
اللَّهُ، وَثَلَاثَةٌ يَشْنَؤهم اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ: قُلْتُهُ
وَسَمِعْتُهُ. قُلْتُ: فَمَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ؟ قَالَ:
الرَّجُلُ يَلْقَى الْعَدُوَّ فِي فِئَةٍ فَيَنْصِبُ لَهُمْ نَحْرَه حَتَّى
يُقْتَلَ أَوْ يُفْتَحَ لِأَصْحَابِهِ. والقومُ يُسَافِرُونَ فَيَطُولُ سِرَاهُمْ
حَتَّى يَحنُّوا أَنْ يُمْسُوا الْأَرْضَ فَيَنْزِلُونَ، فَيَتَنَحَّى أَحَدُهُمْ
فَيُصَلِّي حَتَّى يُوقِظَهُمْ لِرَحِيلِهِمْ. والرجلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ
يُؤْذِيهِ فَيَصْبِرُ عَلَى أذاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ
ظَعْن. قُلْتُ: وَمَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَشْنَأُ اللَّهُ؟ قَالَ: التَّاجِرُ
الْحَلَّافُ -أَوِ الْبَائِعُ الْحَلَّافُ -وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ،
وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ
disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ismail, dari Al-Jariri, dari Abul Ala ibnusy Syikhkhir, dari Abul Ahmas yang
mengatakan bahwa ia pernah ber-sua dengan Abu Zar, lalu ia bertanya kepadanya,
"Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau pernah menceritakan
sebuah hadis dari Rasulullah Saw." Abu Zar menjawab, "Ingatlah,
sesungguhnya aku tidak akan berdusta terhadap Rasulullah Saw. sesudah aku
mendengar darinya. Maka hadis apakah yang telah sampai kepadamu dariku?"
Aku (Abul Ahmas) menjawab, "Telah sampai kepadaku bahwa engkau pernah
mengatakan, ada tiga macam orang yang dicintai oleh Allah dan ada tiga macam
orang yang dibenci oleh-Nya." Abu Zar menjawab, "Aku memang
mengatakannya setelah mendengarnya (dari Rasulullah Saw.)." Aku bertanya,
"Siapakah mereka yang disukai oleh Allah itu?" Abu Zar menjawab,
"Pertama, seorang lelaki yang maju menghadapi musuhnya untuk memberi jalan
bagi teman-teman sepasukannya dengan menjadikan dirinya sebagai poros
penghalang pasukan musuh, hingga ia gugur atau dapat membuka kemenangan bagi
teman-teman sepasukannya. Kedua, suatu kaum yang melakukan perjalanannya dalam
waktu yang lama hingga ingin sekali mereka menyentuh tanah, akhirnya mereka
turun istirahat, kemudian seseorang dari mereka menjauh dari teman-temannya dan
melakukan salat seraya menunggu waktu keberangkatan selanjutnya, lalu
membangunkan mereka. Ketiga, seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang selalu
menyakiti (mengganggu)nya, tetapi ia bersikap sabar terhadap gangguannya hingga
keduanya dipisahkan oleh mati atau pindah tempat." Aku bertanya,
"Siapakah mereka yang dibenci oleh Allah?" Abu Zar menjawab,
"Pedagang yang suka bersumpah —penjual yang suka bersumpah—, orang miskin
yang sombong, dan orang kikir yang suka menyebut-nyebut pemberiannya."
Dari segi ini hadis ini dinilai garib (aneh).
Hadis
kedua, diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ حَازِمٍ قَالَ:
حَدَّثَنَا عَدِيّ بْنُ عَدِيٍّ، أَخْبَرَنِي رَجَاءُ بْنُ حَيْوة والعُرْس بْنُ
عَمِيرة عَنْ أَبِيهِ عَدِي -هَو ابْنُ عَمِيرَةَ الْكِنْدِيُّ-قَالَ: خَاصَمَ
رَجُلٌ مِنْ كِنْدةَ يُقَالُ لَهُ: امْرُؤُ الْقَيْسِ بْنُ عَابِسٍ رَجلا مِنْ
حَضْرمَوْت إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فِي أَرْضٍ، فَقَضَى عَلَى
الْحَضْرَمِيِّ بِالْبَيِّنَةِ، فَلَمْ يَكُنْ لَهُ بَيِّنَةٌ، فَقَضَى عَلَى
امْرِئِ الْقَيْسِ بِالْيَمِينِ. فَقَالَ الْحَضْرَمِيُّ: إِنْ أَمْكَنْتُهُ مِنَ
الْيَمِينِ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذهبتْ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ أَرْضِي. فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ
كَاذِبَةٍ لِيقتطِعَ بِهَا مَال أحَد لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ
عَلَيْهِ غَضْبَانُ" قَالَ رَجَاءٌ: وَتَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ
وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا} فَقَالَ امْرُؤُ الْقَيْسِ: مَاذَا لِمَنْ
تَرَكَهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ الْجَنَّةُ" قَالَ: فاشهَدْ أَنِّي
قَدْ تَرَكْتُهَا لَهُ كُلَّهَا.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Sa'id, dari Jarir ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Addi
ibnu Addi, telah menceritakan kepadaku Raja ibnu Haiwah dan Al-Urs ibnu
Umairah, dari ayahnya (yaitu Addi alias Ibnu Umairah Al-Kindi) yang
menceritakan bahwa ada seorang lelaki dari Kindah yang dikenal dengan nama
Umru-ul Qais ibnu Amir bersengketa dengan seorang lelaki dari Hadramaut di
hadapan Rasulullah Saw. mengenai sebidang tanah. Akhirnya Rasulullah Saw.
memutuskan terhadap orang Hadramaut itu untuk mengemukakan bukti, padahal ia
tidak mempunyai bukti, dan beliau Saw. memutuskan terhadap Umru-ul Qais untuk
bersumpah. Maka orang Hadramaut itu berkata, "Wahai Rasulullah, engkau
telah memberinya kesempatan kepadanya dengan melalui sumpah. Demi Tuhan Ka'bah,
lenyaplah tanahku." Maka Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang
bersumpah dengan sumpah dusta untuk mengambil harta orang lain dengan melalui
sumpahnya itu, niscaya dia akan bersua dengan Allah Swt. sedangkan Allah dalam
keadaan murka terhadapnya. Raja mengatakan bahwa setelah itu Rasulullah
Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 77)
Maka Umru-ul Qais bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang akan diperoleh
bagi orang yang membiarkannya (merelakan tanah itu)!" Rasulullah Saw.
menjawab, "Surga." Lalu Umru-ul Qais berkata, "Maka
saksikanlah bahwa aku membiarkan tanah itu untuk dia semua."
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai
melalui hadis Addi ibnu Addi dengan lafaz yang sama.
Hadis ketiga,
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقيق، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ حَلَفَ
عَلَى يَمِينٍ هُوَ فِيهَا فَاجِر، لِيقْتَطِعَ بِهَا مَال امْرِئٍ مُسْلِمٍ،
لَقِيَ الله عَزَّ وجَلَّ وَهُوَ عَليْهِ غَضْبَانُ".
فَقَالَ الْأَشْعَثُ: فِيَّ وَاللَّهِ كَانَ ذَلِكَ، كَانَ بَيْنِي
وَبَيْنَ رَجُلٍ مِنَ الْيَهُودِ أَرْضٌ فجَحَدني، فقدَّمته إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَكَ بَيَّنة؟ " قلتُ: لَا فَقَالَ
لِلْيَهُودِيِّ: "احْلِفْ" فقلتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِذًا يَحْلِفُ
فَيَذْهَبُ مَالِي. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الَّذِينَ
يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا} [إِلَى آخِرِ]
الْآيَةِ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari
Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang melakukan suatu sumpah, sedangkan dalam sumpahnya itu ia berdusta
demi mengambil (merampas) sejumlah harta milik orang muslim, niscaya ia bersua
dengan Allah Swt. nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya. Kemudian
Al-Asy'as berkata bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi berkenaan dengan
dirinya. Dahulu pernah antara dia dan seorang Yahudi suatu persengketaan
mengenai sebidang tanah, lalu orang Yahudi itu mengklaim tanahnya, lalu ia
ajukan perkaranya kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. bertanya (kepada
Asy'as), "Apakah engkau mempunyai bukti?" Aku (Asy'as)
menjawab, "Tidak." Kemudian beliau Saw. bersabda kepada orang Yahudi,
"Bersumpahlah kamu." Maka aku (Asy'as) berkata, "Kalau
demikian dia pasti bersumpah dan lenyaplah hartaku." Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 77), hingga
akhir ayat.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan
melalui hadis Al-A'masy.
Jalur lain diriwayatkan
oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ
عَيَّاش، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، عَنْ شَقِيق بْنِ سَلَمَةَ،
حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنِ اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مسلمٍ بِغَيْرِ
حَقٍّ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَان" قَالَ: فَجَاءَ الأشْعث بْنُ
قَيْس فَقَالَ: مَا يُحدِّثكم أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ فَحَدَّثْنَاهُ، فَقَالَ:
فِيَّ كَانَ هَذَا الْحَدِيثُ، خاصمتُ ابْنَ عمٍّ لِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بِئْرٍ لِي كَانَتْ فِي يَدِهِ، فجَحَدني،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَيِّنَتُكَ
أنَّها بِئْرُكَ وَإلا فَيَمِينُهُ" قَالَ: قلتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
لِي بَيِّنَةٌ، وَإِنْ تَجْعَلْهَا بِيَمِينِهِ تَذْهَبُ بِئْرِي ؛ إنَّ خَصْمي
امْرُؤٌ فَاجِرٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَنِ اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مسلمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ
عَلَيْهِ غَضْبَان" قَالَ: وَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ
وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلا [أُولَئِكَ لَا خَلاقَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ وَلا
يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا
يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ] }
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari
Asim ibnu Abun Nujud, dari Syaqiq ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa
yang merampas harta seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan, maka dia akan
menjumpai Allah nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya.
Imam Ahmad melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu datanglah Al-Asy'as ibnu
Qais, lalu berkata, "Apakah yang telah diceritakan Abu Abdur Rahman kepada
kalian?" Maka kami menceritakan hadis ini kepadanya, lalu ia berkata,
"Sesungguhnya hadis ini berkenaan dengan peristiwa yang ku alami."
Al-Asy'as menceritakan bahwa ia pernah bersengketa dengan anak lelaki pamannya
mengenai sebuah sumur di hadapan Rasulullah Saw. Sumur itu adalah miliknya,
tetapi anak pamannya mengklaimnya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda,
"Tunjukkanlah buktimu bahwa itu adalah sumurmu. Jika tidak, maka yang
didengar adalah sumpahnya." Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa maka aku
berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai bukti; jika engkau jadikan
sumurku ini bergantung kepada sumpahnya, niscaya akan lenyaplah sumurku. Sesungguhnya
lawanku ini adalah seorang yang dusta." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Barang
siapa yang merampas harta seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan, niscaya
ia akan menjumpai Allah Swt. nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka
terhadapnya. Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah
Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang
yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit.
(Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.
Hadis keempat,
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا رشْدين عن زَبّان، عَنْ
سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ لِلَّهِ تَعَالى عِبَادًا لَا يُكَلِّمُهُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلا يَنْظُرُ إلَيهِمْ" قِيلَ:
وَمَنْ أُولَئِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "مُتَبَرِّئٌ مَنْ وَالِدَيهِ
رَاغِبٌ عَنْهُمَا، ومُتَبَرِّئٌ مِنْ وَلَدِهِ، وَرَجُلٌ أنْعَمَ عَلِيْهِ قَوْمٌ
فكَفَر نعْمَتَهُمْ وتَبَرَّأ مِنْهُمْ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Zaban, dari
Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang Dia tidak akan berbicara
kepada mereka pada hari kiamat nanti, dan tidak akan menyucikan mereka serta
tidak akan melihat kepada mereka. Ketika ditanyakan kepada beliau,
"Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?" Maka beliau Saw. menjawab
melalui sabdanya: “Orang yang berlepas diri (melalui sumpahnya) dari
kedua orang tuanya karena benci terhadap keduanya; orang yang berlepas diri
dari anaknya; dan seorang lelaki yang pernah diberi kenikmatan oleh suatu kaum,
lalu ia mengingkari nikmat mereka dan berlepas diri dari mereka.
Hadis kelima,
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا هُشَيْم،
أَنْبَأَنَا الْعَوَّامُ -يَعني ابْنَ حَوْشَبَ-عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ -يَعْنِي السَّكْسَكي-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أوْفَى: أَنَّ
رَجُلًا أَقَامَ سِلْعَةً لَهُ فِي السُّوقِ، فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أعْطَى
بِهَا مَا لَمْ يُعْطه، ليُوقع فِيهَا رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَنَزَلَتْ
هَذِهِ الآية: {إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ
ثَمَنًا قَلِيلا}
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan
kepada kami Al-Awwam (yakni Ibnu Hausyab), dari Ibrahim ibnu Abdur Rahman
(yakni As-Saksiki), dari Abdullah ibnu Abu Aufa, bahwa ada seorang lelaki
menggelarkan barang dagangannya di pasar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah
bahwa dirinya belum pernah menjual barangnya semurah ini, dengan tujuan untuk
menjebak seorang lelaki dari kalangan kaum muslim agar membelinya. Maka turunlah
ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji
Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 77),
hingga akhir ayat.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui
berbagai jalur dari Al-Awwam.
Hadis keenam,
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثَلاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ
يَوْمَ الْقِيَامَة وَلا يَنْظُرُ إلَيْهِمْ، وَلا يُزَكِّيهِمْ ولَهم عذابٌ
أَلِيمٌ: رَجُلٌ مَنَعَ ابْنَ السَّبِيلِ فَضْلَ مَاءٍ عِنْدَهُ، وَرَجُلٌ حَلَفَ
عَلَى سِلْعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ -يَعْنِي كَاذِبًا-وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًا،
فَإِنْ أَعْطَاهُ وَفَى لَهُ، وَإِنْ لَمْ يُعْطِهِ لَمْ يَفِ لَهُ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada tiga macam orang yang Allah tidak
akan berbicara kepada mereka di hari kiamat, dan tidak akan melihat kepada
mereka serta tidak akan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih.
(Yaitu) seorang lelaki yang melarang ibnu sabil lebihin air yang ada padanya,
seorang lelaki yang bersumpah atas jualannya sesudah Asar, yakni dengan sumpah
dusta, dan seorang lelaki yang mengucapkan baiat (janji setia) kepada seorang
imam; tetapi jika imam memberinya, maka ia menunaikan kesetiaannya; dan jika
imam tidak memberinya, maka ia tidak menunaikan kesetiaannya.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan
melalui hadis Waki', dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Ali Imran, ayat 78
{وَإِنَّ مِنْهُمْ
لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ
وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(78) }
Sesungguhnya di
antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab,
supaya kalian menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia
bukan dari Al-Kitab, dan mereka mengatakan, "Ia (yang dibacanya itu datang)
dari sisi Allah," padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta
terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui.
Allah Swt. memberitakan perihal sepak terjang
orang-orang Yahudi —semoga laknat Allah menimpa mereka— bahwa segolongan dari
mereka ada yang mengubah-ubah banyak kalimat dari tempatnya masing-masing dan
mengganti Kalamullah serta menyelewengkannya dari makna yang dimaksud. Tujuan
mereka adalah untuk mengelabui orang-orang bodoh hingga orang-orang yang tidak
mengerti menduga bahwa itu adalah isi Kitabullah, lalu menisbatkannya kepada
Allah, padahal hal itu dusta terhadap Allah. Mereka melakukan demikian dengan
penuh kesadaran bahwa mereka telah berdusta serta semua yang ia bacakan itu
hanyalah buat-buatan mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt.
dalam firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
وَهُمْ يَعْلَمُونَ}
Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedangkan
mereka mengetahui. (Ali Imran: 78)
Mujahid, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang
memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab. (Ali Imran: 78), Menurut mereka,
yang dimaksud dengan memutar-mutar lidahnya ialah mengubah-ubah isi Al-Kitab.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mengubah-ubah Al-Kitab dan menghapusnya (lalu
menggantinya dengan yang lain), padahal tidak ada seorang pun dari makhluk
Allah yang berani menghapus suatu lafaz dari Kitabullah. Dengan demikian,
berarti makna yang dimaksud ialah mereka menyelewengkan artinya dan
menakwilkannya bukan dengan takwil yang sebenarnya.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, sesungguhnya kitab
Taurat dan Injil utuh seperti ketika diturunkan oleh Allah; tiada suatu huruf
pun yang diubah, tetapi mereka menyesatkan dengan menyelewengkan makna dan
takwilnya. Tetapi ada kitab-kitab yang mereka tulis hasil karangan mereka
sendiri, lalu mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}
Dan mereka mengatakan bahwa ia (yang dibaca
itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. (Ali Imran:
78)
Adapun kitab-kitab Allah, sesungguhnya semua
dalam keadaan terpelihara, tidak ada yang diubah. Demikianlah menurut apa yang
dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim.
Jika Wahb bermaksud apa yang ada di tangan mereka
dari Kitabullah, maka tidak diragukan lagi sudah kemasukan penggantian,
perubahan, penambahan, dan pengurangan. Adapun mengenai penerjemahan kitab
aslinya ke dalam bahasa Arab, mengandung kekeliruan yang besar, di dalamnya
banyak tambahan dan pengurangan serta pemahaman yang menyimpang. Hal ini
termasuk ke dalam Bab "Tafsir Bahasa Ibrani yang Diarabkan".
Kebanyakan dari mereka —bahkan semuanya— mempunyai pemahaman yang rusak (tidak
benar). Tetapi jika yang dimaksud oleh Wahb adalah kitab-kitab Allah yang asli
dari sisi-Nya, memang seperti apa yang dikatakannya, yaitu dalam keadaan utuh
terpelihara dan tiada sesuatu pun yang mencampurinya.
Ali Imran, ayat 79-80
{مَا كَانَ لِبَشَرٍ
أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ
لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا
رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ
تَدْرُسُونَ (79) وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ
وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ (80) }
Tidak wajar bagi
seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian,
lalu dia berkata kepada manusia, "Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku,
bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah kalian
menjadi orang-orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan
disebabkan kalian tetap mempelajarinya, dan (tidak wajar pula baginya) menyuruh
kalian menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia
menyuruh kalian berbuat kekafiran di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam.''
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن أبي محمد،
عن عِكْرِمة أو سعيد بن جُبَير، عن ابن
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو رَافِعٍ القُرَظِي، حِينَ اجْتَمَعَتِ
الْأَحْبَارُ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَاهُمْ إِلَى
الْإِسْلَامِ: أَتُرِيدُ يَا مُحَمَّدُ أَنْ نعبدكَ كَمَا تَعْبُدُ النَّصَارَى
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ؟ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ نَصْرَانِيٌّ يقال
له الرئيس: أوَ ذاك تُرِيدُ مِنَّا يَا مُحَمَّدُ، وَإِلَيْهِ تَدْعُونَنَا؟ أَوْ
كَمَا قَالَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَعَاذَ اللهِ أنْ نَعْبُدَ غَيْرَ اللهِ، أَوْ أنْ نَأْمُرَ بِعِبَادَةِ
غَيْرِه، مَا بِذَلِكَ بَعَثَنِي، وَلَا بِذَلِكَ أَمَرَنِي". أَوْ كَمَا
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي
ذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِمَا: {مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ
وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ} [الْآيَةَ] إِلَى قَوْلِهِ: {بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ}.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Rail' Al-Qurazi di saat
para pendeta Yahudi dan orang-orang Nasrani Najran berkumpul di hadapan Nabi
Saw., lalu Nabi Saw. mengajak mereka masuk Islam. Maka ia (Abu Rafi' Al-Qurazi)
berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau menghendaki agar kami menyembahmu,
sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa ibnu Maryam?" Sedangkan
seorang lelaki dari kalangan Nasrani Najran yang dikenal dengan nama Ar-Rais
mengatakan, "Apakah memang seperti itu yang engkau kehendaki dari kami,
hai Muhammad, dan yang kamu serukan kepada kami?" Atau perkataan seperti
itu pengertiannya. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Kami
berlindung kepada Allah agar kami tidak menyembah kepada selain Allah, dan
(kami berlindung kepada Allah) agar kami tidak memerintahkan penyembahan kepada
selain Allah. Bukan itu yang Allah utuskan kepadaku, dan bukan itu pula yang
diperintahkan-Nya kepadaku. Atau dengan kalimat yang semakna dengan
pengertian di atas. Maka Allah menurunkan berkenaan dengan ucapan kedua orang
tersebut ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak wajar bagi seorang manusia
yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian. (Ali Imran:
79) sampai dengan firman-Nya: di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam.
(Ali Imran: 80).
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
مَا كانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ
كُونُوا عِباداً لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia, "Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah
Allah.” (Ali Imran: 79)
Maksudnya, tidak layak bagi seorang manusia yang
diberi Al-Kitab, hikmah dan kenabian, berkata kepada manusia, "Sembahlah
aku ber-sama Allah."
Apabila hal ini tidak layak bagi seorang nabi dan
tidak pula bagi seorang rasul, terlebih lagi bagi seorang manusia selain dari
kalangan para nabi dan para rasul. Karena itulah Al-Hasan Al-Basri mengatakan
bahwa tidak layak bagi seorang mukmin memerintahkan kepada manusia untuk
menyembah dirinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa dikatakan demikian karena
umat terdahulu (yakni Ahli Kitab), sebagian dari mereka menyembah sebagian yang
lain; mereka menyembah rahib-rahib dan pendeta-pendetanya. Seperti yang
disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
اتَّخَذُوا أَحْبارَهُمْ
وَرُهْبانَهُمْ أَرْباباً مِنْ دُونِ اللَّهِ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. (At-Taubah: 31), hingga
akhir ayat.
Di dalam kitab Musnad —dan Imam Turmuzi seperti
yang akan disebutkan kemudian— disebutkan bahwa Addi ibnu Hatim pernah berkata:
يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا عَبَدُوهُمْ. قَالَ «بَلَى إِنَّهُمْ أَحَلُّوا لَهُمُ
الْحَرَامَ وَحَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ، فَاتَّبَعُوهُمْ فَذَلِكَ
عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ»
"Wahai Rasulullah, mereka sama sekali tidak
menyembahnya (para rahib dan orang-orang alim mereka)." Nabi Saw.
menyangkal, "Tidak demikian, sesungguhnya mereka (para rahib dan
orang-orang alim mereka) menghalalkan yang haram dan mengharamkan atas mereka
yang halal, lalu mereka (para pengikutnya) mengikutinya. Yang demikian itulah
cara penyembahan mereka kepada orang-orang alim dan para rahib mereka."
Orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan
para rahib dan para pendeta serta pemimpin-pemimpin kesesatanlah yang termasuk
ke dalam golongan orang-orang yang dicela dan dicemoohkan oleh ayat ini. Lain
halnya dengan para rasul dan para pengikut mereka dari kalangan ulama yang
amilin (mengamalkan ilmunya). Maka sesungguhnya yang mereka perintahkan
hanyalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Swt., lalu disampaikan oleh para
rasul kepada mereka. Sesungguhnya yang mereka larang hanyalah apa-apa yang
dilarang oleh Allah Swt., kemudian disampaikan kepada mereka oleh rasul-rasul
Allah yang mulia. Semua rasul merupakan delegasi yang menghubungkan antara
Allah dan makhluk-Nya untuk menyampaikan risalah dan amanat yang diembankan
kepada mereka oleh Allah Swt., lalu mereka menunaikan tugas ini dengan
sempurna, menasihati makhluk Allah, dan menyampaikan kebenaran kepada
makhluk-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلكِنْ كُونُوا
رَبَّانِيِّينَ بِما كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتابَ وَبِما كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Akan tetapi (dia berkata), "Hendaklah
kalian menjadi orang-orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab
dan disebabkan kalian telah mempelajarinya." (Ali Imran: 79)
Yakni tetapi rasul itu mengatakan kepada manusia,
"Jadilah kalian orang-orang Rabbani." Arti Rabbani, menurut Ibnu Abbas,
Abu Razin serta ulama lainnya yang bukan hanya seorang disebut orang-orang yang
bijaksana, orang-orang alim lagi orang-orang penyantun. Sedangkan menurut
Al-Hasan dan lain-lainnya disebut orang-orang ahli fiqih. Hal yang sama
diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, Ata
Al-Khurrasani, Atiyyah Al-Aufi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Disebutkan pula dari Al-Hasan, bahwa yang
dimaksud dengan Rabbani ialah ahli ibadah dan ahli takwa.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan
disebabkan kalian tetap mempelajarinya. (Ali Imran: 79) Bahwa makna yang
dimaksud ialah sudah merupakan suatu keharusan bagi orang yang memahami
Al-Qur'an menjadi orang yang ahli fiqih.
Tu'allimuna di sini menurutnya dibaca ta'lamuna,
yang artinya memahami maknanya. Menurut qiraat lain dibaca tu'allimuna
yang artinya mempelajarinya, sedangkan makna tadrusuna ialah hafal
lafaz-lafaznya.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا
الْمَلائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا}
dan tidak wajar pula baginya
menyuruh kalian menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. (Ali
Imran: 80)
Maksudnya, dan tidak layak baginya memerintahkan
kalian menyembah seseorang selain Allah, baik dia seorang rasul ataupun
malaikat yang terdekat di sisi-Nya.
{أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ
أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}
Apakah (patut) dia menyuruh kalian berbuat
kekafiran di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam? (Ali Imran:
80).
Yakni tidak layak baginya melakukan demikian,
melainkan hanya pantas dilakukan oleh orang yang menyeru kepada penyembahan
selain Allah; dan barang siapa yang menyeru orang lain menyembah selain Allah,
maka sesungguhnya dia menyeru kepada kekufuran. Tetapi para nabi hanya
memerintahkan orang-orang untuk beriman, yaitu menyembah Allah semata, tiada
sekutu bagi-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَما أَرْسَلْنا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku." (Al-Anbiya:
25)
وَلَقَدْ بَعَثْنا فِي
كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah tagut itu." (An-Nahl: 36), hingga akhir ayat.
وَسْئَلْ مَنْ أَرْسَلْنا
مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنا أَجَعَلْنا مِنْ دُونِ الرَّحْمنِ آلِهَةً
يُعْبَدُونَ
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang
telah Kami utus sebelum kamu,"Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan
untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?" (Az-Zukhruf: 45)
Allah Swt. berfirman menceritakan hal malaikat:
وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ
إِنِّي إِلهٌ مِنْ دُونِهِ فَذلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذلِكَ نَجْزِي
الظَّالِمِينَ
Dan barang siapa di antara mereka mengatakan,
"Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah," maka orang itu
Kami beri balasan dengan Jahannam. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada
orang-orang zalim. (Al-Anbiya: 29)
Ali Imran, ayat 81-82
{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ
مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ
قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا
قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (81) فَمَنْ تَوَلَّى
بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (82) }
Dan (ingatlah) ketika
Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepada kalian berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian
seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman,
"Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian
itu." Mereka menjawab, "Kami mengakui." Allah berfirman,
"Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula)
bersama kalian." Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.
Allah Swt. memberitakan bahwa Dia telah mengambil
janji dari setiap nabi yang diutus-Nya sejak dari Adam a.s. hingga Isa a.s.,
manakala Allah memberikan kepada seseorang di antara mereka kitab dan hikmah,
lalu ia menyampaikannya kepada manusia di masanya. Kemudian datanglah seorang
rasul lain sesudahnya, maka ia benar-benar akan beriman kepada rasul yang baru
ini dan membantunya, dan ilmu serta kenabian yang telah disandangnya tidak
boleh menjadi penghalang baginya untuk mengikuti rasul yang baru dan
membantunya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:
{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ
النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ}
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil
perjanjian dari para nabi, "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepada
kalian berupa kitab dan hikmah." (Ali Imran: 81),
Yakni betapapun Aku telah memberikan kepada
kalian kitab dan hikmah.
{ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ
عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي}
"Kemudian datang kepada kalian seorang
rasul yang membenarkan apa yang ada pada kalian, niscaya kalian akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman,
"Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian
itu?" (Ali Imran: 81)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas,
Qatadah, dan As-Saddi, makna isri ialah perjanjian-Ku.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa isri
artinya beban yang kalian pikul dari janji-Ku, yakni ikrar kalian kepada-Ku
yang berat lagi dikukuhkan.
{قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا
وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ. فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ}
Mereka menjawab, "Kami mengakui."
Allah berfirman, "Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku
menjadi saksi (pula) bersama kalian." Barang siapa yang berpaling sesudah
itu. (Ali Imran: 81-82)
Yaitu berpaling dari ikrar dan janji ini.
{فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ}
maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
(Ali Imran: 82)
Ali ibnu Abu Talib dan anak lelaki pamannya
(yaitu Ibnu Abbas), keduanya mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah mengutus
seorang nabi melainkan mengambil sumpah terlebih dahulu terhadapnya, yang
isinya mengatakan bahwa sekiranya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., sedangkan
dia masih hidup, maka sungguh dia harus beriman kepadanya dan menolongnya.
Allah memerintahkan kepadanya agar dia mengambil janji yang sama terhadap
umatnya, yaitu "Sungguh, jika Nabi Muhammad diutus, sedangkan mereka masih
hidup, maka mereka harus benar-benar beriman kepadanya dan benar-benar
menolongnya."
Tawus, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah mengatakan
bahwa Allah mengambil perjanjian dari para nabi, hendaknya sebagian dari mereka
membenarkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini tidak bertentangan dengan apa
yang telah dikatakan oleh Ali dan Ibnu Abbas, bahkan memantapkan dan
mengukuhkannya. Karena itulah maka Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar dan
Ibnu Tawus, dari ayahnya hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Ali
dan Ibnu Abbas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: جَاءَ عُمَرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي مررتُ بأخٍ لِي مِنْ قُرَيْظَة،
فَكَتَبَ لِي جَوَامعَ مِنَ التَّوْرَاةِ، أَلَا أَعْرِضُهَا عَلَيْكَ؟ قَالَ:
فتغيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ ثَابِتٍ: قُلْتُ لَهُ: أَلَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ عُمَرُ: رَضِينَا بِاللَّهِ رِبَّا،
وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا -قَالَ: فسُرِّيَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ أَصْبَحَ فِيكُمْ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، ثُمَّ
اتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ، إِنَّكُمْ حَظِّي مِنْ الأمَمِ،
وَأَنَا حَظُّكُمْ مِنْ النَّبِيِّينَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Jabir, dari
Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Sabit yang mengatakan bahwa Umar datang kepada
Nabi Saw., lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah
memerintahkan kepada seorang saudaraku yang Yahudi dari kalangan Bani Quraizah
untuk menulis kumpulan kitab-kitab Taurat buatku. Bolehkah aku memaparkannya
kepadamu?" Maka wajah Rasulullah Saw. berubah, dan Abdullah ibnu Sabit
berkata kepadanya (Umar), "Apakah engkau tidak melihat perubahan roman
muka Rasulullah Saw.?" Umar berkata, "Aku rela Allah sebagai Tuhanku,
Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai rasul." Maka Rasulullah Saw.
tenang kembali dan bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, seandainya pagi hari ini Musa berada di antara kalian,
kemudian kalian mengikutinya seraya meninggalkan diriku, niscaya kalian sesat.
Sesungguhnya kalian adalah bagianku dari kalangan umat-umat, dan aku adalah
bagian kalian dari para nabi.
Hadis lain
diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la.
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ،
حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ مُجالد، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَسْأَلُوا أَهْلَ
الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَهْدُوكُمْ وَقَدْ ضَلُّوا،
وَإِنَّكُمْ إِمَّا أَنْ تُصَدِّقُوا بِبَاطِلٍ وَإِمَّا أنْ تُكَذِّبُوا بِحَقٍّ،
وَإِنَّه -واللهِ-لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ
إِلا أَنْ يَتَّبِعَنِي" .
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi,
dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Janganlah
kamu bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu, sesungguhnya mereka tidak akan
memberikan petunjuk kepada kamu, mereka itu telah sesat. Maka kamu akan
membenarkan kebatilan atau mendustakan kebenaran. Demi Allah, kalau saja Musa
masih hidup di antara kamu, maka tidak halal baginya kecuali mengikutiku."
Nabi Muhammad,
penutup para Nabi Shalawat dan
Salam atasnya hingga hari kiamat.
Ali Imran, ayat 83-85
{أَفَغَيْرَ دِينِ
اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا
وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (83) قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ
عَلَيْنَا وَمَا أُنزلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ
رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (84)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (85) }
Maka apakah mereka
mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan
diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa,
dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Katakanlah, "Kami beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak-anaknya; dan apa yang diberikan
kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan
diri." Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.
Allah Swt. mengingkari melalui firman-Nya
terhadap orang yang menghendaki sebuah agama selain agama Allah yang diturunkan
melalui kitab-kitab-Nya dengan perantara para rasul yang diutus-Nya. Agama
Allah itu adalah yang memerintahkan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya; semua makhluk yang ada di langit dan di bumi berserah diri
kepada-Nya, baik dengan suka maupun terpaksa. Seperti yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ
فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa.
(Ar-Ra'd: 15)
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلى مَا
خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ يَتَفَيَّؤُا ظِلالُهُ عَنِ الْيَمِينِ وَالشَّمائِلِ
سُجَّداً لِلَّهِ وَهُمْ داخِرُونَ وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّماواتِ وَما
فِي الْأَرْضِ مِنْ دابَّةٍ وَالْمَلائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ يَخافُونَ
رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala
sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan
dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedangkan mereka berendah diri?
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua
makhluk yang melala di bumi dan (juga) para malaikat, sedangkan mereka
(malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang
berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).
(An-Nahl: 48-50)
Orang yang benar-benar mukmin dengan segenap jiwa
dan raganya berserah diri kepada Allah, sedangkan orang yang kafir berserah
diri kepada Allah hanya karena terpaksa; karena sesungguhnya ia berada di bawah
pengaruh, keperkasaan, dan kekuasaan Yang Mahaagung yang tidak dapat ditentang
dan tidak pula dapat dicegah.
Di dalam sebuah hadis disebutkan pengertian lain
sehubungan dengan tafsir ayat ini yang di dalamnya terkandung keanehan. Untuk
itu, Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
النَّضْرِ الْعَسْكَرِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ حَفْصٍ النُّفَيْلي، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ مِحْصَن الْعُكَّاشِيُّ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ عَطَاءِ
بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلَهُ
أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا} أمَّا مَنْ فِي
السَّمَاواتِ فَالْمَلائِكَةُ، وأمَّا مَنْ فِي الأرضِ فَمَنْ وُلِدَ عَلَى
الإسْلامِ، وأمَّا كَرْهًا فَمَنْ أُتِي بِهِ مِنْ سَبَايا الأمَمِ فِي
السَّلاسِلِ والأغْلالِ، يُقَادُونَ إلَى الْجَنَّةِ وَهُمْ كَارِهُونَ".
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnun Nadr
Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Hafs An-Nufaili, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mihsan Al-Ukasyi, telah menceritakan
kepada kami Al-Auza'i, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: "Padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa" (Ali Imran: 83).
Adapun makhluk yang ada di langit, mereka adalah para malaikat. Dan adapun
makhluk yang ada di bumi, maka mereka adalah orang yang dilahirkan dalam keadaan
Islam. Dan adapun orang yang berserah diri dengan terpaksa, maka mereka adalah
para tawanan dari berbagai umat yang didatangkan dalam keadaan terbelenggu oleh
rantai; mereka digiring masuk surga, sedangkan mereka dalam keadaan terpaksa.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
«عَجِبَ
رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُقَادُونَ إِلَى الْجَنَّةِ فِي السَّلَاسِلِ»
Tuhanmu merasa kagum terhadap suatu kaum yang
digiring ke surga dalam keadaan dirantai.
Dalam pembahasan berikut akan disebutkan dalil
lain dan segi yang lain, tetapi makna yang pertama bagi ayat ini lebih kuat.
Waki' mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan
firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran; 83); Menurut
Mujahid, makna ayat ini sama dengan yang terdapat di dalam ayat Lain, yaitu
firman-Nya:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ
خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ
لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?. Tentu mereka akan
menjawab, "Allah." (Luqman: 25)
Waki' mengatakan pula, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman-Nya: padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. (Ali Imran: 83) Yakni hal
ini terjadi di saat Allah mengambil janji (dari mereka bahwa mereka tidak akan
menyembah melainkan hanya kepada Allah, yaitu di zaman azali).
*******************
وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.
(Ali Imran: 83)
Yakni pada hari kemudian, lalu Allah membalas
tiap-tiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ
عَلَيْنَا}
Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah
dan kepada apa yang diturunkan kepada kami." (Ali Imran: 84)
Yang dimaksud adalah Al-Qur'an.
{وَمَا أُنزلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ}
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishaq, dan Ya'qub. (Ali Imran: 84)
Yakni semua suhuf (lembaran-lembaran kitab) dan
wahyu yang diturunkan kepada mereka.
{وَالأسْبَاطِ}
dan anak-anaknya. (Ali Imran: 84)
Mereka adalah kabilah-kabilah dari kalangan Bani
Israil yang bercabang dari anak-anak Israil (yakni Nabi Ya'qub) yang jumlahnya
ada dua belas orang.
{وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى}
dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa.
(Ali Imran: 84)
Yang dimaksud ialah kitab Taurat dan kitab Injil.
{وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ}
dan para nabi dari Tuhan mereka. (Ali
Imran: 84)
Hal ini mencakup pengertiannya kepada semua nabi
secara umum.
{لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ}
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka. (Ali Imran: 84)
Bahkan kami beriman kepada semuanya.
{وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri.
(Ali Imran: 84)
Orang-orang mukmin dari kalangan umat ini beriman
kepada semua nabi yang diutus dan beriman kepada semua kitab yang diturunkan.
Mereka sama sekali tidak ingkar kepada sesuatu pun dari hal tersebut, bahkan
mereka membenarkan bahwa semuanya itu diturunkan dari sisi Allah dan
membenarkan semua nabi yang diutus oleh Allah.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلامِ دِيناً فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran:
85)
Yakni barang siapa yang menempuh suatu jalan
selain jalan yang telah disyariatkan oleh Allah, maka jalan itu tidak akan
diterima darinya.
{وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Ali Imran: 85),
Perihalnya sama dengan apa yang telah dikatakan
oleh Nabi Saw. dalam sebuah hadis sahih, yaitu:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ»
Barang siapa yang melakukan suatu amal,
sedangkan amal itu bukan termasuk urusan kami, maka amal itu ditolak.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي
هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا
أَبُو هُرَيْرَةَ، إِذْ ذَاكَ وَنَحْنُ بِالْمَدِينَةِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَجِيءُ الأعْمَالُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، فَتَجِيءُ الصَّلاةُ فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَا الصَّلاةُ.
فَيَقُولُ: إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ. فَتَجِيءُ الصَّدَقَةُ فَتَقُولُ: يَا رَبِّ،
أَنَا الصَّدَقَةُ. فَيَقُولُ: إِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ. ثُمَّ يَجِيءُ الصِّيَامُ
فَيَقُولُ: أَيْ يَا رَبِّ، أَنَا الصِّيَامُ. فَيَقُولُ: إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ.
ثُمَّ تَجِيءُ الأعْمَالُ، كُل ذَلِكَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّكَ عَلَى
خَيْرٍ، ثُمَّ يَجِيءُ الإسْلامُ فَيَقُولُ: يَا رَب، أَنْتَ السَّلامُ وَأَنَا
الإسْلامُ. فَيَقُولُ اللَّهُ [تَعَالَى] : إِنَّكَ عَلَى خَيْرٍ، بِكَ الْيَوْمَ
آخُذُ وَبِكَ أُعْطِي، قَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنْ
الْخَاسِرِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu
Rasyid, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami
Abu Hurairah yang saat itu kami berada di Madinah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Kelak di hari kiamat amal perbuatan datang. Maka datanglah salat,
lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah salat." Allah berfirman,
"Sesungguhnya kamu dalam kebaikan." Sedekah datang, lalu berkata,
"Wahai Tuhanku, akulah sedekah." Allah berfirman, "Sesungguhnya
kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah puasa, lalu berkata,
"Wahai Tuhanku, akulah puasa." Allah berfirman, "Sesungguhnya
kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah amal-amal yang lain, semuanya
dijawab oleh Allah Swt., "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Lalu
datanglah Islam dan berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau adalah sumber
keselamatan, dan akulah Islam." Maka Allah berfirman, "Sesungguhnya
kamu dalam keadaan baik; atas dasar kamulah Aku mengambil, dan atas dasar
kamulah Aku memberi." Lalu Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(Ali Imran: 85)
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Abu
Abdur Rahman (yaitu Abdullah ibnu Imam Ahmad) mengatakan bahwa Abbad ibnu
Rasyid adalah orang yang siqah, tetapi Al-Hasan belurn pernah mendengar dari
Abu Hurairah.
Ali Imran, ayat 86-89
{كَيْفَ يَهْدِي
اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ
وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (86)
أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (87) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ
وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ (88) إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ
وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (89) }
Bagaimana Allah
akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah
mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki
orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwa laknat Allah
ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia
seluruhnya; mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan
tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang tobat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi' Al-Basri, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Zurai,' telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ada seorang dari kalangan
Ansar murtad sesudah masuk Islam, lalu ia bergabung dengan orang-orang musyrik,
tetapi setelah itu ia menyesal. Kemudian ia mengirimkan utusan kepada kaumnya
agar mereka menanyakan kepada Rasulullah Saw., apakah masih ada jalan tobat
baginya. Lalu turunlah firman-Nya: Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum
yang kafir sesudah mereka beriman. (Ali Imran: 86) sampai dengan
firman-Nya: Karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 89). Lalu
kaumnya memanggilnya dan ia masuk Islam kembali.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai, Imam
Hakim, dan Imam Ibnu Hibban melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun dengan lafaz
yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih sanadnya, tetapi
keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Humaid
Al-A'raj, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Al-Haris ibnu Suwaid datang kepada
Nabi Saw., lalu masuk Islam di tangannya. Tetapi setelah itu ia murtad dan
kembali kepada kaumnya. Maka Allah menurunkan ayat berikut berkenaan dengan
peristiwanya itu, yaitu firman-Nya: Bagaimana Allah akan menunjuki suatu
kaum yang kafir sesudah mereka beriman. (Ali Imran: 86) sampai dengan
firman-Nya: Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 89).
Kemudian hal ini disampaikan kepada seorang lelaki dari kaumnya, lalu dibacakan
kepadanya. Maka Al-Haris berkata, "Sesungguhnya engkau, demi Allah,
sepanjang pengetahuanku benar-benar orang yang jujur. Dan sesungguhnya
Rasulullah Saw. lebih jujur lagi daripada kamu, dan sesungguhnya Allah lebih
jujur lagi di antara kesemuanya." Setelah itu Al-Haris kembali masuk Islam
dan berbuat baik dalam Islamnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ
قَوْماً كَفَرُوا بَعْدَ إِيمانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ
وَجاءَهُمُ الْبَيِّناتُ
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang
kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu
benar-benar rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka.
(Ali Imran: 86)
Yakni hujah dan bukti telah jelas baginya
membuktikan kebenaran apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada mereka,
dan beliau Saw. telah menerangkannya kepada mereka perkara tersebut. Kemudian
mereka murtad dan kembali kepada kegelapan kemusyrikan. Maka bagaimana
orang-orang seperti itu berhak mendapat petunjuk sesudah mereka diselamatkan
dari kebutaannya? Karena itu, pada akhir ayat ini disebutkan:
{وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ}
Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (Ali
Imran: 86)
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ
لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat
Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan
manusia seluruhnya. (Ali Imran: 87).
Yaitu mereka dilaknat oleh Allah Swt., juga
dilaknat oleh makhluk-Nya.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 88)
Yakni berada di dalam laknat yang abadi.
{لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا
هُمْ يُنْظَرُونَ}
tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak
(pula) mereka diberi tangguh. (Ali Imran: 88).
Maksudnya, azab yang menimpa mereka tidak pernah
terputus dan tidak pernah diberi keringanan, sekalipun hanya sesaat saja.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ
وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
kecuali orang-orang yang tobat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 89).
Hal ini merupakan bagian dari sifat lemah-lembut
Allah, kebaikan-Nya, belas kasihan-Nya, rahmat, dan santunan-Nya kepada
makhluk-Nya; yaitu barang siapa yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima
tobatnya.
Ali Imran, ayat 90-91
{إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ
تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ (90) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ
ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ (91) }
Sesungguhnya
orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali
tidak akan diterima tobatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap dalam
kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas
sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi
mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh
penolong.
Allah Swt. berfirman mengancam dan memperingatkan
orang yang kafir sesudah imannya, kemudian kekafirannya makin bertambah, yakni
terus-menerus dalam kekafirannya hingga mati, bahwa tobat mereka tidak diterima
di saat matinya. Makna ayat ini sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ
لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئاتِ حَتَّى إِذا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ
Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada
seseorang di antara mereka. (An-Nisa: 18), hingga akhir ayat.
Karena itulah maka dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
{لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ
هُمُ الضَّالُّونَ}
sekali-kali tidak akan diterima tobatnya; dan
mereka itulah orang-orang yang sesat. (Ali Imran: 90)
Yakni mereka keluar dari jalan yang hak menuju ke
jalan kesesatan.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi', telah menceritakan
kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu
Hindun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ada suatu kaum masuk Islam, setelah
itu mereka murtad, lalu masuk Islam lagi, dan murtad kembali. Kemudian mereka
mengirimkan utusan kepada kaumnya, meminta kepada kaumnya untuk menanyakan hal
tersebut bagi mereka. Lalu kaum mereka menceritakan hal tersebut kepada
Rasulullah Saw. Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya
orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali
tidak akan diterima tobatnya. (Ali Imran: 90)
Demikianlah bunyi riwayat Al-Bazzar, sanadnya
adalah jayyid.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَماتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ
ذَهَباً وَلَوِ افْتَدى بِهِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati,
sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari
seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan
emas (yang sebanyak) itu. (Ali Imran: 91)
Maksudnya, barang siapa yang mati dalam keadaan
kafir, maka tidak akan diterima darinya suatu kebaikan pun untuk selama-lamanya,
sekalipun dia telah menginfakkan emas sepenuh bumi yang menurutnya dianggap
sebagai amal taqarrub.
Seperti yang pernah ditanyakan kepada Nabi Saw.
tentang hal Abdullah ibnu Jad'an. Abdullah ibnu Jad'an semasa hidupnya gemar
menjamu tamu, memberikan pertolongan kepada orang miskin, dan memberi makan
orang kelaparan. Pertanyaan yang diajukan kepada beliau ialah, "Apakah hal
itu bermanfaat baginya?" Maka Rasulullah Saw. menjawab:
«لَا،
إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا مِنَ الدهر: ربي اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ
الدِّينِ»
Tidak, sesungguhnya dia belum pernah
mengucapkan barang sehari pun sepanjang hidupnya, "Ya Tuhanku, ampunilah
bagiku semua kesalahanku di hari pembalasan nanti."
Demikian pula seandainya dia menebus dirinya
dengan emas sepenuh bumi, niscaya hal itu tidak akan diterima darinya. Seperti
yang dinyatakan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَلا يُقْبَلُ مِنْها
عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُها شَفاعَةٌ
dan tidak akan diterima suatu tebusan pun
darinya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya.
(Al-Baqarah: 123)
لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا
خِلالٌ
Yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan. (Ibrahim: 31)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا
بِهِ مِنْ عَذابِ يَوْمِ الْقِيامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذابٌ
أَلِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, sekiranya
mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak
itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya
(tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang
pedih. (Al-Maidah: 36)
Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan:
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ
كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى
بِهِ}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan
mati, sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima
dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri
dengan emas (yang sebanyak) itu. (Ali Imran: 91)
Huruf ataf (wawu) yang terdapat di dalam
firman-Nya:
{وَلَوِ افْتَدَى بِهِ}
walaupun dia menebus diri dengan emas
(sebanyak) itu. (Ali Imran: 91),
di-'ataf-kan kepada jumlah yang pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa yang kedua adalah bukan yang pertama. Pendapat yang kami
kemukakan ini lebih baik daripada pendapat yang mengatakan bahwa huruf wawu
di sini adalah zaidah (tambahan).
Makna ayat ini menyimpulkan bahwa tidak ada
sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah, sekalipun dia
telah menginfakkan emas sebesar bumi. Walaupun dia berupaya menebus dirinya
dari azab Allah dengan emas sebesar bumi yang beratnya sama dengan berat semua
gunung-gunung, semua lembah-lembah, semua tanah, pasir, dataran rendah dan
hutan belukarnya, serta daratan dan lautannya (niscaya tidak akan diterima).
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حجَّاج، حَدَّثَنِي شُعْبَة، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الجَوْني،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: " يُقَالُ لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ:
أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ مَا عَلَى الأرْضِ مِنْ شَيْءٍ، أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا
بِهِ؟ قَالَ: فَيَقُولُ: نَعَمْ. قَالَ: فَيَقُولُ: قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ
مِنْ ذَلِكَ، قَدْ أَخَذْتُ عَلَيْكَ فِي ظَهْرِ أَبِيكَ آدَمَ أَلَّا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا،
فَأَبَيْتَ إِلا أَنْ تُشْرِكَ ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hajjaj, telah menceritakan kepadaku Syu'bah, dari Abu Imran Al-Juni, dari
Anas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Dikatakan kepada seorang
lelaki penghuni neraka kelak di hari kiamat, "Bagaimanakah yang akan
kamu lakukan seandainya engkau mempunyai segala sesuatu yang ada di permukaan bumi,
apakah itu akan engkau pakai untuk menebus dirimu (dari azab-Ku)?" Ia
menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Padahal Aku menghendaki darimu
hal yang lebih mudah daripada itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji
darimu ketika kamu masih berada di dalam lulang sulbi kakek moyangmu, yaitu
Adam; agar janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Tetapi kamu
menolak melainkan hanya tetap mempersekutukan (Aku)."
Demikian pula apa yang
diketengalikan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Jalur lain
diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا رَوْح، حَدَّثَنَا حَمَّاد، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُؤْتَى
بِالرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ
وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، خَيْرُ مَنزلٍ. فَيَقُولُ: سَلْ
وَتَمَنَّ. فَيَقُولُ: مَا أَسْأَلُ وَلا أَتَمَنَّى إِلا أَنْ تَرُدَّنِي إِلَى
الدُّنْيَا فَأُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ عَشْرَ مِرَار -لِمَا يَرَى مِنْ فَضْلِ
الشَّهَادَةِ. وَيُؤْتَى بِالرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيَقُولُ لَهُ: يَا
ابْنَ آدَمَ، كَيْفَ وَجَدْتَ مَنزلَكَ؟ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ شَرُّ مَنزلٍ.
فَيَقُولُ لَهُ: تَفْتَدِي مِني بِطِلاعِ الأرْضِ ذَهَبًا؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ،
نَعَمْ. فَيَقُولُ: كَذَبْتَ، قَدْ سَأَلْتُكَ أَقَلَّ مِنْ ذَلِكَ وَأَيْسَرَ
فَلَمْ تَفْعَلْ، فيُرَد إِلَى النَّارِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Rauh, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Sabit, dari Anas yang
nicngatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Didatangkan seorang
lelaki dari penduduk surga, lalu dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam,
bagaimanakah kamu jumpai tempat kedudukanmu?" Lelaki itu menjawab,
"Wahai Tuhanku, (aku jumpai tempat tinggalku adalah) sebaik-baik tempat
tinggal." Allah berfirman, "Mintalah dan berharaplah." Lelaki iiu
menjawab, "Aku tidak akan meminta dan berharap lagi, kecuali kumohon
Engkau mengembalikan aku ke dunia, lalu aku akan berperang hingga gugur di
jalan-Mu," sebanyak sepuluh kali —ia mengatakan demikian karena keutamaan
yang dirasakannya berkat mati syahid—. Dan didatangkan pula seorang lelaki dari
penduduk neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Hai anak Adam, bagaimanakah
kamu jumpai tempat tinggalmu?" Ia menjawab, "Wahai Tuhanku (aku
jumpai tempat tinggalku adalah) seburuk-buruk tempat tinggal." Dikatakan kepadanya,
"Apakah engkau mau menebus dirimu dari (azab)-Nya dengan emas sepenuh
bumi?" Ia menjawab, "Ya, wahai Tuhanku." Allah berfirman,
"Kamu dusta, karena sesungguhnya Aku pernah memintamu melakukan hal yang
lebih ringan daripada itu dan lebih mudah, tetapi kamu tidak mau
melakukannya." Lalu lelaki itu dicampakkan kembali ke dalam neraka.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا
لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan
sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (Ali Imran: 91),
Yakni tidak ada seorang pun yang dapat
menyelamatkan mereka dari azab Allah, dan tidak ada seorang pun yang melindungi
mereka dari siksa-Nya yang amat pedih.
*******************************
Akhir Juz
3
*******************************
Rev.
04.06.2013
Ali Imran, ayat 92
{لَنْ تَنَالُوا
الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (92) }
Kalian sekali-kali
tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan
sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengtahuinya.
Waki' di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari
Syarik, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan firman-Nya: Kalian
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna). (Ali Imran: 92)
Yang dimaksud dengan al-birr ialah surga.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ،
عَنْ إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، سَمِعَ أَنَسَ بْنَ
مَالِكٍ يَقُولُ: كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ أَنْصَارِيٍّ بِالْمَدِينَةِ
مَالًا وكانَ أحبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بيْرَحاءُ -وَكَانَتْ مُسْتقْبلة
الْمَسْجِدِ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا
وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ-قَالَ أَنَسٌ: فَلَمَّا نَزَلَتْ: {لَنْ
تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} قَالَ أَبُو طَلْحَةَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى
تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} وَإِنَّ أحبَّ أَمْوَالِي إلَيَّ بيْرَحاءُ
وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّها وذُخْرَها عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى،
فَضَعْها يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللَّهُ [تَعَالَى] فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَخٍ، ذَاكَ مَالٌ رَابِحٌ،
ذَاكَ مَالٌ رَابِح، وَقَدْ سَمِعْتُ، وَأَنَا أرَى أنْ تجْعَلَهَا فِي
الأقْرَبِينَ". فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ.
فَقَسَمها أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Ishaq, dari Abdullah ibnu
Abu Talhah yang pernah mendengar dari Anas ibnu Malik, bahwa Abu Talhah adalah
seorang Ansar yang paling banyak memiliki harta di Madinah, dan tersebutlah
bahwa harta yang paling dicintainya adalah Bairuha (sebuah kebun kurma) yang
letaknya berhadapan dengan Masjid Nabawi. Nabi Saw. sering memasuki kebun itu
dan meminum airnya yang segar lagi tawar. Sahabat Anas r.a. melanjutkan
kisahnya, bahwa setelah diturunkan firman-Nya yang mengatakan: Kalian sekali-kali
tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian menafkahkan
sebagian harta yang kalian cintai. (Ali Imran: 92) Lalu Abu Talhah berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: 'Kalian
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kalian
menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai' (Ali Imran: 92), dan
sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha ini, dan
sekarang Bairuha aku sedekahkan agar aku dapat mencapai kebajikan melaluinya
dan sebagai simpananku di sisi Allah Swt. Maka aku mohon sudilah engkau, wahai
Rasulullah, mempergunakannya menurut apa yang diperlihatkan oleh Allah
kepadamu." Maka Nabi Saw. menjawab melalui sabdanya: Wah, wah, itu
harta yang menguntungkan, itu harta yang menguntungkan; dan aku telah
mendengarnya, tetapi aku berpendapat hendaklah kamu memberikannya kepada kaum
kerabatmu. Abu Talhah menjawab, "Akan aku lakukan sekarang, wahai
Rasulullah." Lalu Abu Talhah membagi-bagikannya kepada kaum kerabatnya dan
anak-anak pamannya.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
أَنَّ عُمَر [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
لَمْ أُصِبْ مَالًا قطُّ هُوَ أنْفَسُ
عِنْدِي مِنْ سَهْمِي الَّذِي هُوَ بِخَيْبَرَ، فَمَا تَأْمُرُنِي
بِهِ؟ قَالَ حَبِّس الأصْل وسَبِّل الثَّمَرَةَ"
bahwa sahabat Umar mengatakan, "Wahai
Rasulullah, aku belum pernah memperoleh harta yang paling aku cintai dari semua
harta yang ada padaku selain bagianku dari ganimah Khaibar. Apakah yang harus
aku lakukan terhadapnya menurutmu?" Maka Rasuiullah Saw. menjawab: Tahanlah
pokoknya dan sedekahkanlah (di jalan Allah) buah (hasil)nya.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abul Khattab (yaitu Ziyad ibnu Yahya Al-Hassani),
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Amr, dari Abu Amr ibnu Hammas, dari Hamzah ibnu Abdullah ibnu
Umar yang menceritakan bahwa telah sampai kepadanya ayat berikut, yaitu firman-Nya:
Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum
kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. (Ali Imran: 92) Maka
ia teringat kepada pemberian Allah yang paling ia cintai, yaitu seorang budak
wanita Romawi. Aku (Ibnu Umar) berkata, "Dia merdeka demi karena Allah.
Seandainya aku menarik kembali sesuatu yang telah kujadikan sebagai amal
taqarrub kepada Allah, niscaya aku akan menikahinya."
Ali Imran, ayat 93-95
{كُلُّ الطَّعَامِ
كَانَ حِلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ
مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنزلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (93) فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ
بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (94) قُلْ صَدَقَ اللَّهُ
فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (95)
}
Semua makanan
adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil
(Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah,
"(Jika kalian mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun
Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kalian orang-orang yang
benar." Maka barang siapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu,
maka merekalah orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Benarlah (apa yang
difirmankan) Allah." Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah
dia termasuk orang-orang yang musyrik.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ،
حَدَّثَنَا شَهْر قَالَ: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] حَضَرَتْ
عِصَابَةٌ مِنَ الْيَهُودِ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالُوا: حدِّثنا عَنْ خِلَالٍ نَسْأَلُكَ عَنْهُنَّ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا
نَبِيٌّ. قَالَ: "سَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ، وَلَكِنْ اجْعَلُوا لِي ذِمَّةَ
اللَّهِ، وَمَا أَخَذَ يَعْقُوبُ عَلَى بَنِيهِ لَئِنْ أَنَا حَدَّثْتُكُمْ
شَيْئًا فَعَرَفْتُمُوهُ لَتُتَابِعُنِّي عَلَى الإسْلامِ". قَالُوا:
فَذَلِكَ لَكَ. قَالَ: "فَسَلُونِي عَمَّا شِئْتُمْ " قَالُوا:
أَخْبرْنَا عَنْ أَرْبَعِ خِلَالٍ: أَخْبرْنَا أَيُّ الطَّعَامِ حَرَّمَ
إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ؟ وَكَيْفَ مَاءُ الْمَرْأَةِ وَمَاءُ الرَّجُلِ؟
كَيْفَ هَذَا النَّبِيُّ الْأُمِّيُّ فِي النَّوْمِ؟ وَمَنْ وَليّه مِنَ
الْمَلَائِكَةِ؟ فَأَخَذَ عَلَيْهِمُ الْعَهْدَ لَئِنْ أَخْبَرَهُمْ لَيُتَابِعُنَّهُ
وَقَالَ:"أَنْشُدُكُمْ بِالَّذِي أَنزلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ
تَعْلَمُونَ أَنَّ إِسْرَائِيلَ مَرِضَ مَرَضًا شَدِيدًا وَطَالَ سُقْمُهُ،
فَنَذَرَ لِلَّهِ نَذْرًا لَئِنْ شَفَاهُ اللَّهُ مِنْ سُقْمِهِ لَيُحَرِّمَنَّ
أَحَبَّ الشَّرَابِ إِلَيْهِ وَأَحَبَّ الطَّعَامِ إِلَيْهِ، وَكَانَ أَحَبَّ
الطَّعَامِ إِلَيْهِ لُحْمان الإبِلِ، وَأَحَبَّ الشَّرَابِ إِلَيْهِ
أَلْبَانُهَا" فَقَالُوا: اللَّهُمَّ نَعَمْ. قَالَ: "اللَّهُمَّ
اشْهَدْ عَلَيْهِمْ". وَقَالَ: أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ
إِلا هُوَ، الَّذِي أَنزلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ
مَاءَ الرَّجُلِ أَبْيَضُ غَلِيظٌ، ومَاءَ الْمَرْأَةِ أَصْفَر رَقِيقٌ،
فَأَيُّهُمَا عَلا كَانَ لَهُ الْوَلَدُ وَالشَّبَهُ بإذنِ اللَّهِ، إِنْ عَلا
مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ كَانَ ذَكَرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَإِنْ
عَلا مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ كَانَ أُنْثَى بِإِذْنِ اللَّهِ ".
قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ عَلَيْهِمْ". وَقَالَ:
"أَنْشُدُكُمْ بِالَّذِي أَنزلَ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى: هَلْ تَعْلَمُونَ
أَنَّ هَذَا النَّبِيَّ الأمِّيَّ تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلا يَنَامُ قَلْبُهُ".
قَالُوا: اللَّهُمَّ نعمْ. قَالَ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ ". قَالُوا:
وَأَنْتَ الْآنَ فَحَدِّثْنَا منْ وليُّك مِنَ الْمَلَائِكَةِ؟ فَعِنْدَهَا
نُجَامِعُكَ أَوْ نُفَارِقُكَ قَالَ: "إِنَّ وَلِيِّيَ جِبْرِيلُ، وَلَمْ
يَبْعَث اللَّهُ نَبِيًّا قَطُّ إِلا وَهُوَ وَلِيُّهُ". قَالُوا:
فَعِنْدَهَا نُفَارِقُكَ، وَلَوْ كَانَ وَلِيُّكَ غَيْرَهُ لتابعنَاك، فَعِنْدَ
ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ} الْآيَةَ
[الْبَقَرَةِ: 97]
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah
menceritakan kepada kami Syahr, bahwa Ibnu Abbas pernah menceritakan: Ada
segolongan kaum Yahudi datang kepada Nabi Saw., lalu mereka berkata,
"Ceritakanlah kepada kami tentang beberapa perkara yang akan kami tanyakan
kepadamu, tiada yang mengetahuinya kecuali hanya seorang nabi." Rasulullah
Saw. menjawab: Tanyakanlah kepadaku apa yang kalian kehendaki, tetapi
berjanjilah kalian kepadaku demi karena Allah dan janji yang telah diambil oleh
Ya'qub dari anak-anaknya, sekiranya aku menceritakan kepada kalian sesuatu hal,
lalu kalian mengetahuinya (membenarkannya), maka kalian benar-benar mau
mengikutiku masuk Islam. Mereka menjawab, "Baiklah, kami ikuti
maumu." Mereka bertanya, "Ceritakanlah kepada kami tentang empat
perkara; ceritakanlah kepada kami makanan apakah yang diharamkan oleh Israil
atas dirinya? Bagaimanakah perihal air mani laki-laki dan air mani wanita,
yakni bagaimanakah perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan darinya?
Ceritakanlah kepada kami perihal Nabi yang ummi ini dalam hal tidurnya?
Siapakah yang menjadi temannya dari kalangan para malaikat?" Lalu Nabi
Saw. mengambil janji atas mereka, yaitu jika beliau menceritakan hal tersebut
kepada mereka, maka mereka benar-benar mau mengikutinya. Nabi Saw. bersabda: "Aku
bertanya kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada Musa,
apakah kalian mengetahui bahwa Israil pernah sakit keras dalam waktu yang cukup
lama, lalu ia bernazar kepada Allah, jika Allah menyembuhkan penyakit yang
selama ini dideritanya, ia benar-benar akan mengharamkan makanan dan minuman
yang paling disukainya. Sedangkan makanan yang paling disukainya adalah daging
unta, dan minuman yang paling disukainya adalah air susunya?" Mereka
menjawab, "Ya Allah, benar." Nabi Saw. bersabda, "Ya Allah,
persaksikanlah atas mereka." Nabi Saw. bersabda, "Aku tanyakan
kepada kalian demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menurunkan kitab
Taurat kepada Musa, apakah kalian mengetahui bahwa air mani laki-laki itu
berwarna putih lagi kental dan air mani wanita itu berwarna kuning lagi encer.
Maka yang mana pun di antara keduanya lebih kuat, maka si anak nanti akan mirip
dengannya, baik jenis maupun rupanya. Dengan kata lain, jika air mani laki-laki
mengalahkan air mani perempuan, maka anaknya nanti adalah laki-laki dengan
seizin Allah. Dan jika air mani perempuan mengalahkan air mani laki-laki, maka
anaknya nanti adalah perempuan dengan seizin Allah." Mereka menjawab,
"Ya Allah, benar."Nabi Saw. bersabda, "Ya Allah,
persaksikanlah atas mereka." Nabi Saw. bersabda, "Aku bertanya
kepada kalian demi Tuhan Yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, tahukah
kalian bahwa Nabi yang ummi ini kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur."
Mereka menjawab, "Ya Allah, benar." Nabi Saw. bersabda, "Ya
Allah, persaksikanlah atas mereka." Nabi Saw. bersabda, "Dan
sesungguhnya temanku adalah Jibril, tidak sekali-kali Allah mengutus seorang
nabi melainkan dia adalah temannya." Mereka berkata, "Karena
jawaban inilah kami berpisah denganmu. Seandainya temanmu adalah selain dia,
niscaya aku benar-benar mengikutimu." Pada saat itu juga Allah berfirman: Katakanlah,
"Barang siapa yang menjadi musuh Jibril...." (Al-Baqarah: 97),
hingga akhir ayat.
Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui Husain
ibnu Muhammad, dari Abdul Hamid dengan lafaz yang sama.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ الْوَلِيدِ العِجْليّ، عَنْ بُكَير بْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَقْبَلَتْ يهودُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: يَا أَبَا الْقَاسِمِ، نَسْأَلُكَ عَنْ
خَمْسَةِ أَشْيَاءَ، فَإِنْ أَنْبَأْتَنَا بِهِنَّ عَرَفْنَا أَنَّكَ نَبِيٌّ
وَاتَّبَعْنَاكَ، فَأَخَذَ عَلَيْهِمْ مَا أَخَذَ إِسْرَائِيلُ عَلَى بَنِيهِ إِذْ
قَالَ: {اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ} [يُوسُفَ: 66] . قَالَ:
"هَاتُوا". قَالُوا: أَخْبِرْنَا عَنْ عَلَامَةِ النَّبِيِّ؟ قَالَ:
"تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلا يَنَامُ قَلْبُه". قالوا: أخبرنا كيف تُؤنِّثُ
المرأةُ وَكَيْفَ تُذْكرُ؟ قَالَ: "يَلْتَقِي الماءَان، فَإِذَا عَلَا
مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ أذْكَرَتْ، وإذَا عَلا مَاءُ الْمَرْأَةِ
آنثَتْ. قَالُوا: أَخْبِرْنَا مَا حَرَّم إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ، قَالَ:
"كَانَ يَشْتَكِي عِرْقَ النَّسَا، فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا يُلائِمُهُ إِلَّا
ألْبَانَ كَذَا وكَذَا -قَالَ أَحْمَدُ: قَالَ بَعْضُهُمْ: يَعْنِي الْإِبِلَ
-فَحَرَّم لُحُومَهَا". قَالُوا: صَدَقْتَ. قَالُوا: أَخْبِرْنَا مَا هَذَا
الرَّعد؟ قَالَ: "مَلَكٌ مِنْ مَلائِكَةِ اللهِ مُوَكلٌ بِالسَّحَابِ بِيدِهِ
-أَوْ فِي يَدِه-مِخْرَاقٌ مِنْ نَارٍ يَزْجُر بِهِ السّحابَ، يَسُوقُهُ حَيْثُ
أَمَرَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ". قَالُوا: فَمَا هَذَا الصَّوْتُ الَّذِي
يُسمع؟ قَالَ: "صَوْتُه". قَالُوا: صدقت، إنما بقيت واحدة، وهي التي
نتابعك إِنْ أَخْبَرَتْنَا بِهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا لَهُ
مَلَكٌ يَأْتِيهِ بِالْخَبَرِ، فَأَخْبِرْنَا مَنْ صاحبُك؟ قَالَ: "جبْرِيلُ
عَلَيْه السَّلامُ". قَالُوا: جِبْرِيلُ ذَاكَ يَنزل بالحَرْب وَالْقِتَالِ وَالْعَذَابِ
عَدُوُّنا. لَوْ قلتَ: ميكائيل الذي ينزل بالرحمة والنبات والقَطْر لَكَانَ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ
فَإِنَّهُ نزلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad
Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid Al-Ajali, dari
Bukair ibnu Syihab, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah Saw., lalu mereka berkata,
"Hai Abul Qasim, sesungguhnya kami akan menanyakan kepadamu tentang lima
perkara. Jika kamu menceritakannya kepada kami, maka kami mengetahui bahwa
engkau adalah seorang nabi dan kami akan mengikutimu." Maka Nabi Saw.
mengambil janji atas mereka seperti apa yang pernah diambil oleh Israil
terhadap anak-anaknya, yaitu ketika Israil mengatakan: Allah menjadi saksi
terhadap apa yang kita ucapkan (ini). (Yusuf: 66) Lalu Nabi Saw. bersabda, "Kemukakanlah
oleh kalian!" Mereka berkata, "Ceritakanlah kepada kami alamat
seorang nabi!" Nabi Saw. menjawab: Kedua matanya tidur, tetapi hatinya
tidak tidur. Mereka bertanya, "Ceritakanlah kepada kami, bagaimana
seorang wanita melahirkan anak perempuan dan bagaimana dia melahirkan anak
laki-laki?" Nabi Saw. menjawab: Kedua air mani bertemu; apabila air
mani laki-laki mengalahkan air mani wanita, maka ia akan melahirkan laki-laki.
Dan apabila air mani wanita dapat mengalahkan (air mani laki-laki), maka ia
akan melahirkan perempuan. Mereka bertanya lagi, "Ceritakanlah kepada
kami, apa yang diharamkan oleh Israil terhadap dirinya?" Nabi Saw.
menjawab: Dia menderita penyakit 'irqun nasa, dan ia tidak menemukan sesuatu
yang cocok untuknya selain air susu ternak anu —Imam Ahmad mengatakan bahwa
sebagian di antara mereka (para perawi) menafsirkannya air susu unta— maka
ia mengharamkan dagingnya. Mereka berkata, "Engkau benar." Mereka
bertanya, "Ceritakanlah kepada kami, apakah guruh itu?" Nabi Saw.
menjawab: ia adalah malaikat Allah Swt. yang ditugaskan mengatur awan dengan
tangannya —atau di tangannya— terdapat cemeti dari api untuk menggiring awan ke
arah mana yang diperintahkan oleh Allah Swt. Mereka bertanya, "Lalu
suara apakah yang terdengar itu?" Nabi Saw. menjawab, "Suara
malaikat itu." Mereka berkata, "Engkau benar, sesungguhnya
sekarang tinggal satu pertanyaan lagi yang sangat menentukan apakah kami akan
mengikutimu jika kamu menceritakannya kepada kami. Sesungguhnya tidak ada
seorang nabi pun melainkan mempunyai malaikat yang selalu datang kepadanya
membawa berita (wahyu). Maka ceritakanlah kepada kami, siapakah teman
malaikatmu itu?" Nabi Saw. menjawab: "Jibril a.s." Mereka
berkata, "Jibril! Dia adalah malaikat yang selalu menurunkan peperangan,
pembunuhan, dan azab. Dia adalah musuh kami. Seandainya kamu katakan Mikail
yang biasa menurunkan rahmat, tumbuh-tumbuhan, dan hujan, maka kami akan
mengikutimu." Lalu Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah,
"Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 97), hingga akhir ayat yang
sesudahnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya —juga Imam Nasai—
melalui hadis Abdullah ibnul Walid Al-Ajali dengan lafaz yang semisal. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Ibnu Juraij dan Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa Israil a.s. (yakni Nabi Ya'qub) pernah menderita penyakit 'irqun
nasa di setiap malam harinya. Penyakit ini membuatnya tidak dapat tidur.
Tetapi bila siang hari, penyakit ini pergi (dan datang lagi pada malam
harinya). Lalu Nabi Ya'qub bernazar kepada Allah Swt., bahwa jika Allah
benar-benar menyembuhkan dirinya dari penyakit itu. dia tidak akan minum susu
dan tidak akan memakan daging ternak yang menyusui (maksudnya unta).
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ad-Dahhak
dan As-Saddi. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di
dalam kitab tafsirnya. Ibnu Jarir mengatakan, lalu sikap Ya'qub itu diikuti
oleh anak-anaknya dalam mengharamkan hal tersebut, demi mengikuti jejak dan
bertaqlid kepada ayahnya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa firman Allah Swt.: Sebelum
Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93), Yakni Nabi Ya'qub mengharamkan hal
tersebut atas dirinya sebelum kitab Taurat diturunkan kepadanya.
Menurut kami, pembahasan ini mempunyai kaitan
dengan tafsir ayat di atas ditinjau dari dua segi berikut, yaitu:
·
Pertama, Israil a.s. mengharamkan atas
dirinya sesuatu yang paling disukainya demi karena Allah Swt. Hal ini
diperbolehkan menurut syariat mereka, dan hal ini mempunyai kaitan jauh sesudah
itu dengan firman-Nya: Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai..(Ali
Imran: 92)
Hal ini disyariatkan di dalam
agama kita (Islam), yaitu menginfakkan sebagian dari harta yang dicintai oleh
seorang hamba dan sangat digandrunginya demi ketaatannya kepada Allah Swt.
Seperti yang disebutkan oleh firman lainnya, yaitu: dan memberikan harta
yang dicintainya. (Al-Baqarah: 177). Dan mereka memberikan makanan yang
disukainya. (Al-Insan: 8)
·
Kedua, dalam pembahasan terdahulu
disebutkan sanggahan terhadap orang-orang Nasrani dan akidah mereka yang batil
terhadap Al-Masih, juga disebutkan kepalsuan pendapat mereka. Kemudian
dijelaskan perkara yang hak dan hal yang yakin tentang Isa dan ibunya,
bagaimana Allah menciptakan Isa melalui kekuasaan dan kehendak-Nya. Lalu Allah
mengutusnya kepada Bani Israil, menyeru mereka untuk menyembah Tuhannya Yang
Mahasuci lagi Maha-tinggi. Selanjutnya sanggahan Allah ditujukan kepada
orang-orang Yahudi, yang isinya menjelaskan bahwa nasakh yang mereka ingkari
keberadaannya dan tidak diperbolehkan oleh mereka benar-benar terjadi. Karena
sesungguhnya Allah Swt. telah me-nas-kan di dalam kitab Taurat mereka
bahwa Nabi Nuh a.s. ketika keluar dari perahunya, Allah memperbolehkan baginya
semua binatang yang ada di bumi, ia boleh makan dagingnya. Sesudah itu Israil
mengharamkan atas dirinya daging unta dan air susunya, yang kemudian sikapnya
itu diikuti oleh anak-anaknya. Ketika kitab Taurat diturunkan, hal itu tetap
diharamkan; diharamkan pula hal-hal lainnya sebagai tambahan dari yang telah
ada.
Pada mulanya Allah memperbolehkan Adam menikahkan
anak-anak lelakinya dengan anak-anak perempuannya, tetapi sesudah itu peraturan
tersebut diharamkan.
Dahulu di masa Nabi Ibrahim, mengambil gundik di
samping istri diperbolehkan. Nabi Ibrahim melakukan hal ini terhadap Siti
Hajar, ketika ia mengambilnya sebagai gundik di samping istrinya sendiri (yaitu
Siti Sarah). Akan tetapi, hal seperti itu diharamkan bagi mereka dalam kitab
Taurat.
Di masa Nabi Ya'qub, menggabungkan dua orang
saudara perempuan dalam satu perkawinan diperbolehkan. Nabi Ya'qub a.s. sendiri
melakukannya. Sesudah itu hal ini diharamkan dalam kitab Taurat.
Semuanya itu di-nas-kan di dalam kitab
Taurat yang ada di tangan mereka, dan hal ini merupakan salah satu bentuk dari nasakh
itu sendiri. Demikian pula halnya apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepada
Al-Masih a.s., yaitu menghalalkan sebagian dari apa yang pernah diharamkan oleh
kitab Taurat. Mengapa mereka tidak mau mengikutinya, bahkan mendustakan dan
menentangnya?
Demikian pula apa yang telah diutus oleh Allah
kepada Nabi Muhammad, berupa agama yang benar dan jalan yang lurus, yaitu agama
kakek moyangnya (yakni Nabi Ibrahim). Mengapa mereka tidak mau beriman? Karena
itulah dalam ayat ini disebut oleh firman-Nya: Semua makanan adalah halal
bagi Bani Israil, melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk
dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. (Ali Imran: 93)
Yakni dahulu semua jenis makanan dihalalkan
sebelum kitab Taurat diturunkan, kecuali apa yang diharamkan oleh Israil (Nabi
Ya'qub) sendiri.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
فَأْتُوا بِالتَّوْراةِ فَاتْلُوها إِنْ كُنْتُمْ
صادِقِينَ
Katakanlah, "Maka bawalah Taurat itu,
lalu bacalah dia jika kalian orang-orang yang benar" (Ali Imran: 93)
Karena sesungguhnya kitab Taurat pasti dinyatakan
sama dengan apa yang Kami katakan.
فَمَنِ افْتَرى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ
بَعْدِ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Maka barang siapa
mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah
orang-orang yang zalim. (Ali Imran: 94)
Maksudnya, barang siapa yang berdusta terhadap
Allah dan mengakui bahwa Allah mensyariatkan bagi mereka hari Sabtu serta
berpegang kepada Taurat selamanya, bahwa Allah tidak mengutus nabi lain yang
menyeru kepada Allah Swt. dengan membawa bukti-bukti dan hujah-hujah sesudah
apa yang Kami terangkan, yaitu terjadinya nasakh, dan apa yang telah Kami
sebutkan itu benar-benar nyata.
فَأُولئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
maka merekalah orang-orang yang zalim.
(Ali Imran: 94).
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ
Katakanlah, "Benarlah Allah."
(Ali Imran: 95)
Yaitu katakanlah, Muhammad, bahwa Allah benar
dalam apa yang difirmankan-Nya dan dalam semua apa yang disyariatkan-Nya di
dalam Al-Qur'an.
فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما
كانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (Ali Imran: 95)
Maksudnya, ikutilah agama Ibrahim yang telah
disyariatkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad Saw.
Karena sesungguhnya agama Nabi Muhammad itu adalah agama yang hak, yang tidak
diragukan lagi dan tidak ada kebimbangan padanya. la merupakan jalan yang belum
pernah didatangkan oleh seorang nabi pun dalam bentuk yang lebih sempurna,
lebih jelas, lebih gamblang, dan lebih lengkap daripadanya. Sebagaimana yang
telah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
قُلْ إِنَّنِي هَدانِي رَبِّي إِلى صِراطٍ
مُسْتَقِيمٍ دِيناً قِيَماً مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما كانَ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah
ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama
Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik."
(Al-An'am: 161)
ثُمَّ أَوْحَيْنا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ
إِبْراهِيمَ حَنِيفاً وَما كانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad),
"Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." Dan bukanlah dia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 123)
Ali Imran, ayat 96-97
إِنَّ
أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً
لِلْعالَمِينَ (96) فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ
كانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ
سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ (97)
Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Allah Swt. memberitahukan bahwa rumah yang
mula-mula dibangun untuk manusia, yakni untuk tempat ibadah dan manasik mereka,
di mana mereka melakukan tawaf dan salat serta ber-i'tikaf padanya.
{لَلَّذِي بِبَكَّةَ}
ialah Baitullah yang di Bakkah. (Ali
Imran: 96)
Yakni Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim
Al-Khalil a.s. yang diklaim oleh masing-masing dari dua golongan, yaitu
orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani; bahwa mereka berada di dalam agama
Nabi Ibrahim dan tuntunannya, tetapi mereka tidak mau ber-haji ke Baitullah
yang dibangun olehnya atas perintah Allah untuk tujuan itu, padahal Nabi
Ibrahim telah menyerukan kepada manusia untuk melakukan haji ke Baitullah.
Seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
{مُبَارَكًا}
yang diberkahi. (Ali Imran: 96)
Yaitu diberkahi sejak awal pembangunannya.
{وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ}
Yang menjadi petunjuk bagi semua manusia.
(Ali Imran: 96)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ،
عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْميّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَر، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ قلتُ: يَا رسولَ اللَّهِ، أيُّ مَسجِد وُضِع فِي الْأَرْضِ أوَّلُ؟
قَالَ: "الْمسْجِدُ الْحَرَامُ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:
"الْمسجِدُ الأقْصَى". قُلْتُ: كَمْ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ:
"أرْبَعُونَ سَنَةً". قلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ثُم حَيْثُ أدْرَكْت
الصَلاةَ فَصَلِّ، فَكُلُّهَا مَسْجِدٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Zar
r.a. yang telah menceritakan: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, masjid
manakah yang mula-mula dibangun?" Nabi Saw. menjawab, "Masjidil
Haram." Aku bertanya, "Sesudah itu mana lagi?" Nabi Saw.
menjawab, "Masjidil Aqsa." Aku bertanya, "Berapa lama
jarak di antara keduanya?" Nabi Saw. menjawab.”Empat puluh tahun."
Aku bertanya, "Kemudian masjid apa lagi?" Nabi Saw. bersabda, "Kemudian
tempat di mana kamu mengalami waklu salat, maka salatlah padanya, karena
semuanya adalah masjid."
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya
melalui hadis Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami
Sa'id ibnu Sulaiman, dari Syarik, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, dari Ali r.a.
sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk (tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi. (Ali Imran: 96) Memang banyak rumah yang dibangun sebelum
Masjidil Haram, tetapi Baitullah adalah rumah yang mula-mula dibangun untuk
tempat beribadah.
(Ibnu Abu Hatim mengatakan pula) dan telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur
Rabi', telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sammak, dari Khalid ibnu
Ur'urah yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki berdiri, lalu menuju kepada
sahabat Ali r.a. dan bertanya, "Sudikah engkau menceritakan kepadaku
tentang Baitullah, apakah ia merupakan rumah yang mula-mula dibangun di bumi
ini?" Sahabat Ali menjawab, "Tidak, tetapi Baitullah merupakan rumah
yang mula-mula dibangun mengandung berkah, yaitu maqam Ibrahim; dan barang
siapa memasukinya, menjadi amanlah dia."
Kemudian Ibnu Abu Hatim menuturkan asar ini
hingga selesai, yaitu menyangkut perihal pembangunan Baitullah yang dilakukan
oleh Nabi Ibrahim. Kami mengetengahkan asar ini secara rinci di dalam permulaan
tafsir surat Al-Baqarah, hingga tidak perlu diulangi lagi dalam bab ini.
As-Saddi menduga bahwa Baitullah merupakan rumah
yang mula-mula dibangun di bumi ini secara mutlak. Akan tetapi, pendapat Ali
r.a.-lah yang benar.
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah mengenai
pembangunan Ka'bah yang ia ketengahkan melalui jalur Ibnu Luhai'ah, dari Yazid
ibnu Habib, dari Abul Khair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As secara marfu’
yaitu: Allah mengutus Jibril kepada Adam dan Hawa, membawa perintah kepada
keduanya agar keduanya membangun Ka'bah. Maka Adam membangunnya, kemudian Allah
memerintahkan kepadanya untuk melakukan tawaf di sekeliling Ka'bah. Dikatakan
kepadanya, "Engkau adalah manusia pertama (yang beribadah di Baitullah),
dan ini merupakan Baitullah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah
manusia."
Maka sesungguhnya hadis ini merupakan salah satu
dari mufradat (hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu orang) Ibnu Luhai'ah,
sedangkan Ibnu Luhai'ah orangnya dinilai daif. Hal yang mirip kepada kebenaran
—hanya Allah Yang Maha Mengetahui—bila hadis ini dikatakan mauquf hanya
sampai kepada Abdullah ibnu Amr. Dengan demikian, berarti kisah ini termasuk ke
dalam kategori kedua hadis daif lainnya yang keduanya diperoleh oleh Abdullah
ibnu Amr pada saat Perang Yarmuk, yaitu diambil dari kisah Ahli Kitab.
*******************
Firman Allah Swt.:
لَلَّذِي بِبَكَّةَ
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah).
(Ali Imran: 96)
Bakkah merupakan salah satu nama lain dari kota
Mekah yang terkenal. Menurut suatu pendapat, dinamakan demikian karena kota
Mekah dapat membuat hina orang-orang yang zalim dan yang angkara murka. Dengan
kata lain, mereka menjadi hina dan tunduk bila memasukinya.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, dinamakan
demikian karena manusia berdesak-desakan padanya. Qatadah mengatakan,
sesungguhnya Allah membuat manusia berdesak-desakan di dalamnya, hingga kaum
wanita dapat salat di depan kaum laki-laki; hal seperti ini tidak boleh
dilakukan selain hanya di dalam kota Mekah. Hal yang sama diriwayatkan pula
dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Amr ibnu Syu'aib, dan Muqatil ibnu
Hayyan.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ata ibnus
Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa batas
Mekah mulai dari Al-Faj sampai ke Tan'im, sedangkan Bakkah batas-nya dari
Baitullah sampai ke Al-Batha.
Syu'bah meriwayatkan dari Al-Mugirah, dari
Ibrahim, bahwa Bakkah ialah Baitullah dan Masjidil Haram. Hal yang sama
dikatakan pula oleh Az-Zuhri.
Ikrimah dalam salah satu riwayat dan Maimun ibnu
Mihran mengatakan bahwa Baitullah dan sekitarnya dinamakan Bakkah, sedangkan
selain itu dinamakan Mekah.
Abu Malik, Abu Saleh, Ibrahim An-Nakha'i, Atiyyah
Al-Aufi, dan Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa Bakkah ialah tempat Baitullah
berada, sedangkan selain itu dinamakan Mekah.
Mereka menyebutkan beberapa nama lain yang banyak
bagi Mekah, yaitu Bakkah, Baitul Atiq, Baitul Haram, Baladul Amin, Al-Mamun,
Ummu Rahim, Ummul Qura, Salah, Al-Arsy, Al-Qadis (karena menyucikan dosa-dosa),
Al-Muqaddasah, An-Nasah, Al-Basah, Al-Balsah, Al-Hatimah, Ar-Ras, Kausa,
Al-Baldah, Al-Bunyah, dan Al-Ka'bah.
*******************
Firman Allah Swt.:
فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata.
(ali Imran: 97)
Yaitu tanda-tanda yang jelas menunjukkan bahwa
bangunan tersebut dibangun oleh Nabi Ibrahim, dan Allah memuliakan serta
menghormatinya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
مَقامُ إِبْراهِيمَ
maqam Ibrahim. (ali Imran: 97)
Yaitu sarana yang dipakai oleh Nabi Ibrahim
ketika bangunan Ka'bah mulai meninggi untuk meninggikan fondasi dan temboknya.
Sarana ini dipakai untuk tangga tempat berdiri, sedangkan anaknya (yaitu Nabi
Ismail) menyuplai bebatuan.
Pada mulanya maqam Ibrahim ini menempel pada
dinding Ka'bah, kemudian pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibnul Khattab
r.a. maqam tersebut dipindahkan ke sebelah timur Ka'bah hingga memudahkan bagi
orang-orang yang bertawaf dan tidak berdesak-desakan dengan orang-orang yang
salat di dekatnya sesudah melakukan tawaf. Karena Allah Swt. telah
memerintahkan kepada kita agar melakukan salat di dekat maqam Ibrahim, yaitu
melalui firman-Nya:
{وَاتَّخِذُوا مِنْ مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ
مُصَلًّى}
Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat
salat. (Al-Baqarah: 125)
Dalam pembahasan terdahulu telah kami kemukakan
hadis-hadis mengenai hal ini, maka tidak perlu diulangi lagi dalam bab ini.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya)
maqam Ibrahim. (Ali Imran: 97) Yakni antara lain ialah maqam Ibrahim dan
tanda-tanda lainnya.
Menurut Mujahid, bekas kedua telapak kaki Nabi
Ibrahim di maqamnya mempakan tanda yang nyata. Hal yang sama dikatakan pula
dalam riwayat lain dari Umar ibnu Abdul Aziz, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi,
Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya.
Abu Talib mengatakan dalam salah satu bait syair
dari qasidah Lamiyah yang terkenal, yaitu:
وَمَوْطِئُ إِبْرَاهِيمَ فِي
الصَّخْرِ رَطْبَةٌ ... عَلَى قَدَمَيْهِ حَافِيًا
غَيْرَ نَاعِلِ
Pijakan
kaki Nabi Ibrahim pada batu itu tampak nyata bekas
kedua
telapak kakinya yang telanjang tanpa memakai terompah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id dan Amr Al-Audi; keduanya mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Juraij,
dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: maqam Ibrahim.
(Ali Imran: 97) Bahwa yang dimaksud dengan maqam Ibrahim ialah tanah suci
seluruhnya. Sedangkan menurut lafaz Amr disebutkan bahwa Al-Hijir seluruhnya
adalah maqam Ibrahim.
Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair bahwa
dia pernah mengatakan, "Haji itu maqam Ibrahim." Demikianlah yang aku
lihat di dalam kitab salinannya, barangkali yang dimaksud ialah Al-Hijir
seluruhnya adalah maqam Ibrahim. Hal ini telah diterangkan pula oleh Mujahid.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ
آمِناً
barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia.
(Ali Imran: 97)
Yaitu memasuki lingkungan Mekah yang diharamkan
(disucikan). Apabila orang yang dalam ketakutan memasukinya, menjadi amanlah
dia dari semua kejahatan. Hal yang sama terjadi pula di masa Jahiliah, seperti
yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri dan lain-lain-nya. Disebutkan bahwa
pernah ada seorang lelaki melakukan pembunuhan, lalu ia memakai kain wol pada
lehernya dan memasuki Masjidil Haram. Ketika anak laki-laki si terbunuh
menjumpainya, ia tidak menyerangnya sebelum keluar dari lingkungan Masjidil
Haram.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya
At-Tamimi, dari Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
firman-Nya: barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia. (Ali Imran:
97) Bahwa barang siapa yang berlindung di Baitullah, maka Baitullah
melindunginya. Tetapi Baitullah tidak memberikan naungan, tidak juga makanan
dan minuman; dan bila ia keluar darinya, maka ia pasti dihukum karena dosanya.
Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا
جَعَلْنا حَرَماً آمِناً وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa
sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman,
sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok. (Al-Ankabut: 67), hingga
akhir ayat.
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هذَا
الْبَيْتِ الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik
rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4)
Sehingga disebutkan bahwa termasuk hal yang
diharamkan di dalam kota Mekah ialah dilarang memburu binatang buruannya dan
menghardiknya dari sarangnya, dilarang pula memotong pepohonannya serta
mencabut rerumputannya. Seperti yang dinyatakan di dalam banyak hadis dan asar
mengenainya dari sejumlah sahabat secara marfu' dan mauquf.
Di dalam kitab Sahihain menurut lafaz Imam Muslim
dari Ibnu Abbas r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda pada hari
kemenangan atas kota Mekah:
«لَا
هِجْرَةَ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا»
Tidak ada hijrah lagi, tetapi yang ada adalah
jihad dan niat; dan apabila kalian diseru untuk berjihad, maka berangkatlah.
Pada hari kemenangan atas kota Mekah Nabi Saw.
bersabda pula:
"إنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللهُ يَوْمَ خَلَقَ
السَّمَوَاتِ والأرْضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحرمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَلَمْ
يَحِلَّ لِي إِلَّا فِي سَاعَةٍ مِنْ نَهَارٍ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعْضَد شَوْكُهُ، وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ،
وَلَا يَلْتَقطْ لُقَطتَه إِلَّا مَنْ عَرَّفها، وَلَا يُخْتَلى خَلاها فقال
العباس: يا رسول الله، إلا الإذْخَرَ، فَإِنَّهُ لقَيْنهم ولبُيوتهم، فَقَالَ:
"إِلَّا الإذْخَر"
Sesungguhnya negeri (kota) ini diharamkan oleh
Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, maka ia haram karena diharamkan
oleh Allah sampai hari kiamat. Dan sesungguhnya tidak dihalalkan melakukan
peperangan di dalamnya sebelumku, dan tidaklah dihalalkan bagiku kecuali hanya
sesaat dari siang hari. Maka ia kembali menjadi haram karena diharamkan oleh
Allah hingga hari kiamat; pepohonannya tidak boleh ditebang, binatang buruannya
tidak boleh diburu, barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali bagi orang
yang hendak mempermaklumatkannya, dan rerumputannya tidak boleh dicabut. Lalu
Al Abbas berkata mengajukan usulnya, "Wahai Rasulullah, kecuali izkhir,
karena sesungguhnya izkhir digunakan oleh mereka untuk atap rumah mereka."
Maka Nabi Saw. bersabda: Terkecuali izkhir (sejenis rumput ilalang).
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan pula
hal yang semisal atau yang sama melalui sahabat Abu Hurairah r.a.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan pula
dari Abu Syuraih Al-Adawi —menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim—
أَنَّهُ قَالَ لعَمْرو
بْنِ سَعِيدٍ، وَهُوَ يَبْعَثُ الْبُعُوثَ إِلَى مكةَ: ائذَنْ لِي أَيُّهَا
الْأَمِيرُ أَنْ أُحدِّثك قَولا قَامَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الغَدَ مِنْ يَوْمِ الْفَتْحِ سَمعَتْه أُذُنَايَ وَوَعَاهُ
قَلْبِي وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ، إِنَّهُ حَمد اللَّهَ
وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: "إنَّ مَكِّةَ حَرَّمَهَا اللهُ ولَمْ
يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلا يَحِلُّ لامرئ يُؤْمِنُ باللهِ والْيَوْمِ الْآخِرِ
أنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، ولا يَعْضد بِهَا شَجَرةً، فَإنْ أحَد تَرخَّصَ
بِقِتَالِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا فَقُولُوا
لَهُ: إنَّ اللهَ أذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ، وإنَّمَا أذِنَ لِي
فِيهَا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، وَقَدْ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا
بِالأمْسِ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهدُ الغائِبَ" فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيح: ما قال
لك عَمْرو؟ قال: أنا أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ، إِنَّ الحَرَم
لَا يُعيذ عَاصِيًا وَلَا فَارا بِدَمٍ وَلَا فَارًّا بخَزْيَة.
bahwa ia pernah berkata kepada Amr ibnu Sa'id
yang sedang melantik delegasi-delegasinya yang akan berangkat ke Mekah,
"Izinkanlah kepadaku, wahai Amirui Muminin. Aku akan menceritakan kepadamu
sebuah hadis yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. pada keesokan harinya setelah
kemenangan atas kota Mekah, aku mendengarnya dengan kedua telingaku ini dan
kuhafalkan dalam kalbuku serta aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri ketika
beliau Saw. mengucapkannya. Sesungguhnya pada mulanya beliau memanjatkan puja
dan puji kepada Allah Swt., kemudian bersabda: Sesungguhnya Mekah ini
diharamkan oleh Allah dan bukan diharamkan oleh manusia. Karena itu, tidak
halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian mengalirkan
darah di dalamnya, atau menebang suatu pohon padanya. Apabila ada seseorang
menghalalkannya dengan alasan bahwa Rasulullah Saw. pernah melakukan peperangan
di dalamnya, maka katakanlah oleh kalian kepadanya, 'Sesungguhnya Allah telah
memberikan izin kepada Nabi-Nya, tetapi Dia tidak mengizinkan bagi kalian, dan
sesungguhnya Allah hanya memberikan izin kepadaku melakukan peperangan di
dalamnya sesaat dari siang hari. Dan sekarang keharaman kota Mekah telah
kembali seperti semula, sama dengan keharaman yang sebelumnya. Maka hendaklah
orang yang hadir menyampaikan berita ini kepada yang gaib (tidak hadir)'."
Ketika ditanyakan kepada Abu Syuraih, "Apa yang dikatakan oleh Amr
kepadamu?" Abu Syuraih menjawab bahwa Amr berkata, "Aku lebih
mengetahui hal tersebut daripada kamu, hai Abu Syuraih. Sesungguhnya Kota Suci
Mekah ini tidak memberikan perlindungan kepada orang yang maksiat, tidak bagi
orang yang lari setelah membunuh, tidak pula orang yang lari karena menimbulkan
kerusakan."
وَعَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم يقول: "لَا يَحِلُّ لأحَدِكُمْ أنْ يَحْمِلَ بِمَكَّةَ
السِّلاحَ"
Telah diriwayatkan dari Jabir r.a. bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak dihalalkan bagi seorang pun
membawa senjata di Mekah.
Hadis riwayat Imam Muslim.
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَدِيّ بْنِ الْحَمْرَاءِ الزُّهْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ، وَهُوَ وَاقِفٌ بالحَزْوَرَة فِي سُوقِ
مَكَّةَ: "واللهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أرْضِ اللهِ، وأحَبُّ أرْضِ اللهِ إلَى
اللهِ، ولَوْلا أنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ".
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Addi ibnul Hamra
Az-Zuhri, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda kepada kota kelahirannya
seraya berdiri di Harurah, pasar Mekah: Demi Allah, sesungguhnya engkau
adalah sebaik-baik bumi Allah dan bumi Allah yang paling dicintai oleh-Nya.
Seandainya aku tidak dikeluarkan darimu, niscaya aku tidak akan keluar.
Hadis riwayat Imam Ahmad —lafaz ini menurutnya—,
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah. Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini berpredikat hasan sahih, demikian pula telah disahihkan yang
semisalnya dari hadis Ibnu Abbas.
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula hadis yang
sama dari Abu Hurairah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Bisyr ibnu Adam ibnu binti Azar As-Saman, telah menceritakan kepada kami
Bisyr ibnu Asim, dari Zuraiq ibnu Muslim Al-A'ma maula Bani Makhzum, telah
menceritakan kepadaku Ziyad ibnu Abu Iyasy, dari Yahya ibnu Ja'dah ibnu
Hubairah sehubungan dengan Firman-Nya: Barang siapa memasukinya, menjadi
amanlah dia. (Ali Imran: 97) Yang dimaksud ialah aman dari api neraka.
Semakna dengan pendapat ini hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Baihaqi. Disebutkan bahwa:
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدان،
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ
الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ
المُؤَمَّل، عَنِ ابْنِ مُحَيْصِن، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "مَنْ
دَخَلَ الْبَيْتَ دَخَلَ فِي حَسَنةٍ وَخَرَجَ مِنْ سَيِّئَةٍ، وَخَرَجَ
مَغْفُورًا لَهُ"
telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali
ibnu Ahmad ibnu Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman ibnul Wasiti, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami
Ibnul Muammal, dari Ibnu Muhaisin, dari Atha,dari Abdullah ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa memasuki
Baitullah, berarti dia masuk ke dalam kebaikan dan keluar dari keburukan, serta
ia keluar dalam keadaan diampuni baginya.
Kemudian Imam
Baihaqi mengatakan bahwa hadis
ini hanya diriwayatkan oleh Abdullah ibnul Muammal sendiri,
sedangkan dia orangnya tidak kuat.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ
حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah. yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. (Ali Imran: 97)
Ayat ini mewajibkan ibadah haji, menurut pendapat
jumhur ulama. Sedangkan menurut yang lainnya, ayat yang mewajibkan ibadah haji
ialah firman-Nya:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ
وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah
karena Allah. (Al-Baqarah: 196)
Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih kuat.
Banyak hadis yang beraneka ragam menyatakan bahwa
ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam dan merupakan pilar serta
fondasinya. Kaum muslim telah sepakat akan hal tersebut dengan kesepakatan yang
tidak dapat diganggu gugat lagi. Sesungguhnya melakukan ibadah haji itu hanya
diwajibkan sekali dalam seumur hidup berdasarkan keterangan dari nas dan ijma'.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ،
أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ القُرَشيّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ: " أيُّهَا النَّاسُ، قَدْ فُرِضَ عَلَيْكُمْ الْحَجُّ
فَحُجُّوا". فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَسَكَتَ،
حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "لَوْ قُلْتُ: نَعَمْ، لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ".
ثُمَّ قَالَ: "ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، وإذَا
أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وإذَا نَهَيْتُكُمْ
عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Muslim
Al-Qurasyi, dari Muhammad ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah berkhotbah kepada kami (para sahabat) yang isinya
mengatakan: "Hai manusia, telah difardukan atas kalian melakukan ibadah
haji. Karena itu, berhajilah kalian." Ketika ada seorang lelaki
bertanya, "Apakah untuk setiap tahun, wahai Rasulullah?" Nabi Saw.
diam hingga lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali. Lalu Rasulullah Saw.
bersabda, "Seandainya aku katakan, 'Ya,' niscaya diwajibkan (setiap
tahunnya), tetapi niscaya kalian tidak akan mampu." Kemudian Nabi Saw.
bersabda, "Terimalah dariku apa yang aku tinggaikan buat kalian, karena
sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian (umat-umat terdahulu)
karena mereka banyak bertanya dan menentang nabi-nabi mereka. Apabila aku
perintahkan kepada kalian sesuatu hal, maka kerjakanlah sebagian darinya
semampu kalian; dan apabila aku larang kalian terhadap sesuatu, maka
tinggalkanlah ia oleh kalian."
Imam Muslim meriwayatkannya dari Zuhair ibnu
Harb, dari Yazid ibnu Harun dengan lafaz yang semisal.
Sufyan ibnu Husain, Sulaiman ibnu Kasir, Abdul
Jalil ibnu Humaid, dan Muhammad ibnu Abu Hafsah meriwayatkan dari Az-Zuhri,
dari Abu Sinan Ad-Duali (yang namanya adalah Yazid ibnu Umayyah), dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami yang
isinya mengatakan:
"يَأيُّهَا النَّاسُ، إنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُم
الحَجَّ". فَقَامَ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَفِي كُلِّ عَامٍ؟ قَالَ: "لَوْ قُلْتُهَا، لَوَجَبَتْ، ولَوْ وَجَبَتْ لَمْ
تَعْمَلُوا بِهَا، وَلَمْ تَسْتَطِيعُوا أنْ تَعْمَلُوا بِهَا؛ الحَجُّ مَرَّةً، فَمَنْ
زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ".
"Hai manusia, sesungguhnya Allah telah
mewajibkan atas kalian ibadah haji." Maka berdirilah Al-Aqra' ibnu
Habis, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?"
Nabi Saw. bersabda, "Seandainya aku mengatakannya, niscaya akan
diwajibkan; dan seandainya diwajibkan, niscaya kalian tidak dapat
mengerjakannya dan kalian tidak akan dapat melakukannya. Ibadah haji adalah
sekali; maka barang siapa yang lebih dari sekali, maka hal itu haji
sunat."
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu
Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah serta Imam Hakim melalui hadis Az-Zuhri
dengan lafaz yang sama. Syarik meriwayatkannya melalui Sammak, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang semakna. Hal ini diriwayatkan pula melalui
hadis Usamah ibnu Zaid.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Mansur ibnu Wardan, dari Abdul A'la ibnu Abdul A'la, dari ayahnya, dari
Al-Bukhturi, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut
diturunkan, yaitu firman-Nya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. (Ali Imran: 97) Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
untuk setiap tahun?" Rasulullah Saw. diam. Mereka bertanya lagi,
"Wahai Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?" Nabi Saw. menjawab:
"Tidak, seandainya aku katakan, 'Ya,' niscaya diwajibkan (setiap
tahunnya)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada Nabi kalian) hal-hal yang
jika diterangkan kepada kalian niscaya menyusahkan kalian. (Al-Maidah: 101
)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi,
Ibnu Majah, dan Imam Hakim melalui hadis Mansur ibnu Wardan. Kemudian Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Akan tetapi, apa yang dikatakan
oleh Imam Turmuzi itu masih perlu dipertimbangkan, mengingat Imam Bukhari
mengatakan bahwa Abul Bukhturi belum pernah mendengar dari sahabat Ali r.a.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَيْر، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُبَيدة، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ
الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، الْحَجُّ فِي كُلِّ عَامٍ؟ قَالَ: "لَوْ قُلْتُ: نَعَمْ،
لوجَبَتْ، وَلَوْ وَجَبَتْ لَمْ تَقُومُوا بِهَا، ولَوْ لَمْ تَقُومُوا بِهَا
لَعُذِّبتُمْ"
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abu Ubaidah, dari ayahnya, dari Al-A'masy ibnu Abu Sufyan, dari
Anas ibnu Malik yang menceritakan: Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah ibadah haji itu setiap tahun?" Nabi Saw. menjawab,
"Seandainya aku kalakan, 'Ya,' niscaya diwajibkan. Dan seandainya
diwajibkan, niscaya kalian tidak dapat melakukannya; dan seandainya kalian
tidak dapat melakukannya, niscaya kalian akan tersiksa.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis
melalui Ibnu Juraij, dari Ata, dari Jabir, dari Suraqah ibnu Malik yang
mengatakan:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، مُتْعَتنا هَذِهِ لِعَامِنَا هَذَا أَمْ لِلْأَبَدِ؟
قَالَ: "لَا بَلْ لِلأبَدِ". وَفِي رِوَايَةٍ: "بَلْ لأبَد
أبَدٍ"
"Wahai Rasulullah, apakah engkau mengajak
kami ber-tamattu' hanya untuk tahun kita sekarang ini, ataukah untuk
selama-lamanya?" Nabi Saw. menjawab, "Tidak, bahkan untuk
selamanya." Menurut riwayat yang lain disebutkan, "Bahkan
untuk selama-lamanya."
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dan kitab Sunan
Abu Daud dinyatakan melalui hadis Waqid ibnu Abu Waqid Al-Laisi, dari ayahnya,
bahwa Rasulullah Saw. dalam hajinya itu berkata kepada istri-istrinya,
"هَذِه ثُمَّ ظُهُورَ الحُصْر"
"Kemudian mereka (kaum wanita) menetapi
tikar hamparannya,"
maksudnya tetaplah kalian pada tikar kalian dan
janganlah kalian keluar dari rumah.
Adapun mengenai istita'ah (yakni
berkemampuan), hal ini terdiri atas berbagai macam, adakalanya seseorang
mempunyai kemampuan pada dirinya, dan adakalanya pada yang lainnya, seperti
yang ditetapkan di dalam kitab yang membahas masalah hukum.
قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ
حُمَيْدٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَزِيدَ
قَالَ: سَمِعْتُ محمَّد بْنَ عَبَّاد بْنِ جَعْفَرٍ يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ: قَامَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ:
مَن الْحَاجُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "الشَّعثُ التَّفِل" فَقَامَ
آخَرُ فَقَالَ: أَيُّ الْحَجِّ أَفْضَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"العَجُّ والثَّجُّ"، فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: مَا السَّبِيلُ يَا
رَسُولَ الله ؟ قال: "الزَّادُ والرَّاحِلَة".
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far menceritakan sebuah hadis dari
Ibnu Umar r.a.: Seorang lelaki menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya,
"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berhaji sesungguhnya?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang rambutnya awut-awutan dan kusut
pakaiannya (karena lama dalam perjalanannya)." Lalu ada lelaki lain
menghadap dan bertanya, "Wahai Rasulullah, haji apakah yang lebih
utama?" Rasulullah Saw. menjawab, "Mengeraskan bacaan talbiyah dan
berkelompok-kelompok." Lalu datang lagi lelaki yang lainnya dan
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan as-sabil
itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bekal dan kendaraan."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah
melalui hadis Ibrahim ibnu Yazid (yaitu Al-Jauzi). Imam Turmuzi mengatakan,
tiada yang me-rafa'-kan hadis ini kecuali hanya melalui hadisnya (Ibrahim ibnu
Yazid). Akan tetapi, sebagian dari ahlul 'ilmi meragukan perihal kekuatan
hafalannya.
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Imam
Turmuzi dalam bab ini. Di dalam Kitabul Haj ia mengatakan bahwa hadis
ini hasan, tidak diragukan bahwa sanad ini para
perawinya semua terdiri atas orang-orang yang Siqah selain Al-Jauzi. Mereka
membicarakan perihalnya demi hadis ini, tetapi ternyata jejaknya itu diikuti
oleh orang lain.
Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
الْعَامِرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ
عُمَيْرٍ اللَّيْثِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ:
جَلَسْتُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ: مَا السَّبِيلُ؟ قَالَ:
"الزَّادُ والرِّحْلَة".
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah Al-Amiri, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair Al-Laisi, dari
Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far yang menceritakan bahwa ia duduk di majelis
Abdullah Ibnu Umar, lalu Ibnu Umar menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang
kepada Nabi Saw., lalu bertanya kepadanya, "Apakah arti sabil itu?"
Nabi Saw. menjawab: Bekal dan kendaraan.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih
melalui riwayat Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair dengan lafaz yang
sama.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Anas, Al-Hasan, Mujahid, Ata, Sa'id ibnu Jubair,
Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah hal yang semisal dengan hadis di atas.
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur
lain dari hadis Anas, Abdullah ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan Siti Aisyah yang
semuanya berpredikat marfu’. Akan tetapi, di dalam sanadnya terdapat
perbedaan pendapat, seperti yang ditetapkan di dalam Kitabul Ahkam. Al-Hafiz
Abu Bakar ibnu Murdawaih mempunyai perhatian khusus terhadap hadis ini dengan
mengumpulkan semua jalur periwayatannya.
Imam Hakim meriwayatkan melalui hadis Qatadah,
dari Hammad ibnu Salamah, dari Qatadah, dari Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw.
pernah ditanya mengenai makna firman Allah Swt: yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97)
Lalu ditanyakan, "Apakah makna sabil
itu?" Rasulullah Saw. menjawab:
«الزَّادُ
وَالرَّاحِلَةُ»
Bekal dan kendaraan.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa predikat
hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan
Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Yunus, dari
Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97) Lalu mereka (para
sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan sabil
itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Bekal dan kendaraan.
Waki' meriwayatkan hadis ini di dalam kitab
tafsirnya melalui Sufyan dan Yunus dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا الثَّوْرِيُّ، عَنْ
إِسْمَاعِيلَ -وَهُوَ أَبُو إِسْرَائِيلَ الْمُلَائِيُّ-عَنْ فُضَيْل -يَعْنِي
ابْنَ عَمْرٍو-عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَعَجَّلُوا إِلَى
الحَجِّ -يَعْنِي الْفَرِيضَةَ-فإنَّ أحَدَكُمْ لَا يَدْرِي مَا يَعْرضُ لَهُ
"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Ismail (yaitu
Abu Israil Al-Mala-i), dari Fudail (yakni Ibnu Amr), dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bersegeralah
kalian mengerjakan haji —yakni haji fardu— karena sesungguhnya seseorang di
antara kalian tidak mengetahui aral yang akan menghalang-halanginya (di
masa mendatang).
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا:
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَمْرٍو الفُقَيْمي،
عَنْ مِهْرَان بْنِ أَبِي صَفْوَانَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أرَادَ الحَجَّ
فَلْيَتَعَجَّلْ".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Amr
Al-Faqimi, dari Mahran ibnu Abu Safwan, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang niat hendak melakukan
haji, maka kerjakanlah dengan segera.
Abu Daud meriwayatkannya dari Musaddad, dari Abu
Mu'awiyah Ad-Darir dengan lafaz yang sama.
Waki' meriwayatkan —begitu pula Ibnu Jarir— dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97) Ibnu Abbas
mengatakan, "Barang siapa yang memiliki harta sejumlah tiga ratus dirham,
berarti dia sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah."
Telah diriwayatkan dari maulanya (yaitu Ikrimah)
bahwa ia pernah mengatakan, "Yang dimaksud dengan sabil ialah sehat."
Waki' ibnul Jarrah meriwayatkan dari Abu Janab
(yakni Al-Kalbi), dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari Ibnu Abbas yang menga¬takan
sehubungan dengan firman-Nya: yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran: 97), Yang dimaksud dengan sabil ialah
bekal dan kendaraan unta.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Mahakaya dari semesta alam. (Ali Imran: 97)
Ibnu Abbas mengatakan —begitu pula Mujahid dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang— bahwa barang siapa yang ingkar terhadap
kefarduan ibadah haji, maka sesungguhnya ia telah kafir, dan Allah Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu) darinya.
قَالَ سَعيد بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ ابْنِ أَبِي
نَجِيح، عَنْ عِكْرِمة قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ
دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ} قَالَتِ الْيَهُودُ: فَنَحْنُ مُسْلِمُونَ. قَالَ
اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ فاخْصَمْهُمْ فَحَجَّهُمْ -يَعْنِي فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَى الْمسلمِينَ
حَجَّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاع إِلَيْه سَبِيلا" فَقَالُوا: لَمْ يُكْتَبْ
عَلَيْنَا، وأبَوْا أَنْ يَحُجُّوا. قَالَ اللَّهُ: {وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Sa'id ibnu Mansur meriwayatkan dari Sufyan, dari
Ibnu Abu Nujaih, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ketika firman Allah Swt.
ini diturunkan, yaitu: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. (Ali Imran: 85);
Maka orang-orang Yahudi berkata, "Kami adalah orang-orang muslim."
Tetapi Allah membantah pengakuan mereka dan mematahkan alasan mereka, yakni
melalui sabda Nabi Saw. kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
atas kaum muslim berhaji ke Baitullah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Orang-orang Yahudi menjawab,
"Belum pernah diwajibkan atas kami," dan mereka menolak, tidak mau
melakukan haji. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imran: 97)
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan hal yang sama dari
Mujahid.
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ،
أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وشَاذ بْنُ فَيَّاضٍ قَالَا أَخْبَرَنَا
هِلَالٌ أَبُو هَاشِمٍ الخُراساني، أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ،
عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً
وَلَمْ يَحُجَّ بَيْتَ اللهِ، فَلا يَضُرُّهُ مَاتَ يَهُودِيّا أوْ نَصْرانِيّا،
ذَلِكَ بِأنَّ اللهَ قَالَ: {وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ}
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Ismail ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu
Ibrahim dan Syaz ibnu Fayyad; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hilal Abu Hasyim Al-Khurrasani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq
Al-Hamdani, dari Al-Haris, dari Ali r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang memiliki bekal dan kendaraan, lalu
tidak juga melakukan haji ke Baitullah, maka haji tidak dirugikan olehnya
bilamana ia mati sebagai seorang Yahudi atau Nasrani. Demikian itu karena Allah
Swt. telah berfirman, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (Ali Imran:
97).
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Muslim
ibnu Ibrahim dengan lafaz yang sama. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim, dari Abu Zar'ah Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Hilal ibnul
Fayyad, telah menceritakan kepada kami Hilal Abu Hasyim Al-Khurrasani, lalu ia
menuturkan hadis ini dengan sanad yang semisal.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Muhammad ibnu
Ali Al-Qat'i, dari Muslim ibnu Ibrahim, dari Hilal ibnu Abdullah maula Rabi'ah
ibnu Amr ibnu Muslim Al-Bahili dengan lafaz yang sama, dan ia mengatakan bahwa
hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali dari segi ini.
Di dalam sanadnya terdapat perbedaan pendapat:
Hilal orangnya tidak dikenal, sedangkan Al-Haris daif dalam periwayatan hadis.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Hilal yang ini hadisnya dinilai munkar (tidak
dapat dipakai). Ibnu Addi mengatakan bahwa hadis ini tidak dipelihara
(dihafal).
Abu Bakar Al-Isma'ili Al-Hafiz meriwayatkan
melalui hadis Abu Amr Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Abdullah
ibnu Abul Muhajir, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa
ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. mengatakan, "Barang
siapa yang mampu melakukan ibadah haji, lalu ia tidak berhaji, maka sama saja
baginya bilamana dia mati sebagai seorang Yahudi atau seorang Nasrani."
Sanad asar ini memang sahih sampai kepada Umar
r.a.
Sa'id ibnu Mansur di dalam kitab sunannya
meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab
r.a. pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku berniat mengirim banyak lelaki
ke berbagai kota besar untuk menginspeksi setiap orang yang mempunyai
kemampuan, lalu ia tidak melakukan ibadah haji, maka hendaklah mereka memungut
jizyah darinya. Mereka (yang berkemampuan, lalu tidak haji) bukanlah orang
muslim, mereka bukan orang muslim."
Ali Imran, ayat 98-99
قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآياتِ اللَّهِ وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلى مَا
تَعْمَلُونَ (98) قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
مَنْ آمَنَ تَبْغُونَها عِوَجاً وَأَنْتُمْ شُهَداءُ وَمَا اللَّهُ بِغافِلٍ
عَمَّا تَعْمَلُونَ (99)
Katakanlah,
"Hai Ahli Kitab, mengapa kalian ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah
Maha Menyaksikan apa yang kalian kerjakan?" Katakanlah, "Hai Ahli
Kitab, mengapa kalian menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang
telah beriman, kalian menghendakinya menjadi bengkok, padahal kalian
menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kalian kerjakan.
Hal ini merupakan kecaman keras dari Allah Swt.,
ditujukan kepada orang-orang kafir Ahli Kitab karena mereka ingkar terhadap
perkara yang hak, dan mereka kafir terhadap ayat-ayat Allah serta
menghalang-halangi jalan Allah dari orang yang hendak menempuhnya dari kalangan
ahlul iman. Mereka menghalang-halangi jalan Allah dengan segenap kemampuan dan
kekuatan mereka, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh
Rasulullah Saw. adalah perkara yang hak dari sisi Allah Swt. Pengetahuan mereka
berlandaskan kepada apa yang ada pada mereka berupa pengetahuan mengenai para
nabi dan para rasul terdahulu. Mereka semuanya mendapat berita gembira dan
mengisyaratkan perihal akan adanya seorang nabi yang ummi dari kalangan Bani
Hasyim, keturunan orang Arab dari Mekah, penghulu semua manusia, penutup para
nabi dan rasul Tuhan yang memiliki bumi dan langit.
Allah mengancam mereka atas perbuatan mereka yang
demikian, dan memberitahukan bahwa Dia Maha Menyaksikan semua yang mereka
lakukan itu, juga Allah Maha Menyaksikan atas pelanggaran mereka terhadap kitab
yang ada di tangan mereka dari para nabi mereka, lalu perlakuan mereka terhadap
rasul yang disebut dalam berita gembira dengan cara mendustakannya dan
mengingkarinya. Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia sekali-kali tidak
lalai dari apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, Allah Swt. pasti akan
membalas perbuatan itu terhadap diri mereka. Hal itu akan dilakukan-Nya pada
hari kiamat nanti, seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ
وَلَا بَنُونَ
(yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki
tidak berguna. (Asy-Syu'ara: 88)
Ali Imran, ayat 100-101
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقاً مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ
يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمانِكُمْ كافِرِينَ (100) وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ
تُتْلى عَلَيْكُمْ آياتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ
فَقَدْ هُدِيَ إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ (101)
Hai orang-orang
yang beriman, jika kalian mengikuti sebagian orang-orang yang diberi Al-Kitab,
niscaya mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang kafir sesudah kalian
beriman. Bagaimanakah kalian (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian?
Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Allah Swt. memperingatkan hamba-hamba-Nya yang
mukmin agar jangan sampai taat kepada kemauan segolongan Ahli Kitab yang selalu
dengki terhadap kaum mukmin, karena kaum mukmin telah mendapat anugerah dari
Allah berkat kemurahan-Nya, dan telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Dalam
ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ
الْكِتابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِنْ
عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
Sebagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada
kekafiran seielah kalian beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri. (Al-Baqarah: 109)
Sedangkan di dalam ayat ini disebutkan:
{إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ}
jika kalian mengikuti sebagian dari
orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kalian
menjadi kafir sesudah kalian beriman. (Ali Imran: 100)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى
عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ}
Bagaimanakah kalian (sampai) menjadi kafir,
padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nya pun berada di
tengah-tengah kalian? (Ali Imran: 101)
Yakni kekafiran sangat jauh dari kalian dan
semoga Allah menjauhkan kalian darinya. Karena sesungguhnya ayat-ayat Allah
terus-menerus diturunkan kepada Rasul-Nya malam dan siang hari, sedangkan
beliau Saw. membacakannya kepada kalian dan menyampaikannya. Makna ayat ini sama
dengan ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
وَما لَكُمْ لَا
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ
أَخَذَ مِيثاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Dan mengapa kalian tidak beriman kepada Allah,
padahal Rasul menyeru kalian supaya kalian beriman kepada Tuhan kalian. Dan
sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjian kalian jika kalian adalah
orang-orang yang beriman. (Al-Hadid: 8)
Juga sama dengan makna yang terkandung di dalam
sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada para
sahabatnya di suatu hari:
«أَيُّ
الْمُؤْمِنِينَ أَعْجَبُ إِلَيْكُمْ إِيمَانًا؟» قَالُوا: الْمَلَائِكَةُ. قَالَ:
«وَكَيْفَ لَا يُؤْمِنُونَ وَهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ» ؟ وَذَكَرُوا الْأَنْبِيَاءَ،
قَالَ «وَكَيْفَ لَا يُؤْمِنُونَ وَالْوَحْيُ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ؟» قَالُوا:
فَنَحْنُ. قَالَ «وَكَيْفَ لَا تُؤْمِنُونَ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟»
قَالُوا: فَأَيُّ النَّاسِ أَعْجَبُ إِيمَانًا؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَجِيئُونَ مِنْ
بَعْدِكُمْ يَجِدُونَ صُحُفًا يُؤْمِنُونَ بِمَا فِيهَا»
"Orang mukmin manakah yang paling kalian
kagumi keimanannya?" Mereka menjawab, "Para malaikat." Nabi
Saw bersabda, "Mengapa mereka tidak beriman, padahal wahyu selalu
diturunkan kepada mereka." Mereka berkata, "Kalau demikian,
kamilah." Nabi Saw. bersabda, "Mengapa kalian tidak beriman,
padahal aku berada di antara kalian." Mereka bertanya, "Maka
siapakah yang paling dikagumi keimanannya, kalau demikian?" Nabi Saw.
menjawab, "Suatu kaum yang datang sesudah kalian. Mereka menjumpai
lembaran-lembaran (Al-Qur'an), lalu mereka beriman kepada apa yang terkandung
di dalamnya."
Kami mengetengahkan sanad hadis ini dan juga
keterangan mengenainya pada permulaan syarah Imam Bukhari.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Barang siapa yang berpegang teguh kepada
(agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang
benar. (Ali Imran: 101)
Yakni selain dari itu berpegang teguh kepada
agama Allah dan bertawakal kepada-Nya menipakan sumber hidayah dan sekaligus
sebagai penangkal dari kesesatan, sebagai sarana untuk mendapat bimbingan,
beroleh jalan yang lurus, dan mencapai cita-cita yang didambakan.
Ali Imran, ayat 102-103
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا
تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً وَكُنْتُمْ
عَلى شَفا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْها كَذلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ آياتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan
berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian
dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan amarah hati
kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara,
dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian
darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian
mendapat petunjuk.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman
ibnu Sufyan dan Syu'bah, dari Zubaid Al-Yami, dari Murrah, dari Abdullah ibnu
Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Bertakwalah kalian kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.(Ali Imran: 102 ) Yaitu dengan taat
kepada-Nya dan tidak maksiat terhadapnya, selalu mengingat-Nya dan tidak lupa
kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap nikmat-Nya.
Sanad asar ini sahih lagi mauquf. Ibnu Abu Hatim
mengikutkan sesudah Murrah (yaitu Amr ibnu Maimun), dari Ibnu Mas'ud.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis
Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, dari Sufyan As-Sauri, dari Zubaid, dari
Murrah, dari Abdullah Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
membaca firman-Nya: bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya (Ali Imran: 102), —lalu beliau bersabda menafsirkannya— hendaknya
Allah ditaati, tidak boleh durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan jangan
ingkar kepada (nikmat)-Nya, dan selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di
dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Mis'ar, dari Zubaid, dari Murrah, dari
Ibnu Mas'ud secara marfu' (yakni sampai kepada Rasulullah Saw.). Kemudian Imam
Hakim menuturkan hadis ini, lalu berkata, "Predikat hadis sahih dengan
syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya." Demikianlah
menurut penilaian Imam Hakim. Tetapi menurut pendapat yang kuat, predikatnya
adalah mauquf (hanya sampai pada Ibnu Mas'ud saja).
lbnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal
yang semisal dari Murrah Al-Hamdani, Ar-Rab'i ibnu Khaisam, Amr ibnu Maimun,
Ibrahim An-Nakha'i, Tawus, Al-Hasan, Qatadah, Abu Sinan, dan As-Saddi.
Telah diriwayatkan pula dari sahabat Anas; ia
pernah mengatakan bahwa seorang hamba masih belum dikatakan benar-benar
bertakwa kepada Allah sebelum mengekang (memelihara) lisannya.
Sa'id ibnu Jubair, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu
Anas, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, Zaid ibnu Aslam, As-Saddi, dan lain-lainnya
berpendapat bahwa ayat ini (Ali Imran: 102) telah dimansukh oleh firman-Nya:
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ
Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut
kesanggupan kalian. (At-Taghabun: 16)
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya. (Ali Imran: 102) Bahwa ayat ini tidak dimansukh, dan yang
dimaksud dengan haqqa luqatih ialah berjihadlah kalian di jalan Allah
dengan sebenar-benar jihad demi membela agama Allah, dan janganlah kalian
enggan demi membela Allah hanya karena celaan orang-orang yang mencela;
tegakkanlah keadilan, sekalipun terhadap diri kalian dan orang-orang tua kalian
serta anak-anak kalian sendiri.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
dan janganlah sekali-kali kalian mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)
Artinya, peliharalah Islam dalam diri kalian
sewaktu kalian sehat dan sejahtera agar kalian nanti mati dalam keadaan
beragama Islam, karena sesungguhnya sifat dermawan itu terbina dalam diri
seseorang berkat kebiasaannya dalam berderma. Barang siapa yang hidup menjalani
suatu hal, maka ia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada hal itu; dan
barang siapa yang mati dalam keadaan berpegang kepada suatu hal, maka kelak ia
dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Kami berlindung kepada Allah dari
kebalikan hal tersebut.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح، حَدَّثَنَا شُعْبة
قَالَ: سمعتُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّ النَّاسَ كَانُوا يَطُوفُونَ
بِالْبَيْتِ، وابنُ عَبَّاسٍ جَالِسٌ مَعَهُ مِحْجَن، فَقَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ} وَلَوْ أنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ لأمَرّتْ عَلَى
أهْلِ الأرْضِ عِيشَتَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ لَيْسَ لَهُ طَعَامٌ إِلَّا
الزَّقُّومُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa Sulaiman pernah
mengatakan dari Mujahid, "Sesungguhnya ketika orang-orang sedang melakukan
tawaf di Baitullah dan Ibnu Abbas sedang duduk berpegang kepada tongkatnya,
lalu ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda seraya membacakan
firman-Nya: 'Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam' (Ali Imran: 102). Seandainya setetes dari zaqqum
(makanan ahli neraka) dijatuhkan ke dunia ini, niscaya tetesan zaqqum itu akan
merusak semua makanan penduduk dunia. Maka bagaimana dengan orang yang tidak
mempunyai makanan lain kecuali hanya zaqqum (yakni ahli neraka) ."
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Turmuzi,
Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya;
serta Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui jalur Syu'bah dengan
lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan sahih. Imam Hakim
mengatakan sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkan
hadis ini.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ رَبِّ
الْكَعْبَةِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَحَبَّ أنْ يُزَحْزَحَ عَنِ
النَّار وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ، فَلْتُدْرِكْهُ مَنِيَّتُهُ، وَهُوَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، ويَأْتِي إلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ أنْ يُؤتَى
إلَيْهِ "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari
Abdur Rahman ibnu Abdu Rabbil Ka'bah, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang suka bila dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah di saat kematian
menyusulnya ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan
hendaklah ia memberikan kepada orang lain apa yang ia sukai bila diberikan
kepada dirinya sendiri.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ،
حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِثَلَاثٍ:
"لَا يَمُوتَنَّ أحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ عَزَّ
وَجَلَّ".
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir yang menceritakan bahwa ia mendengar
Rasulullah Saw. bersabda tiga hari sebelum wafat, yaitu: Jangan sekali-kali
seseorang di antara kalian meninggal dunia melainkan ia dalam keadaan berbaik
prasangka kepada Allah Swt.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur
Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى،
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا [أَبُو] يُونُسَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
"إنَّ اللهَ قَالَ: أنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، فإنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا
فَلَهُ، وَإنْ ظَنَّ شَرا فَلَهُ "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah
menceritakan kepada kami Yunus, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., bahwa
beliau Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah berfirman, "Aku
mengikuti prasangka hamba-Ku terhadap diri-Ku. Maka jika dia menyangka balk
kepada-Ku, itulah yang didapatinya. Dan jika dia berprasangka buruk
terhadap-Ku, maka itulah yang didapatinya."
Asal hadis ini ditetapkan di dalam kitab Sahihain
melalui jalur lain dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يَقُولُ اللهُ [عَزَّ وَجَلَّ] أنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي
بِي"
Allah berfirman, "Aku menuruti prasangka
hamba-Ku terhadap diri-Ku."
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ القُرَشي، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ
ثَابِتٍ -وَأَحْسَبُهُ-عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ
مَرِيضًا، فَجَاءَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعودُه،
فَوَافَقَهُ فِي السُّوقِ فسلَّم عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ: "كَيْفَ أنْتَ يَا
فُلانُ؟ " قَالَ بِخَيْرٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أرجو الله أخاف ذُنُوبِي. فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَجْتَمِعَانِ فِي
قَلْبِ عَبْدٍ فِي هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أعْطَاهُ اللهُ مَا يَرْجُو وآمَنَهُ
ممَّا يَخَافُ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik Al-Qurasyi, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit —menurut dugaanku
dari Anas— yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki dari kalangan Ansar
mengalami sakit, maka Nabi Saw. datang menjenguknya. Dan di lain waktu Nabi Saw.
bersua dengannya di pasar, lalu beliau mengucapkan salam kepadanya dan bertanya
kepadanya, "Bagaimanakah keadaanmu, hai Fulan?" Lelaki itu
menjawab, "Dalam keadaan baik, wahai Rasulullah. Aku berharap kepada
Allah, tetapi aku takut akan dosa-dosaku." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Tidak
sekali-kali berkumpul di dalam kalbu seorang hamba yang dalam keadaan seperti
ini (yakni sakit), melainkan Allah memberinya apa yang diharapkannya, dan
mengamankannya dari apa yang dikhawatirkannya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak
mengetahui perawi yang meriwayatkannya dari Sabit selain Ja'far ibnu Sulaiman.
Demikian pula Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya
dari hadisnya. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Hal yang
sama diriwayatkan oleh sebagian mereka (para perawi) dari Sabit secara mursal.
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
seperti berikut: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Yusuf ibnu Mahik, dari
Hakim ibnu Hizam yang menceritakan: Aku telah berbaiat (berjanji setia) kepada
Rasulullah Saw. bahwa aku tidak akan mundur kecuali dalam keadaan berdiri.
Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab
sunannya dari Ismail ibnu Mas'ud, dari Khalid ibnul Haris, dari Syu'bah dengan
lafaz yang sama; dan ia mengategorikannya ke dalam Bab "Cara Menyungkur
untuk Bersujud", lalu ia mengetengahkannya dengan lafaz yang semisal.
Menurut suatu pendapat, makna hadis di atas ialah
bahwa aku tidak akan mati kecuali dalam keadaan sebagai orang muslim.
Menurut pendapat yang lain lagi, makna yang
dimaksud ialah bahwa aku tidak sekali-kali berperang (berjihad) melainkan dalam
keadaan menghadap (maju), bukan membelakangi (mundur/lari). Pengertian ini
merujuk kepada makna yang pertama.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.(Ali Imran: 103)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan hablillah
ialah janji Allah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat selanjutnya, yaitu
firman-Nya:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ
النَّاسِ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia. (ali Imran: 112)
Yakni janji dan jaminan.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud ialah
Al-Qur'an. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Haris Al-A'war, dari
sahabat Ali secara marfu' mengenai sifat Al-Qur'an, yaitu:
"هُوَ حَبْلُ اللهِ
الْمتِينُ، وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيمُ".
Al-Qur'an adalah tali Allah yang kuat dan
jalan-Nya yang lurus.
Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis yang
khusus membahas mengenai makna ini. Untuk itu Imam Al-Hafiz Abu Ja'far
At-Tabari mengatakan:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى الْأُمَوِيُّ، حَدَّثَنَا أَسْبَاطُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ العَرْزَمي، عَنْ
عَطِيَّةَ عَنْ [أَبِي] سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كِتَابُ اللهِ، هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَمْدُودُ مِنَ
السَّمَاءِ إلَى الأرْضِ"
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yahya
Al-Umawi, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad, dari Abdul Malik
ibnu Sulaiman Al-Azrami, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kittabullah (Al-Qur'an) adalah tali Allah
yang menjulur dari langit ke bumi.
وَرَوَى ابْنُ مَرْدُويَه مِنْ طَرِيقِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُسْلِمٍ
الهَجَريّ، عَنْ أَبِي الأحْوَص، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ
هَذَا الْقُرْآنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمتِينُ، وَهُوَ النُّورُ الْمُبِينُ وهُوَ
الشِّفَاءُ النَّافِعُ، عِصْمةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ، ونَجَاةٌ لِمَنِ
اتَّبَعَهُ"
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari jalur Ibrahim
ibnu Muslim Al-Hijri, dari Abu Ahwas, dari Abdullah r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah
tali Allah yang kuat. Dia adalah cahaya yang jelas, dia adalah penawar yang
bermanfaat, perlindungan bagi orang yang berpegang kepadanya, dan keselamatan
bagi orang yang mengikuti (petunjuk)Nya.
Telah diriwayatkan dari hadis Huzaifah dan Zaid
ibnu Arqam hal yang semisal.
وَقَالَ وَكِيع: حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ:
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: إِنَّ هَذَا الصِّرَاطَ مُحْتَضَرٌ تَحْضُرُهُ
الشَّيَاطِينُ، يَا عَبْدَ اللَّهِ، بِهَذَا الطَّرِيقِ هَلُمَّ إِلَى الطَّرِيقِ،
فَاعْتَصَمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ فَإِنَّ حَبْلَ اللَّهِ الْقُرْآنُ
Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abu Wail yang menceritakan bahwa Abdullah pernah mengatakan
(bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya): Sesungguhnya jalan itu
adalah tempat lalu lalang, setan-setan selalu datang kepadanya. Hai Abdullah,
ambillah jalan ini, kemarilah, tempuhlah jalan ini. Maka mereka berpegang
kepada tali Allah karena sesungguhnya tali Allah itu adalah Al-Qur'an.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلا تَفَرَّقُوا
Dan jangan kalian bercerai-berai. (Ali
Imran: 103)
Allah memenntahkan kepada mereka untuk menetapi
jamaah (kesatuan) dan melarang mereka bercerai-berai. Banyak hadis yang isinya
melarang bercerai-berai dan memerintahkan untuk bersatu dan rukun. Seperti yang
dinyatakan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadis Suhail ibnu Abu Saleh,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ
أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ
أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ،
وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»
Sesungguhnya Allah rida kepada kalian dalam
tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah rida kepada
kalian bila kalian menyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak
bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan
oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam
tiga perkara, yaitu qil dan qal (banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya
dan menyia-nyiakan (menghambur-hamburkan) harta.
Bilamana mereka hidup dalam persatuan dan
kesatuan, niscaya terjaminlah mereka dari kekeliruan, seperti yang disebutkan
oleh banyak hadis mengenai hal tersebut. Sangat dikhawatirkan bila mereka
bercerai-berai dan bertentangan. Hal ini ternyata menimpa umat ini, hingga
bercerai-berailah mereka menjadi tujuh puluh tiga golongan. Di antaranya
terdapat suatu golongan yang selamat masuk surga dan diselamatkan dari siksa
neraka. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak yang telah dilakukan
oleh Nabi Saw. dan para sahabatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً
dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian
ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan
antara hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara. (Ali Imran: 103), hingga akhir ayat.
Konteks ayat
ini berkaitan dengan keadaan kabilah Aus dan kabilah Khazraj, karena
sesungguhnya dahulu di antara mereka sering terjadi peperangan, yaitu di masa
Jahiliah. Kedengkian dan permusuhan, pertentangan yang keras di antara mereka
menyebabkan meletusnya perang yang berkepanjangan di antara sesama mereka.
Ketika Islam datang dan masuk Islamlah sebagian orang di antara mereka, maka
jadilah mereka sebagai saudara yang saling mengasihi berkat keagungan Allah.
Mereka dipersatukan oleh agama Allah dan saling membantu dalam kebajikan dan ketakwaan.
Allah Swt. berfirman:
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ
بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا
فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَلكِنَّ اللَّهَ
أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
Dialah yang memperkuatmu dengan
pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang
berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka. (Al-Anfal: 62-63)
sebelum itu mereka berada di tepi jurang neraka
karena kekafiran mereka, lalu Allah menyelamatkan mereka darinya dengan memberi
mereka petunjuk kepada iman.
Sesungguhnya hal tersebut disebut-sebut oleh
Rasulullah Saw. pada hari beliau membagi-bagikan ganimah Hunain, lalu ada
sebagian orang yang merasa kurang puas karena ada sebagian yang lain mendapat
bagian yang lebih banyak daripada mereka. Nabi Saw. Sengaja melakukan demikian
karena berdasarkah apa yang dianjurkan oleh Allah Swt. kepadanya. Lalu Nabi
Saw. bersabda kepada mereka:
«يَا
مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضُلَّالًا فَهَدَاكُمُ اللَّهُ بِي،
وَكُنْتُمْ مُتَفَرِّقِينَ فَأَلَّفَكُمُ اللَّهُ بِي، وَعَالَةً فَأَغْنَاكُمُ
الله بي؟»
Hai orang-orang Ansar, bukankah aku menjumpai
kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberi petunjuk kepada kalian melalui
diriku; dan kalian dalam keadaan bercerai-berai, lalu Allah mempersatukan
kalian melalui diriku; dan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah memberi
kecukupan kepada kalian melalui aku?
Setiap kalimat yang diucapkan Nabi Saw. hanya
bisa mereka katakan dengan kalimat berikut sebagai pengakuan mereka, "Hanya
kepada Allah dan Rasul-Nya kami percaya."
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar dan lain-lainnya
menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami
oleh kabilah Aus dan kabilah Khazraj. Demikian itu terjadi ketika ada seorang
lelaki Yahudi lewat di hadapan sejumlah orang penting dari kalangan kabilah Aus
dan kabilah Khazraj, maka si Yahudi itu merasa tidak senang dengan kesatuan dan
kerukunan yang ada di antara mereka.
Lalu ia mengirimkan seorang lelaki kepercayaannya
dan memerintahkan kepadanya duduk bersama mereka dan mengingatkan mereka kepada
peristiwa-peristiwa masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka, yaitu
peperangan Bi'as dan peperangan-peperangan lainnya yang terjadi di antara
sesama mereka. Kemudian lelaki utusan si Yahudi itu melakukan apa yang
diperintahkan kepadanya; dengan tekunnya ia melakukan tugas tersebut secara
rutin, hingga suasana kaum menjadi panas kembali dan bangkitlah amarah sebagian
mereka terhadap sebagian yang lain. Lalu timbullah fanatisme mereka, dan
masing-masing pihak menyerukan semboyan-semboyannya, lalu mempersiapkan
senjatanya masing-masing dan mengadakan tantangan kepada lawannya di tempat
yang terbuka pada hari tertentu.
Ketika berita tersebut sampai kepada Nabi Saw.,
maka beliau mendatangi mereka, lalu beliau meredakan dan melerai mereka serta
bersabda:
«أَبِدَعْوَى
الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟»
Apakah kalian menyerukan seruan Jahiliah,
sedangkan aku ada di antara kalian?
Kemudian Rasulullah Saw. membacakan ayat ini
kepada mereka. Akhirnya mereka menyesali perbuatannya, lalu mereka berdamai,
saling berpelukan, dan semua senjata mereka lemparkan. Semoga Allah melimpahkan
rida-Nya kepada mereka.
Ikrimah menyebutkan bahwa peristiwa tersebut
menimpa mereka ketika mereka dalam keadaan emosi karena peristiwa berita bohong
(hadis’ul ifki).
Ali Imran, ayat 104-109
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ
الْبَيِّناتُ وَأُولئِكَ لَهُمْ عَذابٌ عَظِيمٌ (105) يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ
وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيمانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذابَ بِما كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (106) وَأَمَّا
الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَتِ اللَّهِ هُمْ فِيها خالِدُونَ
(107) تِلْكَ آياتُ اللَّهِ نَتْلُوها عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ
ظُلْماً لِلْعالَمِينَ (108)
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
(109)
Dan hendaklah ada
di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat siksa yang berat, pada hari yang di waktu itu ada
muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram.
Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan),
"Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman? Karena itu, rasakanlah azab
disebabkan kekafiran kalian itu." Adapun orang-orang yang menjadi putih
berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di
dalamnya. Itulah ayat-ayatAllah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan
benar, dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah
dikembalikan segala urusan.
Allah Swt. berfirman bahwasanya hendaklah ada dari
kalian sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu
dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang
mungkar; mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung.
Ad-Dahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat
yang terpilih, para mujahidin yang terpilih, dan para ulama.
قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الْبَاقِرُ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ} ثُمَّ قَالَ: "الْخَيْرُ اتِّبَاعِ القُرآنِ وَسُنَّتِي"
Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw. membacakan firman-Nya: Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan. (Ali Imran: 104) Kemudian beliau
bersabda: Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an dan
sunnahku.
Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah
ada segolongan orang dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban
urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap
individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim
dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَده،
فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ،
وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ". وَفِي رِوَايَةٍ: "وَلَيْسَ وَرَاءَ
ذَلِكَ مِنَ الإيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ"
Barang siapa di antara kalian melihat suatu
kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya; dan jika ia tidak
mampu, maka dengan lisannya; dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan
hatinya, yang demikian iiu adalah selemah-lemahnya iman. Di dalam riwayat
lain disebutkan: Dan tiadalah di belakang itu iman barang seberat biji sawi
pun.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ الْهَاشِمِيُّ،
أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرو بْنُ أَبِي عَمْرٍو،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَشْهَلِيِّ، عَنْ حُذَيْفَةَ
بْنِ الْيَمَانِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِه لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ولَتَنْهَوُنَّ
عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ
عِنْدِهِ، ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلا يَسْتَجِيبُ لَكُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far,
telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman
Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Demi
Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-benar
harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau
hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya,
kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa
kalian tidak diperkenankan.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya
melalui hadis Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan. Hadis-hadis mengenai masalah ini cukup banyak, demikian
pula ayat-ayat yang membahas mengenainya, seperti yang akan disebut nanti dalam
tafsirnya masing-masing.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ
تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ ما جاءَهُمُ الْبَيِّناتُ
Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang
yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. (Ali Imran: 105). hingga akhir ayat.
Melalui ayat ini Allah Swt. melarang umat ini menjadi
orang-orang seperti umat-umat terdahulu yang bercerai-berai dan berselisih di
antara sesama mereka, serta meninggalkan amar makruf dan nahi munkar, padahal
hujah telah jelas menentang mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ،
حَدَّثَنَا صَفْوان، حَدَّثَنِي أزْهَر بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْهَوْزَنِي عن أَبِي
عَامِرٍ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ لُحَيٍّ قَالَ: حَجَجْنَا مَعَ مُعَاوِيَةَ بْنِ
أَبِي سُفْيَانَ، فَلَمَّا قَدِمْنَا مَكَّةَ قَامَ حِينَ صَلَّى [صَلَاةَ]
الظُّهْرِ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "إنَّ أهْلَ الْكَتَابَيْنِ افْتَرَقُوا فِي دِينِهِمْ عَلَى ثنتيْنِ
وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وإنَّ هذِهِ الأمَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاثٍ وَسَبْعِينَ
مِلَّةً -يَعْنِي الْأَهْوَاءَ-كُلُّهَا فِي النَّار إِلَّا وَاحِدَةٌ، وَهِيَ
الْجَمَاعَةُ، وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ تُجَارى بِهِمْ تِلْكَ
الأهْواء، كَمَا يَتَجَارى الكَلبُ بصَاحِبِهِ، لَا يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلا
مَفْصِلٌ إِلَّا دَخَلَهُ. واللهِ -يَا مَعْشَر العَربِ-لَئِنْ لَمْ تَقُومُوا بِمَا
جَاءَ بِهِ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَغَيْرُكم مِن
النَّاسِ أحْرَى أَلَّا يَقُومَ بِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan
kepadaku Azhar ibnu Abdullah Al-Harawi, dari Abu Amir (yaitu Abdullah ibnu
Yahya) yang menceritakan, "Kami melakukan haji bersama Mu'awiyah ibnu Abu
Sufyan. Ketika kami tiba di Mekah, ia berdiri ketika hendak melakukan salat
Lohor, lalu berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: 'Sesungguhnya
orang-orang Ahli Kitab telah bercerai-berai dalam agama mereka menjadi tujuh
puluh dua golongan, dan sesungguhnya umat ini kelak akan berpecah-belah menjadi
tujuh puluh tiga keinginan (golongan), semuanya masuk neraka kecuali satu
golongan, yaitu Al-Jama'ah. Dan sesungguhnya kelak di dalam umatku terdapat
kaum-kaum yang selalu mengikuti kemauan hawa nafsunya sebagaimana seekor anjing
mengikuti pemiliknya. Tiada yang tersisa darinya, baik urat maupun persendian,
melainkan dimasukinya'." Selanjutnya Mu'awiyah mengatakan, "Demi
Allah, hai orang-orang Arab, seandainya kalian tidak menegakkan apa yang
didatangkan kepada kalian oleh Nabi kalian, maka orang-orang selain dari kalian
benar-benar lebih tidak menegakkannya lagi."
Demikian pula menurut riwayat Abu Daud dari Ahmad
ibnu Hambal dan Muhammad ibnu Yahya, keduanya dari Abul Mugirah —yang nama
aslinya ialah Abdul Quddus ibnul Hajjaj Asy-Syami— dengan lafaz yang sama.
Hadis ini diriwayatkan melalui berbagai jalur.
*******************
Firman Allah Swt.:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ
وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
pada hari yang di waktu itu ada muka yang
menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang menjadi hitam muram. (Ali
Imran: 106)
Yakni kelak di hari kiamat, di waktu putih
berseri wajah ahli sunnah wal jama'ah, dan tampak hitam muram wajah ahli bid'ah
dan perpecahan. Demikianlah menurut tafsir Ibnu Abbas r.a.
فَأَمَّا الَّذِينَ
اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمانِكُمْ
Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram
mukanya (kepada mereka dikatakan), "Mengapa kalian kafir sesudah kalian
beriman?" (Ali Imran: 106)
Menurut Al-Hasan Al-Basri, mereka adalah
orang-orang munafik.
فَذُوقُوا الْعَذابَ بِما
كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Karena itu, rasakanlah azab disebabkan
kekafiran kalian itu. (Ali Imran: 106)
gambaran ini bersifat umum menyangkut semua orang
kafir.
وَأَمَّا الَّذِينَ
ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَتِ اللَّهِ هُمْ فِيها خالِدُونَ
Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri
mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di
dalamnya. (Ali Imran: 107)
Maksudnya, mereka tinggal di dalam surga untuk
selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya.
Abu Isa At-Turmuzi dalam tafsir ayat ini
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan
kepada karni Waki', dari Ar-Rabi' ibnu Sabih dan Hammad ibnu Salamah, dari Abu
Galib yang menceritakan bahwa Abu Umamah melihat banyak kepala dipancangkan di
atas tangga masuk masjid Dimasyq. Maka Abu Umamah mengatakan,
"Anjing-anjing neraka adalah seburuk-buruk orang-orang yang terbunuh di
kolong langit ini; sebaik-baik orang-orang yang terbunuh adalah orang-orang
yang dibunuhnya." Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: pada hari
yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, dan ada pula muka yang
menjadi hitam muram. (Ali Imran: 106), hingga akhir ayat. Kemudian aku
bertanya kepada Abu Umamah, "Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah
Saw.?" Abu Umamah menjawab, "Seandainya aku bukan mendengarnya
melainkan hanya sekali atau dua kali atau tiga kali atau empat kali dan bahkan
sampai tujuh kali, niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kalian."
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan
ibnu Uyaynah, dari Abu Galib; dan Imam Ahmad mengetengahkannya di dalam kitab
musnadnya, dari Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abu Galib dengan lafaz yang
semisal.
Ibnu Murdawaih meriwayatkan dalam tafsir ayat ini
dari Abu Zar sebuah hadis yang panjang, tetapi isinya sangat aneh dan
mengherankan.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
تِلْكَ آياتُ اللَّهِ
نَتْلُوها عَلَيْكَ
Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat
itu kepada kamu. (Ali Imran: 108)
Yakni itulah ayat-ayat Allah dan hujah-hujah-Nya
serta keterangan-keterangan-Nya, Kami bacakan kepadamu, hai Muhammad.
بِالْحَقِّ
dengan sebenarnya. (Ali Imran: 108)
Yaitu Kami membuka perkara yang sesungguhnya di
dunia dan akhirat.
وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ
ظُلْماً لِلْعالَمِينَ
dan tiadalah Allah
berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. (Ali Imran:
108)
Artinya, Allah tidak akan berbuat aniaya terhadap
mereka, melainkan Dia adalah Hakim Yang Mahaadil yang tidak akan zalim; karena
Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, maka
untuk itu Dia tidak perlu berbuat aniaya terhadap seseorang dari makhluk-Nya.
Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَلِلَّهِ مَا فِي
السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di
langit dan di bumi. (Ali Imran: 109)
Yakni semuanya adalah milik Allah dan sebagai
hamba-hamba-Nya.
وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ
الْأُمُورُ
dan kepada Allah-lah dikembalikan segala
urusan. (Ali Imran: 109)
Maksudnya, Dialah Tuhan Yang Memutuskan lagi Yang
Mengatur di dunia dan akhirat.
Ali Imran, ayat 110-112
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتابِ لَكانَ
خَيْراً لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفاسِقُونَ (110) لَنْ
يَضُرُّوكُمْ إِلاَّ أَذىً وَإِنْ يُقاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبارَ ثُمَّ
لَا يُنْصَرُونَ (111) ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ
بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَباؤُ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كانُوا يَكْفُرُونَ
بِآياتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِياءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذلِكَ بِما عَصَوْا
وَكانُوا يَعْتَدُونَ (112)
Kalian adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka
sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari
gangguan-gangguan celaan saja; dan jika mereka berperang dengan kalian,
pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka
tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian
itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
Allah memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad
Saw. bahwa mereka adalah sebaik-baik umat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ}
Kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Yusuf, dari Sufyan ibnu Maisarah, dari Abu Hazim,
dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110) Abu Hurairah r.a.
mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia,
kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan
rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid,
Atiyyah Al-Aufi, Ikrimah, Ata, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Kalian adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110), Yakni umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia.
Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat
dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia. Karena itu, dalam firman
selanjutnya disebutkan:
{تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ
الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ سِماك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَيرة عن
زوج [ذُرّةَ] بِنْتِ أَبِي لَهَب، [عَنْ دُرَّةَ بِنْتِ أَبِي لَهَبٍ] قَالَتْ:
قَامَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ فَقَالَ:
"خَيْرُ النَّاسِ أقْرَؤهُمْ وَأَتْقَاهُمْ للهِ، وآمَرُهُمْ بِالمعروفِ،
وأنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari
Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah, dari Durrah binti Abu Lahab yang
menceritakan: Seorang lelaki berdiri menunjukkan dirinya kepada Nabi Saw. yang
saat itu berada di atas mimbar, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai
Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?" Nabi Saw. menjawab, "Manusia
yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur'an dan paling bertakwa di
antara mereka kepada Allah, serta paling gencar dalam melakukan amar makruf dan
nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara mereka dalam
bersilaturahmi."
Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya, Imam Nasai
di dalam kitab sunannya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah
meriwayatkan melalui hadis Sammak, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia. (ali Imran: 110) Bahwa mereka adalah orang-orang
yang berhijrah bersama Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa ayat ini
mengandung makna umum mencakup semua umat ini dalam setiap generasinya, dan
sebaik-baik generasi mereka ialah orang-orang yang Rasulullah Saw. diutus di
kalangan mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang
sesudah mereka.
Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di
dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ
أُمَّةً وَسَطاً
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan
kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)
Yang dimaksud dengan wasatan ialah yang
terpilih.
لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى
النَّاسِ
agar kalian menjadi saksi atas
(perbuatan)manusia. (Al-Baqarah: 143), hingga akhir ayat
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, kitab Jami'
Imam TurmuzL kitab Sunan Ibnu Majah, dan kitab Mustadrak Imam Hakim disebutkan
melalui riwayat Hakim ibnu Mu'awiyah ibnu Haidah dari ayahnya yang telah
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«أَنْتُمْ
تُوفُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً، أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَنْتُمْ أَكْرَمُ عَلَى
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
Kalian adalah umat yang ketujuh puluh,
kalianlah yang paling baik dan paling mulia menurut Allah Swt.
Hadis ini cukup terkenal (masyhur), Imam Turmuzi
menilainya berpredikat hasan. Telah diriwayatkan hadis yang semisal melalui
Mu'az ibnu Jabal dan Abu Sa'id.
Sesungguhnya umat ini menduduki peringkat teratas
dalam semua kebajikan tiada lain berkat Nabi mereka, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Karena sesungguhnya beliau adalah makhluk Allah yang paling mulia dan rasul
yang paling dimuliakan di sisi Allah. Allah telah mengutusnya dengan membawa
syariat yang sempurna lagi agung yang belum pernah diberikan kepada seorang
nabi dan seorang rasul pun sebelumnya.
Melakukan suatu amal perbuatan sesuai dengan
tuntunannya dan jalan yang telah dirintisnya sama kedudukannya dengan banyak
amal kebaikan yang dilakukan oleh selain mereka dari kalangan umat terdahulu.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ زُهَير، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَلِيٍّ، وَهُوَ ابْنُ الْحَنَفِيَّةِ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي
طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ مَا لَمْ يُعْطَ أَحَدٌ مِنْ
الأنْبِيَاءِ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هُوَ؟ قَالَ: "
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ الأرْضِ، وَسُمِّيتُ أَحْمَدَ،
وَجُعِلَ التُّرَابُ لِي طَهُورًا، وَجُعِلَتْ أُمَّتِي خَيْرَ الأمَمِ".
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Zuhair, dari Abdullah (yakni Ibnu Muhammad
ibnu Aqil), dari Muhammad ibnu Ali (yaitu Ibnul Hanafiyyah), bahwa ia pernah
mendengar sahabat Ali ibnu Abu Talib r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Aku dianugerahi pemberian yang belum
pernah diberikan kepada seorang nabi pun." Maka kami bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah anugerah itu?" Nabi Saw. menjawab, "Aku
diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh), dan aku
diberi semua kunci perbendaharaan bumi, dan aku diberi nama Ahmad, dan debu
dijadikan bagiku suci (lagi menyucikan), dan umatku dijadikan sebagai umat yang
terbaik."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
segi ini, sanadnya berpredikat hasan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَلَاءِ الْحَسَنُ
بْنُ سَوَّار، حَدَّثَنَا لَيْث، عن معاوية عن بن أَبِي حُلَيْس يَزِيدَ بْنِ
مَيْسَرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ أُمَّ الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ:
سَمِعْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا سَمِعْتُهُ يُكَنِّيهِ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا،
يَقُولُ إنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَا عِيسَى، إنِّي بَاعِثٌ بَعْدَكَ
أُمَّةً، إنْ أَصَابَهُمْ مَا يُحِبُّونَ حَمِدُوا وشَكَرُوا، وإنْ أصَابَهُمْ مَا
يَكْرَهُونَ احْتَسَبُوا وَصَبَرُوا، وَلا حِلْمَ وَلا عِلْمَ". قَالَ: يَا
رَبِّ، كَيْفَ هَذَا لهُمْ، وَلا حِلْمَ وَلا عِلْمَ؟. قَالَ: "أُعْطِيهِمْ
مِن حِلْمِي وعلمي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abul Ala Al-Hasan ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Lais, dari
Mu'awiyah ibnu Abu Hubaisy, dari Yazid ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar sahabat Abu Darda r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa ia
pernah mendengar Abul Qasim Saw. bersabda —menurut Yazid ibnu Maisarah
disebutkan bahwa ia belum pernah mendengar Abu Darda menyebutkan nama Kunyah
Nabi Saw., baik sebelum ataupun sesudahnya—: Sesungguhnya Allah Swt. telah
berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu umat
yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-(Ku) dan
bersyukur (kepada-Ku). Dan jika mereka tertimpa apa yang tidak mereka sukai,
maka mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala Allah) dan bersabar, padahal tidak
ada kesabaran dan tidak ada ilmu." Isa bertanya, "Wahai Tuhanku,
bagaimana mereka dapat berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa
ilmu?" Allah Swt. berfirman, "Aku beri mereka sebagian dari sifat
sabar dan ilmu-Ku."
Banyak hadis yang berkaitan dengan pembahasan
ayat ini, bila diketengahkan sangat sesuai.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ،
حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ الأخْنَس، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ
أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُعْطِيتُ سَبْعِينَ أَلْفًا
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وُجُوهُهُمْ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْر، قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، فَاسْتَزَدْتُ رَبِّي، عَزَّ
وجَلَّ، فَزَادَنِي مَعَ كُل وَاحِدٍ سَبْعِينَ أَلْفًا". فَقَالَ أَبُو
بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَرَأَيْتُ أَنَّ ذَلِكَ آتٍ عَلَى أَهْلِ
الْقُرَى، ومصيبٌ مِنْ حَافَاتِ الْبَوَادِي
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah
menceritakan kepada kami Bukair ibnul Akhnas, dari seorang lelaki, dari Abu
Bakar As-Siddiq r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku
diberi izin untuk memasukkan tujuh puluh ribu orang ke dalam surga tanpa hisab,
wajah mereka seperti bulan di malam purnama, hati mereka sama seperti hatinya
seorang lelaki. Lalu aku meminta tambah kepada Tuhanku, maka Tuhanku memberikan
tambahan kepadaku tiap-tiap orang (dari mereka dapat memasukkan) tujuh puluh
ribu orang lagi. Maka Abu Bakar r.a. berkata, "Maka aku berpendapat
bahwa hal tersebut sama bilangannya dengan penduduk semua kampung dan semua
penduduk daerah pedalaman."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ
السَّهْمِيُّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ، عَنِ الْقَاسِمِ بنِ مِهْرَانَ،
عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم
قَالَ: "إنَّ رَبِّي أعْطَانِي سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ،
بِغَيْرِ حِسَابٍ". فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَهَلَّا
اسْتَزَدْتَهُ؟ فَقَالَ: "اسْتَزَدْتُهُ فَأَعْطَانِي مَعَ كُلِّ رَجُلٍ
سَبْعِينَ أَلْفًا ". قَالَ عُمَرُ: فَهَلَّا اسْتَزَدْتَهُ؟ قَالَ:
"قَدِ اسْتَزَدْتُهُ فأعْطَانِي هكَذَا". وَفَرَّجَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
بَكْرٍ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَبَسَطَ بَاعَيْهِ، وَحَثَا
عَبْدُ اللَّهِ، قَالَ هِشَامٌ: وَهَذَا مِنَ اللَّهِ لَا يُدْرَى مَا عَدَدُهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Bakr As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu
Hassan, dari Al-Qasim ibnu Mihran, dari Musa ibnu Ubaid, dari Maimun ibnu
Mihran, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku tujuh puluh ribu orang yang
dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab." Maka Umar berkata, "Wahai
Rasulullah, mengapa engkau tidak meminta tambahan kepada-Nya?" Nabi Saw.
menjawab, "Aku telah meminta tambahan kepada-Nya, lalu Dia memberiku
untuk setiap seribu orang lelaki (dari mereka) disertai dengan tujuh puluh ribu
orang lagi." Umar berkata.”Mengapa engkau tidak meminta tambah lagi
kepada-Nya?" Nabi Saw. menjawab, "Aku meminta tambah lagi
kepada-Nya, maka Dia memberiku untuk setiap orang disertai dengan tujuh puluh
ribu orang lainnya." Umar berkata, "Mengapa engkau tidak meminta
tambah lagi?" Nabi menjawab, "Aku telah meminta tambah lagi, dan
Dia memberiku sekian." Abdur Rahman ibnu Abu Bakar mengatakan demikian
seraya membukakan di antara kedua tangannya. Sedangkan Abdullah ibnu Bakr
As-Sahmi mengatakan demikian seraya merentangkan kedua tangannya, juga menciduk
pasir. Adapun Hasyim menyebutkan, "Ini adalah dari Allah, bilangannya
tidak diketahui banyaknya."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو اليَمان، حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيّاش، عَنْ ضَمْضم بْنِ زُرْعة قَالَ: قَالَ شُرَيح بْنُ
عُبَيْدٍ: مَرِضَ ثَوْبَان بحِمْص، وَعَلَيْهَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ قُرْط
الأزْدِي، فَلَمْ يَعُدْه، فَدَخَلَ عَلَى ثَوْبَانَ رَجُلٌ مِنَ الكَلاعيين
عَائِدًا، فَقَالَ لَهُ ثَوْبَانُ: [أَتَكْتُبُ؟ قَالَ: نَعَمْ: فَقَالَ: اكْتُبْ،
فَكَتَبَ لِلْأَمِيرِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ، "مِنْ ثَوْبَانَ] مَوْلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّهُ
لَوْ كَانَ لِمُوسَى وَعِيسَى، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، بِحَضْرَتِكَ خَادم
لَعُدْتَهُ" ثُمَّ طَوَى الْكِتَابَ وَقَالَ لَهُ: أَتُبْلِغُهُ إِيَّاهُ؟
فَقَالَ: نَعَمْ. فانطلقَ الرجلُ بِكِتَابِهِ فَدَفَعَهُ إِلَى ابْنِ قُرْطٍ،
فَلَمَّا رَآهُ قَامَ فَزِعا، فَقَالَ النَّاسُ: مَا شَأْنُهُ؟ أَحَدَثَ أَمْرٌ؟
فَأَتَى ثَوْبَانَ حَتَّى دَخَلَ عَلَيْهِ فَعَادَهُ، وَجَلَسَ عِنْدَهُ سَاعَةً
ثُمَّ قَامَ، فَأَخَذَ ثَوْبَانُ بِرِدَائِهِ وَقَالَ: اجْلِسْ حَتَّى أُحَدِّثَكَ
حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُهُ
يَقُولُ: "لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا، لَا
حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلا عَذَابَ، مَعَ كُلِّ ألفٍ سَبْعُونَ ألْفًا".
Imam -Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Dam-dam
ibnu Zur'ah yang mengatakan bahwa Syuraih ibnu Ubaidah telah menceritakan bahwa
Sauban mengalami sakit di Himsa, sedangkan di kota Himsa terdapat pula Abdullah
ibnu Qart Al-Azdi, tetapi ia tidak menjenguknya. Lalu masuk menemui Sauban seorang
lelaki dari Kala'iyyin dengan maksud menjenguknya. Maka Sauban berkata
kepadanya, "Apakah engkau dapat menulis?" Lelaki itu menjawab,
"Ya." Sauban berkata, "Tulislah!" Lalu Sauban
mengimlakan suratnya yang ditujukan kepada Amir Abdullah ibnu Qart yang isinya
sebagai berikut: "Dari Sauban, pelayan Rasulullah Saw. Amma Ba'du:
Sesungguhnya seandainya Musa dan Isa a.s. mempunyai seorang pelayan yang sedang
sakit di dekatmu, kamu harus menjenguknya." Lalu ia menghentikan imlanya
dan melipat suratnya, kemudian berkata kepada lelaki tersebut, "Maukah
engkau mengantarkan surat ini kepadanya?" Lelaki itu menjawab,
"Ya." Lalu lelaki itu berangkat dengan membawa surat Sauban dan
menyerahkannya kepada Ibnu Qirt. Ketika Abdullah ibnu Qirt membacanya, lalu ia
berdiri dengan kaget, dan orang-orang merasa heran dengan sikapnya itu, apakah
terjadi sesuatu pada dirinya? Abdullah ibnu Qirt datang menjenguk Sauban, lalu
masuk menemuinya dan duduk di dekatnya selama sesaat, lalu berdiri hendak
pergi. Tetapi Sauban memegang kain selendangnya dan berkata, "Duduklah,
aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang pernah kudengar dari
Rasulullah Saw. Aku pernah mendengar beliau Saw. bersabda: 'Sesungguhnya
akan masuk ke dalam surga dari kalangan umatku tujuh puluh ribu orang tanpa
hisab dan tanpa azab, setiap seribu orang dari mereka disertai dengan tujuh
puluh ribu orang lagi'."
Hadis ini hanya diriwayatkan dari jalur ini oleh
Imam Ahmad sendiri, sanad semua perawinya siqah dari kalangan ulama kota Himsa
di negeri Syam. Hadis ini berpredikat sahih.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ
زبْريق الحِمْصي، حدثنا محمد بن إِسْمَاعِيلَ -يَعْنِي ابْنَ عَيَّاش-حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ ضَمْضَم
بْنِ زُرْعة، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَحَبيّ، عَنْ
ثَوْبَانَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ:
"إنَّ رَبِّي، عَزَّ وجَلَّ، وَعَدَنِي مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا لَا
يُحَاسَبُونَ، مَعَ كُلِّ ألْفٍ سَبْعُونَ ألْفًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnu Ishaq ibnu Zuraiq Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ismail (yakni Ibnu Iyasy), telah menceritakan kepadaku ayahku,
dari Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Asma Ar-Rahbi, dari
Sauban r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah menjanjikan kepadaku tujuh puluh ribu
orang dari sebagian umatku tidak akan dihisab, setiap seribu orang disertai
dengan tujuh puluh ribu orang lainnya.
Barangkali sanad inilah yang dipelihara, yaitu
dengan tambahan Abu Asma Ar-Rahbi antara Syuraih dan Sauban.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
أَخْبَرَنَا مَعْمر، عن قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَين،
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: أَكْثَرْنَا الْحَدِيثَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذات لَيْلَةٍ، ثُمَّ غَدَوْنا إِلَيْهِ
فَقَالَ: "عُرِضَتْ عَلَيَّ الأنْبِيَاءُ اللَّيْلَةَ بِأُمَمِهَا، فَجَعَلَ
النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الثَّلاثَةُ، وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ الْعِصَابَةُ،
وَالنَّبِيُّ وَمَعَهُ النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، حَتَّى
مَرَّ عَلَيَّ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، ومَعَهُ كَبْكَبَةٌ مِنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ، فَأَعْجَبُونِي، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلاءِ؟ فَقِيلَ لِي: هَذَا
أَخُوكَ مُوسَى، مَعَهُ بَنُو إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قُلْتُ: فَأَيْنَ
أُمَّتِي؟ فَقِيلَ: انْظُرْ عَنْ يَمِينِكَ. فَنَظَرْتُ فَإِذَا الظِّرَابُ قَدْ
سُدَّ بِوُجُوهِ الرِّجَالِ ثُمَّ قِيلَ لِي انْظُرْ عَنْ يَسَارِكَ فَنَظَرْتُ
فَإِذَا الأفُقُ قَدْ سُدَّ بِوُجُوهِ الرِّجَالِ فَقِيلَ لِي: قَدْ رَضِيتَ؟
فَقُلْتُ "رَضِيتُ يَا رَبِّ، [رَضِيتُ يَا رَبِّ] " قَالَ:
"فَقِيلَ لِي: إِنَّ مَعَ هَؤُلاءِ سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
بِغَيْرِ حِسَابٍ". فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"فِدَاكُمْ أَبِي وَأُمِّي إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَكُونُوا مِنْ
السَّبْعِينَ أَلْفًا فَافْعَلُوا فَإِنْ قَصَّرْتُمْ فَكُونُوا مِنْ أَهْلِ
الظِّرَابِ فَإِنْ قَصَّرْتُمْ فَكُونُوا مِنْ أَهْلِ الأفُقِ، فَإِنِّي قَدْ
رَأَيْتُ ثَمَّ أُناسًا يَتَهَاوَشُونَ". فَقَامَ عُكاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ
فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. أَيْ مِنَ
السَّبْعِينَ، فَدَعَا لَهُ. فَقَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ: "قَدْ سَبَقَكَ بِهَا
عُكاشَة". قَالَ: ثُمَّ تَحَدَّثْنَا فَقُلْنَا: لمَنْ تُرَوْنَ
هَؤُلَاءِ السَّبْعِينَ الْأَلْفَ؟ قَوْمٌ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ لَمْ
يُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا حَتَّى مَاتُوا. فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "هُمْ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلا
يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari
Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa
kami banyak menerima hadis dari Rasulullah Saw. di suatu malam, kemudian pada
pagi harinya kami datang, lalu beliau Saw. bersabda: Semalam ditampilkan
kepadaku para nabi, masing-masing bersama umatnya. Maka ada seorang nabi yang
lewat hanya dengan ditemani oleh tiga orang, seorang nabi lagi ditemani oleh
segolongan orang, seorang nabi lainnya dengan ditemani oleh beberapa orang
saja, dan ada pula seorang nabi yang tidak ditemani oleh seorang pun; hingga
lewat di hadapanku Musa a.s. dengan ditemani oleh banyak orang dari kaum Bani
Israil yang jumlahnya membuat aku kagum. Lalu aku bertanya, "Siapakah
mereka itu?" Maka dikatakan (kepadaku), "Ini adalah saudaramu Musa
dengan ditemani oleh kaum Bani Israil." Aku bertanya, "Lalu manakah
umatku?" Dikatakan (kepadaku), "Lihatlah ke sebelah kananmu"
Maka aku memandang (ke arah kanan) dan ternyata aku melihat manusia yang
bergelombang-gelombang hingga pemandanganku tertutup oleh wajah mereka. Ketika
dikatakan kepadaku, "Apakah engkau puas?" Aku menjawab, "Wahai
Tuhanku, aku rela." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, "Lalu dikatakan
kepadaku, 'Sesungguhnya bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang
masuk surga tanpa hisab'." Kemudian Nabi Saw. bersabda: Tebusan
kalian adalah ayah dan ibuku; jika kalian mampu, lakukanlah agar menjadi
orang-orang yang termasuk ke dalam tujuh puluh ribu orang itu. Jika kalian
tidak mampu, maka jadilah kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
bergelombang itu. Dan jika kalian masih tidak mampu juga, maka jadilah kalian
termasuk orang-orang yang ada di ufuk (cakrawala) itu, karena sesungguhnya aku
telah melihat di sana ada orang-orang yang berdesak-desakan. Maka
berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah
kepada Allah agar Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka," yakni
salah seorang di antara tujuh puluh ribu orang itu. Maka Nabi Saw. mendoa
untuknya. Lalu berdiri pula lelaki lainnya dan memohon, "Wahai Rasulullah,
doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk salah seorang dari
mereka." Nabi Saw. menjawab, "Engkau telah kedahuluan oleh
Ukasyah." Kemudian kami (para sahabat) berbincang-bincang dan
mengatakan, "Menurut kalian, siapakah mereka yang tujuh puluh ribu orang
itu?" Sebagian dari kami menjawab, "Mereka adalah kaum yang
dilahirkan dalam Islam dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun
hingga meninggal dunia." Ketika hal tersebut sampai kepada Nabi Saw., maka
beliau Saw. menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan
ruqyah (pengobatan memakai bacaan), dan tidak pula memakai setrika (pengobatan
dengan setrika), serta tidak pula mereka ber-tatayyur dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakal.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dengan sanad dan konteks ini. ia meriwayatkannya melalui Abdus
Samad, dari Hisyam, dari Qatadah berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Tetapi dalam riwayat ini ditambahkan sesudah sabdanya,
"رَضِيتُ يَا رَبِّ رَضِيتُ يَا رَبِّ" قَالَ رَضِيتَ؟
قُلْتُ: "نَعَمْ". قَالَ: انْظُرْ عَنْ يَسَارِكَ قَالَ:
"فَنَظَرْتُ فَإِذَا الأفُقُ قَدْ سُدَّ بِوُجُوهِ الرِّجَالِ ".
فَقَالَ: رَضِيتَ؟ قُلْتُ: "رَضِيتُ".
"Aku rela, wahai Tuhanku; aku rela, wahai
Tuhanku," yaitu: "Allah berfirman, 'Apakah engkau telah rela?' Aku
menjawab, 'Ya.' Allah berfirman, 'Lihatlah ke arah kirimu!' Ketika aku melihat
ke arah kiri, tiba-tiba cakrawala tertutup oleh wajah kaum lelaki. Allah
berfirman, 'Apakah engkau telah puas?' Aku menjawab, 'Aku rela'."
Dari segi (jalur) ini sanad hadis berpredikat
sahih. Imam Ahmad sendirilah yang mengetengahkannya, sedangkan mereka (selain
dia) tidak mengetengahkannya.
Hadis yang
lain.
قَالَ أَحْمَدُ بْنُ
مَنِيع: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا حَمّاد،
عَنْ عاصم، عن زِرٍّ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عُرِضَتْ عَلَيَّ الأمَمُ بِالْمَوْسِمِ فَرَاثَتْ
عَلَيَّ أُمَّتِي، ثُمَّ رَأَيْتُهُمْ فَأَعْجَبَتْنِي كَثْرَتُهُمْ
وَهَيْئاتُهُمْ، قَدْ مَلَؤوا السَّهْلَ وَالْجَبَلَ"، فَقَالَ: أَرَضِيتَ
يَا مُحَمَّدُ؟ فَقُلْتُ: "نَعَمْ". قَالَ: فَإِنَّ مَعَ هَؤُلاءِ
سَبْعِينَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَهُمْ الَّذِينَ لَا
يَسْتَرْقُونَ وَلا يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ".
فَقَامَ عُكاشَةُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّه، ادعُ اللَّه أَنْ يَجْعَلَنِي
مِنْهُمْ فَقَالَ:"أنْتَ مِنْهُمْ" فَقَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ:
[ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ] سَبَقَكَ بِهَا
عُكاشَةُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Mani', telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abdul
Aziz, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Asim, dari Zurr, dari Ibnu
Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: "Ditampakkan
kepadaku semua umat di tempat musim (haji), maka diperlihatkan kepadaku umatku,
lalu aku melihat mereka dan ternyata jumlah mereka yang banyak dan penampilan
mereka membuatku kagum; mereka memenuhi seluruh lembah dan perbukitan. Lalu
Allah berfirman, 'Apakah engkau rela, hai Muhammad?' Aku menjawab, 'Ya.' Allah
berfirman, 'Sesungguhnya bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang
masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan
ruqyah, tidak pernah ber-tatayyur, dan hanya kepada Tuhan sajalah mereka
bertawakal'." Lalu berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan dan berkata,
"Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku
termasuk dari mereka." Nabi Saw. menjawab, "Engkau salah seorang
dari mereka." Lalu ada lelaki lainnya berkata, "Doakanlah kepada
Allah semoga Dia menjadikan aku termasuk di antara mereka (yang masuk surga
tanpa hisab itu)." Nabi Saw. menjawab, "Permintaanmu itu telah
kedahuluan oleh Ukasyah."
Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi meriwayatkannya, dan
ia mengatakan, "Hadis ini menurutku dengan syarat Muslim."
Hadis lain.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ
الجُذُوعيّ الْقَاضِي، حَدَّثَنَا عُقْبة بْنُ مكْرم. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
أَبِي عَدِيّ عَنْ هِشَامِ بنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرين، عَنْ عِمْران
بْنِ حُصَين قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"يَدْخُل الجَنَّة مِنْ أمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَاب وَلا
عَذَابٍ". قِيلَ: مَنْ هُمْ؟ قَالَ: "هُمْ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ
وَلا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Muhammad Al-Jazu'i Al-Qadi, telah menceritakan kepada
kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi,
dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Imran ibnu Husain yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sebagian dari umatku kelak
masuk surga sebanyak tujuh puluh ribu orang, tanpa hisab dan tanpa azab. Ketika
ditanyakan kepada beliau Saw., "Siapakah mereka itu?" Maka Nabi Saw.
menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah,
tidak pernah berobat memakai setrika, dan tidak pernah ber-tatayyur, hanya
kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur Hisyam
ibnu Hassan, tetapi dalam hadis Imam Muslim disebutkan perihal Ukasyah.
Hadis lain ditetapkan di dalam kitab Sahihain:
مِنْ رِوَايَةِ الزُّهْرِي، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّب، أَنَّ
أَبَا هُرَيْرَةَ حَدَّثَهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي زُمْرَةٌ
وَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا، تُضِيء وُجُوهُهُمْ إضَاءة الْقَمَرِ لَيْلَةَ
الْبَدْرِ". فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَقَامَ عُكَاشة بْنُ مِحْصَن
الْأَسَدِيُّ يَرْفَعُ،نَمِرَةً عَلَيْهِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ
أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ
الْأَنْصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي
مِنْهُمْ فَقَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا عكاشَةُ"
melalui riwayat Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul
Musayyab, bahwa sahabat Abu Hurairah r.a. pernah menceritakan hadis berikut
kepadanya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Segolongan
dari umatku kelak masuk surga yang jumlahnya adalah tujuh puluh ribu orang,
wajah mereka bersinar seperti bulan di malam purnama. Abu Hurairah
melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Ukasyah ibnu Mihsan Al-Asadi berdiri seraya
mengangkat baju namirahnya, kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah
kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku salah seorang dari mereka."
Rasulullah Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk di antara mereka. Kemudian
berdiri pula lelaki lain dari kalangan Ansar dan mengatakan hal yang sama,
tetapi Nabi Saw. bersabda: Ukasyah telah mendahuluimu memperoleh doa itu.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْد؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"لَيدخُلَنَّ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا -أوْ سَبْعُمِائة ألفٍ-آخِذٌ
بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ أوَّلُهُمْ وآخِرُهُمُ الْجَنَّةَ،
وَوجُوهُهُم عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَة الْبَدْرِ".
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, dari Abu Hazim,
dari As-Sahl ibnu Sa'd, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sebagian dari
umatku yang jumlahnya ada tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang,
sebagian dari mereka menolong sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan
orang yang terakhir dari mereka masuk ke dalam surga semuanya. Wajah mereka
seperti rembulan di malam purnama.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan
bersama-sama hadis ini melalui Qutaibah, dari Abdul Aziz ibnu Abu Hazim, dari
ayahnya, dari Sahl dengan lafaz yang sama.
Hadis lain.
قَالَ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ
بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا هُشَيْم، أَخْبَرَنَا حُصَيْن بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَير فَقَالَ: أيُّكم رَأَى الْكَوْكَبَ
الَّذِي انقضَّ البارحةَ؟ قلتُ: أَنَا. ثُمَّ قُلتُ: أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي
صَلَاةٍ، وَلَكِنِّي لُدغْتُ: قَالَ: فَمَا صنعتَ؟ قلتُ: استرقَيْتُ. قَالَ: فَمَا
حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟ قلتُ: حَدِيثٌ حدَّثَنَاه الشَّعْبِيُّ. قَالَ: وَمَا
حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِيُّ؟ قُلْتُ: حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَة بْنِ الحُصَيب
الْأَسْلَمِيِّ أَنَّهُ قَالَ: لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمّة.
فَقَالَ: قَدْ أَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى إِلَى مَا سَمِعَ، وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابنُ
عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عُرضَتْ
عَلَيَّ الأمَمُ، فَرَأيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ والنَّبِيَّ ومَعَهُ
الرَّجُلُ والرَّجُلانِ والنَّبِيَّ وَلَيْسَ مَعَهُ أحَدٌ، إذْ رُفِعَ لِي
سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَظَنَنْتُ أنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هَذَا مُوسَى
وقوْمُهُ، وَلَكِنِ انْظُرْ إلَى الأفقِ. فَنَظَرتُ، فَإذا سَوَادٌ عَظِيمٌ،
فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إلَى الأفُقِ الآخَرِ، فَإذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي:
هَذِهِ أُمَّتُكَ ومعَهُم سَبْعُونَ ألْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
حِسَابٍ، وَلا عَذَابٍ". ثُمَّ نهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ، فَخَاضَ النَّاسُ
فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ،
فَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبوا رسول الله صلى الله عليه
وسلم. وقال بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ فَلَمْ
يُشْرِكوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ، فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقال: "مَا الَّذِي تَخُوضُونَ
فِيهِ؟ " فَأَخْبَرُوهُ، فَقَالَ: "هُمُ الَّذِينَ لَا يَرْقُونَ وَلا
يَسْتَرقُونَ وَلا يَتَطيرونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ". فَقَامَ
عُكَّاشَةُ بْنُ مِحصن فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ قَالَ:
"أنْتَ مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ
أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. قَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا عُكَاشَةُ".
Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam
kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Said ibnu Mansur, telah
menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu
Abdur Rahman yang mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah Sa'id ibnu Jubair,
maka Sa'id ibnu Jubair berkata, "Siapakah dari kalian yang melihat bintang
jatuh tadi malam?" Aku (Husain ibnu Abdur Rahman) menjawab,
"Aku." Kemudian aku berkata, "Adapun aku tidak berada dalam
salatku karena aku tersengat (oleh binatang berbisa)." Sa'id ibnu Jubair
bertanya, "Lalu apa yang kamu lakukan?" Aku menjawab, "Aku
melakukan ruqyah." Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Apakah hal yang
mendorongmu melakukan hal tersebut?" Aku menjawab, "Sebuah hadis yang
diceritakan kepada kami oleh Asy-Sya'bi." Sa'id ibnu Jubair bertanya,
"Apakah yang diceritakan Asy-Sya'bi kepada kalian?" Aku menjawab
bahwa Asy-Sya'bi pernah menceritakan kepada kami dari Buraidah ibnul Hasib
Al-Aslami bahwa ia pernah mengatakan, "Tidak ada ruqyah kecuali karena
penyakit 'ain atau demam!' Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa sesungguhnya
memang baik seseorang yang berpegang kepada apa yang didengar oleh Asy-Sya'bi,
tetapi Ibnu Abbas pernah menceritakan kepada kami dari Nabi Saw. bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda: Ditampilkan kepadaku seluruh umat, maka aku melihat
ada seorang nabi yang hanya ditemani segolongan kecil manusia, dan nabi lain
yang hanya ditemani oleh seorang dan dua orang lelaki, serta seorang nabi yang
lainnya lagi tanpa ditemani oleh seorang pun. Kemudian ditampilkan kepadaku
sejumlah besar manusia, maka aku menduga bahwa mereka adalah umatku. Lalu
dikatakan kepadaku, "Ini adalah Musa dan kaumnya, tetapi lihallah ke arah
cakrawala itu!" Maka aku memandang ke arah itu, dan tiba-tiba aku melihat
golongan yang amat besar, lalu dikatakan kepadaku, "Lihallah ke arah
cakrawala yang lain!" Tiba-tiba aku melihat segolongan yang amat besar
lagi. Kemudian dikatakan kepadaku, "Ini adalah umatmu, bersama mereka
terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab."
Kemudian Rasulullah Saw. bangkit dari majelisnya dan masuk ke dalam rumahnya,
maka orang-orang ramai membicarakan perihal mereka yang masuk surga tanpa hisab
dan tanpa azab itu. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa barangkali mereka itu
adalah orang-orang yang menjadi sahabat Rasul Saw., sedangkan sebagian yang
lain mengatakan barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam
Islam dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. Mereka membicarakan
pula hal-hal lainnya. Lalu Rasulullah Saw. keluar menemui mereka dan bersabda,
"Apakah yang sedang kalian bicarakan?" Mereka memberitahukan kepadanya
apa yang sedang mereka bicarakan, lalu Rasulullah Saw. menjawab: "Mereka
adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah dan tidak pernah meminta
ruqyah, tidak pernah berobat dengan setrika dan tidak pernah ber-tatayyur,
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal." Maka berdirilah Ukasyah ibnu
Mihsan, lalu berkala, "Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku
termasuk di antara mereka." Nabi Saw. menjawab, "Engkau termasuk
di antara mereka." Kemudian berdiri pula lelaki lain dan mengatakan, "Doakanlah
kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk mereka." Nabi Saw.
bersabda, "Engkau telah kedahuluan oleh Ukasyah dalam memperoleh doa
itu."
Imam Bukhari mengetengahkannya melalui Usaid ibnu
Zaid, dari Hasyim, tetapi tidak disebutkan, "Tidak pernah melakukan
ruqyah."
Hadis lain.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ. حَدَّثَنَا ابْنُ
جُرَيج، أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْر، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم، فَذَكَرَ
حَدِيثًا، وَفِيهِ: "فَتَنْجُو أَوَّلُ زُمْرَةٍ وُجُوهُهُمْ كَالْقَمَرِ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ سَبْعُونَ أَلْفًا، لَا يُحَاسَبُونَ ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، كأَضْوَإِ نَجْمٍ فِي السَّمَاءِ ثُمَّ كَذَلِكَ". وَذَكَرَ
بَقِيَّتَهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jarir, telah
menceritakan kepadaku Abuz Zubair; ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah
mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Rasulullah Saw. sebuah hadis yang
antara lain disebutkan: Maka selamatlah golongan pertama yang wajah mereka
adalah seperti rembulan di malam purnama dan mereka tidak dihisab. Kemudian
orang-orang yang mengiringi mereka yang cahayanya sama dengan bintang-bintang
di langit. Kemudian disebutkan hingga akhir hadis.
Imam Muslim meriwayatkannya dari hadis Rauh,
hanya di dalam hadisnya tidak disebutkan Nabi Saw.
Hadis lain.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي عَاصِمٍ فِي كِتَابِ
السُّنَنِ لَهُ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
بْنُ عيَّاش، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "وَعَدنِي رَبِّي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ
أَلْفًا، مَعَ كُلِّ ألْفٍ سَبْعُونَ ألْفًا، لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلا
عَذَابَ. وَثَلاثُ حَثياتٍ مِنْ حَثَيات ربِّي عزَّ وجَلَّ".
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Abu Asim di dalam kitab
sunannya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu
Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu
Ziyad; ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan
memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang dari umatku, setiap
seribu orang dari mereka disertai oleh tujuh puluh ribu orang lagi, tiada hisab
dan tiada (pula) azab atas mereka, dan (dimasukkan pula ke dalam surga
sebanyak) tiga genggaman dari genggaman-genggaman Tuhanku.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabrani
melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Ismail ibnu Iyasy. Sanad hadis ini
berpredikat jayyid (baik).
Jalur lain
diriwayatkan dari Abu Umamah.
قَالَ ابْنُ أَبِي
عَاصِمٍ: حَدَّثَنَا دُحَيم، حَدَّثَنَا الوليد بن مسلم، حدثنا صَفْوَانُ
بْنُ عَمرو، عَنْ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي الْيَمَانِ الهوزَني
-وَاسْمُهُ عَامِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ لُحيّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ اللهَ
وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجنةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيْرِ
حِسَابٍ". قَالَ يَزِيدُ بْنُ الْأَخْنَسِ: وَاللَّهِ مَا أُولَئِكَ فِي
أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا مِثْلَ الذُّبَابِ الْأَصْهَبِ فِي
الذُّبَابِ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإنَّ
اللهَ وَعَدَنِي سَبْعِينَ ألْفًا، مَعَ كُلِّ ألْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا،
وَزَادَنِي ثَلاثَ حَثَيَاتٍ".
Ibnu Abu Asim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Dahim, telah menceritakan Icepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari
Safwan ibnu Amr, dari Salim ibnu Amir, dari Abul Yaman Al-Harawi (yang nama
aslinya adalah Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya), dari Abu Umamah, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang tanpa
hisab. Maka Yazid ibnul Akhnas berkata, "Demi Allah, tiadalah mereka
itu di kalangan umatmu, wahai Rasulullah, melainkan seperti lalat bule di
antara lalat yang lain (yakni sangat sedikit)." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadaku tujuh puluh ribu orang, tiap-tiap seribu dari
mereka ditemani oleh tujuh puluh ribu orang, dan Allah memberikan tambahan
kepadaku sebanyak tiga kali genggaman-(Nya)."
Hadis ini sanadnya berpredikat hasan pula.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
خُلَيْد، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبة، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ
زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي عَامِرُ
بْنُ زَيْدٍ البُكَالي أَنَّهُ سَمِعَ عُتْبة بْنَ عبْد السُّلَمِيَّ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيِرِ حِسَابٍ، ثُمَّ يَشْفَعُ كُلُّ ألْفٍ لِسَبْعِينَ
ألْفًا، ثُمَّ يَحْثي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، بِكفيْهِ ثَلاثَ حَثَيَات".
فَكَبَّرَ (5) عُمَرُ وَقَالَ: إِنَّ السَّبْعِينَ الأوَلَ يُشفعهم اللَّهُ فِي
آبَائِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ وَعَشَائِرِهِمْ، وَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَنِي اللَّهُ
فِي إِحْدَى الْحَثَيَاتِ الْأَوَاخِرِ.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Khulaid, telah menceritakan kepada kami Abu
Taubah, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu
Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan, telah menceritakan
kepadanya Amir ibnu Zaid Al-Bakkali yang telah mendengar dari Atabah ibnu Abd
As-Sulami r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak
tujuh puluh ribu orang dari umatku tanpa hisab. kemudian setiap seribu orang
dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh ribu orang. Kemudian Tuhanku
menciduk dengan kedua telapak tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali
cidukan. Maka sahabat Umar bertakbir dan mengatakan, "Sesungguhnya
tujuh puluh ribu orang yang pertama diberikan izin oleh Allah untuk memberi
syafaat kepada orang tua-orang tua mereka, anak-anak mereka, dan kaum kerabat
mereka. Aku berharap semoga Allah menjadikan diriku termasuk ke dalam salah
satu dari genggaman yang terakhir."
Al-Hafiz. Ad-Diya Abu Abdullah Al-Maqdisi
mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul Jannah, bahwa ia
belum mengetahui adanya suatu kelemahan pun dalam sanad hadis ini.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا هِشَامٌ -يَعْنِي الدَّستَوائي-حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ،
عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ يَسَار أَنَّ
رِفَاعة الجُهَنيّ حَدَّثَهُ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بالكُدَيد -أَوْ قَالَ
بقُدَيْد-فَذَكَرَ حَدِيثًا، وَفِيهِ: ثُمَّ قَالَ: وَعَدَنِي رَبِّي، عَزَّ
وَجَلَّ، أنْ يُدْخِلَ الْجنةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ،
وَإِنِّي لأرْجُو ألا يَدْخُلُوهَا حَتَّى تَبوؤُوا أْنتُمْ ومَنْ صَلَحَ مِنْ
أزْوَاجِكُمْ وَذُرِّيَّاتِكُمْ مَسَاكِنَ فِي الْجَنَّةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Hisyam (yakni
Ad-Dustuwa-i), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir, dari Hilal
ibnu Abu Maimunah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnu Yasar, bahwa Rifa'ah
Al-Juhani pernah menceritakan kepadanya, "Kami berangkat bersama
Rasulullah Saw., dan ketika sampai di Al-Kadid atau Al-Qadid, beliau Saw.
menuturkan sebuah hadis yang antara lain menyebutkan: 'Tuhanku telah
menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga tujuh puluh ribu orang dari
umatku tanpa hisab, dan sesungguhnya aku berharap semoga mereka masih belum
masuk sebelum kalian dan orang-orang yang saleh dari kalangan istri-istri dan
keturunan kalian menempati tempat-tempatnya di dalam surga'."
Ad-Diya mengatakan bahwa menurutnya hadis ini
dengan syarat Imam Muslim.
Hadis lain.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ،
عَنِ النَّضْر بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ اللهَ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ
مِنْ أُمَّتِي أرْبَعمِائَةِ ألْفٍ". قَالَ أَبُو بَكْرٍ: زِدْنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: وَاللَّهِ هَكَذَا فَقَالَ عُمَرُ: حَسْبُكَ يَا
أَبَا بَكْرٍ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: دَعْنِي، وَمَا عَلَيْكَ أَنْ يُدْخِلَنَا
اللَّهُ الْجَنَّةَ كُلَّنَا فَقَالَ عُمَرُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ أَدْخَل
خَلْقه الْجَنَّةَ بكفٍّ وَاحِدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "صَدَقَ عُمَرُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan
kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak empat ratus ribu orang dari
umatku." Sahabat Abu Bakar berkata, "Tambahkanlah kepada kami,
wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda, "Sedangkan Allah
(memasukkan) sekian." Umar berkata, "Hai Abu Bakar, cukuplah
kamu." Abu Bakar mengatakan, "Biarkanlah aku, tidak inginkah kamu
bila Allah memasukkan kita semua ke dalam surga?" Umar menjawab,
"Sesungguhnya Allah jika menghendaki, niscaya dapat memasukkan semua
makhluk-Nya ke dalam surga hanya dengan segenggam telapak tangan (kekuasaan-Nya)."
Maka Nabi Saw. bersabda, "Umar benar."
Hadis dengan sanad ini hanya diriwayatkan oleh
Abdur Razzaq sendiri.
Ad-Diya mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan
pula oleh Al-Hafiz Abu Na'im Al-Asbahani.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مَخْلَد، حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْهيْثَم البَلدِي، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْب،
حَدَّثَنَا أَبُو هِلَالٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَعَدَنِي رَبِّي أنْ يُدْخِلَ
الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي مِائَةَ ألْف". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، زِدْنَا قَالَ: "وَهَكَذَا" -وَأَشَارَ سُلَيْمَانُ بْنُ
حَرْبٍ بِيَدِهِ كَذَلِكَ-قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا. فَقَالَ
عُمَرُ: إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ أَنْ يُدْخِلَ النَّاسَ الْجَنَّةَ بِحَفْنَةٍ وَاحِدَةٍ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ
عُمَرُ".
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ahmad ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul
Haisam Al-Baladi, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah
menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke
dalam surga sebanyak seratus ribu dari kalangan umatku. Maka Abu Bakar
berkata, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah kepada kami." Nabi Saw.
bersabda, "Dan sekian." Sulaiman ibnu Harb (perawi)
mengatakan demikian seraya mengisyaratkan dengan tangannya. Aku (Abu Bakar)
berkata, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah buat kami." Umar menjawab,
"Sesungguhnya Allah berkuasa (mampu) memasukkan manusia semua ke dalam
surga hanya dengan sekali ciduk." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Umar
benar."
Ditinjau dari sanadnya, hadis ini berpredikat
garib; Abu Hilal nama aslinya adalah Muhammad ibnu Salim Ar-Rasibi, dari
Basrah.
Jalur lain
diriwayatkan dari Anas.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي
بَكْرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْقَاهِرِ بْنُ السُّرِّي السُّلَمِيُّ، حَدَّثَنَا
حُمَيد، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا". قَالُوا:
زِدْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "لِكُلِّ رَجُلٍ سَبْعُونَ ألْفًا"
قَالُوا: زِدْنَا -وَكَانَ عَلَى كَثِيبٍ -فَقَالَ: هَكَذَا، وَحَثَا بِيَدِهِ.
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أبْعدَ اللَّهُ مَنْ دَخَلَ النَّارَ بَعْدَ هَذَا،
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdul Qahir
ibnus Sirri As-Sulami, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas, dari
Nabi Saw. yang telah bersabda: "Kelak akan masuk surga dari kalangan
umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang." Mereka berkata, "Wahai
Rasulullah, tambahkanlah kepada kami." Nabi Saw. bersabda, "Setiap
orang dapat memasukkan tujuh puluh ribu orang lagi." Mereka berkata,
"Tambahkanlah kepada kami." Saat itu Rasulullah Saw. berada di atas
segundukan pasir. Mereka mengatakan bahwa lalu Nabi Saw. mengisyaratkan dengan
kedua telapak tangannya (seraya menciduk pasir) seperti ini. Mereka. berkata, "Wahai
Rasulullah, apakah sesudah Allah (berbuat demikian) masih ada orang yang masuk
ke dalam neraka?"
Sanad hadis ini jayyid, semua perawinya
berpredikat siqah selain Abdul Qahir ibnus Sirri. Ibnu Mu'in pernah ditanya
mengenainya, maka dijawabnya bahwa Abdul Qahir orang yang saleh.
Hadis lain.
رَوَى الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ
بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عُمَير عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ اللهَ وَعَدَنِي أنْ
يُدْخِلَ مِنْ أُمَّتِي ثَلاثَمائة ألْفٍ الْجَنَّةَ". فَقَالَ عُمَيْرٌ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا. فَقَالَ هَكَذَا بِيَدِهِ. فَقَالَ عُمَيْرٌ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، زِدْنَا. فَقَالَ عُمَرُ: حَسْبك، إِنَّ اللَّهَ إنْ شَاءَ
أَدْخَلَ النَّاسَ الْجَنَّةَ بِحفْنَةٍ -أَوْ بِحَثْيَةٍ-وَاحِدَةٍ. فَقَالَ
نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ عُمَرُ"
Imam Tabrani meriwayatkan melalui hadis Qatadah,
dari Abu Bakar ibnu Umar, dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tiga
ratus ribu orang dari umatku tanpa hisab. Maka Umar berkata, "Wahai
Rasulullah, tambahkanlah kepada kami." Maka Rasulullah Saw. mengisyaratkan
seperti ini dengan tangannya. Umar berkata lagi, "Wahai Rasulullah, tambahkanlah
kami." (Pada akhirnya) Umar berkata, "Cukuplah bagimu, sesungguhnya
jika Allah menghendaki, Dia dapat memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam surga
hanya dengan sekali ciduk atau sekali siuk." Maka Nabi Saw. bersabda,
"Umar benar."
Hadis lain.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خُلَيْد،
حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبة، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ
سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عَامِرٍ، أَنَّ قَيْسًا الْكِنْدِيَّ حَدّث أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْأَنْمَارِيَّ
حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَنِي أنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
سَبْعِينَ ألْفًا بِغَيِرِ حِسَابٍ، ويَشْفَعُ كُلُّ ألْفٍ لِسَبْعِين ألْفًا،
ثُمَّ يَحْثِي رَبِّي ثَلاثَ حَثَيَاتٍ بِكَفَّيْهِ". كَذَا قَالَ قَيْسٌ،
فَقُلْتُ لِأَبِي سَعِيدٍ: أَنْتَ سمعتَ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: نَعَمْ، بِأُذُنِي، وَوَعَاهُ قَلْبِي. قَالَ
أَبُو سَعِيدٍ: فَقَالَ -يَعْنِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ-: "وَذَلِكَ إنْ شَاءَ اللهُ، عَزَّ وَجَلَّ، يَسْتَوْعِبُ
مُهَاجِرِي أُمَّتِي، ويُوَفِّي اللَّهُ بَقِيَّتَهُ مِنْ أعْرَابِنَا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Khulaid, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah,
telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu Salam yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Amir, bahwa Qais
Al-Kindi pernah menceritakan hadis kepadanya bahwa Abu Sa'id Al-Anmari pernah
menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya
Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak
tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku tanpa hisab, dan setiap seribu
orang dapat memberi syafaat kepada tujuh puluh ribu orang. Kemudian Tuhanku
meraup dengan kedua telapak tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali cidukan. Demikianlah
menurut Qais. Maka aku bertanya kepada Abu Sa'id, "Apakah engkau yang
mendengarnya dari Rasulullah Saw.?" Abu Sa'id menjawab, "Ya, dengan
kedua telingaku, lalu kuhafal baik-baik." Abu Sa'id mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda pula: Jumlah yang sedemikian itu jika Allah
menghendaki dapat mencakup semua Muhajirin dari umatku, sedangkan sisanya
ditunaikan oleh Allah dari kalangan orang-orang Badui kami.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Muhammad ibnu
Sahl ibnu Askar dari Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi' dengan sanad semisal,
tetapi di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa Abu Sa'id mengatakan, "Lalu
jumlah tersebut dihitung oleh Rasulullah Saw., ternyata keseluruhannya mencapai
empat ratus juta sembilan puluh ribu orang."
Hadis lain.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ
مَرْثَد الطَّبَرَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيّاش،
حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعة، عَنْ شُرَيح بْنِ عُبَيْدٍ،
عَنْ أَبِي مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أمَا وَالَّذي نَفْسُ مُحَمَّد بِيَدِهِ لَيُبْعَثَنَّ مِنْكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إلَى الْجَنَّةِ مِثْلَ اللَّيْلِ الأسْوَدِ، زُمْرةٌ
جَمِيعُهَا يَخْبطُونَ الأرضَ، تَقُولُ الملائِكةُ: لِمَ جَاءَ مَعَ مُحَمَّدٍ
أكْثَرُ مِمَّا جَاءَ مَعَ الأنْبِيَاءِ؟ ".
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Marsad At-Tabrani, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku
ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu
Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ingatlah,
demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,
sesungguhnya kelak di hari kiamat benar-benar akan dibangkitkan sebagian dari
kalian menuju ke dalam surga seperti malam yang pekat secara
berbondong-bondong, jumlah seluruhnya dapat meliputi bumi ini. Para malaikat
berkata, "Mengapa Muhammad datang dengan membawa umat yang jauh lebih
banyak ketimbang umat yang dibawa oleh nabi-nabi yang lain?"
Sanad hadis berpredikat hasan.
Hadis lain termasuk hadis-hadis yang menceritakan
keutamaan, kemuliaan, dan kehormatan umat ini menurut Allah Swt. yang
kesimpulannya menyatakan bahwa umat ini adalah umat yang terbaik di dunia dan
akhirat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيج، أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إنِّي
لأرْجُو أنْ يَكُونَ مَنْ يَتَّبِعُنِي مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ رُبْعَ
الْجَنَّةِ". قَالَ: فكبَّرنا. ثُمَّ قَالَ: "أَرْجُو أنْ
يَكُونُوا ثلثَ النَّاسِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ:
"أَرْجُو أنْ تَكُونُوا الشَّطْرَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah
menceritakan kepadaku Abuz Zubair; ia pernah mendengar Jabir mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: "Sesungguhnya aku berharap
semoga orang-orang yang mengikutiku dari kalangan umatku kelak di hari kiamat
adalah seperempat ahli surga." Maka kami bertakbir, kemudian Nabi Saw.
bersabda, "Aku berharap semoga mereka berjumlah sepertiga manusia
semuanya." Maka kami bertakbir, kemudian beliau bersabda, "Aku
berharap semoga mereka berjumlah separo umat manusia."
Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Rauh
dari Ibnu Juraij dengan lafaz yang sama, tetapi hadis ini dengan syarat Imam
Muslim.
Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui
hadis Abu Ishaq As-Subai'i, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
"أمَا تَرْضَوْنَ أنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنِّةِ؟
" فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ: "أَمَا تَرْضَوْنَ أنْ تَكُونُوا ثُلُثَ
أَهْلَ الْجَنَّةِ؟ " فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ قَالَ: "إنِّي لأرْجُو أنْ
تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّة"
"Tidakkah kalian rela bila kalian adalah
seperempat ahli surga." Maka kami bertakbir, kemudian beliau bersabda,
"Tidakkah kalian rela bila kalian adalah sepertiga ahli surga."
Maka kami bertakbir, kemudian beliau Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku
benar-benar berharap semoga kalian adalah separo penduduk surga."
Jalur lain dari
Ibnu Mas'ud.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ
مُساور، حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ
زِيَادٍ حَدَّثَنِي الْحَارِثُ بْنُ حَصِيرة، حَدَّثَنِي الْقَاسِمُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَيْفَ أَنْتُمْ
وَرُبْعُ الْجَنَّةِ لَكُمْ ولِسَائر النَّاسِ ثَلَاثَةُ أرْبَاعِهَا؟ "
قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "كَيْفَ أَنْتُمْ وثُلُثُهَا؟
" قَالُوا: ذَاكَ أَكْثَرُ. قَالَ: "كَيْفَ أَنْتَمْ والشَّطْرُ لَكُمْ؟
" قَالُوا: ذَاكَ أَكْثَرُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أهْلُ الْجَنّةِ عِشْرُونَ وَمَائةُ صَفٍّ، لَكُمْ مِنْهَا
ثَمَانُونَ صَفًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Musawir, telah menceritakan kepada kami
Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah
menceritakan kepadaku Al-Haris ibnu Husain, telah menceritakan kepadaku
Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Bagaimanakah
menurut kalian bila seperempat penduduk surga adalah kalian, sedangkan bagi
orang-orang lain adalah tiga perempatnya." Mereka berkata, "Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah
kalian bila sepertiganya?" Mereka menjawab, "Jumlah itu lebih
banyak." Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah menurut kalian
bila separo penduduk surga adalah kalian?" Mereka menjawab,
"Jumlah itu lebih banyak lagi." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Ahli
surga terdiri atas seratus dua puluh saf, untuk kalian adalah delapan puluh saf
darinya."
Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini hanya
diriwayatkan sendiri oleh Al-Haris ibnu Husain.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا ضِرَارُ بْنُ مُرَّة أَبُو سَنان
الشَّيْبَانِيُّ، عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَار، عَنِ ابْنِ بُرَيْدة، عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَهْلُ
الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ، هَذِه الأمَّةُ مِنْ ذَلِكَ ثَمَانُون صَفا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah
menceritakan kepada kami Dirar ibnu Murrah (yaitu Abu Sinan Asy-Syaibani), dari
Muharib ibnu Dinar, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Penduduk surga terdiri atas seratus dua puluh saf, bagian umat ini
dari jumlah tersebut adalah delapan puluh saf.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Affan, dari Abdul
Aziz dengan lafaz yang sama.
Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui
jalur Abu Sinan dengan lafaz yang sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis
ini adalah hasan.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan
As-Sauri, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Sulaiman ibnu Buraidah, dari ayahnya
dengan lafaz yang sama.
Hadis lain.
رَوَى الطَّبَرَانِيُّ
مِنْ حَدِيثِ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيِّ، حَدَّثَنَا
خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ البَجَلي، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ
صَفٍّ، ثَمَانُونَ مِنْهَا مِنْ أُمَّتِي".
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis
Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Khalid
ibnu Yazid Al-Bajali, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ali ibnu
Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Seluruh penduduk surga terdiri atas seratus dua puluh saf. yang
delapan puluh saf darinya terdiri atas umatku.
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Khalid ibnu
Yazid Al-Bajali, Ibnu Addi pernah membicarakan perihal predikatnya dalam
periwayatan hadis.
Hadis Iain
diriwayatkan oleh Imam Tabrani.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ
بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ غَيْلَانَ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ
مَخْلَد، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ
أَبِي عَمْرٍو، عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ
{ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ [الْوَاقِعَةِ: 38، 39] }
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنْتُمْ رُبْعُ
أهْلِ الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ ثُلُثُ أَهْلِ الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ نِصْفُ أَهْلِ
الْجَنَّةِ، أَنْتُمْ ثُلُثَا أَهْلِ الْجَنَّةِ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu
Gailan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Makhlad, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Abu Amr, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu
firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan
kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14) Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Kalian adalah seperempat penduduk surga, kalian adalah
sepertiga penduduk surga, kalian adalah separo penghuni surga, kalian adalah
dua pertiga penduduk surga.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "نَحْنُ الآخِرُونَ الأوَّلُونَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، نَحْنُ أَوَّلُ النَّاسِ دُخُولا الْجَنَّةَ، بَيْدَ
أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ،
فَهَدَانَا اللَّهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا الْيَوْمُ
الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ، النَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ غَدًا لِلْيَهُوَدِ [وَ]
لِلنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. yang telah mengatakan: Kami adalah orang-orang yang terakhir,
tetapi orang-orang yang pertama di hari kiamat. Kami adalah orang-orang yang
mula-mula masuk surga, hanya saja mereka diberi Al-Kitab sebelum kami,
sedangkan kami diberi Al-Kitab sesudah mereka. Karena itu, maka Allah memberi
petunjuk kami perihal sebagian perkara hak yang mereka perselisihkan, dan hari
inilah yang dahulu selalu mereka perselisihkan mengenainya. Manusia lain
sehubungan dengan hari ini adalah mengikuti kami, besok untuk orang-orang
Yahudi (yakni hari Sabtu) dan lusa (hari Ahad) adalah untuk orang-orang
Nasrani.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkannya
melalui hadis Abdullah ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. secara marfu dengan lafaz yang semakna.
Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui jalur
Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulul-lah
Saw. pernah bersabda:
"نَحْنُ الآخِرُونَ الأوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
وَنَحْنُ أوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ". وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ
Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi
orang-orang yang pertama di hari kiamat, dan kita adalah orang yang mula-mula
masuk surga.
Lalu Imam Muslim menuturkan hadis ini hingga
selesai.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Daruqutni di
dalam kitab Al-Afrad melalui hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Uqail, dari
Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab r.a., bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda:
"إنَّ الْجَنَّةَ حُرِّمَتْ عَلَى الأنْبِيَاءِ كُلُّهُمْ
حَتَّى أَدْخُلَهَا، وَحُرِّمَتْ عَلَى الأمَمِ حَتَّى تَدْخُلَهَا أمتِي".
Sesungguhnya surga itu dilarang atas semua
nabi sebelum aku memasukinya, dan diharamkan atas seluruh umat sebelum umatku
memasukinya.
Kemudian Imam Daruqutni mengatakan bahwa hadis
ini hanya diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Uqail dari Az-Zuhri, dan tiada orang
(perawi) lain yang meriwayatkan hadis ini darinya (yakni Az-Zuhri). Hadis ini
juga hanya diriwayatkan oleh Zuhair ibnu Muhammad, dari Ibnu Uqail; dan hadis
ini hanya diriwayatkan pula oleh Amr ibnu Abu Salamah, dari Zuhair.
Abu Ahmad ibnu Addi Al-Hafiz meriwayatkan hadis
ini. Untuk itu dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul
Husain ibnul Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-A'yun (yaitu
Muhammad ibnu Abu Gayyas), telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi,
telah menceritakan kepada kami Sadaqah Ad-Dimasyqi, dari Zuhair ibnu Muhammad,
dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Az-Zuhri.
As-Sa'labi meriwayatkannya pula. Dia mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abu Abbas Al-Makhladi, telah menceritakan kepada
kami Abu Na'im (yaitu Abdul Malik ibnu Muhammad), telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Isa At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi,
telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Salamah, telah menceritakan kepada
kami Sadaqah ibnu Abdullah, dari Zuhair ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan lafaz
yang sama.
*******************
Semua hadis yang disebutkan di atas terangkum ke
dalam makna firman-Nya:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}
Kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110)
Barang siapa yang memiliki sifat tersebut dari
kalangan umat ini, berarti dirinya termasuk orang yang terpuji melalui ayat
ini.
Seperti yang telah diriwayatkan oleh Qatadah,
telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ketika Khalifah Umar ibnul Khattab
r.a. sedang melakukan salah satu ibadah haji, ia melihat adanya gejala hidup
santai pada orang-orang. Lalu ia membacakan ayat ini, yaitu firman-Nya: Kalian
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Alilmran: 110)
Kemudian ia berkata, "Barang siapa yang ingin dirinya termasuk golongan
umat ini, hendaklah ia menunaikan syarat yang ditetapkan oleh Allah di
dalamnya."
Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Barang siapa yang tidak memiliki sifat ini, maka
ia lebih mirip dengan orang Ahli Kitab yang dicela oleh Allah Swt. melalui
firman-Nya:
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ
عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan mungkar yang mereka perbuat. (Al-Maidah: 79), hingga akhir ayat.
Karena itu, setelah Allah memuji umat ini karena
memiliki sifat-sifat tersebut, lalu dalam ayat selanjutnya Allah mencela Ahli
Kitab dan menyesalkan perbuatan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ}
Sekiranya Ahli Kitab beriman. (Ali Imran:
110)
Yakni beriman kepada apa yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur'an.
{لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ}
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(Ali Imran: 110)
Maksudnya, sedikit sekali dari mereka yang
beriman kepada Allah dan Kitab yang diturunkan kepada kalian, juga kepada apa
yang diturunkan kepada mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka bergelimang di
dalam kesesatan, kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan.
*******************
Kemudian Allah Swt. memberitahukan kepada
hamba-hamba-Nya yang mukmin seraya menyampaikan berita gembira kepada mereka
bahwa pertolongan dan kemenangan akan diperoleh mereka atas kaum Ahli Kitab
yang kafir lagi mulhid, yaitu melalui firman-Nya:
{لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلا أَذًى وَإِنْ
يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ}
Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat
mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja; dan jika
mereka berperang dengan kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke
belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (Ali Imran:
111)
Memang demikianlah kenyataannya, karena
sesungguhnya dalam Perang Khaibar Allah menghinakan mereka dan membuat hidung
mereka terpotong (hina dina). Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang
sebelum mereka dari kalangan Yahudi Madinah, seperti Bani Qainuqa', Bani
Nadir,dan Bani Quraizah; semuanya dibuat hina oleh Allah.
Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang
Nasrani di negeri Syam. Para sahabat mematahkan penyerangan mereka dalam
berbagai peperangan, dan merampas kekuasaan negeri Syam dari
tangan mereka untuk selama-lamanya. Masih ada segolongan kaum muslim yang tetap
berjuang di negeri Syam hingga Nabi Isa ibnu Maryam diturunkan, sedangkan
mereka dalam keadaan tetap berjuang. Kemudian Nabi Isa a.s. memerintah dengan
hukum agama Islam dan syariat Nabi Muhammad Saw. Lalu ia memecahkan semua
salib, membunuh babi-babi serta menghapuskan jizyah, dan tidak mau menerima
kecuali hanya agama Islam.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا
ثُقِفُوا إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ}
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112)
Yakni Allah menetapkan kehinaan dan rendah diri
pada diri mereka di mana pun mereka berada. Karena itu, hidup mereka tidak
merasa aman.
{إِلا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ}
kecuali jika mereka berpegang kepada tali
(agama) Allah. (Ali Imran: 112)
Yaitu jaminan dari Allah. Maksudnya, janji
jaminan keamanan bagi mereka dengan dibebani membayar jizyah dan menetapkan
atas mereka hukum-hukum agama Islam.
{وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ}
dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali
Imran: 112)
Yakni jaminan keamanan dari orang lain buat
mereka, seperti perjanjian perdamaian dan gencatan senjata serta tawanan bila
keselamatannya dijamin oleh seseorang dari kalangan kaum muslim, sekalipun si
penjaminnya adalah seorang wanita muslimah. Demikian pula halnya perihal budak,
menurut suatu pendapat di kalangan para ulama.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112) Yaitu janji dengan Allah dan
janji dengan manusia.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah,
Ata, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ}
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
Allah. (Ali Imran: 112)
Maksudnya, murka dari Allah sudah seharusnya
menimpa mereka; mereka berhak menerimanya.
{وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ}
dan mereka diliputi kerendahan. (Ali
Imran: 112)
Yakni mereka harus menerima kehinaah secara
takdir dan peraturan syara'. Karena itu, dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ
بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ}
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. (Ali Imran:
112)
Yakni sesungguhnya yang mendorong mereka berbuat
demikian tiada lain adalah sifat takabur, zalim, dan dengki. Maka sebagai
akibatnya mereka ditimpa oleh kehinaan dan kenistaan untuk selama-lamanya yang
berlangsung sampai kehinaan di akhirat. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا
يَعْتَدُونَ}
Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas. (Ali Imran: 112)
Yaitu sesungguhnya hal yang mendorong mereka
ingkar terhadap ayat-ayat Allah dan berani membunuh rasul-rasul Allah —lalu
sifat tersebut dicap pada diri mereka— tiada lain karena mereka banyak berbuat
maksiat terhadap perintah-perintah Allah, bergelimang di dalam lumpur
kemaksiatan, dan berani melanggar syariat Allah. Semoga Allah melindungi kita
semua dari perbuatan tersebut, dan hanya kepada Allah-lah kita meminta
pertolongan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud
At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sulaiman Al-A'masy,
dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar Al-Azdi, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa dahulu orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus
orang nabi dalam sehari, kemudian pada petang harinya mereka mendirikan pasar
sayur-mayur mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar