26. Surah
Asy-Syu'ara'
سُورَةُ الشُّعَرَاءِ
(Para Penyair)
Makkiyyah, 227 ayat Kecuali ayat 197 dan 224 hingga akhir
surat, Madaniyyah Turun sesudah surat Al-Waqi'ah
Menurut tafsir Malik berdasarkan
riwayat yang bersumber darinya, surat ini dinamakan pula dengan surat
Al-Jami'ah.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Asy-Syu'ara', ayat 1-9
{طسم (1) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (2) لَعَلَّكَ
بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (3) إِنْ نَشَأْ نُنزلْ عَلَيْهِمْ
مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ (4) وَمَا
يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلا كَانُوا عَنْهُ
مُعْرِضِينَ (5) فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ (6) أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الأرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ
كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ (7) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ
مُؤْمِنِينَ (8) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (9) }
Tha
Sim Mim. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan. Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan
dirimu karena mereka tidak beriman. Jika Kami kehendaki, niscaya Kami
menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk
mereka tunduk kepadanya. Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu
peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling
darinya. Sungguh mereka telah mendustakan (Al-Qur'an), maka kelak akan
datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka
perolok-olokkan. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan
Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Adapun
penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an,
kami telah membahasnya dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah.
****
Firman
Allah Swt.:
{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ}
Inilah
ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan. (Asy-Syu'ara': 2)
Yakni
ayat-ayat Al-Qur'an ini menerangkan. Maksudnya, terang, jelas, dan gamblang.
Dialah yang memisahkan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, serta
memisahkan antara kesesatan dan petunjuk.
****
Firman
Allah Swt.:
لَعَلَّكَ
بَاخِعٌ نَفْسَكَ
Boleh
jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan
dirimu. (Asy-Syu'ara': 3)
Yaitu karena keinginanmu yang sangat akan keimanan mereka
dan kamu menjadi bersedih hati.
{أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
karena
mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara':
3)
Ayat
ini merupakan hiburan dari Allah Swt. kepada Rasul-Nya untuk meringankan beban
kesedihannya karena tidak mau berimannya orang-orang kafir dari kalangan
kaumnya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ
حَسَرَاتٍ}
maka
janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fatir: 8)
Dan
firman Allah Swt.:
{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى
آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا }
Maka
(apakah) barangkali kamu akan
membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling. (Al-Kahfi:
6), hingga akhir ayat.
Mujahid,
Ikrimah, Qatadah, Atiyyah, Ad-Dahhak, dan Al-Hasan serta lain-lainnya
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Boleh jadi kamu (Muhammad)
akan membinasakan dirimu. (Asy-Syu'ara': 3) Yakni membunuh dirimu
sendiri, demikianlah makna bakhi'un. Seperti pengertian yang terdapat di
dalam perkataan seorang penyair:
أَلَّا أيّهذاَ البَاخعُ
الحُزنُ نفسَه ... لِشَيْءٍ نَحَتْهُ عَنْ يَدَيه الَمقَادِرُ ...
Ingatlah, hai orang yang membunuh
dirinya sendiri karena kesedihan, sesungguhnya hal itu terjadi berdasarkan apa
yang telah digariskan oleh takdir Tuhan.
****
Kemudian
Allah Swt. berfirman:
{إِنْ نَشَأْ نُنزلْ عَلَيْهِمْ مِنَ
السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ}
Jika
Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit,
maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. (Asy-Syu'ara': 4)
Maksudnya,
sekiranya Kami kehendaki, tentulah Kami akan menurunkan suatu mukjizat yang
memaksa mereka untuk beriman secara paksa. Tetapi Kami tidak akan melakukan hal
itu karena Kami tidak menghendaki seseorang beriman melainkan berdasarkan
kesadaran dirinya. Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ
كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}
Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak.)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (Yunus:
99)
Dan
firman Allah Swt. yang mengatakan:
وَلَوْ
شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً
Jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu. (Hud: 118)
Takdir
Allah telah berlangsung, hikmah-Nya berjalan, serta hujah-Nya (alasan-Nya)
telah ditegakkan terhadap makhluk-Nya, yaitu dengan mengutus para rasul kepada
mereka dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ
الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ}
Dan
sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling darinya. (Asy-Syu'ara': 5)
Artinya,
setiap kali datang kepada mereka suatu Kitab dari langit, kebanyakan manusia
berpaling darinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ
بِمُؤْمِنِينَ}
Dan
sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.
(Yusuf: 103)
{يَا
حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun
kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30)
Dan
firman Allah Swt. yang mengatakan:
{ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى
كُلَّمَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا}
Kemudian
Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul
Kami berturut-turut. Tiap-tiap rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya. (Al-Mu-minun: 44), hingga akhir ayat.
Karena
itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ
مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Sungguh
mereka telah mendustakan (Al-Qur'an),
maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita
yang selalu mereka perolok-olokkan. (Asy-Syu'ara': 6)
Yakni
sesungguhnya mereka mendustakan kebenaran yang disampaikan kepada mereka, dan
kelak mereka akan mengetahui akibat dari kedustaan mereka di hari kemudian.
{وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ
مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ}
Dan
orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan
kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Kemudian
Allah Swt. mengingatkan tentang kebesaran pengaruh-Nya, keagungan, kekuasaan
dan kedudukan-Nya atas orang-orang yang berani menentang utusan-Nya dan
mendustakan Kitab-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Mahaperkasa, Mahabesar lagi
Mahakuasa, Dialah Yang menciptakan bumi dan menumbuhkan padanya berbagai macam
tetumbuhan, pepohonan yang berbuah, dan hewan yang baik.
Sufyan
As-Sauri telah meriwayatkan dari seorang lelaki, dari Asy-Sya'bi, bahwa manusia
termasuk ke dalam (pengertian) tetumbuhan bumi (ini). Maka barang siapa yang
masuk surga, dia adalah orang yang baik; dan barang siapa yang masuk neraka,
maka dia adalah orang yang tercela.
*****
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً}
Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. (Asy-Syu'ara': 8)
Yaitu
yang menunjukkan kekuasaan Tuhan Yang menciptakan segala sesuatu, Yang
menghamparkan bumi, dan meninggikan bangunan langit. Sekalipun demikian,
kebanyakan manusia tiada yang beriman, bahkan mereka mendustakan rasul-Nya dan
kitab-Nya, menentang perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ}
Dan
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa. (Asy-Syu'ara': 9)
Artinya,
Allah Mahaperkasa atas segala sesuatu, Yang mengalahkan dan menundukkannya.
{الرَّحِيمُ}
lagi
Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara':
9)
Yakni
terhadap makhluk-Nya. Maka Dia tidak menyegerakan azab-Nya terhadap orang yang
durhaka kepada-Nya, bahkan menangguhkan serta memberinya tempo. Setelah itu
(jika tidak mau bertobat), Dia akan menghukumnya dengan hukuman Tuhan Yang
Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Abul
Aliyah, Qatadah, Ar-Rabi ibnu Anas, dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Yang
Mahaperkasa, artinya Mahaperkasa dalam menimpakan pembalasan-Nya terhadap
orang-orang yang menentang perintah-Nya dan menyembah selain-Nya.
Sa'id
ibnu Jubair mengatakan bahwa Tuhan Maha Penyayang terhadap orang yang bertobat
kepada-Nya dan memperbaiki amal perbuatannya.
Asy-Syu'ara', ayat 10-22
وَإِذْ
نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10) قَوْمَ فِرْعَوْنَ
أَلَا يَتَّقُونَ (11) قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ (12)
وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ (13)
وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ (14) قَالَ كَلَّا فَاذْهَبَا
بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ (15) فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولَا
إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (16) أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ (17) قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ
عُمُرِكَ سِنِينَ (18) وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ
الْكَافِرِينَ (19)
قَالَ
فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ (20) فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا
خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ (21)
وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (22)
Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru
Musa (dengan Firman-Nya), "Datanglah kaum yang zalim itu, (yaitu)
kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Berkata Musa, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya)
sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku, maka utuslah (Jibril) kepada
Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan
membunuhku.”Allah berfirman, "Jangan takut (mereka tidak akan dapat
membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat)
sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). Maka
datanglah kamu berdua kepada Fir'aun dan katakanlah olehmu, 'Sesungguhnya kami
adalah rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta
kami.' Fir'aun menjawab, 'Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga)
kami, waktu kamu masih anak-anak dan kamu tinggal bersama kami beberapa
tahun dari umurmu, dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu
lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi.
'Berkata Musa, 'Aku telah melakukannya, sedangkan aku di waktu itu termasuk
orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kalian ketika aku takut
kepada kalian, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku
salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu
adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil."
Allah
Swt. menceritakan tentang perintah-Nya kepada hamba, rasul, dan Kalim-Nya,
yaitu Musa a.s. ketika Dia menyerunya dari sisi kanan Bukit Tur; saat itu Allah
berbicara langsung dengannya dan mengangkatnya menjadi seorang utusan. Lalu
Allah memerintahkan kepadanya agar pergi menemui Fir'aun dan bala tentaranya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ قَوْمَ
فِرْعَوْنَ أَلا يَتَّقُونَ * قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ *
وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ * وَلَهُمْ
عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ}
"Datangilah
kaum-kaum yang zalim itu, (yaitu)
kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Berkata Musa, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya)
sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku, maka utuslah (Jibril) kepada
Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara':
10-14)
Ini
merupakan alasan, yang dimaksudkan ialah memohon kepada Allah agar
hambatan-hambatan tersebut dilenyapkan darinya. Seperti pengertian yang
terdapat di dalam firman-Nya surat Taha, yaitu:
{قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي *
وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي * وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي * يَفْقَهُوا قَوْلِي *
وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي *
وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي * كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا * وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا *
إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا * قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى}
berkata
Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku, dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku,
teguhkanlah dengan Dia kekuatanku, dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku,
supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat (keadaan) kami". Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa." (Taha:
25-36)
*****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ
يَقْتُلُونِ}
Dan
aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara': 14)
Yakni
karena aku telah membunuh seorang Qibti yang berakibat aku keluar dari negeri
Mesir.
{قَالَ كَلا}
Allah
berfirman, "Jangan takut." (Asy-Syu'ara': 15)
Allah
Swt. berfirman kepada Musa, "Janganlah kamu merasa takut terhadap sesuatu
pun yang kamu pikirkan itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
قَالَ
سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ
إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
Allah
berfirman, “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu
berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan
membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang
menang.”(Al-Qasas: 35)
Sedangkan
firman Allah Swt.:
{فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ
مُسْتَمِعُونَ}
maka
pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersama kalian
mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). (Asy-Syu'ara': 15)
Semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى}
sesungguhnya
Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (Taha: 46)
Yaitu
sesungguhnya Aku selalu bersama kamu berdua melalui pemeliharaan-Ku,
penjagaan-Ku, pertolongan-Ku, dan dukungan-Ku.
****
Firman
Allah Swt.:
{فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولا إِنَّا
رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka
datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakanlah olehmu, "Sesungguhnya
kami adalah rasul Tuhan semesta alam.” (Asy-Syu'ara': 16)
Semakna
dengan firman-Nya:
{إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ}
Sesungguhnya
kami berdua adalah utusan Tuhanmu. (Taha: 47)
Maksudnya,
masing-masing dari kami adalah utusan Tuhan kepadamu.
*****
{أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Lepaskanlah
Bani Israil (pergi) beserta
kami. (Asy-Syu'ara': 17)
Yakni
bebaskanlah mereka dari perbudakanmu, karena sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba Allah yang beriman dan bala tentara-Nya yang ikhlas, sekarang
mereka berada di dalam penindasan dan penyiksaanmu yang merendahkan martabat
mereka.
Setelah
Musa mengatakan demikian, maka Fir'aun berpaling dan sama sekali tidak
mengindahkannya, lalu memandang ke arah Musa dengan pandangan yang sinis dan
meremehkan seraya berkata seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:
أَلَمْ
نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ
Bukankah
kami telah mengasuhmu di antara (keluarga)
kami, waktu kamu masih kanak-kanak. (Asy-Syu'ara: 18), hingga akhir
ayat.
Yakni
bukankah kamu orang yang pernah kami asuh di rumah kami dan di atas pelaminan
kami, serta kami buat kamu hidup senang selama beberapa tahun. Tetapi setelah
itu kamu balas kebaikan itu dengan perbuatanmu itu; kamu telah membunuh
seseorang dari kami dan mengingkari kesenangan yang pernah kuberikan kepadamu.
Karena itulah Fir'aun mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ}
dan
kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi. (Asy-Syu'ara': 19)
Yang
dimaksud dengan kafir dalam ayat ini ialah mengingkari nikmat yang pernah
diberikan. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas dan Abdur Rahman ibnu Zaid
ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.
قَالَ
فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ
Berkata
Musa, "Aku telah melakukannya, sedangkan aku di waktu itu termasuk
orang-orang yang khilaf.” (Asy-Syu'ara':
20)
Artinya,
saat itu aku masih belum diberi wahyu dan belum mendapat nikmat kenabian dan
kerasulan.
Ibnu
Abbas r.a., Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan aku termasuk orang-orang yang
khilaf. (Asy-Syu'ara': 20) Yakni termasuk orang-orang yang tidak mengerti.
Ibnu
Juraij mengatakan bahwa memang demikianlah bacaan ayat ini menurut qiraat
Abdullah ibnu Mas'ud.
فَفَرَرْتُ
مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ
Lalu
aku lari meninggalkan kalian ketika aku takut kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 21), hingga akhir
ayat.
Itu
adalah kisah dahulu dan sekarang lain lagi, sesungguhnya aku sekarang telah
diutus oleh Allah kepadamu. Jika kamu taat kepada-Nya, niscaya kamu selamat;
dan jika kamu menentangnya, niscaya kamu binasa. Kemudian Musa berkata, seperti
yang disitir oleh firman-Nya:
{وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ
عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Budi
yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil. (Asy-Syu'ara':
22)
Yakni
kebaikanmu kepadaku dan jerih payahmu mengasuhku adalah imbalan dari perlakuan
jahatmu terhadap Bani Israil, kamu memperbudak mereka dengan memaksa mereka
kerja berat untuk kepentinganmu dan rakyatmu. Maka apakah dapat mencukupi
kebaikanmu kepada seseorang dari mereka untuk menutupi kejahatanmu kepada
mereka seluruhnya. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa jasa yang telah kamu
sebutkan itu tiada artinya bila dibandingkan dengan kejahatan yang telah kamu
lakukan.
Asy-Syu'ara',
ayat 23-28
قَالَ
فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24) قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا
تَسْتَمِعُونَ (25) قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (26) قَالَ
إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (27) قَالَ رَبُّ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (28)
Fir’aun
bertanya, "Siapa Tuhan semesta alam itu?” Musa menjawab, "Tuhan
Pencipta langit dan bumi, dan apa-apa yang di antara keduanya (itulah Tuhan kalian), jika
kalian (orang-orang) mempercayai-Nya.” Berkata Fir’aun kepada
orang-orang sekelilingnya, "Apakah kalian tidak mendengarkan?” Musa
berkata (pula), "Tuhan kalian dan Tuhan nenek moyang kalian yang
dahulu.” Fir’aun berkata, "Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada
kamu sekalian benar-benar orang gila.” Musa berkata, "Tuhan yang menguasai
timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhan kalian) jika
kalian mempergunakan akal.
Allah
Swt. berfirman, menceritakan kekafiran Fir'aun, kedurhakaan, keingkaran, dan
keterlewatbatasannya; yang hal ini tergambarkan melalui ucapannya yang disitir
oleh firman-Nya:
{وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Siapakah
Tuhan semesta alam itu? (Asy-Syu'ara':
23)
Demikian
itu karena ia mengatakan kepada kaumnya, sebagaimana yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
aku
tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qasas: 38)
Dan
firman Allah Swt.:
{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}
Maka
Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan
perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54)
Mereka
mengingkari adanya Tuhan Yang Maha Pencipta, dan meyakini bahwa tiada tuhan
bagi mereka selain Fir'aun. Setelah Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya
aku adalah utusan Tuhanku, Tuhan semesta alam." Maka Fir'aun bertanya
kepada Musa, "Siapakah Tuhan yang kamu duga bahwa Dia adalah Tuhan semesta
alam selainku?" Demikianlah menurut penafsiran ulama Salaf dan para imam
Khalaf. Sehingga As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini sama maknanya dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى *
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}
Berkata
Fir’aun, "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” Musa berkata,
"Tuhan kami ialah (Tuhan)
yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian
memberinya petunjuk.” (Taha: 49-50)
Orang
dari kalangan ahli logika dan lain-lainnya menduga bahwa pertanyaan, ini
menyangkut jati diri. Sesungguhnya dia keliru. Karena sesungguhnya Fir'aun
tidaklah mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta, yang karenanya dia
menanyakan tentang jati diri-Nya. Bahkan Fir'aun adalah orang yang sama sekali
ingkar terhadap keberadaan-Nya, menurut pengertian lahiriah ayat, sekalipun
semua hujah dan bukti telah ditegakkan terhadap dirinya. Pada saat itu Musa
menjawab, setelah Fir'aun bertanya tentang Tuhan semesta alam:
{قَالَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا
بَيْنَهُمَا}
Musa
menjawab, "Tuhan Pencipta langit dan bumi, dan apa-apa yang ada di antara
keduanya (itulah Tuhan kalian).”
(Asy-Syu'ara': 24)
Yakni
Dia Pencipta kesemuanya, Yang memilikinya, Yang mengaturnya dan Yang menjadi
Tuhannya, tiada sekutu bagi-Nya. Dia adalah Pencipta seluruh segala sesuatu,
baik alam langit dan semua yang ada padanya —seperti bintang-bintang yang
tetap, yang beredar, dan yang bersinar— maupun alam bawah beserta segala
sesuatu yang ada padanya —seperti lautan, padang pasir, gunung-gunung,
pepohonan, hewan-hewan, tumbuh tumbuhan, dan buah-buahan— serta yang ada di
antara keduanya —seperti udara dan burung-burung—juga segala sesuatu yang ada
di udara; semuanya adalah hamba Allah, tunduk, dan patuh kepada-Nya.
{إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ}
jika
kamu sekalian (orang-orang)
mempercayai-Nya. (Asy-Syu'ara': 24)
Maksudnya,
jika kalian mempunyai hati berkeyakinan dan mata yang tajam. Maka pada saat itu
Fir'aun berpaling ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya yang terdiri dari
pemuka-pemuka kaumnya dan para hulubalang pembantunya seraya berkata kepada
mereka dengan nada sinis dan tidak percaya yang maksudnya ditujukan kepada
Musa, sebagai jawaban dari ucapannya:
{أَلا تَسْتَمِعُونَ}
Apakah
kalian tidak mendengarkan? (Asy-Syu'ara':
25)
Yakni
apakah kalian tidak heran dengan orang ini yang menduga bahwa kalian mempunyai
Tuhan selain aku? Maka Musa berkata kepada mereka:
{رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}
Tuhan
kalian dan Tuhan nenek moyang kalian yang dahulu. (Asy-Syu'ara': 26)
Yaitu
yang telah menciptakan kalian dan nenek moyang kalian yang terdahulu sebelum
Fir'aun ada.
قَالَ
إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ
Fir'aun
berkata, "Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada kalian benar-benar
orang gila.” (Asy-Syu'ara':
27)
Yakni
tidak berakal dalam pengakuannya yang mengatakan bahwa ada tuhan lain selain
aku.
{قَالَ}
Musa
berkata. (Asy-Syu'ara': 28)
Musa
berkata kepada orang-orang yang telah ditipu oleh Fir'aun melalui dakwaan
palsunya itu, sebagaimana yang disebutkan oleh firman berikut:
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا
بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ}
Tuhan
yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhan kalian) jika kalian
mempergunakan akal. (Asy-Syu'ara': 28)
Artinya
Dialah yang menjadikan timur sebagai tempat terbitnya bintang-bintang, dan
menjadikan barat sebagai tempat tenggelamnya bintang-bintang, baik yang tetap
maupun yang beredar, sesuai dengan tatanan yang telah ditundukkan dan diatur
oleh-Nya. Dengan kata lain, jika tuhan yang kalian dakwakan sebagai tuhan
kalian sebenarnya, hendaklah ia membalikkan tatanan tersebut dengan menjadikan
arah timur menjadi barat dan barat menjadi timur. Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ
أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ
يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ}
orang
yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah
Yang menghidupkan dan mematikan, "orang itu berkata, "Saya dapat
menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.” (Al-Baqarah:
258), hingga akhir ayat.
Karena
itulah setelah Fir'aun merasa kalah dan tidak punya alasan lagi untuk mendebat,
maka ia beralih menggunakan kekuasaan dan kekuatan serta pengaruhnya. Dia
menduga bahwa cara tersebut bermanfaat bagi dirinya dan berpengaruh langsung
terhadap Musa a.s., seperti yang disebutkan dalam firman selanjutnya:
Asy-Syu'ara', ayat 29-37
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ
إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ (29) قَالَ أَوَلَوْ
جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ (30) قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
(31) فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ (32) وَنَزَعَ يَدَهُ
فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ (33) قَالَ لِلْمَلَإِ حَوْلَهُ إِنَّ
هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ (34) يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ
بِسِحْرِهِ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ (35) قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي
الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (36) يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ (37)
Fir’aun berkata,
"Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.” Musa berkata, "Dan
apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku
tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?” Fir’aun berkata,
"Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar?” Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang
tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik
tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar)
bagi orang-orang yang melihatnya. Fir’aun berkata kepada pembesar-pembesar
yang berada di sekelilingnya, "Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang
ahli sihir yang pandai, ia hendak mengusir kalian dari negeri kalian sendiri
dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kalian anjurkan?” Mereka menjawab,
"Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh
negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir), niscaya mereka
akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu.
Setelah hujah ditegakkan
terhadap Fir'aun dengan keterangan yang jelas dan rasional, Fir'aun memakai
sarana lain untuk mengalahkan Musa, yaitu dengan kekuasaan dan kekuatannya.
Fir'aun merasa yakin bahwa dia tidak dapat melanjutkan perdebatannya dan kalah dari
Musa, maka tiada cara lain kecuali hanya dengan menggunakan kekuasaannya. Untuk
itu ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي
لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}
Sungguh jika kamu menyembah
Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan. (Asy-Syu'ara': 29)
Maka Musa menjawab:
{أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ}
Dan apakah (kamu akan melakukan ini) kendatipun aku tunjukkan kepadamu
sesuatu (keterangan) yang nyata? (Asy-Syu'ara': 30)
Yakni bukti yang pasti lagi
jelas.
{قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ
الصَّادِقِينَ فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ}
Fir’aun berkata,
"Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang
nyata itu, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Maka Musa melemparkan
tongkatnya yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. (Asy-Syu'ara':
31-32)
Yaitu jelas dan terang,
kelihatan nyata sangat besar mempunyai kaki-kaki dan mulut yang besar serta
bentuknya yang sangat mengerikan.
{وَنزعَ يَدَهُ} أَيْ: مِنْ جَيْبِهِ
{فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ}
Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar)
bagi orang-orang yang melihatnya. (Asy-Syu'ara': 33)
Maksudnya, berkilauan seperti
sinar rembulan. Maka dengan serta merta karena terdorong oleh sikap angkuhnya,
ia mendustakan dan mengingkari hal tersebut, lalu ia berkata kepada orang-orang
yang ada di sekelilingnya:
{إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ}
Sesungguhnya Musa itu
benar-benar seorang ahli sihir yang pandai. (Asy-Syu'ara':
34), hingga akhir ayat.
Yakni seorang yang pakar dan
mahir dalam ilmu sihir. Fir'aun melancarkan hasutannya kepada mereka, bahwa apa
yang dikemukakan oleh Musa itu termasuk ilmu sihir, bukan mukjizat. Kemudian
dia mengasung mereka dan menggerakkan mereka untuk menentang Musa dan
mengingkarinya. Untuk itu ia berkata:
يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ
مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِ
ia hendak mengusir kalian
dari negeri kalian sendiri dengan sihirnya. (Asy-Syu'ara':
35), hingga akhir ayat.
Yaitu bermaksud memperoleh
simpati hati orang-orang agar mengikutinya dengan melalui pertunjukkannya itu,
sehingga para pendukung dan para pembantunya bertambah banyak, dan akhirnya dia
akan mengalahkan negeri kalian ini, lalu merebutnya dari tangan kalian. Maka
berilah aku saran apa yang harus kulakukan terhadapnya?
{قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي
الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ}
Mereka menjawab,
"Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan
kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli
sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai
kepadamu. (Asy-Syu'ara': 36-37)
Maksudnya, tangguhkanlah urusan
dia dan saudaranya itu sebelum kamu menghimpunkan semua pakar tukang sihir dari
seluruh kota-kota besar negerimu untuk menghadapinya. Mereka akan mendatangkan
hal yang semisal dengan apa yang didatangkannya, dan akhirnya kamulah yang
menang dan mendapat dukungan. Maka Fir'aun menyetujui saran dan usul mereka
itu. Padahal hal ini merupakan makar dari Allah terhadap mereka untuk
menundukkan mereka dalam pertandingan tersebut. Karena semua orang akan
berkumpul di suatu lapangan untuk menyaksikannya; dan kelak mukjizat-mukjizat
Allah, hujah-hujah, serta bukti-bukti-Nya akan menang di hadapan mata semua
manusia di siang hari bolong.
Asy-Syu'ara', ayat 38-48
فَجُمِعَ السَّحَرَةُ
لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (38) وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنْتُمْ مُجْتَمِعُونَ
(39) لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ
السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (40) فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ
قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ
(41) قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (42) قَالَ لَهُمْ
مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ (43) فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ
وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ (44)
فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ (45) فَأُلْقِيَ
السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ (46) قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (47) رَبِّ
مُوسَى وَهَارُونَ (48)
Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli
sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum, dan dikatakan kepada
orang banyak, "Berkumpullah kamu sekalian, semoga kita mengikuti ahli-ahli
sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang.” Maka tatkala ahli-ahli sihir
datang, mereka bertanya kepada Fir’aun, "Apakah kami sungguh-sungguh
mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"
Fir’aun menjawab, "Ya. Kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku).”
Berkatalah Musa kepada mereka, "Lemparkanlah apa yang hendak kalian
lemparkan.” Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan
berkata, "Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan
menang.” Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. Maka tersungkurlah ahli-ahli
sihir sambil bersujud (kepada Allah). Mereka berkata, "Kami beriman
kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.”
Allah Swt. menceritakan perdebatan
antara Musa a.s. dan orang-orang Qibti dalam surat Al-A'raf, surat Taha, dan
surat Asy-Syu'ara' ini. Demikian itu karena orang-orang Qibti bermaksud
memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, maka Allah menolak. Dia tetap akan
menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Demikianlah perihal kekufuran dan keimanan, tidak sekali-kali keduanya
berhadapan dan berbenturan, melainkan iman dapat mengalahkannya.
{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ
فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ}
Sebenarnya Kami melontarkan
yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan
serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagi kalian disebabkan
kalian menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang
tidak layak bagi-Nya). (Al-Anbiya: 18)
{وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ
وَزَهَقَ الْبَاطِلُ}
Dan katakanlah, "Yang
benar telah datang dan yang batil telah lenyap.”(Al-Isra':
81), hingga akhir ayat.
Para ahli sihir datang dari
segenap penjuru negeri Mesir, mereka diundang oleh Fir'aun, pada masa itu
mereka adalah orang yang paling pandai dan paling pakar dalam ilmu sihir dan
paling ahli dalam membuat ilusi pandangan mata orang lain. Para ahli sihir yang
dikumpulkan oleh Fir'aun jumlahnya sangat banyak; menurut suatu pendapat jumlah
mereka dua belas ribu orang. Menurut pendapat yang lain lima belas ribu orang;
menurut pendapat yang lainnya lagi tujuh belas ribu orang. Ada yang mengatakan
bahwa jumlah mereka sembilan belas ribu orang, ada yang mengatakan tiga puluh
ribu orang lebih, ada yang mengatakan delapan puluh ribu orang, ada pula yang
mengatakan lebih dari itu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang jumlah
mereka yang sebenarnya.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa
mereka dapat terhimpunkan berkat usaha empat orang dari kalangan mereka yang
merupakan para pemimpin mereka, yaitu Sabur, Azur, Hat-hat, dan Musaffa. Dan
orang-orang mencurahkan perhatiannya secara penuh untuk menghadiri pertemuan
tersebut. Seseorang dari mereka ada yang mengatakan seperti yang disebutkan
oleh firman-Nya:
لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ
السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ
semoga kita mengikuti
ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang. (Asy-Syu'ara': 40)
Mereka tidak mengatakan,
"Semoga kita mengikuti yang hak, baik itu berasal dari para ahli sihir
ataupun dari Musa." Hal ini tiada lain menunjukkan bahwa rakyat itu
mengikuti agama raja (pemimpin) mereka.
{فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ}
Maka tatkala ahli-ahli sihir
datang. (Asy-Syu'ara': 41)
Yakni tiba di majelis Fir'aun
yang saat itu mereka telah menyediakan bagi Fir'aun panggung khusus. Fir'aun
menghimpunkan para pelayannya, para hulubalangnya, para pembantu, dan para
pemimpin negeri serta semua bala tentara negerinya. Lalu para ahli sihir
berdiri di hadapan Fir'aun seraya meminta kebaikan darinya dan berada dekat
dengannya jika mereka beroleh kemenangan. Yakni inikah tujuan yang karenanya
engkau menghimpunkan kami? Mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{أَئِنَّ لَنَا لأجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ
الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ}
"Apakah kami
sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang
menang?” Fir’aun menjawab, "Ya. Kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian
benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)."
(Asy-Syu'ara': 41 -42)
Maksudnya, selain memenuhi apa
yang kalian minta, aku akan menjadikan kalian sebagai orang-orang terdekatku
dan teman semajelisku, lalu mereka kembali ke tempat pertandingan.
{قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ
وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى * قَالَ بَلْ أَلْقُوا}
(Setelah mereka berkumpul) mereka
berkata, "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu)
atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?” Berkata Musa, "Silakan
kamu sekalian melemparkan.” (Taha: 65-66)
Dalam surat ini disingkat, Musa
berkata kepada mereka:
{أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ *
فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا
لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ}
"Lemparkanlah apa yang
hendak kalian lemparkan.” Lalu mereka melemparkan tali temali dan
tongkat-tongkat mereka dan berkata, "Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya
kami benar-benar akan menang.”(Asy-Syu'ara': 43-44)
Ucapan seperti ini sama dengan
yang biasa dikatakan oleh orang awam yang jahil bila hendak melakukan sesuatu
yang penting, "Demi pahala si Fulan." Dalam surat Al-A'raf disebutkan
oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ
وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ}
mereka menyulap mata orang
dan menjadikan orang banyak itu takut serta mereka mendatangkan sihir yang
besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116)
Dan di dalam surat Taha
disebutkan melalui firman-Nya:
{فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ
يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى * فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ
خِيفَةً مُوسَى * قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى * وَأَلْقِ مَا فِي
يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ
السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}
Maka tiba-tiba tali-tali dan
tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat,
lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata:
"Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa
yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu
daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana
saja ia datang". (Taha: 66 - 69)
Dan dalam surat Asy-Syu'ara' ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ
تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ}
Kemudian Musa melemparkan
tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan
itu. (Asy-Syu'ara': 45)
Yakni menyambar dan mengumpulkan
semuanya dari setiap penjuru, lalu menelannya dan tidak meninggalkan sesuatu
pun darinya. Allah Swt. telah berfirman:
فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Karena itu, nyatalah yang
benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al-A'raf:
118)
sampai dengan firman-Nya:
رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ
(yaitu) Tuhan Musa dan Harun.
(Al-A'raf: 122)
Hal ini merupakan suatu
peristiwa yang sangat besar yang membuktikan kemenangan mukjizat yang nyata,
sekaligus sebagai hujah yang mematikan. Demikian itu karena orang-orang yang
diandalkan oleh Fir'aun untuk dapat menang menjadi kalah dan tunduk serta
beriman kepada Musa pada saat itu juga, dan mereka bersujud kepada Allah Tuhan
semesta alam yang telah mengutus Musa dan Harun dengan hak dan mukjizat yang
cemerlang. Fir'aun mengalami kekalahan yang fatal yang belum pernah ada
kekalahan semisal dengan apa yang dialaminya. Akan tetapi, Fir'aun adalah orang
yang sangat kurang ajar terhadap Allah; semoga laknat Allah, para malaikat, dan
semua manusia menimpanya. Maka ia dengan rasa angkuh, ingkar, dan sombongnya
mulai memutarbalikkan kenyataan, lalu ia mengancam para ahli sihir itu melalui
ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ
السِّحْرَ}
Sesungguhnya dia benar-benar
pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 49)
Dan firman-Nya:
{إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي
الْمَدِينَةِ}
sesungguhnya perbuatan ini
adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini. (Al-A'raf: 123), hingga akhir ayat. .
Asy-Syu'ara', ayat 49-51
{قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ
لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَسَوْفَ
تَعْلَمُونَ لأقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ
وَلأصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ (49) قَالُوا لَا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا
مُنْقَلِبُونَ (50) إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا
أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ (51) }
Fir’aun berkata, "Apakah
kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? Sesungguhnya
dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian, maka
kalian nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat
perbuatan kalian); sesungguhnya aku akan memotong tangan kalian dan kaki
kalian dengan bersilangan dan aku akan menyalib kalian semuanya.” Mereka
berkata, "Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami, sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami
akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama
beriman.”
Fir'aun mengancam para ahli
sihir, tetapi ancamannya tidak berpengaruh sedikit pun pada mereka, bahkan
tiada menambahkan pada diri mereka ancaman itu selain iman dan berserah diri
kepada Allah, Tuhan semesta alam. Demikian itu karena Allah telah menyingkapkan
dari kalbu para ahli sihir itu hijab kekafiran dan menampakkan kepada mereka
perkara yang hak melalui pengetahuan mereka yang tidak diketahui oleh kaumnya,
bahwa apa yang didatangkan oleh Musa itu bukanlah bersumber dari manusia, melainkan
dari Allah yang telah mendukungnya dan menjadikannya sebagai hujah dan dalil
yang menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Musa. Karena itulah
maka Fir'aun berkata kepada para ahli sihirnya, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ}
Apakah kamu sekalian beriman
kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kalian? (Asy-Syu'ara': 49)
Maksudnya, sudah seharusnya bagi
kalian meminta izin terlebih dahulu kepadaku sebelum memutuskan, dan janganlah
kalian melalaikan aku dalam hal tersebut. Jika aku mengizinkan kalian, maka
kalian boleh melakukannya; dan jika aku cegah kalian, maka kalian harus
mencegah pula, karena sesungguhnya akulah penguasa yang ditaati.
{إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ
السِّحْرَ}
Sesungguhnya dia benar-benar
pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 49)
Ini merupakan kilah Fir'aun yang
semua orang mengetahui kebatilannya, karena sesungguhnya para ahli sihir itu
belum pernah bertemu dengan Musa sebelum hari pertandingan itu. Maka mana
mungkin Musa dikatakan sebagai pemimpin mereka yang mengajarkan kepada mereka
ilmu sihir? Hal seperti ini jelas tidak akan dikatakan oleh seorang pun yang
berakal sehat.
Kemudian Fir'aun mengancam akan
memotong tangan dan kaki mereka, lalu menyalib mereka. Maka mereka menjawab,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَا ضَيْرَ}
Tidak ada kemudaratan (bagi kami). (Asy-Syu'ara': 50)
Yakni tiada halangan dan tiada
mudarat bagi kami, serta kami tidak peduli dengan ancaman itu.
{إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ}
sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami. (Asy-Syu'ara': 50)
Yaitu kembali kami hanya kepada
Allah Swt., dan Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik
dalam amalnya. Tiada sesuatu pun dari apa yang engkau lakukan terhadap kami
samar bagi-Nya, dan Dia kelak akan membalas kami dengan pembalasan yang
sempurna atas hal tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{إِنَّا نَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لَنَا
رَبُّنَا خَطَايَانَا}
sesungguhnya kami amat
menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kami. (Asy-Syu'ara': 51)
Yakni atas dosa-dosa yang telah
kami lakukan, dan perbuatan sihir yang engkau paksakan kepada kami untuk
melakukannya.
{أَنْ كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ}
karena kami adalah
orang-orang yang pertama-tama beriman. (Asy-Syu'ara':51)
disebabkan kami adalah orang
Qibti pertama yang mula-mula beriman. Maka Fir'aun membunuh mereka semuanya.
Asy-Syu'ara’ ayat 52-59
{وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ
بِعِبَادِي إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ (52) فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ
حَاشِرِينَ (53) إِنَّ هَؤُلاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ (54) وَإِنَّهُمْ لَنَا
لَغَائِظُونَ (55) وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ (56) فَأَخْرَجْنَاهُمْ مِنْ
جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (57) وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ (58) كَذَلِكَ
وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ (59) }
Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa, "Pergilah di malam hari dengan
membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian
akan disusuli.” Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya)
ke kota-kota. (Fir'aun berkata), "Sesungguhnya mereka (Bani
Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal
yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang
selalu berjaga-jaga. Maka Kami keluarkan. Fir’aun dan kaumnya dari taman-taman
dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia,
demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani
Israil.
Setelah Musa tinggal cukup lama
di negeri Mesir dan telah menegakkan hujah-hujah Allah dan bukti-bukti dari-Nya
terhadap Fir'aun dan bala tentaranya, sekalipun mereka tetap bersikap angkuh
dan ingkar,' sehingga tiada yang tersisa bagi mereka selain azab dan pembalasan
Allah. Maka Allah memerintahkan kepada Musa a.s. agar keluar di malam hari
membawa Bani Israil keluar dari negeri Mesir, lalu membawa mereka menuju ke
tempat yang telah diperintahkan agar Musa membawa mereka ke tempat itu.
Musa a.s. melakukan apa yang
diperintahkan oleh Tuhannya. Musa keluar membawa mereka setelah meminjam banyak
perhiasan dari kaum Fir'aun. Menurut keterangan yang diperoleh dari sejumlah
ahli tafsir, Musa membawa mereka keluar dari negeri Mesir di malam purnama saat
rembulan terbit. Mujahid rahimahullah mengatakan bahwa pada malam itu
terjadi gerhana bulan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya.
Disebutkan pula bahwa Musa a.s. menanyakan tentang kuburan Yusuf a.s., lalu ia
ditunjukkan oleh seorang nenek-nenek dari kalangan Bani Israil. Maka Musa
membawa peti jenazah Nabi Yusuf pergi bersama mereka. Menurut suatu pendapat,
Musa sendirilah yang memanggul peti itu. Disebutkan pula Nabi Yusuf a.s. pernah
berwasiat bahwa apabila Bani Israil keluar (dari Mesir), hendaknya mereka
membawanya pergi bersama mereka.
Kisah mengenai hal ini
disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim rahimahullah.
حدَّثنا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَرَ بْنِ أَبَانِ بْنِ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ ابْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
مُوسَى قَالَ: نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِأَعْرَابِيٍّ فَأَكْرَمَهُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَعَاهَدْنَا. فَأَتَاهُ الْأَعْرَابِيُّ فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا حَاجَتُكَ؟ "
قَالَ نَاقَةٌ بِرَحْلِهَا وَأَعْنُزٌ يَحْتَلِبُهَا أَهْلِي، فَقَالَ:
"أَعْجَزْتَ أَنْ تَكُونَ مِثْلَ عَجُوزِ بَنِي إِسْرَائِيلَ؟ " فَقَالَ
لَهُ أَصْحَابُهُ: وَمَا عَجُوزُ بَنِي إِسْرَائِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"إِنَّ مُوسَى لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَسِيرَ بِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَضَلَّ
الطَّرِيقَ، فَقَالَ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ: مَا هَذَا؟ فَقَالَ لَهُ عُلَمَاءُ
بَنِي إِسْرَائِيلَ: نَحْنُ نحِّدثك أَنَّ يُوسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا
حَضَرَهُ الْمَوْتُ أَخَذَ عَلَيْنَا مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ أَلَّا نَخْرُجَ مِنْ
مِصْرَ حَتَّى نَنْقُلَ تَابُوتَهُ مَعَنَا، فَقَالَ لَهُمْ مُوسَى: فَأَيُّكُمْ
يَدْرِي أَيْنَ قَبْرُ يُوسُفَ؟ قَالُوا: مَا يَعْلَمُهُ إِلَّا عَجُوزٌ لِبَنِي
إِسْرَائِيلَ. فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا فَقَالَ لَهَا: دُلِّينِي عَلَى قَبْرِ
يُوسُفَ. فَقَالَتْ: وَاللَّهِ لَا أَفْعَلُ حَتَّى تُعْطِيَنِي حُكْمِي. قَالَ
لَهَا: وَمَا حُكْمُكِ؟ قَالَتْ: حُكْمِي أَنْ أَكُونَ مَعَكَ فِي الْجَنَّةِ.
فَكَأَنَّهُ ثَقُلَ عَلَيْهِ ذَلِكَ، فَقِيلَ لَهُ: أَعْطِهَا حُكْمَهَا. قَالَ:
فَانْطَلَقَتْ مَعَهُمْ إِلَى بُحَيْرَةٍ -مُسْتَنْقَعِ مَاءٍ -فَقَالَتْ لَهُمْ:
أَنْضِبُوا هَذَا الْمَاءَ. فَلَمَّا أَنْضَبُوهُ قَالَتِ: احْتَفِرُوا، فَلَمَّا
احْتَفَرُوا اسْتَخْرَجُوا قَبْرَ يُوسُفَ، فَلَمَّا احْتَمَلُوهُ إِذَا
الطَّرِيقُ مِثْلَ ضَوْءِ النهار
Disebutkan bahwa telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Umar ibnu Aban ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Fudail, dari Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu
Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah singgah di rumah seorang
Badui, lalu orang Badui itu menghormatinya. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Engkau
telah menghormati kami." Kemudian orang Badui itu datang kepada
Rasulullah Saw. Lalu Rasul Saw. bertanya, "Apa keperluanmu ?"
Orang Badui itu menjawab, "Unta lengkap dengan pelananya dan kambing
betina yang akan menjadi kambing perahan keluargaku." Maka Rasulullah Saw.
bersabda, "Apakah kamu tidak mampu berbuat seperti apa yang dilakukan
oleh seorang wanita tua Bani Israil?" Para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan wanita tua Bani
Israil?" Rasulullah Saw. menjawab, bahwa sesungguhnya Musa a.s. ketika
hendak membawa pergi Bani Israil di malam hari sesat jalan. Maka ia bertanya
kepada kaum Bani Israil, "Mengapa demikian?" Salah seorang ulama Bani
Israil menjawab, "Kami akan bercerita kepadamu bahwa sesungguhnya Yusuf
a.s. ketika menjelang kewafatannya telah mengambil suatu janji atas diri kami
dengan nama Allah, bahwa kami tidak boleh keluar meninggalkan negeri Mesir
sebelum membawa peti jenazahnya bersama-sama kami." Maka Musa berkata
kepada mereka, "Siapakah di antara kalian yang mengetahui kuburan Yusuf?"
Mereka menjawab, "Tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali seorang
nenek Bani Israil." Kemudian Musa memanggil nenek itu dan berkata
kepadanya, "Tunjukkanlah kepadaku tempat kuburan Yusuf." Si nenek
menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan menunjukkannya sebelum kamu memberikan
upahnya kepadaku." Musa bertanya, "Lalu apakah upah yang kau
minta?" Si nenek berkata, "Upahku ialah hendaknya aku dapat bersamamu
di dalam surga." Musa merasa keberatan dengan permintaannya itu, lalu
dikatakan kepada Musa, "Berilah saja upahnya itu." Kemudian si nenek
pergi bersama mereka ke sebuah danau (rawa), lalu ia berkata kepada mereka,
"Keringkanlah air rawa ini." Setelah mereka mengeringkannya, si nenek
berkata, "Galilah tempat ini." Maka mereka menggalinya dan mengeluarkan
peti jenazah Yusuf. Setelah mereka membawanya, tiba-tiba jalan menjadi terang
seperti cahaya siang hari bagi mereka.
Hadis ini garib sekali,
yang lebih mendekati kebenaran predikat hadis ini mauquf, hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Pada pagi harinya ternyata di
tempat perkumpulan orang-orang Bani Israil tidak terdapat seorang manusia pun.
Keadaan ini membuat Fir'aun murka dan bertambah kebenciannya terhadap Bani
Israil. Hal tersebut merupakan takdir Allah yang menghendaki kebinasaannya.
Maka Fir'aun memerintahkan kepada utusan kilatnya untuk pergi ke berbagai kota
guna memanggil semua bala tentara seraya menyerukan:
{إِنَّ هَؤُلاءِ} -يَعْنِي: بَنِي
إِسْرَائِيلَ - {لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ}
Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil. (Asy-Syu'ara': 54)
Maksudnya, kaum Bani Israil itu
kecil jumlahnya bila dibandingkan dengan kekuatan kita.
{وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ}
dan sesungguhnya mereka
membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita. (Asy-Syu'ara':
55)
Yaitu setiap waktu sampai kepada
kita dari mereka hal-hal yang membuat kita marah.
{وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ}
dan sesungguhnya kita
benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga. (Asy-Syu'ara':
56)
Yaitu kita setiap waktu bersikap
waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh musuh. Dan segolongan ulama salaf
membacanya Haziruna. Artinya selalu siap dengan senjata kita, dan sesungguhnya
aku hendak membasmi mereka sampai ke akar-akarnya. Ternyata kejadiannya justru
sebaliknya, dia dan bala tentaranyalah yang binasa.
****
Firman Allah Swt.:
{فَأَخْرَجْنَاهُمْ مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ}
Maka Kami keluarkan Fir’aun
dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari)
perbendaharaan dan kedudukan yang mulia. (Asy-Syu'ara': 57-58)
Artinya, mereka keluar dari
kehidupan yang senang itu menuju kepada kebinasaan; dan mereka meninggalkan
tempat-tempat tinggal yang tinggi-tinggi, kebun-kebun, sungai-sungai, harta
benda, rezeki-rezeki yang berlimpah, dan kerajaan serta kedudukan yang
berlimpah di dunia ini.
{كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ}
demikianlah halnya dan Kami
anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara':
59)
Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا
يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا}
Dan Kami pusakakan kepada
kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian
baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. (Al-A'raf:
137), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt. lainnya,
yaitu:
{وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ
اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ
الْوَارِثِينَ}
Dan Kami hendak memberi
karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang
yang mewarisi (bumi). (Al-Qasas: 5), hingga akhir ayat berikutnya.
Asy-Syu'ara', ayat 60-68
فَأَتْبَعُوهُمْ
مُشْرِقِينَ (60) فَلَمَّا تَرَاءَى
الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ (61) قَالَ كَلَّا إِنَّ
مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ (62) فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ
بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
(63) وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ (64) وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ
أَجْمَعِينَ (65) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ (66) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً
وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (67) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ
الرَّحِيمُ (68)
Maka Fir’aun dan bala
tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua
golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa,
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab,
"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak
Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Kami wahyukan kepada Musa "Pukullah
lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap
belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan
yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.
Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat)
tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Sebagian ulama tafsir yang bukan
hanya seorang mengatakan bahwa Fir'aun keluar dengan diiringi oleh iringan yang
besar terdiri dari. sejumlah besar orang-orang kerajaannya, yaitu para ahli
musyawarahnya, para patih, para hulubalang, para pembesar kerajaan, dan bala tentaranya.
Adapun mengenai kisah yang disebutkan oleh kebanyakan kisah Israiliyat yang
menyebutkan bahwa Fir'aun berangkat dengan membawa sejuta enam ratus pasukan
berkudanya; yang seratus ribunya antara lain terdiri dari kuda yang hitam, maka
kisah ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Ka'bul Ahbar mengatakan
bahwa di antara pasukan itu terdapat pasukan yang berkuda hitam, jumlah mereka
delapan ratus ribu orang; pendapat ini pun masih perlu dipertimbangkan
kebenarannya. Yang jelas kisah tersebut hanyalah kisah Israiliyat yang
dilebih-lebihkan. Allah Swt. Yang Maha Mengetahui kebenarannya.
Apa yang dapat dijadikan
pegangan adalah kisah yang diberitakan oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an tidak
menyebutkan bilangan mereka karena tidak ada faedahnya, yang jelas mereka
keluar seluruhnya (mengejar Musa dan Bani Israil).
{فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِينَ}
Maka Fir’aun dan bala
tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. (Asy-Syu'ara': 60)
Yakni Fir'aun dan pasukannya
berhasil mengejar mereka (dan mereka kelihatan) di waktu matahari terbit.
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ}
Maka setelah kedua golongan
itu saling melihat. (Asy-Syu'ara': 61)
Maksudnya, masing-masing dari
kedua golongan itu dapat melihat yang lainnya.
{قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ}
berkatalah pengikut-pengikut
Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syu'ara': 61)
Demikian itu karena perjalanan
mereka sampai di tepi pantai laut, yaitu Laut Merah. Di hadapan mereka
terbentang laut yang luas, sedangkan di belakang mereka kelihatan Fir'aun dan
bala tentaranya mengejar mereka. Karena itulah mereka mengatakan:
{إِنَّا لَمُدْرَكُونَ قَالَ كَلا إِنَّ
مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
"Sesungguhnya kita
benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.” (Asy-Syu'ara': 61 -62)
Yakni tiada sesuatu pun dari hal
yang kalian khawatirkan akan menimpa kalian, karena sesungguhnya Allah Swt.
Dialah yang telah memerintahkanku untuk berjalan ke arah ini bersama kalian,
sedangkan Dia tidak akan mengingkari janji-(Nya).
Saat itu Harun a.s. berada di
barisan paling depan bersama Yusya' ibnu Nun, dan orang-orang yang beriman dari
kalangan keluarga Fir'aun serta Musa berada di barisan tengah. Sebagian
kalangan ulama tafsir yang bukan hanya seorang menyebutkan bahwa saat itu kaum
Bani Israil berhenti, mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Lalu
Yusya' ibnu Nun atau orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun berkata
kepada Musa a.s., "Hai Nabi Allah, apakah Tuhanmu memerintahkanmu berjalan
ke tempat ini?" Musa menjawab, "Ya." Maka Fir'aun dan pasukannya
bertambah dekat, dan jaraknya hanya tinggal sedikit sampai kepada mereka. Pada
saat itulah Allah memerintahkan kepada nabi-Nya (yaitu Musa a.s.) agar memukul
laut dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya seraya
berkata, "Terbelahlah kamu dengan seizin Allah!"
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan,
telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami
Safwan ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kamLAl-Walid, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Hamzah ibnu Yusuf, dari Abdullah ibnu Salam, bahwa
setelah Musa sampai di tepi laut, berkatalah ia, "Wahai Tuhan yang telah
ada sebelum segala sesuatu ada, wahai Tuhan Yang menciptakan segala sesuatu,
wahai Tuhan Yang Kekal sesudah segala sesuatu (tiada), jadikanlah jalan keluar
bagi kami." Maka Allah memerintahkan kepadanya melalui firman-Nya: Pukullah
lautan itu dengan tongkatmu! (Asy-Syu'ara': 63)
Qatadah mengatakan bahwa pada
malam itu Allah memerintahkan kepada laut tersebut (seraya berfirman),
"Apabila Musa memukulmu dengan tongkatnya, maka dengarkanlah ucapannya dan
taatilah perintahnya." Maka pada malam itu laut tersebut bergetar
semalaman, tanpa mengetahui dari sisi mana Musa akan memukulnya.
Setelah Musa sampai ke tepi
pantai, berkatalah kepadanya pelayannya (yaitu Yusya' ibnu Nun), "Wahai
Nabi Allah, apakah yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu?" Musa menjawab,
"Tuhan telah memerintahkan kepadaku agar memukul laut dengan tongkatku
ini." Yusya' ibnu Nun berkata, "Kalau begitu, cepat pukullah."
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan
bahwa Allah memerintahkan kepada laut —menurut riwayat yang sampai kepadaku—
bahwasanya apabila Musa memukulmu dengan tongkatnya, maka terbelahlah kamu
untuknya. Maka semalaman laut itu bergetar, dan sebagian darinya memukul
sebagian yang lain karena takut kepada Allah Swt. serta menunggu apa yang
diperintahkan oleh Allah Swt. Allah mewahyukan kepada Musa melalui firman-Nya: Pukullah
lautan itu dengan tongkatmu! (Asy-Syu'ara': 63) Maka Musa memukulnya dengan
tongkatnya yang berisikan kekuasaan dari Allah'yang telah diberikan kepadanya,
dan laut itu terbelah. Menurut kisah yang diceritakan oleh bukan hanya seorang,
Musa datang ke laut dan memanggilnya dengan nama kunyah, seraya berkata,
"Terbelahlah kamu, hai Abu Khalid, dengan seizin Allah!"
****
Firman Allah Swt.:
{فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ
كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ}
Maka terbelahlah lautan itu,
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Asy-Syu'ara': 63)
Yakni seperti bukit yang
besar-besar. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b,
Ad-Dahhak, Qatadah, dan lain-lainnya.
Menurut Ata Al-Khurrasani, yang
dimaksud dengan At-Taud ialah celah yang ada di antara dua bukit.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa laut
itu membentuk dua belas jalan, masing-masing jalan untuk tiap kabilah.
As-Saddi menambahkan bahwa pada
tiap jalan terdapat lubang-lubang sehingga sebagian dari mereka dapat melihat
sebagian yang lainnya, sedangkan air laut berdiri tegak seperti halnya tembok.
Allah juga mengirimkan angin ke dasar laut, lalu meniupnya sehingga dasar laut
kering seperti permukaan bumi.
****
Allah Swt. berfirman:
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ
يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka buatlah untuk mereka
jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak
usah takut (akan tenggelam). (Taha:77)
Dan dalam surat ini disebutkan
oleh firman-Nya:
وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ
الْآخَرِينَ
Dan di sanalah Kami dekatkan
golongan yang lain. (Asy-Syu 'ar3': 64)
وَأَزْلَفْنَا artinya 'di sanalah'.
Ibnu Abbas, Ata Al-Khurrasani,
Qatadah, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Azlafna,
yakni Kami dekatkan Fir'aun dan bala tentaranya ke laut.
{وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ
أَجْمَعِينَ ثُمَّ أَغْرَقْنَا الآخَرِينَ}
Dan Kami selamatkan Musa dan
orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain
itu. (Asy-Syu'ara': 65-66)
Yaitu Kami selamatkan Musa dan
Bani Israil serta orang-orang yang mengikuti mereka, seagama dengan mereka;
tiada seorang pun dari mereka yang binasa. Fir'aun berikut bala tentaranya
ditenggelamkan sehingga tidak ada seorang pun dari mereka melainkan binasa (mati
tenggelam).
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan,
telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Syababah, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu
Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ketika Musa membawa serta Bani Israil
pergi di malam hari, beritanya sampai kepada Fir'aun, lalu Fir'aun
memerintahkan agar disembelihkan seekor kambing. Kambing itu disembelih, dan
Fir'aun berkata, Tidak, demi Tuhan, sebelum kambing ini selesai dikuliti harus
dikumpulkan kepadaku enam ratus ribu orang Qibti." Musa berangkat hingga
sampailah di tepi laut, lalu Musa berkata kepada laut, "Terbelahlah
kamu.!" Maka laut berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau, hai Musa,
terlalu berlebihan. Apakah aku pernah terbelah untuk seseorang dari anak Adam,
lalu aku membelah diriku untukmu?" Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa
saat itu Musa ditemani oleh seorang lelaki yang mengendarai kuda, lalu lelaki
itu berkata kepada Musa, "Ke manakah engkau diperintahkan, hai Nabi
Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah ini
(laut)." Maka ia memacu kudanya ke laut, lalu kudanya itu berenang dan
menepi. Lalu lelaki itu berkata, "Kemanakah engkau diperintahkan, hai Nabi
Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah
ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, engkau tidak berdusta dan laut
pun tidak berdusta." Kemudian lelaki itu memasukkan kudanya ke laut.
Kudanya itu berenang, lalu menepi lagi. Lelaki itu kembali bertanya, "Ke
arah manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab,
"Aku hanya diperintahkan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu
berkata, "Demi Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta."
Lalu ia memasukkan keduanya ke laut untuk kedua kalinya. Kudanya itu berenang
dan menepi lagi. Lelaki itu bertanya lagi, "Ke arah manakah engkau
diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Aku hanya
diperintahkan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu berkata, "Demi
Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta." Ibnu Mas'ud melanjutkan
kisahnya, bahwa saat itu Allah memerintahkan kepada Musa untuk memukulkan
tongkatnya ke laut, lalu Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Maka
terbelahlah laut tersebut membentuk dua belas jalan, masing-masing jalan buat
tiap kabilah Bani Israil; mereka dapat saling berpandangan di antara sesamanya.
Setelah semua pengikut Musa keluar dari laut itu dan Fir'aun beserta bala
tentaranya masuk semuanya ke dalam laut itu, maka laut tersebut menutup kembali
dan menenggelamkan mereka.
Di dalam riwayat Israil, dari
Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah disebutkan bahwa ketika orang
yang terakhir dari pengikut Musa keluar dari laut itu, dan Fir'aun beserta
semua pengikutnya masuk ke laut, maka laut tersebut mengatup kembali
menenggelamkan mereka. Belum ada suatu pemandangan orang tenggelam sebanyak itu
selain hari itu, Fir'aun la'natullah pun ikut tenggelam.
****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat). (Asy-Syu'ara': 67)
Yakni di dalam kisah ini dan
keajaiban yang terkandung di dalamnya, serta pertolongan dan kemenangan bagi
hamba-hamba Allah yang mukmin, benar-benar terkandung dalil dan hujah yang
pasti serta hikmah yang agung.
{وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ *
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
tetapi kebanyakan mereka
tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa
lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 67-68)
Asy-Syu'ara', ayat 69-77
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ
(69) إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (70) قَالُوا نَعْبُدُ
أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (71) قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ
تَدْعُونَ (72) أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ (73) قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا
آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (74) قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ
تَعْبُدُونَ (75) أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ (76) فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ
لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ (77) }
Dan bacakanlah kepada mereka
kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Apakah yang
kalian sembah?” Mereka menjawab, "Kami menyembah berhala-berhala dan kami
senantiasa tekun menyembahnya.” Berkata Ibrahim, "Apakah berhala-berhala
itu mendengar (doa) kalian sewaktu kalian berdoa
(kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepada kalian
atau memberi mudarat?” Mereka menjawab, "(Bukan karena itu) sebenarnya
kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.” Ibrahim berkata, "Maka
apakah kalian telah memperhatikan apa yang selalu kalian sembah, kalian dan
nenek moyang kalian yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kalian sembah itu
adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.”
Allah Swt. menceritakan perihal
hamba, rasul, dan kekasih-Nya (yaitu Ibrahim a.s., pemimpin orang-orang hanif).
Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad Saw.) untuk
membacakan kepada umatnya kisah ini agar mereka mengikuti jejaknya dalam hal
keikhlasan, tawakal, dan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta
berlepas diri dari kemusyrikan dan para pengikutnya. Karena sesungguhnya Allah
Swt. telah memberikan petunjuk-Nya kepada Ibrahim sejak dia masih kecil, lalu
berlanjut sampai usia tuanya. Sesungguhnya Ibrahim sejak tumbuh dewasa
mengingkari perbuatan kaumnya yang menyembah berhala di samping Allah Swt. Maka
ia berkata kepada ayahnya dan kaumnya:
{لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ}
Apakah yang kalian sembah? (Asy-Syu'ara': 70)
Artinya, apakah berhala-berhala
yang kalian sembah ini?
{قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ
لَهَا عَاكِفِينَ}
Mereka menjawab, "Kami
menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”(Asy-Syu'ara': 71)
Yakni kami tekun menyembahnya
dan menyerunya.
{قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ
أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ
يَفْعَلُونَ}
Berkata Ibrahim, "Apakah
berhala-berhala itu mendengar (doa) kalian
sewaktu kalian berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat kepada kalian atau memberi mudarat?” Mereka menjawab, "(Bukan
karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.”(Asy-Syu'ara':
72-74)
Yaitu mereka mengakui bahwa
berhala-berhala mereka tidak dapat melakukan sesuatu pun dari hal tersebut.
Sesungguhnya mereka hanya melihat nenek moyang mereka berbuat demikian, lalu
mereka bersegera mengikuti jejaknya. Maka pada saat itu juga Ibrahim berkata
kepada mereka:
{قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ
تَعْبُدُونَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الأقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا
رَبَّ الْعَالَمِينَ}
"Maka apakah kalian
telah memperhatikan apa yang selalu kalian sembah, kalian dan nenek moyang
kalian yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah
musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara':
75-77)
Maksudnya, jika berhala-berhala
ini dapat melakukan sesuatu dan mempunyai pengaruh, silakan mereka melakukan
perbuatan jahat terhadap diriku; karena sesungguhnya aku adalah musuh mereka,
aku tidak mempedulikan mereka dan sama sekali tidak memikirkannya. Hal ini
semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang perkataan Nuh yang
disitir oleh firman-Nya:
{فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ}
karena itu bulatkanlah
keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu
kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71), hingga akhir ayat.
Hud berkata, seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي
بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا
تُنْظِرُونِ. إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ
دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Sesungguhnya aku jadikan
Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu,
jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi
tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan
kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)
Hal yang sama dikatakan oleh
Ibrahim a.s. saat berlepas diri dari berhala-berhala sembahan kaumnya,
sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا
تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ}
Bagaimana aku takut kepada
sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal
kalian tidak takut mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 81), hingga akhir
ayat.
Dan firman Allah Swt.:
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي
إِبْرَاهِيمَ}
Sesungguhnya telah ada suri
teladan yang baik bagimu pada Ibrahim (Al-Mumtahanah:
4)
sampai dengan firman-Nya:
حَتَّى تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesampai kamu beriman kepada
Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)
Demikian pula dalam firman Allah
Swt.:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ
وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ
سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}
Dan ingatlah ketika Ibrahim
berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung
jawab terhadap apa yang kalian sembah, tetapi (aku
menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi
hidayah kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf:
26-28)
Yakni kalimat 'Tidak ada Tuhan
selain Allah.'
Asy-Syu'ara', ayat 78-82
{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78)
وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
(80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ
لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (82) }
(yaitu Tuhan) Yang
telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
Artinya, aku tidak menyembah
kecuali Tuhan yang menjadikan segala sesuatu.
{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ}
(yaitu Tuhan) Yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. (Asy-Syu'ara': 78)
Yaitu Dialah Yang Menciptakan,
Yang telah menentukan ukuran dan memberi petunjuk semua makhluk kepada-Nya.
Maka tiap-tiap makhluk diciptakan berjalan menurut apa yang telah ditakdirkan
baginya; Dialah Yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya, dan Yang
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.
{وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ}
dan Tuhanku, Yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku. (Asy-Syu'ara': 79)
Yakni Dialah Yang menciptakan
aku dan memberiku rezeki dengan apa yang telah ditundukkan dan dimudahkan
oleh-Nya dari sarana yang ada di langit dan di bumi. Dia menggiring awan dan
menurunkan hujan, lalu menghidupkan bumi dan mengeluarkan darinya semua jenis
buah-buahan sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya. Dia juga menurunkan air tawar
yang mudah diminum untuk minum semua makhluk-Nya, yaitu berbagai macam hewan
ternak dan manusia yang jumlahnya banyak sekali.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ}
dan apabila aku sakit, Dialah
Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80)
Sakit dinisbatkan (disandarkan)
kepada diri Ibrahim, sekalipun pada kenyataannya berasal dari takdir Allah dan
ketetapan-Nya, juga sebagai ciptaan-Nya, tetapi sengaja disandarkan kepada diri
Ibrahim sebagai etika sopan santun terhadap Allah Swt. Seperti pengertian yang
disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang memerintahkan kepada orang salat
agar mengucapkan:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang
lurus. (Al-Fatihah: 6), hingga akhir surat.
Pemberian nikmat dan hidayah
disandarkan kepada Allah, sedangkan murka dibuang fa'il-nya karena etika
sopan santun, dan kesesatan disandarkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti apa
yang dikatakan oleh jin yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ
بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا}
Dan sesungguhnya kami tidak
mengetahui (dengan adanya penjagaan ini) apakah
keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka
menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10)
Hal yang sama dikatakan oleh
Ibrahim, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ}
dan apabila aku sakit, Dialah
Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80)
Bila aku sakit, sesungguhnya
tiada seorang pun selain-Nya yang dapat menyembuhkanku dengan berbagai macam
sarana pengobatan apa pun yang menjadi penyebab kesembuhan.
{وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ}
dan Yang akan mematikan aku,
kemudian akan menghidupkan aku (kembali).
(Asy-Syu'ara': 81)
Artinya, Dialah Yang
Menghidupkan dan Yang Mematikan; tiada seorang pun yang mampu melakukan hal
tersebut, karena sesungguhnya Dialah Yang memulai penciptaan dan Yang
mengulanginya.
{وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي
خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ}
dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. (Asy-Syu'ara':
82)
Yakni tiada seorang pun yang
mampu mengampuni dosa-dosa di dunia dan di akhirat kecuali hanya Dia. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Allah, Dia Maha
Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya.
Asy-Syu'ara', ayat 83-89
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا
وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83)
وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ
صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ (84) وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (85)
وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ (86) وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ
يُبْعَثُونَ (87) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى
اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
(Ibrahim berdoa), "Ya
Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,
karena sesungguhnya ia termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah
Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta
dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.
Ini mengisahkan tentang
permohonan Ibrahim a.s. agar diberi hikmah oleh Tuhannya. Menurut Ibnu Abbas,
yang dimaksud dengan hikmah ialah ilmu. Menurut Ikrimah adalah akal. Menurut
Mujahid yaitu Al-Qur'an, dan menurut As-Saddi kenabian.
Firman Allah Swt. yang menyitir
doa Ibrahim a.s.:
{وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ}
dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh. (Asy-Syu'ara': 83)
Maksudnya, jadikanlah aku ke
dalam golongan orang-orang saleh di dunia dan akhirat, seperti yang dikatakan
oleh Nabi Saw. ketika menjelang kewafatannya:
اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى" قَالَهَا ثَلَاثًا
Ya Allah, (masukkanlah aku) ke dalam Rafiqul A'la (golongan orang-orang
yang saleh yang menempati surga yang tertinggi). sebanyak tiga kali.
Di dalam sebuah hadis mengenai
doa disebutkan:
اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَمِتْنَا مُسْلِمِينَ،
وَأَلْحَقْنَا بِالصَّالِحِينَ، غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مُبْدِّلَيْنِ
Ya Allah, hidupkanlah aku
dalam keadaan muslim, dan matikanlah aku dalam keadaan muslim, dan masukkanlah
aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, bukan orang-orang yang kecewa dan
bukan pula orang-orang yang diganti.
****
Firman Allah Swt.:
{وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي
الآخِرِينَ}
dan jadikanlah aku buah tutur
yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.
(Asy-Syu'ara': 84)
Yakni jadikanlah aku seorang
yang menjadi buah tutur yang baik sesudahku yang selalu diingat dan dianuti
dalam kebaikan. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ.
سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
Kami abadikan untuk Ibrahim
itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang
yang datang kemudian, (yaitu), "Kesejahteraan dilimpahkan atas
Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. (As-Saffat: 108-110)
Mujahid dan Qatadah telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah aku buah tutur
yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. (Asy-Syu'ara':
84) Yaitu sanjungan yang baik. Mujahid mengatakan bahwa semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. (An-NahI:
122), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt. lainnya, yaitu: Dan Kami
berikan kepadanya balasannya di dunia. (Al-'Ankabut: 27), hingga akhir
ayat.
Lais ibnu Abu Sulaim mengatakan
bahwa semua agama mencintainya dan memihaknya. Hal yang sama dikatakan oleh
Ikrimah.
****
Firman Allah Swt.:
{وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ
النَّعِيمِ}
dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan. (Asy-Syu'ara': 85)
Artinya, berikanlah nikmat
kepadaku di dunia dengan menjadi buah tutur yang baik sesudahku; juga nikmat di
akhirat, yaitu Engkau jadikan aku termasuk orang-orang yang memusakai surga
yang penuh kenikmatan. Ucapan Ibrahim yang disitir oleh firman-Nya:
{وَاغْفِرْ لأبِي}
dan ampunilah bapakku. (Asy-Syu'ara': 86), hingga akhir ayat.
sama dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ}
Ya Tuhan kami, beri ampunlah
aku dan kedua ibu bapakku.(lbr§him: 41)
Ini merupakan doa yang dicabut
kembali oleh Ibrahim a.s., seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ
لأبِيهِ إِلا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا}
Dan permintaan ampun dari
Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak
lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. (At-Taubah:
114)
sampai dengan firman-Nya:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ
لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah:
114)
Allah Swt. telah memutuskan
permohonan ampun Ibrahim buat ayahnya, seperti yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri
teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
dia. (Al-Mumtahanah: 4)
sampai dengan firman-Nya:
وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ
dan aku tiada dapat menolak
sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah. (Al-Mumtahanah:
4)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ}
dan janganlah Engkau hinakan
aku pada hari mereka dibangkitkan. (Asy-Syu'ara':
87)
Maksudnya, lindungilah aku dari
kehinaan di hari kiamat dan di hari semua makhluk dibangkitkan dari yang
pertama sampai yang terakhir.
Imam Bukhari mengatakan
sehubungan dengan ayat ini:
قَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "إِنَّ إِبْرَاهِيمَ رَأَى أَبَاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ
الغَبَرَةُ والقَتَرَةُ"
bahwa Ibrahim ibnu Tahman telah meriwayatkan
dari Ibnu Abu Zi-b, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari
Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Kelak di hari kiamat
Ibrahim menjumpai bapaknya dalam keadaan berdebu dan hitam.
Menurut riwayat lain:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَخِي، عَنِ ابْنُ أَبِي
ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ،
فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنَّكَ لَا تُخْزِينِي يَوْمَ
يُبْعَثُونَ. فَيَقُولُ اللَّهُ: إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى
الْكَافِرِينَ".
telah menceritakan kepada kami
Ismail, telah menceritakan kepada kami saudaraku, dari Ibnu Abu Zi-b, dari
Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ibrahim
bersua dengan bapaknya, maka Ibrahim berdoa, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku di hari
berbangku.” Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah
mengharamkan surga atas orang-orang kafir.”
Demikianlah menurut riwayat Imam
Bukhari sehubungan dengan ayat ini.
Di dalam hadis-hadis mengenai
para nabi disebutkan hadis ini dengan sanad yang sama, tetapi diriwayatkan
secara tunggal. Teksnya berbunyi seperti berikut:
يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَعَلَى
وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وغَبَرة، فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ: أَلَمْ أَقُلْ لَكَ:
لَا تَعْصِنِي فَيَقُولُ أَبُوهُ: فَالْيَوْمَ لَا أَعْصِيكَ. فَيَقُولُ
إِبْرَاهِيمُ: يَا رَبِّ، إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَلَّا تُخْزِينِي يَوْمَ
يُبْعَثُونَ، فَأَيُّ خِزْيٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الْأَبْعَدِ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ
تَعَالَى: إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ. ثُمَّ يُقال: يَا
إِبْرَاهِيمُ، مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ؟ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذَبْحٍ مُتَلَطِّخٍ،
فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ
Ibrahim bersua dengan Azar (bapaknya) pada hari kiamat, sedangkan pada wajah Azar terdapat
debu dan warna hitam. Maka Ibrahim berkata kepadanya, "Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, 'Janganlah kamu durhaka kepadaku'.” Azar menjawab,
"Hari ini aku tidak akan durhaka kepadamu.” Maka Ibrahim berkata,
"Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau
tidak akan menghinakan diriku pada hari mereka dibangkitkan, maka kehinaan apa lagi
yang lebih parah daripada memiliki bapak yang dijauhkan (dari rahmat-Mu)?” Allah
Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengharamkan surga atas
orang-orang kafir.” Kemudian Allah berfirman lagi, "Hai Ibrahim, lihatlah
ke bawah kakimu!" Maka Ibrahim melihat, dan ternyata ia melihat seekor
hewan dubuk yang belepotan dengan kekotorannya lalu kakinya diseret dan
dicampakkan ke dalam neraka.
Abdur Rahman An-Nasai telah
meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsir, bagian dari kitab Sunanul
Kabir-nya tentang Firman Allah Swt.: dan janganlah Engkau hinakan aku
pada hari mereka dibangkitkan. (Asy-Syu'ara': 87)
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، حدَّثني
أَبِي، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَان، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ المقبرِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"إِنَّ إِبْرَاهِيمَ رَأَى أَبَاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ الغَبَرة
والقَتَرة، وَقَالَ لَهُ: قَدْ نَهَيْتُكَ عَنْ هَذَا فَعَصَيْتَنِي. قَالَ:
لَكِنِّي الْيَوْمَ لَا أَعْصِيكَ وَاحِدَةً. قَالَ: يَا رَبِّ، وَعَدْتَنِي أَنْ
لَا تُخْزِينِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ، فَإِنْ أَخْزَيْتَ أَبَاهُ فَقَدْ أَخْزَيْتَ
الْأَبْعَدَ. قَالَ: يَا إِبْرَاهِيمُ، إِنِّي
حَرَّمْتُهَا عَلَى الْكَافِرِينَ. فَأُخِذَ مِنْهُ، قَالَ: يَا
إِبْرَاهِيمُ، أَيْنَ أَبُوكَ؟ قَالَ: أَنْتَ أَخَذْتَهُ مِنِّي. قَالَ: انْظُرْ
أَسْفَلَ مِنْكَ. فَنَظَرَ فَإِذَا ذِيخٌ يَتَمَرَّغُ فِي نَتَنِهِ، فَأُخِذَ
بقوائمه فألقي في النار
Telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah
menceritakan kepadaku Ibrahim ibnu Tahman, dari Muhammad ibnu Abdur Rahman,
dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Ibrahim
melihat ayahnya di hari kiamat dalam keadaan penuh dengan debu dan berwarna
hitam, lalu Ibrahim berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku telah melarangmu
melakukan perbuatan (yang berakibat seperti) ini, tetapi engkau durhaka
kepadaku.”Ayahnya menjawab, "Tetapi hari ini aku tidak akan durhaka lagi
kepadamu barang sekali pun.” Ibrahim berdoa, "Wahai Tuhanku, Engkau telah
menjanjikan kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakanku di hari mereka
dibangkitkan. Karena sesungguhnya barang siapa yang Engkau hinakan orang
tuanya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kehinaan yang sangat.” Allah
berfirman, "Hai Ibrahim, sesungguhnya Aku mengharamkan surga atas
orang-orang kafir.” Lalu bapak Ibrahim diambil darinya, dan Allah bertanya, "Hai
Ibrahim, di manakah bapakmu?" Ibrahim menjawab, "Engkau telah
mengambilnya dariku.” Allah berfirman, "Lihatlah ke arah bawahmu!"
Maka Ibrahim memandang ke arah bawahnya. Tiba-tiba ia melihat hewan dubuk yang
berbau busuk karena kotoran yang melumuri tubuhnya, lalu hewan itu diseret
kakinya dan dicampakkan ke dalam neraka.
Sanad hadis ini garib, di
dalamnya terdapat Nakarah. Az-Zaih artinya hewan dubuk (hyena) jantan,
seakan-akan ayah Ibrahim (yaitu Azar) pada hari kiamat diubah bentuknya menjadi
seekor hewan dubuk yang berlumuran dengan kotorannya, lalu dicampakkan ke dalam
neraka.
Hadis yang sama telah
diriwayatkan oleh Al-Bazzar berikut sanadnya melalui hadis Hammad ibnu Salamah,
dari Ayub, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., hanya
di dalamnya masih terdapat hal yang garib. Al-Bazzar telah
meriwayatkannya pula melalui hadis Qatadah, dari Ja'far ibnu Abdul Gafir, dari
Abu Sa'id, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
****
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ}
(yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna. (Asy-Syu'ara': 88)
Yakni tiada yang dapat
melindungi seseorang dari azab Allah harta bendanya, sekalipun ia memiliki emas
sepenuh bumi. Tidak dapat pula menebusnya dari azab Allah, sekalipun dengan seluruh
manusia yang ada di bumi. Tiada yang bermanfaat pada hari itu kecuali iman
kepada Allah dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam beragama serta
berlepas diri dari kemusyrikan dan para penganutnya. Karena itulah disebutkan
oleh firman-Nya:
{إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ}
kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu'ara':
89)
Yaitu bersih dari keyakinan yang
kotor dan kemusyrikan. Ibnu Sirin mengatakan bahwa hati yang bersih itu ialah
bila pemiliknya mengetahui bahwa Allah adalah hak, dan hari kiamat pasti
terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan semua
makhluk dari kuburnya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih. (Asy-Syu'ara': 89) Hati yang bersih ialah yang bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah.
Mujahid dan Al-Hasan serta
lain-lainnya mengatakan, hati yang bersih maksudnya bersih dari kemusyrikan.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan
bahwa hati yang bersih ialah hati yang sehat, yaitu hatinya orang mukmin,
karena hati orang kafirdan orang munafik sakit. Allah Swt. telah bertiman:
{فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ}
Dalam hati mereka ada
penyakit. (Al-Baqarah: 10)
Abu Usman An-Naisaburi
mengatakan bahwa hati yang bersih ialah yang bersih dari bid'ah dan mantap
serta tenang dengan sunnah.
Asy-Syu'ara', ayat 90-104
{وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ
(90) وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِلْغَاوِينَ (91) وَقِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا
كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ (92) مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ
يَنْتَصِرُونَ (93) فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ (94) وَجُنُودُ
إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ (95) قَالُوا وَهُمْ فِيهَا يَخْتَصِمُونَ (96) تَاللَّهِ
إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (97) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
(98) وَمَا أَضَلَّنَا إِلا الْمُجْرِمُونَ (99) فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ
(100) وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ (101) فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ (102) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ
مُؤْمِنِينَ (103) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (104) }
dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang
bertakwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang
sesat, " dan dikatakan kepada mereka, "Di manakah berhala-berhala yang
dahulu kalian selalu menyembahnya) selain Allah? Dapatkah mereka menolong
kalian atau menolong diri mereka sendiri?” Maka mereka (sembahan-sembahan
itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan
bala tentara iblis semuanya. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam
neraka, "Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan
yang nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam.” Dan
tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. Maka kami
tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman
yang akrab, maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (Ke dunia), niscaya
kami menjadi orang-orang yang beriman.” Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan
mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Firman Allah Swt.:
{وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ}
dan (di hari itu) didekatkanlah surga. (Asy-Syu'ara': 90)
Maksudnya, didekatkan kepada
calon penghuninya dalam keadaan gemerlapan dan penuh perhiasan bagi orang-orang
yang memandangnya. Mereka adalah orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang
yang mendambakannya ketika di dunia dan beramal untuk dapat meraihnya ketika di
dunia.
{وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِلْغَاوِينَ}
dan diperlihatkan dengan
jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara':
91)
Yakni ditampakkan dan dibukakan,
lalu muncullah darinya lidah api yang bergemuruh suaranya membuat hati copot
dan naik ke tenggorokan (karena ketakutan yang sangat). Dan dikatakan kepada
calon penghuninya dengan nada kecaman dan cemoohan:
{أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ. مِنْ
دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ}
Di manakah berhala-berhala
yang dahulu kalian selalu menyembahnya selain Allah? Dapatkah mereka menolong
kalian atau menolong diri mereka sendiri. (Asy-Syu'ara':
92-93)
Berhala-berhala yang kalian
sembah-sembah selain Allah yang kalian jadikan sebagai sekutu-sekutu-Nya tidak
dapat memberikan manfaat kepada kalian barang sedikit pun, tidak pula dapat
menolak bahaya yang menimpa diri mereka. Maka sesungguhnya kalian dan
berhala-berhala itu pada hari ini adalah kayu bakar neraka Jahanam, dan kalian
pasti akan memasukinya.
Firman Allah Swt.:
{فَكُبْكِبُوا فِيهَا هُمْ وَالْغَاوُونَ}
Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama
orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 94)
Mujahid mengatakan, makna yang
dimaksud ialah mereka dicampakkan ke dalamnya. Sedangkan selain Mujahid
mengatakan bahwa mereka dijungkirkan ke dalamnya; dan huruf kafnya diulangi,
seperti yang dikatakan terhadap lafaz sarsar. Makna yang dimaksud ialah
bahwa sebagian dari mereka dilemparkan kepada sebagian yang lain ke dalam neraka,
yaitu orang-orang kafir dan para pemimpinnya yang menyeru mereka kepada
kemusyrikan.
{وَجُنُودُ إِبْلِيسَ أَجْمَعُونَ}
dan bala tentara iblis
semuanya. (Asy-Syu'ara': 95)
Mereka dilemparkan ke dalam
neraka beserta antek-anteknya, tanpa ada yang ketinggalan.
{قَالُوا وَهُمْ فِيهَا يَخْتَصِمُونَ
تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ
الْعَالَمِينَ}
Mereka berkata sedang mereka
bertengkar di dalam neraka, "Demi Allah; sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan
kalian dengan Tuhan semesta alam.” (Asy-Syu'ara': 96-98)
Orang-orang yang lemah dari
orang-orang kafir itu berkata kepada orang-orang yang kuat dan sombong dari
kalangan mereka, "Sesungguhnya kami hanya mengikuti kalian, maka apakah
kalian dapat menyelamatkan kami dari azab neraka?" Mereka yang lemah itu
berkata seraya menyadari akan kesalahan dirinya sendiri:
{تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
Demi Allah, sesungguhnya,
kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang
nyata, karena kita mempersamakan kalian dengan Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara':
97-98)
Yakni kami dahulu menjadikan
perintah kalian ditaati oleh kami sebagaimana perintah Tuhan semesta alam, dan
kami sembah kalian beserta Tuhan semesta alam.
{وَمَا أَضَلَّنَا إِلا الْمُجْرِمُونَ}
Dan tiadalah yang menyesatkan
kami kecuali orang-orang yang berdosa. (Asy-Syu'ara':
99)
Artinya, tiada yang menyeru kami
berbuat demikian kecuali orang-orang yang berdosa (jahat).
{فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ}
Maka kami tidak mempunyai
pemberi syafaat seorang pun. (Asy-Syu'ara': 100)
Sebagian ulama tafsir
mengatakan, yang dimaksud dengan pemberi syafaat adalah para malaikat, seperti
yang mereka katakan:
{فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا
أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ}
Maka adakah bagi kami pemberi
syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah
kami amalkan? (Al-A'raf: 53)
Begitu pula yang mereka katakan
dalam surat ini, yang disitir oleh firman-Nya:
{فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ. وَلا صَدِيقٍ
حَمِيمٍ}
Maka kami tidak mempunyai
pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara': 100-101)
Yang dimaksud dengan hamim ialah
kerabat.
Qatadah mengatakan bahwa demi
Allah, mereka mengetahui bahwa teman yang saleh itu dapat memberikan manfaat
dan kerabat yang saleh itu dapat memberikan syafaat.
{فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ}
maka sekiranya kita dapat
kembali sekali lagi (ke dunia), niscaya kami
menjadi orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 102)
Demikian itu karena mereka
berharap untuk dikembalikan ke kampung dunia untuk melakukan amal ketaatan
kepada Tuhan mereka, menurut dugaan mereka. Padahal Allah mengetahui bahwa
seandainya mereka dikembalikan ke kampung dunia, niscaya mereka akan kembali
melakukan apa-apa yang mereka dilarang melakukannya. Dan sesungguhnya mereka
dusta dalam penyesalannya itu. Allah Swt. telah menceritakan perihal
pertengkaran ahli neraka di dalam surat Sad, melalui firman-Nya:
{إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ
النَّارِ}
Sesungguhnya yang demikian
itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni
neraka. (Sad: 64)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ
أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara': 103)
Yakni sesungguhnya dalam kisah
bantahan Ibrahim kepada kaumnya dan kemenangan hujah (alasan)nya atas mereka
tentang keesaan Allah benar-benar terdapat tanda yang jelas dan gamblang yang
menunjukkan bahwa tiada Tuhan selain Allah.
{وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
tetapi kebanyakan mereka
tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa
lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 103-104)
Asy-Syu'ara', ayat 105-110
{كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
(105) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلا تَتَّقُونَ (106) إِنِّي لَكُمْ
رَسُولٌ أَمِينٌ (107) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (108) وَمَا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (109)
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (110) }
Kaum Nuh telah mendustakan
para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata
kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada
kalian atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta
alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”
Ini adalah kisah dari Allah Swt.
tentang hamba dan rasul-Nya Nuh a.s. Dia adalah rasul pertama yang diutus oleh
Allah untuk penduduk bumi setelah berhala dan tandingan-tandingan
disembah-sembah oleh para penduduknya. Maka Allah mengutus Nuh sebagai orang
yang mencegah mereka melakukan hal tersebut dan sebagai pemberi peringatan
terhadap azabnya yang keras. Tetapi kaum Nuh mendustakannya, bahkan mereka
tetap pada perbuatannya yang jahat, yaitu penyembahan mereka kepada
berhala-berhala di samping Allah Swt. Allah mendudukkan kedustaan mereka kepada
Nuh a.s. sama dengan kedustaan mereka kepada semua rasul. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ إِذْ
قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلا تَتَّقُونَ}
Kaum Nuh telah mendustakan
para rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata
kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa?” (Asy-Syu'ara': 105-106)
Yakni mengapa kalian tidak takut
kepada Allah karena kalian menyembah selain-Nya?
{إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ}
Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada
kalian. (Asy-Syu'ara': 107)
Yaitu sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepada kalian lagi dipercaya untuk mengemban risalah Tuhanku yang
harus aku sampaikan kepada kalian tanpa dilebihkan dan tanpa dikurangi.
فَاتَّقُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُونِ وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ
maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas
ajakan-ajakan itu. (Asy-Syu'ara': 108-109), hingga
akhir ayat. .
Artinya, aku tidak akan meminta
imbalan upah dari kalian atas jasa ajakan-ajakanku kepada kalian ini, bahkan
aku menyimpan pahala tersebut di sisi Allah.
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}
Maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 110) - ,
Sesungguhnya telah jelas dan
gamblang bagi kalian kebenaranku dan seruanku serta kejujuranku dalam apa yang
diutuskan oleh Allah kepadaku dan dipercayakan-Nya kepadaku.
Asy-Syu'ara', ayat 111-115
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ
وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ (111) قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ (112) إِنْ حِسَابُهُمْ إِلَّا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ
(113) وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ (114) إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ
مُبِينٌ (115)
Mereka berkata, "Apakah
kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang
hina?” Nuh menjawab, "Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka
tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kalian menyadari. Dan aku sekali-kali
tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak lain
melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan.”
Mereka mengatakan bahwa kami
tidak mau beriman kepadamu dan tidak mau mengikutimu karena kami merasa enggan
dengan orang-orang hina yang mengikutimu dan membenarkanmu; mereka adalah
orang-orang yang dipandang hina di kalangan kami. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ.
قَالَ وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Mereka berkata, "Apakah
kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang
hina?” Nuh menjawab, "Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan? (Asy-Syu'ara': 111-112)
Yakni tiada sesuatu pun yang
mengharuskan diriku agar mereka mengikutiku. Seandainya mereka berada dalam
urusan yang biasa mereka lakukan, maka bukanlah merupakan suatu keharusan
bagiku mengorek dan meneliti serta menyelidiki perihal mereka. Sesungguhnya
tugasku hanyalah menerima pembenaran mereka kepadaku dan aku serahkan rahasia
mereka kepada Allah Swt.
{إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ
وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ}
Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau
kalian menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang
beriman. (Asy-Syu'ara': 113-114)
Seakan-akan mereka meminta agar
Nuh a.s. mengusir orang-orang yang mereka anggap hina itu dari sisinya, lalu
mereka baru mau mengikutinya. Tetapi Nuh a.s. menolak dan tidak mau memenuhi
permintaan mereka, dan ia mengatakan:
{وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الْمُؤْمِنِينَ *
إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ}
Dan aku sekali-kali tidak
akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak
lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan.” (Asy-Syu'ara':
114-115)
Sesungguhnya aku diutus hanya
sebagai pemberi peringatan. Maka barang siapa yang taat kepadaku, mau
mengikutiku, dan membenarkanku, dia termasuk golonganku dan aku pun merupakan
bagian darinya, baik dia orang yang lemah ataupun orang yang mulia, dan baik
dia seorang yang terhormat ataupun orang yang hina.
Asy-Syu'ara', ayat 116-122
{قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا نُوحُ
لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ (116) قَالَ رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ
(117) فَافْتَحْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِي وَمَنْ مَعِيَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ (118) فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
(119) ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ (120) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا
كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (121) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ
الرَّحِيمُ (122) }
Mereka berkata, "Sungguh
jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya
benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.” Nuh berkata, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu
keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang
yang mukmin besertaku.” Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang
besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami
tenggelamkan orang-orang yang tinggal. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka
tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Mahapenyayang.
Setelah Nuh a.s. tinggal lama di
kalangan mereka seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah siang dan malam,
baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan, dan setiap kali
Nuh a.s. menyeru mereka untuk menyembah Allah, maka semakin nekad pula sikap
mereka dalam kekafirannya dan makin sengit pula penolakan mereka terhadap
seruannya. Pa'da akhirnya mereka mengatakan:
لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا
نُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ
Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk
orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara': 116)
Yakni sungguh jika kamu tidak
mau berhenti dari seruanmu itu yang mengajak agar memeluk agamamu.
{لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمَرْجُومِينَ}
niscaya benar-benar kamu akan
termasuk orang-orang yang dirajam. (Asy-Syu'ara':
116)
Artinya, sungguh kami akan
merajammu. Maka pada saat itulah Nabi Nuh a.s. berdoa kepada Allah untuk
kebinasaan mereka, yaitu dengan suatu doa yang diperkenankan oleh Allah Swt.
{رَبِّ إِنَّ قَوْمِي كَذَّبُونِ. فَافْتَحْ
بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَنَجِّنِي وَمَنْ مَعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Ya Tuhanku, sesungguhnya
kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan
antara mereka. (Asy-Syu'ara': 117-118), hingga
akhir ayat.
Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي
مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Maka dia mengadu kepada
Tuhannya, "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab
itu, tolonglah (aku).”(Al-Qamar: 10), hingga akhir
ayat.
Dan dalam surat ini disebutkan
oleh firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ فِي
الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. ثُمَّ أَغْرَقْنَا بَعْدُ الْبَاقِينَ.}
Maka Kami selamatkan Nuh dan
orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah
itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal. (Asy-Syu'ara':
119-120)
Al-masyhun artinya penuh dengan muatan barang dan berbagai macam binatang yang
dimuat di dalamnya, masing-masing jenis satu jodoh. Yakni Kami selamatkan Nuh
beserta semua pengikutnya dan Kami tenggelamkan semua orang yang kafir
kepadanya dan menentang perintahnya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ
أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ. وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 121-122)
Asy-Syu'ara', ayat 123-135
كَذَّبَتْ عَادٌ
الْمُرْسَلِينَ (123) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ هُودٌ أَلَا تَتَّقُونَ (124)
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ (125) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (126) وَمَا
أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ (127) أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ (128)
وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ (129) وَإِذَا بَطَشْتُمْ
بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ (130) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (131) وَاتَّقُوا
الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ (132) أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ
(133) وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (134) إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيمٍ (135)
Kaum 'Ad telah mendustakan
para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, "Mengapa
kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian maka bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepada kalian atas
ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kalian
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian
membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan
apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan
bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah
kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui.
Dia telah menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak, dan
anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan
ditimpa azab hari yang besar.”
Ini cerita dari Allah Swt.
tentang hamba dan rasul-Nya Hud a.s. Sesungguhnya dia menyeru kaumnya, yaitu
kabilah Ad. Kaumnya tinggal di bukit-bukit pasir, yakni bukit yang berpasir di
dekat Hadramaut, letaknya bersebelahan dengan negeri Yaman; masa mereka sesudah
masa kaum Nabi Nuh, seperti yang disebutkan di dalam surat Al-A'raf melalui
firman-Nya:
{وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ
بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَصْطَةً}
Dan ingatlah oleh kamu
sekalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah
melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu).
(Al-A'raf: 69)
Demikian itu karena mereka
memiliki kekuatan yang hebat, tubuh yang besar serta sangat tinggi dan rezeki
yang berlimpah, harta benda yang banyak, kebun-kebun, sungai-sungai, tanam-tanaman,
buah-buahan, juga mempunyai anak yang banyak. Tetapi sekalipun demikian, mereka
menyembah selain Allah di samping menyembah Allah, maka Allah mengutus Nabi Hud
kepada mereka. Hud adalah seorang lelaki dari kalangan mereka, diangkat oleh Allah
sebagai rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dia menyeru mereka
untuk mengesakan Allah dan memperingatkan mereka terhadap pembalasan dan
azab-Nya jika mereka menentang-Nya. Maka dia berkata kepada mereka, seperti apa
yang dikatakan oleh Nuh kepada kaumnya, hingga sampai pada firman-Nya:
{أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً
تَعْبَثُونَ}
Apakah kalian mendirikan pada
tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)
Para ulama tafsir berbeda
pendapat tentang makna الرِّيعِ (ar-ri)', yang
kesimpulan pendapat mereka mengatakan bahwa ia adalah daerah yang tinggi di
pinggir jalan-jalan yang terkenal (yang banyak dilalui manusia). Mereka
membangun di tempat tersebut bangunan yang kokoh, besar, lagi megah. Karena
itulah disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap
tanah tinggi bangunan. (Asy-Syu'ara': 128) Yakni bangunan yang menjadi
tanda lagi terkenal.
تَعْبَثُونَ
untuk bermain-main. (Asy-Syu'ara': 128)
Yaitu sesungguhnya mereka
membuat bangunan tersebut hanyalah untuk bermain-main, bukan untuk tujuan yang
diperlukan, melainkan hanya sekadar bermain-main, bersenang-senang, dan unjuk
kekuatan. Karena itulah maka nabi mereka mengingkari perbuatan mereka yang
demikian itu, mengingat perbuatan mereka itu sama dengan menyia-nyiakan waktu,
memayahkan diri tanpa ada faedahnya, serta menyibukkan diri dengan hal-hal yang
tidak bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ
تَخْلُدُونَ}
dan kalian membuat
benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di
dunia). (Asy-Syu'ara': 129)
Mujahid mengatakan bahwa masani'
artinya tower-tower yang dibangun dengan kokoh dan benteng-benteng yang
kuat lagi mantap. Menurut riwayat lain bersumber dari Mujahid, disebutkan
tower-tower air. Qatadah mengatakan tempat pengambilan air (gudang air).
Qatadah mengatakan bahwa sebagian ulama kufah ada yang membaca ayat ini dengan
bacaan berikut:
وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ
كَأَنَّكُمْ خَالِدُونَ
dan kalian membuat benteng-benteng
seakan-akan kalian hidup kekal.
Menurut qiraat yang terkenal
disebutkan seperti berikut:
{لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ}
dan kalian membangun
benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal.
Yakni agar kalian tinggal di
dalamnya untuk selama-lamanya. Demikian itu tidak akan terjadi bagi kalian,
bahkan bangunan-bangunan itu pasti lenyap dari kalian sebagaimana telah lenyap
dari orang-orang dahulu sebelum kalian.
Ibnu Abu Hatim rahimahullah telah
meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada
kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, telah menceritakan kepadaku Aun ibnu
Abdullah ibnu Atabah, bahwa Abu Darda r.a. ketika menyaksikan pembaharuan yang
dilakukan oleh kaum muslim di Al-Gautah terhadap bangunan-bangunan mereka dan
penanaman pepohonan. Maka ia berdiri di masjid mereka, lalu berseru, "Hai
penduduk kota Dimasyq." Maka mereka berkumpul kepadanya, dan ia memuji
serta menyanjung Allah Swt., sesudah itu ia mengatakan, "Tidakkah kalian
malu, tidakkah kalian malu, kalian mengumpulkan apa yang tidak kalian makan,
dan kalian membangun apa yang tidak kalian huni, dan kalian mengangan-angankan
hal yang tidak dapat kalian raih. Sesungguhnya telah terjadi di masa sebelum
kalian banyak generasi yang menghimpunkan (keduniawian) sebanyak-banyaknya,
mereka membangun bangunan-bangunan yang kokoh, dan mereka berangan-angan yang
menyebabkan mereka tenggelam di dalamnya, pada akhirnya mereka teperdaya oleh
angan-angan mereka, apa yang telah mereka kumpulkan semuanya musnah, dan
rumah-rumah mereka menjadi kuburan-kuburan (mereka). Ingatlah, sesungguhnya
kaum Ad memiliki kuda dan hewan kendaraan yang memenuhi antara kawasan Ad dan
Yaman. Maka siapakah yang mau membeli harta peninggalan kaum Ad dengan harga
dua dirham (yakni tiada artinya lagi)?"
****
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ}
Dan apabila kalian menyiksa,
maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. (Asy-Syu'ara': 130)
Yakni mereka mempunyai ciri khas
kuat, kasar, dan sewenang-wenang.
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}
Maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 131)
Maksudnya, sembahlah Tuhan
kalian dan taatlah kepada rasul kalian.
Selanjutnya Nabi Hud
mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada
mereka:
{وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا
تَعْلَمُونَ. أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ. وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. إِنِّي
أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Dan bertakwalah kepada Allah
yang telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui. Dia telah
menganugerahkan kepada kalian binatang-binatang ternak dan anak-anak, dan
kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari
yang besar. (Asy-Syu'ara': 132-135)
Yaitu jika kalian mendustakan
dan menentang-Nya. Nabi Hud menyeru mereka dengan metode targib (anjuran)
dan tarhib (peringatan), tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi mereka.
Asy-Syu'ara', ayat 136-140
قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا
أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ (136)
إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ
الْأَوَّلِينَ (137) وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (138) فَكَذَّبُوهُ
فَأَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ
(139) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (140)
Mereka menjawab, "Adalah
sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu,
dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami
binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kekuasaan Al lah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan
sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan jawaban kaum Hud terhadap Hud a.s. sesudah Hud menyeru mereka
dengan anjuran dan peringatan dan mempertakuti mereka (dengan azab Allah),
serta menjelaskan kepada mereka perkara yang hak dengan sejelas-jelasnya.
{قَالُوا سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَوَعَظْتَ أَمْ
لَمْ تَكُنْ مِنَ الْوَاعِظِينَ}
Mereka menjawab, "Adalah
sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat.” (Asy-Syu'ara': 136)
Yakni kami tidak akan beranjak
dari kebiasaan kami, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ
قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ}
dan kami sekali-kali tidak
akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. (Hud: 53)
Dan memang demikianlah
perkaranya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ
عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya orang-orang
kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak akan beriman. (Al-Baqarah:
6)
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ
عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ}
(agama kami) ini tidak lain
hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137)
Sebagian ulama ada yang
membacanya khalqu, bukan khuluqu.
Ibnu Mas'ud telah mengatakan,
dan juga Al-Aufi dan Ibnu Abbas, serta Alqamah dan Mujahid, bahwa mereka
bermaksud "tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah
kebiasaan orang dahulu," seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dari
kaum Quraisy:
{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا}
Dan mereka berkata,
"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka
dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ
آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ}
Dan orang-orang kafir
berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan
oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka
telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata,
"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Furqan:
4-5)
Dan firman Allah Swt.:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنزلَ
رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
Dan apabila dikatakan kepada
mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab,
"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl:
24)
Ulama yang lainnya lagi membacanya
khuluqul awwalin, yang artinya agama mereka dan tradisi yang biasa
mereka lakukan itu adalah kebiasaan orang dahulu dari kalangan nenek moyang
mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kami mengikuti mereka dan
menelusuri jejak mereka; kami hidup sebagaimana mereka hidup, dan kami mati
sebagaimana mereka mati, tiada hari berbangkit dan tiada hari akhirat. Karena
itulah mereka mengatakan:
{وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}
dan kami sekali-kali tidak
akan diazab. (Asy-Syu 'ara': 138)
Ali ibnu AbuTalhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (agama kami) ini
tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137) Yaitu
agama orang-orang dahulu.
Hal yang sama dikatakan oleh
Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam,
lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.
****
Firman Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ}
Maka mereka mendustakan Hud,
lalu Kami binasakan. (Asy-Syu'ara': 139)
Yakni mereka tetap mendustakan
Nabi Allah Hud, menentangnya, dan ingkar kepadanya. Maka Allah membinasakan
mereka. Mengenai dibinasakan-Nya mereka telah disebutkan di dalam Al-Qur'an
bukan hanya pada satu tempat saja, bahwa Allah mengirimkan angin kencang yang
dingin lagi kuat. Maka azab inilah yang mengakibatkan kebinasaan mereka, yaitu
azab yang sesuai dengan tubuh mereka, karena sesungguhnya mereka adalah makhluk
yang paling kejam dan paling sewenang-wenang. Oleh sebab itulah maka Allah
menimpakan azab yang lebih kuat dan lebih ganas dari pada mereka. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ }
Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang
tinggi. (Al-Fajr: 6-7)
Mereka adalah kaum 'Ad yang
terdahulu, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الأولَى}
dan bahwasanya Dia telah
membinasakan kaum 'Ad yang pertama. (An-Najm: 50)
Mereka adalah keturunan Iram
ibnu Sam ibnu Nuh.
{ذَاتِ الْعِمَادِ}
yang mempunyai
bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 7)
Mereka adalah orang-orang yang
mendiami bangunan-bangunan yang tinggi. Pendapat orang yang mengatakan bahwa
Iram adalah nama sebuah kota, sesungguhnya ia mengambil sumber dari kisah
Israiliyat, yaitu dari perkataan Ka'b dan Wahb. Pendapat seperti itu tidak
mempunyai sumber yang asli. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي
الْبِلادِ}
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)
Yakni belum pernah diciptakan
makhluk seperti mereka dalam hal kekuatan, kekerasan, dan
kesewenang-wenangannya. Seandainya yang dimaksud dengan Iram adalah nama sebuah
kota, tentulah ayat tidak menyebutkannya lam yukhlaq (yang belum pernah
diciptakan makhluk seperti mereka), melainkan lam yubna (yang belum
pernah dibangun suatu kota seperti itu). Allah Swt. telah berfirman:
{فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ
اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا
يَجْحَدُونَ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka
menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, 'Siapakah
yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak
memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar
kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Fussilat: 15)
Dalam pembahasan terdahulu telah
kami sebutkan bahwa Allah tidak mengirimkan angin kencang atas mereka kecuali
hanya sebentar. Angin itu menerjang perbendaharaan mereka, dan Allah
memerintahkan kepada angin tersebut untuk menghancurkan mereka. Lalu angin itu
memorak-porandakan negeri mereka dan segala sesuatu milik mereka, seperti yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}
yang menghancurkan segala
sesuatu dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25), hingga
akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ
صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka
telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)
sampai dengan firman-Nya:
{فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى
كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
terus-menerus; maka kamu
lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
(Al-Haqqah: 7)
Yakni tinggal tubuh mereka tanpa
kepala. Demikian itu karena angin kencang itu menerbangkan setiap orang dari
mereka dan membunuhnya, lalu menerbangkannya ke udara, kemudian menjatuhkannya
dalam keadaan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur, dan angin itu
menjatuhkannya seakan-akan mereka seperti tunggul-tunggul pohon kurma yang
telah lapuk. Padahal mereka berlindung di dalam bukit-bukit dan gua-gua serta
tempat-tempat perlindungan berupa parit-parit yang mereka gali sampai tubuh
mereka tidak kelihatan, tetapi hal tersebut tidak dapat memberikan manfaat
sedikit pun kepada mereka dari azab Allah.
{إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا
يُؤَخَّرُ}
Sesungguhnya ketetapan Allah
apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh:
4)
Karena itulah Allah Swt.
menyebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ}
Maka mereka mendustakan Hud,
lalu Kami binasakan mereka. (Asy-Syu'ara': 139)
Asy-Syu'ara', ayat 141-145
{كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ (141)
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلا تَتَّقُونَ (142) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ
أَمِينٌ (143) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (144) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ
مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (145) }
Kaum Samud telah mendustakan
rasul-rasul. Ketika saudara mereka Saleh berkata kepada mereka, "Mengapa
kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas
ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.”
Berikut ini adalah kisah dari
Allah Swt. tentang hamba dan Rasul-Nya Saleh a.s., bahwa Dia telah mengutusnya
kepada kaumnya, yaitu Samud. Kaum Samud adalah bangsa Arab yang bertempat
tinggal di kota Hajar yang terletak di antara Lembah Qura dan negeri Syam.
Bekas tempat tinggal mereka telah dikenal dan termasyhur. Dalam pembahasan
terdahulu (yaitu dalam tafsir surat Al-A'raf) telah disebutkan hadis-hadis yang
menceritakan tentang berlalunya Rasulullah Saw. di bekas tempat kediaman mereka
pada saat beliau hendak menyerang negeri Syam. Beliau sampai di Tabuk, kemudian
kembali lagi ke Madinah untuk melakukan persiapan guna menghadapi tujuan
tersebut. Kaum Samud adalah kaum sesudah kaum 'Ad, tetapi sebelum masa Nabi
Ibrahim a.s.
Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.)
menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan
hendaknya mereka menaati apa yang dia sampaikan kepada mereka sebagai risalah
dari Tuhannya. Akan tetapi, mereka menolak dan mendustakannya serta
menentangnya, sekalipun dia telah menceritakan kepada mereka bahwa dia tidak
meminta upah dari mereka atas seruan yang ia berikan kepada mereka; sesungguhnya
ia hanya mengharapkan pahala tersebut dari Allah Swt. semata. Lalu Saleh
mengingatkan kepada mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada
mereka. Untuk itu Saleh mengatakan:
Asy-Syu'ara', ayat 146-152
{أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَا هُنَا آمِنِينَ
(146) فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (147) وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ (148)
وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ (149) فَاتَّقُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُونِ (150) وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ (151) الَّذِينَ
يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ (152) }
Adakah kalian akan dibiarkan
tinggal di sini (di negeri kalian ini) dengan
aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon
kurma yang mayangnya lembut. Dan kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk
dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku; dan janganlah kalian menaati perintah orang-orang yang melewati
batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.”
Nabi Saleh berkata kepada mereka
seraya menasehati dan memperingatkan mereka akan siksaan Allah yang akan
menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang
telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah
menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun,
dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi
mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ}
dan pohon-pohon kurma yang
mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim ialah mekar dan masak.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang
subur.
Ismail ibnu Abu Khalid telah
meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr —yang menjumpai masa sahabat— dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang
mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu bila telah masak dan
bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Abu Hatim mengatakan,
telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh.
Abu Ishaq telah meriwayatkan
dari Abul Ala sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang
mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor
(karena isinya yang banyak).
Mujahid mengatakan bahwa hadim
ialah bila kering banyak buahnya sehingga berserakan.
Ibnu Juraij mengatakan, ia
pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya
lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat mayang tersebut muncul mengatup dan
menutupi buahnya, maka buahnya yang masih basah itu dinamakan hadim. Sedangkan
kurma yang kering bila terkatup oleh mayangnya, maka buahnya yang kering itu
dinamakan hasyim.
Ikrimah mengatakan —demikian
pula Qatadah— bahwa hadim artinya buah kurma yang lembut. Ad-Dahhak
mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak buahnya sehingga buahnya sebagian
di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain, maka dinamakan hadim.
Murrah mengatakan bahwa hadim ialah mayang kurma saat mekar dan
kelihatan hijau (yakni subur buahnya).
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim
ialah buah kurma yang tidak ada bijinya.
Abu Sakhr mengatakan,
"Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu engkau lihat buahnya
bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan hadim.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا
فَارِهِينَ}
Dan kamu pahat sebagian dari
gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (Asy-Syu'ara': 149)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang
bukan hanya seorang mengatakan bahwa farihin artinya dengan cerdik.
Tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber dari Ibnu Abbas, artinya tamak
lagi jahat. Pendapat yang terakhir inilah yang dipilih oleh Mujahid dan
sejumlah ulama. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut,
karena sesungguhnya mereka membuat rumah-rumah pahatan di gunung-gunung itu
dengan tujuan kesombongan, ketamakan, dan main-main, bukan karena keperluan
untuk tempat tinggal. Dan mereka adalah Orang-orang yang ahli dalam hal
pahat-memahat seperti yang dapat disaksikan dari bekas peninggalan mereka.
Karena itulah nabi mereka berkata kepada mereka:
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}
maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara': 150)
Yaitu terimalah apa yang
manfaatnya kembali kepada kalian di dunia dan di akhirat ini, yaitu menyembah
Tuhan kalian yang telah menciptakan dan memberi rezeki kalian. Maksudnya,
sembahlah Allah dan esakanlah Dia serta bertasbihlah kepada-Nya setiap pagi dan
petang.
{وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ *
الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ}
dan janganlah kamu menaati
perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi
dan tidak mengadakan perbaikan. (Asy-Syu'ara':
151-152)
Yakni para pemimpin dan para
pembesar mereka yang menyeru mereka untuk berbuat kemusyrikan, kekufuran, dan
menentang kebenaran.
Asy-Syu'ara', ayat 153-159
{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ
الْمُسَحَّرِينَ (153) مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِنْ
كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (154) قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ
شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (155) وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ
يَوْمٍ عَظِيمٍ (156) فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ (157) فَأَخَذَهُمُ
الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (158)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (159) }
Mereka berkata, "Sesungguhnya
kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. Kamu tidak lain
melainkan seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah semua mukjizat, jika
kamu memang termasuk orang-orang yang benar.” Saleh menjawab, "Ini seekor
unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai
giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. Dan janganlah kalian
sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kalian akan
ditimpa oleh azab yang besar.” Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi
menyesal, maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak
beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Penyayang.
Allah menceritakan tentang kaum
Samud dalam jawaban mereka kepada nabi mereka Saleh a.s. ketika Saleh a.s.
menyeru mereka menyembah Tuhan mereka;
{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ
الْمُسَحَّرِينَ}
Sesungguhnya kamu adalah
salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu'ara':
153)
Mujahid dan Qatadah mengatakan,
mereka bermaksud bahwa Saleh termasuk orang yang terkena sihir.
Abu Saleh telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: salah seorang dari
orang-orang yang kena sihir. (AsyrSyu'ara': 153) Bahwa makna musahharin ialah
salah seorang makhluk biasa. Sebagian di antara mereka ada yang memakai dalil
untuk memperkuat pendapatnya ini dengan perkataan salah seorang penyair:
فَإِنْ
تَسْأَلِينَا: فِيمَ نَحْنُ؟ فَإِنَّنَا ... عَصَافِيرُ مِنْ هَذَا الْأَنَامِ
الْمُسَحَّرِ
Maka
jika engkau bertanya tentang apa yang kami alami, sesungguhnya kami ini makhluk
yang kecil lagi lemah, yang diberi paru-paru.
Yakni orang-orang yang mempunyai
paru-paru, diambil dari kata as-sahar yang artinya paru-paru. Akan
tetapi, pendapat yang kuat sehubungan dengan makna ini adalah pendapat yang
dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Disebutkan bahwa mereka mengatakan,
"Sesungguhnya perkataan yang kamu ucapkan ini tiada lain menunjukkan
engkau adalah orang yang terkena sihir," yakni dalam keadaan tidak sadar.
Selanjutnya mereka mengatakan:
{مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}
Kamu tidak lain hanyalah
seorang manusia seperti kami. (Asy-Syu'ara': 154)
Maksudnya, mana mungkin kamu
diberi wahyu, sedangkan kami tidak. Seperti juga yang diceritakan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ
بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ * سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ
الأشِرُ}
Apakah wahyu itu diturunkan
kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi
sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta
lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26)
Kemudian mereka meminta kepada
Saleh a.s. agar mendatangkan suatu mukjizat kepada mereka sebagai tanda yang
membenarkan kerasulannya, agar mereka mengetahui kebenaran dari apa yang
disampaikannya dari Tuhan mereka. Orang-orang terkemuka mereka berkumpul dan
meminta kepada Nabi Saleh agar mengeluarkan seekor unta betina yang telah
beranak dari sebuah batu besar saat itu juga, sedangkan batu besar itu telah
ditunjuk oleh mereka yang mempunyai ciri khas anu dan anu.
Maka pada saat itu juga Nabi
Saleh mengambil janji dan ikrar dari mereka, bahwa sesungguhnya dia sanggup
memenuhi permintaan mereka, tetapi mereka sungguh akan beriman kepadanya dan
mengikutinya, lalu mereka setuju dengan syarat itu.
Nabi Saleh a.s. berdiri, lalu
melakukan salat. Sesudah itu ia berdoa kepada Allah, memohon agar Dia
mengabulkan permintaan mereka. Maka terbelahlah batu besar itu yang ditunjuk
oleh mereka, dan keluarlah darinya seekor unta betina yang telah beranak
menurut spesifikasi yang mereka minta. Maka sebagian dari mereka beriman,
sedangkan kebanyakan dari mereka ingkar.
{قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ
شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}
Saleh menjawab, "Ini
seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian
mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.”(Asy-Syu'ara': 155)
Yakni unta betina ini mendapat
giliran minumnya satu hari, sedangkan pada hari berikutnya adalah giliran minum
kalian.
{وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ
عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Dan janganlah kalian sentuh
unta betina ini dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kalian akan ditimpa
oleh azab hari yangbesar. (Asy-Syu'ara': 156)
Nabi Saleh memperingatkan mereka
akan pembalasan Allah jika mereka berani mengganggu unta betina tersebut. Unta
itu tinggal di kalangan mereka selama beberapa lama; unta itu mendapat giliran
minumnya seperti biasanya, dan ia makan dedaunan serta rerumputan, sedangkan
mereka dapat mengambil manfaat air susunya yang mereka perah dari unta itu
dalam jumlah yang cukup buat mereka minum.
Setelah hal itu berlangsung
cukup lama di kalangan mereka, lalu muncullah orang-orang yang celaka di antara
mereka, selanjutnya orang-orang celaka itu membuat kesepakatan untuk membunuh
dan menyembelih unta betina tersebut.
{فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ *
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ}
Kemudian mereka membunuhnya,
lalu mereka menjadi menyesal, maka mereka ditimpa azab. (Asy-Syu'ara': 157-158)
Azab tersebut berupa gempa hebat
yang menimpa tanah tempat mereka tinggal, lalu mereka ditimpa suatu teriakan
mengguntur yang membuat hati manusia copot dari tempatnya. Mereka kedatangan
azab dari arah yang tidak mereka duga-duga, sehingga jadilah mereka mati bergelimpangan
di tempat tinggal mereka.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ
أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ * وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan
mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara':
158-159)
Asy-Syu'ara', ayat 160-164
{كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ
(160) إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلا تَتَّقُونَ (161) إِنِّي لَكُمْ
رَسُولٌ أَمِينٌ (162) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (163) وَمَا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (164) }
Kaum Lut mendustakan
rasul-rasul, ketika saudara mereka Lut berkata kepada mereka, "Mengapa
kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas
ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Allah Swt. menceritakan tentang
hamba dan Rasul-Nya Lut a.s. Dia adalah Lut ibnu Haran ibnu Azar yang berarti
dia adalah keponakan Nabi Ibrahim a.s. Allah mengutusnya kepada suatu kaum yang
besar di masa Nabi Ibrahim a.s. masih hidup; mereka tinggal di Sadom dan
kota-kota yang ada di sekitarnya yang dibinasakan oleh Allah, lalu Allah
mengubah bekas tempat tinggal mereka menjadi danau yang baunya busuk lagi
kotor. Letaknya adalah di negeri Al-Gaur yang bersebelahan dengan bukit-bukit
Baitul Maqdis, juga bersebelahan dengan negeri Al-Kark dan Asy-Syawik.
Nabi Lut menyeru mereka untuk
menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan
hendaknya mereka taat kepada rasul mereka yang diutus oleh Allah kepada mereka.
Nabi mereka melarang mereka melakukan perbuatan durhaka kepada Allah dan
melarang melakukan perbuatan yang belum pernah ada seorang pun di dunia ini
berani melakukannya selain mereka, yaitu menggauli laki-laki, bukan wanita.
Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
Asy-Syu'ara', ayat 165-175
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ
الْعَالَمِينَ (165) وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ
بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (166) قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ
لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ (167) قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ
الْقَالِينَ (168) رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ (169)
فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ (170) إِلا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ
(171) ثُمَّ دَمَّرْنَا الآخَرِينَ (172) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا
فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ (173) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ
أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (174) وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
(175) }
"Mengapa kalian
mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri
yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahwa kalian adalah orang-orang
yang melampaui batas.” Mereka menjawab, "Hai Lut, sesungguhnya jika kamu
tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir.” Lut
berkata, "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatan kalian.” (Lut berdoa), "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta
keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” Lalu Kami
selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya),
yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian Kami binasakan yang
lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah
hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah
kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah
Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Setelah Nabi Lut melarang mereka
melakukan perbuatan fahisyah dan menggauli laki-laki, seraya memberi
petunjuk kepada mereka untuk mendatangi kaum wanita yang telah diciptakan oleh
Allah buat mereka, maka tiada lain jawaban mereka adalah seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ}
Sesungguhnya jika kamu tidak
berhenti, hai Lut. (Asy-Syu'ara': 167)
Yakni dari apa yang kamu
datangkan kepada kami itu.
{لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ}
benar-benar kamu termasuk
orang-orang yang diusir. (Asy-Syu'ara': 167)
Maksudnya, kami akan membuangmu
jauh dari kami. Seperti yang diceritakan pula dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
فَمَا كَانَ جَوَابَ
قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ
أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
Maka tidak lain jawaban kaumnya
melainkan mengatakan, “Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian,
karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan)
dirinya bersih.” (An-Naml: 56)
Setelah Nabi Lut melihat bahwa
mereka tidak juga kapok dari kebiasaan mereka, bahkan mereka semakin gencar
dalam kesesatannya, maka Lut berlepas diri dari mereka seraya berkata:
{قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ
الْقَالِينَ}
Sesungguhnya aku sangat benci
kepada perbuatan kalian. (Asy-Syu'ara': 168)
Yaitu tidak menyukainya dan
tidak pula merestuinya dan sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatan
kalian. Kemudian Nabi Lut berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka, seperti
yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا
يَعْمَلُونَ}
Ya Tuhanku, selamatkanlah aku
beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang
mereka kerjakan. (Asy-Syu'ara': 169)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ}
Lalu Kami selamatkan Lut
beserta keluarganya semua. (Asy-Syu'ara': 170)
Yakni seluruh keluarganya,
{إِلا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ}
kecuali seorang perempuan tua
yang termasuk dalam golongan yang tinggal. (Asy-Syu'ara':
171)
Dia adalah istri Lut sendiri
yang sudah berusia tua lagi berwatak jahat. Ia tinggal dan akhirnya binasa
bersama orang-orang dari kaumnya yang tinggal. Hal yang sama telah disebutkan
pula dalam surat Al-A'raf, surat Hud, dan surat Al-Hijr, yaitu ketika Allah
memerintahkan kepada Lut agar berangkat membawa keluarganya di malam hari
kecuali istrinya. Mereka tidak ada yang menoleh ke belakang manakala mereka
mendengar suara mengguntur yang menimpa kaumnya. Dan mereka bersabar menaati
perintah Allah, lalu mereka meneruskan langkah-langkahnya. Allah menurunkan
azab yang menimpa kaum yang berdosa itu secara keseluruhan; Allah menghujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ دَمَّرْنَا الآخَرِينَ. وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Kemudian Kami binasakan yang
lain. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu).
(Asy-Syu'ara': 172-173)
sampai dengan firman-Nya:
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ
الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Dan sesungguhnya Tuhanmu,
benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara": 175)
Asy-Syu'ara', ayat 176-180
{كَذَّبَ أَصْحَابُ الأيْكَةِ الْمُرْسَلِينَ
(176) إِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ أَلا تَتَّقُونَ (177) إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ
أَمِينٌ (178) فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (179) وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ
مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ (180) }
Penduduk Aikah telah
mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka, "Mengapa
kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku; dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas
ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Menurut pendapat yang sahih,
mereka (penduduk Aikah) tinggal di negeri Madyan. Nabi Allah Syu'aib adalah
salah seorang dari mereka, dan sesungguhnya di sini tidak disebutkan 'saudara
mereka' tiada lain karena mereka dinisbatkan kepada Aikah, nama sebuah pohon
yang menjadi sembahan mereka. Menurut suatu pendapat, Aikah adalah sebuah pohon
yang rindang dedaunannya sama dengan pohon gaidah; mereka menyembah pohon
tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Penduduk Aikah telah
mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara': 176)
Dalam ayat selanjutnya tidak
disebutkan saudara mereka Syu'aib (seperti pada nabi lainnya yang telah
disebutkan di atas), melainkan disebutkan oleh firman-Nya:
{إِذْ قَالَ لَهُمْ شُعَيْبٌ}
ketika Syu'aib berkata kepada
mereka. (Asy-Syu'ara': 177)
Hubungan persaudaraan di antara
mereka diputuskan karena pengertian nisbat yang menjadi predikat mereka,
sekalipun pada kenyataannya Syu'aib adalah saudara mereka secara nasab.
Sebagian ulama tidak menyadari
akan adanya makna yang lembut ini, sehingga ia menduga bahwa penduduk Aikah
bukan penduduk Madyan. Lalu ia menduga bahwa Syu'aib a.s. diutus oleh Allah
kepada dua umat. Di antara ulama ada pula yang mengatakannya kepada tiga umat.
Ishaq ibnu Bisyar Al-Kahili yang
berpredikat daif mengatakan telah menceritakan kepadaku Ibnus Saddi,
dari ayahnya dari Zakaria ibnu Amr, dari Khasif, dari Ikrimah. Keduanya
mengatakan bahwa Allah belum pernah mengutus seorang nabi dua kali kecuali Syu'aib,
yang pertama kali ke negeri Madyan, lalu Allah mengazab penduduknya dengan
pekikan yang mengguntur. Yang kedua kalinya ke penduduk negeri Aikah, dan
penduduk negeri Aikah ini pada akhirnya diazab Allah dengan suatu azab di hari
yang penuh dengan awan.
Abul Qasim Al-Bagawi telah
meriwayatkan dari Hudbah, dari Hammam, dari Qatadah sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Bahwa mereka adalah
kaumnya Nabi Syu'aib. Dan Firman Allah Swt.: dan penduduk Aikah. (Asy-Syu'ara':
176) Bahwa mereka adalah kaum Nabi Syu'aib pula.
Pendapat ini dikatakan oleh
Ishaq ibnu Bisyr. Selain Juwaibir mengatakan bahwa penduduk Aikah dan Madyan
adalah sama. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
وَقَدْ رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ
"شُعَيْبٍ"، مِنْ طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي
شَيْبَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ
سَعْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ سَيْفٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ قَوْمَ مَدْيَنَ وَأَصْحَابَ الْأَيْكَةِ
أُمَّتَانِ، بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِمَا شُعَيْبًا النَّبِيَّ، عَلَيْهِ
السَّلَامُ"
Al-Hafiz ibnu Asakir telah
meriwayatkan di dalam biografi Syu'aib melalui jalur Muhammad ibnu Usman ibnu
Abu Syaibah, dari ayahnya, dari Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Hisyam ibnu Sa'id,
dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Rabi'ah ibnu Saif, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya kaum Madyan
dan penduduk Aikah adalah dua umat, Allah telah mengutus kepada kedua umat
tersebut Nabi Syu’aib a.s.
Hadis ini garib dan
dipandang dari segi predikat marfu'-nya masih diragukan, tetapi yang
lebih mendekati kebenaran hadis ini berpredikat mauquf. Menurut pendapat
yang benar, mereka adalah satu umat, tetapi mempunyai dua sebutan nama
disesuaikan dengan konteksnya. Karena itulah Nabi Syu'aib memerintahkan kepada
mereka agar menunaikan takaran dan timbangan secara penuh (yakni tidak boleh
dikurangi), sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam kisah penduduk Madyan.
Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan satu umat.
Asy-Syu'ara', ayat 181-184
أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا
تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ
(182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ
مُفْسِدِينَ (183) وَاتَّقُوا الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالْجِبِلَّةَ الْأَوَّلِينَ (184)
Sempurnakanlah takaran dan
janganlah kalian termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan
timbangan yang lurus. Dan janganlah kalian merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang
dahulu.
Nabi Syu'aib memerintahkan
kepada mereka agar menyempurnakan takaran dan timbangan, dan melarang mereka
melihat (mengurangi) takaran dan timbangan. Untuk itu ia mengatakan:
{أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلا تَكُونُوا مِنَ
الْمُخْسِرِينَ}
Sempurnakanlah takaran dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang merugikan. (Asy-Syu'ara':
181)
Yakni bila kalian membayar
kepada orang lain, maka sempurnakanlah takaran mereka dan janganlah kalian
mengurangi takaran mereka yang menyebabkan kalian serahkan kepada mereka
pembayaran yang kurang. Tetapi bila kalian mengambil dari mereka, maka kalian
memintanya dalam keadaan sempurna dan cukup. Maka ambillah sebagaimana yang
kalian serahkan, dan serahkanlah sebagaimana yang kalian ambil.
{وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ}
dan timbanglah dengan
timbangan yang lurus. (Asy-Syu'ara': 182)
Al-qistas artinya timbangan, pendapat yang lain mengatakannya neraca. Sebagian
di antara mereka mengatakan bahwa kata qistas ini diarahkan dari bahasa
Romawi (Latin). Mujahid mengatakan bahwa Al-qistasul mustaqim artinya neraca
yang adil menurut bahasa Romawi. Qatadah mengatakan bahwa qistas artinya
adil (seimbang).
****
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ}
Dan janganlah kalian
merugikan manusia pada hak-haknya. (Asy-Syu'ara':
183)
Maksudnya, janganlah kalian
mengurangi harta benda mereka.
{وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ}
dan
janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Asy-Syu'ara': 183)
Yang dimaksud dengan membuat
kerusakan ialah membegal orang-orang yang melewati jalan, seperti pengertian
yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ
تُوعِدُونَ}
Dan janganlah kalian duduk di
tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf:
86)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَاتَّقُوا الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالْجِبِلَّةَ الأوَّلِينَ}
dan bertakwalah kepada Allah
yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang dahulu. (Asy-Syu'ara': 184)
Nabi Syu'aib menakut-nakuti
mereka dengan azab Allah yang telah menciptakan mereka dan nenek moyang mereka
di masa silam, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang
menceritakan perkataan Nabi Musa a.s.:
{رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}
Tuhan kalian dan Tuhan
bapak-bapak kalian yang terdahulu. (As-Saffat: 126)
Ibnu Abbas, Mujahid, As-Saddi,
Sufyan ibnu Uyaynah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَالْجِبِلَّةَ الأوَّلِينَ}
dan umat-umat yang terdahulu.
(Asy-Syu'ara': 184)
Yakni
yang menciptakan orang-orang dahulu. Ibnu Zaid membaca firman-Nya dengan bacaan
berikut:
{وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا}
Sesungguhnya setan itu telah
menyesatkan sebagian besar di antaramu. (Yasin: 62)
Asy-Syu'ara', ayat 185-191
{قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ
(185) وَمَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَإِنْ نَظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ
(186) فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ
الصَّادِقِينَ (187) قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ (188) فَكَذَّبُوهُ
فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
(189) إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (190)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (191) }
Mereka berkata,
"Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,
dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya
kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. Maka
jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar." Syu'aib berkata, "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kalian
kerjakan.” Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada
hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.
Allah Swt. menceritakan tentang
jawaban kaum Syu'aib terhadap Syu'aib, yaitu jawaban yang sama seperti yang
dikatakan oleh kaum Samud kepada rasul mereka, karena hati mereka (yang kafir)
itu sama saja. Mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ}
Sesungguhnya
kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu'ara': 185)
Yakni termasuk orang yang
terkena sihir, sebagimana yang telah dijelaskan di atas.
{وَمَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَإِنْ
نَظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ}
dan kamu tidak lain melainkan
seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu
benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (Asy-Syu'ara':
186)
Yaitu
sengaja berdusta dalam pengakuanmu itu bukan karena Allah telah mengutusmu
kepada kami.
{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ
السَّمَاءِ}
Maka jatuhkanlah atas kami
gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187)
Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah sisi langit, yakni sebagian darinya. Qatadah mengatakan
potongan dari langit. Sedangkan As-Saddi mengatakan azab dari langit.
Pengertian ayat ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy,
yang disitir oleh firman-Nya:
{وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى
تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}
Dan mereka berkata,
"Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air
dari bumi untuk kami.” (Al-Isra': 90)
sampai dengan firman-Nya:
{أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ
عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا}
"atau kamu jatuhkan
langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan
Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.” (Al-Isra': 92)
Dan firman Allah Swt. yang
lainnya, yaitu:
{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا
هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ}
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata,
"Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi
Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit" (Al-Anfal: 32),
hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan
pula oleh orang-orang kafir yang jahil dalam surat ini:
{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ
السَّمَاءِ}
Maka jatuhkanlah atas kami
gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{قَالَ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ}
Syu'aib berkata,
"Tuhanku lebih mengetahui apa yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ani': 188)
Nabi Syu'aib menjawab,
"Allah lebih mengetahui tentang kalian. Jika kalian berhak mendapatkannya,
niscaya Dia akan menimpakannya kepada kalian. Dia tidak akan menganiaya
kalian." Dan memang apa yang mereka mintakan itu benar-benar terjadi pada
diri mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka. Karena
itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ
الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Kemudian mereka mendustakan
Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya
azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara':
189)
Azab
tersebut termasuk jenis dari apa yang dimintakan oleh mereka, yaitu
ditimpakannya gumpalan dari langit kepada mereka. Karena Allah Swt. menjadikan
azab yang menimpa mereka berupa panas yang tinggi selama tujuh hari, tiada
sesuatu pun yang terlindungi dari panas tersebut. Kemudian datanglah gumpalan
awan yang besar menaungi mereka, lalu mereka pergi menuju arah awan itu dengan
maksud menaungi diri mereka dengan naungannya dari sengatan panas yang sangat
tinggi. Setelah mereka semua kumpul di bawah awan besar itu, maka Allah
menurunkan kepada mereka percikan api dari neraka dan luapan api yang sangat
besar. Bumi berguncang menggoyahkan mereka, dan mereka ditimpa oleh pekikan
yang keras sehingga arwah mereka melayang, lalu binasalah mereka semuanya.
Karena itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
Sesungguhnya azab itu adalah
azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)
Allah Swt. menyebutkan gambaran
kebinasaan mereka dalam tiga tempat tinggal. Setiap tempat tinggal sesuai
dengan teksnya. Di dalam surat Al-A'raf disebutkan bahwa mereka ditimpa gempa,
maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
Demikian itu karena mereka telah mengatakan:
{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا}
Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu, hai Syu’aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota
kami, atau kamu kembali kepada agama kami. (Al-A'raf:
88)
Mereka menakut-nakuti Nabi Allah
Syu'aib dan orang-orang yang mengikutinya, maka mereka ditimpa azab gempa bumi.
Dan di dalam surat Hud disebutkan:
{وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ}
dan orang-orang yang zalim
dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur. (Hud:
94)
Demikian itu karena mereka
mengejek Nabi Syu'aib melalui perkataan mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{أَصَلاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا
يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إِنَّكَ
لأنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ}
apakah agamamu yang menyuruh
kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau
melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami.
Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal. (Hud: 87)
Mereka mengatakan demikian
dengan nada yang sinis dan mengejek serta sebagai penghinaan, maka sesuailah
bila mereka ditimpa oleh pekikan yang mengguntur untuk membungkam mereka.
Karena itu, disebutkan oleh firmari-Nya:
{وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ}
dan orang-orang yang zalim
dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur. (Hud :
94), hingga akhir ayat.
Sedangkan dalam surat ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ
السَّمَاءِ}
Maka jatuhkanlah atas kami
gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara': 187), hingga
akhir ayat.
Yakni dengan nada ingkar dan
tidak percaya akan terjadinya hal tersebut. Maka sesuailah bila apa yang
dianggap oleh mereka mustahil terjadi dikabulkan.
{فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ
إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
lalu mereka ditimpa azab pada
hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Aslam mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mengirimkan awan kepada mereka;
hingga manakala mereka semua telah berkumpul, maka Allah membuyarkan awan itu
dari mereka dan memanggang mereka dengan sinar matahari sehingga terbakarlah mereka sebagaimana udang terbakar di
atas penggorengan.
Muhammad
ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa sesungguhnya penduduk Madyan diazab dengan
tiga macam azab, yaitu gempa yang menimpa rumah tempat tinggal mereka sehingga
mereka keluar darinya. Setelah keluar dari rumahnya masing-masing, mereka
tertimpa huru-hara yang sangat keras, lalu mereka lari bercerai-berai dan masuk
kembali ke dalam rumah-rumah mereka, dan rumah-rumah mereka runtuh menimpa
mereka. Kemudian Allah mengirim awan kepada mereka. Maka masuklah seseorang
dari mereka ke bawah naungannya, lalu berkata, "Aku belum pernah merasakan
naungan yang segar lagi sejuk seperti hari ini. Maka kemarilah semua, hai
orang-orang!" Kemudian mereka semuanya masuk ke bawah naungan awan itu,
lalu terjadilah teriakan yang mengguntur sekali teriakan dan mereka semuanya
mati karenanya. Lalu Muhammad ibnu Ka'b membaca firman-Nya: lalu mereka
ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab
hari yang besar. (Asy-Syu'ara': 189)
Muhammad
ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan
kepadaku Al-Hasan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Zaid (saudara Hammad
ibnu Zaid), telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Abu Sagir, telah
menceritakan kepadaku Yazid Al-Bahili, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu
Abbas tentang makna firman-Nya: lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka
dinaungi awan. (Asy-Syu'ara': 189), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas menjawab,
"Allah menimpakan kepada mereka gempa dan panas yang membakar sehingga
membuat napas mereka terasa sesak, lalu mereka keluar dari rumahnya
masing-masing melarikan diri menuju padang pasir. Maka Allah mengirimkan kepada
mereka awan dan menaungi mereka dari sengatan sinar matahari yang membakar.
Mereka merasakan kesejukan dan kesegaran di bawah naungan awan itu. Lalu
sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lain untuk bergabung di bawah
naungan awan tersebut. Manakala mereka semua telah berkumpul di bawah naungan
awan itu, lalu Allah menimpakan api kepada mereka." Ibnu Abbas melanjutkan
kisahnya, "Itulah azab di hari mereka dinaungi oleh awan, sesungguhnya
azab itu adalah azab hari yang besar."
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ
أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ. وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara':
190-191)
Yakni Mahaperkasa dalam
pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir, lagi Maha Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Asy-Syu'ara', ayat 192-195
{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(192) نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195) }
Dan
sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang
jelas.
Allah Swt. menceritakan tentang
Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepada hamba dan Rasul-Nya (yaitu Muhammad Saw.)
melalui firman-Nya:
{وَإِنَّهُ}
Dan sesungguhnya Al-Qur'an
ini. (Asy-Syu'ara: 192)
Yakni Al-Qur'an yang telah
disebutkan pada permulaan surat dalam firman-Nya yang mengatakan:
{وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ
الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ}
Dan sekali-kali tidak datang
kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah. (Asy-Syu'ara': 5), hingga akhir ayat.
{لَتَنزيلُ رَبِّ
الْعَالَمِينَ}
benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 192)
Yaitu diturunkan oleh Allah
kepadamu melalui wahyu yang disampaikan kepadamu.
{نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ}
dia dibawa turun oleh
Ar-Ruhul Amin. (Asy-Syu'ara: 193)
Maksudnya, malaikat Jibril a.s.
menurut ulama Salaf yang bukan hanya seorang mengatakannya, seperti Ibnu Abbas,
Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, As-Saddi, Ad-Dahhak, Az-Zuhri,
dan Ibnu Juraij. Hal ini termasuk pendapat yang tidak dipertentangkan lagi.
Az-Zuhri mengatakan bahwa ayat ini sama dengan firman-Nya:
{قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ
فَإِنَّهُ نزلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ}
Katakanlah, "Barang
siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)
Mujahid mengatakan bahwa barang
siapa yang pernah diajak bicara oleh Ar-Ruhul Amin, tubuhnya tidak akan dimakan
oleh tanah.
*****
{عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ}
ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara': 194)
Yakni Al-Qur'an ini diturunkan
oleh malaikat yang mulia, yang mempunyai kedudukan di sisi Allah, lagi ditaati
di kalangan penduduk langit.
ke dalam hatimu. (Asy-Syu'ara': 194) hai Muhammad, dalam keadaan bersih dari
campuran, penambahan, dan pengurangan. agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara': 194) Yaitu agar
kami memberi peringatan dengannya kepada orang-orang yang menentang dan
mendustakannya, bahwa mereka akan ditimpa azab Allah; juga membawa berita
gembira dengannya kepada orang-orang mukmin yang mengikuti petunjuknya.
****
Firman Allah Swt.:
{بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}
dengan bahasa Arab yang
jelas. (Asy-Syu'ara': 195)
Yakni Al-Qur'an ini yang Kami
turunkan kepadamu. Kami menurunkannya dengan memakai bahasa Arab yang fasih,
sempurna, lagi padat isinya agar jelas lagi terang dan menang atas semua
alasan, serta menjadi hujah yang tegak dan dalil yang memberikan petunjuk
kepada akal.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ العَتَكيّ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ
الُمهَلَّبي، عَنْ مُوسَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ
أَصْحَابِهِ فِي يَوْمِ دَجْن إِذْ قَالَ لَهُمْ: "كَيْفَ تَرَوْنَ
بَوَاسِقَهَا؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا وَأَشَدَّ تَرَاكُمَهَا. قَالَ:
"فَكَيْفَ تَرَوْنَ قَوَاعِدَهَا؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا
وَأَشَدَّ تَمَكُّنَهَا. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ جَوْنَها ؟ ".
قَالُوا: مَا أَحْسَنَهُ وَأَشَدَّ سَوَادَهُ. قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ
رَحَاهَا اسْتَدَارَتْ ؟ ". قَالُوا: مَا أَحْسَنَهَا وأشد اسْتِدَارَتَهَا.
قَالَ: "فَكَيْفَ تَرَوْنَ بَرْقَهَا، أومَيض أَمْ خَفْو أَمْ يَشُق شَقّا ؟
". قَالُوا: بَلْ يَشَقُّ شَقًّا. قَالَ: "الْحَيَاءَ الْحَيَاءَ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ". قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بِأَبِي
وَأُمِّي مَا أَفْصَحَكَ، مَا رَأَيْتُ الَّذِي هُوَ أعربُ مِنْكَ. قَالَ:
فَقَالَ: " حُقَّ لِي، وَإِنَّمَا أُنْزِلَ الْقُرْآنُ بِلِسَانِي، وَاللَّهُ
يَقُولُ: {بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Abu Bakar Al-Ataki, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad Al-Mahlabi,
dari Musa ibnu Muhammad, dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya yang mengatakan
bahwa ketika Rasulullah Saw. sedang bersama para sahabatnya di hari yang gelap,
tiba-tiba beliau Saw. bertanya kepada mereka, "Bagaimanakah pendapatmu
tentang permulaan awan itu?" Mereka menjawab, "Alangkah indahnya
dan alangkah tebalnya susunan-susunannya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah
pendapat kalian tentang pilar-pilarnya?" Mereka menjawab,
"Alangkah baiknya dan alangkah kokohnya." Beliau bertanya lagi, "Bagaimanakah
menurut kalian tentang gerakannya?" Mereka menjawab, "Alangkah
indahnya dan alangkah hitam warnanya."Nabi Saw. bertanya lagi, "Bagaimanakah
menurut penglihatanmu tentang putaran anginnya?". Mereka menjawab,
"Alangkah indahnya dan alangkah bulat putarannya." Beliau Saw.
bertanya, "Bagaimanakah menurut penglihatan kalian tentang kilatnya,
apakah berkilauan ataukah redup, ataukah benar-benar membelah?" Mereka
menjawab, "Tidak, bahkan membelah dengan belahan yang lurus." Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Insya Allah, membawa kehidupan, akan membawa kehidupan. Maksudnya,
bukan awan yang membawa azab. Maka ada seorang lelaki yang berkata, "Wahai
Rasulullah, demi ayah dan ibuku (yang menjadi tebusanmu), alangkah fasihnya
engkau. Saya belum pernah melihat orang yang lebih fasih darimu dalam bertutur
Arab." Rasulullah Saw. menjawab: Suatu keharusan bagiku, sesungguhnya
Al-Qur’an diturunkan dengan memakai bahasaku, dan Allah telah berfirman,
"Dengan bahasa Arab yang jelas.” (Asy-Syu'ara': 195)
Sufyan As'-Sauri mengatakan
bahwa tidak sekali-kali wahyu diturunkan melainkan dengan bahasa Arab, kemudian
masing-masing nabi menerjemahkannya kepada kaumnya. Bahasa yang dipakai pada
hari kiamat ialah bahasa Suryani; dan barang siapa yang masuk surga, maka ia
berbahasa Arab. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Asy-Syu'ara', ayat 196-199
{وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الأوَّلِينَ (196)
أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ (197)
وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ (198) فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا
كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ (199) }
Dan sesungguhnya Al-Qur’an
itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab
orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para
ulama Bani Israil mengetahuinya? Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada
salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang
kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.
Allah Swt. menyebutkan bahwa
sesungguhnya sebutan tentang Al-Qur'an ini dan isyarat mengenai keberadaannya
benar-benar ada di dalam kitab kitab terdahulu yang dinukil dari para nabi
mereka yang menyampaikan berita gembira akan kedatangannya sejak zaman dahulu
dan masa yang berdekatan dengannya. Sebagaimana Allah mengambil janji dari
mereka tentang hal tersebut, sehingga nabi yang paling akhir dari kalangan
mereka berdiri seraya berkhotbah kepada golongannya untuk menyampaikan berita
gembira akan kedatangan Ahmad (Muhammad Saw.):
{وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا
بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ
أَحْمَدُ}
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, "Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian membenarkan kitab (yang
turun) sebelumku, yaitu Taurat; dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”
(As-Saff: 6)
Lafaz az-zubur yang ada
dalam surat Asy-Syu'ara ini artinya kitab-kitab, merupakan bentuk jamak dari zabur.
Nama yang sama diberikan kepada kitab Nabi Daud, yaitu kitab Zabur. Allah
Swt. telah berfirman:
{وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ}
Dan segala sesuatu yang telah
mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qamar:
52)
Yakni tercatat di dalam
kitab-kitab catatan amal perbuatan mereka yang dipegang oleh para malaikat
pencatat amal perbuatan. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ
يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan apakah tidak cukup
menjadi bukti bagi. mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara': 197)
Artinya, tidakkah cukup bagi
mereka adanya saksi yang benar akan hal tersebut melalui ulama Bani Israil yang
menjumpai penyebutan Al- Qur'an di dalam kitab-kitab mereka yang biasa mereka
pelajari. Makna yang dimaksud ialah ulama Bani Israil yang adil, yaitu mereka
yang mengakui kebenaran adanya sifat Nabi Muhammad, kerasulannya, dan umatnya
di dalam kitab-kitab mereka. Sebagaimana yang telah diberitakan oleh sebagian
orang dari mereka yang beriman —seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman
Al-Farisi—yang menerimanya dari orang-orang yang ia jumpai dari kalangan ulama
Bani Israil dan orang-orang yang semisal dengan mereka. Allah Swt.-telah
berfirman:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ
الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ
(Yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi. (Al-A'raf: 157), hingga
akhir ayat.
Kemudian
Allah Swt. menyebutkan tentang kerasnya kekafiran orang-orang Quraisy dan
keingkaran mereka terhadap Al-Qur'an, bahwa seandainya Al-Qur'an ini diturunkan
kepada seseorang yang bukan dari bangsa Arab dari kalangan mereka yang tidak
mengetahui bahasa Arab barang sepatah kata pun, lalu Al-Qur'an diturunkan
kepadanya dengan bahasa yang jelas lagi fasih, tentulah mereka tidak akan
beriman kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ
الأعْجَمِينَ. فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ}
Dan kalau Al-Qur’an itu Kami
turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya
kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya
mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara': 198-199)
Sebagaimana yang diceritakan
oleh Allah tentang sikap mereka dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ
السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ. لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ
أَبْصَارُنَا}
Dan jika seandainya Kami
membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu)
langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata,
"Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan.” (Al-Hijr: 14-15),
hingga akhir ayat.
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا
إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى}
Kalau sekiranya Kami turunkan
malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan
mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ
عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)
Asy-Syu'ara', ayat 200-209
{كَذَلِكَ سَلَكْنَاهُ فِي قُلُوبِ
الْمُجْرِمِينَ (200) لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ حَتَّى يَرَوْا الْعَذَابَ الألِيمَ
(201) فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (202) فَيَقُولُوا هَلْ
نَحْنُ مُنْظَرُونَ (203) أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ (204) أَفَرَأَيْتَ
إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ (205) ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ (206)
مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ (207) وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ
قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ (208) ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ (209) }
Demikianlah
Kami masukkan Al-Qur’an ke dalam hati orang-orang yang durhaka. Mereka tidak
beriman kepada-Nya, hingga mereka melihat azab yang pedih. Maka datanglah azab
kepada mereka dengan mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya, lalu mereka
berkata, "Apakah kami dapat diberi tangguh?” Maka apakah mereka meminta
supaya disegerakan azab Kami? Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan
kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka
azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa
yang mereka selalu menikmatinya. Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri
pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk
menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.
Allah Swt. berfirman, bahwa
demikian pula Kami sisipkan perasaan dusta, kekafiran, keingkaran dan
pembangkangan (terhadap perkara hak). Yakni Kami masukkan hal tersebut ke dalam
hati orang-orang yang berdosa (durhaka).
{لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ}
Mereka tidak beriman
kepadanya. (Asy-Syu'ara': 201)
Maksudnya, tidak beriman kepada
perkara yang hak.
{حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
hingga mereka melihat azab
yang pedih. (Asy-Syu'ara': 201)
Yaitu di hari yang tiada
bermanfaat bagi orang-orang yang zalim alasan mereka, dan bagi mereka laknat
dan tempat tinggal yang paling buruk (neraka).
{فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً}
maka datanglah azab kepada
mereka dengan mendadak. (Asy-Syu'ara': 202)
Artinya, azab Allah menimpa
mereka dengan sekonyong-konyong.
{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. فَيَقُولُوا هَلْ
نَحْنُ مُنْظَرُونَ}
sedang mereka tidak
menyadarinya, lalu mereka berkata, "Apakah kami dapat diberi
tangguh?" (Asy-Syu'ara': 202-203)
Yakni ketika mereka menyaksikan
datangnya azab, mereka berharap seandainya saja mereka diberi masa tangguh
barang sedikit waktu agar dapat mengerjakan ketaatan kepada Allah menurut
dugaan mereka. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat yang lain:
{وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ
الْعَذَابُ}
Dan berikanlah peringatan
kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
azab kepada mereka. (Ibrahim: 44)
sampai dengan firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
bahwa sekali-kali kalian
tidak akan binasa. (Ibrahim: 44)
Semua orang zalim, orang
durhaka, dan orang kafir bila menyaksikan hukuman yang menimpanya merasakan
penyesalan yang berat. Seperti yang disebutkan dalam kisah Fir'aun ketika Nabi
Musa a.s. berdoa untuk kebinasaannya, yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ
وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan
harta kekayaan dalam kehidupan dunia. (Yunus: 88)
sampai dengan firman-Nya:
قَدْ أُجِيبَتْ
دَعْوَتُكُمَا
Sesungguhnya telah
diperkenankan permohonan kamu berdua. (Yunus: 89)
Doa tersebut berpengaruh
terhadap diri Fir'aun. Akhirnya ia tidak beriman hingga melihat azab yang
pedih, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ
آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ}
hingga bila Fir’aun itu telah
hampir tenggelam, berkatalah, dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil.” (Yunus:
90)
sampai dengan firman-Nya:
وَكُنْتَ مِنَ
الْمُفْسِدِينَ
dan kamu termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Dan firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا
بِاللَّهِ}
Maka tatkala mereka melihat
azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja.” (Al-Mu-min: 84), hingga akhir surat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ}
Maka apakah mereka meminta
supaya disegerakan azab Kami? (Asy-Syu'ara': 204)
Kalimat ayat ini mengandung
pengertian ingkar dan kecaman terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka
mengatakan kepada utusan Allah dengan nada mendustakan dan tidak percaya,
"Datangkanlah kepada kami azab Allah," seperti yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami
disegerakan? (As-Saffat: 176)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ *
ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ * مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا
يُمَتَّعُونَ}
Maka bagaimana pendapatmu
jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian
datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak
berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara': 205-207)
Yakni seandainya Kami tangguhkan
mereka dan Kami berikan kelonggaran waktu kepada mereka berapa pun lamanya,
kemudian datang kepada mereka perintah (azab) Allah, maka tiada sesuatu pun
yang selalu mereka nikmati akan bermanfaat bagi mereka.
{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ
يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}
Pada hari mereka melihat hari
berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau
pagi hari. (An-Nazi'at: 46)
Dan firman Allah Swt.:
{يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ
سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ}
Masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkannya dari siksa. (Al-Baqarah: 96)
Dan firman Allah Swt.:
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ
مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى}
Dan hartanya tidak bermanfaat
baginya apabila ia telah binasa. (Al-Lail: 11)
Karena itu, disebutkan oleh
firman-Nya dalam surat ini:
{مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا
يُمَتَّعُونَ}
niscaya tidak berguna bagi
mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara':
207)
Di dalam hadis sahih disebutkan
melalui sabda Rasulullah Saw.:
"يُؤْتَى بِالْكَافِرِ فَيُغْمَسُ فِي النَّارِ غَمْسَةً ،
ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هل رأيت خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ رَأَيْتَ نَعِيمًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا
[وَاللَّهِ يَا رَبِّ]. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا كَانَ فِي
الدُّنْيَا، فَيُصْبَغُ فِي الْجَنَّةِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ
رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ"
Didatangkan seorang kafir,
lalu dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya,
"Apakah kamu menjumpai sesuatu kebaikan? Dan apakah kamu menjumpai suatu
kenikmatan?” Maka ia menjawab, "Tidak, demi Allah, ya Tuhanku.” Lalu
didatangkan seorang manusia yang sangat sengsara ketika di dunianya, lalu
dimasukkan sebentar ke dalam surga, dan dikatakan kepadanya, "Apakah kamu
menjumpai suatu kesengsaraan pun?” Maka ia menjawab, "Tidak, demi Allah,
Ya Tuhanku.”
Yakni seakan-akan kesengsaraan
yang pernah dialaminya itu tidak ada sama sekali. Karena itulah maka Umar ibnul
Khattab r.a. mengumpamakan pengertian ini dengan bait syair yang mengatakan:
كأنَّك لَمْ تُوتِر مِنَ الدّهْر لَيْلَةً ... إِذَا أنْتَ أدْرَكْتَ
الَّذِي كنتَ تَطْلُبُ ...
Seakan-akan
kamu tidak pernah mengalami suatu hari pun yang penuh dengan penderitaan, bila
kamu dapat meraih apa yang kamu dambakan.
****
Kemudian Allah Swt. berfirman,
menceritakan keadilan-Nya pada makhlukNya, bahwa Dia tidak sekali-kali
membinasakan suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan kepada mereka,
memberikan peringatan kepada mereka, mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka,
dan tegaknya hujah atas mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا
مُنْذِرُونَ. ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ}
Dan Kami tidak membinasakan
sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi
peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim.
(Asy-Syu'ara": 208-209)
Sama seperti pengertian yang
terdapat di dalam firman-Nya:
{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ
رَسُولا}
dan Kami tidak akan mengazab
sebelum Kami mengutus seorang rasul (Al-Isra': 15)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى
حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا}
Dan tidak adalah Tuhanmu
membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qasas:
59)
sampai dengan firman-Nya:
إِلا وَأَهْلُهَا
ظَالِمُونَ
kecuali penduduknya dalam
keadaan melakukan kezaliman. (Al-Qasas: 59)
Asy-Syu'ara', ayat 210-212
{وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ (210)
وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ (211) إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ
لَمَعْزُولُونَ (212) }
Dan Al-Qur'an itu bukanlah
dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun
Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar
dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan tentang Kitab-Nya yang mulia, yang tidak datang kebatilan
kepadanya —baik dari depan maupun dari belakangnya—, diturunkan dari sisi Tuhan
Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji, dan bahwa Al-Qur'an itu diturunkan
melalui Ar-Ruhul Amin yang diberi izin oleh Allah.
{وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah
dibawa turun oleh setan-setan. (Asy-Syu'ara': 210)
Kemudian Allah Swt. menjelaskan
bahwa setan-setan tersebut tidak dapat melakukan hal tersebut karena tiga
alasan, salah satunya ialah bahwa tidaklah layak bagi mereka. Dengan kata lain,
tugas itu bukanlah merupakan tujuan mereka, bukan pula yang menjadi sasaran
mereka, karena tabiat mereka adalah suka kepada kerusakan dan menyesatkan
hamba-hamba Allah. Padahal di dalam Al-Qur'an terkandung perintah kepada
kebaikan dan larangan terhadap perbuatan yang mungkar; juga mengandung cahaya,
petunjuk, dan bukti yang besar. Kesimpulannya antara kandungan Al-Qur'an dan
tujuan setan-setan itu sangat bertentangan. Karena itulah disebutkan dalam
firman selanjutnya:
{وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ}
Dan tidaklah patut mereka
membawa turun Al-Qur’an itu. (Asy-Syu'ara': 211)
*****
Makna firman Allah Swt.:
{وَمَا يَسْتَطِيعُونَ}
dan mereka pun tidak akan
kuasa. (Asy-Syu'ara': 211)
Yakni seandainya tugas itu layak
bagi mereka, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Allah Swt. telah
berfirman:
{لَوْ أَنزلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى
جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ}
Kalau sekiranya Kami
menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21)
Kemudian Allah Swt. menjelaskan
bahwa seandainya layak bagi mereka dan mereka mampu membawanya, tentulah tidak
akan sampai ke arah itu, karena mereka terjauhkan dari mendengar Al-Qur'an saat
Al-Qur'an diturunkan, sebab langit dipenuhi oleh penjaga yang keras dan
bintang-bintang yang menyala-nyala saat Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah
Saw. Maka tiada satu setan pun yang selamat dan sempat mendengarkannya walau barang
sehuruf pun, agar perkaranya tidak bercampur baur. Hal ini merupakan rahmat
dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan terhadap
syariat-Nya serta dukungan-Nya kepada Kitab dan Rasul-Nya. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ}
Sesungguhnya mereka
benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara': 212)
Sama seperti yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam menceritakan perihal jin, melalui firman-Nya:
{وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا
مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا
مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا}
Dan sesungguhnya kami telah
mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan
sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita beritanya). Tetapi sekarang barang siapa
yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (Al-Jin: 8-9)
sampai dengan firman-Nya:
أَمْ أَرَادَ بِهِمْ
رَبُّهُمْ رَشَدًا
ataukah Tuhan mereka
menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10)
Asy-Syu'ara', ayat 213-220
{فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ
فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ (213) وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ (214)
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (215) فَإِنْ عَصَوْكَ
فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (216) وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
(217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219)
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (220) }
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu,
maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kalian kerjakan.” Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa
lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan
(melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah Swt. berfirman seraya
memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) agar menyembah Dia semata, tiada sekutu
bagi-Nya; juga memberitahu kan bahwa barang siapa yang menyekutukan-Nya, Dia
pasti akan mengazabnya. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya agar
memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang
menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali imannya kepada Tuhan
Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung. Lalu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar
bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang mengikutinya dari kalangan
hamba-hamba Allah yang mukmin. Dan barang siapa di antara makhluk Allah durhaka
kepada-Nya, hendaklah ia berlepas diri dari apa yang dilakukannya. Karena itulah
maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ
مِمَّا تَعْمَلُونَ}
Jika mereka mendurhakaimu,
maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ara': 216)
Peringatan yang khusus ini tidak
bertentangan dengan peringatan yang umum, bahkan ia merupakan bagian darinya,
seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ
فَهُمْ غَافِلُونَ}
agar kamu memberi peringatan
kepada kaum yang leluhurnya belum pernah mendapat peringatan, karena itu mereka
lalai. (Yasin: 6)
Dan firman Allah Swt.:
{لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ
حَوْلَهَا}
agar kamu memberi peringatan
kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan
orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92 dan Asy Syura: 7)
{وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ
يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}
Dan berilah peringatan dengan
apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada
Tuhannya. (Al-An'am: 51)
{لِتُبَشِّرَ بِهِ
الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
agar kamu dapat memberi kabar
gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu
memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)
Dan firman Allah Swt.:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan dia aku memberi
peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
Dan dalam ayat yang lain
disebutkan melalui firman-Nya:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ
مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara
mereka (orang-orang Quraisy) dan
sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang
diancamkan baginya. (Hud: 17)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan
Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أحدٌ مِنْ
هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا
دَخَلَ النَّارَ".
Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali ada seseorang dari kalangan
umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula yang beragama Nasrani mendengar
tentang diriku, lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan pasti masuk neraka.
Banyak hadis yang menceritakan
tentang turunnya ayat ini. Berikut ini kami sebutkan hadis-hadis tersebut.
Hadis
pertama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ نُمَيْر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ:
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا فَصَعِدَ عَلَيْهِ، ثُمَّ نَادَى: "يَا
صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَ النَّاسُ إِلَيْهِ بَيْنَ رَجُلٍ يَجِيءُ إِلَيْهِ،
وَبَيْنَ رَجُلٍ يَبْعَثُ رَسُولِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي فِهْرٍ، يَا
بَنِي لُؤَيٍّ، أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِسَفْحِ هَذَا
الْجَبَلِ، تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، صَدَّقْتُمُونِي؟ ". قَالُوا:
نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ
شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَمَا
دَعَوْتَنَا إِلَّا لِهَذَا؟ وَأَنْزَلَ اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ
وَتَبَّ}
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, dari Al-A'masy ibnu Amr
ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan
bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka
Nabi Saw. datang ke Bukit Safa, lalu menaikinya dan berseru, "Hai
orang-orang yang ada di pagi hari ini!" Maka orang-orang berkumpul di
hadapannya, ada yang datang langsung dan ada yang hanya mengirimkan orang
suruhannya. Lalu Rasulullah Saw. berseru: "Hai Bani Abdul Muttalib, hai
Bani Fihr, hai Bani Lu-ay, bagaimanakah menurut kalian seandainya kuberitakan
kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda musuh di lereng bukit ini hendak
menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?" Mereka
menjawab, "Ya, kami percaya." Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang
keras.” Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu sepanjang hari ini,
apakah engkau memanggil kami untuk tujuan ini?” Lalu Allah menurunkan
firman-Nya, "Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia
akan binasa" (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat.
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan
Imam Turmuzi serta Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai
jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Hadis
kedua.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ
الأقْرَبِينَ} ، قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: "يَا فَاطِمَةُ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ، يَا صَفِيَّةُ ابْنَةَ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا، سَلُونِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari
ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah
Swt.: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara':
214) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai Fatimah binti Muhammad, hai Safiyyah
binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan
apapun bagi kalian terhadap Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka
kalian.
Imam Muslim mengetengahkan hadis
ini secara tunggal.
Hadis
ketiga.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا
زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَير، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ
الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [قُرَيْشًا]، فعمَّ وخصَّ، فَقَالَ: "يَا
مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي
كَعْبٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ
مَنَافٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي هَاشِمٍ،
أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ،
أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. [يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ،
أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ] ، فَإِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَمْلِكُ لَكُمْ
مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا أَنَّ لَكُمْ رَحمًا سأبُلها بِبلالها".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah
Abdul Malik ibnu Umair, dari Musa Ibnu Talhah, dari Abu Hurairah r.a. yang
telah mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka
Rasulullah Saw. menyeru orang-orang Quraisy secara umum dan khusus, lalu beliau
bersabda: Hai golongan orang-orang Quraisy, selamatkanlah diri kalian dari
neraka. Hai golongan orang-orang Bani Ka'b, selamatkanlah diri kalian dari
neraka. Hai golongan orang-orang Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari
neraka. Hai golongan orang-orang Bani Abdul Muttalib, selamatkanlah diri kalian
dari neraka, Hai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka.
Karena sesungguhnya aku demi Allah, tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi kalian
terhadap Allah melainkan hanya kalian mempunyai tali persaudaraan denganku yang
mengikatku dengan kalian.
Imam Muslim dan Imam Turmuzi
telah meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang
sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa
bila ditinjau dari jalurnya hadis ini berpredikat garib, Imam Nasai
telah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnuTalhah secara mursal tanpa
menyebutkan nama Abu Hurairah di dalamnya. Predikat mausul hadis ini
adalah pendapat yang benar. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya
di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul
Musayyab dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنَ إِسْحَاقَ -عَنْ أَبِي الزنَاد، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، اشْتَرُوا
أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللَّهِ. يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، وَيَا
فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ، اشْتَرِيَا أَنْفُسَكُمَا مِنَ اللَّهِ، لَا
أُغني عَنْكُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، سَلَانِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمَا".
Imam Ahmad mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Ishaq, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Hai Bani Abdul Muttalib,
tebuslah diri kalian dari (azab) Allah. Hai Safiyyah bibi Rasulullah,
hai Fatimah binti Rasulullah, tebuslah diri kamu berdua dari (azab) Allah,
karena sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun terhadap
Allah, mintalah olehmu berdua dari hartaku sesukamu.
Imam Ahmad meriwayatkannya
secara tunggal melalui jalur ini.
Ia pun meriwayatkannya secara
tunggal dari Mu'awiyah, dari Zaidah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya
pula dari Hasan yang telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu
Lahi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah secara marfu'.
وَقَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سُوَيد بْنُ سَعيد، حَدَّثَنَا
ضِمَام بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي قُصَي، يَا
بَنِي هَاشم، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ. أَنَا النَّذِيرُ وَالْمَوْتُ الْمُغِيرُ.
وَالسَّاعَةُ الْمَوْعِدُ"
Abu Ya'la mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami
Damam ibni Israil, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Hai Bani Qusay, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdu Manaf,
akulah pemberi peringatan, maut pasti datang menyerang, dan kiamat adalah hari
yang telah dijanjikan.
Hadis
keempat.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا
التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ قَبِيصة بْنِ مُخَارق وزُهَير
بْنِ عَمْرٍو قَالَا لَمَّا نَزَلَتْ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} صَعد
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضْمَةً مِنْ جَبَلٍ عَلَى
أَعْلَاهَا حَجَرٌ، فَجَعَلَ يُنَادِي: "يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، إِنَّمَا
أَنَا نَذِيرٌ، إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَرَجُلٍ رَأَى الْعَدُوَّ،
فَذَهَبَ يَرْبَأُ أَهْلَهُ، يَخْشَى أَنْ يَسْبِقُوهُ، فَجَعَلَ يُنَادِي
وَيَهْتِفُ: يَا صَبَاحَاهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami
At-Taimi, dari Abu Us'man, dari Qubaisah ibnu Mukhariq dan Zuhair ibnu Amr,
keduanya mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka
Rasulullah Saw. menaiki sebuah tumpukan batu besar yang ada di puncak sebuah
bukit, lalu berseru: Hai Bani Abdu Manaf, sesungguhnya aku hanyalah seorang
pemberi peringatan, dan sesungguhnya perumpamaan diriku dan diri kalian adalah
bagaikan seorang lelaki yang melihat kedatangan musuh, lalu ia memberikan
peringatan dini kepada kaumnya agar jangan kedahuluan oleh musuh. Untuk itu ia
berseru dengan sekuat suaranya, "Awas serangan musuh!"
Imam Muslim
meriwayatkannya—demikian pula Imam Nasai—melalui hadis Sulaiman ibnuTarkhan
At-Taimi, dari Abu Us'man alias Abdur Rahman ibnu Sahi An-Nahdi, dari Qubaisas
dan Zuhair ibnu Amr Al-Hilali dengan sanad yang sama.
Hadis
kelima.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ،
حَدَّثَنَا شَرِيك عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ المْنهَال، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ الْأَسَدِيِّ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا
نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} جَمَعَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، فَاجْتَمَعَ
ثَلَاثُونَ، فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا قَالَ: وَقَالَ لَهُمْ: "مَنْ يَضْمَنُ
عَني دَيْنِي وَمَوَاعِيدِي، وَيَكُونُ مَعِي فِي الْجَنَّةِ، وَيَكُونُ
خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ". فَقَالَ رَجُلٌ -لَمْ يُسَمِّهِ شَرِيكٌ -يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَنْتَ كُنْتَ بَحْرًا مَنْ يَقُومُ بِهَذَا؟ قَالَ: ثُمَّ قَالَ
الْآخَرُ، قَالَ: فَعَرَضَ ذَلِكَ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، فَقَالَ عَليٌ: أَنَا
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami
Syarik, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal, dari Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari
Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara':
214) Maka Nabi Saw. mengumpulkan semua ahli baitnya, sehingga terkumpullah
sebanyak tiga puluh orang, lalu mereka diberi jamuan makan dan minum. Ali
melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda kepada mereka, ''Siapakah
(di antara kalian) yang sanggup untuk menjamin keselamatan agama dan
janji-janjiku? Maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga dan menjadi
penggantiku di kalangan keluargaku." Maka ada seorang lelaki —yang
tidak disebutkan namanya oleh Syarik— berkata, "Wahai Rasulullah, engkau
adalah orang yang lebih mengerti siapa yang dapat mengemban tugas ini."
Lalu ada lelaki lain yang menjawab hal yang sama sebanyak tiga kali. Akhirnya
Rasulullah Saw. menawarkan hal tersebut kepada ahli baitnya, lalu Ali berkata,
"Saya."
Jalur lain yang meriwayatkannya
lebih rinci disebutkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ
الْمُغِيرَةِ، عَنْ أَبِي صَادِقٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ نَاجِذٍ، عَنْ عَلِيٍّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ -أَوْ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -بَنِي
عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَهُمْ رَهْطٌ، كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الْجَذَعَةَ وَيَشْرَبُ
الفّرَق -قَالَ: وَصَنَعَ لَهُمْ مُدًّا مِنْ طَعَامٍ فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا
-قَالَ: وَبَقِيَ الطَّعَامُ كَمَا هُوَ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ. ثُمَّ دَعَا
بغُمَرٍ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا، وَبَقِيَ الشَّرَابُ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ
-أولم يُشْرَبْ -وَقَالَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي بُعِثْتُ إِلَيْكُمْ
خَاصَّةً وَإِلَى النَّاسِ عَامَّةً، وَقَدْ رَأَيْتُمْ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ مَا
رَأَيْتُمْ، فَأَيُّكُمْ يُبَايِعُنِي عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي وَصَاحِبِي؟
". قَالَ: فَلَمْ يَقُمْ إِلَيْهِ أَحَدٌ. قَالَ: فقمتُ إِلَيْهِ -وَكُنْتُ
أَصْغَرَ الْقَوْمِ -قَالَ: فَقَالَ: "اجْلِسْ". ثُمَّ قَالَ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ، كُلُّ ذَلِكَ أَقْوَمُ إِلَيْهِ فَيَقُولُ لِيَ: "اجْلِسْ".
حَتَّى كَانَ فِي الثَّالِثَةِ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى يَدِي
telah menceritakan kepada kami
Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwanah, telah menceritakan kepada
kami Us'man ibnul Mugirah, dari Abu Sadiq, dari Rabi'ah ibnu Majid, dari Ali
r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah mengumpulkan atau mengundang Bani
Abdul Muttalib yang terdiri dari sejumlah banyak orang, yang untuk menjamu
mereka diperlukan seekor unta jaza'ah dan satu farq air minum. Tetapi
Rasulullah Saw. hanya membuat satu mud makanan untuk mereka, dan
ternyata mereka semua kenyang, sedangkan makanan yang dijamukan masih tetap
utuh seperti sediakala seakan-akan masih belum disantap. Kemudian Rasulullah
Saw. memerintahkan agar didatangkan satu kendi air minum, dan mereka minum
darinya hingga kenyang, sedangkan air minum itu masih utuh seperti sediakala
sebelum diminum. Lalu beliau Saw. bersabda: "Hai Bani Abdul Muttalib,
sesungguhnya aku diutus kepada kalian secara khusus dan juga kepada seluruh
manusia secara umum. Kalian telah menyaksikan sendiri mukjizat ini sebagaimana
yang telah kalian lihat, maka siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (berjanji
setia) kepadaku untuk menjadi saudara dan temanku?” Ali mengatakan bahwa
tiada seorang pun yang berdiri menyambut seruannya, "Maka aku bangkit
menuju ke arahnya, 'saat itu aku adalah orang yang termuda' di antara yang
hadir. Nabi Saw. bersabda, 'Duduklah kamu!' sebanyak tiga kali, yang
pada masing-masingnya aku berusaha bangkit menuju ke arahnya, dan beliau selalu
bersabda, 'Duduklah kamu!' Setelah ketiga kalinya, barulah beliau
menjabatkan tangannya ke tanganku (pertanda setuju).”
Jalur lain lebih garib, tetapi
lebih rinci daripada teks yang sebelumnya dengan ada beberapa tambahan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ فِي "دَلَائِلِ
النُّبُوَّةِ": أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ،
حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا يُونُس بْنُ بُكَيْر، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
إِسْحَاقَ قَالَ: فَحَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ
نَوْفَلٍ -وَاسْتَكْتَمَنِي اسْمَهُ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ
أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ} ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"عَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بادأتُ بِهَا قومِي، رَأَيْتُ مِنْهُمْ ما أكره، فَصَمَتُّ.
فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لَمْ
تَفْعَلْ مَا أَمَرَكَ بِهِ رَبُّكَ عَذَّبَكَ رَبُّكَ". قَالَ عَلِيٌّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَدَعَانِي فَقَالَ: "يَا عَلِيُّ، إِنَّ اللَّهَ
قَدْ أَمَرَنِي [أَنْ] أُنْذِرَ عَشِيرَتِي الْأَقْرَبِينَ، فَعَرَفْتُ أَنِّي
إِنْ بَادَأْتُهُمْ بِذَلِكَ رَأَيْتُ مِنْهُمْ مَا أَكْرَهُ، فَصَمت عَنْ ذَلِكَ،
ثُمَّ جَاءَنِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَا
أُمِرْتَ بِهِ عَذَّبَكَ رَبُّكَ. فَاصْنَعْ لَنَا يَا عَلِيُّ شَاةً عَلَى صَاعٍ
مِنْ طَعَامٍ، وَأَعِدَّ لَنَا عُسَّ لَبَنٍ، ثُمَّ اجْمَعْ لِيَ بَنِي عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ". ففعلتُ فَاجْتَمَعُوا لَهُ، وَهُمْ يَوْمئِذٍ أَرْبَعُونَ
رَجُلًا يَزِيدُونَ رَجُلًا أَوْ يَنْقُصُونَ رَجُلًا. فِيهِمْ أَعْمَامُهُ: أَبُو
طَالِبٍ، وَحَمْزَةُ، وَالْعَبَّاسُ، وَأَبُو لَهَبٍ الْكَافِرُ الْخَبِيثُ.
فَقَدَّمْتُ إِلَيْهِمْ تِلْكَ الجَفْنَةَ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا حِذْيَة فَشَقَّهَا بِأَسْنَانِهِ ثُمَّ رَمَى
بِهَا فِي نَوَاحِيهَا، وَقَالَ: "كُلُوا بِسْمِ اللَّهِ". فَأَكَلَ
القومُ حَتَّى نَهلوا عَنْهُ مَا يُرَى إِلَّا آثَارُ أَصَابِعِهِمْ، وَاللَّهِ
إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ
بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا، وَايْمُ اللَّهِ
إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُكَلِّمَهُمْ، بَدَره أَبُو
لَهَبٍ إِلَى الْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ.
فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ الغدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "يَا عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صَنَعْتَ
بِالْأَمْسِ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني
إِلَى مَا سمعتَ قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ
جَمَعْتُهُمْ لَهُ، فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَا صَنَعَ بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ
إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ
بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا. وَايْمُ اللَّهِ
إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إن يُكَلِّمَهُمْ بَدَره أَبُو لَهَبٍ
بِالْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدَّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ. فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ
يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ
الْغَدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا
عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صنعتَ لَنَا بِالْأَمْسِ مِنَ
الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني إِلَى مَا سمعتَ
قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ جَمَعْتُهُمْ لَهُ
فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [كَمَا صَنَعَ]
بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، ثُمَّ سَقَيْتُهُمْ مِنْ ذَلِكَ
الْقَعْبِ حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ
لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا وَيَشْرَبُ مِثْلَهَا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي -وَاللَّهِ
-مَا أَعْلَمُ شَابًّا مِنَ الْعَرَبِ جَاءَ قَوْمَهُ بِأَفْضَلَ مِمَّا
جِئْتُكُمْ بِهِ، إِنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di
dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas
Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar,
telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seseorang yang mendengar hadis
berikut dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal tanpa menyebutkan namanya, dari
Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika
ayat ini diturunkan kepada Rasulullah Saw., yaitu: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara':
214-215) Maka Rasulullah Saw. berkata, "Aku mengetahui bahwa jika
aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan
melihat jawaban mereka yang tidak kusukai. Karena itu, terpaksa aku hanya diam."
Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya
jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah diperintahkan kepadamu,
niscaya Tuhanmu akan mengazabmu." Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu
Nabi Saw. memanggilku dan berkata, "Hai Ali sesungguhnya Allah Swt.
telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat
terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu
kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai. Karena
itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad,
jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan
mengazabmu.' Hai Ali buatkanlah makanan untuk kami dengan menyembelih seekor
kambing dan satu sa' makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian
kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib." Maka saya lakukan
perintahnya dan berkumpullah di rumah Nabi Saw. semua Banil Muttalib yang saat
itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman
beliau seperti Al-Abbas, Hamzah, Abu Talib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor
itu. Lalu saya suguhkan hidangan itu kepada mereka. Rasulullah Saw. mengambil
sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh
hidangan tersebut seraya bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah."
Maka semua yang hadir makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali
bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja
dapat menghabiskan hidangan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Berilah
mereka minum, hai Ali." Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut,
dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah,
sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian.
Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya
dan mengatakan, "Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini
(maksudnya Nabi Saw. yang menyuguhkan makanan dan minuman sedikit, tetapi cukup
untuk mereka semua)." Mereka bubar dan Rasulullah Saw. tidak sempat
berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya Rasulullah Saw. bersabda, "Hai
Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin, yaitu
jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku berbicara
seperti yang telah kamu dengar sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka
saya lakukan perintahnya, kemudian saya undang mereka untuk datang kepada Nabi
Saw. Dan Rasulullah Saw. melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya
kemarin, lalu mereka semuanya makan hingga kenyang. Padahal, demi Allah,
seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan jamuan itu sendirian. Seusai
mereka makan, Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali, berilah mereka minum!"
Maka saya datangkan qirbah (wadah minum) itu dan mereka minum darinya
hingga semuanya kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat
menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara
kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, "Sungguh teman
kalian ini telah menyihir kalian." Akhirnya mereka bubar, sedangkan
Rasulullah Saw. belum sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya
lagi Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali buatlah jamuan makan dan minum
buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahului bicaraku
seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan
kaum." Maka saya lakukan perintahnya. Saya kumpulkan mereka di rumah
beliau Saw., dan beliau Saw. melakukan seperti apa yang telah dilakukannya
kemarin (mengambil sepotong daging, lalu menyobek-nyobeknya dan menyebarkannya
ke seluruh hidangan). Mereka semua makan hingga kenyang, dan saya beri mereka
minum dari wadah minuman tersebut hingga semuanya merasa kenyang. Padahal, demi
Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan jamuan makan dan minum itu
sendirian. Kali ini Rasulullah Saw. langsung berbicara: Hai Bani Abdul
Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang
pemuda Arab yang menyampaikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada
apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini. Sesungguhnya aku menyampaikan
kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat.
Ahmad ibnu Abdul Jabbar
mengatakan bahwa Ibnu Ishaq hanya mendengarnya dari Abdul Gaffar ibnul Qasim
Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris.
وَقَدْ رَوَاهُ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ، عَنِ ابْنِ حُمَيْدٍ،
عَنْ سَلَمَةَ، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ الْغَفَّارِ بْنِ الْقَاسِمِ،
عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، فَذَكَرَ مِثْلَهُ، وَزَادَ بَعْدَ
قَوْلِهِ: "إِنِّي جِئْتُكُمْ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ".
"وَقَدْ أَمَرَنِي اللَّهُ أَنْ أَدْعُوَكُمْ إِلَيْهِ، فَأَيُّكُمْ
يُؤَازِرُنِي عَلَى هَذَا الْأَمْرِ عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي، وَكَذَا
وكذا"؟ قال: فأحجم الْقَوْمُ عَنْهَا جَمِيعًا، وَقُلْتُ -وَإِنِّي لَأَحْدَثُهُمْ
سِنًّا، وأرمصُهم عَيْنًا، وَأَعْظَمُهُمْ بَطْنًا، وَأَحْمَشُهُمْ سَاقًا. أَنَا
يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَكُونُ وَزِيرَكَ عَلَيْهِ، فَأَخَذَ يَرْقُبُني ثُمَّ
قَالَ: "إِنَّ هَذَا أَخِي، وَكَذَا وَكَذَا، فَاسْمَعُوا لَهُ
وَأَطِيعُوا". قَالَ: فَقَامَ الْقَوْمُ يَضْحَكُونَ وَيَقُولُونَ لِأَبِي
طَالِبٍ: قَدْ أَمَرَكَ أَنْ تَسْمَعَ لِابْنِكَ وَتُطِيعَ
Abu Ja'far ibnu Jarir telah
meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdul
Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul
Haris, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib, lalu disebutkan hal yang
semisal dengan hadis di atas. Hanya ditambahkan dalam riwayat ini hal berikut: Sesungguhnya
aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya
Allah telah memerintahkan kepadaku untuk mengajak kalian agar menyembah-Nya.
Maka siapakah di antara kalian yang menjadi wakilku dalam menyampaikan perkara
ini, dia kelak akan menjadi saudaraku dan beroleh anu dan anu. Ali
melanjutkan kisahnya, bahwa semua kaum yang hadir diam, dan ia saat itu adalah
orang yang paling muda di antara hadirin, paling kurang awas matanya, paling
besar perutnya dan paling kecil betisnya, lalu ia berkata, "Saya sanggup,
wahai Nabi Allah, untuk menjadi pendukungmu dalam menyampaikannya." Maka
Rasulullah Saw. memegang pundakku dan bersabda, "Sesungguhnya orang ini
adalah saudaraku dan anu dan anu, maka tunduk patuhlah kalian kepadanya."
Kemudian kaum yang hadir tertawa dan berkata kepada Abu Talib, "Dia telah
memerintahkan kepadamu agar tunduk patuh kepada anakmu itu."
Teks ini diriwayatkan secara
tunggal oleh Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dia orangnya berpredikat matruk
(tidak terpakai hadisnya) lagi pendusta, dan seorang syi'ah militan. Ali
ibnul Madini dan lain-lainnya menuduhnya sebagai orang yang suka membuat-buat
hadis, sedangkan para imam menilainya Daif (lemah).
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ
بْنُ عِيسَى بْنِ مَيْسَرة الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ
الْقُدُّوسِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: لَمَّا
نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، قَالَ لِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اصْنَعْ لِي رِجْلَ
شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ وَإِنَاءً لَبَنًا". قَالَ: فَفَعَلْتُ، ثُمَّ
قَالَ: "ادْعُ بَنِي هَاشِمٍ". قَالَ: فَدَعَوْتُهُمْ وَإِنَّهُمْ
يَوْمئِذٍ لَأَرْبَعُونَ غَيْرَ رَجُلٍ -أَوْ: أَرْبَعُونَ وَرَجُلٌ -قَالَ:
وَفِيهِمْ عَشَرَةٌ كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الجذَعَة بِإِدَامِهَا. قَالَ: فَلَمَّا
أَتَوْا بِالْقَصْعَةِ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِنْ ذرْوَتها ثُمَّ قَالَ: "كُلُوا"، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا،
وَهِيَ على هيئتها لم يرزؤوا مِنْهَا إِلَّا يَسِيرًا، قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ
بِالْإِنَاءِ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا. قَالَ: وفَضَل فَضْلٌ، فَلَمَّا فَرَغُوا
أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَكَلَّمَ،
فبدرُوه الْكَلَامَ، فَقَالُوا: مَا رَأَيْنَا كَالْيَوْمِ فِي السَّحْرِ.
فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ:
"اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ". فَصَنَعْتُ، قَالَ:
فَدَعَاهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا، قَالَ: فَبَدَرُوهُ فَقَالُوا مِثْلَ
مَقَالَتِهِمُ الْأُولَى، فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ لِيَ: "اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ
طَعَامٍ. فَصَنَعْتُ، قَالَ: فَجَمَعْتُهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا
بَدَرهم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَلَامَ فَقَالَ:
"أَيُّكُمْ يَقْضِي عَنِّي دَيني وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ".
قَالَ: فَسَكَتُوا وَسَكَتَ الْعَبَّاسُ خَشْيَةَ أَنْ يُحِيطَ ذَلِكَ بِمَالِهِ،
قَالَ: وسكتُّ أَنَا لسِنّ الْعَبَّاسِ. ثُمَّ قَالَهَا مَرَّةً أُخْرَى فَسَكَتَ
الْعَبَّاسُ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ.
[فَقَالَ: "أَنْتَ"] قَالَ: وَإِنِّي يَوْمَئِذٍ لَأَسْوَأُهُمْ
هَيْئَةً، وَإِنِّي لَأَعْمَشُ الْعَيْنَيْنِ، ضَخْمُ الْبَطْنِ، حَمْش
السَّاقَيْنِ.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Al-Husain, dari Isa ibnu Maisarah Al-Harisi, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu
Amr, dari Abdullah ibnul Haris yang telah menceritakan bahwa Ali r.a. pernah
menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214)
Rasulullah Saw. bersabda kepada saya, "Buatlah makanan untukku berupa
kaki kambing satu sa makanan dan semangkuk susu." Maka saya kerjakan
perintahnya, dan setelah itu beliau bersabda, "Undanglah Bani Hasyim!"
Maka saya mengundang mereka yang saat itu jumlah mereka kurang lebih empat
puluh orang. Di antara mereka terdapat sepuluh orang (jago makan) yaitu dapat
menghabiskan seekor unta jaza'ah berikut kulit-kulitnya. Ketika mangkuk yang
berisikan makanan itu dihidangkan, Rasulullah Saw. mengambil (memotong) bagian
puncaknya, lalu bersabda, "Silakan makan." Maka mereka semua
makan hingga kenyang, padahal makanan itu masih tetap utuh tidak menyusut
kecuali hanya sedikit saja. Kemudian saya sajikan minuman itu kepada mereka,
dan mereka semua minum hingga kenyang, sedangkan minuman itu masih tersisa
banyak. Setelah mereka selesai dari jamuan itu Rasulullah Saw. hendak
berbicara, tetapi tiba-tiba didahului oleh mereka, "Kami belum pernah
melihat sihir seperti hari ini." Rasulullah Saw. diam. Pada hari
berikutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Buatkanlah untukku masakan kaki
kambing dengan satu sa" makanan." Maka saya membuatnya, dan Nabi
Saw. mengundang mereka lagi. Setelah mereka makan dan minum, mereka mendahului
perkataan Nabi Saw. dengan mengucapkan kalimat yang sama seperti kemarin.
Akhirnya Rasulullah Saw. hanya diam. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw.
bersabda, "Hai Ali buatkanlah makanan kaki kambing dengan satu sa
'makanan untukku." Maka kulakukan perintahnya, lalu aku mengundang mereka.
Setelah mereka makan dan minum, Rasulullah Saw. mendahului mereka berbicara. ”Siapakah
dari kalian yang sanggup melunasi utangku dan akan menjadi penggantiku untuk
mengurus keluargaku?" Mereka semua diam, dan Al-Abbas paman beliau pun
diam karena khawatir utang Nabi Saw. dapat meludeskan semua hartanya.
Rasulullah Saw. kembali mengucapkan sabdanya itu dan Al-Abbas tetap diam.
Setelah kulihat semuanya diam, maka aku berkata, "Sayalah, wahai
Rasulullah." Pada saat itu saya adalah orang yang paling sederhana
penampilannya, dan kedua mata saya mengalami kerabunan, perut saya besar, dan
kedua betis saya kecil.
Semua riwayat yang
bermacam-macam ini bersumber dari Ali r.a. Makna permintaan Nabi Saw. kepada
paman-pamannya dan semua saudara sepupunya agar melunasi utangnya dan menjadi
penggantinya untuk mengurus keluarganya ialah jika beliau tewas dalam jihad
fi sabilillah. Seakan-akan beliau merasa khawatir bila mulai mengerjakan
tugas memberi peringatan, kelak ia akan tewas. Tetapi setelah Allah Swt.
menurunkan firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}
Hai Rasul, sampaikanlah apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu. tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah:
67)
Maka barulah beliau merasa
tenang, pada mulanya beliau selalu dikawal hingga turun firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)
Pada saat itu tiada seorang pun
dari kalangan Bani Hasyim yang lebih kuat imannya, lebih teguh keyakinannya,
serta lebih membenarkan Rasulullah Saw. selain dari Ali r.a. Karena itulah maka
Ali segera menyambut permintaan Rasulullah Saw. mendahului mereka semua saat
beliau mengajukannya kepada mereka.
Seusai peristiwa tersebut —hanya Allah yang lebih mengetahui— beliau Saw. menyeru manusia dengan terang-terangan di atas Bukit
Safa. Dan beliau memberikan peringatan kepada semua puak kabilah Qurai'sy
secara umum dan khusus, sehingga beliau menyebut nama tiap-tiap orang dari
kalangan paman-paman dan bibi-bibinya serta tidak ketinggalan pula putri-putri
beliau sendiri, agar dipandang tidak pandang bulu. Dengan kata lain, dapat
disebutkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan,
sedangkan Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke
jalan yang lurus.
وَقَدْ رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ عَبْدِ
الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ -غَيْرِ مَنْسُوبٍ -مِنْ طَرِيقِ عَمْرِو بْنِ
سَمُرَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ
قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُحَدِّثُ النَّاسَ
وَيُفْتِيهِمْ، وَوَلَدُهُ إِلَى جَنْبِهِ، وَأَهْلُ بَيْتِهِ جُلُوسٌ فِي جَانِبِ
الْمَسْجِدِ يَتَحَدَّثُونَ، فَقِيلَ لَهُ: مَا بَالُ النَّاسِ يَرْغَبُونَ فِيمَا
عِنْدَكَ مِنَ الْعِلْمِ، وَأَهْلُ بَيْتِكَ جُلُوسٌ لَاهِينَ؟ فَقَالَ: لِأَنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
"أَزْهَدُ النَّاسِ فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ، وَأَشَدُّهُمْ عَلَيْهِمُ
الْأَقْرَبُونَ".
Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam
biografi Abdul Wahid Ad-Dimasyqi telah meriwayatkan melalui jalur Amr ibnu
Samurah, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Abdul Wahid Ad-Dimasyqi yang telah
menceritakan bahwa pada suatu hari ia melihat Abu Darda r.a. sedang memberi
ceramah dan fatwanya kepada orang banyak, sedangkan anaknya berada di
sebelahnya dan ahli baitnya sedang duduk-duduk mengobrol di serambi masjid.
Maka dikatakan kepadanya, "Mengapa orang-orang begitu suka menimba ilmu
darimu, padahal ahli bait (keluarga)mu sedang enak-enak duduk mengobrol?"
Maka Abu Darda menjawab, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Orang yang paling berzuhud di dunia ini adalah para nabi, dan
yang paling memusuhi mereka adalah kaum kerabat(nya).
Demikian itu terbukti melalui
firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِين}
Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara':
214)
sampai dengan firman-Nya:
فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ
مِمَّا تَعْمَلُونَ
maka katakanlah,
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian
kerjakan.” (Asy-Syu'ara': 216)
******
Adapun firman Allah Swt.:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ}
Dan
bertawakallah kepada (Allah)
Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 217)
Maksudnya, bertawakallah kepada
Allah dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan mendukungmu,
memeliharamu, menolongmu, memenangkanmu, dan meninggikan kalimatmu.
Firman Allah Swt.:
{الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ}
Yang melihat kamu ketika kamu
berdiri (salat). (Asy-Syu'ara': 21 8)
Yakni Dia selalu
memperhatikanmu, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ
بِأَعْيُنِنَا}
Dan bersabarlah dalam
menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan
Kami. (At-Tur: 48)
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk
salat). (Asy-Syu'ara': 218) Artinya, melihatmu berdiri untuk salatmu.
Ikrimah mengatakan bahwa Allah
melihat berdiri, rukuk, dan sujudnya.
Al-Hasan mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri. (Asy-Syu'ara':
218) Yakni manakala kamu salat sendirian.
Menurut Ad-Dahhak, Allah melihatmu
ketika kamu bangun dari tempat tidurmu atau dari majelismu.
Qatadah mengatakan bahwa Allah
melihatmu berdiri, duduk dan semua keadaanmu.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang
sujud. (Asy-Syu'ara': 219)
Qatadah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat
pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara':
218-219) Maksudnya, dalam salatmu yang sendirian Allah melihatmu, begitu pula
dalam salatmu bersama jamaah (salat berjamaah). Hal yang sama dikatakan oleh
Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, dan Al-Hasan Al-Basri.
Mujahid mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. dapat melihat belakangnya sama dengan beliau melihat depannya.
Hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
"سَوّوا صُفُوفَكُمْ؛ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ
ظَهْرِي"
Luruskanlah saf kalian,
karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakangku.
Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim
telah meriwayatkan melalui dua jalur dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah
mengemukakan takwilnya sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang
dimaksud ialah perpindahan sulbi Nabi Saw. dari sulbi nabi ke sulbi nabi
lainnya hingga Allah mewujudkannya ke dunia ini sebagai seorang nabi.
****
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Sesungguhnya Dia adalah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu'ara':
220)
Yakni Maha Mendengar semua
ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو
مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ
شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}
Kamu tidak berada dalam suatu
keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an dan kalian tidak
mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu
kalian melakukannya. (Yunus: 61), hingga akhir
ayat.
Asy-Syu'ara', ayat 221-227
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ
الشَّيَاطِينُ (221) تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ (222) يُلْقُونَ
السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ (223) وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ
الْغَاوُونَ (224) أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ (225)
وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ (226) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ
مَا ظُلِمُوا وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
(227) }
Apakah akan Aku beritakan
kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada
tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah
kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwa mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? kecuali orang-orang (penyair-penyair)
yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan
sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan
mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
Allah Swt. melalui ayat-ayat ini
ber-khitab kepada orang-orang musyrik yang menduga bahwa apa yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw. bukanlah perkara yang hak, dengan dalih bahwa
itu hanyalah buat-buatan beliau sendiri, atau disampaikan oleh jin kepadanya.
Maka Allah membersihkan diri Rasulullah Saw. dari tuduhan mereka, seraya
menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang disampaikan olehnya hanyalah dari sisi
Allah. Dan bahwa itu adalah wahyu-Nya yang diturunkan kepadanya melalui
malaikat yang mulia lagi dipercaya dan mempunyai kedudukan yang besar. Dan
bahwa Al-Qur'an itu sama sekali bukan dari setan, karena sesungguhnya setan
tidak mempunyai keinginan terhadap hal-hal yang seperti Al-Qur'an. Karena
sesungguhnya setan-setan itu hanya membisikkan kedustaannya kepada orang-orang
yang sealiran dan sependapat dengan mereka dari kalangan tukang-tukang tenung
(ramal) yang pendusta. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى
مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ. تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ}
Apakah akan Aku beritakan
kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada
tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. (Asy-Syu'ara':
221-222)
Maksudnya, pendusta dalam
ucapannya lagi banyak dosanya, yakni durhaka dalam semua perbuatannya.
Orang-orang seperti mereka itulah yang selalu didatangi oleh setan, yaitu para
tukang tenung dan orang-orang yang semisal dengan mereka, tukang dusta lagi
pendurhaka. Mereka sealiran dengan setan, karena setan juga tukang dusta lagi
pendurhaka.
{يُلْقُونَ السَّمْعَ}
mereka menghadapkan
pendengaran (kepada setan) itu. (Asy-Syu'ara':
223)
Yakni setan-setan itu
mencuri-curi dengar dari berita langit, dan satu kalimat yang mereka dengar
tentang ilmu gaib, lalu mereka membubuhinya dengan seratus kedustaan. Setelah
itu mereka sampaikan kepada pendukung-pendukung mereka dari kalangan manusia.
Selanjutnya manusia yang kedatangan mereka menceritakan berita tersebut kepada
orang lain, dan banyak orang yang percaya kepada berita yang dicuri dari langit
ini mengingat sesuai dengan kenyataannya.
Di dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari:
مِنْ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ: أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عُروَةَ بْنِ
الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ: قَالَتْ
عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: سَأَلَ نَاسٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ، فَقَالَ: "إِنَّهُمْ لَيْسُوا
بِشَيْءٍ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ
بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطِفُهَا الْجِنِّيُّ،
فَيُقَرقرِها فِي أُذُنِ وَلَيِّهِ كقَرْقَرة الدَّجَاجَةِ، فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا
أَكْثَرَ مِنْ مَائِةِ كَذِبَةٍ"
melalui Az-Zuhri disebutkan,
telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Urwah ibnuz Zubair; ia pernah mendengar
Urwah ibnuz Zubair menceritakan hadis berikut, bahwa Siti Aisyah pernah
menceritakan bahwa ada segolongan orang bertanya kepada Nabi Saw. tentang ahli
tenung, maka beliau Saw. menjawab, "Sesungguhnya para tukang tenung itu
tidak benar sama sekali." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu yang sesuai dengan kejadiannya yang
terkemudian." Nabi Saw. menjawab: Itu berasal dari berita yang benar
yang dicuri oleh jin, lalu ia bisikkan ke telinga kekasihnya bagaikan suara
kokokan ayam jantan, dan ia mencampuradukkannya dengan seratus kali dusta
lebih.
قَالَ الْبُخَارِيُّ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو قَالَ: سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ يَقُولُ: سَمِعْتُ
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ
الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهَا سِلْسِلَةٌ
عَلَى صَفْوان، حَتَّى إِذَا فُزع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقُّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ.
فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ، هَكَذَا بَعْضُهُمْ
فَوْقَ بَعْضٍ". وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ فَحَرفها، وبَدّدَ بَيْنَ
أَصَابِعِهِ "فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ،
ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ
السَّاحِرِ -أَوِ الْكَاهِنِ -فَرُبَّمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ
يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يدركه، فيكذب معها مائة كذبة.
فيقال: أليس قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا؟ فَيَصْدُقُ
بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ (7) مِنَ السماء".
Imam Bukhari telah meriwayatkan
pula, bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr; ia pernah mendengar
Ikrimah berkata bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda, "Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para
malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya karena takut kepada titah Allah Swt.,
bunyinya seakan-akan seperti rantai yang terjatuh di atas batu yang licin
permukaannya. Apabila mereka telah sadar dari rasa takutnya, bertanyalah
(sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain), "Apakah yang telah
difirmankan oleh Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Kebenaran belaka,
Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." Pembicaraan itu terdengar oleh setan-setan
yang mencuri-curi dengar dari pembicaraan mereka. Setan-setan yang mencuri-curi
dengar itu —kata Sufyan seraya mengisyaratkan dengan jari jemari tangannya
yang ia susun— seperti ini. Maka setan yang paling puncak mendengarnya, lalu
menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya, kemudian disampaikan lagi
kepada setan yang di bawahnya hingga akhirnya sampailah ke telinga penyihir
atau tukang tenung, selanjutnya diucapkan oleh mereka. Adakalanya setan itu
terkena oleh lemparan bintang yang menyala (membakar) sebelum ia sempat
menyampaikannya, dan adakalanya ia sempat menyampaikannya sebelum terkena
bintang yang menyala itu, lalu ia mencampurinya dengan seratus kali dusta (dari
sisinya). Kemudian dikatakan, "Bukankah telah dititahkan kepada kita pada
hari anu dan anu akan terjadi peristiwa anu dan anu?" Dan ternyata
peristiwanya itu sesuai dengan kalimat yang mereka dengar dari langit.
Hadis diketengahkan oleh Imam
Bukhari melalui jalur ini secara tunggal.
Imam Muslim meriwayatkannya
melalui hadis Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas, dari sejumlah
sahabat Ansar dengan teks yang hampir sama dengan hadis ini. Dan hal ini akan
diterangkan nanti dalam surat Saba' dalam tafsir firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ}
sehingga apabila telah
dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba':23)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَقَالَ اللَّيْثُ: حَدَّثَنِي خَالِدِ بْنِ
يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هلال: أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ أَخْبَرَهُ، عَنْ
عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَحَدّث فِي العَنَان -والعَنَان:
الغَمَام -بِالْأَمْرِ [يَكُونُ] فِي الْأَرْضِ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ
الْكَلِمَةَ، فتقرُّها فِي أُذُنِ الْكَاهِنِ كَمَا تُقَرّ الْقَارُورَةُ،
فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ"
Imam Bukhari mengatakan bahwa
Lais pernah berkata, telah menceritakan kepadaku Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id
ibnu Abu Hilal, bahwa Abul Aswad pernah menceritakan hadis berikut dari Urwah,
dari Aisyah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya para
malaikat berbincang-bincang di awan mengenai suatu perkara (yang akan
terjadi) di bumi, lalu setan-setan mencuri dengar pembicaraan itu, maka
mereka membisikkannya ke telinga tukang tenung seperti suara botol-botol
beradu, dan mereka menambah-nambahinya dengan seratus kali dusta.
Imam Bukhari telah meriwayatkan
hal yang semisal di tempat yang lain dari kitab "Permulaan Kejadian"
melalui Sa'id ibnu Abu Zaid, dari Al-Lais, dari Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari
Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari Urwah, dari Aisyah r.a.
****
Firman Allah Swt.:
{وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ}
Dan penyair-penyair itu
diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara':
224)
Ali ibnu AbuTalhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa
orang-orang kafir itu diikuti oleh manusia dan jin yang sesat-sesat. Hal yang
sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan
selain keduanya.
Ikrimah mengatakan bahwa ada dua
orang penyair yang saling menghina, lalu salah satu pihak didukung oleh
sejumlah orang dan pihak yang lainnya didukung oleh sejumlah orang pula. Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh
orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara' : 224)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا لَيث،
عَنِ ابْنِ الْهَادِ، عَنْ يُحَنَّس -مَوْلَى مُصْعَبِ بْنِ الزُّبَيْرِ -عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ نَسِيرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بالعَرْج، إِذْ عَرَض شَاعِرٌ يُنشد، فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُذُوا الشَّيْطَانَ -أَوْ أَمْسِكُوا
الشَّيْطَانَ -لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ
يَمْتَلِئَ شِعْرًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari
Ibnul Had, dari Yahnus maula Mus'ab ibnuz Zubair, dari Abu Sa'id yang
menceritakan, bahwa ketika kami sedang berjalan bersama Rasulullah Saw. di
Al-Arj, tiba-tiba muncullah seorang penyair. Maka Nabi Saw. bersabda: Tangkaplah
setan ini —peganglah setan ini— Sesungguhnya bila seseorang dari kalian
memenuhi perutnya dengan muntahan, itu lebih baik baginya daripada memenuhi
dirinya dengan syair.
****
Firman Allah Swt.:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ
يَهِيمُونَ}
Tidakkah kamu melihat bahwa
mereka mengembara di tiap-tiap lembah. (Asy-Syu'ara':
225)
Ali ibnu AbuTalhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka
larut di setiap perbuatan yang tidak ada gunanya. Ad-Dahhak telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, bahwa mereka menguasai setiap seni bicara. Mujahid dan
lain-lainnya —demikian pula Al-Hasan Al-Basri—mengatakan, "Demi Allah,
sungguh kami melihat di lembah-lembah tempat mereka mengembara yang biasa
dipakai oleh mereka untuk bersyair, adakalanya mereka mencaci si Fulan dan
adakalanya mereka memuji si Fulan yang lain. Qatadah mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah penyair yang memuji suatu kaum dengan cara yang batil dan
mencaci kaum yang lain dengan cara yang batil pula.
****
Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا
يَفْعَلُونَ}
dan bahwa mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 226)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, bahwa ada dua orang di masa Rasulullah Saw. yang salah seorangnya
dari kalangan Ansar, sedangkan yang lain dari kaum lainnya. Keduanya terlibat
dalam adu syair saling menghina, dan masing-masing pihak mempunyai pendukungnya
sendiri dari kalangan kaumnya, yaitu terdiri dari orang-orang yang lemah akalnya.
Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh
orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di
tiap-tiap lembah, dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri
tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 224-226)
Ali ibnu AbuTalhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kebanyakan ucapan mereka adalah dusta.
Apa yang dikatakan oleh Ibnu
Abbas ini memang suatu kenyataan, karena para penyair biasa membangga-banggakan
ucapan dan perbuatan yang sama sekali tidak dilakukan oleh seorang pun dari
mereka dan tidak pula diriwayatkan dari mereka, hal ini membuat mereka pandai
membual. Untuk itulah para ulama berselisih pendapat sehubungan dengan masalah
seorang penyair yang dalam bait-bait syairnya mengakui melakukan sesuatu
perbuatan yang mengharuskan hukuman had atas dirinya, apakah si penyair yang
bersangkutan dikenai hukuman had atas pengakuannya itu ataukah tidak? Tetapi
perlu diingat bahwa mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka
lakukan.
Ada dua pendapat di kalangan
para ulama sehubungan dengan masalah ini. Muhammad ibnu Ishaq dan Muhammad ibnu
Sa'd di dalam kitab Tabaqat-nya dan Az-Zubair ibnu Bakkar di dalam kitab
Al-Fakahah menyebutkan bahwa Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a. pernah
mengangkat An-Nu'man ibnu Adi ibnu Nadlah untuk menjadi gubernur di Misan,
suatu kota yang terletak di Basrah. Dia adalah seorang penyair yang gemar
menggubah bait-bait syair. Antara lain ia mengatakan dalam syairnya.
أَلَا
هَل أتَى الحَسْنَاءَ أَنَّ حَليِلَها ... بِمَيْسَانَ، يُسقَى في زُجاج وَحَنْتَم ...
إذَا
شئْتُ غَنَّتْني دَهاقينُ قَرْيَة ... وَرَقَّاصَةٌ تَجذُو عَلَى كُلِّ مَنْسم
فإنْ
كُنتَ نَدْمانِي فَبالأكْبر اسْقني ... وَلا تَسْقني بالأصْغَر المُتَثَلم
لَعَل أميرَ المؤمنينَ يَسُوءه ... تَنادُمُنا بالجَوْسَق المُتَهَدَم ...
"Mengapa tidak datang berita kepada wanita yang cantik itu,
bahwa kekasihnya diberi minum khamar dalam gelas dan kendi di Misan. Jika aku
suka, tentu dia mau. menyanyi dan menari sambil minum-minum, dengan
lenggang-lenggok yang menyambut semua senyuman yang ditujukan kepadanya. Jika
engkau menemaniku minum, maka berilah aku minuman dari wadah yang besar, dan
janganlah engkau beri aku minuman dari wadah yang kecil. Barangkali Amirul
Mu-minin akan marah karena si wanita cantik itu menemaniku minum di Al-Jausaq
yang telah runtuh."
Ketika berita tersebut sampai
kepada Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a., ia berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya hal itu benar-benar membuatku marah. Barang siapa yang bersua
dengannya beritahukanlah kepadanya bahwa aku memecatnya dari jabatan
gubernur." Dan Umar berkirim surat kepadanya yang dimulai dengan
firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ha Mim.
Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya;
Yang Mempunyai karunia. Tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Dia.
Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu-min: 1-3).
Amm'a ba'du, sesungguhnya telah sampai kepadaku ucapanmu yang mengatakan,
"Agar Amirul Mu-minin tidak enak melihat kami minum-minum khamr di
Al-Jausaq yang telah hancur." Demi Allah, sesungguhnya hal itu benar-benar
membuatku tidak enak, sekarang aku memecatmu.
Setelah An-Nu'man ibnu Adi
datang menghadap kepada Umar, maka Umar memakinya karena dia telah mengucapkan
syair tersebut. Lalu ia beralasan, "Demi Allah, wahai Amirul Mu-minin,
saya sama sekali tidak meminumnya. Syair tersebut tiada lain merupakan sesuatu
yang biasa diucapkan oleh lisanku tanpa sengaja." Umar menjawab,
"Saya pun menduga demikian. Tetapi demi Allah, sekarang engkau tidak boleh
lagi bekerja untukku selamanya karena ucapan yang telah kamu katakan itu."
Tidak disebutkan bahwa Umar r.a.
menjatuhkan hukuman had atas syair yang telah diucapkannya itu yang di dalamnya
disebutkan meminum khamr karena para penya'ir mengatakan apa yang tidak mereka
kerjakan. Hanya saja Khalifah Umar r.a. mencela dan memakinya karena hal itu
dan memecatnya dari jabatannya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا، يَرِيه خَيْرٌ
لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا"
Sesungguhnya bila seseorang
di antara kalian memenuhi rongganya dengan muntahan yang dilihatnya adalah
lebih baik baginya daripada memenuhi dirinya dengan syair.
Makna yang dimaksud ayat ini
ialah bahwa Rasul yang diturunkan Al-Qur'an kepadanya bukanlah seorang tukang
tenung dan bukan pula seorang penyair, karena sepak terjang beliau bertentangan
dengan mereka dari berbagai seginya secara jelas dan nyata. Perihalnya sama
dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا
يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ}
Dan Kami tidak mengajarkan
syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu
tidaklah layak baginya; Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab
yang memberi penerangan. (Yasin: 69)
Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ. وَمَا
هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلا مَا تُؤْمِنُونَ. وَلا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلا
مَا تَذَكَّرُونَ. تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Sesungguhnya Al-Qur'an itu
adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan
kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang
penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan
tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah
wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: .40-43)
Hal yang sama dikatakan dalam
surat Asy-Syu'ara' ini melalui firman-Nya:
{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ.
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an
ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh
Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, dengan-bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara': 192-195)
{وَمَا تَنزلَتْ بِهِ
الشَّيَاطِينُ. وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ. إِنَّهُمْ عَنِ
السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah
dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun
Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar
dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara':
210-212)
Dan
firman-Nya:
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ
الشَّيَاطِينُ. تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ. يُلْقُونَ السَّمْعَ
وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ. وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ
تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا
يَفْعَلُونَ}
Apakah akan Aku beritakan
kepada kalian kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap
pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah
kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah? dan bahwa mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (Asy-Syu'ara':
221-226)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ}
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara':
227)
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ قُسَيْط، عَنْ أَبِي الْحَسَنِ سَالِمٍ البَرّاد -مَوْلَى تَمِيمٍ
الدَّارِيِّ -قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ}
، جَاءَ حسان بن ثابت، وعبد الله بن رَوَاحة، وَكَعْبُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُمْ يَبْكُونَ فَقَالُوا: قَدْ
عَلِمَ اللَّهُ حِينَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ أَنَّا شُعَرَاءُ. فَتَلَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِلا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ} قَالَ: "أَنْتُمْ"، {وَذَكَرُوا اللَّهَ
كَثِيرًا} قَالَ: "أَنْتُمْ"، {وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا}
قَالَ: "أَنْتُمْ".
Muhammad ibnu Ishaq telah
meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abul Hasan Salim
Al-Barrad ibnu Abdullah maula Tamim Ad-Dari yang telah menceritakan bahwa ketika
ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Dan penyair-penyair itu
diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) datanglah Hassan
ibnu Sabit, Abdullah ibnu Rawwahah dan Ka'b ibnu Malik kepada Rasulullah Saw.
seraya menangis, lalu mereka berkata, "Allah telah mengetahui ketika
menurunkan ayat ini, bahwa kami adalah para penyair." Maka Nabi Saw.
membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair)
yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda,
"Seperti kalian ini." dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara':
227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." dan mendapat
kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw.
bersabda, "Seperti kalian ini."
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim
dan Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Abu Usamah, dari Al-Walid
ibnu Abu Kasir, dari Yazid ibnu Abdullah, dari Abul Hasan maula Bani Naufal,
bahwa Hassan ibnu Sabit dan Abdullah ibnu Rawwahah datang kepada Rasulullah
Saw. setelah ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan penyair-penyair
itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (Asy-Syu'ara': 224) Nabi Saw.
bersabda, "Seperti kalian ini." Keduanya dalam keadaan
menangis, maka Rasulullah Saw. membacakan kepada keduanya ayat berikut: Dan
penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara':
224) sampai dengan firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang
beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti
kalian ini."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu
Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Hisyam ibnu
Urwah, dari Urwah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Dan
penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara':
224) sampai dengan firman-Nya: dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang
mereka sendiri tidak mengerjakannya. (Asy-Syu'ara': 226) Abdullah ibnu
Rawwahah berkata, "Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui bahwa saya
termasuk salah seorang dari para penyair itu." Maka Allah menurunkan
firman-Nya: Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan
beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Qatadah, dan Zaid ibnu Aslam serta
lain-lainnya yang bukan hanya seorang, semuanya mengatakan bahwa ayat yang
terakhir ini merupakan pengecualian dari ayat-ayat yang sebelumnya.
Tidak diragukan lagi bahwa ini
merupakan pengecualian, tetapi surat ini Makkiyyah, maka bagaimana bisa terjadi
bahwa penyebab turunnya ayat ini adalah para penyair dari kalangan Ansar?
Dipandang dari segi ini pendapat di atas masih perlu dipertimbangkan, dan lagi
semua riwayat yang disajikan hanyalah berpredikat mursal, yang tidak
dapat dijadikan pegangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sebenarnya pengecualian ini
termasuk pula ke dalam pengertiannya semua penyair Ansar dan penyair-penyair
lainnya. Termasuk pula ke dalam pengertiannya orang-orang (penyair-penyair)
serupa dengan mereka dari kalangan para penyair Jahiliah yang mencela Islam dan
para penganutnya, kemudian bertobat dan kembali kepada Allah serta meninggalkan
kebiasaan buruknya itu dan beramal saleh serta banyak menyebut nama Allah untuk
melebur semua syair buruk yang pernah diucapkannya di masa Jahiliah. Karena
sesungguhnya amal-amal kebaikan itu dapat menghapuskan keburukan-keburukan.
Lalu mereka memuji Islam dan para pemeluknya untuk menghapus apa yang dahulu
pernah mereka katakan, yaitu mencela Islam dan para pemeluknya, seperti
penyesalan yang dikatakan oleh Abdullah ibnuz Zaba'ri setelah ia masuk Islam:
يَا رَسُولَ المَليك، إِنَّ
لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ
أَنَا بُورُ ...
إذْ أجَاري الشَّيْطانَ فِي سَنن الغَيْ ... يِ وَمَن مَالَ مَيْلَه
مَثْبُورٌ ...
Wahai
utusan Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku sekarang menghapuskan apa
yang pernah diucapkannya pada saat aku dalam kebinasaan (kekufuran), yaitu
di saat aku berteman dengan setan yang tenggelam ke dalam tuntunan yang sesat.
Barang siapa yang cenderung kepada kesenangan setan, pastilah binasa.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul Muttalib, dahulu dia orang yang paling
keras dalam memusuhi Nabi Saw., padahal dia adalah saudara sepupunya. Dia
termasuk orang yang paling banyak menghina Nabi Saw. Tetapi setelah dia masuk
Islam, tiada seorang pun yang lebih dicintainya selain dari Rasulullah Saw. Dia
selalu memuji Rasulullah Saw. yang sebelumnya dia banyak mengejeknya, dan
selalu membelanya yang pada sebelumnya dia sangat memusuhinya.
Imam Muslim di dalam kitab
sahihnya telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas, bahwa Abu Sufyan alias Sakhr
ibnu Harb ketika masuk Islam berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya
engkau memberikan tiga hal kepadaku." Rasulullah Saw. menjawab.”Ya."
Mu'awiyah berkata, " Engkau jadikan aku sebagai sekretaris
pribadimu." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Abu Sufyan
berkata, "Engkau angkat diriku menjadi komandan pasukan agar aku dapat
memerangi orang-orang kafir, sebagaimana dahulu aku memerangi kaum
muslim." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Dan Abu Sufyan
menyebutkan permintaan yang ketiganya;
karena itulah Allah Swt.
berfirman:
{إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا}
Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara': 227)
Menurut suatu pendapat, makna
yang dimaksud ialah banyak menyebut nama Allah dalam pembicaraan mereka.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, menyebut nama Allah dalam syair mereka;
kedua pendapat benar, karena semuanya dapat menghapuskan dosa-dosa mereka yang
telah lalu.
****
Firman Allah Swt.:
{وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا}
dan mendapat kemenangan
sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara' : 227)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa
mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina kaum muslim dengan syair
mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta
lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Hassan ibnu Sabit:
"اهْجُهُمْ -أَوْ قَالَ: هَاجِهِمْ -وَجِبْرِيلُ مَعَكَ"
Balaslah mereka —atau—
seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ
مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: إِنْ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا
أَنْزَلَ، فَقَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ،
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَكَأَنَّ مَا تَرْمُونَهُمْ بِهِ نَضْح النبْل"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar,
dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya yang telah
menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya
Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat Asy-Syu'ara' ayat-ayat yang
menyangkut mereka (mengecam mereka)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya
orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya. Demi Tuhan yang jiwaku
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh apa yang kamu lontarkan
melalui syairmu kepada mereka seakan-akan seperti lemparan anak panah.
*****
Firman Alah Swt.:
{وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ
مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ}
Dan orang-orang yang zalim
itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ
مَعْذِرَتُهُمْ}
(yaitu) hari yang tidak
berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu-min: 52), hingga
akhir ayat.
Di dalam kitab sahih disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Hati-hatilah kalian terhadap
perbuatan zalim, karena sesungguhnya perbuatan zalim itu kelak akan menjadi
kegelapan di hari kiamat.
Qatadah ibnu Da'amah telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim
itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara':
227) Yakni para penyair dan lain-lainnya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Iyas ibnu Abu Tamimah yang menceritakan bahwa
ia menghadiri majelis Al-Hasan, lalu lewatlah iringan jenazah seorang Nasrani.
Maka Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan
mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Abdullah ibnu Abu Rabah telah
meriwayatkan dari Safwan ibnu Muharriz, bahwa dia apabila membaca ayat ini,
maka menangislah ia sehingga aku (perawi) mengatakan bahwa tangisannya itu
membuatnya sesak. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui
ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Ibnu Wahb mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ibnu Sirraij Al-Iskandarani, dari sebagian guru-gurunya,
bahwa ketika mereka berada di negeri Romawi di suatu malam saat mereka sedang
berdiang di api, tiba-tiba datanglah suatu kafilah mendekati mereka, lalu
berhenti di hadapan mereka. Ternyata di antara mereka terdapat Fudalah ibnu
Ubaid. Maka mereka mempersilakannya bergabung bersama mereka. Saat itu salah
seorang teman mereka sedang salat dan membaca firman-Nya: Dan orang-orang
yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara':
227) Fudalah ibnu Ubaid berkata, "Mereka adalah orang-orang yang merusak
rumah-rumah mereka (membinasakan diri mereka sendiri)." Menurut suatu
pendapat, yang dimaksud dengan mereka adalah penduduk Mekah. Dan menurut
pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah orang-orang yang zalim dari kaum
musyrik.
Ibnu Abu Hatim telah
meriwayatkan dari Yahya ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Wasiti, bahwa telah
menceritakan kepadaku Al-Haisam ibnu Mahfuz Abu Sa'd An-Nahdi, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Al-Muhabbir, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang
menceritakan bahwa ayahnya menulis dua baris kalimat dalam surat wasiatnya,
yang isinya:
Dengan nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang, berikut ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Abu Bakar
ibnu Abu Quhafah sebelum tutup usia setelah orang yang kafir beriman dan
kezaliman telah terhenti serta orang yang tadinya tidak percaya menjadi
percaya, bahwa sesungguhnya aku mengangkat Umar ibnul Khattab sebagai
penggantiku untuk memerintah kalian. Jika dia berlaku adil, maka itulah yang
sesuai dengan pengetahuanku tentang dirinya dan sesuai dengan harapanku. Dan
jika dia berbuat zalim, dan bersikap berubah, maka saya tidak mengetahui hal
yang gaib. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana
mereka akan kembali.
Demikianlah akhir dari tafsir
surat Asy-Syu'ara', dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.