23. SURAT AL MU’MINUN
تَفْسِيرُ سُورَةِ الْمُؤْمِنُونَ
(Orang yang beriman)
Makiyyah, 118 atau 119 ayat Turun sesudah surat Al-Anbiya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Al Mu’minun, ayat 1-11
قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ
هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4)
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ
مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى
وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ
لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ
يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang
mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya, dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang
yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka
kekal di dalamnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ سُلَيْم قَالَ: أَمْلَى عليَّ يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ
الْأَيْلِيُّ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَة بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ
يَقُولُ: كَانَ إِذَا نَزَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم
الوحيُ، يُسْمَعُ عِنْدَ وَجْهِهِ كدَوِيّ النَّحْلِ فَمَكثنا سَاعَةً،
فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ، فَقَالَ:"اللَّهُمَّ، زِدْنَا
وَلَا تَنْقُصْنا، وَأَكْرِمْنَا وَلَا تُهِنَّا، وَأَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا،
وآثِرْنا وَلَا تُؤْثِرْ [عَلَيْنَا، وَارْضَ عَنَّا] وأرضِنا"، ثُمَّ قَالَ:
"لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلِيَّ عَشْرُ آيَاتٍ، مَنْ أَقَامَهُنَّ دَخَلَ
الْجَنَّةَ"، ثُمَّ قَرَأَ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} حَتَّى خَتَمَ
العَشْر.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu
Sulaim yang mengatakan bahwa ia telah mencatat apa yang dikatakan oleh Yunus
ibnu Yazid Al-Aili, dari Ibnu Syihab, dari Urwah ibnuzZubair, dari Abdur Rahman
ibnu Abdul Qari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnul
Khattab mengatakan, "Rasulullah Saw. apabila diturunkan wahyu kepadanya
terdengar suara seperti suara lebah di dekat wajahnya. Maka kami diam sesaat,
dan beliau Saw. menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat kedua tangannya dan
berdoa, 'Ya Allah, berilah kami tambahan dan janganlah Engkau kurangi kami,
berilah kami kemuliaan dan janganlah Engkau hinakan kami, berilah kami dan
janganlah Engkau menghalangi kami dari pemberian-Mu, pilihlah kami dan
janganlah Engkau ke sampingkan kami, dan ridailah kami dan jadikanlah kami puas
(dengan keputusan-Mu)'." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat; barang siapa yang mengamalkannya, niscaya
ia masuk surga. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Sesungguhnya
telah beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) hingga akhir
ayat kesepuluh.
Imam Turmuzi meriwayatkannya di
dalam kitab tafsir dan Imam Nasai di dalam kitab salat melalui hadis Abdur
Razzaq dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
berpredikat munkar, kami tidak mengenal ada seseorang yang
meriwayatkannya dari Yunus ibnu Sulaim, sedangkan Yunus sendiri orangnya tidak
kami kenal.
قَالَ النَّسَائِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ: أَنْبَأَنَا قُتَيْبَةَ بْنُ
سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ بابَنُوس
قَالَ: قُلْنَا لِعَائِشَةَ: يَا أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، كَيْفَ كَانَ خُلُق
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتِ: كَانَ خُلُقِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ، فَقَرَأَتْ: {قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} حَتَّى انتَهَتْ إِلَى: {وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى
صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ} ، قَالَتْ: هَكَذَا كَانَ خُلُق رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Imam Nasai mengatakan di dalam
kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Ja'far, dari Abu Imran, dari Yazid ibnu Babanus yang
mengatakan, "Kami pernah bertanya kepada Siti Aisyah Ummul Mu’minin, 'Bagaimanakah
akhlak Rasulullah Saw.'?" SitAisyah r.a. menjawab: Akhlak Rasulullah
Saw. adalah Al-Qur'an. Kemudian Siti Aisyah r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) sampai dengan firman-Nya:
dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Kemudian Siti
Aisyah r.a. berkata, "Demikianlah akhlak Rasulullah Saw."
Telah diriwayatkan dari Ka'bul
Ahbar, Mujahid, dan Abul Aliyah serta lain-lainnya, bahwa setelah Allah
menciptakan surga 'Adn dan memberinya tanaman dengan tangan (kekuasaan)-Nya
sendiri, lalu Allah memandangnya dan berfirman kepadanya, "Berbicaralah
kamu !" Maka surga 'Adn mengucapkan: Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Ka'bul Ahbar mengatakan, surga
'Adn berkata demikian karena mengingat semua kehormatan yang disediakan oleh
Allah di dalamnya bagi orang-orang mukmin. Abul Aliyah mengatakan, bahwa lalu
Allah Swt. menyitirkan kalimat tersebut di dalam Kitab (Al-Qur'an)-Nya.
Hal tersebut telah diriwayatkan
melalui Abu Sa'id Al-Khudri secara marfu'. Untuk itu Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah
menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Maslamah, telah menceritakan kepada
kami Wuhaib, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id yang mengatakan
bahwa Allah menciptakan surga yang bangunannya terbuat dari batu bata emas dan
batu bata perak, serta Allah Swt. memberinya tanam-tanaman. Lalu Allah
berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Maka para malaikat
memasukinya dan mereka berkata, "Beruntunglah engkau sebagai tempat para
raja."
Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan:
حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ آدَمَ، وَحَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عُبَيْدِ
اللَّهِ العُمَري، حَدَّثَنَا عَدِي بْنُ الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا الجُرَيْرِي، عَنْ
أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ، لَبِنَةً مِنْ ذَهَبٍ
وَلَبِنَةٍ مِنْ فِضَّةٍ، وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ". قَالَ أَبُو بَكْرٍ:
وَرَأَيْتُ فِي مَوْضِعٍ آخَرَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ: "حَائِطُ الْجَنَّةِ،
لَبِنَةٌ ذَهَبٌ وَلَبِنَةٌ فِضَّةٌ، ومِلاطُها الْمِسْكُ. فَقَالَ لَهَا:
تَكَلَّمِي. فَقَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} فَقَالَتِ الْمَلَائِكَةُ:
طُوبَى لَكِ، مَنْزِلَ الْمُلُوكِ! ".
telah menceritakan kepada kami
Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan pula kepada kami Yunus ibnu Ubaidillah
Al-Umri, telah menceritakan kepada kami Addi ibnul Fadl, telah menceritakan
kepada kami Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang
telah bersabda, "Allah menciptakan surga dari batu bata emas dan batu
bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi." Al-Bazzar
mengatakan, ia melihat hadis ini di lain tempat yang bunyinya mengatakan, "Tembok
surga terbuat dari batu bata emas dan batu bata perak, sedangkan plesterannya
terbuat dari minyak kesturi." Kemudian Allah berfirman kepadanya,
"Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Maka para
malaikat berkata, "Beruntunglah engkau menjadi tempat raja-raja."
Kemudian Al-Bazzar mengatakan
bahwa ia tidak mengetahui seorang pun yang me-rafa'-kan hadis ini selain
Addi ibnul Fadl, sedangkan dia orangnya tidak Hafiz, lagi pula seorang manula
yang sudah dekat masa ajalnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة،
عَنِ ابْنِ جُرَيْج، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْن،
خَلَقَ فِيهَا مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، [وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ]، وَلَا خَطَرَ
عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. ثُمَّ قَالَ لَهَا: تَكَلَّمِي. فَقَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُونَ}
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani
mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali, telah menceritakan
kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari
Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Setelah Allah menciptakan surga Adn, Allah menciptakan di
dalamnya segala macam apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah
terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terdelik di dalam hati seorang manusia
pun. Sesudah itu Allah berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!"
Maka. surga berkata: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al
Mu’minun: 1)
Baqiyyah menurut ulama Hijaz
berpredikat daif (lemah dalam periwayatan hadis).
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ
أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا حماد ابن
عِيسَى الْعَبْسِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ السُّدِّيّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ -يَرْفَعُهُ-: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْن
بِيَدِهِ، ودَلَّى فِيهَا ثِمَارَهَا، وَشَقَّ فِيهَا أَنْهَارَهَا، ثُمَّ نَظَرَ
إِلَيْهَا فَقَالَ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} . قَالَ: وَعِزَّتِي لَا
يُجَاوِرُنِي فيك بخيل"
Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah
menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Isa Al-Absi, dari Ismail As-Saddi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas
yang me-rafa '-kannya bahwa setelah Allah menciptakan surga 'Adn dengan
tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan menjuntaikan buah-buahannya serta membelah
sungai-sungainya, lalu Allah memandang kepadanya. Maka surga 'Adn berkata: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Dan Allah Swt.
berfirman: Demi keagungan dan kebesaran-Ku, tidak boleh ada seorang
bakhilpun bertempat padamu berdampingan dengan-Ku.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ بْنُ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنَا محمد بن
المثنى البَزَّار، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الْكَلْبِيُّ، حَدَّثَنَا
يَعِيشُ بْنُ حُسَيْنٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَة، عَنْ قَتادة، عَنْ
أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْنٍ بِيَدِهِ، لَبِنَةً مِنْ
دُرَّة بَيْضَاءَ، وَلَبِنَةً مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ، وَلَبِنَةً مِنْ
زَبَرْجَدَةَ خَضْرَاءَ، ملاطُها الْمِسْكُ، وحَصْباؤها اللُّؤْلُؤُ، وحَشِيشها
الزَّعْفَرَانُ، ثُمَّ قَالَ لَهَا: انطِقِي. قَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ
الْمُؤْمِنُونَ} فَقَالَ اللَّهُ: وَعِزَّتِي، وَجَلَالِي لَا يُجَاوِرُنِي فِيكِ
بَخِيلٌ". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Abu Bakar ibnu Abud Dunya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna Al-Bazzar,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziyad Al-Kalbi, telah menceritakan
kepada kami Ya'isy ibnu Husain, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari
Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Allah menciptakan
surga 'Adn dengan tangan (kekuasaan)Nya sendiri memakai batu bata
dari intan putih, batu bata yaqut merah, dan batu bata zabarjad hijau;
plesterannya dari minyak kesturi, batu bata kerikilnya dari mutiara, dan
rerumputannya dari za'faran. Kemudian Allah berfirman kepadanya,
"Berbicaralah kamu!" Maka surga 'Adn mengucapkan, "Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman.” Maka Allah Swt. berfirman, "Demi
keagungan dan kebesaran-Ku, tidak boleh ada seorang bakhil pun bertempat padamu
berdampingan dengan-Ku.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Al-Hasyr: 9)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1)
Yakni sungguh telah beruntung,
berbahagia, dan beroleh keberhasilan mereka yang beriman lagi mempunyai ciri
khas seperti berikut, yaitu:
{الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ}
(yaitu) orang-orang yang
khusyuk dalam salatnya. (Al Mu’minun: 2)
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Khasyi'un,"
bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah lagi tenang. Hal
yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Az-Zuhri. Telah
diriwayatkan dari Ali ibnu Abu Talib r.a. bahwa khusyuk artinya ketenangan
hati. Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i. Al-Hasan Al-Basri
mengatakan, ketenangan hati mereka membuat mereka merundukkan pandangan matanya
dan merendahkan dirinya.
Muhammad ibnu Sirin mengatakan
bahwa dahulu sahabat-sahabat Rasulullah Saw. selalu mengarahkan pandangan mata
mereka ke langit dalam salatnya. Tetapi setelah Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk
dalam salatnya. (Al Mu’minun: 1-2) Maka mereka merundukkan pandangan
matanya ke tempat sujud mereka. Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa sejak saat
itu pandangan mata mereka tidak melampaui tempat sujudnya. Dan apabila ada
seseorang yang telah terbiasa memandang ke arah langit, hendaklah ia memejamkan
matanya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Ibnu Abu Hatim. Kemudian Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui ibnu Abbas —juga
Ata ibnu Abu Rabah— secara mursal, bahwa Rasulullah Saw. pernah
melakukan hal yang serupa (memandang ke arah langit) sebelum ayat ini
diturunkan.
Khusyuk dalam salat itu tiada
lain hanya dapat dilakukan oleh orang yang memusatkan hati kepada salatnya,
menyibukkan dirinya dengan salat, dan melupakan hal yang lainnya serta lebih
baik mementingkan salat daripada hal lainnya. Dalam keadaan seperti ini barulah
seseorang dapat merasakan ketenangan dan kenikmatan dalam salatnya, seperti
yang dikatakan oleh Nabi Saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Imam Nasai melalui sahabat Anas dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"حُبِّبَ إليَّ الطِّيب وَالنِّسَاءُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ
عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ"
Aku dijadikan senang kepada
wewangian, wanita, dan dijadikan kesenangan hatiku bila dalam salat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا مِسْعَر،
عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ سَالِمِ بْنِ أبي الجَعْد، عَنْ
رَجُلٍ مِنْ أسلَم، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "يَا بِلَالُ، أَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari Amr
ibnu Murrah, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari seorang lelaki dari Bani Aslam,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Bilal, hiburlah kami dengan salat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا؛ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
بْنُ مَهْدِي، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ عثمان بن المغيرة، عن سالم ابن أَبِي
الْجَعْدِ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى
صِهْرٍ لَنَا مِنَ الْأَنْصَارِ، فحَضَرت الصَّلَاةُ، فَقَالَ: يَا جَارِيَةُ،
ائْتِنِي بوَضُوء لَعَلِّي أُصَلِّي فَأَسْتَرِيحَ. فَرَآنَا أَنْكَرْنَا عَلَيْهِ
ذَلِكَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "قُمْ يَا بِلَالُ، فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ"
Imam Ahmad mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan
kepada kami Israil, dari Usman ibnul Mugirah, dari Salim ibnu Abul Ja'd;
Muhammad ibnul Hanafiyah pernah mengatakan bahwa ia bersama ayahnya (Ali ibnu
Abu Talib r.a.) pernah berkunjung ke rumah salah seorang iparnya dari kalangan
Ansar, lalu datanglah waktu salat, kemudian Ali r.a. berkata, "Hai budak
perempuan, ambilkanlah air wudu, aku akan mengerjakan salat agar hatiku
terhibur." Ketika ia memandang ke arah kami yang merasa heran dengan
ucapannya, maka ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Beriqamahlah,
hai Bilal, dan hiburlah hati kami dengan salat.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ
مُعْرِضُونَ}
dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna. (Al Mu’minun: 3)
Yaitu dari hal-hal yang batil
yang pengertiannya mencakup pula hal-hal yang musyrik, seperti yang dikatakan
oleh sebagian ulama. Juga hal-hal maksiat seperti yang dikatakan oleh sebagian
lainnya. Mencakup pula semua perkataan dan perbuatan yang tidak berguna,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا
كِرَامًا}
dan apabila mereka bersua
dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
Qatadah mengatakan, "Demi
Allah, mereka telah diberi kekuatan oleh Allah yang membuat mereka dapat
melakukan hal tersebut."
****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ}
dan orang-orang yang
menunaikan zakat. (Al Mu’minun: 4)
Menurut kebanyakan ulama, makna
yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakat harta benda, padahal ayat
ini adalah ayat Makkiyyah; dan sesungguhnya zakat itu baru difardukan setelah
di Madinah, yaitu pada tahun dua Hijriah. Menurut makna lahiriahnya, zakat yang
di fardukan di Madinah itu hanyalah mengenai zakat yang mempunyai nisab dan
takaran khusus. Karena sesungguhnya menurut makna lahiriahnya, prinsip zakat
telah difardukan sejak di Mekah. Allah Swt. telah berfirman di dalam surat
Al-An'am yang Makkiyyah, yaitu:
{وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ}
dan tunaikanlah haknya di
hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada
fakir miskin). (Al-An'am: 141)
Dapat pula diartikan bahwa makna
yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakatun nafs (membersihkan
diri) dari kemusyrikan dan kekotoran. Sama pengertiannya dengan apa yang
terdapat dalam firman-Nya:
{قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ
مَنْ دَسَّاهَا}
sesungguhnya beruntunglah
orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)
Dan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ. الَّذِينَ لَا
يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ}
dan kecelakaan yang besarlah
bagi orang-orang yang memper-sekutukan-(Nya), (yaitu)
orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7)
Hal ini menurut salah satu di
antara dua pendapat yang mengatakan tentang tafsirnya. Dapat pula diartikan
bahwa makna yang dimaksud adalah kedua pengertian tersebut secara berbarengan,
yaitu zakat jiwa dan zakat harta. Karena sesungguhnya termasuk di antara zakat
ialah zakat diri (jiwa), dan orang mukmin yang sempurna ialah orang yang
menunaikan zakat jiwa dan zakat harta bendanya. Hanya Allah-lah yang Maha
Mengetahui.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ.
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ
مَلُومِينَ * فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ}
dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang
di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 5-7)
Artinya, orang-orang yang
memelihara kemaluan mereka dari perbuatan yang diharamkan. Karena itu mereka
tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti
zina dan liwat. Dan mereka tidak mendekati selain dari istri-istri mereka yang
dihalalkan oleh Allah bagi mereka, atau budak-budak perempuan yang mereka
miliki dari tawanan perangnya. Barang siapa yang melakukan hal-hal yang
dihalalkan oleh Allah, maka tiada tercela dan tiada dosa baginya. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ
ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ}
maka sesungguhnya mereka
tidak tercela dalam hal ini. Barang siapa mencari yang di balik itu. (Al Mu’minun: 6-7)
Yakni selain istri dan budak
perempuannya.
{فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ}
maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 7)
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami
Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, bahwa pernah
ada seorang wanita mengambil budak laki-lakinya (sebagai kekasihnya) dan
mengatakan bahwa ia melakukan perbuatannya itu karena bertakwilkan kepada
firman Allah yang mengatakan: atau budak yang mereka miliki. (Al
Mu’minun: 6) Lalu ia ditangkap dan dihadapkan kepada Khalifah Umar ibnul
Khattab r.a., dan orang-orang dari kalangan sahabat Nabi Saw. mengatakan bahwa
perempuan itu menakwilkan suatu ayat dari Kitabullah dengan takwil yang
menyimpang. Kemudian budak laki-laki itu dihukum pancung, dan Khalifah Umar
berkata kepada wanita itu,"Engkau sesudah dia, haram bagi setiap orang
muslim."
Asar ini berpredikat garib lagi
munqati', disebutkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsir permulaan surat
Al-Maidah, padahal kalau dikemukakan dalam tafsir ayat ini lebih cocok.
Sesungguhnya Khalifah Umar menjatuhkan sangsi haram terhadap wanita tersebut
bagi kaum laki-laki muslim, sebagai pembalasan terhadap perbuatannya, yaitu
dengan menimpakan hukuman yang bertentangan dengan niat yang ditujunya. Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Syafii dan orang-orang yang
mendukungnya telah mengambil ayat ini sebagai dalil dari pendapatnya yang
mengatakan bahwa mastrubasi itu haram, yaitu firman-Nya: dan orang-orang
yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri atau budak yang mereka
miliki. (Al Mu’minun: 5-6)
Imam Syafii mengatakan bahwa
perbuatan mastrubasi itu di luar kedua perkara tersebut. Karena itu, mastrubasi
haram hukumnya. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Barang siapa
mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
(Al Mu’minun: 7)
Mereka berdalilkan pula dengan
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hasan ibnu Arafah dalam kitab Juz-nya
yang terkenal.
حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ ثَابِتٍ الجَزَريّ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ
جَعْفَرٍ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَبْعَةٌ لَا يَنْظُرُ
اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يُزَكِّيهِمْ، وَلَا يَجْمَعُهُمْ
مَعَ الْعَامِلِينَ، وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ أَوَّلَ الدَّاخِلِينَ، إِلَّا أَنْ
يَتُوبُوا، فَمَنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ: نَاكِحُ يَدِهِ، وَالْفَاعِلُ،
وَالْمَفْعُولُ بِهِ، وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَالضَّارِبُ وَالِدَيْهِ حَتَّى يَسْتَغِيثَا،
وَالْمُؤْذِي جِيرَانَهُ حَتَّى يَلْعَنُوهُ، وَالنَّاكِحُ حَلِيلَةَ
جَارِهِ"
Ia mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ali ibnu Sabit Al-Jazari, dari Maslamah ibnu Ja'far, dari
Hassan ibnu Humaid, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ada
tujuh macam orang yang Allah tidak mau memandang mereka kelak di hari kiamat
dan tidak mau membersihkan mereka (dari dosa-dosanya), dan tidak
menghimpunkan mereka bersama orang-orang yang beramal (baik), dan
memasukkan mereka ke neraka bersama orang-orang yang mula-mula masuk neraka,
terkecuali jika mereka bertobat; dan barang siapa yang bertobat, Allah pasti
menerima tobatnya. Yaitu orang yang kawin dengan tangannya (mastrubasi), kedua
orang yang terlibat dalam homoseks, pecandu minuman khamr, orang yang memukuli
kedua orang tuanya hingga keduanya meminta tolong, orang yang mengganggu
tetangga-tetangganya sehingga mereka melaknatinya, dan orang yang berzina
dengan istri tetangganya.
Hadis berpredikat garib, di
dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal karena
kemisteriannya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ}
Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya. (Al Mu’minun: 8)
Yakni apabila mereka dipercaya,
tidak berkhianat; bahkan menunaikan amanat itu kepada pemiliknya. Apabila
mereka berjanji atau mengadakan transaksi, maka mereka menunaikannya dengan
benar, tidak seperti sikap orang-orang munafik yang dikatakan oleh Rasulullah
Saw. mempunyai ciri khas berikut, melalui, sabdanya:
"آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّث كَذَبَ، وَإِذَا
وَعَدَ أَخْلَفَ، وإذا اؤتمن خَانَ".
Pertanda orang munafik ada
tiga, yaitu: Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila
dipercaya, khianat.
****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ
يُحَافِظُونَ}
dan orang-orang yang
memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9)
Maksudnya, mengerjakannya secara
rutin tepat pada waktunya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh sahabat
Ibnu Mas'ud r.a. ketika ia bertanya kepada Rasulullah Saw.:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ:
"الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "بِرُّ
الْوَالِدَيْنِ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ".
Aku pernah bertanya; "Wahai
Rasulullah amal apakah yang paling disukai oleh Allah?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Mengerjakan salat di dalam waktunya." Saya bertanya
lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua
orang tua." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau
menjawab, "Berjihad pada jalan Allah.”
Hadis diketengahkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing. Di dalam kitab Mustadrak-nya
Imam Hakim disebutkan seperti berikut:
"الصلاة في أول وقتها"
Mengerjakan salat pada
permulaan waktunya.
Ibnu Mas'ud dan Masruq telah
berkata sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan orang-orang yang
memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Yaitu memelihara waktu-waktu salat.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh AbudDuha, Alqamah ibnu Qais, Sa'id ibnu Jubair, dan Ikrimah. Qatadah
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjaga waktu-waktunya, rukuk dan
sujudnya.
Allah Swt. membuka penyebutan
sifat-sifat yang terpuji itu dengan menyebutkan salat, kemudian diakhiri pula
dengan penyebutan salat. Hal ini menunjukkan keutamaan salat, seperti yang
dikatakan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya:
"اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ
أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا
مُؤْمِنٌ"
Bersikap istiqamah (lurus)-lah, dan sekali-kali (pahala) kalian tidak akan
dihitung-hitung, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah salat; dan
tiada yang dapat memelihara wudu, melainkan hanya orang mukmin.
Setelah Allah menyifati
orang-orang mukmin, bahwa mereka memiliki sifat-sifat yang terpuji dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang terbaik, kemudian Allah Swt. berfirman:
{أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ الَّذِينَ
يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Mereka itulah orang-orang
yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi
surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al Mu’minun: 10-11)
Di dalam kitabSahihain telah
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ
الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَمِنْهُ
تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ"
Apabila kalian meminta surga
kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya
Firdaus itu adalah surga yang tertinggi dan paling pertengahan, darinya
bersumberkan semua sungai surga, dan di atasnya terdapat 'Arasy (singgasana) Tuhan Yang Maha Pemurah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَان،
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَلَهُ
مَنْزِلَانِ: مَنْزِلٌ فِي الْجَنَّةِ وَمَنْزِلٌ فِي النَّارِ، فَإِنْ مَاتَ
فَدَخَلَ النَّارَ وَرثَ أَهْلُ الْجَنَّةِ مَنْزِلَهُ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ:
{أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada
seorang pun di antara kalian melainkan mempunyai dua tempat tinggal, yaitu
tempat tinggal di surga dan tempat tinggal di neraka. Jika ia mati dan ternyata
masuk nereka, maka penduduk surga mewarisi tempat tinggalnya (yang ada di
surga). Yang demikian itu disebutkan dalam firman-Nya, "Mereka itulah
orang-orang yang akan mewarisi" (Al Mu’minun: 10)
Ibnu Juraij telah meriwayatkan
dari Al-Lais, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka itulah
orang-orang yang akan mewarisi. (Al Mu’minun: 10) Bahwa tiada seorang hamba
(Allah) pun melainkan mempunyai dua tempat tinggal, yaitu tempat tinggal di
surga dan tempat tinggal di neraka. Adapun orang mukmin, dia membangun rumahnya
yang berada di dalam surga dan merobohkan rumahnya yang ada di neraka.
Sedangkan orang kafir merobohkan rumahnya yang ada di dalam surga dan membangun
rumahnya yang ada di neraka.
Telah diriwayatkan pula hal yang
semisal dari.Sa'id ibnu Jubair. Orang-orang mukmin mewarisi tempat-tempat
tinggal orang-orang kafir, karena pada asalnya orang-orang kafir itu diciptakan
agar beribadah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mengingat
orang-orang mukmin mengerjakan semua ibadah yang diperintahkan kepada mereka,
sedangkan orang-orang kafir meninggalkan apa yang mereka diciptakan untuk
mengerjakannya (yaitu beribadah kepada Allah), maka orang-orang mukmin merebut
bagian orang-orang kafir seandainya mereka taat kepada Tuhannya.
Bahkan dalam keterangan yang
lebih jelas lagi disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui Abu Burdah,
dari Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاسٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
بِذُنُوبٍ أَمْثَالِ الْجِبَالِ، فَيَغْفِرُهَا اللَّهُ لَهُمْ، ويضَعُها عَلَى
الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى"
Segolongan orang dari
kalangan kaum muslim didatangkan kelak pada hari kiamat dengan membawa dosa-dosa
yang sebesar-besar gunung, lalu Allah memberikan ampunan bagi mereka dan
menimpakan dosa-dosa itu kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Menurut lafaz yang lain dari
Imam Muslim, Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دَفَعَ اللَّهُ لِكُلِّ
مُسْلِمٍ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا، فَيُقَالُ: هَذَا فَكَاكُكَ مِنَ
النَّارِ".
Apabila hari kiamat telah
terjadi, Allah menyerahkan kepada setiap orang muslim seorang Yahudi atau
seorang Nasrani, lalu Allah berfirman, "Inilah tebusanmu dari neraka.”
Kemudian Khalifah Umar ibnu
Abdul Aziz menyumpah Abu Burdah yang menceritakan hadis ini dengan nama Allah
yang tiada Tuhan selain Dia sebanyak tiga kali sumpah, yang isinya mengatakan
bahwa ayahnya benar-benar menceritakan hadis ini kepadanya dari Rasulullah Saw.
maka Abu Burdah bersumpah kepadanya.
Menurut saya, makna ayat ini
sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ
عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا}
Itulah surga yang akan Kami
wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (Maryam: 63)
Dan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي
أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan itulah surga yang
diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Az-Zukhruf: 72)
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair
mengatakan bahwa surga dengan memakai bahasa Romawi berarti Firdaus (Paradis).
Sebagian ulama Salaf mengatakan, taman tidak dinamakan Firdaus kecuali bila di
dalamnya terdapat pohon anggur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al Mu’minun, ayat 12-16
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ
مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)
ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16) }
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan permulaan kejadian manusia yang dibentuk dari saripati tanah,
yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering yang berasal dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.
Al-A'masy telah meriwayatkan
dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Al-Mu’mimun:
12) Yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam.
Ibnu Jarir mengatakan,
sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah
liat.
Qatadah mengatakan bahwa Adam
diciptakan dari tanah liat.
Pendapat ini lebih jelas
pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat, karena sesungguhnya Adam
diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat kering yang berasal dari lumpur
hitam yang diberi bentuk: Hal ini berarti Adam diciptakan dari tanah, seperti
yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ
تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari tanah, kemudian tiba-tiba
kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-Rum:
20)
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَوْف،
حَدَّثَنَا قَسَامة بْنُ زُهَيْر، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ
قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْر الْأَرْضِ،
جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَسْوَدُ وَالْأَبْيَضُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ،
وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Auf,
telah menceritakan kepada kami Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam
tanah yang diambil dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan
tabiat tanah; di antara mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit
putih, ada yang berkulit hitam, serta ada yang campuran di antara warna-warna
tersebut; dan ada yang buruk ada yang baik, ada pula yang campuran di antara
baik dan buruk.
Abu Daud dan Turmuzi telah
meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang
semisal dan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan
sahih.
*******************
{ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً}
Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13)
Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama
halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ *
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}
dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8)
Yakni air mani yang lemah. Sama
dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:
{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ.
فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Bukankah Kami menciptakan
kalian dari air yang hina, kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21)
Yaitu rahim, karena rahim memang
telah diciptakan untuk itu.
{إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ * فَقَدَرْنَا
فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ}
sampai waktu yang ditentukan,
lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah
sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23)
Maksudnya, masa yang telah
dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan hingga bentuknya menjadi kokoh,
dan mengalami perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari
suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً}
Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14)
Yakni kemudian Kami jadikan air
mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-laki dan dari tulang dada
perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah
adalah darah.
{فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً}
lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14)
Yaitu berupa segumpal daging
yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
{فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا}
dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14)
Artinya, Kami beri bentuk
sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki berikut tulang-tulangnya,
otot-ototnya, dan urat-uratnya.
Ulama lain membacanya 'azman,
bukan 'izaman, menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi.
Di dalam kitab sahih disebutkan
melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى إِلَّا عَجْبُ الذَّنَب،
مِنْهُ خُلِقَ وَمِنْهُ (5) يُرَكَّبُ"
Semua jasad anak Adam hancur
kecuali bagian bawah dari tulang punggungnya, karena dari tulang itu dia
diciptakan dan dari tulang itu pula dia akan dibangkitkan kembali.
*******************
{فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا}
lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14)
Yakni Kami jadikan baginya daging
yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya.
{ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ}
Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun:
14)
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke
dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak hidup dan menjadi makhluk lain
yang mempunyai pendengaran, penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami
Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah
menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Kasir maula Bani Hasyim, telah
menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib
r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam rahim) telah
menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh ke
dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis pelindungnya).
Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yakni
Kami tiupkan roh ke dalamnya.
Telah diriwayatkan pula dari Abu
Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh
janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. (Al Mu’minun: 14) Maksudnya, Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi'
ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yaitu Kami
pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga terlahirlah ia
dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi anak-anak, kemudian mencapai usia
balig, lalu menjadi dewasa, dan selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia
pikun.
Telah diriwayatkan dari Qatadah
dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pada garis besarnya tidak ada
pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, karena sesungguhnya sejak
ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu
dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan di dalam
kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ
بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: حَدَّثَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ: "إِنَّ أَحَدَكُمْ ليُجمع خَلقُه فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسِلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ
الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ،
وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ
لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا
إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلَهَا، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ،
حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا".
telah menceritakan kepada kami
Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb,
dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda kepada kami: Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar
dihimpunkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam
bentuk nutfah), kemudian berupa 'alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam
bentuk segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus seorang malaikat
kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan diperintahkan
untuk mencatat empat kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya,
ajalnya, dan amal perbuatannya, serta apakah dia termasuk orang yang celaka
atau orang yang bahagia. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia,
sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan
ahli surga sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain hanya satu hasta,
tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka),
maka pada akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah
dia ke dalamnya. Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar
mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan
neraka selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa
dia termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli
surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah
ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata, "Sesungguhnya nutfah itu bila
telah memasuki rahim, maka menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu
tinggal selama empat puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan
berubah menjadi 'alaqah."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ
الْحَسَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو كُدَيْنة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنِ
الْقَاسِمُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
مَرَّ يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
يُحَدِّثُ أَصْحَابَهُ، فَقَالَتْ قُرَيْشٌ: يَا يَهُودِيُّ، إِنَّ هَذَا يَزعمُ
أَنَّهُ نَبِيٌّ. فَقَالَ: لَأَسْأَلَنَّهُ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا
نَبِيٌّ. قَالَ: فَجَاءَهُ حَتَّى جَلَسَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مِمَّ يُخْلَقُ
الإنسان؟ فقال: "يا يهودي، من كلٍّ
يُخْلَقُ، مِنْ نُطْفَةِ الرَّجُلِ وَمِنْ نُطْفَةِ الْمَرْأَةِ،
فَأَمَّا نُطْفَةُ الرَّجُلِ فَنُطْفَةٌ غَلِيظَةٌ مِنْهَا الْعَظْمُ والعَصَب،
وَأَمَّا نُطْفَةُ الْمَرْأَةِ فَنُطْفَةٌ رَقِيقَةٌ مِنْهَا اللَّحْمُ
وَالدَّمُ" فَقَامَ الْيَهُودِيُّ فَقَالَ: هَكَذَا كَانَ يَقُولُ مَنْ
قَبْلَكَ.
Imam Ahmad mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Husain ibnul Hasan, telah menceritakan kepada
kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari
ayahnya, dari Abdullah yang menceritakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan
Rasulullah Saw. yang sedang berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian
orang-orang Quraisy berkata, "Hai orang Yahudi, sesungguhnya orang ini
(maksudnya Nabi Saw.) mengakui dirinya sebagai seorang nabi." Maka orang
Yahudi itu berkata, "Sungguh aku akan menanyainya tentang sesuatu yang
tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya oleh seorang nabi." Orang
Yahudi itu datang kepada Nabi Saw. dan duduk di dalam majelisnya, lalu
bertanya, "Hai Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?" Maka Nabi
Saw. menjawab: Hai orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan antara air
mani laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-laki berbentuk kental, darinya
tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani perempuan berbentuk encer,
darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu berkata, "Memang
demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi) sebelum kamu."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو، عَنْ
أَبِي الطُّفَيْل، حُذَيْفَة بْنِ أُسَيْد الْغِفَارِيِّ قَالَ: سمعتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَدْخُلُ المَلك عَلَى
النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ لَيْلَةً، فَيَقُولُ:
يَا رَبِّ، مَاذَا؟ أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ
اللَّهُ، فَيَكْتُبَانِ. فَيَقُولَانِ: مَاذَا؟ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَكْتُبَانِ ويُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَثَرُهُ،
وَمُصِيبَتُهُ، وَرِزْقُهُ، ثُمَّ تُطْوَى الصَّحِيفَةُ، فَلَا يُزاد عَلَى مَا
فِيهَا وَلَا يُنْقَصُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr, dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu
Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah menetap di dalam
rahim selama empat puluh malam, lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku,
apakah yang harus saya catat? Apakah dia termasuk orang celaka atau orang
bahagia, apakah dia laki-laki atau perempuan?" Maka Allah berfirman,
memerintahkannya untuk menulis laki-laki atau perempuan; dan malaikat itu
menulis pula amal perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan rezekinya.
Kemudian lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan atas apa yang telah
tertulis dan tiada pula pengurangan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis
ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu
Dinar dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Dan dari jalur lain
melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu
Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ
بْنُ عَبْدَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم
قال: "إِنَّ اللَّهَ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلكًا فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ،
نُطْفَةٌ. أيْ رَبِّ، عَلَقَةٌ أَيْ رَبِّ، مُضْغَةٌ. فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ
خَلْقَهَا قَالَ: يَا رب، ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَمَا الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ؟
" قَالَ: "فَذَلِكَ يُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu
Abu Bakar, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
Allah menugaskan seorang malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu
berkata, "Wahai Tuhanku, masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi
'alaqah; wahai Tuhanku, telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah
berkehendak untuk menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku,
apakah dia laki-laki atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan
bagaimanakah dengan rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Yang demikian itu dicatat di dalam rahim ibunya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Hammad ibnu
Zaid dengan sanad yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Setelah Allah menyebutkan
tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam menciptakan nutfah ini
dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk
yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia yang lengkap dan
sempurna, maka Allah Swt. berfirman: Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu
Daud, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab
pernah mengatakan, "Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara.
Ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah' (Al
Mu’minun: 12), hingga akhir ayat. Maka aku berkata, 'Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah firman selanjutnya, yaitu: 'Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik'. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu
Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari
Amir Asy-Sya'bi, dari Zaid ibnu Sabit Al-Ansari yang mengatakan, bahwa
Rasulullah Saw. mengimlakan kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. (Al Mu’minun: 12) sampai dengan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14). Maka Mu'az
berkata, "Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu
Rasulullah Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw.,
mengapa engkau tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat
itulah ayat ini diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya
Pencipta.”
Di dalam sanad hadis ini
terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan dia orangnya daif sekali,
dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah yang parah.
Demikian itu karena surat ini
Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah
Rasulullah Saw. di Madinah. Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu
Jabal, hanyalah setelah Rasulullah Saw. berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ
لَمَيِّتُونَ}
Kemudian sesudah itu
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al
Mu’minun: 15)
Artinya sesudah penciptaan
pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah itu kalian akan mati
{ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
تُبْعَثُونَ}
Kemudian sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di
hari kiamat. (Al Mu’minun: 16)
Yakni dalam penciptaan yang
terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ
الآخِرَةَ}
Kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)
Yaitu di hari berbangkit dan
semua roh kembali kepada jasadnya masing-masing, lalu semua makhluk menjalani
hisabnya, dan setiap orang yang beramal akan dibalasi sesuai dengan amal
perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk,
maka balasannya buruk pula.
Al Mu’minun, ayat 17
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا
فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ (17) }
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah
terhadap ciptaan (Kami).
Setelah Allah Swt. menyebutkan
tentang kejadian manusia, lalu mengiringinya dengan sebutan penciptaan tujuh
lapis langit. Dan banyak di dalam Al-Quran Allah Swt. menyebutkan tentang
penciptaan langit dan bumi dikaitkan dengan penciptaan manusia. Seperti yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ
مِنْ خَلْقِ النَّاسِ}
Sesungguhnya penciptaan
langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)
Hal yang sama disebutkan pula
dalam permulaan surat As-Sajdah yang dibaca oleh Rasulullah Saw. pada pagi hari
jumat, pada permulaannya disebutkan penciptaan langit dan bumi. Kemudian
dijelaskan tentang penciptaan manusia yang berasal dari saripati yang berasal
dari tanah liat, sebagaimana disebutkan pula di dalam surat As-Sajdah itu
tentang hari berbangkit dan masalah-masalah penting lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{سَبْعَ طَرَائِقَ}
tujuh buah jalan. (Al Mu’minun: 17)
Mujahid mengatakan bahwa yang
dimaksud adalah tujuh lapis langit. Ayat ini sama dengan ayat lain yang
mengatakan:
{تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ
وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ}
Langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. (Al-Isra:
44)
{أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ
خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا}
Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15)
Dan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عِلْمًا}
Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pada bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar
kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaq: 12)
Demikian pula dalam ayat berikut
ini disebutkan dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ
طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan di atas kalian tujuh jalan (tujuh buah
langit), dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). (Al Mu’minun:
17)
Yakni Allah mengetahui segala
sesuatu yang masuk ke dalam bumi dan yang keluar darinya, dan mengetahui apa
yang turun dari langit dan apa yang naik ke atasnya. Dia selalu bersama kalian
di mana pun kalian berada, dan Allah Maha Mengetahui semua yang kalian
kerjakan. Dia Yang Mahasuci, tiada terhalang dari pengetahuan-Nya tingginya
langit dan tebalnya bumi, juga besarnya gunung, melainkan Dia mengetahui semua
yang terdapat di dalamnya. Tiada suatu laut pun, melainkan Dia mengetahui
segala sesuatu yang ada di dasarnya. Dia mengetahui semua bilangan makhluk yang
ada di gunung-gunung, lereng-lereng, padang-padang pasir, lautan, hutan-hutan,
dan rimba belantara.
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا
يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا
فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun
yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula); dan
tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)
(Al-An'am: 59)
Al Mu’minun, ayat 18-22
{وَأَنزلْنَا مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الأرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ
بِهِ لَقَادِرُونَ (18) فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ
وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (19)
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ
لِلآكِلِينَ (20) وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا
فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (21)
وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (22) }
Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran: lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.
Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma dan anggur;
di dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian
dari buah-buahan itu kalian makan, dan pohon kayu yang keluar dari Tursina (pohon Zaitun), yang menghasilkan minyak, dan
pelezat makanan bagi orang-orang yang makan. Dan sesungguhnya pada binatang-binatang
ternak benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kalian, Kami memberi
minum kalian dari air susu yang ada dalam perutnya; dan (juga) pada
binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kalian, dan
sebagian darinya kalian makan, dan di atas punggung binatang-binatang ternak
itu dan (juga) di atas perahu-perahu kalian diangkut.
Allah Swt. menyebutkan tentang
nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya.
Nikmat-nikmat tersebut tiada terbilang dan tidak terhitung, antara lain ialah
menurunkan hujan dari langit dengan takaran tertentu sesuai dengan kebutuhan,
tidak terlalu banyak yang akibatnya dapat merusak tanah dan bangunan, dan tidak
terlalu sedikit yang akibatnya tidak mencukupi buat tanam-tanaman dan pohon-pohon
yang berbuah, melainkan menurut suatu ukuran sesuai dengan kebutuhannya, baik
untuk pengairan, untuk minum maupun untuk manfaat lainnya.
Tanah-tanah yang memerlukan air
itu banyak karena banyak tanamannya, tetapi tanah-tanah tersebut tidak dapat menampung
air hujan karena terdiri atas padang pasir. Maka air didatangkan kepadanya dari
negeri lain, seperti yang terjadi di negeri Mesir. Menurut kisahnya, tanah
mesir dahulunya adalah tanah yang tandus. Allah mengalirkan kepadanya Sungai
Nil yang membawa lumpur merah yang hanyut bersama alirannya dari negeri Habsyah
di musim penghujannya. Maka air datang dengan membawa tanah merah dan menyirami
negeri Mesir, sedangkan tanah merah itu menetap di negeri Mesir pada
kedua.tepinya, sehingga tanah mesir menjadi subur dan dapat ditanami oleh
penduduknya, karena sesungguhnya sebagian besar tanah Mesir terdiri atas
pasir. Mahasuci Allah Yang Mahalembut, Mahawaspada, Maha Penyayang lagi Maha
Pemaaf.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَأَسْكَنَّاهُ فِي الأرْضِ}
lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi. (Al Mu’minun: 18)
Artinya, Kami jadikan air itu
—bila telah diturunkan dari awan— menetap di bumi dan Kami jadikan bumi dapat
menerimanya dan menyerapnya sehingga semua bebijian dan bibit-bibit yang ada
padanya dapat beroleh makanan dari air itu.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ}
dan sesungguhnya Kami
benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al
Mu’minun: 18)
Yakni seandainya Kami
menghendaki bahwa langit tidak menurunkan hujan, tentulah Kami dapat
melakukannya. Seandainya Kami bermaksud menimpakan musibah, tentulah Kami dapat
melakukannya, yaitu dengan memalingkan air hujan dari kalian dan mengarahkannya
ke tempat-tempat yang tandus, hutan belantara, dan tempat-tempat lainnya yang tak
berpenghuni. Dan seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami dapat mengubah
rasanya menjadi asin sehingga tidak dapat diminum dan tidak dapat dijadikan
pengairan, dan Kami dapat melakukannya. Seandainya Kami menghendaki tidak
sekali-kali air hujan di turunkan ke bumi melainkan menggenang di permukaannya,
tentulah Kami dapat melakukannya. Dan seandainya Kami menghendakinya tidak
sekali-kali turun ke bumi melainkan masuk ke dalam perut bumi sampai jarak yang
tidak terjangkau oleh kalian sehingga kalian tidak dapat memanfaatkannya,
tentulah Kami dapat melakukannya. Tetapi berkat kelembutan dan rahmat Allah,
Dia menurunkan air hujan dari langit berupa air yang tawar, menyegarkan, dan
mudah diminum. Lalu Dia menempatkannya di bumi dan mengalirkannya menjadi sumber-sumber
air yang pada akhirnya terbentuklah mata air-mata air dan sungai-sungai yang
mengalir, sehingga dapat dijadikan sebagai pengairan tanam-tanaman dan
pohon-pohonan yang berbuah. Dari air itu kalian minum, demikian pula hewan
ternak serta hewan peliharaan kalian; kalian mandi, bersuci, dan membersihkan
diri dengan air tersebut. Akhirnya segala puji bagi Allah atas semua
karunia-Nya.
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ
نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
Lalu dengan air itu Kami
tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma dan anggur. (Al Mu’minun: 19)
Maksudnya, Kami keluarkan bagi
kalian melalui air hujan yang Kami turunkan dari langit ke kebun-kebun dan
taman-taman.
حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ
yang berpemandangan indah. (An-Naml: 60)
Yaitu sangat indah dipandang
mata.
*******************
Firman Allah Swt.:
{مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
kurma dan anggur. (Al Mu’minun: 19)
Yakni di dalam kebun-kebun itu
terdapat pohon kurma dan pohon anggur. Hal ini berdasarkan kondisi geografi
yang adadi negeri Hijaz, dan tidak ada bedanya pula dengan yang terjadi di
kawasan lainnya; semua buah-buahan yang ada pada mereka termasuk sebagian dan
nikmat Allah yang membuat mereka tidak mampu mensyukurinya dengan syukur yang
sebenar-benarnya.
Firman Allah Swt.:
{لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ}
di dalam kebun-kebun itu
kalian peroleh buah-buahan yang banyak. (Al
Mu’minun: 19)
Yaitu dari semua buah-buahannya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ
وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ}
Dia menumbuhkan bagi kalian
dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam
buah-buahan. (An-Nahl: 11)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ}
dan sebagian buah-buahan itu
kalian makan. (Al Mu’minun: 19)
Seakan-akan kalimat ini di-ataf-kan
kepada sesuatu yang diperkirakan keberadaannya. Bentuk lengkapnya
seakan-akan dikatakan, Kalian dapat memandang keindahan dan kemasakannya dan
sebagiannya kalian makan."
Firman Allah Swt.:
{وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ}
dan pohon kayu yang keluar
dari Tursina (pohon zaitun). (Al Mu’minun: 20)
Yang dimaksud adalah pohon
zaitun, sedangkan tur artinya bukit. Sebagian ulama mengatakan, sesungguhnya
bukit dinamakan tur bila padanya terdapat pohon-pohonan; tetapi jika
tidak ada pohon-pohonan, maka disebut bukit atau gunung, bukan tur. Hanya
Allah Yang Maha Mengetahui. Tursina alias Tur Sinin adalah nama
bukit yang padanya Musa diajak bicara langsung oleh Allah Swt. begitu pula
semua bukit yang ada di sekitarnya yang padanya terdapat pohon zaitun.
Firman Allah Swt.:
{تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ}
yang menghasilkan minyak. (Al Mu’minun: 20)
Sebagian ulama mengatakan bahwa
huruf ba yang ada dalan lafaz ayat ini adalah zaidah, bentuk
aslinya ialah tanbutudduhna (tanpa memakai ba). Seperti halnya yang
terdapat di dalam ucapan orang-orang Arab, "Alqa Fulanun
Biyadihi," artinya si Fulan memukulkan tangannya, yakni yadahu (tanpa
memakai ba).
Sedangkan menurut pendapat ulama
yang mengatakan bahwa ia mengandung fi'il yang tidak disebutkan, maka
bentuk lengkapnya ialah yang menghasilkan minyak atau yang dapat menghasilkan
minyak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَصِبْغٍ
لِلآكِلِينَ}
dan pelezat makanan bagi
orang-orang yang makan. (Al Mu’minun: 20)
Yakni dapat dijadikan lauk pauk,
menurut Qatadah.
Dengan kata lain, buah zaitun
itu mengandung manfaat; darinya dapat dihasilkan minyak dan juga dapat
dijadikan pelezat makanan. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad, bahwa:
حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى، عَنْ عَطَاءٍ
الشَّامِيِّ، عَنْ أَبِي أسَيْد -وَاسْمُهُ مَالِكُ بْنُ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيُّ
الْأَنْصَارِيِّ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"كُلُوا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوا بِهِ؛ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ
مُبَارَكَةٍ"
telah menceritakan kepada kami
Waki', telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isa, dari Ata Asy-Syami
dari Abu Usaid yang nama aslinya Malik ibnu Rabi'ah As-Sa'idi Al-Ansari r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Makanlah minyak zaitun
dan jadikanlah sebagai minyak, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari
pohon yang diberkati.
Abdur Rahman ibnu Humaid
mengatakan di dalam kitab musnad dan kitab tafsirnya:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ زَيْدِ
بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "ائْتَدِمُوا بِالزَّيْتِ وَادَّهِنُوا بِهِ،
فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ".
telah menceritakan kepada kami
Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, dari
ayahnya, dari Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jadikanlah zaitun
sebagai lauk pauk dan berminyaklah dengannya, karena sesungguhnya buah zaitun
itu berasal dari pohon yang diberkati.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah
telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abdur Razzaq. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melaluinya, sedangkan
dia (Mudtarib) dalam periwayatannya adakalanya menyebut Umar dalam sanadnya, adakalanya
tidak menyebutkannya.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu
Uyaynah, telah menceritakan kepadaku As-Sa'b ibnu Hakim ibnu Syarik ibnu
Namilah, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa ia bertamu kepada
Umar ibnul Khattab r.a. di malam 'Asyura. Maka Umar menjamunya dengan masakan
kepala unta yang sudah dingin dan juga minyak zaitun. Lalu Umar berkata, "Inilah
minyak yang diberkati yang telah disebutkan di dalam firman Allah kepada
Nabi-Nya."
*******************
Firman Allah.Swt.:
{وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً
نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا
تَأْكُلُونَ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ}
Dan sesungguhnya pada
binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi
kalian, Kami memberi minum kalian dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang
banyak untuk kalian, dan sebagian dari kalian makan, dan di atas punggung
binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kalian
diangkut. (Al Mu’minun: 21-22)
Allah Swt. menyebutkan berbagai
manfaat yang Dia jadikan pada binatang ternak buat manusia, bahwa mereka dapat
minum dari air susunya yang dikeluarkan di antara tahi dan darah, mereka dapat
makan dari dagingnya, dapat memakai pakaian dari bulunya, serta menaiki
punggungnya dan membawa muatannya ke atas punggungnya menuju negeri yang jauh
dari tempat tinggal mereka. Hal ini disebutkan pula dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ
تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلا بِشِقِّ الأنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Dan ia memikul beban-beban
kalian ke suatu negeri yang kalian tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan
dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri.
Sesungguhnya Tuhan kalian benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (An-Nahl:
7)
Dan firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ
مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ. وَذَلَّلْنَاهَا
لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ. وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ
وَمَشَارِبُ أَفَلا يَشْكُرُونَ}
Dan apakah mereka tidak
melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka,
yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri,
lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk
mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka
makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka
mengapakah mereka tidak bersyukur. (Yasin: 71-73)
Al
Mu’minun, ayat 23-25
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا
نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (23) فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لأنزلَ مَلائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا
الأوَّلِينَ (24) إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى
حِينٍ (25) }
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah oleh kalian, (karena) sekali-kali
tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)?"
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab, "Orang
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud menjadi seorang
yang lebih tinggi daripada kalian. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia
mengutus beberapa malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang
seperti) ini pada masa nenek moyang kami dahulu. Ia tidak lain hanyalah
seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya
sampai suatu waktu.”
Allah
Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s. ketika ia di utus kepada kaumnya untuk
memberikan peringatan kepada mereka akan azab Allah, juga pembalasan-Nya yang
keras terhadap orang-orang yang mempersekutukan-Nya, menentang pcrintah-Nya,
serta mendustakan rasul-rasul-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا
لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ}
lalu
ia berkata, "Hai kaumku sembahlah Allah oleh kalian (karena) sekali-kali tidak ada
Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)
?”(Al Mu’minun: 23)
Yakni
apakah kalian tidak takut kepada Allah bila kalian mempersekutukan-Nya (dengan
yang lain)? Maka pemuka-pemuka orang kafir di antara kaumnya menjawab:
{مَا هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ
أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ}
Orang
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi
seorang yang lebih tinggi dari pada kalian. (Al Mu’minun: 24)
Yakni
merasa lebih tinggi daripada kalian dan merasa besar diri dengan mengakui diri
sebagai seorang nabi, padahal dia adalah seorang manusia, sama dengan kalian.
Maka mana mungkin kalau dia diberi wahyu, sedangkan kalian tidak?
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لأنزلَ مَلائِكَةً}
Dan
kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat. (Al Mu’minun: 24)
Yaitu
sekiranya Allah ingin mengutus seorang nabi, tentulah Dia mengutus malaikat
dari sisi-Nya, bukan manusia.
{مَا سَمِعْنَا بِهَذَا}
Belum
pernah kami mendengar (seruan
yang seperti) ini. (Al Mu’minun: 24)
Yakni
seorang manusia menjadi rasul di kalangan nenek moyang terdahulu. Mereka yang
dimaksud adalah para pendahulu dan bapak-bapak mereka di masa silam.
Firman
Allah Swt.:
{إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ}
Ia
tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila. (Al Mu’minun: 25)
Maksudnya,
gila dengan pengakuannya yang menyatakan bahwa Allah mengutusnya kepada mereka,
dan hanya dirinyalah yang menerima wahyu dari Allah di antara kalian.
{فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ}
maka
tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai
suatu waktu. (Al Mu’minun: 25)
Yaitu
tunggulah sampai maut datang merenggutnya, dan bersabarlah kalian terhadap Nuh
selama beberapa saat, sesudah itu kalian akan terbebas darinya.
Al
Mu’minun, ayat 26-30
{قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي
بِمَا كَذَّبُونِ (26) فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ
بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ فَاسْلُكْ
فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ
مِنْهُمْ وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ (27)
فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (28) وَقُلْ رَبِّ
أَنزلْنِي مُنزلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنزلِينَ (29) إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَاتٍ وَإِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِينَ (30) }
Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka
mendustakan aku.” Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah bahtera di bawah
penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur
telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari
tiap-tiap (jenis) dan (juga)
keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan
ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku
tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu,
maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami
dari orang-orang yang zalim.” Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku
pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.”
Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran
Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu).
Allah
Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s., bahwa dia berdoa kepada Tuhannya untuk
meminta tolong kepada-Nya terhadap kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firmannya:
{فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ
فَانْتَصِرْ}
Maka
dia mengadu kepada Tuhannya, bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan.
Oleh sebab itu, menangkanlah (aku).
(Al-Qamar: 10)
Dan
dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ}
Ya
Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. (Al Mu’minun: 26)
Maka
pada saat itu juga Allah memerintahkan kepada Nuh untuk membuat perahu besar
dengan pembuatan yang kuat dan kokoh atas bimbingan Allah, dan hendaknyalah Nuh
memuatkan ke dalam bahteranya itu sepasang dari tiap-tiap jenis, baik manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya yang berpasangan. Hendaknya pula Nuh
membawa keluarganya (yang beriman) ke dalam bahteranya itu.
{إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ}
kecuali
orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka (Al Mu’minun:
27)
Yakni
orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Allah akan binasa. Mereka adalah dari
kalangan keluarga Nuh yang tidak beriman kepadanya, seperti anak dan istrinya.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman
Allah Swt.:
{وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا
إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ}
Dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Al Mu’minun: 27)
Yaitu
di saat kamu menyaksikan turunnya hujan yang lebat, janganlah sekali-kali kamu
merasa kasihan terhadap kaummu, jangan pula kamu merasa sayang kepada mereka,
lalu kamu mengharapkan agar azab itu ditangguhkan dari mereka barangkali saja
mereka beriman. Karena sesungguhnya Aku telah menetapkan bahwa mereka adalah
orang-orang yang ditenggelamkan disebabkan kezaliman dan kekafiran mereka.
Kisah mengenai hal ini secara panjang lebar telah dikemukakan dalam tafsir
surat Hud. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ
عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ}
Apabila
kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka
ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari
orang-orang yang zalim.” (Al
Mu’minun: 28)
Semakna
dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ
وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ. لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا
نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي
سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا
لَمُنْقَلِبُونَ}
dan
menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya
kalian duduk di atas punggungnya, kemudian kalian ingat nikmat Tuhan kalian
apabila kalian telah duduk di atasnya; dan supaya kalian mengucapkan,
"Mahasuci Tuhan Yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada
Tuhan kami.” (Az-Zukhruf:
12-14)
Nabi
Nuh a.s. melaksanakan perintah ini, seperti yang dijelaskan di dalam
firman-Nya:
{وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ
مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا}
Dan
Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah
di waktu berlayar dan berlabuhnya " (Hud: 41)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَقُلْ رَبِّ أَنزلْنِي مُنزلا مُبَارَكًا
وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنزلِينَ}
Dan
berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan
Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.”(Al Mu’minun: 29)
Dan
firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ}
Sesungguhnya
pada (kejadian) itu benar-benar
terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah). (Al Mu’minun: 30)
Artinya,
sesungguhnya pada kejadian itu —yakni diselamatkan-Nya kaum mukmin dan
dibinasakan-Nya orang-orang kafir— benar-benar terdapat tanda-tanda dan
bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan kebenaran para nabi tentang apa yang
mereka sampaikan dari Allah Swt. Yang Maha Berbuat terhadap segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya lagi Maha Mengetahui segala sesuatu.
Firman
Allah Swt.:
{وَإِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِينَ}
dan
sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada
kaum Nuh itu). (Al Mu’minun: 30)
Yakni
benar-benar mencoba hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul kepada mereka.
Al
Mu’minun, ayat 31-41
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ
بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ (31) فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (32)
وَقَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ
الآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَذَا إِلا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
(33) وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ (34)
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ
مُخْرَجُونَ (35) هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ (36) إِنْ هِيَ إِلا
حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ (37) إِنْ
هُوَ إِلا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ
(38) قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ (39) قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ
لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ (40) فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ
فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً فَبُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (41) } .
Kemudian Kami jadikan sesudah mereka umat yang lain. Lalu Kami utus
kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), "Sembahlah
Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Maka
mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya).” Dan berkatalah
pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui
hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan
di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian,
dia makan dari apa yang kalian makan dan minum dari apa yang kalian minum. Dan
sesungguhnya jika kalian menaati manusia yang seperti kalian, niscaya bila
demikian, kalian benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah
ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kalian telah mati dan telah
menjadi tanah dan tulang-belulang, kalian sesungguhnya akan dikeluarkan (dari
kubur kalian)? Jauh-jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan
kepada kalian itu; kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia
ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. Ia
tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan
kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.” Rasul itu berdoa, "Ya
Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku.” Allah berfirman, "
Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.”
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami
jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah bagi
orang-orang yang zalim itu.
Allah
Swt. menceritakan bahwa Dia menjadikan umat yang lain sesudah kaum Nuh. Menurut
suatu pendapat, yang dimaksud dengan mereka dalam ayat-ayat ini adalah kaum
'Ad, karena sesungguhnya merekalah yang berkuasa sesudah kaum Nuh. Menurut
pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah kaum Samud, karena ada firman-Nya
yang mengatakan:
{فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ}
Maka
dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Mu’minun: 41)
Dan
bahwa Allah Swt. telah mengutus seorang rasul di antara mereka yang menyeru
mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi mereka
mendustakannya dan menentangnya serta menolak, tidak mau mengikutinya hanya
karena dia adalah seorang manusia yang sama dengan mereka. Pada prinsipnya
mereka tidak mau mengikuti rasul yang berupa manusia, mereka mendustakan hari
pertemuan dengan Allah kelak di hari kiamat, dan mereka ingkar kepada hari
berbangkit di mana manusia dibangkitkan hidup kembali dari kuburnya masing-masing.
Mereka berkata:
{أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ
وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ. هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا
تُوعَدُونَ}
Apakah
ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kamu telah mati dan telah
menjadi tanah dan tulang-belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali
(dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu. (Al Mu’minun:
35-36)
Yakni
mustahil sesudah mati kalian dihidupkan kembali.
{إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ
كَذِبًا}
Ia
tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. (Al Mu’minun: 38)
Yaitu
dalam semua berita yang disampaikannya kepada kalian tentang kerasulan,
peringatan, dan berita-berita tentang hari kiamat.
{وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ. قَالَ
رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ}
"dan
kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.” Rasul itu berdoa, "Ya
Tuhanku, tolonglah aku karena mereka men-dustakanku.” (Al Mu’minun: 38-39)
Yakni
rasul itu memohon pertolongan dan bantuan kepada Allah dalam menghadapi mereka,
dan Allah memperkenankan doanya.
{قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ
نَادِمِينَ}
Allah
berfirman, "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang
yang menyesal.” (Al
Mu’minun: 40)
karena
mereka menentangmu dan mengingkari apa yang kamu sampaikan kepada mereka.
{فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ}
Maka
dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Mu’minun: 41)
Mereka
memang berhak mendapat azab itu dari Allah karena kekafiran dan
kesewenang-wenangan mereka. Menurut makna lahiriah ayat ini menunjukkan bahwa
azab itu berupa gabungan antara angin yang kencang lagi sangat kuat dan sangat
dingin.
{تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا
فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ}
yang
menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka
tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25)
Firman
Allah Swt.:
{فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً}
dan
Kami jadikan mereka (sebagai)
sampah banjir. (Al Mu’minun: 41)
Yakni
mati dan binasa seperti buih banjir, yaitu sesuatu yang hina lagi tiada artinya
dan tiada manfaatnya sama sekali.
{فَبُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
maka
kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. (Al Mu’minun: 41)
Sama
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ
الظَّالِمِينَ}
Dan
tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri. (Az-Zukhruf: 76)
karena
kekafiran, keingkaran, dan sikap mereka yang selalu menentang utusan Allah.
Maka hendaknyalah hal ini dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang mendustakan
rasul mereka.
Al
Mu’minun, ayat 42-44
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ
بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ (42) مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا
يَسْتَأْخِرُونَ (43) ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ
أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ
أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44) }
Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. Tidak (dapat) suatu umat pun
mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari
ajalnya itu). Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul
Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya; maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang
lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah
bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al Mu’minun: 42-44)
Firman
Allah Swt.:
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا
آخَرِينَ}
Kemudian
Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al Mu’minun: 42)
Yaitu
umat-umat dan generasi-generasi lain sesudah mereka tiada.
{مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا
يَسْتَأْخِرُونَ}
Tidak
(dapat) suatu umat pun mendahului
ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).
(Al Mu’minun: 43)
Tetapi
mereka dimusnahkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah bagi mereka.
Yang hal tersebut telah tercatat di dalam Lauh Mahfuz dan telah diketahui-Nya
sebelum mereka tercipta. Mereka dimusnahkan generasi demi generasi dan umat
demi umat.
{ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى}
Kemudian
Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul
Kami berturut-turut. (Al Mu’minun: 44)
Ibnu
Abbas mengatakan bahwa sebagian dari rasul-rasul itu datang berurutan setelah
sebagian yang lainnya.
Hal
ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firnan-Nya:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى
اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah tagut itu, " maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesalan baginya. (An-Nahl: 36)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا
كَذَّبُوهُ}
Tiap-tiap
seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. (Al Mu’minun: 44)
Maksudnya,
sebagian besar dari mereka mendustakannya. Seperti juga yang disebutkan di
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا
يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun
kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30)
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا}
maka
Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al Mu’minun: 44)
Yakni
Kami binasakan mereka generasi demi generasi. Sama pengertian-nya dengan apa
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ
بَعْدِ نُوحٍ}
Dan
berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ}
Dan
Kami jadikan mereka buah tutur (manusia).
(Al Mu’minun-44)
Yaitu
sebagai cerita dan kisah bagi manusia (sesudah mereka). Semakna dengan
firman-Nya:
{فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ
وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ}
maka
Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19)
Al
Mu’minun, ayat 45-49
{ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى
وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45) إِلَى فِرْعَوْنَ
وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ (46) فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ
لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ (47) فَكَذَّبُوهُمَا
فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ (48) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ
لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ (49) }
Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa
tanda-tanda (kebesaran)
Kami, dan bukti yang nyata, kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya,
maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka
berkata, "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia
seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah
orang-orang yang menghambakan diri kepada kita.” Maka (tetaplah) mereka
mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang
dibinasakan. Dan sesungguhnya telah Kami berikan Al-Kitab (Taurat) kepada
Musa, agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.
Allah
Swt. menceritakan bahwa Dia telah mengutus Musa dan saudaranya Harun sebagai
utusan Allah kepada Fir'aun dan kaumnya dengan membawa mukjizat-mukjizat dan
hujah-hujah yang melemahkan musuh dan bukti-bukti yang jelas dan pasti. Tetapi
Fir'aun dan kaumnya takabur dan sombong, mereka tidak mau mengikuti keduanya
dan menolak apa yang dianjurkan oleh keduanya, hanya karena keduanya adalah
manusia biasa.
Sikap
Fir'aun dan kaumnya sama seperti sikap umat-umat terdahulu yang menentang
rasul-rasul-Nya, hanya karena para rasul itu terdiri atas manusia, hati mereka
meragukannya. Maka Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, yaitu dengan
menenggelamkan mereka semua dalam hari yang sama.
Allah
menurunkan kepada Musa kitab Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum
Allah, perintah-perintah-Nya, dan larangan-larangan-Nya. Hal ini terjadi
sesudah Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, dan menghukum mereka sebagai
hukuman dari Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Sesudah
Allah menurunkan kitab Taurat, Allah tidak lagi membinasakan suatu umat dengan
pembinasaan yang menyeluruh, tetapi Allah memerintahkan kepada orang-orang yang
beriman untuk memerangi orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ
بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan
generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan
petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat. (Al-Qashash: 43)
Al
Mu’minun, ayat 50
{وَجَعَلْنَا ابْنَ
مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
(50) }
Dan telah
Kami jadikan (Isa) Putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang
nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah
tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air
bersih yang mengalir.
Allah
Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, Isa putra Maryam a.s. Allah
menjadikan keduanya sebagai tanda yang menunjukkan kekuasaan-Nya bagi manusia.
Yang dimaksud dengan ayat (tanda) ialah hujah yang kuat, yang membuktikan
kekuasaan Allah Swt. atas segala sesuatu. Karena sesungguhnya Allah menciptakan
Adam tanpa ayah dan ibu, dan Dia menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa
perempuan, dan menciptakan Isa dari perempuan tanpa laki-laki, sedangkan semua
manusia lainnya diciptakan melalui laki-laki dan perempuan.
Firman
Allah Swt.:
{وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ
قَرَارٍ وَمَعِينٍ}
dan
Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak
padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50)
Ad-Dahhak,
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rabwah artinya tanah tinggi,
yang biasanya memiliki tumbuh-tumbuhan yang terbaik. Hal yang sama dikatakan
oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah.
Ibnu
Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang
memiliki banyak padang rumput. (Al Mu’minun: 50) Yakni yang subur tanahnya.
dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yaitu air
yang berlimpah ruah.
Hal
yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah.
Menurut
Mujahid, makna qararin ialah tanah yang datar.
Sa'id
ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang
banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al
Mu’minun: 50) Maksudnya, memiliki banyak air yang merata.
Mujahid
mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa ma'in artinya sumber air yang
mengalir.
Ulama
tafsir berbeda pendapat mengenai tempat dataran tinggi ini, di manakah ia
berada secara persisnya.
Abdur
Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa tempat ini tiada lain di Mesir,
sebab air yang mengalir pasti berada di bawah dataran tinggi yang padanya
terdapat perkampungan. Seandainya perkampungan itu bukan di dataran tingginya,
tentulah terendam oleh air sungai. Telah diriwayatkan pula dari Wahb ibnu
Munabbih hal yang semisal. Akan tetapi, pendapat ini jauh sekali dari
kebenaran.
Ibnu
Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Sa'id ibnu Musayyab sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang
datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang
mengalir. (Al Mu’minun: 50) bahwa tanah tersebut terletak di Damsyiq
(Damaskus).
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu
Salam, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan Khalid ibnu Ma' dan. Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah
menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak
memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al
Mu’minun: 50) Yaitu sungai-sungai Damaskus.
Lais
ibnu Abu Sulaim meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi. (Al Mu’minun: 50) Yakni Isa dan
ibunya saat keduanya mengungsi di daerah pedalaman Damaskus dan sekitarnya.
Abdur
Razzaq telah meriwayatkan dari Bisyr ibnu Rafi, dari Abu Abdullah (anak
laki-laki paman Abu Hurairah) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Abu Hurairah berkata sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tanah
tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air
bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Bahwa tempat tersebut adalah
Ramlah, bagian dari negeri Palestina.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ
الفرْيابي، حَدَّثَنَا رَوّاد بْنُ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ
عَبَّادٍ الْخَوَّاصُ أَبُو عُتْبَةَ، حَدَّثَنَا السَّيْبَانِيُّ ، عَنِ ابْنِ
وَعْلَة، عَنْ كُرَيْب السَّحولي، عَنْ مُرَّة البَهْزِي قَالَ: سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِرَجُلٍ: "إِنَّكَ
مَيِّتٌ بِالرَّبْوَةِ" فَمَاتَ بِالرَّمَلَةِ.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, telah menceritakan
kepada kami Rawwad ibnu Jarrah, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad
Al-Khawwas Abu Atabah, telah menceritakan kepada kami Asy-Syaibani, dari Ibnu
Wa'lah, dari Kuraib As-Suhuli, dari Murrah Al-Bahzi, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya kamu kelak akan
mati di Rabwah (tanah tinggi). Ternyata lelaki itu meninggal dunia di
Ramlah.
Hadis
ini garib sekali.
Pendapat
yang paling mendekati kebenaran dalam masalah ini ialah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak
padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50)
Bahwa ma'in ialah air yang mengalir alias sungai. Seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا}
sesungguhnya
Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24)
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah: di suatu tanah tinggi
yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang
mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yakni Baitul Maqdis.
Pendapat
ini menurut hemat saya adalah pendapat yang kuat, hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui. Karena hal inilah yang disebutkan di dalam ayat yang lain,
sedangkan Al-Qur'an itu sebagian darinya menafsirkan sebagian yang lainnya.
Pendapat ini lebih utama dari pada apa yang ditafsirkan oleh hadis-hadis sahih
dan juga oleh asar-asar.
Al
Mu’minun, ayat 51-56
{يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ
كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
(51) وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
(52) فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ
فَرِحُونَ (53) فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ (54) أَيَحْسَبُونَ
أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي
الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ (56) }
Hai rasul-rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Sesungguhnya (agama
tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhan
kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul
itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. Apakah mereka
mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti
bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar.
Allah
Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul, agar mereka
memakan makanan yang baik (halal) dan mengerjakan amal saleh. Hal ini
menunjukkan bahwa perkara yang halal itu membantu mengerjakan amal saleh. Maka
para nabi mengerjakan perintah ini dengan sebaik-baiknya, dan mereka
menggabungkan semua kebaikan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, baik
sebagai pembuktian dari diri maupun dalam bernasehat. Semoga Allah membalas
mereka atas jasa-jasa mereka kepada semua hamba Allah dengan balasan yang
sebaik-baiknya.
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai rasul-rasul,
makanlah dari makanan yang baik-baik. (Al Mu’minun: 51) Ingatlah, demi
Allah, Dia tidak memerintahkan kepada kalian agar memakan, makanan yang merah,
tidak makanan yang kuning, tidak makanan yang manis, tidak pula makanan yang
masam. Akan tetapi, Dia berfirman bahwa makanlah oleh kalian dari
makanan-makanan itu hanya yang halalnya saja.
Sa'id
ibnu Jubair dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: makanlah
dari makanan yang baik-baik. (Al Mu’minun: 51) Yang dimaksud dengan tayyibat
ialah yang halal-halal.
Abu
Ishaq As-Subai'i telah meriwayatkan dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, bahwa
Isa putra Maryam makan dari hasil kerajinan tenunan yang dilakukan oleh ibunya.
Di
dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ
إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ". قَالُوا: وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
"نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ"
"Tiada
seorang nabi pun melainkan pernah menggembalakan kambing.” Mereka (para sahabat) bertanya,
"Juga engkau, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Ya, aku pun pernah menggembalakannya dengan imbalan beberapa qirat milik
penduduk Mekah.”
Di
dalam hadis sahih lainnya disebutkan:
أَنَّ دَاوُدَ، عَلَيْهِ
السَّلَامُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ كَسْبِ يَدِهِ
Sesungguhnya
Daud a. s. makan dari hasil perasan keringatnya sendiri.
Di
dalam kitab Sahihain disebutkan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِنَّ أَحَبَّ
الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأَحَبَّ الْقِيَامِ إِلَى اللَّهِ
قِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ
سُدسَه، وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا، وَلَا يَفر إِذَا
لَاقَى"
Sesungguhnya
puasa yang paling disukai oleh Allah ialah puasanya Daud, dan qiyam (salat) yang paling disukai oleh
Allah ialah qiyamnya Daud; dia tidur sampai tengah malam, dan bangun pada
sepertiganya, lalu tidur pada seperenamnya; dia puasa sehari dan berbuka
sehari; dan apabila perang, ia tidak pernah lari dari medan perang.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abul Yaman Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar ibnu Abu Maryam, dari Damrah ibnu Habib, bahwa Ummu Abdullah binti
Syaddad ibnu Aus pernah mengatakan bahwa ia pernah mengirim Nabi Saw. sepanci laban
(yoghurt) saat beliau sedang puasa untuk bukanya nanti. Ia mengirimkannya
sejak hari masih siang dan matahari sedang terik-teriknya, kemudian pesuruhnya
kembali kepadanya seraya menyampaikan pesan Nabi Saw., "Dari manakah
engkau mempunyai kambing?”Ia menjawab, "Saya membelinya dengan uang
saya." Maka (setelah pesuruh itu kembali kepada Nabi Saw. dan menyampaikan
jawaban majikannya) barulah Rasulullah Saw. mau meminumnya.
Pada
keesokan harinya Ummu Abdullah binti Syaddad datang menghadap kepada Nabi Saw.
dan bertanya, "Wahai Rasulullah, kemarin saya mengirimkan kepadamu laban
yang segar, sejak hari masih siang dan panas matahari sedang
terik-teriknya, lalu Engkau menyuruh kembali pesuruhku untuk mempertanyakan
dari mana laban itu," Rasulullah Saw. menjawab:
"بِذَلِكَ أُمِرَتِ
الرُّسُلُ، أَلَّا تَأْكُلَ إِلَّا طَيَّبًا، وَلَا تَعْمَلَ إِلَّا
صَالِحًا"
Demikianlah
para rasul diperintahkan. Mereka tidak boleh makan kecuali makanan yang halal,
dan tidak boleh beramal kecuali amal yang saleh.
Di
dalam kitab Sahih Imam Muslim dan kitab Jami' Imam Turmuzi serta
kitab Musnad Imam Ahmad, hadis ini berdasarkan apa yang ada pada kitab
Imam Ahmad. melalui riwayat Fudail ibnu Marzuq. dari Addi ibnu Sabit, dari Abu
Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan" bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"يَا أَيُّهَا
النَّاسُ، إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيَّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ
أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا
تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} . وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ}
Hai
manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali, yang
baik-baik (halal). Dan sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman seperti apa yang Dia
perintahkan kepada para rasul-(Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membaca
firman-Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan. (Al Mu’minun: 51) Dan firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada
kalian. (Al-Baqarah: 172)
Kemudian
Rasulullah Saw. menyebutkan perihal seorang lelaki yang lama dalam
perjalanannya, dalam keadaan rambut yang awut-awutan lagi penuh dengan debu,
sedangkan makanannya dari hasil yang haram, minumannya dari hasil yang haram,
pakaiannya dari hasil yang haram dan diberi makan dari hasil yang haram, lalu ia
menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, "Hai Tuhanku, hai
Tuhanku," maka bagaimanakah doanya dapat diterima bila keadaannya
demikian.
Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya
kecuali hanya melalui hadis Fudail ibnu Marzuq.
*******************
Fiman
Allah Swt.:
{وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً}
Sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama
kamu semua, agama yang satu. (Al Mu’minun: 52)
Yakni
agama kalian ini —hai para nabi— adalah agama yang satu, yaitu agama yang
menyeru untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Karena itulah
dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ}
dan
Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. (Al Mu’minun: 52)
Tafsir
mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam surat Al-Anbiya bahwa firman-Nya, "Ummatan
wahidatan," di-nasab-kan karena menjadi hal atau kata
keterangan keadaan.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ
زُبُرًا}
Kemudian
mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan
agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. (Al Mu’minun: 53)
Yakni
umat para nabi yang diutus itu terpecah belah.
{كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ}
Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al Mu’minun: 53)
Maksudnya,
merasa bangga dengan kesesatannya karena mereka menduga bahwa diri mereka
berada dalam petunjuk. Karena itulah dalam firman selanjutnya Allah berfirman
mengancam mereka:
{فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ}
Maka
biarkanlah mereka dalam kesesatannya. (Al-Mu’minim: 54)
Yaitu
dalam kesesatan dan penyimpangan mereka.
{حَتَّى حِينٍ}
sampai
suatu waktu. (Al
Mu’minun: 54)
Yakni
sampai kepada batas waktu mereka dibinasakan. Sama pengertiannya dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ
رُوَيْدًا}
Karena
itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu
barang sebentar. (Ath-Thariq:
17)
Dan
firman Allah Swt.:
{ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا
وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ}
Biarkanlah
mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak
mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Al-Hijr: 3)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ
مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ * نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ}
Apakah
mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera
memberikan kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al
Mu’minun: 55-56) ,
Yakni
apakah orang-orang yang teperdaya itu mengira bahwa Kami memberikan kepada
mereka harta benda dan anak-anak karena kemuliaan mereka menurut Kami dan
karena kehormatan mereka di sisi Kami? Tidak, sebenarnya tidak seperti apa yang
mereka dugakan dalam ucapannya itu.
{نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا
وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}
Kami
lebih banyak mempunyai harta dan Anak-anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. (Saba:
35)
Mereka
telah keliru dalam pengakuannya, dan kelak akan kecewalah mereka dengan
harapannya itu; karena sesungguhnya Kami sengaja menuruti semua kemauan mereka
sebagai istidraj, pengluluh,' dan penangguhan dari Kami terhadap mereka. Karena
itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{بَل لَا يَشْعُرُونَ}
Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar. (Al
Mu’minun: 56)
Sama
halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا
أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا}
Maka
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah
menghendaki dengan (memberi)
harta benda-'dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di
dunia. (At-Taubah: 55), hingga akhir ayat.
{إِنَّمَا
نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا}
Sesungguhnya
Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa
mereka. (Ali Imran: 178)
{فَذَرْنِي
وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا
يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
Maka
serahkanlah (hai
Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan
ini (Al-Qur'an). Nanti Kanu akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke
arah kebinasaan) dari azab yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi
tangguh kepada mereka. (Al-Qalam: 44-45), hingga akhir ayat.
Dan
firman Allah Swt.:
ذَرْنِي
وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا
Biarkanlah
Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11)
Sampai
dengan firman-Nya:
لآيَاتِنَا
عَنِيدًا
menentang
ayat-ayat Kami (Al-Qur'an).
(Al-Muddatstsir: 16)
Dan
firman Allah Swt.:
{وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ
بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ
آمِنُونَ}
Dan
sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada
Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh. (Saba: 37)
Ayat-ayat
mengenai hal ini cukup banyak.
Qatadah
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah mereka mengira
bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti
bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak,
sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56) Bahwa tipu daya Allah
terhadap suatu kaum terdapat pada harta dan anak-anak mereka. Hai manusia,
karena itu janganlah kalian memandang manusia dari segi harta dan anak-anaknya,
melainkan pandanglah dari segi iman dan amal salehnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ [بْنُ عُبَيْد،
حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنِ الصَّبَّاحِ بْنِ محمد، عن مرة الهمداني،
حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ] بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ قَسَم
بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ
اللَّهَ يُعطي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّين
إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ،
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ
وَلِسَانُهُ، وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ-قَالُوا: وَمَا
بَوَائِقُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟ قَالَ: غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ- وَلَا يَكْسِبُ عَبْدٌ
مَالًا مِنْ حَرَامٍ فَيُنْفِقَ مِنْهُ فَيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ، وَلَا يَتصَدَّقُ
بِهِ فَيُقْبَلَ مِنْهُ، وَلَا يَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إِلَّا كَانَ زَادَهُ
إِلَى النَّارِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَمْحُو السَّيِّئَ بِالسَّيِّئِ، وَلَكِنْ
يَمْحُو السَّيِّئَ بِالْحَسَنِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لَا يَمْحُو الْخَبِيثَ"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah
menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari
Murrah Al-Hamdani yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah
berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah membagi di
antara kalian akhlak sebagaimana Dia membagi rezeki di antara kalian. Dan
sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang disukai-Nya dan (juga)
kepada orang yang tidak disukai-Nya. Akan tetapi, Dia tidak memberi agama
melainkan hanya kepada orang yang disukai-Nya. Barang siapa yang diberi agama
oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad
berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang hamba selamat (Islam)
sebelum selamat kalbu dan lisannya, dan tidaklah seorang hamba aman (iman)
sebelum aman tetangganya dari bawa'iq-nya. Para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bawa'iq-nya?." Rasulullah
Saw. menjawab: Perbuatan zalim dan perbuatan aniayanya. Tidaklah seorang
hamba menghasilkan harta dari usaha haram, lalu ia membelanjakannya dan
mendapat berkah darinya, dan tidaklah ia menyedekahkannya dan diterima
sedekahnya, dan tidaklah ia meninggalkannya di belakang punggungnya (sesudah
mati), melainkan harta itu menjadi bekalnya menuju ke neraka. Sesungguhnya
Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan lagi, melainkan menghapus
keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya hal yang kotor itu tidak dapat
menghapuskan hal yang kotor lagi.
Al
Mu’minun, ayat 57-61
{إِنَّ الَّذِينَ هُمْ
مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ
يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59) وَالَّذِينَ
يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ
رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
(61) }
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut (azab) Tuhan mereka,
dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang
yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu
bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya.
Firman
Allah Swt.:
{إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ
رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ}
Sesungguhnya
orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 57)
Yakni
keadaan mereka yang selalu mengerjakan perbuatan yang baik dan beriman serta
mengamalkan perbuatan yang saleh, juga mereka takut kepada Allah dan selalu
dicekam oleh rasa khawatir akan tertimpa tipu daya Allah. Seperti yang
dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa sesungguhnya orang mukmin itu
menggabungkan dalam dirinya kebaikan dan rasa takut kepada Allah. Dan
sesungguhnya orang munafik itu menggabungkan dalam dirinya keburukan dan merasa
aman dari azab Allah.
{وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ
يُؤْمِنُونَ}
dan
orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 58)
Maksudnya,
mereka beriman kepada ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya, baik yang bersifat alami
maupun yang bersifat hukum syar'i, seperti yang disebutkan di dalam firman
Allah Swt. yang menceritakan tentang Maryam a.s.:
{وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا
وَكُتُبِهِ}
dan
dia membenarkan kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya. (At-Tahrim: 12)
Yaitu
Maryam merasa yakin bahwa sesungguhnya apa yang terjadi pada dirinya
(mengandung tanpa suami) tiada lain merupakan takdir dan keputusan Allah dan
syariat yang telah drtetapkan-Nya. Syariat Allah itu jika berupa perintah,
berarti subyeknya disukai dan diridai-Nya. Dan jika berupa larangan, berarti
subyeknya dibenci dan ditolak-Nya. Dan jika kebaikan, berarti subyeknya adalah
perkara yang hak. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا
يُشْرِكُونَ}
Dan
orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun). (Al Mu’minun: 59)
Yakni
mereka tidak menyembah se(ain-Nya bersama Dia, melainkan mengesakan-Nya dan
mengamalkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, bergantung kepada-Nya
segala sesuatu, tidak beristri, dan tidak beranak, dan bahwa Dia tiada
tandingan dan tiada yang menyamai-Nya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا
وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ}
Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang
takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 60)
Yaitu
mereka mengasihkan pemberiannya dengan rasa takut dan malu bila tidak diterima,
yang hal ini bersumber dari perasaan takut mereka bila diri mereka dinilai oleh
Allah telah berlaku sembrono terhadap persyaratan memberi.
Hal
seperti ini termasuk ke dalam Bab "Bersikap Hati-hati dan Merasa Takut
kepada Allah." Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
آدَمَ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَل، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
{وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} ، هُوَ الَّذِي
يَسْرِقُ وَيَزْنِي وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؟
قَالَ: "لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُ
الَّذِي يُصَلِّي وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ".
telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Malik
ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sa'id ibnu Wahb,
dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang mengerjakan perbuatan mereka,
sedangkan hati mereka takut” itu adalah orang yang mencuri, berzina, dan
minum khamr dalam keadaan takut kepada Allah?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak,
hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi dia adalah orang yang salat, puasa, dan
bersedekah, sedangkan ia takut kepada Allah Swt.
Hal
yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis
Malik ibnu Magul, dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
"لَا يَا بِنْتَ
الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يُصَلُّونَ وَيَصُومُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ،
وَهُمْ يَخَافُونَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ}
Tidak,
hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang salat,
puasa, dan bersedekah, sedangkan hati mereka merasa takut tidak diterima
amalnya. mereka itu bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. (Al Mu’minun: 61)
Imam
Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Sa'id,
dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. hal yang semisal.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan
Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Ulama
lain ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut yang artinya:
"وَالَّذِينَ
يَأْتُونَ مَا أَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ"
Dan
orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka dengan hati yang takut (tidak akan diterima oleh Allah
amalannya).
Hal
ini telah diriwayatkan secara marfu' dari Nabi Saw. bahwa beliau Saw.
pernah membacanya dengan bacaan tersebut.
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada kami Sakhr ibnu Juwariyah, telah menceritakan kepada kami Ismail
Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, maula Bani Jumah, bahwa ia
masuk bersama Ubaid ibnu Umair ke dalam rumah Siti Aisyah r.a. Maka Siti Aisyah
r.a. menyambut keduanya dengan ucapan Marhaban, "Selamat datang dengan Abu
Asim, mengapa engkau lama sekali tidak berkunjung kepadaku, apakah ada sesuatu
halangan?" Ia menjawab, "Saya khawatir akan membosankan bila terlalu
sering." Siti Aisyah berkata, "Jangan kamu berbuat begitu lagi."
Aku (Ubaid ibnu Umar) berkata, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan
tentang suatu ayat dari Kitabullah, bagaimanakah bacaan Rasulullah Saw.
Terhadapnya?" Siti Aisyah bertanya, "Ayat yang mana?" Saya
menjawab bahwa ayat tersebut adalah firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan. (Al Mu’minun: 60) dan firman-Nya:
Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a.
bertanya, "Manakah di antara dua bacaan itu yang kamu sukai?" Saya
menjawab, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,
sesungguhnya salah satu di antara keduanya memang lebih saya sukai daripada
dunia ini atau dunia dan seisinya," Siti Aisyah bertanya, "Manakah
yang kamu sukai?" Saya membacakan firman-Nya: Dan orang-orang yang
mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku
bersaksi bahwa Rasulullah Saw. memang membacanya seperti itu, dan memang ayat
itu diturunkan dengan bacaan seperti itu, tetapi dialeknya memang
berbeda-beda."
Di
dalam sanad hadis ini terdapat Ismail ibnu Muslim Al-Makki, sedangkan ia
orangnya daif dalam periwayatan hadis. Akan tetapi, qiraat yang pertama
yang dianut oleh jumhur ulama sab'ah dan lain-lainnya adalah pendapat yang
lebih kuat, karena di dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ}
mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya. (Al
Mu’minun: 61)
Disebutkan
bahwa Allah menjadikan mereka termasuk orang-orang yang bersegera mendapat
kebaikan-kebaikan. S
eandainya
makna yang dimaksud adalah seperti qiraat yang lainnya, tentulah kelanjutannya
tidak disebutkan seperti itu, melainkan Minal Muqtasidin atau Muqsirin
yang artinya orang-orang yang pertengahan atau orang-orang yang membatasi
dirinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al
Mu’minun, ayat 62-67
{وَلا نُكَلِّفُ نَفْسًا
إِلا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
(62) بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ مِنْ هَذَا وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِنْ دُونِ
ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ (63) حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ
بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ (64) لا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ
مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ (65) قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ
عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ (66) مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ
(67) }
Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya,
dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka
tiada dianiaya. Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini,
dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari
itu mereka tetap mengerjakannya. Hingga apabila Kami timpakan azab kepada
orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka
memekik minta tolong. Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini.
Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya
ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka
kalian selalu berpaling ke belakang dengan menyombongkan diri terhadap
Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu
kalian bercakap-cakap di malam hari.
Allah
Swt. menceritakan tentang keadilan dalam syariat-Nya terhadap hamba-hamba-Nya
di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah membebankan kepada seseorang
melainkan menurut kesanggupannya. Yakni melainkan menurut apa yang kuat
disanggah dan dikerjakannya. Dan bahwa kelak di hari kiamat Dia akan menghisab
amal perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam kitab catatan amal perbuatan
mereka; tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tidak tercatat atau
hilang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ}
dan
pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran. (Al Mu’minun: 62)
Yaitu
kitab catatan amal perbuatan.
{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
dan
mereka tidak dianiaya. (Al
Mu’minun: 62)
Maksudnya,
tidak dirugikan barang sedikit pun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka
Allah banyak memaaf dan mengampuninya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Kemudian
Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari
kalangan Quraisy:
{بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ}
Tetapi
hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Mu’minun: 63)
Yakni
tenggelam di dalam kesesatannya.
{مِنْ هَذَا}
Dari (memahami kenyataan) ini. (Al
Mu’minun: 63)
Maksudnya,
dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
Firman
Allah Swt.:
{وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِنْ دُونِ ذَلِكَ هُمْ
لَهَا عَامِلُونَ}
dan
mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al
Mu’minun: 63)
Al-Hakam
ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain
dari itu. (Al Mu’minun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain
dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63)
Artinya, mereka harus mengerjakannya.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang
bukan hanya seorang.
Sedangkan
ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak
mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap
mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka
perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati,
sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.
Hal
yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Pendapat
inilah yang menang, kuat, lagi baik.
Dalam
pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan:
"فَوَالَّذِي لَا
إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى
مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا".
Maka
demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seorang laki-laki
benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia
dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya,
akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia dimasukkan ke dalam
neraka.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ
بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ}
Hingga
apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara
mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)
Yakni
hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab
Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka.
{إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ}
dengan
serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)
Yaitu
menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman
Allah Swt. yang mengatakan:
{وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي
النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلا. إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالا وَجَحِيمًا }
Dan
biarkanlah Aku (saja) bertindak
terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan
dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami
ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil:
11-12)
Dan
firman Allah Swt.:
{كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ
قَرْنٍ فَنَادَوْا وَلاتَ حِينَ مَنَاصٍ}
Berapa
banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta
tolong, padahal (waktu itu) bukanlah
saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{لا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا
لَا تُنْصَرُونَ}
Janganlah
kalian memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tiada akan
mendapat pertolongan dari Kami. (Al
Mu’minun: 65)
Artinya,
tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa
kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan
selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan.
Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya:
{قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ
فَكُنْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ}
Sesungguhnya
ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu
dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al
Mu’minun: 66)
Yakni
apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian
membangkang. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ
وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ
الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ}
Yang
demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu
percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi
Mahabesar. (Al-Mu’min: 12)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ}
dengan
menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan
keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67)
Mengenai
tafsir ayat ini ada dua pendapat.
Salah
satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata
keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan
mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu;
mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya.
Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga
pengertian:
- Pertama, damir merujuk kepada tanah suci,
yakni Mekah. Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah
suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka).
- Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an.
Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan
sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir,
sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah
ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya.
- Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad
Saw. Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan
sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang
batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal
atau pendusta atau gila atau penyihir. Semuanya itu batil belaka, bahkan
sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan
memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci
dalam keadaan hina dan rendah.
Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan
menyombongkan diri terhadapnya. (Al Mu’minun: 67) Yakni menyombongkan
dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para
pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir
bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul
A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis berikut dari
Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan
sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: dengan menyombongkan
diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu
bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67) Yakni mereka membanggakan
dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang
tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya. Ibnu Abbas menceritakan
bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak
memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di
dalamnya.
Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah
membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti
yang telah disebutkan di atas.
Al
Mu’minun, ayat 68-75
{أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا
الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الأوَّلِينَ (68) أَمْ لَمْ
يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (69) أَمْ يَقُولُونَ بِهِ
جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ (70)
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ
وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ
مُعْرِضُونَ (71) أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ (72) وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(73) وَإِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ
(74) وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي
طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (75) }
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah
telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang
mereka dahulu? Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka
memungkirinya? Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya
(Muhammad) ada penyakit gila.” Sebenarnya dia telah membawa kebenaran
kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini
dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (Al-Qur'an) mereka, tetapi mereka berpaling dari
kebanggaan itu. Atau kamu meminta upah kepada mereka? Maka upah dari Tuhanmu
adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki yang paling baik. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar
menyimpang dari jalan (yang lurus). Andaikata mereka Kami belas
kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka
akan terus-menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka.
Allah
Swt. ingkar terhadap sikap orang-orang musyrik karena mereka tidak mau memahami
Al-Qur'an dan merenunginya, bahkan mereka menentangnya. Padahal Al-Qur'an itu
diturunkan dengan bahasa mereka, tiada suatu kitab pun yang diturunkan oleh
Allah kepada rasul-Nya lebih sempurna dan lebih mulia daripada Al-Qur'an.
Terlebih lagi para pendahulu (nenek moyang) mereka yang telah mati di masa
Jahiliah tidak pernah terjangkau oleh suatu kitab pun dan tidak pernah datang
kepada mereka seorang pemberi peringatan pun. Maka sudah sepantasnyalah mereka
menerima nikmat yang dianugerahkan oleh Allah ini, yaitu dengan menerima
Al-Qur'an dan mensyukurinya serta memahami dan mengamalkan apa yang terkandung
di dalamnya sepanjang siang dan malam hari. Seperti yang telah dilakukan oleh
orang-orang cendekiawan dari kalangan mereka yang telah masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah Saw. serta beliau merasa rela kepada mereka.
Qatadah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah mereka tidak
memperhatikan perkataan (Kami). (Al Mu’minun: 68) Kalau begitu, demi Allah,
mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang mereka
dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi dan
memahami makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ternyata mereka hanya
mengambil hal-hal yang syubhat sehingga pada akhirnya mereka binasa.
Kemudian
Allah berfirman mengingkari sikap orang-orang kafir dari kalangan Quraisy:
{أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ
لَهُ مُنْكِرُونَ}
Ataukah
mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (Al Mu’minun: 69)
Yakni
apakah mereka tidak mengenal Muhammad dan kejujuran, amanah dan kepribadiannya
yang terbaca oleh mereka. Dengan kata lain, apakah mereka mampu mengingkari
kenyataan tersebut dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Karena itulah
Ja'far ibnu Abu Talib r.a. berkata kepada Raja Najasyi (raja negeri Habsyah), "Hai
Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang telah
kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya." Hal yang senada telah
dikatakan pula oleh Al-Mugirah ibnu Syu'bah kepada wakil Kisra Persia saat dia
menantang mereka untuk perang tanding. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu
Sufyan Sakhr ibnu Harb kepada Raja Romawi Heraklius, saat kaisar Romawi
menanyakan kepadanya dan kepada teman-temannya tentang sifat-sifat Nabi Saw.,
nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya. Padahal saat itu ia dan kawan-kawannya
masih kafir dan belum masuk Islam, tetapi ia tidak mengatakan kecuali hanya
kebenaran belaka; hal ini menunjukkan bahwa mereka mengakui beliau mempunyai
sifat-sifat yang terpuji itu.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ}
Atau
(apakah patut) mereka berkata,
"Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” (Al Mu’minun: 70)
Ayat
ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw. bahwa
ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri; atau ia berpenyakit gila
yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah
menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya,
padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan
terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah yang
datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat menandinginya.
Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk
mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka
tidak akan mampu untuk selama-lamanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ
لِلْحَقِّ كَارِهُونَ}
Sebenarnya
dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada
kebenaran itu. (Al
Mu’minun-70)
Dapat
diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan, yang
artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'. Dapat
pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah Yang
Maha Mengetahui.
Qatadah
mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua dengan
seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!"
Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu perkara
yang tidak aku sukai." Maka Nabi Saw. bersabda, "Sekalipun kamu
tidak menyukainya."
Telah
diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan lelaki lainnya,
kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu",
maka temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi Saw.
bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan
yang jelek dan banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu
kenal dan kamu ketahui nasabnya. Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang
luas lagi mudah ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu
menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda, "Demi Allah yang jiwa
Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada
di jalan yang lebih buruk daripada jalan itu seandainya kamu berada padanya.
Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke jalan yang lebih mudah dari itu
sekiranya kamu mau menurutiku."
Telah
diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan seorang lelaki, lalu
beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka lelaki
itu menjadi sombong, kemudian Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Bagaimanakah
menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah seorangnya bila
berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu; dan jika kamu beri dia
amanat, maka dia menunaikannya kepadamu; apakah dia kamu sukai? Ataukah pelayan
lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu; dan apabila kamu
percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab,
"Tidak. Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara
kepadaku, maka ia menepatinya; dan apabila aku beri dia amanat, maka ia
menunaikannya kepadaku." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula
keadaan kalian di sisi Tuhan Kalian."
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ
لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ}
Andaikata
kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan
semua yang ada di dalamnya. (Al
Mu’minun: 71)
Mujahid
dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haq ialah
Allah Swt.
Dan
makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu
mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka.
{لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ
فِيهِنَّ}
pasti
binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya (Al-Mu’minun: 71)
Yakni
binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda, seperti
yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya menyitir kata-kata mereka:
{لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ
مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ}
Mengapa
Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az-Zukhruf:
31)
Kemudian
dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:
{أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ}
Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32)
Dan
firman Allah Swt.:
{قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ
رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ
قَتُورًا}
Katakanlah,
"Kalau seandainya kalian menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku,
niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya.” (Al-Isra: 100), hingga akhir ayat.
{أَمْ
لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا}
Ataukah
ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan
sedikit pun (Kebajikan) kepada manusia. (An-Nisa: 53)
Dalam
hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang ketidakmampuan
manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka. Dan bahwa hanya
Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan, perbuatan, syariat,
takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain
Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam firman
selanjutnya:
{بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ}
Sebenarnya
Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka. (Al Mu’minun: 71)
Yang
dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an.
{فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ}
tetapi
mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Al Mu’minun: 71)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا}
Atau
kamu meminta upah kepada mereka? (Al
Mu’minun: 72)
Menurut
Al-Hasan, yang dimaksud dengan kharjan ialah upah.
Sedangkan
menurut Qatadah yaitu imbalan.
{فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ}
maka
upah dari Tuhanmu adalah lebih baik. (Al Mu’minun: 72)
Yakni
kamu tidak meminta suatu upah pun dari mereka, tidak pula suatu imbalan pun
atau sesuatu yang lain sebagai balasan dari dakwahmu kepada mereka yang menyeru
mereka kepada petunjuk. Bahkan engkau-hanya mengharapkan imbalan dari Allah
semata atas hal tersebut, yaitu pahala yang berlimpah dari-Nya. Seperti yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ
لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ}
Katakanlah,
"Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian. Upahku
hanyalah dari Allah.” (Saba:
47)
{قُلْ
مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ}
Katakanlah,
"Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian atas dakwahku; dan
bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (Shad: 86)
{قُلْ
لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى}
Katakanlah,
"Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih
sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura:
23)
Dan
firman Allah Swt.:
{وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ
يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ اتَّبِعُوا مَنْ لَا
يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
Dan
datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An-Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata,
"Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta
balasan kepada kalian.” (Yasin: 20-21)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ. وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ
لَنَاكِبُونَ}
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar
menyimpang dari jalan (yang
lurus). (Al Mu’minun: 73-74)
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an,
dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. dalam mimpinya
kedatangan dua malaikat. Salah seorangnya duduk di sebelah kedua kakinya,
sedangkan yang lain duduk di dekat kepalanya. Berkatalah malaikat yang ada di
dekat kedua kakinya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Buatlah
perumpamaan bagi orang ini dan umatnya." Maka ia menjawab,
"Sesungguhnya perumpamaan orang ini dan umatnya sama dengan suatu kaum
yang sedang melakukan perjalanan. Mereka sampai di sebuah padang pasir yang
luas, sementara itu tiada bekal lagi yang tersisa pada mereka untuk menempuh
padang pasir tersebut, tidak ada pula bekal untuk pulangnya. Ketika mereka
sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang lelaki
yang berpakaian hibarah. Lalu lelaki itu berkata, 'Bagaimanakah menurut
kalian seandainya aku bawa kalian ke sebuah taman yang berumput subur penuh
dengan tanam-tanaman dan telaga-telaga yang jernih airnya lagi menyegarkan,
maukah kalian mengikutiku?' Mereka menjawab, 'Ya'." Ia melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu lelaki itu membawa mereka pergi menuju taman yang subur dan
mempunyai mata air yang banyak lagi jernih. Maka mereka makan dan minum darinya
sehingga tubuh mereka menjadi segar dan gemuk. Kemudian lelaki itu berkata
kepada mereka, "Bukankah aku telah menepati janjiku dan kalian telah
berjanji kepadaku bahwa jika aku menuntun kalian ke sebuah taman yang subur
lagi mempunyai banyak mata air, maka kalian akan mengikutiku?" Mereka
menjawab, "Benar." Lelaki itu berkata, "Maka sesungguhnya di
depan kalian terdapat banyak taman yang lebih subur daripada ini dan memiliki
banyak telaga yang lebih berlimpah airnya daripada telaga ini, maka ikutilah
aku." Ia melanjutkan kisahnya, "Maka segolongan dari umatnya
mengatakan, 'Dia benar, demi Allah, kita harus mengikutinya.' Dan segolongan
lainnya mengatakan, 'Kami rela dengan ini dan kami akan menetapinya'."
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ
حُمَيْدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنِّي مُمْسِكٌ بِحَجْزِكُمْ: هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ
عَنِ النَّارِ، وَتَغْلِبُونِي وَتُقَاحِمُونَ فِيهَا تَقَاحُم الْفَرَاشَ
وَالْجَنَادِبِ، فَأُوشِكُ أَنْ أُرْسِلَ حَجْزَكُمْ وَأَنَا فَرَطكم عَلَى
الْحَوْضِ، فَتَرِدُونَ عَلَيَّ مَعًا وَأَشْتَاتًا، أَعْرِفُكُمْ بِسِيمَاكُمْ
وَأَسْمَائِكُمْ، كَمَا يَعْرِفُ الرَّجُلُ الْغَرِيبَ مِنَ الْإِبِلِ فِي
إِبِلِهِ، فيُذْهَب بِكُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ، فَأُنَاشِدُ
فِيكُمْ رَبَّ الْعَالَمِينَ: أَيْ رَبِّ، قومي، أي رب أمتي فَيُقَالُ: يَا
مُحَمَّدُ، إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، إِنَّهُمْ كَانُوا
يَمْشُونَ بَعْدَكَ الْقَهْقَرَى عَلَى أَعْقَابِهِمْ، فَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ شَاةً لَهَا ثُغَاءٌ، يُنَادِي: يَا
مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا. قَدْ بَلَّغْتُ،
وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ بَعِيرَا لَهُ
رُغَاء، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ (1)
شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَحْمِلُ فَرَسًا لَهَا حَمْحَمَةٌ، فَيُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ،
فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ
أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ سِقَاءً مِنْ أُدْمٍ، يُنَادِي:
يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ: فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ
بَلَّغْتُ"
Al-Hafiz
Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Humaid,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Umar ibnu Khattab r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku memegang kendali
kalian agar menjauh dari neraka, tetapi kalian mengalahkan aku; kalian menyerbu
neraka sebagaimana laron dan kupu-kupu (menyerbu cahaya lampu), sehingga
hampir saja aku melepaskan kendali kalian. Dan aku adalah pendahulu kalian
berada di pinggir telaga-(ku), lalu kalian datang kepadaku secara
berbarengan dan berpencar-pencar. Aku mengenal kalian berikut dengan
tanda-tanda dan nama-nama kalian, sebagaimana seseorang mengenali ternak unta
sesat yang bergabung ke dalam kumpulan ternaknya. Akan tetapi, kalian tidak
terkendali lagi ada yang pergi ke arah kanan dan ada yang pergi ke arah kiri.
Maka aku memohon kepada Tuhan semesta alam untuk kalian, "Wahai Tuhanku,
kaumku, wahai Tuhanku, (selamatkanlah) umatku!" Maka dikatakan,
"Hai Muhammad, sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka
ada-adakan sesudahmu. Sesungguhnya mereka sesudah kamu tiada berjalan mundur ke
belakang tumit mereka.” Sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di
antara kalian datang pada hari kiamat dengan membawa seekor kambing yang
mengembik seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah
aku).” Maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai kekuasaan apa pun di
hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).”
Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang
datang pada hari kiamat dengan membawa unta yang mengeluarkan suara lenguhannya
seraya berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka
kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk
menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).” Dan
sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang
pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik, lalu ia berkata, "Hai
Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan.”Aku tidak
memiliki kekuasaan apa pun 'di hadapan Allah (untuk menolongmu), sesungguhnya
aku telah menyampaikan (risalahku)." Dan sesungguhnya aku benar
benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan
membawa dirigen air minum terbuat dari kulit seraya berseru, "Hai
Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku
tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah
menyampaikan (risalahku).”
Ali
ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini tiada lain karena Hafs ibnu
Humaid adalah seorang yang majhul (tidak dikenal), saya tidak mengetahui
ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari
Al-Qummi.
Menurut
saya, hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Asy'as ibni Ishaq dari dia (Hafs
ibnu Humaid). Yahya ibnu Mu'in mengatakan sehubungan dengannya, bahwa dia
adalah seorang saleh dan dinilai siqah oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu
Hibban.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ}
Dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar
menyimpang dari jalan (yang
lurus). (Al Mu’minun: 74)
Yakni
benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari jalan yang lurus.
Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq (si
Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang
darinya menuju ke jalur lain.
Firman
Allah Swt.:
وَلَوْ
رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ}
Andaikata
Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami,
benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan
mereka. (Al Mu’minun: 75)
Allah
Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa
seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan
pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk
kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan
keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا
لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ}
Kalau
sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan
mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar,
niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).
(Al-Anfal: 23)
Dan
firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ
فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ
رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. وَقَالُوا إِنْ
هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
Dan
jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka
dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke
dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang
yang beriman, "(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang
mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan
yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke
dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya.
Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan
mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja,
dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)
Hal
ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan
terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.
Ad-Dahhak
telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang diawali dengan
kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-lamanya.
Al
Mu’minun, ayat 76-83
{وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ
بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ (76) حَتَّى
إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ
مُبْلِسُونَ (77) وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ
وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (78) وَهُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي
الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (79) وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ
اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (80) بَلْ قَالُوا مِثْلَ
مَا قَالَ الأوَّلُونَ (81) قَالُوا أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا
أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (82) لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ
قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (83) }
Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka,
maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan
merendahkan diri. Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada
azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus
asa. Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran,
penglihatan, dan hati. Amat sedikitlah kalian bersyukur. Dan Dialah yang
menciptakan serta mengembangbiakkan kalian di bumi ini dan kepada-Nyalah kalian
akan dihimpunkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Maka apakah kalian tidak memahaminya? Sebenarnya
mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh
orang-orang dahulu kita. Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah
mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami
benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah
diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu kala! "
Firman
Allah Swt.:
{وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ}
Dan
sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka (Al Mu’minun: 76)
Maksudnya
Kami telah menguji mereka dengan berbagai macam musibah dan bencana.
{فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا
يَتَضَرَّعُونَ}
maka
mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan
merendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)
Maka
hal itu tidak membuat mereka sadar dari kekafirannya dan sikap mereka yang
menentang, bahkan mereka berkelanjutan dalam kesesatannya selama mereka berada.
Dengan kata lain, mereka tidak pernah tunduk patuh.
{وَمَا يَتَضَرَّعُونَ}
dan
(juga) tidak memohon (kepada-Nya)
dengan merendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)
Yakni
tidak pernah berdoa (memohon) sebagaimana disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا
وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ}
Maka
mengapa mereka tidak memohon (kepada
Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada
mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43), hingga
akhir ayat.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah Al-Marwazi, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid
An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Sufyan datang
kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, saya memohon kepadamu
demi Allah dan demi pertalian persaudaraan, sesungguhnya kami telah memakan 'alhaz
(yakni bulu unta dan darah karena paceklik yang berkepanjangan)." Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah pernah
menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk. (Al Mu’minun: 76),
hingga akhir ayat.
Hal
yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dari Muhammad ibnu Aqil, dari Ali
ibnul Husain, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Asal hadis berada pada kitab
Sahihain, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mendoakan kebinasaan
atas kaum Quraisy ketika mereka membangkang yaitu:
"اللَّهُمَّ
أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ"
Ya
Allah, tolonglah aku dalam menghadapi mereka dengan (menimpakan) musim tujuh tahun
paceklik seperti pacekliknya Nabi Yusuf (kepada mereka).
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah
menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Ibrahim, dari Umar ibnu Kisan, telah menceritakan kepadaku Wahb
ibnu Umar ibnu Kaisan yang mengatakan bahwa Wahb ibnu Munabbih pernah ditahan.
Maka berkatalah seorang laki-laki dari kalangan anak-anaknya, "Maukah aku
bangunkan sebuah tenda dari kain bulu, hai Abu Abdullah?" Ia menjawab
bahwa dirinya sedang mengalami suatu jenis dari azab Allah, dan Allah telah
berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka,
maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya)
dengan merendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)
Kemudian
Wahb melakukan puasa tiga hari berturut-turut. Ketika dikatakan kepadanya,
"Hai Abu Abdullah, puasa apakah yang kamu lakukan ini?" Ia menjawab,
"Saya ditimpa suatu cobaan, maka saya melakukan sesuatu." Maksudnya,
penjara telah menempatkan dirinya dalam posisi orang yang sedang diu i, maka ia
menambahkan ibadahnya, yakni agar berbeda dengan sikap orang-orang kafir.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا
ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ}
Hingga
apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba
mereka menjadi putus asa. (Al Mu’minun: 77)
Yakni
manakala datang menimpa mereka perintah (azab) Allah dan kiamat datang kepada
mereka dengan sekonyong-konyong, yang menyebabkan mereka mengalami azab Allah
tanpa mereka duga-duga sebelumnya, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari semua
kebaikan dan putus harapan dari semua keadaan yang mengenakkan, serta
terputuslah semua cita-cita dan harapan mereka.
Selanjutnya
Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya, bahwa Dia telah
menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi mereka; yang dengan
kesemuanya itu mereka dapat mengingat segala sesuatu dan mengambil pelajaran
dari semua yang ada di alam semesta berupa tanda-tanda yang menunjukkan keesaan
Allah, dan bahwa Dialah yang melakukan segala sesuatunya.atas kehendak-Nya
sendiri.
Firman
Allah Swt.:
{قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}
Amat
sedikitlah kalian bersyukur. (Al
Mu’minun: 78)
Artinya
alangkah sedikitnya syukur kalian kepada Allah atas semua nikmat yang
dilimpahkan-Nya kepada kalian. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ
بِمُؤْمِنِينَ}
Dan
sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat
menginginkannya. (Yusuf:
103)
Kemudian
Allah §wt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya Yang Mahabesar dan pengaruh-Nya
Yang Mahaperkasa terhadap makhluk-Nya, bahwa Dialah yang telah menciptakan
mereka dan menyebarkan mereka ke segala penjuru dunia dengan berbagai macam
bangsa, bahasa, dan sifat-sifat mereka. Kemudian pada hari kiamat Dia akan
menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari
mereka di suatu tempat yang telah dimaklumi pada hari yang tertentu. Maka tiada
seorang pun dari mereka yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar,
baik yang laki-laki maupun perempuan, baik yang terhormat maupun yang hina;
semuanya dihidupkan kembali sebagaimana penciptaan semula. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Dan
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. (Al-Mu’minun: 80)
Yaitu
menghidupkan kembali tulang belulang mereka yang telah hancur dan mematikan
semua umat.
{وَلَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ}
dan
Dialah yang (mengatur) pertukaran
malam dan siang. (Al-Mu’minun: 80)
Yakni
berdasarkan perintah-Nyalah ditundukkan malam dan siang hari; masing-masing
dari keduanya mengejar yang lainnya dengan cepat secara silih berganti, tidak
pernah berhenti dan tidak pernah terpisah oleh suatu waktu pun yang
menyela-nyelai keduanya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ
تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului
siang. (Yasin: 40), hingga akhir ayat.
Adapun
firman Allah Swt.:
{أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Maka
apakah kalian tidak memahaminya? (Al
Mu’minun: 80)
Maksudnya
apakah kalian tidak berakal yang menunjukkan kepada kalian akan Tuhan Yang
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui yang mengalahkan segala sesuatu dan Mahaagung
atas segala sesuatu, serta tunduk kepada-Nya segala sesuatu?
Kemudian
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang ingkar kepada hari
berbangkit, yaitu orang-orang yang meniru sikap para pendahulu mereka yang
mendustakannya:
{بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الأوَّلُونَ.
قَالُوا أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ}
Sebenarnya
mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh
orang-orang dahulu kala. Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah
mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami
benar-benar akan dibangkitkan? (Al
Mu’minun: 81-82)
Yakni
mereka menganggap mustahil terjadinya hari berbangkit itu sesudah tubuh mereka
hancur.
{لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا
مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
"Sesungguhnya
kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah
dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala.” (Al Mu’minun; 83)
Maksudnya,
hari berbangkit itu suatu hal yang mustahil. Sesungguhnya orang yang
memberitahukannya hanyalah menukil dari kitab-kitab terdahulu dan disebutkan
bahwa berita itu ditentang oleh umat di masanya. Pengingkaran dan pendustaan
terhadap hari berbangkit ini sama dengan yang ada di dalam firman-Nya yang
menceritakan berita mereka:
{أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً. قَالُوا
تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ. فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ. فَإِذَا
هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Apakah
(akan dibangkitkan juga) apabila
kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? Mereka berkata,
"Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka
dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at:
11-14)
Dan
firman Allah Swt. yang mengatakan:
{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ
مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ
خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي
أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ}
Dan
apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
musuh yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada
kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang
belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan
oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui
tentang segala makhluk.” (Yasin: 77-79)
Al
Mu’minun, ayat 84-90
{قُلْ لِمَنِ الأرْضُ
وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا
تَذَكَّرُونَ (85) قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ (87) قُلْ مَنْ
بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89)
بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (90) }
Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi dan semua yang ada
padanya jika kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.”
Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat?” Katakanlah, "Siapakah
Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?” Mereka akan
menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak
bertakwa?” Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan
Allah.” Katakanlah, "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?”
Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, sesungguhnya mereka
benar-benar orang-orang yang berdusta.
Allah
Swt. menetapkan keesaan-Nya, bahwa Dialah Yang Menciptakan makhluk semuanya,
Yang Mengaturnya, dan Yang Memilikinya. Hal itu untuk menunjukkan (kepada semua
makhluk) bahwa sesungguhnya Dialah Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada
yang berhak disembah selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah
Allah berfirman kepada Rasul-Nya supaya mengatakan kepada orang-orang musyrik
yang menyembah tuhan-tuhan lain bersama Dia, lagi tidak mengakui Allah sebagai
Tuhan mereka yang Esa, bahwa tiada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan. Tetapi
sekalipun demikian, mereka tetap mempersekutukan Allah dengan yang lain-Nya,
mereka menyembah selain-Nya bersama dengan Dia, padahal mereka sendiri mengakui
bahwa sembahan-sembahan yang mereka sembah itu tidak dapat menciptakan apa pun,
tidak memiliki sesuatu pun, dan tidak dapat menekan sesuatu pun. Mereka
menyembah berhala-berhala itu dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu dapat
mendekatkan diri mereka kepada Allah sedekat-dekatnya. Seperti yang disebutkan
oleh firman Allah Swt. dalam ayat lain, menceritakan perkataan mereka, yaitu:
{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}
"Kami
tidak menyembah mereka (berhala-berhala)
melainkan . supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.”
(Az-Zumar: 3)
Adapun
firman Allah Swt.:
{قُلْ لِمَنِ الأرْضُ وَمَنْ فِيهَا}
Katakanlah,
"Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya?" (Al Mu’minun: 84)
Artinya,
siapakah pemiliknya yang telah menciptakannya berikut dengan semua makhluk yang
ada di dalamnya, berupa semua makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan
makhluk-makhluk lainnya.
{إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. سَيَقُولُونَ
لِلَّهِ}
Jika
kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah." (Al Mu’minun: 84-85)
Yakni
mereka mengaku kepadamu (Muhammad) bahwa semuanya adalah milik Allah semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Apabila kenyataannya demikian,
{قُلْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
Katakanlah,
"Maka apakah kalian tidak ingat?" (Al Mu’minun: 85)
Bahwa
yang berhak disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi
rezeki, bukan lain-Nya.
{قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ}
Katakanlah,
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang
besar?" (Al
Mu’minun: 86)
Yaitu
siapakah yang menciptakan alam langit berikut semua bintang cemerlang yang ada
padanya, dan semua malaikat yang tunduk kepada-Nya yang berada di semua
cakrawala langit dan semua penjurunya? Dan siapakah Yang memiliki 'Arasy yang
besar itu? 'Arasy adalah atap semua makhluk, seperti yang disebutkan di
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"شَأْنُ اللَّهِ
أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ، إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سمواته هَكَذَا" وَأَشَارَ
بِيَدِهِ مِثْلَ الْقُبَّةِ
Keadaan
Allah Mahabesar dari semuanya, sesungguhnya 'Arasy Allah berada di atas semua
langit-Nya seperti ini. Rasulullah
Saw. mengatakan demikian seraya berisyarat dengan tangannya menggambarkan
sesuatu seperti kubah.
Di
dalam hadis yang lain disebutkan:
"ما السموات السَّبْعُ وَالْأَرَضُونَ
السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ
مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، وَإِنَّ الْكُرْسِيَّ بِمَا فِيهِ بِالنِّسْبَةِ
إِلَى الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي تِلْكَ الْفَلَاةِ"
Tiadalah
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala sesuatu yang ada pada
keduanya bila dibandingkan dengan Al-Kursi, melainkan seperti sebuah gelang
yang dilemparkan di sebuah padang pasir yang luas. Dan sesungguhnya Al-Kursi
berikut segala sesuatu yang ada padanya bila dibandingkan dengan 'Arasy sama
dengan sebuah gelang yang berada di padang pasir tersebut.
Karena
itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa sesungguhnya jarak antara kedua
sisi garis tengah 'Arasy dari satu sisi ke sisi yang lainnya sama dengan
perjalanan lima puluh ribu tahun, dan ketinggiannya dari lapis bumi yang
ketujuh sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun. Ad-Dahhak telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya dinamakan 'Arasy tiada
lain karena mengingat ketinggiannya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ka'bul
Ahbar, bahwa sesungguhnya langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy sama
dengan sebuah pelita yang tergantung di antara langit dan bumi. Mujahid
mengatakan, tiadalah langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy, melainkan
seperti sebuah gelang yang berada di suatu padang pasir.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan
As-Sauri, dari Ammar Az-Zahabi, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa 'Arasy itu tiada seorang pun yang dapat
menaksir besarnya. Menurut riwayat yang lain, kecuali hanya Allah Swt. Sebagian
ulama Salaf mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah.
Dalam
ayat berikut disebutkan oleh firman-Nya:
{وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ}
dan
Yang Empunya 'Arasy yang agung. (Al
Mu’minun: 86)
Yaitu
sangat besar.
Dan
dalam akhir surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}
Tuhan
(yang mempunyai) 'Arasy yang
mulia. (Al Mu’minun: 116)
Yakni
yang indah lagi megah. Dengan demikian, di dalam sifat 'Arasy tergabung
pengertian luas, tinggi, indah, lagi megah. Karena itulah ada seseorang yang
mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah. Ibnu Mas'ud mengatakan
bahwa sesungguhnya di sisi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak ada siang,
cahaya 'Arasy bersumber dari cahaya Zat-Nya.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا
تَتَّقُونَ}
Mereka
akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian
tidak bertakwa?" (Al-Mu’minun:
87)
Yakni
apabila kalian mengakui bahwa Dia adalah Pemilik langit dan Pemilik 'Arasy yang
besar, maka mengapa kalian tidak takut kepada siksa-Nya dan tidak menghindari
azab-Nya karena penyembahan kalian kepada selain-Nya di samping Dia dan kalian
mempersekutukan-Nya dengan yang lain?
Abu
Bakar ibnu Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia Al-Qurasyi mengatakan di
dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, telah menceritakan kepada kami
Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far,
telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. dahulu sering menceritakan kepada kami (para sahabat) kisah
seorang wanita di masa Jahiliah yang berada di puncak bukit bersama seorang
anak laki-lakinya yang sedang menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya
bertanya kepadanya, "Hai ibu, siapakah yang menciptakanmu?" Si ibu
menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan
ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya,
"Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab,
"Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan
langit" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya,
"Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah."
Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu
menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan
kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah."
Maka
si anak berkata, "Sesungguhnya sekarang aku telah mendengar perihal
tentang Allah." Lalu ia melemparkan dirinya dari ketinggian bukit itu,
sehingga tubuhnya hancur.
Ibnu
Umar mengatakan, "Dahulu Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini
kepada kami."
Abdullah
ibnu Dinar mengatakan, "Dahulu Ibnu Umar sering menceritakan kisah ini
kepada kami (para Tabi'in, pent.)."
Menurut
saya, di dalam sanad kisah ini terdapat Ubaidillah ibnu Ja'far Al-Madini, putra
Imam Ali ibnul Madini; para ahli hadis banyak yang memperbincangkan tentang
predikatnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
*******************
{قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ}
Katakanlah,
"Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu.” (Al Mu’minun: 88)
Maksudnya,
siapakah yang memiliki semua kerajaan ini.
{مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ
بِنَاصِيَتِهَا}
Tidak
ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. (Hud: 56)
Yakni
yang menguasainya.
Rasulullah
Saw. pun sering mengatakan dalam sabdanya:
"لَا وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ"، وَكَانَ إِذَا اجْتَهَدَ فِي الْيَمِينِ قَالَ: "
لَا وَمُقَلِّبَ الْقُلُوبِ"
Tidak,
demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan (Kekuasaan)-Nya. Dan apabila Nabi Saw.
bersungguh-sungguh dalam sumpahnya, beliau mengucapkan: Tidak, demi (Tuhan)
Yang membolak-balikkan hati.
Allah
Swt. adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Memiliki (Menguasai), Yang Maha
Mengatur.
{وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
sedangkan
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian
mengetahui. (Al Mu’minun: 88)
Dahulu
di kalangan orang-orang Arab apabila seseorang dari pemimpin mereka memberikan
suaka kepada seseorang, maka orang itu berada dalam lindungannya, tidak boleh
ada seseorang yang melanggar perlindungannya dari kalangan kabilahnya. Karena
itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak
ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya. (Al Mu’minun: 88) Yakni Dia
adalah Tuhan Yang Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Milik-Nyalah
semua makhluk dan perintah, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya
yang tidak dapat dicegah dan tidak dapat ditentang. Apa yang Dia kehendaki,
pasti ada; dan apa yang tidak Dia kehendaki, pasti tidak ada. Allah Swt. telah
berfirman:
{لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ
يُسْأَلُونَ}
Dia
tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.
(Al-Anbiya: 23)
Artinya,
tiada yang dapat menanyai apa yang diperbuat-Nya karena Keagungan, Kebesaran,
Keperkasaan, Kemuliaan, Hikmah, dan Keadilan-Nya, sedangkan semua makhluk akan
ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Maka
demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah
mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr:
92-93)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{سَيَقُولُونَ لِلَّهِ}
Mereka
akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” (Al Mu’minun: 89)
Yakni
mereka mengakui bahwa Tuhan Yang Mahabesar yang memberikan perlindungan dan
tidak ada yang dapat dilindungi dari azab-Nya adalah Allah Swt. semata, tiada
sekutu bagi-Nya.
{قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ}
Katakanlah,
"(Kalau demikian) maka dari
jalan manakah kalian ditipu?” (Al Mu’minun: 89)
Maksudnya
mengapa akal sehat kalian bisa hilang sehingga kalian menyembah selain-Nya
bersama Dia, padahal kalian mengakui dan mengetahui bahwa hanya Allah-lah yang
patut disembah. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ}
Sebenarnya
Kami telah membawa kebenaran kepada mereka. (Al Mu’minun: 90)
Yakni
maklumat yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali
hanya Allah. Dan Kami telah menegakkan dalil-dalil yang sahih lagi jelas dan
pasti yang menunjukkan ke arah itu.
{وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
dan
sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (Al Mu’minun: 90)
Yaitu
dalam penyembahan mereka yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, tiada
dalil bagi mereka yang memperkuat perbuatan mereka itu. Sebagaimana yang
disebutkan dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: .
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ
لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
Dan
barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al Mu’minun: 117)
Orang-orang
musyrik melakukan hal tersebut tanpa suatu dalil pun yang mendorong mereka
melakukan kebohongan dan kesesatannya. Sesungguhnya mereka melakukan hal
tersebut hanyalah semata-mata mengikuti jejak nenek moyang mereka dan para
pendahulu yang tidak punya pegangan lagi bodoh, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ
وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}
Sesungguhnya
kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami
adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)
Al
Mu’minun, ayat 91-92
{مَا اتَّخَذَ اللَّهُ
مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا
خَلَقَ وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (91)
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (92) }
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada
tuhan (yang lain) beserta-Nya.
Kalau ada tuhan besertanya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang
lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. Yang mengetahui semua
yang gaib dan semua yang tampak, maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka
persekutukan.
Allah
Swt. menyucikan diri-Nya dari beranak atau sekutu dalam kerajaan, kekuasaan,
dan hak disembah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا
كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلا
بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ}
Allah
sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau
ada tuhan beserta-Nya masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakan-Nya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian
yang lain. (Al Mu’minun: 91)
Yakni
seandainya tuhan itu berbilang, tentulah masing-masing dari mereka membawa
makhluk ciptaannya masing-masing, dan pastilah alam ini tidak dapat teratur
lagi. Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa alam wujud ini berada dalam satu
tatanan dan teratur. Semuanya —mulai dari alam langit sampai alam
bawah—sebagian darinya berkaitan dengan sebagian yang lain, terikat dalam suatu
tatanan yang sangat sempurna.
{مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ}
Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. (Al-Mulk: 3)
Kemudian
tentulah masing-masing dari tuhan-tuhan itu berupaya untuk mengalahkan yang
lainnya dan berbeda dengannya, akhirnya sebagian dari mereka menguasai sebagian
yang lainnya.
Ulama
ahli Ilmu Kalam mengatakan bahwa hal seperti itu mustahil bagi Tuhan. Mereka
mengemukakan suatu perumpamaan, bahwa seandainya ada dua pencipta lebih, lalu
yang satu bermaksud menggerakkan tubuh yang diciptakannya, sedangkan yang lain
bermaksud mendiamkannya, tentulah akan terjadi pertentangan sehingga tujuan
masing-masing tidak tercapai, dan hal ini menunjukkan bahwa keduanya lemah
(tidak mampu). Sedangkan sifat yang waj ib bagi Tuhan ialah tidak lemah (yakni
berkuasa), dan tujuan dari keduanya itu tidak dapat bertemu karena
bertentangan. Hal mustahil ini tidaklah terjadi melainkan berdasarkan hipotesis
seandainya tuhan itu berbilang. Dengan demikian, tersimpulkan bahwa
berbilangnya tuhan itu mustahil.
Adapun
seandainya tujuan salah satunya dapat berhasil, sedangkan yang lainnya tidak,
berarti yang menang adalah yang asli, sedangkan yang dikalahkan tidaklah pantas
menyandang predikatnya, sebab sifat wajib baginya ialah hendaknya dia tidak
terkalahkan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ
اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ}
dan
sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci
Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (Al Mu’minun: 91)
Yakni
dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim lagi kelewat batas itu yang
mendakwakan bahwa Tuhan beranak atau bersekutu. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi
dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
{عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ}
Yang
mengetahui semua yang gaib dan semua yang nampak. (Al Mu’minun: 92)
Maksudnya,
mengetahui semua yang gaib dari makhluk-Nya dan semua yang disaksikan oleh
makhluk-Nya.
{فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
maka
Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Al Mu’minun: 92)
Yakni
Mahasuci, Mahatinggi, Mahaagung, dan Mahabesar dari semua yang dikatakan oleh
orang-orang yang musyrik lagi ingkar itu.
Al Mu’minun, ayat 99-100
{حَتَّى إِذَا جَاءَ
أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) }
(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke
dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan.” Sekali-kali tidak Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
Allah Swt. menceritakan tentang
keadaan orang yang sedang menjelang kematiannya dari kalangan orang-orang kafir
atau orang-orang yang melalaikan perintah Allah Swt. Diceritakan pula perkataan
mereka saat itu dan permintaan mereka untuk dapat dikembalikan lagi ke dunia
untuk memperbaiki apa yang telah dirusakkannya selama hidupnya. Karena itu,
disebutkan dalam firman-Nya:
{رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا}
Ya Tuhanku, kembalikanlah aku
(ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. (Al Mu’minun:
99-100)
Sama seperti yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ}
Dan belanjakanlah sebagian
dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada
salah seorang di antara kalian. (Al-Munafiqun: 10)
sampai dengan firman-Nya:
وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Dan Allah Maha Mengenal apa
yang kalian kerjakan. (Al-Munafiqun: 11)
Juga firman Allah Swt.:
{وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ
الْعَذَابُ}
Dan berikanlah peringatan
kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
azab kepada mereka. (Ibrahim: 44)
sampai dengan firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
bahwa sekali-kali kalian
tidak akan binasa. (Ibrahim: 44) Dan firman Allah
Swt.:
{يَوْمَ يَأْتِي
تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا
بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ
فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ}
Pada hari datangnya kebenaran
pemberitaan Al-Qur'an itu berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu,
"Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka
adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau
dapatkah kami dikembalikan (ke 'dunia) sehingga
kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?" (Al-A'raf:
53)
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ
نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا
فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika
orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya.(Mereka
berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajdah: 12)
Juga firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ
فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak
mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am: 27)
hingga firman-Nya:
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan sesungguhnya mereka itu
adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Dan firman Allah Swt.:
{وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا
الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ}
Dan kamu akan melihat
orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya
jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Asy-Syura: 44)
{قَالُوا رَبَّنَا
أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا
فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ}
Mereka menjawab," Ya
Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami
dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa
kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari
neraka)?". (Al-Mu’min: 11) hingga akhir ayat berikutnya.
{وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ
فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ
النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ}
Dan mereka berteriak di dalam
neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan
mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan
apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir
bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kalian pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak
ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (Fathir: 37)
Allah Swt. telah menceritakan
bahwa orang-orang kafir itu meminta agar dikembalikan ke dunia, tetapi
permintaan mereka tidak diperkenankan. Hal tersebut mereka ajukan saat
menjelang kematian, pada hari berbangkit, dan di waktu mereka dihadapkan di
depan peradilan Tuhan Yang Mahaperkasa. Permintaan yang sama dikemukakan pula
oleh mereka saat neraka ditampilkan ke hadapan mereka, juga saat mereka
mengalami siksaan neraka.
Firman Allah Swt. dalam ayat
berikut ini menyebutkan:
{كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا}
Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.(Al-Mu’minun: 100)
Kalla adalah huruf tolakan dan bantahan, yang maksudnya ialah 'Kami tidak
memperkenankan permintaannya dan tidak menerimanya.'
*******************
Firman Allah Swt.:
{كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا}
Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkan saja. (Al-Mu’minun: 100)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Aslam mengatakan bahwa kalimat tersebut pasti diucapkan oleh setiap orang zalim
yang sedang menjelang kematiannya.
Kalimat ayat ini dapat
ditakwilkan sebagai 'Illat dari firman-Nya yang mengatakan, "Kalla.”
Karena permintaan kembali ke dunia untuk beramal saleh dari si kafir itu
hanyalah ucapan saja yang tidak ada buktinya. Seandainya ia dikembalikan ke
dunia, tentulah dia tidak akan mengamalkan perbuatan saleh yang diikrarkannya
itu, dan pastilah ia dusta dengan apa yang diucapkannya itu. Seperti halnya
yang diterangkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ
لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan
(ke dunia), tentulah mereka kembali kepada apa
yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta-pendusta belaka.(Al-An'am: 28)
Qatadah mengatakan, "Demi
Allah, orang kafir (dalam keadaan seperti itu) berharap dapat dikembalikan ke
dunia bukan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kaum kerabat, bukan
pula untuk mengumpulkan harta benda, lalu memperturutkan hawa nafsunya;
melainkan berharap dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal ketaatan kepada
Allah. Swt. Maka semoga Allah merahmati seseorang yang mengamalkan apa yang
diharapkan oleh orang kafir sewaktu dia melihat azab neraka."
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: (Demikianlah keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari
mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (Al
Mu’minun: 99-100) Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa lalu dijawab oleh
Allah Yang Mahaperkasa melalui firman-Nya: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. (Al Mu’minun: 100)
Umar ibnu Abdullah maula Gafrah
mengatakan bahwa apabila orang kafir mengatakan, "Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh." Maka Allah
menjawab, "Tidak, sesungguhnya kamu dusta."
Qatadah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka. (Al Mu’minun: 99) Al-Ala ibnu Ziyad pernah
mengatakan, hendaknyalah seseorang di antara kalian menganggap dirinya sedang
menjelang kematiannya, lalu menghadap kepada Tuhannya dan Tuhannya menanyainya,
maka hendaklah seseorang beramal ketaatan kepada Allah Swt. Qatadah mengatakan,
"Demi Allah, tiadalah berharap orang kafir itu melainkan ingin
dikembalikan ke dunia, lalu akan mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Maka
perhatikanlah oleh kalian harapan orang kafir itu kala melihat neraka;
berharaplah kalian seperti itu dan kerjakanlah apa yang dicita-citakannya,
tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah dan ketaatan) kecuali hanya dengan
pertolongan Allah." Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu
Ka'b Al-Qurazi
Muhammad ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari
Lais, dari Talhah ibnu Masraf, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang
mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya,
maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, "Ya
Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal
saleh." Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya,
"Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup." Maka
disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat
karena kesakitan; semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan
kalajengking-kalajengking mematukinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu
Ali, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Tamam, telah menceritakan kepada
kami Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. yang
mengatakan, "Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam
kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam; ular yang
ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya
bertemu di tengah-tengah tubuhnya. Yang demikian itu adalah azab di alam
barzakh (kubur)nya." Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya: Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Mu’minun:
100)
Abu Saleh dan lain-lainnya
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di hadapan mereka. (Al
Mu’minun: 100) Makna asal wara' ialah belakang, tetapi makna yang
dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan.
Mujahid mengatakan bahwa alam
barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka'b, barzakh adalah
alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak
sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli
akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka.
Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh
adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di
akhirat; mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
*******************
Di dalam firman Allah Swt.:
{وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ}
Dan di hadapan mereka ada
dinding. (Al-Mu’minun: 100)
terkandung ancaman ditujukan
kepada orang-orang zalim yang sedang menjelang ajalnya, bahwa mereka akan
mendapat azab di alam barzakhnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ}
Di hadapan mereka neraka
Jahannam. (Al-Jatsiyah: 10)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ}
dan di hadapannya masih ada
azab yang berat. (Ibrahim: 17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ}
sampai hari mereka
dibangkitkan. (Al Mu’minun: 100)
Yakni azab itu terus-menerus
dialami oleh orang-orang kafir di alam barzakhnya sampai hari berbangkit,
seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
"فَلَا يَزَالُ مُعَذَّبًا فِيهَا"
Maka dia
terus-menerus disiksa di dalam kuburnya.
Al Mu’minun, ayat 101-104
{فَإِذَا نُفِخَ فِي
الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ (101) فَمَنْ
ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (102) وَمَنْ خَفَّتْ
مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ
خَالِدُونَ (103) تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ (104) }
Apabila
sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada
hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barang siapa yang berat
timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barang siapa yang
ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka,
dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
Allah Swt. memberitahukan bahwa
apabila sangkakala telah ditiup untuk tiupan berbangkit dan semua manusia
bangun dari kuburnya,
{فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ}
maka tidaklah ada lagi
pertalian nasab di antara mereka pada hari itu. (Al
Mu’minun: 101)
Yakni kaitan nasab tidaklah
berguna pada hari itu, dan orang tua tidak dapat menangisi anaknya dan tidak
pula menoleh kepadanya. Allah Swt. telah berfirman:
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا.
يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman
akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11)
Artinya, seseorang tidak
bertanya kepada kerabatnya, sedangkan ia melihatnya, sekalipun ia menanggung
dosa-dosa yang tidak kuat disanggahnya. Padahal kerabatnya itu sewaktu di dunia
merupakan orang yang paling di sayanginya, tetapi keadaan pada hari itu
membuatnya tidak memperhatikannya, dan tidak membantu tanggungannya barang
seberat sayap lalat pun. Allah Swt. telah berfirman:
{يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ.
وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ. وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ}
Pada hari ketika manusia lari
dari saudaranya, ibu dan bapaknya, dari istri dan anaknya. ('Abasa: 34-36)
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa
apabila hari kiamat telah terjadi, Allah menghimpunkan semua manusia yang
terdahulu dan yang terkemudian, kemudian juru seru-Nya menyerukan, "Ingatlah,
barang siapa yang mempunyai mazlamah (pernah dianiaya), maka datanglah
dan ambillah haknya." Maka bergembiralah orang yang mempunyai hak pada
orang tuanya atau anaknya, atau istrinya, sekalipun haknya itu kecil. Hal yang
membenarkannya adalah firman Allah Swt. yang mengatakan: Apabila sangkakala
ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu,
dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al Mu’minun: 101)
Demikianlah menurut apa yang
telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ -مَوْلَى بَنِي
هَاشِمٍ-حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَتْنَا أُمُّ بَكْرٍ
بِنْتُ المِسْوَر بْنِ مَخْرَمَة، عَنْ عُبَيْد اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ
المِسْوَر -هُوَ ابْنُ مَخْرَمَة-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي،
يَقْبِضُني مَا يَقْبِضُهَا، ويَبْسُطني مَا يَبْسُطُهَا وَإِنَّ الْأَنْسَابَ
تَنْقَطِعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غَيْرَ نَسَبِي وَسَبَبِي وَصِهْرِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ummu Bakr binti
Al-Miswar ibnu Makhramah, dari Ubaidillah ibnu Abu Rafi', dari Al-Miswar ibnu
Makhramah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Fatimah
adalah belahan jiwaku, segala sesuatu yang membuatnya marah membuatku marah (pula),
dan segala sesuatu yang menyenangkannya membuatku senang (pula). Dan
sesungguhnya nasab itu akan terputus kelak di hari kiamat kecuali nasab-ku,
hubunganku, dan persemendaanku (hubungan kekerabatan karena nikah).
Hadis ini mempunyai pokoknya
yang ada di dalam kitab Sahihain diriwayatkan melalui Al-Miswar ibnu
Makhramah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"فاطمة بضعة مني، يُرِيبُنِي
مَا رَابَهَا، وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا"
Fatimah adalah belahan
jiwaku, semua hal yang menyedihkannya membuatku sedih (pula), dan sumua hal yang menyakitkan dia membuatku sakit (pula).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا
زُهَيْرٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمْزَةَ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه
وسلم يَقُولُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ: "مَا بَالُ رِجَالٍ يَقُولُونَ: إِنَّ
رَحِمَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَنْفَعُ قَوْمَهُ؟
بَلَى، وَاللَّهِ إِنَّ رَحِمِي مَوْصُولَةٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،
وَإِنِّي -أَيُّهَا النَّاسُ-فَرَطٌ لَكُمْ، إِذَا جِئْتُمْ" قَالَ رَجُلٌ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، [وَقَالَ أَخُوهُ: أَنَا
فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ] فَأَقُولُ لَهُمْ: "أَمَّا النَّسَبُ فَقَدْ
عَرَفْتُ، وَلَكِنَّكُمْ أَحْدَثْتُمْ بَعْدِي وَارْتَدَدْتُمُ
الْقَهْقَرَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari
Abdullah ibnu Muhammad, dari Hamzah ibnu Abu Sa’id Al-Khudri, dari ayahnya yang
mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di mimbarnya: "Apakah
gerangan yang telah dilakukan oleh banyak kaum laki-laki, mereka mengatakan
bahwa sesungguhnya pertalian persaudaraan Rasulullah Saw. tidak berguna bagi
kaumnya. Tidak demi Allah, sesungguhnya pertalian persaudaraanku tetap
terpelihara di dunia dan di akhirat. Dan sesungguhnya aku, hai manusia, adalah
pendahulu bagi kalian bilamana kalian tiba (di negeri akhirat nanti).” Seorang
lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, saya adalah si Fulan bin Fulan.”Maka
aku katakan kepada mereka, "Adapun mengenai nasab (hubungan
persaudaraan), maka aku telah mengetahuinya, tetapi kalian sesudahku telah
berbuat bid'ah dan kalian berbalik mundur ke belakang.”
Dalam musnad Amirul Mukminin
Umar ibnul Khattab telah kami sebutkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak
bersumber darinya, bahwa ketika ia mengawini Ummu Kalsum binti Ali ibnu Abu
Talib r.a., berkatalah ia, "Demi Allah, perlu diketahui, bahwa tiada lain
bagiku kecuali aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"كُلُّ سبَبٍ ونَسب فَإِنَّهُ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، إِلَّا سَبَبِي وَنَسَبِي".
'Semua hubungan dan kaitan
nasab sungguh akan terputus kelak di hari kiamat kecuali hubungan dan
nasabku'.”
Imam Tabrani, Imam Bazzar,
Al-Haisam ibnul Kulaib, Imam Baihaqi, dan Al-Hafiz Ad-Diya di dalam kitab Al-Mukhtarah-nya
telah meriwayatkan hadis ini. Disebutkan pula bahwa Khalifah Umar r.a.
memberinya maskawin sebanyak empat puluh ribu dirham karena memuliakan dan
menghormatinya.
Al-Hafiz Ibnu Asakir telah
meriwayatkan di dalam biografi Abul As ibnur Rabi (suami Zainab binti
Rasulullah Saw.) melalui jalur Abul Qasim Al-Bagawi, bahwa telah menceritakan
kepada kami Sulaiman ibnu Umar ibnu Aqta', telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Abdus Salam, dari Ibrahim ibnu Yazid, dari Muhammad ibnu Abbad
ibnu Ja'far; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
"كُلُّ نَسَبٍ وَصِهْرٍ يَنْقَطِعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِلَّا نَسَبِي وَصِهْرِي"
Semua hubungan nasab dan sihr
(persaudaraan karena nikah) akan terputus pada
hari kiamat kecuali nasab dan sihr-ku.
Hadis ini telah diriwayatkan
pula melalui jalur Ammar ibnu Saif, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari
Abdullah ibnu Amr secara marfu':
"سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَلَّا أَتَزَوَّجَ إِلَى
أَحَدٍ مِنْ أُمَّتِي، وَلَا يَتَزَوَّجُ إِلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ، إِلَّا كَانَ
مَعِي فِي الْجَنَّةِ، فَأَعْطَانِي ذَلِكَ"
Aku pernah memohon kepada
Tuhanku Yang Mahamulia lagi Mahaagung semoga tidak sekali-kali aku kawin dengan
seseorang dari umatku, dan tidak sekali-kali seseorang dari mereka mengawini (keluarga)ku, melainkan ia akan ada bersama denganku di
dalam surga. Maka Allah mengabulkan permintaanku itu.
Telah diriwayatkan pula hal ini
melalui hadis Ammar ibnu Saif, dari Isma'il, dari Abdullah ibnu Amr.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Barang siapa yang berat
timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah
orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al Mu’minun: 102)
Yakni, barang siapa yang
timbangan amal kebaikannya berat, sedangkan timbangan amal keburukannya ringan,
walaupun hanya dengan satu kebaikan. Demikian menurut pendapat Ibnu Abbas.
{فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Maka mereka itulah
orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al
Mu’minun: 102)
Yakni orang-orang yang beruntung
adalah orang-orang yang selamat dari neraka dan masuk surga. Ibnu Abbas
mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berhasil meraih apa yang
didambakannya dan selamat dari keburukan yang dihindarinya.
{وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ}
Dan barang siapa yang ringan timbangannya.
(Al Mu’minun: 103)
Maksudnya, berat timbangan amal
buruknya, sedangkan timbangan amal kebaikannya ringan.
{فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا
أَنْفُسَهُمْ}
maka mereka- itulah
orang-orang yang merugikan diri sendiri. (Al
Mu’minun: 103)
Yaitu kecewa dan binasa serta
kembali dengan membawa transaksi yang rugi.
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ المُحَبَّر،
حَدَّثَنَا صَالِحٌ المُرِّيّ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني وَجَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ
وَمَنْصُورِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَرْفَعُهُ قَالَ:
"إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا مُوَكَّلًا بِالْمِيزَانِ، فَيُؤْتَى بِابْنِ آدَمَ،
فَيُوقَفُ بَيْنَ كِفَّتَيِ الْمِيزَانِ، فَإِنْ ثَقُلَ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ
بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ: سَعِدَ فُلَانٌ سَعَادَةً لَا يَشْقَى بَعْدَهَا
أَبَدًا، وَإِنْ خَفَّ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ:
شَقِيَ فَلَانٌ شَقَاوَةً لَا يَسْعَدُ بَعْدَهَا أَبَدًا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Abul Haris, telah
menceritakan kepada kami Daud ibnu Muhabbir, telah menceritakan kepada kami
Saleh Al-Murri, dari Sabit Al-Bannani dan Ja'far ibnu Zaid serta Mansur ibnu
Zazan, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kannya, "Sesungguhnya
Allah mempunyai malaikat yang ditugaskan untuk menjaga Mizan. Maka didatangkanlah
anak Adam, lalu diberdirikan di antara salah satu dari kedua neracanya. Maka
jika timbangan kebaikannya berat, malaikat itu berseru dengan suara yang
terdengar oleh semua makhluk, bahwa si Fulan telah beroleh keberuntungan yang
menyebabkan dia tidak akan sengsara selama-lamanya. Jika timbangan kebaikannya
ringan, maka malaikat itu berseru dengan suara yang dapat terdengar oleh semua
makhluk, bahwa sesungguhnya si Fulan telah celaka yang menyebabkannya tidak
akan berbahagia selama-lamanya.
Akan tetapi, sanad hadis ini da'if.
Karena sesungguhnya Daud ibnul Muhabbir orangnya daif lagi matruk
(tidak terpakai hadisnya).
Dalam firman selanjutnya
disebutkan:
"فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ"
mereka kekal di dalam neraka
Jahannam. (Al Mu’minun: 103)
Yakni menetap di dalam neraka
Jahannam untuk selama-lamanya dan tidak akan dikeluarkan darinya.
{تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ}
Muka mereka dibakar api
neraka. (Al Mu’minun: 104)
Sama seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ}
dan muka mereka ditutup oleh
api neraka. (Ibrahim: 50)
Dan firman-Nya:
{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا
يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلا هُمْ
يُنْصَرُونَ}
Andaikata orang-orang kafir
itu mengetahui ketika mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka
mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya:
39)
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة
بْنُ أَبِي الْمِغْرَاءِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلْمَانَ الْأَصْبَهَانِيُّ،
عَنْ أَبِي سِنَان ضِرَار بْنِ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
الْهُذَيْلِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنَّ جَهَنَّمَ لَمَّا سِيقَ [إِلَيْهَا] أَهْلُهَا يَلْقَاهُمْ
لَهَبُهَا، ثُمَّ تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَلَمْ يَبْقَ لَحْمٌ إِلَّا سَقَطَ
عَلَى الْعُرْقُوبِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu
Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman Al-Asbahani
dari Abu Sinan alias Darrar ibnu Murrah dari Abdullah ibnu Abul Huzail dari Abu
Hurairah dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya neraka Jahannam
setelah digiring kepadanya calon penghuninya, maka Jahannam menyambut mereka
dengan jilatan apinya. Kemudian jilatan apinya menerpa mereka sekali terpa,
maka tiada yang tersisa dari daging mereka melainkan rontok sampai ke tumit.
قَالَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ
يَحْيَى الفَزَّاز، حَدَّثَنَا الْخَضِرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ يُونُسَ الْقَطَّانُ،
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَضِرِ القَطَّان، حَدَّثَنَا
سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ} قَالَ:
"تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَتَسِيلُ لُحُومُهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ"
Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya Al-Qazzaz, telah
menceritakan kepada kami Al-Khadir ibnu Ali ibnu Yunus Al-Qattan, telah
menceritakan kepada kami 'Amr ibnu Abul Harits ibnul Khadir Al-Qattan, telah
menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari dari saudaranya dari
ayahnya dari Abu Darda r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. ketika
menafsirkan firman-Nya: Muka mereka dibakar api neraka, (Al Mu’minun:
104) beliau bersabda: Api neraka Jahannam menerpa mereka sekali terpa, maka
melelehlah daging mereka sampai ke tumit mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ}
dan mereka di dalam neraka
itu dalam keadaan cacat. (Al Mu’minun: 104)
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna kdlihun ialah masam
(cemberut), yakni muka mereka cemberut.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
Abi Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al
Mu’minun: 104) Bahwa tidakkah engkau pernah melihat kepala yang dikuliti
sehingga gigi-giginya kelihatan dan kedua bibirnya telah disayat dan dikuliti?
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: أَخْبَرْنَا عَلِيُّ
بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -هُوَ ابن المبارك، رحمه اللَّهُ-أَخْبَرَنَا
سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي السَّمْح، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الخُدْري، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
{وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ} ، قَالَ: "تَشْويه النَّارُ فَتَقَلَّصُ شَفَتَهُ
الْعُلْيَا حَتَّى تَبْلُغَ وَسَطَ رَأْسِهِ، وَتَسْتَرْخِيَ شَفَتَهُ السُّفْلَى
حَتَّى تَضْرب سُرَّته".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari
Abus Samah, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Nabi Saw.
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam
keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 104) Bahwa neraka telah membuatnya cacat
sehingga bibir atasnya mengelotok sampai batas pertengahan kepalanya, sedangkan
bibir bawahnya menjulur ke bawah sampai batas pusarnya.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis
ini melalui Suwaid ibnu Nasr, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang
sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis hasan garib.
Al
Mu’minun, ayat 105-107
{أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي
تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ (105) قَالُوا رَبَّنَا
غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ (106) رَبَّنَا أَخْرِجْنَا
مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ (107) }
Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi
kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah
dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan,
kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga
kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”
Ini
merupakan kecaman dan cemoohan dari Allah, ditujukan kepada penghuni neraka
atas kekafiran, dosa-dosa, dan perbuatan-perbuatan haram yang telah mereka
kerjakan (selama di dunia) yang menyebabkan mereka terjerumus ke dalam siksa
neraka itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ
فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ}
Bukankah
ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kalian selalu
mendustakannya? (Al
Mu’minun: 105)
Yakni
sesungguhnya Aku telah mengutus kepada kalian rasul-rasul-Ku dan telah
menurunkan kitab-kitab kepada kalian, dan Aku telah melenyapkan semua kesulitan
kalian sehingga tiada alasan lagi bagi kalian untuk tidak mengikutinya. Seperti
yang diungkapkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ
حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ}
agar
tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. (An-Nisa: 165)
{وَمَا
كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا}
dan
Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)
Dan
firman Allah Swt.:
{كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ
خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ}
Setiap
kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga, (neraka itu) bertanya
kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kalian (di dunia) seorang
pemberi peringatan?” (Al-Mulk: 8)
sampai
dengan firman-Nya:
فَسُحْقًا
لأصْحَابِ السَّعِيرِ
Maka
kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11)
Karena
itulah disebutkan dalam firman selanjutnya, menceritakan jawaban mereka:
{رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا
وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ}
Ya
Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami
orang-orang yang sesat. (Al
Mu’minun: 106)
Yaitu
hujah telah ditegakkan pada kami, tetapi kami memang dikuasai oleh kejahatan
sehingga kami tidak mau mengikuti dan mentaati hujah itu; maka sesatlah kami
dari kebenaran dan kami tidak mendapatkannya. Kemudian mereka berkata:
{رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ
عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ}
Ya
Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali
(juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
zalim. (Al Mu’minun: 107)
Artinya,
kembalikanlah kami ke dunia; jika kami mengulangi lagi perbuatan yang serupa,
maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang aniaya dan berhak mendapat
siksaan. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam
ayat yang lain, yaitu:
{فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى
خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ}
lalu
kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari
neraka)? (Al-Mu’min: 11)
sampai
dengan firman Allah Swt.:
فَالْحُكْمُ
لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
Maka
putusan (sekarang ini) adalah pada Allah
Yang Maha-tinggi lagi Mahabesar. (Al-Mu’min: 12)
Yakni
tidak ada jalan keluar dari neraka bagi kalian, karena sesungguhnya kalian
dahulu telah mempersekutukan Allah di saat orang-orang mukmin mengesakan-Nya.
Al Mu’minun, ayat 108-111
{قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا
وَلا تُكَلِّمُونِ (108) إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَا
آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (109)
فَاتَّخَذْتُمُوهُمْ سِخْرِيًّا حَتَّى أَنْسَوْكُمْ ذِكْرِي وَكُنْتُمْ مِنْهُمْ
تَضْحَكُونَ (110) إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ
الْفَائِزُونَ (111) }
Allah
berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian
berbicara dengan Aku. Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), 'Ya Tuhan kami, kami telah
beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi
rahmat yang paling baik.' Lalu kalian menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan)
kalian mengejek mereka menjadikan kalian lupa mengingat Aku, dan kalian
selalu menertawakan mereka. Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di
hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
menang.”
Ini adalah jawaban Allah Swt.
kepada orang-orang kafir saat mereka meminta agar dikeluarkan dari neraka dan
dikembalikan ke dunia. Allah Swt. berfirman:
{اخْسَئُوا فِيهَا}
Tinggallah dengan hina di
dalamnya. (Al Mu’minun: 108)
Yakni menetaplah di dalam neraka
dalam keadaan hina dina dan direndahkan.
{وَلا تُكَلِّمُونِ}
dan janganlah kalian
berbicara dengan Aku. (Al Mu’minun: 108)
Artinya, janganlah kalian
mengulangi lagi permintaan ini, karena sesungguhnya kalian tidak akan
diperkenankan oleh-Ku.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tinggallah dengan hina di
dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al Mu’minun: 108) Ini
adalah jawaban Tuhan Yang Maha Pemurah saat mereka tidak diperkenankan lagi
berbicara dengan-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman
Al-Mawarzi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sa'id
ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa sesungguhnya ahli neraka Jahannam memanggil-manggil Malaikat
Malik (Penjaga neraka) selama empat puluh tahun, tetapi tidak dijawab. Kemudian
Malik menjawab mereka, "Sesungguhnya kalian tetap tinggal di dalam
neraka." Abdullah ibnu Amr mengatakan, "Seruan mereka demi Allah,
tidak diindahkan oleh Malaikat Malik dan juga oleh Allah Swt." Kemudian
mereka berkata menyeru Tuhannya: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai
oleh kejahatan kami, dan kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika
kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang zalim.” (Al Mu’minun: 106-107) Maka mereka didiamkan
selama dua kali lipat usia dunia, kemudian dijawab oleh firman-Nya: Tinggallah
dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al-Mu’minun:
108) Abdullah ibnu Amr mengatakan, "Demi Allah, sejak saat itu ahli neraka
tidak lagi mengucapkan suatu kalimat pun, tiada yang dikeluarkan oleh mereka
melainkan hanya tarikan napas dan embusan napas mereka dalam rintihan kesakitan
di dalam neraka Jahannam." Lalu Abdullah ibnu Amr mengatakan pula bahwa
suara mereka mirip dengan suara keledai yang mula-mula adalah lengkingan,
kemudian di ujungnya adalah suara lengkingan yang tersendat-sendat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami
Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah
ibnu Kahil, telah menceritakan kepada kami Abuz Za'ra yang mengatakan bahwa
Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Apabila Allah Swt. menetapkan
tidak akan mengeluarkan seseorang pun dari neraka Jahannam, maka Allah mengubah
wajah dan warna tubuh ahli neraka, kemudian didatangkan seseorang dari kalangan
kaum mukmin. Orang mukmin itu memohon agar diberi izin untuk memberi syafaat. Ia
mengatakan, 'Ya Tuhanku, (berilah aku izin memberikan syafaat).' Maka Allah
Swt. berfirman. 'Barang siapa (di antara kamu) yang mengetahui seseorang (dari
penduduk neraka), maka ia dapat mengentaskannya.' Kemudian lelaki mukmin itu
didatangkan ke neraka dan ia melihat-lihat neraka, ternyata ia tidak mengenal
seorang pun dari mereka, padahal ada seseorang dari ahli neraka yang
menyerunya, 'Hai Fulan, aku adalah si Anu yang pernah kamu kenal dahulu.'
Tetapi orang mukmin itu menjawab, 'Saya tidak mengenalmu,'(karena rupa dan
bentuk mereka telah di mbah oleh Allah)." Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan
bahwa pada saat itu orang-orang kafir yang ada di dalam neraka berkata: . Ya
Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka
jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang zalim. (Al Mu’minun: 107) Maka pada saat itu juga dijawab
oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan
janganlah kalian berbicara dengan Aku. (Al Mu’minun: 108) Apabila dikatakan
demikian, maka pintu neraka ditutup menyekap mereka semuanya, tiada seorang pun
di antara mereka yang dikeluarkan.
*******************
Kemudian Allah Swt. mengingatkan
mereka akan dosa-dosa yang telah mereka lakukan ketika di dunia, juga
ejekan-ejekan yang mereka lancarkan terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman dan
kekasih-kekasih-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِنْ عِبَادِي
يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
* فَاتَّخَذْتُمُوهُمْ سِخْرِيًّا}
Sesungguhnya ada segolongan
dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia), "Ya
Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik. Lalu kalian menjadikan mereka
buah ejekan. (Al-Mu’minun: 109-110)
Yakni kalian mengejek doa dan
sanjungan mereka kepada-Ku:
{حَتَّى أَنْسَوْكُمْ ذِكْرِي}
sehingga (kesibukan) kalian mengejek mereka menjadikan kalian lupa
mengingat Aku. (Al Mu’minun: 110)
Artinya, kebencian kalian kepada
hamba-hamba-Ku yang beriman membuat kalian lupa akan mengingat-Ku.
{وَكُنْتُمْ مِنْهُمْ تَضْحَكُونَ}
dan kalian selalu
menertawakan mereka. (Al Mu’minun: 110)
Yakni menertawakan perbuatan
mereka dan ibadah mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat
yang lain:
{إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ
الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ * وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang
berdosa adalah mereka dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila
orang-orang yang beriman itu lewat di hadapan mereka, mereka saling
mengedip-ngedipkan matanya (di antara sesama
mereka). (Al-Muthaffifin: 29-30)
Yaitu mencela mereka dengan nada
mengejek. Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang balasan pahala yang diberikan
kepada kekasih-kekasih-Nya dan hamba-hamba-Nya yang saleh. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا
صَبَرُوا}
Sesungguhnya Aku memberi
balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka. (Al Mu’minun: 111)
dalam menghadapi gangguan kalian
dan ejekan kalian terhadap diri mereka.
{أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ}
sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang menang. (Al Mu’minun: 111)
Yakni Aku jadikan mereka
orang-orang yang beruntung dapat meraih kebahagiaan dan kesejahteraan, surga,
dan selamat dari neraka.
Al Mu’minun, ayat 112-116
{قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ
فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ (112) قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ
فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ (113) قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (114) أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا
وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ
الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116) }
Allah
bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?" Mereka
menjawab, "Kami tinggal (di
bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang
menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan
sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.” Maka apakah kamu mengira,
bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja
yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy
yang mulia.
Allah Swt. berfirman,
mengingatkan kepada mereka tentang apa yang tekah mereka sia-siakan dalam usia
mereka yang pendek itu selama di dunia, bahwa mereka tidak mau taat kepada
Allah Swt. dan tidak mau menyembah-Nya semata. Seandainya mereka bersabar dalam
mengerjakan perintah tersebut selama di dunia yang waktunya relatif pendek
itu, tentulah mereka memperoleh keberuntungan sama dengan apa yang diperoleh
oleh kekasih-kekasih Allah Swt. yang bertakwa. Allah Swt.berfirman kepada
mereka:
{قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ
سِنِينَ}
Berapa tahunkah lamanya
kalian tinggal di bumi? (Al Mu’minun: 112)
Maksudnya, berapa lama kalian
tinggal di dunia?
{قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ
يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ}
Mereka menjawab, "Kami
tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.”(Al-Mu’minun: 113)
Yakni orang-orang yang pandai
menghitung.
{قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}
Allah berfirman, "Kalian
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja.” (Al Mu’minun: 114)
Yaitu dalam waktu yang relatif
pendek.
{لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
"Kalau kalian
sesungguhnya mengetahui.” (Al Mu’minun: 114)
Yakni kalau kalian mengetahui,
tentulah kalian tidak akan memilih dunia yang fana dengan meninggalkan akhirat
yang kekal, tentulah kalian tidak akan memperlakukan diri kalian dengan
perlakuan seburuk ini, dan tentulah kalian tidak berhak mendapat murka Allah
dalam waktu yang relatif pendek itu. Dan seandainya kalian bersabar dalam
menjalani ketaatan kepada Allah dan menyembah-Nya seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang beriman, tentulah kalian akan beruntung memperoleh
keberhasilan yang sama seperti mereka.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ الوَزير، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، عَنْ أَيْفَعَ بْنِ
عَبْدٍ الكَلاعي؛ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَدْخَلَ أَهْلَ
الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلَ النَّارِ النَّارَ، قَالَ: يَا أَهْلَ
الْجَنَّةِ، كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ؟ قَالُوا: لَبِثْنَا
يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ. قَالَ: لَنِعْمَ مَا اتَّجَرْتُمْ فِي يَوْمٍ أَوْ
بَعْضِ يَوْمٍ: رَحْمَتِي وَرِضْوَانِي وَجْنَّتِي، امْكُثُوا فِيهَا خَالِدِينَ
مُخَلَّدِينَ؟ ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ
عَدَدَ سِنِينَ؟ قَالُوا: لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ. فَيَقُولُ:
بِئْسَ مَا اتَّجَرْتُمْ فِي يَوْمٍ أَوْ بَعْضِ يَوْمٍ: نَارِي وَسُخْطِي،
امْكُثُوا فِيهَا خَالِدِينَ مُخَلَّدِينَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul
Wazir, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami
Safwan, dari Aifa' ibnu Abdul Kala'i, bahwa ia pernah mendengar Aifa'
berkhotbah di hadapan orang banyak, yang antara lain ia mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah setelah memasukkan
ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka, berfirmanlah Dia,
'Hai ahli surga, berapa tahunkah kalian tinggal di bumi?' Mereka menjawab,
'Kami tinggal selama sehari atau setengah hari.' (Allah berfirman), 'Alangkah
baiknya apa yang kalian pertukarkan dalam waktu sehari atau setengah hari itu
dengan rahmat, rida dan surga-Ku. Sekarang tinggallah di dalam surga untuk
selama-lamanya. ' Kemudian Allah berfirman, 'Hai ahli neraka, berapa tahunkah
kalian tinggal di bumi? ' Mereka menjawab 'Kami tinggal hanya satu atau
setengah hari.' Allah berfirman, 'Alangkah buruknya apa yang kalian pertukarkan
dalam waktu sehari atau setengah hari itu dengan neraka dan murka-Ku. Sekarang
tinggallah kalian di dalam neraka untuk selama-lamanya'.”
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ
عَبَثًا}
Maka apakah kamu mengira
bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main? (Al Mu’minun: 115)
Yakni apakah kalian menduga
bahwa kalian diciptakan dengan main-main, tanpa tujuan, tanpa berkehendak, dan
tanpa hikmah dari Kami? Menurut pendapat lain agar kalian hidup main-main dan
berbuat sia-sia seperti Aku menciptakan binatang ternak, tiada pahala dan tiada
siksaan. Sesungguhnya Kami ciptakan kalian tiada lain hanyalah untuk beribadah
dan mengerjakan perintah-perintah Allah Swt.
{وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ}
dan bahwa kalian tidak akan
dikembalikan kepada Kami? (Al Mu’minun: 115)
Maksudnya, kalian tidak akan
dikembalikan ke kampung akhirat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى}
Apakah manusia mengira bahwa
ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban) ? (Al-Qiyamah: 36)
Yaitu terlupakan dan dibiarkan
saja.
Firman Allah Swt.:
{فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ}
Maka Mahatinggi Allah, Raja
yang sebenarnya. (Al Mu’minun: 116)
Yakni Mahasuci Allah dari
menciptakamnakhluk dengan sia-sia, karena sesungguhnya Dia adalah raja yang sebenarnya,
Mahasuci Dia dari melakukan perbuatan tersebut.
{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْكَرِيمِ}
tidak ada Tuhan selain Dia,
Tuhan (yang mempunyai) Arasy yang mulia. (Al
Mu’minun: 116)
Disebutkan 'Arasy karena 'Arasy
merupakan atap bagi semua makhluk; dan disebutkan bahwa sifat 'Arasy itu mulia,
yakni indah pemandangannya lagi megah bentuknya. Seperti pengertian yang ada
dalam firman-Nya:
{فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ
كَرِيمٍ}
lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Luqman:
10)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ali
ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman
(seorang syekh dari Irak), telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Safwan,
dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Sa'id ibnul 'As yang mengatakan
bahwa akhir khotbah yang diutarakan oleh Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz ialah
pada pertamanya disebutkan puji dan sanjungan kepada Allah Swt., lalu
berkatalah ia, "Ama Ba'du. Hai manusia, sesungguhnya kalian
diciptakan bukan dengan main-main, dan kalian tidak akan dibiarkan tersia-sia.
Sesungguhnya kalian akan dikembalikan di negeri akhirat, lalu Allah akan turun
untuk memutuskan perkara di antara kalian dan memutuskan hukum-Nya. Maka
alangkah kecewa dan celakalah seseorang hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari
rahmat-Nya dan diharamkan memasuki surga-Nyayang hiasnya seluas langit dan
bumi. Tidakkah kalian ketahui, bahwa tiada seorang pun yang aman dari azab
Allah di hari esok kecuali orang-orang yang selalu ingat akan hari kembali dan
takut kepadanya, serta menukar yang fana dengan yang kekal, yang sedikit dengan
yang banyak, dan yang takut dengan yang aman."
Umar ibnu Abdul Aziz melanjutkan
khotbahnya, "Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya kalian berasal
dari (air mani yang dikeluarkan dari) tulang sulbi orang-orang yang telah
binasa (mati), dan kelak sesudah kalian terdapat orang-orang yang menjadi
penerus kalian, sedangkan kalian kembali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta,
Pewaris yang terbaik. Kemudian setiap pagi dan petang kalian mengantarkan
orang-orang yang menghadap kepada Allah Swt. karena telah menemui ajalnya, lalu
kalian menguburkannya ke dalam tanah yang berbeda dengan tempat sebelumnya,
sedangkan semua kekasihnya telah dia tinggalkan dan kini tempatnya menyatu
dengan tanah. Di hadapannya terbentang hisab perhitungan amal perbuatannya;
kini nasibnya tergantung kepada amal perbuatannya, dia tidak memerlukan lagi
apa yang ditinggalkannya dan sangat memerlukan amal perbuatan untuk menghadapi
masa mendatangnya. Karena itu bertakwalah kepada Allah, hai hamba-hamba Allah,
sebelum usia habis dan maut datang merenggut nyawa." Kemudian Umar ibnu
Abdul Aziz mengusap matanya dengan ujung kain sorbannya. Ia menangis, dan
orang-orang yang ada di sekitarnya ikut menangis pula.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Nasir Al-Khaulani, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Abu
Hubairah, dari Hasan ibnu Abdullah, bahwa seorang lelaki yang sedang sakit
dijumpai oleh Abdullah ibnu Mas'ud yang sedang berlalu di dekatnya. Maka
Abdullah ibnu Mas'ud membacakan ayat berikut di dekat telinganya, yaitu firman
Allah Swt.: Maka apakah kalian mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kalian secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya. (Al Mu’minun:
115-L16), hingga akhir surat. Maka orang tersebut sembuh dengan seketika. Lalu
Ibnu Mas'ud menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw.
bertanya, "Apakah yang engkau bacakan pada telinganya?" Ibnu Mas'ud
menceritakan ayat-ayat yang dibacanya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda:
"بِمَاذَا قَرَأْتَ فِي أُذُنِهِ؟ " فَأَخْبَرَهُ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ رَجُلًا مُوقنا قَرَأَهَا عَلَى جَبَل
لَزَالَ".
Demi Tuhan Yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya seorang lelaki membacakannya
dengan penuh keyakinan terhadap sebuah bukit, niscaya bukit itu akan lenyap.
Abu Na'im telah meriwayatkan
melalui jalur Khalid ibnu Nizar, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Muhammad ibnul
Munkadir, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibnul Haris, dari ayahnya yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengutus kami dalam suatu sariyyah (pasukan
khusus) dan memerintahkan kami untuk membaca ayat berikut bila berada di petang
dan pagi hari, yaitu firman-Nya: Maka apakah kalian mengira bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa
kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Mu’minun: 115) Kami selalu
membacanya, maka kami berhasil menang dan memperoleh ganimah serta dalam
keadaan selamat.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ
وَهْبٍ الْعَلَّافُ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو المُسَيَّب سَلَمَةُ بْنُ
سَلَامٍ، حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ خُنَيْس ، عَنْ نَهْشَل بْنِ سَعِيدٍ، عَنِ
الضَّحَّاكِ بْنِ مُزَاحِم، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "أَمَانٌ لِأُمَّتِي مِنَ الْغَرَقِ إِذَا
رَكِبُوا فِي السُّفُنِ: بِسْمِ اللَّهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ، {وَمَا قَدَرُوا
اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا
يُشْرِكُونَ}، {بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ
رَحِيمٌ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Wahb Al-Allaf Al-Wasiti, telah
menceritakan kepada kami Abul Musayyab Salim ibnu Salam, telah menceritakan
kepada kami Bakr ibnu Hubaisy, dari Nahsyal ibnu Sa'id, dari Ad-Dahhak ibnu
Muzahim, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Untuk keselamatan bagi umatku dari tenggelam bila mereka naik
perahu (kapal laut) ialah (bacaan berikut), "Dengan menyebut
nama Allah, Raja yang sebenarnya. Dan mereka tidak menghargai Allah dengan
penghargaan yang semestinya. Bumi ini seluruhnya kelak di hari kiamat berada
dalam genggaman kekuasaan-Nya dan langit digulung dengan tangan kekuasaan-Nya.
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (terhadap-Nya).
Dengan menyebut asma Allah Yang telah memperjalankan-nya (bahtera) dan
yang melabuhkannya, sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
penyayang.”
Al Mu’minun, ayat 117-118
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ
رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (117) وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ (118) }
Dan barang
siapa yang menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu
dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan
katakanlah, "Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau
adalah Pemberi rahmat yang paling baik.”
Allah Swt. mengancam orang yang
mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan menyembah selain-Nya bersama Dia, dan
Allah memberitahukan bahwa sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah itu
tidak mempunyai bukti yang menguatkan perbuatannya, yakni tiada dalil yang
melandasi pendapatnya yang demikian itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ
لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ}
Dan barang siapa menyembah
tuhan yang lain di samping Allah, padahal tiada suatu dalil pun baginya tentang
itu. (Al-Mu’minun: 117)
Kalimat 'padahal tiada suatu
dalil pun baginya tentang itu' merupakan kalimat sisipan, sedangkan jawab
syarat-nya adalah firman Allah Swt. berikutnya, yaitu:
{فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ}
maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. (Al Mu’minun: 117)
Yakni Allah-lah yang kelak akan
menghisab (memperhitungkan) perbuatannya itu. Kemudian Allah Swt. memberitahukan
melalui firman selanjutnya:
{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu tiada beruntung. (Al Mu’minun: 117)
Artinya, kelak di hari kiamat di
hadapan Allah tidak beroleh keberuntungan dan tidak pula keselamatan.
قَالَ قَتَادَةُ: ذُكِرَ لَنَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ: "مَا تَعْبُدُ؟ " قَالَ: أَعْبُدُ
اللَّهَ، وَكَذَا وَكَذَا-حَتَّى عَدَّ أَصْنَامًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَأَيُّهُمْ إِذَا أَصَابَكَ ضُرٌّ
فدعوتَه، كَشْفَهُ عَنْكَ؟ ". قَالَ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ:
["فَأَيُّهُمْ إِذَا كَانَتْ لَكَ حَاجَةٌ فدعوتَه أَعْطَاكَهَا؟ "
قَالَ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ]: "فَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى أَنْ
تَعْبُدَ هَؤُلَاءِ مَعَهُ؟ " قَالَ: أَرَدْتُ شُكْرَهُ بِعِبَادَةِ
هَؤُلَاءِ مَعَهُ أَمْ حَسِبْتُ أَنْ يُغْلَبَ عَلَيْهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَعْلَمُونَ وَلَا يَعْلَمُونَ"
قَالَ الرَّجُلُ بَعْدَ مَا أَسْلَمَ: لَقِيتُ رَجُلًا خَصَمَنِي.
Qatadah mengatakan, telah
diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. pernah bertanya kepada seorang lelaki,
"Apakah yang kamu sembah?" Lelaki itu menjawab, "Saya
menyembah Allah, juga menyembah anu dan anu," seraya menyebut nama
beberapa berhala sembahannya yang lain. Rasulullah Saw. bertanya, "Manakah
di antara sembahanmu itu bila kamu tertimpa musibah, lalu kamu menyerunya dan
dia melenyapkan musibah itu darimu?" Si lelaki itu menjawab,
"Allah Yang Mahaagung lagi Mahamulia." Rasulullah Saw. bertanya,
"Siapakah di antara sesembahan-sesembahanmu itu yang bila kamu
mempunyai suatu keperluan, lalu kamu menyerunya, maka dia memberikan kepadamu
apa yang kamu perlukan?" Si lelaki menjawab, "Allah Yang
Mahaagung lagi Mahamulia." Nabi Saw. bertanya, "Lalu apakah yang
mendorongmu menyembah berhala-berhala itu di samping Dia? Ataukah kamu mengira
bahwa berhala-berhala itu dapat mengalahkan Dia?" Si lelaki berkata
dalam jawabannya, "Saya bermaksud mengungkapkan rasa syukur saya
kepada-Nya lewat menyembah berhala-berhala itu." Maka Rasulullah Saw.
bersabda, "Kalian mengetahui, tetapi kalian tidak mengamalkannya."
Setelah lelaki itu masuk Islam, ia berkata, "Saya telah bersua dengan
seseorang yang mendebat saya."
Bila ditinjau dari jalur
periwayatannya hadis ini berpredikat mursal. Akan tetapi, Abu Isa
At-Turmuzi di dalam kitab Jami'-nya telah meriwayatkannya dengan
menyandarkannya kepada Imran ibnul Husain, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw.,
lalu disebutkan hal yang semisal.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ
خَيْرُ الرَّاحِمِينَ}
Dan katakanlah, "Ya
Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat
yang paling baik.” (Al Mu’minun: 118)
Melalui ayat ini Allah memberi
petunjuk kepada Nabi-Nya tentang apa yang harus diucapkan dalam berdoa
kepada-Nya.
Ampunan artinya Allah menghapus dosa-dosanya dan menyembunyikannya dari
manusia. Rahmat artinya diberikan bimbingan dan taufik oleh Allah dalam
semua ucapan dan perbuatannya.
آخَرُ
تَفْسِيرِ سُورَةِ الْمُؤْمِنُونَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar