25. SURAH AL-FURQAN
تَفْسِيرُ سُورَةِ الْفُرْقَانِ
(Pemisah / Pembeda)
Makkiyyah, 77 ayat kecuali ayat 68, 69 dan 70 Madaniyyah
Turun sesudah Surat Yasin
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Al-Furqan, ayat 1-2
{تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ
الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1) الَّذِي لَهُ
مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (2) }
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang
kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-(Nya), dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Allah
Swt. berfirman, memuji diri-Nya sendiri Yang Mahamulia atas apa yang telah
diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, yaitu Al-Qur'an yang mulia, seperti pengertian
yang terdapat di dalam firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا * قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا
شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ}
Segala
puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan
akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah, dan memberi berita gembira
kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh. (Al-Kahfi:
1-2), hingga akhir ayat.
Dan
dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{تَبَارَكَ}
Mahasuci
Allah. (Al-Furqan: 1)
Lafaz
tabaraka adalah wazan tafa'ala dari lafaz al-barakah, yakni
keberkahan yang tetap, kokoh, lagi kekal.
{الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ}
yang
telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qufan).
(Al-Furqan: 1)
Nazzala
adalah kata kerja yang menunjukkan
pengertian menurunkan secara berulang-ulang dan banyak. Sama dengan pengertian
yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَالْكِتَابِ الَّذِي نزلَ عَلَى رَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزلَ مِنْ قَبْلُ}
dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. (An-Nisa:
4)
Kalau
Al-Qur'an disebutkan dengan nazzala yang menunjukkan makna turun secara
berulang-ulang dengan ulangan yang banyak, sedangkan kitab-kitab terdahulu
disebutkan dengan nazala. Karena kitab-kitab terdahulu diturunkan
sekaligus, sedangkan Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur,
terpisah-pisah, dan terinci ayat demi ayat, hukum demi hukum dan surat demi
surat. Hal ini lebih berkesan dan lebih mendapat perhatian yang sangat dari
orang yang Al-Qur'an diturunkan kepadanya. Seperti yang disebutkan oleh firman
Allah Swt. dalam pertengahan surat ini, yaitu:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نزلَ
عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا. وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ
وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا}
Berkatalah
orang-orang yang kafir, " Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang kafir itu datang
kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datang kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya. (Al-Furqan: 32-33)
Karena
itulah Allah menemakan Al-Qur'an dalam ayat ini dengan Al-Furqan, sebab
Al-Qur'an membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, membedakan antara
jalan petunjuk dan jalan kesesatan, dan membedakan antara jalan yang menyimpang
dan jalan yang lurus, serta membedakan antara yang halal dan yang haram.
Firman
Allah Swt.:
{عَلَى عَبْدِهِ}
kepada
hamba-Nya. (Al-Furqan:
1)
Kata
sifat ini mengandung makna pujian dan sanjungan karena di-mudafi-kan
kepada predikat kehambaan yang berarti hamba Allah, sebagaimana hal ini
disebutkan pula dalam salah satu keadaannya yang paling mulia, yaitu saat ia
di-Isra-kan, melalui firman-Nya:
{سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
لَيْلا}
Mahasuci
Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam. (Al-Isra: 1)
Sebagaimana
disebutkan pula pujian ini di saat ia sedang berdoa melalui firman-Nya:
{وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ
يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا}
Dan
bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad)
berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu
desak mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19)
Sebagaimana
disebutkan pula predikat ini saat wahyu diturunkan kepadanya dan malaikat turun
menemuinya, melalui firman-Nya:
{تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى
عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}
Mahasuci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}
agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
Yakni
sesungguhnya dia (Nabi Saw.) dikhususkan oleh Allah untuk menerima Kitab yang mufassal,
mulia, menjelaskan, lagi muhkam.
{لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ}
Yang
tidak datang kepadanya (Al-Qur'an)
kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari
Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Yaitu
Kitab yang dijadikan sebagai Furqan yang besar; tiada lain hal ini agar ia
mengemban risalah secara khusus ditujukan kepada orang-orang yang bernaung di
bawah pohon-pohon yang hijau dan orang-orang yang hidup di padang sahara (yakni
semua bangsa), sebagaimana yang disebutkan oleh salah satu dari sabdanya yang
mengatakan:
"بُعِثْتُ إِلَى
الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku
diutus kepada bangsa yang berkulit merah dan berkulit hitam.
Dan
sabda lainnya yang mengatakan:
"أُعْطِيتُ خمسًا لم يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ
الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي"
Sesungguhnya
aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun
dari kalangan para nabi sebelumku.
Yang
antara lain disebutkan:
"كَانَ النَّبِيُّ
يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Dahulu
seorang nabi diutus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada
seluruh umat manusia.
Sama
halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah,
"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158), hingga akhir ayat.
Yakni
Tuhan yang mengutusku adalah Allah Yang memiliki langit dan bumi, yang
berfirman kepada sesuatu, "Jadilah," maka terjadilah dia, Dialah Yang
Menghidupkan dan Yang Mematikan. Seperti yang disebutkan dalam ayat ini melalui
Firman-Nya:
{الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ
وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ}
yang
kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaannya). (Al-Furqan: 2)
Allah
Swt. membersihkan diri-Nya dari beranak dan sekutu. Kemudian dalam firman
berikutnya disebutkan:
{وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ
تَقْدِيرًا}
Dia
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya. (Al-Furqan:
2)
Yakni
segala sesuatu selain Dia adalah makhluk lagi dimiliki, sedangkan Dialah Yang
Menciptakan segala sesuatu, Yang Menguasai, Yang Memiliki dan Tuhannya, segala
sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, diatur oleh-Nya, tunduk kepada-Nya dan
kepada takdir-Nya.
Al-Furqan,
ayat 3
{وَاتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلا يَمْلِكُونَ
لأنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلا نَفْعًا وَلا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلا حَيَاةً وَلا
نُشُورًا (3) }
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain dari-Nya (untuk disembah), yang
tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan
tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudaratan dari dirinya dan tidak (pula
untuk mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa
mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.
Allah
Swt. menceritakan tentang kebodohan orang-orang musyrik karena mereka
menjadikan tuhan-tuhan selain Allah Yang Menciptakan segala sesuatu dan Yang
Mengatur semua urusan; segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan
segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan ada. Tetapi
sekalipun demikian, orang-orang musyrik itu menyembah berhala-berhala di
samping Allah, padahal berhala-berhala itu tidak mampu menciptakan sayap lalat
pun, bahkan mereka sendiri diciptakan; mereka tidak dapat menolak kemudaratan
yang menimpa dirinya, tidak dapat pula menarik manfaat buat dirinya. Lalu mana
mungkin mereka berkuasa atas para pengabdinya?
{وَلا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلا حَيَاةً وَلا
نُشُورًا}
dan
(juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan, dan tidak (pula) membangkitkan. (Al-Furqan:
3)
Yakni
mereka tidak dapat berbuat sesuatu pun dari hal tersebut, bahkan semuanya itu
bersumber dari Allah Swt. yang menghidupkan dan yang mematikan, Dialah yang
akan menghidupkan kembali semua makhluk kelak di hari kiamat. Baik orang-orang
yang terdahulu maupun orang-orang yang kemudian, semua akan dibangkitkan-Nya
kembali.
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا
كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah
Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan
dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)
Perihalnya
sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ
بِالْبَصَرِ}
Dan
perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50)
{فَإِنَّمَا
هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ * فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya
pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta-merta
mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)
{فَإِنَّمَا
هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ يَنْظُرُونَ}
Maka
sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja, maka tiba-tiba
mereka melihatnya. (As-Saffat:
19)
Dan
firman Allah Swt.:
{إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً
فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ}
Tidak
adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua
dikumpulkan kepada Kami. (Yasin:
53)
Dialah
Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia, tidak boleh
dilakukan penyembahan kecuali hanya kepada Dia; karena apa yang Dia kehendaki
pasti ada, dan apa yang Dia tidak kehendaki pasti tidak ada. Dia adalah Tuhan
yang tiada beranak, tiada diperanakkan, tiada persamaan, tiada pengganti, tiada
pembantu, dan tiada yang menandingi-Nya. Bahkan Dia adalah Yang Maha Esa,
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan
tiada seorang pun yang menyamai-Nya.
Al-Furqan,
ayat 4-6
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ
فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (4) وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا (5) قُلْ أَنزلَهُ
الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا
رَحِيمًا (6) }
Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain
hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum
yang lain, " maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan
dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang
dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya
setiap pagi dan petang.” Katakanlah, "Al-Qur’an itu diturunkan oleh (Allah) yang
mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Allah
Swt. berfirman, menceritakan tentang kurangnya akal orang-orang yang bodoh dari
kalangan orang-orang kafir sehubungan dengan pendapat mereka tentang Al-Qur'an.
Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ}
Al-Qur’an
ini tiada lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad. (Al-Furqan: 4)
Maksudnya,
kebohongan yang dibuat-buat oleh Muhammad.
{وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ}
dan
dibantu oleh kaum yang lain. (Al-Furqan:
4)
Yaitu
dia dalam menghimpunnya meminta bantuan kepada kaum yang lain. Maka Allah
menjawab mereka melalui firman-Nya:
{فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا}
maka
sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. (Al-Furqan: 4)
Artinya,
sungguh mereka telah membuat-buat perkataan yang batil. Mereka mengetahui bahwa
perkataannya itu batil, dan mereka menyadari akan kedustaan tuduhan yang mereka
lancarkan itu.
{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ
اكْتَتَبَهَا}
Dan
mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya
dituliskan.”(Al-Furqan:
5)
Yakni
kitab-kitab orang-orang terdahulu, lalu dia meminta agar dibuat salinan
untuknya.
{فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا}
"Maka
dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." (Al-Furqan: 5)
Yaitu
setiap pagi dan sore. Ucapan mereka ini diketahui kebatilannya oleh semua orang
karena ngaco, dusta, dan buat-buatan serta tidak ada buktinya. Karena
sesungguhnya telah diketahui secara mutawatir dan pasti bahwa Muhammad
Rasulullah Saw. tidak pernah belajar menulis, baik di permulaan usianya maupun
di akhirnya. Dia tumbuh di tengah-tengah mereka yang melancarkan tuduhan
tersebut, sejak kelahirannya hingga Allah mengangkatnya sebagai utusan-Nya,
yang memakan waktu empat puluh tahun. Mereka secara pasti mengetahui
seluk-beluknya, kejujurannya, kebersihan dirinya, kebajikannya, sifat
amanahnya, jauh dari dusta dan perbuatan lacur serta akhlak-akhlak yang rendah
lainnya. Hingga mereka memberinya julukan Al-Amin sejak kecil sampai
Allah mengangkatnya sebagai utusan, sebab mereka mengetahui kejujuran dan
kebajikannya.
Tetapi
setelah Allah memuliakannya dengan mengangkatnya sebagai seorang rasul, maka
mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadapnya dan melemparinya dengan
tuduhan-tuduhan tersebut, yang diketahui oleh setiap orang yang berakal, bahwa
beliau bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Mereka sendiri bingung
dalam melancarkan tuduhannya, terkadang mereka dengan tuduhan dustanya
menjulukinya sebagai seorang penyihir, terkadang mengatakannya sebagai seorang
penyair, adakalanya mengatakannya sebagai seorang yang gila, adakalanya pula
mengatakannya sebagai pendusta. Allah Swt. telah berfirman:
{انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ
فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا}
Lihatlah
bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka
menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra: 48)
Allah
menjawab keingkaran dan kedustaan mereka melalui firman-Nya:
{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ
فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah,
"Al-Qur’an ini diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. (Al-Furqan:
6), hingga akhir ayat.
Yakni
Al-Qur'an yang mengandung kisah-kisah orang-orang terdahulu dan terkemudian
dengan pemberitaan yang hak dan benar serta sesuai dengan kejadiannya yang di
masa lalu maupun di masa mendatang, diturunkan oleh:
{أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ}
(Allah)
yang mengetahui rahasia. (Al-Furqan: 6)
Yakni
Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi, dan mengetahui semua
rahasia (hal-hal yang tersembunyi) sebagaimana pengetahuan Allah terhadap
hal-hal yang nyata.
*******************
Firman
Allah Swt.:
{إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا}
Sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 6)
Allah
menyeru mereka untuk bertobat dan kembali kepada-Nya seraya memberitahukan
kepada mereka bahwa rahmat Allah Mahaluas dan maafNya Mahabesar. Selain dari
itu orang yang bertobat kepada-Nya, Dia menerima tobatnya. Sekalipun mereka
mendustakan rasul, melancarkan tuduhan-tuduhan yang bohong kepadanya, durhaka,
kafir, dan ingkar serta segala ucapan mereka yang tidak layak terhadap Rasul
dan Al-Qur'an, Allah masih tetap menyeru mereka untuk bertobat dan menghentikan
perbuatan-perbuatan yang biasa mereka lakukan sebelumnya, dan Allah menyeru
mereka untuk masuk Islam dan menempuh jalan petunjuk. Seperti yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا
إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ * أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ
وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwasanya Allah salah seorang dari
yang tiga, "padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka
mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 73-74)
Dan
firman Allah Swt.:
{إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ
عَذَابُ الْحَرِيقِ}
Sesungguhnya
orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki
dan perempuan, kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahannam
dan bagi mereka azab (neraka)
yang membakar. (Al-Buruj: 10)
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan bahwa perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan Allah ini,
padahal mereka membunuh kekasih-kekasih-Nya, tetapi Dia masih menyeru mereka
untuk bertobat dan beroleh rahmat.
Al-Furqan, ayat 7-14
{وَقَالُوا مَالِ هَذَا
الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ
مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7) أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ
لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا
رَجُلا مَسْحُورًا (8) انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا
يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا (9) تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا
مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا
(10) بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ وَأَعْتَدْنَا لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ
سَعِيرًا (11) إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا
وَزَفِيرًا (12) وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا
هُنَالِكَ ثُبُورًا (13) لَا تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا
ثُبُورًا كَثِيرًا (14) }
Dan mereka
berkata, "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?
Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu
memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya
perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat
makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata,
"Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena
sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan
tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan
(untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci (Allah) yang jika Dia
menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada yang
demikian, (yaitu) surga-surgayang mengalir sungai-sungai di bawahnya,
dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana. Bahkan mereka
mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi
siapa yang mendustakan hari kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari
tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila
mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka dengan dibelenggu, mereka di
sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Jangan
kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan
yang banyak."
Allah Swt. menceritakan tentang
kebandelan, keingkaran, dan pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir
terhadap perkara hak. Mereka melakukan demikian tanpa hujah dan tanpa dalil,
melainkan hanya beralasan dengan ucapan mereka, seperti yang disitir oleh
firman berikut:
{مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ
الطَّعَامَ}
Mengapa rasul ini memakan
makanan. (Al-Furqan: 7) Yakni seperti kami makan,
dan berhajat seperti kami berhajat.
{وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ}
dan berjalan di pasar-pasar? (Al-Furqan: 7)
Yaitu mondar-mandir ke pasar karena
mencari mata pencaharian dan berdagang.
{لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ
مَعَهُ نَذِيرًا}
Mengapa tidak diturunkan
kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama
dengan dia? (Al-Furqan: 7)
Mereka mengatakan bahwa mengapa
tidak diturunkan kepadanya malaikat dari sisi Allah, lalu malaikat itu menjadi
saksi atas kebenaran yang diakuinya? Makna ini sama dengan apa yang terdapat di
dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan Fir'aun:
{فَلَوْلا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِنْ
ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ}
Mengapa tidak dipakaikan
kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk
mengiringkannya? (Az-Zukhruf: 53)
Demikian pula mereka mengatakan
hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Fir'aun, hati mereka serupa dalam
hal kekafirannya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya yang
mengisahkan ucapan mereka:
{أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز}
atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan. (Al-Furqan:
8)
Yaitu pengetahuan mengenai
perbendaharaan harta, lalu ia berinfak darinya.
{أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ
مِنْهَا}
atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari
(hasil)nya. (Al-Furqan: 8)
Yakni kebun itu berjalan
bersamanya ke mana pun ia pergi. Semuanya itu amatlah mudah bagi Allah untuk
merealisasikannya. Tetapi karena ada hikmah yang hanya diketahui oleh-Nya, maka
hal tersebut tidak direalisasikannya. Hanya Dialah yang mempunyai alasan paling
tepat dalam meninggalkan hal tersebut.
{وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ
إِلا رَجُلا مَسْحُورًا}
Dan orang-orang yang zalim
itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki
yang kena sihir.” (Al-Furqan: 8)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ}
Perhatikanlah, bagaimana
mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka. (Al-Furqan: 9)
Yakni tuduhan-tuduhan dusta yang
mereka lancarkan terhadap dirimu, antara lain mereka mengatakan bahwa kamu
adalah seorang tukang sihir, orang yang terkena sihir, orang gila, pendusta,
atau penyair. Semuanya itu merupakan perkataan yang batil yang sama sekali
tidak ada buktinya. Setiap orang yang mempunyai pemahaman dan akal yang
sedikitpun akan mengetahui kedustaan dan buat-buatan mereka itu dalam hal
tersebut. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{فَضَلُّوا}
lalu sesatlah mereka. (Al-Furqan: 9)
Yaitu sesat dari jalan petunjuk.
{فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا}
mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).
(Al-Furqan: 9)
Demikian itu karena setiap orang
yang keluar dari jalan yang hak dan petunjuk, maka sesungguhnya dia adalah
orang yang sesat ke mana pun ia pergi; karena perkara hak adalah satu,
metodanya menyatu, sebagian darinya membenarkan sebagian yang lain.
Kemudian Allah Swt. berfirman,
memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa jika Dia menghendaki, tentu Dia dapat
mendatangkan hal yang lebih baik, lebih utama, dan lebih indah di dunia ini
daripada apa yang mereka katakan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ
خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ}
Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu
yang lebih baik daripada yang demikian. (Al-Furqan: 10), hingga akhir ayat.
Mujahid mengatakan bahwa hal
tersebut direalisasikan di dunia. Yakni Allah jika menghendaki, tentu dapat
merealisasikannya di dunia. Orang-orang Quraisy mengatakan bahwa setiap rumah
yang terbuat dari batu dinamakan qasr (gedung), baik yang berbentuk
kecil maupun besar.
Sufyan As-Sauri telah
meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Khaisamah, bahwa pernah dikatakan
kepada Nabi Saw.: "Jika kamu suka, Kami dapat memberikan kepadamu
perbendaharaan-perbendaharaan bumi dan kunci-kuncinya dalam jumlah yang belum
pernah Kami berikan kepada seorang nabi pun sebelummu. Dan Kami tidak akan
memberikannya kepada seorang pun sesudahmu, dan hal itu tidak akan mengurangi
pahala yang ada di sisi Allah bagimu.” Maka Nabi Saw. berkata,
"Himpunkanlah semuanya itu buatku di akhirat.” Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya sehubungan dengan hal ini, yaitu: Mahasuci (Allah)
yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik
daripada yang demikian. (Al-Furqan: 10), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ}
Bahkan mereka mendustakan
hari kiamat. (Al-Furqan: 11)
Yakni sesungguhnya mereka
mengatakan demikian karena tidak percaya dan ingkar, bukan berarti mereka
menuntut hal tersebut agar mereka dapat menyaksikan kebenaran dan petunjuk
dengan sebenar-benarnya. Bahkan mereka mendustakan adanya hari kiamat, yang hal
ini mendorong mereka mengucapkan apa yang telah mereka ucapkan itu.
{وَأَعْتَدْنَا
لِمَنْ كَذَّبَ
بِالسَّاعَةِ سَعِيرًا}
Dan Kami sediakan neraka yang
menyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan:
11)
Yaitu azab yang menyakitkan lagi
membakar dan tidak tertahankan, yakni neraka Jahanam.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
Salamah ibnu Kahil, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna Sa'ir, bahwa
ia adalah nama sebuah lembah nanah di dalam neraka Jahanam.
Firman Allah Swt.:
{إِذَا رَأَتْهُمْ
مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}
Apabila neraka itu melihat
mereka dari tempat yang jauh. (Al-Furqan: 12)
Maksudnya, bila neraka Jahanam
melihat mereka di Padang Mahsyar.
Menurut As-Saddi, dari jarak
seratus tahun.
{سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا}
mereka mendengar kegeramannya
dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12)
Yakni karena merasa geram dan
marah kepada mereka. Sama seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا
شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ}
Apabila mereka dilemparkan ke
dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu
menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu
terpecah-pecah lantaran marah. (Al-Mulk: 7-8)
Yaitu hampir saja sebagian dari
neraka terpisah dengan sebagian yang lainnya karena kemarahannya yang sangat
terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا إِدْرِيسُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ
الْأَخْيَفِ الْوَاسِطِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَسَنِ
الْوَاسِطِيَّ، عَنْ أَصْبَغَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ كَثِيرٍ، عَنْ
خَالِدِ بْنِ دُرَيْك، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم:
"من يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، أَوِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ وَالِدَيْهِ،
أَوِ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ، فَلْيَتَبَوَّأْ [مَقْعَدَهُ مِنَ
النَّارِ". وَفِي رِوَايَةٍ: "فَلْيَتَبَوَّأْ] بَيْنَ عَيْنَيْ جَهَنَّمَ
مَقْعَدًا" قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لَهَا مِنْ عَيْنَيْنِ؟
قَالَ: "أَمَا سَمِعْتُمُ اللَّهَ يَقُولُ: {إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ
بَعِيدٍ} الْآيَةَ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Idris ibnu Hatim ibnul Ahnaf Al-Wasiti, bahwa ia
mendengar Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti meriwayatkan hadis ini dari As-bag
ibnu Zaid, dari Khalid ibnu Kasir, dari Khalid ibnu Duraik berikut sanadnya,
dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengatakan dariku,
padahal aku tidak mengatakannya; atau mendakwakan dirinya bukan kepada kedua
orang tuanya; atau menisbatkan dirinya bukan kepada mawalinya (orang-orang
yang telah memerdekakannya), maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menempati
tempat duduknya di neraka. Menurut riwayat lain disebutkan: hendaklah ia
bersiap-siap menduduki tempat duduknya di antara kedua mata neraka Jahanam. Ketika
ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah neraka Jahanam mempunyai kedua
mata?" Rasulullah Saw. bersabda menjawabnya: Bukankah kalian telah
mendengar Allah Swt. pernah berfirman, "Apabila neraka itu melihat mereka
dari tempat yang jauh.” (Al-Furqan: 12), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari
Muhammad ibnu Khaddasy, dari Muhammad ibnu Yazid Al-Wasiti dengan sanad yang
sama.
Ibnu Abu Hatim telah mengatakan
pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Ais ibnu Salim, dari Abu
Wa-il yang menceritakan bahwa kami berangkat bersama Abdullah ibnu Mas'ud
dengan ditemani oleh Ar-Rabi ibnu Khaisam. Lalu mereka melewati sebuah tempat
pandai besi, maka Abdullah berhenti melihat besi yang sedang dipanggang di
dalam api. Ar-Rabi ibnu Khaisam melihatnya pula. Maka tiba-tiba tubuh Ar-Rabi'
terhuyung-huyung dan jatuh. Kemudian Abdullah melewati tempat pembakaran air
panas untuk mandi sauna di pinggir Sungai Furat. Ketika Abdullah melihat api
menyala dengan hebatnya di dalam tempat pembakaran itu, lalu ia membaca firman-Nya:
Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar
kegeramannya dan suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Maka Ar-Rabi' jatuh
pingsan, lalu mereka menggotongnya pulang ke rumah keluarganya. Abdullah
mengikatnya ke punggung kendaraannya, ternyata ia tidak sadar juga sesampainya
di rumah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah
ibnu Raja', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari
Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya seorang hamba
diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak sekali gelegak seperti suara
geraman begal keledai saat melihat gandum (makanannya). Kemudian neraka itu
menggelegar sekali gelegar, dengan suara yang membuat tidak ada seorang pun
yang mendengarnya melainkan merasa takut. Demikianlah menurut apa yang telah
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut sanadnya secara ringkas.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah
meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Yahya, dari Mujahid berikut sanadnya
sampai kepada Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya bila seorang hamba
diseret ke dalam neraka, maka neraka surut dan sebagian darinya terpisah dari
sebagian yang lain. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah bertanya kepada neraka,
"Mengapa kamu?" Neraka menjawab, "Sesungguhnya dia meminta
perlindungan kepada-Mu dariku." Maka Allah berfirman, "Lepaskanlah
hamba-Ku." Sesungguhnya ada seorang lelaki yang diseret ke dalam neraka,
maka ia berkata, "Wahai Tuhanku, bukan seperti ini yang aku dugakan
kepada-Mu." Allah berfirman, "Lalu apakah prasangkaanmu terhadap-Ku?"
Dia menjawab, "Engkau luaskan rahmat-Mu buatku." Maka Allah berfirman
(kepada neraka), "Lepaskanlah hamba-Ku." Dan sesungguhnya ada seorang
lelaki yang diseret ke dalam neraka, maka neraka bergelegak terhadapnya
sebagaimana begal menggeram ketika melihat gandum, lalu neraka menggelegar
sekali gelegar yang membuat tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan
ketakutan. Sanad asar ini sahih.
Abdur Razzaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar dari Mansur, dari Mujahid, dari Ubaid ibnu
Umair sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mendengar kegeramannya dan
suara nyalanya. (Al-Furqan: 12) Sesungguhnya neraka Jahanam itu menggelegar
sekali gelegar, lalu tiada seorang malaikat terdekat pun, dan tiada pula
seorang nabi yang menjadi rasul pun melainkan jatuh tersungkur dengan muka di
bawah (karena ketakutan), semua persendian tulangnya bergetar sehingga Ibrahim
a.s. sendiri terduduk bersideku di atas kedua lututnya seraya berkata,
"Wahai Tuhanku, aku tidak memohon kepadamu hari ini kecuali untuk
keselamatan diriku."
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا
ضَيِّقًا}
Dan apabila mereka
dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13)
Qatadah telah meriwayatkan dari
Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa semisal dengan lubang
klem untuk mata tombak, yakni kerena sempitnya tempat itu.
Abdullah ibnu Wahb mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Yazid, dari Yahya ibnu Usaid yang
me-rafa'-kan hadis ini hingga sampai kepada Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw.
pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: Dan apabila mereka dilemparkan ke
tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu. (Al-Furqan: 13) Maka
Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُمْ ليُسْتَكرهون فِي
النَّارِ، كَمَا يُسْتَكْرَهُ الْوَتِدُ فِي الْحَائِطِ"
Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya mereka dipaksakan masuk ke dalam neraka,
sebagaimana pasak dipaksakan masuk ke dalam tembok.
Menurut Abu Saleh, makna
firman-Nya, "Muqarranin, " artinya dibelenggu, mereka di
sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan: 13) Yakni kebinasaan, penyesalan,
dan kekecewaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Janganlah kamu
sekalian mengharapkan satu kebinasaan di hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga
akhir ayat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلَيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَوَّلُ
مَنْ يُكسَى حُلَّةً مِنَ النَّارِ إِبْلِيسُ، فَيَضَعُهَا عَلَى حَاجِبَيْهِ،
وَيَسْحَبُهَا منْ خَلْفه، وَذُرِّيَّتُهُ مِنْ بَعْدِهِ، وَهُوَ يُنَادِي: يَا
ثُبُورَاهُ، وَيُنَادُونَ: يَا ثُبُورَهُمْ. حَتَّى يَقِفُوا عَلَى النَّارِ،
فَيَقُولُ: يَا ثُبُورَاهُ. وَيَقُولُونَ: يَا ثُبُورَهُمْ. فَيُقَالُ لَهُمْ: لَا
تَدْعُوَا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا، وَادْعُوَا ثُبُورًا كَثِيرًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu
Salamah, dari Ali ibnu Yazid, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Orang yang mula-mula diberi pakaian api ialah iblis,
maka iblis meletakkan pakaian itu pada kedua alisnya dan ia menyeret pakaian
itu di belakangnya, sedangkan keturunannya berada sesudahnya, seraya berseru,
"Binasalah aku." Dan mereka diseru, "Alangkah binasanya mereka (iblis
dan keturunannya)," hingga berhentilah mereka di neraka. Maka iblis
berkata, "Binasalah aku." Mereka berkata, "Alangkah binasanya
mereka." Lalu dikatakan kepada mereka (iblis dan keturunannya), "Janganlah
kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini, melainkan harapkanlah
kebinasaan yang banyak.”
Akan tetapi, tiada seorang pun
dari kalangan Sittah yang mengetengahkan hadis ini. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Sinan, dari Affan dengan sanad yang sama. Ibnu
Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah kamu sekalian
mengharapkan satu kebinasaan pada hari ini. (Al-Furqan: 14), hingga akhir
ayat. Yakni janganlah kalian pada hari ini mengharapkan satu kecelakaan
melainkan harapkanlah kecelakaan yang banyak.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa as-subur
artinya kebinasaan.
Pendapat yang kuat mengatakan
bahwa subur pengertiannya mencakup kebinasaan, kecelakaan, kerugian, dan
kehancuran. Seperti yang dikatakan oleh Musa kepada Fir'aun:
{وَإِنِّي لأظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ
مَثْبُورًا}
dan sesungguhnya aku mengira
kamu, hai Fir'aun, seorang yang akan binasa. (Al-Isra:
102)
Yakni binasa.
Abdullah ibnuz Zaba'ri telah
mengatakan dalam salah satu bait syair gubahannya:
إذْ أجَاري الشَّيطانَ فِي سَنَن الغيَ ... يِ،وَمنْ مَالَ مَيْلَهُ
مَثْبُورُ
Jika
aku mengikuti setan dalam kesesatannya, dan orang yang mengikuti setan pastilah
akan binasa.
Al-Furqan, ayat 15-16
{قُلْ أَذَلِكَ خَيْرٌ
أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءً
وَمَصِيرًا (15) لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ خَالِدِينَ كَانَ عَلَى رَبِّكَ
وَعْدًا مَسْئُولا (16) }
Katakanlah,
"Apa (azab) yang
demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa?” Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.
Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedangkan mereka
kekal (di dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut
dimohonkan (kepada-Nya).
Allah Swt. berfirman, "Hai
Muhammad, kisah yang telah Aku paparkan kepadamu menyangkut keadaan orang-orang
yang celaka, yaitu orang-orang yang diseret ke dalam neraka Jahanam dengan muka
di bawah, maka neraka menyambut kedatangan mereka dengan suara gemuruh dan
gelegaknya yang dahsyat. Dan mereka dicampakkan ke tempat yang paling sempit
dalam keadaan terbelenggu, sehingga mereka tidak dapat bergerak dan tidak dapat
pertolongan serta tidak dapat terlepas dari azab yang mereka alami. Maka apakah
azab seperti itu lebih baik, ataukah surga kekal yang telah dijanjikan Oleh
Allah buat hamba-hamba-Nya yang bertakwa adalah lebih baik? Surga itu telah
dijanjikan oleh Allah buat mereka dan dijadikan oleh-Nya sebagai balasan serta
tempat kembali mereka atas ketaatan mereka selama di dunia."
{لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ}
Bagi mereka di dalam surga
itu apa yang mereka kehendaki. (Al-Furqan: 16)
Yakni semua kesenangan, berupa
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan
pemandangan-pemandangan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah
terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang pun. Selain
dari itu mereka tinggal kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, tanpa terputus,
tanpa habis-habisnya, dan tanpa sirna; mereka sama sekali tidak mau pindah
darinya. Ini merupakan janji Allah Swt. yang memberikan kemurahan dan kebaikanNya
kepada mereka. Karena itu, disebutkanlah oleh firman-Nya:
{كَانَ عَلَى رَبِّكَ وَعْدًا مَسْئُولا}
(Hal itu) adalah janji dari
Tuhanmu yang patut dimohonkan. (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16)
Yakni sebagai suatu janji yang
harus dan pasti terjadi. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh
Abu Ja'far ibnu Jarir dari salah seorang ulama ahli bahasa Arab. Yaitu bahwa
makna firman-Nya: sebagai janji yang pasti (terjadi). (Al-Furqan: 16)
Makna yang dimaksud adalah janji yang pasti.
Ibnu Juraij dari 'Ata dari Ibnu
Abbas menyebutkan bahwa makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari
Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Yakni hendaklah
mereka memohon kepada-Nya apa yang telah dijan ikan-Nya itu dan meminta supaya
dikabulkan.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
sehubungan dengan makna firman-Nya: (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang
patut dimohonkan (kepada-Nya). (Al-Furqan: 16) Sesungguhnya para malaikat
memohonkan hal tersebut bagi mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي
وَعَدْتَهُمْ}
Ya Tuhan kami, dan
masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada
mereka. (Al-Mu’min: 8)
Abu Hazim mengatakan bahwa
apabila hari kiamat telah terjadi, orang-orang mukmin berkata, "Wahai
Tuhan kami, kami telah beramal sesuai dengan perintahMu kepada kami, maka
tunaikanlah bagi kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami." Yang
demikian itu adalah firman Allah Swt.: janji yang patut dimohonkan (kepada-Nya).
(Al-Furqan: 16)
Keadaan yang diceritakan dalam surat
ini menyangkut kisah neraka dan menyinggung keadaan ahli surga. Sama dengan apa
yang disebutkan oleh Allah dalam surat As-Saffat yang menceritakan keadaan ahli
surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, yaitu firman-Nya:
{أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ
الزَّقُّومِ * إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ
تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ *
فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ * ثُمَّ إِنَّ
لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ * ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى
الْجَحِيمِ إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ * فَهُمْ عَلَى آثَارِهِمْ
يُهْرَعُونَ}
(Makanan surga) itukah
hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan
pohon zaqqum itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia
adalah sebuah pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala, mayangnya
seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan
sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum
itu. Kemudian sesudah makan buah zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang
bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali
mereka benar-benar ke neraka jahim. Karena sesungguhnya mereka mendapati
bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka sangat tergesa-gesa
mengikuti jejak orang tua-orang tua mereka. (As-Saffat: 62-70)
Al-Furqan, ayat 17-19
{وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ
وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَقُولُ أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي
هَؤُلاءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ (17) قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ
يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنْ
مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى نَسُوا الذِّكْرَ وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا
(18) فَقَدْ كَذَّبُوكُمْ بِمَا تَقُولُونَ فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًا وَلا
نَصْرًا وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا (19) }
Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah
menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah
berkata (kepada yang disembah), 'Apakah kamu menyesatkan hamba-hamba-Ku
itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?" Mereka
(yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagi
kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung, tetapi Engkau telah
memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa
mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa.” 'Maka
sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang
apa yang kalian katakan, maka kalian tidak akan dapat menolak (azab) dan
tidak (pula) menolong (diri kalian); dan barang siapa di antara
kalian yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan peristiwa yang terjadi di hari kiamat menyangkut kecaman yang
ditujukan terhadap orang-orang kafir karena mereka menyembah selain Allah,
seperti para malaikat dan lain-lainnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ}
Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka
beserta apa yang mereka sembah selain Allah. (Al-Furqan: 17)
Mujahid mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah seperti Isa, Uzair, dan para malaikat.
{فَيَقُولُ أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ
عِبَادِي}
lalu Allah berkata (kepada yang disembah), "Apakah kalian telah menyesatkan
hamba-hamba-Ku itu?” (Al-Furqan: 17), hingga akhir ayat.
Yakni Allah Swt. berfirman
kepada mereka yang disembah, "Apakah kalian telah menyeru mereka untuk
menyembah diri kalian selain Aku, ataukah mereka menyembah kalian atas
keinginan mereka sendiri tanpa seruan dari kalian kepada mereka?"
Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ
اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ
إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ
مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ. مَا قُلْتُ لَهُم}
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah?'.”Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang
ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya).
(Al-Maidah: 116-117), hingga akhir ayat.
Karena itu Allah Swt. berfirman,
menceritakan apa yang dikatakan oleh berhala-berhala yang disembah itu kelak di
hari kiamat.
{قَالُوا سُبْحَانَكَ مَا كَانَ يَنْبَغِي
لَنَا أَنْ نَتَّخِذَ مِنْ دُونِكَ مِنْ أَوْلِيَاءَ}
Mereka (yang disembah itu) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah
patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk jadi) pelindung. (Al-Furqan:
18)
*******************yh
{وَلَكِنْ مَتَّعْتَهُمْ وَآبَاءَهُمْ}
tetapi Engkau telah memberi
mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup. (Al-Furqan:
18)
Yaitu mereka diberi usia panjang
sehingga mereka melupakan az-zikr. Yang dimaksud dengan az-zikr ialah
wahyu yang telah diturunkan oleh Allah kepada mereka melalui lisan para
rasul-Nya, yang isinya menyeru untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya, tiada
sekutu bagi-Nya.
{وَكَانُوا قَوْمًا بُورًا}
dan mereka adalah kaum yang
binasa. (Al-Furqan: 18)
Ibnu Abbas mengatakan, makna bura
ialah binasa.
Al-Hasan Al-Basri dan Malik
mengatakan dari Az-Zuhri, bahwa makna bura ialah tiada kebaikan pada
mereka.
Ibnuz Zaba'ri telah mengatakan
dalam bait syairnya ketika ia masuk islam:
يَا رَسُولَ المَليك إِنَّ
لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ
أَنَا بُورُ ...
إذْ أُجَارِي الشَّيطَانَ فِي سَنَن الغيْ ... يِ، وَمَن مالَ مَيْلَه
مَثْبُورُ ...
Wahai
Rasul Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku ini terkunci, tidak pernah
terbuka saat aku dalam keadaan tidak baik, yaitu ketika aku menuruti langkah
setan dalam kesesatannya; dan barang siapa yang cenderung kepada langkah setan,
pastilah ia binasa.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَقَدْ كَذَّبُوكُمْ بِمَا تَقُولُونَ}
Maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kalian tentang apa yang
kalian katakan. (Al-Furqan: 19)
Yakni orang-orang yang kalian
sembah selain Allah itu mendustakan pengakuan kalian yang mengatakan bahwa
mereka adalah pelindung kalian, dan bahwa mereka dapat mendekatkan diri kalian
kepada Allah. Seperti pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat
lain:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ
دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ * وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً
وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat
memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada
hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan
mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَا تَسْتَطِيعُونَ صَرْفًا وَلا نَصْرًا}
maka kalian tidak akan dapat
menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (diri
kalian). (Al-Furqan: 19)
Artinya, mereka tidak mampu
memalingkan azab dari diri mereka dan tidak pula mereka dapat membela dirinya
sendiri.
{وَمَنْ يَظْلِمْ مِنْكُمْ}
dan barang siapa di antara
kalian yang berbuat zalim. (Al-Furqan: 19)
Yakni mempersekutukan Allah.
{نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا}
niscaya Kami rasakan
kepadanya azab yang besar. (Al-Furqan: 19)
Al-Furqan, ayat 20
{وَمَا أَرْسَلْنَا
قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ
وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً
أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا (20) }
Dan Kami
tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan
dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi
sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? Dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.
Allah Swt. berfirman,
memberitahukan tentang para rasul terdahulu yang telah Dia utus, bahwa mereka
memakan makanan dan memerlukan gizi, serta biasa berjalan di pasar-pasar untuk
mencari mata pencaharian dan berdagang. Hal tersebut tidaklah bertentangan
dengan keadaan mereka dan juga kedudukan mereka, karena sesungguhnya Allah Swt.
telah menjadikan pada diri mereka tanda-tanda yang baik, sifat-sifat yang
terpuji, ucapan-ucapan yang utama, amal perbuatan yang sempurna, dan
mukjizat-mukjizat yang cemerlang serta dalil-dalil (bukti-bukti) yang jelas
sehingga orang yang mempunyai hati yang sehat dan pandangan yang lurus akan
membenarkan bahwa apa yang disampaikan oleh mereka itu dari Allah Swt. Makna
ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain,
yaitu:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا
رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى}
Kami tidak mengutus sebelum
kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara
penduduk kota. (Yusuf: 109)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا
يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ}
Dan tidaklah Kami jadikan
mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan. (Al-Anbiya:
8), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً
أَتَصْبِرُونَ}
Dan Kami jadikan sebagian
kalian cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? (Al-Furqan: 20)
Yaitu Kami uji sebagian kalian
dengan sebagian yang lain, dan Kami cobai sebagian kalian dengan sebagian yang
lain agar Kami mengetahui siapa orang yang taat dan siapa orang yang durhaka
(di antara kalian). Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا}
Maukah kalian bersabar? Dan
adalah Tuhanmu Maha Melihat. (Al-Furqan: 20)
Yakni siapakah yang patut diberi
wahyu. Pengertiannya sama dengan apa yang terkandung di dalam firman-Nya:
{اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ
رِسَالَتَهُ}
Allah lebih mengetahui di
mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al-An'am:
124)
Maksudnya, siapa yang berhak
dianugerahi tugas kerasulan, dan siapa yang tidak berhak menerimanya.
Muhammad ibnu Ishaq telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami jadikan
sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? (Al-Furqan:
20) Seakan-akan Allah berfirman, "Seandainya Aku menghendaki dunia ini Aku
jadikan bersama para rasul-Ku, agar mereka tidak ditentang, tentulah Aku dapat
melakukannya. Akan tetapi, sengaja Aku menghendaki untuk menguji hamba-hamba-Ku
dengan para rasul-Ku, dan Aku menguji para rasul-Ku dengan mereka."
Di dalam kitab Sahih Muslim telah
diriwayatkan melalui Iyad ibnu Hammad, dari Rasulullah Saw. yang telah
bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ: إِنِّي مُبْتَلِيك، ومُبْتَلٍ بِكَ"
Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menguji (hamba-hamba)-Ku
denganmu."
Di dalam kitab musnad disebutkan
dari Rasulullah Saw.:
"لَوْ شِئْتُ لَأَجْرَى اللَّهُ مَعِي جِبَالَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ"
Seandainya aku menghendaki,
tentulah Allah akan menjadikan untukku gunung-gunung itu emas dan perak.
Di dalam kitab sahih disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah disuruh memilih antara menjadi seorang nabi lagi
seorang raja atau menjadi seorang hamba lagi seorang rasul. Maka Nabi Saw.
memilih agar dirinya dijadikan seorang hamba lagi seorang rasul.
**************************************
Akhir juz 18
**************************************
Rev.
26.05.2013
Al-Furqan,
ayat 21-24
وَقَالَ
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ
أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا
كَبِيرًا (21) يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ
وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا (22) وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23) أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ
مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا (24)
Berkatalah
orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami,
"Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat
Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka
benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. Pada hari
mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang
yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” Dan Kami dapati segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang beterbangan. Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat
tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.
Allah
Swt. berfirman, menceritakan tentang kerasnya kekafiran dan keingkaran
orang-orang kafir. Hal ini terbaca dari ucapan mereka, seperti yang disitir
oleh firman-Nya:
{لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}
Mengapakah
tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21)
Yakni
untuk membawa risalah sebagaimana risalah diturunkan kepada para nabi, seperti yang
diceritakan oleh Allah Swt. dalam ayat lain menyitir ucapan mereka melalui
firman-Nya:
{قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى
مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ}
Kami
tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang
telah diberikan kepada utusan-utusan Allah. (Al-An'am: 124)
Makna
ayat ini dapat pula ditakwilkan bahwa maksud mereka yang diutarakan oleh
firman-Nya:
{لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}
Mengapakah
tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21)
sehingga
kita dapat melihat mereka dan mereka memberitahukan kepada kita bahwa Muhammad
adalah utusan Allah, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya
menceritakan perkataan mereka:
{أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ
قَبِيلا}
atau
kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. (Al-Isra: 92)
Tafsir
atau makna ayat ini telah diterangkan di dalam surat Al-Isra. Karena itu, dalam
ayat ini disebutkan bahwa mereka (orang-orang kafir) mengatakan:
{أَوْ نَرَى رَبَّنَا}
atau
(mengapa) kita (tidak) melihat
Tuhan kita? (Al-Furqan: 21)
Dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا}
Sesungguhnya
mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah
melampaui batas (dalam
melakukan) kezaliman. (Al-Furqan: 21)
Dalam
ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ
قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati
berbicara dengan mereka. (Al-An'am:
111), hingga akhir ayat.
*****
Adapun
firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى
يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا}
Pada
hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi
orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan: 22)
Maksudnya,
mereka tidak dapat melihat malaikat di hari yang paling baik bagi mereka,
bahkan di hari mereka dapat melihat para malaikat, tiada kabar gembira bagi
mereka. Yang demikian itu bertepatan dengan saat mereka menjelang kematiannya,
yaitu di saat para malaikat memberitahukan kepada mereka bahwa mereka masuk
neraka dan mendapat murka dari Tuhan Yang Mahaperkasa. Saat itu malaikat
berkata kepada orang kafir tepat-padasaat roh keluar dari tubuhnya,
"Keluarlah, hai jiwa yang kotor, dari tubuh yang kotor. Keluarlah kamu
menuju ke dalam siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih,
dan dalam naungan asap yang hitam."
Roh
orang kafir itu menolak, tidak mau keluar dan bercerai-berai ke seluruh
tubuhnya. Maka malaikat maut memukulinya (hingga keluar secara paksa). Hal ini digambarkan
oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ
كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ}
Kalau
kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal:
50), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو
أَيْدِيهِمْ}
Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am:
93)
Yakni
memukuli mereka dengan tangannya.
{أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ
الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ}
(sambil
berkata), "'Keluarkanlah nyawamu.” Di hari kamu dibalas dengan siksaan
yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya. (Al-An'am: 93)
Karena
itulah dalam ayat yang mulia ini Allah Swt. berfirman:
{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى
يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ}
Pada
hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi
orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan:
22)
Hal
ini berbeda dengan keadaan yang dialami oleh orang-orang mukmin, saat mereka
menjelang kematiannya. Karena sesungguhnya mereka mendapat berita gembira akan
kebaikan-kebaikan dan beroleh hal-hal yang menggembirakan. Allah Swt. telah
berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ
رَحِيمٍ}
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah
kalian merasa takut dan janganlah kalian merasa sedih; dan bergembiralah kalian
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.”
Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di
dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai balasan (bagi kalian) dari Tuhan
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fussilat: 30-32)
Di
dalam hadis sahih disebutkan melalui Al-Barra ibnu Azib, bahwa malaikat berkata
kepada roh orang mukmin, "Keluarlah, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang
baik, jika kamu hendak memakmurkannya. Keluarlah kamu menuju kehidupan yang
penuh dengan kenikmatan dan keharuman serta Tuhan yang tidak murka." Hadis
ini secara utuh disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim pada pembahasan
firman-Nya:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ
اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}
Allah
meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang
Dia kehendaki. (Ibrahim: 27)
Ulama
lain mengatakan, makna yang dimaksud dari firman-Nya:
{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}
Pada
hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira. (Al-Furqan: 22)
Yakni
pada hari kiamat, menurut Mujahid dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya. Tidak ada
pertentangan di antara pendapat ini dan pendapat sebelumnya. Karena para
malaikat pada kedua hari tersebut —yaitu hari kematian dan hari berbangkit—
menampakkan dirinya kepada orang-orang mukmin, juga orang-orang kafir. Maka
para malaikat menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin, bahwa
mereka akan mendapat rahmat dan rida. Sedangkan kepada orang-orang kafir para
malaikat memberitahukan bahwa mereka akan mendapat kekecewaan dan kerugian,
maka di hari itu tiada berita bagi orang-orang yang berdosa.
{وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا}
dan
mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan: 22)
Yaitu
para malaikat berkata kepada orang-orang kafir, "Haram berat bagi kalian
mendapat keberuntungan pada hari ini." Asa! kata al-hijr artinya
terlarang. Dikatakan, "Hajaral Qadi 'Ala Fulanin, (kadi menahan si
Fulan)," yakni manakala si kadi menahan kebebasannya, adakalanya karena
orang yang bersangkutan jatuh pailit (dalam usahanya), atau karena masih kecil
(berusia muda) (sehingga dilarang melakukan tasarruf), atau karena kurang
akalnya, atau karena faktor yang lain. Diambil dari kata ini juga pengertian Hijir
(Isma'il) yang ada di sisi Ka'bah; karena orang-orang yang bertawaf
dilarang melakukan tawaf di dalamnya, melainkan tawaf hanya dilakukan di
luarnya. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan kepada 'aql (penjamin)
dengan sebutan hijr karena ia mencegah orang yang berada di bawah
jaminannya melakukan hal-hal yang tidak layak. Kesimpulannya ialah bahwa damir
yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ}
dan
mereka mengatakan. (Al-Furqan:
22)
kembali
kepada malaikat. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan,
Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Khasif, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Musa (yakni Ibnu Qais),
dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan mereka mengatakan, "Hijran Mahjura." (Al-Furqan:
22) Maksudnya, haram berat mendapat berita gembira seperti berita gembira yang
diperoleh orang-orang yang bertakwa. Ibnu Jarir meriwayatkan hal ini dari Ibnu
Juraij yang pernah mengatakan bahwa hal itu merupakan perkataan orang-orang
musyrik.
{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}
Pada
hari mereka melihat malaikat. (Al-Furqan:
22)
Yakni
orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepada Allah dari (kebengisan)
para malaikat. Demikian itu (kata Ibnu Juraij) karena orang-orang Arab di masa
dahulu bila seseorang dari mereka mengalami musibah atau kesengsaraan, ia
mengatakan, "Hijran Mahjura."
Pendapat
ini sekalipun mempunyai alasan dan sumber, tetapi jika dipandang dari segi
konteks ayat jauh sekali dari kebenaran, terlebih lagi jumhur ulama telah me-nas-kan
hal yang bertentangan dengannya.
Akan
tetapi, Ibnu Abu Nujaih pernah meriwayatkan dari Mujahid bahwa Mujahid pernah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Hijran Mahjura" Makna
yang dimaksud ialah memohon perlindungan dengan sangat, sehingga pendapat ini
mirip dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ibnu Juraij. Tetapi herannya
disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Abu Nujaih, dari Mujahid
yang mengatakan bahwa Hijran Mahjura artinya memohon perlindungan,
yang mengatakannya adalah para malaikat. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui
maksud sebenarnya.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Al-Furqan:
23).
Ini
terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang telah
dilakukan oleh semua hamba, amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah
memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu
imbalan pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka
menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka. Demikian
itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat,
yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap
amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan
tuntunan syariat yang diridai adalah batil. Amal perbuatan orang-orang kafir
itu tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut, dan adakalanya kedua
syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk
itu.Allah Swt. berfirman: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,
lalu Kamijadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan:
23)
Mujahid
dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah Kami hadapi. Hal yang
sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang mengatakannya
'Kami datangi'.
*****
Firman
Allah Swt.:
{فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
lalu
Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23)
Sufyan
As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan
dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Yaitu
sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.
Hal
yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ali
r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,
Sa'id Ibnu Jubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Hal
yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang memasuki
lubang dinding rumah seseorang di antara kalian; seandainya dia meraupkan
tangannya pada sinar itu, ia tidak dapat menangkapnya.
Ali
ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Yang dimaksud ialah air yang
ditumpahkan.
Abul
Ahwas meriwayatkan dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba
'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang
semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Qatadah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan:
23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila tertiup angin? Makna yang
dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran itu.
Abdullah
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim, dari Abu
Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya al-haba
itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.
Kesimpulan
dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang dikandung oleh
ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal perbuatan yang
menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan Raja, Hakim
Yang Mahaadil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah menganiaya
seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama sekali.
Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tiada artinya lagi berserakan,
yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama telah
diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ
Orang-orang
yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup
angin dengan keras. (Ibrahim:
18), hingga akhir ayat.
Dan
firman Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ
النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا
يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا}
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan.
(Al Baqarah: 264)
Juga
firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ
كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ
يَجِدْهُ شَيْئًا}
Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur: 39)
Tafsir
mengenainya telah disebutkan di dalam tafsir surat An-Nur.
****
Firman
Allah Swt.:
{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ
مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni
surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya. (Al-Furqan:
24)
Yakni
kelak di hari kiamat.
{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ
وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}
Tidak
sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni
surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20)
Karena
ahli surga memperoleh kedudukan-kedudukan yang tinggi dan gedung-gedung yang
aman sentosa. Mereka berada di tempat yang aman, bagus pemandangannya, lagi
harum tempat tinggalnya.
{خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا
وَمُقَامًا}
mereka
kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76)
Sedangkan
ahli neraka berada di tempat yang paling bawah, kekecewaan yang berturut-turut,
dan berbagai macam azab serta siksaan.
{إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}
Sesungguhnya
Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 66)
Yaitu
neraka adalah tempat yang paling buruk pemandangannya dan tempat tinggal yang
paling jelek. Karena itulah disebutkan sebagai lawan katanya melalui
firman-Nya:
{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ
مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni
surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya. (Al-Furqan:
24)
Berkat
amal perbuatan mereka yang diterima oleh Allah Swt.. akhirnya mereka memperoleh
apa yang mereka peroleh dan menempati tempat mereka itu; berbeda halnya dengan
keadaan ahli neraka. Sesungguhnya ahli neraka tidak mempunyai suatu amal pun
yang menjadi alasan bagi mereka untuk dapat masuk surga dan selamat dari siksa
neraka. Untuk itu Allah mengingatkan keadaan orang-orang yang berbahagia dengan
membandingkannya dengan keadaan orang-orang yang celaka. Orang-orang yang
celaka itu sama sekali tidak ada kebaikan pada diri mereka. Untuk itu Allah
Swt. berfirman:
{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ
مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni
surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya. (Al-Furqan:
24)
Ad-Dahhak
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya hal itu terjadi hanya dalam sesaat;
kekasih-kekasih Allah datang dengan berada di atas dipan-dipan ditemani oleh
bidadari-bidadari yang bermata jelita, sedangkan musuh-musuh Allah datang
bersama setan-setan dalam keadaan terbelenggu. Sa'id Ibnu Jubair mengatakan
bahwa Allah merampungkan hisab (perhitungan) amal perbuatan dalam waktu
setengah hari, kemudian ahli surga mengambil tempatnya di surga dan ahli neraka
mengambil tempatnya di neraka. Allah Swt. berfirman: Penghuni-penghuni surga
pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Ikrimah
mengatakan, sesungguhnya dia benar-benar mengetahui saat ahli surga memasuki
surga dan ahli neraka memasuki neraka. Kalau diumpamakan dengan waktu di dunia,
terjadi pada saat seusai waktu duha, bilamana orang-orang pulang ke rumahnya
untuk beristirahat siang hari. Ahli neraka digiring masuk ke dalam neraka;
Sedangkan ahli surga dibawa masuk ke dalam surga, lalu mengambil tempat
tinggalnya masing-masing di dalam surga. Mereka langsung di jamu dengan makanan
hati ikan paus hingga mereka semua kenyang. Yang demikian itu disebutkan oleh
Allah Swt. di dalam firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling
baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan:
24)
Sufyan
meriwayatkan dari Maisarah, dari Al-Minhal, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah
ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa belum lagi setengah hari masing-masing
golongan telah menempati tempat peristirahatannya. Kemudian Abdullah ibnu
Mas'ud membaca firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik
tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24);
-dan membaca- Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke
neraka Jahim. (As-Saffat: 68)
Al-Aufi
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Penghuni-penghuni
surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Mereka beristirahat di dalam gedung-gedung
surga, dan hisaban mereka saat ditampilkan di hadapan Tuhan mereka hanya sekali
tampil saja. Yang demikian itu adalah hisab yang ringan, seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ * فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا * وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ
مَسْرُورًا}
Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan
gembira. (AI-lnsyiqaq: 7-9)
Qatadah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: paling baik tempat tinggalnya
dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24). Maqilan artinya
tempat bernaung dan tempat tinggal.
Qatadah
mengatakan bahwa Safwan ibnu Muharriz pernah mengatakan, kelak di hari kiamat
didatangkan dua orang laki-laki; salah seorangnya adalah seorang raja saat di
dunia yang menguasai orang-orang yang berkulit merah dan berkulit putih, lalu
ia menjalani hisabnya. Ternyata dia adalah seorang hamba yang sama sekali tidak
pernah melakukan suatu kebaikan pun, maka diperintahkanlah agar ia dimasukkan
ke dalam neraka. Sedangkan lelaki yang lain adalah seseorang yang hanya
memiliki pakaian yang menempel di tubuhnya, lalu ia menjalani hisabnya. Ia
berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau belum pernah memberikan sesuatu pun
kepadaku yang layak Engkau lakukan hisab terhadapku karenanya." Allah
berfirman, "Benarlah hambaku, maka lepaskanlah dia", lalu Allah
memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam surga. Setelah itu keduanya
dibiarkan selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian lelaki yang
masuk neraka itu dipanggil, tiba-tiba ternyata rupanya seperti arang yang hitam
legam. Dikatakan kepadanya, "Apakah yang telah engkau jumpai?" Ia
menjawab, "Tempat peristirahatan yang paling buruk." Dikatakan pula
kepadanya, "Kembalilah kamu (ke neraka)." Kemudian dipanggillah
lelaki yang masuk surga. Tiba-tiba rupanya seperti bulan di malam purnama. Maka
dikatakan kepadanya, "Apakah yang engkau jumpai ?" Ia menjawab,
"Tempat peristirahatan yang paling baik wahai Tuhanku." Lalu
dikatakan kepadanya, "Kembalilah kamu (ke surga)."
Riwayat
ini diketengahkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris. Sa'id As-Sawwaf
pernah menceritakan kepadanya bahwa pernah sampai kepadanya sebuah hadis yang
mengatakan, hari kiamat diperpendek bagi orang mukmin, sehingga lamanya seperti
jarak waktu antara salat Asar dan tenggelamnya matahari. Mereka berada di dalam
taman-taman surga, hingga manusia selesai dari hisabnya. Yang demikian itu
adalah firman Allah Swt.: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik
tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Al-Furqan,
ayat 25-29
وَيَوْمَ
تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا (25)
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ
عَسِيرًا (26) وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا (27) يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ
فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
Dan
(ingatlah) hari (ketika) langit
pecah-belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan malaikat
bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan
Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran
bagi orang-orang kafir. Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang
yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, "Aduhai kiranya (dulu)
aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya
aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya
dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang
kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.
Allah
Swt. menceritakan tentang kedahsyatan hari kiamat dan semua peristiwa besar
yang terjadi padanya. Antara lain ialah terbelahnya langit, lalu mengeluarkan
kabut putih, yaitu naungan yang berupa cahaya yang amat besar lagi menyilaukan
mata. Pada hari itu malaikat-malaikat turun dari langit, lalu mengelilingi
semua makhluk di padang mahsyar. Kemudian datanglah Tuhan Yang Mahasuci lagi
Mahatinggi untuk memutuskan peradilan.
Mujahid
mengatakan bahwa hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ
اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى
اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ}
Tiada
yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan
awan. (Al-Baqarah: 210), hingga akhir ayat.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Ammar ibnul
Haris, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu
Abbas, bahwa ia membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan (ingatlah) hari
(ketika itu) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan
malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Kemudian Ibnu Abbas
mengatakan bahwa Allah menghimpun makhluk pada hari kiamat di suatu padang yang
amat luas; jin, manusia, binatang ternak, binatang pemangsa, burung-burung, dan
semua makhluk lainnya. Lalu terbelahlah langit yang paling bawah dan para
penghuninya turun, mereka berjumlah jauh lebih banyak daripada jin, manusia,
dan semua makhluk lainnya. Lalu para penghuni langit itu mengelilingi jin,
manusia, dan semua makhluk. Kemudian terbelah pula langit yang kedua. Para
penghuninya turun, lalu mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelum
mereka, jin, manusia, dan makhluk lainnya; mereka mempunyai bilangan yang jauh
lebih banyak daripada para penghuni langit terbawah dan semua makhluk yang
telah ada. Lalu terbelah pulalah langit yang ketiga, dan turunlah para
penghuninya yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk langit yang
terbawah, penduduk langit yang kedua, dan semua makhluk. Kemudian mereka
mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelumnya, juga jin, manusia, dan
semua makhluk. Demikianlah seterusnya, penduduk setiap langit turun dalam
jumlah yang jauh lebih besar daripada sebelumnya berkali lipat, hingga
terbelahlah langit yang ketujuh. Penduduk langit yang ketujuh turun dalam
jumlah jauh lebih banyak daripada penduduk langit sebelumnya, dan lebih banyak
daripada jin, manusia, dan semua makhluk. Lalu mereka mengelilingi para
malaikat yang telah turun sebelum mereka dari kalangan penduduk langit, juga
jin, manusia serta semua makhluk lainnya. Lalu turunlah Tuhan kita Yang
Mahaagung lagi Mahamulia dalam naungan awan putih, sedangkan di sekitar-Nya
terdapat malaikat-malaikat karubiyyin. Jumlah malaikat karubiyyin jauh
lebih banyak daripada semua penduduk langit yang tujuh lapis; juga jin,
manusia, dan semua makhluk. Mereka mempunyai tanduk seperti mata-mata tombak;
mereka tinggal di bawah 'Arasy, suara mereka gemuruh mengucapkan tasbih,
tahlil, dan taqdis kepada Allah Swt. Jarak antara bagian telapak kaki seseorang
dari mereka sampai ke mata kakinya sama dengan jarak perjalanan lima ratus
tahun. Tinggi antara mata kaki sampai lututnya sama dengan perjalanan lima
ratus tahun. Tinggi antara lutut sampai pangkal pahanya sama dengan perjalanan
lima ratus tahun. Tinggi antara pangkal paha sampai tenggorokannya sama dengan
jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan tinggi antara bagian bawah
tenggorokannya sampai ke bagian bawah telinganya sama dengan jarak perjalanan
lima ratus tahun. Sedangkan tinggi selebihnya (sampai ke kepalanya) sama dengan
jarak perjalanan lima ratus tahun. Neraka Jahanam adalah penggaruknya.
Demikianlah
menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim lengkap dengan lafaznya.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan
kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Al-Hajjaj, dari Mubarak ibnu
Fudalah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran; ia pernah
mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya langit ini apabila terbelah
akan turun darinya para malaikat yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada
manusia dan jin. Peristiwa ini akan terjadi di hari pertemuan, yaitu di hari
bertemunya penduduk langit dan penduduk bumi. Maka di awal kedatangan mereka penduduk
bumi mengatakan, "Tuhan kita telah datang." Lalu para malaikat
berkata, "Belum datang, tetapi akan datang." Kemudian terbelahlah
langit yang kedua. Setelah itu terbelah pula langit lainnya, langit demi
langit, dan turunlah para malaikat yang menghuninya dalam jumlah jauh lebih
banyak daripada sebelumnya, sampai langit yang ketujuh. Maka turunlah dari
langit yang ketujuh para malaikat yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada
semua malaikat yang turun sebelumnya dan jin serta manusia. Maka turunlah
malaikat karubiyyin, lalu turunlah Tuhan kita dengan diusung oleh
delapan malaikat penyangga' Arasy. Ketinggian antara mata kaki setiap malaikat
sampai dengan lututnya sama dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun, dan
ketinggian antara pahanya sampai ke pundaknya sama dengan jarak perjalanan
tujuh puluh tahun. Setiap malaikat dari semua malaikat itu tidak memandang
wajah temannya karena masing-masing malaikat meletakkan kepalanya di antara
kedua susunya (yakni menundukkan kepalanya) seraya mengucapkan, "Subhanal
Malikil Quddus" (Mahasuci Tuhan, Raja Yang Mahasuci). Pada kepala
mereka terdapat sesuatu yang mencuat seakan-akan seperti mata tombak, sedangkan
'Arasy berada di atasnya. Hanya sampai di sini kisah hadis.
Pada
garis besarnya hadis ini bersumber dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an; di dalam
sebagian besar konteksnya terdapat ke-daif-an, juga mengandung kemungkaran yang
berat.
Di
dalam hadis yang menceritakan tentang As-Sur (sangkakala) telah disebutkan
kisah yang mendekati kisah ini, hadisnya cukup terkenal. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
Sesungguhnya
Allah Swt. telah berfirman:
{فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ وَالْمَلَكُ عَلَى
أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ}
Maka
pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu
langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit.
Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. ( Al-Haqqah:
15-17)
Syahr
ibnu Hausyab mengatakan bahwa para malaikat penyangga 'Arasy ada delapan. Empat
malaikat di antara mereka mengatakan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan
dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji atas sifat Penyantun-Mu padahal
Engkau mengetahui." Sedangkan yang empat lainnya mengucapkan,
"Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala
puji atas maaf-Mu, padahal Engkau ber-kuasa." Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir.
Abu
Bakar ibnu Abdullah mengatakan, "Apabila penduduk bumi melihat 'Arasy
turun kepada mereka dari atas, maka semua pandangan mata terbelalak memandang
ke arahnya, semua persendian tulang mereka bergetar, dan kalbu mereka copot
dari tempatnya di dada mereka menuju ke tenggorokan mereka."
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan
kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu
Sulaiman, dari Abdul Jalil, dari Abu Hazim,dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa Allah Swt. saat turun terdapat seribu hijab antara Dia dan
Makhluk-Nya, sebagian dari hijab itu terdiri atas nur (cahaya) dan
kegelapan. Maka air yang ada dalam kegelapan itu mengeluarkan suara yang
membuat hati menjadi copot. Kisah ini mauquf hanya sampai pada Abdullah
ibnu Amr, bersumber dari ucapannya; barangkali dia menyimpulkannya dari takwil
surat Az-Zamilatain, (Al-Muddas's'ir dan Al-Muzzammil). Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
******
Firman
Allah Swt.:
{الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ
وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}
Kerajaan
yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 26), hingga akhir ayat.
Semakna
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ
الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan
siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan. (Al-Mu-min:
16)
Di
dalam kitab sahih disebutkan bahwa Allah Swt. menggulung langit dengan tangan
kanan kekuasaan-Nya, dan menggenggam bumi dengan tangan kekuasaan lainnya,
kemudian berfirmanlah Dia:
أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا
الدَّيَّانُ، أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ؟ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ
الْمُتَكَبِّرُونَ"؟
Akulah
Raja, Akulah Yang Maha Membalas, di manakah raja-raja bumi, di manakah
orang-orang yang kelewat batas, di manakah orang-orang yang takabur?
****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ
عَسِيرًا}
Dan
adalah (hari itu) satu hari yang penuh
kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)
Yakni
sangat sulit, sebab hari itu adalah hari keadilan dan hari peradilan serta
diputuskan-Nya semua perkara. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ * عَلَى
الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ}
maka
waktu itu adalah waktu (datangnya)
hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddassir:
9-10)
Demikianlah
keadaan orang-orang kafir pada hari itu. Adapun keadaan orang-orang mukmin
disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ}
Mereka
tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103)
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، حَدَّثَنَا
دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخدري قال: قِيلَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ: {يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ} مَا
أَطْوَلَ هَذَا الْيَوْمَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لِيُخَفَّفُ عَلَى
الْمُؤْمِنِ حتى يكون أَخَفَّ عَلَيْهِ مِنْ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ يُصَلِّيهَا فِي
الدُّنْيَا"
Imam
Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darraj,
dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya
lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) "Wahai Rasulullah, betapa
lamanya hari tersebut." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Demi Tuhan yang
jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh akan diringankan bagi
orang mukmin (lamanya hari tersebut) sehingga terasa lebih cepat baginya
dari suatu salat fardu yang dikerjakannya di bumi.
******
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا}
Dan
(ingatlah) hari (ketika itu) orang
yang zalim menggigit dua tangannya. (Al-Furqan: 27), hingga akhir ayat.
Allah
Swt. menceritakan tentang penyesalan orang yang zalim, yaitu orang yang
menyimpang dari hidayah Rasulullah Saw. dan tidak mempercayai kebenaran yang
disampaikan olehnya dari sisi Allah, yang tiada keraguan di dalamnya. Lalu ia
menempuh jalan lain, bukan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. Maka pada
hari kiamat nanti dia akan menyesal, yaitu di hari yang tiada gunanya lagi
penyesalan, lalu ia menggigit kedua tangannya sebagai ekspresi dari kekecewaan
dan penyesalannya. Sekalipun latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan
Uqbah ibnu Abu Mu'it atau lainnya dari kalangan orang-orang yang celaka, tetapi
maknanya bersifat umum mencakup semua orang yang zalim, sebagaimana yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
يَوْمَ
تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ
Pada
hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka. (Al-Ahzab: 66), hingga akhir ayat
berikutnya.
Setiap
orang yang zalim kelak di hari kiamat akan menyesal dengan penyesalan yang
sangat, dan ia akan menggigit kedua tangannya seraya berkata seperti yang
disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ
سَبِيلا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا}
Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). (Al-Furqan: 27-28)
karena
si Fulan memalingkannya dari jalan petunjuk, lalu membawanya ke jalan
kesesatan, jalannya orang-orang yang menyeru kepada kesesatan, baik dia adalah
Umayyah ibnu Khalaf atau saudara lelakinya (yaitu Ubay ibnu Khalaf) dan
lain-lainnya.
{لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي}
Sesungguhnya
dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang
kepadaku. (Al-Furqan: 29)
Yakni
sesudah Al-Qur'an sampai kepadanya.
*****
Dalam
firman selanjutnya disebutkan:
{وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا}
Dan
adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 29)
Yaitu
menyesatkannya dan memalingkannya dari jalan yang hak, lalu membawa dan
merayunya ke jalan kebatilan.
Al-Furqan, ayat 30-31
وَقَالَ
الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا (30)
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى
بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا (31)
Berkatalah Rasul, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak
diacuhkan.” Dan seperti itulah telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh
dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk
dan Penolong.
Allah Swt. menceritakan tentang
nabi-Nya, yaitu Muhammad Saw. Bahwa dia mengatakan:
{يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا
الْقُرْآنَ مَهْجُورًا}
Ya Tuhanku, sesungguhnya
kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan. (Al-Furqan: 30)
Demikian itu karena orang-orang
musyrik tidak mau mendengar Al-Qur'an dengan penuh ketaatan, tidak mau pula
mendengarnya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Firman-Nya
dalam ayat lain:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا
لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ}
Dan orang-orang yang kafir
berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an
ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya. (Fussilat:
26), hingga akhir ayat.
Apabila dibacakan Al-Qur'an
kepada mereka, mereka melakukan hiruk-pikuk dan banyak berbicara tentang hal
lainnya hingga orang-orang tidak dapat mendengarkannya. Ini merupakan salah
satu sikap yang menggambarkan ketidakacuhan kepada Al-Qur'an, tidak mau
beriman kepada Al-Qur'an serta tidak membenarkannya, termasuk sikap
meninggalkan Al-Qur'an. Termasuk sikap tidak mengacuhkan Al-Qur'an ialah tidak
mau merenungkan dan memahami maknanya. Termasuk ke dalam pengertian tidak
mengacuhkan Al-Qur'an ialah tidak mengamalkannya dan tidak melaksanakan
perintah-perintahnya, serta tidak meninggalkan larangan-larangannya. Termasuk pula
ke dalam pengertian tidak mengacuhkan Al-Qur'an ialah mengesampingkannya, lalu
menuju kepada yang lainnya, baik berupa syair, pendapat, nyanyian atau
main-main, cerita atau pun metode yang diambil bukan darinya.
Semoga Allah Yang Maha
Penganugerah lagi Mahakuasa atas segala sesuatu menyelamatkan kita dari hal-hal
yang membuat-Nya murka, dan menggerakkan kita kepada hal-hal yang diridai
oleh-Nya, seperti menghafal Al-Qur'an-Nya, memahaminya, dan mengamalkan apa
yang dikandungnya di tengah malam dan siang hari, sesuai dengan cara yang
disukai dan diridai-Nya. Sesungguhnya Dia Mahamulia lagi Maha Pemberi.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ
عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ}
Dan seperti itulah telah Kami
adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 31)
Seperti yang terjadi pada
dirimu, hai Muhammad, dari kaummu, yaitu orang-orang yang tidak mengacuhkan
Al-Qur'an. Hal yang sama telah terjadi pula di kalangan umat-umat terdahulu.
Karena Allah menjadikan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari kalangan orang-orang
yang berdosa yang menyeru manusia kepada kesesatan dan kekafiran mereka. Makna
ayat ini sama dengan apa yang disebut dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ
Dan demikianlah Kami jadikan
bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112)
Karena itulah dalam ayat berikut
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا}
Dan cukuplah Tuhanmu menjadi
Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqan: 31)
bagi orang yang mengikuti
Rasul-Nya, beriman kepada Kitab-Nya, membenarkannya dan mengikuti petunjuknya.
Sesungguhnya Allah akan memberinya petunjuk dan menolongnya di dunia dan di
akhirat. Disebutkan oleh firman-Nya:
{هَادِيًا وَنَصِيرًا}
menjadi Pemberi petunjuk dan
Penolong. (Al-Furqan: 31)
tiada lain karena orang-orang
musyrik selalu menghalang-halangi manusia dari mengikuti ajaran Al-Qur'an,
dengan tujuan agar tiada seorang pun yang memakai petunjuknya, dan agar jalan
mereka (orang-orang musyrik) dapat mengalahkan petunjuk Al-Qur'an. Untuk itulah
maka disebutkan oleh firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ
Dan seperti itulah, telah
Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 31), hingga akhir ayat.
Al-Furqan,
ayat 32-34
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً
وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32) وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ
وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (33) الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَى
جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلًا (34)
Berkatalah
orang-orang yang kafir, "Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (berturut-turut
dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling
baik penjelasannya. Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahanam dengan
diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya
dan paling sesat jalannya.
Allah
Swt. menceritakan tentang sikap orang-orang kafir yang banyak menentang dan
ingkar, juga keusilan mereka terhadap hal yang bukan urusan mereka, karena
mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{لَوْلا نزلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً
وَاحِدَةً}
Mengapa
Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? (Al-Furqan: 32)
Yakni
mengapa Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Muhammad tidak diturunkan sekali turun
saja, sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab yang sebelumnya sekaligus,
seperti kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab samawi lainnya?
Maka
Allah Swt. menjawab perkataan tersebut. Sesungguhnya Dia menurunkan Al-Qur'an
secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun menurut peristiwa-peristiwa
dan kejadian-kejadian yang berkaitan dengannya serta menurut hukum yang
diperlukan, tiada lain untuk meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ}
Dan
Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur. (Al-Isra: 106), hingga akhir ayat.
Dalam
ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ
تَرْتِيلا}
supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. (Al-Furqan: 32)
Qatadah
mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni Kami menjelaskannya
sejelas-jelasnya. Menurut Ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah Kami
menafsirkannya dengan jelas.
*****
{وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ}
Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33)
Yaitu
dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
{إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ
تَفْسِيرًا}
melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33)
Artinya,
tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang
perkara yang hak, melainkan Kami sanggah mereka dengan jawaban yang benar,
lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada ucapan mereka.
Sa'id
ibnu Jubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan:
33 ) Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur'an dan Rasulullah Saw. melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al-Furqan: 33), hingga akhir
ayat. kecuali Jibril turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka.
Hal
ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan
Rasulullah Saw. di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah
Swt., baik di pagi hari, maupun di petang hari, di siang hari maupun di malam
hari, sedang dalam perjalanan maupun sedang berada di tempat. Setiap kali
malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur'an, lain halnya dengan cara
penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini
merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung
ketimbang saudara-saudaranya dari kalangan semua nabi.
Al-Qur'an
adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan oleh Allah Swt., dan Nabi
Muhammad Saw. adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt.
Al-Qur'an
mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu),
yaitu Di alam mala'ul a'la, Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari Lauh
Mahfuz ke Baitul izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur'an
diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang
memerlukan penurunan)nya.
Imam
Nasai telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah
mengatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah
pada malam Qadar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun. Kemudian
membaca: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling
baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33) Dan firman Allah Swt.: Dan Al-Qur’an
itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al-Isra:
106)
Kemudian
Allah Swt. menceritakan tentang buruknya keadaan orang-orang kafir di hari
mereka dikembalikan kepada Allah, yaitu hari kiamat. Mereka digiring masuk ke
dalam neraka Jahanam dalam keadaan yang paling buruk dan rupa yang paling
jelek. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ
إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلا}
Orang-orang
yang dihimpun ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka
itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 34)
Di
dalam sebuah hadis sahih disebutkan melalui sahabat Anas yang telah mengatakan
bahwa ada seorang lelaki bertanya (kepada Rasul Saw.), "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah orang kafir digiring masuk ke neraka Jahanam di atas
mukanya?" Rasulullah Saw. menjawab:
"إِنَّ الَّذِي
أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ قَادِرٌ أَنْ يُمشِيَه عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ"
Sesungguhnya
Tuhan yang membuatnya berjalan di atas kedua kakinya mampu membuatnya berjalan
di atas mukanya kelak di hari kiamat.
Hal
yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang dari kalangan mufassirin.
Al-Furqan, ayat 35-40
{وَلَقَدْ آتَيْنَا
مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا (35) فَقُلْنَا
اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ
تَدْمِيرًا (36) وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ
وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا
(37) وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا
(38) وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا (39)
وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ أَفَلَمْ
يَكُونُوا يَرَوْنَهَا بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا (40) }
Dan sesungguhnya Kami telah
memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa dan
Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).
Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, "Pergilah, kamu berdua kepada
kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami.” Maka Kami membinasakan mereka
sehancur-hancurnya. Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka
mendustakan rasul-rasul, Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita)
mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi
orang-orang zalim azab yang pedih, dan (Kami binasakan) kaum Ad dan
Samud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara
kaum-kaum tersebut. Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan dan
masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan
sehancur-hancurnya. Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah
melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan
yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan
runtuhan itu; bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan.
Allah Swt. berfirman seraya
mengancam orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Mereka terdiri atas kalangan orang-orang musyrik kaumnya dan orang-orang yang
menentangnya. Allah Swt. memperingatkan mereka terhadap siksaan-Nya dan
azab-Nya yang sangat pedih yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah
mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah Swt. memulainya dengan menyebutkan kisah
Musa, bahwa Dia telah mengutusnya dan mengangkat saudara laki-lakinya yang
bernama Harun sebagai nabi yang membantu, mendukung, dan menolongnya. Akan
tetapi, fir'aun dan bala tentaranya mendustakannya.
{دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا}
Allah telah menimpakan
kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)
Demikian pula yang telah
dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Nuh a.s. yang mendustakan Rasul-Nya.
Barang siapa yang mendustakan salah seorang rasul Allah, berarti ia mendustakan
semua rasul Allah, sebab tidak ada bedanya antara rasul yang satu dengan rasul
yang lainnya. Seandainya Allah menakdirkan untuk mengutus kepada mereka semua
rasul, maka pastilah mereka akan mendustakan para rasul Allah itu. Karena
itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ}
Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan
rasul-rasul. (Al-Furqan: 37)
Allah Swt. tidak mengutus kepada
mereka selain Nuh a.s. saja. Ia tinggal di kalangan mereka selama sembilan
ratus lima puluh tahun, seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan
memperingatkan mereka akan azab Allah (bila mereka tidak menaati seruannya).
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
Dan tidak beriman bersama
dengan Nuh itu kecuali sedikit (Hud: 40)
Karena itulah Allah
menenggelamkan mereka semuanya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang
tersisa, dan tidak ada seorang Bani Adam pun yang ada di muka bumi tersisa
kecuali orang-orang yang menaiki perahu Nuh a.s.
{وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً}
dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. (Al-Furqan: 37)
Yakni pelajaran yang dijadikan
sebagai peringatan bagi mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ
فِي الْجَارِيَةِ * لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ
وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami, tatkala
air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek
moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan
bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah:
11-12)
Kami biarkan kalian menaiki bahtera
menempuh ombak lautan agar kalian ingat akan nikmat Allah kepada kalian, bahwa
kalian telah diselamatkan dari tenggelam, dan menjadikan kalian termasuk
keturunan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan membenarkan perintah-Nya.
****
Firman Allah Swt.:
{وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ}
dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan:
38)
Dalam pembahasan yang lalu telah
disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat,
seperti dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam
pembahasan ini.
Adapun mengenai penduduk Rass,
menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk
suatu kota dari kalangan kaum Samud. Ibnu Juraij mengatakan, Ikrimah pernah
mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah
penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang
terletak di Yamamah.
Ibnu Abu Hatim telah
meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Rass adalah nama sebuah
sumur yang terletak di Adzerbijan. As'-Sauri meriwayatkan dari Abu Bakar, dari
Ikrimah, bahwa Rass adalah nama sebuah sumur; penduduk di sekitarnya
mengebumikan nabi mereka di dalam sumur itu.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ [الْقُرَظِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، وَذَلِكَ أَنَّ
اللَّهَ -تَعَالَى وَتَبَارَكَ -بَعَثَ نَبِيًّا إِلَى أَهْلِ قَرْيَةٍ، فَلَمْ
يُؤْمِنْ بِهِ مِنْ أَهْلِهَا إِلَّا ذَلِكَ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، ثُمَّ إِنَّ
أَهْلَ الْقَرْيَةِ عدَوا عَلَى النَّبِيِّ، فَحَفَرُوا لَهُ بِئْرًا فَأَلْقَوْهُ
فِيهَا، ثُمَّ أَطْبَقُوا عَلَيْهِ بِحَجَرٍ ضَخْمٍ قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ
الْعَبْدُ يَذْهَبُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ، ثُمَّ يَأْتِي بِحَطَبِهِ
فَيَبِيعُهُ، وَيَشْتَرِي بِهِ طَعَامًا وَشَرَابًا، ثُمَّ يَأْتِي بِهِ إِلَى
تِلْكَ الْبِئْرِ، فَيَرْفَعُ تِلْكَ الصَّخْرَةَ، وَيُعِينُهُ اللَّهُ عَلَيْهَا،
فَيُدْلِي إِلَيْهِ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ، ثُمَّ يَرُدُّهَا كَمَا كَانَتْ".
قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ إِنَّهُ
ذَهَبَ يوماً يَحْتَطِبُ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ، فَجَمَعَ حَطَبَهُ وحَزم وَفَرَغَ
مِنْهَا فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَحْتَمِلَهَا وَجَدَ سِنَةً، فَاضْطَجَعَ فَنَامَ،
فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ نَائِمًا، ثُمَّ إِنَّهُ هَبّ
فَتَمَطَّى، فَتَحَوَّلَ لِشِقِّهِ الْآخَرِ فَاضْطَجَعَ، فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى
أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ أُخْرَى، ثُمَّ إِنَّهُ هَبَّ وَاحْتَمَلَ حُزْمَته وَلَا
يحسبُ إِلَّا أَنَّهُ نَامَ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ فَجَاءَ إِلَى الْقَرْيَةِ
فَبَاعَ حُزْمَتَهُ، ثُمَّ اشْتَرَى طَعَامًا وَشَرَابًا كَمَا كَانَ يَصْنَعُ.
ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى الْحُفَيْرَةِ فِي مَوْضِعِهَا الَّذِي كَانَتْ فِيهِ،
فَالْتَمَسَهُ فَلَمْ يَجِدْهُ. وَكَانَ قَدْ بَدَا لِقَوْمِهِ فِيهِ بَداء،
فَاسْتَخْرَجُوهُ وَآمَنُوا بِهِ وصدقوه". قال:
فَكَانَ نَبِيُّهُمْ يَسْأَلُهُمْ عَنْ ذَلِكَ الْأَسْوَدِ: مَا
فَعَلَ؟ فَيَقُولُونَ لَهُ: لَا نَدْرِي. حَتَّى قَبَضَ اللَّهُ النَّبِيَّ،
وَأهبّ الأسودَ مِنْ نَوْمَتِهِ بَعْدَ ذَلِكَ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ ذَلِكَ الأسودَ لأولُ مَنْ
يَدْخُلِ الْجَنَّةَ".
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari
Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda,
"Sesungguhnya manusia yang mula-mula masuk surga kelak di hari kiamat
adalah seorang hamba berkulit hitam. Demikian itu karena Allah Swt. mengutus
seorang nabi kepada penduduk suatu kota, tiada yang beriman dari kalangan
penduduk kota itu kecuali hamba yang berkulit hitam tersebut. Kemudian penduduk
kota menangkap nabi mereka, lalu membuat sebuah sumur. Selanjutnya mereka
melemparkan nabinya ke dalam sumur itu, kemudian mulut sumur itu mereka tutup
dengan batu besar. Hamba itu setiap harinya berangkat mencari kayu, kemudian
kayu itu ia panggul di atas pundaknya dan dijualnya kayu itu, hasilnya ia
belikan makanan dan minuman. Kemudian ia membawa makanan dan minuman itu ke
sumur tersebut. Lalu ia mengangkat batu besar itu dengan pertolongan dari Allah
(hingga ia kuat mengangkatnya sendirian), kemudian ia mengulurkan makanan dan
minuman itu ke dalam sumur. Setelah selesai, ia mengembalikan batu itu seperti
sediakala. Demikianlah yang dilakukan oleh si hamba itu setiap harinya selama
masa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu pada suatu hari seperti biasanya ia
mencari kayu. Setelah beroleh kayu, ia mengumpulkannya dan mengikatnya. Ketika
hendak memanggulnya, tiba-tiba rasa kantuk berat menyerangnya. Ia berbaring
sebentar untuk istirahat dan tertidur, maka Allah menjadikannya tertidur selama
tujuh tahun. Setelah itu ia terbangun dan menjulurkan tubuhnya, lalu pindah ke
sisi lambung yang lain, maka Allah menjadikannya tertidur lagi selama tujuh
tahun berikutnya. Kemudian ia terbangun, lalu memanggul ikatan kayunya,
sedangkan dia mengira bahwa dirinya hanya tidur selama setengah hari. Lalu ia
datang ke kota dan menjual kayunya, lalu membeli makanan dan minuman seperti
yang ia lakukan sebelumnya. Ia pergi menuju sumur tersebut yang di dalamnya
terdapat seorang nabi yang disekap. Lalu ia mencarinya, tetapi ternyata ia
tidak menjumpainya. Tanpa diketahuinya kaumnya telah sadar, lalu mereka
mengeluarkan nabi itu dari dalam sumur tersebut, dan mereka beriman kepadanya
serta membenarkannya. Lalu Nabi itu menanyakan kepada mereka perihal si budak
hitam, apa saja yang dilakukannya? Mereka menjawab, 'Kami tidak mengetahui,'
hingga akhirnya nabi itu wafat. Sesudah itu si budak hitam tersebut terbangun
dari tidurnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya budak
hitam itu adalah orang yang mula-mula masuk surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari
Muhammad ibnu Ka'b secara mursal. Akan tetapi, di dalamnya terdapat garabah
dan nakarah. Barangkali di dalam hadis terdapat idraj, hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir mengatakan, tidak
boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam
Al-Qur'an, karena Allah telah menceritakan perihal mereka; bahwa Allah telah
membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman
dan percaya kepada nabinya. Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu
terjadi setelah bapak-bapak mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada
nabi mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang
mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan penduduk Rass ialah orang-orang
yang memiliki galian (parit), yaitu mereka yang disebut di dalam surat
Al-Buruj. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا}
dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. (Al-Furqan:
38)
Yakni umat-umat yang jumlahnya
berkali lipat daripada mereka yang telah disebutkan, semuanya telah Kami binasakan.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ}
Dan Kami jadikan bagi
masing-masing mereka perumpamaan. (Al-Furqan: 39)
Kami jelaskan kepada mereka
hujah-hujah (alasan-alasan) dan Kami terangkan bukti-bukti kepada mereka.
Seperti yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa Kami lenyapkan semua alasan dari
mereka.
{وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا}
dan masing-masing mereka itu
benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya. (Al-Furqan: 39)
Yaitu Kami hancurkan mereka
dengan sehancur-hancurnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ
بَعْدِ نُوحٍ}
Dan berapa banyaknya kaum
sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)
Al-qarn artinya umat, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ}
Kemudian Kami ciptakan
sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al-Mu-minun:
42)
Sebagian di antara mereka
mendefinisikannya bahwa satu kurun sama dengan seratus dua puluh tahun. Menurut
pendapat yang lain seratus tahun, menurut pendapat yang lainnya lagi delapan
puluh tahun, ada pula yang mengatakan empat puluh tahun, dan banyak lagi pendapat
lainnya yang berbeda-beda. Tetapi menurut pendapat yang kuat, yang dimaksud
dengan qarn adalah umat yang ada di suatu kurun waktu (suatu zaman).
Apabila mereka semuanya telah tiada, lalu diganti oleh generasi yang baru, maka
generasi itu dinamakan qarn yang lain (generasi yang lain). Seperti
pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu
sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ،
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ"
Sebaik-baik generasi adalah
generasiku, kemudian orang-orang (generasi) yang
sesudahnya, kemudian orang-orang (generasi)yang sesudahnya lagi.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي
أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ}
Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang
(dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu).
(Al-Furqan: 40)
Yaitu kotanya kaum Nabi Lut kota
Sadum yang telah dibinasakan oleh Allah; buminya dibalikkan, lalu dihujani
dengan hujan batu dari Sijjil. Seperti yang disebut di dalam firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ
مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ}
Dan Kami hujani mereka dengan
hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang
menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu. (Asy-Syu'ara: 173)
{وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ
عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ * وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sesungguhnya kalian (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka
di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kalian tidak memikirkan? (As-Saffat:
137-138)
{وَإِنَّهَا لَبِسَبِيلٍ
مُقِيمٍ}
Dan sesungguhnya kota itu
benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui
manusia). (Al-Hijr: 76)
Dan firman Allah Swt.:
{وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُبِينٍ}
Dan sesungguhnya kedua kota
itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (Al-Hijr: 79)
Karena itulah dalam surat ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا}
Maka apakah mereka tidak
menyaksikan runtuhan itu. (Al-Furqan: 40)
yang karenanya lalu mereka
mengambil pelajaran dari azab dan pembalasan Allah yang telah menimpa para
penduduknya akibat mendustakan rasul-Nya dan menentang perintah-perintah Allah
Swt.
{بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا}
bahkan mereka itu tidak
mengharapkan akan kebangkitan. (Al-Furqan: 40)
Yang dimaksud dengan mereka
adalah orang-orang kafir yang melalui jalan tersebut tidak mengambil pelajaran
dari apa yang mereka lihat, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak
mempercayai adanya hari berbangkit kelak di hari kiamat.
Al-Furqan, ayat 41-44
وَإِذَا
رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ
رَسُولًا (41) إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا
عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا
(42) أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ
وَكِيلًا (43) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ
إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)
Dan apabila mereka melihat
kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu
sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus
Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari
sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya.” Dan
mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling
sesat jalannya. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami?
Mereka itu tiada lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya (daripada binatang ternak itu).
Allah Swt. menceritakan tentang
ejekan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik kepada Rasulullah Saw. bila
mereka melihatnya, seperti yang disebut di dalam firman-Nya:
{وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ
يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ}
Dan apabila orang-orang kafir
itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Al-Anbiya: 36), hingga akhir ayat.
Maksudnya, mereka menuduhnya
melakukan suatu hal yang aib dan mendiskreditkannya. Maka dalam ayat berikut
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا
هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا}
Dan apabila mereka melihat
kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu
sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus
Allah sebagai rasul?” (Al-Furqan: 41)
Mereka mengatakannya dengan nada
sinis dan mengejek, semoga Allah melaknat mereka. Hal ini ditegaskan oleh Allah
Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ
بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ
Dan sungguh telah
diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu. (Al-An’am 10, Ar-Ra’d: 32 dan Al-Anbiya: 41),
Adapun firman Allah Swt. yang
menyitir ucapan orang-orang kafir:
{إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا}
Sesungguhnya hampirlah ia
menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita. (Al-Furqan:
42)
Mereka bermaksud bahwa dia
hampir saja membelokkan mereka dari menyembah berhala, sekiranya mereka tidak
sabar dan tabah serta tetap menyembah berhala-berhala sembahan mereka. Maka
Allah Swt. berfirman mengancam mereka:
{وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ
الْعَذَابَ}
Dan mereka kelak akan
mengetahui di saat mereka melihat azab. (Al-Furqan:
42), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. berfirman
mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan
sesat oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk
kepadanya selain Allah Swt.
{أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ}
Terangkanlah kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Furqan: 43)
Yakni mana saja yang dianggap
baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya.
Sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ
فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ}
Maka apakah orang yang
dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya
yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang
tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya. (Fatir: 8), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا}
Maka apakah kamu dapat
menjadi pemelihara atasnya? (Al-Furqan: 43)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa
dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka
bila ia melihat sesuatu yang lain yang lebih baik daripada batu putih
sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ}
Atau apakah kamu mengira
bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? (Al-Furqan: 44), hingga akhir ayat.
Yakni mereka lebih buruk
keadaannya daripada hewan ternak yang dilepas bebas, karena sesungguhnya hewan
ternak itu hanyalah melakukan sesuai dengan naluri kehewanannya. Sedangkan
mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata tiada sekutu bagi-Nya,
lalu mengapa mereka tidak menyembah-Nya? Bahkan mereka menyembah selain-Nya dan
mempersekutukan-Nya dengan yang lain, padahal hujah telah ditegakkan terhadap
mereka dengan diutus-Nya para rasul kepada mereka.
Al-Furqan, ayat 45-47
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا
الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلا (45) ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا
(46) وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا
وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا (47) }
Apakah kamu tidak
memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana
Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia
menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami
jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian Kami menarik
bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. Dialah yang
menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat,
dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.
Mulai dari bagian ini Allah Swt.
menjelaskan dalil-dalil yang menunjukkan keberadaan dan kekuasaan-Nya yang
sempurna, bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang beraneka ragam lagi
kontradiksi itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ
الظِّلَّ}
Apakah kamu tidak
memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana
Dia memanjangkan bayang-bayang? (Al-Furqan: 45)
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abul
Aliyah, Abu Malik, Masruq, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, An-Nakha'i, Ad-Dahhak,
Al-Hasan, dan Qatadah telah mengatakan bahwa hal itu terjadi di antara terbitnya
fajar sampai dengan terbitnya matahari.
{وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا}
dan kalau Dia menghendaki,
niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu. (Al-Furqan:
45)
Yaitu tetap dan tidak hilang,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ
جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا
Katakanlah,
"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu
terus-menerus.” (Al-Qasas: 71)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ
دَلِيلا}
kemudian Kami jadikan
matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu. (Al-Furqan:
45)
Artinya, seandainya matahari
tidak terbit atas bayang-bayang itu, tentulah bayang-bayang tidak akan ada;
karena sesungguhnya sesuatu itu tidak dikenal melainkan melalui lawannya.
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa matahari sebagai petunjuk yang mengiringi
dan mengikutinya hingga sinar matahari berada di atasnya.
*****
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا
يَسِيرًا}
kemudian Kami menarik
bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) .
Menurut suatu pendapat, damir
yang ada pada ayat kembali kepada bayang-bayang. Sedangkan menurut pendapat
yang lain, kembali kepada matahari. Yang dimaksud dengan yasiran ialah
perlahan-lahan. Menurut Ibnu Abbas artinya cepat, sedangkan menurut Mujahid
tersembunyi. As-Saddi mengatakan tarikan yang tersembunyi, sehingga tiada
bayangan lagi di muka bumi melainkan yang ada di bawah atap atau di bawah pohon,
karena matahari menyinari semua yang ada di atas bumi.
Ayyub ibnu Musa mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan:
46) Yakni sedikit demi sedikit.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ
لِبَاسًا}
Dialah yang menjadikan untuk
kalian malam (sebagai) pakaian. (Al-Furqan:47)
Maksudnya, menyembunyikan wujud
dan menutupinya. Sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang
lain melalui firman-Nya:
{وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى}
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (Al-Lail: 1)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالنَّوْمَ سُبَاتًا}
dan tidur untuk istirahat. (Al-Furqan: 47)
Yaitu menghentikan semua gerakan
untuk istirahat agar tubuh menjadi segar kembali. Karena sesungguhnya semua
anggota tubuh dan panca indra mengalami kelelahan akibat banyak bergerak dalam
melakukan aktivitas di siang hari mencari penghidupan. Apabila malam hari tiba
dan suasana menjadi tenang, maka menjadi tenang pula semua gerakan dan beristirahat,
lalu datanglah rasa kantuk, kemudian tertidur. Tidur merupakan istirahat bagi
tubuh dan roh sekaligus.
{وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا}
dan Dia menjadikan siang
untuk bangun berusaha. (Al-Furqan: 47)
Manusia melakukan aktivitasnya
di siang hari untuk mencari penghidupannya lewat usaha serta kerjanya, seperti
yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}
Dan karena rahmat-Nya, Dia
jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu
dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari), (Al-Qasas: 73), hingga akhir ayat.
Al-Furqan,
ayat 48-50
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا (48) لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً
مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا (49)
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ
إِلَّا كُفُورًا (50)
Dialah
yang meniupkan angin (sebagai)
pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan
Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan
air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air
itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang
banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia
supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu
tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).
Ayat
ini menggambarkan kemampuan Allah Yang Mahasempurna dan kekuasaan-Nya Yang
Mahabesar, yaitu bahwa Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar
gembira akan datangnya awan sesudahnya. Angin itu bermacam-macam sifat dan
karakteristiknya; di antaranya ada angin yang membuyarkan awan, ada yang
membawanya, ada yang menggiringnya, ada angin yang bertiup sebelum kedatangan
awan yang membawa kabar gembira, ada angin yang kencang yang menyapu bumi, ada
pula angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya. Karena itulah Allah
Swt. berfirman:
{وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
طَهُورًا}
dan
Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48)
Yakni
sebagai sarana untuk bersuci. Lafaz tahur sama wazan-nya dengan
lafaz sahur dan wajur serta lafaz lainnya yang semisal.
Demikianlah menurut pendapat yang paling sahih mengenainya. Adapun mengenai
pendapat orang yang mengatakan bahwa lafaz tahur merupakan wazan
fa'ul yang bermakna fa'il atau ia sebagai isim yang di-mabni-kan
untuk mubalagah dan ta'addi, maka masing-masing dari dua
pendapat ini mengandung kemusykilan bila ditinjau dari segi lugah (bahasa).
Pembahasan mengenai masalah ini secara rinci tidak akan diuraikan di sini.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku berikut sanadnya
sampai kepada Humaid At-Tawil, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia
bersama Abul Aliyah di suatu hari yang hujan masuk ke dalam kota Basrah,
jalan-jalan di kota Basrah kotor karenanya. Tetapi Abul Aliyah salat, maka aku
(perawi) bertanya kepadanya mengenai perbuatannya itu. Lalu ia membaca firman
Allah Swt. yang mengatakan: dan Kami turunkan dari langit air yang amat
bersih. (Al-Furqan: 48) Dan ia berkata bahwa kekotoran tempat salatnya itu
telah disucikan oleh air hujan.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib,
dari Daud, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa
Allah menurunkannya dalam keadaan amat bersih (suci lagi menyucikan), tiada
sesuatu pun yang membuatnya najis.
Diriwayatkan
dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah
Saw.”Wahai Rasulullah, bolehkah kami berwudu dari air sumur Buda'ah, sedangkan
ke dalam sumur itu sering dilemparkan sampah dan bangkai anjing?"
Rasulullah Saw. menjawab:
"إِنَّ الْمَاءَ
طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ"
Sesungguhnya
air itu suci lagi menyucikan, tiada sesuatu pun yang menajiskannya.
Imam
Syafii telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Ahmad yang menilainya sahih;
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang dinilai
oleh Imam Turmuzi sebagai hadis hasan, dan Imam Nasai telah
meriwayatkannya pula.
Ibnu
Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Asy'as, telah menceritakan
kepada kami Mu'tamir, bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis
berikut dari Yasar, dari Khalid ibnu Yazid yang mengatakan, "Ketika kami
berada di majelis Abdul Malik ibnu Marwan, lalu mereka (orang-orang yang hadir)
membicarakan masalah air, maka Khalid ibnu Yazid mengatakan, 'Air itu ada yang
berasal dari langit (air hujan) dan ada yang berasal dari laut yang menguap,
lalu menjadi awan dan menimbulkan guruh dan kilat. Adapun air yang berasal dari
laut, maka ia tidak dapat menimbulkan tetumbuhan. Yang dapat menumbuhkan
tetumbuhan adalah air yang berasal dari langit."
Telah
diriwayatkan dari Ikrimah yang pernah mengatakan bahwa tiada setetes air pun
yang diturunkan Allah dari langit, melainkan dapat menumbuhkan suatu tumbuhan
di muka bumi, atau suatu mutiara di laut. Selain Ikrimah mengatakan bahwa kalau
jatuh ke bumi menumbuhkan jewawut, dan kalau jatuh ke laut menumbuhkan mutiara.
*****
Firman
Allah Swt.:
{لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا}
agar
Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati. (Al-Furqan: 49)
Yakni
tanah yang telah lama menunggu kedatangan hujan, sedangkan ia dalam keadaan
kering, tiada tetumbuhan padanya dan tiada suatu pohon pun. Setelah datang
kepadanya kehidupan (air hujan), maka ia menjadi hidup dan dipenuhi oleh
tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ
اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ}
kemudian
apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. (Al-Hajj: 5), hingga akhir ayat.
****
Adapun
firman Alah Swt.:
{وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا
وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا}
dan
agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49)
Artinya,
agar dapat minum darinya semua makhluk hidup —baik manusia maupun hewan yang
sangat membutuhkannya— buat minum mereka, juga mengairi tanaman dan pohon
berbuah mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ
بَعْدِ مَا قَنَطُوا}
Dan
Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28),.hingga akhir ayat.
Dan
firman Allah Swt.:
{فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ
كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}
Maka
perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang
sudah mati. (Ar-Rum:
50), hingga akhir ayat.
*****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ
لِيَذَّكَّرُوا}
Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya
mereka mengambil pelajaran (darinya).
(Al-Furqan: 50)
Maksudnya,
Kami turunkan hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami
turunkan; dan Kami tiupkan awan melewati suatu kawasan dan melampauinya menuju
ke kawasan yang lain, lalu kawasan itu diberi hujan yang cukup sehingga menjadi
subur, sedangkan kawasan yang sesudahnya tidak kebagian hujan barang setetes
pun. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang
hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.
Ibnu
Abbas dan Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan
yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang
mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian dibacakan ayat
berikut, yaitu firman-Nya:
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا
فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}
Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya
mereka mengambil pelajaran (darinya);
maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan:
50)
Yaitu
agar mereka mengambil pelajaran melalui bumi yang dihidupkan oleh Allah Swt.
sesudah matinya melalui air hujan, bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan
orang-orang mati dan tulang-belulang yang telah hancur. Atau agar orang yang
tidak beroleh hujan menjadi ingat bahwa sesungguhnya tidak sekali-kali ia
mengalami musim kering hanyalah karena suatu dosa yang dilakukannya. Karena
itu, ia sadar dan menghentikan perbuatan dosanya.
قَالَ عُمَر مَوْلَى
غُفْرَة: كَانَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي مَوْضِعِ الْجَنَائِزِ،
فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ،
إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَعْلَمَ أمْرَ السَّحَابِ؟ " قَالَ: فَقَالَ جِبْرِيلُ:
يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا مَلِكُ السَّحَابِ فَسَلْهُ. فَقَالَ: تَأْتِينَا
صَكاك مُخَتَّمة: اسْقِ بِلَادَ كَذَا وَكَذَا، كَذَا وَكَذَا قَطْرَةً.
Umar
maula Uqbah pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika Jibril a.s. ikut
mengantar jenazah hingga sampai di tempat pengebumiannya. Maka Nabi Saw.
bertanya, "Hai Jibril, sesungguhnya saya ingin mengetahui tentang hal
ikhwal awan." Maka Jibril menjawab, "Hai Nabi Allah, inilah
malaikat penjaga awan, maka tanyakanlah langsung kepadanya." Malaikat
penjaga awan berkata, "Didatangkan kepada kami surat perintah yang bercap
(di dalamnya tertulis perintah)' Siramilah negeri anu dan anu dengan siraman
hujan!'."
Hadis
ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, hadis berpredikat mursal.
****
Firman Allah
Swt.:
{فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}
maka
kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 50)
Ikrimah
mengatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah orang-orang yang mengatakan,
"Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu." Apa yang diutarakan
oleh Ikrimah ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang
diketengahkan di dalam kitabSahih Muslim yang menyebutkan bahwa
Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada para sahabatnya sehabis hujan di
malam harinya:
"أَتَدْرُونَ مَاذَا
قَالَ رَبُّكُمْ" قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:
"قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ
قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَاكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ
بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ
كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"
"Tahukah
kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan Kalian?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.” Nabi Saw. bersabda, "Sebagian di antara hamba-hamba-Kupagi
hari ini ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang
mengatakan, 'Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, ' maka dia
adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun
orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu,' maka orang
itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”
Al-Furqan,
ayat 51-54
{وَلَوْ شِئْنَا
لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا (51) فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا (52) وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ
هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا
وَحِجْرًا مَحْجُورًا (53) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا
فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا (54) }
Dan
andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri
seorang yang memberi peringatan (rasul).
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap
mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar. Dan Dialah yang membiarkan dua
laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain
asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi: Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan musaharah dan adalah Tuhanmu
Mahakuasa.
Firman
Allah Swt.:
{وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ
قَرْيَةٍ نَذِيرًا}
Dan
andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri
seorang yang memberi peringatan (rasul).
(Al-Furqan:51)
yang
menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Tetapi Kami angkat kamu secara
khusus, hai Muhammad, sebagai rasul untuk seluruh penduduk bumi; dan Kami
perintahkan kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an ini kepada mereka,
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya
dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang
sampai Al-Qur’an (kepadanya).
(Al-An'am: 19)
Dalam
ayat yang lainnya disebutkan pula:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ
فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan
barang siapa di antara mereka, (orang-orang
Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah
tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
{وَلِتُنْذِرَ
أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا}
dan
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang
di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)
{قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah,
"Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158)
Di
dalain kitab Sahihain disebutkan dalam salah satu hadisnya yang
mengatakan:
"بُعِثْتُ إِلَى
الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku
diutus kepada orang yang berkulit merah dan yang berkulit hitam.
Dan
dalam hadis yang lainnya lagi yang juga ada di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"وَكَانَ النَّبِيُّ
يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Dahulu
nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk
seluruh umat manusia.
Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ
بِهِ}
Maka
janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka
dengan Al-Qur’an. (Al-Furqan:
52)
Menurut
Ibnu Abbas, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Al-Qur'an.
{جِهَادًا كَبِيرًا}
dengan
jihad yang besar. (Al-Furqan:
52)
Semakna
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ
الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ}
Hai
Nabi, berjihadlah (melawan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. (At-Taubah: 73), hingga
akhir ayat.
*****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا
عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ}
Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain
asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53)
Artinya,
Dialah yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air
yang tawar terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air
tawar ini segar lagi mudah diminum.
Demikianlah
menurut takwil Ibnu Juraij, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pengertian ini tidak
diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya di alam wujud ini tiada suatu
laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Dan sesungguhnya Allah Swt.
menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan
nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka agar mereka bersyukur
kepada-Nya.
Air
yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di
antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai
dan mata air-mata air di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan
mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ}
dan
yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan:
53)
Yakni
berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut
yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di
lautan yang luas dan laut-laut lainnya yang berhubungan dengannya, seperti Laut
Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut
Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan
ombaknya makin besar bila musim dingin tiba dan musim angin kencang. Di antara
laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan
terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka
permukaan laut kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut
kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari
berikutnya mulai menyurut. Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu
dalam tatanan alam ini.
Semua
laut diciptakan oleh Allah Swt. berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran
pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak
berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut. Mengingat air laut
asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah
Saw. ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu?
Maka beliau menjawab:
"هُوَ الطَّهُورُ
مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ".
Laut
itu bersih airnya lagi halal bangkainya.
Hadis
diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab
sunan dengan sanad yang jayyid.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا}
dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas. (Al-Furqan: 53)
Yaitu
yang membatasi antara air tawar dan air asin. Makna barzakhan adalah dinding
yang berupa tanah kering.
{وَحِجْرًا مَحْجُورًا}
dan
batas yang menghalangi. (Al-Furqan:
53)
Yakni
yang menjadi penghalang di antara keduanya, agar salah satu di antaranya tidak
bercampur dengan yang lainnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh
Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ *
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman:
19-21)
Dan
firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ
خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ
حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Atau
siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan
sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan
suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang
lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (An-Naml:
61)
****
Adapun
firman Allah Swt.:
وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ
Dan
Dia (pula) yang menciptakan manusia
dari air. (Al-Furqan: 54)
Artinya,
Dia menciptakan manusia dari nutfah yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia
rapikan kejadiannya hingga mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik
laki-laki ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya.
{فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا}
lalu
Dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan musaharah. (Al-Furqan: 54)
Pada
mulanya seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin,
lalu mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu dan besan serta
kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena itulah
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman berikutnya:
{وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا}
dan
adalah Tuhanmu Mahakuasa. (Al-Furqan:
54)
Al-Furqan,
ayat 55-60
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلَا
يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا (55) وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (56) قُلْ مَا
أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى
رَبِّهِ سَبِيلًا (57) وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ
بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا (58) الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (59) وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ
اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا
وَزَادَهُمْ نُفُورًا (60)
dan
mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan
tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. adalah orang-orang kafir itu
penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. dan tidaklah Kami
mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu
dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang
yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya. dan bertawakkallah kepada Allah yang
hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah
Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di
atas Arsy, (Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah) kepada
yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka
menjawab:"Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah Kami akan sujud kepada
Tuhan yang kamu perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah
sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).
Allah
Swt. menyebutkan kebodohan orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain
Allah berupa berhala-berhala yang tidak memiliki mudarat dan manfaat bagi diri
mereka. Mereka melakukan penyembahan ini tanpa dalil yang menuntun mereka
melakukan penyembahan itu dan tanpa alasan, bahkan hanya semata-mata
berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu mereka. Mereka membela
berhala-berhala itu dan berperang demi mempertahankan berhala-berhala mereka
serta memusuhi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang ada di
kalangan mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا}
Adalah
orang-orang kafir itu penolong (setan
untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55)
Yakni
pembantu yang menolong jalan setan untuk memerangi balatentara Allah, padahal
bala tentara Allah-lah yang menang. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam firman-Nya:
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً
لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ * لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ
مُحْضَرُونَ}
Mereka
mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka, sedangkan mereka sendirilah
yang menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga berhala-berhala itu. (Yasin: 74-75)
Maksudnya,
berhala-berhala yang mereka jadikan sembahan mereka selain Allah tidak dapat
menolong para penyembahnya. Tetapi justru sebaliknya, mereka sendirilah yang
menjadi bala tentara yang disiapkan untuk membela berhala-berhala sembahannya
dan mempertahankan keberadaannya. Akan tetapi, akibat yang terpuji dan
kemenangan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin di dunia dan
akhirat.
Mujahid
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu
penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan:
55) Yaitu membantu setan dan menolongnya untuk berbuat durhaka terhadap Allah.
Said
ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang
kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan:
55) Mereka menolong setan untuk memusuhi Tuhannya dan mempersekutukan-Nya.
Zaid
ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang
kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan:
55) Yakni berpaling dari Tuhannya.
****
Kemudian
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا مُبَشِّرًا
وَنَذِيرًا}
Dan
tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan. (Al-Furqan:
56)
Yaitu
pembawa kabar gembira kepada orang-orang mukmin, dan pemberi peringatan
terhadap orang-orang kafir. Menyampaikan kabar gembira akan masuk surga bagi
orang yang taat kepada Allah, dan pemberi peringatan akan datangnya azab yang
keras bagi orang yang menentang perintah Allah.
*****
{قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ
أَجْرٍ}
Katakanlah,
"Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dalam meyampaikan
risalah itu.” (Al-Furqan:
57)
Artinya,
aku tidak meminta upah dari harta kalian sebagai imbalan dari penyampaian dan
peringatan ini, sesungguhnya aku melakukannya hanyalah semata-mata mengharapkan
rida Allah Swt.
{لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ}
(yaitu)
bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. (At-Takwir:
28)
*****
Firman
Allah Swt.:
{إِلا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى
رَبِّهِ سَبِيلا}
melainkan
(mengharapkan kepatuhan) orang-orang
yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Furqan: 57)
Yaitu
mengambil jalan, tuntunan, dan metode yang dianutinya sesuai dengan apa yang
aku sampaikan (dari Tuhanku).
******
Kemudian
Allah Swt. berfirman:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا
يَمُوتُ}
Dan
bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati. (Al-Furqan: 58)
Bertawakallah
kamu dalam semua urusanmu kepada Allah Yang Mahahidup Yang tidak mati
selama-lamanya. Dialah,
{الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ
وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}
Yang
Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu. (Al-Hadid: 3)
Yang
Mahakekal, Mahatetap selama-lamanya, Yang Mahahidup lagi Yang Maha Berdikari,
Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya. Jadikanlah Dia sebagai tempat
mengadu dan tempat berlindungmu. Dialah tempat untuk bertawakal dan mengadu,
maka sesungguhnya Dia akan memberimu kecukupan, menolongmu, mendukungmu, dan
menjadikanmu berhasil. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}
Hai
Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)
قَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ عَلِيِّ بْنِ نُفَيْل قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَعْقِل -يَعْنِي ابْنَ عُبَيْدِ
اللَّهِ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب
قَالَ: لَقِيَ سلمانُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ
فِجَاجِ الْمَدِينَةِ، فَسَجَدَ لَهُ، فَقَالَ: "لَا تَسْجُدْ لِي يَا
سَلْمَانُ، وَاسْجُدْ لِلْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ"
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abi Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Nufail yang
mengatakan bahwa ia pernah belajar dari Ma'qal ibnu Ubaidillah, dari Abdullah
ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa Salman bersua
dengan Nabi Saw. di sebuah jalan kota Madinah, lalu Salman bersujud kepada Nabi.
Maka Nabi Saw. bersabda: Janganlah kamu bersujud kepadaku, hai Salman.
Tetapi bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup (Kekal) yang tidak mati.
Hadis
ini berpredikat mursal lagi hasan.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ}
dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. (Al-Furqan:
58)
Yakni
barengkanlah antara tahmid dan tasbih dalam doamu. Karena itulah Rasulullah
Saw. dalam doanya mengucapkan:
"سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ رَبَّنا وَبِحَمْدِكَ"
Mahasuci
Engkau, ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji kepada Engkau.
Dengan
kata lain, dapat diartikan bahwa ikhlaslah kamu dalam beribadah kepada-Nya dan
bertawakallah kamu kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ
إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
(Dialah)
Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
{فَاعْبُدْهُ
وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}
maka
sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123)
Dan
firman Allah Swt.:
{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ
وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}
Katakanlah,
"Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan
kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk:
29)
****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا}
Dan
cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan: 58)
Yakni
melalui ilmu-Nya Yang Mahasempurna, tiada sesuatu pun yang tersembunyi luput
dari pengetahuan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang seberat zarrah terhalang dari
pengetahuan-Nya:
*****
Firman Allah Swt.:
الَّذِي
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ
Yang
menciptakan langit dan bumi. (Al-Furqan:
59), hingga akhir ayat.
Dia
Mahahidup (Kekal) yang tidak mati, Dia Pencipta segala sesuatu, Tuhan Yang
memilikinya, yang dengan kekuasaan dan pengaruh-Nya Dia menciptakan tujuh lapis
langit yang tinggi lagi luas, juga menciptakan tujuh lapis bumi yang
tebal-tebal.
فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Al-Furqan: 59)
Allah
mengatur urusan dan memutuskan yang hak, dan Dia adalah sebaik-baik yang memutuskan.
*****
Firman
Allah Swt.:
{ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ
فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا}
kemudian
Dia bersemayam di atas 'Arasy, (Dialah)
Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih
mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59)
Tanyakanlah
tentang Allah kepada orang yang lebih mengetahui dan lebih mengenal-Nya, lalu
ikutilah dia dan turutilah jejaknya. Sudah dimaklumi pula bahwa tiada seorang
pun yang lebih mengetahui tentang Allah dan lebih mengenal-Nya, selain hamba
dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. penghulu anak Adam secara mutlak, di
dunia dan di akhirat, yang semua ucapannya itu bukanlah menurut kemauan hawa
nafsunya, melainkan hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya. Apa yang
diucapkannya adalah hak (benar), dan apa yang diberitakannya adalah benar. Dia
adalah Imam yang memutuskan (semua perkara). Bila manusia bertentangan mengenai
sesuatu masalah, maka diwajibkan mereka mengembalikannya kepada dia. Maka
pendapat yang sesuai dengan sabda dan perbuatannya, berarti pendapat itu benar.
Dan pendapat yang bertentangan dengan ucapan dan perbuatannya, berarti
dikembalikan kepada orang yang mengatakan dan yang melakukannya, siapa pun dia
adanya.
Allah
Swt. telah berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ}
Kemudian
jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu. (An-Nisa: 59), hingga akhir ayat.
{وَمَا
اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ}
Tentang
sesuatu apa pun kalian berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Asy-Syiira: 10) .
Dan
firman Allah Swt.:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا
وَعَدْلا}
Telah
sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an),
sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)
Yakni
benar dalam pemberitaannya, adil dalam semua perintah dan larangannya. Karena
itulah disebutkan dalam ayat berikut ini oleh firman-Nya:
{فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا}
maka
tanyakanlah (tentang
Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan:
59)
Mujahid
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang
Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan:
59) Yakni apa pun yang diberitakan kepadamu oleh kalimat Tuhanmu, maka
hal itu persis seperti apa yang diberitakannya kepadamu. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ibnu Juraij.
Syamr
ibnu Atiyyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka
tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang
Dia. (Al-Furqan: 59) Al-Qur'an ini lebih mengetahui tentang Dia.
****
Kemudian
Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain
Allah, yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan (sekutu-sekutu):
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا
لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ}
Dan
apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha
Penyayang, " Mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang itu?” (Al-Furqan: 60 )
Maksudnya,
kami tidak mengenal Tuhan Yang Maha Pemurah. Mereka mengingkari penamaan Allah
dengan sebutan Yang Maha Pemurah, sebagaimana yang telah mereka lakukan pada
hari Perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi Saw. bersabda kepada juru tulisnya, "Tulislah
'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang'." Maka
mereka menjawab, "Kami tidak mengenal Yang Maha Pemurah, dan tidak (pula)
Yang Maha Penyayang, tetapi tulislah perjanjian itu sebagaimana yang biasa kamu
lakukan, yaitu 'Dengan menyebut namaMu, ya Allah'." Karena itulah
maka Allah menurunkan firman-Nya:
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا
الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}
Katakanlah,
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahimn. Dengan nama yang mana saja kamu
seru. Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama
yang terbaik). (Al-Isra: 110)
Dengan
kata lain, Dialah Allah dan Dialah Yang Maha Pemurah. Dan dalam ayat berikut
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا
لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ}
Dan
apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha
Pemurah, " mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pemurah?” (Al-Furqan: 60)
Yakni
kami tidak mengenal-Nya dan tidak pula mengakui-Nya.
{أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا}
Apakah
kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya). (Al-Furqan:
60)
Yaitu
hanya dengan ucapanmu itu.
{وَزَادَهُمْ نُفُورًا}
dan
(perintah sujud itu) menambah
mereka jauh (dari iman). (Al-Furqan: 60)
Adapun
orang-orang mukmin, mereka menyembah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, mereka mengesakan-Nya sebagai Tuhan dan bersujud kepada-Nya.
Para
ulama rahimahumullah telah sepakat bahwa pada ayat surat Al-Furqan ini,
pembaca dan pendengarnya dianjurkan melakukan sujud tilawah, seperti yang telah
dijelaskan di dalam bab yang menerangkannya (kitab fiqih).
Al-Furqan,
ayat 61-62
{تَبَارَكَ الَّذِي
جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61)
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ
يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (62) }
Mahasuci
Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga
padanya matahari dan bulan yang bercahaya. Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
Allah
Swt. mengagungkan dan membesarkan diri-Nya atas keindahan segala apa yang
diciptakan-Nya di langit berupa gugusan-gugusan bintang yang besar-besar;
menurut pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Al-Hasan, dan Qatadah.
Sedangkan menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan al-buruj ialah
gedung-gedung penjagaan yang ada di langit. Demikianlah menurut riwayat yang
bersumber dari Ali, Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ibrahim An-Nakha'i, dan
Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy. Pendapat ini dikatakan pula oleh sebuah riwayat
yang bersumber dari Abu Saleh. Akan tetapi, pendapat yang pertamalah yang lebih
kuat. Terkecuali jika bintang yang besar-besar itu diumpamakan sebagai
gedung-gedung penjagaan, maka kedua pendapat ini dapat dipertemukan. Seperti
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ}
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang (Al-Mulk: 5), hingga akhir ayat.
Karena
itulah disebutkan oleh ayat dalam surat ini:
{تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ
بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا}
Mahasuci
Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga
padanya matahari. (Al-Furqan:
61)
Yakni
matahari yang bersinar bagaikan pelita pada alam wujud ini. Seperti juga yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا}
dan
Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (An-Naba': 13)
*****
{وَقَمَرًا مُنِيرًا}
dan
bulan yang bercahaya. (Al-Furqan:
61)
Artinya,
bercahaya lagi terang dengan cahaya sendiri, bukan cahaya matahari (Ibnu Kasir
berpendapat bahwa bulan itu bersinar, dan bukan pantulan dari sinar matahari,
pent.). Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً
وَالْقَمَرَ نُورًا}
Dialah
Yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. (Yunus: 5)
Dan
firman Allah Swt. menceritakan perkataan Nuh a.s. kepada kaumnya:
{أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ
سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ
الشَّمْسَ سِرَاجًا}
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan
menjadikan matahari sebagai pelita? (Nuh: 15-16)
****
Adapun
firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ خِلْفَةً}
Dan
Dia (pula) yang menjadikan malam dan
siang silih berganti. (Al-Furqan: 62)
Yakni
masing-masing dari keduanya silih berganti, tiada henti-hentinya. Bila yang satunya
datang, yang lainnya pergi; dan bila yang lain datang, maka yang satunya pergi;
demikianlah seterusnya. Hal yang sama disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
دَائِبَيْنِ }
Dan
Dia telah menundukkan (pula)
bagi kalian matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. (Ibrahim: 33)
{يُغْشِي
اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}
Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)
Dan
firman Allah Swt.:
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ
تُدْرِكَ الْقَمَرَ}
Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan. (Yasin: 40)
****
Adapun
firman Allah Swt.:
{لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ
أَرَادَ شُكُورًا}
bagi
orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62)
Artinya,
Allah menjadikan siang dan malam silih berganti sebagai pertanda waktu buat
hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Maka barang siapa yang meninggalkan
suatu amalan di malam hari, ia dapat menyusulnya di siang hari; dan barang siapa
yang meninggalkan suatu amalan di siang hari, ia dapat menyusulnya di malam
hari. Dalam sebuah hadis sahih telah disebutkan melalui firman-Nya:
"إِنَّ اللَّهَ
تَعَالَى يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ
يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ"
Sesungguhnya
Allah Swt. membuka lebar tangan-Nya
di malam hari untuk (menerima) tobat orang yang melakukan dosa di
siang hari, dan Dia membuka lebar tangan-Nya di siang hari untuk (menerima)
tobat orang yang berbuat dosa di malam hari.
Abu
Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari
Al-Hasan, bahwa Umar ibnul Khattab mengerjakan salat duhanya cukup panjang.
Ketika ditanyakan kepadanya, "Engkau telah melakukan sesuatu pada hari ini
yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya." Maka ia menjawab,
"Sesungguhnya masih ada sesuatu dari wiridku yang tersisa, maka aku suka
untuk menyempurnakannya (mengqadainya)" Lalu ia membaca ayat ini, yaitu
firman-Nya: Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur. (Al-Furqan: 62)
Ali
ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
ayat, bahwa barang siapa yang meninggalkan sesuatu amalan di malam hari, maka
ia boleh mengerjakannya di siang hari, atau barang siapa yang meninggalkan
sesuatu amalan di siang hari, maka ia dapat mengerjakannya di malam hari. Hal
yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Al-Hasan.
Mujahid
dan Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Khilfah"
yakni saling bertentangan; yang satu mempunyai ciri khas gelap, sedangkan
yang lain mempunyai ciri khas terang.
Al-Furqan,
ayat 63-67
{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلامًا (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
(64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ
عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66)
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ
ذَلِكَ قَوَامًا (67) }
Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami,
jauhkanlah azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kehinaan
yang kekal.” Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat
kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir; dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Berikut
ini adalah sifat-sifat hamba-hamba Allah Yang beriman, yaitu:
{الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا}
orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (Al-Furqan: 63)
Yaitu
dengan langkah yang tenang dan anggun, tidak sombong, dan tidak angkuh.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا}
Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra: 37), hingga akhir ayat.
Cara
jalan mereka tidak sombong, tidak angkuh, tidak jahat, dan tidak takabur.
Tetapi makna yang dimaksud bukanlah orang-orang mukmin itu berjalan dengan
langkah seperti orang sakit, karena dibuat-buat dan pamer. Karena sesungguhnya
penghulu anak Adam (yakni Nabi Saw.) apabila berjalan seakan-akan sedang turun
dari tempat yang tinggi (yakni dengan langkah yang tepat) seakan-akan bumi
melipatkan diri untuknya.
Sebagian
ulama Salaf memakruhkan berjalan dengan langkah yang lemah dan dibuat-buat,
sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa ia melihat seorang pemuda berjalan
pelan-pelan. Maka ia bertanya, "Mengapa kamu berjalan pelan? Apakah kamu
sedang sakit?" Pemuda itu menjawab, "Tidak, wahai Amirul
Mu-minin." Maka Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya
agar berjalan dengan langkah yang kuat.
Makna
yang dimaksud dengan haunan dalam ayat ini ialah rendah hati dan anggun,
seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw.:
"إِذَا أَتَيْتُمُ
الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ
السِّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلَّوْا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"
Apabila
kalian mendatangi (tempat)
salat (masjid), janganlah kalian mendatanginya dengan berlari kecil,
tetapi berjalanlah dengan langkah yang tenang. Apa yang kalian jumpai dari
salat itu, kerjakanlah; dan apa yang kamu tertinggal darinya, maka
sempurnakanlah.
Abdullah
ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Umar ibnul Mukhtar, dari
Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna finnan-Nya: Dan hamba-hamba Tuhan
Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 63), hingga akhir ayat. Bahwa orang-orang
mukmin adalah orang-orang yang rendah hati demi Allah, pendengaran dan
penglihatan serta semua anggota tubuh mereka menampilkan sikap yang rendah
hati; sehingga orang yang jahil menduga mereka sebagai orang yang sakit,
padahal mereka sama sekali tidak sakit. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang sehat, tetapi hati mereka dipenuhi oleh rasa takut kepada Allah, tidak
seperti selain mereka; dan mereka tidak menyukai dunia karena pengetahuan
mereka tentang akhirat. Maka mereka mengatakan dalam doanya, "Segala puji
bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami." Ingatlah, demi
Allah, kesusahan mereka tidaklah seperti kesusahan manusia. Tiada sesuatu pun
yang menjadi dambaan mereka selain dari memohon surga. Sesungguhnya mereka
menangis karena takut terhadap neraka. Sesungguhnya barang siapa yang tidak
berbelasungkawa dengan belasungkawa Allah, maka jiwanya akan dicabut
meninggalkan dunia dalam keadaan kecewa. Dan barang siapa yang tidak melihat
nikmat Allah selain hanya pada makanan atau minuman, maka sesungguhnya amalnya
akan sedikit dan azabnya akan datang menimpanya.
****
Firman
Allah Swt.:
{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا
سَلامًا}
dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
baik. (Al-Furqan: 63)
Yaitu
apabila orang-orang jahil menilai mereka sebagai orang-orang yang kurang
akalnya yang diungkapkannya kepada mereka dengan kata-kata yang buruk, maka
mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal, melainkan memaafkan, dan
tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw.; semakin orang jahil bersikap keras, maka
semakin pemaaf dan penyantun pula sikap beliau. Dan seperti yang disebutkan
oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:
{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا
عَنْهُ}
Dan
apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling
darinya. (Al-Qasas: 55)
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، عَنِ
الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ مُقَرّن
المُزَني قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
[وَسَبَّ رجلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ الرَّجُلُ الْمَسْبُوبُ يَقُولُ:
عَلَيْكَ السَّلَامُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أَمَا] إِنَّ مَلِكًا بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ، كُلَّمَا
شَتَمَكَ هَذَا قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. وَإِذَا قَالَ
لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ عَلَيْكَ، وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ.
"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Khalid Al-Walibi,
dari An-Nu'man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan bahwa pada suatu hari
ada seorang lelaki mencaci maki lelaki lainnya di hadapan Rasulullah Saw., lalu
orang yang dicaci mengatakan, "'Alaikas salam (semoga engkau
selamat)." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya ada
malaikat di antara kamu berdua yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu,
malaikat itu berkata, "Bahkan kamulah yang berhak, kamulah yang berhak
dicaci.”Dan apabila kamu katakan kepadanya, " 'Alaikas salam," maka
malaikat itu berkata, "Tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah
yang berhak mendapatkannya.”
Sanad
hadis berpredikat hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Mujahid
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mengucapkan kata-kata
yang baik. (Al-Furqan: 63) Mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung
petunjuk.
Sa'id
ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan kata-kata yang baik.
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan, mereka mengatakan, "Salamun 'alaikum (semoga
keselamatan terlimpahkan kepada kalian)."
Jika
mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya, maka mereka bersabar. Mereka
tetap bergaul dengan hamba-hamba Allah di siang harinya dan bersabar terhadap
apa pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam harinya mereka
melakukan ibadah.
****
Allah
Swt. berfirman:
{وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ
سُجَّدًا وَقِيَامًا}
Dan
orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka. (Al-Furqan: 64)
Yakni
mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya, seperti yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا
يَهْجَعُونَ وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}
Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah). (Az-Zariyat: 17-18)
تَتَجَافَى
جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah:
16), hingga akhir ayat.
Dan
firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ
سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ}
ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan
ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9), hingga akhir ayat.
Karena
itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ
عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا}
Dan
orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami.
Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (Al-Furqan: 65)
Yaitu
tetap dan abadi. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair sehubungan dengan
makna garaman ini, melalui salah satu bait syairnya:
إنْ يُعَذّب يَكُنْ
غَرَامًا، وَإِنْ يُعْـ ... طِ جَزِيلَا فَإِنَّهُ لَا يُبَالي ...
Jika dia (orang yang disanjung
penyair) menyiksa, maka siksaannya terus-menerus lagi tetap; dan jika dia
memberi dengan pemberian yang banyak, ia tidak peduli (berapa pun
banyaknya).
Al-Hasan
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya azab
Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal. (Al-Furqan: 65) Segala sesuatu
yang menimpa anak Adam, lalu lenyap darinya, tidak dapat dikatakan garam. Sesungguhnya
pengertian garam itu tiada lain bagi sesuatu yang kekal selagi ada bumi
dan langit.
Hal
yang sama dikatakan oleh Sulaiman At-Taimi.
Muhammad
ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya
azab Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal. (Al-Furqan: 65) Yakni mereka
tidak merasakan nikmat hidup di dunia ini. Sesungguhnya Allah Swt. menanyakan
kepada orang-orang kafir tentang nikmat (yang telah dikaruniakan-Nya kepada
mereka). Mereka tidak dapat mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Maka Allah
menghukum mereka, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka.
*****
{إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}
Sesungguhnya
Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 66)
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas,
dari Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris yang mengatakan bahwa apabila seseorang
dilemparkan ke dalam neraka, maka ia terjatuh ke dalamnya. Dan apabila sampai
pada salah satu pintunya, dikatakan kepadanya, "Tetaplah di tempatmu, kamu
akan diberi jamuan terlebih dahulu." Maka ia diberi minum racun ular hitam
dan kalajengking. Perawi mengatakan bahwa lalu kulit, rambut, urat, dan
otot-ototnya pecah.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami
Abul Ahwas, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Ubaid ibnu Umair yang
mengatakan, "Sesungguhnya di dalam neraka benar-benar terdapat sumur-sumur
yang di dalamnya terdapat ular-ular yang besarnya seperti unta, dan kalajengking-kalajengking
yang besarnya seperti begal yang besar. Apabila ahli neraka dilemparkan ke
dalam neraka, maka ular-ular dan kalajengking-kalajengking itu keluar dari
tempat persembunyiannya menuju kepada mereka, lalu menggigit dan mematuki kulit
dan rambut mereka sehingga daging mereka sampai ke telapak kaki tersayat. Dan
apabila ular-ular dan kalajengking-kalajengking itu merasakan panasnya neraka,
maka mereka kembali ke tempatnya.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا سَلَّامٌ -يَعْنِي ابْنَ
مِسْكِينٍ -عَنْ أَبِي ظِلَالٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
-عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ عَبْدًا
فِي جَهَنَّمَ لِيُنَادِي أَلْفَ سَنَةٍ: يَا حَنَّانُ، يَا مَنَّانُ. فَيَقُولُ
اللَّهُ لِجِبْرِيلَ: اذْهَبْ فَآتِنِي بِعَبْدِي هَذَا. فَيَنْطَلِقُ جِبْرِيلُ
فَيَجِدُ أَهْلَ النَّارِ مُنكبين يَبْكُونَ، فَيَرْجِعُ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ
وَجَلَّ فَيُخْبِرُهُ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: آتِنِي بِهِ فَإِنَّهُ
فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا. فَيَجِيءُ بِهِ فَيُوقِفُهُ عَلَى رَبِّهِ عَزَّ
وَجَلَّ، فَيَقُولُ لَهُ: يَا عَبْدِي، كَيْفَ وَجَدْتَ مَكَانَكَ وَمَقِيلَكَ؟
فَيَقُولُ: يَا رَبِّ شَرَّ مَكَانٍ، شَرَّ مَقِيلٍ. فَيَقُولُ: رُدُّوا عَبْدِي.
فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا كُنْتُ أَرْجُو إِذْ أَخْرَجَتْنِي مِنْهَا أَنْ
تَرُدَّنِي فِيهَا! فَيَقُولُ: دَعَوْا عَبْدِي
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, tela'
menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin, dari Abu Zhalali, dari Anas ibnu
Malik r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ada seorang
hamba di dalam neraka Jahanam berseru selama seribu tahun dengan mengucapkan,
"Ya hannan Ya Mannan " (Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, wahai
Tuhan Yang Maha Pemberi anugerah). Maka Allah Swt. berfirman kepada Jibril,
"Pergilah kamu dan bawalah hamba-Ku itu.” Jibril berangkat, dan ia
menjumpai ahli neraka dalam keadaan terjungkal seraya menangis. Lalu Jibril
kembali menghadap kepada Tuhannya, dan menceritakan kepada-Nya apa yang telah
dilihatnya. Allah Swt. berfirman, "Bawalah dia kepada-Ku, sesungguhnya dia
berada di tempat anu.” Maka Jibril membawa orang tersebut dan memberdirikannya
di hadapan Allah Swt. Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, bagaimanakah kamu
jumpai tempat tinggal dan tempat peristirahatanmu?” Si hamba menjawab,
"Wahai Tuhanku, benar benar tempat yang buruk dan tempat peristirahatan
yang buruk.” Maka Allah Swt. berfirman, "Kembalikanlah hamba-Ku (ke
tempatnya).” Si hamba berkata, "Wahai Tuhanku, setelah Engkau keluarkan
daku dari neraka, daku sama sekali tidak berharap untuk dikembalikan
kepadanya.” Maka Allah Swt. berfirman, "Biarkanlah hamba-Ku.”
*****
Firman
Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ
يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا}
Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula)
kikir. (Al-Furqan: 67)
Yakni
mereka tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam berinfak lebih dari apa yang
diperlukan, tidak pula kikir terhadap keluarganya yang berakibat mengurangi hak
keluarga dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi mereka membelanjakan
hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang dan selektif serta pertengahan.
Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir.
{وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا}
dan
adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. (Al-Furqan: 67)
Seperti
pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى
عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا}
Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya. (Al-Isra:
29), hingga akhir ayat.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عِصَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ الْغَسَّانِيُّ، عَنْ ضَمْرَة، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ رِفْقُهُ فِي مَعِيشَتِهِ".
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isham ibnu Khalid, telah
menceritakan kepadaku Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Tamim Al-Gassani, dari
Damrah, dari Abu Darda, dari Nabi Saw. yang telah mengatakan: Seorang lelaki
yang bijak ialah yang berlaku ekonomis dalam penghidupannya.
Akan
tetapi, mereka (Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkannya.
قَالَ [الْإِمَامُ]
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ، حَدَّثَنَا
سُكَين بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ العَبْدي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ الهَجَري
عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ"
Imam
Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Al-Haddad,
telah menceritakan kepada kami Miskin ibnu Abdul Aziz Al-Abdi, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Hijri, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu
Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seseorang yang
berlaku ekonomis tidak akan miskin.
Mereka
(Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkan hadis ini.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ
مُسْلِمِ بْنِ حَبِيبٍ، عَنْ بِلَالٍ -يَعْنِي الْعَبْسِيَّ -عَنْ حُذَيْفَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَا
أَحْسَنَ الْقَصْدَ فِي الْغِنَى، وَأَحْسَنَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ، وَأَحْسَنَ
الْقَصْدَ فِي الْعِبَادَةِ"
Al-Hafiz
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Maimun, telah
menceritakan kepada kami Sa'd ibnu Hakim, dari Muslim ibnu Habib, dari Bilal
Al-Absi, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Betapa
baiknya sikap ekonomis dalam keadaan berkecukupan, dan betapa baiknya sikap
ekonomis dalam keadaan fakir, dan betapa baiknya sikap ekonomis (pertengahan)
dalam (hal) ibadah.
Kemudian
Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui hadis ini melainkan hanya
melalui hadis Huzaifah r.a.
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan bahwa membelanjakan harta dijalan Allah tidak ada batas
berlebih-lebihan. Iyas ibnu Mu'awiyah mengatakan bahwa hal yang melampaui
perintah Allah adalah perbuatan berlebih-lebihan. Selain dia mengatakan bahwa
berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta itu bila digunakan untuk berbuat
durhaka kepada Allah Swt.:
Al-Furqan,
ayat 68-71
{وَالَّذِينَ لَا
يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ
اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
(68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
(69) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ
اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ
تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71) }
Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan
azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh;
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal
saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang
sebenar-benarnya.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقيق،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ -قَالَ: سُئل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ: الذَّنْبِ أَكْبَرُ؟ قَالَ: "أَنْ تَجعل
لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ". قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: "أَنْ
تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَطْعم مَعَكَ". قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:
"أَنْ تزاني حَلِيلَةَ جَارِكَ". قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَأَنْزَلَ اللَّهُ
تَصْدِيقَ ذَلِكَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا
يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا}
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya, "Dosa apakah yang
paling besar?" Beliau Saw. menjawab, "Bila kamu menjadikan
tandingan-tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." Lalu
si penanya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah Saw.
bersabda, "Bila kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut makan
bersamamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu."
Abdullah ibnu Mas'ud berkata, bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya yang
membenarkan hal tersebut, yaitu: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan
yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat.
Hal
yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Hannad ibnus Sirri, dari Abu
Mu'awiyah dengan sanad yang sama.
Imam
Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya melalui hadis Al-A'masy dan
Mansur - Al-Bukhari menambahkan: serta Wasil -. Mereka bertiga menerima hadis
ini dari Abu Wa-il alias Syaqiq ibnu Salamah, dari Abu Maisarah Amr ibnu
Syurahbil, dari Ibnu Mas'ud.
Menurut
lafaz Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Ibnu Mas'ud adalah seperti berikut:
Ibnu Mas'ud mengatakan, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, dosa apakah yang
paling besar?, dan seterusnya.''
Jalur
hadis yang garib:
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ الْأَهْوَازِيُّ، حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ
مُدْرِك، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ -يَعْنِي ابْنَ إِسْمَاعِيلَ -حَدَّثَنَا
الشَّعْبِيُّ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: خَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَاتَّبَعْتُهُ، فَجَلَسَ
عَلَى نَشَز مِنَ الْأَرْضِ، وَقَعَدْتُ أَسْفَلَ مِنْهُ، وَوَجْهِي حِيَالَ
رُكْبَتَيْهِ، وَاغْتَنَمْتُ خَلْوَتَهُ وَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَيُّ الذُّنُوبِ أَكْبَرُ؟ قَالَ: "أَنْ تَدْعُوَ لِلَّهِ نِدًا وَهُوَ
خَلَقَكَ".قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ
كَرَاهِيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ
تُزَانِي حَلِيلَةَ جَارِكَ". ثُمَّ قَرَأَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ} . [إِلَى آخِرِ] الْآيَةِ
Ibnu
Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq Al-Ahwazi,
telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik, telah menceritakan kepada kami
As-Sirri ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Asy-Sya'bi, dari Masruq
yang mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Pada suatu hari
Rasulullah Saw. pergi, lalu aku mengikutinya. Rasulullah Saw. duduk di atas
sebuah gundukan tanah, maka aku duduk di bagian yang lebih rendah darinya,
sedangkan mukaku sejajar dengan kedua lututnya. Aku sengaja ingin menemaninya
dalam kesendiriannya itu. Aku bertanya, 'Semoga ayah dan ibuku menjadi
tebusanmu, wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?' Rasulullah Saw.
menjawab, 'Bila kamu mendakwakan bahwa Allah mempunyai tandingan, padahal
Dialah yang menciptakanmu.' Aku bertanya, 'Kemudian dosa apakah lagi?'
Beliau menjawab, 'Bila kamu membunuh anakmu karena tidak suka dia makan
bersamamu.' Aku bertanya lagi, 'Kemudian dosa apa lagi? Beliau Saw.
menjawab, 'Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu.' Kemudian
Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah
tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. .
قَالَ النَّسَائِيُّ:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ
هِلَالِ بْنِ يَسَاف، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ قَيْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم في حِجَّةِ الْوَدَاعِ: "أَلَا إِنَّمَا هِيَ
أَرْبَعٌ -فَمَا أَنَا بِأَشَحَّ عَلَيْهِنَّ مِنِّي مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: لا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ
شَيْئًا، وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ،
وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَسْرِقُوا"
Imam
Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Hilal ibnu Yusaf, dari
Salamah ibnu Qais yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam haji wada'-nya,
"Ingatlah, sesungguhnya dosa yang terbesar itu ada empat macam."
Salamah ibnu Qais mengatakan bahwa sejak ia mendengar hal tersebut dari
Rasulullah Saw., ia sangat membenci keempat perbuatan itu, yaitu: Janganlah
kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan janganlah kalian membunuh
jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang hak, dan janganlah kalian berzina, serta janganlah kalian mencuri.
قَالَ الْإِمَامُ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، رَحِمَهُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ
الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ أَبَا طيبة الكَلاعي، سَمِعْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ
الْأَسْوَدَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "مَا تَقُولُونَ فِي
الزِّنَى"؟ قَالُوا: حَرّمه اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهُوَ حَرَام إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِأَصْحَابِهِ: "لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ
عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ". قَالَ: "مَا
تَقُولُونَ فِي السَّرِقَةِ"؟ قَالُوا: حَرَّمَهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ،
فَهِيَ حَرَامٌ. قَالَ: "لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ
أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini rahimahullah,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id Al-Ansari; ia pernah mendengar
AbuTayyibah Al-Kala'i mengatakan, ia pernah mendengar Al-Miqdad ibnul Aswad
r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada para sahabatnya: "Bagaimanakah
pendapat kalian tentang zina?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya
telah mengharamkannya, dan ia tetap haram , sampai hari kiamat.” Rasulullah
Saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Sungguh dosa seseorang lelaki
yang berzina dengan sepuluh orang wanita lebih ringan daripada ia berzina
dengan istri tetangganya.” Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah
pendapat kalian tentang mencuri?” Mereka menjawab, "Allah dan
Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia merupakan perbuatan yang haram.”
Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh dosa seseorang yang mencuri dari
sepuluh rumah lebih ringan daripada mencuri dari rumah tetangganya."
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنِ
أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا بَقيَّة، عَنْ
أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ الْهَيْثَمِ بْنِ مَالِكٍ الطَّائِيِّ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ: "مَا مِنْ ذَنْبٍ
بَعْدَ الشِّرْكِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ نُطفة وَضَعَهَا رَجُلٌ فِي رَحِم
لا يحل له"
Abu
Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar
ibnuNasr, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abu
Maryam, dari Al-Haisam ibnu Malik At-Ta-i, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tiada
suatu dosa pun sesudah syirik yang lebih besar daripada dosa seorang lelaki
yang meletakkan nutfah (air mani)nya ke dalam rahim yang tidak
halal baginya (yakni berzina).
Ibnu
Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'la dari Sa'id ibnu Jubair; ia
pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa pernah ada sejumlah orang dari
kalangan orang-orang musyrik yang banyak membunuh dan banyak berzina. Lalu
mereka datang menghadap kepada Nabi Muhammad Saw. dan berkata,
"Sesungguhnya agama yang engkau katakan dan engkau seru itu benar-benar
baik. Sekiranya saja engkau beritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami
perbuat ada kifaratnya." Maka turunlah firman Allah Swt.: Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan:
68), hingga akhir ayat. Turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri.” (Az-Zumar:
53), hingga akhir ayat.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ
عَمْرٍو، عَنْ أَبِي فَاخِتة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ: "إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكَ أَنْ تَعْبُدَ
الْمَخْلُوقَ وَتَدَعَ الْخَالِقَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ وَتَغْذُوَ
كَلْبَكَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَزْنِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ". قَالَ سُفْيَانُ:
وَهُوَ قَوْلُهُ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا
يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ}
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr,
dari Abu Fakhitah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang
lelaki: Sesungguhnya Allah melarangmu menyembah makhluk, sedangkan Dia kamu
tinggalkan (tidak disembah). Dan Allah melarangmu membunuh anakmu,
sedangkan anjingmu kamu beri makan. Dan Allah melarangmu berzina dengan istri
tetanggamu. Sufyan mengatakan bahwa hal inilah yang disebutkan oleh Allah
dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat.
*****
Adapun
firman Alah Swt:
{وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا}
barang
siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Al-Furqan: 68)
Telah
diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, ia pernah mengatakan bahwa Asam adalah
nama sebuah lembah di neraka Jahanam. Ikrimah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Al-Furqan: 68) Bahwa Asam adalah nama lembah-lembah yang terdapat di
dalam neraka Jahanam tempat untuk menyiksa para penzina. Hal yang sama telah
diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Mujahid.
Qatadah
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Yang dimaksud dengan asaman ialah
pembalasan dosa, dahulu kami mengatakannya sebagai nama sebuah lembah di dalam
neraka Jahanam.
Telah
diriwayatkan kepada kami bahwa Luqman pernah mengatakan kepada anaknya,
"Hai anakku, hindarilah perbuatan zina, karena sesungguhnya perbuatan zina
itu permulaannya adalah takut, sedangkan akhirnya adalah penyesalan."
Di
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lainnya melalui Abu
Umamah Al-Bahili secara mauquf dan marfu' disebutkan bahwa gayyan dan
asaman adalah nama dua buah sumur di dasar neraka Jahanam semoga Allah
melindungi kita dari kedua sumur itu berkat karunia dan kemurahan-Nya.
As-Saddi
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya). (Al-Furqan: 68) Bahwa asaman ialah pembalasan.
Takwil
ini lebih serasi dengan makna lahiriah ayat, dan dengan pengertian yang sama
disebutkan dalam konteks selanjutnya yang berfungsi sebagai mubdal
minhu-nya, yaitu firman Allah Swt.:
{يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ}
(yakni)
akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat. (Al-Furqan:69)
Yakni
siksaan itu diulang-ulang terhadapnya dan diperkeras.
{وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا}
dan
dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (Al-Furqan: 69)
Maksudnya,
dalam keadaan terhina lagi rendah.
*****
Firman
Allah Swt.:
{إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا
صَالِحًا}
kecuali
orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 70)
Artinya,
pembalasan dari perbuatannya yang buruk-buruk adalah seperti yang telah disebutkan
di atas.
{إِلا مَنْ تَابَ}
kecuali
orang-orang yang bertobat. (Al-Furqan:
70)
Yaitu
bertobat kepada Allah Swt. sewaktu masih di dunianya dari semua perbuatan
dosanya, maka Allah akan menerima tobatnya.
Di
dalam kandungan ayat ini terdapat makna yang menunjukkan bahwa tobat orang yang
pernah membunuh dapat diterima. Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat lain
yang ada di dalam surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:
{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا}
Dan
barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. (An-Nisa: 93), hingga akhir ayat.
Karena
sesungguhnya ayat ini sekalipun tergolong ke dalam ayat Madaniyah, tetapi ia
bersifat mutlak sehingga pengertiannya dapat ditujukan kepada orang yang tidak
bertobat, sedangkan ayat dalam surat Al-Furqan ini diikat dengan pengertian
tobat. Kemudian dapat pula dikatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam
ayat yang lain:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ
بِهِ}
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. (An-Nisa: 48 dan 116), hingga
akhir ayat.
Sunnah
yang sahih yang telah terbukti bersumber dari Rasulullah Saw. telah menyebutkan
bahwa tobat seorang pembunuh dapat diterima. Sebagaimana yang telah disebutkan
dalam kisah seseorang yang pernah membunuh seratus orang lelaki, lalu ia
bertobat dan Allah menerima tobatnya. Hadis-hadis lain yang senada cukup
banyak.
*****
Firman
Allah Swt.:
{فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ
سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}
maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan:
70)
Sehubungan
dengan makna firman-Nya:
{يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ
حَسَنَاتٍ}
kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. (Al-Furqan: 70)
Ada
dua pendapat mengenainya. Salah satunya mengatakan bahwa amal buruk mereka
diganti dengan amal kebaikan.
Ali
ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat
ini, bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang sebelum beriman selalu
mengerjakan amal-amal keburukan. Kemudian Allah menjadikan mereka benci
terhadap amal keburukan, dan Allah mengalihkan mereka kepada amal kebaikan. Hal
ini berarti bahwa Allah mengganti keburukan mereka dengan kebaikan.
Telah
diriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas, bahwa ia mengucapkan syair berikut
saat menafsirkan makna ayat ini:
بُدّلْنَ بَعْدَ حَرِّهِ
خَريفا .....وَبَعْدَ طُول النَّفَس الوَجيفَا
Seusai musim panas datanglah musim
gugur sebagai penggantinya, dan seusai hidup senang dalam waktu yang lama
datanglah kesusahan.
Yakni
keadaan tersebut berubah menjadi keadaan yang lain. Ata ibnu Abu Rabah
mengatakan bahwa hal ini terjadi di dunia; seseorang yang tadinya gemar
melakukan perbuatan yang buruk, kemudian Allah menggantinya dengan perbuatan
yang baik.
Sa'id
ibnu Jubair mengatakan bahwa Allah mengubah kebiasaan mereka yang tadinya
menyembah berhala, menjadi menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah; dan tadinya
mereka memerangi kaum muslim, lalu menjadi memerangi kaum musyrik; dan Allah
membuat mereka yang tadinya suka mengawini wanita-wanita kaum musyrik, kini
mereka suka mengawini wanita-wanita beriman.
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan bahwa Allah mengganti amal buruk mereka dengan amal yang
saleh, dan kemusyrikan diganti dengan keikhlasan, suka melacur diganti dengan
memelihara kehormatan, dan kekufuran diganti dengan Islam. Demikianlah menurut
pendapat Abul Aliyah, Qatadah, dan jamaah lainnya.
Pendapat
yang kedua mengatakan bahwa keburukan-keburukan yang telah silam berubah dengan
sendirinya menjadi amal-amal kebaikan berkat tobat yang bersih. Hal tersebut
tiada lain karena manakala ia teringat akan dosa-dosa yang telah silam, hatinya
merasa menyesal dan mengucapkan istirja' serta istigfar. Jadi,
dipandang dari pertimbangan ini maka dosanya berganti dengan sendirinya menjadi
amal ketaatan. Dan kelak di hari kiamat sekalipun dosa-dosanya itu dijumpai
tertulis di dalam buku catatan amalnya, sesungguhnya hal itu tidak
membahayakannya karena telah diganti menjadi amal-amal kebaikan. Seperti yang
telah disebutkan di dalam sunnah dan asar-asar yang diriwayatkan dari sejumlah
ulama Salaf.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنِّي لَأَعْرِفُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنَ النَّارِ، وَآخِرَ
أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا إِلَى الْجَنَّةِ: يُؤْتَى بِرَجُلٍ فَيَقُولُ: نَحّوا
كِبَارَ ذُنُوبِهِ وَسَلُوهُ عَنْ صِغَارِهَا، قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: عَمِلْتَ
يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا، وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ
-لَا يستطيع أن ينكر من ذلك شيئا - فَيُقَالُ: فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً. فَيَقُولُ: يَا
رَبِّ، عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَاهُنَا". قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ.
Diriwayatkan
oleh AbuZar r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya
aku benar-benar mengetahui seorang ahli neraka yang paling akhir keluarnya dari
neraka, dan seorang ahli surga yang paling akhir masuknya ke surga. Didatangkan
seorang lelaki, lalu ditanyai tentang sejumlah dosa besarnya, juga tentang
dosa-dosa kecilnya. Maka dikatakan kepadanya, 'Pada hari anu engkau telah
mengerjakan dosa anu dan anu, dan kamu telah melakukan dosa anu dan anu pada
hari anu.' Maka lelaki itu menjawab, 'Ya,' dia tidak mampu mengingkari sesuatu
pun dari hal tersebut. Maka dikatakan kepadanya, 'Sesungguhnya kini bagimu
untuk setiap keburukan diganti dengan satu kebaikan.' Lelaki itu bertanya,
'Wahai Tuhanku, saya telah melakukan banyak dosa, tetapi saya tidak melihatnya
di sini'." Rasulullah Saw. mengucapkan sabdanya ini seraya tertawa
sehingga gigi serinya kelihatan.
Hadis
diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ
شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِذَا نَامَ ابْنُ آدَمَ قَالَ
الْمَلِكُ لِلشَّيْطَانِ: أَعْطِنِي صَحِيفَتَكَ. فَيُعْطِيهِ إِيَّاهَا، فَمَا
وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ مِنْ حَسَنَةٍ مَحَا بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ مِنْ
صَحِيفَةِ الشَّيْطَانِ، وَكَتَبَهُنَّ حَسَنَاتٍ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ
أَحَدُكُمْ فَلْيُكَبِّرْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَكْبِيرَةً، وَيَحْمَدْ
أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ تَحْمِيدَةً، وَيُسَبِّحْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ
تَسْبِيحَةً، فَتِلْكَ مِائَةٌ"
Al-Hafiz
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu
Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan
kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila anak Adam
tidur, maka malaikat berkata kepada setan, "Berikanlah kepadaku lembaran
catatanmu.” Maka setan memberikan catatannya kepada malaikat, lalu kebaikan apa
saja yang ia jumpai di dalam catatannya ia gunakan untuk menghapus sepuluh
keburukan yang ada di dalam catatan setan, kemudian menggantinya dengan sepuluh
kebaikan. Maka apabila seseorang di antara kalian hendak tidur, bertakbirlah
sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid sebanyak tiga puluh empat kali, dan
bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, sehingga jumlahnya genap seratus.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dan Arim.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sabit (yakni Ibnu Yazid Abu
Zaid), telah menceritakan kepada kami Asim, dari Abu Usman, dari Salman yang
mengatakan bahwa di hari kiamat ada seorang lelaki yang diberikan kepadanya
buku catatan amal perbuatannya. Ia membaca bagian atasnya, dan ternyata yang
tercatat adalah keburukan-keburukannya. Ketika ia hampir berburuk sangka atas
dirinya, ia memandang ke bagian bawah catatannya, tiba-tiba tercatat
kebaikan-kebaikannya. Kemudian ia memandang ke bagian atas catatannya, dan
ternyata telah diganti menjadi catatan kebaikan.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Abul
Anbas, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya pada
hari kiamat dihadapkan kepada Allah sejumlah manusia yang merasa bahwa diri
mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Ditanyakan, "Wahai Abu
Hurairah, siapakah mereka?" Abu Hurairah menjawab bahwa mereka adalah
orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Ibnu
Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Sayyar,
telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abu
Hamzah, dari Abus Saif—salah seorang murid sahabat Mu'az ibnu Jabal—yang
mengatakan bahwa orang-orang yang masuk surga itu ada empat golongan, yaitu kaum
muttaqin, kemudian kaum syakirin, lalu kaum kha'ifin (orang-orang
yang takut kepada Allah), kemudian yang terakhir adalah as-habul yamin (golongan
kanan). Abu Hamzah bertanya, "Mengapa mereka dinamakan as-habul yam'in?
Abus Saif menjawab bahwa mereka telah melakukan amal keburukan dan amal
kebaikan. Kemudian catatan amal perbuatan mereka diberikan kepada mereka dari
sebelah kanannya. Maka mereka membaca keburukan-keburukan mereka kalimat demi
kalimat, lalu mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, ini adalah catatan
keburukan kami, lalu manakah catatan kebaikan kami?" Maka pada saat itu
Allah menghapus semua keburukan mereka dan menggantinya dengan
kebaikan-kebaikan. Dan saat itu mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh
firman-Nya: Ambillah dan bacalah Kitabku (ini!). (Al-Haqqah: 19) Mereka
adalah penduduk surga yang paling banyak jumlahnya.
Ali
ibnul Husain Zainul Abidin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. (Al-Furqan: 70) Bahwa
hal ini terjadi di akhirat nanti. Mak-hul mengatakan bahwa Allah mengampuni
dosa-dosa mereka, lalu menggantinya menjadi kebaikan. Keduanya diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui
Sa'id ibnul Musayyab.
قَالَ ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ،
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مسلم، حَدَّثَنَا أَبُو جَابِرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ مَكْحُولًا يُحَدِّثُ
قَالَ: جَاءَ شَيْخٌ كَبِيرٌ هَرِمٌ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَجُلٌ غَدَرَ وَفَجَرَ، وَلَمْ يَدَعْ حَاجَةً
وَلَا دَاجَةَ إِلَّا اقْتَطَعَهَا بِيَمِينِهِ، لَوْ قُسِّمَتْ خَطِيئَتُهُ
بَيْنَ أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَوْبَقَتْهُمْ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أسلمتَ؟ "
قَالَ: أَمَّا أَنَا فَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّ اللَّهَ غَافِرٌ لَكَ مَا
كُنْتَ كَذَلِكَ، وَمُبْدِّلٌ سَيِّئَاتِكَ حَسَنَاتٍ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وغَدَراتي وفَجَراتي؟ فَقَالَ: "وغَدرَاتك وفَجَراتك". فَوَلّى
الرَّجُلُ يُهَلِّلُ وَيُكَبِّرُ
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami
Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir; ia pernah
mendengar Mak-hul mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua yang karena
usianya teramat lanjut alis matanya turun ke matanya. Laki-laki itu berkata,
"Wahai Rasulullah, saya adalah seorang lelaki yang suka berkhianat dan
berbuat lacur (durhaka). Tiada suatu keinginan pun dan tiada suatu kebutuhan
pun yang aku biarkan melainkan kuterjang dan kulakukan. Seandainya dosa-dosaku
dibagi-bagikan ke seluruh penduduk bumi niscaya semuanya kebagian, maka adakah
jalan bagiku untuk bertobat?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah
kamu Islam?" Lelaki tua menjawab, "Adapun aku, sesungguhnya telah
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya
Allah akan mengampunimu selagi kamu tetap bertobat, dan Allah akan mengganti
keburukanmu dengan kebaikan. Lelaki tua itu bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimanakah dengan semua perbuatan khianat dan perbuatan
durhakaku?" Nabi Saw. bersabda, "Juga Allah akan mengampuni
perbuatan khianat dan durhakamu." Maka lelaki tua itu pergi seraya
bertakbir dan bertahlil.
وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ
مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرو ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي فَرْوَةَ -شَطْب -أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: أَرَأَيْتَ رَجُلًا عَمِلَ الذُّنُوبَ
كُلَّهَا، وَلَمْ يَتْرُكْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةً، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟
فَقَالَ: "أسلمتَ؟ " فَقَالَ: نَعَمْ، قَالَ: "فَافْعَلِ
الْخَيِّرَاتِ، وَاتْرُكِ السَّيِّئَاتِ، فَيَجْعَلَهَا اللَّهُ لَكَ خَيْرَاتٍ
كُلَّهَا". قَالَ: وغَدرَاتي وفَجَراتي؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ
فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ حَتَّى تَوَارَى
Imam
Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Abul Mugirah, dari Safwan ibnu Umar,
dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Farwah, bahwa ia datang kepada
Rasulullah Saw. dan bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang seorang
lelaki yang telah mengerjakan semua jenis dosa, dan tiada suatu keinginan serta
tiada pula suatu kebutuhan yang ditinggalkannya. Maka adakah jalan baginya untuk
bertobat?" Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah kamu telah
masuk Islam?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Kerjakanlah
amal-amal kebaikan dan tinggalkanlah keburukan-keburukan, maka Allah akan
menjadikan kebaikan semuanya buatmu. Ia bertanya, "Bagaimanakah dengan
perbuatan khianat dan kedurhakaanku?" Rasul Saw. menjawab, "Ya
(diganti pula dengan kebaikan)." Maka kedengaran ia terus-menerus
bertakbir hingga hilang dari pandangan mata.
Imam
Tabrani meriwayatkan hadis ini melalui jalur Abu Farwah Ar-Rahawi, dari Yasin
Az-Zayyat, dari Abu Salamah Al-Himsi, dari Yahya ibnu Jabir, dari Salamah ibnu
Nufail secara marfu'.
قَالَ أَيْضًا:
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ، حَدَّثَنَا
عِيسَى بْنُ شُعَيْبِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ فُلَيْح الشَّمَّاسِ، عَنْ عُبَيْدِ
بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: هَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ إِنِّي زَنَيْتُ
وَوَلَدْتُ وَقَتَلْتُهُ. فَقُلْتُ لَا وَلَا نَعمت الْعَيْنُ وَلَا كَرَامَةَ. فَقَامَتْ
وَهِيَ تَدْعُو بِالْحَسْرَةِ. ثُمَّ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ، فَقَصَصْتُ عَلَيْهِ مَا قَالَتِ الْمَرْأَةُ وَمَا
قَلْتُ لَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
بِئْسَمَا قُلْتَ! أَمَا كُنْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةِ: {وَالَّذِينَ لَا
يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ} إِلَى قَوْلِهِ: {إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ
وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا} فَقَرَأْتُهَا عَلَيْهَا. فخرَّت سَاجِدَةً
وَقَالَتِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ لِي مَخْرَجًا.
Imam
Tabrani telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami
Isa ibnu Syu'aib ibnu Sauban, dari Falih ibnu Ubaid ibnu Ubaidusy Syamasy, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa pernah datang kepadanya
seorang wanita, lalu bertanya, "Apakah masih ada jalan tobat bagiku,
sedangkan aku ini orang yang telah berbuat zina hingga punya anak, lalu saya
bunuh anak itu?" Aku (Abu Hurairah) menjawab, "Tidak ada, semoga
hatimu tidak tenteram dan tidak ada kemuliaan bagimu." Maka wanita itu
pergi seraya menyerukan kalimat kekecewaan. Kemudian aku (Abu Hurairah) salat
Subuh bersama Nabi Saw. Seusai salat, kuceritakan kepadanya apa yang telah
dikatakan oleh wanita itu dan jawaban yang kukemukakan kepadanya. Maka
Rasulullah Saw. bersabda: "Alangkah buruknya jawabanmu itu. Tidakkah
kamu pernah membaca firman Allah Swt. berikut: 'Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah'. (Al-Furqan: 68) sampai dengan
firman-Nya: 'kecuali orang-orang yang bertobat' (Al-Furqan: 70), hingga
akhir ayat. Kemudian aku bacakan ayat tersebut kepada si wanita itu. Maka
wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah
yang telah menjadikan jalan keluar bagiku."
Hadis
ini garib bila ditinjau dari jalurnya, di dalam sanadnya terdapat nama
perawi yang tidak dikenal."
Ibnu
Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami
berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa
wanita itu menyerukan kalimat kekecewaan seraya berkata, "Aduhai, alangkah
kecewanya daku. Apakah kebaikan ini diciptakan untuk neraka?"
Dalam
riwayat ini disebutkan bahwa ketika Abu Hurairah pulang dari sisi Rasulullah
Saw., ia mencari wanita itu ke seluruh pelosok kota Madinah, tetapi tidak
menjumpainya. Kemudian pada malam berikutnya wanita itu datang sendiri kepada
Ahu Hurairah, dan Abu Hurairah menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan
oleh Rasulullah Saw. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata,
"Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku dan
menerima tobat dari apa yang telah kukerjakan." Lalu wanita itu
memerdekakan budak perempuan miliknya berikut anak perempuannya, dan ia
bertobat kepada Allah Swt.
******
Kemudian
Allah Swt. memberitahukan tentang rahmat-Nya yang ditujukan kepada semua
hamba-Nya secara umum, bahwa barang siapa di antara mereka yang bertobat
kepada-Nya dari dosa apa pun yang telah dilakukannya, baik kecil maupun besar,
niscaya Allah akan menerima tobatnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ
يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا}
Dan
orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat
kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqan: 71)
Yaitu
Allah akan menerima tobatnya', seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ
نَفْسَهُ}
Dan
barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya diri. (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat.
{أَلَمْ
يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ}
Tidakkah
mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hambanya. (At-Taubah: 104), hingga akhir ayat.
Dan
firman Allah Swt.:
{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا
عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ}
Katakanlah
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat.
Yakni
bagi orang yang bertobat kepada-Nya.
Al-Furqan, ayat 72-74
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72) وَالَّذِينَ
إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
(73) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74)
Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan
orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka mereka
"tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan
orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Apa yang telah disebutkan di
atas merupakan sebagian dan sifat-sifat hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah,
yaitu bahwa mereka tidak pernah memberikan kesaksian palsu. Menurut suatu
pendapat, makna yang dimaksud adalah tidak pernah berbuat kemusyrikan dan tidak
pernah menyembah berhala. Menurut pendapat yang lainnya lagi ialah tidak pernah
berdusta, tidak pernah berbuat fasik, tidak pernah berbuat kekafiran, tidak
pernah melakukan perbuatan yang tidak ada faedahnya, dan tidak pernah berbuat
kebatilan. Menurut Muhammad ibnul Hanafiyah, makna yang dimaksud ialah
perbuatan yang tidak ada faedahnya dan bernyanyi. Abul 'Aliyah, Tawus, Ibnu
Sirin, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah tidak pernah menghadiri hari-hari raya kaum musyrik.
Menurut Umar ibnu Qais, maknanya ialah tidak pernah menghadiri majelis yang di
dalamnya dilakukan kejahatan dan kefasikan.
Malik telah meriwayatkan dari
Az-Zuhri, bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah minum khamr dan tidak
pernah menghadiri tempatnya serta tidak pernah menyukainya, seperti yang
disebutkan di dalam sebuah hadis:
"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا
يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ"
Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia duduk di suatu hidangan yang
digilirkan padanya minuman khamr.
Menurut pendapat yang lain,
makna firman Allah Swt.: yang tidak memberikan persaksian palsu. (Al-Furqan:
72) Yakni kesaksian palsu alias sengaja berdusta untuk mencelakakan orang lain,
seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, melalui
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبر الْكَبَائِرِ" ثَلَاثًا،
قُلْنَا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "الشِّرْكُ بِاللَّهِ،
وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ". وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ:
"أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، أَلَا وَشَهَادَةُ الزُّورِ [أَلَا وَقَوْلُ
الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ] . فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا، حَتَّى قُلْنَا:
لَيْتَهُ سَكَتَ
"Maukah aku ceritakan
kepada kalian tentang dosa yang paling besar?”,
sebanyak tiga kali. Maka kami menjawab, "Wahai Rasulullah, kami mau.”
Rasulullah Saw. bersabda, "Mempersekutukan Allah dan menyakiti kedua
orang tua.” Pada mulanya beliau bersandar, lalu duduk tegak dan bersabda,
"Ingatlah, ucapan dusta, ingatlah kesaksian palsu!" Rasulullah
Saw. mengulang-ulang sabda terakhirnya ini, sehingga kami berkata (dalam hati)
bahwa seandainya beliau diam.
Akan tetapi, menurut makna
lahiriah nas ayat ini menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak
menghadiri hal-hal yang berdosa. Karena itulah disebutkan dalam firman
selanjutnya:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا
كِرَامًا}
dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
Yakni mereka tidak mau
menghadiri perbuatan yang tidak berfaedah itu, dan apabila secara kebetulan
mereka bersua dengan orang-orang yang sedang melakukannya, maka mereka lewati
saja dan tidak mau mengotori dirinya dengan sesuatu pun dari perbuatan yang
berdosa itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{مَرُّوا كِرَامًا}
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ،
حَدَّثَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ الْعِجْلِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ،
أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرة، أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ بِلَهْوٍ
مُعْرِضًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ
أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ، وَأَمْسَى كَرِيمًا"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami
Abul Hasan Al-Ajali, dari Muhammad ibnu Muslim, bahwa Ibrahim ibnu Maisarah
telah menceritakan kepadaku bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua dengan orang-orang
yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, maka dia tidak berhenti.
Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan
petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ النَّحْوِيُّ،
حَدَّثَنَا حِبَّانُ، أنا عَبْدُ اللَّهِ، أنا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ،
أَخْبَرَنِي ابْنُ مَيْسَرَةَ قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ
بِلَهْوٍ مُعْرِضًا فَلَمْ يَقِفْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَقَدْ أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأَمْسَى
كَرِيمًا". ثُمَّ تَلَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرَةَ: {وَإِذَا مَرُّوا
بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}
Telah menceritakan pula kepada
kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Salamah An-Nahwi, telah menceritakan kepada
kami Hibban, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepadaku Maisarah; telah sampai
suatu berita kepadanya bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua derigan orang-orang yang
sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, tetapi dia tidak berhenti.
Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan
petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya. Kemudian
Ibrahim ibnu Maisarah membaca firman-Nya: dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)
yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
******
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ
رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا}
Dan orang-orang yang apabila
diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai
orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Hal ini pun merupakan salah satu
dari sifat dan ciri khas orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
mereka yang apabila disebut
nama Allah, gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya)
dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Al-Anfal: 2)
Berbeda dengan orang kafir;
karena sesungguhnya apabila dia mendengar kalamullah, tiada pengaruh
dalam dirinya dan tiada perubahan dari apa yang sebelumnya dia lakukan, bahkan
dia tetap pada kekafiran, kesesatan, kejahilan, dan kelewat batasnya. Seperti
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا
فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ}
Dan apabila diturunkan suatu
surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surat ini?”Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati
mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di
samping kekafirannya (yang telah ada). (At-Taubah:124-125)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا
وَعُمْيَانًا}
mereka tidaklah menghadapinya
sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan:
73)
Yaitu berbeda dengan orang kafir
yang apabila mendengar ayat-ayat Allah, maka dirinya tidak terpengaruh, bahkan
tetap dalam keadaannya yang kafir, seakan-akan tidak mendengarnya bagaikan
orang yang tuli dan buta.
Mujahid telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang
yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Maksudnya, mereka tidak
mendengarkannya, tidak mau melihatnya, dan tidak mau mengerti akan sesuatu pun
darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa betapa banyaknya lelaki yang
membaca ayat-ayat Allah, sedangkan mereka menghadapinya seperti orang-orang
yang tuli dan bisu.
Qatadah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang apabila diberi
peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai
orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni mereka tidak tuli
terhadap perkara yang hak dan tidak buta terhadapnya; mereka—demi Allah—
adalah kaum yang memikirkan perkara hak dan beroleh manfaat dari apa yang
mereka dengar dari Kitab-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun yang mengatakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Asy-Sya'bi tentang seorang lelaki yang melihat
suatu kaum sedang melakukan sujud, tetapi dia tidak mendengar ayat yang
menyebabkan mereka melakukan sujud. Bolehkah ia ikut sujud bersama mereka?
Asy-Sya'bi membacakan ayat ini kepadanya. Dengan kata lain, yang dimaksudkan
oleh Asy-Sya'bi ialah lelaki itu tidak boleh ikut sujud bersama mereka karena
dia tidak mendengar apa yang menyebabkan mereka sujud. Tidaklah layak bagi
seorang mukmin menjadi seorang yang membebek, bahkan dia harus mengetahui apa
yang dilakukannya dan melakukan perbuatannya dengan penuh keyakinan dan
keterangan (alasan) yang jelas.
****
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ}
Dan orang-orang yang berkata,
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Mereka adalah orang-orang yang
memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat
kepada Allah dan menyembahNya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka
ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah
sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian,
baik di dunia maupun di akhirat.
Ikrimah mengatakan, mereka tidak
bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik, tetapi
mereka menginginkan keturunan yang taat.
Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya
tentang makna ayat ini. Ia menjawab, "Makna yang dimaksud ialah bila Allah
memperlihatkan kepada seorang hamba yang muslim istri, saudara, dan kerabatnya
yang taat-taat kepada Allah. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih
menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara,
dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah Swt."
Ibnu Juraij telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke
dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Aslam mengatakan bahwa mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk
kepada istri-istri mereka dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah
menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang
mengatakan, "Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad.
Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, 'Beruntunglah kedua
matanya yang telah melihat Rasulullah Saw. Seandainya saja kami dapat melihat
seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah
disaksikannya.' Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku terheran-heran,
sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik.
Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata, 'Apakah
gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang digaibkan oleh Allah
darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu
(masa Nabi Saw.), apa yang bakal dilakukannya. Demi Allah, sesungguhnya banyak
kaum yang semasa dengan Rasulullah Saw., tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka
Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya.
Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian
dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya
Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi
kalian; sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian.
Allah mengutusNabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh
seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat
adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan menyembah
berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang membedakan antara
perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua
dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya untuk beriman pasti akan
yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa
jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila
mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam neraka." Hal
inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang
berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Sanad asar ini sahih, tetapi
para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا}
dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi,
Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah para
pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.
Selain mereka mengatakan, yang
dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk dan para penyeru
kebaikan; mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah
generasi penerus mereka, yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan agar
hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa
manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya.
Karena itulah disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui hadis Abu
Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ
ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ
بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ"
Apabila anak Adam meninggal
dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang
mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang
bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.
Al-Furqan, ayat 75-77
{أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ
الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا (75)
خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76) قُلْ مَا يَعْبَأُ
بِكُمْ رَبِّي لَوْلا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
(77) }
Mereka itulah orang yang
dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena
kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di
dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan
tempat kediaman. Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), "Tuhanku
tidak mengindahkan kalian melainkan kalau ada ibadah kalian. (Tetapi
bagaimana kalian beribadah kepada-Nya), padahal kalian sungguh telah
mendustakan-Nya? Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa
kalian)."
Setelah menyebutkan sifat-sifat
hamba-hamba-Nya yang beriman dengan sifat-sifat yang indah dan ucapan serta
perbuatannya yang agung, lalu dalam ayat berikutnya disebutkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{أُوْلَئِك}
Mereka itulah. (Al-Furqan: 75)
Yakni orang-orang yang memiliki
sifat-sifat tersebut
{ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ }
orang yang dibalasi dengan
martabat yang tinggi. (Al-Furqan: 75)
Artinya, kelak di hari kiamat
mereka akan dibalasi dengan mendapat surga.
Abu Ja'far Al-Baqir, Sa'id ibnu
Jubair, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan bahwa surga dinamakan gurfah karena
letaknya yang tinggi.
{بِمَا صَبَرُوا}
karena kesabaran mereka. (Al-Furqan: 75)
Yaitu berkat kesabaran mereka
dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan di atas.
{ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا
}
dan mereka disambut dengan
penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al-Furqan;
75)
Maksudnya, di dalam surga mereka
disambut oleh para malaikat yang berebutan menyambut kedatangan mereka dengan
mengucapkan penghormatan dan selamat. Mereka memperoleh penghormatan serta
pengagungan, dan keselamatan terlimpahkan kepada mereka semua dan kepada para
malaikat yang menyambut mereka. Sesungguhnya para malaikat masuk menemui mereka
dari setiap pintu surga seraya mengucapkan, "Keselamatan atas kalian
karena kesabaran kalian. Maka surga adalah sebaik-baik tempat tinggal di
akhirat."
****
Firman Allah Swt.:
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Al-Furqan: 76)
Mereka tinggal di dalam surga
sebagai tempat menetap mereka, mereka tidak akan pergi dan tidak akan pindah
darinya; tidak akan mati dan tidak akan beranjak darinya, serta tidak ingin
pindah darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
وَأَمَّا الَّذِينَ
سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ
Adapun orang-orang yang
berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada
langit dan bumi. (Hud: 108), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}
Surga itu sebaik-baik tempat
menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76)
Yakni sebaik-baik pemandangan,
sebaik-baik tempat istirahat, dan sebaik-baik tempat tinggal.
*****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي}
Katakanlah, "Tuhanku
tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77)
Allah tidak mengindahkan kalian
bila kalian tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak sekali-kali
menciptakan makhluk, melainkan agar mereka menyembah-Nya, mengesakan-Nya, dan
bertasbih kepada-Nya di setiap pagi dan petang (untuk kemaslahatan mereka
sendiri).
Mujahid dan Amr ibnu Syu'aib
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tuhanku tidak
mengindahkan kalian. (Al-Furqan: 77) Yakni Tuhanku tidak mengazab kalian.
Ali ibnu Abu falhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah,
"Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77) Artinya,
seandainya tidak ada iman kalian, tentu Tuhanku tidak mengindahkan kalian.
Allah Swt. memberitahukan kepada orang-orang kafir bahwa Dia tidak memerlukan
mereka, karenanya Dia tidak menciptakan mereka sebagai orang-orang mukmin.
Seandainya Allah mempunyai keperluan, tentulah Dia menjadikan mereka suka
kepada iman, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin beriman.
*****
Firman Allah Swt.:
فَقَدْ كَذَّبْتُمْ
فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Padahal kalian sungguh telah
mendustakan-Nya (hai orang-orang kafir). Karena
itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77)
Kedustaan kalian kepada Allah
akan memastikan diri kalian tertimpa azab, binasa, dan kehancuran di dunia dan
akhirat; yang hal ini termasuk pula kejadian dalam Perang Badar. Seperti apa
yang telah ditafsirkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud, Ubay ibnu Ka'b, Muhammad ibnu
Ka'b Al-Qurazi, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi, serta lain-lainnya.
Al-Hasan Al-Basri telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, kelak (azab) pasti
(menimpa kalian). (Al-Furqan: 77) Yakni kelak di hari kiamat. Di antara
kedua penafsiran pada hakikatnya tidak ada pertentangan.
Demikianlah akhir dari tafsir surat
Al-Furqan, segala puji bagi Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar