Al-Isra, ayat 54-55
{رَبُّكُمْ أَعْلَمُ
بِكُمْ إِنْ يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ أَوْ إِنْ يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ وَكِيلا (54) وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ وَآتَيْنَا
دَاوُدَ زَبُورًا (55) }
Tuhan
kalian telah mengetahui tentang kalian. Dia akan memberi rahmat kepada kalian
jika Dia menghendaki, dan Dia akan mengazab kalian jika Dia menghendaki. Dan
kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka. Dan Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang (ada) di
langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu
atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Firman Allah Swt.:
{رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِكُمْ}
Tuhan kalian lebih mengetahui
tentang kalian. (Al-Isra: 54)
Khitab ayat ditujukan kepada manusia, yakni "hai manusia, Tuhan kalian
lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah di antara kalian dan siapa
yang tidak berhak mendapatkannya".
{إِنْ يَشَأْ يَرْحَمْكُمْ}
Dia akan memberi rahmat
kepada kalian jika Dia menghendaki. (Al-Isra: 54)
Yaitu dengan memberi kalian
taufik untuk taat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya.
{أَوْ إِنْ يَشَأْ يُعَذِّبْكُمْ وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ}
dan Dia akan mengazab kalian,
jika Dia menghendaki. Dan Kami tidaklah mengutusmu. (Al-Isra: 54)
hai Muhammad,
{عَلَيْهِمْ وَكِيلا}
untuk menjadi penjaga bagi
mereka. (Al-Isra: 54)
Yakni sesungguhnya Kami mengutus
kamu hanyalah sebagai pemberi peringatan kepada manusia. Maka barang siapa yang
taat kepadamu, dia masuk surga; dan barang siapa yang durhaka kepadamu akan
masuk neraka.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dan Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang (ada) di langit dan di bumi. (Al-Isra:
55)
Yakni tentang tingkatan mereka
dalam hal ketaatan dan kedurhakaan.
{وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ}
Dan sesungguhnya telah Kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang
lain). (Al-Isra: 55)
Dalam ayat yang lain disebutkan
melalui firman-Nya:
{تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ
عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ}
Rasul-rasul itu Kami lebihkan
sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. (Al-Baqarah: 253)
Hal ini tidaklah bertentangan
dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ"
Janganlah kalian saling
mengutamakan di antara nabi-nabi.
Karena sesungguhnya yang
dimaksud oleh hadis ini ialah saling mengutamakan yang berlandaskan hanya
karena kesukaan dan kefanatikan, bukan berdasarkan dalil. Karena itu, apabila
ada dalil yang menunjukkan kepada sesuatu keutamaan, maka wajib diikuti. Tidak
ada perselisihan di kalangan ulama bahwa para rasul itu lebih utama daripada
para nabi, dan bahwa ulul 'azmi dari kalangan para rasul adalah yang
paling utama di antara mereka. Mereka yang termasuk ke dalam golongan ulul
'azmi ada lima orang, sebagaimana yang disebutkan dalam dua ayat Al-Qur'an;
yaitu yang pertama terdapat dalam surat Al-Ahzab melalui firman-Nya:
{وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ
مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ
مَرْيَمَ}
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian 'dari nabi-nabi dan
dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab:
7)
Yang kedua, terdapat di dalam
surat Asy-Syura melalui firman-Nya:
{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى
بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ}
Dia telah mensyariatkan bagi
kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa telah
Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa,
dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah
tentangnya. (Asy-Syura: 13)
Dan tidak ada yang
memperselisihkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah yang paling utama di antara
mereka, sesudah itu Nabi Ibrahim, lalu Nabi Musa, selanjutnya Nabi Isa putra
Maryam, menurut pendapat yang terkenal. Kami telah menjelaskan dalil-dalilnya
secara panjang lebar pada bagian lain.
Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا}
dan Kami berikan Zabur kepada
Daud. (Al-Isra: 55)
Hal ini mengisyaratkan tentang
keutamaan dan kemuliaan yang dimilikinya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، أَخْبَرَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمر، عَنْ هَمَّام، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"خُفف عَلَى دَاوُدَ الْقُرْآنَ، فَكَانَ يَأْمُرُ بِدَابَّتِهِ لتُسْرج،
فَكَانَ يَقْرَأُ قَبْلَ أَنْ يَفْرغ". يَعْنِي الْقُرْآنَ
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceri takan kepada kami Ma'mar, dari Hammam. dari Abu Hurairah
r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bacaan Al-Kitab dimudahkan bagi
Nabi Daud, tersebutlah bahwa bila dia memerintahkan (kepada pelayannya) agar
hewan kendaraannya dipersiapkan, lalu diberi pelana, maka tersebutlah bahwa ia
telah merampungkan bacaan Al-Kitabnya sebelum hewan kendaraannya itu siap
dikendarai.
Al-Isra, ayat 56-57
{قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ
زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلا
تَحْوِيلا (56) أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ
الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (57) }
Katakanlah,
"panggillah mereka yang kalian anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai
kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian dan tidak pula
memindahkannya.” Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.
Firman Allah Swt.:
{قُلِ}
Katakanlah. (Al-Isra: 56)
hai Muhammad, kepada orang-orang
musyrik yang menyembah selain Allah.
{ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ}
Panggillah mereka yang kalian
anggap (tuhan) selain Allah. (Al-Isra: 56)
Yakni berhala-berhala dan
tandingan-tandingan yang kalian buat-buat itu. Lalu mintalah kepada mereka,
maka sesungguhnya mereka:
" لَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ
عَنْكُمْ"
tidak akan mempunyai
kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian. (Al-Isra:
56) Artinya, mereka sama sekali tidak akan dapat melenyapkannya.
{وَلا تَحْوِيلا}
dan tidak pula
memindahkannya. (Al-Isra: 56)
Misalnya mereka mengalihkan
bahaya itu kepada selain kalian. Dengan kata lain, yang dapat melakukan hal itu
hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Dialah yang memiliki makhluk dan
semua urusan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "panggillah
mereka yang kalian anggap (tuhan)." (Al-Isra: 56), hingga akhir ayat.
Bahwa dahulu orang-orang musyrik mengatakan, "Kami akan menyembah
malaikat, Al-Masih, dan Uzair." Merekalah yang dimaksud dalam ayat ini,
yaitu para malaikat, Isa, dan Uzair! Firman Allah Swt.: Orang-orang yang
mereka seru itu. (Al-Isra: 57), hingga akhir ayat.
Imam Bukhari telah meriwayatkan
melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar,
dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Orang-orang yang mereka
seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra: 57)
Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sejumlah makhluk jin yang disembah
oleh orang-orang kafir, lalu jin itu masuk Islam.
Menurut riwayat lain, dahulu ada
segolongan manusia menyembah segolongan makhluk jin, kemudian jin itu masuk Islam,
sedangkan manusia yang menyembahnya tetap berpegang pada keyakinannya.
Qatadah telah meriwayatkan dari
Ma'bad ibnu Abdullah Ar-Rumma-ni, dari Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari
Ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: Orang-orang yang mereka seru itu. (Al-Isra:
57), hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan
orang-orang Arab yang menyembah sejumlah makhluk jin, lalu jin-jin itu masuk
Islam bersamaan dengan sejumlah manusia, sedangkan orang-orang yang tadinya
menyembah jin-jin itu tidak mengetahui bahwa yang mereka sembah telah masuk
Islam. Lalu turunlah ayat ini.
Menurut riwayat lain dari Ibnu
Mas'ud, mereka menyembah segolongan malaikat yang disebut jin, hingga akhir
riwayat.
As-Saddi telah meriwayatkan dari
Abu Saleh, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan Firman-Nya: Orang-orang yang
mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di
antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). (Al-Isra: 57) Bahwa yang
dimaksud ialah Isa, ibunya, dan Uzair.
Mugirah telah meriwayatkan dari
Ibrahim bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah Isa, Uzair, matahari, dan bulan.
Menurut Mujahid, yang dimaksud
dengan mereka ialah Isa, Uzair, dan malaikat.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang
dikatakan oleh Ibnu Mas'ud karena berdasarkan kepada firman-Nya yang
mengatakan: mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka. (Al-Isra:
57) Apa yang diungkapkan oleh ayat ini tidak menyangkut masa lampau, karena itu
tidak termasuk ke dalam pengertiannya Isa dan Uzair serta malaikat.
Selanjutnya Ibnu Mas'ud
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-wasilah ialah qurbah jalan
untuk mendekatkan diri, sama dengan apa yang dikatakan oleh Qatadah. Karena
itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَيُّهُمْ أَقْرَبُ}
siapa di antara mereka yang
lebih dekat. (Al-Isra: 57)
*******************
Firman Allah Swt,:
{وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ
عَذَابَهُ}
dan mengharapkan rahmat-Nya
dan takut akan azab-Nya. (Al-Isra: 57)
Ibadah tidak sempurna melainkan
bila dibarengi dengan rasa takut dan harap. Dengan rasa takut, tercegahlah diri
orang yang bersangkutan dari mengerjakan hal-hal yang dilarang. Dan dengan rasa
harap, orang yang bersangkutan bertambah rajin mengerjakan amal-amal ketaatan.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا}
sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Al-Isra:
57)
Maksudnya, azab Allah harus
dihindari dan ditakuti, agar tidak terkena olehnya.
Al-Isra, ayat 58
{وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ
إِلا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا
شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا (58) }
Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh
Mahfuz)
Allah
Swt. memberitahukan, telah diputuskan dan telah dicatat di dalam Lauh Mahfuz
yang ada di sisi-Nya, bahwa tidak ada seorang penduduk kampung pun melainkan
Allah membinasakannya dengan cara mematikan semua penduduknya atau mengazab
mereka.
{عَذَابًا شَدِيدًا}
dengan
azab yang sangat keras. (Al-Isra:
58)
Adakalanya
dengan membunuh mereka atau menimpakan cobaan menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya hal itu terjadi tiada lain karena dosa-dosa dan
keburukan-keburukan mereka. Di dalam ayat yang lain Allah Swt. menyebutkan
kisah tentang umat-umat terdahulu:
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ}
Dan
Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri. (Hud: 101)
فَذَاقَتْ
وَبَالَ أَمْرِهَا وَكَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهَا خُسْرًا
Maka
mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat
perbuatan mereka kerugian yang besar. (Ath-Thalaq: 9)
{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ
أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ }
Dan berapalah banyaknya (penduduk)
negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya. (Ath-Thalaq:
8), hingga akhir ayat.
Al-Isra, ayat 59
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ
نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ
النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا
تَخْوِيفًا (59) }
Dan
sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami) melainkan
karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami
berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat
dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi
tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.
Sunaid telah meriwayatkan dari
Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Sa’id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa
orang-orang musyrik pernah berkata kepada Nabi Saw., "Hai Muhammad,
sesungguhnya kamu menduga bahwa sebelum kamu terdapat nabi-nabi. Di antara
mereka ada yang angin ditundukkan baginya, ada yang dapat menghidupkan
orang-orang mati. Maka jika kamu menginginkan agar kami beriman kepadamu dan
membenarkanmu, maka doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa
ini emas buat kami."
Maka Allah Swt. berfirman kepada
Nabi-Nya, "Sesungguhnya Aku telah mendengar apa yang dikatakan oleh
mereka. Untuk itu jika kamu menghendaki agar Kami melakukannya, tentulah Kami
akan memenuhi permintaan mereka. Tetapi jika sesudah itu mereka tidak beriman,
maka azab Kami akan turun (menimpa mereka). Karena sesungguhnya tidak ada
tawar-menawar lagi sesudah turunnya tanda-tanda kekuasaan Kami (mukjizat). Dan
jika kamu menginginkan Kami menangguhkan kaummu, tentulah Kami akan memberikan
masa tangguh kepada mereka." Maka Nabi Saw. berdoa memohon kepada
Tuhannya:
"يَا رَبِّ، اسْتَأْنِ بِهِمْ"
Ya Tuhanku, tangguhkanlah
mereka.
Hal yang sama telah dikemukakan
pula oleh Qatadah dan Ibnu Juraij serta yang lainnya.
Imam Ahmad meriwayatkan, lelah
menceritakan kepada kami Usman ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Jarir, dari Al-A'masy, dan Ja'far ibnu Iyas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu
Abbas yang menceritakan bahwa penduduk Mekah pernah meminta kepada Nabi Saw.
agar menjadikan Bukit Safa emas buat mereka, dan gunung-gunung yang ada di
sekitar mereka dilenyapkan sehingga mereka dapat melakukan cocok tanam. Maka
dikatakan kepada Nabi Saw., "Jika kamu menghendaki agar mereka diberi masa
tangguh, maka Kami akan menangguhkan mereka. Dan jika kamu suka bila permintaan
mereka di kabulkan, maka Kami akan memenuhi apa yang mereka minta. Tetapi jika
mereka tetap kafir, maka mereka akan binasa sebagaimana binasanya umat-umat
sebelum mereka." Nabi Saw, berkata, "Tidak, melainkan berilah masa
tangguh kepada mereka." Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan
sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh
orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat.
Imam Nasai meriwayatkan melalui
hadis Jarir dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Salamah ibnu Kahil, dari Imran ibnu Nakim, dari Ibnu Abbas yang telah
mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah mengatakan kepada Nabi Saw.,
"Doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa ini emas bagi
kami, maka kami akan beriman kepadamu." Nabi Saw. bertanya, "Apakah
kalian benar-benar akan melakukannya?" Mereka menjawab,
"Ya." Maka Nabi Saw. berdoa. Kemudian Jibril datang kepadanya, lalu
berkata, "Sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam buatmu dan berpesan
bahwa jika kamu suka, maka pada keesokkan paginya Bukit Safa ini akan menjadi
emas buat mereka. Tetapi barang siapa di antara mereka yang kafir sesudah itu,
maka Aku akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Kutimpakan kepada
seorang pun dari kalangan umat manusia. Dan jika kamu suka Aku bukakan bagi
mereka semua pintu tobat dan rahmat, maka akan Aku lakukan." Nabi Saw.
berkata, "Tidak, bahkan (saya memilih) pintu tobat dan rahmat."
Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam
kitab musnadnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail
ibnu Ali Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Tamim Al-Masisi,
dari Abdul Jabbar ibnu Umar Al-Abli, dari Abdullah ibnu Ata ibnu Ibrahim, dari neneknya
(yaitu Ummu Ata, pelayan Az-Zubair ibnul Awwam) yang telah menceritakan bahwa
ia pernah mendengar Az-Zubair mengatakan bahwa ketika firman Allah Swt. berikut
ini diturunkan: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat. (Asy-Syu'ara: 214) Maka Rasulullah Saw. berseru dengan suara yang
keras di atas puncak Abu Qubais, "Hai keluarga Abdu Manaf, sesungguhnya
aku memberikan peringatan!" Kemudian datanglah orang-orang Quraisy
menemuinya, lalu Nabi Saw. memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka.
Maka mereka berkata, "Kamu menduga bahwa dirimu seorang nabi yang mendapat
wahyu. Sesungguhnya Sulaiman telah ditundukkan baginya angin dan gunung, Musa
telah ditundukkan baginya laut, dan Isa dapat menghidupkan orang-orang mati.
Maka doakanlah pada Allah agar Dia menyisihkan (memindahkan) gunung-gunung ini
dari kami dan mengalirkan sungai-sungai di buminya sehingga kami dapat
menggarapnya dan melakukan cocok tanam padanya buat makan kami. Dan jika engkau
tidak mau, maka doakanlah kepada Allah semoga Dia menghidupkan orang-orang mati
kami agar kami dapat berbicara dengan mereka dan mereka pun dapat berbicara
dengan kami. Jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah untuk kami agar
Dia menjadikan bagi kami batu besar yang berada di bawahmu itu emas sehingga
kami dapat memahatnya dan dapat memberikan kecukupan kepada kami tanpa harus
melakukan perjalanan musim dingin dan musim panas. Karena sesungguhnya engkau
menduga bahwa dirimu sama seperti mereka (nabi-nabi itu)." Ketika kami
masih berada di sekeliling Nabi Saw., tiba-tiba turunlah wahyu. Setelah wahyu
selesai, Nabi Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ أَعْطَانِي مَا
سَأَلْتُمْ، وَلَوْ شِئْتُ لَكَانَ، وَلَكِنَّهُ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ
تَدْخُلُوا بَابَ الرَّحْمَةِ، فَيُؤَمَّنَ مُؤْمِنُكُمْ، وَبَيْنَ أَنْ
يَكِلَكُمْ إِلَى مَا اخْتَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ، فَتَضِلُّوا عَنْ بَابِ
الرَّحْمَةِ، فَلَا يُؤَمَّنَ مِنْكُمْ أَحَدٌ، فَاخْتَرْتُ بَابَ الرَّحْمَةِ،
فَيُؤَمَّنُ مُؤْمِنُكُمْ. وَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ إِنْ أَعْطَاكُمْ ذَلِكَ ثُمَّ
كَفَرْتُمْ، أَنَّهُ يُعَذِّبُكُمْ عَذَابًا لَا يُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ
الْعَالَمِينَ"
Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya Dia mau memberiku apa yang
kalian minta itu; seandainya aku menghendaki, niscaya terjadi. Akan tetapi,
Allah memberiku pilihan. Yaitu kalian masuk ke dalam pintu rahmat, sehingga
orang yang beriman di antara kalian mau beriman, atau diserahkan kepada kalian
menurut apa yang kalian pilih, nanti akibatnya kalian akan kehilangan pintu
rahmat, dan akhirnya tiada seorang pun dari kalian yang beriman. Maka aku
memilih pintu rahmat, sehingga berimanlah orang-orang yang mau beriman dari
kalian. Dan Allah memberitahukan kepadaku bahwa jika Dia memberi apa yang
kalian minta itu, lalu kalian tetap kafir, maka sesungguhnya Dia akan mengazab
kalian dengan azab yang belum pernah Dia timpakan kepada seorang pun dari umat
manusia.
Lalu turunlah firman-Nya: Dan
sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh
orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59)
Dan Nabi Saw. membaca tiga ayat,
lalu turun pula firman-Nya:
{وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ
بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى}
Dan sekiranya ada suatu
bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu
gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya
orang-orang yang telah mati dapat berbicara. (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir
ayat.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ}
Dan sekali-kali tidak ada
yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami). (Al-Isra: 59)
Maksudnya, mendatangkan dan
mengirimkan tanda-tanda kebesaran sesuai dengan apa yang diminta oleh kaummu
itu adalah hal yang mudah bagi Kami. Hanya saja tanda-tanda kekuasaan Kami itu
telah didustakan oleh orang-orang dahulu sesudah mereka memintanya, maka
diberlakukanlah sunnah Kami atas mereka, juga terhadap orang-orang yang
seperti mereka. Yaitu bila mereka mendustakannya sesudah dikirimkan, maka
.tiada masa tangguh lagi bagi mereka, dan azab langsung turun menimpa mereka.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat
Al-Maidah, melalui firman-Nya:
{قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنزلُهَا عَلَيْكُمْ
فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ
أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ}
Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, barang siapa
yang kafir di antara kalian sesudah itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya
dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat
manusia.” (Al-Maidah: 115)
Allah Swt. berfirman
menceritakan kaum Samud ketika mereka meminta suatu tanda kekuasaan Allah,
yaitu seekor unta betina yang keluar dari batu besar yang ditentukan oleh
mereka. Maka Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) berdoa kepada Tuhannya memohon
suatu mukjizat, lalu Allah mengeluarkan seekor unta betina buat mereka dari
batu besar itu sesuai dengan apa yang mereka minta.
Tetapi setelah mereka berbuat
aniaya terhadap unta itu, yakni ingkar kepada Tuhan yang menciptakannya dan
mendustakan Rasul-Nya serta menyembelih unta betina itu, maka Allah berfirman:
{تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ
أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ}
Bersukarialah kamu sekalian
di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.
(Hud: 65)
Karena itulah dalam ayat surat
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ}
Dan telah Kami berikan kepada
Samud unta betina itu . (Al-Isra: 59)
Yakni Mukjizat yang berupa unta
betina itu menunjukkan akan keesaan Tuhan yang menciptakannya dan membenarkan
rasul-Nya yang doanya diperkenankan.
{فَظَلَمُوا بِهَا}
tetapi mereka menganiaya unta
betina itu. (Al-Isra: 59)
Mereka berbuat aniaya terhadap
unta betina itu, melarang hari minumny a, dan membunuhnya. Maka Allah
membinasakan mereka sehabis-habisnya sebagai pembalasan dari-Nya terhadap
mereka. Allah mengazab mereka dengan azab Tuhan Yang Mahaperkasa lagi
Mahakuasa.
Firman A'llah Swt.:
{وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}
Dan Kami tidak memberi
tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al-Isra:
59)
Qatadah mengatakan bahwa Allah
Swt. mempertakuti manusia dengan tanda kekuasaan yang dikehendaki-Nya, agar
manusia dapat mengambil pelajaran dan peringatan darinya, lalu mereka kembali
kepada-Nya.
Telah diriwayatkan kepada kami
bahwa kota Kufah pernah mengalami gempa di masa Ibnu Mas'ud r.a., lalu Ibnu
Mas'ud r.a. berkata, "Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian sedang
memperingatkan kalian, maka kembalilah kalian kepada-Nya!"
Hal yang sama pernah terjadi
pula atas kota Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnul Khattab r.a.
selama berkali-kali, maka Khalifah Umar berkata, "Kalian telah membuat
bid'ah. Demi Allah, seandainya terjadi lagi gempa, sungguh saya akan melakukan
anu, sungguh aku akan melakukan anu (maksudnya memberantas perkara
bid'ah)."
Dalam hadis yang muttafaq
'alaih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ،
وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ
اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، يُرْسِلُهُمَا يُخَوِّفُ بِهِمَا عِبَادَهُ، فَإِذَا
رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ
وَاسْتِغْفَارِهِ". ثُمَّ قَالَ: " يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ
مَا أَحَدٌ أَغْيَرُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدَهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتَهُ،
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتُمْ
قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا"
Sesungguhnya matahari dan
bulan, keduanya adalah tanda kekuasaan Allah, dan sesungguhnya keduanya tidak
mengalami gerhana karena matinya seseorang dan tidak (pula) karena hidup (lahir)nya seseorang, tetapi Allah Swt.
mempertakuti hamba-hamba-Nya melalui keduanya. Untuk itu apabila kalian melihat
gerhana, bergegaslah kalian untuk mengingat Allah, berdoa dan memohon ampun
kepada-Nya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Hai umat Muhammad, demi
Allah, tiada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, bila ada hamba
laki-lakinya berbuat zina atau ada hamba perempuannya berbuat zina. Hai umat
Muhammad, demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui,
tentulah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.
Al-Isra, ayat 60
{وَإِذْ قُلْنَا لَكَ
إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ
إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ
وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا كَبِيرًا (60) }
Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu,
"Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan
Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan
sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu-yang terkutuk
dalam Al-Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu
hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
Allah Swt. berfirman kepada
Rasul-Nya yang di dalamnya terkandung anjuran agar ia menyampaikan risalah-Nya
(kepada umat manusia) dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah Swt.
memeliharanya dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas
manusia, dan mereka semuanya berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya serta
tunduk di bawah keperkasaan dan kekuatan-Nya.
Mujahid, Urwah ibnuz Zubair,
Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu,
"Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” (Al-Isra:
60) Yakni Allah memelihara kamu dari gangguan mereka.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي
أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ}
Dan Kami tidak manjadikan
mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi
manusia. (Al-Isra: 60), hingga akhir ayat.
Imam bukhari mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami
tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai
ujian bagi manusia. (Al-Isra: 60) Bahwa yang dimaksud dengan mimpi dalam
ayat ini ialah pemandangan yang diperlihatkan kepada Rasulullah Saw. di malam Isra.
dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk di dalam Al-Qur'an. (Al-Isra:
60) Yang dimaksud ialah pohon zaqqum.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Abdur Razzaq, dan lain-lainnya, dari Sufyan ibnu Uyaynah
dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Al-Aufi, dari ibnu Abbas.
Hal yang sama telah ditafsirkan
oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Masruq, Ibrahim, Qatadah, dan Abdur
Rahman ibnu Zaid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa hal itu
terjadi di malam Isra.
Dalam permulaan tafsir surat ini
telah disebutkan hadis-hadis mengenai Isra secara terperinci.
Dalam kisah Isra disebutkan
bahwa ada segolongan orang menjadi murtad dari agama yang hak setelah mendengar
kisah ini; karena kisah ini tidak dapat diterima oleh hati dan akal mereka,
maka mereka mendustakannya. Akan tetapi, Allah menjadikan kisah ini sebagai kekokohan
iman dan keyakinan sebagian manusia lainnya: Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِلا فِتْنَةً}
melainkan sebagai ujian. (Al-Isra: 60)
Yakni sebagai cobaan dan ujian
buat mereka.
Adapun yang dimaksud dengan
pohon yang terkutuk ialah pohon zaqqum. Ketika Rasulullah Saw. menceritakan
kepada mereka bahwa beliau telah melihat surga dan neraka serta melihat pula
pohon kayu zaqqum, maka dengan spontan mereka mendustakannya. Sehingga Abu
Jahal — semoga laknat Allah menimpanya—mengatakan, "Datangkanlah kepada
kami buah kurma dan zubdah," lalu Abu Jahal mencampuradukkan keduanya
menjadi satu dan memakannya seraya berkata, "Marilah kita buat zaqqum,
kami tidak mengenal istilah zaqqum kecuali makanan (campuran kurma dan zubdah)
ini." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abbas, Masruq, Abu Malik, Al-Hasan
Al-Basri, dan lain-lainnya. Dan semua ulama yang mengatakan bahwa mimpi
tersebut adalah di malam Isra menafsirkan hal yang sama, yaitu pohon
kayu zaqqum (maksudnya pohon yang terkutuk itu adalah pohon zaqqum).
Menurut pendapat yang lain, yang
dimaksud dengan pohon yang terkutuk adalah Bani Umayyah, maka pendapat ini garib
lagi daif.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia
pernah mendengar hadis dari Muhammad ibnul Hasan ibnu Zabalah, telah
menceritakan kepada kami Abdul Muhaimin ibnu Abbas ibnu Sahl ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang pernah menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah melihat (dalam mimpinya) Bani Fulan sedang
berjingkrak-jingkrak seperti kera di atas mimbar beliau. Melihat hal itu
Rasulullah Saw. bersedih hati, dan sejak saat itu beliau tidak pernah tertawa
sampai beliau wafat. Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan
kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (Al-Isra: 60), hingga akhir
ayat.
Sanad hadis ini pun lemah sekali
karena Muhammad ibnul Hasan ibnu Zabalah berpredikat matruk, dan gurunya
berpredikat daif pula. Karena itulah maka ibnu Jarir memilih bahwa yang
dimaksud dengan peristiwa itu terjadi di malam Isra, dan bahwa pohon
kayu yang terkuruk adalah pohon zaqqum. Kemudian ibnu Jarir mengatakan, ia
memilih pendapat ini dengan alasan karena semua ulama ahli takwil telah sepakat
mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi dalam mimpi Nabi Saw. (yakni di malam
Isra) dan pohon itu adalah pohon zaqqum.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَنُخَوِّفُهُمْ}
Dan Kami menakut-nakuti
mereka. (Al-Isra: 60)
Yakni orang-orang kafir, dengan
ancaman dan siksaan serta pembalasan.
{فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا
كَبِيرًا}
tetapi demikian itu hanyalah
menambah besar, kedurhakaan mereka. (Al-Isra: 60)
Artinya, hal tersebut justru
menambah mereka tenggelam di dalam kekafiran dan kesesatannya, dan hal seperti
ini merupakan penghinaan Allah terhadap mereka.
Al-Isra, ayat 61-62
{وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ
لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61) قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ
لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا
قَلِيلا (62) }
Dan (ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada
malaikat, "Sujudlah kamu semua kepada Adam, " lalu mereka sujud
kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang
Engkau ciptakan dari tanah?” Dia (iblis) berkata, "Terangkanlah
kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika
Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan
aku sesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil.”
Allah'Swt. menyebutkan
permusuhan iblis la'natullah terhadap Adam dan keturunannya, bahwa
permusuhan itu merupakan permusuhan masa silam sejak Adam diciptakan. Karena
sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud
kepada Adam, maka bersujudlah mereka kepadanya kecuali iblis. Iblis membangkang
dan sombong, tidak mau bersujud kepada Adam, karena merasa lebih tinggi dan
memandang Adam hina. Ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا}
Apakah aku akan sujud kepada
orang yang Engkau ciptakan dari tanah? (Al-Isra:
61)
Di dalam ayat lain disebutkan
oleh firman-Nya:
{أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ
وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ}
Saya lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan, dia Engkau ciptakan dari tanah liat. (Al-A'raf: 12)
Iblis berkata pula dengan nada
yang kurang ajar terhadap Tuhan Yang Mahaagung sebagai ungkapan rasa
keingkarannya, tetapi Tuhan bersikap sabar dan memberi masa tangguh kepadanya,
yaitu:
{قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ
عَلَيَّ}
Terangkanlah kepadaku inikah
orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? (Al-Isra:
62), hingga akhir ayat.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa iblis berkata, "Aku benar-benar akan
menguasai keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka."
Menurut Mujahid, makna yang
dimaksud ialah sungguh aku akan mengepung meraka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah sungguh aku akan menyesatkan mereka.
Semua pendapat di atas
berdekatan maknanya. Kesimpulan makna ialah "terangkanlah kepadaku inikah
orang yang Engkau muliakan dan Engkau lebihkan atas diriku; sungguh jika Engkau
memberi tangguh kepadaku, aku benar-benar akan menyesatkan keturunannya
kecuali sebagian kecil dari mereka."
Al-Isra, ayat 63-65
{قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ
تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63)
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ
وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ
الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا (64) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا (65) }
Tuhan
berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu,
maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu
pembalasan yang cukup. Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka
dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu
yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan
beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka
melainkan tipuan belaka. Sesunggunya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa
atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.”
Setelah iblis meminta masa
tangguh kepada Allah Swt., maka Allah Swt. berfirman kepadanya:
{اذْهَبْ}
Pergilah kamu. (Al-Isra: 63)
sesungguhnya Aku telah
memberikan masa tangguh kepadamu. Ayat ini semakna dengan apa yang di sebutkan
di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ *
إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ}
(Kalau begitu) maka
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu)
waktu yang telah ditentukan. (Al-Hijr: 37-38)
Kemudian Allah mengancam bahwa
Dia telah menyediakan neraka Jahannam buat iblis dan para pengikutnya dari
kalangan Bani Adam, yaitu melalui firman-Nya:
{فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ
جَزَاؤُكُمْ}
Tuhan berfirman,
"Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka
sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua. (Al-Isra: 63)
Yakni balasan amal perbuatan
kalian.
{جَزَاءً مَوْفُورًا}
sebagai suatu pembalasan yang
cukup. (Al-Isra: 63)
Mujahid mengatakan bahwa maufuran
artinya penuh.
Menurut Qatadah, maufuran artinya
cukup, tanpa ada yang dikurangi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ
بِصَوْتِكَ}
Dan godalah (bujuklah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu.
(Al-Isra: 64)
Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan saut dalam ayat ini ialah nyanyian.
Mujahid mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah dengan hiburan dan nyanyian yang membuat mereka terbuai dan lupa
diri.
Ibnu Abbas telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan godalah (bujuklah) siapa yang
kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu. (Al-Isra: 64) Bahwa makna
yang dimaksud ialah setiap penyeru yang menyeru manusia kepada perbuatan
maksiat terhadap Allah Swt.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh ibnu Jarir.
Firman Allah Swt.:
{وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ
وَرَجِلِكَ}
dan kerahkanlah terhadap
mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64)
Yakni kerahkanlah semua
pasukanmu, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki, terhadap mereka. Lafaz rajilun
adalah bentuk jamak dari rajulun; sama halnya dengan lafaz rakibun,
jamak dari rakibun; dan sahibun jamak dari sahibun. Makna
ayat, kuasailah mereka dengan segala kemampuan yang kamu miliki. Hal ini
merupakan perintah yang berdasarkan takdir, seperti yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا
الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا}
Tidakkah kamu lihat,
bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk
menggoda mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83)
Yakni menggugah orang-orang
kafir untuk melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dengan anjuran yang
sungguh-sungguh, dan menggiring mereka dengan penuh semangat untuk
melakukannya.
Ibnu Abbas dan Mujahid telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kerahkanlah terhadap
mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki. (Al-Isra: 64)
Makna yang dimaksud ialah setiap pengendara dan pejalan kaki yang maksiat
terhadap Allah Swt.
Qatadah mengatakan, Sesungguhnya
setan mempunyai pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki dari kalangan manusia
dan jin. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada perintah setan. Di dalam
bahasa Arab disebutkan Ajlaba Fulanun 'Ala Fulanin, artinya Si Fulan
mengerahkan kemampuannya terhadap si Anu, yakni dengan mengeluarkan suara
keras memberinya semangat. Termasuk ke dalam pengertian ini kalimat yang mengatakan
bahwa Nabi Saw. melarang mengeluarkan suara teriakan dan suara gaduh dalam
perlombaan. Dan termasuk ke dalam pengertian kata ini pula lafaz al-jalabah yang
artinya suara teriakan yang keras.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ}
dan berserikatlah dengan
mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid
makna yang dimaksud ialah perbuatan yang dianjurkan setan kepada mereka,
misalnya membelanjakan harta untuk perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.
Ata mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah melakukan riba.
Al-Hasan mengatakan, maknanya
ialah menghimpun harta benda dari hasil yang kotor dan membelanjakannya ke
jalan yang haram. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu
Abbas r.a. bahwa kebersamaan setan dan mereka dalam harta benda mereka ialah
hal-hal yang diharamkan oleh setan dari sebagian ternak mereka, yakni ternak saibah,
ternak bahirah, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Qatadah dan Ad-Dahhak.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal
yang paling utama sehubungan dengan makna ayat ini ialah bila dikatakan bahwa
makna ayat mencakup kesemua pendapat yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
{وَالأولادِ}
dan anak-anak. (Al-Isra: 64)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas. Mujahid, dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak
yang lahir dari hasil zina.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah anak-anak mereka
yang mereka bunuh tanpa dosa, korban kedangkalan pikiran dan ketiadaan
pengetahuan mereka.
Qatadah telah meriwayatkan dari
Al-Hasan Al-Basri, bahwa demi Allah, sungguh setan telah berserikat dengan
mereka dalam harta benda dan anak-anak mereka. Mereka menjadikan anak-anaknya
Majusi, Yahudi, dan Nasrani serta mewarnai mereka bukan dengan celupan Islam.
Mereka pun membagikan sebagian harta mereka buat setan. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Qatadah.
Abu Saleh telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah penamaan anak mereka dengan
nama Abdul Haris, Abdu Syams, dan Abdu Fulan.
Ibnu Jarir mengatakan, pendapat
yang paling layak dinilai benar ialah bila dikatakan bahwa yang dimaksud ialah
setiap anak yang dilahirkan oleh ibunya, lalu diberinya nama yang tidak disukai
oleh Allah Swt. atau memasukkan anaknya ke dalam agama yang tidak diridai oleh
Allah, atau anak dihasilkan dari hubungan zina, atau setelah lahir anak dibunuhnya,
atau perbuatan-perbuatan lain yang dinilai sebagai perbuatan durhaka terhadap
Allah Swt. maka semua perbuatan yang maksiat terhadap Allah Swt. termasuk ke
dalam pengertian iblis ikut andil persekutuan di dalamnya, apakah yang
menyangkut harta ataupun anak. Karena Allah Swt. dalam firman-Nya mengatakan:
{وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ}
dan berserikatlah dengan
mereka pada harta dan anak-anak. (Al-Isra: 64)
tidak memberikan pengkhususan
terhadap makna serikat yang ada di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa setiap perbuatan yang menjurus kepada perbuatan durhaka terhadap Allah
Swt. atau taat kepada setan, berarti setan ikut andil di dalamnya.
Apa yang dikatakan oleh Ibnu
Jarir ini mempunyai alasan yang cukup terarah, semuanya bersumberkan dari ulama
Salaf yang masing-masingnya menafsirkan sebagian dari pengertian perserikatan.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي
حُنفاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرّمت
عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ"
Allah Swt. telah berfirman,
"Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak dan menolak agama yang batil), lalu
setan datang kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agamanya, serta
mengharamkan kepada mereka apa-apa yang Aku telah halalkan bagi mereka."
Di dalam kitab Sahihain disebutkan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ
قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ
الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدّر بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي
ذَلِكَ، لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا"
Seandainya seseorang di
antara mereka apabila hendak mendatangi istrinya mengucapkan, "Dengan
nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah anak yang
Engkau rezekikan kepada kami dari setan, "melainkan jika ditakdirkan bagi
keduanya mempunyai anak dari hubungan itu, tentulah setan tidak dapat
membahayakan anaknya selama-lamanya.
Firman Allah Swt.:
{وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ
إِلا غُرُورًا}
dan beri janjilah mereka. Dan
tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (Al-Isra: 64)
Perihalnya sama dengan apa yang
diceritakan oleh Allah Swt. tentang iblis, bahwa apabila perkara hak telah
terbukti kenyataannya, yaitu di hari Allah melakukan peradilan dengan hak.
Disebutkan bahwa iblis (setan) berkata, sebagaimana yang disitir oleh
firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ
فَأَخْلَفْتُكُمْ}
Sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan
kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. (Ibrahim:
22), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ
سُلْطَانٌ}
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku,
kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. (Al-Isra:
65)
Ayat ini merupakan pemberitahuan
dari Allah Swt. bahwa Dia mendukung hamba-hamba-Nya yang beriman dan memelihara
mereka dari godaan setan melalui Penjagaan-Nya. Karena itulah dalam akhir ayat
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا}
Dan cukuplah Tuhanmu sebagai
penjaga. (Al-Isra: 65)
Yakni Pemelihara, Pendukung, dan
Penolong.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهيعة، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"إِنَّ الْمُؤْمِنَ ليُنْضي شَيَاطِينَهُ كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعيرَه
فِي السَّفَرِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,
dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya orang mukmin benar-benar dapat mengekang
setan-setannya sebagaimana seseorang di antara kalian mengekang unta
kendaraannya dalam perjalanan.
Al-Isra, ayat 66
{رَبُّكُمُ الَّذِي
يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ
بِكُمْ رَحِيمًا (66) }
Tuhan
kalian adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian
mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyanyang
terhadap kalian.
Allah Swt. menceritakan perihal
kasih sayang-Nya kepada makhlukNya, antara lain ialah menundukan kapal-kapal di
lautan buat hamba-hamba-Nya, dan memudahkannya sehingga dapat berlayar di atas
lautan untuk keperluan hamba-hamba-Nya dalam mencari sebagian dari karunia-Nya
melalui berniaga, dari suatu pulau ke pulau yang lain. Karena itulah disebutkan
dalam akhir ayat ini:
{إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا}
Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyayang terhadap kalian. (Al-Isra: 66)
Dengan kata lain, sesungguhnya
Dia melakukan hal itu bagi kalian hanyalah sebagai karunia dan rahmat-Nya buat
kalian.
Al-Isra, ayat 67
{وَإِذَا مَسَّكُمُ
الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ
إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا (67) }
Dan
apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian
seru, kecuali Dia; maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian
berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.
Allah Swt. menceritakan bahwa
sesungguhnya manusia itu apabila tertimpa bahaya, pastilah mereka berseru
kepada-Nya seraya bertobat kepada-Nya dan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.
Disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ
ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}
Dan apabila kalian ditimpa
bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67)
Yakni lenyaplah dari hati kalian
segala sesuatu yang kalian sembah selain Allah Swt.
Seperti yang terjadi pada diri
Ikrimah ibnu Abu Jahal ketika ia melarikan diri dari Rasulullah Saw. pada hari
kemenangan kaum muslim atas kota Mekah. Ikrimah melarikan diri dan menaiki
perahu dengan tujuan ke negeri Habsyah. Di tengah laut tiba-tiba bertiuplah
angin badai. Maka sebagian kaum yang ada dalam perahu itu berkata kepada
sebagian yang lain, "Sesungguhnya tiada gunanya bagi kalian melainkan jika
kalian berdoa kepada Allah semata." Maka Ikrimah berkata kepada dirinya
sendiri, "Demi Allah, sesungguhnya jika tiada yang dapat memberikan
manfaat (pertolongan) di lautan selain Allah, maka sesungguhnya tiada yang
dapat mamberikan manfaat di daratan selain Dia juga. Ya Allah, saya berjanji
kepada Engkau, seandainya Engkau selamatkan aku dari amukan badai laut ini, aku
benar-benar akan pergi menemui Muhammad dan akan meletakkan kedua tanganku pada
kedua tangannya (yakni menyerahkan diri), dan aku merasa yakin akan
menjumpainya seorang yang belas kasihan lagi penyayang."
Akhirnya selamatlah mereka dari
laut itu. Lalu mereka kembali kepada Rasulullah Saw., dan Ikrimah masuk Islam
serta berbuat baik dalam masa Islamnya. Semoga Allah melimpahkan ridha-Nya kepada
Ikrimah dan memuaskannya dengan pahala-Nya.
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ
أَعْرَضْتُمْ}
maka tatkala Dia
menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. (Al-Isra:
67)
Maksudnya, kalian lupa kepada
pengakuan kalian yang kalian ikrarkan di laut, yaitu bahwa Allah Maha Esa; lalu
kalian berpaling, tidak mau menyembah dia Yang Maha Esa lagi tiada sekutu
bagi-Nya.
{وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا}
Dan manusia itu adalah selalu
tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67)
Yakni tabiat manusia itu ialah
selalu lupa kepada nikmat Allah dan mengingkarinya, kecuali hanya orang-orang
yang dipelihara oleh Allah dari hal tersebut.
Al-Isra, ayat 68
{أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ
يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا
تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا (68) }
Maka
apakah kalian merasa aman (dari
hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau
Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kalian
tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian.
Allah Swt. berfirman bahwa
apakah kalian menduga dengan selamatnya kalian dari lautan, kalian selamat dari
pembalasan dan azab-Nya yang akan menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama
kalian atau mengirimkan kepada kalian hujan batu kerikil? Demikianlah menunit
tafsir yang dikemukakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya yang menggambarkan salah satu
jenis dari azab-Nya:
{إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا
إِلا آلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ}
Sesungguhnya Kami telah
mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Mereka Kami
selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. (Al-Qamar:
34-35)
Dalam ayat yang lainnya lagi
disebutkan oleh firman-Nya:
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ
حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ
dan Kami hujani mereka dengan
batu dari tanah yang keras. (Al-Hijr: 74)
{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي
السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ * أَمْ أَمِنْتُمْ
مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ
نَذِيرِ}
Apakah kalian merasa aman
terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa
Dia akan menjungkir balikan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi
itu berguncang? Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa)
di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu? Maka kelak kalian
akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. (Al-Mulk:
16-17)
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا}
dan kalian tidak akan
mendapat seorang pelindung pun bagi kalian. (Al-Isra:
68)
Yakni penolong yang dapat
menolak bahaya itu dan menyelamatkan kalian darinya.
Al-Isra, ayat 69
{أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ
يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ
فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ
تَبِيعًا (69) }
atau
apakah kalian merasa aman dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi,
lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan dan ditenggelamkan-Nya kalian
disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong
pun dalam hal ini terhadap (siksaan)
Kami.
Allah Swt. berfirman,
"Apakah kalian merasa aman dari Kami, hai orang-orang yang berpaling, sesudah
kalian mengakui Keesaan Kami di lautan dan diselamatkan darinya kedaratan.
Apakah kalian merasa aman bila Aku mengembalikan kalian ke lautan untuk kedua
kalinya, lalu Aku kirimkan kepada kalian angin topan yang dapat membalikkan
perahu kalian dan menenggelamkan semua isinya termasuk kalian?"
Ibnu Abbas dan lain-lainnya
mengatakan bahwa al-qasif artinya badai laut yang dapat mematahkan
perahu (kapal), lalu menenggelamkannya.
Firman Allah Swt:
{فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ}
dan ditenggelamkan-Nya kalian
disebabkan kekafiran kalian. (Al-Isra: 69)
Maksudnya, disebabkan kekafiran
dan berpalingnya kalian dari Allah Swt.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ
تَبِيعًا}
Dan kalian tidak akan
mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. (Al-Isra: 69)
Ibnu Abbas mengatakan, yang
dimaksud dengan tabi'an ialah penolong. Menurut Mujahid, yang dimaksud
ialah penolong yang membalas, yakni dapat membalaskan dendam kalian sesudah
kalian aada. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kami tidak
merasa takut terhadap pembalasan seorang pun yang membela kalian sesudah Kami
timpakan siksaan kepada kalian.
Al-Isra, ayat 70
{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا
بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (70) }
Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Allah Swt. menyebutkan tentang
penghormatan-Nya kepada Bani Adam dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepada
mereka, bahwa Dia telah menciptakan mereka dalam bentuk yang paling baik dan
paling sempurna di antara makhluk lainnya.
Dalam ayat yang lain disebutkan
oleh firman-Nya:
{لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ}
sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin: 4)
Yakni manusia berjalan pada dua
kakinya dengan tegak dan makan dengan tangannya, sedangkan makhluk lainnya ada
yang berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya. Dan Allah
menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi manusia, yang dengan kesemuanya
itu manusia dapat mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat hal itu
manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan,
manfaat, serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya.
{وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ}
Kami angkut mereka di
daratan. (Al-Isra: 70)
Yakni dengan memakai hewan
kendaraan seperti unta, kuda, dan begal; sedangkan di lautan dengan perahu dan
kapal laut.
{وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
Kami beri mereka rezeki yang
baik-baik. (Al-Isra: 70)
Yaitu berupa hasil
tanam-tanaman, buah-buahan, juga daging dan susu serta berbagai jenis makanan
lainnya yang beraneka ragam serta lezat dan bergizi. Kami berikan pula kepada
mereka penampilan yang baik serta pakaian-pakaian yang beraneka ragam jenis dan
warna serta modelnya yang mereka buat sendiri untuk diri mereka, juga yang
didatangkan oleh orang lain kepada mereka dari berbagai penjuru dunia.
{وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ
خَلَقْنَا تَفْضِيلا}
dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (Al-Isra: 70)
Manusia lebih utama daripada
makhluk hidup lainnya, juga lebih utama daripada semua jenis makhluk. Ayat ini
dapat dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas
jenis malaikat.
Abdur Razzaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa
para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada
Nabi Adam dunia. Mereka dapat makan dari sebagian hasilnya dan bersenang-senang
dengannya, sedangkan Engkau tidak memberikannya kepada kami. Maka berikanlah
kepada kami Akhirat." Allah Swt. menjawab melalui firman-Nya, "Demi
kebesaran dan keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang
yang Aku ciptakan dengan kedua tangan (kekusaan)-Ku sendiri seperti kebaikan
makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), maka jadilah
dia."
Ditinjau dari jalur ini, hadis
ini berpredikat mursal, tetapi hadis ini telah diriwayatkan pula dari
jalur yang lain secara muttasil.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو
الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ محمد بن صَدَقَة البغدادي،
حدثنا إبراهيم بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَالِدٍ المِصِّيصِيّ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّان مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ، عَنْ
صَفْوَانَ بْنِ سُليم، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ
الْمَلَائِكَةَ قَالَتْ: يَا رَبَّنَا، أَعْطَيْتَ بَنِي آدَمَ الدُّنْيَا،
يَأْكُلُونَ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَيَلْبَسُونَ، وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَلَا نَأْكُلُ وَلَا نَشْرَبُ وَلَا نَلْهُو، فَكَمَا جَعَلْتَ لَهُمُ الدُّنْيَا
فَاجْعَلْ لَنَا الْآخِرَةَ. قَالَ: لَا أَجْعَلُ صَالِحَ ذُرِّيَّةِ مَنْ
خَلَقْتُ بِيَدِي، كَمَنْ قُلْتُ لَهُ: كُنْ، فَكَانَ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sadaqah
Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Kharijah
Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Muhammad Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif, dari
Safwan ibnu Sulaim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami,
Engkau telah memberikan dunia kepada anak Adam; mereka dapat makan, minum dan
berpakaian di dalamnya. Sedangkan kami hanya bertasbih dengan memuji-Mu, tanpa
makan, minum, dan bersenang-senang. Maka sebagaimana Engkau berikan dunia
kepada mereka, maka berikanlah akhirat bagi kami.” Allah berfirman, "Aku
tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua
Tangan-Ku seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah
kamu!), lalu terjadilah ia.”
قَدْ رَوَى ابْنُ عَسَاكِرَ مِنْ طَرِيقِ مُحَمَّدِ بْنِ أَيُّوبَ
الرَّازِيِّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ خَلَفٍ الصَّيْدَلَانِيُّ،
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ
حِصْنِ بْنِ عُبَيْدَةَ بْنِ عَلاق، سَمِعْتُ عُرْوَةَ بْنَ رُوَيْم اللَّخْمِيَّ،
حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ قَالُوا: رَبَّنَا، خَلَقْتَنَا
وَخَلَقْتَ بَنِي آدَمَ، فَجَعَلْتَهُمْ يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ، وَيَشْرَبُونَ
الشَّرَابَ، وَيَلْبَسُونَ الثِّيَابَ، وَيَتَزَوَّجُونَ النِّسَاءَ،
وَيَرْكَبُونَ الدَّوَابَّ، يَنَامُونَ وَيَسْتَرِيحُونَ، وَلَمْ تَجْعَلْ لَنَا
مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا، فَاجْعَلْ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةَ. فَقَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: لَا أَجْعَلُ مَنْ خَلَقْتُهُ بِيَدِي، وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ
رُوحِي، كَمَنْ قُلْتُ لَهُ: كُنْ، فَكَانَ"
Ibnu Asakir telah meriwayatkan
melalui jalur Muhammad ibnu Ayyub Ar-Razi, bahwa telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnu Ali ibnu Khalaf As-Saidalani, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Hisn ibnu
Ubaidah ibnu Allaq; ia pernah mendengar Urwah ibnu Ruwayyim Al-Lakhami
mengatakan bahwa ia pernah mendapat hadis ini dari Anas ibnu Malik, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata,
"Wahai Tuhan kami, Engkau telah menciptakan kami dan juga Bani Adam.
tetapi Engkau jadikan mereka dapat makan, minum, berpakaian, dan mengawini
wanita serta menaiki kendaraan. Mereka dapat tidur dan beristirahat, sedangkan
Engkau tidak menjadikan sesuatu pun dari itu bagi kami. Maka berikanlah dunia
kepada mereka dan berikanlah akhirat hanya untuk kami.” Maka Allah Swt.
berfirman, "Aku tidak akan menjadikan orang yang telah Aku ciptakan dengan
tangan-Ku dan Aku tiupkan ke dalamnya sebagian dari roh (ciptaan)-Ku,
seperti makhluk yang Aku ciptakan dengan mengatakan kepadanya, 'Jadilah
kamu!' Maka terjadilah dia.”
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ،
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَهْلٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ تَمَّامٍ، عَنْ
خَالِدٍ الْحَذَاءِ، عَنْ بِشْرِ بْنِ شِغَاف عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَا شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ ابْنِ
آدَمَ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ؟ قَالَ:
"وَلَا الْمَلَائِكَةُ، الْمَلَائِكَةُ مَجْبُورُونَ بِمَنْزِلَةِ الشَّمْسِ
وَالْقَمَرِ"
Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Tamam, dari Khalid
Al-Hazza, dari Bisyr ibnu Syaggaf, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada sesuatu pun yang
lebih dimuliakan oleh Allah pada hari kiamat selain dari anak Adam (manusia).
Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, para malaikat juga tidak
dimuliakan-Nya?" Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Malaikat
pun tidak, mereka adalah makhluk yang dipaksa, kedudukannya sama dengan
matahari dan bulan.
Hadis ini garib sekali.
Al-Isra, ayat 71-72
{يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ
أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ
يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ
أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا (72) }
(Ingatlah) suatu
hari (Yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini
akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang
siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia
akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Allah Swt. menceritakan tentang
hari kiamat, bahwa Dia menghisab setiap umat berikut dengan pemimpin mereka
masing-masing. Ulama tafsir berbeda pandapat sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Mujahid dan Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud dengan pemimpin mereka
ialah nabi mereka. Berdasarkan pengertian ini, berarti ayat ini sama dengan
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ
رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
Tiap-tiap umat mempunyai
rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah kepuiusan antara
mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak
dianiaya. (Yunus: 47)
Sebagian ulama Salaf mengatakan
bahwa ayat ini merupakan kehormatan yang besar bagi para ahli hadis, sebab
pemimpin mereka adalah Nabi Saw.
Ibnu Zaid mengatakan, yang
dimaksud dengan pemimpin mereka ialah kitab mereka yang diturunkan kepada nabi
mereka yang mengandung hukum-hukum syariat, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu
Jarir.
Telah diriwayatkan pula dari
Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid bahwa ia telah mengatakan, yang dimaksud dengan
pemimpin mereka ialah kitab-kitab mereka.
Dapat pula ditakwilkan dengan
apa yang telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami
panggil tiap-tiap umat dengan pemimpinnya. (Al-Isra: 71) Bahwa yang
dimaksud dengan pemimpinnya ialah kitab amal perbuatan mereka.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Abul Aliyah, Al-Hasan, Ad-Dahhak; dan pendapat inilah yang paling kuat,
karena dalam ayat yang lain disebutkan:
{وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ
مُبِينٍ}
Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata. (Yasin: 12)
{وَوُضِعَ الْكِتَابُ
فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ}
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan
melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. (Al-Kahfi: 49)
Dapat pula diinterpretasikan
bahwa makna yang dimaksud dengan imamihim ialah setiap kaum berikut
orang-orang yang menjadi panutan mereka. Maka ahli imam bermakmum kepada para
nabi, dan orang-orang kafir bermakmum kepada pemimpin-pemimpin mereka.
Pengertiannya sama dengan yang disebutkan firman-Nya:
وَجَعَلْناهُمْ أَئِمَّةً
يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ
Dan Kami jadikan mereka
pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke
neraka. (Al-Qashash: 41)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan
hadis berikut:
«لتتبع كل أمة ما كانت تعبد فيتبع ما كان يعبد الطواغيت»
Sungguh setiap umat akan
mengikuti apa yang dahulu dis'em-bahnya, maka orang yang menyembah Tagut
mengikuti Thaghut (kelak di hari kiamatnya).
Adapun firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ
أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap
umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu
kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Allah
berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan
terhadap kalian dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa
yang telah kalian kerjakan." (Al-Jatsiyah: 28-29)
Hal ini tidaklah bertentangan
dengan peristiwa didatangkan-Nya Nabi Saw. apabila Dia mengadakan keputusan
hukum di antara umatnya. Karena sesungguhnya merupakan suatu keharusan bagi
Nabi Saw. menjadi saksi terhadap amal perbuatan utnatnya, sebagaimana yang
disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا
وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ}
Dan terang benderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan
diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan
didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69)
Dan firman Allah Swt.:
{فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ
بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا}
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad)
sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (An-Nisa: 41)
Akan tetapi, makna yang dimaksud
dengan imam dalam surat ini ialah kitab catatan amal perbuatan. Sebagai
buktinya ialah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ}
(Ingatlah) suatu hari (yang
di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpin (kitab catatan amal)nya;
dan barang siapa yang diberikan kitab amalnya di tangan kanannya, maka mereka
ini akan membaca kitabnya itu. (Al-Isra: 71)
Yakni karena senang dan
bahagianya melihat catatan amal saleh yang ada di dalam kitab catatan amalnya,
dia sangat suka membacanya. Hal ini sama pengertiannya dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ}
Adapun orang-orang yang
diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata,
"Ambillah, bacalah kitabku (ini).” (Al-Haqqah:
19)
sampai dengan firman-Nya:
{وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِشِمَالِهِ}
Adapun orang yang diberikan
kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya. (Al-Haqqah:
25), hingga beberapa ayat berikutnya,
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا}
mereka tidak dianiaya sedikit
pun. (Al-Isra: 71)
Dalam pembahasan yang jauh
sebelum ini telah disebutkan bahwa al-fatil artinya serat yang memanjang
pada bagian tengah biji kurma.
Sehubungan dengan hal ini
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar telah meriwayatkan sebuah hadis. Untuk itu ia
mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْمَر وَمُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ
كَرَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ إِسْرَائِيلَ،
عَنِ السُّدِّيّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قول الله: {يَوْمَ نَدْعُو
كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ} قَالَ: "يُدْعَى أَحَدُهُمْ فَيُعْطَى
كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ، وَيُمَدُّ لَهُ فِي جِسْمِهِ، ويُبَيَّض وَجْهُهُ،
وَيُجْعَلُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجٌ مِنْ لؤْلؤة تَتَلألأ فَيَنْطَلِقُ إِلَى
أَصْحَابِهِ فَيَرَوْنَهُ مِنْ بَعِيدٍ، فَيَقُولُونَ: اللَّهُمَّ ائْتِنَا
بِهَذَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي هَذَا. فَيَأْتِيهِمْ فَيَقُولُ لَهُمْ: أَبْشِرُوا،
فَإِنَّ لِكُلِّ رَجُلٍ مِنْكُمْ مِثْلَ هَذَا. وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُسْود
وَجْهُهُ، وَيُمَدُّ لَهُ فِي جِسْمِهِ، وَيَرَاهُ أَصْحَابُهُ فَيَقُولُونَ:
نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ هَذَا -أَوْ: مِنْ شَرِّ هَذَا -اللَّهُمَّ لَا تَأْتِنَا
بِهِ. فَيَأْتِيهِمْ فَيَقُولُونَ: اللَّهُمَّ أَخْزِهِ فَيَقُولُ: أَبْعَدَكُمُ
اللَّهُ، فَإِنَّ لكل رجل منكم مثل هذا".
telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ya'mur dan Muhammad ibnu Usman ibnu Karamah; keduanya mengatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari
As-Saddi, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan
dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami
panggil tiap-tiap umat dengan pemimpinnya. (Al-Isra: 71) Nabi Saw.
bersabda: Seseorang dari mereka dipanggil, lalu diberikan catatan amalnya,
dari sebelah kanannya dan tubuhnya ditinggikan, wajahnya diputihkan (menjadi
bersinar), dan dipakaikan di atas kepalanya sebuah mahkota mutiara yang
berkilauan. Kemudian ia pergi menemui teman-temannya, dan teman-temannya
melihatnya dari jauh; mereka berkata, "Ya Allah, datangkanlah dia kepada
kami, dan berikanlah berkah kepada kami melalui orang ini." Lalu ia
mendatangi mereka dan berkata kepada mereka, "Bergembiralah kalian, karena
sesungguhnya masing-masing orang dari kalian akan mendapat hal yang semisal
dengan ini.” Adapun orang kafir, maka wajahnya dihitamkan dan tubuhnya
ditinggikan sehingga teman-temannya melihatnya. Maka mereka berkata, "Kami
berlindung kepada Allah dari nasib yang dialami orang ini, atau dari keburukan
yang diperoleh orang ini. Ya Allah, janganlah Engkau datangkan orang ini
kepada kami." Maka ia mendatangi mereka, dan mereka berkata, "Ya
Allah, hinakanlah dia.” Ia menjawab, "Semoga Allah menjauhkan kalian dari
rahmat-Nya, sesungguhnya masing-masing orang dari kalian akan memperoleh hal
semisal ini.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan
bahwa hadis ini tidak ada yang meriwayatkannya kecuali melalui jalur ini.
*******************
Firman Allah Swt:
{وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى }
dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini. (Al-Isra: 72)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah
serta Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah di dalam kehidupan dunia
ini. Dan yang dimaksud dengan buta ialah buta terhadap hujah Allah, tanda-tanda
kebesaranNya, dan keterangan-keterangan dari-Nya.
{فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى}
niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta. (Al-Isra: 72)
maksudnya, demikian pula
keadaannya, yakni buta pula.
{وَأَضَلُّ سَبِيلا}
dan lebih sesat dari jalan (yang benar). (Al-Isra: 72)
Yakni jauh lebih sesat dari apa
yang dialaminya di dunia. Semoga Allah melindungi kita dari hal seperti ini.
Al-Isra, ayat 73-75
{وَإِنْ كَادُوا
لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا
غَيْرَهُ وَإِذًا لاتَّخَذُوكَ خَلِيلا (73) وَلَوْلا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ
كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلا (74) إِذًا لأذَقْنَاكَ ضِعْفَ
الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75) }
Dan
sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami, dan kalau
sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau
Kami tidak memperkuat (hati)mu,
niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka; kalau terjadi
demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat
ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah
mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.
Allah Swt. menceritakan tentang
dukungan-Nya kepada Rasul-Nya, bahwa Dia meneguhkan pendiriannya,
memeliharanya serta menyelamatkannya dari kejahatan orang-orang yang jahat dan
tipu muslihat orang-orang yang durhaka. Dialah yang mengatur urusannya serta
menolongnya, Dia tidak akan menyerahkannya kepada seorang pun dari kalangan
makhlukNya, bahkan Dialah Penolong, Pelindung, Pemelihara, Pendukung, dan Yang
memenangkan agamanya terhadap semua orang yang memusuhi dan menentangnya, baik
yang ada di belahan timur maupun yang ada di belahan barat. Semoga Allah
melimpahkan salam kepadanya sebanyak-banyaknya sampai hari kiamat.
Al-Isra, 76-77
{وَإِنْ كَادُوا
لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الأرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ
خِلافَكَ إِلا قَلِيلا (76) سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ
رُسُلِنَا وَلا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلا (77) }
Dan sesungguhnya
benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk
mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka
tidak tinggal melainkan sebentar saja. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai
suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak
akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu.
Menurut
suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, ketika
mereka memberikan saran kepada Rasulullah Saw. untuk tinggal di negeri Syam
yang merupakan negeri para nabi dengan meninggalkan kota Madinah yang
ditempatinya saat itu. Pendapat ini dinilai lemah karena ayat ini jelas ayat
Makkiyyah, sedangkan Rasulullah Saw. tinggal di Madinah sesudah itu.
Menurut
pendapat yang lainnya lagi, sesungguhnya ayat ini diturunkan di Tabuk. Akan
tetapi, kesahihan pendapat ini masih perlu dipertimbangkan.
Imam
Baihaqi dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Al-Asam, dari Ahmad ibnu Abdul
Jabbar Al-Utaridi, dari Yunus ibnu Bukair, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari
Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam bahwa di suatu hari
orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah Saw., lalu mereka berkata,
"Hai Abul Qasim, jika engkau benar seorang nabi, maka pergilah ke negeri
Syam, karena sesungguhnya negeri Syam adalah tanah Mahsyar dan tempat tinggal
para nabi." Ternyata apa yang dikatakan oleh mereka itu dibenarkannya.
Maka Nabi Saw. berangkat ke Medan Tabuk dengan tujuan tiada lain adalah negeri
Syam. Setelah Nabi Saw. sampai di Medan Tabuk, Allah menurunkan kepadanya
beberapa ayat surat Al-Isra setelah surat Al-Isra khatam, yaitu mulai dari
firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di
negeri(mu) untuk mengusirmu darinya. (Al-Isra: 76) Sampai dengan
firman-Nya: suatu perubahan pun. (Al-Isra: 77) Maka Allah memerintahkan
kepada Nabi Saw. untuk kembali ke Madinah, dan Allah berfirman, "Di
Madinahlah tempat hidupmu dan tempat kematianmu, serta di Madinahlah engkau
akan dibangkitkan."
Sanad
hadis ini masih perlu dipertimbangkan kesahihannya, tetapi yang jelas pendapat
ini tidak benar, karena sesungguhnya Nabi Saw. melakukan perang di Medan Tabuk
bukan karena anjuran orang-orang Yahudi, melainkan menaati perintah Allah yang
disebutkan melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا
الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ}
Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar
kalian itu. (At-Taubah:
123)
Dan
firman Allah Swt.:
{قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ}
Perangilah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan
mereka tidak mengharamkan apa yang di haramkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang
diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh,
sedangkan mereka dalam keadaan tunduk. (At-Taubah: 29)
Nabi
Saw. memerangi mereka di Tabuk untuk melakukan pembalasan atas gugurnya
sebagian dari para sahabat dalam perang Mu’tah.
Seandainya
hadis tadi sahih, tentulah semakna dengan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Walid
ibnu Muslim, dari Aqirah ibnu Ma'dan, dari Salim ibnu Amir, dari Abu umamah
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أُنْزِلَ
الْقُرْآنُ فِي ثَلَاثَةِ أَمْكِنَةٍ: مَكَّةَ، وَالْمَدِينَةِ، وَالشَّامِ"
Al-Qur’an
diturunkan di tiga tempat, yaitu Mekah, Madinah, dan Syam.
Al-Walid
mengatakan, yang dimaksud dengan Syam ialah Baitul Maqdis. Akan tetapi tafsir
yang mengatakan di Tabuk adalah lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh
Al-Walid yang menyatakan di Baitul Maqdis.
Menurut
pendapat yang lainnya, ayat ini di turunkan berkenaan dengan orang-orang kafir
Quraisy manakala mereka bertekad untuk mengusir Rasulullah Saw. dari kampung
halaman mereka. Maka Allah Swt. mengancam mereka dengan menurunkan ayat ini.
Jika mereka mengusir Nabi Saw., sesudah itu tentulah mereka tidak akan lama
lagi dapat tinggal di Mekah. Dan memang demikianlah kejadiannya, karena
sesungguhnya sesudah Nabi Saw. berhijrah meninggalkan mereka setelah mengalami
tekanan yang sangat berat dari pihak mereka, maka dalam masa satu setengah
tahun berikutnya Allah Swt. mempertemukan mereka dengan Nabi Saw. di Medan
Badar tanpa diduga-duga oleh mereka. Kemudian Allah memberikan kemenangan
kepada Nabi Saw. atas mereka, sehingga banyak dari kalangan pemimpin mereka
yang terhormat gugur dan yang lainnya ditawan.
Karena
itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ
مِنْ رُسُلِنَا}
(Kami
menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul
Kami. (Al-Isra: 77), hingga akhir ayat.
Dengan
kata lain, demikianlah ketetapan Kami terhadap orang-orang yang kafir kepada
rasul-rasui Kami dan yang menyakitinya dengan mengusirnya dari tempat tinggal
mereka, Allah menurunkan azab terhadap mereka. Seandainya saja Rasulullah Saw.
bukanlah rasul pembawa rahmat, tentulah mereka akan ditimpa pembalasan di
dunia ini dengan azab yang tak pernah dialami oleh seorang manusia pun. Dalam
suatu ayat disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ
وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}
Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara
mereka. (Al-Anfal: 33), hingga akhir ayat.
Al-Isra, ayat 78-79
{أَقِمِ الصَّلاةَ
لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ
الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78) وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79) } .
Dirikanlah
salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya
salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malam
hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
Allah Swt. memerintahkan kepada
Rasul-Nya untuk mengerjakan salat-salat fardu dalam waktunya masing-masing.
{أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ}
Dirikanlah salat dari sesudah
matahari tergelincir. (Al-Isra: 78)
Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan dulukusy syamsi ialah tenggelamnya matahari, menurut
ibnu Mas'ud, Mujahid, dan ibnu Zaid.
Hasyim telah meriwayatkan dari
Mugirah, dari Asy-Sya'bi, dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan dulukusy
syams ialah sesudah matahari tergelincir dari pertengahan langit.
Nafi' meriwayatkan pendapat ini
dari Ibnu Umar, dan Malik di dalam tafsirnya meriwayatkannya dari Az-Zuhri,
dari Ibnu Umar.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Abu Barzah Al-Aslami yang juga merupakan riwayat lain dari Ibnu Mas'ud dan
Mujahid.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Al-Hasan, Ad-Dahhak, Abu Ja'far Al-Baqir serta Qatadah, dan pendapat
inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Di antara dalil yang mendukung
pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan melalui Ibnu Humaid:
عَنِ الْحَكَمِ بْنِ بَشِيرٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنِ
ابْنِ أَبِي لَيْلَى، [عَنْ رَجُلٍ]، عَنِ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
دَعَوْتُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ شَاءَ مِنْ
أَصْحَابِهِ فَطَعِمُوا عِنْدِي، ثُمَّ خَرَجُوا حِينَ زَالَتِ الشَّمْسُ،
فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "اخْرُجْ
يَا أَبَا بَكْرٍ، فَهَذَا حِينَ دلكت الشمس"
dari Al-Hakam ibnu Basyir, bahwa
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Ibnu Abu Laila, dari seorang
lelaki, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa ia pernah mengundang
Rasulullah Saw. dan sebagian sahabat yang dekat dengannya untuk suatu jamuan
makan yang diadakannya. Mereka selesai dari jamuan makan itu saat matahari
tergelincir, lalu Rasulullah Saw. keluar dan bersabda: Hai Abu Bakar,
keluarlah, ini adalah saat matahari baru tergelincir.
Kemudian Ibnu Jarir
meriwayatkannya pula melalui Sahl ibnu Bakkar, dari Abu Uwwanah, dari Al-Aswad
ibnu Qais, dari Nabih Al-Anazi, dari Jabir, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz
yang semisal.
Dengan demikian, berarti ayat
ini mengandung makna keterangan tentang salat lima waktu.
*******************
Dan firman-Nya yang mengatakan:
{لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ
اللَّيْلِ}
dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam. (Al-Isra: 78)
Yang dimaksud dengan gasaqil
lail ialah gelapnya malam hari, dan menurut pendapat lain artinya
terbenamnya matahari. Dapat disimpulkan dari makna ayat ini waktu lohor, asar,
dan magrib serta isya.
Firman Allah Swt.:
{وَقُرْآنَ الْفَجْرِ}
dan (dirikanlah pula salat) Subuh. (Al-Isra: 78)
Yang dimaksud dengan qura-nal
fajri ialah salat Subuh.
Telah disebutkan di dalam sunnah
dari Rasulullah Saw. secara mutawatir melalui perbuatan dan ucapannya
yang merincikan waktu-waktu salat tersebut, seperti apa yang sekarang dilakukan
oleh semua pemeluk agama Islam. Mereka menerimanya secara turun-temurun dari
suatu generasi ke generasi lain yang sesudahnya. Penjelasan secara rinci
mengenai hal ini disebutkan di dalam bagiannya sendiri (yaitu kitab-kitab fiqih).
{إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا}
Sesungguhnya salat Subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). (Al- Isra: 78)
قَالَ الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ -وَعَنْ
أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ: {إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ
كَانَ مَشْهُودًا} قَالَ: "تَشْهَدُهُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ
النَّهَارِ"
Al-A'masy telah meriwayatkan
dari Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dan ia juga telah meriwayatkan dari Abu Saleh,
dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
(dirikanlah pula salat) Subuh, sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (Al-Isra: 78) Bahwa salat Subuh itu disaksikan oleh para malaikat
yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang
hari.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ -وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "فَضْلُ صَلَاةِ
الْجَمِيعِ عَلَى صَلَاةِ الْوَاحِدِ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ دَرَجَةً، وَتَجْتَمِعُ
مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ".
وَيَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: {وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ
قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا}
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu
Salamah dan Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Saw. telah
bersabda: Keutamaan salat berjamaah atas salat sendirian ialah dua puluh
lima derajat, dan malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di
siang hari berkumpul dalam salat Subuh. Kemudian Abu Hurairah berkata,
"Bacalah jika kalian suka membacanya," yaitu firman Allah Swt.: dan
(dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (Al-Isra: 78)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَحَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
قَوْلِهِ: {وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا} قَالَ:
"تَشْهَدُهُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ، وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Asbat telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. Dan telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya
salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Nabi Saw.
bersabda: Salat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di
malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari.
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan
Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ubaid ibnu Asbat ibnu Muhammad, dari
ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih
hasan.
Menurut lafaz lain yang ada di
dalam kitab Sahihain melalui jalur Malik, dari Abuz Zanad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
" يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ
وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَفِي صَلَاةِ
الْعَصْرِ، فَيَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ -وَهُوَ أَعْلَمُ
بِكُمْ -كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ
يُصَلُّونَ، وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ"
Malaikat malam hari dan
malaikat siang hari silih berganti kepada kalian, dan mereka bersua di dalam
salat Subuh dan salat Asar, kemudian para malaikat yang bertugas pada kalian di
malam hari naik (ke langit), lalu Tuhan mereka
Yang lebih mengetahui menanyai mereka tentang kalian, "Bagaimanakah keadaan
hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan?” Mereka menjawab, "Kami datangi
mereka sedang mengerjakan salat, dan kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan
salat.”
Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan
bahwa kedua malaikat penjaga bersua dalam salat Subuh. Para malaikat yang telah
berjaga naik ke langit, sedangkan para malaikat yang baru datang tetap tinggal
menggantikannya. Hai yang sama telah dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i,
Mujahid, Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan
tafsir ayat ini.
Adapun mengenai hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam bab ini ia ketengahkan melalui hadis Al-Lais
ibnu Sa'd, dari Ziyadah, dari Muhammad ibnu Ka'b A!-Qurazi, dari Fudalah ibnu
Ubaid, dari Abu Darda, dari Rasulullah Saw. lalu ia menyebutkan tentang hadis
turunnya para malaikat penjaga itu, yang di dalamnya antara lain disebutkan
bahwa Allah Swt. berfirman:
"مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ، مَنْ يَسْأَلْنِي
أُعْطِهِ، مَنْ يَدْعُنِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ"
Barang siapa yang meminta
ampun kepada-Ku, Aku memberikan ampun baginya; dan barang siapa yang meminta
kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan barang siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku
akan memperkenankan baginya hingga fajar terbit.
Karena itulah maka dalam ayat
ini disebutkan oleh Firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh.
Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78)
Allah menyaksikannya, begitu pula para malaikat malam hari dan para malaikat
siang hari.
Adanya tambahan ini dalam
riwayat Ibnu Jarir, hanya dia sendirilah yang meriwayatkannya, dan ia mempunyai
syahid yang mengatakan ini terdapat di dalam kitab Sunnah Abu
Daud.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ
نَافِلَةً لَكَ}
Dan pada sebagian malam hari,
salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79)
Ayat ini merupakan perintah dari
Allah kepada Nabi Saw. untuk mengerjakan salat sunat malam hari sesudah salat
fardu.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan
sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah
Saw., pernah ditanya mengenai salat yang paling utama sesudah salat fardu. Maka
beliau Saw. menjawab melalui sabdanya:
"صَلَاةُ اللَّيْلِ"
salat sunat malam hari.
Karena itulah maka Allah Swt.
memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam hari dengan salat sunat
tahajud. Makna tahajud ialah salat yang dikerjakan sesudah tidur.
Demikianlah menurut pendapat Alqamah, Al-Aswad, Ibrahim An-Nakha'i, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dan inilah pengertian yang dikenal di
dalam bahasa Arab. Hal yang sama telah disebutkan di dalam banyak hadis dari
Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa beliau melakukan salat tahajudnya sesudah
tidur. Hal ini diriwayatkan melalui Ibnu Abbas dan Siti Aisyah serta
sahabat-sahabat lainnya, semuanya itu diterangkan secara rinci di tempatnya sendiri.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan
bahwa tahajud ialah salat yang dilakukan sesudah salat Isya. Pendapat ini
mempunyai interpretasi salat yang dikerjakan sesudah tidur terlebih dahulu.
Para ulama berbeda pendapat
mengenai makna firman-Nya:
{نَافِلَةً لَكَ}
sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu. (Al-Isra: 79)
Menurut suatu pendapat, makna
yang dimaksud ialah bahwa Engkau secara khusus wajib melakukan hal itu. Maka
mereka menganggapnya sebagai suatu kewajiban khusus bagi Nabi Saw. sendiri,
tidak bagi umatnya. Demikianlah menurut pendapat yang diriwayatkan oleh
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Inilah yang dikatakan oleh salah satu pendapat di
antara dua pendapat yang ada di kalangan ulama, juga menurut salah satu pendapat
Imam Syafi'i, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Menurut pendapat lain,
susungguhnya mengerjakan salat sunat malam hari dianggap sebagai ibadah
tambahan khusus baginya, mengingat semua dosa Nabi Saw. telah diampuni, baik
yang terdahulu maupun yang kemudian. Sedangkan bagi selain Nabi Saw. — yaitu
umatnya — salat sunat itu dapat menghapuskan dosa-dosanya. Demikianlah menurut
Mujahid. Pendapat ini disebutkan di dalam kitab Musnad melalui riwayat
Abu Umamah Al-Bahlil r.a.
Firman Allah Swt.:
{عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
مَحْمُودًا}
mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra:
79)
Aku lakukan perintah ini
kepadamu untuk menempatkanmu di hari kiamat kelak pada kedudukan yang terpuji.
Semua makhluk akan memujimu, begitu pula Tuhan yang menciptakan mereka semua.
Ibnu Jarir mengatakan,
kebanyakan ulama ahli takwil mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan
yang terpuji ini ialah kedudukan yang diperoleh Nabi Saw. pada hari kiamat
nanti, yaitu memberikan syafaat bagi umat manusia, agar Tuhan mereka
membebaskan mereka dari kesengsaraan hari itu.
Pendapat
ulama yang mengatakannya sebagai kedudukan syafaat
حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إسحاق، عن
صِلَةَ بْنِ زُفَر، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: يُجْمَعُ النَّاسُ فِي
صَعِيدٍ وَاحِدٍ، يُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ، حُفَاةً عُراة
كَمَا خُلِقُوا قِيَامًا، لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، يُنَادَى: يَا
مُحَمَّدُ، فَيَقُولُ: "لَبَّيْكَ وسعدَيك، وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ
لَيْسَ إِلَيْكَ، وَالْمَهْدِيُّ مَنْ هَدَيْت، وَعَبْدُكَ بَيْنَ يَدَيْكَ،
وَبِكَ وَإِلَيْكَ، لَا مَنْجَى وَلَا مَلْجَأَ مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ،
تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، سُبْحَانَكَ رَبَّ الْبَيْتِ".
Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah yang
mengatakan bahwa manusia (kelak di hari kiamat) dikumpulkan di suatu tempat
yang datar, suara penyeru terdengar oleh mereka dan pandangan mata mereka
tembus (tiada yang menghalanginya). Mereka semua dalam keadaan telanjang dan
tak beralas kaki, persis seperti ketika mereka baru dicipta-kan (dilahirkan).
Mereka semua dalam keadaan berdiri, tiada seorang pun yang berani berbicara
melainkan dengan seizin-Nya. Allah Swt. berseru, "Hai Muhammad!" Nabi
Saw. menjawab: Labbaika wa sa'daika, semua kebaikan berada di Tangan-Mu,
dan semua keburukan tidak pantas disandarkan kepada-Mu. Orang yang beroleh
hidayah hanyalah orang yang Engkau beri hidayah. Hamba-Mu sekarang berada di
hadapan-Mu, berasal dari (ciptaan)-Mu dan kembali kepada-Mu.
Tiada jalan selamat dan tiada tempat berlindung dari murka-Mu kecuali hanya
kepada-Mu. Mahasuci lagi Mahatinggi dan Mahaagung Engkau, wahai Tuhan Pemilik
Ka'bah.”
Inilah yang dimaksud dengan
kedudukan terpuji yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya itu.
Kemudian Ibnu Jarir
meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq dengan
sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari
Ma'mar dan As-Sauri, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa
kedudukan yang terpuji ini adalah kedudukan syafaat. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid. Pendapat yang sama dikatakan oleh
Al-Hasan Al-Basri.
Qatadah mengatakan bahwa Nabi
Saw. adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat, dan
beliau adalah orang yang mula-mula memberi syafaat.
Ahlul 'ilmi berpendapat bahwa hal inilah yang dimaksud oleh Allah dengan
kedudukan yang terpuji di dalam firman-Nya: mudah-mudah Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79)
Menurut kami, sesungguhnya
Rasulullah Saw. mempunyai beberapa kemuliaan di hari kiamat yang tidak ada
seorang pun yang menandinginya. Sebagaimana beliau pun memiliki beberapa
keutamaan yang tiada seorang pun dapat menyainginya, yaitu seperti berikut:
1.
Nabi Saw.
adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya.
2.
Nabi Saw.
dibangkitkan dalam keadaan berkendaraan menuju Padang Mahsyar.
3.
Nabi Saw.
adalah pemegang panji yang bernaung di bawahnya Nabi Adam a.s. dan nabi-nabi
lain sesudahnya, semuanya berada di bawah panjinya.
4.
Nabi Saw.
mempunyai telaga (Kausar) yang di tempat perhentian itu tiada sesuatu pun yang
lebih banyak pendatangnya daripada telaga yang dimilikinya.
5.
Nabi Saw.
pemegang syafa'atul 'uzma di sisi Allah agar Allah mau datang untuk
memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. Yang demikian itu terjadi sesudah
semua manusia meminta kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, lalu Isa; masing-masing
dari mereka mengatakan, "Saya bukanlah orangnya.”Akhirnya mereka datang
kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah
orangnya. Mengenai pembahasan masalah ini kami sebutkan nanti secara rinci.
6.
Keistimewaan
lainnya yang dimiliki oleh Nabi Saw. ialah memberikan syafaat kepada sejumlah
kaum, padahal kaum-kaum itu telah diperintahkan untuk diseret ke dalam neraka,
akhirnya mereka diselamatkan darinya.
7.
Umat Nabi
Saw. adalah umat yang paling pertama menerima ke-putusan dari Allah dalam
peradilan-Nya di antara sesama mereka. Dan mereka adalah umat yang mula-mula
melewati sirat bersama nabinya.
8.
Nabi Saw.
adalah orang yang mula-mula diberi syafaat oleh Allah untuk masuk ke dalam
surga, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim. Di dalam hadis sur
(sangkakala) disebutkan bahwa semua orang mukmin tidak dapat masuk surga
kecuali dengan syafaat dari Nabi Saw. Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula
masuk surga bersama umatnya sebelum umat-umat lainnya.
9.
Nabi Saw.
memberikan syafaat untuk meninggikan derajat sejumlah kaum yang amal perbuatan
mereka tidak dapat mencapainya.
10. Nabi Saw. adalah pemilik wasilah yang
merupakan kedudukan tertinggi di surga. Kedudukan ini tidak layak disandang
kecuali hanya oleh Nabi Saw. sendiri.
11. Apabila Allah Swt. telah memberikan izin untuk
memberi syafaat kepada orang-orang yang durhaka, maka barulah para malaikat,
para nabi, dan kaum mukmin memberikan syafaatnya masing-masing. Nabi Saw.
memberikan syafaatnya kepada sejumlah besar makhluk yang tiada seorang pun
mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah Swt. Tiada seorang pun yang dapat
menyamainya dan setara dengan dia dalam hal memberi syafaat.
Saya telah menjelaskan masalah
ini secara rinci di dalam kitab As-Sirah pada Bab "Al-Khasais"
(kitab lain karya tulis Ibnu Kasir). Berikut ini akan kami ketengahkan
hadis-hadis yang menyebutkan tentang Kedudukan yang Terpuji ini.
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Abul
Ahwas, dari Adam ibnu Ali; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa
sesungguhnya manusia itu kelak di hari kiamat semuanya berlutut, setiap umat
mengikuti nabinya masing-masing. Mereka mengatakan, "Hai Fulan, berilah
syafaat. Hai Fulan, berilah syafaat!" Hingga sampailah syafaat kepada Nabi
Saw., hanya dialah yang dapat memberikannya. Yang demikian itu terjadi di hari
Allah mendudukkannya di tempat yang terpuji.
Hamzah ibnu Abdullah
meriwayatkannya dari ayahnya, dari Nabi Saw.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبْدِ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ،
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ حَمْزَةَ بْنَ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِنَّ
الشَّمْسَ لَتدنو حَتَّى يَبْلُغَ العَرَقُ نصفَ الْأُذُنِ، فَبَيْنَمَا هُمْ
كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ، فَيَقُولُ: لَسْتُ صَاحِبَ ذَلِكَ، ثُمَّ بِمُوسَى
فَيَقُولُ كَذَلِكَ، ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ فَيَشْفَعُ بَيْنَ الْخَلْقِ ، فَيَمْشِي
حَتَّى يَأْخُذَ بِحَلْقَةِ بَابِ الْجَنَّةِ، فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah
menceritakan kepada kami Syu'aib ibnul Lais, telah menceritakan kepada kami
Al-Lais, dari Ubaidillah ibnu Abu Ja'far yang mengatakan, ia pernah mendengar
Hamzah ibnu Abdullah ibnu Umar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah
ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya
matahari (kelak di hari kiamat) benar-benar dekat sehingga keringat (manusia)
sampai sebatas pertengahan telinga (mereka). Ketika mereka dalam
keadaan demikian, mereka meminta tolong kepada Adam, maka Adam menjawab,
"Saya bukanlah orang yang memiliki syafaat itu." Kemudian kepada
Musa. Musa menjawab dengan kata-kata yang sama (seperti yang dikatakan
Adam). Dan akhirnya kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. memberikah
syafaatnya kepada makhluk. Lalu beliau berjalan (menuju surga) dan
memegang halgah (pegangan) pintu surga. Pada saat itulah Allah
menempatkannya pada kedudukan yang terpuji.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari di dalam Bab "Zakat" melalui Yahya ibnu Bukair dan
Alqamah, dari Abdullah ibnu Saleh, keduanya dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad
yang sama. Hanya dalam riwayat ini ditambahkan:
"فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ مَقَامًا محمودًا، بحمده
أَهْلُ الْجَمْعِ كُلُّهُمْ".
bahwa pada hari itu Allah
menempatkannya pada kedudukan yang terpuji, semua makhluk yang ada di tempat
pemberhentian memujinya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا
شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزة، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ
وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ، حَلَّت لَهُ
شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan pula kepada kami Ali ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami
Syu'aib ibnu Abu Hamzah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu
Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barangsiapa yang
mengucapkan doa berikut ketika mendengar suara azan, yaitu: "Ya Allah,
Tuhan seruan yang sempurna ini dan salat yang didirikan, berikanlah kepada
Muhammad wasilah dan keutamaan, dan angkatlah dia ke kedudukan yang terpuji
seperti yang telah Engkau janjikan kepadanya, " maka ia akan mendapat
syafaatku kelak di hari kiamat.
Hadis diriwayatkan oleh Imam
Bukhari secara munfarid, tanpa Imam Muslim.
Hadis Ubay ibnu Ka'b.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْأَزْدِيُّ،
حَدَّثَنَا زُهَيْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
عَقِيلٍ، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْقِيَامَةِ، كَنْتُ إِمَامَ الْأَنْبِيَاءِ وَخَطِيبَهُمْ، وَصَاحِبَ
شَفَاعَتِهِمْ غَيْرَ فَخْر
Imam Ahmad telah mengatakan,,
telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami
Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail
ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila
hari kiamat tiba, saya menjadi pemimpin para nabi, khatib (pembicara) mereka,
dan pemilik syafaat mereka, tanpa membanggakan diri.
Imam Turmuzi mengetengahkan
hadis ini melalui riwayat Abu Amir Abdul Malik ibnu Amr Al-Aqdi. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Majah meriwayatkannya
melalui hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan sanad yang sama.
Dalam pembahasan terdahulu dalam
hadis Ubay ibnu Ka'b mengenai bacaan Al-Qur'an yang terdiri atas tujuh dialek
disebutkan bahwa di akhir hadis tersebut dikatakan:
"فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ، اغْفِرْ لِأُمَّتِي، اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِأُمَّتِي، وَأَخَّرْتُ الثَّالِثَةَ لِيَوْمٍ يَرْغَبُ إِلَيَّ فِيهِ
الْخَلْقُ، حَتَّى إبراهيم عليه السلام"
Maka aku .berdoa, "Ya
Allah, berilah ampun kepada umatku. Ya Allah, berilah ampun kepada umatku,
" dan aku tangguhkan permintaan yang ketiga buat suatu hari yang di hari
itu semua makhluk memerlukan pertolonganku hingga Nabi Ibrahim a.s.
Hadis Anas ibnu Malik.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبة، حَدَّثَنَا قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَجْتَمِعُ
الْمُؤْمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْهَمُونَ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ: لَوِ
اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا، فَأَرَاحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا. فَيَأْتُونَ
آدَمَ فَيَقُولُونَ: يَا آدَمُ، أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ
بِيَدِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ،
فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا.
فَيَقُولُ لَهُمْ آدَمُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَيَذْكُرُ ذَنْبَهُ الَّذِي أَصَابَ،
فَيَسْتَحْيِي رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، مِنْ ذَلِكَ، وَيَقُولُ: وَلَكِنِ ائْتُوا
نُوحًا، فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ.
فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَيَذْكُرُ خَطِيئَةَ سُؤَالَهُ
رَبَّهُ مَا لَيْسَ لَهُ بِهِ عِلْمٌ، فَيَسْتَحْيِي رَبَّهُ مِنْ ذَلِكَ،
وَلَكِنِ ائْتُوا إِبْرَاهِيمَ خَلِيلَ الرَّحْمَنِ. فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ:
لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَلَكِنِ ائْتُوا مُوسَى، عَبْدًا كَلَّمَهُ اللَّهُ،
وَأَعْطَاهُ التَّوْرَاةَ. فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ،
وَيَذْكُرُ لَهُمُ النَّفْسَ الَّتِي قَتَلَ بِغَيْرِ نَفْسٍ فَيَسْتَحْيِي
رَبَّهُ مِنْ ذَلِكَ، وَلَكِنِ ائْتُوا عِيسَى عَبْدَ اللَّهِ وَرَسُولَهُ،
وَكَلِمَتَهُ وَرُوحَهُ، فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ،
وَلَكِنِ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
وَمَا تَأَخَّرَ فَيَأْتُونِي". قَالَ الْحَسَنُ هَذَا الْحَرْفُ:
"فَأَقُومُ فَأَمْشِي بَيْنَ سِماطين مِنَ الْمُؤْمِنِينَ". قَالَ
أَنَسٌ: "حَتَّى أَسْتَأْذِنَ عَلَى رَبِّي، فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي
وَقَعْتُ لَهُ -أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَدَعَنِي". قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ مُحَمَّدُ، قُلْ
يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تَشَفَّعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي،
فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه، ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا،
فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ": "ثُمَّ أَعُودُ إِلَيْهِ
الثَّانِيَةَ، فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ -أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا
لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي. ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ
مُحَمَّدُ، قُلْ يُسْمَعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ
رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه، ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي
حَدًّا، فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ، ثُمَّ أَعُودُ فِي الثَّالِثَةِ؛ فَإِذَا
رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ -أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي، ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ مُحَمَّدُ، قُلْ يُسْمَعْ،
وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ
بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَأُدْخِلُهُمُ
الْجَنَّةَ. ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا بَقِيَ إِلَّا
مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ". فَحَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "فَيَخْرُجُ مِنَ
النَّارِ مَنْ قَالَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" وَكَانَ فِي قَلْبِهِ
مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيْرَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ:
"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا
يَزِنُ بُرَّة ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ" وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnu Abu Arubah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: bahwa pada hari kiamat orang-orang mukmin
berkumpul setelah mereka mengalami penderitaan tersebut. Lalu mereka berkata,
"Sebaiknya kita meminta syafaat kepada Tuhan, agar Dia membebaskan kita
dari tempat yang penuh dengan penderitaan ini." Maka mereka datang kepada
Adam dan berkata, "Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah
menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahkan para malaikat untuk
bersujud kepadamu, serta Allah telah mengajarkan kepadamu nama segala sesuatu.
Maka mohonkanlah syafaat buat kami kepada Tuhanmu agar Dia membebaskan kita
dari tempat kita ini." Nabi Adam menjawab mereka, "Saya bukanlah
orang yang kalian harapkan", lalu Adam menyebutkan dosa yang pernah
dilakukannya, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi
Mahamulia untuk meminta syafaat itu. Lalu ia berkata, "Sebaiknya kalian
datang kepada Nuh, karena dia adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah
untuk penduduk bumi." Maka mereka datang kepada Nabi Nuh, lalu ia
menjawab, "Saya bukanlah orang yang dapat kalian harapkan," kemudian
Nabi Nuh menyebutkan suatu kesalahan, yaitu ia pernah meminta kepada Tuhan
sesuatu yang tiada pengetahuan baginya tentang hal ifu, sehingga ia merasa malu
kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka minta itu. Dan Nuh a.s.
mengatakan, "Sebaiknya kalian pergi kepada Nabi Ibrahim a.s., kekasih
Tuhan Yang Maha Pemurah." Mereka datang kepada Nabi Ibrahim a.s., tetapi
Nabi Ibrahim a.s. menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan.
Sebaiknya datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara
langsung oleh Allah dan Allah telah memberinya kitab Taurat." Mereka
datang kepada Musa, tetapi Musa menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian
maksudkan," lalu Musa menyebutkan bahwa ia pernah membunuh seseorang tanpa
mendapat balasan qisas, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta
syafaat yang mereka kehendaki itu. Dan ia mengatakan, "Sebaiknya datanglah
kalian kepada Isa, hamba dan Rasul Allah, serta kalimah dan roh-Nya."
Mereka datang kepada Isa, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang
kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kamu kepada Muhammad, seorang hamba yang
telah diberi ampun oleh Allah Swt. atas semua dosanya yang terdahulu dan yang
kemudian." Mereka datang kepadaku — menurut Al-Hasan terjadi perubahan
dalam ungkapan hadis —, lalu aku bangkit dan berjalan di antara dua barisan
kaum mukmin -— Anas melanjutkan kisahnya—sehingga aku menghadap kepada
Tuhan dan meminta izin untuk bersua dengan-Nya. Manakala aku melihat Tuhanku,
maka aku menjatuhkan diri (menyungkur) bersujud kepada Tuhanku, dan Tuhanku
membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah mukamu.
Katakanlah, perkataanmu didengar. Dan mintalah syafaat, kamu diberi izin untuk
memberi syafaat. Dan mintalah, pasti kamu diberi apa yang kamu minta!"
Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan
kepadaku. Lalu aku memberi syafaat, dan Allah memberikan batasan jumlah
tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka ke dalam surga. Kemudian aku kembali
kepada-Nya untuk kedua kalinya; dan apabila aku melihat-Nya, maka aku
menjatuhkan diri atau menyungkur bersujud kepada-Nya, dan Dia membiarkan diriku
dalam keadaan demikian selama apa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah Swt.
berfirman, "Angkatlah mukamu, hai Muhammad. Katakanlah, perkataanmu pasti
didengar. Mintalah, permintaanmu pasti dikabulkan. Dan mintalah syafaat, engkau
akan diberi izin untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan
memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi
syafaat, dan Dia memberikan batasan kepadaku jumlah tertentu, lalu aku
masukkan mereka ke dalam surga. Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk ketiga
kalinya; dan manakala aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau
menyungkur bersujud kepada-Nya. Dia membiarkan diriku dalam keadaan seperti
itu selama apa yang Dia kehendaki. Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Hai
Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu pasti di dengar. Mintalah,
permintaanmu pasti diberikan. Dan mintalah syafaat, tentulah kamu diberi izin
untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan
pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian saya memberikan syafaat, dan Dia
memberikan batasan sejumlah orang tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka
ke dalam surga. Selanjutnya aku kembali kepada-Nya untuk keempat kalinya dan
mengatakan kepada-Nya, "Wahai Tuhanku, tiada yang tersisa lagi selain
orang-orang yang ditahan di dalam neraka oleh Al-Qur'an." Sahabat Anas
telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. bersabda: Maka dikeluarkanlah
dari neraka orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain
Allah", dan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan seberat biji
gandum. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan
"Tidak ada Tuhan selain Allah", sedangkan di dalam hatinya ' terdapat
sedikit kebaikan sebesar biji jewawut. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka
orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain Allah",
sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar semut yang paling
kecil.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu'bah dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Ahmad melalui Affan, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas
dengan teks yang cukup panjang.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ مَيْمُونٍ أَبُو الْخَطَّابِ الْأَنْصَارِيُّ، عَنِ
النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: حَدَّثَنِي نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنِّي لَقَائِمٌ أَنْتَظِرُ أُمَّتِي
تَعْبُرُ الصِّرَاطَ، إِذْ جَاءَنِي عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: هَذِهِ
الْأَنْبِيَاءُ قَدْ جَاءَتْكَ يَا مُحَمَّدُ يَسْأَلُونَ -أَوْ قَالَ:
يَجْتَمِعُونَ إِلَيْكَ -ويَدْعُون اللَّهَ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ جَمِيعِ
الْأُمَمِ إِلَى حَيْثُ يَشَاءُ اللَّهُ، لِغَمِّ مَا هُمْ فِيهِ، فَالْخَلْقُ
مُلجَمون بِالْعَرَقِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَهُوَ عَلَيْهِ كالزكْمَة، وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيَغْشَاهُ الْمَوْتُ، فَقَالَ: انْتَظِرْ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْكَ.
فَذَهَبَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ تَحْتَ
الْعَرْشِ، فَلَقِيَ مَا لَمْ يَلْقَ مَلَك مُصْطَفًى وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ.
فَأَوْحَى اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، إِلَى جِبْرِيلَ: أَنِ اذْهَبْ إِلَى
مُحَمَّدٍ، وَقُلْ لَهُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَسَلْ تُعطَه، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ.
فشفَعتُ فِي أُمَّتِي: أَنْ أُخْرِجَ مِنْ كُلِّ تِسْعَةٍ وَتِسْعِينَ إِنْسَانًا
وَاحِدًا. فَمَا زِلْتُ أَتَرَدَّدُ إِلَى رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فَلَا أَقْوَمُ
مِنْهُ مَقَامًا إِلَّا شُفِّعْتُ، حَتَّى أَعْطَانِي اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ، أَنْ
قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَدْخِلْ [مِنْ أُمَّتِكَ] مِنْ خَلْقِ اللَّهِ، عَزَّ
وَجَلَّ، مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَوْمًا وَاحِدًا مُخْلِصًا
وَمَاتَ عَلَى ذَلِكَ "
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Harb ibnu Maimun Abul Khattab Al-Ansari; dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas yang
menceritakan, Nabi Saw. pernah bercerita kepadanya: bahwa sesungguhnya Nabi
Saw. benar-benar sedang berdiri menunggu umatnya yang sedang menyeberangi
sirat. Tiba-tiba datanglah Nabi Isa kepadanya dan mengatakan,
"Sesungguhnya nabi-nabi ini datang kepadamu, wahai Muhammad, untuk meminta
tolong kepadamu — atau berkumpul kepadamu. Mereka memohon kepada Allah agar Dia
memberikan keputusan peradilan-Nya di antara sesama umat menurut apa yang
dikehendaki-Nya karena kesusahan yang sedang mereka alami. Semua makhluk
tenggelam di dalam keringatnya; orang mukmin terendam oleh keringatnya sampai
batas telinganya, adapun orang kafir diliputi oleh kematian (yakni
tenggelam seluruhnya)." Maka Nabi Saw. bersabda, "Tunggulah saya
hingga saya kembali lagi kepadamu." Lalu Nabi Saw. pergi dan berdiri di
bawah ' Arasy, maka Nabi Saw. menjumpai hal-hal yang belum pernah dijumpai
oleh malaikat yang terpilih dan belum pernah (pula) oleh seorang nabi yang
diutus. Lalu Allah Swt. berfirman kepada Malaikat Jibril, "Pergilah kamu
kepada Muhammad dan katakanlah kepadanya agar dia mengangkat kepalanya.
Suruhlah dia agar meminta, pasti diberi; dan mintalah syafaat, pasti diberi
izin untuk memberikan syafaat." Maka aku (Nabi Saw.) memberikan syafaat
kepada umatku, yaitu dengan mengeluarkan seseorang dari setiap sembilan puluh
sembilan orang di antara mereka. Saya terus-menerus bolatebalik menghadap
kepada Tuhan, dan tidak sekali-kali saya menghadap kepada-Nya melainkan diberi
izin memberi syafaat, sehingga pada akhirnya Allah Swt. berfirman kepada saya
sebagai karunia dari-Nya: Hai Muhammad, masukkanlah (ke dalam
surga) semua umatmu yang diciptakan oleh Allah Swt., yaitu orang-orang yang
di — suatu hari — telah bersaksi dengan tulus ikhlas bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan ia mati dalam keadaan berpegang kepada kalimah ini.
Hadis Buraidah r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ
بْنُ عَامِرٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْرَائِيلَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ حَصِيرة،
عَنِ ابْنِ بُرَيْدة، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى مُعَاوِيَةَ، فَإِذَا
رَجُلٌ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ بُرَيْدَةُ: يَا مُعَاوِيَةُ، تَأْذَنُ لِي فِي
الْكَلَامِ؟ فَقَالَ: نَعَمْ -وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ يَتَكَلَّمُ بِمِثْلِ مَا
قَالَ الْآخَرُ -فَقَالَ بُرَيْدَةُ: سمعتُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنِّي لَأَرْجُوَ أَنْ أُشَفَّعَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَدَدَ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ وَمَدَرَةٍ". قَالَ: فَتَرْجُوهَا
أَنْتَ يَا مُعَاوِيَةُ، وَلَا يَرْجُوهَا عَلِيٌّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؟!
Imam Ahmad ibnu Hambal
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad ibnu Amir, telah
menceritakan kepada kami Abu Israil, dari Al-Haris ibnu Hadirah, dari Ibnu
Buraidah, dari ayahnya, bahwa ia pernah menghadap Mu'awiyah, tiba-tiba ia menjumpai
seseorang sedang berbicara, maka Buraidah berkata, "Hai Mu'awiyah,
bolehkah saya ikut bicara?" Mu'awiyah menjawab, "Ya." Mu'awiyah
menduga bahwa Buraidah pasti akan mengatakan hal yang sama seperti yang
dikatakan oleh lelaki itu. Lalu Buraidah berkata bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap akan memberi syafaat di
hari kiamat kepada orang-orang yang jumlahnya sama banyaknya dengan semua pohon
dan rumah yang ada di muka bumi. Buraidah berkata, "Sekarang
berharaplah engkau, hai Mu'awiyah, untuk mendapat syafaat itu, karena Ali r.a.
tidak mengharapkannya."
Hadis ibnu Mas’ud.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَارِمُ بْنُ الْفَضْلِ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ البُنَاني،
عَنْ عُثْمَانَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ وَالْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ: جَاءَ ابْنَا مُلَيْكَة إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَا إِنَّ أمَّنا [كَانَتْ] تُكْرِمُ الزَّوْجَ،
وَتَعْطِفُ عَلَى الْوَلَدِ -قَالَ: وَذَكَرَ الضَّيْفَ -غَيْرَ أَنَّهَا كَانَتْ
وَأَدَتْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ فَقَالَ: "أُمُّكُمَا فِي النَّارِ".
قَالَ: فَأَدْبَرَا وَالسُّوءُ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا، فَأُمِرَ بِهِمَا
فَرُدَّا، فَرَجَعَا وَالسُّرُورُ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا؛ رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ
قَدْ حَدَثَ شَيْءٌ، فَقَالَ: "أُمِّي مَعَ أُمِّكُمَا". فَقَالَ رَجُلٌ
مِنَ الْمُنَافِقِينَ: وَمَا يُغْنِي هَذَا عَنْ أُمِّهِ شَيْئًا! وَنَحْنُ نَطَأُ
عَقِبَيْهِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ -وَلَمْ أَرَ رَجُلًا قَطُّ
أَكْثَرَ سُؤَالًا مِنْهُ-: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ وَعَدَكَ رَبُّكَ فِيهَا
أَوْ فِيهِمَا؟. قَالَ: فَظَنَّ أَنَّهُ مِنْ شَيْءٍ قَدْ سَمِعَهُ، فَقَالَ:
"مَا شَاءَ اللَّهُ رَبِّي وَمَا أَطْمَعَنِي فِيهِ، وَإِنِّي لَأَقُومُ
الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ". فقالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا ذَاكَ المقام المحمود؟ قال:" ذاك إذا جِيءَ
بِكُمْ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى إِبْرَاهِيمُ،
عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَيَقُولُ: اكْسُوا خَلِيلِي. فَيُؤْتَى بِرَيْطَتَيْنِ
بَيْضَاوَيْنِ، فَيَلْبَسُهُمَا ثُمَّ يُقْعِدُهُ مُسْتَقْبِلَ الْعَرْشِ، ثُمَّ
أُوتَى بِكِسْوَتِي فَأَلْبَسُهَا، فَأَقُومُ عَنْ يَمِينِهِ مَقَامًا لَا
يَقُومُهُ أَحَدٌ، فَيَغْبِطُنِي فِيهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ. وَيُفْتَحُ
نَهْرٌ مِنَ الْكَوْثَرِ إِلَى الْحَوْضِ". فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: إِنَّهُ
مَا جَرَى مَاءٌ قَطُّ إِلَّا عَلَى حَالٍ أَوْ رَضْرَاضٍ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "حَالُهُ الْمِسْكُ،
وَرَضْرَاضُهُ التُّوم". [قَالَ الْمُنَافِقُ: لَمْ أَسْمَعْ كَالْيَوْمِ.
قلَّما جَرَى مَاءٌ قَطُّ عَلَى حَالٍ أَوْ رَضْرَاضٍ، إِلَّا كَانَ لَهُ
نَبْتَةٌ. فَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لَهُ نَبْتٌ؟ قَالَ
"نَعَمْ، قُضْبَانُ الذَّهَبِ"]. قَالَ الْمُنَافِقُ: لَمْ أَسْمَعْ
كَالْيَوْمِ، فَإِنَّهُ قَلَّمَا يَنْبُتُ قَضِيبٌ إِلَّا أَوْرَقَ، وَإِلَّا
كَانَ لَهُ ثَمَرٌ! قَالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لَهُ
ثَمَرَةٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ، أَلْوَانُ الْجَوْهَرِ، وَمَاؤُهُ أَشَدَّ
بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً
لَا يَظْمَأُ بَعْدَهُ، وَمَنْ حُرِمَهُ لَمْ يَرْوَ بَعْدَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Arim ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zaid, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnul Hakam Al-Bannani, dari Usman, dari Ibrahim, dari Akjamah
dan Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa dua orang anak Mulaikah
datang menghadap Nabi Saw. Lalu keduanya berkata, "Sesungguhnya ibu kami
sangat menghormati suaminya dan kasih sayang kepada anak-anaknya."
Disebutkan pula bahwa ibunya suka menghormati tamu, hanya saja ia pernah
mengubur hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah (dan ibunya telah mati
di masa Jahiliyah). Maka Nabi Saw. bersabda: Ibumu berdua berada di dalam
neraka. Lalu keduanya pergi dengan wajah yang muram penuh duka, kemudian
Nabi Saw. memerintahkan agar keduanya kembali. Maka kembalilah keduanya,
sedangkan wajah keduanya kelihatan gembira karena berhaiap bahwa sesuatu telah
terjadi perubahan (terhadap nasib ibu mereka). Nabi Saw. bersabda: Ibuku
bersama-sama dengan ibu kamu berdua. Maka berkatalah seorang lelaki dari
kaum munafik, "Orang ini (maksudnya Nabi Saw.) tidak dapat memberi
manfaat (pertolongan syafaat) kepada ibunya sendiri barang sedikit pun,"
sedangkan kami menginjak kedua telapak kakinya (agar diam). Maka berkatalah
seorang lelaki dari kalangan Ansar—yang menurut Buraidah belum pernah melihat
seseorang yang lebih banyak bertanya selain dari dia—, "Wahai Rasulullah,
apakah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu sehingga engkau dapat
menolong wanita itu atau kedua orang itu?" Buraidah menduga bahwa sabda
Nabi Saw. berikut pernah ia dengar sebelumnya, yaitu: Apa yang dikehendaki
oleh Allah Tuhanku (pasti terjadi). Alangkah inginnya aku untuk
mendapatkannya, sesungguhnya aku pada hari kiamat berdiri di tempat yang
terpuji. Orang Ansar itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud dengan kedudukan yang terpuji itu?" Nabi Saw. bersabda, "Yang
demikian itu terjadi di saat kalian telah dihadapkan dalam keadaan telanjang,
tak beralas kaki, serta tidak berkhitan. Maka orang yang mula-mula diberi
pakaian ialah Ibrahim a.s. Allah berfirman, 'Berilah kekasih-Ku pakaian!' Maka
didatangkanlah dua lapis jubah putih, lalu dipakaikan kepadanya. Kemudian
Ibrahim a.s. didudukkan di tempat yang menghadap ke arah 'Arasy. Lalu
didatangkanlah pakaianku dan aku memakainya, lalu aku berdiri di sebelah kanan
Ibrahim a.s., yaitu di suatu tempat yang tiada seorang pun berani mendudukinya;
sehingga semua orang yang terdahulu dan yang kemudian iri melihatku duduk di
tempat itu (yakni menginginkannya)." Kemudian dibukalah bagi mereka
aliran Sungai Al-Kausar (salah satu sungai surga) hingga membentuk telaga.
Orang munafik itu berkata, "Sesungguhnya air itu tidak dapat mengalir
kecuali di atas tanah atau batu kerikil." Rasulullah Saw. menjawab, "Tanahnya
adalah minyak kesturi dan batu kerikilnya adalah mutiara." Orang
munafik itu berkata lagi, "Saya belum pernah mendengar hal seperti hari
ini. Sesungguhnya jarang sekali air mengalir di atas tanah atau batu kerikil,
melainkan pasti ada tumbuh-tumbuhannya." Maka bertanyalah lelaki dari
kalangan Ansar itu, "Wahai Rasulullah, apakah di pinggir sungai itu ada
tumbuh-tumbuhannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, batangnya dari
emas." Orang munafik itu berkata, "Saya belum pernah mendengar
hal seperti hari ini. Sesungguhnya jarang sekali ada batang pohon tumbuh,
melainkan ada dedaunannya dan pasti ada buahnya." Maka lelaki Ansar itu
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah pohonnya ada buahnya?" Nabi Saw.
bersabda: Ya, buah-buahannya adalah intan berlian yang beraneka warna, dan
airnya lebih putih daripada susu serta rasanya lebih manis daripada madu.
Barang siapa yang meminum sekali minum darinya, tentu tidak akan haus lagi
sesudahnya; dan barangsiapa yang tidak dapat meminumnya, tentulah dia merasa
kehausan terus sesudahnya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salamah ibnu Kahil, dari ayahnya,
dari Abuz Za'ra, dari Abdullah yang mengatakan bahwa kemudian Allah Swt.
memberikan izin untuk memberi syafaat. Maka bangkitlah Ruhul Qudus, yaitu
Malaikat Jibril (untuk memberi syafaat); setelah itu bangkitlah Ibrahim kekasih
Allah memberi syafaat, dan disusul oleh Isa atau Musa.
Abuz Za'ra mengatakan bahwa ia
tidak ingat lagi yang manakah yang dimaksud dari keduanya (Isa ataukah Musa).
Abu Za'ra melanjutkan kisahnya, bahwa lalu bangkitlah Nabi kalian (Nabi
Muhammad Saw.) sebagai orang yang keempat, maka dia memberikan syafaatnya.
Tiada seorang pun yang memberikan syafaat lebih banyak daripada dia sesudahnya,
dan hal inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang tertera di dalam
firman Allah Swt.: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji. (Al-Isra: 79)
Hadis Ka'b ibnu Malik
r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا الزُّبَيْدِيُّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ [بْنِ كَعْبِ] بْنِ مَالِكٍ، عَنْ
كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "يُبْعَثُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي
عَلَى تَلٍّ، وَيَكْسُونِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، حُلَّةً خَضْرَاءَ ثُمَّ
يُؤْذَنُ لِي فَأَقُولُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ أَقُولَ، فَذَلِكَ الْمَقَامُ
الْمَحْمُودُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbihi, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Az-Zubaidi, dari
Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari Ka'b ibnu
Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Manusia dibangkitkan pada hari
kiamat, maka aku dan umatku berada di sebuah lereng, dan Tuhanku memberiki
pakaian yang berwarna hijau. Kemudian aku diberi izin (untuk memberi
syafaat), maka aku memohon kepada-Nya sebanyak apa yang dikehendaki
oleh-Nya. Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji.
Hadis Abu Darda r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعة، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابن
جُبَير، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ بِالسُّجُودِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ أَنْ يَرْفَعَ رَأْسَهُ،
فَأَنْظُرُ إِلَى مَا بَيْنَ يَدِي، فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ،
وَمِنْ خَلْفِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَنْ يَمِينِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَنْ شِمَالِي
مِثْلَ ذَلِكَ". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ تَعْرِفُ
أُمَّتَكَ مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ، فِيمَا بَيْنَ نُوحٍ إِلَى أُمَّتِكَ؟ قَالَ:
"هُمْ غُرٌّ مُحَجَّلُون، مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ، لَيْسَ أَحَدٌ كَذَلِكَ
غَيْرُهُمْ، وَأَعْرِفُهُمْ أَنَّهُمْ يُؤتَونَ كُتُبَهُمْ بِأَيْمَانِهِمْ،
وَأَعْرِفُهُمْ تَسْعَى بين أيديهم ذريتهم"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Habib, dari Abdur Rahman ibnu Jubair,
dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku
adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk bersujud pada hari kiamat (untuk
memohon syafaat), dan aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk
mengangkat kepalanya, sehingga aku dapat melihat pemandangan yang ada di hadapanku,
maka aku dapat mengenal umatku di antara umat-umat lainnya. Dan aku melihat hal
yang sama di arah belakangku, juga di arah sebelah kanan dan kiriku. Maka
ada seseorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau
mengenal umatmu di antara umat-umat lainnya yang di mulai dari umat Nabi Nuh
sampai dengan umatmu?" Nabi Saw. bersabda: Mereka mengeluarkan cahaya
putih dari bekas semua anggota wudunya, tiada seorang pun yang mempunyai ciri
khas itu selain dari mereka. Saya mengenal mereka bahwa kitab catatan amal
perbuatan mereka diberikan dari sebelah kanannya, dan saya mengenal mereka
karena anak cucu mereka berjalan di depan mereka.
Hadis Abu Hurairah r.
a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ،
رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو حَيَّان،
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
قَالَ: أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَحْمٍ، فَرُفع
إِلَيْهِ الذِّرَاعُ -وَكَانَتْ تَعْجِبُهُ -فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسة ، ثُمَّ
قَالَ: "أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ
ذَاكَ؟ يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ،
يُسْمعهم الدَّاعِي ويَنفذُهم الْبَصَرُ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ
مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَلَا يَحْتَمِلُونَ. فَيَقُولُ
بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ: [أَلَّا تَرَوْنَ إِلَى مَا أَنْتُمْ فِيهِ؟ أَلَا
تَرَوْنَ إِلَى مَا قَدْ بَلَغَكُمْ؟ أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ
إِلَى رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ؟ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ]: أَبُوكُمْ
آدَمُ!. فَيَأْتُونَ آدَمَ، فَيَقُولُونَ: يَا آدَمُ، أَنْتَ أَبُو
الْبَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَمَرَ
الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ؛ فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى مَا
نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ آدَمُ: إِنَّ رَبِّي
قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ
بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ نَهَانِي عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ، نَفْسِي،
نَفْسِي، نَفْسِي! اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ. فَيَأْتُونَ
نُوحًا فَيَقُولُونَ: يَا نُوحُ، أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ
الْأَرْضِ، وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ،
أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ نُوحٌ:
إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ،
وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ عَلَى
قَوْمِي، نَفْسِي، نَفْسِي، نَفْسِي! اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى
إِبْرَاهِيمَ. فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ: يَا إِبْرَاهِيمُ، أَنْتَ
نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ، [اشْفَعْ لَنَا إِلَى
رَبِّكَ] أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟
فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، فَذَكَرَ كَذِبَاتِهِ نَفْسِي،
نَفْسِي، نَفْسِي [اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي] اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى. فَيَأْتُونَ
مُوسَى فَيَقُولُونَ: يَا مُوسَى، أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، اصْطَفَاكَ اللَّهُ
بِرِسَالَاتِهِ وَبِكَلَامِهِ عَلَى النَّاسِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا
تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ لَهُمْ
مُوسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ
أُومَرْ بِقَتْلِهَا، نَفْسِي، نَفْسِي، نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي،
اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى. فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ: يَا عِيسَى، أَنْتَ رَسُولُ
اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ -قَالَ: هَكَذَا
هُوَ -وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ، فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا
تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ لَهُمْ
عِيسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا، اذْهَبُوا
إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ.
فَيَأْتُونِي فَيَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ، أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ،
وَخَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ، غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ، فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا
تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَأَقُومُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ، فَأَقَعُ سَاجِدًا
لِرَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ، وَيُلْهِمُنِي مِنْ
مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ مَا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ
قَبْلِي. فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَسَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ. فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أُمَّتِي أُمَّتِي، يَا رَبِّ أُمَّتِي
أُمَّتِي، يَا رَبِّ، أُمَّتِي أُمَّتِي! فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ: أَدْخِلْ مِنْ
أُمَّتِكَ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الْأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْأَبْوَابِ".
ثُمَّ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَمَا بَيْنَ مِصْراعين
مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَر، أَوْ كَمَا بَيْنَ
مَكَّةَ وبُصْرَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu
Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menerima kiriman daging
yang telah dimasak, lalu disuguhkan kepada beliau kaki kambing yang disukainya.
Maka beliau memakan sebagian darinya sekali makan, kemudian bersabda, "Aku
adalah penghulu umat manusia di hari kiamat. Tahukah kalian mengapa demikian?"
Allah pada hari kiamat menghimpun semua orang yang terdahulu dan yang
kemudian di suatu tanah lapang. Mereka digiring ke tempat itu oleh suara
yang,terdengar oleh mereka semua, dan mereka semua terlihat berada dalam
pengawasan. Matahari berada di dekat mereka, sehingga manusia saat itu
mengalami penderitaan dan malapetaka yang tidak kuat mereka sanggah. Maka
sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Tidakkah kalian
merasakan apa yang sedang kalian derita yang tidak mampu kalian sanggah ini?
Tidakkah kalian mencari orang yang dapat meminta syafaat bagi kalian kepada
Tuhan kalian?" Maka sebagian dari mereka menjawab, "Sebaiknya kalian
datang kepada Adam." Maka mereka datang kepada Adam a.s. dan berkata,
"Hai Adam, engkau adalah bapak manusia- Allah telah menciptakanmu dengan
tangan kekuasaan-Nya sendiri dan Dia telah meniupkan sebagian dari roh-Nya
kepadamu, serta Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud
kepadamu. Maka mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau
melihat apa yang sedang kami alami, betapa menderitanya kami." Adam a.s.
menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang murka dengan
kemurkaan yang belum pernah Dia alami sebelumnya semisal sekarang, dan Dia
tidak akan murka lagi sesudahnya seperti murka-Nya pada hari ini. Sesungguhnya
Dia pernah melarangku mendekati sebuah pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya.
Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian
kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh." Mereka datang kepada Nuh
dan mengatakan, "Hai Nuh, engkau adalah mula-mula rasul di muka bumi,
Allah telah memberimu nama seorang hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah
syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan yang kami
alami? Tidakkah engkau lihat bagaimana keadaan kami sekarang?" Nuh menjawab,
"Sesungguhnya Tuhanku hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum
pernah dialami-Nya semisal dengan hari ini, dan Dia tidak akan murka lagi
sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini. Dan sesungguhnya aku pernah
memanjatkan suatu doa kepada-Nya untuk kebinasaan umatku. Maka pada hari ini
aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada selain
aku, pergilah kalian kepada Ibrahim." Mereka datang kepada Ibrahim dan
mengatakan kepadanya, "Hai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan
kekasih-Nya dari kalangan penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu
buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat
keadaan kami?" Maka Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya tuhanku pada hari
ini sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum itu,
dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari
ini," lalu Ibrahim menyebutkan beberapa kedustaan yang pernah dilakukannya.
Karena itu, ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri.
Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Musa." Mereka
datang kepada Musa dan mengatakan, "Hai Musa, engkau adalah rasul Allah,
Allah telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung
dengan-Nya untuk engkau sampaikan kepada manusia. Makamintakanlah syafaat
kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah
engkau lihat keadaan kami?" Musa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku
sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum hari ini,
dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi dengan kemurkaan seperti
sekarang. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan
untuk membunuhnya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja.
Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada Isa." Mereka
datang kepada Isa dan mengatakan, "Hai Isa engkau adalah rasul Allah,
engkau diciptakan melalui perintah Allah yang disampaikan kepada Maryam melalui
tiupan roh (ciptaan)-Nya, dan engkau dapat berbicara kepada manusia selagi
engkau masih bayi dalam usia buaian. Maka mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu
buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah engkau lihat
keadaan kami?" Isa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini
sedang dalam keadaan murka dengan kemurkaan yang belum pernah dilakukan-Nya
sebelum ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi seperti
kemurkaan-Nya pada hari ini.'Tetapi Isa tidak menyebutkan suatu dosa pun, dan
ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah
kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Muhammad Saw." Maka
mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw. dan mengatakan, "Hai Muhammad,
engkau adalah utusan Allah dan Nabi terakhir, sesungguhnya Allah telah
mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian. Maka mohonkanlah
syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami?
Tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Nabi Saw. bersabda, "Maka
aku bangkit dan mendatangi bagian bawah' Arasy, lalu aku menyungkur bersujud
kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan bagiku dan memberiku ilham cara
memuji dan me-nyanjung-Nya dengan pujian dan sanjungan yang belum pernah Dia
ajarkan kepada seorang pun sebelumku. Maka dikatakan kepadaku, 'Hai Muhammad,
angkatlah mukamu; dan mintalah, pasti engkau diberi apa yang kamu minta; dan
mintalah syafaat, tentu engkau akan diberi izin memberikan syafaat.' Maka aku
mengangkat mukaku dan berkata, 'Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai
Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku.' Dikatakan
kepadaku, 'Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga dari kalangan umatmu
orang-orang yang tidak ada hisabnya melalui pintu surga yang ada di sebelah
kanan, sedangkan pintu-pintu lainnya buat semua orang yang lainnya
bersama-sama'." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang
jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak
di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar,
atau antara Mekah dan Basra."
Hadis ini diketengahkan pula
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab shahihnya masing-masing.
قَالَ مُسْلِمٌ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا الْحَكْمُ بْنُ مُوسَى،
حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، حَدَّثَنِي أَبُو
عَمَّارٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ فرُّوخ، حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا
سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ
الْقَبْرُ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ، وَأَوَّلُ مُشَفَّع"
Imam Muslim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami
Haql ibnu Ziyad, dari Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Abu Ammar, telah
menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Farrukh, telah menceritakan kepadaku Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku adalah
penghulu Anak Adam pada hari kiamat, dan orang yang mula-mula dikeluarkan dari
kubur di hari kiamat, orang yang mula-mula diberi izin untuk memberi syafaat,
serta orang yang mula-mula memberi syafaat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا وَكِيع،
عَنْ دَاوُدَ بْنِ يَزِيدَ الزَّعَافِرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {عَسَى أَنْ
يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} ، سُئِلَ عَنْهَا فَقَالَ: "هِيَ
الشَّفَاعَةُ "
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Daud ibnu Yazid Az-Za'afiri, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang telah
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna ayat
ini: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra:
79) Ketika beliau Saw. ditanya mengenai makna kedudukan yang terpuji, beliau
Saw. menjawab bahwa kedudukan yang terpuji ialah syafaat.
رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ وَكِيعٍ وَعَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عُبَيْدٍ، عَنْ دَاوُدَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} قَالَ: "هُوَ الْمَقَامُ الَّذِي أَشْفَعُ
لِأُمَّتِي فِيهِ"
Imam Ahmad meriwayatkannya dari
Waki', dari Muhammad ibnu Ubaid, dari Daud, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Maka Nabi Saw.
menjawab melalui sabdanya: Yaitu kedudukan yang darinya aku memberikan
syafaat buat umatku.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، مَدَّ اللَّهُ
الْأَرْضَ مَدَّ الْأَدِيمِ، حَتَّى لَا يَكُونَ لِبَشَرٍ مِنَ النَّاسِ إِلَّا
مَوْضِعُ قَدَمِهِ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُدْعَى، وَجِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ
وَاللَّهِ مَا رَآهُ قَبْلَهَا، فَأَقُولُ رَبِّ، إِنَّ هَذَا أَخْبَرَنِي أَنَّكَ
أَرْسَلْتَهُ إِلَيَّ. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: صَدَقَ، ثُمَّ
أُشَفَّعُ. فَأَقُولُ: يَا رَبِّ عِبَادُكَ عَبَدُوكَ فِي أَطْرَافِ
الْأَرْضِ"، قَالَ: "فَهُوَ المقام المحمود"
Abdur Razzaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila hari kiamat
terjadi, maka bumi digelarkan seperti kulit yang digelarkan (yakni rata), hingga
tiada tempat bagi seorang manusia pun kecuali hanya untuk kedua telapak kakinya
(yakni penuh sesak dengan manusia). Nabi Saw. melanjutkan sabdanya,
"Maka aku adalah orang yang mula-mula dipanggil, Jibril berada di sebelah
kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah. Demi Allah, saya
belum pernah melihat Jibril dalam rupa seperti itu sebelumnya. Lafu aku
berkata, "Wahai Tuhanku sesungguhnya dia pernah menyampaikan berita
kepadaku bahwa Engkau telah mengutusnya kepadaku.” Allah Swt. berfirman,
"Dia benar." Kemudian aku memohon syafaat dan mengatakan, "Wahai
Tuhanku, tolonglah hamba-hamba-Mu yang telah menyembah-Mu di berbagai belahan
bumi.” Nabi Saw. bersabda, "Itulah yang dimaksud dengan kedudukan
yang terpuji.”
Hadis ini berpredikat mursal.
Al-Isra, ayat 78-79
{أَقِمِ الصَّلاةَ
لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ
الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78) وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79) } .
Dirikanlah
salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya
salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malam
hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan
Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
Allah Swt. memerintahkan kepada
Rasul-Nya untuk mengerjakan salat-salat fardu dalam waktunya masing-masing.
{أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ}
Dirikanlah salat dari sesudah
matahari tergelincir. (Al-Isra: 78)
Menurut suatu pendapat, yang
dimaksud dengan dulukusy syamsi ialah tenggelamnya matahari, menurut
ibnu Mas'ud, Mujahid, dan ibnu Zaid.
Hasyim telah meriwayatkan dari
Mugirah, dari Asy-Sya'bi, dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan dulukusy
syams ialah sesudah matahari tergelincir dari pertengahan langit.
Nafi' meriwayatkan pendapat ini
dari Ibnu Umar, dan Malik di dalam tafsirnya meriwayatkannya dari Az-Zuhri,
dari Ibnu Umar.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Abu Barzah Al-Aslami yang juga merupakan riwayat lain dari Ibnu Mas'ud dan
Mujahid.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Al-Hasan, Ad-Dahhak, Abu Ja'far Al-Baqir serta Qatadah, dan pendapat
inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Di antara dalil yang mendukung
pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan melalui Ibnu Humaid:
عَنِ الْحَكَمِ بْنِ بَشِيرٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنِ
ابْنِ أَبِي لَيْلَى، [عَنْ رَجُلٍ]، عَنِ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
دَعَوْتُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ شَاءَ مِنْ
أَصْحَابِهِ فَطَعِمُوا عِنْدِي، ثُمَّ خَرَجُوا حِينَ زَالَتِ الشَّمْسُ،
فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "اخْرُجْ
يَا أَبَا بَكْرٍ، فَهَذَا حِينَ دلكت الشمس"
dari Al-Hakam ibnu Basyir, bahwa
telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Ibnu Abu Laila, dari seorang
lelaki, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa ia pernah mengundang
Rasulullah Saw. dan sebagian sahabat yang dekat dengannya untuk suatu jamuan
makan yang diadakannya. Mereka selesai dari jamuan makan itu saat matahari
tergelincir, lalu Rasulullah Saw. keluar dan bersabda: Hai Abu Bakar,
keluarlah, ini adalah saat matahari baru tergelincir.
Kemudian Ibnu Jarir
meriwayatkannya pula melalui Sahl ibnu Bakkar, dari Abu Uwwanah, dari Al-Aswad
ibnu Qais, dari Nabih Al-Anazi, dari Jabir, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz
yang semisal.
Dengan demikian, berarti ayat
ini mengandung makna keterangan tentang salat lima waktu.
*******************
Dan firman-Nya yang mengatakan:
{لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ
اللَّيْلِ}
dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam. (Al-Isra: 78)
Yang dimaksud dengan gasaqil
lail ialah gelapnya malam hari, dan menurut pendapat lain artinya
terbenamnya matahari. Dapat disimpulkan dari makna ayat ini waktu lohor, asar,
dan magrib serta isya.
Firman Allah Swt.:
{وَقُرْآنَ الْفَجْرِ}
dan (dirikanlah pula salat) Subuh. (Al-Isra: 78)
Yang dimaksud dengan qura-nal
fajri ialah salat Subuh.
Telah disebutkan di dalam sunnah
dari Rasulullah Saw. secara mutawatir melalui perbuatan dan ucapannya
yang merincikan waktu-waktu salat tersebut, seperti apa yang sekarang dilakukan
oleh semua pemeluk agama Islam. Mereka menerimanya secara turun-temurun dari
suatu generasi ke generasi lain yang sesudahnya. Penjelasan secara rinci
mengenai hal ini disebutkan di dalam bagiannya sendiri (yaitu kitab-kitab
fiqih).
{إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا}
Sesungguhnya salat Subuh itu
disaksikan (oleh malaikat). (Al- Isra: 78)
قَالَ الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ -وَعَنْ
أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ: {إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ
كَانَ مَشْهُودًا} قَالَ: "تَشْهَدُهُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ
النَّهَارِ"
Al-A'masy telah meriwayatkan
dari Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dan ia juga telah meriwayatkan dari Abu Saleh,
dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
(dirikanlah pula salat) Subuh, sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (Al-Isra: 78) Bahwa salat Subuh itu disaksikan oleh para malaikat
yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang
hari.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ -وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "فَضْلُ صَلَاةِ
الْجَمِيعِ عَلَى صَلَاةِ الْوَاحِدِ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ دَرَجَةً، وَتَجْتَمِعُ
مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ".
وَيَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: {وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ
قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا}
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu
Salamah dan Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Saw. telah
bersabda: Keutamaan salat berjamaah atas salat sendirian ialah dua puluh
lima derajat, dan malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di
siang hari berkumpul dalam salat Subuh. Kemudian Abu Hurairah berkata,
"Bacalah jika kalian suka membacanya," yaitu firman Allah Swt.: dan
(dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh
malaikat). (Al-Isra: 78)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَحَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
قَوْلِهِ: {وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا} قَالَ:
"تَشْهَدُهُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ، وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Asbat telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. Dan telah menceritakan kepada kami
Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya
salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Nabi Saw.
bersabda: Salat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di
malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari.
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan
Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ubaid ibnu Asbat ibnu Muhammad, dari
ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih
hasan.
Menurut lafaz lain yang ada di
dalam kitab Sahihain melalui jalur Malik, dari Abuz Zanad, dari
Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
" يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ
وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَفِي صَلَاةِ
الْعَصْرِ، فَيَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ -وَهُوَ أَعْلَمُ
بِكُمْ -كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ
يُصَلُّونَ، وَتَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ"
Malaikat malam hari dan
malaikat siang hari silih berganti kepada kalian, dan mereka bersua di dalam
salat Subuh dan salat Asar, kemudian para malaikat yang bertugas pada kalian di
malam hari naik (ke langit), lalu Tuhan mereka
Yang lebih mengetahui menanyai mereka tentang kalian, "Bagaimanakah keadaan
hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan?” Mereka menjawab, "Kami datangi
mereka sedang mengerjakan salat, dan kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan
salat.”
Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan
bahwa kedua malaikat penjaga bersua dalam salat Subuh. Para malaikat yang telah
berjaga naik ke langit, sedangkan para malaikat yang baru datang tetap tinggal
menggantikannya. Hai yang sama telah dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i,
Mujahid, Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan
tafsir ayat ini.
Adapun mengenai hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam bab ini ia ketengahkan melalui hadis Al-Lais
ibnu Sa'd, dari Ziyadah, dari Muhammad ibnu Ka'b A!-Qurazi, dari Fudalah ibnu
Ubaid, dari Abu Darda, dari Rasulullah Saw. lalu ia menyebutkan tentang hadis
turunnya para malaikat penjaga itu, yang di dalamnya antara lain disebutkan
bahwa Allah Swt. berfirman:
"مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ، مَنْ يَسْأَلْنِي
أُعْطِهِ، مَنْ يَدْعُنِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ"
Barang siapa yang meminta
ampun kepada-Ku, Aku memberikan ampun baginya; dan barang siapa yang meminta
kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan barang siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku
akan memperkenankan baginya hingga fajar terbit.
Karena itulah maka dalam ayat
ini disebutkan oleh Firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh.
Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78)
Allah menyaksikannya, begitu pula para malaikat malam hari dan para malaikat
siang hari.
Adanya tambahan ini dalam
riwayat Ibnu Jarir, hanya dia sendirilah yang meriwayatkannya, dan ia mempunyai
syahid yang mengatakan ini terdapat di dalam kitab Sunnah Abu
Daud.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَكَ}
Dan pada sebagian malam hari,
salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79)
Ayat ini merupakan perintah dari
Allah kepada Nabi Saw. untuk mengerjakan salat sunat malam hari sesudah salat
fardu.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan
sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah
Saw., pernah ditanya mengenai salat yang paling utama sesudah salat fardu. Maka
beliau Saw. menjawab melalui sabdanya:
"صَلَاةُ اللَّيْلِ"
salat sunat malam hari.
Karena itulah maka Allah Swt.
memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam hari dengan salat sunat
tahajud. Makna tahajud ialah salat yang dikerjakan sesudah tidur.
Demikianlah menurut pendapat Alqamah, Al-Aswad, Ibrahim An-Nakha'i, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang. Dan inilah pengertian yang dikenal di dalam bahasa
Arab. Hal yang sama telah disebutkan di dalam banyak hadis dari Rasulullah Saw.
yang menyebutkan bahwa beliau melakukan salat tahajudnya sesudah tidur. Hal
ini diriwayatkan melalui Ibnu Abbas dan Siti Aisyah serta sahabat-sahabat
lainnya, semuanya itu diterangkan secara rinci di tempatnya sendiri.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan
bahwa tahajud ialah salat yang dilakukan sesudah salat Isya. Pendapat ini
mempunyai interpretasi salat yang dikerjakan sesudah tidur terlebih dahulu.
Para ulama berbeda pendapat
mengenai makna firman-Nya:
{نَافِلَةً لَكَ}
sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu. (Al-Isra: 79)
Menurut suatu pendapat, makna
yang dimaksud ialah bahwa Engkau secara khusus wajib melakukan hal itu. Maka
mereka menganggapnya sebagai suatu kewajiban khusus bagi Nabi Saw. sendiri,
tidak bagi umatnya. Demikianlah menurut pendapat yang diriwayatkan oleh
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Inilah yang dikatakan oleh salah satu pendapat di
antara dua pendapat yang ada di kalangan ulama, juga menurut salah satu pendapat
Imam Syafi'i, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Menurut pendapat lain,
susungguhnya mengerjakan salat sunat malam hari dianggap sebagai ibadah
tambahan khusus baginya, mengingat semua dosa Nabi Saw. telah diampuni, baik
yang terdahulu maupun yang kemudian. Sedangkan bagi selain Nabi Saw. — yaitu
umatnya — salat sunat itu dapat menghapuskan dosa-dosanya. Demikianlah menurut
Mujahid. Pendapat ini disebutkan di dalam kitab Musnad melalui riwayat
Abu Umamah Al-Bahlil r.a.
Firman Allah Swt.:
{عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا
مَحْمُودًا}
mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra:
79)
Aku lakukan perintah ini
kepadamu untuk menempatkanmu di hari kiamat kelak pada kedudukan yang terpuji.
Semua makhluk akan memujimu, begitu pula Tuhan yang menciptakan mereka semua.
Ibnu Jarir mengatakan,
kebanyakan ulama ahli takwil mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan
yang terpuji ini ialah kedudukan yang diperoleh Nabi Saw. pada hari kiamat
nanti, yaitu memberikan syafaat bagi umat manusia, agar Tuhan mereka
membebaskan mereka dari kesengsaraan hari itu.
Pendapat
ulama yang mengatakannya sebagai kedudukan syafaat
حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إسحاق، عن
صِلَةَ بْنِ زُفَر، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: يُجْمَعُ النَّاسُ فِي
صَعِيدٍ وَاحِدٍ، يُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ، حُفَاةً عُراة
كَمَا خُلِقُوا قِيَامًا، لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، يُنَادَى: يَا
مُحَمَّدُ، فَيَقُولُ: "لَبَّيْكَ وسعدَيك، وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ،
وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، وَالْمَهْدِيُّ مَنْ هَدَيْت، وَعَبْدُكَ بَيْنَ
يَدَيْكَ، وَبِكَ وَإِلَيْكَ، لَا مَنْجَى وَلَا مَلْجَأَ مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ،
تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، سُبْحَانَكَ رَبَّ الْبَيْتِ".
Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah yang
mengatakan bahwa manusia (kelak di hari kiamat) dikumpulkan di suatu tempat
yang datar, suara penyeru terdengar oleh mereka dan pandangan mata mereka
tembus (tiada yang menghalanginya). Mereka semua dalam keadaan telanjang dan
tak beralas kaki, persis seperti ketika mereka baru dicipta-kan (dilahirkan).
Mereka semua dalam keadaan berdiri, tiada seorang pun yang berani berbicara
melainkan dengan seizin-Nya. Allah Swt. berseru, "Hai Muhammad!" Nabi
Saw. menjawab: Labbaika wa sa'daika, semua kebaikan berada di Tangan-Mu,
dan semua keburukan tidak pantas disandarkan kepada-Mu. Orang yang beroleh
hidayah hanyalah orang yang Engkau beri hidayah. Hamba-Mu sekarang berada di
hadapan-Mu, berasal dari (ciptaan)-Mu dan kembali kepada-Mu.
Tiada jalan selamat dan tiada tempat berlindung dari murka-Mu kecuali hanya
kepada-Mu. Mahasuci lagi Mahatinggi dan Mahaagung Engkau, wahai Tuhan Pemilik
Ka'bah.”
Inilah yang dimaksud dengan
kedudukan terpuji yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya itu.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya
dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar dan
As-Sauri, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa
kedudukan yang terpuji ini adalah kedudukan syafaat. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid. Pendapat yang sama dikatakan oleh
Al-Hasan Al-Basri.
Qatadah mengatakan bahwa Nabi
Saw. adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat, dan
beliau adalah orang yang mula-mula memberi syafaat.
Ahlul 'ilmi berpendapat bahwa hal inilah yang dimaksud oleh Allah dengan
kedudukan yang terpuji di dalam firman-Nya: mudah-mudah Tuhanmu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79)
Menurut kami, sesungguhnya
Rasulullah Saw. mempunyai beberapa kemuliaan di hari kiamat yang tidak ada
seorang pun yang menandinginya. Sebagaimana beliau pun memiliki beberapa
keutamaan yang tiada seorang pun dapat menyainginya, yaitu seperti berikut:
1.
Nabi Saw.
adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya.
2.
Nabi Saw.
dibangkitkan dalam keadaan berkendaraan menuju Padang Mahsyar.
3.
Nabi Saw.
adalah pemegang panji yang bernaung di bawahnya Nabi Adam a.s. dan nabi-nabi
lain sesudahnya, semuanya berada di bawah panjinya.
4.
Nabi Saw.
mempunyai telaga (Kausar) yang di tempat perhentian itu tiada sesuatu pun yang
lebih banyak pendatangnya daripada telaga yang dimilikinya.
5.
Nabi Saw.
pemegang syafa'atul 'uzma di sisi Allah agar Allah mau datang untuk
memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. Yang demikian itu terjadi sesudah
semua manusia meminta kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, lalu Isa; masing-masing
dari mereka mengatakan, "Saya bukanlah orangnya.”Akhirnya mereka datang
kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah
orangnya. Mengenai pembahasan masalah ini kami sebutkan nanti secara rinci.
6.
Keistimewaan
lainnya yang dimiliki oleh Nabi Saw. ialah memberikan syafaat kepada sejumlah
kaum, padahal kaum-kaum itu telah diperintahkan untuk diseret ke dalam neraka,
akhirnya mereka diselamatkan darinya.
7.
Umat Nabi
Saw. adalah umat yang paling pertama menerima ke-putusan dari Allah dalam
peradilan-Nya di antara sesama mereka. Dan mereka adalah umat yang mula-mula
melewati sirat bersama nabinya.
8.
Nabi Saw.
adalah orang yang mula-mula diberi syafaat oleh Allah untuk masuk ke dalam
surga, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim. Di dalam hadis sur
(sangkakala) disebutkan bahwa semua orang mukmin tidak dapat masuk surga
kecuali dengan syafaat dari Nabi Saw. Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula
masuk surga bersama umatnya sebelum umat-umat lainnya.
9.
Nabi Saw.
memberikan syafaat untuk meninggikan derajat sejumlah kaum yang amal perbuatan
mereka tidak dapat mencapainya.
10. Nabi Saw. adalah pemilik wasilah yang
merupakan kedudukan tertinggi di surga. Kedudukan ini tidak layak disandang
kecuali hanya oleh Nabi Saw. sendiri.
11. Apabila Allah Swt. telah memberikan izin untuk
memberi syafaat kepada orang-orang yang durhaka, maka barulah para malaikat,
para nabi, dan kaum mukmin memberikan syafaatnya masing-masing. Nabi Saw.
memberikan syafaatnya kepada sejumlah besar makhluk yang tiada seorang pun
mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah Swt. Tiada seorang pun yang dapat
menyamainya dan setara dengan dia dalam hal memberi syafaat.
Saya telah menjelaskan masalah
ini secara rinci di dalam kitab As-Sirah pada Bab "Al-Khasais"
(kitab lain karya tulis Ibnu Kasir). Berikut ini akan kami ketengahkan
hadis-hadis yang menyebutkan tentang Kedudukan yang Terpuji ini.
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Abul
Ahwas, dari Adam ibnu Ali; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa
sesungguhnya manusia itu kelak di hari kiamat semuanya berlutut, setiap umat
mengikuti nabinya masing-masing. Mereka mengatakan, "Hai Fulan, berilah
syafaat. Hai Fulan, berilah syafaat!" Hingga sampailah syafaat kepada Nabi
Saw., hanya dialah yang dapat memberikannya. Yang demikian itu terjadi di hari
Allah mendudukkannya di tempat yang terpuji.
Hamzah ibnu Abdullah
meriwayatkannya dari ayahnya, dari Nabi Saw.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبْدِ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ،
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ حَمْزَةَ بْنَ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِنَّ
الشَّمْسَ لَتدنو حَتَّى يَبْلُغَ العَرَقُ نصفَ الْأُذُنِ، فَبَيْنَمَا هُمْ
كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ، فَيَقُولُ: لَسْتُ صَاحِبَ ذَلِكَ، ثُمَّ بِمُوسَى
فَيَقُولُ كَذَلِكَ، ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ فَيَشْفَعُ بَيْنَ الْخَلْقِ ، فَيَمْشِي
حَتَّى يَأْخُذَ بِحَلْقَةِ بَابِ الْجَنَّةِ، فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah
menceritakan kepada kami Syu'aib ibnul Lais, telah menceritakan kepada kami
Al-Lais, dari Ubaidillah ibnu Abu Ja'far yang mengatakan, ia pernah mendengar
Hamzah ibnu Abdullah ibnu Umar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah
ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya
matahari (kelak di hari kiamat) benar-benar dekat sehingga keringat (manusia)
sampai sebatas pertengahan telinga (mereka). Ketika mereka dalam
keadaan demikian, mereka meminta tolong kepada Adam, maka Adam menjawab,
"Saya bukanlah orang yang memiliki syafaat itu." Kemudian kepada
Musa. Musa menjawab dengan kata-kata yang sama (seperti yang dikatakan
Adam). Dan akhirnya kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. memberikah
syafaatnya kepada makhluk. Lalu beliau berjalan (menuju surga) dan
memegang halgah (pegangan) pintu surga. Pada saat itulah Allah
menempatkannya pada kedudukan yang terpuji.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari di dalam Bab "Zakat" melalui Yahya ibnu Bukair dan
Alqamah, dari Abdullah ibnu Saleh, keduanya dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad
yang sama. Hanya dalam riwayat ini ditambahkan:
"فَيَوْمَئِذٍ يَبْعَثُهُ اللَّهُ مَقَامًا محمودًا، بحمده
أَهْلُ الْجَمْعِ كُلُّهُمْ".
bahwa pada hari itu Allah
menempatkannya pada kedudukan yang terpuji, semua makhluk yang ada di tempat
pemberhentian memujinya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا
شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزة، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ
وَالْفَضِيلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ، حَلَّت لَهُ
شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan pula kepada kami Ali ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami
Syu'aib ibnu Abu Hamzah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu
Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barangsiapa yang
mengucapkan doa berikut ketika mendengar suara azan, yaitu: "Ya Allah,
Tuhan seruan yang sempurna ini dan salat yang didirikan, berikanlah kepada
Muhammad wasilah dan keutamaan, dan angkatlah dia ke kedudukan yang terpuji
seperti yang telah Engkau janjikan kepadanya, " maka ia akan mendapat
syafaatku kelak di hari kiamat.
Hadis diriwayatkan oleh Imam
Bukhari secara munfarid, tanpa Imam Muslim.
Hadis Ubay ibnu Ka'b.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْأَزْدِيُّ،
حَدَّثَنَا زُهَيْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ
عَقِيلٍ، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ
الْقِيَامَةِ، كَنْتُ إِمَامَ الْأَنْبِيَاءِ وَخَطِيبَهُمْ، وَصَاحِبَ
شَفَاعَتِهِمْ غَيْرَ فَخْر
Imam Ahmad telah mengatakan,,
telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami
Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail
ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila
hari kiamat tiba, saya menjadi pemimpin para nabi, khatib (pembicara) mereka,
dan pemilik syafaat mereka, tanpa membanggakan diri.
Imam Turmuzi mengetengahkan
hadis ini melalui riwayat Abu Amir Abdul Malik ibnu Amr Al-Aqdi. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui
hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan sanad yang sama.
Dalam pembahasan terdahulu dalam
hadis Ubay ibnu Ka'b mengenai bacaan Al-Qur'an yang terdiri atas tujuh dialek
disebutkan bahwa di akhir hadis tersebut dikatakan:
"فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ، اغْفِرْ لِأُمَّتِي، اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِأُمَّتِي، وَأَخَّرْتُ الثَّالِثَةَ لِيَوْمٍ يَرْغَبُ إِلَيَّ فِيهِ
الْخَلْقُ، حَتَّى إبراهيم عليه السلام"
Maka aku .berdoa, "Ya
Allah, berilah ampun kepada umatku. Ya Allah, berilah ampun kepada umatku,
" dan aku tangguhkan permintaan yang ketiga buat suatu hari yang di hari
itu semua makhluk memerlukan pertolonganku hingga Nabi Ibrahim a.s.
Hadis Anas ibnu Malik.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبة، حَدَّثَنَا قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَجْتَمِعُ
الْمُؤْمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْهَمُونَ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ: لَوِ
اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا، فَأَرَاحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا. فَيَأْتُونَ
آدَمَ فَيَقُولُونَ: يَا آدَمُ، أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ
بِيَدِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ،
فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا.
فَيَقُولُ لَهُمْ آدَمُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَيَذْكُرُ ذَنْبَهُ الَّذِي أَصَابَ،
فَيَسْتَحْيِي رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، مِنْ ذَلِكَ، وَيَقُولُ: وَلَكِنِ ائْتُوا
نُوحًا، فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ.
فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَيَذْكُرُ خَطِيئَةَ سُؤَالَهُ
رَبَّهُ مَا لَيْسَ لَهُ بِهِ عِلْمٌ، فَيَسْتَحْيِي رَبَّهُ مِنْ ذَلِكَ،
وَلَكِنِ ائْتُوا إِبْرَاهِيمَ خَلِيلَ الرَّحْمَنِ. فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ:
لَسْتُ هُنَاكُمْ، وَلَكِنِ ائْتُوا مُوسَى، عَبْدًا كَلَّمَهُ اللَّهُ،
وَأَعْطَاهُ التَّوْرَاةَ. فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ،
وَيَذْكُرُ لَهُمُ النَّفْسَ الَّتِي قَتَلَ بِغَيْرِ نَفْسٍ فَيَسْتَحْيِي
رَبَّهُ مِنْ ذَلِكَ، وَلَكِنِ ائْتُوا عِيسَى عَبْدَ اللَّهِ وَرَسُولَهُ،
وَكَلِمَتَهُ وَرُوحَهُ، فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ،
وَلَكِنِ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
وَمَا تَأَخَّرَ فَيَأْتُونِي". قَالَ الْحَسَنُ هَذَا الْحَرْفُ:
"فَأَقُومُ فَأَمْشِي بَيْنَ سِماطين مِنَ الْمُؤْمِنِينَ". قَالَ
أَنَسٌ: "حَتَّى أَسْتَأْذِنَ عَلَى رَبِّي، فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي
وَقَعْتُ لَهُ -أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ
أَنْ يَدَعَنِي". قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ مُحَمَّدُ، قُلْ
يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تَشَفَّعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَحْمَدُهُ
بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه، ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا، فَأُدْخِلُهُمُ
الْجَنَّةَ": "ثُمَّ أَعُودُ إِلَيْهِ الثَّانِيَةَ، فَإِذَا
رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ -أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي. ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ مُحَمَّدُ، قُلْ يُسْمَعْ،
وَسَلْ تُعْطَهُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ
بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه، ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا، فَأُدْخِلُهُمُ
الْجَنَّةَ، ثُمَّ أَعُودُ فِي الثَّالِثَةِ؛ فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ
-أَوْ: خَرَرْتُ -سَاجِدًا لِرَبِّي، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
يَدَعَنِي، ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ مُحَمَّدُ، قُلْ يُسْمَعْ، وَسَلْ تُعْطَهُ،
وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنيه
ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ. ثُمَّ أَعُودُ
الرَّابِعَةَ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا بَقِيَ إِلَّا مَنْ حَبَسَهُ
الْقُرْآنُ". فَحَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "فَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ:
"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا
يَزِنُ شَعِيْرَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: "لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ" وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّة
ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"
وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnu Abu Arubah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: bahwa pada hari kiamat orang-orang mukmin
berkumpul setelah mereka mengalami penderitaan tersebut. Lalu mereka berkata,
"Sebaiknya kita meminta syafaat kepada Tuhan, agar Dia membebaskan kita
dari tempat yang penuh dengan penderitaan ini." Maka mereka datang kepada
Adam dan berkata, "Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah
menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahkan para malaikat untuk
bersujud kepadamu, serta Allah telah mengajarkan kepadamu nama segala sesuatu.
Maka mohonkanlah syafaat buat kami kepada Tuhanmu agar Dia membebaskan kita
dari tempat kita ini." Nabi Adam menjawab mereka, "Saya bukanlah
orang yang kalian harapkan", lalu Adam menyebutkan dosa yang pernah
dilakukannya, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi
Mahamulia untuk meminta syafaat itu. Lalu ia berkata, "Sebaiknya kalian
datang kepada Nuh, karena dia adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah
untuk penduduk bumi." Maka mereka datang kepada Nabi Nuh, lalu ia
menjawab, "Saya bukanlah orang yang dapat kalian harapkan," kemudian
Nabi Nuh menyebutkan suatu kesalahan, yaitu ia pernah meminta kepada Tuhan
sesuatu yang tiada pengetahuan baginya tentang hal ifu, sehingga ia merasa malu
kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka minta itu. Dan Nuh a.s.
mengatakan, "Sebaiknya kalian pergi kepada Nabi Ibrahim a.s., kekasih
Tuhan Yang Maha Pemurah." Mereka datang kepada Nabi Ibrahim a.s., tetapi
Nabi Ibrahim a.s. menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan.
Sebaiknya datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara
langsung oleh Allah dan Allah telah memberinya kitab Taurat." Mereka
datang kepada Musa, tetapi Musa menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian
maksudkan," lalu Musa menyebutkan bahwa ia pernah membunuh seseorang tanpa
mendapat balasan qisas, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta
syafaat yang mereka kehendaki itu. Dan ia mengatakan, "Sebaiknya datanglah
kalian kepada Isa, hamba dan Rasul Allah, serta kalimah dan roh-Nya."
Mereka datang kepada Isa, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang
kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kamu kepada Muhammad, seorang hamba yang
telah diberi ampun oleh Allah Swt. atas semua dosanya yang terdahulu dan yang
kemudian." Mereka datang kepadaku — menurut Al-Hasan terjadi perubahan
dalam ungkapan hadis —, lalu aku bangkit dan berjalan di antara dua barisan
kaum mukmin -— Anas melanjutkan kisahnya—sehingga aku menghadap kepada
Tuhan dan meminta izin untuk bersua dengan-Nya. Manakala aku melihat Tuhanku,
maka aku menjatuhkan diri (menyungkur) bersujud kepada Tuhanku, dan Tuhanku
membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah,
perkataanmu didengar. Dan mintalah syafaat, kamu diberi izin untuk memberi
syafaat. Dan mintalah, pasti kamu diberi apa yang kamu minta!" Maka aku
mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Lalu
aku memberi syafaat, dan Allah memberikan batasan jumlah tertentu kepadaku,
maka aku masukkan mereka ke dalam surga. Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk
kedua kalinya; dan apabila aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau
menyungkur bersujud kepada-Nya, dan Dia membiarkan diriku dalam keadaan
demikian selama apa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah Swt. berfirman,
"Angkatlah mukamu, hai Muhammad. Katakanlah, perkataanmu pasti didengar.
Mintalah, permintaanmu pasti dikabulkan. Dan mintalah syafaat, engkau akan
diberi izin untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan
memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi
syafaat, dan Dia memberikan batasan kepadaku jumlah tertentu, lalu aku
masukkan mereka ke dalam surga. Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk ketiga
kalinya; dan manakala aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau
menyungkur bersujud kepada-Nya. Dia membiarkan diriku dalam keadaan seperti
itu selama apa yang Dia kehendaki. Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Hai
Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu pasti di dengar. Mintalah,
permintaanmu pasti diberikan. Dan mintalah syafaat, tentulah kamu diberi izin
untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan
pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian saya memberikan syafaat, dan Dia
memberikan batasan sejumlah orang tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka
ke dalam surga. Selanjutnya aku kembali kepada-Nya untuk keempat kalinya dan
mengatakan kepada-Nya, "Wahai Tuhanku, tiada yang tersisa lagi selain
orang-orang yang ditahan di dalam neraka oleh Al-Qur'an." Sahabat Anas
telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. bersabda: Maka dikeluarkanlah
dari neraka orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain
Allah", dan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan seberat biji
gandum. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan
"Tidak ada Tuhan selain Allah", sedangkan di dalam hatinya ' terdapat
sedikit kebaikan sebesar biji jewawut. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka
orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain Allah",
sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar semut yang paling
kecil.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu'bah dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Ahmad melalui Affan, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas
dengan teks yang cukup panjang.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ مَيْمُونٍ أَبُو الْخَطَّابِ الْأَنْصَارِيُّ، عَنِ
النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: حَدَّثَنِي نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنِّي لَقَائِمٌ أَنْتَظِرُ أُمَّتِي
تَعْبُرُ الصِّرَاطَ، إِذْ جَاءَنِي عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: هَذِهِ
الْأَنْبِيَاءُ قَدْ جَاءَتْكَ يَا مُحَمَّدُ يَسْأَلُونَ -أَوْ قَالَ:
يَجْتَمِعُونَ إِلَيْكَ -ويَدْعُون اللَّهَ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ جَمِيعِ
الْأُمَمِ إِلَى حَيْثُ يَشَاءُ اللَّهُ، لِغَمِّ مَا هُمْ فِيهِ، فَالْخَلْقُ
مُلجَمون بِالْعَرَقِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَهُوَ عَلَيْهِ كالزكْمَة، وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيَغْشَاهُ الْمَوْتُ، فَقَالَ: انْتَظِرْ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْكَ.
فَذَهَبَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ تَحْتَ
الْعَرْشِ، فَلَقِيَ مَا لَمْ يَلْقَ مَلَك مُصْطَفًى وَلَا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ.
فَأَوْحَى اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، إِلَى جِبْرِيلَ: أَنِ اذْهَبْ إِلَى
مُحَمَّدٍ، وَقُلْ لَهُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَسَلْ تُعطَه، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ.
فشفَعتُ فِي أُمَّتِي: أَنْ أُخْرِجَ مِنْ كُلِّ تِسْعَةٍ وَتِسْعِينَ إِنْسَانًا
وَاحِدًا. فَمَا زِلْتُ أَتَرَدَّدُ إِلَى رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فَلَا أَقْوَمُ
مِنْهُ مَقَامًا إِلَّا شُفِّعْتُ، حَتَّى أَعْطَانِي اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ، أَنْ
قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَدْخِلْ [مِنْ أُمَّتِكَ] مِنْ خَلْقِ اللَّهِ، عَزَّ
وَجَلَّ، مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَوْمًا وَاحِدًا مُخْلِصًا
وَمَاتَ عَلَى ذَلِكَ "
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Harb ibnu Maimun Abul Khattab Al-Ansari; dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas yang
menceritakan, Nabi Saw. pernah bercerita kepadanya: bahwa sesungguhnya Nabi
Saw. benar-benar sedang berdiri menunggu umatnya yang sedang menyeberangi
sirat. Tiba-tiba datanglah Nabi Isa kepadanya dan mengatakan,
"Sesungguhnya nabi-nabi ini datang kepadamu, wahai Muhammad, untuk meminta
tolong kepadamu — atau berkumpul kepadamu. Mereka memohon kepada Allah agar Dia
memberikan keputusan peradilan-Nya di antara sesama umat menurut apa yang
dikehendaki-Nya karena kesusahan yang sedang mereka alami. Semua makhluk
tenggelam di dalam keringatnya; orang mukmin terendam oleh keringatnya sampai
batas telinganya, adapun orang kafir diliputi oleh kematian (yakni
tenggelam seluruhnya)." Maka Nabi Saw. bersabda, "Tunggulah saya
hingga saya kembali lagi kepadamu." Lalu Nabi Saw. pergi dan berdiri di
bawah ' Arasy, maka Nabi Saw. menjumpai hal-hal yang belum pernah dijumpai
oleh malaikat yang terpilih dan belum pernah (pula) oleh seorang nabi yang
diutus. Lalu Allah Swt. berfirman kepada Malaikat Jibril, "Pergilah kamu
kepada Muhammad dan katakanlah kepadanya agar dia mengangkat kepalanya.
Suruhlah dia agar meminta, pasti diberi; dan mintalah syafaat, pasti diberi
izin untuk memberikan syafaat." Maka aku (Nabi Saw.) memberikan syafaat
kepada umatku, yaitu dengan mengeluarkan seseorang dari setiap sembilan puluh
sembilan orang di antara mereka. Saya terus-menerus bolatebalik menghadap
kepada Tuhan, dan tidak sekali-kali saya menghadap kepada-Nya melainkan diberi
izin memberi syafaat, sehingga pada akhirnya Allah Swt. berfirman kepada saya
sebagai karunia dari-Nya: Hai Muhammad, masukkanlah (ke dalam
surga) semua umatmu yang diciptakan oleh Allah Swt., yaitu orang-orang yang
di — suatu hari — telah bersaksi dengan tulus ikhlas bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan ia mati dalam keadaan berpegang kepada kalimah ini.
Hadis Buraidah r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ
بْنُ عَامِرٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْرَائِيلَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ حَصِيرة،
عَنِ ابْنِ بُرَيْدة، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى مُعَاوِيَةَ، فَإِذَا
رَجُلٌ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ بُرَيْدَةُ: يَا مُعَاوِيَةُ، تَأْذَنُ لِي فِي
الْكَلَامِ؟ فَقَالَ: نَعَمْ -وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ يَتَكَلَّمُ بِمِثْلِ مَا
قَالَ الْآخَرُ -فَقَالَ بُرَيْدَةُ: سمعتُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنِّي لَأَرْجُوَ أَنْ أُشَفَّعَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَدَدَ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ وَمَدَرَةٍ". قَالَ: فَتَرْجُوهَا
أَنْتَ يَا مُعَاوِيَةُ، وَلَا يَرْجُوهَا عَلِيٌّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؟!
Imam Ahmad ibnu Hambal
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad ibnu Amir, telah menceritakan
kepada kami Abu Israil, dari Al-Haris ibnu Hadirah, dari Ibnu Buraidah, dari
ayahnya, bahwa ia pernah menghadap Mu'awiyah, tiba-tiba ia menjumpai seseorang
sedang berbicara, maka Buraidah berkata, "Hai Mu'awiyah, bolehkah saya
ikut bicara?" Mu'awiyah menjawab, "Ya." Mu'awiyah menduga bahwa
Buraidah pasti akan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh lelaki
itu. Lalu Buraidah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya
aku berharap akan memberi syafaat di hari kiamat kepada orang-orang yang
jumlahnya sama banyaknya dengan semua pohon dan rumah yang ada di muka bumi. Buraidah
berkata, "Sekarang berharaplah engkau, hai Mu'awiyah, untuk mendapat
syafaat itu, karena Ali r.a. tidak mengharapkannya."
Hadis ibnu Mas’ud.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَارِمُ بْنُ الْفَضْلِ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ البُنَاني،
عَنْ عُثْمَانَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ وَالْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ
مَسْعُودٍ قَالَ: جَاءَ ابْنَا مُلَيْكَة إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَا إِنَّ أمَّنا [كَانَتْ] تُكْرِمُ الزَّوْجَ،
وَتَعْطِفُ عَلَى الْوَلَدِ -قَالَ: وَذَكَرَ الضَّيْفَ -غَيْرَ أَنَّهَا كَانَتْ
وَأَدَتْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ فَقَالَ: "أُمُّكُمَا فِي النَّارِ".
قَالَ: فَأَدْبَرَا وَالسُّوءُ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا، فَأُمِرَ بِهِمَا
فَرُدَّا، فَرَجَعَا وَالسُّرُورُ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا؛ رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ
قَدْ حَدَثَ شَيْءٌ، فَقَالَ: "أُمِّي مَعَ أُمِّكُمَا". فَقَالَ رَجُلٌ
مِنَ الْمُنَافِقِينَ: وَمَا يُغْنِي هَذَا عَنْ أُمِّهِ شَيْئًا! وَنَحْنُ نَطَأُ
عَقِبَيْهِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ -وَلَمْ أَرَ رَجُلًا قَطُّ
أَكْثَرَ سُؤَالًا مِنْهُ-: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ وَعَدَكَ رَبُّكَ فِيهَا
أَوْ فِيهِمَا؟. قَالَ: فَظَنَّ أَنَّهُ مِنْ شَيْءٍ قَدْ سَمِعَهُ، فَقَالَ:
"مَا شَاءَ اللَّهُ رَبِّي وَمَا أَطْمَعَنِي فِيهِ، وَإِنِّي لَأَقُومُ
الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ". فقالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا ذَاكَ المقام المحمود؟ قال:" ذاك إذا جِيءَ
بِكُمْ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى إِبْرَاهِيمُ،
عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَيَقُولُ: اكْسُوا خَلِيلِي. فَيُؤْتَى بِرَيْطَتَيْنِ
بَيْضَاوَيْنِ، فَيَلْبَسُهُمَا ثُمَّ يُقْعِدُهُ مُسْتَقْبِلَ الْعَرْشِ، ثُمَّ
أُوتَى بِكِسْوَتِي فَأَلْبَسُهَا، فَأَقُومُ عَنْ يَمِينِهِ مَقَامًا لَا
يَقُومُهُ أَحَدٌ، فَيَغْبِطُنِي فِيهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ. وَيُفْتَحُ
نَهْرٌ مِنَ الْكَوْثَرِ إِلَى الْحَوْضِ". فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: إِنَّهُ
مَا جَرَى مَاءٌ قَطُّ إِلَّا عَلَى حَالٍ أَوْ رَضْرَاضٍ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "حَالُهُ الْمِسْكُ،
وَرَضْرَاضُهُ التُّوم". [قَالَ الْمُنَافِقُ: لَمْ أَسْمَعْ كَالْيَوْمِ.
قلَّما جَرَى مَاءٌ قَطُّ عَلَى حَالٍ أَوْ رَضْرَاضٍ، إِلَّا كَانَ لَهُ
نَبْتَةٌ. فَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لَهُ نَبْتٌ؟ قَالَ
"نَعَمْ، قُضْبَانُ الذَّهَبِ"]. قَالَ الْمُنَافِقُ: لَمْ أَسْمَعْ
كَالْيَوْمِ، فَإِنَّهُ قَلَّمَا يَنْبُتُ قَضِيبٌ إِلَّا أَوْرَقَ، وَإِلَّا
كَانَ لَهُ ثَمَرٌ! قَالَ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لَهُ
ثَمَرَةٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ، أَلْوَانُ الْجَوْهَرِ، وَمَاؤُهُ أَشَدَّ
بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً
لَا يَظْمَأُ بَعْدَهُ، وَمَنْ حُرِمَهُ لَمْ يَرْوَ بَعْدَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Arim ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zaid, telah menceritakan
kepada kami Ali ibnul Hakam Al-Bannani, dari Usman, dari Ibrahim, dari Akjamah
dan Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa dua orang anak Mulaikah datang
menghadap Nabi Saw. Lalu keduanya berkata, "Sesungguhnya ibu kami sangat
menghormati suaminya dan kasih sayang kepada anak-anaknya." Disebutkan
pula bahwa ibunya suka menghormati tamu, hanya saja ia pernah mengubur
hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah (dan ibunya telah mati di masa
Jahiliyah). Maka Nabi Saw. bersabda: Ibumu berdua berada di dalam neraka. Lalu
keduanya pergi dengan wajah yang muram penuh duka, kemudian Nabi Saw.
memerintahkan agar keduanya kembali. Maka kembalilah keduanya, sedangkan wajah
keduanya kelihatan gembira karena berhaiap bahwa sesuatu telah terjadi
perubahan (terhadap nasib ibu mereka). Nabi Saw. bersabda: Ibuku
bersama-sama dengan ibu kamu berdua. Maka berkatalah seorang lelaki dari
kaum munafik, "Orang ini (maksudnya Nabi Saw.) tidak dapat memberi
manfaat (pertolongan syafaat) kepada ibunya sendiri barang sedikit pun,"
sedangkan kami menginjak kedua telapak kakinya (agar diam). Maka berkatalah
seorang lelaki dari kalangan Ansar—yang menurut Buraidah belum pernah melihat
seseorang yang lebih banyak bertanya selain dari dia—, "Wahai Rasulullah,
apakah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu sehingga engkau dapat
menolong wanita itu atau kedua orang itu?" Buraidah menduga bahwa sabda
Nabi Saw. berikut pernah ia dengar sebelumnya, yaitu: Apa yang dikehendaki
oleh Allah Tuhanku (pasti terjadi). Alangkah inginnya aku untuk
mendapatkannya, sesungguhnya aku pada hari kiamat berdiri di tempat yang
terpuji. Orang Ansar itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud dengan kedudukan yang terpuji itu?" Nabi Saw. bersabda, "Yang
demikian itu terjadi di saat kalian telah dihadapkan dalam keadaan telanjang,
tak beralas kaki, serta tidak berkhitan. Maka orang yang mula-mula diberi
pakaian ialah Ibrahim a.s. Allah berfirman, 'Berilah kekasih-Ku pakaian!' Maka
didatangkanlah dua lapis jubah putih, lalu dipakaikan kepadanya. Kemudian
Ibrahim a.s. didudukkan di tempat yang menghadap ke arah 'Arasy. Lalu
didatangkanlah pakaianku dan aku memakainya, lalu aku berdiri di sebelah kanan
Ibrahim a.s., yaitu di suatu tempat yang tiada seorang pun berani mendudukinya;
sehingga semua orang yang terdahulu dan yang kemudian iri melihatku duduk di
tempat itu (yakni menginginkannya)." Kemudian dibukalah bagi mereka
aliran Sungai Al-Kausar (salah satu sungai surga) hingga membentuk telaga.
Orang munafik itu berkata, "Sesungguhnya air itu tidak dapat mengalir
kecuali di atas tanah atau batu kerikil." Rasulullah Saw. menjawab, "Tanahnya
adalah minyak kesturi dan batu kerikilnya adalah mutiara." Orang
munafik itu berkata lagi, "Saya belum pernah mendengar hal seperti hari
ini. Sesungguhnya jarang sekali air mengalir di atas tanah atau batu kerikil,
melainkan pasti ada tumbuh-tumbuhannya." Maka bertanyalah lelaki dari
kalangan Ansar itu, "Wahai Rasulullah, apakah di pinggir sungai itu ada
tumbuh-tumbuhannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, batangnya dari
emas." Orang munafik itu berkata, "Saya belum pernah mendengar
hal seperti hari ini. Sesungguhnya jarang sekali ada batang pohon tumbuh,
melainkan ada dedaunannya dan pasti ada buahnya." Maka lelaki Ansar itu
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah pohonnya ada buahnya?" Nabi Saw.
bersabda: Ya, buah-buahannya adalah intan berlian yang beraneka warna, dan
airnya lebih putih daripada susu serta rasanya lebih manis daripada madu.
Barang siapa yang meminum sekali minum darinya, tentu tidak akan haus lagi
sesudahnya; dan barangsiapa yang tidak dapat meminumnya, tentulah dia merasa
kehausan terus sesudahnya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salamah ibnu Kahil, dari ayahnya,
dari Abuz Za'ra, dari Abdullah yang mengatakan bahwa kemudian Allah Swt.
memberikan izin untuk memberi syafaat. Maka bangkitlah Ruhul Qudus, yaitu
Malaikat Jibril (untuk memberi syafaat); setelah itu bangkitlah Ibrahim kekasih
Allah memberi syafaat, dan disusul oleh Isa atau Musa.
Abuz Za'ra mengatakan bahwa ia
tidak ingat lagi yang manakah yang dimaksud dari keduanya (Isa ataukah Musa).
Abu Za'ra melanjutkan kisahnya, bahwa lalu bangkitlah Nabi kalian (Nabi
Muhammad Saw.) sebagai orang yang keempat, maka dia memberikan syafaatnya.
Tiada seorang pun yang memberikan syafaat lebih banyak daripada dia sesudahnya,
dan hal inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang tertera di dalam
firman Allah Swt.: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji. (Al-Isra: 79)
Hadis Ka'b ibnu Malik
r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا الزُّبَيْدِيُّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ [بْنِ كَعْبِ] بْنِ مَالِكٍ، عَنْ
كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "يُبْعَثُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي
عَلَى تَلٍّ، وَيَكْسُونِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، حُلَّةً خَضْرَاءَ ثُمَّ
يُؤْذَنُ لِي فَأَقُولُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ أَقُولَ، فَذَلِكَ الْمَقَامُ
الْمَحْمُودُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbihi, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Az-Zubaidi, dari
Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari Ka'b ibnu
Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Manusia dibangkitkan pada hari
kiamat, maka aku dan umatku berada di sebuah lereng, dan Tuhanku memberiki
pakaian yang berwarna hijau. Kemudian aku diberi izin (untuk memberi
syafaat), maka aku memohon kepada-Nya sebanyak apa yang dikehendaki
oleh-Nya. Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji.
Hadis Abu Darda r.a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعة، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابن
جُبَير، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ بِالسُّجُودِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ أَنْ يَرْفَعَ رَأْسَهُ،
فَأَنْظُرُ إِلَى مَا بَيْنَ يَدِي، فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ،
وَمِنْ خَلْفِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَنْ يَمِينِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَنْ شِمَالِي
مِثْلَ ذَلِكَ". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ تَعْرِفُ
أُمَّتَكَ مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ، فِيمَا بَيْنَ نُوحٍ إِلَى أُمَّتِكَ؟ قَالَ:
"هُمْ غُرٌّ مُحَجَّلُون، مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ، لَيْسَ أَحَدٌ كَذَلِكَ
غَيْرُهُمْ، وَأَعْرِفُهُمْ أَنَّهُمْ يُؤتَونَ كُتُبَهُمْ بِأَيْمَانِهِمْ،
وَأَعْرِفُهُمْ تَسْعَى بين أيديهم ذريتهم"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,
telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Habib, dari Abdur Rahman ibnu Jubair,
dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku
adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk bersujud pada hari kiamat (untuk
memohon syafaat), dan aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk
mengangkat kepalanya, sehingga aku dapat melihat pemandangan yang ada di hadapanku,
maka aku dapat mengenal umatku di antara umat-umat lainnya. Dan aku melihat hal
yang sama di arah belakangku, juga di arah sebelah kanan dan kiriku. Maka
ada seseorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau
mengenal umatmu di antara umat-umat lainnya yang di mulai dari umat Nabi Nuh
sampai dengan umatmu?" Nabi Saw. bersabda: Mereka mengeluarkan cahaya
putih dari bekas semua anggota wudunya, tiada seorang pun yang mempunyai ciri
khas itu selain dari mereka. Saya mengenal mereka bahwa kitab catatan amal
perbuatan mereka diberikan dari sebelah kanannya, dan saya mengenal mereka
karena anak cucu mereka berjalan di depan mereka.
Hadis Abu Hurairah r.
a.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ،
رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو حَيَّان،
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
قَالَ: أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَحْمٍ، فَرُفع
إِلَيْهِ الذِّرَاعُ -وَكَانَتْ تَعْجِبُهُ -فَنَهَسَ مِنْهَا نَهْسة ، ثُمَّ
قَالَ: "أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ
ذَاكَ؟ يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ،
يُسْمعهم الدَّاعِي ويَنفذُهم الْبَصَرُ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ
مِنَ الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لَا يُطِيقُونَ وَلَا يَحْتَمِلُونَ. فَيَقُولُ
بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ: [أَلَّا تَرَوْنَ إِلَى مَا أَنْتُمْ فِيهِ؟ أَلَا
تَرَوْنَ إِلَى مَا قَدْ بَلَغَكُمْ؟ أَلَا تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى
رَبِّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ؟ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ]: أَبُوكُمْ آدَمُ!. فَيَأْتُونَ
آدَمَ، فَيَقُولُونَ: يَا آدَمُ، أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ
بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَمَرَ الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ؛
فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا
قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ آدَمُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا
لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ
نَهَانِي عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ، نَفْسِي، نَفْسِي، نَفْسِي! اذْهَبُوا
إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ.
فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ: يَا نُوحُ، أَنْتَ أَوَّلُ
الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ
لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ
بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ نُوحٌ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ
يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ
كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي، نَفْسِي، نَفْسِي! اذْهَبُوا إِلَى
غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ.
فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ: يَا إِبْرَاهِيمُ، أَنْتَ
نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ، [اشْفَعْ لَنَا إِلَى
رَبِّكَ] أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟
فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، فَذَكَرَ كَذِبَاتِهِ نَفْسِي،
نَفْسِي، نَفْسِي [اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي] اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى. فَيَأْتُونَ
مُوسَى فَيَقُولُونَ: يَا مُوسَى، أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، اصْطَفَاكَ اللَّهُ
بِرِسَالَاتِهِ وَبِكَلَامِهِ عَلَى النَّاسِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا
تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ لَهُمْ
مُوسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ
مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ
أُومَرْ بِقَتْلِهَا، نَفْسِي، نَفْسِي، نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي،
اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى. فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُونَ: يَا عِيسَى، أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ -قَالَ: هَكَذَا هُوَ
-وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ، فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى
مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى:
إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ،
وَلَنْ يَغْضَبْ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا، اذْهَبُوا إِلَى
غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ.
فَيَأْتُونِي فَيَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ، أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ،
وَخَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ، غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا
تَأَخَّرَ، فَاشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ أَلَا
تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَأَقُومُ فَآتِي تَحْتَ الْعَرْشِ، فَأَقَعُ سَاجِدًا
لِرَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ، وَيُلْهِمُنِي مِنْ
مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ مَا لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ
قَبْلِي. فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَسَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ. فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أُمَّتِي أُمَّتِي، يَا رَبِّ أُمَّتِي
أُمَّتِي، يَا رَبِّ، أُمَّتِي أُمَّتِي! فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ: أَدْخِلْ مِنْ
أُمَّتِكَ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الْأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْأَبْوَابِ".
ثُمَّ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَمَا بَيْنَ مِصْراعين
مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَر، أَوْ كَمَا بَيْنَ
مَكَّةَ وبُصْرَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu
Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menerima kiriman daging
yang telah dimasak, lalu disuguhkan kepada beliau kaki kambing yang disukainya.
Maka beliau memakan sebagian darinya sekali makan, kemudian bersabda, "Aku
adalah penghulu umat manusia di hari kiamat. Tahukah kalian mengapa demikian?"
Allah pada hari kiamat menghimpun semua orang yang terdahulu dan yang
kemudian di suatu tanah lapang. Mereka digiring ke tempat itu oleh suara
yang,terdengar oleh mereka semua, dan mereka semua terlihat berada dalam
pengawasan. Matahari berada di dekat mereka, sehingga manusia saat itu
mengalami penderitaan dan malapetaka yang tidak kuat mereka sanggah. Maka
sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Tidakkah kalian
merasakan apa yang sedang kalian derita yang tidak mampu kalian sanggah ini?
Tidakkah kalian mencari orang yang dapat meminta syafaat bagi kalian kepada
Tuhan kalian?" Maka sebagian dari mereka menjawab, "Sebaiknya kalian
datang kepada Adam." Maka mereka datang kepada Adam a.s. dan berkata,
"Hai Adam, engkau adalah bapak manusia- Allah telah menciptakanmu dengan
tangan kekuasaan-Nya sendiri dan Dia telah meniupkan sebagian dari roh-Nya kepadamu,
serta Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadamu.
Maka mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau melihat apa
yang sedang kami alami, betapa menderitanya kami." Adam a.s. menjawab,
"Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang
belum pernah Dia alami sebelumnya semisal sekarang, dan Dia tidak akan murka
lagi sesudahnya seperti murka-Nya pada hari ini. Sesungguhnya Dia pernah
melarangku mendekati sebuah pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya. Sekarang aku
hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian kepada orang
lain, pergilah kalian kepada Nuh." Mereka datang kepada Nuh dan
mengatakan, "Hai Nuh, engkau adalah mula-mula rasul di muka bumi, Allah
telah memberimu nama seorang hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah syafaat
kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan yang kami alami?
Tidakkah engkau lihat bagaimana keadaan kami sekarang?" Nuh menjawab,
"Sesungguhnya Tuhanku hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum
pernah dialami-Nya semisal dengan hari ini, dan Dia tidak akan murka lagi
sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini. Dan sesungguhnya aku pernah
memanjatkan suatu doa kepada-Nya untuk kebinasaan umatku. Maka pada hari ini
aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada selain
aku, pergilah kalian kepada Ibrahim." Mereka datang kepada Ibrahim dan
mengatakan kepadanya, "Hai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan
kekasih-Nya dari kalangan penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu
buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat
keadaan kami?" Maka Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya tuhanku pada hari
ini sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum itu,
dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari
ini," lalu Ibrahim menyebutkan beberapa kedustaan yang pernah dilakukannya.
Karena itu, ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri.
Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Musa." Mereka
datang kepada Musa dan mengatakan, "Hai Musa, engkau adalah rasul Allah,
Allah telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung
dengan-Nya untuk engkau sampaikan kepada manusia. Makamintakanlah syafaat
kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah
engkau lihat keadaan kami?" Musa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku
sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum hari ini,
dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi dengan kemurkaan seperti
sekarang. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak
diperintahkan untuk membunuhnya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku
sendiri saja. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada
Isa." Mereka datang kepada Isa dan mengatakan, "Hai Isa engkau adalah
rasul Allah, engkau diciptakan melalui perintah Allah yang disampaikan kepada
Maryam melalui tiupan roh (ciptaan)-Nya, dan engkau dapat berbicara kepada
manusia selagi engkau masih bayi dalam usia buaian. Maka mohonkanlah syafaat
kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah
engkau lihat keadaan kami?" Isa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku pada
hari ini sedang dalam keadaan murka dengan kemurkaan yang belum pernah
dilakukan-Nya sebelum ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi
seperti kemurkaan-Nya pada hari ini.'Tetapi Isa tidak menyebutkan suatu dosa
pun, dan ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri.
Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Muhammad Saw."
Maka mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw. dan mengatakan, "Hai
Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan Nabi terakhir, sesungguhnya Allah
telah mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian. Maka
mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan
kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Nabi Saw. bersabda, "Maka
aku bangkit dan mendatangi bagian bawah' Arasy, lalu aku menyungkur bersujud
kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan bagiku dan memberiku ilham cara
memuji dan me-nyanjung-Nya dengan pujian dan sanjungan yang belum pernah Dia
ajarkan kepada seorang pun sebelumku. Maka dikatakan kepadaku, 'Hai Muhammad,
angkatlah mukamu; dan mintalah, pasti engkau diberi apa yang kamu minta; dan
mintalah syafaat, tentu engkau akan diberi izin memberikan syafaat.' Maka aku
mengangkat mukaku dan berkata, 'Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai
Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku.' Dikatakan
kepadaku, 'Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga dari kalangan umatmu
orang-orang yang tidak ada hisabnya melalui pintu surga yang ada di sebelah
kanan, sedangkan pintu-pintu lainnya buat semua orang yang lainnya
bersama-sama'." Kemudian Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang
jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak
di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar,
atau antara Mekah dan Basra."
Hadis ini diketengahkan pula
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab shahihnya masing-masing.
قَالَ مُسْلِمٌ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا الْحَكْمُ بْنُ
مُوسَى، حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، حَدَّثَنِي أَبُو
عَمَّارٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ فرُّوخ، حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا
سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ
الْقَبْرُ، وَأَوَّلُ شَافِعٍ، وَأَوَّلُ مُشَفَّع"
Imam Muslim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami
Haql ibnu Ziyad, dari Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Abu Ammar, telah
menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Farrukh, telah menceritakan kepadaku Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku adalah
penghulu Anak Adam pada hari kiamat, dan orang yang mula-mula dikeluarkan dari
kubur di hari kiamat, orang yang mula-mula diberi izin untuk memberi syafaat,
serta orang yang mula-mula memberi syafaat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا وَكِيع،
عَنْ دَاوُدَ بْنِ يَزِيدَ الزَّعَافِرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {عَسَى أَنْ
يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} ، سُئِلَ عَنْهَا فَقَالَ: "هِيَ
الشَّفَاعَةُ "
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Daud ibnu Yazid Az-Za'afiri, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang telah
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna ayat
ini: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra:
79) Ketika beliau Saw. ditanya mengenai makna kedudukan yang terpuji, beliau
Saw. menjawab bahwa kedudukan yang terpuji ialah syafaat.
رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ وَكِيعٍ وَعَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عُبَيْدٍ، عَنْ دَاوُدَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} قَالَ: "هُوَ الْمَقَامُ الَّذِي أَشْفَعُ لِأُمَّتِي
فِيهِ"
Imam Ahmad meriwayatkannya dari
Waki', dari Muhammad ibnu Ubaid, dari Daud, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Maka Nabi Saw.
menjawab melalui sabdanya: Yaitu kedudukan yang darinya aku memberikan
syafaat buat umatku.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، مَدَّ اللَّهُ
الْأَرْضَ مَدَّ الْأَدِيمِ، حَتَّى لَا يَكُونَ لِبَشَرٍ مِنَ النَّاسِ إِلَّا
مَوْضِعُ قَدَمِهِ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُدْعَى، وَجِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ
وَاللَّهِ مَا رَآهُ قَبْلَهَا، فَأَقُولُ رَبِّ، إِنَّ هَذَا أَخْبَرَنِي أَنَّكَ
أَرْسَلْتَهُ إِلَيَّ. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: صَدَقَ، ثُمَّ
أُشَفَّعُ. فَأَقُولُ: يَا رَبِّ عِبَادُكَ عَبَدُوكَ فِي أَطْرَافِ
الْأَرْضِ"، قَالَ: "فَهُوَ المقام المحمود"
Abdur Razzaq mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila hari kiamat
terjadi, maka bumi digelarkan seperti kulit yang digelarkan (yakni rata), hingga
tiada tempat bagi seorang manusia pun kecuali hanya untuk kedua telapak kakinya
(yakni penuh sesak dengan manusia). Nabi Saw. melanjutkan sabdanya,
"Maka aku adalah orang yang mula-mula dipanggil, Jibril berada di sebelah
kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah. Demi Allah, saya
belum pernah melihat Jibril dalam rupa seperti itu sebelumnya. Lafu aku
berkata, "Wahai Tuhanku sesungguhnya dia pernah menyampaikan berita
kepadaku bahwa Engkau telah mengutusnya kepadaku.” Allah Swt. berfirman,
"Dia benar." Kemudian aku memohon syafaat dan mengatakan, "Wahai
Tuhanku, tolonglah hamba-hamba-Mu yang telah menyembah-Mu di berbagai belahan
bumi.” Nabi Saw. bersabda, "Itulah yang dimaksud dengan kedudukan
yang terpuji.”
Hadis ini berpredikat mursal.
Al-Isra, ayat 80-81
{وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي
مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ
سُلْطَانًا نَصِيرًا (80) وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ
الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81) }
Dan
katakanlah, "Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar, dan
keluarkanlah (pula) aku
secara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan
yang menolong." Dan katakanlah, "Yang benar telah datang, dan yang
batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus ibnu Abu Zabyan, dari ayahnya, dari
ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Nabi Saw. berada di Mekah, lalu
diperintahkan untuk berhijrah. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan
katakanlah, "Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar, dan
keluarkanlah aku secara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi
Engkau kekuasaan yang menolong." (Al-Isra: 80)
Imam Turmuzi menilai bahwa hadis
ini hasan sahih.
Al-Hasan Al-Basri di dalam
tafsir ayat ini mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang kafir Mekah saat
mereka sepakat di antara sesamanya untuk membunuh Nabi Saw. atau mengusirnya
atau mengikatnya, dan Allah berkehendak untuk memerangi ahli Mekah, maka Dia
memerintahkan kepada RasulNya untuk berhijrah ke Madinah, yang antara lain
Allah Swt. berfirman: Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, masukkanlah aku
secara masuk yang benar, dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang
benar.” (Al-Isra: 80), hingga akhir ayat.
Qatadah mengatakan bahwa firman
Allah Swt. yang mengatakan: Dan katakanlah, "Ya Tuhanku,
masukkanlah aku secara masuk yang benar." (Al-Isra: 80) Yang dimaksud
adalah kota Madinah. dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang
benar. (Al-Isra: 80) Yang dimaksud ialah Mekah.
Hal yang sama telah dikatakan
oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Pendapat inilah yang paling terkenal.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: masukkanlah aku secara masuk
yang benar. (Al-Isra: 80) Bahwa yang dimaksud ialah mati. dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar. (Al-Isra: 80)
Maksudnya adalah kehidupan sesudah mati.
Menurut pendapat yang lainnya
lagi adalah hal-hal yang lain, tetapi pendapat yang paling sahih ialah pendapat
pertama, yaitu pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا
نَصِيرًا}
dan berikanlah kepadaku dari
sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (Al-Isra: 80)
Al-Hasan Al-Basri dalam tafsir
ayat ini mengatakan, Allah menjanjikan kepada Nabi Saw. bahwa Dia benar-benar
akan mencabut Kerajaan Persia dan kejayaannya, dan Dia benar-benar akan
memberikan hal itu kepadanya. Allah juga benar-benar akan mencabut Kerajaan
Rumawi dan kejayaannya, lalu Dia memberikannya kepada beliau.
Qatadah mengatakan — sehubungan
dengan tafsir ayat ini—sesungguhnya Nabi Saw. menyadari bahwa dia tidak
mempunyai kekuatan untuk mengemban tugas ini kecuali dengan kekuasaan. Maka
beliau memohon kekuasaan yang menolong kepada Allah untuk membela Kitabullah,
batasan-batasan Allah, hal-hal yang difardukan Allah, dan untuk menegakkan
agama Allah; karena sesungguhnya kekuasaan itu adalah rahmat dari Allah yang
Dia jadikan di kalangan hamba-hamba-Nya. Seandainya tidak ada kekuasaan ini,
tentulah sebagian dari mereka menyerang sebagian yang lainnya, dan yang
terkuat di antara mereka akan memakan yang lemah dari mereka.
Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: kekuasaan yang menolong. (Al-Isra: 80) Yakni
bukti yang jelas.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang
dikatakan oleh Al-Hasan dan Qatadah; dan pendapat inilah yang terkuat, karena
sesungguhnya merupakan suatu keharusan bagi perkara yang hak mengalahkan semua
orang yang menentang dan bersikap oposisi terhadapnya. Karena itulah dalam ayat
yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا
رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ
Sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti. (Al-Hadid: 25)
sampai dengan firman-Nya:
وَأَنزلْنَا الْحَدِيدَ
Dan Kami ciptakan besi. (Al-Hadid: 25), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis
disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ لَيَزَع بِالسُّلْطَانِ مَا لَا يَزَعُ
بِالْقُرْآنِ"
Sesungguhnya Allah
benar-benar mencegah (perbuatan dosa) melalui
kekuasaan hal-hal yang tidak dapat dicegah melalui Al-Qur’an.
Dengan kata lain, dapat disebutkan
bahwa sesungguhnya berkat kekuasaan (pemerintahan) dapat dicegah banyak
perbuatan keji dan dosa-dosa yang tidak dapat dicegah melalui Al-Qur'an di
kalangan orang banyak, mengingat peringatan dan ancaman yang keras bagi para
pelanggarnya benar-benar dilaksanakan, dan memang demikianlah kenyataannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ
إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا}
Dan katakanlah, "Yang
benar telah datang, dan yang batil telah lenyap. (Al-Isra:
81), hingga akhir ayat.
Di dalam makna ayat ini
terkandung ancaman dan peringatan yang ditujukan kepada orang-orang kafir
Quraisy, bahwa sesungguhnya telah datang kepada mereka perkara hak dari Allah
yang tiada keraguan di dalamnya serta tidak pernah mereka kenal sebelumnya,
yaitu Al-Qur'an, iman, dan ilmu yang bermanfaat. Dan lenyaplah kebatilan itu,
yakni surut dan binasalah kebatilan itu; karena sesungguhnya hal yang batil itu
tidak akan dapat bertahan dan tidak dapat kekal bersama dengan adanya perkara yang
hak.
Di dalam ayat yang lain
disebutkan melalui firman-Nya:
{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ
فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ}
Sebenarnya Kami melontarkan
yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan
serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiya: 18)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أَبِي مَعْمر، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَكَّةَ وَحَوْلَ الْبَيْتِ سِتُّونَ وَثَلَاثُمِائَةِ نُصُبٍ، فَجَعَلَ
يَطْعَنُهَا بِعُودٍ فِي يَدِهِ، وَيَقُولُ: {جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ
إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا} ، جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ
وَمَا يُعِيدُ"
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah ibnu Mas'ud
yang mengatakan bahwa Nabi Saw. memasuki Mekah (pada hari kemenangan atas kota
Mekah), sedangkan di sekitar Ka'bah terdapat tiga ratus enam puluh berhala,
maka Rasulullah Saw. merobohkannya dengan tongkat yang ada di tanganya seraya
mengucapkan firman-Nya: Yang benar telah datang, dan yang batil telah
lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Al-Isra:
81) Perkara yang hak telah datang, dan perkara batil pasti tidak akan muncul
dan tidak akan kembali lagi.
Hal yang sama telah diriwayatkan
pula oleh Imam Bukhari di lain tempat; begitu pula Imam Muslim, Imam Turmuzi,
dan Imam Nasai, semuanya meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Sufyan
ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh
Abdur Razzaq, dari Ibnu Abu Nujaih dengan sanad yang sama.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Abuz
Zubair, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa kami masuk Mekah (di hari
kemenangan atas kota Mekah) bersama dengan Rasulullah Saw., sedangkan di
sekitar Ka'bah terdapat tiga ratus enam puluh berhala yang disembah oleh mereka
selain Allah. Rasulullah Saw. memerintahkan agar berhala-berhala itu
dirobohkan. Maka semua berhala dirobohkan dengan kepala di bawah hingga hancur,
dan Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Yang benar telah datang, dan yang batil
telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Al-Isra:
81)
Al-Isra, ayat 82
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ
مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا
خَسَارًا (82) }
Dan Kami
turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.
Allah Swt. menyebutkan tentang
kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad Saw., yaitu Al-Qur'an
yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari
belakangnya; yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.
Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin,
yakni dapat melenyapkan berbagai penyakit hati, antara lain keraguan,
kemunafikan, kemusyrikan, dan menyimpang dari perkara yang hak serta cenderung
kepada hal yang batil. Al-Qur'an pun merupakan rahmat bagi mereka, karena
dengan Al-Qur'an dapat dipertebal keimanan, hikmah dapat diperoleh, dan
kebaikan dapat dijumpai padanya serta akan menambah kecintaan kepadanya. Hal
seperti ini tidaklah dapat diperoleh kecuali oleh orang yang beriman kepada
Al-Qur'an, membenarkannya, dan mengikuti petunjuknya. Maka Al-Qur'an akan
menjadi penyembuh dan rahmat baginya.
Adapun orang kafir, yaitu orang
yang menganiaya dirinya sendiri dengan kekafirannya, tiadalah mendengarkan
Al-Qur'an menambahkan kepadanya melainkan hanya kejauhan dan kekufuran serta
bencana akibat kekafirannya, bukan karena Al-Qur'annya. Perihalnya sama dengan
apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا
فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي
قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ
كَافِرُونَ}
Dan apabila diturunkan suatu
surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah
imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam
hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafirannya di
samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan
kafir. (At-Taubah: 124-125)
Ayat-ayat yang menceritakan hal
ini cukup banyak jumlahnya.
Qatadah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra:
82) Bahwa apabila seorang mukmin mendengarkan bacaan Al-Qur'an, maka ia beroleh
manfaat darinya dan menghafal serta mengingat makna yang dikandungnya. tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
Yakni orang yang aniaya tidak dapat mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Ia tidak
dapat menghafal dan memahami makna yang dikandungnya, karena sesungguhnya Allah
Swt. menjadikan Al-Qur'an ini penawar dan rahmat hanya bagi orang-orang yang
beriman.
Al-Isra, ayat 83-84
{وَإِذَا أَنْعَمْنَا
عَلَى الإنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ
يَئُوسًا (83) قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ
هُوَ أَهْدَى سَبِيلا (84) }
Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya
berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. Katakanlah, "Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.
Allah
Swt. menyebutkan tentang kekurangan diri manusia secara apa adanya, kecuali
orang-orang yang dipelihara oleh Allah Swt. dalam dua keadaan, yaitu keadaan
senang dan sengsara. Karena sesungguhnya bila Allah memberinya nikmat berupa
harta, kesehatan, kemenangan, rezeki, pertolongan, dan memperoleh apa yang
diinginkannya, maka ia berpaling, tidak mau mengerjakan ketaatan kepada Allah,
tidak mau menyembah-Nya, serta berpaling membalikkan tubuhnya. Menurut
Mujahid, makna membelakang dengan sikap yang sombong ialah menjauh dari Allah.
Menurut
kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ
كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}
tetapi
setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
telah menimpanya. (Yunus: 12)
{فَلَمَّا
نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ}
maka
tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. (Al-Isra: 67)
Bahwa
manusia itu apabila tertimpa malapetaka dan musibah,
{كَانَ يَئُوسًا}
niscaya
dia berputus asa. (Al-Isra:
83)
Yakni
putus harapan untuk dapat kembali normal dan putus asa untuk mendapat kebaikan
sesudah kesusahannya itu, sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ
ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ
فَخُورٌ إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ
مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ}
Dan
jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut
darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika
Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya
dia akan berkata, "Telah hilang bencana-bencana itu dariku, "
sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang sabar (terhadap
bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan
pahala yang besar. (Hud: 9-11)
*******************
Adapun
firman Allah Swt.:
{قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ}
Katakanlah,
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing." (Al-Isra: 84)
Ibnu
Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan 'ala syakilatihi ialah menurut
keahliannya masing-masing.
Menurut
Mujahid, makna yang di maksud ialah menurut keadaannya masing-masing.
Menurut
Qatadah ialah menurut niatnya masing-masing.
Sedangkan
Ibnu Zaid mengatakan menurut keyakinannya masing-masing.
Semua
definisi yang disebutkan di sini berdekatan maknanya.
Ayat
ini mengandung makna ancaman terhadap orang-orang musyrik dan peringatan bagi
mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat lain,
yaitu:
{وَقُلْ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنَّا عَامِلُونَ وَانْتَظِرُوا إِنَّا
مُنْتَظِرُونَ}
Dan
katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman, "Berbuatlah menurut
kemampuan kalian.” (Hud:
121), hingga akhir ayat.
Karena
itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ
فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلا}
Katakanlah,
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” Maka Tuhan
kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Al-Isra: 84)
di
antara kami dan kalian, dan kelak Dia akan membalas setiap orang yang beramal
sesuai dengan amal perbuatannya. Sesungguhnya tiada sesuatu pun yang
tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Al-Isra, ayat 85
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ
الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا
قَلِيلا (85) }
Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa
ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah Saw. di sebuah lahan pertanian
di Madinah —yang saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memakai pelepah kurma
sebagai tongkatnya — maka bersualah beliau dengan sejumlah orang dari kalangan
orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain,
"Tanyailah dia oleh kalian tentang roh." Sedangkan sebagian lainnya
mengatakan, "Janganlah kalian bertanya kepadanya." Akhirnya mereka
bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Untuk itu mereka berkata, "Hai
Muhammad, apakah roh itu?" saat itu Nabi Saw. masih tetap bertopang pada
pelepah kurmanya seraya berdiri. Ibnu Mas'ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi
Saw. sedang menerima wahyu. Setelah itu Nabi Saw. membacakan firman yang baru
diturunkan itu, yakni: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,
"Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan
melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Maka berkatalah sebagian dari mereka
kepada sebagian yang lain, "Telah kami katakan kepada kalian, janganlah
kalian bertanya kepadanya."
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang
sama.
Menurut lafaz Imam Bukhari
sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a., disebutkan
bahwa ketika kami sedang berjalan bersama dengan Rasulullah Saw. di sebuah
lahan pertanian — saat itu Rasulullah Saw. berjalan dengan memegang pelepah
kurma sebagai tongkatnya maka bersualah beliau dengan orang-orang Yahudi.
Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Tanyailah dia
tentang roh." Salah seorang dari mereka berkata, "Apa perlunya kalian
dengan dia?" Sebagian yang lainnya mengatakan, "Jangan sampai dia menghadapi
kalian dengan sesuatu yang kalian tidak menyukainya." Mereka berkata,
"Tanyailah dia tentang roh." Akhirnya mereka menanyai Nabi Saw.
tentang roh. Tetapi Nabi Saw. diam, tidak menjawab sepatah kata pun terhadap
mereka. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Saya menyadari bahwa beliau Saw. sedang
menerima wahyu, maka saya diam di tempat." Setelah wahyu selesai, Nabi
Saw. membacakannya, yaitu firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Al-Isra: 85),
hingga akhir ayat.
Konteks ayat ini jelas
menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah, diturunkan ketika orang-orang
Yahudi menanyakan kepadanya tentang roh, sekalipun surat ini adalah surat
Makiyyah.
Sebagai jawabannya dapat
dikatakan bahwa barangkali ayat ini diturunkan di Madinah untuk yang kedua
kalinya, sebelumnya memang ayat ini pernah diturunkan di Mekah. Atau barangkali
makna yang dimaksud dari hadis di atas bahwa Nabi Saw. menjawab pertanyaan
mereka dengan membacakan ayat ini yang telah diturunkan sebelumnya, yaitu
firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85),
hingga akhir ayat.
Dan yang menunjukkan bahwa ayat
tersebut diturunkan kepada Nabi Saw. di Mekah, ialah apa yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam salah satu hadis yang diketengahkannya.
Ia mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria, dari
Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy
pernah mengatakan kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu
pertanyaan yang akan kami ajukan kepada lelaki ini." Orang-orang Yahudi
menjawab, "Tanyailah dia tentang roh." Lalu orang-orang Quraisy
bertanya kepada Nabi Saw. tentang masalah roh. Maka turunlah firman-Nya: Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.” (Al-Isra:
85) Orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi pengetahuan yang banyak,
kami telah diberi kitab Taurat; dan barang siapa yang diberi kitab Taurat,
sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu. (Al-Kahfi:
109), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan
dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari Daud, dari Ikrimah yang
mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh, maka
Allah menurunkan firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra:
85), hingga akhir ayat. Mereka mengatakan, "Kamu menduga bahwa tidaklah
kami diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab
Taurat, dan kitab Taurat itu adalah hikmah." Mereka bermaksud seperti apa
yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang siapa yang diberi hikmah,
sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. (Al-Baqarah: 269) Maka Allah
menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). (Luqman:
27), hingga akhir ayat. Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang
telah diberikan kepada kalian yang membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari
neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah pemberian yang banyak lagi
baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit.
Muhammad Ibnu Ishaq telah
meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu Yasar yang mengatakan
bahwa ayat berikut ini diturunkan di Mekah, yaitu firman-Nya: dan tidaklah
kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Al- Isra: 85) Ketika
Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, orang-orang alim Yahudi datang kepadanya
dan bertanya, "Hai Muhammad, telah sampai kepada kami berita yang
mengatakan bahwa engkau telah mengatakan: 'dan tidaklah kalian diberi pengetahuan
melainkan sedikit.' (Al-Isra: 85) Apakah yang engkau maksudkan adalah kami,
ataukah kaummu sendiri?" Rasulullah Saw. menjawab, "Saya bermaksud
kepada semuanya." Mereka berkata, "Sesungguhnya engkau telah
membaca tentang kami, bahwa kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya
terdapat penjelasan segala sesuatu." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal
itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit, dan sesungguhnya Allah telah
mendatangkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, tentulah
kalian beroleh manfaat (yang banyak). Dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman: 27)
Para ulama berbeda pendapat
tentang yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini, seperti keterangan berikut:
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa makna
yang dimaksud dengan roh ialah arwah Bani Adam.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. (Al-Isra: 85), hingga akhir ayat. Demikian itu terjadi ketika
orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Saw. tentang roh. Mereka mengatakan,
"Ceritakanlah kepada kami tentang roh. Bagaimanakah roh yang ada di dalam
jasad disiksa, padahal sesungguhnya roh itu berasal dari Allah?" Saat itu
belum pernah ada suatu wahyu pun yang diturunkan kepada Nabi Saw. mengenainya,
maka Nabi Saw. tidak menjawab sepatah kata pun. Kemudian datanglah Malaikat
Jibril dan menyampaikan wahyu kepadanya, yaitu firman Allah Swt.: Katakanlah,
"Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan
melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) Kemudian Nabi Saw. menyampaikan wahyu itu
kepada mereka (orang-orang Yahudi), dan mereka mengatakan, "Siapakah yang
menyampaikan hal itu kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Jibril telah
datang kepadaku menyampaikannya dari sisi Tuhanku." Mereka menjawab
Nabi Saw., "Demi Allah, tiada yang mengatakannya kepadamu melainkan musuh
kami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Barang siapa
yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke
dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang
sebelumnya. (Al-Baqarah: 97)
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah Malaikat Jibril. Demikianlah menurut
Qatadah, dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas menyembunyikan makna yang
dimaksud dari ayat ini.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat yang sangat besar, yang
besarnya sama dengan semua makhluk Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra: 85) bahwa yang dimaksud dengan roh
dalam ayat ini ialah malaikat.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عُرْس الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ رِزْقٍ أَبُو هُرَيْرَةَ
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا عَطَاءٍ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا، لَوْ قِيلَ
لَهُ: الْتَقِمِ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرَضِينَ بِلَقْمَةٍ وَاحِدَةٍ،
لَفَعَلَ، تَسْبِيحُهُ: سُبْحَانَكَ حَيْثُ كُنْتَ"
Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Ars Al-Masri, telah
menceritakan kepada kami Wahb ibnu Rauq ibnu Hubairah, telah menceritakan
kepada kami Bisyr ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah
menceritakan kepada kami Ata, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
ia penah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai
seorang malaikat, kalau sekiranya diperintahkan kepadanya, "Telanlah
langit tujuh lapis dan bumi (tujuh lapis) dengan sekali telan, "
tentulah ia dapat melakukannya (karena tubuhnya yang sangat besar). Bacaan
tasbihnya ialah, "Mahasuci Engkau yang layak dengan kesucian-Mu.”
Hadis ini berpredikat garib, bahkan
dapat dikatakan berpredikat munkar.
Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepadaku
Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abu Marwan Yazid ibnu Samurah, dari orang
yang menceritakan kepadanya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan
makna firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. (Al-Isra:
85) Ali r.a. mengatakan bahwa roh adalah malaikat yang mempunyai tujuh puluh
ribu muka, tiap-tiap muka mempunyai tujuh puluh ribu lisan, dan tiap-tiap
lisan dapat mengucapkan seribu bahasa, Ia bertasbih kepada Allah dengan memakai
semua bahasa itu. Allah menciptakan seorang malaikat dari tiap tasbih yang diucapkannya,
lalu malaikat itu terbang bersama malaikat lainnya hingga hari kiamat. Asar ini
garib lagi aneh.
As-Suhaili mengatakan, telah
diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah mengatakan, "Roh adalah malaikat
yang mempunyai seratus ribu kepala, tiap kepala mempunyai seratus ribu wajah,
tiap wajah mempunyai seratus ribu mulut, dan setiap mulut mempunyai seratus
ribu lisan; semuanya bertasbih menyucikan Allah dengan berbagai macam bahasa.
As- Suhaili mengatakan bahwa
menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan roh ialah segolongan malaikat yang
rupanya seperti manusia. Menurut pendapat lainnya lagi, roh adalah segolongan
malaikat yang dapat melihat malaikat lainnya, tetapi para malaikat tidak dapat
melihat mereka. Mereka sama halnya dengan malaikat bagi manusia (yakni tidak
terlihat).
*******************
Firman Allah Swt.:
{قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي}
Katakanlah, "Roh itu
termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85)
Artinya, hanya Allah sajalah
yang mengetahuinya; dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui
oleh-Nya, tidak untuk kalian. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا
قَلِيلا}
dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit. (Al-Isra: 85)
Yakni apa yang diperlihatkan-Nya
kepada kalian dari pengetahuan-Nya tiada lain hanyalah sedikit saja, karena
sesungguhnya tiada seorang pun yang menguasai sesuatu dari pengetahuan-Nya
melainkan menurut apa yang dikehendaki-Nya. Mahasuci lagi Mahatinggi Dia. Makna
yang dimaksud ialah sesungguhnya pengetahuan kalian amatlah sedikit bila dibandingkan
dengan pengetahuan Allah. Dan apa yang kalian tanyakan tentang roh, hal ini
merupakan suatu perkara yang hanya diketahui oleh-Nya. Dia tidak
memperlihatkannya kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memperlihatkan kepada
kalian dari sebagian pengetahuannya melainkan hanya sedikit saja.
Dalam kisah Musa dan Khidir akan
disebutkan bahwa Khidir memandang ke arah seekor burung pipit yang hinggap di
pinggir perahu yang dinaiki keduanya, lalu burung pipit itu minum seteguk air
dari sungai (laut) itu dengan paruhnya. Maka Khidir berkata, "Hai Musa,
tiadalah pengetahuanku dan pengetahuanmu serta pengetahuan semua makhluk bila
dibandingkan dengan pengetahuan Allah, melainkan sama halnya dengan apa yang
diambil oleh burung pipit ini dari laut itu dengan laut itu sendiri." Atau
hal lainnya yang semakna. Karena itulah disebutkan pada akhir ayat ini oleh
firman-Nya:
{وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا
قَلِيلا}
dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit. (Al-Isra: 85)
As-Suhaili mengatakan, sebagian
ulama mengatakan bahwa Allah tidak menjawab pertanyaan mereka karena mereka
mengajukan pertanyaannya dengan nada ingkar. Menurut pendapat yang lainnya lagi
Allah Swt. menjawabnya.
As-Suhaili mengemukakan alasannya,
bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Katakanlah, "Roh itu
termasuk urusan Tuhanku." (Al-Isra: 85) Yakni termasuk sebagian dari
syariat-Nya. Dengan kata lain, masuklah kalian ke dalam agama-Nya, karena
sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa tiada jalan untuk mengetahui
masalah ini melalui keahlian ataupun filsafat. Sesungguhnya pengetahuan
mengenainya hanya dapat diperoleh melalui syariat-Nya. Akan tetapi, alasan yang
dikemukakan oleh As-Suhaili dan pandangannya ini masih perlu dipertimbangkan
kebenarannya.
Kemudian As- suhaili mengatakan
bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama terjadi pula sehubungan dengan
definisi roh. Ada yang mengatakan bahwa roh itu adalah jiwa, ada pula yang
mengatakan selain itu. Hanya As-Suhaili pada akhirnya menyimpulkan bahwa roh
itu adalah suatu zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh tubuh
bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
As-Suhaili menyimpulkan pula
bahwa roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam janin adalah jiwa, tetapi
dengan syarat bahwa penggabungan roh tersebut dengan tubuh menimbulkan reaksi
munculnya sifat-sifat yang terpuji atau sifat-sifat yang tercela. Oleh karena
itu, jiwa itu ada yang diberi nama jiwa yang tenang (baik) atau jiwa yang labil
yang selalu memerintahkan kepada keburukan.
As-Suhaili melanjutkan
analisisnya, bahwa hal itu terjadi seperti halnya air yang menjadi kehidupan
bagi pohon; kemudian setelah air itu menyatu dengan pohon, maka menghasilkan
nama (istilah) tersendiri. Dengan kata lain, apabila air berada di dalam buah
anggur, lalu diperas, maka air yang dihasilkan darinya dinamakan minuman
perasan anggur atau dapat pula dijadikan sebagai khamr. Dalam keadaan seperti
itu ia tidak dapat dikatakan sebagai air, melainkan dalam ungkapan kiasan.
Jiwa tidak dapat pula dikatakan
sebagai roh, melainkan melalui ungkapan kiasan; sebagaimana tidak dapat pula
dikatakan bahwa roh adalah jiwa, melainkan berdasarkan pertimbangan
kausalitasnya.
Kesimpulan dari apa yang telah
kami kemukakan ialah bahwa sesungguhnya roh itu adalah asal-usul jiwa. Jiwa
adalah terbentuk akibat menyatunya roh dengan tubuh. Dengan demikian, istilah
roh hanyalah dipandang dari salah satu aspeknya saja, bukan dari semua
aspeknya.
Hal ini merupakan pendapat yang
cukup baik.
Menurut kami, banyak kalangan
ulama yang membahas masalah roh, yakni tentang hakikat roh dan ciri-ciri
khasnya. Mereka menulis kitab-kitab yang menerangkan tentang masalah ini;
diantaranya tulisan yang terbaik mengenai masalah ini dibuat oleh Al-Hafiz ibnu
Mandah di dalam kitabnya yang berjudul Sami'nahu fir Ruhi.
Al-Isra, ayat 86-89
{وَلَئِنْ شِئْنَا
لَنَذْهَبَنَّ بِالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِ
عَلَيْنَا وَكِيلا (86) إِلا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّ فَضْلَهُ كَانَ عَلَيْكَ
كَبِيرًا (87) قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا
بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88) وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ
كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا (89) } .
Dan
sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu; dan dengan pelenyapan itu kamu tidak akan mendapatkan
seorang pembela pun terhadap kamu, kecuali karena rahmat dari Tuhanmu.
Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar. Katakanlah, "Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." Dan sesungguhnya Kami
telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini tiap-tiap macam
perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai, melainkan
mengingkarinya).
Allah Swt. menyebutkan nikmat
dan karunia-Nya yang besar yang telah Dia limpahkan kepada hamba dan Rasul-Nya,
yaitu melalui Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya yang tidak dapat kepadanya
kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan
Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.
Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan
bahwa diakhir zaman kelak akan bertiup angin merah melanda manusia dari arah
negeri Syam maka setelah itu tiada satu ayat pun dalam mushaf seseorang
atau dalam hatinya melainkan terhapus semuanya. Kemudian sahabat Ibnu Mas'ud
r.a. membacakan friman-Nya: Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya
Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu. (Al-Isra: 86),
hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt.
mengisyaratkan tentang kemuliaan yang dimiliki oleh Al-Qur'an. Untuk itu Allah
Swt. memberitahukan bahwa seandainya seluruh manusia dan jin berkumpul, lalu
mereka sepakat akan membuat hal yang semisal dengan kitab yang diturunkan-Nya
kepada Rasul-Nya niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya untuk
selama-lamanya, sekalipun mereka saling membantu dan menolong di antara sesama
mereka. Karena sesungguhnya hal ini merupakan suatu perkara yang mustahil
dapat mereka lakukan, karena jelas tidak ada keserupaan antara perkataan
makhluk dan kalam Tuhan Yang Maha Pencipta yang tiada persamaan, tiada yang
semisal dan tiada yang setara dengan Dia.
Muhammad ibnu Ishaq telah
meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id ibnu Jubair atau
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan
orang dari kaum Yahudi. Mereka datang kepada Rasulullah Saw., lalu mengatakan,
"Sesungguhnya kami dapat mendatangkan hal yang semisal dengan apa yang
engkau sampaikan (yakni Al-Qur'an)." Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Riwayat ini masih perlu
dipertimbangkan kebenarannya, mengingat ayat ini termaktub di dalam surat
Makiyyah dan seluruh konteksnya ber
kaitan dengan orang-orang
Quraisy, sedangkan orang-orang Yahudi baru bersua dengan Nabi Saw. setelah
beliau berada di Madinah.
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا
الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ}
Dan sesungguhnya kami telah
mengulang-ulang kepada manusia. (Al-Isra: 89),
hingga akhir ayat.
Yakni Kami jelaskan kepada
mereka hujah-hujah dan bukti-bukti yang pasti dan jelas, dan Kami telah
menerangkan kepada mereka perkara yang hak dengan keterangan yang terperinci
lagi jelas. Akan tetapi, sekalipun demikian:
{فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}
sebagian besar manusia tidak
menyukai, melainkan mengingkarinya. (Al-Isra: 89)
Yakni mereka tetap ingkar kepada
perkara yang hak dan menentang perkara yang benar.
Al-Isra, ayat 90-93
{وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ
لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ
جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأنْهَارَ خِلالَهَا تَفْجِيرًا (91)
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ
بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ
أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنزلَ عَلَيْنَا
كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا (93)
}
Dan mereka
berkata, "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan
mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan
anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun itu yang deras
alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana
kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka
dengan kami, atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke
langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu
turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca.” Katakanlah, "Mahasuci
Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Bukair, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan
kepadaku seorang syekh (guru) dari kalangan ulama Mesir yang telah bermukim
bersama kami sejak empat puluh tahun lebih, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
bahwa Atabah, Syaibah (keduanya anak Rabi'ah), Abu Sufyan ibnu Harb —seorang
lelaki dari Bani Abdud Dar— dan Abul Buhturi (keduanya saudara Banil Asad),
Al-Aswad ibnul Muftalib ibnu Asad, Zam'ah ibnul Aswad, Al-Walid ibnul Mugirah,
Abu Jahal ibnu Hisyam, Abdullah ibnu Abu Umayyah, Umayyah ibnu Khalaf, Al-As
ibnu Wail, Nabih dan Munabbih (keduanya anak Al-Hajjaj As-Sahmi), semuanya
berkumpul atau termasuk di antara mereka yang ada dalam perkumpulan itu. Mereka
berkumpul sesudah matahari terbenam di atas Ka'bah. Sebagain dari mereka
berkata kepada sebagian yang lain, "Kirimkanlah utusan kepada Muhammad
untuk mengundangnya agar kita dapat berbicara dan berdebat dengannya hingga ia
mengemukakan alasan yang sebenarnya." Lalu mereka mengirimkan utusannya,
dan si utusan menyampaikan kepada Nabi Saw., "Para pemuka kaummu telah
mengadakan pertemuan untuk melakukan pembicaraan denganmu." Maka
Rasulullah Saw. datang dengan segera seraya menduga bahwa barangkali mereka telah
sadar akan perkara yang dibawanya. Sebelum itu Nabi Saw. sangat menginginkan
agar mereka mendapat petunjuk, karena dengan masuk Islamnya mereka maka akan
bertambah kuatlah agamanya. Setelah Nabi Saw. sampai kepada mereka, lalu Nabi
Saw. duduk. Dan mereka berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya kami telah
mengirim utusan kami kepadamu untuk mengetahui alasanmu yang sebenarnya. Dan
sesungguhnya kami, demi Allah, sepengetahuan kami engkau adalah seorang lelaki
dari kalangan bangsa Arab yang memasukkan agama baru kepada kaumnya, dan engkau
telah mencaci-maki nenek moyang, mencela agamanya, dan menilainya kurang
berakal, juga mencela sesembahan-sesembahan kami dan memecahkan persatuan.
Sehingga tiada suatu hal buruk pun melainkan kamu telah melakukannya di antara
kami dan kamu. Jika engkau mendatangkan Al-Qur'an itu karena ingin mencari
harta, maka kami sanggup mengumpulkan harta dari harta kami buatmu, sehingga
kamu menjadi orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Dan jika engkau
melakukan hal tersebut hanya untuk mencari kedudukan di kalangan kami, kami
sanggup menjadikanmu sebagai penghulu (pemimpin) kami. Dan jika engkau
berkeinginan menjadi seorang raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja
kami. Dan jika perkataan yang datang kepadamu (yakni Al-Qur'an) lalu kamu
sampaikan itu berasal dari jin yang menguasai dirimu — mereka menamakan jin
yang suka merasuki orang dengan sebutan ri’yun —, maka kami
sanggup membelanjakan harta kami untuk mencari tabib yang dapat menyembuhkan
dirimu dari gangguannya, atau kami memaafkanmu jika kami tidak sanggup
menyembuhkanmu dan memaklumimu."
Maka Rasulullah Saw. menjawab
melalui sabdanya:
"مَا بِي مَا تَقُولُونَ، مَا جِئْتُكُمْ بِمَا جِئْتُكُمْ
بِهِ أَطْلُبُ أَمْوَالَكُمْ، وَلَا الشَّرَفَ فِيكُمْ، وَلَا الْمُلْكَ عَلَيْكُمْ،
وَلَكِنْ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ رَسُولًا وَأَنْزَلَ عَلَيَّ كِتَابًا، وَأَمَرَنِي
أَنْ أَكُونَ لَكُمْ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، فَبَلَّغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي،
وَنَصَحْتُ لَكُمْ، فَإِنْ تَقْبَلُوا مِنِّي مَا جِئْتُكُمْ بِهِ، فَهُوَ
حَظُّكُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَإِنْ تَرُدُّوهُ عَلَيَّ أَصْبِرْ
لِأَمْرِ اللَّهِ، حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ"
Apa yang kalian katakan itu
tidak ada pada diriku. Dan tidaklah aku menyampaikan kepada kalian apa yang
aku sampaikan ini untuk mencari harta kalian, tidak pula mencari kedudukan di
antara kalian, serta tidak pula ingin menjadi raja atas kalian, melainkan Allah
telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul. Dia telah menurunkan
kepadaku sebuah Kitab (Al-Qur'an), dan
memerintahkan kepadaku agar menjadi pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan kepada kalian. Maka aku sampaikan semua risalah Tuhanku kepada
kalian dan aku menasihatkan hal yang baik bagi kalian. Jika kalian mau menerima
apa yang aku sampaikan kepada kalian, maka kalian menjadi orang-orang yang
beruntung di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya, aku tetap bersabar
menjalankan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan-Nya antara aku
dan kalian.
Demikianlah jawaban yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada mereka atau dengan ungkapan yang
semakna.
Mereka mengatakan, "Hai
Muhammad, jika engkau tidak mau menerima apa yang kami tawarkan kepadamu, maka
sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa tiada seorang manusia pun yang
negerinya lebih sempit daripada negeri kami dan hartanya lebih sedikit daripada
harta kami serta penghidupannya lebih keras daripada kami. Oleh karena itu,
mintalah kepada Tuhanmu yang telah mengutusmu untuk menyampaikan risalah-Nya,
hendaknyalah Dia menyingkirkan (menghilangkan) bukit-bukit yang menyempitkan
negeri kami ini. Dan hendaknyalah Dia meluaskan negeri kami serta memancarkan
padanya sungai-sungai seperti sungai-sungai yang terdapat di negeri Syam dan
negeri Irak. Dan hendaknyalah Dia membangkitkan (menghidupkan) kembali nenek
moyang kami, yang antara lain ialah Qusay ibnu Kilah, karena sesungguhnya
beliau adalah seorang syekh yang selalu berkata jujur. Maka kami akan menanyai
mereka tentang apa yang kamu sampaikan ini, apakah benar ataukah batil? Jika
engkau dapat melakukan apa yang kami minta, barulah kami dapat mempercayaimu
dan membenarkanmu serta mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, bahwa Dia benar
telah mengutusmu sebagai seorang rasul, seperti yang kamu akui itu."
Rasulullah Saw. menjawab mereka
melalui sabdanya:
"مَا بِهَذَا
بُعِثْتُ، إِنَّمَا جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ بِمَا بَعَثَنِي بِهِ، فَقَدْ
بَلَّغْتُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ، فَإِنْ تَقْبَلُوهُ فَهُوَ حَظُّكُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَإِنْ تَرُدُّوهُ عَلَيَّ أَصْبِرْ لِأَمْرِ الله، حتى
يحكم اللَّهُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ".
Saya diutus bukan untuk hal
itu, sesungguhnya saya hanya sebagai juru penyampai kepada kalian dari sisi
Allah tentang apa yang diutuskan-Nya kepadaku untuk menyampaikannya. Dan
sesungguhnya saya telah menyampaikan apa yang diutuskan-Nya kepadaku untuk
menyampaikannya kepada kalian. Maka jika kalian mau menerimanya, hal itu
merupakan keberuntungan bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian
menolaknya serta mengembalikannya kepadaku, maka saya tetap akan bersabar
menjalankan perintah Allah, hingga Allah memberikan keputusan antara saya dan
kalian.
Mereka berkata, "Jika kamu
tidak dapat melakukan hal itu buat kami, maka buatlah bukti untuk dirimu
sendiri. Untuk itu, mintalah kepada Tuhanmu agar Dia mengirimkan kepadamu
malaikat yang akan membenarkan apa yang kamu katakan dan kami dapat
menanyainya tentang perihal kamu. Dan mintalah kepada Tuhanmu agar Dia
menjadikan bagimu taman-taman, perbendaharaan-perbendaharaan, dan gedung-gedung
dari emas dan perak, agar kamu menjadi orang yang berkecukupan hingga tidak
memerlukan apa yang kami tawarkan kepadamu. Karena sesungguhnya kamu biasa
berdiri di pasar-pasar dan mencari penghidupan sebagaimana kami mencarinya.
Dengan demikian, maka kami dapat mengetahui keutamaan kedudukanmu di sisi Tuhanmu,
jika engkau benar seorang rasul seperti apa yang kamu akui itu."
Rasulullah Saw. menjawab mereka
melalui sabdanya:
"مَا أَنَا بِفَاعِلٍ، مَا أَنَا بِالَّذِي يَسْأَلُ رَبَّهُ
هَذَا، وَمَا بُعِثْتُ إِلَيْكُمْ بِهَذَا، وَلَكِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي بَشِيرًا
وَنَذِيرًا، فَإِنْ تَقْبَلُوا مَا جِئْتُكُمْ بِهِ فَهُوَ حَظُّكُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَإِنْ تَرُدُّوهُ عَلَيَّ أَصْبِرْ لِأَمْرِ اللَّهِ
حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ".
Aku tidak akan melakukannya
dan aku tidak akan memintanya kepada Tuhanku. Aku diutus kepada kalian bukanlah
untuk itu, tetapi Allah mengutusku sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan. Jika kalian mau menerimanya, maka itulah keberuntungan kalian di
dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya dan mengembalikannya kepadaku,
maka aku tetap akan bersabar dalam menjalankan perintah Allah, hingga Dia
memberi keputusan di antara aku dan kalian.
Mereka berkata, "Kalau
demikian, runtuhkanlah langit; karena menurut dugaanmu jika Tuhanmu menghendaki
sesuatu, Dia dapat melakukannya. Dan kami tetap tidak mau beriman kepadamu
kecuali jika kamu melakukan hal itu."
Rasulullah Saw. menjawab mereka
melalui sabdanya:
"ذَلِكَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ فَعَلَ بِكُمْ
ذَلِكَ".
Demikian itu terserah kepada
Allah; jika Dia berkehendak, tentu dapat melakukannya buat kalian.
Mereka berkata, "Hai
Muhammad, tidakkah Tuhanmu mengetahui bahwa kami akan berkumpul denganmu dalam
suatu majelis, lalu kami menanyakan banyak hal kepadamu dan memintamu untuk
membuktikan apa yang kami minta? Maka Dia datang kepadamu dan mengajarkan
kepadamu jawaban dari apa yang kami lontarkan kepadamu, dan Dia memberitahukan
kepadamu apa yang sebaiknya kamu lakukan terhadap kami dalam hal ini jika kami
tidak mau menerima apa yang kamu sampaikan kepada kami. Sesungguhnya telah
sampai suatu berita kepada kami bahwa sesungguhnya yang mengajarkan kepadamu
itu sama dengan apa yang diajarkan kepada seorang lelaki dari negeri Yamamah
yang dikenal dengan nama Ar-Rahman (yakni Musailamah Al-Kazzab). Dan sesungguhnya,
demi Allah, kami tidak percaya kepada Ar-Rahman selamanya. Karena itulah kami
memaafkan keadaanmu itu, hai Muhammad. Ingatlah, demi Allah, kami tidak akan
membiarkanmu, apa yang kamu lakukan itu terhadap eksistensi kami akan membuat
kami membinasakanmu atau kamu membinasakan kami."
Salah seorang dari mereka
mengatakan, "Kami menyembah malaikat-malaikat, mereka adalah anak-anak
perempuan Allah." Dan yang lainnya mengatakan, "Kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum engkau mendatangkan Allah dan para malaikat
berhadapan dengan kami."
Setelah mendengar ucapan mereka
yang demikian itu, maka Rasulullah Saw. pergi meninggalkan mereka. Kepergian
beliau diiringi oleh Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ibnu Abdullah
ibnu Umar ibnu Makhzum, anak bibi Rasulullah Saw., yaitu Atikah binti Abdul
Muttalib.
Abdullah ibnu Abu Umayyah
mengatakan, "Hai Muhammad, kaummu telah menawarkan kepadamu
tawaran-tawaran tersebut, tetapi kamu tidak mau menerimanya dari mereka.
Kemudian mereka meminta bukti darimu buat mereka, yaitu beberapa hal, agar
dengannya mereka mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, tetapi kamu tidak mau
melakukannya pula. Lalu mereka meminta kepadamu agar mendatangkan suatu azab
yang dengannya kamu dapat membuat mereka takut. Demi Allah, saya tidak akan
beriman kepadamu sebelum kamu mendatangkan sebuah tangga, lalu kamu naik ke
langit, sedangkan saya melihatmu sampai di langit; kemudian kamu turun lagi
dengan membawa sebuah kitab yang terbuka dengan diiringi oleh empat malaikat
yang mempersaksikan bahwa kamu benar seperti apa yang kamu katakan. Demi Allah,
seandainya kamu dapat melakukan hal tersebut, saya yakin bahwa diri saya masih
belum mau membenarkanmu."
Kemudian Abdullah ibnu Abu
Umayyah pergi meninggalkan Rasulullah Saw. Rasul pun pulang ke rumah
keluarganya dalam keadaan bersedih hati lagi kecewa, karena apa yang ia
harapkan dari kaumnya agar masuk Islam di saat ia menyeru mereka tidak
terkabulkan, bahkan mereka bersikap menjauhinya.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ziyad ibnu Abdullah Al-Buka-i, dari Ibnu Ishaq, bahwa telah menceritakan
kepadaku sebagian ahlul 'ilmi, dari Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah, dari
Ibnu Abbas. Lalu diketengahkan hadis yang semisal.
Pertemuan yang mereka adakan
bersama Nabi Saw. itu, seandainya menurut pengetahuan Allah mereka meminta hal
itu kepada Nabi Saw. dengan permintaan memohon petunjuk, tentulah apa yang
mereka minta itu diperkenankan oleh-Nya. Akan tetapi, Allah telah mengetahui
bahwa sesungguhnya mereka meminta hal itu karena dorongan ingkar dan kekafiran
mereka terhadap Nabi Saw. Maka Allah berfirman kepada Nabi-Nya; "Jika
engkau menginginkan agar Kami memberi mereka, tentulah Kami akan memberi mereka
apa yang dimintanya. Tetapi jika mereka masih tetap ingkar sesudahnya, maka Aku
akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Aku timpakan kepada seorang
pun dari kalangan umat manusia. Dan jika engkau menginginkan agar Aku
membukakan bagi mereka pintu tobat dan pintu rahmat, maka Aku akan melakukannya."
Maka Nabi Saw. berkata:
"بَلْ تَفْتَحُ عَلَيْهِمْ بَابَ التَّوْبَةِ
وَالرَّحْمَةِ"
Tidak, bahkan bukakanlah bagi
mereka pintu tobat dan pintu rahmat-(Mu).
Hal ini sama dengan apa yang
telah disebutkan di dalam dua hadis yang masing-masing diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas dan Az-Zubair ibnul Awwam, yaitu dalam tafsir firman-Nya:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ
إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً
فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}
Dan sekali-kali tidak ada
yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu)
tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah
didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta
betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka
menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan
untuk menakuti. (Al-Isra: 59)
Dan dalam ayat lain disebutkan
oleh firman-Nya:
{وَقَالُوا مَا لِهَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ
الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ
مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ
مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا انْظُرْ
كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا تَبَارَكَ
الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا بَلْ كَذَّبُوا بِالسَّاعَةِ
وَأَعْتَدْنَا لِمَنْ كَذَّبَ بِالسَّاعَةِ سَعِيرًا}
Dan mereka berkata,
"Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa
tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan
peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa
tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada
kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan
orang-orang yang zalim itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah
mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” Perhatikanlah bagaimana mereka
membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka
tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Mahasuci
(Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang
lebih baik dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu
istana-istana. Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan
neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan:
7-11)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ
يَنْبُوعًا}
hingga kamu memancarkan mata
air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90)
Yanbu' artinya mata air yang airnya mengalir. Mereka meminta kepada Nabi
Saw. agar beliau mengalirkan banyak mata air buat mereka di berbagai kawasan
negeri Hijaz, tempat tinggal mereka. Hal tersebut amatlah mudah bagi Allah
Swt.; jika Dia menghendaki, niscaya Dia dapat membuatnya dan dapat memenuhi
segala sesuatu yang mereka minta dan mereka tuntut kepada Nabi Saw. untuk
mengadakannya. Tetapi Allah mengetahui bahwa mereka tetap tidak akan beroleh
petunjuk, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا
الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun
datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab
yang pedih. (Yunus: 96-97)
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا
إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ
شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan
malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan
mereka, dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman. (Al-An'am:
111), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt. :
{أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ}
atau kamu jatuhkan langit
berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan. (Al-Isra: 92)
Yakni engkau telah mengancam
kami bahwa kelak di hari kiamat langit akan berbelah, lemah, dan bergayutan
pinggir-pinggirnya. Maka segerakanlah terjadinya peristiwa itu di dunia ini,
dan runtuhkanlah langit berkeping-keping atas kami. Makna ayat ini sama dengan
apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ
مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ} الْآيَةَ
Ya Allah jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka
hujanilah kami dengan batu dari langit. (Al-Anfal: 32), hingga akhir ayat.
Hal yang sama pernah dimintakan
oleh kaum Nabi Syu'aib kepada nabi mereka, seperti yang disitir oleh Allah Swt.
dari perkataan mereka melalui firman-Nya:
{أَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ
السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}
Maka jatuhkanlah atas kami
gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Asy-Syu'ara: 187)
Maka Allah mengazab mereka di
hari yang penuh dengan awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang
besar. Lain halnya dengan Nabi pembawa rahmat yang juga Nabi Tobat yang diutus
oleh Allah sebagai rahmat buat semesta alam, maka ia memohon kepada Tuhannya
agar Dia menangguhkan mereka, dengan harapan mudah-mudahan Allah mengeluarkan
dari keturunan mereka orang-orang yang mau menyembaji-Nya dan tidak
mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun. Dan memang harapan itu menjadi
kenyataan, karena sesungguhnya dari mereka lahirlah orang-orang yang masuk
Islam, lalu berbuat baik dalam Islamnya; sehingga Abdullah ibnu Abu Umayyah
yang disebutkan di atas mengikuti Nabi Saw. dan mengucapkan kata-kata tersebut
kepadanya, pada akhirnya ia masuk Islam juga dengan sempurna dan bertobat kepada
Allah Swt.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ}
Atau kamu mempunyai sebuah
rumah dari emas. (Al-Isra: 93)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah
mengatakan bahwa makna zukhruf ialah emas. Hal yang sama disebutkan di dalam
qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud, ia membacanya dengan bacaan berikut:
"Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas", dengan menyebutkan
lafaz Zahab sebagai ganti dari zukhruf.
{أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ}
atau kamu naik ke langit. (Al-Isra: 93)
Maksudnya, kamu naik ke langit
dengan memakai tangga itu, sedangkan kami menyaksikannya.
{وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنزلَ
عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ}
Dan kami sekali-kali tidak
akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab
yang kami baca. (Al-Isra: 93)
Mujahid mengatakan bahwa makna
yang dimaksud ialah sebuah kitab yang tercatat di dalam lembaran-lembarannya
buat tiap-tiap orang dari kami, misalnya tertera di dalamnya bahwa ini adalah
surat dari Allah buat si anu atau si Fulan, kemudian pada keesokkan harinya
surat tersebut telah ada di atas kepalanya.
Firman Allah Swt.:
{قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا
بَشَرًا رَسُولا}
Katakanlah, "Mahasuci
Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (Al-Isra: 93)
Allah Mahasuci lagi Mahatinggi,
tidaklah pantas bila ada seseorang berani mengatur di hadapan-Nya sesuatu
urusan yang menjadi hak mutlak kekuasaan Allah di kerajaan-Nya. Bahkan Dia
adalah Maha Memperbuat apa yang dikehendaki-Nya; jika Dia menghendakinya,
tentulah Dia memperkenankan apa yang kalian minta itu. Dan jika Dia tidak
menghendakinya, tentulah Dia tidak memperkenankannya bagi kalian. Tiada
seorang pun yang dapat mengatur Allah Swt. dalam urusan-Nya, dan aku ini tiada
lain hanyalah seorang utusan kepada kalian yang diperintahkan untuk
menyampaikan risalah-risalah Tuhanku dan memberi nasihat kepada kalian. Hal itu
telah aku lakukan, sedangkan urusan yang kalian minta itu terserah kepada Allah
Swt.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ
إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ،
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ زَحر، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"عَرَضَ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ لِيَجْعَلَ لِي بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا،
فَقُلْتُ: لَا يَا رَبِّ، وَلَكِنْ أَشْبَعُ يَوْمًا، وَأَجُوعُ يَوْمًا -أَوْ
نَحْوَ ذَلِكَ -فَإِذَا جُعت تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ، وَإِذَا شَبِعْتُ
حَمِدْتُكَ وَشَكَرْتُكَ".
Imam Ahmad ibnu Hambal
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan
kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayub,
dari Ubadillah ibnu Zajar, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah,
dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tuhanku pernah menawarkan kepadaku bahwa
Dia akan menjadikan lembah Mekkah emas buatku, maka aku berkata, "Tidak
wahai Tuhanku, tetapi berilah aku kenyang sehari dan lapar sehari — atau
dengan kalimat yang semakna —. Apabila aku lapar, maka aku memohon kepada-Mu
dengan merendahkan diri dan berzikir menyebut-Mu; dan apabila aku merasa
kenyang, maka aku akan memuji dan bersyukur kepada-Mu.
Imam Turmuzi meriwayatkan dalam
kitab Az-Zuhud dari Suwaid ibnu Nasr, dari Ibnul Mubarak dengan sanad
yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, karena Ali
ibnu Yazid berpredikat daif dalam periwayatan hadis.
Al-Isra, ayat 94-95
{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ
أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ
بَشَرًا رَسُولا (94) قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ يَمْشُونَ
مُطْمَئِنِّينَ لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولا (95) }
Dan tidak
ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk
kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang
manusia menjadi rasul?” Katakanlah, "Kalau seandainya ada
malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami
turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul."
Firman AJlah Swt.:
{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ}
Dan tidak ada sesuatu yang
menghalangi manusia. (Al-Isra: 94)
Yakni sebagian besar dari
mereka.
{أَنْ يُؤْمِنُوا}
untuk beriman. (Al-Isra: 94)
dan mengikuti rasul-rasul Allah,
melainkan karena mereka merasa aneh bila Allah menjadikan rasul utusan-Nya dari
kalangan manusia. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا
إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا}
Patutkah menjadi keheranan
bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka,
"Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang yang
beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhannya.” (Yunus: 2)
{ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ
تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا
فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka (membawa) keterangan-keterangan, lalu mereka berkata,
"Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" (At-Taghabun:
6), hingga akhir ayat.
Juga firman Allah Swt. yang
menceritakan perkataan Fir'aun kepada pembesar-pembesar kaumnya:
{أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا
وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ}
Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga).
padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang
menghambakan diri kepada kita?” (Al-Mu’minun: 47)
Demikian pula umat-umat lainnya
mengatakan hal yang sama terhadap rasul-rasul mereka, seperti yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا
تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا
بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
Kalian tidak lain hanyalah
manusia seperti kami juga. Kalian menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang
kami. Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti nyata. (Ibrahim: 10)
Ayat-ayat yang menceritakan hal
ini cukup banyak jumlahnya, apa yang kami ketengahkan ini hanya sebagian saja.
Selanjutnya Allah Swt.
mengingatkan kepada manusia akan belas kasihan dan rahmat-Nya kepada
hamba-hamba-Nya, bahwa Dia mengutus rasul-Nya kepada mereka dari bangsa dan
jenis mereka sendiri agar mereka dapat memahami dan mengerti apa yang
disampaikan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian, dialog dan pembicaraan antara
mereka dengan utusan Allah akan berlangsung dengan baik. Seandainya Allah
mengutus rasul-Nya dari kalangan malaikat, tentulah mereka tidak akan dapat
bertatap muka dengannya, tidak pula dapat memahaminya. Hal ini semakna dengan
yang disebutkan Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ}
Sesungguhnya Allah telah
memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara
mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. (Ali
Imran: 164)
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ
مِنْ أَنْفُسِكُمْ}
Sesungguhnya telah datang
kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri. (At-Taubah: 128)
{كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ
رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ *
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ}
Sebagaimana Kami telah
mengutus kepada kalian rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian AlKitab dan
Hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui. Karena
itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.
(Al-Baqarah: 151-152)
Karena itulah dalam ayat berikut
ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ
يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ}
Katakanlah, "Kalau
sekiranya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi.”
(Al-Isra: 95)
Yakni sebagaimana kalian
berjalan-jalan di bumi.
{لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ
مَلَكًا رَسُولا}
niscaya Kami turunkan dari
langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul. (Al-Isra: 95)
Yaitu dari jenis malaikat.
Mengingat kalian adalah jenis manusia, maka Kami utuskan rasul Kami kepada
kalian dari kalangan kalian sendiri sebagai kasih sayang dan rahmat dari Allah
buat kalian.
Al-Isra, ayat 96
{قُلْ كَفَى بِاللَّهِ
شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (96)
}
Katakanlah,
"Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
Allah Swt. memberikan petunjuk
kepada Nabi-Nya cara berhujah terhadap kaumnya untuk membuktikan kebenaran apa
yang disampaikannya kepada mereka, bahwa sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan
antara dia dan mereka. Dan Dia Maha Mengetahui semua yang dia sampaikan kepada
mereka, seandainya dia dusta dalam penyampaiannya itu, tentulah Allah akan
menghukumnya dengan hukuman yang keras. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ
الأقَاوِيلِ * لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ * ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ
الْوَتِينَ}
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar
Kami potong urat tali jantungnya. (Al-Haqqah: 44-46)
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا
بَصِيرًا}
Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Isra: 96)
Maksudnya, Dia Maha Mengetahui
siapa di antara mereka yang berhak mendapat nikmat, kebajikan serta petunjuk;
dan siapa yang berhak mendapat kecelakaan, kesesatan, dan keburukan. Karena
itulah dalam ayat berikutnya disebutkan:
Al-Isra, ayat 97
{وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ
فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاءَ مِنْ
دُونِهِ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا
وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا (97) }
Dan barang
siapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa
yang Dia sesatkan, maka sekali-kali kalian tidak akan mendapat
penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan
mereka pada hari kiamat (diseret)
atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka
adalah neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam. Kami
tambah bagi mereka nyalanya.
Allah Swt. menceritakan tentang
pengaturan dan kekuasaan hukumNya terhadap makhluk-Nya, bahwa tiada seorang
pun yang akan mempertanyakan apa yang telah diputuskan-Nya. Barang siapa yang
diberi petunjuk oleh-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan dapat menemukan
seorang penolong pun bagi mereka selain dari Allah Swt. sendiri, yakni yang dapat
memberikan petunjuk kepada mereka dari kese-satannya itu. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}
Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka sekali-kali kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun
yang memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi: 17)
*******************
Firman Allah Swt.:
(وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
وُجُوهِهِمْ)
Dan Kami akan mengumpulkan
mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka
mereka. (Al-Isra: 97)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ نُفَيْع قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُحْشَرُ النَّاسُ
عَلَى وُجُوهِهِمْ؟ قَالَ: "الَّذِي أَمْشَاهُمْ عَلَى أَرْجُلِهِمْ قَادِرٌ
عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُمْ عَلَى وُجُوهِهِمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Ismail,
dari Nafi' yang mengatakan, ia pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan
bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah manusia digiring dengan diseret atas muka mereka (pada hari kiamat
nanti)?" Rasulullah Saw. menjawab: Tuhan yang menjadikan mereka dapat
berjalan dengan kaki mereka, dapat pula membuat mereka berjalan di atas muka mereka.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing.
Imam Ahmad mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Jami' Al-Qurasyi, dari ayahnya,
dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah), dari Huzaifah ibnu Asad yang
mengatakan bahwa sahabat Abu Zar bangkit berdiri, lalu berkata, "Hai Bani
Gifar, janganlah kalian bersumpah, karena sesungguhnya orang yang benar dan
dibenarkan (yakni Nabi Saw.) pernah bercerita kepadaku bahwa manusia itu
digiring (kelak di hari kiamat) menjadi tiga golongan. Segolongan di antara
mereka digiring dengan berkendaraan, mendapat makanan, dan diberi pakaian;
segolongan lagi digiring dengan berjalan kaki, juga sambil berlari-lari; dan
segolongan lainnya diseret oleh para malaikat di atas wajah mereka, lalu
digiring ke neraka. Maka salah seorang di antara mereka bertanya kepada Abu Zar,
"Mengenai kedua golongan tersebut kami sudah memahaminya, lalu bagaimanakah
dengan orang-orang yang digiring dengan berjalan kaki sambil berlari?" Abu
Zar menjawab, "Allah menimpakan penyakit kepada semua kendaraan sehingga
mati semua, tiada seekor hewan kendaraan pun yang bertahan hidup. Sehingga
seseorang yang mempunyai sebuah kebun yang paling disukainya, rela menukarnya
dengan seekor hewan kendaraan untuk tunggangannya, tetapi ia tidak mampu
menaikinya."
*******************
Firman Allah Swt.:
(عُمْيًا)
dalam keadaan buta. (Al-Isra: 97)
Yakni tidak dapat melihat.
(وَبُكْمًا)
dalam keadaan bisu. (Al-Isra: 97)
Yaitu tidak dapat berbicara.
(وَصُمًّا)
dan dalam keadaan tuli. (Al-Isra: 97)
Yakni tidak dapat mendengar.
Keadaan tersebut merupakan
pembalasan bagi mereka atas perbuatan mereka ketika di dunia, karena mereka sewaktu
di dunia bisu, buta, dan tuli; tidak mau membicarakan perkara yang hak, tidak
mau melihat perkara hak, dan tidak mau mendengar perkara hak. Maka di hari
perhimpunan nanti mereka dibalas dengan hal tersebut, padahal saat itu mereka
sangat memerlukannya lebih dari . keperluan mereka sewaktu di dunia.
(مَأْوَاهُمْ)
Tempat kediaman mereka. (Al-Isra: 97)
Yakni tempat kepulangan dan
tempat kembali mereka adalah:
(جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ)
neraka Jahannam, tiap-tiap
kali nyala api Jahannam itu akan padam. (Al-Isra:
97)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa
makna khabat ialah meredup apinya.
Menurut Mujahid, makna yang
dimaksud ialah akan padam nyala apinya.
(زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا)
Kami tambah bagi mereka
nyalanya. (Al-Isra: 97)
Yakni nyala api dan baranya Kami
tambahkan, seperti.yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلا
عَذَابًا}
Karena itu, rasakanlah. Dan
Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian selain dari azab. (An-Naba': 30)
Al-Isra, ayat 98-99
{ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا وَقَالُوا
أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا
(98) أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلا لَا رَيْبَ فِيهِ
فَأَبَى الظَّالِمُونَ إِلا كُفُورًا (99) }
Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada
ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata, "Apakah bila kami telah menjadi
tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan
dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?” Dan apakah mereka tidak memperhatikan
bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan
yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka
yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki
kecuali kekafiran.
Allah
Swt. menyebutkan bahwa Kami bangkitkan mereka dalam keadaan buta, tuli, dan
bisu sebagai pembalasan Kami terhadap mereka yang berhak menerimanya, karena
mereka mendustakan:
(بِآيَاتِنَا)
ayat-ayat
Kami. (Al-Isra: 98)
Yaitu
bukti-bukti dan hujah-hujah Kami, serta mereka tidak percaya dengan adanya
hari berbangkit.
(وَقَالُوا أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا
وَرُفَاتًا)
dan
(karena mereka) berkata,
"Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang
hancur.” (Al-Isra: 98)
Yakni
tulang belulang yang telah hancur luluh menjadi debu.
(أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا)
"Apakah
kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?” (Al-Isra: 98)
Maksudnya,
apakah sesudah diri kami menjadi tulang-belulang yang telah hancur dan rapuh
serta menyatu dengan tanah, lalu kami akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?
Maka
Allah membantah ucapan mereka dengan mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya
yang mampu melakukan hal itu, bahwa Dialah yang telah menciptakan langit dan
bumi. Kekuasaan-Nya untuk mengembalikan mereka menjadi hidup kembali jauh
lebih mudah daripada menciptakan langit dan bumi, seperti yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ أَكْبَرُ
مِنْ خَلْقِ النَّاسِ}
Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)
{أَوَلَمْ
يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ
بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan
langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa
menghidupkan orang-orang mati? (Al-Ahqaf:
33), hingga akhir ayat.
{أَوَلَيْسَ
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ
مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ * إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ
شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Dan
tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang
serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 81-82)
Dan
dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
(أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ)
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan
bumi adalah kuasa (pula)
menciptakan yang serupa dengan mereka. (Al-Isra: 99)
Yakni
pada hari kiamat nanti, Dia mampu mengembalikan tubuh mereka secara utuh dan
menciptakan mereka dengan ciptaan yang baru sebagaimana permulaan Dia
menciptakan mereka.
*******************
Firman
Allah Swt.:
(وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلا لَا رَيْبَ فِيهِ)
dan
telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan
padanya? (Al-Isra: 99)
Artinya,
Allah telah menetapkan bagi kebangkitan mereka dari kuburnya masing-masing
waktu yang ditentukan-Nya, dan pasti akan terjadi. Sebagaimana yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأَجَلٍ مَعْدُودٍ}
Dan
Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)
Adapun
firman Allah Swt.:
(فَأَبَى الظَّالِمُونَ)
Maka
orang-orang yang zalim itu tidak menghendaki. (Al-Isra: 99)
Yakni
sesudah tegaknya hujah atas diri mereka.
(إِلا كُفُورًا)
kecuali
kekafiran. (Al-Isra:
99)
Maksudnya,
kecuali makin bertambah tenggelam ke dalam kebatilan dan kesesatan mereka.
Al-Isra, ayat 100
{قُلْ لَوْ أَنْتُمْ
تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإِنْفَاقِ
وَكَانَ الإِنْسَانُ قَتُورًا (100) }
Katakanlah,
"Kalau seandainya kalian menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan, karena takut
membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.
Allah Swt. berfirman kepada
Rasul-Nya, "Katakanlah kepada mereka, hai Muhammad, 'Seandainya kalian,
hai manusia, memiliki hak ber-tasarruf menggunakan
perbendaharaan-perbendaharaan Allah, niscaya kalian memegangnya erat-erat dan
tidak mau membelanjakannya'."
Ibnu Abbas dan Qatadah
mengatakan bahwa mereka pasti tidak mau membelanjakannya karena takut jatuh
miskin dan kehilangan harta, padahal perbendaharaan Allah tidak akan kosong dan
tidak akan habis-habisnya selama-lamanya. Sikap demikian itu tiada lain karena
watak manusia itu demikian. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
(وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا)
Dan adalah manusia itu sangat
kikir. (Al-Isra: 100)
Ibnu Abbas dan Qatadah
mengatakan, makna yang dimaksud ialah kikir lagi tidak mau memberi. Dalam ayat
yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
{أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا
لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا}
Ataukah ada bagi mereka
bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun
ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada
manusia. (An-Nisa: 53)
Seandainya mereka mendapat
bagian dari kerajaan Allah, niscaya mereka tidak akan mau memberikan sedikit
kebaikan pun kepada seseorang. Allah menyebutkan sifat manusia seperti apa
adanya, yaitu berwatak demikian, kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh
Allah dan mendapat petunjuk dari-Nya. Karena sesungguhnya kikir, terburu-buru,
dan tidak sabar adalah watak pembawaan manusia, sebagaimana yang disebutkan di
dalam firman-Nya:
{إِنَّ الإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا * إِذَا
مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا * وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا * إِلا
الْمُصَلِّينَ}
Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia
berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan salat. (Al-Ma'arij:
19-22)
Ayat-ayat yang semakna banyak di
dapat di dalam Al-Qur'an, dan makna ayat ini secara tidak langsung menunjukkan
kebaikan dan kemurahan serta kebajikan Allah Swt. Di dalam kitab Sahihain disebutkan
seperti berikut:
"يَدُ اللَّهِ مَلْأَى لَا يَغيضُها نَفَقَةٌ، سَحَّاءُ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغض مَا فِي يَمِينِهِ"
Tangan Allah selalu penuh, tidak pernah habis karena dibelanjakan
secara berlimpah di sepanjang malam dan siang hari. Tidaklah kalian lihat apa
yang telah dinafkahkan-Nya sejak Dia menciptakan langit dan bumi? Sesungguhnya
perbendaharaan yang ada di tangan kanan-Nya tidak pernah habis.
Al-Isra, ayat 101 -104
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى
تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ فَاسْأَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ إِذْ جَاءَهُمْ فَقَالَ
لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لأَظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا (101) قَالَ لَقَدْ
عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَائِرَ
وَإِنِّي لأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا (102) فَأَرَادَ أَنْ
يَسْتَفِزَّهُمْ مِنَ الأَرْضِ فَأَغْرَقْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ جَمِيعًا (103)
وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الأَرْضَ فَإِذَا جَاءَ
وَعْدُ الآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا (104) }
Dan
sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang
nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka,
lalu Fir’aun berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa,
seorang yang kena sihir.” Musa menjawab, "Sesungguhnya kamu telah
mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan
Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan
sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir’aun seorang yang akan binasa.” Kemudian
(Fir'aun) hendak mengusir
mereka (Musa dan pengikut-pengikut-nya) dari bumi (Mesir) itu,
maka Kami tenggelamkan dia (Fir'aun) serta orang-orang yang bersama-sama
dia seluruhnya, dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil,
"Diamlah di negeri ini. Maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami
datangkan kalian dalam keadaan bercampur baur (dengan musuh kalian)."
Allah Swt. menceritakan bahwa
Dia telah mengutus Musa dengan membawa sembilan mukjizat yang jelas.
Mukjizat-mukjizat itu merupakan bukti yang akurat yang membenarkan kenabiannya
dan membenarkan apa yang telah dia sampaikan kepada Fir'aun dari Tuhan yang
telah mengutusnya. Mukjizat-mukjizat itu ialah tongkat, tangan, paceklik,
terbelahnya laut, banjir, belalang, kutu, katak, dan darah; semuanya merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah yang membuktikan kebenaran Musa a.s. Demikianlah
menurut Ibnu Abbas. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa mukjizat-mukjizat itu
adalah tangan, tongkat, dan lima mukjizat yang disebutkan di dalam surat
Al-A'raf, kutukan, serta batu. Ibnu Abbas mengatakan pula, juga Mujahid,
Ikrimah, Asy Sya'bi, dan Qatadah, bahwa mukjizat-mukjizat itu ialah tangannya,
tongkatnya, paceklik, berkurangnya buah-buahan, banjir, belalang, kutu, katak,
dan darah. Pendapat ini jelas, kuat, lagi baik.
Al-Hasan Al-Basri menyatukan
peceklik dan kekurangan buah-buahan, dan menurutnya mukjizat yang kesembilan
ialah tongkatnya yang menelan semua yang diperbuat oleh tukang sihir Fir'aun.
{فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا
مُجْرِمِينَ}
tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (Al-A'raf: 133)
Dengan kata lain, sekalipun
mereka (Fir'aun dan kaumnya) telah menyaksikan mukjizat-mukjizat tersebut,
mereka tetap kafir dan ingkar terhadapnya. Mereka menolak kebenaran itu dengan
cara yang aniaya dan sombong, ternyata mukjizat-mukjizat itu tidak berhasil
terhadap mereka. Maka demikian pula seandainya Kami memenuhi permintaan
orang-orang yang meminta kepadamu (Muhammad) akan hal tersebut. Yaitu mereka
yang mengatakan, "Kami tidak akan beriman sebelum kamu mengalirkan mata
air dari tanah buat kami," dan permintaan-permintaan mereka yang lainnya,
niscaya mereka tidak akan menepatinya dan tidak mau beriman, kecuali jika Allah
menghendaki. Fir'aun berkata kepada Musa setelah menyaksikan semua mukjizat
Musa, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
(إِنِّي لأظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا)
Sesungguhnya aku sangka kamu,
hai Musa, seorang yang kena sihir. (Al-Isra: 101)
Menurut suatu pendapat, mashuran
artinya sahirun, yakni seorang penyihir.
Kesembilan mukjizat yang telah
disebukan oleh para imam di atas merupakan hal yang dimaksudkan oleh surat
Al-Isra ayat 101 yang disebutkan di dalam ayat lain dalam pengertian yang sama
melalui firman-Nya:
{وَأَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ
كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى لَا تَخَفْ}
dan lemparkanlah tongkatmu.
Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa
melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik
ke belakang tanpa menoleh, "Hai Musa janganlah kamu takut.” (An-Naml:
10)
sampai dengan firman-Nya:
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا
فَاسِقِينَ
Sesungguhnya mereka adalah
kaum yang fasik. (An-Naml: 12)
Kedua ayat di atas menyebutkan
dua mukjizat Musa, yaitu tongkat dan tangannya, sedangkan mukjizat-mukjizat
yang lainnya disebutkan di dalam surat Al-A'raf secara rinci.
Nabi Musa a.s. diberi pula
mukjizat lainnya yang cukup banyak, antara lain ialah saat ia memukul batu
dengan tongkatnya, lalu memancarlah air darinya. Mukjizat lainnya ialah kaum
Bani Israil mendapat naungan awan dan diturunkan kepada mereka manna dan
salwa, serta banyak hal lainnya yang diberikan kepada Bani Israil
setelah mereka meninggalkan negeri Mesir.
Akan tetapi, yang disebutkan
dalam surat Al-Isra ayat 101 ini hanya sembilan buah mukjizat, semuanya itu
disaksikan oleh Fir'aun dan kaumnya dari kalangan penduduk Mesir. Dan
mukjizat-mukjizat tersebut merupakan hujah terhadap mereka, tetapi mereka
menentangnya dan mengingkarinya karena perasaan mereka yang penuh dengan
keangkuhan dan kekufuran.
Mengenai hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad yang telah mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة
قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَمَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ
عَسّال الْمُرَادِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ يَهُودِيٌّ
لِصَاحِبِهِ: اذْهَبْ بِنَا إِلَى هَذَا النَّبِيِّ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ] حَتَّى نَسْأَلَهُ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: (وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى
تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ) فَقَالَ: لَا تَقُلْ لَهُ: نَبِيٌّ فَإِنَّهُ لَوْ
سَمِعَكَ لَصَارَتْ لَهُ أَرْبَعُ أَعْيُنٍ. فَسَأَلَاهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا،
وَلَا تَسْرِقُوا، وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ
اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَلَا تَسْحَرُوا، وَلَا تَأْكُلُوا الرِّبَا، وَلَا
تَمْشُوا بِبَرِيءٍ إِلَى ذِي سُلْطَانٍ لِيَقْتُلَهُ، وَلَا تَقْذِفُوا
مُحْصَنَةً -أَوْ قَالَ: لَا تَفِرُّوا مِنَ الزَّحْفِ -شُعْبَةُ الشَّاكُّ
-وَأَنْتُمْ يَا يَهُودُ، عَلَيْكُمْ خَاصَّةً أَنْ لَا تَعْدُوا فِي
السَّبْتِ". فَقَبَّلَا يَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ، وَقَالَا نَشْهَدُ أَنَّكَ
نَبِيٌّ. [قَالَ: "فَمَا يَمْنَعُكُمَا أَنْ تَتَّبِعَانِي؟ " قَالَا
لِأَنَّ دَاوُدَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، دَعَا أَلَّا يَزَالَ مِنْ ذُرِّيَّتِهِ
نَبِيٌّ] ، وَإِنَّا نَخْشَى إِنْ أَسْلَمْنَا أَنْ تَقْتُلَنَا يَهُودُ.
telah menceritakan kepada kami
Yazid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Salamah menceritakan hadis
berikut dari Safwan ibnu Assal Al-Muradi r.a. yang menceritakan bahwa seorang
Yahudi berkata kepada temannya, "Bawalah saya menghadap kepada Nabi ini,
kami akan menanyakan kepadanya tentang makna ayat-ayat yang terdapat di dalam
firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan
ayat.' (Al-Isra: 101).” Lalu temannya itu berkata, "Janganlah kamu
menyebutnya (Muhammad) dengan sebutan sebagai seorang nabi, karena jika dia
mendengar ucapanmu itu, tentulah dia akan mempunyai empat buah mata."
Maka keduanya bertanya kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw. menjawab: Kesembilan
firman Tuhan (kepada Musa) itu ialah janganlah kalian mempersekutukan
Allah dengan sesuatu pun, janganlah mencuri, janganlah berzina, janganlah
membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang hak,
janganlah melakukan sihir, janganlah memakan riba, janganlah berjalan menuju
kepada penguasa dengan membawa seseorang yang tidak bersalah agar penguasa
menghukum mati dia, dan janganlah kalian menuduh berzina orang yang terpelihara
dirinya dari perbuatan zina — atau Nabi Saw. mengatakan, "Janganlah
kalian lari dari medan perang, " kalimat itu menunjukkan bahwa Syu'bah
ragu (mana di antara keduanya yang benar) — Dan Khususnya bagi kalian
hai, orang-orang Yahudi, janganlah kalian melakukan pelanggaran di hari Sabtu. Maka
kedua orang Yahudi itu mencium kedua tangan dan kedua kaki Rasulullah Saw.,
lalu berkata, "Kami bersaksi bahwa engkau adalah seorang nabi." Nabi
Saw. bertanya, "Apakah yang mencegah kalian untuk mengikutiku?"
Keduanya menjawab, "Karena Daud a.s. pernah berdoa bahwa semoga dari
keturunannya terus menerus lahir nabi; dan kami khawatir bila masuk Islam,
orang-orang Yahudi akan membunuh kami."
Demikianlah bunyi hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh
Imam Turmuzi, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Jarir di dalam kitab
tafsirnya melalui berbagai jalur dari Syu'bah ibnul Hajjaj dengan sanad yang
sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hadis ini sebenarnya musykil,
mengingat Abdullah ibnu Salamah masih diragukan dalam masalah hafalannya,
para ulama hadis banyak yang memperbincangkan kelemahnnya. Barangkali dia
keliru karena menganggap sembilan buah ayat (tanda kekuasaan Allah) sebagai
sepuluh firman Tuhan. Karena sesungguhnya sepuluh firman Tuhan itu merupakan
perintah-perintah Allah di dalam kitab Taurat, yang tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tegaknya hujah (bukti) terhadap Fir'aun.
Karena itulah Musa a.s. berkata
kepada Fir'aun yang disitir oleh Allah Swt.. melalui firman-Nya:
(لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ)
Sesungguhnya kamu telah
mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan
Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102)
Maksudnya, hujah-hujah dan
dalil-dalil yang membenarkan mukjizat-mukjizat yang Aku turunkan kepadamu.
(وَإِنِّي لأظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ
مَثْبُورًا)
dan sesungguhnya aku mengira
kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa. (Al-Isra:
102)
Maksudnya, hancur dan binasa.
Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, yang
dimaksud dengan masburan ialah mal'iman atau terlaknat.
Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak
mengatakan bahwa masburan artinya terkalahkan. Tetapi menurut Mujahid,
lafaz masburan bila diartikan binasa, maka pengertiannya mencakup semuanya,
seperti apa yang dikatakan oleh seorang penyair:
إذْ أجَارِي الشَّيطانَ فِي سَنن الْغَـ ... يِّ وَمَنْ مَالَ مَيْلهُ
مَثْبُور
Bilamana
setan selalu meniti jalan kesesatan, maka orang yang cenderung kepadanya pasti
binasa.
Sebagian ulama tafsir membaca 'alimta
menjadi 'alimtu. Hal ini diriwayatkan dari Ali ibnu Abu
Talib, tetapi bacaan yang dikemukakan oleh jumhur ulama mem-fat-hah-kan huruf
ta, karena khitab (pembicaraan) ditujukan kepada Fir'aun,
sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً
قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ * وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ
ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}
Maka tatkala
mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka,
"Ini adalah sihir yang nyata.” Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman
dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka
meyakini (kebenarannya. (An-Naml: 13-14)
Hal ini semuanya menunjukkan
bahwa yang dimaksud dengan sembilan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah)
hanyalah apa yang telah disebutkan di atas, yaitu tongkat, tangan, paceklik,
kekurangan buah-buahan, topan, belalang, kutu (ketombe), katak dan darah.
Semuanya itu merupakan hujah dan bukti terhadap Fir'aun dan kaumnya, dan
semuanya itu merupakan peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam
serta mukjizat-mukjizat yang membenarkan Musa dan keberadaan Tuhan yang
berkuasa yang telah mengutusnya.
Dengan demikian, berarti makna
yang dimaksud bukanlah seperti apa yang disebutkan pada hadis di atas, karena
apa yang dimaksudkan oleh hadis di atas hanyalah berupa perintah-perintah yang
tidak mengandung hujah terhadap Fir'aun dan kaumnya. Tidak ada kaitannya sama
sekali antara pengertian ini dengan tegaknya bukti terhadap Fir'aun. Dan tiada
lain pendapat tersebut hanyalah dikeluarkan oleh pihak Abdullah ibnu Salamah,
karena sesungguhnya dia memiliki sebagian hadis yang berpredikat munkar.
Barangkali kedua orang Yahudi
tersebut hanyalah menanyakan tentang sepuluh firman Tuhan, kemudian perawi
keliru dengan mengatakannya sembilan ayat (mukjizat). Karena itulah maka
terjadi kesalahpahaman dalam materi hadisnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
(فَأَرَادَ أَنْ يَسْتَفِزَّهُمْ مِنَ
الأرْضِ)
Kemudian (Fir'aun) hendak mengusir mereka (Musa dan para pengikutnya) dari
bumi (Mesir). (Al-Isra: 103)
Yakni Fir'aun bermaksud akan
mengenyahkan mereka dan mengusir mereka dari negeri Mesir.
(فَأَغْرَقْنَاهُ وَمَنْ مَعَهُ جَمِيعًا *
وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الأرْضَ)
Maka kami tenggelamkan dia (Fir'aun) serta orang-orang yang
bersama-sama dia seluruhnya, dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil,
"Diamlah di negeri ini." (Al-Isra: 103-104)
Di dalam makna ayat ini tersirat
pengertian yang menunjukkan berita gembira bagi Nabi Muhammad Saw. bahwa beliau
akan memperoleh kemenangan atas kota Mekah, mengingat surat ini Makkiyyah,
diturunkan sebelum Hijrah; dan memang demikianlah kenyataannya, karena sesungguhnya
penduduk Mekah telah bertekad untuk mengusir Rasulullah Saw. dari kota Mekah,
seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ
الأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا}
Dan sesungguhnya benar-benar
mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk
mengusirmu darinya. (Al-Isra: 76), hingga akhir ayat berikutnya.
Karena itulah maka Allah
menganugerahkan kota Mekah kepada Rasul-Nya, dan beliau memasuki kota Mekah
secara paksa menurut pendapat yang paling terkenal di antara dua pendapat
yang ada. Dan beliau mengalahkan penduduknya, kemudian membebaskan mereka
sebagai hadiah darinya berkat sikap pemaafnya yang luas. Sebagaimana Allah
menganugerahkan belahan timur dan barat bumi ini kepada kaum yang tertindas dari
kalangan Bani Israil, juga menganugerahkan negeri-negeri yang berada di bawah
kekuasaan Fir'aun, berikut harta benda, hasil buah-buahan, dan
perbendaharaannya. Hal ini disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}
demikianlah halnya dan Kami
anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara:
59)
Dan dalam surat berikut ini
disebutkan oleh firman-Nya:
(وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي
إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الأرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ
لَفِيفًا)
Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil, "Diamlah di
negeri ini. Maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kalian
dalam keadaan bercampur baur (dengan musuh kalian). (Al-Isra: 104)
Yakni kalian semua akan Kami
datangkan bersama-sama musuh kalian menjadi satu.
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah,
dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa lafifan artinya jami'an, yakni
semuanya.
Al-Isra, ayat 105-106
{وَبِالْحَقِّ أَنزلْنَاهُ
وَبِالْحَقِّ نزلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (105)
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنزلْنَاهُ
تَنزيلا (106) }
Dan Kami
turunkan (Al-Qur'an) itu
dengan sebenar-benarnya dan Al-Qur’an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran.
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan. Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kalian membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan
Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Allah Swt. berfirman
menceritakan tentang kitab-Nya, yaitu Al-Qur'an; bahwa Al-Qur'an itu diturunkan
dengan sebenar-benarnya, yang di dalamnya terkandung perkara yang hak. Hal ini
semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ
إِلَيْكَ أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ}
tetapi Allah mengakui
Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu, Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya;
dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula).
(An-Nisa: 166)
Maksudnya, di dalam Al-Qur'an
terkandung ilmu Allah yang Dia kehendaki untuk diperlihatkan kepada kalian,
yaitu mengenai hukum-hukumNya, perintah, dan larangan-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَبِالْحَقِّ نزلَ}
Dan Kami turunkan (Al-Qur'an) itu dengan sebenar-benarnya. (Al-Isra: 105)
Yakni Al-Qur'an diturunkan
kepadamu, hai Muhammad, seraya dijaga dan dipelihara, tiada ada sesuatu pun
dari selainnya yang mencampurinya; dan tiada tambahan serta kekurangan padanya,
melainkan disampaikan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Karena sesungguhnya
Al-Qur'an itu diturunkan melalui malaikat yang sangat kuat, dipercaya,
berkedudukan tetap di sisi Tuhannya lagi ditaati di kalangan malaikat yang ada
di langit tertinggi.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ}
Dan Kami tidak mengutus kamu.
(Al-Isra: 105)
hai Muhammad.
{إِلا مُبَشِّرًا
وَنَذِيرًا}
melainkan sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. (Al-Isra:
105)
Yakni membawa berita gembira
kepada orang-orang yang taat kepadamu dari kalangan kaum mukmin, dan pemberi
peringatan terhadap orang-orang yang durhaka kepadamu dari kalangan orang-orang
kafir.
Firman Allah Swt.:
{وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ}
Dan Al-Qur'an itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur. (Al-Isra: 106)
Menurut ulama yang membacanya
secara takhfif tanpa tasydid, maknanya ialah Kami turunkan
secara sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah di langit yang terdekat,
kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah Saw. sesuai
dengan kejadian-kejadian yang dialaminya dalam masa dua puluh tiga tahun.
Demikianlah menurut pendapat Ikrimah, dari Ibnu Abbas.
Telah diriwayatkan pula dari
Ibnu Abbas bahwa ia membacanya dengan bacaan tasydid, yaitu farraqnahu,
yang artinya Kami turunkan Al-Qur'an itu ayat demi ayat seraya dijelaskan
dan ditafsirkan. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ}
agar kamu membacakannya
kepada manusia. (Al-Isra: 106)
Yakni untuk kamu sampaikan
kepada manusia dan kamu bacakan kepada mereka.
{عَلَى مُكْثٍ
وَنزلْنَاهُ تَنزيلا}
secara perlahan-lahan, dan
Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al-Isra:
106)
Maksudnya, sedikit demi sedikit
(tidak sekaligus).
Al-Isra, ayat 107-109
{قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ
لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى
عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا (107) وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ
رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا (108) وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ
يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (109) }
Katakanlah,
"Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan
kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka
berkata, 'Mahasuci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.”
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah
khusyuk'.”
Allah Swt. berfirman kepada
Nabi-Nya:
{قُلْ}
Katakanlah. (Al-Isra: 107)
hai Muhammad, kepada orang-orang
kafir itu sehubungan dengan Al-Qur'an yang engkau sampaikan kepada mereka.
{آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا}
Berimanlah kalian atau tidak
beriman. (Al-Isra: 107)
Yakni sama saja, kalian beriman
kepada Al-Qur'an atau tidak beriman, Al-Qur'an itu tetap merupakan suatu
perkara yang hak yang diturunkan oleh Allah yang telah diisyaratkan di
masa-masa dahulu melalui kitab-kitab-Nya yang Dia turunkan kepada para rasul
terdahulu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ
قَبْلِهِ}
Sesungguhnya orang-orang yang
diberi pengetahuan sebelumnya. (Al-Isra: 107)
Yakni dari kalangan orang-orang
saleh Ahli Kitab, yaitu mereka yang berpegangan kepada kitab sucinya dan
menegakkannya serta tidak mengubah dan tidak menggantinya dengan yang lain.
{إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ
لِلأذْقَانِ سُجَّدًا}
apabila Al-Qur’an dibacakan
kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud..(Al-Isra: 107)
A'zqan adalah bentuk jamak dari lafaz zaqan yang artinya bagian
bawah wajah, maksudnya ialah muka.
Mereka bersujud kepada Allah
Swt. sebagai rasa syukur mereka atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah
kepada mereka, karena Allah telah menjadikan mereka orang yang paling berhak
untuk mengikuti Rasul Saw. yang telah diturunkan kepadanya kitab Al-Qur'an,
jika mereka menjumpai masanya. Karena itulah disebutkan dalam firman
selanjutnya:
{سُبْحَانَ رَبِّنَا}
Mahasuci Tuhan kami. (Al-Isra: 108)
Yaitu sebagai ungkapan
pengagungan dan penghormatan mereka kepada kekuasaan Allah Yang Mahasempurna.
Dia tidak akan mengingkari janji yang telah diikrarkan-Nya melalui para nabi
terdahulu, dan Dia akan mengutus Nabi Muhammad Saw. Karena itulah disebutkan
oleh firman-Nya:
{سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ
رَبِّنَا لَمَفْعُولا}
Mahasuci Tuhan kami,
sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. (Al-Isra:
108)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ}
Dan mereka menyungkur atas
muka mereka sambil menangis. (Al-Isra: 109)
Mereka lakukan hal itu sebagai
ungkapan rasa rendah diri mereka kepada Allah Swt. dan iman serta percaya
mereka kepada Kitab dan Rasul-Nya.
وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
dan mereka bertambah khusyuk.
(Al-Isra: 109)
Yakni mereka bertambah iman dan
berserah diri kepada-Nya, seperti makna yang terkandung di dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى
وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ}
Dan orang-orang yang mendapat
petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya. (Muhammad: 17)
Firman Allah Swt.;
{وَيَخِرُّونَ}
Dan mereka menyungkur. (Al-Isra: 109)
ayat ini merupakan 'ataf
sifat kepada sifat lainnya, bukan 'ataf sujud kepada sujud, perihalnya
sama dengan apa yang dikatakan oleh seorang penyair dalam bait syairnya:
إلَى المَلك القَرْم وَابْنِ الهُمام ... وَلَيْث الكَتِيبَة في
المُزْدَحَمْ ...
Kepada
Raja Qarm dan Ibnul Hammam, singa dalam medan pertempuran.
Al-Isra, ayat 110-111
{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ
أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلا
تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا (110)
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ
تَكْبِيرًا (111) }
Katakanlah,
"Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik); dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
salam salatmu, dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu.” Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah yang tidak
mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak
mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kebinasaan, dan agungkanlah
Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.
Allah Swt. berfirman kepada
Nabi-Nya, "Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang musyrik yang mengingkari
sifat rahmat Allah," yaitu mereka yang tidak mau menyebut Allah dengan
sebutan Ar-Rahman:
{ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ
أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}
Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik). (Al-Isra: 110)
Yakni tidak ada bedanya bila
kalian menyeru-Nya dengan sebutan Allah atau sebutan Ar-Rahman, karena
sesungguhnya Dia mempunyai nama-nama yang terbaik. Di dalam ayat lain disebutkan
melalui firman-Nya:
{هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ}
Dialah Allah Yang tiada Tuhan
selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 22)
sampai dengan firman-Nya:
{لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Yang mempunyai nama-nama yang
terbaik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hasyr: 24), hingga akhir ayat.
Makhul pernah meriwayatkan bahwa
ada seorang lelaki dari kalangan kaum musyrik mendengar Nabi Saw. mengatakan
dalam sujudnya:
"يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ"
Wahai Tuhan Yang Maha
Pemurah, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.
Lalu lelaki musyrik itu berkata
bahwa sesungguhnya dia menduga dirinya menyeru Tuhan yang satu, padahal dia
menyeru dua Tuhan. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Hal yang sama telah diriwayatkan
dari Ibnu Abbas. Kedua riwayat tersebut diketengahkan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ}
dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam salatmu. (Al, Isra:
110), hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ayat berikut ini
diturunkan saat Rasulullah Saw. sedang bersembunyi di Mekah, yaitu firman-Nya: dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula
merendahkannya. (Al-Isra: 110) Bahwa apabila Nabi Saw. salat dengan
sahabat-sahabatnya, maka beliau mengeraskan bacaan Al-Qur'annya; dan manakala
kaum musyrik mendengar bacaannya itu, mereka mencaci Al-Qur'an dan mencaci
Tuhan yang menurunkannya serta malaikat yang menyampaikannya. Maka Allah Swt.
berfirman kepada Nabi-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu. (Al-Isra:
110) Maksudnya, janganlah kamu mengeraskan bacaan Al-Qur'anmu, nanti
orang-orang musyrik akan mendengarnya dan mereka akan mencaci Al-Qur'an
karenanya. dan janganlah pula kamu merendahkannya. (Al-Isra: 110) Yakni
memelankan bacaanmu dari sahabat-sahabatmu, sehingga mereka tidak dapat
mendengarkan bacaan Al-Qur'anmu, padahal mereka menerimanya dari bacaanmu. dan
carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Al-Isra: 110)
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkannya melalui hadis Abu Bisyr Ja'far ibnu Iyas dengan sanad yang
sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, yang di dalam riwayatnya disebutkan tambahan,
yaitu bahwa setelah Nabi Saw. hijrah ke Madinah, maka gugurlah perintah
tersebut. Dengan kata lain, Nabi Saw. boleh melakukannya bila menghendaki.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Daud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
yang mengatakan bahwa pada mulanya Rasulullah Saw. selalu membaca Al-Qur'an
dalam salatnya dengan bacaan yang keras, dan orang-orang meninggalkannya serta
tidak mau mendengarkan bacaannya. Dan bilamana seseorang hendak mendengarkan
bacaan Rasulullah Saw. dalam salatnya, maka ia terpaksa harus mencuri-curi
dengar karena takut kepada orang-orang musyrik. Apabila orang-orang musyrik
mengetahui bahwa dia mendengar bacaan Rasul Saw., maka dia pergi karena takut
disakiti oleh mereka dan tidak mau mendengarkannya lagi. Dan apabila Rasulullah
Saw. merendahkan bacaannya, maka orang-orang yang mendengarkan bacaannya tidak
dapat mengambil suatu manfaat pun dari bacaannya. Maka Allah menurunkan
firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. (Al-Isra:
110), yang menyebabkan orang-orang kafir yang simpati kepadamu bubar meninggalkanmu.
dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110) sehingga orang-orang
yang mencuri dengar dari bacaanmu dari kalangan mereka tidak dapat
mendengarnya, karena barangkali sebagian dari mereka memperhatikan sebagian
dari apa yang didengarnya darimu dan beroleh manfaat darinya. dan carilah
jalan tengah di antara kedua itu. (Al-Isra: 110)
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah, bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan masalah bacaan dalam salat.
Syu'bah telah meriwayatkan dari
Asy'as ibnu Salim, dari Al-Aswad ibnu Hilal, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110)
terhadap orang yang membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah,
dari Salamah ibnu Alqamah, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar berita bahwa sahabat Abu Bakar apabila salat merendahkan bacaan
Al-Qur'annya, sedangkan sahabat Umar mengeraskan bacaan Al-Qur'annya. Maka
dikatakan kepada Abu Bakar, "Mengapa engkau lakukan hal itu?" Abu
Bakar menjawab, "Saya sedang bermunajat kepada Tuhanku, dan Dia mengetahui
keperluanku." Lalu dikatakan kepadanya, "Engkau baik." Dan
dikatakan kepada Umar, "Mengapa engkau lakukan hal itu?" Umar
menjawab, "Saya sedang mengusir setan dan melenyapkan rasa kantuk."
Maka dikatakan kepadanya, "Engkau baik." Dan ketika firman Allah Swt.
diturunkan, yaitu: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu, dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Al-Isra:
110) maka dikatakan kepada Abu Bakar, "Angkatlah sedikit suara
bacaanmu." Dan dikatakan kepada Umar, "Rendahkanlah sedikit suara
bacaanmu."
Asy'as ibnu Siwar telah
meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan berdoa.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh As-Sauri dan Malik, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah
r.a., bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan doa. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Iyad, Makhul, dan Urwah ibnuz
Zubair.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
Ibnu Ayyasy Al-Amiri, dari Abdullah ibnu Syaddad yang menceritakan bahwa
pernah ada seorang Badui dari kalangan Bani Tamim apabila mengucapkan salam
kepada Nabi Saw. lalu ia mengiringinya dengan doa, "Ya Allah, berilah saya
rezeki berupa ternak unta dan anak." Maka turunlah ayat ini: dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra:
110)
Pendapat lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Sa-ib,
telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam ibnu Urwah, dari
ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan bacaan tasyahhud, yaitu firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110)
Hal yang sama telah dikatakan oleh
Hafs, dari Asy'as ibnu Siwar, dari Muhammad ibnu Sirin dengan teks yang
semisal.
Pendapat lain. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan
janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110) Maksudnya, janganlah kamu
salat karena ingin dilihat oleh orang-orang, janganlah pula kamu
meninggalkannya karena takut terhadap orang-orang kafir.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
Mansur, dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan firman-Nya: dan janganlah
kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula kamu merendahkannya. (Al-Isra:
110) Bahwa janganlah kamu melakukannya dengan baik secara terang-terangan, lalu
melakukannya dengan buruk di kala sendirian.
Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama. Hisyam
telah meriwayatkannya dari Auf, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama; dan Sa'id
meriwayatkannya dari Qatadah, dari Al-Hasan dengan sanad'yang sama pula.
Pendapat lain. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Al-Isra:
110) Bahwa orang-orang Ahli Kitab itu selalu merendahkan bacaan kitab mereka
bilamana ada seseorang dari mereka mengeraskan bacaan suatu kalimat dari
kitabnya dengan suara yang keras, maka orang-orang yang mengikutinya membacanya
dengan keras pula di belakangnya. Maka Allah Swt. melarang Nabi Saw.
mengeraskan suara dalam bacaannya seperti yang dilakukan orang-orang ahli
kitab, dan melarang pula merendahkannya seperti yang dilakukan mereka.
Kemudian Allah Swt. memberinya jalan pertengahan di antara keduanya, yang hal
ini dicontohkan kepada Nabi Saw. oleh Malaikat Jibril a.s. dalam salatnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ
يَتَّخِذْ وَلَدًا}
Dan katakanlah, "Segala
puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak." (Al-Isra:
111)
Setelah Allah Swt. menetapkan
bahwa diri-Nya mempunyai asma-asma yang terbaik, lalu Dia menyucikan diri-Nya
dari semua bentuk kekurangan. Untuk itu Dia berfirman:
{وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ
يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ}
Dan katakanlah, "Segala
puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya.” (Al-Isra: 111)
Bahkan Dialah Allah, Tuhan Yang
Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak
diperanakkan, serta tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
{وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ}
dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan. (Al-Isra: 111)
Yakni Dia tidaklah hina yang
karenanya Dia memerlukan penolong atau pembantu atau penasihat, bahkan Dia
adalah Mahatinggi, Pencipta segala sesuatu dengan sendiri-Nya, tiada sekutu
bagi-Nya, Dialah yang mengatur dan yang memutuskan menurut apa yang
dikehendaki-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Mujahid telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak mempunyai penolong (yang
menjaga-Nya) dari kehinaan. (Al-Isra: 111) Artinya, Dia tidak
memerlukan berteman dengan seorang pun dan tidak memerlukan pertolongan seorang
pun. dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (Al-Isra:
111) Yakni besarkanlah dan agungkanlah Dia terhadap apa yang dikatakan oleh
orang-orang zalim lagi kelewat batas itu dengan pengagungan yang
setinggi-tingginya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepadaku Abu Sakhr, dari Al-Qurazi, bahwa ia pernah mengatakan
sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan katakanlah,
"Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak." (Al-Isra:
111), hingga akhir ayat. Bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani mengatakan, "Allah mengambil anak." Dan orang-orang Arab
Jahiliah selalu mengatakan (dalam tawafnya), "Labbaika, tiada
sekutu bagi Engkau kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu, sedangkan dia tidak
memiliki." Orang-orang sabi-in mengatakan — demikian pula
orang-orang Majusi — bahwa seandainya tidak ada penolong, tentulah Allah hina.
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan katakanlah, "Segala puji bagi
Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya,
dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya." (Al-Isra: 111)
Ibnu Jarir mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid,
telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah; telah diceritakan kepada
kami bahwa Nabi Saw. mengajarkan kepada keluarganya—baik yang masih kecil
ataupun yang sudah dewasa — ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: Segala
puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak. (Al-Isra: 111), hingga akhir
ayat.
Menurut kami, telah disebutkan
di dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. menamakan ayat ini dengan sebutan 'Ayat
Kemuliaan (Keperkasaan)', Di dalam salah satu asar disebutkan bahwa tidak
sekali-kali ayat ini dibacakan di dalam suatu rumah dalam suatu malam, lalu
rumah itu dapat tertimpa kecurian atau penyakit.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ سَيْحَانَ
الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنَا حرب بن ميمون، حدثنا موسى ابن عُبَيْدَةَ الرَّبَذي،
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجْتُ
أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَدِي فِي يَدِهِ،
فَأَتَى عَلَى رَجُلٍ رَثِّ الْهَيْئَةِ، فَقَالَ: "أَيْ فُلَانُ، (3) مَا
بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى؟ ". قَالَ: السَّقَمُ وَالضُّرُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ.
قَالَ: "أَلَّا أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ تُذْهِبُ عَنْكَ السَّقَمَ وَالضُّرَّ؟
". قَالَ: لَا قَالَ: مَا يَسُرُّنِي بِهَا أَنْ شَهِدْتُ مَعَكَ بَدْرًا
أَوْ أَحَدًا. قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وقال: "وَهَلْ يُدْرِكُ أَهْلُ بَدْرٍ وَأَهْلُ أُحُدٍ مَا يُدْرِكُ
الْفَقِيرُ الْقَانِعُ؟ ". قَالَ: فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِيَّايَ فَعَلِّمْنِي قَالَ: فَقُلْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ:
"تَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ، وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ، وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا". قَالَ: فَأَتَى
عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ وَقَدْ حَسُنَت حَالِي، قَالَ: فَقَالَ لِي:
"مَهْيم". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَزَلْ أَقُولُ
الْكَلِمَاتِ الَّتِي عَلَّمْتَنِي
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Subhan Al-Basri, telah menceritakan
kepada kami Harb ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah
Az-Zubaidi, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah yang mengatakan
bahwa ia pernah keluar bersama Rasulullah Saw., sedangkan tangan beliau
memegang tanganku, atau tanganku memegang tangan beliau. Lalu Nabi Saw.
mendatangi seorang lelaki yang penampilannya kumal dan kotor. Nabi Saw.
bertanya, "Hai Fulan, mengapa kulihat keadaanmu demikian menyedihkan?"
Lelaki itu menjawab, "Wahai Rasulullah, saya tertimpa sakit dan
kemelaratan." Rasulullah Saw. bersabda, "Maukah kamu aku ajarkan
beberapa kalimat yang dapat melenyapkan penyakit dan kemelaratan yang ada pada
dirimu itu?" Lelaki itu menjawab, "Tentu saja mau, tidaklah menggembirakan
diriku bila kalimat-kalimat itu ditukar dengan ikut dalam Perang Badar atau
Perang Uhud bersamamu sebagai gantinya." Rasulullah Saw. tertawa dan
bersabda, "Dan apakah Ahli Badar dan Ahli Uhud mengalami apa yang
dialami oleh seorang fakir yang menerima apa adanya?" Abu Hurairah
berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah pula kepadaku kalimat-kalimat
itu." Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu Hurairah, katakanlah,
"Saya bertawakal kepada Tuhan Yang Hidup yang tidak mati, segala puji bagi
Allah yang tidak mempunyai anak dan tiada sekutu bagi-Nya di dalam
kerajaan-Nya, dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah
Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” Kemudian lelaki itu datang
menghadap kepada Rasulullah Saw. sedangkan keadaannya telah membaik. Maka
Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah yang telah engkau lakukan?"
Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, saya masih tetap membaca kalimat-kalimat
yang pernah engkau ajarkan kepada saya itu."
Sanad hadis ini daif, di
dalam matannya terdapat hal yang munkar.
Demikianlah akhir pembahasan
tafsir surat Subhanallah (surat Al-Isra). Hanya bagi Allah-lah segala puji, dan
hanya kepada-Nyalah kami berharap.