Selasa, 27 Maret 2018

29. Surat Al-'Ankabut


     29. Surat Al-'Ankabut

(Laba-Laba)

Makkiyyah 69 ayat kecuali ayat 1 hingga ayat 11, Madaniyyah. Turun sesudah Surat Ar-Rum.

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Al-'Ankabut, ayat 1-4
{الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (4) }
Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.
Mengenai pembahasan huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah dibicarakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah.
Firman Allah Swt.:
{أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ}
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? (Al-'Ankabut: 2)
Istifham atau kata tanya menunjukkan makna sanggahan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. pasti akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar iman masing-masing, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:
"أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي الْبَلَاءِ"
Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu orang yang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya diperberat pula.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)
Hal yang sama disebutkan di dalam surat At-Taubah, dan di dalam surat Al-Baqarah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
Karena itulah dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-'Ankabut: 3)
Yaitu orang-orang yang benar dalam pengakuan imannya, juga orang-orang yang dusta dalam pengakuan imannya. Allah Swt. mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu, mengetahui apa yang akan terjadi, mengetahui pula apa yang tidak akan terjadi dan apakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Hai ini merupakan sesuatu yang telah disepakati di kalangan semua imam ahli sunnah wal jamaah.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya sehubungan dengan hal yang semisal dengan makna firman-Nya:
{إِلا لِنَعْلَمَ}
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata). (Al-Baqarah: 143)
Maksudnya, melainkan agar Kami melihat. Dikatakan demikian karena penglihatan berkaitan dengan hal yang ada (terjadi), sedangkan pengertian mengetahui mempunyai pengertian yang lebih luas daripada melihat, sebab mencakup hal yang ada dan juga hal yang tidak ada.
Firman Allah Swt.:
{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut: 4)
Yakni jangan sekali-kali orang-orang yang belum beriman mengira bahwa mereka luput dari cobaan dan ujian ini, karena sesungguhnya di belakang mereka terdapat siksaan dan pembalasan yang jauh lebih berat dan lebih pedih daripada apa yang mereka alami di dunia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami. (Al-'Ankabut: 4) Maksudnya, selamat dari siksa Kami.
{سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut: 4)
Yakni amatlah buruk dugaan mereka itu.

Al-'Ankabut, ayat 5-7

{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (5) وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (6) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ (7) }
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kaya '(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.
Firman Allah Swt.:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ}
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah. (Al-'Ankabut: 5)
Yakni di hari kemudian dan ia mengerjakan amal-amal saleh serta mengharapkan pahala yang berlimpah di sisi Allah, maka sesungguhnya Allah pasti akan merealisasikan harapannya dan menunaikan pahala amalnya dengan sempurna dan berlimpah. Hal tersebut pasti terjadi, karena Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Melihat semua makhluk-Nya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabat: 5)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ}
Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. (Al-'Ankabut: 6)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ}
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. (Fussilat: 46)
Yaitu barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya manfaat dari amalnya itu untuk dirinya sendiri; karena sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan) amal perbuatan hamba-hamba-Nya, sekalipun mereka semuanya bertakwa sebagaimana bertakwanya diri seseorang dari mereka. Hal tersebut tidak menambahkan sesuatu apa pun ke dalam kerajaan-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Al-'Ankabut: 6)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, sesungguhnya seorang lelaki benar-benar dinilai sebagai orang yang berjihad, tetapi dia tidak pernah memukul dengan pedang barang sehari pun (yakni tidak pernah menggunakan senjata).
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa sekalipun Dia Maha­kaya tidak memerlukan sesuatu pun dari semua makhluk-Nya dan sekalipun Dia telah berbuat baik kepada mereka, Dia pun membalas orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan pahala yang terbaik. Yaitu Dia menghapuskan dari mereka amal keburukan yang pernah mereka lakukan dan memberikan kepada mereka pahala amal baik mereka dengan balasan yang lebih baik. Dia menerima sedikit amal baik mereka dan memberinya pahala setiap amal baik dengan sepuluh kali lipatnya hingga sampai tujuh ratus kali lipat. Dan Dia membalas setiap amal buruk dengan balasan yang serupa dengan amal buruknya, atau Dia memaaf dan menghapuskannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40) .
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Al-'Ankabut: 7)

Al-'Ankabut, ayat 8-9

{وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (8) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ (9) }
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mem­persekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Kulah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. -Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya masing-masing, yang hal ini disebutkan-Nya sesudah menganjurkan (memerintahkan) mereka untuk berpegang teguh kepada ajaran tauhid. Karena sesungguhnya kedua ibu bapak adalah penyebab keberadaan seseorang. Seseorang diharuskan berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, sedangkan orang tua laki-laki diharuskan memberi nafkah kepada anaknya dan orang tua perempuan memelihara anaknya dengan kasih sayang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا}
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra: 23-24)
Perintah untuk memperlakukan kedua orang tua dengan perlakuan kasih sayang dan bersikap baik kepada keduanya serta penuh hormat adalah sebagai imbalan dari kebaikan keduanya, seperti yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا}
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8)
Yakni jika kedua orang tuamu menginginkan dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya (selain Islam) bila keduanya musyrik, maka hati-hatilah kamu. Janganlah kamu mengikuti keduanya, karena sesungguhnya kembali kalian kelak di hari kiamat adalah kepada-Ku. Lalu Aku akan membalas kebaikanmu kepada keduanya, juga pahala kesabaranmu dalam memegang teguh agamamu, serta Aku akan menghimpunkanmu bersama orang-orang yang saleh, bukan dengan kedua orang tuamu, sekalipun kamu adalah orang yang terdekat kepada keduanya sewaktu di dunia. Karena sesungguhnya seseorang itu akan dihimpunkan kelak di hari kiamat bersama orang-orang yang dicintainya dengan cinta agama. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ}
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 9)
Imam Turmuzi mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan hadis berikut dari ayahnya (yaitu Sa'd) yang mengatakan, telah diturunkan empat buah ayat berkenaan dengan peristiwa yang dialaminya, lalu ia menceritakan kisahnya. Antara lain ia menceritakan bahwa ibunya (yaitu Ummu Sa'd) pernah berkata kepadanya, "Bukankah Allah telah memerintahkan kepadamu untuk berbakti kepada ibumu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan juga tidak akan minum hingga aku mati atau kamu mau kafir."
Sa'd melanjutkan kisahnya, bahwa keluarganya bila hendak memberi makan ibunya terpaksa harus membukakan mulutnya dengan paksa. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8), hingga akhir ayat.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Al-'Ankabut, ayat 10-11

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ (10) وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (11) }
Dan di antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah, " maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata,   "Sesungguhnya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman; dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.
Allah Swt. menceritakan tentang sifat-sifat kaum yang mendustakan (Allah dan Rasul-Nya), yaitu mereka yang lisannya mengakui beriman, padahal iman tidak berakar dalam dada mereka. Bahwa apabila cobaan dan ujian di dunia menimpa mereka, maka mereka berkeyakinan bahwa hal tersebut merupakan azab Allah kepada mereka, karenanya mereka murtad dari Islam. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ}
Dan di antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah, " maka apabila ia disakiti (karena beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. (Al-'Ankabut: 10)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan fitnah manusia ialah bila orang yang bersangkutan murtad dari agamanya karena disakiti sebab keimanannya kepada Allah. Hal yang sama dikatakan oleh ulama Salaf lainnya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ}
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj: 11)
sampai dengan firman-Nya:
ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Al-Hajj: 12)
Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ}
Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, "Sesungguhnya kami adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10)
Yaitu jika datang pertolongan dalam waktu yang dekat dari Tuhanmu dan kemenangan serta ganimah yang banyak, hai Muhammad, tentulah mereka mengatakan kepadamu, "Sesungguhnya kami adalah besertamu," yakni saudara-saudara seagamamu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka berkata, "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin. (An-Nisa: 141)
Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:
{فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ}
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (Al-Maidah: 52)
Allah Swt. menceritakan perihal mereka melalui surat Al-'Ankabut ini, yaitu melalui firman-Nya: Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, "Sesungguhnya kamu adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ}
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia. (Al-'Ankabut: 10)
Maksudnya, bukankah Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka dan semua yang disembunyikan di dalam perasaan mereka, sekalipun mereka menampakkan kepada kalian sikap setuju?
Firman Allah Swt.:
{وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman; dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11)
Yakni sungguh Allah akan menguji manusia dengan suka dan duka, kesengsaraan dan kebahagiaan agar dapat dibedakan siapa yang taat kepada Allah dalam keadaan suka dan duka, dan siapa yang ketaatannya hanyalah berdasarkan keuntungan yang diperolehnya. Hal yang sama dikatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ}
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad: 31)
Dan Allah berfirman sesudah Perang Uhud yang mengandung cobaan dan ujian yang berat bagi kaum muslim:
{مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ}
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dan yang baik (mukmin). (Ali-Imran: 179), hingga akhir ayat.

Al-'Ankabut, ayat 12-13

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (12) وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ (13) }
Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu," dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka mengatakan kepada Orang-orang yang beriman dari kalangan mereka lagi mengikuti jalan hidayah, "Berbaliklah (murtadlah) kalian dari agama kalian, lalu kembali kepada agama kami dan mengikuti jalan kami."
{وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ}
dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu. (Al-'Ankabut: 12)
Maksudnya, jika kalian mempunyai dosa-dosa dalam kemurtadan kalian, maka kamilah yang akan menanggungnya. Perihalnya sama dengan per­kataan seseorang, "Lakukanlah ini, dosamu akulah yang menanggungnya." Allah Swt. menjawab ucapan mereka seraya mendustakannya:
{وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. (Al-'Ankabut: 12)
Yakni dusta dalam ucapan mereka yang menyatakan bahwa mereka sanggup memikul beban dosa-dosa orang-orang yang mereka suruh untuk murtad dari agamanya. Karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menanggung dosa orang lain. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:
{وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى}
Dan jika seorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fatir: 18)
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ}
Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 13)
Ini menceritakan keadaan para penyeru kekafiran dan kesesatan, bahwa kelak di hari kiamat mereka memikul beban dosa-dosa mereka sendiri, juga beban-beban dosa lain disebabkan mereka telah menyesatkan orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka yang telah disesatkannya barang sedikit pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:
"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا"
Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala-orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang semisal dengan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.
Hadis lainnya yang juga di dalam kitab sahih menyebutkan:
"مَا قُتِلَتْ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا؛ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنّ الْقَتْلَ"
Tidaklah suatu jiwa terbunuh secara aniaya melainkan atas anak Adam yang pertama terpikulkan sebagian dari darahnya (dosanya), karena dialah orang yang mula-mula melakukan pembunuhan.
Firman Allah Swt.:
{وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)
Yakni apa yang selalu mereka buat-buat berupa kedustaan.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَفْصِ بْنِ أَبِي الْعَالِيَةِ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَّغَ مَا أُرْسِلَ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: "إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ اللَّهَ يَعْزِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ: وَعِزَّتِي لَا يَجُوزُنِي الْيَوْمَ ظُلْمٌ! ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ؟ فَيَأْتِي يَتْبَعُهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ أَمْثَالُ الْجِبَالِ، فَيُشْخِصُ النَّاسُ إِلَيْهَا أَبْصَارَهُمْ حَتَّى يَقُومَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَأْمُرُ الْمُنَادِي فَيُنَادِي  مَنْ كَانَتْ لَهُ تِبَاعة -أَوْ: ظُلامة -عِنْدَ فُلَانِ ابْنِ فُلَانٍ، فَهَلُمَّ. فَيُقْبِلُونَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا قِيَامًا بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ، فَيَقُولُ الرَّحْمَنُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: كَيْفَ نَقْضِي عَنْهُ؟ فَيَقُولُ لَهُمْ: خُذُوا لَهُمْ مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَلَا يَزَالُونَ يَأْخُذُونَ مِنْهَا حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ، وَقَدْ بَقِيَ مِنْ أَصْحَابِ الظُّلَامَاتِ، فَيَقُولُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: لَمْ يَبْقَ لَهُ حَسَنَةٌ. فَيَقُولُ: خُذُوا مِنْ سَيِّئَاتِهِمْ فَاحْمِلُوهَا عَلَيْهِ". ثُمَّ نَزَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: {وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hafs ibnu Abul Aliyah, telah menceritakan kepadakami Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi, dari Abu Umamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya, kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian berbuat zalim, karena sesungguhnya Allah Swt. kelak di hari kiamat akan berfirman dengan tegas, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, pada hari ini tiada suatu perbuatan zalim pun yang Kulewatkan.” Kemudian berserulah penyeru dan mengatakan, "Di manakah Fulan bin Fulan?” Maka datanglah orang yang dimaksud seraya diikuti oleh amal-amal kebaikannya yang sebesar gunung. Maka mata semua orang tertuju kepadanya, hingga ia berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Kemudian Allah memerintahkan kepada penyeru untuk menyeru­kan, "Barang siapa yang mempunyai sangkut paut dengan si Fulan atau pernah dizalimi olehnya, hendaklah ia kemari!" Maka mereka berdatangan sehingga berkumpul dalam keadaan berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman (kepada para malaikat), "Bayarkanlah utang hamba-Ku!" Mereka bertanya, "Bagaimanakah cara membayarkannya?” Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, "Ambillah sebagian dari amal baiknya buat mereka.” Maka para malaikat terus-menerus mengambil kebaikannya, hingga tiada yang tersisa suatu kebaikan pun padanya, sedangkan orang-orang yang pernah dizaliminya masih belum terlunaskan. Allah berfirman, "Bayarkanlah utang-utang hamba-Ku.” Para malaikat berkata, "Tiada suatu kebaikan pun yang tersisa padanya.” Allah berfirman, "Ambillah sebagian dari keburukan mereka, lalu bebankanlah kepadanya.” Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)
Hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya terdapat di dalam kitab sahih melalui jalur lain yang menyebutkan:
«إن الرجل ليأتي يوم القيامة بحسنات أمثال الجبال وقد ظلم هذا، وأخذ من مال هذا، وأخذ من عرض هذا، فيأخذ هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإذا لم تبق له حسنة، أخذ من سيئاتهم فطرح عليه»
Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar didatangkan pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang besar-besar seperti gunung, sedangkan ia pernah berbuat zalim kepada si anu dan pernah mengambil harta si anu serta pernah mengambil kehormatan si anu; maka orang yang pertama mengambil kebaikannya, dan orang yang kedua mengambil kehormatannya pula. Dan apabila tiada lagi amal baik yang tersisa padanya, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa mereka (yang pernah dianiaya olehnya), lalu dibebankan kepadanya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحِوَارِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ  الثُّمَالِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى عَنْ كُحْل عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ ، فَلَا ألْفَيَنَّكَ تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَاكَ اللَّهُ مِنْكَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr Al-Hazza, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Hai Mu'az, sesungguhnya orang mukmin kelak akan ditanya pada hari kiamat tentang semua perbuatannya, sehingga ditanya tentang celak matanya, dan serpihan tanah liat yang dipegang-pegang oleh kedua jarinya. Maka semoga aku tidak menjumpaimu datang pada hari kiamat, sedangkan ada orang lain yang lebih berbahagia darimu dalam hal pahala yang telah diberikan oleh Allah kepadamu.

Al-'Ankabut, ayat 14-15

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (14) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (15) }
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim, Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.
Ini merupakan hiburan dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Allah menceritakan kepadanya tentang Nuh a.s., bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya dalam masa yang sangat lama seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Seruan itu dilakukannya siang malam, dan secara rahasia dan terang-terangan. Tetapi sekalipun demikian, tiada menambah mereka melainkan makin menjauh dari perkara hak dan berpaling darinya serta mendustakan Nuh, dan tiada yang beriman bersama Nuh melainkan hanya sedikit orang saja. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ}
maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 14)
Yakni sesudah masa yang sangat lama itu penyampaian Nuh dan peringatannya masih belum berhasil terhadap mereka. Maka kamu Muhammad, janganlah menyesali sikap orang-orang yang kafir terhadapmu dari kalangan kaummu, jangan pula kamu bersedih hati atas sikap mereka, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pulalah yang akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah semua urusan, dan hanya kepada-Nyalah kembali semua urusan.
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.
Dan ketahuilah bahwa Allah pasti akan memunculkanmu, menolongmu, menguatkanmu, menghinakan musuh-musuhmu serta mengalahkan mereka, dan menjadikan mereka berada di dasar neraka yang paling bawah.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nuh diutus oleh Allah sejak usia empat puluh tahun, dan tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, serta hidup sesudah masa banjir besar selama enam puluh tahun, hingga manusia bertambah populasi (jumlah)nya dan menyebar.
Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, sesungguhnya jumlah seluruh usia Nuh adalah sembilan ratus lima puluh tahun. Ia tinggal di kalangan kaumnya sebelum menyeru mereka ke jalan Allah selama tiga ratus tahun, dan menyeru mereka selama tiga ratus tahun, serta tinggal sesudah masa banjir besar selama tiga ratus lima puluh tahun. Tetapi pendapat ini garib. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah selama sembilan ratus lima puluh tahun.
Aun ibnu Abu Syaddad telah mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya saat ia berusia tiga ratus lima puluh tahun, lalu Nuh a.s. menyeru mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun. Kemudian ia hidup sesudah itu selama tiga ratus lima puluh tahun. Pendapat ini pun berpredikat garib, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir serta dikatakan oleh suatu pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar pernah bertanya kepadaku, "Berapa lamakah Nuh tinggal bersama kaumnya?" Mujahid mengatakan, bahwa lalu ia menjawab, "Sembilan ratus lima puluh tahun." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu masih terus mengalami pengurangan dalam usia mereka, kebaligan mereka, dan bentuk tubuh mereka, sampai masamu sekarang ini."
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-'Ankabut: 15)
Yakni orang-orang yang beriman kepada Nuh a.s. Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan secara rinci dalam surat Hud, juga tafsir ayat ini telah dijelaskan sehingga tidak perlu lagi untuk diulangi.
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15)
Maksudnya, Kami jadikan bahtera itu utuh, yang adakalanya hanya tinggal bentuknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. masih ada peninggalannya sampai permulaan masa Islam terdapat di Bukit Al-Judi. Atau yang masih ada itu adalah jenisnya, hal itu dijadikan sebagai peringatan buat manusia yang mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya, saat Allah menyelamatkan mereka dari banjir besar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41-42)
sampai dengan firman Allah Swt.:
وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ
dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. (Yasin: 44)
Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12)
Dan dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15)
Ini merupakan ungkapan tadrij, dari suatu benda ke jenisnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ}
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5)
Yakni Kami jadikan jenisnya sebagai pelempar, karena sesungguhnya yang dijadikan pelempar setan-setan itu bukanlah binatang-binatang yang menjadi penghias langit. Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mu-minun: 12-13)
Ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama cukup banyak. Ibnu Jarir mengatakan, seandainya dikatakan bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَاهَا}
dan Kami jadikan bintang-bintang itu. (Al-Mulk: 5)
merujuk kepada 'uqubah (siksaan) bukan bintang-bintang, tentulah bermakna tidak seperti yang dimaksudkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Al-'Ankabut, ayat 16-18

{وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (16) إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (17) وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (18) }
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya.”
Allah Swt. menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya serta kekasihnya (yaitu Nabi Ibrahim, imam para hunafa), bahwa dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam bertakwa; mencari rezeki dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta mengesakan-Nya dalam bersyukur, karena sesungguhnya hanya kepada-Nyalah dipanjatkan rasa syukur atas sernua nikmat, tiada yang berhak menerimanya selain Dia. Untuk itu Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ}
Sembahlah Allah olehmu dan bertakwalah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 16)
Artinya, ikhlaskanlah diri kalian hanya kepada-Nya dalam beribadah dan takut.
{ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Al-'Ankabut: 16)
Yakni apabila kalian melakukan hal tersebut, niscaya kalian akan beroleh kebaikan di dunia dan akhirat, dan akan terhindarlah kalian dari kejahatan di dunia dan akhirat.
Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak pula memberikan manfaat. Berhala-berhala itu tiada lain hanyalah buat-buatan kalian belaka, lalu kalian memberinya nama-nama sebagai tuhan-tuhan buatan. Sesungguhnya berhala-berhala itu hanyalah makhluk, sama halnya dengan kalian. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan Mujahid.
Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa lafaz takhluquna dibaca tasna una, yang artinya 'kalianlah yang memahatnya, lalu menjadikannya sebagai patung-patung (berhala-berhala).' Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dalam suatu riwayatnya, juga oleh Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah, yakni berhala-berhala itu tidak memiliki rezeki bagi kalian.
{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ}
maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17)
Ungkapan ini merupakan ungkapan Hasr yang paling kuat. Pengertian Hasr-nya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Dan firman Allah Swt:
{رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ}
Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17) Yaitu mintalah rezeki itu kepada Allah, bukan pada selain-Nya, karena sesungguhnya selain Allah tidak memiliki sesuatu apa pun.
{وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ}
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 17)
Artinya, makanlah sebagian dari rezeki-Nya, sembahlah Dia semata serta bersyukurlah kepada-Nya atas semua nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian.
{إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 17)
Yakni kelak di hari kiamat, lalu Dia akan membalas setiap orang dengan balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ}
Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18)
Yakni telah sampai kepadamu berita azab dan pembalasan yang menimpa mereka karena melanggar perintah rasul-rasul.
{وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
Dan kewajiban rasul-rasul itu, tidak lain hanyalah menyampai­kan (agama Allah) dengan sejelas-jelasnya. (Al-'Ankabut: 18)
Yakni tiada lain tugas rasul hanya menyampaikan kepadamu apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikannya yaitu risalah. Dan Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya serta menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu berbuatlah dengan rajin untuk kemanfaatan dirimu agar kamu menjadi orang-orang yang berbahagia.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Menurut Qatadah, ayat ini mengandung makna yang menghibur hati Nabi Saw. yang berarti bahwa kalimat ini terpisah dari kalimat pertama, dan kedudukannya sebagai kalimat sisipan sampai dengan firman-Nya: Maka tidak adalah jawaban kaumnya. (Al-'Ankabut: 24)
Hal yang sama telah dinaskan oleh Ibnu Jarir. Tetapi makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa seluruhnya merupakan perkataan Nabi Ibrahim a.s. yang sedang mengemukakan alasannya untuk membuktikan adanya hari akhirat, karena sesudahnya terdapat firman-Nya:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ}
Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim. (Al-'Ankabut: 24)

Al-'Ankabut, ayat 19-23

{أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (19) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (20) يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ (21) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (22) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (23) }
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah, "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.
Allah Swt. berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s., bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari berbangkit yang mereka ingkari melalui apa yang mereka saksikan di dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah menciptakan mereka yang pada sebelumnya mereka bukanlah sebagai sesuatu yang disebut-sebut (yakni tiada). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya.
Kemudian Ibrahim a.s. memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah menciptakannya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap dan yang beredar. Juga bumi serta lembah-lembah, gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan, serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan; semuanya itu menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang menciptakannya, yang mengadakan, serta memilih segalanya. Dialah yang bila ingin menciptakan hanya mengatakan terhadap sesuatu, "Jadilah," maka terjadilah ia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-kata Nabi Ibrahim a.s.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulangi­nya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-'Ankabut: 19)
Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Katakanlah, "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)
Yakni kelak di hari kiamat.
{إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-'Ankabut: 20)
Kedudukan ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ}
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53)
Dan firman Allah Swt.:
{أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ * أَمْ خَلَقُوا السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بَل لَا يُوقِنُونَ}
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (At-Tur: 35-36)
Adapun firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ}
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-'Ankabut: 21)
Artinya, Dialah Yang menentukan lagi Yang Mengatur, Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa yang dikehendaki-Nya, tiada yang menanyakan apa yang telah diputuskan-Nya, dan tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat-Nya, bahkan mereka­lah yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Hanya milik-Nyalah semua makhluk dan semua urusan, apa yang dilakukannya hanyalah keadilan belaka, karena Dia adalah Raja Yang tidak pernah berbuat aniaya barang seberat zarrah pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh para pemilik kitab sunan, yaitu:
"إِنَّ اللَّهَ لَوْ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ، لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ"
Sesungguhnya Allah itu seandainya Dia mengazab semua penduduk langit-Nya dan semua penduduk bumi-Nya, Dia benar-benar akan mengazab mereka, sedangkan Dia tidak berbuat aniaya terhadap mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ}
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan. (Al-'Ankabut: 21)
Yakni dikembalikan kelak pada hari kiamat.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ}
Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit. (Al-'Ankabut: 22)
Maksudnya, tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi yang bisa menyelamatkan diri dari azab-Nya, bahkan Dia Mahaperkasa di atas semua hamba-Nya. Segala sesuatu takut kepada-Nya dan berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya dari selain-Nya.
{وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ. وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ}
dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya. (Al-'Ankabut: 22-23)
Yaitu ingkar dan kafir kepada hari akhirat.
{أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي}
mereka putus asa dari rahmat-Ku. (Al-'Ankabut: 23)
Artinya, tiada bagian bagi mereka dari rahmat-Ku.
{وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (Al-'Ankabut: 23)
Yakni menyakitkan lagi keras di dunia dan akhirat.

Al-'Ankabut, ayat 24-25

{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (24) وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (25) }
Maka tiadalah jawaban kaum Ibrahim selain mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia, " lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun.
Allah Swt. menceritakan perihal kaum Nabi Ibrahim dalam kekafiran, keingkaran, dan keangkuhan mereka, serta penolakan mereka terhadap perkara hak dengan kebatilan. Bahwa tiadalah sesudah perkataan Nabi Ibrahim yang mengandung petunjuk dan penjelasan itu,
{إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ}
melainkan mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia!" (Al-'Ankabut: 24)
Demikian itu karena bukti telah mengalahkan mereka dan alasan Nabi Ibrahim benar-benar mematahkan alasan mereka, maka mereka gunakan kekuasaan dan kekuatan kerajaan mereka sebagai jawabannya:
{قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ. فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأسْفَلِينَ}
Mereka berkata, "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim, lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” Mereka hendak melakukan tipu daya kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (As-Saffat: 97-98)
Demikian itu karena mereka menghimpun semua kayu bakar dalam waktu yang cukup lama sehingga terkumpul kayu bakar yang sangat banyak, lalu mereka pagari kumpulan kayu bakar tersebut. Setelah itu dibakar sehingga nyala apinya menjulang tinggi ke langit, belum pernah ada api sebesar itu. Kemudian mereka menangkap Nabi Ibrahim dan mengusungnya, lalu menaruhnya di atas pelontar batu besar. Nabi Ibrahim dilontarkan masuk ke dalam api yang besar itu, lalu Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan baginya. Nabi Ibrahim akhirnya keluar dari api itu setelah tinggal beberapa hari di dalamnya dalam keadaan selamat. Hal yang seperti itu dijadikan oleh Allah sebagai suri teladan dan contoh, yang menunjukkan pengorbanan diri demi Tuhan Yang Maha Pemurah dan merelakan dirinya dimakan api. Dia (Ibrahim) dengan sukarela mengorbankan putranya untuk dikorbankan, dan harta bendanya untuk tamu-tamu yang berkunjung kepadanya. Karena itulah maka semua agama sepakat untuk menyukainya.
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ}
lalu Allah menyelamatkannya dari api. (Al-'Ankabut: 24)
Yakni menyelamatkan Ibrahim dari panasnya api itu dengan menjadikannya berasa dingin dan keselamatan baginya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ. وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini.” (Al-'Ankabut: 24-25)
Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya dengan nada mengecam dan mencela mereka karena perbuatan mereka yang buruk, yaitu menyembah berhala-berhala. Bahwa sesungguhnya kalian melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk mengikat sebagian dari kalian dengan sebagian yang lain dalam ikatan persahabatan dan kasih sayang di dunia ini. Pengertian ini berdasarkan pendapat ulama yang membaca nasab lafaz mawaddah, bahwa lafaz mawaddatan berkedudukan sebagai maf'ul lah. Sedangkan menurut bacaan rafa', maka maknanya adalah seperti berikut; Bahwa sesungguhnya kalian melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk memperoleh kasih sayang di antara sesama kalian di dunia ini.
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
kemudian di hari kiamat. (Al-'Ankabut: 25)
Keadaan tersebut berbalik, persahabatan dan kasih sayang menjadi permusuhan dan kebencian. Kemudian:
{يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ}
sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut; 25)
Yakni saling mengingkari apa yang pernah dilakukan di antara kalian.
{وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}
dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut: 25)
Yaitu para pengikut melaknati para pemimpinnya. Begitu pula sebaliknya, orang-orang yang diikuti melaknati para pengikutnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا}
Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka) mengutuk kawannya (yang menyesatkannya). (Al-A'raf: 38)
Dan firman Allah Swt.:
{الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ}
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 67)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka. (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat.
Artinya, tempat kembali dan berpulangnya kalian sesudah menjalani peristiwa hari kiamat ialah ke neraka, dan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun yang menolong kalian, dan tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah. Demikianlah nasib yang akan dialami oleh orang-orang kafir.
Adapun keadaan orang-orang mukmin berbeda dan kebalikan dari apa yang dialami oleh orang-orang kafir.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الأحْمَسي حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الثَّقَفِيُّ [حَدَّثَنَا] الرَّبِيعُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ جَعْدَةَ بْنِ هُبَيْرة الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ -أُخْتِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ -قَالَتْ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أخبرِك أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَجْمَعُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَمَنْ يَدْرِي أَيْنَ الطَّرَفَانِ "، فَقَالَتِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. "ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، فَيَشْرَئِبُّونَ" قال أبو عاصم: يرفعون رؤوسهم. "ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، ثُمَّ يُنَادِي الثَّالِثَةَ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَفَا عَنْكُمْ" قَالَ: "فَيَقُولُ النَّاسُ قَدْ تَعَلَّقَ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ فِي ظُلامات الدُّنْيَا -يَعْنِي: الْمَظَالِمَ -ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، لِيَعْفُ بَعْضُكُمْ عَنْ بَعْضٍ، وَعَلَى اللَّهِ الثَّوَابُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Abu Asim As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Ismail ibnu Amr ibnu Said ibnu Ja'dah ibnu Hubairah Al-Makhzumi, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ummu Hani' (saudara perempuan sahabat Ali ibnu Abu Talib) yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya: Aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah Swt. kelak di hari kiamat akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tanah lapang yang luas. Maka siapakah yang mengetahui di mana kedua golongan itu berada? Ummu Hani' menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian berserulah penyeru dari bawah 'Arasy, "Hai ahli tauhid, " maka mereka bermunculan —menurut Abu Asim mereka mengangkat kepalanya masing-masing—. Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid!" Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid, sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian.” Maka manusia semua bangkit, sedangkan sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain karena masalah kezaliman semasa di dunianya. Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid, hendaklah sebagian dari kalian memaaf sebagian yang lain, dan Allah-lah yang akan menanggung pahalanya.

Al-'Ankabut, ayat 26-27

{فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (26) وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (27) }
Maka Lut membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim, "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Allah Swt. menceritakan tentang Ibrahim, bahwa Lut beriman kepadanya. Menurut suatu pendapat, Lut adalah anak saudara lelaki Nabi Ibrahim. Mereka mengatakan bahwa Lut ibnu Haran ibnu Azar, yakni tiada seorang pun dari kalangan kaumnya yang beriman kepadanya selain Lut dan Sarah (istri Nabi Ibrahim sendiri).
Akan tetapi, timbul suatu pertanyaan tentang bagaimanakah menggabungkan pengertian ayat ini dengan hadis yang disebutkan di dalam kitab sahih yang menceritakan, bahwa ketika Ibrahim a.s. bersua dengan raja yang angkara murka (sewenang-wenang) itu dan si raja menanyakan tentang Sarah kepada Ibrahim,"Apa hubungan kamu dengan wanita ini?" Nabi Ibrahim menjawab, "Dia adalah saudara perempuanku."
Kemudian Ibrahim menemui istrinya dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku telah mengatakan kepada si raja lalim itu bahwa engkau adalah saudara perempuanku, janganlah kamu mendustakan diriku (di hadapannya nanti) karena sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang pun yang beriman selain dari aku dan kamu, karenanya engkau adalah saudara perempuan seagamaku."
Seakan-akan makna yang dimaksud —hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa tiada sepasang suami istri di muka bumi pada masa itu yang beragama Islam selain Nabi Ibrahim dan istrinya, karena sesungguhnya Lut a.s. telah beriman kepadanya, dia berasal dari kaumnya. Lut ikut berhijrah bersama Nabi Ibrahim ke negeri Syam, kemudian ia diangkat menjadi rasul untuk penduduk Sodom dan daerah-daerah sekitarnya; hal itu terjadi di masa Nabi Ibrahim a.s. Kemudian perihal mereka telah disebutkan dalam pembahasan yang telah lalu, dan akan disebutkan lagi pada pembahasan berikutnya.
Firman Allah Swt.:
{وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي}
Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintah­kan) Tuhanku (kepadaku). (Al-'Ankabut: 26)
Damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Qala, " dapat ditakwilkan merujuk kepada Lut, karena lafaz Lut merupakan lafaz yang terdekat dengannya. Dapat pula ditakwilkan merujuk kepada Ibrahim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Pengertian kedua ini berdasarkan apa yang tersimpan di dalam firman-Nya: Maka Lut membenarkan (kenabian)nya. (Al-'Ankabut: 26) Yakni dari kalangan kaumnya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa Ibrahim memilih untuk pindah dari kalangan kaumnya demi membela agamanya dan meneguhkannya. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-'Ankabut: 26)
Yaitu kemuliaan hanyalah milik Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Allah Mahabijaksana dalam semua perkataan, perbuatan, dan semua ketetapan-Nya.
Qatadah mengatakan bahwa Ibrahim dan Lut berpindah dari Kausa (daerah pedalaman Kufah) menuju ke negeri Syam.
Qatadah mengatakan pula bahwa pernah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. telah bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، يَنْحَازُ أَهْلُ الْأَرْضِ إِلَى مُهَاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شرار أهلها، حتى تلفظهم أرضهم وتقذرُهم رُوحُ اللَّهِ، وَتَحْشُرهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، تَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا، وتَقِيل مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مَا سَقَطَ مِنْهُمْ"
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah; penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas Nabi Ibrahim, sedangkan yang ada di tempat lain dari bumi hanyalah orang-orang yang jahat saja, sehingga bumi tempat mereka memuntahkan mereka dan Allah Swt. merasa jijik terhadap mereka, serta api menggiring mereka bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap jika mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari jika mereka istirahat di siang hari, dan api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini berikut sanadnya secara panjang lebar, melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa ketika tiba masa pembaiatan Yazid ibnu Mu'awiyah, ia datang ke negeri Syam, dan ia mendapat berita tentang majelis tempat Nauf Al-Bakkali biasa mengajar. Maka ia mendatangi tempat itu. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki, dan orang-orang menguakkan jalan untuknya, lelaki itu memakai baju khamisah. Ternyata dia adalah Abdullah ibnu Amr ibnul As. Ketika Nauf Al-Bakkali melihatnya, maka ia menghentikan pembicaraannya, dan Abdullah ibnu Amr berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَيَنْحَازُ النَّاسُ إِلَى مُهَاجرَ إِبْرَاهِيمَ، لَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ إِلَّا شَرَارُ أَهْلِهَا، فَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، تقْذَرهم نفسُ الرَّحْمَنِ، تَحْشُرُهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ فَتَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا، وتَقِيل مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مِنْهُمْ مَنْ تَخَلَّف"
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, maka orang-orang (mukmin) beralih ke tempat hijrahnya Nabi Ibrahim; tiada yang tertinggal di bumi selain dari para penduduknya yang jahat-jahat, maka bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah merasa jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi; api itu ikut menginap bersama mereka bila mereka menginap, dan ikut beristirahat di siang hari bersama mereka bila mereka istirahat di siang hari; api itu melahap siapa pim yang tertinggal dari kalangan mereka.
Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَيَخْرُجُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي من قبل المشرق، يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيهم، كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطع، كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ" حَتَّى عَدّها زِيَادَةً عَلَى عِشْرِينَ مَرَّةً "كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ، حَتَّى يَخْرُجَ الدَّجَّالُ فِي بَقِيَّتِهِمْ"
Kelak akan muncul segolongan orang dari kalangan umatku dari arah terbitnya matahari (timur) yang pandai membaca Al-Qur’an, tetapi Al-Qur’an tidak meresap ke dalam dada mereka. Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka pasti dimusnahkan, setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan -kalimat ini dihitung oleh Abdullah ibnu Amr lebih dari dua puluh kali- setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan, sehingga muncullah Dajjal dari kalangan sisa-sisa mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya dari Abu Daud dan Abdus Samad yang keduanya dari Hisyam Ad-Dustuwa'i, dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Abu Daud telah meriwayatkannya pula di dalam kitab sunannya. Di dalam Kitabul Jihad (pembahasan tentang Jihad), Bab "Berita tentang Terhuninya Negeri Syam," bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَخِيَارُ أَهْلِ الْأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شِرَارُ أَهْلِهَا تَلْفِظُهُمْ أَرْضُهُمْ وتَقْذرهم نَفْسُ الرَّحْمَنِ، وَتَحْشُرُهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ"
Kelak akan terjadi perpindahan sesudah hijrah, penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas hijrahnya Nabi Ibrahim, dan yang tertinggal di belahan bumi lainnya hanyalah para penduduknya yang jahat-jahat, mereka dimuntahkan oleh bumi dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka, mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة، عَنْ شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَر يَقُولُ لَقَدْ رأيتُنا وَمَا صَاحِبُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ بِأَحَقِّ مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ لَقَدْ رَأَيْتُنَا بآخِرَة الْآنَ، وَالدِّينَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلَى أَحَدِنَا مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَئِنْ أَنْتُمُ اتَّبَعْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَتَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، لَيُلْزِمَنَّكُمُ اللَّهُ مذلَّة فِي أَعْنَاقِكُمْ، ثُمَّ لَا تُنْزَعُ مِنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى مَا كُنْتُمْ عَلَيْهِ، وَتَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". وَسَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَتَكُونَنَّ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ إِلَى مُهاجر أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ حَتَّى لَا يَبْقَى فِي الْأَرَضِينَ إِلَّا شِرَارُ أَهْلِهَا وَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، وتقذرهم روح الرحمن، وتحشرهم النار مع القردة وَالْخَنَازِيرِ، تَقِيلُ حَيْثُ يَقِيلُونَ ، وَتَبِيتُ حَيْثُ يَبِيتُونَ، وَمَا سَقَطَ مِنْهُمْ فَلَهَا". وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَخْرُجُ من أمتي قوم يسيئون الأعمال، يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ -قَالَ يَزِيدُ: لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ -يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ عِلْمَهُ مَعَ عِلْمِهِمْ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، فَإِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، فَطُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ، وَطُوبَى لِمَنْ قَتَلُوهُ. كُلَّمَا طَلَعَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قَطعَه اللَّهُ". فَرَدَّدَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ مَرَّةً، أَوْ أَكْثَرَ، وَأَنَا أَسْمَعُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Janab Yahya ibnu Abu Hayyah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan, ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa dahulu di masanya tiada seorang pun yang memiliki dinar dan dirham (harta) lebih berhak daripada saudara muslimnya (hidup mereka penuh dengan kebersamaan). Kemudian sesudah itu (yakni di masa Syahr ibnu Hausyab) keadaannya berbeda, dinar dan dirham lebih disukai oleh seseorang daripada saudara semuslimnya (yakni hidup mereka individualistis). Dan ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya jika kalian mengikuti ekor sapi dan melakukan transaksi secara 'ainah, serta meninggalkan jihad di jalan Allah, maka benar-benar Allah akan menimpakan ke hinaan ke atas pundak kalian yang tidak dapat dilenyapkan dari kalian sebelum kalian kembali ke jalan semula dan bertobat kepada Allah Swt. Dan ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, yaitu ke tempat-tempat hijrahnya bapak moyang kalian Nabi Ibrahim, sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi lainnya selain dari para penghuninya yang jahat-jahat. Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut istirahat siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, dan ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap; apa saja dari mereka yang terjatuh dilahap oleh api itu. Sesungguhnya ia pernah pula ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kelak akan muncul suatu kaum dari kalangan umatku yang amal perbuatan mereka buruk; mereka pandai membaca Al-Qur'an, tetapi Al-Qur’an tidak melampaui tenggorokan mereka (yakni tidak meresap ke dalam dada mereka). Yazid (salah seorang perawi hadis ini) mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya Abu Janab mengatakan hal berikut: Seseorang dari kalian merasa amat kecil ilmunya dibandingkan dengan ilmu mereka, tetapi mereka gemar memerangi ahli Islam. Maka apabila mereka muncul, perangilah mereka. Kemudian bila mereka muncul lagi, perangilah mereka. Kemudian bila mereka muncul juga, perangilah mereka. Maka amatlah beruntung bagi orang yang berhasil membunuh mereka, beruntunglah orang yang dapat membunuh mereka. Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka, Allah membinasakannya. Rasulullah Saw. mengulang-ulang sabdanya yang terakhir ini sebanyak dua puluh kali atau lebih, sedangkan ia mendengarnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو الحُسَيْن بْنُ الْفَضْلٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ وَهِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ الدِّمَشْقِيَّانِ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ نَافِعٍ -وَقَالَ أَبُو النَّضْرِ، عَمَّنْ حدَّثه، عَنْ نَافِعٍ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَيُهَاجِرُ أَهْلُ الْأَرْضِ هِجْرَةً بَعْدَ هِجْرَةٍ، إِلَى مهاجَر إِبْرَاهِيمَ، حَتَّى لَا يَبْقَى إِلَّا شَرَارُ أَهْلِهَا، تَلْفِظُهُمُ الْأَرَضُونَ (8) وَتَقْذَرُهُمْ رُوحُ الرَّحْمَنِ، وتحشرهم النار مع القردة والخنازير، تبيت معهم حَيْثُ بَاتُوا، وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا، لَهَا مَا سَقَطَ مِنْهُمْ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Yazid dan Hisyam ibnu Ammar yang kedua-duanya dari Dimasyq, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Nafi'. Dan Abun Nadr telah meriwayatkan dari orang yang pernah mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak penduduk bumi (yang beriman) akan berpindah ke tempat-tempat hijrahnya Nabi Ibrahim sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi yang lain kecuali hanya para penduduknya yang jahat-jahat. Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka.
Hadis Nafi' ini berpredikat garib; jelasnya Al-Auza'i telah meriwayatkan­nya dari salah seorang gurunya yang berpredikat lemah. Hanya Allah Yang lebih mengetahui. Tetapi riwayatnya yang melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As lebih mudah untuk dihafalkan.
****
Firman Allah SWT:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ}
Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishak dan Ya’qub. (Al-Ankabut: 27)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا}
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49)
Yakni setelah Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya, maka Allah menyenangkan hatinya dengan memberinya seorang anak yang saleh lagi menjadi seorang nabi, dan seorang cucu yang saleh dan juga seorang nabi semasa ia (Ibrahim) masih hidup. Hal yang sama disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً}
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72)
Yaitu sebagai karunia tambahan buat Ibrahim, sebagaimana pula yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub. (Hud: 71)
Yakni akan dilahirkan seorang cucu sesudahnya, untuk menggembirakan hati keduanya (Ibrahim dan Ishaq) semasa keduanya masih hidup. Keberadaan Nabi Ya'qub sebagai anak Nabi Ishaq dinaskan oleh Al-Qur'an dan dikuatkan oleh sunnah nabawi. Allah Swt. telah berfirman:
{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa.” (Al-Baqarah: 133), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya yang mengatakan:
"إِنَّ الْكَرِيمَ ابنَ الْكَرِيمِ ابنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ يوسفُ بنَ يعقوبَ بْنِ إسحاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ"
Sesungguhnya orang yang mulia bin orang yang mulia bin orang yang mulia bin orang yang mulia adalah Yusuf ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim 'alaihis salam.
Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishaq dan Ya’qub. (Al-'Ankabut: 27) bahwa keduanya adalah putra Nabi Ibrahim. Padahal makna yang sebenarnya menyatakan bahwa cucu itu sama kedudukannya dengan anak; sesungguhnya pengertian ini hampir samar bagi orang yang tingkatannya di bawah Ibnu Abbas.
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-'Ankabut: 27)
Ini merupakan karunia yang paling besar, karena selain Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya, dan menjadikannya sebagai panutan bagi umat manusia, juga memberikan kepada keturunannya kenabian dan Al-Kitab. Maka tiada seorang nabi pun sesudah Nabi Ibrahim melainkan berasal dari keturunannya. Semua nabi kaum Bani Israil berasal dari keturunan Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim, sehingga nabi yang terakhir dari kalangan mereka adalah Isa ibnu Maryam. Kemudian bangkitlah dari kalangan para nabi semuanya seorang nabi dari Arab keturunan kabilah Quraisy dari keluarga Bani Hasyim. Dia datang sebagai pembawa berita gembira dan penutup para rasul secara mutlak, juga penghulu seluruh anak Adam, baik di dunia maupun di akhirat. Allah telah memilih­nya dari kalangan intinya orang-orang Arab 'Uraba, berasal dari keturunan Nabi Ismail ibnu Ibrahim a.s. Tiada seorang pun yang menjadi nabi dari kalangan keturunan Nabi Ismail selain beliau, Nabi Muhammad Saw.
Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27)
Yakni Allah menghimpunkan baginya dua hal antara kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat secara berkesinambungan. Dia di dunia beroleh rezeki yang luas, kesejahteraan dan rumah yang luas, sumber air yang deras, istri yang cantik lagi saleh, pujian yang baik dan buah bibir yang baik, semua orang menyukai dan menyenanginya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya. Selain dari itu Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah dari berbagai seginya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (An-Najm: 37)
Yaitu dia mengerjakan semua yang diperintahkan Allah kepadanya dan melakukan ketaatan kepada Allah dengan sempurna. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27)
Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk orang-orang yang saleh. (An-Nahl 120-122)

Al-'Ankabut, ayat 28-30

{وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ (28) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (29) قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ (30) }
Dan (ingatlah) ketika Lut berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu.” Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Lut berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.”
Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Lut a.s., bahwa Lut mengingkari perbuatan kaumnya yang jahat; mereka biasa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang buruk, antara lain mendatangi lelaki (homo seks), perbuatan tersebut belum pernah ada seorang pun dari anak Adam yang melakukannya sebelum mereka. Selain dari itu mereka kafir kepada Allah, mendustakan dan menentang rasul-Nya, juga gemar menyamun. Yakni mereka menghadang orang-orang yang melewati jalan kampung mereka, lalu membunuhnya dan merampas hartanya.
{وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ}
dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29)
Yaitu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang mengeluarkan kata-kata yang tidak layak di tempat-tempat pertemuan mereka, sedangkan sebagian dari mereka tiada yang mengingkari sebagian yang lain terhadap perbuatan yang mungkar itu.
Menurut Mujahid, perbuatan tersebut ialah sebagian dari mereka menyetubuhi sebagian yang lain di depan mata sekumpulan dari mereka.
Menurut Aisyah r.a. dan Al-Qasim, perbuatan mungkar tersebut ialah mereka berkumpul di tempat pertemuan mereka sambil saling kentut dan tertawa-tawa.
Pendapat yang lainnya menyebutkan bahwa mereka mengadu domba dan sabung ayam, semua perbuatan itu merekalah yang mula-mula melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat daripada hanya sekadar itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ، أَخْبَرَنِي حَاتِمُ بْنُ أَبِي صَغِيرَةَ، حَدَّثَنَا سِمَاك بْنُ حَرْبٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ -مَوْلَى أُمِّ هَانِئٍ -عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ} ، قَالَ: "يَحْذِفُونَ أَهْلَ الطَّرِيقِ، وَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ، وَذَلِكَ الْمُنْكَرُ الَّذِي كَانُوا يَأْتُونَهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, telah menceritakan kepadaku Hatim ibnu AbuSagir, telah menceritakan kepada kami Sammak ibnu Harb, dari Abu Saleh maula Ummu Hani', dari Ummu Hani' yang mengatakan bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Maka Nabi Saw. bersabda: Mereka (kaum Lut) biasa melempari dengan batu kerikil orang-orang yang melewati jalan mereka dan mengejeknya, itulah perbuatan mungkar yang biasa mereka kerjakan.
Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya melalui hadis Abu Usamah Hammad ibnu Usamah, dari Abu Yunus Al-Qusyairi, dari Hatim ibnu Abu Sagir dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, kami tidak mengenalnya selain melalui hadis Hatim ibnu Abu Sagir dari Sammak.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, dari Amr ibnu Qais, dari Al-Hakam, dari Mujahid, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Yakni permainan anak kecil, bermain burung merpati, kelereng, dan meminta-minta di majelis serta melepaskan kancing-kancing kemah (yakni mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas bagi mereka).
Firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}
Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan.”Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al-'Ankabut: 29)
Ini menggambarkan tentang kekafiran mereka dan sikap olok-olok mereka kepada nabinya, juga keingkaran mereka terhadap nabinya. Karena itulah maka Nabi Lut (nabi mereka) meminta tolong kepada Allah melalui doanya:
{رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ}
Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu. (Al-'Ankabut: 30)

Al-'Ankabut, ayat 31-35

{وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا إِنَّا مُهْلِكُو أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ إِنَّ أَهْلَهَا كَانُوا ظَالِمِينَ (31) قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (32) وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالُوا لَا تَخَفْ وَلا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (33) إِنَّا مُنزلُونَ عَلَى أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (34) وَلَقَدْ تَرَكْنَا مِنْهَا آيَةً بَيِّنَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (35) }
Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini; sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim.” Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata, "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.
Setelah Nabi Lut a.s. meminta tolong kepada Allah Swt. untuk membinasakan mereka, maka Allah mengirimkan para malaikat untuk menolongnya; malaikat-malaikat itu mampir terlebih dahulu ke rumah Nabi Ibrahim a.s. dalam rupa tamu. Maka Ibrahim a.s. melakukan hal yang biasa dilakukan oleh pemilik rumah kepada para tamunya, tetapi setelah Nabi Ibrahim melihat bahwa para tamunya ini tidak mempunyai selera terhadap makanan yang disuguhkannya, maka ia merasa heran, dan rasa takut terhadap mereka mulai menyelinap di hatinya.
Maka para tamu itu menghibur hatinya dan menyampaikan berita gembira kepadanya akan kelahiran seorang anak yang saleh dari istrinya yang bernama Sarah. Saat itu Sarah ada di tempat yang sama dan menyaksikan mereka; ia merasa heran dengan berita gembira itu, sebagai­mana yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Hud dan surat Al-Hijr.
Setelah menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim a.s., lalu mereka memberitahukan kepadanya bahwa mereka diutus untuk membinasakan kaum Lut. Maka Ibrahim a.s: membela mereka dan meminta kepada mereka untuk menangguhkannya, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk dari Allah.
Setelah mereka mengatakan kepadanya bahwa mereka akan menghancurkan kota Sodom,
{قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ}
Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (Al-'Ankabut: 32)
Yakni termasuk orang-orang yang dihancurkan bersama kaumnya karena ia selalu mendukung kekufuran mereka dan kesewenang-wenangan mereka, serta ikut mengatur perbuatan keji itu.
Kemudian para malaikat itu pergi dari rumah Ibrahim dan masuk ke rumah Nabi Lut dalam bentuk para pemuda yang tampan-tampan. Ketika Lut melihat keadaan para tamunya yang rupawan-rupawan itu,
{سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا}
dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka. (Al-'Ankabut: 33)
Maksudnya, dia merasa susah jika menerima kedatangan mereka, dan merasa takut terhadap keselamatan mereka dari ulah kaumnya jika ia tidak menerima mereka sebagai tamunya. Pada saat itu Nabi Lut masih belum mengetahui siapa mereka sebenarnya.
{قَالُوا لَا تَخَفْ وَلا تَحْزَنْ إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ. إِنَّا مُنزلُونَ عَلَى أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ}
Mereka berkata, "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit kepada penduduk kota ini karena mereka berbuat pasik. (Al-'Ankabut: 33-34)
Malaikat Jibril menjebol kota mereka dari bawah tanah, lalu mengangkatnya ke udara, setelah itu dijungkirkan dan ditangkubkan ke bumi, sedangkan mereka berada di bawahnya. Lalu Allah mengirimkan hujan batu dari sijjil (tanah liat yang dibakar), masing-masing batu telah diberi tanda di sisi Tuhanmu, dan tiadalah tempat mereka berada jauh dari tempat tinggal orang-orang yang zalim (maksudnya kaum musyrik Mekah). Kemudian Allah menjadikan bekas tempat tinggal mereka sebuah danau yang kotor lagi busuk airnya, dan menjadikannya sebagai pelajaran (buat yang lainnya) sampai hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang paling keras mendapat azab Allah kelak di hari kiamat. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ تَرَكْنَا مِنْهَا آيَةً بَيِّنَةً}
Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya suatu tanda yang nyata. (Al-'Ankabut: 35)
Yaitu sebagai tanda yang jelas.
{لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}
bagi orang-orang yang berakal. (Al-'Ankabut: 35)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ * وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (As-Saffat: 137-­138)

Al-'Ankabut, ayat 36-37

{وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ الآخِرَ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (36) فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (37) }
Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka (yaitu) Syu’aib. Maka ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan.” Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.
Allah Swt. menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya Nabi Syu'aib a.s., bahwa dia memberikan peringatan kepada kaumnya, penduduk Madyan. Ia memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan hendaknya mereka takut akan azab dan pembalasan Allah kelak di hari kiamat. Untuk itu ia mengatakan:
{يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ الآخِرَ}
Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, dan harapkanlah (pahala) hari akhir. (Al-'Ankabut: 36)
Ibnu Jarir mengatakan, sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa makna ayat ialah 'takutlah kalian terhadap hari akhirat.' Pengertiannya sama dengan firman Allah Swt.:
{لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ}
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat. (Al-Ahzab: 21 dan Al Mumtahanah: 6)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. (Al-'Ankabut: 36)
Nabi Syu'aib melarang mereka berbuat keonaran dan kerusakan di muka bumi, yaitu berbuat sewenang-wenang terhadap penghuninya. Demikian itu karena mereka biasa mengurangi takaran dan timbangan serta gemar menyamun. Selain dari itu mereka kafir kepada Allah dan rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan gempa yang dahsyat yang menghancurleburkan negeri mereka berada, juga dibarengi dengan pekikan yang mengguntur yang dapat mencopotkan jantung mereka. Hal itu terjadi pada hari yang diliputi oleh awan yang gelap; sehingga arwah mereka meregang dan binasalah mereka semuanya, sesungguhnya peristiwa itu merupakan azab yang besar.
Kisah mengenai mereka telah disebutkan panjang lebar di dalam tafsir surat Al-A'raf surat Hud, dan surat Asy-Syu'ara.
Firman Allah Swt.:
{فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. (Al-'Ankabut: 37)
Qatadah mengatakan bahwa makna jasimin ialah menjadi mayat. Menurut pendapat yang lain, sebagian dari mereka ditimpakan kepada sebagian yang lain, yakni bertumpang tindih.

Al-'Ankabut, ayat 38-40

{وَعَادًا وَثَمُودَ وَقَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنْ مَسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ (38) وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ (39) فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40) }
Dan (juga) kaum Aad dan  Samud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam, dan (juga) Qarun, Fir'aun, dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Allah Swt. menceritakan tentang umat-umat yang mendustakan rasul-rasul, bahwa Allah telah membinasakan mereka dengan berbagai macam azab sebagai pembalasan Allah Swt. terhadap mereka.
'Ad adalah kaum Nabi Hud a.s. Mereka tinggal di daerah Ahqaf (bukit-bukit pasir) yang letaknya dekat dengan Hadramaut di negeri Yaman. Samud adalah kaum Nabi Saleh, mereka tinggal di kota Al-Hijr yang letaknya dekat dengan Wadil Qura. Orang-orang Arab mengenal benar tempat-tempat tinggal mereka karena mereka biasa melaluinya dalam perjalanan niaga mereka.
Qarun pemilik harta yang berlimpah dan kunci-kunci perbendaharaan yang berat-berat, saking banyaknya harta. Juga Fir'aun Raja Mesir di masa Nabi Musa berikut patihnya (yaitu Haman), keduanya adalah bangsa Egypt yang kafir kepada Allah dan rasul-Nya.
{فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. (Al-'Ankabut: 40)
Yakni siksaan yang ditimpakan kepada masing-masing sesuai dengan dosanya.
{فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا}
maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut: 40)
Mereka adalah kaum Ad, demikian itu karena mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat daripada kami?" Maka datanglah angin puyuh yang sangat dingin lagi sangat kuat tiupannya; angin tersebut menerbang­kan semua batu kerikil dan menerbangkan mereka tinggi-tinggi ke udara, lalu mereka dijatuhkan dengan kepala di bawah sehingga hancurlah kepala mereka, yang tertinggal adalah badan mereka saja tanpa kepala, seakan-akan keadaan mereka bagaikan pokok-pokok kurma yang tumbang.
{وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ}
dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur. (Al-'Ankabut: 40)
Mereka adalah kaum Samud. Hujah Allah telah ditegakkan terhadap mereka dan bukti kebenaran telah ditampakkan kepada mereka melalui unta betina yang muncul dari sebuah batu besar, sesuai dengan apa yang dimintakan oleh mereka kepada Nabi Saleh. Tetapi sekalipun demikian mereka tetap tidak beriman, bahkan mereka tetap tenggelam di dalam kekafiran dan perbuatan mereka yang melampaui batas. Mereka juga mengancam Nabi Saleh bersama orang-orang yang beriman kepadanya, bahwa Saleh dan para pengikutnya akan diusir oleh mereka dari negerinya dan akan dirajam dengan batu. Maka datanglah pekikan keras yang mengguntur menimpa mereka sehingga mereka tiada bersuara lagi dan binasalah mereka semuanya.
{وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ}
dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi. (Al-'Ankabut: 40)
Dia adalah Qarun yang kelewat batas, bersikap sewenang-wenang, zalim, serta durhaka kepada Allah Swt. Dia berjalan di muka bumi dengan langkah-langkah yang sombong dan angkuh serta bertindak sewenang-wenang, dan ia menduga bahwa dirinya lebih utama daripada orang lain serta berjalan dengan penuh kebanggaan dan keangkuhan, maka Allah membenamkan dirinya berikut rumahnya. Dia terus terbenam ke dalam bumi sampai hari kiamat.
{وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا}
dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. (Al-'Ankabut: 40)
Dia adalah Fir'aun dan patihnya yang bernama Haman beserta bala tentara keduanya, semuanya ditenggelamkan dalam waktu yang singkat, tiada seorang pun dari mereka yang selamat.
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ}
dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka. (Al-'Ankabut: 40)
dalam perbuatan-Nya terhadap mereka.
{وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 40)
Sesungguhnya Kami melakukan hal itu terhadap mereka hanyalah sebagai balasan yang setimpal dari apa yang dilakukan oleh diri mereka sendiri. Tafsir yang telah kami kemukakan di atas sesuai dengan makna lahiriah konteks ayat; ungkapan ini dinamakan Al-laf dan nasyr. Yaitu pada mulanya Allah menyebutkan perihal umat-umat yang mendustakan, kemudian berfirman:
{فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. (Al-'Ankabut: 40)
Yakni masing-masing dari mereka yang telah disebutkan di atas.
Sesungguhnya kami sengaja mengingatkan hal ini karena ada riwayat Ibnu Jarir yang menyebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut: 40) Yaitu kaumnya Nabi Lut. dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. (Al-'Ankabut: 40) Yakni kaumnya Nabi Nuh.
Riwayat ini munqati' dari Ibnu Abbas, karena sesungguhnya Ibnu Juraij tidak menjumpai masa Ibnu Abbas. Kemudian Allah pun menyebutkan dalam surat ini perihal kebinasaan kaum Nuh oleh banjir besar dan kaum Lut oleh azab dari langit. Lalu disebutkan keterangan dengan panjang lebar lagi terinci dengan adanya perbedaan antara tafsir ini dengan tafsir yang sebelumnya.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut: 40) Bahwa yang dimaksud adalah kaum Nabi Lut. dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur. (Al-'Ankabut: 40) Bahwa yang dimaksud adalah kaumnya Nabi Syu'aib.
Pendapat ini pun jauh dari kebenaran karena alasan yang telah disebutkan di atas, dan hanya Allah-lah yang lebih mengetahui.

Al-'Ankabut, ayat 41-43

{مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (41) إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (42) وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ (43) }
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui: Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan perihal kaum musyrik karena mereka mengambil tuhan-tuhan selain Allah yang mereka harapkan pertolongan dan rezekinya serta mereka pegang di saat mereka tertimpa kesengsaraan.
Keadaan mereka dalam hal tersebut sama dengan rumah laba-laba dalam hal kelemahan dan kerapuhannya. Orang yang menyembah tuhan-tuhan seperti mereka tiada lain seperti orang yang berpegangan pada rumah laba-laba, maka sesungguhnya hal itu tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepadanya. Sekiranya mereka mengetahui keadaan tersebut, tentulah mereka tidak akan menjadikan penolong-penolong mereka selain dari Allah.
Berbeda halnya dengan orang muslim lagi beriman hatinya kepada Allah, selain dari itu dia beramal dengan baik sesuai dengan hukum syariat. Maka sesungguhnya dia berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan terputus karena kekuatan dan kekokohannya.
Kemudian Allah Swt. berfirman seraya mengancam orang-orang yang menyembah selain Dia dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, bahwa sesungguhnya Allah Swt. mengetahui semua amal perbuatan mereka dan mengetahui apa yang mereka persekutukan dengan-Nya berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan. Maka kelak Allah akan memberikan balasan-Nya terhadap mereka; sesungguhnya Dia Maha­bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ}
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
Maksudnya, tiada yang dapat memahaminya dan merenungkannya kecuali hanya orang-orang yang mendalam ilmunya lagi berwawasan luas.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Abu Qubail, dari Amr ibnul As r.a. yang menceritakan bahwa ia hafal seribu tamsil dari Rasulullah Saw. Hal ini merupakan suatu keutamaan yang besar bagi Amr ibnul As, karena Allah Swt. telah berfirman: Dan pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sinan, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa tiadalah suatu ayat pun yang ia lalui tanpa ia pahami maknanya melainkan merasa bersedih hati karenanya. Sebab ia menyadari bahwa Allah Swt. telah berfirman: Dan pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)


Al-'Ankabut, ayat 44

خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ (44)
Allah menciptakan langit dan bumi dengan baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mukmin.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kekuasaan-Nya yang Maha­besar, bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi dengan hak, yakni bukan untuk main-main atau perbuatan yang sia-sia.
{لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى}
supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Taha: 15)
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31)
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mukmin. (Al-'Ankabut: 44)
Yakni bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa Allah-lah semata Yang Menciptakan dan Yang Mengatur serta Yang menjadi Tuhan.
*****************************
Akhir Juz 20
******************************
Rev.04.06.2013


Al-'Ankabut, ayat 45

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk membaca Al-Qur'an dan menyampaikannya kepada manusia.
{وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}
dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). (Al-'Ankabut: 45)
Salat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya. Di dalam sebuah hadis melalui riwayat Imran dan Ibnu Abbas secara marfu' telah disebutkan:
"مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ تَزِدْهُ مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا"
Barang siapa yang salatnya masih belum dapat mencegah dirinya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada lain ia makin bertambah jauh dari Allah.
Banyak asar yang menerangkan masalah ini, antara lain dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُونَ الْمُخَرِّمِيُّ الْفَلَّاسُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نَافِعٍ أَبُو زِيَادٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سُئِل النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ} قَالَ: "مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، فلا صلاة له"
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harun Al-Makhrami Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Nafi' Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Imran ibnu Husain yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah ditanya (seseorang) tentang makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Maka beliau Saw. menjawab melalui sabdanya: Barang siapa yang tidak dapat dicegah oleh salatnya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada (pahala) salat baginya.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَلْحَةَ الْيَرْبُوعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا".
Telah menceritakan pula kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu AbuTalhah Al-Yarbu'i, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Lais, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka salatnya itu tidak lain makin menambah jauh dirinya dari Allah.
Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu'awiyah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdullah, dari Al-Ala ibnul Musayyab dari orang yang menceritakan hadis ini dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan, barang siapa yang salatnya tidak mendorongnya mengerjakan amar makruf dan nahi munkar, maka tiada lain salatnya itu makin menambahnya jauh dari Allah. Hadis ini berpredikat mauquf (hanya sampai pada Ibnu Abbas).
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَحَدَّثَنَا الْقَاسِمُ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ هَاشِمِ بْنِ الْبَرِيدِ، عَنْ جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَاكِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُطِعِ الصَّلَاةَ، وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnul Barid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya. Pengertian menaati salat ialah hendaknya salatnya itu dapat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Sufyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkata, "Hai Syu'aib, apakah salatmu yang menyuruhmu. (Hud: 87) Sufyan mengatakan, "Memang benar demi Allah, salatnyalah yang mendorongnya berbuat amar makruf dan nahi munkar."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ، عَنْ جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَقَالَ أَبُو خَالِدٍ مَرَّة: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُطِعِ الصَّلَاةَ، وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ تَنْهَاهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda —Abu Khalid di lain waktu meriwayatkannya dari Abdullah—: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya, dan taat kepada salat artinya salat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar.
Predikat hadis ini menurut pendapat yang paling sahih adalah mauquf sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris, dari Abdur Rahman ibnu Yazid yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Abdullah, "Sesungguhnya si Fulan mengerjakan salatnya dalam waktu yang cukup lama." Maka Abdullah menjawab, "Sesungguhnya salat itu tidak memberi manfaat kecuali kepada orang yang menaatinya."
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: قَالَ عَلِيٌّ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، لم يزدد بها من الله إِلَّا بُعْدا"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Muslim, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan suatu salat, sedangkan salat itu tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tiadalah salat itu baginya melainkan makin menambah jauh dia dari Allah.
Menurut pendapat yang paling sahih, semua hadis di atas berpredikat mauquf dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya; hanya Allah-lah yang lebih mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ -يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْحَمِيدِ -عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ قَالَ: أُرَاهُ عَنْ جَابِرٍ -شَكَّ الْأَعْمَشُ -قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي فَإِذَا أصبح سرق، قال: "سينهاه ما يقول"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, menurut Al-A'masy disebutkan dengan nada yang ragu, bahwa Abu Saleh meriwayatkannya dari Jabir yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam hari, tetapi bila siang hari ia suka mencuri." Maka Nabi Saw. bersabda: Kelak dia akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan itu.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al-Jarasyi, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Abdullah, dari Al-Amasy, dari Abu Saleh, dari Jabir, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal tanpa ada keraguan.
Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang melalui Al-A'masy, tetapi mereka masih memperselisihkan perihal sanadnya.
Disebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh bukan hanya seorang, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah atau yang lainnya. Qais meriwayatkan pula dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir; dan Jarir telah meriwayatkan dari Abdullah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Jabir.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: أَنْبَأَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ؟ فَقَالَ: "إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ "
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa menurut keyakinannya Abu Saleh menerima hadis ini dari Abu Hurairah yang pernah mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam harinya, tetapi bila pagi hari ia mencuri." Maka Nabi Saw. menjawab: Sesungguhnya dia kelak akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan itu.
*************
Pekerjaan salat itu mengandung zikrullah yang merupakan rukun yang terbesar, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}
Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar, (Al-'Ankabut: 45)
Yakni lebih besar pahalanya daripada yang pertama (yakni ibadah-ibadah yang lainnya).
{وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ}
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-'Ankabut: 45)
Allah mengetahui semua perbuatan dan apa yang diucapkan kalian.
Abul Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Sesungguhnya di dalam salat itu terkandung tiga pekerti, setiap salat yang tidak mengandung salah satu dari ketiga pekerti tersebut bukan salat namanya; yaitu ikhlas, khusyuk, dan zikrullah (mengingat Allah). Ikhlas akan mendorongnya untuk mengerjakan perkara yang baik, khusyuk akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan munkar, dan zikrullah yakni membaca Al-Qur'an menggerakkannya untuk amar makruf dan nahi munkar.
Ibnu Aun Al-Ansari mengatakan, "Jika engkau sedang salat, berarti engkau sedang mengerjakan hal yang baik, dan salat mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar. Sedangkan zikrullah yang sedang kamu kerjakan dalam salatmu pahalanya lebih besar."
Hammad ibnu Sulaiman mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) selagi engkau masih berada di dalam salat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya ingatan Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar apabila mereka mengingat­Nya daripada ingatan mereka kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Zikrullah di saat kamu hendak makan dan hendak tidur. Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya seorang temanku di rumah mengatakan hal yang lain dengan apa yang kamu katakan itu." Ibnu Abbas bertanya, "Apakah yang telah dikatakannya?" Aku menceritakan, "Temanku telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (Al-Baqarah: 152) bahwa ingatan Allah kepada kita jauh lebih besar daripada ingatan kita kepada-Nya. Ibnu Abbas menjawab, "Temanmu itu benar."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat mengandung dua takwil, yaitu ingat kepada Allah di saat menghadapi apa-apa yang diharamkan-Nya. Ibnu Abbas mengatakan lagi bahwa ingatan Allah kepada kalian jauh lebih besar dari ingatan kalian kepada-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abdullah ibnu Rabi'ah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata kepadanya, "Tahukah kamu makna firman-Nya: 'Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar' (Al-'Ankabut: 45)? Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Ya, saya tahu." Ibnu Abbas berkata, "Sebutkanlah." Maka Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Tasbih, tahmid, dan takbir dalam salat, serta membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya." Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya menurut hemat saya ada suatu pendapat yang lebih menakjubkan daripada pendapatmu itu. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah ingatan Allah kepada kalian di saat kalian mengingatnya adalah lebih besar daripada ingatan kalian kepada-Nya.
Hal yang sama telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Darda, Salman Al-Farisi, dan lain-lainnya, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.

Al-'Ankabut, ayat 46

{وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزلَ إِلَيْنَا وَأُنزلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (46) }
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayatus saif {ayat pedang), maka tiada lagi perdebatan dengan mereka. Sesungguhnya jalan keluarnya hanyalah masuk Islam, atau membayar jizyah atau pedang (perang).
Ulama yang lain mengatakan, ayat ini tetap muhkam bagi orang yang hendak menyadarkan mereka agar mau masuk Islam, maka seseorang dituntut agar menggunakan cara yang lebih baik agar beroleh keberhasilan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ}
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (An-Nahl: 125), hingga akhir ayat
Dan firman Allah Swt. ketika mengutus Musa dan Harun kepada Fir'aun:
{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Taha: 44)
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dia meriwayatkannya dari Ibnu Zaid.
************
Firman Allah Swt.:
{إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}
kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46)
Yaitu orang-orang yang menyimpang dari jalan kebenaran. Mereka buta, tidak dapat melihat bukti yang jelas dan ingkar serta sombong. Maka bilamana sudah sampai pada tingkatan tersebut, cara berdebat tidak dapat dipakai lagi, melainkan melalui jalan keras, dan mereka harus diperangi agar jera dan menjadi sadar.
Allah Swt. telah berfirman:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hadid: 25)
Jabir telah mengatakah bahwa kita diperintahkan oleh Allah agar memukul orang yang menentang Kitabullah dengan pedang.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46) Yakni Ahlul Harb dan orang-orang dari kalangan Ahli Kitab yang tidak mau membayar jizyah.
*************
Firman Allah Swt.:
{وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزلَ إِلَيْنَا وَأُنزلَ إِلَيْكُمْ}
dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (Al-'Ankabut: 46)
Maksudnya jika mereka memberitakan tentang hal yang tidak kita ketahui kebenarannya dan tidak pula kedustaannya. Dalam keadaan seperti ini kita tidak boleh tergesa-gesa mendustakannya, karena barangkali apa yang diberitakan oleh mereka itu benar. Tidak boleh pula kita membenarkannya karena barangkali hal itu batil. Akan tetapi kita diperintahkan untuk beriman kepadanya secara global, dengan syarat hendaknya berita tersebut berasal dari wahyu yang diturunkan, bukan yang telah diganti oleh mereka atau bukan pula yang berdasarkan takwil mereka.
قَالَ الْبُخَارِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الكتاب يقرؤون التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ، وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ، وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa dahulu orang-orang Ahli Kitab sering membaca kitab Taurat dengan bahasa Ibrani, lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada orang-orang Islam. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya, dan katakanlah oleh kalian, "Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian; Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah Esa, dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid (tunggal).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي نَمْلَةَ أَنَّ أَبَا نَمْلَةَ الْأَنْصَارِيَّ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَتَكَلَّمُ هَذِهِ الْجِنَازَةُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ أَعْلَمُ". قَالَ الْيَهُودِيُّ: أَنَا أَشْهَدُ أَنَّهَا تَتَكَلَّمُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَكُتُبِهِ، فَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ تُكَذِّبُوهُمْ، وَإِنْ كَانَ بَاطِلًا لَمْ تُصَدِّقُوهُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Namilah Al-Ansari yang menceritakan bahwa ketika dia sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan pemeluk agama Yahudi. Maka lelaki Yahudi itu bertanya, "Hai Muhammad, apakah jenazah ini berbicara?" Rasulullah Saw. menjawab, "Hanya Allah yang mengetahui." Orang Yahudi itu berkata, "Aku bersaksi bahwa jenazah ini berbicara." Maka Rasulullah Saw. bersabda (kepada sahabatnya): Apabila Ahli Kitab berbicara kepadamu, janganlah kamu membenarkannya, jangan pula mendustakannya, tetapi katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya serta rasul-rasul-Nya. Karena jika hal itu benar, berarti kalian tidak mendustakannya; dan jika hal itu batil, berarti kalian tidak membenarkannya.
Menurut hemat kami (penulis), Abu Namilah (perawi hadis di atas) adalah Imarah. Pendapat yang lain menyebut Ammar, dan menurut pendapat yang lainnya lagi Amr ibnu Mu'az ibnu Zararah Al-Ansari r.a.
Kemudian perlu diketahui bahwa kebanyakan dari apa yang mereka ceritakan adalah dusta dan buat-buatan, karena sesungguhnya telah terjadi perubahan, penggantian, dan penyimpangan terhadapnya, juga takwil, sehingga sedikit sekali yang masih asli. Kemudian kebanyakan dari yang asli pun sedikit mengandung faedah bagi kita, sekalipun benar sesuai dengan aslinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sulaiman ibnu Amir, dari Imarah ibnu Umair, dari Hurayyis ibnu Zahir, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang telah mengatakan, "Janganlah kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli Kitab, karena sesungguhnya mereka tidak akan dapat memberi petunjuk kepada kalian, sebab mereka telah sesat. Hal itu berakibat kalian mendustakan perkara yang hak atau membenarkan perkara yang batil. Karena sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan Ahli Kitab, melainkan di dalam hatinya terdapat dorongan yang menyerunya untuk berpegang teguh kepada agamanya, sebagaimana dorongan (mencintai) harta."
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab, dari Abdullah ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Mengapa kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli Kitab? Padahal kitab kalian yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. adalah kitab yang terbaru, kalian membacanya masih dalam keadaan hangat dan belum lama. Kitab kalian telah memberitahukan bahwa orang-orang Ahli Kitab itu telah mengubah, mengganti, dan menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan bahwa kitab itu dari sisi Allah. Mereka lakukan demikian untuk menggantinya dengan imbalan keduniawian yang tiada artinya? Bukankah ilmu yang telah disampaikan kepada kalian melarang kalian bertanya kepada mereka (Ahli Kitab)? Demi Allah, kami belum pernah melihat seseorang dari mereka bertanya kepada kalian tentang apa yang diturunkan kepada kalian (Al-Qur'an)."
Imam Bukhari mengatakan —juga Abul Yaman—, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri; telah menceritakan kepadaku Humaid ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah mendengar Muawiyah berbicara kepada segolongan orang Quraisy di Madinah, lalu ia ditanya mengenai Ka'bul Ahbar. Maka Muawiyah menjawab, "Sekalipun Ka'bul Ahbar termasuk orang yang paling benar di antara mereka yang menceritakan berita dari Ahli Kitab, sekalipun kita percaya kepadanya, tetapi kita benar-benar masih menuduhnya dusta."
Maksud perkataan Muawiyah ialah bahwa Ka'bul Ahbar tetap terjerumus ke dalam kedustaan tanpa sengaja karena ia menceritakan tentang lembaran-lembaran kitab yang ia berbaik prasangka terhadap kitab itu, padahal di dalamnya terdapat banyak hal yang maudu' (buatan) dan kedustaan. Dikatakan demikian karena tiada dari kalangan mereka orang-orang yang hafal secara meyakinkan tentang kitab mereka, tidak sebagaimana di kalangan umat ini (umat Nabi Saw.). Sekalipun demikian, di kalangan umat ini yang masih baru tetap saja banyak hadis buatan yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah Swt. dan orang-orang yang telah dikaruniai oleh-Nya tentang hadis-hadis itu; masing-masing diberi­Nya ilmu menurut kemampuannya.

Al-'Ankabut, ayat 47-49

{وَكَذَلِكَ أَنزلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ (47) وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (48) بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ (49) }
Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar­ benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami turunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul sebelum kamu, hai Muhammad, begitu pula Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)" Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik dan munasabah serta kaitannya pun cukup baik.
Firman Allah Swt.:
{فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ}
maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). (Al-'Ankabut: 47)
Yakni orang-orang yang mengambilnya, lalu membacanya dengan bacaan yang sebenarnya. Mereka terdiri dari para cendekiawan dan ulama Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi serta lain-lainnya yang semisal.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}
dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. (Al-'Ankabut: 47)
Yaitu orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab lainnya.
{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ}
Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. (Al-'Ankabut: 47)
Maksudnya, tidak ada yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mengingkari haknya selain dari orang yang menutupi perkara yang hak dengan perkara yang batil, dan menutupi sinar mentari dengan berbagai penutup yang menghalanginya.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut: 48)
Sesungguhnya kamu telah tinggal di kalangan kaummu, hai Muhammad, sebelum kamu kedatangan Al-Qur'an ini selama usiamu, sedangkan kamu tidak dapat membaca tulisan dan tidak pula dapat menulis. Bahkan semua orang dari kalangan kaummu dan lain-lainnya mengetahui bahwa kamu adalah seorang lelaki ummi yang tidak dapat membaca dan menulis. Hal yang sama telah disebutkan sifatnya di dalam kitab-kitab terdahulu, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ} الْآيَةَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.
Memang demikianlah keadaan Rasulullah Saw., selamanya beliau tidak dapat membaca dan menulis barang sedikit pun, bahkan beliau hanya mempunyai juru tulis-juru tulis yang mencatatkan untuknya wahyu yang diturunkan, juga surat-surat yang ditujukan ke berbagai kawasan negeri.
Adapun mengenai pendapat salah seorang dari kalangan ulama fiqih mutaakhkhirin —seperti Al-Qadi Abul Walid Al-Baji dan para pengikutnya— menduga bahwa Rasulullah Saw. pernah menulis di hari perjanjian Hudaibiyyah kalimat berikut, "Ini adalah ketetapan yang diputuskan oleh Muhammad ibnu Abdullah," sesungguhnya hal yang mendorong timbulnya pendapat tersebut adalah sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari. Disebutkan bahwa lalu Nabi Saw. mengambil surat perjanjian Hudaibiyyah itu dan menulisnya.
Hadis ini mengandung takwil memerintahkan untuk menulis, lalu dituliskan untuknya kata-kata seperti itu, sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat lain. Karena itulah orang yang sependapat dengan Al-Baji mendapat reaksi keras dari kalangan ulama ahli fiqih, baik yang ada di belahan timur maupun barat. Mereka berlepas diri dari orang-orang yang mengatakan pendapat tersebut, juga mereka mengecamnya melalui untaian kata-kata yang selalu mereka ucapkan dalam perayaan-perayaan mereka.
Sesungguhnya yang dimaksud oleh Al-Baji menurut yang tersirat dari pendapatnya menyatakan bahwa Nabi Saw. menulis kalimat itu sebagai suatu mukjizat, bukan berarti bahwa beliau dapat menulis. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang menceritakan tentang Dajjal, yaitu:
"مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ" وَفِي رِوَايَةٍ: "ك ف ر، يَقْرَؤُهَا كُلُّ مُؤْمِنٍ"
Tercatat di antara kedua matanya lafaz kafir —yang menurut riwayat lain disebutkan kaf fa ra— lafaz tersebut terbaca oleh setiap orang mukmin.
Sedangkan mengenai hadis yang diriwayatkan oleh sebagian perawi yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. sebelum meninggal dunia mengetahui baca tulis. Maka riwayat ini daif tidak ada asalnya.
********
Firman Allah Swt.:
{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ}
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun. (Al-'Ankabut: 48)
Lafaz min kitabin untuk mengukuhkan nafi.
{وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}
dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut: 48)
Lafaz biyaminika ini pun mengukuhkan nafi dan dinilai berdasarkan kebanyakannya (yakni memakai tangan kanan), sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ}
dan (tiadalah) burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya. (Al-An'am: 38)
Firman Allah Swt.:
{إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ}
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (Al-’Ankabut: 48)
Seandainya kamu pandai baca dan tulis, tentulah sebagian orang dari kalangan orang-orang yang bodoh akan mengatakan bahwa sesungguhnya kamu (Muhammad) mengetahui Al-Qur'an ini hanyalah dari kitab-kitab sebelumnya yang bersumber dari para nabi sebelum kamu, sekalipun para nabi terdahulu dalam kitabnya masing-masing menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang ummi, tidak pandai baca tulis.
{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا}
Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan-dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman.berikutnya:
{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah, "Al-Qur'an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi.” (Al-Furqan: 6), hingga akhir ayat.
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ}
Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49)
Al-Qur'an ini adalah ayat-ayat yang jelas yang menunjukkan kepada perkara yang hak, di dalamnya terkandung perintah, larangan, dan kebaikan, dihafal oleh semua ulama. Allah telah memberikan kemudahan kepada mereka untuk membacanya, menghafalnya, dan menafsirkannya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17, 22, 32, 40)
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُعْطِيَ مَا آمَنَ عَلَى مِثْلِهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إليَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا"
Tiada seorang nabi pun melainkan dianugerahi sesuatu yang serupa dengan apa yang diimani (dipercayai) oleh manusia (di masanya), dan sesungguhnya yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku berharap semoga aku adalah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para nabi).
Di dalam hadis Iyad ibnu Hammad yang terdapat di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي مُبْتَلِيكَ وَمُبْتَلٍ بِكَ، وَمُنْزِلٌ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ"
Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menjadikanmu sebagai ujian serta akan menurunkan kepadamu sebuah kitab yang tidak akan tercuci (terhapuskan) oleh air; kamu dapat mem­bacanya dalam keadaan tidur dan terjaga.
seandainya air dipakai untuk mencuci tempat yang dituliskan padanya Al-Qur'an, tentulah tempat itu tidak diperlukan lagi; dan karena disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:
"لَوْ كَانَ الْقُرْآنُ فِي إِهَابٍ، مَا أَحْرَقَتْهُ النَّارُ"
Seandainya Al-Qur’an itu ditulis pada lembaran kulit, maka api tidak dapat membakarnya (Al-Qur'an).
Karena Al-Qur'an itu telah dihafal di dalam dada para penghafalnya, sering dibaca oleh lisan dan menarik hati serta mengandung mukjizat, baik dari segi lafaz maupun maknanya. Untuk itulah maka disebutkan di dalam kitab-kitab terdahulu sehubungan dengan sifat umat Nabi Muhammad Saw. ini, bahwa kitab-kitab mereka berada di dalam dada mereka.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna firman-Nya: Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49) Sebenarnya pengetahuan yang menyatakan bahwa kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu ayat-ayat yang jelas, itu semuanya telah dihafal di dalam dada orang-orang yang telah dianugerahi ilmu dari kalangan Ahli Kitab.
Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Jarir dari Qatadah dan Ibnu Juraij, sedangkan riwayat di atas hanya dinukil dari Al-Hasan Al-Basri. Menurut hemat kami, riwayat tersebutlah yang diketengahkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas, lalu dikatakan oleh Ad-Dahhak, yang merupakan pendapat yang terkuat. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
*********
Firman Allah Swt.:
{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ}
Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 49)
Tiada yang mengingkarinya, atau yang mengurangi haknya, atau yang menolaknya selain orang-orang yang aniaya. Yakni orang-orang yang melampaui batas lagi angkuh; mereka yang mengetahui kebenaran, tetapi berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)

Al-'Ankabut, ayat 50-52

{وَقَالُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (50) أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (51) قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (52) }
Dan orang-orang kafir Mekah berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang membangkang dan permintaan mereka yang menuntut adanya mukjizat-mukjizat untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Saleh dengan untanya. Maka Allah Swt. berfirman:
{قُلْ} يَا مُحَمَّدُ: {إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ}
Katakanlah (hai Muhammad), "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah.” (Al-'Ankabut: 50)
Yakni sesungguhnya urusan itu terserah kepada Allah, karena sesungguh­nya menurut pengetahuan Allah seandainya kalian mendapat hidayah dengan adanya mukjizat-mukjizat itu tentulah Dia akan memperkenankan permintaan kalian itu, sebab untuk mengabulkan permintaan kalian itu amatlah mudah dan gampang sekali bagi-Nya. Tetapi Dia mengetahui bahwa kalian tidak akan beriman, dan sesungguhnya kalian memintanya hanya mencari-cari alasan untuk menolak dan ingin menguji. Karena itu, Allah tidak mengabulkan permintaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ}
"Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata." (Al-'Ankabut: 50)
Yakni sesungguhnya aku diutus kepada kalian hanya sebagai pemberi peringatan kepada kalian dengan jelas, maka sudah merupakan keharusan bagiku menyampaikan risalah dari Allah kepada kalian.
{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk. (Al-Kahfi: 17)
Dan firman Allah Swt.:
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kebodohan mereka yang parah dan rendahnya taraf berpikir mereka, sebab mereka meminta agar didatangkan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran Muhammad' Saw. Padahal Muhammad Saw. telah mendatangkan kepada mereka Al-Qur’anul Karim yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; Al-Qur'an adalah mukjizat yang paling besar di antara semua mukjizat. Karena semua ahli bahasa dan ahli sastrawan tidak mampu menyainginya, bahkan untuk menyaingi sepuluh surat yang semisal dengan surat-surat Al-Qur'an pun mereka tidak mampu. Bahkan untuk menyaingi satu surat dari Al-Qur'an pun mereka tidak mampu pula. Untuk itulah maka Allah Swt. menegaskan melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ}
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? (Al-'Ankabut: 51)
Maksudnya, apakah tidak cukup bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an yang mulia, di dalamnya terdapat berita orang-orang sebelum mereka dan berita apa yang akan terjadi sesudah mereka serta hukum yang memutuskan di antara mereka; sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang ummi, tidak bisa baca dan tulis, dan engkau belum pernah bergaul dengan seorang pun dari kalangan Ahli Kitab. Padahal engkau dapat mendatangkan berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu dengan pemberitaan yang jelas dan benar, sedangkan mereka sendiri berselisih tentangnya. Engkau juga dapat mendatangkan perkara yang hak, jelas, dan gamblang, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197)
{وَقَالُوا لَوْلا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الأولَى}
Dan mereka berkata, "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Taha: 133)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بن أبي سعيد، عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "ما من الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أُعْطِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang nabi pun dari kalangan para nabi melainkan dianugerahi mukjizat yang mirip dengan apa yang dipercayai oleh manusia (di masanya). Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka kelak pada hari kiamat.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Lais.
**************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 51)
Sesungguhnya di dalam Al-Qur'an ini terkandung rahmat, yaitu penjelasan terhadap perkara yang hak dan melenyapkan kebatilan, mengandung pelajaran bagi orang-orang mukmin melalui kisah-kisah yang menceritakan tentang turunnya pembalasan dan azab Allah atas orang-orang yang mendustakan dan para pendurhaka. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا}
Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu." (Al-'Ankabut: 52)
Dia lebih mengetahui tentang kedustaan yang kalian perbincangkan dan mengetahui pula apa yang aku ucapkan kepada kalian saat aku menyampaikan dari-Nya kepada kalian, bahwa diriku adalah utusan-Nya. Seandainya aku berkata dusta, tentulah Dia akan mengazabku, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47)
Tiada lain diriku ini adalah orang yang benar dalam semua yang aku beritakan kepada kalian, karena itulah Dia mengukuhkanku dengan berbagai mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang pasti.
{يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. (Al-'Ankabut: 52)
Maksudnya, tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya".
{وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-'Ankabut: 52)
Yakni kelak di hari kiamat Allah akan membalas amal perbuatan mereka selama di dunia dan memberikan imbalan atas kedustaan mereka terhadap perkara yang hak dan keikutsertaan mereka dalam kebatilan. Mereka mendustakan para rasul, padahal semua dalil dan bukti menunjukkan kebenaran para rasul, tetapi justru mereka percaya kepada tagut dan berhala-berhala tanpa dalil. Maka kelak Allah akan membalas perbuatan mereka itu, sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Al-'Ankabut, ayat 53-55

{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (53) يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (54) يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (55) }
Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir, pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka dan Allah berkata (kepada mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu kerjakan.”
Allah Swt. menceritakan perihal kebodohan orang-orang musyrik karena mereka meminta agar azab Allah disegerakan menimpa mereka sebagai pembalasan dari perbuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal: 32)
Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ}
Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka. (Al-’Ankabut: 53)
Yakni seandainya tiada ketetapan dari Allah yang telah memutuskan bahwa Dia menangguhkan azab-Nya sampai hari kiamat nanti, tentulah akan menimpa mereka azab dari-Nya dalam waktu yang dekat dan cepat seperti apa yang mereka minta.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً}
dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba. (Al-’Ankabut: 53)
Yaitu dengan sekonyong-konyong.
{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}
sedangkan mereka tidak menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 53-54)
Mereka meminta supaya azab disegerakan turunnya, padahal azab itu pasti akan menimpa mereka.
Syu'bah meriwayatkan dari Sammak, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Yang dimaksud dengan Jahannam adalah laut.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ismail ibnu Mujalid, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Bahwa Jahannam itu adalah laut yang hijau, bertaburan jatuh ke dalamnya semua bintang, dan digulung di dalamnya mentari dan rembulan, kemudian dinyalakan api sehingga jadilah ia neraka Jahannam.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُمَيَّةَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حُيَي، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ يَعْلَى، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْبَحْرُ هُوَ جَهَنَّمُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umayyah, telah menceritakan kepadaku Huyayyin, telah menceritakan kepadaku Safwan ibnu Ya'la, dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Laut itu adalah Jahannam.
Mereka berkata kepada Ya'la, "Tidakkah kamu lihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: neraka, yang gejolaknya mengepung mereka' (Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat." Maka Ya'la menjawab, "Demi Tuhan yang jiwa Ya'la berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, aku tidak akan memasukinya selamanya sebelum aku dihadapkan kepada Allah, dan tidak akan menyentuh diriku setetes pun darinya sebelum aku dihadapkan kepada Allah Swt.
Penafsiran ini berpredikat garib, begitu pula predikat hadisnya, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Dalam firman berikutnya disebutkan:
{يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ}
pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-'Ankabut: 55)
Sama dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ}
Mereka mempunyai tikar-tikar dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). (Al-A'raf: 41)
{لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ}
Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). (Az-Zumar: 16)
{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ}
Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39), hingga akhir ayat.
Kesimpulannya, api neraka menutupi mereka dari segala penjuru. Ungkapan ini menggambarkan tentang hebatnya siksaan yang mereka alami.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
dan Allah berkata (kepada mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-'Ankabut: 55)
Ini merupakan ancaman, kecaman, dan cemoohan, yang juga merupakan siksaan dalam bentuk lain. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ}
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka dengan muka di bawah; (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 48-49)
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا. هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ. أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ. اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya), maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (At-Tur: 13-16)

Al-'Ankabut, ayat 56-60

{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ (56) كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (57) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (58) الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (59) وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (60) }
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. Tiap-tiap yang berjiwa akan me­rasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu di­kembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya. Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Melalui ayat-ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berhijrah dari suatu negeri yang mereka tidak dapat menegakkan agama padanya, yaitu menuju ke negeri lain; karena bumi Allah luas, di mana mereka dapat menegakkan agama dengan mengesakan-Nya dan menyembah-Nya, sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ}
Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al-'Ankabut: 56)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْر بْنُ عَمْرٍو الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُو سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى مَوْلَى الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْبِلَادُ بِلَادُ اللَّهِ، وَالْعِبَادُ عِبَادُ اللَّهِ، فَحَيْثُمَا أصبتَ خَيْرًا فَأَقِمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepadaku Abu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Bahr maula (pelayan) Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Negeri (bumi) ini adalah negeri Allah dan semua hamba adalah hamba Allah, maka di mana pun kamu beroleh kebaikan, maka bermukimlah padanya.
Karena itulah ketika orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslim di Mekah selalu tertindas dengan keberadaan mereka di Mekah, maka mereka keluar darinya berhijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan agama mereka. Ternyata mereka menjumpai negeri Habsyah adalah negeri yang baik bagi mereka, karena rajanya yang bernama As-Hamah An-Najjasyi rahimahullah menerima mereka dengan baik dan penuh hormat. As-Hamah memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka melalui, pertolongannya, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di negerinya.
Kemudian Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah bersama semua sahabatnya yang ada, yaitu ke kota yang dahulunya dikenal dengan nama Yasrib.
Setelah itu Allah Swt. berfirman:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ}
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 57)
Yakni di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa dielakkan. Kemudian hanya kepada Allah-lah kalian dikembalikan; barang siapa yang selalu taat kepada-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan penuh. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. (Al-’Ankabut: 58)
Kami benar-benar akan menempatkan mereka di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu; mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Al-'Ankabut: 58)
Mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.
{نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ}
Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Al-'Ankabut: 58)
Alangkah menyenangkan gedung-gedung surga itu sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.
{الَّذِينَ صَبَرُوا}
yaitu orang-orang yang bersabar. (Al-'Ankabut: 59)
Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat demi karena Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ المؤذِنَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنِي أَبُو معَاتق الْأَشْعَرِيُّ، أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan Al-Mu'azzin, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Salam, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Salam, dari kakeknya Abu Salam Al-Aswad, telah menceritakan kepadaku Abu Muawiyah Al-Asy'ari, bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya; Rasulullah Saw. pernah bercerita kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya. Gedung-gedung itu disediakan oleh Allah Swt. bagi orang yang suka memberi makan kaum fakir miskin, mengerjakan salat dan puasa serta berdiri di malam hari mengerjakan salat sunat, sedangkan manusia saat itu sedang lelap dalam tidurnya.
***************
Firman Allah SWT:
{وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
dan bertawakal kepada Tuhannya. (Al-’Ankabut: 59)
dalam semua keadaan, yakni dalam urusan agama dan urusan duniawi.
Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan kepada mereka bahwa rezeki itu tidak khusus hanya diberikan kepada suatu negeri, bahkan rezeki Allah Swt. menyeluruh buat semua makhluk-Nya di mana pun mereka berada. Rezeki kaum Muhajirin di tempat hijrah mereka jauh lebih banyak, lebih luas, dan lebih baik ketimbang di Mekah tempat mereka berasal. Karena sesungguhnya tidak lama kemudian mereka menjadi para penguasa negeri di berbagai kawasan dan kota-kota besar. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا}
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. (Al-'Ankabut: 60)
Maksudnya, tidak mampu mengumpulkannya, tidak mampu menghasilkannya, serta tidak mampu menyimpan sesuatu pun dari rezeki itu untuk besok.
{اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ}
Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. (Al-'Ankabut: 60)
Allah-lah yang menetapkan rezekinya, sekalipun ia lemah dan Allah memudahkan baginya jalan rezekinya. Untuk itu Allah mengirimkan bagi setiap makhluk sejumlah rezeki yang diperlukannya, hingga bibit-bibit yang ditanam di dalam tanah, juga burung-burung yang ada di udara serta ikan-ikan yang ada di laut. Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Manfuz). (Hud: 6)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ -يَعْنِي ابْنَ هَارُونَ -حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ بْنُ مِنْهَال الْجَزَرِيُّ -هُوَ أَبُو الْعَطُوفِ -عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى دَخَلَ بَعْضَ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِطُ مِنَ التَّمْرِ ويأكل، فقال لي: "يا بن عُمَرَ، مَا لَكَ لَا تَأْكُلُ؟ " قَالَ: قُلْتُ: لَا أَشْتَهِيهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "لَكِنِّي أشتهيه، وَهَذِهِ صُبْحُ رَابِعَةٍ مُنْذُ لَمْ أَذُقْ طَعَامًا وَلَمْ أَجِدْهُ، وَلَوْ شِئْتُ لَدَعَوْتُ رَبِّي فَأَعْطَانِي مِثْلَ مُلْكِ قَيْصَرَ وَكِسْرَى فَكَيْفَ بِكَ يَا بن عُمَرَ إِذَا بَقِيتَ فِي قَوْمٍ يُخَبِّئُونَ رِزْقَ سَنَتِهِمْ بِضَعْفِ الْيَقِينِ؟ ". قَالَ: فَوَاللَّهِ مَا بَرِحْنَا وَلَا رِمْنا حَتَّى نَزَلَتْ: {وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنِي بِكَنْزِ الدُّنْيَا، وَلَا بِاتِّبَاعِ الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ كَنَزَ دُنْيَاهُ يُرِيدُ بِهَا حَيَاةً بَاقِيَةً فَإِنَّ الْحَيَاةَ بِيَدِ اللَّهِ، أَلَا وَإِنِّي لَا أَكْنِزُ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَلَا أُخَبِّئُ رِزْقًا لِغَدٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman Al-Harawi, telah menceritakan kepada kami Yazid (yakni Ibnu Harun), telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah ibnu Minhal Al-Jazari alias Abul Atuf, dari Az-Zuhri, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ia keluar bersama Rasulullah Saw. hingga masuk ke salah satu kebun kurma Madinah. Nabi Saw. memunguti kurma yang terjatuh dan memakannya, lalu bersabda kepadaku, "Hai Ibnu Umar, mengapa kamu tidak makan?" Aku menjawab, "Saya tidak berselera, wahai Rasulullah." Nabi Saw. bersabda, "Tetapi aku menginginkannya, dan hari ini adalah hari keempat sejak aku tidak pernah menjumpai makanan barang sesuap pun. Seandainya aku suka benar-benar aku akan mendoa kepada Tuhanku, dan Dia pasti akan memberiku kekayaan yang semisal dengan apa yang dimiliki oleh Kisra dan Kaisar. Bagaimanakah denganmu, hai Ibnu Umar, bila kamu tinggal di antara kaum yang menyimpan rezeki mereka untuk satu tahun, sedangkan keyakinan mereka lemah?" Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, belum lagi kami meninggalkan tempat itu, turunlah firman-Nya: 'Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' (Al-'Ankabut: 60)" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. tidak memerintahkan aku untuk menimbun kekayaan dan tidak pula mengikuti hawa nafsu. Maka barang siapa yang menimbun kekayaannya dengan tujuan agar hidup kekal, sesungguhnya kehidupan itu berada di tangan kekuasaan Allah. Ingatlah, sesungguhnya aku tidak menimbun dinar, tidak pula dirham, serta tidak pula menyimpan rezeki untuk hari esok.
Tetapi predikat hadis ini gharib karena Abul Atuf Al-Jazari orangnya daif.
Mereka (para ahli ilmu hewan) mengatakan bahwa apabila burung gagak telah menetaskan telurnya, maka kedua induknya (jantan dan betina) terbang meninggalkan anak-anaknya. Dan apabila keduanya melihat mereka masih dalam keadaan seperti itu, keduanya terbang lagi selama berhari-hari hingga anak-anak mereka bulunya mulai tampak menghitam. Sedangkan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil itu selalu membuka mulut mereka mencari-cari kedua induknya. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada serangga seperti nyamuk untuk menutupi tubuh mereka, dan anak-anak burung gagak itu memakan nyamuk-nyamuk tersebut sebagai makanannya selama mereka ditinggalkan oleh kedua induknya hingga bulu mereka mulai tampak menghitam. Sedangkan kedua induk mereka selalu memantau mereka setiap waktunya; bila keduanya melihat mereka masih berbulu putih, keduanya meninggalkan mereka. Dan bila keduanya melihat anak-anaknya mulai berwarna hitam bulu-bulunya, maka barulah keduanya mengasuh anak-anaknya dan memberinya makanan. Karena itulah ada seorang penyair yang mengatakan dalam bait syairnya:
يَا رَازِقَ النعَّاب  في عُشه ... وجَابر العَظْم الكَسِير الْمَهِيضِ ...
Wahai (Tuhan) Yang memberi rezeki kepada anak-anak burung gagak di sarangnya, (wahai Tuhan) Yang Menyembuhkan tulang yang patah.
Imam Safii dalam sejumlah hadisnya yang menyangkut perintah telah mengatakan, antara lain sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتُرْزَقُوا"
Bepergianlah kalian, niscaya kalian sehat dan mendapat rezeki.
قَالَ الْبَيْهَقِيُّ أَخْبَرَنَا إِمْلَاءً أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدَانَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِنان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَدّاد -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ -حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتَغْنَمُوا".
Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imla Abul Hasan alias Ali ibnu Ahmad ibnu Idan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Yazdad (seorang syekh penduduk Madinah), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian sehat dan beroleh keberuntungan.
Imam Baihaqi mengatakan, ia telah meriwayatkannya pula melalui Ibnu Abbas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ دَرّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُجَيرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَرْبَحُوا، وَصُومُوا تَصِحُّوا، وَاغْزُوا تَغْنَمُوا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian beroleh keuntungan; berpuasalah, niscaya kalian sehat; dan berperanglah, niscaya kalian beroleh ganimah.
Hal yang semisal dengan hadis Ibnu Umar telah diriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas secara marfu, dan dari Mu'az ibnu Jabal secara mauquf.
Menurut riwayat lain disebutkan:
"سَافِرُوا مَعَ ذَوِي الْجُدُودِ وَالْمَيْسَرَةِ"
Bepergianlah kalian bersama orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemudahan.
Imam Ahmad mengatakan bahwa hal yang semisal telah kami riwayatkan melalui Ibnu Abbas.
************
Firman Allah Swt:
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabut: 60)
Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.

Al-'Ankabut, ayat 61-63

{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61) اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (63) }
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah, " maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki­nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah.” Katakanlah, "Segala puji bagi Allah, " tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya).
Allah Swt. berfirman, menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Dikatakan demikian karena orang-orang musyrik menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal mereka mengakui bahwa Allah sendirilah yang menciptakan langit, bumi, mentari, dan rembulan; dan Dia pulalah yang menundukkan siang dan malam hari; Dia adalah Yang memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya dan Yang menentukan ajal mereka yang berbeda-beda, juga yang memberikan rezeki mereka yang berbeda-beda. Maka terjadilah perbedaan di antara mereka dalam hal rezeki, ada yang kaya dan ada yang miskin. Dia Maha Mengetahui apa yang lebih maslahat bagi masing-masing dari mereka; dan siapakah yang berhak menjadi orang kaya dan siapa pulakah yang berhak menjadi orang miskin. Allah menyebutkan pula bahwa hanya Dia sendirilah yang menciptakan segala sesuatu dan hanya Dia sematalah yang mengatur semuanya.
Apabila demikian keadaannya, maka tiada yang berhak disembah selain Dia, dan bertawakal itu hanyalah kepada-Nya. Sebagaimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam kerajaan-Nya, maka hendaklah Dia pun diesakan pula dalam penyembahan. Sering kali Allah Swt. menetapkan kedudukan Uluhiyah-Nya dengan pengakuan keesaan dalam Rububiyah-Nya. Dahulu orang-orang musyrik mengakui hal tersebut sebagaimana yang tersitirkan dari perkataan mereka dalam talbiyahnya, "Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki, sedangkan dia tidak memiliki."

Al-'Ankabut, ayat 64-66

{وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (64) فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (65) لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (66) }
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah), agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).
Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya duniawi dan kefanaannya serta kesudahannya yang akan lenyap, dan bahwa dunia itu tidak kekal, dan bahwa kehidupan dunia itu tiada lain hanyalah senda gurau dan main-main.
{وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ}
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (Al-'Ankabut: 64)
Yaitu kehidupan yang abadi lagi sebenarnya yang tiada kefanaan serta tiada penghabisannya, bahkan kehidupan akhirat terus berlangsung untuk selama-lamanya.
Firman Allah Swt.:
{لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}
kalau mereka mengetahui. (Al-'Ankabut: 64)
Seandainya mereka mengetahui, tentulah mereka lebih memilih pahala yang kekal daripada imbalan yang fana.
Dalam ayat berikutnya Allah Swt. memberitahukan bahwa bila mereka dalam keadaan terjepit, maka mereka berdoa kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, mengapa hal ini tidak mereka lakukan selamanya?
{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 65)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ}
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia me­nyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.
Dan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}
maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-Ankabut: 65)
Muhammad ibnu Ishaq telah menuturkan dari Ikrimah ibnu Abu Jahal yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw. beroleh kemenangan atas kota Mekah, Ikrimah melarikan diri dari Mekah. Dan ketika ia menempuh jalan laut menaiki perahu untuk pergi ke negeri Habsyah, di tengah perjalanan perahunya oleng karena ombak yang besar. Maka para penumpangnya berseru, "Hai kaum, murnikanlah doa kalian hanya kepada Tuhan kalian (Allah), karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini selain Dia." Ikrimah berkata, "Demi Allah, bilamana tiada yang dapat menyelamatkan dari bencana di laut selain Dia, maka sesungguhnya tiada pula yang dapat menyelamatkan dari bencana di daratan kecuali hanya Dia. Ya Allah, aku berjanji kepada­Mu seandainya aku selamat dari bencana ini, sungguh aku akan pergi dan benar-benar aku akan meletakkan tanganku pada tangan Muhammad (masuk Islam), dan aku pasti menjumpainya seorang yang pengasih lagi penyayang," dan memang apa yang diharapkannya itu benar-benar ia jumpai pada diri Rasulullah Saw.
Firman Allah Swt.:
{لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا}
agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). (Al-’Ankabut: 66)
Huruf lam yang ada pada lafaz liyakfuru ini menurut pendapat ke­banyakan ulama bahasa Arab dan tafsir serta juga ulama usul menyebutnya dengan istilah lamul 'aqibah (sehingga artinya menjadi yang berakibat mereka mengingkari nikmat Allah dan hidup bersenang-senang dalam kekafirannya'). Karena mereka tidak bermaksud demikian pada mulanya, dan tidak diragukan lagi makna ini memang benar bila dipandang dari sudut mereka. Tetapi bila dipandang dari sudut takdir Allah atas diri mereka dan kepastian-Nya yang telah menentukan mereka demikian, maka tidak diragukan lagi lam di sini bermakna ta'lil. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan sebelumnya dalam firman Allah Swt.:
{لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا}
yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qassas: 8)

Al-'Ankabut, ayat 67-69

{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68) وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) }
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya kepada orang-orang Quraisy pada tanah suci-Nya, yang telah Dia jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir. Barang siapa yang memasukinya, maka amanlah dia, karena itu mereka berada dalam keamanan yang besar. Sedangkan orang-orang Arab di sekitar mereka saling merampok satu sama lainnya dan saling membunuh, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:
لإيلافِ قُرَيْشٍ
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Al-Quraisy: 1), hingga akhir surat.
Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ}
Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-'Ankabut: 67)
Yakni apakah rasa syukur mereka atas nikmat-nikmat yang besar itu dilakukan oleh mereka dengan mempersekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala serta sekutu-sekutu selain-Nya?
{بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ}
mereka menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28)
Mereka kafir kepada Nabi Allah dan hamba serta Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad Saw.), padahal yang patut mereka lakukan ialah memurnikan penyembahan hanya kepada Allah dan tidak mem-persekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan membenarkan Rasul-Nya, mengagungkannya, dan menghormatinya. Tetapi sebaliknya mereka mendustakannya, memeranginya, dan mengusirnya dari kalangan mereka. Karena itulah maka Allah mencabut nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka; dan sebagian dari mereka ada yang terbunuh dalam Perang Badar. Setelah itu kekuasaan berada di tangan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin; Allah menaklukkan kota Mekah di tangan Rasul-Nya, dan mengalahkan kaum musyrik serta menjadikan mereka orang-orang yang terhina.
Sesudah itu Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. (Al-’Ankabut: 68)
Artinya, tiada seorang pun yang lebih keras mengalami siksaan Allah selain orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadanya, padahal ia tidak menerima wahyu apa pun. Juga orang yang mengatakan bahwa dia dapat membuat hal yang semisal dengan apa yang diturunkan Allah.
Begitu pula tiada seorang pun yang lebih keras menerima siksaan Allah selain orang yang mendustakan perkara yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya.
Orang yang pertama dinamakan orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan orang yang kedua adalah orang yang mendustakan perkara yang hak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ}
Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al-'Ankabut: 68)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا}
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan)' Kami. (Al-'Ankabut: 69)
Mereka adalah Rasulullah Saw., para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
{لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا}
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. (Al-'Ankabut: 69)
Yakni Kami benar-benar akan memperlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami di dunia dan akhirat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (seorang ulama dari kalangan penduduk' Akka) sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-'Ankabut: 69) Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Ahmad ibnu Abul Hawari mengatakan bahwa ia menceritakan hal tersebut kepada Abu Sulaiman Ad-Darani, dan ternyata Abu Sulaiman merasa kagum dengan takwil ini. Lalu ia berkata, "Tidak layak bagi seseorang yang mendapat inspirasi suatu kebaikan, lalu ia langsung mengamalkannya sebelum ia mendengar hal yang mengukuhkannya dari asar. Apabila ia telah mendengar hal yang mengukuhkannya dalam asar, barulah ia boleh mengamalkannya, dan hendaklah ia memuji kepada Allah sehingga ucapannya selaras dengan apa yang terkandung di dalam kalbunya."
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-’Ankabut: 69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja'far Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu." Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
õõõõõ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar