29. Surat Al-'Ankabut
(Laba-Laba)
Makkiyyah 69 ayat kecuali ayat 1 hingga ayat 11, Madaniyyah.
Turun sesudah Surat Ar-Rum.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
{الم
(1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
(2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (4) }
Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan,
"Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan
kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah
buruk apa yang mereka tetapkan itu.
Mengenai
pembahasan huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada permulaan surat-surat
Al-Qur'an telah dibicarakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah.
Firman
Allah Swt.:
{أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ}
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman,"
sedangkan mereka tidak diuji lagi? (Al-'Ankabut: 2)
Istifham
atau kata tanya menunjukkan makna
sanggahan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. pasti akan menguji
hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar iman masing-masing,
sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:
"أَشَدُّ النَّاسِ
بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ،
يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ
زِيدَ فِي الْبَلَاءِ"
Manusia
yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu
orang yang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika
agamanya kuat, maka ujiannya diperberat pula.
Ayat
ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)
Hal
yang sama disebutkan di dalam surat At-Taubah, dan di dalam surat Al-Baqarah
disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ
الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat. (Al-Baqarah: 214)
Karena
itulah dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ}
Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-'Ankabut: 3)
Yaitu
orang-orang yang benar dalam pengakuan imannya, juga orang-orang yang dusta
dalam pengakuan imannya. Allah Swt. mengetahui apa yang telah terjadi di masa
lalu, mengetahui apa yang akan terjadi, mengetahui pula apa yang tidak akan
terjadi dan apakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Hai ini merupakan
sesuatu yang telah disepakati di kalangan semua imam ahli sunnah wal jamaah.
Hal
yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya sehubungan dengan hal yang
semisal dengan makna firman-Nya:
{إِلا لِنَعْلَمَ}
melainkan
agar Kami mengetahui (supaya
nyata). (Al-Baqarah: 143)
Maksudnya,
melainkan agar Kami melihat. Dikatakan demikian karena penglihatan berkaitan
dengan hal yang ada (terjadi), sedangkan pengertian mengetahui mempunyai
pengertian yang lebih luas daripada melihat, sebab mencakup hal yang ada dan
juga hal yang tidak ada.
Firman Allah Swt.:
{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa
mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut:
4)
Yakni
jangan sekali-kali orang-orang yang belum beriman mengira bahwa mereka luput
dari cobaan dan ujian ini, karena sesungguhnya di belakang mereka terdapat
siksaan dan pembalasan yang jauh lebih berat dan lebih pedih daripada apa yang
mereka alami di dunia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Ataukah
orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari
(azab) Kami. (Al-'Ankabut: 4) Maksudnya, selamat dari siksa Kami.
{سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Amatlah
buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut: 4)
Yakni
amatlah buruk dugaan mereka itu.
Al-'Ankabut, ayat 5-7
{مَنْ كَانَ يَرْجُو
لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (5)
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ (6) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ
عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا
يَعْمَلُونَ (7) }
Barang
siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang.
Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan barang siapa yang
berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kaya '(tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan
Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri
mereka balasan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.
Firman Allah Swt.:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ}
Barang siapa yang mengharap
pertemuan dengan Allah. (Al-'Ankabut: 5)
Yakni di hari kemudian dan ia
mengerjakan amal-amal saleh serta mengharapkan pahala yang berlimpah di sisi
Allah, maka sesungguhnya Allah pasti akan merealisasikan harapannya dan
menunaikan pahala amalnya dengan sempurna dan berlimpah. Hal tersebut pasti
terjadi, karena Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Melihat semua
makhluk-Nya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ
أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Barang siapa yang mengharap
pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang
dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al-'Ankabat: 5)
Adapun firman
Allah Swt.:
{وَمَنْ جَاهَدَ
فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ}
Dan
barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. (Al-'Ankabut: 6)
Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ}
Barang siapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri. (Fussilat: 46)
Yaitu barang siapa yang
mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya manfaat dari amalnya itu untuk
dirinya sendiri; karena sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan) amal
perbuatan hamba-hamba-Nya, sekalipun mereka semuanya bertakwa sebagaimana
bertakwanya diri seseorang dari mereka. Hal tersebut tidak menambahkan sesuatu
apa pun ke dalam kerajaan-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ
لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Dan barang siapa yang
berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Al-'Ankabut: 6)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan,
sesungguhnya seorang lelaki benar-benar dinilai sebagai orang yang berjihad,
tetapi dia tidak pernah memukul dengan pedang barang sehari pun (yakni tidak
pernah menggunakan senjata).
Kemudian Allah Swt.
memberitahukan bahwa sekalipun Dia Mahakaya tidak memerlukan sesuatu pun dari
semua makhluk-Nya dan sekalipun Dia telah berbuat baik kepada mereka, Dia pun
membalas orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan pahala yang terbaik.
Yaitu Dia menghapuskan dari mereka amal keburukan yang pernah mereka lakukan
dan memberikan kepada mereka pahala amal baik mereka dengan balasan yang lebih
baik. Dia menerima sedikit amal baik mereka dan memberinya pahala setiap amal
baik dengan sepuluh kali lipatnya hingga sampai tujuh ratus kali lipat. Dan Dia
membalas setiap amal buruk dengan balasan yang serupa dengan amal buruknya,
atau Dia memaaf dan menghapuskannya, sebagaimana yang disebutkan dalam
firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا
عَظِيمًا}
Sesungguhnya Allah tidak
menganiaya seseorang, walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar
zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya
pahala yang besar. (An-Nisa: 40) .
Dan dalam surat ini disebutkan
oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka
dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan. (Al-'Ankabut: 7)
Al-'Ankabut, ayat 8-9
{وَوَصَّيْنَا
الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (8) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ (9) }
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Kulah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. -Dan orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan)
orang-orang yang saleh.
Allah Swt. memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya masing-masing,
yang hal ini disebutkan-Nya sesudah menganjurkan (memerintahkan) mereka untuk
berpegang teguh kepada ajaran tauhid. Karena sesungguhnya kedua ibu bapak
adalah penyebab keberadaan seseorang. Seseorang diharuskan berbuat baik kepada
kedua orang ibu bapaknya, sedangkan orang tua laki-laki diharuskan memberi
nafkah kepada anaknya dan orang tua perempuan memelihara anaknya dengan kasih
sayang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ
لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا}
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra: 23-24)
Perintah untuk memperlakukan
kedua orang tua dengan perlakuan kasih sayang dan bersikap baik kepada keduanya
serta penuh hormat adalah sebagai imbalan dari kebaikan keduanya, seperti yang
telah disebutkan di atas.
Firman
Allah Swt.:
{وَإِنْ جَاهَدَاكَ
لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا}
Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8)
Yakni jika kedua orang tuamu
menginginkan dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya (selain Islam)
bila keduanya musyrik, maka hati-hatilah kamu. Janganlah kamu mengikuti
keduanya, karena sesungguhnya kembali kalian kelak di hari kiamat adalah
kepada-Ku. Lalu Aku akan membalas kebaikanmu kepada keduanya, juga pahala
kesabaranmu dalam memegang teguh agamamu, serta Aku akan menghimpunkanmu
bersama orang-orang yang saleh, bukan dengan kedua orang tuamu, sekalipun kamu
adalah orang yang terdekat kepada keduanya sewaktu di dunia. Karena
sesungguhnya seseorang itu akan dihimpunkan kelak di hari kiamat bersama
orang-orang yang dicintainya dengan cinta agama. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ}
Dan orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 9)
Imam Turmuzi mengatakan
sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada
kami Syu'bah, dari Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan hadis berikut dari ayahnya (yaitu Sa'd) yang
mengatakan, telah diturunkan empat buah ayat berkenaan dengan peristiwa yang
dialaminya, lalu ia menceritakan kisahnya. Antara lain ia menceritakan bahwa
ibunya (yaitu Ummu Sa'd) pernah berkata kepadanya, "Bukankah Allah telah
memerintahkan kepadamu untuk berbakti kepada ibumu? Demi Allah, aku tidak akan
makan dan juga tidak akan minum hingga aku mati atau kamu mau kafir."
Sa'd melanjutkan kisahnya, bahwa
keluarganya bila hendak memberi makan ibunya terpaksa harus membukakan mulutnya
dengan paksa. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8), hingga akhir
ayat.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh
Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai; Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan sahih.
Al-'Ankabut, ayat 10-11
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ
كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا
مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ (10)
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (11)
}
Dan di antara manusia ada orang yang
berkata, "Kami beriman kepada Allah, " maka apabila ia disakiti (karena
ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab
Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata,
"Sesungguhnya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa
yang ada dalam dada semua manusia? Dan sesungguhnya Allah benar-benar
mengetahui orang-orang yang beriman; dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang munafik.
Allah Swt. menceritakan tentang
sifat-sifat kaum yang mendustakan (Allah dan Rasul-Nya), yaitu mereka yang
lisannya mengakui beriman, padahal iman tidak berakar dalam dada mereka. Bahwa
apabila cobaan dan ujian di dunia menimpa mereka, maka mereka berkeyakinan bahwa
hal tersebut merupakan azab Allah kepada mereka, karenanya mereka murtad dari
Islam. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا
بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ
اللَّهِ}
Dan di antara manusia ada
orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah, " maka apabila ia
disakiti (karena beriman) kepada Allah, ia
menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. (Al-'Ankabut: 10)
Ibnu Abbas mengatakan, yang
dimaksud dengan fitnah manusia ialah bila orang yang bersangkutan murtad dari
agamanya karena disakiti sebab keimanannya kepada Allah. Hal yang sama
dikatakan oleh ulama Salaf lainnya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan
oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ
عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ
فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ}
Dan di antara manusia ada
orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj: 11)
sampai dengan firman-Nya:
ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ
الْبَعِيدُ
Yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh. (Al-Hajj: 12)
Kemudian
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ
مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ}
Dan
sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata,
"Sesungguhnya kami adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10)
Yaitu jika datang pertolongan dalam
waktu yang dekat dari Tuhanmu dan kemenangan serta ganimah yang banyak, hai
Muhammad, tentulah mereka mengatakan kepadamu, "Sesungguhnya kami adalah
besertamu," yakni saudara-saudara seagamamu. Perihalnya sama dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ
كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ
لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
(yaitu) orang-orang yang
menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai
orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka
berkata, "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika
orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka berkata,
"Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang
mukmin. (An-Nisa: 141)
Maka Allah menjawab mereka
melalui firman-Nya:
{فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ
أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ
نَادِمِينَ}
Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau
sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal
terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (Al-Maidah: 52)
Allah Swt. menceritakan perihal
mereka melalui surat Al-'Ankabut ini, yaitu melalui firman-Nya: Dan sungguh
jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata,
"Sesungguhnya kamu adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10)
Adapun
firman Allah Swt.:
{أَوَلَيْسَ اللَّهُ
بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ}
Bukankah
Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia. (Al-'Ankabut: 10)
Maksudnya, bukankah Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka dan semua yang disembunyikan di
dalam perasaan mereka, sekalipun mereka menampakkan kepada kalian sikap setuju?
Firman
Allah Swt.:
{وَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}
Dan
sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman; dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11)
Yakni sungguh Allah akan menguji
manusia dengan suka dan duka, kesengsaraan dan kebahagiaan agar dapat dibedakan
siapa yang taat kepada Allah dalam keadaan suka dan duka, dan siapa yang
ketaatannya hanyalah berdasarkan keuntungan yang diperolehnya. Hal yang sama
dikatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ
الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ}
Dan sesungguhnya Kami
benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad
dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad: 31)
Dan Allah berfirman sesudah
Perang Uhud yang mengandung cobaan dan ujian yang berat bagi kaum muslim:
{مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ
عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ}
Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga
Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dan yang
baik (mukmin). (Ali-Imran: 179), hingga akhir ayat.
Al-'Ankabut, ayat 12-13
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ
وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
(12) وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ
وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ (13) }
Dan berkatalah orang-orang kafir
kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan
memikul dosa-dosamu," dan mereka (sendiri) sedikit
pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah
benar-benar orang pendusta. Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa)
mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban
mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang
apa yang selalu mereka ada-adakan.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka mengatakan kepada
Orang-orang yang beriman dari kalangan mereka lagi mengikuti jalan hidayah,
"Berbaliklah (murtadlah) kalian dari agama kalian, lalu kembali kepada
agama kami dan mengikuti jalan kami."
{وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ}
dan nanti kami akan memikul
dosa-dosamu. (Al-'Ankabut: 12)
Maksudnya, jika kalian mempunyai
dosa-dosa dalam kemurtadan kalian, maka kamilah yang akan menanggungnya.
Perihalnya sama dengan perkataan seseorang, "Lakukanlah ini, dosamu
akulah yang menanggungnya." Allah Swt. menjawab ucapan mereka seraya
mendustakannya:
{وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa
mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. (Al-'Ankabut:
12)
Yakni dusta dalam ucapan mereka
yang menyatakan bahwa mereka sanggup memikul beban dosa-dosa orang-orang yang
mereka suruh untuk murtad dari agamanya. Karena sesungguhnya tiada seorang pun
yang menanggung dosa orang lain. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt. telah
berfirman dalam ayat lain:
{وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا
لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى}
Dan jika seorang yang berat
dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul
dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang
dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fatir: 18)
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ
حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman
akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا
مَعَ أَثْقَالِهِمْ}
Dan sesungguhnya mereka akan
memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa
yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 13)
Ini menceritakan keadaan para
penyeru kekafiran dan kesesatan, bahwa kelak di hari kiamat mereka memikul
beban dosa-dosa mereka sendiri, juga beban-beban dosa lain disebabkan mereka
telah menyesatkan orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka yang telah
disesatkannya barang sedikit pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
{لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}
(ucapan mereka) menyebabkan
mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan
sebagian dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan yang tidak mengetahui
sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab sahih disebutkan
sebuah hadis yang mengatakan:
"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ
أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ
مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ
مِثْلُ آثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ آثَامِهِمْ
شَيْئًا"
Barang siapa yang menyeru
kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan
pahala-orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi pahala
mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka
baginya dosa yang semisal dengan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya sampai
hari kiamat tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.
Hadis lainnya yang juga di dalam
kitab sahih menyebutkan:
"مَا قُتِلَتْ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ
الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا؛ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنّ الْقَتْلَ"
Tidaklah suatu jiwa terbunuh
secara aniaya melainkan atas anak Adam yang pertama terpikulkan sebagian dari
darahnya (dosanya), karena dialah orang yang
mula-mula melakukan pembunuhan.
Firman Allah Swt.:
{وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا
كَانُوا يَفْتَرُونَ}
dan sesungguhnya mereka akan
ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)
Yakni apa yang selalu mereka
buat-buat berupa kedustaan.
Sehubungan dengan tafsir ayat
ini Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا
صَدَقَةُ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَفْصِ بْنِ أَبِي الْعَالِيَةِ، حَدَّثَنِي
سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَّغَ
مَا أُرْسِلَ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: "إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ اللَّهَ
يَعْزِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ: وَعِزَّتِي لَا يَجُوزُنِي الْيَوْمَ
ظُلْمٌ! ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ؟
فَيَأْتِي يَتْبَعُهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ أَمْثَالُ الْجِبَالِ، فَيُشْخِصُ
النَّاسُ إِلَيْهَا أَبْصَارَهُمْ حَتَّى يَقُومَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَأْمُرُ الْمُنَادِي فَيُنَادِي مَنْ
كَانَتْ لَهُ تِبَاعة -أَوْ: ظُلامة -عِنْدَ فُلَانِ ابْنِ فُلَانٍ، فَهَلُمَّ.
فَيُقْبِلُونَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا قِيَامًا بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ، فَيَقُولُ
الرَّحْمَنُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: كَيْفَ نَقْضِي عَنْهُ؟
فَيَقُولُ لَهُمْ: خُذُوا لَهُمْ مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَلَا يَزَالُونَ يَأْخُذُونَ
مِنْهَا حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ، وَقَدْ بَقِيَ مِنْ أَصْحَابِ
الظُّلَامَاتِ، فَيَقُولُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: لَمْ يَبْقَ لَهُ
حَسَنَةٌ. فَيَقُولُ: خُذُوا مِنْ سَيِّئَاتِهِمْ فَاحْمِلُوهَا عَلَيْهِ".
ثُمَّ نَزَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ:
{وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
bahwa telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah
menceritakan kepada kami Sadaqah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu
Hafs ibnu Abul Aliyah, telah menceritakan kepadakami Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi,
dari Abu Umamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan apa
yang telah diwahyukan kepadanya, kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian
berbuat zalim, karena sesungguhnya Allah Swt. kelak di hari kiamat akan
berfirman dengan tegas, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, pada hari ini
tiada suatu perbuatan zalim pun yang Kulewatkan.” Kemudian berserulah penyeru
dan mengatakan, "Di manakah Fulan bin Fulan?” Maka datanglah orang yang
dimaksud seraya diikuti oleh amal-amal kebaikannya yang sebesar gunung. Maka
mata semua orang tertuju kepadanya, hingga ia berdiri di hadapan Tuhan Yang
Maha Pemurah. Kemudian Allah memerintahkan kepada penyeru untuk menyerukan,
"Barang siapa yang mempunyai sangkut paut dengan si Fulan atau pernah
dizalimi olehnya, hendaklah ia kemari!" Maka mereka berdatangan sehingga
berkumpul dalam keadaan berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan
Yang Maha Pemurah berfirman (kepada para malaikat), "Bayarkanlah
utang hamba-Ku!" Mereka bertanya, "Bagaimanakah cara membayarkannya?”
Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, "Ambillah sebagian dari amal baiknya
buat mereka.” Maka para malaikat terus-menerus mengambil kebaikannya, hingga
tiada yang tersisa suatu kebaikan pun padanya, sedangkan orang-orang yang
pernah dizaliminya masih belum terlunaskan. Allah berfirman, "Bayarkanlah
utang-utang hamba-Ku.” Para malaikat berkata, "Tiada suatu kebaikan pun
yang tersisa padanya.” Allah berfirman, "Ambillah sebagian dari keburukan
mereka, lalu bebankanlah kepadanya.” Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat
berikut, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa)
mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban
mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang
apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)
Hadis ini mempunyai syahid yang
menguatkannya terdapat di dalam kitab sahih melalui jalur lain yang
menyebutkan:
«إن
الرجل ليأتي يوم القيامة بحسنات أمثال الجبال وقد ظلم
هذا، وأخذ من مال هذا، وأخذ من عرض هذا، فيأخذ هذا من حسناته، وهذا من حسناته،
فإذا لم تبق له حسنة، أخذ من سيئاتهم فطرح عليه»
Sesungguhnya seorang lelaki
benar-benar didatangkan pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang
besar-besar seperti gunung, sedangkan ia pernah berbuat zalim kepada si anu dan
pernah mengambil harta si anu serta pernah mengambil kehormatan si anu; maka
orang yang pertama mengambil kebaikannya, dan orang yang kedua mengambil
kehormatannya pula. Dan apabila tiada lagi amal baik yang tersisa padanya, maka
diambillah sebagian dari dosa-dosa mereka (yang
pernah dianiaya olehnya), lalu dibebankan kepadanya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي
الْحِوَارِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ
الثُّمَالِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ
الْمُؤْمِنَ يُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى عَنْ
كُحْل عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ ، فَلَا ألْفَيَنَّكَ
تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَاكَ اللَّهُ مِنْكَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami
Abu Bisyr Al-Hazza, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang
telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Hai Mu'az,
sesungguhnya orang mukmin kelak akan ditanya pada hari kiamat tentang semua
perbuatannya, sehingga ditanya tentang celak matanya, dan serpihan tanah liat
yang dipegang-pegang oleh kedua jarinya. Maka semoga aku tidak menjumpaimu
datang pada hari kiamat, sedangkan ada orang lain yang lebih berbahagia darimu
dalam hal pahala yang telah diberikan oleh Allah kepadamu.
Al-'Ankabut, ayat 14-15
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ
فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ
وَهُمْ ظَالِمُونَ (14) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا
آيَةً لِلْعَالَمِينَ (15) }
Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun
kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah
orang-orang yang zalim, Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang
bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.
Ini merupakan hiburan dari Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Allah menceritakan kepadanya tentang Nuh a.s.,
bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya dalam masa yang sangat lama seraya
menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Seruan itu dilakukannya siang malam,
dan secara rahasia dan terang-terangan. Tetapi sekalipun demikian, tiada
menambah mereka melainkan makin menjauh dari perkara hak dan berpaling darinya
serta mendustakan Nuh, dan tiada yang beriman bersama Nuh melainkan hanya
sedikit orang saja. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا
خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ}
maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,
dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut:
14)
Yakni sesudah masa yang sangat
lama itu penyampaian Nuh dan peringatannya masih belum berhasil terhadap
mereka. Maka kamu Muhammad, janganlah menyesali sikap orang-orang yang kafir
terhadapmu dari kalangan kaummu, jangan pula kamu bersedih hati atas sikap
mereka, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya dan Dia pulalah yang akan menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah semua urusan, dan hanya
kepada-Nyalah kembali semua urusan.
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun
datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus:
96-97), hingga akhir ayat.
Dan ketahuilah bahwa Allah pasti
akan memunculkanmu, menolongmu, menguatkanmu, menghinakan musuh-musuhmu serta
mengalahkan mereka, dan menjadikan mereka berada di dasar neraka yang paling
bawah.
Hammad ibnu Salamah telah
meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa Nuh diutus oleh Allah sejak usia empat puluh tahun, dan
tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, serta hidup
sesudah masa banjir besar selama enam puluh tahun, hingga manusia bertambah
populasi (jumlah)nya dan menyebar.
Qatadah mengatakan bahwa menurut
suatu pendapat, sesungguhnya jumlah seluruh usia Nuh adalah sembilan ratus lima
puluh tahun. Ia tinggal di kalangan kaumnya sebelum menyeru mereka ke jalan
Allah selama tiga ratus tahun, dan menyeru mereka selama tiga ratus tahun,
serta tinggal sesudah masa banjir besar selama tiga ratus lima puluh tahun.
Tetapi pendapat ini garib. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Nuh
tinggal di kalangan kaumnya seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah selama
sembilan ratus lima puluh tahun.
Aun ibnu Abu Syaddad telah
mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya saat ia berusia tiga
ratus lima puluh tahun, lalu Nuh a.s. menyeru mereka selama sembilan ratus lima
puluh tahun. Kemudian ia hidup sesudah itu selama tiga ratus lima puluh tahun.
Pendapat ini pun berpredikat garib, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan
Ibnu Jarir serta dikatakan oleh suatu pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas,
hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
As-Sauri telah meriwayatkan dari
Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar pernah
bertanya kepadaku, "Berapa lamakah Nuh tinggal bersama kaumnya?"
Mujahid mengatakan, bahwa lalu ia menjawab, "Sembilan ratus lima puluh
tahun." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu masih
terus mengalami pengurangan dalam usia mereka, kebaligan mereka, dan bentuk
tubuh mereka, sampai masamu sekarang ini."
Firman
Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ
وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}
Maka
Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-'Ankabut: 15)
Yakni orang-orang yang beriman
kepada Nuh a.s. Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan secara rinci dalam
surat Hud, juga tafsir ayat ini telah dijelaskan sehingga tidak perlu lagi
untuk diulangi.
Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
dan Kami jadikan peristiwa
itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut:
15)
Maksudnya, Kami jadikan bahtera
itu utuh, yang adakalanya hanya tinggal bentuknya. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Qatadah, bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. masih ada peninggalannya sampai
permulaan masa Islam terdapat di Bukit Al-Judi. Atau yang masih ada itu adalah
jenisnya, hal itu dijadikan sebagai peringatan buat manusia yang mengingatkan
mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya, saat Allah menyelamatkan
mereka dari banjir besar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا
ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا
يَرْكَبُونَ}
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut
keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk
mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41-42)
sampai dengan firman Allah Swt.:
وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ
dan untuk memberikan
kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. (Yasin:
44)
Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ
فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami, tatkala
air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek
moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan
bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah:
11-12)
Dan dalam surat Al-'Ankabut ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ
وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
Maka kami selamatkan Nuh dan
penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi
semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15)
Ini merupakan ungkapan tadrij,
dari suatu benda ke jenisnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ}
Sesungguhnya Kami telah
menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (Al-Mulk:
5)
Yakni Kami jadikan jenisnya sebagai
pelempar, karena sesungguhnya yang dijadikan pelempar setan-setan itu bukanlah
binatang-binatang yang menjadi penghias langit. Dan firman Allah Swt. lainnya
yang menyebutkan:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ
سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mu-minun: 12-13)
Ayat-ayat yang mempunyai
pengertian yang sama cukup banyak. Ibnu Jarir mengatakan, seandainya dikatakan
bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَاهَا}
dan Kami jadikan
bintang-bintang itu. (Al-Mulk: 5)
merujuk kepada 'uqubah (siksaan)
bukan bintang-bintang, tentulah bermakna tidak seperti yang dimaksudkan di
atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al-'Ankabut, ayat 16-18
{وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ
قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (16) إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا
وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا
يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ
وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (17) وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ
أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (18) }
Dan (ingatlah) Ibrahim,
ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu
membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat sebelum kamu juga
telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan (agama
Allah) dengan seterang-terangnya.”
Allah Swt. menceritakan perihal
hamba dan rasul-Nya serta kekasihnya (yaitu Nabi Ibrahim, imam para hunafa),
bahwa dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya;
dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam bertakwa; mencari rezeki dari-Nya
semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta mengesakan-Nya dalam bersyukur, karena
sesungguhnya hanya kepada-Nyalah dipanjatkan rasa syukur atas sernua nikmat,
tiada yang berhak menerimanya selain Dia. Untuk itu Ibrahim a.s. berkata kepada
kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ}
Sembahlah Allah olehmu dan
bertakwalah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 16)
Artinya, ikhlaskanlah diri
kalian hanya kepada-Nya dalam beribadah dan takut.
{ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ}
Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Al-'Ankabut:
16)
Yakni apabila kalian melakukan
hal tersebut, niscaya kalian akan beroleh kebaikan di dunia dan akhirat, dan
akan terhindarlah kalian dari kejahatan di dunia dan akhirat.
Selanjutnya Allah Swt.
memberitahukan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat
menimpakan mudarat dan tidak pula memberikan manfaat. Berhala-berhala itu tiada
lain hanyalah buat-buatan kalian belaka, lalu kalian memberinya nama-nama
sebagai tuhan-tuhan buatan. Sesungguhnya berhala-berhala itu hanyalah makhluk,
sama halnya dengan kalian. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan
Mujahid.
Al-Walibi telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, bahwa lafaz takhluquna dibaca tasna una, yang
artinya 'kalianlah yang memahatnya, lalu menjadikannya sebagai patung-patung
(berhala-berhala).' Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dalam suatu
riwayatnya, juga oleh Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya, lalu
dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah, yakni berhala-berhala itu tidak
memiliki rezeki bagi kalian.
{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ}
maka mintalah rezeki itu di
sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17)
Ungkapan ini merupakan ungkapan Hasr
yang paling kuat. Pengertian Hasr-nya sama dengan apa yang terdapat
di dalam firman-Nya:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5)
Dan firman Allah Swt:
{رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي
الْجَنَّةِ}
Ya Tuhanku, bangunlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim:
11)
Karena itulah dalam surat ini
disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut:
17) Yaitu mintalah rezeki itu kepada Allah, bukan pada selain-Nya, karena
sesungguhnya selain Allah tidak memiliki sesuatu apa pun.
{وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ}
dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 17)
Artinya, makanlah sebagian dari
rezeki-Nya, sembahlah Dia semata serta bersyukurlah kepada-Nya atas semua
nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian.
{إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
Hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Al-'Ankabut: 17)
Yakni kelak di hari kiamat, lalu
Dia akan membalas setiap orang dengan balasan yang sesuai dengan amal
perbuatannya.
Firman
Allah Swt.:
{وَإِنْ تُكَذِّبُوا
فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ}
Dan
jika kamu (orang kafir) mendustakan,
maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18)
Yakni telah sampai kepadamu
berita azab dan pembalasan yang menimpa mereka karena melanggar perintah
rasul-rasul.
{وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ
الْمُبِينُ}
Dan kewajiban rasul-rasul
itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama
Allah) dengan sejelas-jelasnya. (Al-'Ankabut: 18)
Yakni tiada lain tugas rasul
hanya menyampaikan kepadamu apa yang diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikannya yaitu risalah. Dan Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya
serta menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu berbuatlah dengan
rajin untuk kemanfaatan dirimu agar kamu menjadi orang-orang yang berbahagia.
Qatadah mengatakan sehubungan
dengan firman-Nya: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat
yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Menurut
Qatadah, ayat ini mengandung makna yang menghibur hati Nabi Saw. yang berarti
bahwa kalimat ini terpisah dari kalimat pertama, dan kedudukannya sebagai
kalimat sisipan sampai dengan firman-Nya: Maka tidak adalah jawaban kaumnya.
(Al-'Ankabut: 24)
Hal yang sama telah dinaskan
oleh Ibnu Jarir. Tetapi makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa
seluruhnya merupakan perkataan Nabi Ibrahim a.s. yang sedang mengemukakan
alasannya untuk membuktikan adanya hari akhirat, karena sesudahnya terdapat
firman-Nya:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ}
Maka tidak adalah jawaban
kaum Ibrahim. (Al-'Ankabut: 24)
Al-'Ankabut, ayat 19-23
{أَوَلَمْ يَرَوْا
كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرٌ (19) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ
اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(20) يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ (21)
وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَمَا لَكُمْ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (22) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ
اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَئِكَ لَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ (23) }
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah, "Berjalanlah di (muka)
bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan
memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu
akan dikembalikan. Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari
azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali
tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir
kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari
rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s., bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada
kaumnya untuk membuktikan adanya hari berbangkit yang mereka ingkari melalui
apa yang mereka saksikan di dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah
menciptakan mereka yang pada sebelumnya mereka bukanlah sebagai sesuatu yang
disebut-sebut (yakni tiada). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat
mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu
mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu
mudah dan ringan bagi-Nya.
Kemudian Ibrahim a.s. memberi
mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan
di cakrawala, berupa berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah
menciptakannya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang
bersinar maupun yang tetap dan yang beredar. Juga bumi serta lembah-lembah,
gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan,
serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan; semuanya itu
menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang
menciptakannya, yang mengadakan, serta memilih segalanya. Dialah yang bila
ingin menciptakan hanya mengatakan terhadap sesuatu, "Jadilah," maka
terjadilah ia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-kata
Nabi Ibrahim a.s.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ
الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia)
dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-'Ankabut: 19)
Sama dengan apa yang disebutkan
oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ
يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya)
kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum:
27)
Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا
كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Katakanlah, "Berjalanlah
di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)
Yakni kelak di hari kiamat.
{إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu. (Al-'Ankabut: 20)
Kedudukan ini sama dengan apa
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي
أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ}
Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa
Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53)
Dan firman Allah Swt.:
{أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ
الْخَالِقُونَ * أَمْ خَلَقُوا السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بَل لَا يُوقِنُونَ}
Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (At-Tur: 35-36)
Adapun
firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ
يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ}
Allah
mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. (Al-'Ankabut:
21)
Artinya, Dialah Yang menentukan
lagi Yang Mengatur, Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan apa
yang dikehendaki-Nya, tiada yang menanyakan apa yang telah diputuskan-Nya, dan
tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat-Nya, bahkan
merekalah yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Hanya milik-Nyalah semua
makhluk dan semua urusan, apa yang dilakukannya hanyalah keadilan belaka,
karena Dia adalah Raja Yang tidak pernah berbuat aniaya barang seberat zarrah
pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
para pemilik kitab sunan, yaitu:
"إِنَّ اللَّهَ لَوْ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ
أَرْضِهِ، لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ"
Sesungguhnya Allah itu
seandainya Dia mengazab semua penduduk langit-Nya dan semua penduduk bumi-Nya,
Dia benar-benar akan mengazab mereka, sedangkan Dia tidak berbuat aniaya
terhadap mereka.
Karena itulah disebutkan oleh
firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ
يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ}
Allah mengazab siapa yang
dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan hanya
kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan. (Al-'Ankabut:
21)
Yakni dikembalikan kelak pada
hari kiamat.
Firman
Allah Swt.:
{وَمَا أَنْتُمْ
بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ}
Dan
kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di
langit. (Al-'Ankabut: 22)
Maksudnya, tiada seorang pun
dari kalangan penduduk langit dan bumi yang bisa menyelamatkan diri dari azab-Nya,
bahkan Dia Mahaperkasa di atas semua hamba-Nya. Segala sesuatu takut kepada-Nya
dan berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya dari selain-Nya.
{وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ
وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ. وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ}
dan sekali-kali tiadalah
bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada
ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya. (Al-'Ankabut:
22-23)
Yaitu ingkar dan kafir kepada
hari akhirat.
{أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي}
mereka putus asa dari
rahmat-Ku. (Al-'Ankabut: 23)
Artinya, tiada bagian bagi
mereka dari rahmat-Ku.
{وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan mereka itu mendapat azab
yang pedih. (Al-'Ankabut: 23)
Yakni menyakitkan lagi keras di
dunia dan akhirat.
Al-'Ankabut, ayat 24-25
{فَمَا كَانَ جَوَابَ
قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ
النَّارِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (24) وَقَالَ إِنَّمَا
اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (25) }
Maka tiadalah jawaban kaum Ibrahim
selain mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia, " lalu Allah
menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan berkata
Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah
untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia
ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang
lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat
kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolong pun.
Allah Swt. menceritakan perihal
kaum Nabi Ibrahim dalam kekafiran, keingkaran, dan keangkuhan mereka, serta
penolakan mereka terhadap perkara hak dengan kebatilan. Bahwa tiadalah sesudah
perkataan Nabi Ibrahim yang mengandung petunjuk dan penjelasan itu,
{إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ
حَرِّقُوهُ}
melainkan mengatakan,
"Bunuhlah atau bakarlah dia!" (Al-'Ankabut:
24)
Demikian itu karena bukti telah
mengalahkan mereka dan alasan Nabi Ibrahim benar-benar mematahkan alasan
mereka, maka mereka gunakan kekuasaan dan kekuatan kerajaan mereka sebagai
jawabannya:
{قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا
فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ. فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ
الأسْفَلِينَ}
Mereka berkata,
"Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim,
lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” Mereka hendak
melakukan tipu daya kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (As-Saffat:
97-98)
Demikian itu karena mereka
menghimpun semua kayu bakar dalam waktu yang cukup lama sehingga terkumpul kayu
bakar yang sangat banyak, lalu mereka pagari kumpulan kayu bakar tersebut.
Setelah itu dibakar sehingga nyala apinya menjulang tinggi ke langit, belum
pernah ada api sebesar itu. Kemudian mereka menangkap Nabi Ibrahim dan mengusungnya,
lalu menaruhnya di atas pelontar batu besar. Nabi Ibrahim dilontarkan masuk ke
dalam api yang besar itu, lalu Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan
baginya. Nabi Ibrahim akhirnya keluar dari api itu setelah tinggal beberapa
hari di dalamnya dalam keadaan selamat. Hal yang seperti itu dijadikan oleh
Allah sebagai suri teladan dan contoh, yang menunjukkan pengorbanan diri demi
Tuhan Yang Maha Pemurah dan merelakan dirinya dimakan api. Dia (Ibrahim) dengan
sukarela mengorbankan putranya untuk dikorbankan, dan harta bendanya untuk
tamu-tamu yang berkunjung kepadanya. Karena itulah maka semua agama sepakat
untuk menyukainya.
Firman
Allah Swt.:
{فَأَنْجَاهُ اللَّهُ
مِنَ النَّارِ}
lalu
Allah menyelamatkannya dari api. (Al-'Ankabut:
24)
Yakni menyelamatkan Ibrahim dari
panasnya api itu dengan menjadikannya berasa dingin dan keselamatan baginya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ. وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا
مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang
yang beriman. Dan berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu
sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara
kamu dalam kehidupan dunia ini.” (Al-'Ankabut:
24-25)
Ibrahim a.s. berkata kepada
kaumnya dengan nada mengecam dan mencela mereka karena perbuatan mereka yang
buruk, yaitu menyembah berhala-berhala. Bahwa sesungguhnya kalian melakukan
penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk mengikat sebagian dari
kalian dengan sebagian yang lain dalam ikatan persahabatan dan kasih sayang di
dunia ini. Pengertian ini berdasarkan pendapat ulama yang membaca nasab lafaz mawaddah,
bahwa lafaz mawaddatan berkedudukan sebagai maf'ul lah. Sedangkan
menurut bacaan rafa', maka maknanya adalah seperti berikut; Bahwa
sesungguhnya kalian melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah
untuk memperoleh kasih sayang di antara sesama kalian di dunia ini.
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
kemudian di hari kiamat. (Al-'Ankabut: 25)
Keadaan tersebut berbalik,
persahabatan dan kasih sayang menjadi permusuhan dan kebencian. Kemudian:
{يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ}
sebagian kamu mengingkari
sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut; 25)
Yakni saling mengingkari apa
yang pernah dilakukan di antara kalian.
{وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}
dan sebagian kamu melaknati
sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut: 25)
Yaitu para pengikut melaknati
para pemimpinnya. Begitu pula sebaliknya, orang-orang yang diikuti melaknati
para pengikutnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ
أُخْتَهَا}
Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka) mengutuk kawannya (yang menyesatkannya).
(Al-A'raf: 38)
Dan firman Allah Swt.:
{الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ
عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ}
Teman-teman akrab pada hari
itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa. (Az-Zukhruf: 67)
Dalam surat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ
بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا
لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
kemudian di hari kiamat
sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan
sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah
neraka. (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat.
Artinya, tempat kembali dan
berpulangnya kalian sesudah menjalani peristiwa hari kiamat ialah ke neraka,
dan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun yang menolong kalian, dan tiada
seorang pun yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah. Demikianlah nasib
yang akan dialami oleh orang-orang kafir.
Adapun keadaan orang-orang
mukmin berbeda dan kebalikan dari apa yang dialami oleh orang-orang kafir.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ
الأحْمَسي حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الثَّقَفِيُّ [حَدَّثَنَا] الرَّبِيعُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ جَعْدَةَ بْنِ هُبَيْرة
الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ -أُخْتِ عَلِيِّ
بْنِ أَبِي طَالِبٍ -قَالَتْ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "أخبرِك أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَجْمَعُ الْأَوَّلِينَ
وَالْآخَرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَمَنْ يَدْرِي أَيْنَ
الطَّرَفَانِ "، فَقَالَتِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. "ثُمَّ
يُنَادِي مُنَادٍ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ،
فَيَشْرَئِبُّونَ" قال أبو عاصم: يرفعون رؤوسهم. "ثُمَّ يُنَادِي: يَا
أَهْلَ التَّوْحِيدِ، ثُمَّ يُنَادِي الثَّالِثَةَ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ،
إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَفَا عَنْكُمْ" قَالَ: "فَيَقُولُ النَّاسُ قَدْ
تَعَلَّقَ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ فِي ظُلامات الدُّنْيَا -يَعْنِي: الْمَظَالِمَ
-ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، لِيَعْفُ بَعْضُكُمْ عَنْ بَعْضٍ،
وَعَلَى اللَّهِ الثَّوَابُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan
kepada kami Abu Asim As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu
Ismail ibnu Amr ibnu Said ibnu Ja'dah ibnu Hubairah Al-Makhzumi, dari ayahnya,
dari kakeknya, dari Ummu Hani' (saudara perempuan sahabat Ali ibnu Abu Talib)
yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya: Aku akan
menceritakan kepadamu bahwa Allah Swt. kelak di hari kiamat akan mengumpulkan
semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tanah lapang yang
luas. Maka siapakah yang mengetahui di mana kedua golongan itu berada? Ummu
Hani' menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian berserulah
penyeru dari bawah 'Arasy, "Hai ahli tauhid, " maka mereka
bermunculan —menurut Abu Asim mereka mengangkat kepalanya masing-masing—.
Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid!" Kemudian berseru lagi,
"Hai ahli tauhid, sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian.” Maka manusia
semua bangkit, sedangkan sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain
karena masalah kezaliman semasa di dunianya. Kemudian berseru lagi, "Hai
ahli tauhid, hendaklah sebagian dari kalian memaaf sebagian yang lain, dan
Allah-lah yang akan menanggung pahalanya.
Al-'Ankabut, ayat 26-27
{فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ
وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (26)
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ
النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي
الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (27) }
Maka Lut membenarkan (kenabian)nya.
Dan berkatalah Ibrahim, "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat
yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan
Ya’qub dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya, dan Kami
berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat
benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Allah Swt. menceritakan tentang
Ibrahim, bahwa Lut beriman kepadanya. Menurut suatu pendapat, Lut adalah anak
saudara lelaki Nabi Ibrahim. Mereka mengatakan bahwa Lut ibnu Haran ibnu Azar,
yakni tiada seorang pun dari kalangan kaumnya yang beriman kepadanya selain Lut
dan Sarah (istri Nabi Ibrahim sendiri).
Akan tetapi, timbul suatu
pertanyaan tentang bagaimanakah menggabungkan pengertian ayat ini dengan hadis
yang disebutkan di dalam kitab sahih yang menceritakan, bahwa ketika Ibrahim
a.s. bersua dengan raja yang angkara murka (sewenang-wenang) itu dan si raja
menanyakan tentang Sarah kepada Ibrahim,"Apa hubungan kamu dengan wanita
ini?" Nabi Ibrahim menjawab, "Dia adalah saudara perempuanku."
Kemudian Ibrahim menemui
istrinya dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku telah mengatakan
kepada si raja lalim itu bahwa engkau adalah saudara perempuanku, janganlah
kamu mendustakan diriku (di hadapannya nanti) karena sesungguhnya di
muka bumi ini tiada seorang pun yang beriman selain dari aku dan kamu,
karenanya engkau adalah saudara perempuan seagamaku."
Seakan-akan makna yang dimaksud
—hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa tiada sepasang suami istri di muka
bumi pada masa itu yang beragama Islam selain Nabi Ibrahim dan istrinya, karena
sesungguhnya Lut a.s. telah beriman kepadanya, dia berasal dari kaumnya. Lut
ikut berhijrah bersama Nabi Ibrahim ke negeri Syam, kemudian ia diangkat
menjadi rasul untuk penduduk Sodom dan daerah-daerah sekitarnya; hal itu
terjadi di masa Nabi Ibrahim a.s. Kemudian perihal mereka telah disebutkan
dalam pembahasan yang telah lalu, dan akan disebutkan lagi pada pembahasan
berikutnya.
Firman Allah Swt.:
{وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي}
Sesungguhnya aku akan
berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
(kepadaku). (Al-'Ankabut: 26)
Damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Qala, " dapat
ditakwilkan merujuk kepada Lut, karena lafaz Lut merupakan lafaz yang
terdekat dengannya. Dapat pula ditakwilkan merujuk kepada Ibrahim, sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Pengertian kedua ini berdasarkan
apa yang tersimpan di dalam firman-Nya: Maka Lut membenarkan (kenabian)nya.
(Al-'Ankabut: 26) Yakni dari kalangan kaumnya.
Kemudian Allah Swt. menceritakan
bahwa Ibrahim memilih untuk pindah dari kalangan kaumnya demi membela agamanya
dan meneguhkannya. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
sesungguhnya Dialah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-'Ankabut: 26)
Yaitu kemuliaan hanyalah milik
Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Allah Mahabijaksana
dalam semua perkataan, perbuatan, dan semua ketetapan-Nya.
Qatadah mengatakan bahwa Ibrahim
dan Lut berpindah dari Kausa (daerah pedalaman Kufah) menuju ke negeri Syam.
Qatadah mengatakan pula bahwa
pernah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. telah bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، يَنْحَازُ
أَهْلُ الْأَرْضِ إِلَى مُهَاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شرار
أهلها، حتى تلفظهم أرضهم وتقذرُهم رُوحُ اللَّهِ، وَتَحْشُرهُمُ النَّارُ مَعَ
الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، تَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا، وتَقِيل مَعَهُمْ
إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مَا سَقَطَ مِنْهُمْ"
Sesungguhnya kelak akan ada
hijrah sesudah hijrah; penduduk bumi (yang beriman)
beralih ke tempat-tempat bekas Nabi Ibrahim, sedangkan yang ada di tempat
lain dari bumi hanyalah orang-orang yang jahat saja, sehingga bumi tempat
mereka memuntahkan mereka dan Allah Swt. merasa jijik terhadap mereka, serta
api menggiring mereka bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama
mereka di tempat mereka menginap jika mereka menginap, dan ikut istirahat di
siang hari jika mereka istirahat di siang hari, dan api itu membakar apa saja
yang terjatuh dari mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkan
hadis ini berikut sanadnya secara panjang lebar, melalui hadis Abdullah ibnu
Amr ibnul As. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan
bahwa ketika tiba masa pembaiatan Yazid ibnu Mu'awiyah, ia datang ke negeri
Syam, dan ia mendapat berita tentang majelis tempat Nauf Al-Bakkali biasa
mengajar. Maka ia mendatangi tempat itu. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki,
dan orang-orang menguakkan jalan untuknya, lelaki itu memakai baju khamisah.
Ternyata dia adalah Abdullah ibnu Amr ibnul As. Ketika Nauf Al-Bakkali
melihatnya, maka ia menghentikan pembicaraannya, dan Abdullah ibnu Amr berkata
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَيَنْحَازُ
النَّاسُ إِلَى مُهَاجرَ إِبْرَاهِيمَ، لَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ إِلَّا شَرَارُ
أَهْلِهَا، فَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، تقْذَرهم نفسُ الرَّحْمَنِ، تَحْشُرُهُمُ
النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ فَتَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا،
وتَقِيل مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مِنْهُمْ مَنْ تَخَلَّف"
Sesungguhnya kelak akan ada
hijrah sesudah hijrah, maka orang-orang (mukmin) beralih
ke tempat hijrahnya Nabi Ibrahim; tiada yang tertinggal di bumi selain dari
para penduduknya yang jahat-jahat, maka bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang
Maha Pemurah merasa jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api
bersama-sama kera dan babi; api itu ikut menginap bersama mereka bila mereka
menginap, dan ikut beristirahat di siang hari bersama mereka bila mereka
istirahat di siang hari; api itu melahap siapa pim yang tertinggal dari
kalangan mereka.
Abdullah ibnu Amr ibnul As
mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَيَخْرُجُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي من قبل المشرق، يقرؤون
الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيهم، كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطع،
كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ" حَتَّى عَدّها زِيَادَةً عَلَى
عِشْرِينَ مَرَّةً "كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ، حَتَّى يَخْرُجَ
الدَّجَّالُ فِي بَقِيَّتِهِمْ"
Kelak akan muncul segolongan
orang dari kalangan umatku dari arah terbitnya matahari (timur) yang pandai membaca Al-Qur’an, tetapi Al-Qur’an tidak
meresap ke dalam dada mereka. Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka pasti
dimusnahkan, setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti
dibinasakan -kalimat ini dihitung oleh Abdullah ibnu Amr lebih dari dua puluh
kali- setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan,
sehingga muncullah Dajjal dari kalangan sisa-sisa mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya
dari Abu Daud dan Abdus Samad yang keduanya dari Hisyam Ad-Dustuwa'i, dari
Qatadah dengan sanad yang sama.
Abu Daud telah meriwayatkannya
pula di dalam kitab sunannya. Di dalam Kitabul Jihad (pembahasan tentang
Jihad), Bab "Berita tentang Terhuninya Negeri Syam," bahwa telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami
Mu'az ibnu Hisyam, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdullah ibnu
Amr yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَخِيَارُ أَهْلِ
الْأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شِرَارُ
أَهْلِهَا تَلْفِظُهُمْ أَرْضُهُمْ وتَقْذرهم نَفْسُ الرَّحْمَنِ، وَتَحْشُرُهُمُ
النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ"
Kelak akan terjadi
perpindahan sesudah hijrah, penduduk bumi (yang
beriman) beralih ke tempat-tempat bekas hijrahnya Nabi Ibrahim, dan yang
tertinggal di belahan bumi lainnya hanyalah para penduduknya yang jahat-jahat,
mereka dimuntahkan oleh bumi dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka,
mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا
أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة، عَنْ شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ:
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَر يَقُولُ لَقَدْ رأيتُنا وَمَا صَاحِبُ
الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ بِأَحَقِّ مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ لَقَدْ
رَأَيْتُنَا بآخِرَة الْآنَ، وَالدِّينَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلَى أَحَدِنَا
مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَئِنْ أَنْتُمُ اتَّبَعْتُمْ أَذْنَابَ
الْبَقَرِ، وَتَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، لَيُلْزِمَنَّكُمُ اللَّهُ مذلَّة فِي أَعْنَاقِكُمْ، ثُمَّ لَا تُنْزَعُ
مِنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى مَا كُنْتُمْ عَلَيْهِ، وَتَتُوبُوا إِلَى
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". وَسَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَتَكُونَنَّ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ إِلَى مُهاجر
أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ حَتَّى لَا يَبْقَى فِي الْأَرَضِينَ إِلَّا شِرَارُ
أَهْلِهَا وَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، وتقذرهم روح الرحمن، وتحشرهم النار مع
القردة وَالْخَنَازِيرِ، تَقِيلُ حَيْثُ يَقِيلُونَ ، وَتَبِيتُ حَيْثُ
يَبِيتُونَ، وَمَا سَقَطَ مِنْهُمْ فَلَهَا". وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَخْرُجُ من أمتي قوم
يسيئون الأعمال، يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ -قَالَ يَزِيدُ:
لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ -يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ عِلْمَهُ مَعَ عِلْمِهِمْ،
يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، فَإِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا
خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، فَطُوبَى لِمَنْ
قَتَلَهُمْ، وَطُوبَى لِمَنْ قَتَلُوهُ. كُلَّمَا طَلَعَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قَطعَه اللَّهُ".
فَرَدَّدَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ
مَرَّةً، أَوْ أَكْثَرَ، وَأَنَا أَسْمَعُ
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Janab Yahya
ibnu Abu Hayyah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan, ia pernah mendengar
Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa dahulu di masanya tiada seorang pun yang
memiliki dinar dan dirham (harta) lebih berhak daripada saudara muslimnya
(hidup mereka penuh dengan kebersamaan). Kemudian sesudah itu (yakni di masa
Syahr ibnu Hausyab) keadaannya berbeda, dinar dan dirham lebih disukai oleh
seseorang daripada saudara semuslimnya (yakni hidup mereka individualistis).
Dan ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya jika kalian
mengikuti ekor sapi dan melakukan transaksi secara 'ainah, serta meninggalkan
jihad di jalan Allah, maka benar-benar Allah akan menimpakan ke hinaan ke atas
pundak kalian yang tidak dapat dilenyapkan dari kalian sebelum kalian kembali
ke jalan semula dan bertobat kepada Allah Swt. Dan ia mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kelak akan ada
hijrah sesudah hijrah, yaitu ke tempat-tempat hijrahnya bapak moyang kalian
Nabi Ibrahim, sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi lainnya selain
dari para penghuninya yang jahat-jahat. Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang
Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera
dan babi. Api itu ikut istirahat siang hari di tempat mereka istirahat siang hari,
dan ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap; apa saja dari
mereka yang terjatuh dilahap oleh api itu. Sesungguhnya ia pernah pula ia
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kelak akan muncul suatu kaum dari
kalangan umatku yang amal perbuatan mereka buruk; mereka pandai membaca
Al-Qur'an, tetapi Al-Qur’an tidak melampaui tenggorokan mereka (yakni tidak
meresap ke dalam dada mereka). Yazid (salah seorang perawi hadis ini)
mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya Abu Janab mengatakan hal berikut: Seseorang
dari kalian merasa amat kecil ilmunya dibandingkan dengan ilmu mereka, tetapi
mereka gemar memerangi ahli Islam. Maka apabila mereka muncul, perangilah
mereka. Kemudian bila mereka muncul lagi, perangilah mereka. Kemudian bila
mereka muncul juga, perangilah mereka. Maka amatlah beruntung bagi orang yang
berhasil membunuh mereka, beruntunglah orang yang dapat membunuh mereka. Setiap
kali muncul suatu generasi dari mereka, Allah membinasakannya. Rasulullah
Saw. mengulang-ulang sabdanya yang terakhir ini sebanyak dua puluh kali atau
lebih, sedangkan ia mendengarnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو
الحُسَيْن بْنُ الْفَضْلٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا
يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ
وَهِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ الدِّمَشْقِيَّانِ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ نَافِعٍ -وَقَالَ أَبُو النَّضْرِ،
عَمَّنْ حدَّثه، عَنْ نَافِعٍ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَيُهَاجِرُ أَهْلُ الْأَرْضِ هِجْرَةً
بَعْدَ هِجْرَةٍ، إِلَى مهاجَر إِبْرَاهِيمَ، حَتَّى لَا يَبْقَى إِلَّا شَرَارُ
أَهْلِهَا، تَلْفِظُهُمُ الْأَرَضُونَ (8) وَتَقْذَرُهُمْ رُوحُ الرَّحْمَنِ،
وتحشرهم النار مع القردة والخنازير، تبيت معهم حَيْثُ بَاتُوا، وَتَقِيلُ مَعَهُمْ
حَيْثُ قَالُوا، لَهَا مَا سَقَطَ مِنْهُمْ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan ibnul Fadl, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami
Ya'qub ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr Ishaq ibnu Ibrahim
ibnu Yazid dan Hisyam ibnu Ammar yang kedua-duanya dari Dimasyq, bahwa telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami
Al-Auza'i, dari Nafi'. Dan Abun Nadr telah meriwayatkan dari orang yang pernah
mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Kelak penduduk bumi (yang beriman) akan berpindah ke
tempat-tempat hijrahnya Nabi Ibrahim sehingga tiada yang tertinggal di belahan
bumi yang lain kecuali hanya para penduduknya yang jahat-jahat. Bumi
memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka
digiring oleh api bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama
mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di tempat
mereka istirahat siang hari, api itu membakar apa saja yang terjatuh dari
mereka.
Hadis Nafi' ini berpredikat garib;
jelasnya Al-Auza'i telah meriwayatkannya dari salah seorang gurunya yang
berpredikat lemah. Hanya Allah Yang lebih mengetahui. Tetapi riwayatnya yang
melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As lebih mudah untuk dihafalkan.
****
Firman
Allah SWT:
{وَوَهَبْنَا لَهُ
إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ}
Dan
Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishak dan Ya’qub. (Al-Ankabut: 27)
Semakna dengan apa yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا
نَبِيًّا}
Maka ketika Ibrahim sudah
menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami
anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat
menjadi nabi. (Maryam: 49)
Yakni setelah Nabi Ibrahim
meninggalkan kaumnya, maka Allah menyenangkan hatinya dengan memberinya seorang
anak yang saleh lagi menjadi seorang nabi, dan seorang cucu yang saleh dan juga
seorang nabi semasa ia (Ibrahim) masih hidup. Hal yang sama disebutkan dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
نَافِلَةً}
Dan Kami telah memberikan
kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai
suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72)
Yaitu sebagai karunia tambahan
buat Ibrahim, sebagaimana pula yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ
إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
Maka Kami sampaikan kepadanya
berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan
dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub. (Hud: 71)
Yakni akan dilahirkan seorang
cucu sesudahnya, untuk menggembirakan hati keduanya (Ibrahim dan Ishaq) semasa
keduanya masih hidup. Keberadaan Nabi Ya'qub sebagai anak Nabi Ishaq dinaskan
oleh Al-Qur'an dan dikuatkan oleh sunnah nabawi. Allah Swt. telah berfirman:
{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ
يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا
نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
Adakah kamu hadir ketika
Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika
ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?”
Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa.” (Al-Baqarah:
133), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan
melalui salah satu hadisnya yang mengatakan:
"إِنَّ الْكَرِيمَ ابنَ الْكَرِيمِ ابنِ الْكَرِيمِ ابْنِ
الْكَرِيمِ يوسفُ بنَ يعقوبَ بْنِ إسحاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ"
Sesungguhnya orang yang mulia
bin orang yang mulia bin orang yang mulia bin orang yang mulia adalah Yusuf
ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim 'alaihis salam.
Adapun mengenai apa yang
diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishaq dan Ya’qub. (Al-'Ankabut: 27) bahwa
keduanya adalah putra Nabi Ibrahim. Padahal makna yang sebenarnya menyatakan
bahwa cucu itu sama kedudukannya dengan anak; sesungguhnya pengertian ini
hampir samar bagi orang yang tingkatannya di bawah Ibnu Abbas.
Firman
Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا فِي
ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan
Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-'Ankabut: 27)
Ini merupakan karunia yang
paling besar, karena selain Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya, dan
menjadikannya sebagai panutan bagi umat manusia, juga memberikan kepada
keturunannya kenabian dan Al-Kitab. Maka tiada seorang nabi pun sesudah Nabi
Ibrahim melainkan berasal dari keturunannya. Semua nabi kaum Bani Israil
berasal dari keturunan Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim, sehingga nabi yang terakhir
dari kalangan mereka adalah Isa ibnu Maryam. Kemudian bangkitlah dari kalangan
para nabi semuanya seorang nabi dari Arab keturunan kabilah Quraisy dari
keluarga Bani Hasyim. Dia datang sebagai pembawa berita gembira dan penutup
para rasul secara mutlak, juga penghulu seluruh anak Adam, baik di dunia maupun
di akhirat. Allah telah memilihnya dari kalangan intinya orang-orang Arab
'Uraba, berasal dari keturunan Nabi Ismail ibnu Ibrahim a.s. Tiada seorang pun
yang menjadi nabi dari kalangan keturunan Nabi Ismail selain beliau, Nabi
Muhammad Saw.
Firman
Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ
فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
dan
Kami berikan kepadanya balasannya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat
benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27)
Yakni Allah menghimpunkan
baginya dua hal antara kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat secara
berkesinambungan. Dia di dunia beroleh rezeki yang luas, kesejahteraan dan
rumah yang luas, sumber air yang deras, istri yang cantik lagi saleh, pujian
yang baik dan buah bibir yang baik, semua orang menyukai dan menyenanginya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya.
Selain dari itu Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu mengerjakan ketaatan
kepada Allah dari berbagai seginya, sebagaimana yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (An-Najm:
37)
Yaitu dia mengerjakan semua yang
diperintahkan Allah kepadanya dan melakukan ketaatan kepada Allah dengan
sempurna. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan Kami berikan
kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar
termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27)
Sebagaimana yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا
لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. شَاكِرًا لأنْعُمِهِ
اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif.
dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),
(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus. dan Kami berikan kepadanya kebaikan di
dunia. dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk orang-orang yang
saleh. (An-Nahl 120-122)
Al-'Ankabut, ayat 28-30
{وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ
الْعَالَمِينَ (28) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ
وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ
قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (29) قَالَ
رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ (30) }
Dan (ingatlah) ketika
Lut berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kamu benar-benar
mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang
pun dari umat-umat sebelum kamu.” Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi
laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?
Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Datangkanlah kepada kami
azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Lut berdoa, "Ya
Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat
kerusakan itu.”
Allah Swt. menceritakan tentang
Nabi Lut a.s., bahwa Lut mengingkari perbuatan kaumnya yang jahat; mereka biasa
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang buruk, antara lain mendatangi lelaki (homo
seks), perbuatan tersebut belum pernah ada seorang pun dari anak Adam yang
melakukannya sebelum mereka. Selain dari itu mereka kafir kepada Allah,
mendustakan dan menentang rasul-Nya, juga gemar menyamun. Yakni mereka
menghadang orang-orang yang melewati jalan kampung mereka, lalu membunuhnya dan
merampas hartanya.
{وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ}
dan kalian mengerjakan
kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut:
29)
Yaitu mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang mengeluarkan kata-kata yang tidak layak di
tempat-tempat pertemuan mereka, sedangkan sebagian dari mereka tiada yang
mengingkari sebagian yang lain terhadap perbuatan yang mungkar itu.
Menurut Mujahid, perbuatan
tersebut ialah sebagian dari mereka menyetubuhi sebagian yang lain di depan
mata sekumpulan dari mereka.
Menurut Aisyah r.a. dan
Al-Qasim, perbuatan mungkar tersebut ialah mereka berkumpul di tempat pertemuan
mereka sambil saling kentut dan tertawa-tawa.
Pendapat yang lainnya
menyebutkan bahwa mereka mengadu domba dan sabung ayam, semua perbuatan itu
merekalah yang mula-mula melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat
daripada hanya sekadar itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ،
أَخْبَرَنِي حَاتِمُ بْنُ أَبِي صَغِيرَةَ، حَدَّثَنَا سِمَاك بْنُ حَرْبٍ، عَنْ
أَبِي صَالِحٍ -مَوْلَى أُمِّ هَانِئٍ -عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ:
{وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ} ، قَالَ: "يَحْذِفُونَ أَهْلَ
الطَّرِيقِ، وَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ، وَذَلِكَ الْمُنْكَرُ الَّذِي كَانُوا
يَأْتُونَهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, telah menceritakan kepadaku Hatim
ibnu AbuSagir, telah menceritakan kepada kami Sammak ibnu Harb, dari Abu Saleh
maula Ummu Hani', dari Ummu Hani' yang mengatakan bahwa dia pernah bertanya
kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan
kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Maka Nabi
Saw. bersabda: Mereka (kaum Lut) biasa melempari dengan batu kerikil
orang-orang yang melewati jalan mereka dan mengejeknya, itulah perbuatan
mungkar yang biasa mereka kerjakan.
Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya melalui hadis Abu Usamah Hammad ibnu
Usamah, dari Abu Yunus Al-Qusyairi, dari Hatim ibnu Abu Sagir dengan sanad yang
sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan, kami tidak
mengenalnya selain melalui hadis Hatim ibnu Abu Sagir dari Sammak.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Kasir, dari Amr ibnu Qais, dari Al-Hakam, dari Mujahid,
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan kemungkaran di
tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Yakni permainan anak
kecil, bermain burung merpati, kelereng, dan meminta-minta di majelis serta
melepaskan kancing-kancing kemah (yakni mereka melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak pantas bagi mereka).
Firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ
قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}
Maka jawaban kaumnya tidak
lain hanya mengatakan.”Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk
orang-orang yang benar.” (Al-'Ankabut: 29)
Ini menggambarkan tentang
kekafiran mereka dan sikap olok-olok mereka kepada nabinya, juga keingkaran
mereka terhadap nabinya. Karena itulah maka Nabi Lut (nabi mereka) meminta tolong
kepada Allah melalui doanya:
{رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ
الْمُفْسِدِينَ}
Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu. (Al-'Ankabut:
30)
Al-'Ankabut, ayat 31-35
{وَلَمَّا جَاءَتْ
رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا إِنَّا مُهْلِكُو أَهْلِ هَذِهِ
الْقَرْيَةِ إِنَّ أَهْلَهَا كَانُوا ظَالِمِينَ (31) قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا
قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا
امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (32) وَلَمَّا أَنْ جَاءَتْ رُسُلُنَا
لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالُوا لَا تَخَفْ وَلا تَحْزَنْ
إِنَّا مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ (33)
إِنَّا مُنزلُونَ عَلَى أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا
كَانُوا يَفْسُقُونَ (34) وَلَقَدْ تَرَكْنَا مِنْهَا آيَةً بَيِّنَةً لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ (35) }
Dan tatkala utusan Kami (para
malaikat) datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira, mereka mengatakan,
"Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk (Sodom) ini;
sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang yang zalim.” Berkata Ibrahim,
"Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami
lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan
menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” Dan tatkala datang
utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut, dia merasa susah
karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan
untuk melindungi mereka dan mereka berkata, "Janganlah kamu takut dan
jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan kamu dan
pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan).” Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari
langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. Dan sesungguhnya
Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.
Setelah Nabi Lut a.s. meminta
tolong kepada Allah Swt. untuk membinasakan mereka, maka Allah mengirimkan para
malaikat untuk menolongnya; malaikat-malaikat itu mampir terlebih dahulu ke
rumah Nabi Ibrahim a.s. dalam rupa tamu. Maka Ibrahim a.s. melakukan hal yang
biasa dilakukan oleh pemilik rumah kepada para tamunya, tetapi setelah Nabi
Ibrahim melihat bahwa para tamunya ini tidak mempunyai selera terhadap makanan
yang disuguhkannya, maka ia merasa heran, dan rasa takut terhadap mereka mulai
menyelinap di hatinya.
Maka para tamu itu menghibur
hatinya dan menyampaikan berita gembira kepadanya akan kelahiran seorang anak
yang saleh dari istrinya yang bernama Sarah. Saat itu Sarah ada di tempat yang
sama dan menyaksikan mereka; ia merasa heran dengan berita gembira itu, sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam tafsir surat Hud dan surat Al-Hijr.
Setelah menyampaikan berita
gembira kepada Ibrahim a.s., lalu mereka memberitahukan kepadanya bahwa mereka
diutus untuk membinasakan kaum Lut. Maka Ibrahim a.s: membela mereka dan
meminta kepada mereka untuk menangguhkannya, mudah-mudahan mereka mendapat
petunjuk dari Allah.
Setelah mereka mengatakan
kepadanya bahwa mereka akan menghancurkan kota Sodom,
{قَالَ إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ
أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ
مِنَ الْغَابِرِينَ}
Berkata Ibrahim,
"Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami
lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan
menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia adalah
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
(Al-'Ankabut: 32)
Yakni termasuk orang-orang yang
dihancurkan bersama kaumnya karena ia selalu mendukung kekufuran mereka dan
kesewenang-wenangan mereka, serta ikut mengatur perbuatan keji itu.
Kemudian para malaikat itu pergi
dari rumah Ibrahim dan masuk ke rumah Nabi Lut dalam bentuk para pemuda yang
tampan-tampan. Ketika Lut melihat keadaan para tamunya yang rupawan-rupawan
itu,
{سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا}
dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak mempunyai kekuatan
untuk melindungi mereka. (Al-'Ankabut: 33)
Maksudnya, dia merasa susah jika
menerima kedatangan mereka, dan merasa takut terhadap keselamatan mereka dari
ulah kaumnya jika ia tidak menerima mereka sebagai tamunya. Pada saat itu Nabi
Lut masih belum mengetahui siapa mereka sebenarnya.
{قَالُوا لَا تَخَفْ وَلا تَحْزَنْ إِنَّا
مُنَجُّوكَ وَأَهْلَكَ إِلا امْرَأَتَكَ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ. إِنَّا
مُنزلُونَ عَلَى أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا
يَفْسُقُونَ}
Mereka berkata,
"Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah.
Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali
istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” Sesungguhnya
Kami akan menurunkan azab dari langit kepada penduduk kota ini karena mereka
berbuat pasik. (Al-'Ankabut: 33-34)
Malaikat Jibril menjebol kota
mereka dari bawah tanah, lalu mengangkatnya ke udara, setelah itu dijungkirkan
dan ditangkubkan ke bumi, sedangkan mereka berada di bawahnya. Lalu Allah mengirimkan
hujan batu dari sijjil (tanah liat yang dibakar), masing-masing batu
telah diberi tanda di sisi Tuhanmu, dan tiadalah tempat mereka berada jauh dari
tempat tinggal orang-orang yang zalim (maksudnya kaum musyrik Mekah). Kemudian
Allah menjadikan bekas tempat tinggal mereka sebuah danau yang kotor lagi busuk
airnya, dan menjadikannya sebagai pelajaran (buat yang lainnya) sampai hari
kiamat. Mereka adalah orang-orang yang paling keras mendapat azab Allah kelak
di hari kiamat. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ تَرَكْنَا مِنْهَا آيَةً
بَيِّنَةً}
Dan sesungguhnya Kami
tinggalkan darinya suatu tanda yang nyata. (Al-'Ankabut:
35)
Yaitu sebagai tanda yang jelas.
{لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}
bagi orang-orang yang
berakal. (Al-'Ankabut: 35)
Semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ
مُصْبِحِينَ * وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka
di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (As-Saffat:
137-138)
Al-'Ankabut, ayat 36-37
{وَإِلَى مَدْيَنَ
أَخَاهُمْ شُعَيْبًا فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ
الآخِرَ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ (36) فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (37) }
Dan (Kami telah
mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka (yaitu) Syu’aib.
Maka ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala)
hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan.”
Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat dan
jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.
Allah Swt. menceritakan perihal
hamba dan rasul-Nya Nabi Syu'aib a.s., bahwa dia memberikan peringatan kepada
kaumnya, penduduk Madyan. Ia memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan hendaknya mereka takut akan azab dan
pembalasan Allah kelak di hari kiamat. Untuk itu ia mengatakan:
{يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا
الْيَوْمَ الآخِرَ}
Hai kaumku, sembahlah olehmu
Allah, dan harapkanlah (pahala) hari akhir. (Al-'Ankabut:
36)
Ibnu Jarir mengatakan, sebagian
ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa makna ayat ialah 'takutlah kalian terhadap
hari akhirat.' Pengertiannya sama dengan firman Allah Swt.:
{لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ}
(yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat. (Al-Ahzab:
21 dan Al Mumtahanah: 6)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَا تَعْثَوْا فِي
الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
dan
jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. (Al-'Ankabut: 36)
Nabi
Syu'aib melarang mereka berbuat keonaran dan kerusakan di muka bumi, yaitu
berbuat sewenang-wenang terhadap penghuninya. Demikian itu karena mereka biasa
mengurangi takaran dan timbangan serta gemar menyamun. Selain dari itu mereka
kafir kepada Allah dan rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan gempa
yang dahsyat yang menghancurleburkan negeri mereka berada, juga dibarengi
dengan pekikan yang mengguntur yang dapat mencopotkan jantung mereka. Hal itu
terjadi pada hari yang diliputi oleh awan yang gelap; sehingga arwah mereka
meregang dan binasalah mereka semuanya, sesungguhnya peristiwa itu merupakan
azab yang besar.
Kisah mengenai mereka telah
disebutkan panjang lebar di dalam tafsir surat Al-A'raf surat Hud, dan surat
Asy-Syu'ara.
Firman Allah Swt.:
{فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
dan jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. (Al-'Ankabut: 37)
Qatadah mengatakan bahwa makna jasimin
ialah menjadi mayat. Menurut pendapat yang lain, sebagian dari mereka
ditimpakan kepada sebagian yang lain, yakni bertumpang tindih.
Al-'Ankabut, ayat 38-40
{وَعَادًا وَثَمُودَ
وَقَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنْ مَسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ
أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ (38)
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ
فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ (39) فَكُلا أَخَذْنَا
بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ
أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
(40) }
Dan (juga) kaum
Aad dan Samud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran
mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan
menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah
orang-orang yang berpandangan tajam, dan (juga) Qarun, Fir'aun, dan
Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa
bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku
sombong di (muka) bumi dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari
kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa
disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya
hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Allah Swt. menceritakan tentang
umat-umat yang mendustakan rasul-rasul, bahwa Allah telah membinasakan mereka
dengan berbagai macam azab sebagai pembalasan Allah Swt. terhadap mereka.
'Ad adalah kaum Nabi Hud a.s.
Mereka tinggal di daerah Ahqaf (bukit-bukit pasir) yang letaknya dekat dengan
Hadramaut di negeri Yaman. Samud adalah kaum Nabi Saleh, mereka tinggal di kota
Al-Hijr yang letaknya dekat dengan Wadil Qura. Orang-orang Arab mengenal benar
tempat-tempat tinggal mereka karena mereka biasa melaluinya dalam perjalanan
niaga mereka.
Qarun pemilik harta yang
berlimpah dan kunci-kunci perbendaharaan yang berat-berat, saking banyaknya
harta. Juga Fir'aun Raja Mesir di masa Nabi Musa berikut patihnya (yaitu
Haman), keduanya adalah bangsa Egypt yang kafir kepada Allah dan rasul-Nya.
{فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. (Al-'Ankabut: 40)
Yakni siksaan yang ditimpakan
kepada masing-masing sesuai dengan dosanya.
{فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ
حَاصِبًا}
maka di antara mereka ada
yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut:
40)
Mereka adalah kaum Ad, demikian
itu karena mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat daripada
kami?" Maka datanglah angin puyuh yang sangat dingin lagi sangat kuat
tiupannya; angin tersebut menerbangkan semua batu kerikil dan menerbangkan
mereka tinggi-tinggi ke udara, lalu mereka dijatuhkan dengan kepala di bawah
sehingga hancurlah kepala mereka, yang tertinggal adalah badan mereka saja
tanpa kepala, seakan-akan keadaan mereka bagaikan pokok-pokok kurma yang
tumbang.
{وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ}
dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur. (Al-'Ankabut:
40)
Mereka adalah kaum Samud. Hujah
Allah telah ditegakkan terhadap mereka dan bukti kebenaran telah ditampakkan
kepada mereka melalui unta betina yang muncul dari sebuah batu besar, sesuai
dengan apa yang dimintakan oleh mereka kepada Nabi Saleh. Tetapi sekalipun
demikian mereka tetap tidak beriman, bahkan mereka tetap tenggelam di dalam
kekafiran dan perbuatan mereka yang melampaui batas. Mereka juga mengancam Nabi
Saleh bersama orang-orang yang beriman kepadanya, bahwa Saleh dan para
pengikutnya akan diusir oleh mereka dari negerinya dan akan dirajam dengan
batu. Maka datanglah pekikan keras yang mengguntur menimpa mereka sehingga
mereka tiada bersuara lagi dan binasalah mereka semuanya.
{وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ}
dan di antara mereka ada yang
Kami benamkan ke dalam bumi. (Al-'Ankabut: 40)
Dia adalah Qarun yang kelewat
batas, bersikap sewenang-wenang, zalim, serta durhaka kepada Allah Swt. Dia
berjalan di muka bumi dengan langkah-langkah yang sombong dan angkuh serta
bertindak sewenang-wenang, dan ia menduga bahwa dirinya lebih utama daripada
orang lain serta berjalan dengan penuh kebanggaan dan keangkuhan, maka Allah
membenamkan dirinya berikut rumahnya. Dia terus terbenam ke dalam bumi sampai
hari kiamat.
{وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا}
dan di antara mereka ada yang
Kami tenggelamkan. (Al-'Ankabut: 40)
Dia adalah Fir'aun dan patihnya
yang bernama Haman beserta bala tentara keduanya, semuanya ditenggelamkan dalam
waktu yang singkat, tiada seorang pun dari mereka yang selamat.
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ}
dan Allah sekali-kali tidak
hendak menganiaya mereka. (Al-'Ankabut: 40)
dalam perbuatan-Nya terhadap
mereka.
{وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 40)
Sesungguhnya Kami melakukan hal
itu terhadap mereka hanyalah sebagai balasan yang setimpal dari apa yang
dilakukan oleh diri mereka sendiri. Tafsir yang telah kami kemukakan di atas
sesuai dengan makna lahiriah konteks ayat; ungkapan ini dinamakan Al-laf
dan nasyr. Yaitu pada mulanya Allah menyebutkan perihal umat-umat yang
mendustakan, kemudian berfirman:
{فَكُلا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ}
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. (Al-'Ankabut: 40)
Yakni masing-masing dari mereka
yang telah disebutkan di atas.
Sesungguhnya kami sengaja
mengingatkan hal ini karena ada riwayat Ibnu Jarir yang menyebutkan bahwa Ibnu
Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka di antara
mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut:
40) Yaitu kaumnya Nabi Lut. dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan.
(Al-'Ankabut: 40) Yakni kaumnya Nabi Nuh.
Riwayat ini munqati' dari
Ibnu Abbas, karena sesungguhnya Ibnu Juraij tidak menjumpai masa Ibnu Abbas.
Kemudian Allah pun menyebutkan dalam surat ini perihal kebinasaan kaum Nuh oleh
banjir besar dan kaum Lut oleh azab dari langit. Lalu disebutkan keterangan
dengan panjang lebar lagi terinci dengan adanya perbedaan antara tafsir ini
dengan tafsir yang sebelumnya.
Qatadah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: maka di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu kerikil. (Al-'Ankabut: 40) Bahwa yang dimaksud adalah
kaum Nabi Lut. dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur. (Al-'Ankabut: 40) Bahwa yang dimaksud adalah kaumnya Nabi
Syu'aib.
Pendapat ini pun jauh dari
kebenaran karena alasan yang telah disebutkan di atas, dan hanya Allah-lah yang
lebih mengetahui.
Al-'Ankabut, ayat 41-43
{مَثَلُ الَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ
بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا
يَعْلَمُونَ (41) إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (42) وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ
وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ (43) }
Perumpamaan orang-orang yang
mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba,
kalau mereka mengetahui: Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka
seru selain Allah. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Ini merupakan perumpamaan yang
dibuat oleh Allah untuk menggambarkan perihal kaum musyrik karena mereka
mengambil tuhan-tuhan selain Allah yang mereka harapkan pertolongan dan
rezekinya serta mereka pegang di saat mereka tertimpa kesengsaraan.
Keadaan mereka dalam hal
tersebut sama dengan rumah laba-laba dalam hal kelemahan dan kerapuhannya. Orang
yang menyembah tuhan-tuhan seperti mereka tiada lain seperti orang yang
berpegangan pada rumah laba-laba, maka sesungguhnya hal itu tidak dapat
memberikan suatu manfaat pun kepadanya. Sekiranya mereka mengetahui keadaan
tersebut, tentulah mereka tidak akan menjadikan penolong-penolong mereka selain
dari Allah.
Berbeda halnya dengan orang
muslim lagi beriman hatinya kepada Allah, selain dari itu dia beramal dengan
baik sesuai dengan hukum syariat. Maka sesungguhnya dia berpegang teguh kepada
tali yang kuat yang tidak akan terputus karena kekuatan dan kekokohannya.
Kemudian Allah Swt. berfirman
seraya mengancam orang-orang yang menyembah selain Dia dan mempersekutukan-Nya
dengan yang lain, bahwa sesungguhnya Allah Swt. mengetahui semua amal perbuatan
mereka dan mengetahui apa yang mereka persekutukan dengan-Nya berupa
berhala-berhala dan tandingan-tandingan. Maka kelak Allah akan memberikan
balasan-Nya terhadap mereka; sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha
Mengetahui.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ
وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ}
Dan perumpamaan-perumpamaan
ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
Maksudnya, tiada yang dapat
memahaminya dan merenungkannya kecuali hanya orang-orang yang mendalam ilmunya
lagi berwawasan luas.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Lahi'ah, dari Abu Qubail, dari Amr ibnul As r.a. yang menceritakan bahwa ia
hafal seribu tamsil dari Rasulullah Saw. Hal ini merupakan suatu keutamaan yang
besar bagi Amr ibnul As, karena Allah Swt. telah berfirman: Dan
pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Sinan, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa tiadalah
suatu ayat pun yang ia lalui tanpa ia pahami maknanya melainkan merasa bersedih
hati karenanya. Sebab ia menyadari bahwa Allah Swt. telah berfirman: Dan
pernmpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43)
Al-'Ankabut, ayat 44
خَلَقَ اللَّهُ
السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ (44)
Allah menciptakan langit dan bumi
dengan baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi orang-orang yang mukmin.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan tentang kekuasaan-Nya yang Mahabesar, bahwa Dia telah menciptakan
langit dan bumi dengan hak, yakni bukan untuk main-main atau perbuatan yang
sia-sia.
{لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى}
supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Taha: 15)
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ
أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
supaya Dia memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan
dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang
lebih baik (surga). (An-Najm: 31)
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mukmin.
(Al-'Ankabut: 44)
Yakni bukti yang jelas yang
menunjukkan bahwa Allah-lah semata Yang Menciptakan dan Yang Mengatur serta
Yang menjadi Tuhan.
*****************************
Akhir Juz
20
******************************
Rev.04.06.2013
Al-'Ankabut, ayat 45
اتْلُ مَا
أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ (45)
Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah salat.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya
daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Kemudian Allah Swt.
memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk membaca Al-Qur'an
dan menyampaikannya kepada manusia.
{وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}
dan dirikanlah salat,
sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah
lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). (Al-'Ankabut:
45)
Salat itu mengandung dua hikmah,
yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar.
Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan
tersebut dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya. Di dalam sebuah hadis
melalui riwayat Imran dan Ibnu Abbas secara marfu' telah disebutkan:
"مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ، لَمْ تَزِدْهُ مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا"
Barang siapa yang salatnya
masih belum dapat mencegah dirinya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar,
maka tiada lain ia makin bertambah jauh dari Allah.
Banyak asar yang menerangkan
masalah ini, antara lain dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُونَ الْمُخَرِّمِيُّ الْفَلَّاسُ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نَافِعٍ أَبُو زِيَادٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ أَبِي عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ:
سُئِل النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {إِنَّ
الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ} قَالَ: "مَنْ لَمْ
تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، فلا صلاة له"
telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Harun Al-Makhrami Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Abdur
Rahman ibnu Nafi' Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu
Usman, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Imran ibnu Husain yang
menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah ditanya (seseorang) tentang makna
firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Maka beliau Saw. menjawab melalui sabdanya: Barang
siapa yang tidak dapat dicegah oleh salatnya dari mengerjakan perbuatan keji
dan munkar, maka tiada (pahala) salat baginya.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي
طَلْحَةَ الْيَرْبُوعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ
طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم: "مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا".
Telah menceritakan pula kepada
kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu AbuTalhah
Al-Yarbu'i, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Lais, dari Tawus,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji
dan munkar, maka salatnya itu tidak lain makin menambah jauh dirinya dari
Allah.
Imam Tabrani meriwayatkannya
melalui hadis Abu Mu'awiyah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain,
telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdullah, dari Al-Ala ibnul Musayyab
dari orang yang menceritakan hadis ini dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan, barang siapa yang
salatnya tidak mendorongnya mengerjakan amar makruf dan nahi munkar, maka
tiada lain salatnya itu makin menambahnya jauh dari Allah. Hadis ini
berpredikat mauquf (hanya sampai pada Ibnu Abbas).
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَحَدَّثَنَا الْقَاسِمُ، حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ هَاشِمِ بْنِ الْبَرِيدِ، عَنْ جُوَيْبِرٍ،
عَنِ الضَّحَاكِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُطِعِ الصَّلَاةَ،
وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan pula kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami
Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnul Barid, dari
Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya. Pengertian menaati salat
ialah hendaknya salatnya itu dapat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji
dan munkar.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa
Sufyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkata,
"Hai Syu'aib, apakah salatmu yang menyuruhmu. (Hud: 87) Sufyan
mengatakan, "Memang benar demi Allah, salatnyalah yang mendorongnya
berbuat amar makruf dan nahi munkar."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ،
حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ، عَنْ جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَقَالَ
أَبُو خَالِدٍ مَرَّة: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ
يُطِعِ الصَّلَاةَ، وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ تَنْهَاهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu
Khalid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Abdullah yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda —Abu Khalid di lain waktu meriwayatkannya dari
Abdullah—: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya, dan taat
kepada salat artinya salat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan
munkar.
Predikat hadis ini menurut
pendapat yang paling sahih adalah mauquf sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris, dari Abdur Rahman ibnu Yazid yang
mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Abdullah, "Sesungguhnya si Fulan
mengerjakan salatnya dalam waktu yang cukup lama." Maka Abdullah menjawab,
"Sesungguhnya salat itu tidak memberi manfaat kecuali kepada orang yang
menaatinya."
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: قَالَ عَلِيٌّ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
مُسْلِمٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، لم
يزدد بها من الله إِلَّا بُعْدا"
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu
Muslim, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang mengerjakan suatu salat, sedangkan salat itu tidak mencegahnya dari
perbuatan keji dan munkar, maka tiadalah salat itu baginya melainkan makin
menambah jauh dia dari Allah.
Menurut pendapat yang paling
sahih, semua hadis di atas berpredikat mauquf dari Ibnu Mas'ud, Ibnu
Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya; hanya Allah-lah yang
lebih mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ
مُوسَى، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ -يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْحَمِيدِ -عَنِ الْأَعْمَشِ،
عَنْ أَبِي صَالِحٍ قَالَ: أُرَاهُ عَنْ جَابِرٍ -شَكَّ الْأَعْمَشُ -قَالَ: قَالَ
رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي
فَإِذَا أصبح سرق، قال: "سينهاه ما يقول"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan
kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, menurut
Al-A'masy disebutkan dengan nada yang ragu, bahwa Abu Saleh meriwayatkannya
dari Jabir yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi
Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di
malam hari, tetapi bila siang hari ia suka mencuri." Maka Nabi Saw.
bersabda: Kelak dia akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan
itu.
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Musa Al-Jarasyi, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu
Abdullah, dari Al-Amasy, dari Abu Saleh, dari Jabir, dari Nabi Saw. dengan
lafaz yang semisal tanpa ada keraguan.
Al-Baihaqi mengatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan pula oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang
melalui Al-A'masy, tetapi mereka masih memperselisihkan perihal sanadnya.
Disebutkan bahwa hadis ini
diriwayatkan oleh bukan hanya seorang, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah atau yang lainnya. Qais meriwayatkan pula dari Al-A'masy, dari Abu
Sufyan, dari Jabir; dan Jarir telah meriwayatkan dari Abdullah, dari Al-A'masy,
dari Abu Saleh, dari Jabir.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا
الْأَعْمَشُ قَالَ: أَنْبَأَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ
فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ؟ فَقَالَ: "إِنَّهُ
سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ "
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang
mengatakan bahwa menurut keyakinannya Abu Saleh menerima hadis ini dari Abu
Hurairah yang pernah mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi
Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di
malam harinya, tetapi bila pagi hari ia mencuri." Maka Nabi Saw. menjawab:
Sesungguhnya dia kelak akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan
itu.
*************
Pekerjaan salat itu mengandung zikrullah
yang merupakan rukun yang terbesar, karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}
Dan sesungguhnya mengingat
Allah (salat) adalah lebih besar, (Al-'Ankabut:
45)
Yakni lebih besar pahalanya
daripada yang pertama (yakni ibadah-ibadah yang lainnya).
{وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ}
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-'Ankabut: 45)
Allah mengetahui semua perbuatan
dan apa yang diucapkan kalian.
Abul Aliyah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Sesungguhnya di dalam salat itu
terkandung tiga pekerti, setiap salat yang tidak mengandung salah satu dari
ketiga pekerti tersebut bukan salat namanya; yaitu ikhlas, khusyuk, dan zikrullah
(mengingat Allah). Ikhlas akan mendorongnya untuk mengerjakan perkara yang
baik, khusyuk akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan munkar, dan zikrullah
yakni membaca Al-Qur'an menggerakkannya untuk amar makruf dan nahi
munkar.
Ibnu Aun Al-Ansari mengatakan,
"Jika engkau sedang salat, berarti engkau sedang mengerjakan hal yang
baik, dan salat mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar. Sedangkan zikrullah
yang sedang kamu kerjakan dalam salatmu pahalanya lebih besar."
Hammad ibnu Sulaiman mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) selagi engkau masih berada di dalam
salat.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut:
45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya ingatan Allah
kepada hamba-hamba-Nya lebih besar apabila mereka mengingatNya daripada ingatan
mereka kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh perawi lainnya yang
bukan hanya seorang dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh Mujahid
dan lain-lainnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id
Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Daud ibnu
Abu Hindun, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih
besar. (Al-'Ankabut: 45) Zikrullah di saat kamu hendak makan dan
hendak tidur. Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya seorang temanku di rumah
mengatakan hal yang lain dengan apa yang kamu katakan itu." Ibnu Abbas
bertanya, "Apakah yang telah dikatakannya?" Aku menceritakan,
"Temanku telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (Al-Baqarah:
152) bahwa ingatan Allah kepada kita jauh lebih besar daripada ingatan kita
kepada-Nya. Ibnu Abbas menjawab, "Temanmu itu benar."
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Khalid, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya
mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu
Abbas mengatakan bahwa makna ayat mengandung dua takwil, yaitu ingat kepada
Allah di saat menghadapi apa-apa yang diharamkan-Nya. Ibnu Abbas mengatakan
lagi bahwa ingatan Allah kepada kalian jauh lebih besar dari ingatan kalian
kepada-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abdullah ibnu
Rabi'ah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata kepadanya,
"Tahukah kamu makna firman-Nya: 'Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat)
adalah lebih besar' (Al-'Ankabut: 45)? Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab,
"Ya, saya tahu." Ibnu Abbas berkata, "Sebutkanlah." Maka
Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Tasbih, tahmid, dan takbir dalam salat,
serta membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya." Ibnu Abbas berkata,
"Sesungguhnya menurut hemat saya ada suatu pendapat yang lebih menakjubkan
daripada pendapatmu itu. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah ingatan Allah
kepada kalian di saat kalian mengingatnya adalah lebih besar daripada ingatan
kalian kepada-Nya.
Hal yang sama telah diriwayatkan
melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula hal yang
semisal bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Darda, Salman Al-Farisi, dan
lain-lainnya, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-'Ankabut, ayat 46
{وَلا تُجَادِلُوا
أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزلَ إِلَيْنَا وَأُنزلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا
وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (46) }
Dan janganlah kamu berdebat dengan
Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka, dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan
Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri."
Qatadah dan lain-lainnya yang
bukan hanya seorang mengatakan, bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayatus
saif {ayat pedang), maka tiada lagi perdebatan dengan mereka. Sesungguhnya
jalan keluarnya hanyalah masuk Islam, atau membayar jizyah atau pedang
(perang).
Ulama yang lain mengatakan, ayat
ini tetap muhkam bagi orang yang hendak menyadarkan mereka agar mau
masuk Islam, maka seseorang dituntut agar menggunakan cara yang lebih baik agar
beroleh keberhasilan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ}
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik. (An-Nahl: 125), hingga akhir ayat
Dan firman Allah Swt. ketika
mengutus Musa dan Harun kepada Fir'aun:
{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut. (Taha: 44)
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu
Jarir, dia meriwayatkannya dari Ibnu Zaid.
************
Firman Allah Swt.:
{إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}
kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46)
Yaitu orang-orang yang
menyimpang dari jalan kebenaran. Mereka buta, tidak dapat melihat bukti yang
jelas dan ingkar serta sombong. Maka bilamana sudah sampai pada tingkatan
tersebut, cara berdebat tidak dapat dipakai lagi, melainkan melalui jalan
keras, dan mereka harus diperangi agar jera dan menjadi sadar.
Allah Swt. telah berfirman:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ
وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
وَأَنزلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ
اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Sesungguhnya Kami telah
mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi
itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat
lagi Maha Perkasa. (Al-Hadid: 25)
Jabir telah mengatakah bahwa
kita diperintahkan oleh Allah agar memukul orang yang menentang Kitabullah dengan
pedang.
Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut:
46) Yakni Ahlul Harb dan orang-orang dari kalangan Ahli Kitab yang tidak mau
membayar jizyah.
*************
Firman Allah Swt.:
{وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزلَ
إِلَيْنَا وَأُنزلَ إِلَيْكُمْ}
dan katakanlah, "Kami
telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (Al-'Ankabut: 46)
Maksudnya jika mereka
memberitakan tentang hal yang tidak kita ketahui kebenarannya dan tidak pula
kedustaannya. Dalam keadaan seperti ini kita tidak boleh tergesa-gesa
mendustakannya, karena barangkali apa yang diberitakan oleh mereka itu benar.
Tidak boleh pula kita membenarkannya karena barangkali hal itu batil. Akan
tetapi kita diperintahkan untuk beriman kepadanya secara global, dengan syarat
hendaknya berita tersebut berasal dari wahyu yang diturunkan, bukan yang telah
diganti oleh mereka atau bukan pula yang berdasarkan takwil mereka.
قَالَ الْبُخَارِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ
الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الكتاب يقرؤون
التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ
الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا
بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ، وَإِلَهُنَا
وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ، وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ"
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami
Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Mubarak, dari Yahya
ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan
bahwa dahulu orang-orang Ahli Kitab sering membaca kitab Taurat dengan bahasa
Ibrani, lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada orang-orang Islam. Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan
pula mendustakannya, dan katakanlah oleh kalian, "Kami beriman kepada apa
yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian; Tuhan kami
dan Tuhan kalian adalah Esa, dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari secara munfarid (tunggal).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر،
أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي نَمْلَةَ أَنَّ
أَبَا نَمْلَةَ الْأَنْصَارِيَّ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ
الْيَهُودِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَتَكَلَّمُ هَذِهِ الْجِنَازَةُ؟ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ
أَعْلَمُ". قَالَ الْيَهُودِيُّ: أَنَا أَشْهَدُ أَنَّهَا تَتَكَلَّمُ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا
حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ،
وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَكُتُبِهِ، فَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ
تُكَذِّبُوهُمْ، وَإِنْ كَانَ بَاطِلًا لَمْ تُصَدِّقُوهُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Us'man ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Yunus,
dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Namilah Al-Ansari yang
menceritakan bahwa ketika dia sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba
datanglah seorang lelaki dari kalangan pemeluk agama Yahudi. Maka lelaki Yahudi
itu bertanya, "Hai Muhammad, apakah jenazah ini berbicara?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Hanya Allah yang mengetahui." Orang
Yahudi itu berkata, "Aku bersaksi bahwa jenazah ini berbicara." Maka
Rasulullah Saw. bersabda (kepada sahabatnya): Apabila Ahli Kitab berbicara
kepadamu, janganlah kamu membenarkannya, jangan pula mendustakannya, tetapi
katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya serta
rasul-rasul-Nya. Karena jika hal itu benar, berarti kalian tidak
mendustakannya; dan jika hal itu batil, berarti kalian tidak membenarkannya.
Menurut hemat kami (penulis),
Abu Namilah (perawi hadis di atas) adalah Imarah. Pendapat yang lain menyebut
Ammar, dan menurut pendapat yang lainnya lagi Amr ibnu Mu'az ibnu Zararah
Al-Ansari r.a.
Kemudian perlu diketahui bahwa
kebanyakan dari apa yang mereka ceritakan adalah dusta dan buat-buatan, karena
sesungguhnya telah terjadi perubahan, penggantian, dan penyimpangan
terhadapnya, juga takwil, sehingga sedikit sekali yang masih asli. Kemudian
kebanyakan dari yang asli pun sedikit mengandung faedah bagi kita, sekalipun
benar sesuai dengan aslinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Asim,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sulaiman ibnu Amir, dari Imarah
ibnu Umair, dari Hurayyis ibnu Zahir, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang telah
mengatakan, "Janganlah kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli Kitab, karena
sesungguhnya mereka tidak akan dapat memberi petunjuk kepada kalian, sebab
mereka telah sesat. Hal itu berakibat kalian mendustakan perkara yang hak atau
membenarkan perkara yang batil. Karena sesungguhnya tiada seorang pun dari
kalangan Ahli Kitab, melainkan di dalam hatinya terdapat dorongan yang
menyerunya untuk berpegang teguh kepada agamanya, sebagaimana dorongan
(mencintai) harta."
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab, dari Abdullah
ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Mengapa kalian menanyakan
sesuatu kepada Ahli Kitab? Padahal kitab kalian yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw. adalah kitab yang terbaru, kalian membacanya masih dalam
keadaan hangat dan belum lama. Kitab kalian telah memberitahukan bahwa
orang-orang Ahli Kitab itu telah mengubah, mengganti, dan menulis kitab dengan
tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan bahwa kitab itu dari sisi Allah.
Mereka lakukan demikian untuk menggantinya dengan imbalan keduniawian yang
tiada artinya? Bukankah ilmu yang telah disampaikan kepada kalian melarang
kalian bertanya kepada mereka (Ahli Kitab)? Demi Allah, kami belum pernah
melihat seseorang dari mereka bertanya kepada kalian tentang apa yang
diturunkan kepada kalian (Al-Qur'an)."
Imam Bukhari mengatakan —juga
Abul Yaman—, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri; telah
menceritakan kepadaku Humaid ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah mendengar
Muawiyah berbicara kepada segolongan orang Quraisy di Madinah, lalu ia ditanya
mengenai Ka'bul Ahbar. Maka Muawiyah menjawab, "Sekalipun Ka'bul Ahbar
termasuk orang yang paling benar di antara mereka yang menceritakan berita dari
Ahli Kitab, sekalipun kita percaya kepadanya, tetapi kita benar-benar masih
menuduhnya dusta."
Maksud perkataan Muawiyah ialah
bahwa Ka'bul Ahbar tetap terjerumus ke dalam kedustaan tanpa sengaja karena ia
menceritakan tentang lembaran-lembaran kitab yang ia berbaik prasangka terhadap
kitab itu, padahal di dalamnya terdapat banyak hal yang maudu' (buatan)
dan kedustaan. Dikatakan demikian karena tiada dari kalangan mereka orang-orang
yang hafal secara meyakinkan tentang kitab mereka, tidak sebagaimana di
kalangan umat ini (umat Nabi Saw.). Sekalipun demikian, di kalangan umat ini
yang masih baru tetap saja banyak hadis buatan yang jumlahnya hanya diketahui
oleh Allah Swt. dan orang-orang yang telah dikaruniai oleh-Nya tentang
hadis-hadis itu; masing-masing diberiNya ilmu menurut kemampuannya.
Al-'Ankabut, ayat 47-49
{وَكَذَلِكَ أَنزلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمِنْ
هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ (47)
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ
إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ (48) بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ (49)
}
Dan demikian (pulalah)
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) maka orang-orang yang
telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman
kepadanya (Al-Qur'an); dan di antara mereka (orang-orang kafir
Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tidak adalah yang mengingkari
ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis
suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan
menulis), benar benar ragulah orang yang mengingkari(mu). Sebenarnya
Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa
Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami turunkan kitab-kitab kepada
rasul-rasul sebelum kamu, hai Muhammad, begitu pula Kami turunkan kepadamu
Al-Kitab (Al-Qur'an)" Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik dan
munasabah serta kaitannya pun cukup baik.
Firman Allah Swt.:
{فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ
يُؤْمِنُونَ بِهِ}
maka orang-orang yang telah
Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka
beriman kepadanya (Al-Qur'an). (Al-'Ankabut: 47)
Yakni orang-orang yang
mengambilnya, lalu membacanya dengan bacaan yang sebenarnya. Mereka terdiri
dari para cendekiawan dan ulama Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam dan
Salman Al-Farisi serta lain-lainnya yang semisal.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}
dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. (Al-'Ankabut:
47)
Yaitu orang-orang Quraisy dan
orang-orang Arab lainnya.
{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا
الْكَافِرُونَ}
Dan tidak adalah yang
mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. (Al-'Ankabut: 47)
Maksudnya, tidak ada yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan mengingkari haknya selain dari orang yang
menutupi perkara yang hak dengan perkara yang batil, dan menutupi sinar mentari
dengan berbagai penutup yang menghalanginya.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan
dalam firman berikutnya:
{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ
وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}
Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan
kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut:
48)
Sesungguhnya kamu telah tinggal
di kalangan kaummu, hai Muhammad, sebelum kamu kedatangan Al-Qur'an ini selama
usiamu, sedangkan kamu tidak dapat membaca tulisan dan tidak pula dapat
menulis. Bahkan semua orang dari kalangan kaummu dan lain-lainnya mengetahui
bahwa kamu adalah seorang lelaki ummi yang tidak dapat membaca dan
menulis. Hal yang sama telah disebutkan sifatnya di dalam kitab-kitab
terdahulu, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ
النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ}
الْآيَةَ
(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar. (Al-A'raf:
157), hingga akhir ayat.
Memang demikianlah keadaan
Rasulullah Saw., selamanya beliau tidak dapat membaca dan menulis barang
sedikit pun, bahkan beliau hanya mempunyai juru tulis-juru tulis yang
mencatatkan untuknya wahyu yang diturunkan, juga surat-surat yang ditujukan ke
berbagai kawasan negeri.
Adapun mengenai pendapat salah
seorang dari kalangan ulama fiqih mutaakhkhirin —seperti Al-Qadi Abul Walid
Al-Baji dan para pengikutnya— menduga bahwa Rasulullah Saw. pernah menulis di
hari perjanjian Hudaibiyyah kalimat berikut, "Ini adalah ketetapan yang
diputuskan oleh Muhammad ibnu Abdullah," sesungguhnya hal yang mendorong
timbulnya pendapat tersebut adalah sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam
kitab Sahih Bukhari. Disebutkan bahwa lalu Nabi Saw. mengambil surat
perjanjian Hudaibiyyah itu dan menulisnya.
Hadis ini mengandung takwil
memerintahkan untuk menulis, lalu dituliskan untuknya kata-kata seperti itu,
sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat lain. Karena itulah orang yang
sependapat dengan Al-Baji mendapat reaksi keras dari kalangan ulama ahli fiqih,
baik yang ada di belahan timur maupun barat. Mereka berlepas diri dari
orang-orang yang mengatakan pendapat tersebut, juga mereka mengecamnya melalui
untaian kata-kata yang selalu mereka ucapkan dalam perayaan-perayaan mereka.
Sesungguhnya yang dimaksud oleh
Al-Baji menurut yang tersirat dari pendapatnya menyatakan bahwa Nabi Saw.
menulis kalimat itu sebagai suatu mukjizat, bukan berarti bahwa beliau dapat
menulis. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang
menceritakan tentang Dajjal, yaitu:
"مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ" وَفِي رِوَايَةٍ:
"ك ف ر، يَقْرَؤُهَا كُلُّ مُؤْمِنٍ"
Tercatat di antara kedua
matanya lafaz kafir —yang menurut riwayat lain disebutkan kaf fa ra— lafaz tersebut terbaca oleh setiap orang mukmin.
Sedangkan mengenai hadis yang
diriwayatkan oleh sebagian perawi yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. sebelum
meninggal dunia mengetahui baca tulis. Maka riwayat ini daif tidak ada
asalnya.
********
Firman Allah Swt.:
{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ
قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ}
Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun. (Al-'Ankabut:
48)
Lafaz min kitabin untuk mengukuhkan
nafi.
{وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}
dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut:
48)
Lafaz biyaminika ini pun
mengukuhkan nafi dan dinilai berdasarkan kebanyakannya (yakni memakai tangan
kanan), sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ}
dan (tiadalah) burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya. (Al-An'am:
38)
Firman Allah Swt.:
{إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ}
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang
mengingkari(mu). (Al-’Ankabut: 48)
Seandainya kamu pandai baca dan
tulis, tentulah sebagian orang dari kalangan orang-orang yang bodoh akan
mengatakan bahwa sesungguhnya kamu (Muhammad) mengetahui Al-Qur'an ini hanyalah
dari kitab-kitab sebelumnya yang bersumber dari para nabi sebelum kamu,
sekalipun para nabi terdahulu dalam kitabnya masing-masing menyebutkan bahwa
Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang ummi, tidak pandai baca tulis.
{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا
فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا}
Dan mereka berkata,
"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka
dibacakanlah dongengan-dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Kemudian dijawab oleh Allah Swt.
melalui firman.berikutnya:
{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ
فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah, "Al-Qur'an
itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui
rahasia di langit dan di bumi.” (Al-Furqan: 6), hingga akhir ayat.
Dalam surat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ}
Sebenarnya Al-Qur’an itu
adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49)
Al-Qur'an ini adalah ayat-ayat
yang jelas yang menunjukkan kepada perkara yang hak, di dalamnya terkandung
perintah, larangan, dan kebaikan, dihafal oleh semua ulama. Allah telah
memberikan kemudahan kepada mereka untuk membacanya, menghafalnya, dan
menafsirkannya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ
فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
Dan sesungguhnya telah Kami
mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Al-Qamar: 17, 22, 32, 40)
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُعْطِيَ مَا آمَنَ عَلَى
مِثْلِهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ
اللَّهُ إليَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا"
Tiada seorang nabi pun
melainkan dianugerahi sesuatu yang serupa dengan apa yang diimani (dipercayai) oleh manusia (di masanya), dan sesungguhnya
yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku
berharap semoga aku adalah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para
nabi).
Di dalam hadis Iyad ibnu Hammad
yang terdapat di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي مُبْتَلِيكَ وَمُبْتَلٍ
بِكَ، وَمُنْزِلٌ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا
وَيَقْظَانَ"
Allah Swt. telah berfirman:
Sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menjadikanmu sebagai ujian serta akan
menurunkan kepadamu sebuah kitab yang tidak akan tercuci (terhapuskan) oleh air; kamu dapat membacanya dalam keadaan
tidur dan terjaga.
seandainya air dipakai untuk
mencuci tempat yang dituliskan padanya Al-Qur'an, tentulah tempat itu tidak
diperlukan lagi; dan karena disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:
"لَوْ كَانَ الْقُرْآنُ فِي إِهَابٍ، مَا أَحْرَقَتْهُ
النَّارُ"
Seandainya Al-Qur’an itu
ditulis pada lembaran kulit, maka api tidak dapat membakarnya (Al-Qur'an).
Karena Al-Qur'an itu telah
dihafal di dalam dada para penghafalnya, sering dibaca oleh lisan dan menarik
hati serta mengandung mukjizat, baik dari segi lafaz maupun maknanya. Untuk
itulah maka disebutkan di dalam kitab-kitab terdahulu sehubungan dengan sifat
umat Nabi Muhammad Saw. ini, bahwa kitab-kitab mereka berada di dalam dada
mereka.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang
mengatakan bahwa makna firman-Nya: Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat
yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49)
Sebenarnya pengetahuan yang menyatakan bahwa kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu
kitab dengan tangan kananmu ayat-ayat yang jelas, itu semuanya telah dihafal di
dalam dada orang-orang yang telah dianugerahi ilmu dari kalangan Ahli Kitab.
Pendapat ini dinukil oleh Ibnu
Jarir dari Qatadah dan Ibnu Juraij, sedangkan riwayat di atas hanya dinukil
dari Al-Hasan Al-Basri. Menurut hemat kami, riwayat tersebutlah yang
diketengahkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas, lalu dikatakan oleh Ad-Dahhak, yang
merupakan pendapat yang terkuat. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
*********
Firman Allah Swt.:
{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا
الظَّالِمُونَ}
Dan tidak ada yang
mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 49)
Tiada yang mengingkarinya, atau
yang mengurangi haknya, atau yang menolaknya selain orang-orang yang aniaya.
Yakni orang-orang yang melampaui batas lagi angkuh; mereka yang mengetahui
kebenaran, tetapi berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا
الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun
datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab
yang pedih. (Yunus: 96-97)
Al-'Ankabut, ayat 50-52
{وَقَالُوا لَوْلا
أُنزلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ
وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (50) أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا
عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (51) قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ
وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (52) }
Dan orang-orang kafir Mekah berkata,
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?”
Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan
sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Dan apakah tidak
cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an),
sedangkan dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia
mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada
yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan perihal orang-orang musyrik yang membangkang dan permintaan mereka
yang menuntut adanya mukjizat-mukjizat untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Saleh dengan
untanya. Maka Allah Swt. berfirman:
{قُلْ} يَا مُحَمَّدُ: {إِنَّمَا الآيَاتُ
عِنْدَ اللَّهِ}
Katakanlah (hai Muhammad), "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah
kepada Allah.” (Al-'Ankabut: 50)
Yakni sesungguhnya urusan itu
terserah kepada Allah, karena sesungguhnya menurut pengetahuan Allah
seandainya kalian mendapat hidayah dengan adanya mukjizat-mukjizat itu tentulah
Dia akan memperkenankan permintaan kalian itu, sebab untuk mengabulkan
permintaan kalian itu amatlah mudah dan gampang sekali bagi-Nya. Tetapi Dia
mengetahui bahwa kalian tidak akan beriman, dan sesungguhnya kalian memintanya
hanya mencari-cari alasan untuk menolak dan ingin menguji. Karena itu, Allah
tidak mengabulkan permintaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ
إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً
فَظَلَمُوا بِهَا}
Dan sekali-kali tidak ada
yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh
orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai
mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra:
59)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ}
"Sesungguhnya aku hanya
seorang pemberi peringatan yang nyata." (Al-'Ankabut:
50)
Yakni sesungguhnya aku diutus
kepada kalian hanya sebagai pemberi peringatan kepada kalian dengan jelas, maka
sudah merupakan keharusan bagiku menyampaikan risalah dari Allah kepada kalian.
{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}
Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat
memberi petunjuk. (Al-Kahfi: 17)
Dan firman Allah Swt.:
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ
اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah kewajibanmu
menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah:
272)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan
tentang kebodohan mereka yang parah dan rendahnya taraf berpikir mereka, sebab
mereka meminta agar didatangkan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran
Muhammad' Saw. Padahal Muhammad Saw. telah mendatangkan kepada mereka Al-Qur’anul
Karim yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari
belakangnya; Al-Qur'an adalah mukjizat yang paling besar di antara semua
mukjizat. Karena semua ahli bahasa dan ahli sastrawan tidak mampu menyainginya,
bahkan untuk menyaingi sepuluh surat yang semisal dengan surat-surat Al-Qur'an pun
mereka tidak mampu. Bahkan untuk menyaingi satu surat dari Al-Qur'an pun mereka
tidak mampu pula. Untuk itulah maka Allah Swt. menegaskan melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا
عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ}
Dan apakah tidak cukup bagi
mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? (Al-'Ankabut:
51)
Maksudnya, apakah tidak cukup
bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an yang mulia, di dalamnya terdapat
berita orang-orang sebelum mereka dan berita apa yang akan terjadi sesudah
mereka serta hukum yang memutuskan di antara mereka; sedangkan engkau adalah
seorang lelaki yang ummi, tidak bisa baca dan tulis, dan engkau belum
pernah bergaul dengan seorang pun dari kalangan Ahli Kitab. Padahal engkau
dapat mendatangkan berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu
dengan pemberitaan yang jelas dan benar, sedangkan mereka sendiri berselisih
tentangnya. Engkau juga dapat mendatangkan perkara yang hak, jelas, dan gamblang,
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ
يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan apakah tidak cukup
menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197)
{وَقَالُوا لَوْلا
يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ
الأولَى}
Dan mereka berkata,
"Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan
apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di
dalam kitab-kitab yang dahulu? (Taha: 133)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ،
حَدَّثَنِي سَعِيدُ بن أبي سعيد، عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "ما
من الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أُعْطِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ
آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ
اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah
menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang
nabi pun dari kalangan para nabi melainkan dianugerahi mukjizat yang mirip
dengan apa yang dipercayai oleh manusia (di masanya). Dan sesungguhnya
mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang diturunkan Allah
kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang paling banyak pengikutnya di
antara mereka kelak pada hari kiamat.
Imam Bukhari dan Imam Muslim
mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Lais.
**************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 51)
Sesungguhnya di dalam Al-Qur'an
ini terkandung rahmat, yaitu penjelasan terhadap perkara yang hak dan
melenyapkan kebatilan, mengandung pelajaran bagi orang-orang mukmin melalui
kisah-kisah yang menceritakan tentang turunnya pembalasan dan azab Allah atas
orang-orang yang mendustakan dan para pendurhaka. Kemudian Allah Swt.
berfirman:
{كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ
شَهِيدًا}
Katakanlah, "Cukuplah
Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu." (Al-'Ankabut:
52)
Dia lebih mengetahui tentang
kedustaan yang kalian perbincangkan dan mengetahui pula apa yang aku ucapkan
kepada kalian saat aku menyampaikan dari-Nya kepada kalian, bahwa diriku adalah
utusan-Nya. Seandainya aku berkata dusta, tentulah Dia akan mengazabku,
sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ
الأقَاوِيلِ. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ
الْوَتِينَ. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar
Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari
kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah:
44-47)
Tiada lain diriku ini adalah
orang yang benar dalam semua yang aku beritakan kepada kalian, karena itulah
Dia mengukuhkanku dengan berbagai mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang
pasti.
{يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Dia mengetahui apa yang di
langit dan di bumi. (Al-'Ankabut: 52)
Maksudnya, tiada sesuatu pun
yang samar bagi-Nya".
{وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ
وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Dan orang-orang yang percaya
kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang
merugi. (Al-'Ankabut: 52)
Yakni kelak di hari kiamat Allah
akan membalas amal perbuatan mereka selama di dunia dan memberikan imbalan atas
kedustaan mereka terhadap perkara yang hak dan keikutsertaan mereka dalam
kebatilan. Mereka mendustakan para rasul, padahal semua dalil dan bukti
menunjukkan kebenaran para rasul, tetapi justru mereka percaya kepada tagut dan
berhala-berhala tanpa dalil. Maka kelak Allah akan membalas perbuatan mereka
itu, sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Al-'Ankabut, ayat 53-55
{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالْعَذَابِ وَلَوْلا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ
وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (53) يَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (54) يَوْمَ يَغْشَاهُمُ
الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (55) }
Dan mereka meminta kepadamu supaya
segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan,
benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan
datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya.
Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya
Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir, pada hari mereka ditutup
oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka dan Allah berkata (kepada
mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu
kerjakan.”
Allah Swt. menceritakan perihal
kebodohan orang-orang musyrik karena mereka meminta agar azab Allah disegerakan
menimpa mereka sebagai pembalasan dari perbuatan mereka, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا
هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ
ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata,
"Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi
Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih.” (Al-Anfal: 32)
Dalam surat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلا
أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ}
Dan mereka meminta kepadamu
supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah
ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka. (Al-’Ankabut: 53)
Yakni seandainya tiada ketetapan
dari Allah yang telah memutuskan bahwa Dia menangguhkan azab-Nya sampai hari
kiamat nanti, tentulah akan menimpa mereka azab dari-Nya dalam waktu yang dekat
dan cepat seperti apa yang mereka minta.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan
dalam firman selanjutnya:
{وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً}
dan azab itu benar-benar akan
datang kepada mereka dengan tiba-tiba. (Al-’Ankabut:
53)
Yaitu dengan sekonyong-konyong.
{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. يَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}
sedangkan mereka tidak
menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan
sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 53-54)
Mereka meminta supaya azab
disegerakan turunnya, padahal azab itu pasti akan menimpa mereka.
Syu'bah meriwayatkan dari
Sammak, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya
Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54)
Yang dimaksud dengan Jahannam adalah laut.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Umar
ibnu Ismail ibnu Mujalid, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Mujahid,
dari Asy-Sya'bi, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi
orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Bahwa Jahannam itu adalah laut
yang hijau, bertaburan jatuh ke dalamnya semua bintang, dan digulung di
dalamnya mentari dan rembulan, kemudian dinyalakan api sehingga jadilah ia
neraka Jahannam.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُمَيَّةَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حُيَي، حَدَّثَنَا
صَفْوَانُ بْنُ يَعْلَى، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "الْبَحْرُ هُوَ جَهَنَّمُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Umayyah, telah menceritakan kepadaku Huyayyin, telah menceritakan kepadaku
Safwan ibnu Ya'la, dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Laut itu
adalah Jahannam.
Mereka berkata kepada Ya'la,
"Tidakkah kamu lihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka' (Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat." Maka
Ya'la menjawab, "Demi Tuhan yang jiwa Ya'la berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, aku tidak akan memasukinya selamanya sebelum aku dihadapkan
kepada Allah, dan tidak akan menyentuh diriku setetes pun darinya sebelum aku
dihadapkan kepada Allah Swt.
Penafsiran ini berpredikat garib,
begitu pula predikat hadisnya, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Dalam firman berikutnya
disebutkan:
{يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ
فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ}
pada hari mereka ditutup oleh
azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-'Ankabut:
55)
Sama dengan firman Allah Swt.
yang mengatakan:
{لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ
فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ}
Mereka mempunyai tikar-tikar
dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api
neraka). (Al-A'raf: 41)
{لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ
ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ}
Bagi mereka lapisan-lapisan
dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). (Az-Zumar: 16)
{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ
كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ}
Andaikata orang-orang kafir
itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak
mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari
punggung mereka. (Al-Anbiya: 39), hingga akhir ayat.
Kesimpulannya, api neraka
menutupi mereka dari segala penjuru. Ungkapan ini menggambarkan tentang
hebatnya siksaan yang mereka alami.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ}
dan Allah berkata (kepada mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang
telah kamu kerjakan.” (Al-'Ankabut: 55)
Ini merupakan ancaman, kecaman,
dan cemoohan, yang juga merupakan siksaan dalam bentuk lain. Sebagaimana
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى
وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ}
(Ingatlah) pada hari mereka
diseret ke neraka dengan muka di bawah; (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah
sentuhan api neraka.” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran. (Al-Qamar: 48-49)
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى
نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا. هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ.
أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ. اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا
تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
pada hari mereka didorong ke neraka
Jahannam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada
mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” Maka
apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah
panas apinya), maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu, kamu
diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (At-Tur: 13-16)
Al-'Ankabut, ayat 56-60
{يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ (56) كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (57) وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (58)
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (59) وَكَأَيِّنْ مِنْ
دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (60) }
Hai hamba-hamba-Ku
yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya
akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang
bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya. Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat)
membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki
kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Melalui ayat-ayat ini Allah
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berhijrah dari suatu negeri yang
mereka tidak dapat menegakkan agama padanya, yaitu menuju ke negeri lain;
karena bumi Allah luas, di mana mereka dapat menegakkan agama dengan
mengesakan-Nya dan menyembah-Nya, sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Karena
itulah Allah Swt. berfirman:
{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ
أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ}
Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al-'Ankabut: 56)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ،
حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْر بْنُ عَمْرٍو
الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُو سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى
مَوْلَى الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْبِلَادُ بِلَادُ اللَّهِ، وَالْعِبَادُ
عِبَادُ اللَّهِ، فَحَيْثُمَا أصبتَ خَيْرًا فَأَقِمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami
Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi,
telah menceritakan kepadaku Abu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Bahr maula (pelayan)
Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Negeri (bumi) ini adalah negeri
Allah dan semua hamba adalah hamba Allah, maka di mana pun kamu beroleh
kebaikan, maka bermukimlah padanya.
Karena itulah ketika orang-orang
yang lemah dari kalangan kaum muslim di Mekah selalu tertindas dengan
keberadaan mereka di Mekah, maka mereka keluar darinya berhijrah ke negeri
Habsyah untuk menyelamatkan agama mereka. Ternyata mereka menjumpai negeri
Habsyah adalah negeri yang baik bagi mereka, karena rajanya yang bernama
As-Hamah An-Najjasyi rahimahullah menerima mereka dengan baik dan penuh
hormat. As-Hamah memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka
melalui, pertolongannya, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di negerinya.
Kemudian Rasulullah Saw.
berhijrah ke Madinah bersama semua sahabatnya yang ada, yaitu ke kota yang
dahulunya dikenal dengan nama Yasrib.
Setelah itu Allah Swt.
berfirman:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ
إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ}
Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 57)
Yakni
di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka jadilah
kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah di mana pun
kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena
sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput
kalian tanpa bisa dielakkan. Kemudian hanya kepada Allah-lah kalian
dikembalikan; barang siapa yang selalu taat kepada-Nya, maka Dia akan
membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan
penuh. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ}
Dan orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka
pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya. (Al-’Ankabut: 58)
Kami
benar-benar akan menempatkan mereka di tempat-tempat yang tinggi di dalam
surga, di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada
sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu; mereka dapat
membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
mereka kekal di dalamnya. (Al-'Ankabut: 58)
Mereka tinggal di dalamnya
selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.
{نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ}
Itulah sebaik-baik pembalasan
bagi orang-orang yang beramal. (Al-'Ankabut: 58)
Alangkah menyenangkan
gedung-gedung surga itu sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang
beriman.
{الَّذِينَ صَبَرُوا}
yaitu orang-orang yang
bersabar. (Al-'Ankabut: 59)
Yakni bersabar dalam
mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah serta memisahkan diri dari
musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat demi karena
Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa
yang dijanjikan oleh-Nya.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ
المؤذِنَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ
سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ أَبِي سَلَّامٍ
الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنِي أَبُو معَاتق الْأَشْعَرِيُّ، أَنَّ أَبَا مَالِكٍ
الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ
بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ
الطَّعَامَ، وَأَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
وَالنَّاسُ نِيَامٌ
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan
Al-Mu'azzin, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah
menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Salam, dari ayahnya, dari Zaid ibnu
Salam, dari kakeknya Abu Salam Al-Aswad, telah menceritakan kepadaku Abu
Muawiyah Al-Asy'ari, bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya;
Rasulullah Saw. pernah bercerita kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam surga
terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya,
dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya. Gedung-gedung itu
disediakan oleh Allah Swt. bagi orang yang suka memberi makan kaum fakir
miskin, mengerjakan salat dan puasa serta berdiri di malam hari mengerjakan
salat sunat, sedangkan manusia saat itu sedang lelap dalam tidurnya.
***************
Firman Allah SWT:
{وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
dan bertawakal kepada Tuhannya.
(Al-’Ankabut: 59)
dalam semua keadaan, yakni dalam
urusan agama dan urusan duniawi.
Selanjutnya Allah Swt.
memberitahukan kepada mereka bahwa rezeki itu tidak khusus hanya diberikan
kepada suatu negeri, bahkan rezeki Allah Swt. menyeluruh buat semua makhluk-Nya
di mana pun mereka berada. Rezeki kaum Muhajirin di tempat hijrah mereka jauh
lebih banyak, lebih luas, dan lebih baik ketimbang di Mekah tempat mereka
berasal. Karena sesungguhnya tidak lama kemudian mereka menjadi para penguasa
negeri di berbagai kawasan dan kota-kota besar. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ
رِزْقَهَا}
Dan berapa banyak binatang
yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya
sendiri. (Al-'Ankabut: 60)
Maksudnya, tidak mampu mengumpulkannya,
tidak mampu menghasilkannya, serta tidak mampu menyimpan sesuatu pun dari
rezeki itu untuk besok.
{اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ}
Allah-lah yang memberi rezeki
kepadanya dan kepadamu. (Al-'Ankabut: 60)
Allah-lah yang menetapkan
rezekinya, sekalipun ia lemah dan Allah memudahkan baginya jalan rezekinya.
Untuk itu Allah mengirimkan bagi setiap makhluk sejumlah rezeki yang
diperlukannya, hingga bibit-bibit yang ditanam di dalam tanah, juga
burung-burung yang ada di udara serta ikan-ikan yang ada di laut. Allah Swt.
telah berfirman:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى
اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ
مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Manfuz).
(Hud: 6)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ -يَعْنِي ابْنَ هَارُونَ
-حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ بْنُ مِنْهَال
الْجَزَرِيُّ -هُوَ أَبُو الْعَطُوفِ -عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَتَّى دَخَلَ بَعْضَ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِطُ مِنَ التَّمْرِ
ويأكل، فقال لي: "يا بن عُمَرَ، مَا لَكَ لَا تَأْكُلُ؟ " قَالَ:
قُلْتُ: لَا أَشْتَهِيهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "لَكِنِّي أشتهيه، وَهَذِهِ صُبْحُ رَابِعَةٍ مُنْذُ لَمْ أَذُقْ
طَعَامًا وَلَمْ أَجِدْهُ، وَلَوْ شِئْتُ لَدَعَوْتُ رَبِّي فَأَعْطَانِي مِثْلَ
مُلْكِ قَيْصَرَ وَكِسْرَى فَكَيْفَ بِكَ يَا بن عُمَرَ إِذَا بَقِيتَ فِي قَوْمٍ
يُخَبِّئُونَ رِزْقَ سَنَتِهِمْ بِضَعْفِ الْيَقِينِ؟ ". قَالَ: فَوَاللَّهِ
مَا بَرِحْنَا وَلَا رِمْنا حَتَّى نَزَلَتْ: {وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا
تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ} فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنِي بِكَنْزِ الدُّنْيَا، وَلَا بِاتِّبَاعِ
الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ كَنَزَ دُنْيَاهُ يُرِيدُ بِهَا حَيَاةً بَاقِيَةً فَإِنَّ
الْحَيَاةَ بِيَدِ اللَّهِ، أَلَا وَإِنِّي لَا أَكْنِزُ دِينَارًا وَلَا
دِرْهَمًا، وَلَا أُخَبِّئُ رِزْقًا لِغَدٍ"
Ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman
Al-Harawi, telah menceritakan kepada kami Yazid (yakni Ibnu Harun), telah
menceritakan kepada kami Al-Jarrah ibnu Minhal Al-Jazari alias Abul Atuf, dari
Az-Zuhri, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ia keluar
bersama Rasulullah Saw. hingga masuk ke salah satu kebun kurma Madinah. Nabi
Saw. memunguti kurma yang terjatuh dan memakannya, lalu bersabda kepadaku, "Hai
Ibnu Umar, mengapa kamu tidak makan?" Aku menjawab, "Saya tidak
berselera, wahai Rasulullah." Nabi Saw. bersabda, "Tetapi aku
menginginkannya, dan hari ini adalah hari keempat sejak aku tidak pernah
menjumpai makanan barang sesuap pun. Seandainya aku suka benar-benar aku akan
mendoa kepada Tuhanku, dan Dia pasti akan memberiku kekayaan yang semisal
dengan apa yang dimiliki oleh Kisra dan Kaisar. Bagaimanakah denganmu, hai Ibnu
Umar, bila kamu tinggal di antara kaum yang menyimpan rezeki mereka untuk satu
tahun, sedangkan keyakinan mereka lemah?" Ibnu Umar melanjutkan
kisahnya, "Demi Allah, belum lagi kami meninggalkan tempat itu, turunlah
firman-Nya: 'Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rezekinya sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' (Al-'Ankabut: 60)" Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. tidak memerintahkan aku
untuk menimbun kekayaan dan tidak pula mengikuti hawa nafsu. Maka barang siapa
yang menimbun kekayaannya dengan tujuan agar hidup kekal, sesungguhnya
kehidupan itu berada di tangan kekuasaan Allah. Ingatlah, sesungguhnya aku
tidak menimbun dinar, tidak pula dirham, serta tidak pula menyimpan rezeki
untuk hari esok.
Tetapi predikat hadis ini gharib
karena Abul Atuf Al-Jazari orangnya daif.
Mereka
(para ahli ilmu hewan) mengatakan bahwa apabila burung gagak telah menetaskan
telurnya, maka kedua induknya (jantan dan betina) terbang meninggalkan
anak-anaknya. Dan apabila keduanya melihat mereka masih dalam keadaan seperti
itu, keduanya terbang lagi selama berhari-hari hingga anak-anak mereka bulunya
mulai tampak menghitam. Sedangkan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil itu
selalu membuka mulut mereka mencari-cari kedua induknya. Maka Allah Swt.
memerintahkan kepada serangga seperti nyamuk untuk menutupi tubuh mereka, dan
anak-anak burung gagak itu memakan nyamuk-nyamuk tersebut sebagai makanannya
selama mereka ditinggalkan oleh kedua induknya hingga bulu mereka mulai tampak
menghitam. Sedangkan kedua induk mereka selalu memantau mereka setiap waktunya;
bila keduanya melihat mereka masih berbulu putih, keduanya meninggalkan mereka.
Dan bila keduanya melihat anak-anaknya mulai berwarna hitam bulu-bulunya, maka
barulah keduanya mengasuh anak-anaknya dan memberinya makanan. Karena itulah
ada seorang penyair yang mengatakan dalam bait syairnya:
يَا رَازِقَ النعَّاب في عُشه ... وجَابر العَظْم الكَسِير الْمَهِيضِ ...
Wahai
(Tuhan)
Yang memberi rezeki kepada anak-anak burung gagak di sarangnya, (wahai
Tuhan) Yang Menyembuhkan tulang yang patah.
Imam Safii dalam sejumlah
hadisnya yang menyangkut perintah telah mengatakan, antara lain sabda Nabi Saw.
yang mengatakan:
"سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتُرْزَقُوا"
Bepergianlah kalian, niscaya
kalian sehat dan mendapat rezeki.
قَالَ الْبَيْهَقِيُّ أَخْبَرَنَا إِمْلَاءً
أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدَانَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ،
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِنان، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَدّاد -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
-حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَصِحُّوا
وَتَغْنَمُوا".
Imam
Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imla Abul Hasan alias Ali
ibnu Ahmad ibnu Idan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib, telah menceritakan kepadaku
Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman
ibnu Yazdad (seorang syekh penduduk Madinah), telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian sehat dan beroleh
keberuntungan.
Imam Baihaqi mengatakan, ia
telah meriwayatkannya pula melalui Ibnu Abbas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعة، عَنْ دَرّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُجَيرة، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"سَافِرُوا تَرْبَحُوا، وَصُومُوا تَصِحُّوا، وَاغْزُوا تَغْنَمُوا"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bepergianlah,
niscaya kalian beroleh keuntungan; berpuasalah, niscaya kalian sehat; dan
berperanglah, niscaya kalian beroleh ganimah.
Hal yang semisal dengan hadis
Ibnu Umar telah diriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas secara marfu, dan
dari Mu'az ibnu Jabal secara mauquf.
Menurut riwayat lain disebutkan:
"سَافِرُوا مَعَ ذَوِي الْجُدُودِ وَالْمَيْسَرَةِ"
Bepergianlah kalian bersama
orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemudahan.
Imam Ahmad mengatakan bahwa hal
yang semisal telah kami riwayatkan melalui Ibnu Abbas.
************
Firman Allah Swt:
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabut: 60)
Yakni Maha Mendengar semua
ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.
Al-'Ankabut, ayat 61-63
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ
اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61) اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ
مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62)
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ
مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (63) }
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan
kepada mereka, "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan
matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah, " maka
betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakinya di antara
hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan
kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan
dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah.”
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah, " tetapi kebanyakan mereka tidak
memahaminya).
Allah Swt. berfirman, menegaskan
bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Dikatakan demikian karena
orang-orang musyrik menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal mereka
mengakui bahwa Allah sendirilah yang menciptakan langit, bumi, mentari, dan
rembulan; dan Dia pulalah yang menundukkan siang dan malam hari; Dia adalah Yang
memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya dan Yang menentukan ajal mereka yang
berbeda-beda, juga yang memberikan rezeki mereka yang berbeda-beda. Maka
terjadilah perbedaan di antara mereka dalam hal rezeki, ada yang kaya dan ada
yang miskin. Dia Maha Mengetahui apa yang lebih maslahat bagi masing-masing
dari mereka; dan siapakah yang berhak menjadi orang kaya dan siapa pulakah yang
berhak menjadi orang miskin. Allah menyebutkan pula bahwa hanya Dia sendirilah
yang menciptakan segala sesuatu dan hanya Dia sematalah yang mengatur semuanya.
Apabila demikian keadaannya,
maka tiada yang berhak disembah selain Dia, dan bertawakal itu hanyalah
kepada-Nya. Sebagaimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam kerajaan-Nya, maka
hendaklah Dia pun diesakan pula dalam penyembahan. Sering kali Allah Swt.
menetapkan kedudukan Uluhiyah-Nya dengan pengakuan keesaan dalam Rububiyah-Nya.
Dahulu orang-orang musyrik mengakui hal tersebut sebagaimana yang tersitirkan
dari perkataan mereka dalam talbiyahnya, "Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki, sedangkan dia tidak memiliki."
Al-'Ankabut, ayat 64-66
{وَمَا هَذِهِ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ
الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (64) فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ
إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (65) لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا
فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (66) }
Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang
sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. Maka apabila mereka naik kapal,
mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah), agar mereka mengingkari nikmat yang telah
Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam
kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).
Allah Swt. berfirman, menceritakan
hinanya duniawi dan kefanaannya serta kesudahannya yang akan lenyap, dan bahwa
dunia itu tidak kekal, dan bahwa kehidupan dunia itu tiada lain hanyalah senda
gurau dan main-main.
{وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ
الْحَيَوَانُ}
Dan sesungguhnya akhirat
itulah yang sebenarnya kehidupan. (Al-'Ankabut: 64)
Yaitu kehidupan yang abadi lagi
sebenarnya yang tiada kefanaan serta tiada penghabisannya, bahkan kehidupan
akhirat terus berlangsung untuk selama-lamanya.
Firman Allah Swt.:
{لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}
kalau mereka mengetahui. (Al-'Ankabut: 64)
Seandainya mereka mengetahui,
tentulah mereka lebih memilih pahala yang kekal daripada imbalan yang fana.
Dalam ayat berikutnya Allah Swt.
memberitahukan bahwa bila mereka dalam keadaan terjepit, maka mereka berdoa
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, mengapa hal ini tidak mereka
lakukan selamanya?
{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
Maka apabila mereka naik
kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 65)
Semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ
ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ
أَعْرَضْتُمْ}
Dan apabila kamu ditimpa
bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka
tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.
Dan dalam ayat ini disebutkan
oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا
هُمْ يُشْرِكُونَ}
maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-Ankabut: 65)
Muhammad ibnu Ishaq telah
menuturkan dari Ikrimah ibnu Abu Jahal yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah
Saw. beroleh kemenangan atas kota Mekah, Ikrimah melarikan diri dari Mekah. Dan
ketika ia menempuh jalan laut menaiki perahu untuk pergi ke negeri Habsyah, di
tengah perjalanan perahunya oleng karena ombak yang besar. Maka para
penumpangnya berseru, "Hai kaum, murnikanlah doa kalian hanya kepada Tuhan
kalian (Allah), karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kita dari
bencana ini selain Dia." Ikrimah berkata, "Demi Allah, bilamana tiada
yang dapat menyelamatkan dari bencana di laut selain Dia, maka sesungguhnya
tiada pula yang dapat menyelamatkan dari bencana di daratan kecuali hanya Dia.
Ya Allah, aku berjanji kepadaMu seandainya aku selamat dari bencana ini,
sungguh aku akan pergi dan benar-benar aku akan meletakkan tanganku pada tangan
Muhammad (masuk Islam), dan aku pasti menjumpainya seorang yang pengasih lagi
penyayang," dan memang apa yang diharapkannya itu benar-benar ia jumpai
pada diri Rasulullah Saw.
Firman Allah Swt.:
{لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ
وَلِيَتَمَتَّعُوا}
agar mereka mengingkari
nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). (Al-’Ankabut: 66)
Huruf lam yang ada pada
lafaz liyakfuru ini menurut pendapat kebanyakan ulama bahasa Arab dan
tafsir serta juga ulama usul menyebutnya dengan istilah lamul 'aqibah (sehingga
artinya menjadi yang berakibat mereka mengingkari nikmat Allah dan hidup
bersenang-senang dalam kekafirannya'). Karena mereka tidak bermaksud demikian
pada mulanya, dan tidak diragukan lagi makna ini memang benar bila dipandang
dari sudut mereka. Tetapi bila dipandang dari sudut takdir Allah atas diri
mereka dan kepastian-Nya yang telah menentukan mereka demikian, maka tidak
diragukan lagi lam di sini bermakna ta'lil. Penjelasan mengenai
hal ini telah kami sebutkan sebelumnya dalam firman Allah Swt.:
{لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا}
yang akibatnya dia menjadi
musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qassas: 8)
Al-'Ankabut, ayat 67-69
{أَوَلَمْ يَرَوْا
أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67) وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا
جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68) وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ (69) }
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri
mereka) tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok.
Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang
batil dan ingkar kepada nikmat Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang
hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu
ada tempat bagi orang-orang yang kafir? Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Allah Swt. berfirman,
menceritakan tentang kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya kepada orang-orang
Quraisy pada tanah suci-Nya, yang telah Dia jadikan untuk semua manusia, baik
yang bermukim di situ maupun di padang pasir. Barang siapa yang memasukinya,
maka amanlah dia, karena itu mereka berada dalam keamanan yang besar. Sedangkan
orang-orang Arab di sekitar mereka saling merampok satu sama lainnya dan saling
membunuh, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:
لإيلافِ قُرَيْشٍ
Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy. (Al-Quraisy: 1), hingga akhir surat.
Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ
اللَّهِ يَكْفُرُونَ}
Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil
dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-'Ankabut: 67)
Yakni apakah rasa syukur mereka
atas nikmat-nikmat yang besar itu dilakukan oleh mereka dengan mempersekutukan
Allah dan menyembah berhala-berhala serta sekutu-sekutu selain-Nya?
{بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا
وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ}
mereka menukar nikmat Allah
dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28)
Mereka kafir kepada Nabi Allah
dan hamba serta Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad Saw.), padahal yang patut mereka
lakukan ialah memurnikan penyembahan hanya kepada Allah dan tidak
mem-persekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan membenarkan Rasul-Nya,
mengagungkannya, dan menghormatinya. Tetapi sebaliknya mereka mendustakannya,
memeranginya, dan mengusirnya dari kalangan mereka. Karena itulah maka Allah
mencabut nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka; dan sebagian dari
mereka ada yang terbunuh dalam Perang Badar. Setelah itu kekuasaan berada di
tangan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin; Allah menaklukkan kota Mekah di
tangan Rasul-Nya, dan mengalahkan kaum musyrik serta menjadikan mereka
orang-orang yang terhina.
Sesudah itu Allah Swt.
menyebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ
كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ}
Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau
mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. (Al-’Ankabut: 68)
Artinya, tiada seorang pun yang
lebih keras mengalami siksaan Allah selain orang-orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah
memberikan wahyu kepadanya, padahal ia tidak menerima wahyu apa pun. Juga orang
yang mengatakan bahwa dia dapat membuat hal yang semisal dengan apa yang
diturunkan Allah.
Begitu pula tiada seorang pun
yang lebih keras menerima siksaan Allah selain orang yang mendustakan perkara
yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya.
Orang yang pertama dinamakan
orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan orang yang kedua adalah
orang yang mendustakan perkara yang hak. Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْكَافِرِينَ}
Bukankah dalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al-'Ankabut: 68)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا}
Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridaan)' Kami. (Al-'Ankabut:
69)
Mereka adalah Rasulullah Saw.,
para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
{لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا}
benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. (Al-'Ankabut:
69)
Yakni Kami benar-benar akan
memperlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami di dunia dan akhirat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul
Hawari, telah menceritakan kepada kami Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (seorang
ulama dari kalangan penduduk' Akka) sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-'Ankabut: 69) Yaitu
orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk
terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Ahmad ibnu Abul Hawari
mengatakan bahwa ia menceritakan hal tersebut kepada Abu Sulaiman Ad-Darani,
dan ternyata Abu Sulaiman merasa kagum dengan takwil ini. Lalu ia berkata,
"Tidak layak bagi seseorang yang mendapat inspirasi suatu kebaikan, lalu
ia langsung mengamalkannya sebelum ia mendengar hal yang mengukuhkannya dari
asar. Apabila ia telah mendengar hal yang mengukuhkannya dalam asar, barulah ia
boleh mengamalkannya, dan hendaklah ia memuji kepada Allah sehingga ucapannya
selaras dengan apa yang terkandung di dalam kalbunya."
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}
Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-’Ankabut:
69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja'far
Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari
Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah
berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik
terhadap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang
hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik
kepadamu." Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
õõõõõ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar