Selasa, 27 Maret 2018

27. Surat An-Naml


27. Surat An-Naml
سُورَةُ النَّمْلِ
(Semut)
Makkiyyah, 93 ayat atau 94 atau 95 ayat; turun sesudah surat Asy-Syu'ara
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
An-Naml, ayat 1-6
{طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ (1) هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (3) إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ (4) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ وَهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الأخْسَرُونَ (5) وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ (6) }
Ta Sin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). Mereka itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dalam surat Al-Baqarah telah diterangkan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali banyak surat Al-Qur'an.
Firman Allah Swt.:
تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ
(Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan. (An-Naml: l)
Yakni ayat-ayat Al-Qur'an alias Kitab yang jelas lagi gamblang ini.
{هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. (An-Naml: 2)
Yaitu sesungguhnya hidayah dan berita gembira Al-Qur'an ini hanyalah diterima bagi orang yang beriman kepadanya, mengikuti petunjuknya, membenarkannya, serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Yaitu mengerjakan salat fardu, menunaikan zakat dan meyakini adanya hari akhirat, dan hari berbangkit sesudah mati serta hari pembalasan amal perbuatan, amal baik dan amal buruk, juga meyakini adanya surga dan neraka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan.”(Fussilat: 44), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:            
{لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi per­ingatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ}
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat. (An-Naml: 4)
Maksudnya, mereka mendustakannya dan menganggap mustahil akan terjadi.
{زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ}
Kami jadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (An-Naml: 4)
Yakni mereka memandang indah dan baik apa yang mereka kerjakan, dan Kami biarkan mereka dalam kesesatannya sehingga mereka bergelimang di dalamnya. Hal itu merupakan balasan dari kedustaan mereka terhadap adanya negeri akhirat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ}
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 110), hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ} أَيْ: فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، {وَهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الأخْسَرُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. (An-Naml: 5)
Artinya, tiada seorang pun dari makhluk yang berada di padang mahsyar lebih merugi terhadap dirinya sendiri selain dari mereka.
****
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 6)
Yaitu engkau Muhammad, benar-benar menerima Al-Qur'an ini dari sisi Allah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Yakni Mahabijaksana dalam perintah dan larangan-Nya, lagi Maha Mengetahui semua perkara, baik yang besar maupun yang kecilnya. Berita yang disampaikan oleh Al-Qur'an adalah benar belaka, dan hukum yang ditetapkannya adalah keadilan yang sempurna, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)

An-Naml, ayat 7-14

{إِذْ قَالَ مُوسَى لأهْلِهِ إِنِّي آنَسْتُ نَارًا سَآتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ آتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (7) فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (8) يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (9) وَأَلْقِ عَصَاكَ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ يَا مُوسَى لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ (10) إِلا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (11) وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ فِي تِسْعِ آيَاتٍ إِلَى فِرْعَوْنَ وَقَوْمِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (12) فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (13)  وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (14) }
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya, "Sesungguh­nya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepada kalian khabar darinya, atau aku. membawa kepada kalian suluh api supaya kalian dapat berdiang.” Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia, "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.”(Allah berfirman), "Hai Musa, sesungguhnya Akulah Allah, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu.” Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.” Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan, rasul, tidak takut di hadapan-Ku; tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan keluar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.” Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka.”Ini adalah sihir yang nyata.” Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya seraya mengingatkan kepadanya perihal apa yang dialami oleh Musa a.s. saat dia diangkat menjadi kekasih Allah, diajak bicara langsung dan bermunajat dengan-Nya serta diberi­Nya mukjizat-mukjizat yang besar, lagi cemerlang dan dalil-dalil yang dapat mengalahkan musuh. Allah mengutusnya kepada Fir'aun dan kaumnya, lalu mereka mengingkarinya dan kafir kepadanya serta bersikap angkuh, tidak mau mengikuti dan tidak mau taat kepada petunjuknya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِذْ قَالَ مُوسَى لأهْلِهِ}
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya. (An-Naml: 7)
Yakni ingatlah ketika Musa berjalan di malam hari bersama keluarganya, lalu sesat jalan, padahal malam itu sangat gelap. Lalu Musa menjumpai nyala api di lereng Bukit Tur, maka berkatalah ia kepada keluarganya:
{إِنِّي آنَسْتُ نَارًا سَآتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ}
Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepada kalian kabar darinya. (An-Naml: 7)
tentang jalan yang harus kita tempuh.
{أَوْ آتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ}
atau aku membawa kepada kalian suluh api supaya kalian dapat berdiang. (An-Naml: 7)
Yaitu untuk menghangatkan tubuh kalian. Dan memang dugaan Musa tepat, karena sesungguhnya ia kembali dari api itu dengari membawa berita yang sangat besar. Dia telah mengambil dari api itu cahaya hidayah yang amat besar, karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا}
Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia, "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu dan orang-orang yang berada di sekitarnya. (An-Naml: 8)
Yakni setelah Musa sampai ke tempat api itu, ia melihat pemandangan yang sangat menakjubkan lagi sangat hebat. Api itu menyala di sebuah pohon yang hijau; semakin besar api itu menyala, maka semakin hijau pula pohon tersebut. Kemudian Musa mengangkat pandangannya ke atas, dan ternyata ia melihat bahwa cahaya api itu menembus langit.
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa cahaya itu bukanlah nyala api, melainkan cahaya yang berkilauan. Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas, itu adalah nur (cahaya) Tuhan semesta alam. Maka Musa terpana melihat pemandangan yang disaksikannya itu.
نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ
diserulah dia, "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu.” (An-Naml: 8)
Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah disucikan, sedangkan yang dimaksud dengan {وَمَنْ حَوْلَهَا}  'dan orang-orang yang berada di sekitarnya' ialah para malaikat. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Qatadah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ -[وَ] هُوَ الطَّيَالِسِيُّ -حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَالْمَسْعُودِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، سَمِعَ أَبَا عُبَيْدة يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يُخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ. زَادَ الْمَسْعُودِيُّ: "وَحِجَابُهُ النُّورُ -أَوِ النَّارُ -لَوْ كَشَفَهَا لأحْرَقَتْ سُبُحات وَجْهِهِ كُلَّ شَيْءٍ أَدْرَكَهُ بَصَرُهُ". ثُمَّ قَرَأَ أَبُو عُبَيْدة: {أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Al-Mas'udi, dari Amr ibnu Murrah, bahwa ia pernah mendengar Abu Ubaidah menceritakan hadis berikut dari Abu Musa yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan tidaklah pantas bagi-Nya tidur; Dia merendahkan dan meninggikan neraca; dilaporkan kepada-Nya amal malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari. Menurut riwayat Al-Mas'udi ditambahkan seperti berikut: Hijab Allah adalah nur atau api. Seandainya Dia membukanya, niscaya kesucian Zat-Nya akan membakar segala sesuatu yang dicapai oleh penglihatan-Nya.  Kemudian Abu Ubaidah membacakan firman-Nya: Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. (An-Naml: 8)
Asal hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui riwayat Amr ibnu Murrah.
****
Firman Allah Swt.:
{وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Dan Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 8)
Yakni Yang memperbuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya, dan tiada yang dapat meliputi-Nya sesuatu pun dari makhluk-Nya. Dia Mahatinggi, Mahabesar, lagi Maha Membeda dari semua makhluk. Bumi dan langit tidak dapat memuat-Nya, bahkan Dialah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu lagi Mahasuci dari kemiripan dengan makhluk-makhluk-Nya.
****
Firman Allah Swt.:
{يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
(Allah berfirman), "Hai Musa, sesungguhnya Akulah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Naml: 9)
Allah memberi tahu kepada Musa bahwa yang sedang berbicara kepadanya adalah Tuhannya, yaitu Allah Yang Mahaperkasa, Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Yang menundukkannya di bawah kekuasaan-Nya, lagi Mahabijaksana dalam semua firman dan perbuatan-Nya.
Kemudian Allah memerintahkan kepada Musa agar melemparkan tongkat yang ada di tangannya untuk menunjukkan kepadanya bahwa Dialah Allah Yang Memperbuat, lagi Yang Maha Berkehendak dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Setelah Musa melemparkan tongkatnya dari tangannya, tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi ular yang sangat besar, tetapi gerakannya sangat cepat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ}
Maka tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit. (An-Naml: 10)
Al-Jan adalah sejenis ular yang banyak bergerak dan cepat gerakannya. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan bahwa Nabi Saw. melarang membunuh ular-ular yang ada di rumah-rumah. (Demikian itu karena di­khawatirkan bukan ular sesungguhnya, melainkan jadi-jadian dari jin, pent). Setelah Musa a.s. menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu:
{وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ}
larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (An-Naml: 10)
Yakni tidak menoleh ke belakang lagi karena kuatnya rasa takut yang mencekam dirinya.
{يَا مُوسَى لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ}
(Allah berfirman), "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak akan takut di hadapan-Ku." (An-Naml: 10)
Artinya, janganlah kamu takut menyaksikan apa yang kamu lihat ini, sesungguhnya Aku hendak memilihmu menjadi seorang rasul dan Aku akan menjadikanmu seorang nabi yang terkemuka.
****
Firman Allah Swt.:
{إِلا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ}
tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Naml: 11)
Istisna dalam ayat ini munqati', di dalamnya terkandung berita gembira yang besar bagi manusia, karena disebutkan bahwa barang siapa yang mengerjakan suatu keburukan, lalu meninggalkannya dan bertobat serta kembali kepada Allah, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى}
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (Taha: 82)
Dan firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya. (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat.
Ayat-ayat yang menunjukkan makna yang sama cukup banyak.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (An-Naml: 12)
Ini adalah mukjizat lainnya yang jelas yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang melakukannya dan membuktikan kebenaran utusan yang diberikan kepadanya mukjizat ini. Allah memerintahkan kepada Musa a.s. agar memasukkan tangannya ke balik leher bajunya; dan bila Musa mengeluar­kannya, maka tangannya berubah menjadi putih bersinar, seakan-akan kilat yang menyambar, sangat menyilaukan mata.
Firman Allah Swt.:
{فِي تِسْعِ آيَاتٍ}
(Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan buah mukjizat. (An-Naml: 12)
Kedua mukjizat ini merupakan sebagian dari sembilan buah mukjizat lainnya yang Aku kuatkan kamu dengannya dan Aku jadikan sebagai bukti yang membenarkanmu kepada Fir'aun dan kaumnya.
{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ}
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (An-Naml: 12)
Kesembilan mukjizat inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ}
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata. (Al-Isra': 101)
yang penafsirannya telah disebutkan di dalam surat tersebut.
*****
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً  قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ}
Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka, "Ini adalah sihir yang nyata," (An-Naml: 13)
Mereka bermaksud akan menentangnya dengan sihir mereka, tetapi mereka dapat dikalahkan dan kembali dalam keadaan hina.
{وَجَحَدُوا بِهَا}
Dan mereka mengingkarinya. (An-Naml: 14)
Yakni pada lahiriah urusan mereka.
{وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ}
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14)
Dalam diri mereka mengetahui bahwa apa yang ditampilkan oleh Musa adalah perkara yang hak dari sisi Allah, tetapi mereka mengingkarinya dan bersikap angkuh terhadapnya.
{ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Karena kezaliman dan kesombongan (mereka). (An-Naml: 14)
Maksudnya, dalam diri mereka telah tertanam watak zalim dan sombong, tidak mau mengikuti kebenaran. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}
Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (An-Naml: 14)
Yakni perhatikanlah, Muhammad, bagaimanakah akibat dari nasib mereka itu karena Allah telah membinasakan mereka dengan menenggelamkan mereka semuanya hanya dalam waktu yang singkat.
Secara tidak langsung ayat ini mengatakan bahwa waspadalah, hai orang-orang yang mendustakan Muhammad dan mengingkari Al-Qur,'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, bahwa kalian pasti akan tertimpa azab seperti yang telah menimpa mereka. Terlebih lagi kalian, karena sesungguhnya Nabi Muhammad adalah nabi yang lebih mulia lagi lebih besar daripada Musa, dan bukti yang dikemukakannya lebih jelas dan lebih kuat daripada apa yang disampaikan oleh Musa. Hal tersebut dapat disaksikan melalui apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, berupa pembuktian-pembuktian yang dibarengi dengan kemuliaan akhlaknya serta berita gembira yang disampaikan oleh para nabi terdahulu dan janji serta ikrar yang diambil oleh Tuhannya darinya.

An-Naml, ayat 15-19

{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ (15) وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ (16) وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (17) حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (18) فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ (19) } .
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata, "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) itu benar-benar suatu karunia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia , dan burung; lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerja­kan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Allah Swt. menceritakan tentang nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua orang hamba-Nya yang telah diangkat-Nya menjadi nabi, yaitu Nabi Daud dan putranya (Nabi Sulaiman a.s.) Yakni nikmat-nikmat yang berlimpah, bakat-bakat yang luar biasa, sifat-sifat yang indah, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, kerajaan, pengaruh yang kuat di dunia, dan kenabian serta risalah agama. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman." (An-Naml: 15)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Ibrahim ibnu Yahya ibnu Hisyam, bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang telah menceritakan bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat yang isinya sebagai berikut: Sesungguhnya Allah tidak memberikan suatu nikmat kepada seseorang hamba, lalu hamba yang bersangkutan memuji kepada Allah atas nikmat itu, melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya. Seandainya engkau tidak mengetahui hal ini kecuali melalui apa yang disebutkan di dalam Kitabullah. Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (An-Naml: 15) Maka nikmat manakah yang lebih utama daripada apa yang telah diberikan kepada Daud dan Sulaiman a.s.?
****
Firman Allah Swt.:
{وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ}
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An-Naml: 16)
Yakni mewarisi kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya. Karena seandainya Sulaiman mewarisi hartanya, tentulah tidak hanya khusus Sulaiman saja yang mewarisinya, melainkan anak-anak Nabi Daud yang lainnya pun ikut mewarisinya, karena sesungguhnya Nabi Daud mempunyai seratus orang istri. Hal ini menguatkan bahwa yang diwarisinya hanyalah kerajaan dan kenabiannya saja, karena sesungguhnya para nabi itu tidak diwarisi hartanya, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah Saw. melalui salah satu sabdanya yang mengatakan:
نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ لَا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ
Kami para nabi, tidak diwarisi; semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.
*****
Firman Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (An-Naml: 16)
Yakni Sulaiman memberitahukan kepada orang-orang bahwa Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang besar, sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung. Selain dari itu Sulaiman telah dianugerahi ilmu bahasa burung, ini merupakan suatu pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang manusia pun, menurut pengetahuan kami, berdasarkan apa yang telah diberitakan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya. Adapun mengenai pendapat orang-orang bodoh dan para penggembala yang menduga bahwa semua hewan dapat berbicara seperti manusia sebelum masa Sulaiman dan Daud, seperti yang telah dikatakan oleh sejumlah orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa pengetahuan. Karena seandainya memang seperti apa yang dikatakan oleh mereka, tentulah anugerah ini secara khusus kepada Sulaiman tidak mengandung makna apa pun. Sebab semua manusia mengerti bahasa burung dan hewan serta memahami apa yang dikatakan mereka, padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan itu. Bahkan sejak diciptakan, hewan-hewan dan burung-burung serta makhluk lainnya (selain manusia) sampai masa kita sekarang ini tidak ada yang dapat berbicara.
Akan tetapi, memang Allah telah memberikan pengertian kepada Sulaiman bahasa burung yang sedang terbang di udara, juga bahasa hewan-hewan dengan berbagai jenis dan macamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu, (Ah-Naml: 16)
yang diperlukan bagi seorang raja.
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ}
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. (An-Naml: 16)
Yakni karunia yang jelas dari Allah kepada kami.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَانَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِيهِ غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، فَكَانَ إِذَا خَرَجَ أُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَلَمْ يَدْخُلْ عَلَى أَهْلِهِ أَحَدٌ حَتَّى يَرْجِعَ". قَالَ: "فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ وَأُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ تَطَّلِعُ إِلَى الدَّارِ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَتْ لِمَنْ فِي الْبَيْتِ: مِنْ أَيْنَ دَخَلَ هَذَا الرَّجُلُ، وَالدَّارُ مُغْلَقَةٌ؟ وَاللَّهِ لَنَفْتَضِحَنَّ بِدَاوُدَ، فَجَاءَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَإِذَا الرَّجُلُ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَ لَهُ دَاوُدُ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَهَابُ الْمُلُوكَ، وَلَا يَمْتَنِعُ مِنَ الْحُجَّابِ. فَقَالَ دَاوُدُ: أَنْتَ وَاللَّهِ إذًا مَلَكُ الْمَوْتِ. مَرْحَبًا بِأَمْرِ اللَّهِ، فَتَزَمَّلَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، مَكَانَهُ حَتَّى قُبِضَتْ نَفْسُهُ، حَتَّى فُرِغَ مِنْ شَأْنِهِ وَطَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ، فَقَالَ سُلَيْمَانُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لِلطَّيْرِ: أَظِلِّي عَلَى دَاوُدَ، فَأَظَلَّتْ عَلَيْهِ الطَّيْرُ حتى أظلمت عليهما الأرض، فَقَالَ لَهَا سُلَيْمَانُ: اقْبِضِي جَنَاحًا جَنَاحًا" قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ فَعَلَتِ الطَّيْرُ؟ فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، وَغَلَبَتْ عَلَيْهِ يَوْمئِذٍ المضرَحية
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Daud a.s. adalah seorang lelaki yang besar cemburunya. Apabila dia bepergian, maka semua pintu rumahnya ditutup dan tidak boleh ada seorang lelaki pun masuk ke dalam rumahnya menemui istri-istrinya sebelum ia pulang." Pada suatu hari ia pergi, sebelumnya ia menutup semua pintu istananya, lalu ada seorang wanita mengintip rumah Nabi Daud, dan ternyata ia melihat ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah istananya. Lalu wanita itu berkata kepada wanita-wanita yang ada di dalamnya, "Dari manakah lelaki ini masuk ke dalam istana Daud, padahal semua pintunya telah dikunci? Demi Allah, kalian benar-benar akan dilaporkan kepada Daud." Ketika Daud datang, ia menjumpai ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah rumahnya. Daud bertanya, "Siapakah kamu?" Lelaki itu menjawab, "Orang yang tidak takut kepada para raja dan tidak terhalang oleh penghalang apa pun." Daud berkata, "Kalau begitu, demi Allah, engkau adalah malaikat maut, selamat datang dengan perintah Allah." Lalu Daud menyelimuti dirinya di tempat peraduannya, dan malaikat itu mencabut rohnya, dan setelah malaikat itu menjalankan tugasnya, bertepatan dengan terbitnya matahari, maka Sulaiman a.s. berkata kepada burung-burung, "Naungilah jasad Daud!" Maka semua burung menaunginya hingga bumi ini ternaungi oleh burung-burung itu. Kemudian Sulaiman berkata kepada semua burung, "Katupkanlah sebelah sayapmu (yakni pakailah sebelah sayap saja)." Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah burung dapat melakukan hal itu?" Beliau Saw. mengatupkan tangannya, dan bahwa yang menaunginya hanyalah elang merah saja, karena dapat mendesak burung lainnya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ}
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (An-Naml: 17)
Yakni Sulaiman mengumpulkan semua bala tentaranya yang terdiri dari makhluk jin, manusia dan burung-burung. Nabi Sulaiman diiringi oleh mereka dengan segala kebesaran dan kemegahannya di tengah-tengah bala tentara manusia, karena merekalah yang mengiringinya. Setelah mereka terdapat bala tentara dari makhluk jin, sedangkan bala tentara burung kedudukan mereka berada di atas (di udara); apabila matahari panas, maka burung-burung itu menaunginya dengan sayap-sayapnya.
Firman Allah Swt.:
{فَهُمْ يُوزَعُونَ}
lalu mereka diatur dengan tertib. (An-Naml: 17)
Yaitu dia menyusun secara rapi barisan masing-masing mulai dari pertama sampai yang terakhir, agar tiada seorang pun yang melangkahi posisi yang telah ditetapkan baginya. Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman menjadikan pada tiap barisan komandannya sendiri yang mengatur barisan tersebut agar rapi dan berjalan dengan tertib, tidak semrawut, sebagaimana yang dilakukan oleh raja-raja di masa sekarang. Firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ}
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut. (An-Naml: 18)
Yakni manakala Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya yang mengiringinya sampai di lembah semut.
{قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An-Naml: 18)
Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq Ibnu Bisyr, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa nama semut yang berbicara itu adalah Haras. Ia berasal dari kelompok semut yang dikenal dengan nama Bani Syisan. Disebutkan bahwa besar semut itu sama dengan seekor serigala, sedangkan semut yang berbicara itu pincang kakinya. Ia merasa khawatir makhluk jenisnya akan binasa karena terinjak-injak oleh teracak kuda-kuda pasukan Nabi Sulaiman, maka ia menyerukan kepada makhluk jenisnya agar memasuki sarang-sarang mereka. Sulaiman a.s. mengerti pembicaraan itu.
{فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai.” (An-Naml: 19)
Yakni berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.
{وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An-Naml: 19)
Yaitu amal yang Engkau sukai dan Engkau ridai.
{وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ}
dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (An-Naml: 19)
Artinya, apabila Engkau mewafatkan diriku, maka himpunkanlah daku bersama dengan hamba-hamba-Mu yang saleh, dan rafiqul a'la dari kekasih-kekasih-Mu.
Sementara ada sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa lembah tersebut terletak di negeri Syam atau negeri lainnya, dan bahwa semut tersebut mempunyai dua buah sayap seperti lalat atau hal lainnya hanyalah merupakan dongengan-dongengan yang tidak ada kenyataannya.
Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa semut Nabi Sulaiman besarnya seperti serigala. Penukil mengatakan bahwa memang demikianlah saya jumpai dalam kitab salinannya memakai huruf ya, padahal sebenarnya memakai ba. Hal ini merupakan kekeliruan dari penyalinnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Kalau memakai ya artinya serigala, sedangkan kalau memakai ba artinya lalat). Yang tersimpulkan dari kisah ini ialah bahwa Sulaiman memahami ucapan semut itu, karenanya ia tertawa; hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menakjubkan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Zaid Al-Ama, dari Abus Siddiq An-Naji yang telah menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Daud a.s. keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami." Maka Sulaiman berkata, "Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa."
Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan sebuah hadis melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
قَرَصَت نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ نَمْلَةٌ، فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، أَفِي أَنْ قَرْصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الْأُمَمِ تُسَبِّح؟ فَهَلَّا نَمْلَةً وَاحِدَةً!
Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).”Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih ? Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?”

An-Naml, ayat 20-21

{وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ (20) لأعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لأذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (21) }
Dan dia memeriksa burung-burung, lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.”
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa burung hud-hud adalah ahli dalam mencari air, ia secara khusus ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk mencari sumber air bila berada di Padang Sahara. Dengan kemampuan yang dimilikinya secara alami burung hud-hud dapat melihat cadangan air yang terdapat di dalam tanah; ia dapat melihatnya sebagaimana seseorang melihat sesuatu yang ada di permukaan tanah. Dan ia dapat mengetahui berapa jauh letak kedalaman sumber mata air itu dari permukaan tanah. Apabila burung hud-hud telah menunjukkan adanya sumber air, maka Nabi Sulaiman a.s. memerintahkan kepada jin untuk menggali tempat itu hingga keluarlah air dari perut bumi.
Pada suatu hari Nabi Sulaiman a.s. beristirahat di suatu padang pasir, lalu ia memeriksa barisan burung untuk mencari burung hud-hud, tetapi ia tidak melihatnya. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20)
Pada suatu hari Ibnu Abbas pernah menceritakan kisah ini di hadapan suatu kaum, yang di antara mereka terdapat seorang Khawarij yang dikenal dengan nama Nafi' ibnul Azraq; dia dikenal sebagai orang yang banyak menentang Ibnu Abbas. Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Hai Ibnu Abbas, hentikanlah kisahmu itu, hari ini kamu kalah." Ibnu Abbas bertanya, "Mengapa saya kalah?"
Nafi' ibnul Azraq menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengatakan dalam kisahmu tentang burung hud-hud, bahwa ia dapat melihat sumber air yang ada di perut bumi. Dan sesungguhnya bisa saja seorang anak meletakkan biji di dalam perangkap, lalu menimbunnya dengan pasir. Kemudian burung hud-hud itu datang untuk mengambil biji makanannya itu, maka masuklah ia ke dalam perangkap yang dipasang oleh anak kecil itu, sehingga ia dapat ditangkap olehnya."
Ibnu Abbas berkata, "Mengapa orang ini tidak saja mengatakan bahwa dia telah menyangkal Ibnu Abbas dan membuatnya tidak dapat menjawab?" Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Celakalah kamu, sesungguhnya apabila takdir telah memastikannya (tertangkap), penglihatan menjadi tidak berfungsi dan rasa waspada pun hilang." Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Demi Allah, aku tidak akan membantahmu mengenai sesuatu dari Al-Qur'an selamanya."
Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Abu Abdullah Al-Barazi dari kampung Barazah yang terletak di pinggiran kota Dimasyq —dia adalah seorang yang saleh dan selalu puasa Senin Kamis, dan matanya buta sebelah, umurnya mencapai delapan puluh tahun— menyebutkan kisah berikut. Ibnu Asakir meriwayatkan kisah ini berikut sanadnya sampai pada Abu Sulaiman ibnu Yazid. Bahwa Abu Sulaiman pernah bertanya kepada Abu Abdullah Al-Barazi tentang kebutaan sebelah matanya, tetapi Abu Abdullah tidak mau menyebutkan penyebab kebutaannya. Abu Sulaiman tidak putus asa, ia mendesaknya selama berbulan-bulan, dan akhirnya Abu Abdullah mau menceritakan hal tersebut kepadanya, seperti berikut:
Bahwa pernah ada dua orang lelaki dari kalangan penduduk Khurrasan singgah di rumahku selama seminggu di kampung Barazah. Lalu keduanya menanyakan kepadaku tentang tempat suatu lembah, maka kuantarkan keduanya ke lembah tersebut. Setelah sampai di lembah itu keduanya mengeluarkan pedupaan dan menyalakan dupa yang cukup banyak sehingga asap dupa itu memenuhi lembah tersebut.
Kemudian keduanya komat-kamit membaca jampi-jampi, maka berdatanganlah ular dari segala penjuru kepada keduanya, tetapi kedua orang itu tidak memperhatikan salah seekor pun darinya. Hingga datanglah seekor ular sebesar lengan dengan kedua mata yang bersinar berkilauan seperti mata uang dinar. Keduanya sangat gembira melihat ular tersebut dan berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan perjalanan kami semenjak satu tahun yang silam." Lalu keduanya memecahkan pedupaan itu dan menangkap ular tersebut, kemudian keduanya memasukkan jarum untuk mencetak mata ke dalam mata ular tersebut, sesudah itu keduanya mencelaki mata mereka dengan jarum celak itu. Aku meminta kepada keduanya agar mencelaki mataku dengan jarum tersebut, tetapi keduanya menolak. Aku terus mendesaknya, dan kukatakan kepadanya, "Kamu berdua harus mencelaki mataku," dan aku mengancam akan melaporkan keduanya kepada penguasa. Akhirnya keduanya mau mencelaki mataku dengan jarum pencelak mereka.
Mereka berdua mencelaki mata kananku saja. Setelah jarum pencelak mata itu menyentuh mataku dan aku memandang ke tanah yang ada di bawahku, ternyata semua yang ada di bawah tanah terlihat olehku bagaikan melihat sesuatu di balik kaca. Kemudian keduanya berkata kepadaku, "Marilah kita berjalan sebentar," lalu aku berjalan bersama keduanya, sedangkan keduanya asyik mengobrol. Hingga manakala kami telah berada jauh dari perkampungan, keduanya menangkapku dan mengikatku. Salah seorang di antara keduanya memasukkan tangannya ke mata kananku dan mencongkelnya, lalu membuang mataku, dan keduanya berlalu meninggalkan diriku. Aku masih tetap dalam keadaan terikat, hingga lewatlah seseorang di tempat aku berada dan ia melepaskan ikatanku. Demikianlah kisah yang di alami oleh mata kananku ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Amr Al-Gassani, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Maisarah Al-Minqari, dari Al-Hasan yang telah mengatakan bahwa nama burung hud-hud Nabi Sulaiman adalah 'Anbar.
Muhammad ibnu lshaq mengatakan bahwa apabila Nabi Sulaiman berangkat menuju ke tempat majelisnya dan telah sampai di tempat majelisnya, maka ia memeriksa semua burung. Menurut empunya kisah, setiap harinya Nabi Sulaiman selalu didatangi oleh semua jenis burung (yang memberikan penghormatan kepadanya). Pada suatu hari saat ia memeriksa semua burung, semuanya ada kecuali burung hud-hud. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20) Yakni apakah penglihatanku yang keliru, ataukah memang burung hud-hud absen dan tidak hadir?
*****
Firman Allah Swt.:
{لأعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا}
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras. (An-Naml: 21)
Menurut Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah mencabuti bulunya. Menurut Abdullah ibnu Syaddad, Nabi Sulaiman akan menghukumnya dengan mencabuti bulunya, lalu menjemurnya di terik matahari. Hal yang sama telah dikatakan oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, bahwa Sulaiman a.s. akan mencabuti bulunya, lalu membiarkannya tergeletak hingga dimakan oleh semut kecil dan semut besar.
****
Firman Allah Swt.:
{أَوْ لأذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21)
Yaitu dengan mengemukakan alasan yang dapat diterima.
Sufyan ibnu Uyaynah dan Abdullah ibnu Syaddad mengatakan bahwa ketika hud-hud datang burung lainnya bertanya, "Mengapa kamu terlambat, padahal Sulaiman telah bernazar akan mengalirkan darahmu." Hud-hud bertanya, "Apakah dia menyebutkan pengecualian?" Burung-burung semuanya menjawab, "Ya," seraya menceritakan kepadanya sabda Sulaiman yang disitir oleh firman-Nya: Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21) Hud-hud berkata, "Kalau begitu, selamatlah aku."
Mujahid mengatakan bahwa sesungguhnya yang menyebabkan hud-hud diselamatkan oleh Allah dari siksaan Sulaiman adalah berkat bakti hud-hud kepada induknya.

An-Naml, ayat 22 – 26

{فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22) إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23) وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24) أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (25) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (26) }
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum-mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. Allah tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar.”
Firman Allah Swt.:
{فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ}
Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22)
Yakni setelah menghilang dalam waktu yang tidak lama, lalu datanglah hud-hud seraya berkata kepada Sulaiman:
{أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ}
Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya. (An-Naml: 22)
Artinya, aku telah menyaksikan apa yang tidak disaksikan olehmu dan juga oleh semua tentaramu.
{وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ}
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (An-Naml: 22)
Yakni berita yang benar dan yakin. Saba adalah negeri orang-orang Himyar, mereka adalah raja-raja negeri Yaman di masa silam. Kemudian hud-hud berkata:
{إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ}
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa ibu Ratu Balqis adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis seperti teracak kuda. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan, ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus ribu personel pasukan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi seratus ribu orang pasukan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan ia mempunyai dewan senat yang terdiri dari tiga ratus dua belas orang lelaki, masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan. Kerajaan mereka berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari kota San'a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui.
****
Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
dan dia dianugerahi segala sesuatu. (An-Naml: 23)
Yakni semua perbendaharaan dunia yang diperlukan oleh seorang raja yang berkuasa lagi kuat.
{وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ}
serta mempunyai singgasana yang besar. (An-Naml: 23)
Maksudnya, singgasana tempat duduknya sangat besar dihiasi dengan emas dan berbagai macam batu permata dan mutiara. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, sedangkan bagian permukaannya dihiasi dengan batu yaqut dan zabarjad, panjangnya delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, singgasana Balqis terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, serta mutiara; dan sesungguh­nya yang melayaninya hanyalah wanita, semuanya berjumlah enam ratus orang yang khusus melayaninya.
Ahli sejarah mengatakan bahwa singgasana Ratu Balqis itu berada di dalam sebuah istana yang sangat besar, kokoh bangunannya lagi tinggi dan megah. Di dalam istana itu terdapat tiga ratus enam puluh jendela di sebelah timurnya, dan di sebelah baratnya terdapat pula jumlah jendela yang sama. Bangunan istananya dibangun sedemikian rupa agar sinar matahari setiap harinya masuk dari jendelanya, begitu pula disaat hendak terbenam, lalu mereka bersujud kepada matahari di setiap pagi dan petangnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ}
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah). (An-Naml: 24)
Yaitu dari jalan yang benar.
{فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}
sehingga mereka tidak dapat petunjuk. (An-Naml: 24)
*****
Firman Allah Swt.:
{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ}
dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah. (An-Naml: 24 - 25)
Yakni agar tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu mengikhlaskan bersujud hanya kepada Allah semata, bukan kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya, baik yang berupa bintang maupun yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh firman Allah:
{وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ}
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fussilat: 37)
Sebagian ahli qiraat membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"أَلَا يَا اسْجُدُوا لِلَّهِ"
Ingatlah, hai kaum, bersujudlah kalian kepada Allah. (An-Naml: 25)
Dengan memakai ala istiftahiyyah dan ya nida, sedangkan munada-nya. dibuang yang bentuk lengkapnya ialah: Ya qaum (hai kaum), bersujudlah kalian kepada Allah.
{الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An-Naml: 25)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Allah mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah serta lain-lainnya.
Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa al-khab-u artinya air. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang dimaksud ialah apa yang tersembunyi di langit dan di bumi yang ada kaitannya dengan rezeki makhluk; hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi.
Kalimat ayat ini sesuai dengan perkataan hud-hud yang telah di bekali oleh Allah Swt. naluri yang tajam. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa hud-hud dapat melihat air mengalir di perut bumi.
****
Firman Allah Swt.:
{وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ}
dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. (An-Naml: 25)
Yakni mengetahui semua ucapan dan perbuatan yang disembunyikan dan yang dinyatakan oleh semua hamba-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui friman-Nya:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus, terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ}
Allah, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar. (An-Naml: 26)
Yakni Dialah Allah yang berhak diseru, Yang tiada Tuhan selain Dia yang memiliki 'Arasy yang besar, yang tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya lebih besar daripada 'Arasy-Nya.
Mengingat burung hud-hud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata serta bersujud kepada-Nya, maka burung hud-hud dilarang dibunuh, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ والصُّرَد
Nabi Saw. melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung Surad.
Sanad hadis berpredikat sahih.

An-Naml, ayat 27-31

{قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (27) اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهِ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ (28) قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30) أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31) }
Berkata Sulaiman, "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku, ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” Berkata ia (Balqis) "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Allah Swt. berfirman, menceritakan perkataan Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud setelah hud-hud menceritakan kepadanya perihal penduduk negeri Saba dan raja mereka.
{قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (An-Naml: 27)
Yakni apakah berita darimu ini benar.
{أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 27)
dalam ucapanmu itu yang sengaja kamu kemukakan untuk menyelamat­kan dirimu dari siksaan yang telah kuancamkan terhadap dirimu.
{اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِه إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ}
"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (An-Naml: 28)
Sulaiman a.s. menulis surat, ditujukan kepada Ratu Balqis dan kaumnya, lalu menyerahkannya kepada hud-hud untuk membawanya. Menurut suatu pendapat, surat itu dibawa hud-hud di dalam sayapnya sebagaimana biasanya burung pengantar surat, menurut pendapat yang lain mengatakan dengan paruhnya, hud-hud terbang menuju ke negeri mereka, dan ia hinggap di istana Ratu Balqis, di tempat yang sepi yang biasa dipakai oleh Ratu Balqis kala menyendiri. Lalu hud-hud melemparkan surat itu melalui celah yang ada di istananya, tepat berada di hadapan Ratu Balqis, setelah itu hud-hud menjauh sebagai sikap etika dan sekaligus berjaga-jaga. Ratu Balqis kebingungan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu sehingga membuatnya terpana sejenak. Kemudian ia menuju ke tempat surat itu dijatuhkan, lalu mengambilnya dan membuka laknya serta membacanya. Ternyata yang tertulis di dalamnya adalah seperti berikut:
{إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31)
Maka Ratu Balqis mengumpulkan semua menteri dan pembesar kerajaannya, lalu berkatalah ia kepada mereka.
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ}
Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (An-Naml: 29)
Yakni mulia karena ia telah melihat keajaiban perkara surat itu, sebab burunglah yang mengantarkan surat itu kepadanya, lalu burung tersebut surut mundur darinya sebagai etika terhadap raja. Hal seperti itu tidak akan mampu dilakukan oleh sembarang raja. Kemudian Balqis membacakan surat itu kepada mereka.
{إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31)
Maka mereka mengetahui bahwa surat tersebut berasal dari Nabi Allah Sulaiman a.s. Dan bahwa mereka belum pernah menerima surat seperti itu, memakai gaya bahasa yang berpacamasastra tinggi, ringkas, dan padat, tetapi fasih; karena pengertiannya telah dapat ditangkap hanya dengan sedikit kalimat, tetapi indah.
Para ulama mengatakan bahwa tiada seorang pun yang menulis Bismillahir Rahmanir Rahim sebelum Sulaiman a.s. dalam suratnya.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis di dalam kitab tafsirnya:
قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ الْفَضْلِ أَبُو يَعْلَى الْحَنَّاطُ، حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ صَالِحٍ، [عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ] أَبِي أُمَيَّةَ، عَنِ ابْنِ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنِّي أَعْلَمُ آية لم تَنْزِلْ عَلَى نَبِيٍّ قَبْلِي بَعْدَ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ آيَةٍ؟ قَالَ: "سَأُعلِمُكَهَا قَبْلَ أَنْ أَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ". قَالَ: فَانْتَهَى إِلَى الْبَابِ، فَأَخْرَجَ إِحْدَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: نَسِيَ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ وَقَالَ {إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harun ibnul Fadl Abu Ya'la Al-Khayyat, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf, dari Salamah ibnu Saleh, dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sedang berjalan bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang nabi pun sebelumku setelah Sulaiman ibnu Daud." Saya bertanya, "Wahai Nabi Allah, ayat apakah itu?" Nabi Saw. menjawab, "Aku akan memberitahukannya kepadamu sebelum aku keluar dari masjid."  Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi Saw. langsung menuju ke pintu masjid dan melangkahkan sebelah kakinya ke luar masjid, sehingga perawi menduganya lupa. Ternyata Nabi Saw. berpaling ke arahnya, lalu membaca firman-Nya: Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (An-Naml: 30)
Hadis berpredikat garib dan sanadnya daif (lemah).
Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. dalam suratnya selalu mengawalinya dengan kalimat, "Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah", sebelum ayat ini diturunkan. Setelah ayat ini diturunkan, beliau mengawalinya dengan kalimat "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ".
****
Firman Allah Swt.:
{أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31)
Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, disebutkan bahwa janganlah kamu sekalian membangkang dan bersikap sombong terhadap­ku, tetapi datanglah kalian kepadaku dengan berserah diri. Menurut Ibnu Abbas dalam keadaan menauhidkan Allah, sedangkan menurut lainnya dalam keadaan ikhlas. Sufyan Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan taat (tunduk).

An-Naml, ayat 32-35

{قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ (32) قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ (33) قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (34) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (35) }
Berkata dia (Balqis), "Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).” Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.” Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan hina penduduknya yang mulia; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.
Setelah Balqis membacakan surat Nabi Sulaiman kepada para pembesar kerajaannyavmaka ia meminta saran dari mereka tentang apa yang harus ia lakukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ}
Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). (An-Naml: 32)
Yakni sebelum kalian hadir dan mengemukakan saran dan pendapat kalian kepadaku.
{قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ}
Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan)." (An-Naml: 33)
Mereka menyebutkan kepada ratunya tentang bilangan pasukan mereka dan peralatan senjatanya serta kekuatan mereka, kemudian menyerahkan keputusan mereka kepadanya setelah menjelaskan hal tersebut, seraya mengatakan:
{وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ}
dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan. (An-Naml: 33)
Yaitu tidak ada hambatan bagi kami dan tidak ada keberatan bila engkau berniat akan memeranginya. Sesudah itu segala sesuatunya kami serahkan kepada pendapatmu, kami akan mengerjakan dan menaatinya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka menyerahkan keputusan mereka kepada ratu mereka. Setelah mereka mengemukakan pendapatnya, ratu mereka lebih luas wawasannya daripada mereka dan lebih mengetahui perihal Sulaiman daripada mereka. Bahwa Sulaiman adalah seorang raja yang mempunyai bala tentara yang sangat banyak. Selain itu makhluk jin, manusia, dan semua burung tunduk kepadanya. Ia sendiri telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri melalui surat yang diantarkan oleh burung hud-hud perkara yang sangat menakjubkan dan sangat aneh. Karena itu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku merasa khawatir akan mengalami kekalahan bila memeranginya, lalu ia balik membalas serangan kita dengan bala tentaranya untuk membinasakan kita dan menghancurkan negeri kita." Karena itulah ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا}
Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya. (An-Naml: 34)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa makna yang dimaksud ialah apabila raja-raja memasuki suatu negeri dengan paksa, niscaya mereka akan merusaknya.
{وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً}
dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Balqis berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34) kemudian Allah Swt. berfirman: dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (An-Naml: 34)
Kemudian Balqis mengambil keputusan cenderung kepada perdamaian, gencatan senjata, dan diplomasi. Untuk itu ia mengatakan:
{وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ}
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. (An-Nami: 35)
Yakni aku akan mengirimkan hadiah yang layak untuk raja seperti dia. Dan aku akan menunggu jawabannya sesudah itu, barangkali saja dia menerima hadiahku itu dan membiarkan kita, atau dia akan menetapkan Upeti atas kita yang kita serahkan kepadanya setiap tahunnya, sebagai pegangan buat kita terhadapnya dan dia membiarkan kita serta tidak memerangi kita.
Qatadah mengatakan bahwa alangkah cerdiknya Ratu Balqis di masa ia telah masuk Islam dan juga sewaktu masih musyriknya. Ia mengetahui bahwa hadiah itu dapat melunakkan hati orang. Ibnu Abbas mengatakan, demikian pula yang lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa Balqis mengatakan kepada kaumnya, "Jika Sulaiman mau menerima hadiah kita, berarti dia adalah seorang raja, kalian boleh memeranginya. Dan jika dia menolaknya, berarti dia seorang nabi, maka ikutilah dia oleh kalian."

An-Naml, ayat 36-37

{فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37) }
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian berikan; tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.”
Ulama tafsir Salaf dan lain-lainnya telah menceritakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah yang sangat besar jumlahnya kepada Nabi Sulaiman, berupa sejumlah emas, permata, mutiara, dan lain-lainnya. Sebagian dari ulama tafsir mengatakan bahwa ia mengirimkan hadiah berupa emas-emas batangan. Pendapat yang benar mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah berupa wadah-wadah yang semuanya terbuat dari emas.
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya mengatakan bahwa Balqis mengirimkan pelayan-pelayan wanita yang berpakaian pelayan-pelayan pria, serta pelayan-pelayan pria yang berpakaian wanita. Lalu Ratu Balqis berkata, "Jika Sulaiman mengetahui bahwa yang berpakaian pria adalah pelayan wanita, dan yang berpakaian wanita adalah pelayan pria, berarti dia adalah seorang nabi."
Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada mereka untuk melakukan wudu. Maka pelayan yang wanita menuangkan air ke tangannya, sedangkan pelayan yang pria mencedokkan tangannya ke air. Melalui hal inilah Nabi Sulaiman dapat membedakan mereka.
Menurut pendapat lain, bahkan pelayan yang asalnya wanita terlebih dahulu mencuci bagian dalam tangannya sebelum bagian luarnya, dan dengan pelayan yang asalnya pria sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, pelayan yang wanita mencuci tangannya dari telapak tangan sampai ke sikunya, sedangkan pelayan yang pria mencuci tangannya dari siku ke telapak tangannya. Pada kesimpulannya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Sebagian ulama menceritakan bahwa Balqis mengirimkan kepada Nabi Sulaiman sebuah wadah air agar dipenuhi oleh Nabi Sulaiman dengan air yang bukan berasal dari langit, bukan pula dari bumi. Maka Nabi Sulaiman melarikan kudanya; dan manakala kuda itu berkeringat, lalu dia menampungnya dan memenuhi wadah tersebut dengan keringat kudanya. Balqis pun mengirimkan mutiara serta talinya agar mutiara-mutiara itu diuntaikan dengan tali tersebut, dan semua permintaannya itu dipenuhi oleh Nabi Sulaiman a.s. Hanya Allah-lah yang mengetahui, apakah hal itu benar ataukah tidak, yang jelas kisah-kisah seperti ini bersumber dari kisah Israiliyat.
Pada kesimpulannya Nabi Sulaiman a.s. tidak melirik sedikit pun terhadap hadiah yang mereka bawa dan tidak memperhatikannya, bahkan berpaling darinya. Lalu Nabi Sulaiman a.s. berkata dengan nada yang menyanggah:
{أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ}
Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? (An-Naml: 36)
Yakni apakah kamu membujuk diriku dengan harta ini agar aku membiarkan kalian tetap dalam kemusyrikan kalian dan agar kerajaan kalian tetap lestari?
{فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ}
maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian bawa. (An-Naml: 36)
Yaitu kerajaan, harta, dan bala tentara yang diberikan oleh Allah kepadaku jauh lebih baik daripada apa yang ada pada kalian.
{بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ}
tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. (An-Naml: 36)
Maksudnya, kalianlah orang-orang yang memburu hadiah dan cindera mata, tetapi aku tidak mau menerima kecuali kamu masuk Islam atau perang.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan untuk menyulap seribu istananya menjadi istana emas dan perak. Ketika utusan-utusan Ratu Balqis tiba dan melihat hal tersebut, mereka berkata, "Apakah artinya hadiah kita ini baginya?" Dalam hal ini terkandung dalil yang menunjukkan boleh menghias istana dan kerajaan untuk menyambut kedatangan para delegasi dan para pengunjung.
{ارْجِعْ إِلَيْهِمْ}
Kembalilah kepada mereka. (An-Naml: 37)
dengan membawa kembali hadiah kalian ini.
{فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا}
sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya. (An-Nam 1:37)
Artinya, mereka tidak mempunyai kekuatan yang seimbang untuk melawannya.
{وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا}
dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina. (An-Naml: 37)
Yakni Kami akan mengeluarkan mereka sebenar-benarnya dari negeri mereka dalam keadaan hina.
{أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ}
dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina. (An-Naml: 37)
Yaitu dalam keadaan hina dan terkalahkan.
Setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratu mereka dengan membawa kembali hadiahnya dan pesan-pesan dari Nabi Sulaiman, maka ratu mereka —juga kaumnya— tunduk dan patuh. Lalu ia berangkat bersama bala tentaranya menuju ke negeri Nabi Sulaiman dengan rasa tunduk, menyerah dan menghormati Nabi Sulaiman serta berniat akan mengikuti agama Islam. Ketika Nabi Sulaiman mengetahui kedatangan mereka, gembiralah ia dan sangat senang.

An-Naml, ayat 38-40

{قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (38) قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40) }
Sulaiman berkata, "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?” 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat­Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratunya dengan membawa pesan Nabi Sulaiman, maka ratu mereka berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, aku mengetahui bahwa dia bukanlah seorang raja, dan kita tidak akan mampu melawannya, tiada pula artinya kebesaran kita di hadapannya." Kemudian Ratu Balqis mengirimkan kurirnya untuk memberitahukan kepada Nabi Sulaiman bahwa ia akan datang bersama semua pembesar kaumnya untuk menyaksikan sendiri keadaan Nabi Sulaiman dan agama yang diserukannya. Kemudian Ratu Balqis memerintahkan agar singgasana yang biasa dipakai duduk olehnya diamankan. Singgasananya terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, dan mutiara, lalu disimpan di bagian yang terdalam dari tujuh ruangan yang berlapis-lapis; masing-masing ruangan dikunci pintunya. Dan Balqis berkata kepada petugas yang diserahi tugas untuk menggantikan kedudukannya selama ia pergi, "Jagalah singgasana kerajaanku ini dengan segenap kekuatan dan fasilitas yang ada pada kamu, jangan biarkan seorang manusia pun masuk ke dalamnya dan jangan sekali-kali kamu memperlihatkannya kepada seorang pun sebelum aku datang."
Kemudian berangkatlah Balqis menuju negara Nabi Sulaiman bersama dua belas ribu iring-iringan yang terdiri dari semua raja negeri Yaman; masing-masing iringan terdiri dari ribuan prajurit. Nabi Sulaiman Menugaskan jin-jin untuk memantau perjalanan Ratu Balqis dan melaporkan kepadanya setiap hari dan malamnya. Manakala Ratu Balqis beserta iringannya telah dekat, maka Nabi Sulaiman mengumpulkan semua jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya, lalu ia berkata kepada mereka: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)
Qatadah mengatakan bahwa ketika sampai kepada Nabi Sulaiman bahwa Balqis akan tiba dan telah diceritakan kepadanya perihal singgasana Balqis, maka ia merasa kagum dengan kisahnya. Disebutkan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, kaki-kakinya terbuat dari mutiara dan batu permata, sedangkan penutupnya terbuat dari kain sutra tebal dan kain sutra tipis; dan singgasana itu diletakkan di balik pintu sembilan lapis. Maka Nabi Sulaiman tertarik ingin merampas singgasana itu, tetapi ia tidak suka bila merampasnya, sedangkan pemiliknya telah masuk Islam. Nabi Sulaiman a.s. telah mengetahui bahwa bilamana mereka telah masuk Islam, maka haramlah harta benda dan darah mereka baginya. Untuk itu ia berkata: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, dan Zuhair ibnu Muhammad.
{قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38)
Bila telah demikian, berarti haram bagiku harta benda mereka karena mereka telah masuk Islam.
{قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ}
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata. (An-Naml: 39)
Menurut Mujahid, 'Ifrit artinya jin yang jahat. Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa nama 'Ifrit itu adalah Kauzan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman; dan hal yang sama dikatakan pula oleh Wahb ibnu Munabbih dan Abu Saleh, disebutkan bahwa besarnya 'Ifrit tersebut sama dengan sebuah bukit.
{أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ}
Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepada­mu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39)
Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebelum Nabi Sulaiman bangkit meninggalkan majelisnya. Mujahid mengatakan, dari tempat duduknya. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Sulaiman a.s. biasa duduk di majelisnya untuk melakukan peradilan dan keputusan hukum di antara orang-orang, juga untuk memberi makan mulai dari permulaan siang hari hingga matahari tergelincir.
{وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ}
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. (An-Naml: 39)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa 'Ifrit itu kuat membawanya lagi dapat dipercaya untuk menjaga semua permata yang ada di dalam singgasana itu. Maka Nabi Sulaiman berkata, "Aku menginginkan lebih cepat dari itu."
Dapat disimpulkan bahwa Nabi Sulaiman bermaksud mendatangkan singgasana itu untuk menampakkan kebesaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, yaitu kerajaan dan bala tentara yang ditundukkan untuknya; belum pernah ada seorang pun yang dianugerahi pemberian seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Agar hal tersebut dijadikan sebagai bukti kenabiannya di hadapan Ratu Balqis dan kaumnya. Karena suatu hal yang luar biasa bila singgasananya didatangkan seperti apa adanya (utuh) sebelum mereka datang ke hadapan Sulaiman a.s. Padahal singgasana itu ditaruh di tempat yang terkunci berlapis-lapis dan di bawah pengawalan dan penjagaan yang sangat ketat. Ketika Sulaiman a.s. mengatakan bahwa ia menginginkan yang lebih cepat dari itu,
{قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ}
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. (An-Naml: 40)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama orang itu adalah Asif, sekretaris Nabi Sulaiman. Hal yang sama diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif ibnu Barkhia, dia adalah seorang yang jujur lagi mengetahui Ismul A'zam.
Qatadah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif, seorang yang beriman dari kalangan manusia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa dia adalah seorang manusia. Qatadah menyebutkan keterangan yang lebih lengkap, bahwa orang itu berasal dari Bani Israil. Mujahid mengatakan bahwa nama orang itu adalah Astum. Menurut Qatadah dalam riwayat lain yang bersumber darinya, menyebutkan bahwa nama orang itu adalah Balikha.
Zuhair ibnu Muhammad mengatakan, dia adalah seorang lelaki yang dikenal dengan nama Zun Nur. Abdullah ibnu Lahi'ah menduga bahwa lelaki tersebut adalah Khidir, tetapi pendapatnya ini aneh sekali.
*****
Firman Allah Swt.:
{أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ}
Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (An-Naml: 40)
Orang itu berkata kepada Sulaiman a.s., "Angkatlah pandangan matamu ke atas dan lihatlah sejauh matamu memandang, maka sesungguhnya bila matamu merasa lelah dan berkedip, singgasana itu telah berada di hadapanmu."
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Layangkanlah pandangan matamu sejauh mataku memandang, maka sebelum pandangan matamu mencapai pemandangan yang terjauh, aku telah dapat mendatangkan singgasana itu." Para ulama menyebutkan bahwa Asif meminta kepada Sulaiman a.s. agar memandang ke arah negeri Yaman tempat singgasana itu terdapat, lalu Asif berwudu dan berdoa kepada Allah. Mujahid mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Zal Jalali Wal Ikram," yang artinya "Ya Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan".
Az-Zuhri mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, datangkanlah 'Arasynya kepadaku." Maka seketika itu juga singgasana ('Arasy)nya berada di hadapannya. ,
Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ishaq, Zuhair ibnu Muhammad, dan lain-lainnya mengatakan bahwa setelah berdoa memohon kepada Allah Swt. agar singgasana Balqis didatangkan di hadapannya, saat itu singgasana berada di negeri Yaman, sedangkan Nabi Sulaiman berada di Baitul Maqdis, maka singgasana Balqis hilang dan masuk ke dalam tanah kemudian muncul di hadapan Sulaiman a.s.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, Sulaiman tidak menyadari bahwa singgasana Balqis dalam sekejap mata telah berada di hadapannya. Dan yang membawa ke hadapannya adalah salah seorang dari hamba Allah yang ada di laut. Setelah singgasana Balqis berada di hadapannya dan para pembesar kerajaannya menyaksikan hal itu,
{قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي}
ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku.” (An-Naml: 40)
Yaitu ini adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku.
{أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ}
untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguh­nya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. (An-Naml: 40)
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا}
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fussilat: 46)
{وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلأنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ}
dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar-Rum: 44)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ}
Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. (An-Naml: 40)
Artinya Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya dan juga penyembahan mereka,
{كَرِيمٌ}
lagi Mahamulia. (An-Naml: 40)
Zat Allah Mahamulia, sekalipun tidak ada seseorang yang menyembah-Nya, kebesaran Allah tidak memerlukan kepada seseorang pun dari makhluk-Nya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Musa:
{إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam hadis Qudsi-Nya:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مِلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ [ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا] فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمِنْ وَجَدَ غَيْرَ ذلك فلا يلومن إلا نفسه"
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terkemudian dari kalian; baik manusia maupun jin semuanya bertakwa seperti seseorang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak menambah apa pun di dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terkemudian baik manusia maupun jin semuanya durhaka seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu hanyalah amal perbuatan kalian, Akulah yang menghitung­ hitungnya bagi kalian, kemudian Aku tunaikan bagi kalian pembalasannya. Barang siapa yang menjumpai kebaikan (dalam balasannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali dirinya sendiri.

An-Naml, ayat 41-44

{قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ (41) فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ (42) وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ (43) قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (44) }
Dia berkata, "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya).” Dari ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, "Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan kepadanya, "Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman, "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
Setelah singgasana Balqis didatangkan kepada Nabi Sulaiman sebelum Balqis tiba di hadapannya, maka ia memerintahkan agar singgasana itu dirubah sebagian spesifikasinya (sebagian ciri khasnya) untuk menguji pengetahuan dan kekuatan daya ingatnya saat melihat singgasananya yang telah diubah itu. Apakah dia dapat menebak bahwa itu adalah singgasananya ataukah tidak dapat menebaknya? Untuk itu Nabi Sulaiman berkata:
{نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ}
"Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalinya).”(An-Naml: 41)
Ibnu Abbas mengatakan, Sebagian aksesori singgasana itu dilepas.
Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman a.s. memerintahkan agar apa yang tadinya berwarna merah diubah dengan warna kuning, yang tadinya berwarna kuning diubah menjadi merah, dan yang tadinya berwarna hijau diubah menjadi merah, semua warna diubah dari keadaan semula.
Ikrimah mengatakan bahwa mereka melakukan penambahan dan pengurangan pada singgasana tersebut.
Qatadah mengatakan bahwa yang tadinya diletakkan di bagian atas ditaruh di bawah, dan yang tadinya ditaruh di belakang diletakkan di muka, lalu mereka melakukan sedikit modifikasi penambahan dan pengurangan padanya.
{فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ}
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, “Serupa inikah singgasanamu?” (An-Naml: 42)
Ditampilkan ke hadapan Balqis singgasananya yang telah diubah dan yang telah dimodifikasi dengan sedikit penambahan dan pengurangan. Namun Ratu Balqis berakal cerdik dan teliti. Selain itu orangnya pandai, berwibawa dan tegas. Maka ia tidak berani tergesa-gesa memutuskan bahwa itu adalah singgasananya, mengingat jarak perjalanan yang sangat jauh (antara Yaman dan Baitul Maqdis). Ia tidak berani pula mengatakan bahwa singgasana itu adalah yang lain, mengingat padanya masih banyak terdapat ciri-ciri khas singgasana miliknya yang masih utuh, hanya telah mengalami modifikasi dan perubahan. Maka ia mengatakan:
{كَأَنَّهُ هُوَ}
Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. (An-Naml: 42)
Yakni mirip dengannya dan sangat mendekatinya, Ungkapan ini menunjukkan kecerdikan dan kecermatannya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ}
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42)
Menurut Mujahid, yang mengatakan ini adalah Nabi Sulaiman.
****
Firman Allah Swt.:
{وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ}
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Ini pun merupakan kelanjutan dari perkataan Nabi Sulaiman a.s. menurut pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, serta selain keduanya. Yakni Nabi Sulaiman mengatakan: kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42) Sedangkan Balqis dihalang-halangi untuk menyembah Allah semata oleh: apa yang disembahnya selama ini selain Allah, karena sesungguh­nya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Ini menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Sa'id, dan Hasan; Ibnu Jarir pun mengatakan hal yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa damir yang terkandung di dalam firman-Nya, "Wasaddaha," kembali (merujuk) kepada Sulaiman atau kepada Allah Swt. Yakni Allah atau Nabi Sulaiman mencegahnya untuk menyembah selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Menurut hemat kami, pendapat Mujahid diperkuat oleh firman selanjutnya yang membuktikan bahwa sesungguhnya Balqis baru menampakkan keislamannya hanyalah setelah ia memasuki istana kaca.
****
Firman Allah Swt.:
{قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا}
Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.t (An-Naml: 44)
Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.
Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya, mengingat Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus, betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan (berteracak). Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak, maka sengaja ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut.
Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya.
Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan kainnya dari betisnya, maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami, maka Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.
Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan kepada jin, "Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu." Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana ini," dengan maksud untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya, dan kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya.
Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa ia akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana licin yang terbuat dari kaca.
Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam penyembahan dia terhadap matahari selain dari Allah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu, ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada istananya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca yang warnanya putih bersih seperti air (yakni sangat jernih), lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya, sedangkan burung-burung, jin, dan manusia berada di dalam istana itu mengelilingi­nya.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana ini," untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah daripada istananya. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. (An-Naml: 44) Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka dikatakan kepadanya: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. (An-Naml: 44)
Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis, dan semua orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan mengulangi pertanyaannya, "Celakalah apa yang tadi kamu katakan?" Balqis menjawab, "Saya lupa apa yang tadi saya katakan," lalu Balqis berkata meralat ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An-Naml: 44)
Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.
Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib (aneh).
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari Zaidah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd; ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di atas singgasananya, kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian berangkatlah mereka selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara; turun istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi ternyata ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (An-Naml: 20-21). Azab yang diancamkan oleh Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia akan mencabuti seluruh bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang semisal dengan hadis yang diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) sampai dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini. (An-Naml: 27-28). Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31). Setelah hud-hud melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya, kemudian ia berkata (kepada para pembesar kerajaannya), "Sesungguhnya ini adalah surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya mengatakan, 'Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'.' Para pembesar kerajaannya mengatakan, "Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan." Balqis menjawab, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakan­nya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka (Sulaiman dan para pembesar kerajaannya) suatu hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." Ketika hadiah itu sampai kepada Sulaiman, ia mengatakan, "Apakah kalian layak menolong aku dengan harta? Kembalilah kepada rajamu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami, bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah. Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd. Nabi Sulaiman berkata, "Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan singgasana Balqis ke hadapanku ?" Disebutkan bahwa jarak antara letak singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” (An-Naml: 39) Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai, ia baru bangkit meninggalkannya. Maka jin 'Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Sulaiman menjawab, "Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu." Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka Nabi Sulaiman memandang ke arahnya. Setelah pembicaraan­nya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku. (An-Naml: 40), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman berkata: Ubahlah baginya singgasananya! (An-Naml: 41) Setelah Balqis datang, dikatakan kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.” (An-Naml: 42) Setelah datang di hadapan Sulaiman a.s., maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, "Aku mengingin­kan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit." Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai sesuatu terlebih dahulu meminta saran kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, "Itu mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam sebuah wadah." Maka Nabi Sulaiman memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang warna Allah Swt. Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur bersujud seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu" Maka Allah berfirman, "Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Aku­lah yang memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka." Maka Sulaiman a.s. kembali duduk di atas singgasananya dan bertanya, "Apakah yang engkau katakan tadi?” Balqis menjawab, "Saya tidak meminta kepadamu selain dari air." Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang telah dimintanya. Mereka menjawab, "Balqis tidak meminta kepadamu selain air." Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya; dan jika ia menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita terus-menerus diperbudak olehnya." Kemudian setan-setan itu membuat istana yang licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana." Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya kolam yang besar. Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, "Ini amat buruk, lalu apakah yang dapat melenyapkan bulu-bulu itu?" Mereka menjawab, "Pakai saja pisau cukur." Sulaiman berkata, "Bekas pisau cukur jelek." Maka setan-setan membuat bahan ramuan khusus yang disebut mirah (untuk melenyapkan rambut). Bahan ini mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman.
Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, "Alangkah menariknya kisah ini."
Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali, barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka'b ibnu Malik dan Wahb ibnu Munabbih, semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari berita-berita Bani Israil kepada umat ini; kisah-kisahnya penuh dengan keanehan dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang tidak terjadi karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh.
Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala puji bagi Allah Swt. yang telah mengaruniakannya kepada kita.
*****
Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua bangunan yang tinggi (tower). Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang Fir'aun, la'natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman, pembantunya:
{ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ}
Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (Al-Mu-min: 36), hingga ayat-ayat berikutnya.
As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman. Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin (halus).
{مِنْ قَوَارِيرَ}
terbuat dari kaca. (An-Naml: 44)
Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin, dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal.
Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar yang terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman berupa kebesaran yang dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar. Dan Balqis berserah diri kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي}
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. (An-Naml: 44)
Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain Allah.
{وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 44)
Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.

An-Naml, ayat 45-47

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ (45) قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (46) قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ (47) }
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Samud saudara mereka Saleh (yang berseru), "Sembahlah Allah.” Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan. Dia berkata, "Hai kaumku, mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum (kalian minta) kebaikan? Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat.” Mereka menjawab, "Kami mendapat nasib yang malang karena kamu dan orang-orang yang besertamu.”Saleh berkata, "Nasib kalian ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kalian kaum yang diuji.”
Allah Swt. menceritakan tentang kaum Samud dan kisah mereka bersama nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) saat Nabi Saleh menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ}
Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan. (An-Naml: 45)
Mujahid mengatakan bahwa ada yang mukmin dan ada yang kafir, sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah kalian bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, "Sesungguh­nya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kalian imani.” (Al-A?raf: 75-76)
Adapun firman Allah Swt.:
{قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ}
Dia berkata, "Hai kaumku, mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum (kalian minta) kebaikan?” (An-Naml: 46)
Maksudnya, mengapa kalian meminta agar disegerakan datangnya azab dan mengapa kalian tidak meminta dari Allah akan rahmat-Nya? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَوْلا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ * قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ}
"Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat.'' Mereka menjawab, ‘Kami mendapat nasib yang malang karena kamu, dan orang-orang yang besertamu.” (An-Naml: 46-47)
Yakni kami tidak melihat pada wajahmu dan wajah orang-orang yang mengikutimu suatu kebaikan pun. Mereka adalah orang-orang yang amat celaka, sehingga tidak sekali-kali ada seseorang dari mereka yang tertimpa keburukan, melainkan mengatakan bahwa ini akibat kesialan yang dibawa oleh Saleh dan para pengikutnya.
Mujahid mengatakan, kaum Samud menganggap Nabi Saleh dan para pengikutnya sebagai pembawa kesialan. Yang dimaksud dengan kesialan ini sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam kisah kaum Fir'aun, yaitu:
{فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ}
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami.”Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. (Al-A'raf: 131), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}
Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah.” Dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah.” (An-Nisa: 78)
Yakni berdasarkan ketetapan dan takdir-Nya. Dan firman Allah Swt. yang menceritakan tentang penduduk suatu kota ketika kedatangan utusan-utusan Allah:
{قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ. قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kalian, sesungguhnya jika kalian tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kalian dan kalian pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.” Utusan-utusan itu menjawab, "Kemalangan kalian itu adalah karena kalian sendiri.” (Yasin: 18-­19), hingga akhir ayat.
Dan dalam ayat surat ini disebutkan perkataan mereka melalui firman-Nya:
{اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ}
Kami mendapat nasib yang malang karena kamu dan orang-orang yang besertamu. Saleh berkata, "Nasib kalian ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab). (An-Naml: 47)
Maksudnya Allah-lah yang melakukan hal itu kepada kalian.
بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
tetapi kalian kaum yang diuji. (An-Naml: 47)
Qatadah mengatakan, kalian diuji melalui ketaatan dan kedurhakaan. Makna lahiriah firman-Nya, "Tuftanun" artinya kalian sedang dibinasakan secara berangsur-angsur melalui kesesatan yang kalian kerjakan.

An-Naml, ayat 48-53

{وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ (48) قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (49) وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (50) فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ (51) فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (52) وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (53) }
Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar.” Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa.
Allah Swt. menceritakan kejahatan kaum Samud yang diwakili oleh para pemimpin mereka yang merupakan penggerak kaumnya ke jalan kesesatan dan kekufuran serta mendustakan Saleh. Akhirnya mendorong mereka untuk berani menyembelih unta Nabi Saleh, dan hampir saja mereka akan membunuh Nabi Saleh juga. Mereka merencanakan akan menyerang dia di rumah keluarganya di malam hari, lalu mereka membunuhnya dengan diam-diam, kemudian mereka mengatakan kepada ahli warisnya bahwa mereka tidak mengetahui kejadian tersebut dan tidak terlibat. Maka sesungguhnya keluarga Nabi Saleh akan membenarkan berita yang mereka sampaikan itu. jaahwa mereka tidak mengetahui apa-apa tentang peristiwa pembunuhan itu. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ}
Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48)
Yaitu di kota kaum Samud terdapat sembilan orang laki-laki. Sesungguhnya disebutkan hanya sembilan orang yang mewakili kaum Samud semuanya, karena mereka adalah para pemimpin dan para pembesar kaum Samud.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa merekalah yang menyembelih unta tersebut, yakni merekalah yang menyarankan agar unta itu disembelih —semoga Allah melaknat mereka— dan ternyata usulan mereka itu dilaksanakan.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa nama kesembilan orang tersebut ialah Da'ma, Da'im, Harma, Harim, Da-ab, Sawab, Riyab, Mista', dan Qaddar ibnu Salif, penyembelih unta. Dialah yang melakukan penyembelihan terhadap unta Nabi Saleh dengan tangannya sendiri. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَى فَعَقَرَ}
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan menyembelihnya. (Al-Qamar: 29)
Dan firman Allah Swt.:
{إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا}
ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. (Asy-Syams: 12)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Rabi'ah As-San'ani, bahwa ia pernah mendengar Ata ibnu Abu Rabah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) Bahwa kebiasaan mereka ialah mengurangi kadar mata uang dirham. Hal ini menunjukkan bahwa seakan-akan mereka biasa bermuamalah dengan mata uang dirham dan dinar seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab di masa silam.
Imam Malik telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang telah mengatakan bahwa mengurangi kadar mata uang emas dan perak termasuk perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan lain-lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw. melarang memotong mata uang kaum muslim, yakni mata uang yang berlaku di kalangan mereka terkecuali karena alasan yang diperbolehkan.
Pada garis besarnya orang-orang kafir lagi pendurhaka itu mem­punyai ciri khas yaitu gemar menimbulkan kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam cara yang mereka kuasai. Antara lain ialah melakukan perbuatan, seperti yang telah disebutkan oleh para imam di atas dan perbuatan-perbuatan lainnya yang merusak.
****
Firman Allah Swt.:
{قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ}
Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari.” (An-Naml: 49)
Yakni mereka bersumpah dan berjanji setia di antara mereka untuk membunuh Nabi Saleh a.s. dan orang-orang yang mereka jumpai bersamanya di malam hari dengan sembunyi-sembunyi. Maka Allah membalas tipu daya mereka dan menjadikan mereka sendiri yang terjerumus ke dalam perangkapnya sendiri.
Mujahid mengatakan, mereka bersumpah dan berjanji di antara sesamanya untuk membinasakan Saleh. Tetapi sebelum mereka sampai kepada Nabi Saleh, mereka keburu binasa, demikian pula seluruh kaum mereka.
Qatadah mengatakan bahwa mereka berjanji dengan sesamanya akan menculik Saleh a.s. di malam hari, lalu membunuhnya. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa ketika mereka sedang mengendap-endap menuju ke rumah Nabi Saleh untuk membinasakannya, tiba-tiba Allah mengirimkan batu besar kepada mereka, dan batu besar itu menimpa mereka hingga mati semuanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa merekalah orang-orang yang menyembelih unta tersebut. Setelah menyembelih unta itu mereka berkata di antara sesamanya, "Sungguh kita akan menyerang Saleh beserta keluarganya di malam hari ini, lalu kita bunuh mereka. Sesudah itu kita katakan kepada ahli waris mereka bahwa kita tidak mengetahui apa-apa tentang kejadian tersebut, dan kita sama sekali tidak terlibat di dalamnya." Akhirnya Allah membinasakan mereka semuanya sebelum niat mereka tercapai.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa kesembilan orang itu setelah menyembelih unta Nabi Saleh berkata, "Marilah kita pergi untuk membunuh Saleh. Jika dia benar (seorang nabi), berarti kita men­dahuluinya sebelum kita tertimpa azab. Dan jika dia dusta, berarti kita susulkan dia bersama untanya." Lalu mereka mendatanginya di malam hari di rumah keluarganya. Tetapi sebelum niat mereka tercapai, para malaikat menghujani mereka dengan batu. Setelah teman-teman mereka merasakan bahwa teman mereka yang sembilan orang itu datang terlambat kepada mereka maka mereka mendatangi rumah Nabi Saleh, ternyata mereka menjumpai kesembilan orang itu telah mati dalam keadaan kepalanya pecah semuanya karena tertimpa batu-batuan. Lalu mereka berkata kepada Saleh, "Kamu telah membunuh mereka."
Ketika mereka hendak menyerang Saleh, maka keluarga Saleh a.s. bangkit menghalang-halangi mereka dengan menyandang senjata lengkap untuk membelanya. Lalu mereka berkata kepada kaumnya, "Demi Allah, kalian jangan membunuhnya, dia telah menjanjikan kepada kalian bahwa azab akan datang menimpa kalian dalam tiga hari ini. Jika dia benar, berarti Tuhan sangat murka terhadap kalian. Dan jika dia dusta, maka terserah kalian apa yang hendak kalian lakukan terhadapnya." Maka pada malam itu juga mereka pulang ke rumah masing-masing.
Abdur Rahman ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa setelah mereka menyembelih unta itu, Nabi Saleh berkata kepada mereka: Bersukurlalah kalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65) Mereka mengatakan, "Saleh menduga bahwa dia akan selesai dari kita tiga hari kemudian, padahal kita akan menyelesaikannya beserta keluarganya sebelum tiga hari."
Tersebutlah bahwa Nabi Saleh mempunyai masjid di Al-Hajar yang terletak di salah satu lereng bukit yang ada di sana, dia biasa mengerjakan salatnya di masjid itu. Maka kaumnya keluar menuju ke sebuah gua yang ada di tempat itu di suatu malam, lalu mereka berkata, "Jika dia datang untuk salat, kita bunuh dia, lalu kita pulang seusai membunuhnya dan kita jumpai ahli warisnya, sesudah itu berarti kita telah membereskan mereka semuanya." Tetapi Allah mengirimkan kepada mereka batu besar dari atas bukit tepat di atas mereka. Karena takut akan tertimpa batu besar itu, maka mereka masuk ke dalam gua itu dan batu besar itu menutup pintu gua mereka berada, sehingga kaum mereka sendiri tidak mengetahui di mana mereka berada, juga tidak mengetahui apa yang telah menimpa mereka. Allah mengazab mereka yang sembilan orang itu di dalam gua tersebut, sedangkan kaum yang lainnya di tempat mereka berada, dan Allah menyelamatkan Nabi Saleh beserta para pengikutnya. Kemudian Abdur Rahman ibnu Abu Hatim membacakan firman-Nya:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً}
Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan kosong. (An-Naml: 50-52)
Yakni tidak ada seorang pun di dalamnya karena mati semuanya.
{بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ. وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ}
disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa. (An-Naml: 52-53)

An-Naml, ayat 54-58

{وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ (54) أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (55) فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (56) فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ (57) وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ (58) }
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat-akibat perbuatan kalian).” Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, "Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih.” Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.
Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Lut a.s.; bahwa dia memberikan peringatan kepada kaumnya akan azab Allah yang akan menimpa mereka disebabkan mereka mengerjakan perbuatan yang keji. Perbuatan itu belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun sebelumnya, yaitu menyetubuhi sesama jenisnya bukan kaum wanita. Demikian itu merupakan perbuatan keji yang sangat berat; lelaki dengan lelaki, dan wanita dengan wanita. Untuk itu Lut berkata kepada mereka:
{أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}
Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? (An-Naml: 54)
Yakni sebagian dari kalian menyaksikan sebagian yang lain sedang melakukan perbuatan keji itu di tempat-tempat kalian berkumpul.
{أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}
Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui. (An-Naml: 55)
Yaitu kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu baik dinilai oleh tabiat maupun hukum syara', seperti yang dijelaskan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ * وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ}
"Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas " (As-Syu'ara': 165-166)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, “Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih " (An-Naml: 56)
Maksudnya, mereka enggan mengerjakan apa yang biasa kalian kerjakan dan tidak menyetujui perbuatan kalian ini. Karena itu usirlah Lut dan para pengikutnya dari negeri kalian; sesungguhnya mereka tidak layak untuk bertetangga dengan kalian. Mereka bertekad melakukan hal itu, tetapi Allah keburu membinasakan mereka, juga orang-orang kafir lainnya akan mendapat azab yang serupa.
*****
Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ}
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (An-Naml: 57)
Yakni termasuk orang-orang yang dibinasakan bersama kaumnya, karena istri Nabi Lut mendukung perbuatan mereka dan menyetujui perbuatan mereka yang buruk itu. Istri Nabi Lutlah yang memberitahukan kepada mereka tentang kedatangan tamu-tamu Lut itu dengan tujuan agar mereka mengerjainya. Makna yang dimaksud bukan berarti bahwa istri Nabi Lut mengerjakan perbuatan keji itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi Lut a.s., bukan terhadap istrinya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Dan Kami turunkan hujan atas mereka. (An-Naml: 58)
Yaitu hujan batu dari tanah yang dibakar dengan bertubi-tubi yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. Karena itulah maka disebutkan oleh firman selanjutnya:
{فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ}
maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (An-Naml: 58)
Yakni orang-orang yang telah ditegakkan hujah terhadap mereka dan telah sampai kepada mereka peringatan dari Allah, lalu mereka menentang utusan Allah dan mendustakannya, bahkan bertekad akan mengusirnya dari negeri mereka.

An-Naml, ayat 59

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمْ مَا يُشْرِكُونَ (59)
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia ?”
Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengucapkan:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ}
Segala puji bagi Allah. (An-Naml: 59)
atas segala nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya; nikmat-nikmat-Nya tak terhingga banyaknya dan tidak dapat dihitung. Segala puji bagi Allah atas sifat-sifat-Nya Yang Mahatinggi dan asma-asma-Nya yang terbaik, juga atas salam-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, yaitu para rasul dan para nabi-Nya yang mulia-mulia.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya, bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya adalah para nabi. Makna ayat ini sama dengan firman-Nya:
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ * وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ * وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (As-Saffat: 180-182)
As'-Sauri dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw., semoga Allah meridai mereka semuanya. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Sebenarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat di atas, karena sesungguhnya apabila mereka dikatakan sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih, maka terlebih lagi jika mereka itu adalah para nabi.
Makna yang dimaksud ialah bahwa setelah Allah menceritakan tentang apa yang telah dilakukan-Nya terhadap kekasih-kekasih-Nya —yaitu menyelamatkan mereka, menolong dan mendukung mereka, lalu menimpakan kehinaan azab dan kekalahan terhadap musuh-musuh­Nya—, maka Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang mengikutinya untuk memuji Allah atas semua yang telah dilakukan-Nya. Dan hendaknya mereka memohonkan kesejahteraan buat hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Imarah ibnu Sabih, telah menceritakan kepada kami Talq ibnu Ganam, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnuZahir, dari As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. (An-Naml: 59) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw. yang telah dipilih oleh Allah untuk Nabi-Nya, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.
Firman Allah Swt.:
{آللَّهُ خَيْرٌ أَمْ مَا يُشْرِكُونَ}
Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? (An-Naml: 59)
Istifham atau kata tanya dalam ayat ini mengandung makna protes terhadap orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah sembahan-sembahan lain-Nya.
***************************************************************
Akhir juz 19
***************************************************************
Rev. 04.06.2013

An-Naml, ayat 60

أَمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنزلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ (60)
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa hanya Dialah Yang Menciptakan, Yang Memberi Rezeki, dan Yang Mengatur, bukan selain Dia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ}
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi. (An-Naml: 60)
Yakni yang menciptakan semua langit yang sangat tinggi lagi sangat jernih itu dan segala sesuatu yang ada padanya berupa bintang-bintang yang bercahaya, bintang-bintang yang berkilauan, dan semua benda angkasa lainnya. Dia pulalah yang menciptakan bumi ini dan segala sesuatu yang ada padanya berupa gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah, tanah-tanah yang terjal, padang sahara, tanah-tanah yang tandus, semua tanaman dan pepohonan, semua buah-buahan, lautan serta semua hewan dengan berbagai macam jenis, bentuk dan warnanya, juga makhluk lainnya.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَأَنزلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً}
dan yang menurunkan air untukmu dari langit. (An-Naml: 60)
Artinya Allah menjadikannya sebagai penyebab rezeki bagi hamba-hamba-Nya.
{فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ}

lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah. (An-Naml: 60)
Yaitu kebun-kebun yang indah pemandangan dan bentuknya.
{مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا}
yang kamu sekalian tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. (An-Naml: 60)
Kalian tidak mampu menumbuhkan pohon-pohon, dan sesungguhnya yang mampu menumbuhkannya hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi rezeki. Hanya Dialah yang dapat melakukannya, bukan selain-Nya. Hal ini diakui pula oleh orang-orang musyrik, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain menceritakan jawaban mereka:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah'." (Az-Zukhruf: 87).
Dan firman Allah Swt.:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah". (Al-'Ankabut: 63)
Dengan kata lain, orang-orang musyrik pun mengakui bahwa hanya Allah sematalah yang melakukan itu semuanya, tiada sekutu bagi-Nya, namun mereka menyembah selain Allah bersama-Nya, padahal mereka mengakui bahwa selain-Nya itu tidak dapat menciptakan dan tidak dapat pula memberi rezeki. Karena sesungguhnya yang berhak disembah hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi rezeki. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 60)
Yakni apakah ada tuhan lain yang disembah selain Allah? Padahal telah jelas bagi kalian dan juga bagi setiap orang yang berakal, bahwa hanya Allah­lah Yang Menciptakan dan Yang Memberi rezeki (yang patut disembah).
Di antara mufassirin ada yang mengatakan bahwa makna firman-Nya: Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 60) Yang menciptakan semuanya ini.
Pengertian pendapat ini ada kaitannya dengan makna yang pertama, karena hipotesis jawaban mereka ialah bahwa tiada seorang pun yang melakukan ini bersama-Nya, bahkan Dia sendirilah yang melakukannya. Lalu dikatakan kepada mereka, "Mengapa kalian menyembah selain Dia bersama-Nya, padahal hanya Dialah Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki dan Yang Mengatur semuanya?" Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ}
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? (An-Nahl: 17)
Lafaz amman dalam ayat-ayat ini semuanya mengandung takwil, 'Apakah Tuhan yang mengerjakan semuanya ini sama dengan yang tidak dapat mengerjakan sesuatu pun darinya?". Demikianlah makna konteks secara keseluruhan, sekalipun sebagian darinya tidak disebutkan, mengingat ada indikasi kuat yang menunjuk ke arah tersebut. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat sebelumnya:
{آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ}
Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? (An-Naml: 59)
Kemudian dalam akhir ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:
{بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ}
Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (An-Naml: 60)
Yaitu mereka menjadikan bagi Allah tandingan dan persamaannya.
Istifham atau kata tanya yang mempunyai pengertian sama dengan ayat ini disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ}
(Apakah kalian, hai orang-orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9)
Maksudnya, apakah orang yang berperilaku seperti ini sama dengan orang yang tidak berperilaku demikian? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}
Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)
Dan firman Allah Swt.:
{أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesalan yang nyata. (Az-Zumar: 22)
{أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ}
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? (Ar-Ra'd: 33)
Apakah Tuhan Yang Menyaksikan semua perbuatan makhluk-Nya, semua gerakan dan diam mereka, lagi mengetahui semua yang gaib —baik yang besar maupun yang terkecilnya— sama dengan yang tidak mengetahui, tidak mendengar dan tidak melihat, yakni berhala-berhala yang mereka sembah-sembah selain Allah itu? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ قُلْ سَمُّوهُمْ}
Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah, "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu!". (Ar-Ra'd: 33)
Demikian pula ayat-ayat ini semuanya mengandung makna yang sama, yakni perbandingan.

An-Naml, ayat 61

{أَمْ مَنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61) }
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا}
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam. (An-Naml: 61)
Yakni tempat menetap yang kokoh, tenang, tidak bergerak serta tidak bergoyang mengguncangkan penduduknya, tidak pula menggetarkan mereka. Karena sesungguhnya andaikata bumi selalu berguncang dan bergetar, tentulah tidak akan enak hidup di bumi dan tidak layak untuk kehidupan. Bahkan tidaklah demikian Allah menjadikan bumi sebagai karunia dan rahmat-Nya menghampar lagi tetap, tidak bergetar dan tidak bergerak. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً}
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap. (Al-Mu-min: 64)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا}
dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya. (An-Naml: 61)
Yaitu Dialah yang menjadikan sungai-sungai di bumi yang airnya tawar lagi baik, sungai-sungai itu membelah di celah-celahnya, lalu mengalirkannya di bumi, ada yang besar dan yang kecil; ada yang ke timur dan yang ke barat; dan ada yang ke selatan atau ada yang ke utara, sesuai dengan kemaslahatan hamba-hamba-Nya di berbagai belahan bumi, karena Allah telah menyebarkan mereka di muka bumi dan memudahkan bagi mereka jalan rezekinya menurut apa yang mereka perlukan.
{وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ}
dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya. (An-Naml: 61)
Yakni gunung-gunung yang tinggi-tinggi, mengokohkan bumi dan menetapkannya agar tidak mengguncangkan kalian.
{وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا}
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut. (An-Naml: 61)
Maksudnya, menjadikan suatu pemisah antara air tawar dan air asin, yang mencegah keduanya bercampur agar yang ini tidak tercemari oleh yang itu, begitu pula sebaliknya (seperti di muara sungai Pent.). Sesungguhnya hikmah Allah (sunnatullah)-lah yang menetapkan agar masing-masing dari kedua jenis air itu tetap pada fungsinya. Menurut istilah Al-Qur'an, laut yang berasa manis airnya (yakni tawar) adalah sungai-sungai yang mengalir di berbagai daerah yang diduduki oleh manusia. Fungsi dan kegunaan air tersebut berasa tawar agar dapat dijadikan sebagai air minum bagi makhluk hidup, juga sebagai pengairan buat tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang berbuah dan pohon-pohon lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan laut yang berasa asin airnya ialah lautan yang mengelilingi berbagai benua dari segala penjuru. Airnya diciptakan berasa asin agar tidak mencemari udara dengan baunya seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا}
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan)  yang ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53)
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 61) Yaitu yang menjadikan itu semua, menurut pendapat yang pertama Menurut pendapat yang kedua yakni yang patut disembah. Kedua pendapat itu benar, masing-masingnya saling berkaitan dengan yang lain.
{بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Bahkan (sebenarnya) sebagian besar dari mereka tidak mengetahui (An-Naml: 61)
Karena mereka menyembah selain-Nya.

An-Naml, ayat 62

{أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ (62) }
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilang­kan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingatnya).
Allah Swt. mengingatkan bahwa hanya Dialah yang diseru di saat manusia tertimpa musibah, dan Dialah yang dimohon pertolongan-Nya di saat malapetaka turun menimpa, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra': 67)
{ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ}
dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 53)
Artinya tiada seorang pun yang dimintai pertolongan oleh orang yang tertimpa bahaya selain Dia. Tiada pula yang dapat melenyapkan bahaya dari orang yang tertimpa bahaya kecuali hanya Dia semata.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا وُهَيْب، حَدَّثَنَا خَالِدٌ الحَذّاء، عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ الهُجَيْمي، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَلْهُجَيْمٍ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِلَامَ تَدْعُو؟ قَالَ: "أَدْعُو إِلَى اللَّهِ وَحْدَهُ، الَّذِي إِنْ مَسّك ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَ عَنْكَ، وَالَّذِي إِنْ أضْلَلْت بِأَرْضٍ قَفْر فدعوتَه رَدّ عَلَيْكَ، وَالَّذِي إِنْ أَصَابَتْكَ سَنة فدعوتَه أنبتَ لَكَ". قَالَ: قُلْتُ: أَوْصِنِي. قَالَ: "لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا، وَلَا تَزْهَدنّ فِي الْمَعْرُوفِ، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهَكَ، وَلَوْ أَنْ تُفرغَ مِنْ دَلوك فِي إِنَاءِ المستقي، وَاتَّزِرْ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ. وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ الْمَخِيلَةِ، [وَإِنَّ اللَّهَ -تَبَارَكَ تَعَالَى -لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ]
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari seorang lelaki dan kalangan Bani Balhajim yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, kepada siapakah engkau mendoa?" Rasulullah Saw. menjawab: Aku berdoa kepada Allah semata Yang jika kamu tertimpa bahaya lalu kamu berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan melenyapkannya darimu; dan Dialah Yang jika kamu tersesat di padang sahara, lalu kamu berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia menunjukkan kepadamu jalan pulang; dan Dialah Yang jika kamu tertimpa paceklik, lalu kamu berdoa (memohon pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia akan menjadikan daerahmu subur. Lalu ia berkata, "Kalau begitu, berilah saya petunjuk." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang, dan jangan sekali-kali pula kamu kikir berbuat kebaikan, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa setimba air yang kamu tuangkan dari embermu kepada orang yang meminta air. Dan pakailah kain sebatas pertengahan betismu; jika kamu tidak mau, maka boleh sampai ke mata kaki. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu sampai ke tanah, karena perbuatan ini termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang bersifat sombong.
Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan menyebutkan nama sahabat yang menghubungkannya langsung kepada Rasulullah Saw.
Untuk itu Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ الهُجَيْمي عَنْ أَبِي تَميمَةَ الهُجَيْمي، عَنْ جَابِرِ بْنِ سُلَيم الهُجَيمي قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُحْتَبٍ بِشَمْلَة، وَقَدْ وَقَعَ هُدْبها عَلَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ -أَوْ: رَسُولُ اللَّهِ؟ -فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى نَفْسِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ، وفِيَّ جَفَاؤُهُمْ، فَأَوْصِنِي. فَقَالَ: "لَا تحقرَنّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ مُنْبَسط، وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَقِي، وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمك بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تَشْتِمْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ، فَإِنَّهُ يَكُونُ لَكَ أَجْرُهُ وَعَلَيْهِ وزْرُه. وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ المَخيلَة، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ، وَلَا تَسُبَّنّ أَحَدًا". قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ أَحَدًا، وَلَا شَاةً وَلَا بَعِيرًا
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidah Al-Hujaimi, dari ayahnya, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari Jabir ibnu Salim Al-Hujaimi yang mencerita­kan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dengan menyandang selimut menutupi tubuhnya, sedangkan ujung kain selimut itu menyentuh kedua telapak kakinya, lalu ia bertanya, "Siapakah di antara kamu yang bernama Muhammad?" Maka Rasulullah Saw. berisyarat menunjuk ke arah dirinya, dan ia bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berasal dari daerah pedalaman, dan di kalangan kami banyak orang yang berwatak kasar, maka berilah saya pelajaran." Rasulullah Saw. bersabda: Jangat, sekali-kali kamu meremehkan kebaikan barang sedikit pun, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa air yang kamu tuangkan dari timbamu ke dalam wadah orang yang meminta minum. Dan jika ada seseorang mencacimu dengan kekurangan yang diketahuinya ada pada dirimu, maka janganlah kamu balas mencacinya dengan kekurangan yang kamu ketahui ada pada dirinya. Maka sesungguhnya kamu akan beroleh pahala, sedangkan dia akan beroleh dosa. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu ke tanah, karena sesungguhnya perbuatan itu termasuk ke­sombongan, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang bersifat sombong. Dan jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang. Ia mengatakan sejak saat itu ia tidak berani lagi mencaci seorang pun, bahkan kambing dan untanya pun tidak berani ia caci.
Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur, dan di antaranya ada jalur yang kuat ada pada keduanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Nuh, dari Umar ibnul Hajj'aj dari Ubaidillah ibnu Abu Saleh yang mengatakan bahwa Tawus datang kepadanya untuk menjenguk dirinya. Lalu ia berkata kepada Tawus, "Hai Abu Abdur Rahman, doakanlah kepada Allah untukku." Tawus menjawab, "Berdoalah untuk dirimu sendiri, karena sesungguhnya Dia memperkenankan doa orang yang sedang tertimpa musibah."
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa di dalam kitab-kitab terdahulu ia menjumpai firman Allah Swt. yang menyebutkan, "Demi Keagungan-Ku, sesungguhnya barang siapa yang berlindung kepada­Ku, maka seandainya seluruh langit dan para penghuninya —juga seluruh bumi beserta penghuninya— berbuat makar (tipu daya) terhadap dirinya sesungguhnya Aku akan membuatkan baginya jalan selamat dari makar itu. Barang siapa yang tidak berlindung (meminta pertolongan) kepada­Ku, sesungguhnya Aku akan mengguncangkan tanah yang ada di bawah telapak kakinya lalu Aku lemparkan dia ke udara dan menyerahkan dia kepada dirinya."
Al-Hafiz ibnu Asakir dalam biografi seorang lelaki yang menjadi guru Abu Bakar Muhammad ibnu Daud Ad-Dainuri yang dikenal dengan nama Ad-Duqqi seorang sufi. Muhammad ibnu Daud menceritakan bahwa lelaki itu pernah menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani. Dan di suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa; dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi. Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, "Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas." Ia berkata, "Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?" Lelaki itu berkata, "Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita." Akhirnya kami terpaksa menempuhnya dan sampailah kami di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat. Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), "Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun." Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku. Lalu saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya, "Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh)." Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu." Aku pertakuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku), tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, "Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk salat dua rakaat." Ia menjawab, "Segeralah kamu lakukan." Aku berdiri dan melakukan salat, tetapi Al-Qur'an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan "Cepat sedikit." Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilang­kan kesusahan. (An-Naml: 62). Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu. Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau ini?" Penunggang kuda menjawab, "Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya". Lalu aku mengambil hewan begalku berikut semua muatannya dan pulang dengan selamat.
Di dalam biografi Fatimah binti Hasan alias Umrau Ahmad Al-Ajaliyyah disebutkan, ia telah menceritakan bahwa pada suatu hari orang-orang kafir berhasil memukul mundur pasukan kaum muslim dalam suatu peperangan. Maka berhentilah seekor kuda yang baik bersama pengendaranya, pengendaranya adalah salah seorang hartawan dan termasuk orang yang baik-baik. Si empunya kuda mengatakan, "Celakalah kamu. Mengapa kamu, sesungguhnya aku persiapkan kamu hanyalah untuk menghadapi hari seperti ini?" Ternyata si kuda dapat menjawab, "Bagaimana aku tidak mogok, sedangkan kamu sendiri menyerahkan makananku kepada para perawat kuda, lalu mereka berbuat aniaya terhadapku, mereka tidak memberiku makan kecuali hanya sedikit." Si empunya kuda berkata seraya berjanji, "Sesudah hari ini aku berjanji dengan nama Allah, bahwa aku tidak akan memberimu makan kecuali di dalam ruang makanku (yakni bersamanya)." Maka dengan serta merta kuda itu kabur dengan cepat membawa lari empunya yang mengendarainya, sehingga ia selamat. Sejak saat itu si empunya tidak lagi memberinya makan kecuali di dalam ruang makannya (yakni bersama-sama dengan dia). Kejadian yang dialaminya itu tenar di kalangan banyak orang sehingga banyak orang yang datang berkunjung kepadanya untuk mendengar langsung kisah tersebut, sehingga kisahnya sampai ke telinga Raja Romawi. Maka ia berkata, "Suatu negeri yang terdapat lelaki seperti dia tidak akan mengalami kekalahan." Maka Raja Romawi membuat suatu tipu muslihat untuk membawa lelaki itu ke negerinya. Untuk itu ia mengirimkan seorang lelaki yang telah murtad dari Islamnya dan telah bergabung bersamanya. Ketika lelaki murtad itu sampai di tempat lelaki tersebut, ia menampakkan bahwa dirinya telah bertekad untuk masuk Islam kembali dan tidak akan kafir lagi. Ia berpura-pura benar dalam Islamnya sehingga beroleh kepercayaan dari lelaki yang diawasinya itu. Pada suatu hari keduanya berjalan-jalan di tepi pantai, sedangkan lelaki murtad itu telah berjanji dengan seseorang dari pihak Raja Romawi untuk membantunya guna menangkap lelaki tersebut. Setelah keduanya berhasil mengikatnya dan membuatnya tak berdaya, lelaki yang ditangkapnya itu menengadahkan pandangannya ke langit seraya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya keduanya telah menipu saya, maka tolonglah saya dari keduanya menurut apa yang Engkau kehendaki." Maka pada saat itu juga muncullah dua ekor binatang buas, lalu kedua binatang buas itu menerkam kedua orang tersebut dan membawa pergi keduanya, sedangkan lelaki itu pulang ke rumahnya dengan selamat.
*****
Firman Allah Swt:
{وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ}
dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62)
Yaitu untuk mengganti generasi yang telah berlalu sebelum mereka, dan menjadi generasi pengganti mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ مَا يَشَاءُ كَمَا أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ}
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (Al-An'am: 133)
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Al-An'am: 165)
{وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً}
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (Al-Baqarah: 30)
Yakni suatu kaum yang sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain yang telah tiada, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal yang sama telah diungkapkan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:
{وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ}
dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62)
Yaitu suatu umat sesudah umat yang lain dan suatu generasi sesudah generasi yang lain, dan suatu kaum sesudah kaum yang lain. Seandainya Allah menghendaki, bisa saja Dia menjadikan mereka semua dalam waktu yang sama, dan tidak menjadikan sebagian dari mereka sebagai keturunan dari sebagian yang lain. Bahkan seandainya Dia menghendaki, tentulah Dia menciptakan mereka semuanya sekaligus sebagaimana Dia menciptakan Adam dari tanah. Dan seandainya Allah menghendaki, Dia dapat menjadikan sebagian dari mereka keturunan sebagian yang lain, tetapi tidak mematikan seorang pun dari mereka agar kematian mereka bersamaan sekaligus; dan tentulah bumi ini akan penuh sesak dengan mereka, sebagaimana penghidupan dan mata pencaharian mereka akan menjadi sempit pula; sebagian dari mereka membahayakan sebagian yang lainnya.
Akan tetapi, hikmah dan takdir Allah telah menetapkan penciptaan mereka dari satu diri, kemudian membuat mereka banyak dalam jumlah yang tak terhitung, lalu menyebarkan mereka di bumi ini dan menjadikan mereka generasi demi generasi dan umat demi umat, sehingga masa keberadaan mereka habis —begitu pula semua makhluk lainnya— sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dan sebagaimana yang telah dihitung dan dijumlahkan secermat-cermatnya oleh-Nya. Kemudian Allah menjadikan hari kiamat, lalu setiap orang yang beramal ditunaikan balasan amal perbuatannya, bila hari kiamat telah terjadi. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ}
Amat sedikitlah kamu mengingatnya. (An-Naml: 62)
An-Naml, ayat 63
{أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63) }
atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
Firman Allah Swt.:
{أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daraian dan lautan. (An-Naml: 63)
Yakni melalui apa yang diciptakan-Nya di langit berupa bintang-bintang dan di bumi berupa bukit-bukit, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ}
dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bmtang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. (An-Nahl: 16)
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am; 97), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ}
dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? (An-Naml: 63) Yaitu sebelum kedatangan hujan yang akan diturunkan oleh Allah Swt buat hamba-hamba-Nya yang sedang berada dalam kekeringan hina lagi putus harapan. '
{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya) (An-Naml: 63)

An-Naml, ayat 64

{أَمَّنْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64) }
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dan permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah, "Unjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu memang orang-orang yang benar.” (An-Naml: 64)
Dialah Allah yang dengan kekuasaan dan kemampuan-Nya memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya lagi, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ}
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang Menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 12-13)
Dan firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27)
Adapun Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi. (An-Naml: 64)
Yakni melalui hujan yang Dia turunkan dari langit, lalu menumbuhkan keberkatan yang terkandung di dalam bumi. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ. وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ}
Dan langit yang mengandung hujan dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (At-Tariq: 11-12).
{يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا}
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. (Al-Hadid: 4)
Allah Swt. menurunkan hujan dari langit yang mengandung berkah, lalu air hujan itu meresap ke dalam tanah, kemudian dari dalam tanah keluarlah berbagai macam tanaman dan pepohonan serta bunga-bungaan dan lain-lainnya yang mempunyai warna beraneka ragam.
{كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى}
Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. (Taha: 54)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 64)
Yakni yang melakukan itu semua. Menurut pendapat lain, yang wajib disembah sesudah semuanya itu?
{قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ}
Katakanlah, "Unjukkanlah bukti kebenaranmu.” (An-Naml: 64)
untuk membenarkan keabsahan dari apa yang kalian dakwakan itu,bahwa ada tuhan lain yang disembah selain Dia?
{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
"Jika kamu memang orang-orang yang benar.” (An-Naml: 64)
dalam pengakuanmu itu, dan telah diketahui bahwa mereka tidak mempunyai alasan ataupun bukti yang membenarkan perbuatan mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al-Mu-minun: 117)

An-Naml, ayat 65-66

{قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (65) بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ (66) }
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah, "dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta darinya.
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk memberitahukan kepada semua makhluk, bahwa sesungguhnya tiada seorang pun —baik yang di langit maupun yang di bumi— mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt.
Kalimat Illallah (kecuali hanya Allah) merupakan istisna munqati', yang maksudnya ialah bahwa tiada seorang pun yang mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ} الْآيَةَ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.
{إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ}
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34), hingga akhir surat.
Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini cukup banyak.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ}
dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65)
Artinya, tiada seorang pun yang ada di langit maupun yang ada di bumi mengetahui waktunya hari kiamat. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ثَقُلَتْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)
Yakni amat berat pengetahuan hari kiamat itu bagi penduduk langit dan bumi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa barang siapa yang menduga bahwa dia (Nabi Saw.) mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka sesungguhnya dia telah berdusta besar terhadap Allah, karena Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
Qatadah telah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menjadikan bintang-bintang ini untuk tiga kegunaan; Allah menjadikannya sebagai perhiasan langit, dan menjadikannya sebagai tanda yang bisa dipakai untuk penunjuk arah, dan menjadikannya sebagai alat perajam setan-setan. Maka barang siapa yang menganggap selain dari itu, berarti dia mengatakan sesuatu yang tidak ada sandarannya melainkan hanya pendapat sendiri; dia keliru besar dan menyia-nyiakan waktunya serta memaksakan diri terhadap apa yang tidak ada pengetahuan baginya tentang hal itu. Dan sesungguhnya ada sebagian orang yang bodoh tentang urusan Allah, mereka membuat-buat ilmu tenung melalui bintang-bintang ini dengan mengatakan bahwa barang siapa yang turun istirahat di malam hari dengan bintang anu, maka akibatnya akan anu; barang siapa yang bepergian dengan bintang anu, maka akan anu; dan barang siapa yang dilahirkan dengan bintang anu, maka anu. Demi usiaku, tiada suatu bintang pun melainkan ada yang lahir di waktunya orang yang berkulit merah, hitam, berperawakan pendek, berperawakan jangkung; dan ada yang tampan rupa, ada pula yang buruk rupa. Lalu apakah kaitannya perbintangan ini dan hewan serta burung tersebut dengan sesuatu dari ilmu gaib? Allah telah memutuskan bahwa tiada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Dia, dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan?
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah secara harfiyah. Pendapat ini merupakan pendapat yang benar, kuat, lagi berbobot.
*****
Firman Allah Swt.:
{بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا}
Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (Al-Naml: 66)
Artinya, pengetahuan mereka tidak mampu dan lemah untuk mengetahui waktu terjadinya hari kiamat.
Sebagian ulama ada yang membacanya "بَلْ أَدْرَكَ عِلْمُهُمْ", yang artinya "pengetahuan mereka sama tidak tahunya mengenai hal tersebut".
Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, bahwa Rasulullah Saw. dalam jawabannya terhadap Malaikat Jibril yang menanyakan kepadanya tentang waktu hari kiamat mengatakan:
مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Tiadalah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.
Yakni keduanya sama-sama tidak mengetahui kapan hari kiamat terjadi, baik orang yang ditanya maupun si penanyanya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yaitu tidak dapat menjangkau, karena perkara terjadinya hari kiamat adalah hal yang gaib.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Karena ketidaktahuan mereka terhadap Tuhannya, maka pengetahuan mereka tidak dapat menembus tentang hari akhirat (kiamat); ini merupakan pendapat yang lain.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yakni di saat pengetahuan tidak ada manfaatnya lagi.
Hal yang sama dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dan As-Saddi, bahwa pengetahuan mereka baru dapat terbuka kelak pada hari kiamat di saat tidak ada manfaatnya lagi bagi mereka hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38 )
Sufyan telah meriwayatkan dari Amr ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, bahwa ia pernah membaca firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Lalu ia mengatakan bahwa pengetahuan mereka di dunia pudar ketika mereka menyaksikan hari akhirat (kiamat).
*****
Firman Allah Swt.:
{بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا}
malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66)
Damir ini kembali kepada isim jenis, yang dimaksud ialah orang-orang kafir, sama seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا}
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian. (Al-Kahfi: 48)
Yaitu orang-orang yang kafir dari kalangan kalian. Hal yang sama disebutkan pula dalam ayat ini: malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66) Mereka meragukan keberadaan dan kejadiannya.
{بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ}
lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya. (An-Naml: 66)
Yakni dalam kebutaan dan ketidaktahuan yang parah tentang hari kiamat dan keadaannya.

An-Naml, ayat 67-70

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (67) لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (68) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (69) وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (70) }
Berkatalah orang-orang kafir, "Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)? Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala.” Katakanlah, "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”
Allah Swt. menceritakan tentang orang-orang musyrik yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, bahwa mereka menganggap mustahil tubuh-tubuh ini dibangkitkan kembali sesudah menjadi tulang belulang yang telah hancur. Kemudian mereka mengatakan:
{لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ}
Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu. (An-Naml: 68)
Yakni kami masih mendengar ancaman ini dan juga bapak-bapak kami, tetapi kami tidak pernah melihat kenyataannya dan tidak pula kejadiannya. Ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala. (An-Naml: 68)
Yaitu peringatan dan ancaman yang mengatakan bahwa tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali sesudah matinya, tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala, yang diambil oleh suatu kaum dari orang-orang yang sebelum mereka melalui kitab-kitab mereka; sebagian dari mereka menerimanya dari sebagian yang lain, padahal tidak ada kenyataannya.
Allah Swt. menjawab dugaan mereka yang kafir dan tidak percaya kepada hari berbangkit:
{قُلْ}
Katakanlah. (An-Naml: 69)
hai Muhammad, kepada mereka itu.
{سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ}
Berjalanlah kalian (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. (An-Naml: 69)
Yang mendustakan para rasul dan mendustakan berita adanya hari berbangkit yang disampaikan oleh para rasul dan berita-berita lainnya. Maka perhatikanlah apa yang telah menimpa mereka dari azab Allah dan pembalasan-Nya, dan Allah menyelamatkan di antara mereka utusan-utusan-Nya serta para pengikut mereka yang beriman. Hal tersebut menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh para rasul itu. Kemudian Allah Swt. berfirman menghibur hati Nabi-Nya:
{وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ}
Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka. (An-Naml: 70)
Yakni terhadap orang-orang yang mendustakan apa yang engkau sampaikan, dan janganlah kamu menyesali perbuatan mereka, serta jangan biarkan dirimu kecewa karena sikap mereka.
{وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ}
dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (An-Naml: 70)
Untuk menjerumuskanmu dan menyanggah apa yang engkau sampaikan kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mendukungmu, menolongmu, dan memenangkanmu atas orang-orang yang menentang apa yang kamu bawa, baik di timur maupun di barat.

An-Naml, ayat 71-75

{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (71) قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ (72) وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ (73) وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (74) وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (75) }
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar.” Katakanlah, "Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu.”Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. Tiada sesuatu pun yang gaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik yang meminta agar kiamat disegerakan, padahal mereka menganggap mustahil terjadinya hari kiamat itu.
{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar.” (An-Naml: 71)
Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:
{قُلْ}
Katakanlah. (An-Naml: 72)
hai Muhammad, kepada mereka.
{عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ}
Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu. (An-Naml: 72)
Menurut Ibnu Abbas, makna radifa ialah sudah dekat, atau dekat bagi kalian azab yang kalian minta supaya disegerakan itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan As-Saddi.
Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا}
dan mereka berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (Al-Isra: 51)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}
Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54)
Dan sesungguhnya huruf lam masuk ke dalam lafaz radifa lakum, karena mengandung makna 'ajila lakum, yakni disegerakan kepada kalian. Seperti yang dikatakan oleh suatu riwayat yang bersumber dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mungkin telah hampir datang kepadamu. (An-Naml: 72) Yakni disegerakan terhadap kalian.
*****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia. (An-Naml: 73)
Allah tetap melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka, sekalipun mereka berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri; dan selain dari itu mereka tidak bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat tersebut, terkecuali hanya sedikit orang dari kalangan mereka.
{وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ}
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. (An-Naml: 74)
Sama dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu. (Ar-Ra'd: 10)
{يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}
Dia mengetahui rahasia dan yang tersembunyi. (Taha: 7)
Dan firman Allah Swt.:
{أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ}
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. (Hud: 5)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi, dan bahwa sesungguhnya Dia mengetahui alam gaib dan alam nyata; Yang dimaksud dengan alam gaib ialah yang tidak tampak oleh hamba-hamba Allah dan mereka tidak dapat menyaksikannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ}
Tidak ada sesuatu pun yang gaib. (An-Naml: 75)
Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah tiada sesuatu pun.
{فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (An-Naml: 75)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al-Hajj: 70)

An-Naml, ayat 76-81

{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (76) } وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (77) إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ (78) فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (79) إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (80) وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ (81)
Sesungguhnya Al-Qur’an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesalan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kitab-Nya yang mulia, dan hidayah, penjelasan serta pembeda antara hak dan batil yang terkandung di dalamnya, bahwasanya Al-Qur'an menceritakan kepada kaum Bani Israil (yaitu pemegang kitab Taurat dan kitab Injil):
{أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. (An-Naml: 76)
Seperti pertentangan mereka tentang Isa dan perselisihan mereka mengenai dirinya; orang-orang Yahudi membuat-buat berita bohong terhadapnya, sedangkan orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam menilainya. Maka datanglah Al-Qur'an dengan membawa pendapat yang pertengahan, hak, lagi adil, bahwa Isa adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah, dan merupakan salah seorang dari rasul dan nabi-Nya yang mulia, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
{ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ}
Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (Maryam: 34)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 77)
Yakni petunjuk bagi hati yang beriman kepadanya dan sebagai rahmat bagi mereka yang beriman kepadanya dalam pengamalannya.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ}
Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka (An-Naml: 78)
Yaitu kelak di hari kiamat.
{بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ}
dengan keputusan-Nya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 78)
semua perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya.
{فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ}
Sebab itu, bertawakallah kepada Allah. (An-Naml: 79)
dalam semua urusanmu, dan sampaikanlah risalah Tuhanmu.
{إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ}
sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. (An-Naml: 79)
Yakni kamu berada dijalan yang hak lagi jelas, namun masih ada orang-orang yang menentangmu, yaitu dari kalangan orang yang telah ditetapkan celaka atasnya, dan berhak mendapat azab dari Tuhanmu. Mereka tetap tidak akan mau beriman, sekalipun semua tanda dan bukti disampaikan kepada mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى}
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar. (An-Naml: 80)
Maksudnya, kamu tidak dapat memperdengarkan kepada mereka sesuatu pun yang bermanfaat bagi mereka. Demikian pula halnya orang-orang kafir (di masamu) pada hati mereka terdapat penutup dan pada telinga mereka terdapat penutup kekafiran. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ * وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ
dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling kebelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesalan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri. (An-Naml: 80-81)
Sesungguhnya yang mau mendengarkanmu hanyalah orang yang mempunyai pendengaran dan pandangan hati yang bermanfaat bagi dirinya, lagi tunduk kepada Allah dan taat kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dari Allah Swt.

An-Naml, ayat 82

{وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الأرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82) }
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.
Binatang ini kelak akan muncul di akhir zaman di saat manusia telah rusak dan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah serta mengubah agama yang hak. Allah mengeluarkan bagi mereka binatang melata dari bumi, yang menurut suatu pendapat menyebutkan dari Mekah, sedangkan pendapat yang lain menyatakan bukan dari Mekah, seperti yang akan dirincikan keterangannya, dan hewan itu berbicara mengenai hal itu kepada manusia.
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah telah meriwayatkan dari Ali r.a., bahwa binatang itu dapat berbicara dan berucap kepada mereka dengan sebenar-benarnya.
Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa binatang itu berbicara kepada manusia seraya mengatakan, "Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali dan dipilih oleh Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini jelas perlu dipertimbangkan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abbas dalam riwayat lain menyebutkan bahwa binatang itu melukai mereka. Dalam riwayat yang lainnya lagi dari Ibnu Abbas disebutkan pula bahwa binatang itu mengatakan, "Janganlah kamu me­lakukan anu dan anu," Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, tidak ada pertentangan di antaranya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Banyak hadis dan asar yang menyebutkan tentang munculnya binatang ini. Berikut ini akan kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah diketengahkan, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ فُرَات، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ، عَنْ حُذَيفة بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ: أَشْرَفَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غُرْفَةٍ وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ أَمْرَ السَّاعَةَ فَقَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، والدابة، وخروج يأجوج ومأجوج، وخروج عيسى بن مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعر عَدَنٍ تَسُوقُ -أَوْ: تَحْشُرُ -النَّاسَ، تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا، وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Furat, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. muncul dari kamarnya menemui kami ketika kami sedang memperbincangkan perihal hari kiamat, lalu beliau Saw. bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh pertandanya, yaitu terbitnya matahari dari arah barat, munculnya asap (di langit), munculnya binatang (dari bumi), keluarnya Ya-juj dan Ma-juj, munculnya Isa ibnu Maryam as., munculnya Dajjal, dan tiga gerhana (yaitu gerhana di belahan barat, gerhana di belahan timur, dan gerhana di Jazirah Arabia) serta munculnya api dari pedalaman negeri 'Adn yang menggiring atau menghimpunkan semua manusia; api itu ikut menginap di mana mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di mana mereka istirahat di siang hari.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan para pemilik kitab sunan melalui berbagai jalur dari Furat Al-Qazzaz, dari Abut Tufail alias Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah secara marfu. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Muslim telah me­riwayatkannya pula melalui hadis Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abut Tufail, dari Huzaifah secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain, Abu Daud At-Tayalisi telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Amr dan Jarir Ibnu Hazim. Talhah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ubaidillah ibnu Umair Al-Laisi, bahwa Abut Tufail pernah menceritakan hadis berikut dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari alias Abu Sarihah. Sedangkan Jarir mengatakan bahwa ia meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Ubaid, dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Abdullah ibnu Mas'ud.
Hadis Talhah lebih sempurna dan lebih baik. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menceritakan perihal binatang itu. Beliau bersabda,
"لَهَا ثَلَاثُ خَرْجَاتٍ مِنَ الدَّهْرِ، فَتَخْرُجُ خَرجة مِنْ أَقْصَى الْبَادِيَةِ، وَلَا يَدْخُلُ ذِكْرُهَا الْقَرْيَةَ -يَعْنِي: مَكَّةَ -ثُمَّ تَكْمُنُ زَمَانًا طَوِيلًا ثُمَّ تَخْرُجُ خَرْجة أُخْرَى دُونَ تِلْكَ، فَيَعْلُو ذِكْرُهَا فِي أَهْلِ الْبَادِيَةِ، وَيَدْخُلُ ذِكْرُهَا الْقَرْيَةَ" يَعْنِي: مَكَّةَ. -قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثُمَّ بَيْنَمَا النَّاسُ فِي أَعْظَمِ الْمَسَاجِدِ عَلَى اللَّهِ حُرْمَةً وَأَكْرَمِهَا: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، لَمْ يَرُعْهم إِلَّا وَهِيَ تَرْغو بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ، تَنْفُضُ عَنْ رَأْسِهَا التُّرَابَ. فَارْفَضَّ النَّاسُ عَنْهَا شتَّى وَمَعًا، وَبَقِيَتْ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَرَفُوا أَنَّهُمْ لَمْ يُعْجِزُوا اللَّهَ، فَبَدَأَتْ بِهِمْ فجَلَت وُجُوهَهُمْ حَتَّى جَعَلَتْهَا كَأَنَّهَا الْكَوْكَبُ الدُّرِّيُّ، وَوَلَّتْ فِي الْأَرْضِ لَا يُدْرِكُهَا طَالِبٌ، وَلَا يَنْجُو مِنْهَا هَارِبٌ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لِيَتَعَوَّذُ مِنْهَا بِالصَّلَاةِ، فَتَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِهِ فَتَقُولُ: يَا فُلَانُ، الآن تصلي؟ فَيُقْبِلُ عَلَيْهَا فَتَسِمُهُ فِي وَجْهِهِ، ثُمَّ تَنْطَلِقُ وَيَشْتَرِكُ النَّاسُ فِي الْأَمْوَالِ، وَيَصْطَحِبُونَ فِي الْأَمْصَارِ، يُعْرَفُ الْمُؤْمِنُ مِنَ الْكَافِرِ، حَتَّى إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيَقُولُ: يَا كَافِرُ، اقْضِنِي حَقِّي. وَحَتَّى إِنَّ الْكَافِرَ لَيَقُولُ: يَا مُؤْمِنُ، اقْضِنِي حَقِّي"
"Binatang itu muncul tiga kali. Pertama kali muncul ialah di daerah pedalaman, dan kisah kemunculannya tidak sampai kepada penduduk kota (yakni Mekah). Lalu ia bersembunyi dalam masa yang cukup lama. Kemudian ia muncul lagi di lain waktu di daerah yang tidak terlalu dalam sehingga beritanya tersiar di kalangan semua penduduk daerah pedalaman dan sampai pula kepada penduduk kota, yakni Mekah." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Ketika manusia sedang berada di masjid yang paling besar kesuciannya dan paling dimuliakan oleh Allah —yaitu Masjidil Haram— dalam keadaan tenang, tiba-tiba muncullah binatang itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam Ibrahim seraya mengeluarkan suara lenguhan dan mengibaskan kepalanya menepiskan debu yang ada di kepalanya. Maka orang-orang pun bubar meninggal­kannya menuju ke berbagai arah, sendiri-sendiri dan berbondong-bondong. Dan yang tinggal hanyalah segolongan kaum mukmin, mereka merasa yakin bahwa diri mereka tidak berdaya terhadap kekuasaan Allah. Maka binatang itu mulai mengecap mereka sehingga bersinarlah wajah mereka, dan menjadikan wajah mereka seakan-akan bintang yang bercahaya. Lalu hewan itu pergi mengembara ke seantero dunia, tiada seorang pun yang dapat mengejarnya dan tiada seorang pun yang melarikan diri selamat darinya. Sehingga ada seseorang yang melindungi dirinya dari (kejaran) binatang itu dengan (berpura-pura) salat. Lalu binatang itu datang dari arah belakang dan berkata, "Hai Fulan, sekarang engkau baru mau salat.” Maka lelaki itu menghadap ke arahnya, dan dia mengecapnya di wajahnya (dengan cap kafir), lalu ia pergi sedangkan lelaki itu kembali bergaul dengan orang-orang banyak bermuamalah dengan mereka dalam harta. Dan orang-orang di tempat-tempat yang ramai di kota-kota dapat dibedakan antara orang mukmin dan orang kafirnya (karena semuanya telah dicap pada wajahnya oleh binatang tersebut). Sehingga seorang mukmin berkata, "Hai orang kafir, bayarlah hakku.” Begitu pula orang kafir mengatakan, "Hai orang mukmin, bayarlah hakku.”
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui dua jalur dari Huzaifah ibnu Usaid secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui Huzaifah ibnul Yaman secara marfu'. Disebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di masa Isa putra Maryam, yang saat itu sedang tawaf di Baitullah. Akan tetapi, sanad hadis ini tidak sahih.
Hadis lain. Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ، عَنْ أَبِي حَيَّان، عَنْ أَبِي زُرْعَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: حَفظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا لَمْ أَنْسَهُ بَعْدُ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنْ أَوَّلَ الْآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحى، وَأَيَّتُهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا، فَالْأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا"
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia hafal sebuah hadis yang ia terima dari Rasulullah Saw. yang tidak pernah ia lupakan sesudahnya. Ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya mula-mula munculnya pertanda kiamat ialah terbitnya matahari dari arah barat (tempat tenggelamnya), dan munculnya binatang melata di kalangan manusia di pagi hari; mana saja dari salah satunya yang muncul, maka yang lainnya akan mengikutinya dalam masa yang dekat.
Hadis lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan:
مِنْ حَدِيثِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ -مَوْلَى الحُرَقَة -عَنْ أَبِيهِ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ، أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ"
melalui Al-Ala ibnu Abdur Rahman ibnu Ya'qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan-, sebelum munculnya) enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, Dajjal, binatang melata, dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum.
Imam Muslim meriwayatkannya secara tunggal, dan hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya:
مِنْ حَدِيثِ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ زِيَادِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الْأَرْضِ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَمْرَ الْعَامَّةِ وخُويّصة أَحَدِكُمْ"
melalui riwayat Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ziyad ibnu Abu Rabah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bersegeralah melakukan amal-amal (kebaikan sebelum munculnya) enam perkara, yaitu munculnya Dajjal, asap, binatang melata bumi, terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, perkara umum, dan perkara khusus menyangkut pribadi kalian.
Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan:
حَدَّثَنَا حَرْمَلَة بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ وابن لَهِيعة، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سِنَان بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الْأَرْضِ، وَالدَّجَّالَ، وخُوَيّصة أَحَدِكُمْ، وَأَمْرَ الْعَامَّةِ"
telah menceritakan kepada kami Harmalah ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris dan Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sinan ibnu Sa'id, dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan sebelum datang) enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, binatang melata, Dajjal, dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum.
Ibnu Majah meriwayatkannya secara tunggal.
Hadis lain. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan:
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَوْسِ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَخْرُجُ دَابَّةُ الْأَرْضِ، وَمَعَهَا عَصَا مُوسَى وَخَاتَمُ سُلَيْمَانَ، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، فَتَخْطِمُ أَنْفَ الْكَافِرِ بِالْعَصَا، وتُجلي وجه المؤمن بِالْخَاتَمِ، حَتَّى يَجْتَمِعَ النَّاسُ عَلَى الْخُوَانِ يُعْرَفُ الْمُؤْمِنُ مِنَ الْكَافِرِ".
telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Uwais ibnu Khalid, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak akan muncul hewan melata bumi yang membawa tongkat Musa dan cincin Sulaiman a.s. Lalu ia mencocok hidung orang kafir dengan tongkat, dan mencerahkan wajah orang mukmin dengan cincinnya sehingga manusia berkumpul di suatu perjamuan, sedangkan orang mukmin dan orang kafir dapat dibedakan.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Bahz, Affan, dan Yazid ibnu Harun. Ketiga-tiganya menerima hadis ini dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Dan disebutkan:
"فَتَخْطِمُ أَنْفَ الْكَافِرِ بِالْخَاتَمِ، وَتَجْلُو وَجْهَ الْمُؤْمِنِ بِالْعَصَا، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ الْخُوَانِ الْوَاحِدِ لَيَجْتَمِعُونَ فَيَقُولُ هَذَا: يَا مُؤْمِنُ، وَيَقُولُ هَذَا: يَا كَافِرُ".
Maka hidung orang kafir dicocok dengan cincin dan wajah orang mukmin dibuat bersinar dengan tongkat, sehingga para peserta suatu jamuan berkumpul dan seseorang (dari mereka) berkata, "Hai orang mukmin, " dan yang lainnya berkata, "Hai orang kafir.”
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا أَبُو تُمَيْلة، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عُبَيْد، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: ذَهَبَ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَوْضِعٍ بِالْبَادِيَةِ، قَرِيبٍ مِنْ مَكَّةَ، فَإِذَا أَرْضٌ يَابِسَةٌ حَوْلَهَا رَمْلٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَخْرُجُ الدَّابَّةُ مِنْ هَذَا الْمَوْضِعِ. فَإِذَا فِتْر فِي شِبْرٍ".
telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Muhammad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Tamilah, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah membawanya pergi ke suatu tempat di pedalaman yang dekat dengan Mekah. Ketika sampai di suatu tanah kering yang dikelilingi oleh pasir, maka Rasulullah Saw. bersabda: Hewan itu akan muncul dari tempat ini.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Hewan melata itu berbulu, berkaki empat, muncul dari salah satu Lembah Tihamah."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyah yang telah mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Binatang melata itu akan muncul dari tanah retak yang ada di Bukit Safa, selama tiga hari sepertiganya belum keluar; hewan itu larinya kencang seperti kuda balap."
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Aban ibnu Saleh yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Amr pernah ditanya tentang binatang melata tersebut. Maka ia menjawab, "Binatang melata itu keluar dari bawah batu besar yang terdapat di Jiyad. Demi Allah, seandainya aku ada bersama mereka (di masanya) atau kalau aku mampu berbuat dengan tongkatku ini, tentulah aku akan membantu mengangkat batu besar yang muncul hewan tersebut dari bawahnya." Ketika ditanyakan, "Lalu apa yang dilakukan oleh hewan melata itu, hai Abdullah ibnu Amr?” Ia menjawab, "Hewan melata itu menghadap ke arah timur, lalu mengeluarkan teriakannya yang dapat menembus semua kawasan timur, dan ia menghadap ke arah Syam, lalu mengeluarkan teriakan yang terdengar sampai ke negeri Syam, lalu menghadap ke arah barat dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke barat, lalu menghadap ke arah negeri Yaman dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke Yaman. Kemudian di petang hari ia pergi dari Mekah, dan pada keesokan harinya telah berada di Asfan." Ketika ditanyakan lagi, "Lalu apa yang dilakukannya?" Abdullah ibnu Amr menjawab, "Saya tidak tahu."
Abdullah ibnu Umar menurut riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa binatang melata itu muncul di malam Juma' (berkumpulnya orang haji di Mina). Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, tetapi di dalam sanadnya terdapat Ibnul Bailamani.
Wahb ibnu Munabbih telah menceritakan sabda Nabi Uzair a.s. yang mengatakan bahwa kelak akan muncul dari kota Sodom binatang melata yang dapat berbicara dengan manusia; semua orang mendengar suaranya. Wanita-wanita yang sedang mengandung melahirkan kandungannya sebelum sempurna masa kandungannya, air yang tadinya tawar berubah menjadi asin, orang-orang yang tadinya bersahabat saat itu menjadi saling bermusuhan, kitab-kitab yang bermanfaat dibakar dan ilmu diangkat (dilenyapkan), dan di masa itu manusia mengharapkan apa yang tidak dapat mereka capai, bersusah payah untuk meraih apa yang tidak mereka jangkau, dan bekerja untuk mencari apa yang tidak mereka makan. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Wahb ibnu Munabbih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh juru tulis Al-Lais, talah menceritakan kepadaku Mu'awiyah Ibnu Saleh, dari Abu Maryam; ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya binatang melata itu mempunyai bulu yang beraneka ragam, semua warna ada pada bulunya, dan jarak antara satu ujung tanduk ke ujung tanduk lainnya sama dengan jarak satu farsakh (saking besarnya).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa binatang melata tersebut bentuknya seperti tombak yang sangat besar.
Amirul Mu-minin Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya hewan melata itu mempunyai bulu dan rambut serta mem­punyai teracak, tetapi tidak berekor dan mempunyai jenggot. Sesungguh­nya hewan ini saking besarnya selama tiga hari sepertiga dari tubuhnya masih belum muncul (dari bumi). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnuz Zubair yang menggambarkan tentang binatang melata tersebut. Ia mengatakan bahwa kepala binatang itu seperti banteng, matanya seperti babi, telinganya seperti gajah, tanduknya seperti kijang jantan, lehernya seperti burung unta (panjang), dadanya seperti dada singa, tetapi warnanya adalah warna macan tutul, pinggangnya mirip dengan pinggang kucing hutan, ekornya seperti ekor biri-biri, dan kaki-kakinya seperti kaki unta; di antara dua tulang ruasnya, panjangnya adalah dua belas hasta.
Ia membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman; maka tidak dibiarkannya seorang mukmin melainkan diberi tanda pada wajahnya dengan tongkat Nabi Musa, capnya putih, lalu cap itu menyebar ke seluruh wajahnya sehingga wajahnya menjadi putih bersinar. Dan tidak dibiarkannya seorang kafir pun melainkan ia cap dengan cap hitam dari cincin Nabi Sulaiman, lalu warna hitam itu menyebar ke seluruh wajahnya hingga wajahnya menjadi hitam.
Sehingga orang-orang melakukan transaksi jual beli di pasar-pasar, lalu mereka mengatakan, "Berapakah ini, hai orang mukmin; dan berapakah ini hai orang kafir?" Sehingga suatu keluarga duduk di perjamuan mereka, sedangkan mereka mengetahui siapa yang beriman di antara mereka dan siapa yang kafir (karena semua ada tanda capnya).
Kemudian binatang melata itu berkata kepada mereka, "Hai Fulan, bergembiralah, engkau termasuk ahli surga; dan hai Fulan, engkau termasuk penghuni neraka." Yang demikian itu disebutkan oleh firman Allah Swt:
{وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الأرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ}
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (An-Naml: 82)

An-Naml, ayat 83-86

{وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (83) حَتَّى إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمْ مَاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (84) وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ (85) أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (86) }
Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, "Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?" Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal hari kiamat, yaitu saat orang-orang zalim dari kalangan mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan rasul-rasul-Nya dihimpunkan di hadapan Allah Swt. Karena Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka terhadap apa yang telah mereka kerjakan selama di dunia, sebagai kecaman, penghinaan, dan menganggap mereka kecil lagi diremehkan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا}
Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan. (An-Naml: 83)
Yakni dari tiap-tiap umat dan generasi segolongan manusia, yaitu:
{مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا}
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (An-Naml: 83)
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ}
(kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka." (As-Saffat: 22)
Dan firman Allah Swt.:
{وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ}
dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{فَهُمْ يُوزَعُونَ}
lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). (An-Naml: 83)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah "mereka didorong" Sedangkan menurut Qatadah, mereka dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok, lalu dari yang pertama sampai yang terakhir didatangkan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka digiring.
{حَتَّى إِذَا جَاءُوا}
Hingga apabila mereka datang. (An-Naml: 84)
dan diberhentikan di hadapan Allah Swt. di tempat penghisaban.
{قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمْ مَاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Allah berfirman, "Apakah kalian telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kalian tidak meliputinya, atau apakah yang telah kalian kerjakan?" (An-Naml: 84)
Maka mereka ditanyai mengenai akidah mereka dan amal perbuatan mereka, dan sudah barang tentu mereka bukanlah termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Keadaan mereka adalah seperti digambarkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى. وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)
Maka pada saat itulah mereka dihujat dan mereka tidak mempunyai alasan yang bisa diajukan. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُون}
Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Al-Mursalat: 35-36)
Hal yang sama disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ}
Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). (An-Naml: 85)
Yakni mereka didustakan (dibungkam) dan tidak dapat menjawab, sebab selama di dunia mereka adalah orang-orang yang berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri'. Dan sekarang mereka telah sampai di hadapan Tuhan Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Kemudian Allah Swt. mengingatkan (manusia) akan kekuasaan-Nya yang sempurna, pengaruh-Nya yang besar, dan kedudukan-Nya Yang Mahatinggi, yang sudah seharusnya bagi mereka taat kepada-Nya dan tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta membenarkan perkara hak yang disampaikan oleh nabi-nabi-Nya tanpa bisa ditentang. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ}
Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya. (An-Naml: 86)
Yaitu di malam yang gelap, agar mereka dapat beristirahat dan jiwa mereka menjadi tenang serta tubuh mereka diam untuk istirahat dari kelelahan dan kepayahannya selama siang harinya.
{وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا}
dan siang yang menerangi. (An-Naml: 86)
Yakni terang benderang untuk memudahkan mereka bekerja dan mencari upaya penghidupan, juga bepergian, berniaga, dan lain sebagainya yang menjadi urusan keperluan mereka.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 86)
An-Naml, ayat 87-90
{وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87) وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88) مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ (89) وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (90) }
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah, Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka semua tetap di tempatnya, padahal semuanya berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik darinya, sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.
Allah Swt. menceritakan tentang dahsyatnya hari sangkakala ditiup pada tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang membuat semua makhluk terkejut karena kedahsyatannya. Di dalam hadis disebutkan bahwa sur adalah sangkakala yang ditiup. Di dalam hadis sangkakala ini disebutkan bahwa Malaikat Israfil-lah yang melakukan tiupan padanya atas perintah dari Allah Swt. Tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang mematikan semua makhluk, dilakukan sangat lama. Hal ini terjadi di saat usia dunia habis, yaitu pada hari kiamat terjadi yang hanya menimpa orang-orang yang jahat saja yang ada saat itu, maka terkejutlah (matilah) semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi.
{إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (An-Naml: 87)
Mereka adalah para syuhada, karena sesungguhnya mereka hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rezeki.
قَالَ الْإِمَامُ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ بْنِ مُعاذ الْعَنْبَرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ: سَمِعْتُ يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَة بْنِ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيَّ، سَمِعْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا هَذَا الْحَدِيثُ الَّذِي تَحدث إِنَّ السَّاعَةَ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ -أَوْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهُمَا -لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا أُحَدِّثَ أَحَدًا شَيْئًا أَبَدًا، إِنَّمَا قُلْتُ: إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا عَظِيمًا يُخَرِّبُ الْبَيْتُ، وَيَكُونُ وَيَكُونُ. ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ -[لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ] يَوْمًا، أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا، أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا -فَيَبْعَثُ الله عيسى بن مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ، فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ. ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ، لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ، فَلَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ دَخَلَ فِي كَبَدِ جَبَلٍ لدخَلَتْه عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا، فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَقُولُونَ: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ، حسنٌ عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا [وَرَفَعَ لِيتًا]. قَالَ: "وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوط حَوْضَ إِبِلِهِ". قَالَ: "فَيَصْعَقُ ويَصعقُ النَّاسُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ -أَوْ قَالَ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّل -أَوْ قَالَ: الظِّلُّ -نُعْمَانُ الشَّاكُّ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ، ثُمَّ ينفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ. ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مسؤولون. ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ. فَيُقَالُ: مِنْ كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ". قَالَ: "فَذَلِكَ يَوْمٌ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شَيْبًا، وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ"
Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Mu'az Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim; ia pernah mendengar Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr saat didatangi oleh seorang lelaki yang bertanya kepadanya, "Apakah ada hadis yang menyebutkan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai anu dan anu?" Ibnu Amr menjawab dengan mengucapkan kalimat Subhanallah (Mahasuci Allah) atau La Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) atau kalimat yang semisal dengan keduanya. Selanjutnya ia mengatakan, sesungguhnya ia hampir saja tidak akan menceritakan kepada seorang pun sesuatu hal yang mengenainya selamanya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan ialah kelak kalian akan menyaksikan suatu peristiwa yang besar yang merusak Baitullah dalam waktu yang tidak lama. Lalu disebutkan bahwa akan terjadi anu dan anu. Kemudian ia melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak akan muncul Dajjal di kalangan umatku dan tinggal selama empat puluh —perawi mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah empat puluh hari atau bulan atau tahun—. Lalu Allah mengirimkan Isa ibnu Maryam yang rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud. Maka Isa mengejar Dajjal dan membiasakannya. Kemudian manusia tinggal selama tujuh tahun tanpa ada persengketaan pun di antara dua orang. Setelah itu Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Syam, maka tiada seorang pun di muka bumi ini yang di dalam hatinya masih terdapat kebaikan atau iman sebesar zarrah, melainkan angin itu mencabut 'nyawanya. Sehingga andaikata seseorang dari kalian (yang beriman) bersembunyi di dalam gunung, niscaya angin itu memasukinya hingga mencabut nyawanya. Abdullah ibnu Amr melanjutkan, bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw: Maka yang tertinggal hanyalah orang-orang yang jahat saja (di muka bumi ini); mereka sangat kurang akalnya dan mempunyai naluri hewan pemangsa; mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari perbuatan mungkar. Lalu muncullah setan kepada mereka seraya berkata "Maukah kalian taat kepadaku?" Mereka bertanya, "Apakah yang akan engkau perintahkan kepada kami?" Setan memerintahkan kepada mereka menyembah berhala (mereka menurutinya), dan sekalipun demikian rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka baik. Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak sekali-kali seseorang mendengarnya melainkan ia buka lebar-lebar telinganya mendengarkan­nya. Orang yang mula-mula mendengarnya ialah seorang lelaki yang sedang berada di dalam kolam ternak untanya (membersihkannya). Lalu matilah ia, dan semua manusia pun mati. Sesudah itu Allah mengirimkan atau menurunkan hujan yang sangat deras seperti pekatnya naungan (awan). Maka tumbuhlah jasad-jasad karenanya (dari bumi). Kemudian ditiup lagi sangkakala untuk kedua kalinya, maka dengan serta merta mereka bangkit dan menunggu. Lalu dikatakan, "Hai manusia, menghadaplah kalian kepada Tuhan kalian!" (Dikatakan kepada para malaikat), "Berdirikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya." Kemudian dikatakan, "Keluarkanlah orang-orang yang akan dikirim ke neraka!" Ditanyakan, "Berapakah jumlahnya?" Dijawab, "Dari tiap seribu orang sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi di hari (yang pada hari itu) anak-anak menjadi beruban (karena kesusahan yang sangat di hari itu), dan hari itu adalah hari disingkapkannya betis-betis.
Yang dimaksud dengan kata اللِّيتُ  ialah leher, maksudnya memiringkan lehernya untuk mendengarkannya dengan baik suara dari langit itu. Hal inilah yang dimaksud dengan tiupan yang mengejutkan, lalu tiupan yang berikutnya adalah yang mematikan semua makhluk. Dan tiupan yang ketiga adalah tiupan yang membangkitkan semua makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam. Inilah yang dimaksud dengan hari berbangkit bagi semua makhluk dari kuburnya masing-masing. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ}
Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An-Naml: 87)
Yakni dalam keadaan rendah lagi tunduk, tiada seorang pun yang menentang perintah-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ}
yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52)
{ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}
Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25)
Di dalam hadis mengenai sangkakala disebutkan bahwa dalam tiupan yang ketiga Allah memerintahkan (para malaikat) untuk meletakkan semua roh pada lubang-lubang sangkakala. Kemudian Malaikat Israfil melakukan tiupan padanya setelah semua jasad dan tubuh muncul dari kuburnya masing-masing dan dari tempat-tempatnya. Apabila tiupan dilakukan, maka beterbanganlah roh-roh itu; roh orang-orang mukmin berkilauan mengeluarkan cahaya terang, sedangkan roh orang-orang kafir gelap (hitam). Lalu Allah Swt. berfirman, "Demi kebesaran dan Keagungan-Ku, sungguh setiap roh harus kembali ke jasadnya masing-masing." Maka roh-roh itu datang kepada jasadnya masing-masing dan merasuk ke dalam tubuhnya sebagaimana racun yang menjalar di tubuh orang yang terkena patukan hewan beracun. Kemudian mereka bangkit berdiri seraya menepiskan debu yang berasal dari kuburan mereka. Allah Swt. berfirman menggambarkan kejadian ini:
{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}
(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (Al-Ma'arij: 43)
******
Adapun firman Allah Swt.:
{وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ}
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (An-Naml: 88)
Maksudnya, kamu lihat gunung-gunung itu seakan-akan tetap di tempatnya seperti semula, padahal ia berjalan seperti jalannya awan, yakni bergerak meninggalkan tempat-tempatnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا وَتَسِيرُ الْجِبَالُ سَيْرًا}
pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung-gunung benar-benar berjalan. (At-Tur: 9-10)
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. (Taha: 105­-107)
Dan firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الأرْضَ بَارِزَةً}
Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar. (Al-Kahfi: 47)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ}
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88)
Artinya, Dia melakukannya dengan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar. yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88) Yaitu yang membuat semua ciptaan-Nya dengan serapi-rapinya dan membekalinya dengan kebijakan yang diperlukan oleh masing-masingnya.
{إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ}
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (An-Naml: 88)
Yakni Dia Maha Mengetahui semua yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya amal baik dan amal buruk mereka, dan kelak Dia akan memberikan balasan amal perbuatan mereka itu dengan sempurna.
Kemudian Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di hari kiamat itu. Maka Dia berfirman:
{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا}
Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya. (An-Naml: 89)
Qatadah mengatakan bahwa dengan syarat ikhlas. Zainul Abidin mengatakan, yang dimaksud dengan kebaikan ialah kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." Allah Swt. telah menjelaskan pada ayat lain bahwa pahala suatu amal kebaikan itu adalah sepuluh kali lipatnya.
Firman Allah Swt.:
{وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ}
sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. (An-Naml: 89)
Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ}
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103)
{أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat. (Fussilat: 40)
Dan firman Allah Swt.:
{وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ}
dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Saba':37)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ}
Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkan muka mereka ke dalam neraka. (An-Naml: 90)
Artinya, barang siapa yang datang menghadap kepada Allah dalam keadaan penuh dengan kejahatan dan sama sekali tiada kebaikan padanya, atau amal buruknya lebih berat daripada amal baiknya, maka ia akan menemui balasannya yang sesuai dengan keburukannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (An-Naml: 90)
Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Anas ibnu Malik, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i, Abu Wa'il, Abu Saleh, Muhammad ibnu Ka'b, Zaid ibnu Aslam, Az-Zuhri, As-Saddi, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid, semuanya mengatakan sehubungan dengan makna fiman-Nya: Dan barang siapa.yang membawa kejahatan. (An-Naml: 90) bahwa yang dimaksud adalah kemusyrikan.

An-Naml, ayat 91-93

{إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91) وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93) }
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al-Qur’an (kepada manusia). Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Allah Swt. berfirman, memberitakan kepada Rasul-Nya dan sekaligus memerintahkannya agar mengucapkan:
{إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ}
Aku hanya diperintah untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya­lah segala sesuatu. (An-Naml: 91)
Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ}
Katakanlah, "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu.” (Yunus: 104)
Kaitan sifat Tuhan kepada negeri Mekah mengandung pengertian memuliakan dan menghormati kota Mekah, seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ. الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ}
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4)
Adapun firman Allah Swt.:
{الَّذِي حَرَّمَهَا}
Yang telah menjadikannya suci. (An-Naml: 91)
Yakni sesungguhnya kota Mekah menjadi kota suci menurut syara' dan takdir hanyalah karena dijadikan suci oleh Allah Swt. Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahihain melalui Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda pada hari jatuhnya kota Mekah:
"إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعضَد شَوْكُهُ، وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلَا يَلْتَقِطُ لُقَطَتُه إِلَّا لِمَنْ عَرَّفَهَا، وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهَا"
Sesungguhnya negeri ini telah disucikan oleh Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Maka negeri ini, (Mekah) adalah suci karena disucikan oleh Allah sampai hari kiamat; duri-durinya tidak boleh dicabut, hewan buruannya tidak boleh diburu, dan barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali oleh orang yang hendak mengumumkannya, dan tetumbuhannya tidak boleh ditebangi. Hingga akhir hadis.
Hadis ini telah disebutkan pula di dalam kitab-kitab sahih, kitab-kitab hadis-hadis hasan, dan kitab-kitab musnad melalui jamaah yang semuanya memberikan pengertian kepastian dari hadis ini, seperti yang dijelaskan di dalam Kitabul Ahkam.
Firman Allah Swt.:
{وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ}
dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. (An-Naml: 91)
Hal ini termasuk ke dalam Bab "Meng-'ataf-kan yang Umum kepada yang Khusus", artinya bahwa Allah adalah Tuhan negeri ini (Mekah), juga Tuhan serta Pemilik segala sesuatu, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 91)
Yaitu mengesakan Allah, ikhlas dan tunduk patuh kepada perintah-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ}
Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an. (An-Naml: 92)
kepada manusia dalam rangka menyampaikannya kepada mereka, sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَليْكَ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ}
Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh hikmah. (Ali Imran: 58)
Dan firman Allah Swt.:
{نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ}
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat.
Maksudnya, aku menyampaikan dan memperingatkan kepada kamu sekalian.
{فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ}
Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.” (An-Naml: 92)
Yakni aku mempunyai suri teladan dari rasul-rasul terdahulu yang memberi­kan peringatan kepada kaumnya masing-masing dan menunaikan risalah Tuhannya kepada mereka, serta bersikap ikhlas dalam melayani mereka, sedangkan perhitungan umat mereka masing-masing berada di tangan Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar'-Ra'd: 40)
Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 12)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا}
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya." (An-Naml: 93)
Yakni segala puji bagi Allah Yang tidak mengazab seseorang melainkan setelah tegaknya hujah terhadap orang itu dan dia telah diberi peringatan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya. (An-Naml: 93)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ}
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehinggajelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ}
Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan. (An-Naml: 93)
Yakni bahkan Dia menyaksikan segala sesuatu.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ أَبِي عُمَرَ الْحَوْضِيِّ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُمَيَّةَ بْنُ يَعْلَى الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، لَا يَغْترَّنَّ أَحَدُكُمْ بِاللَّهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ غَافِلًا شَيْئًا لَأَغْفَلَ الْبَعُوضَةَ وَالْخَرْدَلَةَ وَالذَّرَّةَ"
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Abu Amr Al-Haudi Hafs ibnu Umar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Umayyah ibnu Ya'la As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id yang mengatakan, ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai manusia, jangan sekali-kali seseorang dari kalian merasa aman dari pengawasan Allah, karena sesungguhnya andaikata Allah lupa terhadap sesuatu, tentulah Dia lupa terhadap nyamuk kecil, biji sawi, dan semut kecil.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, bahwa ayahnya pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Qais, dari Matar, dari Umar ibnu Abdul Aziz yang telah mengatakan, "Seandainya Allah melupakan sesuatu, tentulah Dia akan melupakan apa yang dihapus oleh angin dari telapak kaki anak Adam."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah, bahwa ia pernah mengucapkan kedua bait berikut, barangkali gubahannya sendiri atau gubahan orang lain, yaitu:
إذَا مَا خَلَوتَ الدهْرَ يَومًا فَلا تَقُل ... خَلَوتُ وَلكن قُل عَليّ رَقيب ...
وَلا تَحْسَبَن اللَّهَ يَغْفُل سَاعَةً ... وَلا أَنَّ مَا يَخْفى عَلَيْه يَغيب ...
Jika pada suatu hari kamu dalam keadaan sendiri, janganlah kamu katakan bahwa dirimu sendirian, tetapi katakanlah bahwa engkau selalu diawasi. Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai di suatu waktu, jangan pula (mempunyai dugaan) bahwa hal yang gaib samar bagi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar